perintah-
kan untuk memungut uang dari bangsa Israel menurut jumlah
kepala, sekian banyak uang per kepala, untuk ibadah di Kemah Suci.
Hal ini harus dilakukannya saat ia menghitung jumlah mereka.
Sebagian orang berpendapat bahwa pemungutan uang itu hanya
merujuk pada penghitungan jumlah mereka untuk pertama kali,
saat Kemah Suci didirikan. Dan bahwa pajak ini bertujuan untuk
menutupi kekurangan sumbangan sukarela untuk menyelesaikan
pekerjaan pendirian Kemah Suci, atau lebih tepatnya saat memulai
ibadah di Kemah Suci untuk pertama kalinya. Sebagian yang lain
berpendapat bahwa pemungutan uang itu diulangi sesudahnya pada
setiap keadaan darurat dan selalu pada saat jumlah umat dihitung,
dan bahwa Daud melakukan pelanggaran dengan tidak menuntutnya
saat ia menghitung jumlah rakyat.namun banyak dari para penulis
440
Yahudi, dan disetujui banyak orang, berpendapat bahwa pemungut-
an uang itu harus menjadi upeti tahunan, hanya saja pemungutan
itu dimulai saat Musa pertama kali menghitung jumlah umat.
Inilah uang pajak yang dibayar Kristus itu, supaya jangan membuat
batu sandungan bagi musuh-musuh-Nya (Mat. 17;27), walaupun Ia
memberi alasan yang baik juga mengapa Ia seharusnya terbebas dari
pajak itu. Orang-orang tertentu ditunjuk di setiap kota untuk
menerima pembayaran ini setiap tahun. Nah,
1. Upeti yang harus dibayarkan yaitu setengah syikal. Orang kaya
tidak boleh memberi lebih, dan orang miskin tidak boleh memberi
kurang (ay. 15), untuk menandakan bahwa jiwa orang kaya dan
orang miskin sama berharganya, dan bahwa Tuhan tidak mem-
bedakan orang (Kis. 10:34; Ayb. 34:19). Dalam persembahan-
persembahan lain, orang harus memberi sesuai kemampuan
mereka.namun persembahan ini, yang merupakan uang penda-
maian bagi nyawa, harus sama jumlahnya untuk semua orang.
Sebab orang kaya sangat membutuhkan Kristus sama halnya
seperti orang miskin, dan orang miskin sangat disambut oleh-Nya
sama halnya seperti orang kaya. Mereka sama-sama memberi
sumbangsih bagi pemeliharaan ibadah di Bait Suci, sebab
keduanya memiliki kepentingan yang sama di dalamnya dan
mendapat manfaat yang sama olehnya. Dalam Kristus dan kete-
tapan-ketetapan-Nya, orang kaya dan orang miskin bertemu. Yang
membuat mereka semua ialah TUHAN, Tuhan Kristus yaitu
Penebus mereka semua (Ams. 22:2). Orang-orang Yahudi berkata,
“Jika orang menolak membayar upeti ini, maka ia tidak ikut
ditebus.”
2. Upeti ini harus dibayarkan sebagai uang pendamaian sebab nya-
wa mereka, supaya jangan ada tulah di antara mereka. Dengan
begitu mereka mengakui bahwa mereka menerima hidup mereka
dari Allah, bahwa mereka telah menyerahkan hidup mereka ke-
pada-Nya, dan bahwa mereka bergantung pada kuasa dan kesa-
baran-Nya untuk kelangsungan hidup mereka. Dan dengan demi-
kian mereka memberi penghormatan kepada Tuhan yang
empunya hidup mereka, dan menjauhkan tulah-tulah yang pan-
tas mereka dapatkan sebab dosa-dosa mereka.
3. Uang yang terkumpul ini akan dipakai untuk ibadah di Kemah
Suci (ay. 16). Dengan uang itu mereka membeli korban-korban,
tepung, ukupan, anggur, minyak, bahan bakar, garam, pakaian
Kitab Keluaran 30:17-21
441
para imam, dan semua hal lain yang menjadi kepentingan seluruh
jemaat. Perhatikanlah, orang-orang yang mendapat keuntungan
dari Kemah Suci Tuhan di antara mereka harus rela membiayai
pengeluaran-pengeluaran untuk Kemah Suci itu, dan tidak meng-
gerutu dalam menanggung biaya-biaya yang diperlukan dalam
ibadah umum kepada Allah. Demikianlah kita harus menghormati
Tuhan dengan harta benda kita, dan memandang bahwa apa yang
dikeluarkan untuk ibadah kepada Allah, dikeluarkan untuk
kepentingan yang terbaik. Uang memang tidak bisa mengadakan
pendamaian bagi nyawa,namun dapat digunakan untuk menghor-
mati Dia yang telah membuat pendamaian itu, dan untuk meme-
lihara Injil yang mengerjakan pendamaian itu.
Bejana Tembaga
(30:17-21)
17 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 18 “Haruslah engkau membuat bejana
dan juga alasnya dari tembaga, untuk pembasuhan, dan kautempatkanlah
itu antara Kemah Pertemuan dan mezbah, dan kautaruhlah air ke dalamnya.
19 Maka Harun dan anak-anaknya haruslah membasuh tangan dan kaki
mereka dengan air dari dalamnya. 20 jika mereka masuk ke dalam Kemah
Pertemuan, haruslah mereka membasuh tangan dan kaki dengan air, supaya
mereka jangan mati. Demikian juga jika mereka datang ke mezbah itu
untuk menyelenggarakan kebaktian dan untuk membakar korban api-apian
bagi TUHAN, 21 haruslah mereka membasuh tangan dan kaki mereka, supaya
mereka jangan mati. Itulah yang harus menjadi ketetapan bagi mereka untuk
selama-lamanya, bagi dia dan bagi keturunannya turun-temurun.”
Di sini diberikan perintah-perintah,
1. Untuk membuat bejana, atau bak, dari tembaga, bejana yang
lebar, yang akan menampung cukup banyak air, yang akan di-
tempatkan di dekat pintu Kemah Suci (ay. 18). Pastilah alas tem-
baganya dirancang begitu rupa untuk menampung air, yang di-
biarkan mengalir ke dalamnya dari bejana itu melalui pipa penya-
lur atau keran. Pada waktu itu mereka hanya memiliki bejana
untuk para imam membasuh diri,namun bagi kita sekarang ada
sumber air yang terbuka bagi Yehuda dan Yerusalem untuk mem-
basuh diri (Za. 13:1), sumber air yang hidup yang tiada habis-
habisnya, sehingga kita sendirilah yang salah jika kita tetap
cemar.
2. Perintah-perintah untuk memakai bejana ini. Harun dan
anak-anaknya harus membasuh tangan dan kaki mereka dengan
442
air dari bejana ini setiap kali mereka masuk untuk menyeleng-
garakan kebaktian, setiap pagi setidak-tidaknya (ay. 19-21). Un-
tuk tujuan inilah air bersih yang baru dimasukkan ke dalam
bejana itu setiap hari. Meskipun mereka sudah membasuh diri
dengan begitu bersih di rumah mereka sendiri, itu tidak cukup.
Mereka harus membasuh diri di bejana itu, sebab bejana itu di-
tetapkan untuk membasuh (2Raj. 5:12-14). Hal ini dimaksudkan,
(1) Untuk mengajar mereka tentang kemurnian dalam semua
pelayanan mereka, dan untuk memenuhi mereka dengan rasa
hormat terhadap kekudusan Tuhan dan rasa ngeri terhadap
pencemaran-pencemaran dosa. Mereka tidak hanya harus
membasuh diri dan dibuat bersih saat pertama kali ditahbis-
kan,namun juga harus membasuh diri dan tetap bersih setiap
kali mereka masuk untuk menyelenggarakan kebaktian. Ha-
nya orang yang bersih tangannya dan murni hatinya yang boleh
berdiri di tempat Tuhan yang kudus (Mzm. 24:3-4). Dan,
(2) Untuk mengajar kita, yang setiap hari harus pergi menghadap
Allah, supaya setiap hari memperbaharui pertobatan kita dari
dosa dan menerima dengan penuh iman penebusan darah
Kristus atas jiwa kita untuk mendapatkan pengampunan dosa.
Sebab kita setiap hari membuat pelanggaran dan tercemar
dalam banyak hal (Yoh. 13:8, 10; Yak. 3:2). Ini yaitu persiap-
an yang harus kita buat untuk ibadah-ibadah yang khidmat.
Tahirkanlah tanganmu dan sucikanlah hatimu, dan sesudah itu
mendekatlah kepada Tuhan (Yak. 4:8). Hukum inilah yang diru-
juk oleh Daud dalam Mazmur 26:6, Aku membasuh tanganku
tanda tak bersalah, lalu berjalan mengelilingi mezbah-Mu, ya
TUHAN.
Minyak Urapan dan Ukupan
(30:22-38)
22 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 23 “Ambillah rempah-rempah pilihan,
mur tetesan lima ratus syikal, dan kayu manis yang harum setengah dari itu,
yakni dua ratus lima puluh syikal, dan tebu yang baik dua ratus lima puluh
syikal, 24 dan kayu teja lima ratus syikal, ditimbang menurut syikal kudus,
dan minyak zaitun satu hin. 25 Haruslah kaubuat semuanya itu menjadi
minyak urapan yang kudus, suatu campuran rempah-rempah yang dicampur
dengan cermat seperti buatan seorang tukang campur rempah-rempah;
itulah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus. 26 Haruslah engkau
mengurapi dengan itu Kemah Pertemuan dan tabut hukum, 27 meja dengan
Kitab Keluaran 30:22-38
443
segala perkakasnya, kandil dengan perkakasnya, dan mezbah pembakaran
ukupan; 28 mezbah korban bakaran dengan segala perkakasnya, bejana pem-
basuhan dengan alasnya. 29 Haruslah kaukuduskan semuanya, sehingga
menjadi maha kudus; setiap orang yang kena kepadanya akan menjadi
kudus. 30 Engkau harus juga mengurapi dan menguduskan Harun dan anak-
anaknya supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku. 31 Dan kepada
orang Israel haruslah kaukatakan demikian: Inilah yang harus menjadi
minyak urapan yang kudus bagi-Ku di antara kamu turun-temurun. 32
Kepada badan orang biasa janganlah minyak itu dicurahkan, dan janganlah
kaubuat minyak yang semacam itu dengan memakai campuran itu juga:
itulah minyak yang kudus, dan haruslah itu kudus bagimu. 33 Orang yang
mencampur rempah-rempah menjadi minyak yang semacam itu atau yang
membubuhnya pada badan orang awam, haruslah dilenyapkan dari antara
bangsanya.” 34 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Ambillah wangi-wangian,
yakni getah damar, kulit lokan dan getah rasamala, wangi-wangian itu serta
kemenyan yang tulen, masing-masing sama banyaknya. 35 Semuanya ini
haruslah kaubuat menjadi ukupan, suatu campuran rempah-rempah, seperti
buatan seorang tukang campur rempah-rempah, digarami, murni, kudus. 36
Sebagian dari ukupan itu haruslah kaugiling sampai halus, dan sedikit dari
padanya kauletakkanlah di hadapan tabut hukum di dalam Kemah Per-
temuan, di mana Aku akan bertemu dengan engkau; haruslah itu maha ku-
dus bagimu. 37 Dan tentang ukupan yang harus kaubuat menurut campuran
yang seperti itu juga janganlah kamu buat bagi kamu sendiri; itulah bagian
untuk TUHAN, yang kudus bagimu. 38 Orang yang akan membuat minyak
yang semacam itu dengan maksud untuk menghirup baunya, haruslah
dilenyapkan dari antara bangsanya.”
Di sini diberikan petunjuk-petunjuk tentang bahan-bahan campuran
untuk minyak urapan yang kudus dan ukupan yang akan digunakan
dalam ibadah di Kemah Suci. Dengan semuanya ini Tuhan harus
dihormati, dan sebab itu Ia menetapkan cara pembuatannya. Sebab,
tak ada yang datang kepada Tuhan selain apa yang datang dari Dia.
1. Minyak urapan yang kudus yang di sini diperintahkan untuk
dibuat, ditentukan bahan-bahan dan jumlahnya (ay. 23-25). Para
penafsir tidak sepakat tentang bahan-bahan dan jumlah itu. Kita
yakin bahwa, secara umum, bahan-bahan dan jumlah itu yaitu
yang terbaik dan paling cocok untuk tujuan itu. Pasti demikian
halnya jika hikmat ilahi menetapkannya untuk kemuliaan
ilahi. Minyak itu harus dibuat dari bahan-bahan campuran
secundum artem – seperti buatan seorang tukang campur rempah-
rempah (ay. 25). Rempah-rempah, yang semuanya hampir seberat
25 kilogram, harus dicampurkan ke dalam minyak, yang kira-kira
sebanyak lima atau enam liter, dan lalu disaring, dan
meninggalkan bau harum yang mengagumkan dalam minyak itu.
Dengan minyak ini kemah Tuhan dan semua perabotannya harus
diurapi. Minyak itu juga harus digunakan dalam penahbisan para
imam (ay. 26-30). Pengurapan minyak ini harus diteruskan di
444
antara mereka turun-temurun (ay. 31). Menurut kepercayaan
turun-temurun bangsa Yahudi, minyak ini, yang dipersiapkan
oleh Musa sendiri, bertahan sampai mendekati masa pembuang-
an.namun uskup Patrick menunjukkan betapa tidak mungkinnya
kepercayaan itu, dan menganggap bahwa pembuatan minyak itu
diulangi menurut resep yang ditetapkan di sini, sebab Salomo
diurapi dengannya (1Raj. 1:39), dan juga beberapa raja lain. Dan
semua imam besar diurapi dengan minyak itu dalam jumlah yang
begitu banyak hingga minyak itu meleleh ke leher jubah mereka.
Dan kita membaca tentang pembuatan minyak ini (1Taw. 9:30).
Namun semuanya sependapat bahwa dalam Bait Suci kedua tidak
ada minyak kudus ini, yang menurut sang uskup terjadi sebab
gagasan yang dimiliki orang-orang Yahudi pada saat itu, bahwa
mereka tidak diperbolehkan membuat minyak itu. Penyelenggara-
an ilahi sudah mengatur bahwa tidak adanya minyak itu merupa-
kan pertanda akan adanya urapan yang lebih baik, yaitu oleh Roh
Kudus pada zaman Injil, yang keragaman karunia-Nya diperlam-
bangkan oleh beberapa bahan rempah-rempah yang harum ini.
Untuk menunjukkan keunggulan dari kekudusan, dalam Kemah
Suci itu harus ada sesuatu yang memuaskan penglihatan mau-
pun penciuman dalam tingkatan yang setinggi-tingginya. Nama
Kristus dikatakan seperti minyak yang tercurah (Kid. 1:3), dan
nama baik orang-orang Kristen lebih baik dibandingkan minyak yang
mahal (Pkh. 7:1).
2. Ukupan yang dibakar di atas mezbah emas dipersiapkan dari
wangi-wangian juga, meskipun tidak begitu langka jenisnya dan
beraneka ragam seperti wangi-wangian yang dicampurkan dalam
minyak urapan (ay. 34-35). Ukupan ini dipersiapkan setahun
sekali menurut orang-orang Yahudi, setengah kilogram untuk se-
tiap hari sepanjang tahun, dan lebih dari satu setengah kilogram
untuk hari pendamaian. saat digunakan, ukupan itu harus di-
giling sampai halus. Demikianlah Tuhan berkenan meremukkan
sang Penebus saat Ia mempersembahkan diri-Nya sebagai kor-
ban yang harum.
3. Mengenai kedua persiapan ini, hukum yang sama diberikan di
sini (ay. 32-33, 37-38), bahwa bahan-bahan campuran seperti itu
tidak boleh dibuat untuk keperluan biasa. Demikianlah Tuhan
ingin menanamkan dalam pikiran umat itu suatu penghormatan
terhadap ketetapan-ketetapan-Nya sendiri. Ia ingin mengajar kita
Kitab Keluaran 30:22-38
445
untuk tidak mencemarkan atau menyalahgunakan apa saja yang
dengannya Tuhan menyatakan diri-Nya, seperti yang dilakukan
oleh orang-orang yang menciptakan bagi diri mereka sendiri dan
untuk hiburan sehari-hari mereka, alat-alat musik seperti yang
diciptakan Daud (Am. 6:5). Suatu penghinaan yang besar kepada
Tuhan jika kita menjadikan barang-barang yang suci sebagai
bahan gurauan, khususnya jika kita mempermainkan firman dan
ketetapan-ketetapan Allah, atau memperlakukannya dengan re-
meh (Mat. 22:5). Apa yang merupakan kesayangan Tuhan tidak
boleh digunakan sebagai hal yang biasa.
PASAL 3 1
alam pasal ini Tuhan sebentar lagi akan mengakhiri hal-hal yang
hendak dikatakan-Nya kepada Musa di atas gunung, di mana Ia
sudah ada bersamanya sekarang selama empat puluh hari empat
puluh malam. Sekalipun begitu lama, tidak semua apa yang dikata-
kan kepada Musa sepanjang waktu itu yang dicatat selain yang
sudah kita baca dalam keenam pasal sebelumnya. Dalam pasal ini,
I. Tuhan menunjuk pekerja-pekerja yang akan dipakai untuk
membangun dan melengkapi perabotan Kemah Suci (ay. 1-11).
II. Ia mengulangi hukum Sabat, dan kepatuhan untuk menja-
lani hari itu dengan saleh (ay. 12-17).
III. Ia menyerahkan kepada Musa dua loh hukum Tuhan pada
saat berpisah (ay. 18).
Penunjukan Bezaleel dan Aholiab
(31:1-11)
1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 2 “Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin
Uri bin Hur, dari suku Yehuda, 3 dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah,
dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam
pekerjaan, 4 untuk membuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari
emas, perak dan tembaga; 5 untuk mengasah batu permata supaya ditatah;
untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan.
6 Juga Aku telah menetapkan di sampingnya Aholiab bin Ahisamakh, dari
suku Dan; dalam hati setiap orang ahli telah Kuberikan keahlian. Haruslah
mereka membuat segala apa yang telah Kuperintahkan kepadamu: 7 Kemah
Pertemuan, tabut untuk hukum, tutup pendamaian yang terletak di atasnya,
dan segala perabotan kemah itu, 8 yakni meja dengan perkakasnya, kandil
dari emas murni dengan segala perkakasnya, mezbah pembakaran ukupan,
9 mezbah korban bakaran dengan segala perkakasnya, bejana pembasuhan
dengan alasnya, 10 pakaian jabatan, baik pakaian kudus kepunyaan imam
Harun, maupun pakaian anak-anaknya, untuk memegang jabatan imam,
11 minyak urapan dan ukupan dari wangi-wangian untuk tempat kudus;
D
448
tepat seperti yang telah Kuperintahkan kepadamu haruslah mereka membuat
semuanya.“
Tuhan memerintahkan banyak pekerjaan halus untuk dilakukan me-
nyangkut Kemah Suci. Bahan-bahannya harus disediakan oleh umat,
tetapi siapa yang harus mengerjakannya? Musa sendiri terdidik da-
lam segala pengetahuan orang Mesir, bahkan, ia mengenal baik fir-
man Tuhan dan penglihatan-penglihatan dari Yang Mahakuasa.namun
ia tidak tahu bagaimana mengukir atau menyulam. Kita dapat men-
duga bahwa ada sedikit orang yang sangat terampil di antara orang-
orang Israel. Akannamun , sebab sepanjang hidup di Mesir mereka
tinggal setiap hari dalam perbudakan, kita tidak bisa berpikir ada
dari antara mereka yang diajarkan dalam keahlian-keahlian yang
rumit ini. Mereka tahu bagaimana membuat batu bata dan bekerja
dengan tanah liat,namun bekerja dengan emas dan mengasah berlian
merupakan pekerjaan yang tidak pernah mereka pelajari. Jadi bagai-
mana pekerjaan pembangunan Kemah Suci itu bisa mereka lakukan
dengan kerapian dan ketepatan yang tinggi, padahal tidak ada pandai
emas atau ahli perhiasan di antara mereka, selain tukang batu dan
tukang bangunan? Pastilah ada cukup banyak orang yang dengan
senang hati mau dipekerjakan, dan mau bekerja dengan sebaik-baik-
nya. Namun, pastilah sulit juga untuk menemukan orang yang tepat
untuk mengerjakan pekerjaan ini. Siapakah yang sanggup menunai-
kan tugas yang demikian? Akannamun , Tuhan mengurus perkara ini
juga.
I. Ia mengangkat orang-orang yang pantas untuk dipekerjakan. Su-
paya jangan orang berlomba-lomba memperebutkan pekerjaan
itu, atau iri hati terhadap mereka yang diangkat, maka Tuhan sen-
diri yang menentukan pilihan.
1. Bezaleel akan menjadi ahli bangunan, atau pemimpin atas
semua pekerja (ay. 2). Ia berasal dari suku Yehuda, suku yang
kepadanya Tuhan bersuka memberi kehormatan. Dia yaitu
cucu Hur, mungkin Hur yang membantu menopang tangan
Musa itu (ps. 17), dan pada saat ini diberi tugas bersama Ha-
run untuk memerintah bangsa itu selama Musa tidak ada
(24:14). Dari kaum yang terpandang di Israel itulah sang arsi-
tek dipilih. Hal itu menambah kehormatan yang tidak sedikit
terhadap kaum itu bahwa tunas darinya dipekerjakan, meski-
pun hanya sebagai seorang tukang, atau pengrajin tangan,
Kitab Keluaran 31:1-11
449
untuk ibadah di Kemah Suci. Menurut kepercayaan turun-
temurun orang Yahudi, Hur yaitu suami Miryam. Dan, jika
benar demikian, maka memang sudah seharusnyalah bahwa
Tuhan yang menunjuk dia untuk pekerjaan ini, sebab kalau
tidak, seandainya Musa sendiri yang menunjuknya, maka ia
akan dianggap pilih kasih terhadap kerabatnya sendiri, apalagi
Harun saudaranya juga sudah diangkat menjadi imam. Tuhan
hendak mengaruniakan kehormatan kepada saudara-saudara
Musa,namun Ia melakukannya sedemikian rupa supaya jelas
bahwa Musa tidak mencari kehormatan itu untuk dirinya
sendiri atau keluarganya, melainkan bahwa itu yaitu per-
buatan Tuhan semata-mata.
2. Aholiab, dari suku Dan, ditunjuk di samping Bezaleel, dan
menjadi rekannya (ay. 6). Berdua lebih baik dibandingkan seorang
diri. Kristus mengutus murid-murid-Nya yang akan mem-
bangun Kemah Injil secara berdua-dua, dan kita membaca
tentang dua saksi-Nya. Aholiab berasal dari suku Dan, yang
merupakan salah satu suku yang kurang begitu terhormat,
supaya suku Yehuda dan Lewi tidak menjadi besar kepala,
seolah-olah merekalah yang harus mendapatkan semua ke-
dudukan. Untuk mencegah perpecahan dalam tubuh jemaat,
Tuhan memberi kehormatan kepada anggota-anggota yang
tidak mulia (1Kor. 12:24). Kepala tidak dapat berkata kepada
kaki: “Aku tidak membutuhkan engkau.” Hiram, yang merupa-
kan kepala pekerja dalam membangun Bait Suci Salomo, juga
berasal dari suku Dan (2Taw. 2:14).
3. Ada beberapa pekerja lain juga yang dipekerjakan oleh, dan di
bawah, Bezaleel dan Aholiab dalam beberapa pekerjaan me-
nyangkut Kemah Suci (ay. 6). Perhatikanlah, jika Tuhan
memiliki pekerjaan untuk dilakukan, Ia tidak akan pernah
kekurangan alat-alat untuk mengerjakannya, sebab semua
hati dan kepala ada di bawah pandangan mata-Nya dan di da-
lam tangan-Nya. Dan siapa saja pasti akan bersedia menjalan-
kan pekerjaan bagi Allah, dan terus melakukannya, bila ia
sadar betul bahwa Allahlah yang memanggil dia untuk mela-
kukan pekerjaan itu. Sebab, siapa yang dipanggil-Nya, orang
itu akan diakui dan ditopang-Nya.
450
II. Tuhan membekali kedua orang ini supaya memenuhi syarat untuk
pekerjaan itu (ay. 3): Telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah. Dan
(ay. 6) dalam hati setiap orang ahli telah Kuberikan keahlian. Per-
hatikanlah,
1. Keterampilan dalam berbagai seni dan pekerjaan yaitu karu-
nia Allah. Dari Dialah berasal baik kemampuan maupun
pengembangan dari kemampuan itu. Dialah yang menaruh hik-
mat dalam batin (Ayb. 38:36, KJV). Dia mengajarkan kebijak-
sanaan kepada petani (Yes. 28:26), dan kepada pedagang juga.
Dan Dia harus mendapatkan pujian untuk semuanya itu.
2. Tuhan membagikan karunia-karunia-Nya secara beragam, satu
karunia kepada satu orang, dan karunia lain kepada orang
lain, dan semuanya demi kebaikan seluruh tubuh, baik demi
umat manusia maupun jemaat. Musa paling pantas dari se-
muanya untuk memerintah Israel,namun Bezaleel lebih pantas
dibandingkan dia untuk membangun Kemah Suci. Keuntungan
bersama sangat banyak didukung oleh berbagai kemampuan
dan kecenderungan dari semua orang. Kecerdasan sebagian
orang menuntun mereka untuk berguna dengan satu cara,
dan kecerdasan orang lain dengan cara lain, dan semuanya ini
dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama (1Kor. 12:11).
Hal ini melarang kesombongan, iri hati, penghinaan, dan per-
saingan yang bersifat kedagingan, dan memperkuat ikatan
kasih satu sama lain.
3. Orang-orang yang dipanggil Tuhan untuk melakukan suatu
pekerjaan, mereka akan dicari dan dipanggil oleh Dia, dan di-
buat-Nya layak untuk pekerjaan itu. Jika Tuhan memberi tugas
kepada seseorang, maka Ia akan mengaruniakan orang itu
kemampuan sampai tingkat tertentu sesuai dengan pekerjaan-
nya. Pekerjaan yang harus dilakukan di sini yaitu membuat
Kemah Suci dan perkakas-perkakasnya, yang di sini dijelas-
kan secara khusus (ay. 7, dst.). Dan untuk itu orang-orang
yang dipekerjakan dimampukan untuk bekerja dengan emas,
perak dan tembaga. saat Kristus mengutus para rasul-Nya
untuk membangun Kemah Injil, Ia mencurahkan Roh-Nya ke
atas mereka, untuk memampukan mereka berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain tentang karya-karya Tuhan yang ajaib. Me-
reka harus bekerja bukan pada logam, melainkan pada manu-
sia. Jauh lebih unggul karunia-karunia itu, sebab kemah yang
Kitab Keluaran 31:12-18
451
akan dipasang yaitu kemah yang lebih besar dan yang lebih
sempurna, sebagaimana sang rasul menyebutnya (Ibr. 9:11).
Pemeliharaan Hari Sabat
(31:12-18)
12 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 13 “Katakanlah kepada orang Israel,
demikian: Akannamun hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah
peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengeta-
hui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu. 14 Haruslah kamu
pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar
kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang
melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara
bangsanya. 15 Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan,namun pada
hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus
bagi TUHAN: setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, pasti-
lah ia dihukum mati. 16 Maka haruslah orang Israel memelihara hari Sabat,
dengan merayakan sabat, turun-temurun, menjadi perjanjian kekal. 17 An-
tara Aku dan orang Israel maka inilah suatu peringatan untuk selama-
lamanya, sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan
pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat.” 18 Dan
TUHAN memberi kepada Musa, sesudah Ia selesai berbicara dengan dia di
gunung Sinai, kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah.
Di sini ada,
I. Sebuah perintah yang ketat untuk menguduskan hari Sabat (ay.
13-17). Hukum Sabat sudah diberikan kepada mereka sebelum
hukum-hukum lain, untuk menyiapkan mereka (16:23). Hukum
Sabat sudah disisipkan dalam hukum tentang perbuatan baik
dan buruk, dalam perintah keempat. Hukum Sabat juga sudah
ditambahkan ke dalam hukum peradilan (23:12). Dan di sini
hukum Sabat ditambahkan ke dalam bagian pertama dari hukum
keupacaraan, sebab pemeliharaan hari Sabat memang merupa-
kan pembendung dan pagar dari hukum Taurat secara keseluruh-
an. jika hari Sabat tidak dipelihara dengan kesadaran hati
nurani, maka selamat tinggTuhan kesalehan maupun kejujuran.
Sebab, dalam hukum tentang perbuatan baik dan buruk, hukum
Sabat berdiri di tengah-tengah di antara dua loh batu. Sebagian
orang berpendapat bahwa hukum Sabat dimasukkan di sini
sebab alasan lain. Pada waktu itu Tuhan memerintahkan mereka
untuk mendirikan Kemah Suci dan melengkapinya dengan pera-
bot-perabot secepat-cepatnya supaya mereka menjalankan ibadah
kepada-Nya. Akannamun , supaya jangan sampai mereka berpikir
452
bahwa sifat pekerjaan itu dan kecepatan yang dituntut untuk
menyelesaikannya akan membenarkan mereka untuk mengerja-
kan semua itu pada hari-hari Sabat, supaya mereka dapat menye-
lesaikannya dengan lebih cepat. Jadi peringatan ini ditambahkan
di sini tepat pada waktunya. Sesungguhnya, atau akannamun ,
hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara. Meskipun mereka harus
mengerjakan pendirian Kemah Suci cepat-cepat, namun mereka
tidak boleh tergesa-gesa sampai berlebihan. Mereka tidak boleh
melanggar hukum Sabat dalam ketergesa-gesaan mereka. Bahkan
pekerjaan Kemah Suci pun harus memberi tempat bagi istirahat di
hari Sabat. Begitu cemburunya Tuhan bagi kehormatan hari Sabat-
Nya. Cermatilah apa yang dikatakan di sini mengenai hari Sabat.
1. Hakikat, arti, dan maksud dari hari Sabat, yang dengan me-
nyatakannya Tuhan memberi kehormatan kepadanya, dan
mengajar kita untuk menghargainya. Berbagai hal dikatakan
di sini tentang hari Sabat.
(1) Itulah peringatan antara Aku dan kamu (ay. 13, 17). Pene-
tapan hari Sabat yaitu sebuah tindakan besar dari per-
kenanan Tuhan kepada bangsa Israel, dan sebagai tanda
(atau peringatan) bahwa Ia telah membedakan mereka dari
semua bangsa lain. Dan pemeliharaan hari Sabat dalam
ibadah yaitu sebuah tindakan besar dari kewajiban dan
ketaatan mereka kepada-Nya. Allah, dengan menguduskan
hari ini di antara mereka, membiarkan mereka tahu bahwa
Ia menguduskan mereka, dan memisahkan mereka bagi
diri-Nya dan untuk melayani-Nya. Sebab, seandainya tidak
demikian adanya, maka Ia tidak akan menyingkapkan
kepada mereka hari-hari Sabat-Nya yang kudus, untuk
menjadi penyokong bagi ibadah di antara mereka. Atau itu
mungkin merujuk pada hukum tentang hari Sabat, yaitu
hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sehingga kamu
mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan
kamu. Perhatikanlah, jika Tuhan dengan anugerah-Nya men-
condongkan hati kita untuk memelihara hukum dari perin-
tah keempat, maka itu akan menjadi bukti dari pekerjaan
baik yang dikerjakan-Nya dalam diri kita melalui Roh-Nya.
Jika kita menguduskan hari Allah, maka itu yaitu tanda
antara Dia dan kita bahwa Ia telah menguduskan hati kita.
Kitab Keluaran 31:12-18
453
Maka dari itulah tabiat orang yang diberkati yaitu bahwa
ia memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya (Yes.
56:2). Orang-orang Yahudi, dengan memelihara satu dari
tujuh hari, sesudah bekerja enam hari, bersaksi dan menya-
takan bahwa mereka menyembah Tuhan yang telah menjadi-
kan dunia dalam enam hari dan beristirahat pada hari
ketujuh. Dan dengan demikian mereka membedakan diri
mereka dari bangsa-bangsa lain, yang, sesudah pertama-
tama kehilangan hari Sabat, yang ditetapkan untuk men-
jadi peringatan akan penciptaan, secara perlahan-lahan ke-
hilangan pengetahuan akan sang Pencipta, lalu memberi-
kan kepada makhluk ciptaan kehormatan yang seharusnya
diberikan kepada Dia saja.
(2) Itulah hari kudus bagimu (ay. 14), yaitu, “Hari itu dirancang
demi keuntunganmu dan juga demi kehormatan Allah.”
Hari Sabat diadakan untuk manusia. Atau, “Hari itu harus
kamu pandang kudus, dan dengan demikian harus dipeli-
hara sebagai hari yang kudus pula, dan kamu harus me-
mandang perbuatan yang menajiskannya sebagai suatu
penistaan.”
(3) Ini yaitu hari perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN
(ay. 15). Hari itu dipisahkan dari pekerjaan-pekerjaan bia-
sa, dan dirancang untuk menghormati dan melayani Allah.
Dan dengan memeliharanya kita diajar untuk beristirahat
dari mengejar hal-hal duniawi dan dari memenuhi keingin-
an daging, dan mengabdikan diri kita, segenap hati kita,
semua yang kita miliki, dan yang dapat kita lakukan, un-
tuk kemuliaan Allah.
(4) Hari itu harus dipelihara secara turun-temurun, di sepan-
jang zaman, untuk menjadi perjanjian kekal (ay. 16). Ini
akan menjadi salah satu tanda yang paling langgeng dari
perjanjian antara Tuhan dan Israel.
2. Hukum Sabat. Mereka harus memeliharanya (ay. 13-14, 16),
memeliharanya sebagai harta, sebagai barang kepercayaan,
memeliharanya dan melestarikannya, memeliharanya dan ti-
dak menajiskannya, menjaganya sebagai peringatan atau tan-
da antara Tuhan dan mereka, memeliharanya dan tidak pernah
berpisah dengannya. Bangsa-bangsa bukan Yahudi mempu-
nyai pesta-pesta peringatan untuk menghormati dewa-dewa
454
mereka, namun khusus untuk bangsa Yahudi saja bahwa
mereka memiliki suatu perayaan setiap minggu. Oleh sebab
itu, perayaan ini haruslah mereka pelihara dengan hati-hati.
3. Alasan untuk hari Sabat. Sebab hukum-hukum Tuhan tidak
hanya disokong dengan wewenang tertinggi,namun juga didu-
kung dengan alasan terbaik. Teladan Tuhan sendiri yaitu alas-
an yang agung (ay. 17). Sama seperti karya penciptaan layak
untuk diperingati seperti itu, demikian pula sang Pencipta yang
agung layak diteladani seperti itu, melalui suatu hari istirahat
yang kudus, pada hari ketujuh, sesudah bekerja enam hari.
Terutama sebab kita berharap, dalam mengikuti teladan yang
sama lebih jauh lagi, untuk tidak lama lagi beristirahat de-
ngan-Nya dari semua pekerjaan dan jerih lelah kita.
4. Hukuman yang akan dijatuhkan atas pelanggaran hukum ini:
“Siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, dengan
melakukan pekerjaan pada hari itu selain pekerjaan kesalehan
dan belas kasihan, orang itu harus dilenyapkan dari antara
bangsanya (ay. 14). Pastilah ia dihukum mati (ay. 15). Hakim
harus melenyapkannya dengan pedang keadilan jika kejahatan
itu terbukti benar. Jika tidak, atau jika sang hakim lalai, dan
tidak melakukan tugasnya, maka Tuhan akan mengambil alih
sendiri pekerjaan itu, dan melenyapkan penjahat itu dengan
hantaman dari sorga, dan keluarganya akan dicabut sampai
ke akar-akarnya dari Israel.” Perhatikanlah, penghinaan dan
pencemaran terhadap hari Sabat yaitu kejahatan yang akan
dihukum oleh hakim-hakim. Dan, jika manusia tidak menghu-
kumnya, maka Tuhan akan melakukannya, di sini atau di kehi-
dupan nanti, kecuali orang bertobat dari perbuatannya itu.
II. Diserahkannya dua loh hukum Tuhan kepada Musa. Tuhan telah
menjanjikan kedua loh batu ini kepada Musa saat Ia memang-
gilnya naik ke atas gunung (24:12). Dan sekarang, saat Ia
mengutus Musa untuk turun, Ia memberi kedua loh batu itu
kepadanya, untuk disimpan dalam tabut perjanjian dengan hati-
hati dan penuh penghormatan (ay. 18).
1. Kesepuluh perintah yang telah disampaikan Tuhan di atas gu-
nung Sinai dengan didengar oleh semua orang, sekarang ditulis
in perpetuam rei memoriam – sebagai peringatan yang abadi,
sebab apa yang tertulis akan tetap ada.
Kitab Keluaran 31:12-18
455
2. Kesepuluh perintah itu ditulis dalam loh-loh batu yang telah
dipersiapkan bukan oleh Musa, melainkan tampaknya sebab
tersirat dalam pasal 24:12, bahwa ia mendapati loh-loh batu
itu sudah tertulis saat ia naik di gunung, oleh pelayanan para
malaikat. Hukum itu ditulis dalam loh-loh batu, untuk me-
nunjukkan keberlangsungannya yang kekal sebab apa yang
bisa berlangsung lebih lama dibandingkan yang tertulis di atas batu
dan tersimpan di dalamnya? Dan juga untuk menunjukkan
kekerasan hati kita. Orang bisa menulis di atas batu dengan
lebih mudah dibandingkan menulis sesuatu yang baik dalam hati
kita yang rusak dan penuh dosa.
3. Kesepuluh perintah itu ditulis oleh jari Allah, yaitu, oleh ke-
hendak dan kuasa-Nya secara langsung, tanpa memakai
alat apa pun. Tuhan sajalah yang dapat menuliskan hukum-
Nya di dalam hati. Ia memberi hati yang taat, dan kemu-
dian, oleh Roh-Nya, yang merupakan jari Allah, Ia menuliskan
kehendak-Nya pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia
(2Kor. 3:3).
4. Kesepuluh perintah itu ditulis dalam dua loh batu, sebab
dirancang untuk mengarahkan kita dalam kewajiban kita baik
terhadap Tuhan maupun terhadap manusia.
5. Kesepuluh perintah itu disebut loh-loh kesaksian (ITB: loh hu-
kum Allah), sebab hukum yang tertulis ini bersaksi tentang
kehendak Tuhan menyangkut bangsa Israel dan juga tentang
itikad baik-Nya terhadap mereka, dan akan menjadi kesaksian
melawan mereka jika mereka tidak taat.
6. Loh-loh hukum Tuhan itu diserahkan kepada Musa, dan mung-
kin disertai sebuah perintah, sebelum ia meletakkannya dalam
tabut perjanjian, untuk menunjukkannya di depan umum,
supaya loh-loh itu dilihat dan dibaca oleh semua orang. Dan
dengan demikian, apa yang telah mereka dengar dengan
telinga, sekarang dapat ditanamkan ke dalam ingatan mereka.
Demikianlah hukum Taurat diberikan oleh Musa,namun kasih
karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.
PASAL 32
isah di dalam pasal ini memuat gangguan yang teramat mengo-
yak hati yang menimpa pendirian jemaat dan penegakan agama
di tengah-tengah bangsa Yahudi. Segala sesuatu berjalan baik
dengan mengagumkan, membawa bangsa itu menuju tanah bahagia:
Tuhan telah menunjukkan diri-Nya sebagai Mahapemurah, dan bang-
sa itu juga tampak sungguh-sungguh taat. Musa pada saat ini ham-
pir menuntaskan masa empat puluh harinya berada di atas gunung,
dan, dapat kita duga, hatinya bersukacita sebab membayangkan
dirinya akan disambut dengan penuh kegirangan begitu kembali ke
perkemahan Israel. Dan sesudah itu pastilah ia tidak sabar lagi untuk
segera mendirikan Kemah Suci di tengah mereka. Akannamun ,
lihatlah, semua rencana hancur berantakan. Dosa Israel mengenyah-
kan semua kebaikan itu dari mereka, dan menghentikan aliran ke-
baikan dari Allah. Coba bayangkan, dosa yang melakukan kejahatan
itu yaitu penyembahan patung anak lembu emas. Pernikahan
antara Tuhan dan bangsa Israel sudah siap dirayakan, namun Israel
malah melacurkan diri, sehingga perjodohan itu pun bubar dan tidak
mudah disatukan kembali. Inilah yang kita temukan dalam pasal ini,
I. Dosa bangsa Israel, khususnya dosa Harun, dalam membuat
patung anak lembu emas sebagai Tuhan (ay. 1-4), dan me-
nyembahnya (ay. 5-6).
II. Peringatan yang diberikan Tuhan mengenai kejadian ini ke-
pada Musa, yang sekarang sedang ada bersama-Nya di atas
gunung (ay. 7-8). Tuhan menyatakan hukuman sebab murka-
Nya atas bangsa Israel (ay. 9-10).
III. Permohonan ampun demi mereka segera dilakukan Musa di
atas gunung (ay. 11, 13), dan kekuatan tindakan pengantara-
annya itu (ay. 14).
K
458
IV. Turunnya Musa dari atas gunung, dan melihat sendiri pemu-
jaan berhala yang sedang berlangsung (ay. 15-19), dan di da-
lam kebencian akan hal itu, serta sebagai ungkapan kema-
rahan yang benar, ia menghancurkan kedua loh batu (ay. 19)
dan membakar patung anak lembu emas itu (ay. 20).
V. Pengusutan terhadap Harun mengenai peristiwa ini (ay. 21-
24).
VI. Penghukuman dilaksanakan terhadap para pemimpin pem-
berontakan yang bertanggung jawab atas pemujaan berhala
itu (ay. 25-29).
VII. Tindakan pengantaraan lebih lanjut yang dilakukan Musa
demi bangsa Israel untuk memalingkan murka Tuhan dari
mereka (ay. 30-32), dan penangguhan hukuman pun diberi-
kan kepada bangsa itu. Namun, itu hanya menyimpan mere-
ka untuk menantikan hukuman pembalasan di lalu
hari (ay. 33, dll.).
Anak Lembu Emas
(32:1-6)
1 saat bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari
gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata
kepadanya: “Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di de-
pan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah
Mesir – kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.“ 2 Lalu berkatalah
Harun kepada mereka: “Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada
telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya
kepadaku.” 3 Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang
ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. 4 Diterimanyalah
itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari
padanya anak lembu tuangan. lalu berkatalah mereka: “Hai Israel, ini-
lah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!” 5 saat
Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu.
Berserulah Harun, katanya: “Besok hari raya bagi TUHAN!” 6 Dan keesokan
harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan
korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan
minum; lalu bangunlah mereka dan bersukaria.
saat Musa sedang berada di atas gunung dan menerima hukum
dari Allah, bangsa Israel sesungguhnya memiliki waktu merenungkan
apa yang sudah Tuhan sampaikan kepada mereka, serta mempersiap-
kan diri menerima apa yang akan diungkapkan lebih lanjut, dan
empat puluh hari pun masihlah kurang untuk melakukan semuanya
itu. Akannamun , bukannya melakukan hal itu, beberapa orang dari
Kitab Keluaran 32:1-6
459
mereka malah bersekongkol untuk melanggar baik hukum yang telah
mereka terima maupun yang akan disampaikan lagi kepada mereka.
Pada hari ketiga puluh sembilan dari empat puluh hari itu, pecahlah
rencana pemberontakan terhadap Tuhan itu. Inilah,
I. Desakan keras orang Israel kepada Harun, yang dipercaya me-
mimpin mereka di tengah kepergian Musa: Mari, buatlah untuk
kami allah, yang akan berjalan di depan kami (ay. 1).
1. Lihatlah dampak buruk ketidakhadiran Musa dari antara mere-
ka. Bila Musa tidak dipanggil Tuhan untuk pergi dan tinggal di
atas gunung, tentulah ia tidak sepenuhnya bebas dari kesalah-
an. Mereka yang merupakan para pemimpin bagi orang lain,
seperti para hakim, gembala jemaat, dan kepala keluarga, tidak
boleh tanpa sebab yang jelas meninggalkan tanggung jawab
mereka, supaya Iblis jangan beroleh keuntungan dari hal itu.
2. Lihatlah murka dan kegarangan orang banyak saat mereka
dipengaruhi dan dicemari oleh kebohongan dan tipu daya di
tengah penantian mereka. Kemungkinan pada awalnya, hanya
ada segelintir orang yang dikuasai oleh pikiran konyol ini,
sementara orang lain, yang tidak akan pernah berpikir demi-
kian seandainya mereka tidak memasukkannya ke dalam hati,
akhirnya terbawa mengikuti jalan yang jahat ini. Dan seka-
rang, begitu banyak orang terhasut, demikian banyaknya
sehingga segelintir orang yang merasa jijik dan benci terhadap
gagasan itu pun tidak berani menyanggah mereka. Lihatlah,
betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar!
Sekarang, apa sebenarnya masalah orang banyak yang begitu
sembrono ini?
(1) Mereka lelah menanti untuk tiba di tanah perjanjian. Mere-
ka merasa telah tertahan sedemikian lama di gunung Sinai.
Meskipun di sana mereka tinggal dengan sangat aman dan
mudah, mendapat makanan dan pengajaran yang baik,
namun mereka tetap tidak sabar untuk bergerak maju.
Mereka memiliki Tuhan yang tinggal dan memperlihatkan
penyertaan-Nya bersama mereka dalam wujud awan,namun
semua ini belum cukup. Mereka harus memiliki Tuhan yang
berjalan di depan mereka. Mereka tidak sabar untuk men-
capai negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,
460
sehingga tidak bisa tinggal lagi sementara untuk membawa
serta agama mereka. Perhatikan, mereka yang menanti-
nantikan petunjuk Tuhan umumnya menjadi tergesa-gesa
sendiri. Kita pertama-tama harus menantikan hukum Tuhan
sebelum mendapatkan janji-janji-Nya. Orang yang percaya
pasti tidak akan tergesa-gesa, tidak akan mendahului
waktu yang semestinya.
(2) Mereka lelah menunggu kembalinya Musa. saat Musa
naik ke atas gunung, ia tidak mengatakan kepada mereka
berapa lama ia akan tinggal di sana sebab memang Tuhan
tidak memberitahu dia. sebab itu, saat Musa pergi lebih
lama dari waktu yang mereka tetapkan sendiri, meski da-
lam segala hal mereka berkecukupan di tengah ketidak-
hadirannya, beberapa orang yang tidak bertanggung jawab
mengutarakan sangkaan, yang saya sendiri tidak tahu apa
terkait alasan keterlambatan Musa: Sebab Musa ini, orang
yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir – kami
tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. Amati,
[1] Betapa dengan menghinanya mereka berkata mengenai
orang ini – Musa ini. Sedemikian tidak tahu berterima-
kasihnya mereka kepada Musa, yang begitu memper-
hatikan keadaan mereka, dan dengan demikian, betapa
mereka telah berjalan menyimpang dari Allah. Semen-
tara Tuhan berkenan menaruh kehormatan atas Musa,
mereka malah bersuka untuk menaruh kehinaan atas
dirinya, dan ini mereka lakukan di depan muka Harun,
kakaknya, yang sekarang menjadi wakilnya. Perhatikan,
bahkan jasa-jasa terbaik pun tidak dapat menghindar-
kan manusia dari penghinaan dan cercaan terburuk di
dunia yang tidak tahu berterima kasih ini.
[2] Betapa curiganya mereka berbicara tentang keterlam-
batan Musa: Kami tidak tahu apa yang telah terjadi
dengan dia. Mereka pikir Musa telah hangus terbakar
api atau mati kelaparan sebab ketiadaan makanan,
seakan-akan Allah, yang menjaga dan memberi makan
mereka yang sangat tidak layak menerima semuanya
itu, tidak peduli untuk melindungi dan mencukupi ke-
butuhan Musa, yang merupakan orang kesayangan-
Nya. Beberapa orang Israel, yang masih berharap yang
Kitab Keluaran 32:1-6
461
baik bagi Musa, mungkin berpendapat bahwa ia diang-
kat ke sorga seperti Henokh, sementara sebagian lain
lagi yang tidak peduli akan pikiran mereka yang sangat
jahat mengenai Musa, mengolok-olok bahwa ia telah
mengabaikan tanggung jawabnya sebab tidak mampu
melakukannya dan kembali kepada ayah mertuanya
untuk menggembalakan ternak. Segala pikiran ini tidak
berdasar dan aneh, tidak ada yang seaneh ini. Jelas
mudah bagi mereka untuk mengatakan apa yang telah
terjadi dengan dia: Musa jelas terlihat masuk ke dalam
awan, dan awan yang berada di atas gunung ini masih
dapat dilihat oleh segenap bangsa Israel. Mereka punya
segala alasan untuk menyimpulkan bahwa Musa baik-
baik saja di sana. Jika Tuhan ingin membinasakan dia,
tentu Ia tidak akan memperlihatkan kepadanya semua
kebaikan yang telah dilakukan-Nya. Jika Musa tinggal
di atas gunung begitu lama, itu sebab ada banyak hal
yang Tuhan ingin sampaikan kepadanya demi kebaikan
bangsa Israel. Ia tinggal di atas gunung sebagai duta
orang Israel, sehingga tentu ia akan segera kembali
sesudah menyelesaikan urusannya dengan Tuhan di sana.
Akannamun , mereka tetap memakai alasan ini
sebagai dasar pikiran mereka yang jahat: Kami tidak
tahu apa yang telah terjadi dengan dia. Perhatikan, per-
tama, mereka yang bersikeras untuk berpikiran jahat,
walaupun mereka punya segala alasan untuk berpikir-
an baik, umumnya berpura-pura tidak tahu apa yang
seharusnya mereka pikirkan. Kedua, pemikiran yang
salah mengenai lamanya kedatangan Juruselamat kita
menjadi celah bagi kejahatan untuk menyusup. Tuhan
Yesus telah naik ke atas gunung kemuliaan, dan di
sana ia tampil di hadapan Tuhan demi kita,namun ini
semua tidak dapat kita lihat. Sorga harus menutupi-
Nya, menyelubungi-Nya, agar kita hidup oleh iman. Di
sanalah Ia berada untuk sekian lama, dan di sanalah Ia
tetap ada sampai sekarang. Oleh sebab itu, orang yang
tidak percaya akan berkata bahwa mereka tidak tahu
apa yang terjadi dengan Dia, dan bertanya, Di manakah
janji tentang kedatangan-Nya itu? (2Ptr. 3:4), seolah-
462
olah, sebab Ia belum datang, Ia tidak akan pernah da-
tang. Hamba yang jahat membesarkan hatinya sendiri
di dalam kekurangajarannya dengan pikiran ini, Tuanku
tidak datang-datang. Ketiga, kelelahan dalam menanti
mengundang banyak godaan bagi kita. Inilah cikal
bakal kehancuran Saul, saat ia menunggu Samuel
hingga jam terakhir dari waktu yang telah ditentukan,
tetapi ia tidak sabar untuk menunggu di jam ini
(1Sam. 13:8, dst.) Demikian halnya dengan bangsa
Israel di sini. Andaikan mereka dapat menunggu untuk
satu hari lagi, mereka akan melihat apa yang terjadi
dengan Musa. Tuhan yaitu Tuhan yang adil dan harus
dinanti-nantikan sampai Ia datang, dan tetap dinanti-
nantikan meski Ia berlama-lama. Dengan demikian, kita
tidak akan kehilangan untung dari jerih lelah kita,
sebab Ia yang berjanji akan datang, pasti akan datang,
dan tidak akan berlama-lama.
(3) Mereka lelah menantikan penetapan Tuhan mengenai tata
cara beribadah di antara mereka, sebab inilah yang se-
dang mereka nanti-nantikan. Mereka diberitahu untuk ber-
ibadah kepada Tuhan di gunung ini, dan mereka tak sabar
menikmati segala kemeriahan dan upacara ibadah terse-
but. Akannamun , sebab yang dinantikan itu tak kunjung
datang sesuai waktu yang mereka inginkan, maka mereka
pun memutar otak untuk merancang sendiri tanda-tanda
kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka, dan bersuka de-
ngan tanda-tanda rancangan mereka itu. Mereka mencipta-
kan sendiri gaya beribadah, mungkin yang serupa dengan
apa yang mereka dahulu lihat di tengah-tengah orang
Mesir. Sebab, Stefanus berkata bahwa saat orang Israel
mendesak Harun, Buatlah untuk kami beberapa allah,
jelaslah bahwa dalam hati mereka ingin kembali ke tanah
Mesir (Kis. 7:39-40). Ini yaitu tindakan yang sangat aneh,
Mari, buatlah untuk kami beberapa allah. Bila mereka tidak
tahu apa yang terjadi dengan Musa dan menganggapnya
telah hilang, selayaknyalah mereka mengadakan perka-
bungan raya baginya selama beberapa hari. Akannamun ,
lihatlah betapa cepatnya mereka melupakan seorang peno-
long besar. Andaikan mereka berkata, “Musa telah hilang,
Kitab Keluaran 32:1-6
463
maka angkatlah untuk kami seorang pemimpin,” ini masih
masuk akal, meski tetap saja mencerminkan rasa tidak
tahu berterima kasih yang besar dalam mengenang jasa-
jasa Musa, dan juga sangat menghina Harun dan Hur yang
merupakan wakil Musa di tengah ketidakhadirannya. Akan
tetapi, perkataan “Musa telah hilang, buatlah untuk kami
allah” merupakan hal yang teramat tidak masuk akal sehat.
Apakah Musa itu Tuhan mereka? Pernahkah ia bertindak
seolah-olah ia allah? Apapun yang terjadi dengan Musa, bu-
kankah masih terbukti dan tidak terbantahkan lagi bahwa
Tuhan masih bersama-sama dengan mereka? Lebih lagi, apa-
kah ada celah bagi mereka untuk mempertanyakan ke-
pemimpinan Musa, yang setiap hari mampu mencukupkan
kebutuhan di dalam perkemahan mereka? Apakah ada
Tuhan lain yang mampu mencukupkan mereka sedemikian
baiknya seperti yang selama ini sudah dilakukan-Nya, bah-
kan yang sekarang sedang dilakukan-Nya? Lagi pula,
dengan berkata, Buatlah untuk kami beberapa allah, yang
akan berjalan di depan kami! Beberapa allah! Berapa
banyak Tuhan yang mereka perlukan? Bukankah satu saja
cukup? Buatlah untuk kami beberapa allah! Lalu, apa
gunanya allah-Tuhan buatan tangan mereka sendiri bagi
mereka? Mereka harus memiliki beberapa Tuhan yang
berjalan di depan mereka, Tuhan yang tidak bisa berjalan
sendiri sehingga harus mereka panggul. Begitu bodoh dan
mabuknya para penyembah berhala, mereka menjadi gila
oleh berhala-hala mereka (Yer. 50:38).
II. Inilah permintaan Harun kepada bangsa Israel untuk menyerah-
kan segala perhiasan mereka: Tanggalkanlah anting-anting emas
yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan,
dan bawalah semuanya kepadaku (ay. 2). Kita tidak menemukan
satu kata pun yang memperlihatkan penolakan Harun terhadap
gagasan bangsa Israel ini . Ia tidak menegur kekurangajaran
mereka, tidak berbantah dengan mereka untuk meyakinkan mere-
ka akan dosa dan kebodohan dari permintaan itu,namun tampak-
nya setuju dengan tindakan mereka itu, dan tidak memperlihat-
kan keengganan untuk melawan mereka. Kita mungkin berharap
bahwa Harun awalnya hanya bermaksud mengolok-olok bangsa
464
Israel, dan, dengan membuat satu patung yang tidak masuk akal di
tengah-tengah mereka, ia berusaha mengungkap dan menelanjangi
kebodohan mereka. Akannamun , jika memang benar demikian, per-
buatan seperti itu sama saja dengan bersenda gurau dengan dosa.
Ini sama seperti lalat yang tidak sadar dirinya sedang bermain-main
di sekeliling lilin yang menyala, suatu tindakan yang sangat berba-
haya. Beberapa penafsir lain ada yang berbaik hati dengan ber-
anggapan bahwa saat Harun meminta orang Israel menanggal-
kan anting-anting dan membawa semua itu kepadanya, ia mela-
kukannya dengan maksud menghancurkan gagasan itu, sebab ia
percaya bahwa meski ketamakan membuat mereka mau menge-
luarkan emas dari dalam kantongnya untuk dijadikan patung
sembahan (Yes. 46:6), namun keangkuhan hati akan mencegah
mereka menanggalkan anting-anting emas kepunyaan mereka. Na-
mun, jangan pernah coba-coba menguji seberapa jauh nafsu dosa
manusia dapat membawa mereka di jalan dosa, dan seberapa besar
mereka mau membayar harga. Tindakan uji-coba seperti ini
terbukti sangat berbahaya.
III. Inilah kisah pembuatan anak lembu emas (ay. 3-4).
1. Mereka menyerahkan anting-anting mereka kepada Harun,
yang memintanya, dan bukan malah mematahkan gagasan
mereka ini . Tindakan Harun ini bahkan mungkin me-
muaskan takhayul bangsa Israel dan membuahkan satu
pikiran konyol di tengah-tengah mereka, bahwa emas yang di-
ambil dari telinga mereka akan menjadi emas yang paling
layak dan akan menciptakan Tuhan yang paling berharga. Biar-
lah kesediaan mereka berpisah dengan anting-anting mereka
untuk dijadikan patung sembahan membuat kita malu akan
keengganan kita melayani Tuhan yang sejati. Apakah mereka
undur diri saat harus membayar harga demi penyembahan
berhala yang akan mereka lakukan? Dan akankah kita meng-
gerutu saat harus membayar harga demi ibadah kita, atau
harus menderita kelaparan demi sesuatu yang baik?
2. Harun melebur anting-anting yang telah dikumpulkan itu, dan
di atas cetakan yang telah dipersiapkan sebelumnya, ia me-
nuang emas leburan, lalu membentuknya menjadi anak lembu,
dan memberi sentuhan akhir dengan pahat. Beberapa orang
menduga bahwa Harun sengaja memilih bentuk ini sebagai
Kitab Keluaran 32:1-6
465
tanda atau bukti kehadiran ilahi, sebab ia berpikir bahwa
kepala dan tanduk anak lembu tepat mewakili kuasa ilahi,
tetapi sebab patung buatannya begitu polos dan biasa-biasa
saja, ia berharap orang Israel tidak dengan bodohnya mau
menyembahnya. Namun, mereka kemungkinan belajar dari
orang Mesir untuk membuat patung yang mewakili dewa mere-
ka, sebab dikatakan (Yeh. 20:8), Mereka tidak meninggalkan
berhala-berhala Mesir, dan (Yeh. 23:8), Ia tidak meninggalkan
persundalannya yang dilakukannya sejak dari Mesir. Demi-
kianlah mereka menukar Kemuliaan mereka dengan bangunan
sapi jantan (Mzm. 106:20), dan mengumumkan kebodohan
mereka sendiri, yang jauh melampaui kebodohan para pe-
nyembah berhala lain yang menyembah bala tentara langit.
IV. Mereka membuat anak lembu di Horeb, dan sujud menyembah
kepada patung tuangan (Mzm. 106:19). sebab melihat bahwa
orang-orang Israel menyukai anak lembu tuangan ini , Harun
melangkah lebih jauh lagi untuk meladeni mereka dan mendirikan
mezbah di depan anak lembu itu, lalu mengumumkan perayaan
untuk menghormatinya (ay. 5), suatu perayaan pengakuan diri
untuk tunduk. Namun demikian, Harun menyebutnya sebagai
hari raya bagi Tuhan. Oleh sebab dibuat menyerupai binatang,
orang Israel tidak membayangkan bahwa patung itu sendiri ada-
lah allah, dan mereka juga tidak ingin penyembahan mereka ber-
henti sebatas di patung itu,namun mereka menetapkannya sebagai
gambaran Tuhan yang sejati, yang hendak mereka sembah di
dalam dan melalui patung ini. Namun niat ini tidak membebaskan
mereka dari kenyataan bahwa mereka melakukan penyembahan
berhala yang menjijikkan. Orang Israel segera bergegas meraya-
kan hari raya ini (ay. 6): Dan keesokan harinya pagi-pagi maka
mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban kesela-
matan untuk menunjukkan betapa senangnya mereka dengan
upacara ini, dan menurut ritual upacara kuno, mereka memper-
sembahkan korban bagi dewa buatan baru ini, lalu makan,
minum dan bersukaria atas korban ini . Dengan demikian,
sesudah menciptakan sendiri Tuhan dari anting-anting, mereka
berusaha membuat dewa ini berkenan dengan rela mempersem-
bahkan hewan ternak kepunyaan mereka sendiri. Andai saja
mereka mempersembahkan korban langsung kepada Tuhan tanpa
466
perantaraan suatu patung, persembahan mereka ini (sepe-
ngetahuan saya) pasti akan diterima Tuhan (20:24). Akannamun ,
sebab mereka telah mendirikan patung di hadapan mereka yang
melambangkan kehadiran Allah, dan dengan demikian mengubah
kebenaran Tuhan menjadi kebohongan, korban mereka itu pun
menjadi suatu kekejian yang paling keji. saat pemujaan berhala
ini dibahas di dalam Perjanjian Baru, perayaan mereka atas kor-
ban ini dikutip dan dirujuk sebagai berikut (1Kor. 10:7):
Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum dari sisa
korban, lalu bangunlah mereka dan bersukaria, berbuat
asusila dan percabulan. Seperti Tuhan yang disembah, begitu pula
jenis persembahan yang diperbuat mengikutinya. Mereka tidak
mungkin menjadikan seekor anak lembu sebagai Tuhan mereka
bila mereka tidak terlebih dahulu menjadikan perut mereka seba-
gai Tuhan mereka. Akannamun , bila allahnya yaitu suatu olok-
olokan, tidak heran bila kebaktian untuknya pun juga menjadi
semacam hiburan. Oleh sebab pikiran mereka menjadi sia-sia,
penyembahan mereka pun sia-sia, luar biasa kesia-sian ini. Nah,
sekarang mari kita lihat,
1. Sungguhlah aneh bahwa ada saja orang-orang dari bangsa itu,
bahkan begitu besar jumlahnya, yang mau melakukan per-
buatan seperti itu. Bukankah kemarin, di tempat yang persis
sama, mereka baru saja mendengar suara Tuhan Tuhan ber-
bicara kepada mereka dari tengah-tengah api, Jangan mem-
buat bagimu patung yang menyerupai apapun? Bukankah
mereka telah mendengar suara guruh-gemuruh, menyaksikan
kilat sambar-menyambar, dan merasakan guncangan gempa
bumi, yang semuanya dengan sungguh teramat menakutkan
menyertai hukum ini saat diberikan kepada mereka? Bukan-
kah mereka secara khusus telah diperingatkan untuk tidak
membuat Tuhan emas? (20:23). Bahkan lebih dibandingkan itu,
bukankah mereka sendiri telah mengikat diri dengan sungguh
hati di dalam perjanjian dengan Allah, dan berjanji bahwa apa-
pun yang Ia katakan, mereka akan lakukan dan dengarkan?
(24:7). Namun demikian, sebelum mereka beranjak dari tem-
pat di mana perjanjian ini telah disahkan dengan sungguh-
sungguh, dan sebelum awan pergi dari puncak gunung Sinai,
mereka telah melanggar perintah yang baru saja diberikan,
serta memberontak terhadap peringatan yang baru saja diku-
Kitab Keluaran 32:1-6
467
mandangkan, bahwa Ia akan membalaskan kesalahan bapa
kepada anak-anaknya. Bagaimana menjelaskan ini semua?
Jelas ini yaitu tanda jelas, bahwa hukum Taurat hanya
dapat membenarkan dan tidak lagi mampu menguduskan.
Bahwa hukum itu memberi pengetahuan akan adanya dosa
tetapi tidak menyediakan penawar dosa. Kenyataan ini diper-
jelas dengan penekanan terhadap tempat dosa itu diperbuat
(Mzm. 106:19). Mereka membuat anak lembu di Horeb, tempat
hukum Tuhan diberikan. Hal yang sebaliknya terjadi pada
mereka yang menerima Injil, yakni mereka segera berbalik dari
berhala-berhala (1Tes. 1:9).
2. Terutama sungguh teramat mencengangkan bahwa Harun pun
terlibat begitu jauh di dalam dosa ini, bahwa ia ikut membuat
patung anak lembu dan mengumumkan hari raya untuknya!
Inikah Harun itu, orang kudus Tuhan, kakak Musa, yang ada-
lah nabi-Nya, yang pandai bicara (4:14),namun yang malah
tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk melawan pe-
nyembahan berhala ini? Bukankah ia ini orang yang tidak
hanya menyaksikan,namun turut dipakai Tuhan untuk meme-
rintahkan tulah-tulah di Mesir dan menjatuhkan berbagai
penghakiman ke atas dewa-dewa orang Mesir? Aduh! Dan ia
sendiri malah meniru penyembahan berhala Mesir yang telah
mereka tinggalkan itu? Bagaimana mereka dapat mengatakan
mengenai berhala itu, Inilah Allahmu (KJV: allah-allahmu) yang
menuntun engkau keluar dari tanah Mesir, sementara mereka
membawa pemujaan berhala Mesir (yang menjadi hal terburuk
di sini) bersama mereka? Bukankah ini Harun, yang bersama-
sama dengan Musa di atas gunung (19:24; 24:9), dan yang
mengetahui bahwa tidak ada suatu rupa pun yang terlihat di
sana yang bisa menjadi gambaran untuk dijadikan patung
oleh mereka? Bukankah ini Harun yang dipercaya untuk
memelihara orang Israel di tengah kepergian Musa? Apakah ia
membantu dan mendukung pemberontakan terhadap Tuhan?
Bagaimana mungkin ia dapat berbuat dosa besar seperti itu?
Entah ia dibuat terkaget-kaget saat diberitahu mengenai
gagasan itu, sehingga melakukannya dalam keadaan setengah
sadar, atau ia dibuat ketakutan oleh murka orang banyak.
Cerita turun-temurun yang beredar di kalangan orang Yahudi
mengatakan bahwa sejawat Harun, Hur, menentang gagasan
468
orang Israel itu dan ia dikeroyok orang banyak lalu dirajam
hingga mati sebab itu kita tidak lagi mendengar tentangnya.
Hal ini membuat Harun ketakutan dan akhirnya terpaksa
mengikuti kemauan mereka. Dan Tuhan pun membiarkan dia,
[1] Untuk mengajarkan kepada kita, apa yang terjadi dengan
manusia terbaik sekalipun saat mereka ditinggalkan,
agar kita jangan berharap pada manusia, dan agar ia yang
menyangka bahwa ia teguh berdiri, berhati-hati supaya ia
jangan jatuh.
[2] Harun pada saat ini sesungguhnya telah ditetapkan oleh
perintah ilahi untuk menududuki jabatan Imam Besar.
Meskipun ia tidak mengetahui akan hal itu, namun Musa
yang berada di atas gunung mengetahuinya. Nah, agar
Harun tidak meninggikan diri oleh kehormatan yang akan
disematkan kepadanya ini, maka seorang utusan Iblis pun
diizinkan mengalahkan dia, agar ingatan akan hal ini
senantiasa membuatnya rendah hati sepanjang hidupnya.
Ia yang dahulu mempermalukan dirinya begitu rendah
sampai mendirikan mezbah bagi seekor anak lembu emas,
harus mengakui dirinya sungguh tidak layak berada di
hadapan mezbah Allah, dan sepenuhnya bergantung ke-
pada kemurahan kasih karunia-Nya. Demikianlah, kesom-
bongan dan keangkuhan hati dibungkam untuk selama-
lamanya, dan kebaikan pun dihasilkan dari suatu sebab
yang buruk. Dengan cara ini pula kita melihat bahwa hu-
kum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi kelemah-
an menjadi Imam Besar, yang pertama-tama harus memper-
sembahkan korban untuk dosa-dosanya sendiri (KJV).
Kepengantaraan Musa
(32:7-14)
7 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Pergilah, turunlah, sebab bangsamu
yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. 8 Segera juga
mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka
telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyem-
bah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allah-
mu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.” 9 Lagi firman
TUHAN kepada Musa: “Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka
yaitu suatu bangsa yang tegar tengkuk. 10 Oleh sebab itu biarkanlah Aku,
supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasa-
Kitab Keluaran 32:7-14
469
kan mereka,namun engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar.” 11 Lalu
Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya, dengan berkata: “Meng-
apakah, TUHAN, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa
keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang
kuat? 12 Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar
dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh
mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari
murka-Mu yang bernyala-nyala itu dan menyesTuhan sebab malapetaka yang
hendak Kaudatangkan kepada umat-Mu. 13 Ingatlah kepada Abraham, Ishak
dan Israel, hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah ber-
sumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan
membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang
telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimiliki-
nya untuk selama-lamanya.” 14 Dan menyesTuhan TUHAN sebab malapetaka
yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya.
Pada bagian ini,
I. Tuhan memberitahu Musa apa yang terjadi di perkemahan Israel
saat ia tidak ada di sana (ay. 7-8). Tuhan bisa saja memberitahu
Musa lebih cepat, segera sesudah upaya pertama pemberontakan
itu terjadi, dan memintanya segera turun untuk mencegah hal itu.
Akannamun , Tuhan mengizinkannya terjadi hingga sedemikian
parahnya, untuk tujuan yang bijaksana dan suci, baru lalu
mengutus Musa turun untuk menjatuhkan hukuman sebab per-
buatan itu. Perhatikan di sini, kesucian Tuhan sama sekali tidak
tercemar saat Ia membiarkan suatu dosa terjadi, sebab Ia tidak
hanya mengetahui cara mengekang dosa itu saat Ia berkenan
melakukannya,namun juga tahu bagaimana membiarkan dosa itu
untuk mendatangkan kemuliaan bagi diri-Nya sendiri. Amati apa
yang Tuhan katakan di sini kepada Musa terkait dosa ini.
1. Bahwa mereka telah rusak lakunya. Dosa yaitu suatu
kerusakan atau kemerosotan moral dari si pembuat dosa, dan
dosa merusak diri sang pendosa dengan sendirinya. Tiap-tiap
orang dicobai oleh keinginannya sendiri sebab ia diseret dan
dipikat olehnya.
2. Bahwa mereka telah menyimpang dari jalan. Dosa yaitu
penyimpangan dari jalan tanggung jawab kita menuju jalan lain.
saat mereka berjanji melaksanakan semua perintah Allah,
mereka sebenarnya sudah memulainya dengan baik,namun
sekarang mereka telah kehilangan arah dan menyimpang.
3. Bahwa mereka menyimpang dengan cepat, segera sesudah hu-
kum Tuhan diberikan dan sesudah mereka berjanji mematuhi-
nya, segera sesudah Tuhan telah melakukan berbagai perbuatan
470
besar bagi mereka dan menyatakan niat baik-Nya untuk me-
ngerjakan perbuatan yang lebih besar lagi. Segera mereka
melupakan perbuatan-perbuatan-Nya. Jatuh ke dalam dosa
segera sesudah kita memperbarui perjanjian kita dengan Tuhan
atau menerima belas kasihan istimewa dari-Nya merupakan
perbuatan yang sangat membangkitkan amarah.
4. Tuhan secara terperinci memberitahu Musa apa yang mereka
telah lakukan: Mereka telah membuat anak lembu tuangan,
dan kepadanya mereka sujud menyembah. Perhatikan, segala
dosa kita yang tersembunyi dari pemimpin kita terlihat jelas
dan terbuka di hadapan Allah. Ia mampu melihat apa yang
para pemimpin kita tidak dapat lihat, dan tiada satu pun keja-
hatan di dunia ini yang tersembunyi dari-Nya. Kita tidak akan
tahan menyaksikan bahkan hanya seperseribu dari perbuatan
manusia yang membangkitkan amarah yang Tuhan saksikan
tiap hari, namun Ia memilih diam.
5. Tuhan tampaknya tidak mau lagi mengakui bangsa Israel saat
berkata kepada Musa, mereka yaitu bangsamu yang kaupim-
pin keluar dari tanah Mesir. Seakan-akan Tuhan berkata, “Aku
tidak sudi mengakui memiliki hubungan apa pun dengan me-
reka atau peduli dengan mereka. Jangan sekali-kali menga-
takan bahwa mereka itu umat-Ku, atau bahwa Akulah yang
membawa mereka keluar dari tanah Mesir.” Perhatikan, mere-
ka yang merusak dirinya sendiri tidak hanya mempermalukan
diri sendiri,namun Tuhan sendiri turut menjadi malu akan
mereka dan malu telah berbuat baik terhadap mereka.
6. Tuhan mengutus Musa turun secepat mungkin kepada mereka:
Pergilah, turunlah. Musa bahkan sampai harus menghentikan
persekutuannya dengan Tuhan untuk pergi dan melaksanakan
tugas penghakimannya di tengah-tengah bangsa Israel. Demi-
kianlah juga yang terjadi dengan Yosua di lalu hari (Yos.
7:10). Segala sesuatu indah pada waktunya.
II. Tuhan mengungkapkan murka-Nya terhadap Israel atas dosa ini,
dan Ia bertekad memperlihatkan keadilan-Nya untuk membinasa-
kan mereka (ay. 9-10).
1. Tuhan mengungkapkan tabiat sesungguhnya dari bangsa itu:
“Mereka yaitu suatu bangsa yang tegar tengkuk, tidak layak
ada di bawah kuk hukum ilahi. Mereka ini seolah-olah dikua-
Kitab Keluaran 32:7-14
471
sai oleh roh yang suka melawan, suka membenci semua hal
yang baik dan hatinya condong pada semua hal yang jahat.
Mereka menolak keras semua cara yang diupayakan untuk
kesembuhan mereka.” Perhatikan, Tuhan yang mahabenar tidak
hanya melihat apa yang kita perbuat,namun juga siapa diri kita
sesungguhnya, tidak hanya tindak-tanduk hidup kita,namun
juga tabiat roh kita, dan Ia memperhatikan dengan sungguh-
sungguh semuanya itu di dalam setiap pekerjaan-Nya.
2. Tuhan mengumumkan hukuman yang pantas bagi bangsa itu,
bahwa murka-Nya akan bangkit terhadap mereka, membinasa-
kan mereka sesaat , dan menghapuskan nama mereka dari
kolong langit (Ul. 9:14). Ia tidak hanya akan membuang mereka
keluar dari perjanjian,namun juga mengusir mereka keluar dari
dunia. Catatlah, dosa menghadapkan kita kepada murka Allah,
dan murka itu akan membakar habis kita seperti mengha-
nguskan batang gandum kering, jika saja belas kasihan ilahi
tidak meredakan murkanya itu. Adillah Tuhan untuk mem-
biarkan hukum-Nya berlaku atas para pendosa serta meng-
habisi mereka segera saat perbuatan dosa dilakukan. Dan bila
Tuhan bertindak demikian, itu tidak membawa kerugian atau
penghinaan bagi-Nya.
3. Tuhan menolak bujukan Musa yang hendak menjadi penengah
bagi bangsa Israel: Oleh sebab itu, biarkanlah Aku. Apa yang
dapat dilakukan Musa, atau lebih tepatnya, apa daya Musa
untuk mencegah Tuhan membinasakan mereka? saat Tuhan
bertekad bulat meninggalkan suatu bangsa, dan sekali kepu-
tusan-Nya untuk menghancurkan telah diutarakan-Nya, maka
tidak ada campur tangan apa pun yang dapat mencegah kepu-
tusan-Nya (Yeh. 14:14; Yer. 15:1). Demikianlah Tuhan menyata-
kan kedahsyatan amarah-Nya yang benar terhadap bangsa
Israel layaknya manusia, yang tidak ingin memiliki pene-
ngah saat sudah bertekad bulat ingin menindak orang lain
dengan keras. Akannamun , Tuhan juga menghormati doa, untuk
menyatakan bahwa tiada lain selain syafaat Musa yang dapat
menyelamatkan bangsa Israel dari kehancuran, supaya Musa
bisa menjadi gambaran Kristus, yang melalui perantaraan-
Nyalah saja Tuhan mau mendamaikan dunia dengan diri-Nya.
Agar perantaraan Musa ini tampak lebih agung, Tuhan dengan
adil memberi pilihan kepada Musa, bahwa bila ia memilih
472
untuk tidak menengahi bangsa Israel dalam masalah ini, maka
ia akan dibuat Tuhan menjadi bangsa yang besar, entah, seiring
dengan berjalannya waktu, ia akan mendirikan bangsanya
sendiri, atau dengan cara tertentu ia segera akan membangkit-
kan suatu bangsa besar lainnya di bawah kepemimpinan dan
tuntunannya. Dengan demikian Musa tidak akan menderita
kerugian apa pun oleh kehancuran bangsa Israel itu. Jika saja
Musa lebih mementingkan dirinya sendiri, ia mungkin sudah
menyetujui tawaran ini. Akannamun , ia lebih memilih men-
dahulukan keselamatan bangsa Israel dibandingkan kedudukan
terhormat bagi kaum keluarganya sendiri. Inilah sosok seorang
pemimpin yang tepat.
III. Dengan sepenuh hati Musa menjadi penengah bagi bangsa Israel
di hadapan Tuhan (ay. 11-13): Ia mencoba melunakkan hati Tuhan
Allahnya. Jika Tuhan tidak berkenan dipanggil Tuhan Israel, setidak-
nya ia berharap dapat memanggil-Nya sebagai Allahnya. Perke-
nanan apa saja yang kita miliki di hadapan takhta kasih karunia
harus kita kembangkan demi kepentingan jemaat Tuhan dan saha-
bat-sahabat kita. Saat ini, Musa berdiri di tengah-tengah untuk
meredakan murka Tuhan (Mzm. 106:23). Musa dengan bijaksana
menangkap isyarat yang diberikan Tuhan saat Ia berkata, biar-
kanlah Aku, yang meski seolah-olah bermaksud mencegah Musa
untuk menengahi bagi bangsa Israel, sesungguhnya mendorong
Musa untuk melakukannya. Hal ini menunjukkan betapa besar
kekuatan doa yang disampaikan dengan penuh iman kepada
Allah. Dalam hal ini, Tuhan hendak melihat apakah ada orang yang
sudi tampil, sudi membela (Yes. 59:16). Perhatikan,
1. Doa Musa (ay. 12): Berbaliklah dari murka-Mu yang bernyala-
nyala itu. Ini tidaklah berarti bahwa ia melihat Tuhan itu tidak
adil untuk marah,namun ia memohon agar Tuhan tidak begitu
murka hingga membinasakan bangsa Israel. “Biarlah belas
kasihan menang atas penghakiman. MenyesTuhan sebab mala-
petaka yang hendak Kaudatangkan. Ubahlah hukuman kehan-
curan menjadi hukuman peringatan.”
2. Permohonan Musa. Musa menyampaikan segala penjelasannya
bukan untuk menggugah Allah,namun untuk mengungkapkan
imannya dan melipatgandakan semangatnya sendiri dalam
doa. Ia mengemukakan,
Kitab Keluaran 32:7-14
473
(1) Kepentingan Tuhan dalam bangsa itu, segala perbuatan
besar yang telah dilakukan-Nya bagi mereka, serta segenap
kebaikan dan mujizat yang telah dilimpahkan-Nya ke atas
bangsa itu (ay. 11). Sebelumnya Tuhan berfirman kepada
Musa (ay. 7), mereka yaitu bangsamu yang kaupimpin ke-
luar dari tanah Mesir,namun Musa dengan rendah hati
menyerahkan mereka kembali kepada Allah. “Mereka yaitu
umat-Mu, dan Engkaulah Tuhan dan Yang Empunya mere-
ka. Aku hanyalah pelayan mereka. Kaubawa mereka keluar
dari tanah Mesir. Aku hanyalah alat di tangan-Mu, untuk
melaksanakan pembebasan mereka yang sesungguhnya ha-
nya mampu dilakukan oleh Engkau saja.” Meskipun men-
jadi umat-Nya merupakan alasan mengapa Tuhan murka
kepada bangsa itu, namun menjadi umat-Nya juga meru-
pakan alasan seharusnya Ia tidak menjadi sedemikian
murkanya hingga mau membinasakan mereka. Wajarlah
bagi seorang ayah untuk menegur anaknya,namun tidaklah
wajar jika seorang ayah membinasakan anaknya. Selain
itu, seperti halnya hubungan antara Tuhan dan bangsa Is-
rael, “mereka umat-Mu,” merupakan dasar yang baik un