Induk agama Islam 15


  bagi Allah." (Al-Haij: 70).(11)

[1]. Ucapan penulis, cjii ,ij Jv,4;ttir altu j3[ "Yang pertama

kali Allah ciptakan yaitu  Pena. Allah berfirman kepadanya,

'Trtlislah!" Allah memerintahkannya menulis, padahal ia benda

mati, bagaimana benda mati diajak berbicara?

]awab: Bagi Allah benda mati itu berakal yang mungkin diaiak

berbicara. Allah dt5 berfirman,

tlJ(i,'ig'6

"Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dnn langit itu

masih merupaknn asap, lnlu Din berfirntan kepadanyn dnn kepada bumi,

'Datanglah knlian berdua menurut perintnhKu dengan sukn luti atnu

terpaksn'. Keduanya menjaruab, 'Kami dntang dengan sukn hati'." (Fush-

shilat 11).

Allah berfirman kepada langit dan bumi. Dan jawabannya

dengan jamak yang menunjukkan berakal yaitu i;4G bukan jwG.

Allah ult5 berfirman,

{ @ ;+st&\i1:;6a5:r;-G Y

"Kami berfirman, 'Hai api, menjadi dinginlah dan menjndi kese-

lamatanlahbagi lbrahirz'." (Al-Anbiya': 69). Maka terjadilah hal itu.

Allah tlt$ juga berfirman,

X3\JL6j:;\?y

{@w

q\-66 GS s\ 6iL Cei,ri'i$

(fi:t,zIfJHF

ffi ,ffi

:ffi ffi

" Hai gunung- gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-

ulang bersarun Daruud." (Saba': 10). Maka gunung-gunung kembali

kepadaNya.

Alhasil, Allah memerintahkan pena agar menulis, dan pena

pun menjalankan perintah tersebut, hanya saja yang musykil bagi-

nya yaitu  apa yang ditulis, karena perintahnya global, maka pena

bertanya, "Apa yang aku fulis?"

[2]. Yakni, Allah

[5]. l.t;llr at JLAts ]v #i "Tulislah apa yang teriadi sampai

Hari Kiamat?" maka pena menulis apa yang terjadi sampai Hari

Kiamat dengan perintah Allah. Lihatlah bagaimana pena menge-

tahui apa yang terjadi sampai Hari Kiamat lalu ia pun menulisnya

karena perintal'r Allah tidak tertolak.

Ucapannya, y6t ay Jl'As ?L u "Apa yang terjadi sampai Hari

Kiamat." Meliputi apa yang dilakukan Allah dan apa yang dilaku-

kan makhluk.

[4]. Apabila kamu beriman kepada kalimat ini, niscaya kamu

akan tenang, yaitu bahwa apa yang menimpa seseortu:rg tidak akan

meleset darinya. ewlv "Apa yang menimpa" mempunyai dua

kemungkinan makna: Pertama, apa yang telah ditakdirkan untuk

menimpanya, ia tidak akan meleset darinya. Kedua, apa yang benar-

benar telah menimpanya, ia tidak mungkin meleset darinya, bah-

kan seandainya orang tersebut berharap. Kedua makna ini yaitu 

benar dan tidak saling bertentangan.

Dan apa yang meleset darinya tidak akan menimpanya, yakni

apa yang telah ditakdirkan tidak menimpffiya, ia tidak akan menim-

panya atau maknanya yaitu  apa yang benar-benar tidak menimpa-

nya karena sudah diketahui bahwa ia tidak menimpanya meskipun

clia berharap. Kedua makna ini yaitu  shahih dan tidak bertentangan.

t5]. ixi$i "Pena" yaitu  pena takdir yang dengannya Allah

menulis takdir-takdir, ia telah kering dan selesai (menulis semua-

nya).

[6]. -iilr q.*r "Lembaran-lembaran telah dilipat," ini ada-

lahkinaynh bahwa perkaranya telah selesai.

Di dalam Shahih Musliml dari Jabir .*;, dia berkata,

Wfu u.; tJ d.,{t J-:u. 'jr! ,# i.Ev 5.utV;q

pi r;,6^it \orJ p>ti'{r y,&Wi,(Ar jrjr r,+:i)r

,lv . j-rt;At y,or3 px'vr y..* L* i ,Y ,ju t,Ji* W

#ptlu\'JvriuGjtd,Jt,

"Suraqah bin Malik bin Ju'syum datnng kepada Nabi, dia berkata,

'Ya Rasulullah {W, jelaskanlah agamn kepada kami seolah-olah kita dicip-

takan sekarang, untuk apa beramal hari ini, apnkah untuk perkara ynng

telah ditulis oleh pena dan berlaku padanya takdir? Ataukah untuk yang

akan datang?' Nabi menjarunb, 'Tidak, nknn tetapi untuk perknrn yang

telah ditulis oleh pena dan berlaku padttnya takdir.' Dia bertanyn, 'Inntns

untuk apa beramal?' Nabi bersabda, 'Beramallah, karena masing-masing

dimudnhkan (untuk sesuatu yang diciptaknn untuknya)',u

l7l. t;3, huruf kaf dalam ungkapan semacam ini yaitu  untuk

menjelaskan alasan (li at-Ta' lil).

[8]. {,.r: ji } "Apalahkamu tidakmengetnhui," hai orang di mana

ayat ini tertuju padanya.

tgl. ( of'jv ;tai O(' .rq-'ii O1\ "Bahtpa sesungguhnya Allah

mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?" Ini yaitu 

umum. Dia mengetahui orang-orang, sifat-sifat, amal-amal dan

keadaan-keadaan di dalamnya.

[1O]. {#a4t'3y\"eahwasanya yang demikian itu terda-

pat dalam sebuah Kitab." Kitab di sini yaitu  Lauh Mahfuzh.

[1U. 44U-$,b A{t fuy\"sesunggtthnya yang demikian itu

amat ruudah bagi Allah." Yakni menulis yaitu  perkara mudah

bagi Allah.

ooo

I Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Qadar.

,', ,t ?^O{}"' #-475$ qi.ii ef.* a-irAll} i6;

*!J 6or i.#t'.i;; {@j1; ;1&54;Lt"wJ,fi;

by;;)t ?$t ,p '* ifi ,>tVoit & etY e'Jt'it;,*

l3v 4L\5i, * c1gt e ,p ;)*Jt 3G ,# t>V ;v v

(i ,ys ,',;br l&is ,*q S1 ,i ,sw ,qt;$ gir, r*

j"$Jttiii,"'4\ *s,W

.tt',l.:Ii ;',!r i'r'K,Li(,)-, \ J- JJ/ r

,w+ *_tJJi,t';JG t51i6 J.;

Dan Allah berfirman, "Tiada suatu bencana Pun yang menimpa

di bumi$ dan (tidak pula) pada dirimu sendiri,Q) melainkan

telah terhtlis dalam Kitab (Lauh MahfuzhQl sebelum Kami men-

ciptakannya.$l Sesunggrhnya yang demikian itu yaitu  mudah

b a gi All ah. " (Al-Had idz 22\.

Takdir yang menginduk kepada ilmu Allah ini ada di beberapa

tempat secara global dan terperinci. Allah telah menulis apa

yang Dia kehendaki di Lauh Mahfuzh. Apabila Allah mencipta-

kan ianin sebelum dihembuskan ruh padanya, Dia mengutus

malaikat yang diperintahkan dengan empat kalimat, dikatakan

kepadanya, "Tulislah rizkinya, ajalnya, amalnya, berbahagia

atau sengsara," dan perkara lain semisalnya.(s) Takdir ini dahulu

diingkari oleh Qadariyah ekscim dan pengingkarnya pada hari

ini sedikit.(6)

lU. ( -Ji.lF "Di bumi." Seperti kemarau panjang, gemPa

bumi, banjir, dan lainnya.

127. $'$-i!'-415}. "Pada iliimu sendii." Seperti penyakit,

wabah yang mematikan dan lain-lain.

l3l. ( y'+ aJ;\ "Kitab," yakni Lauh Mahfuzh.

t4]. ( W J ,# ib "sebelum,Kami menciptakannya." Kata

ganti (ilhatiirl di d;lam kalimat (tlr{) "menciptakannya", bisa

S Wr/, d qrdn/l,'W 

","itAr1"/"

kembali kepada musibah, bisa pula kembali kepada diri sendiri,

dan bisa pula kembali kepada bumi, semuanya benar. Jadi musibah

telah ditulis (ditentukan) sebelum Allah S, menciptakamya, sebe-

lum Allah menciptakan diri yang tertimpa musibah, dan sebelum

Allah menciptakan bumi.

Di dalam Slmhih Musliml dari Abdullah bin Amr, dia berkata,

'ru.J,l ,-k

"Allnh telnh menulis tnkdir nnkltluk lirua ptluh nbu tnlrun sebelutn

menciptakan lnngit dnn bumi." Nabi bersnbda, "Dan ArnsyNyn di atss

air."

[5]. Ucapannya, eity# "Di tempat-tempat." Yakni di tempat-

tempat selain Lauh Mahfuzh.

Kemudian penulis menjelaskan tempat-tempat ini dengan

ucaPannya/

Rasulullah 4{i bersabda,

;ti 3:;e u,:irl -,ly,-rt ArJi M 6,i'tit t-war' q;3

iG ;V tt!: ci; t; b3;;-{t alXt e 4 *

iW ,qW g::U rp l?& gL,=; * c3jl

u! *r,W (i pyu;ir,lt+i,

"Allah telah menulis apa yang Dia kehendaki di Lauh Mah-

fuzh. Apabila Allah menciptakan janin sebelum dihembuskan

ruh padanya, Dia mengutus malaikat yang diperintahkan dengan

empat kalimat, dikatakan kepadanya, 'Tulislah rizkinyO aialnya,

amalnya, berbahagia atau sengsara,'dan perkara lain semisalnya."

Disini disebutkan dua tempal pertama yaitu  Lnuh Mahfuzh.

Dalil dan penjelasannya yang terperinci telah dipaparkan. Kedua

yaitu  penulisan umur bagi janin di rahim ibunya. DaliLnya yaitu 

hadits Ibnu Mas'ud *$u, yang telah disebutkan.

Adapun tempat ketiga diisyaratkan oleh penulis dengan uca-

u" oG j:iv yt

I Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Qadar, Bab Huljaj Adam wa Musa M.

pannyq "Dan perkaran lain semisalnya." Ini yaitu  takdir lnuli

(tahunan) yang terjadi di malam lailatul qadar. Apa yang terjadi

dalanr setahun itu ditulis di malam lailatul qadar, sebagaimana

Firman Allah dl+,

(@ ,,.ylKg"a;au01@ e j ils:x.tr, F

u Pndn nnlnm itu dijelnsknn xgnla ulusnn yang penuh likrunh, (yaitul

Lffusnn ynng besnr dnri sisi Knnri. Sezungguhnyn Knmi-lnh ynng me-

ngu.tus rnsul-rnsuL " (Ad-Dukhan: 4-5)

[6]. ;+Xr tL "Takdir ini", yakni ilmu dan kitnbnh (penulisan),

hal ini diingkari oleh Qadariyah ekstrim, dahulu mereka berkata,

"Sesunggrrhnya Allah tidak mengetahui perbuatan manusia, kecuali

setelah ia dilakukan dan bahwa ia belum ditulis.,, Mereka juga

berkata, "Hal itu merupakan perkara baru yang tidak ada ilmunya

di sisi Allah," akan tetapi Qadariyah ruutriakhirin mengakui ilmu

dan penulisan, dan mereka mengingkari adanya kehendak dan pen-

ciptaan, ini dari segi perbuatan makhluk. Adapun dari segi perbuat-

an Allah, maka tidak seorang pun mengingkari bahwa Allah me-

ngetahuinya sebelum ia terjadi.

Orang-orang yang mengingkari ilmu Allah terhadap perbuat-

an manusia, dalam syariat hukum mereka yaitu  kafir, karena

mereka menclustakan Firman Allah dt$,

(@'426ii1,;l5y

"Dnn Allnh mengetnlrui segnln sesuntu.,,(Al-Baqarah: 282). Dan

ayat-ayat lain, dan karena mereka telah menyelisihi hakikat yang

fundamental dalam agama ini.

ooo

},*ffim**sffi ffi

S {a a^h dCif"lr'W esitkq"h

[U.Yaknidaritingkatan-tingkatanimankepadatakdir.

[2]. Yakni kamu harus beriman bahwa kehendak Allah pasti

terlaksana dalam segala perkara; baik yang berkaitan dengan per-

buatanNya atau p"ibrruiur, hambaNya, dan bahwa kuasa Allah

menyeluruh,

(4 <,( ,{l-Vi"lt o.{; o.igi a tc 'a 

d*.}).{i'i 6AliY

,W ti3,lrurlr 1,r 4y 4"tt,.-6r +;i'lr ui;

eljLriJt e v 3: ,fif-J "ui I u:,.r6 {!r ,v v,1! iw)r

Y "',ilu$ bt *t^'it ,rr* 'is f ; ;y ;;\i *to

b';.* ?,f ,f i r-* frrn"' ' ti u 5u a'it

e i: ,-e)ilt e e&^ J. w (t)'.rL'6jii;j$ 

'>ttsi;,l

,,rit-n *, ir r'r,ip rE .i e>dti* 'Ae frf .jt A;-!l

<\.0*rLi, V e!.t ,*3') ybr *UStdt 7i t;* tJ.t e :

Adapun tingkatan kedua,(r) maka ia aa"Ufr masyi'ah 

-(kehendak)

Anair yanglasti terjadi dan kuasaNya yang menyeluruh' yaitu

iman bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, apa yang

tidak dikehendakiNya tidak teriadi, dan bahwa tidak ada ge-

rakan dan diam di lingit dan bumi, kecuali dengan masyi'ah

Allah ffi.{z) fidak akan teriadi sesuatu dalam kekuasaan Allah

yang tidak dikehendakiNya,(s) bahwa Allah $E Maha berkuasa

ata, segata sesuatu meliputi yang ada dan yang tiada' (a) Tidak

ada mikhluk di langit dan bumi, kecuali Allah-lah Pencipta-

nya,(s) tiada pencipta selainNya,(o) tiada Rabb selainNya'(7) Mes-

kipun demikian, Allah memerintahkan hamba-hambaNya agar

menaatiNya dan menaati Rasul-rasulNya serta melarang mereka

bermaksiat kePadaNYa.(a)

(@ F-l5

"Dnn tindn sesuntu pun ynng dnpat ruelenmhknn Allah baik di langtt

nmupLtn di burui. Sesungguhnyn Allnh Mahn Mengetahui lagi Maha-

kunsa." (Fathir:44).

Tingkatan ini meliputi dua perkara: masyi'ah dan penciptaan.

Kita wajib beriman bahwa mnsyi'ah Allah ults pasti terlaksana

pada segala sesuatu, dan bahwa kuasaNya meliputi segala sesuatu;

baik berkait dengan perbuatanNya maupun perbuatan makhluk.

Bahwa ia meliputi perbuatanNya, maka perkaranya telah

jelas. Adapun ia meliputi perbuatan-perbuatan makhluk, karena

seluruh makhluk yaitu  milikNya dtF dan tidak mungkin terjadi

pada kepemilikanNya, kecuali apa yang dikehendakiNya.

Dalilnya yaitu  Firman Allah rltF,

{@ io;;t'{*''f i61;y

"Mnkn jika Dia menghendaki, pasti Din memberi petunjuk kepnda

lcnmu sentunnyn." (Al-An'am : L49).

Dan Dia tlu berfirman,

{its A;ai M i:irJ.triy

"liknlru Rnbbmu menghendnki, tentu Din menjadiknn ruanusia umat

ynng sntu." (Hud: L18).

Dia S6 juga berfirman/

qi iiiivy +;,[i e*,v'ui,i j3iti,;i,( i\atrjb

(ijt*t ti,li i\7 5', g ; F+j 

.Lr.t;,i # i:;iti

" Dnn knlnu Allah menglundaki, niscnya tidaklah berbunuh-bunuhan

ornng-orang Uang dntang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang l<epada

mereka beberapa macam lceterangan, alan tetapi mereka berselisih. Di an-

tnrn merekn adn yang beiman dan ada (pula) di antara mereka yang lafir.

se an dniny a Allah me nghendaki, tidaklah me reka b e rbunuh-bunuhan."

(Al-Baqarah: 253).

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa perbuatan manusia ter-

gantung dengan masyi'ah Allah. Firman Allah ultF,

{ '6i i\5. J iyl';itisY'b

,'Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dil<e-

lrcndnki Allah." (Al-Insan: 30).

Ini menunjukkan bahwa kehendak hamba masuk dan meng-

induk kepada kehendak Allah.

[3J. Ucapan ini perlu dirinci, yakni tidak terjadi dalam ke-

kuasaanNya sesuatu yang tidak dikehendakiNya dengan irndnh

knuniynh (kehendak alamiyah). Adapun dengan irndah synr'iyynh

(kehendak syar'iyah), maka hal itu bisa saja terjadi meskipun Dia

tidak menghendakinya.

Jadi, iradnlr Allah (kehendak Allah) terbagi menjadi dua: irndah

kauniynh dnn irndnh synr'iYYnh.

Yung dimaksud dengan irndnh l<auniynh yaitu  mnsyi- ah (kehen-

dak itu sendiri;, contohnya yaitu  perkataan nabi Nuh -lpi kepada

kaumnya,

4,&. F- ;t i).x\ i,tut :{3 

6;\',6 L i\ 3L -,23 *,ri:{; y

"Dnn tidnklnhbermnnfnnt kepadnmu nnsilmtku iikn nkulendnk menl-

beri nnsilmt kepndn knntu, sekiranya Allnh hendnk menyesatknn kamu."

(Hud:34).

sedangkan yang dimaksud dengan irndnh synr'iyynh yaitu 

runhnbbnh (kecintaan), contohnya yaitu  Firman Allah ulF,

4'e4; 4';-J LJx,tlY

"Dnn Allnh hendnk meneima taubatmu." (An-Nisa': 27)'

Kedua iradah ini berbeda dalam dua perkara: konsekuensi

dan keterkaitan.

Dalam hal keterkaitan: Irndnhknuniynh berkait dengan aPayang

terjadi; baik ia dicintai atau dibenci oleh Allah, sedangkan irndalt

syir'iyynh terkait dengan apayangdicintaiNya; baik ia terjadi atau

tidak.

Dalam hal konsekuensi: lrndnh kauniynh berkonsekuensi ter-

jadinya apa yang diinginkan dan irndnh synr'iyyah tidak berkonse-

ffi ,ffi

kuensi demikian.

Jadi ucapan penulis, x-;-i u $v e'it t "Tidak terjadi dalam

kekuasaan Allah sesuatu yang tidak dikehendakiNya." Maksud-

nya yaitu  irndnh kauniynh.

]ika ada yang bertanya: Apakah kemaksiatan diinginkan oleh

Allah?

Jawab: Tidak dengan irndah syar'iyyah, karena Dia memben-

cinya. Adapun jika dinisbatkan kepada irndnh knuniynh, maka itu

termasuk irndnhNya, karena ia terjadi dengan kehendakNya.

147. t,* j3 "Segala sesuatu". Jadi Allah Maha berkuasa atas

segala sesuatu yang ada untuk menghilangkan atau merubahnya.

Sebagaimana Allah juga Maha berkuasa atas segala sesuatu yang

ticlak ada untuk diadakan.

Kuasa Allah yang berhubungan dengan sesuatu yang sudah

ada yaitu  dengan tetap mengadakannya, atau meniadakannya,

atau merubahnya. Sedangkan yang berhubungan dengan sesuatu

yang tidak ada yaitu  dengan tetap meniadakarurya atau mengada-

kannya.

Sebagai contoh, semua yangada, Allah mampu meniadakan-

nya dan mampu merubahnya dari satu keadaan ke keadaan yang

lain. Semua yang tiada, Allah mampu mengadakannya bagaimana

juga, sebagaimana Firman Allah Uti,

( @ '3-* ::j' d*'i't aLY

"Sesunggulmyn Allah berkuasn atas segnln sesuntLt," (Al-Baqarah:

20).

Sebagian ulama menyebutkan pengecualian dari ini, yaitu:

kecuali DzatNya, Dia tidak berkuasa atasnya, karena akal menun-

jukkan hal itu.

Kami katakan: Apa yang anda maksudkan bahwa Dia tidak

berkuasa atas DzatNya?

Jika maksud anda yaitu  bahwa Dia Sg tidak berkuasa untuk

meniadakan DiriNya atau menimpakan kekurangan padaNya, maka

kami sepakat dengan anda bahwa Allah tidak tersentuh kekurangan

3 A"rr/" d ynaA,'W r*it luaah

atau ketiadaan, hanya saja kami tidak sePendaPat bahwa hal ini

termasuk perkara yang berkait dengan kodrat, karena kodrat hanya

berkait dengan segala sesuatu yang mungkin. AdaPun aPa yang

wajib atau mustahil (bagi Dzat Allah), maka hal itu sama sekali

tidak berkait dengan kodrat, karena yang wajib (bagi Dzat Allah),

mustahil tidak ada, dan yang mustahil (bagi Dzat Allah), mustahil

ada.

Kalau maksud anda dengan "Tidak berkuasa atas DzatNya"

yaitu  bahwa Dia tidak berkuasa untuk melakukan aPa yang di-

kehendakiNya, Dia tidak mamPu untuk datang atau semisalnya,

maka hal ini yaitu  salah, justru Dia mampu dan melakukan itu.

Kalau kita katakan bahwa Dia tidak kuasa melakukan perbuatan-

perbuatan seperti ini, maka itu berarti kekurangan terbesar yang

mustahil bagi Allah:k.

Dengan ini diketahui bahwa pengecualian tersebut dari ke-

umuman kodrat tidak pada tempatnya berdasarkan kemungkinan

apa pun.

Penulis menyatakan hal itu hanyalah untuk membantah Qada-

riyah yang berkata bahwa Allah tidak berkuasa atas perbuatan

hamba, dan bahwa hamba terbebas dari campur tangan Allah da-

lam amal perbuatannya.

Akan tetapi keumuman kodrat Allah yang ditetapkan di da-

lam al-Qur'an dan Sunnah membantah mereka.

[5]. tni yaitu  shahih tanpa keraguan, ia didukung oleh dalil

nnqli dan nqli.

Dalll nnqli: Allah ullS berfirman,

4r,&iLl+'^i$

" Allnh nrcnciptnknn segnln sesuflttt." (Az-Zrtmat: 62).

Dan Allah clt5 berfirman,

,l'Si*i', o-liiiwil @ 6Ail'ifi ,arO bf,+.'tY

{@ (';s';'J

,,Apnknh nrcreka diciptaknn tnnpn sesuntu pun ilnuknh nrereka ynng

3 y^a,u h d qrl"h'W osrtky lu

nrcnciptaknn (diri mereka sendii)? Atnuknh merekn telah menciptakan

lnngrt dan buni itu? Sebenarnya merekn tidak meynkini (apa ynng mereka

kataknn)." (Ath-Thur: 35-36).

Maka tidak mungkin ada sesuatu di langit dan di bumi ke-

cuali AllahJah Penciptanya. Allah telah menantang para penyembah

berhala dengan tantangan di mana kita diminta untuk mendengar-

flYa,

S -z ''i9s: UOtt 5LU*W*:*6yt3;*J,,Viqif -y

$A'y,*'ry1j:g\4w_j$

"Hai nmnusia, telnh dibunt perumpflmfinn, ntnkfl dengnrknnlah oleb

nru penmtpamafin itu. Sexmgguhnyn segnln ynng knmtt senr selnin Allnh

seknli-knli tidnk dnpat menciptnknn seekor lnlnt pun, u,nlnupun merekn

bersntu ruencip taknnnya." (Al-Hajj: 73).

Sudah dimaklumi bahwa orang-orang yang disembah selain

Allah bagi penyembahnya memiliki derajat yang tinggi, karenanya-

lah mereka menuhankannya. Jika tuhan-tuhan palsu tersebut tidak

kuasa menciptakan lalat padahal ia begitu remeh dan hina, maka

yang di atas lalat lebih tidak mampu, bahkan Allah berfirman,

4 Lr;3ifij t* \q"ni #1 oby

"Dan jikn lnlat itu merampns sesuatu dnri merekn, tiadnlah merekn

dnpnt nrerebutnyn l<embnli dni lnlnt itu." (Al-Hajj:73).

Mereka tidak mampu membela diri di depan lalat, meskipun

hanya untuk mengambil hak mereka dari lalat.

Kalau ada yang bertanya: Bagaimana lalat mengambil se-

suatu dari berhala-berhala tersebut?

Jawab: Sebagian ulama berkata, "Ini hanya pengandaian; yakni

seandainya lalat merampas sesuatu dari berhala-berhala tersebut,

niscaya mereka tidak mampu merebutnya kembali." Sebagian yang

lain berkata, "Ia justru sesuai dengan realita. Ketika lalat ini hing-

gap di berhala-berhala itu dan ia menghisap sesuatu yang baik

padanya, maka berl-rala-berhala itu tidak akan mampu mengeluar-

kan apa yang telah dihisap oleh lalat tersebut.

-itO-'\

3 Aur/" d C/dn/" W ratLl4l"

Jika ia tidak mampu membela diri dan mempertahankan hak-

nya, maka ia lebih tidak mampu membela selainnya dan memper-

tahankan haknya."

Yang penting bahwa Allah-lah Pencipta segala sesuatu, tidak

ada pencipta selainNya, maka wajib beriman kepada keumuman

penciptaan Allah J&, bahwa Dia pencipta segala sesuatu bahkan

amal perbuatan manusia, sebagaimana Firman Allah dtS,

4,*'gLLfib

"Allnh adnlnh Pencipta segnln sesufltu." (Ar-Ra'd: 16), dan amal

perbuatan manusia termasuk ke dalam sesuntu. Allah dt5 juga ber-

firman,

{ @rJ :;ii,6'&L:;t4Y

"Dnn Din telnh menciptaknn segnln sesuatu, dnn Din menetapknn

ukur nn+tkur nnny a de n gnn s e r npi -r npinya. " (Al-Furqan : 2).

Dan ayat-ayat dalam hal ini berjumlah banyak.

Dalam topik ini terdapat ayat khusus yaitu penciptaan amal

perbuatan manusia. lbrahim z&l}i berkata kepada kaumnya,

{@l#Y5Ktrxi;Y

"Pndnlml Allah-lnh yang menciptakan kamu dan npa ynng karuu

perbuat ifu." (Ash-ShaffaL 96).

Kata u yaitu  runshdariynh, iadi asumsi ucapannya yaitu 

f.)*i 5;]- (Dia menciptakanmu dan amal perbuatanmu). Ini jelas

menunjukkan bahwa amal perbuatan manusia yaitu  makhluk

(yong diciptakan oleh) Allah tlt5.

)ika ada yang berkata: Apakah tidak mungkin u di sini ada-

lahisiru nmuslrul? Kalau demikian maknanya yaitu  Dia mencipta-

kanmu dan menciptakan apa yang kamu lakukan. Bagaimana

mungkin kita mengatakan bahwa ayat di atas yaitu  dalil yang

menun-jukkan penciptaan perbuatan manusia jika u dalam ayat

tersebut yaitu  isim ruaushul?

|awab: |ika yang dilakukan yaitu  makhluk Allah, maka itu

3 Wlrl" dCl^dalv'W a*tthryah

berarti bahwa perbuatan manusia yaitu  makhluk, karena yang

dilakukan terjadi dengan perbuatan manusia, manusialah yang

secara Iangsung melakukan perbuatan. /ika apa yang diperbuat

yaitu  makhluk Allah dan ia yaitu  perbuatan manusia, maka itu

berarti bahwa perbuatan manusia yaitu  makhluk. Jadi ayat di

atas tetaplah merupakan dalil bahwa perbuatan manusia yaitu 

makhluk; baik dikatakan bahwa u yaitu  mnshdniyah atau isim

mnusltul.

Adapun dalil aqli bahwa perbuatan hamba yaitu  makhluk

Allah, maka kita katakan, Perbuatan hamba berdasarkan kepada

clua hal: keinginan yang kuat dan kemampuan yang semPurna.

Misalnya: Aku ingin melakukan sesuatu, ia tidak akan ter-

laksana kecuali jika ia didahului dengan dua perkara.

Pertanm, keinginan kuat untuk melakukannya, karena kalau

kamu tidak memiliki keinginan kuat, niscaya kamu tidak akan me-

lakukannya.

Kedua, kemampuan yang sempurna karena kalau kamu tidak

mampu, niscaya kamu tidak akan melakukannya. Yang mencipta-

kan kemampuan ini padamu yaitu  Allah fit, Dia pulalah yang

menitipkan keinginan berbuat padamu, dan pencipta sebab yang

sempurna yaitu  pencipta akibat.

Sisi kedua dari dalil aqli yaitu  bahwa perbuatan itu merupa-

kan sifat bagi pelaku, dan sifat mengikuti pemiliknya sebagaimana

clzat manusia yaitu  makhluk bagi Allah, maka perbuatannya juga

makhluk, karena sifat mengikuti yang disifati.

Jelaslah melalui dalil bahwa perbuatan manusia yaitu  makh-

luk, ia termasuk ke dalam keumuman penciptaan; baik berdasar-

kan dalil nnqli maupun dalil nqli. Dalll yang pertama terbagi men-

jadi dua; Umum dan khusus dan dalil yang kedua memiliki dua

sisi.

[6]. Ucapan penulis, tP A.e Y "Tiada pencipta selainNya."

Kalau kamu berkata: pembatasan ini disanggah bahwa ada

pencipta lain selain Allah. Perupa dikategorikan sebagai pencipta,

bahkan dalam hadits dinyatakan dia yaitu  khalik, "Sesungguhnya

para perupa akan diazab, dikatakan kepada mereka, 'Hidupkan

.9 yanoh g( Srlal"'ll) r"ithiaah

apa yang telal'r kamu ciptakan'." Allah J85 berfirman,

(@ 

"^-'g{A{i'ii;t3y"Mnkn Mahasucilnh Allnh, Penciptn yang pnling bnik." (Al-Muk-

minun: 14).

Jadi ada khalik lebih dari satu, akan tetapi yang terbaik ada-

lah Allah. Bagaimana menanggapi ucapan penulis?

|awab: Penciptaan yang kita nisbatkan kepada Allah yaitu 

pengadaan (dari yang tidak ada) dan mengganti sesuatu dari se-

suatu yang lain. Jadi, maksudnya yaitu  tidak ada yang dapat

mengadakan selain Allah t)&, tidak ada yang dapat mengganti

sesuatu kepada sesuatu yang lain, kecuali Allah S, sedangkan

apa yang dikatakan kepada makhluk bahwa ia yaitu  penciptaan,

maka ia hanya sekedar merubah dari satu sifat ke sifat yang lain.

Kayu misalnya, ia dirubah oleh tukang kayu menjadi pintu. Peru-

bahan kayu menjadi pintu dinamakan penciptaan, hanya saja ia

bukan penciptaan yang merupakan kekhususan sang Khalik, yaitu

mengadakan dari ketiadaan atau merubah sesuatu dari sesuatu

yang lain.

[7]. Yakni l'ranya Allah sajalah Rabb yang mengatur segala

perkara. lni yaitu  pembatasan yang sebenarnya. Hanya saja ia

mungkin disanggah clengan penetapan hadits-hadits terhadap rr.r-

bubiynh kepada selain Allah.

Nabi E bersabda tentang luqnthnh (barang temuan) unta,

t;t-z;-;? ,Al ;":;'v:,;ujt 'r; ,v4ti--3t$Vt le'a; (W

W.t

"Binrknn in, in nwniliki knntong minurunya dan sepatunyn, in

nrcndntnngi nir, nmknn daun-dnun snmpni Rnbbnyn menemuknnfiyL.ttl

Rabbnya yaitu  pemiliknya.

Dalam sebagian lafazhhadits ]ibril Nabi ffi bersabda,

t Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Luqathafi dan Muslim, Kitab al-Luqathah.

"Seldngga lnmba salmyn melaldrkan Rabbnya."l

Bagaimana menggabungkan antara ini dengan ucapan Penu-

lis,lt;n ei ! "Tidak ada Rabb selainNya."

Kami katakan: bahwa rubub'n1ah Allah bersifat umum dan sem-

purna, segala sesuatu, Rabbnya yaitu  Allah, Dia tidak ditanya

tentang apa yang dilakukan pada makhlukNya karena seluruh

perbuatanNya yaitu  rahmat dan mengandung hikmah. Oleh

karena itu, Allah € menakdirkan kemarau, sakit, kematian, dan

lukaluka pada manusia dan binatang. Ini yaitu  kesempurnaan

dan hikmah yang tertinggi. Adapun rububiyah makhluk atas makh-

luk lainnya, maka ia yaitu  rububiyah yang penuh dengan keku-

rangan lagi terbatas, tidak melebihi statusnya. Itu pun dia tidak

mampu bertindak padanya secara leluasa, karena tindakannya

terbatasi oleh syariat atau kebiasaan yang berlaku (urfl.

[B]. Yakni, meskipun penciptaan dan rububiynhNya bersifat

umum, dia tidak membiarkan hamba-hambaNya begitu saja dan

tidak mengangkat (menghilangkan) adanya pilihan dari mereka,

akan tetapi, Dia memerintahkan mereka agar menaatiNya dan me-

naati Rasul-rasulNya serta melarang mereka bermaksiat kepada-

Nya.

PerintahNya kepada semua itu yaitu  mungkin, yang dipe-

rintahkan yaitu  makhluk bagi Allah, perbuatannya yaitu  makh-

luk, meskipun begitu, ia diperintahkan dan dilarang.

Kalau seseorang itu dipaksa dalam berbuat, niscaya perintah-

Nya yaitu  perintah yang tidak mungkin, sedangkan Allah ,98 ber-

firman,

4.6.r$yt2iti'i39{y

" Allah tidnk membebani seseorang melainkan sesuai dengan ke-

sanggupannyn." (Al-Baqarah: 286), dan Dia tlt$ berfirman,

4.wi Jy-u:.ij{rsiy

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ablman, dan Muslim, Kitab al-Iman.

.W.: ^;\t :tt ,;t

"Kami tidak memikulknn beban kepada seseorang melninknn sekedar

kesnnggupannya." (Al-An'am: 152).

Ini menunjukkan bahwa sebenarnya mereka mamPu mela-

kukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan dan bahwa mereka

tidak dipaksa dalam melakukannya.

@o@

[U. Yakni, Allah € mencintai orang-orang yang berbuat

baik, sebagaimana Firman Allah tlt5,

{@ 'w$ria'fiilt?fi:t5fi

,'Dnn berbrmt baiklah, knrena sesungguhnyn Allnh menyakni oranS-

orang yang berbunt baik.,' (Al-Baqarah: 195). Allah juga mencintai

orang-orang yang bertakwa, sebagaimana FirmanNya,

{ @ <i";:ii U-'ii,':'t ? \'# #1 Vfr\6Y

uMakn selama merekn berlnku lurus terhadnpmu, lrcndaklah kamu

berlnku lurus (puln) terlmdap merekn. sesunggultnya Allnh menyukai

orung-orang yang bertaktua." (At-Taubah: 7) sebagaimana Allah juga

Dia Yang Mahasuci mencintai orang-orang yang bertakwa,

orang-orang yang berbuat baik, dan orang-otang yang berlaku

adil(l). Dia meridhai orang-orang yang beriman dan beramal

shalih(2). Allah tidak menyukai orang-orang kafir,(r) tidak me-

ridhai kaum yang fasik,(r) tidak memerintahkan perbuatan keii,(s)

tidak ureridhai kekufuran bagi hamba-hambaNya,(6) 6"t tidak

menyukai kerusakan.(7)

(t),.:tijtSl

| ,L3- utry 3^3

t-w:tyr slt

"'eLLiu lL-it"' ,:i*vlt ?Ft *

mencintai orang-orang yang berlaku adil berdasarkan FirmanNya,

{ @ 6.rr;5i U';r -LL?rL.}ty

"Dnn lrcndnklah knmu berlaku adil. Sesungguhnya Allah nuncintai

orang-orang yang berlaku adil." (Al-Hujurat 9).

Allah mencintai mereka, meskipun begitu Dialah yang me-

nakdirkan perbuatan yang dicintaiNya. Jadi, perbuatan mereka

dicintai oleh Allah, dikehendaki olehNya secara iradah kauniyah

dan iradnh synr'iyyah. Orang yang berbuat baik (al-Muhsin) yaitu 

yang melakukan yang wajib dan yang dianjurkan, orang yang ber-

takwa (nl-Muttaqi) melakukan yang wajib dan orang yang berlaku

adll (al-Muqsith) yaitu  yang menjauhi kezhaliman dalam muama-

lahnya.

[2]. Dalilnya yaitu  Firman Allah c.]t$,

*y, i#\ oJ(' 26'ir' 3#ii u 4:",ai3y

('^Lii;'#xiG;

"Ornngorang ynng terdnhulu lngr ynng pertnma-tama (masuk lslnm)

dai golongan Mulmjirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti

merekn dengan bnik, Allnh idha kepndn mereka dan mereka pun idlu

kepndn Allah." (At-Taubah: 100).

Allah dti, juga berfirman,

'* eii*@ i;li I i,lit ;:;+AiiJ,iii6(.tli 3,Ly

'a i;r, ff xi 

";r7;1 

w.tr1,;drii v q,s/ 9i & G:

{@:ije31.av3

"Sesungguhnya orang-orang yang beiman dan mengerjakan amal

slulih, mereka itu yaitu  sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Rabb

nrcrekn inlnh Surga'Adn yang mengalir dibaruahnya sungai-sungai; me-

reka lceknl di dalanmya selama-lamanya. Allah idha terhadap mereka dan

nrcrekn pun idlu lcepadaNya. Yang demikian itu yaitu  @alasan) bagt

orang ynng takut kepada Rabbnya." (A1-Bayyinah: 7-8).

tl';\i

S W4a"4, 

g( qila/"'W oailryah

[5]. Dalibrya yaitu  Firman Allah dt$,

{@ t#'#i6\i'y'{i,yY

" J ika kamu berp aling, maka se sungguhny a Allah tidak menyukai

ornng-orang knfir." (Ali Imran: 32).

Meskipun kekufuran teryadi dengan masyi'ahNya akan tetapi

hal itu tidak secara otomatis dicintaiNya.

[4]. Dalilnya yaitu  Firman Allah,

( @ <*;ri ;;ii Lf i'ii{ 6t 6,(' tt*:irl1$

"Tetapi jika sekirnnya kamu ridha kepadn mereka, maka sesunggth-

nya Allah tidnk ridha kepada oranS-ornng yang fasik itu.* (At-Taubah:

e6).

Fasik -yaitu orang yang menyimpang dari ketaatan kepada

Allah- bisa berarti orang kafir dan bisa berarti orang Muslim yang

melakukan kemaksiatan.

Pada Firman Allah trltt';,

,jrJrfiC 4$iff @ 'i;,-.J'rir(,5( ;:{ Li6( #b

w r.ti (v G} 5J{ 1}'( q {i {}crt e. "6n qr+ai

,,3i 4t1i ;,i;il18;A1'U QiE .;\'C'$$ iai';;X

" Apaknh orang-ornng berimnn itu sama dengan orfiny-orang yfing

fnsik? Mereka tidnk sama. Adapun ornng-orang yang beriman dan nrc-

ngerjnknn nnml shnlilr, rnaka bagi mereka surgn-surgfl tentpat l<ediaman,

sebngni palmla terhadnp apa yflng merekn kerjakan. Dan adapun oranS-

oroig yang fnsik (kafir), maka tempat merekn yaitu  neraka. Setinp kali

nrrrikr lrcnclnk keluar dnrinyn, mereka dikembalikan ke dnlnmnya dnn

dikntnkan kepndn merekn, 'Rasnkanlah siksa neraka yang dahulu knmu

mendus tnknnny n'. " (As-Sajdah: 18-20).

Yang dimaksud dengan fasik di sini yaitu  kafir'

Adapun Firman Allah ull5,

I

(

6t

*YfYTY*Y9Y9

4'G:';3 $'\rE f'J; bLWt'"-ii qB-y

"Hni ornng-orang ynng beiman, jika datang l<epadamu orang fasik

menrbmun sunht beita, maka peiksalah dengan teliti." (Al-Hujurat 6).

Yang dimaksud dengan fasik di sini yaitu  orang Islam yang

bermaksiat.

Jadi, Allah ffi tidak meridhai kaum yang fasik; baik fasik yang

berarti kafir, maupun fasik yang berarti orang Islam yang bermak-

siat, hanya saja fasik yang berarti kafir, Allah tidak meridhainya

secara mutlak. Adapun fasik yang berarti pelaku kemaksiatan dari

kalangan orang Islam, maka Dia S6 tidak meridhainya dalam hal

kemaksiatan yang dilakukannya, dan meridhainya dalam hal ke-

taatannya.

[5]. Dalilnya yaitu  Firman Allah rJt$,

4;%\'fr1x1Sb

" Kntaknnl nh,' Se sun gguhny n Allnh ti dak menyuruh (men gerj aknn)

perbuntnn ynng keji' ." (Al-A'raf: 28).

Karena jika mereka melakukan perbuatan keji mereka berkata,

{utetKSVvr,w$;,iJ6F

" Merekn berkntn, 'Knmi mendnpnti nenek moynng kani mengerjakan

ynng denrikinn itu, dan Allah menyuruh kami mengerjaknnnya'.'' (Al-

A'raf: 28).

Mereka berdalih dengan dua perkara tersebut, maka Allah

i.lt+ berfirman,

4ffi\';Y,gai1sb

" Kn taknnl nh,' Se sungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerj akan)

perbuatnn yang keji' ." (Al-A'raf: 28).

Dan mendiamkan ucapan mereka {VA:WU;.rb"Kami men-

dnpnti nenek nnyang knmi mengerjakan yang demikinn itu." Karena itu

merupakan kebenaran yang tidak diingkari, akan tetapi ucapan

mereka, {Vt';t'i'\j$ "Dnn Allah menyuruh kami mengerjakannya",

3 W^a/" d Na/." W ositluanlu

yaitu  dusta, oleh karena itu Allah d6 mendustakan mereka dan

memerintahkan NabiNya agar berka ta, { it7i;s\fUS 6i 51.6 } "Knt -

knnlnh, 'Sesungguhnya Allah tidak nrcnyuruh (ruengerjnknn) perbuatan

ynngkeji'." Dan tidak diteruskan dengan ucapan, "Dan mereka tidak

menemukan nenek moyangnya melakukannya," karena memang

benar bahwa mereka telah menemukan nenek moyang mereka me-

lakukan demikian.

[6]. Berdasarkan Firman Allah cll$,

4 i{Ji',q &,;{i'& !* iI 6yWoL }

"Jikn knnru l<nfir, nmkn sesunggulmyn Allah tidnk memerluknn (iman)-

nnt dnn Din tidnk rueridhai lceknfiran bngi lmmbnNyil' (Az-Zumar:7),

akan tetapi mereka kafir dengan takdir Allah, walaupun kekufuran

mereka dengan takdir Allah tidak berarti Dia meridhainya. Dia

menakdirkannya dan membenci serta memurkainya.

[7]. Dalilnya yaitu  Firman Allah tlt$,

{';l$"JA?t g;ii Afij \#.i4.,;;ii c $6 t; $'b

lDan npnbiln ia berpaling @an kamu), in berjalan di burui untuk

ntengadnknn kerusnksn padnnyn, dnn nrcrusak tnnaru-tanaman dan binn-

tnng ternnk, dnn Allnh tidnk ruenyukai kebinasann." (Al-Baqarah: 205).

Penulis mengulang kalimat-kalimat seperti ini untuk menjelas-

kan bahwa sesuatu yang dikehendaki oleh Allah tidak secara oto-

matis bahwa ia dicintaiNya, dan sesuatu yang dibenci olehNya

tidak secara otomatis tidak dikehendakiNya dengan iradnh kauni-

ynh, akan tetapi Allah JEi membenci sesuatu dan menghendakinya

dengan irndnh knuniynh, Dia membuat sesuatu terjadi, padahal Dia

tidak meridhainya serta tidak menghendakinya dengan iradnh

synr'iyynh.

Kalau kamu berkata: Bagaimana Allah membuat sesuatu ter-

jadi padahal Dia tidak mencintai dan meridhaiNya? Adakah sese-

orang yang memaksaNya untuk melakukan itu?

|awab: Tidak ada. Dan sesuatu yang terjadi dari perbuatan-

Nya dan ia dibenci olehNya memiliki dua sisi: dibenci dari satu

sisi, namun dicintai dari sisi yang lain, karena adanya kemaslahatan

besar yang diakibatkannya.

Sebagai contoh: Iman dicintai oleh Allah, dan kekufuran di-

benci olehNya. Dia menetapkan kekufuran terjadi, padahal ia di-

benci olehNya, karena adanya kemaslahatan yang besar, karena

kalau tidak ada kekufuran, niscaya iman tidak dikenal, kalau tidak

ada kekufuran, niscaya seseorang tidak mengetahui kadar nikmat

yang diberikan A1lah dengan keimanan. Kalau tidak ada kekufuran,

niscaya tidak ada amar ma'ruf dan nahi mungkar, karena semua

sudah di atas kebaikan, kalau tidak ada kekufuran, maka tidak

ada jihad, kalau tidak ada kekufuran, niscaya penciptaan neraka

hanya sia-sia belaka, karena neraka yaitu  tempat tinggal orang-

orang kafir, kalau tidak ada kekufuran, niscaya manusia yaitu 

umat yang satu, mereka tidak mengetahui yang ma'ruf dan tidak

mengingkari yang mungkar, ini jelas membuat masyarakat sosial

pincang. Kalau tidak ada kekufuran niscaya perwalian Allah tidak

diketahui, karena termasuk runla'kepada Allah yaitu  membenci

musuh-musuhNya dan mencintai wili-waliNya.

Hal yang sama dikatakan tentang kesehatan dan sakit, ya g

pertama (kesehatan) dicintai oleh manusia dan sesuai dengannya.

Rahmat Allah padanya terlihat jelas. Yang kedua (sakit) dibenci

oleh manusia, ia bisa menjadi hukuman dari Allah atasnya, mes-

kipun demikian Allah menetapkannya terjadi karena kemaslahatan

besar yang dikandungnya. Betapa banyak orang yang dilimpahi

nikmat oleh Allah, nikmat badan, harta, anak, rumah, dan kenda-

raan, dia menjadi sombong dan dia melihat bahwa dengan nikmat-

nya tersebut dia tidak perlu taat kepada Allah, sebagaimana Firman

Allah cJ[5,

( @ {blit:.' ot@64 ii Y,i it-g h

" Ketalruilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,

knrena dia melihat diinyn serba cukup." (Al-Alaq:6-7).

Ini yaitu  kerusakan besar. Kalau Allah ingin mengembali-

kan orang ini ke tempabrya maka Dia mengujinya agar dia kembali

kepada Allah. Hal ini dinyatakan dalam Firman AIIah UW,

o-l z\M

(@tF;#

"Telah nnmpak kerusnkan di dnrat dan di laut disebnbkan karena

perbuntan tangan manusiq supaya Allah nrcrasnkan kepadn ruerekrt seba-

ginn dnri (akibat) perbuatan merekfl, agar nrcreka kerutbnli (ke jalan ynng

bennr)," (Ar-Rum: 41).

Apabila kamu -wahai manusia- berpikir dengan cara positif

seperti ini terhadap takdir-takdir Allah, niscaya kamu mengetahui

hikmahNya dalam kebaikan dan keburukan yang ditakdirkanNya,

dan bahwa Allah $C menciptakan aPa yang dibenciNya dan menak-

clirkan apa yang dibenciNya karena kemaslahatan-kemaslahatan

yang besar, d.i mana terkadang kamu mengetahuinya dan terka-

dang kamu tidak mengetahuinya, tetapi diketahui oleh orang lain,

clanlerkadang kamu dan orang lain sama-sama tidak mengetahui-

nya.

Kalau kamu berkata: Bagaimana sesuatu dibenci, namun di-

kehendaki oleh Allah?

Jawab: Ini tidaklah aneh. obat yang pahit rasanya dan tidak

enak baunya diminum oleh orang sakit dengan tenang, karena dia

berharap kesembuhan. Seorang ayah memegang anaknya agar

clokter menempel sakitnya dengan besi panas, dan bisa jadi dia

sendiri yang melakukannya, meskipun dia sangat tidak ingin mem-

bakar anaknya dengan aPi.

oo@

e.*-nuioir,i3qilv

7, -..

drtltr;r9 laici\#y

,byJt ,-* .;t:.(''.4jtrii +t; iutl |;Jb :t*v i/6

); ";'rs :4: !')ps.t*)t' ,fuj6 ,7Ut)11 ,itS ,g6jt1

t(t>;a:>t1l: ffttJ ,j.gS frn); ilt3 ,t'tit'rL ii)3 ,&wi

,;,ti:tb-.tr .it'ora6tL,'iJ-J,F"{:1 p-} ,dlrs J6 t;s

45a,$iLi

Para hamba yaitu  para pelaku yang sebenarnya dan Allah

yaitu  pencipta perbuatan ms1sfta.(l) Seorang hamba yaitu 

seorang Mukmin, kafir, yang baik,yangfajir, orangyang shalat,

orang yang berpuasa.(z) Dan para hamba mempunyai kemam-

puan atas perbuatan merek4 dan mereka memiliki keinginan,(s)

Allah yaitu  pencipta mereka dan pencipta kemampuan dan

keinginan mereka,(a) sebagaimana Allah berfirman,,,(yaitu)

bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang rurus.

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) ke-

amli apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta slsyn.t'(s)

[1]. Ini shahih. Hambalah yang secara hakiki dan langsung

melakukan perbuatannya dan Allah-lah pencipta perbuatinnyi

secara hakiki. Ini yaitu  akidah Ahlus sunnah wal Jama,ah, dan

dalil-dalil tentang penetapan hal ini tidak dipaparkan.

Ada dua golongan yang menyelisihi Ahlus sunnah walJama,ah

dalam perkara ini:

Pertama, Qadariyah dari kalangan Mu'tazilah dan lain-lain,

mereka menyatakan bahwa hambalah pelaku perbuatannya secara

hakiki dan Allah tidak menciptakan perbuatannya.

Kedua, Jabariyah dari kalangan ]ahmiyah dan lain-lain. Mereka

menyatakan bahwa Allah yaitu  pencipta perbuatan hamba dan

famb_a 

bukanlah pelaku secara hakiki, perbuatannya disandarkan

kepada hamba hanya sebagai bentuk majaz, karena jiku uduk, maka

pelaku sebenarnya yaitu  Allah.

Pendapat ini menyeret kepada pendapat ruihdatul toujud d,an

bahwa makhluk yaitu  A1lah, kemudian liluga menyeret kepada

pendapat yang merupakan kebatilan yang paling batil, karena di

antara manusia ada yang berzina, ada yang mencuri, ada yang mi-

num khamar, dan ada pula pelaku kriminal, maka tidak mungkin

jika perbuatan ini dinisbatkan kepada Allah. Di samping itu ia me-

miliki konsekuensi-konsekuensi batil lainnya'

Dengan ini jelaslah bahwa ucapan penulis, "Para hamba ada-

lah pelaku yang sebenarnya dan Allah yaitu  pencipta perbuatan

*urlku.', Mengandung bantahan kepada Jabariyah dan Qadariyah.

[2]. Yakni sifat-sifat ini: iman, kekufuran, kebaikan, kejahatan,

shalat, dan puasa yaitu  sifat-sifat hamba bukan selainnya, dialah

orang yang teriman, kafir, orang baik, orang fajir, otarrgyang shalat

oru^g yu"g berpuasa, orang yang berzakat, orang yang berhaji,

berumrah... dan seterusnya, dan seorang hamba tidak mungkin

clisifati dengan sesuatu yang bukan merupakan perbuatannya

secara hakiki.

Kalimat ini mengandung bantahan kepada Jabariyah'

Yang dimaksud penghambaan (ubudiyah) di sini yaitu  Peng-

hambaan umum bukan penghambaan khusus'

Penghambaan umum yaitu  ketundukan kepada perintah

knuniyah Allah, seperti FirmanNya d6,

( @ \:; oili Jt<L ;;'iij o. Sai,2 ;i ia 5Yfi

'Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datnng

kepada Rnbb yang Matu Pemurnh sebagai seoranS lumba." (Maryam:

e3).

Penghambaan khusus yaitu  ketundukan kepada perintah

syar'iynh Allah, seperti Firman Allah elW,

{ 6;,;ii&'"'X. 4.ri #\ 3\.; y

"Dan hnmba-hnmba Rabb yang Maha Penyaynng itu (ialah) ornnS-

ornng ynng berjnlan di atas bumi dengan rendah hati." (Al-Furqan: 63).

Dan FirmanNya tJW,

4'r* & i't;Jt l;'sli iJt'i\

t

ffi ffi

"Malmsuci Allah ynng telah menurunkan al-Furqan (al-Qur'an)

bpndn lumbnNya." (Al-Furqan: 1). Ini lebih khusus dari yangpertama.

[5]. Ucapan penulis,i;rry;43 ,ew\ &'rri;t3iJ3 "Dan para

hamba mempunyai kemampuan atas perbuatan mereka, mereka

memiliki keinginan." Ucapan ini menyelisihi ]abariyah yang ber-

pendapat bahwa hamba tidak mempunyai kemampuan dan ke-

inginan, akan tetapi mereka hanya dipaksa.

[4]. Ucapan penulis, e'tiLi (4.')ii Ae; pi4.v iirl "Allah yaitu 

pencipta mereka dan pencipta kodrat dan keinginan mereka."

Ucapan ini menyelisihi pendapat Qadariyah yang menyatakan

bahwa Allah bukan pencipta perbuatan hamba dan bukan pula

pencipta kemampuan dan keinginannya.

Dengan kalimatnya ini penulis menunjukkan alasan mengapa

perbuatan hamba yaitu  makhluk Allah; hal itu karena perbuatan-

nya berasal dari kemampuan dan keinginan dan pencipta kedua-

nya yaitu  Allah. Jadi apa yang berasal dari makhluk yaitu  makh-

luk.

Dengannya pula penulis mengisyaratkan bahwa perbuatan

llamba bersifat pilihan bukan paksaan, karena ia berasal dari ke-

mampuan dan keinginan, karena jika keduanya tidak ada, niscaya

tidak terjadi perbuatan darinya, kalau perbuatannya yaitu  ter-

paksa, maka kemampuan dan keinginan bukan termasuk syaratrya.

[5]. Kemudian penulis menghadirkan dalil, dia berkata

sebagaimana Firman Allah tit$,

{ @ 3)si L:'s ;a. ot J ysi66@'rir. J'&is AY

'(Yaitu) bagi siapa di antara lamu yang mau menempuh jalan yang

lunts. Dnn knmu tidak dnpat menglundaki (menempuh jalan itu) kecaali

apnbil n dilcehendaki Allah, Rabb seme sta alam.,, (At-Takwi r : 28-29).

FirmanNy a, {'ogi-;tr-&:C A>'(Yaitu) bagt siapa di antnra lamu

yang mau menempuh jalan yangh.trus," yaitu  bantahan kepada laba-

riyah.

Dan FirmanNya, 45i:6-J Jy'or'.6r1jl,'Dan kamu tidak dapat

rnenghendnki (menempuh jalan itu) lcccuali apabila dikelundaki Allah,u

bantahan kepada Qadariyah.

dLx-, Grt "'*r:rr)t dv g +8 "'rd' c qlit :j^-!

,qf)r ,f\ U i3; "'W lq-:,"'u\it y* tr M #l

y6;ir+rr "rii V j*-n-3 {"",1*tj tri +Jt trlv ,r

.(\)W4r^b;1$7

Tingkatan qadar yang ini(t) didustakan oleh mayoritas Qada-

riyah(z) yang dinamakan oleh Nabi ffi dengan maiusi umat ini.(3)

Ada pula suatu Lusp(l) dari orang-orang yang menetapkannya,

di mana mereka bersikap berlebih-lebihan sehingga mereka

merampas kodrat dan keleluasaan berbuat dari seorang hamba(s)

dan mereka mengeluarkan dari perbuatan dan hukum-hukum

Allah, hikmah-hikmah dan kemaslahatan-kemaslahatan dari

perbuatan dan hukum-hukum Allah.(5)

[1]. Yakni tingkatan masyi'nh (kehendak) dan penciptaan.

[2]. Yakni mayoritas dari mereka mendustakan tingkatan

ini, mereka berkata: manusia independen dalam perbuatannya.

Atlah tidak memiliki ruasyi'ah dan hak penciptaan padanya.

[3J. Karena orang-orang majusi berkata bahwasanya peristiwa

memiliki dua pencipta: Pencipta kebaikan dan pencipta keburukan,

yang pertama yaitu  cahaya dan yang kedua yaitu  kegelapan'

Qadariyah mempunyai kemiripan dengan orang-orang majusi,

karena Qadariyah berkata bahwa peristiwa ada dua macam: peris-

tiwa dari perbuatan Allah, ini yaitu  makhluk Allah dan peristiwa

dari perbuatan llamba dan ini yaitu  miliknya secara independen,

Allah c]c tidak memiliki hak penciptaan padanya.

[4]. Yakni dalam tingkatan ini.

[5]. Yakni menetapkan takdir.

Mereka ini yaitu  Jabariyah yang merampas kodrat dan pi-

lihan dari seorang hamba. Mereka berkata: Seorang hamba dipaksa

untuk berbuat karena ia telah ditulis atasnya.

[6]. Ucapan penulis, q4tbr3tl;<- -t<-i1+rl.luii V it*lJ "Dan

mereka mengeluarkan dari perbuatan dan hukum-hukum Allah;

ffi

hikmah-hikmah dan kemaslahatan-kemaslahatan dari perbuatan

dan hukum-hukum Allah," Ucapan ini bersambung dengan ucapan-

nya, "Bersikap berlebih-lebihan."

Mereka mengeluarkan (tidak mengakui adanya) hikmah dan

kemaslahatan dari perbuatan-perbuatan Allah dan hukum-hukum-

Nya, karena mereka tidak menetapkan hikmah atau maslahah bagi

Allah, Dia melakukan dan menetapkan hukum hanya sekedar ka-

rena nmsyl'nlrNya. Oleh karena itu, Dia memberi pahala kepada

orang yang taat walaupun dia dipaksa melakukannya dan meng-

hukum pelaku dosa walaupun dia dipaksa melakukannya.

Dan sudal'r dimaklumi bahwa orang yang dipaksa, tidak ber.

hak dipuji karena melakukan sesuatu yang terpuji dan tidak berhak

clicela karena sesuafu yang tercela, karena hal itu dilakukan tanpa

kerelaan darinya.

Ada sebuah masalah yang dijadikan sebagai dalih bagi banyak

pelaku dosa jika kamu mengingkari perbuatannya. Dia berkata:

Inilah yang Allah takdirkan kepadaku, apakah kamu menyangkal

Allah? Dia berdalih kepada takdir atas kemaksiatan kepada Allah.

Katanya: Aku yaitu  hamba yang telah ditentukan perjalanan hi-

dupku. Lalu dia juga berdalih dengan hadits:

.l.r,u r#6 ,dy fT 

'# M, 4t ,sv v*

"Adnm dnn Musn saling berdebnt. Musa berknta l<epndn Adttm, 'Eng-

kru ndalnh bnpnk knmi, engknu lnenggagalknn harnpnn knmi, engknu me-

ngelunrknn knni dnri surgn.' Adam menjaruab, 'Engknu yaitu  Musa,

Allnh nrcmililtmu dengnn KalamNya, Dia menulis Taurat untukmu de-

ngnn TangnnNya, npakah engkau menynlaltknnku atns suntu perkara yang

tclnlt Allnh tnkdirkan atasku empat puluh talun sebelum menciptaknnku?"'

Nnbi bersnbdn, 'Adam mengnlahkan Musa dalam hujjahnya., Beliau me-

ngucnpknnnyn tiga knli."1

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Ktab at-eadar, fub rahajja Adam wa Musa Tndalal1, dan Muslim,

,'r 'tt'-i . ot. t.-a)_Ju-i ,;y3 ('rt 

-€r\

dy e\ ,{rT 'd Jti

3'fr ii -G erivi ,

"; I tolJb *ul

Di dalam riwayat Ahmad disebutkan. (ti'^;;i "Adam menga-

lahkannya dengan hujjah." 1 Ia jelas sekali bahwa Adam mengalah-

kan Musa dengan argumennya.

Dia berkata, Adam membantah Musa dengan takdir ketika

Musa menyalahkannya. Adam yaitu  nabi, Musa yaitu  Rasul,

lalu Musa diam, lalu mengapa kamu berhujjah atasku?

Jawaban terhadap hadits Adam:

Kalau menurut pendapat Qadariyah, hadits Ahad tidak meng-

hasilkan keyakinan. Mereka berkata: Jika ia bertentangan dengan

akal maka ia ditolak. Dari sini mereka berkata: Ini tidak shahih,

kami tidak menerima dan mengambilnya.

Adapun Jabariyah, maka mereka berkata: Inilah dalilnya' Pe-

tunjuk dalil ini yaitu  kebenaran, seorang hamba tidak disalahkan

atas apa yang ditakdirkan atasnya.

Adapun Ahlus Sunnah wal Jama'ah maka mereka berkata:

Adam melakukan dosa, dosanya menjadi sebab dikeluarkannya

dia dari surga, akan tetapi Adam telah bertaubat darinya, AIIah

menerimanya dan setelah itu mengangkatnya dan memberinya

petunjuk, orang yangbertaubat dari dosa yaitu  seperti orang yang

tidak berdosa. Mustahil Musa -salah seorang Rasul Ulul Azmi- me-

nyalahkan Adam karena sesuatu di mana Adam telah bertaubat

darinya dan setelah itu Allah menerimanya, mengangkatnya dan

memberinya petunjuk. Musa menyalahkan karena musibah yang

terladi akibat perbuatannya, yaitu dikeluarkannya dia dan anak

keturunannya dari surga, di mana penyebab hal itu yaitu  kesa-

lahan Adam. Di samping itu tanpa ragu Adam tidak melakukan

ini agar dikeluarkan dari surga yang akibatnya dia disalahkan.

Bagaimana Musa menyalahkannYa?

Ini yaitu  sisi yang sangat jelas bahwa Musa tidak bermaksud

menyalahkan Adam atas kesalahannya, akan tetapi atas musibah

yang merupakan takdir dari Altah. Dari sini diketahui bahwa da-

lam hadits ini tidak terdapat dalil bagi Jabariyah.

Kitab al-Qadar', Bab HAai Adam *u ytt52 tffi.

I Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-MusnaQ no. 268.

Kita menerima hadits ini dan tidak mengingkarinya sebagai-

mana yang dilakukan oleh Qadariyah, akan tetapi kita tidak ber-

dalil dengannya atas kemaksiatan seperti yang dilakukan oleh

Jabariyah.

Ada jawaban lain yang diisyaratkan oleh Ibnul Qayyim,Gl,r,

dia berkata, "Apabila seseorang bermaksiat dan berdalih kepada

takdir setelah dia bertaubat darinya, maka itu tidak mengapa."

Artinya: Seandainya seseorang menyalahkanmu karena per-

buatan dosamu setelah kamu bertaubat darinya lalu kamu men-

jawab, ini dengan takdir dan Qadha' dari Allah, aku memohon

ampun dan bertaubat darinya... atau kamu menjawab dengan ung-

kapan lain semisalnya, maka hal itu tidak mengapa.

Adam berdalil kepada takdir setelah dia bertaubat dari kesa-

lahannya. Ini tanpa ragu yaitu  penjelasan yang baik, hanya saja

kekurangannya yaitu , Musa tidak mungkin menyalahkan Adam

atas kesalahan di mana dia telah bertaubat darinya.

Ibnul Qayyim menguatkan pendapatnya ini dengan apayang

teryadi pada Nabi ffi ketika mengunjungi Ali dan Fathimah #, di

malam hari. Nabi bersabda, "Tidskkah kalian berdua slulat?,,Ali &

menjawab, "Ya Rasulullah, jiwa kita di tangan Allah, jika Dia ber-

kehendak untuk membangunkan kami, maka Dia akan memba-

ngunkan." Lalu Nabi ffi pulang seraya menepuk-nepuk pahanya

sambil bersabda,

( @ i 5;, G}':''t *lt i'r: $

"Dfln manusia adnlnh makhluk yang pnling bnnynk membantah.,,

(Al-Kahfi: 54). t

Menurutku pengambilan dalil kepada hadits ini perlu dikaji,

karena Ali & berhujjah dengan takdir atas tidurnya, dan orang

yang tidur boleh berdalil kepada takdir, karena perbuatannya tidak

dinisbatkan kepadanya. oleh karena itu, Allah berfirman tentang

nslfunbul kaltfi,

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tahajjue dan Muslim, Kitab shatat al-Musaftrin.

ffi ffi

{ urri L$ yg"t arsi,,ixi:fi

"Dan Karni bolik-balikkan merekn ke knnnn dnn ke klrl." (Al-Kahfi:

18).

Allah menisbatkan pembolak-balikan kepadaNya, padahal

yang berbolak-balik yaitu  mereka, akan tetapi karena itu terjadi

tanpa keinginan mereka, maka ia tidak dinisbatkan kepada mereka.

Sisi pertama tentang jawaban terhadap hadits Adam dan Musa

yang merupakan jawaban Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yaitu  yang

benar.

ladi dalam hadits ini tidak terdapat dalil bagi Jabariyah dan

tidak pula bagi para pelaku dosa yang berdalil kepada hadits ini

untuk mendukung pengambilan hujjah mereka dengan takdir.

Kami katakan, Pengambilan dalilmu atas perbuatan dosa

kepada takdir dibantah oleh dalil naqli, aqli, dan realita.

Dalll naqli: Firman Allah d6,

,tj n(;{triliG7i \i4AU8 

^i 

i;KAirSi |fuy

4g?\i'6 t;.,r 4 uOii -*K343L

"Orang-orang yflng mempersekutukan Rabb, nkan mengntakan,

,Jikn Allah menghendaki, niscaynkmi danbapak-bapakkanri tidak mem-

persekutuknnNyn dan tidak (pula) kami menglmrantkan bnrang sesuatu

apfl pl*t.' Demikian pulalah oranS-orang sebelum mereka telnh mendus-

tnknn (pnrn rnsul) snntpni mereka mernsakan sikssnn Kami." (Al-An'am:

148).

Mereka menjadikan takdir sebagai alasan berbuat dosa, maka

Atlah rJtF berfirman, $.$;,:Aii7K3\L?>b "Demikinn pulnlah oranS-

orutng sebelum n ereks'til'nh mendustnkan (para rasul)." Dan berdalih

kepacla takdir $rz,v\3f, &\"to*pri merekn mernsnkan siksaan Kanti."

Ini menunjukkin bahwa hujjah mereka yaitu  batil, karena jika

benar niscaya mereka tidak ditimpa siksa Allah.

Dalil nnqli yang lain yaitu  Firman Allah tlW,

,4iL dY-c;ls 2,x!/4t d JYV{ K $fclt uYfi

./l )..,47/ / / tt./,'?i(/ // 1,./. 4./ trz I /,1.

"PjP-_t 

lJ.,_l-, W.S 9\*" )lJ y'r.erit tPD H)

J73; Jl;,t.34;, i1aj..2:;,'S\73t@ 6rj 3 js(4;;e*S

';uSi t#tuj @ \4 4 &i 6\'{5 64; e# i

{ @ ($g1fr {,fi'6;';\';"* ;1i S" oul'rKi:)

"Sesunggultnya Kami telah membeikan ruahyu kepadamu sebagai-

nmnn Knmi telnh mentberiknn rualtyu kepnda Nuh dan nabi-nnbi yang

kenrudinnnya, dnn Kanti telnh memberikan rualryu (pula) kepnda lbrahim,

Isrnnil, lslmk, Yn'qub dan nnak cltcunyq lsa, Ayyub, Yunus, Hnrun dan

Sulniman. Dan Kami beikan Znbur kepada Dmuud. Dan (Kami telah

menguttts) rnsul-rastil yang sungguh Kami kisahkan tentang mereka ke-

pndnmu dnlnilu, dnn rasul-rosul yang tidnk Knmi kisahknn tentang mereka

lcepadnmu. Dnn Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.

(Merekn Knmi utus) selaku rasul-rssul pentbarua beitn gembirn dan pem-

beri peringatan ngnr supaya tidak nda alasan bagi mnnusin membantah

Allnh sesudah diutusnyn rasul-rasul itu. Dnn Allnh Maluperkasa lagi

Mnlmbij aksnna." (An-Nisa' : 163-1,65).

Titik pengambilan dalil dari ayat ini yaitu  seandainya takdir

itu yaitu  hujjah untuk berbuat dosa, niscaya ia tidak batal dengan

diutusnya para rasul, hal itu karena takdir tidak batal dengan diutus-

nya para rasul, ia tetap ada.

Jika ada yang berkata, Dalil yang pertama mungkin disanggah

dengan Firman Allah clt*5,

,j @ ,{.;Ji,* e;(r';$y;1y-{"43 uqL|rlrEf}

{ @ Fa * erY;i@ W,$G 61FA-Y,ii ;6

"lkutilah apa yang telnh dhuahyukan kepndamu dnri Rabbmu; tidak

ndn tilnn yang berhnk disembah selain Dis; dan berpalinglah dai orang-

ornng musyik Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mem-

persekutuknn(Nya), Dan Kami tidak menjndikan kamu pemelihara bagi

nrcrekn; dnn krunu sekali-kali bukanlnh pemelihara bagi mereka." (Al-An,am:

706-1,07).

ffi ffi

Di sini Allah bertuman, 4if6'YXi;Atr;fi "Dan knlau Allnh meng-

lundnki, nis cay a mereka ti dak memper sekutuknn (N y a) .'

Kami jawab, Ucapan seseorang tentang orang-orang kafir,

(if*i-Y'ii;g tri}. "Dnn knlau Allah menglrcndaki, niscayn merekn tidnk

ircmpersekutuknn(Nyn)" yaitu  shahih dan sah, akan tetapi ucapan

si musyrik, $\UA'C,fi "Knmi tidnk mempersekutuknnNya," dengan

maksud berdalih kepada takdir atas perbuatan dosa yaitu  ucaPan

batil. Allah J& berfirman kepada RasulNya demikian untuk meng-

hibur dan menjelaskan bahwa apa yang terjadi, yaitu  dengan

runsyi'nhNya.

Adapun dalll nqli atas kebatilan berdalih dengan takdir atas

perbuatan dosa kepada Allah, maka kami katakan kepadanya: Dari

mana kamu mengetahui bahwa Allah telah menakdirkan kamu

berbuat dosa sebelum kamu berbuat dosa? Kita semua tidak menge-

tahui apa yang Allah takdirkan kecuali setelah ia terjadi' Adapun

sebelumnya, maka kita tidak mengetahui apa yang ditakdirkan ke-

pada kita. Kita katakan kepada pelaku dosa, Apakah kamu mem-

punyai ilmu bahwa Allah telah menakdirkanmu berbuat dosa se-

belum kamu melakukannya? Dia akan menjawab, tidak, maka kita

katakan, Jadi mengapa kamu tidak memperkirakan Allah menak-

dirkan kebaikan, lalu kamu pun melakukannya? Pintu di depanmu

terbuka lebar, mengapa kamu tidak masuk melalui pintu yang

membawa kebaikan untukmu karena kamu tidak mengetahui apa

yang ditakdirkan untukmu? Berdalih dengan sesuatu atas perkara

yang dilakukannya sebelum diketahuinya dalih tersebut sebelum-

nya yaitu  batil, karena hujjah yaitu  sebuah jalan yang dengannya

seseorang berjalan karenanya, dalil pasti mendahului madlul (apa

yang ditunjuk oleh dalil tersebut).

Kita katakan juga padanya, Kalau dikatakan kepadamu bahwa

Makkah mempunyai dua jalan: yang pertama bagus lagi aman, yang

kedua sulit lagi berbahaya, bukankah kamu akan memilih yang

pertama? Dia akan menjawab, Ya. Kita katakan, Mengapa dalam

beribadah kamu memilih jalan yang berbahaya yang dibalut oleh

resiko-resiko berat dan membiarkan jalan aman di mana Allah men-

jamin keamanan bagi yang memilihnya. FirmanNya,

(@ i,:fi fri.i*r{ qi riLt,ilrLt$.Liv? iii

"Ornng-ornng yang beiman dnn tidnk mencampurndukknn iman

nrcrekn dengnn lcezlmliman (syiik), mereka itulah ynng mendapat lce-

antnnnn." (Al-An'am: 82).

Ini yaitu  hujjah yang sangat jelas.

Kita katakan kepadanya pula, Kalau pemerintah membuka

dua lowongan pekerjaan: pertama jabatan tinggi, yang kedua ren-

dah. Mana yang kamu inginkan? Tanpa ragu dia pasti memilih

yang tinggi. Ini membuktikan bahwa dalam perkara dunia kamu

memilih yang terbaik, lalu mengapa dalam perkara agama tidak

demikian? Bukankah ini yaitu  kontradiksi darimu?

Dengan ini jelaslah bahwa tidak ada celah sedikit pun bagi

pelaku kemaksiatan untuk berdalih dengan takdir atas perbuatan

kemaksiatannya kepada Allah €.

@@o

PASAT

TENTANG IMAN

tU. (;,;;Ji) yaitu  apa yang dengannya manusia dibalas, atau

apa yang diamalkan oleh manusia. ]adi kata ini digunakan untuk

,,Ft jp

ie)r .1i;

j'*il

"'it;;yrjt",jrJ' iti *t;s6 i::lt ,yi q*1

,"' 

cst fiV ).t3;ijr,F s, 9t:.111.-iiir

.<t)j#Liu, #-S ,qLUJ,\.

PASAL

Di antara prinsip-prinsip Ahlus sunnah wal |ama'ah yaitu 

bahwa flino flal iman(2) yaitu  perkataan dan perbuatan, per-

kataan hati dan lisan, perbuatan hati,lisan dan anggof3 !6d6.(:)

Dan bahwasanya iman bertambah dengan ketaatan dan ber-

kurang dengan kemaksiatln ({)

UJ

dli

menyatakan balasan dan juga amalan.

Firman Allah ullF,

*;i i\i'r"t:, 4 3-:i4F i'r,. @ eli ?'t(. ;i,{w? y

{@4

"sekali lagi, talrukah kamu apaknh Hnri Pembalasan itu? (Yaitu)

lmri (ketikn) seseornng tidnk berdayn sedikit pun untuk menolong orang

lnin. Dnn segnln utusfln padn Lni itu dalnm l<ekrnsnnn Allnh." (Al-lnfithar:

18-1e).

Yang dimaksud din di sini yaitu  balasan.

Firman Allah tltS,

(6r'{-$ F -*;;Y

"Dnn telah Kundlui lslam itu indi ngamabagimu," (Al-Ma'idah: 3).

Yakni, amal yang dengannya kamu mendekatkan diri kepada

Allah.

Dikatakan Jtr: J)i r-i3'yang berarti sebagaimana kamu beramal,

maka kamu akan dibalas (sesuai dengan amalmu).

Yang dimaksud dengan din dalam ucaPan penulis yaitu 

amal.

I2]. (iu;)i) kebanyakan ulama menyatakan bahwa iman secara

etimologi yaitu  e+h1\ (membenarkan). Akan tetapi hal itu kurang

tepat, karena sebagaimana diketahui bahwa kata ;:-t,zSibekerja pada

obyek secara langsung, sementara kata ;Uijl tidak demikian. Di-

katakan.lii; (aku membenarkannya) dan tidak dikatakan i3i, tetapi

*, :":;i (aku beriman dengannya) atau 'l LrI (aku beriman kepada-

nya). Jadi tidak mungkin kita menafsirkan ;i sebagai fil lnzim yilrg

tidak bekerja pada maf ut (obyek) kecuali dengan bantuan huruf

jnr d,engan r23; sebagaif ilyangmenaslubkanntaf ul dengan sendi-

rinya. Kemudian kata c.-!L tidak memberi makna kata &i, karena

kata yang terakhir ini menunjukkan kemantapan terhadap berita-

nya dalam kadar yang lebih besar daripada kata.:iL.

Oleh karena itu seandainya iman ditafsirkan dengan iqrnr

3 ya,u^h d qilalv W asrilu4"^h

(pengakuan) niscaya ia lebih baik, kita katakan iman yaitu  iqrar

dan tidak adaiqrar kecuali dengan tashdiq..Kita katakan 1 gl seba-

gaimana kita katakan y. ;;,i kita katakan ei fl sebagaimana kita kata-

kan ij ;,T. Ini secara etimologi.

[5]. Adapun definisi iman secara syariat maka penulis berkata,

Iman yaitu  perkataan dan perbuatan. Ini yaitu  definisi global

yang dirinci sendiri oleh penulis dengan perkataannya.r4JV +lj,i-i,

C)t,cJti 9u{ti *t,P: "Perkataan hati dan lisan, perbuatan hati,

Iisan, dan anggota badan."

Penulis menyatakan bahwa hati memiliki

buatan, dan lisan juga demikian.

Perkataan lisan jelas pengucapan, adapun

lal'r gerakannya dan bukan pengucapan, akan

berasal darinya jika ia tidak bisu.

Adapun perkataan hati, maka ia yaitu  pengakuan dan pem-

benarannya. Adapun perbuatannya, maka ia yaitu  ungkapan

untuk gerakan dan keinginannya, seperti keikhlasan dalam ber-

amal; ini yaitu  perbuatan hati, begitu pula tawakal, harapan, dan

rasa takut; jadi perbuatan bukan sekedar ketenangan di dalam

hati, akan tetapi ada gerakan di dalam hati.

Sedangkan perbuatan anggota badan yaitu  jelas yaitu, rukuk,

sujud, berdiri, dan duduk. Perbuatan anggota badan yaitu  iman

secara syar'i karena pendorongnya yaitu  iman.

Kalau ada yang bertanya, Mana dalil yang menunjukkan bah-

wa iman meliputi semua ini?

Kami menjawab, Nabi ffi bersabda,

'itc)i

.elJJ

"lntan ndnlnlr ltendaknya kamu beriman kepada Allah, *otoikof

nmlnikntNyn, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, Hai Akhir dan takdir yang

bsik dnn yangburuk,"l

perkataan dan per-

perbuatannya ada-

tetapi pengucapan

'I- " 

oi

$q i.d, dl

t Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Iman, Bab Bayan Arkan ahlman wa al-Islam.

ffi ffi

Ini yaitu  ucapan hati. Adapun perbuatan hati, lisan dan

anggota badan; maka dalilnya yaitu  sabda Nabi,

ebV!':uuii3 ,';ur {! 4n it' 'uv;i tet; o4:i'"i iW>i

9ki)r 34.* ,VAt: ,G,Pt ;e 6;\t

"ImAn terdiri dari tujuh puluh cabnng lebih, yang tertinggi adalnlt

ucnpnn Ln ilalm illallah, yang terendah yaitu  nrcnyingkirkan sesuntu

ynng mengg(lnggu dnri jalan dnn rnsa malu ndalah salah satu cabnng

imfln.tt1

Ini yaitu  penjelasan tentang perkataan lisan dan perbuatan-

nya sekaligus perbuatan anggota badan, sedangkan rasa malu ada-

lah perbuatan hati, yaitu Perasaan hati yang tidak mati yang di-

alami seseorang pada saat menghadapi sesuatu yang membuatnya

malu.

Dengan ini jelaslah bahwa iman menurut syariat mencakup

semua ifu.

Hal ini didukung oleh Firman Allah ul6,

{ &*t 's'it-x.t tsY3Y

" D nn Allah tidnk aknn nrcnyfia-nryknn imanma' " (Al-Baqarah: 143)'

Ahli tafsir berkata: Yakni shalatmu ke Baitul Maqdis, Allah

menamakan sl'ralat dengan iman padahal ia yaitu  perbuatan ang-

gota badan, perbuatan hati dan perkataan lisan.

Inilah akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Cakupan iman terhadap empat perkara ini tidak berarti ia

tidak terwujud kecuali dengan itu semua, akan tetapi seseorang

tetap bisa menjadi Mukmin meskipun dia tidak melakukan seba-

gian amal perbuatan, hanya saja imannya berkurang sesuai dengan

berkurangnya amalannya.

Pendapat Ahlus Sunnah wal Jama'ah ini ditentang oleh dua

kelompok ahli bid'ah yangekstrim.

Pertama: Murji'ah. Mereka berkata: Iman yaitu  pengakuan

I lbid, aab tuyan Adab Syu'ab al-Iman.

dalam hati, selain itu bukan termasuk iman. Oleh karena itu, me-

nurut mereka iman tidak bertambah dan tidak berkurang karena

ia hanyalah pengakuan dalam hati. Iman semua orang yaitu  sarna.

Menurut mereka orang yang beribadah kepada Allah siang malam

sama dengan orang yang bermaksiat kepadanya siang malam, selama

kemaksiatannya tidak mengeluarkannya dari Islam.

Kalau ada orang yang berzina, mencuri, minum khamar dan

melanggar hak orang lain, sementara ada orang lain yang bertakwa

kepada Allah, jauh dari semua itu, maka menurut Murji'ah kedua-

nya yaitu  sama dalam iman dan harapan, masing-masing dari

mereka tidak diazab karena amal perbuatan tidak termasuk ke

dalam kategori iman.

Kedun: Khawarij dan Mu'tazilah, mereka berkata, Amal per-

buatan termasuk ke dalam kategori iman, dan bahwa ia yaitu 

syarat keberadaan iman. Siapa yang berbuat dosa besar maka dia

telah keluar dari iman, akan tetapi Khawarij berkata, Dia telah

kafir, sementara Mu'tazilah berkata, Dia berada pada manzilah

(tempat) di antara du.a manzilah, dia bukan Mukmin dan bukan

pula kafir, akan tetapi dia keluar dari iman, namun tidak masuk

ke dalam kekufuran, dia berada pada manzilah di antara dua msn-

zilah.

Inilah pendapat-pendapat manusia tentang iman.

[4]. Ucapan penulis ini menginduk kepada ucapan sebelum-

nya, "Bahwa agama ..." dan seterusnya. Yakni di antara prinsip-

prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah yaitu  bahwa iman bertambah

dan berkurang.

Ahlus Sunnah wal Jama'ah berdalil dengan dalil-dalil dari

al-Qur'an dan Sunnah.

Dari al-Qur'an, Firman Allah tJtS,

( @ 6,Hi i )" $Y i;6 W( <2ittr F

"Adnpun orang-orang yang beiman, maka surat ini menambah

innnnya, dan merekn merasa gembira." (At-Taubah:124).

Dan Firman Allah JtS,

ffi ffi

rit itJi i(,i, lSi\'\:'J tji'i:,t:,).y

"supaya orangorang yang dibei al-Kitab meniadi ynkin dan suprtya

orang yang beriman bertambah imannya." (Al-Muddatstsir: 31).

Ini jelas menetapkan adanya tambahan keimanan.

Adapun tentang berkurangnya iman maka ia ditetapkan oleh

hadits shahih di ash-Shahihainl bahwa Nabi ffi menasihati para wa-

nita, beliau bersabda,

,:.Sr;ult,betAr #9t#6ii *:: Pe4u b.".irv

"Aku tidak melihat orang yang kurang akal dan orang yang lebih

mengacaukan akal orang yang bijnksana selain dnripadn salnh seorang

dai knlinn." Nabi ffi menetapkan kekurangan agama.

Kalaupun seandainya tidak ada dalil yang menetapkan ber-

kurangnya keimanan, maka adanya penetapan bertambahnya iman

berkonsekuensi kepada berkurangnya iman. Kami katakan, Semua

dalil yang menunjukkan bertambahnya iman mengandung indikasi

berkurangnya iman.

Sebab-sebab bertambahnya iman ada empat:

P e r tama, ma' rifa tull ah dengan N ama-nama d an Sif a t-sifatNya,

karena semakin bertambah ma'rifat seseorang kepada Allah dengan

Nama-nama dan Sifat-sifatNya, maka semakin bertambah pula

imannya.

Kedua, melihat ayat-ayat Allah, baik yang kauniyah maupun

y ang sy ar' iynh. Allah eJF berfirman,

Jr @ ai,is {liJr @ i+ i:L }ir Jtl;b_{ii}

( @ eE" S{,i'ii J{r@,r'; -S suri

uMakn npakah mereka tidak memperhatiknn untn bagaimana ia dicip-

tnkan, dan langit, bagaimana ia ditinggiknn? Dan gunung-gunung bagni-

mnna ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkanT" (Al-Gha-

! DiriwayaRan oleh al-Bukhari, Kitab al-Haidh, Bab Ta* at-Ha'idh ash-Shaur4 dan Muslim, ,?taD

al-Iman.

{qr

syiyah: 17-20).

Allah tJW juga berfirman,

('jiii fi ,;"33:\5 J^tSi 6:'v: d'li: -7ijai ati(

{@

"Kataknnlah, 'Perlutikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Ti-

dnklnh bermnnfaat tnnda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang membei

peringntnn bngi orang-orang yang tidakbeiman'." (Yunus: L01).

Semakin bertambah pengetahuan seseorang terhadap ke-

ajaiban makhluk dan hikmah yang mendalam yang Allah ciptakan

di alam raya ini, semakin bertambah pula imannya kepada Allah

ffi, begitu pula melihat kepada ayat-ayat Allah syar'iyah, yaitu

hukum-hukum Allah yang dibawa oleh para Rasul, di dalamnya

terdapat hikmah-hikmah yang agung dan rahasia-rahasia menda-

lam yang mencengangkan akal, yang dengannya diketahui bahwa

syariat ini benar-benar datang dari Allah, dan bahwa ia berpijak

kepada kasih sayang dan keadilan, sehingga dengan itu imannya

menjadi bertambah.

Kehgn, memperbanyak ketaatan dan memperbaikinya, karena

amal perbuatan termasuk ke dalam kategori iman, jika memang

demikian, berarti iman bertambah dengan bertambahnya amal

kebaikan.

Keempnt, meninggalkan kemaksiatan dalam rangka mendekat-

kan diri kepada Allah ffi, dengan itu iman seseorang akan bertam-

bah.

Sebab-sebab berkurangnya iman ada empat:

Pertanm, berpaling dari mn'nfatullah, Nama-nama dan Sifat-

sifatNya $r.

Kedua, tidak mau melihat ayat-ayat Allah, baik yang kauniyah

maupun yarrg syar'iynh. Sesungguhnya hal ini memicu kelalaian

dan kerasnya hati.

Ketign, minimnya amal shalih. Hal ini ditunjukkan oleh sabda

Nabi & tentang para wanita,

Lpi# F

,y;pgt4.+\i,l:s +4u b1:u

,itt Jy-, u- 'rjrirels

r;r

IMi t*V

" Aku tidak melihat orang yang kurnng aknl dan agamanya yang

lebih mengacaukan akal orang ynng bijaksnna daripndn snlnh seorang dan

kalian," Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana kekurangan

agamnnya?" Nnbi menjaruab, "Bukankah jika dia hnid din tidak shnlat dan

tidnk berpuasa?"

Keempat, melakukan perbuatan maksiat. Hal ini berdasarkan

Firman Allah tlW,

( @l;&\ift rr.]i &lt Sk y

"Sekali-kali tidak (dentikian), sebenarnya flpa yang selnlu merekn

usalnkan itu menutupi hati merekfl." (A1-Muthaffifin: 14).

Pendapat Ahlus Sunnah wal Jama'ah tentang bertambah dan

berkurangnya iman diselisihi oleh dua golongan: Murji'ah di satu

pihak, Khawarij dan Mu'tazilah di pihak yang lain.

Golongan pertama, yaitu Murji'ah mengatakan, iman tidak

bertambah dan tidak berkurang, karena amal perbuatan bukan

termasuk iman, sehingga iman bisa bertambah dengan bertambah-

nya amal dan berkurang dengan berkurangnya amal. Iman hanya-

lah pengakuan hati dan pengakuan itu tidak bertambah dan tidak

berkurang.

Kami membantah pendapat ini dengan mengatakan:

Pertnma, kamu mengeluarkan amal perbuatan dari kategori

iman, ini tidak shahih, karena dalil-dalil yang telah kami paparkan

menetapkan bahwa amal perbuatan termasuk kategori iman.

Kedun, ucaparunu, "Pengakuan hati tidak bertambah dan tidak

berkurang," ini tidaklah shahih, justru pengakuan hati memiliki

tingkatan, karena tidak mungkin bagi seseorang mengatakan, "Iman-

ku seperti iman Abu Bakar," atau mungkin lebih berani dengan

mengatakan, "Imanku seperti iman Rasulullah #."

Kemudian kita katakan, Sesungguhnya pengakuan dengan

hati bisa bertingkat-tingkat. Pengakuan hati terhadap berita satu

orang tidak sama dengan pengakuan terhadap berita dua orang,

dan pengakuan dengan apa yang didengar tidaklah sama dengan

pengakuan terhadap apa yang disaksikan. Apakah kamu tidak men-

dengar Firman Allah i.Jti.,,

{ .# , r''"!,$; i{Jcl"i;'i j6"oai e'i;i };r;y

"Ya Rabbku, perlihatknnlah kepadaku bagaimana Engkau meng-

Itidupknn orang-orang mati." Allah berfirman, "Belum yakinkah l<amu?"

lbrnlim menjaruab, "Aku telah meyakininya, aknn tetapi agar hatiku tetap

nmntap (dengnn imnnku)." (Al-Baqarah : 260).

Ini yaitu  dalil bahwa iman yang ada di dalam hati mungkin

bertambah dan berkurang.

Oleh karena itu para ulama membagi derajat keyakinan

menjadi tiga: llmul ynqin (pengetahuan yang yakin), ainul yaqin

(hakikat keyakinan), dan haqqul ynqin (keyakinan yang sebenar-

benarnya). Allah dt$ berfirman,

Gq;;,i1 @ ;-rli 3;;;i @ *{i'*'';r; ii(y

{@ *iii

"Jnngnnlahbegitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang

ynkin, niscnyn karuu benar-benar akan melihat Neraka Jahim, dan sesung-

gtilmyn knnnt bennr-bennr akan melihatnya dengan ainul yaqin." (At-

Takatsur: 5-7).

Dan Allah dW juga berfirman,

{@ 4'3;:xgY

"Dfin sesungguhnya al-Qur'an itu benar-benar l<ebenaran yang di-

ynkini." (Al-Haqqah: 51).

Golongan kedua yang menyelisihi Ahlus Sunnah wal Jama'ah

yaitu  Wa'idiyah, mereka yaitu  Khawarij dan Mu'tazilah, mereka

dinamakan Wa'idiyah karena mereka mengambil hukum-hukum

run'id (arrcaman siksa) dan meninggalkan hukum-hukumrua'ad (larrii

pahala) yakni mereka menitikberatkan pada yang pertama atas

yang kedua, maka mereka mengeluarkan pelaku dosa besar dari

status iman, akan tetapi Khawarij berkata, Dia keluar dari iman

dan masuk ke dalam kekufuran, sementara Mu'tazilah berkata,

Dia keluar dari iman tetapi tidak masuk ke dalam kekufuran, dia

berada pada manzilah di antara dua manzilah.

Bantahan terhadap dua kelompok ini, Murji'ah dan Wa'idiyah

tercantum di buku-buku rujukan.

oo@

$ +t .IVUS".6 *1 Uii q ";.3$ ,a;a* jt;

Meskipun demikian mereka G) tidak mengkaffukan AhIi Kiblat

dengan sekedar kemaksiatan dan dosa besar secara umum(2)

sebagaimana yang dilakukan oleh Khawarij, (s) akan tetapi per-

saudaraan iman tetap ada meski dengan adanya kemaksiatan,

sebagaimana Firman Allah tI5 pada ayat qishash, "Maka barang-

llna yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendak-

lah (yang memaafkan) mengikuti dengan crro yrng baik.,, (Al-

Baqarah:178)Q)

[1]. Yakni, meskipun mereka mengatakan iman yaitu  per-

kataan dan perbuatan.

[2]. Ahli Kiblat yaitu  kaum Muslimin, meskipun mereka

yaitu  pelaku dosa. Mereka disebut Ahli Kibtat karena mereka meng-

hadap ke kiblat yang satu, yaitu Ka,bah.

Jadi, menurut Ahlus Sunnah wal Jama,ah, seorang Muslim

tidaklah dikafirkan hanya karena melakukan kemaksiatan atau dosa

besar secara umum.

Perhatikan ucapan penulis, "Dengan sekedar kemaksiatan

secara umum." Dia tidak berkata, "Dengan kemaksiatan dan closa

besar." Karena di antara kemaksiatun udu yang mencapai tingkat

kekufuran, adapun kemaksiatan secara umum, maka ia bukan keku-

furan.

Perbedaan antara sesuatu yang mutlak (umum) dun keumum-

an sesuatu yaitu  bahwa yang pertama berarti kesempurnaan, se-

mentara yang kedua yaitu  dasar dari sesuatu. Seorang Mukmin

pelaku dosa besar memiliki dasar iman. Dasar keimanan tersebut

ada pada dirinya, yang tidak ada padanya yaitu  kesempurnaan

keimanan.

Ucapan penulis .ii,tAf sangatlah cermat.

[5]. Yaitu orang-orang yang berkata, Pelaku dosa besar ada-

lah kafir, karena itu mereka keluar dari barisan kaum Muslimin

dan menghalalkan darah dan harta mereka.

[4]. Yakni, persaudaraan iman di antara orang-orang Muk-

min tetap terjalin meskipun adanya dosa. Pezina yaitu  saudara

bagi orang yang baik-baik. Pencuri yaitu  saudara korban pencu-

rian, pembunuh yaitu  saudara korban. Kemudian penulis berdalil

dengan berkata, sebagaimana Firman Allah ik di ayat qishash,

4 ;.ii{AS ".6 6 e ir'.*lsy

"Maka barangsiapa yang mendnpat suafu pemaafan dai saudaranya,

hendaklah (yang memaaflun) mengikuti dengan cara yangbaik." (Al-Ba-

qarah:178).

Ayat qishash yaitu  Firman Allah,

ig gr; i4gi 6{ }

fr'ri? *'al*rru.t'r,

( @',;.: 4t ; :;t3,$3'i u:^:;t # U;''&; ; :X"r/ ats

"Hai orang-orang yang beiman, ditoajibkan atas kamu qishnsh ber-

kennnn dengan ornng-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang

merdekn, hnmba dengan hamba dan ruanita dengan utanita. Maka barang-

siapa ynng mendapat suatu pemaafan dai saud"aranya, hendaklah (yang

memnafl<nn) mengtkuti dengan cara yangbaik, dan hendaklah (yang diben

maafl membnynr (diat) kepada yang membei maaf dengan cara yangbaik

(pula). Yang demikian itu yaitu  suatu lceinganan dni Rabbmu dan sunht

a jai\

ffi ffi

rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu maka baginya

siksa yang sangat pedih." (Al-Baqarah: 178).

Yang dimaksud dengan ( *J) "saudaranya", yaitu  korban

yang dibunuh.

Titik pengambilan datil dari ayat ini bahwa pelaku dosa besar

bukan kafir yaitu  bahwa Attah menamakan korban pembunuhan

sebagai saudara bagi pembunuh, padahal membunuh seorang Muk-

min yaitu  dosa besar.

oo@

[1]. Ini yaitu  dalil lain bagi Ahlus Sunnah wal Jama'ah,

bahwa pelaku dosa besar tidak keluar dari iman.

(!xlii) yaitu  bentuk jamak,(qq}. rnutsanna, dan { lt!l,,U}

iuga mutsanna, Bagaimana ada mutsanna, jamak dan mutsanna yang

lain padahal tempat rujukan dhamir (kata ganti)nya yaitu  satu?

6 LV w \;6i \fiC,i'4435i'e cW rl, F

t;.y.X ii6 byfut il dy'e * 6,r\ W i$i e q'';

:Jli,1

";At;;A( r3t @ 6+;5\ U-';il i,y7t*'V ) ;;\ W

4f=1:t'eW('

Dan Dia berfirman, "DAn jika ada fun golongan dai oranS-orang

Mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. lika

salah satu dari dua golongan itu berbnat aniaya terhadap golo-

ngan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya

itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah, iika

golongan itu telah kembali (kepada peintah Allah), maka damai-

kanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sexmg-

gthnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesung'

guhnya orang-orang Mrtlctnin yaitu  bersaudara karena ifir damai'

kanlah antara ke dua s qsfl svsvns.lt (Ll

Kami katakan, Firman Allah 4e!gb,tha'ifah (golongan) iru

terdiri dari kumpulan manusia, maka sah kalau aku katakan {'!rt if}

(mereka berperang). Pendukung hal ini yaitu  Firman Allah rJtS,

4a;\j41\j4 i -_"$'"^t;;t" q,?ty

"Dnn hendnklah datang golongan yang kedua yang belum shalat,

lnlu shalntlah rnereka denganmu," (An-Nisa': 102).

Di sini dikatakan tfu- | dan tidak dikatakan M l,karena

thn'tfah berarti umat dan jama'ah. Oleh karena itv dhamir yang kem-

bali kepadanya hadir dalam bentuk jamak pada FirmanNya ('F(F

dengan melihat kepada maknanya. Adapun FirmanNya, {t7i$\

maka dhamirnya melihat kepada lafazh.

Dua golongan kaum Mukminin ini saling berperang dan me-

ngangkat senjata. Seorang Mukmin memerangi Mukmin yang lain

yaitu  kekufuran, walaupun begitu, Allah tltS berfirman setelah

memerintahkan golongan ketiga yang tidak ikut serta dalam pepe-

rangan agar mendamaikan. Allah berfirman,

.>iv t$TrJ{yre S;d 6i;;S 6i-ii &,Q';t a,LgY

t;-,j5i 6l @ Gt-U\ U -;ir iy7j$v )i;\ t#r tA;\

4'a

"likn snlnh sntu dnri dua golongan itu berbuat aniaya terhadap go-

longnn ynng lain, mnka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu se-

lingga golongan itu l<embali kepada peintah Allah, jika golongan itu telah

kembali kepada perintah Allah), makt dnmaiknnlah antara keduanya de-

ngnn adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukni orang-orang

ynng berlnku adil. Sesungguhnya orangorang Mukmin yaitu  bersaudara."

(Al-Hujurat 9-10).

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah menjadikan golongan

pendamai sebagai saudara bagi dua golongan yang bertikai.

Berdasarkan hal ini, maka ayat ini menetapkan bahwa dosa

besar tidak menyebabkan seorang keluar dari iman.

Dan berdasarkan hal ini pula, seandui.yu aku bertemu dengan

ffi ffi

pelaku dosa besar, maka aku akan mengucapkan salam kepadanya,

karena Nabi M menyatakan di antara hak Muslim atas Muslim

yang lain, "lika kamu bertemu dengannya ruakn ucapkanlah salatn."l

Laki-laki tersebut yaitu  seorang Muslim, jadi aku mengucapkan

salam kepadanya, kecuali jika menglujrnya (tidak bergaul dengan-

nya) mengandung kemaslahatan maka aku melakukan itu karena

kemaslahatan, sebagaimana yang terjadi pada Ka'ab bin Malik dan

kedua orang kawannya tatkala mereka tidak berperan serta di

perang Tabuk, maka kaum Muslimin menghajr mereka selama 50

malam, sehingga Allah mengamPuni mereka.2

Apakah kita mencintainya secara mutlak atau membencinya

secara mutlak?

Kami katakan, Tidak ini dan tidak itu, akan tetapi kita men-

cintainya sesuai dengan kadar keimanan yang ada padanya, dan

membencinya sesuai dengan kadar perbuatan dosanya. Inilah sikap

yang adil.

@@@

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Jana'iz, &ab al-Amr Bittiba'al-Janazah; dan Muslim,

Kitab ash-Shiyam.'

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Maghazi, Bab Hadits Ka'ab bin Malik dan Muslim, Kitab

at-Taubah.

65 ,<");iijt fL{)r it A "V-u- 

;;Ult ,J:,()ilpat 4x ts

n'4n:+9)-t53#*'uw lv e

Dan mereka tidak merampas Islam secara keseluruhan dari orang

fasik yang merupakan AhIi Kiblat,(t) dan mereka tidak menyata-

kannya kekal di neraka sebagaimana yang dikatakan oleh Mu'ta-

zilah,Q) akan tetapi orang fasik masuk kepada nama iman yang

mutlak(s) sebagaimana dalam Firman Allah t)W, uMaka (hendaklah

s i p embunuh) m em er dekakan hamb a s ah ay a y ang lvl11ft7nin.tr (t)

tr(tt ; u1r);4j-i ,"'i{i<i! fu)t :)tt ,b6t'bH4

[U. j.,llji "Orang fasik"; yaitu orang yang keluar dari ketaatan.

Kefasikan -sebagaimana telah kami jelaskan- terbagi menjadi

dua: kefasikan akbar (besar) yang mengeluarkan pelakunya dari

Islam, seperti Firman Allah 

"1t5,

{suri#}r;wt5i8y

"Dan ndnpun ornng-orang yang fasik (kafir) maka tempat mereka

ndalnh nerakn." (As-Sajdah: 20), dan kefasikan asghar (kecil) yang ti-

dak mengeluarkan pelakunya dari Islam, seperti Firman Allah till$,

4 6i1,t3't;r; 3'G:# $,'L6 fi; oLYF\;'"5i qv.y

"Hni ornng-ornng yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

nrcnrbmun suntu berita, makn periksalah dengan teliti agar kamu tidak

nrcnimpnknn sustu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui ke-

ndnnnnya." (Al-Hujurat: 6).

Fasik yang tidak keluar dari Islam yaitu  fasik dari Ahli Kiblat

yaitu pelaku dosa besar atau dosa kecil tetapi terus menerus.

Oleh karena itu penulis berkata, 4))r yakni yang menyandar-

kan diri kepada millah (agama) di mana dia belum keluar darinya.

Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak merampas Islam secara

keseluruhan dari orang fasik Ahli Kiblat, maka tidak mungkin

mereka berkata, Dia bukan Muslim, akan tetapi mereka berkata,

Dia Muslim dengan Islam yang kurang atau Mukmin dengan iman

yang kurang.

[2]. Ucapan penulis, ?(l1./ i:&Y1 "Mereka tidak menyata-

kannya kekal di neraka." Menginduk kepada ucapannya, a3!ai1

"Mereka tidak merampas." Dari sini, maka ucapannya, ily.lt ip *

"Sebagaimana yang dikatakan oleh Mu'tazilah," kembali kepada

kedua perkara tersebut sekaligus, karena Mu'tazilah merampas

keislaman orang fasik dari kalangan Ahli Kiblat dan menyatakan

ballwa ia kekal di neraka, meskipun mereka tidak menyebutnya

kafir.

[5]. Maksud penulis dengan JL..il di sini yaitu  apabila iman

disebut begitu saja, maka kriterianya kembali kepada nama, bukan

kepada iman; sebagaimana hal ini akan diketahui dari ucapan pe-

ffi ffi

nulis. Jadi yang dimaksud di sini yaitu  sekedar iman yang men-

cakup orang fasik dan orang adil.

[4]. Ucapan penulis sebagaimana dalam Firman Allah,

4-*;g'1i3"#Y

uMaka 

@endnklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang

Mukmin." (An-Nisa' : 92).

Hamba sahaya yang beriman di sini mencakup orang fasik'

Seandainya seseorang membeli hamba sahaya fasik, lalu me-

merdekakannya untuk membayar kffirat, maka hal itu sah meski-

pun Altah berfirman, 4*tt-i:i-;l\ "Maka \undaklah si pembu.nuh)

memerdekakan hamba sihaya yang Mikmin." Karena kata 4 *Vy ai

sini meliputi orang fasik dan selainnya.

ooo

W-*Y:la\ w

"'{ (,i} r# 

"(:|,t:; 

#'$ t:tV';; ;i {4'A6} 6y'ulti <rhii\

o-,At ofi'13 t""U! eS 4; h et'Jt G-,it ,M,)93

,"'",yg $SW*'e ;sJt+frit t"iyg *: o;'p

€; e? a6'"a oa7n3

J""u9 $l

Dan bisa iadi dia tidak masuk ke dalam nama iman yang mut-

fak(r) sslagaimana dalam Firman Allah ffi,"Seamgguhnya orang'

orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah

gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya

b e r t antb ah I ah im an m er ek a (kar en anya). " (Al-An f al: 2) .{z)

Dan sabda Nabi ffi, "Seorang pezina tidakberzina ketika berzina

sementara dia Mukmin,tt(3) Seorang pencuri tidak mencui ketika

mencuri sementara dia Mukmin,o) ttorong peminum tidak minum

khamr ketika meminum sementara dia Mukmin,(s) 4on seorang

perampas tidak merampas sesuatu yang berharga di mana orfrny-

orang mengangkat pandangan mereka kepadanya ketika dia me-

rampas sementara dia Mukmin.$)

elL.i,$l

[U. Yakni ke dalam kemutlakan (keumuman) nama iman.

[2]. Ucapan penulis, sebagaimana Firman Allah,

|&); W g$\:\t;'&$ q';i'\ 5j

{ C,*t &ir;

"sesunggultnyn orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila

disebut nann Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacaknn ayat-

nyntNyn bertanrbnltlah iman merekn (karenanya)." (Al-Anfal: 2).

( U:f F yaitu  kata pembatasan. Yakni bukanlah termasuk

orang-orang Mukmin kecuali mereka, dan yang dimaksud dengan

6y'uJi <r;-iJ\ rA )

[31] ,cc$ l.g ++trs r"';ijjl )L{)l fi e,yx-:' *!:

S WrrA"$, dClla^h cW ositAu1nlu

orang-orang Mukmin di sini yaitu  orang-orang Mukmin yang

beriman secara mutlak lagi sempurna.

Jadi, orang-orang fasik tidak termasuk ke dalam rombongan

mereka di sini, karena seandainya kamu membacakan ayat kepada

or,u:rg fasik niscaya imarurya tidak akan bertambah, dan kalau kamu

menyebut nama Allah kepadanya, niscaya hatinya tidak merasa

takut.

Jadi penulis menjelaskan bahwa iman terkadang dimaksud-

kan untuk kemutlakan iman dan terkadang digunakan untuk iman

yang semPurna.

Kalau ada seorang laki-laki, hatinya tidak takut walaupun

nama Allah disebut kepadanya, imannya tidak bertambah walau-

pun ayat-ayatNya dibacakan kepadanya, maka kita boleh menga-

takan, "Dia Mukmin." Dan boleh pula kita mengatakan, "Dia bukan

Mukmin." Yang pertama maksudnya yaitu  mutlak iman yakni

dasar iman dan yang kedua yaitu  iman yang sempurna.

[3]. Ini yaitu  contoh kedua untuk iman, yang maksudnya

yaitu  iman yang sempurna.

Sabda Nabi,

:ytt *: a; E ,i.t'11

"Seseorang tidaklah berzina yang l<etika dia berzina dia

seorang Mukmin." l

Di sini Nabi M menafikan darinya iman yang sempuma ketika

dia berzina, adapun setelah berzina maka dia bisa beriman, bisa

jadi dia menjadi takut kepada Allah setelah beruina dan dia bertau-

bat, akan tetapi keberaniannya berzina, seandainya imannya pada

waktu itu sempurna niscaya dia tidak berani melakukannya, justru

pada waktu itu imannya sangat lemah.

Perhatikanlah ucapan, -ti'E uKetika berzina" berarti keadaan-

nya sebelum dan sesudahnya berbeda karena selama seseorang

belum berbuat buruk meskipun telah ingin, dia masih memiliki

harapan untuk tidak melakukan.

.:. ri

GJI

'yaitu 

I DirlwayaRan oleh al-Bukhari, Kitab al-Mazhalirry dan Muslim, Kitab al-Iman.

ffi ffi

l4l.Sabdanya,

bY *: o;;re Ltll-:Jl

"Seseornng tidnklah mencui yang ketika mencui, dia yaitu  eorang

Mukmin."

Yang dimaksud di sini yaitu  iman yang sempurna, karena

imannya yang sempurna tersebut dapat mencegahnya dari mencuri.

l5l. :yy *: W.fr'E Ft :..i.l!: "seseorang tiilaklah me-

nrinurn khamar yang ketika dia meminumnya dia yaitu  seorang

Mttktnin." Yakni, (Mukmin dengan) iman yang sempurna.

l6t. $it4,4;;;ry ett-b:\ r..1*t *Jl ;t:u (f ir, .>ti a,7:\i1

iral "Seseorang tidaklah merampas sesuaht yang berharga di mana

orang-orang mengangkat pandangan mereka kepadanya yang ke-

tika dia nterafltpasnya dia yaitu  seorang Mukmin."

i'* -t; Artinya berharga di mata manusia. Oleh karena itu

mereka mengangkat pandangan mereka kepadanya. Perampas tidak

merampasnya pada waktu dia merampas sementara dia Mukmin

dengan iman yang sempurna.

L:ri yaitu  empat perkara: zina (bersetubuh yang haram), men-

curi (mengambil harta yang berharga secara sembunyi-sembunyi

dari tempat penjagaarurya), minum khamar (mengkonsumsi dengan

makan atau minum, dan khamar yaitu  sesuatu yang memabuk-

kan diikuti dengan kenikmatan dan melayang), dan merampas

barang-barang berharga di mata manusia. (Ada yang berkata, me-

rampas di sini maksudnya yaitu  mengambil harta layaknya harta

rampasan perang). Empat perkara ini tidak seorang pun yang mela-

kukannya dalam keadaan iman yang sempurna pada saat melaku-

kannya. Jadi, yang dimaksud dengan penafian iman di sini yaitu 

penafian kesempurnaannya.

ooo

t.

' o- \1.o-*- t s

,tr*-. ;-;tt g .1.,'U?t;i ,qw-)t ,-Hv bY *;tl*:

d)l 6a +J-{ ri.e ,;iiit e)t *h1>\t

Ahlus Sunnah wal lama'ah berkata: Dia seorang Mukmin yang

imannya kurang atau Mukmin disebabkan imannya, namun

fasik disebabkan dosa besarnya, sehingga dia tidak bisa diberi

nama (Mukmin) yu.g mutlak namun iuga tidak bisa dirampas

darinya keumuman nama.(l)

ffi ffi

[U. Ini yaitu  penjelasan tentang sifat yang layak diberikan

kepada orang fasik dari Ahli Kiblat menurut Ahlus Sunnah wal

Jama'ah.

Perbedaan antara kemutlakan sesuatu dan sesuatu yang mut-

lak yaitu  bahwa yang kedua yaitu  kesempurnaannya, sementara

yang pertama yaitu  dasarnya, walaupun ia kurang.

Orang fasik dari Ahli Kiblat tidak diberi iman yang mutlak

yakni yang sempurna dan tidak dirampas darinya kemutlakan nalna/

tidak dikatakan, bukan Mukmin akan tetapi Mukmin dengan iman

yang kurang, atau iman dengan imannya dan fasik dengan dosa

besarnya.

Ini yaitu  madzhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah,Yffig meruPa-

kan madzhab yang adil dan pertengahan.

Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam hal ini ditentang oleh tiga

golongan:

- Murji'ah yang berkata: Dia Mukmin dengan iman yang

semPurna.

- Khawarijyang berkata: Kafir

- Mu'tazilah yang berkata: Dia berada pada manzilah di

antara duamanzilah.

ooo

.t

{.It ,y\ 4*l b:

Li3 

('),ffi 

lnt )yt:

';; b:; a[6i \i;,r; t]V ir rl],t i+ 7i *T\ $3A

&rt i "' u-,t;,^>i "'t 3# |1lg €. ry dt,"'yvi,t'Xq

ioiu'i {.u r5l 'n'.tii e-J1:i f Li'ui l"',*,,-#

.r,'rro;*: i 3

6-ii errf;^t, 6 -*\ gj 5jj;_ e =-.'u ;:V O-f,VY

PASAL

Di antara prinsip Ahlus Sunnah wal )ama'atr(t) adslah kesela-

matan hati dan tidah mereka terhadap para sahabat Rasulullah

S(z) sslagaimana Allah menyifati mereka dengannya di dalam

FirmanNya W, "Dan orang-orang yang datang sesudah meteka

(Muhaiirin dan Anshar), mereka berdoa, 'Ya Rabb kami, beri

ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beiman

lebih dnhr dari kami, dan ianganlah Engkau membiarkan kedeng-

kian dalam hati kami terhadap orans-orang yang beiman; Ya

Rabb katni, sesunggrhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha

Penyayang'." (AI-Hasr:10)(3) Dan menalii(r) [r[6$i ffi dalam sabda-

nya, "langan mencela@ sahabat-sahabatku,$) 6s*1 Dzat yafir

jiwaht ada di TanganNya,v) tronOoinya salah seorang dai ka-

lian menginfakkan emas seperti Sunung Uhud(q maka ia tetap

tidak menandingi satu 4vfl0 bahkan setengahnyaLol yang di'

infakkan oleh salah seorang dai mereka."

ca6,F

PASAL

SIKAP AHTUS SUNNAH WAI 

'AI}IA'AIITERHADAP PARA SAHABAT RASUf,UtI. TI #

[1]. Ucapan penulis )-btflttXfrr.pl )*1Ui "Di antara prinsipt L

ffi ffi

Ahlus Sunnah Wal !ama'ah" yakni dasar akidah mereka'

[2]. Ucapan penulis , M bt yy"'r 4;*\. #.lis ft.


Related Posts:

  • Induk agama Islam 15  bagi Allah." (Al-Haij: 70).(11)[1]. Ucapan penulis, cjii ,ij Jv,4;ttir altu j3[ "Yang pertamakali Allah ciptakan yaitu  Pena. Allah berfirman kepadanya,'Trtlislah!" Allah memerintahkannya menulis, padahal ia benda… Read More