keluaran imamat 3


 b semua orang yang ingin 

mencabut nyawamu telah mati.” 20 lalu  Musa mengajak isteri dan 

anak-anaknya lelaki, lalu menaikkan mereka ke atas keledai dan ia kembali 

ke tanah Mesir; dan tongkat Tuhan itu dipegangnya di tangannya. 21 Firman 

TUHAN kepada Musa: “Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, 

ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, 

kauperbuat di depan Firaun.namun  Aku akan mengeraskan hatinya, sehing-

ga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi. 22 Maka engkau harus berkata 

kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang 

sulung; 23 sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, 

supaya ia beribadah kepada-Ku;namun  jika engkau menolak membiarkannya 

pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung.” 

Di sini kita membaca perihal:  

I. Musa memperoleh izin dari ayah mertuanya untuk kembali ke 

tanah Mesir (ay. 18). Ayah mertuanya ini telah berbuat baik 

selama ini kepadanya saat  ia menjadi seorang asing, dan sebab  

itu tidaklah sopan baginya untuk meninggalkan keluarganya, dan 

juga tidaklah adil untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai 

gembala begitu saja tanpa memberitahukan ayah mertuanya. 

Perhatikanlah, kehormatan untuk diterima dalam persekutuan 

dengan Allah, dan ditugaskan di dalam pekerjaan-Nya, tidaklah 

membebaskan kita dari kewajiban memelihara hubungan keke-

luargaan dan panggilan-panggilan tugas di dunia ini. Musa tidak 

berkata apa-apa kepada ayah mertuanya (seperti yang tampak) 

mengenai penyataan yang agung dari Tuhan kepadanya. Atas per-

kenanan seperti ini memang kita patut berterima kasih kepada 

Allah,namun  tidak pantas kita bangga-banggakan di hadapan 

manusia.  

II. Musa menerima dorongan dan pengarahan lebih lanjut mengenai 

pekerjaannya. sesudah  Tuhan menampakkan diri kepadanya di 

semak belukar untuk meneguhkan hubungan dengannya, sesu-

dah itu tampaknya, Dia sering berbicara kepada Musa saat  ada 

kesempatan, dengan cara yang lebih sederhana bagi Musa. Dan, 

1. Tuhan meyakinkan Musa bahwa halangan sudah tidak ada lagi. 

Apa pun bentuk musuh baru yang mungkin akan muncul 


 68

lalu  akibat pekerjaannya itu, musuh-musuh lamanya 

sudah mati semuanya, semua orang yang ingin mencabut 

nyawanya telah mati (ay. 19). Mungkin rasa takut tersembunyi 

kalau jatuh ke tangan mereka telah mendasari sikap keeng-

ganannya untuk pergi ke tanah Mesir itu. Mungkin ia enggan 

mengakuinya, sehingga membuat berbagai alasan tidak layak, 

tidak mampu, tidak pandai bicara, dan sebagainya. Perhati-

kanlah, Tuhan mengetahui semua godaan yang dialami umat-

Nya, dan Ia tahu bagaimana cara melengkapi mereka untuk 

melawan semua rasa takut mereka yang tersembunyi (Mzm. 

142:4).  

2. Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat mujizat, tidak 

saja di hadapan tua-tua Israel,namun  juga di hadapan Firaun 

(ay. 21). Mungkin ada beberapa orang di istana Firaun yang 

masih ingat Musa saat  ia masih menjadi anak puteri Firaun. 

Mereka ini mungkin waktu itu sering kali mengatai Musa se-

orang yang bodoh sebab  mau saja meninggalkan segala ke-

hormatannya sebagai anak puteri Firaun. Akannamun , seka-

rang ia diutus kembali ke istana itu dengan menyandang kua-

sa yang lebih besar dibandingkan  yang dapat diberikan oleh putri 

Firaun kepadanya, sehingga nyatalah bahwa ia tida rugi de-

ngan pilihannya itu. Sekarang tongkat ajaib ini lebih memper-

elok tangan Musa dibandingkan  yang dapat dilakukan oleh tongkat 

kerajaan Mesir. Perhatikanlah, orang-orang yang memandang 

hina kehormatan-kehormatan duniawi akan menerima balas-

an kehormatan yang datang dari Allah, yakni kehormatan yang 

sejati.  

3. Bahwa kekerasan hati Firaun tidak akan mengejutkan Musa 

atau mengecilkan hatinya, sebab  sebelumnya Tuhan telah mem-

beritahukan bahwa Dia akan mengeraskan hatinya. Firaun te-

lah mengeraskan hatinya terhadap rintihan dan tangisan orang-

orang Israel yang tertindas, dan menutup pintu belas kasihan-

nya bagi mereka. sebab  itu, sekarang Allah, di dalam pengha-

kiman-Nya yang adil, mengeraskan hati Firaun supaya jangan 

hatinya luluh saat  melihat mujizat-mujizat dan kengerian 

tulah-tulah yang diturunkan. Perhatikanlah, para pelayan 

Tuhan harus siap menghadapi banyaknya pekerjaan yang sia-

sia: kita tidak boleh merasa aneh jika bertemu dengan orang-

orang yang tidak mau hatinya digerakkan oleh berbagai per-

Kitab Keluaran 4:18-23 

 69

nyataan yang paling kuat dasarnya dan alasan yang paling 

masuk akal. Biar Tuhan sajalah yang menilai.  

4. Kata-kata diletakkan di dalam mulut Musa, dan dengan kata-

kata itulah ia berbicara kepada Firaun (ay. 22-23). Tuhan telah 

berjanji kepadanya (ay. 12), Aku akan mengajar engkau ten-

tang apa yang harus kau katakan, dan di sini Tuhan mengajar-

nya. 

(1) Musa harus menyampaikan firman-Nya dalam nama Yehova 

yang agung: Beginilah firman TUHAN. Inilah untuk pertama 

kalinya kata pembukaan itu digunakan oleh setiap orang, dan 

yang lalu  sering digunakan oleh semua nabi. Apakah 

Firaun mau mendengar, atau apakah ia akan mengelak, Musa 

harus mengatakan kepadanya, Beginilah firman TUHAN.  

(2) Musa harus memberitahukan Firaun tahu mengenai hu-

bungan Israel dengan Allah, dan kepedulian Tuhan bagi 

Israel. Adakah Israel itu budak atau anak budak? (Yer. 2:14). 

“Tidak, Israel yaitu  anak-Ku, anak sulung-Ku, berharga di 

pemandangan-Ku, terhormat, dan menjadi kesayangan-Ku. Ia 

tidak boleh dihina dan diperlakukan dengan keji.”  

(3) Musa harus menuntut pembebasan bagi Israel: “Biarkanlah 

anak-Ku itu pergi. Bukan hanya hamba-Ku yang kautahan 

tanpa hak, melainkan anak-Ku, yang kemerdekaan dan 

kehormatannya sangat Kujaga. Itu yaitu  anak-Ku, anak-

Ku yang melayani Aku, sehingga ia harus diselamatkan, 

harus dibela” (Mal. 3:17).  

(4) Musa harus mengancam Firaun dengan kematian anak-

anak sulung orang Mesir, bila ia menolak. Aku akan mem-

bunuh anakmu, anakmu yang sulung. saat  manusia ber-

urusan dengan umat Allah, biarlah mereka menunggu saat-

nya ditangani. Dengan orang keras kepala Ia akan bergumul.  

III. Musa memusatkan perhatiannya pada perjalanan tugasnya ini. 

saat  Tuhan sudah meyakinkan dia (ay. 19), bahwa semua orang 

yang ingin mencabut nyawanya telah mati, segera saja (ay. 20), ia 

mengajak istri dan anak-anaknya lelaki berangkat ke Mesir. Per-

hatikanlah, meskipun kelemahan kita sangat terasa berat untuk 

melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah, namun kasih karunia akan 

mengangkat tangan kita tinggi-tinggi, sehingga dengan patuh kita 

bisa mengarahkan pandangan ke sorga.  


 70

Penyunatan Anak Laki-laki Musa 

(4:24-31)  

24namun  di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan 

Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya. 25 Lalu Zipora mengambil pisau 

batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, lalu  disentuhnya dengan kulit 

itu kaki Musa sambil berkata: “Sesungguhnya engkau pengantin darah 

bagiku.” 26 Lalu TUHAN membiarkan Musa. “Pengantin darah,” kata Zipora 

waktu itu, sebab  mengingat sunat itu. 27 Berfirmanlah TUHAN kepada Ha-

run: “Pergilah ke padang gurun menjumpai Musa.” Ia pergi dan bertemu 

dengan dia di gunung Allah, lalu menciumnya. 28 lalu  Musa memberi-

tahukan kepada Harun segala firman TUHAN yang disuruhkan-Nya kepada-

nya untuk disampaikan dan segala tanda mujizat yang diperintahkan-Nya 

kepadanya untuk dibuat. 29 Lalu pergilah Musa beserta Harun dan mereka 

mengumpulkan semua tua-tua Israel. 30 Harun mengucapkan segala firman 

yang telah diucapkan TUHAN kepada Musa, serta membuat di depan bangsa 

itu tanda-tanda mujizat itu. 31 Lalu percayalah bangsa itu, dan saat  mereka 

mendengar, bahwa TUHAN telah mengindahkan orang Israel dan telah meli-

hat kesengsaraan mereka, maka berlututlah mereka dan sujud menyembah. 

Dalam perikop di atas kita menemukan Musa sedang dalam per-

jalanan menuju Mesir. Kita diberitahukan,  

I. Bagaimana Tuhan menjadi murka kepadanya (ay. 24-26). Ayat-ayat 

ini merupakan bagian yang paling sulit dari kisah ini. Sudah 

banyak orang berusaha menulis tentang hal ini, dan ditulis 

dengan sangat baik, untuk membuatnya dapat dimengerti dengan 

jelas. Kita akan coba menjelaskannya dengan baik. Dalam ayat-

ayat tadi kita dapati,  

1. Dosa Musa, yaitu lalai untuk menyunat anak laki-lakinya. 

Mungkin hal ini merupakan akibat dari menjadi pasangan 

yang tidak seimbang dengan seorang perempuan Midian, yang 

terlampau menyayangi anaknya, sementara Musa sendiri juga 

sangat menyayangi istrinya. Perhatikanlah,  

(1) Kita harus menjaga hati kita sendiri dengan sangat berhati-

hati, supaya jangan sampai rasa suka kita atas suatu 

hubungan melebihi kasih kita kepada Allah, dan akhirnya 

merampas kita dari kewajiban kepada-Nya. Hal seperti ini 

pernah dituduhkan kepada imam Eli yang lebih meng-

hormati anak-anaknya dibandingkan  Tuhan (1Sam. 2:29; Mat. 

10:37).  

(2) Bahkan orang-orang yang baik juga cenderung menjadi 

dingin dalam semangat mereka bagi Tuhan dan kewajiban 

mereka saat  mereka sudah terlampau lama tercabut dari

Kitab Keluaran 4:24-31 

 71

 lingkungan perkumpulan orang beriman. Hidup menyendiri 

memang memiliki kelebihannya sendiri, namun kelebihan 

itu jarang dapat mengatasi kehilangan persekutuan Kris-

ten.  

2. Ketidaksenangan Tuhan terhadap Musa. Tuhan datang menjum-

painya, dan, mungkin dengan sebilah pedang di tangan malai-

kat, dan berikhtiar untuk membunuhnya. Kejadian ini meru-

pakan suatu perubahan yang besar. Baru saja berselang Tuhan 

bercakap-cakap dengannya, dan menaruh kepercayaan kepa-

danya, sebagaimana layaknya seorang sahabat. Namun, seka-

rang Dia datang melawannya seperti seorang musuh. Perhati-

kanlah, 

(1) Kelalaian yaitu  dosa, dan harus dihadapkan kepada 

penghakiman, khususnya penghinaan dan pengabaian 

terhadap meterai-meterai perjanjian. Sebab, sikap seperti 

itu merupakan tanda bahwa kita memandang rendah janji-

janji yang ada di dalam perjanjian itu, dan menunjukkan 

ketidaksenangan terhadap persyaratan-persyaratan perjan-

jian itu. Orang yang melakukan tawar-menawar, dan tidak 

bersedia memeteraikan dan mengesahkan perjanjian itu, 

pantas untuk diduga bahwa ia tidak menyukai perjanjian 

itu atau tidak ingin mendukungnya.  

(2) Tuhan memerhatikan, dan sangat tidak senang terhadap 

dosa-dosa umat-Nya sendiri. Jika mereka mengabaikan ke-

wajiban mereka, biarlah mereka bersiap-siap mendengar 

hal itu dari hati nurani mereka sendiri, dan mungkin 

merasakannya melalui tindakan-tindakan penyelenggaraan 

ilahi. sebab  hal ini banyak orang menjadi sakit dan lemah, 

sebagaimana yang diperkirakan orang tentang Musa di sini.  

3. Dilaksanakannya dengan segera kewajiban yang lalai dikerja-

kannya, yang sebab nya Tuhan berpaling melawan dia. Anak 

laki-lakinya harus disunat. Musa tidak sanggup menyunatnya, 

sehingga pada saat yang mendesak ini, Zipora yang melaku-

kannya. Saya tidak bisa memastikan apakah dia melakukan-

nya dengan kata-kata yang geram (mengungkapkan ketidak-

sukaannya atas ketetapan itu sendiri, atau setidaknya rasa 

tidak suka sebab  harus dilakukan kepada seorang anak yang 

masih kecil, dan saat sedang berada di tengah perjalanan), 


 72

sebagaimana tampaknya menurut saya. Tidak jelas juga apa-

kah dia melakukannya dengan kata-kata yang pantas, yaitu 

dengan penuh kesungguhan yang menyatakan penyerahan 

anak itu kepada Tuhan berdasar  perjanjian sunat (sebagai-

mana pemahaman beberapa orang), atau rasa syukurnya ke-

pada Tuhan sebab  telah menyelamatkan nyawa suaminya dan 

memberi  kehidupan baru kepada suaminya itu, dan de-

ngan demikian pula, memberi  kepadanya suatu pernikah-

an baru dengan suaminya, oleh sebab  telah menyunatkan 

anaknya itu (sebagaimana pemahaman orang-orang lain). Wa-

laupun tidak pasti apa itu, namun kita bisa belajar dari sini,  

(1) Bahwa saat  Tuhan membukakan kepada kita sesuatu yang 

salah di dalam hidup kita, maka kita harus segera memper-

baikinya dengan segala daya upaya, dan khususnya segera 

kembali kepada kewajiban-kewajiban ibadah yang telah 

kita abaikan.  

(2) Membuang dosa merupakan hal yang mutlak diperlukan 

untuk menghapuskan penghakiman Allah. Ini yaitu  suara 

dari setiap tongkat, yang memanggil kita untuk kembali 

kepada-Nya yang telah memukul kita.  

4. Pembebasan Musa sesudah itu: Lalu TUHAN membiarkan 

Musa. Penyakit sudah pergi, malaikat pembinasa sudah meng-

undurkan diri, dan semua menjadi baik. Hanya Zipora yang 

tidak dapat melupakan ketakutan yang dialaminya. Dengan 

gugup bercampur marah ia memanggil suaminya sebagai 

pengantin darah, sebab  telah mengharuskan dia menyunat 

anak itu. Mungkin sesudah  kejadian ini Musa memulangkan 

mereka kembali kepada ayah mertuanya, supaya mereka tidak 

memicu  kesukaran lebih lanjut. Perhatikanlah,  

(1) saat  kita kembali kepada Tuhan dan melakukan kewajiban 

ibadah kita, maka Dia akan kembali kepada kita dengan 

membawa belas kasihan-Nya. Lenyapkan penyebabnya, 

dan akibatnya akan berhenti.  

(2) Kita harus memutuskan untuk menanggungnya dengan 

sabar, jika semangat kita bagi Tuhan dan ketetapan-ketetap-

an-Nya disalahtafsirkan dan dihalangi oleh orang-orang 

yang seharusnya mengerti dengan lebih baik tentang diri 

mereka sendiri, tentang kita, dan tentang kewajiban ibadah 

Kitab Keluaran 4:24-31 

 73

mereka, sebagaimana halnya semangat Daud yang disalah-

tafsirkan oleh Mikhal. Dan jika keadaannya menjadi buruk, 

jika sampai berdarah-darah, maka kita harus lebih gigih 

dan sabar lagi.  

(3) saat  ada pelayanan khusus yang harus kita kerjakan 

bagi Allah, kita harus menyingkirkan sejauh mungkin hal-

hal yang kemungkinan besar akan menjadi hambatan bagi 

kita. Biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang 

mati mereka,namun  kamu ikutlah Aku.  

II. Bagaimana Harun menjumpai Musa di dalam kasih (ay. 27-28). 

1. Tuhan mengutus Harun untuk menjumpai Musa, dan membim-

bingnya ke tempat di mana ia dapat menemukannya, yaitu di 

padang gurun yang terbentang menuju arah Midian. Perhati-

kanlah, penyelenggaraan Tuhan harus diakui dan disyukuri 

dalam perjumpaan yang penuh penghiburan di antara sanak 

saudara dan sahabat-sahabat.  

2. Harun sangat bergegas-gegas menjumpai Musa di gunung 

Allah, tempat Tuhan pernah menjumpai Musa. Ini dilakukannya 

sebab  ia patuh pada perintah Allahnya, dan mengasihi sau-

daranya.  

3. Mereka saling berpelukan dengan penuh rasa kasih sayang. Se-

makin mereka melihat tuntunan langsung Tuhan dalam memper-

temukan mereka, semakin menyenangkan perjumpaan mereka 

jadinya. Mereka saling berciuman, tidak saja sebagai tanda 

kasih sayang persaudaraan, dan mengenang relasi yang sudah 

lama,namun  juga sebagai janji ikatan hati untuk menerima pe-

kerjaan yang untuknya mereka telah dipanggil bersama-sama.  

4. Musa memberitahukan kepada saudaranya tentang amanat 

yang telah ia terima, dengan segala perintah dan wewenang 

yang terkandung di dalamnya (ay. 28). Perhatikanlah, apa 

yang kita ketahui tentang Allah, harus kita sampaikan demi 

kebaikan orang lain. Dan orang-orang yang menjadi teman 

sekerja dalam pekerjaan yang sama bagi Tuhan harus dengan 

hati terbuka berusaha saling mengerti satu sama lain dengan 

benar dan sepenuh hati.  

III. Bagaimana tua-tua Israel menjumpai Musa di dalam iman dan 

ketaatan. saat  untuk pertama kalinya Musa dan Harun mem-


 74

beritahukan amanat mereka di Mesir, mereka mengatakan apa 

yang telah diperintahkan untuk dikatakan dan untuk menegas-

kannya, melakukan apa yang telah diperintahkan untuk dilaku-

kan, mereka mengalami penerimaan yang lebih baik dibandingkan  

yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya (ay. 29-31).  

1. Orang-orang Israel memberi  penghormatan kepada mere-

ka: Lalu percayalah bangsa itu, seperti yang sebelumnya telah 

difirmankan Tuhan (3:18). Mereka menyadari betul bahwa tidak 

ada orang yang sanggup melakukan pekerjaan-pekerjaan se-

perti yang mereka lakukan itu, kecuali Tuhan menyertai mere-

ka.  

2. Mereka memberi  kemuliaan kepada Allah: maka berlututlah 

mereka dan sujud menyembah (ay. 31). Mereka tidak saja me-

nyatakan rasa syukur kepada Tuhan dengan rendah hati, sebab  

Dia telah membangkitkan mereka dan mengutus seorang penye-

lamat kepada mereka,namun  juga menyatakan kesiapan mereka 

untuk menaati perintah-perintah, dan mengikuti cara-cara 

penyelamatan mereka dengan penuh kegembiraan. 

 

 

 

PASAL  5  

i sini Musa dan Harun sedang berurusan dengan Firaun untuk 

mendapatkan izin pergi mengadakan kebaktian di padang gurun.  

I. Mereka menuntut izin dalam nama Tuhan (ay. 1), dan Firaun 

menjawab tuntutan mereka dengan tantangan kepada Tuhan 

(ay. 2). 

II. Mereka memohon izin dalam nama Israel (ay. 3), dan Firaun 

menjawab permohonan mereka dengan perintah-perintah un-

tuk menindas Israel (ay. 4-9). Perintah-perintah yang bengis 

itu, 

1 Dilaksanakan oleh pengerah-pengerah Firaun (ay. 10-14). 

2 Dikeluhkan kepada Firaun,namun  sia-sia belaka (ay. 15-19). 

3 Dikeluhkan oleh orang Israel kepada Musa (ay. 20-21), 

dan oleh Musa kepada Tuhan (ay. 22-23). 

Musa dan Harun Menghadap Firaun 

(5:1-2) 

1 lalu  Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu berkata kepada-

nya: “Beginilah firman TUHAN, Tuhan Israel: Biarkanlah umat-Ku pergi untuk 

mengadakan perayaan bagi-Ku di padang gurun.” 2namun  Firaun berkata: 

“Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiar-

kan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan 

membiarkan orang Israel pergi.” 

Musa dan Harun, sesudah  menyampaikan pesan mereka kepada tua-

tua Israel, yang menerima mereka dengan baik, sekarang berurusan 

dengan Firaun, kepada siapa mereka datang dengan membahayakan 

hidup mereka sendiri, khususnya Musa, yang mungkin telah menjadi 

buronan sebab  membunuh warga Mesir empat puluh tahun yang 

lalu. Seandainya ada salah satu orang saja dari pegawai-pegawai tua 


 76

istana yang mengingatnya pada saat itu, ia bisa kehilangan kepala-

nya. Pesan mereka sendiri memang tidak menyenangkan, dan me-

nyinggung kehormatan Firaun dan merugikan dia. Ini dua hal yang 

sangat peka. Walaupun demikian, dua utusan setia ini menyampai-

kan pesannya dengan berani, entah Firaun mau mendengar atau 

menolak.  

I. Tuntutan mereka tegas dan saleh: Beginilah firman TUHAN, Tuhan 

Israel, Biarkanlah umat-Ku pergi (ay. 1). Dalam menghadapi tua-

tua Israel, Musa diarahkan untuk menyebut Tuhan sebagai Tuhan 

nenek moyang mereka.namun , dalam menghadapi Firaun, ia dan 

Harun menyebut Dia sebagai Tuhan Israel. Dan ini untuk pertama 

kalinya kita menemukan Tuhan disebut demikian dalam Kitab 

Suci: Ia disebut Tuhan Israel dalam Kejadian 33:20, yaitu Israel 

sebagai seorang pribadi,namun  di sini Ia disebut Tuhan Israel, yaitu 

Israel sebagai sebuah bangsa atau umat. Mereka baru saja 

dibentuk menjadi sebuah bangsa atau umat saat  Tuhan disebut 

sebagai Tuhan mereka. Besar kemungkinan bahwa Musa memang 

diarahkan untuk menyebut seperti itu, setidaknya hal ini dapat 

disimpulkan dari pasal 4:22, Israel anak-Ku. Dalam nama yang 

besar inilah mereka menyampaikan pesan mereka: Biarkanlah 

umat-Ku pergi.  

1. Mereka yaitu  umat Allah, dan sebab  itu Firaun tidak boleh 

menahan mereka dalam perbudakan. Perhatikanlah, Tuhan 

akan mengakui umat-Nya sendiri, meskipun mereka miskin 

dan hina. Ia akan membela perkara mereka pada waktunya. 

“Israel yaitu  budak di Mesir,namun  mereka yaitu  umat-Ku,” 

firman TUHAN, “dan Aku tidak akan membiarkan mereka 

terus diinjak-injak” (lihat Yes. 52:4-5).  

2. Ia mengharapkan ibadah dan korban-korban persembahan 

dari mereka, dan sebab  itu mereka harus dibiarkan pergi ke 

tempat di mana mereka dapat beribadah dengan bebas, tanpa 

menyakiti hati atau diganggu oleh orang Mesir. Perhatikanlah, 

Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari tangan musuh-musuh 

mereka, supaya mereka dapat melayani Dia, dan melayani-Nya 

dengan sukacita. Juga, supaya mereka dapat mengadakan 

perayaan untuk-Nya, yang dapat mereka lakukan selama me-

reka mendapat perkenanan dan kehadiran-Nya, sekalipun itu 

di padang gurun, tanah yang gersang dan tandus.  

Kitab Keluaran 5:1-2 

 77

II. Jawaban Firaun sangatlah berani dan kurang ajar: Siapakah 

TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya? (ay. 2). sebab  

diperintah untuk menyerah, ia langsung mengibarkan bendera 

perlawanan. Ia mengejek Musa dan Tuhan yang mengutusnya, dan 

dengan tegas menolak melepaskan Israel. Ia tidak peduli dengan 

perintah itu, apalagi sampai membicarakannya.  Amatilah,  

1. Betapa menghinanya ia saat  berbicara mengenai Tuhan Israel: 

“Siapakah TUHAN itu? Aku tidak mengenal dan tidak peduli 

dengan Dia. Aku tidak takut Dia, dan mengapa aku harus 

menghormati Dia.” Nama itu yaitu  nama besar yang belum 

pernah ia dengar sebelumnya,namun  ia yakin nama itu tidak 

ada apa-apanya. Israel saat itu yaitu  sebuah bangsa yang 

tertindas dan terhina, dipandang sebagai ekor bangsa Mesir. 

berdasar  ciri-ciri yang terlihat pada diri orang Israel, 

Firaun menilai Tuhan mereka tidak ada apa-apanya dibanding-

kan dewa-dewanya, seperti halnya umat-Nya itu dibandingkan 

bangsa-bangsa lain. Perhatikanlah, penganiaya yang bebal 

biasanya bersikap lebih jahat terhadap Tuhan sendiri dari pada 

terhadap umat-Nya (lihat Yes. 37:23). Sekali lagi, sikap tidak 

mau tahu dan penghinaan terhadap Tuhan menjadi dasar dari 

semua kejahatan yang ada di dunia ini. Manusia tidak menge-

nal Tuhan, atau memiliki pikiran yang rendah dan keji menge-

nai Dia, dan itulah sebabnya mereka tidak mematuhi suara-

Nya, dan memperkatakan apa saja kepada Dia. 

2. Betapa angkuhnya Firaun berbicara mengenai dirinya sendiri: 

“Bahwa aku harus menaati suara-Nya. Aku, raja Mesir, sebuah 

bangsa yang besar, mematuhi Tuhan Israel, bangsa budak yang 

malang itu? Masakan aku, yang memerintah bangsa Israel 

yang dari Tuhan ini, harus menaati Tuhan Israel? Tidak, itu tidak 

pantas bagiku. Tidak layak aku menjawab perintah-Nya.” Per-

hatikanlah, sungguh seperti binatang-binatang yang ganas 

(Ayb. 41:25), orang-orang yang durhaka (Ef. 5:6). Orang cong-

kak menyangka dirinya terlampau baik untuk membungkuk 

bahkan di hadapan Tuhan sendiri, dan tidak mau berada di 

bawah kendali (Yer. 43:2). Inilah inti dari pertentangan: Tuhan 

harus memerintah,namun  manusia tidak mau diperintah. “Aku 

ingin kehendak-Ku dilakukan,” firman Tuhan. “Tetapi aku 

mau melakukan kehendakku sendiri,” kata si pendosa.  


 78

3. Betapa teguhnya Firaun menolak tuntutan itu: dan tidak juga 

aku akan membiarkan orang Israel pergi. Perhatikanlah, dari 

semua orang berdosa, tidak ada yang begitu keras kepala, dan 

begitu sulit dibujuk untuk meninggalkan dosa mereka seperti 

para penganiaya.  

Perintah untuk Menindas Israel 

(5:3-9) 

3 Lalu kata mereka: “Tuhan orang Ibrani telah menemui kami; izinkanlah 

kiranya kami pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya, untuk 

mempersembahkan korban kepada TUHAN, Tuhan kami, supaya jangan nanti 

mendatangkan kepada kami penyakit sampar atau pedang.” 4namun  raja 

Mesir berkata kepada mereka: “Musa dan Harun, mengapakah kamu bawa-

bawa bangsa ini melalaikan pekerjaannya? Pergilah melakukan pekerjaan-

mu!” 5 Lagi kata Firaun: “Lihat, sekarang telah terlalu banyak bangsamu di 

negeri ini, masakan kamu hendak menghentikan mereka dari kerja paksa-

nya!” 6 Pada hari itu juga Firaun memerintahkan kepada pengerah-pengerah 

bangsa itu dan kepada mandur-mandur mereka sendiri: 7 “Tidak boleh lagi 

kamu memberi  jerami kepada bangsa itu untuk membuat batu bata, 

seperti sampai sekarang; biarlah mereka sendiri yang pergi mengumpulkan 

jerami, 8namun  jumlah batu bata, yang harus dibuat mereka sampai seka-

rang, bebankanlah itu juga kepada mereka dan jangan menguranginya, kare-

na mereka pemalas. Itulah sebabnya mereka berteriak-teriak: Izinkanlah 

kami pergi mempersembahkan korban kepada Tuhan kami. 9 Pekerjaan orang-

orang ini harus diperberat, sehingga mereka terikat kepada pekerjaannya dan 

jangan mempedulikan perkataan dusta.” 

Mendapati bahwa Firaun sama sekali tidak memiliki rasa hormat 

terhadap Allah, selanjutnya Musa dan Harun mencoba kalau-kalau ia 

masih memiliki sedikit rasa belas kasihan terhadap bangsa Israel. 

Dengan rendah hati mereka memohon agar diizinkan pergi dan 

mengadakan persembahan korban bagi Allah,namun  sia-sia belaka.  

I Permohonan mereka sangat rendah hati dan sopan, (ay. 3). Me-

reka tidak mengeluhkan bahwa mereka diperintah dengan keras. 

Mereka memberi  alasan bahwa perjalanan yang mereka ren-

canakan tidak dirancang di antara mereka sendiri,namun  sebab  

Tuhan mereka sendiri yang telah menemui mereka, dan memanggil 

mereka untuk melakukannya. Mereka memohon dengan segala 

kerendahan hati: Izinkanlah kiranya kami. Orang miskin meng-

gunakan permohonan, meskipun Tuhan sanggup memerintahkan 

raja-raja yang menindas itu. Memang sudah menjadi kewajiban 

kitalah untuk meminta dan membuat permohonan kepada mere-

Kitab Keluaran 5:3-9 

 79

ka. Apa yang mereka minta sangat masuk akal, hanya untuk se-

buah liburan pendek, sementara mereka pergi ke padang gurun 

tiga hari perjalanan jauhnya, dan dengan tujuan perjalanan yang 

baik dan tidak bisa ditentang: “Untuk mempersembahkan korban 

kepada TUHAN, Tuhan kami, sebagaimana yang dilakukan oleh 

bangsa-bangsa lain kepada sembahan-sembahan mereka.” Dan, 

akhirnya, mereka memberi  sebuah alasan yang sangat baik, 

“Jangan-jangan, jika kami tidak lagi beribadah kepada-Nya, Ia 

akan menimpakan suatu hukuman ke atas kami, dan Firaun pun 

akan kehilangan budak-budaknya.”  

II Penolakan Firaun atas permohonan mereka sangatlah biadab dan 

tidak masuk akal (ay. 4-9). 

1. Jawabannya sangat keterlaluan. 

(1) Bahwa bangsa ini yaitu  pemalas, dan sebab  itu mereka 

mencari-cari alasan untuk pergi mempersembahkan kor-

ban. Kota-kota yang mereka bangun bagi Firaun dan hasil-

hasil pekerjaan mereka lainnya menjadi saksi bahwa sebe-

narnya mereka bukanlah pemalas. Namun, dengan rendah-

nya ia memutarbalikkan keadaan mereka, supaya ada dalih 

baginya untuk memperberat beban mereka.  

(2) Bahwa Musa dan Harun membuat mereka menjadi pema-

las dengan kata-kata dusta (ay. 9). Firman Tuhan di sini di-

sebut sebagai kata-kata kosong. Dan orang-orang yang me-

manggil mereka untuk mengerjakan urusan yang terbaik 

dan yang sangat diperlukan itu, malah dituduh membuat 

mereka menjadi pemalas. Perhatikanlah, dengan jahatnya 

Iblis sering menggambarkan kebaktian dan penyembahan 

kepada Tuhan sebagai pekerjaan yang hanya cocok bagi 

orang-orang yang tidak punya kerajaan, hanya pantas bagi 

para pemalas. Padahal, sesungguhnya pekerjaan ini meru-

pakan tugas yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang 

paling sibuk di dunia ini.  

2. Keputusan Firaun segera sesudah itu sangatlah keji.  

(1) Musa dan Harun sendiri harus pergi melakukan pekerjaan 

mereka (ay. 4). Mereka berdua yaitu  orang Israel, dan 

walaupun Tuhan telah membedakan mereka dari yang lain, 


 80

tetap saja bagi Firaun mereka tidak ada bedanya. Mereka 

harus menjadi bagian dari perbudakan yang menimpa selu-

ruh bangsa mereka. Para penganiaya memang selalu me-

nikmati kesenangan khusus saat menimpakan penghinaan 

dan kesulitan ke atas pelayan-pelayan jemaat.  

(2) Jumlah batu bata yang biasa dibuat sampai sekarang 

harus tetap sama, tanpa diberikan tunjangan jerami seperti 

biasa untuk dicampurkan dengan tanah liat, atau untuk 

membakar batu bata. Hal ini semakin menambah pekerja-

an kepada orang-orang itu. Badan mereka bisa hancur ka-

renanya. Di lain pihak, jika mereka tidak bekerja, mereka 

akan terkena hukuman.  

Pengerah-pengerah Firaun  

Melaksanakan Penindasan 

(5:10-14) 

10 Maka para pengerah bangsa itu dan para mandurnya pergi dan berkata 

kepada mereka: “Beginilah kata Firaun: Aku tidak memberi jerami lagi ke-

padamu. 11 Pergilah kamu sendiri mengambil jerami, di mana saja kamu 

mendapatnya,namun  pekerjaanmu sedikitpun tidak boleh kurang.” 12 Lalu 

berseraklah bangsa itu ke seluruh tanah Mesir untuk mengumpulkan tung-

gul gandum sebagai pengganti jerami. 13 Dan pengerah-pengerah itu mende-

sak mereka dengan berkata: “Selesaikan pekerjaanmu, yaitu tugas sehari, 

seperti pada waktu ada jerami.” 14 Lalu pengerah-pengerah Firaun memukul 

mandur-mandur Israel, yang mereka angkat, sambil bertanya: “Mengapakah 

kamu pada hari ini tidak menyelesaikan jumlah batu bata yang harus kamu 

buat seperti kemarin?” 

Perintah-perintah Firaun di sini dilaksanakan. Jerami tidak disedia-

kan, namun pekerjaannya tidak dikurangi.  

1. Para pengerah bangsa Mesir sangat kejam. Begitu Firaun menge-

luarkan ketetapan yang tidak adil, para pengerah pun siap menu-

liskan kepedihan-kepedihan yang telah ia tentukan (Yes. 10:1). 

Raja-raja bengis tidak pernah kekurangan alat untuk digunakan 

di bawah pemerintahan mereka, yang akan membenarkan tindak-

an mereka sekalipun paling tidak masuk akal. Para pengerah ini 

mendesak supaya budak-budak Israel menyelesaikan tugas mere-

ka sehari-hari seperti saat  masih ada jerami (ay. 13). Lihatlah, 

betapa kita perlu  berdoa supaya kita dapat dilepaskan dari para 

pengacau dan orang-orang jahat (2Tes. 3:2). Permusuhan antara 

benih si ular dengan benih si perempuan begitu hebatnya sampai

Kitab Keluaran 5:10-14 

 81

 menghancurkan semua hukum, akal sehat, kehormatan, kema-

nusiaan, dan keadilan.  

2. Orang Israel diserakkan ke seluruh tanah Mesir untuk mengum-

pulkan tunggul gandum sebagai pengganti jerami (ay. 12). Dengan 

demikian semua ketidakadilan dan kebiadaban Firaun diketahui 

di seluruh kerajaan Mesir, dan membuat mereka dikasihani oleh 

para tetangga mereka, dan membuat pemerintahan Firaun kurang 

dapat diterima bahkan oleh warganya sendiri. Kebajikan tidak 

pernah didapatkan melalui penganiayaan.  

3. Mandor-mandor Israel diperlakukan dengan keras (ay. 14). Mere-

ka yang menjadi pemimpin-pemimpin kaum Israel harus mem-

bayar mahal untuk kehormatan mereka, sebab dari merekalah 

tanggung jawab atas tugas ini dengan segera dituntut, dan mere-

ka dipukul saat  pekerjaan tidak terlaksana dengan baik. Lihat-

lah di sini,  

(1) Betapa menyedihkannya perbudakan itu, dan betapa kita 

harus bersyukur kepada Tuhan bahwa kita yaitu  orang-orang 

bebas, dan tidak tertindas. Kemerdekaan dan harta milik ada-

lah sesuatu yang sangat berharga di mata orang-orang yang 

pekerjaan dan miliknya terletak pada belas kasihan suatu 

kuasa yang sewenang-wenang.  

(2) Betapa seringnya kita menjumpai kekecewaan sesudah peng-

harapan kita sedang tinggi-tingginya. Belum lama ini bangsa 

Israel berbesar hati dalam pengharapan akan mendapat kele-

gaan,namun  lihatlah, yang timbul yaitu  kesesakan yang lebih 

besar. Hal ini mengajarkan kita untuk bersukacita dengan 

gemetar.  

(3) Betapa anehnya langkah-langkah yang kadang-kadang diambil 

Tuhan untuk menyelamatkan umat-Nya. Sering kali Ia mem-

bawa mereka kepada kesukaran yang teramat dahsyat saat  

Ia sebentar lagi siap tampil bagi mereka. Pasang surut teren-

dah biasanya berakhir sebelum pasang naik mencapai puncak 

tertinggi, dan pagi hari yang berkabut pada umumnya meng-

awali hari yang paling cerah (Ul. 32:36). Waktu Tuhan untuk 

menolong yaitu  saat  segala sesuatu sudah dalam keadaan 

terburuk. Demikianlah, penyelenggaraan ilahi membuktikan 

pertentangan ini: Semakin buruk, semakin baik.  


 82

Keluhan Mandur Israel kepada Musa;  

Keluhan Musa kepada Tuhan  

(5:15-23) 

15 Sesudah itu pergilah para mandur Israel kepada Firaun dan mengadukan 

halnya kepadanya: “Mengapakah tuanku berlaku seperti itu terhadap ham-

ba-hambamu ini? 16 Jerami tidak diberikan lagi kepada hamba-hambamu ini 

tetapi walaupun begitu, kami diperintahkan: Buatlah batu bata. Dan dalam 

pada itu hamba-hambamu ini dipukuli, padahal rakyat tuankulah yang ber-

salah.” 17namun  ia berkata: “Pemalas kamu, pemalas! Itulah sebabnya kamu 

berkata: Izinkanlah kami pergi mempersembahkan korban kepada TUHAN!  

18 Jadi sekarang, pergilah, bekerja! Jerami tidak akan diberikan lagi kepada-

mu,namun  jumlah batu bata yang sama harus kamu serahkan.” 19 Maka 

mengertilah para mandur Israel, bahwa mereka ada dalam keadaan susah, 

sebab  dikatakan kepada mereka: “Kamu tidak boleh mengurangi jumlah 

batu bata pada tiap-tiap hari.” 20 Waktu mereka meninggalkan Firaun ber-

jumpalah mereka dengan Musa dan Harun, yang sedang menantikan mereka, 

21 lalu mereka berkata kepada keduanya: “Kiranya TUHAN memperhatikan 

perbuatanmu dan menghukumkan kamu, sebab  kamu telah membusukkan 

nama kami kepada Firaun dan hamba-hambanya dan dengan demikian 

kamu telah memberi  pisau kepada mereka untuk membunuh kami.”  

22 Lalu Musa kembali menghadap TUHAN, katanya: “Tuhan, mengapakah 

Kauperlakukan umat ini begitu bengis? Mengapa pula aku yang Kauutus?  

23 Sebab sejak aku pergi menghadap Firaun untuk berbicara atas nama-Mu, 

dengan jahat diperlakukannya umat ini, dan Engkau tidak melepaskan 

umat-Mu sama sekali.” 

Para mandur Israel menyadari bahwa mereka ada dalam kesukaran 

besar, mereka harus memperlakukan orang-orang yang berada di 

bawah pengawasan mereka dengan kejam atau mereka yang akan 

diperlakukan dengan kejam oleh atasan mereka.namun , tampaknya 

mereka lebih memilih diperlakukan dengan sewenang-wenang dari-

pada menindak orang lain dengan sewenang-wenang. Dan begitulah 

mereka ditindas oleh atasan mereka. Dalam perkara yang jahat ini 

(ay. 19), amatilah,  

I. Betapa tepatnya mereka mengadukan perkara mereka kepada 

Firaun: Sesudah itu pergilah para mandur Israel kepada Firaun, 

(ay. 15). Ke manakah mereka harus pergi dengan semua bantahan 

dan keluhan mereka selain kepada kekuasaan tertinggi, yang 

ditetapkan untuk melindungi yang terluka? Seburuk-buruk Fir-

aun, warga-warganya yang tertindas memiliki kemerdekaan untuk 

mengeluh kepadanya. Tidak ada hukum yang melarang pengajuan 

permohonan. Permohonan mereka sangat sopannamun  mengharu-

kan, menggambarkan bagaimana keadaan mereka (ay. 16): Dan 

dalam pada itu hamba-hambamu ini dipukuli (cukup parah, tidak 

diragukan lagi, sebab  terjadi dalam keadaan yang bergejolak

Kitab Keluaran 5:15-23 

 83

 seperti itu), padahal rakyat tuankulah yang bersalah, pengerah-

pengerah itu, yang menolak memberi  kepada kami apa yang 

kami perlukan untuk melanjutkan pekerjaan kami. Perhatikan-

lah, sudah lazim bagi orang untuk menyalahkan orang lain de-

ngan gigih, padahal mereka sendirilah yang sangat patut diper-

salahkan.namun , apa yang mereka peroleh dari keluhan ini? Ke-

adaan sungguh bertambah buruk.  

1 Firaun mencemooh mereka (ay. 17). Saat mereka nyaris mati 

sebab  beban pekerjaan, Firaun malah berkata kepada mereka 

bahwa mereka itu pemalas. Mereka sudah teramat letih sebab  

bekerja berat, dan malah dituduh pemalas tanpa alasan jelas. 

Katanya mereka hanya mencari-cari alasan begini, Izinkanlah 

kami pergi mempersembahkan korban. Perhatikanlah, sudah 

menjadi kebiasaan orang untuk menyebut perbuatan-perbuat-

an terbaik dengan sebutan-sebutan buruk. Ketekunan kudus 

yang merupakan urusan yang terbaik justru dikecam banyak 

orang sebagai kecerobohan yang tidak patut dilakukan dalam 

urusan di dunia ini. Sungguh baik bagi kita bahwa manusia 

bukanlah hakim-hakim kita melainkan Allah, yang mengetahui 

asas-asas apa yang kita gunakan untuk bertindak. Orang-orang 

yang rajin mempersembahkan korban kepada Tuhan akan terle-

pas dari hukuman yang menimpa hamba yang malas. Tuhan akan 

melepas mereka.namun  tidak demikian adanya dengan manusia, 

mereka tidak akan terlepas dari hukuman oleh manusia.  

2 Firaun menegaskan beban-beban mereka: Jadi sekarang, per-

gilah, bekerja! (ay. 18). Perhatikanlah, kejahatan bermula dari 

orang jahat. Apa yang dapat diharapkan dari orang-orang 

tidak adil selain lebih banyak ketidakadilan?  

II. Betapa tidak tepatnya mereka mengeluhkan Musa dan Harun: 

Kiranya TUHAN memperhatikan perbuatanmu dan menghukumkan 

kamu, (ay. 21). Ini sungguh tidak adil. Musa dan Harun telah 

memberi  cukup bukti tentang niat baik mereka yang tulus un-

tuk kemerdekaan Israel. Namun, sebab  keberhasilan tidak segera 

terwujud sebagaimana yang mereka harapkan, Musa dan Harun 

pun dicela sebagai penambah beban perbudakan mereka. Seha-

rusnya mereka merendahkan diri di hadapan Tuhan dan menerima 

aib dosa mereka sendiri, dosa yang telah melenyapkan hal-hal 

baik dari mereka.namun , bukannya melakukan hal ini, mereka 


 84

malah menentang sahabat-sahabat baik mereka itu, dan berban-

tah-bantah dengan penolong-penolong pembebasan mereka, ha-

nya sebab  beberapa kesulitan kecil dan beberapa halangan yang 

mereka jumpai dalam pelaksanaan pembebasan itu. Perhatikan-

lah, orang-orang yang dipanggil keluar untuk melayani masyara-

kat luas bagi Tuhan dan angkatan mereka, harus siap menghadapi 

pencobaan, tidak saja oleh ancaman-ancaman jahat dari musuh-

musuh yang congkak,namun  juga dari kecaman-kecaman mem-

babi buta yang tidak adil dan tidak ramah dari teman-teman sen-

diri, yang hanya menilai penampilan luar dan berpandangan sem-

pit. Nah, apa yang dilakukan Musa dalam menghadapi kesulitan 

ini? Hatinya sangat pedih, kejadian itu tidak seperti yang diharap-

kannya, malah bertentangan dengan pengharapannya. Celaan-

celaan mereka sangat melukai hati, seperti sebilah pedang menge-

na tulang-tulangnya. Namun,  

1. Musa lalu kembali menghadap TUHAN (ay. 22), memberitahu-

kan-Nya mengenai hal itu, dan membawa perkara itu kepada-

Nya. Ia tahu bahwa apa yang telah ia katakan dan lakukan 

yaitu  oleh pengarahan ilahi, dan oleh sebab  itu, kesalahan 

apa pun yang ditimpakan kepadanya, ia anggap sebagai 

ditimpakan kepada Tuhan juga. Dan, sama seperti Hizkia, ia 

membentangkan perkara itu di hadapan-Nya, sebab  itu ada-

lah perkara-Nya. Ia memohon campur tangan-Nya. Banding-

kan hal ini dengan Yeremia 20:7-9. Perhatikanlah, kapan saja 

kita merasa kebingungan dan kehilangan arah saat  sedang 

melaksanakan kewajiban ibadah kita, sebaiknya kita mencari 

pertolongan dari Allah, dan mengungkapkan perkara kita di 

hadapan-Nya dengan doa yang penuh iman dan kesungguhan 

hati. Jika kita mundur, marilah kita mundur kepada-Nya, dan 

jangan lebih jauh lagi.  

2. Musa berbantah dengan-Nya (ay. 22-23). Ia tidak tahu bagai-

mana mendamaikan penyelenggaraan ilahi dengan janji dan 

tugas yang ia terima. “Beginikah Tuhan datang untuk menyela-

matkan Israel? Haruskah aku, yang berharap menjadi berkat 

bagi mereka malah menjadi cambuk bagi mereka? Dengan 

upaya untuk mengeluarkan mereka dari lubang ini, mereka 

malah tenggelam lebih dalam lagi.” Sekarang ia bertanya,  

Kitab Keluaran 5:15-23 

 85

(1) Tuhan, mengapakah Kauperlakukan umat ini begitu bengis? 

Perhatikanlah, bahkan saat  Tuhan datang kepada umat-Nya 

dalam belas kasihan, kadang-kadang Ia memakai cara-cara 

yang begitu rupa hingga disangka umat-Nya bahwa Ia mem-

perlakukan mereka dengan buruk. Sarana-sarana yang di-

pakai untuk mengadakan pembebasan sering kali ternyata 

malah mendatangkan halangan dan bukannya pertolongan. 

Sarana-sarana itu malah menjadi perangkap dan bukan alat 

untuk mendatangkan keselamatan. Tuhan biasanya meng-

izinkan hal itu terjadi supaya kita dapat belajar berhenti ber-

harap dari manusia, dan dapat terlepas dari ketergantungan 

pada kuasa makhluk ciptaan. Perhatikan lebih lanjut, saat  

umat Tuhan merasa mereka diperlakukan dengan buruk, 

mereka harus datang kepada Tuhan melalui doa, dan memo-

hon kepada-Nya. Itulah cara untuk memperoleh perlakuan 

lebih baik yang akan terjadi pada waktu-Nya yang tepat.  

(2) Mengapa pula aku yang Kauutus? Demikianlah,  

[1] Musa mengeluhkan kegagalannya: “Firaun berbuat jahat 

terhadap bangsa ini, dan sedikit pun tidak ada tanda-

tanda mereka akan dibebaskan.” Perhatikanlah, orang 

yang dipekerjakan Tuhan pasti akan merasa jiwanya ter-

tekan saat  melihat jerih payah mereka tidak berhasil 

apa-apa. Terlebih lagi saat  mereka melihat bahwa jerih 

payah mereka itu justru merugikan orang, meskipun 

tidak disengaja. Tidaklah nyaman bagi hamba Tuhan 

yang baik untuk melihat usahanya untuk meyakinkan 

dan mengubah manusia malah justru membuat hati 

mereka bertambah rusak, bertambah jahat pikirannya, 

bertambah mengeras hatinya, dan terbelenggu di bawah 

ketidakpercayaan mereka. Hal ini membuat para hamba 

Tuhan masuk ke dalam kepahitan jiwa, sebagaimana 

sang nabi dalam Yehezkiel 3:14. Atau,  

[2] Musa menanyakan apa yang harus dikerjakan lebih lan-

jut: Mengapa Engkau mengutus aku? (KJV) Artinya, “Cara 

apa lagi yang harus aku gunakan untuk melaksanakan 

tugasku?” Perhatikanlah, kekecewaan-kekecewaan yang 

kita jumpai dalam pekerjaan kita tidak boleh menjauh-

kan kita dari Allah. Sebaliknya, kita harus tetap mem-

pertimbangkan mengapa kita diutus. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  6  

da banyak kesulitan untuk meyakinkan Musa menerima peker-

jaannya, dan saat  semua kesulitan itu sudah diatasi, beberapa 

masalah lain muncul saat  ia menjalankan pekerjaannya, dan tim-

bul lagi kesulitan untuk mendorong dia maju terus dengan tugasnya. 

Berbagai kesulitan ini kita temukan dalam pasal ini. Amatilah pasal 

ini,  

I. Tuhan meyakinkan Musa, sebagai jawaban atas keluhan-

keluhannya di penutupan pasal sebelumnya (5:24).*  

II. Tuhan memberi Musa petunjuk-petunjuk yang lebih lengkap 

dibandingkan  yang diberikan sebelumnya, untuk disampaikan ke-

pada orang Israel, supaya mereka yakin penuh (ay. 1-7), 

tetapi tidak membuahkan hasil juga (ay. 8).  

III. Tuhan mengutus Musa kembali kepada Firaun (ay. 9-10). 

Tetapi Musa berkeberatan terhadap pengutusan Tuhan terse-

but (ay. 11), yang memberi perintah tegas kepada dirinya dan 

Harun untuk melaksanakan tugas mereka dengan semangat 

(ay. 12).  

IV. Inilah sebuah ikhtisar tentang silsilah dari suku Ruben dan 

Simeon, untuk memperkenalkan silsilah dari suku Lewi, 

sehingga garis keturunan Musa dan Harun dapat dijelaskan 

(ay. 13-24). Dan lalu  pasal ini ditutup dengan sebuah 

pengulangan dari banyak kisah sebelumnya, yang diperlukan 

untuk membuka jalan bagi pasal berikutnya. 

                                                 

* Ada perbedaan pembagian perikop antara KJV dan LAI dalam hal ini: ayat 6:1 versi 

KJV merupakan ayat 5:24 versi LAI – ed. 


 88

Janji akan Pembebasan 

(5:24-6:8) 

5:24namun  TUHAN berfirman kepada Musa: “Sekarang engkau akan melihat, 

apa yang akan Kulakukan kepada Firaun; sebab dipaksa oleh tangan yang 

kuat ia akan membiarkan mereka pergi, ya dipaksa oleh tangan yang kuat ia 

akan mengusir mereka dari negerinya.” 1 Selanjutnya berfirmanlah Tuhan 

kepada Musa: “Akulah TUHAN.2 Aku telah menampakkan diri kepada Abra-

ham, Ishak dan Yakub sebagai Tuhan Yang Mahakuasa,namun  dengan nama-

Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri. 3 Bukan saja Aku telah mengadakan 

perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberi  kepada mereka tanah 

Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing, 4namun  Aku sudah 

mendengar juga erang orang Israel yang telah diperbudak oleh orang Mesir, 

dan Aku ingat kepada perjanjian-Ku. 5 Sebab itu katakanlah kepada orang 

Israel: Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang 

Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan menebus kamu de-

ngan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat.  

6 Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi 

Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu, yang 

membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir. 7 Dan Aku akan mem-

bawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberi nya 

kepada Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberi nya kepada-

mu untuk menjadi milikmu; Akulah TUHAN.” 8 Lalu Musa mengatakan demi-

kian kepada orang Israel,namun  mereka tidak mendengarkan Musa sebab  

mereka putus asa dan sebab  perbudakan yang berat itu. 

Dalam perikop ini, 

I. Tuhan membungkam keluhan-keluhan Musa dengan memberi 

jaminan bahwa ia akan berhasil dalam pekerjaannya itu. Tuhan 

mengulangi janji yang telah dibuat-Nya dalam pasal 3:20: sesudah 

itu ia akan membiarkan kamu pergi. Pada waktu Musa kehabisan 

akal, berharap dirinya tetap tinggal dengan tenang di Midian dari-

pada pergi ke Mesir untuk memperburuk keadaan, saat  dia tidak 

tahu harus berbuat apa, maka Selanjutnya TUHAN berfirman ke-

pada Musa (5:24), untuk menenangkan pikirannya: “Sekarang 

engkau akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepada Firaun 

(5:24). Sekarang perkara ini telah sampai pada puncaknya, keada-

an sudah menjadi teramat buruk, Firaun sedang berada di pun-

cak kesombongan dan Israel di kedalaman penderitaannya, jadi 

sekarang yaitu  saat-Ku untuk tampil” Sekarang juga Aku bang-

kit (Mzm. 12:6). Perhatikanlah, kesukaran di luar batas yang di-

alami manusia merupakan kesempatan bagi Tuhan untuk meno-

long dan menyelamatkan. Musa telah lama menantikan apa yang 

akan dilakukan oleh Allah. Dan sekarang dia akan melihat apa 

yang akan Tuhan lakukan, akan melihat hari-Nya pada akhirnya 

(Ayb. 24:1). Musa telah mencoba apa yang dapat dilakukannya, 

Kitab Keluaran 5:24-6:8 

 89

dan tidak menghasilkan apa-apa. “Baiklah,” kata Allah, “sekarang 

engkau akan melihat apa yang akan Aku lakukan. Biarkan Aku 

sendiri yang akan berurusan dengan manusia yang sombong ini,” 

(Ayb. 40:7-8). Perhatikanlah, pembebasan umat Tuhan akan ter-

laksana saat  Tuhan mengambil pekerjaan ke dalam tangan-Nya 

sendiri. Oleh tangan yang kuat, yaitu, dipaksa oleh tangan yang 

kuat, Firaun akan membiarkan mereka pergi. Perhatikanlah, sama 

seperti sebagian orang dibawa kepada tugas mereka oleh tangan 

yang kuat dari anugerah Allah, yang hatinya dijadikan berkenan 

pada hari kuasa-Nya, demikian pula sebagian yang lain oleh 

tangan yang kuat dari tindakan keadilan-Nya, dipatahkan sebab  

mereka tidak mau diluruskan kembali.  

II. TUHAN Tuhan memberi Musa petunjuk-petunjuk lebih lanjut, agar 

baik dia maupun umat Israel boleh dikuatkan untuk berharap 

akan suatu hal yang mulia dari perkara ini. Bersuka citalah,  

1. sebab  nama Allah, Yehova (ay. 1-2). Tuhan mulai dengan ini, 

Akulah TUHAN, sama dengan AKU yaitu  AKU, sumber dari 

keberadaan, dan keberkatan, serta kesempurnaan yang tak 

terbatas. Para bapa leluhur telah mengenal nama ini, namun 

Musa dan orang-orang Israel tidak mengenal Dia melalui nama 

ini. Sekarang Tuhan akan dikenal dengan nama-Nya Yehova, 

yaitu:  

(1) Tuhan yang menggenapi apa yang telah dijanjikan-Nya, dan 

dengan demikian mengobarkan keyakinan umat-Nya untuk 

percaya akan janji-janji-Nya.  

(2) Tuhan yang menyempurnakan apa yang telah Ia mulai, dan 

menyelesaikan karya-Nya sendiri. Dalam sejarah pencipta-

an, Tuhan tidak pernah disebut Yehova sebelum langit dan 

bumi selesai diciptakan (Kej. 2:4). Pada waktu keselamatan 

orang-orang kudus disempurnakan dalam kehidupan yang 

kekal, barulah Dia akan dikenal dengan nama-Nya Yehova 

(Why. 22:13).namun , sementara ini umat-Nya akan men-

jumpai-Nya, untuk kekuatan dan dukungan bagi mereka, 

sebagai El-Shaddai, Tuhan yang mencukupkan, Tuhan yang 

memuaskan jiwa dan akan terus demikian (Mi. 7:20). 

2.  sebab  perjanjian-Nya: Aku telah mengadakan perjanjian-Ku 

(ay. 3). Perhatikanlah, semua perjanjian yang Tuhan adakan, 


 90

Dia akan meneguhkannya. Perjanjian-perjanjian-Nya dibuat-

Nya sama kokohnya seperti yang dapat diperbuat oleh kuasa 

dan kebenaran-Nya. Kita dapat mempertaruhkan diri kita se-

muanya di atas dasar ini.  

3. sebab  belas kasihan-Nya (ay. 4): Aku sudah mendengar juga 

erang orang Israel. Yang Dia maksudkan yaitu  erangan mere-

ka di tengah-tengah kesukaran yang ditimpakan ke atas me-

reka belakangan ini. Cermatilah, Tuhan memperhatikan ber-

tambah-tambahnya malapetaka umat-Nya, dan Ia mengamati 

bagaimana musuh-musuh mereka semakin menindih mereka. 

4. sebab  apa yang Ia putuskan untuk lakukan sekarang (ay. 5-

7). Inilah perkataan-Nya baris demi baris, untuk meyakinkan 

orang Israel bahwa mereka akan dibawa keluar dari Mesir 

dengan penuh sorak sorai (ay. 5), dan akan dijadikan pemilik 

atas tanah Kanaan (ay. 7): Aku akan membawa kamu keluar. 

Aku akan melepaskan kamu. Aku akan menebus kamu. Aku 

akan membawa kamu masuk ke dalam tanah Kanaan. Dan Aku 

akan memberi nya kepadamu. Kiranya manusia mendapat 

malu atas ketidakpercayaannya, sampai memerlukan peng-

ulangan-pengulangan sedemikian rupa. Dan kiranya Tuhan 

diberi kemuliaan sebab  Ia telah bermurah hati dengan meren-

dahkan diri untuk memberi kita jaminan berulang-ulang supaya 

kita yakin penuh akan janji-Nya.  

5. sebab  maksud-Nya yang mulia dalam semuanya ini. Tujuan-

Nya sungguh agung dan patut dipuji (ay. 6).  

(1) Ia hendak membahagiakan mereka: Aku akan mengangkat 

kamu menjadi umat-Ku, suatu umat yang istimewa, dan 

Aku akan menjadi Allahmu. Tidak ada lagi yang dapat kita 

minta selain ini, tidak ada lagi yang dapat kita miliki selain 

ini, untuk membuat kita bahagia.  

(2) Ia hendak menunjukkan kemuliaan-Nya: Kamu akan me-

ngetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu. Tuhan akan 

mencapai tujuan-Nya sendiri, dan kita tidak akan kehilang-

an tujuan-Nya jika kita juga menjadikannya tujuan utama 

kita. Nah, kita mungkin akan menduga bahwa perkataan 

yang baik ini, dan perkataan yang menghibur hati ini, 

seharusnya telah menghidupkan kembali semangat bangsa 

Israel yang terkulai, dan membuat mereka melupakan ke-

sengsaraan mereka. Akannamun , sebaliknya, justru pen-

Kitab Keluaran 6:9-12 

 91

deritaan mereka malah membuat mereka mengabaikan jan-

ji-janji Tuhan (ay. 8): mereka tidak mendengarkan Musa ka-

rena mereka putus asa dan sebab  perbudakan yang berat 

itu. Yaitu,  

[1] Mereka sedemikian terbawa dengan permasalahan me-

reka sehingga mereka tidak mengindahkan Musa.  

[2] Mereka sedemikian terpukul dengan kekecewaan mere-

ka belakangan ini sehingga mereka tidak mempercayai 

Musa.  

[3] Mereka begitu ketakutan akan kekuatan dan murka Fir-

aun sehingga mereka sendiri tidak berani bergerak se-

langkah pun untuk menggapai kebebasan mereka. Per-

hatikanlah, Pertama, jiwa yang putus asa sering kehi-

langan penghiburan yang seharusnya ia dapatkan. Jiwa 

yang berputus asa berdiri di dalam terangnya sendiri 

(lihat Yes. 28:12). Kedua, perasaan yang tidak terken-

dalikan biasanya menolak penghiburan. Dengan mem-

benamkan diri dalam ketidakpuasan dan keresahan, 

kita mencabut diri sendiri dari penghiburan yang dapat 

kita peroleh baik dari Firman Tuhan maupun dari peme-

liharaan-Nya. Dan kalau sudah begini jadinya, itu kare-

na kesalahan kita sendiri.  

Keberatan Musa  

(6:9-12) 

9 lalu  TUHAN berfirman kepada Musa: 10 “Pergilah menghadap, kata-

kanlah kepada Firaun, raja Mesir, bahwa ia harus membiarkan orang Israel 

pergi dari negerinya.” 11namun  Musa berkata di hadapan TUHAN: “Orang 

Israel sendiri tidak mendengarkan aku, bagaimanakah mungkin Firaun akan 

mendengarkan aku, aku seorang yang tidak petah lidahnya!” 12 Demikianlah 

TUHAN telah berfirman kepada Musa dan Harun, serta mengutus mereka 

kepada orang Israel dan kepada Firaun, raja Mesir, dengan membawa perin-

tah supaya orang Israel dibawa keluar dari Mesir. 

Dalam perikop ini,  

I.  Tuhan mengutus Musa untuk kedua kalinya kepada Firaun (ay. 

10), dengan tujuan yang sama seperti sebelumnya, yaitu untuk 

memerintahkan Firaun, dengan ancaman hukuman baginya, agar 

dia harus membiarkan orang Israel pergi. Perhatikanlah, Tuhan 


 92

mengulangi perintah-perintah-Nya sebelum Dia memulai hukum-

an-Nya. Orang-orang yang telah sering dipanggil dengan sia-sia 

untuk meninggalkan dosa-dosa mereka harus dipanggil lagi dan 

lagi, entah mereka akan mendengarkan atau mereka akan meng-

elak (Yeh. 3:11). Tuhan dikatakan telah meremukkan orang-orang 

berdosa dengan perantaraan nabi-nabi-Nya (Hos. 6:5), yang me-

nyatakan bahwa Ia memukul mereka berkali-kali. Berkali-kali Aku 

rindu mengumpulkan anak-anakmu.   

II. Musa menyampaikan keberatan, seperti orang yang patah sema-

ngat, dan ingin menyerah saja (ay. 11). Ia mengakui,  

1. Ketidakmungkinan Firaun untuk mau mendengar: “Lihatlah 

orang Israel sendiri tidak mendengarkan aku. Mereka tidak 

mau mengindahkan, tidak menghargai, apa yang telah aku 

katakan. Jadi, bagaimana mungkin aku dapat berharap bahwa 

Firaun mau mendengarkan aku? Jika kesesakan berat yang 

menimpa jiwa orang Israel sudah membuat mereka tuli terha-

dap apa yang akan memulihkan dan menghibur mereka, maka 

lebih-lebih lagi kemarahan Firaun, keangkuhan dan keangkara-

annya, akan membuatnya tuli terhadap apa yang akan meng-

gusarkan dan menjengkelkannya.” Jika umat yang mengakui 

Tuhan saja tidak mau mendengarkan utusan-Nya, bagaimana 

mungkin musuhnya yang melawan Dia dengan terang-terangan 

akan mau mendengarkan utusan-Nya sendiri? Perhatikanlah, 

sikap membantah dan membangkang dari orang-orang yang 

menyebut diri Kristen sungguh-sungguh mematahkan sema-

ngat para hamba Tuhan, dan membuat mereka hilang harapan 

bisa berhasil dalam menghadapi orang-orang yang berpikiran 

duniawi dan tidak percaya Tuhan. Kita bisa menjadi alat untuk 

mempersatukan umat Israel, untuk menyaring dan memurni-

kan mereka, untuk menghibur dan menenteramkan hati mere-

ka.namun , jika mereka sendiri tidak mau mendengarkan kita, 

bagaimana kita dapat berhasil, padahal mereka sendiri tidak 

berminat dengan semuanya itu? Walaupun demikian, dengan 

Tuhan segala sesuatu mungkin.  

2.  Musa beralasan bahwa ia tidak siap dan memiliki kelemahan 

dalam berbicara: Aku seorang yang tidak petah lidahnya. Hal 

ini diulangi lagi dalam ayat 29. Ia sadar akan dirinya bahwa 

dia tidak memiliki karunia berbicara, tidak cakap dalam ber-

Kitab Keluaran 6:13-29 

 93

tutur, tidak punya talenta sebagai seorang juru bicara. Untuk 

keberatan ini Tuhan telah memberi  sebuah jawaban yang 

memadai sebelumnya, dan sebab  itu Musa tidak seharusnya 

bersikeras dengan keberatannya itu. Anugerah-Nya cukup un-

tuk melengkapi kekurangan kita kapan saja. Perhatikanlah, 

kendati kelemahan kita haruslah membuat kita rendah hati, 

namun kelemahan ini  tidak seharusnya mengecilkan se-

mangat kita untuk melakukan yang terbaik dalam melayani 

Allah. Kekuatan-Nya menjadi sempurna dalam kelemahan kita.  

III. Tuhan sekali lagi mengikutsertakan Harun di dalam tugas bersama 

dengan Musa, dan mengakhiri perbantahan dengan menyatakan 

kekuasaan-Nya. Lalu Ia memberi mereka perintah kepada mereka 

dengan sungguh-sungguh, supaya mereka patuh kepada TUHAN 

mereka yang mahabesar, untuk melaksanakan tugas dengan 

segala kemampuan dan kesetiaan. saat  Musa mengulangi alas-

an-alasannya yang membingungkan, dia tidak akan dijawab lagi, 

Tuhan memberi nya tugas saja, dan Harun bersamanya, untuk 

menemui orang Israel dan Firaun (ay. 12). Perhatikanlah, kekua-

saan Tuhan cukup untuk menjawab semua keberatan, dan meng-

ikat kita untuk taat saja, tidak perlu bersungut-sungut atau ber-

bantah (Flp. 2:14). Musa memang perlu diberi ketegasan, dan 

demikian pula Timotius (1Tim. 6:13; 2Tim. 4:1).  

Garis Keturunan Musa dan Harun 

(6:13-29) 

13 Inilah para kepala kaum keluarga mereka: Anak-anak Ruben anak sulung 

Israel: Henokh, Palu, Hezron dan Karmi; itulah kaum-kaum Ruben. 14 Anak-

anak Simeon: Yemuel, Yamin, Ohad, Yakhin, Zohar, dan Saul, anak seorang 

perempuan Kanaan; itulah kaum-kaum Simeon. 15 Inilah nama anak-anak 

Lewi menurut urutan kelahirannya: Gerson, Kehat dan Merari. Umur Lewi 

seratus tiga puluh tujuh tahun.16 Anak-anak Gerson: Libni dan Simei, menu-

rut kaum mereka. 17 Anak-anak Kehat: Amram, Yizhar, Hebron dan Uziel. 

Umur Kehat seratus tiga puluh tiga tahun. 18 Anak-anak Merari: Mahli dan 

Musi. Itulah kaum-kaum Lewi menurut urutannya. 19 Dan Amram mengam-

bil Yokhebed, saudara ayahnya, menjadi isterinya, dan perempuan ini 

melahirkan Harun dan Musa baginya. Umur Amram seratus tiga puluh tujuh 

tahun.20 Anak-anak Yizhar: Korah, Nefeg dan Zikhri. 21 Anak-anak Uziel: 

Misael, Elsafan dan Sitri. 22 Dan Harun mengambil Eliseba, anak perempuan 

Aminadab, saudara perempuan Nahason, menjadi isterinya, dan perempuan 

ini melahirkan baginya Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar. 23 Anak-anak 

Korah: Asir, Elkana dan Abiasaf; itulah kaum-kaum orang Korah. 24 Eleazar, 

anak Harun, mengambil salah seorang anak perempuan Putiel menjadi 


 94

isterinya dan perempuan ini melahirkan Pinehas baginya. Itulah para kepala 

kaum keluarga orang Lewi menurut kaum mereka. 25 Itulah Harun dan 

Musa, yang diperintahkan TUHAN: “Bawalah orang Israel keluar dari tanah 

Mesir menurut pasukan mereka.” 26 Merekalah yang berbicara kepada 

Firaun, raja Mesir, supaya mereka membawa orang Israel keluar dari Mesir. 

Itulah Musa dan Harun. 27 Pada waktu TUHAN berfirman kepada Musa di 

tanah Mesir, 28 TUHAN berfirman kepadanya: “Akulah TUHAN; katakanlah 

kepada Firaun, raja Mesir, segala yang Kufirmankan kepadamu.” 29namun  

Musa berkata di hadapan TUHAN: “Bukankah aku ini seorang yang tidak 

petah lidahnya, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku?” 

I.  Dalam perikop ini kita temukan sebuah silsilah, bukan sebuah 

silsilah yang tiada putus-putusnya, seperti yang dikecam oleh 

sang rasul (1Tim. 1:4), sebab silsilah ini berakhir dengan dua 

orang tokoh besar, yaitu Musa dan Harun. Dan silsilah ini dijelas-

kan di sini untuk menunjukkan bahwa mereka yaitu  orang 

Israel, tulang dari tulang mereka dan daging dari daging mereka, 

dan kepada bangsa inilah kedua tokoh ini diutus untuk membe-

baskan mereka. Keduanya dibangkitkan bagi saudara-saudara 

mereka itu, seperti Kristus nantinya, yang akan menjadi nabi dan 

imam, Penebus dan Pemberi Hukum, bagi bangsa Israel. Dan 

Silsilah Kristus juga dipelihara dengan hati-hati seperti halnya sil-

silah Musa dan Harun ini. Kepala-kepala dari keluarga tiga suku 

disebut di sini, sesuai dengan kisah yang kita miliki di dalam 

Kejadian 46. Menurut Dr. Lightfoot, Ruben, Simeon, dan Lewi 

sedemikian ditinggikan di sini oleh sebab  alasan ini, yaitu sebab  

mereka telah ditinggalkan di bawah kehinaan oleh ayah mereka 

yang sedang menjelang ajal, Ruben sebab  berbuat dosa terhadap 

gundik ayahnya, dan Simeon serta Lewi sebab  dosa pembunuh-

an terhadap orang-orang Sikhem. sebab  itu Musa memberi 

kehormatan khusus ini kepada mereka, supaya Tuhan ditinggikan 

oleh rahmat-Nya dalam mengampuni mereka yang telah bertobat, 

sebagai sebuah contoh bagi orang-orang percaya lainnya di kemu-

dian hari. Ruben dan Simeon sepertinya disebutkan hanya untuk 

menemani Lewi, dari siapa Musa dan Harun berasal, seperti juga 

semua imam dari jemaat Yahudi. Demikianlah suku Lewi dibeda-

kan dari suku lain sejak dini. Amatilah di sini,  

1. Bahwa Kehat, dari siapa Musa dan Harun, dan semua imam, 

ditarik asal-usul mereka, yaitu  seorang putra Lewi yang lebih 

muda (ay. 15). Perhatikanlah, pemberian karunia-karunia 

Tuhan tidaklah mengikuti usia siapa yang lebih tua dan siapa 

Kitab Keluaran 6:13-29 

 95

yang lahir lebih dulu. Kedaulatan ilahi sering lebih memilih 

yang muda dibandingkan  yang tua, jadi tidak menurut urutan.  

2. Bahwa usia Lewi, Kehat, dan Amram, ayah, kakek, dan kakek 

buyut, dari Musa, dicatat di sini. Mereka semua hidup dengan 

umur yang panjang, Lewi hingga 137, Kehat hingga 133, dan 

Amram hingga 137 tahun. Musa sendiri lebih pendek usianya 

dibandingkan  mereka, dan ditetapkan tujuh puluh atau delapan 

puluh tahun menurut masa hidup manusia pada umumnya 

(Mzm. 90:10). Mulai sekarang, sebab  Israel milik Tuhan sudah 

semakin bertambah banyak dan telah menjadi sebuah bangsa 

yang besar, maka pernyataan ilahi dipercayakan ke dalam 

tangan Musa untuk dicatat dalam bentuk tulisan, dan tidak 

lagi dipercayakan kepada tradisi lisan. Dua alasan besar bagi 

umur panjang para leluhur telah berakhir, dan sebab  itu 

untuk selanjutnya masa tahun yang lebih pendek berlaku bagi 

manusia.  

3. Bahwa Harun menikahi Eliseba (nama yang sama dengan nama 

istri Zakharia, Elisabet, seperti Miriam sama dengan Maria), 

putri Aminadab, salah satu dari kepala puak suku Yehuda. 

Suku Lewi dan Yehuda memang sering kawin-mawin (ay. 22).  

4. Janganlah diabaikan juga bahwa Musa mencatat pernikahan 

dari Amram bapaknya dengan Yokhebed bibinya sendiri (ay. 

19). Dan tampak dalam Bilangan 26:59 bahwa istri untuk 

Amram itu harus diambil secara ketat dari saudara kandung 

perempuan bapaknya, setidak-tidaknya saudara seayah atau 

seibu. Pernikahan seperti ini lalu  dilarang sebagai perka-

winan antara sesama kerabat (Im. 18:12), yang bisa dipandang 

sebagai suatu aib bagi keluarganya, bahkan sebelum ada hu-

kum ini . Walaupun begitu, Musa tidak menyembunyikan 

masalah keluarganya ini, sebab ia tidak mencari pujian bagi 

dirinya sendiri,namun  menulisnya demi kebenaran, entah hal 

itu menyenangkan atau tidak.  

5. Ia mengakhiri silsilah itu dengan memberi penghormatan ke-

pada pribadi-pribadi yang ditulisnya itu, walaupun dia sendiri 

termasuk satu di antaranya (ay. 25-26). Inilah Musa dan 

Harun itu yang diangkat Tuhan untuk menjadi wakil yang di-

beri-Nya hak penuh untuk mewakili Dia dalam perjanjian ini. 

Inilah orang-orang kepada siapa Tuhan berbicara (ay. 25), dan 

yang berbicara kepada Firaun atas nama Israel (ay.26). Perhati-


 96

kanlah, persekutuan dengan Tuhan dan pelayanan kepada 

jemaat-Nya merupakan hal-hal yang memberi  kehormatan 

yang sejati kepada manusia melebihi hal-hal lainnya. Sungguh 

luar biasalah orang-orang yang dengannya Tuhan berkenan ber-

gaul erat dan pakai untuk melayani-Nya. Seperti itulah Musa 

dan Harun. Dan kehormatan seperti ini dimiliki oleh semua 

orang kudus-Nya, yang dijadikan raja-raja dan imam-imam 

bagi Tuhan kita.  

II. Dalam penutupan pasal ini Musa kembali kepada kisahnya yang 

semula, yang ditinggalkannya tiba-tiba (ay. 12), dan mengulangi 

lagi,  

1. Tugas yang diberikan Tuhan kepadanya untuk menyampaikan 

pesan-Nya kepada Firaun (ay. 28): Katakanlah kepada Firaun, 

raja Mesir, segala yang Kufirmankan kepadamu, sebagai se-

orang utusan yang setia. Perhatikanlah, orang-orang yang pergi 

melaksanakan tujuan Tuhan tidak boleh mengelak untuk me-

nyatakan seluruh pesan Allah.  

2. Keberatannya terhadap tugas itu (ay. 29). Perhatikanlah, orang-

orang yang sembarangan berbicara harus sering merenungkan 

perkataan mereka dan menyesalinya, seperti yang tampak dila-

kukan Musa di sini. 

 

 

 

 

PASAL  7  

Di dalam pasal ini, 

I. Perdebatan di antara Tuhan dan Musa berakhir, dan Musa 

akhirnya bersedia menaati perintah Tuhan untuk sepenuhnya 

melaksanakan tugas perutusannya (ay. 1-7). 

II. Perdebatan di antara Musa dan Firaun dimulai, dan ini me-

rupakan uji coba keahlian yang terkenal. Di dalam nama 

Allah, Musa menuntut pembebasan umat Israel, namun Fir-

aun menolaknya. Pertandingan terjadi di antara kuasa Tuhan 

yang Mahakuasa dan kuasa seorang raja yang congkak. Dan, 

terbuktilah dalam persoalan ini, bahwa saat  Tuhan meng-

hakimi, Ia akan menang. 

1. Musa menegaskan tuntutan yang telah diajukannya sebe-

lumnya kepada Firaun melalui sebuah mujizat, dengan 

mengubah tongkatnya menjadi ular. Namun, Firaun me-

ngeraskan hati meskipun melihat kenyataan ini (ay. 8-13). 

2. Musa menghukum ketidaktaatannya dengan sebuah tulah, 

yang pertama di antara kesepuluh tulah, dengan meng-

ubah air menjadi darah. Namun, Firaun mengeraskan hati 

terhadap teguran ini (ay. 14, dst.) 

Musa Menerima Tugasnya 

(7:1-7) 

1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau seba-

gai Tuhan bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu. 2 Engkau 

harus mengatakan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan Harun, 

abangmu, harus berbicara kepada Firaun, supaya dibiarkannya orang Israel 

itu pergi dari negerinya. 3namun  Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan 

Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di 


 98

tanah Mesir. 4 Bilamana Firaun tidak mendengarkan kamu, maka Aku akan 

mendatangkan tangan-Ku kepada Mesir dan mengeluarkan pasukan-Ku, 

umat-Ku, orang Israel, dari tanah Mesir dengan hukuman-hukuman yang 

berat. 5 Dan orang Mesir itu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apa-

bila Aku mengacungkan tangan-Ku terhadap Mesir dan membawa orang 

Israel keluar dari tengah-tengah mereka.” 6 Demikianlah diperbuat Musa dan 

Harun; seperti yang diperintahkan TUHAN kepada mereka, demikianlah 

diperbuat mereka. 7 Adapun Musa delapan puluh tahun umurnya dan Harun 

delapan puluh tiga tahun, saat  mereka berbicara kepada Firaun. 

Di sini, 

I. Tuhan membesarkan hati Musa menemui Firaun, dan pada akhir-

nya memadamkan semua tawar hatinya. 

1. Tuhan melengkapinya dengan kuasa dan wewenang besar (ay. 

1): Aku mengangkat engkau sebagai Tuhan bagi Firaun. Artinya, 

engkau yaitu  wakil-Ku dalam perkara ini. Pejabat pemerintah 

juga disebut allah, sebab  mereka merupakan wakil Allah. 

Musa diberi wewenang untuk berbicara dan bertindak atas 

nama Tuhan dan sebagai pengganti-Nya. Di bawah arahan ilahi, 

ia dianugerahi dengan kuasa ilahi untuk melakukan sesuatu 

di luar kuasa alami. Ia diberi wewenang ilahi untuk menuntut 

ketaatan seorang raja yang sangat berkuasa dan menghukum-

nya atas ketidaktaatannya. Musa dijadikan allah, namun Tuhan 

yang hanya diangkat, bukan Tuhan yang sesungguhnya menu-

rut kodratnya. Ia hanya Tuhan sesuai tugas perutusan yang 

diberikan kepadanya. Ia yaitu  allah, namun hanya bagi Fir-

aun. Tuhan yang hidup dan benar yaitu  Tuhan bagi seluruh 

dunia. Ini merupakan contoh sikap merendah Allah, dan 

merupakan bukti bahwa pikiran-Nya terhadap kita yaitu  

pikiran yang penuh damai sejahtera, yaitu bahwa saat  Ia 

berurusan dengan manusia, Ia memakai  perantaraan 

manusia, yang kengeriannya tidak akan menakutkan kita. 

2. Tuhan menunjuk kembali seorang pendamping bagi Musa, yaitu 

Harun, kakaknya, yang bukanlah orang yang bicara dengan 

gegabah, melainkan seorang juru bicara terkemuka: “Ia akan 

menjadi nabimu.” Artinya, “Ia akan berbicara kepada Firaun 

menyampaikan kata-katamu, seperti yang dilakukan para nabi 

yang menyampaikan firman Tuhan kepada umat manusia. 

Sebagai allah, engkau akan mendatangkan dan menyingkirkan 

tulah, sedang  sebagai nabi, Harun akan menyatakan dan 

mengancam Firaun dengan tulah-tulah itu.” 

Kitab Keluaran 7:1-7 

 99

3. Tuhan memberitahukan kepada Musa hal terburuk apa yang 

akan terjadi, bahwa Firaun tidak akan mau mendengarkan 

dia, namun pekerjaannya akhirnya akan berhasil juga. Israel 

akan dibebaskan dan Tuhan akan dimuliakan dengan kejadian 

itu (ay. 4-5). Orang-orang Mesir, yang tidak mau tahu dengan 

TUHAN, akan dibuat mengetahui siapa Dia. Perhatikanlah, 

para utusan Tuhan pastilah merasa puas dan sudah seharus-

nya begitu, bahwa meskipun ada tentangan dan perlawanan 

yang menghadang mereka, mereka tetap akan mencapai 

tujuan mereka, dan Tuhan akan dimuliakan dalam keberhasil-

an pengutusan mereka itu. Seluruh umat Israel akan disela-

matkan, jadi tidaklah beralasan bagi mereka untuk berkata 

bahwa mereka telah bekerja keras dengan percuma. Lihatlah 

di sini, 

(1) Bagaimana Tuhan memuliakan diri-Nya. Ia membuat orang 

tahu bahwa Dialah Yehova. Israel dibuat mengetahui Dia 

melalui penggenapan janji-janji-Nya kepada mereka (6:3), 

sedang  orang Mesir melalui pencurahan murka-Nya ke 

atas mereka. Demikianlah nama Tuhan ditinggikan, baik di 

dalam orang-orang yang diselamatkan, maupun di dalam 

mereka yang binasa. 

(2) Cara yang digunakan-Nya untuk mencapai hal ini: Ia 

merendahkan yang congkak, dan meninggikan yang rendah 

(Luk. 1:51-52). Jika Tuhan mengulurkan tangan-Nya kepada 

orang berdosa dan hasilnya sia-sia, pada akhirnya nanti Ia 

akan mengacungkan tangan-Nya ke atas mereka. Dan, 

siapa pula yang sanggup menahan bebannya? 

II. Musa dan Harun menjalankan tugas mereka tanpa membantah: 

Demikianlah diperbuat Musa dan Harun; seperti yang diperintah-

kan TUHAN kepada mereka (ay. 6). Dilihat dari semua sudut, 

ketaatan mereka patut dirayakan, seperti yang dikatakan sang 

Pemazmur (Mzm. 105:28, TL), tiada lagi mereka itu membantahi 

firman-Nya, yaitu Musa dan Harun yang disebut oleh-Nya dalam 

ayat 26. Demikian juga Yunus, yang meskipun pada awalnya 

sangat menentang, akhirnya pergi juga ke Niniwe. Dicatat juga 

usia Musa dan Harun pada waktu mereka melaksanakan pelayan-

an yang agung ini. Harun sang kakak (namun lebih rendah 

jabatannya), berusia delapan puluh tiga tahun, sedang  Musa 


 100

delapan puluh tahun. Keduanya merupakan orang-orang yang 

sangat bermartabat dan berpengalaman. Usia mereka patut dimu-

liakan, yang telah mengajarkan hikmat selama bertahun-tahun 

(ay. 7). Yusuf, yang hanya dijadikan pelayan Firaun, diangkat ke 

jabatan yang tinggi pada usia tiga puluh tahun. Namun, Musa 

yang nantinya dijadikan Tuhan bagi Firaun, tidak ditinggikan 

dengan jabatan ini sampai saat  ia mencapai usia delapan puluh 

tahun. Memang sudah seharusnya ia menunggu selama itu untuk 

mendapatkan penghormatan sebesar itu, dan membutuhkan wak-

tu lama dalam mempersiapkan diri bagi pelayanan semacam itu. 

Ahli-ahli Sihir Mesir 

(7:8-13) 

8 Dan TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: 9 “jika  Firaun berkata 

kepada kamu: Tunjukkanlah suatu mujizat, maka haruslah kaukatakan 

kepada Harun: Ambillah tongkatmu dan lemparkanlah itu di depan Firaun. 

Maka tongkat itu akan menjadi ular.” 10 Musa dan Harun pergi menghadap 

Firaun, lalu mereka berbuat seperti yang diperintahkan TUHAN; Harun me-

lemparkan tongkatnya di depan Firaun dan para pegawainya, maka tongkat 

itu menjadi ular. 11 lalu  Firaunpun memanggil orang-orang berilmu 

dan ahli-ahli sihir; dan merekapun, ahli-ahli Mesir itu, membuat yang demi-

kian juga dengan ilmu mantera mereka. 12 Masing-masing mereka melempar-

kan tongkatnya, dan tongkat-tongkat itu menjadi ular;namun  tongkat Harun 

menelan tongkat-tongkat mereka. 13namun  hati Firaun berkeras, sehingga 

tidak mau mendengarkan mereka keduanya – seperti yang telah difirmankan 

TUHAN. 

Kali pertama Musa mengajukan permintaan kepada Firaun, ia hanya 

menyampaikan perintah. Sekarang ia diarahkan untuk menyampai-

kan kuasanya, yang lalu  dilaksanakannya. 

1. ada anggapan bahwa Firaun menantang kedua utusan itu 

untuk mengadakan keajaiban, supaya dengan pertunjukan yang 

jelas melebihi kuasa alami, mereka dapat membuktikan peng-

utusan mereka berasal dari Tuhan alam semesta. Firaun akan 

berkata, Tunjukkanlah suatu mujizat, bukan sebab  ingin diyakin-

kan,namun  dengan harapan bahwa tidak akan ada keajaiban yang 

mampu dikerjakan, dan dengan begitu ada alasan baginya untuk 

tidak percaya dengan pengutusan mereka. 

2. Oleh sebab itu perintah diberikan untuk mengubah tongkat men-

jadi ular, sesuai perintah yang diberikan


Related Posts:

  • keluaran imamat 3 b semua orang yang ingin mencabut nyawamu telah mati.” 20 lalu  Musa mengajak isteri dan anak-anaknya lelaki, lalu menaikkan mereka ke atas keledai dan ia kembali ke tanah Mesir; dan tongkat Tuhan it… Read More