an hal-hal yang mulia ten-
tangnya, yang semuanya akan mencapai kesempurnaan dan kegenap-
annya dalam gereja Injil. Oleh sebab itu, kepada gereja Injil inilah kita
harus mengarahkan pandangan kita dalam menyanyikan mazmur ini.
Kemuliaan Sion
(87:1-3)
1 Mazmur bani Korah: suatu nyanyian. Di gunung-gunung yang kudus ada
kota yang dibangunkan-Nya: 2 TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang
Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub. 3 Hal-hal yang mulia dikata-
kan tentang engkau, ya kota Tuhan . S e l a.
Sebagian orang menjadikan kata-kata pertama dari mazmur ini seba-
gai bagian dari judulnya. Ini yaitu mazmur atau nyanyian yang po-
kok bahasannya yaitu gunung-gunung yang kudus, yakni bait yang
dibangun di Sion di atas gunung Moria. Inilah pokok yang menjadi
dasar pembahasan atau permulaan dari mazmur ini. Atau kita dapat
menduga bahwa dalam pikirannya, sang pemazmur kini dapat me-
mandang kemah atau bait suci dan sedang merenungkan kemuliaan-
kemuliaannya, sampai pada akhirnya dari mulutnya terlontar ung-
kapan ini, yang merujuk, bukan pada apa yang telah ia tulis sebe-
lumnya, melainkan pada apa yang sudah dipikirkannya. Setiap orang
tahu apa yang dimaksudkannya saat ia berkata dengan begitu tiba-
tiba, di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya.
Ada tiga hal yang diperhatikan di sini, sebagai pujian bagi bait suci
itu:
1. Bahwa bait suci didasarkan di atas gunung-gunung yang kudus
(ay. 1). Jemaat mempunyai sebuah dasar, sehingga ia tidak dapat
tenggelam atau goncang. Kristus sendiri yaitu dasarnya, yang
telah diletakkan Tuhan . Yerusalem yang di atas yaitu sebuah kota
yang mempunyai dasar-dasar. Dasarnya terletak di atas gunung-
gunung. Ia dibangun di tempat tinggi. Gunung tempat rumah
TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung (Yes. 2:2). Ia
dibangun dengan kokoh. Gunung-gunung itu berbatu, dan di atas
batu karanglah jemaat dibangun. Dunia dibangun di atas lautan
(24:2), yang terus-menerus mengalami pasang surut, dan merupa-
kan dasar yang sangat lemah. Babel dibangun di atas dataran,
yang tanahnya bisa lapuk. namun jemaat dibangun di atas gu-
nung-gunung yang kekal dan bukit-bukit yang abadi. sebab le-
bih mudah bagi gunung-gunung untuk berlalu dan bukit-bukit
untuk berpindah, dibandingkan bagi kovenan damai Tuhan untuk diba-
talkan. Dan di atas kovenan inilah jemaat dibangun (Yes. 64:10).
Dasarnya ada di atas gunung-gunung yang kudus. Kekudusan
yaitu kekuatan dan kemantapan jemaat: inilah yang akan me-
nyokongnya dan menjaganya untuk tidak tenggelam. Yang teruta-
ma bukanlah bahwa ia dibangun di atas gunung-gunung, melain-
kan di atas gunung-gunung yang kudus, yakni di atas janji Tuhan ,
dan untuk meneguhkannya Ia telah bersumpah dengan kekudus-
an-Nya, dalam pengudusan Roh, yang akan menjamin kebahagia-
an semua orang kudus.
2. Bahwa Tuhan telah mengungkapkan kasih sayang-Nya yang isti-
mewa terhadapnya (ay. 2): TUHAN lebih mencintai pintu-pintu ger-
bang Sion, pintu-pintu bait suci, pintu-pintu rumah pengajaran
(menurut Alkitab bahasa Aram), dari pada segala tempat kediam-
an Yakub, entah di Yerusalem atau di tempat-tempat lain di negeri
itu. Tuhan telah berkata mengenai Sion, “Inilah tempat perhentian-
Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam.” Di sanalah Ia men-
jumpai umat-Nya, dan bergaul akrab dengan mereka, menerima
penghormatan dari mereka, dan menunjukkan kepada mereka
tanda-tanda kebaikan-Nya. Oleh sebab itu kita dapat menyim-
pulkan betapa besarnya Ia mencintai pintu-pintu gerbang itu.
Perhatikanlah:
(1) Tuhan mempunyai rasa cinta bagi tempat kediaman Yakub, me-
miliki kepedulian yang penuh rahmat terhadap keluarga-ke-
luarga saleh, dan menerima penyembahan keluarga mereka.
(2) Namun, Ia lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion, bukan
hanya lebih dibandingkan tempat kediaman mana pun, melainkan
juga lebih dibandingkan semua tempat kediaman Yakub. Tuhan
disembah di tempat kediaman Yakub, dan ibadah penyembah-
an keluarga merupakan kewajiban keluarga, yang tidak boleh
diabaikan dengan alasan apa pun. Namun, bila keduanya di-
perbandingkan, ibadah penyembahan umum (cæteris paribus –
walaupun hal-hal lain sama) harus lebih diutamakan dibandingkan
ibadah penyembahan pribadi.
3. Bahwa ada banyak hal yang diperkatakan tentang Sion dalam
firman Tuhan (ay. 3): Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau,
ya kota Tuhan ! Kita harus menilai orang dan barang dengan meli-
hat bagaimana peranan dan kepentingan mereka ditentukan di
dalam dan oleh Kitab Suci. Banyak hal rendah dikatakan tentang
kota Tuhan oleh musuh-musuhnya, untuk menggambarkannya se-
bagai sesuatu yang hina dan menjijikkan. namun oleh Tuhan , yang
penghakiman-Nya kita yakini sesuai dengan kebenaran, hal-hal
mulia dikatakan tentangnya. Tuhan berkata tentang bait suci,
“Mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa, Kukudus-
kan rumah ini, supaya nama-Ku tinggal di situ untuk selama-
lamanya” (2Taw. 7:16). Menjulang permai gunung Sion itu (48:3).
Inilah hal-hal yang mulia. Namun, lebih mulia lagilah hal-hal yang
dikatakan tentang jemaat Injil. Jemaat yaitu mempelai wanita
Kristus, yang diperoleh dengan darah-Nya. Ia yaitu umat kepu-
nyaan Tuhan sendiri, bangsa yang kudus, imamat yang rajani, dan
alam maut tidak akan menguasainya. Janganlah kita merasa malu
dengan jemaat Kristus dalam keadaannya yang paling hina, atau
malu dengan siapa pun yang menjadi miliknya. Juga, janganlah
kita menyangkali hubungan kita dengannya, meskipun ia berbalik
sedemikian rupa menjadi cela bagi kita, sebab hal-hal yang
mulia dikatakan tentangnya, dan tidak setitik pun dari apa yang
dikatakan itu akan jatuh ke tanah dengan sia-sia.
Kemuliaan Sion
(87:4-7)
4 Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku,
bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia: “Ini dilahirkan di sana.” 5 namun tentang
Sion dikatakan: “Seorang demi seorang dilahirkan di dalamnya,” dan Dia,
Yang Mahatinggi, menegakkannya. 6 TUHAN menghitung pada waktu men-
catat bangsa-bangsa: “Ini dilahirkan di sana.” S e l a 7 Dan orang menyanyi-
nyanyi sambil menari beramai-ramai: “Segala mata airku ada di dalammu.”
Di sini Sion dibandingkan dengan tempat-tempat lain, dan lebih dipi-
lih dibandingkan semuanya. Jemaat Kristus lebih mulia dan unggul dari-
pada bangsa-bangsa di bumi.
1. Diakui bahwa tempat-tempat lain pun mempunyai kemuliaannya
sendiri-sendiri (ay. 4): “Aku menyebut Rahab” (yaitu Mesir) “dan
Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku dan yang ada di
sekeliling-Ku, dan yang dengan mereka Aku berbicara mengenai
perkara-perkara umum. Bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia” (atau
lebih tepatnya Arabia), “kita akan tahu bahwa orang ini dilahirkan
di sana. Di sana sini pasti ada seorang ternama, yang tersohor
sebab pengetahuan dan kebajikannya, yang bisa muncul dan
yang merupakan penduduk asli dari negeri-negeri ini. Di sana sini
pasti ada seseorang yang masuk agama Yahudi dan menyembah
Tuhan yang benar.” namun sebagian orang memberi pengertian
lain untuk itu, dengan beranggapan bahwa perkataan itu merupa-
kan sebuah nubuat atau janji tentang dibawanya orang-orang
bukan-Yahudi ke dalam jemaat dan dipersatukannya mereka di
dalam satu tubuh dengan orang-orang Yahudi. Tuhan berkata,
“Aku akan memandang Mesir dan Babel di antara orang-orang
yang mengenal Aku. Aku akan memandang mereka sebagai umat-
Ku seperti halnya Israel jika mereka menerima Injil Kristus,
dan mengakui mereka sebagai orang yang dilahirkan di Sion,
dilahirkan kembali di sana, dan diberi hak-hak istimewa dari Sion
secara bebas, sebebas orang Israel sejati.” Mereka yang dulu
merupakan orang-orang asing dan pendatang kini menjadi kawan
sewarga dari orang-orang kudus (Ef. 2:19). Orang bukan-Yahudi
yang menjadi percaya akan berdiri sama tinggi dengan orang Ya-
hudi asli (bdk. Yes. 19:23-25). Tuhan akan berfirman: “Diberkatilah
Mesir, umat-Ku, dan Asyur, buatan tangan-Ku, dan Israel, milik
pusaka-Ku.”
2. Sudah jelas bahwa kemuliaan Sion jauh lebih cemerlang dibandingkan
mereka semua, untuk banyak alasan. Sebab,
(1) Sion akan menghasilkan banyak orang besar dan baik yang
akan menjadi tersohor dalam angkatan mereka (ay. 5). Ten-
tang Sion akan dikatakan oleh tetangga-tetangganya bahwa
seorang demi seorang dilahirkan di dalamnya, banyak orang
yang terkenal oleh hikmat dan kesalehan mereka, dan teruta-
ma oleh pengenalan mereka tentang firman Tuhan dan peng-
lihatan-penglihatan akan Yang Mahakuasa. Mereka itu yaitu
banyak nabi-nabi dan raja-raja, yang akan menjadi orang-
orang yang lebih disayang sorga, dan akan menjadi berkat-
berkat yang lebih besar bagi bumi, lebih dibandingkan orang-orang
yang dulu pernah dibesarkan di Mesir dan Babel. Tokoh-tokoh
yang berjasa di dalam jemaat jauh melampaui tokoh-tokoh
bangsa-bangsa kafir, dan nama-nama mereka akan bersinar
lebih cemerlang dibandingkan bangsa-bangsa lain dalam kitab yang
abadi. Manusia, manusia ini dilahirkan di sana, yang dipahami
oleh sementara orang sebagai Kristus, manusia itu, Anak
Manusia itu, yang lebih indah dibandingkan anak-anak manusia. Ia
dilahirkan di Betlehem dekat Sion, dan merupakan kemuliaan
bagi umat-Nya Israel. Kehormatan terbesar yang pernah di-
berikan kepada bangsa Yahudi yaitu bahwa mereka menu-
runkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia (Rm. 9:5).
Atau ini juga dapat diterapkan pada pertobatan bangsa-bangsa
bukan-Yahudi. Tentang Sion akan dikatakan bahwa hukum
yang keluar dari Sion, yaitu Injil Kristus, akan menjadi alat
untuk melahirkan banyak jiwa bagi Tuhan , dan Yerusalem yang
di atas akan diakui sebagai ibu dari mereka semua.
(2) Kepentingan Sion akan diteguhkan dan diwujudkan oleh ke-
kuatan yang mahakuasa. Yang Mahatinggi sendiri akan ber-
tindak untuk menegakkannya. Ia yang dapat melakukannya
dengan berhasil. Masuknya banyak orang dari berbagai bang-
sa sama sekali tidak akan menjadi peluang untuk terjadinya
perpecahan dan perselisihan, melainkan justru akan sangat
berperan untuk menambah kekuatan Sion. Sebab, sebab
Tuhan sendirilah yang mendirikannya di atas dasar yang kekal,
maka apa pun huru-hara dan perubahan besar-besaran yang
terjadi di dalam banyak negara dan kerajaan, dan betapapun
sorga dan bumi goncang, hal-hal tentang Sion ini tidak
dapat digoncangkan, melainkan harus tetap tinggal.
(3) Anak-anak Sion akan dicatat dengan penuh hormat (ay. 6):
“TUHAN menghitung pada waktu mencatat bangsa-bangsa, dan
mendaftar orang-orang kepunyaan-Nya, bahwa orang ini dila-
hirkan di sana, dan dengan demikian sudah menjadi kepunya-
an-Nya sejak lahir, yaitu menurut kelahiran pertama sebab
dilahirkan di dalam rumah-Nya, dan menurut kelahiran kedua
sebab dilahirkan kembali dari Roh-Nya.” jika Tuhan datang
untuk mengadakan perhitungan dengan anak-anak manusia,
untuk membalaskan kepada setiap orang sesuai dengan per-
buatan mereka, maka Ia akan memperhatikan siapa saja yang
dilahirkan di Sion. Dan mereka yang dilahirkan di Sion akan
menikmati hak-hak istimewa dari tempat kudus Tuhan . Kepada
mereka diberikan kuasa untuk menjadi anak, kemuliaan,
kovenan, dan ibadah kepada Tuhan (Rm. 9:4; 3:1-2). Kepada
mereka banyak yang telah diberikan, dan oleh sebab itu dari
mereka banyaklah yang akan dituntut, dan pertanggung-
jawaban yang dituntut sesuai dengan apa yang diterima. Lima
talenta haruslah dikembangkan oleh mereka yang telah diberi
kepercayaan dengan lima talenta. Aku tahu pekerjaanmu, dan
di mana engkau diam, dan di mana engkau dilahirkan. Sela.
Kiranya orang-orang yang berdiam di Sion mencamkan ini, dan
hidup sesuai dengan pengakuan iman yang mereka ucapkan.
(4) Nyanyian-nyanyian Sion akan dinyanyikan dengan sukacita
dan kemenangan: Dan orang menyanyi-nyanyi sambil menari
beramai-ramai untuk memuji Tuhan (ay. 7). yaitu kehormatan
yang sungguh besar bagi Sion, dan merupakan kehormatan
bagi gereja Injil, bahwa di sana Tuhan dilayani dan disembah
dengan sorak-sorai: pekerjaan-Nya dilaksanakan, dilaksana-
kan dengan riang hati (lih. 68:26). Segala mata airku ada di
dalammu, O Sion! Demikianlah Tuhan berkata. Ia telah me-
nyimpan harta anugerah dalam ketetapan-ketetapan-Nya yang
kudus. Ada mata air yang mengalirkan sungai-sungai, yang
menyukakan kota Tuhan kita (46:5). Demikianlah sang pemaz-
mur berkata, dengan memandang bahwa mata air yang dari-
nya air harus diambil untuk menyirami jiwanya yang kering,
ada di tempat kudus, di dalam firman dan ketetapan-
ketetapan ilahi, dan di dalam persekutuan orang-orang kudus.
Mata air sukacita orang duniawi terletak pada kekayaan dan
kenikmatan. namun mata air sukacita sebuah jiwa yang mulia
ada di dalam firman Tuhan dan doa. Kristuslah Bait Suci yang
sesungguhnya. Segala mata air kita ada di dalam Dia, dan
dari-Nyalah semua sungai kita mengalir. Bapa berkenan, dan
semua orang percaya pun sangat berkenan, bahwa seluruh
kepenuhan Tuhan diam di dalam Dia.
PASAL 88
azmur ini yaitu sebuah ratapan, salah satu yang paling me-
milukan dari semua mazmur. Dan ia tidak berakhir, seperti
yang biasa terjadi pada mazmur-mazmur yang sedih, dengan sedikit
pun pertanda penghiburan atau sukacita. Sebaliknya, dari awal hing-
ga akhir, mazmur ini dipenuhi dengan dukacita dan kesengsaraan.
Bukan kejadian umum yang dikeluhkan si pemazmur di sini (tidak
disebutkan di sini tentang penderitaan-penderitaan jemaat), namun
hanya suatu pengalaman pribadi, terutama pikiran yang gelisah, dan
dukacita yang membekas dalam rohnya, baik sebab penderitaan-
penderitaan lahiriahnya maupun sebab ingatan akan dosa-dosanya
dan akan ketakutan terhadap murka Tuhan . Mazmur ini dipandang
sebagai salah satu mazmur pertobatan, dan sungguh baik jika
ketakutan-ketakutan kita diarahkan pada saluran yang benar seperti
ini, supaya kita bisa mengambil kesempatan dari penderitaan-pen-
deritaan duniawi untuk berdukacita secara rohani. Dalam mazmur
ini kita mendapati,
I. Tekanan roh yang berat yang tengah menimpa si pemazmur
(ay. 4-6).
II. Murka Tuhan , yang merupakan penyebab dari tekanan itu (ay.
8, 16-18).
III. Kefasikan sahabat-sahabatnya (ay. 9, 19).
IV. Permohonan yang diserukannya kepada Tuhan di dalam doa
(ay. 2-3, 10, 14).
V. Pertanyaan dan seruannya yang penuh kerendahan hati
terhadap Tuhan (ay. 11, 13, 15).
Orang-orang yang pikirannya sedang gelisah dapat menyanyikan
mazmur ini dengan penuh perasaan. Sementara mereka yang tidak,
haruslah menyanyikannya dengan penuh rasa syukur, seraya me-
muji Tuhan bahwa permasalahan ini tidak menimpa mereka.
Keluhan-keluhan yang Penuh Dukacita;
Mengeluh kepada Tuhan
(88:1-10)
1 Nyanyian. Mazmur bani Korah. Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu:
Mahalat Leanot. Nyanyian pengajaran Heman, orang Ezrahi. 2 Ya TUHAN,
Tuhan yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu
malam aku menghadap Engkau. 3 Biarlah doaku datang ke hadapan-Mu,
sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakku; 4 sebab jiwaku kenyang dengan
malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati. 5 Aku telah diang-
gap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang
tidak berkekuatan. 6 Aku harus tinggal di antara orang-orang mati, seperti
orang-orang yang mati dibunuh, terbaring dalam kubur, yang tidak Kauingat
lagi, sebab mereka terputus dari kuasa-Mu. 7 Telah Kautaruh aku dalam
liang kubur yang paling bawah, dalam kegelapan, dalam tempat yang dalam.
8 Aku tertekan oleh panas murka-Mu, dan segala pecahan ombak-Mu Kautin-
dihkan kepadaku. S e l a 9 Telah Kaujauhkan kenalan-kenalanku dari pada-
ku, telah Kaubuat aku menjadi kekejian bagi mereka. Aku tertahan dan tidak
dapat keluar; 10 mataku merana sebab sengsara. Aku telah berseru kepada-
Mu, ya TUHAN, sepanjang hari, telah mengulurkan tanganku kepada-Mu.
Dari judul mazmur ini dan mazmur berikutnya tampak bahwa
Heman yaitu penulis mazmur yang satu dan Etan penulis mazmur
yang lain. Ada dua orang yang mempunyai nama-nama ini, yang
merupakan anak-anak Zerah, anak Yehuda (1Taw. 2:4, 6). Ada juga
dua orang lain yang bernama sama, yang terkenal akan kebijaksana-
an mereka (1Raj. 4:31), dan di dalam bacaan itu, untuk membesar-
kan kebijaksanaan Salomo, ia dikatakan lebih bijaksana dari pada
Etan dan Heman. Apakah Heman dan Etan yang merupakan orang-
orang Lewi dan Heman dan Etan yang merupakan pemimpin puji-
pujian Sion yaitu orang yang sama atau tidak, kita tidak tahu pasti.
Juga tidaklah pasti yang mana dari mereka, ataukah memang dua
orang dari mereka ini, yang merupakan penulis mazmur ini dan
mazmur berikutnya. Ada Heman salah seorang pemimpin pujian,
yang disebut sebagai pelihat raja, atau nabi, yang menuruti janji Tuhan
(1Taw. 25:5). Ada kemungkinan bahwa Heman yang disebut dalam
mazmur ini juga merupakan seorang pelihat, namun ia tidak melihat
penghiburan bagi dirinya sendiri. Walaupun ia seorang pengajar dan
pemberi hiburan bagi orang lain, namun ia sendiri jauh dari penghi-
buran. Perkataan pertama dari mazmur ini yaitu satu-satunya per-
kataan penghiburan dan dukungan dalam mazmur ini secara keselu-
ruhan. Tidak ada apa pun di sekelilingnya selain awan-awan dan ke-
gelapan. namun , sebelum ia memulai keluhannya, ia menyebut Tuhan
sebagai Tuhan yang menyelamatkannya, yang menunjukkan bahwa
dia menantikan keselamatan, seburuk apa pun keadaannya, dan
bahwa ia menengadah kepada Tuhan untuk mendapatkan keselamat-
an, dan bergantung pada-Nya untuk mendatangkan keselamatan itu.
Sekarang di sini kita mendapati sang pemazmur,
I. Sebagai seorang pendoa, orang yang mengabdikan diri untuk ber-
doa sepanjang waktu, namun terutama pada saat ini saat ia men-
derita. Sebab kalau ada seorang yang menderita, baiklah ia ber-
doa! yaitu penghiburan baginya bahwa ia sudah berdoa. yaitu
keluhannya bahwa, kendati sudah berdoa, ia tetap menderita. Ia,
1. Sangat bersungguh-sungguh di dalam doa: “Aku berseru-seru
kepada-Mu (ay. 2), dan telah mengulurkan tanganku kepada-
Mu (ay. 10), seperti orang yang ingin menggenggam-Mu erat-
erat, dan bahkan menangkap belas kasihan-Mu, dengan keta-
kutan yang kudus bahwa aku akan kekurangan atau kehilang-
an belas kasihan itu.”
2. Ia berdoa dengan sangat sering dan terus-menerus: Aku telah
berseru kepada-Mu sepanjang hari (ay. 10), bahkan, pada
siang hari dan pada waktu malam (ay. 2). Sebab demikianlah
kita harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Umat pilih-
an Tuhan sendiri berseru-seru sepanjang siang dan malam
kepada-Nya, bukan hanya pagi dan petang, dengan memulai
setiap hari dan setiap malam dengan doa, namun juga mengha-
biskan siang dan malam di dalam doa. Inilah yang dinamakan
selalu berdoa. Dan kita akan berhasil di dalam doa, jika
kita terus-menerus melakukannya.
3. Ia mengarahkan doanya kepada Tuhan , dan dari-Nya ia meng-
harapkan dan menginginkan sebuah jawaban (ay. 3): “Biarlah
doaku datang ke hadapan-Mu, supaya diterima oleh-Mu, bu-
kan di hadapan manusia, supaya dilihat oleh mereka, seperti
doa orang-orang Farisi.” Ia tidak ingin manusia mendengar
doa-doanya, namun , “Tuhan, sendengkanlah telinga-Mu kepada
teriakku, sebab kepada teriakkulah aku mempercayakan diri-
ku. Berilah jawaban kepada teriakku itu sesuai dengan yang
Kaukehendaki.”
II. Ia seorang yang penuh kesengsaraan, dan oleh sebab itu sebagian
orang menjadikannya, dalam mazmur ini, sebagai pelambang
Kristus, yang keluhan-keluhan-Nya di salib dan beberapa waktu
sebelumnya, mempunyai banyak kesamaan makna dengan maz-
mur ini. Ia berseru (ay. 4): Jiwaku kenyang dengan malapetaka
(KJV: “Jiwaku penuh dengan kesukaran” – pen.). Demikian pula
Kristus berkata, sekarang jiwa-Ku terharu. Dan juga dalam ke-
sengsaraan-Nya, hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya,
seperti sang pemazmur di sini, sebab ia berkata, hidupku sudah
dekat dunia orang mati. Heman yaitu seorang yang sangat bijak
dan baik, seorang abdi Tuhan , dan seorang penyanyi pula, dan oleh
sebab itu orang akan menyangka bahwa ia seorang yang berjiwa
periang, namun sekarang ia penuh kesengsaraan, gelisah pikiran-
nya, dan nyaris putus asa. Penderitaan batin yaitu penderitaan
yang paling pedih, dan merupakan penderitaan yang adakalanya
menguji orang-orang kudus dan hamba-hamba Tuhan dengan ter-
amat berat. Semangat orang (KJV: “Roh orang” – pen.), dari orang-
orang hebat, tidak akan selalu dapat menanggung penderitaan-
nya, namun akan kendor dan tenggelam di bawahnya. Jika demi-
kian siapa akan memulihkan semangat yang patah?
III. Ia memandang dirinya sebagai orang yang sedang sekarat, yang
hatinya akan segera hancur sebab sedih (ay. 6): “Aku harus
tinggal di antara orang-orang mati (menjadi salah seorang dari
perkumpulan yang mengerikan itu), seperti orang-orang yang mati
dibunuh, terbaring dalam kubur, yang membusuk dan binasa tan-
pa siapa pun peduli dan memperhatikannya. Bahkan, aku harus
menjadi salah seorang yang tidak Kauingat lagi, salah satu jasad
yang tidak lagi Kaulindungi atau Kaupelihara, namun menjadi
mangsa empuk bagi kebinasaan dan cacing-cacing. Mereka ter-
putus dari kuasa-Mu, yang dulu dikerahkan untuk menopang dan
menjangkau mereka. namun , sebab sekarang tidak ada lagi kesem-
patan untuk itu, mereka terputus darinya dan terputus olehnya”
(sebab Tuhan tidak akan mengulurkan tangannya kepada dunia
orang mati, Ayb. 30:24, KJV). “Telah Kautaruh aku dalam liang
kubur yang paling bawah, sebawah-bawahnya, Kautaruh keada-
anku di bawah, rohku di bawah, dalam kegelapan, dalam tempat
yang dalam (ay. 7), tenggelam, dan tidak melihat terbukanya jalan
keluar, terpuruk serendah-rendahnya, dan siap untuk menyerah
tanpa harapan.” Seperti inilah hebatnya banyak orang baik men-
derita, sehingga mereka merasakan kesuraman mendalam dengan
penderitaan-penderitaan mereka. Pikiran mereka menjadi begitu
gelap mengenai masalah yang menimpa mereka itu akibat kekuat-
an kesedihan dan kelemahan iman.
IV. Ia terutama mengeluhkan murka Tuhan yang melawannya, yang
menanamkan pahitnya empedu ke dalam penderitaan dan ke-
sengsaraannya (ay. 8): Aku tertekan oleh panas murka-Mu. Sean-
dainya ia dapat memahami kebaikan dan kasih Tuhan dalam pen-
deritaannya, maka pastilah penderitaan itu akan terasa ringan
baginya. namun penderitaan itu terasa berat, sangat berat, bagi-
nya, sehingga sebentar lagi ia akan tenggelam dan terkulai di
dalamnya. Kesan-kesan yang ditinggalkan murka ini pada rohnya
yaitu ombak Tuhan yang dengannya Ia menghantamnya, yang
bergulung ke atasnya, yang datang bertubi-tubi, sehingga belum
sempat ia pulih dari satu pemikiran yang gelap, ia sudah ditekan
oleh pemikiran gelap yang lain. Ombak-ombak ini bergemuruh
dan mengamuk menerpanya. Bukan sedikit, melainkan semua
ombak Tuhan dipakai untuk menghantam dan merobohkannya.
Bahkan anak-anak yang dikasihi Tuhan sekalipun kadang-kadang
merasa khawatir kalau-kalau mereka dianggap sebagai anak-anak
yang dimurkai-Nya, dan tidak ada kesukaran lahiriah lain yang
dapat menekan mereka dengan begitu berat selain dari kekha-
watiran itu.
V. Penderitaannya semakin bertambah sebab sahabat-sahabatnya
meninggalkan dia dan menjadikan diri mereka sebagai orang-
orang asing baginya. saat kita dilanda masalah, kita akan me-
rasa sedikit banyak terhibur jika ada orang-orang di sekeliling kita
yang mengasihi kita, dan turut merasakan penderitaan kita.
namun orang yang baik ini tidak mempunyai seorang pun seperti
itu. Hal ini tidak membuat dia mendakwa mereka, menuduh
mereka berkhianat, atau menganggap mereka tidak tahu berteri-
ma kasih dan tidak berperikemanusiaan. Yang dilakukannya ada-
lah mengeluh kepada Tuhan dengan mata yang tertuju pada ta-
ngan-Nya dalam penderitaan ini (ay. 9): Telah Kaujauhkan kenal-
an-kenalanku dari padaku. Pemeliharaan ilahi telah menjauhkan
mereka, atau membuat mereka tidak mampu berbuat apa-apa
untuknya, atau merampas kasih sayang mereka darinya. Begitu-
lah, hubungan kita dengan setiap makhluk terjadi sebagaimana
Tuhan menjadikannya (dan tidak lebih dari itu). Jika kenalan-
kenalan lama kita malu akan diri kita, dan orang-orang yang dari-
nya kita mengharapkan kebaikan ternyata tidak baik, kita harus
menanggungnya dengan sabar dan berserah diri kepada kehendak
ilahi, sama seperti kita menanggung penderitaan-penderitaan lain
(Ayb. 19:13). Bahkan, teman-temannya bukan hanya menjadi
orang asing baginya, namun bahkan membencinya, sebab ia mis-
kin dan sedang kesusahan: “Telah Kaubuat aku menjadi kekejian
bagi mereka. Mereka tidak saja malu dengan diriku, namun juga
muak denganku, dan aku dipandang oleh mereka, bukan saja de-
ngan hina namun juga dengan penuh rasa jijik.” Janganlah orang
menganggap aneh pencobaan seperti ini, sebab Heman sendiri,
yang begitu terkenal akan kebijaksanaannya pun diabaikan, keti-
ka dunia tidak senang dengannya, seperti periuk yang tidak disu-
kai orang.
VI. Ia memandang bahwa keadaannya sudah tidak bisa ditolong lagi
dan sangat menyedihkan: “Aku tertahan dan tidak dapat keluar,
aku menjadi tawanan yang diawasi dengan ketat, aku terpenjara
di dalam murka ilahi, dan tidak terbuka satu pun jalan keluar.”
Oleh sebab itu, Ia terbaring dan tenggelam dalam permasalahan-
permasalahannya, sebab ia tidak melihat adanya kemungkinan
untuk keluar dari semua itu. Sebab demikianlah ia meratapi
dirinya (ay. 10): Mataku merana sebab sengsara. Kadang-kadang
melampiaskan kesedihan dengan menangis itu membuat lega
sebuah jiwa yang sedang gelisah. Namun, tangisan tidak boleh
menghalang-halangi doa. Kita harus menabur dengan air mata:
Mataku merana, namun Aku berseru kepada-Mu sepanjang hari.
Biarlah doa dan air mata keluar bersama-sama, maka keduanya
akan diterima bersama-sama. Telah Kudengar doamu dan telah
Kulihat air matamu.
Berseru kepada Tuhan
(88:11-19)
11 Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah
bangkit untuk bersyukur kepada-Mu? S e l a 12 Dapatkah kasih-Mu diberita-
Kitab Mazmur 88:11-19
1263
kan di dalam kubur, dan kesetiaan-Mu di tempat kebinasaan? 13 Diketahui
orangkah keajaiban-keajaiban-Mu dalam kegelapan, dan keadilan-Mu di
negeri segala lupa? 14 namun aku ini, ya TUHAN, kepada-Mu aku berteriak
minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu. 15 Meng-
apa, ya TUHAN, Kaubuang aku, Kausembunyikan wajah-Mu dari padaku? 16
Aku tertindas dan menjadi inceran maut sejak kecil, aku telah menanggung
kengerian dari pada-Mu, aku putus asa. 17 Kehangatan murka-Mu menimpa
aku, kedahsyatan-Mu membungkamkan aku, 18 mengelilingi aku seperti air
banjir sepanjang hari, mengepung aku serentak. 19 Telah Kaujauhkan dari
padaku sahabat dan teman, kenalan-kenalanku yaitu kegelapan.
Dalam ayat-ayat di atas,
I. Sang pemazmur bersoal jawab dengan Tuhan mengenai keadaan
menyedihkan yang tengah dialaminya (ay. 11-13): “Apakah Kau-
lakukan keajaiban bagi orang-orang mati, dan menghidupkan me-
reka kembali? Akankah orang-orang yang mati dan dikuburkan
bangkit untuk bersyukur kepada-Mu? Tidak, mereka menyerahkan
kepada anak-anak mereka untuk bangkit menggantikan mereka
memuji untuk Tuhan . Tidak seorang pun yang berharap bahwa
mereka sendirilah yang akan melakukannya. Dan untuk apakah
mereka bangkit, untuk apakah mereka hidup, selain untuk me-
muji Tuhan ? Seperti inilah kita harus menghabiskan kehidupan
yang ke dalamnya kita pertama-tama dilahirkan dan kehidupan
yang ke dalamnya kita berharap untuk dibangkitkan. namun da-
patkah kasih-Mu kepada umat-Mu diberitakan di dalam kubur,
entah oleh atau kepada orang-orang yang terbaring di sana? Dan
kesetiaan-Mu terhadap janji-Mu, akankah itu diberitahukan di
tempat kebinasaan? Diketahui orangkah keajaiban-keajaiban-Mu
dalam kegelapan, atau dikenal di sana? Juga, dikenalkah keadil-
an-Mu di dalam kubur, yaitu di negeri segala lupa, di mana orang
tidak ingat apa-apa, dan juga mereka sendiri tidak diingat? Jiwa
orang yang sudah meninggal boleh jadi tahu akan keajaiban-
keajaiban Tuhan dan menyatakan kesetiaan, keadilan, dan kasih
setia-Nya. Namun, jasad mereka tidak bisa. Mereka tidak dapat
menerima kebaikan-kebaikan Tuhan yang berupa penghiburan
atau membalas kebaikan-Nya itu dengan puji-pujian.” Nah, kita
tidak bisa menganggap soal jawab ini merupakan bahasa orang
yang putus asa, seolah-olah ia berpikir bahwa Tuhan tidak dapat
menolongnya atau tidak mau, apalagi sampai menduga bahwa
soal jawab ini mengisyaratkan ketidakpercayaan akan ke-
bangkitan orang mati pada akhir zaman. Sebaliknya, dengan soal
jawab ini ia berseru sedemikian rupa meminta Tuhan menolongnya
segera: “Tuhan, Engkau baik, Engkau setia, Engkau benar. Sifat-
sifat-Mu ini akan tampak nyata dalam kelepasanku. namun , jika
Engkau tidak bersegera membebaskanku, maka semuanya akan
terlambat. Sebab sebentar lagi aku akan mati dan tidak bisa
ditolong lagi, mati dan tidak mampu menerima penghiburan apa
pun.” Ayub kerap kali berseru seperti itu (Ayb. 7:8; 10:21).
II. Ia bertekad untuk tetap berdoa, dan terlebih lagi sebab pembe-
basan itu ditunda-tunda (ay. 13): “Kepada-Mu aku berteriak ber-
kali-kali, dan merasa terhibur dengan berbuat demikian, dan oleh
sebab itu aku akan tetap melakukannya. Pada waktu pagi doaku
datang ke hadapan-Mu.” Perhatikanlah, meskipun doa-doa kita
tidak dijawab dengan segera, kita tidak boleh menyerah untuk
berdoa, sebab penglihatan itu akan datang saatnya, dan pada
akhirnya ia akan berbicara, dan tidak berdusta. Tuhan menunda
jawaban untuk menguji kesabaran dan ketekunan kita dalam ber-
doa. Ia bertekad untuk mencari Tuhan semenjak dini, pada waktu
pagi, saat rohnya sedang bersemangat, dan sebelum pekerjaan
di siang hari mulai membuatnya kewalahan. Pada waktu pagi,
sesudah ia diombang-ambingkan dengan berbagai kekhawatiran,
dan pikiran-pikiran yang penuh dukacita dalam kesendirian dan
keheningan malam. namun , bagaimanakah ia dapat berkata, doa-
ku datang ke hadapan-Mu? Bukan seolah-olah ia bisa bangun
lebih awal untuk berdoa supaya ia bisa mendahului Tuhan dalam
mendengar dan menjawabnya. Sebab Tuhan tidak tertidur ataupun
terlelap. namun ini menunjukkan bahwa ia akan bangun lebih
awal dibandingkan biasanya untuk berdoa, untuk mendahului waktu
berdoanya yang biasa ia lakukan. Semakin berat penderitaan kita,
semakin gigih dan bersungguh-sungguh kita seharusnya dalam
berdoa. “Doaku akan menghadap Engkau, dan segera menyong-
song-Mu. Doaku tidak akan tinggal diam menantikan belas kasih-
an muncul, namun akan terbang menjangkaunya dengan iman dan
pengharapan bahkan sebelum fajar menyingsing.” Tuhan sering
kali mendahului doa-doa dan pengharapan-pengharapan kita de-
ngan belas kasihan-Nya. Marilah kita mendahului belas kasihan-
Nya dengan doa-doa dan pengharapan-pengharapan kita.
III. Ia menetapkan apa yang akan dikatakannya kepada Tuhan di da-
lam doa.
1. Dengan rendah hati ia akan bersoal jawab dengan Tuhan me-
ngenai keadaannya saat ini yang sangat sengsara dan men-
derita (ay. 15): “Mengapa, ya TUHAN, Kaubuang aku? Apakah
yang membuat-Mu sampai memperlakukan aku sebagai se-
orang yang ditinggalkan? Beritahukanlah aku, mengapa Eng-
kau beperkara dengan aku.” Ia berbicara dengan rasa heran
bahwa Tuhan sampai membuang seorang hamba yang sudah
lama mengabdi kepada-Nya, sampai membuang seseorang
yang bertekad untuk tidak membuang-Nya: “Tidak heran jika
manusia membuang aku. namun Tuhan, mengapa Engkau me-
lakukannya, sedangkan karunia-karunia dan panggilan-pang-
gilan-Mu tidak bisa ditarik kembali? Mengapa Kausembunyi-
kan wajah-Mu, seperti orang yang sedang marah kepadaku,
yang tidak hendak melakukan kebaikan bagiku atau tidak
mau membuatku tahu bahwa Engkau memiliki kebaikan itu?”
Tidak ada hal lain yang begitu mendukakan anak Tuhan selain
jika Tuhan menyembunyikan wajah-Nya dari dia. Tidak ada
yang begitu ditakutkannya selain jika Tuhan membuang jiwa-
nya. Jika matahari tertutup awan, maka bumi menjadi gelap.
Jika matahari meninggalkan bumi, dan sampai membuang-
nya, betapa gelap gulitanya bumi ini!
2. Dengan rendah hati ia akan mengulangi keluhan-keluhan
yang sama yang sudah diutarakannya sebelumnya, sampai
Tuhan menaruh belas kasihan kepadanya. Dua hal yang dike-
luhkannya kepada Tuhan :
(1) Bahwa Tuhan menjadi kengerian baginya: Aku telah menang-
gung kengerian dari pada-Mu (ay. 16). Ia terus-menerus
dilanda berbagai kekhawatiran akan murka Tuhan melawan
dia sebab dosa-dosanya, dan akan akibat-akibat dari mur-
ka itu. Ia menjadi ketakutan bila memikirkan Tuhan , memi-
kirkan bagaimana ia akan jatuh ke dalam tangan-Nya dan
berdiri di hadapan-Nya untuk menerima ajalnya. Ia berkeri-
ngat dingin dan gemetar sebab khawatir akan murka
Tuhan kepadanya dan akan kengerian kedahsyatan-Nya.
Perhatikanlah, bahkan orang-orang yang dirancang untuk
menerima kebaikan-kebaikan Tuhan boleh jadi, untuk
sementara waktu, menanggung kengerian-kengerian dari-
Nya. Roh yang mengangkat kita menjadi anak pada mula-
nya membelenggu kita dalam ketakutan. Ayub yang malang
mengeluhkan kengerian dan kedahsyatan Tuhan yang se-
perti pasukan melawan dia (Ayb. 6:4). Di sini si pemazmur
menjelaskan dirinya sendiri, dan memberi tahu kita apa
yang dimaksudkannya dengan kengerian-kengerian dari
Tuhan itu, yaitu kehangatan murka-Nya. Marilah kita lihat
kesan-kesan mengerikan apa yang telah ditinggalkan oleh
kengerian-kengerian itu dalam dirinya, seberapa dalam ke-
ngerian-kengerian itu melukainya.
[1] Kengerian itu nyaris merenggut nyawanya: “Aku begitu
tertindas oleh sebab semua itu sehingga aku menjadi
incaran maut, dan” (menurut kata yang digunakan di
sini) “siap menyerahkan nyawa. Kedahsyatan-Mu mem-
bungkamkan aku” (ay. 17). Apa itu neraka, kemusnahan
kekal itu, yang dengannya orang-orang berdosa yang
terkutuk dibuang dari Tuhan dan dari segala kebaha-
giaan untuk selama-lamanya, selain bahwa kengerian-
kengerian Tuhan menerkam dan memangsa hati nurani
mereka yang bersalah?
[2] Kengerian itu nyaris menghilangkan akal sehatnya: Aku
telah menanggung kengerian dari pada-Mu, aku putus
asa. Akibat menyedihkan dari kengerian-kengerian
Tuhan ini telah menimpa banyak orang, dan juga ke
atas sebagian orang yang baik. Akibatnya, mereka se-
perti kehilangan jiwa mereka sendiri, dan ini sungguh
memilukan, patut mendapat belas kasihan yang ter-
amat sangat.
[3] Keadaan ini sudah berlangsung lama: Sejak kecil, aku
telah menanggung kengerian dari pada-Mu. Sejak kecil
ia sudah menderita banyak kesedihan, dan dididik da-
lam dukacita, di bawah disiplin sekolah penderitaan.
Jika kita memulai hari-hari kita dengan permasalahan,
dan hari-hari dukacita kita sudah diperpanjang sedemi-
kian lama, janganlah kita menganggapnya aneh, namun
baiklah pencobaan menghasilkan kesabaran. Tampak-
nya bisa dilihat bahwa Heman, yang terkenal bijak dan
baik, tertindas dan menjadi inceran maut, dan menang-
gung kengerian-kengerian dari Tuhan , sejak kecil. Demi-
kianlah banyak orang mendapati bahwa sungguh baik
bagi mereka untuk menanggung kuk pada masa muda
mereka, supaya dukacita terasa lebih baik bagi mereka
dibandingkan canda tawa. Dan sebab sudah banyak men-
derita dan kerap kali menjadi incaran maut saat ma-
sih muda, maka mereka, dengan anugerah Tuhan , kini
sudah begitu terbiasa hidup sungguh-sungguh dan
tidak melekat pada dunia ini. Semua ini sangat berguna
bagi mereka di sepanjang hidup mereka. Terkadang
orang-orang yang dirancang Tuhan untuk melakukan
pelayanan-pelayanan besar dipersiapkan dengan per-
masalahan seperti ini.
[4] Penderitaannya kini menjadi-jadi, dan lebih buruk dari-
pada sebelum-sebelumnya. Kengerian-kengerian Tuhan
kini mengepungnya serentak, sehingga dari segala pen-
juru ia diserang dengan berbagai macam permasalahan,
dan tidak merasakan embusan angin sejuk dari arah
mana pun. Mereka mendobrak masuk secara bersama-
an untuk menyerangnya seperti air banjir. Dan ini ter-
jadi setiap hari, sepanjang hari. Ini membuat dia tidak
bisa beristirahat, tidak ada waktu jeda, bahkan waktu
untuk bernafas atau sela waktu untuk berpikir, secer-
cah harapan pun tidak. Seperti itulah kekacauan yang
menimpa orang yang sangat bijak dan baik. Ia dikeli-
lingi oleh begitu banyak kengerian sehingga tidak bisa
menemukan tempat perlindungan atau pembaringan di
mana saja di bawah angin.
(2) Bahwa tidak seorang pun teman yang dimilikinya di dunia
ini dapat menghiburnya (ay. 19): Telah Kaujauhkan dari
padaku sahabat dan teman. Sebagian dari mereka sudah
mati, sementara sebagian yang lain menjauh, dan mungkin
banyak yang tidak baik hati. Di samping penghiburan dari
agama, ada juga penghiburan dari teman-teman dan ma-
syarakat. Oleh sebab itu, jika kita tidak mempunyai teman
(dalam kehidupan ini), maka kita nyaris tidak punya
penghiburan. Dan bagi orang-orang yang sudah mempu-
nyai teman, namun kemudian kehilangan mereka, kesu-
sahan yang mereka alami akan terasa semakin berat. De-
ngan hal inilah si pemazmur di sini mengakhiri keluhan-
nya, seolah-olah ini merupakan sesuatu yang melengkapi
kesengsaraannya dan memberi entakan penutup pada
nada sedih yang dilantunkannya. Jika teman-teman kita
dijauhkan dari kita oleh pemeliharaan ilahi yang mencerai-
beraikan mereka, bahkan jika dengan kematian kenalan-
kenalan kita dipindahkan ke dalam kegelapan, maka me-
mang beralasanlah bagi kita untuk memandangnya sebagai
penderitaan yang pedih. Walaupun begitu, kita harus meng-
akui iman kepercayaan kita akan Tuhan dan berserah diri ke
dalam tangan-Nya dalam menghadapi semuanya itu.
PASAL 89
anyak mazmur yang memulai dengan keluhan dan doa berakhir
dengan sukacita dan pujian, namun mazmur ini justru memulai
dengan sukacita dan pujian dan berakhir dengan keluhan-keluhan
dan permohonan-permohonan yang sedih. Ini di sebab kan si pemaz-
mur pertama-tama mengingat kembali kebaikan-kebaikan Tuhan pada
masa-masa lalu, dan kemudian dengan mempertimbangkan semua
kebaikan itu, ia memperbesar penderitaan-penderitaan pada saat ini.
Tidaklah pasti kapan mazmur ini ditulis. Satu hal yang pasti, secara
umum mazmur itu ditulis saat kejayaan keluarga Daud sudah me-
mudar secara mengenaskan. Sebagian orang berpikir bahwa mazmur
ini ditulis pada waktu pembuangan di Babel, saat Raja Zedekia di-
hina dan dipermalukan oleh Nebukadnezar, sehingga sebab itu arti
dari judulnya jelas menunjukkan bahwa mazmur ini digubah meng-
ikuti nada sebuah nyanyian dari Etan anak Zerah, yang disebut
Maschil (nyanyian pengajaran – pen.). Sementara sebagian orang lain
lagi beranggapan bahwa mazmur ini ditulis oleh Etan, yang disebut-
kan dalam kisah tentang Salomo, yang sebab pernah mengalami ke-
hidupan di zaman raja yang mulia itu, meratapi sedemikian rupa peng-
hinaan besar yang ditimpakan kepada keluarga Daud pada masa
pemerintahan berikutnya melalui pemberontakan sepuluh suku Israel.
I. Si pemazmur, pada bagian yang gembira, memberi kemuliaan
kepada Tuhan , dan mendapat penghiburan bagi dirinya sendiri
dan bagi sahabat-sahabatnya. Hal ini dilakukannya secara
lebih singkat, seraya menyebutkan kasih setia dan kebenaran
Tuhan (ay. 2) dan kovenan-Nya (ay. 3-5), namun secara lebih
panjang lebar dalam ayat-ayat berikutnya, yang di dalamnya,
1. Ia memuja kemuliaan dan kesempurnaan Tuhan (ay. 6-15).
2. Ia menghibur dirinya sendiri dengan kebahagiaan orang-
orang yang diperbolehkan bersekutu dengan-Nya (ay. 16-19).
3. Ia membangun segala pengharapannya di atas kovenan
Tuhan dengan Daud, yang yaitu pelambang Kristus (ay.
20-38).
II. Pada bagian yang menyedihkan hati dari mazmur ini, ia me-
ratapi kekacauan yang tengah melanda raja dan keluarganya
(ay. 39-46), bersoal jawab dengan Tuhan tentangnya (ay. 47-
50), dan kemudian menutup dengan doa meminta pemulihan
(ay. 51-52).
Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus mempunyai pikiran-
pikiran yang luhur tentang Tuhan , iman yang hidup akan kovenan-
Nya dengan Sang Penebus, dan bela rasa terhadap jemaat-jemaat
yang sedang menderita.
Kasih Setia dan Kesetiaan Ilahi
(89:1-5)
1 Nyanyian pengajaran Etan, orang Ezrahi. 2 Aku hendak menyanyikan kasih
setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu de-
ngan mulutku turun-temurun. 3 Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk sela-
ma-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. 4 Engkau telah berkata:
“Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah
kepada Daud, hamba-Ku: 5 Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan
anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun.” S e l a
Si pemazmur mempunyai sebuah keluhan yang sangat sedih untuk
disampaikan tentang keadaan keluarga Daud yang mengenaskan
pada saat ini, namun demikian ia memulai mazmur ini dengan
kidung-kidung pujian. Sebab kita, dalam segala sesuatu, dan dalam
segala keadaan, harus mengucap syukur senantiasa. Demikianlah
kita harus mempermuliakan Tuhan di dalam api. Kita biasanya ber-
pikir saat sedang mengalami masalah, bahwa kita akan mendapat
ketenangan dengan mengeluh. Namun sebenarnya kita bisa menda-
patkan yang lebih dari itu, kita bisa mendapat sukacita, dengan me-
muji-muji Dia. Oleh sebab itu, baiklah keluhan-keluhan kita diubah
menjadi ucapan syukur. Begitulah, dalam perikop di atas kita men-
dapati apa yang bisa menjadi pokok pujian dan ucapan syukur bagi
kita pada masa-masa yang terburuk, apakah itu pengalaman pribadi
atau kejadian yang menyangkut orang banyak, yakni bahwa
1. Bagaimanapun keadaannya, Tuhan yang kekal itu baik dan benar
(ay. 2). Meskipun mungkin sulit bagi kita untuk mengerti tindak-
an-tindakan Pemeliharaan ilahi yang gelap pada saat ini dengan
kebaikan dan kebenaran Tuhan , namun kita harus memegang
teguh asas ini, bahwa kasih setia Tuhan tiada habis-habisnya dan
kebenaran-Nya tidak dapat diganggu gugat. Dan ini haruslah
menjadi pokok sukacita dan pujian kita: “Aku hendak menyanyi-
kan kasih setia TUHAN selama-lamanya, menyanyikan lagu pujian
untuk menghormati Tuhan , lagu gembira untuk menghibur diriku
sendiri, dan Maschil, nyanyian pengajaran, untuk membangun
orang lain.” Kita bisa bernyanyi memuji kasih setia Tuhan terus-
menerus untuk selama-lamanya, dan pokok pujian ini tidak akan
pernah menjadi usang. Kita harus bernyanyi memuji kasih setia
Tuhan selama kita hidup, mendidik orang lain untuk menyanyikan-
nya supaya jika kita sudah tiada mereka bisa menyanyikan-
nya. Dan kita harus berharap kelak kita menyanyikannya juga di
sorga, dunia tanpa akhir itu. Inilah yang dinamakan menyanyikan
kasih setia TUHAN selama-lamanya. Dengan mulutku, dan dengan
penaku (sebab dengan pena juga kita berbicara), hendak kuperke-
nalkan kesetiaan-Mu turun-temurun, dengan meyakinkan keturun-
anku, berdasar pengamatan dan pengalamanku sendiri, bah-
wa Tuhan itu setia dengan setiap perkataan yang telah diucapkan-
Nya, bahwa mereka bisa belajar menaruh kepercayaan kepada
Tuhan (78:7).
2. Bagaimana pun keadaannya, kovenan kekal itu teguh dan pasti
(ay. 3-5). Di sini kita mendapati,
(1) Iman dan pengharapan si pemazmur: “Segala sesuatunya kini
tampak hitam, dan mengancam kemusnahan keluarga Daud
untuk selama-lamanya. namun aku telah berkata, dan aku
mempunyai jaminan dari firman Tuhan untuk mengatakannya,
bahwa kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya.” Jika
kebaikan yang menjadi sifat Tuhan menjadi pokok nyanyian
kita (ay. 2), maka terlebih lagi kasih setia yang dibangun un-
tuk kita di dalam kovenan. Kasih setia itu masih akan bertam-
bah, seperti rumah yang sedang dibangun, dan akan melang-
gengkan peristirahatan kita untuk selama-lamanya, seperti
rumah yang sudah berdiri. Kasih setia itu akan dibangun un-
tuk selama-lamanya. Sebab tempat kediaman kekal yang kita
harapkan di Yerusalem baru berasal dari bangunan ini. Jika
kasih setia akan dibangun untuk selama-lamanya, maka pon-
dok Daud, yang telah roboh, akan didirikan kembali reruntuh-
annya, dan akan dibangun kembali seperti di zaman dahulu
kala (Am. 9:11). Oleh sebab itu, kasih setia akan dibangun un-
tuk selama-lamanya, sebab kesetiaan-Mu tegak seperti langit.
Meskipun pengharapan-pengharapan kita akan hal-hal terten-
tu dikecewakan, namun janji-janji Tuhan tidak dibatalkan. Jan-
ji-janji-Nya ditegakkan di langit (maksudnya, di dalam kepu-
tusan-keputusan kehendak-Nya yang kekal). Semua janji-Nya
melampaui perubahan-perubahan yang terjadi di dunia bawah
ini dan berada di luar jangkauan perlawanan neraka dan
bumi. Sifat tidak berubah dari langit merupakan pelambang
dari kebenaran firman Tuhan . Langit bisa saja tertutup oleh
kabut yang naik dari bumi, namun ia tidak bisa disentuh, tidak
bisa diubah olehnya.
(2) Sebuah ringkasan dari kovenan yang di atasnya iman dan
pengharapan ini dibangun: Aku telah mengatakannya, ujar si
pemazmur, sebab Tuhan telah bersumpah, bahwa para ahli
waris kovenan dapat dipuaskan sepenuhnya dengan keputus-
an kehendak-Nya yang tidak dapat diubah. Ia menunjukkan
Tuhan yang berbicara (ay. 4), yang mengakui, bagi penghiburan
umat-Nya, “Telah Kuikat perjanjian, dan oleh sebab itu Aku
akan membuatnya sebagai sesuatu yang baik.” Kovenan ini
dibuat dengan Daud. Kovenan kerajaan dibuat dengannya, se-
bagai kepala keluarga, dan dengan keturunannya melalui dia
dan demi dia, yang mewakili kovenan anugerah yang dibuat
dengan Kristus sebagai kepala jemaat dan dengan semua
orang percaya sebagai keturunan-Nya secara rohani. Di sini
Daud disebut sebagai orang pilihan Tuhan dan hamba-Nya.
Dan, sama seperti Tuhan tidak dapat berubah untuk menarik
kembali apa yang sudah dipilih-Nya sendiri, demikian pula Ia
bukannya tidak benar sampai membuang orang yang sudah
melayani-Nya. Dua hal mendorong si pemazmur untuk mem-
bangun imannya di atas kovenan ini:
[1] Sahnya kovenan itu. Kovenan itu diteguhkan dengan sum-
pah: TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal.
[2] Keberlanjutannya. Berkat-berkat kovenan tidak hanya dise-
diakan bagi Daud sendiri, namun juga turut diwariskan ke-
pada keluarganya. Telah dijanjikan bahwa keluarganya
akan tetap berlanjut – untuk selama-lamanya Aku hendak
menegakkan anak cucumu, sehingga Daud tidak akan keku-
rangan anak untuk memerintah (Yer. 33:20-21). Dan bahwa
keluarga itu akan tetap menjadi keluarga kerajaan – Aku
akan membangun takhtamu turun-temurun, pada semua
angkatan di sepanjang masa. Hal ini digenapi di dalam
Kristus, yang berasal dari keturunan Daud, yang hidup
untuk selama-lamanya, yang kepada-Nya Tuhan telah me-
nyerahkan takhta dari bapa leluhurnya-Nya, yaitu Daud.
Juga, besar kekuasaan-Nya, dan damai sejahtera tidak
akan berkesudahan. Tentang kovenan ini si pemazmur akan
kembali berbicara dengan lebih panjang lebar (ay. 20, dst.)
Kuasa dan Keadilan Ilahi;
Kemuliaan Tuhan Dirayakan
(89:6-15)
6 Sebab itu langit bersyukur sebab keajaiban-keajaiban-Mu, ya TUHAN,
bahkan sebab kesetiaan-Mu di antara jemaah orang-orang kudus. 7 Sebab
siapakah di awan-awan yang sejajar dengan TUHAN, yang sama seperti
TUHAN di antara penghuni sorgawi? 8 Tuhan disegani dalam kalangan orang-
orang kudus, dan sangat ditakuti melebihi semua yang ada di sekeliling-Nya.
9 Ya TUHAN, Tuhan semesta alam, siapakah seperti Engkau? Engkau kuat, ya
TUHAN, dan kesetiaan-Mu ada di sekeliling-Mu. 10 Engkaulah yang memerin-
tah kecongkakan laut, pada waktu naik gelombang-gelombangnya, Engkau
juga yang meredakannya. 11 Engkaulah yang meremukkan Rahab seperti
orang terbunuh, dengan lengan-Mu yang kuat Engkau telah mencerai-
beraikan musuh-Mu. 12 Punya-Mulah langit, punya-Mulah juga bumi, dunia
serta isinya Engkaulah yang mendasarkannya. 13 Utara dan selatan, Engkau-
lah yang menciptakannya, Tabor dan Hermon bersorak-sorai sebab nama-
Mu. 14 Punya-Mulah lengan yang perkasa, kuat tangan-Mu dan tinggi tangan
kanan-Mu. 15 Keadilan dan hukum yaitu tumpuan takhta-Mu, kasih dan
kesetiaan berjalan di depan-Mu.
Ayat-ayat di atas penuh dengan puji-pujian kepada Tuhan .
Lihatlah :
I. Di mana, dan oleh siapa, Tuhan harus dipuji.
1. Tuhan dipuji oleh para malaikat di atas: Langit bersyukur kare-
na keajaiban-keajaiban-Mu, ya TUHAN (ay. 6). Maksudnya,
“para penghuni dunia atas yang mulia itu terus-menerus
merayakan puji-pujian kepada-Mu.” Pujilah TUHAN, hai malai-
kat-malaikat-Nya (103: 20). Pekerjaan-pekerjaan Tuhan merupa-
kan suatu keajaiban bahkan bagi orang-orang yang paling de-
kat dan mengenal pekerjaan-pekerjaan-Nya itu. Semakin pe-
kerjaan-pekerjaan Tuhan diketahui, semakin semua itu akan
dipuja dan dipuji. Hal ini haruslah membuat kita mengasihi
sorga, dan rindu untuk berada di sana, sebab di sana kita
tidak akan berbuat hal lain selain memuji Tuhan dan keajaiban-
keajaiban-Nya.
2. Tuhan dipuji oleh jemaah orang-orang kudus-Nya di bumi (pu-
jian menantikan-Nya di Sion). Meskipun puji-pujian mereka
masih kalah jauh dibandingkan dengan puji-pujian para
malaikat, namun Tuhan berkenan memperhatikannya, mene-
rimanya, dan merasa dihormati olehnya. “Kesetiaan-Mu dan
kebenaran janji-Mu, yaitu batu karang yang di atasnya jemaat
dibangun, akan dipuji di antara jemaah orang-orang kudus,
yang segenap hidupnya berutang pada kesetiaan itu, dan yang
senantiasa menjadi penghiburan mereka yaitu bahwa ada
janji, dan bahwa Ia yang telah berjanji yaitu setia.” Orang-
orang kudus kepunyaan Tuhan di bumi diharapkan untuk
memuji-Nya. Sebab, siapa lagi yang akan melakukannya jika
mereka tidak? Kiranya setiap orang kudus memuji-Nya, dan
terutama jemaah orang-orang kudus. jika mereka datang
berkumpul, baiklah mereka bergabung dalam memuji Tuhan .
Semakin banyak semakin baik, semakin lebih menyerupai
sorga. Tentang kehormatan yang diberikan kepada Tuhan oleh
jemaah orang-orang kudus si pemazmur berbicara lagi (ay. 8):
Tuhan disegani dalam kalangan orang-orang kudus. Orang-
orang kudus harus berkumpul untuk beribadah, supaya mere-
ka dapat memberi pengakuan di hadapan orang banyak
akan hubungan mereka dengan Tuhan , dan dapat menggugah
satu sama lain untuk memberi penghormatan kepada-Nya.
Begitulah, dengan menjaga persekutuan dengan Tuhan , mereka
juga dapat memelihara persekutuan di antara orang-orang
kudus. Dalam perkumpulan-perkumpulan ibadah, Tuhan telah
menjanjikan kehadiran anugerah-Nya. Walaupun demikian,
kita juga harus di dalam perkumpulan itu mengarahkan pan-
dangan kita kepada hadirat-Nya yang mulia, sehingga ke-
akraban kita dengan-Nya tidak menumbuhkan sikap kurang
ajar sedikit pun. Sebab, Ia dahsyat di tempat kudus-Nya, dan
oleh sebab itu harus sangat ditakuti. Rasa hormat yang kudus
Kitab Mazmur 89:6-15
1275
kepada Tuhan harus menyelimuti kita dan memenuhi kita, se-
tiap kali kita mendekat kepada Tuhan , bahkan saat kita mela-
kukannya secara pribadi. Rasa hormat yang kudus ini seyog-
yanya diiringi oleh suasana khidmat dalam perkumpulan
jemaah. Tuhan haruslah sangat ditakuti melebihi semua yang
ada di sekeliling-Nya, yang senantiasa melayani-Nya sebagai
hamba-hamba-Nya atau yang mendekati-Nya sebab suatu
tugas tertentu (Im. 10:3). Pelayanan orang berkenan kepada
Tuhan bila mereka melayani-Nya dengan hormat dan takut (Ibr.
12:28).
II. Apa itu memuji Tuhan . Memuji Tuhan berarti mengakui Dia sebagai
Keberadaan yang kesempurnaan-Nya tiada tertandingi, sehingga
tiada satu pun dapat menyerupai-Nya, atau yang dapat diban-
dingkan dengan-Nya (ay. 7). Seandainya ada makhluk-makhluk
yang mengaku-ngaku dapat bersaing dengan Tuhan , pastilah
makhluk-makhluk itu ditemukan di antara para malaikat. namun
mereka semua jelas-jelas kalah jika dibandingkan dengan-Nya:
Sebab siapakah di awan-awan yang sejajar dengan TUHAN, se-
hingga dapat menantang untuk berbagi penghormatan dan pe-
mujaan yang hanya layak diberikan kepada-Nya? Siapa pula yang
menantang Dia untuk bersaing mendapatkan penghormatan dari
anak-anak manusia? Para malaikat yaitu orang-orang perkasa,
namun siapakah di antara mereka yang dapat diserupakan dengan
Tuhan? Kaum bangsawan yaitu sahabat para raja, dan ada
kesamaan di antara mereka. namun tidak ada kesamaan apa pun
antara Tuhan dan para malaikat. Mereka bukanlah teman-teman
yang sejajar dengan-Nya. Dengan siapa hendak kamu samakan
Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus (Yes.
40:25). Hal ini ditekankan lagi (ay. 9): Siapakah seperti Engkau?
Engkau kuat, ya TUHAN? Tidak ada malaikat atau penguasa du-
nia mana pun yang dapat dibandingkan dengan Tuhan , atau yang
mempunyai lengan seperti Dia, atau dapat bersuara menggelegar
seperti Dia. Kesetiaan-Mu ada di sekeliling-Mu. Maksudnya, “ma-
laikat-malaikat-Mu yang ada di sekeliling-Mu melayani-Mu de-
ngan puji-pujian mereka dan siap sedia melaksanakan tugas-Mu,
semuanya setia.” Atau, lebih tepatnya, “Dalam segala sesuatu
yang Kauperbuat, dari segala sudut, Engkau membuktikan diri-
Mu setia terhadap firman-Mu, mengatasi semua raja atau pengua-
1276
sa mana pun.” Di antara manusia, sering kali ditemukan bahwa
orang-orang yang paling sanggup melanggar perkataan mereka
yaitu mereka yang paling ceroboh menjaganya. namun Tuhan itu
kuat dan juga setia. Ia sanggup melakukan apa saja, namun tidak
akan pernah melakukan suatu hal yang tidak adil.
III. Kemuliaan apa yang harus kita berikan dalam puji-pujian kita ke-
pada Tuhan . Ada beberapa hal yang disebutkan di sini,
1. Perintah Tuhan kepada ciptaan-ciptaan yang paling tidak bisa
diatur (ay. 10): Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut,
sesuatu yang paling menakutkan atau mengancam, dan yang
tidak bisa dikendalikan oleh kuasa manusia. Ombaknya tidak
bisa naik lebih tinggi, bergulung lebih jauh, menerjang lebih
keras, dan berlangsung lebih lama, atau melukai lebih dalam,
melebihi apa yang diizinkan Tuhan . “Pada waktu naik gelom-
bang-gelombangnya, Engkau dapat segera menidurkannya,
menenangkannya, dan mendiamkannya, dan mengubah badai
menjadi ketenangan.” Hal ini dibicarakan di sini sebagai tin-
dakan yang mahakuasa, maka dengan demikian manusia
apakah Tuhan Yesus itu, sehingga angin dan danau pun taat
kepada-Nya?
2. Kemenangan-kemenangan yang telah diperoleh Tuhan atas mu-
suh-musuh jemaat-Nya. Kekuasaan-Nya atas kecongkakan
laut dan perbuatan-Nya yang menenangkan gelombang-gelom-
bangnya merupakan pelambang akan hal ini (ay. 11): Engkau-
lah yang meremukkan Rahab, banyak musuh yang congkak
(begitulah yang dilambangkan dengan Rahab di sini), khusus-
nya Mesir, yang kadang-kadang disebut Rahab, Engkau han-
curkan berkeping-keping, seperti orang yang mati terbunuh
dan tidak sanggup untuk bangkit kembali. “ sebab kepalanya
sudah hancur, Engkau mencerai-beraikan bagian-bagian tu-
buh yang lain dengan lengan-Mu yang kuat.” Tuhan mempunyai
lebih dari satu cara untuk menghadapi musuh-musuh-Nya
dan musuh-musuh jemaat-Nya. Kita mungkin berpikir bahwa
seharusnya Ia membunuh saja mereka dengan segera, namun
adakalanya Ia mencerai-beraikan mereka, supaya Ia dapat
menghalau mereka ke bangsa-bangsa lain sebagai tugu peri-
ngatan akan keadilan-Nya (59:12). Ingatan akan kehancuran
Mesir dengan berkeping-keping ini merupakan penghiburan
Kitab Mazmur 89:6-15
1277
bagi jemaat, saat mereka ada dalam kekuasaan Babel pada
saat ini. Sebab, Tuhan tetaplah sama.
3. Kepemilikan-Nya yang tidak dapat dibantah atas semua makh-
luk ciptaan di dunia atas dan bawah (ay. 12-13): “Manusia di-
hormati sebab harta benda mereka yang banyak. Namun,
punya-Mulah langit, punya-Mulah juga bumi. sebab itu kami
memuji-Mu, sebab itu kami percaya kepada-Mu, sebab itu
kami tidak akan takut akan apa yang dapat diperbuat manu-
sia terhadap kami. Dunia serta isinya, segala kekayaan yang
terkandung di dalamnya, semua penghuninya, baik itu tem-
pat-tempat kediaman maupun mereka yang mendiaminya, se-
muanya milik-Mu. Sebab, Engkaulah yang mendasarkannya,”
dan sudah sepantasnya Sang Pendiri menyatakan diri sebagai
Sang Pemilik. Si pemazmur berbicara secara khusus lagi ten-
tang,
(1) Bagian-bagian dunia yang paling ujung, utara dan selatan,
bangsa-bangsa yang terletak di dua kutub, yang tidak ber-
penghuni dan yang sedikit dikenal: “Engkaulah yang men-
ciptakannya, dan oleh sebab itu Engkau mengetahuinya,
merawatnya, dan layak mendapat penghormatan dan puji-
an darinya.” Utara dikatakan dibentangkan di atas keko-
songan. Namun segala isi yang ada di sana, Tuhan -lah yang
memilikinya.
(2) Bagian-bagian dunia yang paling atas. Ia menyebutkan dua
bukit tertinggi di Kanaan, yaitu “Tabor dan Hermon” (yang
satu terletak di sebelah barat, dan yang lain di sebelah
timur). “Keduanya ini akan bersukacita dalam nama-Mu,
sebab mereka berada di bawah perhatian dan pemelihara-
an-Mu, dan mereka menghasilkan persembahan-persembah-
an bagi mezbah-Mu.” Bukit-bukit kecil dikatakan bersorak-
sorai sebab kesuburan mereka (65:13). Tabor umumnya
dianggap sebagai bukit tinggi yang ada di Galilea itu, yang
di atasnya Kristus berubah rupa. Jadi sungguh benarlah
dikatakan bahwa ia bersorak-sorai mendengar suara yang
terdengar di sana, “Inilah Anak yang Kukasihi.”
4. Kuasa dan keadilan, kasih setia dan kebenaran, yang dengan-
nya Ia memerintah dunia dan mengatur perkara anak-anak
manusia (ay. 14-15).
1278
(1) Tuhan sanggup berbuat apa saja. Sebab Dialah Tuhan Tuhan
Yang Mahakuasa. Lengan-Nya, tangan-Nya, perkasa dan
kuat, baik untuk menyelamatkan umat-Nya maupun untuk
menghancurkan musuh-musuh-Nya dan musuh-musuh
mereka. Tidak ada orang yang dapat menangkis kekuatan
atau menahan beban tangan-Nya yang perkasa. Tinggi ta-
ngan kanan-Nya, sanggup menjangkau yang tertinggi, bah-
kan menjangkau mereka yang menempatkan sarang mere-
ka di antara bintang-bintang (Am. 9:2-3; Ob. 1:4). Tangan
kanan-Nya ditinggikan dalam apa yang telah diperbuat-
Nya, sebab dalam beribu-ribu contoh Ia telah memperlihat-
kan kuasa-Nya (118:16).
(2) Ia tidak pernah, dan tidak akan pernah, berbuat apa saja
yang tidak adil atau tidak bijak. Sebab, keadilan dan hu-
kum yaitu tumpuan takhta-Nya. Tidak satu pun dari se-
mua titah atau ketentuan-Nya yang pernah melenceng dari
aturan keadilan dan hikmat, dan juga tidak seorang pun
yang dapat mendakwa Tuhan atas ketidakadilan atau kebo-
dohan. Keadilan dan hukum mempersiapkan takhta-Nya
(begitu menurut sebagian orang), menegakkannya (menu-
rut sebagian yang lain). Segala persiapan bagi pemerintah-
an-Nya yang dibuat dalam keputusan kehendak-Nya sejak
dari kekekalan, dan penegakan pemerintahan itu sampai
pada kekekalan juga, merupakan keadilan dan hukum.
(3) Ia selalu berbuat apa yang baik terhadap umat-Nya dan
sesuai dengan firman yang sudah diucapkan-Nya: “Kasih
dan kesetiaan berjalan di depan-Mu, untuk mempersiapkan
jalan-Mu, seperti pembuka jalan yang memberi jalan
bagi-Mu – kasih dalam berjanji, dan kesetiaan dalam me-
laksanakannya – kesetiaan dalam bertindak sesuai dengan
firman-Mu, dan kasih dalam melakukan bahkan yang lebih
baik lagi.” Betapa patut dipujinya segala sifat ini pada orang-
orang besar, apalagi pada Tuhan yang mahabesar, yang di
dalam-Nya segala sifat itu ada dalam kesempurnaan!
Kitab Mazmur 89:16-19
1279
Kebahagiaan Israel Dinyatakan
(89:16-19)
16 Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak-sorai, ya TUHAN, mereka hidup
dalam cahaya wajah-Mu; 17 sebab nama-Mu mereka bersorak-sorak sepan-
jang hari, dan sebab keadilan-Mu mereka bermegah. 18 Sebab Engkaulah
kemuliaan kekuatan mereka, dan sebab Engkau berkenan, tanduk kami
meninggi. 19 Sebab perisai kita kepunyaan TUHAN, dan raja kita kepunyaan
Yang Kudus Israel.
Si pemazmur, sesudah dengan panjang lebar menunjukkan kebahagia-
an Tuhan Israel, di sini menunjukkan kebahagiaan Israel kepunyaan
Tuhan . Sama seperti tidak ada yang seperti Tuhan Yesyurun, demikian
pula berbahagialah engkau, hai Israel; siapakah yang sama dengan
engkau. Ini terutama merupakan pelambang bagi Israel Injil, yang
terdiri atas orang-orang percaya sejati, yang kebahagiaannya digam-
barkan di sini.
I. Penyingkapan-penyingkapan yang mulia diberikan kepada mere-
ka, dan kabar baik dibawa kepada mereka. Mereka mendengar
suara sorak-sorai, dan mereka tahu bersorak-sorai (ay. 16). Ini
mungkin merujuk,
1. Pada sorak-sorai pasukan yang menang, sorak-sorai sebab
Raja (Bil. 23:21). Israel mempunyai pertanda-pertanda hadirat
Tuhan bersama mereka dalam peperangan-peperangan mereka.
Bunyi derap langkah di puncak pohon-pohon kertau memang
bunyi sorak-sorai yang menyukakan (2Sam. 5:24), dan sering
kali mereka kembali dengan membuat bumi bergemirincing
dengan nyanyian-nyanyian kemenangan mereka. Inilah bunyi
sorak-sorai itu. Atau,
2. Pada bunyi yang diperdengarkan atas korban-korban persem-
bahan dan pada hari perayaan yang khidmat (81:2-4). Inilah
kebahagiaan Israel, bahwa mereka bisa dengan bebas dan te-
rang-terangan mengakui agama Tuhan yang kudus di antara
mereka, dan ada sukacita yang berlimpah saat mereka mem-
persembahkan korban-korban. Atau,
3. Pada bunyi sangkakala di tahun Yobel. Sorak-sorai itu sung-
guh menyukakan hamba-hamba dan para tawanan, yang
kepada mereka diberitakan pembebasan. Injil memang meru-
pakan bunyi sorak-sorai yang menyukakan hati, bunyi keme-
nangan, bunyi kebebasan, untuk bersekutu dengan Tuhan , dan
1280
bunyi derau hujan. Berbahagialah orang yang mendengarnya,
yang mengetahuinya, dan yang menyambutnya.
II. Pertanda-pertanda kebaikan Tuhan secara khusus dikaruniakan
kepada mereka: “Mereka hidup dalam cahaya wajah-Mu, Ya
TUHAN. Mereka akan mengatur diri mereka sendiri dengan arah-
an-arahan-Mu, akan dituntun oleh mata-Mu. Dan mereka akan
bersuka dalam penghiburan-penghiburan-Mu. Mereka akan men-
dapatkan kebaikan Tuhan . Mereka akan tahu bahwa mereka memi-
likinya, dan ini akan terus menjadi pokok sukacita dan sorak-
sorai bagi mereka. Mereka akan melalui semua ujian untuk hidup
suci di bawah kuasa-kuasa kasih setia-Mu, yang akan membuat
kewajiban mereka terasa menyenangkan bagi mereka dan mem-
buat mereka tulus dalam menjalankannya. Semua ini mereka
jalankan dengan tujuan supaya berkenan kepada Tuhan.” Kita
berjalan dalam terang Tuhan jika kita mendapatkan semua
penghiburan kita dari kebaikan Tuhan dan dengan sangat berhati-
hati menjaga diri kita tetap di dalam kasih-Nya.
III. Mereka tidak pernah kekurangan pokok sukacita: Berbahagialah
umat Tuhan , sebab di dalam nama-Nya, di dalam segala hal yang
dengannya Ia telah menyatakan dirinya, mereka akan bersorak-so-
rak sepanjang hari. sebab itu, kalau sampai mereka tidak dapat
bersukacita, itu sebab kesalahan mereka sendiri. Orang-orang
yang bersorak-sorai dalam Kristus Yesus, dan menjadikan Tuhan
sebagai sukacita dan kegembiraan mereka, pasti mempunyai ba-
nyak hal untuk mengimbangi keluhan-keluhan mereka dan mem-
bungkam dukacita mereka. Dengan begitulah sukacita mereka
menjadi sempurna (1Yoh. 1:4) dan tiada putus-putusnya. Sudah
menjadi kewajiban merekalah untuk senantiasa bersukacita.
IV. Hubungan mereka dengan Tuhan merupakan kehormatan dan
martabat mereka. Mereka berbahagia, sebab mereka bermartabat
tinggi. Pastilah di dalam Tuhan, di dalam Tuhan Yesus, mereka
mendapat keadilan dan kekuatan, dan dengan demikian diusul-
kan oleh-Nya untuk mendapat perkenanan ilahi. Oleh sebab itu di
dalam Dialah seluruh keturunan Israel akan bermegah (Yes. 45:24-
25). Demikian pula halnya di sini (ay. 17-18).
Kitab Mazmur 89:16-19
1281
1. “ sebab keadilan-Mu mereka bermegah, dan bukan sebab ke-
adilan atau kebenaran mereka sendiri.” Kami diangkat keluar
dari bahaya dan ditinggikan, dan dibawa ke dalam kehormat-
an, murni sebab kebenaran Kristus, yang merupakan pakai-
an bagi kebesaran maupun perlindungan.
2. “Engkaulah kemuliaan kekuatan mereka,” yaitu, “Engkaulah ke-
kuatan mereka, dan merupakan kemuliaan bagi mereka bahwa
Engkau menjadi kekuatan mereka, dan Engkaulah yang mereka
megahkan.” Syukur kepada Tuhan yang senantiasa membuat
kita beroleh kemenangan.
3. “Di dalam kebaikan-Mu, yang kami harapkan melalui Kristus,
tanduk kami meninggi.” Tanduk menandakan keindahan, ke-
limpahan, dan kekuasaan. Semua ini dimiliki mereka yang
telah diterima sebagai orang kesayangan. Kedudukan tinggi
apa lagi yang mampu dicapai manusia di dunia ini selain
menjadi orang-orang kesayangan Tuhan ?
V. Hubungan mereka dengan Tuhan merupakan perlindungan dan ke-
amanan mereka (ay. 19): “Sebab perisai kami yaitu Tuhan”
(begitu menurut arti umumnya) “dan raja kita kepunyaan Yang
Kudus Israel. Jika Tuhan yaitu Penguasa kita, maka Ia akan
menjadi Pembela kita. Dan jika demikian siapakah yang dapat
mencelakakan kita?” yaitu kebahagiaan Israel bahwa Tuhan sen-
dirilah yang mendirikan tembok pertahanan mereka dan memilih
raja mereka (begitu sebagian orang memahaminya). Atau, lebih
tepatnya, bahwa Dia sendirilah yang menjadi tembok berapi bagi
mereka di sekeliling mereka, dan sebagai Yang Kudus, Dialah
Pencipta dan Sumber dari agama mereka yang suci. Dialah Raja
mereka, dan dengan demikian kemuliaan mereka yang ada di
tengah-tengah mereka. Kristus yaitu Yang Kudus dari Israel,
sungguh yang kudus itu. Dan umat istimewa itu tidak lebih diber-
kati dalam hal apa pun selain dalam hal ini, bahwa Kristus dila-
hirkan sebagai Raja orang Yahudi. Nah, gambaran tentang keba-
hagiaan Tuhan Israel diberikan di sini sebagai sesuatu yang sulit
dimengerti dalam kaitannya dengan malapetaka yang tengah
menimpa mereka pada saat ini.
1282
Kovenan Tuhan dengan Daud
(89:20-38)
20 Pernah Engkau berbicara dalam penglihatan kepada orang-orang yang Kau-
kasihi, kata-Mu: “Telah Kutaruh mahkota di atas kepala seorang pahlawan, telah
Kutinggikan seorang pilihan dari antara bangsa itu. 21 Aku telah mendapat
Daud, hamba-Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak-Ku yang kudus, 22
maka tangan-Ku tetap dengan dia, bahkan lengan-Ku meneguhkan dia. 23
Musuh tidak akan menyergapnya, dan orang curang tidak akan menindasnya. 24
Aku akan menghancurkan lawannya dari hadapannya, dan orang-orang yang
membencinya akan Kubunuh. 25 Kesetiaan-Ku dan kasih-Ku menyertai dia, dan
oleh sebab nama-Ku tanduknya akan meninggi. 26 Aku akan membuat tangan-
nya menguasai laut, dan tangan kanannya menguasai sungai-sungai. 27 Dia pun
akan berseru kepada-Ku: “Bapaku Engkau, Tuhan ku dan gunung batu kesela-
matanku.“ 28 Aku pun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi
yang mahatinggi di antara raja-raja bumi. 29 Aku akan memelihara kasih setia-
Ku bagi dia untuk selama-lamanya, dan perjanjian-Ku teguh bagi dia. 30 Aku
menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-lamanya, dan takhtanya
seumur langit. 31 Jika anak-anaknya meninggalkan Taurat-Ku dan mereka tidak
hidup menurut hukum-Ku, 32 jika ketetapan-Ku mereka langgar dan tidak berpe-
gang pada perintah-perintah-Ku, 33 maka Aku akan membalas pelanggaran
mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan. 34 namun
kasih setia-Ku tidak akan Kujauhkan dari padanya dan Aku tidak akan berlaku
curang dalam hal kesetiaan-Ku. 35 Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan
apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah. 36 Sekali Aku bersumpah demi
kekudusan-Ku, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud: 37 Anak
cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di
depan mata-Ku, 38 seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang
setia di awan-awan.” S e l a.
Kovenan yang dibuat Tuhan dengan Daud dan keturunannya sudah
disebutkan dalam ayat-ayat sebelum ini (ay. 4-5). namun dalam peri-
kop di atas hal ini dibicarakan secara panjang lebar, dan dise-
rukan kepada Tuhan , agar Ia bermurah hati kepada keluarga raja,
yang kini nyaris tenggelam dan hancur. Namun, sudah pasti bahwa
kovenan itu memandang pada Kristus, dan digenapi di dalam Dia
secara jauh lebih banyak dibandingkan di dalam Daud. Bahkan, sebagian
bacaan di sini hampir tidak dapat diterapkan sama sekali kepada
Daud, melainkan harus dimengerti hanya tentang Kristus (yang oleh
sebab itu disebut Daud raja kami, Hos. 3:5). Dan sungguh besar serta
berharga janji-janji yang dibuat di sini kepada Sang Juruselamat,
yang merupakan fondasi kuat bagi orang-orang tebusan untuk
membangun iman dan pengharapan mereka. Segala penghiburan
yang kita dapat dalam penebusan kita mengalir dari kovenan pene-
busan. Segala mata air kita ada di dalamnya (Yes. 55:3). Aku
hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia
yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud (Kis. 13:34). Sekarang di
sini kita mempunyai gambaran tentang kasih setia yang teguh itu.
Lihatlah :
I. Apa yang meyakinkan kita akan kebenaran janji itu, yang dapat
mendorong kita untuk mendirikan bangunan di atasnya. Di sini
kita diberi tahu,
1. Bagaimana janji itu diucapkan (ay. 20): Pernah Engkau ber-
bicara dalam penglihatan kepada orang-orang yang Kaukasihi.
Janji Tuhan kepada Daud, yang secara khusus dirujuk di sini,
diucapkan dalam penglihatan kepada Natan sang nabi (2Sam.
7:12-17). Lalu, saat Yang Kudus Israel menjadi raja mereka
(ay. 19), Ia menunjuk Daud sebagai raja muda-Nya. namun
kepada semua nabi, orang-orang kudus yang dikasihi-Nya itu,
Ia berbicara dalam penglihatan mengenai Kristus, dan teruta-
ma kepada Kristus sendiri, yang sudah duduk di pangkuan-
Nya sejak dari kekekalan dan mengenal secara sempurna
segala rancangan penebusan yang dibuat-Nya (Mat. 11:27).
2. Bagaimana janji itu diteguhkan dengan sumpah dan disahkan
(ay. 36): Sekali Aku bersumpah demi kekudusan-Ku. Inilah
sifat-Nya yang sungguh menyukakan hati itu. Dengan bersum-
pah demi kekudusan-Nya, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri.
Sebab, seandainya Ia tidak lagi kudus, maka ini sama saja
berarti Ia sudah tidak ada lagi. Ia bersumpah cukup sekali. Ia
tidak perlu bersumpah lagi, seperti yan