pengkhotbah kidungagung 10


 t itu disam-

but olehnya, dan dirasakannya buahnya manis bagi langit-

langitnya, bagaimanapun rasanya bagi orang lain. Orang-orang 

percaya telah mengecap kebaikan Tuhan (1Ptr. 2:3). Buah-Nya 

yaitu  segala hak istimewa kovenan yang baru, yang dibeli 

dengan darah-Nya dan disampaikan oleh Roh-Nya. Janji-janji 

itu manis bagi orang yang percaya, ya, dan merupakan petun-

juk baginya. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum 

Tuhan . Pengampunan itu manis, dan demikian juga dengan 

kedamaian hati nurani, jaminan akan kasih Tuhan , sukacita 

dari Roh Kudus, pengharapan akan kehidupan kekal, dan 

semua tanda jaminan dan cicipannya. Semuanya itu manis, 

sungguh manis bagi mereka yang indera rohaninya terlatih. 

jika  mulut kita dimatikan terhadap kenikmatan dosa, 

maka penghiburan sorgawi akan terasa manis bagi mulut kita, 

lebih dari pada madu.  

III. Sang mempelai wanita  mengakui dirinya berhutang kepada 

Yesus Kristus atas segala berkat dan penghiburan yang ia dapat-

kan dalam persekutuan dengan-Nya (ay. 4): “Aku ingin duduk di 

bawah pohon apel, senang berada di sana, namun  Ia menerimaku, 

bahkan, Ia mendesakku, untuk bersekutu lebih intim dengan-

Nya: Marilah engkau yang diberkati TUHAN, mengapa engkau 

berdiri di luar? Telah dibawanya aku ke rumah pesta, tempat di 

mana ia menjamu teman-teman istimewanya, dengan berbagai 

penghiburan, dari yang rendah hingga yang tinggi, dari buah 

pohon apel hingga buah anggur yang lebih melimpah.” sebab  

siapa yang menghargai sukacita ilahi, kepadanya akan diberi 

lebih banyak lagi. Salah satu guru agama Yahudi memahami 

rumah pesta sebagai Kemah Pertemuan, di mana tafsiran hukum 

diberikan. Dan tentu saja kita bisa menerapkan hal ini dalam 

pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, di mana Injil diberitakan 

dan semua ketetapan Kristen dijalankan, secara khusus Perjamu-

an Kudus, perjamuan anggur, terutama bagian-bagian inti dalam 

semua ketetapan itu, yaitu persekutuan dengan Tuhan . Perhatikan, 

1. Bagaimana sang mempelai diperkenalkan “Telah dibawanya 

aku, mengerjakan dalam diriku kecenderungan untuk mende-

kat kepada Tuhan , menolongku mengatasi ketawaran hatiku, 

memegang tanganku, menuntun dan membimbingku, mem-

berikanku jalan masuk dengan keberanian kepada Tuhan  seba-

gai Bapa,” (Ef. 2:18). Kita tidak akan pernah bisa masuk ke 

rumah pesta, tidak pernah bisa mengenal sukacita rohani, 

seandainya Kristus tidak membawa kita, dengan membukakan 

bagi kita jalan yang baru dan hidup, dan membukakan bagi 

kita mata air yang baru dan hidup. 

2. Bagaimana ia disukakan: Panjinya di atasku yaitu  cinta. 

Dibawanya aku masuk dengan panji di atas kepalaku, bukan 

sebagai orang yang ditaklukkan-Nya, namun  sebagai orang yang 

dielu-elukan-Nya dengan gembira, dan yang selalu dibawa-Nya 

di jalan kemenangan bersama-Nya dan di dalam Dia (2Kor. 

2:14). Injil dibandingkan dengan panji-panji (Yes. 11:12), dan 

hal yang dilambangkan dengan panji, ditulis di atasnya de-

ngan tinta emas, tinta darah, yaitu cinta, cinta. Dan inilah 

Kitab Kidung Agung 2:3-7 

yang menjadi jamuan di dalam rumah pesta. Kristus yaitu  

pemimpin kita menuju keselamatan, dan Ia menghimpun se-

mua serdadunya di bawah panji cinta. Di dalam cintalah mere-

ka berpusat. Kepada cinta itulah mereka harus terus meman-

dang dan digairahkan. Kasih Kristus harus menguasai mereka 

untuk berperang dengan gagah berani. saat  sebuah kota 

diduduki, si penakluk akan memasang panjinya di sana. “Ia 

telah menaklukkan aku dengan cintanya, menguasai aku 

dengan kebaikan hatinya, dan itulah panjinya di atasku.” Ini 

dikatakan oleh sang mempelai wanita  sesuai dengan apa 

yang telah dialaminya di masa lalu, dan ia mengingatnya de-

ngan suka hati. Roti yang sudah dimakan tidak boleh dilupa-

kan, namun  diingat dengan syukur kepada Tuhan  yang telah mem-

beri kita makan manna di padang gurun ini. 

IV. Ia menyatakan kasih sayang dan cintanya yang berapi-api kepada 

Yesus Kristus (ay. 5): Sakit asmara aku, dikuasai, ditaklukkan 

olehnya. Daud menjelaskan hal ini saat  ia mengatakan, Hancur 

jiwaku sebab  rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu (Mzm. 

119:20), dan Habis jiwaku merindukan keselamatan dari pada-Mu 

(Mzm. 119:81), merana memastikannya dan takut kehilangannya. 

Sang mempelai saat itu kemungkinan sedang tidak ada bersama 

kekasihnya, dan menantikan kembali-Nya, dan tidak kuasa mena-

han kesedihan akibat jarak dan penantian. O alangkah baiknya 

jika  jiwa sakit asmara kepada Kristus daripada kekenyangan 

dengan cinta akan dunia ini! Ia merintih meminta penghiburan: 

“O kuatkanlah aku dengan penganan kismis atau minyak, atau 

bunga-bunga, apa pun yang membangkitkan semangatku. Segar-

kanlah aku dengan buah apel, dengan buah-buahan dari pohon 

apel itu, yaitu Kristus (ay. 3), dengan kebaikan dan perenungan 

akan Kristus dan kesadaran akan cinta-Nya pada jiwaku.” Per-

hatikan, mereka yang sakit asmara kepada Kristus tidak akan 

kekurangan dukungan rohani, saat  mereka sementara menanti-

kan penghiburan rohani.  

V. Ia mengalami kuasa dan kelembutan anugerah ilahi, yang mem-

bangunkannya dari pingsannya (ay. 6). Meskipun Ia kelihatannya 

sudah pergi, namun bahkan pada saat itu pun Ia bersedia untuk 

menolong,  

1. Untuk menopang jiwa yang sakit asmara, dan mencegahnya 

pingsan: “Tangan kirinya ada di bawah kepalaku, untuk meno-

pangnya, bahkan, menjadi bantal untuk meletakkan kepala 

dengan nyaman.” Daud mengalami tangan Tuhan yang meno-

pang dia saat  jiwanya melekat kepada Tuhan (Mzm. 63:8, 

KJV). Ayub pada saat ditinggalkan, masih menemukan bahwa 

Tuhan  menaruh perhatian kepadanya (Ayb. 23:6). Semua orang-

Nya yang kudus ada di dalam tangan-Mulah, yang dengan 

lembut menopang kepala mereka yang sakit.  

2. Untuk menguatkan jiwa yang sakit asmara supaya terus me-

nanti sampai Ia datang kembali: “Sebab sementara ini, tangan 

kanannya memeluk aku, dan dengan begitu memberikan aku 

kepastian akan cinta-Nya yang tidak dapat disangkal.” Orang-

orang percaya berhutang segala kekuatan dan penghiburan 

mereka kepada tangan kiri Tuhan Yesus yang menopang dan 

tangan kanan-Nya yang memeluk. 

VI. Menemukan kekasihnya sedemikian dekat dengannya, ia memas-

tikan bahwa tidak ada yang mengganggu persekutuannya dengan 

kekasihnya (ay. 7): Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem. 

Yerusalem, ibu kita semua, menyumpahi semua putrinya, jemaat 

menyumpahi semua anggotanya, jiwa yang percaya menyumpahi 

seluruh kekuasaan dan kemampuannya, sang mempelai me-

nyumpahi dirinya dan segala sesuatu di sekelilingnya, supaya 

tidak membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingini-

nya, sebab  saat ini sang kekasih sedang tertidur di pelukannya, 

seperti dahulu sang kekasih tertidur di dalam pelukannya (ay. 6). 

Ia memberikan sumpahnya demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa 

betina di padang, yaitu, demi segala sesuatu yang menarik di 

mata mereka, dan dekat di hati mereka, seperti rusa yang manis, 

kijang yang jelita. “Kekasihku bagiku lebih bernilai daripada rusa 

dan kijang bagimu, dan sama seperti mereka, bisa terganggu oleh 

suara kecil sekalipun.” Perhatikan,  

1. Orang-orang yang mencicipi manisnya persekutuan dengan 

Kristus, dan perwujudan kasih-Nya yang nyata, tidak mungkin 

tidak mendambakan untuk dapat terus-menerus memandangi 

pemandangan yang indah ini, yaitu perjamuan yang menye-

nangkan ini. Petrus sampai ingin mendirikan kemah di atas 

gunung yang suci itu (Mat. 17:4).  

Kitab Kidung Agung 2:8-13 

2. Namun Kristus, saat  Ia berkehendak, bisa menarik segala per-

sekutuan yang indah itu dari diri-Nya, sebab  Ia yaitu  pribadi 

yang bebas, Roh yang seperti angin, bertiup ke mana dan kapan 

ia mau. Dan kita harus menuruti kemauan-Nya. namun ,  

3. Yang menjadi perhatian kita ialah agar kita tidak melakukan 

apa pun yang membangkitkan amarah-Nya sehingga menarik 

diri dan menyembunyikan wajah-Nya. sebab  itu kita perlu 

menjaga hati kita dan menekan segala pikiran yang bisa men-

dukakan Roh-Nya yang baik. Marilah semua yang telah beroleh 

penghiburan gentar untuk berbuat dosa dan kehilangannya. 

Saling Kasih antara Kristus dan Jemaat 

(2:8-13) 

8 Dengarlah! Kekasihku! Lihatlah, ia datang, melompat-lompat di atas gunung-

gunung, meloncat-loncat di atas bukit-bukit. 9 Kekasihku serupa kijang, atau 

anak rusa. Lihatlah, ia berdiri di balik dinding kita, sambil menengok-nengok 

melalui tingkap-tingkap dan melihat dari kisi-kisi. 10 Kekasihku mulai ber-

bicara kepadaku: “Bangunlah manisku, jelitaku, marilah! 11 sebab  lihatlah, 

musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan sudah lalu. 12 Di ladang 

telah nampak bunga-bunga, tibalah musim memangkas; bunyi tekukur ter-

dengar di tanah kita. 13 Pohon ara mulai berbuah, dan bunga pohon anggur 

semerbak baunya. Bangunlah, manisku, jelitaku, marilah! 

Dalam ayat-ayat di atas jemaat sangat bergembira membayangkan per-

sekutuannya lagi dengan Kristus sesudah  ia sembuh dari pingsannya. 

I. Ia bersuka akan kedatangan kekasihnya (ay. 8).  

1. Ia mendengarnya berkata: “Dengarlah! Kekasihku!”. Ia memang-

gilku untuk memberitahukan kedatangannya. Seperti salah 

satu domba kepunyaan kekasihnya itu, ia mengenal suaranya 

sebelum melihatnya, dan dapat dengan mudah membeda-

kannya dari suara orang-orang asing (Yoh. 10:4-5). Dan seperti 

sahabat mempelai laki-laki yang setia, ia sangat bersukacita 

mendengar suara mempelai laki-laki (Yoh. 3:29). Dengan sorak 

sorai kegembiraan ia berseru, “Dengarlah! Kekasihku! Itu 

suara kekasihku, tidak mungkin suara orang lain, sebab tidak 

ada yang dapat berbicara ke hati dan membuatnya berapi-api.” 

2. Ia melihat kekasihnya datang, menyaksikan datangnya Tuhan  

kita, Pemimpin kita (Mzm. 48:15). Lihatlah, Ia datang. Hal ini 

dapat  diterapkan dengan sangat baik pada pandangan orang-

orang kudus di Perjanjian Lama yang melihat kedatangan Kris-

tus dalam daging. Abraham telah melihatnya dari kejauhan, 

dan ia bersukacita. Semakin dekat waktunya, semakin jelas 

penglihatan kita akan kedatangan-Nya, dan mereka yang 

menantikan penghiburan Israel dengan mata iman melihat-

Nya datang dan bersorak sebab  penglihatan itu: Lihatlah, Ia 

datang. Sebab mereka telah mendengar-Nya berkata, Sungguh 

aku datang (Mzm. 40:7), dan iman mereka pun diteguhkan: 

Lihatlah, Ia datang sebagaimana yang Ia janjikan.  

(1) Sang kekasihnya datang dengan girang dan bersemangat. 

Ia datang dengan melompat-lompat dan meloncat-loncat 

seperti kijang dan seperti anak rusa (ay. 9), layaknya se-

orang yang bersuka dengan pekerjaannya, yang hatinya 

terpatri padanya dan yang kesukaannya tertuju pada anak-

anak manusia. saat  Ia datang untuk dibaptis dengan 

baptisan darah, betapa susahnya hati-Nya, sebelum hal itu 

berlangsung (Luk. 12:50).  

(2) Ia datang mengatasi dan melampaui segala kesulitan yang 

merintangi jalan-Nya. Ia datang melompat-lompat di atas 

gunung-gunung, meloncat-loncat di atas bukit-bukit (demi-

kian tafsiran sebagian orang), tidak takut dengan segala 

kekecewaan yang akan ia lalui. Kutukan hukum, kematian 

di kayu salib, harus dilalui, segala kuasa kegelapan harus 

dilawan, namun, di hadapan ketetapan kasih-Nya, semua 

gunung-gunung tinggi menjulang ini menjadi rata. Kapan-

pun dan apapun perlawanan yang dihadapi untuk menye-

lamatkan jemaat Tuhan , Kristus akan menerobosnya, akan 

melaluinya.  

(3) Ia datang bergegas, serupa kijang-kijang atau rusa-rusa 

betina. Mereka pikir waktunya panjang (setiap hari seperti 

setahun), namun Ia sungguh bergegas. Seperti halnya 

sekarang, demikianlah pada waktu itu, sedikit, bahkan 

sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah 

akan ada, tanpa menangguhkan. saat  Ia datang untuk 

menyelamatkan umat-Nya, Ia melayang seperti awan, dan 

tidak pernah melebihi waktu-Nya, yang merupakan waktu 

yang terbaik. Kita dapat menerapkan hal ini pada orang-

orang percaya secara khusus, yang mendapati bahwa bah-

kan saat  Kristus telah menarik segala penghiburan dari 

Kitab Kidung Agung 2:8-13 

mereka, dan tampaknya telah meninggalkan mereka, na-

mun itu hanya untuk sebentar saja, dan sesudah itu Ia 

akan segera kembali dengan kasih setia yang kekal.  

II. Sang mempelai wanita  menghibur diri dengan sekilas peng-

lihatan akan kekasihnya dan perkenanannya: “Ia berdiri di balik 

dinding kita. Aku tahu ia ada di sana, sebab terkadang ia mene-

ngok-nengok melalui tingkap-tingkap, atau menengok ke dalam, 

dan menampakkan dirinya dari kisi-kisi.” Demikianlah keadaan 

jemaat Perjanjian Lama saat  mereka menantikan kedatangan 

Mesias. Hukum Taurat yang bersifat keupacaraan disebut tembok 

pemisah (Ef. 2:14), selubung (2Kor. 3:13). Namun, Kristus berdiri 

di balik dinding itu. Kristus ada di dekat mereka, Ia ada bersama 

mereka, meskipun mereka tidak dapat melihat-Nya dengan jelas. 

Ia yang yaitu  hakikat tidak jauh dari bayangan (Kol. 2:17). 

Mereka melihat Dia sedang menengok melalui tingkap-tingkap 

tata upacara hukum Taurat itu dan tersenyum dari balik dinding-

dinding hukum itu. Dalam korban-korban persembahan dan 

pengudusan mereka Kristus menyatakan diri-Nya kepada mereka, 

dan memberi mereka pernyataan dan tanda-tanda jaminan 

anugerah-Nya, untuk mengajak dan mendorong mereka supaya 

merindukan kedatangan-Nya. Demikianlah keadaan kita saat ini 

dibandingkan dengan pada yang akan terjadi nanti pada keda-

tangan Kristus yang kedua kali. sebab  sekarang kita melihat 

dalam cermin (tubuh yaitu  dinding antara kita dengan Dia, dan 

melalui tingkap-tingkap tubuh ini kita melihat Dia saat ini), 

namun tidak muka dengan muka, sebagaimana kita berharap 

dapat segera melihat Dia kelak. Di dalam sakramen-sakramen 

Kristus berada di dekat kita, namun itu hanyalah di balik dinding 

dari tanda-tanda lahiriah, yang melalui kisi-kisinya Ia menyatakan 

diri-Nya kepada kita. Namun kita akan segera melihat Dia dalam 

keadaan-Nya yang sebenarnya. Sebagian orang memahami hal ini 

sebagai keadaan orang percaya saat  berada di bawah awan. 

Kristus tidak terlihat namun tidak jauh. Lihat Ayub 34:14, dan 

bandingkan dengan Ayub 23:8-10. Sang mempelai wanita  

menyebut dinding yang menghalangi di antara dirinya dan keka-

sihnya sebagai dinding kita, sebab  dinding itu yaitu  dosa, dan 

tidak ada lain lagi yang menjadi pemisah antara kita dan Tuhan , 

dan dinding itu ialah dinding yang kita dirikan sendiri (Yes. 59:2). 

Di balik dinding itu Ia berdiri, menanti-nantikan saatnya hendak 

menunjukkan kasih-Nya, dan siap diperdamaikan, saat  kita ber-

tobat. Maka ia menengok-nengok melalui tingkap-tingkap, meng-

amati keadaan hati kita dan tindakan jiwa kita. Ia menengok 

dekat tingkap-tingkap, dan menampakkan diri-Nya untuk mem-

berikan mereka penghiburan, supaya mereka dapat terus meng-

harapkan kedatangan-Nya kembali.  

III. Sang mempelai wanita  mengulangi ajakan kekasihnya yang 

penuh rahmat untuk berjalan bersama-sama dengannya (ay. 10-

13). Ia mengingat perkataan kekasihnya kepadanya, sebab per-

kataan itu meninggalkan kesan yang mendalam dan menyenang-

kan baginya, dan titah yang menghidupkan kita tidak boleh kita 

lupakan. Ia menceritakannya untuk menyemangati orang-orang 

lain, memberitahukan kepada mereka apa yang telah Ia katakan 

bagi jiwanya dan apa yang telah dilakukan-Nya terhadap jiwanya 

(Mzm. 66:16). 

1. Kekasihnya menyebut dia manisnya dan jelitanya. Tak peduli 

pandangan orang terhadapnya, di mata kekasihnya itu ia 

sungguh pantas, dan di matanya ia menyenangkan. Orang-

orang yang menjadikan Kristus sebagai kekasih mereka, akan 

diakui-Nya sebagai milik kepunyaan-Nya. Tidak pernah ada 

cinta yang ditujukan kepada Kristus, hilang lenyap begitu saja. 

Kristus, dengan menyatakan kasih-Nya kepada orang-orang 

percaya, mengajak dan mendorong mereka untuk mengikut 

Dia. 

2. Sang kekasih memanggil sang mempelai wanita , bangun-

lah dan marilah (ay. 10) dan lagi (ay. 13). Pengulangan ini 

menggambarkan sang mempelai wanita  menarik diri (kita 

perlu sering dipanggil untuk ikut Yesus Kristus. Sebab harus 

ini harus itu, mesti begini mesti begitu). namun  di lain pihak 

pengulangan ini juga menyatakan kesungguhan hati-Nya. 

Hati-Nya begitu tertuju kepada keselamatan jiwa-jiwa yang 

berharga sehingga Ia terus-menerus mendesak mereka untuk 

menuruti apa yang menjadi kebaikan mereka sendiri. 

3. Kekasihnya memberi alasan kembalinya musim semi, dan cua-

ca yang menyenangkan. 

Kitab Kidung Agung 2:8-13 

 311 

(1) Musim semi digambarkan dengan anggun dalam berbagai 

ungkapan, 

[1] Musim dingin telah lewat, musim dingin yang gelap, 

dingin, dan tandus. Hari-hari musim dingin yang panjang 

dan sulit akhirnya usai, tidak tinggal untuk selamanya. 

Dan musim semi tidak akan menjadi begitu menyenang-

kan jika  tidak didahului oleh musim dingin, yang 

menjadi pembungkus keindahannya (Pkh. 7:14). Raut 

langit dan bumi tidak akan selalu sama, melainkan 

akan terus-menerus berubah, sepanjang hari dan setiap 

tahun. Musim dingin telah lewat, namun tidak lewat 

untuk selama-lamanya. Ia akan datang lagi dan kita 

harus mengumpulkan makanan di musim panas (Ams. 

6:6, 8). Kita harus menangis di musim dingin, dan ber-

sukaria di musim panas, seolah-olah kita tidak mena-

ngis dan bersukaria, sebab keduanya akan berlalu. 

[2] Hujan telah berhenti dan sudah lalu, hujan musim 

dingin, hujan badai yang dingin, kini sudah lalu, dan 

embun TUHAN ialah embun terang. Bahkan hujan yang 

menenggelamkan bumi berhenti dan lalu (Kej. 8:1-3), 

dan Tuhan  bersumpah air bah tidak akan meliputi bumi 

lagi, yang merupakan penggambaran dan perlambang 

dari kovenan anugerah (Yes. 54:9). 

[3] Di ladang telah tampak bunga-bunga. Selama musim 

dingin mereka mati dan terkubur dalam akar mereka, 

tidak nampak tanda-tanda keberadaan mereka. Namun 

di musim semi mereka hidup kembali, dan menampak-

kan diri mereka dalam berbagai-bagai jenis dan kehijau-

an yang mengagumkan, dan, seperti embun yang meng-

hasilkan mereka, tidak menanti-nantikan orang (Mik. 

5:6). Mereka muncul, namun mereka akan segera meng-

hilang lagi, dan manusia di sini seperti bunga (Ayb. 14:2). 

[4] Tibalah musim burung-burung bernyanyi (KJV). Burung-

burung kecil, yang selama musim dingin bersembunyi 

di dalam peristirahatannya dan nyaris bertahan hidup, 

melupakan segala kesulitan di musim dingin, dan me-

nyanyikan puji-pujian yang terbaik bagi Sang Pencipta 

saat  musim semi datang kembali. Tentu Ia yang 

mengerti burung-burung yang memanggil-manggil juga 

memperhatikan mereka yang bersorak-sorai (Mzm. 

104:12). Siulan burung-burung membuat bisa membuat 

kita malu dengan keheningan kita dalam memuji-muji 

Tuhan, padahal kita diberi makan lebih baik dari mere-

ka (Mat. 6:26), dan diberi akal budi lebih (Ayb. 35:11), 

dan lebih berharga dari pada banyak burung pipit. Mere-

ka hidup tanpa khawatir (Mat. 6:26), dan sebab  itu 

mereka bersiul-siul, sementara kita hanya bergumam. 

[5] Bunyi tekukur terdengar di tanah kita, yang merupakan 

salah satu burung musiman yang disebutkan dalam 

Yeremia 8:7, yang mengetahui musim untuk datang dan 

musim untuk bernyanyi, sehingga mempermalukan kita 

yang tidak mengetahui hukum TUHAN, tidak mengetahui 

musim-musim, tidak mengetahui segala sesuatu yang 

indah pada waktunya, dan tidak bernyanyi pada mu-

simnya. 

[6] Pohon ara mulai berbuah, sehingga kita mengetahui 

bahwa musim panas sudah dekat (Mat. 24:32), saat  

buah ara hijau menjadi buah ara matang dan layak 

dipakai, serta bunga pohon anggur semerbak baunya. 

Tanah tidak hanya menghasilkan bunga-bunga saja (ay. 

12), namun juga buah. Bau buah-buahan, yang ber-

manfaat, lebih diinginkan daripada bau bunga-bunga-

nya, yang hanya berguna untuk dipandang dan dinik-

mati. Ular, katanya, juga terusir oleh semerbak bau 

buah anggur. Dan siapakah si ular tua, dan siapakah 

buah anggur yang benar, kita sendiri mengetahuinya 

dengan baik. 

(2) Nah, penjelasan tentang kembalinya musim semi ini, seba-

gai alasan untuk mengikuti Kristus, dapat diterapkan: 

[1] Pada pengenalan akan Injil di dalam zaman berlakunya 

Perjanjian Lama, yaitu waktu yang menjadi musim 

dingin bagi jemaat. Injil Kristus menghangatkan musim 

yang dingin itu, membuatnya yang semula mati dan 

mandul menjadi berbuah. Ke mana pun Injil hadir, Ia 

mendatangkan keindahan dan kemuliaan atas tempat 

itu (2Kor. 3:7-8) dan menghadirkan alasan untuk ber-

sukacita. Musim semi yaitu  musim yang menyenang-

Kitab Kidung Agung 2:8-13 

kan, dan demikian juga dengan musim Injil. Aspice 

venturo lætentur ut omnia seclo – Lihatlah sukacita yang 

diilhami fajar yang menyingsing! kata Virgil dari Sibyls, 

yang mungkin lebih merujuk pada ditegakkannya kera-

jaan Mesias pada saat itu, yang tidak disangkanya 

(Mzm. 96:11). Bangunlah, and nikmatilah musim semi 

ini. Marilah pergi dari dunia dan daging, dan masuklah 

ke dalam persekutuan dengan Kristus (1Kor. 1:9).  

[2] Pada pembebasan jemaat dari kuasa musuh yang meng-

aniayanya, dan pemulihan kebebasan dan damai bagi-

nya, sesudah  satu musim dingin penderitaan dan penge-

kangan yang keras. saat  badai masalah telah berhenti 

dan sudah lalu, saat  bunyi tekukur, suara sukacita 

Injil Kristus, didengar kembali, dan segala ketetapan 

ibadah dinikmati dengan kebebasan, maka bangunlah 

dan marilah nikmati waktu yang membahagiakan ini. 

Berjalan dalam terang Tuhan, bernyanyi di jalan-jalan 

Tuhan. saat  jemaat berada dalam keadaan damai, 

jemaat itu dibangun (Kis. 9:31). 

[3] Pada pertobatan orang-orang berdosa dari keadaan 

alami ke keadaan anugerah. Perubahan yang indah ini 

seperti kembalinya musim semi, perubahan yang me-

nyeluruh dan sangat menyenangkan. Ini sebuah ciptaan 

yang baru, dilahirkan kembali. Jiwa yang semula keras, 

dan dingin, dan beku, dan tidak berguna, seperti tanah 

di musim dingin, menjadi subur, seperti tanah di mu-

sim semi, dan secara bertahap, layaknya tanah yang 

subur, menghasilkan buahnya sampai penuh. Perubah-

an yang mulia ini murni berhutang kepada kedatangan 

dan pengaruh dari Sang Matahari Kebenaran, yang 

memanggil kita dari sorga untuk bangunlah dan mari-

lah. Mari, kumpulkan bekal dalam musim panas. 

[4] Pada penghiburan bagi orang-orang suci sesudah  pen-

deritaan dan kemuraman batiniah. Seorang anak Tuhan , 

dalam keraguan dan ketakutan, bagaikan tanah di mu-

sim dingin, malamnya panjang, hari-harinya gelap, ka-

sihnya yang baik mendingin, tidak ada yang dikerjakan, 

tidak ada yang didapat, tangannya terikat. Namun peng-

hiburan akan datang kembali. Bunyi burung-burung akan 

bernyanyi lagi, dan bunga-bunga akan kembali nampak. 

Maka mari bangunlah, jiwa malang yang terkulai, dan 

marilah dengan kekasihmu. Bangunlah, dan kebaskan 

debu dari padamu (Yes. 52:2). Bangkitlah, menjadi terang-

lah, sebab terangmu datang (Yes. 60:1), berjalan di dalam 

terang Tuhan (Yes. 2:5) 

[5] Pada kebangkitan tubuh pada hari terakhir, dan kemu-

liaan yang akan dinyatakan. Tulang-tulang yang tergele-

tak di dalam kubur, bagaikan akar-akar tanaman dalam 

tanah selama musim dingin, akan seperti rumput muda 

yang tumbuh dengan lebat (Yes. 66:14; 26:19). Peristiwa 

ini akan menjadi ucapan selamat tinggal untuk selama-

lamanya kepada musim dingin dan jalan masuk yang 

penuh sukacita ke dalam musim semi yang kekal. 

Kasih Jemaat terhadap Kristus 

(2:14-17) 

14 Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung, 

perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu 

dan elok wajahmu!” 15 Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah 

yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami 

yang sedang berbunga! 16 Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia 

yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung. 17 Sebelum 

angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, kembalilah, kekasih-

ku, berlakulah seperti kijang, atau seperti anak rusa di atas gunung-gunung 

tanaman rempah-rempah! 

Dalam ayat-ayat di atas kita temukan, 

I. Undangan yang membesarkan hati yang Kristus sampaikan kepada 

jemaat, dan setiap jiwa yang percaya untuk datang bersekutu 

dengan-Nya (ay. 14). 

1. Kekasih-Nya kini yaitu  merpati-Nya. Daud menyebut jemaat 

Tuhan  merpati (Mzm. 74:19), dan demikianlah juga di sini 

jemaat disebut. Ia yaitu  seekor merpati sebab  keelokannya, 

sayapnya bersalut dengan perak (Mzm. 68:14), sebab  ketidak-

bercelaan dan kelurusan hatinya. Jiwa yang penuh rahmat 

yaitu  jiwa yang seperti seekor merpati, tidak berbahaya, 

mencintai kedamaian dan kebersihan, dan setia kepada Kris-

tus, seperti burung tekukur kepada pasangannya. Roh Kudus

Kitab Kidung Agung 2:14-17 

 turun dalam rupa burung merpati ke atas Kristus, dan demi-

kianlah Ia turun juga ke atas semua orang Kristen, menjadi-

kan mereka roh yang lemah lembut dan tenteram. Jemaat ada-

lah merpati kepunyaan Kristus, sebab Ia memilikinya dan 

bersuka di dalamnya. Jemaat tidak bisa mendapat peristira-

hatan selain di dalam Dia dan di dalam bahtera-Nya, dan 

sebab  itu kepada-Nya, sebagai Nuhnya, ia kembali. 

2. Burung merpati ini berada di celah-celah batu dan di persem-

bunyian lereng-lereng gunung. Hal ini menyatakan, 

(1) Pujian dari jemaat. Kristus ialah batu, yang kepada-Nya 

jemaat terbang untuk berlindung dan hanya di dalam Dia 

saja ia bisa mendapatkan keamanan dan ketenangan, 

seperti seekor burung merpati yang berlindung di dalam 

liang batu saat  diserang oleh burung pemangsa (Yer. 

48:28). Musa disembunyikan dalam lekuk gunung, supaya 

ia bisa melihat suatu kemuliaan Tuhan , sebab  kalau tidak, 

ia tidak mungkin tahan melihat terang-Nya. Jemaat meng-

undurkan diri ke dalam persembunyian lereng-lereng gu-

nung, di mana ia dapat menyendiri, tidak terganggu, dan 

dapat bersekutu dengan lebih baik dengan hatinya sendiri. 

Orang-orang Kristen yang baik akan mencari waktu sen-

dirian. Kristus sering mengundurkan diri ke atas bukit 

seorang diri, untuk berdoa. Atau, 

(2) Kesalahannya. Ia merayap ke celah-celah batu, dan persem-

bunyian, sebab  takut dan malu. Ia menyembunyikan 

kepalanya di mana saja, sebab  tawar hati dan kecil hati. 

Ia bahkan hendak menjauhkan diri dari pandangan keka-

sihnya. Menyadari ketidakpantasan dan ketidaklayakannya 

untuk datang ke hadirat-Nya dan berbicara dengan-Nya, ia 

mundur, bagaikan merpati tolol, tidak berakal (Hos. 7:11) 

3. Kristus dengan murah hati memanggilnya keluar dari tempat 

persembunyiannya: Marilah, perlihatkanlah wajahmu, perde-

ngarkanlah suaramu. Ia meratap seperti burung layang-layang 

(Yes. 38:14), berduka seperti burung perkutut di lembah-lem-

bah, di mana mereka berada dekat dengan bebatuan yang ber-

bahaya, mengerang, masing-masing sebab  kesalahannya sen-

diri (Yeh. 7:16) dan menolak untuk dihibur. Namun Kristus 

memanggilnya untuk mengangkat mukanya tanpa cela, dibersih-

kan dari nurani yang jahat (Ayb. 11:15; 22:26), untuk mengham-

piri takhta kasih karunia, sebab  sudah ada Iman Besar Agung 

di sana (Ibr. 4:16). Kristus memanggil dia supaya dia menya-

takan permohonan dan permintaannya: Perdengarkanlah suara-

mu, perdengarkanlah apa yang hendak engkau katakan. Apa 

yang engkau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu? Berbicara-

lah dengan bebas, berbicaralah, dan jangan takut atau mundur. 

4. Untuk menghibur hati sang mempelai wanita  atau jemaat, 

Ia memberitahukan pikiran-pikiran baik-Nya tentangnya, tak 

peduli apa pun yang Ia pikirkan tentang dirinya: Merdu suara-

mu, suara doamu, meskipun engkau hanya bisa menciap-ciap 

seperti burung layang-layang (Yes. 38:14). Suara doamu bagai-

kan nyanyian di telinga Tuhan . Kristus telah meyakinkan kita 

bahwa doa orang jujur dikenan-Nya. Ia mencium harum per-

sembahan Nuh, dan persembahan rohani tidak kurang ber-

kenan (1Ptr. 2:5). Hal ini sama sekali bukan untuk memuji-

muji ibadah pelayanan kita, melainkan memuji kemurahan 

Tuhan  yang berkenan menerima ibadah kita. Ini juga merupa-

kan pujian akan keampuhan pendupaan yang dipersembah-

kannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus (Why. 

8:3). “Wajahmu itu, yang sebab nya engkau merasa malu, 

sungguhlah cantik, meskipun sekarang dirundung duka, apa-

lagi nanti saat  ceria.” Maka suara doa kita itu manis dan 

menyenangkan bagi Tuhan  saat  wajah, yaitu perilaku kita di 

hadapan manusia, suci dan indah, selaras dengan pengakuan 

iman kita. Mereka yang telah disucikan terlihat paling indah. 

II. Perintah Kristus kepada para pelayan-Nya untuk melawan dan 

melenyapkan gangguan jahat yang menyerang jemaat-Nya dan 

membuatnya seperti merpati malang yang kabur ketakutan ke 

celah-celah batu. Gangguan jahat itu menjadi penghalang dan 

merugikan kepentingan kerajaan-Nya di dunia ini dan di dalam 

hati (ay. 15). Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu (tangkaplah 

mereka bagi kami sebab  hal itu baik bagi Kristus dan jemaat), 

rubah-rubah yang kecil, yang merayap masuk tanpa disadari. 

Sebab, meskipun mereka kecil, mereka melakukan kejahatan be-

sar, mereka merusak kebun-kebun anggur. Itu tidak boleh terjadi, 

terutama sekarang saat kebun anggur sedang berbunga sehingga 

harus dilindungi, atau panen akan gagal nanti. Orang-orang per-

Kitab Kidung Agung 2:14-17 

caya bagaikan pohon anggur, tanaman yang lemah namun berman-

faat. Mula-mula buahnya muncul sebagai bunga, yang memerlukan 

waktu untuk mencapai kematangan. Perintah untuk tangkaplah 

bagi kami rubah-rubah itu yaitu , 

1. Perintah kepada orang-orang percaya secara khusus untuk 

mematikan hal-hal yang merusak dalam diri mereka, hasrat 

dan nafsu mereka yang berdosa, yang seperti rubah, rubah-

rubah kecil, yang merusak anugerah dan penghiburan mereka, 

membuat mereka tidak bisa bergerak, menghancurkan apa 

yang sudah dimulai dengan baik, dan mencegah mereka men-

capai kesempurnaan. Tangkaplah rubah-rubah kecil, bibit-bibit 

dosa saat  muncul, putri-putri Babel (Mzm. 137:9), yaitu 

dosa-dosa yang kelihatannya kecil, sebab mereka seringkali 

terbukti sangat berbahaya. Apa pun yang merintangi kita 

dalam hal yang baik harus kita matikan. 

2. Perintah kepada semua orang di tempatnya untuk melawan 

dan mencegah menyebarnya pendapat dan perbuatan yang 

cenderung merusak kemampuan orang untuk menilai apa 

yang benar dan salah, yang menghancurkan hati nurani mere-

ka, mengacaukan pikiran mereka dan mengalihkan kecen-

derungan mereka dari kebajikan dan kesalehan. Para peng-

aniaya yaitu  serigala (Luk. 13:32). Nabi-nabi palsu yaitu  

anjing hutan (Yeh. 13:4). Orang-orang yang menabur benih 

ajaran sesat atau perpecahan, dan seperti Diotrefes, meng-

ganggu kedamaian jemaat dan merintangi penyebaran Injil, 

mereka itu yaitu  rubah, rubah-rubah kecil, yang tidak boleh 

diremukkan kepalanya (Anak manusia datang tidak untuk 

membinasakan jiwa manusia), melainkan ditangkap, supaya 

bisa dijinakkan atau dikekang supaya tidak berbuat jahat. 

III. Pengakuan iman yang dibuat jemaat mengenai hubungannya 

dengan Kristus dan kepuasan yang ia dapatkan saat  ia men-

dapat perkenanan-Nya dan saat  bersekutu dengan-Nya (ay. 16). 

Kristus telah memanggilnya untuk bangunlah dan marilah de-

ngan-Nya, supaya Ia dapat memandang wajahnya dan mendengar 

suaranya. Sekarang inilah jawabannya atas panggilan-Nya itu, 

meskipun saat ini panggilan itu ada dalam kegelapan dan dari 

kejauhan. Dalam jawabannya itu: 

1. Ia menghibur dirinya dengan pikiran tentang hubungan antara 

dia dengan kekasihnya. Kekasihku kepunyaanku, dan aku 

kepunyaan dia, demikianlah teks aslinya penuh dengan pera-

saan. Keringkasan bahasa yang digunakan mengungkapkan ke-

besaran kasih sayangnya: “Siapa dia bagiku dan aku baginya 

lebih baik dipikirkan ketimbang diungkapkan.” Perhatikan, 

(1) yaitu  anugerah istimewa yang tak terkatakan bagi orang-

orang percaya sejati bahwa Kristus yaitu  kepunyaan me-

reka: Kekasihku kepunyaanku. Hal ini tidak hanya meng-

gambarkan kelayakan “aku berhak atas Dia,” melainkan 

juga kepemilikan dan jaminannya “Aku menerima dari ke-

penuhan-Nya.” Orang-orang percaya turut berbagi dengan 

Kristus. Mereka tidak hanya memiliki kepentingan di dalam 

Dia, namun juga menikmati Dia. Mereka tidak hanya di-

bawa ke dalam kovenan, namun  juga ke dalam persekutuan 

dengan-Nya. Segala manfaat dari pekerjaan-Nya yang mulia, 

sebagai Perantara, diserahkan kepada mereka. Seperti apa Ia 

bagi mereka, dunia tidak dapat dan tidak mungkin melaku-

kannya. Segala yang mereka perlukan dan inginkan, dan 

yang akan menyempurnakan kebahagiaan mereka, dunia 

tidak dapat memberikannya kepada mereka. Dia seutuhnya 

milik mereka, termasuk segala kepunyaan-Nya, segala yang 

telah Ia lakukan, dan sedang Ia kerjakan. Segala yang telah 

Ia janjikan di dalam Injil, segala yang telah Ia siapkan di 

sorga, semuanya yaitu  milikmu. 

(2) yaitu  pasti bahwa semua orang percaya yaitu  milik 

Kristus, dan hanya saat  mereka menjadi milik-Nya, baru-

lah Ia menjadi milik mereka. Mereka memberikan diri me-

reka kepada Tuhan  (2Kor. 8:5). Mereka menerima ajaran-Nya 

dan menaati hukum-Nya. Mereka menyandang gambar-Nya 

dan memikul kepentingan-Nya. Mereka milik Kristus. Apa-

bila kita menjadi milik-Nya, sepenuhnya, hanya milik-Nya, 

milik-Nya selama-lamanya, maka kita bisa beroleh peng-

hiburan bahwa Ia yaitu  milik kita. 

2. Sang mempelai atau jemaat menghibur dirinya dengan pikir-

an-pikiran bahwa anugerah-Nya disampaikan kepada umat-

Nya: Dia yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga 

bakung (KJV: Ia memberi makan mereka di tengah-tengah bunga 

Kitab Kidung Agung 2:14-17 

bakung). Saat ia menginginkan tanda perkenanan-Nya kepada 

dirinya secara khusus, ia bersukaria dalam jaminan kehadir-

an-Nya bersama semua orang percaya secara umum, yang 

yaitu  bunga bakung di mata-Nya. Ia menggembalakan di 

tengah-tengah mereka, yaitu, Ia bersuka atas mereka dan atas 

pertemuan-pertemuan ibadah mereka seperti yang dilakukan 

tuan rumah di meja makan atau di kebunnya, sebab Ia ber-

jalan di antara kaki dian emas itu. Ia bergembira untuk ber-

cakap-cakap dengan mereka dan melakukan apa yang baik 

bagi mereka. 

IV. Jemaat menanti dan mengharapkan kedatangan Kristus, oleh 

sebab itu mereka mengungkapkan melalui doa.  

1. Sang mempelai wanita  tidak bimbang sebab  angin senja 

berembus dan bayang-bayang akan menghilang. Hari-hari Injil 

akan terbit dan bayang-bayang tata upacara hukum Taurat 

akan sirna. Inilah penghiburan bagi gereja Perjanjian Lama, 

sesudah  malam yang panjang dari babak yang kelam, terbitlah 

surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka 

yang diam dalam kegelapan. saat  fajar menyingsing maka 

bayang-bayang malam akan lenyap, itulah yang terjadi ter-

hadap bayangan hari saat  yang sejati sudah datang. Hari-

hari penghiburan akan datang sesudah  malam-malam pengabai-

an. Atau hal ini merujuk kepada kedatangan Kristus kedua 

kalinya, dan kebahagiaan abadi bagi setiap umat kudusnya. 

Bayangan yang menaungi kondisi kini akan menyingkir, segala 

kegelapan dan keragu-raguan kita, segala keluh kesah kita. 

Hari-hari penuh dengan kemuliaan akan menyingsing. Sebuah 

pagi di mana orang benar akan memerintah (KJV), dan tiada lagi 

malam sesudah nya. 

2.  Sementara itu, sang mempelai menginginkan kehadiran sang 

kekasihnya, untuk menjadi penopang dan penghiburnya: “Kem-

balilah, kekasihku, kembalilah padaku, kemarilah dan datang-

lah kepadaku, kemarilah dan segarkan diriku, besertalah de-

nganku sampai akhir zaman. Di dalam hari-hari kesesakanku, 

tolonglah aku, janganlah lambat datang. Datanglah meski gu-

nung-gunung terbelah, mengacaukan hari dan waktu. Datang-

lah dengan membawa kebaikan terang dan kasih.” 

3.  Sang mempelai berharap jika kekasihnya tidak hanya kembali 

kepadanya untuk saat ini, namun juga untuk mempercepat 

langkah agar segera datang kepadanya. “Datanglah, Tuhan Ye-

sus, datanglah segera. Meski di perjalanan ada gunung meng-

hadang, engkau dapat, laksana kijang, atau anak rusa yang 

melangkah dengan mudahnya. Tunjukkanlah dirimu padaku, 

atau bawalah aku kepadamu!” 

 

 

 

 

 

PASAL  3  

Di dalam pasal ini, 

I. Jemaat menceritakan pencobaan menyakitkan yang ditang-

gungnya saat  sang kekasih undur darinya. Rasa pedih ini 

dialaminya sebelum ia merasakan kembali perkenan-Nya 

yang menghibur hati. Ia juga menjelaskan keputusan yang 

diambilnya sesudah  ia pulih, untuk tidak lagi kehilangan per-

kenanan-Nya, seperti yang pernah dialaminya akibat kecero-

bohannya sendiri (ay. 1-5). 

II. Putri-putri Yerusalem mengagumi keunggulan jemaat (ay. 6). 

III. Jemaat mengagumi Yesus Kristus yang diperlambangi dengan 

pribadi Salomo, jolinya termasuk para pengawal di sekeliling-

nya (ay. 7-8), dan tandunya (ay. 9-10). Ia berseru kepada 

putri-putri Sion yang mengaguminya, supaya mereka hen-

daknya lebih mengagumi Salomo, terutama saat ia tampil 

pada hari penobatan dan hari pernikahannya (ay. 11). 

Kasih Jemaat terhadap Kristus 

(3:1-5) 

1 Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, namun  

tak kutemui dia. 2 Aku hendak bangun dan berkeliling di kota; di jalan-jalan 

dan di lapangan-lapangan kucari dia, jantung hatiku. Kucari, namun  tak 

kutemui dia. 3 Aku ditemui peronda-peronda kota. “Apakah kamu melihat 

jantung hatiku?” 4 Baru saja aku meninggalkan mereka, kutemui jantung 

hatiku; kupegang dan tak kulepaskan dia, sampai kubawa dia ke rumah 

iartikel , ke kamar orang yang melahirkan aku. 5 Kusumpahi kamu, puteri-

puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang: 

jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya! 

Tuhan  tidak pernah berkata kepada keturunan Yakub, untuk mencari 

Aku dengan sia-sia. Namun, di sini kita dapati mempelai wanita  

sangat lama mencari-cari kekasihnya dengan sia-sia. namun , akhir-

nya ia berhasil menemukannya, dan sungguh merasa puas tidak 

terkatakan. Sungguh sulit bagi jemaat Perjanjian Lama menemukan 

Kristus di dalam hukum Taurat yang sarat dengan upacara dan tata 

tertib, termasuk dalam berbagai tanda-tanda dan perlambang yang 

saat  itu mewakili hal-hal yang baik yang akan datang. Sudah 

cukup lama penghiburan itu dicari Israel sebelum akhirnya tiba juga. 

Penjaga jemaat itu hanya memberikan sedikit bantuan kepada orang-

orang yang mencari Dia. Namun, akhirnya Simeon menyambut Anak 

yang dikasihinya itu dan menatang-Nya. Hal ini dapat juga diterapkan 

pada perkara orang-orang percaya tertentu, yang acap kali berjalan 

dalam kegelapan selama waktu lama, namun akan tiba harinya 

saat  malam pun menjadi siang, dan orang-orang yang terus mencari 

Kristus pada akhirnya akan mendapati Dia. Amatilah, 

I.   Bagaimana sang mempelai wanita  sia-sia mencari kekasihnya 

di atas ranjangnya (ay. 1). Saat ia bangun dan melihat sekeliling-

nya dengan sikap penuh kasih, ia dapat melihatnya di kejauhan 

meskipun kekasihnya itu telah menarik diri (2:8). Namun, seka-

rang keadaan sudah berbeda. Ia itu masih mencintai kekasihnya. 

Hanya dialah jantung hatinya. Ikatan perjanjian itu masih tetap 

kuat. “Walaupun Ia hendak membunuh aku, aku akan percaya 

kepada-Nya. Walaupun Ia meninggalkanku, aku akan tetap me-

ngasihi-Nya. Kalaupun Ia tidak berada dalam pelukanku, Ia ber-

ada dalam hatiku.” Namun, ia menginginkan persekutuan dengan 

kekasihnya seperti waktu dulu, seperti Daud saat  ia haus ke-

pada Tuhan , kepada Tuhan  yang hidup. Ia terus mencari sang keka-

sih, namun, 

1. saat  itu ia berada di atas ranjangnya pada malam hari. Ka-

rena malam sudah larut, ia malas mencari. Akal budinya se-

dang suram. Malam sangat gelap. Cintanya sudah dingin, dan 

ia setengah tidur di atas tempat tidurnya. Kelima gadis yang 

bijaksana jatuh tertidur saat  mempelai laki-laki belum tiba. 

Ini menggambarkan masa gelap bagi orang-orang percaya. 

Sang mempelai tidak melihat tanda-tanda keberadaan keka-

sihnya, namun ia tetap mencarinya. Orang-orang yang jiwanya 

mengasihi Yesus Kristus akan terus mencari Dia, bahkan di 

tengah kesunyian dan kesendirian sekalipun. Bahkan pada

Kitab Kidung Agung 3:1-5 

waktu malam hati nurani mereka mengajari mereka untuk 

melakukannya. 

2. Ia gagal dalam upayanya. Adakalanya Dia berkenan ditemukan 

oleh orang yang tidak mencari Dia (Yes. 65:1). Namun, di sini ia 

tidak ditemukan oleh orang yang mencarinya. Mungkin seba-

gai hukuman atas tabiat buruknya, kemalasan dan rasa 

amannya (kita tidak memperoleh penghiburan sebab  tidak 

mencarinya dengan benar), atau demi melatih kasih karunia, 

iman, dan kesabarannya. Bisa juga untuk melihat apakah ia 

akan terus mencari. wanita  Kanaan itu mencari Kristus, 

namun  tidak menemukan Dia pada awalnya, supaya saat akhir-

nya ia berhasil menemukan Dia, semakin besarlah kehormat-

an dan penghiburan yang diterimanya. 

II.  Bagaimana ia mencari ke sekeliling kota dengan sia-sia (ay. 2). Ia 

telah mencoba menjalankan ibadah penyembahan dengan diam-

diam, dan sudah menjalankan semua kewajibannya di kamar 

tidur. Ia mengingat sang kekasih di tempat tidurnya, dan mere-

nungkan dia sepanjang kawal malam (Mzm. 63:7), namun  tidak 

merasa terhibur. Malam-malam tanganku terulur, kemudian  aku 

mengingat Tuhan , maka aku mengerang (Mzm. 77:3-4). Walaupun 

tidak menemukan Dia, sang mempelai tidak menjauhkan diri 

sebab  kekecewaan sesudah  menggunakan berbagai cara. Ia me-

mutuskan, “Aku hendak bangun. Aku tidak akan tetap berbaring 

di sini jika aku tidak dapat menemukan kekasihku di sini. Aku 

tidak merasa senang sesudah  ia mengundurkan diri. Aku hendak 

bangun tanpa menunda-nunda lagi, dan segera mencari dia, agar 

ia tidak semakin menjauh dariku.” Orang-orang yang hendak 

mencari Kristus sampai menemukan-Nya, tidak boleh membuang-

buang waktu. “Aku hendak bangun dari tempat tidurku yang 

hangat, dan menembus malam gelap yang dingin, untuk mencari 

kekasihku.” Orang-orang yang mencari Kristus tidak boleh dike-

jutkan oleh berbagai kesukaran. “Aku hendak bangun, dan berkeli-

ling di kota, kota suci itu, di jalanan dan di jalan-jalan raya.” Ia 

tahu kekasihnya tidak akan bisa dijumpai di lorong-lorong kecil 

yang buntu. Kita harus mencari Dia di kota, di Yerusalem, yang 

merupakan perlambang dari jemaat Injili. Tempat paling mungkin 

untuk bisa menemukan Kristus yaitu  di Bait Tuhan  (Luk. 2:46), 

di jalan-jalan jemaat Injili, di dalam ketetapan-ketetapan kudus,

tempat anak-anak Sion melintas bolak-balik sepanjang hari. Sang 

mempelai itu memiliki tujuan baik saat berkata, Aku hendak 

bangun, namun pelaksanaannyalah yang paling penting. Ia ba-

ngun dan mencari dia (orang-orang yang mencari Kristus, ingin 

tahu tentang Dia, dan bersekutu dengan-Nya, harus membalik 

setiap batu, dan mencari di mana-mana). Namun, tak kutemui dia. 

Ia masih merasa tidak puas dan gelisah seperti Ayub, saat  ia 

mencari di semua tempat, namun tidak dapat merasakan tanda 

apa pun dari perkenan ilahi (Ayb. 23:8-9). Sang pemazmur pun 

sering mengeluh bahwa Tuhan  menyembunyikan wajah darinya 

(Mzm. 88:15). Kita bisa saja melakukan kewajiban ibadah namun 

tetap kehilangan penghiburan, sebab angin bertiup ke mana ia 

mau. Betapa berat penekanan pada keluhan yang diulang berkali-

kali ini: Kucari, namun  tak kutemui dia, seperti yang diucapkan 

Maria Magdalena, Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu 

di mana Ia diletakkan (Yoh. 20:13).  

III. Bagaimana ia bertanya kepada para peronda kota perihal kekasih-

nya (ay. 3). Pada malam hari, para peronda berkeliling di kota, 

untuk memelihara ketenteraman dan keamanannya. Mereka ber-

tugas membimbing dan menolong orang-orang jujur dan tenang, 

juga menegur mereka yang melanggar peraturan. Para peronda ini 

berjumpa dengan wanita  yang sedang berjalan mencari 

kekasihnya itu. Ia bertanya kepada mereka apakah mereka bisa 

memberinya berita perihal kekasihnya itu. Di jalanan dan jalan-

jalan raya Yerusalem, ia bisa saja berjumpa dengan hal-hal yang 

mampu mengalihkan dia dari pencariannya dan menghibur dia 

meskipun ia tidak menemukan kekasihnya. Namun, dalam pan-

dangannya, tidak ada suatu pun yang dapat dibandingkan dengan 

kekasihnya. Jiwa-jiwa penuh kasih akan terus mendesak maju 

melewati berbagai kesenangan serta kepuasan di tengah usaha 

mereka mencari Kristus, yang lebih mereka dahulukan dibanding 

kesenangan utama mereka. Maria Magdalena melihat malaikat di 

dalam kubur Yesus, namun  hal itu pun belum cukup baginya 

kecuali dia bisa melihat Yesus. Apakah kamu melihat jantung hati-

ku? Perhatikanlah, kita harus menunjukkan dengan jelas kesung-

guhan kasih kita terhadap Kristus dengan keinginan kuat kita 

dalam bertanya tentang Dia. saat  mempelai itu diambil dari me-

reka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa (Mat. 9:15), ter-

Kitab Kidung Agung 3:1-5 

utama berpuasa atas dosa yang menggusarkan dan membuat Dia 

mengundurkan diri. Jika kita berbuat demikian, kita akan ber-

sungguh-sungguh dalam memperoleh kembali perkenan-Nya, dan 

dengan tekun terus menggunakan sarana-sarana tepat untuk itu. 

Kita harus mempelajari firman Tuhan, banyak berdoa, dan meme-

lihara ketetapan-ketetapan-Nya. Dengan melakukan semua ini, 

kita patut bertanya, Apakah kamu melihat jantung hatiku? Hanya 

orang-orang yang bertemu dengan Kristus sendirilah yang dapat 

membimbing orang lain untuk berjumpa dengan-Nya juga. saat  

orang-orang Yunani datang ke perayaan untuk beribadah, mereka 

mengajukan pertanyaan kepada Filipus seperti wanita  yang 

bertanya kepada para peronda kota itu. Tuan, kami ingin bertemu 

dengan Yesus (Yoh. 12:21). 

IV. Bagaimana ia akhirnya menemukan sang kekasih (ay. 4). Ia me-

ninggalkan para peronda itu begitu merasa bahwa mereka tidak 

mampu memberi dia kabar tentang kekasihnya. Ia tidak mau 

terus berada bersama mereka, sebab kekasihnya tidak berada di 

tengah mereka. Ia terus mencari sebab (menurut pengamatan 

Ainsworth) semua kalangan, baik di antara saudara-saudara, 

jemaat, maupun para pelayan Tuhan, tidak akan mampu meng-

hibur hati nurani yang sedang menderita, kecuali Kristus sendiri 

dipahami melalui iman. Dan, begitu ia meninggalkan para peron-

da kota, ia segera menemukan kekasih yang dicarinya itu, dan 

menyebut dia jantung hatinya dengan penuh sukacita seperti sebe-

lumnya. Perhatikanlah, orang-orang yang terus mencari Kristus, 

pada akhirnya akan menemui Dia, boleh jadi saat mereka sudah 

nyaris putus asa untuk menemukan Dia (Mzm. 42:8-9; 77:10-11; 

Yes. 54:7-8). Janganlah kekecewaan menjauhkan kita dari men-

cari kasih karunia. Bertahanlah dengan iman dan kesabaran. 

Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya. Walaupun para 

peronda kota tidak mampu memberikan penjelasan tentang ke-

beradaan-Nya, penglihatan itu pasti akan bersegera menuju kesu-

dahannya dengan tidak menipu. Penghiburan yang kemudian 

datang sesudah  penantian yang lama sambil menggunakan ber-

bagai cara, pada akhirnya nanti akan terasa begitu jauh lebih 

manis. 

V. Betapa dekat wanita  itu dengan sang kekasih sesudah  mene-

mukannya. Sekarang rasa takut akan kehilangan dia sama besar-

nya dengan tekad bulatnya dalam menemukan dia. Kupegang dan 

tak kulepaskan dia. Aku memeluknya dengan erat, sama seperti 

para wanita  yang bertemu dengan Kristus sesudah  kebangkit-

an-Nya memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya (Mat. 28:9). “Tak 

kulepaskan dia.” Bukan hanya “Aku tidak akan pernah melaku-

kan apa pun yang dapat menyebabkan dia meninggalkanku, me-

lainkan juga, dengan iman dan doa aku akan memaksa Dia 

supaya tetap tinggal bersamaku. Dengan mengerjakan kasih ka-

runia, aku akan memelihara ketenteraman batin.” Orang-orang 

yang tahu betapa sulit mendapatkan penghiburan dan betapa 

mahal harganya, akan takut kehilangan serta tidak berani 

bermain-main dengannya. Mereka berpendapat, tidak ada usaha 

yang terlampau berat untuk menjaganya tetap aman. Non minor 

est virtus quam quærere parta tueri – Upaya yang termasuk dalam 

mengamankan perolehan kita sama besarnya dengan mengusaha-

kannya. Orang-orang yang telah mendapat hikmat harus ber-

pegang padanya (Ams. 3:18). Orang-orang yang memeluk Kristus 

dengan lengan iman serta kasih takkan melepaskan Dia. Ia akan 

diam bersama mereka. 

VI. Betapa inginnya dia memperkenalkan sang kekasih kepada orang-

orang lain: “Kubawa dia ke rumah iartikel , supaya semua sanak 

keluargaku yang kukasihi, dapat memperoleh manfaat bersekutu 

dengannya.” Waktu Zakheus berjumpa dengan Kristus, atau lebih 

tepat dijumpai oleh-Nya, telah terjadi keselamatan kepada rumah-

nya (Luk. 19:9). Di mana pun kita berjumpa dengan Kristus, kita 

harus membawa-Nya pulang ke rumah, terutama ke hati kita. 

Jemaat yaitu  ibu kita, dan kita harus memperhatikan kepen-

tingannya, supaya Kristus hadir bersamanya. Kita harus berdoa 

dengan sungguh memohon agar Ia senantiasa hadir bersama 

umat dan para hamba-Nya. Orang-orang yang menikmati bukti 

perkenan Kristus atas jiwa mereka, harus menginginkan agar 

jemaat dan seluruh perkumpulan ibadah dalam lingkungan mere-

ka juga boleh menikmati tanda-tanda perkenan-Nya. 

VII. Betapa ia sangat berhati-hati agar kekasihnya tidak diganggu (ay. 

5). Ia mengulangi perintah yang sebelum itu telah diberikannya

Kitab Kidung Agung 3:6 

 (2:7) kepada puteri-puteri Yerusalem, supaya mereka tidak mem-

bangkitkan dan menggerakkan cintanya. sesudah  ia membawa dia 

ke rumah ibunya, di antara saudara-saudara wanita nya, ia 

memberi mereka perintah tegas agar mereka bersikap tenang dan 

tertib. Mereka harus sangat memperhatikan kekasihnya itu, ber-

usaha menyenangkan hatinya, dan takut melukai perasaannya. 

Perintah yang diberikan kepada umat Tuhan  di padang belantara 

menyangkut malaikat perjanjian yang berada di antara mereka, 

menjelaskan hal ini (Kel. 23:21). Jagalah dirimu di hadapannya 

dan dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka 

kepadanya. Pastikan agar tidak ada di antara kamu yang ber-

anjak dari tempatmu, supaya tidak mengganggu dia. Sebaliknya, 

supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya. Jangan 

bersuara. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian 

dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, sebab hal itu 

mendukakan Roh Kudus Tuhan  (Ef. 4:30-31). Ada yang berpendapat 

bahwa ini merupakan perintah Kristus kepada puteri-puteri Yeru-

salem, supaya mereka tidak mengganggu dan membuat gelisah 

jemaat-Nya, atau menyusahkan pikiran para murid. Sebab Kris-

tus sangat memperhatikan ketenteraman jemaat-Nya, termasuk 

seluruh anggotanya, bahkan anak-anak kecil sekalipun. Orang-

orang yang menyusahkan mereka akan menanggung hukumannya 

(Gal. 5:10). 

Kasih Jemaat terhadap Kristus 

(3:6) 

6 Apakah itu yang membubung dari padang gurun seperti gumpalan-gumpal-

an asap tersaput dengan harum mur dan kemenyan dan bau segala macam 

serbuk wangi dari pedagang? 

Inilah perkataan puteri-puteri Yerusalem, yang diperingatkan dengan 

larangan di atas tadi (ay. 5). Sebelumnya mereka memandang rendah 

sang mempelai wanita  sebab kulitnya hitam (1:6). Namun, seka-

rang mereka mengaguminya dan membicarakan dia dengan rasa hor-

mat: Apakah itu? Betapa cantik rupanya! Siapa yang bisa menyangka 

orang sedemikian cantik dan agung seperti ini datang dari padang 

gurun? Sama seperti saat  Kristus memasuki Yerusalem dengan 

penuh kemenangan, orang berkata, Siapakah orang ini? Dan juga me-

ngenai pertambahan orang asing ke dalam jemaat, jemaat itu sendiri 

berkata dengan takjub (Yes. 49:21), Siapakah yang telah melahirkan 

sekaliannya ini bagiku? 

1. Hal ini dapat diterapkan pada umat Yahudi, yang sesudah  me-

ngembara empat puluh tahun lamanya di padang gurun, akhirnya 

keluar dari sana untuk masuk dengan gemilang ke dalam tanah 

perjanjian dan memilikinya. Hal ini bisa dilukiskan melalui apa 

yang pada waktu itu dikatakan Bileam tentang mereka, saat 

mereka membubung dari padang gurun seperti gumpalan-gumpal-

an asap, dan ia berdiri mengagumi mereka: dari puncak gunung-

gunung batu aku melihat mereka. Alangkah indahnya kemah-

kemahmu, hai Yakub! (Bil. 23:9; 24:5). 

2. Hal ini dapat diterapkan pada penyelamatan umat Tuhan  di mana 

pun, terutama di Babel, baik Babel Perjanjian Lama maupun 

Perjanjian Baru. Pada saat penyelamatannya itu, jemaat akan se-

perti gumpalan-gumpalan asap yang naik ke atas dengan perasaan 

kasih yang saleh, bagaikan dupa pujian. Dari situ, sama seperti 

dari korban bakaran Nuh, Tuhan  mencium persembahan yang 

harum. saat  itulah jemaat tampak mengagumkan di mata te-

man-temannya, dan mau tidak mau, musuh-musuhnya memulia-

kan dia, tersungkur di depan kakinya dan mengaku, bahwa Tuhan  

mengasihinya (Why. 3:9). Adakalanya ketakutan kepada orang 

Yahudi (Est. 8:17) menimpa para tetangga mereka, saat  melihat 

bahwa sesungguhnya TUHAN menyertai mereka. 

3. Hal ini dapat diterapkan pada pemulihan yang terjadi pada jiwa 

yang dipenuhi rahmat, yang dikeluarkan dari keadaan ditinggal-

kan dan penuh kesedihan. 

(1) Ia keluar dari padang gurun, tanah kering dan tandus, tempat 

tidak ada jalan, tempat tidak ada air, tempat para pengembara 

senantiasa kekurangan dan merasa kebingungan. Di tempat 

ini, jiwa yang malang bisa saja mengembara sampai lama se-

kali. Namun, akhirnya ia akan keluar dari situ di bawah tun-

tunan Sang Penghibur.   

(2) Ia datang bagaikan gumpalan-gumpalan asap, seperti asap 

dupa yang naik dari mezbah, atau seperti asap korban bakar-

an. Ini menyiratkan api kasih kudus dan tulus di dalam jiwa, 

dari mana asap itu membumbung, dan jiwa yang membum-

bung tinggi menuju sorga dalam asap ini (Hak. 13:20). Hatinya 

terangkat kepada Tuhan  di sorga, seperti bunga api berjolak

Kitab Kidung Agung 3:7-11

 tinggi. Kembalinya Kristus kepada jiwa manusia menghidup-

kan ibadahnya. Persekutuan dengan Tuhan  akan terasa paling 

menyegarkan bagi jiwa saat ia membubung keluar dari padang 

gurun. 

(3) Sang mempelai wanita  tersaput dengan harum mur dan 

kemenyan. Ia dipenuhi kasih karunia Roh Tuhan , yang bagai-

kan rempah-rempah manis. Atau seperti dupa suci, yang seka-

rang dinyalakan dengan kedatangan-Nya yang penuh rahmat 

itu, menebarkan bau yang sangat harum. sebab  ibadahnya 

sekarang menjadi sangat hidup, ia tidak saja berkenan bagi 

Tuhan , namun  juga terlihat mengagumkan di mata orang-orang 

lain. Mereka ini siap berseru dengan takjub, Apakah itu? Be-

tapa agungnya tugu peringatan akan rahmat ini! Kasih karu-

nia dan penghiburan yang menyaput dia disebut serbuk wangi 

dari pedagang, sebab  didatangkan dari jauh dengan harga 

mahal oleh Tuhan kita Yesus, Sang Pedagang terpuji itu, yang 

telah melakukan perjalanan jauh dan membayar dengan harga 

mahal, tidak kurang dari darah-Nya sendiri, untuk membeli 

serbuk wangi itu bagi kita. Serbuk wangi itu tidak dihasilkan 

dari tanah kita atau tumbuh di negeri kita sendiri. Tidak, ser-

buk wangi itu didatangkan dari Kanaan sorgawi, negeri yang 

lebih baik. 

Kasih Jemaat terhadap Kristus 

(3:7-11) 

7 Lihat, itulah joli Salomo, dikelilingi oleh enam puluh pahlawan dari antara 

pahlawan-pahlawan Israel. 8 Semua membawa pedang, terlatih dalam perang, 

masing-masing dengan pedang pada pinggang sebab  kedahsyatan malam.  

9 Raja Salomo membuat bagi dirinya suatu tandu dari kayu Libanon.  

10 Tiang-tiangnya dibuatnya dari perak, sandarannya dari emas, tempat du-

duknya berwarna ungu, bagian dalamnya dihiasi dengan kayu arang. Hai 

puteri-puteri Yerusalem, 11 puteri-puteri Sion, keluarlah dan tengoklah raja 

Salomo dengan mahkota yang dikenakan kepadanya oleh ibunya pada hari 

pernikahannya, pada hari kesukaan hatinya.  

Puteri-puteri Yerusalem berdiri mengagumi sang mempelai wanita  

dan memuji-mujinya, namun  ia mengabaikan pujian mereka. Ia tidak 

menjadi sombong sebab  semua pujian itu. Sebaliknya, ia mengalih-

kan seluruh kemuliaan kepada Kristus, dan mengarahkan mereka 

agar mengalihkan pandangan dari dirinya kepada Dia. Ia menganjur-

kan agar mereka menghargai Dia, dan ia sendiri pun memuji Dia. Di 

sini mempelai laki-laki itu tiga kali disebut Salomo, dan selain dalam 

nyanyian ini, nama itu disebut tiga kali juga dalam (1:5; 8:11-12). 

Yang dimaksudkan di sini yaitu  Kristus, yang jauh lebih mulia 

daripada Salomo. Salomo hanya merupakan perlambang bagi hikmat 

dan kekayaan-Nya, terutama dalam membangun Bait Tuhan . Ada tiga 

hal yang dikagumi sang mempelai wanita  pada diri Sang Keka-

sihnya itu: 

I.   Keamanan jolinya (tempat tidurnya – pen.) (ay. 7): Lihat, itulah joli 

Salomo, sangat mewah dan indah, sebab seperti itulah tirai-tirai 

orang Salma. Ada yang mengartikannya sebagai joli yang lebih 

agung daripada joli Salomo. Joli atau tempat tidur Kristus, 

meskipun Ia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-

Nya, lebih baik daripada tempat tidur terbaik Salomo. Jemaat 

yaitu  tempat tidur-Nya, sebab Ia telah mengatakannya. Inilah 

tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam. 

Hati orang-orang percaya yaitu  tempat tidur-Nya, sebab sepan-

jang malam Ia diam di dalam hati mereka (Ef. 3:17). Sorga yaitu  

tempat tidur-Nya, perhentian yang dimasuki-Nya sesudah  Ia me-

nyelesaikan pekerjaan-Nya. Atau, ini bisa juga diartikan sebagai 

istirahat dan kepuasan manis yang dinikmati jiwa-jiwa penuh 

kasih saat  bersekutu dengan-Nya. Ini disebut joli atau tempat 

tidur-Nya, dan sebab  kita diterima di dalamnya, tempat itu juga 

disebut petiduran kita (1:16). Walaupun demikian, damai sejah-

tera-Nyalah yang menjadi perhentian kita (Yoh. 14:27). Aku akan 

memberi kelegaan kepadamu (Mat. 11:28). Itu yaitu  joli Salomo, 

yang namanya berarti damai sejahtera, sebab pada zamannya, 

Yehuda dan Israel diam dengan tenteram, masing-masing di ba-

wah pohon anggur dan pohon aranya. Hal yang dikagumi sang 

mempelai wanita  itu perihal joli Salomo yaitu  para pengawal 

yang mengelilinginya. Orang-orang yang beristirahat di dalam 

Kristus tidak saja diam dengan tenteram (banyak yang tetap 

merasa tenteram meskipun berada dalam bahaya besar), namun  

juga dengan aman. Ketenteraman kudus mereka berada di bawah 

perlindungan keamanan kudus. Tempat tidur ini dikelilingi oleh 

enam puluh pahlawan, yang bertugas sebagai perwira pengawal, 

atau kelompok purnawirawan. Mereka termasuk pahlawan-pah-

lawan Israel. Pemerintahan Daud telah menghasilkan sejumlah 

besar pahlawan gagah perkasa dan pemberani. Para pengawal ini 

Kitab Kidung Agung 3:7-11 

dipersenjatai dengan lengkap: semua membawa pedang dan tahu 

cara menggunakannya. Mereka terlatih dalam perang, sangat te-

rampil dalam semua keahlian ini. Mereka ditempatkan di sekeliling 

joli dalam jarak yang nyaman. Mereka dalam keadaan siaga, ma-

sing-masing dengan pedang pada pinggang dan tangan memegang 

pedang, siap menghunusnya saat tanda bahaya pertama dibunyi-

kan. Hal ini disebabkan oleh kedahsyatan malam, atau bahaya 

yang mereka takutkan. Nyawa para raja, bahkan yang paling bijak-

sana dan hebat, sebab  lebih berharga, lebih banyak diserang 

bahaya, sehingga perlu dijaga lebih dari nyawa orang-orang biasa. 

Atau, sebab  kedahsyatan malam itu, dan ketakutan sang mem-

pelai wanita  itu akan bahaya yang bisa saja menimpa, maka 

para pengawal ini ditempatkan di situ demi ketenteramannya, 

supaya ia terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka. Orang-

orang percaya pun bisa menjadi sasaran malapetaka, terutama 

pada malam hari, saat  keadaan rohani mereka sedang ter-

ancam, atau saat  masalah jasmani yang hebat sedang menimpa 

mereka. Kristus sendiri saat  sedang mengerjakan seluruh peker-

jaan-Nya, berada di bawah perlindungan khusus Bapa-Nya. Aku 

berlindung dalam naungan tangan-Nya (Yes. 49:2). Sejumlah besar 

malaikat berada di bawah perintah-Nya. Jemaat dijaga dengan 

baik, dan lebih banyak yang berpihak kepadanya daripada yang 

menentangnya. Supaya tidak ada yang merusak kebun anggur-

Nya, Tuhan  sendiri siang malam menjaganya (Yes. 27:2-3). Orang-

orang percaya yang beristirahat di dalam Kristus dan berada 

bersama-Nya, walaupun berada di tengah malam gelap dan me-

rasa takut akan kedahsyatan malam, tetap aman-aman saja, 

sama amannya dengan Salomo sendiri yang berada di tengah para 

pengawalnya. Para malaikat mendapat perintah untuk menjaga 

mereka. Para hamba Tuhan ditetapkan untuk berjaga-jaga atas 

jiwa mereka. Mereka ini harus menjadi pahlawan, terlatih dalam 

perang rohani, sambil memegang pedang Roh, yaitu firman Tuhan . 

Masing-masing dengan pedang pada pinggang, senantiasa siap 

meredakan rasa takut umat Tuhan  terhadap kedahsyatan malam. 

Semua sifat dan kemahakuasaan Tuhan  dikerahkan demi keaman-

an orang percaya. Mereka dilindungi seperti di dalam sebuah ben-

teng yang kokoh oleh kekuatan-Nya (1Ptr. 1:5). Mereka aman di 

dalam nama TUHAN (Ams. 18:10). Damai sejahtera-Nya melin-

dungi orang-orang yang memilikinya (Flp. 4:7). Pengaruh yang di-

hasilkan kebenaran di dalam diri mereka yaitu  ketenangan dan 

ketenteraman (Yes. 32:17). Bahaya yang kita hadapi berasal dari 

penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, namun kita tetap aman 

dalam perlengkapan senjata terang. 

II.  Kemegahan tandu Salomo (ay. 9-10). sebab  Kristus dan orang-

orang percaya beristirahat dengan aman di bawah perlindungan 

pengawal yang hebat, maka saat  mereka tampil di depan umum, 

mereka tampil dalam kemegahan luar biasa, seperti raja-raja 

dengan tandu megah. Tandu ini dirancang dan dibuat sendiri oleh 

Salomo. Bahan-bahannya sangat mewah, yaitu kayu Libanon, 

perak, emas, dan tempat duduknya berwarna ungu. Ia membuat-

nya untuk dirinya sendiri, namun  juga untuk puteri-puteri Yeru-

salem, dengan tujuan melayani mereka. Dengan tandu, atau 

kereta kuda, atau kereta (kata aslinya tidak dipakai di ayat lain 

dalam Kitab Suci), ada yang mengartikannya sebagai sifat atau 

kodrat manusiawi Kristus. Di dalam kodrat-Nya sebagai manusia 

itu Ia berkendara seperti di dalam kereta terbuka. Tandu ini 

merupakan hasil karya ilahi (Engkau telah menyediakan tubuh 

bagiku). Susunan tandu itu sangat halus, namun  yang terletak di 

bagian dasarnya yaitu  kasih (dalamnya dihiasi dengan kasih, 

TL), kasih yang murni bagi anak-anak manusia. Ada pula yang 

menafsirkannya sebagai Injil kekal, yang di dalamnya, seperti 

dalam kereta terbuka, Kristus sendiri menyatakan diri-Nya. Dan 

dalam Injil kekal itu, bagaikan dalam kereta perang, Ia maju 

dengan gagah perkasa, sebagai pemenang untuk merebut keme-

nangan. Tiang-tiangnya, yaitu  ketujuh tiang (Ams. 9:1), terbuat 

dari perak, sebab firman Tuhan bagaikan  perak yang teruji (Mzm. 

12:7), bahkan lebih mulia dari pada ribuan keping emas dan 

perak. Tempat duduknya berwarna ungu, warna para raja. Selu-

ruh hiasannya diwarnai dengan darah Kristus yang mulia, yang 

memberikan warna ini. Namun, hal yang melengkapi kemuliaan 

tempat tidur-Nya itu yaitu  kasih. Bagian dalamnya dihiasi 

dengan kasih, dilapisi dengan kasih. Bukan kasih orang asing, 

seperti halnya Salomo saat  keadaan akhlaknya tidak sempurna, 

melainkan kasih puteri-puteri Yerusalem, kasih yang suci. Perak 

lebih mulia daripada kayu Libanon, emas lebih mulia daripada 

perak, namun  kasih lebih mulia daripada emas, lebih mulia dari-

pada segalanya. Dan kasih disebutkan terakhir, sebab tidak ada 

Kitab Kidung Agung 3:7-11 

suatu pun yang lebih mulia daripada kasih. Injil seluruhnya 

yaitu  kasih. Tn. Durham menerapkannya pada perjanjian pene-

busan, jalan keselamatan kita, sebab  perjanjian ini dirancang 

dalam putusan hikmat kekal Tuhan , dan dinyatakan kepada kita 

dalam Kitab Suci. Penebusan inilah karya Kristus sendiri, yang di 

dalamnya tampak jelas kemuliaan kasih karunia dan kasih-Nya 

terhadap orang-orang berdosa. Kemuliaan inilah yang membuat 

Dia tampak luar biasa mengagumkan di mata orang-orang per-

caya. Di dalam perjanjian ini, kasih disampaikan kepada mereka, 

dan di dalamnya mereka dibawa menuju penyempurnaan kasih, 

dan seakan-akan maju berkendara dalam kemenangan. Tandu itu 

dirancang bangun dengan sangat mengagumkan, baik bagi kemu-

liaan Kristus maupun bagi penghiburan orang percaya. Tandu itu 

teratur dalam segala-galanya dan terjamin (2Sam. 23:5). Tiang-

tiangnya kokoh tidak tergoyahkan, dan terbuat dari kayu Libanon 

yang tidak bisa membusuk. Sandarannya dari emas, logam paling 

abadi. Darah perjanjian, atau warna ungu, melapisi tandu ini, dan 

dengannya orang-orang percaya terlindung dari angin dan badai 

murka ilahi serta kesukaran dunia ini. Namun, di tengah-tengah-

nya, dan yang terpenting dari semua, ada  kasih, kasih Kris-

tus yang melampaui segala pengetahuan, yang tidak terukur besar 

dan luasnya. 

III. Kemilau pribadinya sebagai raja, saat ia tampil dalam puncak 

kemegahannya (ay. 11). Amatilah di sini, 

1. Panggilan yang diberikan kepada puteri-puteri Sion, supaya 

mereka mengenal kemuliaan raja Salomo, keluarlah dan te-

ngoklah dia. Khalayak ramai yang menyaksikan semakin mem-

pertegas semarak iring-iringan ini. Kristus, di dalam Injil, 

menyatakan diri-Nya. Biarlah masing-masing kita menambah 

jumlah orang-orang yang memberikan penghormatan kepada-

Nya, dengan memandang Dia dengan hati yang puas. Siapa 

lagi yang layak memberikan kehormatan kepada raja Sion 

selain putri-putri Sion itu sendiri? Mereka mempunyai alasan 

untuk sangat bersukacita sebab  kedatangan-Nya (Za. 9:9). 

(1) Tengoklah dia. Pandanglah Kristus dalam kemuliaan-Nya 

dengan sukacita. Pandanglah Dia dengan mata iman, de-

ngan pandangan yang teguh. Inilah pemandangan yang 

layak dilihat. Tengok dan kagumilah Dia. Tengok dan ka-

sihilah Dia. Tengoklah dan kenalilah Dia kembali. 

(2) Keluarlah dan tengoklah Dia. Tinggalkan dunia seperti orang-

orang yang tidak melihat keindahan dan keunggulan di da-

lamnya, bila dibandingkan dengan apa yang terlihat di 

dalam Tuhan Yesus. Keluarlah dari dirimu sendiri dan biar-

lah cahaya keindahan-Nya yang luar biasa itu menghentikan 

engkau berpuas diri dengan dirimu sendiri. Keluarlah ke 

tempat di mana Ia bisa dilihat, ke jalan yang akan dilalui-

Nya, seperti yang diperbuat Zakheus. 

2. Pengarahan yang diberikan kepada mereka supaya memper-

hatikan secara khusus apa yang tidak bisa mereka lihat setiap 

hari, yaitu mahkotanya, entah mahkota emas bertatahkan 

permata yang dikenakannya pada hari penobatannya (meski-

pun Batsyeba, ibunda Salomo, tidak mendapatkan mahkota 

itu bagi putranya, namun berkat campur tangannya yang te-

pat pada waktunya, ia telah ikut mengamankan takhta Salomo 

saat Adonia hendak merebutnya), atau rangkaian mahkota 

bunga dan dedaunan berhiaskan pita buatan sang ibu, guna 

melengkapi kekhidmatan upacara pernikahannya. Mungkin 

juga hari penobatan Salomo bertepatan dengan hari perkawin-

annya, hari pernikahannya, saat  rangkaian mahkota bunga 

buatan ibunya ditambahkan kepada mahkota yang dikenakan 

rakyat di kepalanya. Jika menerapkannya pada Kristus, maka 

hal ini berbicara tentang, 

(1) Besarnya kehormatan yang diberikan kepada-Nya, serta 

kuasa dan kekuasaan yang dipercayakan kepada-Nya: ke-

luarlah dan tengoklah Raja Yesus, dengan mahkota yang 

dikenakan kepada-Nya oleh Bapanya, saat menyebut Dia 

Anak-Nya yang dikasihi-Nya, dan kepada-Nyalah Ia ber-

kenan, saat  Ia melantik raja-Nya di Sion, gunung-Nya yang 

kudus. Saat itu Bapa meninggikan Yesus dengan tangan 

kanan-Nya, dan memberi-Nya wewenang yang berdaulat, 

baik di sorga dan di bumi, dan segala-galanya telah Ia 

letakkan di bawah kakinya 

(2) Aib yang ditimpakan ke atasnya oleh para penganiaya-Nya. 

Ada yang mengartikannya dengan mahkota duri yang di-

kenakan kepada-Nya oleh ibu-Nya, yaitu jemaat Yahudi, 

Kitab Kidung Agung 3:7-11 

pada hari kematian-Nya, yang juga merupakan hari perni-

kahannya dengan umat-Nya, saat  Ia mengasihi jemaat 

dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (Ef. 5:25). Kejadi-

an ini benar-benar dapat dilihat saat  Ia keluar bermah-

kota duri, dan kata Pilatus, katanya kepada puteri-puteri 

Sion, Lihatlah manusia itu! 

(3) Sepertinya ini terutama berarti kehormatan yang diberikan 

oleh jemaat kepada-Nya sebagai ibu-Nya, dan oleh semua 

orang percaya sejati, yang dalam hati mereka Ia menjadi 

nyata. Tentang mereka ini Ia pernah berkata, dialah sau-

dara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku wanita , dialah ibu-

Ku (Mat. 12:49). Mereka memberi Dia kemuliaan atas karya 

penebusan-Nya. Bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat (Ef. 

3:21). saat  orang percaya menerima Dia sebagai milik me-

reka, dan bergabung dengan-Nya dalam perjanjian kekal, 

maka 

[1] Itu merupakan hari penobatan-Nya dalam jiwa mereka. 

Sebelum bertobat, mereka memahkotai diri sendiri. Na-

mun, sesudah  bertobat, mereka mulai memahkotai Kristus 

dan tetap berbuat demikian sejak hari itu dan seterus-

nya. Mereka menetapkan-Nya sebagai kepala mereka. 

Mereka menawan segala pikiran dan menaklukkannya 

kepada Kristus. Mereka menempatkan takhta-Nya di 

dalam hati mereka, dan menyerahkan semua mahkota 

mereka di kaki-Nya. 

[2] Ini yaitu  hari pernikahannya, saat  Ia bertunangan 

dengan mereka sampai selamanya di dalam kasih setia 

dan rahmat-Nya. Ia menyatukan mereka dengan diri-

Nya dalam iman dan kasih, dan memberikan diri-Nya 

kepada mereka dalam janji-janji dan semua yang 

dimiliki-Nya untuk menjadi milik mereka juga. Dengan 

seorang juapun jangan engkau bersetubuh, maka aku-

pun akan demikian bagimu (Hos. 3:3, TL). Dan mereka 

dipersembahkan kepada-Nya sebagai perawan suci. 

[3] Itulah hari kesukaan hatinya. Ia berkenan dengan 

penghormatan yang diberikan umat-Nya kepada-Nya, 

berkenan dengan kemajuan kepentingan-Nya di antara 

mereka. Apakah Iblis jatuh di hadapan mereka? Pada 

waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus 

(Luk. 10:18, 21). Ada sukacita di sorga atas pertobatan 

orang berdosa. Keluarga sangat senang saat  anak yang 

terhilang itu pulang kembali. Keluarlah dan tengoklah ka-

sih karunia Kristus kepada orang-orang berdosa, sebagai 

mahkota-Nya, kemuliaan-Nya yang terang benderang. 


 

 

 

 

PASAL  4  

Dalam pasal ini:  

I. Yesus Kristus, sesudah menikahkan jemaat dengan diri-Nya 

(3:11), memuji kecantikannya setinggi langit dengan bebe-

rapa ungkapan. Ia menyimpulkan kecantikannya, seluruhnya 

sungguh cantik (ay. 1-5 dan lagi ay. 7).  

II. Ia mengundurkan diri, dan mengundang jemaat untuk pergi 

bersama-Nya, dari gunung-gunung kengerian ke gunung-

gunung kesukaan (ay. 6, 8).  

III. Ia menyatakan kasih-Nya kepada jemaat dan kegembiraan-

Nya sebab  kasih sayang jemaat kepada-Nya (ay. 9-14).  

IV. Jemaat menganggap semua yang berharga yang dimilikinya 

yaitu  sebab  pemberian-Nya. Semuanya itu bergantung pada 

kuasa terus-menerus dari anugerah-Nya untuk menjadikan 

dirinya lebih dan lebih lagi berkenan kepada-Nya (ay. 15-16).  

Kecantikan Jemaat 

(4:1-7) 

1 Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan mer-

pati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing 

yang bergelombang t


Related Posts:

  • pengkhotbah kidungagung 10 t itu disam-but olehnya, dan dirasakannya buahnya manis bagi langit-langitnya, bagaimanapun rasanya bagi orang lain. Orang-orang percaya telah mengecap kebaikan Tuhan (1Ptr. 2:3). Buah-Nya yaitu  segala h… Read More