t itu disam-
but olehnya, dan dirasakannya buahnya manis bagi langit-
langitnya, bagaimanapun rasanya bagi orang lain. Orang-orang
percaya telah mengecap kebaikan Tuhan (1Ptr. 2:3). Buah-Nya
yaitu segala hak istimewa kovenan yang baru, yang dibeli
dengan darah-Nya dan disampaikan oleh Roh-Nya. Janji-janji
itu manis bagi orang yang percaya, ya, dan merupakan petun-
juk baginya. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum
Tuhan . Pengampunan itu manis, dan demikian juga dengan
kedamaian hati nurani, jaminan akan kasih Tuhan , sukacita
dari Roh Kudus, pengharapan akan kehidupan kekal, dan
semua tanda jaminan dan cicipannya. Semuanya itu manis,
sungguh manis bagi mereka yang indera rohaninya terlatih.
jika mulut kita dimatikan terhadap kenikmatan dosa,
maka penghiburan sorgawi akan terasa manis bagi mulut kita,
lebih dari pada madu.
III. Sang mempelai wanita mengakui dirinya berhutang kepada
Yesus Kristus atas segala berkat dan penghiburan yang ia dapat-
kan dalam persekutuan dengan-Nya (ay. 4): “Aku ingin duduk di
bawah pohon apel, senang berada di sana, namun Ia menerimaku,
bahkan, Ia mendesakku, untuk bersekutu lebih intim dengan-
Nya: Marilah engkau yang diberkati TUHAN, mengapa engkau
berdiri di luar? Telah dibawanya aku ke rumah pesta, tempat di
mana ia menjamu teman-teman istimewanya, dengan berbagai
penghiburan, dari yang rendah hingga yang tinggi, dari buah
pohon apel hingga buah anggur yang lebih melimpah.” sebab
siapa yang menghargai sukacita ilahi, kepadanya akan diberi
lebih banyak lagi. Salah satu guru agama Yahudi memahami
rumah pesta sebagai Kemah Pertemuan, di mana tafsiran hukum
diberikan. Dan tentu saja kita bisa menerapkan hal ini dalam
pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, di mana Injil diberitakan
dan semua ketetapan Kristen dijalankan, secara khusus Perjamu-
an Kudus, perjamuan anggur, terutama bagian-bagian inti dalam
semua ketetapan itu, yaitu persekutuan dengan Tuhan . Perhatikan,
1. Bagaimana sang mempelai diperkenalkan “Telah dibawanya
aku, mengerjakan dalam diriku kecenderungan untuk mende-
kat kepada Tuhan , menolongku mengatasi ketawaran hatiku,
memegang tanganku, menuntun dan membimbingku, mem-
berikanku jalan masuk dengan keberanian kepada Tuhan seba-
gai Bapa,” (Ef. 2:18). Kita tidak akan pernah bisa masuk ke
rumah pesta, tidak pernah bisa mengenal sukacita rohani,
seandainya Kristus tidak membawa kita, dengan membukakan
bagi kita jalan yang baru dan hidup, dan membukakan bagi
kita mata air yang baru dan hidup.
2. Bagaimana ia disukakan: Panjinya di atasku yaitu cinta.
Dibawanya aku masuk dengan panji di atas kepalaku, bukan
sebagai orang yang ditaklukkan-Nya, namun sebagai orang yang
dielu-elukan-Nya dengan gembira, dan yang selalu dibawa-Nya
di jalan kemenangan bersama-Nya dan di dalam Dia (2Kor.
2:14). Injil dibandingkan dengan panji-panji (Yes. 11:12), dan
hal yang dilambangkan dengan panji, ditulis di atasnya de-
ngan tinta emas, tinta darah, yaitu cinta, cinta. Dan inilah
Kitab Kidung Agung 2:3-7
yang menjadi jamuan di dalam rumah pesta. Kristus yaitu
pemimpin kita menuju keselamatan, dan Ia menghimpun se-
mua serdadunya di bawah panji cinta. Di dalam cintalah mere-
ka berpusat. Kepada cinta itulah mereka harus terus meman-
dang dan digairahkan. Kasih Kristus harus menguasai mereka
untuk berperang dengan gagah berani. saat sebuah kota
diduduki, si penakluk akan memasang panjinya di sana. “Ia
telah menaklukkan aku dengan cintanya, menguasai aku
dengan kebaikan hatinya, dan itulah panjinya di atasku.” Ini
dikatakan oleh sang mempelai wanita sesuai dengan apa
yang telah dialaminya di masa lalu, dan ia mengingatnya de-
ngan suka hati. Roti yang sudah dimakan tidak boleh dilupa-
kan, namun diingat dengan syukur kepada Tuhan yang telah mem-
beri kita makan manna di padang gurun ini.
IV. Ia menyatakan kasih sayang dan cintanya yang berapi-api kepada
Yesus Kristus (ay. 5): Sakit asmara aku, dikuasai, ditaklukkan
olehnya. Daud menjelaskan hal ini saat ia mengatakan, Hancur
jiwaku sebab rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu (Mzm.
119:20), dan Habis jiwaku merindukan keselamatan dari pada-Mu
(Mzm. 119:81), merana memastikannya dan takut kehilangannya.
Sang mempelai saat itu kemungkinan sedang tidak ada bersama
kekasihnya, dan menantikan kembali-Nya, dan tidak kuasa mena-
han kesedihan akibat jarak dan penantian. O alangkah baiknya
jika jiwa sakit asmara kepada Kristus daripada kekenyangan
dengan cinta akan dunia ini! Ia merintih meminta penghiburan:
“O kuatkanlah aku dengan penganan kismis atau minyak, atau
bunga-bunga, apa pun yang membangkitkan semangatku. Segar-
kanlah aku dengan buah apel, dengan buah-buahan dari pohon
apel itu, yaitu Kristus (ay. 3), dengan kebaikan dan perenungan
akan Kristus dan kesadaran akan cinta-Nya pada jiwaku.” Per-
hatikan, mereka yang sakit asmara kepada Kristus tidak akan
kekurangan dukungan rohani, saat mereka sementara menanti-
kan penghiburan rohani.
V. Ia mengalami kuasa dan kelembutan anugerah ilahi, yang mem-
bangunkannya dari pingsannya (ay. 6). Meskipun Ia kelihatannya
sudah pergi, namun bahkan pada saat itu pun Ia bersedia untuk
menolong,
1. Untuk menopang jiwa yang sakit asmara, dan mencegahnya
pingsan: “Tangan kirinya ada di bawah kepalaku, untuk meno-
pangnya, bahkan, menjadi bantal untuk meletakkan kepala
dengan nyaman.” Daud mengalami tangan Tuhan yang meno-
pang dia saat jiwanya melekat kepada Tuhan (Mzm. 63:8,
KJV). Ayub pada saat ditinggalkan, masih menemukan bahwa
Tuhan menaruh perhatian kepadanya (Ayb. 23:6). Semua orang-
Nya yang kudus ada di dalam tangan-Mulah, yang dengan
lembut menopang kepala mereka yang sakit.
2. Untuk menguatkan jiwa yang sakit asmara supaya terus me-
nanti sampai Ia datang kembali: “Sebab sementara ini, tangan
kanannya memeluk aku, dan dengan begitu memberikan aku
kepastian akan cinta-Nya yang tidak dapat disangkal.” Orang-
orang percaya berhutang segala kekuatan dan penghiburan
mereka kepada tangan kiri Tuhan Yesus yang menopang dan
tangan kanan-Nya yang memeluk.
VI. Menemukan kekasihnya sedemikian dekat dengannya, ia memas-
tikan bahwa tidak ada yang mengganggu persekutuannya dengan
kekasihnya (ay. 7): Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem.
Yerusalem, ibu kita semua, menyumpahi semua putrinya, jemaat
menyumpahi semua anggotanya, jiwa yang percaya menyumpahi
seluruh kekuasaan dan kemampuannya, sang mempelai me-
nyumpahi dirinya dan segala sesuatu di sekelilingnya, supaya
tidak membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingini-
nya, sebab saat ini sang kekasih sedang tertidur di pelukannya,
seperti dahulu sang kekasih tertidur di dalam pelukannya (ay. 6).
Ia memberikan sumpahnya demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa
betina di padang, yaitu, demi segala sesuatu yang menarik di
mata mereka, dan dekat di hati mereka, seperti rusa yang manis,
kijang yang jelita. “Kekasihku bagiku lebih bernilai daripada rusa
dan kijang bagimu, dan sama seperti mereka, bisa terganggu oleh
suara kecil sekalipun.” Perhatikan,
1. Orang-orang yang mencicipi manisnya persekutuan dengan
Kristus, dan perwujudan kasih-Nya yang nyata, tidak mungkin
tidak mendambakan untuk dapat terus-menerus memandangi
pemandangan yang indah ini, yaitu perjamuan yang menye-
nangkan ini. Petrus sampai ingin mendirikan kemah di atas
gunung yang suci itu (Mat. 17:4).
Kitab Kidung Agung 2:8-13
2. Namun Kristus, saat Ia berkehendak, bisa menarik segala per-
sekutuan yang indah itu dari diri-Nya, sebab Ia yaitu pribadi
yang bebas, Roh yang seperti angin, bertiup ke mana dan kapan
ia mau. Dan kita harus menuruti kemauan-Nya. namun ,
3. Yang menjadi perhatian kita ialah agar kita tidak melakukan
apa pun yang membangkitkan amarah-Nya sehingga menarik
diri dan menyembunyikan wajah-Nya. sebab itu kita perlu
menjaga hati kita dan menekan segala pikiran yang bisa men-
dukakan Roh-Nya yang baik. Marilah semua yang telah beroleh
penghiburan gentar untuk berbuat dosa dan kehilangannya.
Saling Kasih antara Kristus dan Jemaat
(2:8-13)
8 Dengarlah! Kekasihku! Lihatlah, ia datang, melompat-lompat di atas gunung-
gunung, meloncat-loncat di atas bukit-bukit. 9 Kekasihku serupa kijang, atau
anak rusa. Lihatlah, ia berdiri di balik dinding kita, sambil menengok-nengok
melalui tingkap-tingkap dan melihat dari kisi-kisi. 10 Kekasihku mulai ber-
bicara kepadaku: “Bangunlah manisku, jelitaku, marilah! 11 sebab lihatlah,
musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan sudah lalu. 12 Di ladang
telah nampak bunga-bunga, tibalah musim memangkas; bunyi tekukur ter-
dengar di tanah kita. 13 Pohon ara mulai berbuah, dan bunga pohon anggur
semerbak baunya. Bangunlah, manisku, jelitaku, marilah!
Dalam ayat-ayat di atas jemaat sangat bergembira membayangkan per-
sekutuannya lagi dengan Kristus sesudah ia sembuh dari pingsannya.
I. Ia bersuka akan kedatangan kekasihnya (ay. 8).
1. Ia mendengarnya berkata: “Dengarlah! Kekasihku!”. Ia memang-
gilku untuk memberitahukan kedatangannya. Seperti salah
satu domba kepunyaan kekasihnya itu, ia mengenal suaranya
sebelum melihatnya, dan dapat dengan mudah membeda-
kannya dari suara orang-orang asing (Yoh. 10:4-5). Dan seperti
sahabat mempelai laki-laki yang setia, ia sangat bersukacita
mendengar suara mempelai laki-laki (Yoh. 3:29). Dengan sorak
sorai kegembiraan ia berseru, “Dengarlah! Kekasihku! Itu
suara kekasihku, tidak mungkin suara orang lain, sebab tidak
ada yang dapat berbicara ke hati dan membuatnya berapi-api.”
2. Ia melihat kekasihnya datang, menyaksikan datangnya Tuhan
kita, Pemimpin kita (Mzm. 48:15). Lihatlah, Ia datang. Hal ini
dapat diterapkan dengan sangat baik pada pandangan orang-
orang kudus di Perjanjian Lama yang melihat kedatangan Kris-
tus dalam daging. Abraham telah melihatnya dari kejauhan,
dan ia bersukacita. Semakin dekat waktunya, semakin jelas
penglihatan kita akan kedatangan-Nya, dan mereka yang
menantikan penghiburan Israel dengan mata iman melihat-
Nya datang dan bersorak sebab penglihatan itu: Lihatlah, Ia
datang. Sebab mereka telah mendengar-Nya berkata, Sungguh
aku datang (Mzm. 40:7), dan iman mereka pun diteguhkan:
Lihatlah, Ia datang sebagaimana yang Ia janjikan.
(1) Sang kekasihnya datang dengan girang dan bersemangat.
Ia datang dengan melompat-lompat dan meloncat-loncat
seperti kijang dan seperti anak rusa (ay. 9), layaknya se-
orang yang bersuka dengan pekerjaannya, yang hatinya
terpatri padanya dan yang kesukaannya tertuju pada anak-
anak manusia. saat Ia datang untuk dibaptis dengan
baptisan darah, betapa susahnya hati-Nya, sebelum hal itu
berlangsung (Luk. 12:50).
(2) Ia datang mengatasi dan melampaui segala kesulitan yang
merintangi jalan-Nya. Ia datang melompat-lompat di atas
gunung-gunung, meloncat-loncat di atas bukit-bukit (demi-
kian tafsiran sebagian orang), tidak takut dengan segala
kekecewaan yang akan ia lalui. Kutukan hukum, kematian
di kayu salib, harus dilalui, segala kuasa kegelapan harus
dilawan, namun, di hadapan ketetapan kasih-Nya, semua
gunung-gunung tinggi menjulang ini menjadi rata. Kapan-
pun dan apapun perlawanan yang dihadapi untuk menye-
lamatkan jemaat Tuhan , Kristus akan menerobosnya, akan
melaluinya.
(3) Ia datang bergegas, serupa kijang-kijang atau rusa-rusa
betina. Mereka pikir waktunya panjang (setiap hari seperti
setahun), namun Ia sungguh bergegas. Seperti halnya
sekarang, demikianlah pada waktu itu, sedikit, bahkan
sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah
akan ada, tanpa menangguhkan. saat Ia datang untuk
menyelamatkan umat-Nya, Ia melayang seperti awan, dan
tidak pernah melebihi waktu-Nya, yang merupakan waktu
yang terbaik. Kita dapat menerapkan hal ini pada orang-
orang percaya secara khusus, yang mendapati bahwa bah-
kan saat Kristus telah menarik segala penghiburan dari
Kitab Kidung Agung 2:8-13
mereka, dan tampaknya telah meninggalkan mereka, na-
mun itu hanya untuk sebentar saja, dan sesudah itu Ia
akan segera kembali dengan kasih setia yang kekal.
II. Sang mempelai wanita menghibur diri dengan sekilas peng-
lihatan akan kekasihnya dan perkenanannya: “Ia berdiri di balik
dinding kita. Aku tahu ia ada di sana, sebab terkadang ia mene-
ngok-nengok melalui tingkap-tingkap, atau menengok ke dalam,
dan menampakkan dirinya dari kisi-kisi.” Demikianlah keadaan
jemaat Perjanjian Lama saat mereka menantikan kedatangan
Mesias. Hukum Taurat yang bersifat keupacaraan disebut tembok
pemisah (Ef. 2:14), selubung (2Kor. 3:13). Namun, Kristus berdiri
di balik dinding itu. Kristus ada di dekat mereka, Ia ada bersama
mereka, meskipun mereka tidak dapat melihat-Nya dengan jelas.
Ia yang yaitu hakikat tidak jauh dari bayangan (Kol. 2:17).
Mereka melihat Dia sedang menengok melalui tingkap-tingkap
tata upacara hukum Taurat itu dan tersenyum dari balik dinding-
dinding hukum itu. Dalam korban-korban persembahan dan
pengudusan mereka Kristus menyatakan diri-Nya kepada mereka,
dan memberi mereka pernyataan dan tanda-tanda jaminan
anugerah-Nya, untuk mengajak dan mendorong mereka supaya
merindukan kedatangan-Nya. Demikianlah keadaan kita saat ini
dibandingkan dengan pada yang akan terjadi nanti pada keda-
tangan Kristus yang kedua kali. sebab sekarang kita melihat
dalam cermin (tubuh yaitu dinding antara kita dengan Dia, dan
melalui tingkap-tingkap tubuh ini kita melihat Dia saat ini),
namun tidak muka dengan muka, sebagaimana kita berharap
dapat segera melihat Dia kelak. Di dalam sakramen-sakramen
Kristus berada di dekat kita, namun itu hanyalah di balik dinding
dari tanda-tanda lahiriah, yang melalui kisi-kisinya Ia menyatakan
diri-Nya kepada kita. Namun kita akan segera melihat Dia dalam
keadaan-Nya yang sebenarnya. Sebagian orang memahami hal ini
sebagai keadaan orang percaya saat berada di bawah awan.
Kristus tidak terlihat namun tidak jauh. Lihat Ayub 34:14, dan
bandingkan dengan Ayub 23:8-10. Sang mempelai wanita
menyebut dinding yang menghalangi di antara dirinya dan keka-
sihnya sebagai dinding kita, sebab dinding itu yaitu dosa, dan
tidak ada lain lagi yang menjadi pemisah antara kita dan Tuhan ,
dan dinding itu ialah dinding yang kita dirikan sendiri (Yes. 59:2).
Di balik dinding itu Ia berdiri, menanti-nantikan saatnya hendak
menunjukkan kasih-Nya, dan siap diperdamaikan, saat kita ber-
tobat. Maka ia menengok-nengok melalui tingkap-tingkap, meng-
amati keadaan hati kita dan tindakan jiwa kita. Ia menengok
dekat tingkap-tingkap, dan menampakkan diri-Nya untuk mem-
berikan mereka penghiburan, supaya mereka dapat terus meng-
harapkan kedatangan-Nya kembali.
III. Sang mempelai wanita mengulangi ajakan kekasihnya yang
penuh rahmat untuk berjalan bersama-sama dengannya (ay. 10-
13). Ia mengingat perkataan kekasihnya kepadanya, sebab per-
kataan itu meninggalkan kesan yang mendalam dan menyenang-
kan baginya, dan titah yang menghidupkan kita tidak boleh kita
lupakan. Ia menceritakannya untuk menyemangati orang-orang
lain, memberitahukan kepada mereka apa yang telah Ia katakan
bagi jiwanya dan apa yang telah dilakukan-Nya terhadap jiwanya
(Mzm. 66:16).
1. Kekasihnya menyebut dia manisnya dan jelitanya. Tak peduli
pandangan orang terhadapnya, di mata kekasihnya itu ia
sungguh pantas, dan di matanya ia menyenangkan. Orang-
orang yang menjadikan Kristus sebagai kekasih mereka, akan
diakui-Nya sebagai milik kepunyaan-Nya. Tidak pernah ada
cinta yang ditujukan kepada Kristus, hilang lenyap begitu saja.
Kristus, dengan menyatakan kasih-Nya kepada orang-orang
percaya, mengajak dan mendorong mereka untuk mengikut
Dia.
2. Sang kekasih memanggil sang mempelai wanita , bangun-
lah dan marilah (ay. 10) dan lagi (ay. 13). Pengulangan ini
menggambarkan sang mempelai wanita menarik diri (kita
perlu sering dipanggil untuk ikut Yesus Kristus. Sebab harus
ini harus itu, mesti begini mesti begitu). namun di lain pihak
pengulangan ini juga menyatakan kesungguhan hati-Nya.
Hati-Nya begitu tertuju kepada keselamatan jiwa-jiwa yang
berharga sehingga Ia terus-menerus mendesak mereka untuk
menuruti apa yang menjadi kebaikan mereka sendiri.
3. Kekasihnya memberi alasan kembalinya musim semi, dan cua-
ca yang menyenangkan.
Kitab Kidung Agung 2:8-13
311
(1) Musim semi digambarkan dengan anggun dalam berbagai
ungkapan,
[1] Musim dingin telah lewat, musim dingin yang gelap,
dingin, dan tandus. Hari-hari musim dingin yang panjang
dan sulit akhirnya usai, tidak tinggal untuk selamanya.
Dan musim semi tidak akan menjadi begitu menyenang-
kan jika tidak didahului oleh musim dingin, yang
menjadi pembungkus keindahannya (Pkh. 7:14). Raut
langit dan bumi tidak akan selalu sama, melainkan
akan terus-menerus berubah, sepanjang hari dan setiap
tahun. Musim dingin telah lewat, namun tidak lewat
untuk selama-lamanya. Ia akan datang lagi dan kita
harus mengumpulkan makanan di musim panas (Ams.
6:6, 8). Kita harus menangis di musim dingin, dan ber-
sukaria di musim panas, seolah-olah kita tidak mena-
ngis dan bersukaria, sebab keduanya akan berlalu.
[2] Hujan telah berhenti dan sudah lalu, hujan musim
dingin, hujan badai yang dingin, kini sudah lalu, dan
embun TUHAN ialah embun terang. Bahkan hujan yang
menenggelamkan bumi berhenti dan lalu (Kej. 8:1-3),
dan Tuhan bersumpah air bah tidak akan meliputi bumi
lagi, yang merupakan penggambaran dan perlambang
dari kovenan anugerah (Yes. 54:9).
[3] Di ladang telah tampak bunga-bunga. Selama musim
dingin mereka mati dan terkubur dalam akar mereka,
tidak nampak tanda-tanda keberadaan mereka. Namun
di musim semi mereka hidup kembali, dan menampak-
kan diri mereka dalam berbagai-bagai jenis dan kehijau-
an yang mengagumkan, dan, seperti embun yang meng-
hasilkan mereka, tidak menanti-nantikan orang (Mik.
5:6). Mereka muncul, namun mereka akan segera meng-
hilang lagi, dan manusia di sini seperti bunga (Ayb. 14:2).
[4] Tibalah musim burung-burung bernyanyi (KJV). Burung-
burung kecil, yang selama musim dingin bersembunyi
di dalam peristirahatannya dan nyaris bertahan hidup,
melupakan segala kesulitan di musim dingin, dan me-
nyanyikan puji-pujian yang terbaik bagi Sang Pencipta
saat musim semi datang kembali. Tentu Ia yang
mengerti burung-burung yang memanggil-manggil juga
memperhatikan mereka yang bersorak-sorai (Mzm.
104:12). Siulan burung-burung membuat bisa membuat
kita malu dengan keheningan kita dalam memuji-muji
Tuhan, padahal kita diberi makan lebih baik dari mere-
ka (Mat. 6:26), dan diberi akal budi lebih (Ayb. 35:11),
dan lebih berharga dari pada banyak burung pipit. Mere-
ka hidup tanpa khawatir (Mat. 6:26), dan sebab itu
mereka bersiul-siul, sementara kita hanya bergumam.
[5] Bunyi tekukur terdengar di tanah kita, yang merupakan
salah satu burung musiman yang disebutkan dalam
Yeremia 8:7, yang mengetahui musim untuk datang dan
musim untuk bernyanyi, sehingga mempermalukan kita
yang tidak mengetahui hukum TUHAN, tidak mengetahui
musim-musim, tidak mengetahui segala sesuatu yang
indah pada waktunya, dan tidak bernyanyi pada mu-
simnya.
[6] Pohon ara mulai berbuah, sehingga kita mengetahui
bahwa musim panas sudah dekat (Mat. 24:32), saat
buah ara hijau menjadi buah ara matang dan layak
dipakai, serta bunga pohon anggur semerbak baunya.
Tanah tidak hanya menghasilkan bunga-bunga saja (ay.
12), namun juga buah. Bau buah-buahan, yang ber-
manfaat, lebih diinginkan daripada bau bunga-bunga-
nya, yang hanya berguna untuk dipandang dan dinik-
mati. Ular, katanya, juga terusir oleh semerbak bau
buah anggur. Dan siapakah si ular tua, dan siapakah
buah anggur yang benar, kita sendiri mengetahuinya
dengan baik.
(2) Nah, penjelasan tentang kembalinya musim semi ini, seba-
gai alasan untuk mengikuti Kristus, dapat diterapkan:
[1] Pada pengenalan akan Injil di dalam zaman berlakunya
Perjanjian Lama, yaitu waktu yang menjadi musim
dingin bagi jemaat. Injil Kristus menghangatkan musim
yang dingin itu, membuatnya yang semula mati dan
mandul menjadi berbuah. Ke mana pun Injil hadir, Ia
mendatangkan keindahan dan kemuliaan atas tempat
itu (2Kor. 3:7-8) dan menghadirkan alasan untuk ber-
sukacita. Musim semi yaitu musim yang menyenang-
Kitab Kidung Agung 2:8-13
kan, dan demikian juga dengan musim Injil. Aspice
venturo lætentur ut omnia seclo – Lihatlah sukacita yang
diilhami fajar yang menyingsing! kata Virgil dari Sibyls,
yang mungkin lebih merujuk pada ditegakkannya kera-
jaan Mesias pada saat itu, yang tidak disangkanya
(Mzm. 96:11). Bangunlah, and nikmatilah musim semi
ini. Marilah pergi dari dunia dan daging, dan masuklah
ke dalam persekutuan dengan Kristus (1Kor. 1:9).
[2] Pada pembebasan jemaat dari kuasa musuh yang meng-
aniayanya, dan pemulihan kebebasan dan damai bagi-
nya, sesudah satu musim dingin penderitaan dan penge-
kangan yang keras. saat badai masalah telah berhenti
dan sudah lalu, saat bunyi tekukur, suara sukacita
Injil Kristus, didengar kembali, dan segala ketetapan
ibadah dinikmati dengan kebebasan, maka bangunlah
dan marilah nikmati waktu yang membahagiakan ini.
Berjalan dalam terang Tuhan, bernyanyi di jalan-jalan
Tuhan. saat jemaat berada dalam keadaan damai,
jemaat itu dibangun (Kis. 9:31).
[3] Pada pertobatan orang-orang berdosa dari keadaan
alami ke keadaan anugerah. Perubahan yang indah ini
seperti kembalinya musim semi, perubahan yang me-
nyeluruh dan sangat menyenangkan. Ini sebuah ciptaan
yang baru, dilahirkan kembali. Jiwa yang semula keras,
dan dingin, dan beku, dan tidak berguna, seperti tanah
di musim dingin, menjadi subur, seperti tanah di mu-
sim semi, dan secara bertahap, layaknya tanah yang
subur, menghasilkan buahnya sampai penuh. Perubah-
an yang mulia ini murni berhutang kepada kedatangan
dan pengaruh dari Sang Matahari Kebenaran, yang
memanggil kita dari sorga untuk bangunlah dan mari-
lah. Mari, kumpulkan bekal dalam musim panas.
[4] Pada penghiburan bagi orang-orang suci sesudah pen-
deritaan dan kemuraman batiniah. Seorang anak Tuhan ,
dalam keraguan dan ketakutan, bagaikan tanah di mu-
sim dingin, malamnya panjang, hari-harinya gelap, ka-
sihnya yang baik mendingin, tidak ada yang dikerjakan,
tidak ada yang didapat, tangannya terikat. Namun peng-
hiburan akan datang kembali. Bunyi burung-burung akan
bernyanyi lagi, dan bunga-bunga akan kembali nampak.
Maka mari bangunlah, jiwa malang yang terkulai, dan
marilah dengan kekasihmu. Bangunlah, dan kebaskan
debu dari padamu (Yes. 52:2). Bangkitlah, menjadi terang-
lah, sebab terangmu datang (Yes. 60:1), berjalan di dalam
terang Tuhan (Yes. 2:5)
[5] Pada kebangkitan tubuh pada hari terakhir, dan kemu-
liaan yang akan dinyatakan. Tulang-tulang yang tergele-
tak di dalam kubur, bagaikan akar-akar tanaman dalam
tanah selama musim dingin, akan seperti rumput muda
yang tumbuh dengan lebat (Yes. 66:14; 26:19). Peristiwa
ini akan menjadi ucapan selamat tinggal untuk selama-
lamanya kepada musim dingin dan jalan masuk yang
penuh sukacita ke dalam musim semi yang kekal.
Kasih Jemaat terhadap Kristus
(2:14-17)
14 Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung,
perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu
dan elok wajahmu!” 15 Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah
yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami
yang sedang berbunga! 16 Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia
yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung. 17 Sebelum
angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, kembalilah, kekasih-
ku, berlakulah seperti kijang, atau seperti anak rusa di atas gunung-gunung
tanaman rempah-rempah!
Dalam ayat-ayat di atas kita temukan,
I. Undangan yang membesarkan hati yang Kristus sampaikan kepada
jemaat, dan setiap jiwa yang percaya untuk datang bersekutu
dengan-Nya (ay. 14).
1. Kekasih-Nya kini yaitu merpati-Nya. Daud menyebut jemaat
Tuhan merpati (Mzm. 74:19), dan demikianlah juga di sini
jemaat disebut. Ia yaitu seekor merpati sebab keelokannya,
sayapnya bersalut dengan perak (Mzm. 68:14), sebab ketidak-
bercelaan dan kelurusan hatinya. Jiwa yang penuh rahmat
yaitu jiwa yang seperti seekor merpati, tidak berbahaya,
mencintai kedamaian dan kebersihan, dan setia kepada Kris-
tus, seperti burung tekukur kepada pasangannya. Roh Kudus
Kitab Kidung Agung 2:14-17
turun dalam rupa burung merpati ke atas Kristus, dan demi-
kianlah Ia turun juga ke atas semua orang Kristen, menjadi-
kan mereka roh yang lemah lembut dan tenteram. Jemaat ada-
lah merpati kepunyaan Kristus, sebab Ia memilikinya dan
bersuka di dalamnya. Jemaat tidak bisa mendapat peristira-
hatan selain di dalam Dia dan di dalam bahtera-Nya, dan
sebab itu kepada-Nya, sebagai Nuhnya, ia kembali.
2. Burung merpati ini berada di celah-celah batu dan di persem-
bunyian lereng-lereng gunung. Hal ini menyatakan,
(1) Pujian dari jemaat. Kristus ialah batu, yang kepada-Nya
jemaat terbang untuk berlindung dan hanya di dalam Dia
saja ia bisa mendapatkan keamanan dan ketenangan,
seperti seekor burung merpati yang berlindung di dalam
liang batu saat diserang oleh burung pemangsa (Yer.
48:28). Musa disembunyikan dalam lekuk gunung, supaya
ia bisa melihat suatu kemuliaan Tuhan , sebab kalau tidak,
ia tidak mungkin tahan melihat terang-Nya. Jemaat meng-
undurkan diri ke dalam persembunyian lereng-lereng gu-
nung, di mana ia dapat menyendiri, tidak terganggu, dan
dapat bersekutu dengan lebih baik dengan hatinya sendiri.
Orang-orang Kristen yang baik akan mencari waktu sen-
dirian. Kristus sering mengundurkan diri ke atas bukit
seorang diri, untuk berdoa. Atau,
(2) Kesalahannya. Ia merayap ke celah-celah batu, dan persem-
bunyian, sebab takut dan malu. Ia menyembunyikan
kepalanya di mana saja, sebab tawar hati dan kecil hati.
Ia bahkan hendak menjauhkan diri dari pandangan keka-
sihnya. Menyadari ketidakpantasan dan ketidaklayakannya
untuk datang ke hadirat-Nya dan berbicara dengan-Nya, ia
mundur, bagaikan merpati tolol, tidak berakal (Hos. 7:11)
3. Kristus dengan murah hati memanggilnya keluar dari tempat
persembunyiannya: Marilah, perlihatkanlah wajahmu, perde-
ngarkanlah suaramu. Ia meratap seperti burung layang-layang
(Yes. 38:14), berduka seperti burung perkutut di lembah-lem-
bah, di mana mereka berada dekat dengan bebatuan yang ber-
bahaya, mengerang, masing-masing sebab kesalahannya sen-
diri (Yeh. 7:16) dan menolak untuk dihibur. Namun Kristus
memanggilnya untuk mengangkat mukanya tanpa cela, dibersih-
kan dari nurani yang jahat (Ayb. 11:15; 22:26), untuk mengham-
piri takhta kasih karunia, sebab sudah ada Iman Besar Agung
di sana (Ibr. 4:16). Kristus memanggil dia supaya dia menya-
takan permohonan dan permintaannya: Perdengarkanlah suara-
mu, perdengarkanlah apa yang hendak engkau katakan. Apa
yang engkau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu? Berbicara-
lah dengan bebas, berbicaralah, dan jangan takut atau mundur.
4. Untuk menghibur hati sang mempelai wanita atau jemaat,
Ia memberitahukan pikiran-pikiran baik-Nya tentangnya, tak
peduli apa pun yang Ia pikirkan tentang dirinya: Merdu suara-
mu, suara doamu, meskipun engkau hanya bisa menciap-ciap
seperti burung layang-layang (Yes. 38:14). Suara doamu bagai-
kan nyanyian di telinga Tuhan . Kristus telah meyakinkan kita
bahwa doa orang jujur dikenan-Nya. Ia mencium harum per-
sembahan Nuh, dan persembahan rohani tidak kurang ber-
kenan (1Ptr. 2:5). Hal ini sama sekali bukan untuk memuji-
muji ibadah pelayanan kita, melainkan memuji kemurahan
Tuhan yang berkenan menerima ibadah kita. Ini juga merupa-
kan pujian akan keampuhan pendupaan yang dipersembah-
kannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus (Why.
8:3). “Wajahmu itu, yang sebab nya engkau merasa malu,
sungguhlah cantik, meskipun sekarang dirundung duka, apa-
lagi nanti saat ceria.” Maka suara doa kita itu manis dan
menyenangkan bagi Tuhan saat wajah, yaitu perilaku kita di
hadapan manusia, suci dan indah, selaras dengan pengakuan
iman kita. Mereka yang telah disucikan terlihat paling indah.
II. Perintah Kristus kepada para pelayan-Nya untuk melawan dan
melenyapkan gangguan jahat yang menyerang jemaat-Nya dan
membuatnya seperti merpati malang yang kabur ketakutan ke
celah-celah batu. Gangguan jahat itu menjadi penghalang dan
merugikan kepentingan kerajaan-Nya di dunia ini dan di dalam
hati (ay. 15). Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu (tangkaplah
mereka bagi kami sebab hal itu baik bagi Kristus dan jemaat),
rubah-rubah yang kecil, yang merayap masuk tanpa disadari.
Sebab, meskipun mereka kecil, mereka melakukan kejahatan be-
sar, mereka merusak kebun-kebun anggur. Itu tidak boleh terjadi,
terutama sekarang saat kebun anggur sedang berbunga sehingga
harus dilindungi, atau panen akan gagal nanti. Orang-orang per-
Kitab Kidung Agung 2:14-17
caya bagaikan pohon anggur, tanaman yang lemah namun berman-
faat. Mula-mula buahnya muncul sebagai bunga, yang memerlukan
waktu untuk mencapai kematangan. Perintah untuk tangkaplah
bagi kami rubah-rubah itu yaitu ,
1. Perintah kepada orang-orang percaya secara khusus untuk
mematikan hal-hal yang merusak dalam diri mereka, hasrat
dan nafsu mereka yang berdosa, yang seperti rubah, rubah-
rubah kecil, yang merusak anugerah dan penghiburan mereka,
membuat mereka tidak bisa bergerak, menghancurkan apa
yang sudah dimulai dengan baik, dan mencegah mereka men-
capai kesempurnaan. Tangkaplah rubah-rubah kecil, bibit-bibit
dosa saat muncul, putri-putri Babel (Mzm. 137:9), yaitu
dosa-dosa yang kelihatannya kecil, sebab mereka seringkali
terbukti sangat berbahaya. Apa pun yang merintangi kita
dalam hal yang baik harus kita matikan.
2. Perintah kepada semua orang di tempatnya untuk melawan
dan mencegah menyebarnya pendapat dan perbuatan yang
cenderung merusak kemampuan orang untuk menilai apa
yang benar dan salah, yang menghancurkan hati nurani mere-
ka, mengacaukan pikiran mereka dan mengalihkan kecen-
derungan mereka dari kebajikan dan kesalehan. Para peng-
aniaya yaitu serigala (Luk. 13:32). Nabi-nabi palsu yaitu
anjing hutan (Yeh. 13:4). Orang-orang yang menabur benih
ajaran sesat atau perpecahan, dan seperti Diotrefes, meng-
ganggu kedamaian jemaat dan merintangi penyebaran Injil,
mereka itu yaitu rubah, rubah-rubah kecil, yang tidak boleh
diremukkan kepalanya (Anak manusia datang tidak untuk
membinasakan jiwa manusia), melainkan ditangkap, supaya
bisa dijinakkan atau dikekang supaya tidak berbuat jahat.
III. Pengakuan iman yang dibuat jemaat mengenai hubungannya
dengan Kristus dan kepuasan yang ia dapatkan saat ia men-
dapat perkenanan-Nya dan saat bersekutu dengan-Nya (ay. 16).
Kristus telah memanggilnya untuk bangunlah dan marilah de-
ngan-Nya, supaya Ia dapat memandang wajahnya dan mendengar
suaranya. Sekarang inilah jawabannya atas panggilan-Nya itu,
meskipun saat ini panggilan itu ada dalam kegelapan dan dari
kejauhan. Dalam jawabannya itu:
1. Ia menghibur dirinya dengan pikiran tentang hubungan antara
dia dengan kekasihnya. Kekasihku kepunyaanku, dan aku
kepunyaan dia, demikianlah teks aslinya penuh dengan pera-
saan. Keringkasan bahasa yang digunakan mengungkapkan ke-
besaran kasih sayangnya: “Siapa dia bagiku dan aku baginya
lebih baik dipikirkan ketimbang diungkapkan.” Perhatikan,
(1) yaitu anugerah istimewa yang tak terkatakan bagi orang-
orang percaya sejati bahwa Kristus yaitu kepunyaan me-
reka: Kekasihku kepunyaanku. Hal ini tidak hanya meng-
gambarkan kelayakan “aku berhak atas Dia,” melainkan
juga kepemilikan dan jaminannya “Aku menerima dari ke-
penuhan-Nya.” Orang-orang percaya turut berbagi dengan
Kristus. Mereka tidak hanya memiliki kepentingan di dalam
Dia, namun juga menikmati Dia. Mereka tidak hanya di-
bawa ke dalam kovenan, namun juga ke dalam persekutuan
dengan-Nya. Segala manfaat dari pekerjaan-Nya yang mulia,
sebagai Perantara, diserahkan kepada mereka. Seperti apa Ia
bagi mereka, dunia tidak dapat dan tidak mungkin melaku-
kannya. Segala yang mereka perlukan dan inginkan, dan
yang akan menyempurnakan kebahagiaan mereka, dunia
tidak dapat memberikannya kepada mereka. Dia seutuhnya
milik mereka, termasuk segala kepunyaan-Nya, segala yang
telah Ia lakukan, dan sedang Ia kerjakan. Segala yang telah
Ia janjikan di dalam Injil, segala yang telah Ia siapkan di
sorga, semuanya yaitu milikmu.
(2) yaitu pasti bahwa semua orang percaya yaitu milik
Kristus, dan hanya saat mereka menjadi milik-Nya, baru-
lah Ia menjadi milik mereka. Mereka memberikan diri me-
reka kepada Tuhan (2Kor. 8:5). Mereka menerima ajaran-Nya
dan menaati hukum-Nya. Mereka menyandang gambar-Nya
dan memikul kepentingan-Nya. Mereka milik Kristus. Apa-
bila kita menjadi milik-Nya, sepenuhnya, hanya milik-Nya,
milik-Nya selama-lamanya, maka kita bisa beroleh peng-
hiburan bahwa Ia yaitu milik kita.
2. Sang mempelai atau jemaat menghibur dirinya dengan pikir-
an-pikiran bahwa anugerah-Nya disampaikan kepada umat-
Nya: Dia yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga
bakung (KJV: Ia memberi makan mereka di tengah-tengah bunga
Kitab Kidung Agung 2:14-17
bakung). Saat ia menginginkan tanda perkenanan-Nya kepada
dirinya secara khusus, ia bersukaria dalam jaminan kehadir-
an-Nya bersama semua orang percaya secara umum, yang
yaitu bunga bakung di mata-Nya. Ia menggembalakan di
tengah-tengah mereka, yaitu, Ia bersuka atas mereka dan atas
pertemuan-pertemuan ibadah mereka seperti yang dilakukan
tuan rumah di meja makan atau di kebunnya, sebab Ia ber-
jalan di antara kaki dian emas itu. Ia bergembira untuk ber-
cakap-cakap dengan mereka dan melakukan apa yang baik
bagi mereka.
IV. Jemaat menanti dan mengharapkan kedatangan Kristus, oleh
sebab itu mereka mengungkapkan melalui doa.
1. Sang mempelai wanita tidak bimbang sebab angin senja
berembus dan bayang-bayang akan menghilang. Hari-hari Injil
akan terbit dan bayang-bayang tata upacara hukum Taurat
akan sirna. Inilah penghiburan bagi gereja Perjanjian Lama,
sesudah malam yang panjang dari babak yang kelam, terbitlah
surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka
yang diam dalam kegelapan. saat fajar menyingsing maka
bayang-bayang malam akan lenyap, itulah yang terjadi ter-
hadap bayangan hari saat yang sejati sudah datang. Hari-
hari penghiburan akan datang sesudah malam-malam pengabai-
an. Atau hal ini merujuk kepada kedatangan Kristus kedua
kalinya, dan kebahagiaan abadi bagi setiap umat kudusnya.
Bayangan yang menaungi kondisi kini akan menyingkir, segala
kegelapan dan keragu-raguan kita, segala keluh kesah kita.
Hari-hari penuh dengan kemuliaan akan menyingsing. Sebuah
pagi di mana orang benar akan memerintah (KJV), dan tiada lagi
malam sesudah nya.
2. Sementara itu, sang mempelai menginginkan kehadiran sang
kekasihnya, untuk menjadi penopang dan penghiburnya: “Kem-
balilah, kekasihku, kembalilah padaku, kemarilah dan datang-
lah kepadaku, kemarilah dan segarkan diriku, besertalah de-
nganku sampai akhir zaman. Di dalam hari-hari kesesakanku,
tolonglah aku, janganlah lambat datang. Datanglah meski gu-
nung-gunung terbelah, mengacaukan hari dan waktu. Datang-
lah dengan membawa kebaikan terang dan kasih.”
3. Sang mempelai berharap jika kekasihnya tidak hanya kembali
kepadanya untuk saat ini, namun juga untuk mempercepat
langkah agar segera datang kepadanya. “Datanglah, Tuhan Ye-
sus, datanglah segera. Meski di perjalanan ada gunung meng-
hadang, engkau dapat, laksana kijang, atau anak rusa yang
melangkah dengan mudahnya. Tunjukkanlah dirimu padaku,
atau bawalah aku kepadamu!”
PASAL 3
Di dalam pasal ini,
I. Jemaat menceritakan pencobaan menyakitkan yang ditang-
gungnya saat sang kekasih undur darinya. Rasa pedih ini
dialaminya sebelum ia merasakan kembali perkenan-Nya
yang menghibur hati. Ia juga menjelaskan keputusan yang
diambilnya sesudah ia pulih, untuk tidak lagi kehilangan per-
kenanan-Nya, seperti yang pernah dialaminya akibat kecero-
bohannya sendiri (ay. 1-5).
II. Putri-putri Yerusalem mengagumi keunggulan jemaat (ay. 6).
III. Jemaat mengagumi Yesus Kristus yang diperlambangi dengan
pribadi Salomo, jolinya termasuk para pengawal di sekeliling-
nya (ay. 7-8), dan tandunya (ay. 9-10). Ia berseru kepada
putri-putri Sion yang mengaguminya, supaya mereka hen-
daknya lebih mengagumi Salomo, terutama saat ia tampil
pada hari penobatan dan hari pernikahannya (ay. 11).
Kasih Jemaat terhadap Kristus
(3:1-5)
1 Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, namun
tak kutemui dia. 2 Aku hendak bangun dan berkeliling di kota; di jalan-jalan
dan di lapangan-lapangan kucari dia, jantung hatiku. Kucari, namun tak
kutemui dia. 3 Aku ditemui peronda-peronda kota. “Apakah kamu melihat
jantung hatiku?” 4 Baru saja aku meninggalkan mereka, kutemui jantung
hatiku; kupegang dan tak kulepaskan dia, sampai kubawa dia ke rumah
iartikel , ke kamar orang yang melahirkan aku. 5 Kusumpahi kamu, puteri-
puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang:
jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya!
Tuhan tidak pernah berkata kepada keturunan Yakub, untuk mencari
Aku dengan sia-sia. Namun, di sini kita dapati mempelai wanita
sangat lama mencari-cari kekasihnya dengan sia-sia. namun , akhir-
nya ia berhasil menemukannya, dan sungguh merasa puas tidak
terkatakan. Sungguh sulit bagi jemaat Perjanjian Lama menemukan
Kristus di dalam hukum Taurat yang sarat dengan upacara dan tata
tertib, termasuk dalam berbagai tanda-tanda dan perlambang yang
saat itu mewakili hal-hal yang baik yang akan datang. Sudah
cukup lama penghiburan itu dicari Israel sebelum akhirnya tiba juga.
Penjaga jemaat itu hanya memberikan sedikit bantuan kepada orang-
orang yang mencari Dia. Namun, akhirnya Simeon menyambut Anak
yang dikasihinya itu dan menatang-Nya. Hal ini dapat juga diterapkan
pada perkara orang-orang percaya tertentu, yang acap kali berjalan
dalam kegelapan selama waktu lama, namun akan tiba harinya
saat malam pun menjadi siang, dan orang-orang yang terus mencari
Kristus pada akhirnya akan mendapati Dia. Amatilah,
I. Bagaimana sang mempelai wanita sia-sia mencari kekasihnya
di atas ranjangnya (ay. 1). Saat ia bangun dan melihat sekeliling-
nya dengan sikap penuh kasih, ia dapat melihatnya di kejauhan
meskipun kekasihnya itu telah menarik diri (2:8). Namun, seka-
rang keadaan sudah berbeda. Ia itu masih mencintai kekasihnya.
Hanya dialah jantung hatinya. Ikatan perjanjian itu masih tetap
kuat. “Walaupun Ia hendak membunuh aku, aku akan percaya
kepada-Nya. Walaupun Ia meninggalkanku, aku akan tetap me-
ngasihi-Nya. Kalaupun Ia tidak berada dalam pelukanku, Ia ber-
ada dalam hatiku.” Namun, ia menginginkan persekutuan dengan
kekasihnya seperti waktu dulu, seperti Daud saat ia haus ke-
pada Tuhan , kepada Tuhan yang hidup. Ia terus mencari sang keka-
sih, namun,
1. saat itu ia berada di atas ranjangnya pada malam hari. Ka-
rena malam sudah larut, ia malas mencari. Akal budinya se-
dang suram. Malam sangat gelap. Cintanya sudah dingin, dan
ia setengah tidur di atas tempat tidurnya. Kelima gadis yang
bijaksana jatuh tertidur saat mempelai laki-laki belum tiba.
Ini menggambarkan masa gelap bagi orang-orang percaya.
Sang mempelai tidak melihat tanda-tanda keberadaan keka-
sihnya, namun ia tetap mencarinya. Orang-orang yang jiwanya
mengasihi Yesus Kristus akan terus mencari Dia, bahkan di
tengah kesunyian dan kesendirian sekalipun. Bahkan pada
Kitab Kidung Agung 3:1-5
waktu malam hati nurani mereka mengajari mereka untuk
melakukannya.
2. Ia gagal dalam upayanya. Adakalanya Dia berkenan ditemukan
oleh orang yang tidak mencari Dia (Yes. 65:1). Namun, di sini ia
tidak ditemukan oleh orang yang mencarinya. Mungkin seba-
gai hukuman atas tabiat buruknya, kemalasan dan rasa
amannya (kita tidak memperoleh penghiburan sebab tidak
mencarinya dengan benar), atau demi melatih kasih karunia,
iman, dan kesabarannya. Bisa juga untuk melihat apakah ia
akan terus mencari. wanita Kanaan itu mencari Kristus,
namun tidak menemukan Dia pada awalnya, supaya saat akhir-
nya ia berhasil menemukan Dia, semakin besarlah kehormat-
an dan penghiburan yang diterimanya.
II. Bagaimana ia mencari ke sekeliling kota dengan sia-sia (ay. 2). Ia
telah mencoba menjalankan ibadah penyembahan dengan diam-
diam, dan sudah menjalankan semua kewajibannya di kamar
tidur. Ia mengingat sang kekasih di tempat tidurnya, dan mere-
nungkan dia sepanjang kawal malam (Mzm. 63:7), namun tidak
merasa terhibur. Malam-malam tanganku terulur, kemudian aku
mengingat Tuhan , maka aku mengerang (Mzm. 77:3-4). Walaupun
tidak menemukan Dia, sang mempelai tidak menjauhkan diri
sebab kekecewaan sesudah menggunakan berbagai cara. Ia me-
mutuskan, “Aku hendak bangun. Aku tidak akan tetap berbaring
di sini jika aku tidak dapat menemukan kekasihku di sini. Aku
tidak merasa senang sesudah ia mengundurkan diri. Aku hendak
bangun tanpa menunda-nunda lagi, dan segera mencari dia, agar
ia tidak semakin menjauh dariku.” Orang-orang yang hendak
mencari Kristus sampai menemukan-Nya, tidak boleh membuang-
buang waktu. “Aku hendak bangun dari tempat tidurku yang
hangat, dan menembus malam gelap yang dingin, untuk mencari
kekasihku.” Orang-orang yang mencari Kristus tidak boleh dike-
jutkan oleh berbagai kesukaran. “Aku hendak bangun, dan berkeli-
ling di kota, kota suci itu, di jalanan dan di jalan-jalan raya.” Ia
tahu kekasihnya tidak akan bisa dijumpai di lorong-lorong kecil
yang buntu. Kita harus mencari Dia di kota, di Yerusalem, yang
merupakan perlambang dari jemaat Injili. Tempat paling mungkin
untuk bisa menemukan Kristus yaitu di Bait Tuhan (Luk. 2:46),
di jalan-jalan jemaat Injili, di dalam ketetapan-ketetapan kudus,
tempat anak-anak Sion melintas bolak-balik sepanjang hari. Sang
mempelai itu memiliki tujuan baik saat berkata, Aku hendak
bangun, namun pelaksanaannyalah yang paling penting. Ia ba-
ngun dan mencari dia (orang-orang yang mencari Kristus, ingin
tahu tentang Dia, dan bersekutu dengan-Nya, harus membalik
setiap batu, dan mencari di mana-mana). Namun, tak kutemui dia.
Ia masih merasa tidak puas dan gelisah seperti Ayub, saat ia
mencari di semua tempat, namun tidak dapat merasakan tanda
apa pun dari perkenan ilahi (Ayb. 23:8-9). Sang pemazmur pun
sering mengeluh bahwa Tuhan menyembunyikan wajah darinya
(Mzm. 88:15). Kita bisa saja melakukan kewajiban ibadah namun
tetap kehilangan penghiburan, sebab angin bertiup ke mana ia
mau. Betapa berat penekanan pada keluhan yang diulang berkali-
kali ini: Kucari, namun tak kutemui dia, seperti yang diucapkan
Maria Magdalena, Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu
di mana Ia diletakkan (Yoh. 20:13).
III. Bagaimana ia bertanya kepada para peronda kota perihal kekasih-
nya (ay. 3). Pada malam hari, para peronda berkeliling di kota,
untuk memelihara ketenteraman dan keamanannya. Mereka ber-
tugas membimbing dan menolong orang-orang jujur dan tenang,
juga menegur mereka yang melanggar peraturan. Para peronda ini
berjumpa dengan wanita yang sedang berjalan mencari
kekasihnya itu. Ia bertanya kepada mereka apakah mereka bisa
memberinya berita perihal kekasihnya itu. Di jalanan dan jalan-
jalan raya Yerusalem, ia bisa saja berjumpa dengan hal-hal yang
mampu mengalihkan dia dari pencariannya dan menghibur dia
meskipun ia tidak menemukan kekasihnya. Namun, dalam pan-
dangannya, tidak ada suatu pun yang dapat dibandingkan dengan
kekasihnya. Jiwa-jiwa penuh kasih akan terus mendesak maju
melewati berbagai kesenangan serta kepuasan di tengah usaha
mereka mencari Kristus, yang lebih mereka dahulukan dibanding
kesenangan utama mereka. Maria Magdalena melihat malaikat di
dalam kubur Yesus, namun hal itu pun belum cukup baginya
kecuali dia bisa melihat Yesus. Apakah kamu melihat jantung hati-
ku? Perhatikanlah, kita harus menunjukkan dengan jelas kesung-
guhan kasih kita terhadap Kristus dengan keinginan kuat kita
dalam bertanya tentang Dia. saat mempelai itu diambil dari me-
reka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa (Mat. 9:15), ter-
Kitab Kidung Agung 3:1-5
utama berpuasa atas dosa yang menggusarkan dan membuat Dia
mengundurkan diri. Jika kita berbuat demikian, kita akan ber-
sungguh-sungguh dalam memperoleh kembali perkenan-Nya, dan
dengan tekun terus menggunakan sarana-sarana tepat untuk itu.
Kita harus mempelajari firman Tuhan, banyak berdoa, dan meme-
lihara ketetapan-ketetapan-Nya. Dengan melakukan semua ini,
kita patut bertanya, Apakah kamu melihat jantung hatiku? Hanya
orang-orang yang bertemu dengan Kristus sendirilah yang dapat
membimbing orang lain untuk berjumpa dengan-Nya juga. saat
orang-orang Yunani datang ke perayaan untuk beribadah, mereka
mengajukan pertanyaan kepada Filipus seperti wanita yang
bertanya kepada para peronda kota itu. Tuan, kami ingin bertemu
dengan Yesus (Yoh. 12:21).
IV. Bagaimana ia akhirnya menemukan sang kekasih (ay. 4). Ia me-
ninggalkan para peronda itu begitu merasa bahwa mereka tidak
mampu memberi dia kabar tentang kekasihnya. Ia tidak mau
terus berada bersama mereka, sebab kekasihnya tidak berada di
tengah mereka. Ia terus mencari sebab (menurut pengamatan
Ainsworth) semua kalangan, baik di antara saudara-saudara,
jemaat, maupun para pelayan Tuhan, tidak akan mampu meng-
hibur hati nurani yang sedang menderita, kecuali Kristus sendiri
dipahami melalui iman. Dan, begitu ia meninggalkan para peron-
da kota, ia segera menemukan kekasih yang dicarinya itu, dan
menyebut dia jantung hatinya dengan penuh sukacita seperti sebe-
lumnya. Perhatikanlah, orang-orang yang terus mencari Kristus,
pada akhirnya akan menemui Dia, boleh jadi saat mereka sudah
nyaris putus asa untuk menemukan Dia (Mzm. 42:8-9; 77:10-11;
Yes. 54:7-8). Janganlah kekecewaan menjauhkan kita dari men-
cari kasih karunia. Bertahanlah dengan iman dan kesabaran.
Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya. Walaupun para
peronda kota tidak mampu memberikan penjelasan tentang ke-
beradaan-Nya, penglihatan itu pasti akan bersegera menuju kesu-
dahannya dengan tidak menipu. Penghiburan yang kemudian
datang sesudah penantian yang lama sambil menggunakan ber-
bagai cara, pada akhirnya nanti akan terasa begitu jauh lebih
manis.
V. Betapa dekat wanita itu dengan sang kekasih sesudah mene-
mukannya. Sekarang rasa takut akan kehilangan dia sama besar-
nya dengan tekad bulatnya dalam menemukan dia. Kupegang dan
tak kulepaskan dia. Aku memeluknya dengan erat, sama seperti
para wanita yang bertemu dengan Kristus sesudah kebangkit-
an-Nya memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya (Mat. 28:9). “Tak
kulepaskan dia.” Bukan hanya “Aku tidak akan pernah melaku-
kan apa pun yang dapat menyebabkan dia meninggalkanku, me-
lainkan juga, dengan iman dan doa aku akan memaksa Dia
supaya tetap tinggal bersamaku. Dengan mengerjakan kasih ka-
runia, aku akan memelihara ketenteraman batin.” Orang-orang
yang tahu betapa sulit mendapatkan penghiburan dan betapa
mahal harganya, akan takut kehilangan serta tidak berani
bermain-main dengannya. Mereka berpendapat, tidak ada usaha
yang terlampau berat untuk menjaganya tetap aman. Non minor
est virtus quam quærere parta tueri – Upaya yang termasuk dalam
mengamankan perolehan kita sama besarnya dengan mengusaha-
kannya. Orang-orang yang telah mendapat hikmat harus ber-
pegang padanya (Ams. 3:18). Orang-orang yang memeluk Kristus
dengan lengan iman serta kasih takkan melepaskan Dia. Ia akan
diam bersama mereka.
VI. Betapa inginnya dia memperkenalkan sang kekasih kepada orang-
orang lain: “Kubawa dia ke rumah iartikel , supaya semua sanak
keluargaku yang kukasihi, dapat memperoleh manfaat bersekutu
dengannya.” Waktu Zakheus berjumpa dengan Kristus, atau lebih
tepat dijumpai oleh-Nya, telah terjadi keselamatan kepada rumah-
nya (Luk. 19:9). Di mana pun kita berjumpa dengan Kristus, kita
harus membawa-Nya pulang ke rumah, terutama ke hati kita.
Jemaat yaitu ibu kita, dan kita harus memperhatikan kepen-
tingannya, supaya Kristus hadir bersamanya. Kita harus berdoa
dengan sungguh memohon agar Ia senantiasa hadir bersama
umat dan para hamba-Nya. Orang-orang yang menikmati bukti
perkenan Kristus atas jiwa mereka, harus menginginkan agar
jemaat dan seluruh perkumpulan ibadah dalam lingkungan mere-
ka juga boleh menikmati tanda-tanda perkenan-Nya.
VII. Betapa ia sangat berhati-hati agar kekasihnya tidak diganggu (ay.
5). Ia mengulangi perintah yang sebelum itu telah diberikannya
Kitab Kidung Agung 3:6
(2:7) kepada puteri-puteri Yerusalem, supaya mereka tidak mem-
bangkitkan dan menggerakkan cintanya. sesudah ia membawa dia
ke rumah ibunya, di antara saudara-saudara wanita nya, ia
memberi mereka perintah tegas agar mereka bersikap tenang dan
tertib. Mereka harus sangat memperhatikan kekasihnya itu, ber-
usaha menyenangkan hatinya, dan takut melukai perasaannya.
Perintah yang diberikan kepada umat Tuhan di padang belantara
menyangkut malaikat perjanjian yang berada di antara mereka,
menjelaskan hal ini (Kel. 23:21). Jagalah dirimu di hadapannya
dan dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka
kepadanya. Pastikan agar tidak ada di antara kamu yang ber-
anjak dari tempatmu, supaya tidak mengganggu dia. Sebaliknya,
supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya. Jangan
bersuara. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian
dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, sebab hal itu
mendukakan Roh Kudus Tuhan (Ef. 4:30-31). Ada yang berpendapat
bahwa ini merupakan perintah Kristus kepada puteri-puteri Yeru-
salem, supaya mereka tidak mengganggu dan membuat gelisah
jemaat-Nya, atau menyusahkan pikiran para murid. Sebab Kris-
tus sangat memperhatikan ketenteraman jemaat-Nya, termasuk
seluruh anggotanya, bahkan anak-anak kecil sekalipun. Orang-
orang yang menyusahkan mereka akan menanggung hukumannya
(Gal. 5:10).
Kasih Jemaat terhadap Kristus
(3:6)
6 Apakah itu yang membubung dari padang gurun seperti gumpalan-gumpal-
an asap tersaput dengan harum mur dan kemenyan dan bau segala macam
serbuk wangi dari pedagang?
Inilah perkataan puteri-puteri Yerusalem, yang diperingatkan dengan
larangan di atas tadi (ay. 5). Sebelumnya mereka memandang rendah
sang mempelai wanita sebab kulitnya hitam (1:6). Namun, seka-
rang mereka mengaguminya dan membicarakan dia dengan rasa hor-
mat: Apakah itu? Betapa cantik rupanya! Siapa yang bisa menyangka
orang sedemikian cantik dan agung seperti ini datang dari padang
gurun? Sama seperti saat Kristus memasuki Yerusalem dengan
penuh kemenangan, orang berkata, Siapakah orang ini? Dan juga me-
ngenai pertambahan orang asing ke dalam jemaat, jemaat itu sendiri
berkata dengan takjub (Yes. 49:21), Siapakah yang telah melahirkan
sekaliannya ini bagiku?
1. Hal ini dapat diterapkan pada umat Yahudi, yang sesudah me-
ngembara empat puluh tahun lamanya di padang gurun, akhirnya
keluar dari sana untuk masuk dengan gemilang ke dalam tanah
perjanjian dan memilikinya. Hal ini bisa dilukiskan melalui apa
yang pada waktu itu dikatakan Bileam tentang mereka, saat
mereka membubung dari padang gurun seperti gumpalan-gumpal-
an asap, dan ia berdiri mengagumi mereka: dari puncak gunung-
gunung batu aku melihat mereka. Alangkah indahnya kemah-
kemahmu, hai Yakub! (Bil. 23:9; 24:5).
2. Hal ini dapat diterapkan pada penyelamatan umat Tuhan di mana
pun, terutama di Babel, baik Babel Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru. Pada saat penyelamatannya itu, jemaat akan se-
perti gumpalan-gumpalan asap yang naik ke atas dengan perasaan
kasih yang saleh, bagaikan dupa pujian. Dari situ, sama seperti
dari korban bakaran Nuh, Tuhan mencium persembahan yang
harum. saat itulah jemaat tampak mengagumkan di mata te-
man-temannya, dan mau tidak mau, musuh-musuhnya memulia-
kan dia, tersungkur di depan kakinya dan mengaku, bahwa Tuhan
mengasihinya (Why. 3:9). Adakalanya ketakutan kepada orang
Yahudi (Est. 8:17) menimpa para tetangga mereka, saat melihat
bahwa sesungguhnya TUHAN menyertai mereka.
3. Hal ini dapat diterapkan pada pemulihan yang terjadi pada jiwa
yang dipenuhi rahmat, yang dikeluarkan dari keadaan ditinggal-
kan dan penuh kesedihan.
(1) Ia keluar dari padang gurun, tanah kering dan tandus, tempat
tidak ada jalan, tempat tidak ada air, tempat para pengembara
senantiasa kekurangan dan merasa kebingungan. Di tempat
ini, jiwa yang malang bisa saja mengembara sampai lama se-
kali. Namun, akhirnya ia akan keluar dari situ di bawah tun-
tunan Sang Penghibur.
(2) Ia datang bagaikan gumpalan-gumpalan asap, seperti asap
dupa yang naik dari mezbah, atau seperti asap korban bakar-
an. Ini menyiratkan api kasih kudus dan tulus di dalam jiwa,
dari mana asap itu membumbung, dan jiwa yang membum-
bung tinggi menuju sorga dalam asap ini (Hak. 13:20). Hatinya
terangkat kepada Tuhan di sorga, seperti bunga api berjolak
Kitab Kidung Agung 3:7-11
tinggi. Kembalinya Kristus kepada jiwa manusia menghidup-
kan ibadahnya. Persekutuan dengan Tuhan akan terasa paling
menyegarkan bagi jiwa saat ia membubung keluar dari padang
gurun.
(3) Sang mempelai wanita tersaput dengan harum mur dan
kemenyan. Ia dipenuhi kasih karunia Roh Tuhan , yang bagai-
kan rempah-rempah manis. Atau seperti dupa suci, yang seka-
rang dinyalakan dengan kedatangan-Nya yang penuh rahmat
itu, menebarkan bau yang sangat harum. sebab ibadahnya
sekarang menjadi sangat hidup, ia tidak saja berkenan bagi
Tuhan , namun juga terlihat mengagumkan di mata orang-orang
lain. Mereka ini siap berseru dengan takjub, Apakah itu? Be-
tapa agungnya tugu peringatan akan rahmat ini! Kasih karu-
nia dan penghiburan yang menyaput dia disebut serbuk wangi
dari pedagang, sebab didatangkan dari jauh dengan harga
mahal oleh Tuhan kita Yesus, Sang Pedagang terpuji itu, yang
telah melakukan perjalanan jauh dan membayar dengan harga
mahal, tidak kurang dari darah-Nya sendiri, untuk membeli
serbuk wangi itu bagi kita. Serbuk wangi itu tidak dihasilkan
dari tanah kita atau tumbuh di negeri kita sendiri. Tidak, ser-
buk wangi itu didatangkan dari Kanaan sorgawi, negeri yang
lebih baik.
Kasih Jemaat terhadap Kristus
(3:7-11)
7 Lihat, itulah joli Salomo, dikelilingi oleh enam puluh pahlawan dari antara
pahlawan-pahlawan Israel. 8 Semua membawa pedang, terlatih dalam perang,
masing-masing dengan pedang pada pinggang sebab kedahsyatan malam.
9 Raja Salomo membuat bagi dirinya suatu tandu dari kayu Libanon.
10 Tiang-tiangnya dibuatnya dari perak, sandarannya dari emas, tempat du-
duknya berwarna ungu, bagian dalamnya dihiasi dengan kayu arang. Hai
puteri-puteri Yerusalem, 11 puteri-puteri Sion, keluarlah dan tengoklah raja
Salomo dengan mahkota yang dikenakan kepadanya oleh ibunya pada hari
pernikahannya, pada hari kesukaan hatinya.
Puteri-puteri Yerusalem berdiri mengagumi sang mempelai wanita
dan memuji-mujinya, namun ia mengabaikan pujian mereka. Ia tidak
menjadi sombong sebab semua pujian itu. Sebaliknya, ia mengalih-
kan seluruh kemuliaan kepada Kristus, dan mengarahkan mereka
agar mengalihkan pandangan dari dirinya kepada Dia. Ia menganjur-
kan agar mereka menghargai Dia, dan ia sendiri pun memuji Dia. Di
sini mempelai laki-laki itu tiga kali disebut Salomo, dan selain dalam
nyanyian ini, nama itu disebut tiga kali juga dalam (1:5; 8:11-12).
Yang dimaksudkan di sini yaitu Kristus, yang jauh lebih mulia
daripada Salomo. Salomo hanya merupakan perlambang bagi hikmat
dan kekayaan-Nya, terutama dalam membangun Bait Tuhan . Ada tiga
hal yang dikagumi sang mempelai wanita pada diri Sang Keka-
sihnya itu:
I. Keamanan jolinya (tempat tidurnya – pen.) (ay. 7): Lihat, itulah joli
Salomo, sangat mewah dan indah, sebab seperti itulah tirai-tirai
orang Salma. Ada yang mengartikannya sebagai joli yang lebih
agung daripada joli Salomo. Joli atau tempat tidur Kristus,
meskipun Ia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-
Nya, lebih baik daripada tempat tidur terbaik Salomo. Jemaat
yaitu tempat tidur-Nya, sebab Ia telah mengatakannya. Inilah
tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam.
Hati orang-orang percaya yaitu tempat tidur-Nya, sebab sepan-
jang malam Ia diam di dalam hati mereka (Ef. 3:17). Sorga yaitu
tempat tidur-Nya, perhentian yang dimasuki-Nya sesudah Ia me-
nyelesaikan pekerjaan-Nya. Atau, ini bisa juga diartikan sebagai
istirahat dan kepuasan manis yang dinikmati jiwa-jiwa penuh
kasih saat bersekutu dengan-Nya. Ini disebut joli atau tempat
tidur-Nya, dan sebab kita diterima di dalamnya, tempat itu juga
disebut petiduran kita (1:16). Walaupun demikian, damai sejah-
tera-Nyalah yang menjadi perhentian kita (Yoh. 14:27). Aku akan
memberi kelegaan kepadamu (Mat. 11:28). Itu yaitu joli Salomo,
yang namanya berarti damai sejahtera, sebab pada zamannya,
Yehuda dan Israel diam dengan tenteram, masing-masing di ba-
wah pohon anggur dan pohon aranya. Hal yang dikagumi sang
mempelai wanita itu perihal joli Salomo yaitu para pengawal
yang mengelilinginya. Orang-orang yang beristirahat di dalam
Kristus tidak saja diam dengan tenteram (banyak yang tetap
merasa tenteram meskipun berada dalam bahaya besar), namun
juga dengan aman. Ketenteraman kudus mereka berada di bawah
perlindungan keamanan kudus. Tempat tidur ini dikelilingi oleh
enam puluh pahlawan, yang bertugas sebagai perwira pengawal,
atau kelompok purnawirawan. Mereka termasuk pahlawan-pah-
lawan Israel. Pemerintahan Daud telah menghasilkan sejumlah
besar pahlawan gagah perkasa dan pemberani. Para pengawal ini
Kitab Kidung Agung 3:7-11
dipersenjatai dengan lengkap: semua membawa pedang dan tahu
cara menggunakannya. Mereka terlatih dalam perang, sangat te-
rampil dalam semua keahlian ini. Mereka ditempatkan di sekeliling
joli dalam jarak yang nyaman. Mereka dalam keadaan siaga, ma-
sing-masing dengan pedang pada pinggang dan tangan memegang
pedang, siap menghunusnya saat tanda bahaya pertama dibunyi-
kan. Hal ini disebabkan oleh kedahsyatan malam, atau bahaya
yang mereka takutkan. Nyawa para raja, bahkan yang paling bijak-
sana dan hebat, sebab lebih berharga, lebih banyak diserang
bahaya, sehingga perlu dijaga lebih dari nyawa orang-orang biasa.
Atau, sebab kedahsyatan malam itu, dan ketakutan sang mem-
pelai wanita itu akan bahaya yang bisa saja menimpa, maka
para pengawal ini ditempatkan di situ demi ketenteramannya,
supaya ia terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka. Orang-
orang percaya pun bisa menjadi sasaran malapetaka, terutama
pada malam hari, saat keadaan rohani mereka sedang ter-
ancam, atau saat masalah jasmani yang hebat sedang menimpa
mereka. Kristus sendiri saat sedang mengerjakan seluruh peker-
jaan-Nya, berada di bawah perlindungan khusus Bapa-Nya. Aku
berlindung dalam naungan tangan-Nya (Yes. 49:2). Sejumlah besar
malaikat berada di bawah perintah-Nya. Jemaat dijaga dengan
baik, dan lebih banyak yang berpihak kepadanya daripada yang
menentangnya. Supaya tidak ada yang merusak kebun anggur-
Nya, Tuhan sendiri siang malam menjaganya (Yes. 27:2-3). Orang-
orang percaya yang beristirahat di dalam Kristus dan berada
bersama-Nya, walaupun berada di tengah malam gelap dan me-
rasa takut akan kedahsyatan malam, tetap aman-aman saja,
sama amannya dengan Salomo sendiri yang berada di tengah para
pengawalnya. Para malaikat mendapat perintah untuk menjaga
mereka. Para hamba Tuhan ditetapkan untuk berjaga-jaga atas
jiwa mereka. Mereka ini harus menjadi pahlawan, terlatih dalam
perang rohani, sambil memegang pedang Roh, yaitu firman Tuhan .
Masing-masing dengan pedang pada pinggang, senantiasa siap
meredakan rasa takut umat Tuhan terhadap kedahsyatan malam.
Semua sifat dan kemahakuasaan Tuhan dikerahkan demi keaman-
an orang percaya. Mereka dilindungi seperti di dalam sebuah ben-
teng yang kokoh oleh kekuatan-Nya (1Ptr. 1:5). Mereka aman di
dalam nama TUHAN (Ams. 18:10). Damai sejahtera-Nya melin-
dungi orang-orang yang memilikinya (Flp. 4:7). Pengaruh yang di-
hasilkan kebenaran di dalam diri mereka yaitu ketenangan dan
ketenteraman (Yes. 32:17). Bahaya yang kita hadapi berasal dari
penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, namun kita tetap aman
dalam perlengkapan senjata terang.
II. Kemegahan tandu Salomo (ay. 9-10). sebab Kristus dan orang-
orang percaya beristirahat dengan aman di bawah perlindungan
pengawal yang hebat, maka saat mereka tampil di depan umum,
mereka tampil dalam kemegahan luar biasa, seperti raja-raja
dengan tandu megah. Tandu ini dirancang dan dibuat sendiri oleh
Salomo. Bahan-bahannya sangat mewah, yaitu kayu Libanon,
perak, emas, dan tempat duduknya berwarna ungu. Ia membuat-
nya untuk dirinya sendiri, namun juga untuk puteri-puteri Yeru-
salem, dengan tujuan melayani mereka. Dengan tandu, atau
kereta kuda, atau kereta (kata aslinya tidak dipakai di ayat lain
dalam Kitab Suci), ada yang mengartikannya sebagai sifat atau
kodrat manusiawi Kristus. Di dalam kodrat-Nya sebagai manusia
itu Ia berkendara seperti di dalam kereta terbuka. Tandu ini
merupakan hasil karya ilahi (Engkau telah menyediakan tubuh
bagiku). Susunan tandu itu sangat halus, namun yang terletak di
bagian dasarnya yaitu kasih (dalamnya dihiasi dengan kasih,
TL), kasih yang murni bagi anak-anak manusia. Ada pula yang
menafsirkannya sebagai Injil kekal, yang di dalamnya, seperti
dalam kereta terbuka, Kristus sendiri menyatakan diri-Nya. Dan
dalam Injil kekal itu, bagaikan dalam kereta perang, Ia maju
dengan gagah perkasa, sebagai pemenang untuk merebut keme-
nangan. Tiang-tiangnya, yaitu ketujuh tiang (Ams. 9:1), terbuat
dari perak, sebab firman Tuhan bagaikan perak yang teruji (Mzm.
12:7), bahkan lebih mulia dari pada ribuan keping emas dan
perak. Tempat duduknya berwarna ungu, warna para raja. Selu-
ruh hiasannya diwarnai dengan darah Kristus yang mulia, yang
memberikan warna ini. Namun, hal yang melengkapi kemuliaan
tempat tidur-Nya itu yaitu kasih. Bagian dalamnya dihiasi
dengan kasih, dilapisi dengan kasih. Bukan kasih orang asing,
seperti halnya Salomo saat keadaan akhlaknya tidak sempurna,
melainkan kasih puteri-puteri Yerusalem, kasih yang suci. Perak
lebih mulia daripada kayu Libanon, emas lebih mulia daripada
perak, namun kasih lebih mulia daripada emas, lebih mulia dari-
pada segalanya. Dan kasih disebutkan terakhir, sebab tidak ada
Kitab Kidung Agung 3:7-11
suatu pun yang lebih mulia daripada kasih. Injil seluruhnya
yaitu kasih. Tn. Durham menerapkannya pada perjanjian pene-
busan, jalan keselamatan kita, sebab perjanjian ini dirancang
dalam putusan hikmat kekal Tuhan , dan dinyatakan kepada kita
dalam Kitab Suci. Penebusan inilah karya Kristus sendiri, yang di
dalamnya tampak jelas kemuliaan kasih karunia dan kasih-Nya
terhadap orang-orang berdosa. Kemuliaan inilah yang membuat
Dia tampak luar biasa mengagumkan di mata orang-orang per-
caya. Di dalam perjanjian ini, kasih disampaikan kepada mereka,
dan di dalamnya mereka dibawa menuju penyempurnaan kasih,
dan seakan-akan maju berkendara dalam kemenangan. Tandu itu
dirancang bangun dengan sangat mengagumkan, baik bagi kemu-
liaan Kristus maupun bagi penghiburan orang percaya. Tandu itu
teratur dalam segala-galanya dan terjamin (2Sam. 23:5). Tiang-
tiangnya kokoh tidak tergoyahkan, dan terbuat dari kayu Libanon
yang tidak bisa membusuk. Sandarannya dari emas, logam paling
abadi. Darah perjanjian, atau warna ungu, melapisi tandu ini, dan
dengannya orang-orang percaya terlindung dari angin dan badai
murka ilahi serta kesukaran dunia ini. Namun, di tengah-tengah-
nya, dan yang terpenting dari semua, ada kasih, kasih Kris-
tus yang melampaui segala pengetahuan, yang tidak terukur besar
dan luasnya.
III. Kemilau pribadinya sebagai raja, saat ia tampil dalam puncak
kemegahannya (ay. 11). Amatilah di sini,
1. Panggilan yang diberikan kepada puteri-puteri Sion, supaya
mereka mengenal kemuliaan raja Salomo, keluarlah dan te-
ngoklah dia. Khalayak ramai yang menyaksikan semakin mem-
pertegas semarak iring-iringan ini. Kristus, di dalam Injil,
menyatakan diri-Nya. Biarlah masing-masing kita menambah
jumlah orang-orang yang memberikan penghormatan kepada-
Nya, dengan memandang Dia dengan hati yang puas. Siapa
lagi yang layak memberikan kehormatan kepada raja Sion
selain putri-putri Sion itu sendiri? Mereka mempunyai alasan
untuk sangat bersukacita sebab kedatangan-Nya (Za. 9:9).
(1) Tengoklah dia. Pandanglah Kristus dalam kemuliaan-Nya
dengan sukacita. Pandanglah Dia dengan mata iman, de-
ngan pandangan yang teguh. Inilah pemandangan yang
layak dilihat. Tengok dan kagumilah Dia. Tengok dan ka-
sihilah Dia. Tengoklah dan kenalilah Dia kembali.
(2) Keluarlah dan tengoklah Dia. Tinggalkan dunia seperti orang-
orang yang tidak melihat keindahan dan keunggulan di da-
lamnya, bila dibandingkan dengan apa yang terlihat di
dalam Tuhan Yesus. Keluarlah dari dirimu sendiri dan biar-
lah cahaya keindahan-Nya yang luar biasa itu menghentikan
engkau berpuas diri dengan dirimu sendiri. Keluarlah ke
tempat di mana Ia bisa dilihat, ke jalan yang akan dilalui-
Nya, seperti yang diperbuat Zakheus.
2. Pengarahan yang diberikan kepada mereka supaya memper-
hatikan secara khusus apa yang tidak bisa mereka lihat setiap
hari, yaitu mahkotanya, entah mahkota emas bertatahkan
permata yang dikenakannya pada hari penobatannya (meski-
pun Batsyeba, ibunda Salomo, tidak mendapatkan mahkota
itu bagi putranya, namun berkat campur tangannya yang te-
pat pada waktunya, ia telah ikut mengamankan takhta Salomo
saat Adonia hendak merebutnya), atau rangkaian mahkota
bunga dan dedaunan berhiaskan pita buatan sang ibu, guna
melengkapi kekhidmatan upacara pernikahannya. Mungkin
juga hari penobatan Salomo bertepatan dengan hari perkawin-
annya, hari pernikahannya, saat rangkaian mahkota bunga
buatan ibunya ditambahkan kepada mahkota yang dikenakan
rakyat di kepalanya. Jika menerapkannya pada Kristus, maka
hal ini berbicara tentang,
(1) Besarnya kehormatan yang diberikan kepada-Nya, serta
kuasa dan kekuasaan yang dipercayakan kepada-Nya: ke-
luarlah dan tengoklah Raja Yesus, dengan mahkota yang
dikenakan kepada-Nya oleh Bapanya, saat menyebut Dia
Anak-Nya yang dikasihi-Nya, dan kepada-Nyalah Ia ber-
kenan, saat Ia melantik raja-Nya di Sion, gunung-Nya yang
kudus. Saat itu Bapa meninggikan Yesus dengan tangan
kanan-Nya, dan memberi-Nya wewenang yang berdaulat,
baik di sorga dan di bumi, dan segala-galanya telah Ia
letakkan di bawah kakinya
(2) Aib yang ditimpakan ke atasnya oleh para penganiaya-Nya.
Ada yang mengartikannya dengan mahkota duri yang di-
kenakan kepada-Nya oleh ibu-Nya, yaitu jemaat Yahudi,
Kitab Kidung Agung 3:7-11
pada hari kematian-Nya, yang juga merupakan hari perni-
kahannya dengan umat-Nya, saat Ia mengasihi jemaat
dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (Ef. 5:25). Kejadi-
an ini benar-benar dapat dilihat saat Ia keluar bermah-
kota duri, dan kata Pilatus, katanya kepada puteri-puteri
Sion, Lihatlah manusia itu!
(3) Sepertinya ini terutama berarti kehormatan yang diberikan
oleh jemaat kepada-Nya sebagai ibu-Nya, dan oleh semua
orang percaya sejati, yang dalam hati mereka Ia menjadi
nyata. Tentang mereka ini Ia pernah berkata, dialah sau-
dara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku wanita , dialah ibu-
Ku (Mat. 12:49). Mereka memberi Dia kemuliaan atas karya
penebusan-Nya. Bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat (Ef.
3:21). saat orang percaya menerima Dia sebagai milik me-
reka, dan bergabung dengan-Nya dalam perjanjian kekal,
maka
[1] Itu merupakan hari penobatan-Nya dalam jiwa mereka.
Sebelum bertobat, mereka memahkotai diri sendiri. Na-
mun, sesudah bertobat, mereka mulai memahkotai Kristus
dan tetap berbuat demikian sejak hari itu dan seterus-
nya. Mereka menetapkan-Nya sebagai kepala mereka.
Mereka menawan segala pikiran dan menaklukkannya
kepada Kristus. Mereka menempatkan takhta-Nya di
dalam hati mereka, dan menyerahkan semua mahkota
mereka di kaki-Nya.
[2] Ini yaitu hari pernikahannya, saat Ia bertunangan
dengan mereka sampai selamanya di dalam kasih setia
dan rahmat-Nya. Ia menyatukan mereka dengan diri-
Nya dalam iman dan kasih, dan memberikan diri-Nya
kepada mereka dalam janji-janji dan semua yang
dimiliki-Nya untuk menjadi milik mereka juga. Dengan
seorang juapun jangan engkau bersetubuh, maka aku-
pun akan demikian bagimu (Hos. 3:3, TL). Dan mereka
dipersembahkan kepada-Nya sebagai perawan suci.
[3] Itulah hari kesukaan hatinya. Ia berkenan dengan
penghormatan yang diberikan umat-Nya kepada-Nya,
berkenan dengan kemajuan kepentingan-Nya di antara
mereka. Apakah Iblis jatuh di hadapan mereka? Pada
waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus
(Luk. 10:18, 21). Ada sukacita di sorga atas pertobatan
orang berdosa. Keluarga sangat senang saat anak yang
terhilang itu pulang kembali. Keluarlah dan tengoklah ka-
sih karunia Kristus kepada orang-orang berdosa, sebagai
mahkota-Nya, kemuliaan-Nya yang terang benderang.
PASAL 4
Dalam pasal ini:
I. Yesus Kristus, sesudah menikahkan jemaat dengan diri-Nya
(3:11), memuji kecantikannya setinggi langit dengan bebe-
rapa ungkapan. Ia menyimpulkan kecantikannya, seluruhnya
sungguh cantik (ay. 1-5 dan lagi ay. 7).
II. Ia mengundurkan diri, dan mengundang jemaat untuk pergi
bersama-Nya, dari gunung-gunung kengerian ke gunung-
gunung kesukaan (ay. 6, 8).
III. Ia menyatakan kasih-Nya kepada jemaat dan kegembiraan-
Nya sebab kasih sayang jemaat kepada-Nya (ay. 9-14).
IV. Jemaat menganggap semua yang berharga yang dimilikinya
yaitu sebab pemberian-Nya. Semuanya itu bergantung pada
kuasa terus-menerus dari anugerah-Nya untuk menjadikan
dirinya lebih dan lebih lagi berkenan kepada-Nya (ay. 15-16).
Kecantikan Jemaat
(4:1-7)
1 Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan mer-
pati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing
yang bergelombang t