keluaran imamat 12


 tanda khusus akan 

perkenanan-Nya kepada mereka semua sebab  Tuhan berkenan men-

jumpai orang yang bersuka di dalam Dia dan mengerjakan kebenar-

an. Dan Ia menempatkan mereka lebih dekat kepada-Nya dibandingkan  

yang mereka harapkan. Demikianlah di dalam jemaat Perjanjian 

Baru, kita menjumpai keempat makhluk, dan kedua puluh empat tua-

tua, diberi kehormatan duduk di sekeliling takhta-Nya, sebab  telah 

dibeli bagi Tuhan oleh darah Anak Domba yang ada di tengah-tengah 

takhta (Why. 4:4-5; 5:8-9). Perhatikan di sini, 

1. Mereka melihat Tuhan Israel (ay. 10), yakni, mereka sekilas dapat 

menyaksikan kemuliaan-Nya, di dalam terang dan api, meski 

mereka tidak melihat sesuatu rupa, dan mengenai keberadaan-Nya 

seorangpun tak pernah melihat Dia, dan memang manusia tidak 

dapat melihat Dia (1Tim. 6:16). Mereka menyaksikan tempat Tuhan 

Israel berdiri (seperti dalam terjemahan Septuaginta), sesuatu 

yang mirip seperti itu,namun  tidaklah mirip benar. Apa pun yang 

mereka saksikan itu jelas merupakan sesuatu yang tidak dapat 

disandingkan dengan gambar atau rupa apa pun,namun  tetap 

pemandangan itu memuaskan mereka bahwa Tuhan sungguh-

sungguh ada bersama mereka. Tidak ada yang digambarkan 

selain dari apa yang berada di bawah kaki-Nya, sebab  seluruh 

pemahaman kita akan Tuhan tidak bisa mendekat Dia dan sama 

sekali tidak memadai. Mereka tidak melihat apa pun kecuali kaki 

Allah,namun  di bawah cahaya yang menyilaukan itu, sebagai tum-

puan atau pijakan kaki-Nya, mereka melihat lantai yang paling 

mulia dan luar biasa mengagumkan, yang tidak pernah mereka 

lihat sebelumnya atau akan mereka lihat lagi lalu , sebab  

lantai itu terbuat dari batu safir, yang berwarna seperti langit biru 

yang cerah. Langit sendiri merupakan alas bagi istana Allah, dan 


 374

takhta-Nya mengatasi cakrawala. Lihatlah bagaimana hikmat jauh 

lebih berharga dibandingkan  batu mulia atau safir, sebab  hikmat 

sejak dahulu kala dan sampai selamanya merupakan kesukaan 

Tuhan (Ams. 8:30), dan menjadi kesayangan-Nya,namun  batu safir 

hanyalah menjadi alas kaki-Nya. Oleh sebab  itu, marilah kita 

tanggalkan semua kekayaan dunia ini dan tidak menyertakannya 

di dalam hati kita. 

2. Kepada pemuka-pemuka (atau tua-tua) orang Israel itu, tidaklah 

diulurkan-Nya tangan-Nya (ay. 11). Meskipun mereka manusia 

biasa, semarak kemuliaan Tuhan yang luar biasa tidaklah mem-

buat mereka kewalahan. Semarak kemuliaan-Nya tidaklah terlalu 

kuat menerpa mereka (Ayb. 26:9), dan mereka dikuatkan oleh-Nya 

(Dan. 10:19), sehingga mereka mampu menahan semarak kemu-

liaan-Nya. Bahkan, meskipun mereka semua manusia berdosa se-

hingga layak menerima ganjaran keadilan Allah, Dia tidak meng-

ulurkan tangan penghukuman dan balas dendam-Nya ke atas 

mereka, seperti yang mereka takutkan. saat  kita memikirkan, 

betapa Tuhan yaitu  api yang melalap habis semuanya, dan be-

tapa kita bagaikan kayu kering di hadapan-Nya, sepantasnyalah 

kita berkata setiap kali kita mendekat kepada Allah, Oleh sebab  

kasih setia Tuhanlah kita tidak dilahap habis oleh-Nya. 

3. Mereka memandang Allah, lalu makan dan minum. Selain hidup 

mereka, kekuatan, keberanian, dan kesejahteraan mereka pun 

turut Tuhan jaga. Pemandangan akan Tuhan tidak menyurutkan 

sukacita mereka, melainkan menambah dan menguatkannya. 

Mereka mengadakan perjamuan atas persembahan itu di hadapan 

Tuhan sebagai tanda sukacita atas penyerahan diri mereka ter-

hadap perjanjian yang baru dibuat itu, sebagai tanda syukur atas 

segala keuntungan yang mereka terima dari perjanjian itu, dan 

juga sebagai tanda persekutuan mereka dengan Tuhan sesuai 

dengan isi perjanjian itu. Demikianlah orang percaya makan dan 

minum semeja dengan Kristus (Luk. 22:30). Berbahagialah mereka 

yang akan makan roti di dalam Kerajaan Bapa kita, dan memi-

num anggur baru yang disajikan di sana. 

 

Kitab Keluaran 24:12-18 

 375 

Musa Naik ke Gunung Tuhan  

(24:12-18) 

12 TUHAN berfirman kepada Musa: “Naiklah menghadap Aku, ke atas gu-

nung, dan tinggTuhan di sana, maka Aku akan memberi  kepadamu loh 

batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk diajarkan 

kepada mereka.” 13 Lalu bangunlah Musa dengan Yosua, abdinya, maka naik-

lah Musa ke atas gunung Tuhan itu. 14namun  kepada para tua-tua itu ia ber-

kata: “TinggTuhan di sini menunggu kami, sampai kami kembali lagi kepada-

mu; bukankah Harun dan Hur ada bersama-sama dengan kamu, siapa yang 

ada perkaranya datanglah kepada mereka.” 15 Maka Musa mendaki gunung 

dan awan itu menutupinya. 16 Kemuliaan TUHAN diam di atas gunung Si-

nai, dan awan itu menutupinya enam hari lamanya; pada hari ketujuh di-

panggil-Nyalah Musa dari tengah-tengah awan itu. 17 Tampaknya kemuliaan 

TUHAN sebagai api yang menghanguskan di puncak gunung itu pada peman-

dangan orang Israel. 18 Masuklah Musa ke tengah-tengah awan itu dengan 

mendaki gunung itu. Lalu tinggTuhan ia di atas gunung itu empat puluh 

hari dan empat puluh malam lamanya.  

sesudah  upacara pemeteraian perjanjian yang berlangsung di depan 

seluruh bangsa Israel itu telah usai, Musa dipanggil naik ke gunung 

lagi untuk menerima petunjuk lebih lanjut, yang akan kita baca di 

dalam pasal-pasal berikutnya. 

I. Musa dipanggil ke atas gunung, dan di sana ia berdiam selama 

enam hari pada jarak tertentu. Ia mendapat perintah (ay. 12): 

Naiklah ke atas gunung dan tinggTuhan di sana, artinya, “Bersiap-

lah terus tinggal di sana selama beberapa waktu.” Orang yang 

mau bersekutu dengan Tuhan tidak hanya harus mematuhi segala 

ketetapan-Nya,namun  juga harus tinggal di dalamnya. Berbahagia-

lah mereka yang tinggal di rumah-Nya, dan tidak sekedar dipang-

gil ke sana. “Naiklah, dan Aku akan memberi  kepadamu hu-

kum, untuk diajarkan kepada mereka.” Musa tidak mengajarkan 

kepada bangsa Israel apapun selain apa yang diterimanya dari 

Tuhan, dan ia tidak menerima apapun dari Tuhan selain dibandingkan  

yang diajarkannya kepada bangsa Israel, sebab  ia setia kepada 

Tuhan dan Israel serta patuh menjalankan perintah yang diberikan 

kepadanya, dan tidak menambah-nambah ataupun mengurangi 

apa pun. sesudah  menerima perintah ini, 

1. Musa menunjuk Harun dan Hur sebagai hakim dan pengambil 

keputusan selama kepergiannya untuk menjaga perdamaian 

dan ketertiban di tengah jemaat itu (ay. 14). Ia meninggalkan 

segenap urusan kepemimpinannya saat  ia naik ke atas 

gunung agar pikirannya tidak teralihkan.namun  meski demi-


 376

kian, ia tidak meninggalkan umatnya bagaikan domba tanpa 

gembala, bahkan hanya untuk beberapa hari. Para pemimpin 

yang baik akan memperhatikan pemerintahannya secara ber-

sinambungan, maka rakyatnya pun akan melihatnya sebagai 

berkat yang bersinambungan. 

2. Musa membawa Yosua bersamanya naik ke atas gunung (ay. 

13). Yosua yaitu  abdinya, dan ia bersuka membawa Yosua 

sebagai kawan pendampingnya selama enam hari ia tinggal di 

gunung, sebelum Tuhan sendiri memanggil Yosua. Yosua kelak 

akan menjadi penerus Musa, sehingga dengan tindakan ini, 

Yosua dihormati oleh umat Israel, jauh di atas tua-tua, dan 

nantinya mereka akan lebih siap menerima Yosua sebagai pe-

mimpin mereka. Dengan demikian, Yosua dipersiapkan untuk 

tugas pelayanan ini  dengan dilatih bersekutu dengan 

Allah. Yosua merupakan gambaran Kristus, dan (seperti peng-

amatan tajam oleh uskup Pearson) Musa mengajak Yosua ber-

samanya naik ke atas gunung, sebab  tanpa Yesus, yang di 

dalam-Nya tersimpan segenap kekayaan hikmat dan penge-

tahuan, rahasia sorgawi tak akan pernah dapat tersingkap, 

pun kehadiran Tuhan yang mulia tidak akan dapat didekati. 

3. Awan menutupi gunung itu selama enam hari, menandakan 

kehadiran Tuhan yang istimewa di sana, sebab  Ia memper-

lihatkan diri-Nya kepada kita dan pada saat yang sama me-

nyembunyikan diri-Nya dari kita. Ia membiarkan kita mengeta-

hui tentang Dia sebegitu rupa supaya kita percaya akan keha-

diran-Nya, kuasa-Nya, dan kasih karunia-Nya kepada kita, 

tetapi Ia pun menunjukkan bahwa kita tidak dapat sepenuh-

nya menemukan Dia. Selama enam hari di atas gunung, Musa 

tetap menunggu panggilan untuk masuk ke dalam ruang per-

temuan (ay. 15-16). Tuhan dengan ini menguji kesabaran dan 

kepatuhan Musa terhadap perintah berikut (ay. 12), TinggTuhan 

di sana. Bila Musa menjadi lelah sebelum mencapai hari ketu-

juh (seperti Saul, 1Sam. 13:8-9) dan berkata, Mengapakah aku 

berharap kepada Tuhan lagi?, maka Musa akan kehilangan 

kehormatan untuk masuk ke dalam awan. Persekutuan dengan 

Tuhan yaitu  sesuatu yang layak dinantikan. Oleh sebab  itu, 

kita sudah sepantasnya mempersembahkan diri kepada kete-

tapan yang agung dengan sungguh-sungguh berdiam dan 

mengambil waktu untuk mempersiapkan diri (Mzm. 108:2). 

Kitab Keluaran 24:12-18 

 377 

II. Musa dipanggil masuk ke dalam awan pada hari ketujuh, ke-

mungkinan pada hari Sabat (ay. 16), Nah, 

1. Awan tebal itu terbuka di hadapan seluruh bangsa Israel, dan 

kemuliaan Tuhan pun tersingkap bagaikan api yang mengha-

nguskan di depan mata semua orang Israel (ay. 17). Allah, 

yaitu Tuhan kita, yaitu  Api yang menghanguskan, dan dalam 

rupa seperti api itu juga Ia berkenan menyatakan diri-Nya 

saat  menurunkan hukum-Nya, supaya dengan mengetahui 

kengerian Tuhan, kita digerakkan untuk taat, sehingga bisa 

menyiapkan diri menerima penghiburan Injil, dan kasih karu-

nia dan kebenaran yang dibawa oleh Yesus Kristus pun 

menjadi lebih mudah kita terima.  

2. Peristiwa masuknya Musa ke dalam awan terjadi begitu ajaib: 

Masuklah Musa ke tengah-tengah awan itu (ay. 18). Musa 

memperlihatkan ketenangan pikiran yang luar biasa, yang di-

anugerahkan Tuhan kepadanya melalui persiapan selama enam 

hari ini , sebab  tanpanya, mustahil ia berani masuk ke 

dalam awan, khususnya saat  awan itu tersingkap dengan 

api yang menghanguskan. Musa percaya bahwa Ia yang me-

manggilnya akan melindunginya, dan bahkan semua sifat 

Tuhan yang mulia itu, yang sangat menakutkan bagi orang 

fasik, membawa sukacita bagi para orang kudus yang memuji 

Tuhan dengan kerendahan hati. Orang yang hidup dalam kebe-

naran, yang berbicara dengan jujur, akan dapat tinggal dalam 

api yang menghabiskan ini, seperti disampaikan kepada kita di 

dalam Kitab Yesaya 33:14-15. Ada orang beserta pekerjaannya 

yang akan tahan menghadapi api (1Kor. 3:12), dan ada pula 

orang yang memiliki kepercayaan diri menghadap Allah. 

3. Masa waktu Musa tinggal di dalam awan itu pun merupakan 

sesuatu yang tidak kalah ajaibnya. Musa tinggal di sana empat 

puluh hari dan empat puluh malam lamanya. Tampaknya, enam 

hari penantian Musa (ay. 16) tidak termasuk ke dalam empat 

puluh hari itu, sebab  selama enam hari, Musa bersama-sama 

dengan Yosua, yang makan roti manna dan minum air dari 

sungai (Ul. 9:21), dan sementara mereka bersama-sama, Musa 

kemungkinan turut makan dan minum bersama Yosua. Akan 

tetapi, saat  Musa dipanggil masuk ke tengah-tengah awan 

itu, ia meninggalkan Yosua, yang terus makan dan minum 

setiap hari sementara ia menantikan kedatangan Musa kem-


 378

bali,namun  sejak hari itu, Musa berpuasa. Tuhan tentu saja 

dapat menyampaikan apa yang ingin disampaikan-Nya kepada 

Musa dalam waktu satu hari,namun  demi keagungan peristiwa 

itu, Tuhan meminta Musa tinggal bersama-Nya di atas gunung 

selama empat puluh hari dan empat puluh malam. Di sini, kita 

diajar untuk meluangkan waktu yang banyak untuk bersekutu 

dengan Tuhan dan untuk merenungkan bahwa cara terbaik 

memakai  waktu yaitu  dengan memakai nya untuk 

bersekutu dengan Allah. Orang yang hendak mendapat penge-

tahuan akan kehendak Tuhan harus merenungkannya siang dan 

malam.   

 

  

PASAL  25  

i pasal ini mulai diuraikan perihal perintah dan petunjuk yang 

diberikan Tuhan kepada Musa di atas gunung untuk mendirikan 

dan memperlengkapi Kemah Suci untuk kehormatan Allah. Di sini 

ada , 

I. Perintah agar umat mengumpulkan persembahan khusus 

bagi tujuan ini (ay. 1-9). 

II.  Petunjuk-petunjuk khusus yang berkaitan dengan, 

1. Tabut perjanjian (ay. 10-22). 

2. Meja untuk roti sajian (ay. 23-30). 

3. Kandil dari emas (ay. 31, dst.). 

Kemah Suci dan Perabotannya 

(25:1-9) 

1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 2 “Katakanlah kepada orang Israel, 

supaya mereka memungut bagi-Ku persembahan khusus; dari setiap orang 

yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus 

kepada-Ku itu. 3 Inilah persembahan khusus yang harus kamu pungut dari 

mereka: emas, perak, tembaga; 4 kain ungu tua, kain ungu muda, kain kir-

mizi, lenan halus, bulu kambing; 5 kulit domba jantan yang diwarnai merah, 

kulit lumba-lumba dan kayu penaga; 6 minyak untuk lampu, rempah-rempah 

untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian, 7 permata 

krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup dada. 8 Dan 

mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di 

tengah-tengah mereka. 9 Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu 

sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, 

demikianlah harus kamu membuatnya.” 

Kita dapat menduga bahwa saat  Musa memasuki awan dan tinggal 

begitu lama di dalamnya, di mana para malaikat kudus melayani 

shekhinah, atau Keagungan ilahi, ia melihat dan mendengar hal-hal 

yang sangat mulia yang berkenaan dengan dunia atas. Namun, hal-


 380

hal ini  tidak boleh atau tidak mungkin diutarakannya. Oleh 

sebab itu, di dalam catatan tentang apa saja yang terjadi di situ, ia 

tidak mengatakan apa pun demi memuaskan rasa ingin tahu orang-

orang yang hendak bersikeras mengetahui hal-hal yang tidak mereka 

lihat. Sebaliknya, ia hanya mencatat hal-hal yang harus disampai-

kannya kepada umat Israel. Sebab, Kitab Suci dimaksudkan untuk 

mengarahkan kita dalam mengerjakan kewajiban, bukan untuk 

mengisi kepala kita dengan berbagai dugaan yang tidak berdasar, 

atau untuk memuaskan khayalan kita. 

Di dalam ayat-ayat ini Tuhan memberitahukan maksud-Nya secara 

umum kepada Musa, yaitu supaya umat Israel membangun sebuah 

tempat kudus bagi-Nya, sebab Ia berencana diam di tengah-tengah 

mereka (ay. 8). Ada pendapat bahwa meskipun sebelum itu sudah 

ada mezbah-mezbah dan tugu-tugu untuk ibadah keagamaan, 

namun belum pernah didirikan bangunan atau kuil untuk keperluan 

ibadah oleh bangsa apa pun sebelum Kemah Suci ini didirikan oleh 

Musa. Menurut pendapat ini  juga, semua kuil yang di kemu-

dian hari begitu banyak dipakai sebagai tempat ibadah di antara 

orang-orang kafir, muncul dari dan meniru pola ini. Tuhan telah 

memilih umat Israel untuk menjadi umat yang khusus bagi-Nya yang 

melebihi semua bangsa lain. Pewahyuan ilahi dan ibadah yang sesuai 

dengan kedudukan mereka itu haruslah diberikan dan ditegakkan di 

antara mereka. Tuhan sendiri akan menjadi Raja mereka. Sebagai Raja 

mereka, Ia telah memberi  hukum-hukum kepada mereka supaya 

mereka mengatur diri dan bagaimana berhubungan satu sama lain. 

Selain itu mereka juga diberikan beberapa peraturan umum bagai-

mana beribadah sesuai dengan terang akal budi dan hukum alam 

dalam bentuk Sepuluh Perintah Tuhan itu berikut uraiannya. Namun, 

semuanya ini tidak dianggap cukup memadai untuk membedakan 

mereka dari bangsa-bangsa lain, atau untuk memenuhi perjanjian 

yang akan diadakan Tuhan dengan mereka, bahwa Ia akan menjadi 

Tuhan mereka. Oleh sebab itu, 

I.  Tuhan memerintahkan agar didirikan istana raja bagi-Nya di antara 

mereka, yang di sini disebut tempat kudus, atau tempat suci, atau 

tempat kediaman (Yer. 17:12), takhta kemuliaan, luhur dari sejak 

semula, tempat bait kudus kita. Tempat kudus ini haruslah men-

jadi, 

Kitab Keluaran 25:1-9 

 381 

1. Tempat untuk mengadakan acara ibadah, sejalan dengan 

semua ketetapan lain dari tata pemerintahan itu, yang terdiri 

atas ketetapan-ketetapan lahiriah (Ibr. 9:10). sebab  itu tem-

pat ini  dinamakan tempat kudus buatan tangan manusia 

(Ibr. 9:1). Di dalamnya Tuhan bertakhta sebagai Raja Israel. 

(1) Di sanalah Ia menyatakan kehadiran-Nya di antara mereka, 

dan ini dimaksudkan sebagai isyarat atau tanda kehadiran-

Nya. Dengan begitu, sementara tempat kudus itu berada di 

tengah mereka, mereka tidak pernah lagi perlu bertanya, 

Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak? Dan, 

sebab  di padang gurun mereka tinggal di dalam kemah-

kemah, maka istana raja ini pun harus berbentuk kemah, 

supaya dapat dipindah-pindahkan bersama mereka, dan 

menjadi bukti betapa Tuhan mau merendahkan diri demi 

menyatakan kebaikan hati-Nya.  

(2) Di tempat kudus itu Ia memerintahkan umat-Nya agar da-

tang beribadah kepada-Nya dengan memberi penghormatan 

dan penghargaan kepada-Nya. Ke sanalah mereka harus 

datang untuk memohonkan firman-Nya. Ke sanalah mereka 

harus membawa korban persembahan mereka, dan di sana-

lah seluruh umat Israel harus berkumpul untuk sama-sama 

memberi  penghormatan kepada Tuhan Israel. 

2. Sebagai sebuah perlambangan. Tempat-tempat kudus yang di-

buat dengan tangan manusia merupakan gambaran saja dari 

yang sebenarnya (Ibr. 9:24). Jemaat Injil merupakan kemah 

sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia (Ibr. 

8:2). Tubuh Kristus, yang di dalamnya dan olehnya Ia meng-

adakan penebusan, merupakan kemah yang lebih besar dan 

yang lebih sempurna (Ibr. 9:11). Firman itu telah menjadi manu-

sia, dan diam di antara kita, seperti layaknya diam di dalam 

sebuah kemah. 

II.  saat  Musa hendak mendirikan Kemah Suci ini, sungguh penting 

bahwa sebelum itu ia harus diberi petunjuk tentang tempat 

memperoleh bahan-bahannya, dan dari mana ia bisa memperoleh 

modelnya. Sebab, ia tidak akan mampu merancangnya dengan 

keterampilannya sendiri atau membangunnya dengan menang-


 382

gung sendiri bebannya. Oleh sebab  itu, di sini ia diberi pengarah-

an tentang kedua hal ini , yaitu bahwa, 

1. Umat harus menyediakan bahan-bahan kepadanya, bukan 

dengan mengenakan pajak kepada mereka, melainkan melalui 

sumbangan sukarela. Dan hal pertama yang Tuhan sampaikan 

kepada Musa mengenai arahan ini  yaitu  perintah-

perintah sebagai berikut.  

(1) Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut 

bagi-Ku persembahan khusus. Dan, sungguh sangat teramat 

beralasan mengapa mereka patut melakukannya, sebab (ay. 

1), 

[1] Tuhan sendirilah yang bukan hanya telah membuat me-

reka bertambah besar,namun  juga memperkaya mereka 

dengan hasil jarahan orang Mesir. Ia telah memerintah-

kan mereka untuk meminjam, dan Ia menggerakkan 

hati orang Mesir untuk meminjamkan. Jadi dari Dia-lah 

mereka memperoleh kekayaan mereka. Oleh sebab itu 

sungguh pantas jika  mereka mempersembahkannya 

kepada Dia dan memakai nya bagi Dia, sehingga 

dengan demikian mengakui Dia dengan penuh syukur 

atas semua perkenan yang telah mereka terima dari-

Nya. Perhatikanlah, pertama, cara terbaik untuk meng-

gunakan kekayaan duniawi kita yaitu  dengan meng-

hormati Tuhan dengannya melalui kegiatan-kegiatan 

yang saleh dan beramal. Kedua, jika  kita telah di-

berkati dengan keberhasilan luar biasa dalam urusan 

kita dan memperoleh keuntungan besar oleh sebab -

nya, maka sudah sepantasnyalah kita berbuat lebih 

banyak dibandingkan  biasanya untuk kemuliaan Allah, dan 

mempersembahkan sebagian keuntungan kita dalam 

jumlah yang pantas bagi Tuhan seluruh bumi (Mi. 4:13). 

[2] Tempat kudus yang hendak dibangun itu dimaksudkan 

bagi kepentingan dan kenyamanan mereka, dan oleh 

sebab itu mereka harus menanggung biayanya. Mereka 

sungguh tidak layak menerima hak istimewa dari 

tempat kudus itu jika  mereka enggan melaksanakan 

perintah itu. Sudah sepantasnyalah mereka memberi-

kan persembahan dengan murah hati bagi kehormatan 

Kitab Keluaran 25:1-9 

 383 

Allah, sementara mereka memperoleh tempat tinggal 

cuma-cuma, dan makanan yang turun seperti hujan 

dari langit setiap hari bagi mereka sekeluarga. Kita juga 

harus mengakui bahwa semua yang kita miliki berasal 

dari kelimpahan yang Tuhan curahkan, dan oleh sebab  

itu patut memakai  semua itu bagi kemuliaan-Nya. 

Mengingat bahwa kita hidup dari-Nya, kita juga harus 

hidup bagi-Nya. 

(2) Persembahan ini harus diberikan dengan sukarela dan 

sepenuh hati. Artinya, 

[1] Tidak ditentukan apa atau sebanyak apa yang harus 

mereka berikan. Hal itu diserahkan kepada kemurahan 

hati masing-masing, supaya mereka bisa memperlihat-

kan maksud hati mereka terhadap rumah Tuhan dan 

tugas-tugas yang termasuk di dalamnya. Selain itu, 

supaya mereka melakukannya dengan sikap kudus se-

bagai panutan bagi orang lain, supaya menjadi perang-

sang bagi banyak orang (2Kor. 9:2). Janganlah kita 

hanya bertanya, “Apa yang harus kami lakukan?”namun  

juga, “Apa yang bisa kita lakukan bagi Allah?” 

[2] Apa pun yang mereka berikan, harus mereka lakukan 

dengan hati gembira, tidak dengan menggerutu dan 

rasa enggan, sebab Tuhan mengasihi orang yang memberi 

dengan sukacita (2Kor. 9:7). Apa yang dikeluarkan 

dalam pelayanan bagi Tuhan harus kita pandang sebagai 

hal yang layak dilakukan.  

(3) Di sini disebutkan perincian tentang semua persembahan 

yang harus mereka persembahkan (ay. 3-7), yaitu semua 

bahan yang akan digunakan di dalam Kemah Suci, atau 

untuk keperluan upacaranya. Ada yang mengamati bahwa 

di antaranya ada emas, perak, dan tembaga, namun 

tidak ada besi. Besi yaitu  logam yang dipergunakan 

untuk keperluan ketentaraan, sementara Kemah Suci 

yaitu  tempat yang diperuntukkan untuk damai sejahtera. 

Segala sesuatu yang disediakan sangatlah mewah dan 

halus, serta dari jenis terbaik. Sebab Tuhan yang yaitu  

terbaik, patut menerima yang terbaik pula. 


 384

2. Tuhan sendiri akan memberi Musa model Kemah Suci itu: me-

nurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu (ay. 9). Tuhan 

menunjukkan rencana kemah itu dalam bentuk kecilnya 

secara rinci, yang harus disesuaikan Musa dalam segala segi. 

Demikianlah juga Yehezkiel melihat bentuk dan rupa bangun-

an itu dalam sebuah penglihatan (Yeh. 43:11). Perhatikanlah, 

apa pun yang dikerjakan dalam pelayanan Tuhan harus dilaku-

kan sesuai arahan-Nya, dan jangan dengan cara lain. Namun, 

Tuhan tidak hanya menunjukkan model Kemah itu kepadanya, 

tetapi juga memberi  petunjuk terperinci tentang cara mem-

buatnya sesuai modelnya. Semua bagiannya diuraikan dengan 

jelas dalam pasal ini dan pasal-pasal berikutnya. saat  Musa, 

di awal Kitab Kejadian, harus menggambarkan penciptaan du-

nia, yang meskipun merupakan susunan yang begitu agung 

dan menakjubkan, serta terbuat dari begitu banyak ragam dan 

hal yang khusus, ia hanya memberi  uraian yang sangat 

singkat dan bersifat umum. Hal ini tidak sebanding dengan 

yang diinginkan dan diharapkan oleh pengetahuan dunia ini 

dari orang yang menulis melalui pewahyuan ilahi. Namun, ke-

tika Musa menggambarkan Kemah Suci itu, ia melakukannya 

dengan keindahan dan ketepatan yang tidak terbayangkan. 

Tuhan yang tidak memberi kita uraian perihal garis lintang dan 

bujur bola dunia, garis tengah bumi, atau ketinggian dan be-

sarnya bintang-bintang, justru memberi tahu kita dengan ter-

perinci tentang ukuran setiap keping kayu dan tenda Kemah 

Suci. Sebab, jemaat Tuhan dan ibadah yang ditetapkan-Nya 

lebih berharga dan lebih penting bagi-Nya dibandingkan  semua 

yang ada di dunia. Dan, Kitab Suci ditulis bukan untuk men-

jelaskan semua karya alam semesta kepada kita, sebab  tin-

jauan secara umum tentang hal alam semesta sudah cukup 

untuk menuntun kita untuk mengetahui Sang Pencipta dan 

karya-Nya. Sebaliknya, Kitab Suci ditulis untuk memperkenal-

kan kita tentang cara kasih karunia terselenggara, serta hal-

hal murni yang merupakan pewahyuan ilahi. Keberkatan masa 

depan lebih digambarkan dengan lengkap di bawah pemaham-

an tentang Yerusalem yang baru dibandingkan  pemahaman tentang 

langit dan bumi yang baru. 

 

Kitab Keluaran 25:10-22 

 385 

Tabut dan Perlengkapannya  

(25:10-22) 

10 “Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta 

panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. 

11 Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni; dari dalam dan dari 

luar engkau harus menyalutnya dan di atasnya harus kaubuat bingkai emas 

sekelilingnya. 12 Haruslah engkau menuang empat gelang emas untuk tabut 

itu dan pasanglah gelang itu pada keempat penjurunya, yaitu dua gelang 

pada rusuknya yang satu dan dua gelang pada rusuknya yang kedua.  

13 Engkau harus membuat kayu pengusung dari kayu penaga dan menyalut-

nya dengan emas. 14 Haruslah engkau memasukkan kayu pengusung itu ke 

dalam gelang yang ada pada rusuk tabut itu, supaya dengan itu tabut dapat 

diangkut. 15 Kayu pengusung itu haruslah tetap tinggal dalam gelang itu, 

tidak boleh dicabut dari dalamnya. 16 Dalam tabut itu haruslah kautaruh loh 

hukum, yang akan Kuberikan kepadamu. 17 Juga engkau harus membuat 

tutup pendamaian dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan 

satu setengah hasta lebarnya. 18 Dan haruslah kaubuat dua kerub dari emas, 

kaubuatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu. 

19 Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini dan satu kerub pada ujung 

sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di 

atas kedua ujungnya. 20 Kerub-kerub itu harus mengembangkan kedua 

sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian itu 

dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup pendamaian 

itulah harus menghadap muka kerub-kerub itu. 21 Haruslah kauletakkan 

tutup pendamaian itu di atas tabut dan dalam tabut itu engkau harus 

menaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu. 22 Dan di sanalah 

Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari 

antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara 

dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu 

untuk disampaikan kepada orang Israel.” 

Di sini hal pertama yang harus dibuat yaitu  tabut berikut perleng-

kapannya, yaitu perabotan tempat maha kudus, yang merupakan 

tanda khusus kehadiran Allah, yang merupakan tujuan pendirian 

Kemah Suci sebagai tempat penyimpanannya. 

I. Tabut itu sendiri merupakan peti atau tempat penyimpanan ter-

hormat bagi dua loh batu berisi hukum yang ditulis dengan jari 

Allah. Ukurannya ditentukan dengan sangat tepat. Menurut per-

hitungan beberapa orang, jika ukuran hasta menurut orang 

Yahudi yaitu  tujuh setengah sentimeter lebih panjang dibandingkan  

empat puluh lima sentimeter dan seluruhnya lima puluh dua 

setengah sentimenter, maka panjang peti ini yaitu  sekitar sera-

tus tiga puluh dua sentimeter, sedang  lebarnya tujuh puluh 

delapan sentimeter dan dalamnya tujuh puluh delapan senti-

meter. Bagian dalam dan luarnya disalut dengan lembaran tipis 

emas. Di sekelilingnya ada bingkai atau hiasan emas, dengan 


 386

gelang dan kayu pengusung untuk mengangkutnya. Di dalamnya, 

Musa harus menaruh loh hukum (ay. 10-16). Loh-loh hukum itu 

disebut demikian (KJV: kesaksian), sebab  di dalamnya Tuhan 

memberi  kesaksian perihal kehendak-Nya. Pemberian hukum 

itu kepada mereka oleh-Nya merupakan bukti perkenan-Nya ke-

pada mereka. sedang  kesediaan mereka untuk menerima 

hukum itu membuktikan bahwa mereka tunduk dan taat kepada-

Nya. Hukum ini menjadi kesaksian bagi mereka, untuk menuntun 

mereka dalam melaksanakan kewajiban mereka kepada-Nya, dan 

akan menjadi kesaksian yang melawan mereka jika  mereka 

melanggarnya. Tabut itu disebut tabut hukum (30:6; KJV: tabut 

kesaksian), sedang  Kemah Suci itu disebut juga tempat hukum 

Tuhan (Bil. 10:11) atau Kemah Kesaksian (Kis. 7:44). Injil Kristus 

juga disebut kesaksian atau saksi (Mat. 24:14). Dapat diamati,  

1.  Bahwa loh-loh hukum itu disimpan dan dijaga dengan cermat 

di dalam tabut untuk tujuan itu, demi mengajar kita agar 

sangat memperhatikan firman Tuhan dan menyimpannya di 

dalam hati dan pikiran kita yang paling dalam, sama seperti 

tabut itu disimpan di tempat maha kudus. Hal ini juga menyi-

ratkan perihal pemeliharaan ilahi seperti yang sudah terjadi 

dan akan senantiasa dilakukan Allah, untuk memelihara 

catatan-catatan pewahyuan ilahi di dalam jemaat, supaya 

bahkan di masa mendatang pun kelihatanlah tabut perjanjian-

Nya (Why. 11:19). 

2. Bahwa tabut ini merupakan tanda utama hadirat Allah, yang 

mengajar kita bahwa bukti pertama dan terbesar serta jamin-

an perkenan Tuhan kepada kita yaitu  ditempatkan oleh-Nya 

hukum-Nya di dalam hati manusia. Tuhan tinggal di tempat Ia 

memerintah (Ibr. 8:10). 

3. Bahwa ada aturan yang diberikan Tuhan untuk menuntun orang 

Israel mengangkut tabut itu ke mana pun mereka berpindah 

tempat. Hal ini menyiratkan kepada kita bahwa ke mana pun 

kita pergi, kita harus membawa serta iman dan ibadah kita, dan 

senantiasa membawa serta kasih Tuhan Yesus dan hukum-Nya. 

II. Tutup pendamaian yaitu  penutup tabut atau peti yang terbuat 

dari emas padat, berukuran tepat untuk membungkus seluruh 

tabut itu (ay. 17, 21). Tutup yang mendamaikan ini, yang juga co-

cok disebut demikian, merupakan suatu perlambang akan 

Kitab Keluaran 25:10-22 

 387 

Kristus, Sang Pendamai Agung, yang penebusan-Nya menggenapi 

tuntutan hukum Tuhan itu dengan sempurna, menutupi semua 

pelanggaran kita, dan berdiri di antara kita dan kutuk yang seha-

rusnya kita terima. Dengan demikian Ia merupakan kegenapan 

hukum Taurat. 

III. Kerub emas dipasang di atas tutup pendamaian itu, ditempa se-

cara utuh, dengan sayap masing-masing terkembang menaungi 

tutup itu (ay. 18). Sudah dipandang secara umum bahwa kerub-

kerub ini dirancang untuk menggambarkan malaikat-malaikat 

suci, yang senantiasa menyertai shekinah, atau Kemuliaan ilahi, 

terutama saat pemberian hukum. Bukan melalui patung malai-

kat, melainkan lambang sifat malaikat, mungkin salah satu dari 

keempat wajah yang dibicarakan di dalam Kitab Yehezkiel 1:10. 

Seperti apa pun wajah-wajah itu, keduanya saling berhadapan 

dan menunduk ke arah tabut, sementara sayap mereka terben-

tang sehingga ujung-ujung keduanya saling bersentuhan. Rasul 

Paulus menyebut mereka kerub kemuliaan yang menaungi tutup 

pendamaian (Ibr. 9:5). Hal ini menandakan perhatian mereka 

kepada Sang Penebus, untuk siapa mereka merupakan roh-roh 

yang melayani. Ini juga menandakan kesiapan mereka untuk me-

laksanakan kehendak-Nya, dan kehadiran istimewa mereka dalam 

perhimpunan orang-orang kudus (Mzm. 68:18; 1Kor. 11:10), serta 

kerinduan mereka untuk mengetahui rahasia-rahasia Injil yang 

mereka renungkan dengan tekun (1Ptr. 1:12). Disebutkan bahwa 

Tuhan berdiam, atau duduk, di antara para kerub (Mzm. 80:2). 

Itulah sebabnya di sini Ia berjanji untuk bertemu dengan Musa 

nanti, dan berbicara dengannya (ay. 22). Di sanalah Ia akan 

memberi  hukum, dan di sana Ia akan mengadakan pertemu-

an, seperti raja yang duduk di takhtanya. Demikianlah Ia menya-

takan kesediaan-Nya untuk diperdamaikan dengan kita dan tetap 

memelihara persekutuan dengan kita, di dalam dan dengan 

pengantaraan Kristus. Dengan merujuk pada tutup pendamaian 

ini, kita dikatakan dapat dengan penuh keberanian menghampiri 

takhta kasih karunia (Ibr. 4:16). sebab  kita tidak berada di 

bawah hukum Taurat, yang tertutup,namun  di bawah kasih 

karunia yang diperlihatkan. Sayap kerub-kerub itu terbentang, 

yang berarti bahwa kita diundang untuk datang berlindung ke 

bawah bayang-bayangnya (Rut 2:12). 


 388

Kemah Suci dan Perabotannya 

(25:23-30) 

23 “Lagi haruslah engkau membuat meja dari kayu penaga, dua hasta pan-

jangnya, sehasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. 24 Haruslah 

engkau menyalutnya dengan emas murni dan membuat bingkai emas seke-

lilingnya. 25 Haruslah engkau membuat sekelilingnya jalur pinggir yang seta-

pak tangan lebarnya dan kaubuatlah bingkai emas sekeliling jalur pinggirnya 

itu. 26 Haruslah engkau membuat untuk meja itu empat gelang emas dan 

kaupasanglah gelang-gelang itu di keempat penjurunya, pada keempat 

kakinya. 27 Gelang itu haruslah dekat ke jalur pinggirnya sebagai tempat 

memasukkan kayu pengusung, supaya meja itu dapat diangkut. 28 Haruslah 

engkau membuat kayu pengusung itu dari kayu penaga dan menyalutnya 

dengan emas, dan dengan itulah meja harus diangkut. 29 Haruslah engkau 

membuat pinggannya, cawannya, kendinya dan pialanya, yang dipakai untuk 

persembahan curahan; haruslah engkau membuat semuanya itu dari emas 

murni. 30 Dan haruslah engkau tetap meletakkan roti sajian di atas meja itu 

di hadapan-Ku.” 

Di sini ada , 

1. Perintah untuk membuat meja kayu bersalut emas, yang harus 

ditempatkan bukan di tempat maha kudus (tidak ada benda lain 

yang diletakkan di bagian ini selain tabut berikut perlengkapan-

nya), melainkan di bagian luar Kemah Suci, yang disebut tempat 

yang kudus (Ibr. 9:2, 23, dst.) Di situ juga harus ada perabot-

an umum seperti misalnya pinggan, cawan, sendok, dan sebagai-

nya yang semua terbuat dari emas murni (ay. 29).  

2. Meja ini harus senantiasa terbentang dan dilengkapi dengan roti 

sajian (ay. 30), atau disebut juga roti bundar, berjumlah dua belas 

buah, sebuah untuk setiap suku, dan ditata dalam dua baris, 

masing-masing baris terdiri atas enam buah. Hukum mengenai ini 

ada di Imamat 24:5, dst. sebab  Kemah Suci itu merupakan 

rumah Allah, tempat Ia bersedia mengatakan bahwa Ia berkenan 

berada di tengah mereka, maka Ia akan memperlihatkan bahwa Ia 

menjaga tempat kediaman-Nya itu dengan baik. Di dalam istana 

raja, sungguh pantas bila di dalamnya ada meja kerajaan 

juga. Ada pendapat bahwa kedua belas roti itu melambangkan 

dua belas suku, yang disajikan di hadapan Tuhan sebagai umat-

Nya dan bangsa yang telah dipijak-pijak dan diinjak-injak (Yes. 

21:10). Sama seperti tabut menandakan bahwa Tuhan hadir di 

tengah mereka, demikian juga kedua belas roti itu menandakan 

bahwa mereka dipersembahkan kepada Allah. Roti ini dimaksud-

kan sebagai, 

 

Kitab Keluaran 25:31-40 

 389 

(1) Ucapan syukur atas kebaikan Tuhan kepada mereka, dengan 

memberi  makanan sehari-hari, manna di padang gurun, 

tempat Ia menyiapkan meja bagi mereka, dan gandum di 

Kanaan. Dengan demikian mereka mengakui ketergantungan 

mereka kepada pemeliharaan Tuhan atas gandum yang tumbuh 

di ladang, yang untuknya mereka menyatakan syukur dengan 

mempersembahkan berkas hasil tuaian pertama. Juga, dengan 

ini mereka mengungkapkan ketergantungan dari Tuhan atas 

roti atau makanan yang selalu tersedia dalam rumah mereka, 

bahwa saat  roti atau makanan dibawa masuk ke dalam 

rumah, Tuhan tidak menghembuskannya pergi (Hag. 1:9). Kris-

tus mengajar kita untuk berdoa setiap hari bagi makanan 

untuk hari itu. 

(2) Tanda persekutuan mereka dengan Allah. Roti di atas meja 

Tuhan ini terbuat dari gandum yang sama dari roti di meja me-

reka sendiri. Tuhan dan Israel seakan-akan makan semeja, 

sebagai ikrar persahabatan dan persekutuan. Ia makan ber-

sama mereka, dan mereka bersama Dia. 

(3) Suatu perlambang akan pemeliharaan rohani di dalam jemaat, 

yaitu yang dikerjakan oleh Injil Kristus, bagi semua orang yang 

dijadikan imam-imam bagi Tuhan kita. Di rumah bapa kita ada 

berlimpah-limpah makanannya, roti untuk setiap suku. Semua 

yang hadir di rumah Tuhan akan dikenyangkan dengan kebaik-

annya secara berlimpah (Mzm. 36:9). Penghiburan ilahi meru-

pakan pesta tidak berkesudahan bagi jiwa-jiwa kudus, meski-

pun ada orang-orang yang baginya meja Tuhan memang 

cemar dan makanan yang ada di situ boleh dihinakan (Mal. 

1:12). Kristus menyediakan sebuah meja dalam kerajaan-Nya, 

tempat semua orang kudus-Nya akan makan dan minum 

bersama Dia selamanya (Luk. 22:30). 

Rancangan Kandil dari Emas  

(25:31-40) 

31 “Haruslah engkau membuat kandil dari emas murni; dari emas tempaan 

harus kandil itu dibuat, baik kakinya baik batangnya; kelopaknya – dengan 

tombolnya dan kembangnya – haruslah seiras dengan kandil itu. 32 Enam 

cabang harus timbul dari sisinya: tiga cabang kandil itu dari sisi yang satu 

dan tiga cabang dari sisi yang lain. 33 Tiga kelopak yang berupa bunga badam 

pada cabang yang satu – dengan tombol dan kembangnya – dan tiga kelopak 

yang serupa pada cabang yang lain – dengan tombol dan kembangnya – 


 390

demikianlah juga kaubuat keenam cabang yang timbul dari kandil itu. 34 

Pada kandil itu sendiri harus ada empat kelopak berupa bunga badam –

dengan tombolnya dan kembangnya. 35 Juga harus ada satu tombol di bawah 

sepasang cabang yang pertama, yang timbul dari kandil itu, dan satu tombol 

di bawah yang kedua, dan satu tombol di bawah yang ketiga; demikianlah 

juga kaubuat keenam cabang yang timbul dari kandil itu. 36 Tombol dan 

cabang itu harus timbul dari kandil itu, dan semuanya itu haruslah dibuat 

dari sepotong emas tempaan yang murni. 37 Haruslah kaubuat pada kandil 

itu tujuh lampu dan lampu-lampu itu haruslah dipasang di atas kandil itu, 

sehingga diterangi yang di depannya. 38 Sepitnya dan penadahnya haruslah 

dari emas murni. 39 Dari satu talenta emas murni haruslah dibuat kandil itu 

dengan segala perkakasnya itu. 40 Dan ingatlah, bahwa engkau membuat 

semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas 

gunung itu.” 

I.  Benda berikut yang harus dibuat untuk melengkapi istana Tuhan 

yaitu  kandil indah dan megah terbuat dari emas murni. Bagian 

dalamnya tidak kosongnamun  padat. Petunjuk-petunjuk khusus 

yang diberikan di sini menunjukkan, 

1. Bahwa kandil itu sangat indah, dan merupakan hiasan permai 

bagi tempat itu. Kandil itu memiliki banyak cabang di batang 

utamanya, dan tidak saja memiliki  mangkuk (untuk tempat 

minyak dan sumbu yang dinyalakan) untuk tempat pelitanya,  

tetapi lekukan dan bunganya menjadi penghias kandil ter-

sebut. 

2. Bahwa kandil itu sangat cocok, dan dibuat dengan mengagum-

kan, baik untuk menyebar cahaya maupun untuk menjaga 

supaya Kemah Suci tetap bersih dari asap dan bagian sumbu 

yang hangus. 

3. Bahwa kandil itu sangat penting. Kemah Suci itu tidak memi-

liki jendela untuk masuknya terang. Seluruh penerangan dida-

pat dari cahaya kandil, yang menggambarkan gelapnya masa 

itu, sementara Sang Surya atau Sang Kebenaran belum terbit, 

atau bintang timur belum mengunjungi jemaat-Nya. Namun, 

walaupun gelapnya masa itu, Tuhan tidak membiarkan diri-Nya 

tanpa saksi, atau umat Israel tanpa petunjuk. Sebab, perin-

tah-Nya menjadi pelita, dan hukum-Nya menjadi terang, se-

mentara para nabi menjadi cabang-cabang kandil itu, yang 

memberi  terang selama berabad-abad kepada jemaat Per-

janjian Lama. Jemaat pada masa kini masih gelap seperti ke-

adaan di dalam Kemah Suci dahulu, bila dibandingkan dengan 

apa yang akan terjadi di sorga dengan jemaat. Namun, firman 

Tuhan bagaikan kandil itu, pelita yang bercahaya di tempat 

Kitab Keluaran 25:31-40 

 391 

yang gelap  (2Ptr. 1:19), dan sungguh betapa gelapnya dunia 

tanpa cahaya itu. Roh Allah, dalam berbagai karunia dan anu-

gerah-Nya, yaitu  ibarat tujuh obor menyala-nyala di hadapan 

takhta (Why. 4:5). Jemaat-jemaat diibaratkan seperti kandil 

emas, terang dunia, yang berpegang pada firman kehidupan, 

seperti kandil yang menyebarkan cahaya (Flp. 2:15-16). Para 

pelayan Tuhan yaitu  mereka yang menyalakan dan meme-

lihara nyala pelita-pelita itu (ay. 37), dengan membuka Kitab 

Suci. Harta terang ini sekarang diletakkan di dalam bejana 

tanah liat (2Kor. 4:6-7). Cabang-cabang kandil itu menyebar ke 

segala arah, yang menunjukkan penyebaran terang Injil ke 

segenap penjuru melalui pelayanan orang Kristen (Mat. 5:14-

15). Ada berbagai-bagai karunia, namun Roh yang sama mem-

berikan karunia kepada setiap orang untuk mendatangkan 

manfaat bagi semua orang. 

II. Di tengah petunjuk-petunjuk ini ada peringatan khusus yang di-

berikan kepada Musa, yaitu untuk berhati-hati agar tidak meng-

ubah model yang diberikan-Nya: buat semuanya itu menurut con-

toh yang telah ditunjukkan kepadamu (ay. 40). Tidak ada suatu 

pun yang boleh dibuat menurut rekaannya sendiri, atau menurut 

khayalan para pekerja, atau sesuai keinginan umat. Sebaliknya, 

kehendak Tuhan harus diperhatikan dengan sungguh secara ter-

perinci. Jadi, 

1. Seluruh pemeliharaan Tuhan sangat sesuai dengan rancangan-

Nya, dan salinannya tidak pernah berubah dari yang asli. Sang 

Hikmat Tak Terbatas tidak pernah mengubah ukuran-ukuran 

yang dipakai-Nya. Apa pun yang dimaksudkan-Nya, pasti akan 

dilakukan-Nya. 

2. Semua ketetapan-Nya harus dijalankan sesuai hukum-Nya. 

Petunjuk Kristus kepada murid-murid-Nya (Mat. 28:20) serupa 

dengan hal ini: Perhatikanlah segala sesuatu yang telah Ku-

perintahkan kepadamu.  

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  26  

Musa pada bagian ini menerima petunjuk-petunjuk, 

I. Mengenai tenda-tenda bagian dalam Kemah Suci, serta rang-

kapan-rangkapan dari tenda-tenda ini  (ay. 1-6). 

II. Mengenai tenda-tenda bagian luar yang terbuat dari bulu 

kambing untuk memperkuat tenda bagian dalam (ay. 7-13). 

III. Mengenai tudung atau penutup untuk melindungi Kemah 

Suci dari segala cuaca (ay. 14). 

IV. Mengenai papan-papan yang didirikan untuk menunjang 

tenda-tenda, beserta beberapa  kayu lintang dan alasnya (ay. 

15-30). 

V. Tabir di antara tempat kudus dan tempat maha kudus (ay. 

31-35). 

VI. Tirai untuk pintu kemah (ay. 36-37). 

Segala perincian yang telah dicatat ini tampaknya tidak terlalu 

berguna bagi kita saat ini. Akannamun , kita tidak boleh melewatkan-

nya, mengingat betapa besar makna Kemah Suci beserta segala ke-

lengkapannya bagi Musa dan bangsa Israel, terlebih lagi mengingat 

Tuhan berkenan memelihara dan mewariskan keterangan tentang 

semuanya itu kepada kita. Bahkan peradaban ini membuat warisan 

ini patut dihargai.   

Kemah Suci 

(26:1-6) 

1 “Kemah Suci itu haruslah kaubuat dari sepuluh tenda dari lenan halus 

yang dipintal benangnya dan dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain 

kirmizi; dengan ada kerubnya, buatan ahli tenun, haruslah kaubuat semua-

nya itu. 2 Panjang tiap-tiap tenda haruslah dua puluh delapan hasta dan 

lebar tiap-tiap tenda empat hasta: segala tenda itu harus sama ukuran-


 394

nya. 3 Lima dari tenda itu haruslah dirangkap menjadi satu, dan yang lima 

lagi juga harus dirangkap menjadi satu. 4 Pada rangkapan yang pertama, di 

tepi satu tenda yang di ujung, haruslah engkau membuat sosok-sosok kain 

ungu tua dan demikian juga di tepi satu tenda yang paling ujung pada 

rangkapan yang kedua. 5 Lima puluh sosok harus kaubuat pada tenda yang 

satu dan lima puluh sosok pada tenda yang di ujung pada rangkapan yang 

kedua, sehingga sosok-sosok itu tepat berhadapan satu sama lain. 6 Dan 

haruslah engkau membuat lima puluh kaitan emas dan menyambung tenda-

tenda Kemah Suci yang satu dengan yang lain dengan memakai kaitan itu, 

sehingga menjadi satu.  

I. Rumah Tuhan haruslah berupa kemah atau tenda, seperti yang 

digunakan sekarang oleh para tentara di perkemahan, yang meru-

pakan tempat kediaman yang sederhana saja dan dapat dipindah-

pindah. Walaupun begitu, tabut Tuhan tidak memiliki tempat yang 

lebih baik hingga Salomo membangun Bait Tuhan 480 tahun 

lalu  (1Raj. 6:1). Demikianlah kehadiran Tuhan di tengah 

bangsa Israel menjadi nyata di dalam Kemah Suci, 

1. Sesuai dengan keadaan mereka pada waktu itu di tengah pa-

dang gurun, agar mereka dapat selalu bersama Dia ke mana-

pun mereka pergi. Perhatikan, Tuhan menyesuaikan bentuk 

pertolongan-Nya dan pemberian kasih karunia-Nya menurut 

kekurangan dan kebutuhan umat-Nya dengan menyesuaikan 

kemurahan-Nya menurut keadaan mereka, baik sejahtera 

maupun kekurangan, baik menetap maupun berpindah-pin-

dah. jika  engkau menyeberangi air, Aku akan menyertai 

engkau (Yes. 43:2).  

2. Untuk menggambarkan keadaan jemaat Tuhan di dunia, yang 

bagaikan kemah (Mzm. 15:1). Sebab di sini kita tidak mempu-

nyai tempat tinggal yang tetap. Sebagai orang asing di dunia 

ini, dan musafir yang mengembara mencari tempat yang lebih 

baik, kita tidak akan pernah betul-betul menetap hingga kita 

mencapai sorga. Seperti halnya hak keistimewaan jemaat me-

rupakan sesuatu yang dapat berpindah dari satu tempat ke 

tempat lain, Injil pun tidak terikat pada suatu tempat mana 

pun. Sama halnya dengan kaki dian di dalam kemah yang da-

pat dengan mudah diambil (Why. 2:5). Bila kita senantiasa 

mengindahkan Kemah Suci Tuhan dan memanfaatkan hak 

keistimewaannya, maka ke mana pun kita pergi, Kemah Suci 

itu pun akan menyertai kita. Akannamun , jika kita mengabai-

kan dan mencemarkannya, maka di mana pun kita tinggal,

Kitab Keluaran 26:7-14 

 395 

 Kemah Suci Tuhan itu pun akan meninggalkan kita. Apakah 

lagi urusan kekasih-Ku di dalam rumah-Ku? (Yer. 11:15).  

II. Tenda-tenda Kemah Suci haruslah mengikuti pola yang ilahi. 

1. Tenda-tenda ini  harus terbuat dari bahan yang sangat 

berharga, yang terbaik dari jenisnya, terbuat dari lenan halus 

yang dipintal benangnya, dan berwarna sangat indah, seperti 

warna ungu tua, ungu muda, dan kirmizi.  

2. Tenda-tenda ini  harus disulam dengan pola kerub (ay. 1), 

untuk menyatakan bahwa malaikat Tuhan berkemah di sekeli-

ling jemaat (Mzm. 34:8). Seperti halnya kerub yang berada di 

atas tutup pendamaian, kerub pun juga berada di sekeliling 

Kemah Suci, sebab  kita mengetahui bahwa malaikat tidak ha-

nya berada di sekeliling takhta,namun  juga berada di sekeliling 

tua-tua (Why. 5:11). 

3. Harus ada dua rangkapan tenda yang akan digantung, tiap 

rangkap terdiri atas lima tenda yang dijahitkan menjadi satu. 

Kedua rangkapan tenda ini lalu disambung satu sama lain 

dengan kaitan emas, sehingga semuanya menjadi satu Kemah 

Suci (ay. 6). Demikianlah jemaat-jemaat Kristus dan para orang 

kudus, meskipun banyak, tetaplah satu, sebab  rapih tersusun 

dan diikat menjadi satu oleh kasih yang suci dan oleh kesatuan 

Roh, sehingga bertumbuh menjadi satu bait Tuhan yang kudus, 

di dalam Tuhan (Ef. 2:21-22; 4:16). Meskipun Kemah Suci ini 

berukuran sangat kecil dan sempit, namun saat  menyebar-

kan Injil, jemaat dituntut untuk melapangkan tempat kemah-

nya dan membentang tenda tempat kediamannya (Yes. 54:2). 

Penudung Kemah Suci 

 (26:7-14) 

7 Juga haruslah engkau membuat tenda-tenda dari bulu kambing menjadi 

atap kemah yang menudungi Kemah Suci, sebelas tenda harus kaubuat.  

8 Panjang tiap-tiap tenda harus tiga puluh hasta dan lebar tiap-tiap tenda 

empat hasta: yang sebelas tenda itu harus sama ukurannya. 9 Lima dari 

tenda itu haruslah kausambung dengan tersendiri, dan enam dari tenda itu 

dengan tersendiri, dan tenda yang keenam haruslah kaulipat dua, di sebelah 

depan kemah itu. 10 Haruslah engkau membuat lima puluh sosok pada rang-

kapan yang pertama di tepi satu tenda yang di ujung dan lima puluh sosok di 

tepi satu tenda pada rangkapan yang kedua. 11 Haruslah engkau membuat 

lima puluh kaitan tembaga dan memasukkan kaitan itu ke dalam sosok-

sosok dan menyambung tenda-tenda kemah itu, supaya menjadi satu. 12 Me-


 396

ngenai bagian yang berjuntai itu, yang berlebih pada tenda kemah itu, 

haruslah setengah dari tenda yang berlebih itu berjuntai di sebelah belakang 

Kemah Suci. 13 Sehasta di sebelah sini dan sehasta di sebelah sana pada 

bagian yang berlebih pada panjang tenda-tenda kemah itu haruslah berjuntai 

pada sisi-sisi Kemah Suci, di sebelah sini dan di sebelah sana untuk menu-

dunginya. 14 Juga haruslah engkau membuat untuk kemah itu tudung dari 

kulit domba jantan yang diwarnai merah, dan tudung dari kulit lumba-

lumba di atasnya lagi.  

Musa di sini diperintahkan untuk membuat penudung rangkap un-

tuk Kemah Suci agar tidak kebasahan saat  hujan dan agar kein-

dahan tenda-tenda Kemah Suci yang sangat berharga itu tidak rusak. 

1. Harus ada tenda penudung yang terbuat dari bulu kambing, yang 

jauh lebih besar dibandingkan  tenda bagian dalam sebab  akan di-

gunakan untuk menutupi tenda bagian dalam dan mungkin sedi-

kit dilonggarkan beberapa jarak jauhnya dari tenda bagian dalam 

(ay. 7, dst.) Tenda-tenda yang terbuat dari bulu kambing ini harus 

disambung dengan kaitan tembaga. sebab  bahan tenda ini tidak 

terlalu berharga seperti tenda bagian dalam, kaitannya pun ter-

buat dari bahan yang tidak terlalu berharga pula. Akannamun , 

kaitan tembaga itu tetap berfungsi sama seperti kaitan emas. De-

ngan demikian, sambungan tenda-tenda bulu kambing itu sama 

kuat dengan sambungan tenda-tenda biru muda dan kirmizi.  

2. Di atas tudung yang terbuat dari tenda bulu kambing, akan ada 

dua tudung lainnya (ay. 14), satu terbuat dari kulit domba jantan 

yang diwarnai merah, kemungkinan tetap beserta bulunya. Se-

mentara itu, tudung yang satu lagi terbuat dari kulit lumba-lumba, 

demikianlah kita menerjemahkannya,namun  tampaknya tudung 

ini terbuat dari suatu bahan kulit yang kuatnamun  berkualitas 

tinggi, sebab  kita membaca di Kitab Yehezkiel 16:10 bahwa ada 

sejenis sandal yang terbuat dari kulit yang sama, yakni kulit 

lumba-lumba. Sekarang, perhatikan di sini, 

(1) Bahwa bagian luar Kemah Suci memiliki permukaan yang 

kasar dan keras, dan keindahannya justru terletak di tenda-

tenda bagian dalam. Mereka yang di dalamnya Tuhan berkenan 

untuk diam harus senantiasa berusaha menjadi manusia yang 

lebih baik dibandingkan  yang tampak dari luar. Orang munafik 

selalu menampilkan sisi terbaik sebelah luar, seperti kuburan 

yang dilabur putih,namun  keindahan belaka putri raja itu ada di 

dalam (Mzm. 45:14). Di mata dunia, hitam seperti kemah orang 

Kedar,namun  di mata Allah, cantik seperti tirai-tirai orang

Kitab Keluaran 26:15-30 

 397 

 Salma (Kid. 1:5). Biarlah perhiasan kita ialah seperti manusia 

batiniah yang tersembunyi, yang sangat berharga di mata Tuhan 

(1Ptr. 3:4). 

(2) Bahwa di tempat Tuhan menghadirkan kemuliaan-Nya, di atas-

nyalah Tuhan akan menciptakan penudung sebagai pelindung. 

Bahkan, di atas tempat orang benar bernaung, akan ada penu-

dung sebagai persembunyian (Yes. 4:5-6). Perlindungan dan 

penyertaan Tuhan akan senantiasa berada atas mereka yang 

berhiaskan kekudusan. Kemah Tuhan akan menjadi pondok 

bagi kita (Mzm. 27:5). 

Papan-papan Kemah Suci  

 (26:15-30) 

15 Haruslah engkau membuat untuk Kemah Suci papan dari kayu penaga 

yang berdiri tegak, 16 sepuluh hasta panjangnya satu papan dan satu sete-

ngah hasta lebarnya tiap-tiap papan. 17 Tiap-tiap papan harus ada dua pa-

saknya yang disengkang satu sama lain; demikianlah harus kauperbuat de-

ngan segala papan Kemah Suci. 18 Haruslah engkau membuat papan-papan 

untuk Kemah Suci, dua puluh papan pada sebelah selatan. 19 Dan haruslah 

kaubuat empat puluh alas perak di bawah kedua puluh papan itu, dua alas 

di bawah satu papan untuk kedua pasaknya, dan seterusnya dua alas di 

bawah setiap papan untuk kedua pasaknya. 20 Juga untuk sisi yang kedua 

dari Kemah Suci, pada sebelah utara, kaubuatlah dua puluh papan 21 dengan 

empat puluh alas peraknya: dua alas di bawah satu papan dan seterusnya dua 

alas di bawah setiap papan. 22 Untuk sisi belakang Kemah Suci, pada sebelah 

barat, haruslah kaubuat enam papan. 23 Dua papan haruslah kaubuat untuk 

sudut Kemah Suci, di sisi belakang. 24 Kedua papan itu haruslah kembar 

pasaknya di sebelah bawah dan seperti itu juga kembar pasaknya di sebelah 

atas, di dekat gelang yang satu itu; demikianlah harus kedua papan itu; 

haruslah itu merupakan kedua sudutnya. 25 Jadi harus ada delapan papan 

dengan alas peraknya: enam belas alas; dua alas di bawah satu papan dan 

seterusnya dua alas di bawah setiap papan. 26 Juga haruslah kaubuat kayu 

lintang dari kayu penaga: lima untuk papan-papan pada sisi yang satu dari 

Kemah Suci, 27 lima kayu lintang untuk papan-papan pada sisi yang kedua 

dari Kemah Suci, dan lima kayu lintang untuk papan-papan pada sisi Kemah 

Suci yang merupakan sisi belakangnya, pada sebelah barat. 28 Dan kayu 

lintang yang di tengah, di tengah-tengah papan-papan itu, haruslah melin-

tang terus dari ujung ke ujung. 29 Papan-papan itu haruslah kausalut dengan 

emas, gelang-gelang itu haruslah kaubuat dari emas sebagai tempat mema-

sukkan kayu-kayu lintang itu, dan kayu-kayu lintang itu haruslah kausalut 

dengan emas. 30 lalu  haruslah kaudirikan Kemah Suci sesuai dengan 

rancangan yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu. 

Petunjuk yang sangat terperinci diberikan di sini mengenai papan-

papan Kemah Suci, yang akan dipergunakan untuk mendirikan ten-

da-tenda, seperti halnya patok kemah yang haruslah kokoh (Yes. 

54:2). Pada papan-papan itu, dibuatlah beberapa  pasak yang akan 


 398

dimasukkan ke dalam tanggam beralaskan perak. Tuhan memperhati-

kan begitu rupa agar segala sesuatu yang ada di dalam Kemah Suci-

Nya kuat dan berharga. Tenda yang tidak ditunjang oleh papan akan 

mudah digoyang oleh embusan angin. Oleh sebab  itu, yang baik 

ialah memiliki hati yang diperkuat dengan kasih karunia, seperti 

papan-papan yang menunjang tenda-tenda pengakuan iman, sebab 

kalau tidak, hati atau pengakuan iman tidak akan bertahan lama. 

Papan-papan itu harus disatukan oleh gelang emas di sisi atas dan 

bawah (ay. 24), dan diperkuat oleh kayu lintang yang dimasukkan 

melalui gelang-gelang emas yang ada di tiap papan (ay. 26), dan 

semua papan serta kayu lintang harus disalut pula dengan emas (ay. 

29). Demikianlah segala sesuatu yang berada di dalam Kemah Suci 

sangatlah mentereng, sesuai untuk keadaan jemaat yang baru lahir 

pada waktu itu, di mana hal-hal yang mewah seperti ini cukup untuk 

menyenangkan hati anak-anak, untuk menguasai pikiran para 

penyembah dengan rasa hormat dan kagum terhadap kemuliaan 

ilahi, dan untuk menggugah mereka akan keagungan Sang Raja yang 

berkata, Di sini Aku hendak diam. Dengan merujuk pada hal ini, 

Yerusalem baru diibaratkan terbuat dari emas tulen (Why. 21:18). 

Meskipun para pendiri jemaat Injil berkata, Emas dan perak tidak 

ada padaku, namun kemuliaan bangunan yang mereka dirikan jauh 

melampaui bangunan Kemah Suci (2Kor. 3:10-11). Memperoleh hik-

mat sungguh jauh melebihi memperoleh emas! Tidak ada petunjuk 

diberikan di sini mengenai lantai Kemah Suci. Mungkin lantainya 

juga dialasi papan, sebab  kita tidak dapat membayangkan bahwa di 

dalam tenda Kemah Suci yang begitu bagus itu, para imam harus 

berjalan di atas tanah yang dingin atau basah. Namun, bila memang 

lantainya tetap berupa tanah, ini mengingatkan kita akan ayat ini 

(20:24), Kaubuatlah bagi-Ku mezbah dari tanah.  

Tabir dalam Kemah Suci  

(26:31-37) 

31 Haruslah kaubuat tabir dari kain ungu tua, dan kain ungu muda, kain 

kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya; haruslah dibuat dengan 

ada kerubnya, buatan ahli tenun. 32 Haruslah engkau menggantungkannya 

pada empat tiang dari kayu penaga, yang disalut dengan emas, dengan ada 

kaitannya dari emas, berdasar  empat alas perak. 33 Haruslah tabir itu 

kaugantungkan pada kaitan penyambung tenda itu dan haruslah kaubawa 

tabut hukum ke sana, ke belakang tabir itu, sehingga tabir itu menjadi pemi-

sah bagimu antara tempat kudus dan tempat maha kudus. 34 Tutup penda-

Kitab Keluaran 26:31-37 

 399 

maian itu haruslah kauletakkan di atas tabut hukum di dalam tempat maha 

kudus. 35 Meja itu haruslah kautaruh di depan tabir itu, dan kandil itu 

berhadapan dengan meja itu pada sisi selatan dari Kemah Suci, dan meja itu 

haruslah kautempatkan pada sisi utara. 36 Juga haruslah kaubuat tirai un-

tuk pintu kemah itu dari kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi dan 

lenan halus yang dipintal benangnya: tenunan yang berwarna-warna. 37 Ha-

ruslah kaubuat lima tiang dari kayu penaga untuk tirai itu dan kausalutlah 

itu dengan emas, dengan ada kaitannya dari emas, dan untuk itu haruslah 

kautuang lima alas dari tembaga.”  

Pada bagian ini, ada dua tabir yang diperintahkan untuk dibuat, 

yakni 

1. Satu tabir yang menjadi pemisah antara tempat kudus dan tem-

pat maha kudus, yang tidak hanya mencegah siapa pun untuk 

masuk,namun  juga mencegah mereka untuk sekadar mengintip ke 

dalam tempat maha kudus (ay. 31, 33). Di bawah masa pengatur-

an Ilahi pada waktu itu, kasih karunia ilahi tersembunyi di balik 

tabir,namun  sekarang kita dapat menyaksikannya dengan muka 

yang tidak berselubung (2Kor. 3:18). Sang rasul di dalam Surat 

Ibrani 9:8-9 menyampaikan kepada kita makna tabir ini, yakni 

bahwa ia menandakan hukum Taurat tidak mungkin menyempur-

nakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya, pun 

pelaksanaan hukum itu tidak akan membawa manusia masuk 

sorga. Jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama 

kemah yang pertama itu masih ada. Hidup yang tidak dapat 

binasa tetap tersembunyi hingga didatangkan oleh Injil, yang 

ditandai oleh terbelahnya tabir ini menjadi dua pada saat kemati-

an Kristus (Mat. 27:51). Kita tidak punya keberanian untuk masuk 

ke dalam tempat kudus, dengan segala penyembahan kita, selain 

oleh darah Yesus. Namun demikian, kita tetap wajib menyembah 

Dia dengan rasa hormat dan kagum yang suci dan dengan rendah 

hati mengingat jarak kita dengan Dia . 

2. Satu tabir lainnya dipergunakan sebagai pintu Kemah Suci (ay. 

36-37). Melalui tabir pertama inilah para imam, bukan umat 

biasa, masuk setiap hari untuk melayani di tempat kudus. Tabir 

yang merupakan perlindungan Kemah Suci dari para pencuri dan 

perampok ini mudah diterobos, sebab  tidak dikunci atau diberi 

penghalang, dan berlimpahnya harta yang ada di dalam Kemah 

Suci merupakan sesuatu yang menggoda. Akannamun , dengan 

membiarkannya tidak terlindungi seperti itu, 

(1) Para imam dan orang Lewi akan menjadi semakin bertanggung 

jawab untuk mengawasi Kemah Suci, dan 


 400

(2) Tuhan akan menunjukkan pemeliharaan-Nya terhadap jemaat-

Nya di dunia, meski jemaat-Nya itu lemah dan tanpa pertahan-

an serta senantiasa tidak terlindungi. Bila Tuhan menghendaki-

nya, tabir yang menudungi rumah-Nya dapat menjadi sekuat 

pagar tembaga atau jeruji besi. 

 

 

  

PASAL  27  

Dalam pasal ini diberikan petunjuk-petunjuk,  

I. Mengenai mezbah tembaga untuk korban-korban bakaran 

(ay. 1-8).  

II. Mengenai pelataran Kemah Suci dengan layar-layarnya (ay. 

9-19).  

III. Mengenai minyak untuk lampu Kemah Suci (ay. 20-21). 

Mezbah Tembaga 

(27:1-8) 

1 “Haruslah engkau membuat mezbah dari kayu penaga, lima hasta panjang-

nya dan lima hasta lebarnya, sehingga mezbah itu empat persegi,namun  tiga 

hasta tingginya. 2 Haruslah engkau membuat tanduk-tanduknya pada keem-

pat sudutnya; tanduk-tanduknya itu haruslah seiras dengan mezbah itu dan 

haruslah engkau menyalutnya dengan tembaga. 3 Juga harus engkau mem-

buat kuali-kualinya tempat menaruh abunya, dan sodok-sodoknya dan 

bokor-bokor penyiramannya, garpu-garpunya dan perbaraan-perbaraannya; 

semua perkakasnya itu harus kaubuat dari tembaga. 4 Haruslah engkau 

membuat untuk itu kisi-kisi, yakni jala-jala tembaga, dan pada jala-jala itu 

haruslah kaubuat empat gelang tembaga pada keempat ujungnya. 5 Haruslah 

engkau memasang jala-jala itu di bawah jalur mezbah itu; mulai dari sebelah 

bawah, sehingga jala-jala itu sampai setengah tinggi mezbah itu. 6 Haruslah 

engkau membuat kayu-kayu pengusung untuk mezbah itu, kayu-kayu 

pengusung dari kayu penaga dan menyalutnya dengan tembaga. 7 Kayu-kayu 

pengusungnya itu haruslah dimasukkan ke dalam gelang-gelang itu dan 

kayu-kayu pengusung itu haruslah ada pada kedua rusuk mezbah itu waktu 

mezbah itu diangkut. 8 Mezbah itu harus kaubuat berongga dan dari papan, 

seperti yang ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu, demikianlah harus 

dibuat mezbah itu.”  

sebab  Tuhan ingin mewujudkan kehadiran-Nya di tengah-tengah 

umat-Nya dalam Kemah Suci itu, maka di saja juga bangsa Israel 

harus mengadakan kebaktian-kebaktian kepada-Nya. Namun, bukan 

di dalam Kemah Suci itu sendiri, yang hanya boleh dimasuki oleh 


 402

imam-imam sebagai para pelayan yang mengurus rumah tangga, 

melainkan di pelataran depan Kemah Suci itu, di mana mereka hadir 

sebagai rakyat kebanyakan. Di sanalah diperintahkan untuk diba-

ngun sebuah mezbah, tempat mereka membawa persembahan-per-

sembahan mereka. Di atas mezbah itu imam-imam mempersembah-

kan semua persembahan mereka itu kepada Allah. Mezbah ini men-

jadi tempat untuk menguduskan persembahan mereka. Di pelataran 

itulah mereka mengadakan ibadah kebaktian mereka kepada Allah, 

sebab  dari tutup pendamaian Ia memberi  firman-firman-Nya 

kepada mereka. Demikianlah persekutuan diadakan antara Tuhan dan 

Israel. Di sini Musa diberi petunjuk mengenai,  

1 Ukuran-ukuran mezbah itu, yang berbentuk persegi empat (ay. 1). 

2. Tanduk-tanduknya (ay. 2), dibuat sebagai hiasan dan juga untuk 

digunakan. Korban-korban itu diikat dengan tali pada tanduk-

tanduk mezbah, dan pada tanduk-tanduk itu jugalah para penja-

hat melarikan diri dan berlindung.  

3. Bahan-bahan yang digunakan, dari kayu penaga yang disalut 

dengan tembaga (ay. 1-2),  

4. Perlengkapan mezbah itu (ay. 3), yang semuanya dibuat dari tem-

baga. 

5. Kisi-kisi, yang dipasang di bagian bawah mezbah yang kosong, 

mulai dari sebelah bawah sampai sekitar setengah tinggi mezbah 

itu, yang di dalamnya api dibiarkan menyala dan korban dibakar. 

Kisi-kisi itu terbuat dari jala-jala tembaga seperti sebuah saringan 

dan tergantung kosong, supaya api dapat menyala lebih baik dan 

abu-abu pembakaran dapat jatuh masuk melalui jala-jala itu (ay. 

4-5). 

6. Kayu-kayu pengusung harus dibuat untuk mengusung mezbah 

itu (ay. 6-7). Dan, akhirnya, Musa diminta membuat mezbah se-

perti contoh yang pernah ditunjukkan kepadanya (ay. 8).  

Nah, mezbah tembaga itu merupakan sebuah perlambang dari 

Kristus yang menderita sampai mati untuk mengadakan pendamaian 

bagi dosa-dosa kita. Kayu penaga itu akan dibakar habis oleh api dari 

sorga jika tidak disalut dengan tembaga sebagai pelindung. Sifat 

kemanusiaan Kristus juga tidak akan dapat menahan murka Tuhan 

jika tidak didukung oleh kuasa ilahi. Kristus menguduskan diri-Nya 

sendiri bagi jemaat-Nya, sebagai mezbah mereka (Yoh. 17:19), dan 

oleh pengantaraan-Nya Ia menguduskan kebaktian-kebaktian je-

Kitab Keluaran 27:9-19 

 403 

maat-Nya setiap hari, yang juga memiliki hak untuk makan dari 

mezbah ini (Ibr. 13:10), sebab mereka melayani di mezbah itu sebagai 

imam-imam rohani. Kepada tanduk-tanduk mezbah ini, orang-orang 

berdosa yang malang berlarian datang untuk berlindung saat  ke-

adilan mengejar mereka, dan mereka aman oleh sebab  jasa korban 

yang dipersembahkan di sana.  

Mengenai Pelataran Kemah Suci  

dengan Layar-layarnya 

(27:9-19) 

9 “Haruslah engkau membuat pelataran Kemah Suci; untuk pelataran itu 

pada sebelah selatan harus dibuat layar dari lenan halus yang dipintal 

benangnya, seratus hasta panjangnya pada sisi yang satu itu. Tiang-tiangnya 

harus ada dua puluh, dan alas-alas tiang itu harus dua puluh, dari tembaga, 

tetapi kaitan-kaitan tiang itu dan penyambung-penyambungnya harus dari 

perak. 11 Demikian juga pada sebelah utara, pada panjangnya, harus ada 

layar yang seratus hasta panjangnya, tiang-tiangnya harus ada dua puluh 

dan alas-alas tiang itu harus dua puluh, dari tembaga,namun  kaitan-kaitan 

tiang itu dan penyambung-penyambungnya harus dari perak. 12 Dan pada 

lebar pelataran itu pada sebelah barat harus ada layar yang lima puluh has-

ta, dengan sepuluh tiangnya dan sepuluh alas tiang itu. 13 Lebar pelataran 

itu, yaitu bagian muka pada sebelah timur harus lima puluh hasta, 14 yakni 

lima belas hasta layar untuk sisi yang satu di samping pintu gerbang itu, 

dengan tiga tiangnya dan tiga alas tiang itu; 15 dan juga untuk sisi yang 

kedua di samping pintu gerbang itu lima belas hasta layar, dengan tiga 

tiangnya dan tiga alas tiang itu; 16namun  untuk pintu gerbang pelataran itu 

tirai dua puluh hasta dari kain ungu tua dan kain ungu muda, kain kirmizi 

dan dari lenan halus yang dipintal benangnya – tenunan yang berwarna-

warna – dengan empat tiangnya dan empat alas tiang itu. 7 Segala tiang yang 

mengelilingi pelataran itu haruslah dihubungkan dengan penyambung-

penyambung perak, dan kaitan-kaitannya harus dari perak dan alas-alasnya 

dari tembaga. 18 Panjang pelataran itu harus seratus hasta, lebarnya lima 

puluh hasta dan tingginya lima hasta, dari lenan halus yang dipintal benang-

nya, dan alas-alasnya harus dari tembaga. 19 Adapun segala perabotan untuk 

seluruh perlengkapan Kemah Suci, dan juga segala patoknya dan segala 

patok pelataran: semuanya harus dari tembaga.” 

Di depan Kemah Suci harus dibuat sebuah pelataran atau halaman 

yang ditutupi di sekelilingnya dengan layar-layar yang terbuat dari 

kain lenan halus yang biasa digunakan untuk kemah-kemah. Sesuai 

dengan satuan perhitungan hasta, maka panjangnya yaitu  sekitar 

empat puluh enam meter, dan lebar sekitar dua puluh tiga meter. 

Tiang-tiangnya didirikan sesuai dengan jarak kenyamanan, berdiri di 

atas alas-alas tiang dari tembaga. Penyambung-penyambungnya ter-

buat dari perak dengan kait-kait yang juga terbuat dari perak, dan di 

atas kaitan-kaitan itulah layar-layar dari kain lenan halus itu dikait-


 404

kan. Layar-layar yang dipasang di gerbang pelataran lebih halus dari 

pada sisi-sisi yang lainnya (ay. 16). Pelataran ini menggambarkan 

jemaat, yang dilingkupi dan dibedakan dari dunia selebihnya. Sekeli-

lingnya ditopang oleh tiang-tiang, yang menunjukkan kemantapan 

jemaat, tergantung pada kain lenan halus yang putih bersih, yang 

dikatakan sebagai perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang 

kudus (Why. 19:8). Inilah pelataran-pelataran yang dirindukan dan 

didambakan Daud untuk tinggal di dalamnya (Mzm. 84:3, 11), dan ke 

dalamnyalah umat Tuhan masuk dengan puji-pujian dan ucapan 

syukur (Mzm. 100:4). Akannamun , pelataran ini hanya berisi sedikit 

penyembah-penyembah. Namun, syukur kepada Allah, bahwa seka-

rang, di bawah Injil, penutup di sekeliling pelataran itu sudah ditu-

runkan. Kehendak Tuhan yaitu  supaya semua orang berdoa di 

mana-mana, dan ada ruang bagi semua orang di setiap tempat untuk 

berseru pada nama Yesus Kristus. 

Tentang Minyak untuk Lampu 

(27:20-21) 

20 “Haruslah kauperintahkan kepada orang Israel, supaya mereka membawa 

kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni untuk lampu, supaya orang 

dapat memasang lampu agar tetap menyala. 21 Di dalam Kemah Pertemuan di 

depan tabir yang menutupi tabut hukum, haruslah Harun dan anak-anaknya 

mengaturnya dari petang sampai pagi di hadapan TUHAN. Itulah suatu kete-

tapan yang berlaku untuk selama-lamanya bagi orang Israel turun-temurun.” 

Kita sudah membaca mengenai kandil ini dalam pasal dua puluh 

lima, dan di sini ada perintah dari Tuhan untuk menjaga supaya ada 

lampu-lampu tetap menyala di dalamnya, sebab kalau tidak, kandil 

itu tidak ada gunanya. Dalam setiap kandil harus ada terang yang 

membara dan bercahaya. Sebuah kandil tanpa pelita yaitu  seperti 

sumur tanpa air, atau seperti awan tanpa hujan. Nah, 

1. Orang Israel harus menyediakan minyak itu. Dari merekalah 

pelayan-pelayan Tuhan menjalankan tugas pemeliharaan mereka. 

Atau, tepatnya, minyak zaitun murni itu menunjukkan karunia-

karunia dan anugerah Roh Kudus, yang diberikan kepada semua 

orang percaya dari Kristus Sang Minyak Zaitun yang baik itu, 

yang dari kepenuhan-Nya kita menerima karunia dan anugerah 

itu (Za. 4:11-12), dan yang tanpanya, terang kita tidak dapat 

bercahaya di depan orang.  

 

Kitab Keluaran 27:20-21 

 405 

2. Imam-imam harus menyalakan lampu-lampu itu dan menjaganya 

tetap menyala. Kewajiban ini merupakan bagian dari tugas pela-

yanan harian mereka untuk memasang lampu agar tetap menyala, 

siang dan malam. Demikianlah, menjadi tugas para hamba 

Tuhan, dengan memberitakan dan menjelaskan secara terperinci 

firman Tuhan (yang disamakan seperti lampu), untuk mencerah-

kan jemaat, yang yaitu  Kemah Suci Tuhan di atas muka bumi ini, 

dan untuk menuntun imam-imam rohani itu untuk beribadah 

kepada-Nya. Hal ini akan menjadi suatu ketetapan yang berlaku 

untuk selama-lamanya, supaya terang firman Tuhan tetap menyala 

sebagaimana sepatutnya seperti ukupan doa dan pujian yang 

dipersembahkan. 

 

  

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  28  

erbagai petunjuk sedang diberikan untuk memperlengkapi tem-

pat ibadah. Dalam pasal ini dan pasal selanjutnya perhatian 

diberikan pada para imam yang akan melayani di tempat kudus ini, 

sebagai para pelayan Tuhan Israel yang mengurus rumah Allah. Tuhan 

mengambil hamba-hamba atau pelayan di rumah-Nya sebagai tanda 

bahwa Ia mau berdiam di antara mereka. Dalam pasal ini, 

I.  Dia menunjuk orang-orang yang akan menjadi para pelayan-

Nya (ay. 1). 

II. Dia menetapkan pakaian kerja mereka. Pekerjaan mereka ku-

dus maka pakaian mereka pun haruslah kudus, sesuai de-

ngan kemuliaan rumah yang sedang akan didirikan (ay. 2-5). 

1. Dia menetapkan pakaian pemimpin hamba-hamba-Nya 

itu, yaitu imam besar, yang sangatlah mewah. 

(1)  Baju efod dan ikat pinggang (ay. 6-14). 

(2)  Tutup dada pernyataan keputusan (ay. 15-29), tempat 

Urim dan Tumim diletakkan (ay. 30). 

(3)  Gamis baju efod (ay. 31-35). 

(4)  Serban (ay. 36-39). 

2. Pakaian imam-imam yang lebih rendah (ay. 40-43). Dan 

semua ini pun bayangan untuk hal-hal baik yang akan 

datang. 

Pakaian Imam 

(28:1-5)  

1 “Engkau harus menyuruh abangmu Harun bersama-sama dengan anak-

anaknya datang kepadamu, dari tengah-tengah orang Israel, untuk meme-

gang jabatan imam bagi-Ku – Harun dan anak-anak Harun, yakni Nadab, 


 408

Abihu, Eleazar dan Itamar. 2 Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi 

Harun, abangmu, sebagai perhiasan kemuliaan. 3 Haruslah engkau mengata-

kan kepada semua orang yang ahli, yang telah Kupenuhi dengan roh keahli-

an, membuat pakaian Harun, untuk menguduskan dia, supaya dipegangnya 

jabatan imam bagi-Ku. 4 Inilah pakaian yang harus dibuat mereka: tutup 

dada, baju efod, gamis, kemeja yang ada raginya, serban dan ikat pinggang. 

Demikianlah mereka harus membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, 

dan bagi anak-anaknya, supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku. 5 Untuk 

itu haruslah mereka mengambil emas, kain ungu tua dan kain ungu muda, 

kain kirmizi dan lenan halus. 

Di sini digambarkan tentang, 

I.  Imam-imam yang ditunjuk: Harun bersama-sama dengan anak-

anaknya (ay. 1). Sampai saat itu, setiap kepala keluarga menjadi 

imam bagi keluarganya sendiri, dan memberi persembahan, bila 

ada alasannya, di atas mezbah dari tanah. Namun, sebab  seka-

rang keluarga-keluarga Israel mulai disatukan menjadi sebuah 

bangsa, dan kemah pertemuan akan didirikan, maka sebagai 

sebuah tempat untuk bersatu, haruslah diangkat jabatan imamat 

bagi seluruh bangsa itu. Musa, yang sampai saat itu menjabat 

sebagai imam, dan sebab  itu terhitung sebagai salah satu dari 

imam-imam Tuhan (Mzm. 99:6), sudah cukup sibuk sebagai nabi 

yang menyampaikan perkataan Tuhan kepada mereka, dan seba-

gai pemimpin yang menghakimi mereka. Lagi pula, ia juga tidak 

berkeinginan untuk memborong semua kehormatan bagi dirinya 

sendiri


Related Posts:

  • keluaran imamat 12 tanda khusus akan perkenanan-Nya kepada mereka semua sebab  Tuhan berkenan men-jumpai orang yang bersuka di dalam Dia dan mengerjakan kebenar-an. Dan Ia menempatkan mereka lebih dekat kepada-Nya dibandingkan&n… Read More