keluaran imamat 8

 


adang gurun, tidak lebih tidak kurang, begitu muncul kema-

langan pertama. Padahal, seandainya TUHAN memang ingin 

membunuh mereka, Ia dapat melakukan itu dengan mudah di 

Laut Teberau. Namun, Ia menyelamatkan mereka saat  itu, 

jadi sekarang pun tentu saja ia mampu mencukupi kebutuhan 

mereka dengan mudah juga. Sikap mereka itu menunjukkan 

ketidakpercayaan mendalam terhadap Tuhan dan kuasa-Nya 

serta kebaikan-Nya dalam setiap kemalangan dan bahaya yang 

mengancam nyawa. Mereka tidak membicarakan apa pun 

selain akan mati dalam waktu singkat. 

Kitab Keluaran 16:1-12 

 237 

2. Mereka menuduh Musa dengan cara menyakitkan, bahwa de-

ngan membawa mereka keluar dari Mesir, ia berencana mem-

buat mereka mati kelaparan. Padahal, apa yang telah dilaku-

kannya itu yaitu  atas perintah Tuhan dan dengan rencana 

untuk mendatangkan kesejahteraan bagi mereka. Perhatikan-

lah, bukan merupakan hal baru jika  kebaikan terbesar pun 

disalahartikan dan dengan keji disebut sebagai kerugian ter-

besar. Dalih terburuk adakalanya ditimpakan kepada tindakan 

terbaik. Bahkan lebih dari itu, 

3. Mereka begitu menilai rendah kebebasan mereka, hingga ingin 

mati di Mesir saja, dan bahkan lebih baik binasa oleh tangan 

TUHAN saja. Mereka merasa lebih baik binasa akibat beberapa 

tulah yang telah menghabisi orang Mesir, seakan-akan bukan 

tangan TUHAN, melainkan tangan Musa sendirilah yang telah 

membawa mereka ke padang gurun gersang ini. Orang yang 

tidak melihat bahwa kepedihan, penyakit, atau kesengsaraan 

yang mereka derita berasal dari suatu penyebab tertentu, 

biasanya akan berkata, “Semua itulah yang menyukakan hati 

Allah,” seolah-olah hal itu tidak benar jika kesengsaraan dise-

babkan oleh tangan manusia atau suatu kecelakaan. Benar-

benar kegilaan yang luar biasa! Mereka lebih suka mati di 

dekat kenyamanan jasmani tempat makanan tersedia dengan 

limpah, dibandingkan  hidup di bawah bimbingan tiang sorgawi di 

padang gurun, dan dicukupi oleh tangan Allah! Mereka 

berkata bahwa lebih baik jatuh di tangan musuh-musuh Tuhan 

dibandingkan  menanggung didikan tegas seorang bapa terhadap 

anak-anaknya! Sepertinya kurang bisa dipercaya bahwa di 

Mesir mereka hidup berlimpah, setinggi apa pun mereka mem-

bual perihal kenyamanan jasmani di sana. Lagi pula, mereka 

juga tidak perlu takut mati kelaparan di padang gurun, sebab  

mereka masih memiliki  beberapa  besar ternak.namun , 

begitulah yang terjadi, ketidakpuasan memang sering mem-

besar-besarkan masa lalu dan menjelek-jelekkan apa yang ada 

di masa sekarang, tanpa memperhatikan kebenaran atau akal 

sehat. Tidak ada orang yang bicara dengan lebih tidak masuk 

akal dibandingkan  mereka yang gemar bersungut-sungut. Ketidak-

sabaran, sikap tidak berterima kasih, dan ketidakpercayaan 

mereka terhadap Allah, tampak semakin buruk sebab  mereka 

baru saja menerima berbagai perkenan yang begitu ajaib. 


 238

Selain itu, ada banyak bukti-bukti meyakinkan bahwa Tuhan 

mampu menolong mereka dalam keadaan darurat yang paling 

mendesak sekalipun, dan rahmat-Nya selalu tersedia bagi me-

reka. Lihatlah bagaimana mereka tidak mengerti perbuatan-

perbuatan-Nya yang ajaib,namun  memberontak terhadap Yang 

Mahatinggi di tepi Laut Teberau (Mzm. 106:7-13). Perhatikan-

lah, segala pengalaman kita dalam menerima rahmat Tuhan 

semakin memberatkan ketidakpercayaan dan sungut-sungut 

kita. 

II.  Kemurahan hati Tuhan dalam memperhatikan perbekalan mereka. 

Sebenarnya Ia pantas berkata, “Aku akan menurunkan hujan api 

serta belerang ke atas pesungut-sungut ini dan membinasakan 

mereka.” Akannamun , bertentangan dengan itu, Ia justru menjan-

jikan hujan makanan kepada mereka. Amatilah, 

1. Bagaimana Tuhan memberitahukan maksud-maksud baik-Nya 

kepada Musa, supaya ia tidak perlu merasa gusar sebab  su-

ngut-sungut mereka, atau tergoda untuk berharap, seandai-

nya saja ia membiarkan umat itu tetap tinggal di Mesir. 

(1) Ia memperhatikan keluhan umat itu: Aku telah mendengar 

sungut-sungut orang Israel (ay. 12). Sebagai Tuhan yang 

penuh belas kasihan, Ia sungguh menaruh perhatian atas 

keperluan mereka, yang menjadi alasan sungut-sungut me-

reka. Sebagai Tuhan yang adil dan suci, Ia menaruh per-

hatian atas celaan tidak pantas mereka terhadap Musa, 

hamba-Nya, dan sangat tidak berkenan dengan sikap mere-

ka itu. Perhatikanlah, saat mulai menggerutu dan merasa 

gelisah, kita harus mengingat bahwa Tuhan mendengar 

semua sungut-sungut kita, meskipun dilakukan dalam hati 

sekalipun. Para raja, orangtua, dan majikan tidak mende-

ngar semua sungut-sungut bawahan mereka terhadap 

mereka, namun baik juga bila mereka tidak mendengarnya, 

sebab boleh jadi mereka tidak akan mampu menanggung-

nya. Akannamun , Tuhan mendengar, dan mampu menang-

gungnya. Janganlah kita berpikir, sebab  Tuhan tidak segera 

membalas kejahatan manusia sebab  dosa-dosa mereka, 

maka itu berarti bahwa Ia tidak memperhatikan dosa-dosa 

mereka. Tidak, Ia mendengar sungut-sungut orang Israel 

Kitab Keluaran 16:1-12 

 239 

dan dibuat sedih oleh angkatan ini. Namun, Ia tetap meme-

lihara mereka, bagaikan orangtua lembut hati mengurus 

anak yang berani melawan. 

(2) Ia menjanjikan persediaan makanan yang akan mereka te-

rima dengan segera, dalam jumlah cukup, dan terus-me-

nerus (ay. 4). sebab  manusia berasal dari tanah, dengan 

bijak Sang Pencipta memberinya makanan dari tanah juga 

(Mzm. 104:14). Namun, umat Israel yang melambangkan 

jemaat anak sulung yang tertulis di sorga, yang lahir dari 

atas, dan berada langsung di bawah tuntunan dan kendali 

sorga, yang menerima ketetapan, hukum, dan pengangkat-

an mereka dari sorga, akan menerima makanan mereka 

dari sorga juga. sebab  hukum untuk mereka diberikan 

melalui pelayanan para malaikat, maka mereka juga mene-

rima makanan malaikat. Lihatlah apa yang direncanakan 

Tuhan untuk memberi  perbekalan makanan bagi mere-

ka: supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut 

hukum-Ku atau tidak. 

[1] Dengan demikian Ia menguji apakah mereka mau mem-

percayai-Nya dan hidup menurut hukum iman atau 

tidak, apakah mereka sanggup hidup dengan memenuhi 

kebutuhan makan minum saja, dan (meskipun seka-

rang mereka gelisah sebab  kehabisan perbekalan) apa-

kah mereka bisa merasa tenang dan puas dengan roti 

sebanyak yang diperlukan untuk hari itu saja, dan ber-

gantung kepada Tuhan untuk persediaan segar keesokan 

harinya. 

[2] Demikianlah Ia menguji apakah mereka mau melayani-

Nya dan senantiasa setia kepada Tuan sebaik itu, yang 

mencukupi semua keperluan para pelayannya. Dalam 

perkara ini Ia menyatakan kepada seluruh dunia betapa 

umat ini tidak tahu berterima kasih, dan yang hatinya 

tidak bisa disentuh oleh apa pun sehingga merasa me-

miliki suatu kewajiban. Mereka ini seperti yang dikata-

kan dalam firman ini, Seandainya orang fasik dikasi-

hani, ia tidak akan belajar apa yang benar (Yes. 26:10). 

2. Bagaimana Musa memberitahukan semua maksud Tuhan ini 

kepada umat Israel, sesuai yang diperintahkan Tuhan kepada-


 240

nya. Di sini Harun bertindak sebagai nabinya, seperti di ha-

dapan Firaun dahulu. Musa memberi petunjuk kepada Harun 

apa yang perlu dikatakan kepada segenap jemaah Israel (ay. 

9). Ada yang berpendapat bahwa sementara Harun memanggil 

umat Israel agar datang dekat ke hadapan TUHAN, Musa 

mengundurkan diri untuk berdoa, dan bahwa penampakan 

kemuliaan TUHAN (ay. 10) merupakan jawaban atas doanya. 

Mereka dipanggil untuk datang mendekat (Yes. 1:18), Marilah, 

baiklah kita berperkara. Perhatikanlah, Tuhan merendahkan 

diri, bahkan bersedia mendengarkan keluhan para penggerutu 

itu dengan adil. Oleh sebab itu, akankah kita memandang 

rendah perkara bawahan kita saat mereka berperkara dengan 

kita? (Ayb. 31:13). 

(1) Tuhan meyakinkan mereka akan jahatnya sungut-sungut 

mereka itu. Mereka menyangka bahwa mereka hanya mem-

persalahkan Musa dan Harun, namun di sini mereka diberi 

tahu bahwa Tuhan turut dihantam dengan sungut-sungut 

mereka itu juga. Hal ini ditekankan (ay. 7-8): “Bukan ke-

pada kami sungut-sungutmu itu, sebab  jika memang 

demikian, kami akan diam saja,namun  kepada TUHAN. Dia 

sendirilah yang membawa kalian kepada kesukaran ini, 

bukan kami.” Perhatikanlah, saat  kita bersungut-sungut 

kepada mereka yang dipakai sepakai alat untuk menda-

tangkan rasa tidak nyaman kepada kita, baik itu dilakukan 

dengan adil ataupun tidak, alangkah baiknya jika  kita 

merenungkan betapa kita telah menyerang Tuhan juga me-

lalui sikap kita itu. Manusia hanyalah perpanjangan tangan 

Allah. Orang-orang yang menentang teguran dan penginsaf-

an firman-Nya, dan marah kepada hamba Tuhan saat 

merasa tersinggung oleh sebab nya, sebenarnya tidak tahu 

apa yang mereka lakukan, sebab  dalam hal itu mereka 

sedang menantang Pencipta mereka. Biarlah pemahaman 

ini menghentikan mulut yang bersungut-sungut untuk 

selamanya, sebab  bersungut-sungut kepada Tuhan meru-

pakan perbuatan fasik yang nekat, sebab Ia yaitu  Allah. 

Bersungut-sungut kepada manusia pun merupakan tin-

dakan kasar yang tidak masuk akal, sebab mereka hanya-

lah manusia biasa. 

Kitab Keluaran 16:1-12 

 241 

(2) Tuhan menjamin persediaan makanan yang mereka ingin-

kan. Mengingat bahwa mereka begitu sering berbicara ber-

ulang kali tentang kenyamanan jasmani, maka pada waktu 

senja mereka akan mendapatkan daging berlimpah, dan 

roti pada keesokan paginya. Begitulah yang terjadi mulai 

hari itu dan seterusnya (ay. 8, 12). Banyak orang yang bisa 

kita sebut lebih banyak menerima makanan dibanding 

menerima pengajaran. Namun, orang Israel diberi makanan 

sedemikian rupa supaya mereka dapat memperoleh peng-

ajaran. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya dia (Ul. 32:10, 

KJV: diajarkan). Dan dalam kejadian ini, Ia memberi engkau 

makan manna, untuk membuat engkau mengerti, bahwa 

manusia hidup bukan dari roti saja (Ul. 8:3). Selain itu, di 

sini masih ada dua hal yang disebutkan-Nya, yang 

hendak diajarkan-Nya kepada mereka dalam memberi  

mereka manna: 

[1] Melalui hal ini kamu akan mengetahui bahwa Tuhanlah 

yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir (ay. 

6). Sudah cukup jelas bahwa mereka dibawa keluar dari 

Mesir. Anehnya, mereka begitu bodoh dan berpikiran 

pendek hingga berkata bahwa Musalah yang telah mem-

bawa mereka keluar (ay. 3). Sekarang Tuhan mengirim-

kan manna kepada mereka, untuk membuktikan bahwa 

tidak kurang dari kuasa dan kebaikan tak terbataslah 

yang telah membawa mereka keluar, dan peristiwa 

manna ini dapat menyempurnakan apa yang telah di-

mulai itu. Seandainya Musa sajalah yang telah mem-

bawa mereka keluar dari Mesir, ia tidak akan mampu 

memberi mereka makan dengan cara itu. Oleh sebab 

itu, mereka harus mengakui bahwa peristiwa itu yaitu  

perbuatan TUHAN, sebab memang demikianlah halnya. 

Di mata mereka, pemberian daging dan roti itu sungguh 

menakjubkan. Walaupun begitu, lama sesudah peris-

tiwa itu orang Israel masih saja perlu diberi tahu lagi, 

bahwa sesungguhnya bukan Musa yang memberi  roti 

dari sorga (Yoh. 6:32). 

[2] Melalui hal ini kamu akan mengetahui, bahwa Akulah 

TUHAN, Allahmu (ay. 12). Ini memberi bukti perihal kua-

sa-Nya sebagai TUHAN, dan perkenan khusus-Nya ke-


 242

pada mereka sebagai Tuhan mereka. saat  Tuhan menja-

tuhkan tulah ke atas orang Mesir, itu yaitu  supaya 

mereka tahu bahwa Dialah TUHAN. Waktu Ia mencu-

kupi perbekalan orang Israel, itu yaitu  supaya mereka 

tahu bahwa Dia yaitu  Tuhan mereka.  

3. Bagaimana Tuhan sendiri menyatakan kemuliaan-Nya untuk 

membungkam sungut-sungut umat itu, dan untuk memberi-

kan nama baik bagi Musa dan Harun (ay. 10). Sementara 

Harun sedang berbicara, tampaklah kemuliaan TUHAN dalam 

awan. Awan itu sendiri seharusnya sudah cukup untuk men-

datangkan rasa takjub dan membesarkan hati mereka. Akan 

tetapi, hanya dalam beberapa hari saja rasa kagum itu sudah 

menjadi begitu biasa bagi mereka, hingga tidak membuat 

mereka terkesan lagi, kecuali awan itu bersinar dengan sangat 

cemerlang. Perhatikanlah, apa yang dikatakan hamba Tuhan 

kepada kita sungguh mendatangkan kebaikan bagi kita apa-

bila kemuliaan Tuhan menyinari jiwa kita. 

Manna Turun dari Langit 

(16:13-21) 

13 Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menu-

tupi perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun sekeliling per-

kemahan itu. 14 saat  embun itu telah menguap, tampaklah pada permuka-

an padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus 

seperti embun beku di bumi. 15 saat  orang Israel melihatnya, berkatalah 

mereka seorang kepada yang lain: “Apakah ini?” Sebab mereka tidak tahu 

apa itu.namun  Musa berkata kepada mereka: “Inilah roti yang diberikan 

TUHAN kepadamu menjadi makananmu. 16 Beginilah perintah TUHAN: Pu-

ngutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu 

boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah 

jiwa.” 17 Demikianlah diperbuat orang Israel; mereka mengumpulkan, ada 

yang banyak, ada yang sedikit. 18 saat  mereka menakarnya dengan gomer, 

maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang 

mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan. Tiap-tiap orang mengumpulkan 

menurut keperluannya. 19 Musa berkata kepada mereka: “Seorangpun tidak 

boleh meninggalkan dari padanya sampai pagi.” 20namun  ada yang tidak 

mendengarkan Musa dan meninggalkan dari padanya sampai pagi, lalu 

berulat dan berbau busuk. Maka Musa menjadi marah kepada mereka.  

21 Setiap pagi mereka memungutnya, tiap-tiap orang menurut keperluannya; 

tetapi saat  matahari panas, cairlah itu. 

Sekarang mereka mulai disediakan perbekalan makanan langsung 

oleh tangan Allah. 

Kitab Keluaran 16:13-21 

 243 

I. Pada malam hari Ia menyediakan perjamuan makan bagi mereka 

yang terdiri atas daging unggas lembut, yakni burung-burung ber-

sayap (Mzm. 78:27), bukan belalang, seperti yang disangka bebe-

rapa orang. Burung puyuh, ayam pegar, atau sejenis burung liar, 

datang berduyun-duyun menutupi perkemahan. Burung-burung 

itu begitu jinak hingga orang bisa menangkapnya sebanyak mere-

ka suka. Perhatikanlah, Tuhan memberi kita hal-hal baik dalam 

hidup ini, tidak saja sebab  memang dibutuhkan,namun  juga 

untuk dinikmati, supaya kita tidak sekadar melayani Dia,namun  

melayani-Nya dengan hati gembira. 

II. Keesokan paginya, Ia menghujani mereka dengan manna, dan hal 

ini terus berlanjut untuk menjadi makanan sehari-hari mereka. 

1. Makanan yang disediakan bagi mereka itu disebut manna, 

yang turun dari awan, sehingga bisa dikatakan bahwa mereka 

hidup dari udara. Manna itu turun bersama embun yang ke-

mudian menguap. Namun, kepadatan manna itu sendiri sebe-

gitu rupa hingga menjadi makanan bergizi yang menguatkan, 

tanpa perlu dibubuhi apa pun. Mereka menyebutnya manna, 

manhu. “Apakah ini?” Atau, “Apakah benda yang tidak ada ar-

tinya ini?” dengan sikap merendahkan, atau “Alangkah ajaib-

nya benda ini!” dengan kagum. Atau mungkin juga, “Ini bagian 

makanan kita, tidak peduli apa pun ini. Makanan inilah yang 

diberikan Tuhan bagi kita, dan kita akan menerimanya serta 

bersyukur” (ay. 14-15). Makanan itu menyenangkan. Menurut 

orang Yahudi, manna itu cocok rasanya bagi semua orang, 

tidak peduli bagaimana selera mereka. Makanan itu menyehat-

kan, mudah dicerna, dan sangat diperlukan untuk menyem-

buhkan berbagai penyakit yang menurut Dr. Grew mungkin 

mereka derita selama dalam masa perhambaan. Seandainya 

mereka dapat makanan mewah kemungkinan besar hal itu 

mengakibatkan penyakit yang mudah menjalar. Melalui ma-

kanan bersahaja dan secukupnya ini, kita semua diajarkan 

tentang kesederhanaan, dan dilarang menginginkan kelezatan 

serta keragaman makanan. 

2. Orang Israel harus mengumpulkan manna itu setiap pagi (ay. 

21), tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari (ay.4). 

Demikianlah mereka harus hidup berdasar  pemeliharaan 

Tuhan sehari-hari, seperti halnya burung-burung di udara, yang 


 244

tentangnya dikatakan, jika  Engkau memberi nya, mereka 

memungutnya (Mzm. 104:28). Mereka tidak boleh hidup dengan 

makanan hari ini untuk besok: sebab  hari besok memiliki  

kesusahannya sendiri. Juruselamat kita sepertinya merujuk 

kepada hujan dan pengumpulan manna ini saat mengajar kita 

berdoa, Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang 

secukupnya. Melalui hal ini kita diajar tentang, 

(1) Kebijaksanaan dan ketekunan dalam mencari makanan 

yang cukup bagi kita sendiri dan seisi rumah kita. Apa 

yang diberikan Tuhan kepada kita dengan penuh rahmat, 

harus kita kumpulkan dengan rajin. Kita harus bekerja 

dengan tenang, makan roti kita sendiri, bukan roti yang 

diperoleh dengan tidak berbuat apa-apa atau dengan cara 

tidak jujur. Kelimpahan dari Tuhan tetap memberi  

kesempatan bagi manusia untuk melakukan tugasnya. Hal 

ini bahkan berlaku saat  terjadi hujan manna. Mereka 

tidak boleh makan sampai mereka telah memungutnya. 

(2) Rasa senang dan puas bersama kecukupan. Mereka harus 

mengumpulkan manna, tiap-tiap orang menurut keperluan-

nya. Cukup itu sama baiknya dengan perjamuan pesta, 

sedang  lebih dari cukup sama buruknya dengan terlalu 

kenyang. Orang-orang yang memiliki paling banyak, pada 

akhirnya hanyalah memiliki makanan, pakaian, dan ke-

gembiraan saja bagi dirinya sendiri. Orang-orang yang me-

miliki paling sedikit, pada umumnya juga memiliki semua 

hal tadi, sehingga orang yang mengumpulkan banyak, tidak 

kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak 

kekurangan. Tidak ada ketimpangan besar di antara 

satu orang dengan yang lain dalam hal kenyamanan dan 

kenikmatan hidup ini, seperti yang ada dalam hal 

kepemilikan harta benda.   

(3) Ketergantungan kepada pemeliharaan Allah: “Seorangpun 

tidak boleh meninggalkan dari padanya sampai pagi (ay. 

19). Biarlah mereka belajar untuk pergi tidur dengan nye-

nyak, meskipun tidak memiliki  makanan sama sekali di 

kemah mereka, atau di seluruh perkemahan, sambil per-

caya bahwa keesokan harinya Tuhan akan memberi mereka 

makanan untuk sehari.” Tempat persediaan makanan Tuhan 

lebih terjamin serta aman dibandingkan  kepunyaan mereka sen-

Kitab Keluaran 16:13-21 

 245 

diri, dan oleh sebab itu terasa lebih manis dan segar bagi 

mereka. Bacalah juga Matius 6:25, Janganlah kuatir akan 

hidupmu, dan seterusnya. Lihatlah di sini kebodohan dalam 

hal menimbun. Manna yang ditimbun dan disimpan oleh 

beberapa orang yang menyangka diri lebih bijaksana dan 

lebih pintar mengelola dibanding tetangga mereka, dan 

menyangka dapat menyimpan kalau-kalau keesokan hari-

nya manna tidak turun, menjadi busuk dan mengeluarkan 

ulat, sehingga tidak berguna lagi. Perhatikanlah, hal yang 

disisihkan dengan tamak dan rasa tidak percaya, justru 

akan menjadi busuk. Kekayaan semacam itu menjadi 

rusak (Yak. 5:2-3). Marilah kita merenungkan, 

[1] Kuasa Tuhan yang memberi makan kepada umat Israel 

di padang gurun, dan menyediakan makanan mereka 

setiap hari melalui mujizat. Jadi, apa gerangan lagi yang 

tidak mampu dilakukan Tuhan ini, yang telah menyedia-

kan perjamuan makan di padang gurun, dan memberi-

kannya dengan limpah, bahkan untuk mereka yang 

mempertanyakan apakah Ia sanggup melakukannya 

atau tidak? (Mzm. 78:19-20). Belum pernah ada 

persediaan makanan seperti ini, di mana ratusan ribu 

orang dikenyangkan setiap hari, tanpa harus membayar 

sepeser pun. Belum pernah ada makanan gratis 

untuk orang banyak seperti yang diadakan Tuhan selama 

empat puluh tahun ini. Belum pernah ada jamuan yang 

cuma-cuma dan berlimpah seperti itu. Pesta perjamuan 

yang diadakan raja Ahasyweros untuk memamerkan 

kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebe-

sarannya yang bersemarak, tidak ada artinya dibanding 

pesta di padang gurun ini (Est. 1:4). Disebutkan bahwa 

saat  matahari panas, cairlah itu (ay. 21), seakan-akan 

apa yang tersisa terangkat ke udara untuk menjadi 

benih bagi tuaian keesokan harinya, dan berlangsung 

dari hari ke hari. 

[2] Pemeliharaan Tuhan yang terus-menerus, memberi  

roti kepada segala makhluk; sebab  untuk selama-lama-

nya kasih setia-Nya. Ia yaitu  pengurus rumah tangga 

agung yang menyediakan makanan bagi semua makh-

luk ciptaan-Nya. Hikmat, kuasa, dan kebaikan yang 


 246

sama yang sekarang mendatangkan makanan dari awan 

setiap hari, juga bekerja dalam perputaran alam, yang 

setiap tahun menyediakan makanan dari dalam bumi, 

serta memberi kita segala sesuatu dengan berlimpah 

untuk dinikmati. 

Sabat di Padang Gurun  

(16:22-31) 

22 Dan pada hari yang keenam mereka memungut roti itu dua kali lipat 

banyaknya, dua gomer untuk tiap-tiap orang; dan datanglah semua pemim-

pin jemaah memberitahukannya kepada Musa. 23 Lalu berkatalah Musa 

kepada mereka: “Inilah yang dimaksudkan TUHAN: Besok yaitu  hari per-

hentian penuh, sabat yang kudus bagi TUHAN; maka roti yang perlu kamu 

bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala 

kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi.”  

24 Mereka membiarkannya di tempatnya sampai keesokan harinya, seperti 

yang diperintahkan Musa; lalu tidaklah berbau busuk dan tidak ada ulat di 

dalamnya. 25 Selanjutnya kata Musa: “Makanlah itu pada hari ini, sebab hari 

ini yaitu  sabat untuk TUHAN, pada hari ini tidaklah kamu mendapatnya di 

padang. 26 Enam hari lamanya kamu memungutnya,namun  pada hari yang 

ketujuh ada sabat; maka roti itu tidak ada pada hari itu.” 27namun  saat  

pada hari ketujuh ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah 

mereka mendapatnya. 28 Sebab itu TUHAN berfirman kepada Musa: “Berapa 

lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintah-Ku dan hukum-Ku? 29 

Perhatikanlah, TUHAN telah memberi  sabat itu kepadamu; itulah sebab-

nya pada hari keenam Ia memberi  kepadamu roti untuk dua hari. 

TinggTuhan kamu di tempatmu masing-masing, seorangpun tidak boleh keluar 

dari tempatnya pada hari ketujuh itu.” 30 Lalu beristirahatlah bangsa itu 

pada hari ketujuh. 31 Umat Israel menyebutkan namanya: manna; warnanya 

putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu. 

Di sini diceritakan tentang, 

1. Peringatan untuk memperhatikan hari yang ketujuh sebagai hari 

sabat, sudah ada bukan saja sebelum hukum Taurat diberikan di 

Gunung Sinai,namun  bahkan sebelum umat Israel dibawa keluar 

dari Mesir, dan oleh sebab  itu sudah ada sejak mula pertama 

(Kej. 2:3). sebab  itu, kalau memang benar hari sabat baru per-

tama kali ini diadakan, bagaimana mungkin Musa bisa mema-

hami apa yang dikatakan Tuhan kepadanya (ay. 5), supaya mereka 

memungut manna sebanyak dua takaran pada hari keenam, 

sedang  Ia tidak menyebutkan hari sabat? Selain itu, bagai-

mana umat Israel bisa segera memahami petunjuk itu (ay. 22), 

bahkan yang mengherankan para pemimpin mereka lagi, sebelum 

Musa mengumumkan bahwa hal itu harus dilakukan untuk

Kitab Keluaran 16:22-31 

 247 

 menghormati sabat, jika sebelum itu mereka tidak mengenal hari 

sabat? Menyisihkan satu hari dari tujuh hari untuk pekerjaan 

kudus, supaya menjalankan istirahat kudus, merupakan perintah 

ilahi yang sudah ditetapkan sejak Tuhan menciptakan manusia di 

bumi, dan ini merupakan hukum positif paling tua. Cara mengu-

duskan sabat yaitu  cara lama yang baik. 

2. Persediaan makanan dua kali lipat banyaknya yang disediakan 

Tuhan bagi orang Israel, yang harus mereka kumpulkan sendiri 

pada hari keenam: pada hari keenam Ia memberi  kepadamu 

roti untuk dua hari (ay. 29). sebab  menetapkan agar mereka 

beristirahat pada hari ketujuh, Ia mengatur supaya mereka tidak 

kekurangan oleh sebab nya. Dan tidak seorang pun akan keku-

rangan sebab  melayani Allah. Pada hari itu, mereka bisa memu-

ngut manna yang cukup untuk dua hari, dan mengolahnya (ay. 

23). Hukum yang berlaku sangatlah ketat, jadi mereka harus 

membakar atau memasaknya sehari sebelumnya, dan bukan pada 

hari Sabat. Ini tidak berarti bahwa sekarang kita akan melanggar 

perintah Tuhan jika  memasak makanan pada hari Tuhan. 

Akannamun , kita diarahkan untuk mengatur urusan keluarga kita 

sedemikian rupa supaya sebanyak mungkin kegiatan kita tidak 

terganggu dalam melaksanakan sabat. Pekerjaan yang memang 

sangat diperlukan, jelas harus dikerjakan pada hari itu. Namun, 

lebih baik kita mengerjakan sesedikit mungkin hal yang diperlu-

kan dalam hidup ini, supaya bisa lebih memusatkan perhatian 

kepada hal yang lebih penting. Manna yang orang Israel simpan 

untuk dimakan pada hari Sabat tidak menjadi busuk (ay. 24). 

saat  mereka melawan perintah (ay. 20), manna itu menjadi 

busuk. saat  mereka menyimpannya sebab  menaati perintah, 

rasanya manis dan enak, sebab segala sesuatu dikuduskan oleh 

firman Tuhan dan oleh doa. 

3. Tidak turunnya manna pada hari ketujuh. Tuhan memang tidak 

akan mengirimnya pada hari itu, dan oleh sebab itu mereka tidak 

bolah mengharapkannya, atau pergi ke luar untuk memungut (ay. 

25-26). Ini menunjukkan bahwa manna itu tidak dihasilkan 

secara alami, dan tujuannya yaitu  untuk meneguhkan kekuasa-

an ilahi atas hukum Taurat yang akan diberikan melalui Musa. 

Demikianlah Tuhan bertindak dengan cara yang tepat, supaya 

mereka mengingat dan menguduskan hari Sabat. Mereka tidak 

boleh melupakan hari Sabat ataupun hari persiapannya. Bebe-


 248

rapa dari mereka sepertinya ke luar pada hari ketujuh dan me-

nyangka akan menemukan manna (ay. 27). Ternyata mereka tidak 

menemukan sebutir pun, sebab orang-orang yang mau menemu-

kan harus mencari pada waktu yang telah ditetapkan. Carilah 

TUHAN selama Ia berkenan ditemui. Pada kejadian ini, Tuhan 

berkata kepada Musa, Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti 

segala perintah-Ku? (ay. 28). Mengapa Ia mengatakan hal ini ke-

pada Musa? Musa tidak melanggar perintah-Nya. Memang tidak, 

tetapi ia yaitu  pemimpin dari suatu umat yang pembangkang. 

sebab  itu, Tuhan membebankan hal ini ke atasnya, supaya ia 

semakin tegas memerintah mereka, dan berhati-hati agar ketidak-

taatan mereka tidak terjadi akibat kealpaan atau kelalaiannya. 

sebab  ke luar mencari manna pada hari ketujuhlah mereka di-

tegur seperti itu. Perhatikanlah,  

(1) Ketidaktaatan, bahkan dalam hal kecil sekalipun, sangatlah 

menjengkelkan. 

(2) Tuhan cemburu demi kehormatan hari Sabat-Nya. Jika untuk 

pergi ke luar pada hari Sabat untuk mencari makanan saja 

mereka sudah ditegur seperti itu, apalagi kalau pergi ke luar 

pada hari itu semata-mata demi mencari kesenangan sendiri 

tentu saja tidak dapat dibenarkan. 

Buli-buli Berisi Manna Disimpan 

(16:32-36) 

32 Musa berkata: “Beginilah perintah TUHAN: Ambillah segomer penuh untuk 

disimpan turun-temurun, supaya keturunan mereka melihat roti yang Kuberi 

kamu makan di padang gurun, saat  Aku membawa kamu keluar dari tanah 

Mesir.” 33 Sebab itu Musa berkata kepada Harun: “Ambillah sebuah buli-buli, 

taruhlah manna di dalamnya segomer penuh, dan tempatkanlah itu di 

hadapan TUHAN untuk disimpan turun-temurun.” 34 Seperti yang diperintah-

kan TUHAN kepada Musa, demikianlah buli-buli itu ditempatkan Harun di 

hadapan tabut hukum Tuhan untuk disimpan. 35 Orang Israel makan manna 

empat puluh tahun lamanya, sampai mereka tiba di tanah yang didiami 

orang; mereka makan manna sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan.  

36 Adapun segomer ialah sepersepuluh efa. 

Sesudah Tuhan menyediakan manna untuk menjadi makanan umat-

Nya di padang gurun yang dapat senantiasa mereka nikmati, di sini 

diceritakan tentang, 

1. Bagaimana kenangan akan perbekalan manna itu harus dipeli-

hara. Segomer manna disimpan di dalam buli-buli emas, seperti

Kitab Keluaran 16:32-36 

 249 

 dikatakan dalam Ibrani 9:4, dan ditempatkan di hadapan tabut 

hukum Tuhan yang dibuat di lalu  hari (ay. 32-24). Awetnya 

manna ini sehingga tidak menjadi busuk dan rusak merupakan 

mujizat yang tidak tergoyahkan, dan lebih memperkuat kenangan 

akan makanan yang ajaib ini. “Anak cucumu akan melihat roti,” 

kata Allah, “yang Kuberi kamu makan di padang gurun.” Mereka 

akan melihat seperti apa makanan itu, dan seberapa banyak yang 

dibutuhkan setiap orang dalam sehari. Dengan demikian tampak-

lah bahwa orang Israel pada masa itu tidak kekurangan makanan 

ataupun bagian masing-masing, sehingga tidak ada alasan bagi 

bangsa Israel untuk menyalahkan Allah. Apakah mereka pantas 

bersungut-sungut dan menyalahkan Tuhan bahwa mereka keku-

rangan persediaan makanan, dan apakah pantas atau tidak mere-

ka serta anak cucu mereka mensyukuri kebaikan Tuhan terhadap 

mereka. Perhatikanlah, makanan yang telah dinikmati tidak boleh 

dilupakan. Segala mujizat dan rahmat Tuhan harus dikenang sela-

manya, untuk mendorong kita mempercayakan diri kepada-Nya 

sepanjang waktu. 

2. Bagaimana rahmat pemberian manna ini  terus berlanjut 

selama mereka membutuhkannya. Manna itu tidak pernah ber-

henti turun sampai mereka tiba di perbatasan Kanaan, tempat 

ada cukup banyak persediaan makanan (ay. 35). Pandanglah 

betapa pemeliharaan Tuhan tidak pernah berhenti. Waktu mena-

nam dan menuai tidak pernah berhenti, selama bumi masih ada. 

Sikap orang Israel di padang gurun sangatlah menjengkelkan, 

namun manna tetap diberikan kepada mereka. Demikianlah Tuhan 

tetap membuat hujan turun ke atas orang benar dan orang fasik. 

Manna juga disebut makanan rohani (1Kor. 10:3), sebab  melam-

bangkan berkat rohani dalam hal-hal sorgawi. Kristus sendiri 

yaitu  manna yang sejati, roti hidup, yang diperlambangkan oleh 

manna ini (Yoh. 6:49-51). Firman Tuhan yaitu  manna yang mem-

beri makan jiwa kita (Mat. 4:4). Penghiburan Roh yaitu  manna 

yang tersembunyi (Why. 2:17). Semua manna rohani ini turun 

dari sorga, seperti halnya manna jasmani itu, dan menjadi penyo-

kong serta penghiburan bagi kehidupan ilahi kita di dalam jiwa 

sementara kita masih hidup di padang gurun dunia ini. Manna 

rohani ini merupakan makanan bagi orang-orang Israel, hanya 

bagi orang-orang yang mengikuti tiang awan dan api. Manna 

rohani itu harus dikumpulkan. Kristus yang ada dalam Firman 


 250

harus diterapkan pada jiwa, dan sarana-sarana kasih karunia-

Nya harus digunakan. Setiap kita harus mengumpulkannya un-

tuk diri sendiri, dan mengumpulkannya pada pagi hari yang men-

jadi kesempatan bagi kita. Jika kita melalaikan kesempatan di 

pagi hari ini, kita bisa terlambat untuk menghimpunnya. Manna 

yang dikumpulkan orang Israel dahulu itu tidak boleh ditimbun, 

tetapi harus dimakan habis. Demikian pula, orang-orang yang 

telah menerima Kristus harus hidup dengan iman yang bergan-

tung kepada-Nya, dan tidak boleh menerima kasih karunia-Nya 

dengan sia-sia. Pada waktu dulu itu ada cukup manna bagi 

semua orang, cukup bagi masing-masing orang, dan tidak ada 

yang memperoleh terlampau banyak. Demikian jugalah di dalam 

Kristus ada kecukupan sempurna, dan tidak ada jumlah berlebih-

an. Pada waktu dulu itu, mereka yang makan manna itu bisa 

merasa lapar lagi dan akhirnya mati juga dan bahkan Tuhan tidak 

berkenan dengan banyak di antara mereka. Akannamun , orang-

orang yang makan dari Kristus dengan iman, tidak akan pernah 

merasa lapar dan tidak akan mati lagi. Dan, Tuhan selamanya 

berkenan kepada mereka. Sungguh, TUHAN senantiasa memberi-

kan roti ini kepada kita! 

 

 

 

 

 

 

PASAL 17  

ua bagian dari kisah perjalanan bangsa Israel dicatat dalam 

pasal ini, yaitu  

I. Penyediaan air bagi kumpulan besar bangsa Israel.  

1. Di padang gurun mereka kekurangan air (ay. 1). 

2. Dalam kekurangan itu mereka mencaci Musa (ay. 2-3). 

3. Musa berseru kepada Tuhan (ay. 4). 

4. Tuhan memerintahkan Musa memukul gunung batu, dan 

dari dalamnya akan keluar air. Musa berbuat seperti itu 

(ay. 5-6). 

5. Tempat itu dinamai sesuai peristiwa itu (ay. 7). 

II. Penaklukan pasukan orang Amalek.  

1. Kemenangan diperoleh melalui doa Musa (ay. 8-12). 

2. Oleh mata pedang Yosua (ay. 13). 

3. Peristiwa yang terjadi ini dicatat (ay. 14-16), dan menjadi 

pelajaran bagi kita untuk menjalani perjalanan dan meng-

hadapi peperangan rohani kita.  

Bangsa Israel Bersungut-sungut Meminta Air 

(17:1-7) 

1. lalu  berangkatlah segenap jemaah Israel dari padang gurun Sin, 

berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, sesuai dengan 

titah TUHAN, lalu berkemahlah mereka di Rafidim,namun  di sana tidak ada 

air untuk diminum bangsa itu. 2 Jadi mulailah mereka itu bertengkar dengan 

Musa, kata mereka: “Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat mi-

num.“namun  Musa berkata kepada mereka: “Mengapakah kamu bertengkar 

dengan aku? Mengapakah kamu mencobai TUHAN?” 3 Hauslah bangsa itu 

akan air di sana; bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata: 

“Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh 

kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?” 4 Lalu berseru-

serulah Musa kepada TUHAN, katanya: “Apakah yang akan kulakukan ke-


 252

pada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!”  

5 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Berjalanlah di depan bangsa itu dan 

bawalah beserta engkau beberapa orang dari antara para tua-tua Israel; 

bawalah juga di tanganmu tongkatmu yang kaupakai memukul sungai Nil 

dan pergilah. 6 Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung 

batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan 

keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum.” Demikianlah diperbuat Musa 

di depan mata tua-tua Israel. 7 Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh 

sebab  orang Israel telah bertengkar dan oleh sebab  mereka telah mencobai 

TUHAN dengan mengatakan: “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau 

tidak?” 

Inilah,  

I. Kesukaran yang dihadapi orang Israel sebab  kekurangan air. 

Sebelumnya, mereka juga pernah mengalami kesengsaraan seru-

pa satu kali, dan sekarang untuk kedua kalinya (ay. 1). Mereka 

berjalan sesuai titah TUHAN, dipimpin oleh tiang awan dan tiang 

api,namun  tetap saja mereka sampai di tempat yang tidak ada air 

untuk diminum. Perhatikanlah, bisa saja kita sedang menjalan-

kan kewajiban kita, namun tetap saja menghadapi berbagai masa-

lah, yang didatangkan oleh Tuhan Pemelihara kepada kita untuk 

menguji iman kita, dan supaya Ia dapat dimuliakan dalam pem-

bebasan kita.  

II. Ketidakpuasan dan ketidakpercayaan mereka dalam kesukaran 

ini. Dikatakan bahwa (ay. 3), Hauslah bangsa itu akan air di sana. 

Jika mereka tidak memiliki  air untuk diminum, pasti mereka 

perlu melepaskan dahaga mereka.namun  tindakan mereka me-

nunjukkan, bahwa mereka tidak saja kekurangan air dan merasa 

tidak nyaman sebab  kekurangan itu,namun  juga bahwa nafsu 

mereka telah mempertajam keinginan mereka akan air, sehingga 

membuat mereka menjadi beringas dan tidak sabar dalam me-

muaskan keinginan mereka. Rasa haus mereka membuat mereka 

menjadi ganas. Hasrat-hasrat alamiah dan hal-hal lain yang 

paling didambakan harus ditempatkan di bawah pengawasan dan 

pengendalian iman dan akal budi. Lihatlah bagaimana perilaku 

mereka akan hasrat besar yang tidak terkendali ini.  

1 Mereka menantang Musa untuk menyediakan air bagi mereka 

(ay. 2), “Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat 

minum.” Mereka menuntut seperti menagih utang, dan sangat 

meragukan kemampuan Musa untuk mendapatkan air. Kare-

Kitab Keluaran 17:1-7 

 253 

na bagi mereka sudah disediakan roti, sekarang mereka ber-

sikeras supaya disediakan air juga. Memang benar bagi mere-

ka yang oleh iman dan doa menjalani hidup bergantung pada 

Allah, satu kemurahan merupakan jaminan bagi kemurahan 

yang lain, dan harus dimohonkan dengan kerendahan hati. 

Tetapi bagi orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan 

tidak percaya, pastilah mereka akan tahu diri sendiri bahwa 

penyalahgunaan kemurahan sebelumnya pasti akan men-

datangkan peniadaan bagi kemurahan-kemurahan selanjut-

nya: Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan 

menerima sesuatu dari Tuhan (Yak. 1:7). Sekalipun demikian, 

bangsa Israel itu tetap saja mau menuntut segala sesuatu.  

2. Mereka bertengkar dengan Musa sebab  telah membawa mere-

ka keluar dari Mesir, seolah-olah, bukannya menyelamatkan 

mereka, ia malah merancang untuk membinasakan mereka. 

Tidak ada lagi yang lebih hina dan menyakitkan hati dibandingkan  

tindakan mereka ini (ay. 3). Demikianlah, banyak orang yang 

bermaksud baik dan telah mengerjakan banyak kebaikan bagi 

generasi mereka justru difitnah dan kesabaran mereka diuji 

dengan perbuatan orang-orang picik dan tidak tahu berterima 

kasih. Begitu jahatnya hati mereka itu memuncak terhadap 

Musa sehingga mereka nyaris melemparinya dengan batu (ay. 

4). Banyak perbuatan baik yang telah ia perlihatkan kepada 

mereka, dan pekerjaan manakah di antaranya yang menyebab-

kan mereka mau melempari dia dengan batu? (Yoh. 10:32). Ke-

marahan-kemarahan yang tidak terkendali, yang dibangkitkan 

oleh nafsu-nafsu yang lepas kekang, kadang-kadang membuat 

orang bersalah atas perbuatan yang sangat tidak masuk akal, 

dan bertindak seperti orang gila, sampai melempar puntung 

berapi, anak panah, dan maut terhadap sahabat-sahabat ter-

baik sekalipun.  

3. Mereka mulai mempertanyakan apakah Tuhan ada bersama 

mereka atau tidak. Mereka telah mencobai TUHAN dengan 

mengatakan, “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak? 

(ay. 7). “Apakah Yehova yang telah memperkenalkan diri-Nya 

kepada kita dengan nama-Nya itu sungguh-sungguh ada di 

tengah-tengah kita di Mesir?” Mereka mempertanyakan hal-hal 

mendasar tentang keberadaan-Nya, apakah Tuhan itu sungguh-

sungguh ada atau tidak. Mereka mempertanyakan penyeleng-


 254

garaan-Nya, apakah Tuhan sungguh memerintah dunia ini? Me-

reka mempertanyakan janji khusus-Nya, apakah Ia memang 

sebaik yang dikatakan-Nya kepada mereka. Inilah yang di-

sebut sebagai mencobai Allah, yang tidak saja menunjukkan 

bahwa mereka tidak percaya kepada Allah,namun  juga tidak 

percaya kepada-Nya sekalipun mereka telah menerima banyak 

bukti akan kuasa dan kebaikan-Nya sebagai peneguhan akan 

janji-janji-Nya. Pada dasarnya, mereka menuduh Musa itu 

seorang penipu, dan Harun seorang pendusta. Pada dasarnya 

mereka percaya bahwa tiang awan dan api itu hanyalah tipuan 

dan khayalan belaka, yang ditanamkan ke dalam pancaindra 

mereka. Dan mereka juga percaya bahwa rangkaian panjang 

mujizat yang telah membebaskan mereka, melayani mereka, 

dan memberi mereka makan hanyalah rantai panjang tipuan 

belaka, dan bahwa janji tanah Kanaan merupakan senda 

gurau atas mereka saja. Sama seperti itu, mereka juga per-

caya, bahwa TUHAN tidak ada di tengah-tengah mereka. Per-

hatikanlah, merupakan suatu perbuatan yang sangat mem-

bangkitkan murka Tuhan jika  kita mempertanyakan keha-

diran, penyelenggaraan, atau janji-Nya, terlebih lagi bagi Israel 

umat-Nya, yang begitu khusus terikat untuk percaya kepada 

Dia.  

III. Tindakan yang diambil Musa, saat  ia diserang dan dicerca. 

1. Ia menegur orang-orang yang bersungut-sungut itu (ay. 2): 

Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Amatilah betapa 

lemah lembutnya ia menjawab mereka. Untunglah bahwa  ia 

seorang yang lemah lembut luar biasa. Kalau tidak, perilaku 

mereka yang liar itu bisa membuat dia kehilangan kesabaran. 

Bodohlah untuk membalas amarah dengan amarah, sebab  

tindakan itu akan membuat keadaan menjadi semakin buruk, 

tetapi jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman. Ia 

menunjukkan sungut-sungut mereka itu sebenarnya akan 

mengarah ke siapa, yaitu bahwa semua celaan yang mereka 

lontarkan kepadanya itu akan jatuh kepada Tuhan sendiri: 

Kamu mencobai TUHAN, artinya, “Dengan tidak mempercayai 

kuasa-Nya, kamu mencobai kesabaran-Nya, dan dengan demi-

kian membangkitkan murka-Nya.”  

Kitab Keluaran 17:1-7 

 255 

2 Ia menyampaikan keluhannya kepada Tuhan (ay. 4): Musa 

berseru-seru kepada TUHAN. Maka kembalilah hamba ini, dan 

menyampaikan semuanya kepada tuannya (Luk. 14:21). saat  

orang secara tidak adil mencela kita dan berbantah-bantah 

dengan kita, akan sangat menghiburkan bagi kita untuk pergi 

kepada Dia, dan dengan doa kita menyampaikan perkara itu di 

hadapan-Nya dan tinggalkan semuanya kepada-Nya. Jika 

manusia tidak mau mendengarkan kita, Tuhan bersedia. Kalau 

perilaku mereka yang buruk terhadap kita ternyata menggon-

cangkan jiwa kita, penghiburan-Nya akan menenangkan kita. 

Musa memohon kepada Tuhan untuk mengarahkan dia tentang 

apa yang harus ia lakukan, sebab ia benar-benar kehilangan 

akal. Ia tidak dapat memenuhi kekurangan mereka atau mene-

nangkan hingar bingar mereka, hanya Tuhan yang sanggup 

melakukan hal itu. Ia juga menyampaikan bahaya yang sedang 

ia hadapi; “Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan 

batu, Tuhan, jika Engkau benar-benar peduli dengan nyawa 

hamba-Mu yang malang ini, turun tanganlah sekarang.”  

IV. Tuhan tampil dengan kemurahan hati-Nya untuk menolong mereka 

(ay. 5-6). Ia memerintahkan Musa untuk berjalan di depan bangsa 

itu, dengan mempertaruhkan nyawanya, sebab  mereka sudah 

mengancam untuk merajam dia dengan batu. Ia harus membawa 

tongkatnya bersamanya, bukan seperti yang sudah sepantasnya 

diperintahkan Tuhan kepadanya untuk memerintahkan beberapa 

tulah atau lainnya untuk menghajar mereka sebab  ketidakper-

cayaan dan sungut-sungut mereka itu,namun  untuk mendapatkan 

air guna memenuhi kebutuhan mereka. Oh, sungguh indah kesa-

baran dan pengendalian diri Tuhan terhadap orang-orang berdosa 

yang menggusarkan! Ia memenuhi mereka dengan kebaikan, me-

layani mereka dengan dosa-dosa mereka, memelihara mereka 

yang berperang dengan-Nya. Ia mengulurkan tangan-Nya yang 

penuh kemurahan kepada mereka yang mengangkat tumitnya 

melawan Dia. Dengan demikian Ia mengajar kita, jika seterumu 

lapar, berilah dia makan, jika ia haus, seperti yang dibutuhkan 

Israel sekarang, berilah dia minum (Rm. 12:20; Mat. 5:44-45). 

sebab  itu, akankah Ia mengecewakan orang-orang yang percaya 

kepada-Nya, sedang  yang mencobai Dia saja ditolong-Nya de-

ngan tidak bertanggung-tanggung? Jika Tuhan hanya menunjuk-


 256

kan kepada Musa sebuah mata air di padang gurun, seperti yang 

pernah dilakukan-Nya kepada Hagar tidak jauh dari situ (Kej. 

21:19), itu merupakan suatu kebaikan yang besar. Akannamun , 

jika Ia berkenan menunjukkan kuasa-Nya dan juga rasa kasihan-

Nya, dan mengadakan sebuah mujizat belas kasihan, maka Ia 

tidak hanya menunjukkan sebuah mata air,namun  juga memberi-

kan mereka air yang keluar dari sebuah gunung batu. Ia meng-

arahkan Musa ke mana harus pergi, dan menugaskan dia untuk 

membawa serta beberapa orang dari para tua-tua Israel, untuk 

menjadi saksi-saksi mengenai apa yang akan dilakukan-Nya, 

supaya mereka menjadi puas, dan dapat memuaskan orang-orang 

lain tentang kepastian kehadiran Tuhan bersama mereka. Ia ber-

janji menjumpai Musa di sana, di dalam awan kemuliaan untuk 

membesarkan hatinya, dan memerintahkannya supaya memukul 

gunung batu itu. Musa mematuhinya, dan sekonyong-konyong 

keluarlah air dari gunung batu itu dengan berlimpah-ruah, meng-

alir sampai jauh di sepanjang perkemahan melalui batang-batang 

air dan sungai-sungai (Mzm. 78:15-16), dan mengikuti mereka ke 

mana pun mereka pergi di padang gurun itu. Aliran air itu disebut 

mata air (Mzm. 114:8). Tuhan menunjukkan kepedulian-Nya terha-

dap umat-Nya dengan memberi  air kepada mereka saat  me-

reka kekurangan air. Ia menunjukkan kuasa-Nya dalam menge-

luarkan air dari sebuah gunung batu, dan Ia juga memberi  

kehormatan kepada Musa dengan memerintahkan air itu mengalir 

keluar saat ia memukul batu itu. Air jernih ini, yang mengalir 

keluar dari gunung batu itu, disebut juga sebagai madu dan 

minyak (Ul. 32:13), sebab  kehausan bangsa itu membuat air itu 

menjadi kesenangan berlipat ganda bagi mereka, yang datang 

saat  mereka teramat sangat haus, sehingga air itu seperti madu 

dan minyak saja bagi mereka. Ada kemungkinan bahwa orang 

Israel juga menggali terusan-terusan untuk mengalirkannya, dan 

kolam-kolam untuk penampungan, yang dengan cara seperti itu, 

dan lama sesudah itu, melintasi lembah Baka, sehingga mereka 

bisa menggali sumur darinya (Mzm. 84:7, Bil. 21:18). Biarlah 

semua ini mengarahkan kita untuk hidup dalam ketergantungan, 

1. Pada pemeliharaan Allah, bahkan dalam kesengsaraan-ke-

sengsaraan dan kesukaran-kesukaran yang paling besar. Tuhan 

sanggup membuka banyak mata air bagi kebutuhan kita, di 

tempat yang paling tidak pernah kita duga sebelumnya. Ia

Kitab Keluaran 17:8-16 

 257 

 sanggup membuat air memancar di padang gurun (Yes. 43:20), 

dan jalan di padang gurun (ay. 19). Orang-orang yang ada di 

padang gurun ini, dan tetap berjalan di jalan Allah, dapat mem-

percayai Dia untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sementara 

kita mengikuti tiang awan dan api, maka kebajikan dan kemu-

rahan belaka akan mengikuti kita, seperti air yang keluar dari 

gunung batu itu.  

2. Pada anugerah Kristus: Batu karang itu yaitu  Kristus (1 Kor. 

10:4). Anugerah-anugerah dan penghiburan-penghiburan Roh 

Kudus disamakan dengan aliran-aliran air hidup (Yoh. 7:38-

39; 4:14). Air hidup ini mengalir dari Kristus, yang yaitu  

gunung batu yang dipukul oleh Taurat Musa, sebab Ia takluk 

kepada hukum Taurat. Tidak ada yang dapat memenuhi kebu-

tuhan-kebutuhan dan memuaskan hasrat dari jiwa manusia, 

selain air yang keluar dari batu karang ini, mata air yang ter-

buka ini. Segala kesenangan indra jasmani hanyalah ge-nang-

an air keruh, sementara kesenangan-kesenangan rohani ada-

lah air batu karang, begitu murni, begitu jernih, begitu menye-

garkan. Inilah sungai-sungai kesenangan sejati. 

V. Pada kesempatan ini, sebuah nama baru diberikan kepada tempat 

itu, untuk melestarikan kenangan akan peristiwa itu, bukan atas 

belas kasihan Tuhan dalam memenuhi kebutuhan mereka (air yang 

mengikuti mereka sudah cukup untuk melakukan hal itu), 

melainkan atas dosa sungut-sungut mereka, atas Masa, pencoba-

an, sebab  mereka mencobai Allah. Juga, atas Meriba, perselisih-

an, sebab mereka bertengkar dengan Musa (ay. 7). Dengan demi-

kian, ada ingatan terus akan dosa, baik akan aib yang diperbuat 

orang-orang berdosa itu sendiri (dosa meninggalkan aib pada 

nama mereka) maupun sebagai peringatan bagi keturunan mere-

ka supaya janganlah mereka berbuat dosa seperti dosa orang tua 

mereka itu.  

Peperangan Melawan Orang Amalek;  

Kekalahan Orang Amalek 

(17:8-16) 

8 Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafi-

dim. 9 Musa berkata kepada Yosua: “Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu 


 258

keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di pun-

cak bukit itu dengan memegang tongkat Tuhan di tanganku.” 10 Lalu Yosua 

melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan 

orang Amalek;namun  Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit. 11 

Dan terjadilah, jika  Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, 

tetapi jika  ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. 12 Maka 

penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkan-

lah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang ke-

dua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, se-

hingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. 13 Demikianlah 

Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang. 14 lalu  

berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah 

kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku 

akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit.” 

15 Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya: “Tuhanlah panji-

panjiku!” 16 Ia berkata: “Tangan di atas panji-panji TUHAN! TUHAN berperang 

melawan Amalek turun-temurun.” 

Di sini kita temukan sejarah perang melawan orang Amalek, yang 

dapat diduga merupakan perang pertama yang dicatat dalam kitab 

peperangan TUHAN (Bil. 21:14). Amalek yaitu  bangsa pertama yang 

diperangi oleh Israel (Bil. 24:20). Amatilah,  

I. Usaha Amalek: Lalu datanglah orang Amalek dan berperang mela-

wan orang Israel (ay. 8). Orang-orang Amalek yaitu  anak cucu 

keturunan Esau, yang membenci Yakub sebab  hak kesulungan 

dan berkat itu. Dan perang ini merupakan suatu upaya permu-

suhan turun-menurun, suatu kebencian yang mengalir di dalam 

darah, dan sekarang mungkin semakin menghebat oleh sebab  

janji hak kesulungan itu sedang digenapi. Pertimbangkanlah 

perang ini,  

1. Sebagai penderitaan Israel. Mereka telah bertengkar dengan 

Musa (ay. 2), dan sekarang Tuhan mengirim orang-orang Ama-

lek untuk bertengkar dengan mereka. Segala peperangan dan 

pergumulan lahiriah merupakan hukuman yang pantas atas 

perselisihan dan ketidakpuasan yang terjadi di dalam batin.  

2. Sebagai dosa orang Amalek. Begitulah anggapannya (Ul. 

25:17-18). Mereka tidak berani menyerang dari depan sebagai-

mana musuh yang baik. Mereka menyerang tanpa ada hasut-

an oleh orang Israel, atau tantangan yang diberikan kepada 

mereka. Dengan keji mereka menyerang barisan belakang 

Israel, menghantam orang-orang yang lemah dan lesu, dan 

yang juga tidak dapat memberi  perlawanan atau meluput-

kan diri. Di sinilah orang-orang Amalek itu mengucapkan tan-

Kitab Keluaran 17:8-16 

 259 

tangan terhadap kekuatan yang belum lama ini menghancur-

kan orang-orang Mesir.namun  dengan sia-sia mereka menye-

rang sebuah perkemahan yang dikawal, dan yang dipenuhi ke-

butuhan makan dan minumnya oleh mujizat-mujizat. Sesung-

guhnya mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.  

II. Pertempuran Israel melawan orang-orang Amalek, untuk membela 

diri terhadap para penyerangnya. Amatilah, 

1. Tugas itu diserahkan kepada Yosua, yang disebut untuk per-

tama kalinya di sini. Ia dicalonkan menjadi panglima tertinggi 

dalam peperangan ini, supaya ia dapat terlatih untuk menja-

lankan tugas yang ditetapkan kepadanya sesudah kematian 

Musa, dan sejak dari masa mudanya ia telah menjadi prajurit. 

Ia diperintahkan untuk membentuk sebuah satuan prajurit 

yang terpilih dari ribuan orang Israel, dan untuk memukul 

mundur orang-orang Amalek (ay. 9). Sebelumnya saat  orang-

orang Mesir mengejar orang Israel, mereka harus berdiri tetap 

dan melihat apa yang akan dilakukan Allah,namun  sekarang 

mereka diminta supaya bertindak sendiri. Perhatikanlah, Tuhan 

dapat dipercaya dalam penggunaan berbagai cara.  

2. Tugas Musa sendiri: aku akan berdiri di puncak bukit itu 

dengan memegang tongkat Tuhan di tanganku (ay. 9). Lihatlah 

bagaimana Tuhan melayakkan umat-Nya dalam tugas-tugas 

pelayanan yang beragam demi kebaikan jemaat-Nya. Yosua 

berperang, Musa berdoa, dan keduanya melayani umat Israel. 

Musa naik ke puncak bukit, dan berdiri di tempat yang cocok, 

mungkin, supaya dapat dilihat oleh orang Israel. Di sana ia 

mengangkat tongkat Tuhan dengan memegang di tangannya, 

tongkat pembuat mujizat itu, yang telah memerintahkan 

tulah-tulah Mesir, dan dengannya Israel berjalan keluar dari 

rumah perbudakan. Tongkat ini diacungkan kepada Israel, 

untuk menggelorakan semangat mereka. Tongkat ini diangkat 

sebagai panji-panji untuk membesarkan hati para prajurit, 

yang mungkin memandanginya, dan berkata, “Itulah tongkat-

nya, dan itulah tangan yang dahulu memakai nya, saat  

hal-hal yang mulia itu dikerjakan bagi kita.” Perhatikanlah, 

iman kita akan bertambah besar bila kita merenungkan kem-

bali dengan sungguh-sungguh hal-hal besar yang telah diper-

buat Tuhan bagi kita, dan mengingat kembali karya-karya 


 260

agung yang menyatakan kebaikan hati-Nya. Musa juga meng-

angkat tongkatnya kepada Allah, dan berseru kepada-Nya: 

“Bukankah perang ini milik TUHAN? Apakah Ia tidak sanggup 

menolong, dan ikut membantu? Lihatlah tongkat ini, dengar-

kanlah suara yang terangkat ini (Yes. 51:9-10), Kenakanlah 

kekuatan, hai tangan TUHAN! Bukankah Engkau yang mere-

mukkan Rahab?” Musa bukan hanya seorang pemimpin yang 

menyemangati orang, ia juga seorang pengantara, untuk me-

mohonkan keberhasilan dan kemenangan kepada Allah. Per-

hatikanlah, saat  pasukan maju menghadapi musuh, doa-doa 

yang bersungguh-sungguh harus dinaikkan kepada Tuhan se-

mesta alam, untuk memohon kehadiran-Nya bersama mereka. 

Di sinilah pasukan doa terbukti menghasilkan pasukan yang 

mengguntur. Di sana, di Salem, di Sion, saat doa-doa dinaik-

kan, di sanalah kemenangan didapatkan, Di sanalah dipatah-

kan-Nya panah-panah (Mzm. 76:3-4). Amatilah,  

(1) Bagaimana Musa menjadi lelah (ay. 12): Maka penatlah 

tangan Musa. Lengan terkuat sekalipun akan menjadi 

lemah kalau direntangkan terus-menerus. Hanya tangan 

Tuhan sajalah yang masih teracung. Kita tidak mendapati 

bahwa tangan Yosua menjadi terasa berat dalam bertem-

pur,namun  tangan Musalah yang terasa berat dalam ber-

doa. Semakin rohani suatu pelayanan, semakin cenderung 

kita melemah dan merosot. Pekerjaan berdoa, jika dilaku-

kan dengan ketekunan pikiran yang ketat luar biasa dan 

dengan segenap perasaan yang kuat, akan terasa seperti 

kerja keras, dan meskipun roh memang penurut,namun  

daging lemah. Akannamun , Sang Pengantara Agung kita di 

sorga tidaklah pernah menjadi lemah dan letih, walaupun 

Ia terus-menerus  melakukan pekerjaan pengantaraan bagi 

kita.  

(2) Pengaruh apa yang ditimbulkan tongkat Musa atas pertem-

puran itu (ay. 11): Dan terjadilah, jika  Musa mengang-

kat tangannya di dalam doa, begitulah terjemahan bahasa 

Aram, Israel menang,namun  saat  ia menurunkan tangan-

nya dari doanya, lebih kuatlah Amalek. Untuk meyakinkan 

orang Israel bahwa tangan Musalah, dengan siapa mereka 

baru saja bertengkar, yang lebih berperan dalam menyela-

matkan mereka dan bukan tangan mereka sendiri, 

Kitab Keluaran 17:8-16 

 261 

tongkatnya dan bukan pedang mereka, maka keberhasilan 

dan kegagalan mereka terjadi begitu Musa mengangkat 

atau menurunkan kedua tangannya. Tampaknya timbang-

an kemenangan lebih berat ke musuh selama beberapa 

waktu, sebelum berbalik ke pihak Israel. Bahkan orang 

terbaik sekalipun harus mempersiapkan diri menantikan 

datangnya kekecewaan-kekecewaan, sebagai bunga pada 

keberhasilannya. Walaupun perang itu yaitu  perangnya 

Tuhan, orang-orang Amalek bisa juga menang untuk suatu 

waktu. Alasannya yaitu  sebab  Musa menurunkan ta-

ngannya. Pekerjaan jemaat pada umumnya berhasil kurang 

lebih sejalan dengan kurang lebihnya kekuatan iman dan 

kesungguhan doa anggota jemaat.  

(3) Bantuan untuk mendukung Musa. saat  ia tidak dapat 

berdiri lebih lama lagi, ia duduk, bukan di atas sebuah 

kursi kebesaran, melainkan di atas sebuah batu (ay. 12). 

saat  ia tidak dapat mengangkat tangannya, ia bersedia 

tangannya dibantu ditopang. Musa, abdi Tuhan itu, merasa 

senang dengan bantuan yang diberikan oleh Harun abang-

nya, dan Hur, yang diduga yaitu  saudara iparnya, suami 

Miryam. Demikianlah, kita tidak boleh merasa malu baik 

untuk meminta bantuan maupun memberi  bantuan 

kepada orang lain, sebab kita masing-masing yaitu  ang-

gota yang seorang terhadap yang lain. sebab  ditopang, ke-

dua belah tangan Musa tidak bergerak sampai matahari ter-

benam. Meskipun dengan banyak susah payah ia mengang-

kat tangannya, namun maksud baik hatinya sangat dihar-

gai. Tidak diragukan lagi bangsa itu sangat bersemangat 

saat  menyaksikan Yosua berada di depan mereka di me-

dan pertempuran, sedang  Musa di atas mereka di 

puncak bukit. Begitulah Kristus, Ia menjadi kedua-duanya 

bagi kita, sebagai Yosua kita, pemimpin keselamatan kita 

yang berjuang dalam peperangan kita, dan sebagai Musa 

kita, yang di dunia atas sana hidup mengadakan peran-

taraan bagi kita dengan Tuhan supaya iman kita jangan 

gugur.  

III. Kekalahan orang Amalek. Kemenangan berayun-ayun di antara 

kedua kubu, kadang-kadang Israel menang dan kadang-kadang 


 262

Amalek,namun  Israel akhirnya merebut kemenangan (ay. 13). Mes-

kipun Yosua bertempur dengan banyak kekurangan, yaitu dengan 

prajurit-prajurit yang tidak tertib, yang tidak dipersenjatai dengan 

baik, terbiasa hidup dalam perbudakan, dan selalu bersungut-

sungut, namun melalui mereka Tuhan mengerjakan keselamatan 

besar, dan membuat orang-orang Amalek harus membayar mahal 

untuk keangkaraan mereka. Perhatikanlah, senjata-senjata yang 

diarahkan melawan Israel umat Tuhan tidak akan bertahan lama, 

sebab  pada akhirnya akan hancur. Perkara Tuhan dan Israel-Nya 

akan menang. Meskipun Tuhan yang memberi kemenangan, 

namun dikatakan bahwa, Yosua mengalahkan Amalek dan rakyat-

nya, sebab  Yosua yaitu  gambaran Kristus, berasal dari nama 

yang sama, dan di dalam Dia kita lebih dari pada orang-orang 

yang menang. Hanya senjata-Nyalah yang melucuti pemerintah-

pemerintah dan penguasa-penguasa, dan menjungkirkan semua 

kekuatan mereka.  

IV. Piala kemenangan ini disediakan. 

1. Musa memastikan supaya Tuhan yang memperoleh kemuliaan 

atas kemenangan itu (ay. 15). Bukannya membangun tugu 

kemenangan untuk menghormati Yosua (meskipun telah 

menjadi kebijakan yang patut dipuji untuk memberi  tanda 

kehormatan kepadanya), Musa mendirikan sebuah mezbah 

untuk memuliakan Allah, dan kita dapat menduga bahwa mez-

bah itu bukanlah tanpa korban di atasnya.namun  yang dicatat 

dengan sangat hati-hati yaitu  tulisan pada mezbah itu, yakni 

Jehovah-nissi, yang artinya Tuhanlah panji-panjiku, yang 

mungkin menunjuk pada diangkatnya tongkat Tuhan sebagai 

panji-panji dalam perang ini. Kehadiran dan kuasa TUHAN 

yaitu  panji-panji itu, yang di bawahnya mereka mendaftar-

kan diri sebagai prajurit, dan yang olehnya mereka digelorakan 

dan disatukan. Kehadiran dan kuasa TUHAN inilah yang mere-

ka rayakan  pada hari kemenangan mereka itu. Dalam nama 

Tuhan kitalah kita harus selalu mengangkat panji-panji kita 

(Mzm. 20:6). Layaklah bahwa Dia yang melakukan semua 

pekerjaan itulah yang harus menerima segala pujian.  

2. Tuhan menjaga supaya anak cucu mereka juga mendapat peng-

hiburan dan manfaat dari peristiwa itu, “Tuliskanlah semua-

nya ini sebagai tanda peringatan, jangan di dalam kertas 

Kitab Keluaran 17:8-16 

 263 

lembaran lepas,namun  dalam sebuah kitab, tuliskanlah, dan 

lalu  ingatkanlah ke telinga Yosua, biarlah ia dipercaya-

kan untuk memelihara kenangan ini, untuk menyampaikan-

nya kepada angkatan-angkatan yang akan datang.” Pasti Musa 

sekarang mulai menulis sebuah catatan harian tentang peris-

tiwa-peristiwa yang terjadi. Ini yaitu  untuk pertama kalinya 

disebutkan tentang penulisan akan peristiwa-peristiwa yang 

kita temukan dalam Kitab Suci, dan mungkin perintah itu 

tidak diberikan sampai sesudah penulisan hukum Taurat di 

atas dua loh batu: “Tuliskanlah itu dalam perpetuam rei 

memoriam – Supaya peristiwa itu tetap diingat seterusnya. Apa 

yang ditulis tetap tertulis.”  

(1) “Tuliskanlah apa yang telah dilakukan, apa yang telah 

diperbuat orang Amalek terhadap orang Israel. Tuliskan 

betapa jahatnya kebencian mereka yang penuh kepahitan, 

tuliskan betapa ganasnya segala daya upaya mereka yang 

kejam, janganlah semua itu sampai dilupakan, dan tulis-

kan juga apa yang telah Tuhan lakukan bagi bangsa Israel 

dalam menyelamatkan mereka dari orang Amalek itu. Biar-

lah abad-abad mendatang akan mengetahui bahwa Tuhan 

berperang bagi umat-Nya, dan bahwa siapa yang men-

jamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya.”  

(2) “Tuliskanlah apa yang akan dilakukan, 

[1] Bahwa dalam berjalannya waktu, orang Amalek akan 

dihancurkan sampai ke akar-akarnya (ay. 14), sehingga 

ia hanya akan diingat di dalam sejarah saja.” Orang 

Amalek ingin melenyapkan nama Israel, supaya nama 

Israel tidak diingat lagi (Mzm. 83:5, 8), jadi sebab  

itulah Tuhan tidak hanya mengecewakan dia dengan 

perbuatannya ini,namun  juga menghapuskan namanya. 

“Tuliskanlah hal ini untuk membesarkan hati Israel 

bilamana orang-orang Amalek menjadi gangguan bagi 

mereka, supaya pada akhirnya Israel bersorak keme-

nangan dalam kejatuhan Amalek.” Hukuman atas bang-

sa Amalek ini sebagian telah dilaksanakan oleh Saul 

(1Sam. 15), dan seluruhnya oleh Daud (1Sam. 30; 2Sam. 

1:1; 8:12). Sesudah kehancurannya, kita tidak banyak 

lagi membaca nama Amalek.  


 264

[2] Ini yaitu  waktunya Tuhan akan mengadakan pertikaian 

abadi antara Diri-Nya dengan Amalek (ay. 16): sebab  

tangannya ada di atas panji-panji TUHAN, yaitu bahwa 

ia melawan perkemahan orang Israel yang ada dalam 

kuasa Allah, yang menjadi tempat kudus-Nya, dan yang 

oleh sebab  itu disebut Takhta kemuliaan, luhur dari 

sejak semula, tempat bait kudus kita (Yer. 17:12). Oleh 

sebab  itu, TUHAN akan berperang melawan Amalek 

turun-temurun. Hal ini dituliskan untuk mengarahkan 

Israel supaya jangan sekali-kali bersekutu dengan orang 

Amalek,namun  sebaliknya menganggap mereka sebagai 

musuh yang tidak boleh diajak berdamai, yang sudah 

dihukum untuk kehancuran. Kehancuran Amalek me-

rupakan perlambang dari kehancuran semua musuh 

Kristus dan kerajaannya. sebab , barangsiapa berpe-

rang melawan Anak Domba itu, Anak Domba itu akan 

mengalahkan mereka.   

 

 

PASAL 18  

asal ini bercerita tentang Musa sendiri, dan urusan-urusan 

keluarganya.  

I. Yitro, mertuanya, membawa isteri dan anak-anak Musa ke-

padanya (ay. 1-6).  

II. Musa menyambut mertuanya dengan penghormatan yang 

besar (ay. 7), dengan percakapan yang ramah (ay. 8-11), dan 

dengan korban dan pesta (ay. 12).  

III. Yitro menasihati Musa tentang cara mengelola pekerjaannya 

sebagai hakim di Israel, supaya ia mengangkat hakim-hakim 

yang lebih rendah sebagai pembantunya (ay. 13-23). Dan 

Musa, sesudah  beberapa waktu lamanya, menerima nasihat 

mertuanya (ay. 24-26), dan dengan begitu mereka berpisah 

(ay. 27). 

Kunjungan Yitro kepada Musa 

(18:1-6)  

1 Kedengaranlah kepada Yitro, imam di Midian, mertua Musa, segala yang 

dilakukan Tuhan kepada Musa dan kepada Israel, umat-Nya, yakni bahwa 

TUHAN telah membawa orang Israel keluar dari Mesir. 2 Lalu Yitro, mertua 

Musa, membawa serta Zipora, isteri Musa – yang dahulu disuruh Musa 

pulang – 3 dan kedua anak laki-laki Zipora; yang seorang bernama Gersom, 

sebab kata Musa: “Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing,”  

4 dan yang seorang lagi bernama Eliezer, sebab katanya: “Tuhan bapaku ada-

lah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari pedang Firaun.“ 5 saat  

Yitro, mertua Musa, beserta anak-anak dan isteri Musa sampai kepadanya di 

padang gurun, tempat ia berkemah dekat gunung Allah, 6 disuruhnyalah me-

ngatakan kepada Musa: “Aku, mertuamu Yitro, datang kepadamu membawa 

isterimu beserta kedua anaknya.”  

Peristiwa mengenai kunjungan Yitro ini tampaknya sangat tepat 

untuk dipandang sebagai terjadi sesuai seperti yang ditempatkan di 


 266

sini, yaitu sebelum diberikannya hukum Taurat, dan bukan, seperti 

anggapan sebagian orang, dalam kaitannya dengan apa yang dicatat 

dalam Bilangan 10:11, 29, dst. Korban-korban sudah dipersembah-

kan sebelumnya.namun  korban-korban yang disebutkan di sini (ay. 

12), dapat diamati bahwa Yitrolah yang dikatakan mempersembah-

kannya, bukan Harun. Dan berkenaan dengan nasihat Yitro kepada 

Musa untuk mengangkat hakim-hakim di bawahnya, meskipun ter-

sirat (ay. 13) bahwa nasihatnya itu diberikan pada keesokan harinya, 

namun itu tidak lantas berarti bahwa Musa tidak memutuskan per-

kara itu sampai beberapa waktu sesudahnya, saat  hukum Taurat 

diberikan, seperti yang ditempatkan dalam Ulangan 1:9. Jelas bahwa 

Yitro sendiri tidak akan menyuruh Musa membuat perubahan dalam 

mengatur umat Israel ini sampai Musa menerima petunjuk-petunjuk 

dari Tuhan tentangnya (ay. 23), yang tidak diterimanya sampai bebe-

rapa waktu sesudahnya. Yitro datang, 

I.   Untuk memberi selamat atas kebahagiaan Israel, dan khususnya 

atas kehormatan Musa, menantunya. Sekarang Yitro menganggap 

dirinya mendapat balasan yang baik atas segala kebaikan yang 

telah ditunjukkannya kepada Musa dalam kesusahannya, dan 

anak perempuannya mendapat pasangan yang cocok lebih dari-

pada yang bisa diharapkannya. Yitro pasti sudah mendengar apa 

yang diperbincangkan oleh seluruh negeri, yaitu penampakan-

penampakan Tuhan yang mulia bagi umat-Nya Israel (ay. 1). Dan ia 

datang untuk bertanya tentangnya, dan mencari tahu lebih 

lengkap untuk dirinya sendiri (Mzm. 111:2), dan bersukacita de-

ngan mereka sebagai orang yang sungguh-sungguh menghormati 

mereka maupun Tuhan mereka. Meskipun ia, sebagai orang 

Midian, tidak akan berbagi dengan mereka dalam tanah perjanji-

an, namun ia berbagi dengan mereka dalam sukacita pembebasan 

mereka. Demikianlah kita harus menjadikan penghiburan yang 

dialami orang lain sebagai penghiburan bagi diri kita sendiri, 

dengan bersuka, seperti Allah, dalam kemujuran orang benar. 

II. Untuk membawa isteri dan anak-anak Musa kepadanya. Tampak-

nya, Musa telah menyuruh mereka pulang, mungkin dari tempat 

penginapan di mana nyawanya hampir terancam sebab  keeng-

ganan isterinya untuk menyunat anaknya (4:25). sebab  takut 

jangan-jangan mereka menjadi penghalang lebih jauh, Musa pun 

Kitab Keluaran 18:1-6 

 267 

menyuruh mereka pulang kepada mertuanya. Ia sudah mengeta-

hui akan mengalami hal-hal yang mengecilkan hati di istana 

Firaun, dan sebab  itu tidak mau membawa anggota keluarganya 

bersamanya. Ia berasal dari suku yang berkata kepada ayahnya, 

aku tidak mengenalnya, jika  ada pekerjaan yang harus dilaku-

kan untuk Tuhan (Ul. 33:9). Demikian pula murid-murid Kristus, 

saat  harus melakukan tugas perjalanan yang tidak jauh ber-

beda dengan tugas perjalanan Musa, harus meninggalkan isteri 

dan anak-anak (Mat. 19:29).namun  meskipun bisa saja ada alasan 

untuk perpisahan antara Musa dan isterinya untuk sementara 

waktu, namun mereka harus berkumpul bersama-sama lagi, de-

ngan sesegera mungkin begitu mereka mendapat waktu yang 

tepat. Begitulah hukum mengenai hubungan keluarga. Hai suami-

suami, hiduplah dengan isterimu (1Ptr. 3:7). Yitro, dapat kita duga, 

senang ditemani oleh anak perempuannya, dan sayang kepada 

anak-anak Zipora, namun ia tidak ingin menjauhkan Zipora dari 

suaminya, atau anak-anaknya dari ayah mereka (ay. 5-6). Musa 

harus berkumpul bersama keluarganya, supaya selagi ia meme-

rintah jemaat Allah, ia dapat memberi  teladan yang baik ten-

tang kebijaksanaan dalam mengurus rumah tangga (1Tim. 3:5). 

Sekarang Musa mendapat kehormatan dan juga tanggung jawab 

yang sangat banyak, dan pantaslah jika isterinya berada bersama 

dia untuk berbagi dengannya dalam kehormatan maupun tang-

gung jawabnya itu. Di sini ada dicatat juga tentang arti dari nama 

kedua anaknya.  

1. Yang sulung diberi nama Gersom (ay. 3), orang asing, yang di-

rancang Musa bukan hanya sebagai ingatan akan keadaannya 

sendiri, melainkan juga sebagai peringatan terhadap anaknya 

akan keadaannya juga; sebab kita semua yaitu  orang asing 

di bumi, sama seperti semua nenek moyang kita. Musa mem-

punyai paman dari leluhurnya yang bernama sama, Gerson, 

orang asing. Sebab meskipun ia lahir di Kanaan (Kej. 46:11), 

namun bahkan di sana para bapa leluhur mengakui diri mere-

ka sebagai orang asing. 

2. Yang bungsu diberi nama Eliezer (ay. 4), Allahku penolong, 

sebagaimana kita menerjemahkannya. Nama itu mengingatkan 

peristiwa pembebasannya dari Firaun, saat  ia melarikan diri, 

sesudah  membunuh orang Mesir. Akannamun , jika ini yaitu  

(seperti menurut sebagian orang) anak yang disunat di tempat 


 268

penginapan saat  ia sedang melakukan perjalanan, maka 

saya lebih suka menerjemahkannya sebagai sesuatu yang 

melihat ke depan, seperti yang terkandung dalam makna asli-

nya, Tuhan yaitu  penolongku, dan akan membebaskan aku 

dari pedang Firaun. Beralasan baginya untuk menantikan pe-

dang Firaun terhunus melawannya saat  ia hendak membawa 

Israel keluar dari perbudakan. Perhatikanlah, saat  kita 

sedang melakukan suatu pekerjaan yang sulit bagi Tuhan dan 

angkatan kita, alangkah baiknya kita membesarkan hati kita 

di dalam Tuhan sebagai penolong kita. Dia yang telah mem-

bebaskan, masih dan akan membebaskan. 

Kunjungan Yitro kepada Musa  

(18:7-12) 

7 Lalu keluarlah Musa menyongsong mertuanya itu, sujudlah ia kepadanya 

dan menciumnya; mereka menanyakan keselamatan masing-masing, lalu 

masuk ke dalam kemah. 8 Sesudah itu Musa menceritakan kepada mertua-

nya segala yang dilakukan TUHAN kepada Firaun dan kepada orang Mesir 

sebab  Israel dan segala kesusahan yang mereka alami di jalan dan bagai-

mana TUHAN menyelamatkan mereka. 9 Bersukacitalah Yitro tentang segala 

kebaikan, yang dilakukan TUHAN kepada orang Israel, bahwa Ia telah me-

nyelamatkan mereka dari tangan orang Mesir. 10 Lalu kata Yitro: “Terpujilah 

TUHAN, yang telah menyelamatkan kamu dari tangan orang Mesir dan dari 

tangan Firaun. 11 Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN lebih besar dari segala 

allah; sebab Ia telah menyelamatkan bangsa ini dari tangan orang Mesir, 

sebab  memang orang-orang ini telah bertindak angkuh terhadap mereka.”  

12 Dan Yitro, mertua Musa, mempersembahkan korban bakaran dan bebe-

rapa korban sembelihan bagi Allah; lalu Harun dan semua tua-tua Israel 

datang untuk makan bersama-sama dengan mertua Musa di hadapan Allah. 

Amatilah di sini,  

I. Tegur sapa yang ramah antara Musa dan mertuanya (ay. 7). 

Meskipun Musa yaitu  seorang nabi Tuhan, seorang nabi besar, 

dan seorang raja di Yesyurun, namun ia menunjukkan penghor-

matan yang penuh kerendahan hati terhadap mertuanya. Betapa-

pun Tuhan dalam pemeliharaan-Nya berkenan mengangkat kita 

dengan kedudukan tinggi, namun hendaklah kita juga harus ingat 

untuk memberi  penghormatan kepada siapa saja yang pantas 

menerimanya, dan tidak boleh memandang rendah saudara-sau-

dara kita yang miskin. Orang-orang yang menduduki tempat 

tinggi dalam perkenanan Tuhan tidaklah dengan demikian terbebas

Kitab Keluaran 18:7-12 

 269 

 dari kewajiban yang harus mereka lakukan terhadap sesama 

manusia. Kedudukan mereka itu tidak serta merta bisa mem-

benarkan mereka untuk bersikap angkuh dan congkak. Musa 

keluar untuk menyongsong Yitro, memberi  penghormatan ke-

padanya, dan menciumnya. Agama tidak merusak sopan santun. 

Mereka menanyakan keselamatan masing-masing. Bahkan ucapan 

salam yang ramah seperti apa kabar yang terucapkan oleh mereka 

masing-masing haruslah kita perhatikan, sebab  ucapan salam 

demikian mengungkapkan dan meningkatkan rasa kasih persau-

daraan di antara sesama.  

II. Cerita yang disampaikan Musa kepada mertuanya tentang per-

kara-perkara besar yang telah diperbuat Tuhan bagi Israel (ay. 8). 

Ini yaitu  satu hal yang menjadi alasan kedatangan Yitro, yaitu 

untuk mengetahui lebih lengkap dan terinci lagi mengenai apa 

yang telah dia dengar secara umum saja dari mana-mana. Per-

hatikanlah, percakapan mengenai perbuatan-perbuatan Tuhan yang 

ajaib yaitu  percakapan yang bermanfaat


Related Posts:

  • keluaran imamat 8 adang gurun, tidak lebih tidak kurang, begitu muncul kema-langan pertama. Padahal, seandainya TUHAN memang ingin membunuh mereka, Ia dapat melakukan itu dengan mudah di Laut Teberau. Namun, Ia menyelamatkan me… Read More