keluaran imamat 27


 dari satu kali, dan mungkin lebih sering pada hari 

pertama minggu itu.  

(2) “Apakah kamu memiliki  kesempatan untuk mengudus-

kannya dalam pertemuan kudus atau tidak, hendaklah itu 

menjadi sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu. 


 874

Buatlah perbedaan antara hari itu dan hari-hari lain dalam 

keluargamu. Itu yaitu  hari sabat bagi TUHAN, hari di 

mana Ia beristirahat dari karya penciptaan, dan hari di 

mana Ia telah menetapkan kita untuk beristirahat. Biarlah 

hari itu dijalani di segala tempat kediamanmu, bahkan 

sekarang saat  kamu tinggal di tenda-tenda.” Perhati-

kanlah, hari-hari Sabat Tuhan harus diperingati dengan ber-

ibadah di setiap rumah pribadi, oleh setiap keluarga secara 

sendiri-sendiri, dan juga oleh banyak keluarga secara ber-

sama-sama dalam pertemuan-pertemuan kudus. Hari Sabat 

Tuhan di tempat kediaman kita akan menjadi keindahan, 

kekuatan, dan keamanan bagi tempat kediaman kita. Hari 

Sabat itu akan menguduskan, membangun, dan memulia-

kan tempat kediaman kita. 

Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi  

(23:4-14) 

4 Inilah hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN, hari-hari pertemuan kudus, 

yang harus kamu maklumkan masing-masing pada waktunya yang tetap.  

5 Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu, pada 

waktu senja, ada Paskah bagi TUHAN. 6 Dan pada hari yang kelima belas 

bulan itu ada hari raya Roti Tidak Beragi bagi TUHAN; tujuh hari lamanya 

kamu harus makan roti yang tidak beragi. 7 Pada hari yang pertama kamu 

harus mengadakan pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu 

pekerjaan berat. 8 Kamu harus mempersembahkan korban api-apian kepada 

TUHAN tujuh hari lamanya; pada hari yang ketujuh haruslah ada pertemuan 

kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat.” 9 TUHAN 

berfirman kepada Musa: 10 “Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan 

kepada mereka: jika  kamu sampai ke negeri yang akan Kuberikan kepa-

damu, dan kamu menuai hasilnya, maka kamu harus membawa seberkas 

hasil pertama dari penuaianmu kepada imam, 11 dan imam itu haruslah 

mengunjukkan berkas itu di hadapan TUHAN, supaya TUHAN berkenan akan 

kamu. Imam harus mengunjukkannya pada hari sesudah sabat itu. 12 Pada 

hari kamu mengunjukkan berkas itu kamu harus mempersembahkan seekor 

domba berumur setahun yang tidak bercela, sebagai korban bakaran bagi 

TUHAN, 13 serta dengan korban sajiannya dari dua persepuluh efa tepung 

yang terbaik, diolah dengan minyak, sebagai korban api-apian bagi TUHAN 

yakni bau yang menyenangkan, serta dengan korban curahannya dari 

seperempat hin anggur. 14 Sampai pada hari itu juga janganlah kamu makan 

roti, atau bertih gandum atau gandum baru, sampai kamu telah membawa 

persembahan Allahmu; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagi 

kamu turun-temurun di segala tempat kediamanmu. 

Di sini sekali lagi perayaan-perayaan itu disebut sebagai hari-hari 

raya yang ditetapkan TUHAN, sebab Ia menetapkannya. Pesta Yero-

Kitab Imamat 23:4-14 

beam, yang direncanakannya dalam hatinya sendiri (1Raj. 12:33), 

merupakan penghinaan bagi Allah, dan cela atas bangsanya. Peraya-

an-perayaan ini harus dimaklumkan masing-masing pada waktunya 

yang tepat (ay. 4), dan waktu-waktu yang dipilih Tuhan untuknya 

yaitu  di bulan Maret, Mei, dan September menurut perhitungan kita 

sekarang. Bukan di musim dingin, sebab perjalanan pada waktu itu 

akan tidak nyaman, saat  siang hari berlangsung singkat, dan jalan-

jalan susah dilewati. Bukan di pertengahan musim panas, sebab  

pada waktu itu di negeri-negeri itu mereka sedang mengumpulkan 

panen dan buah anggur, dan tidak baik bagi mereka untuk diminta 

meninggalkan urusan negeri mereka. Dengan demikian, Tuhan dengan 

penuh rahmat memperhitungkan juga kenyamanan kita dalam 

ketetapan-ketetapan-Nya. Dan dengan begitu Ia mewajibkan kita 

untuk secara saleh memberi perhatian pada kemuliaan-Nya saat  

kita menjalankan ketetapan-ketetapan-Nya, dan tidak mengeluhkan-

nya sebagai beban. Upacara-upacara khidmat yang ditetapkan bagi 

mereka yaitu ,  

1. Banyak dan sering diulang, yang dimaksudkan untuk memelihara 

dalam diri mereka kesadaran yang mendalam akan Tuhan dan 

agama, dan untuk mencegah kecenderungan mereka pada takha-

yul-takhayul bangsa kafir. Tuhan membuat mereka tetap terpusat 

untuk melayani-Nya, supaya mereka tidak memiliki  waktu 

untuk mendengarkan godaan-godaan dari lingkungan sekitar 

tempat tinggal mereka yang suka menyembah berhala.  

2. Sebagian besar dari ketetapan-ketetapan itu yaitu  saat-saat 

untuk bersukacita dan bergembira. Hari Sabat mingguan yaitu  

ketetapan yang demikian, dan semua upacara khidmat tahunan 

mereka, kecuali hari Pendamaian. Tuhan dengan demikian hendak 

mengajar mereka bahwa jalan-jalan hikmat yaitu  jalan yang 

menyenangkan, dan mengajak mereka untuk melayani-Nya de-

ngan mendorong mereka untuk bergembira di dalamnya dan 

bernyanyi dalam pekerjaan mereka. Ada tujuh hari untuk hari-

hari istirahat yang ketat dan pertemuan-pertemuan kudus. Yaitu, 

hari pertama dan hari ketujuh dari hari raya roti tidak beragi, hari 

Pentakosta, hari raya meniup serunai, hari pertama dan hari 

kedelapan dari hari raya Pondok Daun, dan hari Pendamaian. Di 

sini ada enam hari untuk sukacita kudus dan hanya satu hari 

untuk perkabungan kudus. Kita diperintahkan untuk bersukacita 

senantiasa,namun  tidak untuk menangis senantiasa. Di sini ada, 


 876

I.   Pengulangan dari hukum Paskah, yang harus dilaksanakan pada 

tanggal empat belas bulan pertama, untuk memperingati pembe-

basan mereka dari Mesir dan perlindungan yang istimewa terha-

dap anak sulung mereka, rahmat-rahmat yang tidak pernah boleh 

dilupakan. Perayaan ini harus dimulai dengan menyembelih anak 

domba Paskah (ay. 5). Perayaan itu harus berlanjut selama tujuh 

hari, dan selama waktu itu mereka harus makan roti hambar, 

yang tidak beragi (ay. 6), dan hari pertama dan hari terakhir dari 

tujuh hari itu harus menjadi hari perhentian kudus dan pertemu-

an kudus (ay. 7-8). Hari-hari itu bukanlah hari-hari santai yang 

dihabiskan dengan bermain-main dan bertamasya (seperti banyak 

orang yang disebut sebagai orang-orang Kristen menghabiskan 

hari-hari libur mereka),namun  korban api-apian dipersembahkan 

kepada TUHAN di mezbah-Nya. Dan beralasan bagi kita untuk 

berpikir bahwa umat diajar memakai  waktu mereka pada 

hari itu untuk berdoa, memuji, dan merenung dengan saleh. 

II.  Perintah untuk mempersembahkan seberkas hasil pertama, pada 

hari kedua dari hari raya roti tidak beragi. Hari pertama disebut 

hari Sabat, sebab  hari itu dijalankan sebagai hari Sabat (ay. 11), 

dan, pada keesokan harinya, mereka menjalankan upacara khid-

mat ini. Seberkas atau segenggam gandum baru dibawa kepada 

imam, yang harus mengangkatnya, sebagai tanda bahwa ia mem-

persembahkannya kepada Tuhan di sorga, dan mengunjukkannya 

di hadapan Tuhan, sebagai Tuhan semesta alam. Dan ini harus 

diterima bagi mereka sebagai pengakuan yang penuh syukur atas 

rahmat Tuhan kepada mereka dalam menyelimuti ladang-ladang 

mereka dengan gandum, dan atas kebergantungan mereka pada 

Allah, dan keinginan terhadap-Nya, untuk memelihara gandum 

itu bagi keperluan mereka. Sebab pengakuan itu yaitu  ungkap-

an dari doa dan juga pujian (ay. 11). Seekor anak domba sebagai 

korban bakaran harus dipersembahkan bersamanya (ay. 12). 

Sama seperti korban binatang pada umumnya disertai dengan 

korban sajian, demikian pula korban gandum ini disertai dengan 

korban bakaran, supaya roti dan daging ditempatkan bersama-

sama di atas meja Allah. Mereka dilarang memakan gandum baru 

mereka sampai segenggam hasil pertama ini dipersembahkan 

kepada Allah. Sebab sudah sepantasnya, jika Tuhan dan Israel ber-

pesta bersama-sama, Tuhan yang harus dilayani terlebih dahulu. 

Kitab Imamat 23:4-14 

 877 

Dan persembahan seberkas hasil pertama atas nama seluruh 

jemaat ini benar-benar, seperti tampaknya, menguduskan seluruh 

panen mereka bagi mereka, dan memberi mereka penghiburan 

dalam memakai  hasil panen selebihnya. Sebab kita akan 

dapat makan roti kita dengan sukaria jika  kita sudah, dalam 

ukuran tertentu, melaksanakan kewajiban kita kepada Allah, dan 

Tuhan sudah berkenan pada pekerjaan-pekerjaan kita. Sebab 

dengan demikian semua kenikmatan kita menjadi layak bagi kita. 

Nah,  

1. Hukum ini diberikan sekarang, meskipun tidak ada keperluan 

untuk melaksanakannya sampai mereka tiba di Kanaan nanti. 

Di padang gurun mereka tidak menabur gandum.namun  

sebab  Tuhan memberi mereka makan di sana dengan roti dari 

langit, maka mereka tidak boleh menggerutu kepada-Nya 

sesudah itu saat  Ia memberi mereka roti dari bumi. Kita 

mendapati bahwa saat  mereka tiba di Kanaan, manna ber-

henti tepat pada hari seberkas hasil pertama ini dipersembah-

kan. Mereka sudah makan gandum yang lama sehari sebelum-

nya (Yos. 5:11), dan lalu  pada hari ini mereka memper-

sembahkan hasil-hasil pertama, yang olehnya mereka menjadi 

berhak atas gandum baru juga (ay. 12), sehingga manna tidak 

diperlukan lagi.  

2. Seberkas hasil pertama ini yaitu  perlambang akan Yesus 

Tuhan kita, yang telah bangkit dari antara orang mati sebagai 

yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (1Kor. 

15:20). Tunas yang ditumbuhkan TUHAN itu (Yes. 4:2) pada 

waktu itu dipersembahkan kepada-Nya, sebagai hasil dari per-

sembahan korban diri-Nya sendiri, Anak Domba Allah, dan 

korban itu diterima untuk kita. Dapat diamati dengan sangat 

jelas bahwa Yesus Tuhan kita bangkit dari antara orang mati 

tepat pada hari saat  hasil pertama dipersembahkan, untuk 

menunjukkan bahwa Ia yaitu  wujud sebenarnya dari ba-

yangan ini.  

3. Kita diajar oleh hukum ini untuk memuliakan TUHAN dengan 

harta kita, dan dengan hasil pertama dari segala penghasilan 

kita (Ams. 3:9). Mereka tidak boleh memakan gandum baru 

mereka sampai bagian Tuhan dari gandum baru itu dipersem-

bahkan kepada-Nya (ay. 14). Sebab kita harus selalu memulai 

dengan Allah, memulai hidup kita dengan-Nya, memulai setiap

hari dengan-Nya, memulai setiap makanan dengan-Nya, memu-

lai setiap perkara dan urusan dengan-Nya. Carilah dahulu kera-

jaan Allah.  

Hari Raya Pentakosta atau Tujuh Minggu  

(23:15-22) 

15 lalu  kamu harus menghitung, mulai dari hari sesudah sabat itu, 

yaitu waktu kamu membawa berkas persembahan unjukan, harus ada genap 

tujuh minggu; 16 sampai pada hari sesudah sabat yang ketujuh kamu harus 

hitung lima puluh hari; lalu kamu harus mempersembahkan korban sajian 

yang baru kepada TUHAN. 17 Dari tempat kediamanmu kamu harus mem-

bawa dua buah roti unjukan yang harus dibuat dari dua persepuluh efa 

tepung yang terbaik dan yang dibakar sesudah dicampur dengan ragi sebagai 

hulu hasil bagi TUHAN. 18 Beserta roti itu kamu harus mempersembahkan 

tujuh ekor domba berumur setahun yang tidak bercela dan seekor lembu 

jantan muda dan dua ekor domba jantan; semuanya itu haruslah menjadi 

korban bakaran bagi TUHAN, serta dengan korban sajiannya dan korban-

korban curahannya, suatu korban api-apian yang baunya menyenangkan 

bagi TUHAN. 19 lalu  kamu harus mempersembahkan seekor kambing 

jantan sebagai korban penghapus dosa, dan dua ekor domba yang berumur 

setahun sebagai korban keselamatan. 20 Imam harus mengunjukkan semua-

nya beserta roti hulu hasil itu sebagai persembahan unjukan di hadapan 

TUHAN, beserta kedua ekor domba itu. Semuanya itu haruslah menjadi 

persembahan kudus bagi TUHAN dan yaitu  bagian imam. 21 Pada hari itu 

juga kamu harus mengumumkan hari raya dan kamu harus mengadakan 

pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat; 

itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya di segala tempat kediamanmu 

turun-temurun. 22 Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah 

kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya dan janganlah kaupungut 

apa yang ketinggalan dari penuaianmu, semuanya itu harus kautinggalkan 

bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.” 

Di sini ada penetapan hari raya Pentakosta, atau hari raya Tujuh 

Minggu, seperti yang disebut dalam Ulangan 16:10, sebab  hari itu 

dirayakan lima puluh hari, atau tujuh minggu, sesudah  Paskah. Hari 

itu juga disebut hari raya menuai (Kel. 23:16). Sebab sama seperti 

persembahan seberkas hasil pertama yaitu  pembuka hasil panen, 

dan memberi mereka kebebasan untuk memakai  sabit, demikian 

pula mereka menyelesaikan panen gandum mereka dengan khidmat 

pada perayaan ini. 

1. Sebelum ini mereka mempersembahkan segenggam bulir jelai, 

sekarang mereka mempersembahkan dua buah roti unjukan (ay. 

17). Roti ini beragi. Pada hari Paskah mereka memakan roti tidak 

beragi, sebab  perayaan itu bertujuan untuk mengingat roti yang 

mereka makan saat  mereka keluar dari Mesir, yang tidak beragi. 

Kitab Imamat 23:15-22 

 879 

Tetapi sekarang pada hari Pentakosta, roti itu beragi, sebab  pera-

yaan ini bertujuan untuk mengakui kebaikan Tuhan kepada mere-

ka dalam memberi makanan sehari-hari kepada mereka, yang 

beragi.  

2. Bersama dengan seberkas hasil pertama itu mereka hanya mem-

persembahkan satu domba sebagai korban bakaran,namun  ber-

sama dengan roti-roti dari hulu hasil ini mereka mempersembah-

kan tujuh ekor domba, dua ekor domba jantan, dan satu ekor 

lembu jantan, semuanya untuk korban bakaran. Dan dengan 

demikian mereka memberi  kemuliaan kepada Allah, sebagai 

Tuhan atas negeri mereka dan Tuhan atas panen mereka, yang 

dengan perkenanan-Nya mereka hidup dan untuk itu mereka 

sepatutnya memuji-muji Dia selama hidup.  Mereka juga memper-

sembahkan seekor kambing jantan sebagai korban penghapus 

dosa. Dan dengan demikian mereka menanggung cela ke atas diri 

mereka sendiri sebagai orang yang tidak layak untuk roti yang 

mereka makan. Dan mereka memohon pengampunan atas dosa-

dosa mereka, yang telah menyebabkan panen atas segala rahmat 

terambil dari mereka dan yang dengannya mereka bersalah saat  

menerima belas kasihan-Nya. Dan yang terakhir, dua ekor domba 

sebagai korban keselamatan, untuk memohon berkat atas gan-

dum yang sudah mereka kumpulkan, yang tidak akan terasa 

nyaman dan manis bagi mereka tanpa berkat itu (Hag. 1:9). Ini 

sajalah korban-korban keselamatan yang dipersembahkan atas 

nama seluruh jemaat, dan korban-korban itu dipandang sebagai 

persembahan-persembahan yang mahakudus, sedang  korban-

korban keselamatan lain hanya dipandang sebagai persembahan-

persembahan yang kudus. Semua persembahan ini ditetapkan di 

sini (ay. 18-20).  

3. Bahwa satu hari harus diperingati dengan pertemuan kudus (ay. 

21). Itu yaitu  salah satu hari di mana seluruh Israel harus ber-

jumpa dengan Tuhan dan dengan satu sama lain, di tempat yang 

dipilih Tuhan sendiri. Sebagian penafsir mengemukakan bahwa, 

sementara ada tujuh hari yang ditetapkan untuk merayakan hari 

raya roti tidak beragi, maka hanya ada satu hari yang ditetapkan 

untuk hari raya Pentakosta. Sebab ini yaitu  saat yang sibuk 

pada tahun itu bagi mereka, dan Tuhan memperbolehkan mereka 

untuk cepat-cepat kembali pada pekerjaan mereka di negeri mere-

ka. Perayaan tahunan ini ditetapkan untuk memperingati pem-

berian hukum Taurat di atas gunung Sinai, hari kelima puluh 

sesudah  mereka keluar dari Mesir. Itulah hari raya yang diberi-

tahukan kepada mereka di Mesir untuk mereka rayakan bagi 

Tuhan di padang gurun, dan sebagai peringatan akan hal itu, mere-

ka akan senantiasa memelihara perayaan ini.namun  titik akhir 

dan kesempurnaan dari perayaan ini yaitu  pencurahan Roh ke 

atas para rasul pada hari raya ini (Kis. 2:1), yang di dalamnya 

hukum iman diberikan, lima puluh hari sesudah  Kristus, Anak 

Domba Paskah kita, dikorbankan untuk kita. Dan pada hari itu 

(seperti yang diungkapkan dengan baik oleh uskup Patrick) para 

rasul, sesudah  mereka sendiri menerima karunia sulung Roh, mela-

hirkan tiga ribu jiwa, melalui firman kebenaran, dan mempersem-

bahkan mereka, sebagai hasil pertama dari jemaat Kristen, 

kepada Tuhan dan Anak Domba. 

Ketetapan hari raya Pentakosta ini juga ditambah dengan pengu-

langan akan hukum yang sudah kita dapati sebelumnya (19:9), yang 

olehnya mereka diminta untuk membiarkan apa yang ketinggalan di 

ladang-ladang mereka, dan gandum yang tumbuh di tepi-tepi ladang, 

untuk orang miskin (ay. 22). Ada kemungkinan hal ini diselipkan di 

sini sebagai kesempatan kepada para imam untuk mengingatkan 

umat mengenai hal ini , saat  mereka membawa hasil pertama 

mereka. Ini menyiratkan kepada mereka bahwa ketaatan bahkan 

dalam perkara kecil ini yaitu  lebih baik dibandingkan  mempersembah-

kan korban, dan bahwa, kecuali mereka taat, persembahan-persem-

bahan mereka tidak akan diterima. Hal itu juga mengajar mereka 

bahwa sukacita panen harus menjadi nyata juga dalam perbuatan 

amal kepada orang miskin, yang harus mendapatkan hak mereka 

dari apa yang kita miliki, seperti halnya Tuhan mendapatkan hak-Nya 

dari apa yang kita miliki. Orang-orang yang sungguh-sungguh sadar 

akan belas kasihan yang mereka terima dari Tuhan akan menunjuk-

kan belas kasihan kepada orang miskin tanpa menggerutu. 

 

Hari Raya Meniup Serunai dan Pendamaian  

(23:23-32) 

23 TUHAN berfirman kepada Musa: 24 “Katakanlah kepada orang Israel, 

begini: Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, kamu harus 

mengadakan hari perhentian penuh yang diperingati dengan meniup serunai, 

Kitab Imamat 23:23-32 

yakni hari pertemuan kudus. 25 Janganlah kamu melakukan sesuatu peker-

jaan berat dan kamu harus mempersembahkan korban api-apian kepada 

TUHAN.” 26 TUHAN berfirman kepada Musa: 27 “Akannamun  pada tanggal 

sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian; kamu harus mengada-

kan pertemuan kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa dan 

mempersembahkan korban api-apian kepada TUHAN. 28 Pada hari itu ja-

nganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah hari Pendamaian untuk 

mengadakan pendamaian bagimu di hadapan TUHAN, Allahmu. 29 sebab  

setiap orang yang pada hari itu tidak merendahkan diri dengan berpuasa, 

haruslah dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya. 30 Setiap orang 

yang melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, orang itu akan Kubinasa-

kan dari tengah-tengah bangsanya. 31 Janganlah kamu melakukan sesuatu 

pekerjaan; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-

temurun di segala tempat kediamanmu. 32 Itu harus menjadi suatu sabat, 

hari perhentian penuh bagimu, dan kamu harus merendahkan diri dengan 

berpuasa. Mulai pada malam tanggal sembilan bulan itu, dari matahari 

terbenam sampai matahari terbenam, kamu harus merayakan sabatmu.”      

Di sini ada,  

I. Penetapan hari raya meniup serunai (sejenis terompet – pen.), 

pada tanggal satu bulan ketujuh (ay. 24-25). Apa yang sekarang 

bulan ketujuh sebelumnya dihitung sebagai bulan pertama, dan 

tahun Yobel masih harus dimulai pada bulan ini (25:8), sehingga 

ini yaitu  hari pertama dari tahun baru mereka. Hari itu akan 

menjadi seperti hari-hari Sabat tahunan mereka yang lain, hari 

perhentian kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan 

berat. Dan hari pekerjaan kudus, kamu harus mempersembahkan 

korban api-apian kepada TUHAN. Mengenai hal-hal ini, diberikan 

petunjuk-petunjuk khusus sesudahnya (Bil. 29:1). Apa yang khas 

bagi perayaan ini di sini yaitu  bahwa perayaan itu diperingati 

dengan meniup serunai. Mereka meniup sangkakala pada setiap 

bulan baru (Mzm. 81:4),namun  pada bulan baru dari bulan 

ketujuh, hal itu harus dilakukan dengan lebih khidmat dibandingkan  

biasanya. Sebab mereka mulai meniup serunai pada saat mata-

hari terbit dan berlanjut sampai matahari terbenam. Nah, 

1. Hal ini di sini dikatakan sebagai peringatan, mungkin peringat-

an akan suara sangkakala di atas gunung Sinai saat  hukum 

Taurat diberikan, yang tidak pernah boleh dilupakan. Seba-

gian orang berpendapat bahwa itu yaitu  peringatan akan 

penciptaan dunia, yang diduga dirayakan dalam musim gugur. 

Itulah sebabnya bulan ini, sampai sekarang, yaitu  bulan 

pertama. Firman yang berkuasa yang dengannya Tuhan men-

ciptakan dunia disebut suara guntur-Nya (Mzm. 104:7). Oleh 

sebab itu, sudah sepantasnya hari itu diperingati dengan 

meniup serunai, atau dengan sebuah peringatan yang penuh 

sorak-sorai, sebagaimana Alkitab bahasa Aram mengartikan-

nya. Sebab, saat  sendi-sendi bumi dilantak, semua anak 

Tuhan bersorak-sorai (Ayb. 38:6-7).  

2. Para penulis Yahudi menganggapnya memiliki  arti rohani. 

Nah, pada awal tahun, mereka dipanggil oleh suara sangka-

kala ini untuk menyingkirkan kelesuan rohani mereka, untuk 

memeriksa dan menguji jalan-jalan mereka, dan memperbaiki-

nya. Hari Pendamaian yaitu  hari kesembilan sesudah ini. 

Dan dengan demikian mereka dibangunkan untuk memper-

siapkan diri untuk hari itu, dengan pertobatan yang tulus dan 

sungguh-sungguh, supaya hari itu benar-benar menjadi hari 

Pendamaian bagi mereka. Dan para penafsir Yahudi itu ber-

kata, “Orang-orang Yahudi yang saleh melatih diri mereka da-

lam lebih banyak perbuatan baik antara hari meniup serunai 

dan hari penebusan dibandingkan  di waktu-waktu lain sepanjang 

tahun.”  

3. Hari itu merupakan perlambang dari pemberitaan Injil, di mana 

dengan bunyi yang penuh sukacita ini, jiwa-jiwa dipanggil 

untuk melayani Tuhan dan merayakan perayaan rohani bagi-Nya. 

Pertobatan bangsa-bangsa dengan beriman kepada Kristus 

dikatakan sebagai tiupan sangkakala besar (Yes. 27:13). 

II. Pengulangan dari hukum hari Pendamaian, yaitu, bagian-bagian 

darinya yang menyangkut umat.  

1. Mereka pada hari ini harus beristirahat dari segala jenis peker-

jaan, dan bukan hanya dari pekerjaan-pekerjaan berat seperti 

pada perayaan-perayaan tahunan lain. Istirahat itu harus 

menjadi istirahat yang ketat seperti istirahat pada hari Sabat 

mingguan (ay. 28, 30-31). Alasannya yaitu : Itulah hari Pen-

damaian. Perhatikanlah, merendahkan jiwa kita atas dosa, 

dan mengadakan pendamaian dengan Allah, yaitu  pekerjaan 

yang menuntut penyerahan diri manusia seutuhnya, dan 

pencurahan segenap akal budi yang amat dalam tak terba-

yangkan. Siapa yang ingin melakukan pekerjaan hari Penda-

maian pada hari itu juga, seperti yang seharusnya dilakukan, 

perlu menyingkirkan pikiran-pikiran tentang segala sesuatu 

yang lain. Pada hari itu Tuhan berbicara tentang damai kepada 

Kitab Imamat 23:23-32 

umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya. Dan 

sebab  itu mereka harus mengesampingkan semua urusan 

duniawi mereka, supaya mereka dapat mendengar suara suka-

cita dan kegembiraan itu dengan lebih jelas dan penuh hor-

mat. Hari berpuasa haruslah menjadi hari beristirahat.  

2. Mereka harus merendahkan diri dengan berpuasa, dan ini 

dengan ancaman hukuman dibinasakan oleh tangan Tuhan (ay. 

27, 29, 32). Mereka harus bermati raga, dan menolak menu-

ruti nafsu-nafsu jasmani, sebagai tanda berdukacita atas 

dosa-dosa yang telah mereka perbuat, dan kesediaan untuk 

mematikan kebobrokan-kebobrokan yang berdiam dalam diri 

mereka. Setiap jiwa harus direndahkan, sebab setiap jiwa sudah 

tercemar, dan bersalah di hadapan Allah. Walaupun tidak ada 

orang yang pernah memenuhi hukum kemurnian, namun tidak 

seorang pun dikecualikan dari hukum pertobatan. Dan, setiap 

orang harus berkeluh kesah sebab  segala perbuatan-perbuatan 

keji yang dilakukan di negeri.  

3. Hari pendamaian itu harus dijalani sehari penuh: Dari mata-

hari terbenam sampai matahari terbenam kamu harus meren-

dahkan diri dengan berpuasa (ay. 32), yaitu, “Kamu harus 

memulai puasamu, dan ungkapan-ungkapan perendahan diri-

mu, pada malam tanggal sembilan bulan itu.” Mereka harus 

menghentikan semua pekerjaan duniawi mereka, dan memper-

siapkan diri untuk pekerjaan pada hari berikutnya, kira-kira 

pada waktu sebelum matahari terbenam pada tanggal sem-

bilan, dan tidak boleh makan lagi sama sekali (kecuali anak-

anak dan orang sakit) sampai sesudah  matahari terbenam pada 

tanggal sepuluh. Perhatikanlah, malam hari menjelang suatu 

hari perayaan yang khidmat haruslah dipakai untuk mengada-

kan persiapan yang khidmat. jika  pekerjaan untuk Tuhan 

dan untuk jiwa kita harus dilakukan, kita tidak boleh mem-

buat diri sendiri terjepit waktu untuk melakukannya. Sebab 

bagaimana kita dapat menghabiskan waktu kita dengan lebih 

baik selain untuk Tuhan dan untuk jiwa kita sendiri? Tentang 

hari Sabat ini, peraturan yang diberikan di sini harus dipa-

hami: Dari matahari terbenam sampai matahari terbenam, 

kamu harus merayakan sabatmu. 

Hari Raya Pondok Daun  

(23:33-44) 

33 TUHAN berfirman kepada Musa: 34 “Katakanlah kepada orang Israel, 

begini: Pada hari yang kelima belas bulan yang ketujuh itu ada hari raya 

Pondok Daun bagi TUHAN tujuh hari lamanya. 35 Pada hari yang pertama 

haruslah ada pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu peker-

jaan berat. 36 Tujuh hari lamanya kamu harus mempersembahkan korban 

api-apian kepada TUHAN, dan pada hari yang kedelapan kamu harus 

mengadakan pertemuan kudus dan mempersembahkan korban api-apian 

kepada TUHAN. Itulah hari raya perkumpulan, janganlah kamu melakukan 

sesuatu pekerjaan berat. 37 Itulah hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN, 

yang harus kamu maklumkan sebagai hari pertemuan kudus untuk memper-

sembahkan korban api-apian kepada TUHAN, yaitu korban bakaran dan 

korban sajian, korban sembelihan dan korban-korban curahan, setiap hari 

sebanyak yang ditetapkan untuk hari itu, 38 belum termasuk hari-hari Sabat 

TUHAN dan belum termasuk persembahan-persembahanmu atau segala 

korban nazarmu atau segala korban sukarelamu, yang kamu hendak per-

sembahkan kepada TUHAN. 39 Akannamun  pada hari yang kelima belas bulan 

yang ketujuh itu pada waktu mengumpulkan hasil tanahmu, kamu harus 

mengadakan perayaan bagi TUHAN tujuh hari lamanya; pada hari yang 

pertama haruslah ada perhentian penuh dan juga pada hari yang kedelapan 

harus ada perhentian penuh. 40 Pada hari yang pertama kamu harus meng-

ambil buah-buah dari pohon-pohon yang elok, pelepah-pelepah pohon-pohon 

korma, ranting-ranting dari pohon-pohon yang rimbun dan dari pohon-pohon 

gandarusa dan kamu harus bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, tujuh 

hari lamanya. 41 Kamu harus merayakannya sebagai perayaan bagi TUHAN 

tujuh hari lamanya dalam setahun; itulah suatu ketetapan untuk selama-

lamanya bagimu turun-temurun. Dalam bulan yang ketujuh kamu harus 

merayakannya. 42 Di dalam pondok-pondok daun kamu harus tinggal tujuh 

hari lamanya, setiap orang asli di Israel haruslah tinggal di dalam pondok-

pondok daun, 43 supaya diketahui oleh keturunanmu, bahwa Aku telah 

menyuruh orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok selama Aku menun-

tun mereka sesudah keluar dari tanah Mesir, Akulah TUHAN, Allahmu.”  

44 Demikianlah Musa menyampaikan kepada orang Israel firman tentang 

hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN. 

Kita mendapati di sini,  

I. Penetapan hari raya Pondok Daun, yang merupakan salah satu 

dari tiga perayaan besar yang wajib diikuti oleh semua kaum laki-

laki, dan wajib mereka rayakan dengan ungkapan-ungkapan 

sukacita yang melebihi perayaan-perayaan lain. 

1. Berkenaan dengan petunjuk-petunjuk untuk mengatur pera-

yaan ini, amatilah, 

 (1) Perayaan itu harus diperingati pada hari yang kelima belas 

bulan yang ketujuh (ay. 34), hanya lima hari sesudah  hari 

Pendamaian. Kita dapat menduga, meskipun tidak semua dari 

mereka wajib mengikuti hari Pendamaian, seperti pada tiga 

perayaan besar, namun banyak dari orang-orang Yahudi yang

Kitab Imamat 23:33-44 

 saleh datang berhari-hari sebelum hari raya Pondok Daun, 

supaya mereka bisa memperoleh kesempatan untuk mengikuti 

hari Pendamaian. Nah,  

[1] Merendahkan diri dengan berpuasa pada hari Penda-

maian mempersiapkan mereka untuk bersukacita pada 

hari raya Pondok Daun. Semakin kita berduka dan di-

rendahkan sebab  dosa, semakin kita memenuhi syarat 

untuk menerima penghiburan-penghiburan Roh Kudus.  

[2] Sukacita perayaan ini mengganti dukacita puasa itu bagi 

mereka. Sebab orang-orang yang menabur dengan men-

cucurkan air mata akan menuai dengan bersorak-sorai.  

(2) Perayaan itu harus berlanjut selama delapan hari, hari per-

tama dan hari terakhirnya harus diperingati sebagai hari 

Sabat, hari perhentian kudus dan pertemuan kudus (ay. 

35-36, 39). Korban-korban yang harus dipersembahkan 

pada kedelapan hari ini kita dapati ketetapannya secara 

panjang lebar dalam Bilangan 29:12, dst.  

(3) Selama tujuh hari pertama dari perayaan ini, semua orang 

harus meninggalkan rumah mereka, dan perempuan-pe-

rempuan serta anak-anak di dalamnya, dan tinggal di pon-

dok-pondok yang terbuat dari ranting-ranting pepohonan 

yang rimbun, terutama pohon-pohon korma (ay. 40, 42). 

Orang-orang Yahudi menjadikan pengambilan ranting-ran-

ting sebagai upacara yang berbeda dari pembuatan pon-

dok-pondok. Dikatakan, memang (Neh. 8:16), bahwa mere-

ka membuat pondok-pondok mereka dari daun pohon-

pohon, namun dalam melakukannya, mereka mengungkap-

kan rasa sukacita dengan membawa daun-daun palem di 

tangan mereka. Tanda sukacita dengan daun-daun palem 

ini lalu  mereka pakai juga sebagai ungkapan sorak-

sorai pada kesempatan-kesempatan lain (Yoh. 12:11), dan 

dirujuk dalam Wahyu 7:9. Hari kedelapan dijadikan sebagi-

an orang sebagai perayaan tersendiri,namun  disebut seba-

gai puncak perayaan itu (Yoh. 7:37). Itu yaitu  hari di 

mana mereka kembali dari pondok-pondok mereka, untuk 

tinggal di rumah mereka lagi.  

(4) Mereka harus bersukaria di hadapan TUHAN Tuhan sepan-

jang waktu perayaan ini (ay. 40). Menurut adat-istiadat 

Yahudi, mereka mengungkapkan sukacita mereka dengan 

menari-nari, dan menyanyikan kidung-kidung pujian kepada 

Allah, dengan alat-alat musik. Dan bukan hanya orang-

orang biasa, melainkan juga orang-orang bijak di Israel, dan 

para tua-tua mereka, melakukannya di pelataran tempat 

kudus. Sebab, kata mereka, sukacita yang dengannya orang 

bergembira dalam menjalankan sebuah perintah sungguh-

sungguh merupakan ibadah yang besar. 

2. Berkenaan dengan maksud perayaan ini, 

(1) Perayaan itu harus dilaksanakan untuk memperingati ber-

diamnya mereka di tenda-tenda di padang gurun. Demi-

kianlah hal itu diterangkan di sini (ay. 43): Supaya diketa-

hui oleh keturunanmu, bukan hanya melalui sejarah ter-

tulis, melainkan juga melalui adat-istiadat ini yang bisa 

disaksikan oleh mata, bahwa Aku telah menyuruh orang 

Israel tinggal di dalam pondok-pondok. Dengan demikian, 

diingat untuk selama-lamanya,  

[1] Hinanya asal usul mereka, dan rendah serta merananya 

keadaan mereka sebelum Tuhan mengangkat mereka 

keluar dari sana. Perhatikanlah, orang-orang yang seka-

rang sudah hidup nyaman, sering kali harus mengingat 

keadaan mereka yang tidak keruan dulu, saat  mereka 

masih tidak ada apa-apanya.  

[2] Belas kasihan Tuhan kepada mereka, bahwa, saat  

mereka tinggal di perkemahan, Tuhan tidak hanya men-

dirikan sebuah kemah bagi diri-Nya sendiri di antara 

mereka,namun  juga, dengan kepedulian dan kelembutan 

yang teramat besar dan tak terbayangkan, Ia menggan-

tungkan tudung di atas mereka, yaitu awan yang melin-

dungi mereka dari panas matahari. Rahmat-rahmat 

Tuhan yang dahulu kepada kita dan kepada nenek mo-

yang kita haruslah tetap diingat untuk selama-lamanya. 

Hari kedelapan yaitu  hari besar dari perayaan ini, 

sebab  pada hari itu mereka kembali ke rumah mereka 

lagi, dan mengingat bagaimana, sesudah  mereka tinggal 

lama di tenda-tenda di padang gurun, pada akhirnya 

mereka dapat menetap dengan bahagia di tanah perjan-

jian, di mana mereka tinggal di rumah-rumah yang ba-

Kitab Imamat 23:33-44 

gus. Dan mereka akan menghargai dengan lebih sadar 

lagi dan bersyukur atas penghiburan-penghiburan dan 

kenyamanan-kenyamanan rumah mereka sesudah  mereka 

tinggal di pondok selama tujuh hari. Adakalanya baik 

bagi orang-orang yang hidup nyaman dan berlimpah 

untuk belajar bagaimana rasanya mengalami kesusahan. 

(2) Perayaan itu yaitu  perayaan pengumpulan hasil, demi-

kianlah itu disebut (Kel. 23:16). sesudah  mereka mengum-

pulkan hasil tanah mereka (ay. 39), buah anggur dan juga 

panen gandum, pada saat itulah mereka harus melaksana-

kan perayaan ini dengan rasa syukur kepada Tuhan atas 

semua penghasilan pada tahun ini. Dan sebagian penafsir 

berpendapat bahwa hari kedelapan dari perayaan itu me-

rujuk secara khusus pada alasan ini, yang menjadi dasar 

dari ketetapan ini. Perhatikanlah, sukacita panen harus 

dimanfaatkan untuk membuat kita semakin bersukacita di 

dalam Allah. TUHANlah yang empunya bumi serta segala 

isinya, dan sebab  itu apa saja yang darinya kita mendapat 

penghiburan, Dialah yang harus mendapatkan kemuliaan 

untuk itu, terutama jika  suatu rahmat disempurnakan. 

(3) Perayaan itu yaitu  suatu perlambang. Diduga oleh ba-

nyak penafsir bahwa Juruselamat kita yang terberkati itu 

dilahirkan di sekitar waktu perayaan ini. Pada saat itu Ia 

meninggalkan istana-istana terang-Nya di atas untuk ber-

kemah di antara kita (Yoh. 1:14), dan Ia tinggal di pondok-

pondok. Dan penyembahan kepada Tuhan di bawah Perjanji-

an Baru dinubuatkan dengan gagasan melaksanakan hari 

raya Pondok Daun (Za. 14:16). Sebab,  

[1] Injil Kristus mengajar kita untuk tinggal di pondok-

pondok, untuk tidak melekat pada dunia ini, sebagai 

orang yang tidak memiliki  tempat tinggal yang tetap 

di sini. Dan, dengan iman dan harapan, serta dengan 

pandangan hina yang kudus terhadap perkara-perkara 

duniawi yang sementara sifatnya, pergi kepada Kristus 

di luar perkemahan (Ibr. 13:13-14).  

[2] Injil Kristus mengajar kita untuk bersukacita di hadap-

an Tuhan Tuhan kita. Orang-orang yang bersunat, orang-

orang Israel sejati, yaitu  mereka yang selalu bermegah 


 888

dalam Kristus Yesus (Flp. 3:3). Dan semakin kita ter-

lepas dari dunia ini, semakin kita tidak mudah tergang-

gu dalam sukacita kita. 

II. Ringkasan dan kesimpulan dari ketetapan-ketetapan ini. 

1. Tuhan menetapkan perayaan-perayaan ini (ay. 37-38), belum ter-

masuk hari-hari dan segala korban sukarelamu. Ini mengajar 

kita,  

(1) Bahwa panggilan-panggilan pada pelayanan-pelayanan yang 

luar biasa tidak bisa dijadikan alasan bagi kita untuk meng-

abaikan kewajiban-kewajiban yang sudah ditetapkan untuk 

kita. Selama hari-hari perayaan Pondok Daun, pasti ada 

satu hari Sabat, yang harus dijalankan secara ketat seperti 

hari-hari Sabat lain.  

(2) Bahwa ketetapan-ketetapan Tuhan menyediakan tempat untuk 

persembahan-persembahan sukarela. Bukan berarti bahwa 

kita bisa mengadakan apa yang tidak pernah Dia tetapkan, 

tetapi bahwa kita dapat selalu mengulangi apa yang telah 

ditetapkan-Nya, lebih sering lebih baik. Tuhan sangat berkenan 

kepada suatu umat yang merelakan hatinya bagi Dia. 

2. Musa memaklumkan perayaan-perayaan ini kepada orang Israel 

(ay. 44). Ia memberi tahu mereka apa yang telah ditetapkan 

Allah, tidak lebih dan tidak kurang. Demikian pula Paulus me-

nyampaikan kepada jemaat-jemaat apa yang telah dia terima dari 

Tuhan. Beralasan bagi kita untuk bersyukur bahwa hari-hari 

raya Tuhan, yang dimaklumkan kepada kita sekarang, tidak 

begitu banyak. Tidak pula pelaksanaannya begitu memberatkan 

dan mahal, seperti yang terjadi pada orang-orang Yahudi dulu, 

tetapi lebih rohani dan penuh makna. Dan perayaan-perayaan 

kita itu merupakan tanda dan jaminan yang lebih pasti dan lebih 

manis akan perayaan kekal yang kita harapkan untuk rayakan 

sampai selama-lamanya. Perayaan kekal ini akan terjadi pada 

waktu pengumpulan hasil yang terakhir nanti. 

PASAL  24  

Di dalam pasal ini kita jumpai, 

I. Pengulangan hukum yang mengatur tentang lampu-lampu 

dan roti sajian (ay. 1-9).  

II. Pelanggaran terhadap hukum yang mengatur tentang peng-

hujatan, berikut penjara, pengadilan, penjatuhan hukuman, 

serta pelaksanaan hukuman mati terhadap si penghujat (ay. 

10-14, 23). 

III. Hukum yang mengatur tentang penghujatan diteguhkan (ay. 

15-16) dan beberapa  hukum lainnya (ay. 17, dst.). 

Hukum-hukum tentang Lampu 

(24:1-9) 

1 TUHAN berfirman kepada Musa: 2 ”Perintahkanlah kepada orang Israel, 

supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang tulen 

untuk lampu, supaya lampu dapat dipasang dan tetap menyala. 3 Harun 

harus tetap mengatur lampu-lampu itu di depan tabir yang menutupi tabut 

hukum, di dalam Kemah Pertemuan, dari petang sampai pagi, di hadapan 

TUHAN. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temu-

run. 4 Di atas kandil dari emas murni haruslah tetap diaturnya lampu-lampu 

itu di hadapan TUHAN.” 5 ”Engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan 

membakar dua belas roti bundar dari padanya, setiap roti bundar harus 

dibuat dari dua persepuluh efa; 6 engkau harus mengaturnya menjadi dua 

susun, enam buah sesusun, di atas meja dari emas murni itu, di hadapan 

TUHAN. 7 Engkau harus membubuh kemenyan tulen di atas tiap-tiap susun; 

kemenyan itulah yang harus menjadi bagian ingat-ingatan roti itu, yakni sua-

tu korban api-apian bagi TUHAN. 8 Setiap hari Sabat ia harus tetap meng-

aturnya di hadapan TUHAN; itulah dari pihak orang Israel suatu kewajiban 

perjanjian untuk selama-lamanya. 9 Roti itu teruntuk bagi Harun serta anak-

anaknya dan mereka harus memakannya di suatu tempat yang kudus; itulah 

bagian maha kudus  baginya dari segala korban api-apian TUHAN; itulah 

suatu ketetapan untuk selama-lamanya.”  

Pada perikop ini, segenap perhatian dicurahkan dan beberapa  perin-

tah diberikan guna mempersiapkan kandil (kaki dian atau tempat 

lilin – pen.) dan meja di rumah Tuhan dengan baik. 

I. Lampu-lampu harus selalu dijaga agar tetap menyala. Hukum ini 

sebelumnya telah kita dapati (Kel. 27:20-21). Di sini diulang 

kembali, mungkin sebab  sekarang hukum ini hendak diterapkan 

sesudah  segala hal lain terlaksana. 

1. Orang Israel harus menyediakan minyak (ay. 2), dan minyak 

ini, seperti semua perlengkapan lain yang akan dipergunakan 

di dalam ibadah kepada Allah, haruslah berkualitas terbaik, 

terbuat dari minyak zaitun tumbuk yang tulen, yang kemung-

kinan melewati dua kali penyaringan. Minyak ini dipakai 

supaya lampu dapat dipasang dan tetap menyala. Alkitab 

dalam bahasa Inggris menerjemahkan dengan lampu-lampu, 

tetapi menurut naskah aslinya, kata ini dituliskan dalam 

bentuk tunggal di ayat 2, supaya lampu dapat dipasang dan 

tetap menyala,namun  dalam bentuk jamak di ayat 4, haruslah 

tetap diaturnya lampu-lampu itu. Ketujuh lampu yang dinyala-

kan bersama-sama di atas satu kandil menjadi satu lampu. 

Mengacu kepada hal ini, Roh Tuhan digambarkan sebagai tujuh 

obor yang menyala-nyala di hadapan takhta (Why. 4:5), sebab  

ada rupa-rupa karunia,namun  satu Roh (1Kor. 12:4). Para 

hamba Tuhan yaitu  seperti lampu-lampu yang menyala-

nyala dan bercahaya di dalam jemaat Kristus,namun  jemaat 

punya kewajiban untuk mencukupi kebutuhan mereka, sama 

seperti orang Israel yang bertugas untuk menyediakan minyak 

bagi lampu. Pemeliharaan yang buruk terhadap para hamba 

Tuhan akan menghasilkan pelayanan yang buruk pula. 

2. Para imam harus mengatur lampu-lampu ini . Mereka 

harus mematikannya, membersihkan kandil, dan menuangkan 

minyak ke dalamnya, pagi dan petang (ay. 3-4). Demikianlah 

tugas para pelayan Injil untuk berpegang pada firman kehidup-

an, dengan tidak memasang terang baru, melainkan dengan 

menjelaskan firman itu secara terperinci serta mengabarkan-

nya, sehingga terang Injil menjadi semakin menyala dan 

menyebar. Inilah cara yang umum dilakukan untuk menjaga 

lampu-lampu tetap menyala. Akannamun , saat  jemaat berada 

di dalam keadaan berkekurangan dan kesusahan, kita melihat 

Kitab Imamat 24:1-9 

bahwa lampu-lampunya senantiasa dipasok minyak dari zai-

tun yang baik secara langsung, tanpa pelayanan dari imam 

maupun jemaat (Za. 4:2-3). Sebab, meskipun Tuhan membatasi 

diri kita dengan segala sumber daya yang terlihat, namun Ia 

tidak membatasi diri-Nya dengan hal-hal itu, dan Ia akan me-

mastikan bahwa lampu-Nya di dunia tidak akan padam kare-

na kehabisan minyak.  

II. Sajian harus selalu dipersiapkan di atas meja. Hal ini sudah 

ditetapkan sebelumnya (Kel. 25:30). Lebih lanjut dijelaskan pula 

pada bagian ini, 

1. Roti sajian harus tersedia di atas meja. Bukan santapan lezat, 

bukan pula aneka ragam hidangan untuk memuaskan selera 

makan yang tinggi, melainkan dua belas keping roti bundar 

saja (ay. 5-6). Di mana ada roti berlimpah, di situ tidak ada 

kelaparan, dan di mana tidak ada roti, tidak ada pula peraya-

an. Masing-masing suku Israel mendapat sekeping roti, sebab  

di rumah Bapa kita ada cukup roti. Mereka semua memperoleh 

persediaannya dari pemberian ilahi, dan mereka semua diper-

silakan datang untuk memperoleh karunia ilahi. Bahkan sete-

lah sepuluh suku Israel itu memberontak, roti sajian ini tetap 

tersedia dalam jumlah yang sama (2Taw. 13:11), hanya demi 

beberapa orang dalam setiap suku itu yang masih setia dan 

tetap mengunjungi bait Allah. 

2. Segenggam kemenyan harus dibubuhkan pada piring cawan 

emas yang diletakkan di atas tiap-tiap susun roti sajian (ay. 7). 

saat  roti sajian diambil dan diberikan kepada para imam, 

kemenyan ini  lalu  dibakar di atas mezbah, menu-

rut saya, dengan dibubuhkan di atas ukupan yang dibakar 

setiap hari. Kemenyan ini menjadi bagian ingat-ingatan roti 

sajian itu, suatu korban yang dipersembahkan melalui api, 

seperti halnya segenggam korban sajian yang dibakar di atas 

mezbah juga disebut sebagai bagian ingat-ingatan korban itu 

(2:2). Demikianlah sebagian kecil dari korban ini  diterima 

dan diakui sebagai persembahan yang bersahaja, sementara 

semua roti sajian diserahkan kepada para imam. Segenap 

umat Israel rohani kepunyaan Allah, yang dilambangkan 

dengan kedua belas roti sajian, dibuat menjadi persembahan 

yang harum melalui Kristus, dan doa-doa mereka dikatakan 

telah naik ke hadirat Tuhan sebagai bagian ingat-ingatan  (Kis. 

10:4, KJV). Kata “bagian ingat-ingatan” ini berasal dari hukum 

Taurat. 

3. Setiap hari Sabat, roti sajian yang lama diganti dengan roti 

sajian yang baru. sesudah  diletakkan selama satu minggu, roti 

sajian yang lama lalu dimakan oleh para imam bersama 

segenap bagian kudus lainnya, dan harus dimakan di tempat 

yang kudus (ay. 9). Dan roti yang baru disediakan oleh orang 

Israel lalu disajikan di dalam ruang kudus bagi mereka (ay. 8). 

Orang Yahudi berkata, “Tangan para imam yang mempersiap-

kan roti bercampur dengan tangan yang mengambilnya, su-

paya meja sajian itu tidak pernah kosong dan supaya roti ter-

sedia senantiasa di hadapan Tuhan.” Tuhan tidak pernah tidak 

memiliki persediaan untuk menjamu mereka yang datang 

kepada-Nya, tidak seperti halnya manusia yang kerap kali 

tidak memiliki persediaan (Luk. 11:5). Setiap roti bundar 

mengandung dua persepuluh efa, yakni dua gomer tepung 

yang terbaik, jumlah yang sama dengan manna yang dikum-

pulkan orang Israel pada hari keenam untuk mempersiapkan 

hari Sabat (Kel. 16:22). Demikianlah beberapa orang berang-

gapan bahwa roti sajian ini, yang dipersiapkan di atas meja 

pada hari Sabat, dimaksudkan untuk mengingat manna yang 

menjadi makanan orang Israel di padang gurun. Oleh sebab  

itu, para hamba Kristus harus selalu menyajikan roti yang 

baru bagi rumah-Nya, yakni hasil pendalaman Kitab Suci yang 

segar, di setiap hari Sabat, agar kemajuan mereka nyata 

kepada semua orang (1Tim. 4:15).                

Hujatan Anak Selomit;  

Hukuman terhadap Anak Selomit 

(24:10-23) 

10 Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki, ibunya seorang Israel sedang 

ayahnya seorang Mesir, di tengah-tengah perkemahan orang Israel; dan 

orang itu berkelahi dengan seorang Israel di perkemahan. 11 Anak perempuan 

Israel itu menghujat nama TUHAN dengan mengutuk, lalu dibawalah ia 

kepada Musa. Nama ibunya ialah Selomit binti Dibri dari suku Dan. 12 Ia 

dimasukkan dalam tahanan untuk menantikan keputusan sesuai dengan 

firman TUHAN. 13 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 14 ”Bawalah orang 

yang mengutuk itu ke luar perkemahan dan semua orang yang mendengar 

haruslah meletakkan tangannya ke atas kepala orang itu, sesudahnya harus-

Kitab Imamat 24:10-23 

lah seluruh jemaah itu melontari dia dengan batu. 15 Engkau harus mengata-

kan kepada orang Israel, begini: Setiap orang yang mengutuki Tuhan harus 

menanggung kesalahannya sendiri. 16 Siapa yang menghujat nama TUHAN, 

pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. 

Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN, 

haruslah dihukum mati. 17 Juga jika  seseorang membunuh seorang ma-

nusia, pastilah ia dihukum mati. 18namun  siapa yang memukul mati seekor 

ternak, harus membayar gantinya, seekor ganti seekor. 19 jika  seseorang 

membuat orang sesamanya bercacat, maka seperti yang telah dilakukannya, 

begitulah harus dilakukan kepadanya: 20 patah ganti patah, mata ganti mata, 

gigi ganti gigi; seperti dibuatnya orang lain bercacat, begitulah harus dibuat 

kepadanya. 21 Siapa yang memukul mati seekor ternak, ia harus membayar 

gantinya,namun  siapa yang membunuh seorang manusia, ia harus dihukum 

mati. 22 Satu hukum berlaku bagi kamu, baik bagi orang asing maupun bagi 

orang Israel asli, sebab Akulah TUHAN, Allahmu.” 23 Demikianlah Musa me-

nyampaikan firman itu kepada orang Israel, lalu dibawalah orang yang 

mengutuk itu ke luar perkemahan, dan dilontarilah dia dengan batu. Maka 

orang Israel melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 

Perilaku yang jahat, boleh dikatakan, melahirkan hukum yang baik. 

Pada bagian ini, kita jumpai satu gambaran mengenai perilaku jahat 

seorang keturunan Israel yang namanya tidak disebutkan, beserta 

hukum yang baik yang dikeluarkan sebab nya. 

I. Pelakunya yaitu  seorang laki-laki yang memiliki ayah orang 

Mesir dan ibu orang Israel (ay. 10). Ibunya berasal dari suku Dan 

(ay. 11). Baik nama orang itu maupun nama ayahnya tidaklah 

disebutkan, hanya nama ibunya yang orang Israel saja yang 

disebutkan. Catatan khusus mengenai garis keturunannya ini 

dituliskan dengan maksud, 

1. Menunjukkan apa yang melatarbelakangi perkelahian yang 

melibatkan orang itu. Orang-orang Yahudi berkata, “Orang itu 

ingin mendirikan tenda di tengah-tengah orang Dan, sebab  

ibunya dari suku itu,namun  keinginannya itu ditentang keras 

oleh beberapa orang dari suku itu. Ia pun lalu diberitahu 

bahwa sebab  ayahnya yaitu  orang Mesir, ia tidak berhak 

dan tidak mendapat bagian untuk mendirikan tenda di 

tengah-tengah orang Dan, serta harus menganggap dirinya 

sebagai orang asing.” Atau, 

2. Memperlihatkan dampak buruk yang umumnya terjadi oleh 

sebab perkawinan campur. saat  seorang putri Israel mau 

menikahi orang Mesir yang dengan giat menyembah berhala, 

apa lagi buah pernikahannya selain seorang penghujat? Kare-

na anak-anak hasil pernikahan itu akan cenderung berpihak

kepada pihak yang lebih buruk, siapapun itu, sehingga akan 

lebih cepat belajar menghujat dari ayahnya, yang yaitu  se-

orang Mesir, dibandingkan  belajar berdoa dan memuji dari ibunya, 

yang yaitu  seorang Israel.  

II. Kejadian yang melatarbelakangi kejahatan ini yaitu  suatu per-

tengkaran: Ia berkelahi dengan seorang Israel. Dengan berbagai 

cara, banyaknya orang Mesir yang turut serta bersama orang 

Israel (Kel. 12:38) menjadi duri di dalam daging. Pertengkaran 

inilah salah satu contohnya, dan orang-orang Mesir ini memang 

kerap kali menjadi pencetus perkelahian. Cara menjaga kedamai-

an di dalam jemaat yaitu  dengan menjaga kemurniannya. Dalam 

pertengkaran ini, ia meledak dengan kata-kata kasar. Perhatikan, 

saat  suatu pertengkaran terjadi, kita tidak dapat mengetahui 

seberapa besar kerusakan yang ditimbulkannya sampai perteng-

karan ini  usai, juga mustahil bagi kita untuk dapat menge-

tahui bagaimana mengatasi huru-hara yang dicetuskan oleh api 

yang awalnya kecil. saat  berada dalam emosi yang meledak-

ledak, manusia cenderung melupakan akal sehat serta keyakinan 

agamanya, sehingga inilah alasan kuat mengapa kita tidak boleh 

cepat menanggapi atau balik melawan penghasutan, dan harus 

segera meninggalkan perkelahian sebelum dicampuri oleh hal-hal 

lain, sebab  memulai pertengkaran yaitu  seperti membuka jalan 

air.  

III. Kejahatan itu yaitu  penghujatan dan pengutukan (ay. 11). 

Tampaknya, perkara orang itu dibawa ke muka para hakim, yang 

lalu  memutuskan bahwa ia tidak berhak atas hak istimewa 

yang dimiliki orang Israel, mengingat ayahnya yaitu  seorang 

Mesir, dan di dalam kemarahannya saat  mendengar putusan 

itu, 

1. Ia menghujat nama Tuhan. Ia menghujat nama, artinya, ia 

menghujat Allah, yang dikenal hanya dari nama-Nya, tidak 

dari sifat-Nya, atau dari rupa apa pun. Bukan berarti bahwa 

Tuhan hanyalah sebuah nama, melainkan nama-Nya yaitu  

nama di atas segala nama. Para penerjemah Alkitab menam-

bahkan kata Tuhan, yang sesungguhnya tersirat, bukan ter-

surat, dalam teks aslinya, untuk menghormati keagungan 

ilahi. Sungguh suatu hal yang memalukan jika  di dalam 

Kitab Imamat 24:10-23

catatan aslinya sampai ditemukan bahwa nama TUHAN 

(Yahweh) dihujat, janganlah kabarkan itu di Gat. Orang-orang 

Yahudi yang percaya takhayul suka beranggapan bahwa hujat 

orang keturunan Israel itu terletak di dalam tindakannya 

menyebut nama TUHAN (Yahweh), yang menurut mereka sama 

sekali tidak boleh diucapkan. Padahal Ia yang menyatakan 

diri-Nya sendiri dengan nama itu tidak pernah melarang orang 

memanggil-Nya dengan nama itu. Ada kemungkinan bahwa di 

dalam sedihnya saat  menyadari adanya pemisahan ilahi, 

yang memisahkan antara orang Israel dan orang asing, orang 

itu dengan lancangnya menyalahkan baik hukum maupun 

Sang Pembuat Hukum, dan menantang-Nya. 

2. Ia mungkin saja mengutuk Tuhan (sehingga tindakannya itu 

sama saja dengan menghujat) atau mengutuk orang yang men-

jadi lawannya di dalam pertengkaran. Sumpah serapah yaitu  

bahasa jahat yang keluar dari kemarahan yang gegabah serta 

kedengkian yang mendalam. Atau, mungkin juga ia mengutuk 

para hakim yang memberinya putusan. Ia menghina pengadil-

an dan mencela proses peradilan itu. Dengan demikian, ia me-

nambahkan dosa ke atas dosa. 

IV. Kehati-hatian di dalam penanganan lebih lanjut terhadap orang 

itu atas dosa penghujatan ini. Para saksi atau hakim pembantu 

membawa orang itu beserta kasusnya (yang tidak lazim) kepada 

Musa (ay. 11), menurut peraturan yang telah ditetapkan (Kel. 

18:22), dan Musa sendiri tidak dengan gegabah menghakimi, 

melainkan memasukkan sang pelaku hujat ke dalam tahanan, 

sampai ia selesai meminta petunjuk Tuhan untuk kasus ini. 

Perhatikan, seorang hakim harus memiliki  sifat tenang dan 

berhati-hati. Baik hakim yang memberi putusan maupun hakim 

yang menetapkan penghukuman atas putusan ini , kedua-

nya harus mempertimbangkan dengan hati-hati apa yang mereka 

perbuat dengan tidak tergesa-gesa, sebab pengadilan yaitu  kepu-

nyaan Tuhan (Ul. 1:17), dan di hadapan-Nyalah alasan di balik se-

gala putusan akan diperdengarkan kembali. Mereka menunggu 

untuk mengetahui pikiran Tuhan, apakah orang itu akan dihukum 

mati oleh tangan para pemimpin atau akan diserahkan ke dalam 

penghakiman Allah: atau, lebih tepatnya, mereka ingin tahu, 

apakah orang itu akan dilempari batu, seperti halnya orang-orang

yang mengutuki ayahnya atau ibunya (20:9), atau, sebab  keja-

hatan orang itu lebih besar lagi, akankah ada penghukuman yang 

jauh lebih menyakitkan baginya. Perhatikan, mereka yang duduk 

di kursi penghakiman harus dengan tulus mendambakan, dan 

melalui doa serta dengan mempergunakan segala cara yang baik, 

harus berusaha keras mengetahui pikiran Tuhan, sebab  mereka 

memutuskan hukum untuk Tuhan (2Taw. 19:6) dan kepada-Nyalah 

mereka harus mempertanggungjawabkan segalanya. 

V. Penghukuman yang ditetapkan atas pelaku kejahatan itu oleh 

Sang Hakim Agung sorga dan bumi: Haruslah seluruh jemaah itu 

melontari dia dengan batu (ay. 14). Tuhan bisa saja melenyapkan 

orang itu dengan sesaat  menghantamnya dari sorga,namun  Ia 

memberi kehormatan ini ke atas lembaga peradilan, agar pelak-

sanaan penghukuman itu mendukung dan membenarkan kemu-

liaan-Nya di dunia. Perhatikan, 

1. Tempat dilaksanakannya penghukuman ini : Bawalah 

orang yang mengutuk itu ke luar perkemahan. Untuk menyata-

kan kejijikan mereka akan kejahatan itu, mereka harus 

mengenyahkan pelakunya layaknya cabang pohon yang jijik, 

dan memisahkannya dari mereka, layaknya barang yang najis 

dan tidak pantas mendapat tempat di perkemahan Israel. 

2. Para pelaksana penghukuman: Haruslah seluruh jemaah mela-

kukannya, untuk menunjukkan kegigihan mereka untuk 

kehormatan nama Allah. Masing-masing orang harus melon-

tarkan sebuah batu kepada dia yang menghujat Allah. Mereka 

harus merasa diri ikut dicela saat  Tuhan dicela (Mzm. 69:10). 

Demikianlah kengerian yang lebih besar juga akan menimpa 

seluruh jemaah, bahwa mereka yang pernah turut melontari 

seorang penghujat dengan batu, sesudah  peristiwa itu, akan 

takut kepada segala sesuatu yang mendekati, menyerupai, 

atau mengarah kepada hujat. 

3. Kekhidmatan pelaksanaan penghukuman itu. Sebelum selu-

ruh jemaah melontari dia dengan batu, para saksi harus mele-

takkan tangan mereka ke atas kepala orang itu. Orang-orang 

Yahudi berkata bahwa tindakan ini hanya dilakukan dalam 

penghukuman terhadap para penghujat, tidak kepada pen-

jahat lainnya. Dan tindakan ini dilakukan sambil mengucap-

kan kata-kata ini, “Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepala-

Kitab Imamat 24:10-23 

mu sendiri, sebab  kamu sendirilah yang mendatangkannya. 

Biarlah tidak ada kesalahan ditimpakan kepada hukum, para 

hakim, juri, atau saksi. Jikalau engkau mencemooh, engkau 

sendirilah orang yang akan menanggungnya.” 

VI. Suatu hukum mengenai hukuman rajam bagi para penghujat 

ditetapkan pada kesempatan ini (ay. 15-16). Para hakim merupa-

kan pengawal kehormatan Tuhan dan kesejahteraan masyarakat, 

sehingga mereka harus melawan orang-orang yang merendahkan 

keberadaan dan pemerintahan Tuhan demi kehormatan-Nya, serta 

melawan orang-orang yang mengusik kedamaian dan keamanan 

masyarakat. 

1. Hukum ini dengan kuat ditekankan dan dalam keadaan apa-

pun tidak boleh dipandang sepele: Pastilah ia dihukum mati 

dan dilontari batu oleh seluruh jemaah itu. Mereka yang 

memandang enteng kemuliaan Tuhan mungkin berpikir keras 

untuk dapat memahami bahwa seseorang dapat ditetapkan 

sebagai penghujat hanya sebab  satu kata (kata-kata hanyalah 

seperti angin lalu). Namun, Tuhan akan membuat mereka 

mengetahui, bahwa mereka tidak boleh mengganggap enteng 

perkataan mereka, seperti yang terjadi dalam kasus ini, di 

mana hujat orang itu berasal dari kedengkian terhadap Tuhan 

yang tersimpan di dalam hatinya, dan mendatangkan kesalah-

an besar atau kesedihan yang luar biasa di hati mereka yang 

mendengar hujat itu.  

2. Hukum ini turut berlaku bagi orang asing yang tinggal di 

tengah-tengah mereka serta yang lahir di tanah itu. Tuhan tidak 

pernah membuat hukum apapun yang memaksa orang asing 

untuk disunat dan memeluk agama Yahudi (penganut sebab  

paksaan tidak akan membawa kehormatan bagi Tuhan Israel), 

tetapi Ia menetapkan sebuah hukum untuk mencegah orang 

asing berbicara jahat tentang Tuhan Israel.  

3. Orang yang dihukum mati sebab  telah menghujat dikatakan 

menanggung kesalahannya sendiri, di dalam penghukuman 

sebab  perbuatannya itu. Baginya, tidak ada korban persem-

bahan yang bisa digunakan untuk mengalihkan dosanya itu, 

sebab  ia sendiri harus menanggung dosanya atas dirinya 

sendiri, sebagai korban bagi keadilan ilahi. Demikianlah ia 

tergelincir sebab  lidahnya sendiri, dan lidah seorang peng-

hujat akan tergelincir begitu hebat. 

VII. Pengulangan beberapa  hukum lain yang turut disertakan bersama 

hukum baru ini. 

1. Bahwa pembunuhan harus diganjar dengan kematian (ay. 17, 

dan lagi ay. 21), menurut sebuah hukum kuno di jaman Nuh 

(Kej. 9:6), dan menurut hukum alam (Kej. 4:10).  

2. Bahwa orang yang membuat sesamanya menjadi cacat harus 

dihukum dengan cara yang sama menurut hukum pembalas-

an (ay. 19-20). Ini tidak berarti bahwa manusia dalam kasus-

kasus ini dapat memutuskan sendiri untuk membalas den-

dam,namun  mereka harus menyampaikannya kepada hakim 

masyarakat, yang akan memutuskan penderitaan bagi yang 

mencederai dan tebusan bagi yang dicederai, sesuai dengan 

kerugian yang ditimbulkan. Hukum ini telah kita dapati sebe-

lumnya (Kel. 22:4-5), dan hukum ini lebih sesuai dengan 

tatanan yang berlaku pada saat itu, yang di dalamnya terung-

kap kekakuan hukum serta penghukuman yang pantas bagi 

dosa, dibandingkan  dengan tatanan tempat kita berada saat ini, 

yang di dalamnya terungkap anugerah Injil dan pengampunan 

dosa. Demikianlah Juruselamat kita telah mengesampingkan 

hukum ini (Mat. 5:38-39), bukan untuk mencegah para hakim 

menjalankan keadilan masyarakat, melainkan untuk mence-

gah kita semua membalas dendam atas segala kesakitan yang 

kita alami dari sesama kita dan mengharuskan kita mengam-

puni, seperti kita sendiri diampuni dan berharap untuk diam-

puni. 

3. Bahwa cedera yang disengaja terhadap ternak milik sesama 

harus dihukum dengan membayar gantinya (ay. 18, 21). Demi-

kianlah hukum ilahi tidak hanya mengatur nyawa manusia, 

tetapi juga turut melindungi segala sesuatu yang menjadi milik 

mereka. Hewan-hewan yang bukan milik siapa pun, yang 

menurut hukum kita disebut ferae naturae – liar, secara hu-

kum boleh dibunuh,namun  hewan yang menjadi milik orang 

tidak boleh dibunuh. Apakah Tuhan peduli terhadap lembu? 

Tentu saja. Demi kebaikan kita, Tuhan peduli. 

4. Bahwa orang asing, seperti halnya orang Israel asli, sama-

sama berhak menikmati kebaikan hukum ini, agar mereka 

Kitab Imamat 24:10-23 

tidak menjadi korban kejahatan, dan sama-sama dapat di-

kenakan ganjaran menurut hukum ini, bila mereka berbuat 

kejahatan. Tampaknya inilah yang menjadi alasan beberapa  

hukum ini dipaparkan di sini, yakni untuk memperlihatkan 

keadilan yang berlaku saat  orang asing dan orang Israel 

sama-sama harus dihukum untuk penghujatan, seperti halnya 

orang asing dan orang Israel juga dapat dihukum sebab  keja-

hatan lain. Dan mungkin ada alasan lebih lanjut mengapa 

hukum-hukum ini dikemukakan di sini, yakni bahwa Tuhan 

hendak memperlihatkan pemeliharaan-Nya bagi keamanan 

manusia dengan menghukum orang-orang yang melukainya. 

Ini seharusnya menjadi alasan kuat bagi para hakim untuk se-

makin bergiat demi kehormatan-Nya, dan menghukum orang-

orang yang menghujat nama-Nya. Bila Tuhan peduli akan ke-

beradaan mereka, mereka harus peduli akan kemuliaan-Nya. 

VIII. Pelaksanaan hukuman terhadap para penghujat. Dalam hal ini, 

Musa seolah-olah menjadi orang yang menandatangani surat 

perintah atas penghukuman ini : Ia menyampaikan firman itu 

kepada orang Israel untuk melaksanakannya, dan mereka mela-

kukan seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa (ay. 23). Ini 

mengajarkan bahwa maut yaitu  upah dosa, dan bahwa peng-

hujatan secara khusus merupakan kejahatan yang patut dihukum 

oleh hakim. Sekalipun orang-orang yang mencemarkan nama 

Tuhan dapat mengelak dari penghukuman manusia, namun Tuhan 

Tuhan kita tidak akan membiarkan mereka lepas dari penghakim-

an-Nya yang adil. Penghujat di dalam pasal ini yaitu  yang per-

tama mati di bawah hukum Musa. Stefanus, orang pertama yang 

mati demi Injil, mati oleh sebab penyalahgunaan hukum ini. Baik 

martir maupun penjahat, keduanya mati dengan cara yang sama, 

tetapi betapa jauhnya perbedaan di antara keduanya!   

 

 

 

PASAL  25  

ukum di dalam pasal ini yaitu  tentang tanah dan rumah serta 

harta milik orang Israel di Kanaan. Bagaimana mereka men-

duduki tanah itu dan menjualnya, semuanya haruslah di bawah 

tuntunan Ilahi, termasuk pula peraturan tentang ibadah keagamaan. 

Sebab, sama seperti Kemah Suci yaitu  sebuah tempat yang kudus, 

demikian pula Kanaan yaitu  sebuah tanah yang suci. Dan sebab  

itu, Kanaan yaitu  kemuliaan dari semua negeri. Sebagai tanda 

bahwa Tuhan memiliki hak khusus atas tanah Kanaan ini, dan punya 

hak untuk menyerahkannya, maka Ia menetapkan:  

I. Bahwa setiap tujuh tahun harus menjadi suatu tahun istira-

hat atau perhentian untuk menduduki atau mengerjakan 

tanah, suatu Tahun Sabat (ay. 1-7). Di sini Tuhan mengharap-

kan dari mereka tindakan iman dan ketaatan yang luar biasa 

dan mereka juga dapat mengharapkan dari Tuhan tindakan 

kuasa dan kebaikan-Nya yang luar biasa dalam mencukupi 

kebutuhan hidup mereka (ay. 18-22).  

II. Bahwa setiap tahun kelima puluh harus menjadi suatu 

tahun Yobel, yaitu:  

1. Suatu tahun pembebasan dari utang dan surat utang dan 

pulang ke tanah milik mereka serta kepada kaum mereka 

(ay. 8-17). Petunjuk khusus diberikan:  

(1) Mengenai penjualan dan penebusan tanah (ay. 23-28).  

(2) Tentang rumah-rumah di kota dan di desa dengan 

suatu ketentuan khusus untuk kota-kota orang Lewi 

(ay. 29-34).  

2. Suatu tahun pembebasan budak-budak dan budak-bu-

dak belian.  


(1) Di sini disisipkan sebuah hukum untuk memperla-

kukan dengan baik orang berutang yang jatuh miskin 

(ay. 35-38).  

(2) Lalu diberikan hukum mengenai pembebasan semua 

orang Israel yang telah dijual sebagai budak dalam ta-

hun Yobel, jika  mereka belum ditebus sebelumnya.  

[1] jika  mereka dijual kepada sesama orang Israel  

(ay. 39-46). Dan, 

[2] jika  dijual kepada orang asing atau pendatang 

(ay. 47-55). 

Semua ketetapan ini memiliki suatu kewajiban moral dan bersifat 

abadi di dalamnya, kendati tidak khusus untuk orang Yahudi saja, 

namun pemberlakuannya diperuntukkan hanya bagi mereka selama 

mereka tinggal di negeri Kanaan.  

Tahun Sabat 

(25:1-7) 

1 TUHAN berfirman kepada Musa di gunung Sinai: 2 “Berbicaralah kepada 

orang Israel dan katakan kepada mereka: jika  kamu telah masuk ke 

negeri yang akan Kuberikan kepadamu, maka tanah itu harus mendapat 

perhentian sebagai Sabat bagi TUHAN. 3 Enam tahun lamanya engkau harus 

menaburi ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus merantingi 

kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil tanah itu, 4namun  pada tahun 

yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu Sabat, masa perhentian 

penuh, suatu Sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun 

anggurmu janganlah kaurantingi. 5 Dan apa yang tumbuh sendiri dari 

penuaianmu itu, janganlah kautuai dan buah anggur dari pokok anggurmu 

yang tidak dirantingi, janganlah kaupetik. Tahun itu harus menjadi tahun 

perhentian penuh bagi tanah itu. 6 Hasil tanah selama Sabat itu haruslah 

menjadi makanan bagimu, yakni bagimu sendiri, bagi budakmu laki-laki, 

bagi budakmu perempuan, bagi orang upahan dan bagi orang asing di 

antaramu, yang semuanya tinggal padamu. 7 Juga bagi ternakmu, dan bagi 

binatang liar yang ada di tanahmu, segala hasil tanah itu menjadi makan-

annya. 

Hukum Musa memberi penekanan yang sangat besar pada hari 

Sabat. Sabat merupakan ketetapan Tuhan yang paling pertama diku-

duskan dan yang tertua dari semua ketetapan ilahi. Sabat dirancang 

untuk memelihara pengetahuan manusia akan Tuhan dan penyem-

bahan kepada-Nya sebagai Sang Pencipta. Hukum ini tidak hanya 

menghidupkan kembali ditunaikannya hari Sabat setiap minggu, 

tetapi, untuk lebih mendukung kehormatannya, juga menambahkan 

sebuah ketetapan mengenai suatu hari bagi tahun Sabat:namun  pada 

Kitab Imamat 25:1-7 

tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu Sabat  (ay. 4). 

Dari sini, orang-orang Yahudi menyimpulkan tradisi ini  bahwa 

sesudah  bumi berumur enam ribu tahun (seribu tahun bagi Tuhan 

sama dengan satu hari)  bumi akan berhenti, dan Sabat kekal akan 

berlaku. Pandangan ini sangatlah lemah untuk dipakai dalam me-

nentukan hari dan jam hari besar itu, yang merupakan hak Tuhan 

saja untuk mengetahuinya. Tahun Sabat ini dimulai di bulan 

September, di akhir waktu panen, bulan ketujuh dari tahun gerejani 

mereka. Hukum ini  yaitu :  

1. Bahwa pada waktu menabur, yang dilakukan segera sesudah  ber-

akhir waktu pengumpulan hasil panen, mereka tidak boleh mena-

bur benih di tanah mereka, dan di musim semi mereka tidak 

boleh merantingi kebun anggur mereka, sehingga akibatnya mere-

ka juga tidak boleh mengharapkan panen anggur di tahun beri-

kutnya.  

2. Bahwa apa yang telah dihasilkan oleh tanah ini  tidak boleh 

mereka ambil atau gunakan, selain untuk dimakan,namun  harus 

dibiarkan bagi orang miskin, para budak, orang-orang asing, dan 

ternak (ay. 5-7). Harus ada suatu Sabat perhentian bagi tanah. 

Mereka juga tidak boleh mengerjakan tanah ini , atau 

mengharapkan hasil darinya. Semua pekerjaan tahunan harus 

dihentikan sebentar di tahun ketujuh, seperti halnya segala 

pekerjaan harian tidak boleh dilakukan pada hari ketujuh. Orang-

orang Yahudi berkata mereka “mulai menghitung tahun Sabat 

sesudah  mereka berhasil menduduki negeri Kanaan, yaitu pada 

tahun ke delapan masa kepemimpinan Yosua. Tahun ketujuh 

sesudah menduduki Kanaan yaitu  tahun Sabat yang pertama, 

dan begitu pula tahun kelima puluh sesudah  pendudukan Kanaan 

yaitu  tahun Yobel.” Pada tahun Sabat ini harus terjadi suatu 

penghapusan terhadap semua utang (Ul. 15:1-2) dan dilakukan 

pembacaan hukum Taurat tentang tahun Sabat ini pada hari raya 

Pondok Daun (Ul. 31:10-11), untuk membuatnya lebih khidmat. 

Sekarang,  

(1) Dengan tahun Sabat ini Tuhan hendak menunjukkan kepada 

mereka bahwa Ia yaitu  tuan tanah mereka, dan bahwa 

mereka yaitu  para penyewanya sesuai kehendak-Nya. Tuan 

tanah biasanya berurusan dengan para penyewa kapan mere-

ka akan membajak, berapa lama mereka mengolah tanah dan 

menanam, dan kapan mereka harus membiarkan tanah tanpa 

diolah. Jadi, Tuhan memberi, mengaruniakan, dan menyerah-

kan tanah yang baik itu kepada mereka, dengan ketentuan 

dan syarat-syarat, supaya mereka tahu bahwa mereka bukan-

lah pemilik, melainkan bergantung pada TUHAN mereka.  

(2) yaitu  baik bagi tanah mereka untuk dibiarkan beristirahat 

sementara waktu, supaya tanah itu, seperti kata para petani, 

tersimpan bagi anak cucu, dan Tuhan ingin agar mereka 

mengingat kepentingan anak cucu mereka, dan tidak memakai 

tanah ini  seakan-akan tanah ini  dirancang hanya 

untuk satu masa saja.  

(3) jika  orang-orang Israel selama satu tahun penuh diistira-

hatkan dari semua urusan tanah, maka mereka akan mem-

punyai lebih banyak waktu luang untuk menghadiri kegiatan-

kegiatan ibadah dan beroleh pengetahuan tentang Tuhan dan 

hukum-hukum-Nya.  

(4) Dengan demikian mereka diajar untuk menjadi dermawan dan 

murah hati serta tidak menguasai semuanya bagi diri sendiri, 

melainkan bersedia berbagi dengan orang lain di dalam berba-

gai pemberian dari kekayaan Tuhan yang berlimpah, yang diha-

silkan oleh bumi.  

(5) Mereka dilatih hidup dalam kebergantungan yang terus-mene-

rus kepada pemeliharaan ilahi, sehingga bisa memahami, bah-

wa sebagaimana manusia hidup bukan hanya dengan roti saja, 

melainkan juga dengan roti yang tidak diperolehnya dengan 

kerja keras, yaitu, jika Tuhan berkenan, dengan firman yang 

memberkati dari mulut-Nya. Dan roti dari firman-Nya ini tidak 

diusahakan dengan susah payah oleh manusia (Mat. 4:4).  

(6) Mereka diingatkan tentang kehidupan mudah yang pernah 

manusia rasakan di firdaus, saat  ia makan dari segala se-

suatu yang baik, bukan, seperti sesudahnya, dengan berpeluh 

di wajahnya. Kerja dan usaha keras masuk bersama dosa.  

(7) Mereka diajar untuk memikirkan bagaimana orang miskin hi-

dup, yang tidak pernah menabur atau menuai,namun  semata-

mata hanya oleh berkat Tuhan saja.  

(8) Tahun perhentian ini menggambarkan istirahat rohani yang 

dirayakan oleh semua orang percaya melalui Kristus yaitu Nuh 

kita yang sejati, yang memberi kita penghiburan dan perhenti-

an dalam pekerjaan kita yang penuh susah payah di tanah

Kitab Imamat 25:8-22 

 yang telah terkutuk oleh TUHAN (Kej. 5:29). Melalui Kristus kita 

dilegakan dari beban urusan dan pekerjaan duniawi, yang 

keduanya dikuduskan dan dimaniskan buat kita, dan kita 

dimampukan serta dikuatkan untuk hidup oleh iman. Dan, 

sama seperti hasil dari tahun Sabat atas tanah ini dinikmati 

oleh orang banyak, demikian pula keselamatan yang dikerja-

kan oleh Kristus yaitu  suatu keselamatan bagi banyak orang. 

Tahun Sabat ini tampaknya telah dihidupkan kembali di 

dalam jemaat Kristen, saat  orang-orang percaya memiliki 

segala kepunyaan bersama (Kis. 2:44).  

Penetapan Tahun Yobel 

(25:8-22) 

8 Selanjutnya engkau harus menghitung tujuh tahun Sabat, yakni tujuh kali 

tujuh tahun; sehingga masa tujuh tahun Sabat itu sama dengan empat 

puluh sembilan tahun. 9 Lalu engkau harus memperdengarkan bunyi sang-

kakala di mana-mana dalam bulan yang ketujuh pada tanggal sepuluh bulan 

itu; pada hari raya Pendamaian kamu harus memperdengarkan bunyi 

sangkakala itu di mana-mana di seluruh negerimu. 10 Kamu harus mengu-

duskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri 

itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan 

kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya. 

11 Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, jangan 

kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kamu 

tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik buahnya.  

12 sebab  tahun itu yaitu  tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu; hasil 

tahun itu yang hendak kamu makan harus diambil dari ladang. 13 Dalam 

tahun Yobel itu kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya.  

14 jika  kamu menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli dari 

padanya, janganlah kamu merugikan satu sama lain. 15 jika  engkau 

membeli dari sesamamu haruslah menurut jumlah tahun sesudah tahun 

Yobel, dan jika  ia menjual kepadamu haruslah menurut jumlah tahun 

panen. 16 Makin besar jumlah tahun itu, makin besarlah pembeliannya, dan 

makin kecil jumlah tahun itu, makin kecillah pembeliannya, sebab  jumlah 

panenlah yang dijualnya kepadamu. 17 Janganlah kamu merugikan satu 

sama lain,namun  engkau harus takut akan Allahmu, sebab Akulah TUHAN, 

Allahmu. 18 Demikianlah kamu harus melakukan ketetapan-Ku dan tetap 

berpegang pada peraturan-Ku serta melakukannya, maka kamu akan diam 

di tanahmu dengan aman tenteram. 19 Tanah itu akan memberi hasilnya, dan 

kamu akan makan sampai kenyang dan diam di sana dengan aman 

tenteram. 20 jika  kamu bertanya: Apakah yang akan kami makan dalam 

tahun yang ketujuh itu, bukankah kami tidak boleh menabur dan tidak 

boleh mengumpulkan hasil tanah kami? 21 Maka Aku akan memerintahkan 

berkat-Ku kepadamu dalam tahun yang keenam, supaya diberinya hasil 

untuk tiga tahun. 22 Dalam tahun yang kedelapan kamu akan menabur, 

tetapi kamu akan makan 


Related Posts:

  • keluaran imamat 27 dari satu kali, dan mungkin lebih sering pada hari pertama minggu itu.  (2) “Apakah kamu memiliki  kesempatan untuk mengudus-kannya dalam pertemuan kudus atau tidak, hendaklah itu menjadi sabat … Read More