sumber daya manusia 3

 


h dan tepat kualitas. Dalam hubungan 

pembentukan kualitas, maka pengembangan melalui 

pendidikan dan pelatihan (diklat) sebagai salah satu 

media yang paling strategis, karena Diklat merupakan 

sarana yang handal untuk meningkatkan kemampuan 

pengetahuan (knowledge), keahlian (skill) dan sikap 

(attitude) pegawai sesuai dengan kebutuhan pekerjaan . 

Kebutuhan ini  bisa dilakukan dengan Training need 

analysis   

 

C. PENGEMBANGAN KOMPETENSI  SDM 

           Sebagaimana diketahui bahwa lembaga atau 

organisasi tidak ada dalam suasana pasif, akan tetapi 

senantiasa dituntut dinamis sesuai dengan tuntutan 

perkembangan zaman yang begitu kompleks dan 

kompetitif pertumbuhan teknologi yang semakin 

canggih. Dalam hubungan ini maka eksistensi Sumber 

Daya Manusia (SDM) semakin penting dan memiliki  

peranan yang sangat strategis, bahkan dapat dikatakan 

menjadi kunci keberhasilan lembaga atau organisasi 

dalam setiap proses pelaksanaan kegiatan-kegiatannya. 

Agar SDM dimaksud dapat berperan, berfungsi dan 

mampu kompetitif, maka kompetensi SDM merupakan 

prasyarat, yang tidak dapat diabaikan karena melalui 

kompetensi yang berkualitas akan menunjukkan 

kemampuan (competency) sebagaimana diharapkan. 

Kompetensi yang diartikan dalam hal ini adalah tingkat 

pengetahuan, ketrampilan dan sikap atau perilaku yang 

dimiliki oleh seorang individu dalam melaksanakan 

tugas yang ditekankan kepadanya dalam lembaga atau 

organisasi. 

Boyatzis memberi  batasan kompetensi secara luas 

yaitu sesuatu yang mendasari karakteristik seseorang. 

Kompetensi dapat berupa suatu  

motif, sifat, ketrampilan, aspek self image seseorang atau 

peran sosial, ataupun suatu pengetahuan yang 

digunakan oleh seseorang". 

Selanjutnya Rotwell menuliskan bahwa  

Competencies Area intemal capabilities that people brings to 

their job : 

capabilities which may be expressed in a broad, even infinite 

array of an the job behaviour  

Dalam kompetensi ini menurut Rotwell dapat dibedakan 

menjadi empat, yaitu: 

1 . Kompetensi Teknis (Technical Competence), yaitu 

kompetensi mengenai bidang yang menjadi tugas 

pokok organisasi. 

2. Kompetensi Manajerial (Managerial Competence) 

adalah kompetensi yang berhubungan dengan 

berbagai kemampuan  

       manajerial yang dibutuhkan dalam menangani 

tugas-tugas organisasi. 

3.  Kompetensi Sosial (Social Competence) yaitu 

kemampuan melakukan komunikasi yang 

dibutuhkan oleh organisasi dalam pelaksanaan tugas 

pokoknya. 

4. Kompetensi lntelektual /Strategik  (Intelectual/ 

Strategic Competence) yaitu kemampuan untuk 

berpikir secara stratejik dengan visi jauh ke depan. 

Mengingat organisasi senantiasa dinamis seiring dengan 

perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan 

teknologi serta dihadapkan kepada era kompetitif, maka 

pengembangan kompetensi merupakan suatu hal yang 

harus dilakukan secara kontinyu dan terencana dalam 

suatu organisasi. Artinya setiap pengembangan 

kompetensi SDM  harus didasarkan pada hasil analisis 

kebutuhan pekerjaan atau jobs dan analisis jabatan, 

sehingga pengembangan ini  tepat orang, tepat 

kebutuhan sasaran dan tepat jumlah. 

            Dengan demikian tidak ada pengembangan 

kompetensi SDM yang menjadi beban  organisasi, akan 

tetapi pengembangan kompetensi SDM merupakan alat 

yang sangat strategis untuk meningkatkan kinerja 

masing-masing individu dan kinerja organisasi. Dalam 

kaitan pengembangan kompetensi, pada hakekatnya 

kompetensi SDM dapat dikelompokkan atas 2 kelompok 

yaitu: 

1. Kompetensi Umum (General Competency) 

Artinya dalam level organisasi yang eselonnya 

setingkat (setara) walaupun substansi tugas pokok 

organisasinya berbeda, namun jenis kompetensi 

umum yang dibutuhkan atau yang dimiliki dapat 

disamakan. 

2. Kompetensi Khusus (Spesific Competency) 

Artinya setiap satuan unit kerj/organisasi tidak 

dapat disamakan jenis kompetensinya, karena latar 

belakang teknis substantif (Technical Competence). 

Dari kedua kelompok kompetensi ini , bila  

dicermati secara seksama, maka pads umumnya 

pokok-pokok kompetensi ini  dapat dikembangkan 

yaitu sebagai berikut : 

1 .Kompetensi kerjasama Tim; 

2. Kompetensi komunikasi; 

3. Kompetensi adaptasi terhadap perbuatan; 

4. Kompetensi kepuasan pelanggan; 

5. Kompetensi pernecahan masalah; 

6. Kompetensi kepernimpinan; 

7. Kompetensi pencapaian tujuan; 

8. Kompetensi teknis operasional; 

9. Kompetensi efektifitas pribadi. 

 

berdasar  pokok-pokok kompetensi ini  diatas, 

akan dijadikan sebagai acuan untuk menyusun dan 

mengembangkan kompetensi SDM melalui 

program-program pendidikan dan pelatihan. Oleh 

karena itu program pendidikan dan pelatihan yang 

efektif adalah Diklat yang mampu mengisi tuntutan 

kebutuhan kompetensi SDM sesuai dengan yang 

diharapkan, dalam arti memiliki  manfaat dan 

pengaruh terhadap peningkatan kinerja Lembaga. 

 

D. STRATEGI PEMBERDAYAAN SDM. 

         Untuk memahami strategi pemberdayaan dalam 

sebuah lembaga yaitu melihat sejauh mana  kekuatan 

dan kelemahan organisasi yang harus diperhitungkan 

sebelum konsep pemberdayaan pegawai diberikan. 

Kekuatan dan kelemahan merupakan kondisi yang bias 

dilihat, dan dirasakan dari setiap kejadian yang ada. 

Atau bisa dipantau dari  kegiatan yang dilakukan 

dengan memperhatikan  kinerjanya  baik atau buruk. 

Kekuatan dan kelemahan  ini  bisa muncul dari 

beberapa aspek antara lain: aspek manajemen, aspek 

informasi, aspek profil personil dan aspek 

produktivitasnya  dan strateginya bias diterapkan 

dengan hal-hal sebagai 

Strategi dalam sudut pandang bisa diterapkan hal-hal 

sebagai berikut: 

a.    Kreativitas. 

 Bagaimana untuk mendorong agar personal untuk 

berkreasi   dalam kepentingan lembaga. Dalam hal 

ini peran pimpinan sangat diperlukan , karena 

pimpinanlah yang bisa mendorong pegawai untuk 

menunjukkan kreativitas dan pimpinan menhargai 

hasil usaha personal ini . 

b.   Inovasi. 

Inovasi adalah upaya untuk merangsang personal 

didalam    mencoba dan menemukan hal-hal yang 

baru dan merupakan kesempatan untuk menemukan 

strategi atau kebijakan baru yang sering kali 

terlupakan oleh jajaran manajemen. 

c.   Sinergi 

Yaitu mengadakan hubungan antar personal yang 

harmonis, kompak, saling mengisi dan adanya 

kebersamaan dan mendorong personal untuk 

berprestasi. Begitu pula tercipta rasa aman dan 

nyaman dalam menjalankan aktivitasnya sehingga 

hasil kerja akan meningkat dan pemberdayaan 

pegawai akan berjalan sesuai dengan harapan. 

d.   Pemberian tanggung jawab. 

Sebagai pertanggungan jawab atas semua kegiatan 

yang dilakukan  atas peran yang diberikan oleh 

lembaga. Semua yang dilakukan bisa 

dipertanggungjawabkan atau akuntability setiap 

pekerjaan yang dilakukan.   

Dari semua pemberdayaan diperlukan pembangunan 

kualitas manusia yang memiliki  lima aspek yang 

terdiri dari berproduksi, pemerataan, pemberian 

keleluasan dan wewenang, keberlangsungan untuk 

berkembang (sustainable) dan kesadaran akan 

interdepedensi.Karenanya pembangunan kualitas 

manusia pada dasarnya merupakan upaya 

mengembangkan inisiatif yang kreatif. 

Menurut Bryant dan White (1987), menyatakan ada empat 

aspek dalam pembangunan kualitas manusia antara lain: 

a.  Pembangunan harus memberi  penekanan pada 

kapasitas, kepada apa yang harus dilakukan untuk 

meningkatkan kemampuan ini  serta enerji yang 

diperlukan. 

b. Pembangunan harus menekankan pemerataan , 

perhatian yang tidak merata pada berbagai 

kelompok warga  akan memecahkan 

warga  dan akan menghancurkan kapasitas 

mereka. 

c.  Pembangunan mengandung arti pemberian kuasa 

dan wewenang yang lebih besarkepada rakyat. Hasil 

pembangunan baru cukup bermanfaat bagi 

warga  bila mereka memilki wewenang yang 

sepadan.. Pembangunan harus mengandung upaya 

peningkatan wewenang kepada kelompok 

maasyarakaaat yang lemah. Koreksi terhadap 

keputusan-keputusan yang tidak adil tentang alokasi 

hanyalah dapat dilakukan bila kelompok lemah ini 

memiliki  wewenang yang cukup besar. 

d.  Pembangunan mengandung pengertian 

kelangsungan perkembangan dan interdependensi di 

antara negara-negara didunia. Karena konsep 

kelangsungan dan kelestarian pembangunan, 

kendala sumber daya yang terbatas dan langka akan 

menjadi pertimbangan utama dalam upaya 

meningkatkan kapasitas. 

 

           Menurut Korten dan Carner (1984), bahwa 

pembangunan dipusatkan untuk kepentingan 

warga . Dengan beberapa pokok pikiran   yang 

mencakup :  

Pertama keputusan dan inisiatif untuk memenuhi 

kebutuhan warga  setempat dibuat di tingkat lokal 

oleh  warga  yang memiliki identitas yang diakui 

perannya sebagai partisipan dalam proses pengambilan 

keputusan. Kedua memperkuat kemampuan kebutuhan  

warga , dalam artian memenuhi keinginan 

warga  yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya.  

 

E. KAPASITAS SDM 

         Kita sering menjumpai keluhan, banyak personal 

tetapi masing kuran, ada juga sedikit tetapi merasa 

sudah banyak. Dalam pernyataan tadi menjadi sebuah 

dilema bagaimana seharusnya. Apa seharusnya yang 

menjadi faktor efisiensi pemanfaatan sumber daya 

ini . Seperti diketahui bahwa prinsip lembaga 

maupun  organisasi antara lain dikatakan, adanya 

prinsip pembagian habis tugas dan penempatan orang 

sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh satuan 

unit kerja dalam lembaga ini . Langkah  penting 

yang  dilakukan hendaknya sebelum pengadaan 

pegawai rekrutmen adalah menentukan tentang: 

a. Jenis pekerjaan (fungsional atau struktural) 

b. Kualitas pekerjaan 

c. Kuantitas yang sesui kebutuhan 

d. Memenuhi atau mengisi kebutuhan jabatan 

 

Untuk menentukan kuantitas dilakukan melalui analisis 

beban kerja dari sisi kebutuhan baik isi maupun jumlah 

bidang pekerjaannya (Work Load atau Work Content). 

Didalam analisis jabatan ada beberpa prinsip yang 

diperhatikan antara lain: 

a. Harus bisa memberi  fakta yang terkait dengan 

jabatan. 

b. Harus bisa memberi   fakta yang terkait dengan 

tujuan 

c. Harus bisa memberi  informasi yang lengkap, tepat, 

akurat 

d. Harus bisa memenuhi kebutuhan warga . 

 

Efisiensi kegiatan analisis jabatan harus bisa mengukur 

beban kerja dan membuat standart hasil kerja yang  

dapat menunjukkan berapa banyak banyak hasil yang 

diharapkan dari setiap personal yang bersangkutan. 

Menurut O.Glenn S. dalam Public Personal Administration 

menyebutkan macam-macam informasi yang bermakna 

sebagai berikut: 

a. Tanggung jawab  apa yang harus dipenuhi. 

b. Pengetahauan apa yang haris dimiliki 

c. Kuwajiban apa yang harus  dilaksanakan 

d. Ketrampilan apa yang harus dimiliki 

e. Kepada siapa pekerjaan ini  dilakukan 

 

Untuk memperoleh informasi uraian ini  di atas 

dapat diperoleh dari beberapa sumber informasi yang 

kompeten dalam bidang ini  misalnya, dari Sumber 

Daya Manusia yang memiliki  pengalaman  

yang banyak dalak melaksanakan pekerjaan ini , 

orang yang memahami teentang bidang pekerjaan 

ini    atau yang berkecimpung dalam bidang 

ini , dari orang yang punya pengalaman dalam 

bidang ini . 

Kalau analisis beban kerja ini  telah dipelajari, maka 

kondisi ini  dijadikan dasar strategis dalam 

pengembangan SDM yang mencakup tentang: 

a. Jumlah Sumber Daya Manusia  yang diperlukan 

b. Persyaratan dalam jabatan 

c. Kompetensi yang dibutuhkan 

d. Pemanfaatn SDM yang tepat 

e. Penempatan SDM yang sesuai dengan kebutuhan 

f. Penempatan yang sesuai dengan kompetensi yang 

dimiliki.      

       

F. CARA PEMBERDAYAAN  SDM 

1. Memberi Peran 

         Setiap unit lembaga pasti ada yang ditunjuk untuk 

sebagai peran dalam melaksanakan pekerjaan yang 

sesuai dengan tingkat yang ada dalam lembaga ini .  

Seseorang yang diberi peran dalam pekerjaan akan 

merasa ada perhatian khusus dari lembaga yang dapat 

mempengaruhi psikologi pelakunya dan secara langsung 

dia memiliki  tuntutan agar orang lain berperilaku 

kepadanya yang sesuai dengan kondidi perannya. Misal 

seorang guru akan bererilaku sebagai guru yang baik 

dalam setiap waktu. Kondisi yang seperti itu dapat 

mempengaruhi dari dorongan pemberian peran. Dan 

jangan sampai peran yang diberikan bertentangan 

dengan kompetensi yang dimiliki dan kemauan jiwa 

yang dimiliki. Begitu pula peran yang diberikan tidak 

over load . Agar semua bisa teratasi dengan baik 

diperlukan : 

a. Rancangan beban tugas harus jelas dan pas. 

b. Mempunyai tujuan peran yang jelas seperti program 

promosi  

    jabatan dan lain-lainnya. 

c. Menerapkan manajemen kinerja yang efektif. 

d. Merancang sesuai dengan kebutuhan 

e. Menjelaskan keseluruhan  kepada  steakholder . 

f. Membuat Struktur Organisasi yang jelas. 

 

          Pemberian peran bsa pula pemberian kewenangan 

yang berarti pemberian kompetensi yang dipercayakan 

kepada personal yang ada di  

lembaga atau organisasi. Tujuan ini untuk mendorong 

agar memiliki  kredibiltas dalam unit kerja, organisasi 

maupun lembaga.  

     

2. Membentuk Kelompok Kerja 

            Dalam hal ini bisa membentuk team talk,  bisa 

dlakukan secara fomal maupun non formal. Formal 

memang ada kesengajaan untuk dibentuk kelompok 

kerja dan non formal dibentuk hanya kepada personal 

yang memiliki  kepentingan bersama. Ada beberapa 

langkah dalam mebentuk kelompok: 

a. Storming, yaitu menghimpun pendapat dari beberapa 

anggota kelompok dan merumuskan bersama-sama. 

b. Pembentukan  diri, yaitu saling mengenali satu sama 

lain dan mempelajari peran mereka dalam kelompok. 

c. Norming, yaitu menentukan norma atau aturan-aturan 

yang ditetapkan. 

d. Performing, yaitu menampilkan kegiatan-kegiatan 

yang sudah disepakati bersama-sama. 

 

Jika terjadi konflik dalam kelompok dan  hal ini tidak 

bisa dihindari karena perbedaan sudut pandang dari 

anggota yang berbeda-beda pola pikir. Karena konflik 

tidak bisa dihindari maka perlu bibuat atau dikondisikan 

masalah sebagai materi konflik. Jadi konflik dirancang, 

ada yang mendukung ada yang tidak mendukung 

sebisanya dihindari konflik yang menurunkan kinerja. 

Dalam pemberian peran yang berupa kewenangan  atau 

pemberian kewenangan kepada seseorang dan atau 

kelompok orang tertentu yang dihasilkan dengan 

akuntabilitas kinernya memerlukan berbagai 

persyaratan, antara lain sebagai berikut: 

a. Dapat dipercaya. 

b. Mempunyai kemampuan. 

c. Mempunyai reputasi. 

d. Mmpunyai kondisi fisik yang memadai. 

e. Memiliki motivasi yang tinggi untuk berprestasi. 

f. Mempunyai moral yang baik.  

 

Bagaimana mengadakan pemberdayaannya, antara lain 

dapat dilakukan sebagai berikut: 

a. Adanya dorongan untuk berani mencoba mengambil 

bagian  dalam proses pembaharuan yang dilakukan 

dalam organisasinya. 

b. Diberikan tantangan bagi para pelaksana 

pembaharuan untuk dapat bergerak dan ter,otivasi 

dalam proses pembaharuan. 

c. Diberikan peluang untuk terlibat dan mengambil 

peran dalam proses pembaharuan. 

d. Pemberian kesmpatan untuk mengikuti training dan 

guidance 

e. Pemberian dukungan baik moril maupun lainnya 

sebagai supporting. 

f. Diberikan reward atau penghargaan, bagi yang 

berhasil dengan demikian merupakan dorongan 

untuk melakukan sesuatu  keberhasilan yang lebih 

baik lagi.  

Pemberdayaan manusia bisa dilakukan melalui 

pelatihan dengan cara mengembangkan potensi yang ada  

pada disi setiap manusia. Pengembangan Sumber Daya 

Manusia, merupakan upaya dalam mengembangkan 

sumber daya manusia agar produktif  dalam  bidang 

pekerjaan yang ditekuni. Perkembangan IPTEK mengalami 

perubahan teknologi beserta sistemnya. Sedangkan kondisi 

kualitas tenaga kerja saat ini belum adanya keseimbangan 

antara kualitas tenaga kerja terhadap kualitas pendidikan, 

akibatnya peluang kerja tidak bisa terpenuhi secara utuh 

oleh kemampuaan kulitas pendidikan.   

Rendahnya mutu pendidikan tidak terlepas dari 

pengaruh ekonomi, kebjakan pemerintah  dan faktor-fakor 

lainnya. 

Rendahnya angkatan kerja di pasar kerja global, 

tidak terlepas dari permasalahan kebijakan dalam 

pengembangan SDM. Hal dipicu karena: 

1. Belum adanya informai ketenagakerjaan yang konkrit 

meliputi kwalifikasi kerja, upah yang akan diberikan, 

dan klasifikasi jabatan kerja. 

2. Rendahnya anggara pendidikan 

3. Kurangnya penelitian antara kualitas pendidikan, 

pengaruhnya terhadap pekerjaan di pasar kerja 

4. Belum terciptanya koordinasi yang harmonis antara 

departemen Pendidikan dan sektor ketenaga kerjaan. 

5. Pendidikan dan pelatihan masih belum terprogram 

dengan baik  

6. Perusahaan dan Industri masih belum memiliki  

perencanaan SDM dan PSDM  yang baik.    

 

Kebutuhan tenaga kerja profesional sangat 

diperlukan di dunia kerja dan kesiapan tenaga kerja masih 

belum bisa memadai dipicu kemampuan lulusan 

pendidikan formal masih kurang memenuhi persyaratan 

kerja. 

Perencanaan SDM, dalam mengisi kebutuhan kerja 

diperlukan perencanaan SDM dengan beberapa tahapan 

antara lain: 

1. Analisa  kompetensi, yaitu mengamati kemampuan 

tenaga kerja yang akan dipersiapkan 

2. Analisa  kebutuhan SDM, yang meliputi jumlah 

jabatan, pekerjaan yang akan dikerjakan, dan jumlah  

SDM yang dibutuhkan. 

3. Analisa  pembinaan SDM, yaitu kekurangan 

kompetensi yang dimiliki SDM perlu ditambah melalui 

pelatihan.    

 

A. STRATEGI  PSDM 

Pengembangan Sumber Daya Manusia, bisa 

dilakukan dengan melalui pelatihan dan mengapa ini 

sangat diperlukan karena : 

1. Sumber Daya Manusia, sangat menentukan 

produktivitas 

2. Adanya perubahan globalisasi 

3. Tenaga Kerja yang terampil sangat dibuthkan 

4. Perubahan IPTEK yang cepat 

5. Tempat kerja semakin komplek 

6. Perusahaan semakin sadar akan manfaat pelatihan. 

 

Peranan sekolah dan Perguruan Tinggi memiliki  

aset yang besar dalam pengembangan SDM  dan peran 

pendidikan sangat menentukan dalam penyiapan tenaga 

kerja. Rendahnya para lulusan  karena adanya: 

1. Pendidikan kurang memiliki  akses dengan 

stakeholder yang ada di perusahaan. 

2. Belum selaras antara visi pendidikan dan visi dunia 

kerja 

3. Pertumbuhan IPTEK di sekolah lebih lamban dari pada 

perkembangan teknologi di dunia industri. 

4. Para pendidik kurang profesional 

5. Sarana dan prasarana kurang 

6. Belum adanya program mutu  

7. Pendidikan masih berorantasi dengan ijazah. 

 

Pemecahannya dapat dilakukan sebagai berikut: 

1. Harus adanya keselarasan mutu pendidikan dan 

kualitas kebutuhan tenagan kerja. 

2. Adanya jalinan yang baik antara sekolah dan industri 

3. Adanya anggaran pembinaan melalui pelatihan 

4. Kurikulum harus disusun berdasar  kebutuhan 

pasar kerja 

5. Tenaga guru maupun dosen harus memiliki  

kemampuan kompetensi yang profesional 

6. Fasilitas pendidikan harus cukup 

7. Adanya perbaikan yang berkelanjutan. 

8. Adanya partisipasi yang aktif dan jalinan dari kedua 

belah pihak 

9. Adanya evaluasi dari dunia industri tentang 

pelaksanaan pendidikan.     

 

Untuk meningkatkan potensi personal kerja dapat 

dilakukan dengan pengembangan sumber daya manusia 

melalui pelatihan kerja. 

 

Pola pikir manajemen sumber daya pelatihan 

                                     

 

 

Gambar 4  Alur Pola pikir  Sumber  daya  Pelatihan 

 

Dalam peningkatan  sumber daya manusia 

diperlukan,  pelatihan yang tepat dan  harus mengetahui 

visi, misi serta sasaran yang hendak dicapai. Oleh sebab itu 

fihak manajemen harus bisa memberi  pemahaman 

kepada stakholder tentang visi misi  serta sasaran 

pelatihan.  Dalam manajemen SDM dipengaruhi oleh 

faktor internal dan eksternal dan semua itu dianalisis oleh 

Lingkungan internal 

Visi,  Misi dan 

sasaran 

Lingkungan Internal: 

1. Perbedaan Individu 

2. Fasilitas , dana 

3. Kemampuan Manajerial 

PELAKSANA SDM 

pihak manajem,en supaya aplikasi fungsi manajemen 

dapat dilakukan secara baik dan efektif. Salah satu yang 

perlu diketahui dan dicermati adalah perbedaan individu 

SDM karena menyangkut sikap mental dan faktor lain 

yang terkait dengan pribadi personil. Untuk menindak 

lanjuti perlu  pendekatan  yang tepat agar dapat 

mendorong sumber daya manusia untuk mengerahkan 

dan mengarahkan potensi yang dimiliki mengacu pada 

perwujudan visi dan misi serta sasaran pelatihan. 

Sumberdaya manusia pelatihan antara lain meliputi : 

1. Instruktur, atau tenaga fungsional 

2. Pembantu instruktur / asisten instruktur 

3. Administrasi pelatihan  atau tenaga struktural  

4. Pustakawan 

5. Toolman 

6. Ketua jurusan 

7. Penanggung jawab pelatihan 

8. Penanggung jawab  unit kerja  

9. Penanggung jawab bagian pelatihan 

10. Penanggung jawab bagian pengembangan 

11. Penanggung jawab bagian penempatan dan bursa kerja 

12. Penanggung jawab bagian pemasaran 

Semua personil yang menangani pelatihan pada 

prinsipnya hanya ada dua yaitu bagian fungsional dan 

struktural. Kelompok fungsional menangani dalam hal 

pengajaran atau pelatihan dan kelompok struktural 

mengani dalam sport pelatihan atau administrasi 

pelatihan. Secara rinci dapat dibedakan sebagai berikut: 

1. Tenaga fungsional meliputi: 

a. Instruktur 

b. Asisten Instruktur 

c. Toolman 

d. Pustakawan 

2. Tenaga Struktural meliputi: 

a. Kepala unit 

b. epala bagian Tata Usaha 

c. Kepala bagian Pelatihan 

d. Kepala Gudang 

e. Kepala Pemasaran 

f. Kepala Pengembangan 

g. Kepala Penempatan 

h. Kepala keuangan 

 

Semua tenaga sumberdaya ini   menjalankan 

tugasnya sesuai dengan bidangnya masing-masing, saling 

koordinasi dengan satu visi dan misi yang sama dan 

membangun komitmen menuju dalam satu acuan yang 

sama sehingga apa yang hendak dicapai bisa mewujudkan 

harapan dari maksud diselenggarakannya pelatihan. 

Membangun komitmen sangat diperlukan sekali agar 

masing-masing personil berjalan , bekerja dalam rambu-

rambu yang sama. Kalau komitmen tidak dibangun maka 

semua lini pekerjaan akan berjalan dan bekerja menurut 

kemaunnya masing-masing  tidak berdasar  ketentuan 

dan aturan yang ditetapkan. 

          Dalam pemahaman menganalisis manajemen dalam 

pembentukannya, yang ada di pendidikan maupun 

pelatihan diperlukan standart kompetensi dalam 

melaksanakan pekerjaanya antara lain: 

1. Menjabarkan visi, misi dan sasaran 

2. Melakukan perencanaan kinerja, pelaksanaan dan 

evaluasi 

3. Membangun motivasi  

4. Memberikan alternatif pemecahan masalah  

5. Menentukan rencana aksi atau tindakan  yang tepat 

6. Menentukan  atau sumber daya manusia yang bisa 

diberdayakan       

 

Semua yang dilakukan diupayakan ada standart 

atau patokan atau tolok ukur yang digunakan sebagai 

ukuran didalam melaksanakan kegiatan . Kalau personil 

melakukan pekerjaan tolok ukur keberhasilan apa, 

personil dianggap berprestasi dasarnya apa, personil 

dianggap tidak berhasil tolok ukurnya apa. Begitu pula 

nilai – nilai pekerjaan yang dilakukan harus diketahui dan 

dinilai secara terukur . Hal seperti ini dilakukan agar 

personil yang bekerja tidak merasa dirugikan  dan tidak 

merasa ada yang diuntungkan, semua harus diperlakukan 

dengan kondisi yang adil dan suasana yang transparan, 

semuanya harus bisa dinilai secara baik, tidak ada satupun 

pekerjaan yang tidak bisa diwujudkan dalam prestasi 

kerja. Semua itu untuk mewujudkan keharmonisan, 

keadilan, demi kemaslahatan bersama untuk mewujudkan 

apa yang diharapkan dari lembaga pendidikan dan 

pelatihan. Dengan demikian akan bisa mewujudkan 

harapan warga , pemerintah serta unit lembaga.         

 

B. PENGEMBANGAN SDM  DENGAN LATIHAN  

Latihan adalah bagian dari pendidikan untuk 

meningkatkan kerampilan dluar sistim pendidikan formal 

atau pendidikan yang berlaku, yang dilaksanakan dalam 

waktu yang singkat dan lebih mengutamakan praktek dari 

pada teori. Ada tiga syarat dalam latihan seperti yang 

disampaikan Moekijat (1991), menjelaskan bahwa ada tiga 

syarat yang harus dipenuhi dalam latihan yaitu: 

1. Latihan harus membantu pegawai menambah 

kemampuannya. bila  seorang pegawai menjadi 

lebih efektif dalam semua pekerjaannya melalui usaha-

usahanya sendiri untuk memperbaiki dirinya, maka 

hal ini tidak disebut latihan. 

2. Latihan harus menimbulkan perubahan dalam 

kebiasaan bekerja pegawai, dalam sikapnya terhadap 

pekerjaan, dalam informasi dan pengetahuan yang ia 

terapkan dalam pekerjaa sehari-hari. 

3. Latihan harus berhubungan dengan pekerjaan tertentu. 

Pegawai dapat ikut mengambil bagian dalam berbagai 

program pendidikan yang tidak disebut latihan, karena 

hubungan dengan pekerjaannya yang sekarang atau 

dengan tugas-tugas tertentu untuk mana mungkin ia 

ditunjuk dimasa yang akan datang adalah sedikit atau 

tidak ada. 

 Selain syarat di atas , diperlukan tanggung jawab 

manajemen yang mana kegiatannya bersandar kepada 

kebijaksanaan yang mengakui latihan sebagai suatu 

tanggung jawab dari setiap manajer dan pengawas 

pelaksana. Para manajer  akan diberikan fasilitas khusus 

apa saja yang mereka perlukan untuk memenuhi tanggung 

jawab ini . Untuk melengkapi kebijasanaan mungkin 

diberikan pelatih-pelatih staf dan bagian-bagian latihan 

khusus. Pelatihan yang akan diberikan bergantung kepada 

jumlah bidang jenis pekerjaan dan luas jenis pekerjaan  

dengan sendirinya bergantung pula dengan luasnya real 

kerjanya apakah dalam instansi maupun perusahaan. 

Seorang manajer diperlukan kemapuan untuk 

merumuskan tujuan latihan melalui riset maupun upaya-

upaya lain dalam rangka untuk bisa mengikuti 

perkembangan teknologi maupun kebutuhan latihan yang 

diharapkan oleh pekerja. 

Didalam operasionalnya latihan memerlukan 

partisipasi semua pihak pengelola pelatihan secara aktif  

dan inovatif, lebih-lebih manajer mememerlukan bantuan 

bari beberapa pelaku pengelola pelatihan secara aktif dan 

memberi  pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. 

Sebagai pengelola pelatihan dibutuhkan personil yang 

mampu merencanakan latihan dengan hasil kompetitif 

maksudnya outputnya mampu bersaing dengan 

warga  artinya pelatihan ini  bisa memenuhi 

kebutuhan warga . Minimal seorang manajer 

pelatihan setidak-tidaknya mampu mengendalikan hal-hal 

sebagi berikut: 

1. Kebutuhan latihan 

2. Pelaksanaan pelatihan 

3. Eavaluasi pelaksanaa pelatihan 

4. Pengembangan pelatihan 

5. Kebijaksanaan pelatihan 

6. Negosiasi pelatihan 

7. Kolaboratif pelatihan 

8. Jejaring pelatihan 

 

Kebutuhan pelatihan memerlukan olah pikir yang 

terkonsentrasi kepada latihan yang akan dicanangkan 

sebagai  program dalam kegiatan, dilakukan atas dasar 

kebutuhan bukan atas dasar menjalankan kegiatan. 

Pelatihan tidak akan dilaksanakan jika tidak ada yang 

perlu dikembangkan atau ada yang membutuhkan. Kalau 

pelatihan sekedar menjalankan kegiatan, latihan ini  

akan beralih menjadi kegioatan proyek yang semata-mata 

hanya menguntungkan fihak penyelenggara. Akibatnya 

pelatihan tidak berdampak kepada peserta latihan 

maupun unit kernya. 

Pelaksanaan pelatihan, pelatihan yang baik jika 

pelatihan ini  sesuai dengan kebuthan yang hendak 

dicapai. Oleh sebab itu pelaksanaan pelatihan betul-betul 

harus dirancang sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan 

program pelatihan, sesuai dengan kapasitas perlengkapan 

pelatihan serta keamanan pelatihan atau safety training 

yang diperlukan. 

Evaluasi pelatihan, oreantasinya kepada perbaikan 

diri, yaitu pelatihan merupakan pendidikan yang unik 

artinya selalu harus yang terbaru, terbaik dan palicable. 

Oleh sebab itu setiap selesai melaksanakan pelatihan 

dijadikan sebagai tolok keberhasilan yang harus bisa 

dinilai keberhasilannya dan dijadikan sebagai pengalaman 

untuk kegiatan yang akan datang. 

Pengembangan pelatihan, didalam pengembangan 

pelatihan diperlukan kecakapan manajer  dalam 

memainkan peranannya (role playing)  yang diawali 

dengan dengan mencetuskan gagasan yang dinamis serta 

inovatif atau ramalan-ramalan kegiatan yang akan datang 

misalnya pertumbuhan teknologi, pertumbuhan 

kebutuhan warga . Disamping pengembangan yang 

sifatnya seperti diatas atau eksternal ada juga 

pengembangan internal yaitu yang terkait dengan staf 

pendukung penyelenggra pelatihan antara lain: 1) 

sumberdaya manusia, 2) peralatan, 3) sistim pengelolaan. 

Kebijaksanaan Pelatihan, yaitu manajer 

memiliki  hak dalam mengambil keputusan Lewis 

(1999) menyampaikan bahwa didalam mengambil 

kebijaksanaan hendaknya yang terbaik, sesuatu dianggap 

baik, manakala sesuatu itu berguna untuk membuat yang 

lain menjadi baik. Kebijaksanaan pelatihan harus didasari 

dengan komitmen yang sudah dibangun dalam lingkup 

pelatihan oleh sebab itu sebagai pertimbangan harus 

diketahui sejauh mana keputusan itu mempengaruhi 

komitmen yang sudah disepakati. Rasulullah SAW, pernah 

menyampaikan  yang intinya bermusyawarahlah dan hasil 

musyawarah haram jika dilanggar.  Jadi didalam 

menetapkan kebijaksanaan pakailah peradaban atau dasar 

perundang-undangan yang sudah ditetapkan dan 

perundangindangan atau peraturan ini  selalu 

diperbaiki seuai dengan perubahan dan kebutuhannya.          

Negosiasi latihan atau Pemasaran latihan, dalam 

pemasaran seorang manajer bisa melakukan negosiasi 

yang terkait dengan pelatihan, baik berfungsi sebagai 

penyelenggara maupun sebagai jasa latihan bagi orang 

lain. Fungsi negosiasi tidak sesederhana diartikan untuk 

pemasaran saja namun kegiatannya sebagai pemecah 

konflik antara dua  pihak. Negosiasi memiliki  peran 

penting dalam beberapa hal antara lain: 1) menjalin 

hubungan, 2) tawar menawar, 3) perjanjian , 4) sengketa. 

Menurut Malik (2001), menjelaskan bahwa negosiasi 

memiliki  empat elemen antara lain : 

1. Peningkatan ketergantungan antara pihak-pihak, 

serikat pekerja dengan manajemen perusahaan saling 

tergantung dalam membentuk tugas-tugas dalam 

perusahaan. 

2. Memahami konflik antara pihak-pihak, serikat kerja 

dengan manajemen perusahaan tidak sependapat 

tentang isi kontrak kerja. 

3. Kesempatan berinteraksi antara pihak-pihak, pada 

beberapa negosiasi masing-masing pihak melihat 

adanya kesempatan untuk saling mempengaruhi satu 

dengan yang lain. 

4. Kemungkinan adanya kesepakatan , kedua belah pihak 

mengharapkan sampai pada puncak kesepakatan 

mengenai perjanjian. 

5. Untuk mengikat kepada pihak-pihak lain  ada tujuh 

nilai dalam mengembangkan hubungan kerja antara 

lain:  

a. Respect for people, yaitu menghormati orang lain 

b. Honor and integrity, yaitu memberi penghargaan 

dan integritas atau pengakuan  apa yang 

dikemukakan. 

c. Consensus, yaitu menjalin ikatan yang pernah 

disepakati. 

d. Full responsibility and accountability, penuh 

dengan rasa tanggung jawab  semua pekerjaan 

yang dilakukan. 

 

Kolaborasi pelatihan, maksudnya menciptakan susasana 

kerjasama untuk membuat komitmen bersama-sama. 

Untuk menciptakan keberhasilan latihan maka seorang 

pemimpin atau manajer mampu menciptakan lingkungan 

kerja dengan penuh semangat dan memberi spirit dalam 

mengatasi semua masalah yang ada di unit latihan. Maka 

dari itu diperlukan jiwa yang kratif dan kompetitif, 

mampu mengerahkan nak buahnya memerintah untuk 

menyelesaikan tugasnya dengan cara demokrasi 

menggunakan norma budaya kerja. Norma kerja yang baik 

dilandasi dengan tranparansi dan semua pekerja  tahu 

apa yang menjadi harapan dari lembaga latihan ini , 

seperti yang pernah disampaikan Joe Luft dan Harry 

Ingham tentang Johari Window dengan membagi empat 

jendela salah satunya adalah “saya tahu orang lain tahu”. 

Menanamkan untuk setiap anggota ikut tahu dan 

bertanggung jawab atas perilakunJejaring pelatihan, 

jejaring adalah mengelola hubungan baik intern maupun 

ekstern yang terkait dengan latihan, sehingga mampu 

membangun dan mengelola hubungan dengan semua 

fihak yang sifatnya produktif. Membentuk jejaring harus 

dicari partner yang bisa mendatangkan manfaat bagi kita 

dan jangan sebaliknya. 

Menurut Wayne E Baker  menjelaskan “ Networking 

is a process of nurturing, cultivating, and integrating selected 

capabilities, talens, realtionship, and partners, by developing 

strategic and creative aligment for a higher performance of 

organizations.”     

Maksudnya jejaring dalam unit organisasi 

pelatihan hendaknya mampu mengembangkan kemitraaan 

yang kreatif dan strategis bagi kepentingan organisasi. 

Maka untuk menumbuhkan kemampuan  unit kerja 

pelatihan harus ada hubungan dengan fihak lain yang 

diajak sebagai mitra kerja. Dalam hubungan intern 

hendaknya mampu menyatukan potensi dari masing-

masing individu dari bakatnya masing-masing kedalam 

jajaran organisasi sehingga menjadi kekuatan yang 

berpotensi.  Untuk hubungan ekstern, diperlukan 

hubungan dengan pihak ketiga atau pihak lain yang 

memiliki  potensi yang selaras dengan unit latihan, baik 

tentang rekrutmen, proses, output maupun outcome. 

Potensi luar cukup banyak sekali yang bisa dijadikan 

jejaring mitra kerja, dari semua lini unit kerja pemerintah 

maupun swasta yang penting dalam hubungan ini   

harus ada kejujuran, kepercayaan, pemberdayaan dan 

kemitraan   

biasanya latihan dapat dibagi menjadi 

beberapa kelompok antara lain: 

1. Latihan pegawai negeri sipil 

2. Latihan kejuruan 

3. Latihan keahlian 

4. Latihan Kerja  

 

1.  Latihan Pegawai Negeri Sipil 

Pelatihan pegawai negeri sipil menurut Nainggolan 

(1987), Latihan pegawai negeri sipil dibagi menjadi dua 

yaitu: 

a. Latihan pra jabatan (pre servise training), yaitu latihan 

yang diberikan kepada calon pegawai negeri sipil 

dengan tujuan agar ia dapat terampil melaksanakan 

tugas yang akan dipercayakan kepadanya. Menurut 

Undan-undang nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-

pokok kepegawaian antara lain ditegaskan bahwa 

kepada Capeg diberikan latihan pra jabatan dengan 

tujuan agar calon pegawai negeri sipil yang 

bersangkutan terampil melaksanakan tugas yang 

dipercayakan kepadanya.  

pekerja  dianggap sebagai calon pegawai negeri sipil, 

bila  telah lulus seleksi masuk pegawai negeri sipil. 

Sebagai pegawai negeri sipil memiliki  beban 

tanggung jawab yang diselesaikan dengan kecakapan 

dan ketrampilan serta setia dan taat sebagai abdi 

pemerintah. Pegawai dikatakan abdi pemerintah jika 

pekerja  ini  mampu menyumbangkan pikiran 

dan tenaga secara ihlas sesuai dengan porsinya 

masing-masing demi kepentingan pemerintah dan 

warga .  Agar calon pegawai negeri sipil 

memiliki  bekal sebagai abdi warga  diperlukan 

 

 

 

 109 

seperti : 1) kesetiaan, 2) ketaatan, 3) kejujuran, 4) 

tanggung jawab, 5) kerjasama, 6) prakarsa, 7) 

kepemimpinan. Maka calon PNS ini  perlu 

pembekalan pra jabatan. 

Pelaksanaan pra jabatan dibagai dalam tiga tingkat 

yaitu: 1) pra jabatan tingkat I, yang diikuti oleh Calom 

pegawai  Negeri Sipil untuk golongan I bagi yang 

memiliki Surat  Tanda Tamat Belajar (STTB) sekolah 

dasar sampai sekolah tingkat pertama, 2)   pra jabatan 

tingkat II, yang diikuti oleh Calon pegawai Negeri Sipil 

untuk golongan II bagi yang memilki STTB setingkat 

SMA, 3) pra jabatan tingkat III, diikuti oleh Calon 

pegawai Negeri Sipil untuk golongan III yang memilki 

ijazah sarjana. Lama latihan pra jabatan tingkat I 

adalah 75 jam, pra jabatan tingkat II adalah 112,5 jam 

dan tingkat III 150 jam. 

b. Latihan dalam jabatan (in servise training) , yaitu latihan 

yang bertujuan untuk meningkatkan mutu, keahlian, 

kemampuan. Menurut William G. Scott dalam Human 

Relations in Management, menjelaskan bahwa training 

in the behavioral scinces is an activeity of line and staff 

which he has its goal executive development to achieve 

greater individual jobeffectiveness, improved interpersonal 

relationship in the organzation and encanced executive 

adjustment to the context of the his total environment.  

Maksudnya training merupakan kegiatan staf yang ada 

dalam lini actifitas pekerjaan tujuannya adalah untuk 

mengembangkan tugas pemimpin dalam 

melaksanakan efetifitas pekerjaan yang lebih luas dan 

penyesuaian dalam lingkungan yang akan 

dipimpinnya. Jadi tujuan  training ini adalah 

digunakan sebagai prasyarat  bagi pemimpin yang 

 

 

P R I Y O N O & M A R N I S 

 110 

akan menduduki suatu jabatan.  Pelatihan jabatab 

ini  misalnya : 1) diklat pimpinan tingkat  I, 

sebagai syarat untuk menduduki eselon I, 2) diklat 

pimpinan tingkat II, sebagai syarat untuk menduduki 

eselon II, diklat pimpipinan tingkat III, sebagai syarat 

untuk menduduki eselon III.            

Dikalangan swasta latihan ini terkait dengan jabatan 

pekerjaan misal pelatihan untuk mendapatkan jabatan 

tertentu misal jabatan tukang las , maka diadalan 

pelatihan untuk mendapatkan kwalifikasi jabatan 

wilder kelas III, kelas II maupun kelas I dengan melaui 

uji ketampilan. Jika lulus  akan menyandang welder 

kals III , kelas dua maupun kelas I 

 

2. Latihan Kejuruan 

Latihan kejuruan adalah pelatihan untuk 

meningkatkan pengetahuan atau ketrampilan yang sesuai 

persyaratan pekerjaan dalam bidang tertentu. Edwin 

Flippo (1990), training is conserned with increasing knowledge 

and skill in doing a particular jobs, maksudnya taraining 

sangat erat hbungannya dengan menambah pengetahuan 

dan kecakapan dalam melakukan pekerjaan tertentu. 

Untuk melakukan pekerjaan dalam bidang tertentu 

atau kejuruan tertentu memerlukan kecakapan tersendiri, 

maka untuk memperoleh kecakapan kejuruan ini  

memerlukan pelatihan. Misal syarat untuk menjadi 

instruktur, harus mengikuti latihan instruktur  selama 2 

tahun, syarat untuk menjadi pengawas, harus mengikuti 

latihan tentang kepengawasan  selama 1 tahun. Pelatihan 

ini merupakan pelatihan yang disyaratkan untuk menjadi  

tenaga fungsional, .Jika lulus dalam latihan maka pegawai 

ini  baru bisa menjadi instuktur, atau pengawas  

 

 

 

 111 

tertentu. 

 

3. Latihan Keahlian,  

yaitu pendidikan yang memberi  ketrampilan 

yang disyaratkan untuk melaksanakan pekerjaan. Menurut 

Dele Yoder (1962) training ….. is regardded as applyting 

principally to the improvement of skill and hence to learning how 

to perforrm spesific task. 

Maksudnya latihan dilihat dari sisi pengetrapan 

yang terkait dengan pengembangan  keahlian diperlukan 

untuk mempelajari bagaimana seharusnya tugas ini  

dilaksanakan. Contoh latihan keahlian: 1) pelatihan boiler, 

dicetak untuk menjadi ahli boiler, 2) pelatihan radiologi, 

dicetak untuk menjadi operator peralatan  rontgen, 3) 

pelatihan CNC dicetak untuk menjadi ahli operator 

computer numerical controle.     

 

4. Latihan Kerja 

Latihan kerja yaitu latihan yang beroreantasi 

kepada penguasaan ketrampilan yang digunakan untuk 

bekerja. Menurut konsep sistim latihan kerja nasional 

(sislatkernas) menjelaskan bahwa latihan bertujuan untuk 

menjadikan manusia yang produktif, inovatif, terampil 

dan ahli.Untuk menciptakan sumber manusia yang 

produktif dapat dilakukan melalui pelatihan yang sesuai 

dengan potensi yang ditingkatkan. 

Tujuan sislatkernas, yaitu untuk pengembangan 

dan peningkatan keahlian bagi angkatan kerja yang sesuai 

dengan kebutuhan yang ada diwarga . Sasarannya 

adalah staf pimpinan, pelaksana maupun operator. 

Azasnya terfokus kepada kebutuhan maksudnya 

bertitik tolak kepada kebutuhan, kepada obyektivitas 

 

 

P R I Y O N O & M A R N I S 

 112 

artinya hasil latihan harus bisa diukur dengan 

menggunakan tolok ukur yang sudah ditentukan dalam 

kwalifikasi latihan yang dituangkan dalam sertifikat dan 

dilaksanakan dengan cara bertahap disesuaikan dengan 

kebutuhan maupun tuntutan warga . Masyarakat 

umumnya membutuhkan latihan dan latihan ini  

harus sesuai dengan pasar kerja, mutakhir dan lebih baik 

jika dilaksanakan secara terpadu. atau koordinasi. 

Didalam latihan kerja ada beberapa penggolongan 

antara lain: 1)  latihan kerja bidang teknik, 2)  latihan kerja 

bidang   kewirausahaan, 3) latihan bidang  manajerial      

Menurut  instruksi  Presiden Nomor 15 tahun 1974  

latihan kerja : adalah bagian   pendidikan  yang   

menyangkut   proses    belajar   untuk   memperoleh  dan 

mening katkan ketrampilan di luar sistem pendidikan 

yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan 

dengan metode yang lebih mengutamakan praktek 

daripada teori. Senada dengan pengertian di atas 

Peraturan Pemerintah R.I. nomor 71 tahun 1991, latihan 

kerja adalah : keseluruhan kegiatan untuk memberi, 

memperoleh meningkatkan serta mengembangkan 

ketrampilan, produktivitas, disiplin, sikap kerja, dan etos 

kerja pada tingkat ketrampilan tertentu berdasar  

persyaratan jabatan tertentu yang pelaksanaannya lebih 

mengutamakan praktek dari pada teori.Dari  difinisi di 

atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan kerja  lebih 

dikonsentrasikan kepada pengembangan ketrampilan, 

sikap kerja, produktivitas,etos kerja yang disesuaikan 

dengan kebutuhan dengan materi praktek lebih banyak 

daripada materi teori. 

Torrington (1994), menyampaikan : “ the basic 

obyective of training may be summarised in tree latters: ASK 

 

 

 

 113 

(attitude, skill and knowladge) . a change in attitude is needed if 

the worker already has the necessary knowledge and  skill to 

perform a task”                      

Jadi  pelatihan adalah pengembangan ketrampilan, 

baik ketrampilan teknik maupun non teknik yang mampu 

menjadikan seseorang menjadi terampil dalam bidang 

tertentu yang diinginkan dan mengerti tata cara kerja dan 

peraturan kerja,  keselamatan kerja  serta diselenggarakan 

dalam waktu yang singkat dan lebih mengutamakan 

praktek dari pada teori. 

Menurut Sistim Latihan Kerja Nasional Depnaker 

(1987), sasaran latihan kerja  dapat mewujutkan 

tersedianya tenaga kerja tingkat operator, staf, pimpinan, 

yang terampil, disiplin, dan produktif dalam bidang teknis 

dan kewirausahaan.                   

Selain itu Lembaga pelatihan Dinas Perburuhan 

(1995) melaksanakan pelatihan untuk mendorong 

terciptanya usaha mandiri dengan dibekali ketrampilan 

baik keahlian teknik maupunmaupun ketrampilan usaha, 

dengan sasaran  penganggur pencari kerja untuk 

memungkinkan berusaha mandiri. Setelah selesai latihan 

peserta latihan mendapatkan dana awal untuk membuka 

usaha mandiri secara kelompok. 

Menurut John H. Proctor  pelatihan adalah tindakan 

yang disengaja untuk memberi  alat agar belajar dapat 

dilaksanakan. Begitu pula menurut Flippo training is the act 

of increasing the knowledge and skill of an employer for doing a 

particular job. 

Latihan adalah tindakan untuk meningkatkan 

pengetahuan dan kecakapan seorang pegawai untuk 

melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. 

Apa yang disampaikan dua pendapat ini  

 

 

P R I Y O N O & M A R N I S 

 114 

dapat disimpulkan bahwa pelatihan itu harus bisa 

menambah pengetahuan untuk menambah kemampuan 

dalam bekerja, harus bisa juga menimbulkan perubahan 

sikap dalam bekerja, dan  latihan harus terfokus kepada 

pekerjaan yang ditekuni. 

Menurut George R Terry, menyampaikan ada 6 

macam pelatihan antara lain  

1. On the job training,yaitu pelatihan ditempat kerja 

sambil mengamati proses yang terjadi ditempat kerja, 

termasuk mengamaticara orang bekerja, cara 

melakukan pekerjaan dan aktivitas lainnya, hal ini 

sangat dipengaruhi oleh pembimbingnya. 

2. Vestibule training, latihan yang dilaksanakan ditempat 

khusus, yaitu dipergunakan bila  bayak pekerja 

yang harus dilatih  

3. dengan cepat, misalnya metode yang terbaik, teknik 

terbaru, dan  

4. memasang alat yang baru   

5. Understudy training, latihan dengan cara dijadikan 

sebagai tenaga pembatu. 

6. Role playing, yaitu belajar dengan memainkan salah 

satu peristiwa mengenai apa yang sesungguhnya akan 

dilaksanakan. 

7. Conference training, yaitu menitik beratkan pada 

pembicaraan secara kelompok dengan bertukar ide 

atau pendapat. 

 

Pola pikir dalam pelaksanaan pelatihan hendaknya 

terfikir tentang , apakah pelatihan dapat menambah 

produksi, apakah pelatihan dapat menambah skill 

seseorang, apakah pelatihan dapat menambah 

kenyamanan bekerja (work safety), apakah pelatihan dapat 

 

 

 

 115 

merubah upah seseorang, apakah pelatihan dapat 

merubah jabatan/kedudukan seseorang, apakah pelatihan 

dapat mempertimbangkan rate of return  yaitu 

membandingkan antara biaya pelatihan dan manfaat 

pelatihan terhadap perusahaan. 

Ataukah membandingkan  pelaksanaan pelatihan 

terhadap dampak outcome, yaitu sampai sejauh mana 

pengaruh dari pelatihan terhadap penempatan lulusan 

pelatihan kedunia kerja. Lebih luas lagi yaitu pengaruh 

pelatihan terhadap konstribusi daerah, misalnya latihan 

magang ke Jepang, Korea, dengan mengukur berapa uang 

yang masuk dari transfer pekerja yang magang dari negara  

negara ini .        

 

5. Tujuan Pelatihan 

Secara umum menurut Moekijat, tujuan latihan 

adalah 

a. Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan 

dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif. 

b. Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga 

pekerjaan dapat diselesaikan secara  rasional 

c. Untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan 

kwmajuan kerja sama dengan teman-teman pekerja  

dan pimpinan. 

d. Untuk memberi  intruksi khusus guna 

melaksanakan tugas-tugas dari suatu jabatan tertentu. 

e. Untuk membantu pekerja  menyelesaikan pekerjaan 

yang baru dan untuk memberi  kepadanya 

beberapa ide mengenai latar belakang pekerjaan. 

f. Untuk membantu pegawai dalam menyesuaikan diri 

dengan metode-metode dan proses yang baru yang 

terus menerus diadakan. 

 

 

P R I Y O N O & M A R N I S 

 116 

 

Selain itu adapula  pelatihan kerja, yaitu pelatihan 

agar selesai latihan bisa bekerja yang biasa 

diselenggarakan oleh dinas tenaga kerja, misalnya 

pelatihan mengelas dan setelah selesai latihan bisa bekerja 

di jasa pengelasan. Atau setelah selesai latihan bisa 

melakukan usaha sendiri yang disebut dengan pelatihan 

kerja usaha mandiri. 

    

6. Sistem latihan. 

Hurley (1987 ) menyatakan tentang keberadaan 

pelatihan antara lain. 

what short of training are we talking about ?  it must be 

clear from the putset   that  thus  study  is  examining  all  forms  

of  training regardless of wheather it is delivered an institution 

in plant, off- the job,  on-the job through make facilities or using 

distance learning techniques. 

Apa yang dinyatakan oleh Hurley (1987) dapat 

disimpulkan bahwa  sistem pelatihan dapat dibagi menjadi 

: (1). Pelatihan sepenuhnya diselenggarakan ditempat 

institusi  yaitu in-plant training, (2) pelatihan 

diselenggarakan ditempat peserta kerja yaitu of-the-job 

training, (3) pelatihan yang diselenggarakan di lembaga 

latihan juga diselenggarakan diperusahaan sebagai 

praktek kerja yaitu on-the-job training  . Disamping itu 

menurut sistem latihan kerja Depnaker (1999) ada tiga 

tambahan yaitu: (1) block release training yaitu training 

ditempat kerja, jika mengalami kesulitan baru dilatih di 

lembaga institusi latihan, (2) apprenticeship training   yaitu 

training diselenggarakan di institusi latihan atau di tempat 

kerja (perusahaan) dengan tujuan untuk mempersiapkan 

sebagai calon                                   pegawai  yang  sudah 

dimagangkan di perusahaan, (3)  mobil   training   unit   

yaitu latihan keliling dengan menggunakan mobil training 

unit ketempat yang membutuhkan latihan  Ditegaskan 

pula oleh Hurley (1987)  “the most common forms of 

institutional training are found in the public sector where 

vocational centre fall mosthly under the yuridiction of 

government  ministries such as labour education” 

Pendapat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa 

pelatihan institusi adalah pelatihan yang dilaksanakan 

Pemerintah oleh Menteri Tenaga Kerja dibawah Dirjen 

pembinaan dan Pendidikan Tenaga Kerja. 

Menurut CSA ( Cybernatic System Aprrroach), yaitu 

hubungan antara ketergantungan input, proses, dan 

output serta umpan balik sebagai sub sistim pengendalian 

program . 

 


  

           berdasar  tempat pelatihan dapat digolongkan 

menjadi dua yaitu pelatihan on the job dan pelatihan off the 

job. Artinya on the job yaitu pelatihan dilaksanakn 

ditempat kerja yang sesungguhnya , dalam kondisi proses 

kegiatan kerja yang sebenarnya serta menggunakan 

alat,bahan peralatan serta lingkungan kerja yang sama. 

Hasildari lulusan atau output pelatihan ini akan sesuai 

dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh pemakai atau 

perusahaan. Pelatihan off the job, latihan ini dilaksanakan 

diluar tempat kerja misal di LIK, BLKI dan lembaga lain 

yang menyelenggarakan pelatihan.  

berdasar  sifatnya pelaksanaan pelatihan dapat dibagi 

menjadi tiga  yaitu :  

 (1) Institutional training atau program pelatihan 

institusional (2) program pelatihan non institusional     

mobil  training,  (3)  inplant training. (4)  production training 

berdasar  tingkatnya dapat dibagi menjadi 5 

yaitu (1) initial training, yaitu latihan awal bagi calon 

pekerja, (2) aprentice training, yaitu latihan bagi calon 

pekerja yang sudah menjadi pekerja , (3) upgrading 

training, yaitu latihan yang ditujukan untuk meningkatkan 

ketrampilan ataupun pengetahuan pekerja karena adanya 

perkembangan teknologi ataupun untuk meningkatkan 

kemampuan, (4) conversion training, latihan yang ditujukan 

bagi pekerja karena peralihan bidang kerjanya , (5) 

refreshing course, latihan yang diberikan dalam materi yang 

sama akibat perkembangan pengetahuan dan teknologi. 

  

7. Azas Pelatihan 

Menurut Soelaiman Joesoef (1999), azas ini  

dapat diuraikan sebagai berikut: 

a. Azas  Inovasi, yaitu pemecahan masalah menuju 

kepada perbaikan dari sistim yang sudah ada. Dalam 

inovasi ini  memiliki  nilai, metode, teknik kerja, 

dan cara berfikir. Maka konsekuensinya para 

perencana latihan harus lebih banyak memusatkan 

kepada perkembangan yang ada diwarga . 

b.  Azas Penentuan dan Perumusan Pelatihan, yaitu 

menentukan tuntutan minimal yang diperlukan bagi 

peserta pelatihan sehingga nantinya mampu dan 

memiliki ketrampilan yang sesuai bagi dirinya dan 

sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Oleh sebab itu 

dalam penentuan dan perumusan tujuan, tidak bisa 

dilepas dari, jenis dan tingkatan pengetahuan, sikap 

serta tingkat ketrampilan yang harus dikuasai oleh 

peserta pelatihan.  

c. Azas perencanaan dan pengembangan training 

d. Dalam perencanaannya bersifat komprehensif dan 

integral maksudnya, komprehensif adalah program 

yang direncanakan harus sesuai dengan kebutuhan 

warga  secara individu maupun nasional. Integral 

adalah program yang memuat berbagai jenis pelatihan  

terpadu dengan program lain yang ada kaitannya 

dengan output, sehingga mengahsilkan outcome. 

e.  Azas manfaat, maksudnya program yang 

dilaksanakan bergantung dari kebutuhan dan manfaat 

yang diharapkan oleh  

f. warga . Jadi bukan berdasar  sekedar 

melaksanakan proyek untuk menghabiskan dana 

subsidi. Namun benar-benar membina sehingga dapat 

meningkatkan ketrampilan. 

g. Azas tanggung jawab bersama, maksudnya tarining itu 

adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah 

dan warga  da