b bila tidak demikian,
202
bagaimana ia dapat berharap mampu menaklukkan bangsa
kesayangan Tuhan itu? Tuhan membuat Firaun tenggelam di da-
lam hasrat hatinya sendiri dan mengeraskannya. Orang Israel
dikatakan berjalan terus dengan tangan yang dinaikkan (ay.
8), yakni dengan keteguhan hati dan keberanian besar, sambil
bersorak atas kebebasan mereka, dan bertekad menerobos
segala rintangan yang menghadang di jalan mereka. Adapun
orang Mesir mengejar mereka (ay. 9). Perhatikan, mereka yang
dengan tulus menghadapkan wajah ke sorga dan hidup kudus
di dalam Yesus Kristus, harus sadar betul bahwa mereka akan
menjadi sasaran godaan dan serangan-serangan mengerikan
dari Setan. Setan tidak akan begitu saja mau dipisahkan dari
siapapun yang berada di bawah kekuasaannya, atau keluar
pergi tanpa membabi buta (Mrk. 9:26).
Orang Israel Dikejar oleh Firaun
(14:10-14)
10 saat Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang
Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan
mereka berseru-seru kepada TUHAN, 11 dan mereka berkata kepada Musa:
“Apakah sebab tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami
untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami
dengan membawa kami keluar dari Mesir? 12 Bukankah ini telah kami
katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami
bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada
orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.” 13namun berkatalah Musa
kepada bangsa itu: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamat-
an dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang
Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-
lamanya. 14 TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.”
Kita dapati di sini,
I. Ketakutan orang Israel saat mengetahui bahwa Firaun mengejar
mereka (ay. 10). Mereka tahu persis kekuatan dan murka sang
musuh, serta kelemahan mereka sendiri. Meski jumlah mereka ba-
nyak, semuanya berjalan kaki, tak bersenjata, tak terlatih membela
diri, gelisah akibat berada sekian lama di bawah perbudakan, dan
yang paling buruk yaitu , mereka sekarang terkurung akibat tem-
pat perkemahan mereka yang buruk, sehingga mereka tidak dapat
melarikan diri. Di satu sisi yaitu Pi-Hahirot, yakni jajaran gunung
batu yang mustahil dapat dilewati, sementara di sisi lainnya yaitu
Kitab Keluaran 14:10-14
203
Migdol dan Baal-Zefon, yang oleh beberapa orang dipahami sebagai
benteng dan pasukan penjaga di perbatasan Mesir. Di depan
mereka, laut lepas. Di belakang mereka, pasukan Mesir. Tidak ada
jalan keluar bagi mereka kecuali ke atas, dan dari sanalah kesela-
matan mereka datang. Perhatikan, kita mungkin sedang berada di
tengah perjalanan menunaikan tanggung jawab kita, yakni meng-
ikut Tuhan dan bergegas menuju sorga, dan mungkin saja dalam
semua keadaan itu kita berada dalam kesesakan besar, dalam
segala hal ditindas (2Kor. 4:8). Di dalam keadaan terjepit seperti
ini, tidak heran bila orang Israel sangat gentar. Bapa mereka
Yakub pun merasakan hal yang sama saat terjepit (Kej. 32:7).
saat di luar berkecamuk pertikaian, jelaslah di dalam batin ada
ketakutan.namun , apa buahnya dari rasa takut ini? Seperti yang
terjadi pada bangsa Israel ini, ketakutan dapat berarti baik atau
buruk.
1. Sebagian dari mereka berteriak kepada Tuhan. Ketakutan
membuat mereka berdoa, dan inilah dampak yang baik dari
ketakutan. Tuhan membawa kita ke dalam kesesakan agar kita
bertekuk lutut di hadapan-Nya.
2. Sebagian lainnya berteriak mengumpat Musa. Ketakutan mem-
buat mereka bersungut-sungut (ay. 11-12). Mereka putus asa
sebab telah kehilangan arah, dan sebab seolah-olah lengan
Tuhan sesaat memendek dan Ia tidak mampu mengerjakan
mujizat seperti yang telah dibuat-Nya di hari kemarin, mereka
kehilangan harapan akan keselamatan dan percaya bahwa
mereka akan mati di padang gurun. Ketidakpercayaan mereka
sangat tak termaafkan! Bukankah mereka menyaksikan sen-
diri penyertaan Tuhan di bawah panduan dan perlindungan
tiang dari sorga? Dan dapatkah kekuatan Yang Mahakuasa
mengecewakan mereka, atau kebaikan kekal menipu mereka?
Walaupun begitu, ini bukanlah hal yang terburuk yang bangsa
Israel telah lakukan. Mereka bersitegang dengan Musa sebab
sudah membawa mereka keluar dari Mesir, dan dengan ber-
tengkar dengan Musa, mereka menantang Tuhan sendiri, dan
ini memancing amarah Dia yang empunya satu-satunya per-
tolongan yang dapat mereka andalkan. Seperti halnya orang
Mesir yang murka terhadap diri mereka sendiri sebab telah
berbuat baik, demikian pula orang Israel murka terhadap
Tuhan atas kebaikan terbaik yang pernah dikerjakan-Nya bagi
204
mereka. Begitu menjijikkannya perilaku aneh dari orang yang
tidak percaya. Bangsa Israel di sini menyatakan,
(1) Kejijikan mereka yang memuakkan terhadap kebebasan
dan lebih memilih perbudakan, hanya sebab kebebasan
itu diiringi dengan beberapa kesulitan. Roh yang berjiwa
besar tentu akan berkata, “Bila keadaan semakin bertam-
bah buruk,” seperti yang kita katakan, “Lebih baik mati di
medan kehormatan dibandingkan hidup di dalam rantai perbu-
dakan,” Bahkan, di bawah tuntunan Allah, mereka mus-
tahil gagal, sehingga dengan demikian mereka bisa berkata,
“Lebih baik menjadi umat Tuhan yang bebas di padang gu-
run dibandingkan menjadi budak Mesir di tengah asap tempat
pembuatan batu bata.” Akannamun , sebab saat ini mereka
merasa sedikit malu, mereka marah sebab tidak ditinggal-
kan terkubur hidup-hidup di dalam perbudakan.
(2) Rasa tidak tahu terima kasih mereka kepada Musa, yang
telah menjadi alat keselamatan yang setia bagi mereka.
Mereka mengutuki Musa seolah-olah ia telah berlaku kasar
dan kejam terhadap mereka, sementara jelas nyata dan
tidak terbantahkan bahwa segala sesuatu yang telah diper-
buatnya, dan apa pun hasilnya, dikerjakannya menurut pe-
tunjuk Tuhan mereka yang dirancang untuk kebaikan mere-
ka. Perkataan yang mereka ucapkan di dalam pertikaian
sebelumnya, yaitu saat mereka tidak mendengarkan Mu-
sa sebab putus asa, mereka ulangi lagi di sini dan mereka
mengamininya: Kami katakan kepadamu di Mesir: Jangan-
lah mengganggu kami. Perkataan ini sangat tidak pantas,
tetapi lebih beralasan sebab pada kala itu mereka belum
pernah merasakan mujizat Tuhan bagi kebaikan mereka.
Akannamun , mereka dengan sekejap melupakan pelbagai
mujizat keselamatan itu, sama seperti orang Mesir telah
melupakan mujizat kemarahan. Demikianlah orang Israel
dan orang Mesir sama-sama mengeraskan hati mereka,
pada akhirnya, hingga itu membawa kehancuran bagi
mereka. Seperti bangsa Mesir sesudah mengalami sepuluh
tulah, demikianlah bangsa Israel, sesudah sepuluh kali
mencobai Allah, dihukum mati di padang gurun. Sungut-
sungut ini merupakan perbuatan pertama bangsa Israel
mencobai Tuhan (Bil. 14:22).
Kitab Keluaran 14:10-14
205
II. Dorongan semangat yang tepat pada waktunya diberikan Musa
kepada bangsa Israel di tengah-tengah keadaan terjepit (ay. 13-14).
Musa tidak menjawab bangsa Israel menurut kebodohan mereka.
Tuhan menanggung segala kegusaran yang mereka lampiaskan
kepada-Nya, tidak memperlakukan mereka dengan sewenang-
wenang, meski Ia berhak melakukannya dan mendatangkan ke-
pada mereka apa yang ditakutkan mereka. Dengan demikian,
Musa mampu mengatasi kejengkelan yang mereka datangkan ke-
padanya. Musa tidak mencaci balik bangsa Israel,namun malahan
ia menenangkan mereka dengan keteguhan hati yang mengagum-
kan dan pikiran yang jernih, tidak gentar oleh ancaman bangsa
Mesir maupun murka bangsa Israel. Ia meneduhkan sungut-
sungut mereka, dengan jaminan akan keselamatan yang akan
datang segera dan sempurna: Janganlah takut. Perhatikan, saat
kita tidak dapat keluar dari masalah, kita bertanggung jawab dan
berkepentingan mengatasi ketakutan kita, sehingga ketakutan ini
hanya membuat kita bertambah gigih di dalam doa dan perjuang-
an,namun tidak berkuasa mematikan iman dan harapan kita.
1. Musa meyakinkan bangsa Israel bahwa Tuhan akan menyela-
matkan mereka, bahwa Tuhan sendiri akan turun melakukan-
nya, dan bahwa Tuhan akan membawa kehancuran bagi bangsa
Mesir yang mengejar mereka: Tuhan akan berperang untuk
kamu. Dan Musa sangat percaya akan hal ini, dan ia ingin
bangsa Israel juga percaya, meski pada saat itu Musa tidak
tahu bagaimana dan dari jalan mana keselamatan itu akan
terwujud. Tuhan telah meyakinkan Musa bahwa Firaun dan
pasukannya akan hancur, dan ia menghibur bangsa Israel
dengan penghiburan yang telah ia terima dari Allah.
2. Musa mengarahkan mereka untuk berserah kepada Allah, di
dalam penantian yang senyap akan datangnya keselamatan
itu: “Berdirilah tetap, dan jangan berpikir untuk menyelamat-
kan dirimu sendiri dengan berperang atau melarikan diri. Nan-
tikan perintah Tuhan dan perhatikan perintah-Nya itu. Jangan
merancang sendiri langkah yang harus kau tempuh,namun
ikutilah pemimpinmu. Nantikan kemunculan Allah, dan
perhatikan kemunculan-Nya itu. Maka, engkau akan melihat
betapa bodohnya engkau sebab telah menyangsikan Dia.
Kuasai dirimu dengan bersandar penuh kepada Allah. Nanti-
kan dengan penuh damai akan keselamatan besar yang Tuhan
206
akan segera kerjakan bagimu. Tenanglah, tidak perlu bersorak
terhadap musuhmu, seperti di dalam Kitab Yosua 6:16. Kese-
lamatan itu akan dikerjakan tanpa campur tanganmu.” Per-
hatikan,
(1) Bila Tuhan sendiri menuntun umat-Nya ke dalam kesesak-
an, Ia sendiri pula yang akan menemukan jalan untuk
membawa mereka keluar dari sana.
(2) Di tengah kesulitan dan pengharapan yang pelik, kita se-
baiknya menjaga jiwa kita agar tetap tenang, tenteram dan
teduh. Dengan begitu kita berada dalam keadaan terbaik
untuk melaksanakan pekerjaan kita dan memperhatikan
pekerjaan Allah. Kekuatanmu yaitu duduk diam (Yes.
30:7) sebab Mesir akan memberi pertolongan yang sia-sia
(KJV), dan ancamannya tidak akan menyakiti.
Tiang Awan
(14:15-20)
15 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Mengapakah engkau berseru-seru demi-
kian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berang-
kat. 16 Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas
laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-
tengah laut di tempat kering. 17namun sungguh Aku akan mengeraskan hati
orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan
seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menya-
takan kemuliaan-Ku. 18 Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah
TUHAN, jika Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, kereta-
nya dan orangnya yang berkuda.” 19 lalu bergeraklah Malaikat Allah, yang
tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan
tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mere-
ka. 20 Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara
orang Israel; dan oleh sebab awan itu memicu kegelapan, maka malam
itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-
malaman itu.
Kita dapati di sini,
I. Arahan yang diberikan kepada pemimpin bangsa Israel.
1. Apa yang harus Musa kerjakan. Untuk saat ini, Musa harus
menghentikan doanya dan mulai bertindak (ay. 15): Mengapa-
kah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Meski Musa
telah diyakinkan akan adanya kesudahan yang baik dari ma-
salah yang kini sedang terjadi, ia tidak mengabaikan doa. Kita
Kitab Keluaran 14:15-20
207
memang tidak membaca satu kata pun yang Musa ucapkan di
dalam doanya,namun ia mengangkat hatinya kepada Allah.
Inilah bahasa yang dipahami dan diperhatikan oleh-Nya. Doa
Musa yang penuh iman di dalam hatinya lebih berkuasa
dibandingkan teriakan bangsa Israel yang penuh ketakutan (ay.
10). Perhatikan,
(1) Doa yang benar yaitu berseru-seru kepada Tuhan, yang
menunjukkan bahwa ini yaitu sesuatu yang terjadi secara
alamiah dan penuh permohonan.
(2) Untuk mendorong Musa supaya bertindak dengan gigih.
Ada pekerjaan lain yang harus Musa lakukan selain ber-
doa, yakni memimpin tentara Israel, dan sekaranglah saat-
nya ia harus menjalankan tugasnya. Segala sesuatu indah
pada waktunya.
2. Apa yang harus diperintahkan Musa kepada bangsa Israel.
Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat.
Beberapa orang berpikir bahwa di dalam doanya, Musa lebih
mendoakan pengampunan bagi bangsa Israel atas sungut-
sungut mereka dibandingkan mendoakan keselamatan bagi mereka
(sebab Musa sudah yakin akan hal itu), dan perintah Tuhan
agar bangsa Israel berangkat merupakan penyataan akan
pengampunan-Nya. Tidak ada suatu perjalanan yang lebih
menguatkan hati selain perjalanan yang dilakukan dalam rasa
tenteram dengan Allah. Musa telah meminta bangsa Israel
untuk berdiri tetap dan menantikan perintah Allah, dan seka-
rang perintah itu telah diberikan. Bangsa Israel berpikir bahwa
mereka pasti akan diperintahkan untuk berangkat ke sisi
kanan atau sisi kiri. “Tidak”, sahut Allah, “katakanlah kepada
orang Israel untuk berangkat maju lurus terus, langsung ke
tepi laut,” seolah-olah di sana telah siap satu armada kapal
pengangkut yang siap mereka tumpangi. Perhatikan, saat
kita sedang menjalankan tanggung jawab, meski menemui
kesulitan, kita harus terus maju dan tidak diam tertegun. Kita
harus bertekun di dalam pekerjaan yang ada di depan mata
dan meninggalkan lainnya bagi Allah, mempergunakan segala
cara yang ada dan mempercayakan kesudahannya kepada Dia.
3. Apa yang Musa harapkan akan diperbuat Allah. Biarkan orang
Israel berjalan di tanah kering sejauh yang mereka mampu,
208
dan lalu Tuhan akan membelah lautan dan membuka
jalan bagi mereka untuk lewat (ay. 16-18). Tuhan tidak hanya
merancang keselamatan bangsa Israel,namun juga kehancuran
bangsa Mesir.Dan rencana dari keputusan hikmat Tuhan sesuai
dengan itu.
(1) Tuhan akan menolong bangsa Israel, dan lautan akan
dibelah-Nya agar mereka dapat berjalan melaluinya (ay.
16). Kuasa yang sama dapat saja membekukan air laut
agar bangsa Israel dapat lewat di atasnya,namun Kebijak-
sanaan yang Kekal lebih memilih untuk membelah laut itu
bagi bangsa Israel agar mereka dapat lewat melaluinya,
sebab jalan keselamatan yang dipilih selalu yaitu jalan
yang paling bersahaja. Mengacu kepada hal ini, demikian-
lah dikatakan di dalam Kitab Yesaya 63:13-14: Dia menun-
tun mereka melintasi samudera raya, seperti ternak yang
turun ke dalam lembah, sehingga oleh sebab nya Dia mem-
buat nama yang agung bagi-Nya.
(2) Tuhan akan memperoleh bagi diri-Nya sendiri kemuliaan
atas Firaun. Bila hak kehormatan tak kunjung diterima
oleh Sang Tuan Tanah Agung, yang oleh-Nya dan dari-Nya
kita menerima dan tetap memiliki segala kepunyaan dan
penghiburan, maka Dia sendiri akan merampasnya dan
memperolehnya kembali. Tuhan tak akan membiarkan diri-
Nya dikalahkan siapapun. Seturut dengan itu, ancaman
berikut disampaikan: Aku, lihatlah Aku, akan mengeraskan
hati Firaun (KJV) (ay. 17). Gaya ungkapan ini jelas
terlihat: Aku, lihatlah Aku, akan melakukannya. “Aku, yang
dapat melakukannya.” Pernyataan ini memperlihatkan ke-
daulatan Allah. Kita tidak mampu mengeraskan hati siapa-
pun, atau melakukan sesuatu untuk melembutkan hati
seseorang,namun kasih karunia Tuhan yaitu milik-Nya sen-
diri, Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehen-
daki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-
Nya. “Aku, yang mampu melakukannya.” Pernyataan ini
memperlihatkan kuasa Allah. Tiada lain selain Sang Maha-
kuasa yang mampu melembutkan hati (Ayb. 23:16), dan
tiada makhluk lain mana pun yang mampu mengeraskan-
nya. “Aku, yang akan melakukannya.” Pernyataan ini mem-
perlihatkan keadilan Allah. Tuhan benar dan berhak menda-
Kitab Keluaran 14:15-20
209
tangkan murka-Nya ke atas mereka yang telah sekian lama
menolak ajakan kasih karunia-Nya. Firman-Nya ini disam-
paikan dengan cara yang berkemenangan atas pemberon-
takan yang keras kepala dan lancang: “Aku, Akulah yang
akan bertindak untuk merendahkan dia. Ia yang tidak mau
dibengkokkan supaya lurus, akan diremukkan.” Ungkapan
ini serupa dengan ayat berikut (Yes. 1:24), Ah, Aku akan
melampiaskan dendam-Ku kepada para lawan-Ku.
II. Pengawal ditempatkan berjaga-jaga di tengah umat Israel, yang
saat ini ada di tempat yang sangat terancam bahaya, yakni di
belakang (ay. 19-20). Malaikat Allah, yang karya pelayanan-Nya
nyata di dalam tiang awan dan api, bergerak dari depan tentara
Israel, sebab mereka saat ini tidak memerlukan pemandu di
depan lagi (tidak ada bahaya kehilangan arah saat berjalan
melewati laut dan tidak perlu perintah lain selain bergerak maju
terus). Malaikat Tuhan berjalan di belakang mereka, tempat mereka
sekarang memerlukan seorang pengawal sebab orang Mesir
sudah bersiap menyerang mereka dari belakang. Demikian pula,
ada tiang awan yang menjadi pembatas di antara tentara orang
Israel dan tentara orang Mesir. Tiang ini tidak hanya melindungi
orang Israel,namun juga menyinari perjalanan mereka melintasi
lautan, dan pada waktu bersamaan, tiang ini mengganggu orang
Mesir sehingga tidak bisa melihat mangsa mereka tepat saat
tangan mereka sudah siap menerkam. Firman dan tindakan
pemeliharaan Tuhan memiliki sisi yang hitam dan gelap terhadap
dosa dan pendosa,namun di lain pihak, memberi sisi yang
cerah dan menyenangkan bagi orang-orang yang hidup sebagai
orang Israel sejati. Firman dan pemeliharaan Tuhan yang merupa-
kan bau kehidupan yang menghidupkan bagi beberapa orang,
yaitu bau kematian yang mematikan bagi yang lain. Ini bukan-
lah kali pertama Allah, yang pada mulanya memisahkan antara
terang dan gelap (Kej. 1:4), dan masih membuat semuanya ini
(Yes. 45:7), pada waktu bersamaan telah menentukan kegelapan
bagi bangsa Mesir dan terang bagi bangsa Israel. Inilah satu
contoh dari pembedaan yang selamanya akan ada antara ketu-
runan para orang kudus di dalam terang dan para orang munafik
di dalam kegelapan. Tuhan akan memisahkan antara mereka yang
berharga dan yang jahat di mata-Nya.
210
Laut Terbelah
(14:21-31)
21 Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman
itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras,
membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. 22 Demi-
kianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang
di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. 23 Orang
Mesir mengejar dan menyusul mereka – segala kuda Firaun, keretanya dan
orangnya yang berkuda – sampai ke tengah-tengah laut. 24 Dan pada waktu
jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada
tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. 25 Ia
membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga
orang Mesir berkata: “Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab
Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir.” 26 Berfirmanlah
TUHAN kepada Musa: “Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air ber-
balik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang
berkuda.” 27 Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang
pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air
itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah
laut. 28 Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda
dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut;
seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. 29namun orang Israel berjalan
di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka
air itu sebagai tembok bagi mereka. 30 Demikianlah pada hari itu TUHAN
menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel
melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. 31 saat dilihat oleh orang
Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang
Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada
TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu.
Kita dapati di sini sejarah karya ajaib yang sangat sering disebut di
Perjanjian Lama dan Baru, yakni terbelahnya Laut Teberau tepat di
depan mata orang Israel. Peristiwa itu memicu kengerian bagi
orang Kanaan (Yos. 2:9-10), membuat orang Israel menaikkan puji-
pujian dan bersorak-sorak (Mzm. 114:3, 106:9, 136:13-14). Peristiwa
ini menjadi gambaran untuk baptisan (1Kor. 10:1-2). Perjalanan
bangsa Israel melintasi Laut Teberau menggambarkan pertobatan
jiwa-jiwa (Yes. 11:15), dan kehancuran bangsa Mesir di dalamnya
menggambarkan kehancuran akhir dari semua pendosa yang tidak
mau bertobat (Why. 20:14). Di sini kita dapati,
I. Satu contoh dari kuasa dahsyat Tuhan atas alam semesta. Ia mem-
belah lautan dan membuka jalan melaluinya. Air yang terbelah ini
menjadi teluk, atau selat, atau ceruk laut, dengan lebar sekitar
sebelas hingga enam belas setengah kilometer (ay. 21). Tanda
yang dipakai untuk mengawali mujizat Tuhan ini yaitu uluran
tangan Musa ke atas laut, yang menandakan bahwa mujizat ini
Kitab Keluaran 14:21-31
211
diperbuat Tuhan sebagai jawaban atas doa Musa, untuk membe-
narkan tugas perutusan Musa, dan tanda keberpihakan Tuhan
terhadap bangsa yang dipimpin Musa. Tanda alam yang menjadi
perantara yaitu angin timur yang keras, yang menunjukkan
bahwa kuasa Tuhan yang mengerjakannya, di mana angin dan laut
pun patuh kepada-Nya. jika ada bagian di dalam Kitab Ayub
yang merujuk kepada mujizat yang dikerjakan untuk keselamatan
bangsa Israel keluar dari Mesir, bagian itu yaitu Ayub 26:12, Ia
telah meneduhkan laut dengan kuasa-Nya, dan meremukkan
Rahab dengan kebijaksanaan-Nya. Rahab yang dimaksud di sini
yaitu Mesir. Perhatikan, Tuhan dapat membawa umat-Nya ber-
jalan menembus kesulitan terbesar sekalipun dan menerobos
dengan kekuatan yang membuka jalan saat seolah-olah tiada
jalan. Tuhan semesta alam tidak terikat oleh segala hukum alam,
tetapi dengan sesuka hati-Nya, Ia mempergunakan hukum alam
itu, sehingga tidaklah mengherankan jika api menjadi tak
kuasa membakar, dan air pun tak kuasa mengalir.
II. Satu contoh kebaikan Tuhan yang luar biasa bagi kepunyaan-Nya
Israel. Bangsa Israel menyeberangi Laut Teberau dan berhasil
mencapai daratan di sisi seberang, meski saya percaya mereka
tidak memiliki kompas kala itu, sehingga bisa saja mereka keluar
lagi di sisi daratan yang sama dengan sisi tempat mereka berang-
kat (ay. 22). Orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-
tengah laut (ay. 29), dengan tiang awan, yakni kemuliaan Tuhan,
menjadi barisan belakang mereka (Yes. 58:8), sedang di kiri dan di
kanan mereka air itu sebagai tembok agar orang Mesir tidak
menyerang mereka dari sisi sayap. Musa dan Harun kemungkinan
berjalan terlebih dulu di depan, melintasi jalur yang belum pernah
dilalui ini, baru sesudah nya bangsa Israel mengikuti mereka. Per-
jalanan melalui jalur yang membelah lautan ini akan membuat
perjalanan berikutnya di padang gurun tidaklah terlampau mena-
kutkan. Mereka yang sudah mengikuti Tuhan menyeberangi lautan
tidak perlu takut mengikut-Nya ke mana pun Ia memimpin mere-
ka. Perjalanan menyeberangi laut ini berlangsung di malam hari,
dan malam itu bukanlah malam yang diterangi cahaya bulan,
sebab saat itu yaitu tujuh hari sesudah bulan purnama, se-
hingga mereka tidak memiliki penerangan apa pun selain dari
tiang awan dan api. Ini membuat perjalanan bertambah mengeri-
212
kan. Akannamun , ke mana pun Tuhan memimpin kita, Ia akan
menerangi kita. Sementara kita mengikuti tuntunan-Nya, kita
tidak akan kekurangan penghiburan-Nya.
Peristiwa ini terjadi dan dicatat demi menguatkan umat Tuhan
di segala zaman untuk percaya kepada-Nya di tengah kesesakan
terhebat sekalipun. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh Dia yang
mengerjakan peristiwa ini? Apa yang tidak akan Dia lakukan bagi
orang yang takut kepada-Nya dan mengasihi-Nya, Dia yang me-
ngerjakan peristiwa ini bagi orang Israel yang bersungut-sungut
dan tidak percaya itu, yang menjadi kekasih Tuhan oleh sebab
nenek moyang mereka dan oleh sebab suatu kaum sisa di antara
mereka? Kita melihat para orang kudus, lama sesudah peristiwa
itu, turut mengambil bagian di dalam kemenangan perjalanan ini
(Mzm. 66:6): Orang-orang itu berjalan kaki menyeberangi sungai.
Oleh sebab itu, kita bersukacita sebab Dia. Dan baca juga bagai-
mana karya ajaib ini dikenang dalam Mazmur 77:12, 17, 20.
III. Satu contoh murka Tuhan yang adil dan benar atas musuh umat-
Nya, yakni orang Mesir. Perhatikan di sini,
1. Bagaimana mereka menjadi lupa diri. Saking panasnya hati
mereka, mereka menyusul orang Israel sampai ke tengah-tengah
laut (ay. 23). “Masakan,” pikir mereka, “kita tidak berani pergi ke
mana orang Israel juga pergi?” Sekali atau dua kali, ahli-ahli
sihir Mesir telah mengerjakan apa yang Musa kerjakan, dengan
ilmu tenung. Firaun ingat akan hal ini,namun lupa bagaimana
mereka pada akhirnya dibuat terheran-heran. Mereka sesung-
guhnya lebih diuntungkan sebab memiliki banyak kereta dan
kuda, sementara orang Israel hanya berjalan kaki. Firaun
telah berkata, tidak kenal aku Tuhan itu, dan dengan nekat
menyusul orang Israel ke tengah-tengah laut. Tindakan ini
jelas memperlihatkan bahwa Firaun tidak mengenal Tuhan,
sebab bila ia mengenal-Nya, tentu ia tidak akan berbuat
senekat itu. Tidak ada orang yang lebih berani dibandingkan orang
buta. Kemarahan terhadap orang Israel membuat orang Mesir
keras kepala dan tidak berpikir panjang. Mereka telah lama
mengeraskan hati mereka sendiri, dan kini Tuhan mengeraskan
hati mereka demi kehancuran mereka, dan menyembunyikan
dari mata mereka segala sesuatu yang memberi mereka rasa
damai dan aman. Sebab percumalah jaring dibentangkan di
Kitab Keluaran 14:21-31
213
depan mata segala yang bersayap (Ams. 1:17). Akannamun ,
orang Mesir terlanjur gelap mata sehingga mereka dengan
cepat menuju perangkap (Ams. 7:23). Perhatikan, kehancuran
orang berdosa terjadi oleh kesombongan mereka sendiri, yang
membuat mereka bergegas masuk ke dalam jurang. Orang
berdosa menghancurkan diri mereka sendiri.
2. Bagaimana mereka menjadi kacau dan kebingungan (ay. 24-
25). Selama beberapa jam, mereka berjalan melintasi laut yang
terbelah dengan aman dan gagah seperti bangsa Israel, tidak
merasa ragu bahwa sebentar lagi mereka akan mampu menyu-
sul bangsa Israel. Akannamun , pada waktu jaga pagi, Tuhan
memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya
tentara orang Mesir itu. Mereka melihat atau mendengar sesua-
tu yang lain dari tiang awan dan api yang membuat mereka
sangat kebingungan, dan memberi mereka bayangan kehan-
curan mereka sebelum kehancuran itu nyata atas mereka.
Sekarang jelas terlihat bahwa sorak-sorai orang fasik hanya
sebentar saja, dan bahwa Tuhan memiliki cara memicu
kengerian bagi para pendosa hingga mereka putus asa, sebe-
lum Dia menjebloskan mereka ke dalam kehancuran. Dia yang
mematahkan semangat para pemimpin, Dia yang dahsyat bagi
raja-raja di bumi.
(1) Mereka menggertak dan menyombongkan diri seakan-akan
hari itu sudah menjadi milik mereka,namun sekarang mere-
ka gelisah, khawatir, dan dihantui ketakutan dan kepanik-
an yang luar biasa.
(2) Mereka bergerak maju dengan garang,namun sekarang me-
reka maju dengan berat dan menemukan diri tersendat-
sendat dan merasa malu di tiap langkah. Jalan di hadapan
mereka menjadi kelam, hati mereka muram, roda kereta
mereka terlepas dari tuasnya, dan tangan-tangan roda
kereta mereka patah. Demikianlah Tuhan mengatasi keke-
jaman mereka yang mengejar umat-Nya.
(3) Mereka terbang membayangi Israel, seperti elang mengintai
merpati yang gentar terhadapnya. Akannamun , sekarang
mereka berteriak, Marilah kita lari meninggalkan orang
Israel, yang bagi mereka telah menjadi seperti suluh berapi
di tengah-tengah timbunan bulir gandum (Za. 12:6). Bangsa
Israel sekonyong-konyong berubah menjadi kengerian bagi
214
mereka, seperti halnya mereka dahulu bagi bangsa Israel.
Mereka bisa saja tidak mengusik bangsa Israel,namun me-
reka tidak lakukan itu. Sekarang, mereka hendak lari dari
orang Israel,namun tidak bisa. Manusia tidak akan dapat
diyakinkan sampai sudah terlambat waktunya, bahwa me-
reka yang menindas umat Tuhan sesungguhnya membawa
penindasan bagi diri mereka sendiri. Pada saat Tuhan da-
tang dengan sepuluh ribu orang suci-Nya untuk melak-
sanakan penghakiman, orang-orang perkasa pun akan de-
ngan sia-sia mencari perlindungan di bawah batu karang
dan pegunungan dari hadapan orang Israel dan Raja Israel
(Why. 6:15). Bandingkan dengan kisah yang ada di dalam
Kitab Ayub 27:20.
3. Bagaimana mereka semua ditenggelamkan. Segera sesudah
orang Israel tiba dengan selamat di pantai, Musa mendapat
perintah untuk mengulurkan tangannya ke atas laut, yang
dengan begitu memberi tanda kepada air laut untuk tertutup
kembali, seperti sebelumnya saat dengan perkataannya ia
memerintahkan air laut supaya terbuka di kiri dan kanan
orang Israel, menjadi sebagai tembok (ay. 29). Musa pun
mengulurkan tangannya dan air laut pun segera berbalik ke
tempatnya seperti semula dan menelan segenap tentara Mesir
(ay. 27-28). Firaun beserta anak buahnya yang telah saling
mengeraskan hati satu sama lain di dalam dosa, sekarang
bersama-sama lenyap dan tidak ada satu pun yang berhasil
selamat. Menurut cerita turun-temurun, ahli-ahli sihir Firaun,
yakni Yanes dan Yambres, turut tewas bersama yang lainnya,
seperti Bileam bersama orang-orang Midian yang telah ia
sesatkan (Bil. 31:8). Sekarang,
(1) Tuhan membalas dendam kepada orang Mesir atas darah
semua anak laki-laki sulung orang Israel yang telah mereka
tenggelamkan, dan Tuhan membalasnya dengan berlipat
ganda, yakni laki-laki Mesir yang telah tumbuh dewasa
menjadi pembayar ganti rugi bagi bayi-bayi Israel yang
baru lahir. Demikianlah, Tuhan menunjukkan keadilan-Nya
dan memperlihatkan betapa mahal harga darah umat Israel
di mata-Nya (Mzm. 72:14).
Kitab Keluaran 14:21-31
215
(2) Tuhan membuat perhitungan dengan Firaun atas kesom-
bongan dan penghinaan yang ia lakukan terhadap duta-
Nya, yakni Musa. Kehancuran penuh akan menimpa mere-
ka yang menghina dan melecehkan utusan Tuhan. Seka-
rang, Tuhan memperlihatkan kemuliaan-Nya terhadap Fir-
aun, menatap manusia sombong itu, lalu merendahkannya
(Ayb. 40:12). Datang dan saksikan kedahsyatan perbuatan-
Nya, lalu catatlah itu, tidak di atas air,namun dengan besi
pengukir pada gunung batu untuk selama-lamanya. Di
tempat ini, berbaringlah sang penguasa haus darah yang
menentang Penciptanya, menentang segala tuntutan, peri-
ngatan, dan penghakiman-Nya. Ia menjadi seorang pem-
berontak Tuhan, seorang budak terhadap nafsu bengisnya
sendiri. Sepenuhnya ia telah kehilangan kemanusiaan,
kebajikan, dan segenap kehormatan sejati. Di laut itulah ia
berbaring, terkubur dalam-dalam, menjadi suatu tugu
keadilan ilahi yang abadi. Di situlah ia jatuh ke dalam
jurang, meski dahulu ia yaitu sang pembawa kengerian di
dunia orang hidup. Inilah yang dialami Firaun serta semua
pengikutnya (Yeh. 31:18).
IV. Inilah catatan yang dibuat bangsa Israel mengenai pekerjaan ajaib
yang Tuhan kerjakan bagi mereka, serta penghiburan yang dibawa
mujizat itu bagi mereka.
1. Orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut
(ay. 30). Pemeliharaan Tuhan telah mengaturnya sedemikian
rupa sehingga gelombang pasang yang berikutnya menghem-
paskan mayat-mayat orang Mesir ke permukaan,
(1) Untuk memicu aib yang lebih besar bagi bangsa Me-
sir. Sekarang, segala binatang dan burung pemakan bang-
kai dipanggil untuk makan daging para panglima serta para
pahlawan (Why. 19:17-18). Orang Mesir sangat mahir dan
teliti dalam membalsam dan mengawetkan jenazah para
penguasa mereka,namun sekarang penistaan yang terbesar
ditimpakan ke atas segenap bangsawan Mesir. Pandanglah
bagaimana mayat mereka berserakan, bertumpuk-tumpuk,
layaknya kotoron di permukaan bumi.
216
(2) Untuk memperbesar nilai kemenangan orang Israel, dan
semakin memperlihatkan karya keselamatan yang telah
dikerjakan bagi mereka, sebab apa yang dilihat mata akan
memengaruhi hati. Perhatikan ayat yang ada dalam
Kitab Yesaya 66:24 berikut, Mereka akan keluar dan melihat
mayat orang-orang yang memberontak melawan Aku. Orang
Israel mungkin melucuti mayat-mayat orang Mesir itu dan
memperoleh segala senjata dari mayat-mayat itu. Juga,
sebab sebelumnya mereka telah meminjam perhiasan dari
orang Mesir, sekarang, sebab dengan mengejar mereka,
orang Mesir telah mengingkari itikad baik mereka terhadap
orang Israel, maka sekarang orang Israel pun tak lagi harus
mengembalikan perhiasan-perhiasan yang dahulu mereka
pinjam itu. Begitulah, saat Tuhan meremukkan kepala-
kepala Lewiatan, Ia memberi nya kepada penduduk pa-
dang pasir sebagai makanan (Mzm. 74:14).
2. Mujizat ini sangat memengaruhi orang Israel, dan seka-
rang takutlah bangsa itu kepada Tuhan dan mereka percaya
kepada Tuhan dan kepada Musa, hamba-Nya itu (ay. 31). Kini
mereka menjadi malu atas ketidakpercayaan dan sungut-
sungut mereka. Sekarang mereka tidak lagi akan putus asa
akan datangnya bantuan dari Sorga, sekalipun berada dalam
kesesakan terhebat. Mereka tak akan lagi bertengkar dengan
Musa ataupun berbicara untuk kembali ke Mesir. Mereka telah
dibaptis di dalam laut untuk mengikut Musa (1Kor. 10:2).
Mujizat yang telah Tuhan kerjakan bagi mereka melalui pela-
yanan Musa dengan demikian mengikat mereka untuk meng-
ikut Musa di bawah pimpinan Allah. Mujizat ini menguatkan
iman mereka akan janji yang kelak akan digenapi, dan dengan
dibawa keluar dari Mesir dengan penuh kemenangan, mereka
tak lagi ragu bahwa sesaat lagi mereka akan tiba di tanah
Kanaan, sebab mereka memiliki Tuhan yang demikian dahsyat,
serta seseorang yang memperantarai mereka dengan Allah. Ba-
yangkan, sekarang mereka telah memiliki hati yang sedemi-
kian rupa! Belas kasihan yang masih baru dirasakan, meng-
hasilkan kesan yang sangat terasa. Akannamun , dalam diri
banyak orang, kesan seperti ini segera menjadi luntur. Sewak-
tu mereka menyaksikan pekerjaan Tuhan dan merasakan man-
faatnya, mereka menjadi takut dan percaya kepada-Nya. Akan
Kitab Keluaran 14:21-31
217
tetapi, mereka segera melupakan semua karya ajaib-Nya itu,
lalu meremehkan-Nya. Alangkah baiknya bila kita senantiasa
mengingat kedahsyatan mujizat Tuhan dalam hidup kita!
PASAL 1 5
Dalam pasal ini,
I. Israel melihat ke belakang, ke Mesir, dengan sebuah lagu
pujian atas pembebasan mereka. Dalam bagian ini kita temu-
kan,
1. Lagu pujian itu sendiri (ay. 1-19).
2. Lantunan dari pujian itu dengan khidmat (ay. 20-21).
II. Israel berjalan maju di padang gurun (ay. 22) dan di sana,
1. Mereka tidak puas dengan air di Mara (ay. 23-24), dan
kelegaan diberikan kepada mereka (ay. 25-26).
2. Mereka puas dengan mata air di Elim (ay. 27).
Nyanyian Kemenangan Israel
(15:1-21)
1 Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan
nyanyian ini bagi TUHAN yang berbunyi: “Baiklah aku menyanyi bagi
TUHAN, sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke
dalam laut. 2 TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi kese-
lamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Tuhan bapaku, kuluhurkan Dia.
3 TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya. 4 Kereta Firaun dan
pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut; para perwiranya yang pilihan
dibenamkan ke dalam Laut Teberau. 5 Samudera raya menutupi mereka; ke
air yang dalam mereka tenggelam seperti batu. 6 Tangan kanan-Mu, TUHAN,
mulia sebab kekuasaan-Mu, tangan kanan-Mu, TUHAN, menghancurkan
musuh. 7 Dengan keluhuran-Mu yang besar Engkau meruntuhkan siapa
yang bangkit menentang Engkau; Engkau melepaskan api murka-Mu, yang
memakan mereka sebagai tunggul gandum. 8 sebab nafas hidung-Mu segala
air naik bertimbun-timbun; segala aliran berdiri tegak seperti bendungan; air
bah membeku di tengah-tengah laut. 9 Kata musuh: Aku akan mengejar,
akan mencapai mereka, akan membagi-bagi jarahan; nafsuku akan kulam-
piaskan kepada mereka, akan kuhunus pedangku; tanganku akan melenyap-
kan mereka! 10 Engkau meniup dengan taufan-Mu, laut pun menutupi mere-
220
ka; sebagai timah mereka tenggelam dalam air yang hebat. 11 Siapakah yang
seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; siapakah seperti Engkau,
mulia sebab kekudusan-Mu, menakutkan sebab perbuatan-Mu yang
masyhur, Engkau pembuat keajaiban? 12 Engkau mengulurkan tangan kan-
an-Mu; bumi pun menelan mereka. 13 Dengan kasih setia-Mu Engkau menun-
tun umat yang telah Kautebus; dengan kekuatan-Mu Engkau membimbingnya
ke tempat kediaman-Mu yang kudus. 14 Bangsa-bangsa mendengarnya, mereka
pun menggigil; kegentaran menghinggapi penduduk tanah Filistin. 15 Pada
waktu itu gemparlah para kepala kaum di Edom, kedahsyatan menghinggapi
orang-orang berkuasa di Moab; semua penduduk tanah Kanaan gemetar.
16 Ngeri dan takut menimpa mereka, sebab kebesaran tangan-Mu mereka
kaku seperti batu, sampai umat-Mu menyeberang, ya TUHAN, sampai umat
yang Kauperoleh menyeberang. 17 Engkau membawa mereka dan Kaucangkok-
kan mereka di atas gunung milik-Mu sendiri; di tempat yang telah Kaubuat
kediaman-Mu, ya TUHAN; di tempat kudus, yang didirikan tangan-Mu, ya
TUHAN. 18 TUHAN memerintah kekal selama-lamanya.” 19 saat kuda Firaun
dengan keretanya dan orangnya yang berkuda telah masuk ke laut, maka
TUHAN membuat air laut berbalik meliputi mereka,namun orang Israel
berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut. 20 Lalu Miryam, nabiah itu,
saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah
semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. 21 Dan
menyanyilah Miryam memimpin mereka: “Menyanyilah bagi TUHAN, sebab Ia
tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut.”
Sesudah membaca bagaimana orang Israel mengalami kemenangan
sepenuhnya atas orang Mesir, di sini kita diberi tahu bagaimana
mereka merayakan kemenangan itu. Orang-orang yang harus mena-
han sabar sementara pembebasan mereka dikerjakan (14:14), seka-
rang tiba waktu bagi mereka untuk merasa lega, saat pembebasan
bagi mereka telah terlaksana. Apa yang dulu kurang mereka lakukan
kini harus lebih banyak mereka lakukan. Jika Tuhan mengerjakan
pembebasan dengan kekuatan-Nya secara langsung, pembebasan
ini mendatangkan lebih banyak ketenaran bagi kemuliaan-Nya.
Musa, tidak diragukan lagi oleh ilham ilahi, menciptakan lagu ini,
dan menyampaikannya kepada anak-anak Israel, untuk dinyanyikan
sebelum mereka bergerak dari tempat di mana mereka melihat orang-
orang Mesir mati di tepi pantai. Amatilah,
1. Mereka mengungkapkan sukacita mereka di dalam Allah, dan
bersyukur kepada-Nya, dengan bernyanyi. Memang wajarlah bagi
kita untuk meluapkan sukacita kita dan kegembiraan jiwa kita
seperti ini. Dari contoh ini bisa kita lihat bahwa menyanyikan
nyanyian mazmur, sebagai suatu tindakan ibadah, telah dipakai
di dalam jemaat Kristus sebelum hukum Taurat diberikan. Dan
sebab itu sesungguhnya bukan merupakan bagian dari hukum
Taurat, dan sebab itu juga tidak dihentikan kegiatannya ber-
sama hukum Taurat. Nyanyian yaitu bahasa dari sukacita yang
Kitab Keluaran 15:1-21
221
kudus sama halnya dengan doa yang yaitu bahasa dari keingin-
an yang kudus.
2. Musa, yang berjalan mendahului mereka melalui laut, mendahu-
lui mereka dalam nyanyian, dan menggubahnya bagi mereka.
Catatlah, orang-orang yang giat di dalam pelayanan ibadah tidak
seharusnya berdiam diri dalam pujian-pujian bersama.
3. saat rahmat masih baru, dan orang-orang Israel itu sangat ter-
sentuh hatinya olehnya, mereka pun menyanyikan lagu ini. Per-
hatikanlah, saat kita telah menerima rahmat istimewa dari
Allah, hendaklah kita cepat-cepat dan bergegas di dalam balasan
pujian kepada-Nya, sebelum waktu dan ketidakjujuran hati kita
menghapus kesan-kesan baik yang telah dibuat rahmat-Nya itu.
Daud menyanyikan lagu kemenangannya di hari saat Tuhan
membebaskannya (2Sam. 22:1). Bis dat qui cito dat – Ia memberi
dua kali lebih cepat dari orang yang memberi dengan cepat.
4. saat mereka percaya kepada TUHAN (14:31), mereka pun me-
nyanyikan lagu ini. Ini sebuah lagu iman. Kaitan ini bisa diamati
dalam Mazmur 106:12: saat itu percayalah mereka kepada
segala firman-Nya, mereka menyanyikan puji-pujian kepada-
Nya. Jika dengan hati orang percaya, maka pengakuan harus
dibuat. Di sini kita lihat,
I. Lagu itu sendiri. Dan,
1. Dengan rasa hormat dan kagum, kita dapat mengamati betapa
lagu ini sebagai,
(1) Sebuah lagu kuno, yang paling kuno yang kita ketahui.
(2) Sebuah gubahan yang paling mengagumkan, gayanya
luhur dan agung, gambarannya hidup dan tepat, dan kese-
luruhannya sangat menggugah.
(3) Sebuah lagu yang kudus, yang dikhususkan bagi kehor-
matan Allah, dan dimaksudkan untuk meninggikan nama-
Nya dan memuji-muji-Nya, dan hanya bagi keagungan-Nya
saja, tidak bagi manusia siapa pun. Kekudusan bagi Tuhan
terukir di dalamnya, dan bagi Dia mereka menciptakan
melodi di dalam menyanyikannya.
(4) Sebuah lagu perlambangan. Kemenangan dan sorak sorai
dari jemaat Injil, di dalam kekalahan musuh-musuhnya,
diungkapkan jadi satu dalam nyanyian Musa dan nyanyian
222
Anak Domba, yang dikatakan dinyanyikan di atas sebuah
lautan kaca, seperti lagu ini dinyanyikan di atas Laut
Teberau (Why. 15:2-3).
2. Mari kita mengamati apa yang terutama Musa maksudkan di
dalam nyanyian ini.
(1) Ia memberi kemuliaan bagi Allah, dan bersorak-sorak di
dalam Dia. Inilah yang utama dari maksudnya (ay. 1): aku
menyanyi bagi TUHAN. Perhatikanlah, semua sukacita kita
harus berujung di dalam Allah, dan semua puji-pujian kita
dipersembahkan kepada Dia, Bapa dari segala terang dan
Bapa segala rahmat, sebab Ia tinggi luhur. Catatlah, Semua
yang mengasihi Tuhan bersorak-sorai di dalam kemenangan-
Nya. Apa yang menjadi kehormatan-Nya harus menjadi
sukacita kita. Israel bersukacita di dalam Allah,
[1] Sebagai Tuhan mereka, dan sebab nya juga sebagai ke-
kuatan, mazmur, dan keselamatan mereka (ay. 2). Ber-
bahagia bangsa yang Allahnya yaitu TUHAN. Mereka
tidak perlu apa-apa lagi untuk membuat diri bahagia.
Memang mereka memiliki tugas untuk dilakukan, pen-
cobaan untuk digumuli, dan penderitaan untuk ditang-
gung, serta kelemahan di dalam diri mereka sendiri.
Namun, Ia menguatkan mereka. Anugerah-Nya yaitu
kekuatan mereka. Mereka sering kali ada di dalam duka,
sebab banyak hal,namun di dalam Dia mereka mendapat
penghiburan. Ia yaitu mazmur mereka. Dosa, kematian,
dan neraka mengancam mereka,namun Ia selalu dan
terus akan menjadi keselamatan mereka (Yes. 12:2).
[2] Sebagai Tuhan nenek moyang mereka. Hal ini mereka
sadari betul, sebab, dengan menyadari diri sendiri akan
ketidaklayakan dan kejahatan mereka terhadap Dia,
mereka insaf bahwa apa yang Tuhan lakukan sekarang
bagi mereka yaitu demi nenek moyang mereka (Ul.
4:37). Perhatikanlah, Anak-anak perjanjian harus me-
manfaatkan hubungan nenek moyang mereka dengan
Allah, supaya mereka sadar bahwa Tuhan itu juga Tuhan
mereka, supaya dengan demikian mereka dapat beroleh
penghiburan dari Dia, dan mawas diri serta mengarah-
kan hati kepada Dia.
Kitab Keluaran 15:1-21
223
[3] Sebagai Tuhan perkasa yang Mahakuasa (ay. 3): TUHAN
itu pahlawan perang, yaitu sangat sanggup untuk ber-
urusan dengan semua yang berjuang melawan Pencipta
mereka, dan pasti akan menjadi terlalu tangguh bagi
mereka.
[4] Sebagai Tuhan yang kesempurnaan-Nya tak tertandingi
dan tak terbandingkan (ay. 11). Hal ini diungkapkan,
pertama, secara lebih umum: Siapakah yang seperti Eng-
kau, di antara para allah, ya TUHAN! Ini yaitu pujian
yang murni, dan sebuah ungkapan luhur dari pemujaan
yang tulus. Ini yaitu suatu tantangan kepada semua
Tuhan lain untuk dibandingkan dengan Dia: “Silakan
allah-Tuhan tampil di depan, dan coba tunjukkan kebo-
lehan mereka semampu-mampunya. Tak satu pun dari
mereka yang berani membandingkan diri dengan Dia.”
Mesir dahulu terkenal sebab banyaknya allah,namun
Tuhan orang Ibrani terlalu tangguh bagi mereka dan men-
jungkir-balikkan mereka semua (Bil. 33:4; Ul. 32:23-
39). Para raja dan penguasa dunia disebut allah-allah,
tetapi mereka semua lemah dan fana, tak satu pun dari
mereka dapat dibandingkan dengan Yahweh, Tuhan yang
Mahakuasa dan kekal. Inilah pengakuan tentang kesem-
purnaan-Nya yang tak terbatas, yang mengatasi segala
sesuatu dan yang tak dapat disejajarkan. Perhatikanlah,
Tuhan harus disembah dan dipuja sebagai Pribadi yang
sempurna tak terhingga sehingga tidak ada satu pun
yang seperti Dia, tidak ada yang dapat dibandingkan
dengan Dia, sebagai Satu-satunya yang memiliki keung-
gulan dan terunggul di dalam segala sesuatu (Mzm.
89:7). Kedua, secara lebih khusus,
1. Ia yaitu mulia sebab kekudusan-Nya. Kekudusan-
Nya yaitu kemuliaan-Nya. Sifat inilah yang disem-
bah oleh para malaikat (Yes. 6:3). Kekudusan-Nya
tampak di dalam kehancuran Firaun, kebencian-Nya
terhadap dosa, dan murka-Nya atas orang-orang
berdosa yang keras kepala. Kekudusan-Nya tampak
di dalam pembebasan Israel, kesukaan-Nya di dalam
benih keturunan yang kudus, dan kesetiaan-Nya
kepada janji-Nya sendiri. Tuhan kaya dengan rahmat,
224
ini yaitu harta-Nya. Ia mulia sebab kekudusan-
Nya, inilah kehormatan-Nya. Mari kita selalu meng-
ucap syukur setiap kali mengingat akan kekudusan-
Nya.
2. Ia yaitu menakutkan sebab perbuatan-Nya yang
masyhur. Inilah isi dari pujian kita, yang meskipun
menjadi kesukaan bagi hamba-hamba Allah, mena-
kutkan dan sangat mengerikan bagi musuh-musuh-
Nya (Mzm. 66:1-3). Atau hal ini mengarahkan kita di
dalam cara kita memuji Allah. Kita seharusnya
memuji Dia dengan suatu perasaan kagum yang
disertai kerendahan hati yang tulus, dan beribadah
kepada TUHAN dengan takut. Bahkan sukacita dan
sorak sorai rohani kita harus diimbangi dengan
suatu kegentaran yang saleh.
3. Ia yaitu pembuat keajaiban, menakjubkan bagi se-
mua, berada di atas kekuasaan dan di luar perpu-
taran alam yang biasa terjadi. Ia terutama ajaib bagi
kita, yang demi kitalah Ia mengerjakan semua ke-
ajaiban itu, padahal betapa tidak layaknya kita un-
tuk mengharapkan perkenanan-Nya itu, biar sedikit
pun. Semua perbuatan-Nya itu yaitu keajaiban
kuasa dan keajaiban anugerah, dan dalam kesemua-
nya itu Tuhan harus disembah dengan rendah hati.
(2) Ia menjelaskan pembebasan yang sekarang mereka sedang
rayakan dengan penuh sorak-sorai, sebab nyanyian itu
dimaksudkan, tidak hanya untuk mengungkapkan dan
menyerukan perasaan syukur mereka saat itu,namun juga
untuk memelihara dan mengabadikan ingatan akan karya
ajaib ini sampai masa-masa sesudahnya. Dua hal yang
harus diperhatikan:
[1] Kehancuran musuh. Air naik bertimbun-timbun (ay.
8). Segala aliran berdiri tegak seperti bendungan. Firaun
dan semua bala tentaranya terkubur di dalam air. Kuda
dan penunggangnya tidak dapat lolos (ay. 1), kereta Fir-
aun, dan para perwiranya yang pilihan (ay. 4). Mereka
masuk ke laut dan mereka kewalahan (ay. 19). Air yang
dalam, samudera raya, menutupi mereka, dan laut yang
Kitab Keluaran 15:1-21
225
bergelora dengan angkuhnya menutupi orang-orang
berdosa yang sombong. Mereka tenggelam seperti batu,
seperti timah (ay. 5, 10), ditindih oleh berat kesalahan
mereka sendiri dan murka Allah. Dosa mereka telah
menjadikan mereka keras seperti sebuah batu, dan
sekarang mereka tenggelam seperti sebuah batu. Bah-
kan, bumi pun menelan mereka (ay. 12). Mayat mereka
terbenam masuk ke dalam pasir yang ke atasnya mere-
ka dilemparkan, yang mengisap mereka. Orang-orang
yang diperangi oleh Sang Pencipta, akan dilawan juga
oleh seluruh ciptaan. Semuanya ini yaitu perbuatan
TUHAN, dan perbuatan-Nya saja, hanya Dia sendiri. Itu
yaitu suatu tindakan dari kuasa-Nya: Tangan kanan-
Mu, TUHAN, bukan tangan kami, menghancurkan mu-
suh (ay. 6). Itu yaitu sebab nafas hidung-Mu (ay. 8),
dan taufan-Mu (ay. 10), dan uluran tangan kanan-Mu (ay.
12). Itu yaitu sebuah contoh dari kemaha-kuasaan-
Nya yang mengatasi segala sesuatu, dengan keluhuran-
Mu yang besar. Itu yaitu pelaksanaan dari keadilan-
Nya: Engkau melepaskan api murka-Mu (ay. 7). Kehan-
curan dari orang-orang Mesir ini semakin luar biasa
mengagumkan lagi, mengingat kesombongan dan keku-
rangajaran mereka, dan keyakinan keberhasilan mereka
yang ganjil: Kata musuh, Aku akan mengejar (ay. 9).
Tetapi, lihatlah di sini, Pertama, rasa percaya yang
besar. saat mereka mengejar, mereka tidak ragu-ragu
sedikit pun,namun yakin betul akan menyusul. Dan
saat mereka menyusul, mereka tidak meragukan apa
pun selain akan mengalahkan, dan pasti memperoleh
kemenangan dan membagi-bagi jarahan. Perhatikanlah,
sudah biasa bagi manusia untuk merasa tinggi di awan-
awan sebab merasa akan berhasil, padahal sebentar
lagi mereka akan hancur, yang membuat kehancuran
mereka begitu sangat menyakitkan (Yes. 37:24-25). Ke-
dua, kekejaman yang besar. Tidak ada hal lain selain
membunuh, membantai, membinasakan, dan ini akan
memuaskan nafsunya. Dan nafsunya itu sungguh bia-
dab, sebab begitu banyak darah harus memuaskan-
nya. Perhatikanlah, kebencian yang dialami jemaat ada-
226
lah kebencian yang kejam. Musuh-musuhnya yaitu
orang-orang yang haus darah. Hal ini dicatat di sini
untuk menunjukkan,
1. Bahwa Tuhan melawan kecongkakan dan suka me-
rendahkan orang-orang yang meninggikan diri sen-
diri. Ia yang berkata, “Aku akan, dan aku akan, en-
tah Tuhan suka atau tidak suka,” akan dinyatakan
dibuat mengetahui bahwa saat ia berlaku som-
bong, Tuhan akan mengatasi dia.
2. Bahwa orang-orang yang haus darah akan dihenti-
kan. Orang-orang yang senang untuk membinasa-
kan akan dibinasakan. Sebab kita tahu siapa yang
telah berkata, Pembalasan itu yaitu hak-Ku. Akulah
yang akan menuntut pembalasan.
[2] Perlindungan dan tuntunan Israel (ay. 13): Dengan kasih se-
tia-Mu Engkau menuntun umat yang telah Kautebus, memim-
pin mereka keluar dari kungkungan Mesir, memimpin me-
reka keluar dari kebinasaan Laut Teberau (ay. 19).namun
orang Israel berjalan di tempat kering. Perhatikanlah, kehan-
curan orang jahat menjadi jalan bagi keselamatan Israel dan
membuat keselamatannya semakin gemilang (Yes. 45:13-
15).
(3) Musa mempersiapkan diri untuk menyambut penampakan
Tuhan yang gemilang ini bagi mereka.
[1] Untuk menggerakkan hati mereka untuk beribadah ke-
pada Allah, dengan pertimbangan ini: Aku akan menyiap-
kan tempat tinggal bagi-Nya (ay. 2, KJV). sesudah Tuhan
menyelamatkan mereka, dan mempersiapkan sebuah
tempat persembunyian bagi mereka yang di dalamnya
mereka telah menjadi aman dan nyaman, mereka
berketetapan hati untuk mengeluarkan biaya berapa pun
dan berjerih payah untuk mendirikan sebuah Kemah
Suci untuk menghormati-Nya. Dan di kemah itu mereka
akan meninggikan Dia, dan mengakui, bagi kepujian-
Nya, kehormatan yang telah diperoleh-Nya atas Firaun.
Tuhan kini telah memuliakan mereka, menjadikan mere-
ka besar dan tinggi, dan sebab itu mereka akan me-
ninggikan Dia, dengan menyebut-nyebut keluhuran dan
Kitab Keluaran 15:1-21
227
kemegahan-Nya yang tak terhingga. Perhatikanlah, kita
harus terus-menerus meninggikan Allah, dengan me-
muji-muji nama-Nya dan melayani semua kepentingan-
Nya. Dan ini merupakan suatu keuntungan bagi kita
untuk dipakai sedemikian rupa.
[2] Untuk mendorong mereka supaya mempercayai Allah.
Begitu yakinnya si pemazmur ini akan kebahagiaan
yang dibawa keselamatan ini bagi mereka, yang telah
mulai dikerjakan Tuhan dengan sedemikian mulia, se-
hingga dengan yakin ia melihat kebahagiaan itu telah
tergenapi: “Engkau membimbingnya ke tempat kediam-
an-Mu yang kudus (ay. 13). Engkau telah membawa me-
reka ke dalam jalan menuju kebahagiaan itu, dan pada
waktunya akan membawa mereka ke akhir jalan itu,”
sebab pekerjaan Tuhan itu sempurna. Atau, ”Engkau
telah menuntun mereka memasuki tempat kudus-Mu di
Sorga dengan puji-pujian mereka.” Perhatikanlah, orang-
orang yang dituntun Tuhan akan dituntunnya ke tempat
kudus-Nya di dalam iman sekarang, dan sesudah itu
tidak lagi mereka akan menikmati tempat kudus-Nya itu.
Pembebasan yang agung ini sangat membesarkan hati
dalam dua hal: Pertama, pembebasan ini memperlihat-
kan tindakan kuasa Tuhan yang begitu hebat sampai
membuat ngeri musuh-musuh orang Israel, dan sangat
mengecilkan hati mereka (ay. 14-16). Kabar tentang
kehancuran orang Mesir sudah cukup membuat terka-
par separuh dari musuh-musuh Israel. Semangat mere-
ka runtuh, sehingga ikut menenggelamkan segala ke-
kuatan dan kepentingan mereka. Orang-orang Filistin,
Moab, Edom, dan Kanaan, yang dengannya bangsa
Israel bergumul, digentarkan oleh kabar kehancuran
Mesir itu, menjadi tawar hati, dan berpikir akan sia-sia
saja untuk berperang melawan Israel, saat Tuhan
dengan kekuatan yang sedemikian besar berperang bagi
mereka. Dan memang pengaruhnya demikian, orang-
orang Edom takut kepada mereka (Ul. 2:4), demikian
pula dengan orang Moab (Bil. 22:3), dan orang Kanaan
(Yos. 2:9-10; 5:1). Jadi, Tuhan telah mengirim kengerian-
Nya kepada mereka (23:27), dan mematahkan semangat
228
raja-raja. Kedua, pembebasan itu yaitu suatu permu-
laan yang luar biasa dari perkenanan Tuhan kepada
mereka, yang menjadi suatu tanda jaminan akan ke-
sempurnaan kebaikan hati-Nya. Hal ini hanyalah suatu
awal yang mendahului sesuatu yang lebih lanjut: Eng-
kau membawa mereka masuk (ay. 17). Kalau Ia telah
membawa mereka keluar dari Mesir dengan cara yang
hebat, kendati mereka tidak layak, dan walaupun ada
banyak kesulitan yang membentang di jalan keluar
mereka, maka tidak diragukan lagi Ia juga akan mem-
bawa mereka masuk ke dalam Kanaan. Sebab, jika Ia
telah memulai (dan memang telah dimulai), maka tidak-
kah Ia akan mengakhirinya? Perhatikanlah, segala peng-
alaman kita akan kuasa dan perkenanan Tuhan seharus-
nya dimanfaatkan untuk mendukung pengharapan kita.
“Engkau telah, dan sebab itu, tidak hanya Engkau
dapat,namun kami percaya juga Engkau akan,” yaitu
sebuah keyakinan pendapat yang baik. Kaucangkokkan
mereka di atas gunung milik-Mu sendiri, di tempat yang
telah Kaubuat kediaman-Mu, ya TUHAN. Perhatikanlah,
Tempat tinggal yang baik yaitu tempat di mana Tuhan
tinggal, di dalam jemaat-Nya di bumi (Mzm. 27:4), di
dalam jemaat-Nya di Sorga (Yoh. 17:24). Di mana Ia ber-
kata, “Inilah tempat peristiratan-Ku untuk selamanya,”
maka kita pun seharusnya berkata, “Biarlah itu menjadi
tempat peristirahatan kami juga.” Yang terakhir, dasar
pijakan agung yang menguatkan hati mereka, yang me-
reka peroleh dari karya ajaib ini yaitu , TUHAN meme-
rintah kekal selama-lamanya (ay. 18). Mereka sekarang
telah melihat akhir dari pemerintahan Firaun.namun
tidaklah demikian adanya dengan pemerintahan Ye-
hova, sebab tidak akan ada akhir dengan pemerintah-
an-Nya, yang, seperti diri-Nya sendiri, yaitu kekal, dan
tidak tunduk pada perubahan. Perhatikanlah, yaitu
penghiburan yang tak terkatakan bagi semua umat
Tuhan yang setia, tidak hanya bahwa Ia memerintah atas
segala sesuatu dan dengan suatu kekuasaan yang tak
tertandingi,namun juga bahwa Ia akan memerintah
Kitab Keluaran 15:22-27
229
untuk selama-lamanya, dan kekuasaan-Nya tidak akan
berakhir.
II. Dinyanyikannya lagu ini dengan khidmat (ay. 20-21). Miryam
(atau Maria, yaitu nama yang sama) turut bermain musik dalam
sebuah paduan suara wanita, dan (sesuai dengan sifat lemah-
lembut kaum perempuan, dan cara kebiasaan mengungkapkan
sukacita pada masa itu, dengan memainkan rebana dan tari-
tarian) menyanyikan lagu ini. Musa memimpin pembacaan maz-
mur, dan menyampaikannya kepada kaum pria, sedang Mir-
yam kepada kaum wanita. Kemenangan terkenal yang diperoleh
harus dihargai oleh putri-putri Israel (1Sam. 18:6-7), dan begitu-
lah yang terjadi di sini. Pada waktu Tuhan membawa Israel keluar
dari Mesir, dikatakan (Mi. 6:4), Ia telah mengutus Musa dan Harun
dan Miryam sebagai penganjur mereka, walaupun kita tidak mem-
baca tentang apa pun yang dapat dikenang yang telah dilakukan
Miryam kecuali ini.namun , orang-orang yang telah membantu
suatu umat Allah, yang tampil di depan mereka dalam memuji-
muji Allah, pastilah akan dipandang sebagai berkat besar bagi
umat-Nya itu.
Air di Mara
(15:22-27)
22 Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka
pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang
gurun itu dengan tidak mendapat air. 23 Sampailah mereka ke Mara,namun
mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, sebab pahit rasanya.
Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara. 24 Lalu bersungut-sungutlah
bangsa itu kepada Musa, kata mereka: “Apakah yang akan kami minum?”
25 Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya
sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu men-
jadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-
peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka, 26 firman-
Nya: “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu,
dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu
kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya,
maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit mana pun, yang
telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku TUHANlah yang menyem-
buhkan engkau.” 27 Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua
belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di
sana di tepi air itu.
230
Tampaknya, dengan melalui sedikit kesulitan barulah Musa berhasil
membujuk orang Israel untuk meninggalkan pantai kemenangan di
mana mereka menyanyikan lagu sebelumnya. Mereka begitu terbawa
oleh pemandangan di pantai itu, atau oleh lagu itu, atau oleh
banyaknya mayat, sehingga tidak peduli lagi untuk berjalan maju.
sebab itu dengan susah payah Musa harus membawa mereka dari
Laut Teberau ke padang gurun. Kesenangan dalam perjalanan kita ke
Kanaan tidak seharusnya menghambat kemajuan kita, melainkan
justru mempercepatnya, kendati ada padang gurun di hadapan kita.
Sekarang, kita diberi tahu di sini:
I. Bahwa di padang gurun Syur mereka tidak mendapatkan air (ay.
22). Ini yaitu sebuah cobaan yang menjengkelkan bagi para
musafir muda itu, dan membuat sukacita mereka berkurang.
Begitulah Tuhan ingin melatih mereka menghadapi kesulitan-
kesulitan. Daud, di sebuah negeri yang kering dan gersang tanpa
air, menggapai kepada Tuhan (Mzm. 63:1).
II. Bahwa di Mara mereka mendapatkan air,namun airnya pahit,
sehingga meskipun sudah di padang gurun selama tiga hari tanpa
air, mereka tetap tidak dapat meminumnya. Air itu sangat tidak
enak rasanya, atau agaknya merugikan bagi kesehatan mereka,
atau begitu masin sehingga justru menambah rasa haus mereka
ketimbang memuaskannya (ay. 23). Perhatikanlah, Tuhan bisa
memahitkan bagi kita apa yang kita andalkan untuk memuaskan
diri kita. Tuhan memang sering melakukan hal ini di padang gurun
kehidupan di dunia ini, supaya kita merasa kecewa terhadap
makhluk ciptaan yang kita andalkan. Dengan begitu, kita dapat
digerakkan untuk datang kepada Sang Pencipta, yang di dalam
perkenanan-Nya saja penghiburan yang sejati dapat diperoleh.
Nah, di dalam kesesakan ini,
1. Bangsa Israel menjadi jengkel dan bertengkar dengan Musa,
seolah-olah Musa telah melakukan yang jahat terhadap
mereka. “Apakah yang akan kami minum? yaitu semua yang
mereka ributkan (ay. 24). Perhatikanlah, sukacita dan peng-
harapan besar sekalipun segera berubah menjadi kesedihan
dan kengerian besar bagi orang-orang yang hidup berdasar
perasaan saja, dan tidak berdasar iman.
Kitab Keluaran 15:22-27
231
2. Musa berdoa, Ia berseru-seru kepada TUHAN (ay. 25). Keluhan
yang mereka bawa kepada Musa dibawanya kepada Allah,
pada siapa, kendati kedudukannya tinggi, Musa tetap bergan-
tung terus-menerus. Perhatikanlah, merupakan kelegaan yang
luar biasa bagi para hakim dan para hamba Tuhan bahwa
mereka boleh berpaling kepada Tuhan melalui doa, saat
orang-orang yang ada di bawah tanggung jawab mereka
membuat mereka tidak nyaman. Tuhan yaitu penuntun dari
semua penuntun jemaat. Dia yaitu Gembala Agung, dan para
gembala yang ada di bawah Dia harus berserah diri kepada-
Nya di segala kesempatan.
3. Tuhan menyediakan apa yang orang Israel perlukan secara
berlimpah. Ia mengarahkan Musa kepada sepotong kayu, yang
dilemparkannya ke dalam air, dan sebagai akibatnya, tiba-
tiba, air ini menjadi manis. Sebagian orang berpikir bah-
wa kayu ini pasti memiliki suatu khasiat tertentu di dalamnya
untuk tujuan di sini, sebab dikatakan, TUHAN menunjukkan
kepadanya sepotong kayu. Tuhan harus diakui, tidak hanya
dalam menciptakan segala sesuatu yang berguna bagi manu-
sia,namun juga dalam menemukan kegunaan segala ciptaan-
Nya itu. Atau mungkin hal ini hanyalah suatu tanda kesem-
buhan, dan bukan sama sekali sarana kesembuhan itu, tidak
ada bedanya dengan ular tembaga, atau peristiwa disebarkan-
nya satu wadah penuh garam oleh Elisa ke sungai Yerikho.
Sebagian orang menafsirkan kayu ini sebagai perlambangan
dari salib Kristus, yang memaniskan air penderitaan yang
pahit bagi semua yang beriman, dan memampukan mereka
untuk bersukacita di dalam kesengsaraan. Menurut tradisi
Yahudi, kayu pohon itu sendiri pahit rasanya,namun kayu itu
memaniskan air Mara. Kepahitan dari penderitaan dan kemati-
an Kristus mengubahkan kepahitan yang kita miliki.
4. Pada kesempatan ini, Tuhan menyampaikan persyaratan yang
harus mereka lakukan. Dengan jelas Ia memberi tahu mereka,
bahwa sekarang sesudah terbebas dari orang Mesir, dan berada
di padang gurun, mereka harus berperilaku baik, dan sesuai
dengan pembawaan diri mereka sendiri, mereka akan baik-
baik saja atau menderita. Di sanalah diberikan TUHAN ketetap-
an-ketetapan dan peraturan-peraturan, dan memberlakukan
semuanya itu kepada mereka. Di sanalah TUHAN mencoba
232
mereka, yaitu, di sana Ia menguji mereka, menyatakan mereka
sebagai orang-orang yang menjalani masa percobaan supaya
layak mendapatkan perkenanan-Nya. Pendek kata, Ia memberi
tahu mereka (ay. 26),
(1) Apa yang Ia harapkan dari mereka, dan itu yaitu , dalam
satu kata, ketaatan. Mereka harus dengan rajin mende-
ngarkan suara TUHAN, dan memasang telinga kepada
perintah-perintah-Nya, supaya tahu kewajiban mereka, dan
tidak melanggar aturan dengan sikap acuh tak acuh. Dan
mereka harus berhati-hati dalam setiap hal supaya mela-
kukan yang benar di pemandangan Allah, dan mengikuti
segala ketetapan-Nya. Mereka tidak boleh berpikir, bahwa
sebab sekarang sudah terbebas dari kungkungan Mesir,
mereka tidak lagi memiliki tuan yang berkuasa atas
mereka, melainkan mereka sendiri yang menjadi tuan atas
diri sendiri. Tidak, mereka harus memandang diri sebagai
hamba-hamba Allah, sebab Ia telah membuka ikatan-ikatan
mereka (Mzm. 116:16; Luk. 1:74-75).
(2) Apa yang dapat mereka harapkan dari Dia dengan keadaan
mereka ini: Aku tidak akan menimpakan kepadamu penya-
kit mana pun, yaitu, “Aku tidak akan menimpakan kepada-
mu tulah-tulah apa pun dari Mesir.” Hal ini mengisyarat-
kan bahwa, jika mereka memberontak dan tidak taat, maka
segala tulah yang telah mereka lihat tertimpa kepada
musuh-musuh mereka itu akan ditimpakan ke atas mereka
juga. Demikianlah yang diancamkan kepada mereka (Ul.
28:60). Hukuman-hukuman Tuhan atas Mesir, yang bagi
Israel yaitu rahmat yang membuka jalan bagi pembebas-
an mereka, sekaligus juga menjadi peringatan bagi Israel,
dan dirancang untuk mengejutkan mereka supaya berlaku
taat. Janganlah bangsa Israel berpikir, bahwa sebab Tuhan
sudah sangat meninggikan mereka dengan mengerjakan
hal-hal besar bagi mereka, dan telah menyatakan kepada
seluruh dunia bahwa mereka yaitu umat kesayangan-
Nya, maka Ia akan membiarkan dosa-dosa mereka dan
membiarkan mereka berbuat semau mereka. Tidak, Tuhan
tidaklah membeda-bedakan orang. Seorang Israel yang
memberontak akan menanggung akibat yang sama dengan
seorang Mesir yang memberontak. Dan demikianlah yang
Kitab Keluaran 15:22-27
233
mereka alami sebagai akibat pemberontakan mereka, sebe-
lum mereka sampai di Kanaan. “Tetapi, jika engkau mau
taat, engkau akan selamat dan bahagia.” Ancamannya ha-
nyalah tersirat,namun janjinya dinyatakan dengan jelas:
“Aku TUHANlah yang menyembuhkan engkau, dan Aku
akan menghibur engkau ke mana engkau pergi.” Perhati-
kanlah, Tuhan yaitu tabib agung. Jika kita sampai ter-
pelihara dengan baik, itu sebab Dialah yang menjaga kita.
Jika kita sembuh, itu sebab Dialah yang memulihkan kita.
Ia yaitu kehidupan kita dan keberlangsungan hari-hari
kita.
III. Bahwa di Elim mereka mendapatkan air yang baik, dan berkecu-
kupan (ay. 27). Kendati Tuhan menghendaki, untuk sesaat, agar
umat-Nya berkemah di perairan Mara, namun hal itu tidak selalu
menjadi bagian mereka. Lihatlah betapa berubah-ubahnya keada-
an kita di dunia ini, dari baik menjadi buruk, dari buruk menjadi
baik. Oleh sebab itu, marilah kita belajar bagaimana direndah-
kan dan bagaimana menjadi berkelimpahan, belajar bersukacita
seakan-akan kita tidak bersukacita saat kita berkelimpahan.
Marilah kita belajar untuk menangis seakan-akan tidak menangis
saat kita tidak punya apa-apa. Kita temukan juga di sini ada
dua belas mata air bagi persediaan mereka, satu untuk setiap
suku, sehingga mereka tidak perlu berkelahi untuk mendapatkan
air, seperti yang kadang-kadang dilakukan oleh bapak-bapak
leluhur mereka. Dan, untuk kesenangan mereka, ada tujuh puluh
pohon kurma, yang di bawah perteduhannya para pahlawan me-
reka bisa beristirahat. Perhatikanlah, Tuhan sanggup menemukan
tempat-tempat penyegaran bagi umat-Nya bahkan di padang
gurun dunia ini, mata-mata air di lembah Baka, supaya jangan
hilang pikiran mereka sebab kelelahan yang terus-menerus.
Walaupun begitu, apa pun kesukaan yang kita rasakan di negeri
penziarahan kita ini, kita harus ingat bahwa kita berkemah de-
ngan semua kesukaan itu hanya untuk sementara saja, sebab di
sini kita tidak memiliki kota yang terus ada untuk selama-
nya.
PASAL 16
asal ini bercerita tentang penyediaan makanan di perkemahan
orang Israel.
I. Mereka bersungut-sungut kekurangan makanan (ay. 1-3).
II. Tuhan memberitahukan bahwa Ia akan menyediakan perbe-
kalan makanan bagi mereka (ay. 4-12).
III. Turunnya manna (ay. 13-15).
IV. Hukum dan peraturan berkaitan dengan manna.
1. Bahwa mereka harus mengumpulkannya setiap hari un-
tuk keperluan setiap hari (ay. 16-21).
2. Bahwa mereka harus mengumpulkan jatah sebanyak dua
takaran pada hari keenam (ay. 22-26).
3. Bahwa mereka tidak boleh mengharapkannya pada hari
ketujuh (ay. 27-31).
4. Bahwa mereka harus menyimpan satu buli-buli berisi
manna sebagai kenangan akan pemberian manna itu (ay.
32 dst.).
Bangsa Israel Bersungut-sungut tentang Makanan
(16:1-12)
1 sesudah mereka berangkat dari Elim, tibalah segenap jemaah Israel di
padang gurun Sin, yang terletak di antara Elim dan gunung Sinai, pada hari
yang kelima belas bulan yang kedua, sejak mereka keluar dari tanah Mesir. 2
Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada
Musa dan Harun; 3 dan berkata kepada mereka: “Ah, kalau kami mati tadi-
nya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN saat kami duduk menghadapi kuali
berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami
keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan
kelaparan.” 4 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Sesungguhnya Aku
akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan ke-
luar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya
P
236
mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak. 5 Dan
pada hari yang keenam, jika mereka memasak yang dibawa mereka pu-
lang, maka yang dibawa itu akan ada dua kali lipat banyaknya dari apa
yang dipungut mereka sehari-hari.” 6 Sesudah itu berkatalah Musa dan Ha-
run kepada seluruh orang Israel: “Petang ini kamu akan mengetahui bahwa
Tuhanlah yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir. 7 Dan besok
pagi kamu melihat kemuliaan TUHAN, sebab Ia telah mendengar sungut-
sungutmu kepada-Nya. Sebab, apalah kami ini maka kamu bersungut-
sungut kepada kami?” 8 Lagi kata Musa: “Jika memang TUHAN yang memberi
kamu makan daging pada waktu petang dan makan roti sampai kenyang pada
waktu pagi, sebab TUHAN telah mendengar sungut-sungutmu yang kamu
sungut-sungutkan kepada-Nya – apalah kami ini? Bukan kepada kami sungut-
sungutmu itu,namun kepada TUHAN.” 9 Kata Musa kepada Harun: “Katakanlah
kepada segenap jemaah Israel: Marilah dekat ke hadapan TUHAN, sebab Ia
telah mendengar sungut-sungutmu.” 10 Dan sedang Harun berbicara kepada
segenap jemaah Israel, mereka memalingkan mukanya ke arah padang gurun –
maka tampaklah kemuliaan TUHAN dalam awan. 11 Lalu berfirmanlah TUHAN
kepada Musa: 12 “Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel; katakanlah
kepada mereka: Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu
pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa
Akulah TUHAN, Allahmu.”
Sepertinya, umat Israel membawa serta dari Mesir, perbekalan untuk
satu bulan saat mereka berangkat pada hari kelima belas pada
bulan pertama, yang pada hari kelima belas pada bulan kedua sudah
habis dimakan. Dan di sini kita dapati,
I. Ketidakpuasan dan sungut-sungut mereka akibat keadaan itu (ay.
2-3). Seluruh umat atau sebagian besar dari mereka bergabung
dalam pemberontakan ini. Mereka tidak langsung menggerutu
kepada Allah,namun terhadap Musa dan Harun, wakil-wakil Allah,
yang sebenarnya sama saja dengan bersungut-sungut kepada-
Nya.
1. Mereka beranggapan bahwa mereka akan mati kelaparan di
p