selain berkata seperti di atas, Abu Jahal juga berkata: "Muhammad
mengintimidasi aku dengan sesuatu yang belum pernah aku lihat. Ia berkata bahwa akan ada
kehidupan sesudah kematian ini. Celakalah engkau berdua. Aku tidak melihat padamu berdua sesuatu
yang dikatakan Muhammad." lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang Abu Lahab:
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sebetulnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah
kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.
(QS. al-Masad: 1-5).
Ibnu Hisyam menjelaskan: Tabbat artinya merugi dan at-tabab artinya kerugian.
Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib menjalani pemboikotan orang-orang Quraisy selama dua atau
tiga tahun, hingga mereka menjalani kesulitan yang sangat luar biasa. Tidak ada makanan atau
minuman yang bisa sampai pada mereka kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi dan siapa pun dari
orang-orang Quraisy tidak bisa berinterakkasi dengan mereka kecuali dengan cara sembunyi-
sembunyi pula.
Abu Jahal berjumpa dengan Hakim bin Hizam bin Khuwailid bin Asad yang sedang berjalan bersama
budak laki-lakinya yang membawa tepung untuk diantarkan kepada bibinya, Khadijah, istri Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang sedang berada bersama beliau di Syi'b. Abu Jahal bin Hisyam
mendekat pada Hakim bin Hizam, lalu berkata kepadanya: "Akankah kau membawa makanan
ini kepada Bani Hasyim? Demi Allah, engkau tidak bisa membawa makananmu itu hingga aku
mengata-ngataimu di kota Makkah. Saat itu, Abu Al-Bakhtari bin Hisyam bin Al-Harits bin Asad datang
menemui Abu Jahal bin Hisyam, lalu berkata kepadanya: "Apa masalahmu dengannya?" Abu
Jahal menjawab: "Dia mau mengantar makanan kepada Bani Hasyim." Abu Al-Bakhtari berkata:
"Makanan ini awalnya milik bibinya. Bibinya mengirimkannya kepadanya, lalu mengapa engkau
melarangnya membawa kembali makanan itu kepada bibinya? Biarkanlah dia pergi!!"
Namun Abu Jahal bin Hisyam tidak menerima saran Abu Al-Bakhtari, lalu terjadilah duel seru
antara Abu Jahal bin Hisyam melawan Abu Al-Bakhtari. Abu Al-Bakhtari mengambil tulang rahang
unta, lalu dia pukulkan dengannya kepala Abu Jahal bin Hisyam hingga luka dan meneteskan darah
lalu dia menginjaknya keras-keras. Hamzah bin Abdul Muthalib yang berada di dekat tempat
kejadian menyaksikan langsung perkelahian itu. Orang-orang Quraisy tidak mau duel ini
didengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya. Sebab jika Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya mendengar duel ini , beliau dan para
sahabatnya pasti akan menertawakannya. Walaupun mendapatkan boikot dari orang-orang Quraisy,
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tetap saja terus berdakwah tanpa henti kepada kaumnya siang
malam baik secara diam-diam maupun terang-terangan. Beliau tetap menyerukan perintah Allah
Ta'ala tanpa takut kepada siapa pun juga.
Sebagian Gangguan yang DiaJami Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari Kaumnya
Ibnu Ishaq berkata: Kala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dilindungi pamannya dan didukung
kaumnya dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib, sontak hal itu membuat orang-orang Quraisy
gagal menghentikan tindakan-tindakan beliau, maka mulailah mereka mengejek, mencibir dan
menantangnya berduel. Wahyu pun turun mengisahkan dengan lengkap tentang perilaku orang
Quraisy dan orang-orang yang menabuh genderang permusuhan kepadanya. Ada yang namanya
disebutkan dengan jelas oleh Al-Qur'an kepada kita ada pulan di antara mereka yang namanya disebut
Allah secara umum sebagai orang-orang kafir saja. Di antara orang-orang Quraisy yang kisah
disebutkan Al-Qur'an dengan jelas untuk kita ialah paman Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, Abu
Lahab bin Abdul Muthalib dan istrinya, Ummu Jamil binti Harb bin Umayyah. Allah menamainya
dengan "sangpembawa kayu bakar," sebab ia seperti yang disampaikan kepadaku membawa onak
dan meletakkannya di jalan yang selalu dilalui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tentang kedua
orang ini, Allah Ta'ala menurunkan ayat berikut:
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sebetulnya dia akan binasa. Tidaklah berfaidah kepadanya
harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yangbergejolak. Dan
(begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. (QS. Al-Masad: 1-5).
Ibnu Hisyam berkata: Kata al-jiid dalam ayat di atas artinya yaitu leher dan kata jamaknya ajyaadu.
Sedangkan al-masad artinya pohon yang telah dihaluskan sebagaimana pohon rami dihaluskan
lalu dibikin tali. Kata tunggalnya masadah.
Ibnu Ishaq berkata: saat Ummu Jamil sang pembawa kayu bakar mendengar ayat Al-Qur'an yang
diturunkan tentang perihal diri dan suaminya, ia segera datang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam yang waktu itu sedang duduk di masjid di sisi Ka'bah ditemani Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ummu
Jamil datang dengan membawa batu besar segenggam tangannya. saat berdiri di depan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar, Allah memalingkan pandangannya dari Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam sehingga dia hanya melijhat Abu Bakar. Ia berkata: "Wahai Abu Bakar,
mana sahabatmu? Aku dengar sahabatmu mencibir kelakuanku. Demi Allah, jika aku berjumpa
dengannya, pasti aku sumpal mulutnya dengan batu ini. Demi Allah, aku seorang penyair." lalu
ia berkata:
Mudzammam (lawan dari Muhammad) kami tantang dirinya
Kami bangkang semua perintahnya Dan agamanya membuat kami marah
Selesai mengatakan itu, Ummu Jamil pergi. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam: "Wahai Rasulullah, apakah Ummu Jamil tidak melihatmu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Ia tidak mampu melihatku, sebab Allah cabut penglihatannya dariku."39
Ibnu Hisyam berkata: Ucapan Ummu Jamil, "Dan agamanya membuat kami marah" bukan berasal dari
Ibnu Ishaq.
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy menamakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
Mudzammam, lalu mereka mencela habis-habisan nama Mudzammam ini . Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ketahuilah, tidakkah kalian merasa takjub bagaimana Allah
melindungiku dari gangguan orang-orang Quraisy? Mereka mencela dan mengolok-olok nama
Mudzammam, sedangkan aku yaitu Muhammad."40
Umayyah bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah jika melihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam, ia melaknat dan mengeluarkan kata-kata kotor untuk beliau, lalu Allah Ta'ala
menurunkan ayat tentang orang ini:
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-
hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sebetulnya
dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu)
api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sebetulnya api itu
ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikatpada tiang-tiangyangpanjang. (QS. al-Humazah:
1-9).
Ibnu Hisyam berkata: Al-Humazah ialah orang yang suka melaknat orang lain di depan umum dengan
mengarahkan mata padanya serta mencelanya. Jamaknya humazaat. Sedang al-lumazah ialah orang
yang mengumpat orang lain dan menyakitinya secara diam-diam. Kata jamaknya lamazaat.
Hasan bin Tsabit berkata:
Umpatanmu demikian hina sebab hinanya jiwa
Dengan qafiyah yang membakar sebab golakan api
Ini yaitu penggalan syair miliknya.
Sebagaimana disebutkan dalam ungkapan Ru'yah al-Ajjaj:
Di bawah naungan zamanku kebatilan dan umpatanku
Ini yaitu penggalan syair miliknya
lbnu ishaq berkata: Juga Al-Ash bin Wail As-Sahmi. Khabbab bin Al-Arat, salah seorang sahabat
Rasulullah Shallallahu Alashi wa Sallam yaitu tukang besi pembuat pedang di Makkah. Ia telah
menjual banyak sekali pedang kepada Al-Ash bin Wail. Pedang-pedang itu ia buat secara khusus
untuknya. saat uangnya sudah berjumlah banyak pada Al-Ash bin Wail, ia datang kepadanya untuk
menagih hutangnya. Al-Ash bin Wail berkata kepada Khabbab bin Al-Arat: "Wahai Khabbab, bukankah
sahabatmu, Muhammad yang engkau imani itu mengatakan bahwa di surga, penghuninya
mengenakan emas, perak, atau pakaian dan memiliki pembantu?" Khabbab bin Al-Arat menjawab:
"Benar." Al-Ash bin Wail berkata: "Jika demikian beri aku perpanjangan waktu hingga Hari Kiamat,
agar aku bisa kembali pada hari ini lalu aku beriman dengan kalian. Demi Allah, engkau dan
sahabat-sahabatmu tidak lebih baik dariku di sisi Allah dan tidak lebih beruntung di sisi-Nya."
lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang Al-Ash bin Wail:
Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan: "Pasti
aku akan diberi harta dan anak." Adakah ia melihat yang gaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi
Tuhan Yang Maha Pemurah?, sekali-kali tidak, Kami akan menulis apa yang ia katakan, dan benar-
benar Kami akan memperpanjang adzab untuknya,
dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu, dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang
diri. " (QS. Maryam: 77-80).
Abu Jahal bin Hisyam, berjumpa dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, lalu ia berkata kepada
beliau: "Wahai Muhammad, hendaknya engkau berhenti mencemooh tuhan-tuhan kami! Jika tidak,
maka kami akan menghina Tuhan yang engkau sembah." Lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang
Abu Jahal:
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, sebab mereka
nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. "(QS. al-An'am: 108).
Sejak saat itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhenti dari memaki sesembahan mereka dan
sebagai gantinya beliau mengajak mereka kepada Allah.
An-Nadhr bin Al-Harits bin Kaladah bin Alqamah bin Abdu Manaf bin Abduddar bin Qushay, jika
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyeru manusia kepada Allah Ta'ala, membaca Al-Qur'an dan
memperingatkan orang-orang Quraisy tentang siksa yang me nimpa umat-umat terdahulu, maka An-
Nadhr bin Al-Harits akan melaksanakan hal yang sama, lalu bercerita kepada manusia tentang
Rustum As-Sindid, tentang Isfandiyar dan raja-raja Persia. sesudah itu, ia berkata: "Demi Allah, ceramah
Muhammad tidaklah lebih baik daripada ceramahku. Ucapan Muhammad hanyalah dongeng-dongeng
orang-orang dulu. Aku mampu menuliskan dongeng-dongeng sebagaimana ia menuliskan dongeng-
dongeng ini ." lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang dirinya:
Dan mereka berkata: "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya ditu- liskan,
maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang." Katakanlah: "Al Quran itu
diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sebetulnya Dia yaitu
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Furqan: 5-6).
Allah Ta'ala juga menurunkan ayat berikut perihal An-Nadhr bin Al-Harits,
jika dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "(Ini yaitu ) dongeng-dongengan orang-
orang dahulu kala." (QS. al-Qalam: 15).
Allah juga menurunkan ayat berikut perihal An-Nadhr bin Al-Harits:
Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa, dia
mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya lalu dia tetap menyombongkan diri seakan-
akan dia tidak mendengarnya. Maka beri kabar gembiralah dia dengan adzab yangpedih. (QS. al-
Jatsiyah: 7-8).
Ibnu Hisyam berkata: Firman Allah al- affak artinya para pendusta. Tentang kata ini , disebutkan
dalam Al-Qur'an:
Ketahuilah bahwa Sebetulnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: "Allah
beranak." Dan Sebetulnya mereka benar-benar orang yang berdusta. (QS. ash- Shaffat: 151-152).
Ru'yah bin Al-Ajjaj berkata:
Tidaklah seseorang berdusta dengan kata penuh dusta
Ini yaitu penggalan syairnya.
Ibnu Ishaq berkata: Suatu hari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sebagaimana berita yang
disampaikan kepadaku, sedang duduk-duduk dengan Al-Walid bin Al-Mughirah di masjid, tiba-tiba
tanpa disadari datanglah An-Nadhr bin Al-Harits lalu dia duduk bersama mereka berdua. Saat
itu ada beberapa orang Quraisy yang berada di masjid. lalu Rasulullah Shallallahu Alihi wa
Sallam berbicara kepada mereka, namun pembicaraan beliau diganggu oleh An Nadhr bin Al Harits.
lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menegurnya hingga membuat ia diam. Baru sesudah
itu, beliau membacakan ayat berikut kepadanya dan kepada orang-orang Quraisy lainnya:
Sebetulnya kamu dan apayangkamu sembah selain Allah, yaitu umpan Jahanam, kamu pasti
masuk ke dalamnya. Andaikata berhala-berhala itu tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan
semuanya akan kekal di dalamnya. Mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya tidak bisa
mendengar. (QS. al-Anbiya': 98-100).
Ibnu Hisyam berkata: Hashabu Jahannam artinya segala sesuatu yang membuat Jahanam menyala.
Abu Dzu'ab al-Hudzali yang bernama asli Khuwailid bin Khalid berkata:
Padamkan dan jangan kau nyalakan
Janganlah jadi kayu penyulut api yang sangat dahsyat
Bait ini yaitu penggalan dari bait-baitnya. Diriwayatkan "janganlah kamu menjadi kayu penyulut.
Seorang penyair berkata:
Kunyalakan api untuknya hingga dia melihat sinarnya
Dan barang siapa yang mendapatkan sinar api dia dapat petunjuk
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallallahu Alihi wa Sallam lalu berdiri, pada saat yang bersamaan
datanglah Abdullah bin Az-Zaba'ra As-Sahmi lalu ia duduk. Al-Walid bin Al-Mughirah berkata
kepada Abdullah bin Az-Zaba'ra, "Demi Allah, tadi An-Nadhr bin Al-Harits seperti patung yang tak bisa
bergerak akibat perkataan anak Abdul Muththatib. Muhammad mengatakan bahwa
kita dan tuhan-tuhan sesembahan kita ini akan menjadi bahan bakar Jahannam." Abdullah bin Az-
Zaba'ra berkata: "Demi Allah, jika berjumpa dengan Muhammad, aku pasti berdebat dengannya.
Tanyailah Muhammad, apakah semua tuhan yang disembah selain Allah itu berada di dalam neraka
Jahannam beserta penyembahnya? Kita menyembah para malaikat, sedang orang-orang Yahudi
menyembah Uzair dan orang-orang Kristen menyembah Isa bin Maryam." Al-Walid bin Al-Mughirah
dan orang-orang yang berada di 'perkumpulan ini merasa tercengang dengan ucapan Abdullah
bin Az-Zaba'ra. Mereka yakin, bahwa Abdullah bin Az-Zaba'ra mampu beradu argumentasi dengan
lihai. Ucapan Abdullah bin Az-Zaba'ra ini disampaikan kepada Rasulullah Shallallahu Alihi wa
Sallam lalu beliau bersabda: "Barangsiapa ingin menyembah sesuatu selain Allah, maka orang
yang menyembahnya akan bersama dengan sesembahannya. Sesungguh-nya mereka itu menyembah
setan-setan dan apa saja yang dibisiku setan untuk disembah. Lalu Allah Ta'ala menurunkan wahyu
berikut tentang peristiwa di atas:
Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu
dijauhkan dari neraka, mereka tidak men¬dengar sedikit pun suara api neraka, dan mere¬ka kekal
dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka. (QS. al-Anbiya': 101-102).
Mereka yang dimaksud ayat di atas ialah Isa bin Maryam, Uzair, para rahib dan para pendeta yang taat
kepada Allah, yang dijadikan tuhan-tuhan selain Allah oleh orang- orang yang menyembahnya dari
kalangan orang-orang yang menyimpang.
Al-Qur'an juga merekam ucapan mereka bahwa mereka menyembah para malaikat dan bahwa para
malaikat yaitu anak-anak perempuan Allah,
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (memiliki ) anak", Maha Suci
Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), yaitu hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak
mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Allah
mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan
mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orangyang diridai Allah, dan mereka itu selalu
berhati-hati sebab takut kepada-Nya. Dan barang siapa di antara mereka mengatakan:
"Sebetulnya aku yaitu tuhan selain daripada Allah", maka orang itu Kami beri balasan dengan
Jahanam, demikian Kami memberi pembalasan kepada orang-orang zalim. (QS. al-Anbiya': 26-
29).
Al-Qur'an juga mengisahkan ayat tentang Isa bin Maryam yang dijadikan tuhan selain Allah dan
kekaguman Al-Walid bin Al- Mughirah dan orang-orang yang hadir pada pertemuan ini kepada
ungkapan Abdullah bin Zaba ra:
Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak
sebab nya. (QS. az-Zukhruf: 57), yakni mereka menghamba urusanmu dengan ucapan mereka.
lalu Al Quran menyebutkan tentang Isa bin Maryam:
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami
jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israel. Dan kalau Kami kehendaki benar-
benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. Dan
Sebetulnya Isa itu benar-benar memberi pengetahuan tentang hari kiamat. sebab itu
janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. (QS. az-
Zukhruf: 59-61)
Maksudnya ialah bahwa tanda-tanda kebesaran yang Allah berikan kepada Isa bin Maryam
membangunkan kembali orang yang telah mati dan menyembuhkan orang yang sakit suduh cukup
baginya sebagai bukti ten¬tang pengetahuannya tentang hari kiamat.
Ibnu Ishaq berkata: Al Akhnas bin Syariq bin Wahb Ats Tsaqafi, sekutu Bani Zuhrah. Ia termasuk salah
seorang tokoh yang disegani di kaumnya. Ia menyakiti Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan
menentang beliau, lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat mengenai dirinya:
Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang
kian ke mari menyebarkan fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi
banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya, (QS. al-Qalam 10-13)
Allah berfirman zaniim, dan tidak mengatakan zaniim sebab adanya sesuatu yang hina dalam
nasabnya. sebab Allah tidak pernah mencela seseorang sebab nasabnya. Namun Allah memastikan
sifatnya agar diketahui. Zanim itu artinya, yang keras, kaku dan jahat pada kaumnya.
Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: Mengapa wahyu diturunkan kepada Muhammad dan tidak
diturunkan kepadaku, padahal akulah tokoh senior Quraisy dan pemimpinnya? Serta mengapa tidak
diturunkan kepada Abu Mas'ud Amr bin Umair Ats-Tsaqafi, pemimpin Tsaqif? Padahal kami berdua
pemimpin besar tengah kaum kami?' Lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat berikut:
Dan mereka berkata: "Mengapa Al Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu
dua negeri (Mekah dan Thaif) ini? Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat , Tuhanmu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian
mereka dapat memper- gunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan. (QS. az-Zukhruf: 31-32).
Ubay bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah bin Uqbah bin Abu Mu'aith yaitu dua sahabat
dekat. Suatu waktu Uqbah bin Abu Muaith pernah duduk bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam dan mendengar sesuatu dari beliau. Hal ini didengar Ubay bin Khalaf, lalu ia mendatangi
Uqbah bin Abu Mu'aith dan berkata kepadanya, "Benarkah engkau telah duduk bersama Muhamnad
dan mendengar sesuatu darinya? Demi Tuhan, aku tidak akan mau berbicara denganmu!! "Ubay bin
Khalaf bersumpah dengan sangat keras. "Benarkah engkau pernah duduk bersamannya dan
mendengar sesuatu darinya? Lalu kenapa engkau tidak datang kepadanya dan meludahi wajahnya?"
Uqbah bin Abu Muaith pun melakukan permintaan Ubay bin Khalaf, lalu Allah Ta'ala
menurunkan ayat tentang keduanya:
Dan (ingatlah) hari (saat itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai
kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-satna Rusul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku
(dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab (ku). Sebetulnya dia telah menyesatkan aku dari
Al Qur'an saat Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan yaitu setan itu tidak mau menolong
manusia" (QS. al-Furqan: 27-29).
Ubay bin Khalaf menghampiri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sambil membawa tulang rusak
yang sudah berbau busuk, lalu ia berkata: "Wahai Muhammad, engkau pernah mengatakan
bahwa Allah akan mem- bangkitkan hewan ini sesudah rusak seperti ini." Usai mengatakan itu, Ubay
bin Khalaf memukul hancur tulang rusak tadi dengan tangannya, lalu meniupkannnya ke arah
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Benar, aku
mengatakan itu. Allah akan membangkitkannya juga membangkitkanmu sesudah kalian menjadi tulang
belulang, lalu Allah menenggeiamkanmu ke dalam neraka." Lalu Allah menurunkan ayat tentang Ubay
bin Khalaf:
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah
yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah: "la akan
dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang
segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu
nyalakan (api) dari kayu itu. (QS. Yaasiin: 78-80).
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam, sedang melakukan thawaf di
Ka'bah, beliau di datangi Al-Aswad bin Al-Muthalib bin Asad bin Abdul Uzza, Al Walid bin Mughirah,
Umayyah bin Khalaf dan Al-Ash bin Wail. Mereka yaitu orang-orang terpandang di kaumnya masing-
masing. Mereka berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam, "Wahai Muhammad,
bagaimana andai kami menyembah apa yang kau sembah dan kau menyembah apa yang kami
sembah. Kita saling bekerja sama dalam hal ini. Jika apa yang engkau sembah lebih baik daripada apa
yang kami sembah, maka kami akan mengikutimu. Jika apa yang kami sembah lebih baik, maka engkau
mengikuti kami." lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang mereka,
Katakanlah: "Hai orang-orangyang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu bukan penyembah Tuhanyang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku." (QS. Al-Kafirun: 1-6).
Tatkala Allah menyebutkan tentang pohon zaqqum dan menakut-nakuti mereka dengan pohon
ini , Abu Jahal bin Hisyam berkata: "Wahai orang-orang Quraisy, apakah kalian tahu pohon
zaqqum yang di bicarakan Muhammad mengancam kalian dengannya?" Mereka menjawab: "Kami
tidak tahu!!" Abu Jahal berkata: "Pohon zaqqum yaitu kurma Yatsrib yang bercampur mentega. Demi
Allah, jika kami mendapatkannya, kami pasti mencabutnya dengan keras." lalu Allah Ta'ala
menurunkan ayat Al-Qur'an tentang ucapan Abu Jahal ini :
Sebetulnya pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak
yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas. (QS. ad-Dukhan: 43-46).
Ibnu Hisyam berkata: Al Muhlu artinya benda-benda yang bisa meleleh misalnya tembaga, timah atau
apapun yang serupa dengannya, sebagaimana dikatakan kepadaku oleh Abu Ubaidah.
Aku diberitahu dari Al-Hasan bin Abu Al- Hasan ia berkata bahwa Abdullah bin Mas'ud yaitu petugas
Baitul Mai di Kufah di masa
Umar bin Khaththab. Suatu hari, Abdullah bin Mas'ud memerintahkannya melelehkan perak, lalu
lelehan perak ini membentuk banyak warna. Abdullah bin Mas'ud berkata: "Adakah orang di
balik pintu?" Orang-orang menjawab: "Ya, ada." Abdullah bin Mas'ud berkata: "Perintahkan mereka
agar masuk." Mereka pun masuk, lalu Abdullah bin Mas'ud berkata: "Sebetulnya sesuatu yang
kalian lihat yang paling mirip dengan al-muhlu yaitu lelehan ini." Salah seorang penyair berkata:
Tuhanku meminumkannya air panas lelehan perak
Yang menghanguskan wajahnya Larut dalam perutnya
Disebutkan bahwa makna muhlu yaitu nanah yang ada di dalam tubuh.
Telah pula sampai berita kepadaku bahwa saat Abu Bakar akan meninggal dunia, ia mewasiatkan
dimandikan dengan dua baju yang biasa dikenakannya dan dikafani dengannya. Aisyah berkata kepada
Abu Bakar, "Ayah, sungguh Allah telah membuatmu tidak lagi membutuhkan pada keduanya.
Ayahanda belilah baju yang lain!" Abu Bakar berkata: "Sebetulnya waktu itu hanya sedetik, ke-
mudian berubah menjadi al-muhlu"
Ibnu Ishaq berkata: "lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang Abu Jahal bin Hisyam:
Dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, namun
yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. (QS. al-Isra': 60).
Al-Walid bin Al-Mughirah dihampiri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Beliau berbicara
kepadanya, sebab beliau meng- inginkan sekali Al Walid bin Al Mughirah bisa masuk Islam. Saat
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedang berbicara dengan Al Walid bin Al Mughirah, le.watlah
Ibnu Ummi Maktum yang buta. Ia merigajak bicara Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan me-
mintanya mengajarkan Al Quran untuknya. Merasa diganggu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
lalu membentaknya, sebab beliau sedang fokus dengan urusan Al Walid bin Al Mugirah dan
obsesi beliau agar dia masuk Islam. saat Ibnu Ummi Maktum terus menerus mengeyel meminta
dibaca- kan Al Quran, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berpaling darinya dengan muka masam,
maka Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang beliau:
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, sebab telah datang seorang buta kepadanya.
Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). atau dia (ingin) mendapatkan
pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya
serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak
membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk
mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali
jangan (demikian)! Sebetulnya ajaran-ajaran Tuhan itu yaitu suatu peringatan, maka barang
siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang
ditinggikan lagi disucikan, (QS. Abasa: 1-14).
Ibnu Hisyam berkata: Ibnu Ummi Maktum yaitu pemuda yang berasal Bani Amir bin Luay. Ia bernama
asli Abdullah. Ada pula yang mengatakan namanya yaitu Amr.
Kepulangan Orang-orang Muhajirin di Habasyah Tatkala Sampai Kabar tentang Masuk Islamnya
warga Mekkah
Ibnu Ishaq berkata: Sampailah berita kepada sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
yang hijrah tentang masuk Islamnya warga Makkah, lalu mereka pun bermaksud pulang ke
Makkah. Namun tatkala mendekati Makkah, mereka mendapat berita bahwa semua itu yaitu dusta
belaka. sebab nya tidak ada seorang pun dari mereka yang memasuki Makkah kecuali dengan
perlindungan orang lain atau dengan sembunyi-sembunyi. Di antara mereka ada yang tiba di Makkah,
lalu menetap di dalamnya lalu hijrah ke Madinah dan terjun di Perang Badar bersama Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Ada yang tetap tinggal di Makkah, hingga tidak bisa ikut Perang Badar dan
perang-perang lainnya. Ada juga yang wafat di Makkah.
Kaum Muhajirin yang pulang ke Makkah dari Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay ada dua
orang, yaitu: Utsman bin Affan bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams beserta istrinya, Ruqayyah
binti Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi'ah bin Abdu Syams
beserta istrinya Sahlah binti Suhail.
Sedangkan dari sekutu Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay ada satu orang, yaitu Abdullah
bin Jahsy bin Riab.
Bani Naufal bin Abdu Manaf ada satu orang, yaitu Utbah bin Ghazwan, sekutu Bani Abdu Syams dari
Qais Ailan.
Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushay ada satu orang, yaitu Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad.
Dari Bani Abduddar bin Qushay ada dua orang, yaitu: Mush'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf,
Suwaibith bin Sa'ad bin Harmalah.
Dari Bani Abd bin Qushay ada satu orang yaitu Thulaib bin Umair bin Wahb bin Abu Kabir bin Abd.
Dari Bani Zuhrah bin Kilab yaitu tiga orang, yaitu: Abdurrahman bin Auf bin Abdu Auf bin Abd bin Al-
Harits bin Zuhrah, Al- Miqdaq bin Amr, sekutu Bani Zuhrah bin Kilab. Abdullah bin Mas'ud, sekutu Bani
Zuhrah bin Kilab.
Dari Bani Makhzum bin Yaqazhah yaitu sebagai berikut: Abu Salamah bin Abdul Asad bin Hilal bin
Abdullah bin Umar bin Makhzum beserta istrinya, Ummu Salamah binti Umayyah bin Al-Mughirah,
Syammasy bin Utsman bin Asy-Syarid bin Suwaid bin Harmi bin Amir bin Makhzum, Salamah bin
Hisyam bin Al-Mughirah yang lalu dikekang pamannya di Makkah dia tidak bisa bebas kecuali
sesudah Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Khandaq. Ayyasy bin Abu Rabi'ah bin Al-Mughirah
yang hijrah ke Madinah dengan diikuti dua saudara seibunya, yaitu Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits
bin Hisyam, lalu Abu Jahal bin Hisyam dan
Al-Harits bin Hisyam membawa Ayyasy bin Abu Rabi'ah pulang ke Makkah dan mengekangnya di
Makkah hingga Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Khandaq usai.
Dari sekutu Bani Makhzum bin Yaqadzah yaitu sebagai berikut: Ammar bin Yasir, diragukan apakah
ikut hijrah ke Habasyah atau tidak, Muattib bin Auf bin Amir dari Khuza'ah.
Dari Bani Jumah bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab yaitu sebagai berikut: Utsman bin Madz'un bin Habib
bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah beserta anaknya, As-Saib bin Utsman, Qudamah bin Madz'un,
Abdullah bin Madz'un.
Dari Bani Sahm bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab yaitu sebagai berikut: Khunais bin Hudzafah bin Qais
bin Adi, Hisyam bin Al-Ash bin Wail yang tertahan di Makkah sesudah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam hijrah ke Madinah. Dia baru bisa hijrah ke Madinah seusai Perang Badar, Perang Uhud dan
Perang Khandaq.
Dari Bani Adi bin Ka'ab bin Luay yaitu Amir bin Rabi'ah sekutu Bani Sahm beserta istrinya yang
bernama Laita binti Abu Hats- mah bin Ghanim.
Dari Bani Amir bin Luay yaitu sebagai berikut: Abdullah bin Makhramah bin Abdul Uzza bin Abu Qais,
Abdullah bin Suhail bin Amr. Ia ditawan di kota Makkah pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam hijrah ke Madinah. Pada Perang Badar, ia kabur dari orang-orang musyrik dan berpihak kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu ikut Perang Badar bersama beliau, Abu Sabrah bin
Abu Ruhm bin Abdul Uzza beserta istrinya yang bernama Ummu Kaltsum binti Suhail bin Amr dan As-
Sakran bin Amr bin Abdu Syams beserta istrinya, Saudah binti Zam'ah bin Qais. Abu Sabrah bin Abu
Ruhm meninggal di Makkah sebelum Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah.
lalu beliau menikahi Saudah binti Zam'ah.
Dari sekutu Bani Amir bin Luay ada satu orang yaitu Sa'ad bin Khaulah.
Dari Bani Al-Harits bin Fihr yaitu sebagai berikut: Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Nama aslinya ialah Amir
bin Abdullah Al-Jarrah, Amr bin Al-Harts bin Zuhair bin Abu Syadad, Suhail bin Baidha' yang bernama
lengkap Suhail bin Wahb bin Rabi'ah bin Hilal. Amr bin Abu Sarh bin Rabi'ah bin Hilal.
Jumlah seluruh sahabat Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam yang tiba di Makkah dari Habasyah
yaitu tiga puluh tiga orang laki-laki.
Di antara mereka yang masuk ke Makkah dengan perlindungan orang lain ialah Utsman bin Madz'un
bin Habib Al-Jumahi yang masuk ke Makkah dengan perlindungan Al-Walid bin Al-Mughirah, Abu
Salamah bin Abdul Asad bin Hilal Al-Makhzumi yang masuk ke Makkah dengan perlindungan Abu
Thalib bin Abdul Muthalib yang tidak lain yaitu pamannya sendiri dari jalur ibunya dan ibu Abu
Salamah dan Barrah binti Abdul Muthalib.
Ibnu Ishaq berkata: Adapun Utsman bin Madz'un, maka Shalih bin Ibrahim bin Auf bercerita kepadaku
dari orang yang bercerita padanya dari Utsman yang berkata: saat Utsman bin Madz'un melihat
cobaan yang diderita sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedangkan ia sendiri
selama 24 jam berada dalam jaminan keamanan Al-Walid bin Al-Mughirah, ia berkata: "Demi Allah,
keberadaanku selama 24 jam dalam keadaan aman di bawah perlindungan salah seorang musyrik,
sedang sahabat-sahabatku dan orang-orang yang memiliki keyakinan yang sama denganku
mendapatkan ujian di jalan Allah yang menimpaku yaitu suatu penyesalan tersendiri dalam diriku."
lalu Utsman bin Madz'un pergi menemui Al-Walid bin Al-Mughirah dan berkata kepadanya:
"Wahai Abu Abdu Syams, engkau telah menepati semua hak perlindungan namun kini aku serahkan
kembali perlindungan itu kepadamu." Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: "Mengapa demikian wahai
keponakanku? Apakah ada seseorang dari kaumku yang menyakitimu?" Utsman bin Madz'un berkata:
"Sama sekali tidak! Aku hanya merasa tentram dengan perlindungan Allah dan tidak ingin
perlindungan dari selain Dia." Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: "Kalau begitu, mari kita pergi ke
masjid haram lalu kau kembalikan perlindunganku kepadaku secara di depan umum, sebagaimana aku
melindungimu di depan khalayak ramai." lalu Utsman bin Madz'un dan Al-Walid bin Al-
Mughirah berjalan bersama hingga tiba di masjid. Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: "lni Utsman, ia
datang ke tempat ini untuk mengembalikan perlindunganku kepadaku." Utsman bin Madz'un berkata:
"Apa yang dikatakan Al-Walid bin Al-Mughirah itu sungguh benar. Sungguh, dia telah menepati hak
perlindungan dan ia orang yang memberi perlindungan dengan penuh kemuliaan. Namun aku tidak
suka mencari perlindungan dari selain Allah. Sekarang aku kembalikan perlindungannya kepadanya."
Usai mengumumkan hal itu, Utsman bin Madz'un pergi dan saat itu, Labid bin Rabi'ah bin Malik bin
Ja'far bin Kilab duduk mengobrol bersama orang-orang Quraisy. Ia sedang membacakan syair kepada
mereka, lalu Utsman bin Madz'un duduk bersama mereka. Labid berkata:
Ketahuilah, hanya Allah lah yang Haq dan segala sesuatu selain Allah itu batil
Utsman bin Madz'un berkata: "Engkau berkata benar." Labid melanjutkan
Dan setiap nikmat itu pastilah binasa
Utsman bin Madz'un berkata: "Kalau yang ini engkau dusta. Kenikmatan surga tidak akan pernah
binasa." Labid bin Rabi'ah berkata: "Wahai orang-orang Quraisy, demi Allah teman ngobrol kalian
belum pernah disakiti. Sejak kapan kejadian seperti ini menimpa kalian?" Salah seorang dari hadirin
berkata: "Sebetulnya orang bodoh ini (maksudnya Utsman bin Madz'un) bersama orang-orang
bodoh seperti dia telah keluar dari agama kami. Oleh sebab itu, engkau jangan sekali-kali terprovokasi
dengan ucapannya." Utsman bin Madz'un membalas ucapan orang ini hingga sengketa semakin
besar. Orang ini berdiri ke arah Utsman bin Madz'un lalu memukul matanya hingga luka
memar. Al-Walid bin Al-Mughirah yang berada tidak jauh dari tempat kejadian melihat peristiwa itu
dengan jelas apa yang dialami Utsman bin Madz'un, lalu ia berkata: "Demi Allah, wahai
keponakanku, Sebetulnya dirimu belum pernah mengalami derita sebagaimana apa yang engkau
alami saat ini, selama engkau berada dalam perlindungan yang kokoh." Utsman bin Madz'un berkata:
"Sebetulnya diriku sangat empati dengan apa yang diderita saudaranya yang lain di jalan Allah.
Demi Allah, aku berada dalam perlindungan Dzat yang lebih tangguh dan lebih hebat darimu, wahai
Abu Abdu Syams." Al-Walid bin Al-Mughirah berkata kepada Utsman bin Madz'un: "Kemarilah wahai
keponakanku, jika engkau ingin seperti dulu lagi, maka ambillah kembali perlindunganmu." Utsman
bin Madz'un menjawab: "Tidak!!"
Abu Salamah dalam Perlindungan Abu Thalib
Ibnu Ishaq berkata: Abu Ishaq bin Yasar berkata kepadaku dari Salamah bin Abdullah bin Umar bin
Abu Salamah bahwa ia diberitahu bahwa saat Abu Salamah meminta perlindungan kepada Abu
Thalib, beberapa orang dari Bani Makhzum menemui Abu Thalib dan berkata padanya, "Wahai Abu
Thalib, apa maksud dengan semua ini? Kami relakan, engkau melindungi keponakanmu, Muhammad
dari kami. Lalu apa alasanmu melindungi seorang laki-laki yang bukan keponakanmu? Abu Thalib
berkata: "Abu Salamah termasuk keponakanku juga." Jika aku tidak melindungi Abu Salamah, maka
aku juga tidak akan melindungi Muhammad." Abu Lahab bangkit, dan dengan nada marah lalu
berkata: "Wahai orang Quraisy, demi Allah, kalian tiada henti-hentinya memprotesnya orang tua ini
atas perlindungannya terhadap salah seorang di antara kaumnya. Demi Allah, apa yang kalian lakukan
ini hanyalah kesiasiaan belaka. Mereka berkata: "Lalu kami harus bagaimana wahai Abu Utbah (Abu
Lahab)." Abu Lahab yaitu pendukung dan penolong berat mereka dalam berhadapan dengan
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka tetap berada dalam kondisi seperti itu. Abu Thalib
sendiri terpesona saat dia mendengar ucapan Abu Lahab di atas. Ia sangat berharap Abu Lahab
mengambil sikap seperti dirinya terhadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Abu Thalib berkata
mendorong Abu Lahab untuk menolong Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam:
Sebetulnya salah seorang pamannya ialah Abu Utaibah
Pasti hidup dalam taman indah jika ia tidak dibebani kezaliman
Aku katakan kepadanya namun apa artinya nasihatku untuknya?
Hai Abu Mu'thib, tetap kokohkanlah kepribadianmu!
Janganlah sekali-kali menyerah pada zaman, sepanjang kau ada di jalan lurus
Engkau dihina oleh zaman, atau engkau turun di musim ini
Berpalinglah dari jalan kenestapaan dan orang selainmu
berada di atas jalan nestapa
sebab engkau tidak tercipta dalam keadaan
lemah
Perangilah, sebab perang yaitu solusi ter baik
Engkau takan akan melihat pelaku perang diberi kehinaan
Sampai dia diajak damai
Bagaimana tidak, sementara mereka tidak
melakukan dosa besar padamu
Dan tidak membiarkan engkau kalah ataumenang
Semoga Allah memberi pahala pada Abdu
Syams, Naufal, Taim dan Makhzum sebab kebaikannya kepada kami
Mereka memecah belah kami sesudah sebelumnya penuh cinta intim adanya
Mereka telah melanggar hal-halyang diharamkan
Demi Baitullah, kalian semua dusta bohong.
Kami tidak merampas Muhammad
Tidakkah kalian lihat suatu hari dia berdiri di Syi'b
Abu Bakar Mendapat Perlindung- an Ibnu Dughunnah dan Mengembalikannya Kembali
Ibnu Ishaq berkata: Kepadaku oleh Muhammad bin Muslim Az-Zuhri bercerita padaku
dari Urwah dari Aisyah Radhiyallahu Anhu- ma, saat Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu
merasa Makkah sudah tidak akrab lagi dengannya dimana ia mendapatkan gangguan di dalamnya,
dan melihat kekejaman orang-orang Quraisy terhadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan
sahabat-sahabat beliau, maka ia memohon izin kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk
berhijrah dan beliau pun memberi nya. lalu Abu Bakar pun berhijrah dan dalam
perjalanannya, ia bertemu dengan Ibnu Ad-Daghanah, saudara Bani Al-Harits bin Bakr bin Abdu Manat
bin Kinanah. saat itu, Ibnu Ad-Dughunnah yaitu pemimpin orang- orang Ahabisy.
Ibnu Ishaq berkata: Ahabiys yaitu anak-anak dari Harits bin Abdu Manat bin Kinanah dan Hun bin
Mudrikah dan Bani Mushthaliq bin Khuza'ah.
Ibnu Hisyam berkata: Mereka melakukan persekutuan. Maka lalu mereka disebut Ahabisy
sebab melakukan perseketuan di sebuah lembah yang bernama Ahbasy di bawah Mekkah.
Ada yang berkata bahwa nama Ibnu Ad-Dughunnah ialah Ibnu Ad-Dughainah.
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri bercerita kepadaku dari Urwah dari Aisyah Radhiyallahu Anha yang
berkata: lalu Ibnu Ad-Dughunnah berkata: "Kenapa engkau ingin pergi wahai Abu Bakar?" Abu
Bakar menjawab: "Aku diusir oleh kaumku. Mereka menyakiti serta mempersempit ruang gerakku."
Ibnu Ad-Dughunnah berkata: "Kenapa itu semua bisa terjadi?" Demi Allah, engkau hiasan keluarga,
menolong orang yang berada dalam kesulitan, melakukan banyak kebajikan dan membantu orang
miskin. Jangan pergi sebab aku akan melindungimu." lalu Abu Bakar pulang bersama Ibnu Ad-
Dughunnah.
saat Abu Bakar memasuki Mekkah, Ibnu Ad-Dughunnah berdiri lain berkata: "Wahai orang-orang
Quraisy, Sebetulnya aku telah melindungi anak Abu Quhafah. Maka siapa pun tidak boleh
menyakitinya sedikitpun."
Aisyah berkata: Orang-orang Quraisy pun mematuhinya. Abu Bakar memiliki masjid di pintu
rumahnya di Bani Jumah dan biasanya ia melakukan shalat di sana. Abu Bakar berhati lembut. Oleh
sebab nya jika membaca Al-Qur'an, pasti ia terharu.
Anak-anak muda, para budak dan para wanita berdiri di tempat Abu Bakar sebab kagum dengan
postur tubuhnya. Oleh sebab itulah beberapa orang Quraisy menemui Ibnu Ad-Dughunnah lalu
berkata: "Wahai Ibnu Ad-Dughunnah, engkau melindungi orang ini bukan untuk mengganggu kami
kan? Sebetulnya dia manakala shalat dan membaca apa yang dibawa Muhammad, maka lalu
ia menangis dan ditambah ia memiliki postur tubuh yang sungguh menawan. Kami khawatir anak-anak
muda, wanita-wanita dan orang-orang lemah di antara kami terpengaruh olehnya. Oleh sebab itulah,
nasihatilah Abu Bakar agar tidak keluar rumah dan melakukan hal semacam itu."
Ibnu Ad-Dughunnah pergi kepada Abu Bakar dan berkata kepadanya: "Hai Abu Bakar, perlindunganmu
bukanlah dengan maksud agar engkau mengusik kaummu. Sebetulnya mereka tidak suka tempat
engkau shalat dan merasa terganggu oleh perbuatanmu. Oleh sebab itu, berdiamlah di dalam
rumahmu, dan berbuatlah apa saja yang engkau suka."
Abu Bakar berkata: "Bagaimana kalau perlindunganmu ku kembalikan kepadamu dan aku lebih ridha
dengan perlindungan Allah?" Ibnu Ad-Dughunnah berkata: "Ya, cabutlah perlindunganku kepadamu!"
Abu Bakar berkata: "Baiklah." Ibnu Ad-Dughunnah berdiri lalu berkata: “Wahai Oran-orang
Quraisy, Sebetulnya anak Abu Quhafah telah mengembalikan perlindunganku kepadaku, maka
terserah apa yang akan kalian lakukan pada sahabat kalian ini."
Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Al-Qasim bercerita kepadaku dari ayahnya, Al-Qasim bin
Muhammad ia berkata: Da¬lam perjalanannya menuju Ka'bah, Abu Bakar berjumpa dengan orang
Quraisy yang jahil, orang itu melemparkan tanah ke atas kepala Abu Bakar. lalu Al-Walid bin Al-
Mughirah atau Al-Ash bin Wail berjalan melewati Abu Bakar dan orang jahil berkata: "Engkau sendiri
yang memiliki keadaanmu seperti ini." Abu Bakar berkata: "Ya Tuhan, betapa Penyayangnya Engkau.
Ya Tuhan, betapa Penyantunnya Engkau. Ya Tuhan, betapa Penyantunnya Engkau."
Pembatalan Shahifah (Surat Perjanjian)
Ibnu Ishaq berkata: Beberapa orang Quraisy secara sepihak membatalkan shahifah yang diterapkan
orang-orang Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Al-Muthalib. Peristiwa ini di komandoi Hisyam
bin Amr Rabi'ah bin Al-Harits bin Habib bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir bin Luay, sebab Hisyam
bin Amr yaitu saudara seibu dengan Nadhlah bin Hasyim bin Abdu Manaf yang memiliki hubungan
kuat dengan Bani Hasyim. Ia sangat dihormati di mata kaumnya. Pada suatu malam ia mendatangi
Bani Hasyim dan Bani Al-Muthalib di Syi'b dengan menunggang unta dan mengangkut makanan di atas
untanya. Pada saat ia telah tiba di gerbang Syi'b, ia turun menggiring untanya, berjalan ke depan dan
masuk menemui mereka. Pada hari yang lain, ia datang dengan membawa unta nya yang mengangkut
gandum dan melakukan seperti biasanya.
Hisyam bin Amr datang menjumpai Zuhair bin Abu Umayyah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar
bin Makhzum. Ibu Zuhair bin Abu Umayyah yaitu Atikah binti Abdul Muthalib. Hisyam bin Amr
berkata kepada Zuhair bin Abu Umayyah, "Hai Zuhair, apakah engkau gembira, jika engkau menikmati
makanan, mengenakan pakaian, nikah dengan wanita-wanita, sedang paman-pamanmu dari jalur
ibumu seperti yang engkau ketahui tidak boleh menjual dan membeli dari manusia, tidak boleh
menikah dan tidak boleh menikahkan putri-putri mereka kepada manusia yang lain? Demi Allah,
andaikata mereka yaitu paman-paman Abu Al-Hakam bin Hisyam lalu engkau ajak mereka
menuruti keinginanmu, maka tidak ada seorang pun dari mereka yang menjawab seruanmu untuk se-
lamanya." Zuhair bin Abu Umayyah berkata: "Lalu apa yang dapat aku lakukan? Demi Allah, jika aku
didukung orang lain, pasti aku batalkan shahifah ini .'" Hisyam bin Amr berkata: "Ada orang orang
lain yang mendukungmu." Zuhair bin Abu Umayyah berkata: "Siapa dia?!" Hisyam bin Amr berkata:
"Aku!" Zuhair bin Abu Umayyah berkata: "Carilah pihak ketiga."
lalu Hisyam bin Amr pergi mene- mui Al-Muth'im bin Adi dan berkata kepadanya: "Wahai Al-
Muth'im, senangkah engkau dua kabilah dari Bani Manaf dan engkau mendukung orang-orang Quraisy
dalam masalah ini? Demi Allah, jika engkau mendukung mereka dalam masalah ini, engkau pasti kena
getahnya." Al-Muth'im bin Adi berkata: "Lalu apa yang dapat aku lakukan? sementara aku hanyalah
seorang diri?" Hisyam bin Amr berkata: "Ada orang kedua yang sependapat denganmu." Al-Muth'im
bin Adi berkata: "Siapa dia?" Hisyam bin Amr berkata: "Aku." Al-Muth'im bin Adi berkata: "Carilah
orang lain
lagi!" Hisyam bin Amr berkata: "Telah aku
lakukan lakukan." Al-Muth'im bin Adi berkata: "Siapa dia?" Hisyam bin Amr berkata: "Zuhair bin Abu
Umayyah." Al-Muth'im bin Adi berkata: "Carilah lagi orang lain!"
lalu Hisyam bin Amr menemui Abu Al-Bakhtari bin Hisyam dan berkata kepadanya seperti yang
ia katakan kepada Al-Muth'im bin Adi. Abu Al-Bakhtari berkata: "Adakah ada orang yang bisa
membantu masalah ini?" Hisyam bin Amr berkata: "Ya, ada." Abu Al Bakhtari bin Hisyam berkata:
"Siapa dia?" Hisyam bin Amr berkata: "Zuhair bin Abu Umayyah, Al-Muth'im bin Adi dan saya
sependapat denganmu." Abu Al-Bakhtari bin Hisyam berkata: "Carilah orang lain lagi!"
Lalu Hisyam bin Amr menemui Zam'ah bin Al-Aswad bin Al-Muthalib bin Asad dan berbicara
dengannya sambil memuji hubungan keluarga Bani Hasyim dan Bani Al-Muthalib dengannya dan hak
mereka atas dirinya. Zam'ah bin Al-Aswad berkata: "Adakah orang yang sependapat dengan apa yang
kamu lakukan ini?" Hisyam bin Amr berkata: "Ya, ada!" Hisyam bin Amr menyebutkan orang-orang
yang telah mufakat dengannya dalam masalah ini. Lalu mereka sepakat untuk bertemu di samping Al-
Hajun di Makkah Atas.
Ibnu Ishaq berkata: lalu lima orang itu bertemu di samping Al-Hajun. Mereka sepakat dan
berjanji untuk membatalkan shahifah. Zuhair bin Abu Umayyah berkata: "Akulah orang yang pertama
kali akan angkat bicara."
Keesokan harinya, mereka berlima pergi ke ruang rapat mereka. Zuhair bin Abu Umayyah juga pergi
dengan memakai pakaian yang mewah. Lalu ia melakukan thawaf di Baitullah sebanyak tujuh kali,
barulah ia menemui orang-orang Quraisy dan berkata kepada mereka: "Wahai orang-orang Makkah,
pantaskah kita menikmati makanan dan mengenakan pakaian, sedang Bani Hasyim binasa tidak boleh
melakukan jual-beli. Demi Allah, saya tidak akan duduk sampai shahifah yang memutus sitaturahim
dan zalim ini di sobek."
Abu Jahal yang sedang berada di sudut masjid berkata: "Demi Allah, jangan omong kosong di sini.
Shahifah ini tidak boleh di sobek." Zam'ah bin Al-Aswad berkata: "Demi Allah, engkau jauh lebih dusta,
wahai Abu Jahal. Kami tidak rela penulisan shahifah ini sejak awal penulisannya." Abu Al-Bakhtari bin
Hisyam berkata: "Zam'ah berkata benar. Demi Allah, kita tidak puas dengan apa yang ditulis di
dalamnya dan kita mengingkari." Al-Muth'im bin Adi berkata: "Kalian berdua berkata benar dan
dustalah orang yang memprotes kalian. Kita berlepas tangan kepada Allah dari shahifah ini dan dari
semua yang ditulis di dalamnya." Hisyam bin Amr juga mengatakan hal sama. Abu Jahal berkata: "Apa
yang kalian lakukan telah kalian sepakati di suatu malam dengan musyawarah dan bukan di tempat
ini kalian putuskan. Saat itu, Abu Thalib sedang duduk di sudut masjid. Al-Muth'im bin Adi bangkit dan
berjalan menuju shahifah untuk menyobeknya, namun ia dapatkan rayap-rayap telah
memakannya, kecuali kata (dengan nama-Mu ya Allah).
Penulis shahifah itu yaitu Manshur bin Ikrimah. sesudah menuliskannya tangannya lumpuh,
demikianlah menurut riwayat para ulama.
Ibnu Hisyam berkata: Sebagian pakar menyebut bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata
kepada Abu Thalib: "Pamanda, Sebetulnya Allah telah mengirim rayap-rayap kepada shahifah
orang-orang Quraisy ini. Rayap-rayap itu justru membiarkan nama Allah di shahifah itu dan
menghapus kezaliman, pemutusan hubungan silaturahim dan kebohongan dari shahifah itu." Abu
Thalib bertanya kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Apakah Tuhanmu menginformasikan
hal ini kepadamu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata: "Ya benar." Abu Thalib berkata:
"Mana Tuhanmu, kenapa aku tidak melihatnya?" lalu Abu Thalib keluar menemui orang-orang
Quraisy dan berkata kepada mereka: "Wahai orang-orang orang-orang Quraisy, Sebetulnya
keponakanku memberitahuku ini dan itu, oleh sebab itu mari kita buktikan kebenaran ucapannya. Jika
shahifah ini persis seperti yang dikatakan keponanku, maka berhentilah memboikot kami dan
turunkanlah apa saja yang ada di dalamnya. Jika keponakanku berkata dusta, maka dia aku serahkan
kepada kalian." Orang-orang Quraisy berkata: "Baiklah, kami sependapat dengan tawarabnu itu."
Mereka pun sepakat, lalu mereka melihatnya dan ternyata shahifah ini persis seperti yang
dikatakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Saat itulah, beberapa orang Quraisy membatalkan
shahifah yang telah mereka buat.
Usai kembali dari Thaif Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kembali pergi ke Gua Hira. Rasulullah
mengirim seseorang untuk menjumpai Al-Akhnas bin Syariq untuk memohon perlindungan. Al-Akhnas
bin Syariq berkata: "Aku seorang lawan dan seorang lawan itu tidak boleh memberi perlindungan
kepada lawannya." lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus seseorang untuk
menjumpai Suhail bin Amr untuk memohon perlindungan padanya. Suhail bin Amr berkata:
"Sebetulnya Bani Amir dilarang melindungi seseorang untuk melawan Bani Ka'ab." lalu
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim seseorang untuk menjumpai Al-Muth'im bin Adi guna
memohonkan baginya perlindungannya, dan ia pun siap memberi perlindungan kepada beliau.
sesudah itu, Al-Muth'im bin Adi beserta keluarganya keluar dari rumah dengan persenjataan lengkap
hingga mereka tiba di masjid, lalu Al-Muth'im bin Adi mengirim seseorang menjumpai
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan membawa pesan: "Silahkan, masuklah ke dalam
masjid!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pun masuk ke dalamnya, lalu thawaf di Baitullah dan
shalat di sampingnya, sesudah itu pulang ke rumah. Inilah yang dimaksudkan oleh Hassan bin Tsabit
dalam untaian syairnya.
Ibnu Ishaq berkata: Hassan bin Tsabit juga memuji Hisyam bin Amr atas jasanya dalam membatalkan
shahifah dalam untaian syairnya:
Adakah Bani Umayyah memenuhi hak perlindungan
Dengan ikatan nan kokoh sebagaimana yang dilakukan oleh Hisyam?
Seperti sekelompok orang yang tidak menzalimi tetangganya
Yaitu Al-Harits bin Hubaib anak Sukham? Jika Bani Hisl melindungi orang yang meminta
perlindungan,
Mereka pasti memenuhinya dan menawarkan ketentraman
Ibnu Hisyam berkata: Hisyam yaitu saudara Suham. Namun ada pula yang mengatakan bahwa nama
Suham yaitu Sukham.
Thufail bin Amr Ad-Dausi Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: Walaupun memperoleh perlakuan hina dari kaumnya, Rasulullah tetap
menyampaikan nasihat dan menyeru mereka kepada keselamatan dari apa yang sedang mereka alami
saat itu. Adapun orang-orang Quraisy, mereka malah melarang manusia dan siapa saja dari orang Arab
yang datang pada mereka.
Thufail bin Amr yaitu seorang yang terhormat, penyair dan seorang sangat cerdas. Orang-orang
Quraisy berkata kepada Thufail bin Amr, "Wahai Thufail, engkau telah tiba di negeri kami dan orang
ini (Nabi Muhammad) yang ada di tengah-tengah kita telah membuat kami semua porak-poranda. Ia
telah memecah belah persatuan dan kesatuan kita. Ucapannya laksana sihir yang mampu
memutuskan hubungan seorang anak dengan ayahnya, saudara dengan saudaranya dan suami
dengan istrinya. Kami sangat khawatir jika apa yang telah terjadi pada kami itu lambat laun akan
menimpamu dan kaummu. sebab itu, janganlah engkau sedikitpun mengobrol dengannya jangan
pula mendengar sesuatu pun darinya!"
Thufail bin Amr bercerita: "Demi Allah, mereka tak pernah henti mengatakan itu padaku hingga aku
bertekad untuk tidak akan mendengarkan sesuatu pun dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan
tidak berbicara dengan beliau sampai pada aksi menutup kedua telingaku dengan kapas sebab
khawatir perkataan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam masuk ke kedua telingaku sementara aku
tidak ingin mendengar apa pun darinya. Suatu hari, aku pergi ke masjid, tanpa kuduga ternyata
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiri shalat di sisi Ka'bah, lalu aku berdiri mendekati
beliau. Ternyata Allah berkehendak agar aku mendengarkan sebagian firman-Nya. Sungguh apa yang
aku dengar yaitu ucapan yang teramat indah, aku bergumam dalam diriku: "Demi Allah, sungguh aku
seorang yang cerdas dan penyair yang cerdas memilah antara yang haq dengan yang batil lalu apa
salahnya kalau aku mendengar apa yang dikatakan lelaki ini. Jika yang dia bawa yaitu kebenaran, aku
akan menerimanya. Jika yang dibawanya yaitu kebatilan, aku akan meninggalkannya."
Aku terpaku bagai patung di tempatku sampai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam beranjak pulang
ke rumahnya. Aku mengikuti beliau dengan diam-diam dari belakang hingga beliau masuk ke dalam
rumahnya. saat telah masuk ke dalam rumahnya, aku ikut masuk ke dalamnya. Aku berkata: "Hai
Muhammad, kaummu mengatakan ini dan itu padaku. Demi Allah, mereka terus-menerus
mengintimadasi aku terhadap permasalahanmu, hingga aku menutup kedua telingaku ini dengan
kapas agar tidak bisa mendengar ucapanmu. Namun ternyata Allah memberiku hidayah hingga bisa
mendengarkan ucapanmu yang teramat indah. Tolong terangkan kepadaku persoalanmu!"
Thufail bin Amr berkata: "lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menerangkan tentang
Islam kepadaku dan membacakan Al-Qur'an. Demi Allah, aku belum pernah mendengar perkataan
seindah Al- Qur'an dan sesuatu yang lebih adil daripada Islam. Maka akupun segera memeluk Islam
dengan menyaksikan dua kalimat syahadat. Aku berkata: "Wahai Nabi Allah, Sebetulnya aku orang
yang ditaati di tengah-tengah kaumku. Aku akan pulang dan mengajak mereka kepada Islam. Oleh
sebab itu, berdoalah kepada Allah agar Dia memberiku satu tanda yang bisa membantuku dalam
menyeru mereka." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata: "Ya Allah, berilah dia sebuah
tanda."
Lanjut Thufail: "Maka aku pun pulang kepada kaumku. saat aku berada di Tsaniyyah, celah antara
dua gunung, yang dari sini aku bisa melihat rumah-rumah kaumku, tiba-tiba di kedua mataku ada
cahaya seperti lentera. Aku berkata: "Ya Allah, janganlah dia ada di wajahku. Aku khawatir kaumku
mengira bahwa cahaya ini yaitu tanda bahwa aku keluar dari agama mereka." lalu
ca¬haya ini pindah ke ujung cambukku dan orang-orang bisa melihat sinar di cambukku
bagaikan lentera, sementara aku turun ke tem: pat mereka dari Tsaniyyah hingga akhirnya tiba di
tempat mereka keesokan harinya.
Thufail bin Amr berkata: "Tatkala aku tiba di rumah, ayahku yang sudah berusia lanjut memanggilku.
Aku berkata: "Ayahanda kini aku tidak lagi termasuk golonganmu dan engkau tidak lagi termasuk
golonganku." Ayahku berkata: "Apa maksudmu bicara begitu wahai anakku?" Aku berkata: "Aku telah
masuk Islam dan mengikuti agama Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam." Ayahku berkata:
"Anakku, agama kamu agamaku juga." Aku berkata: "Mandilah dan cucilah pakaian Ayah! sesudah itu,
datanglah kepadaku kembali agar aku mengajari Ayah apa yang telah diajarkan kepadaku." Ayah pun
pergi, mandi dan mencuci pakaiannya. sesudah itu, ia datang kepadaku, lalu aku terangkan
kepadanya perihal Islam dan ia pun memeluk Islam.
Lalu datanglah istriku mendekati aku. Aku berkata kepadanya: "Kini aku bukan termasuk golonganmu
lagi dan engkau tidak lagi termasuk dari golonganku." Istriku berkata: "Apa maksudmu?!" Aku berkata:
"Islam telah memisahkanku darimu, aku telah mengikuti agama Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sal-
lam." Istriku berkata: "Agamamu, agamaku jua." Aku berkata: "Pergilah ke Hina Dzi Asy- Syara."
Ibnu Hisyam berkata: Thufail bin Amr berkata: "Pergilah ke Dzi Asy-Syara, lalu mandilah di sana!" Dzi
Asy-Syara merupakan berhala kabilah Daus. Kabilah Daud melindungi tempat berhala ini di sana
ada air terjun yang turun dari gunung. Istriku berkata: "Istriku bergegas pergi untuk mandi. sesudah
selesai ia kembali menemuiku, maka aku terangkan Islam kepadanya dan ia pun memeluk Islam.
lalu aku menyeru kabilah Daus kepada Islam, namun sayang mereka agak lamban merespon
seruanku. lalu aku datang kembali kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Makkah.
Aku berkata kepada Rasulullah: "Wahai Rasulullah, Sebetulnya perzinahan telah mendominasi di
kabilah Daus, maka berdoalah kepada Allah untuk mereka." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
berkata: "Ya Allah, tunjukilah kabilah Daus. Kembalilah engkau kepada kaummu, lalu serulah mereka
dan bersikap santunlah terhadap mereka." Aku pulang kembali di tengah kabilah Daus untuk menyeru
mereka kepada Islam hingga Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah sampai
terjadinya Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Khandaq. Aku pergi menemui Rasulullah Shallalahu
alaihi wa Sallam dengan membawa orang-orang dari kaumku yang telah masuk Islam. Saat itu
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedang berada di Khaybar. Aku sampai di Madinah dengan
membawa sekitar tujuh puluh atau delapan puluh keluarga yang telah masuk Islam, dan kami
menyusul Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Khaybar dan beliau memberi bagian rampasan
perang sebagaimana kaum Muslimin yang lain.
Hingga Allah menaklukkan Makkah untuk beliau. Aku berkata: "Wahai Rasulullah, kirimlah aku kepada
berhala Dzu Al-Kafain -berhala milik Amr bin Humamah- untuk aku bakar."
Ibnu Ishaq berkata: Thufail bin Amr lalu berangkat menuju berhala Dzu Al-Kafaini, lalu ia
membakar ini sambil berkata:
Wahai Dzu Al-Kafain, aku bukan lagi budak-budakmu
Kami lahir lebih awal dari pada mu Kirii aku selipkan api di dalam hatimu
Ibnu Ishaq berkata: Usai melakukan itu, Thufail bin Amr kembali menghadap Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam. Ia hidup menyertai Nabi di Madinah hingga Allah Taala memanggilnya pulang ke
haribaan-Nya. Di zaman Abu Bakar, saat orang-orang Arab murtad, Thufail bin Amr berangkat
bersama kaum Muslimin hingga berhasil menaklukkan Thulaihah dan seluruh Negeri Najed. sesudah
itu, Thufail bin Amr berangkat bersama kaum Muslimin menuju Yamamah bersama dengan anaknya
yang bernama Amr bin Thufail. Dalam perjalanannya menuju Yamamah Thufail bin Amr. Ia berkata
kepada sahabat-sahabatnya: "Sebetulnya aku baru saja bermimpi, tolong terangkanlah kepadaku
arti mimpiku itu. Aku bermimpi kepalaku dicukur, seekor burung keluar dari mulutku, aku berpapasan
dengan seorang wanita lalu wanita memasukkan aku ke dalam kemaluannya. Anakku men- cariku
dengan sangat gelisah, lalu aku lihat anakku dijauhkan dariku." Mereka berkata: "Itu suatu
pertanda yang baik!!" Thufail bin Amr berkata: "Demi Allah, aku memiliki penafsiran sendiri dari mimpi
itu!" Mereka berkata: “Bagaimana takwilnya?” Thufail bin Amr berkata: "Kepalaku dicukur artinya ia
letakkan di bumi. Sedangkan burung yang keluar dari mulutku yaitu nyawaku. Wanita yang
memasukkan aku ke dalam kemaluannya artinya tanah yang digali untukku lalu aku dimasukkan ke
dalamnya. Anakku mencariku artinya lalu ia dijauhkan dariku artinya bahwa ia ingin sekali
menggapai sebagaimana yang aku gapai." Thufail bin Amr Rahimahullah gugur sebagai salah seorang
syahid pada Perang Yamamah. Sedangkan anaknya menderita luka parah lalu sembuh dan akhirnya
dia gugur sebagai syahid di medan Perang Yarmuk pada masa kekhilafahan Umar bin Khaththab
Radhiyallahu Anhu.
Tentang A'sya Bani Qais bin Tsa'labah
Ibnu Hisyam berkata: Khalid bin Qurrah bin Khalid As-Sadusi dan yang lainnya berkata kepadaku dari
tokoh-tokoh sepuh berilmu seperti Bakr bin Wail bahwa A'sya Bani Qais bin Tsa'labah bin Ukabah bin
Sha'b bin Ali bin Bakr bin Wail pergi menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk masuk
Islam.
saat A'sya bin Qais sampai atau dekat di Makkah, ia dihalau oleh sebagian orang Quraisy. Mereka
menanyakan apa tujuan kedatangannya ke Makkah. A'sya bin Qais nyatakan bahwa maksud
kedatangannya ke Makkah sebab ingin berjumpa dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan
memeluk Islam. Salah seorang Quraisy berkata kepada A'sya bin Qais: "Hai Abu Bashir, sesungguh-
nya dia mengharamkan zina." A'sya bin Qais berkata: "Demi Allah, aku tidak gila dengan zina." Orang
Quraisy ini berkata: "Hai Abu Bashir, Sebetulnya dia mengharamkan minuman keras." A'sya
bin Qais berkata:
jjemi Allah, adapun yang mi, maka dalam jiwa ini masih suka kepadanya. Aku akan meminumnya tahun
ini, sesudah itu aku akan datang kepada beliau untuk masuk Islam." sesudah itu, A'sya bin Qais pulang.
Ia meninggal dunia pada tahun itu juga dan berhasil bertemu dengan Rasululla/i Shallalahu 'alaihi wa
Sallam.
Ibnu Ishaq berkata: Walapun musuh Allah, Abu Jahal demikian berat memusuhi Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam, dan sangat besar volume kebenciannya kepada beliau dan bersikap keras terhadap
beliau, namun Allah merendahkannya di hadapan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam jika ia
melihatnya.
Al-Irasyi yang Menjual Untanya Kepada Abu Jahal
Ibnu Ishaq berkata: Abdul Malik bin Abdullah bin Abu Sufyan Ats-Tsaqafi berkata kepadaku, seseorang
dari Arasy, tiba di Makkah dengan mengendarai untanya. Unta itu lalu dibeli Abu Jahal, dengan
menghutanginya. lalu orang Irasy ini berjalan menuju tempat berkumpulnya orang-orang
Quraisy, sedang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedang duduk di sudut masjid. Orang Irasy
ini berkata: "Hai orang-orang Quraisy, siapakah di antara kalian yang bisa membantuku
menyelesaikan persoalanku dengan Abu Al-Hakam bin Hisyam sebab aku orang asing dan musafir.
Sungguh, dia belum membayar untaku." Salah seorang dari hadirin di tempat pertemuan ini
berkata: "Apakah engkau melihat orang yang sedang sendiri itu?" Orang yang dia maksud yaitu
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka memanfaatkan Rasulullah, sebab mereka tahu
permusuhan sengit antara beliau dengan Abu Jahal. Pergilah kepadanya, sebab ia pasti bisa
membantumu menyelesaikan persoalanmu dengan Abu Jahal."
Maka orang Arasy ini berjalan menuju tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan
berkata kepada beliau: "Wahai hamba Allah, Sebetulnya Abu Al-Hakam bin Hisyam telah
mengambil hakku. Aku di sini hanya orang asing dan musafir. Aku telah bertanya kepada orang-orang
tentang siapa yang bisa membantuku mengambil hakku dari Abu Jahal, lalu mereka
menyuruhku datang kepadamu. Oleh sebab itu, tolong ambilkan hakku daripadanya semoga Allah
merahmatimu!" Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam bersabda: "Mari kita pergi kepada Abu Jahal!"
Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam berdiri bersamanya. saat orang-orang Quraisy melihat beliau
berjalan bersama orang Irasy ini , mereka berkata kepada salah seorang dari mereka: "Ikuti dan
lihatlah apa yang akan dia lakukan!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berjalan hingga tiba di
rumah Abu Jahal, lalu beliau mengetuk pintu rumahnya. Abu Jahal berkata: "Siapa itu?"
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Muhammad. Keluarlah engkau temuilah aku!" Abu
Jahal pun keluar membukakan pintu. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Berikan liak
orang ini!" Abu Jahal berkata: "Ya, tunggu sebentar, aku akan segera memberi hak orang ini."
Selesai mengatakan itu Abu Jahal segera bergegas masuk ke dalam rumahnya lalu keluar membawa
uang untuk melunasi hutangnya kepada orang Irasy ini . sesudah itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam pergi sambil berkata kepada orang Irasyi ini : "Sekarang urusanmu telah tuntas!"
Orang Irasyi ini berjalan hingga tiba di tempat berkumpulnya orang-orang Quraisy di masjid,
lalu ia berkata: Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Sungguh, demi Allah, ia telah
menolongku mendapatkan kembali hakku." Orang Quraisy yang diperintahkan membuntuti Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan orang Irasyi datang ke tempat pertemuan orang-orang Quraisy.
Mereka bertanya: "Apa yang engkau lihat?" Orang Quraisy ini menjawab: "Sungguh sebuah
peristiwa ajaib yang luar biasa. Demi Allah, dia hanya mengetuk pintu rumah Abu Jahal, lalu Abu
Jahal keluar menemuinya bagai seorang pecundang. Muhammad berkata: "Lunasilah hutangmu
terhadap orang ini!" Abu Jahal menjawab: "Ya. tunggu sebentar aku ambil uang dulu!" Selesai
mengatakkan itu, Abu Jahal segera bergegas masuk ke dalam rumahnya, lalu keluar lagi
membawa uang untuk membayar hutangnya kepadanya." Tak lama berselang, Abu Jahal datang ke
tempat pertemuan orang-orang Quraisy. Mereka berkata: "Celaka engkau wahai Abu Jahal, ada apa
denganmu? Demi Allah, kami belum pernah melihat seperti apa yang baru saja engkau lakukan!" Abu
Jahal berkata: "Demi Allah, dia datang mengetuk pintu rumahku. Saat aku mendengar suaranya, diriku
dihinggapi rasa takut yang luar biasa. lalu aku keluar menemuinya, sedang di kepalanya
ada unta. Aku tidak pernah melihat unta yang memiliki kepala, pangkal ekor dan taring seperti
unta ini . Demi Allah, jika aku tidak memenuhi permintaannya pastilah unta itu menerkam!"
Rukanah Al-Mathlabi Berduel Melawan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata: Abu Ishaq bin Yasar berkata kepadaku bahwa Rukanah bin Abdun bin Yazid bin
Hasyim bin Al-Muthaib bin Abdu Manaf yaitu orang Quraisy yang paling hebat bertarungnya. Suatu
hari, ia berjumpa Ucngan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di salah satu syi'b (gang di bukit)
Makkah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata kepadanya: "Hai Rukanah, kenapa engkau
tidak takut kepada Allah dan tidak menerima seruanku?"41 Rukanah berkata: "Sebetulnya jika aku
tahu bahwa apa yang engkau katakan yaitu benar pasti aku mengikutimu." Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam berkata: "Begini saja, bagaimana jika aku berhasil mengalahkanmu dalam duel,
apakah dengan begitu engkau mengetahui bahwa apa yang aku katakan yaitu benar?" Rukanah
berkata: "Ya!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata: "Kalau begitu, bersiaplah." Rukanah
mendekati Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu mulai berduel melawan beliau. saat
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyerangnya, beliau berhasil membantingnya dan diapun
tidak berkutik. Rukanah berkata: "Ronde kedua wahai Muhammad!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam pun mengulangi dan kembali berhasil merobohkan Rukanah. Rukanah berkata: "Hai
Muhammad, demi Allah, sulit dipercaya. Engkau berhasil mengalahkanku." Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam berkata: "Jika engkau mau, aku akan perlihatkan padamu sesuatu yang lebih sulit
dipercaya dari peristiwa tadi, jika engkau bertakwa kepada Allah dan mengikuti agamaku." Rukanah
berkata: "Apa itu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata: "Aku akan panggil pohon yang
engkau lihat ini, lalu ia datang kepadaku." Rukanah berkata: "Silahkan panggil pohon ini .
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pun memanggil pohon itu, lalu pohon
ini datang hingga berdiri tepat di hadap- an Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan beliau
berujar kepadanya: "Kembalilah ke tempatmu semula." Pohon itu pun kembali ke tempatnya semula.
sesudah itu, Rukanah menemui kaumnya dan berkata: "Hai Bani Abdu Manaf, silahkan adu semua
penyihir di dunia dengan sahabat kalian, niscaya dia mampu mempecundangi mereka semua. Demi
Allah, aku belum pernah menjumpai ahli sihir yang lebih sakti darinya." lalu Rukanah
menceritakan apa yang ia saksikan dan apa yang telah diperbuat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam.
Utusan Kristen yang Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: Suatu hari, datanglah dua puluh atau hampir dua puluh orang utusan Kristen
kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat beliau sedang berada di Makkah. Mereka
mendengar kabar kenabian beliau dari orang-orang Habasyah. Mereka menemukan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Masjidil Haram, lalu mereka duduk bersamanya, berbincang dan
bertanya jawab dengannya, di tengah-tengah orang-orang Quraisy yang berada di tempat
berkumpulnya mereka di sekitar Ka'bah. sesudah berdialog dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam, Rasulullah mengajak mereka ke jalan Allah dan membacakan Al-Qur'an kepada mereka. Pada
saat mendengar Al-Qur'an, mata mereka mengucurkan airmata. Mereka menerima dakwah beliau,
beriman kepada beliau, membenarkan dan mengenali beliau persis seperti sifat yang dijelaskan dalam
kitab mereka. sesudah itu, mereka pamit kepada Ra- sulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Sialnya
mereka ditemui Abu Jahal bin Hisyam bersama sejumlah orang Quraisy. Mereka berkata kepada
utusan Kristen Habasyah yang telah masuk Islam, "Semoga Allah menggagalkan usaha kalian.
Bukankah kalian dikirim oleh rahib-rahib kalian agar kembali kepada mereka dengan membawa berita
tentang orang ini. Malah yang kalian lakukan yaitu yang sebaliknya, meninggalkan agama kalian dan
membenarkan ucapannya. Kami belum pernah mendapatkan utusan yang lebih bodoh daripada
kalian."
Utusan Kristen Habasyah yang telah masuk Islam itu berkata kepada orang-orang Quraisy: "Salam
sejahtera atas kalian, kami tidak akan membalas ucapan kalian, sebab tidak ada yang melarang kami
mengerjakan apa saja yang kami inginkan dan tidak ada yang melarang kalian mengerjakan apa saja
yang kalian inginkan. Kami tidak akan pernah mengabaikan kebaikan ada bagi diri kami." Ada yang
menyebutkan, bahwa delegasi Kristen ini datang dari Najran. Hanya Allah yang Mahatahu
darimana sebenarnya utusan itu berasal. Ada juga yang mengatakan bahwa ayat-ayat berikut turun
tentang mereka:
O