ka ini :
Dan jika kamu membaca Al-Qur'an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak
beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dindingyang tertutup. Dan Kami adakan tutupan di atas
hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan jika
kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Quran, niscaya mereka berpaling ke belakang sebab
bencinya (QS. al-Isra': 45-46).
Yakni, mustahil mereka mampu memahamimu yang mentauhidkan Tuhanmu, jika Aku sudah
menyumbat hati mereka dan menutup telinga mereka, serta ada dinding pemisah antara mereka
denganmu sebagaimana yang mereka duga? Intinya, "Aku tidak akan membuat mereka mendengar
dan memahami."
'Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana mereka mendengarkan sewaktu mereka
mendengarkan kamu, dan sewaktu mereka ber bisik-bisik (yaitu) saat orang-orang zalim itu berkata:
'Kamu tidak lain hanyalah meng ikuti seorang laki-laki yang kena sihir. ' (QS. al-Isra: 47).
Itulah yang saling mereka wasiatkan yakni tidak mengamalkan apa yang Aku utus engkau dengannya
kepada mereka.
Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu, sebab itu mereka
menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar) (QS. al-Isra: 48).
Artinya, mereka telah keliru dalam mencitrakan dirimu. Maka tidaklah aneh jika mereka tidak
mendapatkan petunjuk di dalamnya, dan perkataan mereka tidak memiliki nilai sedikit pun.
Dan mereka berkata: 'Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur,
apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru? (QS. al-Isra: 49).
Yakni, engkau telah jelaskan kepada kami bahwa kami akan dibangkitkan sesudah kematian dan sesudah
menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur. Ini satu hal tidak mungkin terjadi.
Katakanlah: "Jadilah kalian sekalian batu atau besi, atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak
mungkin (hidup) menurut pikiran kalian." Maka mereka akan bertanya, "Siapa yangakan
menghidupkan kembali?" Katakanlah, "Yang telah menciptakan kalian pada kali yang pertama." (QS.
al-Isra: 50-51).
Yakni, Dzat yang menciptakan kalian sebagaimana yang telah kalian ketahui. Maka diciptakannya
kalian dari tanah tidak lebih sulit bagi-Nya.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih berkata kepadaku dari Mujahid dari Ibnu Abbas
Radhiyallahu Anhumz yang berkata bahwa aku bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai firman Allah:
Atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurutpikiran kalian. (QS. al-Isra: 51).
Apa maksud Allah dengannya? Ibnu Abbas menjawab: Kematian.
Kekejaman Kaum Musyrikin Atas Orang-orang Lemah yang Baru Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: lalu orang-orang Quraisy meneror orang-orang yang masuk Islam dan
mengikuti Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Setiap kabilah menangkap kaum Muslimin yang
berada di kabilahnya lalu memenjara mereka, menghajar mereka, membiarkan mereka lapar
dan haus, dan menjemur mereka di padang pasir Makkah jika musim panas sedang membara. Mereka
menyiksa orang-orang yang lemah di antara kaum Muslimin. Mereka melakukan cobaan berat atas
sikap keberagamaan orang-orang lemah itu. Di antara kaum Muslimin ada yang berubah sebab
beratnya cobaan yang diterimanya. Namun ada pula yang lawan dan melakukan resistensi, Allah
melindungi mereka dari orang-orang Quraisy.
Bilal yaitu mantan budak Abu Bakar Radhiyallahu Anhu. Awalnya ia yaitu budak salah seorang dari
Bani Jumah dan dilahirkan di Bani Jumah. Dialah Bilal bin Rabah. Ibunya bernama Hamamah. Bilal bin
Rabah masuk Islam dengan tulus, hatinya bersih. Umayyah bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin
Jumah mengeluarkannya saat matahari sedang di puncak teriknya. Ia membaringkannya di atas
padang pasir Makkah lalu memerintahkan untuk meletakkan batu besar di atas dadanya.
Umayyah bin Khalaf berkata kepada Bilal: "Demi Allah, engkau akan berada dalam kondisi seperti ini
hingga engkau mati atau engkau kafir kepada Muhammad dan menyembah Al-Lata dan Al-Uzza."
Meng- hadapi ujian ini , Bilal berkata: "Ahad (Esa) Ahad(Esa)."
Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Urwah berkata kepadaku dari ayahnya ia berkata: Pada saat Bilal
sedang disiksa, dan mengucapkan, 'Ahad. Ahad,' Waraqah bin Naufal berjalan melewatinya. Waraqah
bin Naufal berkata: "Demi Allah, Ahad, dan Ahad, wahai Bilal." Waraqah bin Naufal menemui Umayyah
bin Khalaf dan orang-orang dari Bani Jumah yang menyiksa Bilal. Waraqah bin Naufal berkata kepada
mereka, "Allah, jika kalian menghabisi Bilal dalam kondisi seperti ini, pasti aku akan memberkati
tempat kematiannya." Demikianlah apa yang terjadi sampai Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu
berjalan melewati orang-orang yang sedang menyiksa Bilal. Rumah Abu Bakar berada di Bani Jumah.
Abu Bakar berkata kepada Umayyah bin Khalaf: "Mengapa engkau tidak takut kepada Allah dari
menyiksa orang miskin ini? Hingga kapan engkau akan menyiksanya?" Umayyah bin Khalaf berkata:
"Engkaulah yang merusak pikiran orang ini. Oleh sebab itu, selamatkan dia jika engkau suka!" Abu
Bakar berkata: "Boleh! aku memiliki budak hitam yang lebih kuat dan kekar daripada dia, dan lebih
fanatik berpegang dengan agamamu. Bagaimana kalau kita barter saja." Umayyah bin Khalaf berkata:
"Aku setuju." Abu Bakar berkata: "Budak ini menjadi milikmu." lalu Abu Bakar
memberi budaknya itu kepada Umayyah bin Khalaf sementara ia mengambil Bilal lalu dia
memerdekakannya.
Sebelum hijrah ke Madinah, Abu Bakar memerdekakan enam budak dan Bilal yaitu budak ketujuh
yang ia merdekakan. Keenam budak yang ia merdekakan yaitu sebagai berikut: Amir bin Fuhairah.
Ia terlibat pada Perang Badar dan Uhud dan syahid di Perang Bi'ru Maunah, Ummu Ubais, Zinnirah
saat Abu Bakar memerdekakannya, ia dalam kon- disi buta akibat penyiksaan yang diterimanya.
Orang-orang Quraisy berkata: "Matanya di cabut Al-Lata dan Al-Uzza." Zinnirah berkata: "Demi Rumah
Allah, mereka bohong. Al-Lata dan Al-Uzza yaitu patung yang tidak bisa berbuat apa-apa." lalu
Allah mengembalikan matanya menjadi melihat kembali.
lalu dia memerdekakan An-Nahdiyyah dan putrinya. Keduanya milik seorang wanita dari Bani
Abduddar. Abu Bakar mele- wati keduanya yang saat itu sedang membuat tepung. Tuannya berkata:
"Demi Allah, aku tidak akan pernah memerdekakan kalian berdua." Abu Bakar berkata: "Wahai ibu Si
Fulan, batalkanlah sumpahmu itu!" Wanita ini berujar: "Membatalkan sumpah? Padahal engkau
yang merusak pikiran keduanya!
Merdekakanlah mereka berdua, jika engkau suka!" Abu Bakar berkata: "Berapa harga keduanya?"
Wanita itu berkata: "Sekian dan sekian." Abu Bakar berkata: "Aku beli keduanya dengan harga
ini , dan keduanya menjadi orang merdeka." Abu Bakar berkata kepada An-Nahdiyyah dan
putrinya: "Berhentilah membuat tepung itu!" An-Nahdiyyah dan putrinya berkata: "Wahai Abu Bakar,
bagaimana kalau kami selesaikan dulu pembuatan tepung ini, jika telah selesai, baru kami kembalikan
kepadanya?" Abu Bakar lalu berkata: "Terserah kalian berdua." Abu Bakar berjalan melewati
budak Muslimah Bani Muammil di perkampungan Bani Adi bin Ka'ab. saat itu Umar bin Khaththab
menyiksanya agar ia meninggalkan agama Islam. Umar bin Khath-thab yang waktu itu masih musyrik
tidak henti-hentinya menyiksa budak wanita ini hingga ia kelelahan sendiri. Umar bin Khaththab
berkata: "Aku berhenti menyiksamu hanyalah sebab kelelahan." Budak wanita itu berkata:
"Demikianlah Allah berbuat terhadap dirimu." lalu Abu Bakar membeli budak wanita ini
dan memerdekakannya.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Abdullah bin Abu Atiq bercerita kepadaku dari Amir bin Abdullah
bin Zubair dari sebagian keluarganya yang berkata: Abu Quhafah berkata kepada Abu Bakar: "Aku lihat
engkau cenderung memerdekakan budak-budak yang lemah. Andai saja engkau memerdekakan
budak-budak yang kuat, niscaya mereka siap untuk melindungimu." Abu Bakar berkata: "Wahai
ayahanda, aku hanya melaku- kan apa yang Allah inginkan." Salah seorang dari keluarga Abu Bakar
berkata bahwa Allah menurunkan ayat-ayat tentang Abu Bakar dan tentang ucapan ayahnya
kepadanya:
Adapun orang yang memberi (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya
pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan
adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik,
maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat
baginya jika ia telah binasa. Sebetulnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk, dan
Sebetulnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia. Maka Kami memperingatkan kamu dengan
neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka,
yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). Dan kelak akan dijauhkan orang yang
paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,
yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, namun (dia memberi itu
semata-mata) sebab mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar
mendapat kepuasan. (QS. al-Lail: 5-21).
Ibnu Ishaq berkata: tatkala matahari sedang mencapai puncak panasnya, Bani Makhzum membawa
Ammar bin Yasir, ayah, dan ibunya, yang semuanya telah masuk Islam, ke padang pasir Makkah untuk
disiksa. Pada saat mereka bertiga sedang disiksa, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melewati
mereka. Beliau bersabda seperti kabar yang aku terima, "Sabarlah, wahai keluarga Yasir, sebab
Sebetulnya tempat kembali kalian yaitu surga."36 Mereka membunuh Ummu Ammar sebab
tetap kokoh dan menolak kecuali Islam.
Abu Jahal inilah yang mencemooh kaum Muslimin di kalangan orang-orang Quraisy. Jika mendengar
ada orang yang mulia mendapat perlindungan masuk Islam, ia mencemooh dan menjelek-jelekkannya
dengan mengatakan: "Engkau murtad dari agama ayahmu, padahal ayahmu lebih baik daripada
engkau. Kami pasti menjelek-jelekkan mimpimu, tidak menerima pendapatmu, dan merusak
kehormatanmu."
Jika orang ini pelaku bisnis, Abu Jahal akan berkata kepadanya: "Demi Allah, kami pasti
membuat bisnismu bangkrut, dan kami hancurkan kekayaanmu* Jika orang ini orang lemah,
maka Abu Jahl akan menyiksa atau merayunya.
Ibnu Ishaq berkata: Hakim bin Jubair berkata kepadaku dari Sa'id bin Jubair yang berkata bahwa aku
bertanya kepada Abdullah bin Abbas: "Bagaimanakah bentuk penyiksaan orang-orang musyrikin
terhadap sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam," Abdullah bin Abbas berkata: "Demi
Allah. Orang-orang Quraisy memukul salah seorang dari sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam, membuat mereka kelaparan dan kehausan hingga salah seorang dari mereka tidak bisa berdiri
tegak akibat beratnya penyiksaan yang diterimanya. Sampai-sampai orang-orang Quraisy berkata
kepadanya, "Al-Lata dan Al-Uzza yaitu Tuhanmu, bu- kan Allah!!" Ia berkata: "Ya." Bahkan seekor
sapi betina dibawa ke hadapannya, lalu mereka berkata kepadanya: "Sapi betina ini yaitu
Tuhanmu dan bukannya Allah." Ia menjawab: "Ya." Ia melakukan ini semua demi menghindari
penyiksaan yang lebih kejam."
Ibnu Ishaq berkata: Zubair bin Ukasyah bin Abdullah bin Abu Ahmad berkata kepadaku: Beberapa
orang Bani Makhzum berjalan menuju rumah Hisyam bin Al-Walid, sebab saudaranya yang bernama
Al-Walid bin Al-Walid bin Al-Mughirah telah memeluk Islam. Mereka sepakat untuk memurtadkan
kembali anak-anak muda mereka yang telah masuk Islam, di antarannya Salamah bin Hisyam, dan
Ayyasy bin Abu Rabi'ah. Mereka berkata kepada Al-Walid dalam dengan ketakutan sebab wataknya
yang keras, "Sebetulnya kami ingin menjelek-jelekkan anak-anak muda ini sebab agama
baru yang mereka anut. Sehingga kita merasa ringan dalam menangani kasus lainnya selain mereka."
Hisyam bin Al-Walid berkata: "Baiklah, silahkan saja, namun kalian jangan macam-macam dengan Al-
Walid. Hati-hatilah kalian terhadap dia." lalu Hasyim bin Al-Walid berkata:
Janganlah kau sekali-kali habisi Ubais saudaraku
Jika kalian lakukan, maka kita memiliki permusuhan abadi
"Berhati-hatilah kalian terhadapnya. Aku bersumpah dengan nama Allah, jika kalian membunuhnya,
aku akan menghabisi orang paling dihormati di antara kalian. Mereka berkata: 'Ya Allah, laknatilah dia!
Siapakah yang mau tertipu dengan ucapannya ini . Demi Allah, andaikata saudaranya mening-
gal di tangan kita, pasti ia membunuh orang paling dihormati di antara kita." Makanya mereka tidak
berani menganggu Al-Walid. Demikianlah Allah melindungi Al-Walid dari teror mereka.
Hijrah Pertama ke Negeri Habasyah
Ibnu Ishaq berkata: "Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyaksikan langsung penderitaan yang
dialami sahabat-sahabatnya, dan itu berbalik dengan keadaan beliau sebab kedudukan beliau di sisi
Allah dan di sisi pamannya, Abu Thalib, sementara beliau tidak mampu memberi perlindungan kepada
mereka, maka beliau bersabda kepada mereka: "Bagaimana kalau kalian berhijrah ke negeri
Habasyah, sebab rajanya mengharamkan siapapun dizalimi di dalamnya, dan negeri ini yaitu
negeri yang aman hingga Allah memberi solusi bagi kalian!"
lalu sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berangkat menuju Habasyah,
sebab khawatir menerima siksaan yang lebih berat. Mereka lari kepada Allah dengan membawa
agama mereka. Inilah hijrah pertama yang terjadi dalam Islam.
Kaum Muslimin yang pertama kali berangkat dari Bani Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin
Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr ialah Utsman bin Affan bin Abu Al-
Ash bin Umayyah beserta istrinya, Ruqayyah binti Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Muhajirin dari Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf ialah Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah bin Abdu
Syams beserta istrinya yang bernama Sahlah binti Suhail bin Amr, salah seorang dari Bani Amir bin
Luay. Di Habasyah Sahlah melahirkan seorang putra yang bernama Muhammad bin Hudzaifah.
Dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushay ialah Az-ZUbayr bin Awwam bin Khuwailid bin Asad.
Dari Bani Abduddar bin Qushay ialah Mush'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar.
Dari Bani Zuhrah bin Kilab ialah Abdur-rahman bin Auf bin Abdu Manaf bin Abd bin Al-Harits bin
Zuhrah.
Dari Bani Makhzum bin Yaqadzah bin Murrah ialah Abu Salamah bin Abdul Usd bin Hilal bin Abdullah
bin Umar bin Makhzum beserta istrinya yang bernama Ummu Salamah binti Abu Umayyah bin Al-
Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum.
Dari Bani Jumah bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab ialah Utsman bin Madz'un bin Habib bin Wahab bin
Hudzafah bin Jumah.
Dari Bani Adi bin Ka'ab ialah Amir bin Rabi'ah, sekutu keluarga Al-Khaththab dari Anzah bin Wail.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang dari Anzah ialah anak Asad bin Rabiah. Amir bin Rabi'ah hijrah bersama
istrinya, Laila binti Abu Hatsmah bin Hudzafah bin Ghanim bin Abdullah bin Auf bin Ubayd bin Uwaij
bin Adi bin Ka'ab.
Dari Bani Amir bin Luay ialah Abu Sabrah bin Abu Ruhm bin Abdul Uzza bin Abu Qais bin Abdu Wudd
bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir. Ada yang mengatakan yang hijrah dari Bani Amir bin Luay ialah
Abu Hathib bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir. Ada yang
mengatakan bahwa dialah orang yang pertama kali tiba di Habasyah.
Dari Bani Al-Harits bin Fihr ialah Suhail bin Baidha yang tidak lain yaitu Suhail bin Wahb bin Rabi'ah
bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin Al-Harits.
Sepuluh orang kaum Muslimin inilah yang pertama kali berangkat ke bumi Habasyah, sebagaimana
berita yang saya terima.
Ibnu Hisyam berkata: Mereka dipimpin Utsman bin Madz'un seperti diikatakan sebagian orang
berilmu kepadaku.
Ibnu Ishaq berkata: lalu Ja'far bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu berangkat menyusul ke bumi
Habasyah. Kaum Muslimin secara bertahap-tahap berhijrah ke Habasyah hingga mereka berkumpul di
sana. Ada yang hijrah bersama istrinya, ada pula yang hijrah sendirian tanpa ditemani istrinya.
Dari Bani Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin
Fihr ialah Ja'far bin Abu Thalib bin Hasyim beserta istrinya, Asma' binti Umais bin An-Nu'man bin Ka'ab
bin Malik bin Quhafah bin Khats'am. Di Habasyah, Asma' melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi
nama Abdullah bin Ja'far.
Sedangkan dari Bani Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf ialah Utsman bin Affan bin Abu Al-Ash
bin Umayyah bin Abdu Syams beserta istrinya yang bernama Ruqayyah binti Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam, Amr bin Sa'id bin Al-Ash bin Umayyah beserta istrinya yang bernama Fathimah binti
Shaf- wan bin Umayyah bin Muharrits bin Syiqq bin Raqabah bin Mukhdi' Al-Kinani, dan saudaranya
yang bernama Khalid bin Sa'id bin Al-Ash bin Umayyah beserta istrinya yang bernama Umainah binti
Khalaf bin As'ad bin Amir bin Bayadzah bin Yatsi' bin Ja'tsamah bin Sa'ad bin Mulaih bin Amr, dari
Khuza'ah.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan Humainah (bukan Umainah) binti Khalaf. Ibnu Ishaq
berkata: Di Habasyah, Umainah melahirkan Sa'id bin Khalid dan Amah binti Khalid. Di lalu hari,
Amah menikah dengan Zubair bin Awwam dan dari pernikahan keduanya lahirlah Amr bin Zubair, dan
Khalid bin Zubair.
Di antara sekutu-sekutu Bani Umayyah dari Bani Asad bin Khuzaimah yang hijrah ke Habasyah ialah
Abdullah bin Jahsy bin Ri'ab bin Ya'mar bin Shabrah bin Murrah bin Kabir bin Ghanm bin Dudan bin
Asad, saudaranya yang bernama Ubaidillah bin Jahsy beserta istrinya yang bernama Ummu Habibah
binti Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah. Qais bin Abdullah salah seorang dari Bani Asad bin Khuzaimah
beserta istrinya yang bernama Barakah binti Yasar mantan budak wanita Abu Sufyan bin Harb bin
Umayyah, dan Mu'aiqib bin Abu Fathimah. Ketujuh orang di atas yaitu keluarga Sa'id bin Al-Ash.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebut bahwa Mu'aiqib berasal dari Daus.
Ibnu Ishaq berkata: Dari Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf ialah Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi'ah
bin Abdu Syams, dan Abu Musa Al-Asy ari yang nama aslinya yaitu Abdullah bin Qais, sekutu keluarga
Utbah bin Rabi'ah.
Dari Bani Naufal bin Abdu Manaf ialah Utbah bin Ghazwan bin Jabir bin Wahb bin Nasib bin Malik bin
Al-Harits bin Mazin bin Manshur bin Ikrimah bin Khashafah bin Qais bin Ailan, sekutu mereka.
Dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushay ialah Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad, Al-Aswad
bin Naufal bin Khuwailid bin Asad, Yazid bin Zam'ah bin Al-Aswad bin Al-Muthalib bin Asad, dan Amr
bin Umayyah bin Al-Harits bin Asad. Jadi jumlah muhajirin dari Bani Asad bin Abdul Uzza ada empat
orang.
Dari Bani Abd bin Qushay ialah Thulaib bin Umair bin Wahb bin Abu Kabir bin Abd bin Qushay. Seorang
saja.
Sementara dari Bani Abduddar bin Qushay ialah Mush'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin
Abduddar, Suwaibith bin Sa'ad bin Harmalah bin Malik bin Umailah bin As-Sibaq bin Abduddar, Jahm
bin Qais bin Abdu Syurahbil bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar beserta istrinya yang bernama
Ummu Harmalah binti Abdu A-Aswad bin Judzaimah bin Aqyasy bin Amir bin Bayadzah bin Yatsiq bin
Ja'tsamah bin Sa'ad bin Mulaih bin Amir dari Khuza'ah beserta kedua anaknya yang bernama Amr bin
Jahm dan Khuzaimah bin Jahm, Abu Ar-Rum bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar, dan
Firas bin An-Nadhr bin Al-Harits bin Kaladah bin Alqamah bin Abdu Manaf bin Abduddar. Dengan
demikian jumlah mereka ada lima orang.
Dari Bani Zuhrah bin Kilab ialah Abdurrahman bin Auf bin Abdu Auf bin Abd bin Al-Harits bin Zuhrah,
Amir bin Abu Waqqash, nama lengkapnya yaitu Malik bin Uhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah, Al-
Muthalib bin Azhar bin Abdu Manaf bin Abd bin Al-Harts bin Zuhrah beserta istrinya Ramlah binti Abu
Auf bin Dhubairah bin Su'aid bin Sa'ad bin Sahm. Di Habasyah, Ramlah melahirkan bayi laki-laki yang
bernama Abdullah bin Al-Muthalib.
Dari sekutu-sekutu Bani Zuhrah bin Kilab dari Hudzail ialah Abdullah bin Mas'ud bin Al-Harits bin
Syamakh bin Makhzum bin Shahilah bin Kahil bin Al-Harits bin Tamim bin Sa'ad bin Hudzail, dan
saudaranya yang bernama Utbah bin Mas'ud.
Dari Bahra' ialah Al-Miqdad bin Amr bin Tsa'labah bin Malik bin Rabi'ah bin Tsumamah bin Mathrud
bin Amr bin Sa'ad bin Tsaur bin Tsa'labah bin Malik bin Asy-Syarid bin Hazl bin Faisy bin Puraim bin Al-
Qain bin Ahwad bin Bahra' bin Amr bin Ilhaf bin Qudha'ah.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan bahwa Muhajirin lain dari Bahra' ialah Hazl bin Fas bin
Dzar, Duhair bin Tsaur.
Ibnu Ishaq berkata: Ada yang berpendapat bahwa muhajirin lain dari Bahra' ialah Al-Miqdad bin Al-
Aswad bin Abdu Yaghuts bin Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah, sebab Al-Aswad mengadopsinya pada
masa jahiliyah dan bersekutu dengannya. Jadi jumlah Muhajirin dari Bahra' ada enam orang.
Adapun muhajirin dari Bani Taim bin Murrah ialah Al-Harits bin Khalid bin Shakhr bin Amir bin Amr bin
Ka'ab bin Sa'ad bin Taim beserta istrinya yang bernama Raithah binti Al-Harits bin Jabalah bin Amir bin
Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim. Di Habasyah dia melahirkan anak yang diberi nama Musa bin Al-
Harits. Aisyah binti Al-Harits, Zainab binti Al Harits, dan Fathimah binti Al-Harits, dan Amr bin Utsman
bin Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim. Jadi jumlah Muhajirin dari Bani Taim bin Murrah ada dua orang.
Dari Bani Makhzum bin Yaqazhah bin Murrah ialah Abu Salamah bin Abdu Al-Asad bin Hilal bin
Abdullah bin Umar bin Makhzum beserta istrinya yang bernama Ummu Salamah bin Abu Umayyah bin
Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Di Habasyah, Ummu Salamah melahirkan anak
perempuan yang diberi nama Zainab binti Abu Salamah. Nama asli Abu Salamah ialah Abdullah
sedangkan nama asli Ummu Salamah ialah Hindun. Muhajirin yang lain dari Bani Makhzun ialah
Syammas bin Utsman bin Abd bin Asy-Syarid bin Suwaid bin Harmi bin Amr bin Makhzum.
Ibnu Hisyam berkata: Nama asli Syam-mas yaitu Utsman. Dinamakan Syammas sebab Syammas lain
yang berasal dari Asy-Syamamisah tiba di Makkah pada zaman jahiliyah. Syammas dari Asy-
Syamamisah ini yaitu pria tampan penuh kharisma. Utbah bin Rabi'ah, paman Syammas berkata:
"Aku akan datangkan Syammas yang lebih tampan daripada Syammas ini." lalu ia
mendatangkan keponakannya yang bernama Utsman bin Utsman lalu ia diberi nama Syammas
sebagaimana dituturkan Ibnu Syihab.
Ibnu Ishaq berkata: Muhajirin yang lain dari Bani Makhzum ialah Habbar bin Sufyan bin Abdu Al-Asad
bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, saudara Habbar, Abdul-lah bin Sufyan, Hisyam Abu
Hudzaifah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, Salamah bin Hisyam bin Al-Mughirah
bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, dan Ayyasy bin Abu Rabi'ah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin
Umar bin Makhzum.
Muhajirin dari sekutu-sekutu Bani Makh-zum ialah Muattib bin Auf bin Amir bin Al-Fadhl bin Afif bin
Kulaib bin Habasyiyah bin Salul bin Ka'ab bin Amr dari Khuza'ah. Dialah yang diberi nama Aihamah.
Jadi jumlah muhajirin dari Bani Makhzum dan sekutunya ada delapan orang.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan Muhajirin lain dari sekutu Bani Makhzum ialah
Hubsyiyah bin Salul. Dialah yang biasa dipanggil Muattib bin Hamra.
Dari Bani Jumah bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab ialah Utsman bin Madz'un bin Habib bin Wahb bin
Hudzafah bin Jumah beserta anak laki-lakinya yang bernama As-Saib bin Utsman, serta dua saudara
laki-lakinya yang bernama Qudamah bin Madz'un dan Abdullah bin Madz'un. Hathib bin Al-Harits bin
Ma'mar bin Habib bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah beserta istrinya yang bernama Fathimah binti Al-
Mujallil bin Abdullah bin Abu Qais bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, kedua anak
laki-lakinya yang bernama Muhammad bin Hathib, dan Al-Harits bin
Hathib saudara Hathib yang bernama Haththab bin Al-Harits beserta istrinya yang bernama Fukaihah
binti Yasar, Sufyan bin Ma'mar bin Habib bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah serta kedua anak laki-
lakinya yang bernama Jabir bin Sufyan dan Junadah bin Sufyan, serta istrinya yang bernama Hasanah.
Hasanah yaitu ibu Jabir dan Junadah, serta saudara keduanya dari pihak ibu yaitu Syurahbil bin
Hasanah, yang berasal dari Al-Ghauts.
Ibnu Hisyam berkata: Syurahbil merupakan anak Abdullah, salah seorang dari Al-Ghauts bin Murr,
saudara Tamim bin Murr.
Ibnu Ishaq berkata: Muhajirin lain dari Bani Jumah ialah Utsman bin Rabi'ah bin Ahban bin Wahb bin
Hudzafah bin Jumah. Jadi jumlah Muhajirin dari Bani Jumah ada sebelas orang laki-laki.
Dari Bani Sahm bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab ialah Khunais bin Hudzafah bin Qais bin Adi bin Sa'ad
bin Sahm, Abdullah bin Al-Harits bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm, dan Hisyam bin Al-Ash bin Wail
bin Sa'ad bin Sahm.
Ibnu Hisyam berkata: Al-Ash yaitu anak Wail bin Hasyim bin Sa'ad bin Sahm.
Ibnu Ishaq berkata: Dari Bani Sahm bin Amir ialah Qais bin Hudzafah bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin
Sahm, Abu Qais bin Al-Harits bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm, Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin
Adi bin Sa'ad bin Sahm, Al-Harts bin Al-Harits bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm, Ma'mar bin Al-Harits
bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm, Bisr bin Al-Harits bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm, saudara
seibu Bisr dari Bani Tamim yang bernama Sa'id bin Amr, Sa'id bin Al-Harits bin Qais bin Adi bin Sa'ad
bin Sahm, As-Saib bin
Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm, Umair bin Ri'ab bin Hudzaifah bin Muhassim bin Sa'ad bin Sahm, dan
Mahmiyah bin Al-Jaza', sekutu Bani Sahm bin Amr dari Bani Zubaid. Jumlah Muhajirin dari Bani Sahm
ada empat belas orang laki-laki.
Dari Bani Adi bin Ka'ab ialah Ma'mar bin Abdullah bin Nadhlah bin Abdul Uzbin Hurtsan bin Auf bin
Ubaid bin Uwaij bin Adi, Urwah bin Abdul Uzza bin Hurtsan bin Auf bin Ubaid bin Uwaij bin Adi, Adi
bin Nadhlah bin Abdul Uzza bin Auf bin Ubaid bin Uwaid bin Adi beserta anak laki-lakinya yang
bernama An-Nu'man bin Adi, dan Amir bin Rabi'ah, sekutu keluarga Al-Khaththab dari Anz bin Wail
beserta istrinya yang bernama Laila binti Hatsmah bin Ghanim. Jadi Muhajirin dari Bani Adi bin Ka'ab
ada lima orang.
Dari Bani Amir bin Luay ialah Abu Sabrah bin Abu Ruhm bin Abdul Uzza bin Abu Qais bin Abdu Wudd
bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir beserta istrinya yang bernama Ummu Kaltsum binti Suhail bin
Amr bin Abdu Syamsu bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, Abdullah bin Makhramah
bin Abdul Uzza bin Abu Qais bin Abdu Wudd bin Nashr bin Nahsr bin Malik bin Hisl bin Amir, Abdullah
bin Suhail bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, Salith bin
Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, saudara Salith yang
bernama As-Sakran bin Amr beserta istrinya yang bernama Saudah binti Zam'ah bin Qais bin Abdu
Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, Malik bin Zam'ah bin Qais bin Abdu Syams
bin Abdu Wudd bin Nahsr bin Malik bin Hisl bin Amir beserta istrinya yang bernama Amrah binti As-
Sa'di bin Waqdan bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, Abu Hathib
bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, dan Sa'ad bin Khaulah,
sekutu mereka. Jumlah muhajirin dari Bani Amir bin Luay ada delapan belas orang laki-laki.
Ibnu Hisyam berkata: Sa'ad bin Khaulah yaitu orang Yaman.
Ibnu Ishaq berkata: Dari Bani Al-Harits bin Fihr ialah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah yang bernama asli Amir
bin Abdullah bin Al-Jarrah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin Al-Harits, Suhail bin Baidha' yang nama
leng- kapnya ialah Suhail bin Wahb bin Rabi'ah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin Al-Harits namun
nasab ibunya lebih lekat dengannya sehingga ia dinasabkan kepada ibunya. Ibunya bernama Da'dun
binti Jahdam bin Umayyah bin Dzarib bin Al-Harits bin Fihr, tapi ibunya lebih sering dipanggil Baidha'.
Muhajirin lainnya dari Bani Al-Harits bin Fihr ialah Amr bin Abu Sarh bin Rabi'ah bin Hilal bin Uhaib bin
Dhabbah bin Al-Harits, Iyadh bin Zuhair bin Abu Syaddad bin Rabi'ah bin Uhaib bin Dhabbah bin Al-
Harts. Ada yang mengatakan bahwa Rabi'ah ialah anak Hilal bin Malik bin Dhabbah bin Al-Harits. Amr
bin Al-Harits bin Zuhair bin Syaddad bin Rabi'ah bin Hilal bin Malik bin Dhabbah bin Al-Harits, Amr bin
Abdu Ghunm bin Zuhair bin Abu Syaddad bin Rabi'ah bin Hilal bin Malik bin Dhabbah bin Al-Harits,
Sa'ad bin Abdu Qais bin Laqith bin Amir bin Umayyah bin Dzarib bin Al-Harits, dan Al-Harits bin Abdu
Qais bin Laqith bin Amir bin Umayyah bin Dzarib bin Al-Harits bin Fihr. Jumlah muhajirin dari Bani Al-
Harits bin Fihr ada delapan belas orang laki-laki.
Jumlah kaum Muslimin yang menyusul ke Habasyah dan berhijrah kepadanya, selain anak-anak yang
mereka bawa hijrah atau lahir di Habasyah, yaitu delapan puluh tiga orang laki-laki, jika Ammar
bin Yasir ditambahkan ke dalam jumlah ini , namun tidak jelas apakah ikut hijrah ke sana.
Di antara syair-syair yang diungkapkan di Habasyah yaitu bahwa Sebetulnya Abdullah bin Al-
Harits bin Qais bin Adi bin Sa'ad bin Sahm menyaksikan Muslimin mendapatkan keamanan di
Habasyah, memuji perlindungan yang diberikan Najasyi, dan mereka dapat beribadah kepada Allah
tanpa ada rasa takut kepada siapa pun.
Utsman bin Madz'un melaknat Umayyah bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah. Utsman bin
Madz'un yaitu saudara misan Umayyah bin Khalaf, namun demikian, Umayyah bin Khalaf tetap
mengintimidasi sebab keislamannya. Padahal, Umayyah bin Khalaf saat itu yaitu tokoh yang sangat
dihormati di kaumnya.
Orang-orang Quraisy Mengirim Intelnya ke Habasyah untuk Menarik Pulang Kaum Muhajirin
Ibnu Ishaq berkata: Manakala orang-orang Quraisy menyadari bahwa sahabat-sahabat Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam hidup damai dan tentram di bumi Habasyah, serta mendapatkan tempat
tinggal dan ketenangan, mereka sepakat mengirim dua intel Quraisy yang kokoh agamanya untuk
menemui Najasyi dan memintanya menyerahkan sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam kepada mereka. Mereka melakukan ini sebab bermaksud menyiksa para sahabat agar murtad
dari agamanya, dan mengeluarkan mereka dari negeri Habasyah. Orang-orang Quraisy mengutus
Abdullah bin Abu Rabi'ah dan Amr bin Al-Ash bin Wail, dan membekali keduanya dengan hadiah-
hadiah mewah untuk mereka serahkan Najasyi dan para pendetanya. Maka diutuslah keduanya.
saat Abu Thalib mengendus rencana orang-orang Quraisy, dan hadiah-hadiah mewah yang dibawa
oleh kedua utusan ini , ia mengucapkan syair-syair untuk Najasyi. Meminta Najasyi agar tetap
memberi perlindungan yang baik kepada kaum Muhajirin, dan membela mereka:
Duhai, bagaimana keadaan Ja'far di tempat nunjauhsana
Amr, dan para musuh itu yaitu kerabat sendiri
Apakah keramahan Najasyi menyentuh Ja'far
dan sahabat-sahabatnya
Ataukah ada pihak yang berusaha merusak
suasananya
Engkau orang mulia dan luhur
Hingga orang yang tinggal di sisimu tak merasa
menderita
Allah membekalimu dengan kelapangan
Dan pintu-pintu kebaikan semuanya melekat pada dirimu
Engkau orang pemurah yang berakhlak mulia
Orang jauh dan dekat merasakan kebaikannya.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim Az-Zuhri bercerita kepadaku dari Abu Bakr bin
Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam Al-Makhzumi dari Ummu Salamah binti Abu Umayyah bin Al-
Mughirah, istri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang berkata: "Setiba kami di Habasyah, Najasyi
menyambut kami dengan sangat ramah. Kami merasa aman dengan agama kami, dan bisa beribadah
kepada Allah tanpa siksaan dan tidak mendengar kata-kata yang menghina kami. Hal ini lalu didengar
orang-orang Quraisy, lalu mereka mengirim dua orang yang kokoh agamanya untuk menemui
Najasyi guna membicarakan tujuan mereka, dan merayunya dengan hadiah-hadiah untuk Najasyi yang
berasal dari kekayaan warga Makkah. Anehnya bahwa di antara hadiah ini ada kulit.
Orang-orang Quraisy mengumpulkan kulit yang banyak sekali, dan tidak ada satu pendetapun yang
tidak mereka siapkan hadiah untuk mereka. Barang-barang ini dibawa Abdullah bin Abu Rabi'ah
dan Amr bin Al-Ash, dan mereka berdua diperintahkan untuk tidak gagal dengan misi mereka. Mereka
berkata kepada keduanya: "Berikan hadiah ini kepada semua pendeta sebelum kalian berdua
mengutarakan maksud kalian kepada Najasyi mengenai orang-orang yang hijrah. Lalu serahkanlah
hadiah-hadiah ini kepada Najasyi, lalu mohonlah kepada Najasyi agar ia menyerahkan orang-
orang yang hijrah itu kepada kalian berdua.
Ummu Salamah bercerita: Bangkitlah kedua utusan Quraisy dari Makkah menuju Habasyah. Kami
semua saat itu berada di sebuah rumah yang nyaman dan tetangga yang baik. Mereka berdua lalu
memberi hadiah ini kepada para pendeta sebelum berbicara kepada Najasyi. Keduanya
berkata kepada setiap orang dari para pendeta: "Sebetulnya telah masuk ke negeri Tuan raja anak-
anak muda yang linglung. Mereka meninggalkan agama kaumnya, dan tidak masuk ke dalam agama
kalian. Mereka menganut agama baru yang sama-sama tidak kita kenal. Tokoh-tokoh orang-orang
Quraisy mengutus kami kepada kalian untuk menarik pulang mereka kepada kaumnya. Jika kami
berbicara kepada raja kalian tentang orang- orang ini , hendaklah kalian memberi isyarat agar
dia menyerahkan mereka kepada kami dan agar ia tidak berbicara dengan mereka, sebab kaum
mereka jauh lebih mengerti apa yang mereka katakan, dan lebih mengerti apa yang mereka cela. Para
pendeta berkata kepada keduanya: "Baiklah." Lalu kedua utusan Quraisy itu menyerahkan hadiah-
hadiah kepada Najasyi dan Najasyi menerimanya. Keduanya berkata kepada Najasyi: "Wahai tuan raja,
Sebetulnya telah menyelinap masuk ke negeri tuan anak-anak muda kami yang linglung. Mereka
murtad dari agama kaumnya dan tidak masuk dalam agamamu. Mereka menganut agama yang
mereka ciptakan sendiri. Kami tidak mengenal agama ini , begitu juga tuan. Kami diutus ayah-
ayah mereka, paman-paman mereka, dan keluarga besar mereka untuk membawa mereka pulang
kepada kaumnya, sebab kaumnya jauh lebih mengerti apa yang mereka katakan."
Ummu Salamah melanjutkan: Tidak ada sesuatupun yang paling dibenci Abdullah bin Abu Rabi ah dan
Amr bin Al-Ash lebih daripada Najasyi mendengar perkataan kaum kaum muslimin. Para pendeta di
sekeliling Najasyi berkata: "Mereka berdua berkata benar, wahai tuan raja. Kaum mereka jauh lebih
mengerti terhadap apa yang mereka katakan, dan lebih mengerti terhadap apa yang mereka cela. Oleh
sebab itu, kembalikan saja mereka kepada kedua orang ini, agar keduanya membawa mereka kembali
pulang ke negeri dan kaum mereka."
Mendengar itu, Najasyi marah besar. Ia berkata: "Tidak!" Demi Allah, aku tidak akan menyembahkan
mereka kepada kalian berdua. Jika ada sebuah kaum hidup berdampingan denganku, dan memilihku
daripada orang selain aku, maka kewajibanku yaitu bertanya kepada mereka tentang apa yang
dikatakan dua orang ini tentang diri mereka. Jika memang benar ucapan kedua orang ini, baru aku
serahkan mereka kepada keduanya, dan aku pulangkan mereka kepada kaumnya, namun, jika
ternyata mereka tidak seperti dikatakan
Keauanya, aku aKan menaungi mereKa aari keduanya, dan melindungi mereka selama tinggal di
negeriku."
Ummu Salamah berkata: lalu Najasyi mengundang datang sahabat-sahabat Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam melalui utusannya. saat utusan Raja Najasyi tiba di tempat, mereka
segera mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan ini , sebagian Muhajirin berkata kepada
sebagia yang lain: "Apa yang akan kita katakan kepada raja Najasyi jika kita datang menemuinya?"
Mereka berkata: "Demi Allah, kita akan mengatakan apa yang telah kita ketahui selama ini. Apa yang
disampaikan Nabi itulah yang akan kita katakan." saat mereka tiba di tempat Najasyi yang saat itu
juga memanggil para uskupnya yang lalu membuka mushaf-mushaf mereka di sisi Najasyi.
Najasyi bertanya kepada para muhajirin: "Mengapa agama ini membuat kalian memisahkan dari dari
kaum kalian, dan mengapa kalian tidak masuk ke dalam agamaku, serta tidak masuk ke dalam salah
satu dari agama-agama yang telah ada?"
Orang yang menjawab pertanyaan Najasyi ialah Ja'far bin Abu Thalib. Ia berkata kepada Najasyi,
"Wahai tuan raja, mulanya kami yaitu ahli jahiliyah. Kami menyembah patung-patung, memakan
bangkai, berzina, memutus silaturahim, menyakiti tetangga, dan orang kuat di antara kami selalu
menindas orang lemah. Begitulah kondisi kami hingga Allah mengutus seseorang dari kami menjadi
Rasul kepada kaum kami. Kami mengenal keturunannya, kebenarannya dan kejujurannya. la mengajak
kami kepada Allah dengan cara mentauhidkan-Nya, beribadah kepada-Nya, dan meninggalkan batu
dan patung-patung yang sebelumnya kami sembah. Rasul itu memerintahkan kami untuk berkata
jujur, menunaikan amanah, menyambung tali silaturahim, bertetangga dengan baik, menahan diri dari
hal-hal yang haram, dan tidak membunuh. Ia melarang kami dari perbuatan zina, berkata bohong,
memakan harta anak yatim, dan menuduh berzina wanita yang menjaga kehormatannya. Ia
memerintahkan kami hanya beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apa pun. Ia juga memerintahkan kami shalat, zakat, dan puasa.
Ummu Salamah berkata: Ja'far memaparkan asas-asas utama agama Islam, lalu ia berkata: Kami
membenarkan Rasul ini , beriman kepadanya, dan mengikuti apa yang dia bawa dari sisi Allah.
Hanya kepada Allah
kami beribadah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Kami mengharamkan apa saja
yang beliau haramkan, dan menghalalkan apa saja yang beliau halalkan. sesudah itu, muncul
ketidaksukaan kaum kami kepada kami. Mereka meneror dan menyakiti kami sebab agama ini.
Mereka memaksa kami kembali menyembah patung-patung, tidak menyembah Allah Ta'ala, dan kami
menghalalkan kembali apa yang dulu pernah kami halalkan. sebab mereka selalu meneror kami,
menyaluti kami, mempersempit ruang gerak kami, dan memisahkan kami dari agama kami, maka kami
pergi ke negeri tuan dan memilih tuan daripada orang lain. Kami lebih suka hidup berdampingan
dengan tuan, dan kami berharap tidak disiksa lagi di sisimu, wahai tuan raja."
Najasyi berkata kepada Ja'far: "Apakah engkau membawa bukti yang datang dari sisi Allah?"
Ja'far berkata kepada Najasyi: "Ada." Najasyi berkata kepada Ja'far: "Bacakanlah ia untukku!"
lalu Ja'far membacakan permuiaan surat Maryam. Demi Allah, Najasyi menangis tersedu-sedu
hingga jenggotnya basah oleh air mata. Para uskup juga menangis hingga air mata mereka menetes
membasahi mushaf-mushaf mereka saat mendengar surat yang dibaca Ja'far. Najasyi berkata:
"Sebetulnya ayat tadi dan apa yang dibawa Isa berasal dari sumber cahaya yang sama. Enyahlah
kalian berdua, hai utusan Quraisy! Demi Allah, aku tidak akan pernah mengembalikan mereka kepada
kalian berdua, dan mereka tidak bisa diusik."
Tatkala kedua utusan Quraisy keluar dari hadapan Najasyi, Amr bin Al-Ash berkata: "Demi Allah, besok
pagi aku akan menghadap Najasyi dan mencabut akar asal usul mereka." Abdullah bin Abu Rabi'ah,
orang terkuat di tengah kami, berkata: "Jangan kau lakukan itu, sebab mereka memiliki kaum
kerabat walaupun mereka berseberangan dengan kita." Amr bin Al-Ash berkata: "Demi Allah, aku akan
jelaskan kepada Najasyi, bahwa sahabat-sahabat Muhammad meyakini Isa bin Maryam hanyalah
seorang manusia biasa."
Esok harinya, Amr bin Al-Ash kembali menghadap Najasyi untuk kedua kalinya dan berkata kepadanya:
"Wahai tuan raja, mereka meyakini sesuatu yang di luar batas tentang Isa bin Maryam. Oleh sebab
itu, kirimlah seseorang untuk menghadirkan mereka ke sini agar engkau bisa menanyakan tentang
pendapat mereka terhadap Isa bin Maryam!" Najasyi mengirim utusan untuk menanyakan pendapat
kaum Muslimin terhadap Nabi Isa bin Maryam.
Ummu Salamah berkata: Kami belum pernah berhadapan dengan persoalan rumit seperti ini
sebelumnya. Pada saat yang bersamaan, kaum Muslimin mengadakan diskusi. Sebagian di antara
mereka bertanya kepada sebagian yang lain: "Apa yang akan kalian katakan tentang Isa bin Mar yam
jika raja Najasyi menanyakan hal itu kepada kalian?" Sebagian lain menjawab: "Demi Allah,akan kita
katakan seperti yang difirmankan Allah, dan dibawa Nabi kita. Itulah yang akan kita katakan."
saat kaum Muslimin masuk ke tempat Najasyi, Najasyi bertanya kepada mereka: "Apa keyakinan
kalian tentang Isa bin Maryam?" Jafar menjawab: "Dalam pandangan kami, Isa bin Maryam ialah
seperti dikatakan Nabi kami bahwa Isa yaitu hamba Allah, Rasul-Nya, Ruh-Nya, dan Kalimat-Nya yang
ditiupkan ke dalam rahim Maryam sang perawan." Najasyi memukul tanah dengan tangannya lalu dia
mengambil sebuah tongkat, lalu berkata: "Demi Allah, apa yang dikatakan Isa bin Maryam
mengenai tongkat ini tidak jauh berbeda dengan apa yang engkau yakini."
Para uskup yang ada di sekeliling Najasyi mendengus geram saat mendengar apa yang dikatakan
Najasyi. Najasyi berkata: "Ada apa dengan kalian!" Kepada kaum Muslimin, Najasyi berkata: "Kalian
tetap aman di negeriku. Barangsiapa melecehkan kalian, ia pasti merugi. Barangsiapa merendahkan
kalian, ia pasti merugi. Barangsiapa menghina kalian, ia merugi. Memiliki gunung dari emas, jika aku
harus menyakiti salah seorang dari kalian maka hal itu sangat kubenci. Kembalikan hadiah-hadiah ini
kepada dua orang utusan Quraisy. Demi Allah, Dia tidak pernah menyuapku untuk mendapatkan
kekuasaan dariku, apakah pantas jika lalu aku mengambil suap di dalamnya. Allah jadikan
manusia tidak taat padaku lalu haruskah aku jadikan taat mereka padaku." lalu kedua utusan
Quraisy keluar dari hadapan Najasyi dalam keadaan kecewa sekali. Sementara kami tetap tinggal di
negeri Najasyi dengan nyaman dan perlakukan yang baik.
Ummu Salamah berkata: Demi Allan, selama di sana kami hidup bahagia hingga muncul seorang dari
Habasyah yang berusaha menggeser Najasyi dari kursi kerajaan. Demi Allah, kami belum pernah
bersedih seperti saat itu. Kami khawatir orang ini berhasil menjatuhkan Najasyi, sehingga
muncullah orang yang tidak mengetahui kondisi kami, sebagaimana Najasyi mengetahui kondisi kami.
Najasyi lalu berangkat menemui lawannya di tepian Sungai Nil. Sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam berkata: "Siapa yang berani menyaksikan berke- camuknya peperangan dua pasukan
ini lalu datang ke sini lagi dengan membawa berita?"
Zubair bin Awwam berkata: "Aku siap!" Mereka berkata: "Bagus?" Zubair yaitu orang yang termuda
di antara kami. Sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengisi tempat air untuk
Zubair bin Awwam dan menggantungkannya di dadanya. lalu Zubair keluar menuju tepian
Sungai Nil, di mana dua pasukan bertemu. Kami semua ber- doa kepada agar Allah memenangkan
Najasyi atas musuhnya, dan memberi kekokohan di negerinya. Demi Allah, di saat kami sedang
berharap seperti itu, tiba-tiba Zubair berlari-lari sambil memberi isyarat dengan bajunya, ia berkata:
"Bergembiralah, Najasyi telah menang. Allah memenangkannya, dan memberi ketentaraman di
negaranya. "Demi Allah, kami bahagia sekali saat itu. sesudah itu, Najasyi pulang. Allah memberi
keamanan di negaranya. Habasyah pun semakin kokoh di bawah kepemimpinan Najasyi. Kami tinggal
di sana dengan tentram hingga pulang ke Makkah bertemu kembali dengan Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam. "
Kisah Penguasaan Najasyi Atas Habasyah
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri bercerita, aku pernah berdiskusi dengan Urwah bin Zubair tentang hadits
Abu Bakr bin Abdurrahman dari Ummu Salamah, istri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Urwah
bin Zubair berkata: "Sebetulnya Ummul Mukminin, Aisyah berkata kepadaku bahwa ayah Najasyi
yaitu seorang raja. Ia hanya memiliki satu anak, yaitu Najasyi. Ayahnya memiliki seorang
saudara yang memiliki anak dua belas orang. Mereka yaitu keluarga istana Habasyah. Orang-orang
Habasyah berkata: "Bagaimana kalau kita habisi saja ayah Najasyi lalu kita gantikan ia dengan
saudaranya sebagai raja yang baru, sebab ayah Najasyi hanya memiliki satu anak saja, sedang
saudara ayahnya memiliki dua belas anak lalu mereka mewarisi kerajaan sepeninggal
kematian ayahnya. Orang-orang ini lalu menyiksa ayah Najasyi dan menghabisinya.
Sepeninggalnya, mereka mengangkat saudara ayah Najasyi sebagai raja baru. Najasyipun hidup
bersama pamannya. Najasyi anak yang brilian dan penuh kemauan hingga lebih populer ketimbang
pamannya, dan menurunkan pamor pamannya itu. saat orang-orang Habasyah memahami posisi
Najasyi dibandingkan pamannya, mereka berkata: "Demi Allah, anak muda ternyata lebih populer
dibanding pamannya. Kami khawatir jika ia diangkat sebagai raja, pasti ia akan menghabisi kami
semua, sebab lambat laun ia pasti tahu bahwa kami telah membunuh ayahandanya."
Lalu mereka berangkat menuju tempat paman Najasyi dan berkata: "Bunuhlah anak muda ini, sebab
kami khawatir ia mengancam keselamatan diri kami." Pamannya berkata: "Sialan kalian, aku telah
membunuh ayahnya kemarin, apakah aku harus membunuh anaknya juga pada hari ini? Namun aku
akan keluarkan dia dari negeri kalian!"
Orang-orang ini menyeret Najasyi ke pasar, lalu menjualnya kepada seorang pedagang
dengan harga enam ratus dirham. Pedagang ini membaa Najasyi ikut serta ke dalam
pelayarannya. Pada petang hari itu juga, awan musim gugur bertiup. Paman Najasyi keluar rumah,
namun tiba-tiba ia disambar petir hingga tewas.
Orang-orang Habasyah mencari anak raja yang meninggal itu, namun ternyata mereka hanya
mendapatkan seorang yang bodoh tidak memiliki kebaikan. Persoalan orang-orang Habasyah pun
semakin berantakan. sebab kondisi sulit yang mereka hadapi, sebagian dari mereka berkata kepada
yang lain: "Demi Allah, sekarang kalian baru sadar, sebab Sebetulnya raja kalian yang mampu
menyelesaikan persoalan yaitu raja yang telah kalian jual pagi tadi. Jika kalian masih ingin hidup
sentosa di Habasyah, kejarlah dia saat ini juga!" Mereka mengejar Najasyi dan mencari pedagang yang
membelinya. saat mereka berhasil menemukannya, mereka mengambilnya dari pedagang ini .
lalu mereka membawa Najasyi pulang ke Habasyah, lalu mengangkatnya sebagai raja."
Tak lama lalu , pedagang yang mem- beli Najasyi menemui orang-orang Habasyah. Ia berkata:
"Kalian harus mengembalikan uangku, atau mengizinkan aku berbicara dengan Najasyi." Mereka
berkata: "Kami tidak akan memberi uang sepeserpun kepadamu." Orang ini berkata: "Kalau
begitu, izinkan aku berbicara dengan Najasyi." Mereka berkata: "Silahkan saja engkau bicara
dengannya."
Orang ini menemui Najasyi dan berkata: "Wahai tuan raja, aku pernah membeli seorang budak
di pasar dengan harga enam ratus dirham. saat aku pulang membawa budak itu, mereka
mengejarku, lalu mengambilnya dariku tanpa mengganti rugi uang yang telah aku bayarkan
kepada mereka."
Najasyi berkata kepada orang-orang Habasyah: "Kalian harus mengembalikan uang dirhamnya atau
budak ini menyerahkan dirinya kepada orang itu, dan ia pulang membawanya." Orang-orang
Habasyah berkata: "Jangan! Kami akan kembalikan uang dirhamnya kepadanya."
Aisyah melanjutkan: "Itulah berita pertama tentang kekokohan agama Najasyi, dan keputusannya
yang sangat adil. "
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ruman berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari Aisyah yang berkata:
saat Najasyi meninggal dunia, kuburannya cahaya.
Orang-Orang Habasyah Menentang Najasyi
Ibnu Ishaq berkata: Ja'far bin Muhammad berkata kepadaku dari ayahnya yang berkata: Orang-orang
Habasyah berkata kepada Najasyi, "Sebetulnya engkau telah meninggalkan agama yang kita anut
dan mutlat mengikuti agama mereka." Najasyi mengirim seseorang untuk menemui Ja'far dan
sahabat-sahabatnya untuk menyiapkan perahu-perahu bagi kaum Muhajirin. Najasyi berkata:
"Amankalah diri kalian ke dalam perahu-perahu. Jika ternyata nanti aku kalah, pergilah kalian ke mana
saja kalian suka. Jika aku menang, kumohon tetaplah kalian di sini."
Najasyi lalu menulis surat yang di dalam suratnya ia bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang pantas
disembah dengan benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad yaitu hamba Allah dan utusan-Nya. Ia
juga bersaksi bahwa Isa bin Maryam yaitu hamba Allah, Rasul-Nya, Ruh-Nya, dan Kalimat-Nya yang
Dia tiupkan kepada Maryam. lalu ia menemui orang-orang Habasyah yang sedang berbaris
untuknya. Najasyi berkata: "Wahai orang-orang Habasyah, bukankah aku orang yang paling berkuasa
atas kalian?"
Mereka menjawab: "Ya, benar!"
Najasyi berkata: "Menurut kalian aku ini bagaimana?"
Mereka menjawab: "Engkau yaitu manusia yang paling baik."
Najasyi berkata: "Jika demikian, lalu apa yang terjadi pada kalian?"
Mereka menjawab: "Engkau telah keluar dari agama kami dan meyakini bahwa Isa yaitu seorang
hamba Allah."
Najasyi bertanya: "Lalu apa pendapat kalian tentang Isa?"
Mereka menjawab: "Isa yaitu anak Allah."
Najasyi berkata sambil meletakkan tangannya di dadanya-, bahwa ia bersaksi Isa yaitu anak Maryam
dan tidak lebih dari itu seperti yang tertulis dalam surat yang telah ia tulis. Orang-orang Habasyah pun
rela, lalu mereka berbalik dari hadapannya.
Hal di atas didengar Nabi Shallalahu 'alaihi wa Sallam. saat Najasyi meninggal dunia, beliau
menshalatinya dan memohonkan ampunan kepada Allah untuknya.
Kisah Masuk Islamnya Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Amr bin Al-Ash dan Abdullah bin Abu Rabi'ah bertemu dengan orang-orang
Quraisy dalam keadaan gagal menarik pulang sahabat-sahabat Rasululah Shallalahu 'alaihi wa Sallam,
dan Najasyi tidak memperkenankan permintaan mereka, pada saat itulah Umar bin Khaththab
memeluk Is lam. la sosok yang memiliki harga diri yang tinggi dan anti penghinaan. Sahabat-
sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam terlindungi dengan masuk Islamnya Umar bin
Khaththab dan Hamzah bin Abdul Muthalib hingga membuat orang-orang Quraisy tidak lagi berani
menyiksa mereka. Abdullah bin Mas'ud berkata: "Dulunya kami tidak berani shalat di samping Ka'bah
sebelum Umar bin Khaththab masuk Islam. saat Umar bin Khaththab masuk Islam, ia memenangi
duel melawan orang-orang Quraisy hingga ia bisa shalat di samping Ka'bah dan kami pun ikut shalat
bersamanya." Masuk Islamnya Umar bin Khaththab terjadi sesudah beberapa sahabat Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhijrah ke Habasyah.
Al-Bakkai berkata: Mis'ar bin Kidam berkata kepadaku dari Sa'ad bin Ibrahim yang bercerita bahwa
Abdullah bin Mas'ud berkata: Sebetulnya masuk Islamnya Umar bin Khaththab yaitu sebuah
pembuka kemenangan. Hijrahnya memberi kemenangan. Dan pemerintahannya yaitu karunia.
Awal- nya kami tidak berani shalat di sisi Ka'bah sampai Umar bin Khaththab masuk Islam. saat
masuk Islam, ia memenangi duel melawan orang-orang Quraisy hingga ia berhasil shalat di samping
Ka'bah dan kami ikut shalat berjamaah bersamanya.
Ibnu Ishaq berkata: Telah berkata kepadaku Abdurrahman bin Al-Harits bin Abdullah bin Ayyasy bin
Abu Rabi'ah dari Abdul Aziz bin Abdullah bin Amr bin Rabi'ah dari ibunya, yaitu Ummu Abdullah binti
Abu Hatsmah yang berkata: "Demi Allah, saat bersiap- siap akan pergi ke negeri Habasyah. Suamiku
Amir pergi memenuhi sebagian kebutuhannya. Namun tiba-tiba Umar bin Khaththab yang saat itu
masih musyrik sudah berdiri di hadapanku."
Ummu Abdullah berkata: "Sebelumnya, kami selalu diganggu dan disiksa olehnya." Umar bin
Khaththab berkata: "Kelihatannya engkau mau berangkat, wahai Ummu Abdullah?" Aku berkata: "Ya
betul, kami akan pergi ke negeri Allah, sebab kalian telah menyiksa dan menganiaya kami, hingga
Allah memberi jalan keluar bagi kami." Umar bin Khaththab berkata: "Semoga Allah bersama
kalian!" Ummu Abdullah berkata: "Saat itu, kulihat kelembutan pada diri Umar bin Khaththab yang
tidak pernah kulihat sebelum ini. lalu ia pergi dan menurut perasaanku ia demikian sedih atas
kepergian kami."
Ummu Abdullah berkata: Sejurus lalu , Amir datang dan berkata kepadanya: "Wahai Abu
Abdullah, andaikata engkau tadi melihat kelembutan dan duka cita Umar bin Khaththab atas
kepergian kita?" Amir berkata: "Apakah dia sudah masuk Islam?" Ummu Abdullah berkata: "Aku
berkata: "Entahlah!" Amir berkata: "Umar tidak akan mungkin masuk masuk Islam hingga keledainya
masuk Islam." Ummu Abdullah berkata: "Dia mengatakan hal itu sebab merasa putus asa melihat
sikap keras Umar bin Khaththab dan kebenciannya sangat keras kepada Islam."
Ibnu Ishaq berkata: Mengenai sebab masuk Islamnya Umar bin Khaththab seperti disampaikan
kepadaku bahwa saudara perem- puannya Fathimah binti Khaththab yang bersuamikan Sa'id bin Zaid
bin Amr bin Nufail telah sama-sama masuk Islam tanpa sepengetahuan Umar bin Khaththab. Nu'aim
bin Abdullah An-Nahham, salah seorang dari kaumnya yaitu Bani Adi bin Ka'ab juga telah masuk Islam
dan merahasiakan keislamannya sebab khawatir kepada kaumnya. Khabbab bin Al-Arat sering bolak
balik pulang pergi ke rumah Fathimah binti Khaththab guna membacakan Al-Qur'an kepadanya. Pada
suatu saat , Umar bin Khaththab keluar berniat berduel dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sal-
lam dan beberapa sahabat beliau, yang sedang berkumpul di salah satu rumah di bukit Shafa. Mereka
berjumlah sekitar empat puluh orang; laki-laki dan perempuan. saat itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam berkumpul bersama Hamzah bin Abdul Muthalib, Abu Bakar bin Abu Quhafah Ash Shiddiq,
dan Ali bin Abu Thalib. Sahabat-sahabat yang hadir di rumah ini yaitu sahabat-sahabat yang
tetap tinggal bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Makkah dan tidak ikut hijrah ke
Habasyah. Di tengah jalan, Umar bin Khaththab bertemu dengan Nu'aim bin Abdullah. " Nu'aim bin
Abdullah bertanya kepada Umar bin Khaththab: "Mau pergi ke mana, wahai Umar?" Umar bin
Khaththab menjawab: "Aku hendak pergi mencari Muhammad, orang yang keluar dari agama kita,
yang memecah belah persatuan orang-orang Quraisy, mendungu-dungukan mimpi-mimpi kita,
melecehkan, dan menghina agama kita, untuk aku bunuh dia." Nu'aim bin Abdullah berkata kepada
Umar bin Khaththab: "Demi Allah, engkau bodoh sekali bila bertindak demikian, wahai Umar. Apakah
Bani Abdu Manaf akan membiarkanmu hidup sesudah engkau membunuh Muhammad? Kenapa
engkau tidak pulang kepada keluargamu dan meluruskan persoalan mereka?" Umar bin Khaththab
berkata: "Keluargaku yang mana?" Nu'aim bin Abdullah berkata: Ya, saudara iparmu yang juga saudara
misanmu Sa'id bin Zaid bin Amr, dan Fathimah bin Khaththab, demi Allah, keduanya telah masuk Islam,
dan menganut agama Muhammad, perhatikan dulu keduanya." Umar bin Khaththab segera bergegas
berbalik arah menuju rumah saudarinya dan saudara iparnya. saat itu di rumah mereka berdua ada
Khabbab bin Al-Arat yang sedang membacakan surat Thaha. saat mereka bertiga mendengar suara
Umar bin Khaththab, Khabbab bin Al-Arat bersembunyi di rumah kecil persembunyian atau di salah
satu bagian rumah, sedang Fathimah binti Khaththab bergegas mengambil lembaran surat Thaha dan
menyembunyikannya. Saat mendekati rumah ini Umar bin Khaththab telah mendengar bacaan
surat Thaha oleh Khabbab. Tatkala Umar bin Khaththab telah masuk rumah, ia berkata: "Suara apa
yang aku dengar tadi?" Sa'id bin Zaid dan Fathimah menjawab: "Aku tidak mendengar suara apa-apa."
Umar bin Khaththab berkata: "Demi Allah, sungguh aku telah menerima kabar bahwa kalian berdua
telah memeluk agama Muhammad." lalu Umar bin Khaththab menghajar saudara iparnya, Sa'id
bin Zaid, dan Fathimah pun bangkit melindunginya dari pukulan Umar bin Khaththab. Umar bin
Khaththab tanpa sengaja menghajar Fathimah hingga terluka. sebab Umar bin Khaththab bersikap
seperti itu, Fathimah dan suaminya berkata: "Benar, kami berdua telah memeluk agama Islam,
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Silahkan lakukan apa saja yang engkau mau terhadap kami."
saat Umar bin Khaththab melihat darah yang menetes di tubuh adik perempuannya ia menyesal
atas tindakannya. Sadar akan kesalahan yang dilakukannya ia berkata kepada adik perempuannya:
"Bolehkah aku melihat lembaran yang aku dengar tadi agar aku melihat apa sebenarnya yang dibawa
Muhammad." Umar bin Khaththab yaitu seorang yang pandai menulis. Mendengar Umar bin Khath-
thab berkata seperti itu, adik perempuannya berkata: "Sungguh, kami khawatir engkau merobek-
robek lembaran ini ." Umar bin Khaththab berkata: "Engkau tidak perlu khawatir!!. Umar bin
Khaththab bersumpah kepada adikperempuannva dengan menyebut nama Tuhannya, bahwa ia pasti
mengembalikan lembaran ini kepadanva jika telah selesai membacanya. Ia berkata kepada
Umar bin Khaththab: "Wahai saudaraku, Sebetulnya engkau najis, sebab engkau seorang yang
musyrik. Lembaran ini tidak boleh disentuh kecuali oleh orang rang suci." lalu Umar bin
Khaththab berdiri, lalu mandi. Usai mandi, Fathimah memberi lembaran ini kepadanva. Di
lembaran ini tertulis: 'Thaaha.' Umar bin Khaththab membacanya. saat ia membaca
permulaan surat ini , ia berkata: "Betapa indahnya dan mulianya perkataan ini!" saat Khabbab
bin Al-Arat mendengar ucapan Umar bin Khaththab ini , ia keluar dari persembunyiannya dan
menemui Umar bin Khaththab. Khabbab bin Al-Arat berkata kepada Umar bin Khaththab: "Wahai
Umar, demi Allah, aku berharap kiranya Allah menjadikanmu sebagai orang yang didoakan Nabi-Nya,
sebab kemarin aku mendengar beliau bersabda: 'Ya Allah, kuatkanlah Islam ini dengan Abu Al-Hakam
bin Hisyam atau dengan Umar bin Khaththab.'37 Maka bersegeralah wahai Umar." Umar bin Khaththab
berkata: "Wahai Khabbab, ada di mana Muhammad kini berada agar aku bisa menemuinya lalu aku
masuk Islam." Khabbab bin Al-Arat berkata kepadanya: "Beliau berada di Shafa di sebuah rumah
bersama beberapa orang sahabatnya."
Umar bin Khaththab mengambil pedangnya, dengan terhunus sambil berjalan menuju tempat
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya. Ia mendobrak pintu rumah tempat
berkumpulnya para sahabat. saat mereka mendengar suara Umar bin Khattab,salah seorang
sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengintip dari celah- celah pintu dan melihat Umar
bin Khaththab sedang menghunus pedang. Sahabat ini kembaii kepada Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sdlam dalam keadaan sangat ketakutan. Ia berkata: "Wahai Rasulullah, Umar bin Khaththab
sedang menghunus pedangnya." Hamzah bin Abdul Muthalib berkata: "Jangan pedulikan dia. Jika ia
menginginkan kebaikan, kita benkan padanya kebaikan. Jika keburukan vang dia inginkan, kita akan
habisi dia dengan pedangnya sendiri." Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam bersabda: "Biarkanlah
saja dia masuk." Salah seorang sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membukakan pintu dan
mempersilahkan Umar bin Khaththab masuk, lalu Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam
menyambut kedatangannya dan menemuinya di dalam kamar. Beliau mengambil tempat ikatan
celana atau ikatan selendangnya, lalu menarik Umar bin Khaththab dengannya dengan tarikan
yang sangat keras, sambil bersabda kepadanya: "Apa yang membuatmu datang ke sini, wahai anak
Khaththab? Demi Allah jika engkau tidak menghentikan tindakanmu selama ini, Allah akan
menurunkan siksa kepadamu." Umar bin Khaththab berkata: "Wahai Rasulullah, aku datang
menemuimu untuk beriman kepada Allah, Rasul-Nya, dan apa saja yang engkau bawa dari Allah."
Mendengar jawaban Umar bin Khaththab, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertakbir dengan
keras. Dengan takbir itulah sahabat-sahabat di rumah ini paham bahwa Umar bin Khaththab
telah masuk Islam.
Sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam begitu senang dengan keislaman Umar bin
Khaththab dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Mereka sadar sepenuhnya
bahwa keduanya akan membentengi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan dengan keduanya
mereka menghadapi musuh-musuh Islam. Itulah kisah para perawi'Madinah tentang keislaman Umar
bin Khaththab.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih Al-Makki berkata kepadaku dari sahabat-sahabatnya dari
Atha' dan Mujahid, atau dari orang yang meriwayatkannya bahwa keislaman Umar bin Khaththab,
sebagaimana mereka katakan, bahwa Umar bin Khaththab pernah berkata: "Aku awalnya demikian
jauh dari Islam. Aku hobi meneguk minuman keras. Aku sangat menyukainya dan meminumnya. Dulu
kami memiliki auditorium tempat orang-orang Quraisy biasa bertemu. Auditorium ini
terletak di bukit kecil di pemukiman keluarga Umar bin Abd bin Imran Al-Makhzumi. Pada suatu
malam, aku keluar rumah untuk mencari teman-temanku di auditorium itu. Aku mendatangi tempat
mereka, namun tidak menemukan seorang pun. Aku berkata: "Daripada menganggur sebaiknya aku
berangkat menemui Si Fulan penjual minuman keras, di Makkah dan minum di sana. Lalu aku pergi ke
tempat Si Fulan ini , sayang aku tidak berhasil berjumpa dengannya dengannya."
Aku berkata: Ah, lebih baik aku pergi thawaf mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh atau tujuh puluh kali.
Maka akupun datang ke Masjidil Haram untuk thawaf di Ka'bah, tanpa sepengetahuanku Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedang berdiri shalat. Jika shalat, beliau menghadap Syam, dan
menjadikan Ka'bah di antara beliau dengan Syam. Tempat shalat beliau di antara dua rukun, rukun
Aswad dan rukun Yamani. saat aku melihat beliau, aku berkata dalam hati. "Demi Allah, alangkah
baiknya jika aku mendekat kepada Muhammad pada malam ini agar aku bisa mendengar apa yang
dia katakan." Aku juga berkata: "Andai aku mendekat padanya dan mendengarkan apa yang dia
katakan, pasti aku membuatnya kaget." Maka aku datang ketempat beliau dari arah Hijr dan aku
masuk dari bawah kainnya. Aku berjalan pelan-pelan, sedang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
berdiri shalat dengan membaca Al-Qur'an hingga aku berdiri persis di depannya. saat aku
mendengar Al-Qur'an, tak bisa kupungkiri hatiku tertarik padanya. Aku menangis, dan Al-Qur'an
membuatku mengambil keputusan untuk memeluk Islam. Aku terpana di tempatku hingga Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam menuntaskan shalatnya. sesudah shalat beliau pergi. jika pulang, beliau
berjalan hingga muncul di rumah Ibnu Abu Husain. Itulah jalan yang biasa beliau lewati, hingga beliau
memotong jalan, lalu berjalan di antara rumah Abbas bin Abdul Muthalib dan rumah Ibnu Azhar
bin Abdu Auf Az-Zuhri, lalu berjalan ke di rumah Al-Akhnas bin Syariq hingga beliau masuk
rumahnya. Tempat kediaman beliau yaitu sebuah rumah yang berwarna warni yang berada di tangan
Muawiyah bin Abu Sufyan. Aku ikuti beliau hingga masuk di antara rumah Abbas dan rumah Ibnu
Azhar, dan aku berhasil menemukan beliau. saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar
suara langkah kakiku, beliau mengenaliku. Beliau mengira aku mengikutinya untuk menyiksanya.
Beliau membentakku, lalu bersabda: "Apa yang mendorongmu datang ke tempat ini pada jam
seperti ini, wahai anak Khaththab?" Aku menjawab: "Aku datang untuk beriman kepada Allah, dan
Rasul-Nya, serta kepada apa saja yang dibawa Rasul-Nya dari Allah!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam memuji Allah lalu bersabda: "Allah telah memberi hidayah kepadamu, wahai Umar."38
sesudah itu, beliau memegang dadaku dan berdoa semoga aku tegar dalam agama ini. Lalu aku pergi
dari Rasulullah Shalialahu alaihi wa Sallam.
Ibnu Ishaq berkata: Wallahu alam tentang mana riwayat yang benar.
Ibnu Ishaq berkata: Naff eks budak Abdullah bin Umar berkata kepadaku dari Ibnu Umar Radhiyallahu
Anhuma ia berkata: "Tatkala ayahku masuk Islam, ia berkata: 'Siapakah di antara orang-orang Quraisy
yang paling pintar dalam menyebarkan gosip?" Maka Umar bin Khaththab diberi tahu bahwa untuk
urusan itu yaitu Jamil bin Ma'mar Al-Jumahi orangnya. lalu Umar bin Khaththab pergi ke
rumah Jamil bin Ma'mar Al-Jumahi. Aku membuntutinya dan aku lihat apa yang akan dia lakukan. Saat
itu aku masih kanak- kanak namun telah bisa menangkap apa yang aku lihat. Setibanya di rumahnya,
Umar bin Khaththab berkata: "Wahai Jamil, apa kau sudah tahu bahwa aku memeluk Islam dan
memeluk agama Muhammad?" Ibnu Umar berkata: "Demi Allah, Jamil bin Ma'mar tidak merespon
perkataan Umar bin Khaththab. Ia berdiri dengan menarik kainnya. Ia dibuntuti Umar bin Khaththab
dan aku mengikuti ayahku. saat Jamil bin Ma'mar berdiri di pintu masjid, ia berteriak dengan suara
terkerasnya: "Wahai orang-orang Quraisy -saat itu mereka sedang berkumpul di sekitar pintu Ka'bah
ketahuilah bahwa Umar bin Khaththab telah kafir dari agama nenek-moyang kalian!"
Ibnu Umar berkata: Umar bin Khaththab menyeru dari belakangnya: "Dia berdusta, Sebetulnya aku
telah masuk Islam, dan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan
Muham¬mad yaitu hamba Allah dan Rasul-Nya." lalu orang-orang Quraisy menyerang Umar
bin Khaththab dan Umar bin Khaththab membalas menyerang hingga mereka hampir mati. Ibnu Umar
berkata: "Umar bin Khaththab kelelahan, lalu ia duduk, sedang orang-orang Quraisy
mengepungnya. Umar bin Khaththab berkata: "Kerjakan apa saja yang kalian mau. Aku bersumpah
dengan nama Allah, andai saja jumlah kami telah mencapai tiga ratus orang, pasti kami duel kita
berjalan seimbang." Ibnu Umar berkata: "saat mereka dalam posisi seperti itu, tiba-tiba muncullah
orang tua dari Quraisy yang mengenakan pakaian asal Yaman, dan baju gamis. Ia berdiri di depan
mereka dan berkata: "Apa yang terjadi dengan kalian?" Mereka berkata: "Umar bin Khaththab telah
murtad." Orang ini berkata: "Lalu apa kalian sewot? Ia telah memilih sesuatu untuk dirinya, lalu
apa yang kalian inginkan darinya? Apakah kalian pikir Bani Adi bin Ka'ab akan menyerahkan saudara
mereka kepada kalian? Biarkanlah orang ini!" Ibnu Umar berkata: "Demi Allah, mereka seperti baju
yang ditanggalkan dari Umar bin Khaththab."
Ibnu Umar berkata: Aku bertanya kepada ayahku, usai ia Hijrah ke Madinah: Ayah, siapakah laki-laki
tua yang melindungimu dari orang-orang Quraisy pada hari engkau masuk Islam dan mereka
mengeroyokmu?" Umar menjawab: "Ananda, dialah Al-Ash bin Wail As-Sahmi."
Ibnu Hisyam berkata: Salah seorang dari orang berilmu berkata kepadaku bahwa Ibnu Umar berkata:
"Ayahanda, siapakah orang yang melindungimu dari orang-orang Quraisy pada saat engkau masuk
Islam dan mereka menyerangmu, mudah-mudahan Allah mem Balasannya dengan kebaikan?” Umar
bin Khaththab berkata: "Wahai Ananda, dialah Al-Ash bin Wail, semoga Allah tidak membalasnya
dengan kebaikan."
Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Al-Harits bercerita kepadaku dari sebagian keluarga Umar bin
Khaththab yang berkata bahwa Umar bin Khaththab berkata: Pada saat aku masuk Islam pada malam
itu, aku teringat siapa saja yang paling kejam permusuhannya terhadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam, lalu aku datang kepadanya untuk mengatakan, bahwa aku telah masuk Islam. Aku
berkata: "Dialah Abu Jahal." saat itu, Umar bin Khaththab beristrikan Hantamah binti Hisyam bin Al-
Mughirah. Esok paginya, aku pergi ke rumah Abu Jahal dan mengetuk pintu rumahnya.
Ibnu Umar berkata: Abu Jahal pun keluar menyambutku sambil berkata: "Selamat datang wahai anak
saudara perempuanku. Apa yang membawa datang kemari?" Aku berkata kepadanya: "Aku datang
kemari untuk memberitahukan padamu bahwa aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
Muhammad, serta membenarkan apa yang dibawanya." Abu Jahal langsung menutup pintu
rumahnya, sambil berkata: "Semoga Allah memburuk- kanmu, dan memburukkan apa yang engkau
bawa."
Perihal Shahifah (Surat Perjanjian)
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala orang-orang Quraisy mengetahui sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam berada di Habasyah dan memperoleh kedamaian dan kenyamanan di dalamnya dan
bahwa Najasyi melindungi siapa saja yang meminta per- lindungan kepadanya, saat itulah Umar bin
Khaththab memeluk Islam. Umar bin Khaththab bersama Hamzah bin Abdul Muthalib berada di kubu
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya, serta Islam menyebar luas di kabilah-
kabilah Quraisy, maka mereka segera berkumpul untuk mengadakan rapat. Dalam rapat itu, mereka
merencanakan konspirasi dengan cara membuat perjanjian yang mereka tujukan kepada Bani Hasyim
dan Bani Abdul Muthalib. Isi perjan¬jian ini yaitu sebagai berikut: 1. Mereka tidak boleh
menikahi wanita-wanita dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. 2. Mereka tidak boleh menikahkan
putri-putri mereka dengan orang-orang dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. 3. Mereka tidak
boleh menjual apa pun kepada Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. 4. Mereka tidak boleh membeli
apa pun dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.
saat sudah mufakat dengan seluruh isi perjanjian ini , mereka menulisnya di shahifah (surat
perjanjian), lalu mereka bersumpah untuk senantiasa komitmen dengan isi perjanjian ini .
sesudah itu, mereka menempelkan shahifah (surat perjanjian) di tengah-tengah Ka'bah sebagai tanda
bukti sikap mereka. Penulis shahifah (surat perjanjian) itu yaitu Manshur bin Ikrimah bin Amir bin
Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar bin Qushay. Ibnu Hisyam berkata: Ada juga yang mengatakan
bahwa penulisnya yaitu An-Nadhr bin Al-Harits. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendoakan
kehancuran atasnya, maka lumpuhlah sebagian jari Manshur bin Ikrimah.
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat orang-orang Quraisy melakukan hal itu, Bani Hasyim dan Bani Abdul
Muthalib berpihak kepada Abu Thalib bin Abdul Muthalib, dan bergabung bersamanya. Dari kalangan
Bani Hasyim yang keluar dan bergaung dengan orang-orang Quraisy dan mendukung sikap mereka
ialah Abu Lahab, Abdul Uzza bin Abdul Muthalib.
Ibnu Ishaq berkata: Husain bin Abdullah bercerita kepadaku, Abu Lahab bertemu dengan Hindun binti
Utbah bin Rabi'ah. sesudah ia keluar dari kaumnya dan berpihak kepada orang-orang Quraisy dalam
menghadapi kaumnya sendiri, lalu ia berkata: "Hai anak perempuan Utbah, dengan sikap yang
kuambil ini, apakah aku telah menolong Al- Lata dan Al-Uzza? Apakah aku telah berpaling dari orang-
orang yang telah meninggalkan AI-Lata dan Al-Uzza? Apakah aku telah membela Al-Lata dan Al-Uzza?"
Hindun binti Utbah berkata: "Ya, semoga Allah membalas dengan ganjaran yang baik kepadamu,
wahai Abu Utbah."
Ibnu Ishaq berkata: Aku diberitahu