, Kitab ash-Shalah, tub Hakk al-Buzaq Bi al-yadi Min al-Masjid;
dan Muslim, Kitab al-Masajid.
2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ash-shatah, hb Danfu an-Nukhamah Fi at-Masjid.
ffi ffi
Apabila hal ini mungkin pada makhluk, maka lebih-lebih Khalik,
tanpa ragu.
Ketiga, kalaupun ini tidak mungkin pada makhluk, maka ia
tetap mungkin bagi Khalik, karena tidak ada sesuatu pun ya g
menyerupai Allah dalam segala sifatNya.
Dari segi perilaku, hadits ini memberi manfaat yaitu kewa-
jiban beradab kepada Allah, apabila orang yang shalat meyakini
hal ini, maka ia akan memunculkan kekhusyu'an dan keseganan
kepada Allah.
ooo
+:6::i,M d$:
;i3,',,+: Jlg "4t y0Jt
(\)pL:.i ';Jt .;;dt U *iS&iJl
Sabda Nabi #, "Ya Allah Rabb langit yang filuh danbumi, Rabb
Arasy yang agung, Rabb kami dan Rabb segala sesuatu, Yang
membelah butir (benih) tanaman ilan biji pepohonan, Yang menu-
nmkan kitab Taural lnjil dan al-Qw'an. Aku berlinfumg kepada-
Mu dari kebuntkan diiku. Aku berlindung kepadaMu dari keia-
hatan segala sesuaht di mana Engkau memegang ubun'ubuwrya.
Ya Allah, Engkaulah yang pertama, sebelummu tidak ada sesuatu.
Engkaulah yang akhir, setelahMrt tidak ada sesuafir. Engkaulah
yang zahir, di atasMu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang batin
di bautahMu tidak ada sesuafir, Lunasilah hutangktr, dan beilah
aku kekayaan sehingga terbebas dai kemiskinan." Diriwayat-
kan oleh Muslim(l)
[1]. Hadits ini juga tentang penetapan srfat al-Lllurrr dan sifat-
sifat lainnya.
Ia yaitu hadire yang agung Nabi # bertawassul kepada Allah
dengan rububiyaltNya pada sabdaNya, +:i ,e:\t:g*lr.rt;rist+j F#Ji
,+- ,y Q:St:.'r.s=gt ;yu (Ya Allah, Rabb langtt ynig tujuh danbumi,
Rabb Arnsy yang agung, Rabb knmi dnn Rnbb segala sesuatu). Lni terma-
suk menyinggung yang umum setelah yang khusus. sabdanya,
,q f sr5 (Tulmn segala sesuatu).Ini yaitu mengumumkan seteiah
mengkhususkan agar tidak muncul salah pengertian bahwa hukum-
nya hanya khusus bagi apa yang dikhususkan. Bacarah Firman
Allah,
4r63,Ult:e;,sii t:^gt t$;4 3-,;\'J ij:A*
" Aku hnnyn dipeintnhkan untuk menyembah Rabb negei ini
(Mnkknh) yang telah menjndiknnnya tanah haram (untuk diganggu), dan
lcepuny nnnN y n-l ah se gal a se sua tu." (An-Naml : 91 ).
Di sini Dia berfirman,4r6,'b5rl(Dan bagtNya xgala *nntu)
sehingga tidak diktua bahwa Dia hanyalitr Rauu bagi negeri ini saja.
6,flr3:;"st gv (Ynng membelah butir (benih) tanaman dan biji
polrcn). Pohon yang tumbuh bisa jadi berasal dari butir tanaman,
kalau tidak maka dari biji pepohonan, butir untuk tanaman dan
biji untuk pohon, Firman Allah,
gJAr;#Isy
" sesungguhnyn Allnh menumbuhknn butir tumbuh-fumbuhan dan
bij i bunh-bunhan, " (Al-An'am: 95).
Butir (benih) tanaman dan biji buah yang kering yang tidak
tumbuh dan berkembang, Allah membelahnya sehingga tanaman
dan pohon-pohon pun tumbuh. Tidak seorang pun mampu mela-
kukan itu setinggi apapun kemampuannya, mereka tidak mampu
membelah sebiji pun selama-lamanya. Ada biji buah yang keras
seperti batu, ia tidak tumbuh dan bertambah, Allah membelahnya,
ia terbuka lalu muncul cikal bakal tumbuhan, tidak seorang pun
mampu melakukan itu kecu ali Dzatyang membelahnya.
Setelah menyebutkan ayat kauniynh yang agung, Nabi S me-
nyebutkan ayat-ayat syarriyah, yaihr:
Sabdanya, qT4rt ,,lt!irler;1t j;: lVang menurunkan kitab Taurat,
lnjil dan al-Qur'an). " Ini yaitu kitab-kitab teragung yang diturun-
kan Allah,98, dan Nabi s menyebutkannya sesuai dengan urutan
masanya: Taurat kepada Musa, Injil kepada Isa dan al-Qur'an ke-
pada Muhammad.
Ini yaitu dalil yang jelas bahwa Taurat yaitu kitab yang
diturunkan sebagaimana hal itu dinyatakan di dalam al-Qur'an,
4'3 ;'5,si Q i;",;ti tijt-CY $
" sesunggulmya Kami telah menurunknn kitab Taurat, di dalam-
nyn (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)." (Al-Ma'idah: 44).
Dan Allah berfirman di awal surat Ali Imran,
o, @ :E ijr i;,ni d;v ;i 6,q6$ 6i 4$rtl{":iiY
$.i,g$ i:1; oW,s:tl',fi
"Dia menurunkttn al-Kitab (al-Qur'an) kepadamu dengan sebenar-
nya; membenarknn kitab yang telah diturunknn sebelumnya dnn ruenu-
runkanTaurat dan lnjil, sebelum (al-Qur'an) menjadi petunjukbagi ma-
nusia, dsn Dia menurunknn al-Furqan " (AIi Imran: 3-4).
Sabda beliau, ,* f b J-;';pi letcu berlindung kepadaMu dni
keburukan diriku) maksudnya, Aku berlindung kepada Allah dari
keburukan jiwaku.
Artinya, di dalam jiwamu terdapat keburukan.
4. .-A\'i301 ..j1i Lyu t';: u: $
"Dan aku tidnk nrembebasknn dinku @ni lesalahan), karena wsung-
guhnya nafsu itu selalu menyuruhlcepadalcejahatan," (Yusuf: 53).
Akan tetapi jiwa ada dua macam:
1). Jiwa muthma'innah (tenang) lagi baik dan mengajak ke-
pada kebaikan.
2). Jiwa yang buruk yang memerintahkan kepada kejahatan.
Ada jiwa laruruamah, apakah jiwa ini bentuk ketiga atau ia
yaitu sifat dari kedua jiwa sebelumnya?
Terdapat perbedaan dalam hal ini, sebagian ada yang berkata:
Ia yaitu jenis jiwa ketiga. Yang lain berkata: Ia yaitu sifat bagi
dua jiwa sebelumnya. Jiwa muthma'innahmenyalahkanmu dan jiwa
nmmnrah bissu' (ya.g mengajak kepada keburukan) juga menyalah-
kanmu. Jadi Firman Allah,
{@ itr!(;ti#v;}
"Dnn Aku bersumpah dengan jhoa yang amat menyesali (diinya
sendiri)," (Al-Qiyamah: 2) mencakup kedua jiwa tersebut.
Jiwa ntutlrma'innah menyalahkan anda atas kelalaian dalam
melaksanakan kewajiban, artinya apabila anda menyia-nyiakan
kewajiban, maka ia menyalahkan anda atau apabila anda melaku-
kan yang haram, maka ia menyalahkan anda.
Jiwa nnmtsrnh yaitu sebaliknya, apablla kamu melakukan
kebaikan, maka ia menyalahkanmu, ia juga menyalahkanmu apa-
bila kamu melalaikan keburukan yang diperintahkannya.
Jadi menurut pendapat yang rajih yaitu bahwa iiwa larutua-
nmh merupakan sifat bagi kedua jiwa sebelumnya.
Sabdanya,
"i f b e\.'tili (Aku berlindung kepndaMu dai ke-
buruknn dinku) yang dimaksud dengannya yaitu jiwa yang menga-
jak kepada keburukan.
Sabdanya, WqLi;.:i du,B ; bi (Dan daikejahatan segala
s e s u n t u di n m n a E n gk n u' mi n rc gn n g i;u i
"
l"'i
"i
n y n) . -3r Jsi ia u ur, s e mua
yang berjalan di muka bumi bahkan yang merayap pun termasuk
ke dalam hadits ini seperti FirmanNya,
4 4# .F e3. r, dV e rrS'gftL{itly
" Dnn Allnh telnh menciptnknn semun jenis heruan dai air, maka
xbngian dni lmoan ifu ndn yangbeqnlan di atas perutnya." (An-Nur: 45).
Dan FirmanNya,
46:-, ;i & $'Y;'.ii'','$' eqb
"Dnn tidnk nda suntu binatang melata pun di bumi melainkan
Allnh-lnh ynng membei izkinya." (Hud: 5).
Meskipun kata i-:ri:idalam kebiasaan dipakai untuk binatang
berkaki empat dan dalam kebiasaan yang lebih khusus dipakai un-
tuk keledai saja, akan tetapi dalam hadits seperti ini maksudnya
yaitu semua yang berjalan di muka bumi. Apa yang melata di
muka bumi terdapat kejahatan padanya, sebagian darinya yaitu
keburukan murni dari segi dirinya sendiri, sebagian darinya baik
dari satu segi dan buruk dari segi lain, bahkan yang padanya ter-
dapat kebaikan ridaklah bebas dari keburukan.
Sabdanya, WsL.LT e^;i (Yang Engknu pegang ubun-ubunnya).
Ubun-ubun yaitu bagian depan kepala, di sini yang disebut ada-
lah ubun-ubun karena ia berada di depan, ia yaitu yang dipegang
untuk mengendalikan hewan tunggangan dan semisalnya. Ada
yang berkata: Ia disinggung secara khusus karena akal dan otak
yang merupakan alat untuk memahami dan menerima berada di
bagian depan kepala. Wallahu a'lam.
Sabdanya ',€ #r+u i;':ir .A (engtau-lahyangpertama, *belum-
mu tidak ada sesuatu). Ini yaitu tafsir Nabi ffi terhadap sabdaNya
ii\i Uang pertama) yang merupakan salah satu nama Allah.
Pada tafsir ayat ini kami telah menyatakan bahwa ahli filsafat
menamakan Altah dengan al-Qadim (yang dahulu atau yang lama),
kami telah sebutkan bahwa al-Qadim bukan salah satu nama Allah
yang husna, dan bahwa Allah tidak boleh diberi nama dengannya,
akan tetapi ia boleh diucapkan untuk Allah sekedar mengabarkan,
karena mengabarkan lebih luas daripada pemberian nama; karena
qadim bukan termasuk Asma'ul Husntt, ia mengand*g kekurangan
karena ia bisa bersifat relatif. Bacalah Firman Allah,
{@ ,.iri e}$tK;'6 lr'llvLtifi;3\y
" Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah xhingga
(xtelah dia sampai l<e manzilah yang terakhir) lcembalilah ia bagaikan
tandrtn yang lama." (Yasin: 39).
p.At L*lll yaitu sesuatu yang baru terjadi, hanya saia ia
lama jika dibandingkan dengan yang setelahnya.
Sabdanya, 4i .:rti."# ybsr c;:i5 (Engk4u-lah yang zahir, di atas-
Mu tidak ada sesua'tu) ;+fui dari asal kata 3 4iiji yang berarti al-Lllutu
(ya.g ti"ggr) sebagaimana Firman Allah,
( @(; 5 \ritr :"\() i)frL; i'W;rli F
" Mnka ruereka tidak bisa mendakinya dan mereka tid.ak bisct (pula)
melub an giny a. " (Al-Kahfi: 97).
FirmanNy u, 4 | i*](-b yakni, melewati atasnya.
Adapun orang yang mengatakan bahwa yang dimaksud de_
ngan 7tJ"lt yaitu yang zaht dengan ayat-ayatNya, maka ini yaitu
penafsiran yang salah, karena tidak seorang pun yang lebih menge-
tahui tafsir kalam Alah daripada Nabi ffi dan Nabi telah bersabia,
\i eLii u,N; ytilr c.;i1(Engknu-lah yang zahir, di atasMu tidak ada se-
suntu), karena Dia di atas segala sesuatu.
Sabdanya, l+: aqt: A :-lUJt .,;ij (Engknu-lnh yang bntin, di batoah-
Mu hdnk ndn sesuah.t) yakni, tidak ada sesuatu di bawah Allah, tidak
seorang pun mengatur selain Allah, tidak seorang pun yang inde-
penden dengan sesuatu tanpa Allah, tidak seorang pun yang samar
dari Allah, Allah meliputi segala sesuatu. oleh karena itu, Nabi ffi
bersabda, (Di barunhMu tidak ada sesuatu) yakni, tidak ada sesuatu
pun yang menghalangiMu, tidak ada sesuatu pun yang melarang-
Mu dan kehormatan seseorang tidak berguna bagi pemiliknya di
sisiMu... dan begitu seterusnya.
Sabdanya, Uilt * u;;r (Lunasilah hutangk,). Hutang yaitu hak
orang lain, baik berupa harta atau lainnya. Misalnya, aku mengam-
bil sesuatu darimu dan belum membayarnya, inilah hutang mes-
kipun tidak tertunda.
Sabdanya, 4r U -g.i, (Dan beilah aku kekayaan sehingga ter-
bebss dnri keniskinan). Kefakiran yaitu tidak p.r.,yu penghasilan.
Tidak diragukan bahwa kefakiran mengandung kerendahan diri,
hutang mengandung kehinaan, orang berhutang uauun orang yang
tidak berharga di mata pemberi hutang dan orang fakir yaitu le-
malr dan mungkin saja dia tersesat kepada yanghiram.
Buktinya yaitu kisah tiga orang yang terjebak di dalam goa,
lalu masing-masing bertawassul dengan amal shalihnya, salah se-
orang dari mereka mempunyai saudara sepupu perempuan yang
dicintainya, dia menginginkan dirinya, hanya saja saudara sepupu-
nya menolaknya. Suatu kali saudara sepupu ini mengalami keiu-
litan hidup, maka dia datang kepadanya meminta bantuan, tetapi
dia menolak kecuali jika sepupu perempuarmya tersebut mengabul-
kan keinginannya. Karena terpaksa, maka saudara peremPuan ter-
sebut mengiyakan, tetapi ketika laki-laki tersebut telah duduk di
depannya seperti suami duduk di depan istrinya, sepupu perem-
puannya berkata kepadanya, "Wahai saudaraku, bertakwalah kepada
Allah, janganlah kamu membuka cincin kecuali dengan haknya."
Karena kalimat ini bersumber dari hati yang mendalam maka ia
memberi pengaruh kepada laki-laki tersebut, dia pun bangkit dari-
nya. Dia berkata, "Maka aku tidak melakukannya padahal dia ada-
lah orang yang paling aku cintai." Nasihat yang mulia tersebut me-
nyadarkannya dan dia pun meninggalkannya.l
Lihatlah kepada kefakiran, wanita ini hendak menjual kehor-
matannya, karena kemiskinan.
Jadi Nabi & bersabd a, /,itt U ,t\i (Berilah kami kekayaan se-
hingga terbebas dni kefakiran). Nabi E memohon ini kepada Allah,
karena kefakiran memiliki banyak dampak buruk.
Nama dan sifat Allah yang dikandung dalam hadits ini:
Di antara asma'Nya yaitu ril-Attral, nl-Akhir, azh-Zhnhir dan
al-Bntin.
Sifat-sifat yang dikandung hadits ini yaitu al-Arunliytlr dan
al-Akliiyal2. Keduanya mengandung makna keluasan dari segi masa/
zahiriyah dan bathiniyah. Keduanya mengandung makna keluasan
dari segi tempat. Di antara sifat yang dikandung hadits ini yaitu
al-Ulutp, keumuman rububiyalrNya dengan menurunkan kitab seba-
gai sumber hukum di antara manusia dan petunjuk ke jalan Allah.
Faidah lain dari hadits ini selain nsma' rua ash-Shifaf yaitu
disyariatkannya bertawassul kepada Allah dengan sifat-sifatNya,
berhati-hati dari keburukan jiwa, permohonan Nabi ffi agar melu-
nasi hutangnya dan membebaskannya dari kefakiran dan penjelasan
tentang lemahnya hadits yang berisi permintaan Nabi ffi agar di-
hidupkan dalam keadaan miskin.2
Faidah dari segi perilaku yaitu berhati-hati dari keburukan
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Anbiya', 1ab Hadits abGhar; dan Muslim, Kitab adz-
Dzikir wa ad-Du'a', Bab Qishshah Ashhab al-Ghar.
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2352; dan Ibnu Majah, no. 4126.
jiwa, besarnya urusan hutang, berusaha menghindari hutang sebisa
mungkin, bersikap tengah dalam mencari dan membelanjakan harta,
karena dengan itu dia biasanya selamat dari hutang dan kemis-
kinan.
ooo
ti;:\,j6t 6 u ,f 4v, #t*i $.t;^ut e; w M ay:
t1"* ;)pX uttW.G'ts ,ti ;)yi V #p '€;i Jb
"'.1j,.r3 * U f +i ,)L + ji o|i qlt ';tL. ,ty;
* J":r
Sabda Nabi ffi ketika para sahabat berdzikir dengan suara keras,
"Letnbutlah pada dii kalian, karena kalian tidak berdoa kepada
Dzat yang tuli, tidak pula kepada Dzat yang jauh (tidak hadir).
Dzat yang kalian berdoa kepadaNya yaitu Dzat Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. Sesungguhnya Dzat yang kalian
berdoa kepadaNya lebih dekat kepada salah seorang dai kalian
daripada leher hewan tunggangannya."(r) Muttafaq alaihi
[U. Hadits inil tentang penetapan kedekatan Allah r]l$.
Para sahabat pernah bersama Nabi ffi dalam suatu perjalanan,
apabila mereka mendaki tempat yang tinggi mereka bertakbir, apa-
bila mereka turun ke lembah mereka bertasbih2 karena apabila se-
seorang berada di tempat yang tinggl, bisa saja dia merasa sombong,
dia melihat dirinya tinggi lagi besar maka pas sekali kalau dia me-
ngucapkan, "Allnhu Akbnr" untuk mengingatkan dirinya akan kebe-
saran Allah. Adapun jika dia turun ke lembah, maka ia rendah dan
turun, maka dia mengucapkan subhnnnllah untuk mengingatkan
dirinya bahwa Allah Mahasuci dari segala kerendahan. Para saha-
bat saat itu berdzikir dengan suara yang sangat keras, maka Nabi
t Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kitab at-Qadar, Bab La Hawla wa La Quwwata llla Bilafi dan
Muslim, Kitab adz-Dzikir wa ad-Du'a', Bab Istihbab Khafdhi ash-Shaut Bi adz-Dzikr.
2 Telah disebutkan takhrihya di hal 295.
3 fr*/, dCilrh'W a,'ill"1ah,
t& bersabd a, €J:\ ,* t*:1,;tjlr r;ii q (lembutlah pada diri kalian)
yakni, ringankanlah atas diri kalian.
gG :,; gi:ryf I #p (Karenn knlinn tidak berdoa l<epada Dzat
ynng tutli, tidnk pula kepnda Dzat yang jauh (tidak hadir), yakni, tuli
yang tidak mendengar dan ghaib yang tidak hadir.
tirr J*iu;1 (Dzat yang knlian berdon kepadnNyn adnlah Dzat
yang Mnhn Mendengar), yakni, yang mendengar dzikir kalian. t;'r-:
(Lagi Mnhn Melihat), yakni, yang melihat perbuatan-perbuatan ka-
lian.
*5,* b f +\ )t+j\;4Lli ,e4Jt'cy(Sesunggulmya Dzat yangkn'
lian berdoa kepndaNya lebih deknt kepada snlnh seorang dnri knlinn dari-
pnda lelrcr lrctusn tunggnngannyn." Leher hewan kendaraan bagi pe-
ngendaranya yaitu sangat dekat dan Allah bagi manusia yaitu
lebih dekat daripada itu, walaupun begitu Dia tetap di langit di
atas ArasyNya.
Tidak ada pertentangan antara Allah di atas sana dan bahwa
Dia dekat, karena bisa saja ada sesuatu yang dekat sekaligus jauh,
ini bagi makhluk, bagaimana dengan I(halik? Allah Mahadekat
sekalipun Dia di atas sana, Dia lebih dekat kepada salah seorang
dari kita daripada leher hewan kendaraannya.
Faldah-fatdah yang dlkandung hadits lnl:
Hadits ini menetapkan sitat salbiyah, yaitu menafikan bahwa
Allah tuli atau ghaib (tidak hadir), karena kesempurnaan pende-
ngaran, penglihatan, ilmu dan kedekatanNya.
Hadits ini memberi pelaiaran agar seseorang tidak menyu-
litkan diri dalam beribadah, karena hal itu memicu kelelahan dan
kejenuhan dan bisa jadi ia berpengaruh kepada badan. OIeh karena
itu, Nabi ffi bersabda,
.tN ,;, ,y-.i i,rr lF ,ri#v ,F bt#\
"lttkukan dni amalnn apa yang knlinn mflmPL knrena Allah tidak
merasa jenuh sehingga knlian sendii merasa ienuh."l
I Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kitab at-Tahaiud, 1ab Ma Yukrahu Min at-Tasydid Fil lbadak
dan Muslim, Kitab Shalat al-Musaftrirf .
S W "/"
dgdth'l,U*.tAq"/"
Tidak layak bagi seseorang memberatkan diri sendiri, akan
tetapi dia mesti mengatur dirinya. Jika merasa giat dalam beribadah
maka dia beramal memanfaatkan semangat tersebut, jika merasa-
kan kebosanan dalam perkara-perkara yang bukan wajib atau ia
cenderung kepada ibadah yang lain maka hendaknya dia meng-
arahkannya kepadanya.
Bahkan Rasulullah menyuruh orang yang mengantuk dalam
shalahrya agar tidur dan meninggalkan shalat, beliau bersabda,
N-'^U qy-j ,+u yS -V riy gt;i'i:$
"Karena npabiln salnh seornng dnn knlinn shalnt dnlam lceadaan me-
ngnntuk, bisa jndi din tidnk menyndai, dia ingin memohon ampun tetapi
justnt nrcncnci dirinyn." t
Oleh karena itu, Nabi ffi berpuasa sehingga ada yang berkata:
Beliau tidak pernah tidak puasa. Beliau berbuka, sehingga ada yang
berkata: Beliau tidak berpuasa. Begitu pula halnya dengan tidur
dan shalat malam.2
Hadits ini menunjukkan bahwa Allah Mahadekat. Ini ditun-
jukkan oleh Firman Allah,
4ac;6y4jti'r;;." 4"$; jg & 6,rt+6:6rtli }
"Dnn npnbiln lmnfun-hanrbaKu bertanya kepndanru tentang Aku,
ntakn (jmunblah), bnhtonsanya Aku yaitu dekat. Aku mengnbulkan per-
nrclnnnn orang ynng berdoa apabila in memolrcn kepndnKu." (Al-Baqa-
rah: L86).
Faidah hadits lnl darl segl perllaku:
Hendaknya kita tidak mempersulit diri dalam beribadah,
hendaknya kita berjalan kepada Allah dengan berimbang tidak
belebih-lebihan dan tidak meremehkan.
Hendaknya kita ingat dan takut kepada Allah, karena Dia
Mal-ra Mendengar, Maha Dekat dan Maha Melihat, maka kita harus
I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Wudhu, Bab al-Wudhu Min an-Naurq dan Muslim, r(rtaD
Shalat al-Musafirin.
2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ash-shiyam; dan Muslim, Kitab ash-Shiyam.
menjauhi sikap durhaka kepadaNya.
Dari segi hukum, dibolehkannya menyamakan yang ghaib
dengan yang hadir untuk memberi penjelasan di mana Nabi ber-
sabda, " sesungguhnyn Dznt ynng knlian berdoa lcepndnNyn lebih deknt
l<epnda salah seorang dni kalian daipadn leher htruan tunggangnnnyn."
Hendaknya memilih makna yang paling dekat kepada Pema-
haman, mereka dalam perjalanan dan mereka di atas kendaraan
masing-masing. Jika perumpamaan dibuat dengan sesuatu yang
dekat, maka tidak ada perumpamaan yang lebih baik dari per-
umpamaan yang dibuat oleh Nabi ffi di sini.
ooo
Jtl.j, i ,,,rJt ry ;;dt ;t:; w €$:3;; #t,,W,uy
ii';s,-,r^Jr * U rJ'a -v Vn 'iT 8,i,"u1 )Y ,#3 ,=t
* J;l"'.tji-Jti 'A3y ,p
Sabda Nabi, "sexrnggrrhnya kalian akan melihat Rabb kalian
sebagaimana kalian melihat rcmbulan di malam ?urflama, kalian
tidak akan beilesak-desakan dalam melihatNya; maka iika ka'
lian mampu tidak melewatkan shalat sebelwn matahai terbit
dan shalat sebehun ia terbenam, maka lakukanlah." (r) Muttafa{
alaihi
[U. Hadits inil tentang penetapan bahwa orang-orang Muk-
min akan melihat kepada Rabb mereka.
Sabda Nabi, ;S:;::;; 6L $rt ngguhnyn kalian akan melilut
Rnbb kalian). Sin (akan) yaitu untuk at-Tahqiq (menyatakan bahwa
ia benar-benar terjadi) dan mengkhususkan kata kerja mudhai'
untuk masa depan secara murni setelah sebelumnya ia menunjuk-
kan masa depan dan masa sekarang; sebagaimana i membuabrya
murni untuk masa lalu. Pembicaraan ini ditujukan kepada orang-
I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab Mawaqit Shalat, Bab Fadhlu Shalat al-Ashf; dan Muslim,
Kitab al-Maajid, Bab Fadhlu Shalat ash-Shubuh wa al-Ashr.
3 W< d, q4dnh 1l) a,"itA"1"h
orang Mukmin.
Sabdanya, tdt iJ? t* (Sebagaimann kalinn melihnt rembulan).
Ini yaitu penglihatan dengan mata, karena melihat rembulan ada-
lah dengan mata, di sini Nabi menyamakan penglihatan dengan
penglihatan, jadi penglihatan di sini dengan mata,
oJ.j t s : L; di sini yaitu mashdariynh, kata kerja setelahnya di-
gubah menjadi runshdnr yakni 4t a:; r;3 (seperti penglihatan kalian
terhadap rembulan), maka penyamaan di sini yaitu penyamaan
penglihatan dengan penglihatan bukan yang dilihat dengan yang
dilihat, karena tidak ada sesuatu pun yang menyamai Allah.
Kadangkala Nabi ffi mendekatkan makna dengan menyebut-
kan contoh konkret, sebagaimana beliau ditanya oleh Abu Razin
al-Uqaili, Laqith bin Amir, dia berkata,
Hni Kisruat, apn buktinya padn makhlukNyn?' Nabi ffi ruenjaruab, "Btt-
knnknh nmsing-ntnsing dni knlinn melilnt rembr.ilan sendin-sendii."
Din berkntn, "Tentu." Nnbi bersabda, " Maka Allah lebih agung."l
Sabdanya, t)il (Sendiri-sendii) yakni, masing-masing orang
melihahrya.
Sebagaimana yang tercantum dalam Slulih Muslimz dari hadits
Abu Hurairah.S,
i..i1 ,ju! r!51 ,J*a,,5* 'd.t ,#.a>'at .'ij ,i*ar it
dI q* &+ :Jti ',;rrir it b
" Seumggulmyn Allnh berfinnnn, 'Aku ntembngi slulat antars diiKu
dcngmt lnnfunKu setengnh-setengoh, npabila hsutbnKu ruenrbnca rl .r.;ji
;!rl' :,, Allnh berfirnmn, 'HanrbaKu nrcrnujiKu... " dan seterusnya.
Ini meliputi seluruh orang yang shalat, dan sudah dimaklumi
I Diriwayatkan oleh Ahmad 411.t; dan Abu Dawud, no.4731.
2 Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab ash-Shalah, Bab Wujub Qira'ah al-Fatihah Fi KuIi Rak'ah.
3 W*h d ?i.dr/r'W a,s,t /"r/r/"
bahwa orang-orang yang shalat bisa membaca ayat tersebut dalam
waktu yang sama, maka Allah berfirman kepada masing-masing
orang/ $* ;;* (HambaKu memujiKu) dalam satu waktu.
Nabi bersabda, ,-u.jr 'q .rLil b); us (Sebngainmnn knlian nrclihnt
rentbulnn di mnlam purnarua) maksudnya, bundar sempurna, yaitu
malam empat belas dan lima belas, terkadang tiga belas juga dan
yang tengah-tengah yaitu malam empat belas, sebagaimana dika-
takan oleh Ibnul Qayyin't, "seperti purnama ellam malam setelah
malam kedelapan."
Sabdanya, *3'., c StlG ! dalam sebuah lafazh tyG V (tanpa
tnsydid mim). Di lafazh yang lain ;t:|,ui i.
;trw: Y Dengan fa' dibaca dlnmmah dan mim tanpa tasydid,
yakni kalian tidak tertimpa p; yaitu kezhaliman, maknanya, seba-
gian dari kalian tidak menghalangi yang lain dari melihat sehingga
dia menzhaliminya karena dia menghalanginya karena semua
orang melihatNya.
JrG ) Dengan fa' dibaca dhnmmnh dan difnttrah dengan mim
ditasydid, yakni sebagian tidak bergabung dengan yang lain dalam
melihatnya karena jika sesuatu itu samar, maka seseorang berga-
bung kepada kawannya untuk menunjukkannya.
Adapun JjtG ) atau aL,G )yakni, kalian tidak tertimpa mu-
dharat karena masing-masing orang melihat Allah sementara dia
dalam suasana tenteram dan tenang. Sabdanya,
"likn knlian mantpu tidak meleutatknn slulat sefulum matahai terbit
dan shnlat sebelum ia terbenam, maka lakukanlah.,, Shalat sebelum ma-
tahari terbit yaitu shalat shubuh dan sebelum matahari terbenam
yaitu shalat Ashar.
Ashar lebih afdhal daripada Shubuh, karena ia yaitu shalat
al-Wustlu, di mana A1lah memerintahkan kita secara khusus agar
menjaganya setelah Allah menyebut shalat-shalat yang lain secara
umum/ dan shalat shubuh lebih baik daripada shalat Ashar dari
satu sisi, karena ia yaitu shalat yang disaksikan sebagaimana Fir-
t .z , 0t43r ,P z\ol.r?i".: JI LP Js ri'; -v t$; ii p,u*"t oY;
Sya a^/u dqola^A,Wa llAtlrh
man Allah, "Dan (diikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat
Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat)." (Al-Isra': 78).
Dalam hadits shahih Nabi M bersabda,
.a$t ft i>91
" Barangsiapa shalat di dua ruaktu yang dingin (sejuk) niscaya dia
masuk surga,rtl yaitu Shubuh dan Ashar.
Sifat-sifat Allah yangdikandung dalam hadits ini: Penetapan
bahwa Allah akan dilihat. Sifat ini telah dijelaskan pada ayat-ayat
yang menetapkannya yang berjumlah empat. Hadits-hadits dalam
hadits ini yaitu mutawatir dari Nabi ffi, maka keshahiharmya
yaitu qath'i dan kandungannya juga qath'i.
Oleh karena itu sebagian ulama berpendapat bahwa siapa
yang mengingkari bahwa Allah akan dilihat (pada Hari Kiamat),
maka dia yaitu kafir murtad, dan bahwa wajib atas setiap Muk-
min mengakuinya. Dia dinyatakan kafir karena dalil-dalilnya ada-
lah qath'i, baik dari segi keshahihannya maupun dari segi petun-
juknya. Tidak ada peluang bagi seseorang untuk berkata, sabda
Nabi, " Sesungguhnya knlian akan melihst Rabb kalian," kandungan
dalilnya tidaklah qath'i, karena tidak ada ungkapan yang lebih
qath'i daripada ungkapan ini.
Kalau haditsnya berbunyi, "Sesungguhnya kalian melihat Rabb
knlian," maka ada kemungkinan takwil, ditambah lagi dengan ke-
nyataan bahwa Nabi ffi mengungkapkan tentang ilmu yang yakin
dengan penglihatan mata, akan tetapi Nabi secara nyata mengata-
kan bahwa kita melihat Allah seperti melihat rembulan, dan bulan
yaitu sesuatu yang konkret.
Dan telah dijelaskan pula bahwa ahli ta'thil (al-Mu'aththilah)
menakwilkan hadits-hadits ini, mereka menafsirkan "melihat"
dengan ilmu (mengetahui) dan telah dijelaskan pula kebatilan pen-
dapat mereka.
o@@
! Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab Mawaqit ash-Shalah, Bab Fadhl al-Faj'i dan Muslim,
Ktab al-Masajid, Bab Fadhl Shalah ash-Shubhi wa al-Ashr.
6
I - c,,Prr
3 W*h d qilal.r'W ortlrq"h
\r'V M*tt jyt:W H it nrr!' ,+ $i It
J*r"'oLt;;Jr3 lUt,yi <'r',*, 6r "'ugt lpr")1,. *
4f f b,ift Y,$ etlrr *iw,'$ri5,';'4n,
b e u|t ii i ,"'rgrj i3 *s; f b: ,1g* \1
'"'g,Y, ,t klt g uit'"Jik r,,:'yt
Dan hadits-hadits senada di mana di dalamnya Rasulullah ffi
memberitakan tentang Rabbnya dengan apa yang diberitakan-
nya,0) maka Firqah?) an-Najiyah(s), Ahlus Sunnah wal Jama'ah(r)
beriman kepada semua itu(s)sebagaimana mereka beriman ke-
pada apa yang Allah beritakan dalam KitabNya yang 6slin(0)
tanpa tahif, ta'thil, takyif dan tamtsil?), bahkan Ahlus Sunnah
wal |ama'ah yaitu golongan yang tengah-tengah di antara ke-
lompok-kelompok umat ini sebagaimana umat ini yaitu umat
pertengahan di antara umat-umat yang lain (a)
[1]. Ucapan penulis, "Hadits-hadits seperti ini ...." dan sete-
rusnya/ yakni, lihatlah hadits-hadits senada di mana Nabi mem-
beritakan tentang Rabbnya. Hadits-hadits yang shahih dengan kan-
dungan dalil yang shahih hukumnya yaitu sama dengan hadits-
hadits ini.
l2l. iii (golongan), maknanya uai (kelompok).
[5]. q?6i (yurg selamat) yakni, yang selamat dari bid'ah di
dunia dan selamat dari neraka di Akhirat.
[4]. Ahlus Sunnah wal Jama'ah ialah orang-orang yang me-
megang sunnah dan bersatu di atasnya.
[5]. 4t arag-(mereka beriman kepada semua itu), yaitu apa
yang diberitakan oleh Rasulullah ffi.
[6]. "t+r,l;
**5 .* bj )#ii 4-f f ; (tanpa tntuif, ta'thil,
tanpa takyif dan tanpa tamtsil), karena apa yang diberitakan oleh
Rasulullah ffi wajib kita imani sebagaimana kita wajib beriman
kepada apa yang Allah beritakan di dalam KitabNya, hanya saja
dari segi keshahihannya ia berbeda dari al-Qur'an, karena itu kita
memiliki dua kajian terhadap Sunnah:
Pertama: Tentang keshahihannya.
Kedua: Tentang kandungan dalilnya.
Kalau al-Qur'an, maka cukup yang kedua saja.
Telah kami hadirkan dalil-da1il yang menunjukkan kewajiban
membenarkan apa yang dikabarkan oleh Rasulullah ffi.
[7]. Semua istilah ini telah dijelaskan.
PASAL
KEDUDUKAN AHIUS SUNNAH WAI
'AMA'AH
DI
ANTARA KE LOMPOK.KEIOMPOK UITIAT DAN
PREDIKAT MEREKA SEBAGAI YANG
TENGAH.TENGAH
[B]. ,r-'lr; (di antara umat-umat) yakni umat-umat terda-
hulu, dan itu dari beberapa sisi:
O Pada hak Allah: Orang-orang Yahudi menyifati Allah
dengan sifat-sifat kekurangan, mereka menurunkanNya kepada
derajat makhluk. Orang-orang Nasrani (sebaliknya) menjadikan
makhluk yang kurang sederajat dengan Allah yang Mahasempurna.
Adapun umat ini, maka mereka tidak menyifati Rabb dengan ke-
kurangan dan tidak pula menuhankan makhluk.
O Pada hak-hak para Nabi: Orang-orang Yahudi mendus-
takan Isa bin Maryam, mereka kafir kepadanya. Sementara orang-
orang Nasrani sebaliknya, mereka berlebih-lebihan padanya se-
hingga mereka menuhankannya. Adapun umat ini maka mereka
beriman kepada Isa tanpa berlebih-lebihan. Mereka berkata: Dia
yaitu hamba dan utusan Allah.
O Dalam urusan ibadah: Orang-orang Nasrani beribadah
kepada Allah tanpa bersuci, yakni mereka tidak bersuci dari kotor-
an. Salah seorang dari mereka kencing, kencingnya mengenai baju-
nya lalu dia berdiri shalat dengan pakaian tersebut di gereja. Or*g-
ffi ffi
orang Yahudi sebaliknya, jika baju mereka terkena najis, maka me-
reka memotongnya dari baju tersebut. Air menurut mereka tidak
menyucikan bahkan mereka menghindari wanita haid; mereka tidak
makan bersamanya dan tidak berkumpul bersamanya. Adapun
umat ini maka mereka yaitu umat pertengahan, mereka tidak ke
sana dan tidak ke sini. Pakaian yang terkena najis tidak perlu diro-
bek dan tidak dipakai beribadah, cukup dicuci sehingga najisnya
hilang lalu digunakan untuk shalat, wanita haid juga tidak dijauhi,
makan bersama, suaminya boleh melakukan apa yang ingin dia
lakukan padanya selain menggaulinya.
O Dalam perkara makanan dan minuman; Orang-orang Nas-
rani menghalalkan makanan yang buruk dan segala yang haram.
Orang-orang Yahudi diharamkan atas mereka semua binatang yang
mempunyai kuku sebagaimana Firman Allah,
y ./ -'.2
\rri>,?-I,SAiC')iGtfie;lL6'F\i? ",';orl';Llti <r-,i'i i1't y
A{t'rtrjtd't$t'rf-.'tt 16 I r4(A J
-6<rirt;iA
C J l;4 o- ale) w't2
j,+ Jia6tL-t16fri4
{ @'b3#$'"64,-if'7
"Dan lcepadn orang-orang Yalrudi, Kami haramknn segala binatang
yang furhtht dnn dni sapi dan damba, IQtmi haramknn atns merekrt lemak
dnri kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung kedua-
nya atau ynng di perut besar dnn usus atau yangbercampur dengan tulang.
Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan merekn; dan
sesunggulmya Kami yaitu Mahnbenar. " (Al-An'am: 146).
Adapun umat ini maka mereka yaitu umat pertengahan,
yang baik-baik dihalalkan bagi mereka dan yang buruk diharam-
kan atas mereka.
Dalam urusan qishnsh: Ia diwajibkan atas orang-orang Yahudi
sementara orang-orang Nasrani diwajibkan memaafkan. Adapun
umat ini maka mereka diberi pilihan antara qishnsh, diyat dan maaf
secara cuma-cuma.
]adi umat Islam yaitu umat pertengahan di antara umat-
umat, pertengahan antara sikap berlebihJebihan dan sikafi mere-
mehkan.
Posisi Ahlus Sunnah wal Jama'ah di antara kelompok-kelom-
pok umat yaitu seperti posisi umat ini di antara umat-umatyang
lain yakni mereka yaitu golongan pertengahan.
Kemudian penulis menyebutkan lima prinsip di mana posisi
Ahlus Sunnah wal Jama'ah padanya yaitu pertengahan di antara
kelompok-kelompok umat ini.
ooo
,;;:*ip)l
Ahlus Sunnah wal |ama'ah yaitu golongan pertengahan dalam
masalah sifat-sifat Allah di antara ahli ta'thil al-]ahmiyah dan
a}l.li tamtsr I al-Musyabbihaho)
POKOK PERTAMA: ASIIIA' W.ll ASH-SHIFAT
[U. Kedua kelompok ini sama-sama ekstrim, ahli ta'thil al-
]ahmiyah dan ahli tamtsil al-Musyabbihah.
Jahmiyah mengingkari sifat-sifat Allah JB, bahkan yang eks-
trim dari mereka mengingkari nama-nama Allah, kata mereka,
"Tidak boleh bagi kita menetapkan nama dan sifat bagi Allah, ka-
rena jika kamu menetapkan nama bagi Allah, berarti kamu me-
nyamakanNya dengan makhluk-makhluk yang diberi nama dan
jika kamu menetapkan sifat bagi Allah berarti kamu menyamakan-
Nya dengan makhluk-makhluk yang diberi sifat. Jadi kami tidak
menetapkan nama dan tidak pula sifat. Nama-nama yang Allah
nisbatkan kepada diriNya hanya sekedar majas bukan karena Dia
menamakan diriNya dengan nama-nama tersebut.
Mu'tazilah mengingkari sifat-sifat Allah dan menetapkan
nama-nama Allah.
Asy'ariyah menetapkan nama-nama Allah, sedangkan sifat
mereka hanya menetapkan tujuh sifat.
Semua kelompok di atas termasuk ke dalam kelompok ahli
ta'thil (al-Mu'aththilah), hanya saja dari mereka ada yang merupa-
kan Mu'aththilah total (artinya mengingkari sifat-sifat Allah secara
total), seperti Jahmiyah dan terdapat pula kelompok yang relatif
seperti Mu'tazilah dan Asy'ariyah.
Adapun ahli tamtsil al-Musyabbihah, maka mereka menetap-
kan sifat-sifat bagi Allah. Kata mereka: wajib menetapkan sifat-sifat
bagi Allah karena Allah menetapkannya untuk diriNya hanya saja
mereka berkata: Sifat-sifat Allah sama dengan sifat-sifat makhluk.
Mereka ini berlebih-lebihan dalam menetapkan sementara
ahli fn' tlil berlebih-lebihan dalam menyucikan.
Mereka berkata: Kamu harus menetapkan Wajah bagi Allah,
wajah ini seperti wajah paling tampan dari kalangan bani Adam,
kata mereka, karena Allah berfirman kepada kita dengan apa yang
kita pahami dan mengerti. Dia berfirman,
{@ 46!i5fii'di'u,iiiy
" Dnn tetap kekal Wajah Tuhanmu yang memPunyai kebesnran dan
kemuliaan." (Ar-Rahm an 27).
Yang kita pahami dari wajah yaitu yang kita saksikan dan
manusia yaitu yang terbaik yang kita saksikan.
Allah -menurut mereka, nnudzubillalu- berwajah seperti wajah
pemuda paling tampan dari kalagan bani Adam. Kata mereka: Ini-
lah yang masuk di akal.
Adapun Ahlus Sunnah wal )ama'ah, maka mereka berkata,
Kami mengambil kebenaran dari kedua kelompok tersebut. Dalam
hal menyucikan Allah, kita mengambil kebenarannya, maka kita
tidak menyamakan Allah dengan makhluk, dan dalam hal mene-
tapkan, kita mengambil kebenarannya, maka kita tidak menging-
kari sifat-sifat Allah, akan tetapi menetapkan tanpa menyeruPakan,
menyucikan Allah, tapi tidak mengingkari sifat-sifatnya. Kami
menetapkan tetapi tanpa menyeruPakan, kami mengambil dalil
dari sini dan dari sini.
Kesimpulannya, Ahlus Sunnah wal Jama'ah yaitu golongan
pertengahan antara dua kelompok yang ekstrim; kelompok ekstrim
L-
dalam meniadakan dan menyucikan, mereka yaitu ahli ta'thil
dari Jahmiyah dan lain-lain dan kelompok ekstrim dalam mene-
tapkan, mereka yaitu ahli tamtsil.
Ahlus Sunnah wal Jama'ah berkata: Jangan berlebih-lebihan
dalam menetapkan dan jangan pula dalam menafikan. Kami mene-
tapkan tanpa tamtsil (menyerupakan) berdasarkan Firman Allah,
{ @ it;;i'€i ;) i, :r'' # AY
'Tidnk nda sesuatu pun yang semisal (serupa) dengan Din, dan
Din-lah ynng Malm Mendengar dan Mnlm Melihnt." (Asy-Syura: 11).
oo@
i-flt1 {--t:,;lt d. et )vri iU ,}. u3 er
Mereka (Ahlus Strrrrut *ul1urr,"'ah) yaitu gotor,gun tengah-
tengah dalam masalah perbuatan Allah antara Qadariyah dan
Jabariyah (r)
POKOK KEDUA: PERBUATAN HAMBA
[1]. Dalam masalah qadar, manusia ada tiga kelompok:
Pertnma, beriman kepada takdir Allah, tetapi berlebih-lebihan
dalam menetapkannya, sampai-sampai mereka menanggalkan
kemampuan dan ikhtiar manusia. Kelompok ini berkata: Sesung-
guhnya Allah pelaku dari segala sesuatu. Hamba tidak mempunyai
kemampuan dan ikhtiar. Seorang hamba berbuat dengan keter-
paksaan bahkan sebagian dari kelompok ini mengklaim bahwa
perbuatan lramba yaitu perbuatan Allah. Oleh karena inilahWih-
datul Wuj ud dan al- Hululiyah ber gabung dengan kelompok ini, me-
reka ini yaitu golongan Jabariyah.
Kelompok lcedua, berpendapat bahwa hamba berdiri sendiri
dalam perbuatannya, ia tidak berkaitan dengan kehendak dan tak-
dir Allah, sampai-sampai sebagian dari mereka bersikap berlebih-
lebihan dengan mengatakan, Allah tidak mengetahui perbuatan
ffi W
hamba, kecuali jika hamba tersebut melakukannya, sebelumnya
Allah tidak mengetahui apa pun. Kelompok ini yaitu Qadariyah,
yang digelari Majusi umat ini.
Kelompok pertama berlebih-lebihan dalam menetapkan takdir
Allah dan perbuatanNya. Mereka berkata: Allah memaksa sese-
orang untuk berbuat, dan hamba tidak mempunyai pilihan (ikhtiar)
aPaPun.
Kelompok kedua berlebihJebihan dalam menetapkan kesang-
gupan manusia. Mereka berkata, Kodrat Ilahi dan kehendakNya
tidak berkaitan dengan perbuatan manusia, manusialah pelaku
dengan ikhtiar mutlak.
Kelompok ketiga, Ahlus Sunnah wal Jama'ah, mereka berkata:
kami mengambil kebenaran yang dimiliki oleh kedua kelompok.
Kami katakan perbuatan hamba terjadi karena dikehendaki dan
diciptakan Allah, tidak mungkin terjadi pada kekuasaan Allah apa
yang tidak Dia kehendaki, dan (bersama itu) manusia memiliki
ikhtiar (pilihan) dan kehendak, dan manusia dapat membedakan
antara perbuatan terpaksa dan perbuatan sukarela, maka perbuat-
an manusia yaitu dengan kehendak dan pilihan mereka, meskipun
demikian ia terjadi karena diciptakan dan dikehendaki Allah.
Hanya saja ia menyisakan pertanyaan. Bagaimana mungkin
ia ciptaan Allah padahal itu yaitu perbuatan manusia?
Jawabnya: Perbuatan manusia terjadi dengan kemampuan
dan keinginan dan yang menciptakan kemampuan dan keinginan
pada manusia yaitu Allah, seandainya Allah berkehendak nis-
caya Dia mengambil kemampuan tersebut maka ia tidak mamPu,
kalau ada orang yang mampu berbuat tetapi tidak ingin maka per-
buatan tidak terjadi darinya.
Setiap manusia yang mampu melakukan perbuatan, dia me-
lakukan dengan kehendaknya kecuali orang yang dipaksa.
Kita berbuat dengan kehendak dan kemampuan kita dan yang
menciptakan keduanya pada diri kita yaitu Allah.
ooo
(Ahlus Sunnah wal ]ama'ah yaitu golongan pertengahan) da-
lam masalah ancaman Allah antara Murii'ah dengan Wa'idiyah
dari kalangan Qadariyah dan lain-lain (1)
POKOK KETIGA: ANCAMAN AIIAH (AL-WA'ID)
[1]. Murji'ah yaitu isim fa'il dari kata kerja !;iyang berarti
mengakhirkan. Di antaranya yaitu Firman A1lah,
4.1*r'^rirjrtb
"Penrukn-pernuka itu menjarunb, 'Bei tnngguhlah din dan saudnra-
nya' ." (Al-A'raf: 111).
Di sebagian qira'at "tri yakni, akhirkantah dia dan akhirkan-
lah urusannya. Mereka dinamakan Murji'ah bisa dari tqli karena
mereka lebih condong kepada dalil-dalil raja' (harupan) daripada
dalil-dalil rua'id (ancaman), bisa pula dari irja- yang berarti meng-
akhirkan, karena mereka mengakhirkan amal perbuatan dari iman.
Oleh karena itu mereka berkata: Amal perbuatan bukan ter-
masuk iman, iman hanyalah pengakuan dalam hati saja.
Inilah sebabnya mereka berkata: Pelaku dosa besar seperti
pezina, pencuri, pemabok, perampok tidak berhak masuk neraka
meskipun hanya sesaat. Kemaksiatan tidak berdampak buruk bagi
iman, besar atau kecilnya kemaksiatan tersebut, selama tidak men-
capai tingkat kekufuran.
Di seberang Murji'ah yaitu Wa'idiyah. Mereka cenderung
kepada sisi rua'id (ancaman). Mereka berkata: Dosa besar apa pun
yang dilakukan oleh manusia sementara dia tidak bertaubat dari-
nya maka dia kekal di neraka karenanya. Kalau dia mencuri maka
dia masuk neraka dan kekal di dalamnya, kalau dia minum khamar
maka dia masuk neraka dan kekal di dalamnya... dan seterusnya.
Wa'idiyah mencakup dua kelompok Mu'tazilah dan Khawarij.
Oleh karena itu, penulis (syaikhul Islam) berkata, "Dari kalangan
Qadariyah dan lain-lain." Maka ucapannya tersebut mencakup
3 raia,l, dqifa"A, W a,sit/ilrya/t
Mu'tazilah, dan Mu'tazilah yaitu eadariyah, karena berpendapat
bahwa manusia berdiri sendiri dalam perbuatannya, dan rrr"r.ku
yaitu Wa'idiyah, dan mencakup Khawarij.
Kedua kelompok ini sepakat bahwa pelaku dosa kekal di ne-
raka, tidak keluar darinya selama-lamanya. peminum khamar satu
kali sama dengan penyembah berhara seriLu tahun, sama-sama kekal
di neraka, hanya saja mereka berbeda daram memberi nama seba-
gaimana akan dijelaskan di bab kedua, insya Allah.
Adapun Ahlus sunnah wal Jama'ah maka mereka berkata:
Kami tidak memenangkan sisi ancaman seperti yang dilakukan
oleh Mu'tazilah dan Khawarij dan tidak prlu mu*eriangkan sisi
janji seperti yang dilakukan oleh Murji'ah. Kami katakaru pelaku
dosa besar berhak disiksa dan sekalipun dia disiksa, namun dia
tidak kekal di neraka.
, Pemicu perbedaan antara wa'idiyah dengan Murji'ah yaitu
ka1e11 masing-masing mereka melihat kepadi dalil dlngan mata
sebelah, melihat hanya dari satu sisi.
Murji'ah melihat kepada dalil-dalil janji, maka mereka me-
masukkan manusia ke dalam harapan saja. Kata mereka dalil-dalil
yang begini inilah yang kami pegang. selainnya kami campakkan,
dan dalil-dalil ancaman mereka bawakan untuk orang-orang kafir.
wa'idiyah sebaliknya, mereka hanya melihat kepada dalil-
clalil ancaman lalu mereka mengambilnya dan mereka melalaikan
dalil-dalil janji.
oleh karena itu, sikap mereka tidak berimbang karena mereka
melihat dari sisi yang satu.
Ahlus sunnah wal Jama'ah mengambil ini dan mengambil
itu. Dalil-dalil ancaman yaitu muhkam maka kita mengu*bitnyu,
dalil-dalil janji juga rnuhknm, maka kita mengambilnya. Ahlus sun-
nah wal Jama'ah mengambil dari dalil-dalil janji yang dengannya
mereka membantah wa'idiyah, dan mereka mengambil dari dalil-
dalil ancaman yang dengannya mereka membantah Murji'ah. Ahlus
Sunnah wal Jama'ah berkata, Pelaku dosa besar berhak masuk ne-
raka agar kita tidak mencampakkan dalil-dalil ancaman, tetapi dia
tidak kekal di dalamnya agar kita tidak mencampakkan dalil-dalil
janji.
@; iiiAt d. u.-lts9Lr")l zv'.J tu.,lr(".eu-i413
Dalam masalah nama Iman dan Agama (Ahlus Sunnah wal
Jama'ah yaitu golongan pertengahan) antara Haruriyah dan
Mu'tazilah dengan Murii'ah dan fahmiyah (tl
ffi
Mereka mengambil kedua dalil dan melihat dengan dua
mata.
ooo
POKOK KEEMPAT: NAMA I}IAN DAN AGAMA
[1]. Ini tentang masalah iman dan agama, ia bukan perkara
hukum yang merupakan janji dan ancaman; dengan aPa kita me-
namakan pelaku dosa besar? Mukmin atau kafir?
Ahlus Sunnah mengambil jalan tengah di antara Haruriyah
clan Mu'tazilah di satu pihak, dan di antara Murji'ah dan Jahmiyah
di pihak yang lain.
Haruriyah dan Mu'tazilah mengeluarkan pelaku dosa besar
dari iman, hanya saja Haruriyah berkata: Dia kafir, darah dan har-
tanya halal. OIeh karena itu, mereka memberontak kepada para
pemimpin dan mengkafirkan manusia.
Murji'ah dan Jahmiyah berseberangan dengan mereka, kata
mereka: Pelaku dosa besar yaitu Mukmin dengan iman yang sem-
puma, sekalipun mencuri, berzina, mabok membunuh, merampok.
(Kata mereka,) Kami katakan kepada pelakunya: kamu yaitu
Mukmin dengan iman yang semPurna sama dengan orang yang
menjalankan kewajiban dan yang sunnah dan menjauhi larangan-
larangan. Kamu dan dia yaitu sama dalam masalah iman.
Kedua kelompok ini berseberangan dalam memberi nama dan
hukum.
Lain lagi Mu'tazilah, mereka berkata: "Pelaku dosa besar ke-
luar dari iman tetapi tidak masuk ke dalam kekufuran, dia dalam
kedudukan di antara dua kedudukan. Kami tidak berani berkata
dia kafir kami juga tidak berhak berkata dia Mukmin sementara
dia melakukan dosa besar,berzina, mencuri dan minum khamar."
Mereka berkata, "Kamilah manusia yang paling berbahagia dengan
kebenaran."
Sebenarnya kalau mereka berkata: Orang ini (yang melaku-
kan dosa besar) tidak sama dengan seorang Mukmin ahli ibadah
maka mereka benar.
Akan tetapi mereka mengeluarkannya dari iman, kemudian
membuat-buat ajaran bid'ah, yaitu satu kedudukan di antara dua
kedudukan, ini yaitu bid'ah yang tidak berdasar, tidak dari Kitab
Allah dan tidak pula dari sunnah Rasulullah. semua dalil-dalil me-
nunjukkan bahwa tidak ada satu kedudukan di antara dua kedu-
dukan, seperti Firman Allah cltF,
{@ -#,yeia"iF?e.lit1b
" Dfln sesungguhnya knmi atau kamu (orang-orang musyik), pasti
bernda dalnm hidayah (kebenaran) atau dalam kesesatan yang nyata.,,
(Saba':24).
Dan FirmanNya,
u Mnkn tidak ada se sudah *arnoros rffrr::rf::"::)
(Yunus:32).
Lalu FirmanNya,
4b9f-4"t)4'f*rfu"i(;l F
"Dialnh yfing menciptnkan kamu maka di antara kamu adn yang
knfir dnn di nntnrnmu nda yang Mukmin. " (At-Taghabun: 2).
Di dalam Hadits Rasul bersabda,
" Al-Qur'an ndalah hujjah yang membelamu atnu melautanmu."
Mana satu kedudukan di antara dua kedudukan?
Mereka berkata: Dia berada dalam kedudukan di antara dua
a* Ji 6"r+J-:)Tiii
kedudukan sementara dalam hal ancaman mereka menerapkaru:tya
mereka setuju dengan Haruriyah bahwa pelaku dosa besar kekal
di neraka. Adapun di dunia maka mereka berkata: Hukum-hukum
Islam berlaku padanya karena inilah dasarnya. Jadi menurut me-
reka, dia di dunia sama dengan kedudukan Mukmin fasik pelaku
kemaksiatan.
Sublnnnllnh, bagaimana kita menshalatkannya. Bagaimana kita
berkata: Ya Allah ampunilah dia sementara dia kekal di neraka.
Semestinya mereka berkata tentang hukum-hukum dunia,
"Pelaku dosa besar tidak dihukumi, tidak dikatakan Muslim juga
tidak dikatakan kafir. Kami tidak memberinya hukum Islam dan
tidak pula hukum kafir. Apabila dia mati maka kita tidak mensha-
latkannya, tidak mengkafaninya, tidak memandikannya, tidak me-
nguburkannya bersama kaum Muslimin dan tidak menguburkan-
nya bersama or;rng-orang kafir, jadi kita mencari kuburan di antara
dua kuburan."
Adapun Ahlus Sunnah wal ]ama'ah, maka mereka bersikap
tengah di antara kelompok-kelompok ini, mereka berkata: Orang
Mukmin pelaku dosa besar kami namakan Mukmin dengan iman
yang kurang atau kami katakan Mukmin dengan imannya dan fasik
dengan dosa besarnya. Inilah keadilan, dia tidak diberi nama iman
secara mutlak dan tidak diambil darinya predikat iman secara total.
Akibat dari ini yaitu kita tidak boleh membenci orang fasik
secara mutlak dan mencintainya secara mutlak, akan tetapi kita
mencintainya sebatas iman yang dimilikinya dan membencinya
sebatas dosa yang dilakukannya.
ooo
ffi ffi
)*r,_,t;+1 ;3
(Ahlus Sunnah wal fama'ah yaitu golongan dalam pertengahan)
dalam sikap terhadap para sahabat Rasulullah ffi antara Rafi-
dhah (Syi'ah) dan Khawarii(l)
POKOK KEIIMA: MENGENAI PARA SAHABAT
tU. gt-;i yaitu jamak dari l,-u; dan t*....Jiyaitu isim jamak
dari l.-t; yang berarti yang melazimi sesuatu.
Sahabat yaitu orang yangbertemu dengan Nabi ffi, beriman
kepadanya dan mati di atas keimanan.
Ini khusus pada para sahabat, ia yaitu salah satu keistime-
waan Nabi ffi bahwa seseorang termasuk sahabatnya meski hanya
bertemu dengannya sesaat saja akan tetapi dengan syarat beriman
kepadanya.
Ahlus Sunnah wal Jama'ah yaitu golongan pertengahan
dalam masalah sikap terhadap para sahabat antara Rafidhah dan
Khawarij.
Rafidah (y*g menolak) yang sekarang dikenal dengan Syi'ah;
mereka dinamakan Rafidhah karena mereka menolak Zaid bin Ali
bin al-Husain bin Ali bin Abu Thalib.gi,, di mana golongan Syi'ah
az-Zaidiyah pada hari ini menisbatkan diri mereka kepadanya; Ra-
fidhah ini menolakZaid bin Ali pada saat mereka bertanya kepada-
nya, "Apa pendapatmu tentang Abu Bakar dan LImar?" Mereka
ingi. agar Zaid bin Ali mencela dan mencaci maki keduanya. Akan
tetapi dia menjawab, "Sebaik-baik orang dekat, keduanya yaitu
orang dekat kakekku." -maksudnya yaitu Rasulullah- Zaid memuji
Abu Bakar dan Umar, maka mereka menolaknya, marah kepadanya
dan meninggalkannya. Akhimya mereka dikenal dengan Rafidhah.
Rafidhah ini -nntrdzubillnh- memiliki prinsip-prinsip yang
terkenal di tengah mereka. Di antara prinsip mereka yang paling
buruk yaitu imnmah yang menetapkan bahwa seorang imam ada-
lah orang yang ntn'shum, dia tidak salah, kedudukan imnmnh lebih
tinggi daripada kedudukan kenabian, karena imam mengambil
ffi ffi
langsung dari Allah sementara Nabi dari seorang perantara yaitu
Jibril. Menurut mereka, imam tidak pernah salah bahkan kelom-
pok yang ekstrim dari mereka mengklaim bahwa imam mamPu
menciptakan, dia berkata kepada sesuafu, "Jadilah", maka terjadi-
lah.
Mereka berkata, Para sahabat yaitu orang-ortu:lgkafir, semua-
nya murtad setelah Nabi ffi wafat, bahkan Abu Bakar dan lJmar,
keduanya menurut mereka yaitu orang kafir yang mati di atas
kemunafikan -nnudzubillah- mereka tidak mengecualikan, kecuali
nltlul bnit dan beberapa gelintir oriu:lg yiu:lg menurut mereka yaitu
orang-orang yang loyal kepada ahlul bait.
Penulis kltab al-Fttshl berkata, "Bahkan kelompok ekstrim dari
mereka mengkafirkan Ali bin Abu Thalib, karena Ali mendiamkan
kezhaliman dan kebatilan pada saat membai'at Abu Bakar dan Umar.
Semestinya dia mengingkari pembai'atan keduanya. Karena Ali
tidak mengikuti kebenaran dan tidak berpihak kepada keadilan
serta menyetujui kezhaliman, maka dia yaitu orang zhalim lagi
kafir."
Adapun Khawarij maka mereka berseberangan dengan orang-
orang Rafidhah, di mana mereka mengkafirkan Ali bin Abu Thalib,
Muawiyah bin Abu Sufyan dan siapa Pun yang tidak berada di
jalan mereka, dan mereka menghalalkan darah kaum Muslimin.
Mereka yaitu orang-orang seperti yang disabdakan oleh Nabi *8,
.bgtbptoXKi+.1' U;tyX
" Merekn melesat (menyempaD dan Agama seperti anak panah yang
melesat dari busur (nya).'l
Iman mereka tidak melewati tenggorokan mereka.
Syi'ah bersikap sangat berlebihJebihan terhadap ahlul bait (ke-
luarga Nabi) dan orang-orang yang loyal kepada mereka bahkan
di antara mereka ada yang mengklaim bahwa AIi yaitu tuhan,
ada pula yang mengklaim bahwa Ali lebih berhak menjadi Nabi
daripada Muhammad M, dan Khawarij yaitu sebaliknya.
' Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab Istitab al-Murtaddin, hb Qatli al-Khawanj wa al-Mulhidin
Ba'da lqamah al-Hujjafi dan Muslim, Kitab Zakah, Bab at-Tahidh Ala Qadi al-Khawanj.
ffi ffi
Adapun Ahlus Sunnah wal ]ama'ah, maka mereka bersikap
tengah di antara kedua kelompok tersebut, mereka berkata: Kami
mendudukkan ahlul bait pada posisinya, menurut kami mereka
memiliki hak atas kami: hak Islam dan iman dan hak kekerabatan
dengan Rasulullah. Mereka berkata, Kekerabatan Rasulullah me-
miliki hak atas kami, dan salah satu hak tersebut yaitu mempo-
sisikan mereka dalam posisi yang benar dengan tidak mengkultus-
kan kepada mereka. Ahlus Sunnah wal Jama'ah berkata tentang
sahabat-sahabat Nabi # y*g lain. Mereka memiliki hak atas kami,
yaitu memuliakan, menghormati dan mendoakan mereka., semoga
Allah meridhai mereka. Hendaknya kita bersikap sebagaimana
yang telah difirmankan Allah,
Lc-fi e,pili ;a:{;\Lq" Ojiey1, 13 *r gjy
{ @ ';,3)z i;c3\;'\;G.$r-
"Yt Rnbb knnri, bei nmpunlah knmi dnn snudnra-saudnra kami yang
telnh berintan lebih dulu dni kami, dan jnnganlnh Engknu membinrkan
kedengkinn dnlnm luti knmi terludap orang-orang yang beimnn. Yn Rabb
kani, sesungguhnya Engknu Malu Penyantun lngi Mnha Penynynng."
(Al-Hasyr: 10).
Kita tidak memusuhi seorang pun dari mereka, tidak dari
kalangan nlilul bait dan tidak pula selain mereka, masing-masing
dari mereka kita beri haknya, maka Ahlus Sunnah wal Jama'ah
yaitu golongan pertengahan antara kelompok pengkultus dan
kelompok kurang ajar.
ooo
,y.V e " ht fi L! itiiyl ,+'.. .it{) | ,,* iuft W ,tr5 iS.r,'7"t ,:' ,!,'i. ),'2.t-.t' .t
,e$ ut{ i\ b ro,l'Yt iY * &\J,W ly: * lrES
,ri6 4 pu tt;* ,i1 t"o;i; -b ,bb g" ,k p.tSw
,l$ e
("i!., ,i 6 ti3 r"'iSE e u {+
y );.'efri e {fi"i ,6 * ,t,}:'ii3 o-yL1si ,;t "it }b
c',1 K1t fi uc'6-u, dpi 'n 3i.v:V'&-v; +ti c i{
{@ uli$q6?
y ru ,J9
"'dilL, 4r:J ';1 {k'fry ,rg 4 ,A:
v aQ] ,*rlit iL * d\ v dq -*s""ai'lt +y
,avrl;; ;;i.rr txt vV ,y 4 ;;dl <ur; <rr";i;il 4!i iut p
PASAL
"Termasuk ke dalam iman kepada Allah yang telah kami se-
butkan yaitu iman kepada apa yang Dia beritakan di dalam
kitabNya, dan apa yang diriwayatkan secara mutawatir dari
RasulNya ffi serta telah disepakati oleh Salaf umat ini, yaitu
bahwa Allah di atas langitNya, di atas ArasyNya dan Maha-
tinggi di atas makhluk-makhlukNya."(1)
Dan Allah Yang Mahasuci bersama mereka di mana pun mereka
berada, mengetahui apa yang mereka kerjakan(z) sebagaimana
Dia menggabungkan keduanya0) pada FirmanNya,
"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
tnas*, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, Dia mengetahui
masuk ke dalam bumi dan a keluar dari
ffi
ffi
nya dan apa yang tuntn dai langit dan apa yang naik kepada-
Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saia kamu berada. Dan
Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan."
FirmanNya, "Dan Dia bersama kalian," tidak berarti bahwa
Dia berbaur dengan makhluk(a), karena hal itu tidak diharus-
kan oleh bahasa(s) dan ia menyelisihi iima' Salaf umat, dan ber-
tentangan dengan fitrah yang di atas fitrah itulah Allah mencip-
takan manusia,(0) bahkan(7) rembulan yang merupakan salah
satu tanda kebesaran Allah dan salah satu makhluk Allah ter-
kecil, ia di langit dan pada waktu yang sama juga bersama orang
musafir dan orang yang tidak musafir di mana pun dia ber-
ada(s)
PASAL
TENTANG SIFAT AI-MA,IYAH (AI.tAH BESERTA
MAKHI.UK) DAN KETERANGAN TENTANG
I}IEMPERTEMUKANNYA DENGAN SIFAT AT.UTUW
A[[AH (AttAH DI ATAS SANA) DAN
BE RSE ITIAYAIIINYA DI ATAS ARASYNYA
[1]. Telah dijelaskan bahwa termasuk ke dalam iman kepada
Allah yaitu iman kepada Asma' dan SifatNya, di mana salah satu-
nya adalal'r iman bahwa Allal'r beserta makhlukNya. Pada pasal ini
Syaikhul Islam menjelaskan bagaimana memPertemukan antara
sifat nl-Lllwu dengan nl-Mn'iyalr (antara kenyataan bahwa Allah
tinggi cli atas sana dengan kenyataan bahwa Allah beserta hamba-
hambaNya), Beliau berkata, "Termasuk ke dalam iman kepada
Allah yang telah kami sebutkan yaitu iman kepada apa yang Dia
beritakan di dalam KitabNya dan apa yang diriwayatkan secara
mutawatir dari RasulNya *8i serta telah disepakati oleh Salaf umat
ini, yaitu bahwa Allah di atas langitNya, di atas ArasyNya dan
Mahatinggi di atas makhluk-makhlukNya."
Ini yaitu tiga dalil yang menunjukkan bahwa Allah di atas
sana: al-Qur'an, as-Sunnah dan ijma'.
Dan telah kami jelaskan pula dalil keempat dan kelima, yaitu
ffi ffi
akal dan fitrah.
Bahwa Allah di atas langitNya, di atas ArasyNya clan Maha-
tinggi cli atas makhluk-makhlukNya.
Telah kami jelaskan bahwa ketinggian Allah terbagi menjadi
clua: ketinggian sifat dan ketinggian dzat. Kedua bentuk keting-
gian ini clitetapkan oleh al-Qur'an, as-Sunnah, iima' clan akal serta
fitrah.
AI-Qur'an penuh dengan clalil-dalil tcntang hal itu. Tcrkatlang
secara jelas merryatakan fnuqiynh (di atas), tcrkadang secartt jclas
menyatakan tinggi, terkadang secara jelas mcnctapkat'r bahwa Dia
cli langit, terkaclang clengan menyatakan turunnya pcrkarar-pcrkara
clariNya, atau dengan naiknya perkara-pcrkara kcpaclaNytl, tltllt
lain-lain.
As-Sunnah datang dengan menetapkannya melalui perkatuan,
perbuatan c{an penetapan scbagaimana tclah dijclaskan.
Ijma': Salaf telah berijma' atas hal itu dan jalan mcngctahui
ijma' mereka yaitu tidak adanya penukilan clari mcrcka yang mc-
nyclisihi al-Qur'an dan hadits, mereka membaca al-Qur'an, meri-
wayatkan haclits dan mengerti makna-maknanya dan manakala
tidak dinukil dari mereka apa yang menyelisil'ri zahirnya maka
diketahuilah bahwa mereka tidak meyakini sclainnya dan bahwa
mereka bersepakat atas itu. Ini yaitu ialan yang baik untuk mcnc-
tapkan ijma' mereka, peganglah ia karena ia bcrguna banyak sckali
dalam banyak hal.
Adapun dalil akal, maka ia dari dua scgi:
Pertnrno: Bahwa nl-Ulutp (tinggi di atas) yaitu sifat kcsem-
purnaan dan Allah berhak untuk mendapatkan sifat kescmpur-
naan, maka nl-Ulwo harus ditetapkan bagi Allah.
Kedun: Kalau Allah tidak tinggi, maka Dia di bawah atau se-
jajar dan kecluanya yaitu sifat kekurangan, karena hal ini berarti
selainNya di atasNya atau sepertiNya. Maka al-Ulwo harus dite-
tapkan bagi Allah.
Adapun fitrah, maka tidak seorang pun yang mengingkari-
n1'a kecuali pemilik fitrah yang rusak, siapapun yang berkata "Allah",
hatinva pasti menghadap ke atas, tidak ber-paling ke kanan atau
ww
ffi
ke kiri, karena Allah di langit.
l2l. u*v S u il{ ,tr3 t1l fr;r it;q;;-a; (Dan Allah yang
Mahasuci bersama mereka di mana pun mereka berada, menge-
tahui apa yang mereka kerjakan). Hal ini termasuk iman kepada
Allah, yaitu iman akan kebesertaan Allah dengan makhlukNya.
Telah dijelaskan bahwa kebesertaan Allah terbagi menjadi
tiga bagian: umum, khusus dan khusus yang paling khusus.
Y*g umum meliputi siapa pun, baik Mukmin maupun kafir,
orang baik maupun orang berdosa. Contohnya yaitu Firman
Allah,
{ @ uiX'3' q:;1i5$ it :K;'xy
"Dnn Dia bersnmn kamu di mnnn saja knmu bersdn dnn Allnh Mahn
melihnt npa yang knmu kerjakan." (Al-Hadid: 4).
Yang khusus yaitu seperti Firman Allah,
{ @ 6# e'".4(:'\fii eii cai.i; }
" Sesungguhnya Allah be*rta ornng-orang yang bertaktua dan orang-
orang yang berbuat kebaikan " (An-Nahl: 128).
Dan yang paling khusus yaitu seperti Firman Allah kepada
Harun dan Musa,
{ @ i:6 {:f\"4, eyluai i6 }
" Allnh berfirman, 'Janganlah knmu berdua klmruatir, sesungguh-
nyn Aku besertn knmu berdua, Aku mendengar dan melihnt,." (Thaha:
46).
Dan FirmanNya tentang RasulNya Muhammad W,,
4r1;,r^1 6Lb
" Sesunggulmyn Allnh beserta kita.. (At-Taubah: 40).
Telah dijelaskan bahwa kebesertaan Allah ini yaitu hakiki
dan bahwa konsekuensi dari kebesertaan Allah yang umum ada-
lah mengetahui, mendengar, meliha! kuasa, berkuasa, dan lain-lain,
dan bahwa konsekuensi dari kebesertaan Allah yang khusus ada-
lah memberi pertolongan dan memperkuat.
[3]. Ucapan penulis "Mempertemukan keduanya,', yakni
antara kenyataan bahwa Allah ti.ggi di atas dengan Allah beserta
hamba-hambaNya. Firm,anNy a, { ;.A & u*t f$, kemudian Dia ber_
trmnyam di atas Arysy.".yaitu menetapkan bahwa Allah tingg! dan
filmalNy?, 4'i3(|tk1,jy',Dan Dia bersama kalian di miia pun
knlian beradn" menetapkan Allah beserta makhlukNya. Allah meng-
gabungkan keduanya dalam satu ayat. Tidak ada pertentangan an-
tara keduanya seperti yang telah dijelaskan, dan yang akan hadir.
Mempertemukan antara keduanya yaitu dari tiga segi:
Pertamn, Allah menyebutkan isfirrra'Nya di atas Arasy, kemu-
dian Dia berfirman, 4'6v',f fu7!$\"Dan Dia bersama kalian di mana
pun knlian beradn." Apabila Allah menggabungkan untuk diriNya
antara dua sifat, maka kita mengetahui dengan yakin bahwa kedua
sifat tersebut tidak bertentangan, karena kalau keduanya berten-
tangan niscaya keduanya tidak berkumpul karena dua hal yang
bertentangan tidak akan berkumpul dan tidak pula terangkat dalam
waktu yang sama, harus ada salah satunya dan yang liinnya ter-
angkat, kalau ada pertentangan niscaya awar ayat mendustakan
akhirnya atau sebaliknya.
Kedun, ulwu danma'iyaft mungkin terjadi pada makhluk seba-
gaimana yang akan dikatakan oleh penulis tentang ucapan orang-
orang, "Kami terus berjalan sedangkan rembulan bersama kami.',
Ketign, kalaupun seandainya ia tidak mungkin pada makhluk
tidak berarti ia tidak mungkin pada Khalik, karena tidak ada se-
suatu pun yang menyerupai Allah.
[4J. Ucapan penulis, ',FirmanNya, 4:*;-;r$,Dan Dia bersama
kolinn,' tidak berarti bahwa Allah berbaur dengan makhluk.,' Ka-
rena makna ini yaitu kekurangan dan telah dijelaskan bahwa
seandainya ini yaitu makna yang benar, niscaya ia berkonsekuensi
satu dari dua perkara: Khalik berjumlah lebih dari satu ke atas atau
Dia terbagi, ditambah bahwa Dia dikelilingi oleh yang ada, pad.a-
hal yang benar yaitu sebaliknya.
[5]. Ucapan penulis , dt +i v r.i; ,lF (Karena hal itu tidak
diharuskan oleh bahasa). Artinya, jika bahasa tidak mengharuskan
demikian, maka berarti bukan itu yang diinginkan. Irri yaitu salah
satu segi yang menunjukkan kebatilan pendapat al-Hululiyah dari
kalangan Jahmiyah dan lain-lain yang berkata bahwa Allah ber-
sama dengan makhluk dalam arti berbaur dengannya.
Penulis tidak berkata, "Tidak dituntut oleh bahasa." Karena
bisa jadi bahasa menuntutnya; beda antara "menuntut hal itu"
dengan "mengharuskan hal itu".
Beserta (al-Ma'iyah) secara bahasa bisa berkonsekuensi per-
campuran, seperti air dengan susu, yakni air bersama susu dicam-
Pur.
[6]. Ucapan penulis , 'iut 'P u Jv+, u\t i: * g+:v -,\i *i
;.:,At g; (Dan ia menyelisihi iima' Salaf umat dan bertentangan
dengan fitrah yang atas fitrah itulah Allah menciptakan manu-
sia)." Hal itu karena manusia difitrahkan untuk mengakui bahwa
Khalik terpisah dari makhluk. Tidak seorang pun berkata, "Ya Allah"
kecuali dia meyakini bahwa Allah terpisah dari makhluknya, dia
tidak meyakini bahwa Allah berada pada makhlukNya. Jadi klaim
bahwa Allah berbaur dengan makhluk menyelisihi syariat, akal
dan fitrah.
171. ,-y(bahkan): untuk mengalihkan dan menyangkal.
la!. y:,7L^u^Jl c. f -r--y 91 ,*,GrE; ;u\ A+r +!i i ^3-i ,;ilt ,u.
,ts *;i i*i' sj suilg @ahkan rembuian yang merupakan saldh
satu tanda ke6esaian Alt-ah dan salah satu makhluk allah terkecil,
ia di langit dan pada waktu yang sama juga bersama orang musa-
fir dan tidak musafir di mana pun dia berada). Ini yaitu contoh
yang dibuat oleh penulis untuk mendekatkan makna dan mereali-
sasikan kebenaran bahwa mungkin saja sesuatu itu bersama sese-
orang padahal keduanya berjauhan. Rembulan yang termasuk di
antara makhluk Altah terkecil, ia di langit, tetapi ia bersama musafir
dan lainnya di mana pun ia berada.
Apabila kita berkata terhadap rembulan yang termasuk makh-
luk Allah yang terkecil bahwa ia bersama kita padahal ia di langit
dan hal itu tidak dianggap sebagai kontradiksi dan tidak menun-
tut adanya pembauran, lalu mengaPa tidak sah kalau kita mema-
hami ayat nm'iynlz sesuai dengan zahirnya? Kita katakan, Allah
bersama kita secara hakiki meskipun Dia di langit di atas segala
ffi W
sesuafu.
Sebagaimana telah kami katakan, Kalaupun hal ini tidak
mungkin bagi makhluk maka tidak demikian pada Khalik. Allah
di langit secara hakiki dan bersama kita secara hakiki dan tidak ada
pertentangan dalam hal ini meskipun Dia jauh dengan ketinggian-
Nya, Dia tetap dekat dengan ketinggianNya tersebut.
Inilah hasil kajian Syaikhul Islam di dalam buku-bukunya/
beliau berkata: Kita tidak perlu mentakwilkan ayat akan tetapi ayat-
nya sesuai dengan zahirnya, hanya saja dengan meyakini bahwa
Allah di langit di atas ArasyNya. Dia juga bersama kita secara ha-
kiki, Dia di atas ArasyNya secara hakiki sebagaimana kita katakan,
Dia turun ke langit terdekat secara hakiki dan Dia juga tinggi di
atas sana, tidak seorang pun dari Ahlus Sunnah wal Jama'ah meng-
ingkari hal ini, seluruh Ahlus Sunnah wal Jama'ah berkata: Dia
turun yaitu benar dan mereka bersepakat bahwa Dia di atas sana,
karena sifat Khalik tidak sama dengan sifat makhluk.
Aku telah menemukan hasil kajian Syaikh Muhammad bin
Ibrahim di mana beliau menetapkan hal yang sama, yakni bahwa
al-Mn'iyah yaitu hakiki, tapi tidak berarti Allah berbaur dengan
makhluk atau Dia di bumi.
Tentang tafsir al-Mn'iynh dari sebagian Salaf, bahwa makna-
nya yaitu , "Bersama mereka dengan ilmuNya," Syaikh bin Ibrahim
menjawab, "Kalau kalimat ini hadir, maka ia yaitu tafsi al-Mn'iynh
dengan makna konsekuensinya, bukan tafsir terhadap hakikat kata
run'iyah. Yang memicu dan mendorong penafsiran ini yaitu ada-
nya penentang dalam hal ini, yaitu, ahli bid'ah yang berkata bahwa
Dia berbaur dengan mereka. Maka sebagian Salaf menafsirkan mak-
sudnya dari konteks kalimat, yaitu bahwa Dia bersama mereka
dengan ilmuNya yang sempurna, tetapi mereka tidak bermaksud
menta'wilkan sifat "bersama" dengan "mengetahui segala sesuafu",
tetapi ia bersatu dengannya dalam ilmu sebagai tambahan makna
bagi run-iynh, yaitu bahwa Dia bersama mereka. Jadi penafsiran
"bersama" dengan konsekuensinya tidak menunjukkan bahwa
makna tersebut yaitu batil karena keduanya yaitu benar.
Sampai Syaikh Ibnu Ibrahim berkata, "Oleh karena itu Syaikhul
Islam menjelaskan di akidah yang lain yang singkat dan penuh ber-
kah bahwa FirmanNya,'Bersnmfl mereka' yaitu benar sesuai dengan
hakikatnya. Dan kalau ada dari golongan Salaf yang menafsirkan-
nya dengan konsekuensinya maka hal itu karena ada tuntutan, yaitu
membantah al-Hululiyah al-Jahmiyah yang mengingkari sifat al-
Ulutu seperti yang telah dijelaskan dan al-Qur'an boleh ditafsirkan
dengan dnlalah muthabaqah, maflrum, iltizam, konsekuensi dan dnln-
lnh-dnlnlnh yang lain. Para ulama yang mana dari merekalah diri-
wayatkan tafsir tentang sitat al-Mn'iynh dengan konsekuensinya
tidak mengingkari nl-Mn'iynh,bug, mereka al-Mn'iynh yaitu perkara
yang sangat jelas seperti matahari." Demikianlah ucaPan Syaikh
Muhammad Ibnu Ibrahim dari nl-Fntarla yar.g menegaskan aPa
yang ditulis oleh Syaikhul Islam di nl-Hnmawiynh (Mnimu' Fatmun
run Rnsn'il yang mulia Syaikh Muhammad bin Ibrahim, 1,/212).
Pertanyaan: Apakah benar kita katakan, "Dia bersama kita
dengan DzatNya?"
Jawabnya: Kata "dengan DzatNya" wajib dihindari karena ia
bisa menjerumuskan kepada makna yang rusak yang digunakan
sebagai pembenaran oleh al-Hululiyah. Kata tersebut tidak diper-
lukan, karena pada dasarnya segala sesuatu yang disandarkan
Allah kepada diriNya yaitu untuk diriNya. Lihatlah FirmanNya,
{ii::6\t "Dnn Tulunmu dntnng." Apakah harus dikatakan, "Datang
dengan DzatNya?" Juga sabda Nabi ffi,
.r+jlr 2t*il1 JL,g.'' Jtl
"Rnbb kitn turun ke langrt dunin." Apakah perlu dikatakan,
"Turun dengan DzatNya." Tidak perlu, kecuali dalam rangka men-
debat or.rng yang berpendapat bahwa yang datang atau yang hrrun
yaitu perintahNya, untuk membantah tnhrifny a.
ooo
py<ir 't j3; .."'*il', &tt; b 4t f Jt,* &i t**, tu 3r:v;.o?rj JyJt jit ii ir, eur a|; s)t
lUJi,Jq ,I)rilt llulr f 'bv-#:,qf
JLLrsa
iq 'i;; :iE :i ,& tu-:lr li { ;r")i4} , dg vv i:i
t"9t":)tj /r' ,lii &,
Allah di atas Arasy(r) mengawasi makhukNya(2),
^enguasaimereka(3), melihat mereka, dan makna-makna rububiyahNya
yang lain(e) Semua ucapan yang disebutkan oleh AIIah bahwa
Dia di atas Arasy dan bahwa Dia bersama kita yaitu benar
sesuai dengan hakikatnya, tidak memerlukan tahif, akan tetapi
ia harus dijaga dari dugaan-dugaan dusta, seperti diduga bahwa
zahir FirmanNya, "Di langit,,,bahwa langit menyanggaNya atau
memayungiNya. Ini yaitu batil berdasarkan kesepakatan ahli
ilmu dan iman(s)
[1]. Ucapan penulis, ;gt jjr tv,*ri3 (Allah di atas Arasy),
meskipun Dia bersama makhluk, Dia tetap di atas Arasy.
127. )4; * ;+1 (mengawasi makhlukNya), yakni, menga-
wasi dan menjaga ucapan, perbuatan, gerakan dan agama mereka.
l3l. fr* J,+# (menguasai mereka), yakni, menghukumi dan
mengendalikan hamba-hambaNya, hukum yaitu milikNya, se-
gala perkara kembali kepadaNya dan perintahNya yaitu jika Dia
berkata kepada sesuatu,', J ndilall, maka terjadilah.
_ 147. *t3,i.v"L i.rr;! * JI.,Wclu (melihat mereka dan makna-
makna nfuubiyahNya yang lain), yakni, makna yang dikandung
oleh rtrbubiyah Allah: kepemilikan, kekuasaan, pengaturan dan
lain-lain, karena rububiyah mengandung banyak makna, karena
Rabb yaitu pencipta, pemilik dan pengatur dan ini mengandung
makna y angbanyak sekali.
ffi
[51.
.v b ,V;; ill ;yst 3r'fri rir i'f , elt pril' r-l; #;
, j4,*;vJt l{at *'ov- #s,4f JLL',,.\ ,oi*
t-r,o5 . S :\'^k;tar .1i '4 ;Z)i4F' fF e!';ti'.Jrli'oi
,.,eq)r-i /rt ;;i t+9,,vu
(Semua ucaPan yang disebutkan oleh Allah bahwa Dia di
atas Arasy dan bahwa Dia bersama kita yaitu benar sesuai
dengan hakikatnya, tidak memerlukan tahrif, akan tetapi ia
harus diiaga dari dugaan-dugaan dusta, seperti diduga bahwa
zahir FirmanNya, "Di langit," bahwa langit menyanggaNya atau
memayungiNya. Ini yaitu batil berdasarkan kesepakatan ahli
ilmu dan iman).
Kalimat penulis ini yaitu penegasan bagi kalimat sebelum-
nya. Penulis mengulangnya karena topik ini memang penting'
plnuts menjelaskan bahwa apa yang Allah firmankan bahwa Dia
di atas Arasy yaitu haq (benar) sesuai dengan hakikah:rya, dan
bahwa Allah bersama kita iuga benar sesuai dengan hakikatnya,
tidak membutuhkan tahrif, yakni, kita tidak perlu membelokkan
makna Allah di atas kepada makna, yang tinggi yaitu keduduk-
annya, seperti yang diklaim oleh ahli ta'thil dan tahif, akan tetapi
ia yaitu ketinggian Dzat dan kedudukan sekaligus sebagaimana
kita tidak perlu memalingkan makna Allah beserta makhluk dari
zahirnya, akan tetapi kita katakan ia yaitu benar sesuai dengan
zahirnya. Dan siapa yang menafsirkannya tidak sesuai dengan ha-
kikabrya, maka dia telah menyimpangkan makna (tahnfl. Penafsiran
dengan "konsekuensi" dan "tuntutannya" memang diriwayatkan
dari sebagian Salaf dan itu karena adanya tuntutan untuk melaku-
kan itu dan penafsiran tersebut tidak menabrak hakikabrya, katena
konsekuensi dari kebenaran yaitu kebenaran.
Kemudian penulis menambahkan, "Akan tetapi ia harus
dijaga dari dugaan-dugaan dusta seperti diduga bahwa zahir
FirmanNya, {JZ)\o,} 'Dd langit', bahwa langit menyanggaNya
atau memayungiNya. lni yaitu batil dengan kesepakatan ahli
ilmu dan iman."
Dugaan-dugaan dusta yaitu pikiran-pikiran (asumsi-asumsi)
yang tidak memiliki dasar kebenaran, maka Firman Allah dan saMa
RasulNya wajib dijauhkan darinya.
Sebagai contoh, menduga zahir Firman Allah, {J1ai4},,Oi
langit" bahwa langit menyanggahNya, yakni memiktilNya seperti
langit-langit rumah menyangga apa yang ada di atasnya, atau la-
ngit memayungiNya, yakni ia di atasNya seperti atap di atas ma-
nusia.
Apabila ada yang menduga makna ini, maka dia berdusta,
dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Allah di langit harus dihin-
darkan dari dugaan yang demikian.
Ucapan penulis, "Ini yaitu batil berdasarkan kesepakatan
ahli ilmu dan ijma'."
Catatan:
Mungkin ada yal:rg berkata: Semestinya penulis berkata, "Dan
juga seperti asumsi bahwa zahir FirmanNya, {-K;fi\,Dan Dia
bersama kalian' yaitu Dia berbaur dengan makhiuk, karena asumsi
ini juga dusta."
|awabnya: Penulis telah menjelaskan hal itu sebelumnya,
yaitu pada ucapan beliau, "FirmanNya,{:*;*\ ,Dan Dia bersama
kalian', tidak berarti bahwa Dia berbaur i"r,gir,'*akh1uk.,,
ooo
ir o,
*''r:'lt
"',ro)\tJ otjL-"-iJl *F fo-_v' a.
" o)\t1.rtjL-"-.'Jt UF e, t6 ht'op
;t^^tt a4-1,"Y-ii L1 ;3:,1t1 otlt;!,,J|
6
,441 _*S ,
i. .t: li
ute et Ol
."'( -rit,;:*b {ai is;t"'=A: ,ry"'l!!'Yl
Karena sesungguhnya kursi Atlah meliputi langit dan bumi,(r)
Dialah yang menahan langit dan bumi sehingga keduanya tidak
bergeser(2). Dialah yang menahan langit sehingga ia tidak jatuh
ke bumi kecuali dengan izinNya(s) ,Dan di antara tanda-tanda
kekuasaanNya@ ialah berdiinya langit dan bumi dengan iradat-
Nya."(sl
[1]. ;;rjrj erjl;'-..lt 4f gt:.l.; iir3[ (Karena sesungguhnya
kursi Allah meliputi langit dan bumi).
Kursi yaitu tempat kedua kaki sebagaimana diriwayatkan
dari Ibnu Abbas #,.
KursiNya meliputi langit dan bumi, maksudnya yaitu men-
cakup langit yang tujuh dan bumi yang tujuh.
Maka bagaimana mungkin ada yang berasumsi bahwa langit
memayungi atau menyanggah Allah? Apabila kursiNya meliputi
langit dan bumi maka janganlah seorang pun berasumsi dengan
dugaan dusta ini yaitu bahwa langit memikulNya atau memayungi-
Nyu.
12!. i:i it\ s'r\tl eljLdl g]4- &nt;ij (Dialah yang menahan
langit dan bumi sehingga keduanya tidak bergeser).
Allah menahan keduanya sehingga keduanya tidak bergeser
dari tempatnya. Kalau A1lah tidak memegang keduanya pastilah
keduanya akan bergoncang, bergerak-gerak dan bergeser, akan
tetapi Allah dengan kuasa dan kekuatanNya memegang langit
dan bumi sehingga keduanya tidak jatuh, bahkan Dia berfirman,
ft,'$'ilA\K:'.$C"3;Y
" Dan sungguh jika lceduanya akan lenyap, tidak ada seorang Pun
yang dapat menahan keduanya selain Allah." (Fathir: 4L).
Tidak seorang pun yang menahan keduanya selain Allah untuk
selama-lamanya.
Kalau ada satu bintang yang jatuh maka tidak seorang Pun
mampu menahannya lalu bagaimana kalau yang jatuh itu yaitu
langit dan bumi? Tidak ada yang dapat menahan keduanya selain
Allah yang menciptakarurya, yffiE hanya berfirman kepada sesuatu
'ladilah', maka terjadilah. Mahasuci Allah, di tanganNya kerajaan
langit dan bumi.
[3]. Ucapan penulis, g!!.i! &)'it ,.b iy i:i;t;ar e)AJ (Dialah
yang menahan langit sehingga ia tidak jatuh ke bumi kecuali
dengan izinNya).
Langit di atas bumi, demi Allah, kalau Allah tidak menahan-
nya, niscaya ia telah jatuh ke bumi, karena ia yaitu makhluk
dengan materi yang super besar sebagaimana Firman Allah,
"Dnn Kami menjadilun
(Al-Anbiya': 32).
Dan FirmanNya,
{AFGz"itaiWy
langit itu sebagai atap yang terpelihara.,'
{@'b}r;i$ Xlri;S.rrety
"Dan langit itu Kami bangun dengan Tangan (Kami) dan sesungguh-
nyn Kami benar-bennr berkuasa.,, (Adz-Dzariyat: 47).
Kalau Allah tidak menahannya, maka ia pasti jatuh ke bumi,
jika itu terjadi maka binasalah bumi ini.
AllahJah yang menahan langit dan bumi sehingga kedua-
nya tidak bergeser, Dialah yang menahan langit sehingga ia tidak
jatuh ke bumi kecuali dengan izinNya. Apakah dengan ini masih
ada yang membayangkan bahwa langit menyanggaNya dan me_
mayungiNya? Tidak seorang pun yang bisa menggambarkan itu.
t4]. ( .A: rj|"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya.,,
Yakni, tanda-tanda kekuasaanNya yang menunjukkan ke_
sempurnaan Allah dari segala segi.
_ [5]. 4.r;\.):"ii3;g3r'iiJ> 'ralah berdiinya langit dan bumi
dengan iradatNya. " (Ar-Rum: 25), yangbersifat kauniyah d,an syar'i-
ynh, karena kehendakNya berdasar kepada hikmah, rahmat, keadilan
dan kebaikan. Firman Allah,
4€-4.6 E*$ -riiilis:iiit li6fr',6r€t JJy
" Andsikata kebenaran ifu menuruti hatoa nafsu merekn, pasti bina-
salah langit dan bumi ini, dan *mua yang ada di dnlamnya. " (Al-Mu'mi-
nun:71).
Hawa nafsu yaitu suatu kerusakan bagi langit dan bumi, ia
menyelisihi kehendak yang bersifat syar, iyah.
Jadi,langit dan bumi berdiri dengan kehendak kauni dan syar,i
dari Allah, kalau kebenaran mengikuti hawa nafsu manusia, nis-
caya rusaklah langit, bumi dan apa yang ada padanya. oleh karena
itu para ulama berkata tentang FirmanNya,
ffi ffi
{rir*LL;.,r!.li 4 ir"+i; F
"Dan janganlah kamu membuat lcerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya." (Al-A'raf: 56), yakni "Jangan berbuat
kerusakan di dalamnya dengan kemaksiatan'"
ooo
7 t z zoz
el-rll i.e.> +;i5; jv & 6d4 6i6
tys,(@5r33i W o,lhA;. JikFSoeG', tiY
*b tH:! ,jrtt qi ,;4u, #t*i t*: t-{ l;.t;^il w,
+-ei t4i ,:$r';'L,qG i, pi :tPx Y i<iF ,f.*Xi
y,? b itr: ?L1'jr e f't v3 .*13 * ,, f*\ JL.
l;"s 04 ut;4- {y '*yt ,* b f't v es-i *uS
!"t* e?f ,ei" G,y fi,g.F F Ar,?
"*o,Termasuk dalam hal ini(1) yaitu beriman bahwa Allah dekat
(kepada makhlukNya) dan menjawab (doa mereka),(z) sebagai-
m;rna Allah menggabungkan kedua predikat itu(s) dalam Firman-
Ny a, " D an ap abila hamb a-hamb aKu b ertany a kep adamu tentang
Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku yaitu dekat. Aku me-
ngabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepadaKu. " Dan sabda Nabi kepada para sahabat ketika me-
reka berdzikir dengan suara keras, "Hai t anusia, ringankan
atas dii kalian, kalian tiilak berdoa kepada dzat yang tuli dan
tidak hadir (ghaib), sesungguhnya Dzat yang kalian berdoa ke'
lebih dekat kqaila salah dari kalian da
,)b
leher hewan tunggangannya." Apa yang disebutkan di dalam
al-Qur'an dan as-Sunnah tentang kedekatan dan kebesertaan-
Nya (dengan makhluk) tidak bertentangan dengan apa yang
disebutkan tentang ketinggianNya dan keberadaanNya di atas
sana, karena Allah tidak ada sesuatu pun yang menandingtNya
dalam seluruh sifat-sifatNya, Dia Tinggi dalam kedekatanNya
dan dekat dalam ketinggianNya.(r)
PASAL
TENTANG KEDEKATAN AILAH I'AN
pENGABULANNyA (AKAN DOA) DAN BAHWA HAL ITU
TIDAK BERTENTANGAN DENGAN KETINGGIAN DAN
KEBERADAANNYA DI ATAS SANA
[1]. d!! d,F'i; (termasuk dalam hal ini) yakni, pada apa
di mana Allah menyifati diriNya dengannya.
l2!. 4J,*t tl or.?ji (yaitu beriman bahwa Allah dekat
(kepada makhlukNya) dan menjawab (doa mereka).
Maksudnya, mengimani bahwa Altah Mahadekat pada diri-
nya dan menjawab (permohonan) hamba-hambaNya.
Dalilnya yaitu Firman Allah rlt5,
{Ec;riy4jti 1G.' 4?,; ;g e c 2\1e; <ifY"rtlj F
"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku,
makn (jaruablah), bnhtoasanya Aku yaitu dekat. Aku mengabulkan per-
ntolrcnnn orang ynng berdon npabiln ia menrchon kepadaKu." (Al-Baqa-
rah: L86).
Di dalam ayat ini terdapat enam dhamir, semuanya kembali
kepada Allah, dari sini maka kedekatan di sini yaitu kedekatan
Allah, akan tetapi penjelasan tentang,,Dekat,, sama dengan penje-
lasan tentang "Bersama" dan bahwa hal itu tidak mengharuskan
Allah berada di tempat di mana manusia berada.
Apabila Rasulullah bersabda, *\ * :i: ;*i ,)l+|i t1(Sesung-
guhnyn Allnh lebih dekat kepada salah seorang dai kalian daipada leher
ffi ffi
hetuan tunggangannya), maka ini tidak berarti bahwa Allah di bumi,
di antara orang tersebut dengan leher hewan tunggangannya.
Begitu pula sabda Rasulullah, .54-tlt *3 hirt';:9 $esungguh-
nya Allah di depan u,ajah orang yang shalat) tidak berarti bahwa Allah
berada di antara orang tersebut dengan tembok jika dia shalat meng-
hadap ke tembok, dan tidak pula di antara orang tersebut dengan
tanah jika dia menghadap ke tanah.
Begitu pula kedekatanNya (kepada makhluk) tidak berarti
Dia di bumi, karena Allah tidak ada sesuatu pun yang serupa de-
nganNya, dan Dia meliputi segala sesuatu.
Ketahuilah, bahwa di antara ulama ada yang membagi ke-
dekatan AUah menjadi dua seperti halnya Allah bersama (makhluk-
Nyu). Ulama berkata: Kedekatan yang konsekuensinya yaitu
meliputi segala sesuatu yaitu kedekatan umum, dan kedekatan
yang konsekuensinya yaitu menjawab doa dan memberi balasan
yaitu kedekatan khusus.
Ada pula yar.g berkata: Kedekatan hanya satu, yaitu kede-
katan khusus yang berkonsekuensi kepada menjawab orang yang
berdoa dan memberi pahala kepada orang yang beribadah dan ini
tidak terbagi.
Pendapat kedua ini berdalil dengan Firman Allah tlt#,
4\G', rir,4-;ti',;;." *JZ; jg e,s ;4 <itZ,rtlj *
"Dan npabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku,
makn (jaruablah), bahtoasanya Aku yaitu dekat. Aku mengabulkan per-
mohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu." (Al-Baqa-
rah: 186).
Dan dengan sabda Nabi *#,
..t v y: *: b lt'otu +ii
"Keadaan di mana seorang hamba paling dekat kepada Rabbnya
yaitu pada saat dia sujud."r
Dan tidak mungkin Allah dekat dengan orang-orang durjana
t Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab ash-9halah, Bab Ma Yuqalu Fi ar-Ruku'wa as-Sujud.
*.;;, ,F , At-ti1 ,*' i:"u .+ ,)rj,Y 'x'F ,
(pendosa) lagi kafir. Pendapat ini yaitu pilihan Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim.
Akan tetapi pendapat ini disangkal dengan Firman Allah,
wfi5b
{@
"Dnn sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan me-
ngetnhui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih delat kpado-
nya daipadn urat lehernyn." (Qaf:'1,6).
Y*g dimaksud dengan (.rrv;ip (manusia) yaitu semua manu-
sia. Oleh karena itu Dia berfirman di akhir ayat,
i6j @ i.t ;i'\ nfri ffi4 a; 6iK $, ; # c 3 fry
( @ )* 1L KfG ovrl@ir':':i,c,:i &J
" Sesungguhnya kamu beradn dalam keadaan lalai dai ftal) ini, maka
Knmi singknpknn dai padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka
penglihntnnmu pada hni itu sangat tajam. Dan (m"alaikat) yang menyertai-
nya berkntn, 'lnilah (catatan amalnya) yang ada padaku.' Allah berfirman,
'kmparkanlah olehmu berdua lce dalam neraka semua orfing yang sangat
ingkar dnn keras kepala'," (Qat:22-2\.
Ini menyeluruh.
Juga disangkal dengan FirmanNya,
i* st5j1 lq@t':f;*5V irr[Lt ":{
rly-'liifi
{@
-qbiJ
'g:
" Maka mengapa ketikn nyalla snmpai di kerongkongan, padahal
knmu ketikn itu melilmt, dan Kami lebih dekat lcepadnnyn dai pada kamu.
Tetapi kamu tidnk melihaf. " (Al-Waqi'ah: 83-85).
Kemudian ayat-ayat setelahnya membagi orang-orang yang
nyawa mereka telah sampai di tenggorokan menjadi tiga bagian,
salah satunya yaitu orang kafir.
Jawaban atas sangkalan ini yaitu bahwa FirmanNya,
3 A" r,/, dqrda/"'W a,silAn#l,
{@ *$'Fc At'r;t';4y
" Dan Kami lebih dekat kepndanya danpada urat lehernya. " (Qaf: 16).
Maksudnya yaitu malaikat-malaikat Kami. Dalilnya yaitu
FirmanNya,
$e'i/i,,Yfi
" (Yaitu) ketika dua orang malaiknt mencatat nmnl perbuatnnnya."
(Qaf:17).
Karena {;1} ftetika) yaitu keterangan waktu yang terkait
dengan FirmanNya,
$i\b'Irbih dekat," yakni, dan kami lebih dekat kepadanya
tatkala kedua malaikat mencatat amalnya, ini menunjukkan bahwa
yang dimaksud dengan kedekatan Allah di sini yaitu kedekatan
malaikatNya.
Begitu pula Firman Allah tentang orang yang menghadapi
ajalnya, {Atlit ""'fi "Dan Kami lebih dekat kepndanya." Maksudnya
yaitu malaikat. Oleh karena itu, sesudahnya Allah berfirman,
{@'or#JSJ'y
"Tetapi kamu tidak melihaf. " (Al-Waqi'ah: 85).
Ini menunjukkan bahwa yang dekat ini ada pada kita dan
kita tidak melihabrya. Irri sangat tidak mungkin kalau yang dimak-
sud dengannya yaitu Allah, karena Allah di langit.
Menurutku apa yang dikatakan oleh Syaikhul Islam lebih dekat.
[5]. Ucapan penulis, ,:-U,.t'd. g+us (Sebagaimana Dia meng-
gabungkan di antara hal itu), yaitu dekatnya Allah dengan Allah
mengabulkan (doa).
l4l. y.r yakni, gtl-4 (sifat-sifatNya). Dia Mahatinggi sekaligus
dekat, dekat sekali-gus tinggi, tidak ada pertentangan di antara
keduanya. Penjelasannya telah berlalu belum jauh pada penjelasan
tentang ma'iyah.
ooo
PASAL
Termasuk iman kepada Allah dan kitab-kitabNya yaitu ber-
iman bahwa al-Qur'an(t) yaitu Firman Allah(2) yang diturun-
kan(3), bukan makhluk(l), dariNya ia beras2l(s), kepadaNya ia
kembali(5), dan bahwa Allah berbicara dengannya secara ha-
kiki(7) dan bahwa al-Qur'an ini yanr Dia turunkan kepada
Muhammad yaitu Firman Allah secara [at5ifti(e), bukan per-
kataan selainNya.(e)
PASAL
TENTANG IMAN BAHWA AI.QUR'AN ADAIAH
FIRMAN ALIAH SECARA HAKIKI
lU. iilr 3i., it ,yr ,+, )n\9q.il b3 (Termasuk iman kepada
Allah dan kitab-kitabNya yaitu beriman bahwa al-Qur'an).
Alasan mengapa iman kepada al-Qur'an dalam bentuk ini
termasuk iman kepada Allah, yaitu karena al-Qur'an memang
Firman Allah dan berfirman (p>l.(jr) yaitu salah satu sifatNya, di
samping itu Allah telah menyatakan bahwa al-Qur'an yaitu Fir-
manNya, dan bahwasanya al-Qur'an itu diturunkan. Jadi membe-
narkan hal itu termasuk iman kepada Allah.
[2]. rrrg>is (yaitu : Firman Altah).
Dalilnya yaitu Firman Allah tltS,
"w
ffi ffi
4 $', &'4 g t*
"lqtJ
Grili ;'A;[ ]
"Dan jika seorang di antara oranS-orang musyikin itu meminta
perlindungan kepadamu, maka lindungtlah ia supaya in sempat mende-
ngnr Firman Allah." (At-Taubah: 6).
[5]. Ucapan penulis, ip lYang diturunkan), yakni dari Allah;
berdasarkan Firman Allah eilS,
{ @5}i1fr,$5ti6i'"zst }
" sesungguhnya Kamilah yang menurunkan nl-Qur'an, dnn sesung-
guhny a Kami benar -benar memelilurany a." (Al-Hijr: 9).
Dan FirmanNya,
{@ ),c;,i'rY) ci$J'(\y
"sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada
mnlam kemuliaan." (Al-Qadr: 1).
14!. ;:k';l (bukan makhluk) yakni, ia bukan termasuk di
antara makhluk-makhluk yang diciptakanNya. Dalilnya yaitu
Firman Allah clW,
{;fir'oriil if Y
"lngatlah mencipta dan memerintah lunyalah hak Allnh." (Al-
A'raf: 54).
Dan al-Qur'an termasuk perintah Allah berdasarkan Firman
Allah,
46i;ci4Ye314i&Y
"Dan demikianlah Kami ruahyulan kepadamu wahyu (al-Qur'an)
dengnn peintah Kami." (Asy-Syu ra 52).
Dan karena berfirman (berkata) yaitu sif.atmutakallim (pem'
bicara), sedangkan makhluk yaitu obyek Khalik yang terpisah
dariNya, seperti sesuatu yang dibuat yang terpisah dari pembuat-
nya'
t5]. iq.L (dariNya ia berasal) yakni, asal-usul turunnya dari
Allah, bukan dari ]ibril atau lainnya, )ibril hanya membawanya
ffi ffi
turun dari Allah sebagaimana Firman Allah,
( @ L,;$ At *'l; @'airir,5 &js frty
" Dnn sesungguhnya al-Qur'an ini benar-benar dituntnkan oleh
Rnbb semesta nlam, dia dibarua turun oleh ar-Ruh al-Amin $ibnD.,
(A sy-Syu' a ru' : 192-193).
Dan FirmanNya,
"Katnknnlah, 'Ruhul Qudus (libnD menurunkan al-eur'an ifu dni
Tulnnmu' ." (An-Nahl 1,02),
dan FirmanNya,
(@ ,-{trfit;i'ie
"lr'f
b-r"y
'Kitab (al-Qur'an ini) diturunkan oleh Allah yang Mahaperkasa
lagi Malubijaksnna." (Az-Zumar: 1).
[6]. 3-ia gJl_e (kepadaNya ia kembali).
Penjelasan tentang maknanya dan dalilnya telah berlalu
pada ayat-ayat tentang Firman Allah.
[7]. Ucapan penulis,'e;# \# it li; (Dan bahwa Allah ber-
bicara dengannya secara hakiki). Ini berdasarkan kepada prinsip
pokok bahwa seluruh sifat Allah yaitu hakiki. Jika berfirmanNya
Allah yaitu hakiki, maka tidak mungkin ia yaitu makhluk, ka-
rena ia yaitu sifatNya, dan sifat Khalik bukan makhluk sebagai-
mana sifat makhluk yaitu makhluk.
Imam Ahmad telah berkata, "Barangsiapa berkata,'Lafazhku
dengan al-Qur'an yaitu makhluk', maka dia yaitu orang Jahmi-
yah. Dan barangsiapa berkata, 'Bukan makhluk,, maka dia yaitu
pelaku bid'ah."
Kami katakan "Lafiazh (ucapan)" digunakan untuk dua makna:
digunakan untuk perbuatan (perbuatan melafazhkan) pelaku, dan
digunakan untuk apa yang dilafazhkan. Berdasarkan kepada makna
yang pertama, maka perbuatan kita melafazhkan (mengucapkan)
al-Qur'an atau selainnya tanpa keraguan yaitu makhluk, karena
jika kita katakan bahwa lafazh berarti melafazhkan, maka suara
4.4;vqs3iiUdr$ F
yang keluar dari gerakan mulut, lidah kedua bibir semuanya
yaitu makhluk. Jadi jika yang dimaksud dengan lafazh yaitu
perbuatan melafazhkan, maka ia makhluk; baik yang dilafazhkan
itu al-Qur'an atau hadits atau ucapan hasil bikinan anda sendiri.
fika yang dimaksud dengan lafazhyaitu apa yang dilafazh-
kan, maka yangdilafazhkan (manusia) ada yang makhluk dan ada
yang bukan makhluk.
Berdasarkan ini, maka jika yang dilafazhkan yaitu al-Qur'an,
maka ia bukan makhluk.
Ini yaitu perinciannya dalam masalah ini.
Imam Ahmad berkata, " Barangsiapa berkata,'Lafiazhku dengan
al-Qur'an yaitu makhluk' maka dia yaitu orang Jahmiyah'"
Beliau mengatakan demikian, karena ada dua kemungkinan: bisa
jadi ucapan-ucapan ini yaitu syiar Jahmiyah. Jadi, seakan-akan
Imam Ahmad berkata, "Apabila kamu mendengar seseorang ber-
kata, 'Lafazhku dengan al-Qur'an yaitu makhluk,'maka ketahui-
lah bahwa dia yaitu orang Jahmiyah." Atau bisa jadi itu diucap-
kan oleh Imam Ahmad ketika beliau melihat bahwa maksud Lafazh
bagi orang yang mengucapkannya yaitu yang dilafazhkan itu
rur,diri. Yang kedua ini lebih dekat, karena Imam Ahmad sendiri
telah menjelaskannya dengan ucaPannya, "Barangsiapa berkata,
'Lafazhku dengan al-Qur'an yaitu makhluk -maksudnya yaitu
al-Qur'an-, maka dia yaitu orang Jahmiyah."
Jadi, jelaslah sekarang makna ucaPan lmam Ahmad di atas,
karena maksud pengucapnya yaitu yang dilafazhkan, dan tanpa
ragu bahwa orang yang menginginkan denganlafazh yaitu yang
dilafazhkan yaitu orang Jahmiyah di sini.
Adapun orang yang berkata, "Bukan makhluk" maka Imam
Ahmad berkata tentangnya, "Pelaku bid'ah." Karena hal ini tidak
dikenal di kalangan Salaf. Mereka tidak mengatakan ucaPan seperti
ini, mereka hanya berkata, tt[1-Qur'an yaitu Firman Allah."
181. i;;+1rt i)s i M t*t * n'i Ait ai 9r ri,i lii. (Bahwa al-Qur'an
ini yang Dia turunkan kepada Muhammad ffi yaitu Firman
Allah secara hakiki).
Penulis mengulang ucapannya ini, karena perkara ini sangat-
ffi ffi
lah penting. Ini masalah yang memicu terjadinya fitrah besar yar..lg
menimpa ulama kaum Muslimin, banyak orang yang telah men-
jadi tumbalnya, akan tetapi Allah melindungi kebenaran dengan
Imam Ahmad dan ulama-ulama seperti beliau yang menolak, ke-
cuali mengatakan, "Al-Qur'an yaitu Firman Allah, bukan makhluk"'
[9]. Uc