ikan-Nya ke sorga dan akan terus berlangsung hingga
misteri Tuhan diungkapkan seutuhnya.
I. Biarlah dikatakan bahwa TUHAN itu Raja, Tuhan Kristus Raja,
Raja yang ditentukan Tuhan untuk bertakhta di bukit Sion-Nya
yang kudus. Lihatlah bagaimana hal ini pertama-tama dikatakan
di antara bangsa-bangsa oleh Petrus (Kis. 10:42). Beberapa penu-
lis kuno menambahkan suatu arti pada perkataan ini, yang se-
cara perlahan-lahan dimasukkan ke dalam teksnya, Tuhan ber-
takhta sebagai Raja dari pohon (begitulah yang dikutip oleh Justin
Martir, Augustinus, dan yang lainnya). Maksudnya, dari kayu
salib, saat gelar-Nya dipasangkan di atas salib-Nya, Raja orang
Yahudi. Oleh sebab Ia taat sampai mati, bahkan mati di kayu
salib, maka dari itulah Tuhan meninggikan Dia, dan memberi-Nya
nama di atas segala nama, takhta di atas segala takhta. Sebagian
dari bangsa-bangsa kafir datang tepat pada waktunya untuk
menanyakan tentang Dia, Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan
itu (Mat. 2:2). Sekarang, biarlah mereka tahu bahwa Dia sudah
datang dan kerajaan-Nya sudah didirikan.
II. Biarlah dikatakan bahwa pemerintahan Kristus akan menjadi
tempat kediaman yang membahagiakan bagi dunia. Sungguh te-
gak dunia, tidak goyang. Dunia alam ini akan ditegakkan. Tegak-
nya dunia, dan kekokohannya, berutang kepada kepengantaraan
Kristus. Dosa telah memberinya suatu goncangan, dan masih
mengancamnya. namun Kristus, sebagai Penebus, menopang se-
gala sesuatu, dan menjaga peredaran alam. Dunia umat manusia
akan ditegakkan, akan dijaga, hingga semua yang dipilih berda-
sarkan anugerah dipanggil masuk, meskipun dunia ini yaitu du-
nia yang bersalah dan membangkitkan amarah Tuhan. Agama
Kristen, sejauh terus dipeluk, akan membuat negara dan kerajaan
berdiri mantap dan menjaga tatanan yang baik di tengah-tengah
manusia. Jemaat di dunia akan ditegakkan (menurut sebagian
orang), sehingga tidak goyang. Sebab jemaat didirikan di atas batu
karang, dan alam maut tidak akan pernah menguasainya. Jemaat
yaitu sebuah kerajaan yang tidak dapat goyang.
III. Biarlah dikatakan kepada semua orang bahwa pemerintahan Kris-
tus adil dan benar tanpa bisa dibantah lagi: Ia akan mengadili
bangsa-bangsa dalam kebenaran (ay. 10), menghakimi dunia de-
ngan keadilan, dan dengan kebenaran-Nya (ay. 13). Di sini meng-
adili disepadankan dengan memerintah. Meskipun ini dapat diper-
luas pada penghakiman dunia secara umum pada akhir zaman,
yang akan dilakukan dengan adil (Kis. 17:31), namun di sini peng-
hakiman itu merujuk secara lebih langsung pada kedatangan Kris-
tus yang pertama, dan pendirian kerajaan-Nya di dunia oleh Injil.
Ia sendiri berkata, “Aku datang ke dalam dunia untuk mengha-
kimi” (Yoh. 9:39; Yoh. 12:31), dan menyatakan bahwa semua peng-
hakiman telah diberikan kepada-Nya (Yoh. 5:22, 27). Pemerintah-
an dan penghakiman-Nya yang adil dan benar menandakan,
1. Bahwa semua hukum dan ketetapan kerajaan-Nya akan sela-
ras dengan aturan-aturan dan asas-asas kebenaran dan ke-
adilan kekal, yaitu, dengan kelurusan dan kemurnian dari
sifat dan kehendak ilahi.
2. Bahwa semua pengaturan pemerintahan-Nya akan adil dan se-
tia, dan sesuai dengan apa yang telah dikatakan-Nya.
3. Bahwa Ia akan memerintah dalam hati nurani umat manusia
dengan kuasa kebenaran yang berwibawa dan Roh keadilan
serta pengudusan. saat Pilatus bertanya kepada Jurusela-
mat kita, “Jadi Engkau yaitu raja?” Ia menjawab, “Untuk itu-
lah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesak-
sian tentang kebenaran” (Yoh. 18:37). Sebab Ia memerintah
dengan kebenaran, memerintah kehendak manusia dengan
memberi penghakiman-penghakiman kepada mereka de-
ngan benar.
IV. Biarlah dikatakan bahwa kedatangan-Nya semakin dekat, bahwa
Raja ini, Hakim ini, telah berdiri di ambang pintu. Sebab Ia datang,
sebab Ia datang. Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, berkata
demikian. Sesungguhnya Tuhan datang (Yud. 1:14). Di antara
seruan ini dan kedatangan-Nya yang pertama, berselang perubah-
an-perubahan besar di berbagai masa, namun Ia datang pada
waktu yang telah ditentukan, dan sedemikian pasti jugalah keda-
tangan-Nya yang kedua. Meskipun kini sudah lama waktu berlalu
sejak itu dikatakan, lihatlah, Ia datang dengan awan-awan (Why.
1:7) dan Dia belum juga datang (2Ptr. 3:4, dst.).
V. Biarlah mereka dipanggil untuk bersukacita dengan kehormatan
yang diberikan kepada Sang Mesias ini, dan dengan kepercayaan
besar yang akan diserahkan ke dalam tangan-Nya ini (ay. 11-12):
Biarlah langit dan bumi bersorak-sorak, laut, padang, dan segala
pohon di hutan. Kata-kata yang digunakan di sini bersifat puitis.
Artinya yaitu ,
1. Bahwa hari-hari Mesias akan menjadi hari-hari yang menye-
nangkan, dan sejauh anugerah dan pemerintahan-Nya dipatuhi,
hari-hari itu akan membawa serta sukacita. Kita mempunyai
alasan untuk bersukacita atas tempat, atas jiwa, yang ke dalam-
nya Kristus diizinkan masuk. Lihatlah contoh dari kedua hal
ini dalam Kisah Para Rasul 8. saat Samaria menerima Injil,
sangatlah besar sukacita dalam kota itu (Kis. 8:8), dan saat
sida-sida dibaptis, ia meneruskan perjalanannya dengan suka-
cita (Kis. 8:39).
2. Bahwa sudah menjadi kewajiban dari setiap kita untuk me-
nyambut Kristus dan Kerajaan-Nya. Sebab, walaupun Ia maju
sebagai pemenang untuk merebut kemenangan, Ia datang
dengan damai. Hosana! Diberkatilah Dia yang datang, dan lagi,
hosana, diberkatilah Kerajaan bapak kita Daud (Mrk. 11:9-10).
Bukan saja kita harus membiarkan puteri Sion bersorak-sorak
sebab rajanya datang (Za. 9:9), namun juga membiarkan se-
mua bersorak-sorak.
3. Bahwa seluruh ciptaan akan mempunyai alasan untuk
bersorak-sorak dalam pendirian Kerajaan Kristus, bahkan laut
dan padang. Sebab, sama seperti melalui dosa Adam yang per-
tama seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan,
demikian pula dengan anugerah Adam yang kedua seluruh
ciptaan akan, dengan satu dan lain cara, yang pertama mau-
pun yang terakhir, dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan
dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Tuhan
(Rm. 8:20-21).
4. Bahwa akan ada, pertama-tama, sukacita di sorga, sukacita
pada malaikat-malaikat Tuhan . Sebab, saat Anak Yang Sulung
datang ke dalam dunia, mereka menyanyikan kidung-kidung
pujian bagi-Nya (Luk. 2:14).
5. Bahwa Tuhan dengan penuh kemurahan hati akan menerima
sukacita dan puji-pujian yang kudus dari semua orang yang
dengan sepenuh hati mengharapkan hal-hal baik bagi Keraja-
an Kristus, meskipun kemampuan mereka untuk melakukan-
nya begitu kecil. Laut hanya bisa bergemuruh, dan bagaimana
segala pohon di hutan dapat menunjukkan bahwa mereka
bersorak-sorai saya tidak tahu. Walaupun begitu, Tuhan yang
menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh, dan mema-
hami bahasa, bahasa yang terpatah-patah, dari yang paling
lemah sekalipun.
PASAL 97
azmur ini berkisar pada pokok yang sama dengan mazmur
sebelumnya, dan nadanya pun dibuat sama. Kristus yaitu Alfa
dan Omega dari keduanya. Kedua mazmur ini dituliskan dan harus
dinyanyikan bagi kehormatan-Nya. Jadi, kita tidak akan mendapat
manfaat apa-apa dari kedua mazmur ini jika kita tidak menaik-
kan melodi di hati kita bagi Tuhan Yesus. Dialah yang memerintah,
supaya seluruh umat manusia boleh bersukacita (ay. 1), dan peme-
rintahan-Nya itu mengumandangkan,
I. Kegentaran bagi musuh-musuh-Nya. Sebab Ia yaitu Raja
yang memiliki keadilan teguh dan kuasa yang tidak tertahan-
kan (ay. 2-7).
II. Penghiburan bagi sahabat-sahabat dan para pengikut-Nya
yang setia, yang muncul dari kekuasaan-Nya yang berdaulat,
serta perlindungan dan pemeliharaan yang Ia sediakan bagi
umat-Nya (ay. 8-12).
saat menyanyikan mazmur ini, biarlah kita tergugah oleh ke-
muliaan Sang Penebus yang dimuliakan itu, dan merasa gentar oleh
nasib yang akan menimpa para musuh-Nya, serta merasa bahagia
jika kita menjadi salah satu dari mereka yang “menghormati Anak.”
Keadilan dan Kemuliaan Pemerintahan Ilahi;
Penegakan Kerajaan Kristus
(97:1-7)
1 TUHAN yaitu Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau
bersukacita! 2 Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum
yaitu tumpuan takhta-Nya. 3 Api menjalar di hadapan-Nya, dan mengha-
nguskan para lawan-Nya sekeliling. 4 Kilat-kilat-Nya menerangi dunia, bumi
melihatnya dan gemetar. 5 Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan
TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. 6 Langit memberitakan keadilan-
Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya. 7 Semua orang yang
beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri
sebab berhala-berhala; segala Tuhan sujud menyembah kepada-Nya.
Apa yang harus difirmankan di antara bangsa-bangsa lain yang tidak
mengenal Tuhan , yang tercantum dalam mazmur sebelumnya (ay. 10),
diulang lagi di sini (ay. 1) dan dijadikan tema mazmur ini, dan juga
mazmur pasal 99. Tuhan yaitu Raja. Inilah kebenaran besar yang
dibentangkan di sini. Tuhan Yehovah yaitu Raja. Dia yang menjadi-
kan bumi ini memerintah atasnya. Dia yang membuat segala sesuatu
ada juga memberi pergerakan dan kekuatan, hukum dan amanat,
keberhasilan dan peristiwa. Penilaian setiap manusia datangnya dari
Tuhan, dari nasihat dan pemeliharaan-Nya. Dan, dalam segala urus-
an, baik itu urusan umum maupun pribadi, Dia menjalankan segala
sesuatu yang telah ditetapkan-Nya sendiri. Tuhan Yesus yaitu Raja.
Kerajaan pemeliharaan-Nya meliputi tindakan pengantaraan, dan
pelaksanaan keduanya terletak di tangan Kristus, yang merupakan
Kepala jemaat sekaligus Kepala dari segala yang ada. Kerajaan
Kristus tertata dengan begitu baiknya sehingga,
I. Kerajaan itu dapat mendatangkan kesukaan bagi semua orang.
Ini benar-benar demikian, kecuali jika manusia melakukan kesa-
lahan sendiri. Biarlah bumi bersorak-sorak, sebab untuk itulah
dunia ditegakkan (96:10). Bumi dihormati dan diperkaya, dan
sebagian diselamatkan dari kesia-siaan yang telah meracuninya
melalui dosa. Biarlah bukan hanya umat Israel saja yang bergi-
rang di dalam Dia sebagai Raja bangsa Yahudi, atau putri Sion
bergirang di dalam Dia sebagai Rajanya, namun juga biarlah selu-
ruh bumi bersorak-sorak oleh sebab pengagungan-Nya, sebab
cepat ataupun lambat, kerajaan-kerajaan di bumi pun akan men-
jadi kerajaan-Nya juga. Biarlah banyak pulau, banyak pulau-pulau
besar, bersukacita. Hal ini dapat diterapkan juga kepada negeri
kita, yang merupakan kepulauan besar dan memiliki banyak sum-
ber daya di dalamnya. Setidaknya, hal ini secara umum meng-
gaungkan penghiburan kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi,
yang negerinya dinamakan daerah pesisir (Kej. 10:5). Ada cukup
ruang bagi pulau-pulau untuk bersukacita di dalam Kristus. Se-
bab, meskipun banyak orang berbahagia di dalam Dia, masih
Kitab Mazmur 97:1-7
1395
tetap ada ruang yang tersedia. Semua orang memiliki alasan un-
tuk bersukacita di dalam pemerintahan Kristus.
1. Dalam keadilannya. Di dalam segala tindakan pemerintahan-
Nya, ada keadilan yang tidak dapat diganggu-gugat, baik
yang berkaitan dengan ketetapan hukum maupun yang berhu-
bungan dengan pelaksanaan penghakiman. Memang terka-
dang awan dan kekelaman ada sekeliling Dia. Secara keselu-
ruhan, pemerintahan-Nya memang tidak dapat terselami. Me-
lalui laut jalan-Nya dan lorong-Nya melalui muka air yang luas.
Kita tidak mengetahui rancangan-Nya atau apa yang sedang
dibidik-Nya. Kita juga tidak patut mengetahui rahasia dalam
pemerintahan-Nya. Hikmat-Nya teramat dalam dan kita tidak
boleh mengaku-ngaku dapat memahaminya. Namun, tetap
saja keadilan dan hukum yaitu tumpuan takhta-Nya. Benang
emas keadilan terjalin dalam seluruh jaringan pelaksanaan
pemerintahan-Nya. Di dalam keadilan itulah Ia bersemayam,
sebab keadilan itu yaitu kediaman-Nya. Dalam keadilan itu-
lah Dia berkuasa, sebab keadilan itu merupakan tumpuan
takhta-Nya. Semua perintahnya adil dan akan selalu demikian.
Keadilan dan penghakiman merupakan dasar takhta-Nya
(demikianlah penafsiran Dr. Hammond). Oleh sebab itulah,
takhta-Nya tetap untuk seterusnya dan selamanya, sebab tong-
kat kerajaan-Nya yaitu tongkat kebenaran (45:7). Kokohlah
takhtanya oleh kebenaran. Bahkan langit memberitakan keadil-
an-Nya (ay. 6). Keadilan-Nya itu senyata dan segemilang langit.
Para malaikat di sorga akan memberitakannya. Para malaikat
itu bertugas sebagai pembawa berita dalam penyelenggaraan
pemerintahan-Nya, dan oleh sebab itu, mereka lebih menge-
nal keadilan ini dibandingkan dengan makhluk ciptaan
lainnya. Keadilan-Nya itu tidak dapat tertandingi, sebab siapa-
kah yang dapat membantah atau menyanggah apa yang telah
diberitakan oleh langit? (50:6).
2. Dalam jangkauan pemerintahan-Nya yang menggapai dunia
atas dan bawah.
(1) Seluruh manusia di muka bumi ini berada di bawah peme-
rintahan-Nya, entah Dia yang dilayani oleh mereka atau
Dia yang melayani diri-Nya sendiri melalui mereka. Segala
bangsa melihat kemuliaan-Nya, atau dapat melihatnya. Me-
1396
lalui wajah Kristus, kemuliaan Tuhan dibuat bersinar bah-
kan sampai ke negeri-negeri yang jauh, di tengah-tengah
banyak bangsa, atau bisa dikatakan di antara segala bang-
sa. Sejauh yang kita tahu, Injil diberitakan dalam segala
bahasa (Kis. 2:5, 11). Mujizat dilakukan di antara segala
bangsa, sehingga segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
Adakah mereka tidak mendengarnya? (Rm. 10:18).
(2) Semua malaikat di sorga juga demikian. Barangkali kita
tidak akan dapat menemukan kebenaran ini dalam
kalimat ini (ay. 7), Sembah sujudlah kepada Tuhan, hai
kamu segala dewata, jika saja kita tidak diarahkan oleh
sang rasul yang terilhami itu. Melalui versi Septuaginta, dia
menerangkan mengenai bagaimana Mesias diperkenalkan
di belahan dunia atas pada saat kenaikan-Nya, dengan pe-
rintah ini (Ibr. 1:6), Semua malaikat Tuhan harus menyem-
bah Dia. Keterangan ini membantu kita menyelami keselu-
ruhan mazmur ini dan menunjukkan kepada kita bahwa
mazmur ini pastilah ditujukan bagi Sang Penebus yang
dimuliakan itu, yang telah pergi ke sorga, yang duduk di
sebelah kanan Tuhan . Hal itu menegaskan bahwa segala
kuasa di sorga dan bumi diberikan kepada-Nya, dan segala
malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya
(1Ptr. 3:22). Hal ini menyatakan kehormatan Kristus, kare-
na Dia mempunyai penyembah yang demikian, dan juga
merupakan kehormatan semua orang Kristen yang saleh,
sebab memiliki rekan penyembah seperti itu.
II. Meski pemerintahan Kristus dapat menjadi sukacita bagi semua
orang, namun pemerintahan-Nya itu juga bisa menjadi kegentaran
bagi sebagian orang, dan hal itu terjadi oleh sebab kesalahan
mereka sendiri (ay. 3-5, 7).
Perhatikanlah:
1. saat kerajaan Tuhan , sesudah kenaikan-Nya, hendak didirikan
di dunia ini, kerajaan itu menghadapi banyak musuh dan di-
rintangi oleh banyak perlawanan. Selain memiliki pengikut-
pengikut, Sang Raja yang memerintah bagi kegirangan bagi
seluruh bumi itu juga memiliki lawan-lawan-Nya (ay. 3). Para
lawan-Nya itu bukan saja tidak rela membiarkan-Nya meme-
Kitab Mazmur 97:1-7
1397
rintah atas mereka, namun juga tidak sudi melihat-Nya berkua-
sa atas siapa pun. Mereka bukan saja tidak akan masuk ke
dalam kerajaan sorga, namun juga berusaha sedapat mungkin
untuk merintangi mereka yang berusaha untuk masuk (Mat.
23:13). Hal ini tergenapi melalui permusuhan terhadap Injil
Kristus yang dikobarkan oleh orang-orang Yahudi yang tidak
percaya, serta melalui penganiayaan kejam yang mereka laku-
kan di segala tempat untuk menentang para pemberita dan
pengikut Injil. Di sini, para lawan itu disebut sebagai gunung-
gunung (ay. 5), oleh sebab keangkuhan, kekuatan, dan sifat
keras kepala mereka yang tidak kunjung melunak. Penguasa
dunia inilah yang menyalibkan Tuhan yang mulia (1Kor. 2:8;
Mzm. 2:2).
2. Perlawanan yang digalakkan orang-orang Yahudi terhadap
pendirian kerajaan Kristus ternyata menjadi biang kehancuran
mereka sendiri. Penganiayaan yang mereka lakukan terhadap
para rasul dan sikap mereka yang menghalang-halangi mereka
memberitakan firman kepada bangsa-bangsa lain, menambah-
nambah dosa mereka dan mendatangkan murka yang akan
menimpa mereka sepenuh-penuhnya (1Tes. 2:15-16). Di sini,
murka itu diibaratkan dengan,
(1) Api yang menghanguskan, yang menjalar di hadapan-Nya
dan menghanguskan para lawan-Nya yang telah menjadi-
kan diri mereka sendiri bagaikan sekam dan jerami, bagai-
kan putri malu dan rumput yang akan diperangi-Nya (Yes.
27:4). Api murka ilahi ini tidak hanya akan membakar sam-
pah yang tertimbun di atas gunung, namun bahkan akan
meluluhkan gunung-gunung itu sendiri seperti lilin (ay. 5).
saat Tuhan kita tampil sebagai api yang menghanguskan,
batu-batu karang pun akan menjadi seperti lilin di hadap-
an-Nya. Perlawanan yang paling sengit pun akan dipatah-
kan di hadapan Tuhan. Hadirat-Nya saja cukup untuk mem-
permalukan dan membenamkan perlawanan itu, sebab Dia
yaitu Tuhan seluruh bumi, yang mengatur seluruh anak-
anak manusia dan yang kepada-Nya mereka harus mem-
beri pertanggungjawaban. Manusia membenci dan meng-
aniaya umat Tuhan , sebab mereka mengira bahwa Dia itu
tidak ada, bahwa Tuhan sudah meninggalkan tanah ini.
Akan namun , saat Dia menyatakan hadirat-Nya, mereka
pun luluh lantak.
(2) Kilat-kilat yang dahsyat (ay. 4), yang akan menghajar ba-
nyak orang dengan kegentaran. Penghakiman yang akan
didatangkan Tuhan terhadap musuh-musuh kerajaan Kris-
tus begitu dahsyatnya sampai-sampai membuat bumi ter-
pana dalam kegentaran: bumi melihatnya dan gemetar, dan
semua orang yang mendengarnya akan tertegun. Hal ini
digenapi melalui kehancuran Yerusalem dan bangsa
Yahudi oleh bangsa Romawi, sekitar empat puluh tahun
sesudah kebangkitan Kristus. Kehancuran itu bagaikan api
yang membinasakan semua orang, dan juga seperti kilat
yang mencengangkan orang-orang lain di sekeliling mereka
(Ul. 29:24). namun , langit memberitakan keadilan Tuhan di
dalam peristiwa ini, dan semua orang, sampai hari ini,
dapat melihat kemuliaan-Nya di dalam tugu-tugu peringat-
an kekal tentang keadilan-Nya itu, yaitu tercerai-berainya
orang-orang Yahudi.
3. Para penyembah berhala juga akan dikacaukan oleh pendirian
kerajaan Kristus (ay. 7): Semua orang yang beribadah kepada
patung akan mendapat malu, yakni bangsa-bangsa bukan-
Yahudi, yang memperhambakan diri kepada Tuhan -Tuhan yang
pada hakekatnya bukan Tuhan (Gal. 4:8), yang bermegah di
dalam berhala-berhala sebagai pelindung dan pemelihara
mereka. Apakah orang-orang yang menyembah berhala akan
bermegah di dalam berhala-berhala itu, dan akankah para
hamba Tuhan yang hidup berhenti mempercayai-Nya atau malu
sebab Dia? Biarlah semua orang yang beribadah kepada
patung mendapat malu.
(1) Ini merupakan doa bagi pertobatan bangsa bukan-Yahudi,
supaya mereka yang sejak lama telah melayani berhala-
berhala dungu dapat diyakinkan mengenai kekeliruan me-
reka, menjadi malu sebab kebodohan mereka, dan melalui
kuasa Injil Kristus dibawa untuk melayani satu-satunya
Tuhan yang benar dan hidup. Juga supaya mereka merasa
malu mengenai berhala-berhala mereka, yang tadinya me-
reka bangga-banggakan itu (Yes. 2:20-21).
(2) Ini yaitu nubuatan mengenai kehancuran orang-orang
yang tidak bersedia untuk dipulihkan dan diselamatkan
dari penyembahan berhala yang mereka lakukan. Mereka
akan dipermalukan oleh penghancuran yang dilakukan
bangsa kafir semasa kerajaan Romawi, yang digenapi seki-
tar tiga ratus tahun sesudah Kristus. Begitu dahsyatnya ke-
gentaran yang menimpa para penyembah berhala itu, sam-
pai-sampai beberapa orang beranggapan bahwa pergolakan
di bawah pimpinan Konstantin membuat orang-orang per-
kasa berseru kepada bebatuan, runtuhlah menimpa kami
dan sembunyikanlah kami (Why. 6:15-16). Doa dan nubuat-
an ini masih berlaku terhadap para penyembah berhala
yang menentang Kekristenan, yang dapat membaca mala-
petaka yang akan menimpa mereka di sini: Semua orang
yang beribadah kepada patung akan mendapat malu (ay. 7;
Yer. 48:13)
Sion Bersorak-sorak di dalam Pemerintahan Kristus
(97:8-12)
8 Sion mendengarnya dan bersukacita, puteri-puteri Yehuda bersorak-sorak,
oleh sebab penghukuman-Mu, ya TUHAN. 9 Sebab Engkaulah, ya TUHAN,
Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas
segala Tuhan . 10 Hai orang-orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan!
Dia, yang memelihara nyawa orang-orang yang dikasihi-Nya, akan melepas-
kan mereka dari tangan orang-orang fasik. 11 Terang sudah terbit bagi orang
benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. 12 Bersukacitalah
sebab TUHAN, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-
Nya yang kudus.
Kerajaan Mesias, seperti tiang awan dan api yang memiliki sisi gelap
bagi bangsa Mesir, juga memiliki sisi terang terhadap umat Israel
kepunyaan Tuhan . Kerajaan Tuhan tetap didirikan walaupun banyak
yang merintangi, dan kemudian bumi melihatnya dan gemetar (ay. 4).
namun , Sion mendengarnya dan bersukacita, sangat girang mendengar
pertobatan sebagian orang dan aib yang melanda sebagian lainnya,
yaitu kemenangan atas semua orang yang melawan Kristus. Berso-
rak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, sebab lihat, rajamu
datang kepadamu (Za. 9:9). Dan bukan hanya Sion saja, di mana Bait
Tuhan terletak, namun bahkan puteri-puteri Yehuda pun bersorak-sorak,
yaitu orang awam yang mendiami desa-desa. Mereka akan bergirang
sebab kemenangan-kemenangan Kristus. Perintah yang diberikan
(ay. 1) yaitu , biarlah bumi bersorak-sorak. Akan namun , hanya pute-
ra-putera Sion dan puteri-puteri Yehuda saja yang bersorak-sorak.
Semua orang wajib menyambut kerajaan Mesias, namun sayangnya,
hanya sedikit saja yang betul-betul melakukannya.
Sekarang, perhatikanlah di sini:
I. Alasan yang mendasari sukacita Sion di dalam pemerintahan
Sang Penebus. Para hamba Tuhan yang setia dapat bersukacita dan
bersorak-sorak,
1. sebab Tuhan dipermuliakan, dan apa pun yang mendatangkan
kehormatan bagi Dia berarti juga memberi kesenangan bagi
umat-Nya. Mereka bersorak-sorak oleh sebab penghukuman-
Mu, ya TUHAN, yang dapat berupa penghukuman dari mulut-
Nya dan juga dari tangan-Nya, firman Injil-Nya dan karya-Nya
dalam menyebarkan Injil itu, serta mujizat dan pemeliharaan
yang luar biasa. Oleh sebab semua itulah kita harus meng-
akui, “Engkaulah, ya TUHAN, Yang Mahatinggi di atas seluruh
bumi (ay. 9). Engkau telah menyatakan kedaulatan-Mu atas
alam semesta, dan perintah-Mu atas segala kuasa di dalam-
nya, serta kekuasaan-Mu atas seluruh bangsa, atas semua
hati manusia. Engkau sangat dimuliakan di atas segala Tuhan ,”
segala Tuhan buatan manusia, yaitu penguasa-penguasa, segala
ilah palsu, yaitu berhala-berhala. Pengagungan Kristus dan
penyebaran kemuliaan Tuhan di antara manusia merupakan
kegembiraan bagi seluruh orang kudus.
2. sebab keselamatan mereka benar-benar terjaga. Orang-orang
yang sudah menyatakan kesetiaan mereka kepada Kristus se-
bagai Raja dapat merasa yakin bahwa mereka terlindung de-
ngan aman di dalam Dia. Para penguasa merupakan perisai
bumi ini, begitu pula Kristus bagi para pengikut-Nya. Mereka
dapat meletakkan kepercayaan mereka di bawah perlindung-
an-Nya dan bergirang sebab nya, sebab (ay. 10) Dia meme-
lihara nyawa orang-orang yang dikasihi-Nya. Dia memelihara
nyawa mereka selama Ia masih memiliki tugas untuk mereka
kerjakan, dan sering kali secara ajaib melepaskan mereka dari
tangan orang-orang fasik, yaitu para penganiaya yang begitu
haus akan darah mereka, sebab berharga di mata TUHAN
kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Akan namun , ada hal
lain yang lebih berarti dibandingkan nyawa mereka, sebab orang-
orang yang hendak menjadi murid-Nya harus bersedia menye-
rahkan nyawa mereka dan tidak ngotot mempertahankannya.
Jiwa yang abadilah yang Kristus pelihara, yaitu manusia
batiniah, yang dapat diperbaharui terus-menerus saat manu-
sia lahiriah semakin merosot. Dia akan menjaga jiwa-jiwa
orang-orang kudus-Nya dari dosa, dari kemurtadan, dari kepu-
tusasaan saat mereka menghadapi cobaan-cobaan berat. Dia
akan melepaskan mereka dari tangan orang-orang fasik yang
berusaha memangsa mereka. Dia akan menyelamatkan mereka
sehingga mereka masuk ke dalam kerajaan-Nya di sorga de-
ngan selamat (2Tim. 4:18). Oleh sebab keselamatan mereka
yang teguh itu, mereka pun memiliki alasan untuk berbahagia.
3. Sebab penghiburan telah disediakan bagi mereka. Orang-orang
yang bergirang di dalam Kristus Yesus dan di dalam kemulia-
an-Nya, memiliki sumber sukacita yang disediakan bagi mere-
ka, yang cepat ataupun lambat akan dibukakan untuk mereka
(ay. 11): Terang sudah terbit bagi orang benar, yaitu sukacita
bagi orang-orang yang tulus hati. Para pengikut kerajaan
Kristus diberi tahu untuk bersiap-siap menghadapi kesukaran
yang pasti akan mereka hadapi di dunia ini. Mereka harus
menderita sebab kejahatan dunia dan tidak boleh mengambil
bagian dalam kesenangan di dalamnya. Akan namun , supaya
mereka terhibur, biarlah mereka tahu bahwa terang sudah
terbit bagi mereka. Terang itu memang dirancangkan dan di-
persiapkan bagi mereka. Apa yang telah disemaikan akan tim-
bul lagi pada waktunya. Sekalipun seperti benih yang ditanam
di musim dingin, benih itu lama tertimbun di bawah tanah,
kelihatan telah lenyap dan terkubur, namun nanti akan tumbuh
pesat dan berbuah banyak. Kebaikan Tuhan pasti akan melim-
pah bagaikan panen di minggu-minggu yang tetap. Orang-orang
yang menabur dengan mencucurkan air mata, pastilah akan
menuai dengan bersorak-sorai (126:5-6). Sesaat sebelum ber-
pisah, Kristus memberi tahu para murid-Nya (Yoh. 16:20),
kamu akan berdukacita, namun dukacitamu akan berubah men-
jadi sukacita. Sukacita terjamin bagi orang-orang yang tulus
hatinya, yaitu mereka yang tulus dalam menjalankan agama.
Sukacita orang munafik hanya berlangsung sesaat saja. Tidak
ada ketenteraman tanpa ketulusan sejati.
II. Peraturan-peraturan yang diberikan mengenai sukacita Sion.
1. Biarlah sukacita itu murni dan kudus. “Kamu yang mengasihi
Tuhan Yesus, yang mengasihi penampakan-Nya dan kerajaan-
Nya, yang mengasihi firman dan pengagungan-Nya, biarlah
kamu juga membenci kejahatan, kejahatan dosa, setiap hal
yang menyakiti perasaan-Nya dan yang akan menjauhkanmu
dari kebaikan-Nya.” Perhatikanlah, kasih sejati terhadap Tuhan
akan tampak sendiri dalam rasa benci terhadap segala dosa
sebagai sesuatu yang menjijikkan yang dibenci oleh-Nya. Su-
kacita para orang kudus juga harus meneguhkan kebencian
mereka terhadap dosa, dan penghiburan ilahi harus membuat
mulut mereka tidak lagi mendambakan kenikmatan daging.
2. Biarlah sukacita itu berlabuh di dalam Tuhan (ay. 12): Bersuka-
citalah sebab TUHAN, hai orang-orang benar. Biarlah segala
aliran penghiburan, yang mengalir kepada kita melalui saluran
kerajaan Tuhan , memimpin kita ke sumbernya, dan membuat
kita bersukacita sebab Tuhan. Segenap aliran sukacita harus
bertemu di dalam Dia sebagai pusatnya (Flp. 3:3; 4:4).
3. Biarlah sukacita itu dinyatakan dalam pujian dan pengucapan
syukur: nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus. Apa
pun penyebab sukacita kita, hal itu haruslah juga menjadi
dasar pengucapan syukur kita, terutama kekudusan Tuhan .
Orang-orang yang membenci dosa bergembira sebab Tuhan
juga membenci dosa, dengan harapan bahwa Tuhan tidak akan
membiarkan dosa itu merajalela di antara mereka.
Perhatikanlah:
(1) Kita harus tekun mengingat kekudusan Tuhan , kesucian-
Nya yang tidak terbatas, kebenaran, dan kesempurnaan
sifat ilahi-Nya. Kita harus terus ingat akan kovenan-Nya
yang kudus, yang telah Ia teguhkan dengan sumpah demi
kekudusan-Nya.
(2) Kita harus menaikkan syukur saat mengingat kekudus-
an-Nya. Kita bukan saja harus memberi-Nya kemuliaan
atas kekudusan-Nya sebab hal itu merupakan kehormat-
an bagi-Nya, namun juga wajib mengucap syukur atas keku-
dusan-Nya sebab hal itu mendatangkan kebaikan bagi
kita. Kebaikan itu amatlah tidak terperikan, yaitu jika kita,
melalui kasih karunia, beroleh bagian dalam kekudusan-
Nya. Kekudusan Tuhan lah, lebih dibandingkan segala sifat-Nya
yang lain, yang digaungkan oleh para malaikat (Yes. 6:3),
Kudus, kudus, kudus. Para pendosa gemetar, namun orang-
orang kudus bersorak-sorak sebab nama-Nya yang kudus
(30:5).
PASAL 98
azmur ini memiliki inti yang sama dengan kedua mazmur sebe-
lumnya, yaitu sebuah nubuatan mengenai kerajaan Mesias,
pendirian kerajaan itu di dunia ini, dan dibawanya bangsa-bangsa
bukan-Yahudi masuk ke dalamnya. Terjemahan bahasa Aram menye-
but mazmur ini sebagai mazmur nubuatan. Isinya mengetengahkan,
I. Kemuliaan Sang Penebus (ay. 1-3)
II. Sukacita umat yang ditebus (ay. 4-9).
Jika kita memuliakan Kristus dengan cara yang benar dan menik-
mati sukacita itu di atas dasar yang benar, maka kita sudah menya-
nyikan mazmur ini dengan pemahaman yang benar. Jika orang-orang
yang telah melihat Kristus pada masa sebelumnya bergirang seperti
itu, maka terlebih lagi kita seharusnya, yang melihat hal-hal ini
digenapi dan mengambil bagian dalam segala sesuatu yang lebih baik
yang disediakan bagi kita (Ibr. 11:40).
Ajakan untuk Menaikkan Puji-pujian
(98:1-3)
Mazmur. 1 Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melaku-
kan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-
Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. 2 TUHAN telah
memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadil-
an-Nya di depan mata bangsa-bangsa. 3 Ia mengingat kasih setia dan kesetia-
an-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan
yang dari pada Tuhan kita.
Di sini kita diajak sekali lagi untuk menyanyikan nyanyian baru bagi
TUHAN, sebagaimana sebelumnya (96:1). “Nyanyikan lagu yang ter-
indah, lagu terbaik yang kamu punya.” Biarlah nyanyian mengenai
kasih Kristus seperti nyanyian cinta Salomo, yaitu Kidung Agung.
Lagu pujian mengenai kasih yang membawa penebusan yaitu nya-
nyian baru sebab lagu seperti itu tidak pernah dinyanyikan sebe-
lumnya. Sebab, kasih seperti ini merupakan misteri yang sudah
lama disembunyikan dari banyak angkatan selama berabad-abad.
Orang-orang yang bertobat menyanyikan nyanyian baru, lagu yang
berbeda dari yang telah mereka nyanyikan sebelumnya. Kekaguman
mereka berubah, begitu pula sukacita mereka. sebab itulah mereka
pun mengubah nadanya. Jika anugerah Tuhan menempatkan hati
yang baru di dada kita, maka anugerah itu juga akan menaruh
nyanyian baru di mulut kita. Di Yerusalem baru akan ada lagu-lagu
baru, yang akan senantiasa baru selama-lamanya dan tidak akan
pernah menjadi usang. Biarlah nyanyian baru ini disenandungkan
untuk memuji Tuhan , dengan menimbang keempat hal di bawah ini:
I. Hal-hal ajaib yang telah Ia kerjakan: Ia telah melakukan perbuat-
an-perbuatan yang ajaib (ay. 1). Perhatikanlah, karya keselamatan
yang dikerjakan Kristus merupakan perbuatan ajaib. Jika kita
melihat jalinan langkah-langkah karya ini , dari rancangan
ilahi mengenainya sebelum waktu dibentuk sampai ke pelaksana-
annya, serta akibat kekal yang ditimbulkannya sesudah itu, maka
kita pun dapat berkata bahwa melalui semua itu Tuhan telah mela-
kukan perbuatan-perbuatan yang ajaib. Semuanya itu yaitu per-
buatan-Nya sendiri yang begitu ajaib di mata kita. Semakin ter-
singkap, semakin dikagumi pulalah hal itu.
II. Kemenangan-kemenangan yang telah diraih-Nya: keselamatan te-
lah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-
Nya yang kudus. Sang Penebus kita telah mengatasi segala ke-
sukaran yang merintangi jalan penebusan kita, mematahkan
semuanya, dan tidak menyerah kepada segala pelayanan dan pen-
deritaan yang harus Ia tanggung dan kerjakan. Dia telah melum-
puhkan semua lawan yang menentang penebusan itu, telah me-
raih kemenangan atas Iblis, melucutinya dan melemparkannya
dari bentengnya yang kuat. Ia telah melucuti pemerintah-pemerin-
tah dan penguasa-penguasa (Kol. 2:15), telah merebut kembali
jarahan dari pahlawan (Yes. 49:24), dan menaklukkan maut. Dia
telah berhasil meraih kemenangan yang bulat dan utuh, bukan
hanya bagi diri-Nya sendiri, melainkan juga bagi kita, sebab mela-
lui Dia, kita lebih dari pemenang. Dia meraih kemenangan ini de-
ngan kuasa-Nya sendiri. Tidak ada yang menolong, tidak ada yang
membantu, tidak ada yang berani mempertaruhkan diri untuk
terlibat di dalamnya. Hanya tangan kanan-Nya dan lengan-Nya
yang kudus, yang selalu teracung dan berhasil, sebab tangan dan
lengan-Nya itu tidak pernah teracung tanpa ada sebab alasan
yang baik. Dengan kuasa dan kekuatan-Nya sendiri Ia telah men-
dapat kemenangan, mendatangkan kelegaan dan keselamatan
bagi diri-Nya sendiri. Kuasa dan kesetiaan Tuhan , yang di sini di-
sebut dengan tangan kanan-Nya dan lengan-Nya yang kudus,
mendatangkan kelegaan bagi Tuhan Yesus, saat Ia diangkat dari
lembah maut dan ditinggikan secara pribadi di sebelah kanan
Tuhan , demikianlah penafsiran Dr. Hammond.
III. Penyingkapan yang dibuat Tuhan kepada dunia mengenai karya
penebusan. Pekerjaan yang telah dilakukan-Nya bagi kita juga
dinyatakan kepada kita, dan keduanya dilakukan melalui Anak-
Nya. Pewahyuan Injil merupakan dasar pendirian kerajaan Injil,
yaitu firman yang Ia suruh sampaikan (Kis. 10:36). Pembukaan
kitab yang dimeteraikan itu merupakan dasar perayaan yang dila-
kukan dengan menaikkan nyanyian puji-pujian (Why. 5:8), sebab
peristiwa itu membukakan rahasia yang sebelumnya telah lama
terselubung di dalam diri Tuhan .
Perhatikanlah:
1. Inti dari penyingkapan rahasia ini , yaitu keselamatan-
Nya dan keadilan-Nya (ay. 3). Keadilan dan keselamatan sering
kali dipadukan bersama-sama (Yes. 61:10; 46:13; 51:5-6, 8).
Keselamatan menunjukkan penebusan itu sendiri, dan keadil-
an menunjukkan cara yang ditempuhnya, yaitu melalui keadil-
an Kristus. Atau keselamatan mencakup semua hak-hak isti-
mewa Injil yang kita miliki dan keadilan mencakup segenap
kewajiban Injili kita. Keduanya dinyatakan, sebab Tuhan telah
menggabungkan keduanya bersama-sama dan kita tidak boleh
menceraikannya. Atau, keadilan di sini dimaksudkan sebagai
jalan pembenaran kita oleh Kristus, yang dinyatakan di dalam
Injil sebagai iman (Rm. 1:17).
2. Kejelasan pernyataan ini. Dia telah menunjukkannya secara
terang-terangan, tidak melalui gambaran dan pelambangan se-
perti dalam hukum Taurat, namun dituliskan dengan begitu
nyata, seterang sinar matahari, sehingga orang yang berlari
pun masih dapat membacanya. Para hamba Tuhan diharuskan
memberitakannya dengan cara yang sederhana dan mudah
dimengerti.
3. Cakupan pernyataan ini. Pernyataan ini dibukakan bagi segala
bangsa, bukan hanya kepada orang-orang Yahudi saja: segala
ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Tuhan
kita, sebab kepada orang-orang bukan-Yahudilah firman kese-
lamatan dihantarkan.
IV. Penggenapan nubuatan-nubuatan dan janji-janji dalam Perjanjian
Lama melalui peristiwa ini (ay. 3): Ia mengingat kasih setia dan
kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel. Tuhan menyediakan belas
kasihan bagi keturunan Abraham dan telah memberi mereka
banyak sekali peneguhan yang kuat bahwa Ia telah merancang
kebaikan bagi mereka di kemudian hari. Dan, untuk menggenapi
semuanya itu, Ia pun membangkitkan Anak-Nya Yesus bukan
saja untuk menjadi terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-
bangsa lain, namun juga menjadi kemuliaan bagi umat-Nya Israel.
Sebab Tuhan mengutus-Nya kepada mereka, pertama-tama, untuk
memberkati mereka. Dengan mengutus Kristus, Tuhan dikatakan
menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan meng-
ingat akan perjanjian-Nya yang kudus (Luk. 1:72). Itulah alasan
utama mengapa Ia melakukan semua itu, dan bukan sebab jasa
mereka.
Ajakan untuk Menaikkan Puji-pujian
(98:4-9)
4 Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-
sorailah dan bermazmurlah! 5 Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, de-
ngan kecapi dan lagu yang nyaring, 6 dengan nafiri dan sangkakala yang nya-
ring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN! 7 Biarlah gemuruh
laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya! 8 Biarlah sungai-sungai
bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama 9 di
hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan mengha-
kimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran.
Di sini, pendirian kerajaan Kristus diketengahkan sebagai pokok su-
kacita dan pujian.
I. Biarlah semua anak-anak manusia bersorak-sorai sebab nya, se-
bab mereka semua memiliki, atau dapat memiliki, keuntungan di
dalamnya. Di sini, lagi dan lagi, kita dipanggil untuk mengung-
kapkan sukacita kita melalui segala cara dan sarana yang mung-
kin dan untuk memuji Tuhan sebab nya: Bersorak-sorailah, seba-
gaimana sebelumnya (95:1-2). Bersorak-sorailah, sebagaimana
orang-orang yang hatinya melonjak oleh sebab kabar gembira
dan begitu rindu mengajak orang lain demikian juga dengan ka-
bar gembira itu. Bergembiralah dan bermazmurlah, nyanyikan
Hosana (Mat. 21:9), nyanyikan Haleluya (Why. 19:6). Sambutlah
Dia di takhta-Nya, sebagaimana raja-raja baru biasanya disambut,
dengan seruan-seruan penuh sukacita dan sorak-sorai, sampai
bumi ramai lagi, sama seperti waktu Salomo ditahbiskan (1Raj.
1:40). Dan biarlah sorak-sorai khalayak ramai diiringi oleh penya-
nyi-penyanyi dan pemetik-pemetik kecapi (87:7; 68:26), sebagai-
mana yang biasanya dilakukan di acara khidmat seperti itu.
1. Biarlah lagu-lagu suci dimainkan bagi Sang Raja baru: “Ber-
mazmurlah bagi TUHAN dengan lagu yang nyaring. Ungkapkan
sukacitamu. Kumandangkan sukacitamu dengan cara seperti
itu sehingga sukacita itu semakin melimpah-limpah dan me-
nular kepada orang lain.”
2. Biarlah semuanya ini diiringi dengan musik yang kudus, bu-
kan hanya dengan nada-nada lembut dan merdu dari kecapi,
namun juga biarlah suara nafiri dan sangkakala yang nyaring
(ay. 6) membahana untuk mengelu-elukan Sang Raja Peme-
nang yang kemuliaan-Nya layak dirayakan, yang maju sebagai
pemenang untuk merebut kemenangan. Biarlah seluruh suka-
cita ini diarahkan kepada Tuhan dan diungkapkan dengan cara
yang khidmat: Bersorak-soraklah bagi TUHAN (ay. 4). Bermaz-
murlah bagi TUHAN (ay. 5). Lakukan itu di hadapan Raja,
yakni TUHAN (ay. 6). Kenikmatan daging merupakan musuh
sukacita yang kudus ini. Saat Daud menari-nari di depan
tabut, dia membela diri dengan berkata bahwa ia melakukan-
nya di hadapan TUHAN. Dan kesalehan serta bakti dari tujuan
itu tidak hanya membenarkan apa yang ia lakukan, namun juga
mendatangkan pujian baginya. Kita harus bersukaria di ha-
dapan TUHAN saat kita datang mendekati-Nya (Ul. 12:12). Di
hadapan Tuhan Yesus, dan di hadapan-Nya, bukan hanya se-
bagai Juruselamat, namun juga sebagai Raja, Raja di atas
segala raja, Raja jemaat, dan Raja kita.
II. Biarlah ciptaan-ciptaan lainnya juga bersukaria sebab nya (ay. 7-
9). Inti bagian ini sama dengan yang telah kita dapati sebelumnya
(96:11-13): biarlah gemuruh laut, dan biarlah gemuruh itu tidak
lagi disebut sebagai bunyi yang dahsyat, seperti sebelumnya, me-
lainkan sorak-sorai. Sebab, kedatangan Kristus dan keselamatan
yang Ia kerjakan telah mengubah kesukaran dan ancaman dunia
ini sehingga saat sungai-sungai telah mengangkat suaranya,
mengangkat bunyi hempasannya, kita tidak boleh beranggapan
bahwa lautan bergemuruh hendak melawan kita, melainkan bah-
wa lautan itu bersorak bersama-sama kita. Biarlah sungai-sungai
mengungkapkan sukacita mereka sebagaimana manusia melaku-
kannya saat mereka bertepuk tangan. Dan biarlah gunung-gu-
nung, yang gemetar di hadapan Tuhan saat Dia turun untuk
memberi hukum Taurat di Gunung Sinai, menari-nari gembira
di hadapan-Nya saat Injil-Nya diberitakan. Dan biarlah firman
Tuhan terus melaju dari Sion melalui angin sepoi-sepoi basa: biar-
lah gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan
TUHAN. Hal ini menegaskan bahwa kerajaan Kristus akan men-
jadi berkat bagi segala ciptaan. Demikianlah, saat ciptaan-cipta-
an itu mengumandangkan kemuliaan Sang Pencipta, mereka juga
mengumandangkan kemuliaan Sang Penebus, sebab melalui Dia-
lah semua ciptaan itu bukan saja ada, namun juga ditata dengan
teratur. Hal itu juga menegaskan bahwa anak-anak manusia ku-
rang menghormati Sang Penebus, sehingga Dia pun harus men-
dapatkan kehormatan itu dari laut dan sungai-sungai. Hal itu
menunjukkan kebebalan dan sikap tidak tahu berterima kasih
umat manusia. Dan mungkin juga semua ini terkait dengan langit
yang baru dan bumi yang baru, yang masih kita nanti-nantikan
berdasar janji-Nya (2Ptr. 3:13). Penyebutan yang kedua kali
mengenai kedatangan-Nya (sesudah sebelumnya disebutkan di pa-
sal 96) juga mungkin merujuk kepada kedatangan-Nya yang
kedua, saat hal-hal ini akan melebur dan disempurnakan,
lalu Dia akan datang untuk menghakimi dunia dengan keadilan.
Dengan mata yang tertuju pada hari itulah semua orang yang
telah disucikan bersukaria, dan bahkan lautan, sungai-sungai,
dan gunung-gunung pun akan ikut bersukaria sekiranya mereka
bisa. Orang bisa saja akan menduga bahwa pikiran Virgil (penulis
puisi dari zaman Romawi – pen.) dipenuhi dengan ayat-ayat maz-
mur ini saat ia menulis puisi keempatnya, seperti tampak dalam
ramalan-ramalan si wanita peramal Cumean Sibyl. Di sana, entah
sebab tidak tahu atau malah sengaja, ia merujuk kepada ramal-
an-ramalan kuno Asinius Pollio, yang pada zaman itu sedang
dinanti-nantikan akan tergenapi. Dia berbuat demkian sebab dia
hidup pada masa pemerintahan Kaisar Agustus, tidak lama sebe-
lum kelahiran Juruselamat kita. Dia mengakui bahwa mereka
menantikan kelahiran seorang anak dari sorga yang akan menjadi
berkat besar bagi dunia dan memulihkan kembali masa-masa
keemasan:
Jam nova progenies cœlo demittitur alto –
Angkatan baru turun dari langit yang tinggi.
Dan itu akan menghapuskan dosa:
Te duce, si qua manent sceleris vestigia nostri,
Irrita perpetua solvent formidine terras –
Pengaruh-Mu akan menghapuskan setiap noda kebejatan
Dan membebaskan dunia dari rasa was-was akan bahaya.
Masih banyak lagi yang dikatakan Virgil mengenai anak yang di-
nanti-nantikan itu, yang menurut Ludovicus Vives, dalam catat-
annya mengenai puisi itu, dapat diterapkan kepada Kristus. Dan
Virgil pun mengakhirinya, seperti sang pemazmur di sini, dengan
pengharapan akan rasa sukacita dari seluruh ciptaan sebab
peristiwa itu:
Aspice, venturo lætentur ut omnia sæclo –
Lihatlah betapa masa yang dijanjikan ini akan membuat semua orang
bersukaria.
Dan, jika semua orang bersukaria, mengapa kita tidak ikut ber-
sukaria juga?
PASAL 99
i sini kita masih merayakan kemuliaan kerajaan Tuhan di antara
manusia, dan dipanggil untuk menaikkan puji-pujian bagi-Nya,
sebagaimana halnya dalam mazmur-mzmur sebelumnya. Namun,
mazmur-mazmur sebelumnya menantikan masa-masa Injil dan me-
nubuatkan anugerah dan penghiburan yang akan menyertai masa-
masa itu, sedangkan mazmur ini sepertinya lebih memusatkan per-
hatian pada tatanan Perjanjian Lama dan perwujudan kemuliaan dan
anugerah Tuhan di masa itu. Sementara menantikan kerajaan Mesias
dan penyembahan Injili, orang-orang Yahudi tidak boleh mengabai-
kan pemerintahan ilahi yang membawahi mereka saat itu dan juga
segala ketetapan yang diberikan kepada mereka saat itu. Jadi dalam
masa-masa penantian itu mereka tetap melihat Tuhan berkuasa dan
sujud menyembah di hadapan-Nya berdasar hukum Taurat
Musa. Nubuatan-nubuatan mengenai hal-hal baik yang akan datang
nanti, tidak boleh mengurangi rasa hormat kita terhadap hal-hal baik
yang sudah ada kini. Bangsa Israel memang terikat dengan janji yang
mereka harus percayai, namun mereka juga terikat dengan pemberian
hukum Taurat dan pelayanan terhadap Tuhan , yang harus mereka
taati dan jalankan dengan saksama (Rm. 9:4). Dan dalam mazmur
ini, mereka dipanggil untuk menjalankan semua tugas itu. Akan te-
tapi, di sini juga banyak disinggung mengenai Kristus, sebab peme-
rintahan gereja telah ada di tangan firman yang kekal bahkan sebe-
lum firman itu menjadi manusia. Di samping itu, upacara-upacara
ibadah juga merupakan pelambang dan gambaran penyembahan
Injili. Di sini, bangsa Israel diwajibkan memuji dan meninggikan
Tuhan serta beribadah di hadapan-Nya, berdasar pertimbangan
dua hal berikut:
I. Tatanan rapi pemerintahan yang membawahi mereka, baik
dalam hal rohani maupun perkara sehari-hari (ay. 1-5).
II. Beberapa contoh pelaksanaan pemerintahan yang terberkati
itu (ay. 6-9).
saat menyanyikan mazmur ini, kita harus mempersiapkan diri
untuk meninggikan nama Tuhan , sebagaimana nama-Nya dinyatakan
kepada kita melalui Injil, sebab kita memiliki alasan yang lebih kuat
untuk melakukannya dibandingkan dengan orang-orang yang dulu
hidup di bawah hukum Taurat.
Kekuasaan Tuhan
(99:1-5)
1 TUHAN itu Raja, maka bangsa-bangsa gemetar. Ia duduk di atas kerub-
kerub, maka bumi goyang. 2 TUHAN itu maha besar di Sion, dan Ia tinggi
mengatasi segala bangsa. 3 Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama-
Mu yang besar dan dahsyat; Kuduslah Ia! 4 Raja yang kuat, yang mencintai
hukum, Engkaulah yang menegakkan kebenaran; hukum dan keadilan di
antara keturunan Yakub, Engkaulah yang melakukannya. 5 Tinggikanlah
TUHAN, Tuhan kita, dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kaki-Nya!
Kuduslah Ia!
Dasar agama Kristen seluruhnya terletak di dalam kebenaran ini,
yaitu bahwa Tuhan itu Raja. Tuhan memerintah dunia dengan pemeli-
haraan-Nya, memerintah jemaat dengan anugerah-Nya, dan meme-
rintah keduanya melalui Anak-Nya. Kita bukan saja harus percaya
bahwa Tuhan itu hidup, namun juga bahwa Tuhan itu Raja. Inilah
kemenangan jemaat Kristen, seperti halnya kemenangan jemaat
Yahudi dalam mazmur ini, yaitu bahwa Yehovah yaitu Raja mereka.
Dan sebab itulah selanjutnya dikatakan, Biarlah bangsa-bangsa
gemetar, artinya,
1. Biarlah rakyat dalam kerajaan-Nya itu gemetar, sebab tatanan
Perjanjian Lama mengandung banyak kegentaran di dalamnya. Di
Gunung Sinai, bangsa Israel, dan bahkan Musa sendiri, sangat
ketakutan dan sangat gemetar. Pada waktu itu Tuhan yaitu dah-
syat dari dalam tempat kudus-Nya. Bahkan saat Dia tampil bagi
kepentingan umat-Nya pun Dia melakukan banyak hal yang dah-
syat. Akan namun , kita kini tidak lagi datang kepada gunung yang
menyala-nyala (Ibr. 12:18). sebab kini TUHAN yaitu Raja, biar-
lah bumi bersorak-sorak. Pada masa itu Dia memerintah terutama
dengan kuasa kegentaran yang kudus, namun kini Ia memerintah
dengan kuasa kasih-Nya yang kudus.
2. Lebih-lebih lagi, biarlah para musuh kerajaan-Nya gemetar, sebab
entah Dia akan membawa mereka ke dalam ketaatan terhadap
tongkat emas-Nya, atau justru menghancurkan mereka dengan
cambuk besi-Nya. Tuhan itu Raja, meski bangsa-bangsa menjadi
resah sebab nya. Sekalipun mereka mengertakkan gigi dengan
sekuat tenaga, angkara murka mereka itu sia-sia belaka. Dia
akan melantik Raja-Nya di Sion, gunung-Nya yang kudus, meski-
pun mereka menentang hal itu (2:1-6). Cepat ataupun lambat, Dia
akan membuat mereka gemetar (Why. 6:15 dst.). TUHAN itu Raja,
maka bumi goyang. Orang-orang yang berserah kepada-Nya akan
ditegakkan dan tidak goyang (96:10), namun orang-orang yang
menentang-Nya akan goyah. Langit dan bumi akan bergoncang,
begitu pula seluruh bangsa-bangsa, namun kerajaan Kristus tidak
dapat tergoyahkan. Apa yang tidak tergoncangkan tinggal tetap
(Ibr. 12:27) sejak dahulu kala (Yes. 64:5).
Di sini, kerajaan Tuhan yang didirikan di Israel dijadikan pokok puji-
pujian sang pemazmur.
I. Ada dua hal yang diteguhkan oleh sang pemazmur:
1. Tuhan mengepalai urusan keagamaan: Ia duduk di atas kerub-
kerub (ay. 1), sebagaimana Ia duduk di atas takhta-Nya sen-
diri, untuk memberi hukum-Nya melalui titah-titah-Nya
yang disampaikan dari tempat itu, sebagaimana Ia duduk di
atas tutup pendamaian untuk menerima permohonan-permo-
honan. Inilah kehormatan Israel, yaitu bahwa mereka memiliki
Shekinah di antara mereka, atau hadirat Tuhan yang istimewa,
dikelilingi oleh malaikat-malaikat kudus. Bait Tuhan merupa-
kan istana Raja, dan ruang mahakudus merupakan tempat-
Nya bersemayam. TUHAN itu maha besar di Sion (ay. 2). Di
sanalah Ia dikenal dan dipuji (76:1-2). Di sanalah Ia dilayani
sebagai Yang Agung, lebih dibandingkan di tempat-tempat lainnya.
Di sanalah Ia tinggi mengatasi segala bangsa. Sebagaimana
yang ada di tempat tinggi dapat melihat ke bawah dan disan-
jung tinggi, begitu pula di Sion kesempurnaan sifat ilahi tam-
pak lebih menonjol dan gemilang dibandingkan di tempat lainnya.
Oleh sebab itu, biarlah mereka yang tinggal di Sion dan
menyembah di sana, menyanyikan syukur bagi nama-Mu yang
besar dan dahsyat dan memberi kemuliaan yang layak
dilayangkan bagi nama-Mu itu, sebab Kuduslah Engkau. Keku-
dusan nama Tuhan membuat nama-Nya itu benar-benar besar
bagi para sahabat-Nya dan dahsyat bagi para musuh-Nya (ay.
3). Inilah yang dikagumi oleh makhluk-makhluk sorgawi itu:
Kudus, kudus, kudus.
2. Dia merupakan segalanya dalam pemerintahan bangsa mereka
sehari-hari (ay. 4). Sebagaimana di Yerusalem ada kesak-
sian bagi bangsa Israel, di mana suku-suku berziarah ke sana,
begitu pulalah di sana ditaruh kursi-kursi pengadilan (122:4-5).
Pemerintahan mereka dijalankan atas nama Tuhan . Tuhan mene-
gakkan Daud untuk memerintah atas mereka (dan beberapa
orang memang berpikir bahwa mazmur ini dituliskan pada
saat pentahbisan yang khidmat dan sejahtera itu) dan dia ada-
lah raja yang kuat, yang mencintai hukum. Daud kuat, semua
kekuatan yang ia miliki berasal dari Tuhan , dan kekuatannya
itu tidak disalahgunakan untuk menyokong perbuatan jahat,
seperti yang sering kali terjadi dengan kekuasaan para pemim-
pin besar. Sebaliknya, kekuatannya itu dipakai untuk mencin-
tai hukum. Dia menjalankan keadilan dengan kuasanya dan
bergirang sebab nya. Di sinilah ia merupakan pelambang
Kristus, yang kepada-Nya Tuhan akan mengaruniakan kepada-
Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, untuk melakukan keadilan
dan kebenaran. Dia memiliki kuasa untuk meremukkan, namun
dia mencintai hukum. Dia tidak memerintah dengan tangan
besi, namun dengan penuh tenggang rasa, dengan hikmat,
dengan kelemahlembutan. Umat Israel memiliki seorang raja
yang baik, namun di sini mereka diajarkan untuk memandang
Tuhan sebagai Dia yang memberi kuasa kepada raja mereka
untuk memerintah: Engkaulah yang menegakkan kebenaran
(artinya, Tuhan mengaruniakan kepada mereka hukum-hukum
yang baik yang melaluinya mereka diperintah), dan hukum dan
keadilan di antara keturunan Yakub, Engkaulah yang melaku-
kannya. Dia tidak saja sering kali melaksanakan dan mene-
gakkan hukum-hukum-Nya sendiri melalui pemeliharaan-Nya
secara langsung, namun juga mengawasi pelaksanaan keadilan
di antara mereka melalui hakim-hakim, yang berkuasa mewa-
kili-Nya dan melaksanakan keadilan bagi-Nya. Para hakim
umat Israel memutuskan hukum bagi Tuhan , dan penghakiman
mereka yaitu penghakiman-Nya (2Taw. 19:6).
II. Dengan menggabungkan kedua hal tadi, kita dapat melihat apa
yang menjadi kebahagiaan Israel saat itu lebih dibandingkan bangsa-
bangsa lainnya, sebagaimana yang telah digambarkan Musa (Ul.
4:7-8), yaitu bahwa mereka mempunyai Tuhan yang demikian dekat
kepada mereka, duduk di atas kerub-kerub, dan bahwa mereka
memiliki ketetapan dan peraturan demikian adil, yang menjadi
dasar ditegakkannya kebenaran, dan Tuhan sendirilah yang meme-
rintah di antara keturunan Yakub. berdasar semuanya inilah
sang pemazmur menyimpulkan perintah ini bagi umat yang ber-
bahagia itu (ay. 5): “Tinggikanlah TUHAN, Tuhan kita, dan sujudlah
menyembah kepada tumpuan kaki-Nya! Berikan kemuliaan ke-
pada-Nya oleh sebab pemerintahan yang adil dan baik yang
membawahimu, seperti pemerintahan yang kini sedang ditegak-
kan baik di dalam jemaat maupun negara.”
Perhatikanlah:
1. Semakin besar belas kasihan yang kita terima sebagai suatu
bangsa, semakin wajib kita untuk mengambil bagian dalam
melaksanakan penghormatan terhadap Tuhan sebagai bangsa:
Pendirian kerajaan Kristus di antara kita terutama harus
menjadi pokok puji-pujian kita.
2. saat kita mendekati Tuhan untuk menyembah-Nya, hati kita
haruslah dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang luhur menge-
nai Dia, dan Dia haruslah dimuliakan di dalam jiwa kita.
3. Semakin kita merendahkan diri dan bersujud di hadapan
Tuhan , maka itu berarti kita semakin meninggikan Dia. Kita
harus menyembah kepada tumpuan kaki-Nya di tabut-Nya,
yang berfungsi bagaikan tumpuan kaki dari tutup pendamaian
di antara kerub-kerub itu. Atau juga, kita harus merebahkan
diri di pelataran-Nya. Alasan kuat mengapa kita harus meng-
hormati-Nya sedemikian yaitu sebab kuduslah Ia. Kekudus-
an-Nya itu layak membuat kita terpukau, sebagaimana para
malaikat terpana dibuatnya (Yes. 6:2-3).
Keadilan dan Belas Kasihan Ilahi
(99:6-9)
6 Musa dan Harun di antara imam-imam-Nya, dan Samuel di antara orang-
orang yang menyerukan nama-Nya. Mereka berseru kepada TUHAN dan Ia
menjawab mereka. 7 Dalam tiang awan Ia berbicara kepada mereka; mereka
telah berpegang pada peringatan-peringatan-Nya dan ketetapan yang diberi-
kan-Nya kepada mereka. 8 TUHAN, Tuhan kami, Engkau telah menjawab me-
reka, Engkau Tuhan yang mengampuni bagi mereka, namun yang membalas
perbuatan-perbuatan mereka. 9 Tinggikanlah TUHAN, Tuhan kita, dan sujud-
lah menyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus! Sebab kuduslah
TUHAN, Tuhan kita!
Di sini, kebahagiaan bangsa Israel di bawah pemerintahan Tuhan di-
tunjukkan lebih jauh lagi melalui beberapa contoh penyelenggaraan-
Nya, terutama yang mengacu pada para pemimpin utama dan pem-
besar yang paling giat terlibat dalam mengurus masyarakat pada
masa itu, yaitu Musa, Harun, dan Samuel. Melalui dua tokoh per-
tama dimulailah pemerintahan theokrasi atau pemerintahan yang
dijalani dengan Tuhan sebagai kepala pemerintah (sebab keduanya di-
pakai untuk membentuk Israel menjadi sebuah bangsa). Sedangkan
pada masa kepemimpinan tokoh terakhir, bentuk pemerintahan theo-
krasi itu sebagian besar berakhir. Sebab, saat bangsa itu menolak
Samuel dan memaksanya untuk mengundurkan diri, mereka dikata-
kan telah menolak Tuhan sendiri dan tidak menginginkan-Nya untuk
berkuasa atas mereka sebagaimana sebelumnya (1Sam. 8:7), dan kini
mereka menginginkan seorang raja layaknya bangsa-bangsa lain. Musa,
seperti juga Harun, dikatakan ada di antara imam-imam-Nya, sebab dia
menjalankan tugas imam sampai Harun siap melaksanakannya dan
kemudian menahbiskan Harun dan anak-anaknya. Oleh sebab itulah,
bangsa Yahudi pun menyebutnya sebagai imam di atas segala imam.
Nah, mengenai ketiga pemimpin utama ini , perhatikanlah,
I. Persekutuan karib yang mereka miliki bersama Tuhan , serta juga
anugerah istimewa yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka.
Tidak ada satu pun bangsa di bumi ini yang dapat memiliki pe-
mimpin seperti ketiga orang itu. Mereka dapat berhubungan lang-
sung dengan sorga dan dikenal oleh Tuhan (Kel. 33:17). Di sini terlihat,
1. Ketaatan sejati mereka terhadap Tuhan . Tidak ada kerajaan lain
yang memiliki para pemimpin yang begitu menghormati Tuhan
sebagaimana ketiga orang dalam kerajaan Israel itu. Mereka
menghormati Tuhan ,
(1) Melalui doa-doa mereka. Meski Samuel tidak termasuk sa-
lah satu imam-imam-Nya, namun ia termasuk salah satu
dari antara orang-orang yang menyerukan nama-Nya. Dan
mereka jadi terkenal sebab hal ini, yaitu sebab mereka
berseru kepada TUHAN. Mereka tidak mengandalkan hik-
mat dan kekuatan mereka sendiri, namun mengarahkan hati
mereka kepada Tuhan dalam setiap keadaan genting. Hasrat
hati mereka ditujukan kepada Dia saja, dan mereka amat
bergantung kepada-Nya.
(2) Melalui ketaatan mereka: mereka telah berpegang pada
peringatan-peringatan-Nya dan ketetapan yang diberikan-
Nya kepada mereka. Mereka mengerjakan tugas mereka
dengan giat dengan menjadikan firman dan ketetapan Tuhan
sebagai pegangan mereka dalam keadaan apa pun, sebab
mereka tahu bahwa doa mereka baru akan dijawab bila
mereka berlaku taat seperti itu (Ams. 28:9). Musa bertindak
sesuai dengan arahan yang ditunjukkan kepadanya. Sering
kali dikatakan, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada-
nya, demikianlah dilakukannya. Harun dan Samuel pun
berlaku serupa. Mereka yaitu orang besar dan orang ter-
hormat yang sangat terkenal paling taat mematuhi ketetap-
an Tuhan dan menjalankan perintah firman-Nya.
2. Bagaimana Tuhan menerima mereka dengan penuh anugerah:
Ia menjawab mereka dan mengabulkan permintaan yang mere-
ka ajukan kepada-Nya. Doa-doa mereka kepada Tuhan selalu
manjur dan ampuh. Mujizat dilakukan dalam menjawab per-
mintaan mereka secara khusus. Bahkan, Tuhan bukan saja
berkenan melakukan hal-hal yang diingini mereka sebagai
seorang Raja yang mengabulkan permintaan seorang pemo-
hon, melainkan juga bersedia bercakap-cakap akrab dengan
mereka bagaikan seorang sahabat (ay. 7): Dalam tiang awan Ia
berbicara kepada mereka. Dia pun sering berbicara kepada
Samuel. Sejak masa mudanya, firman Tuhan datang kepada
Samuel, dan mungkin, terkadang Tuhan berbicara kepadanya
melalui awan terang yang menaunginya. Bagaimanapun juga,
kepada Musa dan Harun Tuhan sering berbicara melalui tiang
awan yang termasyhur itu (Kel. 16:10; Bil. 12:5). Kini Israel di-
ingatkan akan hal itu untuk meneguhkan iman mereka, bah-
wa meskipun mereka tidak lagi setiap hari memiliki tanda
kehadiran Tuhan seperti tiang awan itu, namun Tuhan berkenan
menyatakan diri kepada bapa-bapa pendiri dan bapa pem-
baharu hebat bangsa mereka itu dengan cara demikian.
II. Tugas-tugas hebat yang mereka laksanakan bagi bangsa Israel.
Mereka menjadi pengantara bagi rakyat dan mendapatkan jawab-
an doa yang penuh damai sejahtera bagi mereka semua. Musa
mempertahankan negeri, dan Harun menjadi penengah di antara
yang hidup dan yang mati. Dan, saat bangsa Israel sedang da-
lam keadaan terjepit, Samuel berseru kepada Tuhan bagi mereka
(1Sam 7:9). Inilah yang disinggung-singgung di sini (ay. 8):
“TUHAN, Tuhan kami, Engkau telah menjawab mereka! Dan, oleh
sebab doa mereka, Engkau pun menjadi Tuhan yang mengampuni
bangsa yang mereka doakan itu. Dan, meskipun Engkau mem-
balas perbuatan-perbuatan mereka, namun Engkau tidak menolak
mereka sebagai sebuah bangsa, sebagaimana yang layak mereka
terima oleh sebab dosa mereka.” “Engkau yaitu Tuhan yang sa-
ngat berguna bagi mereka (begitulah kata Dr. Hammond), bagi ke-
pentingan mereka, dan menyelamatkan mereka saat mereka
berseru kepada-Mu, bahkan saat Engkau hendak membalas per-
buatan-perbuatan mereka. Yakni, pada saat amarah-Mu begitu
menggelegak terhadap mereka, sampai-sampai hampir saja mele-
tus menimpa dan meluluhlantakkan mereka.” Peristiwa-peristiwa
itu merupakan beberapa contoh luar biasa kekuasaan Tuhan atas
Israel, lebih dibandingkan yang pernah dilakukan di antara bangsa
mana pun juga. sebab itulah, umat-Nya sekali lagi dipanggil un-
tuk memuji Tuhan (ay. 9): “Tinggikanlah TUHAN, Tuhan kita, oleh
sebab apa yang telah Ia perbuat bagi kita sebelumnya, seperti
juga perbuatan-perbuatan-Nya belakangan ini, dan sujudlah me-
nyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus di Sion, di mana Ia
telah mendirikan bait-Nya dan akan segera melantik Raja-Nya
(2:6). Sion menjadi pelambang dari bait-Nya itu. Di sana, di pusat
kesatuan itu, biarlah seluruh umat Israel kepunyaan Tuhan ber-
kumpul dengan membawa segenap kekaguman mereka, sebab ku-
duslah TUHAN, Tuhan kita. Dan Ia memang tampil demikian, bu-
kan hanya di dalam hukum-Nya yang kudus, namun juga di dalam
Injil-Nya yang kudus.”
PASAL 100
ntuk alasan yang baik banyak orang sering menyanyikan mazmur
ini dalam perkumpulan-perkumpulan ibadah, sebab mazmur ini
sangat sesuai baik untuk mengungkapkan maupun membangkitkan
perasaan-perasaan saleh dan taat dalam diri kita terhadap Tuhan saat
kita mendekat kepada-Nya dalam ketetapan-ketetapan ibadah yang
kudus. Jika hati kita sejalan dengan perkataan-perkataannya, maka
itu berarti kita bernyanyi bagi Tuhan. Orang-orang Yahudi berkata
bahwa mazmur ini ditulis untuk dinyanyikan dalam persembahan-
persembahan korban syukur mereka. Mungkin memang demikian.
Namun, kita juga bisa berkata bahwa sebab di dalamnya tidak ada
yang secara khusus berkaitan dengan kepentingan mereka, maka
permulaan mazmur ini yang berupa panggilan kepada seluruh bumi
untuk memuji Tuhan dengan jelas memperluas penggunaannya ke-
pada jemaat Injil. Di sini,
I. Kita dipanggil untuk memuji Tuhan dan bersuka di dalam Dia
(ay. 1-2, 4).
II. Kita diperlengkapi dengan pokok pujian. Kita harus memuji-
Nya, dengan menimbang keberadaan-Nya dan hubungan-Nya
dengan kita (ay. 3), serta kasih setia dan kesetiaan-Nya (ay. 5).
Semua itu sudah merupakan hal-hal yang jelas dan biasa ditemu-
kan, dan sebab itu semakin sesuai untuk dijadikan sebagai pokok
ibadah.
Ajakan-ajakan yang Disampaikan dengan Gigih untuk
Memuji Tuhan ; Alasan-alasan untuk Memuji Tuhan
(100:1-5)
1 Mazmur untuk korban syukur. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh
bumi! 2 Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadap-
an-Nya dengan sorak-sorai! 3 Ketahuilah, bahwa TUHANlah Tuhan ; Dialah
yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba
gembalaan-Nya. 4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syu-
kur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya
dan pujilah nama-Nya! 5 Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk
selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.
Di sini:
I. Ajakan-ajakan untuk memuji disampaikan dengan begitu gigih.
Mazmur ini memang sesuai dengan judulnya, Mazmur untuk
korban syukur (KJV: “Mazmur pujian” – pen.). Mazmur ini dimulai
dengan panggilan yang belakangan sudah beberapa kali kita
jumpai (ay. 1), bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh negeri,
atau seluruh bumi, seluruh penduduk bumi. jika seluruh
bangsa sudah dimuridkan, dan Injil sudah diberitakan kepada
setiap makhluk, maka panggilan ini akan benar-benar terjawab
sepenuhnya. namun , jika kita memandang mazmur sebelumnya
(sebagaimana kita sudah membahasnya) sebagai panggilan
kepada jemaat Yahudi untuk bersukacita di dalam pelaksanaan
Kerajaan Tuhan , yang di bawah pemerintahannya mereka berada
( sebab empat mazmur sebelumnya dirancang untuk hari-hari
Mesias), maka ada kemungkinan bahwa mazmur ini dimaksudkan
bagi petobat-petobat baru, yang datang dari segenap penjuru
bumi untuk memeluk agama Yahudi. Apa pun itu, kita mendapati
di sini,
1. Undangan yang tegas untuk menyembah Tuhan . Bukan berarti
bahwa Tuhan memerlukan kita, atau apa pun yang kita miliki
dan bisa lakukan, namun sudah merupakan kehendak-Nyalah
bahwa kita harus beribadah kepada Tuhan, harus mengabdi-
kan diri untuk melayani-Nya dan bergiat di dalamnya. Kita
bukan saja harus beribadah kepada-Nya dalam segala ketaat-
an terhadap hukum-Nya, namun juga bahwa kita harus datang
ke hadapan-Nya dalam ketetapan-ketetapan ibadah yang su-
dah ditentukan-Nya, dan yang di dalamnya Dia sudah berjanji
akan menyatakan diri-Nya sendiri (ay. 2). Selain itu juga,
bahwa kita harus masuk melalui pintu gerbang-Nya dan ke
dalam pelataran-Nya (ay. 4), bahwa kita harus melayani-Nya di
antara hamba-hamba-Nya, dan berdiam di tempat yang men-
jadi pelataran-Nya. Dalam semua kegiatan ibadah, entah se-
cara pribadi atau dengan keluarga, kita masuk di dalam hadi-
rat Tuhan , dan melayani-Nya. namun , terutama dalam ibadah
umumlah kita masuk melalui pintu gerbang-Nya dan ke dalam
pelataran-Nya. Umat tidak diperbolehkan masuk ke dalam
tempat kudus. Hanya para imamlah yang masuk ke sana un-
tuk melayani. namun baiklah umat bersyukur atas tempat me-
reka di pelataran-pelataran rumah Tuhan , sebab ke sanalah
mereka boleh masuk dan memberi pelayanan mereka.
2. Dorongan besar yang diberikan kepada kita, dalam menyem-
bah Tuhan , untuk melakukannya dengan riang hati (ay. 2): Ber-
ibadahlah kepada TUHAN dengan sukacita. Dorongan ini me-
nunjukkan sebuah nubuatan bahwa pada masa-masa Injil
akan ada alasan istimewa untuk bersukacita. sebab itulah
ditetapkan hal ini sebagai pedoman beribadah: kiranya Tuhan
dilayani dengan sukacita. Dengan sukacita yang kuduslah kita
benar-benar beribadah kepada Tuhan . yaitu suatu penghor-
matan bagi-Nya bila kita bersukacita di dalam Dia, dan kita
harus beribadah kepada-Nya dengan sukacita yang kudus.
Penyembah-penyembah Injili haruslah menjadi penyembah-
penyembah yang bersukacita. Jika kita beribadah kepada
Tuhan dengan lurus hati, maka marilah kita juga beribadah
kepada-Nya dengan sukacita. Kita harus berkemauan dan ber-
gairah untuk menjalankannya, bersukacita jika kita diajak
pergi ke rumah TUHAN (122:1), memandangnya sebagai kenya-
manan hidup kita untuk bersekutu dengan Tuhan . Kita harus-
lah senang dan gembira di dalamnya, harus berkata, betapa
bahagianya berada di tempat ini, seraya mendekat kepada
Tuhan , dalam setiap kewajiban, sebagai sukacita dan kegem-
biraan kita (43:4). Kita harus datang ke hadapan-Nya dengan
sorak-sorai, bukan hanya dengan nyanyian sukacita melain-
kan juga dengan nyanyian pujian. Masuklah melalui pintu ger-
bang-Nya dengan nyanyian syukur (ay. 4). Kita tidak boleh
hanya menghibur diri sendiri, namun harus memuliakan Tuhan ,
dengan sukacita kita, dan membiarkan Dia mendapat pujian
atas apa yang telah menyenangkan hati kita. Bersyukurlah ke-
pada-Nya dan pujilah nama-Nya, yaitu,
(1) Kita harus memandangnya sebagai kebaikan bahwa kita
diperbolehkan beribadah kepada-Nya, dan bersyukur ke-
pada-Nya bahwa kita diberi kebebasan untuk datang ke-
pada-Nya, bahwa untuk kita didirikan ketetapan-ketetapan
ibadah dan kepada kita diberikan kesempatan untuk se-
nantiasa melayani Tuhan di dalam ketetapan-ketetapan itu.
(2) Kita harus memadukan puji-pujian dan ucapan syukur de-
ngan semua ibadah kita. Benang emas ini haruslah terajut
dalam setiap kewajiban (Ibr. 13:15), sebab ini yaitu peker-
jaan para malaikat. Mengucap syukurlah dalam segala hal,
dalam setiap ketetapan ibadah, serta juga dalam setiap
tindakan pemeliharaan ilahi yang kita terima.
II. Pokok pujian, dan alasan-alasan untuk memuji, sangatlah pen-
ting (ay. 3, 5). Ketahuilah siapa Tuhan itu di dalam diri-Nya sendiri
dan siapa Dia bagimu. Perhatikanlah, pengetahuan yaitu induk
dari ibadah dan dari segala ketaatan: korban-korban yang diper-
sembahkan secara buta tidak akan pernah menyenangkan Tuhan
yang melihat. “Ketahuilah itu, pertimbangkan dan terapkanlah
itu, maka engkau akan menjadi lebih dekat dan setia, lebih me-
resapi dan bersungguh-sungguh, dalam menyembah Dia.” Jadi,
marilah kita ketahui tujuh hal mengenai Tuhan Yahweh ini, yang
dengan-Nya kita harus berurusan dalam segala kegiatan ibadah
kita:
1. Bahwa TUHANlah Tuhan , satu-satunya Tuhan yang hidup dan
benar. Bahwa Dialah Keberadaan yang mahasempurna, yang
ada oleh diri-Nya sendiri, dan mahamencukupi, serta sumber
dari segala yang ada. Dialah Tuhan , bukan manusia seperti
kita. Dia yaitu Roh kekal, tidak terpahami dan tidak bergan-
tung pada siapa pun, penyebab pertama dan tujuan terakhir.
Bangsa kafir menyembah makhluk ciptaan khayalan mereka
sendiri, manusialah yang membuatnya, dan oleh sebab nya
itu bukan Tuhan . Kita menyembah Dia yang menjadikan kita
dan seluruh dunia. Dialah Tuhan , dan semua yang mengaku-
ngaku sebagai ilah hanyalah kesia-siaan dan dusta, dan ilah-
ilah demikian telah ditaklukkan-Nya.
2. Bahwa Dia yaitu Pencipta kita: Dialah yang menjadikan kita,
dan punya Dialah kita (KJV: “Dialah yang menjadikan kita, dan
bukan kita sendiri” – pen.). Kita dapat berkata, “aku mendapati
bahwa aku ada,” namun tidak dapat berkata, “aku yaitu aku,”
dan oleh sebab itu kita harus bertanya, dari manakah aku?
Siapakah yang menjadikan aku? Di mana Tuhan , yang membuat
aku? Jawabnya yaitu Tuhan Yahweh. Ia memberi kita keber-
adaan, Ia memberi kita keberadaan ini. Dialah pembentuk
tubuh kita dan juga Bapa roh kita. Kita tidak, dan memang
tidak dapat, menciptakan diri kita sendiri. yaitu hak istime-
wa Tuhan untuk menjadi penyebab bagi diri-Nya sendiri. Keber-
adaan kita berasal dari sumber lain dan bergantung padanya.
3. Bahwa oleh sebab itu Dialah pemilik kita yang sah. Kaum
Masora (kaum yang mempelajari catatan-catatan kitab suci
Yahudi yang disusun oleh para penyalin naskah pada seribu
tahun pertama Masehi – pen.), dengan mengubah satu huruf
dalam bahasa Ibrani, membacanya demikian, Dialah yang
menjadikan kita, dan punya Dialah kita, atau Dialah yang
empunya kita. Jika dua cara membaca ini dipadukan secara
bersama-sama, maka kita akan tahu bahwa sebab Tuhan men-
jadikan kita, bukan kita sendiri, maka kita bukanlah milik kita
sendiri, melainkan milik-Nya. Dia mempunyai hak kepemilikan
yang tidak dapat diganggu gugat atas kita dan atas segala
sesuatu. Milik-Nyalah kita, untuk digerakkan oleh kuasa-Nya,
diarahkan oleh kehendak-Nya, dan diabdikan demi kehormat-
an dan kemuliaan-Nya.
4. Bahwa Dia yaitu Penguasa kita yang berdaulat: kita umat-
Nya atau rakyat-Nya, dan Dia Raja kita, Imam atau Pemimpin
kita, yang memberi hukum kepada kita sebagai makhluk-
makhluk yang bermoral, dan akan menuntut pertanggung-
jawaban dari kita atas apa yang kita perbuat. TUHAN ialah
Hakim kita; TUHAN ialah yang memberi hukum bagi kita. Kita
tidak bebas berbuat semau kita, namun harus selalu dengan
kesadaran nurani berbuat sesuai dengan apa yang diperintah-
kan.
5. Bahwa Dialah Sang Pemberi segala keperluan kita dengan ber-
kelimpahan. Kita bukan hanya domba-domba-Nya, yang ada
dalam kuasa-Nya, melainkan juga kawanan domba gembala-
an-Nya, yang ada dalam pemeliharaan-Nya. Kawanan domba
yang diberi-Nya makan (begitu kita bisa membacanya), dan
sebab itu merupakan kawanan domba tuntunan tangan-Nya,
untuk digunakan oleh Dia, sebab kita kawanan domba gem-
balaan-Nya (95:7). Dia yang menjadikan kita memelihara kita,
dan memberi kita segala sesuatu yang baik secara berkelim-
pahan untuk dinikmati.
6. Bahwa Dia yaitu Tuhan yang mahapengasih dan mahabaik
(ay. 5): TUHAN itu baik. Oleh sebab itu apa yang diperbuatnya
baik. Kasih setia-Nya untuk selama-lamanya. Kasih setia-Nya
yaitu mata air yang tak akan pernah kering. Orang-orang
kudus, yang sekarang menjadi bejana-bejana kasih setia yang
dikuduskan, akan menjadi tugu-tugu peringatan kasih setia
yang dipermuliakan sampai pada kekekalan.
7. Bahwa Dia yaitu Tuhan kebenaran dan kesetiaan yang tak ter-
goyahkan: Kesetiaan-Nya tetap turun-temurun, dan tidak satu
pun dari firman-Nya akan jatuh ke tanah menjadi usang atau
ditarik kembali. Janji ini pasti bagi semua keturunan, dari
masa ke masa.