keluaran imamat 18


 ujung tutup dada. 18 Kedua ujung lain dari kedua 

untai berjalin itu dipasang merekalah pada kedua ikat emas itu, demikianlah 

dipasang pada tutup bahu baju efod, di sebelah depannya. 19 Dibuat mereka-

lah dua gelang emas dan dibubuh pada kedua ujung tutup dada itu, pada 

pinggirnya yang sebelah dalam, yang berhadapan dengan baju efod. 20 Juga 

dibuat merekalah dua gelang emas dan dipasang pada kedua tutup bahu 

baju efod, di sebelah bawah pada bagian depan, dekat ke tempat persam-

bungannya, di sebelah atas sabuk baju efod. 21 lalu  diikatkan 

merekalah tutup dada itu dengan gelangnya kepada gelang baju efod dengan 

memakai tali ungu tua, sehingga tetap di atas sabuk baju efod, dan tutup 

dada itu tidak dapat bergeser dari baju efod – seperti yang diperintahkan 

TUHAN kepada Musa. 22 Dibuatnyalah gamis baju efod, buatan tukang 

tenun, dari kain ungu tua seluruhnya. 23 Leher gamis itu di tengah-tengah-

nya seperti leher baju zirah, lehernya itu memiliki  pinggir sekelilingnya, 

supaya jangan koyak. 24 Dibuat merekalah pada ujung gamis itu buah delima 

dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi, yang dipintal benang-

nya. 25 Dibuat merekalah giring-giring dari emas murni dan ditaruhlah giring-

giring itu di antara buah delima, pada ujung gamis itu, berselang-seling di 

antara buah delima itu, 26 sehingga satu giring-giring dan satu buah delima 

selalu berselang-seling, pada sekeliling ujung gamis, yang dipakai jika  

diselenggarakan kebaktian seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 

27 Dibuat merekalah kemeja dari lenan halus, buatan tukang tenun, untuk 

Harun dan anak-anaknya, 28 serban dari lenan halus, destar yang indah dari 

lenan halus, celana lenan dari lenan halus yang dipintal benangnya, 29 dan 

ikat pinggang dari lenan halus yang dipintal benangnya, kain ungu tua, kain 

ungu muda dan kain kirmizi, dari tenunan yang berwarna-warna – seperti 

yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 30 Dibuat merekalah patam, 

jamang yang kudus dari emas murni, dan pada jamang itu dituliskan tulisan, 

diukirkan seperti meterai: Kudus bagi TUHAN. 31 Dipasang merekalah pada 

patam itu tali ungu tua untuk mengikatkan patam itu pada serbannya, di 

sebelah atas – seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 

Dalam penjelasan tentang pembuatan pakaian para imam ini, menu-

rut petunjuk-petunjuk yang diberikan (ps. 28), kita dapat mengamati,  

1. Bahwa pakaian para imam di sini disebut pakaian jabatan (ay. 1. 

KJV: pakaian pelayanan atau kebaktian). Perhatikanlah, orang-

orang yang memakai jubah kehormatan harus memandangnya 

Kitab Keluaran 39:1-31 

 577 

sebagai pakaian pelayanan. Sebab dari orang-orang yang diberi 

kehormatan, diharapkan pelayanan. Dikatakan tentang orang-

orang yang memakai jubah putih, bahwa mereka berdiri di hadap-

an takhta Tuhan dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya 

(Why. 7:13, 15). Pakaian-pakaian kudus tidak dibuat untuk dipa-

kai tidur, atau untuk dipamerkan, melainkan untuk dipakai da-

lam pelayanan. Dan saat  dipakai dalam pelayananlah pakaian-

pakaian kudus benar-benar menjadi perhiasan kemuliaan. Anak 

Manusia sendiri datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk 

melayani.  

2. Bahwa keenam ayat di sini, yang memberi  penjelasan khusus 

tentang pembuatan pakaian-pakaian kudus ini, ditutup dengan 

kata-kata, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa (ay. 5, 

7, 21, 26, 29, 31). Kata-kata seperti itu tidak ada dalam penjelas-

an-penjelasan sebelumnya, seolah-olah dalam perlengkapan-per-

lengkapan ini, lebih dibandingkan  dalam perlengkapan-perlengkapan 

lain dari Kemah suci, mereka memberi  perhatian khusus pada 

ketetapan ilahi, baik sebagai perintah maupun petunjuk. Itu 

merupakan isyarat bagi semua hamba Tuhan untuk menjadikan 

firman Tuhan sebagai pedoman mereka dalam semua pelayanan 

mereka, dan untuk bertindak dengan melaksanakan dan mema-

tuhi perintah Allah.  

3. Bahwa pakaian-pakaian ini, sesuai dengan semua perabotan lain 

dari Kemah Suci, sangatlah mewah dan megah. saat  jemaat baru 

bertumbuh, ia diajar seperti itu, dan dihibur seperti itu, dengan 

bahan-bahan dari dunia ini.namun  sekarang di bawah Injil, yang 

merupakan pelayanan Roh, sebaiknya kita tidak perlu mengguna-

kan dan memaksakan kebiasaan-kebiasaan yang megah seperti 

itu.  

4. Bahwa semua itu yaitu  bayangan dari hal-hal baik yang akan 

datang, dan yang menjadi inti atau wujud yang sejati dari semua 

bayangan itu yaitu  Kristus, dan anugerah Injil. Oleh sebab itu, 

jika  wujud yang sebenarnya sudah datang, maka sungguh 

menggelikan jika orang masih suka dengan bayangannya.  

(1) Kristus yaitu  Imam besar kita yang agung. saat  Ia menger-

jakan karya penebusan kita, Ia mengenakan pakaian pelayan-

an. Ia berpakaian karunia-karunia dan anugerah-anugerah 

Roh, yang diterima-Nya dengan tidak terbatas. Ia mengikat diri-

Nya dengan sabuk pengikat tekad, untuk maju terus sampai 


 578

menuntaskan pekerjaan-Nya. Ia menaruh di atas pundak-Nya 

seluruh Israel rohani milik Allah. Ia memikul mereka di 

pundak-Nya, membawa mereka dalam pangkuan-Nya, men-

dekap mereka dalam dada-Nya, mengukir mereka pada telapak 

tangan-Nya, dan mempersembahkan mereka dalam tutup 

dada penghakiman kepada Bapa-Nya. Dan, yang terakhir, Ia 

memahkotai diri-Nya dengan Kudus bagi TUHAN, mengabdikan 

seluruh pekerjaan-Nya demi kehormatan kekudusan Bapa-

Nya. Nah, renungkanlah betapa agungnya sosok ini.  

(2) Orang-orang percaya sejati yaitu  imam-imam rohani. Kain 

lenan bersih yang darinya semua pakaian pelayanan mereka 

harus dibuat yaitu  perbuatan-perbuatan yang benar dari 

orang-orang kudus (Why. 19:8). Dan Kudus bagi TUHAN harus 

dituliskan pada dahi mereka, supaya semua orang yang ber-

gaul dengan mereka dapat melihat, dan berkata, bahwa mere-

ka mengenakan gambar kekudusan Allah, dan mengabdikan 

diri untuk menjunjung tinggi kekudusan-Nya.  

Pekerjaan Kemah Suci Diselesaikan 

(39:32-43)  

32 Demikianlah diselesaikan segala pekerjaan melengkapi Kemah Suci, yakni 

Kemah Pertemuan itu. Orang Israel telah melakukannya tepat seperti yang 

diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah mereka melakukannya.  

33 Dibawa merekalah Kemah Suci itu kepada Musa, yakni kemah dengan 

segala perabotannya: kaitannya, papannya, kayu lintangnya, tiangnya dan 

alasnya, 34 tudung dari kulit domba jantan yang diwarnai merah, tudung dari 

kulit lumba-lumba, tabir penudung, 35 tabut hukum Tuhan dengan kayu-kayu 

pengusungnya dan tutup pendamaian, 36 meja, segala perkakasnya dan roti 

sajian, 37 kandil dari emas murni, lampu-lampunya – lampu yang harus 

teratur di atasnya – dan segala perkakasnya, minyak untuk penerangan,  

38 mezbah dari emas, minyak urapan, ukupan dari wangi-wangian, tirai pintu 

kemah, 39 mezbah tembaga dengan kisi-kisi tembaganya, kayu-kayu peng-

usungnya dan segala perkakasnya, bejana pembasuhan dengan alasnya,  

40 layar pelataran, tiangnya dan alasnya, dan tirai untuk pintu gerbang pela-

taran, talinya dan patoknya, segala perkakas untuk pekerjaan mendirikan 

Kemah Suci, yakni Kemah Pertemuan itu; 41 pakaian jabatan yang dipakai 

jika  diselenggarakan kebaktian di tempat kudus, pakaian kudus untuk 

imam Harun, dan pakaian anak-anaknya untuk memegang jabatan imam.  

42 Tepat seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah di-

lakukan orang Israel segala pekerjaan melengkapi itu. 43 Dan Musa melihat 

segala pekerjaan itu, dan sesungguhnyalah, mereka telah melakukannya 

seperti yang diperintahkan TUHAN, demikianlah mereka melakukannya. Lalu 

Musa memberkati mereka. 

 

Kitab Keluaran 39:32-43 

 579 

Amatilah di sini,  

I. Orang-orang yang membangun Kemah Suci menuntaskan peker-

jaan mereka dengan sangat baik. Kemah Suci itu selesai dalam 

waktu lima bulan lebih sedikit saja. Meskipun ada banyak peker-

jaan halus untuk itu, yang biasanya memakan waktu, yaitu 

menyulam dan mengukir, bukan hanya emas, melainkan juga 

batu-batu permata, namun mereka menuntaskannya dalam waktu 

yang sebentar saja. Pekerjaan jemaat biasanya yaitu  pekerjaan 

yang lambat,namun  mereka menyelesaikan pekerjaan ini dengan 

cepat, dan sekalipun begitu mereka mengerjakannya dengan kete-

patan yang tak terbayangkan. Sebab,  

1. Banyak tangan dipekerjakan, semuanya satu suara, dan tidak 

berseteru satu sama lain. Hal ini mempercepat pekerjaan itu, 

dan membuatnya mudah.  

2. Para pekerja itu diajar oleh Allah, dan dengan demikian 

dicegah dari membuat kesalahan-kesalahan yang tolol, yang 

akan memperlambat mereka.  

3. Orang banyak mengerjakan pekerjaan itu dengan sepenuh hati 

dan bersemangat, dan tidak sabar untuk melihatnya selesai. 

Tuhan sudah mempersiapkan hati mereka, dan sebab nya hal 

itu terjadi dengan tak disangka-sangka (2Taw. 29:36). Tekad 

dan ketekunan, dan pikiran yang dicurahkan dengan gembira, 

oleh anugerah Allah, akan membuat banyak pekerjaan yang 

baik tuntas dalam waktu yang sebentar, kurang dari apa yang 

diperhitungkan orang. 

II. Mereka menjalankan perintah-perintah tepat waktu, dan tidak 

sedikit pun menyimpang darinya. Mereka melakukannya tepat 

seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa (ay. 32, 42). 

Perhatikanlah, pekerjaan Tuhan harus dilakukan, dalam segala 

hal, sesuai dengan kehendak-Nya sendiri. Ketetapan-ketetapan-

Nya tidak membutuhkan atau memperbolehkan temuan-temuan 

manusia untuk membuatnya lebih indah atau lebih mungkin 

untuk memenuhi maksudnya. Jangan menambahi firman-Nya. 

Tuhan berkenan pada ibadah yang dilakukan dengan sukarela, 

tetapi tidak pada ibadah yang dilakukan atas kehendak sendiri. 


 580

III. Mereka membawa semua pekerjaan mereka kepada Musa, dan 

menyerahkannya untuk diperiksa dan diteliti hasilnya (ay. 33). Ia 

tahu apa yang sudah diperintahkannya kepada mereka untuk 

mereka buat. Dan sekarang rincian-rincian dari pekerjaan itu di-

sebutkan, dan semuanya diperlihatkan, supaya Musa dapat 

melihat bahwa mereka sudah membuat semuanya, tanpa mele-

watkan apa-apa, dan bahwa mereka sudah membuat semuanya 

sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan kepada mereka. 

Dan bahwa, sekiranya mereka telah membuat kesalahan apa saja, 

maka kesalahan itu dapat segera diperbaiki. Demikianlah mereka 

menunjukkan penghormatan kepada Musa, yang diangkat sebagai 

atasan mereka di dalam Tuhan. Mereka tidak mengajukan kebe-

ratan bahwa Musa tidak mengerti pekerjaan seperti itu, dan kare-

na itu tidak ada alasan bagi mereka untuk tunduk pada pengha-

kimannya. Tidak, Tuhan yang telah memberi  mereka begitu 

banyak pengetahuan tentang bagaimana melakukan pekerjaan 

itu, juga memberi  mereka kerendahan hati yang begitu besar, 

hingga mereka bersedia pekerjaan itu diperiksa dan dibandingkan 

dengan contohnya. Musa yaitu  pihak yang berwenang, dan 

mereka mau menghormati kedudukannya. Karunia nabi takluk 

kepada nabi-nabi. Dan selain itu, meskipun mereka tahu bagai-

mana melakukan pekerjaan itu dengan lebih baik dibandingkan  Musa, 

namun Musa memiliki  gagasan yang lebih baik dan lebih tepat 

tentang contoh Kemah Suci dibandingkan  yang mereka miliki. Oleh 

sebab  itu, mereka tidak bisa puas dengan pekerjaan mereka 

sendiri, kecuali Musa telah menyetujuinya. Demikianlah dalam 

semua pelayanan agama, kita harus berusaha berkenan kepada 

Tuhan. 

IV. Musa, sesudah  menyelidiki, mendapati semuanya dilakukan sesuai 

dengan aturannya (ay. 43). Musa, baik untuk kepuasan mereka 

maupun untuk kepuasannya sendiri, benar-benar memeriksa 

semua hasil pekerjaan itu, sepotong demi sepotong, dan menemu-

kan bahwa mereka telah mengerjakannya sesuai dengan contoh 

yang ditunjukkan kepadanya. Sebab Tuhan yang sama yang telah 

menunjukkan kepadanya contoh itu, juga memandu tangan 

mereka dalam pengerjaannya. Semua salinan dari anugerah Tuhan 

benar-benar bersesuaian dengan keputusan-keputusan hikmat-

Nya yang asli. Apa yang dikerjakan Tuhan dalam diri kita, dan 

Kitab Keluaran 39:32-43 

 581 

melalui kita, yaitu  untuk memenuhi kerelaan kehendak dari 

kebaikan-Nya sendiri. Dan saat  rahasia Tuhan selesai diungkap-

kan, dan semua perbuatan-Nya dibandingkan dengan tujuan-tu-

juan-Nya, maka akan tampak bahwa sesungguhnya semuanya 

terlaksana sesuai dengan keputusan kehendak-Nya sendiri. Tak 

satu iota atau satu titik pun jatuh sia-sia ke tanah, atau menyim-

pang darinya. 

V. Musa memberkati mereka.  

1. Ia memuji mereka, dan menunjukkan persetujuannya terha-

dap semua yang telah mereka lakukan. Ia tidak mencari-cari 

kesalahan jika memang tidak ada kesalahan. Tidak seperti 

sebagian orang, yang berpikir bahwa mereka tidak cukup 

hebat jika tidak menemukan kesalahan dalam pekerjaan yang 

paling baik dan paling berhasil sekalipun. Dalam semua 

pekerjaan ini, ada kemungkinan bahwa di sana sini ditemukan 

jahitan yang salah, dan goresan yang melenceng, yang akan 

dijadikan bahan celaan oleh orang yang terlalu mencari-cari 

kesalahan dan suka mencela.namun  Musa cukup adil untuk 

menanggapi kesalahan-kesalahan kecil di mana tidak ada 

kesalahan-kesalahan besar. Perhatikanlah, semua penguasa 

harus menjadi puji-pujian bagi orang-orang yang berbuat baik, 

tetapi juga kengerian bagi para pelaku kejahatan. Mengapa 

orang harus merasa bangga sebab  sulit disenangkan?  

2. Musa tidak hanya memuji mereka,namun  juga berdoa untuk 

mereka. Ia memberkati mereka sebagai orang yang berwenang, 

sebab yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi. Kita 

tidak membaca tentang upah apa pun yang dibayarkan Musa 

kepada mereka untuk pekerjaan mereka,namun  berkat ini 

diberikannya kepada mereka. Sebab, meskipun biasanya se-

orang pekerja patut mendapat upahnya, namun dalam hal ini,  

(1) Mereka bekerja untuk diri mereka sendiri. Kehormatan dan 

penghiburan yang datang dengan keberadaan Kemah Suci 

Tuhan di antara mereka sudah cukup menjadi balasannya. 

Jikalau engkau bijak, kebijakanmu itu bagimu sendiri.  

(2) Mereka mendapatkan makanan mereka dari sorga secara 

cuma-cuma, bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka, 

dan pakaian mereka tidak menjadi usang di tubuh mereka. 


 582

Dengan begitu, mereka tidak membutuhkan upah, tidak 

pula memiliki  alasan untuk mengharapkannya. Kamu 

telah memperolehnya dengan cuma-cuma, sebab  itu beri-

kanlah pula dengan cuma-cuma. Kewajiban-kewajiban yang 

mengikat kita, baik sebagai tugas maupun kepentingan, 

untuk melayani Allah, haruslah cukup untuk membuat 

kita giat melakukan pekerjaan kita, meskipun kita tidak 

melihat upah untuk itu. Akannamun ,  

(3) Berkat ini, dalam nama Tuhan, sudah menjadi upah yang 

cukup untuk semua pekerjaan mereka. Orang-orang yang 

dipekerjakan Tuhan akan diberkati-Nya, dan orang-orang yang 

diberkati-Nya benar-benar terberkati. Berkat yang diperin-

tahkan-Nya yaitu  kehidupan untuk selama-lamanya. 

 

 

 

 

  

PASAL 40  

Dalam pasal ini,  

I. Perintah-perintah diberikan untuk mendirikan Kemah Suci 

dan memasang semua perlengkapannya di tempat-tempat 

yang semestinya (ay. 1-8), serta untuk menguduskan Kemah 

Suci (ay. 9-11), dan para imam (ay. 12-15).  

II. Dengan segala kehati-hatian semua ini dilakukan, sesuai de-

ngan apa yang sudah ditetapkan untuk dilakukan (ay. 16-33). 

III. Tuhan menguasai Kemah Suci itu dengan awan (ay. 34, dst.). 

Pendirian Kemah Suci 

(40:1-15)  

1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 2 “Pada hari yang pertama dari bulan 

yang pertama haruslah engkau mendirikan Kemah Suci, yakni Kemah 

Pertemuan itu. 3 Kautempatkanlah di dalamnya tabut hukum dan kaupa-

sanglah tabir sebagai penudung di depan tabut itu. 4 Kaubawalah ke dalam-

nya meja dan taruhlah di atasnya perkakas menurut susunannya; kaubawa-

lah ke dalamnya kandil dan kaupasang lampu-lampunya di atasnya.  

5 Kautaruhlah mezbah emas untuk membakar ukupan di depan tabut 

hukum. Kaugantungkanlah tirai pintu Kemah Suci. 6 Kautaruhlah mezbah 

korban bakaran di depan pintu Kemah Suci, yakni Kemah Pertemuan itu.  

7 Kautaruhlah bejana pembasuhan di antara Kemah Pertemuan dan mezbah 

itu, lalu kautaruhlah air ke dalamnya. 8 Haruslah kaubuat pelataran keliling 

dan kaugantungkanlah tirai pintu gerbang pelataran itu. 9 lalu  kau-

ambillah minyak urapan dan kauurapilah Kemah Suci dengan segala yang 

ada di dalamnya; demikianlah harus engkau menguduskannya, dengan 

segala perabotannya, sehingga menjadi kudus. 10 Juga kauurapilah mezbah 

korban bakaran itu dengan segala perkakasnya; demikianlah engkau harus 

menguduskan mezbah itu, sehingga mezbah itu maha kudus. 11 Juga kau-

urapilah bejana pembasuhan itu dengan alasnya, dan demikianlah engkau 

harus menguduskannya. 12 lalu  kausuruhlah Harun dan anak-anak-

nya datang ke pintu Kemah Pertemuan dan kaubasuhlah mereka dengan air. 

13 Kaukenakanlah pakaian yang kudus kepada Harun, kauurapi dan 

kaukuduskanlah dia supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku. 14 Juga 


 584

anak-anaknya kausuruhlah mendekat dan kaukenakanlah kemeja kepada 

mereka. 15 Urapilah mereka, seperti engkau mengurapi ayah mereka, supaya 

mereka memegang jabatan imam bagi-Ku; dan ini terjadi, supaya berdasar-

kan pengurapan itu mereka memegang jabatan imam untuk selama-lamanya 

turun-temurun.” 

Bahan-bahan dan perabotan Kemah Suci sudah diperiksa beberapa 

kali dan disetujui, dan sekarang semua bahan dan perabotan itu 

harus ditempatkan bersama-sama.  

1. Tuhan di sini memberi petunjuk kepada Musa bagaimana mendiri-

kan Kemah Suci dan menempatkan semua peralatannya di tem-

patnya masing-masing. Meskipun pekerjaan Kemah Suci sudah 

selesai, dan segala sesuatunya siap untuk dipasang, dan umat 

itu, tidak diragukan lagi, sangat ingin melihat Kemah Suci itu ber-

diri, namun Musa tidak mau mendirikannya sampai ia mendapat 

perintah-perintah yang jelas untuk melakukannya. Sungguh baik 

melihat Tuhan berjalan di depan kita dalam setiap langkah (Mzm. 

37:23). Waktu untuk mendirikan Kemah Suci ini ditetapkan pada 

hari yang pertama dari bulan yang pertama (ay. 2), genap setahun 

kurang empat belas hari sejak mereka keluar dari Mesir. Dan 

selama waktu ini  sudah ada pekerjaan baik yang dilakukan 

umat itu. Mungkin pekerjaan itu baru siap dilakukan pada akhir 

tahun, sehingga ditetapkannya hari itu tidak menunda, atau 

hampir tidak menunda, pekerjaan yang baik ini. Kita tidak boleh 

menunda-nunda menyelesaikan kewajiban-kewajiban penting 

dengan dalih menantikan suatu hari yang luar biasa. Saat ini 

yaitu  saat yang paling tepat.namun  Kemah Suci yang ternyata 

didirikan pada hari yang pertama dari bulan yang pertama 

menandakan bahwa sungguh baik memulai tahun dengan suatu 

pekerjaan baik. Biarlah Dia yang pertama mendapatkan yang per-

tama. Dan biarlah perkara-perkara kerajaan-Nya dicari terlebih 

dahulu. Pada masa pemerintahan Hizkia, kita mendapati umat 

Israel mulai menguduskan Bait Suci pada tanggal satu bulan yang 

pertama (2Taw. 29:17). Bulan baru (yang menurut perhitungan 

mereka jatuh pada hari pertama setiap bulan) diperingati oleh 

mereka dengan suatu upacara khidmat. Dan sebab  itu bulan 

baru yang pertama pada tahun ini diadakan dengan demikian 

luar biasa. Perhatikanlah, saat  suatu tahun baru dimulai, kita 

harus berpikir untuk melayani Tuhan dengan lebih banyak dan 

lebih baik lagi dibandingkan  yang kita lakukan pada tahun sebelum-

nya. Musa secara khusus diperintahkan untuk pertama-tama 

Kitab Keluaran 40:1-15 

 585 

mendirikan Kemah Suci itu sendiri, yang di dalamnya Tuhan akan 

berdiam dan akan disembah (ay. 2), baru lalu  menempat-

kan tabut perjanjian di tempatnya, dan menutupnya dengan tabir 

(ay. 3), lalu memasang meja, kandil, dan mezbah ukupan, tanpa 

tabir (ay. 4-5), dan lalu  menggantungkan tirai pintu di 

depan pintu. lalu  di pelataran ia harus menempatkan mez-

bah korban bakaran, dan bejana pembasuhan (ay. 6-7). Dan, yang 

terakhir, ia harus memasang tirai-tirai pelataran, dan tirai untuk 

pintu gerbang pelataran. Dan semuanya ini akan dilakukan 

dengan mudah dalam satu hari, sebab  banyak tangan, tidak 

diragukan lagi, bekerja di bawah pimpinan Musa.  

2. Tuhan memberi petunjuk kepada Musa, saat  ia sudah mendiri-

kan Kemah Suci dan semua perabotannya, untuk menguduskan 

Kemah Suci dan semua perabotannya itu, dengan mengurapinya 

dengan minyak yang dipersiapkan untuk tujuan itu (30:25, dst.). 

Dalam pasal 30 diperintahkan supaya pengurapan itu dilakukan. 

Dalam pasal ini diperintahkan supaya pengurapan itu dilakukan 

sekarang (ay. 9-11). Amatilah, segala sesuatu dikuduskan saat  

sudah diletakkan di tempat yang semestinya, dan tidak sebelum 

itu, sebab sebelum itu barang-barang itu tidak layak dipakai 

untuk keperluan yang mengharuskannya untuk dikuduskan. 

Sama seperti segala sesuatu indah pada waktunya, demikian pula 

segala sesuatu indah pada tempatnya.  

3. Tuhan memerintahkan Musa untuk menguduskan Harun dan 

anak-anaknya. saat  barang-barang dibawa ke dalam rumah 

Allah, barang-barang itu pertama-tama ditandai, dan lalu  

hamba-hamba disuruh mengangkat perkakas-perkakas rumah 

Tuhan. Dan orang-orang yang diberi tugas itu harus menyucikan 

diri (ay. 12-15). Hukum yang sekarang diperintahkan untuk dilak-

sanakan sudah kita dapati sebelumnya (lihat ps. 29). Demikianlah 

dalam jemaat yang kelihatan di dunia ini, yang merupakan Kemah 

Suci Tuhan di antara manusia, dituntut adanya hamba-hamba 

yang bertugas menjaga tempat kudus di dalamnya, dan bahwa 

mereka itu harus menerima pengurapan. 


 586

Pendirian Kemah Suci  

(40:16-33) 

16 Dan Musa melakukan semuanya itu tepat seperti yang diperintahkan 

TUHAN kepadanya, demikianlah dilakukannya. 17 Dan terjadilah dalam bulan 

yang pertama tahun yang kedua, pada tanggal satu bulan itu, maka didiri-

kanlah Kemah Suci. 18 Musa mendirikan Kemah Suci itu, dipasangnyalah 

alas-alasnya, ditaruhnya papan-papannya, dipasangnya kayu-kayu lintang-

nya dan didirikannya tiang-tiangnya. 19 Dikembangkannyalah atap kemah 

yang menudungi Kemah Suci dan diletakkannyalah tudung kemah di atasnya 

– seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 20 Diambilnyalah loh hu-

kum Tuhan dan ditaruhnya ke dalam tabut, dikenakannyalah kayu pengusung 

pada tabut itu dan diletakkannya tutup pendamaian di atas tabut itu.  

21 Dibawanyalah tabut itu ke dalam Kemah Suci, digantungkannyalah tabir 

penudung dan dipasangnya sebagai penudung di depan tabut hukum Tuhan – 

seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 22 Ditaruhnyalah meja di 

dalam Kemah Pertemuan pada sisi Kemah Suci sebelah utara, di depan tabir 

itu. 23 Diletakkannyalah di atasnya roti sajian menurut susunannya, di ha-

dapan TUHAN – seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 24 Ditem-

patkannyalah kandil di dalam Kemah Pertemuan berhadapan dengan meja 

itu, pada sisi Kemah Suci sebelah selatan. 25 Dipasangnyalah lampu-lampu di 

atasnya di hadapan TUHAN – seperti yang diperintahkan TUHAN kepada 

Musa. 26 Ditempatkannyalah mezbah emas di dalam Kemah Pertemuan di 

depan tabir itu. 27 Dibakarnyalah di atasnya ukupan dari wangi-wangian se-

perti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 28 Digantungkannyalah tirai 

pintu Kemah Suci. 29 Mezbah korban bakaran ditempatkannyalah di depan 

pintu Kemah Suci, yakni Kemah Pertemuan itu, dan dipersembahkannyalah 

di atasnya korban bakaran dan korban sajian – seperti yang diperintahkan 

TUHAN kepada Musa. 30 Ditempatkannyalah bejana pembasuhan di antara 

Kemah Pertemuan dan mezbah itu, lalu ditaruhnyalah air ke dalamnya 

untuk pembasuhan. 31 Musa dan Harun serta anak-anaknya membasuh 

tangan dan kaki mereka dengan air dari dalamnya. 32 jika  mereka masuk 

ke dalam Kemah Pertemuan dan jika  mereka datang mendekat kepada 

mezbah itu, maka mereka membasuh kaki dan tangan – seperti yang diperin-

tahkan TUHAN kepada Musa. 33 Didirikannyalah tiang-tiang pelataran sekeli-

ling Kemah Suci dan mezbah itu, dan digantungkannyalah tirai pintu ger-

bang pelataran itu. Demikianlah diselesaikan Musa pekerjaan itu. 

saat  Kemah Suci dan perabotannya dipersiapkan, mereka tidak 

menunda untuk mendirikannya sampai mereka tiba di Kanaan, mes-

kipun sekarang mereka berharap akan berada di sana sebentar lagi. 

sebab  itu, dalam kepatuhan pada kehendak Allah, mereka mendiri-

kannya di tengah-tengah perkemahan mereka, sementara mereka 

berada di padang gurun. Orang-orang yang belum hidup tenang di 

dunia tidak boleh berpikir bahwa hal ini dapat membuat mereka 

berdalih untuk terus hidup tanpa menghiraukan agama. Seolah-olah 

cukup untuk mulai melayani Tuhan saat  mereka mulai hidup tenang 

di dunia. Tidak. Kemah Suci untuk Tuhan yaitu  teman yang sangat 

dibutuhkan dan bermanfaat bahkan di padang gurun, terutama 

dengan menimbang bahwa mayat kita bisa saja jatuh di padang

Kitab Keluaran 40:16-33 

 587 

gurun itu, dan kita bisa jadi dibuat menetap di dunia lain sebelum 

kita sempat menetap di dunia ini. 

Mendirikan Kemah Suci yaitu  pekerjaan yang baik untuk di-

lakukan di siang hari. Menguduskan Kemah Suci, dan para imam, 

dilaksanakan beberapa hari sesudahnya. Di sini kita hanya men-

dapati gambaran tentang pekerjaan pada hari di tahun baru itu.  

1. Musa tidak hanya melakukan semua yang diperintahkan Tuhan 

kepadanya,namun  juga sesuai dengan urutan yang ditetapkan 

Allah. Sebab Tuhan ingin dicari sesuai urutan yang semestinya.  

2. Pada setiap petunjuk atau perintah tertentu, selalu ditambahkan 

sebuah ungkapan yang dengan jelas menyatakan bahwa petunjuk 

itu merupakan ketetapan ilahi, yang dengannya Musa mengatur 

dirinya secara hati-hati dan teliti seperti yang juga dilakukan para 

pekerja. Dan sebab  itu, seperti sebelumnya, demikian pula di sini 

diulangi, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, seba-

nyak tujuh kali dalam kurang dari empat belas ayat. Musa sen-

diri, sekalipun merupakan seorang hebat, tidak mau berlagak me-

nyimpang dari ketentuan Allah, dengan menambahkannya atau-

pun menguranginya, sekecil apa pun itu. Orang-orang yang me-

merintah orang lain harus ingat bahwa mereka juga memiliki  

Tuan di sorga, dan mereka harus berbuat seperti yang diperintah-

kan kepada mereka.  

3. Apa yang harus ia tutupi, ia tutupi (ay. 21), dan apa yang harus ia 

gunakan, ia gunakan dengan segera, untuk mengajar para imam, 

supaya dengan melihatnya melakukan beberapa pekerjaan, mere-

ka dapat belajar melakukannya dengan lebih cekatan. Meskipun 

Musa bukan seorang imam yang sesungguhnya, namun ia ter-

hitung di antara para imam (Mzm. 99:6), dan para penulis Yahudi 

menyebutnya imam segala imam. Apa yang ia lakukan, ia lakukan 

dengan penugasan dan pimpinan khusus dari Allah. Ia lebih 

sebagai seorang nabi, atau pemberi hukum, dibandingkan  seorang 

imam. Ia menggerakan roda-roda untuk berputar, dan lalu  

meninggalkan pekerjaan itu di tangan pelayan-pelayan Tuhan 

yang ditunjuk.  

(1) saat  ia sudah memasang meja, ia meletakkan roti sajian di 

atasnya menurut susunannya (ay. 23). Sebab Tuhan tidak akan 

pernah membiarkan meja-Nya tanpa hidangan.  


 588

(2) Segera sesudah  ia meletakkan kandil, dipasangnyalah lampu-

lampu di atasnya di hadapan TUHAN (ay. 25). Bahkan masa 

penyelenggaraan Hukum Taurat yang gelap itu tidak memper-

bolehkan pelita-pelita yang tidak dinyalakan. 

(3) sesudah  mezbah emas diletakkan di tempatnya, dengan segera 

dibakarnyalah di atasnya ukupan dari wangi-wangian (ay. 27). 

Sebab mezbah Tuhan harus menjadi mezbah yang berasap.  

(4) Tidak lama sesudah  mezbah korban bakaran ditempatkan di 

pelataran Kemah Suci, dipersembahkannyalah di atasnya kor-

ban bakaran dan korban sajian (ay. 29). Sebagian orang ber-

pendapat bahwa, meskipun persembahan ini disebutkan di 

sini, persembahan itu tidak dilakukan hingga beberapa waktu 

sesudahnya.namun  tampak bagi saya bahwa ia segera memu-

lai upacara pengudusan Kemah Suci, meskipun Kemah Suci 

itu belum selesai sampai tujuh hari.  

(5) Juga dalam hal bejana pembasuhan, sesudah  Musa memasang-

nya, ia sendiri membasuh tangan dan kakinya dari air yang 

dari sana. Dengan demikian, dalam semua contoh ini, ia tidak 

hanya menunjukkan kepada para imam bagaimana melaku-

kan tugas mereka,namun  juga telah mengajar kita bahwa pem-

berian-pemberian Tuhan dimaksudkan untuk dipakai, dan 

sama sekali bukan untuk dipamerkan. Meskipun mezbah-mez-

bah, meja, dan kandil itu segar dan baru, ia tidak berkata bah-

wa sungguh sayang membuatnya ternoda. Tidak, ia meng-

gunakan semuanya itu dengan segera. Talenta-talenta diberi-

kan untuk dipakai, bukan untuk dikuburkan. 

Kemah Suci Dipenuhi dengan Kemuliaan 

(40:34-38) 

34 Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN meme-

nuhi Kemah Suci, 35 sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemu-

an, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN me-

menuhi Kemah Suci. 36 jika  awan itu naik dari atas Kemah Suci, berang-

katlah orang Israel dari setiap tempat mereka berkemah. 37namun  jika awan 

itu tidak naik, maka mereka pun tidak berangkat sampai hari awan itu naik. 

38 Sebab awan TUHAN itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari, dan pada 

malam hari ada api di dalamnya, di depan mata seluruh umat Israel pada 

setiap tempat mereka berkemah. 

Sama seperti, dalam penciptaan, saat  Tuhan selesai menciptakan 

bumi ini, yang dirancang-Nya sebagai tempat tinggal manusia, Ia

Kitab Keluaran 40:34-38 

 589 

menciptakan manusia, dan menjadikannya sebagai pemilik bumi, 

demikian pula saat  Musa selesai mengerjakan Kemah Suci, yang 

dirancang sebagai tempat kediaman Tuhan di antara manusia, Tuhan 

pun datang dan menjadikannya sebagai milik-Nya. Shekinah, Firman 

ilahi yang kekal, meskipun belum menjadi manusia, namun, sebagai 

pengantar pada peristiwa itu, datang dan diam di antara mereka 

(Yoh. 1:14). Kemah Suci ini untuk selanjutnya yaitu  tempat takhta-

Nya, dan tempat tapak kaki-Nya (Yeh. 43:7). Di sinilah Ia tinggal, di 

sini Ia memerintah. Melalui tanda-tanda yang terlihat, Tuhan datang di 

antara mereka untuk menguasai Kemah Suci itu. Dengan cara itu Ia 

memberi kesaksian, bahwa Ia berkenan kembali mengasihi mereka, 

walaupun sebelumnya Ia telah menarik perkenanan-Nya itu dari 

mereka sebab  peristiwa anak lembu emas (33:7). Dengan begitu juga 

Ia memberi  kesaksian, bahwa dengan penuh rahmat Ia berkenan 

menerima semua pengorbanan yang telah mereka berikan, dan segala 

jerih payah yang telah mereka lakukan untuk mengerjakan Kemah 

Suci. Demikianlah Tuhan mengakui mereka, menunjukkan diri-Nya 

sangat berkenan pada apa yang telah mereka lakukan, dan memberi 

mereka upah secara berlimpah. Perhatikanlah, Tuhan akan berdiam 

dengan orang-orang yang mempersiapkan bagi-Nya tempat kediaman. 

Hati yang patah dan remuk, hati yang bersih dan kudus, yang diper-

lengkapi untuk melayani-Nya, dan diabdikan untuk kehormatan-Nya, 

akan menjadi tempat perhentian-Nya selama-lamanya. Di situlah 

Kristus akan diam oleh iman (Ef. 3:17). Di mana Tuhan memiliki  

takhta dan mezbah di dalam jiwa, di situ ada Bait Suci yang hidup. 

Dan di situ Tuhan pasti akan mengakui dan memahkotai pekerjaan-

pekerjaan anugerah-Nya sendiri dan penggenapan janji-janji-Nya 

sendiri. 

Sama seperti Tuhan telah menyatakan diri-Nya di atas gunung 

Sinai, demikian pula sekarang Ia menyatakan diri-Nya dalam Kemah 

Suci yang baru didirikan ini. Kita membaca (24:16) bahwa kemuliaan 

TUHAN diam di atas gunung Sinai, yang dikatakan seperti api yang 

menghanguskan (24:17), dan bahwa awan menutupinya dari luar, 

dan kemuliaan TUHAN memenuhinya dari dalam. Mungkin ada rujuk-

an pada bacaan ini dalam Zakharia 2:5, di mana Tuhan berjanji untuk 

menjadi tembok berapi di sekeliling Yerusalem (dan tiang awan men-

jadi tiang api pada malam hari), dan menjadi kemuliaan di dalamnya. 


 590

I. Awan itu menutupi kemah. Awan yang sama yang, sebagai kereta 

atau pondok bagi shekinah, telah naik mendahului mereka dari 

Mesir dan membawa mereka ke sini, sekarang menetap di atas 

Kemah Suci dan melayang-layang di atasnya, bahkan pada siang 

hari yang panas terik dan terang benderang. Sebab awan itu 

bukanlah awan-awan yang dapat diserakkan matahari. Awan ini 

dimaksudkan sebagai,  

1. Tanda dari kehadiran Tuhan yang dapat dilihat terus-menerus 

pada siang dan malam hari (ay. 38) oleh seluruh Israel, bah-

kan oleh orang-orang yang berdiam di sudut-sudut perkemah-

an yang paling jauh, supaya mereka tidak pernah lagi ber-

tanya-tanya, adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak? 

Awan yang sama yang sudah begitu penuh dengan keajaiban-

keajaiban di Laut Merah, dan di gunung Sinai, yang cukup 

untuk membuktikan bahwa Tuhan benar-benar ada di dalam-

nya, terus-menerus ada di depan mata seluruh umat Israel 

pada setiap tempat mereka berkemah. Dengan begitu, mereka 

tidak dapat berdalih jika mereka tidak mempercayai mata 

mereka sendiri.  

2. Sebagai penutup Kemah Suci, dan kemuliaan Tuhan di dalam-

nya. Tuhan sungguh berdiam di antara mereka,namun  Ia ber-

diam dalam awan: Sungguh, Engkau Tuhan yang menyembunyi-

kan diri. Terpujilah Tuhan Tuhan yang telah memberi  Injil 

Kristus, yang di dalamnya kita semua dengan wajah yang 

tidak berselubung melihat seperti di dalam cermin, bukan di 

dalam awan, kemuliaan Tuhan.  

3. Sebagai perlindungan bagi Kemah Suci. Orang Israel sudah 

melindunginya dengan satu tudung di atas tudung yang lain, 

tetapi, bagaimanapun juga, awan yang menutupinya yaitu  

penjaganya yang terbaik. Orang-orang yang diam di rumah 

Tuhan tersembunyi di sana, dan aman di bawah perlindungan 

ilahi (Mzm. 27:4-5). Namun, perlindungan ilahi ini, yang pada 

waktu itu merupakan suatu perkenanan istimewa bagi Kemah 

Suci, juga dijanjikan kepada semua tempat kediaman di 

gunung Sion (Yes. 4:5). Sebab di atas semuanya itu akan ada 

kemuliaan TUHAN sebagai tudung.  

4. Sebagai pemandu bagi perkemahan Israel, dalam perjalanan 

mereka melewati padang gurun (ay. 36-37). Selama awan itu 

tetap ada di atas Kemah Suci, mereka beristirahat. jika  

Kitab Keluaran 40:34-38 

 591 

awan itu bergerak, mereka pun bergerak dan mengikutinya, 

sebab  mereka semata-mata berada di bawah pimpinan ilahi. 

Hal ini dibicarakan secara lebih lengkap dalam Bilangan 9:19, 

Mazmur 78:14 dan 105:39. Sama seperti sebelum Kemah Suci 

itu didirikan, orang-orang Israel memiliki  awan sebagai 

pemandu mereka, yang kadang-kadang muncul di satu atau 

lain tempat,namun  untuk selanjutnya berdiam di atas Kemah 

Suci dan hanya dapat ditemukan di sana saja, demikian pula 

jemaat memiliki  wahyu ilahi sebagai pemandunya dari 

sejak awal, sebelum Kitab Suci ditulis.namun  sejak kanon 

Kitab Suci dibuat, jemaat berdiam di dalamnya sebagai Kemah 

Sucinya, dan hanya di sana saja jemaat dapat ditemukan. Se-

perti dalam penciptaan, terang yang dijadikan pada hari per-

tama, berpusat pada matahari pada hari keempat. Terpujilah 

Tuhan atas hukum dan kesaksian ini! 

II. Kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci (ay. 34-35). Shekinah 

sekarang masuk secara dahsyat dan megah ke dalam Kemah 

Suci, dan melalui bagian luarnya ia masuk ke tempat maha 

kudus, sebagai ruang hadirat, dan di sana duduk di antara para 

kerub. Dalam terang dan api, dan (sejauh yang kita tahu) tidak 

dengan cara lain, shekinah menampakkan dirinya. Sebab Tuhan 

yaitu  terang. Tuhan kita yaitu  api yang menghanguskan. De-

ngan semuanya ini Kemah Suci dipenuhi sekarang, namun, 

seperti sebelumnya semak duri tidak dimakan api, demikian pula 

sekarang tirai-tirai itu bahkan tidak menjadi hangus oleh api ini. 

Sebab, bagi orang-orang yang telah menerima urapan, keagungan 

Tuhan yang dahsyat tidak membinasakan mereka. Walaupun demi-

kian, begitu menyilaukannya terang itu, dan begitu mengerikan-

nya api itu, sehingga Musa sendiri pun tidak dapat memasuki 

Kemah Pertemuan. Ia hanya berdiri di depan pintunya, sampai 

kedahsyatan itu sedikit mereda dan kemuliaan Tuhan surut 

dalam tabir (ay. 35). Ini menunjukkan betapa mengerikannya 

kemuliaan dan keagungan Tuhan itu, dan betapa tidak berdayanya 

orang-orang terhebat dan terbaik sekalipun untuk berdiri di 

hadapan-Nya. Terang dan api ilahi, yang muncul dalam kekuatan-

nya yang penuh, sanggup menundukkan kepala yang paling keras 

dan hati yang paling murni sekalipun.namun  apa yang tidak bisa 

dilakukan Musa, sebab  ia tak berdaya oleh daging, telah dilaku-


 592

kan Yesus Tuhan kita, yang oleh Tuhan dibuat datang mendekat, 

dan yang, sebagai Perintis, telah masuk bagi kita, dan mengun-

dang kita untuk datang dengan berani bahkan ke tutup pen-

damaian. Ia mampu masuk ke dalam tempat kudus yang bukan 

buatan tangan manusia (Ibr. 9:24). Bahkan, Ia sendiri yaitu  

Kemah Suci yang sebenarnya, yang dipenuhi dengan kemuliaan 

Tuhan (Yoh. 1:14), bahkan dengan anugerah dan kebenaran ilahi 

yang diperlambangkan oleh api dan terang di Kemah Suci dahulu 

itu. Di dalam Dia shekinah mendapat tempat peristirahatannya 

untuk selama-lamanya, sebab dalam Dialah berdiam secara 

jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan. Terpujilah Tuhan atas 

Yesus Kristus! 

 

 

  

T A F S I R A N  M A T T H E W  H E N R Y  

Kitab 

IMAMAT 

 

  

 

 

 

 

 

 

  

Tafsiran  

Kitab Imamat  

Disertai Renungan Praktis  

idak ada peristiwa-peristiwa sejarah dalam keseluruhan Kitab 

Imamat ini, kecuali catatan mengenai pentahbisan jabatan imam 

dalam pasal 8-9, hukuman terhadap Nadab dan Abihu, yang ditimpa-

kan oleh tangan Tuhan sendiri sebab  mereka mempersembahkan api 

yang asing (ps.10), dan hukuman terhadap anak lelaki Selomit oleh 

tangan pemerintah, sebab  penghujatan (ps. 24). Selebihnya dari 

kitab ini digunakan untuk menjelaskan hukum Taurat, terutama hu-

kum-hukum imamat yang diberikan Tuhan kepada umat Israel melalui 

Musa, mengenai korban-korban dan persembahan-persembahan me-

reka, makanan dan minuman mereka, pelbagai macam pembasuhan, 

dan pelbagai macam hal-hal khusus yang olehnya Tuhan memisahkan 

bangsa itu untuk diri-Nya sendiri, dan membedakan mereka dari 

bangsa-bangsa lain. Semua ini hanyalah bayangan dari perkara-

perkara baik yang akan datang, yang akan diwujudkan dan diganti-

kan oleh Injil Kristus. Kita menyebut kitab ini Imamat Lewi, berasal 

dari kitab Septuaginta, sebab kitab ini memuat berbagai hukum dan 

peraturan Imamat Lewi, sebagaimana disebut dalam Ibrani 7:11, dan 

pelaksanaannya. Orang-orang Lewi terutama diberi tanggung jawab 

untuk mengurus lembaga imamat, baik untuk mengerjakan bagian 

tugas mereka sendiri maupun untuk mengajar bangsa mereka untuk 

mengerjakan kewajiban mereka. Dalam penutup kitab sebelumnya, 

kita sudah membaca tentang pendirian Kemah Suci, yang akan 

dijadikan tempat penyembahan. sebab  kemah itu dibuat menurut 

contoh atau pola, begitu jugalah peraturan-peraturan dan ketetapan-


 596

ketetapan untuk kebaktian itu jadinya, sebab semua ketetapan itu 

harus dijalankan dalam Kemah Suci itu. Dalam semua ketetapan 

Imamat ini, ditetapkan secara khusus seperti saat  Ia menetapkan 

aturan pendirian Kemah Suci, dan oleh sebab  itu semua ketetapan 

Imamat ini harus dipatuhi dengan sangat saksama. Catatan-catatan 

yang ada tentang hukum-hukum yang sudah dihapuskan sangatlah 

bermanfaat bagi kita, untuk meneguhkan iman kita di dalam Yesus 

Kristus, sebab Anak Domba itu telah disembelih sejak dunia dijadikan, 

dan untuk meningkatkan rasa terima kasih kita kepada Allah, yang 

oleh-Nya kita dimerdekakan dari kuk hukum Taurat yang penuh 

upacara saja, dan hidup dalam masa pembaruan. 

 

 

PASAL  1  

itab ini dimulai dengan hukum-hukum mengenai persembahan 

korban, dan yang paling tua yaitu  persembahan bakaran. Ten-

tang persembahan bakaran Tuhan memberi  petunjuk-petunjuk 

kepada Musa dalam pasal ini. Perintah-perintah diberikan di sini me-

ngenai bagaimana korban-korban semacam itu harus ditangani. 

I. Jikalau persembahan itu berupa seekor lembu jantan dari 

kawanannya (ay. 3-9).  

II. Jikalau persembahan itu berupa seekor domba atau kambing 

jantan, seekor anak domba atau anak kambing jantan (ay. 

10-13) 

III. Jikalau persembahan bakaran itu berupa burung tekukur 

atau anak burung merpati (ay. 14-17).  

Apakah persembahan itu sendiri nilainya lebih berharga atau ku-

rang berharga, namun jika dipersembahkan dengan hati yang tulus 

dan sesuai dengan hukum-hukum ini, persembahan itu akan diterima 

Allah.  

Hukum tentang Persembahan 

(1:1-2) 

1 TUHAN memanggil Musa dan berfirman kepadanya dari dalam Kemah 

Pertemuan: 2 “Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: 

jika  seseorang di antaramu hendak mempersembahkan persembahan ke-

pada TUHAN, haruslah persembahanmu yang kamu persembahkan itu dari 

ternak, yakni dari lembu sapi atau dari kambing domba. 

Amatilah di sini,  

1. Sudah menjadi anggapan umum bahwa orang punya kecende-

rungan untuk membawa persembahan kepada Tuhan. Cahaya 


 598

alam  sendiri mengarahkan manusia untuk menghormati Pencip-

tanya, dengan cara tertentu, dan memberi  penghormatan ke-

pada-Nya sebagai Tuhannya. Agama wahyu, menganggap keper-

cayaan agama alamiah sebagai suatu pranata atau lembaga yang 

paling tua dan yang mula-mula. Kejatuhan manusia ke dalam dosa 

mengarahkan manusia untuk memuliakan Tuhan dengan mem-

persembahkan korban. Secara tersirat ini berarti mereka mengakui 

bahwa sebagai makhluk ciptaan, mereka telah menerima semuanya 

dari Allah, dan sebagai orang berdosa mereka telah kehilangan 

semuanya. Hati nurani yang benar-benar yakin akan ketergantung-

an dan rasa bersalah akan rela datang di hadapan Tuhan dengan 

ribuan domba jantan (Mi. 6:6-7). 

2. Ketentuan dibuat supaya manusia tidak memperturuti angan-

angannya, tidak menjadi sia-sia khayalan dan temuan-temuannya 

mengenai korban-korban persembahan mereka. Jangan sampai 

mereka berlagak mau memuliakan Tuhan, padahal justru meng-

hina Dia, dan melakukan sesuatu yang tidak pantas bagi Dia. Oleh 

sebab  itu, segala sesuatu harus diarahkan supaya dilakukan 

dengan segala kepantasan, oleh suatu peraturan tertentu. Dengan 

demikian, korban persembahan itu dapat berarti sepenuhnya, baik 

sebagai korban pendamaian yang agung, yang Kristus harus 

persembahkan dalam kegenapan waktu, maupun sebagai korban 

persembahan rohani untuk mengakui Allah, yang harus dipersem-

bahkan oleh orang-orang percaya sehari-hari.  

3. Tuhan memberi  hukum-hukum itu kepada bangsa Israel mela-

lui Musa. Tidak ada yang lebih sering diulang-ulang dibandingkan  

kalimat ini, TUHAN berfirman kepada Musa kata-Nya, Berbicaralah 

kepada orang Israel. Dapat saja Tuhan berbicara langsung kepada 

orang Israel seperti yang pernah Ia lakukan saat  menyampaikan 

Kesepuluh Perintah itu. Akannamun  Ia lebih memilih untuk me-

nyampaikan hukum-Nya kepada mereka melalui Musa, sebab 

mereka sendiri yang mengingini supaya Tuhan jangan berbicara 

langsung kepada mereka. Dan Tuhan merancang bahwa Musa, 

melebihi semua nabi-nabi lain, menjadi perlambang Kristus, yang 

oleh-Nya pada zaman akhir ini Tuhan berbicara kepada kita (Ibr. 

1:2). Dengan perantaraan nabi-nabi lain, Tuhan mengirim pesan-

pesan kepada umat-Nya,namun  dengan perantaraan Musa Ia 

memberi  hukum-hukum kepada mereka. Oleh sebab  itu 

Musa sangat cocok untuk melambangkan Dia, kepada siapa Bapa 

Kitab Imamat 1:1-2 

 599 

telah memberi  semua penghakiman. Di samping itu, harta 

wahyu ilahi selalu disimpan dalam bejana tanah liat, supaya iman 

kita dapat diuji, dan bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu 

berasal dari Allah. 

4. TUHAN berbicara kepada Musa dari dalam Kemah Pertemuan. 

Segera sesudah  kemuliaan Tuhan mengambil alih tempat tinggal-

Nya yang baru, sebagai tanda penerimaan atas apa yang telah 

dilakukan, Tuhan berbicara dengan Musa dari tutup pendamaian, 

sementara Musa berdiri di luar tabir Kemah Pertemuan, atau 

lebih tepatnya di depan pintu, dan ia hanya mendengar suara 

saja. Dan mungkin juga ia menulis apa yang ia dengar pada saat 

itu, untuk mencegah kesalahan atau ada yang terlewatkan saat 

menyampaikannya. Kemah Pertemuan itu dibangun sebagai tem-

pat persekutuan antara Tuhan dan Israel. Di sanalah, di mana 

mereka menjalankan kebaktian-kebaktian mereka kepada Allah, 

Tuhan mengungkapkan kehendak-Nya kepada mereka. Dengan 

demikian, oleh firman dan doa, kita sekarang memiliki persekutu-

an dengan Bapa, dan Anak-Nya Yesus Kristus (Kis. 6:4). saat  

berbicara dengan Allah, kita harus memiliki hasrat yang kuat 

untuk mendengar sesuatu dari-Nya, dan menganggapnya sebagai 

suatu kemurahan yang besar bahwa Ia berkenan berbicara ke-

pada kita. Tuhan berseru kepada Musa supaya jangan mendekat 

di bawah peraturan itu, bahkan Musa harus menjaga jarak. Ia 

hanya boleh memperhatikan dan mendengarkan apa yang akan 

dikatakan. Para penafsir Yahudi mengatakan kepada kita bahwa 

ada sebuah huruf yang kurang biasa dipakai ada di dalam 

kata bahasa Ibrani yang digunakan untuk menuliskan kata ber-

seru, dan pemakaian huruf ini menunjukkan bahwa Tuhan ber-

bicara dalam suara yang kecil dan tenang. Hukum akhlak diberi-

kan dengan diiringi oleh ancaman yang datang dari sebuah 

gunung yang terbakar dalam bunyi guruh dan kilat.namun  hukum 

persembahan korban yang memulihkan diberikan dengan lebih 

lemah-lembut dari tutup pendamaian, sebab hukum ini  

merupakan perlambang dari kasih karunia Injil, yang menyampai-

kan kehidupan dan damai. 


 600

Hukum tentang Korban Bakaran 

(1:3-9) 

3 Jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah 

ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus membawa-

nya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya TUHAN berkenan akan dia. 4 Lalu ia 

harus meletakkan tangannya ke atas kepala korban bakaran itu, sehingga 

baginya persembahan itu diperkenan untuk mengadakan pendamaian bagi-

nya. 5 lalu  haruslah ia menyembelih lembu itu di hadapan TUHAN, dan 

anak-anak Harun, imam-imam itu, harus mempersembahkan darah lembu 

itu dan menyiramkannya pada sekeliling mezbah yang di depan pintu Kemah 

Pertemuan. 6 lalu  haruslah ia menguliti korban bakaran itu dan memo-

tong-motongnya menurut bagian-bagian tertentu. 7 Anak-anak imam Harun 

haruslah menaruh api di atas mezbah dan menyusun kayu di atas api itu.  

8 Dan mereka harus mengatur potongan-potongan korban itu dan kepala 

serta lemaknya di atas kayu yang sedang menyala di atas mezbah. 9namun  isi 

perutnya dan betisnya haruslah dibasuh dengan air dan seluruhnya itu 

harus dibakar oleh imam di atas mezbah sebagai korban bakaran, sebagai 

korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN. 

Jika seseorang kaya dan mampu, diharapkan bahwa ia akan mem-

bawa korban bakarannya, yang dengannya ia bermaksud untuk 

menghormati Tuhan, yaitu korban yang berasal dari kawanan ternak-

nya yang lebih besar. Orang yang memandang bahwa Tuhan yaitu  

yang terbaik dari segalanya akan memutuskan untuk memberi  

yang terbaik dari yang dimilikinya, kalau tidak, berarti ia tidak mem-

berikan kemuliaan yang seharusnya bagi nama-Nya. Nah, jika ada 

seseorang memutuskan untuk menyembelih seekor lembu jantan, 

bukan untuk perjamuan makan keluarga dan sahabat-sahabatnya 

melainkan untuk korban persembahan bagi Allahnya, maka per-

aturan-peraturan ini harus dipatuhi dengan penuh kesalehan:  

1. Ternak yang akan dipersembahkan haruslah seekor jantan yang 

tidak bercela, dan yang terbaik dari yang ia miliki di padang peng-

gembalaannya. sebab  direncanakan semata-mata untuk meng-

hormati Dia yang sempurna tak terhingga, maka korban itu 

haruslah yang paling sempurna dalam jenisnya. Hal ini menun-

jukkan kekuatan dan kemurnian sempurna yang ada di dalam 

Kristus, korban yang mati itu, dan juga ketulusan hati dan kehi-

dupan tidak tercela yang ada di dalam diri orang-orang Kristen, 

yang dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban-korban yang 

hidup.namun , secara harfiah, di dalam Kristus Yesus tidak ada 

laki-laki dan perempuan, dan juga tidak ada cacat jasmani apa 

pun yang bisa menjadi penghalang bagi kita untuk diterima oleh 

Allah. Cacat dan kerusakan akhlak yang dibawa masuk oleh dosa

Kitab Imamat 1:3-9 

 601 

ke dalam jiwa kita, itulah yang membuat kita tidak berkenan bagi 

Allah.  

2. Pemilik hewan korban itu harus mempersembahkan korban itu 

dengan sukarela. Apa yang dilakukan dalam hal kerohanian su-

paya dapat menyenangkan hati Tuhan haruslah dilakukan tanpa 

paksaan selain kasih. Tuhan menerima orang yang rela dan yang 

memberi dengan sukacita. Henry Ainsworth (seorang rohaniwan 

Inggris abad ketujuh belas – pen.) dan kawan-kawan lainnya me-

mahami hal ini bukan sebagai asas dasar, melainkan sebagai 

tujuan dari persembahan itu: “Haruslah ia mempersembahkan 

korban itu supaya bisa diterima sebagai korban yang menyuka-

kan bagi Tuhan. Haruslah ia merencanakan hal ini bagi dirinya 

sendiri sebagai tujuan dalam membawa korbannya, dan biarlah 

matanya tetap tertuju pada tujuan itu, supaya ia sendiri diterima 

Tuhan.“ Orang-orang yang berkenan kepada-Nya hanyalah mere-

ka yang dengan tulus menginginkan dan merencanakan persem-

bahan itu dalam semua kebaktian ibadah mereka (2Kor. 5:9).  

3. Korban itu harus dipersembahkan di pintu Kemah Pertemuan, 

tempat mezbah tembaga korban bakaran itu berdiri. Hanya di 

tempat ini persembahan itu dikuduskan, dan tidak di tempat lain. 

Ia harus mempersembahkan korban itu di depan pintu, sebagai 

orang yang tidak layak masuk ke dalam Kemah Pertemuan, dan 

mengakui bahwa tidak ada izin masuk bagi orang berdosa ke 

dalam perjanjian dan persekutuan dengan Allah, selain dengan 

persembahan korban. Namun ia harus mempersembahkannya di 

Kemah Pertemuan, sebagai tanda persekutuan-Nya dengan selu-

ruh jemaat Israel, bahkan dalam kebaktian pribadi seperti ini.  

4. Orang yang mempersembahkan haruslah meletakkan tangannya 

ke atas korban bakaran itu (ay. 4). “Ia harus meletakkan kedua 

belah tangannya,” ujar para ahli agama Yahudi, “dengan sekuat 

tenaga, di antara kedua tanduk binatang itu,” yang dengan demi-

kian menandakan,  

(1) Pengalihan semua hak dan kepentingannya yang ada pada 

binatang itu kepada Tuhan dengan sesungguhnya. Dan dengan 

tangannya ia menyerahkan korban itu untuk melayani Dia.  

(2) Sebuah pengakuan bahwa ia pantas mati, dan rela mati jika 

Tuhan menghendaki, untuk melayani kehormatan-Nya, dan 

mendapatkan kemurahan-Nya.  


 602

(3) Sebuah ketergantungan pada korban persembahan, sebagai 

sebuah perlambang yang ditetapkan untuk melambangkan 

sang Korban Agung itu, yang pada diri-Nya kejahatan kita 

semua akan diletakkan.  

Beberapa orang menduga bahwa makna rohani persembahan-

persembahan itu, khususnya upacara yang dilakukan, merupa-

kan apa yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus saat  ia berbicara 

tentang pengajaran penumpangan tangan (Ibr. 6:2), yang melam-

bangkan iman Injili. Penumpangan tangan di atas kepala hewan 

korban oleh orang yang mempersembahkan korban yaitu  untuk 

menunjukkan hasratnya yang kuat dan pengharapannya supaya 

baginya persembahan itu diperkenan untuk mengadakan pen-

damaian baginya. Meskipun korban bakaran itu tidak memiliki  

hubungan dengan dosa tertentu seperti halnya korban penghapus 

dosa, namun korban-korban ini  dipakai untuk mengadakan 

penghapusan dosa secara umum. Dan orang yang menumpang-

kan tangan ke atas kepala korban bakaran itu harus mengakui 

bahwa ia telah mengabaikan apa yang harus dilakukannya dan 

telah melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan, dan 

berdoa bahwa meskipun ia sendiri layak mati, kiranya kematian 

korban persembahannya itu dapat diterima Tuhan untuk menebus 

kesalahannya.  

5. Korban itu haruslah disembelih oleh imam-imam Lewi, di hadap-

an TUHAN, artinya, dengan cara kesalehan yang benar, dan 

dengan mata yang tertuju kepada Tuhan dan kehormatan-Nya. Hal 

ini menandakan bahwa Yesus Tuhan kita akan menjadikan 

nyawa-Nya atau hidup-Nya sebagai korban persembahan untuk 

dosa. Sang Mesias, Sang Raja itu, harus dibunuh sebagai suatu 

korban,namun  bukan untuk diri-Nya sendiri (Dan. 9:26). Hal ini 

juga menunjukkan bahwa dalam diri orang-orang Kristen, yang 

yaitu  korban-korban persembahan yang hidup, bagian yang 

kejam harus dimatikan atau dibunuh, daging disalibkan dengan 

segala hawa nafsu dan keinginannya dan semua selera kehidupan 

yang bersifat kebinatangan.  

6. Imam-imam harus menyiramkan darah lembu itu pada sekeliling 

mezbah itu (ay. 5), sebab darah yaitu  kehidupan, dan darah 

inilah yang membuat pendamaian bagi jiwa. Hal ini menunjukkan 

apa yang secara langsung dan nyata dilakukan oleh Tuhan Yesus 

Kitab Imamat 1:3-9 

 603 

kita dalam mencurahkan darah-Nya untuk memenuhi keadilan 

Bapa-Nya, dan untuk melindungi kehormatan-Nya yang terluka. 

Ia telah mempersembahkan diri-Nya kepada Tuhan sebagai persem-

bahan yang tak bercacat. Hal ini juga menunjukkan penenteram-

an dan pemurnian hati nurani kita oleh pencurahan darah Yesus 

Kristus atas kita melalui iman (1Ptr. 1:2, Ibr. 10:22).  

7. Binatang itu harus dikuliti dan dipotong-potong dengan sepantas-

nya, dan dibagi-bagi menjadi beberapa ruas atau potong, sesuai 

dengan keahlian tukang jagal. Dan lalu , semua potongan 

itu, bersama kepala serta lemaknya (betisnya dan isi perutnya 

haruslah dibasuh dengan air terlebih dahulu), akan dibakar 

bersama-sama di atas mezbah (ay. 6-9). “Tetapi untuk apa,” kata 

beberapa orang, “semua pemborosan ini? Mengapa semua daging 

baik ini, yang dapat diberikan kepada orang-orang miskin, dan 

dapat memenuhi kebutuhan makanan bagi keluarga-keluarga 

mereka yang lapar, dibakar habis menjadi abu?”namun , begitulah 

kehendak Allah, dan bukan hak kita untuk berkeberatan dan 

menemukan kesalahan di dalam ketetapan itu. saat  korban itu 

dibakar untuk menghormati Allah, dalam ketaatan kepada perin-

tah-Nya dan untuk menunjukkan berkat-berkat rohani-Nya, maka 

sungguh-sungguh baik korban itu dipersembahkan. Lagi pula 

binatang korban bakaran itu memenuhi tujuan penciptaannya, 

lebih dari pada digunakan sebagai makanan manusia. Kita jangan 

pernah menganggap sebagai suatu kerugian apa yang dipersem-

bahkan kepada Allah. Pembakaran korban itu menunjukkan 

dahsyatnya kesengsaraan Kristus, dan kasih sayang saleh yang 

menyertai sebagai api yang kudus. Orang-orang percaya harus 

mempersembahkan diri mereka sendiri dengan segenap roh, jiwa, 

dan tubuh mereka kepada Allah.  

8. Hal ini dikatakan sebagai persembahan yang baunya menyenang-

kan, atau kesenangan perhentian bagi TUHAN. Dengan sendirinya 

pembakaran daging itu tidak menyenangkan,namun  semua hal ini 

dilakukan sebagai sebuah tindakan ketaatan kepada perintah 

ilahi, dan sebagai perlambang Kristus, dan hal ini sangat menye-

nangkan hati Allah. Sebab dengan cara ini Ia didamaikan dengan 

orang yang mempersembahkan korban itu, dan Ia sungguh sangat 

berkenan dalam perdamaian itu. Ia beristirahat dan disegarkan 

dengan semua tata ibadah dari kasih karunia-Nya, seperti yang 

pernah dilakukan pada pertama kalinya, dengan berhenti dari 


 604

segala pekerjaan penciptaan-Nya (Kel. 31.17), dan bersukacita di 

dalamnya (Mzm. 104:31). Persembahan diri Kristus sendiri kepada 

Tuhan dikatakan sebagai persembahan dan korban yang harum 

(Ef. 5:2), dan korban-korban rohani orang percaya dikatakan ber-

kenan kepada Tuhan sebab  Yesus Kristus (1Ptr. 2:5).  

Hukum tentang Korban Bakaran 

(1:10-17) 

10 Jikalau persembahannya untuk korban bakaran yaitu  dari kambing 

domba, baik dari domba, maupun dari kambing, haruslah ia mempersem-

bahkan seekor jantan yang tidak bercela. 11 Haruslah ia menyembelihnya 

pada sisi mezbah sebelah utara di hadapan TUHAN, lalu haruslah anak-anak 

Harun, imam-imam itu, menyiramkan darahnya pada mezbah sekelilingnya. 

12 lalu  haruslah ia memotong-motongnya menurut bagian-bagian ter-

tentu, dan bersama-sama kepalanya dan lemaknya diaturlah semuanya itu 

oleh imam di atas kayu yang sedang menyala di atas mezbah. 13 Isi perut dan 

betisnya haruslah dibasuhnya dengan air, dan seluruhnya itu haruslah 

dipersembahkan oleh imam dan dibakar di atas mezbah: itulah korban 

bakaran, suatu korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN. 

14 Jikalau persembahannya kepada TUHAN merupakan korban bakaran dari 

burung, haruslah ia mempersembahkan korbannya itu dari burung tekukur 

atau dari anak burung merpati. 15 Imam harus membawanya ke mezbah, lalu 

memulas kepalanya dan membakarnya di atas mezbah. Darahnya harus 

ditekan ke luar pada dinding mezbah. 16 Temboloknya serta dengan bulunya 

haruslah disisihkan dan dibuang ke samping mezbah sebelah timur, ke tem-

pat abu. 17 Dan ia harus mencabik burung itu pada pangkal sayapnya,namun  

tidak sampai terpisah; lalu imam harus membakarnya di atas mezbah, di 

atas kayu yang sedang terbakar; itulah korban bakaran, suatu korban api-

apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN.” 

Di sini kita membaca hukum mengenai persembahan korban bakar-

an yang berasal dari kawanan kambing domba, dan juga dari unggas. 

Orang-orang dari tingkat menengah, yang tidak begitu mampu mem-

persembahkan seekor lembu jantan, akan membawa seekor domba 

atau kambing. Sementara orang-orang yang sama sekali tidak mam-

pu melakukan hal itu dapat berkenan kepada Tuhan jika membawa 

seekor burung tekukur atau seekor anak burung merpati. Sebab 

Tuhan di dalam Taurat dan Injil-Nya, dan juga di dalam penyeleng-

garaan-Nya, tetap memperhitungkan orang-orang miskin. Dapat di-

amati bahwa makhluk-makhluk kecil yang dipilih sebagai korban 

persembahan itu semuanya yaitu  binatang-binatang yang paling 

lemah lembut, tidak berbahaya dan jinak. Hal ini untuk menggam-

barkan ketidakbersalahan dan kelemahlembutan yang ada pada diri 

Kristus, dan untuk mengajarkan tentang kemurnian dan kelemah-

Kitab Imamat 1:10-17 

 605 

lembutan yang harus ada dalam pribadi-pribadi orang Kristen. Petun-

juk-petunjuk diberikan di sini,  

1. Mengenai persembahan-persembahan bakaran dari kawanan itu, 

(ay. 10). Tata cara untuk menangani korban-korban ini banyak 

samanya dengan tata cara menangani lembu-lembu jantan. Yang 

berbeda hanyalah bahwa korban-korban ini diperintahkan supaya 

disembelih pada sisi mezbah sebelah utara. Walaupun hanya 

disebut di sini saja, sisi mezbah sebelah utara ini mungkin juga 

dilakukan terhadap korban-korban sebelumnya dan korban-kor-

ban persembahan  lainnya. Kemungkinan di sisi mezbah itu ada 

ruang kosong yang paling luas, dan ada ruang bagi imam-imam 

untuk menyerahkan korban itu. Sudah lama diamati bahwa cuaca 

cerah datang dari utara, dan bahwa angin utara membawa hujan, 

dan oleh pengorbanan-pengorbanan ini, badai murka Tuhan dise-

rakkan, dan terang perkenan Tuhan diperoleh, yang lebih menye-

nangkan dari pada cuaca yang paling terang dan cerah sekalipun.  

2. Mengenai korban unggas-unggas itu. Korban persembahan itu ha-

ruslah salah satu dari burung tekukur atau dari burung merpati 

(dan kalau begitu haruslah burung tekukur dewasa, tutur orang-

orang Yahudi), atau kalau burung merpati haruslah anak burung 

merpati. Apa yang paling dapat diterima di atas meja makan 

manusia harus dibawa ke mezbah Allah. Dalam persembahan 

unggas-unggas ini, 

(1) Kepala unggas ini harus dipulas “sampai mati” kata beberapa 

orang. Sebagian orang lain mengira hanya ditekan keras-keras 

dengan ibu jari, hanya untuk membunuh burung itu, dan 

kepalanya masih dibiarkan tergantung pada tubuhnya. Na-

mun, tampaknya besar kemungkinan antara kepala dan tubuh 

burung itu dipisahkan sama sekali, sebab  kepalanya harus 

dibakar terlebih dahulu. 

(2) Darahnya harus ditekan ke luar pada dinding mezbah. 

(3) Sampah dengan bulu-bulu burung itu haruslah dibuang ke 

tempat sampah.  

(4) Tubuh burung itu harus dibuka, ditaburi garam, lalu  di-

bakar di atas mezbah. “Pengorbanan burung-burung ini,” ujar 

orang-orang Yahudi, “merupakan salah satu pelayanan paling 

sulit yang harus dilakukan para imam,” untuk mengajar orang-

orang yang melayani perkara-perkara kudus supaya bersama-


 606

sama menginginkan keselamatan orang miskin sebagaimana 

keselamatan orang kaya, dan bahwa kebaktian-kebaktian 

orang miskin juga dapat berkenan bagi Tuhan sebagaimana 

kebaktian-kebaktian orang-orang kaya. Sebab, jika pengorban-

an itu datang dari hati yang tulus, Ia menerima berdasar  

apa yang ada pada orang itu, dan tidak berdasar  apa yang 

tidak ada pada orang itu (2Kor. 8:12). Burung-burung tekukur 

atau anak-anak burung merpati itu, dikatakan di sini menjadi 

suatu persembahan korban api-apian yang baunya menyenang-

kan, sama seperti persembahan korban seekor lembu sapi 

atau lembu jantan yang memiliki  tanduk atau kuku. Na-

mun, bagaimanapun juga, mengasihi Tuhan dengan segenap 

hati, dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri yaitu  

jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban 

sembelihan (Mrk. 12:33).  

 

 

 

 

 

 

PASAL  2  

Dalam pasal ini diceritakan tentang hukum korban sajian.  

I. Bahan yang digunakan. Entah tepung mentah dengan mi-

nyak dan kemenyan (ay. 1), atau dibakar di dalam pembakar-

an roti (ay. 4), atau dipanggang di atas panggangan (ay. 5-6), 

ataupun dimasak di dalam wajan (ay. 7). 

II. Penyelenggaraan korban sajian itu, entah tepung (ay. 2-3), 

ataupun roti (ay. 8-10). 

III. Peraturan khusus tentang korban sajian itu, bahwa ragi dan 

madu janganlah pernah ditambahkan ke dalamnya (ay. 11-

12), dan penambahan garam janganlah pernah dilalaikan 

dari korban sajian (ay. 13). 

IV. Hukum mengenai mempersembahkan korban sajian dari 

hulu hasil dalam bentuk gandum (ay. 14, dst.). 

Hukum tentang Korban Sajian 

(2:1-10) 

1 “jika  seseorang hendak mempersembahkan persembahan berupa kor-

ban sajian kepada TUHAN, hendaklah persembahannya itu tepung yang 

terbaik dan ia harus menuangkan minyak serta membubuhkan kemenyan ke 

atasnya. 2 Lalu korban itu harus dibawanya kepada anak-anak Harun, imam-

imam itu. sesudah  diambil dari korban itu tepung segenggam dengan minyak 

beserta seluruh kemenyannya, maka imam haruslah membakar semuanya 

itu di atas mezbah sebagai bagian ingat-ingatan korban itu, sebagai korban 

api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN. 3 Korban sajian selebih-

nya yaitu  teruntuk bagi Harun dan anak-anaknya, yakni bagian maha 

kudus dari segala korban api-apian TUHAN. 4 jika  engkau hendak mem-

persembahkan persembahan berupa korban sajian dari apa yang dibakar di 

dalam pembakaran roti, haruslah itu dari tepung yang terbaik, berupa roti 

bundar yang tidak beragi, yang diolah dengan minyak, atau roti tipis yang 

tidak beragi, yang diolesi dengan minyak. 5 Jikalau persembahanmu merupa-

kan korban sajian dari yang dipanggang di atas panggangan, haruslah itu 


 608

dari tepung yang terbaik, diolah dengan minyak, berupa roti yang tidak bera-

gi. 6 Korban itu harus dipotong-potong, lalu kautuangkanlah minyak ke atas-

nya; itulah korban sajian. 7 Jikalau persembahanmu merupakan korban saji-

an dari yang dimasak di dalam wajan, haruslah itu diolah dari tepung yang 

terbaik bersama-sama minyak. 8 Maka korban sajian yang diolah menurut 

salah satu cara itu haruslah kaupersembahkan kepada TUHAN, yakni harus 

disampaikan kepada imam, yang membawanya ke mezbah. 9 lalu  imam 

harus mengkhususkan dari korban sajian itu bagian ingat-ingatannya lalu 

membakarnya di atas mezbah sebagai korban api-apian yang baunya menye-

nangkan bagi TUHAN. 10 Korban sajian selebihnya yaitu  bagian Harun dan 

anak-anaknya, yakni bagian maha kudus dari segala korban api-apian 

TUHAN! 

Ada beberapa korban sajian yang dipersembahkan hanya sebagai 

tambahan kepada korban bakaran yang dipersembahkan tetap tiap-

tiap hari (Kel. 29:38-39), dan juga kepada korban keselamatan. Kor-

ban sajian ini diberikan bersama dengan korban curahannya (lihat 

Bil. 15:4, 7, 9-10), dan jumlahnya ditentukan dalam ayat-ayat ter-

sebut. Akannamun , hukum dalam pasal ini berbicara mengenai 

ketetapan korban sajian yang dipersembahkan terpisah, kapanpun 

seseorang merasa perlu untuk menyatakan ibadahnya. Persembahan 

pertama yang kita baca di Kitab Suci yaitu  persembahan semacam 

ini (Kej. 4:3): Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu 

kepada TUHAN sebagai korban persembahan. 

I.  Persembahan korban sajian ditetapkan,  

1. Untuk menjangkau orang miskin, dan kemampuan mereka, 

sehingga orang-orang yang hidup hanya dari roti dan kue-kue 

pun dapat mempersembahkan persembahan yang berkenan 

kepada Allah, yang mereka ambil dari makanan rumah mereka 

sehari-hari. Dan dengan membawa persembahan ke mezbah 

Allah, seperti janda di Zarfat itu memberi kepada nabi Elia, roti 

bundar kecil pertamanya, sehingga ia memperoleh berkat yang 

sebesar itu atas segenggam tepung dalam tempayan dan 

minyak dalam buli-buli, persediaannya tidak akan kurang.  

2. Sebagai pengakuan yang layak diberikan atas rahmat Tuhan 

kepada mereka dalam menyediakan makanan bagi mereka. 

Korban ini bagaikan pembayaran uang sewa kecil, yang 

dengan memberi nya, mereka menyatakan ketergantungan 

mereka kepada Allah, rasa syukur mereka kepada-Nya, dan 

juga pengharapan mereka kepada-Nya sebagai tuan mereka 

dan pemelihara mereka yang murah hati. Sebab, Dialah yang 

memberi  kehidupan, dan napas, dan makanan yang diper-

Kitab Imamat 2:1-10 

 609 

lukan kepada semua orang. Oleh sebab itu, mereka harus 

memuliakan Tuhan dengan harta mereka, dan, sebagai tanda 

mereka makan dan minum untuk kemuliaan-Nya, mereka 

harus memisahkan sebagian makanan dan minuman mereka 

bagi pelayanan-Nya di sekitar mereka. Orang-orang yang saat 

ini, dengan hati yang memberi dan penuh syukur, membagi 

makanan mereka kepada yang lapar, dan menyediakan keper-

luan orang-orang yang kekurangan makanan sehari-hari, dan 

saat  mereka sendiri makan makanan yang enak dan minum 

minuman yang manis, mengirimkan sebagiannya kepada me-

reka yang tidak memiliki apa-apa, mempersembahkan kepada 

Tuhan korban sajian yang berkenan. Nabi Yoel meratapinya 

sebagai salah satu akibat kelaparan yang paling dahsyat bah-

wa, sebab  kelaparan, korban sajian dan korban curahan su-

dah lenyap dari rumah Tuhan (Yl. 1:9). Dan nabi Yoel meng-

anggapnya sebagai berkat kelimpahan yang dahsyat bahwa 

kedua korban ini dipulihkan kembali (Yl. 2:14). 

II. Hukum korban sajian ini yaitu  sebagai berikut: 

1. Bahan-bahan yang dipersembahkan haruslah selalu tepung 

dan minyak yang terbaik, dua hasil pokok tanah Kanaan (Ul. 

8:8). Minyak bagi mereka saat itu sama dengan mentega atau 

minyak goreng bagi kita sekarang. Jika dipersembahkan begi-

tu saja, minyak itu harus dituangkan ke atas tepung (ay. 1). 

Jika dimasak, minyak itu harus dicampur dengan tepung (ay. 

4, dst.) 

2. Jika tepung itu tidak dimasak, selain minyak, kemenyan harus 

dibubuhkan di atasnya, yang nantinya akan dibakar bersama-

sama dengan tepung itu (ay. 1-2), untuk memberi bau yang 

menyenangkan pada mezbah. Sesuai dengan kiasan ini, pela-

yan Injil dikatakan menjadi bau yang harum bagi Tuhan (2Kor. 

2:15). 

3. Jika dimasak, korban itu dapat disiapkan dengan beberapa 

cara. Pemberi persembahan dapat membakarnya, atau me-

manggangnya, atau mencampur tepung dan minyak itu di atas 

pinggan, untuk membuat penganan yang sesuai dengan 

ketentuan yang ditetapkan tentang Kemah Suci. Hukum ini 

sangat teliti, bahkan dalam mengatur persembahan yang pa-

ling sederhana atau murah, untuk menunjukkan bahwa Tuhan 


 610

mengakui dan menerima ibadah saleh yang dilakukan dengan 

hati yang taat, sekalipun oleh umat-Nya yang miskin.  

4. Korban itu harus disampaikan oleh pemberi persembahan 

kepada imam, yang ditugaskan untuk membawanya kepada 

Tuhan (ay. 8), sebab  para imamlah yang mewakili Tuhan dalam 

menerima korban, dan yang ditetapkan untuk mempersem-

bahkan korban. 

5. Sebagian dari korban itu haruslah dibakar di atas mezbah, se-

bagai bagian ingat-ingatan atau kenangan, yaitu sebagai tanda 

mereka mengakui kasih karunia Tuhan kepada mereka, yang 

dengan melimpah menyediakan segala sesuatu untuk mereka 

nikmati. Itulah korban api-apian (ay. 2, 9). Terbakarnya korban 

itu oleh api akan mengingatkan mereka bahwa layaklah bagi 

mereka jika semua hasil bumi mereka terbakar habis, dan 

bahwa sebab  rahmat Tuhan-lah hal itu tidak terjadi. Mereka 

juga akan belajar bahwa makanan yaitu  untuk perut dan 

perut untuk makanan:namun  kedua-duanya akan dibinasakan 

Tuhan (1Kor. 6:13), dan bahwa manusia hidup bukan dari roti 

saja. Korban api-apian ini dikatakan menjadi korban yang 

baunya menyenangkan bagi Tuhan. Demikianlah persembahan 

rohani kita, yang dibakar dengan api kasih yang kudus, ter-

utama sedekah kita, yang dikatakan sebagai suatu persembah-

an yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan 

kepada Tuhan (Flp. 4:18), dan korban-korban yang demikianlah 

yang berkenan kepada Tuhan (Ibr. 13:16). 

6. Selebihnya dari korban sajian itu haruslah diberikan kepada 

para imam (ay. 3, 10). Inilah bagian mahakudus, bukan untuk 

dimakan oleh yang memberi persembahan, seperti halnya kor-

ban keselamatan (yang sekalipun kudus,namun  bukan maha-

kudus),namun  hanya boleh dimakan oleh para imam, dan 

keluarganya. Demikianlah Tuhan menetapkan bahwa orang-

orang yang melayani mezbah mendapat bagian mereka dari 

mezbah itu, dan hidup dengan tenteram. 

Hukum tentang Korban Sajian  

(2:11-16) 

11 Suatu korban sajian yang kamu persembahkan kepada TUHAN janganlah 

diolah beragi, sebab  dari ragi atau dari madu tidak boleh kamu membakar

Kitab Imamat 2:11-16 

 611 

sesuatupun sebagai korban api-apian bagi TUHAN. 12namun  sebagai persem-

bahan dari hasil pertama boleh kamu mempersembahkannya kepada TU-

HAN, hanya janganlah dibawa ke atas mezbah menjadi bau yang menyenang-

kan. 13 Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah 

kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari kor-

ban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan 

garam. 14 Jikalau engkau hendak mempersembahkan korban sajian dari hulu 

hasil kepada TUHAN, haruslah engkau mempersembahkan bulir gandum 

yang dipanggang di atas api, emping gandum baru, sebagai korban sajian 

dari hulu hasil gandummu. 15 Haruslah kaububuh minyak dan kautaruh 

kemenyan ke atasnya; itulah korban sajian. 16 Haruslah imam membakar 

sebagai ingat-ingatannya, sebagian dari emping gandumnya dan minyaknya 

beserta seluruh kemenyannya sebagai korban api-apian bagi TUHAN.” 

Di sini, 

I.  Ragi dan madu tidak boleh ditambahkan ke dalam setiap korban 

sajian mereka: sebab  dari ragi atau dari madu tidak boleh kamu 

membakar sesuatu pun sebagai korban api-apian bagi TUHAN (ay. 

11). 

1. Ragi dilarang sebagai peringatan akan roti tidak beragi yang 

mereka makan saat keluar dari Mesir. Begitu banyak yang 

harus dilakukan dalam persembahan korban mereka sehingga 

tidak sesuai jika mereka harus menunggu roti itu memuai oleh 

ragi. Perjanjian Baru menyamakan kesombongan dan kemuna-

fikan dengan ragi, sebab  keduanya membuat orang mem-

bes


Related Posts:

  • keluaran imamat 18 ujung tutup dada. 18 Kedua ujung lain dari kedua untai berjalin itu dipasang merekalah pada kedua ikat emas itu, demikianlah dipasang pada tutup bahu baju efod, di sebelah depannya. 19 Dibuat mereka-lah dua ge… Read More