sirah nabawiyah 11

 



rang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al Kitab sebelum Al Quran, mereka beriman 

(pula) dengan Al Quran itu. Dan jika  dibacakan (Al Qur'an itu) kepada mereka, mereka berkata: 

"Kami beriman kepadanya; Sebetulnya ; Al Qur'an itu yaitu  suatu kebenaran dari Tuhan Kami, 

Sebetulnya  Kami sebelumnya yaitu  orang-orang yang membenarkan (nya). Mereka itu diberi 

pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan 

sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan. Dan jika  mereka 

mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: 

"Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin 

bergaul dengan orang-orang jahil." (QS. al-Qashash: 52-55). 

Ibnu Ishaq berkata: Aku pernah tentang ayat-ayat di atas kepada siapa diturunkan? Ibnu Syihab Az-

Zuhri berkata kepadaku, "Aku mendengar dari ulama-ulama kita bahwa ayat-ayat di atas diturunkan 

kepada Najasyi dan sahabat-sahabatnya dan juga ayat-ayat yang ada di surat Al-Maidah" 

 

Yang demikian itu disebabkan sebab  di antara mereka itu (orang-orangNasrani) ada  pendeta-

pendeta dan rahib-rahib, (juga) sebab  Sebetulnya  mereka tidak menyombongkan diri. Dan jika  

mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka 

mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab 

mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama 

orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad saw.)" (QS. al-

Maidah: 82-83), 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam senantiasa berkumpul di Masjidil Haram 

dengan sahabat-sahabat yang lemah, seperti: Khabbab, Ammar, Abu Fukaihah Yasar, mantan budak 

Shafwan bin Umayyah, Shuhaib dan orang-orang seperti mereka dari kaum Muslimin. Orang-orang 

Quraisy melecehkan sahabat-sahabat Rasulullah Shaliallahu Alaihi wa Sallam yang lemah itu. Sebagian 

mereka berkata kepada yang lain: "Mereka yaitu  sahabat-sahabat Muhammad, apakah mungkin 

Allah akan memberi  mereka petunjuk dan kebenaran dan bukan memberi nya kepada kita? 

Andai yang dibawa Muhammad itu sesuatu yang baik, pasti kita akan mendahului mereka menuju 

Muhammad dan Allah tidak mengkhususkan mereka atasnya daripada kita." lalu  Allah 

menurunkan ayat tentang mereka: 

 

 Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, 

sedang mereka menghendaki keridaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun 

terhadap perbuatan mereka dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap 

perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-

orang yang zalim. Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) 

dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: 

"Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah 

berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" 

jika  orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: 

"Salaamun-alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya 

barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, lalu  ia berto bat 

sesudah  mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka Sebetulnya  Allah Maha Pengampun 

lagi Maha Penyayang. (QS. al- An'am: 52-54). 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sebagaimana berita yang sampai pada saya, seringkali duduk-

duduk di Marwa, yaitu di warung dagang seorang anak muda Kristen yang bernama Jabr. Ia budak 

Ibnu Al-Hadhrami. Orang-orang Quraisy berkata: "Demi Allah, Muhammad itu ternyata diajari banyak 

hal oleh Jabr, budak Ibnu Al-Hadhrami." lalu  Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang ucapan 

mereka ini : 

 

Dan Sebetulnya  Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sebetulnya  Al Qur'an itu diajarkan 

oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)." Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan 

(bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa Ajam, sedangAl Qur'an yaitu  dalam bahasa Arab 

yang terang. (QS. an-Nahl: 103). 

Ibnu Hisyam berkata: Firman Allah yulhiduuna ilaihi artinya mereka cenderung kepadanya. Ilhad 

artinya menghindar dari kebenaran. Ru'bah bin Al-Ajjaj berkata: 

Jika Adh-Dzahhak diikuti, maka setiap orang akan menghindar dari kebenaran 

Maksudnya Adh-Dhahhak Al-Khariji. Bait syair di atas ialah cuplikan ringkas dari syair-syair Ru'bah bin 

Al-Ajjaj. 

 

 

Ucapan Al-Ash dan Sebab Turunnya Surat Al-Kautsar 

 

Ibnu Ishaq berkata: Jika Al-Ash bin Wail As-Sahmi mendengar nama Rasulullah disebut dihadapannya, 

sebagaimana berita yang sampai padaku, maka ia akan berkata: "Jangan hiraukan si Muhammad itu, 

Sebetulnya  dia orang yang sulit memiliki anak laki-laki. Jika ia meninggal, namanya akan terputus 

dan kalian akan bebas darinya." lalu  Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang ucapannya ini : 

 

Sebetulnya  Kami telah memberi  kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat sebab  

Tuhanmu dan berkorbanlah. Sebetulnya  orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. 

(QS. al-Kautsar: 1-3). 

Yakni, Kami telah menganugerahkan kepadamu nikmat yang lebih baik daripada dunia dan seisinya. 

Al-Kautsar ialah sesuatu yang agung. 

Ibnu Ishaq berkata bahwa Labid bin Rabi'ah Al-Kilabi berkata: 

Kami merasa sedih saat kematian pemilik Mahlub 

Dan di Rida' ada rumah agung yang lain 

 

Ibnu Hisyam berkata: Bait syair di atas ialah cuplikan dari syair-syair Labid bin Rabi'ah Al-Kilabi. 

Ibnu Hisyam berkata: Pemilik Malhub ialah Auf bin Al-Ahwash bin Ja'far bin Kilab. Ia meninggal di 

Mahlub. Maksud ucapan Labid bin Rabi'ah Al-Kilabi: Di Ar-Rida' ada  rumah lain yang agung ialah 

Syuraih bin Al- Akhwash bin Ja'far bin Kilab. Ia meninggal dunia di Ar-Rida. Makna kata kautsar yang 

ia maksud ialah sesuatu yang banyak. Kata kautsar ialah dari kata katsir yang artinya banyak. 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Kumait bin Zaid berkata dalam syairnya memuji Hisyam bin Abdul Malik bin 

Marwan: 

Engkau banyak (katsir), wahai anak Marwan yang baik 

Sedang ayahmu, Ibnu Al-Aqail yaitu  kaustar (lebih agung) 

 

Bait syair di atas yaitu  penggalan dari syair-syairnya. 

Ibnu Ishaq berkata bahwa Ja'far bin Amr, Ibnu Hisyam berkata: Dia yaitu  Ja'far bin Amr bin Ja'far bin 

Amr bin Umayyah Adh-Dhamri berkata padaku dari Abdullah bin Muslim, saudara Muhammad bin 

Muslim bin Syihab Az-Zuhri dari Anas bin Malik yang berkata bahwa saya mendengar Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda dan sebelumnya beliau ditanya, 

"Wahai Rasulullah, apakah maksud Al-Kautsar yang dianugrahkan kepadamu itu? Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Al-Kautsar ialah sungai yang luasnya antara Shan'a ke Ailah. 

Tempat-tempat airnya tak terhitung banyaknya dan ia didatangi burung-burung yang memiliki leher 

laksana leher unta." Umar bin Khaththab berkata: "Wahai Rasulullah, Sebetulnya  burung ini  

pasti merasakan kenikmatan?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang yang 

menyantap burung ini  lebih memiliki nikmat yang lebih besar daripada kenikmatan burung 

ini ."42 

Ibnu Ishaq berkata: Kami mendengar hadits di atas dan hadits-hadits lainnya bahwa Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, 

Barangsiapa meminum air sungai Al-Kautsar, maka ia tidak akan pernah haus untuk selama- 

lamanya,43 

 

 

Turunnya Ayat Mengapa Malaikat Tidak Diturunkan kepadanya (Al- An'aam: 8) 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tanpa henti terus menyeru kaumnya 

kepada Islam, berdialog, berdiskusi dan berdebat dengan mereka. lalu  Zam'ah bin Al-Aswad, 

An-Nadhr bin Al- Harits, Al-Aswad bin Abdu Yaghuts, Ubay bin Khalaf dan Al-Ash bin Wail berkata 

kepada beliau: "Andai saja Allah mengutus kepada kami malaikat yang berbicara tentang dirimu dan 

bisa dilihat bersama dirimu?'"lalu  Allah menurunkan ayat tentang ucapan mereka ini : 

Dan mereka berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) seorang malaikat?" dan 

kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang malaikat, tentu selesailah urusan itu, lalu  mereka 

tidak diberi tangguh (sedikit pun). Dan kalau Kamijadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah Kami 

jadikan dia berupa laki-laki dan (jika Kami jadikan dia berupa laki-laki), Kami pun akan jadikan mereka 

tetap ragu sebagaimana kini mereka ragu." (Al-An'am: 8-9). 

 

 

Turunnya Ayat, "Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebelum kamu" (Al-

Anbiya': 41) 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam —sebagaimana berita yang saya terima— 

suatu saat berjalan melewati Al-Walid bin Al-Mughirah, Umayyah bin Khalaf dan Abu Jahal. Mereka 

mencemooh dan mengolok-olok beliau, hingga membuat beliau naik darah sebab nya, lalu Allah 

Ta'ala menurunkan ayat tentang mereka ini : 

Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebelum kamu maka turunlah kepada 

orang yang mencemoohkan rasul-rasul itu adzab yang selalu mereka perolok-olokkan. (Al-Anbiya': 41). 

 

 

Perisiwa Isra' dan Mi'raj 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam diisra'kan (diperjalanan pada malam 

hari) dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, yaitu Baitul Maqdis di Ilia. Saat itu Islam telah menyebar 

di Makkah dan di seluruh kabilah-kabilah. 

Ibnu Ishaq berkata: Hadits tentang isra'nya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sebagaimana yang 

saya terima, berasal dari Abdullah bin Mas'ud, Abu Said Al-Khudri, Aisyah istri Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam, Muawiyah bin Abu Sufyan, Al-Hasan bin Al-Hasan, Ibnu Syihab Az-Zuhri, Qatadah 

dan ulama-ulama lainnya, serta Ummu Hani' binti Abdul Muthalib. Mereka sama-sama meriwayatkan 

dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Peristiwa isra' ini di dalamnya ada  ujian, seleksi, dan 

merupakan salah satu bukti kekuasaan dan kebesaran Allah. Selain itu, ada  juga pelajaran bagi 

orang-orang berakal, petunjuk, rahmat dan penguat keimanan bagi orang yang beriman kepada Allah 

dan membenarkannya. Allah mengisrakan Rasulullah sebagaimana yang dikehendaki-Nya untuk 

memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya seperti yang Dia inginkan, hingga beliau bisa 

menyaksikan bukti-bukti kekuasaan-Nya terutama dalam mengerjakan apa saja yang dihendaki-Nya. 

Ibnu Ishaq berkata: Seperti beritakankan kepadaku, Abdullah bin Mas'ud berkata bahwa Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam menaiki Buraq, yaitu hewan yang membawa para nabi sebelum beliau. 

lalu  beliau mengendarainya untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di antara 

langit dan bumi, hingga perjalanan beliau terhenti di Baitul Maqdis. Di sana, telah ada Ibrahim, Musa 

dan Isa dalam dan beberapa nabi yang sengaja telah dikumpulkan untuk bertemu beliau, lalu  

beliau shalat mengimami mereka. Usai shalat, tiga bejana; satu bejana berisi susu, satu bejana berisi 

minuman keras dan satu bejana berisi air didatangkan kepada beliau. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda: "saat  itu ada yang berkata: jika  dia mengambil air, ia tenggelam demikian pula 

dengan umatnya. Jika ia mengambil minuman keras, ia mabuk demikian pula dengan umatnya. Jika ia 

mengambil susu, ia mendapatkan petunjuk demikian pula dengan ummatnya.' Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam bersabda: "lalu  aku mengambil bejana yang berisi susu dan meminumnya." 

Jibril berkata kepadaku: "Engkau telah mendapatkan petunjuk, demikian pula dengan ummatmu, 

wahai Muhammad." 

Ibnu Ishaq berkata: Aku diberi tahu dari Al-Hasan bahwa ia bercerita bahwa Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam bersabda: "saat  aku sedang tidur di Hijr Aswad, Malaikat Jibril mendatangiku 

lalu  membangunkanku dengan kakinya. Akupun bangun namun tidak melihat apa-apa. Aku 

tidur lagi dan ternyata Malaikat Jibril datang kepadaku untuk kedua kalinya. Ia membangunkanku 

hingga aku tersadar, namun aku tidak melihat apa-apa. Aku kembali tidur lagi dan ternyata Malaikat 

Jibril datang kepadaku untuk ketiga kalinya, lalu  menggerak-gerakkan badanku hingga aku 

bangun. Ia lalu mengajakku pergi menuju pintu masjid dan ternyata di sana ada seekor hewan putih 

yang besarnya antara kuda dan keledai. Hewan ini  rupanya memiliki sayap, ia mendorong kedua 

kakinya dengan kedua sayapnya dan memindahkan tangannya dalam setiap langkahnya di batas akhir 

pandangan matanya. Malaikat Jibril menaikiku di atas hewan ini , lalu ia keluar bersamaku. Ia 

tidak berpisah denganku dan aku tidak berpisah dengannya."44 

Ibnu Ishaq berkata: Aku mendapatkan riwayat dari Qatadah yang berkata bahwa ia diberitahu bahwa 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: 

"saat  aku mendekati hewan ini  untuk menaikinya, hewan ini  menunjukkan sikap tidak 

suka, lalu  Malaikat Jibril menegurnya dan berkata: "Kenapa engkau tidak malu atas apa yang 

engkau perbuat, wahai Buraq? Demi Allah, engkau memang pernah dinaiki hamba Allah sebelum 

Muhammad namun tak satupun dari mereka yang lebih mulia di sisi Allah daripada Muhammad." 

Buraqpun merasa malu hingga keringatnya bercucuran. sesudah  itu, ia bersikap jinak lalu  aku 

menaikinya.45 

 

Al-Hasan bercerita: lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam terbang bersama Malaikat Jibril 

hingga beliau tiba di Baitul Maqdis. Di sana, telah ada Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa dalam 

kumpulan para nabi. lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengimami mereka shalat. 

sesudah  itu, dua bejana; salah satu dari bejana ini  berisi minuman keras, sedang bejana satunya 

berisi susu didatangkan kepada beliau. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengambil bejana yang 

berisi susu, lalu  meminumnya dan meninggalkan bejana berisi khamr minuman keras. Malaikat 

Jibril berkata kepada beliau: "Engkau dikaruniai petunjuk kepada fitrah demikian pula dengan 

ummatmu, wahai Muhammad, dan minuman keras diharamkan kepada kalian." 

sesudah  itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pulang ke Makkah. Keesokan harinya, beliau 

menceritakan apa yang beliau alami kepada orang-orang Quraisy. Sebagian besar dari mereka berkata: 

"Demi Allah, ini yaitu  sesuatu yang sangat konyol. Betapa tidak?! Rombongan musafir yang jalannya 

cepat saja membutuhkan jarak tempuh selama sebulan untuk pergi dari Makkah ke Syam, apakah 

mungkin Muhammad pergi ke sana lalu pulang ke Makkah hanya dalam waktu semalam?" 

Banyak orang yang tadinya telah masuk Islam menjadi murtad gara-gara peristiwa ini. Orang-orang 

Quraisy pergi kepada Abu Bakar, lalu  berkata kepadanya: "Coba tengok sahabatmu, wahai Abu 

Bakar? Ia mengaku pada malam ini pergi ke Baitul Maqdis dan shalat di sana, lalu  pagi ini ia 

pulang ke Makkah!" Abu Bakar berkata kepada mereka: "Apakah kalian mendustakan apa yang 

dikatakan?" Mereka menjawab: "Ya, benar!  

Dia kini sedang berada di masjid sedang bercerita kepada manusia tentang apa yang baru dialaminya." 

Abu Bakar berkata: "Demi Allah, jika itu yang ia katakan, pasti ia berkata benar. Apa ada yang aneh 

bagi kalian? Demi Allah, Sebetulnya  ia berkata kepadaku bahwa ia berpindah dari langit ke bumi 

hanya dalam waktu sesaat pada waktu malam atau sesaat pada waktu siang dan aku mempercayainya. 

Jadi inilah puncak keheranan kalian?" Usai mengatakan itu, Abu Bakar berjalan hingga tiba di tempat 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berada. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam: "Wahai Nabi Allah, benarkah engkau telah bercerita kepada manusia, bahwa pada malam 

ini engkau pergi ke Baitul Maqdis?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Ya, benar." 

Abu Bakar berkata: "Kalau begitu, tolong, ceritakan kepadaku ciri-ciri Baitul Maqdis, sebab  

sebelumnya aku pernah pergi ke sana!" 

Lanjut Al-Hasan: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu menjelaskan ciri-ciri Baitiul Maqdis kepada 

Abu Bakar. sesudah  mendapatkan penjelasan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam Abu Bakar 

berkata: "Engkau berkata benar. Aku bersaksi bahwa engkau yaitu  utusan Allah." Setiap kali 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis, Abu Bakar berkata: "Engkau 

berkata benar. Aku bersaksi bahwa engkau yaitu  utusan Allah." usai bercerita. Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam berkata kepada Abu Bakar: "Engkau wahai Abu Bakar yaitu  Ash-Shiddiq (orang yang 

membenarkan)." Sejak peristiwa itulah, Abu Bakar dijuluki Ash-Shiddiq. 

Allah lalu menurunkan ayat mengenai orang-orang Islam yang murtad sebab  peristiwa isra': 

 

Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian 

bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran. Dan Kami menakut-nakuti 

mereka, namun  yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. (QS. al-Isra': 60). 

Inilah hadits riwayat Al-Hasan mengenai peristiwa isra Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang 

lebih komplit dari hadits riwayat Qatadah. 

Ibnu Ishaq berkata: Beberapa keluarga Abu Bakar bercerita kepadaku bahwa Aisyah berkata: 

"Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak pergi dengan badannya, namun dengan ruhnya."46 

 

Ibnu Ishaq berkata: Yaqub bin Utbah bin Al-Mughirah bin Al-Akhnas bercerita kepadaku, Muawiyah 

bin Abu Sufyan berkata: "Sungguh mimpi-mimpi dari Allah Ta'ala yaitu  benar." 

Ucapan Aisyah dan Muawiyah bin Abu Sufyan ini tidak kontradiksi dengan hadits riwayat Al-Hasan, 

berdasarkan ayat berikut: 

Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian 

bagi manusia (QS. Al-Isra': 60). 

Juga berdasarkan firman Allah Taala yang menceritakan perihal Nabi Ibrahim bahwa ia berkata kepada 

anaknya: 

 

"Hai anakku, Sebetulnya  aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu." (QS. ash- Shaffat: 

102). 

Dari sini jelaslah, bahwa wahyu dari Allah datang kepada para nabi, terkadang dalam keadaan mereka 

terjaga dan terkadang pula alam keadaan tidur. 

Ibnu lshaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sebagaimana berita yang sampai padaku, 

bersabda: "Mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur" 

Wallahu a'lam dalam kondisi apa beliau datang ke Baitul Maqdis dan menyaksikan apa yang dia saksian 

dari kebesaran Allah. Bagimana yang dia alami dalam keadaan tidur atau tidak tidur, yang jelas 

semuanya haq dan benar. 

Ibnu lshaq berkata: Az-Zuhri bercerita dari Sa'id bin Al-Musaiyyib bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam menjelaskan tentang ciri-ciri fisik Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa yang beliau lihat 

pada malam isra'- Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Nabi Ibrahim ia begitu mirip 

denganku. Sementara Nabi Musa, dia berkulit sawo matang, tinggi, ceking, rambutnya lebat, 

hidungnya mancung dan dia seperti orang dari kabilah Syanu'ah (kabilah Azad). Sedang Nabi Isa, beliau 

berkulit merah, postur tubuhnya sedang, rambutnya lurus, di wajahnya ada  banyak tahi lalat, dan 

orang yang paling mirip dengannya ialah Urwah bin Mas'ud Ats-Tsaqafi.47 

Ibnu Hisyam berkata: Umar mantan budak Ghufrah dari Ibrahim bin Muhammad bin Ali bin Abu Thalib 

berkata: Ali bin Abu Thalib mengisahkan tentang ciri-ciri fisik Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, 

ia berkata: "Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak terlalu tinggi dan terlalu tidak pendek, 

tingginya sedang, rambutnya tidak begitu keriting tidak begitu lurus, keritingnya seperti orang-orang 

Arab pada umumnya, badannya tidak terlalu gemuk, wajahnya tidak bulat, putih kulitnya, kedua 

matanya hitam legam, bulu matanya panjang, lebar pundaknya, rambut di dada dan perutnya tipis, 

bulu tangannya tipis, begitu juga dengan bulu kakinya, telapak tangannya keras, begitu juga telapak 

kakinya. jika  berjalan kakinya seakan tidak menginjak ta- nah. Beliau seperti berjalan menuruni 

bukit, jika menoleh maka beliau menoleh dengan menghadapkan seluruh wajahnya, di antara kedua 

bahunya ada  tanda kenabian dan itulah tanda semua para nabi. Orang yang paling suka memberi, 

paling suka memaafkan, paling benar ucapannya, paling menetapi janji, paling lembut akhlaknya, 

paling mulia pergaulannya. Siapa yang melihatnya maka ia segan padanya dan barangsiapa bergaul 

dengannya ia pasti mencintainya dan orang yang menyifati ciri-ciri beliau berkata: "Seumur hidupku 

belum pernah melihat orang yang mirip dengan Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam."48 

 

Ibnu lshaq berkata: Seperti disampaikan kepadaku, dari Ummu Hani' binti Abdul Muthalib 

Radhiyallahu Anha (ia bernama asli Hindun) mengenai peristiwa isra' Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam, berkata: "Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di isra-kan tatkala beliau sedang berada di 

rumahku. Malam itu, beliau tidur di rumahku. Dia mengakhirkan shalat Isva', lalu tidur dan kamibpun 

tidur. Menjelang Shubuh, Rasulullah membangunkan kami. sesudah  shalat Shubuh bersama, Rasulullah 

berkata: "Wahai Ummu Hani', sesudah  aku mengakhirkan shalat Isya' seperti yang engkau lihat, 

lalu  aku pergi ke Baitul Maqdis, dan shalat di sana. sesudah  itu, barulah aku mengerjakan shalat 

Shubuh bersama kalian sekarang seperti yang kalian lihat."49 lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam keluar namun aku halangi. Aku berkata kepadanya: "Wahai Nabi Allah, sembunyikan 

peristiwa ini dari manusia, sebab jika kau ceritakan nanti mereka pasti mendustakanmu dan 

mempermainkanmu." Rasulullah Shallailahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Demi Allah, aku pasti 

menceritakan peristiwa ini kepada mereka." Aku berkata kepada budakku dari Habasyah: "Sana, 

ikutilah Muhammad dan dengarkan apa yang dia katakan kepada manusia dan apa yang dikatakan 

manusia kepadanya." saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertemu dengan orang-orang, 

beliau bercerita kepada mereka dan mereka terheran-heran. Mereka berkata: "Hai Muhammad, apa 

buktinya kalau ceritamu itu benar, sebab kami belum pernah sekalipun mendengar cerita model ini 

sebelum ini." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Buktinya yaitu , aku melihat kafilah 

Bani Fulan di lembah ini dan di lembah itu. Mereka lari kocar-kacir ketakutan sebab  mendengar suara 

hewan. Aku terus berjalan hingga tiba di daerah Dhajnan, aku menghampiri kafilah Bani Fulan dan aku 

lihat mereka sedang dalam keadaan tidur. Mereka memiliki  wadah berisi air yang mereka tutupi 

dengan sesuatu, lalu aku buka tutupnya, lalu  aku minum air yang ada di dalamnya. sesudah  itu 

aku menutupnya lagi sebagaimana semula. Dan sekarang kafilah ini  singgah di Baidha' di 

Tsaniyyatun Tan'im. Mereka didahului unta berwarna abu-abu dan di unta ini  ada  dua 

karung; satu berwarna hitam dan satunya warna-warni Orang-orang itu segera pergi ke Tsaniyyah dan 

mereka berjumpa dengan rombongan itu lebih dahulu sebagaimana yang telah diceritakan Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada mereka. Mereka bertanya kepada kafilah ini  tentang wadah 

berisi air, lalu  kafilah ini  menjawab bahwa memang mereka mengisi wadah ini  

penuh dengan air dan menutupnya, dan sesudah  itu tidur. Namun saat  mereka bangun mereka tidak 

mendapatkan air di dalamnya, padahal wadah ini  tertutup rapat. Mereka juga bertanya kepada 

orang-orang lain di Makkah, lalu  orang-orang yang ditanya ini  menjawab: "Demi Allah, dia 

berkata benar. Kami lari kocar-kacir di lembah yang dia ceritakan." 

 

 

 

Kisah Mi'raj 

 

Ibnu Ishaq berkata: Berkata kepadaku dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu yang berkata bahwa 

ia mendengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "saat  aku telah menuntaskan 

seluruh urusan di Baitul Maqdis, aku melakukan mi'raj dan aku tidak pernah menyaksikan sebuah 

peristiwa yang lebih indah daripada peristiwa itu, yakni seperti seseorang yang melihat kematian saat 

sedang menjelang ajal. Lalu malaikat Jibril membawaku naik hingga tiba di salah satu gerbang langit. 

Gerbang langit ini  bernama Gerbang Al-Hafazhah (Para Penjaga). Pintu Al-Hafazhah dijaga salah 

satu malaikat yang bernama Ismail yang ngomandoi dua belas ribu malaikat dan setiap satu dari 

mereka juga mengomandoi dua belas ribu malaikat." Ditengah-tengah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam menceritakan peristiwa mi'raj, beliau melantunkan firman Allah Ta'ala: 

 

Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tu- hanmu melainkan Dia sendiri. (QS. al-Mudatstsir: 31). 

Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam melanjutkan lagi: "saat  Jibril masuk bersamaku," Malaikat 

Ismail bertanya: "Siapa orang ini?" Malaikat Jibril menjawab, "Dia Muhammad." Malaikat Ismail 

bertanya: "Apakah dia sudah diutus?" Malaikat Jibril menjawab: "Ya. Sudah." Malaikat Ismail lalu 

berdoa untukku."50 

 

Ibnu Ishaq berkata: Sebagian pakar bercerita kepadaku dari orang yang berbicara dengan Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Para malaikat 

menyambut kedatanganku pada saat aku tiba di langit dunia. Semua dari para malaikat, tersenyum 

dan memberi kabar gembira kepadaku, ia tidak tertawa dan tidak tampak wajah gembira padanya 

sebagaimana yang terlihat pada malaikat-malaikat yang lain. Aku bertanya kepada 

Jibril: "Wahai jibril, siapakah malaikat ini?" Malaikat Jibril berkata kepadaku: "Dia yaitu  malaikat 

penjaga neraka." Aku bertanya kepada Jibril dan kedudukan Malaikat Jibril di sisi Allah seperti yang 

pernah dijelaskan Allah Ta'ala kepada kalian, Yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. 

(QS. At- Takwir: 21). Dan bisakah dia memperlihatkan neraka kepadaku?" Malaikat Jibril berkata: "Ya." 

lalu  Malaikat Jibril berkata: "Wahai Malaikat perlihatkanlah neraka kepada Muhammad!" 

Malaikat penjaga neraka pun membuka pintu neraka. Api neraka ini  menyala-nyala hingga aku 

menduga bahwa ia pasti akan menghanguskan apa saja yang saya saksikan. Aku berkata kepada 

Malaikat Jibril: "Wahai Jibril, perintahkan malaikat ini  untuk menutup kembali pintu neraka ke 

seperti semula." Malaikat Jibril pun memerintahkan kepada malaikat penjaga neraka dengan berkata 

kepadanya: "Padamkanlah neraka itu." lalu  neraka kembali seperti sedia kala."51 

 

Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu Anhu melanjutkan haditsnya dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam yang bersabda: 

"saat  aku tiba di langit dunia, aku melihat seseorang sedang duduk dan arwah-arwah diperlihatkan 

kepadanya. Jika arwah ini  diperlihatkan kepadanya dalam keadaan baik dan ia senang 

dengannya, orang ini  berkata: "Ini arwah yang baik yang keluar dari raga yang baik." Jika 

sebaliknya, ia akan berkata dengan wajah muram. "Ini arwah jelek yang keluar dari raga yang jahat." 

Aku bertanya kepada Malaikat Jibril: "Siapakah dia wahai Jibril?" Jibril berkata: "Dia yaitu  nenek 

moyangmu, Adam. Semua arwah anak keturunannya diperlihatkan kepadanya. Jika arwah orang 

Mukmin dilewatkan padanya, ia sangat gembira dengannya, sambil berkata: "Ini arwah yang baik yang 

keluar dari raga yang baik. Jika arwah salah seorang kafir diperlihatkan kepadanya, ia mengatakan 

'ahh' (uff) kepadanya, membencinya dan merasa terganggu dengannya, sambil berkata: "Ini arwah 

jelek yang keluar dari raga yang jelek." 

lalu  aku melihat orang-orang yang bibirnya laksana bibir unta di tangannya ada bara api dari 

neraka sebesar batu segenggam tangan. Mereka memasukkan bara api ini  ke dalam mulut 

mereka, lalu bara dari neraka ini  keluar lagi dari dubur mereka. Aku berkata: "Siapa mereka itu 

wahai Jibril?" Jibril berkata: "Mereka pemakan harta anak yatim secara zalim." 

lalu  aku melihat orang-orang dengan perut yang sangat aneh. Mereka duduk di jalan yang akan 

dilalui keluarga Fir'aun seperti unta yang kehausan. saat  keluarga Fir'aun akan dibakar dengan api 

neraka, mereka menginjak orang-orang ini  dan mereka tidak mampu pindah dari tempat 

mereka. Aku berkata: "Siapa mereka, wahai Jibril?" Jibril menjawab, "Mereka para pemakan harta 

riba'." 

Lalu aku melihat orang-orang yang memegang daging yang empuk dan di sampingnya ada  daging 

keras yang busuk. Mereka memakan daging yang busuk ini  dan tidak mau memakan daging yang 

empuk tadi. Aku bertanya kepada Jibril: "Siapakah mereka, wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Mereka 

orang-orang yang." 

lalu  aku melihat wanita-wanita yang digantung pada payudara mereka sendiri. Aku bertanya: 

"Siapakah mereka itu wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Mereka wanita-wanita yang suka berbuat 

mesum dengan laki-laki lain saat suami dan anaknya tidak ada di rumah." 

Ibnu Ishaq berkata: Ja'far bin Amr bercerita kepadaku dari Al-Qasim bin Muham¬mad bahwa 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, 

"Kemurkaan Allah sangat keras terhadap wanita yang memasukkan laki-laki yang bukan berasal dari 

keluarganya, lalu  laki-laki ini  memakan harta mereka dan melihat auratnya."52 

 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Sa id Al-Khudri bercerita bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

bersabda: "Malaikat Jibril lalu membawaku terbang ke langit kedua. Di sana aku berjumpa Isa bin 

Maryam dan Yahya bin Zakaria. lalu  Jibril membawaku naik ke langit ketiga. Di sana aku 

berjumpa seorang laki-laki yang postur tubuhnya seperti bulan kala purnama. Aku bertanya: "Siapakah 

dia, wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Ini saudaramu, Yusuf bin Yaqub." lalu  Jibril membawaku 

terbang ke langit keempat. Di sana aku berjumpa seorang laki-laki. Aku bertanya, "Siapakah dia wahai, 

wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Dia Idris." Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membaca ayat, 

"Dan Kami mengangkatnya ke tempat yang tinggi" lalu  Malaikat Jibril membawaku terbang ke 

langit kelima. Di sana aku bertemu orang tua yang rambut dan jenggotnya memutih lebat dan aku 

tidak pernah melihat orang tua setampan dirinya. Aku bertanya: "Siapakah dia wahai Jibril?" Jibril 

menjawab: "Dia orang yang kharismatik di tengah kaumnya, dia Harun bin Imran." Malaikat Jibril 

membawaku terbang ke langit keenam. Di sana aku berjumpa orang yang kulitnya berwarna sawo 

matang, tinggi, berhidung mancung dan seperti orang dari kabilah Syanu'ah. Aku bertanya: "Siapakah 

lelaki itu wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Dia Musa bin Imran." lalu  Jibril membawaku terbang 

ke langit ketujuh. Di sana aku bertemu orang tua sedang duduk di atas kursi di pintu Baitul Makmur 

yang setiap hari didatangi tujuh puluh ribu malaikat yang tidak meninggalkannya hingga Hari Kiamat. 

Dia sangat mirip denganku. Aku bertanya: "Siapa dia wahai Jibril?" Malaikat Jibril menjawab: "Dia 

Ibrahim." lalu  Jibril membawaku masuk ke dalam surga. Di sana, aku melihat seorang 

perempuan yang berkulit merah agak "hitam". Aku bertanya kepadanya, "Siapa engkau?" Wanita 

ini  berkata: " Aku milik Zaid bin Haritsah." lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

memberitahukan kabar gembira ini kepada Zaid bin Haritsah." 

Ibnu Ishaq berkata: Dari riwayat Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu —sebagaimana kabar yang 

sampai padaku— dari Nabi Mu¬hammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam bahwa setiap kali Malaikat Jibril 

membawa tentang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ke salah satu langit dan meminta izin masuk, 

maka para malaikat penjaganya berkata kepada Jibril: "Siapa dia wahai Jibri!?" Jibril menjawab: 

"Muhammad." Para Malaikat berkata: "Apakah dia sudah diutus?" Jibril menjawab: "Ya." Para 

malaikat berkata: "Semoga Allah memberinya keselamatan." Demikianlah yang terjadi dengannya 

hingga sampai di langit ketujuh, lalu beliau menghadap kepada Tuhan-Nya dan Allah mewajibkan 

kepadanya lima puluh shalat wajib dalam sehari. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "lalu  aku keluar dan berpapasan dengan Musa 

bin Imran. la bertanya kepadaku: "Berapa kali Allah mewajibkan shalat kepadamu?" Aku menjawab: 

"Lima puluh kali dalam sehari." Nabi Musa berkata: "Sebetulnya  lima puluh kali itu berat 

dilaksanakan apalagi umatmu itu lemah. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah Dia memberi 

dispensasi shalat bagimu dan bagi umatmu." lalu  aku kembali kepada Tuhanku dan meminta-

Nya memberi keringanan shalat bagiku dan bagi umatku, lalu  Allah mengurangi sepuluh shalat 

dariku. lalu  aku keluar dan kembali berpapasan dengan Musa. Musa mengatakan kepadaku 

seperti yang dia katakan sebelumnya. lalu  aku kembali menghadap Tuhanku dan memintaNya 

memberi dispensasi bagiku dan bagi umatku, lalu  Allah mengurangi sepuluh shalat dariku. Lalu 

aku keluar, kembali aku berpapasan dengan Musa dan ia kembali berkata sebagaimana sebelumnya. 

Aku pun kembali menghadap Allah dan meminta pada-Nya dispensasi lagi, lalu  Allah 

mengurangi sepuluh shalat dariku. Lalu aku balik lagi dan kembali berpapasan dengan Musa yang tak 

pernah henti mengatakan seperti itu setiap kali aku pulang dari Allah: "Kembali dan mintalah 

keringanan!!" lalu  aku kembali menghadap Tuhanku dan meminta-Nya memberi keringanan 

shalat bagiku dan bagi umatku, hingga akhirnya Allah menetapkan shalat lima waktu bagiku dalam 

sehari dan semalam. lalu  aku menemui Nabi Musa, ia berkata sebagaimana sebelumnya. Aku 

berkata kepadanya, "Aku telah bolak-balik menghadap Tuhanku dan meminta-Nya hingga aku merasa 

malu kepada-Nya. Aku tidak akan melakukannya lagi." Jika salah seorang dari kalian mengerjakan 

shalat lima waktu dengan mengimaninya dan mengharap ridha Allah, ia mendapatkan pahala 

sebanyak lima puluh shalat (yang diwajibkan)."53 

 

 

Perlindungan Allah terhadap Rasululllah dari Cemoohan Para Pencemooh 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam senantiasa melaksanakan perintah Allah 

Ta'ala dengan sabar dan mengharap ridha-Nya dan menyampaikan nasihat kepada kaumnya. 

Meskipun beliau didustakan dan dapat gangguan dan cemoohan. Tokoh-tokoh yang gemar menghina 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam seperti disampaikan oleh Yazid bin Ruman dari Urwah bin 

Zubair kepadaku- ada lima orang. Mereka yaitu  para tokoh yang ditaati kaumnya masing-masing. 

Pencemooh dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab yaitu  Al-Aswad bin Al-Muthalib bin 

Asad Abu Zam'ah. saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar Al-Aswad bin Al-Muthalib 

suka mencemooh, beliau mendoakan kejelekan un- tuknya dengan berdoa: "Ya Allah, buatlah ia buta 

dan hancurkanlah ia.54 

 

Dari Bani Zuhrah bin Kilab yaitu  Al-Aswad bin Abdu Yaghuts bin Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah. 

Dari Bani Makhzum bin Yaqdzah bin Murrah yaitu  Al-Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar 

bin Makhzum. 

Dari Bani Sahm bin Amr Hushaish bin Ka'ab yaitu  Al-Ash bin Wail bin Hisyam 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Ash yaitu  anak Wail bin Hasyim bin Su'aid bin Sahm. 

Dari Bani Khuza'ah yaitu  Al-Harits bin Ath-Thulathilah bin Amr bin Al-Harits bin Abdu Amr bin Luay 

bin Malakan. 

Mereka tanpa henti terus mencemooh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, hingga Allah Ta'ala 

menurunkan ayat berikut: 

 Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan 

berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sebetulnya  Kami memelihara kamu daripada 

(kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu), (yaitu orang-orang yang menganggap 

adanya tuhan yang lain di samping Allah; maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya). 

(QS. al-Hijr: 94-96). 

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ruman bercerita kepadaku dari Urwah bin Zubair atau orang selain 

Urwah bin Zubair dari kalangan pakar terpercaya bahwa Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat  orang-orang Quraisy thawaf di Baitullah dan Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam berdiri di sisinya. Malaikat Jibril berjalan melewati Al-Aswad bin Al-Muthalib, 

lalu  melemparkan daun hijau ke wajahnya dan Al-Aswad bin Al-Muthalib pun menjadi buta. 

Malaikat Jibril lalu  berjalan melewati Al-Aswad bin Abdu Yaghuts, lalu  Malaikat Jibril 

mendoakan keburukan pada perutnya hingga membengkak dan dia mati sebab  perut kembung 

(gembur). Malaikat Jibril lalu berjalan melewati Al-Walid bin Al-Mughirah, lalu  mendoakan 

keburukan agar bekas luka di bawah telapak kakinya kambuh kembali hingga membawa kepada 

kematiannya. Malaikat Jibril berjalan lagi melewati Al-Ash bin Wail, lalu  mendoakan keburukan 

agar kaki bagian dalam Al-Aswad bin Wail terluka hingga membuatnya mati. Malaikat Jibril berjalan 

melewati Al-Harits Ath-Thulatilah sambil mendoakan keburukan ke kepalanya, lalu  kepalanya 

mengeluarkan nanah dan ia mati sebab nya. 

 

 

Kisah Abu Uzaihir al-Dausi 

 

Ibnu Ishaq berkata: saat  hendak mening- gal dunia Al-Walid bin Al-Mughirah, anak- anaknya yang 

berjumlah tiga orang, yakni Hisyam bin Al-Walid, Al-Walid bin Al-Walid dan Khalid bin Al-Walid berada 

di sisinya. Ia berkata kepada mereka: "Aku wasiatkan tiga hal kepada kalian dan penuhilah itu semua. 

Darahku di Khuza'ah, jangan kalian biarkan begitu saja tumpah tanpa ada balas dendam terhadapnya. 

Demi Allah, mereka memang berhasil lolos darinya namun aku khawatir kalian akan dicaci maki 

nantinya. Uang ribaku ada di Tsaqif, cepatlah kalian mengambilnya. Uang diyatku ada pada tangan 

Abu Uzaihir Ad-Dausi, cepat kalian ambil darinya." 

Abu Uzaihir telah menikahkan Al-Walid bin Al-Mughirah dengan putrinya, lalu  Abu Uzaihir Ad-

Dausi tidak mempertemukan putrinya dengan Al-Walid bin Al-Mughirah. Sehingga, Al-Walid bin Al-

Mughirah tidak bisa menggauli istrinya (putri Abu Uzaihir Ad- Dausi) sampai ia meninggal dunia. saat  

Al- Walid bin Al-Mughirah wafat, Bani Makhzum pergi kepada Khuza'ah untuk meminta uang tebusan 

kematian Al-Walid bin Al-Mughirah. Orang-orang dari Bani Khuza'ah berkata: "Sebetulnya  

penyebab kematian Al-Walid bin Al-Mughirah yaitu  sebab  terkena anak pa- nah milik salah seorang 

dari sahabat-sahabat kalian sendiri." Bani Ka'ab memiliki kedekatan dengan Bani Abdul Muthalib bin 

Hasyim. Bani Khuza'ah menolak keras membayar diyat atas kematian Al-Walid bin Al-Mughirah 

kepada Bani Makhzum, hingga mereka membuat banyak sekali syair-syair dan menimbulkan konflik 

yang sengit di antara mereka. Anak panah yang mengenai Al-Walid bin Al-Mughirah yaitu  milik 

seorang pemuda dari Bani Ka'ab bin Amr dari Khuza'ah. 

Kedua kubu besar ini saling serang tanpa henti, namun lama-kelamaan mereka sadar bahwa jika hal 

ini dibiarkan berlarut-larut maka akan terjadi caci-maki terhadap salah satu kaum. Maka Khuza'ah pun 

rela untuk mengganti rugi kematian Al-Walid bin Al- Mughirah kepada Bani Makhzum dan kedua belah 

pihakpun akhirnya berdamai. 

Al-Jaun bin Abu Al-Jaun terus saja berbangga diri atas kematian Al-Walid dan bahwa Bani Khuza'ah 

yang berhasil menciderai Al-Walid, padahal semua itu tidak benar. Al-Jaun bin Abu Al-Jaun lalu pergi 

menyusul Al-Walid dan anaknya. Kaum Al-Jaun bin Abu Al-Jauh sedikitpun tidak khawatir atas apa 

yang diperbuat Al-Jaun bin Abu Al-Jaun. 

Ibnu Hisyam berkata: Saya tidak tuliskan di sini satu bait syair yang sangat jorok dan vulgar. 

Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Al-Walid lalu  pergi menghadap Abu Uzaihir yang pada saat itu 

sedang berada di pasar Dzi Al-Majaz sedangkan putrinya Atikah binti Uzaihir telah menjadi istri Abu 

Sufyan bin Harb. Abu Uzaihir yaitu  orang terpandang di tengah kaumnya, lalu  Hisyam bin Al-

Walid menghabisi Abu Uzaihir sebab  uang denda Al-Walid bin Al-Mughirah ada padanya seba- 

gaimana yang diwasiatkan ayahnya. 

Peristiwa ini terjadi sesudah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah dan pasca 

Perang Badar Kubra yang menghilangkan banyak sekali nyawa tokoh dan pemuka kaum musyrikin 

Quraisy. saat  Abu Sufyan bin Harb sedang berada di pasar Dzi Al-Majaz, Yazid bin Abu Sufyan bin 

Harb keluar dari rumahnya untuk mengumpulkan Bani Abdu Manaf. Orang-orang Quraisy pun berkata: 

"Abu Sufyan ingin membalas dendam atas kematiannya." saat  Abu Sufyan mendengar apa yang 

dilakukan anaknya, sedangkan Abu Sufyan dikenal memiliki perangai yang lembut dan santun amat 

mencintai kaumnya, maka ia segera turun ke Makkah. Ia khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk 

terhadap orang-orang Quraisy akibat kematian Abu Uzaihir. Abu Sufyan bin Harb menghampiri 

anaknya Yazid yang sedang menenteng tombak di tengah-tengah kaumnya, Bani Abdu Manaf dan 

orang-orang Al-Muthaiyyibin. Abu Sufyan bin Harb mengambil tombak dari tangan Yazid dan 

memukulkannya ke kepala Yazid sehingga ia terdiam. Abu Sufyan bin Harb berkata kepada Yazid: 

"Dasar sialan! Apakah engkau mau mengadu domba sesama sebagian orang Quraisy hanya sebab  

masalah seseorang dari Daus. Kita akan beri ganti rugi kepada mereka jika mereka mau 

menerimanya." Mendengar itu, Hassan bin Tsabit bangkit mendorong pembalasan darah Abu Uzaihir. 

la kritik habis-habisan sikap pengecut Abu Sufyan. Ia berkata: 

Mendengar kritikan Hassan bin Tsabit, Abu Sufyan menukas: "Hassan bin Tsabit ingin mengadu domba 

kita semua gara-gara masalah orang dari Daus. Demi Allah, buruk benar apa yang dipikirkannya. 

Tatkala orang-orang Thaif telah masuk Islam, Khalid bin Al-Walid berkata kepada Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam tentang uang riba Al-Walid bin Al-Mughirah yang ada di tangan Tsaqif sebab  ayahnya 

telah berwasiat untuk mengambilnya. 

Ibnu Ishaq berkata: Sebagian ahli berkata kepadaku, ayat-ayat tentang pengharaman sisa riba yang 

masih beredar di tengah orang-orang diturunkan sebab  Khalid bin Al-Walid. Ayat ini  yaitu , 

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum 

dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman." (QS. al- Baqarah: 278). 

 

 

Pemberontakan Daus untuk Membalas Dendam Atas Kematian Uzaihir dan Tentang Ummu Ghaylan 

 

Ibnu Ishaq berkata: Sepanjang yang kami ketahui tidak ada balas dendam atas kematian Abu Uzaihir, 

hingga Islam memberi  batasan yang jelas antara manusia. Namun Dhirar bin Al-Khaththab bin 

Mirdas Al-Fihri bersama beberapa orang Quraisy datang ke perkampunan Daus. Mereka menemui 

Ummu Ghailan, eks budak salah seorang dari Daus. Ummu Ghailan yaitu  pendeta rambut wanita dan 

mempersiapkan para pengantin. Orang-orang dari kabilah Daus ingin menghabisi orang-orang Quraisy 

ini  sebagai balas dendam atas kematian Abu Uzaihir. Namun Ummu Ghailan dan perempuan-

perempuan yang berasa bersamanya bangkit melindungi orang-orang Quraisy tadi. Dhirar bin Al- 

Khaththab berkata tentang peristiwa ini : 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah bercerita kepadaku, wanita yang menyelamatkan Dhirar bin Al-

Khaththab yaitu  Ummu Jamil. Ada Jagi yang berpendapat bahwa wanita ini  yaitu  Ummu 

Ghailan. Namun bisa saja Ummu Ghailan bersama-sama dengan Ummu Jamil menyelematkan Dhirar 

bin Al-Khaththab. 

saat  Umar bin Khaththab diangkat menjadi khalifah, Ummu Jamil datang mengunjunginya, Ummu 

Jamil menganggap bahwa Umar bin Khaththab yaitu  saudara Dhirar. saat  Ummu Jamil 

mengisahkan nasabnya. Umar bin Khaththab berkata: "Sebetulnya  aku tidak lagi menjadi sau- 

daranya, sebab saudaraku hanya dalam Islam. Ia sedang berperang. Aku mengetahui jasamu 

terhadapnya." lalu  Umar bin Khaththab memberinya harta kepada Ummu Jamil sebab  ia dalam 

kondisi musafir. 

Ibnu Hisyam berkata: Pada Perang Uhud, Dhirar berkata kepada Umar bin Khaththab: "Berbahagialah, 

wahai anak lelaki Khaththab, aku tidak akan membunuhmu." Umar bin Khaththab lalu mengenalkan 

Ummu Jamil kepada Dhirar bin Khaththab sesudah  ia memeluk Islam. 

 

 

Abu Thalib dan Khadijah Meninggal Dunia dan Apa yang Terjadi Sebelum dan sesudah  Itu 

 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy yang suka mengusik Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

di rumah beliau ialah Abu Lahab, Al-Hakam bin Al-Ash bin Umayyah, Uqbah bin Abu Mu'aith, Adi bin 

Hamra' Ats-Tsaqafi dan Ibnu Al-Ashda' Al-Hudzali. Mereka yaitu  tetangga Rasulullah Shal¬lalahu 

'alaihi wa Sallam. Di antara mereka, yang masuk Islam hanyalah Al-Hakam bin Abu Al-Ash. Suatu 

saat , salah seorang dari mereka melemparkan usus kambing kepada Rasulullah Shallalahu alaihi wa 

Sallam pada saat beliau sedang shalat. Seperti dikatakan kepadaku oleh Umar bin Abdullah bin Urwah 

bin Zubair dari Urwah bin Az-Zubayr, bahwa jika dilempari oleh mereka, beliau keluar dengan 

membawa ranting pohon lalu  usus ini  dengannya sambil berkata: "Hai Bani Abdu Manaf, 

hubungan bertetangga macam apakah ini?"lalu  beliau melemparkannya di jalan. 

Ibnu Ishaq berkata: Pada tahun ini Khadijah wafat dan pada tahun yang sama, Abu Thalib juga 

meninggal dunia. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendapatkan banyak sekali ujian kehidupan 

sesudah  wafatnya Khadijah, sebab  sebelumnya Khadijah bagaikan penasihat beliau yang jujur dalam 

Islam; beliau mencurhatkan seluruh persoalannya kepadanya. Pasca kematian Abu Thalib kehidupan 

beliau kian bertambah sulit, sebab  Abu Thalib yaitu  pelindung beliau, pemelihara dalam semua 

urusan beliau, orang yang sangat senantiasa mendukung dan membantu dalam menghadapi kaum 

beliau. Peristiwa ini  terjadi tiga tahun sebelum Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke 

Madinah. Tatkala Abu Thalib wafat, orang-orang Quraisy semakin leluasa mengganggu Rasulullah 

Shallalahu alaihi wa Sallam yang tidak mungkin mereka dapat melakukannya semasa Abu Thalib masih 

hidup. Suatu saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dihadang oleh laki-laki stress dari Quraisy 

lalu  ia menaburkan tanah ke atas kepala beliau. 

Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Urwah bercerita kepadaku dari ayahnya, Urwah bin Zubair yang 

berkata: "sesudah  orang stress ini  menaburkan tanah ke atas kepala Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam, beliau pulang ke rumah dalam keadaan tanah tadi masih ada di atas kepala beliau. Salah 

seorang dari putri beliau berdiri untuk membersihkan kepala beliau sambil menangis. Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: "Jangan menangis, sebab  Sebetulnya  Allah 

senantiasa menjaga ayahmu." Beliau juga berkata: "Orang-orang Quraisy selalu gagal melakukan 

aksinya kepadaku hingga Abu Thalib meninggal dunia."55 

 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat orang-orang Quraisy mendengar sakit Abu Thalib, sebagian mereka 

berkata kepada sebagian yang lain: "Sebetulnya  Hamzah dan Umar telah masuk Islam dan Islam 

telah menyebar luas di kabilah-kabilah Quraisy secara keseluruhan. Oleh sebab nya, mari kita jenguk 

Abu Thalib dan menasihatinya agar menghentikan dakwah keponakannya. Demi Allah, kita tidak akan 

pernah merasa hidup nyaman kalau dia menguasai masalah kita." 

Ibnu Ishaq berkata: Al-Abbas bin Abdullah bin Muabbad berkata, dari sebagian keluarganya, dari Ibnu 

Abbas ia berkata: Orang-orang Quraisy itu lalu datang kepada Abu Thalib dan merayunya. Mereka 

yaitu  Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Abu Jahal bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf dan Abu 

Sufyan dalam rombongan tokoh-tokoh Quraisy. Mereka berkata kepada Abu Thalib, "Hai Abu Thalib, 

seperti telah engkau ketahui Sebetulnya  engkau bagian dari kami dan kami khawatir atas 

kondisimu. Sungguh engkau telah menyaksikan sendiri pertentangan antara kami dengan ponakanmu. 

Oleh sebab nya, panggillah dia, katakan apa yang dia mau, maka kami akan mengabulkannya dan 

sesudah  itu kami sebutkan keinginan kami yang harus dia penuhi agar dengan cara itu, ia menahan diri 

dari kami dan kamipun menahan diri dari dia, dia membiarkan kami pada agama kami dan kami 

membiarkannya berada pada agamanya. Abu Thalib memanggil Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

lalu  beliau datang menemui Abu Thalib. Abu Thalib berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam: "Wahai keponakanku, orang-orang ini yaitu  pembesar kaummu. Mereka sepakat untuk 

memberi  sesuatu kepadamu dan sebagai gantinya mereka mendapatkan sesuatu pula darimu." 

Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam bersabda: "Baiklah, Wahai pamanku, hanya ada satu kalimat. 

Jika mereka memberi nya padaku, maka mereka dapat menguasai Arab, dan orang-orang non-Arab 

akan tunduk kepada kalian." Abu Jahal berkata: "Ya, jangankan satu, sepuluh kalimat pun boleh kau 

ucapkan." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Katakanlah Laa Ilaaha ilia Allah dan 

tinggalkan apa saja yang kalian sembah selain Allah." Tokoh-tokoh Quraisy bertepuk tangan, lalu  

mereka berkata: "Wahai Muhammad, apakah engkau mau menjadikan tuhan-tuhan itu satu saja? 

Sungguh, ini sangatlah konyol." Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain: "Demi Allah, 

orang ini hanya mempermainkan kita. Pulanglah kalian dan berpegang teguhlah kalian kepada agama 

leluhur kalian, hingga Allah memutuskan perkara di antara kita dan dirinya." sesudah  itu, mereka keluar 

berpencar dari rumah Abu Thalib. 

Sejurus lalu  Abu Thalib berkata kepada Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam: "Demi Allah, 

wahai ponakanku, permintaanmu itu sebenarnya sangatlah ringan." saat  Abu Thalib berkata seperti 

itu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam mengharapkannya masuk Islam. Beliau berkata kepada Abu 

Thalib; '"Wahai pamanda, ucapkanlah satu kalimat, maka dengan kalimat ini  engKau aKan 

menaapatKan syataatKu pada Hari Kiamat." saat  Abu Thalib melihat keseriusan Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam terhadap dirinya, ia berkata: "Wahai keponakanku, kalaulah bukan sebab  

aku khawatir mendapatkan kecaman terhadapmu, anak-anak kakekmu sepeninggalku dan kalaulah 

tidak khawatir orang-orang Quraisy menuduhku mengatakannya sebab  aku ta kut mati, pastilah aku 

mengucapkannya. Aku juga tidak mau mengucapkannya hanya untuk menyenangkanmu." saat  ajal 

Abu Thalib semakin dekat, Al-Abbas melihatnya meng- gerak-gerakkan kedua bibirnya, lalu  ia 

mendengarnya dengan telinganya. Al-Abbas berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: 

"Wahai keponakanku, demi Allah, sungguh saudaraku telah mengucapkan kalimat ini ." 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku tidak mendengar."56 

 

Ibnu Ishaq berkata: Allah lalu menurunkan ayat tentang orang-orang Quraisy tadi. 

 

Shaad, demi Al Quran yang memiliki  keagungan. Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam 

kesombongan dan permusuhan yang sengit. Betapa banyaknya umat sebelum merekayang telah Kami 

binasakan, lalu mereka meminta tolongpadahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. 

Dan mereka heran sebab  mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan 

mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini yaitu  seorang ahli sihir yang banyak berdusta." 

Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yangsatu saja? Sebetulnya  ini benar-benar suatu 

hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): 

"Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, Sebetulnya  ini benar-benar suatu hal 

yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan 

Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan, (QS. Shaad: 1-7). 

Agama terakhir dalam ayat di atas ialah agama Kristen, sebab  mereka berkata: "Sebetulnya  Allah 

yaitu  satu dari yang tiga" (QS. al-Maidah: 73). "Dan ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah 

(dusta) yang diada-adakan" (QS. Shaad: 7) Tidak lama lalu , Abu Thalib meninggal dunia. 

 

 

Rasulullah Menuju Thaif Meminta Bantuan 

 Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Abu Thalib bebas, orang-orang Quraisy semakin mengganggu Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak sebagaimana gangguan yang mereka lakukan semasa hidupnya Abu 

Thalib. Kondisi ini memaksa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi ke Thaif untuk mencari 

pertolongan dan perlindungan dari Tsaqif atas serangan yang dilancarkan oleh kaum Quraisy, dengan 

harapan mereka menerima apa yang beliau bawa dari Allah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

pergi sendirian ke sana. 

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ziyad berkata kepadaku dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhi ia berkata: 

Setibanya di Thaif, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menemui pemimpin-pemimpin Tsaqif dan 

tokoh-tokoh mereka. Orang-orang ini  yaitu  tiga bersaudara: Abdu Yalail bin Amr bin Umair, 

Mas'ud bin Amr bin Umair dan Habib bin Amr bin Umair bin Auf bin Aqdah bin Ghirah bin Auf bin 

Tsaqif. Salah seorang dari mereka bertiga beristrikan wanita dari Quraisy. Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam men- datangi mereka, berdakwah kepada mereka dan berdialog dengan mereka tentang 

tujuan kedatangannya kepada mereka yaitu mencari orang yang bersedia menolongnya menegakkan 

Islam dan berjuang bersama beliau dalam menghadapi kaumnya yang menentangnya. Salah seorang 

dari mereka bertiga berkata: "Saya akan merobek kain Ka'bah jika benar kau yaitu  utusan-Nya." 

Orang kedua berkata: "Apakah Allah tidak mendapatkan orang lain yang bisa diutus selain dirimu?" 

Orang ketiga berkata: "'Demi Allah, aku tidak akan bercakap-capak denganmu." lalu  Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi dari tempat mereka dalam keadaan putus asa akan kebaikan orang-

orang Tsaqif. 

Mereka malah mengerahkan orang-orang bodoh dan budak-budak mereka untuk mencaci-maki 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka mengepung beliau dan membuatnya terpaksa harus 

berlindung di sebuah kebun milik Utbah bin Rabi'ah dan Syaibab bin Rabi'ah yang pada saat itu sedang 

berada di dalamnya. Orang-orang yang mengejar Rasulullah pun kembali pulang. Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam pergi berteduh di bawah sebuah pohon anggur dan duduk di sana. Kedua anak 

Rabi'ah melihat dan menyaksikan apa yang beliau terima dari warga  Thaif yang bodoh. 

saat  kedua anak Rabi'ah melihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan apa yang beliau alami, 

hati nurani keduanya terketuk. Mereka memanggil budak, seorang Kristen yang bernama Addas dan 

mereka berkata kepada Addas: "Ambillah setandan anggur, lalu berilah kepada orang itu agar ia 

memakannya." Addas mengerjakan perintah kedua anak Rabi'ah itu. Lalu ia pergi menemui Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan meletakkan piring berisi anggur di depan beliau. Adas berkata: 

"Makanlah!" saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam meletakkan tangannya di atas piring 

ini , beliau berkata: Bismillah (dengan nama Allah). lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam memakannya. Addas memandang wajah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu  

berkata: "Demi Allah, aku belum pernah warga  negeri ini. mengucapkan hal itu." Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertanya kepada Addas: "Berasal dari negeri manakah engkau wahai 

Addas? Apa agamamu?" Addas menjawab: "Aku seorang Kristen dan berasal dari negeri Ninawa." 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertanya kepadanya: "Dari desa orang shalih yang bernama 

Yunus bin Matta?" Addas berkata: "Apa yang engkau ketahui tentang Yunus bin Matta?' Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Dia saudaraku, ia seorang nabi aku juga seorang nabi. "57 

Addas bersimpuh di depan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, mencium kepala, kedua tangan dan 

kedua kaki beliau. Salah seorang anak Rabi'ah berkata kepada saudaranya: "Budakmu itu telah dicuci 

otak oleh Muhammad." saat  Addas tiba di tempat kedua anak Rabi'ah, keduanya bertanya kepada 

Addas: "Sialan kau Addas, kenapa engkau mencium, kedua tangan dan kedua kakinya?" Addas 

menjawab: "Di dunia ini tidak ada sesuatu yang lebih membahagiakanku daripada apa yang baru aku 

kerjakan tadi. Sebab ia yaitu  seorang nabi." Kedua anak Rabi'ah berkata kepada Addas: "Sadarlah, 

wahai Addas, janganlah engkau dibuat berpaling dari agamamu, sebab  agamamu jauh lebih baik 

ketimbang agamanya." 

 

 

Perihal Jin yang Mendengar Apa yang Rasulullah Bacaan Al-Quran dan Beriman Padanya 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam akhirnya meninggalkan Thaif dan pulang ke 

Makkah. Sesampainya di Nakhlah, beliau bangun pada suatu malam untuk mendirikan shalat, tak 

diduga beberapa jin yang disebutkan Allah terbang melewati beliau. Mereka terdiri dari tujuh jin dari 

jin warga  Nashibin. Mereka mendengar bacaan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Usai beliau 

shalat, jin-jin ini  pulang kepada kaumnya dan menjadi juru dakwah bagi mereka. Mereka 

mengimani Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan merespon positif apa yang telah mereka 

dengar. lalu  Allah mengisahkan mereka kepada Rasulullah 

Shallalahu alaihi wa baiiam daiam tirman- Nya. Allah berfirman:  

 

Mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)." saat  pembacaan telah selesai mereka 

kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: "Hai kaum kami, 

Sebetulnya  kami telah mendengarkan kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang 

membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang 

lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-

Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari adzab yang pedih." 

(QS. al-Ahqaf: 29-31). 

Allah Tabaraka wa juga berfirman: 

 

  

Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah 

mendengarkan (Al Quran), lalu mereka berkata: "Sebetulnya  kami telah mendengarkan Al Quran 

yang menakjubkan, (QS. al-Jin: 1) 

 

 

Rasulullah Menawarkan Dirinya Pada Kabilah-kabilah 

 

Ibnu lshaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam akhirnya pulang ke Makkah. Sementara 

kaum beliau semakin keras menentang agama beliau, kecuali sebagian kecil dari kalangan 

mustadh'afiin yang telah beriman. Kala musim haji tiba, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

menawarkan jasa kepada kabilah-kabilah Arab, sekaligus mengajak mereka kepada agama Allah, 

meya- kinkan mereka bahwa beliau yaitu  Nabi yang diutus. 

Ibnu lshaq berkata: Beberapa sahabat saya yang tidak saya ragukan kejujurannya menuturkan dari 

Zaid bin Aslam bin Abbad al-Daili atau dari orang yang menuturkan padanya Abu Zinad, Ibnu Hisyam 

berkata: Rabi'ah bin Abbad. 

Ibnu lshaq berkata: Husain bin Abdullah bin Ubaidillah bin Abbas bercerita kepadaku, aku mendengar 

Rabi'ah bin Abbad yang pernah berbicara dengan ayahku yang berkata: Saat aku remaja, aku bersama 

ayahku di Mina. saat  itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiri di salah satu rumah kabilah 

Arab. Beliau bersabda, "Hai Bani Fulan, Sebetulnya  aku diutus oleh Allah kepada kalian. Dia 

memerintahkan kalian untuk beribadah kepada-Nya, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa 

pun, kalian harus meninggalkan tandingan-tandingan yang kalian sembah selain Allah, hendaklah 

kalian beriman kepadaku, membenarkanku dan melindungiku hingga dakwahku terangkat ke seluruh 

penjuru." 

Usai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berbicara dan menyerukan dakwah beliau, orang ini  

berkata: "Wahai Bani Fulan, Sebetulnya  laki-laki ini mengajak kalian untuk meninggalkan Tuhan Al-

Lata dan Al-Uzza dari leher kalian dan dari sekutu-sekutu kalian dari jin Bani Malik bin Aqiqisy kepada 

bid'ah dan kesesatan yang dibawanya. Janganlah kalian taat kepadanya jangan pula kalian tertipu 

dengan ucapannya." Aku bertanya kepada ayahku: "Ayah, siapakah orang yang berkata sebelum orang 

yang barusan tadi?" Ayah menjawab: "Aku tidak tahu, yang aku tahu pamannya yang bernama Abdul 

Uzza bin Abdul Muthalib Abu Lahab."58 

 

Ibnu lshaq berkata: Ibnu Syihab berkata kepadaku bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

datang ke pemukiman mereka di Kindah. Mereka memiliki  pemimpin yang bernama Mulaih. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyeru Mulaih kepada agama Allah Azza wa Jalla dan 

menawarkan dirinya bergabung dengan mereka, namun mereka merespon negatif ajakan beliau. 

Ibnu Hisyam berkata: Nabighah berkata: 

Kau laksana unta dari Bani Uqays 

Dengan kulit tua yang gemerincing di belakang betismu 

 

Ibnu lshaq berkata: Muhammad bin Abdurrahman bin Abdullah bin Hushain berkata kepadaku, bahwa 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendatangi salah satu pemukiman kabilah Bani Kalb, yang 

bernama kabilah Ab-dullah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyeru mereka kepada agama 

Allah dan menawarkan diri beliau kepada mereka. Beliau bersabda kepada mereka: "Hai Bani Fulan, 

Sebetulnya  Allah telah memberi nama yang baik untuk para leluhur kalian." Sayangnya mereka 

tidak menerima tawaran beliau. 

Ibnu Ishaq berkata: Sebagian pakar berkata kepadaku dari Abdullah bin Ka'ab bin Malik bahwa 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendatangi Bani Hanifah di pemukiman mereka. Beliau 

menyeru mereka kepada agama Allah dan menawarkan diri bergabung dengan mereka, namun tidak 

ada orang Arab yang responnya lebih buruk daripada respon mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri bercerita kepadaku: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendatangi 

Bani Amir bin Sha'sha'ah untuk menyeru mereka kepada agama Allah Azza wa Jalla dan menawarkan 

dirinya bergabung dengan mereka. Salah seorang dari mereka yang bernama Biharah bin Firas, Ibnu 

Hisyam berkata: Firas yaitu  anak Abdullah bin Salamah bin Qusyair bin Ka'ab bin Rabi'ah bin Amir 

bin Sha'sha'ah, ia berkata: "Demi Allah, andaikata aku menerima pemuda ini oleh orang-orang 

Quraisy. Aku pasti dihabisi orang-orang Arab." Biharah bin Firas berkata kepada Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam: "Bagaimana menurutmu jika kami berjanji setia padamu untuk mengikuti agamamu, 

lalu  Allah menaklukkan orang-orang yang menentangmu, apakah sesudah  itu urusan ini menjadi 

milik kami?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Semua urusan itu milik Allah. Terserah 

Dia mau berbuat apa!" Biharah bin Firas berkata kepada Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Apakah engkau menginginkan leher-leher kami disembelih orang-orang 

Arab hanya sebab  membelamu, lalu  jika Allah memenangkanmu, maka urusan ini menjadi milik 

orang lain selain kami? Kami tidak butuh urusanmu." Mereka menolak tawaran Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam. 

sesudah  para jama'ah haji menyelesaikan ibadah haji mereka lalu pulang ke negerinya masing-masing, 

termasuk Bani Amir. Mereka pulang menemui sesepuh mereka yang telah lansia dan tidak bisa ikut 

haji bersama mereka. jika  mereka pulang dari haji mereka bercerita kepadanya tentang semua 

peristiwa yang terjadi di musim haji. Tatkala mereka tiba dari melaksanakan ibadah haji pada tahun 

ini dan bertemu kembali dengan orang tua ini , orang tua ini  bertanya kepada mereka 

tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada musim haji tahun ini. Mereka menjawab, "Ada anak 

pemuda Quraisy dari Bani Abdul Muthalib datang kepada kami. Ia mengaku sebagai nabi ia memohon 

agar kami melindunginya, berpihak kepadanya dan membawanya ke negeri kita." Orang tua ini  

meletakkan kedua tangannya di atas kepalanya, lalu  berkata: "Hai Bani Amir, apakah dia masih 

ada disana? Kalian telah menyia-nyiakan apa yang datang pada kalian! Demi Tuhan, Sebetulnya  

anak keturunan Ismail itu tidak pernah sekalipun berdusta dalam perkataannya. Perkaataannya selalu 

benar. Dimana kecerdasan kalian yang selama ini kalian miliki?" 

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshari Azh-Zhafari berkata kepadaku dari 

sesepuh kaumnya yang berkata: Suwaid bin Shamit, saudara Bani Amr bin Auf mendatangi Makkah 

untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah. Suwaid di tengah kaumnya dipanggil dengan Al-Kamil, 

sebab  kegigihannya, puisi-puisinya dan nasabnya." 

Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar kedatangan Suwaid bin Shamit, beliau 

menemuinya dan menyeru- nya kepada agama Allah, Islam. Suwaid bin Shamit berkata kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, "Apakah yang engkau bawa itu memiliki kesamaan dengan apa 

yang aku bawa?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata kepada Suwaid bin Shamit: 

"Memangnya apa yang engkau bawa?" Suwaid bin Shamit berkata: "Lembaran Hikmah Luqman." 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ber¬kata kepada Suwaid bin Shamit: "Sudikah kau perlihatkan 

lembaran itu kepadaku!" Suwaid bin Shamit memperlihatkan Lembaran Hikmah Luqman kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, lalu  beliau bersabda; "Ini ucapan yang indah, namun apa 

yang aku miliki jauh lebih indah. Ia yaitu  Al-Qur'an yang diturunkan Allah Ta'ala kepadaku. Al- Qur'an 

yaitu  petunjuk dan nur." lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membacakan Al-Qur'an 

kepada Suwaid bin Shamit 

dan mengajaknya kepada Islam. Suwaid bin Shamit tidak membantah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam. Suwaid bin Shamit berkata: "Sebetulnya  ini ucapan yang paling indah." sesudah  itu, Suwaid 

bin Shamit pamit kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan kembali ke Madinah untuk 

bertemu dengan kaumnya. Tak berapa lama lalu , Suwaid bin Shamit dihabisi orang-orang Al- 

Khazraj. Orang-orang dari kaumnya berkata: "Sebetulnya  ia dibunuh dalam keadaan Muslim." 

Pembunuhan ini terjadi sebelum Perang Bu'ats. 

Ibnu Ishaq berkata: Al-Hushain bin Abdurrahman bin Amr bin Sa'ad bin Muadz bercerita kepadaku dari 

Mahmud bin Labid ia berkata: Saat Abu Al-Haisar Anas bin Raff tiba di Makkah bersama dengan anak-

anak muda dari Bani Abdul Asyhal, termasuk Iyas bin Muadz untuk mencari sekutu dari orang- orang 

Quraisy dalam menghadapi kaumnya dari Al-Khazraj, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

mendengar kedatangan mereka. Beliau datang menemui mereka dan duduk berbincang bersama 

mereka. Beliau bersabda: "Maukah kalian menerima kebaikan yang jauh lebih baik daripada tujuan 

kedatangan kalian ke tempat ini?" Mereka bertanya: "Apa itu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

bersabda: "Aku yaitu  utusan Allah yang diutus kepada hamba-hamba-Nya. Untuk menyeru mereka 

menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun dan telah Allah menurunkan Al-Kitab 

kepadaku." lalu  Rasulullah menjelaskan tentang Islam dan membacakan Al-Quran pada mereka. 

Iyas bin Muadz, seorang pemuda di antara mereka berkata: "Wahai Hai kaumku, demi Allah, ini jauh 

lebih baik dari tujuan kedatangan kita semula." Abu Al-Haisar Anas bin Rafi' lalu mengambil 

segenggam penuh tanah kotor di bawah kakinya lalu menaburkannya ke wajah Iyas bin Muadz, sambil 

berkata: "Diam!! "Siapa yang menyuruhmu bicara!!. Aku bersumpah kami datang ke tempat ini bukan 

untuk keperluan itu!!." Mendengar itu Iyas bin Muadz diam. lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam pergi meninggalkan mereka sedangkan mereka kembali pulang ke Madinah. Saat itulah terjadi 

perang Bu'ats antara Aus dan Khazraj. Tak lama lalu  Iyas bin Muadz berpulang menghadap 

tuhannya.59 

 

Mahmud bin Labid berkata: Saat kematiannya, kaumnya selalu mendengarnya mengucapkan tahlil, 

takbir, tahmid dan tasbih hingga ia wafat. Mereka yakin sekali bahwa lyas bin Muadz meninggal dunia 

dalam keadaan Muslim. Ia merasa sudah masuk Islam sejak pertemuannya dengan Rasulullah dan 

saat  mendengar apa yang disampaikan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pada waktu itu.  

 

 Awal Masuk Islamnya Orang-orang Anshar 

 

Ibnu Ishaq berkata: Pada musim haji tahun itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertemu dengan 

beberapa orang Anshar. Beliau menawarkan dirinya bergabung dengan kabilah-kabilah Arab 

sebagaimana yang biasa beliau lakukan pada musim-musim haji sebelum itu. Pada saat sedang berada 

di Al- Aqabah, beliau berjumpa dengan rombongan dari Al-Khazraj. 

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku dari sesepuh kaumnya ia berkata: 

saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berpapasan dengan mereka, beliau bertanya: "Siapakah 

kalian?" Mereka menjawab: "Kami berasal dari Al-Khazraj." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

melanjutkan: "Apakah kalian punya hubungan dengan orang-orang Yahudi?" Mereka menjawab: "Ya." 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sudikah kalian ngobrol sebentar denganku?' 

Mereka menjawab: "Ya." Mereka pun duduk untuk mendengarkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam. Menjelaskan tentang agama Allah, Al-Qur'an kepada mereka. 

Faktor yang menyebabkan mereka masuk Islam ialah bahwa orang-orang Yahudi tinggal bersama 

mereka di negeri mereka. Orang-orang Yahudi yaitu  orang-orang yang diberi kitab dan ilmu, sedang 

orang-orang Al-Khazraj tidak seperti itu, mereka yaitu  penyembah berhala. Jika terjadi konflik antara 

orang-orang Yahudi dengan orang-orang Al-Khazraj, orang-orang Yahudi itu berkata: "Sebetulnya  

zaman kedatangan nabi yang diutus telah dekat. Kita akan mengikutinya dan dengannya kami akan 

menghabisi kalian seperti pembantaian terhadap orang-orang Ad dan Iram." saat  Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam berbicara dengan orang-orang Al-Khazraj ini  dan mengajak mereka 

kepada Islam, sebagaian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain: "Wahai kaumku. Demi 

Tuhan, inilah Nabi yang diceritakan oleh orang-orang Yahudi kepada kalian. Oleh sebab  itu, kalian 

jangan kalah cepat menerimanya dari orang-orang Yahudi itu." Mereka lalu merespon ajakan 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Lalu membenarkan beliau dan menerima Islam yang beliau 

bawa. Mereka berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Kami akan bertemu kaum kami 

dan orang-orang Yahudi ini , lalu mengajak mereka kepada agamamu dan kami akan mengajak 

mereka agama yang kami dapatkan darimu ini. Jika Allah menyatukan mereka dalam agama ini, maka 

tidak akan ada seorangpun yang lebih mulia darimu." sesudah  itu, mereka pamit kepada Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk kembali pulang kembali ke negeri mereka beriman dan 

membenarkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Anshar yang memeluk Islam ada enam orang dari kabilah Al-Khazraj. 

Salah seorang dari mereka berasal dari Bani An-Najjar yang bernama Taimullah. Dari Bani Malik bin 

An-Najjar bin Tsa'labah bin Amr bin Al-Khazraj bin Hari tsah bin Tsa'labah bin Amr bin Amir yaitu  

sebagai berikut: As'ad bin Zurarah bin Udas bin Ubaid bin Tsa'labah bin Ghanim bin Malik bin An-

Najjar, dia yaitu  Abu Umamah. Auf bin Al-Harits bin Rifaah bin Sawwad bin Malik bin Ghanim bin 

Malik bin An-Najjar. Ia yaitu  Afra'. 

Ibnu Hisyam berkata: Afra yaitu  anak perempuan Ubaid bin Tsa'labah bin Ghanim bin Malik bin 

Najjar. 

Dari Bani Zuraiq bin Amir bin Zuraiq bin Abdu Haritsah bin Malik bin Ghadhbu bin Jusyam bin Al-Khazraj 

hanya satu orang, yaitu Rafi' bin Malik bin Al-Ajlan bin Amr bin Amir bin Zuraiq. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang berpendapat bahwa Amir yaitu  anak Al-Azraq. 

Ibnu Ishaq berkata: Dari Bani Salimah bin Sa'ad bin Ali bin Asad bin Saridah bin Tazid bin Jusyam bin 

Al-Khazraj, lalu  dari Bani Sawwad

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 11 rang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al Kitab sebelum Al Quran, mereka beriman (pula) dengan Al Quran itu. Dan jika  dibacakan (Al Qur'an itu) kepada mereka, mereka berkata: "Kami beriman ke… Read More