sirah nabawiyah 9


 ka ini : 

 

Dan jika  kamu membaca Al-Qur'an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak 

beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dindingyang tertutup. Dan Kami adakan tutupan di atas 

hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan jika  

kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Quran, niscaya mereka berpaling ke belakang sebab  

bencinya (QS. al-Isra': 45-46). 

Yakni, mustahil mereka mampu memahamimu yang mentauhidkan Tuhanmu, jika Aku sudah 

menyumbat hati mereka dan menutup telinga mereka, serta ada  dinding pemisah antara mereka 

denganmu sebagaimana yang mereka duga? Intinya, "Aku tidak akan membuat mereka mendengar 

dan memahami." 

 

'Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka mendengarkan sewaktu mereka 

mendengarkan kamu, dan sewaktu mereka ber bisik-bisik (yaitu) saat  orang-orang zalim itu berkata: 

'Kamu tidak lain hanyalah meng ikuti seorang laki-laki yang kena sihir. ' (QS. al-Isra: 47). 

Itulah yang saling mereka wasiatkan yakni tidak mengamalkan apa yang Aku utus engkau dengannya 

kepada mereka. 

 

Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu, sebab  itu mereka 

menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar) (QS. al-Isra: 48). 

Artinya, mereka telah keliru dalam mencitrakan dirimu. Maka tidaklah aneh jika  mereka tidak 

mendapatkan petunjuk di dalamnya, dan perkataan mereka tidak memiliki nilai sedikit pun. 

 Dan mereka berkata: 'Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, 

apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru? (QS. al-Isra: 49). 

Yakni, engkau telah jelaskan kepada kami bahwa kami akan dibangkitkan sesudah  kematian dan sesudah  

menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur. Ini satu hal tidak mungkin terjadi. 

 

Katakanlah: "Jadilah kalian sekalian batu atau besi, atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak 

mungkin (hidup) menurut pikiran kalian." Maka mereka akan bertanya, "Siapa yangakan 

menghidupkan kembali?" Katakanlah, "Yang telah menciptakan kalian pada kali yang pertama." (QS. 

al-Isra: 50-51). 

Yakni, Dzat yang menciptakan kalian sebagaimana yang telah kalian ketahui. Maka diciptakannya 

kalian dari tanah tidak lebih sulit bagi-Nya. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih berkata kepadaku dari Mujahid dari Ibnu Abbas 

Radhiyallahu Anhumz yang berkata bahwa aku bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai firman Allah: 

 

Atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurutpikiran kalian. (QS. al-Isra: 51). 

Apa maksud Allah dengannya? Ibnu Abbas menjawab: Kematian. 

 

 

Kekejaman Kaum Musyrikin Atas Orang-orang Lemah yang Baru Masuk Islam 

 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  orang-orang Quraisy meneror orang-orang yang masuk Islam dan 

mengikuti Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Setiap kabilah menangkap kaum Muslimin yang 

berada di kabilahnya lalu  memenjara mereka, menghajar mereka, membiarkan mereka lapar 

dan haus, dan menjemur mereka di padang pasir Makkah jika musim panas sedang membara. Mereka 

menyiksa orang-orang yang lemah di antara kaum Muslimin. Mereka melakukan cobaan berat atas 

sikap keberagamaan orang-orang lemah itu. Di antara kaum Muslimin ada yang berubah sebab  

beratnya cobaan yang diterimanya. Namun ada pula yang lawan dan melakukan resistensi, Allah 

melindungi mereka dari orang-orang Quraisy. 

Bilal yaitu  mantan budak Abu Bakar Radhiyallahu Anhu. Awalnya ia yaitu  budak salah seorang dari 

Bani Jumah dan dilahirkan di Bani Jumah. Dialah Bilal bin Rabah. Ibunya bernama Hamamah. Bilal bin 

Rabah masuk Islam dengan tulus, hatinya bersih. Umayyah bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin 

Jumah mengeluarkannya saat  matahari sedang di puncak teriknya. Ia membaringkannya di atas 

padang pasir Makkah lalu  memerintahkan untuk meletakkan batu besar di atas dadanya. 

Umayyah bin Khalaf berkata kepada Bilal: "Demi Allah, engkau akan berada dalam kondisi seperti ini 

hingga engkau mati atau engkau kafir kepada Muhammad dan menyembah Al-Lata dan Al-Uzza." 

Meng- hadapi ujian ini , Bilal berkata: "Ahad (Esa) Ahad(Esa)." 

Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Urwah berkata kepadaku dari ayahnya ia berkata: Pada saat Bilal 

sedang disiksa, dan mengucapkan, 'Ahad. Ahad,' Waraqah bin Naufal berjalan melewatinya. Waraqah 

bin Naufal berkata: "Demi Allah, Ahad, dan Ahad, wahai Bilal." Waraqah bin Naufal menemui Umayyah 

bin Khalaf dan orang-orang dari Bani Jumah yang menyiksa Bilal. Waraqah bin Naufal berkata kepada 

mereka, "Allah, jika kalian menghabisi Bilal dalam kondisi seperti ini, pasti aku akan memberkati 

tempat kematiannya." Demikianlah apa yang terjadi sampai Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu 

berjalan melewati orang-orang yang sedang menyiksa Bilal. Rumah Abu Bakar berada di Bani Jumah. 

Abu Bakar berkata kepada Umayyah bin Khalaf: "Mengapa engkau tidak takut kepada Allah dari 

menyiksa orang miskin ini? Hingga kapan engkau akan menyiksanya?" Umayyah bin Khalaf berkata: 

"Engkaulah yang merusak pikiran orang ini. Oleh sebab  itu, selamatkan dia jika engkau suka!" Abu 

Bakar berkata: "Boleh! aku memiliki  budak hitam yang lebih kuat dan kekar daripada dia, dan lebih 

fanatik berpegang dengan agamamu. Bagaimana kalau kita barter saja." Umayyah bin Khalaf berkata: 

"Aku setuju." Abu Bakar berkata: "Budak ini  menjadi milikmu." lalu  Abu Bakar 

memberi  budaknya itu kepada Umayyah bin Khalaf sementara ia mengambil Bilal lalu  dia 

memerdekakannya. 

Sebelum hijrah ke Madinah, Abu Bakar memerdekakan enam budak dan Bilal yaitu  budak ketujuh 

yang ia merdekakan. Keenam budak yang ia merdekakan yaitu  sebagai berikut: Amir bin Fuhairah. 

Ia terlibat pada Perang Badar dan Uhud dan syahid di Perang Bi'ru Maunah, Ummu Ubais, Zinnirah 

saat  Abu Bakar memerdekakannya, ia dalam kon- disi buta akibat penyiksaan yang diterimanya. 

Orang-orang Quraisy berkata: "Matanya di cabut Al-Lata dan Al-Uzza." Zinnirah berkata: "Demi Rumah 

Allah, mereka bohong. Al-Lata dan Al-Uzza yaitu  patung yang tidak bisa berbuat apa-apa." lalu  

Allah mengembalikan matanya menjadi melihat kembali. 

lalu  dia memerdekakan An-Nahdiyyah dan putrinya. Keduanya milik seorang wanita dari Bani 

Abduddar. Abu Bakar mele- wati keduanya yang saat  itu sedang membuat tepung. Tuannya berkata: 

"Demi Allah, aku tidak akan pernah memerdekakan kalian berdua." Abu Bakar berkata: "Wahai ibu Si 

Fulan, batalkanlah sumpahmu itu!" Wanita ini  berujar: "Membatalkan sumpah? Padahal engkau 

yang merusak pikiran keduanya! 

Merdekakanlah mereka berdua, jika engkau suka!" Abu Bakar berkata: "Berapa harga keduanya?" 

Wanita itu berkata: "Sekian dan sekian." Abu Bakar berkata: "Aku beli keduanya dengan harga 

ini , dan keduanya menjadi orang merdeka." Abu Bakar berkata kepada An-Nahdiyyah dan 

putrinya: "Berhentilah membuat tepung itu!" An-Nahdiyyah dan putrinya berkata: "Wahai Abu Bakar, 

bagaimana kalau kami selesaikan dulu pembuatan tepung ini, jika telah selesai, baru kami kembalikan 

kepadanya?" Abu Bakar lalu  berkata: "Terserah kalian berdua." Abu Bakar berjalan melewati 

budak Muslimah Bani Muammil di perkampungan Bani Adi bin Ka'ab. saat  itu Umar bin Khaththab 

menyiksanya agar ia meninggalkan agama Islam. Umar bin Khath-thab yang waktu itu masih musyrik 

tidak henti-hentinya menyiksa budak wanita ini  hingga ia kelelahan sendiri. Umar bin Khaththab 

berkata: "Aku berhenti menyiksamu hanyalah sebab  kelelahan." Budak wanita itu berkata: 

"Demikianlah Allah berbuat terhadap dirimu." lalu  Abu Bakar membeli budak wanita ini  

dan memerdekakannya. 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Abdullah bin Abu Atiq bercerita kepadaku dari Amir bin Abdullah 

bin Zubair dari sebagian keluarganya yang berkata: Abu Quhafah berkata kepada Abu Bakar: "Aku lihat 

engkau cenderung memerdekakan budak-budak yang lemah. Andai saja engkau memerdekakan 

budak-budak yang kuat, niscaya mereka siap untuk melindungimu." Abu Bakar berkata: "Wahai 

ayahanda, aku hanya melaku- kan apa yang Allah inginkan." Salah seorang dari keluarga Abu Bakar 

berkata bahwa Allah menurunkan ayat-ayat tentang Abu Bakar dan tentang ucapan ayahnya 

kepadanya:  

 

 

Adapun orang yang memberi  (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya 

pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan 

adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, 

maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat 

baginya jika  ia telah binasa. Sebetulnya  kewajiban Kamilah memberi petunjuk, dan 

Sebetulnya  kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia. Maka Kami memperingatkan kamu dengan 

neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, 

yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). Dan kelak akan dijauhkan orang yang 

paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, 

yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, namun  (dia memberi  itu 

semata-mata) sebab  mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar 

mendapat kepuasan. (QS. al-Lail: 5-21). 

Ibnu Ishaq berkata: tatkala matahari sedang mencapai puncak panasnya, Bani Makhzum membawa 

Ammar bin Yasir, ayah, dan ibunya, yang semuanya telah masuk Islam, ke padang pasir Makkah untuk 

disiksa. Pada saat mereka bertiga sedang disiksa, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melewati 

mereka. Beliau bersabda seperti kabar yang aku terima, "Sabarlah, wahai keluarga Yasir, sebab  

Sebetulnya  tempat kembali kalian yaitu  surga."36 Mereka membunuh Ummu Ammar sebab  

tetap kokoh dan menolak kecuali Islam. 

 Abu Jahal inilah yang mencemooh kaum Muslimin di kalangan orang-orang Quraisy. Jika mendengar 

ada orang yang mulia mendapat perlindungan masuk Islam, ia mencemooh dan menjelek-jelekkannya 

dengan mengatakan: "Engkau murtad dari agama ayahmu, padahal ayahmu lebih baik daripada 

engkau. Kami pasti menjelek-jelekkan mimpimu, tidak menerima pendapatmu, dan merusak 

kehormatanmu." 

Jika orang ini  pelaku bisnis, Abu Jahal akan berkata kepadanya: "Demi Allah, kami pasti 

membuat bisnismu bangkrut, dan kami hancurkan kekayaanmu* Jika orang ini  orang lemah, 

maka Abu Jahl akan menyiksa atau merayunya. 

Ibnu Ishaq berkata: Hakim bin Jubair berkata kepadaku dari Sa'id bin Jubair yang berkata bahwa aku 

bertanya kepada Abdullah bin Abbas: "Bagaimanakah bentuk penyiksaan orang-orang musyrikin 

terhadap sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam," Abdullah bin Abbas berkata: "Demi 

Allah. Orang-orang Quraisy memukul salah seorang dari sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam, membuat mereka kelaparan dan kehausan hingga salah seorang dari mereka tidak bisa berdiri 

tegak akibat beratnya penyiksaan yang diterimanya. Sampai-sampai orang-orang Quraisy berkata 

kepadanya, "Al-Lata dan Al-Uzza yaitu  Tuhanmu, bu- kan Allah!!" Ia berkata: "Ya." Bahkan seekor 

sapi betina dibawa ke hadapannya, lalu  mereka berkata kepadanya: "Sapi betina ini yaitu  

Tuhanmu dan bukannya Allah." Ia menjawab: "Ya." Ia melakukan ini semua demi menghindari 

penyiksaan yang lebih kejam." 

Ibnu Ishaq berkata: Zubair bin Ukasyah bin Abdullah bin Abu Ahmad berkata kepadaku: Beberapa 

orang Bani Makhzum berjalan menuju rumah Hisyam bin Al-Walid, sebab  saudaranya yang bernama 

Al-Walid bin Al-Walid bin Al-Mughirah telah memeluk Islam. Mereka sepakat untuk memurtadkan 

kembali anak-anak muda mereka yang telah masuk Islam, di antarannya Salamah bin Hisyam, dan 

Ayyasy bin Abu Rabi'ah. Mereka berkata kepada Al-Walid dalam dengan ketakutan sebab  wataknya 

yang keras, "Sebetulnya  kami ingin menjelek-jelekkan anak-anak muda ini  sebab  agama 

baru yang mereka anut. Sehingga kita merasa ringan dalam menangani kasus lainnya selain mereka." 

Hisyam bin Al-Walid berkata: "Baiklah, silahkan saja, namun kalian jangan macam-macam dengan Al-

Walid. Hati-hatilah kalian terhadap dia." lalu  Hasyim bin Al-Walid berkata: 

Janganlah kau sekali-kali habisi Ubais saudaraku 

Jika kalian lakukan, maka kita memiliki  permusuhan abadi 

 

"Berhati-hatilah kalian terhadapnya. Aku bersumpah dengan nama Allah, jika kalian membunuhnya, 

aku akan menghabisi orang paling dihormati di antara kalian. Mereka berkata: 'Ya Allah, laknatilah dia! 

Siapakah yang mau tertipu dengan ucapannya ini . Demi Allah, andaikata saudaranya mening- 

gal di tangan kita, pasti ia membunuh orang paling dihormati di antara kita." Makanya mereka tidak 

berani menganggu Al-Walid. Demikianlah Allah melindungi Al-Walid dari teror mereka. 

 

 

Hijrah Pertama ke Negeri Habasyah 

 

Ibnu Ishaq berkata: "Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyaksikan langsung penderitaan yang 

dialami sahabat-sahabatnya, dan itu berbalik dengan keadaan beliau sebab  kedudukan beliau di sisi 

Allah dan di sisi pamannya, Abu Thalib, sementara beliau tidak mampu memberi perlindungan kepada 

mereka, maka beliau bersabda kepada mereka: "Bagaimana kalau kalian berhijrah ke negeri 

Habasyah, sebab  rajanya mengharamkan siapapun dizalimi di dalamnya, dan negeri ini  yaitu  

negeri yang aman hingga Allah memberi solusi bagi kalian!" 

lalu  sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berangkat menuju Habasyah, 

sebab  khawatir menerima siksaan yang lebih berat. Mereka lari kepada Allah dengan membawa 

agama mereka. Inilah hijrah pertama yang terjadi dalam Islam. 

Kaum Muslimin yang pertama kali berangkat dari Bani Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin 

Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr ialah Utsman bin Affan bin Abu Al-

Ash bin Umayyah beserta istrinya, Ruqayyah binti Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Muhajirin dari Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf ialah Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah bin Abdu 

Syams beserta istrinya yang bernama Sahlah binti Suhail bin Amr, salah seorang dari Bani Amir bin 

Luay. Di Habasyah Sahlah melahirkan seorang putra yang bernama Muhammad bin Hudzaifah. 

Dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushay ialah Az-ZUbayr bin Awwam bin Khuwailid bin Asad. 

Dari Bani Abduddar bin Qushay ialah Mush'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar. 

Dari Bani Zuhrah bin Kilab ialah Abdur-rahman bin Auf bin Abdu Manaf bin Abd bin Al-Harits bin 

Zuhrah. 

Dari Bani Makhzum bin Yaqadzah bin Murrah ialah Abu Salamah bin Abdul Usd bin Hilal bin Abdullah 

bin Umar bin Makhzum beserta istrinya yang bernama Ummu Salamah binti Abu Umayyah bin Al-

Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. 

Dari Bani Jumah bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab ialah Utsman bin Madz'un bin Habib bin Wahab bin 

Hudzafah bin Jumah. 

Dari Bani Adi bin Ka'ab ialah Amir bin Rabi'ah, sekutu keluarga Al-Khaththab dari Anzah bin Wail. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang dari Anzah ialah anak Asad bin Rabiah. Amir bin Rabi'ah hijrah bersama 

istrinya, Laila binti Abu Hatsmah bin Hudzafah bin Ghanim bin Abdullah bin Auf bin Ubayd bin Uwaij 

bin Adi bin Ka'ab. 

Dari Bani Amir bin Luay ialah Abu Sabrah bin Abu Ruhm bin Abdul Uzza bin Abu Qais bin Abdu Wudd 

bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir. Ada yang mengatakan yang hijrah dari Bani Amir bin Luay ialah 

Abu Hathib bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir. Ada yang 

mengatakan bahwa dialah orang yang pertama kali tiba di Habasyah. 

Dari Bani Al-Harits bin Fihr ialah Suhail bin Baidha yang tidak lain yaitu  Suhail bin Wahb bin Rabi'ah 

bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin Al-Harits. 

Sepuluh orang kaum Muslimin inilah yang pertama kali berangkat ke bumi Habasyah, sebagaimana 

berita yang saya terima. 

Ibnu Hisyam berkata: Mereka dipimpin Utsman bin Madz'un seperti diikatakan sebagian orang 

berilmu kepadaku. 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  Ja'far bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu berangkat menyusul ke bumi 

Habasyah. Kaum Muslimin secara bertahap-tahap berhijrah ke Habasyah hingga mereka berkumpul di 

sana. Ada yang hijrah bersama istrinya, ada pula yang hijrah sendirian tanpa ditemani istrinya. 

Dari Bani Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin 

Fihr ialah Ja'far bin Abu Thalib bin Hasyim beserta istrinya, Asma' binti Umais bin An-Nu'man bin Ka'ab 

bin Malik bin Quhafah bin Khats'am. Di Habasyah, Asma' melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi 

nama Abdullah bin Ja'far. 

Sedangkan dari Bani Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf ialah Utsman bin Affan bin Abu Al-Ash 

bin Umayyah bin Abdu Syams beserta istrinya yang bernama Ruqayyah binti Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam, Amr bin Sa'id bin Al-Ash bin Umayyah beserta istrinya yang bernama Fathimah binti 

Shaf- wan bin Umayyah bin Muharrits bin Syiqq bin Raqabah bin Mukhdi' Al-Kinani, dan saudaranya 

yang bernama Khalid bin Sa'id bin Al-Ash bin Umayyah beserta istrinya yang bernama Umainah binti 

Khalaf bin As'ad bin Amir bin Bayadzah bin Yatsi' bin Ja'tsamah bin Sa'ad bin Mulaih bin Amr, dari 

Khuza'ah. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan Humainah (bukan Umainah) binti Khalaf. Ibnu Ishaq 

berkata: Di Habasyah, Umainah melahirkan Sa'id bin Khalid dan Amah binti Khalid. Di lalu  hari, 

Amah menikah dengan Zubair bin Awwam dan dari pernikahan keduanya lahirlah Amr bin Zubair, dan 

Khalid bin Zubair. 

Di antara sekutu-sekutu Bani Umayyah dari Bani Asad bin Khuzaimah yang hijrah ke Habasyah ialah 

Abdullah bin Jahsy bin Ri'ab bin Ya'mar bin Shabrah bin Murrah bin Kabir bin Ghanm bin Dudan bin 

Asad, saudaranya yang bernama Ubaidillah bin Jahsy beserta istrinya yang bernama Ummu Habibah 

binti Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah. Qais bin Abdullah salah seorang dari Bani Asad bin Khuzaimah 

beserta istrinya yang bernama Barakah binti Yasar mantan budak wanita Abu Sufyan bin Harb bin 

Umayyah, dan Mu'aiqib bin Abu Fathimah. Ketujuh orang di atas yaitu  keluarga Sa'id bin Al-Ash. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebut bahwa Mu'aiqib berasal dari Daus. 

Ibnu Ishaq berkata: Dari Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf ialah Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi'ah 

bin Abdu Syams, dan Abu Musa Al-Asy ari yang nama aslinya yaitu  Abdullah bin Qais, sekutu keluarga 

Utbah bin Rabi'ah. 

Dari Bani Naufal bin Abdu Manaf ialah Utbah bin Ghazwan bin Jabir bin Wahb bin Nasib bin Malik bin 

Al-Harits bin Mazin bin Manshur bin Ikrimah bin Khashafah bin Qais bin Ailan, sekutu mereka. 

Dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushay ialah Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad, Al-Aswad 

bin Naufal bin Khuwailid bin Asad, Yazid bin Zam'ah bin Al-Aswad bin Al-Muthalib bin Asad, dan Amr 

bin Umayyah bin Al-Harits bin Asad. Jadi jumlah muhajirin dari Bani Asad bin Abdul Uzza ada empat 

orang. 

Dari Bani Abd bin Qushay ialah Thulaib bin Umair bin Wahb bin Abu Kabir bin Abd bin Qushay. Seorang 

saja. 

Sementara dari Bani Abduddar bin Qushay ialah Mush'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin 

Abduddar, Suwaibith bin Sa'ad bin Harmalah bin Malik bin Umailah bin As-Sibaq bin Abduddar, Jahm 

bin Qais bin Abdu Syurahbil bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar beserta istrinya yang bernama 

Ummu Harmalah binti Abdu A-Aswad bin Judzaimah bin Aqyasy bin Amir bin Bayadzah bin Yatsiq bin 

Ja'tsamah bin Sa'ad bin Mulaih bin Amir dari Khuza'ah beserta kedua anaknya yang bernama Amr bin 

Jahm dan Khuzaimah bin Jahm, Abu Ar-Rum bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar, dan 

Firas bin An-Nadhr bin Al-Harits bin Kaladah bin Alqamah bin Abdu Manaf bin Abduddar. Dengan 

demikian jumlah mereka ada lima orang. 

Dari Bani Zuhrah bin Kilab ialah Abdurrahman bin Auf bin Abdu Auf bin Abd bin Al-Harits bin Zuhrah, 

Amir bin Abu Waqqash, nama lengkapnya yaitu  Malik bin Uhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah, Al-

Muthalib bin Azhar bin Abdu Manaf bin Abd bin Al-Harts bin Zuhrah beserta istrinya Ramlah binti Abu 

Auf bin Dhubairah bin Su'aid bin Sa'ad bin Sahm. Di Habasyah, Ramlah melahirkan bayi laki-laki yang 

bernama Abdullah bin Al-Muthalib. 

Dari sekutu-sekutu Bani Zuhrah bin Kilab dari Hudzail ialah Abdullah bin Mas'ud bin Al-Harits bin 

Syamakh bin Makhzum bin Shahilah bin Kahil bin Al-Harits bin Tamim bin Sa'ad bin Hudzail, dan 

saudaranya yang bernama Utbah bin Mas'ud. 

Dari Bahra' ialah Al-Miqdad bin Amr bin Tsa'labah bin Malik bin Rabi'ah bin Tsumamah bin Mathrud 

bin Amr bin Sa'ad bin Tsaur bin Tsa'labah bin Malik bin Asy-Syarid bin Hazl bin Faisy bin Puraim bin Al-

Qain bin Ahwad bin Bahra' bin Amr bin Ilhaf bin Qudha'ah. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan bahwa Muhajirin lain dari Bahra' ialah Hazl bin Fas bin 

Dzar, Duhair bin Tsaur. 

Ibnu Ishaq berkata: Ada yang berpendapat bahwa muhajirin lain dari Bahra' ialah Al-Miqdad bin Al-

Aswad bin Abdu Yaghuts bin Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah, sebab  Al-Aswad mengadopsinya pada 

masa jahiliyah dan bersekutu dengannya. Jadi jumlah Muhajirin dari Bahra' ada enam orang. 

Adapun muhajirin dari Bani Taim bin Murrah ialah Al-Harits bin Khalid bin Shakhr bin Amir bin Amr bin 

Ka'ab bin Sa'ad bin Taim beserta istrinya yang bernama Raithah binti Al-Harits bin Jabalah bin Amir bin 

Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim. Di Habasyah dia melahirkan anak yang diberi nama Musa bin Al-

Harits. Aisyah binti Al-Harits, Zainab binti Al Harits, dan Fathimah binti Al-Harits, dan Amr bin Utsman 

bin Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim. Jadi jumlah Muhajirin dari Bani Taim bin Murrah ada dua orang. 

Dari Bani Makhzum bin Yaqazhah bin Murrah ialah Abu Salamah bin Abdu Al-Asad bin Hilal bin 

Abdullah bin Umar bin Makhzum beserta istrinya yang bernama Ummu Salamah bin Abu Umayyah bin 

Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Di Habasyah, Ummu Salamah melahirkan anak 

perempuan yang diberi nama Zainab binti Abu Salamah. Nama asli Abu Salamah ialah Abdullah 

sedangkan nama asli Ummu Salamah ialah Hindun. Muhajirin yang lain dari Bani Makhzun ialah 

Syammas bin Utsman bin Abd bin Asy-Syarid bin Suwaid bin Harmi bin Amr bin Makhzum. 

Ibnu Hisyam berkata: Nama asli Syam-mas yaitu  Utsman. Dinamakan Syammas sebab  Syammas lain 

yang berasal dari Asy-Syamamisah tiba di Makkah pada zaman jahiliyah. Syammas dari Asy-

Syamamisah ini yaitu  pria tampan penuh kharisma. Utbah bin Rabi'ah, paman Syammas berkata: 

"Aku akan datangkan Syammas yang lebih tampan daripada Syammas ini." lalu  ia 

mendatangkan keponakannya yang bernama Utsman bin Utsman lalu  ia diberi nama Syammas 

sebagaimana dituturkan Ibnu Syihab. 

Ibnu Ishaq berkata: Muhajirin yang lain dari Bani Makhzum ialah Habbar bin Sufyan bin Abdu Al-Asad 

bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, saudara Habbar, Abdul-lah bin Sufyan, Hisyam Abu 

Hudzaifah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, Salamah bin Hisyam bin Al-Mughirah 

bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, dan Ayyasy bin Abu Rabi'ah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin 

Umar bin Makhzum. 

Muhajirin dari sekutu-sekutu Bani Makh-zum ialah Muattib bin Auf bin Amir bin Al-Fadhl bin Afif bin 

Kulaib bin Habasyiyah bin Salul bin Ka'ab bin Amr dari Khuza'ah. Dialah yang diberi nama Aihamah. 

Jadi jumlah muhajirin dari Bani Makhzum dan sekutunya ada delapan orang. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan Muhajirin lain dari sekutu Bani Makhzum ialah 

Hubsyiyah bin Salul. Dialah yang biasa dipanggil Muattib bin Hamra. 

Dari Bani Jumah bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab ialah Utsman bin Madz'un bin Habib bin Wahb bin 

Hudzafah bin Jumah beserta anak laki-lakinya yang bernama As-Saib bin Utsman, serta dua saudara 

laki-lakinya yang bernama Qudamah bin Madz'un dan Abdullah bin Madz'un. Hathib bin Al-Harits bin 

Ma'mar bin Habib bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah beserta istrinya yang bernama Fathimah binti Al-

Mujallil bin Abdullah bin Abu Qais bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, kedua anak 

laki-lakinya yang bernama Muhammad bin Hathib, dan Al-Harits bin 

Hathib saudara Hathib yang bernama Haththab bin Al-Harits beserta istrinya yang bernama Fukaihah 

binti Yasar, Sufyan bin Ma'mar bin Habib bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah serta kedua anak laki-

lakinya yang bernama Jabir bin Sufyan dan Junadah bin Sufyan, serta istrinya yang bernama Hasanah. 

Hasanah yaitu  ibu Jabir dan Junadah, serta saudara keduanya dari pihak ibu yaitu Syurahbil bin 

Hasanah, yang berasal dari Al-Ghauts. 

Ibnu Hisyam berkata: Syurahbil merupakan anak Abdullah, salah seorang dari Al-Ghauts bin Murr, 

saudara Tamim bin Murr. 

Ibnu Ishaq berkata: Muhajirin lain dari Bani Jumah ialah Utsman bin Rabi'ah bin Ahban bin Wahb bin 

Hudzafah bin Jumah. Jadi jumlah Muhajirin dari Bani Jumah ada sebelas orang laki-laki. 

Dari Bani Sahm bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab ialah Khunais bin Hudzafah bin Qais bin Adi bin Sa'ad 

bin Sahm, Abdullah bin Al-Harits bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm, dan Hisyam bin Al-Ash bin Wail 

bin Sa'ad bin Sahm. 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Ash yaitu  anak Wail bin Hasyim bin Sa'ad bin Sahm. 

Ibnu Ishaq berkata: Dari Bani Sahm bin Amir ialah Qais bin Hudzafah bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin 

Sahm, Abu Qais bin Al-Harits bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm, Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin 

Adi bin Sa'ad bin Sahm, Al-Harts bin Al-Harits bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm, Ma'mar bin Al-Harits 

bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm, Bisr bin Al-Harits bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm, saudara 

seibu Bisr dari Bani Tamim yang bernama Sa'id bin Amr, Sa'id bin Al-Harits bin Qais bin Adi bin Sa'ad 

bin Sahm, As-Saib bin 

Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm, Umair bin Ri'ab bin Hudzaifah bin Muhassim bin Sa'ad bin Sahm, dan 

Mahmiyah bin Al-Jaza', sekutu Bani Sahm bin Amr dari Bani Zubaid. Jumlah Muhajirin dari Bani Sahm 

ada empat belas orang laki-laki. 

Dari Bani Adi bin Ka'ab ialah Ma'mar bin Abdullah bin Nadhlah bin Abdul Uzbin Hurtsan bin Auf bin 

Ubaid bin Uwaij bin Adi, Urwah bin Abdul Uzza bin Hurtsan bin Auf bin Ubaid bin Uwaij bin Adi, Adi 

bin Nadhlah bin Abdul Uzza bin Auf bin Ubaid bin Uwaid bin Adi beserta anak laki-lakinya yang 

bernama An-Nu'man bin Adi, dan Amir bin Rabi'ah, sekutu keluarga Al-Khaththab dari Anz bin Wail 

beserta istrinya yang bernama Laila binti Hatsmah bin Ghanim. Jadi Muhajirin dari Bani Adi bin Ka'ab 

ada lima orang. 

Dari Bani Amir bin Luay ialah Abu Sabrah bin Abu Ruhm bin Abdul Uzza bin Abu Qais bin Abdu Wudd 

bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir beserta istrinya yang bernama Ummu Kaltsum binti Suhail bin 

Amr bin Abdu Syamsu bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, Abdullah bin Makhramah 

bin Abdul Uzza bin Abu Qais bin Abdu Wudd bin Nashr bin Nahsr bin Malik bin Hisl bin Amir, Abdullah 

bin Suhail bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, Salith bin 

Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, saudara Salith yang 

bernama As-Sakran bin Amr beserta istrinya yang bernama Saudah binti Zam'ah bin Qais bin Abdu 

Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, Malik bin Zam'ah bin Qais bin Abdu Syams 

bin Abdu Wudd bin Nahsr bin Malik bin Hisl bin Amir beserta istrinya yang bernama Amrah binti As-

Sa'di bin Waqdan bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, Abu Hathib 

bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, dan Sa'ad bin Khaulah, 

sekutu mereka. Jumlah muhajirin dari Bani Amir bin Luay ada delapan belas orang laki-laki. 

Ibnu Hisyam berkata: Sa'ad bin Khaulah yaitu  orang Yaman. 

Ibnu Ishaq berkata: Dari Bani Al-Harits bin Fihr ialah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah yang bernama asli Amir 

bin Abdullah bin Al-Jarrah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin Al-Harits, Suhail bin Baidha' yang nama 

leng- kapnya ialah Suhail bin Wahb bin Rabi'ah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin Al-Harits namun 

nasab ibunya lebih lekat dengannya sehingga ia dinasabkan kepada ibunya. Ibunya bernama Da'dun 

binti Jahdam bin Umayyah bin Dzarib bin Al-Harits bin Fihr, tapi ibunya lebih sering dipanggil Baidha'. 

Muhajirin lainnya dari Bani Al-Harits bin Fihr ialah Amr bin Abu Sarh bin Rabi'ah bin Hilal bin Uhaib bin 

Dhabbah bin Al-Harits, Iyadh bin Zuhair bin Abu Syaddad bin Rabi'ah bin Uhaib bin Dhabbah bin Al-

Harts. Ada yang mengatakan bahwa Rabi'ah ialah anak Hilal bin Malik bin Dhabbah bin Al-Harits. Amr 

bin Al-Harits bin Zuhair bin Syaddad bin Rabi'ah bin Hilal bin Malik bin Dhabbah bin Al-Harits, Amr bin 

Abdu Ghunm bin Zuhair bin Abu Syaddad bin Rabi'ah bin Hilal bin Malik bin Dhabbah bin Al-Harits, 

Sa'ad bin Abdu Qais bin Laqith bin Amir bin Umayyah bin Dzarib bin Al-Harits, dan Al-Harits bin Abdu 

Qais bin Laqith bin Amir bin Umayyah bin Dzarib bin Al-Harits bin Fihr. Jumlah muhajirin dari Bani Al-

Harits bin Fihr ada delapan belas orang laki-laki. 

Jumlah kaum Muslimin yang menyusul ke Habasyah dan berhijrah kepadanya, selain anak-anak yang 

mereka bawa hijrah atau lahir di Habasyah, yaitu  delapan puluh tiga orang laki-laki, jika  Ammar 

bin Yasir ditambahkan ke dalam jumlah ini , namun tidak jelas apakah ikut hijrah ke sana. 

Di antara syair-syair yang diungkapkan di Habasyah yaitu  bahwa Sebetulnya  Abdullah bin Al-

Harits bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm menyaksikan Muslimin mendapatkan keamanan di 

Habasyah, memuji perlindungan yang diberikan Najasyi, dan mereka dapat beribadah kepada Allah 

tanpa ada rasa takut kepada siapa pun. 

Utsman bin Madz'un melaknat Umayyah bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah. Utsman bin 

Madz'un yaitu  saudara misan Umayyah bin Khalaf, namun demikian, Umayyah bin Khalaf tetap 

mengintimidasi sebab  keislamannya. Padahal, Umayyah bin Khalaf saat itu yaitu  tokoh yang sangat 

dihormati di kaumnya. 

 

 

Orang-orang Quraisy Mengirim Intelnya ke Habasyah untuk Menarik Pulang Kaum Muhajirin 

 

Ibnu Ishaq berkata: Manakala orang-orang Quraisy menyadari bahwa sahabat-sahabat Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam hidup damai dan tentram di bumi Habasyah, serta mendapatkan tempat 

tinggal dan ketenangan, mereka sepakat mengirim dua intel Quraisy yang kokoh agamanya untuk 

menemui Najasyi dan memintanya menyerahkan sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam kepada mereka. Mereka melakukan ini sebab  bermaksud menyiksa para sahabat agar murtad 

dari agamanya, dan mengeluarkan mereka dari negeri Habasyah. Orang-orang Quraisy mengutus 

Abdullah bin Abu Rabi'ah dan Amr bin Al-Ash bin Wail, dan membekali keduanya dengan hadiah-

hadiah mewah untuk mereka serahkan Najasyi dan para pendetanya. Maka diutuslah keduanya. 

saat  Abu Thalib mengendus rencana orang-orang Quraisy, dan hadiah-hadiah mewah yang dibawa 

oleh kedua utusan ini , ia mengucapkan syair-syair untuk Najasyi. Meminta Najasyi agar tetap 

memberi  perlindungan yang baik kepada kaum Muhajirin, dan membela mereka: 

Duhai, bagaimana keadaan Ja'far di tempat nunjauhsana 

Amr, dan para musuh itu yaitu  kerabat sendiri 

Apakah keramahan Najasyi menyentuh Ja'far 

dan sahabat-sahabatnya 

Ataukah ada pihak yang berusaha merusak 

suasananya 

Engkau orang mulia dan luhur 

Hingga orang yang tinggal di sisimu tak merasa 

menderita 

Allah membekalimu dengan kelapangan  

Dan pintu-pintu kebaikan semuanya melekat pada dirimu 

Engkau orang pemurah yang berakhlak mulia 

Orang jauh dan dekat merasakan kebaikannya. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim Az-Zuhri bercerita kepadaku dari Abu Bakr bin 

Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam Al-Makhzumi dari Ummu Salamah binti Abu Umayyah bin Al-

Mughirah, istri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang berkata: "Setiba kami di Habasyah, Najasyi 

menyambut kami dengan sangat ramah. Kami merasa aman dengan agama kami, dan bisa beribadah 

kepada Allah tanpa siksaan dan tidak mendengar kata-kata yang menghina kami. Hal ini lalu didengar 

orang-orang Quraisy, lalu  mereka mengirim dua orang yang kokoh agamanya untuk menemui 

Najasyi guna membicarakan tujuan mereka, dan merayunya dengan hadiah-hadiah untuk Najasyi yang 

berasal dari kekayaan warga  Makkah. Anehnya bahwa di antara hadiah ini  ada  kulit. 

Orang-orang Quraisy mengumpulkan kulit yang banyak sekali, dan tidak ada satu pendetapun yang 

tidak mereka siapkan hadiah untuk mereka. Barang-barang ini  dibawa Abdullah bin Abu Rabi'ah 

dan Amr bin Al-Ash, dan mereka berdua diperintahkan untuk tidak gagal dengan misi mereka. Mereka 

berkata kepada keduanya: "Berikan hadiah ini kepada semua pendeta sebelum kalian berdua 

mengutarakan maksud kalian kepada Najasyi mengenai orang-orang yang hijrah. Lalu serahkanlah 

hadiah-hadiah ini kepada Najasyi, lalu  mohonlah kepada Najasyi agar ia menyerahkan orang-

orang yang hijrah itu kepada kalian berdua. 

Ummu Salamah bercerita: Bangkitlah kedua utusan Quraisy dari Makkah menuju Habasyah. Kami 

semua saat itu berada di sebuah rumah yang nyaman dan tetangga yang baik. Mereka berdua lalu 

memberi  hadiah ini  kepada para pendeta sebelum berbicara kepada Najasyi. Keduanya 

berkata kepada setiap orang dari para pendeta: "Sebetulnya  telah masuk ke negeri Tuan raja anak-

anak muda yang linglung. Mereka meninggalkan agama kaumnya, dan tidak masuk ke dalam agama 

kalian. Mereka menganut agama baru yang sama-sama tidak kita kenal. Tokoh-tokoh orang-orang 

Quraisy mengutus kami kepada kalian untuk menarik pulang mereka kepada kaumnya. Jika kami 

berbicara kepada raja kalian tentang orang- orang ini , hendaklah kalian memberi  isyarat agar 

dia menyerahkan mereka kepada kami dan agar ia tidak berbicara dengan mereka, sebab  kaum 

mereka jauh lebih mengerti apa yang mereka katakan, dan lebih mengerti apa yang mereka cela. Para 

pendeta berkata kepada keduanya: "Baiklah." Lalu kedua utusan Quraisy itu menyerahkan hadiah-

hadiah kepada Najasyi dan Najasyi menerimanya. Keduanya berkata kepada Najasyi: "Wahai tuan raja, 

Sebetulnya  telah menyelinap masuk ke negeri tuan anak-anak muda kami yang linglung. Mereka 

murtad dari agama kaumnya dan tidak masuk dalam agamamu. Mereka menganut agama yang 

mereka ciptakan sendiri. Kami tidak mengenal agama ini , begitu juga tuan. Kami diutus ayah-

ayah mereka, paman-paman mereka, dan keluarga besar mereka untuk membawa mereka pulang 

kepada kaumnya, sebab  kaumnya jauh lebih mengerti apa yang mereka katakan." 

Ummu Salamah melanjutkan: Tidak ada sesuatupun yang paling dibenci Abdullah bin Abu Rabi ah dan 

Amr bin Al-Ash lebih daripada Najasyi mendengar perkataan kaum kaum muslimin. Para pendeta di 

sekeliling Najasyi berkata: "Mereka berdua berkata benar, wahai tuan raja. Kaum mereka jauh lebih 

mengerti terhadap apa yang mereka katakan, dan lebih mengerti terhadap apa yang mereka cela. Oleh 

sebab  itu, kembalikan saja mereka kepada kedua orang ini, agar keduanya membawa mereka kembali 

pulang ke negeri dan kaum mereka." 

Mendengar itu, Najasyi marah besar. Ia berkata: "Tidak!" Demi Allah, aku tidak akan menyembahkan 

mereka kepada kalian berdua. Jika ada sebuah kaum hidup berdampingan denganku, dan memilihku 

daripada orang selain aku, maka kewajibanku yaitu  bertanya kepada mereka tentang apa yang 

dikatakan dua orang ini tentang diri mereka. Jika memang benar ucapan kedua orang ini, baru aku 

serahkan mereka kepada keduanya, dan aku pulangkan mereka kepada kaumnya, namun, jika 

ternyata mereka tidak seperti dikatakan 

Keauanya, aku aKan menaungi mereKa aari keduanya, dan melindungi mereka selama tinggal di 

negeriku." 

Ummu Salamah berkata: lalu  Najasyi mengundang datang sahabat-sahabat Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam melalui utusannya. saat  utusan Raja Najasyi tiba di tempat, mereka 

segera mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan ini , sebagian Muhajirin berkata kepada 

sebagia yang lain: "Apa yang akan kita katakan kepada raja Najasyi jika kita datang menemuinya?" 

Mereka berkata: "Demi Allah, kita akan mengatakan apa yang telah kita ketahui selama ini. Apa yang 

disampaikan Nabi itulah yang akan kita katakan." saat  mereka tiba di tempat Najasyi yang saat  itu 

juga memanggil para uskupnya yang lalu  membuka mushaf-mushaf mereka di sisi Najasyi. 

Najasyi bertanya kepada para muhajirin: "Mengapa agama ini membuat kalian memisahkan dari dari 

kaum kalian, dan mengapa kalian tidak masuk ke dalam agamaku, serta tidak masuk ke dalam salah 

satu dari agama-agama yang telah ada?" 

Orang yang menjawab pertanyaan Najasyi ialah Ja'far bin Abu Thalib. Ia berkata kepada Najasyi, 

"Wahai tuan raja, mulanya kami yaitu  ahli jahiliyah. Kami menyembah patung-patung, memakan 

bangkai, berzina, memutus silaturahim, menyakiti tetangga, dan orang kuat di antara kami selalu 

menindas orang lemah. Begitulah kondisi kami hingga Allah mengutus seseorang dari kami menjadi 

Rasul kepada kaum kami. Kami mengenal keturunannya, kebenarannya dan kejujurannya. la mengajak 

kami kepada Allah dengan cara mentauhidkan-Nya, beribadah kepada-Nya, dan meninggalkan batu 

dan patung-patung yang sebelumnya kami sembah. Rasul itu memerintahkan kami untuk berkata 

jujur, menunaikan amanah, menyambung tali silaturahim, bertetangga dengan baik, menahan diri dari 

hal-hal yang haram, dan tidak membunuh. Ia melarang kami dari perbuatan zina, berkata bohong, 

memakan harta anak yatim, dan menuduh berzina wanita yang menjaga kehormatannya. Ia 

memerintahkan kami hanya beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu 

apa pun. Ia juga memerintahkan kami shalat, zakat, dan puasa. 

Ummu Salamah berkata: Ja'far memaparkan asas-asas utama agama Islam, lalu ia berkata: Kami 

membenarkan Rasul ini , beriman kepadanya, dan mengikuti apa yang dia bawa dari sisi Allah. 

Hanya kepada Allah 

kami beribadah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Kami mengharamkan apa saja 

yang beliau haramkan, dan menghalalkan apa saja yang beliau halalkan. sesudah  itu, muncul 

ketidaksukaan kaum kami kepada kami. Mereka meneror dan menyakiti kami sebab  agama ini. 

Mereka memaksa kami kembali menyembah patung-patung, tidak menyembah Allah Ta'ala, dan kami 

menghalalkan kembali apa yang dulu pernah kami halalkan. sebab  mereka selalu meneror kami, 

menyaluti kami, mempersempit ruang gerak kami, dan memisahkan kami dari agama kami, maka kami 

pergi ke negeri tuan dan memilih tuan daripada orang lain. Kami lebih suka hidup berdampingan 

dengan tuan, dan kami berharap tidak disiksa lagi di sisimu, wahai tuan raja." 

Najasyi berkata kepada Ja'far: "Apakah engkau membawa bukti yang datang dari sisi Allah?" 

Ja'far berkata kepada Najasyi: "Ada." Najasyi berkata kepada Ja'far: "Bacakanlah ia untukku!" 

lalu  Ja'far membacakan permuiaan surat Maryam. Demi Allah, Najasyi menangis tersedu-sedu 

hingga jenggotnya basah oleh air mata. Para uskup juga menangis hingga air mata mereka menetes 

membasahi mushaf-mushaf mereka saat  mendengar surat yang dibaca Ja'far. Najasyi berkata: 

"Sebetulnya  ayat tadi dan apa yang dibawa Isa berasal dari sumber cahaya yang sama. Enyahlah 

kalian berdua, hai utusan Quraisy! Demi Allah, aku tidak akan pernah mengembalikan mereka kepada 

kalian berdua, dan mereka tidak bisa diusik." 

Tatkala kedua utusan Quraisy keluar dari hadapan Najasyi, Amr bin Al-Ash berkata: "Demi Allah, besok 

pagi aku akan menghadap Najasyi dan mencabut akar asal usul mereka." Abdullah bin Abu Rabi'ah, 

orang terkuat di tengah kami, berkata: "Jangan kau lakukan itu, sebab  mereka memiliki  kaum 

kerabat walaupun mereka berseberangan dengan kita." Amr bin Al-Ash berkata: "Demi Allah, aku akan 

jelaskan kepada Najasyi, bahwa sahabat-sahabat Muhammad meyakini Isa bin Maryam hanyalah 

seorang manusia biasa." 

Esok harinya, Amr bin Al-Ash kembali menghadap Najasyi untuk kedua kalinya dan berkata kepadanya: 

"Wahai tuan raja, mereka meyakini sesuatu yang di luar batas tentang Isa bin Maryam. Oleh sebab  

itu, kirimlah seseorang untuk menghadirkan mereka ke sini agar engkau bisa menanyakan tentang 

pendapat mereka terhadap Isa bin Maryam!" Najasyi mengirim utusan untuk menanyakan pendapat 

kaum Muslimin terhadap Nabi Isa bin Maryam. 

Ummu Salamah berkata: Kami belum pernah berhadapan dengan persoalan rumit seperti ini 

sebelumnya. Pada saat yang bersamaan, kaum Muslimin mengadakan diskusi. Sebagian di antara 

mereka bertanya kepada sebagian yang lain: "Apa yang akan kalian katakan tentang Isa bin Mar yam 

jika raja Najasyi menanyakan hal itu kepada kalian?" Sebagian lain menjawab: "Demi Allah,akan kita 

katakan seperti yang difirmankan Allah, dan dibawa Nabi kita. Itulah yang akan kita katakan." 

saat  kaum Muslimin masuk ke tempat Najasyi, Najasyi bertanya kepada mereka: "Apa keyakinan 

kalian tentang Isa bin Maryam?" Jafar menjawab: "Dalam pandangan kami, Isa bin Maryam ialah 

seperti dikatakan Nabi kami bahwa Isa yaitu  hamba Allah, Rasul-Nya, Ruh-Nya, dan Kalimat-Nya yang 

ditiupkan ke dalam rahim Maryam sang perawan." Najasyi memukul tanah dengan tangannya lalu dia 

mengambil sebuah tongkat, lalu  berkata: "Demi Allah, apa yang dikatakan Isa bin Maryam 

mengenai tongkat ini tidak jauh berbeda dengan apa yang engkau yakini." 

Para uskup yang ada di sekeliling Najasyi mendengus geram saat  mendengar apa yang dikatakan 

Najasyi. Najasyi berkata: "Ada apa dengan kalian!" Kepada kaum Muslimin, Najasyi berkata: "Kalian 

tetap aman di negeriku. Barangsiapa melecehkan kalian, ia pasti merugi. Barangsiapa merendahkan 

kalian, ia pasti merugi. Barangsiapa menghina kalian, ia merugi. Memiliki gunung dari emas, jika aku 

harus menyakiti salah seorang dari kalian maka hal itu sangat kubenci. Kembalikan hadiah-hadiah ini 

kepada dua orang utusan Quraisy. Demi Allah, Dia tidak pernah menyuapku untuk mendapatkan 

kekuasaan dariku, apakah pantas jika lalu  aku mengambil suap di dalamnya. Allah jadikan 

manusia tidak taat padaku lalu haruskah aku jadikan taat mereka padaku." lalu  kedua utusan 

Quraisy keluar dari hadapan Najasyi dalam keadaan kecewa sekali. Sementara kami tetap tinggal di 

negeri Najasyi dengan nyaman dan perlakukan yang baik. 

Ummu Salamah berkata: Demi Allan, selama di sana kami hidup bahagia hingga muncul seorang dari 

Habasyah yang berusaha menggeser Najasyi dari kursi kerajaan. Demi Allah, kami belum pernah 

bersedih seperti saat itu. Kami khawatir orang ini  berhasil menjatuhkan Najasyi, sehingga 

muncullah orang yang tidak mengetahui kondisi kami, sebagaimana Najasyi mengetahui kondisi kami. 

Najasyi lalu berangkat menemui lawannya di tepian Sungai Nil. Sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam berkata: "Siapa yang berani menyaksikan berke- camuknya peperangan dua pasukan 

ini  lalu  datang ke sini lagi dengan membawa berita?" 

Zubair bin Awwam berkata: "Aku siap!" Mereka berkata: "Bagus?" Zubair yaitu  orang yang termuda 

di antara kami. Sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengisi tempat air untuk 

Zubair bin Awwam dan menggantungkannya di dadanya. lalu  Zubair keluar menuju tepian 

Sungai Nil, di mana dua pasukan bertemu. Kami semua ber- doa kepada agar Allah memenangkan 

Najasyi atas musuhnya, dan memberi  kekokohan di negerinya. Demi Allah, di saat kami sedang 

berharap seperti itu, tiba-tiba Zubair berlari-lari sambil memberi isyarat dengan bajunya, ia berkata: 

"Bergembiralah, Najasyi telah menang. Allah memenangkannya, dan memberi  ketentaraman di 

negaranya. "Demi Allah, kami bahagia sekali saat itu. sesudah  itu, Najasyi pulang. Allah memberi  

keamanan di negaranya. Habasyah pun semakin kokoh di bawah kepemimpinan Najasyi. Kami tinggal 

di sana dengan tentram hingga pulang ke Makkah bertemu kembali dengan Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam. "  

 

 

Kisah Penguasaan Najasyi Atas Habasyah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri bercerita, aku pernah berdiskusi dengan Urwah bin Zubair tentang hadits 

Abu Bakr bin Abdurrahman dari Ummu Salamah, istri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Urwah 

bin Zubair berkata: "Sebetulnya  Ummul Mukminin, Aisyah berkata kepadaku bahwa ayah Najasyi 

yaitu  seorang raja. Ia hanya memiliki  satu anak, yaitu Najasyi. Ayahnya memiliki  seorang 

saudara yang memiliki anak dua belas orang. Mereka yaitu  keluarga istana Habasyah. Orang-orang 

Habasyah berkata: "Bagaimana kalau kita habisi saja ayah Najasyi lalu  kita gantikan ia dengan 

saudaranya sebagai raja yang baru, sebab  ayah Najasyi hanya memiliki  satu anak saja, sedang 

saudara ayahnya memiliki  dua belas anak lalu  mereka mewarisi kerajaan sepeninggal 

kematian ayahnya. Orang-orang ini  lalu menyiksa ayah Najasyi dan menghabisinya. 

Sepeninggalnya, mereka mengangkat saudara ayah Najasyi sebagai raja baru. Najasyipun hidup 

bersama pamannya. Najasyi anak yang brilian dan penuh kemauan hingga lebih populer ketimbang 

pamannya, dan menurunkan pamor pamannya itu. saat  orang-orang Habasyah memahami posisi 

Najasyi dibandingkan pamannya, mereka berkata: "Demi Allah, anak muda ternyata lebih populer 

dibanding pamannya. Kami khawatir jika ia diangkat sebagai raja, pasti ia akan menghabisi kami 

semua, sebab  lambat laun ia pasti tahu bahwa kami telah membunuh ayahandanya." 

Lalu mereka berangkat menuju tempat paman Najasyi dan berkata: "Bunuhlah anak muda ini, sebab  

kami khawatir ia mengancam keselamatan diri kami." Pamannya berkata: "Sialan kalian, aku telah 

membunuh ayahnya kemarin, apakah aku harus membunuh anaknya juga pada hari ini? Namun aku 

akan keluarkan dia dari negeri kalian!" 

Orang-orang ini  menyeret Najasyi ke pasar, lalu  menjualnya kepada seorang pedagang 

dengan harga enam ratus dirham. Pedagang ini  membaa Najasyi ikut serta ke dalam 

pelayarannya. Pada petang hari itu juga, awan musim gugur bertiup. Paman Najasyi keluar rumah, 

namun tiba-tiba ia disambar petir hingga tewas. 

Orang-orang Habasyah mencari anak raja yang meninggal itu, namun ternyata mereka hanya 

mendapatkan seorang yang bodoh tidak memiliki kebaikan. Persoalan orang-orang Habasyah pun 

semakin berantakan. sebab  kondisi sulit yang mereka hadapi, sebagian dari mereka berkata kepada 

yang lain: "Demi Allah, sekarang kalian baru sadar, sebab  Sebetulnya  raja kalian yang mampu 

menyelesaikan persoalan yaitu  raja yang telah kalian jual pagi tadi. Jika kalian masih ingin hidup 

sentosa di Habasyah, kejarlah dia saat ini juga!" Mereka mengejar Najasyi dan mencari pedagang yang 

membelinya. saat  mereka berhasil menemukannya, mereka mengambilnya dari pedagang ini . 

lalu  mereka membawa Najasyi pulang ke Habasyah, lalu mengangkatnya sebagai raja." 

Tak lama lalu , pedagang yang mem- beli Najasyi menemui orang-orang Habasyah. Ia berkata: 

"Kalian harus mengembalikan uangku, atau mengizinkan aku berbicara dengan Najasyi." Mereka 

berkata: "Kami tidak akan memberi uang sepeserpun kepadamu." Orang ini  berkata: "Kalau 

begitu, izinkan aku berbicara dengan Najasyi." Mereka berkata: "Silahkan saja engkau bicara 

dengannya." 

Orang ini  menemui Najasyi dan berkata: "Wahai tuan raja, aku pernah membeli seorang budak 

di pasar dengan harga enam ratus dirham. saat  aku pulang membawa budak itu, mereka 

mengejarku, lalu  mengambilnya dariku tanpa mengganti rugi uang yang telah aku bayarkan 

kepada mereka." 

Najasyi berkata kepada orang-orang Habasyah: "Kalian harus mengembalikan uang dirhamnya atau 

budak ini  menyerahkan dirinya kepada orang itu, dan ia pulang membawanya." Orang-orang 

Habasyah berkata: "Jangan! Kami akan kembalikan uang dirhamnya kepadanya." 

Aisyah melanjutkan: "Itulah berita pertama tentang kekokohan agama Najasyi, dan keputusannya 

yang sangat adil. " 

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ruman berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari Aisyah yang berkata: 

saat  Najasyi meninggal dunia, kuburannya cahaya. 

 

 

Orang-Orang Habasyah Menentang Najasyi 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ja'far bin Muhammad berkata kepadaku dari ayahnya yang berkata: Orang-orang 

Habasyah berkata kepada Najasyi, "Sebetulnya  engkau telah meninggalkan agama yang kita anut 

dan mutlat mengikuti agama mereka." Najasyi mengirim seseorang untuk menemui Ja'far dan 

sahabat-sahabatnya untuk menyiapkan perahu-perahu bagi kaum Muhajirin. Najasyi berkata: 

"Amankalah diri kalian ke dalam perahu-perahu. Jika ternyata nanti aku kalah, pergilah kalian ke mana 

saja kalian suka. Jika aku menang, kumohon tetaplah kalian di sini." 

Najasyi lalu menulis surat yang di dalam suratnya ia bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang pantas 

disembah dengan benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad yaitu  hamba Allah dan utusan-Nya. Ia 

juga bersaksi bahwa Isa bin Maryam yaitu  hamba Allah, Rasul-Nya, Ruh-Nya, dan Kalimat-Nya yang 

Dia tiupkan kepada Maryam. lalu  ia menemui orang-orang Habasyah yang sedang berbaris 

untuknya. Najasyi berkata: "Wahai orang-orang Habasyah, bukankah aku orang yang paling berkuasa 

atas kalian?" 

Mereka menjawab: "Ya, benar!" 

Najasyi berkata: "Menurut kalian aku ini bagaimana?" 

Mereka menjawab: "Engkau yaitu  manusia yang paling baik." 

Najasyi berkata: "Jika demikian, lalu apa yang terjadi pada kalian?" 

Mereka menjawab: "Engkau telah keluar dari agama kami dan meyakini bahwa Isa yaitu  seorang 

hamba Allah." 

Najasyi bertanya: "Lalu apa pendapat kalian tentang Isa?" 

Mereka menjawab: "Isa yaitu  anak Allah." 

Najasyi berkata sambil meletakkan tangannya di dadanya-, bahwa ia bersaksi Isa yaitu  anak Maryam 

dan tidak lebih dari itu seperti yang tertulis dalam surat yang telah ia tulis. Orang-orang Habasyah pun 

rela, lalu mereka berbalik dari hadapannya. 

Hal di atas didengar Nabi Shallalahu 'alaihi wa Sallam. saat  Najasyi meninggal dunia, beliau 

menshalatinya dan memohonkan ampunan kepada Allah untuknya. 

 

 

Kisah Masuk Islamnya Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Amr bin Al-Ash dan Abdullah bin Abu Rabi'ah bertemu dengan orang-orang 

Quraisy dalam keadaan gagal menarik pulang sahabat-sahabat Rasululah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, 

dan Najasyi tidak memperkenankan permintaan mereka, pada saat itulah Umar bin Khaththab 

memeluk Is lam. la sosok yang memiliki  harga diri yang tinggi dan anti penghinaan. Sahabat-

sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam terlindungi dengan masuk Islamnya Umar bin 

Khaththab dan Hamzah bin Abdul Muthalib hingga membuat orang-orang Quraisy tidak lagi berani 

menyiksa mereka. Abdullah bin Mas'ud berkata: "Dulunya kami tidak berani shalat di samping Ka'bah 

sebelum Umar bin Khaththab masuk Islam. saat  Umar bin Khaththab masuk Islam, ia memenangi 

duel melawan orang-orang Quraisy hingga ia bisa shalat di samping Ka'bah dan kami pun ikut shalat 

bersamanya." Masuk Islamnya Umar bin Khaththab terjadi sesudah  beberapa sahabat Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhijrah ke Habasyah. 

Al-Bakkai berkata: Mis'ar bin Kidam berkata kepadaku dari Sa'ad bin Ibrahim yang bercerita bahwa 

Abdullah bin Mas'ud berkata: Sebetulnya  masuk Islamnya Umar bin Khaththab yaitu  sebuah 

pembuka kemenangan. Hijrahnya memberi  kemenangan. Dan pemerintahannya yaitu  karunia. 

Awal- nya kami tidak berani shalat di sisi Ka'bah sampai Umar bin Khaththab masuk Islam. saat  

masuk Islam, ia memenangi duel melawan orang-orang Quraisy hingga ia berhasil shalat di samping 

Ka'bah dan kami ikut shalat berjamaah bersamanya. 

Ibnu Ishaq berkata: Telah berkata kepadaku Abdurrahman bin Al-Harits bin Abdullah bin Ayyasy bin 

Abu Rabi'ah dari Abdul Aziz bin Abdullah bin Amr bin Rabi'ah dari ibunya, yaitu Ummu Abdullah binti 

Abu Hatsmah yang berkata: "Demi Allah, saat bersiap- siap akan pergi ke negeri Habasyah. Suamiku 

Amir pergi memenuhi sebagian kebutuhannya. Namun tiba-tiba Umar bin Khaththab yang saat  itu 

masih musyrik sudah berdiri di hadapanku." 

Ummu Abdullah berkata: "Sebelumnya, kami selalu diganggu dan disiksa olehnya." Umar bin 

Khaththab berkata: "Kelihatannya engkau mau berangkat, wahai Ummu Abdullah?" Aku berkata: "Ya 

betul, kami akan pergi ke negeri Allah, sebab  kalian telah menyiksa dan menganiaya kami, hingga 

Allah memberi  jalan keluar bagi kami." Umar bin Khaththab berkata: "Semoga Allah bersama 

kalian!" Ummu Abdullah berkata: "Saat itu, kulihat kelembutan pada diri Umar bin Khaththab yang 

tidak pernah kulihat sebelum ini. lalu  ia pergi dan menurut perasaanku ia demikian sedih atas 

kepergian kami." 

Ummu Abdullah berkata: Sejurus lalu , Amir datang dan berkata kepadanya: "Wahai Abu 

Abdullah, andaikata engkau tadi melihat kelembutan dan duka cita Umar bin Khaththab atas 

kepergian kita?" Amir berkata: "Apakah dia sudah masuk Islam?" Ummu Abdullah berkata: "Aku 

berkata: "Entahlah!" Amir berkata: "Umar tidak akan mungkin masuk masuk Islam hingga keledainya 

masuk Islam." Ummu Abdullah berkata: "Dia mengatakan hal itu sebab  merasa putus asa melihat 

sikap keras Umar bin Khaththab dan kebenciannya sangat keras kepada Islam." 

Ibnu Ishaq berkata: Mengenai sebab masuk Islamnya Umar bin Khaththab seperti disampaikan 

kepadaku bahwa saudara perem- puannya Fathimah binti Khaththab yang bersuamikan Sa'id bin Zaid 

bin Amr bin Nufail telah sama-sama masuk Islam tanpa sepengetahuan Umar bin Khaththab. Nu'aim 

bin Abdullah An-Nahham, salah seorang dari kaumnya yaitu Bani Adi bin Ka'ab juga telah masuk Islam 

dan merahasiakan keislamannya sebab  khawatir kepada kaumnya. Khabbab bin Al-Arat sering bolak 

balik pulang pergi ke rumah Fathimah binti Khaththab guna membacakan Al-Qur'an kepadanya. Pada 

suatu saat , Umar bin Khaththab keluar berniat berduel dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sal- 

lam dan beberapa sahabat beliau, yang sedang berkumpul di salah satu rumah di bukit Shafa. Mereka 

berjumlah sekitar empat puluh orang; laki-laki dan perempuan. saat  itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam berkumpul bersama Hamzah bin Abdul Muthalib, Abu Bakar bin Abu Quhafah Ash Shiddiq, 

dan Ali bin Abu Thalib. Sahabat-sahabat yang hadir di rumah ini  yaitu  sahabat-sahabat yang 

tetap tinggal bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Makkah dan tidak ikut hijrah ke 

Habasyah. Di tengah jalan, Umar bin Khaththab bertemu dengan Nu'aim bin Abdullah. " Nu'aim bin 

Abdullah bertanya kepada Umar bin Khaththab: "Mau pergi ke mana, wahai Umar?" Umar bin 

Khaththab menjawab: "Aku hendak pergi mencari Muhammad, orang yang keluar dari agama kita, 

yang memecah belah persatuan orang-orang Quraisy, mendungu-dungukan mimpi-mimpi kita, 

melecehkan, dan menghina agama kita, untuk aku bunuh dia." Nu'aim bin Abdullah berkata kepada 

Umar bin Khaththab: "Demi Allah, engkau bodoh sekali bila bertindak demikian, wahai Umar. Apakah 

Bani Abdu Manaf akan membiarkanmu hidup sesudah  engkau membunuh Muhammad? Kenapa 

engkau tidak pulang kepada keluargamu dan meluruskan persoalan mereka?" Umar bin Khaththab 

berkata: "Keluargaku yang mana?" Nu'aim bin Abdullah berkata: Ya, saudara iparmu yang juga saudara 

misanmu Sa'id bin Zaid bin Amr, dan Fathimah bin Khaththab, demi Allah, keduanya telah masuk Islam, 

dan menganut agama Muhammad, perhatikan dulu keduanya." Umar bin Khaththab segera bergegas 

berbalik arah menuju rumah saudarinya dan saudara iparnya. saat  itu di rumah mereka berdua ada 

Khabbab bin Al-Arat yang sedang membacakan surat Thaha. saat  mereka bertiga mendengar suara 

Umar bin Khaththab, Khabbab bin Al-Arat bersembunyi di rumah kecil persembunyian atau di salah 

satu bagian rumah, sedang Fathimah binti Khaththab bergegas mengambil lembaran surat Thaha dan 

menyembunyikannya. Saat mendekati rumah ini  Umar bin Khaththab telah mendengar bacaan 

surat Thaha oleh Khabbab. Tatkala Umar bin Khaththab telah masuk rumah, ia berkata: "Suara apa 

yang aku dengar tadi?" Sa'id bin Zaid dan Fathimah menjawab: "Aku tidak mendengar suara apa-apa." 

Umar bin Khaththab berkata: "Demi Allah, sungguh aku telah menerima kabar bahwa kalian berdua 

telah memeluk agama Muhammad." lalu  Umar bin Khaththab menghajar saudara iparnya, Sa'id 

bin Zaid, dan Fathimah pun bangkit melindunginya dari pukulan Umar bin Khaththab. Umar bin 

Khaththab tanpa sengaja menghajar Fathimah hingga terluka. sebab  Umar bin Khaththab bersikap 

seperti itu, Fathimah dan suaminya berkata: "Benar, kami berdua telah memeluk agama Islam, 

beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Silahkan lakukan apa saja yang engkau mau terhadap kami." 

saat  Umar bin Khaththab melihat darah yang menetes di tubuh adik perempuannya ia menyesal 

atas tindakannya. Sadar akan kesalahan yang dilakukannya ia berkata kepada adik perempuannya: 

"Bolehkah aku melihat lembaran yang aku dengar tadi agar aku melihat apa sebenarnya yang dibawa 

Muhammad." Umar bin Khaththab yaitu  seorang yang pandai menulis. Mendengar Umar bin Khath-

thab berkata seperti itu, adik perempuannya berkata: "Sungguh, kami khawatir engkau merobek-

robek lembaran ini ." Umar bin Khaththab berkata: "Engkau tidak perlu khawatir!!. Umar bin 

Khaththab bersumpah kepada adikperempuannva dengan menyebut nama Tuhannya, bahwa ia pasti 

mengembalikan lembaran ini  kepadanva jika  telah selesai membacanya. Ia berkata kepada 

Umar bin Khaththab: "Wahai saudaraku, Sebetulnya  engkau najis, sebab  engkau seorang yang 

musyrik. Lembaran ini tidak boleh disentuh kecuali oleh orang rang suci." lalu  Umar bin 

Khaththab berdiri, lalu mandi. Usai mandi, Fathimah memberi  lembaran ini  kepadanva. Di 

lembaran ini  tertulis: 'Thaaha.' Umar bin Khaththab membacanya. saat  ia membaca 

permulaan surat ini , ia berkata: "Betapa indahnya dan mulianya perkataan ini!" saat  Khabbab 

bin Al-Arat mendengar ucapan Umar bin Khaththab ini , ia keluar dari persembunyiannya dan 

menemui Umar bin Khaththab. Khabbab bin Al-Arat berkata kepada Umar bin Khaththab: "Wahai 

Umar, demi Allah, aku berharap kiranya Allah menjadikanmu sebagai orang yang didoakan Nabi-Nya, 

sebab  kemarin aku mendengar beliau bersabda: 'Ya Allah, kuatkanlah Islam ini dengan Abu Al-Hakam 

bin Hisyam atau dengan Umar bin Khaththab.'37 Maka bersegeralah wahai Umar." Umar bin Khaththab 

berkata: "Wahai Khabbab, ada di mana Muhammad kini berada agar aku bisa menemuinya lalu aku 

masuk Islam." Khabbab bin Al-Arat berkata kepadanya: "Beliau berada di Shafa di sebuah rumah 

bersama beberapa orang sahabatnya." 

 

Umar bin Khaththab mengambil pedangnya, dengan terhunus sambil berjalan menuju tempat 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya. Ia mendobrak pintu rumah tempat 

berkumpulnya para sahabat. saat  mereka mendengar suara Umar bin Khattab,salah seorang 

sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengintip dari celah- celah pintu dan melihat Umar 

bin Khaththab sedang menghunus pedang. Sahabat ini  kembaii kepada Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sdlam dalam keadaan sangat ketakutan. Ia berkata: "Wahai Rasulullah, Umar bin Khaththab 

sedang menghunus pedangnya." Hamzah bin Abdul Muthalib berkata: "Jangan pedulikan dia. Jika ia 

menginginkan kebaikan, kita benkan padanya kebaikan. Jika keburukan vang dia inginkan, kita akan 

habisi dia dengan pedangnya sendiri." Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam bersabda: "Biarkanlah 

saja dia masuk." Salah seorang sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membukakan pintu dan 

mempersilahkan Umar bin Khaththab masuk, lalu  Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam 

menyambut kedatangannya dan menemuinya di dalam kamar. Beliau mengambil tempat ikatan 

celana atau ikatan selendangnya, lalu  menarik Umar bin Khaththab dengannya dengan tarikan 

yang sangat keras, sambil bersabda kepadanya: "Apa yang membuatmu datang ke sini, wahai anak 

Khaththab? Demi Allah jika engkau tidak menghentikan tindakanmu selama ini, Allah akan 

menurunkan siksa kepadamu." Umar bin Khaththab berkata: "Wahai Rasulullah, aku datang 

menemuimu untuk beriman kepada Allah, Rasul-Nya, dan apa saja yang engkau bawa dari Allah." 

Mendengar jawaban Umar bin Khaththab, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertakbir dengan 

keras. Dengan takbir itulah sahabat-sahabat di rumah ini  paham bahwa Umar bin Khaththab 

telah masuk Islam. 

Sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam begitu senang dengan keislaman Umar bin 

Khaththab dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Mereka sadar sepenuhnya 

bahwa keduanya akan membentengi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan dengan keduanya 

mereka menghadapi musuh-musuh Islam. Itulah kisah para perawi'Madinah tentang keislaman Umar 

bin Khaththab. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih Al-Makki berkata kepadaku dari sahabat-sahabatnya dari 

Atha' dan Mujahid, atau dari orang yang meriwayatkannya bahwa keislaman Umar bin Khaththab, 

sebagaimana mereka katakan, bahwa Umar bin Khaththab pernah berkata: "Aku awalnya demikian 

jauh dari Islam. Aku hobi meneguk minuman keras. Aku sangat menyukainya dan meminumnya. Dulu 

kami memiliki  auditorium tempat orang-orang Quraisy biasa bertemu. Auditorium ini  

terletak di bukit kecil di pemukiman keluarga Umar bin Abd bin Imran Al-Makhzumi. Pada suatu 

malam, aku keluar rumah untuk mencari teman-temanku di auditorium itu. Aku mendatangi tempat 

mereka, namun tidak menemukan seorang pun. Aku berkata: "Daripada menganggur sebaiknya aku 

berangkat menemui Si Fulan penjual minuman keras, di Makkah dan minum di sana. Lalu aku pergi ke 

tempat Si Fulan ini , sayang aku tidak berhasil berjumpa dengannya dengannya." 

Aku berkata: Ah, lebih baik aku pergi thawaf mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh atau tujuh puluh kali. 

Maka akupun datang ke Masjidil Haram untuk thawaf di Ka'bah, tanpa sepengetahuanku Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedang berdiri shalat. Jika shalat, beliau menghadap Syam, dan 

menjadikan Ka'bah di antara beliau dengan Syam. Tempat shalat beliau di antara dua rukun, rukun 

Aswad dan rukun Yamani. saat  aku melihat beliau, aku berkata dalam hati. "Demi Allah, alangkah 

baiknya jika  aku mendekat kepada Muhammad pada malam ini agar aku bisa mendengar apa yang 

dia katakan." Aku juga berkata: "Andai aku mendekat padanya dan mendengarkan apa yang dia 

katakan, pasti aku membuatnya kaget." Maka aku datang ketempat beliau dari arah Hijr dan aku 

masuk dari bawah kainnya. Aku berjalan pelan-pelan, sedang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

berdiri shalat dengan membaca Al-Qur'an hingga aku berdiri persis di depannya. saat  aku 

mendengar Al-Qur'an, tak bisa kupungkiri hatiku tertarik padanya. Aku menangis, dan Al-Qur'an 

membuatku mengambil keputusan untuk memeluk Islam. Aku terpana di tempatku hingga Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam menuntaskan shalatnya. sesudah  shalat beliau pergi. jika  pulang, beliau 

berjalan hingga muncul di rumah Ibnu Abu Husain. Itulah jalan yang biasa beliau lewati, hingga beliau 

memotong jalan, lalu  berjalan di antara rumah Abbas bin Abdul Muthalib dan rumah Ibnu Azhar 

bin Abdu Auf Az-Zuhri, lalu  berjalan ke di rumah Al-Akhnas bin Syariq hingga beliau masuk 

rumahnya. Tempat kediaman beliau yaitu  sebuah rumah yang berwarna warni yang berada di tangan 

Muawiyah bin Abu Sufyan. Aku ikuti beliau hingga masuk di antara rumah Abbas dan rumah Ibnu 

Azhar, dan aku berhasil menemukan beliau. saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar 

suara langkah kakiku, beliau mengenaliku. Beliau mengira aku mengikutinya untuk menyiksanya. 

Beliau membentakku, lalu  bersabda: "Apa yang mendorongmu datang ke tempat ini pada jam 

seperti ini, wahai anak Khaththab?" Aku menjawab: "Aku datang untuk beriman kepada Allah, dan 

Rasul-Nya, serta kepada apa saja yang dibawa Rasul-Nya dari Allah!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam memuji Allah lalu  bersabda: "Allah telah memberi hidayah kepadamu, wahai Umar."38  

 sesudah  itu, beliau memegang dadaku dan berdoa semoga aku tegar dalam agama ini. Lalu aku pergi 

dari Rasulullah Shalialahu alaihi wa Sallam. 

Ibnu Ishaq berkata: Wallahu alam tentang mana riwayat yang benar. 

Ibnu Ishaq berkata: Naff eks budak Abdullah bin Umar berkata kepadaku dari Ibnu Umar Radhiyallahu 

Anhuma ia berkata: "Tatkala ayahku masuk Islam, ia berkata: 'Siapakah di antara orang-orang Quraisy 

yang paling pintar dalam menyebarkan gosip?" Maka Umar bin Khaththab diberi tahu bahwa untuk 

urusan itu yaitu  Jamil bin Ma'mar Al-Jumahi orangnya. lalu  Umar bin Khaththab pergi ke 

rumah Jamil bin Ma'mar Al-Jumahi. Aku membuntutinya dan aku lihat apa yang akan dia lakukan. Saat 

itu aku masih kanak- kanak namun telah bisa menangkap apa yang aku lihat. Setibanya di rumahnya, 

Umar bin Khaththab berkata: "Wahai Jamil, apa kau sudah tahu bahwa aku memeluk Islam dan 

memeluk agama Muhammad?" Ibnu Umar berkata: "Demi Allah, Jamil bin Ma'mar tidak merespon 

perkataan Umar bin Khaththab. Ia berdiri dengan menarik kainnya. Ia dibuntuti Umar bin Khaththab 

dan aku mengikuti ayahku. saat  Jamil bin Ma'mar berdiri di pintu masjid, ia berteriak dengan suara 

terkerasnya: "Wahai orang-orang Quraisy -saat itu mereka sedang berkumpul di sekitar pintu Ka'bah 

ketahuilah bahwa Umar bin Khaththab telah kafir dari agama nenek-moyang kalian!" 

Ibnu Umar berkata: Umar bin Khaththab menyeru dari belakangnya: "Dia berdusta, Sebetulnya  aku 

telah masuk Islam, dan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan 

Muham¬mad yaitu  hamba Allah dan Rasul-Nya." lalu  orang-orang Quraisy menyerang Umar 

bin Khaththab dan Umar bin Khaththab membalas menyerang hingga mereka hampir mati. Ibnu Umar 

berkata: "Umar bin Khaththab kelelahan, lalu  ia duduk, sedang orang-orang Quraisy 

mengepungnya. Umar bin Khaththab berkata: "Kerjakan apa saja yang kalian mau. Aku bersumpah 

dengan nama Allah, andai saja jumlah kami telah mencapai tiga ratus orang, pasti kami duel kita 

berjalan seimbang." Ibnu Umar berkata: "saat  mereka dalam posisi seperti itu, tiba-tiba muncullah 

orang tua dari Quraisy yang mengenakan pakaian asal Yaman, dan baju gamis. Ia berdiri di depan 

mereka dan berkata: "Apa yang terjadi dengan kalian?" Mereka berkata: "Umar bin Khaththab telah 

murtad." Orang ini  berkata: "Lalu apa kalian sewot? Ia telah memilih sesuatu untuk dirinya, lalu 

apa yang kalian inginkan darinya? Apakah kalian pikir Bani Adi bin Ka'ab akan menyerahkan saudara 

mereka kepada kalian? Biarkanlah orang ini!" Ibnu Umar berkata: "Demi Allah, mereka seperti baju 

yang ditanggalkan dari Umar bin Khaththab." 

Ibnu Umar berkata: Aku bertanya kepada ayahku, usai ia Hijrah ke Madinah: Ayah, siapakah laki-laki 

tua yang melindungimu dari orang-orang Quraisy pada hari engkau masuk Islam dan mereka 

mengeroyokmu?" Umar menjawab: "Ananda, dialah Al-Ash bin Wail As-Sahmi." 

Ibnu Hisyam berkata: Salah seorang dari orang berilmu berkata kepadaku bahwa Ibnu Umar berkata: 

"Ayahanda, siapakah orang yang melindungimu dari orang-orang Quraisy pada saat engkau masuk 

Islam dan mereka menyerangmu, mudah-mudahan Allah mem Balasannya dengan kebaikan?” Umar 

bin Khaththab berkata: "Wahai Ananda, dialah Al-Ash bin Wail, semoga Allah tidak membalasnya 

dengan kebaikan." 

Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Al-Harits bercerita kepadaku dari sebagian keluarga Umar bin 

Khaththab yang berkata bahwa Umar bin Khaththab berkata: Pada saat aku masuk Islam pada malam 

itu, aku teringat siapa saja yang paling kejam permusuhannya terhadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam, lalu  aku datang kepadanya untuk mengatakan, bahwa aku telah masuk Islam. Aku 

berkata: "Dialah Abu Jahal." saat  itu, Umar bin Khaththab beristrikan Hantamah binti Hisyam bin Al-

Mughirah. Esok paginya, aku pergi ke rumah Abu Jahal dan mengetuk pintu rumahnya. 

Ibnu Umar berkata: Abu Jahal pun keluar menyambutku sambil berkata: "Selamat datang wahai anak 

saudara perempuanku. Apa yang membawa datang kemari?" Aku berkata kepadanya: "Aku datang 

kemari untuk memberitahukan padamu bahwa aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, 

Muhammad, serta membenarkan apa yang dibawanya." Abu Jahal langsung menutup pintu 

rumahnya, sambil berkata: "Semoga Allah memburuk- kanmu, dan memburukkan apa yang engkau 

bawa." 

 

 

Perihal Shahifah (Surat Perjanjian) 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala orang-orang Quraisy mengetahui sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam berada di Habasyah dan memperoleh kedamaian dan kenyamanan di dalamnya dan 

bahwa Najasyi melindungi siapa saja yang meminta per- lindungan kepadanya, saat itulah Umar bin 

Khaththab memeluk Islam. Umar bin Khaththab bersama Hamzah bin Abdul Muthalib berada di kubu 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya, serta Islam menyebar luas di kabilah-

kabilah Quraisy, maka mereka segera berkumpul untuk mengadakan rapat. Dalam rapat itu, mereka 

merencanakan konspirasi dengan cara membuat perjanjian yang mereka tujukan kepada Bani Hasyim 

dan Bani Abdul Muthalib. Isi perjan¬jian ini  yaitu  sebagai berikut: 1. Mereka tidak boleh 

menikahi wanita-wanita dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. 2. Mereka tidak boleh menikahkan 

putri-putri mereka dengan orang-orang dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. 3. Mereka tidak 

boleh menjual apa pun kepada Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. 4. Mereka tidak boleh membeli 

apa pun dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. 

saat  sudah mufakat dengan seluruh isi perjanjian ini , mereka menulisnya di shahifah (surat 

perjanjian), lalu  mereka bersumpah untuk senantiasa komitmen dengan isi perjanjian ini . 

sesudah  itu, mereka menempelkan shahifah (surat perjanjian) di tengah-tengah Ka'bah sebagai tanda 

bukti sikap mereka. Penulis shahifah (surat perjanjian) itu yaitu  Manshur bin Ikrimah bin Amir bin 

Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar bin Qushay. Ibnu Hisyam berkata: Ada juga yang mengatakan 

bahwa penulisnya yaitu  An-Nadhr bin Al-Harits. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendoakan 

kehancuran atasnya, maka lumpuhlah sebagian jari Manshur bin Ikrimah. 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat orang-orang Quraisy melakukan hal itu, Bani Hasyim dan Bani Abdul 

Muthalib berpihak kepada Abu Thalib bin Abdul Muthalib, dan bergabung bersamanya. Dari kalangan 

Bani Hasyim yang keluar dan bergaung dengan orang-orang Quraisy dan mendukung sikap mereka 

ialah Abu Lahab, Abdul Uzza bin Abdul Muthalib. 

Ibnu Ishaq berkata: Husain bin Abdullah bercerita kepadaku, Abu Lahab bertemu dengan Hindun binti 

Utbah bin Rabi'ah. sesudah ia keluar dari kaumnya dan berpihak kepada orang-orang Quraisy dalam 

menghadapi kaumnya sendiri, lalu  ia berkata: "Hai anak perempuan Utbah, dengan sikap yang 

kuambil ini, apakah aku telah menolong Al- Lata dan Al-Uzza? Apakah aku telah berpaling dari orang-

orang yang telah meninggalkan AI-Lata dan Al-Uzza? Apakah aku telah membela Al-Lata dan Al-Uzza?" 

Hindun binti Utbah berkata: "Ya, semoga Allah membalas dengan ganjaran yang baik kepadamu, 

wahai Abu Utbah." 

Ibnu Ishaq berkata: Aku diberitahu

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 9 ka ini :  Dan jika  kamu membaca Al-Qur'an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dindingyang tertutup. Dan Kami adakan tutupan di atas&nbs… Read More