rsabda, "Dengan niat kalian, kalian bisa menya-
mai amal mereka."
Inilah keadilan, yang tidak beramal tidak sama dengan yang
beramal akan tetapi dia sama dengannya dalam hal pahala niat saja.
Adapun keinginan, maka ia terbagi menjadi dua:
Pertama, menginginkan sesuatu (kebaikan) dan melakukan
apa yang dia mampu lakukan, kemudian dia terhalangi sehingga
1 Bagian dari hadits diriwayatkan oleh Ahmad 41230, dan at-Tirmidzi, no. 2325.
2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Adza4 Bab adz-Dzikir bdda ash-Shalah, dan Muslim,
Kitab al-Masajid, Bab Istihbab adz-Dzikr bdda ash-9halah.
,l;i'ot,bt ,:?r:\:tlGl M dt JL.tyi w u-f6t ^i'Ji
,i,* ,y 1l:::$i ;t1.t;;;|$+: M & itrt
'&';A'&t:{; L'AKr:i # .A;;, $r 1t-GA
tidak bisa menyelesaikannya.
Orang ini ditulis untuknya pahala yang sempurna berdasar-
kan Firman Allah tlts,
./ , ot'/ zz \'*.cGatfr
,/ ,,t
ft rr'
"Barangsiapa l<eluar dni rumahnya dengan maksud berhijrah k prdo
Allah dan RasulNya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai
lce tempat yang ditu1u), makn sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah."
(An-Nisa': 100).
Ini yaitu berita gembira bagi para penuntut ilmu, yakni jika
seseorang menuntut ilmu karena ingin memberi manfaat kepada
manusia dengan ilmunya, membela Sunnah Rasulullah *€, dan me-
nyebarkan agama Allah di muka bumi kemudian dia tidak mamPu/
misatnya dia meninggal dunia semasa dia mencarinya, maka di-
tulis untuknya pahala apayangdiniatkan dan diusahakannya.
Bahkan apabila seseorang sudah terbiasa melakukan suatu
amalan, lalu dia tidak mampu melakukannya karena suatu sebab,
maka pahalanya ditulis untuknya. Nabi ffi bersabda,
" Apabila seorang hamba sakit atau bepergnn, niscaya ditulis untuk-
nya seperti apn yang dilakukannya dalam keadaan mukim lagi sehat."1
Kedua, menginginkan melakukan sesuatu (kebaikan) dan dia
tidak melakukannya, padahal dia bisa melakukannya, maka ditulis
dengannya kebaikan yang sempurna untuknya karena niatnya.
Adapun keburukan (kemaksiatan), maka ditulis atas sese-
or.u:rg unhrk apa yang dilakukannya juga ditulis untuknya apa yang
diinginkannya dan dia telah mengusahakannya meski dia gagal
mewujudkannya. Dan juga ditulis pula atasnya apa yang diniatkan
dan diangan-angankan.
t Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Jihad, Bab Yuktabu li al-Musafir Mi6lu Ma Kana Ya'malu
fi al-Iqamah.
tjt ,p; t;y
ffi ffi
Yang pertama: jelas.
Yang kedua: ditulis atasnya dengan sempurna, berdasarkan
sabda Nabi *&,
"Apabiln dua orang Muslim bertemu dengan Wdang masing-masing,
maka yang membunuh dan yang terbunuh yaitu di neraka." Mereka
berknta, "Yn Rasulullah #- kalau pembunuh di nerakn (<ami memahami),
lalu mengapa yang terbunuh (juga masuk neraka)?" Nabi menjallab, "KA-
rena dia berkeinginan kuat untuk membunuh saudaranya ifu."1 Sama
halnya orang yang hendak minum khamar, tetapi dia terhalangi
unfuk minum, ditulis atasnya dosa secara sempurna, karena dia
telah berusaha untuk melakukannya.
Yang ketiga: apa yang dia niatkan dan diangan:angankan
juga ditulis atasnya, akan tetapi hanya sebatas niat saja, berdasar-
kan hadits tentang seorang laki-laki yang diberi harta, dia mem-
belanjakannya dengan semena-mena, lalu seorang laki-laki miskin
berkata, "Kalau aku mempunyai harta, niscaya aku akan melaku-
kan apa yang dilakukan fulan.'Nabi # bersabda,
tt. .
, *l Jtt #
"Din dengan niatnya maka dosa lceduanya stma."2
Seandainya dia meniatkan keburukan, tetapi dia meninggal-
kannya, maka hal ini memiliki tiga kemungkinan:
1. Apabila meninggalkannya karena tidak mampu, maka dia
sama dengan pelaku jika telah berusaha melakukannya.
2. Apabila meninggalkannya karena Allah, maka dia menda-
patkan pahala.
t Diriwayatkan oleh al-Bukhail, Kitab al-Iman, bab Qauluhu Ta'ala, Wain tha'ifatani minal
mu'minina qatalu (Firnan Allah Ta'ala, 'Dan jika ada dua golongan dari orang-onng mukmin
berperang), dan Muslim, Kitab al-Fitan, bab ldza Tawajaha al-Muslimani bisaifaihima (Jika
dua orang Muslim berhadapan dengan pedang masing-masing).
2 Eagian dari hadits diriwayatkan oleh Ahmad 41230, dan at-'Iirmidzi, no.2325.
v$;
. )gt,t, J #v &66l&,.ru$dr ;fit sy
.ev f *vt^a-r36 afo 'j6 tUliajr iq 6 ,i6i' rii ,irr
3. Apabila meninggalkannya karena dirinya berpaling dari-
nya atau tidak terlintas di benaknya, maka ini tidak ada dosa atas-
nya dan tidak ada pahala untuknya.
Allah JB membalas kebaikan lebih banyak daripada amal
perbuatan dan membalas keburukan sama dengan perbuatan saja.
Allah slW berfirman,
;frq,rJni*-fi$\iV {"Q.6\ F{i' )1:L\iV t;y
{@ i;-'g;{
"Barnngsiapa ruembatua anml yang baik, maka baginya (pahala)
sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membarua perbuatan
jahat maka dia tidak dibei pembalasan melainknn seimbang dengan keja-
lutannya, sedang mereks sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)." (Al-
An'am: 160). Ini yaitu kemurahan Allah dan karena rahmatNya
mendahului murkaNya.
[3]. Perkataan penulis, 1;4 \qVv: Li yaitu mubtndrf , dan
khab arny a dis embuny kan (mah dzufl , asumsrnya a dalah Vi # (maka
di antara mereka ada yang mengambil).
Dan dibolehkan menjadikannya sebagai mubtada' padahal ia
yaitu nakirah, karena konteksnya yaitu memberi perincian, mak-
sudnya yaitu bahwa manusia pada hari itu terbagi menjadi bebe-
rapa golongan; di antara mereka ada yang menerima buku catatan-
nya dengan tangan kanannya, yakni orang-orang Mukmin, dan ini
merupakan isyarat bahwa tangan kanan memiliki kemuliaan. Oleh
karena itu, orang yang beriman menerima bukunya dengan tangan
kanan, sementara orang kafir menerima buku catatannya dengan
tangan kirinya atau dari balik punggungnya, sebagaimana penulis
katakan, "Dan ada pula yang menerima buku catatannya dengan
tangan kirinya."
[4]. Ucapan penulis, ,r+ sir;,2.ii "atau dari balik Punggung-
nya," atau (i1) di sini untuk menunjukkan keberagaman (at-Tanzoi'),
bukan menunjukkan keraguan. Maka zahir perkataan penulis me-
nunjukkan bahwa manusia menerima buku catatan amaLnya dengan
tiga cara: dengan tangan kanan, tangan kiri, dan dari balik Pung-
gung.
Akan tetapi, perbedaan ini hanyalah perbedaan sifat, orang
yang menerima buku catatannya dari balik Punggungnya yaitu
orang yang menerimanya dengan tangan kirinya, dia menerima-
nya dengan tangan kirinya dengan mengulurkarulya dari belakang,
dia menerimanya dengan tangan kiri karena dia termasuk ashhabus
syimal (golongan kiri). Dia menerimanya dari belakang Punggung-
nya, karena di dunia dulu dia memunggungi kitab Allah dan ber-
paling darinya, maka termasuk keadilan jika buku catatan amaL:rya
diterimanya dari balik punggungnya dari sini maka tangan kirinya
terlepas sehingga ia menerima dari belakang. Wallahu a'lam.
ooo
'^d( +,i+)1 t; X'6tu''4& Au' i;4!L ;;$ Ft|t;t y
4,',
(,^;,+{, i$ i$., 6,', ii$'$i,', 6r*
Sebagaimana Firman Allah M, "Dan tiap'tiap manusia itu
telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetap'
nya kalung) $l pada lehernya.Q) Dan Kami keluarkan baginya
pada Hai Kiamat sebuah kitab yang diiumpainya tetbuka. F\
Bacalah kitabmu,@) cukuplah diimu sendiri pada waktu ini
s eb a gai p enghis ab terha dapmtl.t' (5) (Al-Isra' : 13-1,4).
lU. (
":+*maksudnya
amalrya, karena manusia akan pesi-
mis dan opiimis-dengannya, dan karena dengarurya pula, manusia
dapat mencapai derajat yang tinggi atau justru terperosok ke dera-
jat yang rendah.
t2l. { .tii c*yuitu di lehernya. Ini yaitu keterkaitan yang
paling kuat dengah seseorang di mana ia berkait dengan lehernya
karena ia tidak mungkin terpisah kecuali jika dia mati, maka ia
harus dilaksanakan.
[5]. Pada Hari Kiamat perkaranya sebagaimana yang Allah
ulE firmankan, "Dan Kami l<eluarkan baginya pada Hai Kiamat sebuah
kitab yang dijumpninya terbuka." Tidak memerlukan tenaga dan ke-
sulitan untuk membukanya.
ffi W
[4]. Dikatakan fega{ any a, 4 $'fii \t " B acalah kitabmu.,' Lihat-
lah apa yang ditulis di dalamnya.'
tsl. {6i,,x!"ifi,L-L,ris$'Cuhtplah diimu sndii pada toaktu
ini sebagai penghisab terhadapmu." Ini yaitu keadilan dan obyek-
tifitas yang sempurna di mana perhitungarmya diserahkan kepada
yang bersangkutan. Orang yang berakal harusnya melihat apa yang
akan ditulis di buku tersebut di mana dia pada Hari Kiamat akan
melihahrya terbuka.
Akan tetapi, di depan kita terdapat sebuah pintu yang mung-
kin bisa menghilangkan segala keburukan, yaitu taubat. Apabila
seorang hamba bertaubat kepada Allah, maka sebesar apapun dosa-
nya, Allah akan mengampuninya bahkan meskipun dosa tersebut
dia lakukan berulang-ulang, kemudian dia bertauba! maka sesung-
guhnya Allah tetap akan mengampuninya. Maka selama perkari-
nya sekarang ini berada di tangan kita, hendaklah kita berusaha
dengan sungguh-sungguh agar yang ditulis dalam buku tersebut
hanyalah amal shalih.
o@o
t* !"*,ii;3"#,ypt y#.
etv-i ;)HW- Jo :fffit yi, .
,&wik ;;1s,&*r*
(t)r. i ..!,- r.. l.e 014-1 ctg.
, |4r,(')6;1;it iut +*-:
"'a^jrt3 ?tliJt d .U! + j
n i9 :iql t|t*'J)i U
;t::Hs tdt 3:;P ,*"b;"5
Dan Allah menghisab para makhlukG) Allah berkhalwat dengan
hambaNya yang beriman lalu Dia menetapkan (membuatnya
mengakui) dosa-dosanya(z) sebagaimana hal itu diielaskan di
dalam al-Qur'an dan Sunnah.(e) Adapun orang-orang kafir, maka
mereka tidak dihisab dengan hisab orang yang ditimbang ke-
baikan dan keburukannya karena mereka tidak mempunyai
kebaikan, akan tetapi amal-amal mereka dihitung dan dirinci
lalu ditunjukkan kepada mereka dan ditetapkan atasnya dan
mereka menjadi hina dina karenanya.(r)
[1]. Perkara ketujuh yang terjadi pada Hari Kiamat yaitu
apa yang disebutkan oleh penulis dalam ucapannya, 'itt,2w-3
;r,ir "Dan Allah menghisab para makhluk."
Al-Muhasabah: pemberitahuan kepada para hamba atas amal-
amal mereka pada Hari Kiamat.
Hal ini ditunjukkan oleh al-Qur'an, Sunnah, ijma' dan akal.
Dari al-Qur'an yaitu Firman Allah tltS,
( @ L*$-*,:'-tii.J;a@ .*,:;S3i ifty
"Adapun orang yang dibeikan kitabnya dai sebelah kanannya,
makn dia akan dipeiksa dengan pemeilesann yang mudah." (Al-lnsyiqaq:
7-8).
{ @ q, {r';@ # Vi, 3;:; @ * ir"';s:i}JTy
" Adapun orang-orang yang dibeikan kitabnya dai belakang, maka
dia aknn berteiak: 'Ctlakalah aku,' dan dia akan masuk ke dalam a?t yang
menyala-nyala (neraka)." (Al-Insyiqaq: 10-12).
Dari Sunnah terdapat beberapa hadits shahih dari Nabi ffi
bahwa Allah tlt$ akan menghisab para makhluk.
Sedangkan dari ijma', telah disepakati di kalangan umat bahwa
Allah tJtF menghisab para makhluk.
Adapun dari akal, maka itu sudah jelas, karena kita dibebani
untuk beramal, dengan menjalankan perintahNya, menjauhi lara-
nganNya, dan membenarkan syariatNya. Akal dan hikmah me-
nunjukkan bahwa siapa yang dibebani untuk beramal, maka dia
akan dihisab dan dipertanyakan perihal amalan-amalannya.
Ucapan penulis, $tiJi 'irt4w.3, "dan Allah menghisab para
mnhluk." Kata ";jujl" mencakup seluruh makhluk, hanya saja di-
kecualikan (dari penghisaban tersebut) orang-orang yang masuk
surga tanpa hisab dan tanpa azab sebagaimana dalam hadits shahih
di nsh-Slulrihainbahwa Nabi ffi melihat umatnya, dari mereka ter-
dapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan
azab, mereka yaitu orang-orangyangtidak meminta ruqyah, tidak
meminta agar sakitnya ditempel dengan besi panas, tidak berta-
ffi ffi
thayur dan mereka bertawakal kepada Rabb mereka.l
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad jayidbahwa satu
orang dari mereka diikuti oleh tujuh puluh ribu orang.2 Jadi, tujuh
puluh ribu kali tujuh puluh ribu ditambah tujuh puluh ribu. Me-
reka semua masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.
Ucapan penulis, Airilt "Makhluk," meliputi jin juga, karena
mereka juga mukallaf (terbebani perintah dan larangan). Oleh ka-
rena itu, jin kafir juga masuk neraka berdasarkan dalil al-Qur'an
dan ijma', sebagaimana Firman Allah tJtS,
{r6(c ,e'l')i,ntt;rL# u:i$i iuirli-;i jri}
"Allah berfirman, 'Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka ber-
sama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu."
(Al-A'raf:38),
dan jin Mukmin masuk surga menurut pendapat jumhur ulama dan
inilah yang shahih sebagaimana hal itu ditunjukkan oleh Firman
Allah eltf,
{@ ,g4i\i1,7tr",A;b
"Dan orang yang takut akan saat menghndap Rabbnya mendapat-
knn dua surga." (Ar-Rahman:46), sampai FirmanNya,
{@?;'; s;;it-* #L'#,6 )y
'Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-
penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin."
(Ar-Rahman:56).
Apakah hisab mencakup binatang juga? Kalau qishash maka
ya, karena Nabi ffi bersabda dalam hadits shahih,
. ru gt rutlt';.,t )4t rt .$. p.';il
"Bahtuasanya akan diqishash untuk kambing tidak bertanduk dai
t Diriwayatkan, Kbb ar-Riqaq, bab Ydkhulu al-lanmh Sab'una Alhn bi Ghaii Hisb, dan Muslim,
Kitab al-Iman.
2 Diriwayatkan oleh Ahmad 1/196.
knmbingbertanduk."l ini yaitu qishash, karena ia tidak dihisab dengan
hisab taklif dan kewajiban, karena binatang tidak berkait dengan
pahala dan dosa.
[2]. Ucapannya, y,iit3.p ,t4t s*. rj*..e"Allahberkhnhuat de-
ngan hnmbaNya yang beiman lalu Dia menetapkan (membuatnya me-
ngakui) dosa-dosanya." lni yaitu sifat hisab seorang Mukmin, Allah
berdua saja dengannya tanpa diketahui oleh siapa pun dan Dia
menetapkan dosa-dosanya. Yakni Dia berfirman kepada hamba
tersebut, "Kamu telah melakukan ini, kamu telah melakukan ini,
"... sehingga.hamba tersebut mengakui, kemudian Allah berfirman,
iA rn u34;1ul't t;tl d 4* WF uAku telah menutupinya atasmu di dunia
dan pada hai ini Aku mengampuni dosa itu untukmu."
Allah menutupinya, tidak seorang pun melihatnya dan tidak
seorang pun mendengarnya. Ini yaitu karunia Allah g kepada
orang yang beriman, karena jika ada orang yang menetapkan ke-
jahatanmu di depan umum meskipun dia memaafkanmu, itu ada-
lah aibmu yang terbongkar, akan tetapi jika hanya berdua saja, maka
dia telah menutupinya.
[3]. ell (Hal itu) maksudnya hisab, yakni sebagaimana Dia
menjelaskan hisab di dalam al-Qur'an dan Sunnah, karena ini ter-
masuk perkara ghaib yang berpijak hanya kepada dalil mumi, maka
wajib dikembalikan kepada apa yang dijelaskan di dalam al-Qur'an
dan Sunnah.
[4]. Begitulah, maknanya hadir di hadits Ibnu Umar,+ibi dari
Nabi & ketika beliau menjelaskan hisab Allah terhadap hambaNya
yang beriman bahwa Dia berdua dengannya dan menetapkan dosa-
dosanya. Nabi ffi bersabda,
CIf rYy^ t63)\Al ,i3r') & e,,StW lty,t*i6 'rtfit Yi3
i*Jfur &btU\ti &-t*tr.s
"Adapun orang-orang kafir dan munafik, maka mereka dipanggil
di depan khnlnyak, 'Mereka itulah orang-ornng yang telah berdusta ter-
hadap Rabb mereka, ketahuilah bafuua laknat Allah atas orang-orang
I Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab at-Bir, Bab Tahim al-Mazhalim.
zhnlim' ." (Muttafaq alaihi).1
Di Shahih Muslim2 dari Abu Hurairah & dalam hadits yang
panjang, dari Nabi ffi, beliau bersabda, "Maka Dia -yakni Allah-
menemui hamba -yakni yflng munafik- Allah berfirman, 'Hai fulan,
bukankah Aku telah memuliakanmu, menjadikanmu dihormati, menikah-
kanmu, menundukkan kuda dan untamu dan membiarkanmu berkuasa
dan bernikmat ria?' Dia menjazuab, 'Benar.' Allah bertanya, 'Apakah
kamu mengira akan bertemu dengnnKu?' Allah berfirmnn, 'Makn Aku
melupakanmu sebagaimana ksmu telah melupakanKu.' Kemudian Allah
menemui orang kedua lalu Dia bertanya kepadanya dan dia menjazuab
snma dengan jaruaban yang pertama, maka Allah berfirman, 'Aku melu-
pakrmmu xbagaimann lamu telah melupakanKu.' Kemudian Dia menemui
orang lcetiga. Dia bertanya dengan pertanyaan yang sama makn dia men-
jaruab, 'Ya Rabbi, aku beriman kepadaMu, kitabMu dan Rasul-rasulMu,
aku shalat, puasa dan bersedekah,' dia memuji dengan lcebaikan semam-
punya. Maka Dia berfirman, 'Knlau begttu (diamlah) di sini.' Kemudian
dikntakan kepadanya, 'Sekarang knmi ajukan saksi atasmu.' Dia memi-
kirkan, 'Siapakah yang bersaksi atasku?' Inlu mulutnya dikunci dan di-
katakan lepada pahanya, dagtngnya dan tulangnya, 'Berbicaralah.' Makn
ia berbicara membeberkan amalnya. Hal itu agar dia tidak beralasan. Itulah
ornng ruunafik dan itulah yang dimurkai Allah."
Peringatan: Ucapan penulis, "Hisab orang yang ditimbang
kebaikan dan keburukannya... " yaitu isyarat bahwa hisab yang
dinafikan yaitu hisab perbandingan antara kebaikan dan kebu-
rukan. Adapun hisab penetapan terhadap keburukan mereka maka
ia diberlakukan atas mereka sebagaimana hal itu ditunjukkan oleh
hadits Abu Hurairah *&.
Faidah: Amal yang pertama kali dihisab terhadap seorang
hamba yaitu shalat, dan perkara pertama yang diputuskan di
antara manusia yaitu perkara darah, karena shalat yaitu amal
perbuatan badan yang paling utama, dan perkara pelanggaran ter-
besar kepada manusia yaitu pelanggaran dalam hal darah.
ooo
I Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kitab at-Tafsir, surat Hud: 18, dan Muslim, Kitab at-Taubah.
': Dlriwayatkan oleh Musllm, Ktab az-Zuhd.
S W* /v d qlila/r'W o.nLlurln/"
[1]. Perkara kedelapan yang terjadi Pada Hari Kiamat ada-
lalr apa yang clisebutkan oleh penulis, s \'r;st "ry;t
ydt +|3r e:
r:;-{'Di Arnslmt Kinmnt terdapnt hnudh ynng didntnngi, ia nilik Nnbi
Mttlmnmmd."
Lur? yaitu jannk dariL3i, yaitu, tempat yang lapang di
antara bangunan t yang dimaksud di sini yaitu Padang Mahsyar
(tempat berdiri para hamba) pada Hari Kiamat.
u,yJt pacla dasarnya yaitu kumpulan air, dan yang dimak-
sud cli sini aclalah ,ry-st (telaga) Nabi *&.
Pembahasan tentang haudh dari beberapa segi:
Pertnnm, lnudh ini saat ini sudah ada karena dalam sebuah
haclits shahih, Nabi suatu kali berkhutbah,
"sesunggttlutyn nku deni Allnh, nrclilnt kepndn lnudhktt seknrnng."l
Dalam haclits shahih yang lain Nabi & bersabda,
Wr -G,:*r
"Dnn ttintbarku di ntns hnudltku."z
' Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ar-Riqaq, Bab Fi al-Haudh, no. 6590; dan Muslim, Kitab al'
Fadha'il.
2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ar-Riqaq, no. 6589; dan Muslim, Kitab al-Hai, Bab Ma
.;:it ;- JL F:t ,\tr ,pL.r
WQ $1 UV ,M r:J,-tJ. t:'tdt ,f Fl ty$l 9V? dr
,fr:'llL ,1t-eilt p* trb AT ,,JAI 'U &\i ,U.il1 'U
Di Arashat Kiamat (Padang Mahsyar) terdapat haudh (telaga)
yang didatangi, ia milik Nabi Muhammad ffi airnya lebih putih
daripada susu, lebih manis daripada madu, beiana-bejananya
sebanyak bintang-bintang di langit, paniangnya (sejauh peria-
lanan) satu bulan, dan lebarnya (sejauh perjalanan) satu bulan.
Barangsiapa yang minum seteguk darinya, niscaya dia tidak
akan merasa haus setelahnya selama-lamanya(r).
"'t-^ii r.i.r;r t& V \F'4 +* i,p &y:
Ada kemungkinan bahwa haudh itu ada di tempat tersebut,
hanya saja kita tidak melihatnya karena ia ghaib dan ada kemung-
kinan pula bahwa mimbar diletakkan di atas hnudh pada Hari
Kiamat.
Kedun, ada dua saluran dari sungai al-Kautsar yang mengalir
turun ke lnudh ini. Al-Kautsar sendiri yaitu sungai yang agung
yang diberikan kepada Nabi ffi di surga.l
Ketign,luudh ini sebelum menyeberangi jembatan, karena kon-
disinya memang menuntut demikian, di mana orang-orang mem-
butuhkan minum di Araslnt Kinmnt sebelum melewati jembatan'
Keempnt, yang datang ke hnudlt ini yaitu orang-orang yang
beriman kepada Allah dan RasulNya & yang mengikuti syariat-
Nya. Adapun orang yang menolak syariat dan menyombongkan
diri, maka dia diusir darinya.
Kelinm, bagaimana airnya? Warnanya seperti yang dikatakan
penulis, ,At b*r* j;t ilv"Airnya lebilt putih dnri suslt." Rasanya
seperti ydng dikatakan oleh penulis, .1;iru &li "lebih mnnis dnri
nmdu" dan aromanya lebih harum daripada minyak wangi kesturi
sebagaimana hal itu dijelaskan oleh hadits shahih dari Nabi ffi.2
Keennm, bejana-bejananya seperti y*g dikatakan oleh penulis,
4.;-'-\ p# ii-, '^2.i "Bejnnn-bejananya sebanynk bintnng di langit." Begi-
tulah yang tercantum di sebagian lafazh hadits, dan di sebagian
yang lain, "Bejana-bejananya seperti bintang-bintang di langit."
Sifat ini lebih mencakup karena ia seperti bintang-bintang dalam
iumlalr dan dalam sifat-sifatnya, yaitu berkilau dan bercahaya.
Jadi, bejana-bejananya seperti bintang-bintang di langit dalam hal
iumlah dan cahayanya.
Ketujr.tft, pengaruhlnudh ini. Penulis berkata, i \F'+ +t;,.;- U
r-.;l u;; \;Li"Bnrnngsinpn minum dninya xteguk, niscnya din tidak aknn
tnerfisfi hnus setelalmya selnma-selnmnnyn," bahkan ketika di atas
sirath dan sesudahnya.
Ini termasuk hikmah Allah *, karena orang yang minum
hina abQabr wa al-Minbar Raudah Min Riyadh al-lannah.
t Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Fadha'il, no.2300 dan 2301,
2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ar-Riqaq, tub al-Haudk dan Muslim, Kitab al-Fadha'il, tub
Itsbat Haudh Nabi Muhammad*.
S ArrrA/,, dCr.d" /, n/ a^ttlAirlalt,
(mengambil dan mengamalkan) syariat di dunia, maka dia tidak
akan merugi selama-lamanya.
Kedelnpnn, luas haudh ini, penulis berkata, *:.;yj i4-i ip
"Pnnjnngnyn (sejnuh perjnlnnan) sntu bulnn dan lebarnya (sejauh per-
jnlnnnn) sntu bulan," Ini berarti luas keliling karena luas seperti ini
tidak lain, kecuali berkeliling dan luas ini berdasarkan apa yang
diketahui pada zaman Nabi Si, yaitu dengan perjalanan unta yang
biasa.
Kesemhilnn, ada dua saluran dari sungai Kautsar yang meng-
alir turun ke hnudh, sungai Kautsar yaitu sungai yang Allah beri-
kan kepada Nabi S.t
Kesepuluh, apakah Nabi-nabi lain mempunyai luudli ya, ka-
rena disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi
-meskipun_ hadits tersebut masih diperselisihkan keshahihannya-
AF q iiSJ_';:l"sesunggulmyn setiap nnbi mempunyni hnudh.,,z
Akan tetapi, hadits ini didukung oleh makna, yaitu bahwa
clengan hikmah dan keadilanNya, Allah menjadikanhnudh untuk
Nabi yang didatangi orang-orang Mukmin dari umatnya, begitu
pula dengan nabi yang lain sehingga orang-orang Mukmin dari
umat masing-masing nabi bisa mendatanginyq dan memanfaat-
kannya, hanya saja hnudh yang paling agung yaitu haudh Nabi
H.
@o0
Poin ini telah disebutkan pada poin kedua. poin yang belum
ini yaitu bahwasanya Nabi S yaitu orang yang pertama
wallahu a'lam. Ed.
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2443.
disebutkan dalam pembahasan
kali mendatangi haudh beliau,
:*r. u fri,rliyl :sf y;. * fr: ltelt ,yls 34
U &t,u'b)irtU &t,W qry{":, &3,13-b
j* c^lx alb
Sirath dibentangkan di atas Neraka |ahanam, ia yaitu jem-
batan antara surga dan neraka.(1) Manusia melewatinya sesuai
dengan amal perbuatan mereka, di antara mereka ada yang me-
laluinya sekeiap mata, ada yang melaluinya seperti kilat, ada
yang melaluinya seperti angin, ada yang melaluinya seperti
kuda kencang, ada yang melaluinya seperti menunggang unta,
ada yang melaluinya dengan berlari, ada yang melaluinya de-
ngan berjalan, dan ada yang melaluinya dengan merangkak,(z)
di antara mereka ada yang disambar(s) lalu dilemparkan ke
]ahanam,(a) karena di iembatan itu terdapat besi pengait yang
menyambar manusia sesuai dengan amalnya. Siapa yang ber-
hasil melewati sirath, dia masuk surga(s).
W &wL,,-/vJt
[1]. Perkara kesembilan yang terjadi pada Hari Kiamat yaitu
sirnth.Penulis menyebutkannya dalam ucaPannya, Jt' +jft bt'At)
,tiJt; i;it 'd ,1Nt ';41 3;3
"*
* "Sirnth dibentnngknn di ntns Nernkn
lnlmnnm, in ndnlnh jenrbntnn nntnrn surgn dnn nerakn."
Para ulama berbeda pendapat tentang sifahrya, Di antara me-
reka acla yang berkata, ia yaitu ialan yang luas yang clilalui oleh
manusia berdasarkan amal perbuatannya, karena petunjuk kata
sirnth secara bahasa yaitu ini. Di samping itu Rasulullah Si telah
memberitakan bahwa ia yaitu jalan licin yang membuat orang
I*rt 'd.,:l
U
7,, i. o 'eg*+FrbtP)t1
,i & * Jgl 3i ,(')',tlt5
g ju-J "'t;L' -e-
terpeleset dan tergelincir,l di mana hal itu tidak terjadi, kecuali di
jalan yang luas, kalau jalannya kecil, maka tidak ada ketergelinciran
dan keterpelesetan.
Di antara ulama ada yang berkata, Ia yaitu jalan yang sangat
kecil sekali sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Muslim dengan laf.azh ul..i; (telah sampai kepada kami) dari Abu
Sa'id al-Khudri2 bahwa sirath lebih kecil daripada rambut dan lebih
taiam daripada pedang.
Berdasarkan kepada pendapat kedua maka muncul perta-
nyaan: bagaimana melewati jalan seperti ini?
Jawab: Perkara Akhirat tidak bisa diqiyaskan dengan perkara
dunia, Allah clt5 Mahakuasa atas segala sesuatu, kita tidak menge-
tahui bagaimana mereka menyeberanginya? Apakah secara ber-
sama-sama atau satu persafu?
Seseorang tidak bisa memastikan salah satu dari kedua pen-
dapat tersebut karena masing-masing memiliki pandangan yang
kuat.
Ucapan penulis, t# ,/ * +i;r,"Terbentang di atas Neraka
lnhfinnm," yakni di atas neraka itu sendiri.
[2]. Ucapan penulis , j$t y: "Manusia meleruatinyt," yang di-
maksud dengan manusia di sini yaitu orang-or.u:tg ytrtg beriman,
karena orang-orang kafir telah digiring ke neraka.
Orang-orang melewatinya sesuai dengan amal perbuatannya,
di antara mereka ada yang melaluinya sekejap mata, ada yang se-
perti kilat, dan yang pertama lebih cepat daripada yang kedua ini.
Ada yang melaluinya seperti angin yakni udara, jelas angin itu cepat
lebih-lebih sebelum orang-orang mengenal pesawat terbang, dan
ada angin terkadang kecepatannya mencapai seratus empat puluh
mil per jam. Di antara mereka ada yang melewatinya seperti kuda
yang bagus, ada yang melewatinya seperti menunggang unta, ia
lebilr lambat daripada kuda yang bagus, ada yang berlari, ada yang
berjalan dan ada yang merangkak, yakni berjalan di atas pantabrya.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tauhid, Bab Qauluhu Ta'ala, "Wuiuhuy Yaumaidzin
Nadhirah'; dan Muslim, Kitab al-Iman, fub Ma'ifah Tharig ar-Ru'yah.
Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Iman, no. 183.
Sryn"h dqlda^h%a*iluXah
Semuanya ingin menyeberanginya.
Ini di luar keinginan manusia, kalau dengan keinginannya,
niscaya dia ingin melaluinya dengan cepat, akan tetapi dia mela-
luinya menurut kecepatannya dalam menerima syariat di dunia
ini, siapa yang cepat dalam menerima apa yang dibawa oleh para
rasul, maka dia akan melalui sirnth dengan cepat, dan siapa yang
lambat, maka dia pun melaluinya dengan lambat pula, sebagaimana
balasan yang adil dan balasan itu sesuai dengan amal perbuatan.
[3]. Ucapan penulis, J&. U &t "Di antarn nrcrekn ndo yang
disnmbnr," yakni diambil dengan cepat oleh besi-besi pengait yang
ada di jembatan yang menyambar manusia sesuai dengan per-
buatannya.
l4l. & e "l! "Lnlu dilentparkon ke lnlmnanz," Bisa dipahami
bahwa neraka cli mana pelaku dosa dilemparkan ke dalamnya ada-
lah neraka di mana orang-orang kafir juga dilemparkan ke dalam-
nya, hanya saja azabnya tidak sama dengan azab orang-orang kafir,
bahkan sebagian ulama berkata, neraka itu dingin dan memberi
keselamatan kepada mereka sama dengan api yang dingin dan mem-
beri selamat kepada Ibrahim, akan tetapi yang nampak tidaklah
rlemikian, ia tetap panas dan menyakitkan, tetapi panasnya tidak
sama dengan panasnya api neraka untuk orang-orang kafir.
Kemudian anggota sujud tidak disentul'r oleh api ueraka,
sebagaimana hal itu diriwayatkan secara shahih dari Nabi Eg di
dalam nsbshahilrnht,l yaitu kening, hidung, kedua telapak tangan,
kedua lutut, dan ujung-ujung kedua kaki.
[5]. Ucapan penulis, i$t ,F |At -b y ;i"Sinpa yangberlnsil
nrcleu,nti sirnth, din rnssttk surga," karena dia selamat.
o@@
t Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tauhid, no.7437; dan Muslim, Kitab al-Iman, no. 182'
ffi ffi
p4 ,e,(');(!13 {4t :;.i:w ,* t*: * t3p t;$
'''{;it l*t ,f & it,;i ,ty;3 ty,$ ti$ t" r;4 ;r,
Apabila mereka telah melewatinya, maka mereka berhenti di
jembatan di antara surga dan neraka,(r) ln1r, dilakukan qishash
dari sebagian untuk sebagian yang lain.(z) Apabila mereka telah
disucikan dan dibersihkan, mereka diizinkan masuk surga(3).
lll.';.Ea "Jernbntan." Akan tetapi, ia merupakan jembatan
kecil. Dan yang dimaksud dengan jembatan yaitu jalan di atas air
sungai ataupun lainnya.
Ulama berbeda pendapat tentang jembatan ini, apakah ia
ujung clari jembatan yang terbentang di atas Neraka Jahanam atau
jembatan tersendiri? Yang benar dalam hal ini yaitu dengan me-
ngatakan, runllnlu n'lnm. Urusannya tidak penting, yang penting
yaitu bahwa manusia akan diberhentikan di atasnya.
[2]. Ucapan penulis, o?4 i. @,2i4"klu dilakukan qishash
dari sebnginn unhtk sebaginn yang lain." Qislmsh ini bukan qishnsh per-
tama yang terjadi di Arnshat Kiamnt, karena qishnsh ini lebih khusus
yaitu untuk menghilangkan kebencian, kedengkian, dan keirian
yang ada di hati manusia, ia sebagai pembersih dan pencuci hal
itu, karena apayangada di hati tidak lenyap hanya dengan qishash
semata.
Jembatan di antara surga dan neraka ini untuk membersihkan
apa yang ada di dalam hati sehingga mereka masuk surga dengan
hati tanpa kebencian, sebagaimana Firman Allah ell#,
( @ +i: ia &Vt* i €t:!t c;Gi'y
"Dnn Knnri lenynpknn segnln rasn dendnm ynng berndn dalam hati
nrcrelcn, sednng nterekn merflsfl bersnudarn duduk berhndap-hadapan di
ntns dipnn-dipnn." (Al-Hijr: af.
[5t. Ucapan penulis, '*it )ys,f & oii ay4g;i;rsti "Apabila
mereka telah disucikan dan dibersihkan, mereka diizinkan masuk
surga." Begitulah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari hadits
Hffiffiffi
Abu Sa'id al-Khudri &,.1
Apabila permusuhan dan kebencian yang ada di dalam hati
mereka telah dibersil'rkan dan disucikan, maka mereka diizinkan
untuk masuk surga, pada saat itu mereka mendapati pintunya
dalam keadaan tertutup, akan tetapi Nabi & memohon kepada
Allah agar syafa'at beliau diterima untuk membuka pintu surga
bagi mereka, sebagaimana hal ini akan disebutkan pada pembahasan
tentang macam-macam syafa'at, insya Allnh.
o@@
oit+u*.Uiil:
.,"dtT ylr
Orang pertama yang meminta pintu surga dibuka yaitu Mu-
hammad(2) Umat pertama yang masuk surga yaitu umatny(z).
tU. Perkara kesepuluh yang terjadi di Hari Kiamat yaitu
masuk surga.
Dan hal ini telah diisyaratkan oleh penulis dengan ucaPan-
pintu surga dibuka yaitu Muhammad Si."
Dalilnya adalal1 hadits shahih di dalam Shnlih Muslim, bahwa
Nabi & bersabda,
e3 ,#r +q t* U ,.sSi u\ 'Y es 'afir ,f y 'sSi
ui
sii ;; ,5;r;!r ii| ,Ub:$ ,r;@t (y- *ar :\ e.T ,r-v^
iIi *\ CJii ,iy\ +,ii1 i#r,h;,1
"Aku ndnlnh penfueri synfn'nt pertnma di surgn." Dalam lafazh
yang lain, ,,Aku ndnlah ornng pertnmn ynng menSetuk pintu surgfl."z
I Diriwayatkan oleh al'Bukhari, Kitab at-Tauhid, no.7439.
2 Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Iman, bab Qauluhu, "Ana Awwalu 9yaf in...." no. 196'
,ffi ffi
Dalam lafazh yang lain, "Aku aknn mendatangi pintu surga pada Hai
Kiarunt, lnlu nku meminta ngar ia dibuka, maka penjaga bertanya, 'Siapa
kamu?' Aku ntenjaruab, 'Multammad.' Dia berkata, 'Denganmu aku di-
perintnhknn agnr nku tidnk membukanyn untuk siapa pun sebelummu' ."7
Sabda beliau #i, e#U'yakni, aku meminta dibukakan pintu
surga.
Ini yaitu nikmat karunia Allah kepada Muhammad ffi,ka-
rena syafa'atnya yang pertama di Arnshnt Kiamat untuk menghilang-
kan kesedihan, kesulitan dan kesengsaraan, sementara syafa'at
kedua untuk meraih kebahagiaan dan kegembiraan. Jadi, Nabi ffi
yaitu pemberi syafa'at bagi makhluk dalam menolak kesulitan
dan meraih kebahagiaan.
Tidak ada yang dapat masuk surga, kecuali sesudah syafa'at
Rasulullah LE berdasarkan dalil shahih di atas, dan Allah € telah
menunjukkan hal itu dalam FirmanNya,
4(...6 i4)\i'it;t:tt&b
"sehinggn apabiln mereka snmpni ke surga itu, mnka dibukakanlah
pin tu-pi n tttny n." (Az-Zumar : 73).
Allah tidak berfirman,
4,r^rGiVtit-*b
"selinggn npabiln merekn snmpai ke surga, pintu-pintunya telah
dibttkn."
Ini mengandung isyarat bahwa ada sesuatu sebelum dibuka,
yaitu syafa'at. Lain halnya dengan penghuni neraka, Allah ber-
firman tentang mereka,
4q,6
"Selinggn npnbiln merekn sampni lce nernka itu pintu-pintunya
telnh dibr.tkn," (Az-Zlmar: 71), karena ketika mereka mendatangi-
nya, neraka dalam keadaan siap dan ia langsung melahap mereka.
Kita berlindung kepada Allah dari neraka.
,fiWrit€b
I lbid, no. !97.
ffi ffi
[2]. Ini yaitu kebenaran yang shahih. Dalilnya yaitu ha-
dits di Sluhih Musliru dari Abu Hurairah -Se,, dia berkata, Rasulullah
S bersabda,
d3yit;rx
"Kitn ndalnh umnt ternkhir, tetapi yang pertnma di Hai Kiamat,
dan kita ndnlah umnt ynng pertama masuk Surga."l Nabi & juga ber-
sabda,
.r;Wt ( -* ;tAt;t ;)J?it i;
"Kitn ndnlnh umat ternkldr ynng mendnlrului pnda Hni Kinmat."2
Ini meliputi seluruh hal-hal yang terjadi pada Hari Kiamat.
Lil'rat Hndi nl-Artonh,karya Ibnul Qayyim.
Pelengkap:
Penulis tidak menyebutkan pintu-pintu surga, akan tetapi
telah diketahui bahwa jumlahnya yaitu delapan. Allah $tS ber-
firman,
$.Wg i4);'ie rtY:e*
"sehinggn npabiln nrcrekn snmpni ke surgn itu, runkn dibuknkanlnh
pittttt-pintuny n." (Az-Zumar : 7 3).
Dan Nabi & bersabda tentang orang yang berwudhu dengan
baik dan mengucapkan syahadat,
aJ r}-{9
"Melninknn dibuknkan untuknyn pintu surga yang delapan,
runsuk dni pintu mnna snjn yang din kelrcndnki."3
Pintu-pintu ini yaitu delapan sesuai dengan amal perbuatan,
karena masing-masing pintu memiliki pengamal, ahli shalat dipang-
gil dari pintu shalat, ahli sedekah dari pintu sedekah, ahli jihad
I Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab ablumu'ah, Bab Hidayah al-lJmmah Liyaum al-Jumu'ah.
2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kitab al-Aiman wa an-Nudzur, Bab Qauluhu Ta'al4 "La Yuakhidzu'
kumullah bi al-Laghwi'; dan Muslim, no. 855.
I Diriwayatkan oleh Muslim, no.234.
ur*ir ;u i'il'Vr
\J' J J
a
Y!
din
,rv, l4J.i ,,e ,'Vx- ,1g.jllt asJt 16;1D: rJ, l)
i t t . .,c'.
ltr.) U q)y q)t Jiil,, e fi3t,lut ilii ,Axl 3e U
3 W*/, d ?rn"/r'W outAqah
dari pintu jihad, dan ahli puasa dari pintu ar-Rayyan.
Namun bisa saja Allah J*3 memberi taufik kepada sebagian
orang sehingga dia bisa melakukan amal-amal shalih yang menye-
luruh, maka dia dipanggil dari semua pintu sebagaimana di ash-
Slmlilminl dari Abu Hurairah & bahwa Nabi ffi bersabda,
:eill
,F
"Barnngsinpn ntenginfakknn sepnsnng (hnrta) di jnlan Allnh, niscaya
din dipnnggil dnri pintu-pintu Surga,'Wnlni Abdullah, ini adnlahl<ebailun'."
dan seterusnya sampai Abu Bakar berkata, "Aku korbankan bapak
dan ibuku demi engkau ya Rasulullah ffi, tidak ada keharusan bagi
orang yang dipanggil dari semua pintu-pintu Surga tersebut (untuk
memasuki semuanya), apakah ada orang ygng dipanggil dari semua
pintu-pintu itu?" Nabi menjawab, & bF ;i ;'r\,;a"Ya, dan akuber-
hnrnp knmtt ndnlah snlnh sntunyn."
Apabila kamu berkata: Kalau pintu-pintu itu sesuai dengan
amal perbuatan, maka berarti setiap or;U:rg dipanggil dari setiap pintu
tersebut jika dia melakukan amal-amalnya. Apa jawabannya?
jawabnya: Orang yang banyak melakukan amalan tertentu
akan dipanggil dari pintu tertentu tersebut, misalnya ada seorang
laki-laki yang banyak shalat maka dia dipanggil dari pintu shalat,
yang banyak berpuasa dipanggil dari pintu nr-Rnyynn. Tidak semua
orang bisa memperbanyak semua amal shalih karena kamu melihat
dirimu sendiri lebih giat dan lebih banyak melakukan amal ter-
tentu daripada amalan yang lain dan terkadang Allah memudah-
kan sebagitrn oran& sehingga dia kuat dan giat dalam seluruh amal
shalih sebagaimana Abu Bakar.&.
ooo
' Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Ktab Fadha'il ash-Shahabah, Bab Qauluhu*, Lau Kuntu Mut-
takhidzan Khalilan; dan Muslim, Ktab az-Zakah, &ab Man lama'a ash-Shadaqah wa A'mal ah
Bir.
.9tbw.L)u y1ijlt ;i#'di
Pada Hari Kiamat Beliau ffi memiliki tiga syafarat(l).
[1]. Perkara kesebelas yang terjadi di Hari Kiamat yaitu
sy afa' at. Penulis berkata,
*vv: eN ut+lt ; I j "Pada llari Kinnnt beliau ffi nteruiliki tign
synfn'nt."
Dlmnir pada kata i (miliknya) kembali kepada Nabi *.
Kata .rruLi yaitu bentuk jamak dari kata 'vt;: yang menu-
rut arti bahasa yaitu rirenggenapkan. Sedangkan secara istilah
yaitu menjembatani (menjadi perantara) orang lain untuk men-
dapatkan manfaat atau menolak mudl'rarat. Keterkaitannya dengan
makna secara bahasa yaitu jelas, karena jika anda menjadi per-
antara baginya, maka anda bersama orang tersebut menjadi genaP
(dua orang) di mana anda menggenapi posisinya yar.g sendirian.
Syafa'at terbagi menjadi dua: Batil dan shahih.
Yang pertama: Syafa'at yang diharapkan orang-orang musyrik
ciari berhala-berhala mereka, di mana mereka menyembahnya dan
mengklaim bahwa berhala-berhala tersebut adalal-r pemberi syafa'at
di sisi Allah, sebagaimana Allah iJF berfirman,
;$" Ojr{j t31tti
"Dfln flrcrekfi nrcnyenrbnh selain dnripndn Allnh npn ynng tidnk dnpat
nrcndntnngknn ketrurdhnrntnn kepndn nterekn dnn tidnk (puln) kennnfnntnn,
dnn ttrcrelen lterkntn; 'Merekn itu ndnlah pemberi synfn'nt kepndn knnti di
sisi Allalt','' (Yunus: 18) dan mereka juga berkata,
4. 63 ai JYrij';it {1 ;l,= u }
"Knnri tidnk rnenyentbnh nrcrekn nrclainkfin suPnya nrcrekn ruende-
kntknn knni kepadn Allnh dengnn sedekat-dekntnyn'" (Az-Zumar:3).
Akan tetapi, syafa'at ini yaitu batil dan tidak berguna, se-
bagaimana Firman Allah i,Jtij,
'&t \1;\i --.i ,-e 5:i.-;j fi
{ ni 3*Vii'
ffi ffi
{@lveiifr#6b
"Mnkn tifuk bergunn lagt bagt mereka syafa'at d.ai orang-orang yang
ruen fueriknn sy nfa' nt," (Al-Muddatstsir: 48).
Adapun syafa'at yang shal'tih yaitu syafa'at yang memenuhi
tiga syarat:
Pertama: Keridhaan Allah kepada pemberi syafa'at.
Kedua: Keridhaan Allah kepada orang yang diberi syafa'at,
kecuali syafa'at uzlmta (ugu.g) di padang Mahsyar, ia untuk selu-
ruh manusia, baik yang diridhai Allah atau tidak.
Ketiga: Izin Allah dalam memberi syafa'at.
Dan izin tidak akan terwujud, kecuali setelah ridha kepada
pemberi syafa'at dan orang yang diberi syafa'at.
Dalilnya yaitu Firman Allah tltS,
A{ii'ii(. J ;;'qly-rr* W +X { +gi c * ; S'fi
(@ {s;;iq
"Dnn berapn bnnynknyn nmlniknt di langit, synfa'at mereka sedikit
pun tidnle bergunn, keunli sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang
dikelrcndnki dnn diridlni(Nya)." (An-Najm: 26). Dia tidak berfirman,
"Kepada pemberi syafa'at," dan tidak pula, "Kepada penerima sya-
f.a'at," agar lebih menyeluruh.
Allah tltS berfirman,
{ @ 1i ti'e;;i$r'b:;:; $Y';"thi gJ ,;-,;b
"Pndn hnri ittt tidnk bergunn syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang
Allnh Ynng Mnlm Penntrnh telnh membei izin kepadanya, dan Dia telah
n rcridlni perkn tnnnnyn. " (Thaha: 109).
Dan Allal-r cJW juga berfirman,
4#ieJt-<i$$ib
"Dnn nrcrekn tiada nmnbei syafa'at melainkan lcepada orang yang
diridlmi Allnh." (Al-Anbiya' : 28).
Ayat pertama menetapkan tiga syarat, ayat kedua dua syarat,
dan ayat ketiga satu syarat.
Nabi ffi memiliki tiga syafa'at:
1. Syafa'atUzhmn.
2. Syafa'at kepada penduduk surga untuk memasukinya.
3. Syafa'at kepada orang yang berhak masuk neraka untuk
tidak masuk neraka dan kepada orang yang masuk neraka untuk
keluar darinya.
ooo
l+ "'ii* -#.,b +,itl Jii d &:!.;!r vubt Yi
fry u. ,r,:*r ,1yi ,etA) ,Llt ,fT :;ti,i$r ett* b1
:"AL,,t# Jru'y6t f
Adapun syafa'at yang pertama yaitu syafa'at Nabi kepada se-
luruh manusia di padang Mahsyar agar urusan mereka segera
diputuskan(l) setelah sebelumnya para nabi menolak memberi
syafa'at yaitu: Adam, Nuh, Ibrahim dan Isa putra Maryam,(2)
sampai ia berakhir pada Nabi p1r.h3r166d(s).
[1]. Ucapan penulis, ile.aA u; "Agar urusfitt ntereka segern
diputusknn.' o7 (agar) di sini yaitu tn'liliynh (menjelaskan alasan)
dan bukan ghn'iynh (menjelaskan batas akhir), karena syafa'at Nabi
& selesai sebelum perkara manusia diputuskan, karena apabila
nabi memberi syafa'at, maka Allah turun untuk memberi kepu-
tusan di antara hamba-hambaNya.
Ucapan penulis di atas mirip dengan Firman Allah dtij,
4W--# 6\ )i3're- 6i &1;*ri'ol$rj(ir F
"Merekn ndnlnh ornng-ornng yang rnengntnkan (l<epndn orang-orfing
Anslmr), 'Jnngnnlnh knmu merubeiknn perbelanjann kepndn orang-orang
(Mulnjinfl ynng ndn di sisi Rasulullnh #i supnyn merekn bubnr (ntening-
galknn Rnsulullah W)',u (Al-Muna fiqun: 7),
3W*/, dq,ida,lv Wa ilk /aA,
karena FirmanNya, "Supaya mereka bubar", yaitu untuk menielas-
kan alasan, yakni agar mereka bubar bukan menjelaskan batas akhir,
karena jika begitu, maka maknanya menjadi rusak.
[2]. Maksudnya bahwa setiap dari mereka menolak dan me-
limpahkannya kepada yang lain.
Penjelasan ucapan penulis ini yaitu hadits yang diriwayat-
kan oleh al-Bukhari dan Musliml dari Abu Hurairah **;, bahwa Nabi
*i! bersabda,
u,rr'4r ,v_y ;'iv tai JL.r;flt r i, ,? ,? li*hi
,t'is^rru.; rur lvi ij ,Gr\t ,yi jy y{t $i ei et;yrli
* e {t i6 us iriw Fu Jt,6iii,e;.: JI,a Uy
JyV ,et j.l, JyrS\y,ey * Wp'"r*s f.i6 -ii il: ,bt
a? i t . t . o; . I t,
eJ\ ,G)Yt Jil a q,yr #t ,H cii !i:^tiL\ ,ttjt* ,etj.L
* e fT iri us iii \* ld u ,)I.,si ii ,4, JL.u
I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tafsio fub Qauluhu Ta'ala, Dzuniyata Man Hamalna
Ma'a Nuh; dan Muslim, Kitab al-Iman, Bab Adna Ahli alJannah Manzilatan Fiha.
I
trl -tijr i:;trr. i
,* y}i5',s $vl-ht aib ,rrrt JYi .rti r-"yt u-,il4
-,t.i6 us iy* \* td v JL a; i\ ,&, Jt,a #! ,"r[l'
Jl t3p\y l4)h fii il ti Ui n el: ,itt -;; e FT
it 4t pt JY) ,ti ru^o U ;tl4i & J;ti cu--!
'4t iLu C-il 'V r+,jr d ,t$t '>;Is1 '+ Ui33 fry
;+ pt ,*tt ,;L e {'T i6 r;s iii t* F u JL e ; ii
t+L:-*;1 r35!r I J=it ,? ,? 'pri Uti * j* #t ,rn'
,rqaYl ie: ,*t Jy: c^;i r 3-u.J U ,Jlru-J M tt:;; JiW
i\ ,at: JLI ety,;U w 4t b i* u .:rl hr 1; s3
;;) t3z-V e'v ,;Ylt c^; d] 1#G r* 3x u JL e;
'^*- i$ * tt3lt,*s eta-r; b *';u, &. 1:,&,
*r-, aU k,e\t U\ie;; U,iruj- €,# *i eu
"Aku ndnlnh penghulu runnusin pnda Hnri Kinrunt. Apakah knmu
nrcngetnluti dnlnru lml apa? Allnh mengurupltlknn seltrnth nmnusio yang
mpnl dnn ynng nklir di pndang ynng luns lngi terbukn, slurfl penyenr ter-
dengnr oleh nrcrekn, pnndnngnn Allnh ntelipltti nrerekn sennut, runtnhni
didekntknn kepndn nrcrekn, kesulitnn dan kesengsnrnan menhnpn nmnusin
slntpni pndn bntns di runnn nterekn tidnk nmnrpu nrcnriktrl dnn ruennng-
gungnya. Ornng-ornng berkntn, 'Apnknh knlinn tidnk nrclihnt npn ynng
telnh nrcnittryn knlinn? Mengnpn knlinn tidnk mencni ornng ynng nrcn't-
beri synfn'nt lcepndn knlinn di lndnpnn Rnbb knlinn?' Inlu sebnginn merekn
berkntn k prdn sebnginn ynng lnin, 'Dntnnglnh lrepndn Adnm.' Inlu nrcrekn
nrcndntnnginyn, nrcrekn berkntn kepndnnyn, 'Engknu adnlnh bnpnk nlfinu-
sin, Allnh nrcnciptnknrunu dengnn TnngnnNyn, nrcnittpknn ruhNyn ke-
pndnnru, Dia menteintnltknn mnlaiknt ngnr bersujud kepndnnru lnlu rnerekn
pun sr.tjud, npoknh knruu tidnk ntelihnt kendnnn knnti?' Adnru nrcnjmonb,
I
'Sexmgguhnyn Rnbbku telnh mnrah dengan l<emarahnn yang belum di-
lakuknn sefulumnyn dnn tidnk nknn dilakulsn sesudahnya. Dia melarangku
nrcndeknti polnn, tetapi nku melanggarnyn. Diiku, diiku, diiku, @inku-
lnh ynng pantns unhrk dibei synfn'nt). Pergilah l<epada Nuh., I-alu merela
nrcndntnngi Nult, merekn berknta, 'Hai Nuh, sesungguhnya engkau ada-
lnh Rnsul pertnnm ynng diutus ke bumi, Allah telah menamakanmu hamba
ynng *lnlu bersyukur, beiknnlah syafn'at bpnfo, kami di hadapan Rabbmu.
Apnknh engknu tidnk nrclilut lceafunn knmi?' Nuh menjarunb xperti Adam
nrcnjmunb tentang kennrnhan Allnh. Nuh berkata, 'sesungguhnya aku
ilrciltpltnyni doa ynng telnh nku gunaknn untuk keburukan kaumku, per-
gilnh kepndn lbralim.' Lnlu merekn mendatnngi lbrahim, mereka berkata,
'Hni lbrnlim, engkntt ndnlnh Nnbi Allnh dnn khalilNyn dni penduduk
buni, beriknnlnh synfn'nt kepadn knmi di lndapan Rnbbmu, apakah eng-
knu tidnk ntelilmt kendnnn knmi?' lbrnhim menjawab sebagaimana Adam
nrcnjnzunb tentnng kemnrnlmn Allnh. lbrnlim mennmbnhkan, 'Aku telah
berdustn sebonynk tign knli, pergilah kepndn Musa.' Lalu mereka menda-
tnngi Musn, nwekn berkntn, 'Hai Musn, engknu adnlah Rasul Allah, Allah
nrelebil*nnmu. dengan isalnh dnn knlnmNya, beiknnlah syafa'at lcepada
knni di lmdnpnn Rabbmu. Apaknh engknu tidak melihat keadaan kami?,
Musn nrcnjmonb sebngnimnnn Adam menjawab tentnng lcemarahan Allah.
Musn nrcnnntbnhkan, 'Aku telah mentbunuh orang di mnna aku tidak
diperintnlrknn untuk mentbunuhnyn, pergtlah kepndn lsn., Maka orang-
orfing ruendntnngi lsn, nrerekn berknta, 'Hai Isn, engkau adnlnh Rasul Allah
dnn lenliruatNyn kepndn Mnrynm dnn ruh dariNya, engkau berbicnra lce-
ptdn rumrusin ketikn engknu masih bnyi dalant buaian, beiknnlah syafa,at
kepndn knni di lmdnpan Rnbbmu, npaknh knmu tidak meliltat lceadaan
knnri?' lsn nrcnjmtnb sebngnimnnn jaruabnn Adnm, hnnyn sajn dia tidak
ruenyebutknn dosn, Sentun Nnbi-nnbi tersebut menjaruab snma dengnn
jmonbnn Adam 'Diriku, diiku, diiku, (diikulnh ynng pantas untuk
dibei synfn'nt). Pergilnh kepndn Muhnmmnd,' Lnlu mereka mendatangi
Mulnmnmd, ruerekn berkntn, 'Hni Mulmnunnd, engkau yaitu Rasul
Allnlu penutup pnrn Nnbi, Allnh telnh mengnrupuni dosnmu yang telnh
berlnlu don ynng aknn dntnng, beiknnlah synfn'at k pndn knmi di hndapan
Rnbbrnu, npnknlt engknu tidnk nteliltnt kendnan knmi?,,'Nabi bersabda,
"Inlu nlcu hernngknt, nku dntnng di bmunh Arnsy, nku bersujud di hadapan
Rnbbht ,&, kenntdinn Allnh ntengillmntiku sebagian dnri pujinn-pujian
dnn kebniknn snnjwtgnn kepndnNyn ynng fulum dibuknknn olehNya k pndn
seornng pun sebelltmku, keruttdinn disen.tknn, 'Wnlmi Mulmnnnad, nng-
kntlnh kepnlnnuL ntintalnh, niscnya diknbulknn, beriknrtlnh synfa'nt, niscnya
diizinknn..,'." dan seterusnya.
Tiga kali dusta yang disebutkan oleh lbrahim ]]4; ditafsirkan
oleh hadits riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah &, clia berkata,
"Ibrahim tS, tidak pernah berdusta, kecuali tiga kali, dua kali
berhubungan dengan hak Allah yaitu ucapannya, 'Sesungguhnya
aku sakit'. Dan ucapannya, 'Justru yang melakukannya yaitu
yang besar ini'. Dan dia menyebutkan ucapannya tentang istrinya
Sarah,'Dia saudara perempuanku'."
Namun dalam Slmldh Musliru di hadits tentang syafa'at di atas
disebutkan bahwa dusta Ibrahim yang ketiga yaitu ucaPannya
pada bintang, "Ini yaitu tuhanku." Dan tidak menyinggung kisah
Sarah.
Akan tetapi, Ibnu Hajar di nl-Fntll berkata, "Yang jelas ia ada-
lah kekeliruan dari sebagian rawi." Lalu Ibnu Hajar memaparkan
alasannya.
Ibrahim ,)@ msllsmakan semua ifu dusta, karena sikap tawa-
dl'ru darinya, karena yang dimaksudkannya yaitu kejujuran se-
suai dengan kenyataan, jadi hal tersebut hanya sekedar tauriynh.
Wallalru n'lnnt.
[5]. Maksudnya kepada Rasulullah si, dan telah disebutkan
dalam l'radits apa yang terjadi setelah itu.
Ini yaitu syafa'at uzlmm yang tidak dimiliki seorang pun, ke-
cuali Rasulullah P&, ia yaitu syafa'at teragung, karena ia melepas-
kan manusia dari keadaan yang benar-benar sulit dan sengsara.
Para Rasul yang disebutkan di dalam hadits syafa'at di atas
yaitu Rasul-rasul Lllul Azni. Altah menyebut nama-nama mereka
di dua tempat di dalam al-Qur'an di surat al-Ahzab, yaitu Firman
Allah.Jt+,
;),1 6'fr 'e$i d * 4v, ii+'81!i'u 6'J 3[Y
// /. ..
ft 6,'
I Fath al-Bari6/391.
t
"Dan (ingatlah) ketikn Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi
dnn dni knmtt (sendiO dnn Nuh, hrahim, Musa dan lsaputra Maryam,"
(Al-Ahzab:7) dan surat asy-Syura, yaitu Firman Allah,
, el|i/5_e Y3 $LWi -,s 5b (3 .t, &j t1 lcyv.4ii; &
tb
dan
iAl-
{,*i6"}i'etl.
"Dia telah mensyaiatkan bagi kamu tentang agtma apa yang telah
dhuasiatknnNya l<epadn Nuh dnn apa yang telah Kami wahyulan kcpadamu
dnn apn ynng telnh Knmi ruasiatkan lcepnda lbrahim, Musa dnn lsa." (Asy-
Syura:13),
Catatan penting: Ucapan penulis, "Para Nabi; Adam, Nuh
...." dan seterusnya. Penulis ui,,l# memastikan bahwa Adam yaitu
seorang nabi dan memang demikian, karena Allah tJlS mewahyu-
kan syariat, perintah dan larangan kepadanya.
Ibnu Hibban meriwayatkan dalam Shahihnyal bahwa Abu
Dzar bertanya kepada Nabi ffi, "Apakah Adam seorang Nabi?"
Rasulullah ffi menjaw ab, " Ya."
Jadi Adam yaitu Nabi pertama yang diberi wahyu. Adapun
Rasul pertama, maka dia yaitu Nuh, sebagaimana hal itu secara
jelas dinyatakan olel'r hadits syafa'at di atas dan zahir dari Firman
Allah ultp,
(i';b,;ilv d JYt;iK {trYG'J 6th
"Sesunggulmyn Kami telnh memberikan ruahyu kepadamu sebngai-
runnn Knnti telnh memberiknn runlryu kepada Nuh dan nabi-nabi yang
setelnhnyn." (An-Nisa': 163), dan Firman Allah tlt$,
4
"6+f\J':i3i t4.;, a(W: etl: q gi Ini
"Dnn sesunggulmyn Knmi telah mengutus Nuh dan lbrahim
Knmi jndiknn kennbinn dan al-Kitab pada keturunnn keduanya."
Hadid: 26).
I shahih lbnu Hibban2l77.
.( )'o) gl*t* tt',)trL.iJl
Adapun syafa'at yang kedua, maka Nabi memberi syafa'at ke-
pada peniuduk surga agar masuk surga(r). Kedua syafa'at ini(z)
yaitu khusus untuknYa(a).
[1]. Hal itu ketika penduduk surga telah melewatr sirath, me-
reka berhenti di jembatan lalu dilakukan qishnslr untuk sebagian
mereka dari sebagian yang Lain. Qishash ini bukan qislnsh yang
terjadi di Arnslmtkiamat, akan tetapi ia yaitu qislmsh yang lebih
kl.,usus, padanya Allah menyucikan hati, melenyapkan kedengkian
dan kebencian yang ada padanya, ilka mereka telah disucikan dan
dibersihkan, maka mereka diizinkan masuk surga'
Akan tetapi apabila mereka mendatangi surga, mereka tidak
mendapati pintunyi clalam keadaan terbuka seperti ya'.g didapati
oleh penghuni neiaka, pintu-pintu surga belum dibuka sehingga
Nabi *s
-memberi syafi'at kepada mereka untuk memasukinya,
lalu masing-masing orang masuk dari pintu amal ibadah di mana
dia palingiajin -"tutrrtinnya, dan bisa saja seorang Muslim di-
panggil dari semua Pintu.
syafa,at ini diisyaratkan oleh al-Qur'an, karena Allah berfir-
man tentang Penduduk surga,
4,G.6 i4)6-'ie6t&b
,,sehingga npabila rnerekn snrnpai l<e xtrga itu, mnka dibuknkanlah
pintu-pin tttny n," (Az-Ztmar : 73),
ini menunjukkan bahwa antara kedatangan mereka dengan dibu-
kakannya pintu terdapat sesuatu (yaitu syafa'at)'
Syafa,at ini secara jelas disebutkan dalam hadits riwayat Mus-
liml clari Huclzaifah dan Abu Hurairah q+r,, mef€ka berkata, Rasu-
lullah Sii bersabda,
1 Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Iman, Bab Adna Ahli at-Jannah Manzilatan Fiha'
e,46r vufutYl3
i"*'air i',;i , ;(1t
J .J \J - \)
.,.d;ir u U;s"tuui
" Allnh ynng Mahasuci lagi Mahatinggi mengumpulkan manusia,
lnlu ornng-ornng Mukmin berdiri seldngga surga didekatkan l<epada me-
rekn, nrcreka ruendntnngi Adnm, merekn berkata, 'Hai bapak kami, mohonlah
(kepndn Allnh) ngnr pintu surga dibuka untuk kari,' ." Lalu dia menye-
butkan haditsnya dan di dalamnya,
. . .'^)
'J\'rs ;'rzi ,13-6-lJ- \r' _
"Lnlu nterekn mendntnngi Mulumnnd, kemudian beliau berdiri dan
diizinknn..." Al-Hadits.
[2]. Ucapan penulis ou;uiJrJuuj "Kedua syafa'at ini." Yaitu
syafa'at kepada penduduk Mahsyar agar perkara mereka diputus-
kan dan syafa'at untuk masuk surga.
[5]. u Jt*e "yaitu khusus untuknya." Yakni untuk Nabi
s, oleh karena itu Adam dan Rasul-rasul Ulul Azmi tidak mau
memberikannya,
Ada syafa'at ketiga khusus buat Nabi H bukan untuk selain-
nya, yaitu syafa'at untuk pamannya, Abu Thalib yang mati di atas
kekufuran, sebagaimana hadits yang tercantum di ash-Shahiluinl
dan lain-lain. Paman Nabi ffi berjumlah sepultth, empat di antara-
nya mendapatkan Islam tetapi yang masuk Islam hanya dua dan
dua lagi tetap kafir.
Yang kafir yaitu : Abu Lahab, dia telah berperilaku sangat
buruk kepada Nabi &, dan Allah tlt5 telah menurunkan satu surat
sempurna yang merrcela dan mengancamnya dan istrinya pemikul
kayu bakar.
Yang kedua yaitu Abu Thalib. Dia telah banyak membantu
Nabi &, dia telah berbuat baik kepada Nabi S! dengan kebaikan
yang besar dan sangatlah terkenal, akan tetapi merupakan hikmah
Allah €, dia tetap di atas kekufurannya, sebab kalau bukan karena
kekufurannya, niscaya tidak ada pembelaan sedemikian rupa dari-
' Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tafsir, &ab Qauluhu Ta'ala, "Innaka La Tahdi Man
Ahbabta..."; dan Muslim, no. 24.
'.i'a a.
'AJ L;>
jw; !',t:i int ;-c;(.> J r. L
. I t, t7.
U- :.1iJ'eii c'p>l d'1jqi- JJ - \ r
rvv
ffi
3 W""h d C,tfn"&, W ^al*1"/"
nya kepada Nabi ffi, bahkan dia juga akan disakiti sebagaimana
Nabi ffi disakiti, akan tetapi dengan kedudukannya yang tinggi di
mata Quraisy dan keberadaannya di atas agama mereka, orang-
orang Quraisy menghormatinya dan Nabi ffi mendapatkan perlin-
dungan karenanya.
Dua paman Nabi ffi yang masuk Islam yaitu al-Abbas dan
Hamzah, dan Hamzah lebih utama dari al-Abbas, sehingga Nabi
& menjulukinya dengan asadullah (singa Allah). Dia gugur sebagai
syahid di medan Uhud, dan Nabi ffi menamakarurya dengan sayyid
nsy-Syuhnda (penghulu para syahid).
Nabi ffi diizinkan untuk memberi syafa'at kepada Abu Thalib
walaupun dia kafir, jadi ini dikecualikan dari Firman Allah dti,
{@;#Ai'#";ifr6'Y
"Mnkn tidnk berguna lngi bngi merekn syafa'nt dari ornng-ornng
y nn g nte nrberikn n sy nfa' n t." (Al-Mucldatstsir : 48),
hanya saja syafa'at Nabi & tidak mengeluarkannya dari neraka,
clia tetap di neraka tetapi yang paling dangkal di mana api sampai
pada mata kakinya, namun kepalanya mendidih karenanya, Nabi
& bersabda,
.)ut'u+*\i' $'nr e rs [i iri
"Knlnu bt*nn knrenn nku, niscnyn din bernda di tingkntnn nernka
pnlingbmpnh."l
Hal ini bukanlah karena kepribadian Abu Thalib, akan tetapi
karena jasa pembelaannya kepada Nabi *!g dan sahabat-sahabat-
nya.
ooo
t Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab Manaqib al-Anshan &ab Qishshah Abi mali\ dan Muslim,
Kitab al-Iman,
6*r##,b6r vvll,, /,
Ll i;Ld"Jr
iri6s;ra.
s+-^_i ,ltjJt uii
Adapun syafa'at ketiga, maka Nabi ffi memberi syafa'at kepada
orang yang berhak untuk masuk neraka, syafa'at ini untuknya
dan untuk nabi-nabi lainnya, para shiddiqin dan lain-lain. Nabi
memberi syafa'at kepada orang yang berhak masuk neraka
agar tidak masuk ke dalamnya, dan memberi syafa'at kepada
orang yang telah masuk neraka agar dikeluarkan darinya(t).
[1]. Ucapannya, ,ur i;.sr d # 'Uu:rLui.lrui3 "Adapun sya-
fa'at ketiga maka Nabi ffi memberi syafa'at kepada orang yang
berhak untuk masuk neraka." Yakni orang-orang Mukmin yang
bermaksiat. Syafa'at ini memiliki dua bentuk: syafa'at kepada orang
yang berhak masuk neraka agar tidak masuk neraka dan kepada
orang yang telah masuk Neraka agar dikeluarkan darinya.
Adapun tentang syafa'at kepada orang yang telah masuk ne-
raka agar dikeluarkan darinya, hal ini telah dijelaskan dalam banyak
hadits bahkan l'radits-hadits itu mutawatir. Adapun syafa'at kepada
orang yang berhak masuk neraka agar tidak dimasukkan ke dalam-
nya, maka ini disimpulkan dari doa ampunan dan rahmat dari Nabi
& kepada jenazah-jenazah kaum Muslimin sebagaimana sabda
Nabi #,
'^+it e)tr
"Yn Allnh, ampunilah Abu Salamnh, angkatlah derajatnya di antara
ornng-orang y ang diberi pe tunj uk." 1
Akan tetapi syafa'at ini di dunia, sebagaimana sabda Nabi
rb
t Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-lana'iz, Bab lghmadh al-Ma$t
t,
frJrr
ffiHffi*(
V .,i ,6r 1.'- ot
$(* ! o t. I c r
'a-tot-f
a
L.,
t, . c t,
,-tss U v-G (*
ffi ffi
* *' €J {t ,8j *uu,
"Tidnk ada seorang Muslim Wn ynng mati lalu adn empnt puluh orang
yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun berdiri (menshalati)
jenizahnyn, kecuali Allnh meneima syafa'at mereka padnnya'"l
syafa'at ini diingkari oleh dua kelompok ahli bid'ah yaitu
Mu,tazilah dan Khawarij, hal ini berdasarkan pendapat mereka
bahwa pelaku dosa besar kekal di Neraka Jahanam, orang yang
berzina -menurut mereka- sama dengan orang yang menyekutu-
kan Allah, tidak berguna untuknya syafa'at dan tidak ada izin dari
Allah untuk siapa pun untuk memberi syafa'at kepadanya'
Pendapat mereka tertolak oleh hadits-hadits yang mutawatir
dalam hal ini.
Ucapan penulis, "Syafa'at ini untuknya dan untuk nabi-nabi
lainnya, para-shiddiqin d,an lainlain. Beliau ffi memberi syafa'at
kepada oru.g yang berhak masuk neraka agar tidak masuk ke
daiamnya dan memberi syafa'at kepada orang yang telah masuk
neraka agar dikeluarkan darinya." Maksudnya bahwa syafa'at ini
tidak khusus buat Nabi ffi saia, akan tetapi untuk nabi-nabi yang
lain cli mana mereka memberi syafa'at kepada orang Mukmin
yang berbuat dosa dari umat mereka, dan para shiddiqin memberi
syafa'at kepada kerabatnya yang berbuat dosa, dan orang-orang
Mukmin yi.g lain. Syafa'at ini iuga untuk orang-orang shalih lain-
nya sehinggu r"orur,g laki-laki memberi syafa'at kepada keluarga-
nya, tetan gganya dan hal-hal yang seruPa dengannya'
ooo
t Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab ahlana'iz, tub Man Shalla Alaihi Arba'un Syafa'u fthi'
3 W4a^lv d q,tdalv W a6d/ur/al,
[1]. Yakni Allah mengeluarkan dari neraka siapa yang di-
kehendakiNya dari kalangan orang-orang Mukmin pelaku dosa
tanpa syafa'at, dan ini yaitu nikmatNyayar.g dikaruniakan ke-
pada para hamba, karena rahmat Allah mendahului murkaNya.
Para Nabi, orang-orang shalih r pdrd malaikat, dan selain mereka
memberi syafa'at sehingga yang tersisa yaitu rahmat Dzat yang
paling pengasih di antara para pengasih, maka Dia mengeluarkan
dari neraka orang yang dikeluarkan tanpa syafa'at, sehingga yang
ada di neraka hanyalah orang-orang yang merupakan penghuni-
nya. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari hadits Abu Sa'id
al-Kl'rudri & dari Nabi & bersabda,
,)6r'u
,i(;Y"jr 9r;)
,4 '3?*t9l
.t1-,- t3iv i ,
,i*rrc irr li
f)i.ir ;l f.r:
ktrrywF
"Allah berfinnnn, 'Mnlnikat memberi syafa'at, para Nabi memberi
synfn'nt, orang-orfing Mukmin membei synfa'at dan yang tersisa hanya-
lnh Dznt paling pengnsih di antnra pnrn Pengasih, maka dia mengambil
segenggaru dni nernkn lalu dia mengeluarkan dainya satu kaum yang
tidnk pernnh beramal baik sedikit pun di mann mereka telah menjadi arang.' ."
Al-Hadits.t
e dt J"ox;'r3 $r27, J.,yw *.utg\ t
&+J5 vrgi 14 iut i.t:*,q;j:t ,fi U t41>
8r bitt i*:
* j5*it
.(')'i!it
Kemudian Allah mengeluarkan beberapa kaum tanpa syafa'at,
tetapi dengan karunia dan rahmatNya(t). Dan di surga masih
tersisa tempat dari penduduk dunia yang memasukinya, lalu
Allah menciptakan kaum baru yang kemudian Dia masukkan
ke dalam surga(z).
' Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tauhi4 dan Muslim, Kitab allman, &ab Ma'ifah Thariq
,oii.ysl
S rarra,h s4C4lal"'W as,lAt4ah
[2]. Perkara kedua belas yang te{adi pada Hari Kiamat
yaitu apa yang disebutkan oleh penulis dalam ucapannya, e &J
t iilr ,;il bVbs W Jp i!,ir "Dan di surga masih tersisa tempai dari
penduduk dunia yang memasukinya."
Luas surga yaitu seluas langit dan bumi, surga yang luas-
nya demikian dihuni oleh penduduknya, akan tetapi ia tidak penuh,
padahal AUah,JF, telah menjamin akan memenuhi surga dan neraka.
"Neraka senantiasa menerima apa yang dilemparkan kepada-
nya sementara ia berkata, 'Apakah masih ada tambahan?' Namun
ia tidak penuh, maka Allah meletakkan KakiNya di atasnya, se-
hingga sisi yang satu bertemu dengan sisi yang lain dan neraka
berkata,'Cukup cukup'."
Adapun surga, maka Allah menciptakan untuknya suatu kaum
dan memasukkannya ke dalam surga dengan karunia dan rahmat-
Nya. Hal itu cliriwayatkan secara shahih di asbslnhilminl dari hadits
Anas bin Malik .*o dari Nabi &, dan ini yaitu konsekuensi Firman
Allah u.lL,,
$'e::Si *-r, iQ"i<l:
"Rnbbnru telnh menetnplum ntns DiiNyn knsih snyane." (Al-An'am:
54). Dan sabda Nabi s sebagaimana yang diriwayatkan dari Rabb-
nYa,
,#J4 i;,')'iI
" Se xmggttlmyn rnlunntKu mendnlrului *)rknKu.",
Oleh karena itu penulis berkata, eiit gt1,4ur-;i4hr'u* "Lalu
Allah menciptakan suatu kaum yang Dia masukkan ke dalam
surga."
ooo
ar-Ru'yah. Lihat makna, Lam Ya'malu Khainn Qaththu, Di jilid dua dari fatawa ini, hal. 47;
fatawa, no. 171.
t Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tafsir, aab wa Taqulu Hal Min MaziQ dan Muslim, Kitab
al-lannah.
2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tauhid, fub Qautuhu Tabla, "Bal Huwa Qur'an MajiQ
dan Muslim, Kitab al@ari bb i g'ah Rahmatilah.
( )
1@r j "' ?t AV
t
".-, L;i l ;,'; Vi t'rt'ist'^r *: u,', utit s
.(u),k-.-1Jr b l;:st.-<tr ei:Fu qt bl,S,'),:r'-l e,adt3
# V +L')Fl /rl es ln' r{\t * $Ur #r a-,uvr3
(\ .)r. ,Es i.t ;* l" u$<-1 e_ u .1t)i, b M
Dan berbagai macam perkar2rrl yang dikand*rg oleh alam Akhi-
rat mulai dari hisab(z), pahala(3), hukumsn(a), surga(s), nsrzkl(6),
perincian-perincian itu tercantum di kitab-kitab yang diturun-
kan dari langit(z) dan ilmu yang ma'tsur dari para Nabi(o) dan
ilmu warisan Muhammad dalam kadar yang lebih dari cukup(s).
Barangsiapa mencarinya niscaya dia menemukannya(10).
lU. -iri,"iiartinya 1;l'1 (berUagai macam).
[2]. Makna hisab telah dijelaskan.
l3l. +Pi (Pahala) yaitu balasan kebaikan, satu kebaikan
akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipatnya sampai tujuh
ratus kali lipatnya sampai berlipatJipat.
l4l. +w.ti (Hukuman) yaitu balasan keburukan.
Barangsiapa melakukan keburuk-an maka dia tidak dibalas
kecuali sepertinya dan dia tidak dizhalimi.
l5l.t4i (Surga) yaitu tempat yang Allah riJtF siapkan untuk
wali-waliNya, di dalamnya terdapat apa yang disukai oleh jiwa
dan dinikmati oleh mata, di dalamnya terdapat apa yang tidak
pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan
tidak pernah terlintas di benak manusia,
{@ 'bfi'}'(q'i? y.c:l}e lliiu;.n{tsrt }
"Seorang pun tidak mengetnhui apa yang disembunyikan untuk
mereka, ynitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan
mata sebagni balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan," (As-
Sajdah: 1.7), yakni hakikat dan bagaimana sebenarnya tidaklah
diketahui.
ffi ffi
Surga sudah ada saat ini, berdasarkan Firman Allah tJtS,
{@ t*L}'i;y
"Telah disediakan untuk orang-orang yangbertaktua." (Ali Imran:
1.33) dan hadits-hadits yang semakna dalam hal ini mutawatir bev
derajat.
Ia akan terus ada selama-lamilya, berdasarkan Firman Allah
dls,
6 t,li*ii LiAi { r; \i W.'.41\.L ifi ,t' \t&'uJ\ Wb
(@ P:G';f{\1'L($'M
"Adnpun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam
surga, mereka l<ekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, keanli jika
Rnbbmu menglrcndaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-
putusnya." (Hud: 108), dan Firman Allah tlt5,
{r;lw"$Yb
"Mereknlekal di dnlamnya xlama-lamanyn," dalam banyak ayat.
[6]. i(Jr (Neraka) yaitu tempat yang Allah tiJtS sediakan
untuk musuh-musuhNya, di dalamnya terdapat berbagai macam
azab danhukuman yar.g tidak terpikul.
Dan ia sudah ada sekarang, berdasarkan Firman Allah tlt$,
{@'u*S\:,'$y
"Disediakan untuk ornng-orang yangknfir)' (Ali Imran: 131).
Dan hadits-hadits dalam hal ini berjumlah banyak dan terkenal.
Penghuninya kekal di dalamnya berdasarkan Firman Allah tltS,
47f e.r.-!-- @ W'{';\; t ;,Kr ; i\ LLy
"sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir dan nrcnyedia-
lan bagi mereka api yang menyala-nyala (trcraka), merekn kekal di dalam-
nya selama-lamanya," (Al-Ahzab : 64-65).
Allah telah menyebutkan kekekalan mereka di dalam neraka
,ffi ffi
selama-lamanya di tiga ayat di dalam al-Qur'an, yang pertama ada-
lah ayat di atas, yang kedua yaitu di akhir surat An-Nisa', dan
ketiga di surat al-Jin, ia zahir bahwa neraka selalu ada untuk se-
lama-lamanya.
[7]. Seperti Taurat, Injil,, Suhuf Ibrahim, Musa dan kitab-kitab
yang diturunkan lainnya. Hal itu disebutkan secara jelas dan ter-
perinci karena kebutuhan manusia kepadanya, bahkan mereka
sangat memerlukan penjelasan dan keterangannya; karena tidak
mungkin istiqamah terwujud tanpa iman kepada Hari Akhir di
mana di sana setiap orang akan dibalas sesuai dengan perbuatan-
nya, baik atau buruk.
[B]. Ketahuilah bahwa ilmu yang ma'tsur dari para Nabi ada
Pertama: Bagian yang shahih melalui wahyu, ia yaitu apa
yang disebutkan di dalam al-Qur'an dan as-sunnah yang shahih.
Ini wajib diterima tanpa ragu dan meyakini petunjuknya.
Kedua: Bagian yang datang melalui penukilan selain wahyu.
Bagian inilah yang disusupi oleh kebohongan, penyelewengan/
perubahan dan penggantian.
Oleh karena itu seseorang harus berhati-hati dari aPa yang
dinukil dengan jalan ini dari nabi-nabi terdahulu, sehingga Nabi
& bersabda,
jnngnnloh knnru nrentbennrksn dnn jnngan pula mendustnknn. ucapkan-
lnh, 'Knrui berinmn kepnda fipa yang diturunknn kepada knmi dan apa
ynng diturunkan kepndn knlinn,"t karena jika kamu membenarkan
mungkin saja kamu membenarkan kebatilan dan jika kamu men-
dustakan mungkin saja kamu mendustakan kebenaran. Ucapkan
saja, kalau ia dari Allah, maka aku beriman kepadanya'
t Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tafsir, Bab Qauluhu Ta'ala, 'Qulu Amanna Billahi wa
Ma Unzila llaina".
;;i 5;u ti',
ii "t Et i;\
^, .!.,. ,'-eePtiT
Ulama membagi atsar orang-orang terdahulu menjadi tiga:
Pertama, Apa yang dibenarkan oleh syariat kita.
Kedua, Apa yang didustakan oleh syariat kita.
Dan hukum keduanya sudah jelas.
Ketiga, apa yang tidak dibenarkan dan tidak didustakan oleh
syariat kita.
Yang ketiga ini tidak dibenarkan dan tidak didustakan, sikap
yang diambil yaitu taruaqquf.
[9]. Ilmu warisan Muhammad baik di dalam al-Qur'an atau
di dalam Sunnah Rasul s, di dalamnya terdapat keterangan ten-
tang hal itu lebih dari cukup.
Oleh karena itu tidak perlu kita mencari-cari nasihat untuk
melunakkan hati di selain al-Qur'an dan Sunnah. Ilmu warisan
Muhammad l& telah memenuhi segala kebutuhan ilmu dan iman
lebih dari cukup.
Kemudian apa yang dinisbatkan kepada Nabi *Ii dalam bab
nasilrat dan fndha'll (keutamaan-keutamaan), baik targhib (berhu-
bungan dengan anjuran, janji, dan pahala) maupun tarhib (ancaman
dan dosa) terbagi menjadi tiga: shahih yang diterima, dhaif, dan
mnudhu', karena tidak semuanya shahih dan diterima. Dhaif dan
mnudhu' tidak kita perlukan.
Para ulama sepakat bahwa yangnmudlru' ttdak boleh disebut-
kan dan disebarkan kepada masyaraka! tidak pada bab fndha'il
tnrglib dan tarhib dan tidak pula di selainnya, kecuali untuk seke-
dar menjelaskan keadaannya.
Sedangkan yang dhaif, maka para ulama berbeda pendapat.
Mereka yang berpandangan bolehnya menyebarluaskan dan me-
nukilnya mensyaratkan tiga syarat:
Pertnma, Hendaknya dhaifnya tidak sangat.
Kedun, Hendaknya dasar amal yang berakibat pahala atau
hukuman ditetapkan oleh dalil yang shahih.
Ketign, Tidak diyakini bahwa Nabi StE mengucapkannya, dan
tidak memastikannya, akan tetapi dalam targlib dia berharap dan
dalam tarhib dia takut.
Adapun kalimat penyampaiannya maka tidak dikatakan,
"Rasulullah ffi bersabda," akan tetapi "diriwayatkan dari Nabi ffi"
atau "disebutkan dari beliau ffi," dan yang semisalnya.
Apabila kamu termasuk orang awam yang tidak bisa mem-
bedakan antara laf.azhpl (disebutkan),;; (dikatakan), dan jU laia
mengatakan); maka janganlah sekali-kali kamu menyebutkannya,
karena orang awam tetap meyakini bahwa Rasulullah ffi menga-
takannya. Apa yang dikatakan di mihrab menurutnya itulah yang
benar.
Catatan Penting: Bab ini yaitu bab tentang Hari Akhir dan
tanda-tanda Hari Kiamat, banyak hadits yang disebutkan tentang-
nya; di antaranya ada yang dhaif bahkan ada pula yang maudhu',
dan mayoritas itu terdapat di dalam buku-buku nasihat dan weja-
ngan/ oleh karena itu diperlukan sikap waspada dan kita harus
memperingatkan masyarakat jika buku-buku seperti ini jatuh ke
tangan mereka.
[1O]. Perkataarurya ltx.:6i, maksudnya yaitu tit (mencari-
nya), i43 (dia akan menemukannya).
Ini benar, karena al-Qur'an ada di tangan kita, dan buku-buku
hadits ada di depan kita, hanya saja ia memerlukan ketelitian dan
penjelasan antara yang shahih dan yang dhaif, agar masyarakat
membangun akidah mereka di atas dasar yangbenar.
ooo
S W "/"
d@a^lr'Wa"itk4aA'
!" r?, tg "' s.A!
t"l;tt# v 9:)l
PASAL
Golongan yang selamat, Ahlus Sunnah wal ]ama'n[(r)' beriman
kepada qadar(z)Yang buik d"
pi Lrrr
PASAL
TENTANG IITTAN KEPADA QADAR
t1l. pu;r; iSlJii b *$ti;ljt"Golongan yang selamat' Ahlus
Sunnah wal |ama,un]" 5"fir',isinya dan penjelasan tentangnya telah
clisebutkan cli awal kitab.
[2].Qadarsecarabahasayaitu takdir'FirmanAllahcll$'
{@ )a:iK,GKcLY
,,
Se stutggttl my a Kntti mencip takan se galn sesunht mentrut uktffan,,,
(Al-Qamar 49).
Firman Allah tJW,
{@t;+a'-+qri}.
,,Laltt Kntrti tentt*nn (bentuknyn), nmkn Knmilnh scbnik-bnik yang
nrcnenhtknrz." (Al-Mursalat: 23)'
Aclapun Qadha' secara bahasa yaitu hukum'
olelrkarenaitukamikatakanbahwaQadlra.danqadarme-
rniliki arti berbecla jika disebutkan bersamaan dan memiliki arti sama
jika clisebutkan sec'ara terpisah. Hal-rru sesuai dengan ucapan ulama,
kecluanya aclalahkata yang jika berkumpul (disebutkan bersamaan)'
maka terpisah (berbeda mlk"ul dan fika(clisebutkan) terpisah, maka
berkumPul (memiliki arti sama)'
Kalau clikatakan ini yaitu qadar Allah' maka ia mencakup
Qadha'. Kalau keduanya disebut secara bersama' maka masing-
masing memPunyai makna sendiri'
3 Wn/" s(Na/" W
",s*Ai,1a/"
Takdir yaitu perkara yang Allah rlt# takdirkan di azal untuk
teqadi pada makhlukNya, sedangkan Qadha' yaitu perkara yang
Allah $o tetapkan pada makhlukNya dalam bentuk penciptaan,
peniadaan, atau perubahan. Dari sini maka takdir mendahului
Qadha'.
Kalau ada yang bertanya kapan? Kita katakan bahwa Qadha'
yaitu apa yang Allah tetapkan pada makhlukNya dalam bentuk
penciptaan, peniadaan atau perubahan dan bahwa takdir menda-
huluinya jika keduanya berkumpul, kalau begitu hal tersebut ber-
tentangan dengan Firman Allah c.llS,
( @';,; ::;6,6'JLll:'Y
"Dnn Din telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukur n n -ukur fl nny a den gnn se r ap i -r ap inya. " (Al-Furqan : 2).
Zahir ayat ini (menunjukkan bahwa) takdir (te4adi) setelah
penciptaan.
lawabnya yaitu satu dari dua sisi.
Bisa kita katakan bahwa ini hanya sekedar urutan penye-
butan saja bukan dari segi makna, penciptaan didahulukan atas
takdir demi menjaga kesesuaian akhir ayat.
Bukankah Musa lebih utama daripada Harun? Meskipun de-
mikian Harun didahulukan penyebutarurya daripada Musa di surat
Thaha pada Firman Allah tltF tentang para penyihir Fir'aun,
( @ b";'i |r;i ;t vffju G ifri A16y
"Lalu tuknng-tuknng sihir itu tersungkur dengan bersujud, serayfl
berkntn, 'Knmi telah percnya kpodo Rabb Hnrun dnn Musa'." (Thaha: 70).
Hal itu untuk menjaga kesesuaian akhir ayat.
Ini tidak berarti bahwa yang diakhirkan dari segi lafazhber-
arti ia diakhirkan dalam hal urutan.
Atau kita katakan bahwa takdir di sini berarti menyempur-
nakan yakni menciptakan dengan takdir tertentu, seperti Firman
Allah dt5,
{@ [{i,Ji-rii}
S Wna^h 84q41"^h W a,sil/rafl1'
,, y an g mencip taknn dan meny emPurnakan (pencip tnanNya). " (A1-
A'la: 2).
Jadi takdir disini berarti menyemPurnakan'
Makna yang kedua lebih dekat daripada yang pertama karena
ia pas sekali dengan Firman Allah tll$,
{@ s;|':tLdii}
,, Y ang mencip tnknn dan menyempurnakan (pencip tannNyn). " (Al-
A'la:2).
Jadi tidak ada Yang musYkil'
Iman kepada qadar yaitu waiib,kedudukarurya yaitu bahwa
ia merupakan-salahiatu rukun iman yang enam sebagaimana sabda
Nabi *F, kepada Jibril i')W yang bertanya, "APa itu iman?" Nabi *tg
menjawab, -
,r tfru,'ui:7{' p4rs #':s *l *t;3 br, bi r1
efr
,, Kflmu beiman lcepndn Allnh, malaiktt-mnlnikatNyn, kitnb-kitnb'
Nya, Rasul-rnsulNya dnn Hai Akhir sertn ksmu beiruan kepadn qndnr
ynng baik dan ynng buruk."l
Iman kepada qadar memiliki beberapa faidah, yaitu:
Pertnrun, bahwa ia temasuk kesempurnaan iman' dan iman
tidak sempurna kecuali dengannya.
Kedua,bahwa ia termasuk kesempurnaan iman kepada rubu-
biy ahNy a, karena takdir Allah termasuk perbu atannya'
Ketiga, mengembalikan segala urusan manusia kepada Allt,
karena iila seseorang mengetahui bahwa segala sesuatu terjadi
dengan eadha' dan Lkdir Allah, maka dia akan kembali kepada
Allah dalam menolak dan menepis mudharat serta menisbatkan
kebahagiaan kepadaNya dan dia mengetahui bahwa itu yaitu
karunia Allah kePadanYa.
I Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab ablman, fub fuyan Arkan al-Islam wa al'Iman.
Kelima, ringannya musibah atas hamba, karena jika seseorang
mengetahui bahwa musibah itu dari Allah, niscaya ringanlah bagi-
nya musibah tersebut, sebagaimana Allah dl5 berfirman,
4'i1Ei(\bi,;'y
"Dnn bnrangsiapn yang beiman lcepada Allah, niscnya Dia akan
nrc mb e ri p e tunj uk kep ndn hatiny a," (At-Tha ghabun : 1 1. ).
Alqomah berkata, "Dia yaitu orang yang tertimpa musibah
lalu dia mengetahui bahwa musibah itu dari Allah, maka dia ridha
dan menerima."
Keennm, menisbatkan nikmat kepada pemberinya, karena jika
kamu tidak beriman kepada qadar, niscaya kamu akan menisbat-
kan nikmat kepada perantara nikmat. Ini banyak terjadi pada orang-
orang yang menjilat kepada raja-raja, umara, dan para menteri, jika
mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka menisbat-
kannya kepada mereka dan melupakan karunia Allah &i kepada-
nya'
Benar, kita wajib berterima kasih kepada manusia, berdasar-
kan sabda Nabi ffi,
tj'1r,Jw#&l* €
" B nrnngsinpn berbuat bnik kepadnmu, maka b alaslah," l akan tetapi
lrarus tetap diyakini bahwa asalnya yaitu karunia Allah &yang
dititipkan melalui orang tersebut.
Ketujult, mengetahui hikmah Allah cE, karena jika seseorang
melihat kepada alam ini dan perubahan-perubahan yang mence-
ngangkan yang terjadi padanya, niscaya dia mengetahui hikmah
Allah ifr, Iain halnya dengan orang yang melalaikan qadar dan
Qadha' dia tidak mengambil faidah ini.
[5]. Yang baik yaitu yang sejalan dengan tabiat manusia,
di mana dengaru"rya dia menjadi baik, berbahagia dan senang. Semua
itu yaitu dari Allah JE.
Sedangkan yang buruk dalam takdir yaitu yang tidak sejalan
I Diriwayatkan oleh Ahmad 2168i dan Abu Dawud, no. 1672.
dengan tabiat manusia, di mana dengannya dia tertimpa kesulitan
dan kesengsaraan.
Akan tetapi jika dikatakan, bagaimana dikatakan bahwa pada
takdir Allah terdapat keburukan, padahal Nabi ffi telah bersabda,
$L,A!i,i
" Keburukan tidak (dinisbatkan) lcepadaN y a,"
]awab, Keburukan pada takdir tidak berdasarkan kepada tak-
dir Allah padanya, akan tetapi berdasarkan apa yang ditakdirkan,
karena adi qadar yang merupakan takdir dan apa yang ditakdir-
kan, sebagaimana ada penciptaan dan aPa yang diciptakan (makh-
luk), ada
-iradah
(keinginan) dan apa yang diinginkan. Jadi, kalau
berdasar kepada takdir Allah, maka ia bukan keburukan, justru ia
baik, bahkan seandainya itu menyengsarakan dan memudharatkan
seseorang serta tidak sesuai dengan tabiatnya. Kalau berdasarkan
upu yu.g ditakdirkan, maka ada yang baik dan ada yang buruk.
liai iatair baik dan buruk maksudnya yaitu apa yang ditakdir-
kan baik dan buruknYa.
Contohnya yaitu Firman Allah ell$,
4W "ii,fr r.-A-n6i a i: ;-{c-ilv J{t eicit-t y
,,Telah nampak lcerusakan di darat dan di lnut disebabknn karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada merela se-
bagian dai (akibat) perbuatan mereka! (Ar-Rum: 41).
Di dalam ayat ini Allah i8 menjelaskan kerusakan yang ter-
jadi, pemicunya dan tujuan darinya. Kerusakan yaitu keburukan,
pemicunya yaitu perbuatan buruk manusia dan tujuarurya yaitu ,
{ @ L}4.#Wuii,ai*-A*
"supaya Allah merasalan lepado mereka sebagian dai (akibat) per-
buatnn mereka, agar merela tcembali Qcc jalan yangbennr)." (Ar-Rum: 41).
Kerusakan yang terlihat di daratan dan lautan mengandung
hikmah meskipun ia sendiri buruk, akan tetapi karena hikmahnya
yang besar, maka penakdirarrnya menjadi baik'
Begitu pula kemaksiatan dan kekufuran, ia yaitu keburukan,
L
ia termasuk takdir Allah, akan tetapi karena hikmah yang besar.
Kalau bukan karena itu, niscaya batallah syariat, dan kalau bukan
karena itu, niscaya penciptaan manusia hanyalah main-main.
Iman kepada qadar baik dan buruknya tidak menuntut iman
kepada segala apa yang ditakdirkan, karena apa yang ditakdirkan
terbagi menjadi kauni dan syar'i.
Apa yang ditakdirkan secara kauni; Apabila Allah menakdir-
kan sesuatu yang tidak kamu sukai atasmu maka ia pasti terjadi,
baik kamu rela ataupun tidak.
Apa yang ditakdirkan secara syar'i, Mungkin dilaksanakan
oleh seseorang dan mungkin tidak, akan tetapi dengan melihat
kepada kerelaan kepadanya, maka harus diperinci, jika ia yaitu
ketaatan kepada Allah, maka wajib rela kepadanya, jika ia yaitu
kemaksiatan, maka wajib dibenci, dihindari dan dilenyapkan, se-
bagaimana Firman Allah €,
{@ 5}r.;5'i
"Dan hendnklah adn di antnra knmu xgolongan umnt yang menyeru
k pndo lcebnjiknn, menyunth bpndo yang mn'ruf dan mencegah dai yang
nrunkar; mereknlah orfing-orang yang beruntung." (Ali Imran: 104).
Dari sini maka kita wajib beriman kepada segala apa yang
diputuskan dari sisi di mana ia merupakan Qadha' dari Allah J&.
Adapun dari sisi ia sebagai keputusan, maka kita mungkin rela
dan mungkin tidak, jadi seandainya kekufuran terjadi pada sese-
orang, maka kita tidak rela terhadap kekufuran darinya, akan tetapi
kita rela sebagai ketetapan dari Allah.
ooo
4 i S' [Ai ci'u rt;j ;rii(u,6$v:: # Jyi, i:i,t\{- ia; y
&$r"'t-*ll 4+."'u.;tlvjiJr i 4"^' i', iw)r ';3'{r
ovLs,r b &t;i * *o l"rkij i)\ i JYY S
u3;it aqt e iti* ," ,"'r,.+yr; ;r;;\iry &pt -tt3
."'jit itw
PASAL
Iman kepada takdir terdiri dari dua tingkatan, masing-masing
tingkatan mengandung dua perkara.(r) Tingkatan pertama:
Beriman bahwa Allah mengetahui apa yang dilakukan oleh
makhluk(2) dengan ilmuNya yang qadim(:) di mana Dia disifati
dengannya secara azali dan abadi(4) dan Dia iuga mengetahui
seluruh keadaan mereka berupa ketaatan, kemaksiatan, rizki
dan ajal(s),Kemudian Allah menulis takdir-takdir makhluk di
Lauh Mahfuzh@.
PASAL
TENTANG TINGKATAN IMAN KEPADA TAKDIR
[1]. Penulis membagi demikian karena adanya perbedaan,
perbedaan pada takdir tidak mencakup seluruh fase-fasenya' Bab
takdir termasuk bab ilmu agama yang paling musykil bagi sese-
orang, perbedaan pendapat berkenaan dengan masalah ini telah
ada pada masa sahabat &,, akan tetapi tidak ada yang musykil bagi
yang menginginkan kebenaran.
[2]. Ucapan penulis, t4tav it;ltv 4a irri! itc.jr ,j.;'Jr arirf "Ting-
katan pertama: Beriman bahwa Allah mengetahui apa yang di-
takukan oleh makhluk." Penulis tidak menyebutkan bahwa Allah
mengetahui apa yang Dia lakukan sendiri, karena tidak ada per-
bedaan pendapat dalam masalah ini. Penulis hanya menyebutkan
yang padanya terdapat perbedaan pendapat, yaitu apakah Allah
mengetahui apa yang dilakukan oleh makhluk atau tidak menge-
tahuinya kecuali setelah mereka melakukannya?
S Wn"/, d@rl.u W oatlru4rA,
Pendapat Salaf dan para imam menetapkan bahwa Allah
mengetahui itu;
[5], Qadim menurut istilah mereka yaitu yang tidak ada
awal permulaannya yakni Dia senantiasa ada sejak dahulu yang
tidak berawal mengetahui apa yang dilakukan oleh makhluk, lain
c{engan qadim dalam arti bahasa, ia bisa berarti sesuatu yang lama,
tetapi nisbi sebagaimana Firman Allah uit5,
(@ 1S ti{)K;6F}
"Sehingga (setelnh dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembali-
lnh dia sebngni bentuk tnndnn yang tua." (Yasin: 39).
Dan sudah dimaklumi bahwa pelepah kurma bukan sesuatu
yang qadim azali akan tetapi ia qadim berdasarkan kepada apayang
sesudahnya.
Allah
"Jlii
disifati bahwa Dia mengetahui apa yang dilakukan
oleh makhluk dengan ilmuNya yang qadim azaliyang tidak memi-
liki permulaan. Allah mengetahui bahwa orang ini akan melaku-
kan ini di tempat ini dengan ilmuNya yang qadim azali. Kita wajib
mengimani hal ini.
Dalilnya dari al-Qur'an, as-Sunnah dan akal.
Dari al-Qur' an: Banyak sekali ay at-ay at y ar.g berisi keumum-
an ilmu Allah seperti,
{@'4 r:;iiL,':'1y
"Dnn Allnh Malm nrengetnlrui segnla sesuatu." (Al-Baqarah:282).
{@ ryt6,h<-u'i(5t}
"Sexmgguhnyn Allah Mahn Mengetalrui segala sesuatu." (An-
Nisa':32).
{Gr'Gr 16,3L (;;r(f.1b
"Yn Rnbb knni, rahmnt dan ilmu Engknu meliputi segala sesuafu."
(Al-Mu'min:7).
3 W4"/"
gl qr/a/" W a,at lua"/"
{ @ w rt' :r-.Ld i';il ";w.$,6 g l.i
^irtr?x4y"Agar kamu mengetalui bahtpasanyn Allnh Mnlukuasa ntas segaln
sesuntu, dan sesungguhnya Allah ilmuNyn benar-benar meliputi segaln
sesuatu." (Ath-Thalaq: 12). Dan ayat-ayat yang lain yang tidak ter-
hingga.
Adapun dalil dari Sunnah, maka sesungguhnya Rasulullah
M telah memberitakan bahwa Allah telah menulis takdir makhluk
lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi, bahwa
apa yang telah ditakdirkan untuk menimpa seseorang tidak akan
meleset, dan apa yang tidak ditakdirkan atasnya tidak akan menim-
panya, bahwa pena telah kering dan shulruf telah digulung... dan
hadits dalam bab ini berjumlah banyak.
Sedangkan dari akal; Sudah diketahui dengan akal bahwa
Allah yaitu Pencipta dan bahwa selain Allah yaitu makhluk'
Secara akal, Khalik pasti mengetahui makhluk. Allah telah mene-
tapkan hal ini dalam FirmanNya,
{ @'#t 3";ri';''i! :;'S;.'ti y
"Apaknh Allnh yang menciptakan itu tidnk mengetahui (yang knnru
lalirkan atau rnhnsinkan); dan Din Mahahnlus lngi Maha mengetnhui?"
(Al-Mulk: 14).
Al-Qur'an, Sunnah dan akal semuanya menunjukkan bahwa
Allah mengetahui apa yang dilakukan makhluk dengan ilmuNya
yangazall
[4]. Ucapan penulit, tuiriji+;3.t3;rr,$Ilt"Di mana Dia
disifati dengannya secara azali dan abadi." yaitu Allah disifati
dengannya secara azali berarti menafikan ketidaktahuan dariNya
dan yaitu Allah disifati dengannya secara abadi berarti menafik-
an kelupaan.
Oleh karena itu ilmu Allah tlt$ tidak didahului dengan ke-
tidaktahuan dan tidak tersusupi oleh kelupaan. Sebagaimana Musa
ipi berkata kepada Fir'aun,
( @ ;4:lJ i; UJ # u q'^--("r, i6 h
"Musa ntenjaruab, 'Pengetalruan tentang itu ada di sisi Rabbku, di
dnlnm sebuah kitnb, Rabb kami tidak aknn salah dan tidak (pula) lupa."
(Thaha:52).
Lain halnya dengan ilmu makhluk yang didahului dengan
ketidaktahuan dan disusupi oleh kelupaan.
Jadi kita wajib beriman bahwa Allah mengetahui apa yang
dilakukan oleh makhluk dengan ilmu yang dahulu di mana Dia
disifati dengannya secara azali dan abadi.
[5]. Dalilnya yaitu hadits shahih di ash-Shahihain dari Ab-
dullah bin Mas'ud &, dia berkata, Rasulullah ffi menyampaikan
kepada kami dan beliau yaitu orang yang benar dan dibenarkan,
&.iJ;;\Lr
"Sexmggttltnya penciptsnn salah seorang di antara kalian dikum-
pulkan di rnhim ibunya," lalu Nabi ffi menyebutkan fase-fase janin.
Dan beliau bersabda,
'. , tc .r1 l, , ,-l -.4,ct J.tu. &, 4.,.]->
"i -. . t>l ,i
4,1-o, r-5 I :d) ;",iL ';"1; ,riiJ; ittt(.J.JJ-
t
ot,r
;
t3..Jb-t'
"Kenntdinn Allah menguttts malaikat lalu dia dipeintahkan unhtk
menulis entpnt knlimat, dikntaknn kepndnnya, 'Tulislah amalnya, izkinya,
ajnlnyn dnn din sengsnrn ntau berbalragtn...'. "Al-Hadits.1 Jadi Allah
mengetahui itu sebelum manusia diciptakan.
Ketaatan kita, kemaksiatan kita, rizki kita, dan aial kita, semua-
nya diketahui oleh Allah. Apabila ada orang yang mati dengan sebab
atau tanpa sebab yang diketahui, maka ia diketahui oleh Allah,
tidak samar bagiNya. Lain dengan ilmu seseorang tentang ajalnya,
dia tidak mengetahui ajalnya, di mana dia akan mati, kapan, dengan
sebab apa, dan dalam keadaan bagaimana, dia tidak mengetahui
semua itu. Semoga Allah memberi kita akhir hidup yang baik. Ini-
lah perkara pertama dari tingkatan pertama.
' Diriwayau<an oleh al-Bukhari , Ktab al-Haidh, Bab al-Mar'atu Tahidhu Ba da al-Ifadhah (konng
wanita haid setelah thawaf ifadhah, dan Muslim, Kitab al-Qadar.
Jwt+
3 W^r/" *{qrln/" W **ilW l,
[6]. Ini yaitu perkara kedua dari tingkatan pertama, yaitu
Allah menulis takdir makhluk di Lauh Mahfuzh.
Lauh Mahfuzh:Kita tidak mengetahui hakikabrya, dari aPa, aPa-
kah dari kayu, atau besi atau emas atau perak atau jamrud? Allah
lebih mengetahui tentang itu, yang penting bagi kita yaitu beriman
bahwa ada Inuh yang padanya Allah menulis segala sesuatu dan
kita tidak mempunyai wewenang untuk membahas aPa yang ada
di balik itu, akan tetapi seandainya di dalam al-Qur'an dan Sunnah
terdapat petunjuk tentangnya, maka kita wajib meyakininya.
Lauh ini dikatakan Mahfuzh, pertama, karena ia Mahfuzh (ter-
jaga) dari tangan-tangan makhluk, tidak seorang Pun menambah
sesuafu atau merubah sesuafu darinya selama-lamanya. Kedua;
karena ia terjaga dari perubahan. Allah tidak merubah sesuatu pun
di dalamnya karena Dia menulisnya dengan ilmuNya, sebagaimana
penulis akan menyebutkannya. Karena inilah Syaikhul Islam ber-
kata, "sesungguhnya yang tertulis di Lauh Mahfirzh adak berubah
selama-lamanya." Perubahan hanya teryadi di buku-buku yang ada
di tangan para malaikat.
Ucapan penulis, ;Jljt pt;; "Takdir makhluk." Yakni takdir-
takdir seluruh makhluk, secara zahir dari dalil-dalil yaitu bahwa
ia mencakup apa yang dilakukan oleh manusia dan apa yang di-
lakukan oleh binatang, ia yaitu umum dan menyeluruh.
Akan tetapi apakah penulisan ini ijmali (global) atau tnfsili
(terperinci)?
Bisa kita katakan bahwa kita tidak dapat memastikan yang
pertama atau yang kedua.
Sebagai contoh al-Qur'an al-Karim, apakah ia tertulis di L'nuh
Malrfuzh dengan ayat-ayat dan huruf-huruf seperti ini atau yang
tertulis di Inuh Mahfuzh yaitu penyebutannya, bahwa ia akan
turun kepada Muhammad, bahwa ia akan menjadi cahaya dan
petunjuk bagi manusia dan yang seperti itu?
Ada kemungkinan, kalau kita melihat kepada zahir dalil-dalil
maka kita katakan bahwa zahirnya menunjukkan bahwa seluruh
al-Qur'an tertulis diLnuh Mahfuzh secara global dan terperinci. Kalau
kita melihat bahwa Allah dg berfirman dengan al-Qur'an pada waktu
3 Wa"h sX q dr/"'W a6rt^l"r/r/"
ia turun, maka kita katakan bahwa yang tertulis di Lauh Mahfuzh
yaitu penyebutan al-Qur'an, dan kalau al-Qur'an disebutkan di
Lauh Mnltfuzh, maka hal itu tidak mengharuskan ia tertulis di da-
lamnya, sebagaimana Firman Allah tentang al-Qur'an,
(@{!iiS4'rty
"Dnn sesungguhnya al-Qur'an itu benar-benar (tersebut) dalam
kitnb-kitnb orang ynng dnhula." (Asy-Syu'ara': 196).
Dan sudah diketahui bahwa teks al-Qur'an tidak ada di dalam
kitab-kitab orang-orang terdahulu, yang ada hanyalah penyebutan-
nya, hal yang sama mungkin kita katakan tentang Firman Allah
ULi,
{ @ .y;,Edc@ 4"6;,ty
"Bnltknn ynng didustnkan mereka itu ialah al-Qur'an yang mulia,
ynng (tersirupnn) dnlnru Lauh Mahfuzh." (Al-Buruj:27-22). Yakni pe-
nyebutannya di Lath Mahfuzh.
Yang penting yaitu kita harus beriman bahwa takdir makh-
luk telah ditulis di Lauh Mahfuzlt, apa yang ditulis di Lauh ini tidak
akan berubah, karena Allah telah memerintahkannya agar menulis
apayang te4adi sampai Hari Kiamat.
ooo
c3i ,',,ju ,',rJjii u ,jr,! ,dj3i ,,n jv ,p;st iit ,;e v $:v
,'4L:A, F". l ir;ljr +wi w t"yrl*i;t pi JL:j.s $ u
t"',.;;*Ul q*3,t"p)r"Yt ,*+ {')'o;.-o! * | lG}i u3
',"'"4$'!\;Ai O( ;,--'fi 1^'';-i $y ,aw iu '"'Li3
{" "X; ;i\ S"'tf' Lt''",;546f;
Ketika pertama kali Allah menciptakan pena, Allah berfirman
kepadanya, "Tulislah!" la meniawab, "Apa yang aku tulis?"(1)
Allah berfirman,Q\ ttTulislah apa yang terjadi sampai Hari
Kiamat.,,(3) Apa yang menimpa seseorang tidak akan meleset da-
rinya dan apa yang meleset darinya tidak akan menimpanya(+).
Pena-pena telah kering,(s) lembaran-lembaran telah dilipatt6)
sebagaimana(4 Firman Allah, "Apakah kamu tidak mengetahui$)
bahuta sesungguhnya Allah mengetahui apa saia yang ada di
langit dan di bumi?g Bahwasanya yang demikian itu terdapat
dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfitzh).$ot Sesungguhnya yang de'
mikian itu amat mudah