adang gurun, tidak lebih tidak kurang, begitu muncul kema-
langan pertama. Padahal, seandainya TUHAN memang ingin
membunuh mereka, Ia dapat melakukan itu dengan mudah di
Laut Teberau. Namun, Ia menyelamatkan mereka saat itu,
jadi sekarang pun tentu saja ia mampu mencukupi kebutuhan
mereka dengan mudah juga. Sikap mereka itu menunjukkan
ketidakpercayaan mendalam terhadap Tuhan dan kuasa-Nya
serta kebaikan-Nya dalam setiap kemalangan dan bahaya yang
mengancam nyawa. Mereka tidak membicarakan apa pun
selain akan mati dalam waktu singkat.
Kitab Keluaran 16:1-12
237
2. Mereka menuduh Musa dengan cara menyakitkan, bahwa de-
ngan membawa mereka keluar dari Mesir, ia berencana mem-
buat mereka mati kelaparan. Padahal, apa yang telah dilaku-
kannya itu yaitu atas perintah Tuhan dan dengan rencana
untuk mendatangkan kesejahteraan bagi mereka. Perhatikan-
lah, bukan merupakan hal baru jika kebaikan terbesar pun
disalahartikan dan dengan keji disebut sebagai kerugian ter-
besar. Dalih terburuk adakalanya ditimpakan kepada tindakan
terbaik. Bahkan lebih dari itu,
3. Mereka begitu menilai rendah kebebasan mereka, hingga ingin
mati di Mesir saja, dan bahkan lebih baik binasa oleh tangan
TUHAN saja. Mereka merasa lebih baik binasa akibat beberapa
tulah yang telah menghabisi orang Mesir, seakan-akan bukan
tangan TUHAN, melainkan tangan Musa sendirilah yang telah
membawa mereka ke padang gurun gersang ini. Orang yang
tidak melihat bahwa kepedihan, penyakit, atau kesengsaraan
yang mereka derita berasal dari suatu penyebab tertentu,
biasanya akan berkata, “Semua itulah yang menyukakan hati
Allah,” seolah-olah hal itu tidak benar jika kesengsaraan dise-
babkan oleh tangan manusia atau suatu kecelakaan. Benar-
benar kegilaan yang luar biasa! Mereka lebih suka mati di
dekat kenyamanan jasmani tempat makanan tersedia dengan
limpah, dibandingkan hidup di bawah bimbingan tiang sorgawi di
padang gurun, dan dicukupi oleh tangan Allah! Mereka
berkata bahwa lebih baik jatuh di tangan musuh-musuh Tuhan
dibandingkan menanggung didikan tegas seorang bapa terhadap
anak-anaknya! Sepertinya kurang bisa dipercaya bahwa di
Mesir mereka hidup berlimpah, setinggi apa pun mereka mem-
bual perihal kenyamanan jasmani di sana. Lagi pula, mereka
juga tidak perlu takut mati kelaparan di padang gurun, sebab
mereka masih memiliki beberapa besar ternak.namun ,
begitulah yang terjadi, ketidakpuasan memang sering mem-
besar-besarkan masa lalu dan menjelek-jelekkan apa yang ada
di masa sekarang, tanpa memperhatikan kebenaran atau akal
sehat. Tidak ada orang yang bicara dengan lebih tidak masuk
akal dibandingkan mereka yang gemar bersungut-sungut. Ketidak-
sabaran, sikap tidak berterima kasih, dan ketidakpercayaan
mereka terhadap Allah, tampak semakin buruk sebab mereka
baru saja menerima berbagai perkenan yang begitu ajaib.
238
Selain itu, ada banyak bukti-bukti meyakinkan bahwa Tuhan
mampu menolong mereka dalam keadaan darurat yang paling
mendesak sekalipun, dan rahmat-Nya selalu tersedia bagi me-
reka. Lihatlah bagaimana mereka tidak mengerti perbuatan-
perbuatan-Nya yang ajaib,namun memberontak terhadap Yang
Mahatinggi di tepi Laut Teberau (Mzm. 106:7-13). Perhatikan-
lah, segala pengalaman kita dalam menerima rahmat Tuhan
semakin memberatkan ketidakpercayaan dan sungut-sungut
kita.
II. Kemurahan hati Tuhan dalam memperhatikan perbekalan mereka.
Sebenarnya Ia pantas berkata, “Aku akan menurunkan hujan api
serta belerang ke atas pesungut-sungut ini dan membinasakan
mereka.” Akannamun , bertentangan dengan itu, Ia justru menjan-
jikan hujan makanan kepada mereka. Amatilah,
1. Bagaimana Tuhan memberitahukan maksud-maksud baik-Nya
kepada Musa, supaya ia tidak perlu merasa gusar sebab su-
ngut-sungut mereka, atau tergoda untuk berharap, seandai-
nya saja ia membiarkan umat itu tetap tinggal di Mesir.
(1) Ia memperhatikan keluhan umat itu: Aku telah mendengar
sungut-sungut orang Israel (ay. 12). Sebagai Tuhan yang
penuh belas kasihan, Ia sungguh menaruh perhatian atas
keperluan mereka, yang menjadi alasan sungut-sungut me-
reka. Sebagai Tuhan yang adil dan suci, Ia menaruh per-
hatian atas celaan tidak pantas mereka terhadap Musa,
hamba-Nya, dan sangat tidak berkenan dengan sikap mere-
ka itu. Perhatikanlah, saat mulai menggerutu dan merasa
gelisah, kita harus mengingat bahwa Tuhan mendengar
semua sungut-sungut kita, meskipun dilakukan dalam hati
sekalipun. Para raja, orangtua, dan majikan tidak mende-
ngar semua sungut-sungut bawahan mereka terhadap
mereka, namun baik juga bila mereka tidak mendengarnya,
sebab boleh jadi mereka tidak akan mampu menanggung-
nya. Akannamun , Tuhan mendengar, dan mampu menang-
gungnya. Janganlah kita berpikir, sebab Tuhan tidak segera
membalas kejahatan manusia sebab dosa-dosa mereka,
maka itu berarti bahwa Ia tidak memperhatikan dosa-dosa
mereka. Tidak, Ia mendengar sungut-sungut orang Israel
Kitab Keluaran 16:1-12
239
dan dibuat sedih oleh angkatan ini. Namun, Ia tetap meme-
lihara mereka, bagaikan orangtua lembut hati mengurus
anak yang berani melawan.
(2) Ia menjanjikan persediaan makanan yang akan mereka te-
rima dengan segera, dalam jumlah cukup, dan terus-me-
nerus (ay. 4). sebab manusia berasal dari tanah, dengan
bijak Sang Pencipta memberinya makanan dari tanah juga
(Mzm. 104:14). Namun, umat Israel yang melambangkan
jemaat anak sulung yang tertulis di sorga, yang lahir dari
atas, dan berada langsung di bawah tuntunan dan kendali
sorga, yang menerima ketetapan, hukum, dan pengangkat-
an mereka dari sorga, akan menerima makanan mereka
dari sorga juga. sebab hukum untuk mereka diberikan
melalui pelayanan para malaikat, maka mereka juga mene-
rima makanan malaikat. Lihatlah apa yang direncanakan
Tuhan untuk memberi perbekalan makanan bagi mere-
ka: supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut
hukum-Ku atau tidak.
[1] Dengan demikian Ia menguji apakah mereka mau mem-
percayai-Nya dan hidup menurut hukum iman atau
tidak, apakah mereka sanggup hidup dengan memenuhi
kebutuhan makan minum saja, dan (meskipun seka-
rang mereka gelisah sebab kehabisan perbekalan) apa-
kah mereka bisa merasa tenang dan puas dengan roti
sebanyak yang diperlukan untuk hari itu saja, dan ber-
gantung kepada Tuhan untuk persediaan segar keesokan
harinya.
[2] Demikianlah Ia menguji apakah mereka mau melayani-
Nya dan senantiasa setia kepada Tuan sebaik itu, yang
mencukupi semua keperluan para pelayannya. Dalam
perkara ini Ia menyatakan kepada seluruh dunia betapa
umat ini tidak tahu berterima kasih, dan yang hatinya
tidak bisa disentuh oleh apa pun sehingga merasa me-
miliki suatu kewajiban. Mereka ini seperti yang dikata-
kan dalam firman ini, Seandainya orang fasik dikasi-
hani, ia tidak akan belajar apa yang benar (Yes. 26:10).
2. Bagaimana Musa memberitahukan semua maksud Tuhan ini
kepada umat Israel, sesuai yang diperintahkan Tuhan kepada-
240
nya. Di sini Harun bertindak sebagai nabinya, seperti di ha-
dapan Firaun dahulu. Musa memberi petunjuk kepada Harun
apa yang perlu dikatakan kepada segenap jemaah Israel (ay.
9). Ada yang berpendapat bahwa sementara Harun memanggil
umat Israel agar datang dekat ke hadapan TUHAN, Musa
mengundurkan diri untuk berdoa, dan bahwa penampakan
kemuliaan TUHAN (ay. 10) merupakan jawaban atas doanya.
Mereka dipanggil untuk datang mendekat (Yes. 1:18), Marilah,
baiklah kita berperkara. Perhatikanlah, Tuhan merendahkan
diri, bahkan bersedia mendengarkan keluhan para penggerutu
itu dengan adil. Oleh sebab itu, akankah kita memandang
rendah perkara bawahan kita saat mereka berperkara dengan
kita? (Ayb. 31:13).
(1) Tuhan meyakinkan mereka akan jahatnya sungut-sungut
mereka itu. Mereka menyangka bahwa mereka hanya mem-
persalahkan Musa dan Harun, namun di sini mereka diberi
tahu bahwa Tuhan turut dihantam dengan sungut-sungut
mereka itu juga. Hal ini ditekankan (ay. 7-8): “Bukan ke-
pada kami sungut-sungutmu itu, sebab jika memang
demikian, kami akan diam saja,namun kepada TUHAN. Dia
sendirilah yang membawa kalian kepada kesukaran ini,
bukan kami.” Perhatikanlah, saat kita bersungut-sungut
kepada mereka yang dipakai sepakai alat untuk menda-
tangkan rasa tidak nyaman kepada kita, baik itu dilakukan
dengan adil ataupun tidak, alangkah baiknya jika kita
merenungkan betapa kita telah menyerang Tuhan juga me-
lalui sikap kita itu. Manusia hanyalah perpanjangan tangan
Allah. Orang-orang yang menentang teguran dan penginsaf-
an firman-Nya, dan marah kepada hamba Tuhan saat
merasa tersinggung oleh sebab nya, sebenarnya tidak tahu
apa yang mereka lakukan, sebab dalam hal itu mereka
sedang menantang Pencipta mereka. Biarlah pemahaman
ini menghentikan mulut yang bersungut-sungut untuk
selamanya, sebab bersungut-sungut kepada Tuhan meru-
pakan perbuatan fasik yang nekat, sebab Ia yaitu Allah.
Bersungut-sungut kepada manusia pun merupakan tin-
dakan kasar yang tidak masuk akal, sebab mereka hanya-
lah manusia biasa.
Kitab Keluaran 16:1-12
241
(2) Tuhan menjamin persediaan makanan yang mereka ingin-
kan. Mengingat bahwa mereka begitu sering berbicara ber-
ulang kali tentang kenyamanan jasmani, maka pada waktu
senja mereka akan mendapatkan daging berlimpah, dan
roti pada keesokan paginya. Begitulah yang terjadi mulai
hari itu dan seterusnya (ay. 8, 12). Banyak orang yang bisa
kita sebut lebih banyak menerima makanan dibanding
menerima pengajaran. Namun, orang Israel diberi makanan
sedemikian rupa supaya mereka dapat memperoleh peng-
ajaran. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya dia (Ul. 32:10,
KJV: diajarkan). Dan dalam kejadian ini, Ia memberi engkau
makan manna, untuk membuat engkau mengerti, bahwa
manusia hidup bukan dari roti saja (Ul. 8:3). Selain itu, di
sini masih ada dua hal yang disebutkan-Nya, yang
hendak diajarkan-Nya kepada mereka dalam memberi
mereka manna:
[1] Melalui hal ini kamu akan mengetahui bahwa Tuhanlah
yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir (ay.
6). Sudah cukup jelas bahwa mereka dibawa keluar dari
Mesir. Anehnya, mereka begitu bodoh dan berpikiran
pendek hingga berkata bahwa Musalah yang telah mem-
bawa mereka keluar (ay. 3). Sekarang Tuhan mengirim-
kan manna kepada mereka, untuk membuktikan bahwa
tidak kurang dari kuasa dan kebaikan tak terbataslah
yang telah membawa mereka keluar, dan peristiwa
manna ini dapat menyempurnakan apa yang telah di-
mulai itu. Seandainya Musa sajalah yang telah mem-
bawa mereka keluar dari Mesir, ia tidak akan mampu
memberi mereka makan dengan cara itu. Oleh sebab
itu, mereka harus mengakui bahwa peristiwa itu yaitu
perbuatan TUHAN, sebab memang demikianlah halnya.
Di mata mereka, pemberian daging dan roti itu sungguh
menakjubkan. Walaupun begitu, lama sesudah peris-
tiwa itu orang Israel masih saja perlu diberi tahu lagi,
bahwa sesungguhnya bukan Musa yang memberi roti
dari sorga (Yoh. 6:32).
[2] Melalui hal ini kamu akan mengetahui, bahwa Akulah
TUHAN, Allahmu (ay. 12). Ini memberi bukti perihal kua-
sa-Nya sebagai TUHAN, dan perkenan khusus-Nya ke-
242
pada mereka sebagai Tuhan mereka. saat Tuhan menja-
tuhkan tulah ke atas orang Mesir, itu yaitu supaya
mereka tahu bahwa Dialah TUHAN. Waktu Ia mencu-
kupi perbekalan orang Israel, itu yaitu supaya mereka
tahu bahwa Dia yaitu Tuhan mereka.
3. Bagaimana Tuhan sendiri menyatakan kemuliaan-Nya untuk
membungkam sungut-sungut umat itu, dan untuk memberi-
kan nama baik bagi Musa dan Harun (ay. 10). Sementara
Harun sedang berbicara, tampaklah kemuliaan TUHAN dalam
awan. Awan itu sendiri seharusnya sudah cukup untuk men-
datangkan rasa takjub dan membesarkan hati mereka. Akan
tetapi, hanya dalam beberapa hari saja rasa kagum itu sudah
menjadi begitu biasa bagi mereka, hingga tidak membuat
mereka terkesan lagi, kecuali awan itu bersinar dengan sangat
cemerlang. Perhatikanlah, apa yang dikatakan hamba Tuhan
kepada kita sungguh mendatangkan kebaikan bagi kita apa-
bila kemuliaan Tuhan menyinari jiwa kita.
Manna Turun dari Langit
(16:13-21)
13 Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menu-
tupi perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun sekeliling per-
kemahan itu. 14 saat embun itu telah menguap, tampaklah pada permuka-
an padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus
seperti embun beku di bumi. 15 saat orang Israel melihatnya, berkatalah
mereka seorang kepada yang lain: “Apakah ini?” Sebab mereka tidak tahu
apa itu.namun Musa berkata kepada mereka: “Inilah roti yang diberikan
TUHAN kepadamu menjadi makananmu. 16 Beginilah perintah TUHAN: Pu-
ngutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu
boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah
jiwa.” 17 Demikianlah diperbuat orang Israel; mereka mengumpulkan, ada
yang banyak, ada yang sedikit. 18 saat mereka menakarnya dengan gomer,
maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang
mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan. Tiap-tiap orang mengumpulkan
menurut keperluannya. 19 Musa berkata kepada mereka: “Seorangpun tidak
boleh meninggalkan dari padanya sampai pagi.” 20namun ada yang tidak
mendengarkan Musa dan meninggalkan dari padanya sampai pagi, lalu
berulat dan berbau busuk. Maka Musa menjadi marah kepada mereka.
21 Setiap pagi mereka memungutnya, tiap-tiap orang menurut keperluannya;
tetapi saat matahari panas, cairlah itu.
Sekarang mereka mulai disediakan perbekalan makanan langsung
oleh tangan Allah.
Kitab Keluaran 16:13-21
243
I. Pada malam hari Ia menyediakan perjamuan makan bagi mereka
yang terdiri atas daging unggas lembut, yakni burung-burung ber-
sayap (Mzm. 78:27), bukan belalang, seperti yang disangka bebe-
rapa orang. Burung puyuh, ayam pegar, atau sejenis burung liar,
datang berduyun-duyun menutupi perkemahan. Burung-burung
itu begitu jinak hingga orang bisa menangkapnya sebanyak mere-
ka suka. Perhatikanlah, Tuhan memberi kita hal-hal baik dalam
hidup ini, tidak saja sebab memang dibutuhkan,namun juga
untuk dinikmati, supaya kita tidak sekadar melayani Dia,namun
melayani-Nya dengan hati gembira.
II. Keesokan paginya, Ia menghujani mereka dengan manna, dan hal
ini terus berlanjut untuk menjadi makanan sehari-hari mereka.
1. Makanan yang disediakan bagi mereka itu disebut manna,
yang turun dari awan, sehingga bisa dikatakan bahwa mereka
hidup dari udara. Manna itu turun bersama embun yang ke-
mudian menguap. Namun, kepadatan manna itu sendiri sebe-
gitu rupa hingga menjadi makanan bergizi yang menguatkan,
tanpa perlu dibubuhi apa pun. Mereka menyebutnya manna,
manhu. “Apakah ini?” Atau, “Apakah benda yang tidak ada ar-
tinya ini?” dengan sikap merendahkan, atau “Alangkah ajaib-
nya benda ini!” dengan kagum. Atau mungkin juga, “Ini bagian
makanan kita, tidak peduli apa pun ini. Makanan inilah yang
diberikan Tuhan bagi kita, dan kita akan menerimanya serta
bersyukur” (ay. 14-15). Makanan itu menyenangkan. Menurut
orang Yahudi, manna itu cocok rasanya bagi semua orang,
tidak peduli bagaimana selera mereka. Makanan itu menyehat-
kan, mudah dicerna, dan sangat diperlukan untuk menyem-
buhkan berbagai penyakit yang menurut Dr. Grew mungkin
mereka derita selama dalam masa perhambaan. Seandainya
mereka dapat makanan mewah kemungkinan besar hal itu
mengakibatkan penyakit yang mudah menjalar. Melalui ma-
kanan bersahaja dan secukupnya ini, kita semua diajarkan
tentang kesederhanaan, dan dilarang menginginkan kelezatan
serta keragaman makanan.
2. Orang Israel harus mengumpulkan manna itu setiap pagi (ay.
21), tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari (ay.4).
Demikianlah mereka harus hidup berdasar pemeliharaan
Tuhan sehari-hari, seperti halnya burung-burung di udara, yang
244
tentangnya dikatakan, jika Engkau memberi nya, mereka
memungutnya (Mzm. 104:28). Mereka tidak boleh hidup dengan
makanan hari ini untuk besok: sebab hari besok memiliki
kesusahannya sendiri. Juruselamat kita sepertinya merujuk
kepada hujan dan pengumpulan manna ini saat mengajar kita
berdoa, Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang
secukupnya. Melalui hal ini kita diajar tentang,
(1) Kebijaksanaan dan ketekunan dalam mencari makanan
yang cukup bagi kita sendiri dan seisi rumah kita. Apa
yang diberikan Tuhan kepada kita dengan penuh rahmat,
harus kita kumpulkan dengan rajin. Kita harus bekerja
dengan tenang, makan roti kita sendiri, bukan roti yang
diperoleh dengan tidak berbuat apa-apa atau dengan cara
tidak jujur. Kelimpahan dari Tuhan tetap memberi
kesempatan bagi manusia untuk melakukan tugasnya. Hal
ini bahkan berlaku saat terjadi hujan manna. Mereka
tidak boleh makan sampai mereka telah memungutnya.
(2) Rasa senang dan puas bersama kecukupan. Mereka harus
mengumpulkan manna, tiap-tiap orang menurut keperluan-
nya. Cukup itu sama baiknya dengan perjamuan pesta,
sedang lebih dari cukup sama buruknya dengan terlalu
kenyang. Orang-orang yang memiliki paling banyak, pada
akhirnya hanyalah memiliki makanan, pakaian, dan ke-
gembiraan saja bagi dirinya sendiri. Orang-orang yang me-
miliki paling sedikit, pada umumnya juga memiliki semua
hal tadi, sehingga orang yang mengumpulkan banyak, tidak
kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak
kekurangan. Tidak ada ketimpangan besar di antara
satu orang dengan yang lain dalam hal kenyamanan dan
kenikmatan hidup ini, seperti yang ada dalam hal
kepemilikan harta benda.
(3) Ketergantungan kepada pemeliharaan Allah: “Seorangpun
tidak boleh meninggalkan dari padanya sampai pagi (ay.
19). Biarlah mereka belajar untuk pergi tidur dengan nye-
nyak, meskipun tidak memiliki makanan sama sekali di
kemah mereka, atau di seluruh perkemahan, sambil per-
caya bahwa keesokan harinya Tuhan akan memberi mereka
makanan untuk sehari.” Tempat persediaan makanan Tuhan
lebih terjamin serta aman dibandingkan kepunyaan mereka sen-
Kitab Keluaran 16:13-21
245
diri, dan oleh sebab itu terasa lebih manis dan segar bagi
mereka. Bacalah juga Matius 6:25, Janganlah kuatir akan
hidupmu, dan seterusnya. Lihatlah di sini kebodohan dalam
hal menimbun. Manna yang ditimbun dan disimpan oleh
beberapa orang yang menyangka diri lebih bijaksana dan
lebih pintar mengelola dibanding tetangga mereka, dan
menyangka dapat menyimpan kalau-kalau keesokan hari-
nya manna tidak turun, menjadi busuk dan mengeluarkan
ulat, sehingga tidak berguna lagi. Perhatikanlah, hal yang
disisihkan dengan tamak dan rasa tidak percaya, justru
akan menjadi busuk. Kekayaan semacam itu menjadi
rusak (Yak. 5:2-3). Marilah kita merenungkan,
[1] Kuasa Tuhan yang memberi makan kepada umat Israel
di padang gurun, dan menyediakan makanan mereka
setiap hari melalui mujizat. Jadi, apa gerangan lagi yang
tidak mampu dilakukan Tuhan ini, yang telah menyedia-
kan perjamuan makan di padang gurun, dan memberi-
kannya dengan limpah, bahkan untuk mereka yang
mempertanyakan apakah Ia sanggup melakukannya
atau tidak? (Mzm. 78:19-20). Belum pernah ada
persediaan makanan seperti ini, di mana ratusan ribu
orang dikenyangkan setiap hari, tanpa harus membayar
sepeser pun. Belum pernah ada makanan gratis
untuk orang banyak seperti yang diadakan Tuhan selama
empat puluh tahun ini. Belum pernah ada jamuan yang
cuma-cuma dan berlimpah seperti itu. Pesta perjamuan
yang diadakan raja Ahasyweros untuk memamerkan
kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebe-
sarannya yang bersemarak, tidak ada artinya dibanding
pesta di padang gurun ini (Est. 1:4). Disebutkan bahwa
saat matahari panas, cairlah itu (ay. 21), seakan-akan
apa yang tersisa terangkat ke udara untuk menjadi
benih bagi tuaian keesokan harinya, dan berlangsung
dari hari ke hari.
[2] Pemeliharaan Tuhan yang terus-menerus, memberi
roti kepada segala makhluk; sebab untuk selama-lama-
nya kasih setia-Nya. Ia yaitu pengurus rumah tangga
agung yang menyediakan makanan bagi semua makh-
luk ciptaan-Nya. Hikmat, kuasa, dan kebaikan yang
246
sama yang sekarang mendatangkan makanan dari awan
setiap hari, juga bekerja dalam perputaran alam, yang
setiap tahun menyediakan makanan dari dalam bumi,
serta memberi kita segala sesuatu dengan berlimpah
untuk dinikmati.
Sabat di Padang Gurun
(16:22-31)
22 Dan pada hari yang keenam mereka memungut roti itu dua kali lipat
banyaknya, dua gomer untuk tiap-tiap orang; dan datanglah semua pemim-
pin jemaah memberitahukannya kepada Musa. 23 Lalu berkatalah Musa
kepada mereka: “Inilah yang dimaksudkan TUHAN: Besok yaitu hari per-
hentian penuh, sabat yang kudus bagi TUHAN; maka roti yang perlu kamu
bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala
kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi.”
24 Mereka membiarkannya di tempatnya sampai keesokan harinya, seperti
yang diperintahkan Musa; lalu tidaklah berbau busuk dan tidak ada ulat di
dalamnya. 25 Selanjutnya kata Musa: “Makanlah itu pada hari ini, sebab hari
ini yaitu sabat untuk TUHAN, pada hari ini tidaklah kamu mendapatnya di
padang. 26 Enam hari lamanya kamu memungutnya,namun pada hari yang
ketujuh ada sabat; maka roti itu tidak ada pada hari itu.” 27namun saat
pada hari ketujuh ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah
mereka mendapatnya. 28 Sebab itu TUHAN berfirman kepada Musa: “Berapa
lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintah-Ku dan hukum-Ku? 29
Perhatikanlah, TUHAN telah memberi sabat itu kepadamu; itulah sebab-
nya pada hari keenam Ia memberi kepadamu roti untuk dua hari.
TinggTuhan kamu di tempatmu masing-masing, seorangpun tidak boleh keluar
dari tempatnya pada hari ketujuh itu.” 30 Lalu beristirahatlah bangsa itu
pada hari ketujuh. 31 Umat Israel menyebutkan namanya: manna; warnanya
putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu.
Di sini diceritakan tentang,
1. Peringatan untuk memperhatikan hari yang ketujuh sebagai hari
sabat, sudah ada bukan saja sebelum hukum Taurat diberikan di
Gunung Sinai,namun bahkan sebelum umat Israel dibawa keluar
dari Mesir, dan oleh sebab itu sudah ada sejak mula pertama
(Kej. 2:3). sebab itu, kalau memang benar hari sabat baru per-
tama kali ini diadakan, bagaimana mungkin Musa bisa mema-
hami apa yang dikatakan Tuhan kepadanya (ay. 5), supaya mereka
memungut manna sebanyak dua takaran pada hari keenam,
sedang Ia tidak menyebutkan hari sabat? Selain itu, bagai-
mana umat Israel bisa segera memahami petunjuk itu (ay. 22),
bahkan yang mengherankan para pemimpin mereka lagi, sebelum
Musa mengumumkan bahwa hal itu harus dilakukan untuk
Kitab Keluaran 16:22-31
247
menghormati sabat, jika sebelum itu mereka tidak mengenal hari
sabat? Menyisihkan satu hari dari tujuh hari untuk pekerjaan
kudus, supaya menjalankan istirahat kudus, merupakan perintah
ilahi yang sudah ditetapkan sejak Tuhan menciptakan manusia di
bumi, dan ini merupakan hukum positif paling tua. Cara mengu-
duskan sabat yaitu cara lama yang baik.
2. Persediaan makanan dua kali lipat banyaknya yang disediakan
Tuhan bagi orang Israel, yang harus mereka kumpulkan sendiri
pada hari keenam: pada hari keenam Ia memberi kepadamu
roti untuk dua hari (ay. 29). sebab menetapkan agar mereka
beristirahat pada hari ketujuh, Ia mengatur supaya mereka tidak
kekurangan oleh sebab nya. Dan tidak seorang pun akan keku-
rangan sebab melayani Allah. Pada hari itu, mereka bisa memu-
ngut manna yang cukup untuk dua hari, dan mengolahnya (ay.
23). Hukum yang berlaku sangatlah ketat, jadi mereka harus
membakar atau memasaknya sehari sebelumnya, dan bukan pada
hari Sabat. Ini tidak berarti bahwa sekarang kita akan melanggar
perintah Tuhan jika memasak makanan pada hari Tuhan.
Akannamun , kita diarahkan untuk mengatur urusan keluarga kita
sedemikian rupa supaya sebanyak mungkin kegiatan kita tidak
terganggu dalam melaksanakan sabat. Pekerjaan yang memang
sangat diperlukan, jelas harus dikerjakan pada hari itu. Namun,
lebih baik kita mengerjakan sesedikit mungkin hal yang diperlu-
kan dalam hidup ini, supaya bisa lebih memusatkan perhatian
kepada hal yang lebih penting. Manna yang orang Israel simpan
untuk dimakan pada hari Sabat tidak menjadi busuk (ay. 24).
saat mereka melawan perintah (ay. 20), manna itu menjadi
busuk. saat mereka menyimpannya sebab menaati perintah,
rasanya manis dan enak, sebab segala sesuatu dikuduskan oleh
firman Tuhan dan oleh doa.
3. Tidak turunnya manna pada hari ketujuh. Tuhan memang tidak
akan mengirimnya pada hari itu, dan oleh sebab itu mereka tidak
bolah mengharapkannya, atau pergi ke luar untuk memungut (ay.
25-26). Ini menunjukkan bahwa manna itu tidak dihasilkan
secara alami, dan tujuannya yaitu untuk meneguhkan kekuasa-
an ilahi atas hukum Taurat yang akan diberikan melalui Musa.
Demikianlah Tuhan bertindak dengan cara yang tepat, supaya
mereka mengingat dan menguduskan hari Sabat. Mereka tidak
boleh melupakan hari Sabat ataupun hari persiapannya. Bebe-
248
rapa dari mereka sepertinya ke luar pada hari ketujuh dan me-
nyangka akan menemukan manna (ay. 27). Ternyata mereka tidak
menemukan sebutir pun, sebab orang-orang yang mau menemu-
kan harus mencari pada waktu yang telah ditetapkan. Carilah
TUHAN selama Ia berkenan ditemui. Pada kejadian ini, Tuhan
berkata kepada Musa, Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti
segala perintah-Ku? (ay. 28). Mengapa Ia mengatakan hal ini ke-
pada Musa? Musa tidak melanggar perintah-Nya. Memang tidak,
tetapi ia yaitu pemimpin dari suatu umat yang pembangkang.
sebab itu, Tuhan membebankan hal ini ke atasnya, supaya ia
semakin tegas memerintah mereka, dan berhati-hati agar ketidak-
taatan mereka tidak terjadi akibat kealpaan atau kelalaiannya.
sebab ke luar mencari manna pada hari ketujuhlah mereka di-
tegur seperti itu. Perhatikanlah,
(1) Ketidaktaatan, bahkan dalam hal kecil sekalipun, sangatlah
menjengkelkan.
(2) Tuhan cemburu demi kehormatan hari Sabat-Nya. Jika untuk
pergi ke luar pada hari Sabat untuk mencari makanan saja
mereka sudah ditegur seperti itu, apalagi kalau pergi ke luar
pada hari itu semata-mata demi mencari kesenangan sendiri
tentu saja tidak dapat dibenarkan.
Buli-buli Berisi Manna Disimpan
(16:32-36)
32 Musa berkata: “Beginilah perintah TUHAN: Ambillah segomer penuh untuk
disimpan turun-temurun, supaya keturunan mereka melihat roti yang Kuberi
kamu makan di padang gurun, saat Aku membawa kamu keluar dari tanah
Mesir.” 33 Sebab itu Musa berkata kepada Harun: “Ambillah sebuah buli-buli,
taruhlah manna di dalamnya segomer penuh, dan tempatkanlah itu di
hadapan TUHAN untuk disimpan turun-temurun.” 34 Seperti yang diperintah-
kan TUHAN kepada Musa, demikianlah buli-buli itu ditempatkan Harun di
hadapan tabut hukum Tuhan untuk disimpan. 35 Orang Israel makan manna
empat puluh tahun lamanya, sampai mereka tiba di tanah yang didiami
orang; mereka makan manna sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan.
36 Adapun segomer ialah sepersepuluh efa.
Sesudah Tuhan menyediakan manna untuk menjadi makanan umat-
Nya di padang gurun yang dapat senantiasa mereka nikmati, di sini
diceritakan tentang,
1. Bagaimana kenangan akan perbekalan manna itu harus dipeli-
hara. Segomer manna disimpan di dalam buli-buli emas, seperti
Kitab Keluaran 16:32-36
249
dikatakan dalam Ibrani 9:4, dan ditempatkan di hadapan tabut
hukum Tuhan yang dibuat di lalu hari (ay. 32-24). Awetnya
manna ini sehingga tidak menjadi busuk dan rusak merupakan
mujizat yang tidak tergoyahkan, dan lebih memperkuat kenangan
akan makanan yang ajaib ini. “Anak cucumu akan melihat roti,”
kata Allah, “yang Kuberi kamu makan di padang gurun.” Mereka
akan melihat seperti apa makanan itu, dan seberapa banyak yang
dibutuhkan setiap orang dalam sehari. Dengan demikian tampak-
lah bahwa orang Israel pada masa itu tidak kekurangan makanan
ataupun bagian masing-masing, sehingga tidak ada alasan bagi
bangsa Israel untuk menyalahkan Allah. Apakah mereka pantas
bersungut-sungut dan menyalahkan Tuhan bahwa mereka keku-
rangan persediaan makanan, dan apakah pantas atau tidak mere-
ka serta anak cucu mereka mensyukuri kebaikan Tuhan terhadap
mereka. Perhatikanlah, makanan yang telah dinikmati tidak boleh
dilupakan. Segala mujizat dan rahmat Tuhan harus dikenang sela-
manya, untuk mendorong kita mempercayakan diri kepada-Nya
sepanjang waktu.
2. Bagaimana rahmat pemberian manna ini terus berlanjut
selama mereka membutuhkannya. Manna itu tidak pernah ber-
henti turun sampai mereka tiba di perbatasan Kanaan, tempat
ada cukup banyak persediaan makanan (ay. 35). Pandanglah
betapa pemeliharaan Tuhan tidak pernah berhenti. Waktu mena-
nam dan menuai tidak pernah berhenti, selama bumi masih ada.
Sikap orang Israel di padang gurun sangatlah menjengkelkan,
namun manna tetap diberikan kepada mereka. Demikianlah Tuhan
tetap membuat hujan turun ke atas orang benar dan orang fasik.
Manna juga disebut makanan rohani (1Kor. 10:3), sebab melam-
bangkan berkat rohani dalam hal-hal sorgawi. Kristus sendiri
yaitu manna yang sejati, roti hidup, yang diperlambangkan oleh
manna ini (Yoh. 6:49-51). Firman Tuhan yaitu manna yang mem-
beri makan jiwa kita (Mat. 4:4). Penghiburan Roh yaitu manna
yang tersembunyi (Why. 2:17). Semua manna rohani ini turun
dari sorga, seperti halnya manna jasmani itu, dan menjadi penyo-
kong serta penghiburan bagi kehidupan ilahi kita di dalam jiwa
sementara kita masih hidup di padang gurun dunia ini. Manna
rohani ini merupakan makanan bagi orang-orang Israel, hanya
bagi orang-orang yang mengikuti tiang awan dan api. Manna
rohani itu harus dikumpulkan. Kristus yang ada dalam Firman
250
harus diterapkan pada jiwa, dan sarana-sarana kasih karunia-
Nya harus digunakan. Setiap kita harus mengumpulkannya un-
tuk diri sendiri, dan mengumpulkannya pada pagi hari yang men-
jadi kesempatan bagi kita. Jika kita melalaikan kesempatan di
pagi hari ini, kita bisa terlambat untuk menghimpunnya. Manna
yang dikumpulkan orang Israel dahulu itu tidak boleh ditimbun,
tetapi harus dimakan habis. Demikian pula, orang-orang yang
telah menerima Kristus harus hidup dengan iman yang bergan-
tung kepada-Nya, dan tidak boleh menerima kasih karunia-Nya
dengan sia-sia. Pada waktu dulu itu ada cukup manna bagi
semua orang, cukup bagi masing-masing orang, dan tidak ada
yang memperoleh terlampau banyak. Demikian jugalah di dalam
Kristus ada kecukupan sempurna, dan tidak ada jumlah berlebih-
an. Pada waktu dulu itu, mereka yang makan manna itu bisa
merasa lapar lagi dan akhirnya mati juga dan bahkan Tuhan tidak
berkenan dengan banyak di antara mereka. Akannamun , orang-
orang yang makan dari Kristus dengan iman, tidak akan pernah
merasa lapar dan tidak akan mati lagi. Dan, Tuhan selamanya
berkenan kepada mereka. Sungguh, TUHAN senantiasa memberi-
kan roti ini kepada kita!
PASAL 17
ua bagian dari kisah perjalanan bangsa Israel dicatat dalam
pasal ini, yaitu
I. Penyediaan air bagi kumpulan besar bangsa Israel.
1. Di padang gurun mereka kekurangan air (ay. 1).
2. Dalam kekurangan itu mereka mencaci Musa (ay. 2-3).
3. Musa berseru kepada Tuhan (ay. 4).
4. Tuhan memerintahkan Musa memukul gunung batu, dan
dari dalamnya akan keluar air. Musa berbuat seperti itu
(ay. 5-6).
5. Tempat itu dinamai sesuai peristiwa itu (ay. 7).
II. Penaklukan pasukan orang Amalek.
1. Kemenangan diperoleh melalui doa Musa (ay. 8-12).
2. Oleh mata pedang Yosua (ay. 13).
3. Peristiwa yang terjadi ini dicatat (ay. 14-16), dan menjadi
pelajaran bagi kita untuk menjalani perjalanan dan meng-
hadapi peperangan rohani kita.
Bangsa Israel Bersungut-sungut Meminta Air
(17:1-7)
1. lalu berangkatlah segenap jemaah Israel dari padang gurun Sin,
berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, sesuai dengan
titah TUHAN, lalu berkemahlah mereka di Rafidim,namun di sana tidak ada
air untuk diminum bangsa itu. 2 Jadi mulailah mereka itu bertengkar dengan
Musa, kata mereka: “Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat mi-
num.“namun Musa berkata kepada mereka: “Mengapakah kamu bertengkar
dengan aku? Mengapakah kamu mencobai TUHAN?” 3 Hauslah bangsa itu
akan air di sana; bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata:
“Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh
kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?” 4 Lalu berseru-
serulah Musa kepada TUHAN, katanya: “Apakah yang akan kulakukan ke-
D
252
pada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!”
5 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Berjalanlah di depan bangsa itu dan
bawalah beserta engkau beberapa orang dari antara para tua-tua Israel;
bawalah juga di tanganmu tongkatmu yang kaupakai memukul sungai Nil
dan pergilah. 6 Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung
batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan
keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum.” Demikianlah diperbuat Musa
di depan mata tua-tua Israel. 7 Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh
sebab orang Israel telah bertengkar dan oleh sebab mereka telah mencobai
TUHAN dengan mengatakan: “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau
tidak?”
Inilah,
I. Kesukaran yang dihadapi orang Israel sebab kekurangan air.
Sebelumnya, mereka juga pernah mengalami kesengsaraan seru-
pa satu kali, dan sekarang untuk kedua kalinya (ay. 1). Mereka
berjalan sesuai titah TUHAN, dipimpin oleh tiang awan dan tiang
api,namun tetap saja mereka sampai di tempat yang tidak ada air
untuk diminum. Perhatikanlah, bisa saja kita sedang menjalan-
kan kewajiban kita, namun tetap saja menghadapi berbagai masa-
lah, yang didatangkan oleh Tuhan Pemelihara kepada kita untuk
menguji iman kita, dan supaya Ia dapat dimuliakan dalam pem-
bebasan kita.
II. Ketidakpuasan dan ketidakpercayaan mereka dalam kesukaran
ini. Dikatakan bahwa (ay. 3), Hauslah bangsa itu akan air di sana.
Jika mereka tidak memiliki air untuk diminum, pasti mereka
perlu melepaskan dahaga mereka.namun tindakan mereka me-
nunjukkan, bahwa mereka tidak saja kekurangan air dan merasa
tidak nyaman sebab kekurangan itu,namun juga bahwa nafsu
mereka telah mempertajam keinginan mereka akan air, sehingga
membuat mereka menjadi beringas dan tidak sabar dalam me-
muaskan keinginan mereka. Rasa haus mereka membuat mereka
menjadi ganas. Hasrat-hasrat alamiah dan hal-hal lain yang
paling didambakan harus ditempatkan di bawah pengawasan dan
pengendalian iman dan akal budi. Lihatlah bagaimana perilaku
mereka akan hasrat besar yang tidak terkendali ini.
1 Mereka menantang Musa untuk menyediakan air bagi mereka
(ay. 2), “Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat
minum.” Mereka menuntut seperti menagih utang, dan sangat
meragukan kemampuan Musa untuk mendapatkan air. Kare-
Kitab Keluaran 17:1-7
253
na bagi mereka sudah disediakan roti, sekarang mereka ber-
sikeras supaya disediakan air juga. Memang benar bagi mere-
ka yang oleh iman dan doa menjalani hidup bergantung pada
Allah, satu kemurahan merupakan jaminan bagi kemurahan
yang lain, dan harus dimohonkan dengan kerendahan hati.
Tetapi bagi orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan
tidak percaya, pastilah mereka akan tahu diri sendiri bahwa
penyalahgunaan kemurahan sebelumnya pasti akan men-
datangkan peniadaan bagi kemurahan-kemurahan selanjut-
nya: Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan
menerima sesuatu dari Tuhan (Yak. 1:7). Sekalipun demikian,
bangsa Israel itu tetap saja mau menuntut segala sesuatu.
2. Mereka bertengkar dengan Musa sebab telah membawa mere-
ka keluar dari Mesir, seolah-olah, bukannya menyelamatkan
mereka, ia malah merancang untuk membinasakan mereka.
Tidak ada lagi yang lebih hina dan menyakitkan hati dibandingkan
tindakan mereka ini (ay. 3). Demikianlah, banyak orang yang
bermaksud baik dan telah mengerjakan banyak kebaikan bagi
generasi mereka justru difitnah dan kesabaran mereka diuji
dengan perbuatan orang-orang picik dan tidak tahu berterima
kasih. Begitu jahatnya hati mereka itu memuncak terhadap
Musa sehingga mereka nyaris melemparinya dengan batu (ay.
4). Banyak perbuatan baik yang telah ia perlihatkan kepada
mereka, dan pekerjaan manakah di antaranya yang menyebab-
kan mereka mau melempari dia dengan batu? (Yoh. 10:32). Ke-
marahan-kemarahan yang tidak terkendali, yang dibangkitkan
oleh nafsu-nafsu yang lepas kekang, kadang-kadang membuat
orang bersalah atas perbuatan yang sangat tidak masuk akal,
dan bertindak seperti orang gila, sampai melempar puntung
berapi, anak panah, dan maut terhadap sahabat-sahabat ter-
baik sekalipun.
3. Mereka mulai mempertanyakan apakah Tuhan ada bersama
mereka atau tidak. Mereka telah mencobai TUHAN dengan
mengatakan, “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?
(ay. 7). “Apakah Yehova yang telah memperkenalkan diri-Nya
kepada kita dengan nama-Nya itu sungguh-sungguh ada di
tengah-tengah kita di Mesir?” Mereka mempertanyakan hal-hal
mendasar tentang keberadaan-Nya, apakah Tuhan itu sungguh-
sungguh ada atau tidak. Mereka mempertanyakan penyeleng-
254
garaan-Nya, apakah Tuhan sungguh memerintah dunia ini? Me-
reka mempertanyakan janji khusus-Nya, apakah Ia memang
sebaik yang dikatakan-Nya kepada mereka. Inilah yang di-
sebut sebagai mencobai Allah, yang tidak saja menunjukkan
bahwa mereka tidak percaya kepada Allah,namun juga tidak
percaya kepada-Nya sekalipun mereka telah menerima banyak
bukti akan kuasa dan kebaikan-Nya sebagai peneguhan akan
janji-janji-Nya. Pada dasarnya, mereka menuduh Musa itu
seorang penipu, dan Harun seorang pendusta. Pada dasarnya
mereka percaya bahwa tiang awan dan api itu hanyalah tipuan
dan khayalan belaka, yang ditanamkan ke dalam pancaindra
mereka. Dan mereka juga percaya bahwa rangkaian panjang
mujizat yang telah membebaskan mereka, melayani mereka,
dan memberi mereka makan hanyalah rantai panjang tipuan
belaka, dan bahwa janji tanah Kanaan merupakan senda
gurau atas mereka saja. Sama seperti itu, mereka juga per-
caya, bahwa TUHAN tidak ada di tengah-tengah mereka. Per-
hatikanlah, merupakan suatu perbuatan yang sangat mem-
bangkitkan murka Tuhan jika kita mempertanyakan keha-
diran, penyelenggaraan, atau janji-Nya, terlebih lagi bagi Israel
umat-Nya, yang begitu khusus terikat untuk percaya kepada
Dia.
III. Tindakan yang diambil Musa, saat ia diserang dan dicerca.
1. Ia menegur orang-orang yang bersungut-sungut itu (ay. 2):
Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Amatilah betapa
lemah lembutnya ia menjawab mereka. Untunglah bahwa ia
seorang yang lemah lembut luar biasa. Kalau tidak, perilaku
mereka yang liar itu bisa membuat dia kehilangan kesabaran.
Bodohlah untuk membalas amarah dengan amarah, sebab
tindakan itu akan membuat keadaan menjadi semakin buruk,
tetapi jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman. Ia
menunjukkan sungut-sungut mereka itu sebenarnya akan
mengarah ke siapa, yaitu bahwa semua celaan yang mereka
lontarkan kepadanya itu akan jatuh kepada Tuhan sendiri:
Kamu mencobai TUHAN, artinya, “Dengan tidak mempercayai
kuasa-Nya, kamu mencobai kesabaran-Nya, dan dengan demi-
kian membangkitkan murka-Nya.”
Kitab Keluaran 17:1-7
255
2 Ia menyampaikan keluhannya kepada Tuhan (ay. 4): Musa
berseru-seru kepada TUHAN. Maka kembalilah hamba ini, dan
menyampaikan semuanya kepada tuannya (Luk. 14:21). saat
orang secara tidak adil mencela kita dan berbantah-bantah
dengan kita, akan sangat menghiburkan bagi kita untuk pergi
kepada Dia, dan dengan doa kita menyampaikan perkara itu di
hadapan-Nya dan tinggalkan semuanya kepada-Nya. Jika
manusia tidak mau mendengarkan kita, Tuhan bersedia. Kalau
perilaku mereka yang buruk terhadap kita ternyata menggon-
cangkan jiwa kita, penghiburan-Nya akan menenangkan kita.
Musa memohon kepada Tuhan untuk mengarahkan dia tentang
apa yang harus ia lakukan, sebab ia benar-benar kehilangan
akal. Ia tidak dapat memenuhi kekurangan mereka atau mene-
nangkan hingar bingar mereka, hanya Tuhan yang sanggup
melakukan hal itu. Ia juga menyampaikan bahaya yang sedang
ia hadapi; “Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan
batu, Tuhan, jika Engkau benar-benar peduli dengan nyawa
hamba-Mu yang malang ini, turun tanganlah sekarang.”
IV. Tuhan tampil dengan kemurahan hati-Nya untuk menolong mereka
(ay. 5-6). Ia memerintahkan Musa untuk berjalan di depan bangsa
itu, dengan mempertaruhkan nyawanya, sebab mereka sudah
mengancam untuk merajam dia dengan batu. Ia harus membawa
tongkatnya bersamanya, bukan seperti yang sudah sepantasnya
diperintahkan Tuhan kepadanya untuk memerintahkan beberapa
tulah atau lainnya untuk menghajar mereka sebab ketidakper-
cayaan dan sungut-sungut mereka itu,namun untuk mendapatkan
air guna memenuhi kebutuhan mereka. Oh, sungguh indah kesa-
baran dan pengendalian diri Tuhan terhadap orang-orang berdosa
yang menggusarkan! Ia memenuhi mereka dengan kebaikan, me-
layani mereka dengan dosa-dosa mereka, memelihara mereka
yang berperang dengan-Nya. Ia mengulurkan tangan-Nya yang
penuh kemurahan kepada mereka yang mengangkat tumitnya
melawan Dia. Dengan demikian Ia mengajar kita, jika seterumu
lapar, berilah dia makan, jika ia haus, seperti yang dibutuhkan
Israel sekarang, berilah dia minum (Rm. 12:20; Mat. 5:44-45).
sebab itu, akankah Ia mengecewakan orang-orang yang percaya
kepada-Nya, sedang yang mencobai Dia saja ditolong-Nya de-
ngan tidak bertanggung-tanggung? Jika Tuhan hanya menunjuk-
256
kan kepada Musa sebuah mata air di padang gurun, seperti yang
pernah dilakukan-Nya kepada Hagar tidak jauh dari situ (Kej.
21:19), itu merupakan suatu kebaikan yang besar. Akannamun ,
jika Ia berkenan menunjukkan kuasa-Nya dan juga rasa kasihan-
Nya, dan mengadakan sebuah mujizat belas kasihan, maka Ia
tidak hanya menunjukkan sebuah mata air,namun juga memberi-
kan mereka air yang keluar dari sebuah gunung batu. Ia meng-
arahkan Musa ke mana harus pergi, dan menugaskan dia untuk
membawa serta beberapa orang dari para tua-tua Israel, untuk
menjadi saksi-saksi mengenai apa yang akan dilakukan-Nya,
supaya mereka menjadi puas, dan dapat memuaskan orang-orang
lain tentang kepastian kehadiran Tuhan bersama mereka. Ia ber-
janji menjumpai Musa di sana, di dalam awan kemuliaan untuk
membesarkan hatinya, dan memerintahkannya supaya memukul
gunung batu itu. Musa mematuhinya, dan sekonyong-konyong
keluarlah air dari gunung batu itu dengan berlimpah-ruah, meng-
alir sampai jauh di sepanjang perkemahan melalui batang-batang
air dan sungai-sungai (Mzm. 78:15-16), dan mengikuti mereka ke
mana pun mereka pergi di padang gurun itu. Aliran air itu disebut
mata air (Mzm. 114:8). Tuhan menunjukkan kepedulian-Nya terha-
dap umat-Nya dengan memberi air kepada mereka saat me-
reka kekurangan air. Ia menunjukkan kuasa-Nya dalam menge-
luarkan air dari sebuah gunung batu, dan Ia juga memberi
kehormatan kepada Musa dengan memerintahkan air itu mengalir
keluar saat ia memukul batu itu. Air jernih ini, yang mengalir
keluar dari gunung batu itu, disebut juga sebagai madu dan
minyak (Ul. 32:13), sebab kehausan bangsa itu membuat air itu
menjadi kesenangan berlipat ganda bagi mereka, yang datang
saat mereka teramat sangat haus, sehingga air itu seperti madu
dan minyak saja bagi mereka. Ada kemungkinan bahwa orang
Israel juga menggali terusan-terusan untuk mengalirkannya, dan
kolam-kolam untuk penampungan, yang dengan cara seperti itu,
dan lama sesudah itu, melintasi lembah Baka, sehingga mereka
bisa menggali sumur darinya (Mzm. 84:7, Bil. 21:18). Biarlah
semua ini mengarahkan kita untuk hidup dalam ketergantungan,
1. Pada pemeliharaan Allah, bahkan dalam kesengsaraan-ke-
sengsaraan dan kesukaran-kesukaran yang paling besar. Tuhan
sanggup membuka banyak mata air bagi kebutuhan kita, di
tempat yang paling tidak pernah kita duga sebelumnya. Ia
Kitab Keluaran 17:8-16
257
sanggup membuat air memancar di padang gurun (Yes. 43:20),
dan jalan di padang gurun (ay. 19). Orang-orang yang ada di
padang gurun ini, dan tetap berjalan di jalan Allah, dapat mem-
percayai Dia untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sementara
kita mengikuti tiang awan dan api, maka kebajikan dan kemu-
rahan belaka akan mengikuti kita, seperti air yang keluar dari
gunung batu itu.
2. Pada anugerah Kristus: Batu karang itu yaitu Kristus (1 Kor.
10:4). Anugerah-anugerah dan penghiburan-penghiburan Roh
Kudus disamakan dengan aliran-aliran air hidup (Yoh. 7:38-
39; 4:14). Air hidup ini mengalir dari Kristus, yang yaitu
gunung batu yang dipukul oleh Taurat Musa, sebab Ia takluk
kepada hukum Taurat. Tidak ada yang dapat memenuhi kebu-
tuhan-kebutuhan dan memuaskan hasrat dari jiwa manusia,
selain air yang keluar dari batu karang ini, mata air yang ter-
buka ini. Segala kesenangan indra jasmani hanyalah ge-nang-
an air keruh, sementara kesenangan-kesenangan rohani ada-
lah air batu karang, begitu murni, begitu jernih, begitu menye-
garkan. Inilah sungai-sungai kesenangan sejati.
V. Pada kesempatan ini, sebuah nama baru diberikan kepada tempat
itu, untuk melestarikan kenangan akan peristiwa itu, bukan atas
belas kasihan Tuhan dalam memenuhi kebutuhan mereka (air yang
mengikuti mereka sudah cukup untuk melakukan hal itu),
melainkan atas dosa sungut-sungut mereka, atas Masa, pencoba-
an, sebab mereka mencobai Allah. Juga, atas Meriba, perselisih-
an, sebab mereka bertengkar dengan Musa (ay. 7). Dengan demi-
kian, ada ingatan terus akan dosa, baik akan aib yang diperbuat
orang-orang berdosa itu sendiri (dosa meninggalkan aib pada
nama mereka) maupun sebagai peringatan bagi keturunan mere-
ka supaya janganlah mereka berbuat dosa seperti dosa orang tua
mereka itu.
Peperangan Melawan Orang Amalek;
Kekalahan Orang Amalek
(17:8-16)
8 Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafi-
dim. 9 Musa berkata kepada Yosua: “Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu
258
keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di pun-
cak bukit itu dengan memegang tongkat Tuhan di tanganku.” 10 Lalu Yosua
melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan
orang Amalek;namun Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit. 11
Dan terjadilah, jika Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel,
tetapi jika ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. 12 Maka
penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkan-
lah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang ke-
dua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, se-
hingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. 13 Demikianlah
Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang. 14 lalu
berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah
kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga Yosua, bahwa Aku
akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit.”
15 Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya: “Tuhanlah panji-
panjiku!” 16 Ia berkata: “Tangan di atas panji-panji TUHAN! TUHAN berperang
melawan Amalek turun-temurun.”
Di sini kita temukan sejarah perang melawan orang Amalek, yang
dapat diduga merupakan perang pertama yang dicatat dalam kitab
peperangan TUHAN (Bil. 21:14). Amalek yaitu bangsa pertama yang
diperangi oleh Israel (Bil. 24:20). Amatilah,
I. Usaha Amalek: Lalu datanglah orang Amalek dan berperang mela-
wan orang Israel (ay. 8). Orang-orang Amalek yaitu anak cucu
keturunan Esau, yang membenci Yakub sebab hak kesulungan
dan berkat itu. Dan perang ini merupakan suatu upaya permu-
suhan turun-menurun, suatu kebencian yang mengalir di dalam
darah, dan sekarang mungkin semakin menghebat oleh sebab
janji hak kesulungan itu sedang digenapi. Pertimbangkanlah
perang ini,
1. Sebagai penderitaan Israel. Mereka telah bertengkar dengan
Musa (ay. 2), dan sekarang Tuhan mengirim orang-orang Ama-
lek untuk bertengkar dengan mereka. Segala peperangan dan
pergumulan lahiriah merupakan hukuman yang pantas atas
perselisihan dan ketidakpuasan yang terjadi di dalam batin.
2. Sebagai dosa orang Amalek. Begitulah anggapannya (Ul.
25:17-18). Mereka tidak berani menyerang dari depan sebagai-
mana musuh yang baik. Mereka menyerang tanpa ada hasut-
an oleh orang Israel, atau tantangan yang diberikan kepada
mereka. Dengan keji mereka menyerang barisan belakang
Israel, menghantam orang-orang yang lemah dan lesu, dan
yang juga tidak dapat memberi perlawanan atau meluput-
kan diri. Di sinilah orang-orang Amalek itu mengucapkan tan-
Kitab Keluaran 17:8-16
259
tangan terhadap kekuatan yang belum lama ini menghancur-
kan orang-orang Mesir.namun dengan sia-sia mereka menye-
rang sebuah perkemahan yang dikawal, dan yang dipenuhi ke-
butuhan makan dan minumnya oleh mujizat-mujizat. Sesung-
guhnya mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.
II. Pertempuran Israel melawan orang-orang Amalek, untuk membela
diri terhadap para penyerangnya. Amatilah,
1. Tugas itu diserahkan kepada Yosua, yang disebut untuk per-
tama kalinya di sini. Ia dicalonkan menjadi panglima tertinggi
dalam peperangan ini, supaya ia dapat terlatih untuk menja-
lankan tugas yang ditetapkan kepadanya sesudah kematian
Musa, dan sejak dari masa mudanya ia telah menjadi prajurit.
Ia diperintahkan untuk membentuk sebuah satuan prajurit
yang terpilih dari ribuan orang Israel, dan untuk memukul
mundur orang-orang Amalek (ay. 9). Sebelumnya saat orang-
orang Mesir mengejar orang Israel, mereka harus berdiri tetap
dan melihat apa yang akan dilakukan Allah,namun sekarang
mereka diminta supaya bertindak sendiri. Perhatikanlah, Tuhan
dapat dipercaya dalam penggunaan berbagai cara.
2. Tugas Musa sendiri: aku akan berdiri di puncak bukit itu
dengan memegang tongkat Tuhan di tanganku (ay. 9). Lihatlah
bagaimana Tuhan melayakkan umat-Nya dalam tugas-tugas
pelayanan yang beragam demi kebaikan jemaat-Nya. Yosua
berperang, Musa berdoa, dan keduanya melayani umat Israel.
Musa naik ke puncak bukit, dan berdiri di tempat yang cocok,
mungkin, supaya dapat dilihat oleh orang Israel. Di sana ia
mengangkat tongkat Tuhan dengan memegang di tangannya,
tongkat pembuat mujizat itu, yang telah memerintahkan
tulah-tulah Mesir, dan dengannya Israel berjalan keluar dari
rumah perbudakan. Tongkat ini diacungkan kepada Israel,
untuk menggelorakan semangat mereka. Tongkat ini diangkat
sebagai panji-panji untuk membesarkan hati para prajurit,
yang mungkin memandanginya, dan berkata, “Itulah tongkat-
nya, dan itulah tangan yang dahulu memakai nya, saat
hal-hal yang mulia itu dikerjakan bagi kita.” Perhatikanlah,
iman kita akan bertambah besar bila kita merenungkan kem-
bali dengan sungguh-sungguh hal-hal besar yang telah diper-
buat Tuhan bagi kita, dan mengingat kembali karya-karya
260
agung yang menyatakan kebaikan hati-Nya. Musa juga meng-
angkat tongkatnya kepada Allah, dan berseru kepada-Nya:
“Bukankah perang ini milik TUHAN? Apakah Ia tidak sanggup
menolong, dan ikut membantu? Lihatlah tongkat ini, dengar-
kanlah suara yang terangkat ini (Yes. 51:9-10), Kenakanlah
kekuatan, hai tangan TUHAN! Bukankah Engkau yang mere-
mukkan Rahab?” Musa bukan hanya seorang pemimpin yang
menyemangati orang, ia juga seorang pengantara, untuk me-
mohonkan keberhasilan dan kemenangan kepada Allah. Per-
hatikanlah, saat pasukan maju menghadapi musuh, doa-doa
yang bersungguh-sungguh harus dinaikkan kepada Tuhan se-
mesta alam, untuk memohon kehadiran-Nya bersama mereka.
Di sinilah pasukan doa terbukti menghasilkan pasukan yang
mengguntur. Di sana, di Salem, di Sion, saat doa-doa dinaik-
kan, di sanalah kemenangan didapatkan, Di sanalah dipatah-
kan-Nya panah-panah (Mzm. 76:3-4). Amatilah,
(1) Bagaimana Musa menjadi lelah (ay. 12): Maka penatlah
tangan Musa. Lengan terkuat sekalipun akan menjadi
lemah kalau direntangkan terus-menerus. Hanya tangan
Tuhan sajalah yang masih teracung. Kita tidak mendapati
bahwa tangan Yosua menjadi terasa berat dalam bertem-
pur,namun tangan Musalah yang terasa berat dalam ber-
doa. Semakin rohani suatu pelayanan, semakin cenderung
kita melemah dan merosot. Pekerjaan berdoa, jika dilaku-
kan dengan ketekunan pikiran yang ketat luar biasa dan
dengan segenap perasaan yang kuat, akan terasa seperti
kerja keras, dan meskipun roh memang penurut,namun
daging lemah. Akannamun , Sang Pengantara Agung kita di
sorga tidaklah pernah menjadi lemah dan letih, walaupun
Ia terus-menerus melakukan pekerjaan pengantaraan bagi
kita.
(2) Pengaruh apa yang ditimbulkan tongkat Musa atas pertem-
puran itu (ay. 11): Dan terjadilah, jika Musa mengang-
kat tangannya di dalam doa, begitulah terjemahan bahasa
Aram, Israel menang,namun saat ia menurunkan tangan-
nya dari doanya, lebih kuatlah Amalek. Untuk meyakinkan
orang Israel bahwa tangan Musalah, dengan siapa mereka
baru saja bertengkar, yang lebih berperan dalam menyela-
matkan mereka dan bukan tangan mereka sendiri,
Kitab Keluaran 17:8-16
261
tongkatnya dan bukan pedang mereka, maka keberhasilan
dan kegagalan mereka terjadi begitu Musa mengangkat
atau menurunkan kedua tangannya. Tampaknya timbang-
an kemenangan lebih berat ke musuh selama beberapa
waktu, sebelum berbalik ke pihak Israel. Bahkan orang
terbaik sekalipun harus mempersiapkan diri menantikan
datangnya kekecewaan-kekecewaan, sebagai bunga pada
keberhasilannya. Walaupun perang itu yaitu perangnya
Tuhan, orang-orang Amalek bisa juga menang untuk suatu
waktu. Alasannya yaitu sebab Musa menurunkan ta-
ngannya. Pekerjaan jemaat pada umumnya berhasil kurang
lebih sejalan dengan kurang lebihnya kekuatan iman dan
kesungguhan doa anggota jemaat.
(3) Bantuan untuk mendukung Musa. saat ia tidak dapat
berdiri lebih lama lagi, ia duduk, bukan di atas sebuah
kursi kebesaran, melainkan di atas sebuah batu (ay. 12).
saat ia tidak dapat mengangkat tangannya, ia bersedia
tangannya dibantu ditopang. Musa, abdi Tuhan itu, merasa
senang dengan bantuan yang diberikan oleh Harun abang-
nya, dan Hur, yang diduga yaitu saudara iparnya, suami
Miryam. Demikianlah, kita tidak boleh merasa malu baik
untuk meminta bantuan maupun memberi bantuan
kepada orang lain, sebab kita masing-masing yaitu ang-
gota yang seorang terhadap yang lain. sebab ditopang, ke-
dua belah tangan Musa tidak bergerak sampai matahari ter-
benam. Meskipun dengan banyak susah payah ia mengang-
kat tangannya, namun maksud baik hatinya sangat dihar-
gai. Tidak diragukan lagi bangsa itu sangat bersemangat
saat menyaksikan Yosua berada di depan mereka di me-
dan pertempuran, sedang Musa di atas mereka di
puncak bukit. Begitulah Kristus, Ia menjadi kedua-duanya
bagi kita, sebagai Yosua kita, pemimpin keselamatan kita
yang berjuang dalam peperangan kita, dan sebagai Musa
kita, yang di dunia atas sana hidup mengadakan peran-
taraan bagi kita dengan Tuhan supaya iman kita jangan
gugur.
III. Kekalahan orang Amalek. Kemenangan berayun-ayun di antara
kedua kubu, kadang-kadang Israel menang dan kadang-kadang
262
Amalek,namun Israel akhirnya merebut kemenangan (ay. 13). Mes-
kipun Yosua bertempur dengan banyak kekurangan, yaitu dengan
prajurit-prajurit yang tidak tertib, yang tidak dipersenjatai dengan
baik, terbiasa hidup dalam perbudakan, dan selalu bersungut-
sungut, namun melalui mereka Tuhan mengerjakan keselamatan
besar, dan membuat orang-orang Amalek harus membayar mahal
untuk keangkaraan mereka. Perhatikanlah, senjata-senjata yang
diarahkan melawan Israel umat Tuhan tidak akan bertahan lama,
sebab pada akhirnya akan hancur. Perkara Tuhan dan Israel-Nya
akan menang. Meskipun Tuhan yang memberi kemenangan,
namun dikatakan bahwa, Yosua mengalahkan Amalek dan rakyat-
nya, sebab Yosua yaitu gambaran Kristus, berasal dari nama
yang sama, dan di dalam Dia kita lebih dari pada orang-orang
yang menang. Hanya senjata-Nyalah yang melucuti pemerintah-
pemerintah dan penguasa-penguasa, dan menjungkirkan semua
kekuatan mereka.
IV. Piala kemenangan ini disediakan.
1. Musa memastikan supaya Tuhan yang memperoleh kemuliaan
atas kemenangan itu (ay. 15). Bukannya membangun tugu
kemenangan untuk menghormati Yosua (meskipun telah
menjadi kebijakan yang patut dipuji untuk memberi tanda
kehormatan kepadanya), Musa mendirikan sebuah mezbah
untuk memuliakan Allah, dan kita dapat menduga bahwa mez-
bah itu bukanlah tanpa korban di atasnya.namun yang dicatat
dengan sangat hati-hati yaitu tulisan pada mezbah itu, yakni
Jehovah-nissi, yang artinya Tuhanlah panji-panjiku, yang
mungkin menunjuk pada diangkatnya tongkat Tuhan sebagai
panji-panji dalam perang ini. Kehadiran dan kuasa TUHAN
yaitu panji-panji itu, yang di bawahnya mereka mendaftar-
kan diri sebagai prajurit, dan yang olehnya mereka digelorakan
dan disatukan. Kehadiran dan kuasa TUHAN inilah yang mere-
ka rayakan pada hari kemenangan mereka itu. Dalam nama
Tuhan kitalah kita harus selalu mengangkat panji-panji kita
(Mzm. 20:6). Layaklah bahwa Dia yang melakukan semua
pekerjaan itulah yang harus menerima segala pujian.
2. Tuhan menjaga supaya anak cucu mereka juga mendapat peng-
hiburan dan manfaat dari peristiwa itu, “Tuliskanlah semua-
nya ini sebagai tanda peringatan, jangan di dalam kertas
Kitab Keluaran 17:8-16
263
lembaran lepas,namun dalam sebuah kitab, tuliskanlah, dan
lalu ingatkanlah ke telinga Yosua, biarlah ia dipercaya-
kan untuk memelihara kenangan ini, untuk menyampaikan-
nya kepada angkatan-angkatan yang akan datang.” Pasti Musa
sekarang mulai menulis sebuah catatan harian tentang peris-
tiwa-peristiwa yang terjadi. Ini yaitu untuk pertama kalinya
disebutkan tentang penulisan akan peristiwa-peristiwa yang
kita temukan dalam Kitab Suci, dan mungkin perintah itu
tidak diberikan sampai sesudah penulisan hukum Taurat di
atas dua loh batu: “Tuliskanlah itu dalam perpetuam rei
memoriam – Supaya peristiwa itu tetap diingat seterusnya. Apa
yang ditulis tetap tertulis.”
(1) “Tuliskanlah apa yang telah dilakukan, apa yang telah
diperbuat orang Amalek terhadap orang Israel. Tuliskan
betapa jahatnya kebencian mereka yang penuh kepahitan,
tuliskan betapa ganasnya segala daya upaya mereka yang
kejam, janganlah semua itu sampai dilupakan, dan tulis-
kan juga apa yang telah Tuhan lakukan bagi bangsa Israel
dalam menyelamatkan mereka dari orang Amalek itu. Biar-
lah abad-abad mendatang akan mengetahui bahwa Tuhan
berperang bagi umat-Nya, dan bahwa siapa yang men-
jamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya.”
(2) “Tuliskanlah apa yang akan dilakukan,
[1] Bahwa dalam berjalannya waktu, orang Amalek akan
dihancurkan sampai ke akar-akarnya (ay. 14), sehingga
ia hanya akan diingat di dalam sejarah saja.” Orang
Amalek ingin melenyapkan nama Israel, supaya nama
Israel tidak diingat lagi (Mzm. 83:5, 8), jadi sebab
itulah Tuhan tidak hanya mengecewakan dia dengan
perbuatannya ini,namun juga menghapuskan namanya.
“Tuliskanlah hal ini untuk membesarkan hati Israel
bilamana orang-orang Amalek menjadi gangguan bagi
mereka, supaya pada akhirnya Israel bersorak keme-
nangan dalam kejatuhan Amalek.” Hukuman atas bang-
sa Amalek ini sebagian telah dilaksanakan oleh Saul
(1Sam. 15), dan seluruhnya oleh Daud (1Sam. 30; 2Sam.
1:1; 8:12). Sesudah kehancurannya, kita tidak banyak
lagi membaca nama Amalek.
264
[2] Ini yaitu waktunya Tuhan akan mengadakan pertikaian
abadi antara Diri-Nya dengan Amalek (ay. 16): sebab
tangannya ada di atas panji-panji TUHAN, yaitu bahwa
ia melawan perkemahan orang Israel yang ada dalam
kuasa Allah, yang menjadi tempat kudus-Nya, dan yang
oleh sebab itu disebut Takhta kemuliaan, luhur dari
sejak semula, tempat bait kudus kita (Yer. 17:12). Oleh
sebab itu, TUHAN akan berperang melawan Amalek
turun-temurun. Hal ini dituliskan untuk mengarahkan
Israel supaya jangan sekali-kali bersekutu dengan orang
Amalek,namun sebaliknya menganggap mereka sebagai
musuh yang tidak boleh diajak berdamai, yang sudah
dihukum untuk kehancuran. Kehancuran Amalek me-
rupakan perlambang dari kehancuran semua musuh
Kristus dan kerajaannya. sebab , barangsiapa berpe-
rang melawan Anak Domba itu, Anak Domba itu akan
mengalahkan mereka.
PASAL 18
asal ini bercerita tentang Musa sendiri, dan urusan-urusan
keluarganya.
I. Yitro, mertuanya, membawa isteri dan anak-anak Musa ke-
padanya (ay. 1-6).
II. Musa menyambut mertuanya dengan penghormatan yang
besar (ay. 7), dengan percakapan yang ramah (ay. 8-11), dan
dengan korban dan pesta (ay. 12).
III. Yitro menasihati Musa tentang cara mengelola pekerjaannya
sebagai hakim di Israel, supaya ia mengangkat hakim-hakim
yang lebih rendah sebagai pembantunya (ay. 13-23). Dan
Musa, sesudah beberapa waktu lamanya, menerima nasihat
mertuanya (ay. 24-26), dan dengan begitu mereka berpisah
(ay. 27).
Kunjungan Yitro kepada Musa
(18:1-6)
1 Kedengaranlah kepada Yitro, imam di Midian, mertua Musa, segala yang
dilakukan Tuhan kepada Musa dan kepada Israel, umat-Nya, yakni bahwa
TUHAN telah membawa orang Israel keluar dari Mesir. 2 Lalu Yitro, mertua
Musa, membawa serta Zipora, isteri Musa – yang dahulu disuruh Musa
pulang – 3 dan kedua anak laki-laki Zipora; yang seorang bernama Gersom,
sebab kata Musa: “Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing,”
4 dan yang seorang lagi bernama Eliezer, sebab katanya: “Tuhan bapaku ada-
lah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari pedang Firaun.“ 5 saat
Yitro, mertua Musa, beserta anak-anak dan isteri Musa sampai kepadanya di
padang gurun, tempat ia berkemah dekat gunung Allah, 6 disuruhnyalah me-
ngatakan kepada Musa: “Aku, mertuamu Yitro, datang kepadamu membawa
isterimu beserta kedua anaknya.”
Peristiwa mengenai kunjungan Yitro ini tampaknya sangat tepat
untuk dipandang sebagai terjadi sesuai seperti yang ditempatkan di
P
266
sini, yaitu sebelum diberikannya hukum Taurat, dan bukan, seperti
anggapan sebagian orang, dalam kaitannya dengan apa yang dicatat
dalam Bilangan 10:11, 29, dst. Korban-korban sudah dipersembah-
kan sebelumnya.namun korban-korban yang disebutkan di sini (ay.
12), dapat diamati bahwa Yitrolah yang dikatakan mempersembah-
kannya, bukan Harun. Dan berkenaan dengan nasihat Yitro kepada
Musa untuk mengangkat hakim-hakim di bawahnya, meskipun ter-
sirat (ay. 13) bahwa nasihatnya itu diberikan pada keesokan harinya,
namun itu tidak lantas berarti bahwa Musa tidak memutuskan per-
kara itu sampai beberapa waktu sesudahnya, saat hukum Taurat
diberikan, seperti yang ditempatkan dalam Ulangan 1:9. Jelas bahwa
Yitro sendiri tidak akan menyuruh Musa membuat perubahan dalam
mengatur umat Israel ini sampai Musa menerima petunjuk-petunjuk
dari Tuhan tentangnya (ay. 23), yang tidak diterimanya sampai bebe-
rapa waktu sesudahnya. Yitro datang,
I. Untuk memberi selamat atas kebahagiaan Israel, dan khususnya
atas kehormatan Musa, menantunya. Sekarang Yitro menganggap
dirinya mendapat balasan yang baik atas segala kebaikan yang
telah ditunjukkannya kepada Musa dalam kesusahannya, dan
anak perempuannya mendapat pasangan yang cocok lebih dari-
pada yang bisa diharapkannya. Yitro pasti sudah mendengar apa
yang diperbincangkan oleh seluruh negeri, yaitu penampakan-
penampakan Tuhan yang mulia bagi umat-Nya Israel (ay. 1). Dan ia
datang untuk bertanya tentangnya, dan mencari tahu lebih
lengkap untuk dirinya sendiri (Mzm. 111:2), dan bersukacita de-
ngan mereka sebagai orang yang sungguh-sungguh menghormati
mereka maupun Tuhan mereka. Meskipun ia, sebagai orang
Midian, tidak akan berbagi dengan mereka dalam tanah perjanji-
an, namun ia berbagi dengan mereka dalam sukacita pembebasan
mereka. Demikianlah kita harus menjadikan penghiburan yang
dialami orang lain sebagai penghiburan bagi diri kita sendiri,
dengan bersuka, seperti Allah, dalam kemujuran orang benar.
II. Untuk membawa isteri dan anak-anak Musa kepadanya. Tampak-
nya, Musa telah menyuruh mereka pulang, mungkin dari tempat
penginapan di mana nyawanya hampir terancam sebab keeng-
ganan isterinya untuk menyunat anaknya (4:25). sebab takut
jangan-jangan mereka menjadi penghalang lebih jauh, Musa pun
Kitab Keluaran 18:1-6
267
menyuruh mereka pulang kepada mertuanya. Ia sudah mengeta-
hui akan mengalami hal-hal yang mengecilkan hati di istana
Firaun, dan sebab itu tidak mau membawa anggota keluarganya
bersamanya. Ia berasal dari suku yang berkata kepada ayahnya,
aku tidak mengenalnya, jika ada pekerjaan yang harus dilaku-
kan untuk Tuhan (Ul. 33:9). Demikian pula murid-murid Kristus,
saat harus melakukan tugas perjalanan yang tidak jauh ber-
beda dengan tugas perjalanan Musa, harus meninggalkan isteri
dan anak-anak (Mat. 19:29).namun meskipun bisa saja ada alasan
untuk perpisahan antara Musa dan isterinya untuk sementara
waktu, namun mereka harus berkumpul bersama-sama lagi, de-
ngan sesegera mungkin begitu mereka mendapat waktu yang
tepat. Begitulah hukum mengenai hubungan keluarga. Hai suami-
suami, hiduplah dengan isterimu (1Ptr. 3:7). Yitro, dapat kita duga,
senang ditemani oleh anak perempuannya, dan sayang kepada
anak-anak Zipora, namun ia tidak ingin menjauhkan Zipora dari
suaminya, atau anak-anaknya dari ayah mereka (ay. 5-6). Musa
harus berkumpul bersama keluarganya, supaya selagi ia meme-
rintah jemaat Allah, ia dapat memberi teladan yang baik ten-
tang kebijaksanaan dalam mengurus rumah tangga (1Tim. 3:5).
Sekarang Musa mendapat kehormatan dan juga tanggung jawab
yang sangat banyak, dan pantaslah jika isterinya berada bersama
dia untuk berbagi dengannya dalam kehormatan maupun tang-
gung jawabnya itu. Di sini ada dicatat juga tentang arti dari nama
kedua anaknya.
1. Yang sulung diberi nama Gersom (ay. 3), orang asing, yang di-
rancang Musa bukan hanya sebagai ingatan akan keadaannya
sendiri, melainkan juga sebagai peringatan terhadap anaknya
akan keadaannya juga; sebab kita semua yaitu orang asing
di bumi, sama seperti semua nenek moyang kita. Musa mem-
punyai paman dari leluhurnya yang bernama sama, Gerson,
orang asing. Sebab meskipun ia lahir di Kanaan (Kej. 46:11),
namun bahkan di sana para bapa leluhur mengakui diri mere-
ka sebagai orang asing.
2. Yang bungsu diberi nama Eliezer (ay. 4), Allahku penolong,
sebagaimana kita menerjemahkannya. Nama itu mengingatkan
peristiwa pembebasannya dari Firaun, saat ia melarikan diri,
sesudah membunuh orang Mesir. Akannamun , jika ini yaitu
(seperti menurut sebagian orang) anak yang disunat di tempat
268
penginapan saat ia sedang melakukan perjalanan, maka
saya lebih suka menerjemahkannya sebagai sesuatu yang
melihat ke depan, seperti yang terkandung dalam makna asli-
nya, Tuhan yaitu penolongku, dan akan membebaskan aku
dari pedang Firaun. Beralasan baginya untuk menantikan pe-
dang Firaun terhunus melawannya saat ia hendak membawa
Israel keluar dari perbudakan. Perhatikanlah, saat kita
sedang melakukan suatu pekerjaan yang sulit bagi Tuhan dan
angkatan kita, alangkah baiknya kita membesarkan hati kita
di dalam Tuhan sebagai penolong kita. Dia yang telah mem-
bebaskan, masih dan akan membebaskan.
Kunjungan Yitro kepada Musa
(18:7-12)
7 Lalu keluarlah Musa menyongsong mertuanya itu, sujudlah ia kepadanya
dan menciumnya; mereka menanyakan keselamatan masing-masing, lalu
masuk ke dalam kemah. 8 Sesudah itu Musa menceritakan kepada mertua-
nya segala yang dilakukan TUHAN kepada Firaun dan kepada orang Mesir
sebab Israel dan segala kesusahan yang mereka alami di jalan dan bagai-
mana TUHAN menyelamatkan mereka. 9 Bersukacitalah Yitro tentang segala
kebaikan, yang dilakukan TUHAN kepada orang Israel, bahwa Ia telah me-
nyelamatkan mereka dari tangan orang Mesir. 10 Lalu kata Yitro: “Terpujilah
TUHAN, yang telah menyelamatkan kamu dari tangan orang Mesir dan dari
tangan Firaun. 11 Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN lebih besar dari segala
allah; sebab Ia telah menyelamatkan bangsa ini dari tangan orang Mesir,
sebab memang orang-orang ini telah bertindak angkuh terhadap mereka.”
12 Dan Yitro, mertua Musa, mempersembahkan korban bakaran dan bebe-
rapa korban sembelihan bagi Allah; lalu Harun dan semua tua-tua Israel
datang untuk makan bersama-sama dengan mertua Musa di hadapan Allah.
Amatilah di sini,
I. Tegur sapa yang ramah antara Musa dan mertuanya (ay. 7).
Meskipun Musa yaitu seorang nabi Tuhan, seorang nabi besar,
dan seorang raja di Yesyurun, namun ia menunjukkan penghor-
matan yang penuh kerendahan hati terhadap mertuanya. Betapa-
pun Tuhan dalam pemeliharaan-Nya berkenan mengangkat kita
dengan kedudukan tinggi, namun hendaklah kita juga harus ingat
untuk memberi penghormatan kepada siapa saja yang pantas
menerimanya, dan tidak boleh memandang rendah saudara-sau-
dara kita yang miskin. Orang-orang yang menduduki tempat
tinggi dalam perkenanan Tuhan tidaklah dengan demikian terbebas
Kitab Keluaran 18:7-12
269
dari kewajiban yang harus mereka lakukan terhadap sesama
manusia. Kedudukan mereka itu tidak serta merta bisa mem-
benarkan mereka untuk bersikap angkuh dan congkak. Musa
keluar untuk menyongsong Yitro, memberi penghormatan ke-
padanya, dan menciumnya. Agama tidak merusak sopan santun.
Mereka menanyakan keselamatan masing-masing. Bahkan ucapan
salam yang ramah seperti apa kabar yang terucapkan oleh mereka
masing-masing haruslah kita perhatikan, sebab ucapan salam
demikian mengungkapkan dan meningkatkan rasa kasih persau-
daraan di antara sesama.
II. Cerita yang disampaikan Musa kepada mertuanya tentang per-
kara-perkara besar yang telah diperbuat Tuhan bagi Israel (ay. 8).
Ini yaitu satu hal yang menjadi alasan kedatangan Yitro, yaitu
untuk mengetahui lebih lengkap dan terinci lagi mengenai apa
yang telah dia dengar secara umum saja dari mana-mana. Per-
hatikanlah, percakapan mengenai perbuatan-perbuatan Tuhan yang
ajaib yaitu percakapan yang bermanfaat