mazmur 51-100 20


 ikan-Nya ke sorga dan akan terus berlangsung hingga 

misteri Tuhan   diungkapkan seutuhnya.   

I.  Biarlah dikatakan bahwa TUHAN itu Raja, Tuhan Kristus Raja, 

Raja yang ditentukan Tuhan   untuk bertakhta di bukit Sion-Nya 

yang kudus. Lihatlah bagaimana hal ini pertama-tama dikatakan 

di antara bangsa-bangsa oleh Petrus (Kis. 10:42). Beberapa penu-

lis kuno menambahkan suatu arti pada perkataan ini, yang se-

cara perlahan-lahan dimasukkan ke dalam teksnya, Tuhan ber-

takhta sebagai Raja dari pohon (begitulah yang dikutip oleh Justin 

Martir, Augustinus, dan yang lainnya). Maksudnya, dari kayu 

salib, saat  gelar-Nya dipasangkan di atas salib-Nya, Raja orang 

Yahudi. Oleh  sebab  Ia taat sampai mati, bahkan mati di kayu 

salib, maka dari itulah Tuhan   meninggikan Dia, dan memberi-Nya 

nama di atas segala nama, takhta di atas segala takhta. Sebagian 

dari bangsa-bangsa kafir datang tepat pada waktunya untuk 

menanyakan tentang Dia, Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan 

itu (Mat. 2:2). Sekarang, biarlah mereka tahu bahwa Dia sudah 

datang dan kerajaan-Nya sudah didirikan.    

II. Biarlah dikatakan bahwa pemerintahan Kristus akan menjadi 

tempat kediaman yang membahagiakan bagi dunia. Sungguh te-

gak dunia, tidak goyang. Dunia alam ini akan ditegakkan. Tegak-

nya dunia, dan kekokohannya, berutang kepada kepengantaraan 

Kristus. Dosa telah memberinya suatu goncangan, dan masih 

mengancamnya. namun  Kristus, sebagai Penebus, menopang se-

gala sesuatu, dan menjaga peredaran alam. Dunia umat manusia 

akan ditegakkan, akan dijaga, hingga semua yang dipilih berda-

sarkan anugerah dipanggil masuk, meskipun dunia ini yaitu  du-

nia yang bersalah dan membangkitkan amarah Tuhan. Agama 

Kristen, sejauh terus dipeluk, akan membuat negara dan kerajaan 

berdiri mantap dan menjaga tatanan yang baik di tengah-tengah 

manusia. Jemaat di dunia akan ditegakkan (menurut sebagian 

orang), sehingga tidak goyang. Sebab jemaat didirikan di atas batu 

karang, dan alam maut tidak akan pernah menguasainya. Jemaat 

yaitu  sebuah kerajaan yang tidak dapat goyang.  

III. Biarlah dikatakan kepada semua orang bahwa pemerintahan Kris-

tus adil dan benar tanpa bisa dibantah lagi: Ia akan mengadili 

bangsa-bangsa dalam kebenaran (ay. 10), menghakimi dunia de-

ngan keadilan, dan dengan kebenaran-Nya (ay. 13). Di sini meng-

adili disepadankan dengan memerintah. Meskipun ini dapat diper-

luas pada penghakiman dunia secara umum pada akhir zaman, 

yang akan dilakukan dengan adil (Kis. 17:31), namun di sini peng-

hakiman itu merujuk secara lebih langsung pada kedatangan Kris-

tus yang pertama, dan pendirian kerajaan-Nya di dunia oleh Injil. 

Ia sendiri berkata, “Aku datang ke dalam dunia untuk mengha-

kimi” (Yoh. 9:39; Yoh. 12:31), dan menyatakan bahwa semua peng-

hakiman telah diberikan kepada-Nya (Yoh. 5:22, 27). Pemerintah-

an dan penghakiman-Nya yang adil dan benar menandakan,  

1.  Bahwa semua hukum dan ketetapan kerajaan-Nya akan sela-

ras dengan aturan-aturan dan asas-asas kebenaran dan ke-

adilan kekal, yaitu, dengan kelurusan dan kemurnian dari 

sifat dan kehendak ilahi.  

2. Bahwa semua pengaturan pemerintahan-Nya akan adil dan se-

tia, dan sesuai dengan apa yang telah dikatakan-Nya. 

3.  Bahwa Ia akan memerintah dalam hati nurani umat manusia 

dengan kuasa kebenaran yang berwibawa dan Roh keadilan 

serta pengudusan. saat  Pilatus bertanya kepada Jurusela-

mat kita, “Jadi Engkau yaitu  raja?” Ia menjawab, “Untuk itu-

lah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesak-

sian tentang kebenaran” (Yoh. 18:37). Sebab Ia memerintah 

dengan kebenaran, memerintah kehendak manusia dengan 

memberi  penghakiman-penghakiman kepada mereka de-

ngan benar.    

IV. Biarlah dikatakan bahwa kedatangan-Nya semakin dekat, bahwa 

Raja ini, Hakim ini, telah berdiri di ambang pintu. Sebab Ia datang, 

sebab Ia datang. Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, berkata 

demikian. Sesungguhnya Tuhan datang (Yud. 1:14). Di antara 

seruan ini dan kedatangan-Nya yang pertama, berselang perubah-

an-perubahan besar di berbagai masa, namun Ia datang pada 

waktu yang telah ditentukan, dan sedemikian pasti jugalah keda-

tangan-Nya yang kedua. Meskipun kini sudah lama waktu berlalu 

sejak itu dikatakan, lihatlah, Ia datang dengan awan-awan (Why. 

1:7) dan Dia belum juga datang (2Ptr. 3:4, dst.).   

V.  Biarlah mereka dipanggil untuk bersukacita dengan kehormatan 

yang diberikan kepada Sang Mesias ini, dan dengan kepercayaan 

besar yang akan diserahkan ke dalam tangan-Nya ini (ay. 11-12): 

Biarlah langit dan bumi bersorak-sorak, laut, padang, dan segala 

pohon di hutan. Kata-kata yang digunakan di sini bersifat puitis. 

Artinya yaitu ,  

1. Bahwa hari-hari Mesias akan menjadi hari-hari yang menye-

nangkan, dan sejauh anugerah dan pemerintahan-Nya dipatuhi, 

hari-hari itu akan membawa serta sukacita. Kita mempunyai 

alasan untuk bersukacita atas tempat, atas jiwa, yang ke dalam-

nya Kristus diizinkan masuk. Lihatlah contoh dari kedua hal 

ini dalam Kisah Para Rasul 8. saat  Samaria menerima Injil, 

sangatlah besar sukacita dalam kota itu (Kis. 8:8), dan saat  

sida-sida dibaptis, ia meneruskan perjalanannya dengan suka-

cita (Kis. 8:39).  

2. Bahwa sudah menjadi kewajiban dari setiap kita untuk me-

nyambut Kristus dan Kerajaan-Nya. Sebab, walaupun Ia maju 

sebagai pemenang untuk merebut kemenangan, Ia datang 

dengan damai. Hosana! Diberkatilah Dia yang datang, dan lagi, 

hosana, diberkatilah Kerajaan bapak kita Daud (Mrk. 11:9-10). 

Bukan saja kita harus membiarkan puteri Sion bersorak-sorak 

 sebab  rajanya datang (Za. 9:9), namun  juga membiarkan se-

mua bersorak-sorak.  

3. Bahwa seluruh ciptaan akan mempunyai alasan untuk 

bersorak-sorak dalam pendirian Kerajaan Kristus, bahkan laut 

dan padang. Sebab, sama seperti melalui dosa Adam yang per-

tama seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, 

demikian pula dengan anugerah Adam yang kedua seluruh 

ciptaan akan, dengan satu dan lain cara, yang pertama mau-

pun yang terakhir, dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan 

dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Tuhan   

(Rm. 8:20-21).  

4. Bahwa akan ada, pertama-tama, sukacita di sorga, sukacita 

pada malaikat-malaikat Tuhan  . Sebab, saat  Anak Yang Sulung 

datang ke dalam dunia, mereka menyanyikan kidung-kidung 

pujian bagi-Nya (Luk. 2:14). 

5. Bahwa Tuhan   dengan penuh kemurahan hati akan menerima 

sukacita dan puji-pujian yang kudus dari semua orang yang 

dengan sepenuh hati mengharapkan hal-hal baik bagi Keraja-

an Kristus, meskipun kemampuan mereka untuk melakukan-

nya begitu kecil. Laut hanya bisa bergemuruh, dan bagaimana 

segala pohon di hutan dapat menunjukkan bahwa mereka 

bersorak-sorai saya tidak tahu. Walaupun begitu, Tuhan   yang 

menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh, dan mema-

hami bahasa, bahasa yang terpatah-patah, dari yang paling 

lemah sekalipun.  

 

 

PASAL  97  

azmur ini berkisar pada pokok yang sama dengan mazmur 

sebelumnya, dan nadanya pun dibuat sama. Kristus yaitu  Alfa 

dan Omega dari keduanya. Kedua mazmur ini dituliskan dan harus 

dinyanyikan bagi kehormatan-Nya. Jadi, kita tidak akan mendapat 

manfaat apa-apa dari kedua mazmur ini  jika kita tidak menaik-

kan melodi di hati kita bagi Tuhan Yesus. Dialah yang memerintah, 

supaya seluruh umat manusia boleh bersukacita (ay. 1), dan peme-

rintahan-Nya itu mengumandangkan,  

I. Kegentaran bagi musuh-musuh-Nya. Sebab Ia yaitu  Raja 

yang memiliki keadilan teguh dan kuasa yang tidak tertahan-

kan (ay. 2-7).  

II. Penghiburan bagi sahabat-sahabat dan para pengikut-Nya 

yang setia, yang muncul dari kekuasaan-Nya yang berdaulat, 

serta perlindungan dan pemeliharaan yang Ia sediakan bagi 

umat-Nya (ay. 8-12).   

saat  menyanyikan mazmur ini, biarlah kita tergugah oleh ke-

muliaan Sang Penebus yang dimuliakan itu, dan merasa gentar oleh 

nasib yang akan menimpa para musuh-Nya, serta merasa bahagia 

jika kita menjadi salah satu dari mereka yang “menghormati Anak.” 

Keadilan dan Kemuliaan Pemerintahan Ilahi; 

Penegakan Kerajaan Kristus 

(97:1-7) 

1 TUHAN yaitu  Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau 

bersukacita! 2 Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum 

yaitu  tumpuan takhta-Nya. 3 Api menjalar di hadapan-Nya, dan mengha-

nguskan para lawan-Nya sekeliling. 4 Kilat-kilat-Nya menerangi dunia, bumi 

melihatnya dan gemetar. 5 Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan 

TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. 6 Langit memberitakan keadilan-

Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya. 7 Semua orang yang 

beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri 

 sebab  berhala-berhala; segala Tuhan   sujud menyembah kepada-Nya. 

Apa yang harus difirmankan di antara bangsa-bangsa lain yang tidak 

mengenal Tuhan  , yang tercantum dalam mazmur sebelumnya (ay. 10), 

diulang lagi di sini (ay. 1) dan dijadikan tema mazmur ini, dan juga 

mazmur pasal 99. Tuhan yaitu  Raja. Inilah kebenaran besar yang 

dibentangkan di sini. Tuhan Yehovah yaitu  Raja. Dia yang menjadi-

kan bumi ini memerintah atasnya. Dia yang membuat segala sesuatu 

ada juga memberi  pergerakan dan kekuatan, hukum dan amanat, 

keberhasilan dan peristiwa. Penilaian setiap manusia datangnya dari 

Tuhan, dari nasihat dan pemeliharaan-Nya. Dan, dalam segala urus-

an, baik itu urusan umum maupun pribadi, Dia menjalankan segala 

sesuatu yang telah ditetapkan-Nya sendiri. Tuhan Yesus yaitu  Raja. 

Kerajaan pemeliharaan-Nya meliputi tindakan pengantaraan, dan 

pelaksanaan keduanya terletak di tangan Kristus, yang merupakan 

Kepala jemaat sekaligus Kepala dari segala yang ada. Kerajaan 

Kristus tertata dengan begitu baiknya sehingga,  

I.  Kerajaan itu dapat mendatangkan kesukaan bagi semua orang. 

Ini benar-benar demikian, kecuali jika manusia melakukan kesa-

lahan sendiri. Biarlah bumi bersorak-sorak, sebab untuk itulah 

dunia ditegakkan (96:10). Bumi dihormati dan diperkaya, dan 

sebagian diselamatkan dari kesia-siaan yang telah meracuninya 

melalui dosa. Biarlah bukan hanya umat Israel saja yang bergi-

rang di dalam Dia sebagai Raja bangsa Yahudi, atau putri Sion 

bergirang di dalam Dia sebagai Rajanya, namun  juga biarlah selu-

ruh bumi bersorak-sorak oleh  sebab  pengagungan-Nya, sebab 

cepat ataupun lambat, kerajaan-kerajaan di bumi pun akan men-

jadi kerajaan-Nya juga. Biarlah banyak pulau, banyak pulau-pulau 

besar, bersukacita. Hal ini dapat diterapkan juga kepada negeri 

kita, yang merupakan kepulauan besar dan memiliki banyak sum-

ber daya di dalamnya. Setidaknya, hal ini secara umum meng-

gaungkan penghiburan kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi, 

yang negerinya dinamakan daerah pesisir (Kej. 10:5). Ada cukup 

ruang bagi pulau-pulau untuk bersukacita di dalam Kristus. Se-

bab, meskipun banyak orang berbahagia di dalam Dia, masih

Kitab Mazmur 97:1-7 

 1395 

tetap ada ruang yang tersedia. Semua orang memiliki alasan un-

tuk bersukacita di dalam pemerintahan Kristus.   

1.  Dalam keadilannya. Di dalam segala tindakan pemerintahan-

Nya, ada  keadilan yang tidak dapat diganggu-gugat, baik 

yang berkaitan dengan ketetapan hukum maupun yang berhu-

bungan dengan pelaksanaan penghakiman. Memang terka-

dang awan dan kekelaman ada sekeliling Dia. Secara keselu-

ruhan, pemerintahan-Nya memang tidak dapat terselami. Me-

lalui laut jalan-Nya dan lorong-Nya melalui muka air yang luas. 

Kita tidak mengetahui rancangan-Nya atau apa yang sedang 

dibidik-Nya. Kita juga tidak patut mengetahui rahasia dalam 

pemerintahan-Nya. Hikmat-Nya teramat dalam dan kita tidak 

boleh mengaku-ngaku dapat memahaminya. Namun, tetap 

saja keadilan dan hukum yaitu  tumpuan takhta-Nya. Benang 

emas keadilan terjalin dalam seluruh jaringan pelaksanaan 

pemerintahan-Nya. Di dalam keadilan itulah Ia bersemayam, 

sebab keadilan itu yaitu  kediaman-Nya. Dalam keadilan itu-

lah Dia berkuasa, sebab keadilan itu merupakan tumpuan 

takhta-Nya. Semua perintahnya adil dan akan selalu demikian. 

Keadilan dan penghakiman merupakan dasar takhta-Nya 

(demikianlah penafsiran Dr. Hammond). Oleh  sebab  itulah, 

takhta-Nya tetap untuk seterusnya dan selamanya, sebab tong-

kat kerajaan-Nya yaitu  tongkat kebenaran (45:7). Kokohlah 

takhtanya oleh kebenaran. Bahkan langit memberitakan keadil-

an-Nya (ay. 6). Keadilan-Nya itu senyata dan segemilang langit. 

Para malaikat di sorga akan memberitakannya. Para malaikat 

itu bertugas sebagai pembawa berita dalam penyelenggaraan 

pemerintahan-Nya, dan oleh  sebab  itu, mereka lebih menge-

nal keadilan ini  dibandingkan dengan makhluk ciptaan 

lainnya. Keadilan-Nya itu tidak dapat tertandingi, sebab siapa-

kah yang dapat membantah atau menyanggah apa yang telah 

diberitakan oleh langit? (50:6).  

2. Dalam jangkauan pemerintahan-Nya yang menggapai dunia 

atas dan bawah.  

(1) Seluruh manusia di muka bumi ini berada di bawah peme-

rintahan-Nya, entah Dia yang dilayani oleh mereka atau 

Dia yang melayani diri-Nya sendiri melalui mereka. Segala 

bangsa melihat kemuliaan-Nya, atau dapat melihatnya. Me-


 1396

lalui wajah Kristus, kemuliaan Tuhan   dibuat bersinar bah-

kan sampai ke negeri-negeri yang jauh, di tengah-tengah 

banyak bangsa, atau bisa dikatakan di antara segala bang-

sa. Sejauh yang kita tahu, Injil diberitakan dalam segala 

bahasa (Kis. 2:5, 11). Mujizat dilakukan di antara segala 

bangsa, sehingga segala bangsa melihat kemuliaan-Nya. 

Adakah mereka tidak mendengarnya? (Rm. 10:18).  

(2) Semua malaikat di sorga juga demikian. Barangkali kita 

tidak akan dapat menemukan kebenaran ini  dalam 

kalimat ini (ay. 7), Sembah sujudlah kepada Tuhan, hai 

kamu segala dewata, jika saja kita tidak diarahkan oleh 

sang rasul yang terilhami itu. Melalui versi Septuaginta, dia 

menerangkan mengenai bagaimana Mesias diperkenalkan 

di belahan dunia atas pada saat kenaikan-Nya, dengan pe-

rintah ini (Ibr. 1:6), Semua malaikat Tuhan   harus menyem-

bah Dia. Keterangan ini membantu kita menyelami keselu-

ruhan mazmur ini dan menunjukkan kepada kita bahwa 

mazmur ini pastilah ditujukan bagi Sang Penebus yang 

dimuliakan itu, yang telah pergi ke sorga, yang duduk di 

sebelah kanan Tuhan  . Hal itu menegaskan bahwa segala 

kuasa di sorga dan bumi diberikan kepada-Nya, dan segala 

malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya 

(1Ptr. 3:22). Hal ini menyatakan kehormatan Kristus, kare-

na Dia mempunyai penyembah yang demikian, dan juga 

merupakan kehormatan semua orang Kristen yang saleh, 

 sebab  memiliki rekan penyembah seperti itu. 

II.  Meski pemerintahan Kristus dapat menjadi sukacita bagi semua 

orang, namun  pemerintahan-Nya itu juga bisa menjadi kegentaran 

bagi sebagian orang, dan hal itu terjadi oleh  sebab  kesalahan 

mereka sendiri (ay. 3-5, 7).  

Perhatikanlah: 

1.  saat  kerajaan Tuhan  , sesudah  kenaikan-Nya, hendak didirikan 

di dunia ini, kerajaan itu menghadapi banyak musuh dan di-

rintangi oleh banyak perlawanan. Selain memiliki pengikut-

pengikut, Sang Raja yang memerintah bagi kegirangan bagi 

seluruh bumi itu juga memiliki lawan-lawan-Nya (ay. 3). Para 

lawan-Nya itu bukan saja tidak rela membiarkan-Nya meme-

Kitab Mazmur 97:1-7 

 1397 

rintah atas mereka, namun  juga tidak sudi melihat-Nya berkua-

sa atas siapa pun. Mereka bukan saja tidak akan masuk ke 

dalam kerajaan sorga, namun  juga berusaha sedapat mungkin 

untuk merintangi mereka yang berusaha untuk masuk (Mat. 

23:13). Hal ini tergenapi melalui permusuhan terhadap Injil 

Kristus yang dikobarkan oleh orang-orang Yahudi yang tidak 

percaya, serta melalui penganiayaan kejam yang mereka laku-

kan di segala tempat untuk menentang para pemberita dan 

pengikut Injil. Di sini, para lawan itu disebut sebagai gunung-

gunung (ay. 5), oleh  sebab  keangkuhan, kekuatan, dan sifat 

keras kepala mereka yang tidak kunjung melunak. Penguasa 

dunia inilah yang menyalibkan Tuhan yang mulia (1Kor. 2:8; 

Mzm. 2:2).  

2. Perlawanan yang digalakkan orang-orang Yahudi terhadap 

pendirian kerajaan Kristus ternyata menjadi biang kehancuran 

mereka sendiri. Penganiayaan yang mereka lakukan terhadap 

para rasul dan sikap mereka yang menghalang-halangi mereka 

memberitakan firman kepada bangsa-bangsa lain, menambah-

nambah dosa mereka dan mendatangkan murka yang akan 

menimpa mereka sepenuh-penuhnya (1Tes. 2:15-16). Di sini, 

murka itu diibaratkan dengan,  

(1) Api yang menghanguskan, yang menjalar di hadapan-Nya 

dan menghanguskan para lawan-Nya yang telah menjadi-

kan diri mereka sendiri bagaikan sekam dan jerami, bagai-

kan putri malu dan rumput yang akan diperangi-Nya (Yes. 

27:4). Api murka ilahi ini tidak hanya akan membakar sam-

pah yang tertimbun di atas gunung, namun  bahkan akan 

meluluhkan gunung-gunung itu sendiri seperti lilin (ay. 5). 

saat  Tuhan   kita tampil sebagai api yang menghanguskan, 

batu-batu karang pun akan menjadi seperti lilin di hadap-

an-Nya. Perlawanan yang paling sengit pun akan dipatah-

kan di hadapan Tuhan. Hadirat-Nya saja cukup untuk mem-

permalukan dan membenamkan perlawanan itu, sebab Dia 

yaitu  Tuhan seluruh bumi, yang mengatur seluruh anak-

anak manusia dan yang kepada-Nya mereka harus mem-

beri pertanggungjawaban. Manusia membenci dan meng-

aniaya umat Tuhan  , sebab mereka mengira bahwa Dia itu 

tidak ada, bahwa Tuhan sudah meninggalkan tanah ini. 

Akan namun , saat  Dia menyatakan hadirat-Nya, mereka 

pun luluh lantak.  

(2) Kilat-kilat yang dahsyat (ay. 4), yang akan menghajar ba-

nyak orang dengan kegentaran. Penghakiman yang akan 

didatangkan Tuhan   terhadap musuh-musuh kerajaan Kris-

tus begitu dahsyatnya sampai-sampai membuat bumi ter-

pana dalam kegentaran: bumi melihatnya dan gemetar, dan 

semua orang yang mendengarnya akan tertegun. Hal ini 

digenapi melalui kehancuran Yerusalem dan bangsa 

Yahudi oleh bangsa Romawi, sekitar empat puluh tahun 

sesudah  kebangkitan Kristus. Kehancuran itu bagaikan api 

yang membinasakan semua orang, dan juga seperti kilat 

yang mencengangkan orang-orang lain di sekeliling mereka 

(Ul. 29:24). namun , langit memberitakan keadilan Tuhan   di 

dalam peristiwa ini, dan semua orang, sampai hari ini, 

dapat melihat kemuliaan-Nya di dalam tugu-tugu peringat-

an kekal tentang keadilan-Nya itu, yaitu tercerai-berainya 

orang-orang Yahudi.   

3.  Para penyembah berhala juga akan dikacaukan oleh pendirian 

kerajaan Kristus (ay. 7): Semua orang yang beribadah kepada 

patung akan mendapat malu, yakni bangsa-bangsa bukan-

Yahudi, yang memperhambakan diri kepada Tuhan  -Tuhan   yang 

pada hakekatnya bukan Tuhan   (Gal. 4:8), yang bermegah di 

dalam berhala-berhala sebagai pelindung dan pemelihara 

mereka. Apakah orang-orang yang menyembah berhala akan 

bermegah di dalam berhala-berhala itu, dan akankah para 

hamba Tuhan   yang hidup berhenti mempercayai-Nya atau malu 

 sebab  Dia? Biarlah semua orang yang beribadah kepada 

patung mendapat malu. 

(1)  Ini merupakan doa bagi pertobatan bangsa bukan-Yahudi, 

supaya mereka yang sejak lama telah melayani berhala-

berhala dungu dapat diyakinkan mengenai kekeliruan me-

reka, menjadi malu  sebab  kebodohan mereka, dan melalui 

kuasa Injil Kristus dibawa untuk melayani satu-satunya 

Tuhan   yang benar dan hidup. Juga supaya mereka merasa 

malu mengenai berhala-berhala mereka, yang tadinya me-

reka bangga-banggakan itu (Yes. 2:20-21). 

(2) Ini yaitu  nubuatan mengenai kehancuran orang-orang 

yang tidak bersedia untuk dipulihkan dan diselamatkan 

dari penyembahan berhala yang mereka lakukan. Mereka 

akan dipermalukan oleh penghancuran yang dilakukan 

bangsa kafir semasa kerajaan Romawi, yang digenapi seki-

tar tiga ratus tahun sesudah  Kristus. Begitu dahsyatnya ke-

gentaran yang menimpa para penyembah berhala itu, sam-

pai-sampai beberapa orang beranggapan bahwa pergolakan 

di bawah pimpinan Konstantin membuat orang-orang per-

kasa berseru kepada bebatuan, runtuhlah menimpa kami 

dan sembunyikanlah kami (Why. 6:15-16). Doa dan nubuat-

an ini masih berlaku terhadap para penyembah berhala 

yang menentang Kekristenan, yang dapat membaca mala-

petaka yang akan menimpa mereka di sini: Semua orang 

yang beribadah kepada patung akan mendapat malu (ay. 7; 

Yer. 48:13) 

Sion Bersorak-sorak di dalam Pemerintahan Kristus 

(97:8-12) 

8 Sion mendengarnya dan bersukacita, puteri-puteri Yehuda bersorak-sorak, 

oleh  sebab  penghukuman-Mu, ya TUHAN. 9 Sebab Engkaulah, ya TUHAN, 

Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas 

segala Tuhan  . 10 Hai orang-orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan! 

Dia, yang memelihara nyawa orang-orang yang dikasihi-Nya, akan melepas-

kan mereka dari tangan orang-orang fasik. 11 Terang sudah terbit bagi orang 

benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. 12 Bersukacitalah 

 sebab  TUHAN, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-

Nya yang kudus. 

Kerajaan Mesias, seperti tiang awan dan api yang memiliki sisi gelap 

bagi bangsa Mesir, juga memiliki sisi terang terhadap umat Israel 

kepunyaan Tuhan  . Kerajaan Tuhan   tetap didirikan walaupun banyak 

yang merintangi, dan kemudian bumi melihatnya dan gemetar (ay. 4). 

namun , Sion mendengarnya dan bersukacita, sangat girang mendengar 

pertobatan sebagian orang dan aib yang melanda sebagian lainnya, 

yaitu kemenangan atas semua orang yang melawan Kristus. Berso-

rak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, sebab lihat, rajamu 

datang kepadamu (Za. 9:9). Dan bukan hanya Sion saja, di mana Bait 

Tuhan   terletak, namun  bahkan puteri-puteri Yehuda pun bersorak-sorak, 

yaitu orang awam yang mendiami desa-desa. Mereka akan bergirang 

 sebab  kemenangan-kemenangan Kristus. Perintah yang diberikan 

(ay. 1) yaitu , biarlah bumi bersorak-sorak. Akan namun , hanya pute-

ra-putera Sion dan puteri-puteri Yehuda saja yang bersorak-sorak. 

Semua orang wajib menyambut kerajaan Mesias, namun  sayangnya, 

hanya sedikit saja yang betul-betul melakukannya.  

Sekarang, perhatikanlah di sini:  

I.  Alasan yang mendasari sukacita Sion di dalam pemerintahan 

Sang Penebus. Para hamba Tuhan   yang setia dapat bersukacita dan 

bersorak-sorak,  

1.   sebab  Tuhan   dipermuliakan, dan apa pun yang mendatangkan 

kehormatan bagi Dia berarti juga memberi kesenangan bagi 

umat-Nya. Mereka bersorak-sorak oleh  sebab  penghukuman-

Mu, ya TUHAN, yang dapat berupa penghukuman dari mulut-

Nya dan juga dari tangan-Nya, firman Injil-Nya dan karya-Nya 

dalam menyebarkan Injil itu, serta mujizat dan pemeliharaan 

yang luar biasa. Oleh  sebab  semua itulah kita harus meng-

akui, “Engkaulah, ya TUHAN, Yang Mahatinggi di atas seluruh 

bumi (ay. 9). Engkau telah menyatakan kedaulatan-Mu atas 

alam semesta, dan perintah-Mu atas segala kuasa di dalam-

nya, serta kekuasaan-Mu atas seluruh bangsa, atas semua 

hati manusia. Engkau sangat dimuliakan di atas segala Tuhan  ,” 

segala Tuhan   buatan manusia, yaitu penguasa-penguasa, segala 

ilah palsu, yaitu berhala-berhala. Pengagungan Kristus dan 

penyebaran kemuliaan Tuhan   di antara manusia merupakan 

kegembiraan bagi seluruh orang kudus.  

2.   sebab  keselamatan mereka benar-benar terjaga. Orang-orang 

yang sudah menyatakan kesetiaan mereka kepada Kristus se-

bagai Raja dapat merasa yakin bahwa mereka terlindung de-

ngan aman di dalam Dia. Para penguasa merupakan perisai 

bumi ini, begitu pula Kristus bagi para pengikut-Nya. Mereka 

dapat meletakkan kepercayaan mereka di bawah perlindung-

an-Nya dan bergirang  sebab nya, sebab (ay. 10) Dia meme-

lihara nyawa orang-orang yang dikasihi-Nya. Dia memelihara 

nyawa mereka selama Ia masih memiliki tugas untuk mereka 

kerjakan, dan sering kali secara ajaib melepaskan mereka dari 

tangan orang-orang fasik, yaitu para penganiaya yang begitu 

haus akan darah mereka, sebab berharga di mata TUHAN 

kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Akan namun , ada hal 

lain yang lebih berarti dibandingkan  nyawa mereka, sebab orang-

orang yang hendak menjadi murid-Nya harus bersedia menye-

rahkan nyawa mereka dan tidak ngotot mempertahankannya. 

Jiwa yang abadilah yang Kristus pelihara, yaitu manusia 

batiniah, yang dapat diperbaharui terus-menerus saat  manu-

sia lahiriah semakin merosot. Dia akan menjaga jiwa-jiwa 

orang-orang kudus-Nya dari dosa, dari kemurtadan, dari kepu-

tusasaan saat  mereka menghadapi cobaan-cobaan berat. Dia 

akan melepaskan mereka dari tangan orang-orang fasik yang 

berusaha memangsa mereka. Dia akan menyelamatkan mereka 

sehingga mereka masuk ke dalam kerajaan-Nya di sorga de-

ngan selamat (2Tim. 4:18). Oleh  sebab  keselamatan mereka 

yang teguh itu, mereka pun memiliki alasan untuk berbahagia.  

3.  Sebab penghiburan telah disediakan bagi mereka. Orang-orang 

yang bergirang di dalam Kristus Yesus dan di dalam kemulia-

an-Nya, memiliki sumber sukacita yang disediakan bagi mere-

ka, yang cepat ataupun lambat akan dibukakan untuk mereka 

(ay. 11): Terang sudah terbit bagi orang benar, yaitu sukacita 

bagi orang-orang yang tulus hati. Para pengikut kerajaan 

Kristus diberi tahu untuk bersiap-siap menghadapi kesukaran 

yang pasti akan mereka hadapi di dunia ini. Mereka harus 

menderita  sebab  kejahatan dunia dan tidak boleh mengambil 

bagian dalam kesenangan di dalamnya. Akan namun , supaya 

mereka terhibur, biarlah mereka tahu bahwa terang sudah 

terbit bagi mereka. Terang itu memang dirancangkan dan di-

persiapkan bagi mereka. Apa yang telah disemaikan akan tim-

bul lagi pada waktunya. Sekalipun seperti benih yang ditanam 

di musim dingin, benih itu lama tertimbun di bawah tanah, 

kelihatan telah lenyap dan terkubur, namun  nanti akan tumbuh 

pesat dan berbuah banyak. Kebaikan Tuhan   pasti akan melim-

pah bagaikan panen di minggu-minggu yang tetap. Orang-orang 

yang menabur dengan mencucurkan air mata, pastilah akan 

menuai dengan bersorak-sorai (126:5-6). Sesaat sebelum ber-

pisah, Kristus memberi tahu para murid-Nya (Yoh. 16:20), 

kamu akan berdukacita, namun  dukacitamu akan berubah men-

jadi sukacita. Sukacita terjamin bagi orang-orang yang tulus 

hatinya, yaitu mereka yang tulus dalam menjalankan agama. 

Sukacita orang munafik hanya berlangsung sesaat saja. Tidak 

ada ketenteraman tanpa ketulusan sejati.  

II.  Peraturan-peraturan yang diberikan mengenai sukacita Sion. 

1.  Biarlah sukacita itu murni dan kudus. “Kamu yang mengasihi 

Tuhan Yesus, yang mengasihi penampakan-Nya dan kerajaan-

Nya, yang mengasihi firman dan pengagungan-Nya, biarlah 

kamu juga membenci kejahatan, kejahatan dosa, setiap hal 

yang menyakiti perasaan-Nya dan yang akan menjauhkanmu 

dari kebaikan-Nya.” Perhatikanlah, kasih sejati terhadap Tuhan   

akan tampak sendiri dalam rasa benci terhadap segala dosa 

sebagai sesuatu yang menjijikkan yang dibenci oleh-Nya. Su-

kacita para orang kudus juga harus meneguhkan kebencian 

mereka terhadap dosa, dan penghiburan ilahi harus membuat 

mulut mereka tidak lagi mendambakan kenikmatan daging.   

2. Biarlah sukacita itu berlabuh di dalam Tuhan   (ay. 12): Bersuka-

citalah  sebab  TUHAN, hai orang-orang benar. Biarlah segala 

aliran penghiburan, yang mengalir kepada kita melalui saluran 

kerajaan Tuhan  , memimpin kita ke sumbernya, dan membuat 

kita bersukacita  sebab  Tuhan. Segenap aliran sukacita harus 

bertemu di dalam Dia sebagai pusatnya (Flp. 3:3; 4:4). 

3.  Biarlah sukacita itu dinyatakan dalam pujian dan pengucapan 

syukur: nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus. Apa 

pun penyebab sukacita kita, hal itu haruslah juga menjadi 

dasar pengucapan syukur kita, terutama kekudusan Tuhan  . 

Orang-orang yang membenci dosa bergembira  sebab  Tuhan   

juga membenci dosa, dengan harapan bahwa Tuhan   tidak akan 

membiarkan dosa itu merajalela di antara mereka. 

Perhatikanlah:  

(1) Kita harus tekun mengingat kekudusan Tuhan  , kesucian-

Nya yang tidak terbatas, kebenaran, dan kesempurnaan 

sifat ilahi-Nya. Kita harus terus ingat akan kovenan-Nya 

yang kudus, yang telah Ia teguhkan dengan sumpah demi 

kekudusan-Nya. 

(2) Kita harus menaikkan syukur saat  mengingat kekudus-

an-Nya. Kita bukan saja harus memberi-Nya kemuliaan 

atas kekudusan-Nya  sebab  hal itu merupakan kehormat-

an bagi-Nya, namun  juga wajib mengucap syukur atas keku-

dusan-Nya  sebab  hal itu mendatangkan kebaikan bagi 

kita. Kebaikan itu amatlah tidak terperikan, yaitu jika kita, 

melalui kasih karunia, beroleh bagian dalam kekudusan-

Nya. Kekudusan Tuhan  lah, lebih dibandingkan  segala sifat-Nya 

yang lain, yang digaungkan oleh para malaikat (Yes. 6:3), 

Kudus, kudus, kudus. Para pendosa gemetar, namun  orang-

orang kudus bersorak-sorak  sebab  nama-Nya yang kudus 

(30:5).  

 


 

PASAL  98  

azmur ini memiliki inti yang sama dengan kedua mazmur sebe-

lumnya, yaitu sebuah nubuatan mengenai kerajaan Mesias, 

pendirian kerajaan itu di dunia ini, dan dibawanya bangsa-bangsa 

bukan-Yahudi masuk ke dalamnya. Terjemahan bahasa Aram menye-

but mazmur ini sebagai mazmur nubuatan. Isinya mengetengahkan,  

I. Kemuliaan Sang Penebus (ay. 1-3)  

II. Sukacita umat yang ditebus (ay. 4-9).  

Jika kita memuliakan Kristus dengan cara yang benar dan menik-

mati sukacita itu di atas dasar yang benar, maka kita sudah menya-

nyikan mazmur ini dengan pemahaman yang benar. Jika orang-orang 

yang telah melihat Kristus pada masa sebelumnya bergirang seperti 

itu, maka terlebih lagi kita seharusnya, yang melihat hal-hal ini  

digenapi dan mengambil bagian dalam segala sesuatu yang lebih baik 

yang disediakan bagi kita (Ibr. 11:40). 

Ajakan untuk Menaikkan Puji-pujian 

(98:1-3) 

Mazmur. 1 Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melaku-

kan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-

Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. 2 TUHAN telah 

memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadil-

an-Nya di depan mata bangsa-bangsa. 3 Ia mengingat kasih setia dan kesetia-

an-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan 

yang dari pada Tuhan   kita. 

Di sini kita diajak sekali lagi untuk menyanyikan nyanyian baru bagi 

TUHAN, sebagaimana sebelumnya (96:1). “Nyanyikan lagu yang ter-

indah, lagu terbaik yang kamu punya.” Biarlah nyanyian mengenai 

kasih Kristus seperti nyanyian cinta Salomo, yaitu Kidung Agung. 

Lagu pujian mengenai kasih yang membawa penebusan yaitu  nya-

nyian baru  sebab  lagu seperti itu tidak pernah dinyanyikan sebe-

lumnya. Sebab, kasih seperti ini  merupakan misteri yang sudah 

lama disembunyikan dari banyak angkatan selama berabad-abad. 

Orang-orang yang bertobat menyanyikan nyanyian baru, lagu yang 

berbeda dari yang telah mereka nyanyikan sebelumnya. Kekaguman 

mereka berubah, begitu pula sukacita mereka.  sebab  itulah mereka 

pun mengubah nadanya. Jika anugerah Tuhan   menempatkan hati 

yang baru di dada kita, maka anugerah itu juga akan menaruh 

nyanyian baru di mulut kita. Di Yerusalem baru akan ada lagu-lagu 

baru, yang akan senantiasa baru selama-lamanya dan tidak akan 

pernah menjadi usang. Biarlah nyanyian baru ini disenandungkan 

untuk memuji Tuhan  , dengan menimbang keempat hal di bawah ini: 

I. Hal-hal ajaib yang telah Ia kerjakan: Ia telah melakukan perbuat-

an-perbuatan yang ajaib (ay. 1). Perhatikanlah, karya keselamatan 

yang dikerjakan Kristus merupakan perbuatan ajaib. Jika kita 

melihat jalinan langkah-langkah karya ini , dari rancangan 

ilahi mengenainya sebelum waktu dibentuk sampai ke pelaksana-

annya, serta akibat kekal yang ditimbulkannya sesudah  itu, maka 

kita pun dapat berkata bahwa melalui semua itu Tuhan   telah mela-

kukan perbuatan-perbuatan yang ajaib. Semuanya itu yaitu  per-

buatan-Nya sendiri yang begitu ajaib di mata kita. Semakin ter-

singkap, semakin dikagumi pulalah hal itu.  

II. Kemenangan-kemenangan yang telah diraih-Nya: keselamatan te-

lah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-

Nya yang kudus. Sang Penebus kita telah mengatasi segala ke-

sukaran yang merintangi jalan penebusan kita, mematahkan 

semuanya, dan tidak menyerah kepada segala pelayanan dan pen-

deritaan yang harus Ia tanggung dan kerjakan. Dia telah melum-

puhkan semua lawan yang menentang penebusan itu, telah me-

raih kemenangan atas Iblis, melucutinya dan melemparkannya 

dari bentengnya yang kuat. Ia telah melucuti pemerintah-pemerin-

tah dan penguasa-penguasa (Kol. 2:15), telah merebut kembali 

jarahan dari pahlawan (Yes. 49:24), dan menaklukkan maut. Dia 

telah berhasil meraih kemenangan yang bulat dan utuh, bukan 

hanya bagi diri-Nya sendiri, melainkan juga bagi kita, sebab mela-

lui Dia, kita lebih dari pemenang. Dia meraih kemenangan ini de-

ngan kuasa-Nya sendiri. Tidak ada yang menolong, tidak ada yang 

membantu, tidak ada yang berani mempertaruhkan diri untuk 

terlibat di dalamnya. Hanya tangan kanan-Nya dan lengan-Nya 

yang kudus, yang selalu teracung dan berhasil, sebab tangan dan 

lengan-Nya itu tidak pernah teracung tanpa ada sebab alasan 

yang baik. Dengan kuasa dan kekuatan-Nya sendiri Ia telah men-

dapat kemenangan, mendatangkan kelegaan dan keselamatan 

bagi diri-Nya sendiri. Kuasa dan kesetiaan Tuhan  , yang di sini di-

sebut dengan tangan kanan-Nya dan lengan-Nya yang kudus, 

mendatangkan kelegaan bagi Tuhan Yesus, saat  Ia diangkat dari 

lembah maut dan ditinggikan secara pribadi di sebelah kanan 

Tuhan  , demikianlah penafsiran Dr. Hammond. 

III. Penyingkapan yang dibuat Tuhan   kepada dunia mengenai karya 

penebusan. Pekerjaan yang telah dilakukan-Nya bagi kita juga 

dinyatakan kepada kita, dan keduanya dilakukan melalui Anak-

Nya. Pewahyuan Injil merupakan dasar pendirian kerajaan Injil, 

yaitu firman yang Ia suruh sampaikan (Kis. 10:36). Pembukaan 

kitab yang dimeteraikan itu merupakan dasar perayaan yang dila-

kukan dengan menaikkan nyanyian puji-pujian (Why. 5:8), sebab 

peristiwa itu membukakan rahasia yang sebelumnya telah lama 

terselubung di dalam diri Tuhan  .  

Perhatikanlah:  

1.  Inti dari penyingkapan rahasia ini , yaitu keselamatan-

Nya dan keadilan-Nya (ay. 3). Keadilan dan keselamatan sering 

kali dipadukan bersama-sama (Yes. 61:10; 46:13; 51:5-6, 8). 

Keselamatan menunjukkan penebusan itu sendiri, dan keadil-

an menunjukkan cara yang ditempuhnya, yaitu melalui keadil-

an Kristus. Atau keselamatan mencakup semua hak-hak isti-

mewa Injil yang kita miliki dan keadilan mencakup segenap 

kewajiban Injili kita. Keduanya dinyatakan, sebab Tuhan   telah 

menggabungkan keduanya bersama-sama dan kita tidak boleh 

menceraikannya. Atau, keadilan di sini dimaksudkan sebagai 

jalan pembenaran kita oleh Kristus, yang dinyatakan di dalam 

Injil sebagai iman (Rm. 1:17).   

2. Kejelasan pernyataan ini. Dia telah menunjukkannya secara 

terang-terangan, tidak melalui gambaran dan pelambangan se-

perti dalam hukum Taurat, namun  dituliskan dengan begitu 

nyata, seterang sinar matahari, sehingga orang yang berlari 

pun masih dapat membacanya. Para hamba Tuhan   diharuskan 

memberitakannya dengan cara yang sederhana dan mudah 

dimengerti.  

3.  Cakupan pernyataan ini. Pernyataan ini dibukakan bagi segala 

bangsa, bukan hanya kepada orang-orang Yahudi saja: segala 

ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Tuhan   

kita, sebab kepada orang-orang bukan-Yahudilah firman kese-

lamatan dihantarkan.   

IV. Penggenapan nubuatan-nubuatan dan janji-janji dalam Perjanjian 

Lama melalui peristiwa ini (ay. 3): Ia mengingat kasih setia dan 

kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel. Tuhan   menyediakan belas 

kasihan bagi keturunan Abraham dan telah memberi mereka 

banyak sekali peneguhan yang kuat bahwa Ia telah merancang 

kebaikan bagi mereka di kemudian hari. Dan, untuk menggenapi 

semuanya itu, Ia pun membangkitkan Anak-Nya Yesus bukan 

saja untuk menjadi terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-

bangsa lain, namun  juga menjadi kemuliaan bagi umat-Nya Israel. 

Sebab Tuhan   mengutus-Nya kepada mereka, pertama-tama, untuk 

memberkati mereka. Dengan mengutus Kristus, Tuhan   dikatakan 

menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan meng-

ingat akan perjanjian-Nya yang kudus (Luk. 1:72). Itulah alasan 

utama mengapa Ia melakukan semua itu, dan bukan  sebab  jasa 

mereka.  

Ajakan untuk Menaikkan Puji-pujian 

(98:4-9) 

4 Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-

sorailah dan bermazmurlah! 5 Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, de-

ngan kecapi dan lagu yang nyaring, 6 dengan nafiri dan sangkakala yang nya-

ring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN! 7 Biarlah gemuruh 

laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya! 8 Biarlah sungai-sungai 

bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama 9 di 

hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan mengha-

kimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran. 

Di sini, pendirian kerajaan Kristus diketengahkan sebagai pokok su-

kacita dan pujian. 

I.  Biarlah semua anak-anak manusia bersorak-sorai  sebab nya, se-

bab mereka semua memiliki, atau dapat memiliki, keuntungan di 

dalamnya. Di sini, lagi dan lagi, kita dipanggil untuk mengung-

kapkan sukacita kita melalui segala cara dan sarana yang mung-

kin dan untuk memuji Tuhan    sebab nya: Bersorak-sorailah, seba-

gaimana sebelumnya (95:1-2). Bersorak-sorailah, sebagaimana 

orang-orang yang hatinya melonjak oleh  sebab  kabar gembira 

dan begitu rindu mengajak orang lain demikian juga dengan ka-

bar gembira itu. Bergembiralah dan bermazmurlah, nyanyikan 

Hosana (Mat. 21:9), nyanyikan Haleluya (Why. 19:6). Sambutlah 

Dia di takhta-Nya, sebagaimana raja-raja baru biasanya disambut, 

dengan seruan-seruan penuh sukacita dan sorak-sorai, sampai 

bumi ramai lagi, sama seperti waktu Salomo ditahbiskan (1Raj. 

1:40). Dan biarlah sorak-sorai khalayak ramai diiringi oleh penya-

nyi-penyanyi dan pemetik-pemetik kecapi (87:7; 68:26), sebagai-

mana yang biasanya dilakukan di acara khidmat seperti itu.  

1. Biarlah lagu-lagu suci dimainkan bagi Sang Raja baru: “Ber-

mazmurlah bagi TUHAN dengan lagu yang nyaring. Ungkapkan 

sukacitamu. Kumandangkan sukacitamu dengan cara seperti 

itu sehingga sukacita itu semakin melimpah-limpah dan me-

nular kepada orang lain.”  

2.  Biarlah semuanya ini diiringi dengan musik yang kudus, bu-

kan hanya dengan nada-nada lembut dan merdu dari kecapi, 

namun  juga biarlah suara nafiri dan sangkakala yang nyaring 

(ay. 6) membahana untuk mengelu-elukan Sang Raja Peme-

nang yang kemuliaan-Nya layak dirayakan, yang maju sebagai 

pemenang untuk merebut kemenangan. Biarlah seluruh suka-

cita ini diarahkan kepada Tuhan   dan diungkapkan dengan cara 

yang khidmat: Bersorak-soraklah bagi TUHAN (ay. 4). Bermaz-

murlah bagi TUHAN (ay. 5). Lakukan itu di hadapan Raja, 

yakni TUHAN (ay. 6). Kenikmatan daging merupakan musuh 

sukacita yang kudus ini. Saat Daud menari-nari di depan 

tabut, dia membela diri dengan berkata bahwa ia melakukan-

nya di hadapan TUHAN. Dan kesalehan serta bakti dari tujuan 

itu tidak hanya membenarkan apa yang ia lakukan, namun  juga 

mendatangkan pujian baginya. Kita harus bersukaria di ha-

dapan TUHAN saat  kita datang mendekati-Nya (Ul. 12:12). Di 

hadapan Tuhan Yesus, dan di hadapan-Nya, bukan hanya se-

bagai Juruselamat, namun  juga sebagai Raja, Raja di atas 

segala raja, Raja jemaat, dan Raja kita.  

II.  Biarlah ciptaan-ciptaan lainnya juga bersukaria  sebab nya (ay. 7-

9). Inti bagian ini sama dengan yang telah kita dapati sebelumnya 

(96:11-13): biarlah gemuruh laut, dan biarlah gemuruh itu tidak 

lagi disebut sebagai bunyi yang dahsyat, seperti sebelumnya, me-

lainkan sorak-sorai. Sebab, kedatangan Kristus dan keselamatan 

yang Ia kerjakan telah mengubah kesukaran dan ancaman dunia 

ini sehingga saat  sungai-sungai telah mengangkat suaranya, 

mengangkat bunyi hempasannya, kita tidak boleh beranggapan 

bahwa lautan bergemuruh hendak melawan kita, melainkan bah-

wa lautan itu bersorak bersama-sama kita. Biarlah sungai-sungai 

mengungkapkan sukacita mereka sebagaimana manusia melaku-

kannya saat mereka bertepuk tangan. Dan biarlah gunung-gu-

nung, yang gemetar di hadapan Tuhan   saat  Dia turun untuk 

memberi  hukum Taurat di Gunung Sinai, menari-nari gembira 

di hadapan-Nya saat Injil-Nya diberitakan. Dan biarlah firman 

Tuhan terus melaju dari Sion melalui angin sepoi-sepoi basa: biar-

lah gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan 

TUHAN. Hal ini menegaskan bahwa kerajaan Kristus akan men-

jadi berkat bagi segala ciptaan. Demikianlah, saat  ciptaan-cipta-

an itu mengumandangkan kemuliaan Sang Pencipta, mereka juga 

mengumandangkan kemuliaan Sang Penebus, sebab melalui Dia-

lah semua ciptaan itu bukan saja ada, namun  juga ditata dengan 

teratur. Hal itu juga menegaskan bahwa anak-anak manusia ku-

rang menghormati Sang Penebus, sehingga Dia pun harus men-

dapatkan kehormatan itu dari laut dan sungai-sungai. Hal itu 

menunjukkan kebebalan dan sikap tidak tahu berterima kasih 

umat manusia. Dan mungkin juga semua ini terkait dengan langit 

yang baru dan bumi yang baru, yang masih kita nanti-nantikan 

berdasar  janji-Nya (2Ptr. 3:13). Penyebutan yang kedua kali 

mengenai kedatangan-Nya (sesudah  sebelumnya disebutkan di pa-

sal 96) juga mungkin merujuk kepada kedatangan-Nya yang 

kedua, saat hal-hal ini  akan melebur dan disempurnakan, 

lalu Dia akan datang untuk menghakimi dunia dengan keadilan. 

Dengan mata yang tertuju pada hari itulah semua orang yang 

telah disucikan bersukaria, dan bahkan lautan, sungai-sungai, 

dan gunung-gunung pun akan ikut bersukaria sekiranya mereka 

bisa. Orang bisa saja akan menduga bahwa pikiran Virgil (penulis 

puisi dari zaman Romawi – pen.) dipenuhi dengan ayat-ayat maz-

mur ini saat  ia menulis puisi keempatnya, seperti tampak dalam 

ramalan-ramalan si wanita peramal Cumean Sibyl. Di sana, entah 

 sebab  tidak tahu atau malah sengaja, ia merujuk kepada ramal-

an-ramalan kuno Asinius Pollio, yang pada zaman itu sedang 

dinanti-nantikan akan tergenapi. Dia berbuat demkian sebab dia 

hidup pada masa pemerintahan Kaisar Agustus, tidak lama sebe-

lum kelahiran Juruselamat kita. Dia mengakui bahwa mereka 

menantikan kelahiran seorang anak dari sorga yang akan menjadi 

berkat besar bagi dunia dan memulihkan kembali masa-masa 

keemasan: 

Jam nova progenies cœlo demittitur alto –  

Angkatan baru turun dari langit yang tinggi. 

Dan itu akan menghapuskan dosa: 

Te duce, si qua manent sceleris vestigia nostri,  

Irrita perpetua solvent formidine terras –  

Pengaruh-Mu akan menghapuskan setiap noda kebejatan  

Dan membebaskan dunia dari rasa was-was akan bahaya. 

Masih banyak lagi yang dikatakan Virgil mengenai anak yang di-

nanti-nantikan itu, yang menurut Ludovicus Vives, dalam catat-

annya mengenai puisi itu, dapat diterapkan kepada Kristus. Dan 

Virgil pun mengakhirinya, seperti sang pemazmur di sini, dengan 

pengharapan akan rasa sukacita dari seluruh ciptaan  sebab  

peristiwa itu:  

Aspice, venturo lætentur ut omnia sæclo – 

Lihatlah betapa masa yang dijanjikan ini akan membuat semua orang 

bersukaria.  

Dan, jika semua orang bersukaria, mengapa kita tidak ikut ber-

sukaria juga?  

 

PASAL  99  

i sini kita masih merayakan kemuliaan kerajaan Tuhan   di antara 

manusia, dan dipanggil untuk menaikkan puji-pujian bagi-Nya, 

sebagaimana halnya dalam mazmur-mzmur sebelumnya. Namun, 

mazmur-mazmur sebelumnya menantikan masa-masa Injil dan me-

nubuatkan anugerah dan penghiburan yang akan menyertai masa-

masa itu, sedangkan mazmur ini sepertinya lebih memusatkan per-

hatian pada tatanan Perjanjian Lama dan perwujudan kemuliaan dan 

anugerah Tuhan   di masa itu. Sementara menantikan kerajaan Mesias 

dan penyembahan Injili, orang-orang Yahudi tidak boleh mengabai-

kan pemerintahan ilahi yang membawahi mereka saat itu dan juga 

segala ketetapan yang diberikan kepada mereka saat itu. Jadi dalam 

masa-masa penantian itu mereka tetap melihat Tuhan   berkuasa dan 

sujud menyembah di hadapan-Nya berdasar  hukum Taurat 

Musa. Nubuatan-nubuatan mengenai hal-hal baik yang akan datang 

nanti, tidak boleh mengurangi rasa hormat kita terhadap hal-hal baik 

yang sudah ada kini. Bangsa Israel memang terikat dengan janji yang 

mereka harus percayai, namun  mereka juga terikat dengan pemberian 

hukum Taurat dan pelayanan terhadap Tuhan  , yang harus mereka 

taati dan jalankan dengan saksama (Rm. 9:4). Dan dalam mazmur 

ini, mereka dipanggil untuk menjalankan semua tugas itu. Akan te-

tapi, di sini juga banyak disinggung mengenai Kristus, sebab peme-

rintahan gereja telah ada di tangan firman yang kekal bahkan sebe-

lum firman itu menjadi manusia. Di samping itu, upacara-upacara 

ibadah juga merupakan pelambang dan gambaran penyembahan 

Injili. Di sini, bangsa Israel diwajibkan memuji dan meninggikan 

Tuhan   serta beribadah di hadapan-Nya, berdasar  pertimbangan 

dua hal berikut:  

I. Tatanan rapi pemerintahan yang membawahi mereka, baik 

dalam hal rohani maupun perkara sehari-hari (ay. 1-5).  

II. Beberapa contoh pelaksanaan pemerintahan yang terberkati 

itu (ay. 6-9).  

saat  menyanyikan mazmur ini, kita harus mempersiapkan diri 

untuk meninggikan nama Tuhan  , sebagaimana nama-Nya dinyatakan 

kepada kita melalui Injil, sebab kita  memiliki alasan yang lebih kuat 

untuk melakukannya dibandingkan dengan orang-orang yang dulu 

hidup di bawah hukum Taurat.  

Kekuasaan Tuhan   

(99:1-5) 

1 TUHAN itu Raja, maka bangsa-bangsa gemetar. Ia duduk di atas kerub-

kerub, maka bumi goyang. 2 TUHAN itu maha besar di Sion, dan Ia tinggi 

mengatasi segala bangsa. 3 Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama-

Mu yang besar dan dahsyat; Kuduslah Ia! 4 Raja yang kuat, yang mencintai 

hukum, Engkaulah yang menegakkan kebenaran; hukum dan keadilan di 

antara keturunan Yakub, Engkaulah yang melakukannya. 5 Tinggikanlah 

TUHAN, Tuhan   kita, dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kaki-Nya! 

Kuduslah Ia! 

Dasar agama Kristen seluruhnya terletak di dalam kebenaran ini, 

yaitu bahwa Tuhan itu Raja. Tuhan   memerintah dunia dengan pemeli-

haraan-Nya, memerintah jemaat dengan anugerah-Nya, dan meme-

rintah keduanya melalui Anak-Nya. Kita bukan saja harus percaya 

bahwa Tuhan itu hidup, namun  juga bahwa Tuhan itu Raja. Inilah 

kemenangan jemaat Kristen, seperti halnya kemenangan jemaat 

Yahudi dalam mazmur ini, yaitu bahwa Yehovah yaitu  Raja mereka. 

Dan  sebab  itulah selanjutnya dikatakan, Biarlah bangsa-bangsa 

gemetar, artinya,  

1. Biarlah rakyat dalam kerajaan-Nya itu gemetar, sebab tatanan 

Perjanjian Lama mengandung banyak kegentaran di dalamnya. Di 

Gunung Sinai, bangsa Israel, dan bahkan Musa sendiri, sangat 

ketakutan dan sangat gemetar. Pada waktu itu Tuhan   yaitu  dah-

syat dari dalam tempat kudus-Nya. Bahkan saat Dia tampil bagi 

kepentingan umat-Nya pun Dia melakukan banyak hal yang dah-

syat. Akan namun , kita kini tidak lagi datang kepada gunung yang 

menyala-nyala (Ibr. 12:18).  sebab  kini TUHAN yaitu  Raja, biar-

lah bumi bersorak-sorak. Pada masa itu Dia memerintah terutama

 dengan kuasa kegentaran yang kudus, namun  kini Ia memerintah 

dengan kuasa kasih-Nya yang kudus.  

2.  Lebih-lebih lagi, biarlah para musuh kerajaan-Nya gemetar, sebab 

entah Dia akan membawa mereka ke dalam ketaatan terhadap 

tongkat emas-Nya, atau justru menghancurkan mereka dengan 

cambuk besi-Nya. Tuhan itu Raja, meski bangsa-bangsa menjadi 

resah  sebab nya. Sekalipun mereka mengertakkan gigi dengan 

sekuat tenaga, angkara murka mereka itu sia-sia belaka. Dia 

akan melantik Raja-Nya di Sion, gunung-Nya yang kudus, meski-

pun mereka menentang hal itu (2:1-6). Cepat ataupun lambat, Dia 

akan membuat mereka gemetar (Why. 6:15 dst.). TUHAN itu Raja, 

maka bumi goyang. Orang-orang yang berserah kepada-Nya akan 

ditegakkan dan tidak goyang (96:10), namun  orang-orang yang 

menentang-Nya akan goyah. Langit dan bumi akan bergoncang, 

begitu pula seluruh bangsa-bangsa, namun  kerajaan Kristus tidak 

dapat tergoyahkan. Apa yang tidak tergoncangkan tinggal tetap 

(Ibr. 12:27) sejak dahulu kala (Yes. 64:5).   

Di sini, kerajaan Tuhan   yang didirikan di Israel dijadikan pokok puji-

pujian sang pemazmur.  

I.  Ada dua hal yang diteguhkan oleh sang pemazmur: 

1.  Tuhan   mengepalai urusan keagamaan: Ia duduk di atas kerub-

kerub (ay. 1), sebagaimana Ia duduk di atas takhta-Nya sen-

diri, untuk memberi  hukum-Nya melalui titah-titah-Nya 

yang disampaikan dari tempat itu, sebagaimana Ia duduk di 

atas tutup pendamaian untuk menerima permohonan-permo-

honan. Inilah kehormatan Israel, yaitu bahwa mereka memiliki 

Shekinah di antara mereka, atau hadirat Tuhan   yang istimewa, 

dikelilingi oleh malaikat-malaikat kudus. Bait Tuhan   merupa-

kan istana Raja, dan ruang mahakudus merupakan tempat-

Nya bersemayam. TUHAN itu maha besar di Sion (ay. 2). Di 

sanalah Ia dikenal dan dipuji (76:1-2). Di sanalah Ia dilayani 

sebagai Yang Agung, lebih dibandingkan  di tempat-tempat lainnya. 

Di sanalah Ia tinggi mengatasi segala bangsa. Sebagaimana 

yang ada di tempat tinggi dapat melihat ke bawah dan disan-

jung tinggi, begitu pula di Sion kesempurnaan sifat ilahi tam-

pak lebih menonjol dan gemilang dibandingkan  di tempat lainnya. 

Oleh  sebab  itu, biarlah mereka yang tinggal di Sion dan 

menyembah di sana, menyanyikan syukur bagi nama-Mu yang 

besar dan dahsyat dan memberi  kemuliaan yang layak 

dilayangkan bagi nama-Mu itu, sebab Kuduslah Engkau. Keku-

dusan nama Tuhan   membuat nama-Nya itu benar-benar besar 

bagi para sahabat-Nya dan dahsyat bagi para musuh-Nya (ay. 

3). Inilah yang dikagumi oleh makhluk-makhluk sorgawi itu: 

Kudus, kudus, kudus. 

2.  Dia merupakan segalanya dalam pemerintahan bangsa mereka 

sehari-hari (ay. 4). Sebagaimana di Yerusalem ada  kesak-

sian bagi bangsa Israel, di mana suku-suku berziarah ke sana, 

begitu pulalah di sana ditaruh kursi-kursi pengadilan (122:4-5). 

Pemerintahan mereka dijalankan atas nama Tuhan  . Tuhan   mene-

gakkan Daud untuk memerintah atas mereka (dan beberapa 

orang memang berpikir bahwa mazmur ini dituliskan pada 

saat pentahbisan yang khidmat dan sejahtera itu) dan dia ada-

lah raja yang kuat, yang mencintai hukum. Daud kuat, semua 

kekuatan yang ia miliki berasal dari Tuhan  , dan kekuatannya 

itu tidak disalahgunakan untuk menyokong perbuatan jahat, 

seperti yang sering kali terjadi dengan kekuasaan para pemim-

pin besar. Sebaliknya, kekuatannya itu dipakai untuk mencin-

tai hukum. Dia menjalankan keadilan dengan kuasanya dan 

bergirang  sebab nya. Di sinilah ia merupakan pelambang 

Kristus, yang kepada-Nya Tuhan   akan mengaruniakan kepada-

Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, untuk melakukan keadilan 

dan kebenaran. Dia memiliki kuasa untuk meremukkan, namun  

dia mencintai hukum. Dia tidak memerintah dengan tangan 

besi, namun  dengan penuh tenggang rasa, dengan hikmat, 

dengan kelemahlembutan. Umat Israel memiliki seorang raja 

yang baik, namun  di sini mereka diajarkan untuk memandang 

Tuhan   sebagai Dia yang memberi  kuasa kepada raja mereka 

untuk memerintah: Engkaulah yang menegakkan kebenaran 

(artinya, Tuhan   mengaruniakan kepada mereka hukum-hukum 

yang baik yang melaluinya mereka diperintah), dan hukum dan 

keadilan di antara keturunan Yakub, Engkaulah yang melaku-

kannya. Dia tidak saja sering kali melaksanakan dan mene-

gakkan hukum-hukum-Nya sendiri melalui pemeliharaan-Nya 

secara langsung, namun  juga mengawasi pelaksanaan keadilan 

di antara mereka melalui hakim-hakim, yang berkuasa mewa-

kili-Nya dan melaksanakan keadilan bagi-Nya. Para hakim 

umat Israel memutuskan hukum bagi Tuhan  , dan penghakiman 

mereka yaitu  penghakiman-Nya (2Taw. 19:6).   

II. Dengan menggabungkan kedua hal tadi, kita dapat melihat apa 

yang menjadi kebahagiaan Israel saat itu lebih dibandingkan  bangsa-

bangsa lainnya, sebagaimana yang telah digambarkan Musa (Ul. 

4:7-8), yaitu bahwa mereka mempunyai Tuhan   yang demikian dekat 

kepada mereka, duduk di atas kerub-kerub, dan bahwa mereka 

memiliki ketetapan dan peraturan demikian adil, yang menjadi 

dasar ditegakkannya kebenaran, dan Tuhan   sendirilah yang meme-

rintah di antara keturunan Yakub. berdasar  semuanya inilah 

sang pemazmur menyimpulkan perintah ini bagi umat yang ber-

bahagia itu (ay. 5): “Tinggikanlah TUHAN, Tuhan   kita, dan sujudlah 

menyembah kepada tumpuan kaki-Nya! Berikan kemuliaan ke-

pada-Nya oleh  sebab  pemerintahan yang adil dan baik yang 

membawahimu, seperti pemerintahan yang kini sedang ditegak-

kan baik di dalam jemaat maupun negara.”  

Perhatikanlah:  

1.  Semakin besar belas kasihan yang kita terima sebagai suatu 

bangsa, semakin wajib kita untuk mengambil bagian dalam 

melaksanakan penghormatan terhadap Tuhan   sebagai bangsa: 

Pendirian kerajaan Kristus di antara kita terutama harus 

menjadi pokok puji-pujian kita.  

2.  saat  kita mendekati Tuhan   untuk menyembah-Nya, hati kita 

haruslah dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang luhur menge-

nai Dia, dan Dia haruslah dimuliakan di dalam jiwa kita.  

3.  Semakin kita merendahkan diri dan bersujud di hadapan 

Tuhan  , maka itu berarti kita semakin meninggikan Dia. Kita 

harus menyembah kepada tumpuan kaki-Nya di tabut-Nya, 

yang berfungsi bagaikan tumpuan kaki dari tutup pendamaian 

di antara kerub-kerub itu. Atau juga, kita harus merebahkan 

diri di pelataran-Nya. Alasan kuat mengapa kita harus meng-

hormati-Nya sedemikian yaitu  sebab kuduslah Ia. Kekudus-

an-Nya itu layak membuat kita terpukau, sebagaimana para 

malaikat terpana dibuatnya (Yes. 6:2-3).   

Keadilan dan Belas Kasihan Ilahi 

(99:6-9) 

6 Musa dan Harun di antara imam-imam-Nya, dan Samuel di antara orang-

orang yang menyerukan nama-Nya. Mereka berseru kepada TUHAN dan Ia 

menjawab mereka. 7 Dalam tiang awan Ia berbicara kepada mereka; mereka 

telah berpegang pada peringatan-peringatan-Nya dan ketetapan yang diberi-

kan-Nya kepada mereka. 8 TUHAN, Tuhan   kami, Engkau telah menjawab me-

reka, Engkau Tuhan   yang mengampuni bagi mereka, namun  yang membalas 

perbuatan-perbuatan mereka. 9 Tinggikanlah TUHAN, Tuhan   kita, dan sujud-

lah menyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus! Sebab kuduslah 

TUHAN, Tuhan   kita! 

Di sini, kebahagiaan bangsa Israel di bawah pemerintahan Tuhan   di-

tunjukkan lebih jauh lagi melalui beberapa contoh penyelenggaraan-

Nya, terutama yang mengacu pada para pemimpin utama dan pem-

besar yang paling giat terlibat dalam mengurus masyarakat pada 

masa itu, yaitu Musa, Harun, dan Samuel. Melalui dua tokoh per-

tama dimulailah pemerintahan theokrasi atau pemerintahan yang 

dijalani dengan Tuhan   sebagai kepala pemerintah (sebab keduanya di-

pakai untuk membentuk Israel menjadi sebuah bangsa). Sedangkan 

pada masa kepemimpinan tokoh terakhir, bentuk pemerintahan theo-

krasi itu sebagian besar berakhir. Sebab, saat  bangsa itu menolak 

Samuel dan memaksanya untuk mengundurkan diri, mereka dikata-

kan telah menolak Tuhan   sendiri dan tidak menginginkan-Nya untuk 

berkuasa atas mereka sebagaimana sebelumnya (1Sam. 8:7), dan kini 

mereka menginginkan seorang raja layaknya bangsa-bangsa lain. Musa, 

seperti juga Harun, dikatakan ada di antara imam-imam-Nya, sebab dia 

menjalankan tugas imam sampai Harun siap melaksanakannya dan 

kemudian menahbiskan Harun dan anak-anaknya. Oleh  sebab  itulah, 

bangsa Yahudi pun menyebutnya sebagai imam di atas segala imam. 

Nah, mengenai ketiga pemimpin utama ini , perhatikanlah, 

I.  Persekutuan karib yang mereka miliki bersama Tuhan  , serta juga 

anugerah istimewa yang dikaruniakan Tuhan   kepada mereka. 

Tidak ada satu pun bangsa di bumi ini yang dapat memiliki pe-

mimpin seperti ketiga orang itu. Mereka dapat berhubungan lang-

sung dengan sorga dan dikenal oleh Tuhan   (Kel. 33:17). Di sini terlihat,  

1.  Ketaatan sejati mereka terhadap Tuhan  . Tidak ada kerajaan lain 

yang memiliki para pemimpin yang begitu menghormati Tuhan   

sebagaimana ketiga orang dalam kerajaan Israel itu. Mereka 

menghormati Tuhan  , 

(1) Melalui doa-doa mereka. Meski Samuel tidak termasuk sa-

lah satu imam-imam-Nya, namun  ia termasuk salah satu 

dari antara orang-orang yang menyerukan nama-Nya. Dan 

mereka jadi terkenal  sebab  hal ini, yaitu  sebab  mereka 

berseru kepada TUHAN. Mereka tidak mengandalkan hik-

mat dan kekuatan mereka sendiri, namun  mengarahkan hati 

mereka kepada Tuhan   dalam setiap keadaan genting. Hasrat 

hati mereka ditujukan kepada Dia saja, dan mereka amat 

bergantung kepada-Nya.  

(2) Melalui ketaatan mereka: mereka telah berpegang pada 

peringatan-peringatan-Nya dan ketetapan yang diberikan-

Nya kepada mereka. Mereka mengerjakan tugas mereka 

dengan giat dengan menjadikan firman dan ketetapan Tuhan   

sebagai pegangan mereka dalam keadaan apa pun, sebab 

mereka tahu bahwa doa mereka baru akan dijawab bila 

mereka berlaku taat seperti itu (Ams. 28:9). Musa bertindak 

sesuai dengan arahan yang ditunjukkan kepadanya. Sering 

kali dikatakan, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada-

nya, demikianlah dilakukannya. Harun dan Samuel pun 

berlaku serupa. Mereka yaitu  orang besar dan orang ter-

hormat yang sangat terkenal paling taat mematuhi ketetap-

an Tuhan   dan menjalankan perintah firman-Nya.   

2.  Bagaimana Tuhan   menerima mereka dengan penuh anugerah: 

Ia menjawab mereka dan mengabulkan permintaan yang mere-

ka ajukan kepada-Nya. Doa-doa mereka kepada Tuhan   selalu 

manjur dan ampuh. Mujizat dilakukan dalam menjawab per-

mintaan mereka secara khusus. Bahkan, Tuhan   bukan saja 

berkenan melakukan hal-hal yang diingini mereka sebagai 

seorang Raja yang mengabulkan permintaan seorang pemo-

hon, melainkan juga bersedia bercakap-cakap akrab dengan 

mereka bagaikan seorang sahabat (ay. 7): Dalam tiang awan Ia 

berbicara kepada mereka. Dia pun sering berbicara kepada 

Samuel. Sejak masa mudanya, firman Tuhan datang kepada 

Samuel, dan mungkin, terkadang Tuhan   berbicara kepadanya 

melalui awan terang yang menaunginya. Bagaimanapun juga, 

kepada Musa dan Harun Tuhan   sering berbicara melalui tiang 

awan yang termasyhur itu (Kel. 16:10; Bil. 12:5). Kini Israel di-

ingatkan akan hal itu untuk meneguhkan iman mereka, bah-

wa meskipun mereka tidak lagi setiap hari memiliki tanda 

kehadiran Tuhan   seperti tiang awan itu, namun  Tuhan   berkenan 

menyatakan diri kepada bapa-bapa pendiri dan bapa pem-

baharu hebat bangsa mereka itu dengan cara demikian.   

II.  Tugas-tugas hebat yang mereka laksanakan bagi bangsa Israel. 

Mereka menjadi pengantara bagi rakyat dan mendapatkan jawab-

an doa yang penuh damai sejahtera bagi mereka semua. Musa 

mempertahankan negeri, dan Harun menjadi penengah di antara 

yang hidup dan yang mati. Dan, saat  bangsa Israel sedang da-

lam keadaan terjepit, Samuel berseru kepada Tuhan bagi mereka 

(1Sam 7:9). Inilah yang disinggung-singgung di sini (ay. 8): 

“TUHAN, Tuhan   kami, Engkau telah menjawab mereka! Dan, oleh 

 sebab  doa mereka, Engkau pun menjadi Tuhan   yang mengampuni 

bangsa yang mereka doakan itu. Dan, meskipun Engkau mem-

balas perbuatan-perbuatan mereka, namun  Engkau tidak menolak 

mereka sebagai sebuah bangsa, sebagaimana yang layak mereka 

terima oleh  sebab  dosa mereka.” “Engkau yaitu  Tuhan   yang sa-

ngat berguna bagi mereka (begitulah kata Dr. Hammond), bagi ke-

pentingan mereka, dan menyelamatkan mereka saat  mereka 

berseru kepada-Mu, bahkan saat  Engkau hendak membalas per-

buatan-perbuatan mereka. Yakni, pada saat amarah-Mu begitu 

menggelegak terhadap mereka, sampai-sampai hampir saja mele-

tus menimpa dan meluluhlantakkan mereka.” Peristiwa-peristiwa 

itu merupakan beberapa contoh luar biasa kekuasaan Tuhan   atas 

Israel, lebih dibandingkan  yang pernah dilakukan di antara bangsa 

mana pun juga.  sebab  itulah, umat-Nya sekali lagi dipanggil un-

tuk memuji Tuhan   (ay. 9): “Tinggikanlah TUHAN, Tuhan   kita, oleh 

 sebab  apa yang telah Ia perbuat bagi kita sebelumnya, seperti 

juga perbuatan-perbuatan-Nya belakangan ini, dan sujudlah me-

nyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus di Sion, di mana Ia 

telah mendirikan bait-Nya dan akan segera melantik Raja-Nya 

(2:6). Sion menjadi pelambang dari bait-Nya itu. Di sana, di pusat 

kesatuan itu, biarlah seluruh umat Israel kepunyaan Tuhan   ber-

kumpul dengan membawa segenap kekaguman mereka, sebab ku-

duslah TUHAN, Tuhan   kita. Dan Ia memang tampil demikian, bu-

kan hanya di dalam hukum-Nya yang kudus, namun  juga di dalam 

Injil-Nya yang kudus.”  

 

 

PASAL  100  

ntuk alasan yang baik banyak orang sering menyanyikan mazmur 

ini dalam perkumpulan-perkumpulan ibadah, sebab mazmur ini 

sangat sesuai baik untuk mengungkapkan maupun membangkitkan 

perasaan-perasaan saleh dan taat dalam diri kita terhadap Tuhan   saat  

kita mendekat kepada-Nya dalam ketetapan-ketetapan ibadah yang 

kudus. Jika hati kita sejalan dengan perkataan-perkataannya, maka 

itu berarti kita bernyanyi bagi Tuhan. Orang-orang Yahudi berkata 

bahwa mazmur ini ditulis untuk dinyanyikan dalam persembahan-

persembahan korban syukur mereka. Mungkin memang demikian. 

Namun, kita juga bisa berkata bahwa  sebab  di dalamnya tidak ada 

yang secara khusus berkaitan dengan kepentingan mereka, maka 

permulaan mazmur ini yang berupa panggilan kepada seluruh bumi 

untuk memuji Tuhan   dengan jelas memperluas penggunaannya ke-

pada jemaat Injil. Di sini, 

I.  Kita dipanggil untuk memuji Tuhan   dan bersuka di dalam Dia 

(ay. 1-2, 4).  

II. Kita diperlengkapi dengan pokok pujian. Kita harus memuji-

Nya, dengan menimbang keberadaan-Nya dan hubungan-Nya 

dengan kita (ay. 3), serta kasih setia dan kesetiaan-Nya (ay. 5).  

Semua itu sudah merupakan hal-hal yang jelas dan biasa ditemu-

kan, dan  sebab  itu semakin sesuai untuk dijadikan sebagai pokok 

ibadah. 

Ajakan-ajakan yang Disampaikan dengan Gigih untuk  

Memuji Tuhan  ; Alasan-alasan untuk Memuji Tuhan    

(100:1-5) 

1 Mazmur untuk korban syukur. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh 

bumi! 2 Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadap-

an-Nya dengan sorak-sorai! 3 Ketahuilah, bahwa TUHANlah Tuhan  ; Dialah 

yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba 

gembalaan-Nya. 4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syu-

kur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya 

dan pujilah nama-Nya! 5 Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk 

selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun. 

Di sini:  

I.  Ajakan-ajakan untuk memuji disampaikan dengan begitu gigih. 

Mazmur ini memang sesuai dengan judulnya, Mazmur untuk 

korban syukur (KJV: “Mazmur pujian” – pen.). Mazmur ini dimulai 

dengan panggilan yang belakangan sudah beberapa kali kita 

jumpai (ay. 1), bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh negeri, 

atau seluruh bumi, seluruh penduduk bumi. jika  seluruh 

bangsa sudah dimuridkan, dan Injil sudah diberitakan kepada 

setiap makhluk, maka panggilan ini akan benar-benar terjawab 

sepenuhnya. namun , jika kita memandang mazmur sebelumnya 

(sebagaimana kita sudah membahasnya) sebagai panggilan 

kepada jemaat Yahudi untuk bersukacita di dalam pelaksanaan 

Kerajaan Tuhan  , yang di bawah pemerintahannya mereka berada 

( sebab  empat mazmur sebelumnya dirancang untuk hari-hari 

Mesias), maka ada kemungkinan bahwa mazmur ini dimaksudkan 

bagi petobat-petobat baru, yang datang dari segenap penjuru 

bumi untuk memeluk agama Yahudi. Apa pun itu, kita mendapati 

di sini,  

1.  Undangan yang tegas untuk menyembah Tuhan  . Bukan berarti 

bahwa Tuhan   memerlukan kita, atau apa pun yang kita miliki 

dan bisa lakukan, namun  sudah merupakan kehendak-Nyalah 

bahwa kita harus beribadah kepada Tuhan, harus mengabdi-

kan diri untuk melayani-Nya dan bergiat di dalamnya. Kita 

bukan saja harus beribadah kepada-Nya dalam segala ketaat-

an terhadap hukum-Nya, namun  juga bahwa kita harus datang 

ke hadapan-Nya dalam ketetapan-ketetapan ibadah yang su-

dah ditentukan-Nya, dan yang di dalamnya Dia sudah berjanji 

akan menyatakan diri-Nya sendiri (ay. 2). Selain itu juga, 

bahwa kita harus masuk melalui pintu gerbang-Nya dan ke 

dalam pelataran-Nya (ay. 4), bahwa kita harus melayani-Nya di 

antara hamba-hamba-Nya, dan berdiam di tempat yang men-

jadi pelataran-Nya. Dalam semua kegiatan ibadah, entah se-

cara pribadi atau dengan keluarga, kita masuk di dalam hadi-

rat Tuhan  , dan melayani-Nya. namun , terutama dalam ibadah 

umumlah kita masuk melalui pintu gerbang-Nya dan ke dalam 

pelataran-Nya. Umat tidak diperbolehkan masuk ke dalam 

tempat kudus. Hanya para imamlah yang masuk ke sana un-

tuk melayani. namun  baiklah umat bersyukur atas tempat me-

reka di pelataran-pelataran rumah Tuhan  ,  sebab  ke sanalah 

mereka boleh masuk dan memberi  pelayanan mereka.  

2.  Dorongan besar yang diberikan kepada kita, dalam menyem-

bah Tuhan  , untuk melakukannya dengan riang hati (ay. 2): Ber-

ibadahlah kepada TUHAN dengan sukacita. Dorongan ini me-

nunjukkan sebuah nubuatan bahwa pada masa-masa Injil 

akan ada alasan istimewa untuk bersukacita.  sebab  itulah 

ditetapkan hal ini sebagai pedoman beribadah: kiranya Tuhan   

dilayani dengan sukacita. Dengan sukacita yang kuduslah kita 

benar-benar beribadah kepada Tuhan  . yaitu  suatu penghor-

matan bagi-Nya bila kita bersukacita di dalam Dia, dan kita 

harus beribadah kepada-Nya dengan sukacita yang kudus. 

Penyembah-penyembah Injili haruslah menjadi penyembah-

penyembah yang bersukacita. Jika kita beribadah kepada 

Tuhan   dengan lurus hati, maka marilah kita juga beribadah 

kepada-Nya dengan sukacita. Kita harus berkemauan dan ber-

gairah untuk menjalankannya, bersukacita jika  kita diajak 

pergi ke rumah TUHAN (122:1), memandangnya sebagai kenya-

manan hidup kita untuk bersekutu dengan Tuhan  . Kita harus-

lah senang dan gembira di dalamnya, harus berkata, betapa 

bahagianya berada di tempat ini, seraya mendekat kepada 

Tuhan  , dalam setiap kewajiban, sebagai sukacita dan kegem-

biraan kita (43:4). Kita harus datang ke hadapan-Nya dengan 

sorak-sorai, bukan hanya dengan nyanyian sukacita melain-

kan juga dengan nyanyian pujian. Masuklah melalui pintu ger-

bang-Nya dengan nyanyian syukur (ay. 4). Kita tidak boleh 

hanya menghibur diri sendiri, namun  harus memuliakan Tuhan  , 

dengan sukacita kita, dan membiarkan Dia mendapat pujian 

atas apa yang telah menyenangkan hati kita. Bersyukurlah ke-

pada-Nya dan pujilah nama-Nya, yaitu,  

(1) Kita harus memandangnya sebagai kebaikan bahwa kita 

diperbolehkan beribadah kepada-Nya, dan bersyukur ke-

pada-Nya bahwa kita diberi kebebasan untuk datang ke-

pada-Nya, bahwa untuk kita didirikan ketetapan-ketetapan 

ibadah dan kepada kita diberikan kesempatan untuk se-

nantiasa melayani Tuhan   di dalam ketetapan-ketetapan itu. 

(2) Kita harus memadukan puji-pujian dan ucapan syukur de-

ngan semua ibadah kita. Benang emas ini haruslah terajut 

dalam setiap kewajiban (Ibr. 13:15), sebab ini yaitu  peker-

jaan para malaikat. Mengucap syukurlah dalam segala hal, 

dalam setiap ketetapan ibadah, serta juga dalam setiap 

tindakan pemeliharaan ilahi yang kita terima. 

II.  Pokok pujian, dan alasan-alasan untuk memuji, sangatlah pen-

ting (ay. 3, 5). Ketahuilah siapa Tuhan   itu di dalam diri-Nya sendiri 

dan siapa Dia bagimu. Perhatikanlah, pengetahuan yaitu  induk 

dari ibadah dan dari segala ketaatan: korban-korban yang diper-

sembahkan secara buta tidak akan pernah menyenangkan Tuhan   

yang melihat. “Ketahuilah itu, pertimbangkan dan terapkanlah 

itu, maka engkau akan menjadi lebih dekat dan setia, lebih me-

resapi dan bersungguh-sungguh, dalam menyembah Dia.” Jadi, 

marilah kita ketahui tujuh hal mengenai Tuhan   Yahweh ini, yang 

dengan-Nya kita harus berurusan dalam segala kegiatan ibadah 

kita:  

1.  Bahwa TUHANlah Tuhan  , satu-satunya Tuhan   yang hidup dan 

benar. Bahwa Dialah Keberadaan yang mahasempurna, yang 

ada oleh diri-Nya sendiri, dan mahamencukupi, serta sumber 

dari segala yang ada. Dialah Tuhan  , bukan manusia seperti 

kita. Dia yaitu  Roh kekal, tidak terpahami dan tidak bergan-

tung pada siapa pun, penyebab pertama dan tujuan terakhir. 

Bangsa kafir menyembah makhluk ciptaan khayalan mereka 

sendiri, manusialah yang membuatnya, dan oleh  sebab nya 

itu bukan Tuhan  . Kita menyembah Dia yang menjadikan kita 

dan seluruh dunia. Dialah Tuhan  , dan semua yang mengaku-

ngaku sebagai ilah hanyalah kesia-siaan dan dusta, dan ilah-

ilah demikian telah ditaklukkan-Nya.  

2.  Bahwa Dia yaitu  Pencipta kita: Dialah yang menjadikan kita, 

dan punya Dialah kita (KJV: “Dialah yang menjadikan kita, dan 

bukan kita sendiri” – pen.). Kita dapat berkata, “aku mendapati 

bahwa aku ada,” namun  tidak dapat berkata, “aku yaitu  aku,” 

dan oleh sebab itu kita harus bertanya, dari manakah aku? 

Siapakah yang menjadikan aku? Di mana Tuhan  , yang membuat 

aku? Jawabnya yaitu  Tuhan Yahweh. Ia memberi kita keber-

adaan, Ia memberi kita keberadaan ini. Dialah pembentuk 

tubuh kita dan juga Bapa roh kita. Kita tidak, dan memang 

tidak dapat, menciptakan diri kita sendiri. yaitu  hak istime-

wa Tuhan   untuk menjadi penyebab bagi diri-Nya sendiri. Keber-

adaan kita berasal dari sumber lain dan bergantung padanya. 

3.  Bahwa oleh  sebab  itu Dialah pemilik kita yang sah. Kaum 

Masora (kaum yang mempelajari catatan-catatan kitab suci 

Yahudi yang disusun oleh para penyalin naskah pada seribu 

tahun pertama Masehi – pen.), dengan mengubah satu huruf 

dalam bahasa Ibrani, membacanya demikian, Dialah yang 

menjadikan kita, dan punya Dialah kita, atau Dialah yang 

empunya kita. Jika dua cara membaca ini dipadukan secara 

bersama-sama, maka kita akan tahu bahwa  sebab  Tuhan   men-

jadikan kita, bukan kita sendiri, maka kita bukanlah milik kita 

sendiri, melainkan milik-Nya. Dia mempunyai hak kepemilikan 

yang tidak dapat diganggu gugat atas kita dan atas segala 

sesuatu. Milik-Nyalah kita, untuk digerakkan oleh kuasa-Nya, 

diarahkan oleh kehendak-Nya, dan diabdikan demi kehormat-

an dan kemuliaan-Nya. 

4.  Bahwa Dia yaitu  Penguasa kita yang berdaulat: kita umat-

Nya atau rakyat-Nya, dan Dia Raja kita, Imam atau Pemimpin 

kita, yang memberi  hukum kepada kita sebagai makhluk-

makhluk yang bermoral, dan akan menuntut pertanggung-

jawaban dari kita atas apa yang kita perbuat. TUHAN ialah 

Hakim kita; TUHAN ialah yang memberi hukum bagi kita. Kita 

tidak bebas berbuat semau kita, namun  harus selalu dengan 

kesadaran nurani berbuat sesuai dengan apa yang diperintah-

kan. 

5.  Bahwa Dialah Sang Pemberi segala keperluan kita dengan ber-

kelimpahan. Kita bukan hanya domba-domba-Nya, yang ada 

dalam kuasa-Nya, melainkan juga kawanan domba gembala-

an-Nya, yang ada dalam pemeliharaan-Nya. Kawanan domba 

yang diberi-Nya makan (begitu kita bisa membacanya), dan 

 sebab  itu merupakan kawanan domba tuntunan tangan-Nya, 

untuk digunakan oleh Dia,  sebab  kita kawanan domba gem-

balaan-Nya (95:7). Dia yang menjadikan kita memelihara kita, 

dan memberi kita segala sesuatu yang baik secara berkelim-

pahan untuk dinikmati.  

6.  Bahwa Dia yaitu  Tuhan   yang mahapengasih dan mahabaik 

(ay. 5): TUHAN itu baik. Oleh sebab itu apa yang diperbuatnya 

baik. Kasih setia-Nya untuk selama-lamanya. Kasih setia-Nya 

yaitu  mata air yang tak akan pernah kering. Orang-orang 

kudus, yang sekarang menjadi bejana-bejana kasih setia yang 

dikuduskan, akan menjadi tugu-tugu peringatan kasih setia 

yang dipermuliakan sampai pada kekekalan.  

7.  Bahwa Dia yaitu  Tuhan   kebenaran dan kesetiaan yang tak ter-

goyahkan: Kesetiaan-Nya tetap turun-temurun, dan tidak satu 

pun dari firman-Nya akan jatuh ke tanah menjadi usang atau 

ditarik kembali. Janji ini pasti bagi semua keturunan, dari 

masa ke masa.  

 

 

 


Related Posts:

  • mazmur 51-100 20 ikan-Nya ke sorga dan akan terus berlangsung hingga misteri Tuhan   diungkapkan seutuhnya.   I.  Biarlah dikatakan bahwa TUHAN itu Raja, Tuhan Kristus Raja, Raja yang ditentukan Tuhan&… Read More