ujung tutup dada. 18 Kedua ujung lain dari kedua
untai berjalin itu dipasang merekalah pada kedua ikat emas itu, demikianlah
dipasang pada tutup bahu baju efod, di sebelah depannya. 19 Dibuat mereka-
lah dua gelang emas dan dibubuh pada kedua ujung tutup dada itu, pada
pinggirnya yang sebelah dalam, yang berhadapan dengan baju efod. 20 Juga
dibuat merekalah dua gelang emas dan dipasang pada kedua tutup bahu
baju efod, di sebelah bawah pada bagian depan, dekat ke tempat persam-
bungannya, di sebelah atas sabuk baju efod. 21 lalu diikatkan
merekalah tutup dada itu dengan gelangnya kepada gelang baju efod dengan
memakai tali ungu tua, sehingga tetap di atas sabuk baju efod, dan tutup
dada itu tidak dapat bergeser dari baju efod – seperti yang diperintahkan
TUHAN kepada Musa. 22 Dibuatnyalah gamis baju efod, buatan tukang
tenun, dari kain ungu tua seluruhnya. 23 Leher gamis itu di tengah-tengah-
nya seperti leher baju zirah, lehernya itu memiliki pinggir sekelilingnya,
supaya jangan koyak. 24 Dibuat merekalah pada ujung gamis itu buah delima
dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi, yang dipintal benang-
nya. 25 Dibuat merekalah giring-giring dari emas murni dan ditaruhlah giring-
giring itu di antara buah delima, pada ujung gamis itu, berselang-seling di
antara buah delima itu, 26 sehingga satu giring-giring dan satu buah delima
selalu berselang-seling, pada sekeliling ujung gamis, yang dipakai jika
diselenggarakan kebaktian seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
27 Dibuat merekalah kemeja dari lenan halus, buatan tukang tenun, untuk
Harun dan anak-anaknya, 28 serban dari lenan halus, destar yang indah dari
lenan halus, celana lenan dari lenan halus yang dipintal benangnya, 29 dan
ikat pinggang dari lenan halus yang dipintal benangnya, kain ungu tua, kain
ungu muda dan kain kirmizi, dari tenunan yang berwarna-warna – seperti
yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 30 Dibuat merekalah patam,
jamang yang kudus dari emas murni, dan pada jamang itu dituliskan tulisan,
diukirkan seperti meterai: Kudus bagi TUHAN. 31 Dipasang merekalah pada
patam itu tali ungu tua untuk mengikatkan patam itu pada serbannya, di
sebelah atas – seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
Dalam penjelasan tentang pembuatan pakaian para imam ini, menu-
rut petunjuk-petunjuk yang diberikan (ps. 28), kita dapat mengamati,
1. Bahwa pakaian para imam di sini disebut pakaian jabatan (ay. 1.
KJV: pakaian pelayanan atau kebaktian). Perhatikanlah, orang-
orang yang memakai jubah kehormatan harus memandangnya
Kitab Keluaran 39:1-31
577
sebagai pakaian pelayanan. Sebab dari orang-orang yang diberi
kehormatan, diharapkan pelayanan. Dikatakan tentang orang-
orang yang memakai jubah putih, bahwa mereka berdiri di hadap-
an takhta Tuhan dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya
(Why. 7:13, 15). Pakaian-pakaian kudus tidak dibuat untuk dipa-
kai tidur, atau untuk dipamerkan, melainkan untuk dipakai da-
lam pelayanan. Dan saat dipakai dalam pelayananlah pakaian-
pakaian kudus benar-benar menjadi perhiasan kemuliaan. Anak
Manusia sendiri datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani.
2. Bahwa keenam ayat di sini, yang memberi penjelasan khusus
tentang pembuatan pakaian-pakaian kudus ini, ditutup dengan
kata-kata, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa (ay. 5,
7, 21, 26, 29, 31). Kata-kata seperti itu tidak ada dalam penjelas-
an-penjelasan sebelumnya, seolah-olah dalam perlengkapan-per-
lengkapan ini, lebih dibandingkan dalam perlengkapan-perlengkapan
lain dari Kemah suci, mereka memberi perhatian khusus pada
ketetapan ilahi, baik sebagai perintah maupun petunjuk. Itu
merupakan isyarat bagi semua hamba Tuhan untuk menjadikan
firman Tuhan sebagai pedoman mereka dalam semua pelayanan
mereka, dan untuk bertindak dengan melaksanakan dan mema-
tuhi perintah Allah.
3. Bahwa pakaian-pakaian ini, sesuai dengan semua perabotan lain
dari Kemah Suci, sangatlah mewah dan megah. saat jemaat baru
bertumbuh, ia diajar seperti itu, dan dihibur seperti itu, dengan
bahan-bahan dari dunia ini.namun sekarang di bawah Injil, yang
merupakan pelayanan Roh, sebaiknya kita tidak perlu mengguna-
kan dan memaksakan kebiasaan-kebiasaan yang megah seperti
itu.
4. Bahwa semua itu yaitu bayangan dari hal-hal baik yang akan
datang, dan yang menjadi inti atau wujud yang sejati dari semua
bayangan itu yaitu Kristus, dan anugerah Injil. Oleh sebab itu,
jika wujud yang sebenarnya sudah datang, maka sungguh
menggelikan jika orang masih suka dengan bayangannya.
(1) Kristus yaitu Imam besar kita yang agung. saat Ia menger-
jakan karya penebusan kita, Ia mengenakan pakaian pelayan-
an. Ia berpakaian karunia-karunia dan anugerah-anugerah
Roh, yang diterima-Nya dengan tidak terbatas. Ia mengikat diri-
Nya dengan sabuk pengikat tekad, untuk maju terus sampai
578
menuntaskan pekerjaan-Nya. Ia menaruh di atas pundak-Nya
seluruh Israel rohani milik Allah. Ia memikul mereka di
pundak-Nya, membawa mereka dalam pangkuan-Nya, men-
dekap mereka dalam dada-Nya, mengukir mereka pada telapak
tangan-Nya, dan mempersembahkan mereka dalam tutup
dada penghakiman kepada Bapa-Nya. Dan, yang terakhir, Ia
memahkotai diri-Nya dengan Kudus bagi TUHAN, mengabdikan
seluruh pekerjaan-Nya demi kehormatan kekudusan Bapa-
Nya. Nah, renungkanlah betapa agungnya sosok ini.
(2) Orang-orang percaya sejati yaitu imam-imam rohani. Kain
lenan bersih yang darinya semua pakaian pelayanan mereka
harus dibuat yaitu perbuatan-perbuatan yang benar dari
orang-orang kudus (Why. 19:8). Dan Kudus bagi TUHAN harus
dituliskan pada dahi mereka, supaya semua orang yang ber-
gaul dengan mereka dapat melihat, dan berkata, bahwa mere-
ka mengenakan gambar kekudusan Allah, dan mengabdikan
diri untuk menjunjung tinggi kekudusan-Nya.
Pekerjaan Kemah Suci Diselesaikan
(39:32-43)
32 Demikianlah diselesaikan segala pekerjaan melengkapi Kemah Suci, yakni
Kemah Pertemuan itu. Orang Israel telah melakukannya tepat seperti yang
diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah mereka melakukannya.
33 Dibawa merekalah Kemah Suci itu kepada Musa, yakni kemah dengan
segala perabotannya: kaitannya, papannya, kayu lintangnya, tiangnya dan
alasnya, 34 tudung dari kulit domba jantan yang diwarnai merah, tudung dari
kulit lumba-lumba, tabir penudung, 35 tabut hukum Tuhan dengan kayu-kayu
pengusungnya dan tutup pendamaian, 36 meja, segala perkakasnya dan roti
sajian, 37 kandil dari emas murni, lampu-lampunya – lampu yang harus
teratur di atasnya – dan segala perkakasnya, minyak untuk penerangan,
38 mezbah dari emas, minyak urapan, ukupan dari wangi-wangian, tirai pintu
kemah, 39 mezbah tembaga dengan kisi-kisi tembaganya, kayu-kayu peng-
usungnya dan segala perkakasnya, bejana pembasuhan dengan alasnya,
40 layar pelataran, tiangnya dan alasnya, dan tirai untuk pintu gerbang pela-
taran, talinya dan patoknya, segala perkakas untuk pekerjaan mendirikan
Kemah Suci, yakni Kemah Pertemuan itu; 41 pakaian jabatan yang dipakai
jika diselenggarakan kebaktian di tempat kudus, pakaian kudus untuk
imam Harun, dan pakaian anak-anaknya untuk memegang jabatan imam.
42 Tepat seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah di-
lakukan orang Israel segala pekerjaan melengkapi itu. 43 Dan Musa melihat
segala pekerjaan itu, dan sesungguhnyalah, mereka telah melakukannya
seperti yang diperintahkan TUHAN, demikianlah mereka melakukannya. Lalu
Musa memberkati mereka.
Kitab Keluaran 39:32-43
579
Amatilah di sini,
I. Orang-orang yang membangun Kemah Suci menuntaskan peker-
jaan mereka dengan sangat baik. Kemah Suci itu selesai dalam
waktu lima bulan lebih sedikit saja. Meskipun ada banyak peker-
jaan halus untuk itu, yang biasanya memakan waktu, yaitu
menyulam dan mengukir, bukan hanya emas, melainkan juga
batu-batu permata, namun mereka menuntaskannya dalam waktu
yang sebentar saja. Pekerjaan jemaat biasanya yaitu pekerjaan
yang lambat,namun mereka menyelesaikan pekerjaan ini dengan
cepat, dan sekalipun begitu mereka mengerjakannya dengan kete-
patan yang tak terbayangkan. Sebab,
1. Banyak tangan dipekerjakan, semuanya satu suara, dan tidak
berseteru satu sama lain. Hal ini mempercepat pekerjaan itu,
dan membuatnya mudah.
2. Para pekerja itu diajar oleh Allah, dan dengan demikian
dicegah dari membuat kesalahan-kesalahan yang tolol, yang
akan memperlambat mereka.
3. Orang banyak mengerjakan pekerjaan itu dengan sepenuh hati
dan bersemangat, dan tidak sabar untuk melihatnya selesai.
Tuhan sudah mempersiapkan hati mereka, dan sebab nya hal
itu terjadi dengan tak disangka-sangka (2Taw. 29:36). Tekad
dan ketekunan, dan pikiran yang dicurahkan dengan gembira,
oleh anugerah Allah, akan membuat banyak pekerjaan yang
baik tuntas dalam waktu yang sebentar, kurang dari apa yang
diperhitungkan orang.
II. Mereka menjalankan perintah-perintah tepat waktu, dan tidak
sedikit pun menyimpang darinya. Mereka melakukannya tepat
seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa (ay. 32, 42).
Perhatikanlah, pekerjaan Tuhan harus dilakukan, dalam segala
hal, sesuai dengan kehendak-Nya sendiri. Ketetapan-ketetapan-
Nya tidak membutuhkan atau memperbolehkan temuan-temuan
manusia untuk membuatnya lebih indah atau lebih mungkin
untuk memenuhi maksudnya. Jangan menambahi firman-Nya.
Tuhan berkenan pada ibadah yang dilakukan dengan sukarela,
tetapi tidak pada ibadah yang dilakukan atas kehendak sendiri.
580
III. Mereka membawa semua pekerjaan mereka kepada Musa, dan
menyerahkannya untuk diperiksa dan diteliti hasilnya (ay. 33). Ia
tahu apa yang sudah diperintahkannya kepada mereka untuk
mereka buat. Dan sekarang rincian-rincian dari pekerjaan itu di-
sebutkan, dan semuanya diperlihatkan, supaya Musa dapat
melihat bahwa mereka sudah membuat semuanya, tanpa mele-
watkan apa-apa, dan bahwa mereka sudah membuat semuanya
sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan kepada mereka.
Dan bahwa, sekiranya mereka telah membuat kesalahan apa saja,
maka kesalahan itu dapat segera diperbaiki. Demikianlah mereka
menunjukkan penghormatan kepada Musa, yang diangkat sebagai
atasan mereka di dalam Tuhan. Mereka tidak mengajukan kebe-
ratan bahwa Musa tidak mengerti pekerjaan seperti itu, dan kare-
na itu tidak ada alasan bagi mereka untuk tunduk pada pengha-
kimannya. Tidak, Tuhan yang telah memberi mereka begitu
banyak pengetahuan tentang bagaimana melakukan pekerjaan
itu, juga memberi mereka kerendahan hati yang begitu besar,
hingga mereka bersedia pekerjaan itu diperiksa dan dibandingkan
dengan contohnya. Musa yaitu pihak yang berwenang, dan
mereka mau menghormati kedudukannya. Karunia nabi takluk
kepada nabi-nabi. Dan selain itu, meskipun mereka tahu bagai-
mana melakukan pekerjaan itu dengan lebih baik dibandingkan Musa,
namun Musa memiliki gagasan yang lebih baik dan lebih tepat
tentang contoh Kemah Suci dibandingkan yang mereka miliki. Oleh
sebab itu, mereka tidak bisa puas dengan pekerjaan mereka
sendiri, kecuali Musa telah menyetujuinya. Demikianlah dalam
semua pelayanan agama, kita harus berusaha berkenan kepada
Tuhan.
IV. Musa, sesudah menyelidiki, mendapati semuanya dilakukan sesuai
dengan aturannya (ay. 43). Musa, baik untuk kepuasan mereka
maupun untuk kepuasannya sendiri, benar-benar memeriksa
semua hasil pekerjaan itu, sepotong demi sepotong, dan menemu-
kan bahwa mereka telah mengerjakannya sesuai dengan contoh
yang ditunjukkan kepadanya. Sebab Tuhan yang sama yang telah
menunjukkan kepadanya contoh itu, juga memandu tangan
mereka dalam pengerjaannya. Semua salinan dari anugerah Tuhan
benar-benar bersesuaian dengan keputusan-keputusan hikmat-
Nya yang asli. Apa yang dikerjakan Tuhan dalam diri kita, dan
Kitab Keluaran 39:32-43
581
melalui kita, yaitu untuk memenuhi kerelaan kehendak dari
kebaikan-Nya sendiri. Dan saat rahasia Tuhan selesai diungkap-
kan, dan semua perbuatan-Nya dibandingkan dengan tujuan-tu-
juan-Nya, maka akan tampak bahwa sesungguhnya semuanya
terlaksana sesuai dengan keputusan kehendak-Nya sendiri. Tak
satu iota atau satu titik pun jatuh sia-sia ke tanah, atau menyim-
pang darinya.
V. Musa memberkati mereka.
1. Ia memuji mereka, dan menunjukkan persetujuannya terha-
dap semua yang telah mereka lakukan. Ia tidak mencari-cari
kesalahan jika memang tidak ada kesalahan. Tidak seperti
sebagian orang, yang berpikir bahwa mereka tidak cukup
hebat jika tidak menemukan kesalahan dalam pekerjaan yang
paling baik dan paling berhasil sekalipun. Dalam semua
pekerjaan ini, ada kemungkinan bahwa di sana sini ditemukan
jahitan yang salah, dan goresan yang melenceng, yang akan
dijadikan bahan celaan oleh orang yang terlalu mencari-cari
kesalahan dan suka mencela.namun Musa cukup adil untuk
menanggapi kesalahan-kesalahan kecil di mana tidak ada
kesalahan-kesalahan besar. Perhatikanlah, semua penguasa
harus menjadi puji-pujian bagi orang-orang yang berbuat baik,
tetapi juga kengerian bagi para pelaku kejahatan. Mengapa
orang harus merasa bangga sebab sulit disenangkan?
2. Musa tidak hanya memuji mereka,namun juga berdoa untuk
mereka. Ia memberkati mereka sebagai orang yang berwenang,
sebab yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi. Kita
tidak membaca tentang upah apa pun yang dibayarkan Musa
kepada mereka untuk pekerjaan mereka,namun berkat ini
diberikannya kepada mereka. Sebab, meskipun biasanya se-
orang pekerja patut mendapat upahnya, namun dalam hal ini,
(1) Mereka bekerja untuk diri mereka sendiri. Kehormatan dan
penghiburan yang datang dengan keberadaan Kemah Suci
Tuhan di antara mereka sudah cukup menjadi balasannya.
Jikalau engkau bijak, kebijakanmu itu bagimu sendiri.
(2) Mereka mendapatkan makanan mereka dari sorga secara
cuma-cuma, bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka,
dan pakaian mereka tidak menjadi usang di tubuh mereka.
582
Dengan begitu, mereka tidak membutuhkan upah, tidak
pula memiliki alasan untuk mengharapkannya. Kamu
telah memperolehnya dengan cuma-cuma, sebab itu beri-
kanlah pula dengan cuma-cuma. Kewajiban-kewajiban yang
mengikat kita, baik sebagai tugas maupun kepentingan,
untuk melayani Allah, haruslah cukup untuk membuat
kita giat melakukan pekerjaan kita, meskipun kita tidak
melihat upah untuk itu. Akannamun ,
(3) Berkat ini, dalam nama Tuhan, sudah menjadi upah yang
cukup untuk semua pekerjaan mereka. Orang-orang yang
dipekerjakan Tuhan akan diberkati-Nya, dan orang-orang yang
diberkati-Nya benar-benar terberkati. Berkat yang diperin-
tahkan-Nya yaitu kehidupan untuk selama-lamanya.
PASAL 40
Dalam pasal ini,
I. Perintah-perintah diberikan untuk mendirikan Kemah Suci
dan memasang semua perlengkapannya di tempat-tempat
yang semestinya (ay. 1-8), serta untuk menguduskan Kemah
Suci (ay. 9-11), dan para imam (ay. 12-15).
II. Dengan segala kehati-hatian semua ini dilakukan, sesuai de-
ngan apa yang sudah ditetapkan untuk dilakukan (ay. 16-33).
III. Tuhan menguasai Kemah Suci itu dengan awan (ay. 34, dst.).
Pendirian Kemah Suci
(40:1-15)
1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 2 “Pada hari yang pertama dari bulan
yang pertama haruslah engkau mendirikan Kemah Suci, yakni Kemah
Pertemuan itu. 3 Kautempatkanlah di dalamnya tabut hukum dan kaupa-
sanglah tabir sebagai penudung di depan tabut itu. 4 Kaubawalah ke dalam-
nya meja dan taruhlah di atasnya perkakas menurut susunannya; kaubawa-
lah ke dalamnya kandil dan kaupasang lampu-lampunya di atasnya.
5 Kautaruhlah mezbah emas untuk membakar ukupan di depan tabut
hukum. Kaugantungkanlah tirai pintu Kemah Suci. 6 Kautaruhlah mezbah
korban bakaran di depan pintu Kemah Suci, yakni Kemah Pertemuan itu.
7 Kautaruhlah bejana pembasuhan di antara Kemah Pertemuan dan mezbah
itu, lalu kautaruhlah air ke dalamnya. 8 Haruslah kaubuat pelataran keliling
dan kaugantungkanlah tirai pintu gerbang pelataran itu. 9 lalu kau-
ambillah minyak urapan dan kauurapilah Kemah Suci dengan segala yang
ada di dalamnya; demikianlah harus engkau menguduskannya, dengan
segala perabotannya, sehingga menjadi kudus. 10 Juga kauurapilah mezbah
korban bakaran itu dengan segala perkakasnya; demikianlah engkau harus
menguduskan mezbah itu, sehingga mezbah itu maha kudus. 11 Juga kau-
urapilah bejana pembasuhan itu dengan alasnya, dan demikianlah engkau
harus menguduskannya. 12 lalu kausuruhlah Harun dan anak-anak-
nya datang ke pintu Kemah Pertemuan dan kaubasuhlah mereka dengan air.
13 Kaukenakanlah pakaian yang kudus kepada Harun, kauurapi dan
kaukuduskanlah dia supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku. 14 Juga
584
anak-anaknya kausuruhlah mendekat dan kaukenakanlah kemeja kepada
mereka. 15 Urapilah mereka, seperti engkau mengurapi ayah mereka, supaya
mereka memegang jabatan imam bagi-Ku; dan ini terjadi, supaya berdasar-
kan pengurapan itu mereka memegang jabatan imam untuk selama-lamanya
turun-temurun.”
Bahan-bahan dan perabotan Kemah Suci sudah diperiksa beberapa
kali dan disetujui, dan sekarang semua bahan dan perabotan itu
harus ditempatkan bersama-sama.
1. Tuhan di sini memberi petunjuk kepada Musa bagaimana mendiri-
kan Kemah Suci dan menempatkan semua peralatannya di tem-
patnya masing-masing. Meskipun pekerjaan Kemah Suci sudah
selesai, dan segala sesuatunya siap untuk dipasang, dan umat
itu, tidak diragukan lagi, sangat ingin melihat Kemah Suci itu ber-
diri, namun Musa tidak mau mendirikannya sampai ia mendapat
perintah-perintah yang jelas untuk melakukannya. Sungguh baik
melihat Tuhan berjalan di depan kita dalam setiap langkah (Mzm.
37:23). Waktu untuk mendirikan Kemah Suci ini ditetapkan pada
hari yang pertama dari bulan yang pertama (ay. 2), genap setahun
kurang empat belas hari sejak mereka keluar dari Mesir. Dan
selama waktu ini sudah ada pekerjaan baik yang dilakukan
umat itu. Mungkin pekerjaan itu baru siap dilakukan pada akhir
tahun, sehingga ditetapkannya hari itu tidak menunda, atau
hampir tidak menunda, pekerjaan yang baik ini. Kita tidak boleh
menunda-nunda menyelesaikan kewajiban-kewajiban penting
dengan dalih menantikan suatu hari yang luar biasa. Saat ini
yaitu saat yang paling tepat.namun Kemah Suci yang ternyata
didirikan pada hari yang pertama dari bulan yang pertama
menandakan bahwa sungguh baik memulai tahun dengan suatu
pekerjaan baik. Biarlah Dia yang pertama mendapatkan yang per-
tama. Dan biarlah perkara-perkara kerajaan-Nya dicari terlebih
dahulu. Pada masa pemerintahan Hizkia, kita mendapati umat
Israel mulai menguduskan Bait Suci pada tanggal satu bulan yang
pertama (2Taw. 29:17). Bulan baru (yang menurut perhitungan
mereka jatuh pada hari pertama setiap bulan) diperingati oleh
mereka dengan suatu upacara khidmat. Dan sebab itu bulan
baru yang pertama pada tahun ini diadakan dengan demikian
luar biasa. Perhatikanlah, saat suatu tahun baru dimulai, kita
harus berpikir untuk melayani Tuhan dengan lebih banyak dan
lebih baik lagi dibandingkan yang kita lakukan pada tahun sebelum-
nya. Musa secara khusus diperintahkan untuk pertama-tama
Kitab Keluaran 40:1-15
585
mendirikan Kemah Suci itu sendiri, yang di dalamnya Tuhan akan
berdiam dan akan disembah (ay. 2), baru lalu menempat-
kan tabut perjanjian di tempatnya, dan menutupnya dengan tabir
(ay. 3), lalu memasang meja, kandil, dan mezbah ukupan, tanpa
tabir (ay. 4-5), dan lalu menggantungkan tirai pintu di
depan pintu. lalu di pelataran ia harus menempatkan mez-
bah korban bakaran, dan bejana pembasuhan (ay. 6-7). Dan, yang
terakhir, ia harus memasang tirai-tirai pelataran, dan tirai untuk
pintu gerbang pelataran. Dan semuanya ini akan dilakukan
dengan mudah dalam satu hari, sebab banyak tangan, tidak
diragukan lagi, bekerja di bawah pimpinan Musa.
2. Tuhan memberi petunjuk kepada Musa, saat ia sudah mendiri-
kan Kemah Suci dan semua perabotannya, untuk menguduskan
Kemah Suci dan semua perabotannya itu, dengan mengurapinya
dengan minyak yang dipersiapkan untuk tujuan itu (30:25, dst.).
Dalam pasal 30 diperintahkan supaya pengurapan itu dilakukan.
Dalam pasal ini diperintahkan supaya pengurapan itu dilakukan
sekarang (ay. 9-11). Amatilah, segala sesuatu dikuduskan saat
sudah diletakkan di tempat yang semestinya, dan tidak sebelum
itu, sebab sebelum itu barang-barang itu tidak layak dipakai
untuk keperluan yang mengharuskannya untuk dikuduskan.
Sama seperti segala sesuatu indah pada waktunya, demikian pula
segala sesuatu indah pada tempatnya.
3. Tuhan memerintahkan Musa untuk menguduskan Harun dan
anak-anaknya. saat barang-barang dibawa ke dalam rumah
Allah, barang-barang itu pertama-tama ditandai, dan lalu
hamba-hamba disuruh mengangkat perkakas-perkakas rumah
Tuhan. Dan orang-orang yang diberi tugas itu harus menyucikan
diri (ay. 12-15). Hukum yang sekarang diperintahkan untuk dilak-
sanakan sudah kita dapati sebelumnya (lihat ps. 29). Demikianlah
dalam jemaat yang kelihatan di dunia ini, yang merupakan Kemah
Suci Tuhan di antara manusia, dituntut adanya hamba-hamba
yang bertugas menjaga tempat kudus di dalamnya, dan bahwa
mereka itu harus menerima pengurapan.
586
Pendirian Kemah Suci
(40:16-33)
16 Dan Musa melakukan semuanya itu tepat seperti yang diperintahkan
TUHAN kepadanya, demikianlah dilakukannya. 17 Dan terjadilah dalam bulan
yang pertama tahun yang kedua, pada tanggal satu bulan itu, maka didiri-
kanlah Kemah Suci. 18 Musa mendirikan Kemah Suci itu, dipasangnyalah
alas-alasnya, ditaruhnya papan-papannya, dipasangnya kayu-kayu lintang-
nya dan didirikannya tiang-tiangnya. 19 Dikembangkannyalah atap kemah
yang menudungi Kemah Suci dan diletakkannyalah tudung kemah di atasnya
– seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 20 Diambilnyalah loh hu-
kum Tuhan dan ditaruhnya ke dalam tabut, dikenakannyalah kayu pengusung
pada tabut itu dan diletakkannya tutup pendamaian di atas tabut itu.
21 Dibawanyalah tabut itu ke dalam Kemah Suci, digantungkannyalah tabir
penudung dan dipasangnya sebagai penudung di depan tabut hukum Tuhan –
seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 22 Ditaruhnyalah meja di
dalam Kemah Pertemuan pada sisi Kemah Suci sebelah utara, di depan tabir
itu. 23 Diletakkannyalah di atasnya roti sajian menurut susunannya, di ha-
dapan TUHAN – seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 24 Ditem-
patkannyalah kandil di dalam Kemah Pertemuan berhadapan dengan meja
itu, pada sisi Kemah Suci sebelah selatan. 25 Dipasangnyalah lampu-lampu di
atasnya di hadapan TUHAN – seperti yang diperintahkan TUHAN kepada
Musa. 26 Ditempatkannyalah mezbah emas di dalam Kemah Pertemuan di
depan tabir itu. 27 Dibakarnyalah di atasnya ukupan dari wangi-wangian se-
perti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 28 Digantungkannyalah tirai
pintu Kemah Suci. 29 Mezbah korban bakaran ditempatkannyalah di depan
pintu Kemah Suci, yakni Kemah Pertemuan itu, dan dipersembahkannyalah
di atasnya korban bakaran dan korban sajian – seperti yang diperintahkan
TUHAN kepada Musa. 30 Ditempatkannyalah bejana pembasuhan di antara
Kemah Pertemuan dan mezbah itu, lalu ditaruhnyalah air ke dalamnya
untuk pembasuhan. 31 Musa dan Harun serta anak-anaknya membasuh
tangan dan kaki mereka dengan air dari dalamnya. 32 jika mereka masuk
ke dalam Kemah Pertemuan dan jika mereka datang mendekat kepada
mezbah itu, maka mereka membasuh kaki dan tangan – seperti yang diperin-
tahkan TUHAN kepada Musa. 33 Didirikannyalah tiang-tiang pelataran sekeli-
ling Kemah Suci dan mezbah itu, dan digantungkannyalah tirai pintu ger-
bang pelataran itu. Demikianlah diselesaikan Musa pekerjaan itu.
saat Kemah Suci dan perabotannya dipersiapkan, mereka tidak
menunda untuk mendirikannya sampai mereka tiba di Kanaan, mes-
kipun sekarang mereka berharap akan berada di sana sebentar lagi.
sebab itu, dalam kepatuhan pada kehendak Allah, mereka mendiri-
kannya di tengah-tengah perkemahan mereka, sementara mereka
berada di padang gurun. Orang-orang yang belum hidup tenang di
dunia tidak boleh berpikir bahwa hal ini dapat membuat mereka
berdalih untuk terus hidup tanpa menghiraukan agama. Seolah-olah
cukup untuk mulai melayani Tuhan saat mereka mulai hidup tenang
di dunia. Tidak. Kemah Suci untuk Tuhan yaitu teman yang sangat
dibutuhkan dan bermanfaat bahkan di padang gurun, terutama
dengan menimbang bahwa mayat kita bisa saja jatuh di padang
Kitab Keluaran 40:16-33
587
gurun itu, dan kita bisa jadi dibuat menetap di dunia lain sebelum
kita sempat menetap di dunia ini.
Mendirikan Kemah Suci yaitu pekerjaan yang baik untuk di-
lakukan di siang hari. Menguduskan Kemah Suci, dan para imam,
dilaksanakan beberapa hari sesudahnya. Di sini kita hanya men-
dapati gambaran tentang pekerjaan pada hari di tahun baru itu.
1. Musa tidak hanya melakukan semua yang diperintahkan Tuhan
kepadanya,namun juga sesuai dengan urutan yang ditetapkan
Allah. Sebab Tuhan ingin dicari sesuai urutan yang semestinya.
2. Pada setiap petunjuk atau perintah tertentu, selalu ditambahkan
sebuah ungkapan yang dengan jelas menyatakan bahwa petunjuk
itu merupakan ketetapan ilahi, yang dengannya Musa mengatur
dirinya secara hati-hati dan teliti seperti yang juga dilakukan para
pekerja. Dan sebab itu, seperti sebelumnya, demikian pula di sini
diulangi, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, seba-
nyak tujuh kali dalam kurang dari empat belas ayat. Musa sen-
diri, sekalipun merupakan seorang hebat, tidak mau berlagak me-
nyimpang dari ketentuan Allah, dengan menambahkannya atau-
pun menguranginya, sekecil apa pun itu. Orang-orang yang me-
merintah orang lain harus ingat bahwa mereka juga memiliki
Tuan di sorga, dan mereka harus berbuat seperti yang diperintah-
kan kepada mereka.
3. Apa yang harus ia tutupi, ia tutupi (ay. 21), dan apa yang harus ia
gunakan, ia gunakan dengan segera, untuk mengajar para imam,
supaya dengan melihatnya melakukan beberapa pekerjaan, mere-
ka dapat belajar melakukannya dengan lebih cekatan. Meskipun
Musa bukan seorang imam yang sesungguhnya, namun ia ter-
hitung di antara para imam (Mzm. 99:6), dan para penulis Yahudi
menyebutnya imam segala imam. Apa yang ia lakukan, ia lakukan
dengan penugasan dan pimpinan khusus dari Allah. Ia lebih
sebagai seorang nabi, atau pemberi hukum, dibandingkan seorang
imam. Ia menggerakan roda-roda untuk berputar, dan lalu
meninggalkan pekerjaan itu di tangan pelayan-pelayan Tuhan
yang ditunjuk.
(1) saat ia sudah memasang meja, ia meletakkan roti sajian di
atasnya menurut susunannya (ay. 23). Sebab Tuhan tidak akan
pernah membiarkan meja-Nya tanpa hidangan.
588
(2) Segera sesudah ia meletakkan kandil, dipasangnyalah lampu-
lampu di atasnya di hadapan TUHAN (ay. 25). Bahkan masa
penyelenggaraan Hukum Taurat yang gelap itu tidak memper-
bolehkan pelita-pelita yang tidak dinyalakan.
(3) sesudah mezbah emas diletakkan di tempatnya, dengan segera
dibakarnyalah di atasnya ukupan dari wangi-wangian (ay. 27).
Sebab mezbah Tuhan harus menjadi mezbah yang berasap.
(4) Tidak lama sesudah mezbah korban bakaran ditempatkan di
pelataran Kemah Suci, dipersembahkannyalah di atasnya kor-
ban bakaran dan korban sajian (ay. 29). Sebagian orang ber-
pendapat bahwa, meskipun persembahan ini disebutkan di
sini, persembahan itu tidak dilakukan hingga beberapa waktu
sesudahnya.namun tampak bagi saya bahwa ia segera memu-
lai upacara pengudusan Kemah Suci, meskipun Kemah Suci
itu belum selesai sampai tujuh hari.
(5) Juga dalam hal bejana pembasuhan, sesudah Musa memasang-
nya, ia sendiri membasuh tangan dan kakinya dari air yang
dari sana. Dengan demikian, dalam semua contoh ini, ia tidak
hanya menunjukkan kepada para imam bagaimana melaku-
kan tugas mereka,namun juga telah mengajar kita bahwa pem-
berian-pemberian Tuhan dimaksudkan untuk dipakai, dan
sama sekali bukan untuk dipamerkan. Meskipun mezbah-mez-
bah, meja, dan kandil itu segar dan baru, ia tidak berkata bah-
wa sungguh sayang membuatnya ternoda. Tidak, ia meng-
gunakan semuanya itu dengan segera. Talenta-talenta diberi-
kan untuk dipakai, bukan untuk dikuburkan.
Kemah Suci Dipenuhi dengan Kemuliaan
(40:34-38)
34 Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN meme-
nuhi Kemah Suci, 35 sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemu-
an, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN me-
menuhi Kemah Suci. 36 jika awan itu naik dari atas Kemah Suci, berang-
katlah orang Israel dari setiap tempat mereka berkemah. 37namun jika awan
itu tidak naik, maka mereka pun tidak berangkat sampai hari awan itu naik.
38 Sebab awan TUHAN itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari, dan pada
malam hari ada api di dalamnya, di depan mata seluruh umat Israel pada
setiap tempat mereka berkemah.
Sama seperti, dalam penciptaan, saat Tuhan selesai menciptakan
bumi ini, yang dirancang-Nya sebagai tempat tinggal manusia, Ia
Kitab Keluaran 40:34-38
589
menciptakan manusia, dan menjadikannya sebagai pemilik bumi,
demikian pula saat Musa selesai mengerjakan Kemah Suci, yang
dirancang sebagai tempat kediaman Tuhan di antara manusia, Tuhan
pun datang dan menjadikannya sebagai milik-Nya. Shekinah, Firman
ilahi yang kekal, meskipun belum menjadi manusia, namun, sebagai
pengantar pada peristiwa itu, datang dan diam di antara mereka
(Yoh. 1:14). Kemah Suci ini untuk selanjutnya yaitu tempat takhta-
Nya, dan tempat tapak kaki-Nya (Yeh. 43:7). Di sinilah Ia tinggal, di
sini Ia memerintah. Melalui tanda-tanda yang terlihat, Tuhan datang di
antara mereka untuk menguasai Kemah Suci itu. Dengan cara itu Ia
memberi kesaksian, bahwa Ia berkenan kembali mengasihi mereka,
walaupun sebelumnya Ia telah menarik perkenanan-Nya itu dari
mereka sebab peristiwa anak lembu emas (33:7). Dengan begitu juga
Ia memberi kesaksian, bahwa dengan penuh rahmat Ia berkenan
menerima semua pengorbanan yang telah mereka berikan, dan segala
jerih payah yang telah mereka lakukan untuk mengerjakan Kemah
Suci. Demikianlah Tuhan mengakui mereka, menunjukkan diri-Nya
sangat berkenan pada apa yang telah mereka lakukan, dan memberi
mereka upah secara berlimpah. Perhatikanlah, Tuhan akan berdiam
dengan orang-orang yang mempersiapkan bagi-Nya tempat kediaman.
Hati yang patah dan remuk, hati yang bersih dan kudus, yang diper-
lengkapi untuk melayani-Nya, dan diabdikan untuk kehormatan-Nya,
akan menjadi tempat perhentian-Nya selama-lamanya. Di situlah
Kristus akan diam oleh iman (Ef. 3:17). Di mana Tuhan memiliki
takhta dan mezbah di dalam jiwa, di situ ada Bait Suci yang hidup.
Dan di situ Tuhan pasti akan mengakui dan memahkotai pekerjaan-
pekerjaan anugerah-Nya sendiri dan penggenapan janji-janji-Nya
sendiri.
Sama seperti Tuhan telah menyatakan diri-Nya di atas gunung
Sinai, demikian pula sekarang Ia menyatakan diri-Nya dalam Kemah
Suci yang baru didirikan ini. Kita membaca (24:16) bahwa kemuliaan
TUHAN diam di atas gunung Sinai, yang dikatakan seperti api yang
menghanguskan (24:17), dan bahwa awan menutupinya dari luar,
dan kemuliaan TUHAN memenuhinya dari dalam. Mungkin ada rujuk-
an pada bacaan ini dalam Zakharia 2:5, di mana Tuhan berjanji untuk
menjadi tembok berapi di sekeliling Yerusalem (dan tiang awan men-
jadi tiang api pada malam hari), dan menjadi kemuliaan di dalamnya.
590
I. Awan itu menutupi kemah. Awan yang sama yang, sebagai kereta
atau pondok bagi shekinah, telah naik mendahului mereka dari
Mesir dan membawa mereka ke sini, sekarang menetap di atas
Kemah Suci dan melayang-layang di atasnya, bahkan pada siang
hari yang panas terik dan terang benderang. Sebab awan itu
bukanlah awan-awan yang dapat diserakkan matahari. Awan ini
dimaksudkan sebagai,
1. Tanda dari kehadiran Tuhan yang dapat dilihat terus-menerus
pada siang dan malam hari (ay. 38) oleh seluruh Israel, bah-
kan oleh orang-orang yang berdiam di sudut-sudut perkemah-
an yang paling jauh, supaya mereka tidak pernah lagi ber-
tanya-tanya, adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?
Awan yang sama yang sudah begitu penuh dengan keajaiban-
keajaiban di Laut Merah, dan di gunung Sinai, yang cukup
untuk membuktikan bahwa Tuhan benar-benar ada di dalam-
nya, terus-menerus ada di depan mata seluruh umat Israel
pada setiap tempat mereka berkemah. Dengan begitu, mereka
tidak dapat berdalih jika mereka tidak mempercayai mata
mereka sendiri.
2. Sebagai penutup Kemah Suci, dan kemuliaan Tuhan di dalam-
nya. Tuhan sungguh berdiam di antara mereka,namun Ia ber-
diam dalam awan: Sungguh, Engkau Tuhan yang menyembunyi-
kan diri. Terpujilah Tuhan Tuhan yang telah memberi Injil
Kristus, yang di dalamnya kita semua dengan wajah yang
tidak berselubung melihat seperti di dalam cermin, bukan di
dalam awan, kemuliaan Tuhan.
3. Sebagai perlindungan bagi Kemah Suci. Orang Israel sudah
melindunginya dengan satu tudung di atas tudung yang lain,
tetapi, bagaimanapun juga, awan yang menutupinya yaitu
penjaganya yang terbaik. Orang-orang yang diam di rumah
Tuhan tersembunyi di sana, dan aman di bawah perlindungan
ilahi (Mzm. 27:4-5). Namun, perlindungan ilahi ini, yang pada
waktu itu merupakan suatu perkenanan istimewa bagi Kemah
Suci, juga dijanjikan kepada semua tempat kediaman di
gunung Sion (Yes. 4:5). Sebab di atas semuanya itu akan ada
kemuliaan TUHAN sebagai tudung.
4. Sebagai pemandu bagi perkemahan Israel, dalam perjalanan
mereka melewati padang gurun (ay. 36-37). Selama awan itu
tetap ada di atas Kemah Suci, mereka beristirahat. jika
Kitab Keluaran 40:34-38
591
awan itu bergerak, mereka pun bergerak dan mengikutinya,
sebab mereka semata-mata berada di bawah pimpinan ilahi.
Hal ini dibicarakan secara lebih lengkap dalam Bilangan 9:19,
Mazmur 78:14 dan 105:39. Sama seperti sebelum Kemah Suci
itu didirikan, orang-orang Israel memiliki awan sebagai
pemandu mereka, yang kadang-kadang muncul di satu atau
lain tempat,namun untuk selanjutnya berdiam di atas Kemah
Suci dan hanya dapat ditemukan di sana saja, demikian pula
jemaat memiliki wahyu ilahi sebagai pemandunya dari
sejak awal, sebelum Kitab Suci ditulis.namun sejak kanon
Kitab Suci dibuat, jemaat berdiam di dalamnya sebagai Kemah
Sucinya, dan hanya di sana saja jemaat dapat ditemukan. Se-
perti dalam penciptaan, terang yang dijadikan pada hari per-
tama, berpusat pada matahari pada hari keempat. Terpujilah
Tuhan atas hukum dan kesaksian ini!
II. Kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci (ay. 34-35). Shekinah
sekarang masuk secara dahsyat dan megah ke dalam Kemah
Suci, dan melalui bagian luarnya ia masuk ke tempat maha
kudus, sebagai ruang hadirat, dan di sana duduk di antara para
kerub. Dalam terang dan api, dan (sejauh yang kita tahu) tidak
dengan cara lain, shekinah menampakkan dirinya. Sebab Tuhan
yaitu terang. Tuhan kita yaitu api yang menghanguskan. De-
ngan semuanya ini Kemah Suci dipenuhi sekarang, namun,
seperti sebelumnya semak duri tidak dimakan api, demikian pula
sekarang tirai-tirai itu bahkan tidak menjadi hangus oleh api ini.
Sebab, bagi orang-orang yang telah menerima urapan, keagungan
Tuhan yang dahsyat tidak membinasakan mereka. Walaupun demi-
kian, begitu menyilaukannya terang itu, dan begitu mengerikan-
nya api itu, sehingga Musa sendiri pun tidak dapat memasuki
Kemah Pertemuan. Ia hanya berdiri di depan pintunya, sampai
kedahsyatan itu sedikit mereda dan kemuliaan Tuhan surut
dalam tabir (ay. 35). Ini menunjukkan betapa mengerikannya
kemuliaan dan keagungan Tuhan itu, dan betapa tidak berdayanya
orang-orang terhebat dan terbaik sekalipun untuk berdiri di
hadapan-Nya. Terang dan api ilahi, yang muncul dalam kekuatan-
nya yang penuh, sanggup menundukkan kepala yang paling keras
dan hati yang paling murni sekalipun.namun apa yang tidak bisa
dilakukan Musa, sebab ia tak berdaya oleh daging, telah dilaku-
592
kan Yesus Tuhan kita, yang oleh Tuhan dibuat datang mendekat,
dan yang, sebagai Perintis, telah masuk bagi kita, dan mengun-
dang kita untuk datang dengan berani bahkan ke tutup pen-
damaian. Ia mampu masuk ke dalam tempat kudus yang bukan
buatan tangan manusia (Ibr. 9:24). Bahkan, Ia sendiri yaitu
Kemah Suci yang sebenarnya, yang dipenuhi dengan kemuliaan
Tuhan (Yoh. 1:14), bahkan dengan anugerah dan kebenaran ilahi
yang diperlambangkan oleh api dan terang di Kemah Suci dahulu
itu. Di dalam Dia shekinah mendapat tempat peristirahatannya
untuk selama-lamanya, sebab dalam Dialah berdiam secara
jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan. Terpujilah Tuhan atas
Yesus Kristus!
T A F S I R A N M A T T H E W H E N R Y
Kitab
IMAMAT
Tafsiran
Kitab Imamat
Disertai Renungan Praktis
idak ada peristiwa-peristiwa sejarah dalam keseluruhan Kitab
Imamat ini, kecuali catatan mengenai pentahbisan jabatan imam
dalam pasal 8-9, hukuman terhadap Nadab dan Abihu, yang ditimpa-
kan oleh tangan Tuhan sendiri sebab mereka mempersembahkan api
yang asing (ps.10), dan hukuman terhadap anak lelaki Selomit oleh
tangan pemerintah, sebab penghujatan (ps. 24). Selebihnya dari
kitab ini digunakan untuk menjelaskan hukum Taurat, terutama hu-
kum-hukum imamat yang diberikan Tuhan kepada umat Israel melalui
Musa, mengenai korban-korban dan persembahan-persembahan me-
reka, makanan dan minuman mereka, pelbagai macam pembasuhan,
dan pelbagai macam hal-hal khusus yang olehnya Tuhan memisahkan
bangsa itu untuk diri-Nya sendiri, dan membedakan mereka dari
bangsa-bangsa lain. Semua ini hanyalah bayangan dari perkara-
perkara baik yang akan datang, yang akan diwujudkan dan diganti-
kan oleh Injil Kristus. Kita menyebut kitab ini Imamat Lewi, berasal
dari kitab Septuaginta, sebab kitab ini memuat berbagai hukum dan
peraturan Imamat Lewi, sebagaimana disebut dalam Ibrani 7:11, dan
pelaksanaannya. Orang-orang Lewi terutama diberi tanggung jawab
untuk mengurus lembaga imamat, baik untuk mengerjakan bagian
tugas mereka sendiri maupun untuk mengajar bangsa mereka untuk
mengerjakan kewajiban mereka. Dalam penutup kitab sebelumnya,
kita sudah membaca tentang pendirian Kemah Suci, yang akan
dijadikan tempat penyembahan. sebab kemah itu dibuat menurut
contoh atau pola, begitu jugalah peraturan-peraturan dan ketetapan-
T
596
ketetapan untuk kebaktian itu jadinya, sebab semua ketetapan itu
harus dijalankan dalam Kemah Suci itu. Dalam semua ketetapan
Imamat ini, ditetapkan secara khusus seperti saat Ia menetapkan
aturan pendirian Kemah Suci, dan oleh sebab itu semua ketetapan
Imamat ini harus dipatuhi dengan sangat saksama. Catatan-catatan
yang ada tentang hukum-hukum yang sudah dihapuskan sangatlah
bermanfaat bagi kita, untuk meneguhkan iman kita di dalam Yesus
Kristus, sebab Anak Domba itu telah disembelih sejak dunia dijadikan,
dan untuk meningkatkan rasa terima kasih kita kepada Allah, yang
oleh-Nya kita dimerdekakan dari kuk hukum Taurat yang penuh
upacara saja, dan hidup dalam masa pembaruan.
PASAL 1
itab ini dimulai dengan hukum-hukum mengenai persembahan
korban, dan yang paling tua yaitu persembahan bakaran. Ten-
tang persembahan bakaran Tuhan memberi petunjuk-petunjuk
kepada Musa dalam pasal ini. Perintah-perintah diberikan di sini me-
ngenai bagaimana korban-korban semacam itu harus ditangani.
I. Jikalau persembahan itu berupa seekor lembu jantan dari
kawanannya (ay. 3-9).
II. Jikalau persembahan itu berupa seekor domba atau kambing
jantan, seekor anak domba atau anak kambing jantan (ay.
10-13)
III. Jikalau persembahan bakaran itu berupa burung tekukur
atau anak burung merpati (ay. 14-17).
Apakah persembahan itu sendiri nilainya lebih berharga atau ku-
rang berharga, namun jika dipersembahkan dengan hati yang tulus
dan sesuai dengan hukum-hukum ini, persembahan itu akan diterima
Allah.
Hukum tentang Persembahan
(1:1-2)
1 TUHAN memanggil Musa dan berfirman kepadanya dari dalam Kemah
Pertemuan: 2 “Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka:
jika seseorang di antaramu hendak mempersembahkan persembahan ke-
pada TUHAN, haruslah persembahanmu yang kamu persembahkan itu dari
ternak, yakni dari lembu sapi atau dari kambing domba.
Amatilah di sini,
1. Sudah menjadi anggapan umum bahwa orang punya kecende-
rungan untuk membawa persembahan kepada Tuhan. Cahaya
K
598
alam sendiri mengarahkan manusia untuk menghormati Pencip-
tanya, dengan cara tertentu, dan memberi penghormatan ke-
pada-Nya sebagai Tuhannya. Agama wahyu, menganggap keper-
cayaan agama alamiah sebagai suatu pranata atau lembaga yang
paling tua dan yang mula-mula. Kejatuhan manusia ke dalam dosa
mengarahkan manusia untuk memuliakan Tuhan dengan mem-
persembahkan korban. Secara tersirat ini berarti mereka mengakui
bahwa sebagai makhluk ciptaan, mereka telah menerima semuanya
dari Allah, dan sebagai orang berdosa mereka telah kehilangan
semuanya. Hati nurani yang benar-benar yakin akan ketergantung-
an dan rasa bersalah akan rela datang di hadapan Tuhan dengan
ribuan domba jantan (Mi. 6:6-7).
2. Ketentuan dibuat supaya manusia tidak memperturuti angan-
angannya, tidak menjadi sia-sia khayalan dan temuan-temuannya
mengenai korban-korban persembahan mereka. Jangan sampai
mereka berlagak mau memuliakan Tuhan, padahal justru meng-
hina Dia, dan melakukan sesuatu yang tidak pantas bagi Dia. Oleh
sebab itu, segala sesuatu harus diarahkan supaya dilakukan
dengan segala kepantasan, oleh suatu peraturan tertentu. Dengan
demikian, korban persembahan itu dapat berarti sepenuhnya, baik
sebagai korban pendamaian yang agung, yang Kristus harus
persembahkan dalam kegenapan waktu, maupun sebagai korban
persembahan rohani untuk mengakui Allah, yang harus dipersem-
bahkan oleh orang-orang percaya sehari-hari.
3. Tuhan memberi hukum-hukum itu kepada bangsa Israel mela-
lui Musa. Tidak ada yang lebih sering diulang-ulang dibandingkan
kalimat ini, TUHAN berfirman kepada Musa kata-Nya, Berbicaralah
kepada orang Israel. Dapat saja Tuhan berbicara langsung kepada
orang Israel seperti yang pernah Ia lakukan saat menyampaikan
Kesepuluh Perintah itu. Akannamun Ia lebih memilih untuk me-
nyampaikan hukum-Nya kepada mereka melalui Musa, sebab
mereka sendiri yang mengingini supaya Tuhan jangan berbicara
langsung kepada mereka. Dan Tuhan merancang bahwa Musa,
melebihi semua nabi-nabi lain, menjadi perlambang Kristus, yang
oleh-Nya pada zaman akhir ini Tuhan berbicara kepada kita (Ibr.
1:2). Dengan perantaraan nabi-nabi lain, Tuhan mengirim pesan-
pesan kepada umat-Nya,namun dengan perantaraan Musa Ia
memberi hukum-hukum kepada mereka. Oleh sebab itu
Musa sangat cocok untuk melambangkan Dia, kepada siapa Bapa
Kitab Imamat 1:1-2
599
telah memberi semua penghakiman. Di samping itu, harta
wahyu ilahi selalu disimpan dalam bejana tanah liat, supaya iman
kita dapat diuji, dan bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu
berasal dari Allah.
4. TUHAN berbicara kepada Musa dari dalam Kemah Pertemuan.
Segera sesudah kemuliaan Tuhan mengambil alih tempat tinggal-
Nya yang baru, sebagai tanda penerimaan atas apa yang telah
dilakukan, Tuhan berbicara dengan Musa dari tutup pendamaian,
sementara Musa berdiri di luar tabir Kemah Pertemuan, atau
lebih tepatnya di depan pintu, dan ia hanya mendengar suara
saja. Dan mungkin juga ia menulis apa yang ia dengar pada saat
itu, untuk mencegah kesalahan atau ada yang terlewatkan saat
menyampaikannya. Kemah Pertemuan itu dibangun sebagai tem-
pat persekutuan antara Tuhan dan Israel. Di sanalah, di mana
mereka menjalankan kebaktian-kebaktian mereka kepada Allah,
Tuhan mengungkapkan kehendak-Nya kepada mereka. Dengan
demikian, oleh firman dan doa, kita sekarang memiliki persekutu-
an dengan Bapa, dan Anak-Nya Yesus Kristus (Kis. 6:4). saat
berbicara dengan Allah, kita harus memiliki hasrat yang kuat
untuk mendengar sesuatu dari-Nya, dan menganggapnya sebagai
suatu kemurahan yang besar bahwa Ia berkenan berbicara ke-
pada kita. Tuhan berseru kepada Musa supaya jangan mendekat
di bawah peraturan itu, bahkan Musa harus menjaga jarak. Ia
hanya boleh memperhatikan dan mendengarkan apa yang akan
dikatakan. Para penafsir Yahudi mengatakan kepada kita bahwa
ada sebuah huruf yang kurang biasa dipakai ada di dalam
kata bahasa Ibrani yang digunakan untuk menuliskan kata ber-
seru, dan pemakaian huruf ini menunjukkan bahwa Tuhan ber-
bicara dalam suara yang kecil dan tenang. Hukum akhlak diberi-
kan dengan diiringi oleh ancaman yang datang dari sebuah
gunung yang terbakar dalam bunyi guruh dan kilat.namun hukum
persembahan korban yang memulihkan diberikan dengan lebih
lemah-lembut dari tutup pendamaian, sebab hukum ini
merupakan perlambang dari kasih karunia Injil, yang menyampai-
kan kehidupan dan damai.
600
Hukum tentang Korban Bakaran
(1:3-9)
3 Jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah
ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus membawa-
nya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya TUHAN berkenan akan dia. 4 Lalu ia
harus meletakkan tangannya ke atas kepala korban bakaran itu, sehingga
baginya persembahan itu diperkenan untuk mengadakan pendamaian bagi-
nya. 5 lalu haruslah ia menyembelih lembu itu di hadapan TUHAN, dan
anak-anak Harun, imam-imam itu, harus mempersembahkan darah lembu
itu dan menyiramkannya pada sekeliling mezbah yang di depan pintu Kemah
Pertemuan. 6 lalu haruslah ia menguliti korban bakaran itu dan memo-
tong-motongnya menurut bagian-bagian tertentu. 7 Anak-anak imam Harun
haruslah menaruh api di atas mezbah dan menyusun kayu di atas api itu.
8 Dan mereka harus mengatur potongan-potongan korban itu dan kepala
serta lemaknya di atas kayu yang sedang menyala di atas mezbah. 9namun isi
perutnya dan betisnya haruslah dibasuh dengan air dan seluruhnya itu
harus dibakar oleh imam di atas mezbah sebagai korban bakaran, sebagai
korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN.
Jika seseorang kaya dan mampu, diharapkan bahwa ia akan mem-
bawa korban bakarannya, yang dengannya ia bermaksud untuk
menghormati Tuhan, yaitu korban yang berasal dari kawanan ternak-
nya yang lebih besar. Orang yang memandang bahwa Tuhan yaitu
yang terbaik dari segalanya akan memutuskan untuk memberi
yang terbaik dari yang dimilikinya, kalau tidak, berarti ia tidak mem-
berikan kemuliaan yang seharusnya bagi nama-Nya. Nah, jika ada
seseorang memutuskan untuk menyembelih seekor lembu jantan,
bukan untuk perjamuan makan keluarga dan sahabat-sahabatnya
melainkan untuk korban persembahan bagi Allahnya, maka per-
aturan-peraturan ini harus dipatuhi dengan penuh kesalehan:
1. Ternak yang akan dipersembahkan haruslah seekor jantan yang
tidak bercela, dan yang terbaik dari yang ia miliki di padang peng-
gembalaannya. sebab direncanakan semata-mata untuk meng-
hormati Dia yang sempurna tak terhingga, maka korban itu
haruslah yang paling sempurna dalam jenisnya. Hal ini menun-
jukkan kekuatan dan kemurnian sempurna yang ada di dalam
Kristus, korban yang mati itu, dan juga ketulusan hati dan kehi-
dupan tidak tercela yang ada di dalam diri orang-orang Kristen,
yang dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban-korban yang
hidup.namun , secara harfiah, di dalam Kristus Yesus tidak ada
laki-laki dan perempuan, dan juga tidak ada cacat jasmani apa
pun yang bisa menjadi penghalang bagi kita untuk diterima oleh
Allah. Cacat dan kerusakan akhlak yang dibawa masuk oleh dosa
Kitab Imamat 1:3-9
601
ke dalam jiwa kita, itulah yang membuat kita tidak berkenan bagi
Allah.
2. Pemilik hewan korban itu harus mempersembahkan korban itu
dengan sukarela. Apa yang dilakukan dalam hal kerohanian su-
paya dapat menyenangkan hati Tuhan haruslah dilakukan tanpa
paksaan selain kasih. Tuhan menerima orang yang rela dan yang
memberi dengan sukacita. Henry Ainsworth (seorang rohaniwan
Inggris abad ketujuh belas – pen.) dan kawan-kawan lainnya me-
mahami hal ini bukan sebagai asas dasar, melainkan sebagai
tujuan dari persembahan itu: “Haruslah ia mempersembahkan
korban itu supaya bisa diterima sebagai korban yang menyuka-
kan bagi Tuhan. Haruslah ia merencanakan hal ini bagi dirinya
sendiri sebagai tujuan dalam membawa korbannya, dan biarlah
matanya tetap tertuju pada tujuan itu, supaya ia sendiri diterima
Tuhan.“ Orang-orang yang berkenan kepada-Nya hanyalah mere-
ka yang dengan tulus menginginkan dan merencanakan persem-
bahan itu dalam semua kebaktian ibadah mereka (2Kor. 5:9).
3. Korban itu harus dipersembahkan di pintu Kemah Pertemuan,
tempat mezbah tembaga korban bakaran itu berdiri. Hanya di
tempat ini persembahan itu dikuduskan, dan tidak di tempat lain.
Ia harus mempersembahkan korban itu di depan pintu, sebagai
orang yang tidak layak masuk ke dalam Kemah Pertemuan, dan
mengakui bahwa tidak ada izin masuk bagi orang berdosa ke
dalam perjanjian dan persekutuan dengan Allah, selain dengan
persembahan korban. Namun ia harus mempersembahkannya di
Kemah Pertemuan, sebagai tanda persekutuan-Nya dengan selu-
ruh jemaat Israel, bahkan dalam kebaktian pribadi seperti ini.
4. Orang yang mempersembahkan haruslah meletakkan tangannya
ke atas korban bakaran itu (ay. 4). “Ia harus meletakkan kedua
belah tangannya,” ujar para ahli agama Yahudi, “dengan sekuat
tenaga, di antara kedua tanduk binatang itu,” yang dengan demi-
kian menandakan,
(1) Pengalihan semua hak dan kepentingannya yang ada pada
binatang itu kepada Tuhan dengan sesungguhnya. Dan dengan
tangannya ia menyerahkan korban itu untuk melayani Dia.
(2) Sebuah pengakuan bahwa ia pantas mati, dan rela mati jika
Tuhan menghendaki, untuk melayani kehormatan-Nya, dan
mendapatkan kemurahan-Nya.
602
(3) Sebuah ketergantungan pada korban persembahan, sebagai
sebuah perlambang yang ditetapkan untuk melambangkan
sang Korban Agung itu, yang pada diri-Nya kejahatan kita
semua akan diletakkan.
Beberapa orang menduga bahwa makna rohani persembahan-
persembahan itu, khususnya upacara yang dilakukan, merupa-
kan apa yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus saat ia berbicara
tentang pengajaran penumpangan tangan (Ibr. 6:2), yang melam-
bangkan iman Injili. Penumpangan tangan di atas kepala hewan
korban oleh orang yang mempersembahkan korban yaitu untuk
menunjukkan hasratnya yang kuat dan pengharapannya supaya
baginya persembahan itu diperkenan untuk mengadakan pen-
damaian baginya. Meskipun korban bakaran itu tidak memiliki
hubungan dengan dosa tertentu seperti halnya korban penghapus
dosa, namun korban-korban ini dipakai untuk mengadakan
penghapusan dosa secara umum. Dan orang yang menumpang-
kan tangan ke atas kepala korban bakaran itu harus mengakui
bahwa ia telah mengabaikan apa yang harus dilakukannya dan
telah melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan, dan
berdoa bahwa meskipun ia sendiri layak mati, kiranya kematian
korban persembahannya itu dapat diterima Tuhan untuk menebus
kesalahannya.
5. Korban itu haruslah disembelih oleh imam-imam Lewi, di hadap-
an TUHAN, artinya, dengan cara kesalehan yang benar, dan
dengan mata yang tertuju kepada Tuhan dan kehormatan-Nya. Hal
ini menandakan bahwa Yesus Tuhan kita akan menjadikan
nyawa-Nya atau hidup-Nya sebagai korban persembahan untuk
dosa. Sang Mesias, Sang Raja itu, harus dibunuh sebagai suatu
korban,namun bukan untuk diri-Nya sendiri (Dan. 9:26). Hal ini
juga menunjukkan bahwa dalam diri orang-orang Kristen, yang
yaitu korban-korban persembahan yang hidup, bagian yang
kejam harus dimatikan atau dibunuh, daging disalibkan dengan
segala hawa nafsu dan keinginannya dan semua selera kehidupan
yang bersifat kebinatangan.
6. Imam-imam harus menyiramkan darah lembu itu pada sekeliling
mezbah itu (ay. 5), sebab darah yaitu kehidupan, dan darah
inilah yang membuat pendamaian bagi jiwa. Hal ini menunjukkan
apa yang secara langsung dan nyata dilakukan oleh Tuhan Yesus
Kitab Imamat 1:3-9
603
kita dalam mencurahkan darah-Nya untuk memenuhi keadilan
Bapa-Nya, dan untuk melindungi kehormatan-Nya yang terluka.
Ia telah mempersembahkan diri-Nya kepada Tuhan sebagai persem-
bahan yang tak bercacat. Hal ini juga menunjukkan penenteram-
an dan pemurnian hati nurani kita oleh pencurahan darah Yesus
Kristus atas kita melalui iman (1Ptr. 1:2, Ibr. 10:22).
7. Binatang itu harus dikuliti dan dipotong-potong dengan sepantas-
nya, dan dibagi-bagi menjadi beberapa ruas atau potong, sesuai
dengan keahlian tukang jagal. Dan lalu , semua potongan
itu, bersama kepala serta lemaknya (betisnya dan isi perutnya
haruslah dibasuh dengan air terlebih dahulu), akan dibakar
bersama-sama di atas mezbah (ay. 6-9). “Tetapi untuk apa,” kata
beberapa orang, “semua pemborosan ini? Mengapa semua daging
baik ini, yang dapat diberikan kepada orang-orang miskin, dan
dapat memenuhi kebutuhan makanan bagi keluarga-keluarga
mereka yang lapar, dibakar habis menjadi abu?”namun , begitulah
kehendak Allah, dan bukan hak kita untuk berkeberatan dan
menemukan kesalahan di dalam ketetapan itu. saat korban itu
dibakar untuk menghormati Allah, dalam ketaatan kepada perin-
tah-Nya dan untuk menunjukkan berkat-berkat rohani-Nya, maka
sungguh-sungguh baik korban itu dipersembahkan. Lagi pula
binatang korban bakaran itu memenuhi tujuan penciptaannya,
lebih dari pada digunakan sebagai makanan manusia. Kita jangan
pernah menganggap sebagai suatu kerugian apa yang dipersem-
bahkan kepada Allah. Pembakaran korban itu menunjukkan
dahsyatnya kesengsaraan Kristus, dan kasih sayang saleh yang
menyertai sebagai api yang kudus. Orang-orang percaya harus
mempersembahkan diri mereka sendiri dengan segenap roh, jiwa,
dan tubuh mereka kepada Allah.
8. Hal ini dikatakan sebagai persembahan yang baunya menyenang-
kan, atau kesenangan perhentian bagi TUHAN. Dengan sendirinya
pembakaran daging itu tidak menyenangkan,namun semua hal ini
dilakukan sebagai sebuah tindakan ketaatan kepada perintah
ilahi, dan sebagai perlambang Kristus, dan hal ini sangat menye-
nangkan hati Allah. Sebab dengan cara ini Ia didamaikan dengan
orang yang mempersembahkan korban itu, dan Ia sungguh sangat
berkenan dalam perdamaian itu. Ia beristirahat dan disegarkan
dengan semua tata ibadah dari kasih karunia-Nya, seperti yang
pernah dilakukan pada pertama kalinya, dengan berhenti dari
604
segala pekerjaan penciptaan-Nya (Kel. 31.17), dan bersukacita di
dalamnya (Mzm. 104:31). Persembahan diri Kristus sendiri kepada
Tuhan dikatakan sebagai persembahan dan korban yang harum
(Ef. 5:2), dan korban-korban rohani orang percaya dikatakan ber-
kenan kepada Tuhan sebab Yesus Kristus (1Ptr. 2:5).
Hukum tentang Korban Bakaran
(1:10-17)
10 Jikalau persembahannya untuk korban bakaran yaitu dari kambing
domba, baik dari domba, maupun dari kambing, haruslah ia mempersem-
bahkan seekor jantan yang tidak bercela. 11 Haruslah ia menyembelihnya
pada sisi mezbah sebelah utara di hadapan TUHAN, lalu haruslah anak-anak
Harun, imam-imam itu, menyiramkan darahnya pada mezbah sekelilingnya.
12 lalu haruslah ia memotong-motongnya menurut bagian-bagian ter-
tentu, dan bersama-sama kepalanya dan lemaknya diaturlah semuanya itu
oleh imam di atas kayu yang sedang menyala di atas mezbah. 13 Isi perut dan
betisnya haruslah dibasuhnya dengan air, dan seluruhnya itu haruslah
dipersembahkan oleh imam dan dibakar di atas mezbah: itulah korban
bakaran, suatu korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN.
14 Jikalau persembahannya kepada TUHAN merupakan korban bakaran dari
burung, haruslah ia mempersembahkan korbannya itu dari burung tekukur
atau dari anak burung merpati. 15 Imam harus membawanya ke mezbah, lalu
memulas kepalanya dan membakarnya di atas mezbah. Darahnya harus
ditekan ke luar pada dinding mezbah. 16 Temboloknya serta dengan bulunya
haruslah disisihkan dan dibuang ke samping mezbah sebelah timur, ke tem-
pat abu. 17 Dan ia harus mencabik burung itu pada pangkal sayapnya,namun
tidak sampai terpisah; lalu imam harus membakarnya di atas mezbah, di
atas kayu yang sedang terbakar; itulah korban bakaran, suatu korban api-
apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN.”
Di sini kita membaca hukum mengenai persembahan korban bakar-
an yang berasal dari kawanan kambing domba, dan juga dari unggas.
Orang-orang dari tingkat menengah, yang tidak begitu mampu mem-
persembahkan seekor lembu jantan, akan membawa seekor domba
atau kambing. Sementara orang-orang yang sama sekali tidak mam-
pu melakukan hal itu dapat berkenan kepada Tuhan jika membawa
seekor burung tekukur atau seekor anak burung merpati. Sebab
Tuhan di dalam Taurat dan Injil-Nya, dan juga di dalam penyeleng-
garaan-Nya, tetap memperhitungkan orang-orang miskin. Dapat di-
amati bahwa makhluk-makhluk kecil yang dipilih sebagai korban
persembahan itu semuanya yaitu binatang-binatang yang paling
lemah lembut, tidak berbahaya dan jinak. Hal ini untuk menggam-
barkan ketidakbersalahan dan kelemahlembutan yang ada pada diri
Kristus, dan untuk mengajarkan tentang kemurnian dan kelemah-
Kitab Imamat 1:10-17
605
lembutan yang harus ada dalam pribadi-pribadi orang Kristen. Petun-
juk-petunjuk diberikan di sini,
1. Mengenai persembahan-persembahan bakaran dari kawanan itu,
(ay. 10). Tata cara untuk menangani korban-korban ini banyak
samanya dengan tata cara menangani lembu-lembu jantan. Yang
berbeda hanyalah bahwa korban-korban ini diperintahkan supaya
disembelih pada sisi mezbah sebelah utara. Walaupun hanya
disebut di sini saja, sisi mezbah sebelah utara ini mungkin juga
dilakukan terhadap korban-korban sebelumnya dan korban-kor-
ban persembahan lainnya. Kemungkinan di sisi mezbah itu ada
ruang kosong yang paling luas, dan ada ruang bagi imam-imam
untuk menyerahkan korban itu. Sudah lama diamati bahwa cuaca
cerah datang dari utara, dan bahwa angin utara membawa hujan,
dan oleh pengorbanan-pengorbanan ini, badai murka Tuhan dise-
rakkan, dan terang perkenan Tuhan diperoleh, yang lebih menye-
nangkan dari pada cuaca yang paling terang dan cerah sekalipun.
2. Mengenai korban unggas-unggas itu. Korban persembahan itu ha-
ruslah salah satu dari burung tekukur atau dari burung merpati
(dan kalau begitu haruslah burung tekukur dewasa, tutur orang-
orang Yahudi), atau kalau burung merpati haruslah anak burung
merpati. Apa yang paling dapat diterima di atas meja makan
manusia harus dibawa ke mezbah Allah. Dalam persembahan
unggas-unggas ini,
(1) Kepala unggas ini harus dipulas “sampai mati” kata beberapa
orang. Sebagian orang lain mengira hanya ditekan keras-keras
dengan ibu jari, hanya untuk membunuh burung itu, dan
kepalanya masih dibiarkan tergantung pada tubuhnya. Na-
mun, tampaknya besar kemungkinan antara kepala dan tubuh
burung itu dipisahkan sama sekali, sebab kepalanya harus
dibakar terlebih dahulu.
(2) Darahnya harus ditekan ke luar pada dinding mezbah.
(3) Sampah dengan bulu-bulu burung itu haruslah dibuang ke
tempat sampah.
(4) Tubuh burung itu harus dibuka, ditaburi garam, lalu di-
bakar di atas mezbah. “Pengorbanan burung-burung ini,” ujar
orang-orang Yahudi, “merupakan salah satu pelayanan paling
sulit yang harus dilakukan para imam,” untuk mengajar orang-
orang yang melayani perkara-perkara kudus supaya bersama-
606
sama menginginkan keselamatan orang miskin sebagaimana
keselamatan orang kaya, dan bahwa kebaktian-kebaktian
orang miskin juga dapat berkenan bagi Tuhan sebagaimana
kebaktian-kebaktian orang-orang kaya. Sebab, jika pengorban-
an itu datang dari hati yang tulus, Ia menerima berdasar
apa yang ada pada orang itu, dan tidak berdasar apa yang
tidak ada pada orang itu (2Kor. 8:12). Burung-burung tekukur
atau anak-anak burung merpati itu, dikatakan di sini menjadi
suatu persembahan korban api-apian yang baunya menyenang-
kan, sama seperti persembahan korban seekor lembu sapi
atau lembu jantan yang memiliki tanduk atau kuku. Na-
mun, bagaimanapun juga, mengasihi Tuhan dengan segenap
hati, dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri yaitu
jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban
sembelihan (Mrk. 12:33).
PASAL 2
Dalam pasal ini diceritakan tentang hukum korban sajian.
I. Bahan yang digunakan. Entah tepung mentah dengan mi-
nyak dan kemenyan (ay. 1), atau dibakar di dalam pembakar-
an roti (ay. 4), atau dipanggang di atas panggangan (ay. 5-6),
ataupun dimasak di dalam wajan (ay. 7).
II. Penyelenggaraan korban sajian itu, entah tepung (ay. 2-3),
ataupun roti (ay. 8-10).
III. Peraturan khusus tentang korban sajian itu, bahwa ragi dan
madu janganlah pernah ditambahkan ke dalamnya (ay. 11-
12), dan penambahan garam janganlah pernah dilalaikan
dari korban sajian (ay. 13).
IV. Hukum mengenai mempersembahkan korban sajian dari
hulu hasil dalam bentuk gandum (ay. 14, dst.).
Hukum tentang Korban Sajian
(2:1-10)
1 “jika seseorang hendak mempersembahkan persembahan berupa kor-
ban sajian kepada TUHAN, hendaklah persembahannya itu tepung yang
terbaik dan ia harus menuangkan minyak serta membubuhkan kemenyan ke
atasnya. 2 Lalu korban itu harus dibawanya kepada anak-anak Harun, imam-
imam itu. sesudah diambil dari korban itu tepung segenggam dengan minyak
beserta seluruh kemenyannya, maka imam haruslah membakar semuanya
itu di atas mezbah sebagai bagian ingat-ingatan korban itu, sebagai korban
api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN. 3 Korban sajian selebih-
nya yaitu teruntuk bagi Harun dan anak-anaknya, yakni bagian maha
kudus dari segala korban api-apian TUHAN. 4 jika engkau hendak mem-
persembahkan persembahan berupa korban sajian dari apa yang dibakar di
dalam pembakaran roti, haruslah itu dari tepung yang terbaik, berupa roti
bundar yang tidak beragi, yang diolah dengan minyak, atau roti tipis yang
tidak beragi, yang diolesi dengan minyak. 5 Jikalau persembahanmu merupa-
kan korban sajian dari yang dipanggang di atas panggangan, haruslah itu
608
dari tepung yang terbaik, diolah dengan minyak, berupa roti yang tidak bera-
gi. 6 Korban itu harus dipotong-potong, lalu kautuangkanlah minyak ke atas-
nya; itulah korban sajian. 7 Jikalau persembahanmu merupakan korban saji-
an dari yang dimasak di dalam wajan, haruslah itu diolah dari tepung yang
terbaik bersama-sama minyak. 8 Maka korban sajian yang diolah menurut
salah satu cara itu haruslah kaupersembahkan kepada TUHAN, yakni harus
disampaikan kepada imam, yang membawanya ke mezbah. 9 lalu imam
harus mengkhususkan dari korban sajian itu bagian ingat-ingatannya lalu
membakarnya di atas mezbah sebagai korban api-apian yang baunya menye-
nangkan bagi TUHAN. 10 Korban sajian selebihnya yaitu bagian Harun dan
anak-anaknya, yakni bagian maha kudus dari segala korban api-apian
TUHAN!
Ada beberapa korban sajian yang dipersembahkan hanya sebagai
tambahan kepada korban bakaran yang dipersembahkan tetap tiap-
tiap hari (Kel. 29:38-39), dan juga kepada korban keselamatan. Kor-
ban sajian ini diberikan bersama dengan korban curahannya (lihat
Bil. 15:4, 7, 9-10), dan jumlahnya ditentukan dalam ayat-ayat ter-
sebut. Akannamun , hukum dalam pasal ini berbicara mengenai
ketetapan korban sajian yang dipersembahkan terpisah, kapanpun
seseorang merasa perlu untuk menyatakan ibadahnya. Persembahan
pertama yang kita baca di Kitab Suci yaitu persembahan semacam
ini (Kej. 4:3): Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu
kepada TUHAN sebagai korban persembahan.
I. Persembahan korban sajian ditetapkan,
1. Untuk menjangkau orang miskin, dan kemampuan mereka,
sehingga orang-orang yang hidup hanya dari roti dan kue-kue
pun dapat mempersembahkan persembahan yang berkenan
kepada Allah, yang mereka ambil dari makanan rumah mereka
sehari-hari. Dan dengan membawa persembahan ke mezbah
Allah, seperti janda di Zarfat itu memberi kepada nabi Elia, roti
bundar kecil pertamanya, sehingga ia memperoleh berkat yang
sebesar itu atas segenggam tepung dalam tempayan dan
minyak dalam buli-buli, persediaannya tidak akan kurang.
2. Sebagai pengakuan yang layak diberikan atas rahmat Tuhan
kepada mereka dalam menyediakan makanan bagi mereka.
Korban ini bagaikan pembayaran uang sewa kecil, yang
dengan memberi nya, mereka menyatakan ketergantungan
mereka kepada Allah, rasa syukur mereka kepada-Nya, dan
juga pengharapan mereka kepada-Nya sebagai tuan mereka
dan pemelihara mereka yang murah hati. Sebab, Dialah yang
memberi kehidupan, dan napas, dan makanan yang diper-
Kitab Imamat 2:1-10
609
lukan kepada semua orang. Oleh sebab itu, mereka harus
memuliakan Tuhan dengan harta mereka, dan, sebagai tanda
mereka makan dan minum untuk kemuliaan-Nya, mereka
harus memisahkan sebagian makanan dan minuman mereka
bagi pelayanan-Nya di sekitar mereka. Orang-orang yang saat
ini, dengan hati yang memberi dan penuh syukur, membagi
makanan mereka kepada yang lapar, dan menyediakan keper-
luan orang-orang yang kekurangan makanan sehari-hari, dan
saat mereka sendiri makan makanan yang enak dan minum
minuman yang manis, mengirimkan sebagiannya kepada me-
reka yang tidak memiliki apa-apa, mempersembahkan kepada
Tuhan korban sajian yang berkenan. Nabi Yoel meratapinya
sebagai salah satu akibat kelaparan yang paling dahsyat bah-
wa, sebab kelaparan, korban sajian dan korban curahan su-
dah lenyap dari rumah Tuhan (Yl. 1:9). Dan nabi Yoel meng-
anggapnya sebagai berkat kelimpahan yang dahsyat bahwa
kedua korban ini dipulihkan kembali (Yl. 2:14).
II. Hukum korban sajian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bahan-bahan yang dipersembahkan haruslah selalu tepung
dan minyak yang terbaik, dua hasil pokok tanah Kanaan (Ul.
8:8). Minyak bagi mereka saat itu sama dengan mentega atau
minyak goreng bagi kita sekarang. Jika dipersembahkan begi-
tu saja, minyak itu harus dituangkan ke atas tepung (ay. 1).
Jika dimasak, minyak itu harus dicampur dengan tepung (ay.
4, dst.)
2. Jika tepung itu tidak dimasak, selain minyak, kemenyan harus
dibubuhkan di atasnya, yang nantinya akan dibakar bersama-
sama dengan tepung itu (ay. 1-2), untuk memberi bau yang
menyenangkan pada mezbah. Sesuai dengan kiasan ini, pela-
yan Injil dikatakan menjadi bau yang harum bagi Tuhan (2Kor.
2:15).
3. Jika dimasak, korban itu dapat disiapkan dengan beberapa
cara. Pemberi persembahan dapat membakarnya, atau me-
manggangnya, atau mencampur tepung dan minyak itu di atas
pinggan, untuk membuat penganan yang sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan tentang Kemah Suci. Hukum ini
sangat teliti, bahkan dalam mengatur persembahan yang pa-
ling sederhana atau murah, untuk menunjukkan bahwa Tuhan
610
mengakui dan menerima ibadah saleh yang dilakukan dengan
hati yang taat, sekalipun oleh umat-Nya yang miskin.
4. Korban itu harus disampaikan oleh pemberi persembahan
kepada imam, yang ditugaskan untuk membawanya kepada
Tuhan (ay. 8), sebab para imamlah yang mewakili Tuhan dalam
menerima korban, dan yang ditetapkan untuk mempersem-
bahkan korban.
5. Sebagian dari korban itu haruslah dibakar di atas mezbah, se-
bagai bagian ingat-ingatan atau kenangan, yaitu sebagai tanda
mereka mengakui kasih karunia Tuhan kepada mereka, yang
dengan melimpah menyediakan segala sesuatu untuk mereka
nikmati. Itulah korban api-apian (ay. 2, 9). Terbakarnya korban
itu oleh api akan mengingatkan mereka bahwa layaklah bagi
mereka jika semua hasil bumi mereka terbakar habis, dan
bahwa sebab rahmat Tuhan-lah hal itu tidak terjadi. Mereka
juga akan belajar bahwa makanan yaitu untuk perut dan
perut untuk makanan:namun kedua-duanya akan dibinasakan
Tuhan (1Kor. 6:13), dan bahwa manusia hidup bukan dari roti
saja. Korban api-apian ini dikatakan menjadi korban yang
baunya menyenangkan bagi Tuhan. Demikianlah persembahan
rohani kita, yang dibakar dengan api kasih yang kudus, ter-
utama sedekah kita, yang dikatakan sebagai suatu persembah-
an yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan
kepada Tuhan (Flp. 4:18), dan korban-korban yang demikianlah
yang berkenan kepada Tuhan (Ibr. 13:16).
6. Selebihnya dari korban sajian itu haruslah diberikan kepada
para imam (ay. 3, 10). Inilah bagian mahakudus, bukan untuk
dimakan oleh yang memberi persembahan, seperti halnya kor-
ban keselamatan (yang sekalipun kudus,namun bukan maha-
kudus),namun hanya boleh dimakan oleh para imam, dan
keluarganya. Demikianlah Tuhan menetapkan bahwa orang-
orang yang melayani mezbah mendapat bagian mereka dari
mezbah itu, dan hidup dengan tenteram.
Hukum tentang Korban Sajian
(2:11-16)
11 Suatu korban sajian yang kamu persembahkan kepada TUHAN janganlah
diolah beragi, sebab dari ragi atau dari madu tidak boleh kamu membakar
Kitab Imamat 2:11-16
611
sesuatupun sebagai korban api-apian bagi TUHAN. 12namun sebagai persem-
bahan dari hasil pertama boleh kamu mempersembahkannya kepada TU-
HAN, hanya janganlah dibawa ke atas mezbah menjadi bau yang menyenang-
kan. 13 Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah
kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari kor-
ban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan
garam. 14 Jikalau engkau hendak mempersembahkan korban sajian dari hulu
hasil kepada TUHAN, haruslah engkau mempersembahkan bulir gandum
yang dipanggang di atas api, emping gandum baru, sebagai korban sajian
dari hulu hasil gandummu. 15 Haruslah kaububuh minyak dan kautaruh
kemenyan ke atasnya; itulah korban sajian. 16 Haruslah imam membakar
sebagai ingat-ingatannya, sebagian dari emping gandumnya dan minyaknya
beserta seluruh kemenyannya sebagai korban api-apian bagi TUHAN.”
Di sini,
I. Ragi dan madu tidak boleh ditambahkan ke dalam setiap korban
sajian mereka: sebab dari ragi atau dari madu tidak boleh kamu
membakar sesuatu pun sebagai korban api-apian bagi TUHAN (ay.
11).
1. Ragi dilarang sebagai peringatan akan roti tidak beragi yang
mereka makan saat keluar dari Mesir. Begitu banyak yang
harus dilakukan dalam persembahan korban mereka sehingga
tidak sesuai jika mereka harus menunggu roti itu memuai oleh
ragi. Perjanjian Baru menyamakan kesombongan dan kemuna-
fikan dengan ragi, sebab keduanya membuat orang mem-
bes