sirah nabawiyah 10

 


selain berkata seperti di atas, Abu Jahal juga berkata: "Muhammad 

mengintimidasi aku dengan sesuatu yang belum pernah aku lihat. Ia berkata bahwa akan ada 

kehidupan sesudah  kematian ini. Celakalah engkau berdua. Aku tidak melihat padamu berdua sesuatu 

yang dikatakan Muhammad." lalu  Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang Abu Lahab:  

 

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sebetulnya  dia akan binasa. Tidaklah berfaedah 

kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang 

bergejolak Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada  tali dari sabut. 

(QS. al-Masad: 1-5). 

Ibnu Hisyam menjelaskan: Tabbat artinya merugi dan at-tabab artinya kerugian. 

Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib menjalani pemboikotan orang-orang Quraisy selama dua atau 

tiga tahun, hingga mereka menjalani kesulitan yang sangat luar biasa. Tidak ada makanan atau 

minuman yang bisa sampai pada mereka kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi dan siapa pun dari 

orang-orang Quraisy tidak bisa berinterakkasi dengan mereka kecuali dengan cara sembunyi-

sembunyi pula. 

Abu Jahal berjumpa dengan Hakim bin Hizam bin Khuwailid bin Asad yang sedang berjalan bersama 

budak laki-lakinya yang membawa tepung untuk diantarkan kepada bibinya, Khadijah, istri Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang sedang berada bersama beliau di Syi'b. Abu Jahal bin Hisyam 

mendekat pada Hakim bin Hizam, lalu  berkata kepadanya: "Akankah kau membawa makanan 

ini kepada Bani Hasyim? Demi Allah, engkau tidak bisa membawa makananmu itu hingga aku 

mengata-ngataimu di kota Makkah. Saat itu, Abu Al-Bakhtari bin Hisyam bin Al-Harits bin Asad datang 

menemui Abu Jahal bin Hisyam, lalu  berkata kepadanya: "Apa masalahmu dengannya?" Abu 

Jahal menjawab: "Dia mau mengantar makanan kepada Bani Hasyim." Abu Al-Bakhtari berkata: 

"Makanan ini awalnya milik bibinya. Bibinya mengirimkannya kepadanya, lalu mengapa engkau 

melarangnya membawa kembali makanan itu kepada bibinya? Biarkanlah dia pergi!!" 

Namun Abu Jahal bin Hisyam tidak menerima saran Abu Al-Bakhtari, lalu  terjadilah duel seru 

antara Abu Jahal bin Hisyam melawan Abu Al-Bakhtari. Abu Al-Bakhtari mengambil tulang rahang 

unta, lalu dia pukulkan dengannya kepala Abu Jahal bin Hisyam hingga luka dan meneteskan darah 

lalu  dia menginjaknya keras-keras. Hamzah bin Abdul Muthalib yang berada di dekat tempat 

kejadian menyaksikan langsung perkelahian itu. Orang-orang Quraisy tidak mau duel ini  

didengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya. Sebab jika Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya mendengar duel ini , beliau dan para 

sahabatnya pasti akan menertawakannya. Walaupun mendapatkan boikot dari orang-orang Quraisy, 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tetap saja terus berdakwah tanpa henti kepada kaumnya siang 

malam baik secara diam-diam maupun terang-terangan. Beliau tetap menyerukan perintah Allah 

Ta'ala tanpa takut kepada siapa pun juga. 

 

 Sebagian Gangguan yang DiaJami Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari Kaumnya 

 

Ibnu Ishaq berkata: Kala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dilindungi pamannya dan didukung 

kaumnya dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib, sontak hal itu membuat orang-orang Quraisy 

gagal menghentikan tindakan-tindakan beliau, maka mulailah mereka mengejek, mencibir dan 

menantangnya berduel. Wahyu pun turun mengisahkan dengan lengkap tentang perilaku orang 

Quraisy dan orang-orang yang menabuh genderang permusuhan kepadanya. Ada yang namanya 

disebutkan dengan jelas oleh Al-Qur'an kepada kita ada pulan di antara mereka yang namanya disebut 

Allah secara umum sebagai orang-orang kafir saja. Di antara orang-orang Quraisy yang kisah 

disebutkan Al-Qur'an dengan jelas untuk kita ialah paman Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, Abu 

Lahab bin Abdul Muthalib dan istrinya, Ummu Jamil binti Harb bin Umayyah. Allah menamainya 

dengan "sangpembawa kayu bakar," sebab  ia seperti yang disampaikan kepadaku membawa onak 

dan meletakkannya di jalan yang selalu dilalui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tentang kedua 

orang ini, Allah Ta'ala menurunkan ayat berikut: 

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sebetulnya  dia akan binasa. Tidaklah berfaidah kepadanya 

harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yangbergejolak. Dan 

(begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. (QS. Al-Masad: 1-5). 

Ibnu Hisyam berkata: Kata al-jiid dalam ayat di atas artinya yaitu  leher dan kata jamaknya ajyaadu. 

Sedangkan al-masad artinya pohon yang telah dihaluskan sebagaimana pohon rami dihaluskan 

lalu  dibikin tali. Kata tunggalnya masadah. 

Ibnu Ishaq berkata: saat  Ummu Jamil sang pembawa kayu bakar mendengar ayat Al-Qur'an yang 

diturunkan tentang perihal diri dan suaminya, ia segera datang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam yang waktu itu sedang duduk di masjid di sisi Ka'bah ditemani Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ummu 

Jamil datang dengan membawa batu besar segenggam tangannya. saat  berdiri di depan Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar, Allah memalingkan pandangannya dari Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam sehingga dia hanya melijhat Abu Bakar. Ia berkata: "Wahai Abu Bakar, 

mana sahabatmu? Aku dengar sahabatmu mencibir kelakuanku. Demi Allah, jika  aku berjumpa 

dengannya, pasti aku sumpal mulutnya dengan batu ini. Demi Allah, aku seorang penyair." lalu  

ia berkata: 

Mudzammam (lawan dari Muhammad) kami tantang dirinya 

Kami bangkang semua perintahnya Dan agamanya membuat kami marah 

 

Selesai mengatakan itu, Ummu Jamil pergi. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam: "Wahai Rasulullah, apakah Ummu Jamil tidak melihatmu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda: "Ia tidak mampu melihatku, sebab  Allah cabut penglihatannya dariku."39 

Ibnu Hisyam berkata: Ucapan Ummu Jamil, "Dan agamanya membuat kami marah" bukan berasal dari 

Ibnu Ishaq. 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy menamakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

Mudzammam, lalu  mereka mencela habis-habisan nama Mudzammam ini . Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ketahuilah, tidakkah kalian merasa takjub bagaimana Allah 

melindungiku dari gangguan orang-orang Quraisy? Mereka mencela dan mengolok-olok nama 

Mudzammam, sedangkan aku yaitu  Muhammad."40 

 Umayyah bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah jika melihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam, ia melaknat dan mengeluarkan kata-kata kotor untuk beliau, lalu  Allah Ta'ala 

menurunkan ayat tentang orang ini: 

 

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-

hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sebetulnya  

dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) 

api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sebetulnya  api itu 

ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikatpada tiang-tiangyangpanjang. (QS. al-Humazah: 

1-9). 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Humazah ialah orang yang suka melaknat orang lain di depan umum dengan 

mengarahkan mata padanya serta mencelanya. Jamaknya humazaat. Sedang al-lumazah ialah orang 

yang mengumpat orang lain dan menyakitinya secara diam-diam. Kata jamaknya lamazaat. 

Hasan bin Tsabit berkata: 

Umpatanmu demikian hina sebab  hinanya jiwa 

Dengan qafiyah yang membakar sebab  golakan api 

Ini yaitu  penggalan syair miliknya. 

Sebagaimana disebutkan dalam ungkapan Ru'yah al-Ajjaj: 

Di bawah naungan zamanku kebatilan dan umpatanku 

 

Ini yaitu  penggalan syair miliknya 

lbnu ishaq berkata: Juga Al-Ash bin Wail As-Sahmi. Khabbab bin Al-Arat, salah seorang sahabat 

Rasulullah Shallallahu Alashi wa Sallam yaitu  tukang besi pembuat pedang di Makkah. Ia telah 

menjual banyak sekali pedang kepada Al-Ash bin Wail. Pedang-pedang itu ia buat secara khusus 

untuknya. saat  uangnya sudah berjumlah banyak pada Al-Ash bin Wail, ia datang kepadanya untuk 

menagih hutangnya. Al-Ash bin Wail berkata kepada Khabbab bin Al-Arat: "Wahai Khabbab, bukankah 

sahabatmu, Muhammad yang engkau imani itu mengatakan bahwa di surga, penghuninya 

mengenakan emas, perak, atau pakaian dan memiliki  pembantu?" Khabbab bin Al-Arat menjawab: 

"Benar." Al-Ash bin Wail berkata: "Jika demikian beri aku perpanjangan waktu hingga Hari Kiamat, 

agar aku bisa kembali pada hari ini  lalu aku beriman dengan kalian. Demi Allah, engkau dan 

sahabat-sahabatmu tidak lebih baik dariku di sisi Allah dan tidak lebih beruntung di sisi-Nya." 

lalu  Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang Al-Ash bin Wail: 

Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan: "Pasti 

aku akan diberi harta dan anak." Adakah ia melihat yang gaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi 

Tuhan Yang Maha Pemurah?, sekali-kali tidak, Kami akan menulis apa yang ia katakan, dan benar-

benar Kami akan memperpanjang adzab untuknya, 

  

dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu, dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang 

diri. " (QS. Maryam: 77-80). 

Abu Jahal bin Hisyam, berjumpa dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, lalu ia berkata kepada 

beliau: "Wahai Muhammad, hendaknya engkau berhenti mencemooh tuhan-tuhan kami! Jika tidak, 

maka kami akan menghina Tuhan yang engkau sembah." Lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang 

Abu Jahal: 

 

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, sebab  mereka 

nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. "(QS. al-An'am: 108). 

Sejak saat itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhenti dari memaki sesembahan mereka dan 

sebagai gantinya beliau mengajak mereka kepada Allah. 

An-Nadhr bin Al-Harits bin Kaladah bin Alqamah bin Abdu Manaf bin Abduddar bin Qushay, jika 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyeru manusia kepada Allah Ta'ala, membaca Al-Qur'an dan 

memperingatkan orang-orang Quraisy tentang siksa yang me nimpa umat-umat terdahulu, maka An-

Nadhr bin Al-Harits akan melaksanakan hal yang sama, lalu  bercerita kepada manusia tentang 

Rustum As-Sindid, tentang Isfandiyar dan raja-raja Persia. sesudah  itu, ia berkata: "Demi Allah, ceramah 

Muhammad tidaklah lebih baik daripada ceramahku. Ucapan Muhammad hanyalah dongeng-dongeng 

orang-orang dulu. Aku mampu menuliskan dongeng-dongeng sebagaimana ia menuliskan dongeng-

dongeng ini ." lalu  Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang dirinya: 

 

Dan mereka berkata: "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya ditu- liskan, 

maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang." Katakanlah: "Al Quran itu 

diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sebetulnya  Dia yaitu  

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Furqan: 5-6). 

Allah Ta'ala juga menurunkan ayat berikut perihal An-Nadhr bin Al-Harits, 

 

jika  dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "(Ini yaitu ) dongeng-dongengan orang-

orang dahulu kala." (QS. al-Qalam: 15). 

Allah juga menurunkan ayat berikut perihal An-Nadhr bin Al-Harits: 

 

Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, dia 

mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya lalu  dia tetap menyombongkan diri seakan-

akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan adzab yangpedih. (QS. al-

Jatsiyah: 7-8). 

Ibnu Hisyam berkata: Firman Allah al- affak artinya para pendusta. Tentang kata ini , disebutkan 

dalam Al-Qur'an: 

 

Ketahuilah bahwa Sebetulnya  mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: "Allah 

beranak." Dan Sebetulnya  mereka benar-benar orang yang berdusta. (QS. ash- Shaffat: 151-152). 

Ru'yah bin Al-Ajjaj berkata: 

Tidaklah seseorang berdusta dengan kata penuh dusta 

Ini yaitu  penggalan syairnya. 

Ibnu Ishaq berkata: Suatu hari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sebagaimana berita yang 

disampaikan kepadaku, sedang duduk-duduk dengan Al-Walid bin Al-Mughirah di masjid, tiba-tiba 

tanpa disadari datanglah An-Nadhr bin Al-Harits lalu  dia duduk bersama mereka berdua. Saat 

itu ada beberapa orang Quraisy yang berada di masjid. lalu  Rasulullah Shallallahu Alihi wa 

Sallam berbicara kepada mereka, namun pembicaraan beliau diganggu oleh An Nadhr bin Al Harits. 

lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menegurnya hingga membuat ia diam. Baru sesudah  

itu, beliau membacakan ayat berikut kepadanya dan kepada orang-orang Quraisy lainnya:  

 

Sebetulnya  kamu dan apayangkamu sembah selain Allah, yaitu  umpan Jahanam, kamu pasti 

masuk ke dalamnya. Andaikata berhala-berhala itu tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan 

semuanya akan kekal di dalamnya. Mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya tidak bisa 

mendengar. (QS. al-Anbiya': 98-100). 

Ibnu Hisyam berkata: Hashabu Jahannam artinya segala sesuatu yang membuat Jahanam menyala. 

Abu Dzu'ab al-Hudzali yang bernama asli Khuwailid bin Khalid berkata: 

Padamkan dan jangan kau nyalakan  

Janganlah jadi kayu penyulut api yang sangat dahsyat 

 

Bait ini yaitu  penggalan dari bait-baitnya. Diriwayatkan "janganlah kamu menjadi kayu penyulut. 

Seorang penyair berkata: 

Kunyalakan api untuknya hingga dia melihat sinarnya 

Dan barang siapa yang mendapatkan sinar api dia dapat petunjuk 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallallahu Alihi wa Sallam lalu berdiri, pada saat yang bersamaan 

datanglah Abdullah bin Az-Zaba'ra As-Sahmi lalu  ia duduk. Al-Walid bin Al-Mughirah berkata 

kepada Abdullah bin Az-Zaba'ra, "Demi Allah, tadi An-Nadhr bin Al-Harits seperti patung yang tak bisa 

bergerak akibat perkataan anak Abdul Muththatib. Muhammad mengatakan bahwa 

kita dan tuhan-tuhan sesembahan kita ini akan menjadi bahan bakar Jahannam." Abdullah bin Az-

Zaba'ra berkata: "Demi Allah, jika berjumpa dengan Muhammad, aku pasti berdebat dengannya. 

Tanyailah Muhammad, apakah semua tuhan yang disembah selain Allah itu berada di dalam neraka 

Jahannam beserta penyembahnya? Kita menyembah para malaikat, sedang orang-orang Yahudi 

menyembah Uzair dan orang-orang Kristen menyembah Isa bin Maryam." Al-Walid bin Al-Mughirah 

dan orang-orang yang berada di 'perkumpulan ini  merasa tercengang dengan ucapan Abdullah 

bin Az-Zaba'ra. Mereka yakin, bahwa Abdullah bin Az-Zaba'ra mampu beradu argumentasi dengan 

lihai. Ucapan Abdullah bin Az-Zaba'ra ini  disampaikan kepada Rasulullah Shallallahu Alihi wa 

Sallam lalu  beliau bersabda: "Barangsiapa ingin menyembah sesuatu selain Allah, maka orang 

yang menyembahnya akan bersama dengan sesembahannya. Sesungguh-nya mereka itu menyembah 

setan-setan dan apa saja yang dibisiku setan untuk disembah. Lalu Allah Ta'ala menurunkan wahyu 

berikut tentang peristiwa di atas: 

 

Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu 

dijauhkan dari neraka, mereka tidak men¬dengar sedikit pun suara api neraka, dan mere¬ka kekal 

dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka. (QS. al-Anbiya': 101-102). 

Mereka yang dimaksud ayat di atas ialah Isa bin Maryam, Uzair, para rahib dan para pendeta yang taat 

kepada Allah, yang dijadikan tuhan-tuhan selain Allah oleh orang- orang yang menyembahnya dari 

kalangan orang-orang yang menyimpang. 

Al-Qur'an juga merekam ucapan mereka bahwa mereka menyembah para malaikat dan bahwa para 

malaikat yaitu  anak-anak perempuan Allah, 

 

Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (memiliki ) anak", Maha Suci 

Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), yaitu  hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak 

mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Allah 

mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan 

mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orangyang diridai Allah, dan mereka itu selalu 

berhati-hati sebab  takut kepada-Nya. Dan barang siapa di antara mereka mengatakan: 

"Sebetulnya  aku yaitu  tuhan selain daripada Allah", maka orang itu Kami beri balasan dengan 

Jahanam, demikian Kami memberi  pembalasan kepada orang-orang zalim. (QS. al-Anbiya': 26- 

29). 

Al-Qur'an juga mengisahkan ayat tentang Isa bin Maryam yang dijadikan tuhan selain Allah dan 

kekaguman Al-Walid bin Al- Mughirah dan orang-orang yang hadir pada pertemuan ini  kepada 

ungkapan Abdullah bin Zaba ra: 

 

Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak 

sebab nya. (QS. az-Zukhruf: 57), yakni mereka menghamba urusanmu dengan ucapan mereka. 

lalu  Al Quran menyebutkan tentang Isa bin Maryam: 

 

Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami 

jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israel. Dan kalau Kami kehendaki benar-

benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. Dan 

Sebetulnya  Isa itu benar-benar memberi  pengetahuan tentang hari kiamat. sebab  itu 

janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. (QS. az-

Zukhruf: 59-61) 

Maksudnya ialah bahwa tanda-tanda kebesaran yang Allah berikan kepada Isa bin Maryam 

membangunkan kembali orang yang telah mati dan menyembuhkan orang yang sakit suduh cukup 

baginya sebagai bukti ten¬tang pengetahuannya tentang hari kiamat. 

Ibnu Ishaq berkata: Al Akhnas bin Syariq bin Wahb Ats Tsaqafi, sekutu Bani Zuhrah. Ia termasuk salah 

seorang tokoh yang disegani di kaumnya. Ia menyakiti Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan 

menentang beliau, lalu  Allah Ta'ala menurunkan ayat mengenai dirinya: 

 

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang 

kian ke mari menyebarkan fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi 

banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya, (QS. al-Qalam 10-13) 

Allah berfirman zaniim, dan tidak mengatakan zaniim sebab  adanya sesuatu yang hina dalam 

nasabnya. sebab  Allah tidak pernah mencela seseorang sebab  nasabnya. Namun Allah memastikan 

sifatnya agar diketahui. Zanim itu artinya, yang keras, kaku dan jahat pada kaumnya. 

Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: Mengapa wahyu diturunkan kepada Muhammad dan tidak 

diturunkan kepadaku, padahal akulah tokoh senior Quraisy dan pemimpinnya? Serta mengapa tidak 

diturunkan kepada Abu Mas'ud Amr bin Umair Ats-Tsaqafi, pemimpin Tsaqif? Padahal kami berdua 

pemimpin besar tengah kaum kami?' Lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat berikut: 

 

Dan mereka berkata: "Mengapa Al Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu 

dua negeri (Mekah dan Thaif) ini? Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat , Tuhanmu? Kami telah 

menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah 

meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian 

mereka dapat memper- gunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang 

mereka kumpulkan. (QS. az-Zukhruf: 31-32). 

Ubay bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah bin Uqbah bin Abu Mu'aith yaitu  dua sahabat 

dekat. Suatu waktu Uqbah bin Abu Muaith pernah duduk bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam dan mendengar sesuatu dari beliau. Hal ini didengar Ubay bin Khalaf, lalu  ia mendatangi 

Uqbah bin Abu Mu'aith dan berkata kepadanya, "Benarkah engkau telah duduk bersama Muhamnad 

dan mendengar sesuatu darinya? Demi Tuhan, aku tidak akan mau berbicara denganmu!! "Ubay bin 

Khalaf bersumpah dengan sangat keras. "Benarkah engkau pernah duduk bersamannya dan 

mendengar sesuatu darinya? Lalu kenapa engkau tidak datang kepadanya dan meludahi wajahnya?" 

Uqbah bin Abu Muaith pun melakukan permintaan Ubay bin Khalaf, lalu  Allah Ta'ala 

menurunkan ayat tentang keduanya: 

 

Dan (ingatlah) hari (saat  itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai 

kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-satna Rusul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku 

(dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab (ku). Sebetulnya  dia telah menyesatkan aku dari 

Al Qur'an saat  Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan yaitu  setan itu tidak mau menolong 

manusia" (QS. al-Furqan: 27-29). 

Ubay bin Khalaf menghampiri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sambil membawa tulang rusak 

yang sudah berbau busuk, lalu  ia berkata: "Wahai Muhammad, engkau pernah mengatakan 

bahwa Allah akan mem- bangkitkan hewan ini sesudah  rusak seperti ini." Usai mengatakan itu, Ubay 

bin Khalaf memukul hancur tulang rusak tadi dengan tangannya, lalu  meniupkannnya ke arah 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Benar, aku 

mengatakan itu. Allah akan membangkitkannya juga membangkitkanmu sesudah  kalian menjadi tulang 

belulang, lalu Allah menenggeiamkanmu ke dalam neraka." Lalu Allah menurunkan ayat tentang Ubay 

bin Khalaf: 

 

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah 

yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah: "la akan 

dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang 

segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu 

nyalakan (api) dari kayu itu. (QS. Yaasiin: 78-80). 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam, sedang melakukan thawaf di 

Ka'bah, beliau di datangi Al-Aswad bin Al-Muthalib bin Asad bin Abdul Uzza, Al Walid bin Mughirah, 

Umayyah bin Khalaf dan Al-Ash bin Wail. Mereka yaitu  orang-orang terpandang di kaumnya masing- 

masing. Mereka berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam, "Wahai Muhammad, 

bagaimana andai kami menyembah apa yang kau sembah dan kau menyembah apa yang kami 

sembah. Kita saling bekerja sama dalam hal ini. Jika apa yang engkau sembah lebih baik daripada apa 

yang kami sembah, maka kami akan mengikutimu. Jika apa yang kami sembah lebih baik, maka engkau 

mengikuti kami." lalu  Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang mereka, 

 

 

Katakanlah: "Hai orang-orangyang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan 

kamu bukan penyembah Tuhanyang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang 

kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 

Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku." (QS. Al-Kafirun: 1-6). 

Tatkala Allah menyebutkan tentang pohon zaqqum dan menakut-nakuti mereka dengan pohon 

ini , Abu Jahal bin Hisyam berkata: "Wahai orang-orang Quraisy, apakah kalian tahu pohon 

zaqqum yang di bicarakan Muhammad mengancam kalian dengannya?" Mereka menjawab: "Kami 

tidak tahu!!" Abu Jahal berkata: "Pohon zaqqum yaitu  kurma Yatsrib yang bercampur mentega. Demi 

Allah, jika kami mendapatkannya, kami pasti mencabutnya dengan keras." lalu  Allah Ta'ala 

menurunkan ayat Al-Qur'an tentang ucapan Abu Jahal ini : 

 

Sebetulnya  pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak 

yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas. (QS. ad-Dukhan: 43-46). 

Ibnu Hisyam berkata: Al Muhlu artinya benda-benda yang bisa meleleh misalnya tembaga, timah atau 

apapun yang serupa dengannya, sebagaimana dikatakan kepadaku oleh Abu Ubaidah. 

Aku diberitahu dari Al-Hasan bin Abu Al- Hasan ia berkata bahwa Abdullah bin Mas'ud yaitu  petugas 

Baitul Mai di Kufah di masa 

Umar bin Khaththab. Suatu hari, Abdullah bin Mas'ud memerintahkannya melelehkan perak, lalu 

lelehan perak ini  membentuk banyak warna. Abdullah bin Mas'ud berkata: "Adakah orang di 

balik pintu?" Orang-orang menjawab: "Ya, ada." Abdullah bin Mas'ud berkata: "Perintahkan mereka 

agar masuk." Mereka pun masuk, lalu Abdullah bin Mas'ud berkata: "Sebetulnya  sesuatu yang 

kalian lihat yang paling mirip dengan al-muhlu yaitu  lelehan ini." Salah seorang penyair berkata: 

Tuhanku meminumkannya air panas lelehan perak 

Yang menghanguskan wajahnya Larut dalam perutnya 

Disebutkan bahwa makna muhlu yaitu  nanah yang ada di dalam tubuh. 

 

Telah pula sampai berita kepadaku bahwa saat  Abu Bakar akan meninggal dunia, ia mewasiatkan 

dimandikan dengan dua baju yang biasa dikenakannya dan dikafani dengannya. Aisyah berkata kepada 

Abu Bakar, "Ayah, sungguh Allah telah membuatmu tidak lagi membutuhkan pada keduanya. 

Ayahanda belilah baju yang lain!" Abu Bakar berkata: "Sebetulnya  waktu itu hanya sedetik, ke-

mudian berubah menjadi al-muhlu" 

Ibnu Ishaq berkata: "lalu  Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang Abu Jahal bin Hisyam: 

 

Dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, namun  

yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. (QS. al-Isra': 60). 

Al-Walid bin Al-Mughirah dihampiri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Beliau berbicara 

kepadanya, sebab  beliau meng- inginkan sekali Al Walid bin Al Mughirah bisa masuk Islam. Saat 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedang berbicara dengan Al Walid bin Al Mughirah, le.watlah 

Ibnu Ummi Maktum yang buta. Ia merigajak bicara Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan me- 

mintanya mengajarkan Al Quran untuknya. Merasa diganggu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

lalu  membentaknya, sebab  beliau sedang fokus dengan urusan Al Walid bin Al Mugirah dan 

obsesi beliau agar dia masuk Islam. saat  Ibnu Ummi Maktum terus menerus mengeyel meminta 

dibaca- kan Al Quran, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berpaling darinya dengan muka masam, 

maka Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang beliau: 

  

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, sebab  telah datang seorang buta kepadanya. 

Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). atau dia (ingin) mendapatkan 

pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya 

serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak 

membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk 

mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali 

jangan (demikian)! Sebetulnya  ajaran-ajaran Tuhan itu yaitu  suatu peringatan, maka barang 

siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang 

ditinggikan lagi disucikan, (QS. Abasa: 1-14). 

Ibnu Hisyam berkata: Ibnu Ummi Maktum yaitu  pemuda yang berasal Bani Amir bin Luay. Ia bernama 

asli Abdullah. Ada pula yang mengatakan namanya yaitu  Amr. 

 

 

Kepulangan Orang-orang Muhajirin di Habasyah Tatkala Sampai Kabar tentang Masuk Islamnya 

warga  Mekkah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Sampailah berita kepada sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

yang hijrah tentang masuk Islamnya warga Makkah, lalu  mereka pun bermaksud pulang ke 

Makkah. Namun tatkala mendekati Makkah, mereka mendapat berita bahwa semua itu yaitu  dusta 

belaka. sebab nya tidak ada seorang pun dari mereka yang memasuki Makkah kecuali dengan 

perlindungan orang lain atau dengan sembunyi-sembunyi. Di antara mereka ada yang tiba di Makkah, 

lalu menetap di dalamnya lalu  hijrah ke Madinah dan terjun di Perang Badar bersama Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Ada yang tetap tinggal di Makkah, hingga tidak bisa ikut Perang Badar dan 

perang-perang lainnya. Ada juga yang wafat di Makkah. 

Kaum Muhajirin yang pulang ke Makkah dari Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay ada dua 

orang, yaitu: Utsman bin Affan bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams beserta istrinya, Ruqayyah 

binti Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi'ah bin Abdu Syams 

beserta istrinya Sahlah binti Suhail. 

Sedangkan dari sekutu Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay ada satu orang, yaitu Abdullah 

bin Jahsy bin Riab. 

Bani Naufal bin Abdu Manaf ada satu orang, yaitu Utbah bin Ghazwan, sekutu Bani Abdu Syams dari 

Qais Ailan. 

Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushay ada satu orang, yaitu Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad. 

Dari Bani Abduddar bin Qushay ada dua orang, yaitu: Mush'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf, 

Suwaibith bin Sa'ad bin Harmalah. 

Dari Bani Abd bin Qushay ada satu orang yaitu Thulaib bin Umair bin Wahb bin Abu Kabir bin Abd. 

Dari Bani Zuhrah bin Kilab yaitu  tiga orang, yaitu: Abdurrahman bin Auf bin Abdu Auf bin Abd bin Al-

Harits bin Zuhrah, Al- Miqdaq bin Amr, sekutu Bani Zuhrah bin Kilab. Abdullah bin Mas'ud, sekutu Bani 

Zuhrah bin Kilab. 

Dari Bani Makhzum bin Yaqazhah yaitu  sebagai berikut: Abu Salamah bin Abdul Asad bin Hilal bin 

Abdullah bin Umar bin Makhzum beserta istrinya, Ummu Salamah binti Umayyah bin Al-Mughirah, 

Syammasy bin Utsman bin Asy-Syarid bin Suwaid bin Harmi bin Amir bin Makhzum, Salamah bin 

Hisyam bin Al-Mughirah yang lalu  dikekang pamannya di Makkah dia tidak bisa bebas kecuali 

sesudah Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Khandaq. Ayyasy bin Abu Rabi'ah bin Al-Mughirah 

yang hijrah ke Madinah dengan diikuti dua saudara seibunya, yaitu Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits 

bin Hisyam, lalu  Abu Jahal bin Hisyam dan 

Al-Harits bin Hisyam membawa Ayyasy bin Abu Rabi'ah pulang ke Makkah dan mengekangnya di 

Makkah hingga Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Khandaq usai. 

Dari sekutu Bani Makhzum bin Yaqadzah yaitu  sebagai berikut: Ammar bin Yasir, diragukan apakah 

ikut hijrah ke Habasyah atau tidak, Muattib bin Auf bin Amir dari Khuza'ah. 

Dari Bani Jumah bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab yaitu  sebagai berikut: Utsman bin Madz'un bin Habib 

bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah beserta anaknya, As-Saib bin Utsman, Qudamah bin Madz'un, 

Abdullah bin Madz'un. 

Dari Bani Sahm bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab yaitu  sebagai berikut: Khunais bin Hudzafah bin Qais 

bin Adi, Hisyam bin Al-Ash bin Wail yang tertahan di Makkah sesudah  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam hijrah ke Madinah. Dia baru bisa hijrah ke Madinah seusai Perang Badar, Perang Uhud dan 

Perang Khandaq. 

Dari Bani Adi bin Ka'ab bin Luay yaitu  Amir bin Rabi'ah sekutu Bani Sahm beserta istrinya yang 

bernama Laita binti Abu Hats- mah bin Ghanim. 

Dari Bani Amir bin Luay yaitu  sebagai berikut: Abdullah bin Makhramah bin Abdul Uzza bin Abu Qais, 

Abdullah bin Suhail bin Amr. Ia ditawan di kota Makkah pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam hijrah ke Madinah. Pada Perang Badar, ia kabur dari orang-orang musyrik dan berpihak kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu  ikut Perang Badar bersama beliau, Abu Sabrah bin 

Abu Ruhm bin Abdul Uzza beserta istrinya yang bernama Ummu Kaltsum binti Suhail bin Amr dan As-

Sakran bin Amr bin Abdu Syams beserta istrinya, Saudah binti Zam'ah bin Qais. Abu Sabrah bin Abu 

Ruhm meninggal di Makkah sebelum Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. 

lalu  beliau menikahi Saudah binti Zam'ah. 

Dari sekutu Bani Amir bin Luay ada satu orang yaitu Sa'ad bin Khaulah. 

Dari Bani Al-Harits bin Fihr yaitu  sebagai berikut: Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Nama aslinya ialah Amir 

bin Abdullah Al-Jarrah, Amr bin Al-Harts bin Zuhair bin Abu Syadad, Suhail bin Baidha' yang bernama 

lengkap Suhail bin Wahb bin Rabi'ah bin Hilal. Amr bin Abu Sarh bin Rabi'ah bin Hilal. 

Jumlah seluruh sahabat Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam yang tiba di Makkah dari Habasyah 

yaitu  tiga puluh tiga orang laki-laki. 

Di antara mereka yang masuk ke Makkah dengan perlindungan orang lain ialah Utsman bin Madz'un 

bin Habib Al-Jumahi yang masuk ke Makkah dengan perlindungan Al-Walid bin Al-Mughirah, Abu 

Salamah bin Abdul Asad bin Hilal Al-Makhzumi yang masuk ke Makkah dengan perlindungan Abu 

Thalib bin Abdul Muthalib yang tidak lain yaitu  pamannya sendiri dari jalur ibunya dan ibu Abu 

Salamah dan Barrah binti Abdul Muthalib. 

Ibnu Ishaq berkata: Adapun Utsman bin Madz'un, maka Shalih bin Ibrahim bin Auf bercerita kepadaku 

dari orang yang bercerita padanya dari Utsman yang berkata: saat  Utsman bin Madz'un melihat 

cobaan yang diderita sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedangkan ia sendiri 

selama 24 jam berada dalam jaminan keamanan Al-Walid bin Al-Mughirah, ia berkata: "Demi Allah, 

keberadaanku selama 24 jam dalam keadaan aman di bawah perlindungan salah seorang musyrik, 

sedang sahabat-sahabatku dan orang-orang yang memiliki keyakinan yang sama denganku 

mendapatkan ujian di jalan Allah yang menimpaku yaitu  suatu penyesalan tersendiri dalam diriku." 

lalu  Utsman bin Madz'un pergi menemui Al-Walid bin Al-Mughirah dan berkata kepadanya: 

"Wahai Abu Abdu Syams, engkau telah menepati semua hak perlindungan namun kini aku serahkan 

kembali perlindungan itu kepadamu." Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: "Mengapa demikian wahai 

keponakanku? Apakah ada seseorang dari kaumku yang menyakitimu?" Utsman bin Madz'un berkata: 

"Sama sekali tidak! Aku hanya merasa tentram dengan perlindungan Allah dan tidak ingin 

perlindungan dari selain Dia." Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: "Kalau begitu, mari kita pergi ke 

masjid haram lalu kau kembalikan perlindunganku kepadaku secara di depan umum, sebagaimana aku 

melindungimu di depan khalayak ramai." lalu  Utsman bin Madz'un dan Al-Walid bin Al-

Mughirah berjalan bersama hingga tiba di masjid. Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: "lni Utsman, ia 

datang ke tempat ini untuk mengembalikan perlindunganku kepadaku." Utsman bin Madz'un berkata: 

"Apa yang dikatakan Al-Walid bin Al-Mughirah itu sungguh benar. Sungguh, dia telah menepati hak 

perlindungan dan ia orang yang memberi perlindungan dengan penuh kemuliaan. Namun aku tidak 

suka mencari perlindungan dari selain Allah. Sekarang aku kembalikan perlindungannya kepadanya." 

Usai mengumumkan hal itu, Utsman bin Madz'un pergi dan saat  itu, Labid bin Rabi'ah bin Malik bin 

Ja'far bin Kilab duduk mengobrol bersama orang-orang Quraisy. Ia sedang membacakan syair kepada 

mereka, lalu  Utsman bin Madz'un duduk bersama mereka. Labid berkata: 

Ketahuilah, hanya Allah lah yang Haq dan segala sesuatu selain Allah itu batil 

Utsman bin Madz'un berkata: "Engkau berkata benar." Labid melanjutkan 

Dan setiap nikmat itu pastilah binasa 

Utsman bin Madz'un berkata: "Kalau yang ini engkau dusta. Kenikmatan surga tidak akan pernah 

binasa." Labid bin Rabi'ah berkata: "Wahai orang-orang Quraisy, demi Allah teman ngobrol kalian 

belum pernah disakiti. Sejak kapan kejadian seperti ini menimpa kalian?" Salah seorang dari hadirin 

berkata: "Sebetulnya  orang bodoh ini (maksudnya Utsman bin Madz'un) bersama orang-orang 

bodoh seperti dia telah keluar dari agama kami. Oleh sebab  itu, engkau jangan sekali-kali terprovokasi 

dengan ucapannya." Utsman bin Madz'un membalas ucapan orang ini  hingga sengketa semakin 

besar. Orang ini  berdiri ke arah Utsman bin Madz'un lalu  memukul matanya hingga luka 

memar. Al-Walid bin Al-Mughirah yang berada tidak jauh dari tempat kejadian melihat peristiwa itu 

dengan jelas apa yang dialami Utsman bin Madz'un, lalu  ia berkata: "Demi Allah, wahai 

keponakanku, Sebetulnya  dirimu belum pernah mengalami derita sebagaimana apa yang engkau 

alami saat ini, selama engkau berada dalam perlindungan yang kokoh." Utsman bin Madz'un berkata: 

"Sebetulnya  diriku sangat empati dengan apa yang diderita saudaranya yang lain di jalan Allah. 

Demi Allah, aku berada dalam perlindungan Dzat yang lebih tangguh dan lebih hebat darimu, wahai 

Abu Abdu Syams." Al-Walid bin Al-Mughirah berkata kepada Utsman bin Madz'un: "Kemarilah wahai 

keponakanku, jika engkau ingin seperti dulu lagi, maka ambillah kembali perlindunganmu." Utsman 

bin Madz'un menjawab: "Tidak!!" 

 

 

Abu Salamah dalam Perlindungan Abu Thalib 

 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Ishaq bin Yasar berkata kepadaku dari Salamah bin Abdullah bin Umar bin 

Abu Salamah bahwa ia diberitahu bahwa saat  Abu Salamah meminta perlindungan kepada Abu 

Thalib, beberapa orang dari Bani Makhzum menemui Abu Thalib dan berkata padanya, "Wahai Abu 

Thalib, apa maksud dengan semua ini? Kami relakan, engkau melindungi keponakanmu, Muhammad 

dari kami. Lalu apa alasanmu melindungi seorang laki-laki yang bukan keponakanmu? Abu Thalib 

berkata: "Abu Salamah termasuk keponakanku juga." Jika aku tidak melindungi Abu Salamah, maka 

aku juga tidak akan melindungi Muhammad." Abu Lahab bangkit, dan dengan nada marah lalu  

berkata: "Wahai orang Quraisy, demi Allah, kalian tiada henti-hentinya memprotesnya orang tua ini 

atas perlindungannya terhadap salah seorang di antara kaumnya. Demi Allah, apa yang kalian lakukan 

ini hanyalah kesiasiaan belaka. Mereka berkata: "Lalu kami harus bagaimana wahai Abu Utbah (Abu 

Lahab)." Abu Lahab yaitu  pendukung dan penolong berat mereka dalam berhadapan dengan 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka tetap berada dalam kondisi seperti itu. Abu Thalib 

sendiri terpesona saat dia mendengar ucapan Abu Lahab di atas. Ia sangat berharap Abu Lahab 

mengambil sikap seperti dirinya terhadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Abu Thalib berkata 

mendorong Abu Lahab untuk menolong Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: 

Sebetulnya  salah seorang pamannya ialah Abu Utaibah 

Pasti hidup dalam taman indah jika ia tidak dibebani kezaliman 

Aku katakan kepadanya namun apa artinya nasihatku untuknya? 

Hai Abu Mu'thib, tetap kokohkanlah kepribadianmu! 

Janganlah sekali-kali menyerah pada zaman, sepanjang kau ada di jalan lurus  

Engkau dihina oleh zaman, atau engkau turun di musim ini 

Berpalinglah dari jalan kenestapaan dan orang selainmu 

berada di atas jalan nestapa 

sebab  engkau tidak tercipta dalam keadaan 

lemah 

Perangilah, sebab  perang yaitu  solusi ter baik 

Engkau takan akan melihat pelaku perang diberi kehinaan 

Sampai dia diajak damai 

Bagaimana tidak, sementara mereka tidak 

melakukan dosa besar padamu 

Dan tidak membiarkan engkau kalah ataumenang 

Semoga Allah memberi pahala pada Abdu 

Syams, Naufal, Taim dan Makhzum sebab kebaikannya kepada kami 

Mereka memecah belah kami sesudah  sebelumnya penuh cinta intim adanya 

Mereka telah melanggar hal-halyang diharamkan 

Demi Baitullah, kalian semua dusta bohong.  

Kami tidak merampas Muhammad  

Tidakkah kalian lihat suatu hari dia berdiri di Syi'b 

 

 

Abu Bakar Mendapat Perlindung- an Ibnu Dughunnah dan Mengembalikannya Kembali 

 

Ibnu Ishaq berkata: Kepadaku oleh Muhammad bin Muslim Az-Zuhri bercerita padaku 

dari Urwah dari Aisyah Radhiyallahu Anhu- ma, saat  Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu 

merasa Makkah sudah tidak akrab lagi dengannya dimana ia mendapatkan gangguan di dalamnya, 

dan melihat kekejaman orang-orang Quraisy terhadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan 

sahabat-sahabat beliau, maka ia memohon izin kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk 

berhijrah dan beliau pun memberi nya. lalu  Abu Bakar pun berhijrah dan dalam 

perjalanannya, ia bertemu dengan Ibnu Ad-Daghanah, saudara Bani Al-Harits bin Bakr bin Abdu Manat 

bin Kinanah. saat  itu, Ibnu Ad-Dughunnah yaitu  pemimpin orang- orang Ahabisy. 

Ibnu Ishaq berkata: Ahabiys yaitu  anak-anak dari Harits bin Abdu Manat bin Kinanah dan Hun bin 

Mudrikah dan Bani Mushthaliq bin Khuza'ah. 

Ibnu Hisyam berkata: Mereka melakukan persekutuan. Maka lalu  mereka disebut Ahabisy 

sebab  melakukan perseketuan di sebuah lembah yang bernama Ahbasy di bawah Mekkah. 

Ada yang berkata bahwa nama Ibnu Ad-Dughunnah ialah Ibnu Ad-Dughainah. 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri bercerita kepadaku dari Urwah dari Aisyah Radhiyallahu Anha yang 

berkata: lalu  Ibnu Ad-Dughunnah berkata: "Kenapa engkau ingin pergi wahai Abu Bakar?" Abu 

Bakar menjawab: "Aku diusir oleh kaumku. Mereka menyakiti serta mempersempit ruang gerakku." 

Ibnu Ad-Dughunnah berkata: "Kenapa itu semua bisa terjadi?" Demi Allah, engkau hiasan keluarga, 

menolong orang yang berada dalam kesulitan, melakukan banyak kebajikan dan membantu orang 

miskin. Jangan pergi sebab  aku akan melindungimu." lalu  Abu Bakar pulang bersama Ibnu Ad-

Dughunnah. 

saat  Abu Bakar memasuki Mekkah, Ibnu Ad-Dughunnah berdiri lain berkata: "Wahai orang-orang 

Quraisy, Sebetulnya  aku telah melindungi anak Abu Quhafah. Maka siapa pun tidak boleh 

menyakitinya sedikitpun." 

Aisyah berkata: Orang-orang Quraisy pun mematuhinya. Abu Bakar memiliki  masjid di pintu 

rumahnya di Bani Jumah dan biasanya ia melakukan shalat di sana. Abu Bakar berhati lembut. Oleh 

sebab nya jika  membaca Al-Qur'an, pasti ia terharu. 

Anak-anak muda, para budak dan para wanita berdiri di tempat Abu Bakar sebab  kagum dengan 

postur tubuhnya. Oleh sebab itulah beberapa orang Quraisy menemui Ibnu Ad-Dughunnah lalu  

berkata: "Wahai Ibnu Ad-Dughunnah, engkau melindungi orang ini bukan untuk mengganggu kami 

kan? Sebetulnya  dia manakala shalat dan membaca apa yang dibawa Muhammad, maka lalu  

ia menangis dan ditambah ia memiliki postur tubuh yang sungguh menawan. Kami khawatir anak-anak 

muda, wanita-wanita dan orang-orang lemah di antara kami terpengaruh olehnya. Oleh sebab itulah, 

nasihatilah Abu Bakar agar tidak keluar rumah dan melakukan hal semacam itu." 

Ibnu Ad-Dughunnah pergi kepada Abu Bakar dan berkata kepadanya: "Hai Abu Bakar, perlindunganmu 

bukanlah dengan maksud agar engkau mengusik kaummu. Sebetulnya  mereka tidak suka tempat 

engkau shalat dan merasa terganggu oleh perbuatanmu. Oleh sebab itu, berdiamlah di dalam 

rumahmu, dan berbuatlah apa saja yang engkau suka." 

Abu Bakar berkata: "Bagaimana kalau perlindunganmu ku kembalikan kepadamu dan aku lebih ridha 

dengan perlindungan Allah?" Ibnu Ad-Dughunnah berkata: "Ya, cabutlah perlindunganku kepadamu!" 

Abu Bakar berkata: "Baiklah." Ibnu Ad-Dughunnah berdiri lalu  berkata: “Wahai Oran-orang 

Quraisy, Sebetulnya  anak Abu Quhafah telah mengembalikan perlindunganku kepadaku, maka 

terserah apa yang akan kalian lakukan pada sahabat kalian ini." 

Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Al-Qasim bercerita kepadaku dari ayahnya, Al-Qasim bin 

Muhammad ia berkata: Da¬lam perjalanannya menuju Ka'bah, Abu Bakar berjumpa dengan orang 

Quraisy yang jahil, orang itu melemparkan tanah ke atas kepala Abu Bakar. lalu  Al-Walid bin Al-

Mughirah atau Al-Ash bin Wail berjalan melewati Abu Bakar dan orang jahil berkata: "Engkau sendiri 

yang memiliki keadaanmu seperti ini." Abu Bakar berkata: "Ya Tuhan, betapa Penyayangnya Engkau. 

Ya Tuhan, betapa Penyantunnya Engkau. Ya Tuhan, betapa Penyantunnya Engkau." 

 

 

Pembatalan Shahifah (Surat Perjanjian) 

 

Ibnu Ishaq berkata: Beberapa orang Quraisy secara sepihak membatalkan shahifah yang diterapkan 

orang-orang Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Al-Muthalib. Peristiwa ini di komandoi Hisyam 

bin Amr Rabi'ah bin Al-Harits bin Habib bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir bin Luay, sebab  Hisyam 

bin Amr yaitu  saudara seibu dengan Nadhlah bin Hasyim bin Abdu Manaf yang memiliki hubungan 

kuat dengan Bani Hasyim. Ia sangat dihormati di mata kaumnya. Pada suatu malam ia mendatangi 

Bani Hasyim dan Bani Al-Muthalib di Syi'b dengan menunggang unta dan mengangkut makanan di atas 

untanya. Pada saat ia telah tiba di gerbang Syi'b, ia turun menggiring untanya, berjalan ke depan dan 

masuk menemui mereka. Pada hari yang lain, ia datang dengan membawa unta nya yang mengangkut 

gandum dan melakukan seperti biasanya. 

Hisyam bin Amr datang menjumpai Zuhair bin Abu Umayyah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar 

bin Makhzum. Ibu Zuhair bin Abu Umayyah yaitu  Atikah binti Abdul Muthalib. Hisyam bin Amr 

berkata kepada Zuhair bin Abu Umayyah, "Hai Zuhair, apakah engkau gembira, jika engkau menikmati 

makanan, mengenakan pakaian, nikah dengan wanita-wanita, sedang paman-pamanmu dari jalur 

ibumu seperti yang engkau ketahui tidak boleh menjual dan membeli dari manusia, tidak boleh 

menikah dan tidak boleh menikahkan putri-putri mereka kepada manusia yang lain? Demi Allah, 

andaikata mereka yaitu  paman-paman Abu Al-Hakam bin Hisyam lalu  engkau ajak mereka 

menuruti keinginanmu, maka tidak ada seorang pun dari mereka yang menjawab seruanmu untuk se- 

lamanya." Zuhair bin Abu Umayyah berkata: "Lalu apa yang dapat aku lakukan? Demi Allah, jika aku 

didukung orang lain, pasti aku batalkan shahifah ini .'" Hisyam bin Amr berkata: "Ada orang orang 

lain yang mendukungmu." Zuhair bin Abu Umayyah berkata: "Siapa dia?!" Hisyam bin Amr berkata: 

"Aku!" Zuhair bin Abu Umayyah berkata: "Carilah pihak ketiga." 

lalu  Hisyam bin Amr pergi mene- mui Al-Muth'im bin Adi dan berkata kepadanya: "Wahai Al-

Muth'im, senangkah engkau dua kabilah dari Bani Manaf dan engkau mendukung orang-orang Quraisy 

dalam masalah ini? Demi Allah, jika engkau mendukung mereka dalam masalah ini, engkau pasti kena 

getahnya." Al-Muth'im bin Adi berkata: "Lalu apa yang dapat aku lakukan? sementara aku hanyalah 

seorang diri?" Hisyam bin Amr berkata: "Ada orang kedua yang sependapat denganmu." Al-Muth'im 

bin Adi berkata: "Siapa dia?" Hisyam bin Amr berkata: "Aku." Al-Muth'im bin Adi berkata: "Carilah 

orang lain 

lagi!" Hisyam bin Amr berkata: "Telah aku 

lakukan lakukan." Al-Muth'im bin Adi berkata: "Siapa dia?" Hisyam bin Amr berkata: "Zuhair bin Abu 

Umayyah." Al-Muth'im bin Adi berkata: "Carilah lagi orang lain!" 

lalu  Hisyam bin Amr menemui Abu Al-Bakhtari bin Hisyam dan berkata kepadanya seperti yang 

ia katakan kepada Al-Muth'im bin Adi. Abu Al-Bakhtari berkata: "Adakah ada orang yang bisa 

membantu masalah ini?" Hisyam bin Amr berkata: "Ya, ada." Abu Al Bakhtari bin Hisyam berkata: 

"Siapa dia?" Hisyam bin Amr berkata: "Zuhair bin Abu Umayyah, Al-Muth'im bin Adi dan saya 

sependapat denganmu." Abu Al-Bakhtari bin Hisyam berkata: "Carilah orang lain lagi!" 

Lalu Hisyam bin Amr menemui Zam'ah bin Al-Aswad bin Al-Muthalib bin Asad dan berbicara 

dengannya sambil memuji hubungan keluarga Bani Hasyim dan Bani Al-Muthalib dengannya dan hak 

mereka atas dirinya. Zam'ah bin Al-Aswad berkata: "Adakah orang yang sependapat dengan apa yang 

kamu lakukan ini?" Hisyam bin Amr berkata: "Ya, ada!" Hisyam bin Amr menyebutkan orang-orang 

yang telah mufakat dengannya dalam masalah ini. Lalu mereka sepakat untuk bertemu di samping Al-

Hajun di Makkah Atas. 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  lima orang itu bertemu di samping Al-Hajun. Mereka sepakat dan 

berjanji untuk membatalkan shahifah. Zuhair bin Abu Umayyah berkata: "Akulah orang yang pertama 

kali akan angkat bicara." 

Keesokan harinya, mereka berlima pergi ke ruang rapat mereka. Zuhair bin Abu Umayyah juga pergi 

dengan memakai pakaian yang mewah. Lalu ia melakukan thawaf di Baitullah sebanyak tujuh kali, 

barulah ia menemui orang-orang Quraisy dan berkata kepada mereka: "Wahai orang-orang Makkah, 

pantaskah kita menikmati makanan dan mengenakan pakaian, sedang Bani Hasyim binasa tidak boleh 

melakukan jual-beli. Demi Allah, saya tidak akan duduk sampai shahifah yang memutus sitaturahim 

dan zalim ini di sobek." 

Abu Jahal yang sedang berada di sudut masjid berkata: "Demi Allah, jangan omong kosong di sini. 

Shahifah ini tidak boleh di sobek." Zam'ah bin Al-Aswad berkata: "Demi Allah, engkau jauh lebih dusta, 

wahai Abu Jahal. Kami tidak rela penulisan shahifah ini sejak awal penulisannya." Abu Al-Bakhtari bin 

Hisyam berkata: "Zam'ah berkata benar. Demi Allah, kita tidak puas dengan apa yang ditulis di 

dalamnya dan kita mengingkari." Al-Muth'im bin Adi berkata: "Kalian berdua berkata benar dan 

dustalah orang yang memprotes kalian. Kita berlepas tangan kepada Allah dari shahifah ini dan dari 

semua yang ditulis di dalamnya." Hisyam bin Amr juga mengatakan hal sama. Abu Jahal berkata: "Apa 

yang kalian lakukan telah kalian sepakati di suatu malam dengan musyawarah dan bukan di tempat 

ini kalian putuskan. Saat itu, Abu Thalib sedang duduk di sudut masjid. Al-Muth'im bin Adi bangkit dan 

berjalan menuju shahifah untuk menyobeknya, namun ia dapatkan rayap-rayap telah 

memakannya, kecuali kata  (dengan nama-Mu ya Allah). 

Penulis shahifah itu yaitu  Manshur bin Ikrimah. sesudah  menuliskannya tangannya lumpuh, 

demikianlah menurut riwayat para ulama. 

Ibnu Hisyam berkata: Sebagian pakar menyebut bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata 

kepada Abu Thalib: "Pamanda, Sebetulnya  Allah telah mengirim rayap-rayap kepada shahifah 

orang-orang Quraisy ini. Rayap-rayap itu justru membiarkan nama Allah di shahifah itu dan 

menghapus kezaliman, pemutusan hubungan silaturahim dan kebohongan dari shahifah itu." Abu 

Thalib bertanya kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Apakah Tuhanmu menginformasikan 

hal ini kepadamu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata: "Ya benar." Abu Thalib berkata: 

"Mana Tuhanmu, kenapa aku tidak melihatnya?" lalu  Abu Thalib keluar menemui orang-orang 

Quraisy dan berkata kepada mereka: "Wahai orang-orang orang-orang Quraisy, Sebetulnya  

keponakanku memberitahuku ini dan itu, oleh sebab itu mari kita buktikan kebenaran ucapannya. Jika 

shahifah ini  persis seperti yang dikatakan keponanku, maka berhentilah memboikot kami dan 

turunkanlah apa saja yang ada di dalamnya. Jika keponakanku berkata dusta, maka dia aku serahkan 

kepada kalian." Orang-orang Quraisy berkata: "Baiklah, kami sependapat dengan tawarabnu itu." 

Mereka pun sepakat, lalu mereka melihatnya dan ternyata shahifah ini  persis seperti yang 

dikatakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Saat itulah, beberapa orang Quraisy membatalkan 

shahifah yang telah mereka buat. 

Usai kembali dari Thaif Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kembali pergi ke Gua Hira. Rasulullah 

mengirim seseorang untuk menjumpai Al-Akhnas bin Syariq untuk memohon perlindungan. Al-Akhnas 

bin Syariq berkata: "Aku seorang lawan dan seorang lawan itu tidak boleh memberi  perlindungan 

kepada lawannya." lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus seseorang untuk 

menjumpai Suhail bin Amr untuk memohon perlindungan padanya. Suhail bin Amr berkata: 

"Sebetulnya  Bani Amir dilarang melindungi seseorang untuk melawan Bani Ka'ab." lalu  

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim seseorang untuk menjumpai Al-Muth'im bin Adi guna 

memohonkan baginya perlindungannya, dan ia pun siap memberi  perlindungan kepada beliau. 

sesudah  itu, Al-Muth'im bin Adi beserta keluarganya keluar dari rumah dengan persenjataan lengkap 

hingga mereka tiba di masjid, lalu  Al-Muth'im bin Adi mengirim seseorang menjumpai 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan membawa pesan: "Silahkan, masuklah ke dalam 

masjid!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pun masuk ke dalamnya, lalu thawaf di Baitullah dan 

shalat di sampingnya, sesudah  itu pulang ke rumah. Inilah yang dimaksudkan oleh Hassan bin Tsabit 

dalam untaian syairnya. 

Ibnu Ishaq berkata: Hassan bin Tsabit juga memuji Hisyam bin Amr atas jasanya dalam membatalkan 

shahifah dalam untaian syairnya: 

Adakah Bani Umayyah memenuhi hak perlindungan 

Dengan ikatan nan kokoh sebagaimana yang dilakukan oleh Hisyam? 

Seperti sekelompok orang yang tidak menzalimi tetangganya 

Yaitu Al-Harits bin Hubaib anak Sukham? Jika Bani Hisl melindungi orang yang meminta 

perlindungan, 

Mereka pasti memenuhinya dan menawarkan ketentraman 

Ibnu Hisyam berkata: Hisyam yaitu  saudara Suham. Namun ada pula yang mengatakan bahwa nama 

Suham yaitu  Sukham. 

 

 

Thufail bin Amr Ad-Dausi Masuk Islam 

 

Ibnu Ishaq berkata: Walaupun memperoleh perlakuan hina dari kaumnya, Rasulullah tetap 

menyampaikan nasihat dan menyeru mereka kepada keselamatan dari apa yang sedang mereka alami 

saat itu. Adapun orang-orang Quraisy, mereka malah melarang manusia dan siapa saja dari orang Arab 

yang datang pada mereka. 

Thufail bin Amr yaitu  seorang yang terhormat, penyair dan seorang sangat cerdas. Orang-orang 

Quraisy berkata kepada Thufail bin Amr, "Wahai Thufail, engkau telah tiba di negeri kami dan orang 

ini (Nabi Muhammad) yang ada di tengah-tengah kita telah membuat kami semua porak-poranda. Ia 

telah memecah belah persatuan dan kesatuan kita. Ucapannya laksana sihir yang mampu 

memutuskan hubungan seorang anak dengan ayahnya, saudara dengan saudaranya dan suami 

dengan istrinya. Kami sangat khawatir jika apa yang telah terjadi pada kami itu lambat laun akan 

menimpamu dan kaummu. sebab  itu, janganlah engkau sedikitpun mengobrol dengannya jangan 

pula mendengar sesuatu pun darinya!" 

Thufail bin Amr bercerita: "Demi Allah, mereka tak pernah henti mengatakan itu padaku hingga aku 

bertekad untuk tidak akan mendengarkan sesuatu pun dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan 

tidak berbicara dengan beliau sampai pada aksi menutup kedua telingaku dengan kapas sebab  

khawatir perkataan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam masuk ke kedua telingaku sementara aku 

tidak ingin mendengar apa pun darinya. Suatu hari, aku pergi ke masjid, tanpa kuduga ternyata 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiri shalat di sisi Ka'bah, lalu  aku berdiri mendekati 

beliau. Ternyata Allah berkehendak agar aku mendengarkan sebagian firman-Nya. Sungguh apa yang 

aku dengar yaitu  ucapan yang teramat indah, aku bergumam dalam diriku: "Demi Allah, sungguh aku 

seorang yang cerdas dan penyair yang cerdas memilah antara yang haq dengan yang batil lalu apa 

salahnya kalau aku mendengar apa yang dikatakan lelaki ini. Jika yang dia bawa yaitu  kebenaran, aku 

akan menerimanya. Jika yang dibawanya yaitu  kebatilan, aku akan meninggalkannya." 

Aku terpaku bagai patung di tempatku sampai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam beranjak pulang 

ke rumahnya. Aku mengikuti beliau dengan diam-diam dari belakang hingga beliau masuk ke dalam 

rumahnya. saat  telah masuk ke dalam rumahnya, aku ikut masuk ke dalamnya. Aku berkata: "Hai 

Muhammad, kaummu mengatakan ini dan itu padaku. Demi Allah, mereka terus-menerus 

mengintimadasi aku terhadap permasalahanmu, hingga aku menutup kedua telingaku ini dengan 

kapas agar tidak bisa mendengar ucapanmu. Namun ternyata Allah memberiku hidayah hingga bisa 

mendengarkan ucapanmu yang teramat indah. Tolong terangkan kepadaku persoalanmu!" 

Thufail bin Amr berkata: "lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menerangkan tentang 

Islam kepadaku dan membacakan Al-Qur'an. Demi Allah, aku belum pernah mendengar perkataan 

seindah Al- Qur'an dan sesuatu yang lebih adil daripada Islam. Maka akupun segera memeluk Islam 

dengan menyaksikan dua kalimat syahadat. Aku berkata: "Wahai Nabi Allah, Sebetulnya  aku orang 

yang ditaati di tengah-tengah kaumku. Aku akan pulang dan mengajak mereka kepada Islam. Oleh 

sebab  itu, berdoalah kepada Allah agar Dia memberiku satu tanda yang bisa membantuku dalam 

menyeru mereka." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata: "Ya Allah, berilah dia sebuah 

tanda." 

Lanjut Thufail: "Maka aku pun pulang kepada kaumku. saat  aku berada di Tsaniyyah, celah antara 

dua gunung, yang dari sini aku bisa melihat rumah-rumah kaumku, tiba-tiba di kedua mataku ada 

cahaya seperti lentera. Aku berkata: "Ya Allah, janganlah dia ada di wajahku. Aku khawatir kaumku 

mengira bahwa cahaya ini  yaitu  tanda bahwa aku keluar dari agama mereka." lalu  

ca¬haya ini  pindah ke ujung cambukku dan orang-orang bisa melihat sinar di cambukku 

bagaikan lentera, sementara aku turun ke tem: pat mereka dari Tsaniyyah hingga akhirnya tiba di 

tempat mereka keesokan harinya. 

Thufail bin Amr berkata: "Tatkala aku tiba di rumah, ayahku yang sudah berusia lanjut memanggilku. 

Aku berkata: "Ayahanda kini aku tidak lagi termasuk golonganmu dan engkau tidak lagi termasuk 

golonganku." Ayahku berkata: "Apa maksudmu bicara begitu wahai anakku?" Aku berkata: "Aku telah 

masuk Islam dan mengikuti agama Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam." Ayahku berkata: 

"Anakku, agama kamu agamaku juga." Aku berkata: "Mandilah dan cucilah pakaian Ayah! sesudah  itu, 

datanglah kepadaku kembali agar aku mengajari Ayah apa yang telah diajarkan kepadaku." Ayah pun 

pergi, mandi dan mencuci pakaiannya. sesudah  itu, ia datang kepadaku, lalu  aku terangkan 

kepadanya perihal Islam dan ia pun memeluk Islam. 

Lalu datanglah istriku mendekati aku. Aku berkata kepadanya: "Kini aku bukan termasuk golonganmu 

lagi dan engkau tidak lagi termasuk dari golonganku." Istriku berkata: "Apa maksudmu?!" Aku berkata: 

"Islam telah memisahkanku darimu, aku telah mengikuti agama Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sal- 

lam." Istriku berkata: "Agamamu, agamaku jua." Aku berkata: "Pergilah ke Hina Dzi Asy- Syara." 

Ibnu Hisyam berkata: Thufail bin Amr berkata: "Pergilah ke Dzi Asy-Syara, lalu mandilah di sana!" Dzi 

Asy-Syara merupakan berhala kabilah Daus. Kabilah Daud melindungi tempat berhala ini  di sana 

ada air terjun yang turun dari gunung. Istriku berkata: "Istriku bergegas pergi untuk mandi. sesudah  

selesai ia kembali menemuiku, maka aku terangkan Islam kepadanya dan ia pun memeluk Islam. 

lalu  aku menyeru kabilah Daus kepada Islam, namun sayang mereka agak lamban merespon 

seruanku. lalu  aku datang kembali kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Makkah. 

Aku berkata kepada Rasulullah: "Wahai Rasulullah, Sebetulnya  perzinahan telah mendominasi di 

kabilah Daus, maka berdoalah kepada Allah untuk mereka." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

berkata: "Ya Allah, tunjukilah kabilah Daus. Kembalilah engkau kepada kaummu, lalu serulah mereka 

dan bersikap santunlah terhadap mereka." Aku pulang kembali di tengah kabilah Daus untuk menyeru 

mereka kepada Islam hingga Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah sampai 

terjadinya Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Khandaq. Aku pergi menemui Rasulullah Shallalahu 

alaihi wa Sallam dengan membawa orang-orang dari kaumku yang telah masuk Islam. Saat itu 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedang berada di Khaybar. Aku sampai di Madinah dengan 

membawa sekitar tujuh puluh atau delapan puluh keluarga yang telah masuk Islam, dan kami 

menyusul Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Khaybar dan beliau memberi bagian rampasan 

perang sebagaimana kaum Muslimin yang lain. 

Hingga Allah menaklukkan Makkah untuk beliau. Aku berkata: "Wahai Rasulullah, kirimlah aku kepada 

berhala Dzu Al-Kafain -berhala milik Amr bin Humamah- untuk aku bakar." 

Ibnu Ishaq berkata: Thufail bin Amr lalu berangkat menuju berhala Dzu Al-Kafaini, lalu  ia 

membakar ini  sambil berkata: 

Wahai Dzu Al-Kafain, aku bukan lagi budak-budakmu 

Kami lahir lebih awal dari pada mu Kirii aku selipkan api di dalam hatimu 

 

Ibnu Ishaq berkata: Usai melakukan itu, Thufail bin Amr kembali menghadap Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam. Ia hidup menyertai Nabi di Madinah hingga Allah Taala memanggilnya pulang ke 

haribaan-Nya. Di zaman Abu Bakar, saat  orang-orang Arab murtad, Thufail bin Amr berangkat 

bersama kaum Muslimin hingga berhasil menaklukkan Thulaihah dan seluruh Negeri Najed. sesudah  

itu, Thufail bin Amr berangkat bersama kaum Muslimin menuju Yamamah bersama dengan anaknya 

yang bernama Amr bin Thufail. Dalam perjalanannya menuju Yamamah Thufail bin Amr. Ia berkata 

kepada sahabat-sahabatnya: "Sebetulnya  aku baru saja bermimpi, tolong terangkanlah kepadaku 

arti mimpiku itu. Aku bermimpi kepalaku dicukur, seekor burung keluar dari mulutku, aku berpapasan 

dengan seorang wanita lalu wanita memasukkan aku ke dalam kemaluannya. Anakku men- cariku 

dengan sangat gelisah, lalu  aku lihat anakku dijauhkan dariku." Mereka berkata: "Itu suatu 

pertanda yang baik!!" Thufail bin Amr berkata: "Demi Allah, aku memiliki penafsiran sendiri dari mimpi 

itu!" Mereka berkata: “Bagaimana takwilnya?” Thufail bin Amr berkata: "Kepalaku dicukur artinya ia 

letakkan di bumi. Sedangkan burung yang keluar dari mulutku yaitu  nyawaku. Wanita yang 

memasukkan aku ke dalam kemaluannya artinya tanah yang digali untukku lalu aku dimasukkan ke 

dalamnya. Anakku mencariku artinya lalu  ia dijauhkan dariku artinya bahwa ia ingin sekali 

menggapai sebagaimana yang aku gapai." Thufail bin Amr Rahimahullah gugur sebagai salah seorang 

syahid pada Perang Yamamah. Sedangkan anaknya menderita luka parah lalu sembuh dan akhirnya 

dia gugur sebagai syahid di medan Perang Yarmuk pada masa kekhilafahan Umar bin Khaththab 

Radhiyallahu Anhu. 

 

 

Tentang A'sya Bani Qais bin Tsa'labah 

 

Ibnu Hisyam berkata: Khalid bin Qurrah bin Khalid As-Sadusi dan yang lainnya berkata kepadaku dari 

tokoh-tokoh sepuh berilmu seperti Bakr bin Wail bahwa A'sya Bani Qais bin Tsa'labah bin Ukabah bin 

Sha'b bin Ali bin Bakr bin Wail pergi menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk masuk 

Islam. 

saat  A'sya bin Qais sampai atau dekat di Makkah, ia dihalau oleh sebagian orang Quraisy. Mereka 

menanyakan apa tujuan kedatangannya ke Makkah. A'sya bin Qais nyatakan bahwa maksud 

kedatangannya ke Makkah sebab  ingin berjumpa dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan 

memeluk Islam. Salah seorang Quraisy berkata kepada A'sya bin Qais: "Hai Abu Bashir, sesungguh- 

nya dia mengharamkan zina." A'sya bin Qais berkata: "Demi Allah, aku tidak gila dengan zina." Orang 

Quraisy ini  berkata: "Hai Abu Bashir, Sebetulnya  dia mengharamkan minuman keras." A'sya 

bin Qais berkata: 

jjemi Allah, adapun yang mi, maka dalam jiwa ini masih suka kepadanya. Aku akan meminumnya tahun 

ini, sesudah  itu aku akan datang kepada beliau untuk masuk Islam." sesudah  itu, A'sya bin Qais pulang. 

Ia meninggal dunia pada tahun itu juga dan berhasil bertemu dengan Rasululla/i Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam. 

Ibnu Ishaq berkata: Walapun musuh Allah, Abu Jahal demikian berat memusuhi Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam, dan sangat besar volume kebenciannya kepada beliau dan bersikap keras terhadap 

beliau, namun Allah merendahkannya di hadapan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam jika  ia 

melihatnya. 

 

 

Al-Irasyi yang Menjual Untanya Kepada Abu Jahal 

 

Ibnu Ishaq berkata: Abdul Malik bin Abdullah bin Abu Sufyan Ats-Tsaqafi berkata kepadaku, seseorang 

dari Arasy, tiba di Makkah dengan mengendarai untanya. Unta itu lalu  dibeli Abu Jahal, dengan 

menghutanginya. lalu  orang Irasy ini  berjalan menuju tempat berkumpulnya orang-orang 

Quraisy, sedang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedang duduk di sudut masjid. Orang Irasy 

ini  berkata: "Hai orang-orang Quraisy, siapakah di antara kalian yang bisa membantuku 

menyelesaikan persoalanku dengan Abu Al-Hakam bin Hisyam sebab  aku orang asing dan musafir. 

Sungguh, dia belum membayar untaku." Salah seorang dari hadirin di tempat pertemuan ini  

berkata: "Apakah engkau melihat orang yang sedang sendiri itu?" Orang yang dia maksud yaitu  

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka memanfaatkan Rasulullah, sebab  mereka tahu 

permusuhan sengit antara beliau dengan Abu Jahal. Pergilah kepadanya, sebab  ia pasti bisa 

membantumu menyelesaikan persoalanmu dengan Abu Jahal." 

Maka orang Arasy ini  berjalan menuju tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan 

berkata kepada beliau: "Wahai hamba Allah, Sebetulnya  Abu Al-Hakam bin Hisyam telah 

mengambil hakku. Aku di sini hanya orang asing dan musafir. Aku telah bertanya kepada orang-orang 

tentang siapa yang bisa membantuku mengambil hakku dari Abu Jahal, lalu  mereka 

menyuruhku datang kepadamu. Oleh sebab  itu, tolong ambilkan hakku daripadanya semoga Allah 

merahmatimu!" Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam bersabda: "Mari kita pergi kepada Abu Jahal!" 

Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam berdiri bersamanya. saat  orang-orang Quraisy melihat beliau 

berjalan bersama orang Irasy ini , mereka berkata kepada salah seorang dari mereka: "Ikuti dan 

lihatlah apa yang akan dia lakukan!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berjalan hingga tiba di 

rumah Abu Jahal, lalu  beliau mengetuk pintu rumahnya. Abu Jahal berkata: "Siapa itu?" 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Muhammad. Keluarlah engkau temuilah aku!" Abu 

Jahal pun keluar membukakan pintu. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Berikan liak 

orang ini!" Abu Jahal berkata: "Ya, tunggu sebentar, aku akan segera memberi  hak orang ini." 

Selesai mengatakan itu Abu Jahal segera bergegas masuk ke dalam rumahnya lalu keluar membawa 

uang untuk melunasi hutangnya kepada orang Irasy ini . sesudah  itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam pergi sambil berkata kepada orang Irasyi ini : "Sekarang urusanmu telah tuntas!" 

Orang Irasyi ini  berjalan hingga tiba di tempat berkumpulnya orang-orang Quraisy di masjid, 

lalu  ia berkata: Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Sungguh, demi Allah, ia telah 

menolongku mendapatkan kembali hakku." Orang Quraisy yang diperintahkan membuntuti Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan orang Irasyi datang ke tempat pertemuan orang-orang Quraisy. 

Mereka bertanya: "Apa yang engkau lihat?" Orang Quraisy ini  menjawab: "Sungguh sebuah 

peristiwa ajaib yang luar biasa. Demi Allah, dia hanya mengetuk pintu rumah Abu Jahal, lalu  Abu 

Jahal keluar menemuinya bagai seorang pecundang. Muhammad berkata: "Lunasilah hutangmu 

terhadap orang ini!" Abu Jahal menjawab: "Ya. tunggu sebentar aku ambil uang dulu!" Selesai 

mengatakkan itu, Abu Jahal segera bergegas masuk ke dalam rumahnya, lalu  keluar lagi 

membawa uang untuk membayar hutangnya kepadanya." Tak lama berselang, Abu Jahal datang ke 

tempat pertemuan orang-orang Quraisy. Mereka berkata: "Celaka engkau wahai Abu Jahal, ada apa 

denganmu? Demi Allah, kami belum pernah melihat seperti apa yang baru saja engkau lakukan!" Abu 

Jahal berkata: "Demi Allah, dia datang mengetuk pintu rumahku. Saat aku mendengar suaranya, diriku 

dihinggapi rasa takut yang luar biasa. lalu  aku keluar menemuinya, sedang di kepalanya 

ada  unta. Aku tidak pernah melihat unta yang memiliki kepala, pangkal ekor dan taring seperti 

unta ini . Demi Allah, jika aku tidak memenuhi permintaannya pastilah unta itu menerkam!" 

 

 

Rukanah Al-Mathlabi Berduel Melawan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Ishaq bin Yasar berkata kepadaku bahwa Rukanah bin Abdun bin Yazid bin 

Hasyim bin Al-Muthaib bin Abdu Manaf yaitu  orang Quraisy yang paling hebat bertarungnya. Suatu 

hari, ia berjumpa Ucngan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di salah satu syi'b (gang di bukit) 

Makkah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata kepadanya: "Hai Rukanah, kenapa engkau 

tidak takut kepada Allah dan tidak menerima seruanku?"41 Rukanah berkata: "Sebetulnya  jika aku 

tahu bahwa apa yang engkau katakan yaitu  benar pasti aku mengikutimu." Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam berkata: "Begini saja, bagaimana jika aku berhasil mengalahkanmu dalam duel, 

apakah dengan begitu engkau mengetahui bahwa apa yang aku katakan yaitu  benar?" Rukanah 

berkata: "Ya!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata: "Kalau begitu, bersiaplah." Rukanah 

mendekati Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu  mulai berduel melawan beliau. saat  

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyerangnya, beliau berhasil membantingnya dan diapun 

tidak berkutik. Rukanah berkata: "Ronde kedua wahai Muhammad!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam pun mengulangi dan kembali berhasil merobohkan Rukanah. Rukanah berkata: "Hai 

Muhammad, demi Allah, sulit dipercaya. Engkau berhasil mengalahkanku." Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam berkata: "Jika engkau mau, aku akan perlihatkan padamu sesuatu yang lebih sulit 

dipercaya dari peristiwa tadi, jika engkau bertakwa kepada Allah dan mengikuti agamaku." Rukanah 

berkata: "Apa itu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata: "Aku akan panggil pohon yang 

engkau lihat ini, lalu ia datang kepadaku." Rukanah berkata: "Silahkan panggil pohon ini . 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pun memanggil pohon itu, lalu  pohon 

 

ini  datang hingga berdiri tepat di hadap- an Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan beliau 

berujar kepadanya: "Kembalilah ke tempatmu semula." Pohon itu pun kembali ke tempatnya semula. 

sesudah  itu, Rukanah menemui kaumnya dan berkata: "Hai Bani Abdu Manaf, silahkan adu semua 

penyihir di dunia dengan sahabat kalian, niscaya dia mampu mempecundangi mereka semua. Demi 

Allah, aku belum pernah menjumpai ahli sihir yang lebih sakti darinya." lalu  Rukanah 

menceritakan apa yang ia saksikan dan apa yang telah diperbuat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam. 

 

 

Utusan Kristen yang Masuk Islam 

 

Ibnu Ishaq berkata: Suatu hari, datanglah dua puluh atau hampir dua puluh orang utusan Kristen 

kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat  beliau sedang berada di Makkah. Mereka 

mendengar kabar kenabian beliau dari orang-orang Habasyah. Mereka menemukan Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Masjidil Haram, lalu mereka duduk bersamanya, berbincang dan 

bertanya jawab dengannya, di tengah-tengah orang-orang Quraisy yang berada di tempat 

berkumpulnya mereka di sekitar Ka'bah. sesudah  berdialog dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam, Rasulullah mengajak mereka ke jalan Allah dan membacakan Al-Qur'an kepada mereka. Pada 

saat mendengar Al-Qur'an, mata mereka mengucurkan airmata. Mereka menerima dakwah beliau, 

beriman kepada beliau, membenarkan dan mengenali beliau persis seperti sifat yang dijelaskan dalam 

kitab mereka. sesudah  itu, mereka pamit kepada Ra- sulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Sialnya 

mereka ditemui Abu Jahal bin Hisyam bersama sejumlah orang Quraisy. Mereka berkata kepada 

utusan Kristen Habasyah yang telah masuk Islam, "Semoga Allah menggagalkan usaha kalian. 

Bukankah kalian dikirim oleh rahib-rahib kalian agar kembali kepada mereka dengan membawa berita 

tentang orang ini. Malah yang kalian lakukan yaitu  yang sebaliknya, meninggalkan agama kalian dan 

membenarkan ucapannya. Kami belum pernah mendapatkan utusan yang lebih bodoh daripada 

kalian." 

Utusan Kristen Habasyah yang telah masuk Islam itu berkata kepada orang-orang Quraisy: "Salam 

sejahtera atas kalian, kami tidak akan membalas ucapan kalian, sebab  tidak ada yang melarang kami 

mengerjakan apa saja yang kami inginkan dan tidak ada yang melarang kalian mengerjakan apa saja 

yang kalian inginkan. Kami tidak akan pernah mengabaikan kebaikan ada bagi diri kami." Ada yang 

menyebutkan, bahwa delegasi Kristen ini  datang dari Najran. Hanya Allah yang Mahatahu 

darimana sebenarnya utusan itu berasal. Ada juga yang mengatakan bahwa ayat-ayat berikut turun 

tentang mereka:  

 

O

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 10  selain berkata seperti di atas, Abu Jahal juga berkata: "Muhammad mengintimidasi aku dengan sesuatu yang belum pernah aku lihat. Ia berkata bahwa akan ada kehidupan sesudah  kematian ini. Celakalah engka… Read More