mazmur 51-100 16


 an hal-hal yang mulia ten-

tangnya, yang semuanya akan mencapai kesempurnaan dan kegenap-

annya dalam gereja Injil. Oleh sebab itu, kepada gereja Injil inilah kita 

harus mengarahkan pandangan kita dalam menyanyikan mazmur ini. 

Kemuliaan Sion 

(87:1-3) 

1 Mazmur bani Korah: suatu nyanyian. Di gunung-gunung yang kudus ada 

kota yang dibangunkan-Nya: 2 TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang 

Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub. 3 Hal-hal yang mulia dikata-

kan tentang engkau, ya kota Tuhan  . S e l a. 

Sebagian orang menjadikan kata-kata pertama dari mazmur ini seba-

gai bagian dari judulnya. Ini yaitu  mazmur atau nyanyian yang po-

kok bahasannya yaitu  gunung-gunung yang kudus, yakni bait yang 

dibangun di Sion di atas gunung Moria. Inilah pokok yang menjadi 

dasar pembahasan atau permulaan dari mazmur ini. Atau kita dapat 

menduga bahwa dalam pikirannya, sang pemazmur kini dapat me-

mandang kemah atau bait suci dan sedang merenungkan kemuliaan-

kemuliaannya, sampai pada akhirnya dari mulutnya terlontar ung-

kapan ini, yang merujuk, bukan pada apa yang telah ia tulis sebe-

lumnya, melainkan pada apa yang sudah dipikirkannya. Setiap orang 

tahu apa yang dimaksudkannya saat  ia berkata dengan begitu tiba-

tiba, di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya. 

Ada tiga hal yang diperhatikan di sini, sebagai pujian bagi bait suci 

itu:  

1.  Bahwa bait suci didasarkan di atas gunung-gunung yang kudus 

(ay. 1). Jemaat mempunyai sebuah dasar, sehingga ia tidak dapat 

tenggelam atau goncang. Kristus sendiri yaitu  dasarnya, yang 

telah diletakkan Tuhan  . Yerusalem yang di atas yaitu  sebuah kota 

yang mempunyai dasar-dasar. Dasarnya terletak di atas gunung-

gunung. Ia dibangun di tempat tinggi. Gunung tempat rumah 

TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung (Yes. 2:2). Ia 

dibangun dengan kokoh. Gunung-gunung itu berbatu, dan di atas 

batu karanglah jemaat dibangun. Dunia dibangun di atas lautan 

(24:2), yang terus-menerus mengalami pasang surut, dan merupa-

kan dasar yang sangat lemah. Babel dibangun di atas dataran, 

yang tanahnya bisa lapuk. namun  jemaat dibangun di atas gu-

nung-gunung yang kekal dan bukit-bukit yang abadi.  sebab  le-

bih mudah bagi gunung-gunung untuk berlalu dan bukit-bukit 

untuk berpindah, dibandingkan  bagi kovenan damai Tuhan   untuk diba-

talkan. Dan di atas kovenan inilah jemaat dibangun (Yes. 64:10). 

Dasarnya ada di atas gunung-gunung yang kudus. Kekudusan 

yaitu  kekuatan dan kemantapan jemaat: inilah yang akan me-

nyokongnya dan menjaganya untuk tidak tenggelam. Yang teruta-

ma bukanlah bahwa ia dibangun di atas gunung-gunung, melain-

kan di atas gunung-gunung yang kudus, yakni di atas janji Tuhan  , 

dan untuk meneguhkannya Ia telah bersumpah dengan kekudus-

an-Nya, dalam pengudusan Roh, yang akan menjamin kebahagia-

an semua orang kudus.  

2. Bahwa Tuhan   telah mengungkapkan kasih sayang-Nya yang isti-

mewa terhadapnya (ay. 2): TUHAN lebih mencintai pintu-pintu ger-

bang Sion, pintu-pintu bait suci, pintu-pintu rumah pengajaran 

(menurut Alkitab bahasa Aram), dari pada segala tempat kediam-

an Yakub, entah di Yerusalem atau di tempat-tempat lain di negeri 

itu. Tuhan   telah berkata mengenai Sion, “Inilah tempat perhentian-

Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam.” Di sanalah Ia men-

jumpai umat-Nya, dan bergaul akrab dengan mereka, menerima 

penghormatan dari mereka, dan menunjukkan kepada mereka 

tanda-tanda kebaikan-Nya. Oleh  sebab  itu kita dapat menyim-

pulkan betapa besarnya Ia mencintai pintu-pintu gerbang itu.  

Perhatikanlah:  

(1) Tuhan   mempunyai rasa cinta bagi tempat kediaman Yakub, me-

miliki kepedulian yang penuh rahmat terhadap keluarga-ke-

luarga saleh, dan menerima penyembahan keluarga mereka.  

(2) Namun, Ia lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion, bukan 

hanya lebih dibandingkan  tempat kediaman mana pun, melainkan 

juga lebih dibandingkan  semua tempat kediaman Yakub. Tuhan   

disembah di tempat kediaman Yakub, dan ibadah penyembah-

an keluarga merupakan kewajiban keluarga, yang tidak boleh 

diabaikan dengan alasan apa pun. Namun, bila keduanya di-

perbandingkan, ibadah penyembahan umum (cæteris paribus – 

walaupun hal-hal lain sama) harus lebih diutamakan dibandingkan  

ibadah penyembahan pribadi.  

3.  Bahwa ada banyak hal yang diperkatakan tentang Sion dalam 

firman Tuhan   (ay. 3): Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, 

ya kota Tuhan  ! Kita harus menilai orang dan barang dengan meli-

hat bagaimana peranan dan kepentingan mereka ditentukan di 

dalam dan oleh Kitab Suci. Banyak hal rendah dikatakan tentang 

kota Tuhan   oleh musuh-musuhnya, untuk menggambarkannya se-

bagai sesuatu yang hina dan menjijikkan. namun  oleh Tuhan  , yang 

penghakiman-Nya kita yakini sesuai dengan kebenaran, hal-hal 

mulia dikatakan tentangnya. Tuhan   berkata tentang bait suci, 

“Mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa, Kukudus-

kan rumah ini, supaya nama-Ku tinggal di situ untuk selama-

lamanya” (2Taw. 7:16). Menjulang permai gunung Sion itu (48:3). 

Inilah hal-hal yang mulia. Namun, lebih mulia lagilah hal-hal yang 

dikatakan tentang jemaat Injil. Jemaat yaitu  mempelai wanita 

Kristus, yang diperoleh dengan darah-Nya. Ia yaitu  umat kepu-

nyaan Tuhan   sendiri, bangsa yang kudus, imamat yang rajani, dan 

alam maut tidak akan menguasainya. Janganlah kita merasa malu 

dengan jemaat Kristus dalam keadaannya yang paling hina, atau 

malu dengan siapa pun yang menjadi miliknya. Juga, janganlah 

kita menyangkali hubungan kita dengannya, meskipun ia berbalik 

sedemikian rupa menjadi cela bagi kita,  sebab  hal-hal yang 

mulia dikatakan tentangnya, dan tidak setitik pun dari apa yang 

dikatakan itu akan jatuh ke tanah dengan sia-sia.    

Kemuliaan Sion 

(87:4-7) 

4 Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku, 

bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia: “Ini dilahirkan di sana.” 5 namun  tentang 

Sion dikatakan: “Seorang demi seorang dilahirkan di dalamnya,” dan Dia, 

Yang Mahatinggi, menegakkannya. 6 TUHAN menghitung pada waktu men-

catat bangsa-bangsa: “Ini dilahirkan di sana.” S e l a 7 Dan orang menyanyi-

nyanyi sambil menari beramai-ramai: “Segala mata airku ada di dalammu.” 

Di sini Sion dibandingkan dengan tempat-tempat lain, dan lebih dipi-

lih dibandingkan  semuanya. Jemaat Kristus lebih mulia dan unggul dari-

pada bangsa-bangsa di bumi.  

1.  Diakui bahwa tempat-tempat lain pun mempunyai kemuliaannya 

sendiri-sendiri (ay. 4): “Aku menyebut Rahab” (yaitu Mesir) “dan 

Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku dan yang ada di 

sekeliling-Ku, dan yang dengan mereka Aku berbicara mengenai 

perkara-perkara umum. Bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia” (atau 

lebih tepatnya Arabia), “kita akan tahu bahwa orang ini dilahirkan 

di sana. Di sana sini pasti ada seorang ternama, yang tersohor 

 sebab  pengetahuan dan kebajikannya, yang bisa muncul dan 

yang merupakan penduduk asli dari negeri-negeri ini. Di sana sini 

pasti ada seseorang yang masuk agama Yahudi dan menyembah 

Tuhan   yang benar.” namun  sebagian orang memberi  pengertian

 lain untuk itu, dengan beranggapan bahwa perkataan itu merupa-

kan sebuah nubuat atau janji tentang dibawanya orang-orang 

bukan-Yahudi ke dalam jemaat dan dipersatukannya mereka di 

dalam satu tubuh dengan orang-orang Yahudi. Tuhan   berkata, 

“Aku akan memandang Mesir dan Babel di antara orang-orang 

yang mengenal Aku. Aku akan memandang mereka sebagai umat-

Ku seperti halnya Israel jika  mereka menerima Injil Kristus, 

dan mengakui mereka sebagai orang yang dilahirkan di Sion, 

dilahirkan kembali di sana, dan diberi hak-hak istimewa dari Sion 

secara bebas, sebebas orang Israel sejati.” Mereka yang dulu 

merupakan orang-orang asing dan pendatang kini menjadi kawan 

sewarga dari orang-orang kudus (Ef. 2:19). Orang bukan-Yahudi 

yang menjadi percaya akan berdiri sama tinggi dengan orang Ya-

hudi asli (bdk. Yes. 19:23-25). Tuhan akan berfirman: “Diberkatilah 

Mesir, umat-Ku, dan Asyur, buatan tangan-Ku, dan Israel, milik 

pusaka-Ku.”  

2.  Sudah jelas bahwa kemuliaan Sion jauh lebih cemerlang dibandingkan  

mereka semua, untuk banyak alasan. Sebab, 

(1) Sion akan menghasilkan banyak orang besar dan baik yang 

akan menjadi tersohor dalam angkatan mereka (ay. 5). Ten-

tang Sion akan dikatakan oleh tetangga-tetangganya bahwa 

seorang demi seorang dilahirkan di dalamnya, banyak orang 

yang terkenal oleh hikmat dan kesalehan mereka, dan teruta-

ma oleh pengenalan mereka tentang firman Tuhan   dan peng-

lihatan-penglihatan akan Yang Mahakuasa. Mereka itu yaitu  

banyak nabi-nabi dan raja-raja, yang akan menjadi orang-

orang yang lebih disayang sorga, dan akan menjadi berkat-

berkat yang lebih besar bagi bumi, lebih dibandingkan  orang-orang 

yang dulu pernah dibesarkan di Mesir dan Babel. Tokoh-tokoh 

yang berjasa di dalam jemaat jauh melampaui tokoh-tokoh 

bangsa-bangsa kafir, dan nama-nama mereka akan bersinar 

lebih cemerlang dibandingkan  bangsa-bangsa lain dalam kitab yang 

abadi. Manusia, manusia ini dilahirkan di sana, yang dipahami 

oleh sementara orang sebagai Kristus, manusia itu, Anak 

Manusia itu, yang lebih indah dibandingkan  anak-anak manusia. Ia 

dilahirkan di Betlehem dekat Sion, dan merupakan kemuliaan 

bagi umat-Nya Israel. Kehormatan terbesar yang pernah di-

berikan kepada bangsa Yahudi yaitu  bahwa mereka menu-

runkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia (Rm. 9:5). 

Atau ini juga dapat diterapkan pada pertobatan bangsa-bangsa 

bukan-Yahudi. Tentang Sion akan dikatakan bahwa hukum 

yang keluar dari Sion, yaitu Injil Kristus, akan menjadi alat 

untuk melahirkan banyak jiwa bagi Tuhan  , dan Yerusalem yang 

di atas akan diakui sebagai ibu dari mereka semua.  

(2) Kepentingan Sion akan diteguhkan dan diwujudkan oleh ke-

kuatan yang mahakuasa. Yang Mahatinggi sendiri akan ber-

tindak untuk menegakkannya. Ia yang dapat melakukannya 

dengan berhasil. Masuknya banyak orang dari berbagai bang-

sa sama sekali tidak akan menjadi peluang untuk terjadinya 

perpecahan dan perselisihan, melainkan justru akan sangat 

berperan untuk menambah kekuatan Sion. Sebab,  sebab  

Tuhan   sendirilah yang mendirikannya di atas dasar yang kekal, 

maka apa pun huru-hara dan perubahan besar-besaran yang 

terjadi di dalam banyak negara dan kerajaan, dan betapapun 

sorga dan bumi goncang, hal-hal tentang Sion ini  tidak 

dapat digoncangkan, melainkan harus tetap tinggal.  

(3) Anak-anak Sion akan dicatat dengan penuh hormat (ay. 6): 

“TUHAN menghitung pada waktu mencatat bangsa-bangsa, dan 

mendaftar orang-orang kepunyaan-Nya, bahwa orang ini dila-

hirkan di sana, dan dengan demikian sudah menjadi kepunya-

an-Nya sejak lahir, yaitu menurut kelahiran pertama  sebab  

dilahirkan di dalam rumah-Nya, dan menurut kelahiran kedua 

 sebab  dilahirkan kembali dari Roh-Nya.” jika  Tuhan   datang 

untuk mengadakan perhitungan dengan anak-anak manusia, 

untuk membalaskan kepada setiap orang sesuai dengan per-

buatan mereka, maka Ia akan memperhatikan siapa saja yang 

dilahirkan di Sion. Dan mereka yang dilahirkan di Sion akan 

menikmati hak-hak istimewa dari tempat kudus Tuhan  . Kepada 

mereka diberikan kuasa untuk menjadi anak, kemuliaan, 

kovenan, dan ibadah kepada Tuhan   (Rm. 9:4; 3:1-2). Kepada 

mereka banyak yang telah diberikan, dan oleh sebab itu dari 

mereka banyaklah yang akan dituntut, dan pertanggung-

jawaban yang dituntut sesuai dengan apa yang diterima. Lima 

talenta haruslah dikembangkan oleh mereka yang telah diberi 

kepercayaan dengan lima talenta. Aku tahu pekerjaanmu, dan 

di mana engkau diam, dan di mana engkau dilahirkan. Sela. 

Kiranya orang-orang yang berdiam di Sion mencamkan ini, dan 

hidup sesuai dengan pengakuan iman yang mereka ucapkan.  

(4) Nyanyian-nyanyian Sion akan dinyanyikan dengan sukacita 

dan kemenangan: Dan orang menyanyi-nyanyi sambil menari 

beramai-ramai untuk memuji Tuhan   (ay. 7). yaitu  kehormatan 

yang sungguh besar bagi Sion, dan merupakan kehormatan 

bagi gereja Injil, bahwa di sana Tuhan   dilayani dan disembah 

dengan sorak-sorai: pekerjaan-Nya dilaksanakan, dilaksana-

kan dengan riang hati (lih. 68:26). Segala mata airku ada di 

dalammu, O Sion! Demikianlah Tuhan   berkata. Ia telah me-

nyimpan harta anugerah dalam ketetapan-ketetapan-Nya yang 

kudus. Ada mata air yang mengalirkan sungai-sungai, yang 

menyukakan kota Tuhan   kita (46:5). Demikianlah sang pemaz-

mur berkata, dengan memandang bahwa mata air yang dari-

nya air harus diambil untuk menyirami jiwanya yang kering, 

ada  di tempat kudus, di dalam firman dan ketetapan-

ketetapan ilahi, dan di dalam persekutuan orang-orang kudus. 

Mata air sukacita orang duniawi terletak pada kekayaan dan 

kenikmatan. namun  mata air sukacita sebuah jiwa yang mulia 

ada di dalam firman Tuhan   dan doa. Kristuslah Bait Suci yang 

sesungguhnya. Segala mata air kita ada  di dalam Dia, dan 

dari-Nyalah semua sungai kita mengalir. Bapa berkenan, dan 

semua orang percaya pun sangat berkenan, bahwa seluruh 

kepenuhan Tuhan   diam di dalam Dia.  

 

 

PASAL 88  

azmur ini yaitu  sebuah ratapan, salah satu yang paling me-

milukan dari semua mazmur. Dan ia tidak berakhir, seperti 

yang biasa terjadi pada mazmur-mazmur yang sedih, dengan sedikit 

pun pertanda penghiburan atau sukacita. Sebaliknya, dari awal hing-

ga akhir, mazmur ini dipenuhi dengan dukacita dan kesengsaraan. 

Bukan kejadian umum yang dikeluhkan si pemazmur di sini (tidak 

disebutkan di sini tentang penderitaan-penderitaan jemaat), namun  

hanya suatu pengalaman pribadi, terutama pikiran yang gelisah, dan 

dukacita yang membekas dalam rohnya, baik  sebab  penderitaan-

penderitaan lahiriahnya maupun  sebab  ingatan akan dosa-dosanya 

dan akan ketakutan terhadap murka Tuhan  . Mazmur ini dipandang 

sebagai salah satu mazmur pertobatan, dan sungguh baik jika  

ketakutan-ketakutan kita diarahkan pada saluran yang benar seperti 

ini, supaya kita bisa mengambil kesempatan dari penderitaan-pen-

deritaan duniawi untuk berdukacita secara rohani. Dalam mazmur 

ini kita mendapati,  

I.   Tekanan roh yang berat yang tengah menimpa si pemazmur 

(ay. 4-6).  

II.  Murka Tuhan  , yang merupakan penyebab dari tekanan itu (ay. 

8, 16-18).  

III. Kefasikan sahabat-sahabatnya (ay. 9, 19).  

IV. Permohonan yang diserukannya kepada Tuhan   di dalam doa 

(ay. 2-3, 10, 14).  

V. Pertanyaan dan seruannya yang penuh kerendahan hati 

terhadap Tuhan   (ay. 11, 13, 15).  

Orang-orang yang pikirannya sedang gelisah dapat menyanyikan 

mazmur ini dengan penuh perasaan. Sementara mereka yang tidak, 

haruslah menyanyikannya dengan penuh rasa syukur, seraya me-

muji Tuhan   bahwa permasalahan ini tidak menimpa mereka.  

Keluhan-keluhan yang Penuh Dukacita; 

Mengeluh kepada Tuhan   

(88:1-10) 

1 Nyanyian. Mazmur bani Korah. Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: 

Mahalat Leanot. Nyanyian pengajaran Heman, orang Ezrahi. 2 Ya TUHAN, 

Tuhan   yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu 

malam aku menghadap Engkau. 3 Biarlah doaku datang ke hadapan-Mu, 

sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakku; 4 sebab jiwaku kenyang dengan 

malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati. 5 Aku telah diang-

gap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang 

tidak berkekuatan. 6 Aku harus tinggal di antara orang-orang mati, seperti 

orang-orang yang mati dibunuh, terbaring dalam kubur, yang tidak Kauingat 

lagi, sebab mereka terputus dari kuasa-Mu. 7 Telah Kautaruh aku dalam 

liang kubur yang paling bawah, dalam kegelapan, dalam tempat yang dalam. 

8 Aku tertekan oleh panas murka-Mu, dan segala pecahan ombak-Mu Kautin-

dihkan kepadaku. S e l a 9 Telah Kaujauhkan kenalan-kenalanku dari pada-

ku, telah Kaubuat aku menjadi kekejian bagi mereka. Aku tertahan dan tidak 

dapat keluar; 10 mataku merana  sebab  sengsara. Aku telah berseru kepada-

Mu, ya TUHAN, sepanjang hari, telah mengulurkan tanganku kepada-Mu. 

Dari judul mazmur ini dan mazmur berikutnya tampak bahwa 

Heman yaitu  penulis mazmur yang satu dan Etan penulis mazmur 

yang lain. Ada dua orang yang mempunyai nama-nama ini, yang 

merupakan anak-anak Zerah, anak Yehuda (1Taw. 2:4, 6). Ada juga 

dua orang lain yang bernama sama, yang terkenal akan kebijaksana-

an mereka (1Raj. 4:31), dan di dalam bacaan itu, untuk membesar-

kan kebijaksanaan Salomo, ia dikatakan lebih bijaksana dari pada 

Etan dan Heman. Apakah Heman dan Etan yang merupakan orang-

orang Lewi dan Heman dan Etan yang merupakan pemimpin puji-

pujian Sion yaitu  orang yang sama atau tidak, kita tidak tahu pasti. 

Juga tidaklah pasti yang mana dari mereka, ataukah memang dua 

orang dari mereka ini, yang merupakan penulis mazmur ini dan 

mazmur berikutnya. Ada Heman salah seorang pemimpin pujian, 

yang disebut sebagai pelihat raja, atau nabi, yang menuruti janji Tuhan   

(1Taw. 25:5). Ada kemungkinan bahwa Heman yang disebut dalam 

mazmur ini juga merupakan seorang pelihat, namun ia tidak melihat 

penghiburan bagi dirinya sendiri. Walaupun ia seorang pengajar dan 

pemberi hiburan bagi orang lain, namun ia sendiri jauh dari penghi-

buran. Perkataan pertama dari mazmur ini yaitu  satu-satunya per-

kataan penghiburan dan dukungan dalam mazmur ini secara keselu-

ruhan. Tidak ada apa pun di sekelilingnya selain awan-awan dan ke-

gelapan. namun , sebelum ia memulai keluhannya, ia menyebut Tuhan   

sebagai Tuhan   yang menyelamatkannya, yang menunjukkan bahwa 

dia menantikan keselamatan, seburuk apa pun keadaannya, dan 

bahwa ia menengadah kepada Tuhan   untuk mendapatkan keselamat-

an, dan bergantung pada-Nya untuk mendatangkan keselamatan itu. 

Sekarang di sini kita mendapati sang pemazmur, 

I.  Sebagai seorang pendoa, orang yang mengabdikan diri untuk ber-

doa sepanjang waktu, namun  terutama pada saat ini saat  ia men-

derita. Sebab kalau ada seorang yang menderita, baiklah ia ber-

doa! yaitu  penghiburan baginya bahwa ia sudah berdoa. yaitu  

keluhannya bahwa, kendati sudah berdoa, ia tetap menderita. Ia,  

1.  Sangat bersungguh-sungguh di dalam doa: “Aku berseru-seru 

kepada-Mu (ay. 2), dan telah mengulurkan tanganku kepada-

Mu (ay. 10), seperti orang yang ingin menggenggam-Mu erat-

erat, dan bahkan menangkap belas kasihan-Mu, dengan keta-

kutan yang kudus bahwa aku akan kekurangan atau kehilang-

an belas kasihan itu.”  

2.  Ia berdoa dengan sangat sering dan terus-menerus: Aku telah 

berseru kepada-Mu sepanjang hari (ay. 10), bahkan, pada 

siang hari dan pada waktu malam (ay. 2). Sebab demikianlah 

kita harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Umat pilih-

an Tuhan   sendiri berseru-seru sepanjang siang dan malam 

kepada-Nya, bukan hanya pagi dan petang, dengan memulai 

setiap hari dan setiap malam dengan doa, namun  juga mengha-

biskan siang dan malam di dalam doa. Inilah yang dinamakan 

selalu berdoa. Dan kita akan berhasil di dalam doa, jika  

kita terus-menerus melakukannya.  

3. Ia mengarahkan doanya kepada Tuhan  , dan dari-Nya ia meng-

harapkan dan menginginkan sebuah jawaban (ay. 3): “Biarlah 

doaku datang ke hadapan-Mu, supaya diterima oleh-Mu, bu-

kan di hadapan manusia, supaya dilihat oleh mereka, seperti 

doa orang-orang Farisi.” Ia tidak ingin manusia mendengar 

doa-doanya, namun , “Tuhan, sendengkanlah telinga-Mu kepada 

teriakku, sebab kepada teriakkulah aku mempercayakan diri-

ku. Berilah jawaban kepada teriakku itu sesuai dengan yang 

Kaukehendaki.”   


II.  Ia seorang yang penuh kesengsaraan, dan oleh sebab itu sebagian 

orang menjadikannya, dalam mazmur ini, sebagai pelambang 

Kristus, yang keluhan-keluhan-Nya di salib dan beberapa waktu 

sebelumnya, mempunyai banyak kesamaan makna dengan maz-

mur ini. Ia berseru (ay. 4): Jiwaku kenyang dengan malapetaka 

(KJV: “Jiwaku penuh dengan kesukaran” – pen.). Demikian pula 

Kristus berkata, sekarang jiwa-Ku terharu. Dan juga dalam ke-

sengsaraan-Nya, hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya, 

seperti sang pemazmur di sini, sebab ia berkata, hidupku sudah 

dekat dunia orang mati. Heman yaitu  seorang yang sangat bijak 

dan baik, seorang abdi Tuhan  , dan seorang penyanyi pula, dan oleh 

sebab itu orang akan menyangka bahwa ia seorang yang berjiwa 

periang, namun sekarang ia penuh kesengsaraan, gelisah pikiran-

nya, dan nyaris putus asa. Penderitaan batin yaitu  penderitaan 

yang paling pedih, dan merupakan penderitaan yang adakalanya 

menguji orang-orang kudus dan hamba-hamba Tuhan   dengan ter-

amat berat. Semangat orang (KJV: “Roh orang” – pen.), dari orang-

orang hebat, tidak akan selalu dapat menanggung penderitaan-

nya, namun  akan kendor dan tenggelam di bawahnya. Jika demi-

kian siapa akan memulihkan semangat yang patah?    

III. Ia memandang dirinya sebagai orang yang sedang sekarat, yang 

hatinya akan segera hancur  sebab  sedih (ay. 6): “Aku harus 

tinggal di antara orang-orang mati (menjadi salah seorang dari 

perkumpulan yang mengerikan itu), seperti orang-orang yang mati 

dibunuh, terbaring dalam kubur, yang membusuk dan binasa tan-

pa siapa pun peduli dan memperhatikannya. Bahkan, aku harus 

menjadi salah seorang yang tidak Kauingat lagi, salah satu jasad 

yang tidak lagi Kaulindungi atau Kaupelihara, namun  menjadi 

mangsa empuk bagi kebinasaan dan cacing-cacing. Mereka ter-

putus dari kuasa-Mu, yang dulu dikerahkan untuk menopang dan 

menjangkau mereka. namun ,  sebab  sekarang tidak ada lagi kesem-

patan untuk itu, mereka terputus darinya dan terputus olehnya” 

(sebab Tuhan   tidak akan mengulurkan tangannya kepada dunia 

orang mati, Ayb. 30:24, KJV). “Telah Kautaruh aku dalam liang 

kubur yang paling bawah, sebawah-bawahnya, Kautaruh keada-

anku di bawah, rohku di bawah, dalam kegelapan, dalam tempat 

yang dalam (ay. 7), tenggelam, dan tidak melihat terbukanya jalan 

keluar, terpuruk serendah-rendahnya, dan siap untuk menyerah 

tanpa harapan.” Seperti inilah hebatnya banyak orang baik men-

derita, sehingga mereka merasakan kesuraman mendalam dengan 

penderitaan-penderitaan mereka. Pikiran mereka menjadi begitu 

gelap mengenai masalah yang menimpa mereka itu akibat kekuat-

an kesedihan dan kelemahan iman.  

IV. Ia terutama mengeluhkan murka Tuhan   yang melawannya, yang 

menanamkan pahitnya empedu ke dalam penderitaan dan ke-

sengsaraannya (ay. 8): Aku tertekan oleh panas murka-Mu. Sean-

dainya ia dapat memahami kebaikan dan kasih Tuhan   dalam pen-

deritaannya, maka pastilah penderitaan itu akan terasa ringan 

baginya. namun  penderitaan itu terasa berat, sangat berat, bagi-

nya, sehingga sebentar lagi ia akan tenggelam dan terkulai di 

dalamnya. Kesan-kesan yang ditinggalkan murka ini pada rohnya 

yaitu  ombak Tuhan   yang dengannya Ia menghantamnya, yang 

bergulung ke atasnya, yang datang bertubi-tubi, sehingga belum 

sempat ia pulih dari satu pemikiran yang gelap, ia sudah ditekan 

oleh pemikiran gelap yang lain. Ombak-ombak ini bergemuruh 

dan mengamuk menerpanya. Bukan sedikit, melainkan semua 

ombak Tuhan   dipakai untuk menghantam dan merobohkannya. 

Bahkan anak-anak yang dikasihi Tuhan   sekalipun kadang-kadang 

merasa khawatir kalau-kalau mereka dianggap sebagai anak-anak 

yang dimurkai-Nya, dan tidak ada kesukaran lahiriah lain yang 

dapat menekan mereka dengan begitu berat selain dari kekha-

watiran itu.       

V. Penderitaannya semakin bertambah  sebab  sahabat-sahabatnya 

meninggalkan dia dan menjadikan diri mereka sebagai orang-

orang asing baginya. saat  kita dilanda masalah, kita akan me-

rasa sedikit banyak terhibur jika ada orang-orang di sekeliling kita 

yang mengasihi kita, dan turut merasakan penderitaan kita. 

namun  orang yang baik ini tidak mempunyai seorang pun seperti 

itu. Hal ini tidak membuat dia mendakwa mereka, menuduh 

mereka berkhianat, atau menganggap mereka tidak tahu berteri-

ma kasih dan tidak berperikemanusiaan. Yang dilakukannya ada-

lah mengeluh kepada Tuhan   dengan mata yang tertuju pada ta-

ngan-Nya dalam penderitaan ini (ay. 9): Telah Kaujauhkan kenal-

an-kenalanku dari padaku. Pemeliharaan ilahi telah menjauhkan 

mereka, atau membuat mereka tidak mampu berbuat apa-apa 

untuknya, atau merampas kasih sayang mereka darinya. Begitu-

lah, hubungan kita dengan setiap makhluk terjadi sebagaimana 

Tuhan   menjadikannya (dan tidak lebih dari itu). Jika kenalan-

kenalan lama kita malu akan diri kita, dan orang-orang yang dari-

nya kita mengharapkan kebaikan ternyata tidak baik, kita harus 

menanggungnya dengan sabar dan berserah diri kepada kehendak 

ilahi, sama seperti kita menanggung penderitaan-penderitaan lain 

(Ayb. 19:13). Bahkan, teman-temannya bukan hanya menjadi 

orang asing baginya, namun  bahkan membencinya,  sebab  ia mis-

kin dan sedang kesusahan: “Telah Kaubuat aku menjadi kekejian 

bagi mereka. Mereka tidak saja malu dengan diriku, namun  juga 

muak denganku, dan aku dipandang oleh mereka, bukan saja de-

ngan hina namun  juga dengan penuh rasa jijik.” Janganlah orang 

menganggap aneh pencobaan seperti ini,  sebab  Heman sendiri, 

yang begitu terkenal akan kebijaksanaannya pun diabaikan, keti-

ka dunia tidak senang dengannya, seperti periuk yang tidak disu-

kai orang.    

VI. Ia memandang bahwa keadaannya sudah tidak bisa ditolong lagi 

dan sangat menyedihkan: “Aku tertahan dan tidak dapat keluar, 

aku menjadi tawanan yang diawasi dengan ketat, aku terpenjara 

di dalam murka ilahi, dan tidak terbuka satu pun jalan keluar.” 

Oleh sebab itu, Ia terbaring dan tenggelam dalam permasalahan-

permasalahannya,  sebab  ia tidak melihat adanya kemungkinan 

untuk keluar dari semua itu. Sebab demikianlah ia meratapi 

dirinya (ay. 10): Mataku merana  sebab  sengsara. Kadang-kadang 

melampiaskan kesedihan dengan menangis itu membuat lega 

sebuah jiwa yang sedang gelisah. Namun, tangisan tidak boleh 

menghalang-halangi doa. Kita harus menabur dengan air mata: 

Mataku merana, namun  Aku berseru kepada-Mu sepanjang hari. 

Biarlah doa dan air mata keluar bersama-sama, maka keduanya 

akan diterima bersama-sama. Telah Kudengar doamu dan telah 

Kulihat air matamu.  

Berseru kepada Tuhan   

(88:11-19) 

11 Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah 

bangkit untuk bersyukur kepada-Mu? S e l a 12 Dapatkah kasih-Mu diberita-

Kitab Mazmur 88:11-19 

 1263 

kan di dalam kubur, dan kesetiaan-Mu di tempat kebinasaan? 13 Diketahui 

orangkah keajaiban-keajaiban-Mu dalam kegelapan, dan keadilan-Mu di 

negeri segala lupa? 14 namun  aku ini, ya TUHAN, kepada-Mu aku berteriak 

minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu. 15 Meng-

apa, ya TUHAN, Kaubuang aku, Kausembunyikan wajah-Mu dari padaku? 16 

Aku tertindas dan menjadi inceran maut sejak kecil, aku telah menanggung 

kengerian dari pada-Mu, aku putus asa. 17 Kehangatan murka-Mu menimpa 

aku, kedahsyatan-Mu membungkamkan aku, 18 mengelilingi aku seperti air 

banjir sepanjang hari, mengepung aku serentak. 19 Telah Kaujauhkan dari 

padaku sahabat dan teman, kenalan-kenalanku yaitu  kegelapan. 

Dalam ayat-ayat di atas, 

I.  Sang pemazmur bersoal jawab dengan Tuhan   mengenai keadaan 

menyedihkan yang tengah dialaminya (ay. 11-13): “Apakah Kau-

lakukan keajaiban bagi orang-orang mati, dan menghidupkan me-

reka kembali? Akankah orang-orang yang mati dan dikuburkan 

bangkit untuk bersyukur kepada-Mu? Tidak, mereka menyerahkan 

kepada anak-anak mereka untuk bangkit menggantikan mereka 

memuji untuk Tuhan  . Tidak seorang pun yang berharap bahwa 

mereka sendirilah yang akan melakukannya. Dan untuk apakah 

mereka bangkit, untuk apakah mereka hidup, selain untuk me-

muji Tuhan  ? Seperti inilah kita harus menghabiskan kehidupan 

yang ke dalamnya kita pertama-tama dilahirkan dan kehidupan 

yang ke dalamnya kita berharap untuk dibangkitkan. namun  da-

patkah kasih-Mu kepada umat-Mu diberitakan di dalam kubur, 

entah oleh atau kepada orang-orang yang terbaring di sana? Dan 

kesetiaan-Mu terhadap janji-Mu, akankah itu diberitahukan di 

tempat kebinasaan? Diketahui orangkah keajaiban-keajaiban-Mu 

dalam kegelapan, atau dikenal di sana? Juga, dikenalkah keadil-

an-Mu di dalam kubur, yaitu di negeri segala lupa, di mana orang 

tidak ingat apa-apa, dan juga mereka sendiri tidak diingat? Jiwa 

orang yang sudah meninggal boleh jadi tahu akan keajaiban-

keajaiban Tuhan   dan menyatakan kesetiaan, keadilan, dan kasih 

setia-Nya. Namun, jasad mereka tidak bisa. Mereka tidak dapat 

menerima kebaikan-kebaikan Tuhan   yang berupa penghiburan 

atau membalas kebaikan-Nya itu dengan puji-pujian.” Nah, kita 

tidak bisa menganggap soal jawab ini merupakan bahasa orang 

yang putus asa, seolah-olah ia berpikir bahwa Tuhan   tidak dapat 

menolongnya atau tidak mau, apalagi sampai menduga bahwa 

soal jawab ini  mengisyaratkan ketidakpercayaan akan ke-

bangkitan orang mati pada akhir zaman. Sebaliknya, dengan soal 

jawab ini ia berseru sedemikian rupa meminta Tuhan   menolongnya 

segera: “Tuhan, Engkau baik, Engkau setia, Engkau benar. Sifat-

sifat-Mu ini akan tampak nyata dalam kelepasanku. namun , jika 

Engkau tidak bersegera membebaskanku, maka semuanya akan 

terlambat. Sebab sebentar lagi aku akan mati dan tidak bisa 

ditolong lagi, mati dan tidak mampu menerima penghiburan apa 

pun.” Ayub kerap kali berseru seperti itu (Ayb. 7:8; 10:21). 

II. Ia bertekad untuk tetap berdoa, dan terlebih lagi  sebab  pembe-

basan itu ditunda-tunda (ay. 13): “Kepada-Mu aku berteriak ber-

kali-kali, dan merasa terhibur dengan berbuat demikian, dan oleh 

sebab itu aku akan tetap melakukannya. Pada waktu pagi doaku 

datang ke hadapan-Mu.” Perhatikanlah, meskipun doa-doa kita 

tidak dijawab dengan segera, kita tidak boleh menyerah untuk 

berdoa, sebab penglihatan itu akan datang saatnya, dan pada 

akhirnya ia akan berbicara, dan tidak berdusta. Tuhan   menunda 

jawaban untuk menguji kesabaran dan ketekunan kita dalam ber-

doa. Ia bertekad untuk mencari Tuhan   semenjak dini, pada waktu 

pagi, saat  rohnya sedang bersemangat, dan sebelum pekerjaan 

di siang hari mulai membuatnya kewalahan. Pada waktu pagi, 

sesudah  ia diombang-ambingkan dengan berbagai kekhawatiran, 

dan pikiran-pikiran yang penuh dukacita dalam kesendirian dan 

keheningan malam. namun , bagaimanakah ia dapat berkata, doa-

ku datang ke hadapan-Mu? Bukan seolah-olah ia bisa bangun 

lebih awal untuk berdoa supaya ia bisa mendahului Tuhan   dalam 

mendengar dan menjawabnya. Sebab Tuhan   tidak tertidur ataupun 

terlelap. namun  ini menunjukkan bahwa ia akan bangun lebih 

awal dibandingkan  biasanya untuk berdoa, untuk mendahului waktu 

berdoanya yang biasa ia lakukan. Semakin berat penderitaan kita, 

semakin gigih dan bersungguh-sungguh kita seharusnya dalam 

berdoa. “Doaku akan menghadap Engkau, dan segera menyong-

song-Mu. Doaku tidak akan tinggal diam menantikan belas kasih-

an muncul, namun  akan terbang menjangkaunya dengan iman dan 

pengharapan bahkan sebelum fajar menyingsing.” Tuhan   sering 

kali mendahului doa-doa dan pengharapan-pengharapan kita de-

ngan belas kasihan-Nya. Marilah kita mendahului belas kasihan-

Nya dengan doa-doa dan pengharapan-pengharapan kita.  

III. Ia menetapkan apa yang akan dikatakannya kepada Tuhan   di da-

lam doa.  

1. Dengan rendah hati ia akan bersoal jawab dengan Tuhan   me-

ngenai keadaannya saat ini yang sangat sengsara dan men-

derita (ay. 15): “Mengapa, ya TUHAN, Kaubuang aku? Apakah 

yang membuat-Mu sampai memperlakukan aku sebagai se-

orang yang ditinggalkan? Beritahukanlah aku, mengapa Eng-

kau beperkara dengan aku.” Ia berbicara dengan rasa heran 

bahwa Tuhan   sampai membuang seorang hamba yang sudah 

lama mengabdi kepada-Nya, sampai membuang seseorang 

yang bertekad untuk tidak membuang-Nya: “Tidak heran jika 

manusia membuang aku. namun  Tuhan, mengapa Engkau me-

lakukannya, sedangkan karunia-karunia dan panggilan-pang-

gilan-Mu tidak bisa ditarik kembali? Mengapa Kausembunyi-

kan wajah-Mu, seperti orang yang sedang marah kepadaku, 

yang tidak hendak melakukan kebaikan bagiku atau tidak 

mau membuatku tahu bahwa Engkau memiliki kebaikan itu?” 

Tidak ada hal lain yang begitu mendukakan anak Tuhan   selain 

jika  Tuhan   menyembunyikan wajah-Nya dari dia. Tidak ada 

yang begitu ditakutkannya selain jika  Tuhan   membuang jiwa-

nya. Jika matahari tertutup awan, maka bumi menjadi gelap. 

Jika matahari meninggalkan bumi, dan sampai membuang-

nya, betapa gelap gulitanya bumi ini!  

2.  Dengan rendah hati ia akan mengulangi keluhan-keluhan 

yang sama yang sudah diutarakannya sebelumnya, sampai 

Tuhan   menaruh belas kasihan kepadanya. Dua hal yang dike-

luhkannya kepada Tuhan  :  

(1) Bahwa Tuhan   menjadi kengerian baginya: Aku telah menang-

gung kengerian dari pada-Mu (ay. 16). Ia terus-menerus 

dilanda berbagai kekhawatiran akan murka Tuhan   melawan 

dia  sebab  dosa-dosanya, dan akan akibat-akibat dari mur-

ka itu. Ia menjadi ketakutan bila memikirkan Tuhan  , memi-

kirkan bagaimana ia akan jatuh ke dalam tangan-Nya dan 

berdiri di hadapan-Nya untuk menerima ajalnya. Ia berkeri-

ngat dingin dan gemetar  sebab  khawatir akan murka 

Tuhan   kepadanya dan akan kengerian kedahsyatan-Nya. 

Perhatikanlah, bahkan orang-orang yang dirancang untuk 

menerima kebaikan-kebaikan Tuhan   boleh jadi, untuk 

sementara waktu, menanggung kengerian-kengerian dari-

Nya. Roh yang mengangkat kita menjadi anak pada mula-

nya membelenggu kita dalam ketakutan. Ayub yang malang 

mengeluhkan kengerian dan kedahsyatan Tuhan   yang se-

perti pasukan melawan dia (Ayb. 6:4). Di sini si pemazmur 

menjelaskan dirinya sendiri, dan memberi tahu kita apa 

yang dimaksudkannya dengan kengerian-kengerian dari 

Tuhan   itu, yaitu kehangatan murka-Nya. Marilah kita lihat 

kesan-kesan mengerikan apa yang telah ditinggalkan oleh 

kengerian-kengerian itu dalam dirinya, seberapa dalam ke-

ngerian-kengerian itu melukainya. 

[1] Kengerian itu nyaris merenggut nyawanya: “Aku begitu 

tertindas oleh  sebab  semua itu sehingga aku menjadi 

incaran maut, dan” (menurut kata yang digunakan di 

sini) “siap menyerahkan nyawa. Kedahsyatan-Mu mem-

bungkamkan aku” (ay. 17). Apa itu neraka, kemusnahan 

kekal itu, yang dengannya orang-orang berdosa yang 

terkutuk dibuang dari Tuhan   dan dari segala kebaha-

giaan untuk selama-lamanya, selain bahwa kengerian-

kengerian Tuhan   menerkam dan memangsa hati nurani 

mereka yang bersalah?  

[2] Kengerian itu nyaris menghilangkan akal sehatnya: Aku 

telah menanggung kengerian dari pada-Mu, aku putus 

asa. Akibat menyedihkan dari kengerian-kengerian 

Tuhan ini telah menimpa banyak orang, dan juga ke 

atas sebagian orang yang baik. Akibatnya, mereka se-

perti kehilangan jiwa mereka sendiri, dan ini sungguh 

memilukan, patut mendapat belas kasihan yang ter-

amat sangat.  

[3] Keadaan ini sudah berlangsung lama: Sejak kecil, aku 

telah menanggung kengerian dari pada-Mu. Sejak kecil 

ia sudah menderita banyak kesedihan, dan dididik da-

lam dukacita, di bawah disiplin sekolah penderitaan. 

Jika kita memulai hari-hari kita dengan permasalahan, 

dan hari-hari dukacita kita sudah diperpanjang sedemi-

kian lama, janganlah kita menganggapnya aneh, namun  

baiklah pencobaan menghasilkan kesabaran. Tampak-

nya bisa dilihat bahwa Heman, yang terkenal bijak dan 

baik, tertindas dan menjadi inceran maut, dan menang-

gung kengerian-kengerian dari Tuhan  , sejak kecil. Demi-

kianlah banyak orang mendapati bahwa sungguh baik 

bagi mereka untuk menanggung kuk pada masa muda 

mereka, supaya dukacita terasa lebih baik bagi mereka 

dibandingkan  canda tawa. Dan  sebab  sudah banyak men-

derita dan kerap kali menjadi incaran maut saat  ma-

sih muda, maka mereka, dengan anugerah Tuhan  , kini 

sudah begitu terbiasa hidup sungguh-sungguh dan 

tidak melekat pada dunia ini. Semua ini sangat berguna 

bagi mereka di sepanjang hidup mereka. Terkadang 

orang-orang yang dirancang Tuhan   untuk melakukan 

pelayanan-pelayanan besar dipersiapkan dengan per-

masalahan seperti ini. 

[4] Penderitaannya kini menjadi-jadi, dan lebih buruk dari-

pada sebelum-sebelumnya. Kengerian-kengerian Tuhan   

kini mengepungnya serentak, sehingga dari segala pen-

juru ia diserang dengan berbagai macam permasalahan, 

dan tidak merasakan embusan angin sejuk dari arah 

mana pun. Mereka mendobrak masuk secara bersama-

an untuk menyerangnya seperti air banjir. Dan ini ter-

jadi setiap hari, sepanjang hari. Ini membuat dia tidak 

bisa beristirahat, tidak ada waktu jeda, bahkan waktu 

untuk bernafas atau sela waktu untuk berpikir, secer-

cah harapan pun tidak. Seperti itulah kekacauan yang 

menimpa orang yang sangat bijak dan baik. Ia dikeli-

lingi oleh begitu banyak kengerian sehingga tidak bisa 

menemukan tempat perlindungan atau pembaringan di 

mana saja di bawah angin.  

(2)  Bahwa tidak seorang pun teman yang dimilikinya di dunia 

ini dapat menghiburnya (ay. 19): Telah Kaujauhkan dari 

padaku sahabat dan teman. Sebagian dari mereka sudah 

mati, sementara sebagian yang lain menjauh, dan mungkin 

banyak yang tidak baik hati. Di samping penghiburan dari 

agama, ada juga penghiburan dari teman-teman dan ma-

syarakat. Oleh sebab itu, jika kita tidak mempunyai teman 

(dalam kehidupan ini), maka kita nyaris tidak punya 

penghiburan. Dan bagi orang-orang yang sudah mempu-

nyai teman, namun kemudian kehilangan mereka, kesu-

sahan yang mereka alami akan terasa semakin berat. De-

ngan hal inilah si pemazmur di sini mengakhiri keluhan-

nya, seolah-olah ini merupakan sesuatu yang melengkapi 

kesengsaraannya dan memberi  entakan penutup pada 

nada sedih yang dilantunkannya. Jika teman-teman kita 

dijauhkan dari kita oleh pemeliharaan ilahi yang mencerai-

beraikan mereka, bahkan jika dengan kematian kenalan-

kenalan kita dipindahkan ke dalam kegelapan, maka me-

mang beralasanlah bagi kita untuk memandangnya sebagai 

penderitaan yang pedih. Walaupun begitu, kita harus meng-

akui iman kepercayaan kita akan Tuhan   dan berserah diri ke 

dalam tangan-Nya dalam menghadapi semuanya itu.  

 

PASAL 89  

anyak mazmur yang memulai dengan keluhan dan doa berakhir 

dengan sukacita dan pujian, namun  mazmur ini justru memulai 

dengan sukacita dan pujian dan berakhir dengan keluhan-keluhan 

dan permohonan-permohonan yang sedih. Ini di sebab kan si pemaz-

mur pertama-tama mengingat kembali kebaikan-kebaikan Tuhan   pada 

masa-masa lalu, dan kemudian dengan mempertimbangkan semua 

kebaikan itu, ia memperbesar penderitaan-penderitaan pada saat ini. 

Tidaklah pasti kapan mazmur ini ditulis. Satu hal yang pasti, secara 

umum mazmur itu ditulis saat  kejayaan keluarga Daud sudah me-

mudar secara mengenaskan. Sebagian orang berpikir bahwa mazmur 

ini ditulis pada waktu pembuangan di Babel, saat  Raja Zedekia di-

hina dan dipermalukan oleh Nebukadnezar, sehingga  sebab  itu arti 

dari judulnya jelas menunjukkan bahwa mazmur ini digubah meng-

ikuti nada sebuah nyanyian dari Etan anak Zerah, yang disebut 

Maschil (nyanyian pengajaran – pen.). Sementara sebagian orang lain 

lagi beranggapan bahwa mazmur ini ditulis oleh Etan, yang disebut-

kan dalam kisah tentang Salomo, yang  sebab  pernah mengalami ke-

hidupan di zaman raja yang mulia itu, meratapi sedemikian rupa peng-

hinaan besar yang ditimpakan kepada keluarga Daud pada masa 

pemerintahan berikutnya melalui pemberontakan sepuluh suku Israel.  

I.   Si pemazmur, pada bagian yang gembira, memberi kemuliaan 

kepada Tuhan  , dan mendapat penghiburan bagi dirinya sendiri 

dan bagi sahabat-sahabatnya. Hal ini dilakukannya secara 

lebih singkat, seraya menyebutkan kasih setia dan kebenaran 

Tuhan   (ay. 2) dan kovenan-Nya (ay. 3-5), namun  secara lebih 

panjang lebar dalam ayat-ayat berikutnya, yang di dalamnya,  

1.  Ia memuja kemuliaan dan kesempurnaan Tuhan   (ay. 6-15).  

2.  Ia menghibur dirinya sendiri dengan kebahagiaan orang-

orang yang diperbolehkan bersekutu dengan-Nya (ay. 16-19).  

3.  Ia membangun segala pengharapannya di atas kovenan 

Tuhan   dengan Daud, yang yaitu  pelambang Kristus (ay. 

20-38).  

II. Pada bagian yang menyedihkan hati dari mazmur ini, ia me-

ratapi kekacauan yang tengah melanda raja dan keluarganya 

(ay. 39-46), bersoal jawab dengan Tuhan   tentangnya (ay. 47-

50), dan kemudian menutup dengan doa meminta pemulihan 

(ay. 51-52).  

Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus mempunyai pikiran-

pikiran yang luhur tentang Tuhan  , iman yang hidup akan kovenan-

Nya dengan Sang Penebus, dan bela rasa terhadap jemaat-jemaat 

yang sedang menderita.   

Kasih Setia dan Kesetiaan Ilahi 

(89:1-5) 

1 Nyanyian pengajaran Etan, orang Ezrahi. 2 Aku hendak menyanyikan kasih 

setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu de-

ngan mulutku turun-temurun. 3 Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk sela-

ma-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. 4 Engkau telah berkata: 

“Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah 

kepada Daud, hamba-Ku: 5 Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan 

anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun.” S e l a 

Si pemazmur mempunyai sebuah keluhan yang sangat sedih untuk 

disampaikan tentang keadaan keluarga Daud yang mengenaskan 

pada saat ini, namun demikian ia memulai mazmur ini dengan 

kidung-kidung pujian. Sebab kita, dalam segala sesuatu, dan dalam 

segala keadaan, harus mengucap syukur senantiasa. Demikianlah 

kita harus mempermuliakan Tuhan di dalam api. Kita biasanya ber-

pikir saat  sedang mengalami masalah, bahwa kita akan mendapat 

ketenangan dengan mengeluh. Namun sebenarnya kita bisa menda-

patkan yang lebih dari itu, kita bisa mendapat sukacita, dengan me-

muji-muji Dia. Oleh sebab itu, baiklah keluhan-keluhan kita diubah 

menjadi ucapan syukur. Begitulah, dalam perikop di atas kita men-

dapati apa yang bisa menjadi pokok pujian dan ucapan syukur bagi 

kita pada masa-masa yang terburuk, apakah itu pengalaman pribadi 

atau kejadian yang menyangkut orang banyak, yakni bahwa 

1.  Bagaimanapun keadaannya, Tuhan   yang kekal itu baik dan benar 

(ay. 2). Meskipun mungkin sulit bagi kita untuk mengerti tindak-

an-tindakan Pemeliharaan ilahi yang gelap pada saat ini dengan 

kebaikan dan kebenaran Tuhan  , namun kita harus memegang 

teguh asas ini, bahwa kasih setia Tuhan   tiada habis-habisnya dan 

kebenaran-Nya tidak dapat diganggu gugat. Dan ini haruslah 

menjadi pokok sukacita dan pujian kita: “Aku hendak menyanyi-

kan kasih setia TUHAN selama-lamanya, menyanyikan lagu pujian 

untuk menghormati Tuhan  , lagu gembira untuk menghibur diriku 

sendiri, dan Maschil, nyanyian pengajaran, untuk membangun 

orang lain.” Kita bisa bernyanyi memuji kasih setia Tuhan   terus-

menerus untuk selama-lamanya, dan pokok pujian ini tidak akan 

pernah menjadi usang. Kita harus bernyanyi memuji kasih setia 

Tuhan   selama kita hidup, mendidik orang lain untuk menyanyikan-

nya supaya jika  kita sudah tiada mereka bisa menyanyikan-

nya. Dan kita harus berharap kelak kita menyanyikannya juga di 

sorga, dunia tanpa akhir itu. Inilah yang dinamakan menyanyikan 

kasih setia TUHAN selama-lamanya. Dengan mulutku, dan dengan 

penaku (sebab dengan pena juga kita berbicara), hendak kuperke-

nalkan kesetiaan-Mu turun-temurun, dengan meyakinkan keturun-

anku, berdasar  pengamatan dan pengalamanku sendiri, bah-

wa Tuhan   itu setia dengan setiap perkataan yang telah diucapkan-

Nya, bahwa mereka bisa belajar menaruh kepercayaan kepada 

Tuhan   (78:7).  

2.  Bagaimana pun keadaannya, kovenan kekal itu teguh dan pasti 

(ay. 3-5). Di sini kita mendapati,  

(1) Iman dan pengharapan si pemazmur: “Segala sesuatunya kini 

tampak hitam, dan mengancam kemusnahan keluarga Daud 

untuk selama-lamanya. namun  aku telah berkata, dan aku 

mempunyai jaminan dari firman Tuhan   untuk mengatakannya, 

bahwa kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya.” Jika 

kebaikan yang menjadi sifat Tuhan   menjadi pokok nyanyian 

kita (ay. 2), maka terlebih lagi kasih setia yang dibangun un-

tuk kita di dalam kovenan. Kasih setia itu masih akan bertam-

bah, seperti rumah yang sedang dibangun, dan akan melang-

gengkan peristirahatan kita untuk selama-lamanya, seperti 

rumah yang sudah berdiri. Kasih setia itu akan dibangun un-

tuk selama-lamanya. Sebab tempat kediaman kekal yang kita 

harapkan di Yerusalem baru berasal dari bangunan ini. Jika 

kasih setia akan dibangun untuk selama-lamanya, maka pon-

dok Daud, yang telah roboh, akan didirikan kembali reruntuh-

annya, dan akan dibangun kembali seperti di zaman dahulu 

kala (Am. 9:11). Oleh sebab itu, kasih setia akan dibangun un-

tuk selama-lamanya,  sebab  kesetiaan-Mu tegak seperti langit. 

Meskipun pengharapan-pengharapan kita akan hal-hal terten-

tu dikecewakan, namun janji-janji Tuhan   tidak dibatalkan. Jan-

ji-janji-Nya ditegakkan di langit (maksudnya, di dalam kepu-

tusan-keputusan kehendak-Nya yang kekal). Semua janji-Nya 

melampaui perubahan-perubahan yang terjadi di dunia bawah 

ini dan berada di luar jangkauan perlawanan neraka dan 

bumi. Sifat tidak berubah dari langit merupakan pelambang 

dari kebenaran firman Tuhan  . Langit bisa saja tertutup oleh 

kabut yang naik dari bumi, namun  ia tidak bisa disentuh, tidak 

bisa diubah olehnya.  

(2) Sebuah ringkasan dari kovenan yang di atasnya iman dan 

pengharapan ini dibangun: Aku telah mengatakannya, ujar si 

pemazmur, sebab Tuhan   telah bersumpah, bahwa para ahli 

waris kovenan dapat dipuaskan sepenuhnya dengan keputus-

an kehendak-Nya yang tidak dapat diubah. Ia menunjukkan 

Tuhan   yang berbicara (ay. 4), yang mengakui, bagi penghiburan 

umat-Nya, “Telah Kuikat perjanjian, dan oleh sebab itu Aku 

akan membuatnya sebagai sesuatu yang baik.” Kovenan ini 

dibuat dengan Daud. Kovenan kerajaan dibuat dengannya, se-

bagai kepala keluarga, dan dengan keturunannya melalui dia 

dan demi dia, yang mewakili kovenan anugerah yang dibuat 

dengan Kristus sebagai kepala jemaat dan dengan semua 

orang percaya sebagai keturunan-Nya secara rohani. Di sini 

Daud disebut sebagai orang pilihan Tuhan   dan hamba-Nya. 

Dan, sama seperti Tuhan   tidak dapat berubah untuk menarik 

kembali apa yang sudah dipilih-Nya sendiri, demikian pula Ia 

bukannya tidak benar sampai membuang orang yang sudah 

melayani-Nya. Dua hal mendorong si pemazmur untuk mem-

bangun imannya di atas kovenan ini:  

[1] Sahnya kovenan itu. Kovenan itu diteguhkan dengan sum-

pah: TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal.  

[2] Keberlanjutannya. Berkat-berkat kovenan tidak hanya dise-

diakan bagi Daud sendiri, namun  juga turut diwariskan ke-

pada keluarganya. Telah dijanjikan bahwa keluarganya

 akan tetap berlanjut – untuk selama-lamanya Aku hendak 

menegakkan anak cucumu, sehingga Daud tidak akan keku-

rangan anak untuk memerintah (Yer. 33:20-21). Dan bahwa 

keluarga itu akan tetap menjadi keluarga kerajaan – Aku 

akan membangun takhtamu turun-temurun, pada semua 

angkatan di sepanjang masa. Hal ini digenapi di dalam 

Kristus, yang berasal dari keturunan Daud, yang hidup 

untuk selama-lamanya, yang kepada-Nya Tuhan   telah me-

nyerahkan takhta dari bapa leluhurnya-Nya, yaitu Daud. 

Juga, besar kekuasaan-Nya, dan damai sejahtera tidak 

akan berkesudahan. Tentang kovenan ini si pemazmur akan 

kembali berbicara dengan lebih panjang lebar (ay. 20, dst.)  

Kuasa dan Keadilan Ilahi;  

Kemuliaan Tuhan   Dirayakan 

(89:6-15) 

6 Sebab itu langit bersyukur  sebab  keajaiban-keajaiban-Mu, ya TUHAN, 

bahkan  sebab  kesetiaan-Mu di antara jemaah orang-orang kudus. 7 Sebab 

siapakah di awan-awan yang sejajar dengan TUHAN, yang sama seperti 

TUHAN di antara penghuni sorgawi? 8 Tuhan   disegani dalam kalangan orang-

orang kudus, dan sangat ditakuti melebihi semua yang ada di sekeliling-Nya. 

9 Ya TUHAN, Tuhan   semesta alam, siapakah seperti Engkau? Engkau kuat, ya 

TUHAN, dan kesetiaan-Mu ada di sekeliling-Mu. 10 Engkaulah yang memerin-

tah kecongkakan laut, pada waktu naik gelombang-gelombangnya, Engkau 

juga yang meredakannya. 11 Engkaulah yang meremukkan Rahab seperti 

orang terbunuh, dengan lengan-Mu yang kuat Engkau telah mencerai-

beraikan musuh-Mu. 12 Punya-Mulah langit, punya-Mulah juga bumi, dunia 

serta isinya Engkaulah yang mendasarkannya. 13 Utara dan selatan, Engkau-

lah yang menciptakannya, Tabor dan Hermon bersorak-sorai  sebab  nama-

Mu. 14 Punya-Mulah lengan yang perkasa, kuat tangan-Mu dan tinggi tangan 

kanan-Mu. 15 Keadilan dan hukum yaitu  tumpuan takhta-Mu, kasih dan 

kesetiaan berjalan di depan-Mu. 

Ayat-ayat di atas penuh dengan puji-pujian kepada Tuhan  .  

Lihatlah  : 

I.  Di mana, dan oleh siapa, Tuhan   harus dipuji.  

1.  Tuhan   dipuji oleh para malaikat di atas: Langit bersyukur kare-

na keajaiban-keajaiban-Mu, ya TUHAN (ay. 6). Maksudnya, 

“para penghuni dunia atas yang mulia itu terus-menerus 

merayakan puji-pujian kepada-Mu.” Pujilah TUHAN, hai malai-

kat-malaikat-Nya (103: 20). Pekerjaan-pekerjaan Tuhan   merupa-

kan suatu keajaiban bahkan bagi orang-orang yang paling de-

kat dan mengenal pekerjaan-pekerjaan-Nya itu. Semakin pe-

kerjaan-pekerjaan Tuhan   diketahui, semakin semua itu akan 

dipuja dan dipuji. Hal ini haruslah membuat kita mengasihi 

sorga, dan rindu untuk berada di sana, sebab di sana kita 

tidak akan berbuat hal lain selain memuji Tuhan   dan keajaiban-

keajaiban-Nya.  

2. Tuhan   dipuji oleh jemaah orang-orang kudus-Nya di bumi (pu-

jian menantikan-Nya di Sion). Meskipun puji-pujian mereka 

masih kalah jauh dibandingkan dengan puji-pujian para 

malaikat, namun Tuhan   berkenan memperhatikannya, mene-

rimanya, dan merasa dihormati olehnya. “Kesetiaan-Mu dan 

kebenaran janji-Mu, yaitu batu karang yang di atasnya jemaat 

dibangun, akan dipuji di antara jemaah orang-orang kudus, 

yang segenap hidupnya berutang pada kesetiaan itu, dan yang 

senantiasa menjadi penghiburan mereka yaitu  bahwa ada 

janji, dan bahwa Ia yang telah berjanji yaitu  setia.” Orang-

orang kudus kepunyaan Tuhan   di bumi diharapkan untuk 

memuji-Nya. Sebab, siapa lagi yang akan melakukannya jika 

mereka tidak? Kiranya setiap orang kudus memuji-Nya, dan 

terutama jemaah orang-orang kudus. jika  mereka datang 

berkumpul, baiklah mereka bergabung dalam memuji Tuhan  . 

Semakin banyak semakin baik, semakin lebih menyerupai 

sorga. Tentang kehormatan yang diberikan kepada Tuhan   oleh 

jemaah orang-orang kudus si pemazmur berbicara lagi (ay. 8): 

Tuhan   disegani dalam kalangan orang-orang kudus. Orang-

orang kudus harus berkumpul untuk beribadah, supaya mere-

ka dapat memberi  pengakuan di hadapan orang banyak 

akan hubungan mereka dengan Tuhan  , dan dapat menggugah 

satu sama lain untuk memberi  penghormatan kepada-Nya. 

Begitulah, dengan menjaga persekutuan dengan Tuhan  , mereka 

juga dapat memelihara persekutuan di antara orang-orang 

kudus. Dalam perkumpulan-perkumpulan ibadah, Tuhan   telah 

menjanjikan kehadiran anugerah-Nya. Walaupun demikian, 

kita juga harus di dalam perkumpulan itu mengarahkan pan-

dangan kita kepada hadirat-Nya yang mulia, sehingga ke-

akraban kita dengan-Nya tidak menumbuhkan sikap kurang 

ajar sedikit pun. Sebab, Ia dahsyat di tempat kudus-Nya, dan 

oleh sebab itu harus sangat ditakuti. Rasa hormat yang kudus 

Kitab Mazmur 89:6-15 

 1275 

kepada Tuhan   harus menyelimuti kita dan memenuhi kita, se-

tiap kali kita mendekat kepada Tuhan  , bahkan saat  kita mela-

kukannya secara pribadi. Rasa hormat yang kudus ini seyog-

yanya diiringi oleh suasana khidmat dalam perkumpulan 

jemaah. Tuhan   haruslah sangat ditakuti melebihi semua yang 

ada di sekeliling-Nya, yang senantiasa melayani-Nya sebagai 

hamba-hamba-Nya atau yang mendekati-Nya  sebab  suatu 

tugas tertentu (Im. 10:3). Pelayanan orang berkenan kepada 

Tuhan   bila mereka melayani-Nya dengan hormat dan takut (Ibr. 

12:28).   

II.  Apa itu memuji Tuhan  . Memuji Tuhan   berarti mengakui Dia sebagai 

Keberadaan yang kesempurnaan-Nya tiada tertandingi, sehingga 

tiada satu pun dapat menyerupai-Nya, atau yang dapat diban-

dingkan dengan-Nya (ay. 7). Seandainya ada makhluk-makhluk 

yang mengaku-ngaku dapat bersaing dengan Tuhan  , pastilah 

makhluk-makhluk itu ditemukan di antara para malaikat. namun  

mereka semua jelas-jelas kalah jika dibandingkan dengan-Nya: 

Sebab siapakah di awan-awan yang sejajar dengan TUHAN, se-

hingga dapat menantang untuk berbagi penghormatan dan pe-

mujaan yang hanya layak diberikan kepada-Nya? Siapa pula yang 

menantang Dia untuk bersaing mendapatkan penghormatan dari 

anak-anak manusia? Para malaikat yaitu  orang-orang perkasa, 

namun  siapakah di antara mereka yang dapat diserupakan dengan 

Tuhan? Kaum bangsawan yaitu  sahabat para raja, dan ada 

kesamaan di antara mereka. namun  tidak ada kesamaan apa pun 

antara Tuhan   dan para malaikat. Mereka bukanlah teman-teman 

yang sejajar dengan-Nya. Dengan siapa hendak kamu samakan 

Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus (Yes. 

40:25). Hal ini ditekankan lagi (ay. 9): Siapakah seperti Engkau? 

Engkau kuat, ya TUHAN? Tidak ada malaikat atau penguasa du-

nia mana pun yang dapat dibandingkan dengan Tuhan  , atau yang 

mempunyai lengan seperti Dia, atau dapat bersuara menggelegar 

seperti Dia. Kesetiaan-Mu ada di sekeliling-Mu. Maksudnya, “ma-

laikat-malaikat-Mu yang ada di sekeliling-Mu melayani-Mu de-

ngan puji-pujian mereka dan siap sedia melaksanakan tugas-Mu, 

semuanya setia.” Atau, lebih tepatnya, “Dalam segala sesuatu 

yang Kauperbuat, dari segala sudut, Engkau membuktikan diri-

Mu setia terhadap firman-Mu, mengatasi semua raja atau pengua-


 1276

sa mana pun.” Di antara manusia, sering kali ditemukan bahwa 

orang-orang yang paling sanggup melanggar perkataan mereka 

yaitu  mereka yang paling ceroboh menjaganya. namun  Tuhan   itu 

kuat dan juga setia. Ia sanggup melakukan apa saja, namun tidak 

akan pernah melakukan suatu hal yang tidak adil.  

III. Kemuliaan apa yang harus kita berikan dalam puji-pujian kita ke-

pada Tuhan  . Ada beberapa hal yang disebutkan di sini,  

1.  Perintah Tuhan   kepada ciptaan-ciptaan yang paling tidak bisa 

diatur (ay. 10): Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut, 

sesuatu yang paling menakutkan atau mengancam, dan yang 

tidak bisa dikendalikan oleh kuasa manusia. Ombaknya tidak 

bisa naik lebih tinggi, bergulung lebih jauh, menerjang lebih 

keras, dan berlangsung lebih lama, atau melukai lebih dalam, 

melebihi apa yang diizinkan Tuhan  . “Pada waktu naik gelom-

bang-gelombangnya, Engkau dapat segera menidurkannya, 

menenangkannya, dan mendiamkannya, dan mengubah badai 

menjadi ketenangan.” Hal ini dibicarakan di sini sebagai tin-

dakan yang mahakuasa, maka dengan demikian manusia 

apakah Tuhan Yesus itu, sehingga angin dan danau pun taat 

kepada-Nya?  

2. Kemenangan-kemenangan yang telah diperoleh Tuhan   atas mu-

suh-musuh jemaat-Nya. Kekuasaan-Nya atas kecongkakan 

laut dan perbuatan-Nya yang menenangkan gelombang-gelom-

bangnya merupakan pelambang akan hal ini (ay. 11): Engkau-

lah yang meremukkan Rahab, banyak musuh yang congkak 

(begitulah yang dilambangkan dengan Rahab di sini), khusus-

nya Mesir, yang kadang-kadang disebut Rahab, Engkau han-

curkan berkeping-keping, seperti orang yang mati terbunuh 

dan tidak sanggup untuk bangkit kembali. “ sebab  kepalanya 

sudah hancur, Engkau mencerai-beraikan bagian-bagian tu-

buh yang lain dengan lengan-Mu yang kuat.” Tuhan   mempunyai 

lebih dari satu cara untuk menghadapi musuh-musuh-Nya 

dan musuh-musuh jemaat-Nya. Kita mungkin berpikir bahwa 

seharusnya Ia membunuh saja mereka dengan segera, namun  

adakalanya Ia mencerai-beraikan mereka, supaya Ia dapat 

menghalau mereka ke bangsa-bangsa lain sebagai tugu peri-

ngatan akan keadilan-Nya (59:12). Ingatan akan kehancuran 

Mesir dengan berkeping-keping ini merupakan penghiburan 

Kitab Mazmur 89:6-15 

 1277 

bagi jemaat, saat  mereka ada dalam kekuasaan Babel pada 

saat ini. Sebab, Tuhan   tetaplah sama.  

3. Kepemilikan-Nya yang tidak dapat dibantah atas semua makh-

luk ciptaan di dunia atas dan bawah (ay. 12-13): “Manusia di-

hormati  sebab  harta benda mereka yang banyak. Namun, 

punya-Mulah langit, punya-Mulah juga bumi.  sebab  itu kami 

memuji-Mu,  sebab  itu kami percaya kepada-Mu,  sebab  itu 

kami tidak akan takut akan apa yang dapat diperbuat manu-

sia terhadap kami. Dunia serta isinya, segala kekayaan yang 

terkandung di dalamnya, semua penghuninya, baik itu tem-

pat-tempat kediaman maupun mereka yang mendiaminya, se-

muanya milik-Mu. Sebab, Engkaulah yang mendasarkannya,” 

dan sudah sepantasnya Sang Pendiri menyatakan diri sebagai 

Sang Pemilik. Si pemazmur berbicara secara khusus lagi ten-

tang,  

(1) Bagian-bagian dunia yang paling ujung, utara dan selatan, 

bangsa-bangsa yang terletak di dua kutub, yang tidak ber-

penghuni dan yang sedikit dikenal: “Engkaulah yang men-

ciptakannya, dan oleh sebab itu Engkau mengetahuinya, 

merawatnya, dan layak mendapat penghormatan dan puji-

an darinya.” Utara dikatakan dibentangkan di atas keko-

songan. Namun segala isi yang ada di sana, Tuhan  -lah yang 

memilikinya.  

(2) Bagian-bagian dunia yang paling atas. Ia menyebutkan dua 

bukit tertinggi di Kanaan, yaitu “Tabor dan Hermon” (yang 

satu terletak di sebelah barat, dan yang lain di sebelah 

timur). “Keduanya ini akan bersukacita dalam nama-Mu, 

sebab mereka berada di bawah perhatian dan pemelihara-

an-Mu, dan mereka menghasilkan persembahan-persembah-

an bagi mezbah-Mu.” Bukit-bukit kecil dikatakan bersorak-

sorai  sebab  kesuburan mereka (65:13). Tabor umumnya 

dianggap sebagai bukit tinggi yang ada di Galilea itu, yang 

di atasnya Kristus berubah rupa. Jadi sungguh benarlah 

dikatakan bahwa ia bersorak-sorai mendengar suara yang 

terdengar di sana, “Inilah Anak yang Kukasihi.”  

4. Kuasa dan keadilan, kasih setia dan kebenaran, yang dengan-

nya Ia memerintah dunia dan mengatur perkara anak-anak 

manusia (ay. 14-15).  


 1278

(1) Tuhan   sanggup berbuat apa saja. Sebab Dialah Tuhan Tuhan   

Yang Mahakuasa. Lengan-Nya, tangan-Nya, perkasa dan 

kuat, baik untuk menyelamatkan umat-Nya maupun untuk 

menghancurkan musuh-musuh-Nya dan musuh-musuh 

mereka. Tidak ada orang yang dapat menangkis kekuatan 

atau menahan beban tangan-Nya yang perkasa. Tinggi ta-

ngan kanan-Nya, sanggup menjangkau yang tertinggi, bah-

kan menjangkau mereka yang menempatkan sarang mere-

ka di antara bintang-bintang (Am. 9:2-3; Ob. 1:4). Tangan 

kanan-Nya ditinggikan dalam apa yang telah diperbuat-

Nya, sebab dalam beribu-ribu contoh Ia telah memperlihat-

kan kuasa-Nya (118:16).  

(2) Ia tidak pernah, dan tidak akan pernah, berbuat apa saja 

yang tidak adil atau tidak bijak. Sebab, keadilan dan hu-

kum yaitu  tumpuan takhta-Nya. Tidak satu pun dari se-

mua titah atau ketentuan-Nya yang pernah melenceng dari 

aturan keadilan dan hikmat, dan juga tidak seorang pun 

yang dapat mendakwa Tuhan   atas ketidakadilan atau kebo-

dohan. Keadilan dan hukum mempersiapkan takhta-Nya 

(begitu menurut sebagian orang), menegakkannya (menu-

rut sebagian yang lain). Segala persiapan bagi pemerintah-

an-Nya yang dibuat dalam keputusan kehendak-Nya sejak 

dari kekekalan, dan penegakan pemerintahan itu sampai 

pada kekekalan juga, merupakan keadilan dan hukum.  

(3) Ia selalu berbuat apa yang baik terhadap umat-Nya dan 

sesuai dengan firman yang sudah diucapkan-Nya: “Kasih 

dan kesetiaan berjalan di depan-Mu, untuk mempersiapkan 

jalan-Mu, seperti pembuka jalan yang memberi  jalan 

bagi-Mu – kasih dalam berjanji, dan kesetiaan dalam me-

laksanakannya – kesetiaan dalam bertindak sesuai dengan 

firman-Mu, dan kasih dalam melakukan bahkan yang lebih 

baik lagi.” Betapa patut dipujinya segala sifat ini pada orang-

orang besar, apalagi pada Tuhan   yang mahabesar, yang di 

dalam-Nya segala sifat itu ada dalam kesempurnaan! 

Kitab Mazmur 89:16-19 

 1279 

Kebahagiaan Israel Dinyatakan 

(89:16-19) 

16 Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak-sorai, ya TUHAN, mereka hidup 

dalam cahaya wajah-Mu; 17  sebab  nama-Mu mereka bersorak-sorak sepan-

jang hari, dan  sebab  keadilan-Mu mereka bermegah. 18 Sebab Engkaulah 

kemuliaan kekuatan mereka, dan  sebab  Engkau berkenan, tanduk kami 

meninggi. 19 Sebab perisai kita kepunyaan TUHAN, dan raja kita kepunyaan 

Yang Kudus Israel. 

Si pemazmur, sesudah  dengan panjang lebar menunjukkan kebahagia-

an Tuhan   Israel, di sini menunjukkan kebahagiaan Israel kepunyaan 

Tuhan  . Sama seperti tidak ada yang seperti Tuhan   Yesyurun, demikian 

pula berbahagialah engkau, hai Israel; siapakah yang sama dengan 

engkau. Ini terutama merupakan pelambang bagi Israel Injil, yang

terdiri atas orang-orang percaya sejati, yang kebahagiaannya digam-

barkan di sini.   

I.   Penyingkapan-penyingkapan yang mulia diberikan kepada mere-

ka, dan kabar baik dibawa kepada mereka. Mereka mendengar 

suara sorak-sorai, dan mereka tahu bersorak-sorai (ay. 16). Ini 

mungkin merujuk,  

1. Pada sorak-sorai pasukan yang menang, sorak-sorai  sebab  

Raja (Bil. 23:21). Israel mempunyai pertanda-pertanda hadirat 

Tuhan   bersama mereka dalam peperangan-peperangan mereka. 

Bunyi derap langkah di puncak pohon-pohon kertau memang 

bunyi sorak-sorai yang menyukakan (2Sam. 5:24), dan sering 

kali mereka kembali dengan membuat bumi bergemirincing 

dengan nyanyian-nyanyian kemenangan mereka. Inilah bunyi 

sorak-sorai itu. Atau,  

2. Pada bunyi yang diperdengarkan atas korban-korban persem-

bahan dan pada hari perayaan yang khidmat (81:2-4). Inilah 

kebahagiaan Israel, bahwa mereka bisa dengan bebas dan te-

rang-terangan mengakui agama Tuhan   yang kudus di antara 

mereka, dan ada sukacita yang berlimpah saat  mereka mem-

persembahkan korban-korban. Atau,  

3.  Pada bunyi sangkakala di tahun Yobel. Sorak-sorai itu sung-

guh menyukakan hamba-hamba dan para tawanan, yang 

kepada mereka diberitakan pembebasan. Injil memang meru-

pakan bunyi sorak-sorai yang menyukakan hati, bunyi keme-

nangan, bunyi kebebasan, untuk bersekutu dengan Tuhan  , dan 


 1280

bunyi derau hujan. Berbahagialah orang yang mendengarnya, 

yang mengetahuinya, dan yang menyambutnya.   

II.  Pertanda-pertanda kebaikan Tuhan   secara khusus dikaruniakan 

kepada mereka: “Mereka hidup dalam cahaya wajah-Mu, Ya 

TUHAN. Mereka akan mengatur diri mereka sendiri dengan arah-

an-arahan-Mu, akan dituntun oleh mata-Mu. Dan mereka akan 

bersuka dalam penghiburan-penghiburan-Mu. Mereka akan men-

dapatkan kebaikan Tuhan  . Mereka akan tahu bahwa mereka memi-

likinya, dan ini akan terus menjadi pokok sukacita dan sorak-

sorai bagi mereka. Mereka akan melalui semua ujian untuk hidup 

suci di bawah kuasa-kuasa kasih setia-Mu, yang akan membuat 

kewajiban mereka terasa menyenangkan bagi mereka dan mem-

buat mereka tulus dalam menjalankannya. Semua ini mereka 

jalankan dengan tujuan supaya berkenan kepada Tuhan.” Kita 

berjalan dalam terang Tuhan jika  kita mendapatkan semua 

penghiburan kita dari kebaikan Tuhan   dan dengan sangat berhati-

hati menjaga diri kita tetap di dalam kasih-Nya.  

III. Mereka tidak pernah kekurangan pokok sukacita: Berbahagialah 

umat Tuhan  , sebab di dalam nama-Nya, di dalam segala hal yang 

dengannya Ia telah menyatakan dirinya, mereka akan bersorak-so-

rak sepanjang hari.  sebab  itu, kalau sampai mereka tidak dapat 

bersukacita, itu  sebab  kesalahan mereka sendiri. Orang-orang 

yang bersorak-sorai dalam Kristus Yesus, dan menjadikan Tuhan   

sebagai sukacita dan kegembiraan mereka, pasti mempunyai ba-

nyak hal untuk mengimbangi keluhan-keluhan mereka dan mem-

bungkam dukacita mereka. Dengan begitulah sukacita mereka 

menjadi sempurna (1Yoh. 1:4) dan tiada putus-putusnya. Sudah 

menjadi kewajiban merekalah untuk senantiasa bersukacita.   

IV. Hubungan mereka dengan Tuhan   merupakan kehormatan dan 

martabat mereka. Mereka berbahagia, sebab mereka bermartabat 

tinggi. Pastilah di dalam Tuhan, di dalam Tuhan Yesus, mereka 

mendapat keadilan dan kekuatan, dan dengan demikian diusul-

kan oleh-Nya untuk mendapat perkenanan ilahi. Oleh sebab itu di 

dalam Dialah seluruh keturunan Israel akan bermegah (Yes. 45:24-

25). Demikian pula halnya di sini (ay. 17-18).  

Kitab Mazmur 89:16-19 

 1281 

1. “ sebab  keadilan-Mu mereka bermegah, dan bukan  sebab  ke-

adilan atau kebenaran mereka sendiri.” Kami diangkat keluar 

dari bahaya dan ditinggikan, dan dibawa ke dalam kehormat-

an, murni  sebab  kebenaran Kristus, yang merupakan pakai-

an bagi kebesaran maupun perlindungan.  

2. “Engkaulah kemuliaan kekuatan mereka,” yaitu, “Engkaulah ke-

kuatan mereka, dan merupakan kemuliaan bagi mereka bahwa 

Engkau menjadi kekuatan mereka, dan Engkaulah yang mereka 

megahkan.” Syukur kepada Tuhan   yang senantiasa membuat 

kita beroleh kemenangan.  

3. “Di dalam kebaikan-Mu, yang kami harapkan melalui Kristus, 

tanduk kami meninggi.” Tanduk menandakan keindahan, ke-

limpahan, dan kekuasaan. Semua ini dimiliki mereka yang 

telah diterima sebagai orang kesayangan. Kedudukan tinggi 

apa lagi yang mampu dicapai manusia di dunia ini selain 

menjadi orang-orang kesayangan Tuhan  ?  

V. Hubungan mereka dengan Tuhan   merupakan perlindungan dan ke-

amanan mereka (ay. 19): “Sebab perisai kami yaitu  Tuhan” 

(begitu menurut arti umumnya) “dan raja kita kepunyaan Yang 

Kudus Israel. Jika Tuhan   yaitu  Penguasa kita, maka Ia akan 

menjadi Pembela kita. Dan jika demikian siapakah yang dapat 

mencelakakan kita?” yaitu  kebahagiaan Israel bahwa Tuhan   sen-

dirilah yang mendirikan tembok pertahanan mereka dan memilih 

raja mereka (begitu sebagian orang memahaminya). Atau, lebih 

tepatnya, bahwa Dia sendirilah yang menjadi tembok berapi bagi 

mereka di sekeliling mereka, dan sebagai Yang Kudus, Dialah 

Pencipta dan Sumber dari agama mereka yang suci. Dialah Raja 

mereka, dan dengan demikian kemuliaan mereka yang ada di 

tengah-tengah mereka. Kristus yaitu  Yang Kudus dari Israel, 

sungguh yang kudus itu. Dan umat istimewa itu tidak lebih diber-

kati dalam hal apa pun selain dalam hal ini, bahwa Kristus dila-

hirkan sebagai Raja orang Yahudi. Nah, gambaran tentang keba-

hagiaan Tuhan   Israel diberikan di sini sebagai sesuatu yang sulit 

dimengerti dalam kaitannya dengan malapetaka yang tengah 

menimpa mereka pada saat ini.  


 1282

Kovenan Tuhan   dengan Daud 

(89:20-38) 

20 Pernah Engkau berbicara dalam penglihatan kepada orang-orang yang Kau-

kasihi, kata-Mu: “Telah Kutaruh mahkota di atas kepala seorang pahlawan, telah 

Kutinggikan seorang pilihan dari antara bangsa itu. 21 Aku telah mendapat 

Daud, hamba-Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak-Ku yang kudus, 22 

maka tangan-Ku tetap dengan dia, bahkan lengan-Ku meneguhkan dia. 23 

Musuh tidak akan menyergapnya, dan orang curang tidak akan menindasnya. 24 

Aku akan menghancurkan lawannya dari hadapannya, dan orang-orang yang 

membencinya akan Kubunuh. 25 Kesetiaan-Ku dan kasih-Ku menyertai dia, dan 

oleh  sebab  nama-Ku tanduknya akan meninggi. 26 Aku akan membuat tangan-

nya menguasai laut, dan tangan kanannya menguasai sungai-sungai. 27 Dia pun 

akan berseru kepada-Ku: “Bapaku Engkau, Tuhan  ku dan gunung batu kesela-

matanku.“ 28 Aku pun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi 

yang mahatinggi di antara raja-raja bumi. 29 Aku akan memelihara kasih setia-

Ku bagi dia untuk selama-lamanya, dan perjanjian-Ku teguh bagi dia. 30 Aku 

menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-lamanya, dan takhtanya 

seumur langit. 31 Jika anak-anaknya meninggalkan Taurat-Ku dan mereka tidak 

hidup menurut hukum-Ku, 32 jika ketetapan-Ku mereka langgar dan tidak berpe-

gang pada perintah-perintah-Ku, 33 maka Aku akan membalas pelanggaran 

mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan. 34 namun  

kasih setia-Ku tidak akan Kujauhkan dari padanya dan Aku tidak akan berlaku 

curang dalam hal kesetiaan-Ku. 35 Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan 

apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah. 36 Sekali Aku bersumpah demi 

kekudusan-Ku, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud: 37 Anak 

cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di 

depan mata-Ku, 38 seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang 

setia di awan-awan.” S e l a. 

Kovenan yang dibuat Tuhan   dengan Daud dan keturunannya sudah 

disebutkan dalam ayat-ayat sebelum ini (ay. 4-5). namun  dalam peri-

kop di atas hal ini  dibicarakan secara panjang lebar, dan dise-

rukan kepada Tuhan  , agar Ia bermurah hati kepada keluarga raja, 

yang kini nyaris tenggelam dan hancur. Namun, sudah pasti bahwa 

kovenan itu memandang pada Kristus, dan digenapi di dalam Dia 

secara jauh lebih banyak dibandingkan  di dalam Daud. Bahkan, sebagian 

bacaan di sini hampir tidak dapat diterapkan sama sekali kepada 

Daud, melainkan harus dimengerti hanya tentang Kristus (yang oleh 

sebab itu disebut Daud raja kami, Hos. 3:5). Dan sungguh besar serta 

berharga janji-janji yang dibuat di sini kepada Sang Juruselamat, 

yang merupakan fondasi kuat bagi orang-orang tebusan untuk 

membangun iman dan pengharapan mereka. Segala penghiburan 

yang kita dapat dalam penebusan kita mengalir dari kovenan pene-

busan. Segala mata air kita ada  di dalamnya (Yes. 55:3). Aku 

hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia 

yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud (Kis. 13:34). Sekarang di 

sini kita mempunyai gambaran tentang kasih setia yang teguh itu.

Lihatlah  :     

I.  Apa yang meyakinkan kita akan kebenaran janji itu, yang dapat 

mendorong kita untuk mendirikan bangunan di atasnya. Di sini 

kita diberi tahu,  

1. Bagaimana janji itu diucapkan (ay. 20): Pernah Engkau ber-

bicara dalam penglihatan kepada orang-orang yang Kaukasihi. 

Janji Tuhan   kepada Daud, yang secara khusus dirujuk di sini, 

diucapkan dalam penglihatan kepada Natan sang nabi (2Sam. 

7:12-17). Lalu, saat  Yang Kudus Israel menjadi raja mereka 

(ay. 19), Ia menunjuk Daud sebagai raja muda-Nya. namun  

kepada semua nabi, orang-orang kudus yang dikasihi-Nya itu, 

Ia berbicara dalam penglihatan mengenai Kristus, dan teruta-

ma kepada Kristus sendiri, yang sudah duduk di pangkuan-

Nya sejak dari kekekalan dan mengenal secara sempurna 

segala rancangan penebusan yang dibuat-Nya (Mat. 11:27).  

2.  Bagaimana janji itu diteguhkan dengan sumpah dan disahkan 

(ay. 36): Sekali Aku bersumpah demi kekudusan-Ku. Inilah 

sifat-Nya yang sungguh menyukakan hati itu. Dengan bersum-

pah demi kekudusan-Nya, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri. 

Sebab, seandainya Ia tidak lagi kudus, maka ini sama saja 

berarti Ia sudah tidak ada lagi. Ia bersumpah cukup sekali. Ia 

tidak perlu bersumpah lagi, seperti yan


Related Posts:

  • mazmur 51-100 16 an hal-hal yang mulia ten-tangnya, yang semuanya akan mencapai kesempurnaan dan kegenap-annya dalam gereja Injil. Oleh sebab itu, kepada gereja Injil inilah kita harus mengarahkan pandangan kita dalam menyanyikan m… Read More