Induk agama Islam 12

 


, Kitab ash-Shalah, tub Hakk al-Buzaq Bi al-yadi Min al-Masjid;

dan Muslim, Kitab al-Masajid.

2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ash-shatah, hb Danfu an-Nukhamah Fi at-Masjid.

ffi ffi

Apabila hal ini mungkin pada makhluk, maka lebih-lebih Khalik,

tanpa ragu.

Ketiga, kalaupun ini tidak mungkin pada makhluk, maka ia

tetap mungkin bagi Khalik, karena tidak ada sesuatu pun ya g

menyerupai Allah dalam segala sifatNya.

Dari segi perilaku, hadits ini memberi manfaat yaitu kewa-

jiban beradab kepada Allah, apabila orang yang shalat meyakini

hal ini, maka ia akan memunculkan kekhusyu'an dan keseganan

kepada Allah.

ooo

+:6::i,M d$:

;i3,',,+: Jlg "4t y0Jt

(\)pL:.i ';Jt .;;dt U *iS&iJl

Sabda Nabi #, "Ya Allah Rabb langit yang filuh danbumi, Rabb

Arasy yang agung, Rabb kami dan Rabb segala sesuatu, Yang

membelah butir (benih) tanaman ilan biji pepohonan, Yang menu-

nmkan kitab Taural lnjil dan al-Qw'an. Aku berlinfumg kepada-

Mu dari kebuntkan diiku. Aku berlindung kepadaMu dari keia-

hatan segala sesuaht di mana Engkau memegang ubun'ubuwrya.

Ya Allah, Engkaulah yang pertama, sebelummu tidak ada sesuatu.

Engkaulah yang akhir, setelahMrt tidak ada sesuafir. Engkaulah

yang zahir, di atasMu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang batin

di bautahMu tidak ada sesuafir, Lunasilah hutangktr, dan beilah

aku kekayaan sehingga terbebas dai kemiskinan." Diriwayat-

kan oleh Muslim(l)

[1]. Hadits ini juga tentang penetapan srfat al-Lllurrr dan sifat-

sifat lainnya.

Ia yaitu  hadire yang agung Nabi # bertawassul kepada Allah

dengan rububiyaltNya pada sabdaNya, +:i ,e:\t:g*lr.rt;rist+j F#Ji

,+- ,y Q:St:.'r.s=gt ;yu (Ya Allah, Rabb langtt ynig tujuh danbumi,

Rabb Arnsy yang agung, Rabb knmi dnn Rnbb segala sesuatu). Lni terma-

suk menyinggung yang umum setelah yang khusus. sabdanya,

,q f sr5 (Tulmn segala sesuatu).Ini yaitu  mengumumkan seteiah

mengkhususkan agar tidak muncul salah pengertian bahwa hukum-

nya hanya khusus bagi apa yang dikhususkan. Bacarah Firman

Allah,

4r63,Ult:e;,sii t:^gt t$;4 3-,;\'J ij:A*

" Aku hnnyn dipeintnhkan untuk menyembah Rabb negei ini

(Mnkknh) yang telah menjndiknnnya tanah haram (untuk diganggu), dan

lcepuny nnnN y n-l ah se gal a se sua tu." (An-Naml : 91 ).

Di sini Dia berfirman,4r6,'b5rl(Dan bagtNya xgala *nntu)

sehingga tidak diktua bahwa Dia hanyalitr Rauu bagi negeri ini saja.

6,flr3:;"st gv (Ynng membelah butir (benih) tanaman dan biji

polrcn). Pohon yang tumbuh bisa jadi berasal dari butir tanaman,

kalau tidak maka dari biji pepohonan, butir untuk tanaman dan

biji untuk pohon, Firman Allah,

gJAr;#Isy

" sesungguhnyn Allnh menumbuhknn butir tumbuh-fumbuhan dan

bij i bunh-bunhan, " (Al-An'am: 95).

Butir (benih) tanaman dan biji buah yang kering yang tidak

tumbuh dan berkembang, Allah membelahnya sehingga tanaman

dan pohon-pohon pun tumbuh. Tidak seorang pun mampu mela-

kukan itu setinggi apapun kemampuannya, mereka tidak mampu

membelah sebiji pun selama-lamanya. Ada biji buah yang keras

seperti batu, ia tidak tumbuh dan bertambah, Allah membelahnya,

ia terbuka lalu muncul cikal bakal tumbuhan, tidak seorang pun

mampu melakukan itu kecu ali Dzatyang membelahnya.

Setelah menyebutkan ayat kauniynh yang agung, Nabi S me-

nyebutkan ayat-ayat syarriyah, yaihr:

Sabdanya, qT4rt ,,lt!irler;1t j;: lVang menurunkan kitab Taurat,

lnjil dan al-Qur'an). " Ini yaitu  kitab-kitab teragung yang diturun-

kan Allah,98, dan Nabi s menyebutkannya sesuai dengan urutan

masanya: Taurat kepada Musa, Injil kepada Isa dan al-Qur'an ke-

pada Muhammad.

Ini yaitu  dalil yang jelas bahwa Taurat yaitu  kitab yang

diturunkan sebagaimana hal itu dinyatakan di dalam al-Qur'an,

4'3 ;'5,si Q i;",;ti tijt-CY $

" sesunggulmya Kami telah menurunknn kitab Taurat, di dalam-

nyn (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)." (Al-Ma'idah: 44).

Dan Allah berfirman di awal surat Ali Imran,

o, @ :E ijr i;,ni d;v ;i 6,q6$ 6i 4$rtl{":iiY

$.i,g$ i:1; oW,s:tl',fi

"Dia menurunkttn al-Kitab (al-Qur'an) kepadamu dengan sebenar-

nya; membenarknn kitab yang telah diturunknn sebelumnya dnn ruenu-

runkanTaurat dan lnjil, sebelum (al-Qur'an) menjadi petunjukbagi ma-

nusia, dsn Dia menurunknn al-Furqan " (AIi Imran: 3-4).

Sabda beliau, ,* f b J-;';pi letcu berlindung kepadaMu dni

keburukan diriku) maksudnya, Aku berlindung kepada Allah dari

keburukan jiwaku.

Artinya, di dalam jiwamu terdapat keburukan.

4. .-A\'i301 ..j1i Lyu t';: u: $

"Dan aku tidnk nrembebasknn dinku @ni lesalahan), karena wsung-

guhnya nafsu itu selalu menyuruhlcepadalcejahatan," (Yusuf: 53).

Akan tetapi jiwa ada dua macam:

1). Jiwa muthma'innah (tenang) lagi baik dan mengajak ke-

pada kebaikan.

2). Jiwa yang buruk yang memerintahkan kepada kejahatan.

Ada jiwa laruruamah, apakah jiwa ini bentuk ketiga atau ia

yaitu  sifat dari kedua jiwa sebelumnya?

Terdapat perbedaan dalam hal ini, sebagian ada yang berkata:

Ia yaitu  jenis jiwa ketiga. Yang lain berkata: Ia yaitu  sifat bagi

dua jiwa sebelumnya. Jiwa muthma'innahmenyalahkanmu dan jiwa

nmmnrah bissu' (ya.g mengajak kepada keburukan) juga menyalah-

kanmu. Jadi Firman Allah,

{@ itr!(;ti#v;}

"Dnn Aku bersumpah dengan jhoa yang amat menyesali (diinya

sendiri)," (Al-Qiyamah: 2) mencakup kedua jiwa tersebut.

Jiwa ntutlrma'innah menyalahkan anda atas kelalaian dalam

melaksanakan kewajiban, artinya apabila anda menyia-nyiakan

kewajiban, maka ia menyalahkan anda atau apabila anda melaku-

kan yang haram, maka ia menyalahkan anda.

Jiwa nnmtsrnh yaitu  sebaliknya, apablla kamu melakukan

kebaikan, maka ia menyalahkanmu, ia juga menyalahkanmu apa-

bila kamu melalaikan keburukan yang diperintahkannya.

Jadi menurut pendapat yang rajih yaitu  bahwa iiwa larutua-

nmh merupakan sifat bagi kedua jiwa sebelumnya.

Sabdanya, 

"i f b e\.'tili (Aku berlindung kepndaMu dai ke-

buruknn dinku) yang dimaksud dengannya yaitu  jiwa yang menga-

jak kepada keburukan.

Sabdanya, WqLi;.:i du,B ; bi (Dan daikejahatan segala

s e s u n t u di n m n a E n gk n u' mi n rc gn n g i;u i 

l"'i 

"i 

n y n) . -3r Jsi ia u ur, s e mua

yang berjalan di muka bumi bahkan yang merayap pun termasuk

ke dalam hadits ini seperti FirmanNya,

4 4# .F e3. r, dV e rrS'gftL{itly

" Dnn Allnh telnh menciptnknn semun jenis heruan dai air, maka

xbngian dni lmoan ifu ndn yangbeqnlan di atas perutnya." (An-Nur: 45).

Dan FirmanNya,

46:-, ;i & $'Y;'.ii'','$' eqb

"Dnn tidnk nda suntu binatang melata pun di bumi melainkan

Allnh-lnh ynng membei izkinya." (Hud: 5).

Meskipun kata i-:ri:idalam kebiasaan dipakai untuk binatang

berkaki empat dan dalam kebiasaan yang lebih khusus dipakai un-

tuk keledai saja, akan tetapi dalam hadits seperti ini maksudnya

yaitu  semua yang berjalan di muka bumi. Apa yang melata di

muka bumi terdapat kejahatan padanya, sebagian darinya yaitu 

keburukan murni dari segi dirinya sendiri, sebagian darinya baik

dari satu segi dan buruk dari segi lain, bahkan yang padanya ter-

dapat kebaikan ridaklah bebas dari keburukan.

Sabdanya, WsL.LT e^;i (Yang Engknu pegang ubun-ubunnya).

Ubun-ubun yaitu  bagian depan kepala, di sini yang disebut ada-

lah ubun-ubun karena ia berada di depan, ia yaitu  yang dipegang

untuk mengendalikan hewan tunggangan dan semisalnya. Ada

yang berkata: Ia disinggung secara khusus karena akal dan otak

yang merupakan alat untuk memahami dan menerima berada di

bagian depan kepala. Wallahu a'lam.

Sabdanya ',€ #r+u i;':ir .A (engtau-lahyangpertama, *belum-

mu tidak ada sesuatu). Ini yaitu  tafsir Nabi ffi terhadap sabdaNya

ii\i Uang pertama) yang merupakan salah satu nama Allah.

Pada tafsir ayat ini kami telah menyatakan bahwa ahli filsafat

menamakan Altah dengan al-Qadim (yang dahulu atau yang lama),

kami telah sebutkan bahwa al-Qadim bukan salah satu nama Allah

yang husna, dan bahwa Allah tidak boleh diberi nama dengannya,

akan tetapi ia boleh diucapkan untuk Allah sekedar mengabarkan,

karena mengabarkan lebih luas daripada pemberian nama; karena

qadim bukan termasuk Asma'ul Husntt, ia mengand*g kekurangan

karena ia bisa bersifat relatif. Bacalah Firman Allah,

{@ ,.iri e}$tK;'6 lr'llvLtifi;3\y

" Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah xhingga

(xtelah dia sampai l<e manzilah yang terakhir) lcembalilah ia bagaikan

tandrtn yang lama." (Yasin: 39).

p.At L*lll yaitu  sesuatu yang baru terjadi, hanya saia ia

lama jika dibandingkan dengan yang setelahnya.

Sabdanya, 4i .:rti."# ybsr c;:i5 (Engk4u-lah yang zahir, di atas-

Mu tidak ada sesua'tu) ;+fui dari asal kata 3 4iiji yang berarti al-Lllutu

(ya.g ti"ggr) sebagaimana Firman Allah,

( @(; 5 \ritr :"\() i)frL; i'W;rli F

" Mnka ruereka tidak bisa mendakinya dan mereka tid.ak bisct (pula)

melub an giny a. " (Al-Kahfi: 97).

FirmanNy u, 4 | i*](-b yakni, melewati atasnya.

Adapun orang yang mengatakan bahwa yang dimaksud de_

ngan 7tJ"lt yaitu  yang zaht dengan ayat-ayatNya, maka ini yaitu 

penafsiran yang salah, karena tidak seorang pun yang lebih menge-

tahui tafsir kalam Alah daripada Nabi ffi dan Nabi telah bersabia,

\i eLii u,N; ytilr c.;i1(Engknu-lah yang zahir, di atasMu tidak ada se-

suntu), karena Dia di atas segala sesuatu.

Sabdanya, l+: aqt: A :-lUJt .,;ij (Engknu-lnh yang bntin, di batoah-

Mu hdnk ndn sesuah.t) yakni, tidak ada sesuatu di bawah Allah, tidak

seorang pun mengatur selain Allah, tidak seorang pun yang inde-

penden dengan sesuatu tanpa Allah, tidak seorang pun yang samar

dari Allah, Allah meliputi segala sesuatu. oleh karena itu, Nabi ffi

bersabda, (Di barunhMu tidak ada sesuatu) yakni, tidak ada sesuatu

pun yang menghalangiMu, tidak ada sesuatu pun yang melarang-

Mu dan kehormatan seseorang tidak berguna bagi pemiliknya di

sisiMu... dan begitu seterusnya.

Sabdanya, Uilt * u;;r (Lunasilah hutangk,). Hutang yaitu  hak

orang lain, baik berupa harta atau lainnya. Misalnya, aku mengam-

bil sesuatu darimu dan belum membayarnya, inilah hutang mes-

kipun tidak tertunda.

Sabdanya, 4r U -g.i, (Dan beilah aku kekayaan sehingga ter-

bebss dnri keniskinan). Kefakiran yaitu  tidak p.r.,yu penghasilan.

Tidak diragukan bahwa kefakiran mengandung kerendahan diri,

hutang mengandung kehinaan, orang berhutang uauun orang yang

tidak berharga di mata pemberi hutang dan orang fakir yaitu  le-

malr dan mungkin saja dia tersesat kepada yanghiram.

Buktinya yaitu  kisah tiga orang yang terjebak di dalam goa,

lalu masing-masing bertawassul dengan amal shalihnya, salah se-

orang dari mereka mempunyai saudara sepupu perempuan yang

dicintainya, dia menginginkan dirinya, hanya saja saudara sepupu-

nya menolaknya. Suatu kali saudara sepupu ini mengalami keiu-

litan hidup, maka dia datang kepadanya meminta bantuan, tetapi

dia menolak kecuali jika sepupu perempuarmya tersebut mengabul-

kan keinginannya. Karena terpaksa, maka saudara peremPuan ter-

sebut mengiyakan, tetapi ketika laki-laki tersebut telah duduk di

depannya seperti suami duduk di depan istrinya, sepupu perem-

puannya berkata kepadanya, "Wahai saudaraku, bertakwalah kepada

Allah, janganlah kamu membuka cincin kecuali dengan haknya."

Karena kalimat ini bersumber dari hati yang mendalam maka ia

memberi pengaruh kepada laki-laki tersebut, dia pun bangkit dari-

nya. Dia berkata, "Maka aku tidak melakukannya padahal dia ada-

lah orang yang paling aku cintai." Nasihat yang mulia tersebut me-

nyadarkannya dan dia pun meninggalkannya.l

Lihatlah kepada kefakiran, wanita ini hendak menjual kehor-

matannya, karena kemiskinan.

Jadi Nabi & bersabd a, /,itt U ,t\i (Berilah kami kekayaan se-

hingga terbebas dni kefakiran). Nabi E memohon ini kepada Allah,

karena kefakiran memiliki banyak dampak buruk.

Nama dan sifat Allah yang dikandung dalam hadits ini:

Di antara asma'Nya yaitu  ril-Attral, nl-Akhir, azh-Zhnhir dan

al-Bntin.

Sifat-sifat yang dikandung hadits ini yaitu  al-Arunliytlr dan

al-Akliiyal2. Keduanya mengandung makna keluasan dari segi masa/

zahiriyah dan bathiniyah. Keduanya mengandung makna keluasan

dari segi tempat. Di antara sifat yang dikandung hadits ini yaitu 

al-Ulutp, keumuman rububiyalrNya dengan menurunkan kitab seba-

gai sumber hukum di antara manusia dan petunjuk ke jalan Allah.

Faidah lain dari hadits ini selain nsma' rua ash-Shifaf yaitu 

disyariatkannya bertawassul kepada Allah dengan sifat-sifatNya,

berhati-hati dari keburukan jiwa, permohonan Nabi ffi agar melu-

nasi hutangnya dan membebaskannya dari kefakiran dan penjelasan

tentang lemahnya hadits yang berisi permintaan Nabi ffi agar di-

hidupkan dalam keadaan miskin.2

Faidah dari segi perilaku yaitu  berhati-hati dari keburukan

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Anbiya', 1ab Hadits abGhar; dan Muslim, Kitab adz-

Dzikir wa ad-Du'a', Bab Qishshah Ashhab al-Ghar.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2352; dan Ibnu Majah, no. 4126.

jiwa, besarnya urusan hutang, berusaha menghindari hutang sebisa

mungkin, bersikap tengah dalam mencari dan membelanjakan harta,

karena dengan itu dia biasanya selamat dari hutang dan kemis-

kinan.

ooo

ti;:\,j6t 6 u ,f 4v, #t*i $.t;^ut e; w M ay:

t1"* ;)pX uttW.G'ts ,ti ;)yi V #p '€;i Jb

"'.1j,.r3 * U f +i ,)L + ji o|i qlt ';tL. ,ty;

* J":r

Sabda Nabi ffi ketika para sahabat berdzikir dengan suara keras,

"Letnbutlah pada dii kalian, karena kalian tidak berdoa kepada

Dzat yang tuli, tidak pula kepada Dzat yang jauh (tidak hadir).

Dzat yang kalian berdoa kepadaNya yaitu  Dzat Yang Maha

Mendengar lagi Maha Melihat. Sesungguhnya Dzat yang kalian

berdoa kepadaNya lebih dekat kepada salah seorang dai kalian

daripada leher hewan tunggangannya."(r) Muttafaq alaihi

[U. Hadits inil tentang penetapan kedekatan Allah r]l$.

Para sahabat pernah bersama Nabi ffi dalam suatu perjalanan,

apabila mereka mendaki tempat yang tinggi mereka bertakbir, apa-

bila mereka turun ke lembah mereka bertasbih2 karena apabila se-

seorang berada di tempat yang tinggl, bisa saja dia merasa sombong,

dia melihat dirinya tinggi lagi besar maka pas sekali kalau dia me-

ngucapkan, "Allnhu Akbnr" untuk mengingatkan dirinya akan kebe-

saran Allah. Adapun jika dia turun ke lembah, maka ia rendah dan

turun, maka dia mengucapkan subhnnnllah untuk mengingatkan

dirinya bahwa Allah Mahasuci dari segala kerendahan. Para saha-

bat saat itu berdzikir dengan suara yang sangat keras, maka Nabi

t Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kitab at-Qadar, Bab La Hawla wa La Quwwata llla Bilafi dan

Muslim, Kitab adz-Dzikir wa ad-Du'a', Bab Istihbab Khafdhi ash-Shaut Bi adz-Dzikr.

2 Telah disebutkan takhrihya di hal 295.

3 fr*/, dCilrh'W a,'ill"1ah,

t& bersabd a, €J:\ ,* t*:1,;tjlr r;ii q (lembutlah pada diri kalian)

yakni, ringankanlah atas diri kalian.

gG :,; gi:ryf I #p (Karenn knlinn tidak berdoa l<epada Dzat

ynng tutli, tidnk pula kepnda Dzat yang jauh (tidak hadir), yakni, tuli

yang tidak mendengar dan ghaib yang tidak hadir.

tirr J*iu;1 (Dzat yang knlian berdon kepadnNyn adnlah Dzat

yang Mnhn Mendengar), yakni, yang mendengar dzikir kalian. t;'r-:

(Lagi Mnhn Melihat), yakni, yang melihat perbuatan-perbuatan ka-

lian.

*5,* b f +\ )t+j\;4Lli ,e4Jt'cy(Sesunggulmya Dzat yangkn'

lian berdoa kepndaNya lebih deknt kepada snlnh seorang dnri knlinn dari-

pnda lelrcr lrctusn tunggnngannyn." Leher hewan kendaraan bagi pe-

ngendaranya yaitu  sangat dekat dan Allah bagi manusia yaitu 

lebih dekat daripada itu, walaupun begitu Dia tetap di langit di

atas ArasyNya.

Tidak ada pertentangan antara Allah di atas sana dan bahwa

Dia dekat, karena bisa saja ada sesuatu yang dekat sekaligus jauh,

ini bagi makhluk, bagaimana dengan I(halik? Allah Mahadekat

sekalipun Dia di atas sana, Dia lebih dekat kepada salah seorang

dari kita daripada leher hewan kendaraannya.

Faldah-fatdah yang dlkandung hadits lnl:

Hadits ini menetapkan sitat salbiyah, yaitu menafikan bahwa

Allah tuli atau ghaib (tidak hadir), karena kesempurnaan pende-

ngaran, penglihatan, ilmu dan kedekatanNya.

Hadits ini memberi pelaiaran agar seseorang tidak menyu-

litkan diri dalam beribadah, karena hal itu memicu kelelahan dan

kejenuhan dan bisa jadi ia berpengaruh kepada badan. OIeh karena

itu, Nabi ffi bersabda,

.tN ,;, ,y-.i i,rr lF ,ri#v ,F bt#\

"lttkukan dni amalnn apa yang knlinn mflmPL knrena Allah tidak

merasa jenuh sehingga knlian sendii merasa ienuh."l

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kitab at-Tahaiud, 1ab Ma Yukrahu Min at-Tasydid Fil lbadak

dan Muslim, Kitab Shalat al-Musaftrirf .

S W "/" 

dgdth'l,U*.tAq"/"

Tidak layak bagi seseorang memberatkan diri sendiri, akan

tetapi dia mesti mengatur dirinya. Jika merasa giat dalam beribadah

maka dia beramal memanfaatkan semangat tersebut, jika merasa-

kan kebosanan dalam perkara-perkara yang bukan wajib atau ia

cenderung kepada ibadah yang lain maka hendaknya dia meng-

arahkannya kepadanya.

Bahkan Rasulullah menyuruh orang yang mengantuk dalam

shalahrya agar tidur dan meninggalkan shalat, beliau bersabda,

N-'^U qy-j ,+u yS -V riy gt;i'i:$

"Karena npabiln salnh seornng dnn knlinn shalnt dnlam lceadaan me-

ngnntuk, bisa jndi din tidnk menyndai, dia ingin memohon ampun tetapi

justnt nrcncnci dirinyn." t

Oleh karena itu, Nabi ffi berpuasa sehingga ada yang berkata:

Beliau tidak pernah tidak puasa. Beliau berbuka, sehingga ada yang

berkata: Beliau tidak berpuasa. Begitu pula halnya dengan tidur

dan shalat malam.2

Hadits ini menunjukkan bahwa Allah Mahadekat. Ini ditun-

jukkan oleh Firman Allah,

4ac;6y4jti'r;;." 4"$; jg & 6,rt+6:6rtli }

"Dnn npnbiln lmnfun-hanrbaKu bertanya kepndanru tentang Aku,

ntakn (jmunblah), bnhtonsanya Aku yaitu  dekat. Aku mengnbulkan per-

nrclnnnn orang ynng berdoa apabila in memolrcn kepndnKu." (Al-Baqa-

rah: L86).

Faidah hadits lnl darl segl perllaku:

Hendaknya kita tidak mempersulit diri dalam beribadah,

hendaknya kita berjalan kepada Allah dengan berimbang tidak

belebih-lebihan dan tidak meremehkan.

Hendaknya kita ingat dan takut kepada Allah, karena Dia

Mal-ra Mendengar, Maha Dekat dan Maha Melihat, maka kita harus

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Wudhu, Bab al-Wudhu Min an-Naurq dan Muslim, r(rtaD

Shalat al-Musafirin.

2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ash-shiyam; dan Muslim, Kitab ash-Shiyam.

menjauhi sikap durhaka kepadaNya.

Dari segi hukum, dibolehkannya menyamakan yang ghaib

dengan yang hadir untuk memberi penjelasan di mana Nabi ber-

sabda, " sesungguhnyn Dznt ynng knlian berdoa lcepndnNyn lebih deknt

l<epnda salah seorang dni kalian daipadn leher htruan tunggangnnnyn."

Hendaknya memilih makna yang paling dekat kepada Pema-

haman, mereka dalam perjalanan dan mereka di atas kendaraan

masing-masing. Jika perumpamaan dibuat dengan sesuatu yang

dekat, maka tidak ada perumpamaan yang lebih baik dari per-

umpamaan yang dibuat oleh Nabi ffi di sini.

ooo

Jtl.j, i ,,,rJt ry ;;dt ;t:; w €$:3;; #t,,W,uy

ii';s,-,r^Jr * U rJ'a -v Vn 'iT 8,i,"u1 )Y ,#3 ,=t

* J;l"'.tji-Jti 'A3y ,p

Sabda Nabi, "sexrnggrrhnya kalian akan melihat Rabb kalian

sebagaimana kalian melihat rcmbulan di malam ?urflama, kalian

tidak akan beilesak-desakan dalam melihatNya; maka iika ka'

lian mampu tidak melewatkan shalat sebelwn matahai terbit

dan shalat sebehun ia terbenam, maka lakukanlah." (r) Muttafa{

alaihi

[U. Hadits inil tentang penetapan bahwa orang-orang Muk-

min akan melihat kepada Rabb mereka.

Sabda Nabi, ;S:;::;; 6L $rt ngguhnyn kalian akan melilut

Rnbb kalian). Sin (akan) yaitu  untuk at-Tahqiq (menyatakan bahwa

ia benar-benar terjadi) dan mengkhususkan kata kerja mudhai'

untuk masa depan secara murni setelah sebelumnya ia menunjuk-

kan masa depan dan masa sekarang; sebagaimana i membuabrya

murni untuk masa lalu. Pembicaraan ini ditujukan kepada orang-

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab Mawaqit Shalat, Bab Fadhlu Shalat al-Ashf; dan Muslim,

Kitab al-Maajid, Bab Fadhlu Shalat ash-Shubuh wa al-Ashr.

3 W&lt d, q4dnh 1l) a,"itA"1"h

orang Mukmin.

Sabdanya, tdt iJ? t* (Sebagaimann kalinn melihnt rembulan).

Ini yaitu  penglihatan dengan mata, karena melihat rembulan ada-

lah dengan mata, di sini Nabi menyamakan penglihatan dengan

penglihatan, jadi penglihatan di sini dengan mata,

oJ.j t s : L; di sini yaitu  mashdariynh, kata kerja setelahnya di-

gubah menjadi runshdnr yakni 4t a:; r;3 (seperti penglihatan kalian

terhadap rembulan), maka penyamaan di sini yaitu  penyamaan

penglihatan dengan penglihatan bukan yang dilihat dengan yang

dilihat, karena tidak ada sesuatu pun yang menyamai Allah.

Kadangkala Nabi ffi mendekatkan makna dengan menyebut-

kan contoh konkret, sebagaimana beliau ditanya oleh Abu Razin

al-Uqaili, Laqith bin Amir, dia berkata,

Hni Kisruat, apn buktinya padn makhlukNyn?' Nabi ffi ruenjaruab, "Btt-

knnknh nmsing-ntnsing dni knlinn melilnt rembr.ilan sendin-sendii."

Din berkntn, "Tentu." Nnbi bersabda, " Maka Allah lebih agung."l

Sabdanya, t)il (Sendiri-sendii) yakni, masing-masing orang

melihahrya.

Sebagaimana yang tercantum dalam Slulih Muslimz dari hadits

Abu Hurairah.S,

i..i1 ,ju! r!51 ,J*a,,5* 'd.t ,#.a>'at .'ij ,i*ar it

dI q* &+ :Jti ',;rrir it b

" Seumggulmyn Allnh berfinnnn, 'Aku ntembngi slulat antars diiKu

dcngmt lnnfunKu setengnh-setengoh, npabila hsutbnKu ruenrbnca rl .r.;ji

;!rl' :,, Allnh berfirnmn, 'HanrbaKu nrcrnujiKu... " dan seterusnya.

Ini meliputi seluruh orang yang shalat, dan sudah dimaklumi

I Diriwayatkan oleh Ahmad 411.t; dan Abu Dawud, no.4731.

2 Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab ash-Shalah, Bab Wujub Qira'ah al-Fatihah Fi KuIi Rak'ah.

3 W*h d ?i.dr/r'W a,s,t /"r/r/"

bahwa orang-orang yang shalat bisa membaca ayat tersebut dalam

waktu yang sama, maka Allah berfirman kepada masing-masing

orang/ $* ;;* (HambaKu memujiKu) dalam satu waktu.

Nabi bersabda, ,-u.jr 'q .rLil b); us (Sebngainmnn knlian nrclihnt

rentbulnn di mnlam purnarua) maksudnya, bundar sempurna, yaitu

malam empat belas dan lima belas, terkadang tiga belas juga dan

yang tengah-tengah yaitu  malam empat belas, sebagaimana dika-

takan oleh Ibnul Qayyin't, "seperti purnama ellam malam setelah

malam kedelapan."

Sabdanya, *3'., c StlG ! dalam sebuah lafazh tyG V (tanpa

tnsydid mim). Di lafazh yang lain ;t:|,ui i.

;trw: Y Dengan fa' dibaca dlnmmah dan mim tanpa tasydid,

yakni kalian tidak tertimpa p; yaitu kezhaliman, maknanya, seba-

gian dari kalian tidak menghalangi yang lain dari melihat sehingga

dia menzhaliminya karena dia menghalanginya karena semua

orang melihatNya.

JrG ) Dengan fa' dibaca dhnmmnh dan difnttrah dengan mim

ditasydid, yakni sebagian tidak bergabung dengan yang lain dalam

melihatnya karena jika sesuatu itu samar, maka seseorang berga-

bung kepada kawannya untuk menunjukkannya.

Adapun JjtG ) atau aL,G )yakni, kalian tidak tertimpa mu-

dharat karena masing-masing orang melihat Allah sementara dia

dalam suasana tenteram dan tenang. Sabdanya,

"likn knlian mantpu tidak meleutatknn slulat sefulum matahai terbit

dan shnlat sebelum ia terbenam, maka lakukanlah.,, Shalat sebelum ma-

tahari terbit yaitu  shalat shubuh dan sebelum matahari terbenam

yaitu  shalat Ashar.

Ashar lebih afdhal daripada Shubuh, karena ia yaitu  shalat

al-Wustlu, di mana A1lah memerintahkan kita secara khusus agar

menjaganya setelah Allah menyebut shalat-shalat yang lain secara

umum/ dan shalat shubuh lebih baik daripada shalat Ashar dari

satu sisi, karena ia yaitu  shalat yang disaksikan sebagaimana Fir-

t .z , 0t43r ,P z\ol.r?i".: JI LP Js ri'; -v t$; ii p,u*"t oY;

Sya a^/u dqola^A,Wa llAtlrh

man Allah, "Dan (diikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat

Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat)." (Al-Isra': 78).

Dalam hadits shahih Nabi M bersabda,

.a$t ft i>91

" Barangsiapa shalat di dua ruaktu yang dingin (sejuk) niscaya dia

masuk surga,rtl yaitu Shubuh dan Ashar.

Sifat-sifat Allah yangdikandung dalam hadits ini: Penetapan

bahwa Allah akan dilihat. Sifat ini telah dijelaskan pada ayat-ayat

yang menetapkannya yang berjumlah empat. Hadits-hadits dalam

hadits ini yaitu  mutawatir dari Nabi ffi, maka keshahiharmya

yaitu  qath'i dan kandungannya juga qath'i.

Oleh karena itu sebagian ulama berpendapat bahwa siapa

yang mengingkari bahwa Allah akan dilihat (pada Hari Kiamat),

maka dia yaitu  kafir murtad, dan bahwa wajib atas setiap Muk-

min mengakuinya. Dia dinyatakan kafir karena dalil-dalilnya ada-

lah qath'i, baik dari segi keshahihannya maupun dari segi petun-

juknya. Tidak ada peluang bagi seseorang untuk berkata, sabda

Nabi, " Sesungguhnya knlian akan melihst Rabb kalian," kandungan

dalilnya tidaklah qath'i, karena tidak ada ungkapan yang lebih

qath'i daripada ungkapan ini.

Kalau haditsnya berbunyi, "Sesungguhnya kalian melihat Rabb

knlian," maka ada kemungkinan takwil, ditambah lagi dengan ke-

nyataan bahwa Nabi ffi mengungkapkan tentang ilmu yang yakin

dengan penglihatan mata, akan tetapi Nabi secara nyata mengata-

kan bahwa kita melihat Allah seperti melihat rembulan, dan bulan

yaitu  sesuatu yang konkret.

Dan telah dijelaskan pula bahwa ahli ta'thil (al-Mu'aththilah)

menakwilkan hadits-hadits ini, mereka menafsirkan "melihat"

dengan ilmu (mengetahui) dan telah dijelaskan pula kebatilan pen-

dapat mereka.

o@@

! Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab Mawaqit ash-Shalah, Bab Fadhl al-Faj'i dan Muslim,

Ktab al-Masajid, Bab Fadhl Shalah ash-Shubhi wa al-Ashr.

6

I - c,,Prr

3 W*h d qilal.r'W ortlrq"h

\r'V M*tt jyt:W H it nrr!' ,+ $i It

J*r"'oLt;;Jr3 lUt,yi <'r',*, 6r "'ugt lpr")1,. *

4f f b,ift Y,$ etlrr *iw,'$ri5,';'4n,

b e u|t ii i ,"'rgrj i3 *s; f b: ,1g* \1

'"'g,Y, ,t klt g uit'"Jik r,,:'yt

Dan hadits-hadits senada di mana di dalamnya Rasulullah ffi

memberitakan tentang Rabbnya dengan apa yang diberitakan-

nya,0) maka Firqah?) an-Najiyah(s), Ahlus Sunnah wal Jama'ah(r)

beriman kepada semua itu(s)sebagaimana mereka beriman ke-

pada apa yang Allah beritakan dalam KitabNya yang 6slin(0)

tanpa tahif, ta'thil, takyif dan tamtsil?), bahkan Ahlus Sunnah

wal |ama'ah yaitu  golongan yang tengah-tengah di antara ke-

lompok-kelompok umat ini sebagaimana umat ini yaitu  umat

pertengahan di antara umat-umat yang lain (a)

[1]. Ucapan penulis, "Hadits-hadits seperti ini ...." dan sete-

rusnya/ yakni, lihatlah hadits-hadits senada di mana Nabi mem-

beritakan tentang Rabbnya. Hadits-hadits yang shahih dengan kan-

dungan dalil yang shahih hukumnya yaitu  sama dengan hadits-

hadits ini.

l2l. iii (golongan), maknanya uai (kelompok).

[5]. q?6i (yurg selamat) yakni, yang selamat dari bid'ah di

dunia dan selamat dari neraka di Akhirat.

[4]. Ahlus Sunnah wal Jama'ah ialah orang-orang yang me-

megang sunnah dan bersatu di atasnya.

[5]. 4t arag-(mereka beriman kepada semua itu), yaitu apa

yang diberitakan oleh Rasulullah ffi.

[6]. "t+r,l; 

**5 .* bj )#ii 4-f f ; (tanpa tntuif, ta'thil,

tanpa takyif dan tanpa tamtsil), karena apa yang diberitakan oleh

Rasulullah ffi wajib kita imani sebagaimana kita wajib beriman

kepada apa yang Allah beritakan di dalam KitabNya, hanya saja

dari segi keshahihannya ia berbeda dari al-Qur'an, karena itu kita

memiliki dua kajian terhadap Sunnah:

Pertama: Tentang keshahihannya.

Kedua: Tentang kandungan dalilnya.

Kalau al-Qur'an, maka cukup yang kedua saja.

Telah kami hadirkan dalil-da1il yang menunjukkan kewajiban

membenarkan apa yang dikabarkan oleh Rasulullah ffi.

[7]. Semua istilah ini telah dijelaskan.

PASAL

KEDUDUKAN AHIUS SUNNAH WAI 

'AMA'AH 

DI

ANTARA KE LOMPOK.KEIOMPOK UITIAT DAN

PREDIKAT MEREKA SEBAGAI YANG

TENGAH.TENGAH

[B]. ,r-'lr; (di antara umat-umat) yakni umat-umat terda-

hulu, dan itu dari beberapa sisi:

O Pada hak Allah: Orang-orang Yahudi menyifati Allah

dengan sifat-sifat kekurangan, mereka menurunkanNya kepada

derajat makhluk. Orang-orang Nasrani (sebaliknya) menjadikan

makhluk yang kurang sederajat dengan Allah yang Mahasempurna.

Adapun umat ini, maka mereka tidak menyifati Rabb dengan ke-

kurangan dan tidak pula menuhankan makhluk.

O Pada hak-hak para Nabi: Orang-orang Yahudi mendus-

takan Isa bin Maryam, mereka kafir kepadanya. Sementara orang-

orang Nasrani sebaliknya, mereka berlebih-lebihan padanya se-

hingga mereka menuhankannya. Adapun umat ini maka mereka

beriman kepada Isa tanpa berlebih-lebihan. Mereka berkata: Dia

yaitu  hamba dan utusan Allah.

O Dalam urusan ibadah: Orang-orang Nasrani beribadah

kepada Allah tanpa bersuci, yakni mereka tidak bersuci dari kotor-

an. Salah seorang dari mereka kencing, kencingnya mengenai baju-

nya lalu dia berdiri shalat dengan pakaian tersebut di gereja. Or*g-

ffi ffi

orang Yahudi sebaliknya, jika baju mereka terkena najis, maka me-

reka memotongnya dari baju tersebut. Air menurut mereka tidak

menyucikan bahkan mereka menghindari wanita haid; mereka tidak

makan bersamanya dan tidak berkumpul bersamanya. Adapun

umat ini maka mereka yaitu  umat pertengahan, mereka tidak ke

sana dan tidak ke sini. Pakaian yang terkena najis tidak perlu diro-

bek dan tidak dipakai beribadah, cukup dicuci sehingga najisnya

hilang lalu digunakan untuk shalat, wanita haid juga tidak dijauhi,

makan bersama, suaminya boleh melakukan apa yang ingin dia

lakukan padanya selain menggaulinya.

O Dalam perkara makanan dan minuman; Orang-orang Nas-

rani menghalalkan makanan yang buruk dan segala yang haram.

Orang-orang Yahudi diharamkan atas mereka semua binatang yang

mempunyai kuku sebagaimana Firman Allah,

y ./ -'.2

\rri>,?-I,SAiC')iGtfie;lL6'F\i? ",';orl';Llti <r-,i'i i1't y

A{t'rtrjtd't$t'rf-.'tt 16 I r4(A J 

-6<rirt;iA 

C J l;4 o- ale) w't2

j,+ Jia6tL-t16fri4

{ @'b3#$'"64,-if'7

"Dan lcepadn orang-orang Yalrudi, Kami haramknn segala binatang

yang furhtht dnn dni sapi dan damba, IQtmi haramknn atns merekrt lemak

dnri kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung kedua-

nya atau ynng di perut besar dnn usus atau yangbercampur dengan tulang.

Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan merekn; dan

sesunggulmya Kami yaitu  Mahnbenar. " (Al-An'am: 146).

Adapun umat ini maka mereka yaitu  umat pertengahan,

yang baik-baik dihalalkan bagi mereka dan yang buruk diharam-

kan atas mereka.

Dalam urusan qishnsh: Ia diwajibkan atas orang-orang Yahudi

sementara orang-orang Nasrani diwajibkan memaafkan. Adapun

umat ini maka mereka diberi pilihan antara qishnsh, diyat dan maaf

secara cuma-cuma.

]adi umat Islam yaitu  umat pertengahan di antara umat-

umat, pertengahan antara sikap berlebihJebihan dan sikafi mere-

mehkan.

Posisi Ahlus Sunnah wal Jama'ah di antara kelompok-kelom-

pok umat yaitu  seperti posisi umat ini di antara umat-umatyang

lain yakni mereka yaitu  golongan pertengahan.

Kemudian penulis menyebutkan lima prinsip di mana posisi

Ahlus Sunnah wal Jama'ah padanya yaitu  pertengahan di antara

kelompok-kelompok umat ini.

ooo

,;;:*ip)l

Ahlus Sunnah wal |ama'ah yaitu  golongan pertengahan dalam

masalah sifat-sifat Allah di antara ahli ta'thil al-]ahmiyah dan

a}l.li tamtsr I al-Musyabbihaho)

POKOK PERTAMA: ASIIIA' W.ll ASH-SHIFAT

[U. Kedua kelompok ini sama-sama ekstrim, ahli ta'thil al-

]ahmiyah dan ahli tamtsil al-Musyabbihah.

Jahmiyah mengingkari sifat-sifat Allah JB, bahkan yang eks-

trim dari mereka mengingkari nama-nama Allah, kata mereka,

"Tidak boleh bagi kita menetapkan nama dan sifat bagi Allah, ka-

rena jika kamu menetapkan nama bagi Allah, berarti kamu me-

nyamakanNya dengan makhluk-makhluk yang diberi nama dan

jika kamu menetapkan sifat bagi Allah berarti kamu menyamakan-

Nya dengan makhluk-makhluk yang diberi sifat. Jadi kami tidak

menetapkan nama dan tidak pula sifat. Nama-nama yang Allah

nisbatkan kepada diriNya hanya sekedar majas bukan karena Dia

menamakan diriNya dengan nama-nama tersebut.

Mu'tazilah mengingkari sifat-sifat Allah dan menetapkan

nama-nama Allah.

Asy'ariyah menetapkan nama-nama Allah, sedangkan sifat

mereka hanya menetapkan tujuh sifat.

Semua kelompok di atas termasuk ke dalam kelompok ahli

ta'thil (al-Mu'aththilah), hanya saja dari mereka ada yang merupa-

kan Mu'aththilah total (artinya mengingkari sifat-sifat Allah secara

total), seperti Jahmiyah dan terdapat pula kelompok yang relatif

seperti Mu'tazilah dan Asy'ariyah.

Adapun ahli tamtsil al-Musyabbihah, maka mereka menetap-

kan sifat-sifat bagi Allah. Kata mereka: wajib menetapkan sifat-sifat

bagi Allah karena Allah menetapkannya untuk diriNya hanya saja

mereka berkata: Sifat-sifat Allah sama dengan sifat-sifat makhluk.

Mereka ini berlebih-lebihan dalam menetapkan sementara

ahli fn' tlil berlebih-lebihan dalam menyucikan.

Mereka berkata: Kamu harus menetapkan Wajah bagi Allah,

wajah ini seperti wajah paling tampan dari kalangan bani Adam,

kata mereka, karena Allah berfirman kepada kita dengan apa yang

kita pahami dan mengerti. Dia berfirman,

{@ 46!i5fii'di'u,iiiy

" Dnn tetap kekal Wajah Tuhanmu yang memPunyai kebesnran dan

kemuliaan." (Ar-Rahm an 27).

Yang kita pahami dari wajah yaitu  yang kita saksikan dan

manusia yaitu  yang terbaik yang kita saksikan.

Allah -menurut mereka, nnudzubillalu- berwajah seperti wajah

pemuda paling tampan dari kalagan bani Adam. Kata mereka: Ini-

lah yang masuk di akal.

Adapun Ahlus Sunnah wal )ama'ah, maka mereka berkata,

Kami mengambil kebenaran dari kedua kelompok tersebut. Dalam

hal menyucikan Allah, kita mengambil kebenarannya, maka kita

tidak menyamakan Allah dengan makhluk, dan dalam hal mene-

tapkan, kita mengambil kebenarannya, maka kita tidak menging-

kari sifat-sifat Allah, akan tetapi menetapkan tanpa menyeruPakan,

menyucikan Allah, tapi tidak mengingkari sifat-sifatnya. Kami

menetapkan tetapi tanpa menyeruPakan, kami mengambil dalil

dari sini dan dari sini.

Kesimpulannya, Ahlus Sunnah wal Jama'ah yaitu  golongan

pertengahan antara dua kelompok yang ekstrim; kelompok ekstrim

L-

dalam meniadakan dan menyucikan, mereka yaitu  ahli ta'thil

dari Jahmiyah dan lain-lain dan kelompok ekstrim dalam mene-

tapkan, mereka yaitu  ahli tamtsil.

Ahlus Sunnah wal Jama'ah berkata: Jangan berlebih-lebihan

dalam menetapkan dan jangan pula dalam menafikan. Kami mene-

tapkan tanpa tamtsil (menyerupakan) berdasarkan Firman Allah,

{ @ it;;i'€i ;) i, :r'' # AY

'Tidnk nda sesuatu pun yang semisal (serupa) dengan Din, dan

Din-lah ynng Malm Mendengar dan Mnlm Melihnt." (Asy-Syura: 11).

oo@

i-flt1 {--t:,;lt d. et )vri iU ,}. u3 er

Mereka (Ahlus Strrrrut *ul1urr,"'ah) yaitu  gotor,gun tengah-

tengah dalam masalah perbuatan Allah antara Qadariyah dan

Jabariyah (r)

POKOK KEDUA: PERBUATAN HAMBA

[1]. Dalam masalah qadar, manusia ada tiga kelompok:

Pertnma, beriman kepada takdir Allah, tetapi berlebih-lebihan

dalam menetapkannya, sampai-sampai mereka menanggalkan

kemampuan dan ikhtiar manusia. Kelompok ini berkata: Sesung-

guhnya Allah pelaku dari segala sesuatu. Hamba tidak mempunyai

kemampuan dan ikhtiar. Seorang hamba berbuat dengan keter-

paksaan bahkan sebagian dari kelompok ini mengklaim bahwa

perbuatan lramba yaitu  perbuatan Allah. Oleh karena inilahWih-

datul Wuj ud dan al- Hululiyah ber gabung dengan kelompok ini, me-

reka ini yaitu  golongan Jabariyah.

Kelompok lcedua, berpendapat bahwa hamba berdiri sendiri

dalam perbuatannya, ia tidak berkaitan dengan kehendak dan tak-

dir Allah, sampai-sampai sebagian dari mereka bersikap berlebih-

lebihan dengan mengatakan, Allah tidak mengetahui perbuatan

ffi W

hamba, kecuali jika hamba tersebut melakukannya, sebelumnya

Allah tidak mengetahui apa pun. Kelompok ini yaitu  Qadariyah,

yang digelari Majusi umat ini.

Kelompok pertama berlebih-lebihan dalam menetapkan takdir

Allah dan perbuatanNya. Mereka berkata: Allah memaksa sese-

orang untuk berbuat, dan hamba tidak mempunyai pilihan (ikhtiar)

aPaPun.

Kelompok kedua berlebihJebihan dalam menetapkan kesang-

gupan manusia. Mereka berkata, Kodrat Ilahi dan kehendakNya

tidak berkaitan dengan perbuatan manusia, manusialah pelaku

dengan ikhtiar mutlak.

Kelompok ketiga, Ahlus Sunnah wal Jama'ah, mereka berkata:

kami mengambil kebenaran yang dimiliki oleh kedua kelompok.

Kami katakan perbuatan hamba terjadi karena dikehendaki dan

diciptakan Allah, tidak mungkin terjadi pada kekuasaan Allah apa

yang tidak Dia kehendaki, dan (bersama itu) manusia memiliki

ikhtiar (pilihan) dan kehendak, dan manusia dapat membedakan

antara perbuatan terpaksa dan perbuatan sukarela, maka perbuat-

an manusia yaitu  dengan kehendak dan pilihan mereka, meskipun

demikian ia terjadi karena diciptakan dan dikehendaki Allah.

Hanya saja ia menyisakan pertanyaan. Bagaimana mungkin

ia ciptaan Allah padahal itu yaitu  perbuatan manusia?

Jawabnya: Perbuatan manusia terjadi dengan kemampuan

dan keinginan dan yang menciptakan kemampuan dan keinginan

pada manusia yaitu  Allah, seandainya Allah berkehendak nis-

caya Dia mengambil kemampuan tersebut maka ia tidak mamPu,

kalau ada orang yang mampu berbuat tetapi tidak ingin maka per-

buatan tidak terjadi darinya.

Setiap manusia yang mampu melakukan perbuatan, dia me-

lakukan dengan kehendaknya kecuali orang yang dipaksa.

Kita berbuat dengan kehendak dan kemampuan kita dan yang

menciptakan keduanya pada diri kita yaitu  Allah.

ooo

(Ahlus Sunnah wal ]ama'ah yaitu  golongan pertengahan) da-

lam masalah ancaman Allah antara Murii'ah dengan Wa'idiyah

dari kalangan Qadariyah dan lain-lain (1)

POKOK KETIGA: ANCAMAN AIIAH (AL-WA'ID)

[1]. Murji'ah yaitu  isim fa'il dari kata kerja !;iyang berarti

mengakhirkan. Di antaranya yaitu  Firman A1lah,

4.1*r'^rirjrtb

"Penrukn-pernuka itu menjarunb, 'Bei tnngguhlah din dan saudnra-

nya' ." (Al-A'raf: 111).

Di sebagian qira'at "tri yakni, akhirkantah dia dan akhirkan-

lah urusannya. Mereka dinamakan Murji'ah bisa dari tqli karena

mereka lebih condong kepada dalil-dalil raja' (harupan) daripada

dalil-dalil rua'id (ancaman), bisa pula dari irja- yang berarti meng-

akhirkan, karena mereka mengakhirkan amal perbuatan dari iman.

Oleh karena itu mereka berkata: Amal perbuatan bukan ter-

masuk iman, iman hanyalah pengakuan dalam hati saja.

Inilah sebabnya mereka berkata: Pelaku dosa besar seperti

pezina, pencuri, pemabok, perampok tidak berhak masuk neraka

meskipun hanya sesaat. Kemaksiatan tidak berdampak buruk bagi

iman, besar atau kecilnya kemaksiatan tersebut, selama tidak men-

capai tingkat kekufuran.

Di seberang Murji'ah yaitu  Wa'idiyah. Mereka cenderung

kepada sisi rua'id (ancaman). Mereka berkata: Dosa besar apa pun

yang dilakukan oleh manusia sementara dia tidak bertaubat dari-

nya maka dia kekal di neraka karenanya. Kalau dia mencuri maka

dia masuk neraka dan kekal di dalamnya, kalau dia minum khamar

maka dia masuk neraka dan kekal di dalamnya... dan seterusnya.

Wa'idiyah mencakup dua kelompok Mu'tazilah dan Khawarij.

Oleh karena itu, penulis (syaikhul Islam) berkata, "Dari kalangan

Qadariyah dan lain-lain." Maka ucapannya tersebut mencakup

3 raia,l, dqifa"A, W a,sit/ilrya/t

Mu'tazilah, dan Mu'tazilah yaitu  eadariyah, karena berpendapat

bahwa manusia berdiri sendiri dalam perbuatannya, dan rrr"r.ku

yaitu  Wa'idiyah, dan mencakup Khawarij.

Kedua kelompok ini sepakat bahwa pelaku dosa kekal di ne-

raka, tidak keluar darinya selama-lamanya. peminum khamar satu

kali sama dengan penyembah berhara seriLu tahun, sama-sama kekal

di neraka, hanya saja mereka berbeda daram memberi nama seba-

gaimana akan dijelaskan di bab kedua, insya Allah.

Adapun Ahlus sunnah wal Jama'ah maka mereka berkata:

Kami tidak memenangkan sisi ancaman seperti yang dilakukan

oleh Mu'tazilah dan Khawarij dan tidak prlu mu*eriangkan sisi

janji seperti yang dilakukan oleh Murji'ah. Kami katakaru pelaku

dosa besar berhak disiksa dan sekalipun dia disiksa, namun dia

tidak kekal di neraka.

, Pemicu perbedaan antara wa'idiyah dengan Murji'ah yaitu 

ka1e11 masing-masing mereka melihat kepadi dalil dlngan mata

sebelah, melihat hanya dari satu sisi.

Murji'ah melihat kepada dalil-dalil janji, maka mereka me-

masukkan manusia ke dalam harapan saja. Kata mereka dalil-dalil

yang begini inilah yang kami pegang. selainnya kami campakkan,

dan dalil-dalil ancaman mereka bawakan untuk orang-orang kafir.

wa'idiyah sebaliknya, mereka hanya melihat kepada dalil-

clalil ancaman lalu mereka mengambilnya dan mereka melalaikan

dalil-dalil janji.

oleh karena itu, sikap mereka tidak berimbang karena mereka

melihat dari sisi yang satu.

Ahlus sunnah wal Jama'ah mengambil ini dan mengambil

itu. Dalil-dalil ancaman yaitu  muhkam maka kita mengu*bitnyu,

dalil-dalil janji juga rnuhknm, maka kita mengambilnya. Ahlus sun-

nah wal Jama'ah mengambil dari dalil-dalil janji yang dengannya

mereka membantah wa'idiyah, dan mereka mengambil dari dalil-

dalil ancaman yang dengannya mereka membantah Murji'ah. Ahlus

Sunnah wal Jama'ah berkata, Pelaku dosa besar berhak masuk ne-

raka agar kita tidak mencampakkan dalil-dalil ancaman, tetapi dia

tidak kekal di dalamnya agar kita tidak mencampakkan dalil-dalil

janji.

@; iiiAt d. u.-lts9Lr")l zv'.J tu.,lr(".eu-i413

Dalam masalah nama Iman dan Agama (Ahlus Sunnah wal

Jama'ah yaitu  golongan pertengahan) antara Haruriyah dan

Mu'tazilah dengan Murii'ah dan fahmiyah (tl

ffi

Mereka mengambil kedua dalil dan melihat dengan dua

mata.

ooo

POKOK KEEMPAT: NAMA I}IAN DAN AGAMA

[1]. Ini tentang masalah iman dan agama, ia bukan perkara

hukum yang merupakan janji dan ancaman; dengan aPa kita me-

namakan pelaku dosa besar? Mukmin atau kafir?

Ahlus Sunnah mengambil jalan tengah di antara Haruriyah

clan Mu'tazilah di satu pihak, dan di antara Murji'ah dan Jahmiyah

di pihak yang lain.

Haruriyah dan Mu'tazilah mengeluarkan pelaku dosa besar

dari iman, hanya saja Haruriyah berkata: Dia kafir, darah dan har-

tanya halal. OIeh karena itu, mereka memberontak kepada para

pemimpin dan mengkafirkan manusia.

Murji'ah dan Jahmiyah berseberangan dengan mereka, kata

mereka: Pelaku dosa besar yaitu  Mukmin dengan iman yang sem-

puma, sekalipun mencuri, berzina, mabok membunuh, merampok.

(Kata mereka,) Kami katakan kepada pelakunya: kamu yaitu 

Mukmin dengan iman yang semPurna sama dengan orang yang

menjalankan kewajiban dan yang sunnah dan menjauhi larangan-

larangan. Kamu dan dia yaitu  sama dalam masalah iman.

Kedua kelompok ini berseberangan dalam memberi nama dan

hukum.

Lain lagi Mu'tazilah, mereka berkata: "Pelaku dosa besar ke-

luar dari iman tetapi tidak masuk ke dalam kekufuran, dia dalam

kedudukan di antara dua kedudukan. Kami tidak berani berkata

dia kafir kami juga tidak berhak berkata dia Mukmin sementara

dia melakukan dosa besar,berzina, mencuri dan minum khamar."

Mereka berkata, "Kamilah manusia yang paling berbahagia dengan

kebenaran."

Sebenarnya kalau mereka berkata: Orang ini (yang melaku-

kan dosa besar) tidak sama dengan seorang Mukmin ahli ibadah

maka mereka benar.

Akan tetapi mereka mengeluarkannya dari iman, kemudian

membuat-buat ajaran bid'ah, yaitu satu kedudukan di antara dua

kedudukan, ini yaitu  bid'ah yang tidak berdasar, tidak dari Kitab

Allah dan tidak pula dari sunnah Rasulullah. semua dalil-dalil me-

nunjukkan bahwa tidak ada satu kedudukan di antara dua kedu-

dukan, seperti Firman Allah cltF,

{@ -#,yeia"iF?e.lit1b

" Dfln sesungguhnya knmi atau kamu (orang-orang musyik), pasti

bernda dalnm hidayah (kebenaran) atau dalam kesesatan yang nyata.,,

(Saba':24).

Dan FirmanNya,

u Mnkn tidak ada se sudah *arnoros rffrr::rf::"::)

(Yunus:32).

Lalu FirmanNya,

4b9f-4"t)4'f*rfu"i(;l F

"Dialnh yfing menciptnkan kamu maka di antara kamu adn yang

knfir dnn di nntnrnmu nda yang Mukmin. " (At-Taghabun: 2).

Di dalam Hadits Rasul bersabda,

" Al-Qur'an ndalah hujjah yang membelamu atnu melautanmu."

Mana satu kedudukan di antara dua kedudukan?

Mereka berkata: Dia berada dalam kedudukan di antara dua

a* Ji 6"r+J-:)Tiii

kedudukan sementara dalam hal ancaman mereka menerapkaru:tya

mereka setuju dengan Haruriyah bahwa pelaku dosa besar kekal

di neraka. Adapun di dunia maka mereka berkata: Hukum-hukum

Islam berlaku padanya karena inilah dasarnya. Jadi menurut me-

reka, dia di dunia sama dengan kedudukan Mukmin fasik pelaku

kemaksiatan.

Sublnnnllnh, bagaimana kita menshalatkannya. Bagaimana kita

berkata: Ya Allah ampunilah dia sementara dia kekal di neraka.

Semestinya mereka berkata tentang hukum-hukum dunia,

"Pelaku dosa besar tidak dihukumi, tidak dikatakan Muslim juga

tidak dikatakan kafir. Kami tidak memberinya hukum Islam dan

tidak pula hukum kafir. Apabila dia mati maka kita tidak mensha-

latkannya, tidak mengkafaninya, tidak memandikannya, tidak me-

nguburkannya bersama kaum Muslimin dan tidak menguburkan-

nya bersama or;rng-orang kafir, jadi kita mencari kuburan di antara

dua kuburan."

Adapun Ahlus Sunnah wal ]ama'ah, maka mereka bersikap

tengah di antara kelompok-kelompok ini, mereka berkata: Orang

Mukmin pelaku dosa besar kami namakan Mukmin dengan iman

yang kurang atau kami katakan Mukmin dengan imannya dan fasik

dengan dosa besarnya. Inilah keadilan, dia tidak diberi nama iman

secara mutlak dan tidak diambil darinya predikat iman secara total.

Akibat dari ini yaitu  kita tidak boleh membenci orang fasik

secara mutlak dan mencintainya secara mutlak, akan tetapi kita

mencintainya sebatas iman yang dimilikinya dan membencinya

sebatas dosa yang dilakukannya.

ooo

ffi ffi

)*r,_,t;+1 ;3

(Ahlus Sunnah wal fama'ah yaitu  golongan dalam pertengahan)

dalam sikap terhadap para sahabat Rasulullah ffi antara Rafi-

dhah (Syi'ah) dan Khawarii(l)

POKOK KEIIMA: MENGENAI PARA SAHABAT

tU. gt-;i yaitu  jamak dari l,-u; dan t*....Jiyaitu  isim jamak

dari l.-t; yang berarti yang melazimi sesuatu.

Sahabat yaitu  orang yangbertemu dengan Nabi ffi, beriman

kepadanya dan mati di atas keimanan.

Ini khusus pada para sahabat, ia yaitu  salah satu keistime-

waan Nabi ffi bahwa seseorang termasuk sahabatnya meski hanya

bertemu dengannya sesaat saja akan tetapi dengan syarat beriman

kepadanya.

Ahlus Sunnah wal Jama'ah yaitu  golongan pertengahan

dalam masalah sikap terhadap para sahabat antara Rafidhah dan

Khawarij.

Rafidah (y*g menolak) yang sekarang dikenal dengan Syi'ah;

mereka dinamakan Rafidhah karena mereka menolak Zaid bin Ali

bin al-Husain bin Ali bin Abu Thalib.gi,, di mana golongan Syi'ah

az-Zaidiyah pada hari ini menisbatkan diri mereka kepadanya; Ra-

fidhah ini menolakZaid bin Ali pada saat mereka bertanya kepada-

nya, "Apa pendapatmu tentang Abu Bakar dan LImar?" Mereka

ingi. agar Zaid bin Ali mencela dan mencaci maki keduanya. Akan

tetapi dia menjawab, "Sebaik-baik orang dekat, keduanya yaitu 

orang dekat kakekku." -maksudnya yaitu  Rasulullah- Zaid memuji

Abu Bakar dan Umar, maka mereka menolaknya, marah kepadanya

dan meninggalkannya. Akhimya mereka dikenal dengan Rafidhah.

Rafidhah ini -nntrdzubillnh- memiliki prinsip-prinsip yang

terkenal di tengah mereka. Di antara prinsip mereka yang paling

buruk yaitu  imnmah yang menetapkan bahwa seorang imam ada-

lah orang yang ntn'shum, dia tidak salah, kedudukan imnmnh lebih

tinggi daripada kedudukan kenabian, karena imam mengambil

ffi ffi

langsung dari Allah sementara Nabi dari seorang perantara yaitu

Jibril. Menurut mereka, imam tidak pernah salah bahkan kelom-

pok yang ekstrim dari mereka mengklaim bahwa imam mamPu

menciptakan, dia berkata kepada sesuafu, "Jadilah", maka terjadi-

lah.

Mereka berkata, Para sahabat yaitu  orang-ortu:lgkafir, semua-

nya murtad setelah Nabi ffi wafat, bahkan Abu Bakar dan lJmar,

keduanya menurut mereka yaitu  orang kafir yang mati di atas

kemunafikan -nnudzubillah- mereka tidak mengecualikan, kecuali

nltlul bnit dan beberapa gelintir oriu:lg yiu:lg menurut mereka yaitu 

orang-orang yang loyal kepada ahlul bait.

Penulis kltab al-Fttshl berkata, "Bahkan kelompok ekstrim dari

mereka mengkafirkan Ali bin Abu Thalib, karena Ali mendiamkan

kezhaliman dan kebatilan pada saat membai'at Abu Bakar dan Umar.

Semestinya dia mengingkari pembai'atan keduanya. Karena Ali

tidak mengikuti kebenaran dan tidak berpihak kepada keadilan

serta menyetujui kezhaliman, maka dia yaitu  orang zhalim lagi

kafir."

Adapun Khawarij maka mereka berseberangan dengan orang-

orang Rafidhah, di mana mereka mengkafirkan Ali bin Abu Thalib,

Muawiyah bin Abu Sufyan dan siapa Pun yang tidak berada di

jalan mereka, dan mereka menghalalkan darah kaum Muslimin.

Mereka yaitu  orang-orang seperti yang disabdakan oleh Nabi *8,

.bgtbptoXKi+.1' U;tyX

" Merekn melesat (menyempaD dan Agama seperti anak panah yang

melesat dari busur (nya).'l

Iman mereka tidak melewati tenggorokan mereka.

Syi'ah bersikap sangat berlebihJebihan terhadap ahlul bait (ke-

luarga Nabi) dan orang-orang yang loyal kepada mereka bahkan

di antara mereka ada yang mengklaim bahwa AIi yaitu  tuhan,

ada pula yang mengklaim bahwa Ali lebih berhak menjadi Nabi

daripada Muhammad M, dan Khawarij yaitu  sebaliknya.

' Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab Istitab al-Murtaddin, hb Qatli al-Khawanj wa al-Mulhidin

Ba'da lqamah al-Hujjafi dan Muslim, Kitab Zakah, Bab at-Tahidh Ala Qadi al-Khawanj.

ffi ffi

Adapun Ahlus Sunnah wal ]ama'ah, maka mereka bersikap

tengah di antara kedua kelompok tersebut, mereka berkata: Kami

mendudukkan ahlul bait pada posisinya, menurut kami mereka

memiliki hak atas kami: hak Islam dan iman dan hak kekerabatan

dengan Rasulullah. Mereka berkata, Kekerabatan Rasulullah me-

miliki hak atas kami, dan salah satu hak tersebut yaitu  mempo-

sisikan mereka dalam posisi yang benar dengan tidak mengkultus-

kan kepada mereka. Ahlus Sunnah wal Jama'ah berkata tentang

sahabat-sahabat Nabi # y*g lain. Mereka memiliki hak atas kami,

yaitu memuliakan, menghormati dan mendoakan mereka., semoga

Allah meridhai mereka. Hendaknya kita bersikap sebagaimana

yang telah difirmankan Allah,

Lc-fi e,pili ;a:{;\Lq" Ojiey1, 13 *r gjy

{ @ ';,3)z i;c3\;'\;G.$r-

"Yt Rnbb knnri, bei nmpunlah knmi dnn snudnra-saudnra kami yang

telnh berintan lebih dulu dni kami, dan jnnganlnh Engknu membinrkan

kedengkinn dnlnm luti knmi terludap orang-orang yang beimnn. Yn Rabb

kani, sesungguhnya Engknu Malu Penyantun lngi Mnha Penynynng."

(Al-Hasyr: 10).

Kita tidak memusuhi seorang pun dari mereka, tidak dari

kalangan nlilul bait dan tidak pula selain mereka, masing-masing

dari mereka kita beri haknya, maka Ahlus Sunnah wal Jama'ah

yaitu  golongan pertengahan antara kelompok pengkultus dan

kelompok kurang ajar.

ooo

,y.V e " ht fi L! itiiyl ,+'.. .it{) | ,,* iuft W ,tr5 iS.r,'7"t ,:' ,!,'i. ),'2.t-.t' .t

,e$ ut{ i\ b ro,l'Yt iY * &\J,W ly: * lrES

,ri6 4 pu tt;* ,i1 t"o;i; -b ,bb g" ,k p.tSw

,l$ e 

("i!., ,i 6 ti3 r"'iSE e u {+

y );.'efri e {fi"i ,6 * ,t,}:'ii3 o-yL1si ,;t "it }b

c',1 K1t fi uc'6-u, dpi 'n 3i.v:V'&-v; +ti c i{

{@ uli$q6?

y ru ,J9 

"'dilL, 4r:J ';1 {k'fry ,rg 4 ,A:

v aQ] ,*rlit iL * d\ v dq -*s""ai'lt +y

,avrl;; ;;i.rr txt vV ,y 4 ;;dl <ur; <rr";i;il 4!i iut p

PASAL

"Termasuk ke dalam iman kepada Allah yang telah kami se-

butkan yaitu  iman kepada apa yang Dia beritakan di dalam

kitabNya, dan apa yang diriwayatkan secara mutawatir dari

RasulNya ffi serta telah disepakati oleh Salaf umat ini, yaitu

bahwa Allah di atas langitNya, di atas ArasyNya dan Maha-

tinggi di atas makhluk-makhlukNya."(1)

Dan Allah Yang Mahasuci bersama mereka di mana pun mereka

berada, mengetahui apa yang mereka kerjakan(z) sebagaimana

Dia menggabungkan keduanya0) pada FirmanNya,

"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam

tnas*, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, Dia mengetahui

masuk ke dalam bumi dan a keluar dari

ffi

ffi

nya dan apa yang tuntn dai langit dan apa yang naik kepada-

Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saia kamu berada. Dan

Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan."

FirmanNya, "Dan Dia bersama kalian," tidak berarti bahwa

Dia berbaur dengan makhluk(a), karena hal itu tidak diharus-

kan oleh bahasa(s) dan ia menyelisihi iima' Salaf umat, dan ber-

tentangan dengan fitrah yang di atas fitrah itulah Allah mencip-

takan manusia,(0) bahkan(7) rembulan yang merupakan salah

satu tanda kebesaran Allah dan salah satu makhluk Allah ter-

kecil, ia di langit dan pada waktu yang sama juga bersama orang

musafir dan orang yang tidak musafir di mana pun dia ber-

ada(s)

PASAL

TENTANG SIFAT AI-MA,IYAH (AI.tAH BESERTA

MAKHI.UK) DAN KETERANGAN TENTANG

I}IEMPERTEMUKANNYA DENGAN SIFAT AT.UTUW

A[[AH (AttAH DI ATAS SANA) DAN

BE RSE ITIAYAIIINYA DI ATAS ARASYNYA

[1]. Telah dijelaskan bahwa termasuk ke dalam iman kepada

Allah yaitu  iman kepada Asma' dan SifatNya, di mana salah satu-

nya adalal'r iman bahwa Allal'r beserta makhlukNya. Pada pasal ini

Syaikhul Islam menjelaskan bagaimana memPertemukan antara

sifat nl-Lllwu dengan nl-Mn'iyalr (antara kenyataan bahwa Allah

tinggi cli atas sana dengan kenyataan bahwa Allah beserta hamba-

hambaNya), Beliau berkata, "Termasuk ke dalam iman kepada

Allah yang telah kami sebutkan yaitu  iman kepada apa yang Dia

beritakan di dalam KitabNya dan apa yang diriwayatkan secara

mutawatir dari RasulNya *8i serta telah disepakati oleh Salaf umat

ini, yaitu bahwa Allah di atas langitNya, di atas ArasyNya dan

Mahatinggi di atas makhluk-makhlukNya."

Ini yaitu  tiga dalil yang menunjukkan bahwa Allah di atas

sana: al-Qur'an, as-Sunnah dan ijma'.

Dan telah kami jelaskan pula dalil keempat dan kelima, yaitu

ffi ffi

akal dan fitrah.

Bahwa Allah di atas langitNya, di atas ArasyNya clan Maha-

tinggi cli atas makhluk-makhlukNya.

Telah kami jelaskan bahwa ketinggian Allah terbagi menjadi

clua: ketinggian sifat dan ketinggian dzat. Kedua bentuk keting-

gian ini clitetapkan oleh al-Qur'an, as-Sunnah, iima' clan akal serta

fitrah.

AI-Qur'an penuh dengan clalil-dalil tcntang hal itu. Tcrkatlang

secara jelas merryatakan fnuqiynh (di atas), tcrkadang secartt jclas

menyatakan tinggi, terkadang secara jelas mcnctapkat'r bahwa Dia

cli langit, terkaclang clengan menyatakan turunnya pcrkarar-pcrkara

clariNya, atau dengan naiknya perkara-pcrkara kcpaclaNytl, tltllt

lain-lain.

As-Sunnah datang dengan menetapkannya melalui perkatuan,

perbuatan c{an penetapan scbagaimana tclah dijclaskan.

Ijma': Salaf telah berijma' atas hal itu dan jalan mcngctahui

ijma' mereka yaitu  tidak adanya penukilan clari mcrcka yang mc-

nyclisihi al-Qur'an dan hadits, mereka membaca al-Qur'an, meri-

wayatkan haclits dan mengerti makna-maknanya dan manakala

tidak dinukil dari mereka apa yang menyelisil'ri zahirnya maka

diketahuilah bahwa mereka tidak meyakini sclainnya dan bahwa

mereka bersepakat atas itu. Ini yaitu  ialan yang baik untuk mcnc-

tapkan ijma' mereka, peganglah ia karena ia bcrguna banyak sckali

dalam banyak hal.

Adapun dalil akal, maka ia dari dua scgi:

Pertnrno: Bahwa nl-Ulutp (tinggi di atas) yaitu  sifat kcsem-

purnaan dan Allah berhak untuk mendapatkan sifat kescmpur-

naan, maka nl-Ulwo harus ditetapkan bagi Allah.

Kedun: Kalau Allah tidak tinggi, maka Dia di bawah atau se-

jajar dan kecluanya yaitu  sifat kekurangan, karena hal ini berarti

selainNya di atasNya atau sepertiNya. Maka al-Ulwo harus dite-

tapkan bagi Allah.

Adapun fitrah, maka tidak seorang pun yang mengingkari-

n1'a kecuali pemilik fitrah yang rusak, siapapun yang berkata "Allah",

hatinva pasti menghadap ke atas, tidak ber-paling ke kanan atau

ww

ffi

ke kiri, karena Allah di langit.

l2l. u*v S u il{ ,tr3 t1l fr;r it;q;;-a; (Dan Allah yang

Mahasuci bersama mereka di mana pun mereka berada, menge-

tahui apa yang mereka kerjakan). Hal ini termasuk iman kepada

Allah, yaitu iman akan kebesertaan Allah dengan makhlukNya.

Telah dijelaskan bahwa kebesertaan Allah terbagi menjadi

tiga bagian: umum, khusus dan khusus yang paling khusus.

Y*g umum meliputi siapa pun, baik Mukmin maupun kafir,

orang baik maupun orang berdosa. Contohnya yaitu  Firman

Allah,

{ @ uiX'3' q:;1i5$ it :K;'xy

"Dnn Dia bersnmn kamu di mnnn saja knmu bersdn dnn Allnh Mahn

melihnt npa yang knmu kerjakan." (Al-Hadid: 4).

Yang khusus yaitu  seperti Firman Allah,

{ @ 6# e'".4(:'\fii eii cai.i; }

" Sesungguhnya Allah be*rta ornng-orang yang bertaktua dan orang-

orang yang berbuat kebaikan " (An-Nahl: 128).

Dan yang paling khusus yaitu  seperti Firman Allah kepada

Harun dan Musa,

{ @ i:6 {:f\"4, eyluai i6 }

" Allnh berfirman, 'Janganlah knmu berdua klmruatir, sesungguh-

nyn Aku besertn knmu berdua, Aku mendengar dan melihnt,." (Thaha:

46).

Dan FirmanNya tentang RasulNya Muhammad W,,

4r1;,r^1 6Lb

" Sesunggulmyn Allnh beserta kita.. (At-Taubah: 40).

Telah dijelaskan bahwa kebesertaan Allah ini yaitu  hakiki

dan bahwa konsekuensi dari kebesertaan Allah yang umum ada-

lah mengetahui, mendengar, meliha! kuasa, berkuasa, dan lain-lain,

dan bahwa konsekuensi dari kebesertaan Allah yang khusus ada-

lah memberi pertolongan dan memperkuat.

[3]. Ucapan penulis "Mempertemukan keduanya,', yakni

antara kenyataan bahwa Allah ti.ggi di atas dengan Allah beserta

hamba-hambaNya. Firm,anNy a, { ;.A & u*t f$, kemudian Dia ber_

trmnyam di atas Arysy.".yaitu  menetapkan bahwa Allah tingg! dan

filmalNy?, 4'i3(|tk1,jy',Dan Dia bersama kalian di miia pun

knlian beradn" menetapkan Allah beserta makhlukNya. Allah meng-

gabungkan keduanya dalam satu ayat. Tidak ada pertentangan an-

tara keduanya seperti yang telah dijelaskan, dan yang akan hadir.

Mempertemukan antara keduanya yaitu  dari tiga segi:

Pertamn, Allah menyebutkan isfirrra'Nya di atas Arasy, kemu-

dian Dia berfirman, 4'6v',f fu7!$\"Dan Dia bersama kalian di mana

pun knlian beradn." Apabila Allah menggabungkan untuk diriNya

antara dua sifat, maka kita mengetahui dengan yakin bahwa kedua

sifat tersebut tidak bertentangan, karena kalau keduanya berten-

tangan niscaya keduanya tidak berkumpul karena dua hal yang

bertentangan tidak akan berkumpul dan tidak pula terangkat dalam

waktu yang sama, harus ada salah satunya dan yang liinnya ter-

angkat, kalau ada pertentangan niscaya awar ayat mendustakan

akhirnya atau sebaliknya.

Kedun, ulwu danma'iyaft mungkin terjadi pada makhluk seba-

gaimana yang akan dikatakan oleh penulis tentang ucapan orang-

orang, "Kami terus berjalan sedangkan rembulan bersama kami.',

Ketign, kalaupun seandainya ia tidak mungkin pada makhluk

tidak berarti ia tidak mungkin pada Khalik, karena tidak ada se-

suatu pun yang menyerupai Allah.

[4J. Ucapan penulis, ',FirmanNya, 4:*;-;r$,Dan Dia bersama

kolinn,' tidak berarti bahwa Allah berbaur dengan makhluk.,' Ka-

rena makna ini yaitu  kekurangan dan telah dijelaskan bahwa

seandainya ini yaitu  makna yang benar, niscaya ia berkonsekuensi

satu dari dua perkara: Khalik berjumlah lebih dari satu ke atas atau

Dia terbagi, ditambah bahwa Dia dikelilingi oleh yang ada, pad.a-

hal yang benar yaitu  sebaliknya.

[5]. Ucapan penulis , dt +i v r.i; ,lF (Karena hal itu tidak

diharuskan oleh bahasa). Artinya, jika bahasa tidak mengharuskan

demikian, maka berarti bukan itu yang diinginkan. Irri yaitu  salah

satu segi yang menunjukkan kebatilan pendapat al-Hululiyah dari

kalangan Jahmiyah dan lain-lain yang berkata bahwa Allah ber-

sama dengan makhluk dalam arti berbaur dengannya.

Penulis tidak berkata, "Tidak dituntut oleh bahasa." Karena

bisa jadi bahasa menuntutnya; beda antara "menuntut hal itu"

dengan "mengharuskan hal itu".

Beserta (al-Ma'iyah) secara bahasa bisa berkonsekuensi per-

campuran, seperti air dengan susu, yakni air bersama susu dicam-

Pur.

[6]. Ucapan penulis , 'iut 'P u Jv+, u\t i: * g+:v -,\i *i

;.:,At g; (Dan ia menyelisihi iima' Salaf umat dan bertentangan

dengan fitrah yang atas fitrah itulah Allah menciptakan manu-

sia)." Hal itu karena manusia difitrahkan untuk mengakui bahwa

Khalik terpisah dari makhluk. Tidak seorang pun berkata, "Ya Allah"

kecuali dia meyakini bahwa Allah terpisah dari makhluknya, dia

tidak meyakini bahwa Allah berada pada makhlukNya. Jadi klaim

bahwa Allah berbaur dengan makhluk menyelisihi syariat, akal

dan fitrah.

171. ,-y(bahkan): untuk mengalihkan dan menyangkal.

la!. y:,7L^u^Jl c. f -r--y 91 ,*,GrE; ;u\ A+r +!i i ^3-i ,;ilt ,u.

,ts *;i i*i' sj suilg @ahkan rembuian yang merupakan saldh

satu tanda ke6esaian Alt-ah dan salah satu makhluk allah terkecil,

ia di langit dan pada waktu yang sama juga bersama orang musa-

fir dan tidak musafir di mana pun dia berada). Ini yaitu  contoh

yang dibuat oleh penulis untuk mendekatkan makna dan mereali-

sasikan kebenaran bahwa mungkin saja sesuatu itu bersama sese-

orang padahal keduanya berjauhan. Rembulan yang termasuk di

antara makhluk Altah terkecil, ia di langit, tetapi ia bersama musafir

dan lainnya di mana pun ia berada.

Apabila kita berkata terhadap rembulan yang termasuk makh-

luk Allah yang terkecil bahwa ia bersama kita padahal ia di langit

dan hal itu tidak dianggap sebagai kontradiksi dan tidak menun-

tut adanya pembauran, lalu mengaPa tidak sah kalau kita mema-

hami ayat nm'iynlz sesuai dengan zahirnya? Kita katakan, Allah

bersama kita secara hakiki meskipun Dia di langit di atas segala

ffi W

sesuafu.

Sebagaimana telah kami katakan, Kalaupun hal ini tidak

mungkin bagi makhluk maka tidak demikian pada Khalik. Allah

di langit secara hakiki dan bersama kita secara hakiki dan tidak ada

pertentangan dalam hal ini meskipun Dia jauh dengan ketinggian-

Nya, Dia tetap dekat dengan ketinggianNya tersebut.

Inilah hasil kajian Syaikhul Islam di dalam buku-bukunya/

beliau berkata: Kita tidak perlu mentakwilkan ayat akan tetapi ayat-

nya sesuai dengan zahirnya, hanya saja dengan meyakini bahwa

Allah di langit di atas ArasyNya. Dia juga bersama kita secara ha-

kiki, Dia di atas ArasyNya secara hakiki sebagaimana kita katakan,

Dia turun ke langit terdekat secara hakiki dan Dia juga tinggi di

atas sana, tidak seorang pun dari Ahlus Sunnah wal Jama'ah meng-

ingkari hal ini, seluruh Ahlus Sunnah wal Jama'ah berkata: Dia

turun yaitu  benar dan mereka bersepakat bahwa Dia di atas sana,

karena sifat Khalik tidak sama dengan sifat makhluk.

Aku telah menemukan hasil kajian Syaikh Muhammad bin

Ibrahim di mana beliau menetapkan hal yang sama, yakni bahwa

al-Mn'iyah yaitu  hakiki, tapi tidak berarti Allah berbaur dengan

makhluk atau Dia di bumi.

Tentang tafsir al-Mn'iynh dari sebagian Salaf, bahwa makna-

nya yaitu , "Bersama mereka dengan ilmuNya," Syaikh bin Ibrahim

menjawab, "Kalau kalimat ini hadir, maka ia yaitu  tafsi al-Mn'iynh

dengan makna konsekuensinya, bukan tafsir terhadap hakikat kata

run'iyah. Yang memicu dan mendorong penafsiran ini yaitu  ada-

nya penentang dalam hal ini, yaitu, ahli bid'ah yang berkata bahwa

Dia berbaur dengan mereka. Maka sebagian Salaf menafsirkan mak-

sudnya dari konteks kalimat, yaitu bahwa Dia bersama mereka

dengan ilmuNya yang sempurna, tetapi mereka tidak bermaksud

menta'wilkan sifat "bersama" dengan "mengetahui segala sesuafu",

tetapi ia bersatu dengannya dalam ilmu sebagai tambahan makna

bagi run-iynh, yaitu bahwa Dia bersama mereka. Jadi penafsiran

"bersama" dengan konsekuensinya tidak menunjukkan bahwa

makna tersebut yaitu  batil karena keduanya yaitu  benar.

Sampai Syaikh Ibnu Ibrahim berkata, "Oleh karena itu Syaikhul

Islam menjelaskan di akidah yang lain yang singkat dan penuh ber-

kah bahwa FirmanNya,'Bersnmfl mereka' yaitu  benar sesuai dengan

hakikatnya. Dan kalau ada dari golongan Salaf yang menafsirkan-

nya dengan konsekuensinya maka hal itu karena ada tuntutan, yaitu

membantah al-Hululiyah al-Jahmiyah yang mengingkari sifat al-

Ulutu seperti yang telah dijelaskan dan al-Qur'an boleh ditafsirkan

dengan dnlalah muthabaqah, maflrum, iltizam, konsekuensi dan dnln-

lnh-dnlnlnh yang lain. Para ulama yang mana dari merekalah diri-

wayatkan tafsir tentang sitat al-Mn'iynh dengan konsekuensinya

tidak mengingkari nl-Mn'iynh,bug, mereka al-Mn'iynh yaitu  perkara

yang sangat jelas seperti matahari." Demikianlah ucaPan Syaikh

Muhammad Ibnu Ibrahim dari nl-Fntarla yar.g menegaskan aPa

yang ditulis oleh Syaikhul Islam di nl-Hnmawiynh (Mnimu' Fatmun

run Rnsn'il yang mulia Syaikh Muhammad bin Ibrahim, 1,/212).

Pertanyaan: Apakah benar kita katakan, "Dia bersama kita

dengan DzatNya?"

Jawabnya: Kata "dengan DzatNya" wajib dihindari karena ia

bisa menjerumuskan kepada makna yang rusak yang digunakan

sebagai pembenaran oleh al-Hululiyah. Kata tersebut tidak diper-

lukan, karena pada dasarnya segala sesuatu yang disandarkan

Allah kepada diriNya yaitu  untuk diriNya. Lihatlah FirmanNya,

{ii::6\t "Dnn Tulunmu dntnng." Apakah harus dikatakan, "Datang

dengan DzatNya?" Juga sabda Nabi ffi,

.r+jlr 2t*il1 JL,g.'' Jtl

"Rnbb kitn turun ke langrt dunin." Apakah perlu dikatakan,

"Turun dengan DzatNya." Tidak perlu, kecuali dalam rangka men-

debat or.rng yang berpendapat bahwa yang datang atau yang hrrun

yaitu  perintahNya, untuk membantah tnhrifny a.

ooo

py<ir 't j3; .."'*il', &tt; b 4t f Jt,* &i t**, tu 3r:v;.o?rj JyJt jit ii ir, eur a|; s)t

lUJi,Jq ,I)rilt llulr f 'bv-#:,qf 

JLLrsa

iq 'i;; :iE :i ,& tu-:lr li { ;r")i4} , dg vv i:i

t"9t":)tj /r' ,lii &,

Allah di atas Arasy(r) mengawasi makhukNya(2), 

^enguasaimereka(3), melihat mereka, dan makna-makna rububiyahNya

yang lain(e) Semua ucapan yang disebutkan oleh AIIah bahwa

Dia di atas Arasy dan bahwa Dia bersama kita yaitu  benar

sesuai dengan hakikatnya, tidak memerlukan tahif, akan tetapi

ia harus dijaga dari dugaan-dugaan dusta, seperti diduga bahwa

zahir FirmanNya, "Di langit,,,bahwa langit menyanggaNya atau

memayungiNya. Ini yaitu  batil berdasarkan kesepakatan ahli

ilmu dan iman(s)

[1]. Ucapan penulis, ;gt jjr tv,*ri3 (Allah di atas Arasy),

meskipun Dia bersama makhluk, Dia tetap di atas Arasy.

127. )4; * ;+1 (mengawasi makhlukNya), yakni, menga-

wasi dan menjaga ucapan, perbuatan, gerakan dan agama mereka.

l3l. fr* J,+# (menguasai mereka), yakni, menghukumi dan

mengendalikan hamba-hambaNya, hukum yaitu  milikNya, se-

gala perkara kembali kepadaNya dan perintahNya yaitu  jika Dia

berkata kepada sesuatu,', J ndilall, maka terjadilah.

_ 147. *t3,i.v"L i.rr;! * JI.,Wclu (melihat mereka dan makna-

makna nfuubiyahNya yang lain), yakni, makna yang dikandung

oleh rtrbubiyah Allah: kepemilikan, kekuasaan, pengaturan dan

lain-lain, karena rububiyah mengandung banyak makna, karena

Rabb yaitu  pencipta, pemilik dan pengatur dan ini mengandung

makna y angbanyak sekali.

ffi

[51.

.v b ,V;; ill ;yst 3r'fri rir i'f , elt pril' r-l; #;

, j4,*;vJt l{at *'ov- #s,4f JLL',,.\ ,oi*

t-r,o5 . S :\'^k;tar .1i '4 ;Z)i4F' fF e!';ti'.Jrli'oi

,.,eq)r-i /rt ;;i t+9,,vu

(Semua ucaPan yang disebutkan oleh Allah bahwa Dia di

atas Arasy dan bahwa Dia bersama kita yaitu  benar sesuai

dengan hakikatnya, tidak memerlukan tahrif, akan tetapi ia

harus diiaga dari dugaan-dugaan dusta, seperti diduga bahwa

zahir FirmanNya, "Di langit," bahwa langit menyanggaNya atau

memayungiNya. Ini yaitu  batil berdasarkan kesepakatan ahli

ilmu dan iman).

Kalimat penulis ini yaitu  penegasan bagi kalimat sebelum-

nya. Penulis mengulangnya karena topik ini memang penting'

plnuts menjelaskan bahwa apa yang Allah firmankan bahwa Dia

di atas Arasy yaitu  haq (benar) sesuai dengan hakikah:rya, dan

bahwa Allah bersama kita iuga benar sesuai dengan hakikatnya,

tidak membutuhkan tahrif, yakni, kita tidak perlu membelokkan

makna Allah di atas kepada makna, yang tinggi yaitu  keduduk-

annya, seperti yang diklaim oleh ahli ta'thil dan tahif, akan tetapi

ia yaitu  ketinggian Dzat dan kedudukan sekaligus sebagaimana

kita tidak perlu memalingkan makna Allah beserta makhluk dari

zahirnya, akan tetapi kita katakan ia yaitu  benar sesuai dengan

zahirnya. Dan siapa yang menafsirkannya tidak sesuai dengan ha-

kikabrya, maka dia telah menyimpangkan makna (tahnfl. Penafsiran

dengan "konsekuensi" dan "tuntutannya" memang diriwayatkan

dari sebagian Salaf dan itu karena adanya tuntutan untuk melaku-

kan itu dan penafsiran tersebut tidak menabrak hakikabrya, katena

konsekuensi dari kebenaran yaitu  kebenaran.

Kemudian penulis menambahkan, "Akan tetapi ia harus

dijaga dari dugaan-dugaan dusta seperti diduga bahwa zahir

FirmanNya, {JZ)\o,} 'Dd langit', bahwa langit menyanggaNya

atau memayungiNya. lni yaitu  batil dengan kesepakatan ahli

ilmu dan iman."

Dugaan-dugaan dusta yaitu  pikiran-pikiran (asumsi-asumsi)

yang tidak memiliki dasar kebenaran, maka Firman Allah dan saMa

RasulNya wajib dijauhkan darinya.

Sebagai contoh, menduga zahir Firman Allah, {J1ai4},,Oi

langit" bahwa langit menyanggahNya, yakni memiktilNya seperti

langit-langit rumah menyangga apa yang ada di atasnya, atau la-

ngit memayungiNya, yakni ia di atasNya seperti atap di atas ma-

nusia.

Apabila ada yang menduga makna ini, maka dia berdusta,

dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Allah di langit harus dihin-

darkan dari dugaan yang demikian.

Ucapan penulis, "Ini yaitu  batil berdasarkan kesepakatan

ahli ilmu dan ijma'."

Catatan:

Mungkin ada yal:rg berkata: Semestinya penulis berkata, "Dan

juga seperti asumsi bahwa zahir FirmanNya, {-K;fi\,Dan Dia

bersama kalian' yaitu  Dia berbaur dengan makhiuk, karena asumsi

ini juga dusta."

|awabnya: Penulis telah menjelaskan hal itu sebelumnya,

yaitu pada ucapan beliau, "FirmanNya,{:*;*\ ,Dan Dia bersama

kalian', tidak berarti bahwa Dia berbaur i"r,gir,'*akh1uk.,,

ooo

ir o,

*''r:'lt

"',ro)\tJ otjL-"-iJl *F fo-_v' a.

" o)\t1.rtjL-"-.'Jt UF e, t6 ht'op

;t^^tt a4-1,"Y-ii L1 ;3:,1t1 otlt;!,,J|

6

,441 _*S ,

i. .t: li

ute et Ol

."'( -rit,;:*b {ai is;t"'=A: ,ry"'l!!'Yl

Karena sesungguhnya kursi Atlah meliputi langit dan bumi,(r)

Dialah yang menahan langit dan bumi sehingga keduanya tidak

bergeser(2). Dialah yang menahan langit sehingga ia tidak jatuh

ke bumi kecuali dengan izinNya(s) ,Dan di antara tanda-tanda

kekuasaanNya@ ialah berdiinya langit dan bumi dengan iradat-

Nya."(sl

[1]. ;;rjrj erjl;'-..lt 4f gt:.l.; iir3[ (Karena sesungguhnya

kursi Allah meliputi langit dan bumi).

Kursi yaitu  tempat kedua kaki sebagaimana diriwayatkan

dari Ibnu Abbas #,.

KursiNya meliputi langit dan bumi, maksudnya yaitu  men-

cakup langit yang tujuh dan bumi yang tujuh.

Maka bagaimana mungkin ada yang berasumsi bahwa langit

memayungi atau menyanggah Allah? Apabila kursiNya meliputi

langit dan bumi maka janganlah seorang pun berasumsi dengan

dugaan dusta ini yaitu bahwa langit memikulNya atau memayungi-

Nyu.

12!. i:i it\ s'r\tl eljLdl g]4- &nt;ij (Dialah yang menahan

langit dan bumi sehingga keduanya tidak bergeser).

Allah menahan keduanya sehingga keduanya tidak bergeser

dari tempatnya. Kalau A1lah tidak memegang keduanya pastilah

keduanya akan bergoncang, bergerak-gerak dan bergeser, akan

tetapi Allah dengan kuasa dan kekuatanNya memegang langit

dan bumi sehingga keduanya tidak jatuh, bahkan Dia berfirman,

ft,'$'ilA\K:'.$C"3;Y

" Dan sungguh jika lceduanya akan lenyap, tidak ada seorang Pun

yang dapat menahan keduanya selain Allah." (Fathir: 4L).

Tidak seorang pun yang menahan keduanya selain Allah untuk

selama-lamanya.

Kalau ada satu bintang yang jatuh maka tidak seorang Pun

mampu menahannya lalu bagaimana kalau yang jatuh itu yaitu 

langit dan bumi? Tidak ada yang dapat menahan keduanya selain

Allah yang menciptakarurya, yffiE hanya berfirman kepada sesuatu

'ladilah', maka terjadilah. Mahasuci Allah, di tanganNya kerajaan

langit dan bumi.

[3]. Ucapan penulis, g!!.i! &)'it ,.b iy i:i;t;ar e)AJ (Dialah

yang menahan langit sehingga ia tidak jatuh ke bumi kecuali

dengan izinNya).

Langit di atas bumi, demi Allah, kalau Allah tidak menahan-

nya, niscaya ia telah jatuh ke bumi, karena ia yaitu  makhluk

dengan materi yang super besar sebagaimana Firman Allah,

"Dnn Kami menjadilun

(Al-Anbiya': 32).

Dan FirmanNya,

{AFGz"itaiWy

langit itu sebagai atap yang terpelihara.,'

{@'b}r;i$ Xlri;S.rrety

"Dan langit itu Kami bangun dengan Tangan (Kami) dan sesungguh-

nyn Kami benar-bennr berkuasa.,, (Adz-Dzariyat: 47).

Kalau Allah tidak menahannya, maka ia pasti jatuh ke bumi,

jika itu terjadi maka binasalah bumi ini.

AllahJah yang menahan langit dan bumi sehingga kedua-

nya tidak bergeser, Dialah yang menahan langit sehingga ia tidak

jatuh ke bumi kecuali dengan izinNya. Apakah dengan ini masih

ada yang membayangkan bahwa langit menyanggaNya dan me_

mayungiNya? Tidak seorang pun yang bisa menggambarkan itu.

t4]. ( .A: rj|"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya.,,

Yakni, tanda-tanda kekuasaanNya yang menunjukkan ke_

sempurnaan Allah dari segala segi.

_ [5]. 4.r;\.):"ii3;g3r'iiJ> 'ralah berdiinya langit dan bumi

dengan iradatNya. " (Ar-Rum: 25), yangbersifat kauniyah d,an syar'i-

ynh, karena kehendakNya berdasar kepada hikmah, rahmat, keadilan

dan kebaikan. Firman Allah,

4€-4.6 E*$ -riiilis:iiit li6fr',6r€t JJy

" Andsikata kebenaran ifu menuruti hatoa nafsu merekn, pasti bina-

salah langit dan bumi ini, dan *mua yang ada di dnlamnya. " (Al-Mu'mi-

nun:71).

Hawa nafsu yaitu  suatu kerusakan bagi langit dan bumi, ia

menyelisihi kehendak yang bersifat syar, iyah.

Jadi,langit dan bumi berdiri dengan kehendak kauni dan syar,i

dari Allah, kalau kebenaran mengikuti hawa nafsu manusia, nis-

caya rusaklah langit, bumi dan apa yang ada padanya. oleh karena

itu para ulama berkata tentang FirmanNya,

ffi ffi

{rir*LL;.,r!.li 4 ir"+i; F

"Dan janganlah kamu membuat lcerusakan di muka bumi, sesudah

(Allah) memperbaikinya." (Al-A'raf: 56), yakni "Jangan berbuat

kerusakan di dalamnya dengan kemaksiatan'"

ooo

7 t z zoz

el-rll i.e.> +;i5; jv & 6d4 6i6

tys,(@5r33i W o,lhA;. JikFSoeG', tiY

*b tH:! ,jrtt qi ,;4u, #t*i t*: t-{ l;.t;^il w,

+-ei t4i ,:$r';'L,qG i, pi :tPx Y i<iF ,f.*Xi

y,? b itr: ?L1'jr e f't v3 .*13 * ,, f*\ JL.

l;"s 04 ut;4- {y '*yt ,* b f't v es-i *uS

!"t* e?f ,ei" G,y fi,g.F F Ar,?

"*o,Termasuk dalam hal ini(1) yaitu  beriman bahwa Allah dekat

(kepada makhlukNya) dan menjawab (doa mereka),(z) sebagai-

m;rna Allah menggabungkan kedua predikat itu(s) dalam Firman-

Ny a, " D an ap abila hamb a-hamb aKu b ertany a kep adamu tentang

Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku yaitu  dekat. Aku me-

ngabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon

kepadaKu. " Dan sabda Nabi kepada para sahabat ketika me-

reka berdzikir dengan suara keras, "Hai t anusia, ringankan

atas dii kalian, kalian tiilak berdoa kepada dzat yang tuli dan

tidak hadir (ghaib), sesungguhnya Dzat yang kalian berdoa ke'

lebih dekat kqaila salah dari kalian da

,)b

leher hewan tunggangannya." Apa yang disebutkan di dalam

al-Qur'an dan as-Sunnah tentang kedekatan dan kebesertaan-

Nya (dengan makhluk) tidak bertentangan dengan apa yang

disebutkan tentang ketinggianNya dan keberadaanNya di atas

sana, karena Allah tidak ada sesuatu pun yang menandingtNya

dalam seluruh sifat-sifatNya, Dia Tinggi dalam kedekatanNya

dan dekat dalam ketinggianNya.(r)

PASAL

TENTANG KEDEKATAN AILAH I'AN

pENGABULANNyA (AKAN DOA) DAN BAHWA HAL ITU

TIDAK BERTENTANGAN DENGAN KETINGGIAN DAN

KEBERADAANNYA DI ATAS SANA

[1]. d!! d,F'i; (termasuk dalam hal ini) yakni, pada apa

di mana Allah menyifati diriNya dengannya.

l2!. 4J,*t tl or.?ji (yaitu  beriman bahwa Allah dekat

(kepada makhlukNya) dan menjawab (doa mereka).

Maksudnya, mengimani bahwa Altah Mahadekat pada diri-

nya dan menjawab (permohonan) hamba-hambaNya.

Dalilnya yaitu  Firman Allah rlt5,

{Ec;riy4jti 1G.' 4?,; ;g e c 2\1e; <ifY"rtlj F

"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku,

makn (jaruablah), bnhtoasanya Aku yaitu  dekat. Aku mengabulkan per-

ntolrcnnn orang ynng berdon npabiln ia menrchon kepadaKu." (Al-Baqa-

rah: L86).

Di dalam ayat ini terdapat enam dhamir, semuanya kembali

kepada Allah, dari sini maka kedekatan di sini yaitu  kedekatan

Allah, akan tetapi penjelasan tentang,,Dekat,, sama dengan penje-

lasan tentang "Bersama" dan bahwa hal itu tidak mengharuskan

Allah berada di tempat di mana manusia berada.

Apabila Rasulullah bersabda, *\ * :i: ;*i ,)l+|i t1(Sesung-

guhnyn Allnh lebih dekat kepada salah seorang dai kalian daipada leher

ffi ffi

hetuan tunggangannya), maka ini tidak berarti bahwa Allah di bumi,

di antara orang tersebut dengan leher hewan tunggangannya.

Begitu pula sabda Rasulullah, .54-tlt *3 hirt';:9 $esungguh-

nya Allah di depan u,ajah orang yang shalat) tidak berarti bahwa Allah

berada di antara orang tersebut dengan tembok jika dia shalat meng-

hadap ke tembok, dan tidak pula di antara orang tersebut dengan

tanah jika dia menghadap ke tanah.

Begitu pula kedekatanNya (kepada makhluk) tidak berarti

Dia di bumi, karena Allah tidak ada sesuatu pun yang serupa de-

nganNya, dan Dia meliputi segala sesuatu.

Ketahuilah, bahwa di antara ulama ada yang membagi ke-

dekatan AUah menjadi dua seperti halnya Allah bersama (makhluk-

Nyu). Ulama berkata: Kedekatan yang konsekuensinya yaitu 

meliputi segala sesuatu yaitu  kedekatan umum, dan kedekatan

yang konsekuensinya yaitu  menjawab doa dan memberi balasan

yaitu  kedekatan khusus.

Ada pula yar.g berkata: Kedekatan hanya satu, yaitu kede-

katan khusus yang berkonsekuensi kepada menjawab orang yang

berdoa dan memberi pahala kepada orang yang beribadah dan ini

tidak terbagi.

Pendapat kedua ini berdalil dengan Firman Allah tlt#,

4\G', rir,4-;ti',;;." *JZ; jg e,s ;4 <itZ,rtlj *

"Dan npabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku,

makn (jaruablah), bahtoasanya Aku yaitu  dekat. Aku mengabulkan per-

mohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu." (Al-Baqa-

rah: 186).

Dan dengan sabda Nabi *#,

..t v y: *: b lt'otu +ii

"Keadaan di mana seorang hamba paling dekat kepada Rabbnya

yaitu  pada saat dia sujud."r

Dan tidak mungkin Allah dekat dengan orang-orang durjana

t Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab ash-9halah, Bab Ma Yuqalu Fi ar-Ruku'wa as-Sujud.

*.;;, ,F , At-ti1 ,*' i:"u .+ ,)rj,Y 'x'F ,

(pendosa) lagi kafir. Pendapat ini yaitu  pilihan Syaikhul Islam

Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim.

Akan tetapi pendapat ini disangkal dengan Firman Allah,

wfi5b

{@

"Dnn sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan me-

ngetnhui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih delat kpado-

nya daipadn urat lehernyn." (Qaf:'1,6).

Y*g dimaksud dengan (.rrv;ip (manusia) yaitu  semua manu-

sia. Oleh karena itu Dia berfirman di akhir ayat,

i6j @ i.t ;i'\ nfri ffi4 a; 6iK $, ; # c 3 fry

( @ )* 1L KfG ovrl@ir':':i,c,:i &J

" Sesungguhnya kamu beradn dalam keadaan lalai dai ftal) ini, maka

Knmi singknpknn dai padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka

penglihntnnmu pada hni itu sangat tajam. Dan (m"alaikat) yang menyertai-

nya berkntn, 'lnilah (catatan amalnya) yang ada padaku.' Allah berfirman,

'kmparkanlah olehmu berdua lce dalam neraka semua orfing yang sangat

ingkar dnn keras kepala'," (Qat:22-2\.

Ini menyeluruh.

Juga disangkal dengan FirmanNya,

i* st5j1 lq@t':f;*5V irr[Lt ":{ 

rly-'liifi

{@ 

-qbiJ 

'g:

" Maka mengapa ketikn nyalla snmpai di kerongkongan, padahal

knmu ketikn itu melilmt, dan Kami lebih dekat lcepadnnyn dai pada kamu.

Tetapi kamu tidnk melihaf. " (Al-Waqi'ah: 83-85).

Kemudian ayat-ayat setelahnya membagi orang-orang yang

nyawa mereka telah sampai di tenggorokan menjadi tiga bagian,

salah satunya yaitu  orang kafir.

Jawaban atas sangkalan ini yaitu  bahwa FirmanNya,

3 A" r,/, dqrda/"'W a,silAn#l,

{@ *$'Fc At'r;t';4y

" Dan Kami lebih dekat kepndanya danpada urat lehernya. " (Qaf: 16).

Maksudnya yaitu  malaikat-malaikat Kami. Dalilnya yaitu 

FirmanNya,

$e'i/i,,Yfi

" (Yaitu) ketika dua orang malaiknt mencatat nmnl perbuatnnnya."

(Qaf:17).

Karena {;1} ftetika) yaitu  keterangan waktu yang terkait

dengan FirmanNya,

$i\b'Irbih dekat," yakni, dan kami lebih dekat kepadanya

tatkala kedua malaikat mencatat amalnya, ini menunjukkan bahwa

yang dimaksud dengan kedekatan Allah di sini yaitu  kedekatan

malaikatNya.

Begitu pula Firman Allah tentang orang yang menghadapi

ajalnya, {Atlit ""'fi "Dan Kami lebih dekat kepndanya." Maksudnya

yaitu  malaikat. Oleh karena itu, sesudahnya Allah berfirman,

{@'or#JSJ'y

"Tetapi kamu tidak melihaf. " (Al-Waqi'ah: 85).

Ini menunjukkan bahwa yang dekat ini ada pada kita dan

kita tidak melihabrya. Irri sangat tidak mungkin kalau yang dimak-

sud dengannya yaitu  Allah, karena Allah di langit.

Menurutku apa yang dikatakan oleh Syaikhul Islam lebih dekat.

[5]. Ucapan penulis, ,:-U,.t'd. g+us (Sebagaimana Dia meng-

gabungkan di antara hal itu), yaitu dekatnya Allah dengan Allah

mengabulkan (doa).

l4l. y.r yakni, gtl-4 (sifat-sifatNya). Dia Mahatinggi sekaligus

dekat, dekat sekali-gus tinggi, tidak ada pertentangan di antara

keduanya. Penjelasannya telah berlalu belum jauh pada penjelasan

tentang ma'iyah.

ooo

PASAL

Termasuk iman kepada Allah dan kitab-kitabNya yaitu  ber-

iman bahwa al-Qur'an(t) yaitu  Firman Allah(2) yang diturun-

kan(3), bukan makhluk(l), dariNya ia beras2l(s), kepadaNya ia

kembali(5), dan bahwa Allah berbicara dengannya secara ha-

kiki(7) dan bahwa al-Qur'an ini yanr Dia turunkan kepada

Muhammad yaitu  Firman Allah secara [at5ifti(e), bukan per-

kataan selainNya.(e)

PASAL

TENTANG IMAN BAHWA AI.QUR'AN ADAIAH

FIRMAN ALIAH SECARA HAKIKI

lU. iilr 3i., it ,yr ,+, )n\9q.il b3 (Termasuk iman kepada

Allah dan kitab-kitabNya yaitu  beriman bahwa al-Qur'an).

Alasan mengapa iman kepada al-Qur'an dalam bentuk ini

termasuk iman kepada Allah, yaitu  karena al-Qur'an memang

Firman Allah dan berfirman (p>l.(jr) yaitu  salah satu sifatNya, di

samping itu Allah telah menyatakan bahwa al-Qur'an yaitu  Fir-

manNya, dan bahwasanya al-Qur'an itu diturunkan. Jadi membe-

narkan hal itu termasuk iman kepada Allah.

[2]. rrrg>is (yaitu : Firman Altah).

Dalilnya yaitu  Firman Allah tltS,

"w

ffi ffi

4 $', &'4 g t* 

"lqtJ 

Grili ;'A;[ ]

"Dan jika seorang di antara oranS-orang musyikin itu meminta

perlindungan kepadamu, maka lindungtlah ia supaya in sempat mende-

ngnr Firman Allah." (At-Taubah: 6).

[5]. Ucapan penulis, ip lYang diturunkan), yakni dari Allah;

berdasarkan Firman Allah eilS,

{ @5}i1fr,$5ti6i'"zst }

" sesungguhnya Kamilah yang menurunkan nl-Qur'an, dnn sesung-

guhny a Kami benar -benar memelilurany a." (Al-Hijr: 9).

Dan FirmanNya,

{@ ),c;,i'rY) ci$J'(\y

"sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada

mnlam kemuliaan." (Al-Qadr: 1).

14!. ;:k';l (bukan makhluk) yakni, ia bukan termasuk di

antara makhluk-makhluk yang diciptakanNya. Dalilnya yaitu 

Firman Allah clW,

{;fir'oriil if Y

"lngatlah mencipta dan memerintah lunyalah hak Allnh." (Al-

A'raf: 54).

Dan al-Qur'an termasuk perintah Allah berdasarkan Firman

Allah,

46i;ci4Ye314i&Y

"Dan demikianlah Kami ruahyulan kepadamu wahyu (al-Qur'an)

dengnn peintah Kami." (Asy-Syu ra 52).

Dan karena berfirman (berkata) yaitu  sif.atmutakallim (pem'

bicara), sedangkan makhluk yaitu  obyek Khalik yang terpisah

dariNya, seperti sesuatu yang dibuat yang terpisah dari pembuat-

nya'

t5]. iq.L (dariNya ia berasal) yakni, asal-usul turunnya dari

Allah, bukan dari ]ibril atau lainnya, )ibril hanya membawanya

ffi ffi

turun dari Allah sebagaimana Firman Allah,

( @ L,;$ At *'l; @'airir,5 &js frty

" Dnn sesungguhnya al-Qur'an ini benar-benar dituntnkan oleh

Rnbb semesta nlam, dia dibarua turun oleh ar-Ruh al-Amin $ibnD.,

(A sy-Syu' a ru' : 192-193).

Dan FirmanNya,

"Katnknnlah, 'Ruhul Qudus (libnD menurunkan al-eur'an ifu dni

Tulnnmu' ." (An-Nahl 1,02),

dan FirmanNya,

(@ ,-{trfit;i'ie 

"lr'f 

b-r"y

'Kitab (al-Qur'an ini) diturunkan oleh Allah yang Mahaperkasa

lagi Malubijaksnna." (Az-Zumar: 1).

[6]. 3-ia gJl_e (kepadaNya ia kembali).

Penjelasan tentang maknanya dan dalilnya telah berlalu

pada ayat-ayat tentang Firman Allah.

[7]. Ucapan penulis,'e;# \# it li; (Dan bahwa Allah ber-

bicara dengannya secara hakiki). Ini berdasarkan kepada prinsip

pokok bahwa seluruh sifat Allah yaitu  hakiki. Jika berfirmanNya

Allah yaitu  hakiki, maka tidak mungkin ia yaitu  makhluk, ka-

rena ia yaitu  sifatNya, dan sifat Khalik bukan makhluk sebagai-

mana sifat makhluk yaitu  makhluk.

Imam Ahmad telah berkata, "Barangsiapa berkata,'Lafazhku

dengan al-Qur'an yaitu  makhluk', maka dia yaitu  orang Jahmi-

yah. Dan barangsiapa berkata, 'Bukan makhluk,, maka dia yaitu 

pelaku bid'ah."

Kami katakan "Lafiazh (ucapan)" digunakan untuk dua makna:

digunakan untuk perbuatan (perbuatan melafazhkan) pelaku, dan

digunakan untuk apa yang dilafazhkan. Berdasarkan kepada makna

yang pertama, maka perbuatan kita melafazhkan (mengucapkan)

al-Qur'an atau selainnya tanpa keraguan yaitu  makhluk, karena

jika kita katakan bahwa lafazh berarti melafazhkan, maka suara

4.4;vqs3iiUdr$ F

yang keluar dari gerakan mulut, lidah kedua bibir semuanya

yaitu  makhluk. Jadi jika yang dimaksud dengan lafazh yaitu 

perbuatan melafazhkan, maka ia makhluk; baik yang dilafazhkan

itu al-Qur'an atau hadits atau ucapan hasil bikinan anda sendiri.

fika yang dimaksud dengan lafazhyaitu  apa yang dilafazh-

kan, maka yangdilafazhkan (manusia) ada yang makhluk dan ada

yang bukan makhluk.

Berdasarkan ini, maka jika yang dilafazhkan yaitu  al-Qur'an,

maka ia bukan makhluk.

Ini yaitu  perinciannya dalam masalah ini.

Imam Ahmad berkata, " Barangsiapa berkata,'Lafiazhku dengan

al-Qur'an yaitu  makhluk' maka dia yaitu  orang Jahmiyah'"

Beliau mengatakan demikian, karena ada dua kemungkinan: bisa

jadi ucapan-ucapan ini yaitu  syiar Jahmiyah. Jadi, seakan-akan

Imam Ahmad berkata, "Apabila kamu mendengar seseorang ber-

kata, 'Lafazhku dengan al-Qur'an yaitu  makhluk,'maka ketahui-

lah bahwa dia yaitu  orang Jahmiyah." Atau bisa jadi itu diucap-

kan oleh Imam Ahmad ketika beliau melihat bahwa maksud Lafazh

bagi orang yang mengucapkannya yaitu  yang dilafazhkan itu

rur,diri. Yang kedua ini lebih dekat, karena Imam Ahmad sendiri

telah menjelaskannya dengan ucaPannya, "Barangsiapa berkata,

'Lafazhku dengan al-Qur'an yaitu  makhluk -maksudnya yaitu 

al-Qur'an-, maka dia yaitu  orang Jahmiyah."

Jadi, jelaslah sekarang makna ucaPan lmam Ahmad di atas,

karena maksud pengucapnya yaitu  yang dilafazhkan, dan tanpa

ragu bahwa orang yang menginginkan denganlafazh yaitu  yang

dilafazhkan yaitu  orang Jahmiyah di sini.

Adapun orang yang berkata, "Bukan makhluk" maka Imam

Ahmad berkata tentangnya, "Pelaku bid'ah." Karena hal ini tidak

dikenal di kalangan Salaf. Mereka tidak mengatakan ucaPan seperti

ini, mereka hanya berkata, tt[1-Qur'an yaitu  Firman Allah."

181. i;;+1rt i)s i M t*t * n'i Ait ai 9r ri,i lii. (Bahwa al-Qur'an

ini yang Dia turunkan kepada Muhammad ffi yaitu  Firman

Allah secara hakiki).

Penulis mengulang ucapannya ini, karena perkara ini sangat-

ffi ffi

lah penting. Ini masalah yang memicu terjadinya fitrah besar yar..lg

menimpa ulama kaum Muslimin, banyak orang yang telah men-

jadi tumbalnya, akan tetapi Allah melindungi kebenaran dengan

Imam Ahmad dan ulama-ulama seperti beliau yang menolak, ke-

cuali mengatakan, "Al-Qur'an yaitu  Firman Allah, bukan makhluk"'

[9]. Uc


Related Posts:

  • Induk agama Islam 12 , Kitab ash-Shalah, tub Hakk al-Buzaq Bi al-yadi Min al-Masjid;dan Muslim, Kitab al-Masajid.2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ash-shatah, hb Danfu an-Nukhamah Fi at-Masjid.ffi ffiApabila hal ini mungkin pada makhluk… Read More