rang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al Kitab sebelum Al Quran, mereka beriman
(pula) dengan Al Quran itu. Dan jika dibacakan (Al Qur'an itu) kepada mereka, mereka berkata:
"Kami beriman kepadanya; Sebetulnya ; Al Qur'an itu yaitu suatu kebenaran dari Tuhan Kami,
Sebetulnya Kami sebelumnya yaitu orang-orang yang membenarkan (nya). Mereka itu diberi
pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan
sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan. Dan jika mereka
mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata:
"Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin
bergaul dengan orang-orang jahil." (QS. al-Qashash: 52-55).
Ibnu Ishaq berkata: Aku pernah tentang ayat-ayat di atas kepada siapa diturunkan? Ibnu Syihab Az-
Zuhri berkata kepadaku, "Aku mendengar dari ulama-ulama kita bahwa ayat-ayat di atas diturunkan
kepada Najasyi dan sahabat-sahabatnya dan juga ayat-ayat yang ada di surat Al-Maidah"
Yang demikian itu disebabkan sebab di antara mereka itu (orang-orangNasrani) ada pendeta-
pendeta dan rahib-rahib, (juga) sebab Sebetulnya mereka tidak menyombongkan diri. Dan jika
mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka
mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab
mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama
orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad saw.)" (QS. al-
Maidah: 82-83),
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam senantiasa berkumpul di Masjidil Haram
dengan sahabat-sahabat yang lemah, seperti: Khabbab, Ammar, Abu Fukaihah Yasar, mantan budak
Shafwan bin Umayyah, Shuhaib dan orang-orang seperti mereka dari kaum Muslimin. Orang-orang
Quraisy melecehkan sahabat-sahabat Rasulullah Shaliallahu Alaihi wa Sallam yang lemah itu. Sebagian
mereka berkata kepada yang lain: "Mereka yaitu sahabat-sahabat Muhammad, apakah mungkin
Allah akan memberi mereka petunjuk dan kebenaran dan bukan memberi nya kepada kita?
Andai yang dibawa Muhammad itu sesuatu yang baik, pasti kita akan mendahului mereka menuju
Muhammad dan Allah tidak mengkhususkan mereka atasnya daripada kita." lalu Allah
menurunkan ayat tentang mereka:
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari,
sedang mereka menghendaki keridaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun
terhadap perbuatan mereka dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap
perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-
orang yang zalim. Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya)
dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata:
"Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah
berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?"
jika orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah:
"Salaamun-alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya
barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, lalu ia berto bat
sesudah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka Sebetulnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QS. al- An'am: 52-54).
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sebagaimana berita yang sampai pada saya, seringkali duduk-
duduk di Marwa, yaitu di warung dagang seorang anak muda Kristen yang bernama Jabr. Ia budak
Ibnu Al-Hadhrami. Orang-orang Quraisy berkata: "Demi Allah, Muhammad itu ternyata diajari banyak
hal oleh Jabr, budak Ibnu Al-Hadhrami." lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang ucapan
mereka ini :
Dan Sebetulnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sebetulnya Al Qur'an itu diajarkan
oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)." Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan
(bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa Ajam, sedangAl Qur'an yaitu dalam bahasa Arab
yang terang. (QS. an-Nahl: 103).
Ibnu Hisyam berkata: Firman Allah yulhiduuna ilaihi artinya mereka cenderung kepadanya. Ilhad
artinya menghindar dari kebenaran. Ru'bah bin Al-Ajjaj berkata:
Jika Adh-Dzahhak diikuti, maka setiap orang akan menghindar dari kebenaran
Maksudnya Adh-Dhahhak Al-Khariji. Bait syair di atas ialah cuplikan ringkas dari syair-syair Ru'bah bin
Al-Ajjaj.
Ucapan Al-Ash dan Sebab Turunnya Surat Al-Kautsar
Ibnu Ishaq berkata: Jika Al-Ash bin Wail As-Sahmi mendengar nama Rasulullah disebut dihadapannya,
sebagaimana berita yang sampai padaku, maka ia akan berkata: "Jangan hiraukan si Muhammad itu,
Sebetulnya dia orang yang sulit memiliki anak laki-laki. Jika ia meninggal, namanya akan terputus
dan kalian akan bebas darinya." lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang ucapannya ini :
Sebetulnya Kami telah memberi kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat sebab
Tuhanmu dan berkorbanlah. Sebetulnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
(QS. al-Kautsar: 1-3).
Yakni, Kami telah menganugerahkan kepadamu nikmat yang lebih baik daripada dunia dan seisinya.
Al-Kautsar ialah sesuatu yang agung.
Ibnu Ishaq berkata bahwa Labid bin Rabi'ah Al-Kilabi berkata:
Kami merasa sedih saat kematian pemilik Mahlub
Dan di Rida' ada rumah agung yang lain
Ibnu Hisyam berkata: Bait syair di atas ialah cuplikan dari syair-syair Labid bin Rabi'ah Al-Kilabi.
Ibnu Hisyam berkata: Pemilik Malhub ialah Auf bin Al-Ahwash bin Ja'far bin Kilab. Ia meninggal di
Mahlub. Maksud ucapan Labid bin Rabi'ah Al-Kilabi: Di Ar-Rida' ada rumah lain yang agung ialah
Syuraih bin Al- Akhwash bin Ja'far bin Kilab. Ia meninggal dunia di Ar-Rida. Makna kata kautsar yang
ia maksud ialah sesuatu yang banyak. Kata kautsar ialah dari kata katsir yang artinya banyak.
Ibnu Hisyam berkata: Al-Kumait bin Zaid berkata dalam syairnya memuji Hisyam bin Abdul Malik bin
Marwan:
Engkau banyak (katsir), wahai anak Marwan yang baik
Sedang ayahmu, Ibnu Al-Aqail yaitu kaustar (lebih agung)
Bait syair di atas yaitu penggalan dari syair-syairnya.
Ibnu Ishaq berkata bahwa Ja'far bin Amr, Ibnu Hisyam berkata: Dia yaitu Ja'far bin Amr bin Ja'far bin
Amr bin Umayyah Adh-Dhamri berkata padaku dari Abdullah bin Muslim, saudara Muhammad bin
Muslim bin Syihab Az-Zuhri dari Anas bin Malik yang berkata bahwa saya mendengar Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda dan sebelumnya beliau ditanya,
"Wahai Rasulullah, apakah maksud Al-Kautsar yang dianugrahkan kepadamu itu? Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Al-Kautsar ialah sungai yang luasnya antara Shan'a ke Ailah.
Tempat-tempat airnya tak terhitung banyaknya dan ia didatangi burung-burung yang memiliki leher
laksana leher unta." Umar bin Khaththab berkata: "Wahai Rasulullah, Sebetulnya burung ini
pasti merasakan kenikmatan?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang yang
menyantap burung ini lebih memiliki nikmat yang lebih besar daripada kenikmatan burung
ini ."42
Ibnu Ishaq berkata: Kami mendengar hadits di atas dan hadits-hadits lainnya bahwa Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda,
Barangsiapa meminum air sungai Al-Kautsar, maka ia tidak akan pernah haus untuk selama-
lamanya,43
Turunnya Ayat Mengapa Malaikat Tidak Diturunkan kepadanya (Al- An'aam: 8)
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tanpa henti terus menyeru kaumnya
kepada Islam, berdialog, berdiskusi dan berdebat dengan mereka. lalu Zam'ah bin Al-Aswad,
An-Nadhr bin Al- Harits, Al-Aswad bin Abdu Yaghuts, Ubay bin Khalaf dan Al-Ash bin Wail berkata
kepada beliau: "Andai saja Allah mengutus kepada kami malaikat yang berbicara tentang dirimu dan
bisa dilihat bersama dirimu?'"lalu Allah menurunkan ayat tentang ucapan mereka ini :
Dan mereka berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) seorang malaikat?" dan
kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang malaikat, tentu selesailah urusan itu, lalu mereka
tidak diberi tangguh (sedikit pun). Dan kalau Kamijadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah Kami
jadikan dia berupa laki-laki dan (jika Kami jadikan dia berupa laki-laki), Kami pun akan jadikan mereka
tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu." (Al-An'am: 8-9).
Turunnya Ayat, "Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebelum kamu" (Al-
Anbiya': 41)
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam —sebagaimana berita yang saya terima—
suatu saat berjalan melewati Al-Walid bin Al-Mughirah, Umayyah bin Khalaf dan Abu Jahal. Mereka
mencemooh dan mengolok-olok beliau, hingga membuat beliau naik darah sebab nya, lalu Allah
Ta'ala menurunkan ayat tentang mereka ini :
Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebelum kamu maka turunlah kepada
orang yang mencemoohkan rasul-rasul itu adzab yang selalu mereka perolok-olokkan. (Al-Anbiya': 41).
Perisiwa Isra' dan Mi'raj
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam diisra'kan (diperjalanan pada malam
hari) dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, yaitu Baitul Maqdis di Ilia. Saat itu Islam telah menyebar
di Makkah dan di seluruh kabilah-kabilah.
Ibnu Ishaq berkata: Hadits tentang isra'nya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sebagaimana yang
saya terima, berasal dari Abdullah bin Mas'ud, Abu Said Al-Khudri, Aisyah istri Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam, Muawiyah bin Abu Sufyan, Al-Hasan bin Al-Hasan, Ibnu Syihab Az-Zuhri, Qatadah
dan ulama-ulama lainnya, serta Ummu Hani' binti Abdul Muthalib. Mereka sama-sama meriwayatkan
dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Peristiwa isra' ini di dalamnya ada ujian, seleksi, dan
merupakan salah satu bukti kekuasaan dan kebesaran Allah. Selain itu, ada juga pelajaran bagi
orang-orang berakal, petunjuk, rahmat dan penguat keimanan bagi orang yang beriman kepada Allah
dan membenarkannya. Allah mengisrakan Rasulullah sebagaimana yang dikehendaki-Nya untuk
memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya seperti yang Dia inginkan, hingga beliau bisa
menyaksikan bukti-bukti kekuasaan-Nya terutama dalam mengerjakan apa saja yang dihendaki-Nya.
Ibnu Ishaq berkata: Seperti beritakankan kepadaku, Abdullah bin Mas'ud berkata bahwa Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam menaiki Buraq, yaitu hewan yang membawa para nabi sebelum beliau.
lalu beliau mengendarainya untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di antara
langit dan bumi, hingga perjalanan beliau terhenti di Baitul Maqdis. Di sana, telah ada Ibrahim, Musa
dan Isa dalam dan beberapa nabi yang sengaja telah dikumpulkan untuk bertemu beliau, lalu
beliau shalat mengimami mereka. Usai shalat, tiga bejana; satu bejana berisi susu, satu bejana berisi
minuman keras dan satu bejana berisi air didatangkan kepada beliau. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "saat itu ada yang berkata: jika dia mengambil air, ia tenggelam demikian pula
dengan umatnya. Jika ia mengambil minuman keras, ia mabuk demikian pula dengan umatnya. Jika ia
mengambil susu, ia mendapatkan petunjuk demikian pula dengan ummatnya.' Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "lalu aku mengambil bejana yang berisi susu dan meminumnya."
Jibril berkata kepadaku: "Engkau telah mendapatkan petunjuk, demikian pula dengan ummatmu,
wahai Muhammad."
Ibnu Ishaq berkata: Aku diberi tahu dari Al-Hasan bahwa ia bercerita bahwa Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "saat aku sedang tidur di Hijr Aswad, Malaikat Jibril mendatangiku
lalu membangunkanku dengan kakinya. Akupun bangun namun tidak melihat apa-apa. Aku
tidur lagi dan ternyata Malaikat Jibril datang kepadaku untuk kedua kalinya. Ia membangunkanku
hingga aku tersadar, namun aku tidak melihat apa-apa. Aku kembali tidur lagi dan ternyata Malaikat
Jibril datang kepadaku untuk ketiga kalinya, lalu menggerak-gerakkan badanku hingga aku
bangun. Ia lalu mengajakku pergi menuju pintu masjid dan ternyata di sana ada seekor hewan putih
yang besarnya antara kuda dan keledai. Hewan ini rupanya memiliki sayap, ia mendorong kedua
kakinya dengan kedua sayapnya dan memindahkan tangannya dalam setiap langkahnya di batas akhir
pandangan matanya. Malaikat Jibril menaikiku di atas hewan ini , lalu ia keluar bersamaku. Ia
tidak berpisah denganku dan aku tidak berpisah dengannya."44
Ibnu Ishaq berkata: Aku mendapatkan riwayat dari Qatadah yang berkata bahwa ia diberitahu bahwa
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"saat aku mendekati hewan ini untuk menaikinya, hewan ini menunjukkan sikap tidak
suka, lalu Malaikat Jibril menegurnya dan berkata: "Kenapa engkau tidak malu atas apa yang
engkau perbuat, wahai Buraq? Demi Allah, engkau memang pernah dinaiki hamba Allah sebelum
Muhammad namun tak satupun dari mereka yang lebih mulia di sisi Allah daripada Muhammad."
Buraqpun merasa malu hingga keringatnya bercucuran. sesudah itu, ia bersikap jinak lalu aku
menaikinya.45
Al-Hasan bercerita: lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam terbang bersama Malaikat Jibril
hingga beliau tiba di Baitul Maqdis. Di sana, telah ada Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa dalam
kumpulan para nabi. lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengimami mereka shalat.
sesudah itu, dua bejana; salah satu dari bejana ini berisi minuman keras, sedang bejana satunya
berisi susu didatangkan kepada beliau. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengambil bejana yang
berisi susu, lalu meminumnya dan meninggalkan bejana berisi khamr minuman keras. Malaikat
Jibril berkata kepada beliau: "Engkau dikaruniai petunjuk kepada fitrah demikian pula dengan
ummatmu, wahai Muhammad, dan minuman keras diharamkan kepada kalian."
sesudah itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pulang ke Makkah. Keesokan harinya, beliau
menceritakan apa yang beliau alami kepada orang-orang Quraisy. Sebagian besar dari mereka berkata:
"Demi Allah, ini yaitu sesuatu yang sangat konyol. Betapa tidak?! Rombongan musafir yang jalannya
cepat saja membutuhkan jarak tempuh selama sebulan untuk pergi dari Makkah ke Syam, apakah
mungkin Muhammad pergi ke sana lalu pulang ke Makkah hanya dalam waktu semalam?"
Banyak orang yang tadinya telah masuk Islam menjadi murtad gara-gara peristiwa ini. Orang-orang
Quraisy pergi kepada Abu Bakar, lalu berkata kepadanya: "Coba tengok sahabatmu, wahai Abu
Bakar? Ia mengaku pada malam ini pergi ke Baitul Maqdis dan shalat di sana, lalu pagi ini ia
pulang ke Makkah!" Abu Bakar berkata kepada mereka: "Apakah kalian mendustakan apa yang
dikatakan?" Mereka menjawab: "Ya, benar!
Dia kini sedang berada di masjid sedang bercerita kepada manusia tentang apa yang baru dialaminya."
Abu Bakar berkata: "Demi Allah, jika itu yang ia katakan, pasti ia berkata benar. Apa ada yang aneh
bagi kalian? Demi Allah, Sebetulnya ia berkata kepadaku bahwa ia berpindah dari langit ke bumi
hanya dalam waktu sesaat pada waktu malam atau sesaat pada waktu siang dan aku mempercayainya.
Jadi inilah puncak keheranan kalian?" Usai mengatakan itu, Abu Bakar berjalan hingga tiba di tempat
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berada. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam: "Wahai Nabi Allah, benarkah engkau telah bercerita kepada manusia, bahwa pada malam
ini engkau pergi ke Baitul Maqdis?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Ya, benar."
Abu Bakar berkata: "Kalau begitu, tolong, ceritakan kepadaku ciri-ciri Baitul Maqdis, sebab
sebelumnya aku pernah pergi ke sana!"
Lanjut Al-Hasan: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu menjelaskan ciri-ciri Baitiul Maqdis kepada
Abu Bakar. sesudah mendapatkan penjelasan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam Abu Bakar
berkata: "Engkau berkata benar. Aku bersaksi bahwa engkau yaitu utusan Allah." Setiap kali
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis, Abu Bakar berkata: "Engkau
berkata benar. Aku bersaksi bahwa engkau yaitu utusan Allah." usai bercerita. Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam berkata kepada Abu Bakar: "Engkau wahai Abu Bakar yaitu Ash-Shiddiq (orang yang
membenarkan)." Sejak peristiwa itulah, Abu Bakar dijuluki Ash-Shiddiq.
Allah lalu menurunkan ayat mengenai orang-orang Islam yang murtad sebab peristiwa isra':
Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian
bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran. Dan Kami menakut-nakuti
mereka, namun yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. (QS. al-Isra': 60).
Inilah hadits riwayat Al-Hasan mengenai peristiwa isra Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang
lebih komplit dari hadits riwayat Qatadah.
Ibnu Ishaq berkata: Beberapa keluarga Abu Bakar bercerita kepadaku bahwa Aisyah berkata:
"Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak pergi dengan badannya, namun dengan ruhnya."46
Ibnu Ishaq berkata: Yaqub bin Utbah bin Al-Mughirah bin Al-Akhnas bercerita kepadaku, Muawiyah
bin Abu Sufyan berkata: "Sungguh mimpi-mimpi dari Allah Ta'ala yaitu benar."
Ucapan Aisyah dan Muawiyah bin Abu Sufyan ini tidak kontradiksi dengan hadits riwayat Al-Hasan,
berdasarkan ayat berikut:
Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian
bagi manusia (QS. Al-Isra': 60).
Juga berdasarkan firman Allah Taala yang menceritakan perihal Nabi Ibrahim bahwa ia berkata kepada
anaknya:
"Hai anakku, Sebetulnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu." (QS. ash- Shaffat:
102).
Dari sini jelaslah, bahwa wahyu dari Allah datang kepada para nabi, terkadang dalam keadaan mereka
terjaga dan terkadang pula alam keadaan tidur.
Ibnu lshaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sebagaimana berita yang sampai padaku,
bersabda: "Mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur"
Wallahu a'lam dalam kondisi apa beliau datang ke Baitul Maqdis dan menyaksikan apa yang dia saksian
dari kebesaran Allah. Bagimana yang dia alami dalam keadaan tidur atau tidak tidur, yang jelas
semuanya haq dan benar.
Ibnu lshaq berkata: Az-Zuhri bercerita dari Sa'id bin Al-Musaiyyib bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam menjelaskan tentang ciri-ciri fisik Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa yang beliau lihat
pada malam isra'- Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Nabi Ibrahim ia begitu mirip
denganku. Sementara Nabi Musa, dia berkulit sawo matang, tinggi, ceking, rambutnya lebat,
hidungnya mancung dan dia seperti orang dari kabilah Syanu'ah (kabilah Azad). Sedang Nabi Isa, beliau
berkulit merah, postur tubuhnya sedang, rambutnya lurus, di wajahnya ada banyak tahi lalat, dan
orang yang paling mirip dengannya ialah Urwah bin Mas'ud Ats-Tsaqafi.47
Ibnu Hisyam berkata: Umar mantan budak Ghufrah dari Ibrahim bin Muhammad bin Ali bin Abu Thalib
berkata: Ali bin Abu Thalib mengisahkan tentang ciri-ciri fisik Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam,
ia berkata: "Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak terlalu tinggi dan terlalu tidak pendek,
tingginya sedang, rambutnya tidak begitu keriting tidak begitu lurus, keritingnya seperti orang-orang
Arab pada umumnya, badannya tidak terlalu gemuk, wajahnya tidak bulat, putih kulitnya, kedua
matanya hitam legam, bulu matanya panjang, lebar pundaknya, rambut di dada dan perutnya tipis,
bulu tangannya tipis, begitu juga dengan bulu kakinya, telapak tangannya keras, begitu juga telapak
kakinya. jika berjalan kakinya seakan tidak menginjak ta- nah. Beliau seperti berjalan menuruni
bukit, jika menoleh maka beliau menoleh dengan menghadapkan seluruh wajahnya, di antara kedua
bahunya ada tanda kenabian dan itulah tanda semua para nabi. Orang yang paling suka memberi,
paling suka memaafkan, paling benar ucapannya, paling menetapi janji, paling lembut akhlaknya,
paling mulia pergaulannya. Siapa yang melihatnya maka ia segan padanya dan barangsiapa bergaul
dengannya ia pasti mencintainya dan orang yang menyifati ciri-ciri beliau berkata: "Seumur hidupku
belum pernah melihat orang yang mirip dengan Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam."48
Ibnu lshaq berkata: Seperti disampaikan kepadaku, dari Ummu Hani' binti Abdul Muthalib
Radhiyallahu Anha (ia bernama asli Hindun) mengenai peristiwa isra' Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam, berkata: "Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di isra-kan tatkala beliau sedang berada di
rumahku. Malam itu, beliau tidur di rumahku. Dia mengakhirkan shalat Isva', lalu tidur dan kamibpun
tidur. Menjelang Shubuh, Rasulullah membangunkan kami. sesudah shalat Shubuh bersama, Rasulullah
berkata: "Wahai Ummu Hani', sesudah aku mengakhirkan shalat Isya' seperti yang engkau lihat,
lalu aku pergi ke Baitul Maqdis, dan shalat di sana. sesudah itu, barulah aku mengerjakan shalat
Shubuh bersama kalian sekarang seperti yang kalian lihat."49 lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam keluar namun aku halangi. Aku berkata kepadanya: "Wahai Nabi Allah, sembunyikan
peristiwa ini dari manusia, sebab jika kau ceritakan nanti mereka pasti mendustakanmu dan
mempermainkanmu." Rasulullah Shallailahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Demi Allah, aku pasti
menceritakan peristiwa ini kepada mereka." Aku berkata kepada budakku dari Habasyah: "Sana,
ikutilah Muhammad dan dengarkan apa yang dia katakan kepada manusia dan apa yang dikatakan
manusia kepadanya." saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertemu dengan orang-orang,
beliau bercerita kepada mereka dan mereka terheran-heran. Mereka berkata: "Hai Muhammad, apa
buktinya kalau ceritamu itu benar, sebab kami belum pernah sekalipun mendengar cerita model ini
sebelum ini." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Buktinya yaitu , aku melihat kafilah
Bani Fulan di lembah ini dan di lembah itu. Mereka lari kocar-kacir ketakutan sebab mendengar suara
hewan. Aku terus berjalan hingga tiba di daerah Dhajnan, aku menghampiri kafilah Bani Fulan dan aku
lihat mereka sedang dalam keadaan tidur. Mereka memiliki wadah berisi air yang mereka tutupi
dengan sesuatu, lalu aku buka tutupnya, lalu aku minum air yang ada di dalamnya. sesudah itu
aku menutupnya lagi sebagaimana semula. Dan sekarang kafilah ini singgah di Baidha' di
Tsaniyyatun Tan'im. Mereka didahului unta berwarna abu-abu dan di unta ini ada dua
karung; satu berwarna hitam dan satunya warna-warni Orang-orang itu segera pergi ke Tsaniyyah dan
mereka berjumpa dengan rombongan itu lebih dahulu sebagaimana yang telah diceritakan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada mereka. Mereka bertanya kepada kafilah ini tentang wadah
berisi air, lalu kafilah ini menjawab bahwa memang mereka mengisi wadah ini
penuh dengan air dan menutupnya, dan sesudah itu tidur. Namun saat mereka bangun mereka tidak
mendapatkan air di dalamnya, padahal wadah ini tertutup rapat. Mereka juga bertanya kepada
orang-orang lain di Makkah, lalu orang-orang yang ditanya ini menjawab: "Demi Allah, dia
berkata benar. Kami lari kocar-kacir di lembah yang dia ceritakan."
Kisah Mi'raj
Ibnu Ishaq berkata: Berkata kepadaku dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu yang berkata bahwa
ia mendengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "saat aku telah menuntaskan
seluruh urusan di Baitul Maqdis, aku melakukan mi'raj dan aku tidak pernah menyaksikan sebuah
peristiwa yang lebih indah daripada peristiwa itu, yakni seperti seseorang yang melihat kematian saat
sedang menjelang ajal. Lalu malaikat Jibril membawaku naik hingga tiba di salah satu gerbang langit.
Gerbang langit ini bernama Gerbang Al-Hafazhah (Para Penjaga). Pintu Al-Hafazhah dijaga salah
satu malaikat yang bernama Ismail yang ngomandoi dua belas ribu malaikat dan setiap satu dari
mereka juga mengomandoi dua belas ribu malaikat." Ditengah-tengah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam menceritakan peristiwa mi'raj, beliau melantunkan firman Allah Ta'ala:
Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tu- hanmu melainkan Dia sendiri. (QS. al-Mudatstsir: 31).
Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam melanjutkan lagi: "saat Jibril masuk bersamaku," Malaikat
Ismail bertanya: "Siapa orang ini?" Malaikat Jibril menjawab, "Dia Muhammad." Malaikat Ismail
bertanya: "Apakah dia sudah diutus?" Malaikat Jibril menjawab: "Ya. Sudah." Malaikat Ismail lalu
berdoa untukku."50
Ibnu Ishaq berkata: Sebagian pakar bercerita kepadaku dari orang yang berbicara dengan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Para malaikat
menyambut kedatanganku pada saat aku tiba di langit dunia. Semua dari para malaikat, tersenyum
dan memberi kabar gembira kepadaku, ia tidak tertawa dan tidak tampak wajah gembira padanya
sebagaimana yang terlihat pada malaikat-malaikat yang lain. Aku bertanya kepada
Jibril: "Wahai jibril, siapakah malaikat ini?" Malaikat Jibril berkata kepadaku: "Dia yaitu malaikat
penjaga neraka." Aku bertanya kepada Jibril dan kedudukan Malaikat Jibril di sisi Allah seperti yang
pernah dijelaskan Allah Ta'ala kepada kalian, Yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.
(QS. At- Takwir: 21). Dan bisakah dia memperlihatkan neraka kepadaku?" Malaikat Jibril berkata: "Ya."
lalu Malaikat Jibril berkata: "Wahai Malaikat perlihatkanlah neraka kepada Muhammad!"
Malaikat penjaga neraka pun membuka pintu neraka. Api neraka ini menyala-nyala hingga aku
menduga bahwa ia pasti akan menghanguskan apa saja yang saya saksikan. Aku berkata kepada
Malaikat Jibril: "Wahai Jibril, perintahkan malaikat ini untuk menutup kembali pintu neraka ke
seperti semula." Malaikat Jibril pun memerintahkan kepada malaikat penjaga neraka dengan berkata
kepadanya: "Padamkanlah neraka itu." lalu neraka kembali seperti sedia kala."51
Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu Anhu melanjutkan haditsnya dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam yang bersabda:
"saat aku tiba di langit dunia, aku melihat seseorang sedang duduk dan arwah-arwah diperlihatkan
kepadanya. Jika arwah ini diperlihatkan kepadanya dalam keadaan baik dan ia senang
dengannya, orang ini berkata: "Ini arwah yang baik yang keluar dari raga yang baik." Jika
sebaliknya, ia akan berkata dengan wajah muram. "Ini arwah jelek yang keluar dari raga yang jahat."
Aku bertanya kepada Malaikat Jibril: "Siapakah dia wahai Jibril?" Jibril berkata: "Dia yaitu nenek
moyangmu, Adam. Semua arwah anak keturunannya diperlihatkan kepadanya. Jika arwah orang
Mukmin dilewatkan padanya, ia sangat gembira dengannya, sambil berkata: "Ini arwah yang baik yang
keluar dari raga yang baik. Jika arwah salah seorang kafir diperlihatkan kepadanya, ia mengatakan
'ahh' (uff) kepadanya, membencinya dan merasa terganggu dengannya, sambil berkata: "Ini arwah
jelek yang keluar dari raga yang jelek."
lalu aku melihat orang-orang yang bibirnya laksana bibir unta di tangannya ada bara api dari
neraka sebesar batu segenggam tangan. Mereka memasukkan bara api ini ke dalam mulut
mereka, lalu bara dari neraka ini keluar lagi dari dubur mereka. Aku berkata: "Siapa mereka itu
wahai Jibril?" Jibril berkata: "Mereka pemakan harta anak yatim secara zalim."
lalu aku melihat orang-orang dengan perut yang sangat aneh. Mereka duduk di jalan yang akan
dilalui keluarga Fir'aun seperti unta yang kehausan. saat keluarga Fir'aun akan dibakar dengan api
neraka, mereka menginjak orang-orang ini dan mereka tidak mampu pindah dari tempat
mereka. Aku berkata: "Siapa mereka, wahai Jibril?" Jibril menjawab, "Mereka para pemakan harta
riba'."
Lalu aku melihat orang-orang yang memegang daging yang empuk dan di sampingnya ada daging
keras yang busuk. Mereka memakan daging yang busuk ini dan tidak mau memakan daging yang
empuk tadi. Aku bertanya kepada Jibril: "Siapakah mereka, wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Mereka
orang-orang yang."
lalu aku melihat wanita-wanita yang digantung pada payudara mereka sendiri. Aku bertanya:
"Siapakah mereka itu wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Mereka wanita-wanita yang suka berbuat
mesum dengan laki-laki lain saat suami dan anaknya tidak ada di rumah."
Ibnu Ishaq berkata: Ja'far bin Amr bercerita kepadaku dari Al-Qasim bin Muham¬mad bahwa
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda,
"Kemurkaan Allah sangat keras terhadap wanita yang memasukkan laki-laki yang bukan berasal dari
keluarganya, lalu laki-laki ini memakan harta mereka dan melihat auratnya."52
Ibnu Ishaq berkata: Abu Sa id Al-Khudri bercerita bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Malaikat Jibril lalu membawaku terbang ke langit kedua. Di sana aku berjumpa Isa bin
Maryam dan Yahya bin Zakaria. lalu Jibril membawaku naik ke langit ketiga. Di sana aku
berjumpa seorang laki-laki yang postur tubuhnya seperti bulan kala purnama. Aku bertanya: "Siapakah
dia, wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Ini saudaramu, Yusuf bin Yaqub." lalu Jibril membawaku
terbang ke langit keempat. Di sana aku berjumpa seorang laki-laki. Aku bertanya, "Siapakah dia wahai,
wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Dia Idris." Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membaca ayat,
"Dan Kami mengangkatnya ke tempat yang tinggi" lalu Malaikat Jibril membawaku terbang ke
langit kelima. Di sana aku bertemu orang tua yang rambut dan jenggotnya memutih lebat dan aku
tidak pernah melihat orang tua setampan dirinya. Aku bertanya: "Siapakah dia wahai Jibril?" Jibril
menjawab: "Dia orang yang kharismatik di tengah kaumnya, dia Harun bin Imran." Malaikat Jibril
membawaku terbang ke langit keenam. Di sana aku berjumpa orang yang kulitnya berwarna sawo
matang, tinggi, berhidung mancung dan seperti orang dari kabilah Syanu'ah. Aku bertanya: "Siapakah
lelaki itu wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Dia Musa bin Imran." lalu Jibril membawaku terbang
ke langit ketujuh. Di sana aku bertemu orang tua sedang duduk di atas kursi di pintu Baitul Makmur
yang setiap hari didatangi tujuh puluh ribu malaikat yang tidak meninggalkannya hingga Hari Kiamat.
Dia sangat mirip denganku. Aku bertanya: "Siapa dia wahai Jibril?" Malaikat Jibril menjawab: "Dia
Ibrahim." lalu Jibril membawaku masuk ke dalam surga. Di sana, aku melihat seorang
perempuan yang berkulit merah agak "hitam". Aku bertanya kepadanya, "Siapa engkau?" Wanita
ini berkata: " Aku milik Zaid bin Haritsah." lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
memberitahukan kabar gembira ini kepada Zaid bin Haritsah."
Ibnu Ishaq berkata: Dari riwayat Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu —sebagaimana kabar yang
sampai padaku— dari Nabi Mu¬hammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam bahwa setiap kali Malaikat Jibril
membawa tentang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ke salah satu langit dan meminta izin masuk,
maka para malaikat penjaganya berkata kepada Jibril: "Siapa dia wahai Jibri!?" Jibril menjawab:
"Muhammad." Para Malaikat berkata: "Apakah dia sudah diutus?" Jibril menjawab: "Ya." Para
malaikat berkata: "Semoga Allah memberinya keselamatan." Demikianlah yang terjadi dengannya
hingga sampai di langit ketujuh, lalu beliau menghadap kepada Tuhan-Nya dan Allah mewajibkan
kepadanya lima puluh shalat wajib dalam sehari.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "lalu aku keluar dan berpapasan dengan Musa
bin Imran. la bertanya kepadaku: "Berapa kali Allah mewajibkan shalat kepadamu?" Aku menjawab:
"Lima puluh kali dalam sehari." Nabi Musa berkata: "Sebetulnya lima puluh kali itu berat
dilaksanakan apalagi umatmu itu lemah. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah Dia memberi
dispensasi shalat bagimu dan bagi umatmu." lalu aku kembali kepada Tuhanku dan meminta-
Nya memberi keringanan shalat bagiku dan bagi umatku, lalu Allah mengurangi sepuluh shalat
dariku. lalu aku keluar dan kembali berpapasan dengan Musa. Musa mengatakan kepadaku
seperti yang dia katakan sebelumnya. lalu aku kembali menghadap Tuhanku dan memintaNya
memberi dispensasi bagiku dan bagi umatku, lalu Allah mengurangi sepuluh shalat dariku. Lalu
aku keluar, kembali aku berpapasan dengan Musa dan ia kembali berkata sebagaimana sebelumnya.
Aku pun kembali menghadap Allah dan meminta pada-Nya dispensasi lagi, lalu Allah
mengurangi sepuluh shalat dariku. Lalu aku balik lagi dan kembali berpapasan dengan Musa yang tak
pernah henti mengatakan seperti itu setiap kali aku pulang dari Allah: "Kembali dan mintalah
keringanan!!" lalu aku kembali menghadap Tuhanku dan meminta-Nya memberi keringanan
shalat bagiku dan bagi umatku, hingga akhirnya Allah menetapkan shalat lima waktu bagiku dalam
sehari dan semalam. lalu aku menemui Nabi Musa, ia berkata sebagaimana sebelumnya. Aku
berkata kepadanya, "Aku telah bolak-balik menghadap Tuhanku dan meminta-Nya hingga aku merasa
malu kepada-Nya. Aku tidak akan melakukannya lagi." Jika salah seorang dari kalian mengerjakan
shalat lima waktu dengan mengimaninya dan mengharap ridha Allah, ia mendapatkan pahala
sebanyak lima puluh shalat (yang diwajibkan)."53
Perlindungan Allah terhadap Rasululllah dari Cemoohan Para Pencemooh
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam senantiasa melaksanakan perintah Allah
Ta'ala dengan sabar dan mengharap ridha-Nya dan menyampaikan nasihat kepada kaumnya.
Meskipun beliau didustakan dan dapat gangguan dan cemoohan. Tokoh-tokoh yang gemar menghina
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam seperti disampaikan oleh Yazid bin Ruman dari Urwah bin
Zubair kepadaku- ada lima orang. Mereka yaitu para tokoh yang ditaati kaumnya masing-masing.
Pencemooh dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab yaitu Al-Aswad bin Al-Muthalib bin
Asad Abu Zam'ah. saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar Al-Aswad bin Al-Muthalib
suka mencemooh, beliau mendoakan kejelekan un- tuknya dengan berdoa: "Ya Allah, buatlah ia buta
dan hancurkanlah ia.54
Dari Bani Zuhrah bin Kilab yaitu Al-Aswad bin Abdu Yaghuts bin Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah.
Dari Bani Makhzum bin Yaqdzah bin Murrah yaitu Al-Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar
bin Makhzum.
Dari Bani Sahm bin Amr Hushaish bin Ka'ab yaitu Al-Ash bin Wail bin Hisyam
Ibnu Hisyam berkata: Al-Ash yaitu anak Wail bin Hasyim bin Su'aid bin Sahm.
Dari Bani Khuza'ah yaitu Al-Harits bin Ath-Thulathilah bin Amr bin Al-Harits bin Abdu Amr bin Luay
bin Malakan.
Mereka tanpa henti terus mencemooh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, hingga Allah Ta'ala
menurunkan ayat berikut:
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sebetulnya Kami memelihara kamu daripada
(kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu), (yaitu orang-orang yang menganggap
adanya tuhan yang lain di samping Allah; maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya).
(QS. al-Hijr: 94-96).
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ruman bercerita kepadaku dari Urwah bin Zubair atau orang selain
Urwah bin Zubair dari kalangan pakar terpercaya bahwa Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat orang-orang Quraisy thawaf di Baitullah dan Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam berdiri di sisinya. Malaikat Jibril berjalan melewati Al-Aswad bin Al-Muthalib,
lalu melemparkan daun hijau ke wajahnya dan Al-Aswad bin Al-Muthalib pun menjadi buta.
Malaikat Jibril lalu berjalan melewati Al-Aswad bin Abdu Yaghuts, lalu Malaikat Jibril
mendoakan keburukan pada perutnya hingga membengkak dan dia mati sebab perut kembung
(gembur). Malaikat Jibril lalu berjalan melewati Al-Walid bin Al-Mughirah, lalu mendoakan
keburukan agar bekas luka di bawah telapak kakinya kambuh kembali hingga membawa kepada
kematiannya. Malaikat Jibril berjalan lagi melewati Al-Ash bin Wail, lalu mendoakan keburukan
agar kaki bagian dalam Al-Aswad bin Wail terluka hingga membuatnya mati. Malaikat Jibril berjalan
melewati Al-Harits Ath-Thulatilah sambil mendoakan keburukan ke kepalanya, lalu kepalanya
mengeluarkan nanah dan ia mati sebab nya.
Kisah Abu Uzaihir al-Dausi
Ibnu Ishaq berkata: saat hendak mening- gal dunia Al-Walid bin Al-Mughirah, anak- anaknya yang
berjumlah tiga orang, yakni Hisyam bin Al-Walid, Al-Walid bin Al-Walid dan Khalid bin Al-Walid berada
di sisinya. Ia berkata kepada mereka: "Aku wasiatkan tiga hal kepada kalian dan penuhilah itu semua.
Darahku di Khuza'ah, jangan kalian biarkan begitu saja tumpah tanpa ada balas dendam terhadapnya.
Demi Allah, mereka memang berhasil lolos darinya namun aku khawatir kalian akan dicaci maki
nantinya. Uang ribaku ada di Tsaqif, cepatlah kalian mengambilnya. Uang diyatku ada pada tangan
Abu Uzaihir Ad-Dausi, cepat kalian ambil darinya."
Abu Uzaihir telah menikahkan Al-Walid bin Al-Mughirah dengan putrinya, lalu Abu Uzaihir Ad-
Dausi tidak mempertemukan putrinya dengan Al-Walid bin Al-Mughirah. Sehingga, Al-Walid bin Al-
Mughirah tidak bisa menggauli istrinya (putri Abu Uzaihir Ad- Dausi) sampai ia meninggal dunia. saat
Al- Walid bin Al-Mughirah wafat, Bani Makhzum pergi kepada Khuza'ah untuk meminta uang tebusan
kematian Al-Walid bin Al-Mughirah. Orang-orang dari Bani Khuza'ah berkata: "Sebetulnya
penyebab kematian Al-Walid bin Al-Mughirah yaitu sebab terkena anak pa- nah milik salah seorang
dari sahabat-sahabat kalian sendiri." Bani Ka'ab memiliki kedekatan dengan Bani Abdul Muthalib bin
Hasyim. Bani Khuza'ah menolak keras membayar diyat atas kematian Al-Walid bin Al-Mughirah
kepada Bani Makhzum, hingga mereka membuat banyak sekali syair-syair dan menimbulkan konflik
yang sengit di antara mereka. Anak panah yang mengenai Al-Walid bin Al-Mughirah yaitu milik
seorang pemuda dari Bani Ka'ab bin Amr dari Khuza'ah.
Kedua kubu besar ini saling serang tanpa henti, namun lama-kelamaan mereka sadar bahwa jika hal
ini dibiarkan berlarut-larut maka akan terjadi caci-maki terhadap salah satu kaum. Maka Khuza'ah pun
rela untuk mengganti rugi kematian Al-Walid bin Al- Mughirah kepada Bani Makhzum dan kedua belah
pihakpun akhirnya berdamai.
Al-Jaun bin Abu Al-Jaun terus saja berbangga diri atas kematian Al-Walid dan bahwa Bani Khuza'ah
yang berhasil menciderai Al-Walid, padahal semua itu tidak benar. Al-Jaun bin Abu Al-Jaun lalu pergi
menyusul Al-Walid dan anaknya. Kaum Al-Jaun bin Abu Al-Jauh sedikitpun tidak khawatir atas apa
yang diperbuat Al-Jaun bin Abu Al-Jaun.
Ibnu Hisyam berkata: Saya tidak tuliskan di sini satu bait syair yang sangat jorok dan vulgar.
Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Al-Walid lalu pergi menghadap Abu Uzaihir yang pada saat itu
sedang berada di pasar Dzi Al-Majaz sedangkan putrinya Atikah binti Uzaihir telah menjadi istri Abu
Sufyan bin Harb. Abu Uzaihir yaitu orang terpandang di tengah kaumnya, lalu Hisyam bin Al-
Walid menghabisi Abu Uzaihir sebab uang denda Al-Walid bin Al-Mughirah ada padanya seba-
gaimana yang diwasiatkan ayahnya.
Peristiwa ini terjadi sesudah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah dan pasca
Perang Badar Kubra yang menghilangkan banyak sekali nyawa tokoh dan pemuka kaum musyrikin
Quraisy. saat Abu Sufyan bin Harb sedang berada di pasar Dzi Al-Majaz, Yazid bin Abu Sufyan bin
Harb keluar dari rumahnya untuk mengumpulkan Bani Abdu Manaf. Orang-orang Quraisy pun berkata:
"Abu Sufyan ingin membalas dendam atas kematiannya." saat Abu Sufyan mendengar apa yang
dilakukan anaknya, sedangkan Abu Sufyan dikenal memiliki perangai yang lembut dan santun amat
mencintai kaumnya, maka ia segera turun ke Makkah. Ia khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk
terhadap orang-orang Quraisy akibat kematian Abu Uzaihir. Abu Sufyan bin Harb menghampiri
anaknya Yazid yang sedang menenteng tombak di tengah-tengah kaumnya, Bani Abdu Manaf dan
orang-orang Al-Muthaiyyibin. Abu Sufyan bin Harb mengambil tombak dari tangan Yazid dan
memukulkannya ke kepala Yazid sehingga ia terdiam. Abu Sufyan bin Harb berkata kepada Yazid:
"Dasar sialan! Apakah engkau mau mengadu domba sesama sebagian orang Quraisy hanya sebab
masalah seseorang dari Daus. Kita akan beri ganti rugi kepada mereka jika mereka mau
menerimanya." Mendengar itu, Hassan bin Tsabit bangkit mendorong pembalasan darah Abu Uzaihir.
la kritik habis-habisan sikap pengecut Abu Sufyan. Ia berkata:
Mendengar kritikan Hassan bin Tsabit, Abu Sufyan menukas: "Hassan bin Tsabit ingin mengadu domba
kita semua gara-gara masalah orang dari Daus. Demi Allah, buruk benar apa yang dipikirkannya.
Tatkala orang-orang Thaif telah masuk Islam, Khalid bin Al-Walid berkata kepada Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam tentang uang riba Al-Walid bin Al-Mughirah yang ada di tangan Tsaqif sebab ayahnya
telah berwasiat untuk mengambilnya.
Ibnu Ishaq berkata: Sebagian ahli berkata kepadaku, ayat-ayat tentang pengharaman sisa riba yang
masih beredar di tengah orang-orang diturunkan sebab Khalid bin Al-Walid. Ayat ini yaitu ,
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman." (QS. al- Baqarah: 278).
Pemberontakan Daus untuk Membalas Dendam Atas Kematian Uzaihir dan Tentang Ummu Ghaylan
Ibnu Ishaq berkata: Sepanjang yang kami ketahui tidak ada balas dendam atas kematian Abu Uzaihir,
hingga Islam memberi batasan yang jelas antara manusia. Namun Dhirar bin Al-Khaththab bin
Mirdas Al-Fihri bersama beberapa orang Quraisy datang ke perkampunan Daus. Mereka menemui
Ummu Ghailan, eks budak salah seorang dari Daus. Ummu Ghailan yaitu pendeta rambut wanita dan
mempersiapkan para pengantin. Orang-orang dari kabilah Daus ingin menghabisi orang-orang Quraisy
ini sebagai balas dendam atas kematian Abu Uzaihir. Namun Ummu Ghailan dan perempuan-
perempuan yang berasa bersamanya bangkit melindungi orang-orang Quraisy tadi. Dhirar bin Al-
Khaththab berkata tentang peristiwa ini :
Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah bercerita kepadaku, wanita yang menyelamatkan Dhirar bin Al-
Khaththab yaitu Ummu Jamil. Ada Jagi yang berpendapat bahwa wanita ini yaitu Ummu
Ghailan. Namun bisa saja Ummu Ghailan bersama-sama dengan Ummu Jamil menyelematkan Dhirar
bin Al-Khaththab.
saat Umar bin Khaththab diangkat menjadi khalifah, Ummu Jamil datang mengunjunginya, Ummu
Jamil menganggap bahwa Umar bin Khaththab yaitu saudara Dhirar. saat Ummu Jamil
mengisahkan nasabnya. Umar bin Khaththab berkata: "Sebetulnya aku tidak lagi menjadi sau-
daranya, sebab saudaraku hanya dalam Islam. Ia sedang berperang. Aku mengetahui jasamu
terhadapnya." lalu Umar bin Khaththab memberinya harta kepada Ummu Jamil sebab ia dalam
kondisi musafir.
Ibnu Hisyam berkata: Pada Perang Uhud, Dhirar berkata kepada Umar bin Khaththab: "Berbahagialah,
wahai anak lelaki Khaththab, aku tidak akan membunuhmu." Umar bin Khaththab lalu mengenalkan
Ummu Jamil kepada Dhirar bin Khaththab sesudah ia memeluk Islam.
Abu Thalib dan Khadijah Meninggal Dunia dan Apa yang Terjadi Sebelum dan sesudah Itu
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy yang suka mengusik Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
di rumah beliau ialah Abu Lahab, Al-Hakam bin Al-Ash bin Umayyah, Uqbah bin Abu Mu'aith, Adi bin
Hamra' Ats-Tsaqafi dan Ibnu Al-Ashda' Al-Hudzali. Mereka yaitu tetangga Rasulullah Shal¬lalahu
'alaihi wa Sallam. Di antara mereka, yang masuk Islam hanyalah Al-Hakam bin Abu Al-Ash. Suatu
saat , salah seorang dari mereka melemparkan usus kambing kepada Rasulullah Shallalahu alaihi wa
Sallam pada saat beliau sedang shalat. Seperti dikatakan kepadaku oleh Umar bin Abdullah bin Urwah
bin Zubair dari Urwah bin Az-Zubayr, bahwa jika dilempari oleh mereka, beliau keluar dengan
membawa ranting pohon lalu usus ini dengannya sambil berkata: "Hai Bani Abdu Manaf,
hubungan bertetangga macam apakah ini?"lalu beliau melemparkannya di jalan.
Ibnu Ishaq berkata: Pada tahun ini Khadijah wafat dan pada tahun yang sama, Abu Thalib juga
meninggal dunia. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendapatkan banyak sekali ujian kehidupan
sesudah wafatnya Khadijah, sebab sebelumnya Khadijah bagaikan penasihat beliau yang jujur dalam
Islam; beliau mencurhatkan seluruh persoalannya kepadanya. Pasca kematian Abu Thalib kehidupan
beliau kian bertambah sulit, sebab Abu Thalib yaitu pelindung beliau, pemelihara dalam semua
urusan beliau, orang yang sangat senantiasa mendukung dan membantu dalam menghadapi kaum
beliau. Peristiwa ini terjadi tiga tahun sebelum Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke
Madinah. Tatkala Abu Thalib wafat, orang-orang Quraisy semakin leluasa mengganggu Rasulullah
Shallalahu alaihi wa Sallam yang tidak mungkin mereka dapat melakukannya semasa Abu Thalib masih
hidup. Suatu saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dihadang oleh laki-laki stress dari Quraisy
lalu ia menaburkan tanah ke atas kepala beliau.
Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Urwah bercerita kepadaku dari ayahnya, Urwah bin Zubair yang
berkata: "sesudah orang stress ini menaburkan tanah ke atas kepala Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam, beliau pulang ke rumah dalam keadaan tanah tadi masih ada di atas kepala beliau. Salah
seorang dari putri beliau berdiri untuk membersihkan kepala beliau sambil menangis. Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: "Jangan menangis, sebab Sebetulnya Allah
senantiasa menjaga ayahmu." Beliau juga berkata: "Orang-orang Quraisy selalu gagal melakukan
aksinya kepadaku hingga Abu Thalib meninggal dunia."55
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat orang-orang Quraisy mendengar sakit Abu Thalib, sebagian mereka
berkata kepada sebagian yang lain: "Sebetulnya Hamzah dan Umar telah masuk Islam dan Islam
telah menyebar luas di kabilah-kabilah Quraisy secara keseluruhan. Oleh sebab nya, mari kita jenguk
Abu Thalib dan menasihatinya agar menghentikan dakwah keponakannya. Demi Allah, kita tidak akan
pernah merasa hidup nyaman kalau dia menguasai masalah kita."
Ibnu Ishaq berkata: Al-Abbas bin Abdullah bin Muabbad berkata, dari sebagian keluarganya, dari Ibnu
Abbas ia berkata: Orang-orang Quraisy itu lalu datang kepada Abu Thalib dan merayunya. Mereka
yaitu Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Abu Jahal bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf dan Abu
Sufyan dalam rombongan tokoh-tokoh Quraisy. Mereka berkata kepada Abu Thalib, "Hai Abu Thalib,
seperti telah engkau ketahui Sebetulnya engkau bagian dari kami dan kami khawatir atas
kondisimu. Sungguh engkau telah menyaksikan sendiri pertentangan antara kami dengan ponakanmu.
Oleh sebab nya, panggillah dia, katakan apa yang dia mau, maka kami akan mengabulkannya dan
sesudah itu kami sebutkan keinginan kami yang harus dia penuhi agar dengan cara itu, ia menahan diri
dari kami dan kamipun menahan diri dari dia, dia membiarkan kami pada agama kami dan kami
membiarkannya berada pada agamanya. Abu Thalib memanggil Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
lalu beliau datang menemui Abu Thalib. Abu Thalib berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam: "Wahai keponakanku, orang-orang ini yaitu pembesar kaummu. Mereka sepakat untuk
memberi sesuatu kepadamu dan sebagai gantinya mereka mendapatkan sesuatu pula darimu."
Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam bersabda: "Baiklah, Wahai pamanku, hanya ada satu kalimat.
Jika mereka memberi nya padaku, maka mereka dapat menguasai Arab, dan orang-orang non-Arab
akan tunduk kepada kalian." Abu Jahal berkata: "Ya, jangankan satu, sepuluh kalimat pun boleh kau
ucapkan." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Katakanlah Laa Ilaaha ilia Allah dan
tinggalkan apa saja yang kalian sembah selain Allah." Tokoh-tokoh Quraisy bertepuk tangan, lalu
mereka berkata: "Wahai Muhammad, apakah engkau mau menjadikan tuhan-tuhan itu satu saja?
Sungguh, ini sangatlah konyol." Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain: "Demi Allah,
orang ini hanya mempermainkan kita. Pulanglah kalian dan berpegang teguhlah kalian kepada agama
leluhur kalian, hingga Allah memutuskan perkara di antara kita dan dirinya." sesudah itu, mereka keluar
berpencar dari rumah Abu Thalib.
Sejurus lalu Abu Thalib berkata kepada Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam: "Demi Allah,
wahai ponakanku, permintaanmu itu sebenarnya sangatlah ringan." saat Abu Thalib berkata seperti
itu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam mengharapkannya masuk Islam. Beliau berkata kepada Abu
Thalib; '"Wahai pamanda, ucapkanlah satu kalimat, maka dengan kalimat ini engKau aKan
menaapatKan syataatKu pada Hari Kiamat." saat Abu Thalib melihat keseriusan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam terhadap dirinya, ia berkata: "Wahai keponakanku, kalaulah bukan sebab
aku khawatir mendapatkan kecaman terhadapmu, anak-anak kakekmu sepeninggalku dan kalaulah
tidak khawatir orang-orang Quraisy menuduhku mengatakannya sebab aku ta kut mati, pastilah aku
mengucapkannya. Aku juga tidak mau mengucapkannya hanya untuk menyenangkanmu." saat ajal
Abu Thalib semakin dekat, Al-Abbas melihatnya meng- gerak-gerakkan kedua bibirnya, lalu ia
mendengarnya dengan telinganya. Al-Abbas berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam:
"Wahai keponakanku, demi Allah, sungguh saudaraku telah mengucapkan kalimat ini ."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku tidak mendengar."56
Ibnu Ishaq berkata: Allah lalu menurunkan ayat tentang orang-orang Quraisy tadi.
Shaad, demi Al Quran yang memiliki keagungan. Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam
kesombongan dan permusuhan yang sengit. Betapa banyaknya umat sebelum merekayang telah Kami
binasakan, lalu mereka meminta tolongpadahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri.
Dan mereka heran sebab mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan
mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini yaitu seorang ahli sihir yang banyak berdusta."
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yangsatu saja? Sebetulnya ini benar-benar suatu
hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata):
"Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, Sebetulnya ini benar-benar suatu hal
yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan
Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan, (QS. Shaad: 1-7).
Agama terakhir dalam ayat di atas ialah agama Kristen, sebab mereka berkata: "Sebetulnya Allah
yaitu satu dari yang tiga" (QS. al-Maidah: 73). "Dan ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah
(dusta) yang diada-adakan" (QS. Shaad: 7) Tidak lama lalu , Abu Thalib meninggal dunia.
Rasulullah Menuju Thaif Meminta Bantuan
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Abu Thalib bebas, orang-orang Quraisy semakin mengganggu Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak sebagaimana gangguan yang mereka lakukan semasa hidupnya Abu
Thalib. Kondisi ini memaksa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi ke Thaif untuk mencari
pertolongan dan perlindungan dari Tsaqif atas serangan yang dilancarkan oleh kaum Quraisy, dengan
harapan mereka menerima apa yang beliau bawa dari Allah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
pergi sendirian ke sana.
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ziyad berkata kepadaku dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhi ia berkata:
Setibanya di Thaif, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menemui pemimpin-pemimpin Tsaqif dan
tokoh-tokoh mereka. Orang-orang ini yaitu tiga bersaudara: Abdu Yalail bin Amr bin Umair,
Mas'ud bin Amr bin Umair dan Habib bin Amr bin Umair bin Auf bin Aqdah bin Ghirah bin Auf bin
Tsaqif. Salah seorang dari mereka bertiga beristrikan wanita dari Quraisy. Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam men- datangi mereka, berdakwah kepada mereka dan berdialog dengan mereka tentang
tujuan kedatangannya kepada mereka yaitu mencari orang yang bersedia menolongnya menegakkan
Islam dan berjuang bersama beliau dalam menghadapi kaumnya yang menentangnya. Salah seorang
dari mereka bertiga berkata: "Saya akan merobek kain Ka'bah jika benar kau yaitu utusan-Nya."
Orang kedua berkata: "Apakah Allah tidak mendapatkan orang lain yang bisa diutus selain dirimu?"
Orang ketiga berkata: "'Demi Allah, aku tidak akan bercakap-capak denganmu." lalu Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi dari tempat mereka dalam keadaan putus asa akan kebaikan orang-
orang Tsaqif.
Mereka malah mengerahkan orang-orang bodoh dan budak-budak mereka untuk mencaci-maki
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka mengepung beliau dan membuatnya terpaksa harus
berlindung di sebuah kebun milik Utbah bin Rabi'ah dan Syaibab bin Rabi'ah yang pada saat itu sedang
berada di dalamnya. Orang-orang yang mengejar Rasulullah pun kembali pulang. Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam pergi berteduh di bawah sebuah pohon anggur dan duduk di sana. Kedua anak
Rabi'ah melihat dan menyaksikan apa yang beliau terima dari warga Thaif yang bodoh.
saat kedua anak Rabi'ah melihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan apa yang beliau alami,
hati nurani keduanya terketuk. Mereka memanggil budak, seorang Kristen yang bernama Addas dan
mereka berkata kepada Addas: "Ambillah setandan anggur, lalu berilah kepada orang itu agar ia
memakannya." Addas mengerjakan perintah kedua anak Rabi'ah itu. Lalu ia pergi menemui Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan meletakkan piring berisi anggur di depan beliau. Adas berkata:
"Makanlah!" saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam meletakkan tangannya di atas piring
ini , beliau berkata: Bismillah (dengan nama Allah). lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam memakannya. Addas memandang wajah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu
berkata: "Demi Allah, aku belum pernah warga negeri ini. mengucapkan hal itu." Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertanya kepada Addas: "Berasal dari negeri manakah engkau wahai
Addas? Apa agamamu?" Addas menjawab: "Aku seorang Kristen dan berasal dari negeri Ninawa."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertanya kepadanya: "Dari desa orang shalih yang bernama
Yunus bin Matta?" Addas berkata: "Apa yang engkau ketahui tentang Yunus bin Matta?' Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Dia saudaraku, ia seorang nabi aku juga seorang nabi. "57
Addas bersimpuh di depan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, mencium kepala, kedua tangan dan
kedua kaki beliau. Salah seorang anak Rabi'ah berkata kepada saudaranya: "Budakmu itu telah dicuci
otak oleh Muhammad." saat Addas tiba di tempat kedua anak Rabi'ah, keduanya bertanya kepada
Addas: "Sialan kau Addas, kenapa engkau mencium, kedua tangan dan kedua kakinya?" Addas
menjawab: "Di dunia ini tidak ada sesuatu yang lebih membahagiakanku daripada apa yang baru aku
kerjakan tadi. Sebab ia yaitu seorang nabi." Kedua anak Rabi'ah berkata kepada Addas: "Sadarlah,
wahai Addas, janganlah engkau dibuat berpaling dari agamamu, sebab agamamu jauh lebih baik
ketimbang agamanya."
Perihal Jin yang Mendengar Apa yang Rasulullah Bacaan Al-Quran dan Beriman Padanya
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam akhirnya meninggalkan Thaif dan pulang ke
Makkah. Sesampainya di Nakhlah, beliau bangun pada suatu malam untuk mendirikan shalat, tak
diduga beberapa jin yang disebutkan Allah terbang melewati beliau. Mereka terdiri dari tujuh jin dari
jin warga Nashibin. Mereka mendengar bacaan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Usai beliau
shalat, jin-jin ini pulang kepada kaumnya dan menjadi juru dakwah bagi mereka. Mereka
mengimani Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan merespon positif apa yang telah mereka
dengar. lalu Allah mengisahkan mereka kepada Rasulullah
Shallalahu alaihi wa baiiam daiam tirman- Nya. Allah berfirman:
Mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)." saat pembacaan telah selesai mereka
kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: "Hai kaum kami,
Sebetulnya kami telah mendengarkan kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang
lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-
Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari adzab yang pedih."
(QS. al-Ahqaf: 29-31).
Allah Tabaraka wa juga berfirman:
Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah
mendengarkan (Al Quran), lalu mereka berkata: "Sebetulnya kami telah mendengarkan Al Quran
yang menakjubkan, (QS. al-Jin: 1)
Rasulullah Menawarkan Dirinya Pada Kabilah-kabilah
Ibnu lshaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam akhirnya pulang ke Makkah. Sementara
kaum beliau semakin keras menentang agama beliau, kecuali sebagian kecil dari kalangan
mustadh'afiin yang telah beriman. Kala musim haji tiba, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
menawarkan jasa kepada kabilah-kabilah Arab, sekaligus mengajak mereka kepada agama Allah,
meya- kinkan mereka bahwa beliau yaitu Nabi yang diutus.
Ibnu lshaq berkata: Beberapa sahabat saya yang tidak saya ragukan kejujurannya menuturkan dari
Zaid bin Aslam bin Abbad al-Daili atau dari orang yang menuturkan padanya Abu Zinad, Ibnu Hisyam
berkata: Rabi'ah bin Abbad.
Ibnu lshaq berkata: Husain bin Abdullah bin Ubaidillah bin Abbas bercerita kepadaku, aku mendengar
Rabi'ah bin Abbad yang pernah berbicara dengan ayahku yang berkata: Saat aku remaja, aku bersama
ayahku di Mina. saat itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiri di salah satu rumah kabilah
Arab. Beliau bersabda, "Hai Bani Fulan, Sebetulnya aku diutus oleh Allah kepada kalian. Dia
memerintahkan kalian untuk beribadah kepada-Nya, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa
pun, kalian harus meninggalkan tandingan-tandingan yang kalian sembah selain Allah, hendaklah
kalian beriman kepadaku, membenarkanku dan melindungiku hingga dakwahku terangkat ke seluruh
penjuru."
Usai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berbicara dan menyerukan dakwah beliau, orang ini
berkata: "Wahai Bani Fulan, Sebetulnya laki-laki ini mengajak kalian untuk meninggalkan Tuhan Al-
Lata dan Al-Uzza dari leher kalian dan dari sekutu-sekutu kalian dari jin Bani Malik bin Aqiqisy kepada
bid'ah dan kesesatan yang dibawanya. Janganlah kalian taat kepadanya jangan pula kalian tertipu
dengan ucapannya." Aku bertanya kepada ayahku: "Ayah, siapakah orang yang berkata sebelum orang
yang barusan tadi?" Ayah menjawab: "Aku tidak tahu, yang aku tahu pamannya yang bernama Abdul
Uzza bin Abdul Muthalib Abu Lahab."58
Ibnu lshaq berkata: Ibnu Syihab berkata kepadaku bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
datang ke pemukiman mereka di Kindah. Mereka memiliki pemimpin yang bernama Mulaih.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyeru Mulaih kepada agama Allah Azza wa Jalla dan
menawarkan dirinya bergabung dengan mereka, namun mereka merespon negatif ajakan beliau.
Ibnu Hisyam berkata: Nabighah berkata:
Kau laksana unta dari Bani Uqays
Dengan kulit tua yang gemerincing di belakang betismu
Ibnu lshaq berkata: Muhammad bin Abdurrahman bin Abdullah bin Hushain berkata kepadaku, bahwa
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendatangi salah satu pemukiman kabilah Bani Kalb, yang
bernama kabilah Ab-dullah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyeru mereka kepada agama
Allah dan menawarkan diri beliau kepada mereka. Beliau bersabda kepada mereka: "Hai Bani Fulan,
Sebetulnya Allah telah memberi nama yang baik untuk para leluhur kalian." Sayangnya mereka
tidak menerima tawaran beliau.
Ibnu Ishaq berkata: Sebagian pakar berkata kepadaku dari Abdullah bin Ka'ab bin Malik bahwa
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendatangi Bani Hanifah di pemukiman mereka. Beliau
menyeru mereka kepada agama Allah dan menawarkan diri bergabung dengan mereka, namun tidak
ada orang Arab yang responnya lebih buruk daripada respon mereka.
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri bercerita kepadaku: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendatangi
Bani Amir bin Sha'sha'ah untuk menyeru mereka kepada agama Allah Azza wa Jalla dan menawarkan
dirinya bergabung dengan mereka. Salah seorang dari mereka yang bernama Biharah bin Firas, Ibnu
Hisyam berkata: Firas yaitu anak Abdullah bin Salamah bin Qusyair bin Ka'ab bin Rabi'ah bin Amir
bin Sha'sha'ah, ia berkata: "Demi Allah, andaikata aku menerima pemuda ini oleh orang-orang
Quraisy. Aku pasti dihabisi orang-orang Arab." Biharah bin Firas berkata kepada Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam: "Bagaimana menurutmu jika kami berjanji setia padamu untuk mengikuti agamamu,
lalu Allah menaklukkan orang-orang yang menentangmu, apakah sesudah itu urusan ini menjadi
milik kami?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Semua urusan itu milik Allah. Terserah
Dia mau berbuat apa!" Biharah bin Firas berkata kepada Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Apakah engkau menginginkan leher-leher kami disembelih orang-orang
Arab hanya sebab membelamu, lalu jika Allah memenangkanmu, maka urusan ini menjadi milik
orang lain selain kami? Kami tidak butuh urusanmu." Mereka menolak tawaran Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam.
sesudah para jama'ah haji menyelesaikan ibadah haji mereka lalu pulang ke negerinya masing-masing,
termasuk Bani Amir. Mereka pulang menemui sesepuh mereka yang telah lansia dan tidak bisa ikut
haji bersama mereka. jika mereka pulang dari haji mereka bercerita kepadanya tentang semua
peristiwa yang terjadi di musim haji. Tatkala mereka tiba dari melaksanakan ibadah haji pada tahun
ini dan bertemu kembali dengan orang tua ini , orang tua ini bertanya kepada mereka
tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada musim haji tahun ini. Mereka menjawab, "Ada anak
pemuda Quraisy dari Bani Abdul Muthalib datang kepada kami. Ia mengaku sebagai nabi ia memohon
agar kami melindunginya, berpihak kepadanya dan membawanya ke negeri kita." Orang tua ini
meletakkan kedua tangannya di atas kepalanya, lalu berkata: "Hai Bani Amir, apakah dia masih
ada disana? Kalian telah menyia-nyiakan apa yang datang pada kalian! Demi Tuhan, Sebetulnya
anak keturunan Ismail itu tidak pernah sekalipun berdusta dalam perkataannya. Perkaataannya selalu
benar. Dimana kecerdasan kalian yang selama ini kalian miliki?"
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshari Azh-Zhafari berkata kepadaku dari
sesepuh kaumnya yang berkata: Suwaid bin Shamit, saudara Bani Amr bin Auf mendatangi Makkah
untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah. Suwaid di tengah kaumnya dipanggil dengan Al-Kamil,
sebab kegigihannya, puisi-puisinya dan nasabnya."
Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar kedatangan Suwaid bin Shamit, beliau
menemuinya dan menyeru- nya kepada agama Allah, Islam. Suwaid bin Shamit berkata kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, "Apakah yang engkau bawa itu memiliki kesamaan dengan apa
yang aku bawa?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata kepada Suwaid bin Shamit:
"Memangnya apa yang engkau bawa?" Suwaid bin Shamit berkata: "Lembaran Hikmah Luqman."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ber¬kata kepada Suwaid bin Shamit: "Sudikah kau perlihatkan
lembaran itu kepadaku!" Suwaid bin Shamit memperlihatkan Lembaran Hikmah Luqman kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, lalu beliau bersabda; "Ini ucapan yang indah, namun apa
yang aku miliki jauh lebih indah. Ia yaitu Al-Qur'an yang diturunkan Allah Ta'ala kepadaku. Al- Qur'an
yaitu petunjuk dan nur." lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membacakan Al-Qur'an
kepada Suwaid bin Shamit
dan mengajaknya kepada Islam. Suwaid bin Shamit tidak membantah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam. Suwaid bin Shamit berkata: "Sebetulnya ini ucapan yang paling indah." sesudah itu, Suwaid
bin Shamit pamit kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan kembali ke Madinah untuk
bertemu dengan kaumnya. Tak berapa lama lalu , Suwaid bin Shamit dihabisi orang-orang Al-
Khazraj. Orang-orang dari kaumnya berkata: "Sebetulnya ia dibunuh dalam keadaan Muslim."
Pembunuhan ini terjadi sebelum Perang Bu'ats.
Ibnu Ishaq berkata: Al-Hushain bin Abdurrahman bin Amr bin Sa'ad bin Muadz bercerita kepadaku dari
Mahmud bin Labid ia berkata: Saat Abu Al-Haisar Anas bin Raff tiba di Makkah bersama dengan anak-
anak muda dari Bani Abdul Asyhal, termasuk Iyas bin Muadz untuk mencari sekutu dari orang- orang
Quraisy dalam menghadapi kaumnya dari Al-Khazraj, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
mendengar kedatangan mereka. Beliau datang menemui mereka dan duduk berbincang bersama
mereka. Beliau bersabda: "Maukah kalian menerima kebaikan yang jauh lebih baik daripada tujuan
kedatangan kalian ke tempat ini?" Mereka bertanya: "Apa itu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Aku yaitu utusan Allah yang diutus kepada hamba-hamba-Nya. Untuk menyeru mereka
menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun dan telah Allah menurunkan Al-Kitab
kepadaku." lalu Rasulullah menjelaskan tentang Islam dan membacakan Al-Quran pada mereka.
Iyas bin Muadz, seorang pemuda di antara mereka berkata: "Wahai Hai kaumku, demi Allah, ini jauh
lebih baik dari tujuan kedatangan kita semula." Abu Al-Haisar Anas bin Rafi' lalu mengambil
segenggam penuh tanah kotor di bawah kakinya lalu menaburkannya ke wajah Iyas bin Muadz, sambil
berkata: "Diam!! "Siapa yang menyuruhmu bicara!!. Aku bersumpah kami datang ke tempat ini bukan
untuk keperluan itu!!." Mendengar itu Iyas bin Muadz diam. lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam pergi meninggalkan mereka sedangkan mereka kembali pulang ke Madinah. Saat itulah terjadi
perang Bu'ats antara Aus dan Khazraj. Tak lama lalu Iyas bin Muadz berpulang menghadap
tuhannya.59
Mahmud bin Labid berkata: Saat kematiannya, kaumnya selalu mendengarnya mengucapkan tahlil,
takbir, tahmid dan tasbih hingga ia wafat. Mereka yakin sekali bahwa lyas bin Muadz meninggal dunia
dalam keadaan Muslim. Ia merasa sudah masuk Islam sejak pertemuannya dengan Rasulullah dan
saat mendengar apa yang disampaikan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pada waktu itu.
Awal Masuk Islamnya Orang-orang Anshar
Ibnu Ishaq berkata: Pada musim haji tahun itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertemu dengan
beberapa orang Anshar. Beliau menawarkan dirinya bergabung dengan kabilah-kabilah Arab
sebagaimana yang biasa beliau lakukan pada musim-musim haji sebelum itu. Pada saat sedang berada
di Al- Aqabah, beliau berjumpa dengan rombongan dari Al-Khazraj.
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku dari sesepuh kaumnya ia berkata:
saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berpapasan dengan mereka, beliau bertanya: "Siapakah
kalian?" Mereka menjawab: "Kami berasal dari Al-Khazraj." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
melanjutkan: "Apakah kalian punya hubungan dengan orang-orang Yahudi?" Mereka menjawab: "Ya."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sudikah kalian ngobrol sebentar denganku?'
Mereka menjawab: "Ya." Mereka pun duduk untuk mendengarkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam. Menjelaskan tentang agama Allah, Al-Qur'an kepada mereka.
Faktor yang menyebabkan mereka masuk Islam ialah bahwa orang-orang Yahudi tinggal bersama
mereka di negeri mereka. Orang-orang Yahudi yaitu orang-orang yang diberi kitab dan ilmu, sedang
orang-orang Al-Khazraj tidak seperti itu, mereka yaitu penyembah berhala. Jika terjadi konflik antara
orang-orang Yahudi dengan orang-orang Al-Khazraj, orang-orang Yahudi itu berkata: "Sebetulnya
zaman kedatangan nabi yang diutus telah dekat. Kita akan mengikutinya dan dengannya kami akan
menghabisi kalian seperti pembantaian terhadap orang-orang Ad dan Iram." saat Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam berbicara dengan orang-orang Al-Khazraj ini dan mengajak mereka
kepada Islam, sebagaian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain: "Wahai kaumku. Demi
Tuhan, inilah Nabi yang diceritakan oleh orang-orang Yahudi kepada kalian. Oleh sebab itu, kalian
jangan kalah cepat menerimanya dari orang-orang Yahudi itu." Mereka lalu merespon ajakan
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Lalu membenarkan beliau dan menerima Islam yang beliau
bawa. Mereka berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Kami akan bertemu kaum kami
dan orang-orang Yahudi ini , lalu mengajak mereka kepada agamamu dan kami akan mengajak
mereka agama yang kami dapatkan darimu ini. Jika Allah menyatukan mereka dalam agama ini, maka
tidak akan ada seorangpun yang lebih mulia darimu." sesudah itu, mereka pamit kepada Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk kembali pulang kembali ke negeri mereka beriman dan
membenarkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Anshar yang memeluk Islam ada enam orang dari kabilah Al-Khazraj.
Salah seorang dari mereka berasal dari Bani An-Najjar yang bernama Taimullah. Dari Bani Malik bin
An-Najjar bin Tsa'labah bin Amr bin Al-Khazraj bin Hari tsah bin Tsa'labah bin Amr bin Amir yaitu
sebagai berikut: As'ad bin Zurarah bin Udas bin Ubaid bin Tsa'labah bin Ghanim bin Malik bin An-
Najjar, dia yaitu Abu Umamah. Auf bin Al-Harits bin Rifaah bin Sawwad bin Malik bin Ghanim bin
Malik bin An-Najjar. Ia yaitu Afra'.
Ibnu Hisyam berkata: Afra yaitu anak perempuan Ubaid bin Tsa'labah bin Ghanim bin Malik bin
Najjar.
Dari Bani Zuraiq bin Amir bin Zuraiq bin Abdu Haritsah bin Malik bin Ghadhbu bin Jusyam bin Al-Khazraj
hanya satu orang, yaitu Rafi' bin Malik bin Al-Ajlan bin Amr bin Amir bin Zuraiq.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang berpendapat bahwa Amir yaitu anak Al-Azraq.
Ibnu Ishaq berkata: Dari Bani Salimah bin Sa'ad bin Ali bin Asad bin Saridah bin Tazid bin Jusyam bin
Al-Khazraj, lalu dari Bani Sawwad