dari satu kali, dan mungkin lebih sering pada hari
pertama minggu itu.
(2) “Apakah kamu memiliki kesempatan untuk mengudus-
kannya dalam pertemuan kudus atau tidak, hendaklah itu
menjadi sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu.
874
Buatlah perbedaan antara hari itu dan hari-hari lain dalam
keluargamu. Itu yaitu hari sabat bagi TUHAN, hari di
mana Ia beristirahat dari karya penciptaan, dan hari di
mana Ia telah menetapkan kita untuk beristirahat. Biarlah
hari itu dijalani di segala tempat kediamanmu, bahkan
sekarang saat kamu tinggal di tenda-tenda.” Perhati-
kanlah, hari-hari Sabat Tuhan harus diperingati dengan ber-
ibadah di setiap rumah pribadi, oleh setiap keluarga secara
sendiri-sendiri, dan juga oleh banyak keluarga secara ber-
sama-sama dalam pertemuan-pertemuan kudus. Hari Sabat
Tuhan di tempat kediaman kita akan menjadi keindahan,
kekuatan, dan keamanan bagi tempat kediaman kita. Hari
Sabat itu akan menguduskan, membangun, dan memulia-
kan tempat kediaman kita.
Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi
(23:4-14)
4 Inilah hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN, hari-hari pertemuan kudus,
yang harus kamu maklumkan masing-masing pada waktunya yang tetap.
5 Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu, pada
waktu senja, ada Paskah bagi TUHAN. 6 Dan pada hari yang kelima belas
bulan itu ada hari raya Roti Tidak Beragi bagi TUHAN; tujuh hari lamanya
kamu harus makan roti yang tidak beragi. 7 Pada hari yang pertama kamu
harus mengadakan pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu
pekerjaan berat. 8 Kamu harus mempersembahkan korban api-apian kepada
TUHAN tujuh hari lamanya; pada hari yang ketujuh haruslah ada pertemuan
kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat.” 9 TUHAN
berfirman kepada Musa: 10 “Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan
kepada mereka: jika kamu sampai ke negeri yang akan Kuberikan kepa-
damu, dan kamu menuai hasilnya, maka kamu harus membawa seberkas
hasil pertama dari penuaianmu kepada imam, 11 dan imam itu haruslah
mengunjukkan berkas itu di hadapan TUHAN, supaya TUHAN berkenan akan
kamu. Imam harus mengunjukkannya pada hari sesudah sabat itu. 12 Pada
hari kamu mengunjukkan berkas itu kamu harus mempersembahkan seekor
domba berumur setahun yang tidak bercela, sebagai korban bakaran bagi
TUHAN, 13 serta dengan korban sajiannya dari dua persepuluh efa tepung
yang terbaik, diolah dengan minyak, sebagai korban api-apian bagi TUHAN
yakni bau yang menyenangkan, serta dengan korban curahannya dari
seperempat hin anggur. 14 Sampai pada hari itu juga janganlah kamu makan
roti, atau bertih gandum atau gandum baru, sampai kamu telah membawa
persembahan Allahmu; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagi
kamu turun-temurun di segala tempat kediamanmu.
Di sini sekali lagi perayaan-perayaan itu disebut sebagai hari-hari
raya yang ditetapkan TUHAN, sebab Ia menetapkannya. Pesta Yero-
Kitab Imamat 23:4-14
beam, yang direncanakannya dalam hatinya sendiri (1Raj. 12:33),
merupakan penghinaan bagi Allah, dan cela atas bangsanya. Peraya-
an-perayaan ini harus dimaklumkan masing-masing pada waktunya
yang tepat (ay. 4), dan waktu-waktu yang dipilih Tuhan untuknya
yaitu di bulan Maret, Mei, dan September menurut perhitungan kita
sekarang. Bukan di musim dingin, sebab perjalanan pada waktu itu
akan tidak nyaman, saat siang hari berlangsung singkat, dan jalan-
jalan susah dilewati. Bukan di pertengahan musim panas, sebab
pada waktu itu di negeri-negeri itu mereka sedang mengumpulkan
panen dan buah anggur, dan tidak baik bagi mereka untuk diminta
meninggalkan urusan negeri mereka. Dengan demikian, Tuhan dengan
penuh rahmat memperhitungkan juga kenyamanan kita dalam
ketetapan-ketetapan-Nya. Dan dengan begitu Ia mewajibkan kita
untuk secara saleh memberi perhatian pada kemuliaan-Nya saat
kita menjalankan ketetapan-ketetapan-Nya, dan tidak mengeluhkan-
nya sebagai beban. Upacara-upacara khidmat yang ditetapkan bagi
mereka yaitu ,
1. Banyak dan sering diulang, yang dimaksudkan untuk memelihara
dalam diri mereka kesadaran yang mendalam akan Tuhan dan
agama, dan untuk mencegah kecenderungan mereka pada takha-
yul-takhayul bangsa kafir. Tuhan membuat mereka tetap terpusat
untuk melayani-Nya, supaya mereka tidak memiliki waktu
untuk mendengarkan godaan-godaan dari lingkungan sekitar
tempat tinggal mereka yang suka menyembah berhala.
2. Sebagian besar dari ketetapan-ketetapan itu yaitu saat-saat
untuk bersukacita dan bergembira. Hari Sabat mingguan yaitu
ketetapan yang demikian, dan semua upacara khidmat tahunan
mereka, kecuali hari Pendamaian. Tuhan dengan demikian hendak
mengajar mereka bahwa jalan-jalan hikmat yaitu jalan yang
menyenangkan, dan mengajak mereka untuk melayani-Nya de-
ngan mendorong mereka untuk bergembira di dalamnya dan
bernyanyi dalam pekerjaan mereka. Ada tujuh hari untuk hari-
hari istirahat yang ketat dan pertemuan-pertemuan kudus. Yaitu,
hari pertama dan hari ketujuh dari hari raya roti tidak beragi, hari
Pentakosta, hari raya meniup serunai, hari pertama dan hari
kedelapan dari hari raya Pondok Daun, dan hari Pendamaian. Di
sini ada enam hari untuk sukacita kudus dan hanya satu hari
untuk perkabungan kudus. Kita diperintahkan untuk bersukacita
senantiasa,namun tidak untuk menangis senantiasa. Di sini ada,
876
I. Pengulangan dari hukum Paskah, yang harus dilaksanakan pada
tanggal empat belas bulan pertama, untuk memperingati pembe-
basan mereka dari Mesir dan perlindungan yang istimewa terha-
dap anak sulung mereka, rahmat-rahmat yang tidak pernah boleh
dilupakan. Perayaan ini harus dimulai dengan menyembelih anak
domba Paskah (ay. 5). Perayaan itu harus berlanjut selama tujuh
hari, dan selama waktu itu mereka harus makan roti hambar,
yang tidak beragi (ay. 6), dan hari pertama dan hari terakhir dari
tujuh hari itu harus menjadi hari perhentian kudus dan pertemu-
an kudus (ay. 7-8). Hari-hari itu bukanlah hari-hari santai yang
dihabiskan dengan bermain-main dan bertamasya (seperti banyak
orang yang disebut sebagai orang-orang Kristen menghabiskan
hari-hari libur mereka),namun korban api-apian dipersembahkan
kepada TUHAN di mezbah-Nya. Dan beralasan bagi kita untuk
berpikir bahwa umat diajar memakai waktu mereka pada
hari itu untuk berdoa, memuji, dan merenung dengan saleh.
II. Perintah untuk mempersembahkan seberkas hasil pertama, pada
hari kedua dari hari raya roti tidak beragi. Hari pertama disebut
hari Sabat, sebab hari itu dijalankan sebagai hari Sabat (ay. 11),
dan, pada keesokan harinya, mereka menjalankan upacara khid-
mat ini. Seberkas atau segenggam gandum baru dibawa kepada
imam, yang harus mengangkatnya, sebagai tanda bahwa ia mem-
persembahkannya kepada Tuhan di sorga, dan mengunjukkannya
di hadapan Tuhan, sebagai Tuhan semesta alam. Dan ini harus
diterima bagi mereka sebagai pengakuan yang penuh syukur atas
rahmat Tuhan kepada mereka dalam menyelimuti ladang-ladang
mereka dengan gandum, dan atas kebergantungan mereka pada
Allah, dan keinginan terhadap-Nya, untuk memelihara gandum
itu bagi keperluan mereka. Sebab pengakuan itu yaitu ungkap-
an dari doa dan juga pujian (ay. 11). Seekor anak domba sebagai
korban bakaran harus dipersembahkan bersamanya (ay. 12).
Sama seperti korban binatang pada umumnya disertai dengan
korban sajian, demikian pula korban gandum ini disertai dengan
korban bakaran, supaya roti dan daging ditempatkan bersama-
sama di atas meja Allah. Mereka dilarang memakan gandum baru
mereka sampai segenggam hasil pertama ini dipersembahkan
kepada Allah. Sebab sudah sepantasnya, jika Tuhan dan Israel ber-
pesta bersama-sama, Tuhan yang harus dilayani terlebih dahulu.
Kitab Imamat 23:4-14
877
Dan persembahan seberkas hasil pertama atas nama seluruh
jemaat ini benar-benar, seperti tampaknya, menguduskan seluruh
panen mereka bagi mereka, dan memberi mereka penghiburan
dalam memakai hasil panen selebihnya. Sebab kita akan
dapat makan roti kita dengan sukaria jika kita sudah, dalam
ukuran tertentu, melaksanakan kewajiban kita kepada Allah, dan
Tuhan sudah berkenan pada pekerjaan-pekerjaan kita. Sebab
dengan demikian semua kenikmatan kita menjadi layak bagi kita.
Nah,
1. Hukum ini diberikan sekarang, meskipun tidak ada keperluan
untuk melaksanakannya sampai mereka tiba di Kanaan nanti.
Di padang gurun mereka tidak menabur gandum.namun
sebab Tuhan memberi mereka makan di sana dengan roti dari
langit, maka mereka tidak boleh menggerutu kepada-Nya
sesudah itu saat Ia memberi mereka roti dari bumi. Kita
mendapati bahwa saat mereka tiba di Kanaan, manna ber-
henti tepat pada hari seberkas hasil pertama ini dipersembah-
kan. Mereka sudah makan gandum yang lama sehari sebelum-
nya (Yos. 5:11), dan lalu pada hari ini mereka memper-
sembahkan hasil-hasil pertama, yang olehnya mereka menjadi
berhak atas gandum baru juga (ay. 12), sehingga manna tidak
diperlukan lagi.
2. Seberkas hasil pertama ini yaitu perlambang akan Yesus
Tuhan kita, yang telah bangkit dari antara orang mati sebagai
yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (1Kor.
15:20). Tunas yang ditumbuhkan TUHAN itu (Yes. 4:2) pada
waktu itu dipersembahkan kepada-Nya, sebagai hasil dari per-
sembahan korban diri-Nya sendiri, Anak Domba Allah, dan
korban itu diterima untuk kita. Dapat diamati dengan sangat
jelas bahwa Yesus Tuhan kita bangkit dari antara orang mati
tepat pada hari saat hasil pertama dipersembahkan, untuk
menunjukkan bahwa Ia yaitu wujud sebenarnya dari ba-
yangan ini.
3. Kita diajar oleh hukum ini untuk memuliakan TUHAN dengan
harta kita, dan dengan hasil pertama dari segala penghasilan
kita (Ams. 3:9). Mereka tidak boleh memakan gandum baru
mereka sampai bagian Tuhan dari gandum baru itu dipersem-
bahkan kepada-Nya (ay. 14). Sebab kita harus selalu memulai
dengan Allah, memulai hidup kita dengan-Nya, memulai setiap
hari dengan-Nya, memulai setiap makanan dengan-Nya, memu-
lai setiap perkara dan urusan dengan-Nya. Carilah dahulu kera-
jaan Allah.
Hari Raya Pentakosta atau Tujuh Minggu
(23:15-22)
15 lalu kamu harus menghitung, mulai dari hari sesudah sabat itu,
yaitu waktu kamu membawa berkas persembahan unjukan, harus ada genap
tujuh minggu; 16 sampai pada hari sesudah sabat yang ketujuh kamu harus
hitung lima puluh hari; lalu kamu harus mempersembahkan korban sajian
yang baru kepada TUHAN. 17 Dari tempat kediamanmu kamu harus mem-
bawa dua buah roti unjukan yang harus dibuat dari dua persepuluh efa
tepung yang terbaik dan yang dibakar sesudah dicampur dengan ragi sebagai
hulu hasil bagi TUHAN. 18 Beserta roti itu kamu harus mempersembahkan
tujuh ekor domba berumur setahun yang tidak bercela dan seekor lembu
jantan muda dan dua ekor domba jantan; semuanya itu haruslah menjadi
korban bakaran bagi TUHAN, serta dengan korban sajiannya dan korban-
korban curahannya, suatu korban api-apian yang baunya menyenangkan
bagi TUHAN. 19 lalu kamu harus mempersembahkan seekor kambing
jantan sebagai korban penghapus dosa, dan dua ekor domba yang berumur
setahun sebagai korban keselamatan. 20 Imam harus mengunjukkan semua-
nya beserta roti hulu hasil itu sebagai persembahan unjukan di hadapan
TUHAN, beserta kedua ekor domba itu. Semuanya itu haruslah menjadi
persembahan kudus bagi TUHAN dan yaitu bagian imam. 21 Pada hari itu
juga kamu harus mengumumkan hari raya dan kamu harus mengadakan
pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat;
itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya di segala tempat kediamanmu
turun-temurun. 22 Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah
kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kaupungut
apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semuanya itu harus kautinggalkan
bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.”
Di sini ada penetapan hari raya Pentakosta, atau hari raya Tujuh
Minggu, seperti yang disebut dalam Ulangan 16:10, sebab hari itu
dirayakan lima puluh hari, atau tujuh minggu, sesudah Paskah. Hari
itu juga disebut hari raya menuai (Kel. 23:16). Sebab sama seperti
persembahan seberkas hasil pertama yaitu pembuka hasil panen,
dan memberi mereka kebebasan untuk memakai sabit, demikian
pula mereka menyelesaikan panen gandum mereka dengan khidmat
pada perayaan ini.
1. Sebelum ini mereka mempersembahkan segenggam bulir jelai,
sekarang mereka mempersembahkan dua buah roti unjukan (ay.
17). Roti ini beragi. Pada hari Paskah mereka memakan roti tidak
beragi, sebab perayaan itu bertujuan untuk mengingat roti yang
mereka makan saat mereka keluar dari Mesir, yang tidak beragi.
Kitab Imamat 23:15-22
879
Tetapi sekarang pada hari Pentakosta, roti itu beragi, sebab pera-
yaan ini bertujuan untuk mengakui kebaikan Tuhan kepada mere-
ka dalam memberi makanan sehari-hari kepada mereka, yang
beragi.
2. Bersama dengan seberkas hasil pertama itu mereka hanya mem-
persembahkan satu domba sebagai korban bakaran,namun ber-
sama dengan roti-roti dari hulu hasil ini mereka mempersembah-
kan tujuh ekor domba, dua ekor domba jantan, dan satu ekor
lembu jantan, semuanya untuk korban bakaran. Dan dengan
demikian mereka memberi kemuliaan kepada Allah, sebagai
Tuhan atas negeri mereka dan Tuhan atas panen mereka, yang
dengan perkenanan-Nya mereka hidup dan untuk itu mereka
sepatutnya memuji-muji Dia selama hidup. Mereka juga memper-
sembahkan seekor kambing jantan sebagai korban penghapus
dosa. Dan dengan demikian mereka menanggung cela ke atas diri
mereka sendiri sebagai orang yang tidak layak untuk roti yang
mereka makan. Dan mereka memohon pengampunan atas dosa-
dosa mereka, yang telah menyebabkan panen atas segala rahmat
terambil dari mereka dan yang dengannya mereka bersalah saat
menerima belas kasihan-Nya. Dan yang terakhir, dua ekor domba
sebagai korban keselamatan, untuk memohon berkat atas gan-
dum yang sudah mereka kumpulkan, yang tidak akan terasa
nyaman dan manis bagi mereka tanpa berkat itu (Hag. 1:9). Ini
sajalah korban-korban keselamatan yang dipersembahkan atas
nama seluruh jemaat, dan korban-korban itu dipandang sebagai
persembahan-persembahan yang mahakudus, sedang korban-
korban keselamatan lain hanya dipandang sebagai persembahan-
persembahan yang kudus. Semua persembahan ini ditetapkan di
sini (ay. 18-20).
3. Bahwa satu hari harus diperingati dengan pertemuan kudus (ay.
21). Itu yaitu salah satu hari di mana seluruh Israel harus ber-
jumpa dengan Tuhan dan dengan satu sama lain, di tempat yang
dipilih Tuhan sendiri. Sebagian penafsir mengemukakan bahwa,
sementara ada tujuh hari yang ditetapkan untuk merayakan hari
raya roti tidak beragi, maka hanya ada satu hari yang ditetapkan
untuk hari raya Pentakosta. Sebab ini yaitu saat yang sibuk
pada tahun itu bagi mereka, dan Tuhan memperbolehkan mereka
untuk cepat-cepat kembali pada pekerjaan mereka di negeri mere-
ka. Perayaan tahunan ini ditetapkan untuk memperingati pem-
berian hukum Taurat di atas gunung Sinai, hari kelima puluh
sesudah mereka keluar dari Mesir. Itulah hari raya yang diberi-
tahukan kepada mereka di Mesir untuk mereka rayakan bagi
Tuhan di padang gurun, dan sebagai peringatan akan hal itu, mere-
ka akan senantiasa memelihara perayaan ini.namun titik akhir
dan kesempurnaan dari perayaan ini yaitu pencurahan Roh ke
atas para rasul pada hari raya ini (Kis. 2:1), yang di dalamnya
hukum iman diberikan, lima puluh hari sesudah Kristus, Anak
Domba Paskah kita, dikorbankan untuk kita. Dan pada hari itu
(seperti yang diungkapkan dengan baik oleh uskup Patrick) para
rasul, sesudah mereka sendiri menerima karunia sulung Roh, mela-
hirkan tiga ribu jiwa, melalui firman kebenaran, dan mempersem-
bahkan mereka, sebagai hasil pertama dari jemaat Kristen,
kepada Tuhan dan Anak Domba.
Ketetapan hari raya Pentakosta ini juga ditambah dengan pengu-
langan akan hukum yang sudah kita dapati sebelumnya (19:9), yang
olehnya mereka diminta untuk membiarkan apa yang ketinggalan di
ladang-ladang mereka, dan gandum yang tumbuh di tepi-tepi ladang,
untuk orang miskin (ay. 22). Ada kemungkinan hal ini diselipkan di
sini sebagai kesempatan kepada para imam untuk mengingatkan
umat mengenai hal ini , saat mereka membawa hasil pertama
mereka. Ini menyiratkan kepada mereka bahwa ketaatan bahkan
dalam perkara kecil ini yaitu lebih baik dibandingkan mempersembah-
kan korban, dan bahwa, kecuali mereka taat, persembahan-persem-
bahan mereka tidak akan diterima. Hal itu juga mengajar mereka
bahwa sukacita panen harus menjadi nyata juga dalam perbuatan
amal kepada orang miskin, yang harus mendapatkan hak mereka
dari apa yang kita miliki, seperti halnya Tuhan mendapatkan hak-Nya
dari apa yang kita miliki. Orang-orang yang sungguh-sungguh sadar
akan belas kasihan yang mereka terima dari Tuhan akan menunjuk-
kan belas kasihan kepada orang miskin tanpa menggerutu.
Hari Raya Meniup Serunai dan Pendamaian
(23:23-32)
23 TUHAN berfirman kepada Musa: 24 “Katakanlah kepada orang Israel,
begini: Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, kamu harus
mengadakan hari perhentian penuh yang diperingati dengan meniup serunai,
Kitab Imamat 23:23-32
yakni hari pertemuan kudus. 25 Janganlah kamu melakukan sesuatu peker-
jaan berat dan kamu harus mempersembahkan korban api-apian kepada
TUHAN.” 26 TUHAN berfirman kepada Musa: 27 “Akannamun pada tanggal
sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian; kamu harus mengada-
kan pertemuan kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa dan
mempersembahkan korban api-apian kepada TUHAN. 28 Pada hari itu ja-
nganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah hari Pendamaian untuk
mengadakan pendamaian bagimu di hadapan TUHAN, Allahmu. 29 sebab
setiap orang yang pada hari itu tidak merendahkan diri dengan berpuasa,
haruslah dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya. 30 Setiap orang
yang melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, orang itu akan Kubinasa-
kan dari tengah-tengah bangsanya. 31 Janganlah kamu melakukan sesuatu
pekerjaan; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-
temurun di segala tempat kediamanmu. 32 Itu harus menjadi suatu sabat,
hari perhentian penuh bagimu, dan kamu harus merendahkan diri dengan
berpuasa. Mulai pada malam tanggal sembilan bulan itu, dari matahari
terbenam sampai matahari terbenam, kamu harus merayakan sabatmu.”
Di sini ada,
I. Penetapan hari raya meniup serunai (sejenis terompet – pen.),
pada tanggal satu bulan ketujuh (ay. 24-25). Apa yang sekarang
bulan ketujuh sebelumnya dihitung sebagai bulan pertama, dan
tahun Yobel masih harus dimulai pada bulan ini (25:8), sehingga
ini yaitu hari pertama dari tahun baru mereka. Hari itu akan
menjadi seperti hari-hari Sabat tahunan mereka yang lain, hari
perhentian kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan
berat. Dan hari pekerjaan kudus, kamu harus mempersembahkan
korban api-apian kepada TUHAN. Mengenai hal-hal ini, diberikan
petunjuk-petunjuk khusus sesudahnya (Bil. 29:1). Apa yang khas
bagi perayaan ini di sini yaitu bahwa perayaan itu diperingati
dengan meniup serunai. Mereka meniup sangkakala pada setiap
bulan baru (Mzm. 81:4),namun pada bulan baru dari bulan
ketujuh, hal itu harus dilakukan dengan lebih khidmat dibandingkan
biasanya. Sebab mereka mulai meniup serunai pada saat mata-
hari terbit dan berlanjut sampai matahari terbenam. Nah,
1. Hal ini di sini dikatakan sebagai peringatan, mungkin peringat-
an akan suara sangkakala di atas gunung Sinai saat hukum
Taurat diberikan, yang tidak pernah boleh dilupakan. Seba-
gian orang berpendapat bahwa itu yaitu peringatan akan
penciptaan dunia, yang diduga dirayakan dalam musim gugur.
Itulah sebabnya bulan ini, sampai sekarang, yaitu bulan
pertama. Firman yang berkuasa yang dengannya Tuhan men-
ciptakan dunia disebut suara guntur-Nya (Mzm. 104:7). Oleh
sebab itu, sudah sepantasnya hari itu diperingati dengan
meniup serunai, atau dengan sebuah peringatan yang penuh
sorak-sorai, sebagaimana Alkitab bahasa Aram mengartikan-
nya. Sebab, saat sendi-sendi bumi dilantak, semua anak
Tuhan bersorak-sorai (Ayb. 38:6-7).
2. Para penulis Yahudi menganggapnya memiliki arti rohani.
Nah, pada awal tahun, mereka dipanggil oleh suara sangka-
kala ini untuk menyingkirkan kelesuan rohani mereka, untuk
memeriksa dan menguji jalan-jalan mereka, dan memperbaiki-
nya. Hari Pendamaian yaitu hari kesembilan sesudah ini.
Dan dengan demikian mereka dibangunkan untuk memper-
siapkan diri untuk hari itu, dengan pertobatan yang tulus dan
sungguh-sungguh, supaya hari itu benar-benar menjadi hari
Pendamaian bagi mereka. Dan para penafsir Yahudi itu ber-
kata, “Orang-orang Yahudi yang saleh melatih diri mereka da-
lam lebih banyak perbuatan baik antara hari meniup serunai
dan hari penebusan dibandingkan di waktu-waktu lain sepanjang
tahun.”
3. Hari itu merupakan perlambang dari pemberitaan Injil, di mana
dengan bunyi yang penuh sukacita ini, jiwa-jiwa dipanggil
untuk melayani Tuhan dan merayakan perayaan rohani bagi-Nya.
Pertobatan bangsa-bangsa dengan beriman kepada Kristus
dikatakan sebagai tiupan sangkakala besar (Yes. 27:13).
II. Pengulangan dari hukum hari Pendamaian, yaitu, bagian-bagian
darinya yang menyangkut umat.
1. Mereka pada hari ini harus beristirahat dari segala jenis peker-
jaan, dan bukan hanya dari pekerjaan-pekerjaan berat seperti
pada perayaan-perayaan tahunan lain. Istirahat itu harus
menjadi istirahat yang ketat seperti istirahat pada hari Sabat
mingguan (ay. 28, 30-31). Alasannya yaitu : Itulah hari Pen-
damaian. Perhatikanlah, merendahkan jiwa kita atas dosa,
dan mengadakan pendamaian dengan Allah, yaitu pekerjaan
yang menuntut penyerahan diri manusia seutuhnya, dan
pencurahan segenap akal budi yang amat dalam tak terba-
yangkan. Siapa yang ingin melakukan pekerjaan hari Penda-
maian pada hari itu juga, seperti yang seharusnya dilakukan,
perlu menyingkirkan pikiran-pikiran tentang segala sesuatu
yang lain. Pada hari itu Tuhan berbicara tentang damai kepada
Kitab Imamat 23:23-32
umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya. Dan
sebab itu mereka harus mengesampingkan semua urusan
duniawi mereka, supaya mereka dapat mendengar suara suka-
cita dan kegembiraan itu dengan lebih jelas dan penuh hor-
mat. Hari berpuasa haruslah menjadi hari beristirahat.
2. Mereka harus merendahkan diri dengan berpuasa, dan ini
dengan ancaman hukuman dibinasakan oleh tangan Tuhan (ay.
27, 29, 32). Mereka harus bermati raga, dan menolak menu-
ruti nafsu-nafsu jasmani, sebagai tanda berdukacita atas
dosa-dosa yang telah mereka perbuat, dan kesediaan untuk
mematikan kebobrokan-kebobrokan yang berdiam dalam diri
mereka. Setiap jiwa harus direndahkan, sebab setiap jiwa sudah
tercemar, dan bersalah di hadapan Allah. Walaupun tidak ada
orang yang pernah memenuhi hukum kemurnian, namun tidak
seorang pun dikecualikan dari hukum pertobatan. Dan, setiap
orang harus berkeluh kesah sebab segala perbuatan-perbuatan
keji yang dilakukan di negeri.
3. Hari pendamaian itu harus dijalani sehari penuh: Dari mata-
hari terbenam sampai matahari terbenam kamu harus meren-
dahkan diri dengan berpuasa (ay. 32), yaitu, “Kamu harus
memulai puasamu, dan ungkapan-ungkapan perendahan diri-
mu, pada malam tanggal sembilan bulan itu.” Mereka harus
menghentikan semua pekerjaan duniawi mereka, dan memper-
siapkan diri untuk pekerjaan pada hari berikutnya, kira-kira
pada waktu sebelum matahari terbenam pada tanggal sem-
bilan, dan tidak boleh makan lagi sama sekali (kecuali anak-
anak dan orang sakit) sampai sesudah matahari terbenam pada
tanggal sepuluh. Perhatikanlah, malam hari menjelang suatu
hari perayaan yang khidmat haruslah dipakai untuk mengada-
kan persiapan yang khidmat. jika pekerjaan untuk Tuhan
dan untuk jiwa kita harus dilakukan, kita tidak boleh mem-
buat diri sendiri terjepit waktu untuk melakukannya. Sebab
bagaimana kita dapat menghabiskan waktu kita dengan lebih
baik selain untuk Tuhan dan untuk jiwa kita sendiri? Tentang
hari Sabat ini, peraturan yang diberikan di sini harus dipa-
hami: Dari matahari terbenam sampai matahari terbenam,
kamu harus merayakan sabatmu.
Hari Raya Pondok Daun
(23:33-44)
33 TUHAN berfirman kepada Musa: 34 “Katakanlah kepada orang Israel,
begini: Pada hari yang kelima belas bulan yang ketujuh itu ada hari raya
Pondok Daun bagi TUHAN tujuh hari lamanya. 35 Pada hari yang pertama
haruslah ada pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu peker-
jaan berat. 36 Tujuh hari lamanya kamu harus mempersembahkan korban
api-apian kepada TUHAN, dan pada hari yang kedelapan kamu harus
mengadakan pertemuan kudus dan mempersembahkan korban api-apian
kepada TUHAN. Itulah hari raya perkumpulan, janganlah kamu melakukan
sesuatu pekerjaan berat. 37 Itulah hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN,
yang harus kamu maklumkan sebagai hari pertemuan kudus untuk memper-
sembahkan korban api-apian kepada TUHAN, yaitu korban bakaran dan
korban sajian, korban sembelihan dan korban-korban curahan, setiap hari
sebanyak yang ditetapkan untuk hari itu, 38 belum termasuk hari-hari Sabat
TUHAN dan belum termasuk persembahan-persembahanmu atau segala
korban nazarmu atau segala korban sukarelamu, yang kamu hendak per-
sembahkan kepada TUHAN. 39 Akannamun pada hari yang kelima belas bulan
yang ketujuh itu pada waktu mengumpulkan hasil tanahmu, kamu harus
mengadakan perayaan bagi TUHAN tujuh hari lamanya; pada hari yang
pertama haruslah ada perhentian penuh dan juga pada hari yang kedelapan
harus ada perhentian penuh. 40 Pada hari yang pertama kamu harus meng-
ambil buah-buah dari pohon-pohon yang elok, pelepah-pelepah pohon-pohon
korma, ranting-ranting dari pohon-pohon yang rimbun dan dari pohon-pohon
gandarusa dan kamu harus bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, tujuh
hari lamanya. 41 Kamu harus merayakannya sebagai perayaan bagi TUHAN
tujuh hari lamanya dalam setahun; itulah suatu ketetapan untuk selama-
lamanya bagimu turun-temurun. Dalam bulan yang ketujuh kamu harus
merayakannya. 42 Di dalam pondok-pondok daun kamu harus tinggal tujuh
hari lamanya, setiap orang asli di Israel haruslah tinggal di dalam pondok-
pondok daun, 43 supaya diketahui oleh keturunanmu, bahwa Aku telah
menyuruh orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok selama Aku menun-
tun mereka sesudah keluar dari tanah Mesir, Akulah TUHAN, Allahmu.”
44 Demikianlah Musa menyampaikan kepada orang Israel firman tentang
hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN.
Kita mendapati di sini,
I. Penetapan hari raya Pondok Daun, yang merupakan salah satu
dari tiga perayaan besar yang wajib diikuti oleh semua kaum laki-
laki, dan wajib mereka rayakan dengan ungkapan-ungkapan
sukacita yang melebihi perayaan-perayaan lain.
1. Berkenaan dengan petunjuk-petunjuk untuk mengatur pera-
yaan ini, amatilah,
(1) Perayaan itu harus diperingati pada hari yang kelima belas
bulan yang ketujuh (ay. 34), hanya lima hari sesudah hari
Pendamaian. Kita dapat menduga, meskipun tidak semua dari
mereka wajib mengikuti hari Pendamaian, seperti pada tiga
perayaan besar, namun banyak dari orang-orang Yahudi yang
Kitab Imamat 23:33-44
saleh datang berhari-hari sebelum hari raya Pondok Daun,
supaya mereka bisa memperoleh kesempatan untuk mengikuti
hari Pendamaian. Nah,
[1] Merendahkan diri dengan berpuasa pada hari Penda-
maian mempersiapkan mereka untuk bersukacita pada
hari raya Pondok Daun. Semakin kita berduka dan di-
rendahkan sebab dosa, semakin kita memenuhi syarat
untuk menerima penghiburan-penghiburan Roh Kudus.
[2] Sukacita perayaan ini mengganti dukacita puasa itu bagi
mereka. Sebab orang-orang yang menabur dengan men-
cucurkan air mata akan menuai dengan bersorak-sorai.
(2) Perayaan itu harus berlanjut selama delapan hari, hari per-
tama dan hari terakhirnya harus diperingati sebagai hari
Sabat, hari perhentian kudus dan pertemuan kudus (ay.
35-36, 39). Korban-korban yang harus dipersembahkan
pada kedelapan hari ini kita dapati ketetapannya secara
panjang lebar dalam Bilangan 29:12, dst.
(3) Selama tujuh hari pertama dari perayaan ini, semua orang
harus meninggalkan rumah mereka, dan perempuan-pe-
rempuan serta anak-anak di dalamnya, dan tinggal di pon-
dok-pondok yang terbuat dari ranting-ranting pepohonan
yang rimbun, terutama pohon-pohon korma (ay. 40, 42).
Orang-orang Yahudi menjadikan pengambilan ranting-ran-
ting sebagai upacara yang berbeda dari pembuatan pon-
dok-pondok. Dikatakan, memang (Neh. 8:16), bahwa mere-
ka membuat pondok-pondok mereka dari daun pohon-
pohon, namun dalam melakukannya, mereka mengungkap-
kan rasa sukacita dengan membawa daun-daun palem di
tangan mereka. Tanda sukacita dengan daun-daun palem
ini lalu mereka pakai juga sebagai ungkapan sorak-
sorai pada kesempatan-kesempatan lain (Yoh. 12:11), dan
dirujuk dalam Wahyu 7:9. Hari kedelapan dijadikan sebagi-
an orang sebagai perayaan tersendiri,namun disebut seba-
gai puncak perayaan itu (Yoh. 7:37). Itu yaitu hari di
mana mereka kembali dari pondok-pondok mereka, untuk
tinggal di rumah mereka lagi.
(4) Mereka harus bersukaria di hadapan TUHAN Tuhan sepan-
jang waktu perayaan ini (ay. 40). Menurut adat-istiadat
Yahudi, mereka mengungkapkan sukacita mereka dengan
menari-nari, dan menyanyikan kidung-kidung pujian kepada
Allah, dengan alat-alat musik. Dan bukan hanya orang-
orang biasa, melainkan juga orang-orang bijak di Israel, dan
para tua-tua mereka, melakukannya di pelataran tempat
kudus. Sebab, kata mereka, sukacita yang dengannya orang
bergembira dalam menjalankan sebuah perintah sungguh-
sungguh merupakan ibadah yang besar.
2. Berkenaan dengan maksud perayaan ini,
(1) Perayaan itu harus dilaksanakan untuk memperingati ber-
diamnya mereka di tenda-tenda di padang gurun. Demi-
kianlah hal itu diterangkan di sini (ay. 43): Supaya diketa-
hui oleh keturunanmu, bukan hanya melalui sejarah ter-
tulis, melainkan juga melalui adat-istiadat ini yang bisa
disaksikan oleh mata, bahwa Aku telah menyuruh orang
Israel tinggal di dalam pondok-pondok. Dengan demikian,
diingat untuk selama-lamanya,
[1] Hinanya asal usul mereka, dan rendah serta merananya
keadaan mereka sebelum Tuhan mengangkat mereka
keluar dari sana. Perhatikanlah, orang-orang yang seka-
rang sudah hidup nyaman, sering kali harus mengingat
keadaan mereka yang tidak keruan dulu, saat mereka
masih tidak ada apa-apanya.
[2] Belas kasihan Tuhan kepada mereka, bahwa, saat
mereka tinggal di perkemahan, Tuhan tidak hanya men-
dirikan sebuah kemah bagi diri-Nya sendiri di antara
mereka,namun juga, dengan kepedulian dan kelembutan
yang teramat besar dan tak terbayangkan, Ia menggan-
tungkan tudung di atas mereka, yaitu awan yang melin-
dungi mereka dari panas matahari. Rahmat-rahmat
Tuhan yang dahulu kepada kita dan kepada nenek mo-
yang kita haruslah tetap diingat untuk selama-lamanya.
Hari kedelapan yaitu hari besar dari perayaan ini,
sebab pada hari itu mereka kembali ke rumah mereka
lagi, dan mengingat bagaimana, sesudah mereka tinggal
lama di tenda-tenda di padang gurun, pada akhirnya
mereka dapat menetap dengan bahagia di tanah perjan-
jian, di mana mereka tinggal di rumah-rumah yang ba-
Kitab Imamat 23:33-44
gus. Dan mereka akan menghargai dengan lebih sadar
lagi dan bersyukur atas penghiburan-penghiburan dan
kenyamanan-kenyamanan rumah mereka sesudah mereka
tinggal di pondok selama tujuh hari. Adakalanya baik
bagi orang-orang yang hidup nyaman dan berlimpah
untuk belajar bagaimana rasanya mengalami kesusahan.
(2) Perayaan itu yaitu perayaan pengumpulan hasil, demi-
kianlah itu disebut (Kel. 23:16). sesudah mereka mengum-
pulkan hasil tanah mereka (ay. 39), buah anggur dan juga
panen gandum, pada saat itulah mereka harus melaksana-
kan perayaan ini dengan rasa syukur kepada Tuhan atas
semua penghasilan pada tahun ini. Dan sebagian penafsir
berpendapat bahwa hari kedelapan dari perayaan itu me-
rujuk secara khusus pada alasan ini, yang menjadi dasar
dari ketetapan ini. Perhatikanlah, sukacita panen harus
dimanfaatkan untuk membuat kita semakin bersukacita di
dalam Allah. TUHANlah yang empunya bumi serta segala
isinya, dan sebab itu apa saja yang darinya kita mendapat
penghiburan, Dialah yang harus mendapatkan kemuliaan
untuk itu, terutama jika suatu rahmat disempurnakan.
(3) Perayaan itu yaitu suatu perlambang. Diduga oleh ba-
nyak penafsir bahwa Juruselamat kita yang terberkati itu
dilahirkan di sekitar waktu perayaan ini. Pada saat itu Ia
meninggalkan istana-istana terang-Nya di atas untuk ber-
kemah di antara kita (Yoh. 1:14), dan Ia tinggal di pondok-
pondok. Dan penyembahan kepada Tuhan di bawah Perjanji-
an Baru dinubuatkan dengan gagasan melaksanakan hari
raya Pondok Daun (Za. 14:16). Sebab,
[1] Injil Kristus mengajar kita untuk tinggal di pondok-
pondok, untuk tidak melekat pada dunia ini, sebagai
orang yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap
di sini. Dan, dengan iman dan harapan, serta dengan
pandangan hina yang kudus terhadap perkara-perkara
duniawi yang sementara sifatnya, pergi kepada Kristus
di luar perkemahan (Ibr. 13:13-14).
[2] Injil Kristus mengajar kita untuk bersukacita di hadap-
an Tuhan Tuhan kita. Orang-orang yang bersunat, orang-
orang Israel sejati, yaitu mereka yang selalu bermegah
888
dalam Kristus Yesus (Flp. 3:3). Dan semakin kita ter-
lepas dari dunia ini, semakin kita tidak mudah tergang-
gu dalam sukacita kita.
II. Ringkasan dan kesimpulan dari ketetapan-ketetapan ini.
1. Tuhan menetapkan perayaan-perayaan ini (ay. 37-38), belum ter-
masuk hari-hari dan segala korban sukarelamu. Ini mengajar
kita,
(1) Bahwa panggilan-panggilan pada pelayanan-pelayanan yang
luar biasa tidak bisa dijadikan alasan bagi kita untuk meng-
abaikan kewajiban-kewajiban yang sudah ditetapkan untuk
kita. Selama hari-hari perayaan Pondok Daun, pasti ada
satu hari Sabat, yang harus dijalankan secara ketat seperti
hari-hari Sabat lain.
(2) Bahwa ketetapan-ketetapan Tuhan menyediakan tempat untuk
persembahan-persembahan sukarela. Bukan berarti bahwa
kita bisa mengadakan apa yang tidak pernah Dia tetapkan,
tetapi bahwa kita dapat selalu mengulangi apa yang telah
ditetapkan-Nya, lebih sering lebih baik. Tuhan sangat berkenan
kepada suatu umat yang merelakan hatinya bagi Dia.
2. Musa memaklumkan perayaan-perayaan ini kepada orang Israel
(ay. 44). Ia memberi tahu mereka apa yang telah ditetapkan
Allah, tidak lebih dan tidak kurang. Demikian pula Paulus me-
nyampaikan kepada jemaat-jemaat apa yang telah dia terima dari
Tuhan. Beralasan bagi kita untuk bersyukur bahwa hari-hari
raya Tuhan, yang dimaklumkan kepada kita sekarang, tidak
begitu banyak. Tidak pula pelaksanaannya begitu memberatkan
dan mahal, seperti yang terjadi pada orang-orang Yahudi dulu,
tetapi lebih rohani dan penuh makna. Dan perayaan-perayaan
kita itu merupakan tanda dan jaminan yang lebih pasti dan lebih
manis akan perayaan kekal yang kita harapkan untuk rayakan
sampai selama-lamanya. Perayaan kekal ini akan terjadi pada
waktu pengumpulan hasil yang terakhir nanti.
PASAL 24
Di dalam pasal ini kita jumpai,
I. Pengulangan hukum yang mengatur tentang lampu-lampu
dan roti sajian (ay. 1-9).
II. Pelanggaran terhadap hukum yang mengatur tentang peng-
hujatan, berikut penjara, pengadilan, penjatuhan hukuman,
serta pelaksanaan hukuman mati terhadap si penghujat (ay.
10-14, 23).
III. Hukum yang mengatur tentang penghujatan diteguhkan (ay.
15-16) dan beberapa hukum lainnya (ay. 17, dst.).
Hukum-hukum tentang Lampu
(24:1-9)
1 TUHAN berfirman kepada Musa: 2 ”Perintahkanlah kepada orang Israel,
supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang tulen
untuk lampu, supaya lampu dapat dipasang dan tetap menyala. 3 Harun
harus tetap mengatur lampu-lampu itu di depan tabir yang menutupi tabut
hukum, di dalam Kemah Pertemuan, dari petang sampai pagi, di hadapan
TUHAN. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temu-
run. 4 Di atas kandil dari emas murni haruslah tetap diaturnya lampu-lampu
itu di hadapan TUHAN.” 5 ”Engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan
membakar dua belas roti bundar dari padanya, setiap roti bundar harus
dibuat dari dua persepuluh efa; 6 engkau harus mengaturnya menjadi dua
susun, enam buah sesusun, di atas meja dari emas murni itu, di hadapan
TUHAN. 7 Engkau harus membubuh kemenyan tulen di atas tiap-tiap susun;
kemenyan itulah yang harus menjadi bagian ingat-ingatan roti itu, yakni sua-
tu korban api-apian bagi TUHAN. 8 Setiap hari Sabat ia harus tetap meng-
aturnya di hadapan TUHAN; itulah dari pihak orang Israel suatu kewajiban
perjanjian untuk selama-lamanya. 9 Roti itu teruntuk bagi Harun serta anak-
anaknya dan mereka harus memakannya di suatu tempat yang kudus; itulah
bagian maha kudus baginya dari segala korban api-apian TUHAN; itulah
suatu ketetapan untuk selama-lamanya.”
Pada perikop ini, segenap perhatian dicurahkan dan beberapa perin-
tah diberikan guna mempersiapkan kandil (kaki dian atau tempat
lilin – pen.) dan meja di rumah Tuhan dengan baik.
I. Lampu-lampu harus selalu dijaga agar tetap menyala. Hukum ini
sebelumnya telah kita dapati (Kel. 27:20-21). Di sini diulang
kembali, mungkin sebab sekarang hukum ini hendak diterapkan
sesudah segala hal lain terlaksana.
1. Orang Israel harus menyediakan minyak (ay. 2), dan minyak
ini, seperti semua perlengkapan lain yang akan dipergunakan
di dalam ibadah kepada Allah, haruslah berkualitas terbaik,
terbuat dari minyak zaitun tumbuk yang tulen, yang kemung-
kinan melewati dua kali penyaringan. Minyak ini dipakai
supaya lampu dapat dipasang dan tetap menyala. Alkitab
dalam bahasa Inggris menerjemahkan dengan lampu-lampu,
tetapi menurut naskah aslinya, kata ini dituliskan dalam
bentuk tunggal di ayat 2, supaya lampu dapat dipasang dan
tetap menyala,namun dalam bentuk jamak di ayat 4, haruslah
tetap diaturnya lampu-lampu itu. Ketujuh lampu yang dinyala-
kan bersama-sama di atas satu kandil menjadi satu lampu.
Mengacu kepada hal ini, Roh Tuhan digambarkan sebagai tujuh
obor yang menyala-nyala di hadapan takhta (Why. 4:5), sebab
ada rupa-rupa karunia,namun satu Roh (1Kor. 12:4). Para
hamba Tuhan yaitu seperti lampu-lampu yang menyala-
nyala dan bercahaya di dalam jemaat Kristus,namun jemaat
punya kewajiban untuk mencukupi kebutuhan mereka, sama
seperti orang Israel yang bertugas untuk menyediakan minyak
bagi lampu. Pemeliharaan yang buruk terhadap para hamba
Tuhan akan menghasilkan pelayanan yang buruk pula.
2. Para imam harus mengatur lampu-lampu ini . Mereka
harus mematikannya, membersihkan kandil, dan menuangkan
minyak ke dalamnya, pagi dan petang (ay. 3-4). Demikianlah
tugas para pelayan Injil untuk berpegang pada firman kehidup-
an, dengan tidak memasang terang baru, melainkan dengan
menjelaskan firman itu secara terperinci serta mengabarkan-
nya, sehingga terang Injil menjadi semakin menyala dan
menyebar. Inilah cara yang umum dilakukan untuk menjaga
lampu-lampu tetap menyala. Akannamun , saat jemaat berada
di dalam keadaan berkekurangan dan kesusahan, kita melihat
Kitab Imamat 24:1-9
bahwa lampu-lampunya senantiasa dipasok minyak dari zai-
tun yang baik secara langsung, tanpa pelayanan dari imam
maupun jemaat (Za. 4:2-3). Sebab, meskipun Tuhan membatasi
diri kita dengan segala sumber daya yang terlihat, namun Ia
tidak membatasi diri-Nya dengan hal-hal itu, dan Ia akan me-
mastikan bahwa lampu-Nya di dunia tidak akan padam kare-
na kehabisan minyak.
II. Sajian harus selalu dipersiapkan di atas meja. Hal ini sudah
ditetapkan sebelumnya (Kel. 25:30). Lebih lanjut dijelaskan pula
pada bagian ini,
1. Roti sajian harus tersedia di atas meja. Bukan santapan lezat,
bukan pula aneka ragam hidangan untuk memuaskan selera
makan yang tinggi, melainkan dua belas keping roti bundar
saja (ay. 5-6). Di mana ada roti berlimpah, di situ tidak ada
kelaparan, dan di mana tidak ada roti, tidak ada pula peraya-
an. Masing-masing suku Israel mendapat sekeping roti, sebab
di rumah Bapa kita ada cukup roti. Mereka semua memperoleh
persediaannya dari pemberian ilahi, dan mereka semua diper-
silakan datang untuk memperoleh karunia ilahi. Bahkan sete-
lah sepuluh suku Israel itu memberontak, roti sajian ini tetap
tersedia dalam jumlah yang sama (2Taw. 13:11), hanya demi
beberapa orang dalam setiap suku itu yang masih setia dan
tetap mengunjungi bait Allah.
2. Segenggam kemenyan harus dibubuhkan pada piring cawan
emas yang diletakkan di atas tiap-tiap susun roti sajian (ay. 7).
saat roti sajian diambil dan diberikan kepada para imam,
kemenyan ini lalu dibakar di atas mezbah, menu-
rut saya, dengan dibubuhkan di atas ukupan yang dibakar
setiap hari. Kemenyan ini menjadi bagian ingat-ingatan roti
sajian itu, suatu korban yang dipersembahkan melalui api,
seperti halnya segenggam korban sajian yang dibakar di atas
mezbah juga disebut sebagai bagian ingat-ingatan korban itu
(2:2). Demikianlah sebagian kecil dari korban ini diterima
dan diakui sebagai persembahan yang bersahaja, sementara
semua roti sajian diserahkan kepada para imam. Segenap
umat Israel rohani kepunyaan Allah, yang dilambangkan
dengan kedua belas roti sajian, dibuat menjadi persembahan
yang harum melalui Kristus, dan doa-doa mereka dikatakan
telah naik ke hadirat Tuhan sebagai bagian ingat-ingatan (Kis.
10:4, KJV). Kata “bagian ingat-ingatan” ini berasal dari hukum
Taurat.
3. Setiap hari Sabat, roti sajian yang lama diganti dengan roti
sajian yang baru. sesudah diletakkan selama satu minggu, roti
sajian yang lama lalu dimakan oleh para imam bersama
segenap bagian kudus lainnya, dan harus dimakan di tempat
yang kudus (ay. 9). Dan roti yang baru disediakan oleh orang
Israel lalu disajikan di dalam ruang kudus bagi mereka (ay. 8).
Orang Yahudi berkata, “Tangan para imam yang mempersiap-
kan roti bercampur dengan tangan yang mengambilnya, su-
paya meja sajian itu tidak pernah kosong dan supaya roti ter-
sedia senantiasa di hadapan Tuhan.” Tuhan tidak pernah tidak
memiliki persediaan untuk menjamu mereka yang datang
kepada-Nya, tidak seperti halnya manusia yang kerap kali
tidak memiliki persediaan (Luk. 11:5). Setiap roti bundar
mengandung dua persepuluh efa, yakni dua gomer tepung
yang terbaik, jumlah yang sama dengan manna yang dikum-
pulkan orang Israel pada hari keenam untuk mempersiapkan
hari Sabat (Kel. 16:22). Demikianlah beberapa orang berang-
gapan bahwa roti sajian ini, yang dipersiapkan di atas meja
pada hari Sabat, dimaksudkan untuk mengingat manna yang
menjadi makanan orang Israel di padang gurun. Oleh sebab
itu, para hamba Kristus harus selalu menyajikan roti yang
baru bagi rumah-Nya, yakni hasil pendalaman Kitab Suci yang
segar, di setiap hari Sabat, agar kemajuan mereka nyata
kepada semua orang (1Tim. 4:15).
Hujatan Anak Selomit;
Hukuman terhadap Anak Selomit
(24:10-23)
10 Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki, ibunya seorang Israel sedang
ayahnya seorang Mesir, di tengah-tengah perkemahan orang Israel; dan
orang itu berkelahi dengan seorang Israel di perkemahan. 11 Anak perempuan
Israel itu menghujat nama TUHAN dengan mengutuk, lalu dibawalah ia
kepada Musa. Nama ibunya ialah Selomit binti Dibri dari suku Dan. 12 Ia
dimasukkan dalam tahanan untuk menantikan keputusan sesuai dengan
firman TUHAN. 13 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 14 ”Bawalah orang
yang mengutuk itu ke luar perkemahan dan semua orang yang mendengar
haruslah meletakkan tangannya ke atas kepala orang itu, sesudahnya harus-
Kitab Imamat 24:10-23
lah seluruh jemaah itu melontari dia dengan batu. 15 Engkau harus mengata-
kan kepada orang Israel, begini: Setiap orang yang mengutuki Tuhan harus
menanggung kesalahannya sendiri. 16 Siapa yang menghujat nama TUHAN,
pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu.
Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN,
haruslah dihukum mati. 17 Juga jika seseorang membunuh seorang ma-
nusia, pastilah ia dihukum mati. 18namun siapa yang memukul mati seekor
ternak, harus membayar gantinya, seekor ganti seekor. 19 jika seseorang
membuat orang sesamanya bercacat, maka seperti yang telah dilakukannya,
begitulah harus dilakukan kepadanya: 20 patah ganti patah, mata ganti mata,
gigi ganti gigi; seperti dibuatnya orang lain bercacat, begitulah harus dibuat
kepadanya. 21 Siapa yang memukul mati seekor ternak, ia harus membayar
gantinya,namun siapa yang membunuh seorang manusia, ia harus dihukum
mati. 22 Satu hukum berlaku bagi kamu, baik bagi orang asing maupun bagi
orang Israel asli, sebab Akulah TUHAN, Allahmu.” 23 Demikianlah Musa me-
nyampaikan firman itu kepada orang Israel, lalu dibawalah orang yang
mengutuk itu ke luar perkemahan, dan dilontarilah dia dengan batu. Maka
orang Israel melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
Perilaku yang jahat, boleh dikatakan, melahirkan hukum yang baik.
Pada bagian ini, kita jumpai satu gambaran mengenai perilaku jahat
seorang keturunan Israel yang namanya tidak disebutkan, beserta
hukum yang baik yang dikeluarkan sebab nya.
I. Pelakunya yaitu seorang laki-laki yang memiliki ayah orang
Mesir dan ibu orang Israel (ay. 10). Ibunya berasal dari suku Dan
(ay. 11). Baik nama orang itu maupun nama ayahnya tidaklah
disebutkan, hanya nama ibunya yang orang Israel saja yang
disebutkan. Catatan khusus mengenai garis keturunannya ini
dituliskan dengan maksud,
1. Menunjukkan apa yang melatarbelakangi perkelahian yang
melibatkan orang itu. Orang-orang Yahudi berkata, “Orang itu
ingin mendirikan tenda di tengah-tengah orang Dan, sebab
ibunya dari suku itu,namun keinginannya itu ditentang keras
oleh beberapa orang dari suku itu. Ia pun lalu diberitahu
bahwa sebab ayahnya yaitu orang Mesir, ia tidak berhak
dan tidak mendapat bagian untuk mendirikan tenda di
tengah-tengah orang Dan, serta harus menganggap dirinya
sebagai orang asing.” Atau,
2. Memperlihatkan dampak buruk yang umumnya terjadi oleh
sebab perkawinan campur. saat seorang putri Israel mau
menikahi orang Mesir yang dengan giat menyembah berhala,
apa lagi buah pernikahannya selain seorang penghujat? Kare-
na anak-anak hasil pernikahan itu akan cenderung berpihak
kepada pihak yang lebih buruk, siapapun itu, sehingga akan
lebih cepat belajar menghujat dari ayahnya, yang yaitu se-
orang Mesir, dibandingkan belajar berdoa dan memuji dari ibunya,
yang yaitu seorang Israel.
II. Kejadian yang melatarbelakangi kejahatan ini yaitu suatu per-
tengkaran: Ia berkelahi dengan seorang Israel. Dengan berbagai
cara, banyaknya orang Mesir yang turut serta bersama orang
Israel (Kel. 12:38) menjadi duri di dalam daging. Pertengkaran
inilah salah satu contohnya, dan orang-orang Mesir ini memang
kerap kali menjadi pencetus perkelahian. Cara menjaga kedamai-
an di dalam jemaat yaitu dengan menjaga kemurniannya. Dalam
pertengkaran ini, ia meledak dengan kata-kata kasar. Perhatikan,
saat suatu pertengkaran terjadi, kita tidak dapat mengetahui
seberapa besar kerusakan yang ditimbulkannya sampai perteng-
karan ini usai, juga mustahil bagi kita untuk dapat menge-
tahui bagaimana mengatasi huru-hara yang dicetuskan oleh api
yang awalnya kecil. saat berada dalam emosi yang meledak-
ledak, manusia cenderung melupakan akal sehat serta keyakinan
agamanya, sehingga inilah alasan kuat mengapa kita tidak boleh
cepat menanggapi atau balik melawan penghasutan, dan harus
segera meninggalkan perkelahian sebelum dicampuri oleh hal-hal
lain, sebab memulai pertengkaran yaitu seperti membuka jalan
air.
III. Kejahatan itu yaitu penghujatan dan pengutukan (ay. 11).
Tampaknya, perkara orang itu dibawa ke muka para hakim, yang
lalu memutuskan bahwa ia tidak berhak atas hak istimewa
yang dimiliki orang Israel, mengingat ayahnya yaitu seorang
Mesir, dan di dalam kemarahannya saat mendengar putusan
itu,
1. Ia menghujat nama Tuhan. Ia menghujat nama, artinya, ia
menghujat Allah, yang dikenal hanya dari nama-Nya, tidak
dari sifat-Nya, atau dari rupa apa pun. Bukan berarti bahwa
Tuhan hanyalah sebuah nama, melainkan nama-Nya yaitu
nama di atas segala nama. Para penerjemah Alkitab menam-
bahkan kata Tuhan, yang sesungguhnya tersirat, bukan ter-
surat, dalam teks aslinya, untuk menghormati keagungan
ilahi. Sungguh suatu hal yang memalukan jika di dalam
Kitab Imamat 24:10-23
catatan aslinya sampai ditemukan bahwa nama TUHAN
(Yahweh) dihujat, janganlah kabarkan itu di Gat. Orang-orang
Yahudi yang percaya takhayul suka beranggapan bahwa hujat
orang keturunan Israel itu terletak di dalam tindakannya
menyebut nama TUHAN (Yahweh), yang menurut mereka sama
sekali tidak boleh diucapkan. Padahal Ia yang menyatakan
diri-Nya sendiri dengan nama itu tidak pernah melarang orang
memanggil-Nya dengan nama itu. Ada kemungkinan bahwa di
dalam sedihnya saat menyadari adanya pemisahan ilahi,
yang memisahkan antara orang Israel dan orang asing, orang
itu dengan lancangnya menyalahkan baik hukum maupun
Sang Pembuat Hukum, dan menantang-Nya.
2. Ia mungkin saja mengutuk Tuhan (sehingga tindakannya itu
sama saja dengan menghujat) atau mengutuk orang yang men-
jadi lawannya di dalam pertengkaran. Sumpah serapah yaitu
bahasa jahat yang keluar dari kemarahan yang gegabah serta
kedengkian yang mendalam. Atau, mungkin juga ia mengutuk
para hakim yang memberinya putusan. Ia menghina pengadil-
an dan mencela proses peradilan itu. Dengan demikian, ia me-
nambahkan dosa ke atas dosa.
IV. Kehati-hatian di dalam penanganan lebih lanjut terhadap orang
itu atas dosa penghujatan ini. Para saksi atau hakim pembantu
membawa orang itu beserta kasusnya (yang tidak lazim) kepada
Musa (ay. 11), menurut peraturan yang telah ditetapkan (Kel.
18:22), dan Musa sendiri tidak dengan gegabah menghakimi,
melainkan memasukkan sang pelaku hujat ke dalam tahanan,
sampai ia selesai meminta petunjuk Tuhan untuk kasus ini.
Perhatikan, seorang hakim harus memiliki sifat tenang dan
berhati-hati. Baik hakim yang memberi putusan maupun hakim
yang menetapkan penghukuman atas putusan ini , kedua-
nya harus mempertimbangkan dengan hati-hati apa yang mereka
perbuat dengan tidak tergesa-gesa, sebab pengadilan yaitu kepu-
nyaan Tuhan (Ul. 1:17), dan di hadapan-Nyalah alasan di balik se-
gala putusan akan diperdengarkan kembali. Mereka menunggu
untuk mengetahui pikiran Tuhan, apakah orang itu akan dihukum
mati oleh tangan para pemimpin atau akan diserahkan ke dalam
penghakiman Allah: atau, lebih tepatnya, mereka ingin tahu,
apakah orang itu akan dilempari batu, seperti halnya orang-orang
yang mengutuki ayahnya atau ibunya (20:9), atau, sebab keja-
hatan orang itu lebih besar lagi, akankah ada penghukuman yang
jauh lebih menyakitkan baginya. Perhatikan, mereka yang duduk
di kursi penghakiman harus dengan tulus mendambakan, dan
melalui doa serta dengan mempergunakan segala cara yang baik,
harus berusaha keras mengetahui pikiran Tuhan, sebab mereka
memutuskan hukum untuk Tuhan (2Taw. 19:6) dan kepada-Nyalah
mereka harus mempertanggungjawabkan segalanya.
V. Penghukuman yang ditetapkan atas pelaku kejahatan itu oleh
Sang Hakim Agung sorga dan bumi: Haruslah seluruh jemaah itu
melontari dia dengan batu (ay. 14). Tuhan bisa saja melenyapkan
orang itu dengan sesaat menghantamnya dari sorga,namun Ia
memberi kehormatan ini ke atas lembaga peradilan, agar pelak-
sanaan penghukuman itu mendukung dan membenarkan kemu-
liaan-Nya di dunia. Perhatikan,
1. Tempat dilaksanakannya penghukuman ini : Bawalah
orang yang mengutuk itu ke luar perkemahan. Untuk menyata-
kan kejijikan mereka akan kejahatan itu, mereka harus
mengenyahkan pelakunya layaknya cabang pohon yang jijik,
dan memisahkannya dari mereka, layaknya barang yang najis
dan tidak pantas mendapat tempat di perkemahan Israel.
2. Para pelaksana penghukuman: Haruslah seluruh jemaah mela-
kukannya, untuk menunjukkan kegigihan mereka untuk
kehormatan nama Allah. Masing-masing orang harus melon-
tarkan sebuah batu kepada dia yang menghujat Allah. Mereka
harus merasa diri ikut dicela saat Tuhan dicela (Mzm. 69:10).
Demikianlah kengerian yang lebih besar juga akan menimpa
seluruh jemaah, bahwa mereka yang pernah turut melontari
seorang penghujat dengan batu, sesudah peristiwa itu, akan
takut kepada segala sesuatu yang mendekati, menyerupai,
atau mengarah kepada hujat.
3. Kekhidmatan pelaksanaan penghukuman itu. Sebelum selu-
ruh jemaah melontari dia dengan batu, para saksi harus mele-
takkan tangan mereka ke atas kepala orang itu. Orang-orang
Yahudi berkata bahwa tindakan ini hanya dilakukan dalam
penghukuman terhadap para penghujat, tidak kepada pen-
jahat lainnya. Dan tindakan ini dilakukan sambil mengucap-
kan kata-kata ini, “Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepala-
Kitab Imamat 24:10-23
mu sendiri, sebab kamu sendirilah yang mendatangkannya.
Biarlah tidak ada kesalahan ditimpakan kepada hukum, para
hakim, juri, atau saksi. Jikalau engkau mencemooh, engkau
sendirilah orang yang akan menanggungnya.”
VI. Suatu hukum mengenai hukuman rajam bagi para penghujat
ditetapkan pada kesempatan ini (ay. 15-16). Para hakim merupa-
kan pengawal kehormatan Tuhan dan kesejahteraan masyarakat,
sehingga mereka harus melawan orang-orang yang merendahkan
keberadaan dan pemerintahan Tuhan demi kehormatan-Nya, serta
melawan orang-orang yang mengusik kedamaian dan keamanan
masyarakat.
1. Hukum ini dengan kuat ditekankan dan dalam keadaan apa-
pun tidak boleh dipandang sepele: Pastilah ia dihukum mati
dan dilontari batu oleh seluruh jemaah itu. Mereka yang
memandang enteng kemuliaan Tuhan mungkin berpikir keras
untuk dapat memahami bahwa seseorang dapat ditetapkan
sebagai penghujat hanya sebab satu kata (kata-kata hanyalah
seperti angin lalu). Namun, Tuhan akan membuat mereka
mengetahui, bahwa mereka tidak boleh mengganggap enteng
perkataan mereka, seperti yang terjadi dalam kasus ini, di
mana hujat orang itu berasal dari kedengkian terhadap Tuhan
yang tersimpan di dalam hatinya, dan mendatangkan kesalah-
an besar atau kesedihan yang luar biasa di hati mereka yang
mendengar hujat itu.
2. Hukum ini turut berlaku bagi orang asing yang tinggal di
tengah-tengah mereka serta yang lahir di tanah itu. Tuhan tidak
pernah membuat hukum apapun yang memaksa orang asing
untuk disunat dan memeluk agama Yahudi (penganut sebab
paksaan tidak akan membawa kehormatan bagi Tuhan Israel),
tetapi Ia menetapkan sebuah hukum untuk mencegah orang
asing berbicara jahat tentang Tuhan Israel.
3. Orang yang dihukum mati sebab telah menghujat dikatakan
menanggung kesalahannya sendiri, di dalam penghukuman
sebab perbuatannya itu. Baginya, tidak ada korban persem-
bahan yang bisa digunakan untuk mengalihkan dosanya itu,
sebab ia sendiri harus menanggung dosanya atas dirinya
sendiri, sebagai korban bagi keadilan ilahi. Demikianlah ia
tergelincir sebab lidahnya sendiri, dan lidah seorang peng-
hujat akan tergelincir begitu hebat.
VII. Pengulangan beberapa hukum lain yang turut disertakan bersama
hukum baru ini.
1. Bahwa pembunuhan harus diganjar dengan kematian (ay. 17,
dan lagi ay. 21), menurut sebuah hukum kuno di jaman Nuh
(Kej. 9:6), dan menurut hukum alam (Kej. 4:10).
2. Bahwa orang yang membuat sesamanya menjadi cacat harus
dihukum dengan cara yang sama menurut hukum pembalas-
an (ay. 19-20). Ini tidak berarti bahwa manusia dalam kasus-
kasus ini dapat memutuskan sendiri untuk membalas den-
dam,namun mereka harus menyampaikannya kepada hakim
masyarakat, yang akan memutuskan penderitaan bagi yang
mencederai dan tebusan bagi yang dicederai, sesuai dengan
kerugian yang ditimbulkan. Hukum ini telah kita dapati sebe-
lumnya (Kel. 22:4-5), dan hukum ini lebih sesuai dengan
tatanan yang berlaku pada saat itu, yang di dalamnya terung-
kap kekakuan hukum serta penghukuman yang pantas bagi
dosa, dibandingkan dengan tatanan tempat kita berada saat ini,
yang di dalamnya terungkap anugerah Injil dan pengampunan
dosa. Demikianlah Juruselamat kita telah mengesampingkan
hukum ini (Mat. 5:38-39), bukan untuk mencegah para hakim
menjalankan keadilan masyarakat, melainkan untuk mence-
gah kita semua membalas dendam atas segala kesakitan yang
kita alami dari sesama kita dan mengharuskan kita mengam-
puni, seperti kita sendiri diampuni dan berharap untuk diam-
puni.
3. Bahwa cedera yang disengaja terhadap ternak milik sesama
harus dihukum dengan membayar gantinya (ay. 18, 21). Demi-
kianlah hukum ilahi tidak hanya mengatur nyawa manusia,
tetapi juga turut melindungi segala sesuatu yang menjadi milik
mereka. Hewan-hewan yang bukan milik siapa pun, yang
menurut hukum kita disebut ferae naturae – liar, secara hu-
kum boleh dibunuh,namun hewan yang menjadi milik orang
tidak boleh dibunuh. Apakah Tuhan peduli terhadap lembu?
Tentu saja. Demi kebaikan kita, Tuhan peduli.
4. Bahwa orang asing, seperti halnya orang Israel asli, sama-
sama berhak menikmati kebaikan hukum ini, agar mereka
Kitab Imamat 24:10-23
tidak menjadi korban kejahatan, dan sama-sama dapat di-
kenakan ganjaran menurut hukum ini, bila mereka berbuat
kejahatan. Tampaknya inilah yang menjadi alasan beberapa
hukum ini dipaparkan di sini, yakni untuk memperlihatkan
keadilan yang berlaku saat orang asing dan orang Israel
sama-sama harus dihukum untuk penghujatan, seperti halnya
orang asing dan orang Israel juga dapat dihukum sebab keja-
hatan lain. Dan mungkin ada alasan lebih lanjut mengapa
hukum-hukum ini dikemukakan di sini, yakni bahwa Tuhan
hendak memperlihatkan pemeliharaan-Nya bagi keamanan
manusia dengan menghukum orang-orang yang melukainya.
Ini seharusnya menjadi alasan kuat bagi para hakim untuk se-
makin bergiat demi kehormatan-Nya, dan menghukum orang-
orang yang menghujat nama-Nya. Bila Tuhan peduli akan ke-
beradaan mereka, mereka harus peduli akan kemuliaan-Nya.
VIII. Pelaksanaan hukuman terhadap para penghujat. Dalam hal ini,
Musa seolah-olah menjadi orang yang menandatangani surat
perintah atas penghukuman ini : Ia menyampaikan firman itu
kepada orang Israel untuk melaksanakannya, dan mereka mela-
kukan seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa (ay. 23). Ini
mengajarkan bahwa maut yaitu upah dosa, dan bahwa peng-
hujatan secara khusus merupakan kejahatan yang patut dihukum
oleh hakim. Sekalipun orang-orang yang mencemarkan nama
Tuhan dapat mengelak dari penghukuman manusia, namun Tuhan
Tuhan kita tidak akan membiarkan mereka lepas dari penghakim-
an-Nya yang adil. Penghujat di dalam pasal ini yaitu yang per-
tama mati di bawah hukum Musa. Stefanus, orang pertama yang
mati demi Injil, mati oleh sebab penyalahgunaan hukum ini. Baik
martir maupun penjahat, keduanya mati dengan cara yang sama,
tetapi betapa jauhnya perbedaan di antara keduanya!
PASAL 25
ukum di dalam pasal ini yaitu tentang tanah dan rumah serta
harta milik orang Israel di Kanaan. Bagaimana mereka men-
duduki tanah itu dan menjualnya, semuanya haruslah di bawah
tuntunan Ilahi, termasuk pula peraturan tentang ibadah keagamaan.
Sebab, sama seperti Kemah Suci yaitu sebuah tempat yang kudus,
demikian pula Kanaan yaitu sebuah tanah yang suci. Dan sebab
itu, Kanaan yaitu kemuliaan dari semua negeri. Sebagai tanda
bahwa Tuhan memiliki hak khusus atas tanah Kanaan ini, dan punya
hak untuk menyerahkannya, maka Ia menetapkan:
I. Bahwa setiap tujuh tahun harus menjadi suatu tahun istira-
hat atau perhentian untuk menduduki atau mengerjakan
tanah, suatu Tahun Sabat (ay. 1-7). Di sini Tuhan mengharap-
kan dari mereka tindakan iman dan ketaatan yang luar biasa
dan mereka juga dapat mengharapkan dari Tuhan tindakan
kuasa dan kebaikan-Nya yang luar biasa dalam mencukupi
kebutuhan hidup mereka (ay. 18-22).
II. Bahwa setiap tahun kelima puluh harus menjadi suatu
tahun Yobel, yaitu:
1. Suatu tahun pembebasan dari utang dan surat utang dan
pulang ke tanah milik mereka serta kepada kaum mereka
(ay. 8-17). Petunjuk khusus diberikan:
(1) Mengenai penjualan dan penebusan tanah (ay. 23-28).
(2) Tentang rumah-rumah di kota dan di desa dengan
suatu ketentuan khusus untuk kota-kota orang Lewi
(ay. 29-34).
2. Suatu tahun pembebasan budak-budak dan budak-bu-
dak belian.
(1) Di sini disisipkan sebuah hukum untuk memperla-
kukan dengan baik orang berutang yang jatuh miskin
(ay. 35-38).
(2) Lalu diberikan hukum mengenai pembebasan semua
orang Israel yang telah dijual sebagai budak dalam ta-
hun Yobel, jika mereka belum ditebus sebelumnya.
[1] jika mereka dijual kepada sesama orang Israel
(ay. 39-46). Dan,
[2] jika dijual kepada orang asing atau pendatang
(ay. 47-55).
Semua ketetapan ini memiliki suatu kewajiban moral dan bersifat
abadi di dalamnya, kendati tidak khusus untuk orang Yahudi saja,
namun pemberlakuannya diperuntukkan hanya bagi mereka selama
mereka tinggal di negeri Kanaan.
Tahun Sabat
(25:1-7)
1 TUHAN berfirman kepada Musa di gunung Sinai: 2 “Berbicaralah kepada
orang Israel dan katakan kepada mereka: jika kamu telah masuk ke
negeri yang akan Kuberikan kepadamu, maka tanah itu harus mendapat
perhentian sebagai Sabat bagi TUHAN. 3 Enam tahun lamanya engkau harus
menaburi ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus merantingi
kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil tanah itu, 4namun pada tahun
yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu Sabat, masa perhentian
penuh, suatu Sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun
anggurmu janganlah kaurantingi. 5 Dan apa yang tumbuh sendiri dari
penuaianmu itu, janganlah kautuai dan buah anggur dari pokok anggurmu
yang tidak dirantingi, janganlah kaupetik. Tahun itu harus menjadi tahun
perhentian penuh bagi tanah itu. 6 Hasil tanah selama Sabat itu haruslah
menjadi makanan bagimu, yakni bagimu sendiri, bagi budakmu laki-laki,
bagi budakmu perempuan, bagi orang upahan dan bagi orang asing di
antaramu, yang semuanya tinggal padamu. 7 Juga bagi ternakmu, dan bagi
binatang liar yang ada di tanahmu, segala hasil tanah itu menjadi makan-
annya.
Hukum Musa memberi penekanan yang sangat besar pada hari
Sabat. Sabat merupakan ketetapan Tuhan yang paling pertama diku-
duskan dan yang tertua dari semua ketetapan ilahi. Sabat dirancang
untuk memelihara pengetahuan manusia akan Tuhan dan penyem-
bahan kepada-Nya sebagai Sang Pencipta. Hukum ini tidak hanya
menghidupkan kembali ditunaikannya hari Sabat setiap minggu,
tetapi, untuk lebih mendukung kehormatannya, juga menambahkan
sebuah ketetapan mengenai suatu hari bagi tahun Sabat:namun pada
Kitab Imamat 25:1-7
tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu Sabat (ay. 4).
Dari sini, orang-orang Yahudi menyimpulkan tradisi ini bahwa
sesudah bumi berumur enam ribu tahun (seribu tahun bagi Tuhan
sama dengan satu hari) bumi akan berhenti, dan Sabat kekal akan
berlaku. Pandangan ini sangatlah lemah untuk dipakai dalam me-
nentukan hari dan jam hari besar itu, yang merupakan hak Tuhan
saja untuk mengetahuinya. Tahun Sabat ini dimulai di bulan
September, di akhir waktu panen, bulan ketujuh dari tahun gerejani
mereka. Hukum ini yaitu :
1. Bahwa pada waktu menabur, yang dilakukan segera sesudah ber-
akhir waktu pengumpulan hasil panen, mereka tidak boleh mena-
bur benih di tanah mereka, dan di musim semi mereka tidak
boleh merantingi kebun anggur mereka, sehingga akibatnya mere-
ka juga tidak boleh mengharapkan panen anggur di tahun beri-
kutnya.
2. Bahwa apa yang telah dihasilkan oleh tanah ini tidak boleh
mereka ambil atau gunakan, selain untuk dimakan,namun harus
dibiarkan bagi orang miskin, para budak, orang-orang asing, dan
ternak (ay. 5-7). Harus ada suatu Sabat perhentian bagi tanah.
Mereka juga tidak boleh mengerjakan tanah ini , atau
mengharapkan hasil darinya. Semua pekerjaan tahunan harus
dihentikan sebentar di tahun ketujuh, seperti halnya segala
pekerjaan harian tidak boleh dilakukan pada hari ketujuh. Orang-
orang Yahudi berkata mereka “mulai menghitung tahun Sabat
sesudah mereka berhasil menduduki negeri Kanaan, yaitu pada
tahun ke delapan masa kepemimpinan Yosua. Tahun ketujuh
sesudah menduduki Kanaan yaitu tahun Sabat yang pertama,
dan begitu pula tahun kelima puluh sesudah pendudukan Kanaan
yaitu tahun Yobel.” Pada tahun Sabat ini harus terjadi suatu
penghapusan terhadap semua utang (Ul. 15:1-2) dan dilakukan
pembacaan hukum Taurat tentang tahun Sabat ini pada hari raya
Pondok Daun (Ul. 31:10-11), untuk membuatnya lebih khidmat.
Sekarang,
(1) Dengan tahun Sabat ini Tuhan hendak menunjukkan kepada
mereka bahwa Ia yaitu tuan tanah mereka, dan bahwa
mereka yaitu para penyewanya sesuai kehendak-Nya. Tuan
tanah biasanya berurusan dengan para penyewa kapan mere-
ka akan membajak, berapa lama mereka mengolah tanah dan
menanam, dan kapan mereka harus membiarkan tanah tanpa
diolah. Jadi, Tuhan memberi, mengaruniakan, dan menyerah-
kan tanah yang baik itu kepada mereka, dengan ketentuan
dan syarat-syarat, supaya mereka tahu bahwa mereka bukan-
lah pemilik, melainkan bergantung pada TUHAN mereka.
(2) yaitu baik bagi tanah mereka untuk dibiarkan beristirahat
sementara waktu, supaya tanah itu, seperti kata para petani,
tersimpan bagi anak cucu, dan Tuhan ingin agar mereka
mengingat kepentingan anak cucu mereka, dan tidak memakai
tanah ini seakan-akan tanah ini dirancang hanya
untuk satu masa saja.
(3) jika orang-orang Israel selama satu tahun penuh diistira-
hatkan dari semua urusan tanah, maka mereka akan mem-
punyai lebih banyak waktu luang untuk menghadiri kegiatan-
kegiatan ibadah dan beroleh pengetahuan tentang Tuhan dan
hukum-hukum-Nya.
(4) Dengan demikian mereka diajar untuk menjadi dermawan dan
murah hati serta tidak menguasai semuanya bagi diri sendiri,
melainkan bersedia berbagi dengan orang lain di dalam berba-
gai pemberian dari kekayaan Tuhan yang berlimpah, yang diha-
silkan oleh bumi.
(5) Mereka dilatih hidup dalam kebergantungan yang terus-mene-
rus kepada pemeliharaan ilahi, sehingga bisa memahami, bah-
wa sebagaimana manusia hidup bukan hanya dengan roti saja,
melainkan juga dengan roti yang tidak diperolehnya dengan
kerja keras, yaitu, jika Tuhan berkenan, dengan firman yang
memberkati dari mulut-Nya. Dan roti dari firman-Nya ini tidak
diusahakan dengan susah payah oleh manusia (Mat. 4:4).
(6) Mereka diingatkan tentang kehidupan mudah yang pernah
manusia rasakan di firdaus, saat ia makan dari segala se-
suatu yang baik, bukan, seperti sesudahnya, dengan berpeluh
di wajahnya. Kerja dan usaha keras masuk bersama dosa.
(7) Mereka diajar untuk memikirkan bagaimana orang miskin hi-
dup, yang tidak pernah menabur atau menuai,namun semata-
mata hanya oleh berkat Tuhan saja.
(8) Tahun perhentian ini menggambarkan istirahat rohani yang
dirayakan oleh semua orang percaya melalui Kristus yaitu Nuh
kita yang sejati, yang memberi kita penghiburan dan perhenti-
an dalam pekerjaan kita yang penuh susah payah di tanah
Kitab Imamat 25:8-22
yang telah terkutuk oleh TUHAN (Kej. 5:29). Melalui Kristus kita
dilegakan dari beban urusan dan pekerjaan duniawi, yang
keduanya dikuduskan dan dimaniskan buat kita, dan kita
dimampukan serta dikuatkan untuk hidup oleh iman. Dan,
sama seperti hasil dari tahun Sabat atas tanah ini dinikmati
oleh orang banyak, demikian pula keselamatan yang dikerja-
kan oleh Kristus yaitu suatu keselamatan bagi banyak orang.
Tahun Sabat ini tampaknya telah dihidupkan kembali di
dalam jemaat Kristen, saat orang-orang percaya memiliki
segala kepunyaan bersama (Kis. 2:44).
Penetapan Tahun Yobel
(25:8-22)
8 Selanjutnya engkau harus menghitung tujuh tahun Sabat, yakni tujuh kali
tujuh tahun; sehingga masa tujuh tahun Sabat itu sama dengan empat
puluh sembilan tahun. 9 Lalu engkau harus memperdengarkan bunyi sang-
kakala di mana-mana dalam bulan yang ketujuh pada tanggal sepuluh bulan
itu; pada hari raya Pendamaian kamu harus memperdengarkan bunyi
sangkakala itu di mana-mana di seluruh negerimu. 10 Kamu harus mengu-
duskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri
itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan
kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya.
11 Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, jangan
kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kamu
tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik buahnya.
12 sebab tahun itu yaitu tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu; hasil
tahun itu yang hendak kamu makan harus diambil dari ladang. 13 Dalam
tahun Yobel itu kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya.
14 jika kamu menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli dari
padanya, janganlah kamu merugikan satu sama lain. 15 jika engkau
membeli dari sesamamu haruslah menurut jumlah tahun sesudah tahun
Yobel, dan jika ia menjual kepadamu haruslah menurut jumlah tahun
panen. 16 Makin besar jumlah tahun itu, makin besarlah pembeliannya, dan
makin kecil jumlah tahun itu, makin kecillah pembeliannya, sebab jumlah
panenlah yang dijualnya kepadamu. 17 Janganlah kamu merugikan satu
sama lain,namun engkau harus takut akan Allahmu, sebab Akulah TUHAN,
Allahmu. 18 Demikianlah kamu harus melakukan ketetapan-Ku dan tetap
berpegang pada peraturan-Ku serta melakukannya, maka kamu akan diam
di tanahmu dengan aman tenteram. 19 Tanah itu akan memberi hasilnya, dan
kamu akan makan sampai kenyang dan diam di sana dengan aman
tenteram. 20 jika kamu bertanya: Apakah yang akan kami makan dalam
tahun yang ketujuh itu, bukankah kami tidak boleh menabur dan tidak
boleh mengumpulkan hasil tanah kami? 21 Maka Aku akan memerintahkan
berkat-Ku kepadamu dalam tahun yang keenam, supaya diberinya hasil
untuk tiga tahun. 22 Dalam tahun yang kedelapan kamu akan menabur,
tetapi kamu akan makan