tanda khusus akan
perkenanan-Nya kepada mereka semua sebab Tuhan berkenan men-
jumpai orang yang bersuka di dalam Dia dan mengerjakan kebenar-
an. Dan Ia menempatkan mereka lebih dekat kepada-Nya dibandingkan
yang mereka harapkan. Demikianlah di dalam jemaat Perjanjian
Baru, kita menjumpai keempat makhluk, dan kedua puluh empat tua-
tua, diberi kehormatan duduk di sekeliling takhta-Nya, sebab telah
dibeli bagi Tuhan oleh darah Anak Domba yang ada di tengah-tengah
takhta (Why. 4:4-5; 5:8-9). Perhatikan di sini,
1. Mereka melihat Tuhan Israel (ay. 10), yakni, mereka sekilas dapat
menyaksikan kemuliaan-Nya, di dalam terang dan api, meski
mereka tidak melihat sesuatu rupa, dan mengenai keberadaan-Nya
seorangpun tak pernah melihat Dia, dan memang manusia tidak
dapat melihat Dia (1Tim. 6:16). Mereka menyaksikan tempat Tuhan
Israel berdiri (seperti dalam terjemahan Septuaginta), sesuatu
yang mirip seperti itu,namun tidaklah mirip benar. Apa pun yang
mereka saksikan itu jelas merupakan sesuatu yang tidak dapat
disandingkan dengan gambar atau rupa apa pun,namun tetap
pemandangan itu memuaskan mereka bahwa Tuhan sungguh-
sungguh ada bersama mereka. Tidak ada yang digambarkan
selain dari apa yang berada di bawah kaki-Nya, sebab seluruh
pemahaman kita akan Tuhan tidak bisa mendekat Dia dan sama
sekali tidak memadai. Mereka tidak melihat apa pun kecuali kaki
Allah,namun di bawah cahaya yang menyilaukan itu, sebagai tum-
puan atau pijakan kaki-Nya, mereka melihat lantai yang paling
mulia dan luar biasa mengagumkan, yang tidak pernah mereka
lihat sebelumnya atau akan mereka lihat lagi lalu , sebab
lantai itu terbuat dari batu safir, yang berwarna seperti langit biru
yang cerah. Langit sendiri merupakan alas bagi istana Allah, dan
374
takhta-Nya mengatasi cakrawala. Lihatlah bagaimana hikmat jauh
lebih berharga dibandingkan batu mulia atau safir, sebab hikmat
sejak dahulu kala dan sampai selamanya merupakan kesukaan
Tuhan (Ams. 8:30), dan menjadi kesayangan-Nya,namun batu safir
hanyalah menjadi alas kaki-Nya. Oleh sebab itu, marilah kita
tanggalkan semua kekayaan dunia ini dan tidak menyertakannya
di dalam hati kita.
2. Kepada pemuka-pemuka (atau tua-tua) orang Israel itu, tidaklah
diulurkan-Nya tangan-Nya (ay. 11). Meskipun mereka manusia
biasa, semarak kemuliaan Tuhan yang luar biasa tidaklah mem-
buat mereka kewalahan. Semarak kemuliaan-Nya tidaklah terlalu
kuat menerpa mereka (Ayb. 26:9), dan mereka dikuatkan oleh-Nya
(Dan. 10:19), sehingga mereka mampu menahan semarak kemu-
liaan-Nya. Bahkan, meskipun mereka semua manusia berdosa se-
hingga layak menerima ganjaran keadilan Allah, Dia tidak meng-
ulurkan tangan penghukuman dan balas dendam-Nya ke atas
mereka, seperti yang mereka takutkan. saat kita memikirkan,
betapa Tuhan yaitu api yang melalap habis semuanya, dan be-
tapa kita bagaikan kayu kering di hadapan-Nya, sepantasnyalah
kita berkata setiap kali kita mendekat kepada Allah, Oleh sebab
kasih setia Tuhanlah kita tidak dilahap habis oleh-Nya.
3. Mereka memandang Allah, lalu makan dan minum. Selain hidup
mereka, kekuatan, keberanian, dan kesejahteraan mereka pun
turut Tuhan jaga. Pemandangan akan Tuhan tidak menyurutkan
sukacita mereka, melainkan menambah dan menguatkannya.
Mereka mengadakan perjamuan atas persembahan itu di hadapan
Tuhan sebagai tanda sukacita atas penyerahan diri mereka ter-
hadap perjanjian yang baru dibuat itu, sebagai tanda syukur atas
segala keuntungan yang mereka terima dari perjanjian itu, dan
juga sebagai tanda persekutuan mereka dengan Tuhan sesuai
dengan isi perjanjian itu. Demikianlah orang percaya makan dan
minum semeja dengan Kristus (Luk. 22:30). Berbahagialah mereka
yang akan makan roti di dalam Kerajaan Bapa kita, dan memi-
num anggur baru yang disajikan di sana.
Kitab Keluaran 24:12-18
375
Musa Naik ke Gunung Tuhan
(24:12-18)
12 TUHAN berfirman kepada Musa: “Naiklah menghadap Aku, ke atas gu-
nung, dan tinggTuhan di sana, maka Aku akan memberi kepadamu loh
batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk diajarkan
kepada mereka.” 13 Lalu bangunlah Musa dengan Yosua, abdinya, maka naik-
lah Musa ke atas gunung Tuhan itu. 14namun kepada para tua-tua itu ia ber-
kata: “TinggTuhan di sini menunggu kami, sampai kami kembali lagi kepada-
mu; bukankah Harun dan Hur ada bersama-sama dengan kamu, siapa yang
ada perkaranya datanglah kepada mereka.” 15 Maka Musa mendaki gunung
dan awan itu menutupinya. 16 Kemuliaan TUHAN diam di atas gunung Si-
nai, dan awan itu menutupinya enam hari lamanya; pada hari ketujuh di-
panggil-Nyalah Musa dari tengah-tengah awan itu. 17 Tampaknya kemuliaan
TUHAN sebagai api yang menghanguskan di puncak gunung itu pada peman-
dangan orang Israel. 18 Masuklah Musa ke tengah-tengah awan itu dengan
mendaki gunung itu. Lalu tinggTuhan ia di atas gunung itu empat puluh
hari dan empat puluh malam lamanya.
sesudah upacara pemeteraian perjanjian yang berlangsung di depan
seluruh bangsa Israel itu telah usai, Musa dipanggil naik ke gunung
lagi untuk menerima petunjuk lebih lanjut, yang akan kita baca di
dalam pasal-pasal berikutnya.
I. Musa dipanggil ke atas gunung, dan di sana ia berdiam selama
enam hari pada jarak tertentu. Ia mendapat perintah (ay. 12):
Naiklah ke atas gunung dan tinggTuhan di sana, artinya, “Bersiap-
lah terus tinggal di sana selama beberapa waktu.” Orang yang
mau bersekutu dengan Tuhan tidak hanya harus mematuhi segala
ketetapan-Nya,namun juga harus tinggal di dalamnya. Berbahagia-
lah mereka yang tinggal di rumah-Nya, dan tidak sekedar dipang-
gil ke sana. “Naiklah, dan Aku akan memberi kepadamu hu-
kum, untuk diajarkan kepada mereka.” Musa tidak mengajarkan
kepada bangsa Israel apapun selain apa yang diterimanya dari
Tuhan, dan ia tidak menerima apapun dari Tuhan selain dibandingkan
yang diajarkannya kepada bangsa Israel, sebab ia setia kepada
Tuhan dan Israel serta patuh menjalankan perintah yang diberikan
kepadanya, dan tidak menambah-nambah ataupun mengurangi
apa pun. sesudah menerima perintah ini,
1. Musa menunjuk Harun dan Hur sebagai hakim dan pengambil
keputusan selama kepergiannya untuk menjaga perdamaian
dan ketertiban di tengah jemaat itu (ay. 14). Ia meninggalkan
segenap urusan kepemimpinannya saat ia naik ke atas
gunung agar pikirannya tidak teralihkan.namun meski demi-
376
kian, ia tidak meninggalkan umatnya bagaikan domba tanpa
gembala, bahkan hanya untuk beberapa hari. Para pemimpin
yang baik akan memperhatikan pemerintahannya secara ber-
sinambungan, maka rakyatnya pun akan melihatnya sebagai
berkat yang bersinambungan.
2. Musa membawa Yosua bersamanya naik ke atas gunung (ay.
13). Yosua yaitu abdinya, dan ia bersuka membawa Yosua
sebagai kawan pendampingnya selama enam hari ia tinggal di
gunung, sebelum Tuhan sendiri memanggil Yosua. Yosua kelak
akan menjadi penerus Musa, sehingga dengan tindakan ini,
Yosua dihormati oleh umat Israel, jauh di atas tua-tua, dan
nantinya mereka akan lebih siap menerima Yosua sebagai pe-
mimpin mereka. Dengan demikian, Yosua dipersiapkan untuk
tugas pelayanan ini dengan dilatih bersekutu dengan
Allah. Yosua merupakan gambaran Kristus, dan (seperti peng-
amatan tajam oleh uskup Pearson) Musa mengajak Yosua ber-
samanya naik ke atas gunung, sebab tanpa Yesus, yang di
dalam-Nya tersimpan segenap kekayaan hikmat dan penge-
tahuan, rahasia sorgawi tak akan pernah dapat tersingkap,
pun kehadiran Tuhan yang mulia tidak akan dapat didekati.
3. Awan menutupi gunung itu selama enam hari, menandakan
kehadiran Tuhan yang istimewa di sana, sebab Ia memper-
lihatkan diri-Nya kepada kita dan pada saat yang sama me-
nyembunyikan diri-Nya dari kita. Ia membiarkan kita mengeta-
hui tentang Dia sebegitu rupa supaya kita percaya akan keha-
diran-Nya, kuasa-Nya, dan kasih karunia-Nya kepada kita,
tetapi Ia pun menunjukkan bahwa kita tidak dapat sepenuh-
nya menemukan Dia. Selama enam hari di atas gunung, Musa
tetap menunggu panggilan untuk masuk ke dalam ruang per-
temuan (ay. 15-16). Tuhan dengan ini menguji kesabaran dan
kepatuhan Musa terhadap perintah berikut (ay. 12), TinggTuhan
di sana. Bila Musa menjadi lelah sebelum mencapai hari ketu-
juh (seperti Saul, 1Sam. 13:8-9) dan berkata, Mengapakah aku
berharap kepada Tuhan lagi?, maka Musa akan kehilangan
kehormatan untuk masuk ke dalam awan. Persekutuan dengan
Tuhan yaitu sesuatu yang layak dinantikan. Oleh sebab itu,
kita sudah sepantasnya mempersembahkan diri kepada kete-
tapan yang agung dengan sungguh-sungguh berdiam dan
mengambil waktu untuk mempersiapkan diri (Mzm. 108:2).
Kitab Keluaran 24:12-18
377
II. Musa dipanggil masuk ke dalam awan pada hari ketujuh, ke-
mungkinan pada hari Sabat (ay. 16), Nah,
1. Awan tebal itu terbuka di hadapan seluruh bangsa Israel, dan
kemuliaan Tuhan pun tersingkap bagaikan api yang mengha-
nguskan di depan mata semua orang Israel (ay. 17). Allah,
yaitu Tuhan kita, yaitu Api yang menghanguskan, dan dalam
rupa seperti api itu juga Ia berkenan menyatakan diri-Nya
saat menurunkan hukum-Nya, supaya dengan mengetahui
kengerian Tuhan, kita digerakkan untuk taat, sehingga bisa
menyiapkan diri menerima penghiburan Injil, dan kasih karu-
nia dan kebenaran yang dibawa oleh Yesus Kristus pun
menjadi lebih mudah kita terima.
2. Peristiwa masuknya Musa ke dalam awan terjadi begitu ajaib:
Masuklah Musa ke tengah-tengah awan itu (ay. 18). Musa
memperlihatkan ketenangan pikiran yang luar biasa, yang di-
anugerahkan Tuhan kepadanya melalui persiapan selama enam
hari ini , sebab tanpanya, mustahil ia berani masuk ke
dalam awan, khususnya saat awan itu tersingkap dengan
api yang menghanguskan. Musa percaya bahwa Ia yang me-
manggilnya akan melindunginya, dan bahkan semua sifat
Tuhan yang mulia itu, yang sangat menakutkan bagi orang
fasik, membawa sukacita bagi para orang kudus yang memuji
Tuhan dengan kerendahan hati. Orang yang hidup dalam kebe-
naran, yang berbicara dengan jujur, akan dapat tinggal dalam
api yang menghabiskan ini, seperti disampaikan kepada kita di
dalam Kitab Yesaya 33:14-15. Ada orang beserta pekerjaannya
yang akan tahan menghadapi api (1Kor. 3:12), dan ada pula
orang yang memiliki kepercayaan diri menghadap Allah.
3. Masa waktu Musa tinggal di dalam awan itu pun merupakan
sesuatu yang tidak kalah ajaibnya. Musa tinggal di sana empat
puluh hari dan empat puluh malam lamanya. Tampaknya, enam
hari penantian Musa (ay. 16) tidak termasuk ke dalam empat
puluh hari itu, sebab selama enam hari, Musa bersama-sama
dengan Yosua, yang makan roti manna dan minum air dari
sungai (Ul. 9:21), dan sementara mereka bersama-sama, Musa
kemungkinan turut makan dan minum bersama Yosua. Akan
tetapi, saat Musa dipanggil masuk ke tengah-tengah awan
itu, ia meninggalkan Yosua, yang terus makan dan minum
setiap hari sementara ia menantikan kedatangan Musa kem-
378
bali,namun sejak hari itu, Musa berpuasa. Tuhan tentu saja
dapat menyampaikan apa yang ingin disampaikan-Nya kepada
Musa dalam waktu satu hari,namun demi keagungan peristiwa
itu, Tuhan meminta Musa tinggal bersama-Nya di atas gunung
selama empat puluh hari dan empat puluh malam. Di sini, kita
diajar untuk meluangkan waktu yang banyak untuk bersekutu
dengan Tuhan dan untuk merenungkan bahwa cara terbaik
memakai waktu yaitu dengan memakai nya untuk
bersekutu dengan Allah. Orang yang hendak mendapat penge-
tahuan akan kehendak Tuhan harus merenungkannya siang dan
malam.
PASAL 25
i pasal ini mulai diuraikan perihal perintah dan petunjuk yang
diberikan Tuhan kepada Musa di atas gunung untuk mendirikan
dan memperlengkapi Kemah Suci untuk kehormatan Allah. Di sini
ada ,
I. Perintah agar umat mengumpulkan persembahan khusus
bagi tujuan ini (ay. 1-9).
II. Petunjuk-petunjuk khusus yang berkaitan dengan,
1. Tabut perjanjian (ay. 10-22).
2. Meja untuk roti sajian (ay. 23-30).
3. Kandil dari emas (ay. 31, dst.).
Kemah Suci dan Perabotannya
(25:1-9)
1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 2 “Katakanlah kepada orang Israel,
supaya mereka memungut bagi-Ku persembahan khusus; dari setiap orang
yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus
kepada-Ku itu. 3 Inilah persembahan khusus yang harus kamu pungut dari
mereka: emas, perak, tembaga; 4 kain ungu tua, kain ungu muda, kain kir-
mizi, lenan halus, bulu kambing; 5 kulit domba jantan yang diwarnai merah,
kulit lumba-lumba dan kayu penaga; 6 minyak untuk lampu, rempah-rempah
untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian, 7 permata
krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup dada. 8 Dan
mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di
tengah-tengah mereka. 9 Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu
sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya,
demikianlah harus kamu membuatnya.”
Kita dapat menduga bahwa saat Musa memasuki awan dan tinggal
begitu lama di dalamnya, di mana para malaikat kudus melayani
shekhinah, atau Keagungan ilahi, ia melihat dan mendengar hal-hal
yang sangat mulia yang berkenaan dengan dunia atas. Namun, hal-
D
380
hal ini tidak boleh atau tidak mungkin diutarakannya. Oleh
sebab itu, di dalam catatan tentang apa saja yang terjadi di situ, ia
tidak mengatakan apa pun demi memuaskan rasa ingin tahu orang-
orang yang hendak bersikeras mengetahui hal-hal yang tidak mereka
lihat. Sebaliknya, ia hanya mencatat hal-hal yang harus disampai-
kannya kepada umat Israel. Sebab, Kitab Suci dimaksudkan untuk
mengarahkan kita dalam mengerjakan kewajiban, bukan untuk
mengisi kepala kita dengan berbagai dugaan yang tidak berdasar,
atau untuk memuaskan khayalan kita.
Di dalam ayat-ayat ini Tuhan memberitahukan maksud-Nya secara
umum kepada Musa, yaitu supaya umat Israel membangun sebuah
tempat kudus bagi-Nya, sebab Ia berencana diam di tengah-tengah
mereka (ay. 8). Ada pendapat bahwa meskipun sebelum itu sudah
ada mezbah-mezbah dan tugu-tugu untuk ibadah keagamaan,
namun belum pernah didirikan bangunan atau kuil untuk keperluan
ibadah oleh bangsa apa pun sebelum Kemah Suci ini didirikan oleh
Musa. Menurut pendapat ini juga, semua kuil yang di kemu-
dian hari begitu banyak dipakai sebagai tempat ibadah di antara
orang-orang kafir, muncul dari dan meniru pola ini. Tuhan telah
memilih umat Israel untuk menjadi umat yang khusus bagi-Nya yang
melebihi semua bangsa lain. Pewahyuan ilahi dan ibadah yang sesuai
dengan kedudukan mereka itu haruslah diberikan dan ditegakkan di
antara mereka. Tuhan sendiri akan menjadi Raja mereka. Sebagai Raja
mereka, Ia telah memberi hukum-hukum kepada mereka supaya
mereka mengatur diri dan bagaimana berhubungan satu sama lain.
Selain itu mereka juga diberikan beberapa peraturan umum bagai-
mana beribadah sesuai dengan terang akal budi dan hukum alam
dalam bentuk Sepuluh Perintah Tuhan itu berikut uraiannya. Namun,
semuanya ini tidak dianggap cukup memadai untuk membedakan
mereka dari bangsa-bangsa lain, atau untuk memenuhi perjanjian
yang akan diadakan Tuhan dengan mereka, bahwa Ia akan menjadi
Tuhan mereka. Oleh sebab itu,
I. Tuhan memerintahkan agar didirikan istana raja bagi-Nya di antara
mereka, yang di sini disebut tempat kudus, atau tempat suci, atau
tempat kediaman (Yer. 17:12), takhta kemuliaan, luhur dari sejak
semula, tempat bait kudus kita. Tempat kudus ini haruslah men-
jadi,
Kitab Keluaran 25:1-9
381
1. Tempat untuk mengadakan acara ibadah, sejalan dengan
semua ketetapan lain dari tata pemerintahan itu, yang terdiri
atas ketetapan-ketetapan lahiriah (Ibr. 9:10). sebab itu tem-
pat ini dinamakan tempat kudus buatan tangan manusia
(Ibr. 9:1). Di dalamnya Tuhan bertakhta sebagai Raja Israel.
(1) Di sanalah Ia menyatakan kehadiran-Nya di antara mereka,
dan ini dimaksudkan sebagai isyarat atau tanda kehadiran-
Nya. Dengan begitu, sementara tempat kudus itu berada di
tengah mereka, mereka tidak pernah lagi perlu bertanya,
Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak? Dan,
sebab di padang gurun mereka tinggal di dalam kemah-
kemah, maka istana raja ini pun harus berbentuk kemah,
supaya dapat dipindah-pindahkan bersama mereka, dan
menjadi bukti betapa Tuhan mau merendahkan diri demi
menyatakan kebaikan hati-Nya.
(2) Di tempat kudus itu Ia memerintahkan umat-Nya agar da-
tang beribadah kepada-Nya dengan memberi penghormatan
dan penghargaan kepada-Nya. Ke sanalah mereka harus
datang untuk memohonkan firman-Nya. Ke sanalah mereka
harus membawa korban persembahan mereka, dan di sana-
lah seluruh umat Israel harus berkumpul untuk sama-sama
memberi penghormatan kepada Tuhan Israel.
2. Sebagai sebuah perlambangan. Tempat-tempat kudus yang di-
buat dengan tangan manusia merupakan gambaran saja dari
yang sebenarnya (Ibr. 9:24). Jemaat Injil merupakan kemah
sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia (Ibr.
8:2). Tubuh Kristus, yang di dalamnya dan olehnya Ia meng-
adakan penebusan, merupakan kemah yang lebih besar dan
yang lebih sempurna (Ibr. 9:11). Firman itu telah menjadi manu-
sia, dan diam di antara kita, seperti layaknya diam di dalam
sebuah kemah.
II. saat Musa hendak mendirikan Kemah Suci ini, sungguh penting
bahwa sebelum itu ia harus diberi petunjuk tentang tempat
memperoleh bahan-bahannya, dan dari mana ia bisa memperoleh
modelnya. Sebab, ia tidak akan mampu merancangnya dengan
keterampilannya sendiri atau membangunnya dengan menang-
382
gung sendiri bebannya. Oleh sebab itu, di sini ia diberi pengarah-
an tentang kedua hal ini , yaitu bahwa,
1. Umat harus menyediakan bahan-bahan kepadanya, bukan
dengan mengenakan pajak kepada mereka, melainkan melalui
sumbangan sukarela. Dan hal pertama yang Tuhan sampaikan
kepada Musa mengenai arahan ini yaitu perintah-
perintah sebagai berikut.
(1) Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut
bagi-Ku persembahan khusus. Dan, sungguh sangat teramat
beralasan mengapa mereka patut melakukannya, sebab (ay.
1),
[1] Tuhan sendirilah yang bukan hanya telah membuat me-
reka bertambah besar,namun juga memperkaya mereka
dengan hasil jarahan orang Mesir. Ia telah memerintah-
kan mereka untuk meminjam, dan Ia menggerakkan
hati orang Mesir untuk meminjamkan. Jadi dari Dia-lah
mereka memperoleh kekayaan mereka. Oleh sebab itu
sungguh pantas jika mereka mempersembahkannya
kepada Dia dan memakai nya bagi Dia, sehingga
dengan demikian mengakui Dia dengan penuh syukur
atas semua perkenan yang telah mereka terima dari-
Nya. Perhatikanlah, pertama, cara terbaik untuk meng-
gunakan kekayaan duniawi kita yaitu dengan meng-
hormati Tuhan dengannya melalui kegiatan-kegiatan
yang saleh dan beramal. Kedua, jika kita telah di-
berkati dengan keberhasilan luar biasa dalam urusan
kita dan memperoleh keuntungan besar oleh sebab -
nya, maka sudah sepantasnyalah kita berbuat lebih
banyak dibandingkan biasanya untuk kemuliaan Allah, dan
mempersembahkan sebagian keuntungan kita dalam
jumlah yang pantas bagi Tuhan seluruh bumi (Mi. 4:13).
[2] Tempat kudus yang hendak dibangun itu dimaksudkan
bagi kepentingan dan kenyamanan mereka, dan oleh
sebab itu mereka harus menanggung biayanya. Mereka
sungguh tidak layak menerima hak istimewa dari
tempat kudus itu jika mereka enggan melaksanakan
perintah itu. Sudah sepantasnyalah mereka memberi-
kan persembahan dengan murah hati bagi kehormatan
Kitab Keluaran 25:1-9
383
Allah, sementara mereka memperoleh tempat tinggal
cuma-cuma, dan makanan yang turun seperti hujan
dari langit setiap hari bagi mereka sekeluarga. Kita juga
harus mengakui bahwa semua yang kita miliki berasal
dari kelimpahan yang Tuhan curahkan, dan oleh sebab
itu patut memakai semua itu bagi kemuliaan-Nya.
Mengingat bahwa kita hidup dari-Nya, kita juga harus
hidup bagi-Nya.
(2) Persembahan ini harus diberikan dengan sukarela dan
sepenuh hati. Artinya,
[1] Tidak ditentukan apa atau sebanyak apa yang harus
mereka berikan. Hal itu diserahkan kepada kemurahan
hati masing-masing, supaya mereka bisa memperlihat-
kan maksud hati mereka terhadap rumah Tuhan dan
tugas-tugas yang termasuk di dalamnya. Selain itu,
supaya mereka melakukannya dengan sikap kudus se-
bagai panutan bagi orang lain, supaya menjadi perang-
sang bagi banyak orang (2Kor. 9:2). Janganlah kita
hanya bertanya, “Apa yang harus kami lakukan?”namun
juga, “Apa yang bisa kita lakukan bagi Allah?”
[2] Apa pun yang mereka berikan, harus mereka lakukan
dengan hati gembira, tidak dengan menggerutu dan
rasa enggan, sebab Tuhan mengasihi orang yang memberi
dengan sukacita (2Kor. 9:7). Apa yang dikeluarkan
dalam pelayanan bagi Tuhan harus kita pandang sebagai
hal yang layak dilakukan.
(3) Di sini disebutkan perincian tentang semua persembahan
yang harus mereka persembahkan (ay. 3-7), yaitu semua
bahan yang akan digunakan di dalam Kemah Suci, atau
untuk keperluan upacaranya. Ada yang mengamati bahwa
di antaranya ada emas, perak, dan tembaga, namun
tidak ada besi. Besi yaitu logam yang dipergunakan
untuk keperluan ketentaraan, sementara Kemah Suci
yaitu tempat yang diperuntukkan untuk damai sejahtera.
Segala sesuatu yang disediakan sangatlah mewah dan
halus, serta dari jenis terbaik. Sebab Tuhan yang yaitu
terbaik, patut menerima yang terbaik pula.
384
2. Tuhan sendiri akan memberi Musa model Kemah Suci itu: me-
nurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu (ay. 9). Tuhan
menunjukkan rencana kemah itu dalam bentuk kecilnya
secara rinci, yang harus disesuaikan Musa dalam segala segi.
Demikianlah juga Yehezkiel melihat bentuk dan rupa bangun-
an itu dalam sebuah penglihatan (Yeh. 43:11). Perhatikanlah,
apa pun yang dikerjakan dalam pelayanan Tuhan harus dilaku-
kan sesuai arahan-Nya, dan jangan dengan cara lain. Namun,
Tuhan tidak hanya menunjukkan model Kemah itu kepadanya,
tetapi juga memberi petunjuk terperinci tentang cara mem-
buatnya sesuai modelnya. Semua bagiannya diuraikan dengan
jelas dalam pasal ini dan pasal-pasal berikutnya. saat Musa,
di awal Kitab Kejadian, harus menggambarkan penciptaan du-
nia, yang meskipun merupakan susunan yang begitu agung
dan menakjubkan, serta terbuat dari begitu banyak ragam dan
hal yang khusus, ia hanya memberi uraian yang sangat
singkat dan bersifat umum. Hal ini tidak sebanding dengan
yang diinginkan dan diharapkan oleh pengetahuan dunia ini
dari orang yang menulis melalui pewahyuan ilahi. Namun, ke-
tika Musa menggambarkan Kemah Suci itu, ia melakukannya
dengan keindahan dan ketepatan yang tidak terbayangkan.
Tuhan yang tidak memberi kita uraian perihal garis lintang dan
bujur bola dunia, garis tengah bumi, atau ketinggian dan be-
sarnya bintang-bintang, justru memberi tahu kita dengan ter-
perinci tentang ukuran setiap keping kayu dan tenda Kemah
Suci. Sebab, jemaat Tuhan dan ibadah yang ditetapkan-Nya
lebih berharga dan lebih penting bagi-Nya dibandingkan semua
yang ada di dunia. Dan, Kitab Suci ditulis bukan untuk men-
jelaskan semua karya alam semesta kepada kita, sebab tin-
jauan secara umum tentang hal alam semesta sudah cukup
untuk menuntun kita untuk mengetahui Sang Pencipta dan
karya-Nya. Sebaliknya, Kitab Suci ditulis untuk memperkenal-
kan kita tentang cara kasih karunia terselenggara, serta hal-
hal murni yang merupakan pewahyuan ilahi. Keberkatan masa
depan lebih digambarkan dengan lengkap di bawah pemaham-
an tentang Yerusalem yang baru dibandingkan pemahaman tentang
langit dan bumi yang baru.
Kitab Keluaran 25:10-22
385
Tabut dan Perlengkapannya
(25:10-22)
10 “Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta
panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya.
11 Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni; dari dalam dan dari
luar engkau harus menyalutnya dan di atasnya harus kaubuat bingkai emas
sekelilingnya. 12 Haruslah engkau menuang empat gelang emas untuk tabut
itu dan pasanglah gelang itu pada keempat penjurunya, yaitu dua gelang
pada rusuknya yang satu dan dua gelang pada rusuknya yang kedua.
13 Engkau harus membuat kayu pengusung dari kayu penaga dan menyalut-
nya dengan emas. 14 Haruslah engkau memasukkan kayu pengusung itu ke
dalam gelang yang ada pada rusuk tabut itu, supaya dengan itu tabut dapat
diangkut. 15 Kayu pengusung itu haruslah tetap tinggal dalam gelang itu,
tidak boleh dicabut dari dalamnya. 16 Dalam tabut itu haruslah kautaruh loh
hukum, yang akan Kuberikan kepadamu. 17 Juga engkau harus membuat
tutup pendamaian dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan
satu setengah hasta lebarnya. 18 Dan haruslah kaubuat dua kerub dari emas,
kaubuatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu.
19 Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini dan satu kerub pada ujung
sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di
atas kedua ujungnya. 20 Kerub-kerub itu harus mengembangkan kedua
sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian itu
dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup pendamaian
itulah harus menghadap muka kerub-kerub itu. 21 Haruslah kauletakkan
tutup pendamaian itu di atas tabut dan dalam tabut itu engkau harus
menaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu. 22 Dan di sanalah
Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari
antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara
dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu
untuk disampaikan kepada orang Israel.”
Di sini hal pertama yang harus dibuat yaitu tabut berikut perleng-
kapannya, yaitu perabotan tempat maha kudus, yang merupakan
tanda khusus kehadiran Allah, yang merupakan tujuan pendirian
Kemah Suci sebagai tempat penyimpanannya.
I. Tabut itu sendiri merupakan peti atau tempat penyimpanan ter-
hormat bagi dua loh batu berisi hukum yang ditulis dengan jari
Allah. Ukurannya ditentukan dengan sangat tepat. Menurut per-
hitungan beberapa orang, jika ukuran hasta menurut orang
Yahudi yaitu tujuh setengah sentimeter lebih panjang dibandingkan
empat puluh lima sentimeter dan seluruhnya lima puluh dua
setengah sentimenter, maka panjang peti ini yaitu sekitar sera-
tus tiga puluh dua sentimeter, sedang lebarnya tujuh puluh
delapan sentimeter dan dalamnya tujuh puluh delapan senti-
meter. Bagian dalam dan luarnya disalut dengan lembaran tipis
emas. Di sekelilingnya ada bingkai atau hiasan emas, dengan
386
gelang dan kayu pengusung untuk mengangkutnya. Di dalamnya,
Musa harus menaruh loh hukum (ay. 10-16). Loh-loh hukum itu
disebut demikian (KJV: kesaksian), sebab di dalamnya Tuhan
memberi kesaksian perihal kehendak-Nya. Pemberian hukum
itu kepada mereka oleh-Nya merupakan bukti perkenan-Nya ke-
pada mereka. sedang kesediaan mereka untuk menerima
hukum itu membuktikan bahwa mereka tunduk dan taat kepada-
Nya. Hukum ini menjadi kesaksian bagi mereka, untuk menuntun
mereka dalam melaksanakan kewajiban mereka kepada-Nya, dan
akan menjadi kesaksian yang melawan mereka jika mereka
melanggarnya. Tabut itu disebut tabut hukum (30:6; KJV: tabut
kesaksian), sedang Kemah Suci itu disebut juga tempat hukum
Tuhan (Bil. 10:11) atau Kemah Kesaksian (Kis. 7:44). Injil Kristus
juga disebut kesaksian atau saksi (Mat. 24:14). Dapat diamati,
1. Bahwa loh-loh hukum itu disimpan dan dijaga dengan cermat
di dalam tabut untuk tujuan itu, demi mengajar kita agar
sangat memperhatikan firman Tuhan dan menyimpannya di
dalam hati dan pikiran kita yang paling dalam, sama seperti
tabut itu disimpan di tempat maha kudus. Hal ini juga menyi-
ratkan perihal pemeliharaan ilahi seperti yang sudah terjadi
dan akan senantiasa dilakukan Allah, untuk memelihara
catatan-catatan pewahyuan ilahi di dalam jemaat, supaya
bahkan di masa mendatang pun kelihatanlah tabut perjanjian-
Nya (Why. 11:19).
2. Bahwa tabut ini merupakan tanda utama hadirat Allah, yang
mengajar kita bahwa bukti pertama dan terbesar serta jamin-
an perkenan Tuhan kepada kita yaitu ditempatkan oleh-Nya
hukum-Nya di dalam hati manusia. Tuhan tinggal di tempat Ia
memerintah (Ibr. 8:10).
3. Bahwa ada aturan yang diberikan Tuhan untuk menuntun orang
Israel mengangkut tabut itu ke mana pun mereka berpindah
tempat. Hal ini menyiratkan kepada kita bahwa ke mana pun
kita pergi, kita harus membawa serta iman dan ibadah kita, dan
senantiasa membawa serta kasih Tuhan Yesus dan hukum-Nya.
II. Tutup pendamaian yaitu penutup tabut atau peti yang terbuat
dari emas padat, berukuran tepat untuk membungkus seluruh
tabut itu (ay. 17, 21). Tutup yang mendamaikan ini, yang juga co-
cok disebut demikian, merupakan suatu perlambang akan
Kitab Keluaran 25:10-22
387
Kristus, Sang Pendamai Agung, yang penebusan-Nya menggenapi
tuntutan hukum Tuhan itu dengan sempurna, menutupi semua
pelanggaran kita, dan berdiri di antara kita dan kutuk yang seha-
rusnya kita terima. Dengan demikian Ia merupakan kegenapan
hukum Taurat.
III. Kerub emas dipasang di atas tutup pendamaian itu, ditempa se-
cara utuh, dengan sayap masing-masing terkembang menaungi
tutup itu (ay. 18). Sudah dipandang secara umum bahwa kerub-
kerub ini dirancang untuk menggambarkan malaikat-malaikat
suci, yang senantiasa menyertai shekinah, atau Kemuliaan ilahi,
terutama saat pemberian hukum. Bukan melalui patung malai-
kat, melainkan lambang sifat malaikat, mungkin salah satu dari
keempat wajah yang dibicarakan di dalam Kitab Yehezkiel 1:10.
Seperti apa pun wajah-wajah itu, keduanya saling berhadapan
dan menunduk ke arah tabut, sementara sayap mereka terben-
tang sehingga ujung-ujung keduanya saling bersentuhan. Rasul
Paulus menyebut mereka kerub kemuliaan yang menaungi tutup
pendamaian (Ibr. 9:5). Hal ini menandakan perhatian mereka
kepada Sang Penebus, untuk siapa mereka merupakan roh-roh
yang melayani. Ini juga menandakan kesiapan mereka untuk me-
laksanakan kehendak-Nya, dan kehadiran istimewa mereka dalam
perhimpunan orang-orang kudus (Mzm. 68:18; 1Kor. 11:10), serta
kerinduan mereka untuk mengetahui rahasia-rahasia Injil yang
mereka renungkan dengan tekun (1Ptr. 1:12). Disebutkan bahwa
Tuhan berdiam, atau duduk, di antara para kerub (Mzm. 80:2).
Itulah sebabnya di sini Ia berjanji untuk bertemu dengan Musa
nanti, dan berbicara dengannya (ay. 22). Di sanalah Ia akan
memberi hukum, dan di sana Ia akan mengadakan pertemu-
an, seperti raja yang duduk di takhtanya. Demikianlah Ia menya-
takan kesediaan-Nya untuk diperdamaikan dengan kita dan tetap
memelihara persekutuan dengan kita, di dalam dan dengan
pengantaraan Kristus. Dengan merujuk pada tutup pendamaian
ini, kita dikatakan dapat dengan penuh keberanian menghampiri
takhta kasih karunia (Ibr. 4:16). sebab kita tidak berada di
bawah hukum Taurat, yang tertutup,namun di bawah kasih
karunia yang diperlihatkan. Sayap kerub-kerub itu terbentang,
yang berarti bahwa kita diundang untuk datang berlindung ke
bawah bayang-bayangnya (Rut 2:12).
388
Kemah Suci dan Perabotannya
(25:23-30)
23 “Lagi haruslah engkau membuat meja dari kayu penaga, dua hasta pan-
jangnya, sehasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. 24 Haruslah
engkau menyalutnya dengan emas murni dan membuat bingkai emas seke-
lilingnya. 25 Haruslah engkau membuat sekelilingnya jalur pinggir yang seta-
pak tangan lebarnya dan kaubuatlah bingkai emas sekeliling jalur pinggirnya
itu. 26 Haruslah engkau membuat untuk meja itu empat gelang emas dan
kaupasanglah gelang-gelang itu di keempat penjurunya, pada keempat
kakinya. 27 Gelang itu haruslah dekat ke jalur pinggirnya sebagai tempat
memasukkan kayu pengusung, supaya meja itu dapat diangkut. 28 Haruslah
engkau membuat kayu pengusung itu dari kayu penaga dan menyalutnya
dengan emas, dan dengan itulah meja harus diangkut. 29 Haruslah engkau
membuat pinggannya, cawannya, kendinya dan pialanya, yang dipakai untuk
persembahan curahan; haruslah engkau membuat semuanya itu dari emas
murni. 30 Dan haruslah engkau tetap meletakkan roti sajian di atas meja itu
di hadapan-Ku.”
Di sini ada ,
1. Perintah untuk membuat meja kayu bersalut emas, yang harus
ditempatkan bukan di tempat maha kudus (tidak ada benda lain
yang diletakkan di bagian ini selain tabut berikut perlengkapan-
nya), melainkan di bagian luar Kemah Suci, yang disebut tempat
yang kudus (Ibr. 9:2, 23, dst.) Di situ juga harus ada perabot-
an umum seperti misalnya pinggan, cawan, sendok, dan sebagai-
nya yang semua terbuat dari emas murni (ay. 29).
2. Meja ini harus senantiasa terbentang dan dilengkapi dengan roti
sajian (ay. 30), atau disebut juga roti bundar, berjumlah dua belas
buah, sebuah untuk setiap suku, dan ditata dalam dua baris,
masing-masing baris terdiri atas enam buah. Hukum mengenai ini
ada di Imamat 24:5, dst. sebab Kemah Suci itu merupakan
rumah Allah, tempat Ia bersedia mengatakan bahwa Ia berkenan
berada di tengah mereka, maka Ia akan memperlihatkan bahwa Ia
menjaga tempat kediaman-Nya itu dengan baik. Di dalam istana
raja, sungguh pantas bila di dalamnya ada meja kerajaan
juga. Ada pendapat bahwa kedua belas roti itu melambangkan
dua belas suku, yang disajikan di hadapan Tuhan sebagai umat-
Nya dan bangsa yang telah dipijak-pijak dan diinjak-injak (Yes.
21:10). Sama seperti tabut menandakan bahwa Tuhan hadir di
tengah mereka, demikian juga kedua belas roti itu menandakan
bahwa mereka dipersembahkan kepada Allah. Roti ini dimaksud-
kan sebagai,
Kitab Keluaran 25:31-40
389
(1) Ucapan syukur atas kebaikan Tuhan kepada mereka, dengan
memberi makanan sehari-hari, manna di padang gurun,
tempat Ia menyiapkan meja bagi mereka, dan gandum di
Kanaan. Dengan demikian mereka mengakui ketergantungan
mereka kepada pemeliharaan Tuhan atas gandum yang tumbuh
di ladang, yang untuknya mereka menyatakan syukur dengan
mempersembahkan berkas hasil tuaian pertama. Juga, dengan
ini mereka mengungkapkan ketergantungan dari Tuhan atas
roti atau makanan yang selalu tersedia dalam rumah mereka,
bahwa saat roti atau makanan dibawa masuk ke dalam
rumah, Tuhan tidak menghembuskannya pergi (Hag. 1:9). Kris-
tus mengajar kita untuk berdoa setiap hari bagi makanan
untuk hari itu.
(2) Tanda persekutuan mereka dengan Allah. Roti di atas meja
Tuhan ini terbuat dari gandum yang sama dari roti di meja me-
reka sendiri. Tuhan dan Israel seakan-akan makan semeja,
sebagai ikrar persahabatan dan persekutuan. Ia makan ber-
sama mereka, dan mereka bersama Dia.
(3) Suatu perlambang akan pemeliharaan rohani di dalam jemaat,
yaitu yang dikerjakan oleh Injil Kristus, bagi semua orang yang
dijadikan imam-imam bagi Tuhan kita. Di rumah bapa kita ada
berlimpah-limpah makanannya, roti untuk setiap suku. Semua
yang hadir di rumah Tuhan akan dikenyangkan dengan kebaik-
annya secara berlimpah (Mzm. 36:9). Penghiburan ilahi meru-
pakan pesta tidak berkesudahan bagi jiwa-jiwa kudus, meski-
pun ada orang-orang yang baginya meja Tuhan memang
cemar dan makanan yang ada di situ boleh dihinakan (Mal.
1:12). Kristus menyediakan sebuah meja dalam kerajaan-Nya,
tempat semua orang kudus-Nya akan makan dan minum
bersama Dia selamanya (Luk. 22:30).
Rancangan Kandil dari Emas
(25:31-40)
31 “Haruslah engkau membuat kandil dari emas murni; dari emas tempaan
harus kandil itu dibuat, baik kakinya baik batangnya; kelopaknya – dengan
tombolnya dan kembangnya – haruslah seiras dengan kandil itu. 32 Enam
cabang harus timbul dari sisinya: tiga cabang kandil itu dari sisi yang satu
dan tiga cabang dari sisi yang lain. 33 Tiga kelopak yang berupa bunga badam
pada cabang yang satu – dengan tombol dan kembangnya – dan tiga kelopak
yang serupa pada cabang yang lain – dengan tombol dan kembangnya –
390
demikianlah juga kaubuat keenam cabang yang timbul dari kandil itu. 34
Pada kandil itu sendiri harus ada empat kelopak berupa bunga badam –
dengan tombolnya dan kembangnya. 35 Juga harus ada satu tombol di bawah
sepasang cabang yang pertama, yang timbul dari kandil itu, dan satu tombol
di bawah yang kedua, dan satu tombol di bawah yang ketiga; demikianlah
juga kaubuat keenam cabang yang timbul dari kandil itu. 36 Tombol dan
cabang itu harus timbul dari kandil itu, dan semuanya itu haruslah dibuat
dari sepotong emas tempaan yang murni. 37 Haruslah kaubuat pada kandil
itu tujuh lampu dan lampu-lampu itu haruslah dipasang di atas kandil itu,
sehingga diterangi yang di depannya. 38 Sepitnya dan penadahnya haruslah
dari emas murni. 39 Dari satu talenta emas murni haruslah dibuat kandil itu
dengan segala perkakasnya itu. 40 Dan ingatlah, bahwa engkau membuat
semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas
gunung itu.”
I. Benda berikut yang harus dibuat untuk melengkapi istana Tuhan
yaitu kandil indah dan megah terbuat dari emas murni. Bagian
dalamnya tidak kosongnamun padat. Petunjuk-petunjuk khusus
yang diberikan di sini menunjukkan,
1. Bahwa kandil itu sangat indah, dan merupakan hiasan permai
bagi tempat itu. Kandil itu memiliki banyak cabang di batang
utamanya, dan tidak saja memiliki mangkuk (untuk tempat
minyak dan sumbu yang dinyalakan) untuk tempat pelitanya,
tetapi lekukan dan bunganya menjadi penghias kandil ter-
sebut.
2. Bahwa kandil itu sangat cocok, dan dibuat dengan mengagum-
kan, baik untuk menyebar cahaya maupun untuk menjaga
supaya Kemah Suci tetap bersih dari asap dan bagian sumbu
yang hangus.
3. Bahwa kandil itu sangat penting. Kemah Suci itu tidak memi-
liki jendela untuk masuknya terang. Seluruh penerangan dida-
pat dari cahaya kandil, yang menggambarkan gelapnya masa
itu, sementara Sang Surya atau Sang Kebenaran belum terbit,
atau bintang timur belum mengunjungi jemaat-Nya. Namun,
walaupun gelapnya masa itu, Tuhan tidak membiarkan diri-Nya
tanpa saksi, atau umat Israel tanpa petunjuk. Sebab, perin-
tah-Nya menjadi pelita, dan hukum-Nya menjadi terang, se-
mentara para nabi menjadi cabang-cabang kandil itu, yang
memberi terang selama berabad-abad kepada jemaat Per-
janjian Lama. Jemaat pada masa kini masih gelap seperti ke-
adaan di dalam Kemah Suci dahulu, bila dibandingkan dengan
apa yang akan terjadi di sorga dengan jemaat. Namun, firman
Tuhan bagaikan kandil itu, pelita yang bercahaya di tempat
Kitab Keluaran 25:31-40
391
yang gelap (2Ptr. 1:19), dan sungguh betapa gelapnya dunia
tanpa cahaya itu. Roh Allah, dalam berbagai karunia dan anu-
gerah-Nya, yaitu ibarat tujuh obor menyala-nyala di hadapan
takhta (Why. 4:5). Jemaat-jemaat diibaratkan seperti kandil
emas, terang dunia, yang berpegang pada firman kehidupan,
seperti kandil yang menyebarkan cahaya (Flp. 2:15-16). Para
pelayan Tuhan yaitu mereka yang menyalakan dan meme-
lihara nyala pelita-pelita itu (ay. 37), dengan membuka Kitab
Suci. Harta terang ini sekarang diletakkan di dalam bejana
tanah liat (2Kor. 4:6-7). Cabang-cabang kandil itu menyebar ke
segala arah, yang menunjukkan penyebaran terang Injil ke
segenap penjuru melalui pelayanan orang Kristen (Mat. 5:14-
15). Ada berbagai-bagai karunia, namun Roh yang sama mem-
berikan karunia kepada setiap orang untuk mendatangkan
manfaat bagi semua orang.
II. Di tengah petunjuk-petunjuk ini ada peringatan khusus yang di-
berikan kepada Musa, yaitu untuk berhati-hati agar tidak meng-
ubah model yang diberikan-Nya: buat semuanya itu menurut con-
toh yang telah ditunjukkan kepadamu (ay. 40). Tidak ada suatu
pun yang boleh dibuat menurut rekaannya sendiri, atau menurut
khayalan para pekerja, atau sesuai keinginan umat. Sebaliknya,
kehendak Tuhan harus diperhatikan dengan sungguh secara ter-
perinci. Jadi,
1. Seluruh pemeliharaan Tuhan sangat sesuai dengan rancangan-
Nya, dan salinannya tidak pernah berubah dari yang asli. Sang
Hikmat Tak Terbatas tidak pernah mengubah ukuran-ukuran
yang dipakai-Nya. Apa pun yang dimaksudkan-Nya, pasti akan
dilakukan-Nya.
2. Semua ketetapan-Nya harus dijalankan sesuai hukum-Nya.
Petunjuk Kristus kepada murid-murid-Nya (Mat. 28:20) serupa
dengan hal ini: Perhatikanlah segala sesuatu yang telah Ku-
perintahkan kepadamu.
PASAL 26
Musa pada bagian ini menerima petunjuk-petunjuk,
I. Mengenai tenda-tenda bagian dalam Kemah Suci, serta rang-
kapan-rangkapan dari tenda-tenda ini (ay. 1-6).
II. Mengenai tenda-tenda bagian luar yang terbuat dari bulu
kambing untuk memperkuat tenda bagian dalam (ay. 7-13).
III. Mengenai tudung atau penutup untuk melindungi Kemah
Suci dari segala cuaca (ay. 14).
IV. Mengenai papan-papan yang didirikan untuk menunjang
tenda-tenda, beserta beberapa kayu lintang dan alasnya (ay.
15-30).
V. Tabir di antara tempat kudus dan tempat maha kudus (ay.
31-35).
VI. Tirai untuk pintu kemah (ay. 36-37).
Segala perincian yang telah dicatat ini tampaknya tidak terlalu
berguna bagi kita saat ini. Akannamun , kita tidak boleh melewatkan-
nya, mengingat betapa besar makna Kemah Suci beserta segala ke-
lengkapannya bagi Musa dan bangsa Israel, terlebih lagi mengingat
Tuhan berkenan memelihara dan mewariskan keterangan tentang
semuanya itu kepada kita. Bahkan peradaban ini membuat warisan
ini patut dihargai.
Kemah Suci
(26:1-6)
1 “Kemah Suci itu haruslah kaubuat dari sepuluh tenda dari lenan halus
yang dipintal benangnya dan dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain
kirmizi; dengan ada kerubnya, buatan ahli tenun, haruslah kaubuat semua-
nya itu. 2 Panjang tiap-tiap tenda haruslah dua puluh delapan hasta dan
lebar tiap-tiap tenda empat hasta: segala tenda itu harus sama ukuran-
394
nya. 3 Lima dari tenda itu haruslah dirangkap menjadi satu, dan yang lima
lagi juga harus dirangkap menjadi satu. 4 Pada rangkapan yang pertama, di
tepi satu tenda yang di ujung, haruslah engkau membuat sosok-sosok kain
ungu tua dan demikian juga di tepi satu tenda yang paling ujung pada
rangkapan yang kedua. 5 Lima puluh sosok harus kaubuat pada tenda yang
satu dan lima puluh sosok pada tenda yang di ujung pada rangkapan yang
kedua, sehingga sosok-sosok itu tepat berhadapan satu sama lain. 6 Dan
haruslah engkau membuat lima puluh kaitan emas dan menyambung tenda-
tenda Kemah Suci yang satu dengan yang lain dengan memakai kaitan itu,
sehingga menjadi satu.
I. Rumah Tuhan haruslah berupa kemah atau tenda, seperti yang
digunakan sekarang oleh para tentara di perkemahan, yang meru-
pakan tempat kediaman yang sederhana saja dan dapat dipindah-
pindah. Walaupun begitu, tabut Tuhan tidak memiliki tempat yang
lebih baik hingga Salomo membangun Bait Tuhan 480 tahun
lalu (1Raj. 6:1). Demikianlah kehadiran Tuhan di tengah
bangsa Israel menjadi nyata di dalam Kemah Suci,
1. Sesuai dengan keadaan mereka pada waktu itu di tengah pa-
dang gurun, agar mereka dapat selalu bersama Dia ke mana-
pun mereka pergi. Perhatikan, Tuhan menyesuaikan bentuk
pertolongan-Nya dan pemberian kasih karunia-Nya menurut
kekurangan dan kebutuhan umat-Nya dengan menyesuaikan
kemurahan-Nya menurut keadaan mereka, baik sejahtera
maupun kekurangan, baik menetap maupun berpindah-pin-
dah. jika engkau menyeberangi air, Aku akan menyertai
engkau (Yes. 43:2).
2. Untuk menggambarkan keadaan jemaat Tuhan di dunia, yang
bagaikan kemah (Mzm. 15:1). Sebab di sini kita tidak mempu-
nyai tempat tinggal yang tetap. Sebagai orang asing di dunia
ini, dan musafir yang mengembara mencari tempat yang lebih
baik, kita tidak akan pernah betul-betul menetap hingga kita
mencapai sorga. Seperti halnya hak keistimewaan jemaat me-
rupakan sesuatu yang dapat berpindah dari satu tempat ke
tempat lain, Injil pun tidak terikat pada suatu tempat mana
pun. Sama halnya dengan kaki dian di dalam kemah yang da-
pat dengan mudah diambil (Why. 2:5). Bila kita senantiasa
mengindahkan Kemah Suci Tuhan dan memanfaatkan hak
keistimewaannya, maka ke mana pun kita pergi, Kemah Suci
itu pun akan menyertai kita. Akannamun , jika kita mengabai-
kan dan mencemarkannya, maka di mana pun kita tinggal,
Kitab Keluaran 26:7-14
395
Kemah Suci Tuhan itu pun akan meninggalkan kita. Apakah
lagi urusan kekasih-Ku di dalam rumah-Ku? (Yer. 11:15).
II. Tenda-tenda Kemah Suci haruslah mengikuti pola yang ilahi.
1. Tenda-tenda ini harus terbuat dari bahan yang sangat
berharga, yang terbaik dari jenisnya, terbuat dari lenan halus
yang dipintal benangnya, dan berwarna sangat indah, seperti
warna ungu tua, ungu muda, dan kirmizi.
2. Tenda-tenda ini harus disulam dengan pola kerub (ay. 1),
untuk menyatakan bahwa malaikat Tuhan berkemah di sekeli-
ling jemaat (Mzm. 34:8). Seperti halnya kerub yang berada di
atas tutup pendamaian, kerub pun juga berada di sekeliling
Kemah Suci, sebab kita mengetahui bahwa malaikat tidak ha-
nya berada di sekeliling takhta,namun juga berada di sekeliling
tua-tua (Why. 5:11).
3. Harus ada dua rangkapan tenda yang akan digantung, tiap
rangkap terdiri atas lima tenda yang dijahitkan menjadi satu.
Kedua rangkapan tenda ini lalu disambung satu sama lain
dengan kaitan emas, sehingga semuanya menjadi satu Kemah
Suci (ay. 6). Demikianlah jemaat-jemaat Kristus dan para orang
kudus, meskipun banyak, tetaplah satu, sebab rapih tersusun
dan diikat menjadi satu oleh kasih yang suci dan oleh kesatuan
Roh, sehingga bertumbuh menjadi satu bait Tuhan yang kudus,
di dalam Tuhan (Ef. 2:21-22; 4:16). Meskipun Kemah Suci ini
berukuran sangat kecil dan sempit, namun saat menyebar-
kan Injil, jemaat dituntut untuk melapangkan tempat kemah-
nya dan membentang tenda tempat kediamannya (Yes. 54:2).
Penudung Kemah Suci
(26:7-14)
7 Juga haruslah engkau membuat tenda-tenda dari bulu kambing menjadi
atap kemah yang menudungi Kemah Suci, sebelas tenda harus kaubuat.
8 Panjang tiap-tiap tenda harus tiga puluh hasta dan lebar tiap-tiap tenda
empat hasta: yang sebelas tenda itu harus sama ukurannya. 9 Lima dari
tenda itu haruslah kausambung dengan tersendiri, dan enam dari tenda itu
dengan tersendiri, dan tenda yang keenam haruslah kaulipat dua, di sebelah
depan kemah itu. 10 Haruslah engkau membuat lima puluh sosok pada rang-
kapan yang pertama di tepi satu tenda yang di ujung dan lima puluh sosok di
tepi satu tenda pada rangkapan yang kedua. 11 Haruslah engkau membuat
lima puluh kaitan tembaga dan memasukkan kaitan itu ke dalam sosok-
sosok dan menyambung tenda-tenda kemah itu, supaya menjadi satu. 12 Me-
396
ngenai bagian yang berjuntai itu, yang berlebih pada tenda kemah itu,
haruslah setengah dari tenda yang berlebih itu berjuntai di sebelah belakang
Kemah Suci. 13 Sehasta di sebelah sini dan sehasta di sebelah sana pada
bagian yang berlebih pada panjang tenda-tenda kemah itu haruslah berjuntai
pada sisi-sisi Kemah Suci, di sebelah sini dan di sebelah sana untuk menu-
dunginya. 14 Juga haruslah engkau membuat untuk kemah itu tudung dari
kulit domba jantan yang diwarnai merah, dan tudung dari kulit lumba-
lumba di atasnya lagi.
Musa di sini diperintahkan untuk membuat penudung rangkap un-
tuk Kemah Suci agar tidak kebasahan saat hujan dan agar kein-
dahan tenda-tenda Kemah Suci yang sangat berharga itu tidak rusak.
1. Harus ada tenda penudung yang terbuat dari bulu kambing, yang
jauh lebih besar dibandingkan tenda bagian dalam sebab akan di-
gunakan untuk menutupi tenda bagian dalam dan mungkin sedi-
kit dilonggarkan beberapa jarak jauhnya dari tenda bagian dalam
(ay. 7, dst.) Tenda-tenda yang terbuat dari bulu kambing ini harus
disambung dengan kaitan tembaga. sebab bahan tenda ini tidak
terlalu berharga seperti tenda bagian dalam, kaitannya pun ter-
buat dari bahan yang tidak terlalu berharga pula. Akannamun ,
kaitan tembaga itu tetap berfungsi sama seperti kaitan emas. De-
ngan demikian, sambungan tenda-tenda bulu kambing itu sama
kuat dengan sambungan tenda-tenda biru muda dan kirmizi.
2. Di atas tudung yang terbuat dari tenda bulu kambing, akan ada
dua tudung lainnya (ay. 14), satu terbuat dari kulit domba jantan
yang diwarnai merah, kemungkinan tetap beserta bulunya. Se-
mentara itu, tudung yang satu lagi terbuat dari kulit lumba-lumba,
demikianlah kita menerjemahkannya,namun tampaknya tudung
ini terbuat dari suatu bahan kulit yang kuatnamun berkualitas
tinggi, sebab kita membaca di Kitab Yehezkiel 16:10 bahwa ada
sejenis sandal yang terbuat dari kulit yang sama, yakni kulit
lumba-lumba. Sekarang, perhatikan di sini,
(1) Bahwa bagian luar Kemah Suci memiliki permukaan yang
kasar dan keras, dan keindahannya justru terletak di tenda-
tenda bagian dalam. Mereka yang di dalamnya Tuhan berkenan
untuk diam harus senantiasa berusaha menjadi manusia yang
lebih baik dibandingkan yang tampak dari luar. Orang munafik
selalu menampilkan sisi terbaik sebelah luar, seperti kuburan
yang dilabur putih,namun keindahan belaka putri raja itu ada di
dalam (Mzm. 45:14). Di mata dunia, hitam seperti kemah orang
Kedar,namun di mata Allah, cantik seperti tirai-tirai orang
Kitab Keluaran 26:15-30
397
Salma (Kid. 1:5). Biarlah perhiasan kita ialah seperti manusia
batiniah yang tersembunyi, yang sangat berharga di mata Tuhan
(1Ptr. 3:4).
(2) Bahwa di tempat Tuhan menghadirkan kemuliaan-Nya, di atas-
nyalah Tuhan akan menciptakan penudung sebagai pelindung.
Bahkan, di atas tempat orang benar bernaung, akan ada penu-
dung sebagai persembunyian (Yes. 4:5-6). Perlindungan dan
penyertaan Tuhan akan senantiasa berada atas mereka yang
berhiaskan kekudusan. Kemah Tuhan akan menjadi pondok
bagi kita (Mzm. 27:5).
Papan-papan Kemah Suci
(26:15-30)
15 Haruslah engkau membuat untuk Kemah Suci papan dari kayu penaga
yang berdiri tegak, 16 sepuluh hasta panjangnya satu papan dan satu sete-
ngah hasta lebarnya tiap-tiap papan. 17 Tiap-tiap papan harus ada dua pa-
saknya yang disengkang satu sama lain; demikianlah harus kauperbuat de-
ngan segala papan Kemah Suci. 18 Haruslah engkau membuat papan-papan
untuk Kemah Suci, dua puluh papan pada sebelah selatan. 19 Dan haruslah
kaubuat empat puluh alas perak di bawah kedua puluh papan itu, dua alas
di bawah satu papan untuk kedua pasaknya, dan seterusnya dua alas di
bawah setiap papan untuk kedua pasaknya. 20 Juga untuk sisi yang kedua
dari Kemah Suci, pada sebelah utara, kaubuatlah dua puluh papan 21 dengan
empat puluh alas peraknya: dua alas di bawah satu papan dan seterusnya dua
alas di bawah setiap papan. 22 Untuk sisi belakang Kemah Suci, pada sebelah
barat, haruslah kaubuat enam papan. 23 Dua papan haruslah kaubuat untuk
sudut Kemah Suci, di sisi belakang. 24 Kedua papan itu haruslah kembar
pasaknya di sebelah bawah dan seperti itu juga kembar pasaknya di sebelah
atas, di dekat gelang yang satu itu; demikianlah harus kedua papan itu;
haruslah itu merupakan kedua sudutnya. 25 Jadi harus ada delapan papan
dengan alas peraknya: enam belas alas; dua alas di bawah satu papan dan
seterusnya dua alas di bawah setiap papan. 26 Juga haruslah kaubuat kayu
lintang dari kayu penaga: lima untuk papan-papan pada sisi yang satu dari
Kemah Suci, 27 lima kayu lintang untuk papan-papan pada sisi yang kedua
dari Kemah Suci, dan lima kayu lintang untuk papan-papan pada sisi Kemah
Suci yang merupakan sisi belakangnya, pada sebelah barat. 28 Dan kayu
lintang yang di tengah, di tengah-tengah papan-papan itu, haruslah melin-
tang terus dari ujung ke ujung. 29 Papan-papan itu haruslah kausalut dengan
emas, gelang-gelang itu haruslah kaubuat dari emas sebagai tempat mema-
sukkan kayu-kayu lintang itu, dan kayu-kayu lintang itu haruslah kausalut
dengan emas. 30 lalu haruslah kaudirikan Kemah Suci sesuai dengan
rancangan yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.
Petunjuk yang sangat terperinci diberikan di sini mengenai papan-
papan Kemah Suci, yang akan dipergunakan untuk mendirikan ten-
da-tenda, seperti halnya patok kemah yang haruslah kokoh (Yes.
54:2). Pada papan-papan itu, dibuatlah beberapa pasak yang akan
398
dimasukkan ke dalam tanggam beralaskan perak. Tuhan memperhati-
kan begitu rupa agar segala sesuatu yang ada di dalam Kemah Suci-
Nya kuat dan berharga. Tenda yang tidak ditunjang oleh papan akan
mudah digoyang oleh embusan angin. Oleh sebab itu, yang baik
ialah memiliki hati yang diperkuat dengan kasih karunia, seperti
papan-papan yang menunjang tenda-tenda pengakuan iman, sebab
kalau tidak, hati atau pengakuan iman tidak akan bertahan lama.
Papan-papan itu harus disatukan oleh gelang emas di sisi atas dan
bawah (ay. 24), dan diperkuat oleh kayu lintang yang dimasukkan
melalui gelang-gelang emas yang ada di tiap papan (ay. 26), dan
semua papan serta kayu lintang harus disalut pula dengan emas (ay.
29). Demikianlah segala sesuatu yang berada di dalam Kemah Suci
sangatlah mentereng, sesuai untuk keadaan jemaat yang baru lahir
pada waktu itu, di mana hal-hal yang mewah seperti ini cukup untuk
menyenangkan hati anak-anak, untuk menguasai pikiran para
penyembah dengan rasa hormat dan kagum terhadap kemuliaan
ilahi, dan untuk menggugah mereka akan keagungan Sang Raja yang
berkata, Di sini Aku hendak diam. Dengan merujuk pada hal ini,
Yerusalem baru diibaratkan terbuat dari emas tulen (Why. 21:18).
Meskipun para pendiri jemaat Injil berkata, Emas dan perak tidak
ada padaku, namun kemuliaan bangunan yang mereka dirikan jauh
melampaui bangunan Kemah Suci (2Kor. 3:10-11). Memperoleh hik-
mat sungguh jauh melebihi memperoleh emas! Tidak ada petunjuk
diberikan di sini mengenai lantai Kemah Suci. Mungkin lantainya
juga dialasi papan, sebab kita tidak dapat membayangkan bahwa di
dalam tenda Kemah Suci yang begitu bagus itu, para imam harus
berjalan di atas tanah yang dingin atau basah. Namun, bila memang
lantainya tetap berupa tanah, ini mengingatkan kita akan ayat ini
(20:24), Kaubuatlah bagi-Ku mezbah dari tanah.
Tabir dalam Kemah Suci
(26:31-37)
31 Haruslah kaubuat tabir dari kain ungu tua, dan kain ungu muda, kain
kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya; haruslah dibuat dengan
ada kerubnya, buatan ahli tenun. 32 Haruslah engkau menggantungkannya
pada empat tiang dari kayu penaga, yang disalut dengan emas, dengan ada
kaitannya dari emas, berdasar empat alas perak. 33 Haruslah tabir itu
kaugantungkan pada kaitan penyambung tenda itu dan haruslah kaubawa
tabut hukum ke sana, ke belakang tabir itu, sehingga tabir itu menjadi pemi-
sah bagimu antara tempat kudus dan tempat maha kudus. 34 Tutup penda-
Kitab Keluaran 26:31-37
399
maian itu haruslah kauletakkan di atas tabut hukum di dalam tempat maha
kudus. 35 Meja itu haruslah kautaruh di depan tabir itu, dan kandil itu
berhadapan dengan meja itu pada sisi selatan dari Kemah Suci, dan meja itu
haruslah kautempatkan pada sisi utara. 36 Juga haruslah kaubuat tirai un-
tuk pintu kemah itu dari kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi dan
lenan halus yang dipintal benangnya: tenunan yang berwarna-warna. 37 Ha-
ruslah kaubuat lima tiang dari kayu penaga untuk tirai itu dan kausalutlah
itu dengan emas, dengan ada kaitannya dari emas, dan untuk itu haruslah
kautuang lima alas dari tembaga.”
Pada bagian ini, ada dua tabir yang diperintahkan untuk dibuat,
yakni
1. Satu tabir yang menjadi pemisah antara tempat kudus dan tem-
pat maha kudus, yang tidak hanya mencegah siapa pun untuk
masuk,namun juga mencegah mereka untuk sekadar mengintip ke
dalam tempat maha kudus (ay. 31, 33). Di bawah masa pengatur-
an Ilahi pada waktu itu, kasih karunia ilahi tersembunyi di balik
tabir,namun sekarang kita dapat menyaksikannya dengan muka
yang tidak berselubung (2Kor. 3:18). Sang rasul di dalam Surat
Ibrani 9:8-9 menyampaikan kepada kita makna tabir ini, yakni
bahwa ia menandakan hukum Taurat tidak mungkin menyempur-
nakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya, pun
pelaksanaan hukum itu tidak akan membawa manusia masuk
sorga. Jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama
kemah yang pertama itu masih ada. Hidup yang tidak dapat
binasa tetap tersembunyi hingga didatangkan oleh Injil, yang
ditandai oleh terbelahnya tabir ini menjadi dua pada saat kemati-
an Kristus (Mat. 27:51). Kita tidak punya keberanian untuk masuk
ke dalam tempat kudus, dengan segala penyembahan kita, selain
oleh darah Yesus. Namun demikian, kita tetap wajib menyembah
Dia dengan rasa hormat dan kagum yang suci dan dengan rendah
hati mengingat jarak kita dengan Dia .
2. Satu tabir lainnya dipergunakan sebagai pintu Kemah Suci (ay.
36-37). Melalui tabir pertama inilah para imam, bukan umat
biasa, masuk setiap hari untuk melayani di tempat kudus. Tabir
yang merupakan perlindungan Kemah Suci dari para pencuri dan
perampok ini mudah diterobos, sebab tidak dikunci atau diberi
penghalang, dan berlimpahnya harta yang ada di dalam Kemah
Suci merupakan sesuatu yang menggoda. Akannamun , dengan
membiarkannya tidak terlindungi seperti itu,
(1) Para imam dan orang Lewi akan menjadi semakin bertanggung
jawab untuk mengawasi Kemah Suci, dan
400
(2) Tuhan akan menunjukkan pemeliharaan-Nya terhadap jemaat-
Nya di dunia, meski jemaat-Nya itu lemah dan tanpa pertahan-
an serta senantiasa tidak terlindungi. Bila Tuhan menghendaki-
nya, tabir yang menudungi rumah-Nya dapat menjadi sekuat
pagar tembaga atau jeruji besi.
PASAL 27
Dalam pasal ini diberikan petunjuk-petunjuk,
I. Mengenai mezbah tembaga untuk korban-korban bakaran
(ay. 1-8).
II. Mengenai pelataran Kemah Suci dengan layar-layarnya (ay.
9-19).
III. Mengenai minyak untuk lampu Kemah Suci (ay. 20-21).
Mezbah Tembaga
(27:1-8)
1 “Haruslah engkau membuat mezbah dari kayu penaga, lima hasta panjang-
nya dan lima hasta lebarnya, sehingga mezbah itu empat persegi,namun tiga
hasta tingginya. 2 Haruslah engkau membuat tanduk-tanduknya pada keem-
pat sudutnya; tanduk-tanduknya itu haruslah seiras dengan mezbah itu dan
haruslah engkau menyalutnya dengan tembaga. 3 Juga harus engkau mem-
buat kuali-kualinya tempat menaruh abunya, dan sodok-sodoknya dan
bokor-bokor penyiramannya, garpu-garpunya dan perbaraan-perbaraannya;
semua perkakasnya itu harus kaubuat dari tembaga. 4 Haruslah engkau
membuat untuk itu kisi-kisi, yakni jala-jala tembaga, dan pada jala-jala itu
haruslah kaubuat empat gelang tembaga pada keempat ujungnya. 5 Haruslah
engkau memasang jala-jala itu di bawah jalur mezbah itu; mulai dari sebelah
bawah, sehingga jala-jala itu sampai setengah tinggi mezbah itu. 6 Haruslah
engkau membuat kayu-kayu pengusung untuk mezbah itu, kayu-kayu
pengusung dari kayu penaga dan menyalutnya dengan tembaga. 7 Kayu-kayu
pengusungnya itu haruslah dimasukkan ke dalam gelang-gelang itu dan
kayu-kayu pengusung itu haruslah ada pada kedua rusuk mezbah itu waktu
mezbah itu diangkut. 8 Mezbah itu harus kaubuat berongga dan dari papan,
seperti yang ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu, demikianlah harus
dibuat mezbah itu.”
sebab Tuhan ingin mewujudkan kehadiran-Nya di tengah-tengah
umat-Nya dalam Kemah Suci itu, maka di saja juga bangsa Israel
harus mengadakan kebaktian-kebaktian kepada-Nya. Namun, bukan
di dalam Kemah Suci itu sendiri, yang hanya boleh dimasuki oleh
402
imam-imam sebagai para pelayan yang mengurus rumah tangga,
melainkan di pelataran depan Kemah Suci itu, di mana mereka hadir
sebagai rakyat kebanyakan. Di sanalah diperintahkan untuk diba-
ngun sebuah mezbah, tempat mereka membawa persembahan-per-
sembahan mereka. Di atas mezbah itu imam-imam mempersembah-
kan semua persembahan mereka itu kepada Allah. Mezbah ini men-
jadi tempat untuk menguduskan persembahan mereka. Di pelataran
itulah mereka mengadakan ibadah kebaktian mereka kepada Allah,
sebab dari tutup pendamaian Ia memberi firman-firman-Nya
kepada mereka. Demikianlah persekutuan diadakan antara Tuhan dan
Israel. Di sini Musa diberi petunjuk mengenai,
1 Ukuran-ukuran mezbah itu, yang berbentuk persegi empat (ay. 1).
2. Tanduk-tanduknya (ay. 2), dibuat sebagai hiasan dan juga untuk
digunakan. Korban-korban itu diikat dengan tali pada tanduk-
tanduk mezbah, dan pada tanduk-tanduk itu jugalah para penja-
hat melarikan diri dan berlindung.
3. Bahan-bahan yang digunakan, dari kayu penaga yang disalut
dengan tembaga (ay. 1-2),
4. Perlengkapan mezbah itu (ay. 3), yang semuanya dibuat dari tem-
baga.
5. Kisi-kisi, yang dipasang di bagian bawah mezbah yang kosong,
mulai dari sebelah bawah sampai sekitar setengah tinggi mezbah
itu, yang di dalamnya api dibiarkan menyala dan korban dibakar.
Kisi-kisi itu terbuat dari jala-jala tembaga seperti sebuah saringan
dan tergantung kosong, supaya api dapat menyala lebih baik dan
abu-abu pembakaran dapat jatuh masuk melalui jala-jala itu (ay.
4-5).
6. Kayu-kayu pengusung harus dibuat untuk mengusung mezbah
itu (ay. 6-7). Dan, akhirnya, Musa diminta membuat mezbah se-
perti contoh yang pernah ditunjukkan kepadanya (ay. 8).
Nah, mezbah tembaga itu merupakan sebuah perlambang dari
Kristus yang menderita sampai mati untuk mengadakan pendamaian
bagi dosa-dosa kita. Kayu penaga itu akan dibakar habis oleh api dari
sorga jika tidak disalut dengan tembaga sebagai pelindung. Sifat
kemanusiaan Kristus juga tidak akan dapat menahan murka Tuhan
jika tidak didukung oleh kuasa ilahi. Kristus menguduskan diri-Nya
sendiri bagi jemaat-Nya, sebagai mezbah mereka (Yoh. 17:19), dan
oleh pengantaraan-Nya Ia menguduskan kebaktian-kebaktian je-
Kitab Keluaran 27:9-19
403
maat-Nya setiap hari, yang juga memiliki hak untuk makan dari
mezbah ini (Ibr. 13:10), sebab mereka melayani di mezbah itu sebagai
imam-imam rohani. Kepada tanduk-tanduk mezbah ini, orang-orang
berdosa yang malang berlarian datang untuk berlindung saat ke-
adilan mengejar mereka, dan mereka aman oleh sebab jasa korban
yang dipersembahkan di sana.
Mengenai Pelataran Kemah Suci
dengan Layar-layarnya
(27:9-19)
9 “Haruslah engkau membuat pelataran Kemah Suci; untuk pelataran itu
pada sebelah selatan harus dibuat layar dari lenan halus yang dipintal
benangnya, seratus hasta panjangnya pada sisi yang satu itu. Tiang-tiangnya
harus ada dua puluh, dan alas-alas tiang itu harus dua puluh, dari tembaga,
tetapi kaitan-kaitan tiang itu dan penyambung-penyambungnya harus dari
perak. 11 Demikian juga pada sebelah utara, pada panjangnya, harus ada
layar yang seratus hasta panjangnya, tiang-tiangnya harus ada dua puluh
dan alas-alas tiang itu harus dua puluh, dari tembaga,namun kaitan-kaitan
tiang itu dan penyambung-penyambungnya harus dari perak. 12 Dan pada
lebar pelataran itu pada sebelah barat harus ada layar yang lima puluh has-
ta, dengan sepuluh tiangnya dan sepuluh alas tiang itu. 13 Lebar pelataran
itu, yaitu bagian muka pada sebelah timur harus lima puluh hasta, 14 yakni
lima belas hasta layar untuk sisi yang satu di samping pintu gerbang itu,
dengan tiga tiangnya dan tiga alas tiang itu; 15 dan juga untuk sisi yang
kedua di samping pintu gerbang itu lima belas hasta layar, dengan tiga
tiangnya dan tiga alas tiang itu; 16namun untuk pintu gerbang pelataran itu
tirai dua puluh hasta dari kain ungu tua dan kain ungu muda, kain kirmizi
dan dari lenan halus yang dipintal benangnya – tenunan yang berwarna-
warna – dengan empat tiangnya dan empat alas tiang itu. 7 Segala tiang yang
mengelilingi pelataran itu haruslah dihubungkan dengan penyambung-
penyambung perak, dan kaitan-kaitannya harus dari perak dan alas-alasnya
dari tembaga. 18 Panjang pelataran itu harus seratus hasta, lebarnya lima
puluh hasta dan tingginya lima hasta, dari lenan halus yang dipintal benang-
nya, dan alas-alasnya harus dari tembaga. 19 Adapun segala perabotan untuk
seluruh perlengkapan Kemah Suci, dan juga segala patoknya dan segala
patok pelataran: semuanya harus dari tembaga.”
Di depan Kemah Suci harus dibuat sebuah pelataran atau halaman
yang ditutupi di sekelilingnya dengan layar-layar yang terbuat dari
kain lenan halus yang biasa digunakan untuk kemah-kemah. Sesuai
dengan satuan perhitungan hasta, maka panjangnya yaitu sekitar
empat puluh enam meter, dan lebar sekitar dua puluh tiga meter.
Tiang-tiangnya didirikan sesuai dengan jarak kenyamanan, berdiri di
atas alas-alas tiang dari tembaga. Penyambung-penyambungnya ter-
buat dari perak dengan kait-kait yang juga terbuat dari perak, dan di
atas kaitan-kaitan itulah layar-layar dari kain lenan halus itu dikait-
404
kan. Layar-layar yang dipasang di gerbang pelataran lebih halus dari
pada sisi-sisi yang lainnya (ay. 16). Pelataran ini menggambarkan
jemaat, yang dilingkupi dan dibedakan dari dunia selebihnya. Sekeli-
lingnya ditopang oleh tiang-tiang, yang menunjukkan kemantapan
jemaat, tergantung pada kain lenan halus yang putih bersih, yang
dikatakan sebagai perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang
kudus (Why. 19:8). Inilah pelataran-pelataran yang dirindukan dan
didambakan Daud untuk tinggal di dalamnya (Mzm. 84:3, 11), dan ke
dalamnyalah umat Tuhan masuk dengan puji-pujian dan ucapan
syukur (Mzm. 100:4). Akannamun , pelataran ini hanya berisi sedikit
penyembah-penyembah. Namun, syukur kepada Allah, bahwa seka-
rang, di bawah Injil, penutup di sekeliling pelataran itu sudah ditu-
runkan. Kehendak Tuhan yaitu supaya semua orang berdoa di
mana-mana, dan ada ruang bagi semua orang di setiap tempat untuk
berseru pada nama Yesus Kristus.
Tentang Minyak untuk Lampu
(27:20-21)
20 “Haruslah kauperintahkan kepada orang Israel, supaya mereka membawa
kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni untuk lampu, supaya orang
dapat memasang lampu agar tetap menyala. 21 Di dalam Kemah Pertemuan di
depan tabir yang menutupi tabut hukum, haruslah Harun dan anak-anaknya
mengaturnya dari petang sampai pagi di hadapan TUHAN. Itulah suatu kete-
tapan yang berlaku untuk selama-lamanya bagi orang Israel turun-temurun.”
Kita sudah membaca mengenai kandil ini dalam pasal dua puluh
lima, dan di sini ada perintah dari Tuhan untuk menjaga supaya ada
lampu-lampu tetap menyala di dalamnya, sebab kalau tidak, kandil
itu tidak ada gunanya. Dalam setiap kandil harus ada terang yang
membara dan bercahaya. Sebuah kandil tanpa pelita yaitu seperti
sumur tanpa air, atau seperti awan tanpa hujan. Nah,
1. Orang Israel harus menyediakan minyak itu. Dari merekalah
pelayan-pelayan Tuhan menjalankan tugas pemeliharaan mereka.
Atau, tepatnya, minyak zaitun murni itu menunjukkan karunia-
karunia dan anugerah Roh Kudus, yang diberikan kepada semua
orang percaya dari Kristus Sang Minyak Zaitun yang baik itu,
yang dari kepenuhan-Nya kita menerima karunia dan anugerah
itu (Za. 4:11-12), dan yang tanpanya, terang kita tidak dapat
bercahaya di depan orang.
Kitab Keluaran 27:20-21
405
2. Imam-imam harus menyalakan lampu-lampu itu dan menjaganya
tetap menyala. Kewajiban ini merupakan bagian dari tugas pela-
yanan harian mereka untuk memasang lampu agar tetap menyala,
siang dan malam. Demikianlah, menjadi tugas para hamba
Tuhan, dengan memberitakan dan menjelaskan secara terperinci
firman Tuhan (yang disamakan seperti lampu), untuk mencerah-
kan jemaat, yang yaitu Kemah Suci Tuhan di atas muka bumi ini,
dan untuk menuntun imam-imam rohani itu untuk beribadah
kepada-Nya. Hal ini akan menjadi suatu ketetapan yang berlaku
untuk selama-lamanya, supaya terang firman Tuhan tetap menyala
sebagaimana sepatutnya seperti ukupan doa dan pujian yang
dipersembahkan.
PASAL 28
erbagai petunjuk sedang diberikan untuk memperlengkapi tem-
pat ibadah. Dalam pasal ini dan pasal selanjutnya perhatian
diberikan pada para imam yang akan melayani di tempat kudus ini,
sebagai para pelayan Tuhan Israel yang mengurus rumah Allah. Tuhan
mengambil hamba-hamba atau pelayan di rumah-Nya sebagai tanda
bahwa Ia mau berdiam di antara mereka. Dalam pasal ini,
I. Dia menunjuk orang-orang yang akan menjadi para pelayan-
Nya (ay. 1).
II. Dia menetapkan pakaian kerja mereka. Pekerjaan mereka ku-
dus maka pakaian mereka pun haruslah kudus, sesuai de-
ngan kemuliaan rumah yang sedang akan didirikan (ay. 2-5).
1. Dia menetapkan pakaian pemimpin hamba-hamba-Nya
itu, yaitu imam besar, yang sangatlah mewah.
(1) Baju efod dan ikat pinggang (ay. 6-14).
(2) Tutup dada pernyataan keputusan (ay. 15-29), tempat
Urim dan Tumim diletakkan (ay. 30).
(3) Gamis baju efod (ay. 31-35).
(4) Serban (ay. 36-39).
2. Pakaian imam-imam yang lebih rendah (ay. 40-43). Dan
semua ini pun bayangan untuk hal-hal baik yang akan
datang.
Pakaian Imam
(28:1-5)
1 “Engkau harus menyuruh abangmu Harun bersama-sama dengan anak-
anaknya datang kepadamu, dari tengah-tengah orang Israel, untuk meme-
gang jabatan imam bagi-Ku – Harun dan anak-anak Harun, yakni Nadab,
B
408
Abihu, Eleazar dan Itamar. 2 Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi
Harun, abangmu, sebagai perhiasan kemuliaan. 3 Haruslah engkau mengata-
kan kepada semua orang yang ahli, yang telah Kupenuhi dengan roh keahli-
an, membuat pakaian Harun, untuk menguduskan dia, supaya dipegangnya
jabatan imam bagi-Ku. 4 Inilah pakaian yang harus dibuat mereka: tutup
dada, baju efod, gamis, kemeja yang ada raginya, serban dan ikat pinggang.
Demikianlah mereka harus membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu,
dan bagi anak-anaknya, supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku. 5 Untuk
itu haruslah mereka mengambil emas, kain ungu tua dan kain ungu muda,
kain kirmizi dan lenan halus.
Di sini digambarkan tentang,
I. Imam-imam yang ditunjuk: Harun bersama-sama dengan anak-
anaknya (ay. 1). Sampai saat itu, setiap kepala keluarga menjadi
imam bagi keluarganya sendiri, dan memberi persembahan, bila
ada alasannya, di atas mezbah dari tanah. Namun, sebab seka-
rang keluarga-keluarga Israel mulai disatukan menjadi sebuah
bangsa, dan kemah pertemuan akan didirikan, maka sebagai
sebuah tempat untuk bersatu, haruslah diangkat jabatan imamat
bagi seluruh bangsa itu. Musa, yang sampai saat itu menjabat
sebagai imam, dan sebab itu terhitung sebagai salah satu dari
imam-imam Tuhan (Mzm. 99:6), sudah cukup sibuk sebagai nabi
yang menyampaikan perkataan Tuhan kepada mereka, dan seba-
gai pemimpin yang menghakimi mereka. Lagi pula, ia juga tidak
berkeinginan untuk memborong semua kehormatan bagi dirinya
sendiri