b semua orang yang ingin
mencabut nyawamu telah mati.” 20 lalu Musa mengajak isteri dan
anak-anaknya lelaki, lalu menaikkan mereka ke atas keledai dan ia kembali
ke tanah Mesir; dan tongkat Tuhan itu dipegangnya di tangannya. 21 Firman
TUHAN kepada Musa: “Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir,
ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu,
kauperbuat di depan Firaun.namun Aku akan mengeraskan hatinya, sehing-
ga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi. 22 Maka engkau harus berkata
kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang
sulung; 23 sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi,
supaya ia beribadah kepada-Ku;namun jika engkau menolak membiarkannya
pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung.”
Di sini kita membaca perihal:
I. Musa memperoleh izin dari ayah mertuanya untuk kembali ke
tanah Mesir (ay. 18). Ayah mertuanya ini telah berbuat baik
selama ini kepadanya saat ia menjadi seorang asing, dan sebab
itu tidaklah sopan baginya untuk meninggalkan keluarganya, dan
juga tidaklah adil untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai
gembala begitu saja tanpa memberitahukan ayah mertuanya.
Perhatikanlah, kehormatan untuk diterima dalam persekutuan
dengan Allah, dan ditugaskan di dalam pekerjaan-Nya, tidaklah
membebaskan kita dari kewajiban memelihara hubungan keke-
luargaan dan panggilan-panggilan tugas di dunia ini. Musa tidak
berkata apa-apa kepada ayah mertuanya (seperti yang tampak)
mengenai penyataan yang agung dari Tuhan kepadanya. Atas per-
kenanan seperti ini memang kita patut berterima kasih kepada
Allah,namun tidak pantas kita bangga-banggakan di hadapan
manusia.
II. Musa menerima dorongan dan pengarahan lebih lanjut mengenai
pekerjaannya. sesudah Tuhan menampakkan diri kepadanya di
semak belukar untuk meneguhkan hubungan dengannya, sesu-
dah itu tampaknya, Dia sering berbicara kepada Musa saat ada
kesempatan, dengan cara yang lebih sederhana bagi Musa. Dan,
1. Tuhan meyakinkan Musa bahwa halangan sudah tidak ada lagi.
Apa pun bentuk musuh baru yang mungkin akan muncul
68
lalu akibat pekerjaannya itu, musuh-musuh lamanya
sudah mati semuanya, semua orang yang ingin mencabut
nyawanya telah mati (ay. 19). Mungkin rasa takut tersembunyi
kalau jatuh ke tangan mereka telah mendasari sikap keeng-
ganannya untuk pergi ke tanah Mesir itu. Mungkin ia enggan
mengakuinya, sehingga membuat berbagai alasan tidak layak,
tidak mampu, tidak pandai bicara, dan sebagainya. Perhati-
kanlah, Tuhan mengetahui semua godaan yang dialami umat-
Nya, dan Ia tahu bagaimana cara melengkapi mereka untuk
melawan semua rasa takut mereka yang tersembunyi (Mzm.
142:4).
2. Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat mujizat, tidak
saja di hadapan tua-tua Israel,namun juga di hadapan Firaun
(ay. 21). Mungkin ada beberapa orang di istana Firaun yang
masih ingat Musa saat ia masih menjadi anak puteri Firaun.
Mereka ini mungkin waktu itu sering kali mengatai Musa se-
orang yang bodoh sebab mau saja meninggalkan segala ke-
hormatannya sebagai anak puteri Firaun. Akannamun , seka-
rang ia diutus kembali ke istana itu dengan menyandang kua-
sa yang lebih besar dibandingkan yang dapat diberikan oleh putri
Firaun kepadanya, sehingga nyatalah bahwa ia tida rugi de-
ngan pilihannya itu. Sekarang tongkat ajaib ini lebih memper-
elok tangan Musa dibandingkan yang dapat dilakukan oleh tongkat
kerajaan Mesir. Perhatikanlah, orang-orang yang memandang
hina kehormatan-kehormatan duniawi akan menerima balas-
an kehormatan yang datang dari Allah, yakni kehormatan yang
sejati.
3. Bahwa kekerasan hati Firaun tidak akan mengejutkan Musa
atau mengecilkan hatinya, sebab sebelumnya Tuhan telah mem-
beritahukan bahwa Dia akan mengeraskan hatinya. Firaun te-
lah mengeraskan hatinya terhadap rintihan dan tangisan orang-
orang Israel yang tertindas, dan menutup pintu belas kasihan-
nya bagi mereka. sebab itu, sekarang Allah, di dalam pengha-
kiman-Nya yang adil, mengeraskan hati Firaun supaya jangan
hatinya luluh saat melihat mujizat-mujizat dan kengerian
tulah-tulah yang diturunkan. Perhatikanlah, para pelayan
Tuhan harus siap menghadapi banyaknya pekerjaan yang sia-
sia: kita tidak boleh merasa aneh jika bertemu dengan orang-
orang yang tidak mau hatinya digerakkan oleh berbagai per-
Kitab Keluaran 4:18-23
69
nyataan yang paling kuat dasarnya dan alasan yang paling
masuk akal. Biar Tuhan sajalah yang menilai.
4. Kata-kata diletakkan di dalam mulut Musa, dan dengan kata-
kata itulah ia berbicara kepada Firaun (ay. 22-23). Tuhan telah
berjanji kepadanya (ay. 12), Aku akan mengajar engkau ten-
tang apa yang harus kau katakan, dan di sini Tuhan mengajar-
nya.
(1) Musa harus menyampaikan firman-Nya dalam nama Yehova
yang agung: Beginilah firman TUHAN. Inilah untuk pertama
kalinya kata pembukaan itu digunakan oleh setiap orang, dan
yang lalu sering digunakan oleh semua nabi. Apakah
Firaun mau mendengar, atau apakah ia akan mengelak, Musa
harus mengatakan kepadanya, Beginilah firman TUHAN.
(2) Musa harus memberitahukan Firaun tahu mengenai hu-
bungan Israel dengan Allah, dan kepedulian Tuhan bagi
Israel. Adakah Israel itu budak atau anak budak? (Yer. 2:14).
“Tidak, Israel yaitu anak-Ku, anak sulung-Ku, berharga di
pemandangan-Ku, terhormat, dan menjadi kesayangan-Ku. Ia
tidak boleh dihina dan diperlakukan dengan keji.”
(3) Musa harus menuntut pembebasan bagi Israel: “Biarkanlah
anak-Ku itu pergi. Bukan hanya hamba-Ku yang kautahan
tanpa hak, melainkan anak-Ku, yang kemerdekaan dan
kehormatannya sangat Kujaga. Itu yaitu anak-Ku, anak-
Ku yang melayani Aku, sehingga ia harus diselamatkan,
harus dibela” (Mal. 3:17).
(4) Musa harus mengancam Firaun dengan kematian anak-
anak sulung orang Mesir, bila ia menolak. Aku akan mem-
bunuh anakmu, anakmu yang sulung. saat manusia ber-
urusan dengan umat Allah, biarlah mereka menunggu saat-
nya ditangani. Dengan orang keras kepala Ia akan bergumul.
III. Musa memusatkan perhatiannya pada perjalanan tugasnya ini.
saat Tuhan sudah meyakinkan dia (ay. 19), bahwa semua orang
yang ingin mencabut nyawanya telah mati, segera saja (ay. 20), ia
mengajak istri dan anak-anaknya lelaki berangkat ke Mesir. Per-
hatikanlah, meskipun kelemahan kita sangat terasa berat untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah, namun kasih karunia akan
mengangkat tangan kita tinggi-tinggi, sehingga dengan patuh kita
bisa mengarahkan pandangan ke sorga.
70
Penyunatan Anak Laki-laki Musa
(4:24-31)
24namun di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan
Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya. 25 Lalu Zipora mengambil pisau
batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, lalu disentuhnya dengan kulit
itu kaki Musa sambil berkata: “Sesungguhnya engkau pengantin darah
bagiku.” 26 Lalu TUHAN membiarkan Musa. “Pengantin darah,” kata Zipora
waktu itu, sebab mengingat sunat itu. 27 Berfirmanlah TUHAN kepada Ha-
run: “Pergilah ke padang gurun menjumpai Musa.” Ia pergi dan bertemu
dengan dia di gunung Allah, lalu menciumnya. 28 lalu Musa memberi-
tahukan kepada Harun segala firman TUHAN yang disuruhkan-Nya kepada-
nya untuk disampaikan dan segala tanda mujizat yang diperintahkan-Nya
kepadanya untuk dibuat. 29 Lalu pergilah Musa beserta Harun dan mereka
mengumpulkan semua tua-tua Israel. 30 Harun mengucapkan segala firman
yang telah diucapkan TUHAN kepada Musa, serta membuat di depan bangsa
itu tanda-tanda mujizat itu. 31 Lalu percayalah bangsa itu, dan saat mereka
mendengar, bahwa TUHAN telah mengindahkan orang Israel dan telah meli-
hat kesengsaraan mereka, maka berlututlah mereka dan sujud menyembah.
Dalam perikop di atas kita menemukan Musa sedang dalam per-
jalanan menuju Mesir. Kita diberitahukan,
I. Bagaimana Tuhan menjadi murka kepadanya (ay. 24-26). Ayat-ayat
ini merupakan bagian yang paling sulit dari kisah ini. Sudah
banyak orang berusaha menulis tentang hal ini, dan ditulis
dengan sangat baik, untuk membuatnya dapat dimengerti dengan
jelas. Kita akan coba menjelaskannya dengan baik. Dalam ayat-
ayat tadi kita dapati,
1. Dosa Musa, yaitu lalai untuk menyunat anak laki-lakinya.
Mungkin hal ini merupakan akibat dari menjadi pasangan
yang tidak seimbang dengan seorang perempuan Midian, yang
terlampau menyayangi anaknya, sementara Musa sendiri juga
sangat menyayangi istrinya. Perhatikanlah,
(1) Kita harus menjaga hati kita sendiri dengan sangat berhati-
hati, supaya jangan sampai rasa suka kita atas suatu
hubungan melebihi kasih kita kepada Allah, dan akhirnya
merampas kita dari kewajiban kepada-Nya. Hal seperti ini
pernah dituduhkan kepada imam Eli yang lebih meng-
hormati anak-anaknya dibandingkan Tuhan (1Sam. 2:29; Mat.
10:37).
(2) Bahkan orang-orang yang baik juga cenderung menjadi
dingin dalam semangat mereka bagi Tuhan dan kewajiban
mereka saat mereka sudah terlampau lama tercabut dari
Kitab Keluaran 4:24-31
71
lingkungan perkumpulan orang beriman. Hidup menyendiri
memang memiliki kelebihannya sendiri, namun kelebihan
itu jarang dapat mengatasi kehilangan persekutuan Kris-
ten.
2. Ketidaksenangan Tuhan terhadap Musa. Tuhan datang menjum-
painya, dan, mungkin dengan sebilah pedang di tangan malai-
kat, dan berikhtiar untuk membunuhnya. Kejadian ini meru-
pakan suatu perubahan yang besar. Baru saja berselang Tuhan
bercakap-cakap dengannya, dan menaruh kepercayaan kepa-
danya, sebagaimana layaknya seorang sahabat. Namun, seka-
rang Dia datang melawannya seperti seorang musuh. Perhati-
kanlah,
(1) Kelalaian yaitu dosa, dan harus dihadapkan kepada
penghakiman, khususnya penghinaan dan pengabaian
terhadap meterai-meterai perjanjian. Sebab, sikap seperti
itu merupakan tanda bahwa kita memandang rendah janji-
janji yang ada di dalam perjanjian itu, dan menunjukkan
ketidaksenangan terhadap persyaratan-persyaratan perjan-
jian itu. Orang yang melakukan tawar-menawar, dan tidak
bersedia memeteraikan dan mengesahkan perjanjian itu,
pantas untuk diduga bahwa ia tidak menyukai perjanjian
itu atau tidak ingin mendukungnya.
(2) Tuhan memerhatikan, dan sangat tidak senang terhadap
dosa-dosa umat-Nya sendiri. Jika mereka mengabaikan ke-
wajiban mereka, biarlah mereka bersiap-siap mendengar
hal itu dari hati nurani mereka sendiri, dan mungkin
merasakannya melalui tindakan-tindakan penyelenggaraan
ilahi. sebab hal ini banyak orang menjadi sakit dan lemah,
sebagaimana yang diperkirakan orang tentang Musa di sini.
3. Dilaksanakannya dengan segera kewajiban yang lalai dikerja-
kannya, yang sebab nya Tuhan berpaling melawan dia. Anak
laki-lakinya harus disunat. Musa tidak sanggup menyunatnya,
sehingga pada saat yang mendesak ini, Zipora yang melaku-
kannya. Saya tidak bisa memastikan apakah dia melakukan-
nya dengan kata-kata yang geram (mengungkapkan ketidak-
sukaannya atas ketetapan itu sendiri, atau setidaknya rasa
tidak suka sebab harus dilakukan kepada seorang anak yang
masih kecil, dan saat sedang berada di tengah perjalanan),
72
sebagaimana tampaknya menurut saya. Tidak jelas juga apa-
kah dia melakukannya dengan kata-kata yang pantas, yaitu
dengan penuh kesungguhan yang menyatakan penyerahan
anak itu kepada Tuhan berdasar perjanjian sunat (sebagai-
mana pemahaman beberapa orang), atau rasa syukurnya ke-
pada Tuhan sebab telah menyelamatkan nyawa suaminya dan
memberi kehidupan baru kepada suaminya itu, dan de-
ngan demikian pula, memberi kepadanya suatu pernikah-
an baru dengan suaminya, oleh sebab telah menyunatkan
anaknya itu (sebagaimana pemahaman orang-orang lain). Wa-
laupun tidak pasti apa itu, namun kita bisa belajar dari sini,
(1) Bahwa saat Tuhan membukakan kepada kita sesuatu yang
salah di dalam hidup kita, maka kita harus segera memper-
baikinya dengan segala daya upaya, dan khususnya segera
kembali kepada kewajiban-kewajiban ibadah yang telah
kita abaikan.
(2) Membuang dosa merupakan hal yang mutlak diperlukan
untuk menghapuskan penghakiman Allah. Ini yaitu suara
dari setiap tongkat, yang memanggil kita untuk kembali
kepada-Nya yang telah memukul kita.
4. Pembebasan Musa sesudah itu: Lalu TUHAN membiarkan
Musa. Penyakit sudah pergi, malaikat pembinasa sudah meng-
undurkan diri, dan semua menjadi baik. Hanya Zipora yang
tidak dapat melupakan ketakutan yang dialaminya. Dengan
gugup bercampur marah ia memanggil suaminya sebagai
pengantin darah, sebab telah mengharuskan dia menyunat
anak itu. Mungkin sesudah kejadian ini Musa memulangkan
mereka kembali kepada ayah mertuanya, supaya mereka tidak
memicu kesukaran lebih lanjut. Perhatikanlah,
(1) saat kita kembali kepada Tuhan dan melakukan kewajiban
ibadah kita, maka Dia akan kembali kepada kita dengan
membawa belas kasihan-Nya. Lenyapkan penyebabnya,
dan akibatnya akan berhenti.
(2) Kita harus memutuskan untuk menanggungnya dengan
sabar, jika semangat kita bagi Tuhan dan ketetapan-ketetap-
an-Nya disalahtafsirkan dan dihalangi oleh orang-orang
yang seharusnya mengerti dengan lebih baik tentang diri
mereka sendiri, tentang kita, dan tentang kewajiban ibadah
Kitab Keluaran 4:24-31
73
mereka, sebagaimana halnya semangat Daud yang disalah-
tafsirkan oleh Mikhal. Dan jika keadaannya menjadi buruk,
jika sampai berdarah-darah, maka kita harus lebih gigih
dan sabar lagi.
(3) saat ada pelayanan khusus yang harus kita kerjakan
bagi Allah, kita harus menyingkirkan sejauh mungkin hal-
hal yang kemungkinan besar akan menjadi hambatan bagi
kita. Biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang
mati mereka,namun kamu ikutlah Aku.
II. Bagaimana Harun menjumpai Musa di dalam kasih (ay. 27-28).
1. Tuhan mengutus Harun untuk menjumpai Musa, dan membim-
bingnya ke tempat di mana ia dapat menemukannya, yaitu di
padang gurun yang terbentang menuju arah Midian. Perhati-
kanlah, penyelenggaraan Tuhan harus diakui dan disyukuri
dalam perjumpaan yang penuh penghiburan di antara sanak
saudara dan sahabat-sahabat.
2. Harun sangat bergegas-gegas menjumpai Musa di gunung
Allah, tempat Tuhan pernah menjumpai Musa. Ini dilakukannya
sebab ia patuh pada perintah Allahnya, dan mengasihi sau-
daranya.
3. Mereka saling berpelukan dengan penuh rasa kasih sayang. Se-
makin mereka melihat tuntunan langsung Tuhan dalam memper-
temukan mereka, semakin menyenangkan perjumpaan mereka
jadinya. Mereka saling berciuman, tidak saja sebagai tanda
kasih sayang persaudaraan, dan mengenang relasi yang sudah
lama,namun juga sebagai janji ikatan hati untuk menerima pe-
kerjaan yang untuknya mereka telah dipanggil bersama-sama.
4. Musa memberitahukan kepada saudaranya tentang amanat
yang telah ia terima, dengan segala perintah dan wewenang
yang terkandung di dalamnya (ay. 28). Perhatikanlah, apa
yang kita ketahui tentang Allah, harus kita sampaikan demi
kebaikan orang lain. Dan orang-orang yang menjadi teman
sekerja dalam pekerjaan yang sama bagi Tuhan harus dengan
hati terbuka berusaha saling mengerti satu sama lain dengan
benar dan sepenuh hati.
III. Bagaimana tua-tua Israel menjumpai Musa di dalam iman dan
ketaatan. saat untuk pertama kalinya Musa dan Harun mem-
74
beritahukan amanat mereka di Mesir, mereka mengatakan apa
yang telah diperintahkan untuk dikatakan dan untuk menegas-
kannya, melakukan apa yang telah diperintahkan untuk dilaku-
kan, mereka mengalami penerimaan yang lebih baik dibandingkan
yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya (ay. 29-31).
1. Orang-orang Israel memberi penghormatan kepada mere-
ka: Lalu percayalah bangsa itu, seperti yang sebelumnya telah
difirmankan Tuhan (3:18). Mereka menyadari betul bahwa tidak
ada orang yang sanggup melakukan pekerjaan-pekerjaan se-
perti yang mereka lakukan itu, kecuali Tuhan menyertai mere-
ka.
2. Mereka memberi kemuliaan kepada Allah: maka berlututlah
mereka dan sujud menyembah (ay. 31). Mereka tidak saja me-
nyatakan rasa syukur kepada Tuhan dengan rendah hati, sebab
Dia telah membangkitkan mereka dan mengutus seorang penye-
lamat kepada mereka,namun juga menyatakan kesiapan mereka
untuk menaati perintah-perintah, dan mengikuti cara-cara
penyelamatan mereka dengan penuh kegembiraan.
PASAL 5
i sini Musa dan Harun sedang berurusan dengan Firaun untuk
mendapatkan izin pergi mengadakan kebaktian di padang gurun.
I. Mereka menuntut izin dalam nama Tuhan (ay. 1), dan Firaun
menjawab tuntutan mereka dengan tantangan kepada Tuhan
(ay. 2).
II. Mereka memohon izin dalam nama Israel (ay. 3), dan Firaun
menjawab permohonan mereka dengan perintah-perintah un-
tuk menindas Israel (ay. 4-9). Perintah-perintah yang bengis
itu,
1 Dilaksanakan oleh pengerah-pengerah Firaun (ay. 10-14).
2 Dikeluhkan kepada Firaun,namun sia-sia belaka (ay. 15-19).
3 Dikeluhkan oleh orang Israel kepada Musa (ay. 20-21),
dan oleh Musa kepada Tuhan (ay. 22-23).
Musa dan Harun Menghadap Firaun
(5:1-2)
1 lalu Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu berkata kepada-
nya: “Beginilah firman TUHAN, Tuhan Israel: Biarkanlah umat-Ku pergi untuk
mengadakan perayaan bagi-Ku di padang gurun.” 2namun Firaun berkata:
“Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiar-
kan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan
membiarkan orang Israel pergi.”
Musa dan Harun, sesudah menyampaikan pesan mereka kepada tua-
tua Israel, yang menerima mereka dengan baik, sekarang berurusan
dengan Firaun, kepada siapa mereka datang dengan membahayakan
hidup mereka sendiri, khususnya Musa, yang mungkin telah menjadi
buronan sebab membunuh warga Mesir empat puluh tahun yang
lalu. Seandainya ada salah satu orang saja dari pegawai-pegawai tua
D
76
istana yang mengingatnya pada saat itu, ia bisa kehilangan kepala-
nya. Pesan mereka sendiri memang tidak menyenangkan, dan me-
nyinggung kehormatan Firaun dan merugikan dia. Ini dua hal yang
sangat peka. Walaupun demikian, dua utusan setia ini menyampai-
kan pesannya dengan berani, entah Firaun mau mendengar atau
menolak.
I. Tuntutan mereka tegas dan saleh: Beginilah firman TUHAN, Tuhan
Israel, Biarkanlah umat-Ku pergi (ay. 1). Dalam menghadapi tua-
tua Israel, Musa diarahkan untuk menyebut Tuhan sebagai Tuhan
nenek moyang mereka.namun , dalam menghadapi Firaun, ia dan
Harun menyebut Dia sebagai Tuhan Israel. Dan ini untuk pertama
kalinya kita menemukan Tuhan disebut demikian dalam Kitab
Suci: Ia disebut Tuhan Israel dalam Kejadian 33:20, yaitu Israel
sebagai seorang pribadi,namun di sini Ia disebut Tuhan Israel, yaitu
Israel sebagai sebuah bangsa atau umat. Mereka baru saja
dibentuk menjadi sebuah bangsa atau umat saat Tuhan disebut
sebagai Tuhan mereka. Besar kemungkinan bahwa Musa memang
diarahkan untuk menyebut seperti itu, setidaknya hal ini dapat
disimpulkan dari pasal 4:22, Israel anak-Ku. Dalam nama yang
besar inilah mereka menyampaikan pesan mereka: Biarkanlah
umat-Ku pergi.
1. Mereka yaitu umat Allah, dan sebab itu Firaun tidak boleh
menahan mereka dalam perbudakan. Perhatikanlah, Tuhan
akan mengakui umat-Nya sendiri, meskipun mereka miskin
dan hina. Ia akan membela perkara mereka pada waktunya.
“Israel yaitu budak di Mesir,namun mereka yaitu umat-Ku,”
firman TUHAN, “dan Aku tidak akan membiarkan mereka
terus diinjak-injak” (lihat Yes. 52:4-5).
2. Ia mengharapkan ibadah dan korban-korban persembahan
dari mereka, dan sebab itu mereka harus dibiarkan pergi ke
tempat di mana mereka dapat beribadah dengan bebas, tanpa
menyakiti hati atau diganggu oleh orang Mesir. Perhatikanlah,
Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari tangan musuh-musuh
mereka, supaya mereka dapat melayani Dia, dan melayani-Nya
dengan sukacita. Juga, supaya mereka dapat mengadakan
perayaan untuk-Nya, yang dapat mereka lakukan selama me-
reka mendapat perkenanan dan kehadiran-Nya, sekalipun itu
di padang gurun, tanah yang gersang dan tandus.
Kitab Keluaran 5:1-2
77
II. Jawaban Firaun sangatlah berani dan kurang ajar: Siapakah
TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya? (ay. 2). sebab
diperintah untuk menyerah, ia langsung mengibarkan bendera
perlawanan. Ia mengejek Musa dan Tuhan yang mengutusnya, dan
dengan tegas menolak melepaskan Israel. Ia tidak peduli dengan
perintah itu, apalagi sampai membicarakannya. Amatilah,
1. Betapa menghinanya ia saat berbicara mengenai Tuhan Israel:
“Siapakah TUHAN itu? Aku tidak mengenal dan tidak peduli
dengan Dia. Aku tidak takut Dia, dan mengapa aku harus
menghormati Dia.” Nama itu yaitu nama besar yang belum
pernah ia dengar sebelumnya,namun ia yakin nama itu tidak
ada apa-apanya. Israel saat itu yaitu sebuah bangsa yang
tertindas dan terhina, dipandang sebagai ekor bangsa Mesir.
berdasar ciri-ciri yang terlihat pada diri orang Israel,
Firaun menilai Tuhan mereka tidak ada apa-apanya dibanding-
kan dewa-dewanya, seperti halnya umat-Nya itu dibandingkan
bangsa-bangsa lain. Perhatikanlah, penganiaya yang bebal
biasanya bersikap lebih jahat terhadap Tuhan sendiri dari pada
terhadap umat-Nya (lihat Yes. 37:23). Sekali lagi, sikap tidak
mau tahu dan penghinaan terhadap Tuhan menjadi dasar dari
semua kejahatan yang ada di dunia ini. Manusia tidak menge-
nal Tuhan, atau memiliki pikiran yang rendah dan keji menge-
nai Dia, dan itulah sebabnya mereka tidak mematuhi suara-
Nya, dan memperkatakan apa saja kepada Dia.
2. Betapa angkuhnya Firaun berbicara mengenai dirinya sendiri:
“Bahwa aku harus menaati suara-Nya. Aku, raja Mesir, sebuah
bangsa yang besar, mematuhi Tuhan Israel, bangsa budak yang
malang itu? Masakan aku, yang memerintah bangsa Israel
yang dari Tuhan ini, harus menaati Tuhan Israel? Tidak, itu tidak
pantas bagiku. Tidak layak aku menjawab perintah-Nya.” Per-
hatikanlah, sungguh seperti binatang-binatang yang ganas
(Ayb. 41:25), orang-orang yang durhaka (Ef. 5:6). Orang cong-
kak menyangka dirinya terlampau baik untuk membungkuk
bahkan di hadapan Tuhan sendiri, dan tidak mau berada di
bawah kendali (Yer. 43:2). Inilah inti dari pertentangan: Tuhan
harus memerintah,namun manusia tidak mau diperintah. “Aku
ingin kehendak-Ku dilakukan,” firman Tuhan. “Tetapi aku
mau melakukan kehendakku sendiri,” kata si pendosa.
78
3. Betapa teguhnya Firaun menolak tuntutan itu: dan tidak juga
aku akan membiarkan orang Israel pergi. Perhatikanlah, dari
semua orang berdosa, tidak ada yang begitu keras kepala, dan
begitu sulit dibujuk untuk meninggalkan dosa mereka seperti
para penganiaya.
Perintah untuk Menindas Israel
(5:3-9)
3 Lalu kata mereka: “Tuhan orang Ibrani telah menemui kami; izinkanlah
kiranya kami pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya, untuk
mempersembahkan korban kepada TUHAN, Tuhan kami, supaya jangan nanti
mendatangkan kepada kami penyakit sampar atau pedang.” 4namun raja
Mesir berkata kepada mereka: “Musa dan Harun, mengapakah kamu bawa-
bawa bangsa ini melalaikan pekerjaannya? Pergilah melakukan pekerjaan-
mu!” 5 Lagi kata Firaun: “Lihat, sekarang telah terlalu banyak bangsamu di
negeri ini, masakan kamu hendak menghentikan mereka dari kerja paksa-
nya!” 6 Pada hari itu juga Firaun memerintahkan kepada pengerah-pengerah
bangsa itu dan kepada mandur-mandur mereka sendiri: 7 “Tidak boleh lagi
kamu memberi jerami kepada bangsa itu untuk membuat batu bata,
seperti sampai sekarang; biarlah mereka sendiri yang pergi mengumpulkan
jerami, 8namun jumlah batu bata, yang harus dibuat mereka sampai seka-
rang, bebankanlah itu juga kepada mereka dan jangan menguranginya, kare-
na mereka pemalas. Itulah sebabnya mereka berteriak-teriak: Izinkanlah
kami pergi mempersembahkan korban kepada Tuhan kami. 9 Pekerjaan orang-
orang ini harus diperberat, sehingga mereka terikat kepada pekerjaannya dan
jangan mempedulikan perkataan dusta.”
Mendapati bahwa Firaun sama sekali tidak memiliki rasa hormat
terhadap Allah, selanjutnya Musa dan Harun mencoba kalau-kalau ia
masih memiliki sedikit rasa belas kasihan terhadap bangsa Israel.
Dengan rendah hati mereka memohon agar diizinkan pergi dan
mengadakan persembahan korban bagi Allah,namun sia-sia belaka.
I Permohonan mereka sangat rendah hati dan sopan, (ay. 3). Me-
reka tidak mengeluhkan bahwa mereka diperintah dengan keras.
Mereka memberi alasan bahwa perjalanan yang mereka ren-
canakan tidak dirancang di antara mereka sendiri,namun sebab
Tuhan mereka sendiri yang telah menemui mereka, dan memanggil
mereka untuk melakukannya. Mereka memohon dengan segala
kerendahan hati: Izinkanlah kiranya kami. Orang miskin meng-
gunakan permohonan, meskipun Tuhan sanggup memerintahkan
raja-raja yang menindas itu. Memang sudah menjadi kewajiban
kitalah untuk meminta dan membuat permohonan kepada mere-
Kitab Keluaran 5:3-9
79
ka. Apa yang mereka minta sangat masuk akal, hanya untuk se-
buah liburan pendek, sementara mereka pergi ke padang gurun
tiga hari perjalanan jauhnya, dan dengan tujuan perjalanan yang
baik dan tidak bisa ditentang: “Untuk mempersembahkan korban
kepada TUHAN, Tuhan kami, sebagaimana yang dilakukan oleh
bangsa-bangsa lain kepada sembahan-sembahan mereka.” Dan,
akhirnya, mereka memberi sebuah alasan yang sangat baik,
“Jangan-jangan, jika kami tidak lagi beribadah kepada-Nya, Ia
akan menimpakan suatu hukuman ke atas kami, dan Firaun pun
akan kehilangan budak-budaknya.”
II Penolakan Firaun atas permohonan mereka sangatlah biadab dan
tidak masuk akal (ay. 4-9).
1. Jawabannya sangat keterlaluan.
(1) Bahwa bangsa ini yaitu pemalas, dan sebab itu mereka
mencari-cari alasan untuk pergi mempersembahkan kor-
ban. Kota-kota yang mereka bangun bagi Firaun dan hasil-
hasil pekerjaan mereka lainnya menjadi saksi bahwa sebe-
narnya mereka bukanlah pemalas. Namun, dengan rendah-
nya ia memutarbalikkan keadaan mereka, supaya ada dalih
baginya untuk memperberat beban mereka.
(2) Bahwa Musa dan Harun membuat mereka menjadi pema-
las dengan kata-kata dusta (ay. 9). Firman Tuhan di sini di-
sebut sebagai kata-kata kosong. Dan orang-orang yang me-
manggil mereka untuk mengerjakan urusan yang terbaik
dan yang sangat diperlukan itu, malah dituduh membuat
mereka menjadi pemalas. Perhatikanlah, dengan jahatnya
Iblis sering menggambarkan kebaktian dan penyembahan
kepada Tuhan sebagai pekerjaan yang hanya cocok bagi
orang-orang yang tidak punya kerajaan, hanya pantas bagi
para pemalas. Padahal, sesungguhnya pekerjaan ini meru-
pakan tugas yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang
paling sibuk di dunia ini.
2. Keputusan Firaun segera sesudah itu sangatlah keji.
(1) Musa dan Harun sendiri harus pergi melakukan pekerjaan
mereka (ay. 4). Mereka berdua yaitu orang Israel, dan
walaupun Tuhan telah membedakan mereka dari yang lain,
80
tetap saja bagi Firaun mereka tidak ada bedanya. Mereka
harus menjadi bagian dari perbudakan yang menimpa selu-
ruh bangsa mereka. Para penganiaya memang selalu me-
nikmati kesenangan khusus saat menimpakan penghinaan
dan kesulitan ke atas pelayan-pelayan jemaat.
(2) Jumlah batu bata yang biasa dibuat sampai sekarang
harus tetap sama, tanpa diberikan tunjangan jerami seperti
biasa untuk dicampurkan dengan tanah liat, atau untuk
membakar batu bata. Hal ini semakin menambah pekerja-
an kepada orang-orang itu. Badan mereka bisa hancur ka-
renanya. Di lain pihak, jika mereka tidak bekerja, mereka
akan terkena hukuman.
Pengerah-pengerah Firaun
Melaksanakan Penindasan
(5:10-14)
10 Maka para pengerah bangsa itu dan para mandurnya pergi dan berkata
kepada mereka: “Beginilah kata Firaun: Aku tidak memberi jerami lagi ke-
padamu. 11 Pergilah kamu sendiri mengambil jerami, di mana saja kamu
mendapatnya,namun pekerjaanmu sedikitpun tidak boleh kurang.” 12 Lalu
berseraklah bangsa itu ke seluruh tanah Mesir untuk mengumpulkan tung-
gul gandum sebagai pengganti jerami. 13 Dan pengerah-pengerah itu mende-
sak mereka dengan berkata: “Selesaikan pekerjaanmu, yaitu tugas sehari,
seperti pada waktu ada jerami.” 14 Lalu pengerah-pengerah Firaun memukul
mandur-mandur Israel, yang mereka angkat, sambil bertanya: “Mengapakah
kamu pada hari ini tidak menyelesaikan jumlah batu bata yang harus kamu
buat seperti kemarin?”
Perintah-perintah Firaun di sini dilaksanakan. Jerami tidak disedia-
kan, namun pekerjaannya tidak dikurangi.
1. Para pengerah bangsa Mesir sangat kejam. Begitu Firaun menge-
luarkan ketetapan yang tidak adil, para pengerah pun siap menu-
liskan kepedihan-kepedihan yang telah ia tentukan (Yes. 10:1).
Raja-raja bengis tidak pernah kekurangan alat untuk digunakan
di bawah pemerintahan mereka, yang akan membenarkan tindak-
an mereka sekalipun paling tidak masuk akal. Para pengerah ini
mendesak supaya budak-budak Israel menyelesaikan tugas mere-
ka sehari-hari seperti saat masih ada jerami (ay. 13). Lihatlah,
betapa kita perlu berdoa supaya kita dapat dilepaskan dari para
pengacau dan orang-orang jahat (2Tes. 3:2). Permusuhan antara
benih si ular dengan benih si perempuan begitu hebatnya sampai
Kitab Keluaran 5:10-14
81
menghancurkan semua hukum, akal sehat, kehormatan, kema-
nusiaan, dan keadilan.
2. Orang Israel diserakkan ke seluruh tanah Mesir untuk mengum-
pulkan tunggul gandum sebagai pengganti jerami (ay. 12). Dengan
demikian semua ketidakadilan dan kebiadaban Firaun diketahui
di seluruh kerajaan Mesir, dan membuat mereka dikasihani oleh
para tetangga mereka, dan membuat pemerintahan Firaun kurang
dapat diterima bahkan oleh warganya sendiri. Kebajikan tidak
pernah didapatkan melalui penganiayaan.
3. Mandor-mandor Israel diperlakukan dengan keras (ay. 14). Mere-
ka yang menjadi pemimpin-pemimpin kaum Israel harus mem-
bayar mahal untuk kehormatan mereka, sebab dari merekalah
tanggung jawab atas tugas ini dengan segera dituntut, dan mere-
ka dipukul saat pekerjaan tidak terlaksana dengan baik. Lihat-
lah di sini,
(1) Betapa menyedihkannya perbudakan itu, dan betapa kita
harus bersyukur kepada Tuhan bahwa kita yaitu orang-orang
bebas, dan tidak tertindas. Kemerdekaan dan harta milik ada-
lah sesuatu yang sangat berharga di mata orang-orang yang
pekerjaan dan miliknya terletak pada belas kasihan suatu
kuasa yang sewenang-wenang.
(2) Betapa seringnya kita menjumpai kekecewaan sesudah peng-
harapan kita sedang tinggi-tingginya. Belum lama ini bangsa
Israel berbesar hati dalam pengharapan akan mendapat kele-
gaan,namun lihatlah, yang timbul yaitu kesesakan yang lebih
besar. Hal ini mengajarkan kita untuk bersukacita dengan
gemetar.
(3) Betapa anehnya langkah-langkah yang kadang-kadang diambil
Tuhan untuk menyelamatkan umat-Nya. Sering kali Ia mem-
bawa mereka kepada kesukaran yang teramat dahsyat saat
Ia sebentar lagi siap tampil bagi mereka. Pasang surut teren-
dah biasanya berakhir sebelum pasang naik mencapai puncak
tertinggi, dan pagi hari yang berkabut pada umumnya meng-
awali hari yang paling cerah (Ul. 32:36). Waktu Tuhan untuk
menolong yaitu saat segala sesuatu sudah dalam keadaan
terburuk. Demikianlah, penyelenggaraan ilahi membuktikan
pertentangan ini: Semakin buruk, semakin baik.
82
Keluhan Mandur Israel kepada Musa;
Keluhan Musa kepada Tuhan
(5:15-23)
15 Sesudah itu pergilah para mandur Israel kepada Firaun dan mengadukan
halnya kepadanya: “Mengapakah tuanku berlaku seperti itu terhadap ham-
ba-hambamu ini? 16 Jerami tidak diberikan lagi kepada hamba-hambamu ini
tetapi walaupun begitu, kami diperintahkan: Buatlah batu bata. Dan dalam
pada itu hamba-hambamu ini dipukuli, padahal rakyat tuankulah yang ber-
salah.” 17namun ia berkata: “Pemalas kamu, pemalas! Itulah sebabnya kamu
berkata: Izinkanlah kami pergi mempersembahkan korban kepada TUHAN!
18 Jadi sekarang, pergilah, bekerja! Jerami tidak akan diberikan lagi kepada-
mu,namun jumlah batu bata yang sama harus kamu serahkan.” 19 Maka
mengertilah para mandur Israel, bahwa mereka ada dalam keadaan susah,
sebab dikatakan kepada mereka: “Kamu tidak boleh mengurangi jumlah
batu bata pada tiap-tiap hari.” 20 Waktu mereka meninggalkan Firaun ber-
jumpalah mereka dengan Musa dan Harun, yang sedang menantikan mereka,
21 lalu mereka berkata kepada keduanya: “Kiranya TUHAN memperhatikan
perbuatanmu dan menghukumkan kamu, sebab kamu telah membusukkan
nama kami kepada Firaun dan hamba-hambanya dan dengan demikian
kamu telah memberi pisau kepada mereka untuk membunuh kami.”
22 Lalu Musa kembali menghadap TUHAN, katanya: “Tuhan, mengapakah
Kauperlakukan umat ini begitu bengis? Mengapa pula aku yang Kauutus?
23 Sebab sejak aku pergi menghadap Firaun untuk berbicara atas nama-Mu,
dengan jahat diperlakukannya umat ini, dan Engkau tidak melepaskan
umat-Mu sama sekali.”
Para mandur Israel menyadari bahwa mereka ada dalam kesukaran
besar, mereka harus memperlakukan orang-orang yang berada di
bawah pengawasan mereka dengan kejam atau mereka yang akan
diperlakukan dengan kejam oleh atasan mereka.namun , tampaknya
mereka lebih memilih diperlakukan dengan sewenang-wenang dari-
pada menindak orang lain dengan sewenang-wenang. Dan begitulah
mereka ditindas oleh atasan mereka. Dalam perkara yang jahat ini
(ay. 19), amatilah,
I. Betapa tepatnya mereka mengadukan perkara mereka kepada
Firaun: Sesudah itu pergilah para mandur Israel kepada Firaun,
(ay. 15). Ke manakah mereka harus pergi dengan semua bantahan
dan keluhan mereka selain kepada kekuasaan tertinggi, yang
ditetapkan untuk melindungi yang terluka? Seburuk-buruk Fir-
aun, warga-warganya yang tertindas memiliki kemerdekaan untuk
mengeluh kepadanya. Tidak ada hukum yang melarang pengajuan
permohonan. Permohonan mereka sangat sopannamun mengharu-
kan, menggambarkan bagaimana keadaan mereka (ay. 16): Dan
dalam pada itu hamba-hambamu ini dipukuli (cukup parah, tidak
diragukan lagi, sebab terjadi dalam keadaan yang bergejolak
Kitab Keluaran 5:15-23
83
seperti itu), padahal rakyat tuankulah yang bersalah, pengerah-
pengerah itu, yang menolak memberi kepada kami apa yang
kami perlukan untuk melanjutkan pekerjaan kami. Perhatikan-
lah, sudah lazim bagi orang untuk menyalahkan orang lain de-
ngan gigih, padahal mereka sendirilah yang sangat patut diper-
salahkan.namun , apa yang mereka peroleh dari keluhan ini? Ke-
adaan sungguh bertambah buruk.
1 Firaun mencemooh mereka (ay. 17). Saat mereka nyaris mati
sebab beban pekerjaan, Firaun malah berkata kepada mereka
bahwa mereka itu pemalas. Mereka sudah teramat letih sebab
bekerja berat, dan malah dituduh pemalas tanpa alasan jelas.
Katanya mereka hanya mencari-cari alasan begini, Izinkanlah
kami pergi mempersembahkan korban. Perhatikanlah, sudah
menjadi kebiasaan orang untuk menyebut perbuatan-perbuat-
an terbaik dengan sebutan-sebutan buruk. Ketekunan kudus
yang merupakan urusan yang terbaik justru dikecam banyak
orang sebagai kecerobohan yang tidak patut dilakukan dalam
urusan di dunia ini. Sungguh baik bagi kita bahwa manusia
bukanlah hakim-hakim kita melainkan Allah, yang mengetahui
asas-asas apa yang kita gunakan untuk bertindak. Orang-orang
yang rajin mempersembahkan korban kepada Tuhan akan terle-
pas dari hukuman yang menimpa hamba yang malas. Tuhan akan
melepas mereka.namun tidak demikian adanya dengan manusia,
mereka tidak akan terlepas dari hukuman oleh manusia.
2 Firaun menegaskan beban-beban mereka: Jadi sekarang, per-
gilah, bekerja! (ay. 18). Perhatikanlah, kejahatan bermula dari
orang jahat. Apa yang dapat diharapkan dari orang-orang
tidak adil selain lebih banyak ketidakadilan?
II. Betapa tidak tepatnya mereka mengeluhkan Musa dan Harun:
Kiranya TUHAN memperhatikan perbuatanmu dan menghukumkan
kamu, (ay. 21). Ini sungguh tidak adil. Musa dan Harun telah
memberi cukup bukti tentang niat baik mereka yang tulus un-
tuk kemerdekaan Israel. Namun, sebab keberhasilan tidak segera
terwujud sebagaimana yang mereka harapkan, Musa dan Harun
pun dicela sebagai penambah beban perbudakan mereka. Seha-
rusnya mereka merendahkan diri di hadapan Tuhan dan menerima
aib dosa mereka sendiri, dosa yang telah melenyapkan hal-hal
baik dari mereka.namun , bukannya melakukan hal ini, mereka
84
malah menentang sahabat-sahabat baik mereka itu, dan berban-
tah-bantah dengan penolong-penolong pembebasan mereka, ha-
nya sebab beberapa kesulitan kecil dan beberapa halangan yang
mereka jumpai dalam pelaksanaan pembebasan itu. Perhatikan-
lah, orang-orang yang dipanggil keluar untuk melayani masyara-
kat luas bagi Tuhan dan angkatan mereka, harus siap menghadapi
pencobaan, tidak saja oleh ancaman-ancaman jahat dari musuh-
musuh yang congkak,namun juga dari kecaman-kecaman mem-
babi buta yang tidak adil dan tidak ramah dari teman-teman sen-
diri, yang hanya menilai penampilan luar dan berpandangan sem-
pit. Nah, apa yang dilakukan Musa dalam menghadapi kesulitan
ini? Hatinya sangat pedih, kejadian itu tidak seperti yang diharap-
kannya, malah bertentangan dengan pengharapannya. Celaan-
celaan mereka sangat melukai hati, seperti sebilah pedang menge-
na tulang-tulangnya. Namun,
1. Musa lalu kembali menghadap TUHAN (ay. 22), memberitahu-
kan-Nya mengenai hal itu, dan membawa perkara itu kepada-
Nya. Ia tahu bahwa apa yang telah ia katakan dan lakukan
yaitu oleh pengarahan ilahi, dan oleh sebab itu, kesalahan
apa pun yang ditimpakan kepadanya, ia anggap sebagai
ditimpakan kepada Tuhan juga. Dan, sama seperti Hizkia, ia
membentangkan perkara itu di hadapan-Nya, sebab itu ada-
lah perkara-Nya. Ia memohon campur tangan-Nya. Banding-
kan hal ini dengan Yeremia 20:7-9. Perhatikanlah, kapan saja
kita merasa kebingungan dan kehilangan arah saat sedang
melaksanakan kewajiban ibadah kita, sebaiknya kita mencari
pertolongan dari Allah, dan mengungkapkan perkara kita di
hadapan-Nya dengan doa yang penuh iman dan kesungguhan
hati. Jika kita mundur, marilah kita mundur kepada-Nya, dan
jangan lebih jauh lagi.
2. Musa berbantah dengan-Nya (ay. 22-23). Ia tidak tahu bagai-
mana mendamaikan penyelenggaraan ilahi dengan janji dan
tugas yang ia terima. “Beginikah Tuhan datang untuk menyela-
matkan Israel? Haruskah aku, yang berharap menjadi berkat
bagi mereka malah menjadi cambuk bagi mereka? Dengan
upaya untuk mengeluarkan mereka dari lubang ini, mereka
malah tenggelam lebih dalam lagi.” Sekarang ia bertanya,
Kitab Keluaran 5:15-23
85
(1) Tuhan, mengapakah Kauperlakukan umat ini begitu bengis?
Perhatikanlah, bahkan saat Tuhan datang kepada umat-Nya
dalam belas kasihan, kadang-kadang Ia memakai cara-cara
yang begitu rupa hingga disangka umat-Nya bahwa Ia mem-
perlakukan mereka dengan buruk. Sarana-sarana yang di-
pakai untuk mengadakan pembebasan sering kali ternyata
malah mendatangkan halangan dan bukannya pertolongan.
Sarana-sarana itu malah menjadi perangkap dan bukan alat
untuk mendatangkan keselamatan. Tuhan biasanya meng-
izinkan hal itu terjadi supaya kita dapat belajar berhenti ber-
harap dari manusia, dan dapat terlepas dari ketergantungan
pada kuasa makhluk ciptaan. Perhatikan lebih lanjut, saat
umat Tuhan merasa mereka diperlakukan dengan buruk,
mereka harus datang kepada Tuhan melalui doa, dan memo-
hon kepada-Nya. Itulah cara untuk memperoleh perlakuan
lebih baik yang akan terjadi pada waktu-Nya yang tepat.
(2) Mengapa pula aku yang Kauutus? Demikianlah,
[1] Musa mengeluhkan kegagalannya: “Firaun berbuat jahat
terhadap bangsa ini, dan sedikit pun tidak ada tanda-
tanda mereka akan dibebaskan.” Perhatikanlah, orang
yang dipekerjakan Tuhan pasti akan merasa jiwanya ter-
tekan saat melihat jerih payah mereka tidak berhasil
apa-apa. Terlebih lagi saat mereka melihat bahwa jerih
payah mereka itu justru merugikan orang, meskipun
tidak disengaja. Tidaklah nyaman bagi hamba Tuhan
yang baik untuk melihat usahanya untuk meyakinkan
dan mengubah manusia malah justru membuat hati
mereka bertambah rusak, bertambah jahat pikirannya,
bertambah mengeras hatinya, dan terbelenggu di bawah
ketidakpercayaan mereka. Hal ini membuat para hamba
Tuhan masuk ke dalam kepahitan jiwa, sebagaimana
sang nabi dalam Yehezkiel 3:14. Atau,
[2] Musa menanyakan apa yang harus dikerjakan lebih lan-
jut: Mengapa Engkau mengutus aku? (KJV) Artinya, “Cara
apa lagi yang harus aku gunakan untuk melaksanakan
tugasku?” Perhatikanlah, kekecewaan-kekecewaan yang
kita jumpai dalam pekerjaan kita tidak boleh menjauh-
kan kita dari Allah. Sebaliknya, kita harus tetap mem-
pertimbangkan mengapa kita diutus.
PASAL 6
da banyak kesulitan untuk meyakinkan Musa menerima peker-
jaannya, dan saat semua kesulitan itu sudah diatasi, beberapa
masalah lain muncul saat ia menjalankan pekerjaannya, dan tim-
bul lagi kesulitan untuk mendorong dia maju terus dengan tugasnya.
Berbagai kesulitan ini kita temukan dalam pasal ini. Amatilah pasal
ini,
I. Tuhan meyakinkan Musa, sebagai jawaban atas keluhan-
keluhannya di penutupan pasal sebelumnya (5:24).*
II. Tuhan memberi Musa petunjuk-petunjuk yang lebih lengkap
dibandingkan yang diberikan sebelumnya, untuk disampaikan ke-
pada orang Israel, supaya mereka yakin penuh (ay. 1-7),
tetapi tidak membuahkan hasil juga (ay. 8).
III. Tuhan mengutus Musa kembali kepada Firaun (ay. 9-10).
Tetapi Musa berkeberatan terhadap pengutusan Tuhan terse-
but (ay. 11), yang memberi perintah tegas kepada dirinya dan
Harun untuk melaksanakan tugas mereka dengan semangat
(ay. 12).
IV. Inilah sebuah ikhtisar tentang silsilah dari suku Ruben dan
Simeon, untuk memperkenalkan silsilah dari suku Lewi,
sehingga garis keturunan Musa dan Harun dapat dijelaskan
(ay. 13-24). Dan lalu pasal ini ditutup dengan sebuah
pengulangan dari banyak kisah sebelumnya, yang diperlukan
untuk membuka jalan bagi pasal berikutnya.
* Ada perbedaan pembagian perikop antara KJV dan LAI dalam hal ini: ayat 6:1 versi
KJV merupakan ayat 5:24 versi LAI – ed.
A
88
Janji akan Pembebasan
(5:24-6:8)
5:24namun TUHAN berfirman kepada Musa: “Sekarang engkau akan melihat,
apa yang akan Kulakukan kepada Firaun; sebab dipaksa oleh tangan yang
kuat ia akan membiarkan mereka pergi, ya dipaksa oleh tangan yang kuat ia
akan mengusir mereka dari negerinya.” 1 Selanjutnya berfirmanlah Tuhan
kepada Musa: “Akulah TUHAN.2 Aku telah menampakkan diri kepada Abra-
ham, Ishak dan Yakub sebagai Tuhan Yang Mahakuasa,namun dengan nama-
Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri. 3 Bukan saja Aku telah mengadakan
perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberi kepada mereka tanah
Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing, 4namun Aku sudah
mendengar juga erang orang Israel yang telah diperbudak oleh orang Mesir,
dan Aku ingat kepada perjanjian-Ku. 5 Sebab itu katakanlah kepada orang
Israel: Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang
Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan menebus kamu de-
ngan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat.
6 Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi
Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu, yang
membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir. 7 Dan Aku akan mem-
bawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberi nya
kepada Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberi nya kepada-
mu untuk menjadi milikmu; Akulah TUHAN.” 8 Lalu Musa mengatakan demi-
kian kepada orang Israel,namun mereka tidak mendengarkan Musa sebab
mereka putus asa dan sebab perbudakan yang berat itu.
Dalam perikop ini,
I. Tuhan membungkam keluhan-keluhan Musa dengan memberi
jaminan bahwa ia akan berhasil dalam pekerjaannya itu. Tuhan
mengulangi janji yang telah dibuat-Nya dalam pasal 3:20: sesudah
itu ia akan membiarkan kamu pergi. Pada waktu Musa kehabisan
akal, berharap dirinya tetap tinggal dengan tenang di Midian dari-
pada pergi ke Mesir untuk memperburuk keadaan, saat dia tidak
tahu harus berbuat apa, maka Selanjutnya TUHAN berfirman ke-
pada Musa (5:24), untuk menenangkan pikirannya: “Sekarang
engkau akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepada Firaun
(5:24). Sekarang perkara ini telah sampai pada puncaknya, keada-
an sudah menjadi teramat buruk, Firaun sedang berada di pun-
cak kesombongan dan Israel di kedalaman penderitaannya, jadi
sekarang yaitu saat-Ku untuk tampil” Sekarang juga Aku bang-
kit (Mzm. 12:6). Perhatikanlah, kesukaran di luar batas yang di-
alami manusia merupakan kesempatan bagi Tuhan untuk meno-
long dan menyelamatkan. Musa telah lama menantikan apa yang
akan dilakukan oleh Allah. Dan sekarang dia akan melihat apa
yang akan Tuhan lakukan, akan melihat hari-Nya pada akhirnya
(Ayb. 24:1). Musa telah mencoba apa yang dapat dilakukannya,
Kitab Keluaran 5:24-6:8
89
dan tidak menghasilkan apa-apa. “Baiklah,” kata Allah, “sekarang
engkau akan melihat apa yang akan Aku lakukan. Biarkan Aku
sendiri yang akan berurusan dengan manusia yang sombong ini,”
(Ayb. 40:7-8). Perhatikanlah, pembebasan umat Tuhan akan ter-
laksana saat Tuhan mengambil pekerjaan ke dalam tangan-Nya
sendiri. Oleh tangan yang kuat, yaitu, dipaksa oleh tangan yang
kuat, Firaun akan membiarkan mereka pergi. Perhatikanlah, sama
seperti sebagian orang dibawa kepada tugas mereka oleh tangan
yang kuat dari anugerah Allah, yang hatinya dijadikan berkenan
pada hari kuasa-Nya, demikian pula sebagian yang lain oleh
tangan yang kuat dari tindakan keadilan-Nya, dipatahkan sebab
mereka tidak mau diluruskan kembali.
II. TUHAN Tuhan memberi Musa petunjuk-petunjuk lebih lanjut, agar
baik dia maupun umat Israel boleh dikuatkan untuk berharap
akan suatu hal yang mulia dari perkara ini. Bersuka citalah,
1. sebab nama Allah, Yehova (ay. 1-2). Tuhan mulai dengan ini,
Akulah TUHAN, sama dengan AKU yaitu AKU, sumber dari
keberadaan, dan keberkatan, serta kesempurnaan yang tak
terbatas. Para bapa leluhur telah mengenal nama ini, namun
Musa dan orang-orang Israel tidak mengenal Dia melalui nama
ini. Sekarang Tuhan akan dikenal dengan nama-Nya Yehova,
yaitu:
(1) Tuhan yang menggenapi apa yang telah dijanjikan-Nya, dan
dengan demikian mengobarkan keyakinan umat-Nya untuk
percaya akan janji-janji-Nya.
(2) Tuhan yang menyempurnakan apa yang telah Ia mulai, dan
menyelesaikan karya-Nya sendiri. Dalam sejarah pencipta-
an, Tuhan tidak pernah disebut Yehova sebelum langit dan
bumi selesai diciptakan (Kej. 2:4). Pada waktu keselamatan
orang-orang kudus disempurnakan dalam kehidupan yang
kekal, barulah Dia akan dikenal dengan nama-Nya Yehova
(Why. 22:13).namun , sementara ini umat-Nya akan men-
jumpai-Nya, untuk kekuatan dan dukungan bagi mereka,
sebagai El-Shaddai, Tuhan yang mencukupkan, Tuhan yang
memuaskan jiwa dan akan terus demikian (Mi. 7:20).
2. sebab perjanjian-Nya: Aku telah mengadakan perjanjian-Ku
(ay. 3). Perhatikanlah, semua perjanjian yang Tuhan adakan,
90
Dia akan meneguhkannya. Perjanjian-perjanjian-Nya dibuat-
Nya sama kokohnya seperti yang dapat diperbuat oleh kuasa
dan kebenaran-Nya. Kita dapat mempertaruhkan diri kita se-
muanya di atas dasar ini.
3. sebab belas kasihan-Nya (ay. 4): Aku sudah mendengar juga
erang orang Israel. Yang Dia maksudkan yaitu erangan mere-
ka di tengah-tengah kesukaran yang ditimpakan ke atas me-
reka belakangan ini. Cermatilah, Tuhan memperhatikan ber-
tambah-tambahnya malapetaka umat-Nya, dan Ia mengamati
bagaimana musuh-musuh mereka semakin menindih mereka.
4. sebab apa yang Ia putuskan untuk lakukan sekarang (ay. 5-
7). Inilah perkataan-Nya baris demi baris, untuk meyakinkan
orang Israel bahwa mereka akan dibawa keluar dari Mesir
dengan penuh sorak sorai (ay. 5), dan akan dijadikan pemilik
atas tanah Kanaan (ay. 7): Aku akan membawa kamu keluar.
Aku akan melepaskan kamu. Aku akan menebus kamu. Aku
akan membawa kamu masuk ke dalam tanah Kanaan. Dan Aku
akan memberi nya kepadamu. Kiranya manusia mendapat
malu atas ketidakpercayaannya, sampai memerlukan peng-
ulangan-pengulangan sedemikian rupa. Dan kiranya Tuhan
diberi kemuliaan sebab Ia telah bermurah hati dengan meren-
dahkan diri untuk memberi kita jaminan berulang-ulang supaya
kita yakin penuh akan janji-Nya.
5. sebab maksud-Nya yang mulia dalam semuanya ini. Tujuan-
Nya sungguh agung dan patut dipuji (ay. 6).
(1) Ia hendak membahagiakan mereka: Aku akan mengangkat
kamu menjadi umat-Ku, suatu umat yang istimewa, dan
Aku akan menjadi Allahmu. Tidak ada lagi yang dapat kita
minta selain ini, tidak ada lagi yang dapat kita miliki selain
ini, untuk membuat kita bahagia.
(2) Ia hendak menunjukkan kemuliaan-Nya: Kamu akan me-
ngetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu. Tuhan akan
mencapai tujuan-Nya sendiri, dan kita tidak akan kehilang-
an tujuan-Nya jika kita juga menjadikannya tujuan utama
kita. Nah, kita mungkin akan menduga bahwa perkataan
yang baik ini, dan perkataan yang menghibur hati ini,
seharusnya telah menghidupkan kembali semangat bangsa
Israel yang terkulai, dan membuat mereka melupakan ke-
sengsaraan mereka. Akannamun , sebaliknya, justru pen-
Kitab Keluaran 6:9-12
91
deritaan mereka malah membuat mereka mengabaikan jan-
ji-janji Tuhan (ay. 8): mereka tidak mendengarkan Musa ka-
rena mereka putus asa dan sebab perbudakan yang berat
itu. Yaitu,
[1] Mereka sedemikian terbawa dengan permasalahan me-
reka sehingga mereka tidak mengindahkan Musa.
[2] Mereka sedemikian terpukul dengan kekecewaan mere-
ka belakangan ini sehingga mereka tidak mempercayai
Musa.
[3] Mereka begitu ketakutan akan kekuatan dan murka Fir-
aun sehingga mereka sendiri tidak berani bergerak se-
langkah pun untuk menggapai kebebasan mereka. Per-
hatikanlah, Pertama, jiwa yang putus asa sering kehi-
langan penghiburan yang seharusnya ia dapatkan. Jiwa
yang berputus asa berdiri di dalam terangnya sendiri
(lihat Yes. 28:12). Kedua, perasaan yang tidak terken-
dalikan biasanya menolak penghiburan. Dengan mem-
benamkan diri dalam ketidakpuasan dan keresahan,
kita mencabut diri sendiri dari penghiburan yang dapat
kita peroleh baik dari Firman Tuhan maupun dari peme-
liharaan-Nya. Dan kalau sudah begini jadinya, itu kare-
na kesalahan kita sendiri.
Keberatan Musa
(6:9-12)
9 lalu TUHAN berfirman kepada Musa: 10 “Pergilah menghadap, kata-
kanlah kepada Firaun, raja Mesir, bahwa ia harus membiarkan orang Israel
pergi dari negerinya.” 11namun Musa berkata di hadapan TUHAN: “Orang
Israel sendiri tidak mendengarkan aku, bagaimanakah mungkin Firaun akan
mendengarkan aku, aku seorang yang tidak petah lidahnya!” 12 Demikianlah
TUHAN telah berfirman kepada Musa dan Harun, serta mengutus mereka
kepada orang Israel dan kepada Firaun, raja Mesir, dengan membawa perin-
tah supaya orang Israel dibawa keluar dari Mesir.
Dalam perikop ini,
I. Tuhan mengutus Musa untuk kedua kalinya kepada Firaun (ay.
10), dengan tujuan yang sama seperti sebelumnya, yaitu untuk
memerintahkan Firaun, dengan ancaman hukuman baginya, agar
dia harus membiarkan orang Israel pergi. Perhatikanlah, Tuhan
92
mengulangi perintah-perintah-Nya sebelum Dia memulai hukum-
an-Nya. Orang-orang yang telah sering dipanggil dengan sia-sia
untuk meninggalkan dosa-dosa mereka harus dipanggil lagi dan
lagi, entah mereka akan mendengarkan atau mereka akan meng-
elak (Yeh. 3:11). Tuhan dikatakan telah meremukkan orang-orang
berdosa dengan perantaraan nabi-nabi-Nya (Hos. 6:5), yang me-
nyatakan bahwa Ia memukul mereka berkali-kali. Berkali-kali Aku
rindu mengumpulkan anak-anakmu.
II. Musa menyampaikan keberatan, seperti orang yang patah sema-
ngat, dan ingin menyerah saja (ay. 11). Ia mengakui,
1. Ketidakmungkinan Firaun untuk mau mendengar: “Lihatlah
orang Israel sendiri tidak mendengarkan aku. Mereka tidak
mau mengindahkan, tidak menghargai, apa yang telah aku
katakan. Jadi, bagaimana mungkin aku dapat berharap bahwa
Firaun mau mendengarkan aku? Jika kesesakan berat yang
menimpa jiwa orang Israel sudah membuat mereka tuli terha-
dap apa yang akan memulihkan dan menghibur mereka, maka
lebih-lebih lagi kemarahan Firaun, keangkuhan dan keangkara-
annya, akan membuatnya tuli terhadap apa yang akan meng-
gusarkan dan menjengkelkannya.” Jika umat yang mengakui
Tuhan saja tidak mau mendengarkan utusan-Nya, bagaimana
mungkin musuhnya yang melawan Dia dengan terang-terangan
akan mau mendengarkan utusan-Nya sendiri? Perhatikanlah,
sikap membantah dan membangkang dari orang-orang yang
menyebut diri Kristen sungguh-sungguh mematahkan sema-
ngat para hamba Tuhan, dan membuat mereka hilang harapan
bisa berhasil dalam menghadapi orang-orang yang berpikiran
duniawi dan tidak percaya Tuhan. Kita bisa menjadi alat untuk
mempersatukan umat Israel, untuk menyaring dan memurni-
kan mereka, untuk menghibur dan menenteramkan hati mere-
ka.namun , jika mereka sendiri tidak mau mendengarkan kita,
bagaimana kita dapat berhasil, padahal mereka sendiri tidak
berminat dengan semuanya itu? Walaupun demikian, dengan
Tuhan segala sesuatu mungkin.
2. Musa beralasan bahwa ia tidak siap dan memiliki kelemahan
dalam berbicara: Aku seorang yang tidak petah lidahnya. Hal
ini diulangi lagi dalam ayat 29. Ia sadar akan dirinya bahwa
dia tidak memiliki karunia berbicara, tidak cakap dalam ber-
Kitab Keluaran 6:13-29
93
tutur, tidak punya talenta sebagai seorang juru bicara. Untuk
keberatan ini Tuhan telah memberi sebuah jawaban yang
memadai sebelumnya, dan sebab itu Musa tidak seharusnya
bersikeras dengan keberatannya itu. Anugerah-Nya cukup un-
tuk melengkapi kekurangan kita kapan saja. Perhatikanlah,
kendati kelemahan kita haruslah membuat kita rendah hati,
namun kelemahan ini tidak seharusnya mengecilkan se-
mangat kita untuk melakukan yang terbaik dalam melayani
Allah. Kekuatan-Nya menjadi sempurna dalam kelemahan kita.
III. Tuhan sekali lagi mengikutsertakan Harun di dalam tugas bersama
dengan Musa, dan mengakhiri perbantahan dengan menyatakan
kekuasaan-Nya. Lalu Ia memberi mereka perintah kepada mereka
dengan sungguh-sungguh, supaya mereka patuh kepada TUHAN
mereka yang mahabesar, untuk melaksanakan tugas dengan
segala kemampuan dan kesetiaan. saat Musa mengulangi alas-
an-alasannya yang membingungkan, dia tidak akan dijawab lagi,
Tuhan memberi nya tugas saja, dan Harun bersamanya, untuk
menemui orang Israel dan Firaun (ay. 12). Perhatikanlah, kekua-
saan Tuhan cukup untuk menjawab semua keberatan, dan meng-
ikat kita untuk taat saja, tidak perlu bersungut-sungut atau ber-
bantah (Flp. 2:14). Musa memang perlu diberi ketegasan, dan
demikian pula Timotius (1Tim. 6:13; 2Tim. 4:1).
Garis Keturunan Musa dan Harun
(6:13-29)
13 Inilah para kepala kaum keluarga mereka: Anak-anak Ruben anak sulung
Israel: Henokh, Palu, Hezron dan Karmi; itulah kaum-kaum Ruben. 14 Anak-
anak Simeon: Yemuel, Yamin, Ohad, Yakhin, Zohar, dan Saul, anak seorang
perempuan Kanaan; itulah kaum-kaum Simeon. 15 Inilah nama anak-anak
Lewi menurut urutan kelahirannya: Gerson, Kehat dan Merari. Umur Lewi
seratus tiga puluh tujuh tahun.16 Anak-anak Gerson: Libni dan Simei, menu-
rut kaum mereka. 17 Anak-anak Kehat: Amram, Yizhar, Hebron dan Uziel.
Umur Kehat seratus tiga puluh tiga tahun. 18 Anak-anak Merari: Mahli dan
Musi. Itulah kaum-kaum Lewi menurut urutannya. 19 Dan Amram mengam-
bil Yokhebed, saudara ayahnya, menjadi isterinya, dan perempuan ini
melahirkan Harun dan Musa baginya. Umur Amram seratus tiga puluh tujuh
tahun.20 Anak-anak Yizhar: Korah, Nefeg dan Zikhri. 21 Anak-anak Uziel:
Misael, Elsafan dan Sitri. 22 Dan Harun mengambil Eliseba, anak perempuan
Aminadab, saudara perempuan Nahason, menjadi isterinya, dan perempuan
ini melahirkan baginya Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar. 23 Anak-anak
Korah: Asir, Elkana dan Abiasaf; itulah kaum-kaum orang Korah. 24 Eleazar,
anak Harun, mengambil salah seorang anak perempuan Putiel menjadi
94
isterinya dan perempuan ini melahirkan Pinehas baginya. Itulah para kepala
kaum keluarga orang Lewi menurut kaum mereka. 25 Itulah Harun dan
Musa, yang diperintahkan TUHAN: “Bawalah orang Israel keluar dari tanah
Mesir menurut pasukan mereka.” 26 Merekalah yang berbicara kepada
Firaun, raja Mesir, supaya mereka membawa orang Israel keluar dari Mesir.
Itulah Musa dan Harun. 27 Pada waktu TUHAN berfirman kepada Musa di
tanah Mesir, 28 TUHAN berfirman kepadanya: “Akulah TUHAN; katakanlah
kepada Firaun, raja Mesir, segala yang Kufirmankan kepadamu.” 29namun
Musa berkata di hadapan TUHAN: “Bukankah aku ini seorang yang tidak
petah lidahnya, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku?”
I. Dalam perikop ini kita temukan sebuah silsilah, bukan sebuah
silsilah yang tiada putus-putusnya, seperti yang dikecam oleh
sang rasul (1Tim. 1:4), sebab silsilah ini berakhir dengan dua
orang tokoh besar, yaitu Musa dan Harun. Dan silsilah ini dijelas-
kan di sini untuk menunjukkan bahwa mereka yaitu orang
Israel, tulang dari tulang mereka dan daging dari daging mereka,
dan kepada bangsa inilah kedua tokoh ini diutus untuk membe-
baskan mereka. Keduanya dibangkitkan bagi saudara-saudara
mereka itu, seperti Kristus nantinya, yang akan menjadi nabi dan
imam, Penebus dan Pemberi Hukum, bagi bangsa Israel. Dan
Silsilah Kristus juga dipelihara dengan hati-hati seperti halnya sil-
silah Musa dan Harun ini. Kepala-kepala dari keluarga tiga suku
disebut di sini, sesuai dengan kisah yang kita miliki di dalam
Kejadian 46. Menurut Dr. Lightfoot, Ruben, Simeon, dan Lewi
sedemikian ditinggikan di sini oleh sebab alasan ini, yaitu sebab
mereka telah ditinggalkan di bawah kehinaan oleh ayah mereka
yang sedang menjelang ajal, Ruben sebab berbuat dosa terhadap
gundik ayahnya, dan Simeon serta Lewi sebab dosa pembunuh-
an terhadap orang-orang Sikhem. sebab itu Musa memberi
kehormatan khusus ini kepada mereka, supaya Tuhan ditinggikan
oleh rahmat-Nya dalam mengampuni mereka yang telah bertobat,
sebagai sebuah contoh bagi orang-orang percaya lainnya di kemu-
dian hari. Ruben dan Simeon sepertinya disebutkan hanya untuk
menemani Lewi, dari siapa Musa dan Harun berasal, seperti juga
semua imam dari jemaat Yahudi. Demikianlah suku Lewi dibeda-
kan dari suku lain sejak dini. Amatilah di sini,
1. Bahwa Kehat, dari siapa Musa dan Harun, dan semua imam,
ditarik asal-usul mereka, yaitu seorang putra Lewi yang lebih
muda (ay. 15). Perhatikanlah, pemberian karunia-karunia
Tuhan tidaklah mengikuti usia siapa yang lebih tua dan siapa
Kitab Keluaran 6:13-29
95
yang lahir lebih dulu. Kedaulatan ilahi sering lebih memilih
yang muda dibandingkan yang tua, jadi tidak menurut urutan.
2. Bahwa usia Lewi, Kehat, dan Amram, ayah, kakek, dan kakek
buyut, dari Musa, dicatat di sini. Mereka semua hidup dengan
umur yang panjang, Lewi hingga 137, Kehat hingga 133, dan
Amram hingga 137 tahun. Musa sendiri lebih pendek usianya
dibandingkan mereka, dan ditetapkan tujuh puluh atau delapan
puluh tahun menurut masa hidup manusia pada umumnya
(Mzm. 90:10). Mulai sekarang, sebab Israel milik Tuhan sudah
semakin bertambah banyak dan telah menjadi sebuah bangsa
yang besar, maka pernyataan ilahi dipercayakan ke dalam
tangan Musa untuk dicatat dalam bentuk tulisan, dan tidak
lagi dipercayakan kepada tradisi lisan. Dua alasan besar bagi
umur panjang para leluhur telah berakhir, dan sebab itu
untuk selanjutnya masa tahun yang lebih pendek berlaku bagi
manusia.
3. Bahwa Harun menikahi Eliseba (nama yang sama dengan nama
istri Zakharia, Elisabet, seperti Miriam sama dengan Maria),
putri Aminadab, salah satu dari kepala puak suku Yehuda.
Suku Lewi dan Yehuda memang sering kawin-mawin (ay. 22).
4. Janganlah diabaikan juga bahwa Musa mencatat pernikahan
dari Amram bapaknya dengan Yokhebed bibinya sendiri (ay.
19). Dan tampak dalam Bilangan 26:59 bahwa istri untuk
Amram itu harus diambil secara ketat dari saudara kandung
perempuan bapaknya, setidak-tidaknya saudara seayah atau
seibu. Pernikahan seperti ini lalu dilarang sebagai perka-
winan antara sesama kerabat (Im. 18:12), yang bisa dipandang
sebagai suatu aib bagi keluarganya, bahkan sebelum ada hu-
kum ini . Walaupun begitu, Musa tidak menyembunyikan
masalah keluarganya ini, sebab ia tidak mencari pujian bagi
dirinya sendiri,namun menulisnya demi kebenaran, entah hal
itu menyenangkan atau tidak.
5. Ia mengakhiri silsilah itu dengan memberi penghormatan ke-
pada pribadi-pribadi yang ditulisnya itu, walaupun dia sendiri
termasuk satu di antaranya (ay. 25-26). Inilah Musa dan
Harun itu yang diangkat Tuhan untuk menjadi wakil yang di-
beri-Nya hak penuh untuk mewakili Dia dalam perjanjian ini.
Inilah orang-orang kepada siapa Tuhan berbicara (ay. 25), dan
yang berbicara kepada Firaun atas nama Israel (ay.26). Perhati-
96
kanlah, persekutuan dengan Tuhan dan pelayanan kepada
jemaat-Nya merupakan hal-hal yang memberi kehormatan
yang sejati kepada manusia melebihi hal-hal lainnya. Sungguh
luar biasalah orang-orang yang dengannya Tuhan berkenan ber-
gaul erat dan pakai untuk melayani-Nya. Seperti itulah Musa
dan Harun. Dan kehormatan seperti ini dimiliki oleh semua
orang kudus-Nya, yang dijadikan raja-raja dan imam-imam
bagi Tuhan kita.
II. Dalam penutupan pasal ini Musa kembali kepada kisahnya yang
semula, yang ditinggalkannya tiba-tiba (ay. 12), dan mengulangi
lagi,
1. Tugas yang diberikan Tuhan kepadanya untuk menyampaikan
pesan-Nya kepada Firaun (ay. 28): Katakanlah kepada Firaun,
raja Mesir, segala yang Kufirmankan kepadamu, sebagai se-
orang utusan yang setia. Perhatikanlah, orang-orang yang pergi
melaksanakan tujuan Tuhan tidak boleh mengelak untuk me-
nyatakan seluruh pesan Allah.
2. Keberatannya terhadap tugas itu (ay. 29). Perhatikanlah, orang-
orang yang sembarangan berbicara harus sering merenungkan
perkataan mereka dan menyesalinya, seperti yang tampak dila-
kukan Musa di sini.
PASAL 7
Di dalam pasal ini,
I. Perdebatan di antara Tuhan dan Musa berakhir, dan Musa
akhirnya bersedia menaati perintah Tuhan untuk sepenuhnya
melaksanakan tugas perutusannya (ay. 1-7).
II. Perdebatan di antara Musa dan Firaun dimulai, dan ini me-
rupakan uji coba keahlian yang terkenal. Di dalam nama
Allah, Musa menuntut pembebasan umat Israel, namun Fir-
aun menolaknya. Pertandingan terjadi di antara kuasa Tuhan
yang Mahakuasa dan kuasa seorang raja yang congkak. Dan,
terbuktilah dalam persoalan ini, bahwa saat Tuhan meng-
hakimi, Ia akan menang.
1. Musa menegaskan tuntutan yang telah diajukannya sebe-
lumnya kepada Firaun melalui sebuah mujizat, dengan
mengubah tongkatnya menjadi ular. Namun, Firaun me-
ngeraskan hati meskipun melihat kenyataan ini (ay. 8-13).
2. Musa menghukum ketidaktaatannya dengan sebuah tulah,
yang pertama di antara kesepuluh tulah, dengan meng-
ubah air menjadi darah. Namun, Firaun mengeraskan hati
terhadap teguran ini (ay. 14, dst.)
Musa Menerima Tugasnya
(7:1-7)
1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau seba-
gai Tuhan bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu. 2 Engkau
harus mengatakan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan Harun,
abangmu, harus berbicara kepada Firaun, supaya dibiarkannya orang Israel
itu pergi dari negerinya. 3namun Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan
Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di
98
tanah Mesir. 4 Bilamana Firaun tidak mendengarkan kamu, maka Aku akan
mendatangkan tangan-Ku kepada Mesir dan mengeluarkan pasukan-Ku,
umat-Ku, orang Israel, dari tanah Mesir dengan hukuman-hukuman yang
berat. 5 Dan orang Mesir itu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apa-
bila Aku mengacungkan tangan-Ku terhadap Mesir dan membawa orang
Israel keluar dari tengah-tengah mereka.” 6 Demikianlah diperbuat Musa dan
Harun; seperti yang diperintahkan TUHAN kepada mereka, demikianlah
diperbuat mereka. 7 Adapun Musa delapan puluh tahun umurnya dan Harun
delapan puluh tiga tahun, saat mereka berbicara kepada Firaun.
Di sini,
I. Tuhan membesarkan hati Musa menemui Firaun, dan pada akhir-
nya memadamkan semua tawar hatinya.
1. Tuhan melengkapinya dengan kuasa dan wewenang besar (ay.
1): Aku mengangkat engkau sebagai Tuhan bagi Firaun. Artinya,
engkau yaitu wakil-Ku dalam perkara ini. Pejabat pemerintah
juga disebut allah, sebab mereka merupakan wakil Allah.
Musa diberi wewenang untuk berbicara dan bertindak atas
nama Tuhan dan sebagai pengganti-Nya. Di bawah arahan ilahi,
ia dianugerahi dengan kuasa ilahi untuk melakukan sesuatu
di luar kuasa alami. Ia diberi wewenang ilahi untuk menuntut
ketaatan seorang raja yang sangat berkuasa dan menghukum-
nya atas ketidaktaatannya. Musa dijadikan allah, namun Tuhan
yang hanya diangkat, bukan Tuhan yang sesungguhnya menu-
rut kodratnya. Ia hanya Tuhan sesuai tugas perutusan yang
diberikan kepadanya. Ia yaitu allah, namun hanya bagi Fir-
aun. Tuhan yang hidup dan benar yaitu Tuhan bagi seluruh
dunia. Ini merupakan contoh sikap merendah Allah, dan
merupakan bukti bahwa pikiran-Nya terhadap kita yaitu
pikiran yang penuh damai sejahtera, yaitu bahwa saat Ia
berurusan dengan manusia, Ia memakai perantaraan
manusia, yang kengeriannya tidak akan menakutkan kita.
2. Tuhan menunjuk kembali seorang pendamping bagi Musa, yaitu
Harun, kakaknya, yang bukanlah orang yang bicara dengan
gegabah, melainkan seorang juru bicara terkemuka: “Ia akan
menjadi nabimu.” Artinya, “Ia akan berbicara kepada Firaun
menyampaikan kata-katamu, seperti yang dilakukan para nabi
yang menyampaikan firman Tuhan kepada umat manusia.
Sebagai allah, engkau akan mendatangkan dan menyingkirkan
tulah, sedang sebagai nabi, Harun akan menyatakan dan
mengancam Firaun dengan tulah-tulah itu.”
Kitab Keluaran 7:1-7
99
3. Tuhan memberitahukan kepada Musa hal terburuk apa yang
akan terjadi, bahwa Firaun tidak akan mau mendengarkan
dia, namun pekerjaannya akhirnya akan berhasil juga. Israel
akan dibebaskan dan Tuhan akan dimuliakan dengan kejadian
itu (ay. 4-5). Orang-orang Mesir, yang tidak mau tahu dengan
TUHAN, akan dibuat mengetahui siapa Dia. Perhatikanlah,
para utusan Tuhan pastilah merasa puas dan sudah seharus-
nya begitu, bahwa meskipun ada tentangan dan perlawanan
yang menghadang mereka, mereka tetap akan mencapai
tujuan mereka, dan Tuhan akan dimuliakan dalam keberhasil-
an pengutusan mereka itu. Seluruh umat Israel akan disela-
matkan, jadi tidaklah beralasan bagi mereka untuk berkata
bahwa mereka telah bekerja keras dengan percuma. Lihatlah
di sini,
(1) Bagaimana Tuhan memuliakan diri-Nya. Ia membuat orang
tahu bahwa Dialah Yehova. Israel dibuat mengetahui Dia
melalui penggenapan janji-janji-Nya kepada mereka (6:3),
sedang orang Mesir melalui pencurahan murka-Nya ke
atas mereka. Demikianlah nama Tuhan ditinggikan, baik di
dalam orang-orang yang diselamatkan, maupun di dalam
mereka yang binasa.
(2) Cara yang digunakan-Nya untuk mencapai hal ini: Ia
merendahkan yang congkak, dan meninggikan yang rendah
(Luk. 1:51-52). Jika Tuhan mengulurkan tangan-Nya kepada
orang berdosa dan hasilnya sia-sia, pada akhirnya nanti Ia
akan mengacungkan tangan-Nya ke atas mereka. Dan,
siapa pula yang sanggup menahan bebannya?
II. Musa dan Harun menjalankan tugas mereka tanpa membantah:
Demikianlah diperbuat Musa dan Harun; seperti yang diperintah-
kan TUHAN kepada mereka (ay. 6). Dilihat dari semua sudut,
ketaatan mereka patut dirayakan, seperti yang dikatakan sang
Pemazmur (Mzm. 105:28, TL), tiada lagi mereka itu membantahi
firman-Nya, yaitu Musa dan Harun yang disebut oleh-Nya dalam
ayat 26. Demikian juga Yunus, yang meskipun pada awalnya
sangat menentang, akhirnya pergi juga ke Niniwe. Dicatat juga
usia Musa dan Harun pada waktu mereka melaksanakan pelayan-
an yang agung ini. Harun sang kakak (namun lebih rendah
jabatannya), berusia delapan puluh tiga tahun, sedang Musa
100
delapan puluh tahun. Keduanya merupakan orang-orang yang
sangat bermartabat dan berpengalaman. Usia mereka patut dimu-
liakan, yang telah mengajarkan hikmat selama bertahun-tahun
(ay. 7). Yusuf, yang hanya dijadikan pelayan Firaun, diangkat ke
jabatan yang tinggi pada usia tiga puluh tahun. Namun, Musa
yang nantinya dijadikan Tuhan bagi Firaun, tidak ditinggikan
dengan jabatan ini sampai saat ia mencapai usia delapan puluh
tahun. Memang sudah seharusnya ia menunggu selama itu untuk
mendapatkan penghormatan sebesar itu, dan membutuhkan wak-
tu lama dalam mempersiapkan diri bagi pelayanan semacam itu.
Ahli-ahli Sihir Mesir
(7:8-13)
8 Dan TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: 9 “jika Firaun berkata
kepada kamu: Tunjukkanlah suatu mujizat, maka haruslah kaukatakan
kepada Harun: Ambillah tongkatmu dan lemparkanlah itu di depan Firaun.
Maka tongkat itu akan menjadi ular.” 10 Musa dan Harun pergi menghadap
Firaun, lalu mereka berbuat seperti yang diperintahkan TUHAN; Harun me-
lemparkan tongkatnya di depan Firaun dan para pegawainya, maka tongkat
itu menjadi ular. 11 lalu Firaunpun memanggil orang-orang berilmu
dan ahli-ahli sihir; dan merekapun, ahli-ahli Mesir itu, membuat yang demi-
kian juga dengan ilmu mantera mereka. 12 Masing-masing mereka melempar-
kan tongkatnya, dan tongkat-tongkat itu menjadi ular;namun tongkat Harun
menelan tongkat-tongkat mereka. 13namun hati Firaun berkeras, sehingga
tidak mau mendengarkan mereka keduanya – seperti yang telah difirmankan
TUHAN.
Kali pertama Musa mengajukan permintaan kepada Firaun, ia hanya
menyampaikan perintah. Sekarang ia diarahkan untuk menyampai-
kan kuasanya, yang lalu dilaksanakannya.
1. ada anggapan bahwa Firaun menantang kedua utusan itu
untuk mengadakan keajaiban, supaya dengan pertunjukan yang
jelas melebihi kuasa alami, mereka dapat membuktikan peng-
utusan mereka berasal dari Tuhan alam semesta. Firaun akan
berkata, Tunjukkanlah suatu mujizat, bukan sebab ingin diyakin-
kan,namun dengan harapan bahwa tidak akan ada keajaiban yang
mampu dikerjakan, dan dengan begitu ada alasan baginya untuk
tidak percaya dengan pengutusan mereka.
2. Oleh sebab itu perintah diberikan untuk mengubah tongkat men-
jadi ular, sesuai perintah yang diberikan