bin Ghanim bin Ka'ab bin Salimah hanya satu orang, yaitu
Quthbah bin Amr bin Hadidah bin Amir bin Ghanim bin Sawwad.
Ibnu Hisyam berkata: Amir yaitu anak laki-laki Sawwad. Sebab Sawwad tidak punya anak lelaki yang
bernama Ghanim.
Ibnu Ishaq berkata: Dari Bani Haram bin Ka'ab bin Ghanim bin Ka'ab bin Salimah ialah Uqbah bin Amir
bin Nabi bin Zaid bin Haram. Dan dari Bani Ubaid bin Adi bin Ghanim bin Ka'ab bin Salimah ialah Jabir
bin Abdullah bin Riab bin An-Nu'man bin Sinan bin Ubaid.
Baiat Aqabah Pertama
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala kaum Anshar tiba di negerinya, mereka mulai menyebarkan berita tentang
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada kaumnya dan menyeru mereka kepada Islam hingga
Islam menyebar dengan cepat di tempat mereka dan setiap rumah orang-orang Anshar tak pernah
sepi dari diskusi tentang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tahun berikutnya, dua belas orang
Anshar melaksanakan ibadah haji dan mereka menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Al-
Aqabah yang dikenal dengan Al-Aqabah Pertama. Mereka mem- baiat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam seperti baiat kalangan wanita. Peristiwa baiat ini terjadi sebelum perang diwajibkan kepada
mereka.
Mereka yang terlibat pada baiat Al-Aqabah Pertama dari Bani An-Najjar dan dari Bani Malik bin An-
Najjar yaitu sebagai berikut: As'ad bin Zurarah bin Udas bin Ubaid bin Tsa'labah bin Ghanim bin Malik
bin An-Najjar, ia yaitu Abu Umamah, Auf, Muadz. Auf dan Muadz yaitu anak Al-Harits bin Rifa'ah
bin Sawwad bin Malik bin Ghanim bin Malik bin An-Najjar. Keduanya yaitu anak Afra.
Dari Bani Zuraiq bin Amir yaitu sebagai berikut: Rafi' bin Malik bin Al-Ajlan bin Amr bin Amir bin
Zuraiq. Dzakwan bin Abdu Qais bin Khaldah bin Mukhlid bin Amir bin Zuraiq. Ibnu Hisyam berkata:
Dzakwan seorang muhajir-Anshar (muhajiri Anshari).
Dari Bani Auf bin Al-Khazraj, lalu dari Bani Ghanim bin Auf bin Amr bin Auf bin Al-Khazraj yaitu
sebagai berikut: Ubadah bin Ash-Shamit bin Qais bin Ahram bin Fihr bin Tsa'labah bin Ghanim. Abu
Ab- dur Rahman yang tidak lain yaitu Yazid bin Tsa'labah bin Khazmah bin Ashram bin Amr bin
Ammar dari Bani Ghudzainah dari Baly, sekutu Bani Auf bin Al-Khazraj.
Dari Bani Salim bin Auf bin Amr bin Auf bin Al-Khadzraj, lalu dari Bani Al-Ajlan bin Zaid bin
Ghanim bin Salim
hanya seorang, yakni Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah bin Malik bin Al-Ajlan.
Dari Bani Salimah bin Sa'ad bin Ali bin Asad bin Saridah bin Tazid bin Jusyam bin Al-Khazraj, lalu
dari Bani Haram bin Ka'ab bin Ghanim bin Ka'ab bin Salimah hanya seorang, yakni Uqbah bin Amir bin
Nabi bin Zaid bin Haram.
Dari Bani Sawwad bin Ghanim bin Ka'ab bin Salimah hanya seorang, yakni Quthbah bin Amir bin
Hadidah bin Amr bin Ghanim bin Sawwad.
Dari Al-Aus bin Haritsah bin Tsa'labah bin Amr bin Amir, lalu dari Bani Abdul Asyhal bin Jusyam
bin Al-Harits bin Al-Khazraj bin Amr bin-Malik bin Al-Aus yang hadir di Baiat Al-Aqabah Pertama yaitu
Abu Al-Haitsam bin At-Taihan. Ia bernama asli Malik.
Dari Bani Amr bin Auf bin Malik bin Al-Aus ialah Uwaim bin Sa'idah.
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abu Habib bercerita kepadaku dari Abu Martsid bin Abdullah Al-Yazani
dari Abdurrahman bin Asilah bin Ash-Shanabihi dari Ubadah bin Ash-Shamit ia berkata: Saat Baiat
Aqabah Pertama. terjadi jumlah kami saat itu yaitu dua belas orang laki-laki. Kami berbait kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagaimana halnya kaum wanita dan itu terjadi saat perang
sebelum diwajibkan atas kami. Kami berbaiat agar tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu
apa pun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak mengubur hidup-hidup anak-anak kami, tidak membuat-
buat ucapan dusta baik baik secara terbuka ataupun sembunyi-sembunyi, tidak durhaka kepada beliau
dalam kebaikan. "Jika kalian tidak melanggar baiat kalian, niscaya kalian masuk surga. Jika kalian
melanggar salah satunya, urusan kalian terserah kepada Allah. Jika Dia mau maka Dia akan mengadzab
kalian. Jika tidak maka Dia akan mengampuni kalian.'60
Ibnu Ishaq berkata: Ibnu Syihab Az-Zuhri bercerita kepadaku dari Aidzullah bin Abdullah Al-Khaulani
Abu Idris bahwa Ubadah bin Ash-Shamit berkata kepadanya: "Pada malam Aqabah Pertama kami
membaiat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk mentauhidkan-Nya, tidak mencuri, tidak
berzina, tidak membunuh anak-anak kami, tidak membuat ucapan dusta baik di depan umum ataupun
sembunyi-sembunyi dan tidak bermaksiat kepadanya dalam kebaikan. Nabi bersabda: "Jika kalian
melaksanakannya kalian mendapatkan surga. Jika kalian melanggar salah satu daripadanya, maka
kalian dihukum sesuai dengan hukumannya di dunia dan itu sebagai penebusnya. Jika kalian
menyembunyikan pelanggaran kalian sehingga tak ada yang tahu sampai Hari Kiamat, maka urusan
kalian sepenuhnya ada di tangan Allah. Jika Dia mau, Dia akan menyiksa kalian. Jika tidak, maka boleh
jadi Dia mengampuni kalian."61
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala kaum Anshar mau kembali pulang ke negeri mereka, Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam mengutus Mush'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar bin Qushay
bersama mereka. Rasulullah membentuk misi kepa da Mush'ab untuk membacakan Al-Quran pada
mereka dan mengajarkan Islam serta memahamkan agama pada mereka. Maka jika disebut Muqri
Madinah pastilah disebut: Mush'ab. Ia bertempat tinggal di rumah As'ad bin Zurarah bin Udas.
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa Mush'ab menjadi imam
shalat bagi mereka, sebab Al-Aus tidak mau diimami orang dari Al-Khazraj demikian pula sebaliknya.
As'ad bin Zurarah dan Shalat Jum'at Pertama di Madinah
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif bercerita ke-padaku dari
ayahnya, Abu Umamah dari Abdurrahman bin Ka'ab bin Malik ia berkata: "saat ayahku, Ka'ab bin
Malik mengalami rabuan senja. Jika kami keluar bersamanya untuk shalat Jum'at dan ia mendengar
adzan, ia berdoa untuk Abu Umamah As'ad bin Zurarah. Ayahku, Ka'ab bin Malik, selalu berbuat
seperti itu; jika ia mendengar adzan untuk shalat Jum'at, ia berdoa untuk Abu Umamah As'ad bin
Zurarah dan memintakan ampunan baginya." Aku bergumam dalam diriku: "Demi Allah, keadaan
ayahku semakin melemah, kenapa aku tidak bertanya saja kepa- danya mengapa setiap kali
mendengar adzan Jum'at, ia selalu berdoa untuk Abu Umamah As'ad bin Zurarah?" Di hari Jum'at yang
lain, kami keluar lagi dan begitu ayah mendengar adzan Jum'at, ia berdoa untuk Abu Umamah As'ad
bin Zurarah. Aku bertanya kepadanya: "Ayah, mengapa setiap kali engkau mendengar adzan Jum'at
berdoa untuk Abu Umamah As'ad bin Zurarah?" Ayahku berkata: "Anakku, Abu Umamah As'ad bin
Zurarah yaitu orang pertama kali yang menyelenggarakan shalat Jum'at untuk kita di Madinah di
Hazm An-Nabit di tanah berbatu Bani Bayadhah yang dikenal Naqi' Al-Khadhamat." Aku bertanya lagi:
"Berapa jumlah kalian saat itu?" Ayah menjawab: "Empat puluh orang laki-laki'."
Sa'ad bin Mu'adz dan Usaid bin al-Hudhair Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: Ubaidillah bin Al-Mughi- rah bin Mu'aitiq dan Abdullah bin Abu Bab bin
Muhammad bin Amr bin Hazm bercerita kepadaku, As'ad bin Zurarah keluar bersama Mush'ab bin
Umair menuju rumah Bani Abdul Asyhal dan rumah Bani Zhafar. Sa'ad bin Muadz bin An-Nu'man bin
Umru'ul Qais bin Zaid bin Abdul Asyhal yaitu anak bibi As'ad bin Zurarah, lalu As'ad bin Zurarah
bersama Mush'ab bin Umair masuk ke salah satu kebun milik Bani Zhafar.
Ibnu Hisyam berkata: Adapun nama asli Zhafar ialah Ka'ab bin Al-Harits bin Ar Khazraj bin Amr bin
Malik bin Al-Aus. Kebun ini letaknya berada di Sumur Maraq. lalu As'ad bin Zurarah dan Mush'ab
bin Umair berkumpul dengan orang Madinah yang telah masuk Islam di sana.
Sa'ad bin Muadz dan Usaid bin Hudhair yaitu pemimpin di tengah kaumnya Bani Abdul Asyhal ia
masih musyrik kaumnya kala itu. saat keduanya mendengar kedatangan Mush'ab bin Umair, Sa'ad
bin Muadz berkata kepada Usaid bin Hudhair: Pergilah kepada dua orang yang datang ke komplek kita
untuk menipu orang-orang yang lemah di antara kita. Hadang keduanya dari memasuki komplek kita.
Andai saja As'ad bin Zurarah warga kita, maka cukuplah aku saja yang menangani masalah ini, Dia
sepupuku dan aku tidak memiliki keberanian yang cukup untuk berhadapan dengannya." Usaid bin
Hudhair lalu pergi kepada As'ad bin Zurarah dan Mush'ab bin Umair dengan membawa tombak
Tatkala As'ad bin Zurarah melihat kedatangan Usaid bin Hudhair, ia berkata kepada Mush'ab bin
Umair: "Dia yaitu pemimpin kaumnya, dia datang kepadamu, maka hadapilah ia de ngan tegar!"
Mush'ab bin Umair berkata: "Bila ia duduk, aku akan berbicara dengannya."
Usaid bin Hudhair berdiri di depan As'ad bin Zurarah dan Mush'ab bin Umair dengan wajah memerah.
Ia berkata: "Kedatangan ka-lian berdua ke sini hanya membuat bodoh orang-orang yang lemah di
antara kami. Enyahlah kalian berdua dari sini, jika kalian berdua masih ingin hidup." Mush'ab bin Umair
berkata kepada Usaid bin Hudhair: "Mengapa engkau tidak duduk dulu untuk mendengar
penjelasanku. Bila engkau suka, kau terima dan jika tidak apa susahnya bagimu untuk menolaknya."
Usaid bin Hudhair berkata: "Engkau berkata benar."
Usaid bin Hudhair lalu meletakkan tombaknya di atas tanah dan duduk bersama As'ad bin Zurarah dan
Mush'ab bin Umair. Lalu Mush'ab bin Umair menerangkan tentang Islam kepada Usaid bin Hudhair
dan membacakan Al-Qur'an kepadanya. As'ad bin Zurarah dan Mush'ab bin Umair berkata:
sebagaimana diriwayatkan dari keduanya: "Demi Allah, kami melihat hidayah pada wajah Usaid bin
Hudhair sebelum ia bicara. Wajahnya bersinar dan ia tampak demikian ramah." Usaid bin Hudhair
berkata: "Sungguh cantik dan eloknya perkataan ini. Apa yang kalian lakukan jika kalian ingin memeluk
agama ini?"
Mush'ab bin Umair dan As'ad bin Zurarah berkata kepada Usaid bin Hudhair: "Mandi, wudhu, sucikan
pakaianmu, lalu mengucapkan dua kalimat syahadat, lalu shalat." Usaid bin Hudhair pun berdiri
untuk mandi, berwudhu, mensucikan pakaiannya, meng- ucapkan dua kalimat syahadat, lalu
shalat dua rakaat.
sesudah itu Usaid bin Hudhair berkata kepada Mush'ab bin Umair dan As'ad bin Zurarah:
"Sebetulnya di belakangku ada seorang lelaki dimana jika dia mengikuti kalian berdua pasti tidak
ada seorang pun dari kaumnya yang tidak mau mengikuti agama kalian berdua. Sekarang juga aku
akan kirim Sa'ad bin Muadz kepada kalian berdua." Selesai mengatakan itu, Usaid bin Hudhair
mengambil tombaknya, lalu pergi menemui Sa'ad bin Muadz dan kaumnya yang saat itu sedang
duduk di ruang auditorium mereka. Melihat kedatangan Usaid bin Hudhair, Sa'ad bin Muadz berkata:
"Demi tuhan, wajah Usaid bin Hudhair kini berbeda dengan wajahnya yang tadi."
saat Usaid bin Hudhair tiba di ruang auditorium ini , Sa'ad bin Muadz berkata: "Apa yang telah
terjadi?" Usaid bin Hudhair berkata: "Aku telah mendebat kedua orang itu. Demi Allah, keduanya tidak
membahayakan siapa-siapa dan tidak melawan." Keduanya berkata: "Kami lakukan apa yang engkau
sukai. Aku mendengar bahwa Bani Haritsah memburu As'ad bin Zurarah untuk dibunuh. Mereka
mengetahui bahwa As'ad bin Zurarah yaitu sepupuku. Oleh sebab itu, mereka ingin membatalkan
perjanjian denganmu."
Maka berdirilah Sa'ad bin Muadz sambil menahan marah dan sebab tindakan Bani Haritsah seperti
diceritakan Usaid bin Hudhair. lalu ia merebut tombak dari tangan Usaid bin Hudhair sambil
berkata: "Demi Allah, aku melihatmu tidak melakukan apa-apa." Usai mengatakan itu, Sa'ad bin
Muadz langsung bergegas menuju Mush'ab bin Umair dan As'ad bin Zurarah. Sampai disana Sa'ad bin
Muadz malah melihat keduanya tenang-tenang saja, ia sadar bahwa Usaid bin Hudhair menginginkan
dirinya mendengar secara langsung perkataan Mush'ab bin Umair dan As'ad bin Zurarah daripada
hanya sekedar mendengar gosip tentang mereka selama ini. Sa'ad bin Muadz berdiri di depan
keduanya dengan penuh kemarahan. Sa'ad bin Muadz berkata Kepada Asad bin Zurarah, "Hai Abu
Umamah, demi Allah, kalau saja kau bukan sepupuku pasti akan kuhajar engkau. Kenapa engkau
membawa sesuatu yang di benci ke dalam kelompok tempat tinggal kita?" Sebelum itu, As'ad bin
Zurarah telah berkata kepada Mush'ab bin Umair: "Wahai Mush'ab, demi Allah, orang ini memiliki
pengikut yang banyak di belakangnya. jika ia mengikutimu, mereka maka tidak akan tersisa satu
orangpun dari kaumnya kecuali dia pasti mengikutinya." Mush'ab bin Umair berkata kepada Sa'ad bin
Muadz: "Mengapa engkau tidak duduk, lalu mendengar penjelasanku. Bila engkau suka, kau terima
dan jika tidak tidak usah kau hiraukan. 'Sa'ad bin Muadz berkata: "itu benar."
Sa'ad bin Muadz meletakkan tombaknya ke tanah, lalu ia duduk. lalu Mush'ab bin Umair
menerangkan Islam kepadanya dan membacakan Al-Our'an kepadanya. Mush'ab bin Umair dan As'ad
bin Zurarah berkata: "Demi Allah kami lihat hidayah di wajahnya sebelum ia berbicara, sebab
wajahnya terlihat bercahaya dan tampak ramah.' Sa'ad bin Muadz berkata: "Apa yang kalian lakukan
jika kalian ingin memeluk Islam?" Mush'ab bin Umair dan As'ad bin Zurarah menjawab: " Engkau harus
mandi, membersihkan diri (wudhu), mensucikan pakaianmu, mengucap- kan dua kalimat syahadat
lalu shalat." lalu Sa'ad bin Muadz berdiri, lalu mandi, berwudhu, mensucikan bajunya,
mengucapkan dua kalimat syahadat dan shalat dua rakaat. Usai mehjalankan itu semua, ia mengambil
tombaknya, lalu pergi menuju auditorium tempat berkumpul kaumnya dengan ditemani Usaid
bin Hudhair.
saat kaumnya melihat kedatangan Sa'ad bin Muadz, mereka berkata: "Demi Allah wajah Sa'ad bin
Muadz telah berubah."
saat Sa'ad bin Muadz telah tiba di tempat kaumnya ia berkata kepada mereka: "Wahai Bani Abdul
Asyhal, apa kalian tahu posisiku di tengah kalian saat ini?" Mereka menjawab, "Ya, engkau yaitu
pemimpin kami, orang yang paling suka menjalin tali silaturahim, orang yang paling benar
pendapatnya dan orang yang paling baik pertimbangannya." Sa'ad bin Muadz berkata: "Sebetulnya
aku tidak akan bisa memimpin kalian lagi sampai kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya."
Keduanya berkata: "Demi Allah, pada saat itu semua laki-laki dan perempuan, masuk Islam dengan
segera."
As'ad bin Zurarah dan bin Mush'ab bin Umair pun pulang ke rumah As'ad bin Zurarah. Mush'ab bin
Umair menetap di rumah As'ad bin Zurarah untuk menyeru Bani Abdul Asyhal kepada Islam hingga
mereka semua memeluk Islam, namun saat itu ada beberapa perkampungan yang belum memeluk
Islam, yaitu Bani Umayyah bin Zaid, Khathamah, Wail dan Waqif. Warga kampung-kampung ini
berasal dari Ausullah, sedang mereka yang masuk Islam berasal dari Al-Aus bin Haritsah. Sebab tidak
masuknya mereka ke dalam Islam yaitu sebab segan dengan Abu Qais Al-Aslat. Ia seorang penyair
sekaligus pemimpin mereka. Mereka semua sangat patuh dengan Abu Qais bin Al-Aslat. Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah, hingga terjadi Perang Badar, Perang Uhud dan Perang
Khandaq. Pandangannya tentang Islam dan perbedaan pandanganya dengan manusia saat itu telah
berubah, Abu Qais bin Al Aslat berkata dalam sebuah untaian syairnya:
Wahai Tuhan, beragam peristiwa telah terjadi
Yang sulit dan yang mudah bercampur menjadi satu
Wahai Tuhanku, jika kami tersesat
Maka mudahkanlah kami kejalan yang baik
Jika bukan sebab Tuhan kami, kami pasti menjadi orang-orang Yahudi
Dan tidaklah agama Yahudi itu memiliki bentuk
Jika bukan sebab Tuhan kami, kami pasti menjadi orang-orang Kristen
Bersama dengan para pendeta di gunung Al-Jalil
Namun kala kami diciptakan, di awal penciptaan
Agama kami Hanif, dari generasi ke generasi
Kita giving hewan kurban berjalan dengan patuh
Dengan pundak terbuka dan kain penutup binatang
Mush'ab bin Umair dan Baiat al-'Aqabah Kedua
Ibnu Ishaq berkata: lalu Mush'ab bin Umair kembali ke Makkah. Di saat yang bersamaan, orang-
orang Anshar yang telah masuk Islam pergi menunaikan haji bersama kaumnya yang masih musyrik
Makkah.
Setiba di sana Ibnu Ishaq berkata: Ma'bad bin Ka'ab bin Malik bin Abu Ka'ab bin Al-Qain, saudara Bani
Salimah bercerita kepadaku bahwa saudaranya Abdullah bin Ka'ab, orang Anshar yang paling cerdas
berkata kepadanya bahwa ayahnya, Ka'ab berkata kepadanya. Pada peristiwa baiat Aqabah Kedua, ia
membaiat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Ka'ab berkata: "Kami menuju Mekah bersama para
jama'ah haji kaum kami yang saat itu masih dalam keadaan musyrik. Sebelumnya, kami telah salat dan
belajar tentang manasik haji.
Al-Barra bin Ma'rur, memimpin rombongan kami saat itu. saat kami akan berangkat, Al-Barra bin
Ma'rur berkata: "Wahai kaumku, Demi Allah, aku ingin bicara dengan kalian mengenai pandanganku,
Aku tidak tahu, apakah kalian sepakat denganku atau tidak dalam masalah ini?" Kami bertanya: "Apa
itu?" Al- Barra' bin Ma'rur berkata: "Aku berpandangan bahwa Ka'bah yaitu pusat kiblat kita dan aku
tidak berhenti dari shalat menghadap kepadanya." Kami berkata: "Demi Allah, kenapa begitu?
Bukankah kita sama-sama tahu bahwa Nabi Shallalahu 'alaihi wa Sallam shalat menghadap Syam
(yakni Baitul Maqdis) dan kami tidak ingin melakukan hal berbeda dengan beliau.' Al-Barra bin Ma'rur
berkata: "Terserah kalian, aku akan tetap shalat menghadap Ka'bah." Kami berkata: "Terserah kaulah
mau berbuat apa!" jika waktu shalat telah tiba, kami shalat menghadap Syam, sementara Al-
Barra' bin Ma'rur menghadap Ka'bah, hingga kami tiba di Makkah. Kami semua mencela apa yang
dilakukan Al-Barra' bin Ma'rur, namun ia tetap dengan pendiriannya. saat kami telah sampai di
Makkah, Al-Barra bin Ma'rur berkata kepadaku: "Wahai sepupuku, bagaimana kalau kita adukan
masalah ini kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan kita bertanya padanya tentang
perbuatanku selama dalam perjalanan. sebab demi Allah, aku melihat telah terjadi sesuatu pada
diriku saat aku melihat kalian menentang perintahku." Kami lalu menghadap Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam. Sebelumnya kami tidak kenal beliau dan belum p'ernah melihatnya. Kami
berpapasan dengan salah seorang warga Makkah dan kami menanyakan keberadaan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Orang itu berkata: "Apakah sebelumnya kalian sudah berjumpa
dengannya?" Kami menjawab: "Tidak." Orang itu bertanya lagi: Apakah kalian kenal dengan
paniannya, Al-Abbas bin Abdul Muthalib?" Kami menjawab: "Ya", kami mengenalinya, sebab ia sering
datang menemuikami untukberdagang." Orang ini berkata: "Jika kalian masuk ke dalam masjid,
dan melihat seseorang bersama dengan Al-Abbas maka dialah orang yang sedang kalian cari." Lalu
kamipun masuk ke dalam masjid, dan menemukan Al-Abbas bin Abdul Muthalib sedang duduk dengan
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Kami ucapkan salam dan duduk kepadanya. Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertanya kepada Al-Abbas: "Hai Abu Al-Fadhl, apakah engkau mengenali
dua laki-laki ini?" Al-Abbas menjawab: "Ya. Ini yaitu Al-Barra bin Ma'rur, tokoh di tengah kaumnya
sedangkan yang ini yaitu Ka'ab bin Malik." Demi Allah, aku tidak lupa akan pertanyaan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam, "Apakah Ka'ab bin Malikifeng penyair itu?" Al-Abbas menjawab: "Benar."
Al-Barra bin Ma'rur berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Wahai Nabi Allah, begini
aku berpendapat bahwa Ka'bah yaitu pusat kiblat sebenarnya, lalu aku shalat menghadap
kepadanya. Sikapku itu malah ditentang oleh sahabat-sahabatku hingga terjadi sesuatu yang tidak
enak dalam diriku, lalu bagaimana pendapatmu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Engkau harus mengikuti kami menghadap Syam." lalu Al-Barra' kembali kepada kiblat
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan shalat bersama kami menghadap ke Syam. Keluarganya
ada yang mengatakan Al-Barra' tetap shalat menghadap ke Ka'bah hingga ia meninggal dunia. Namun
semua ini tidak benar, sebab kami lebih tahu tentang Al-Barra bin Ma'rur daripada mereka."
Ibnu Hisyam berkata bahwa Aun bin Ayyub Al-Anshar berkata:
Di tengah kami, ada laki-laki pertama yang shalat
Menghadap Ka'bah Ar-Rahman di antara tem- pat-tempat suci
Yang dimaksud dengan laki-laki pertama ini ialah Al-Barra' bin Ma'rur. Ini yaitu penggalan syair
miliknya.
Abdullah bin Amr Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: Ma'bad bin Ka'ab ber- cerita kepadaku bahwa saudaranya, Abdullah bin Ka'ab
berkata kepadanya bahwa ayahnya, Ka'ab bin Malik berkata kepadanya: Lalu kami kembali
melaksanakan manasik haji dan kami berjanji akan menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di
Aqabah pada pertengahan hari-hari Tasyriq. sesudah kami melakukan ibadah haji, kami menemui
Abdullah bin Amr bin Haram Abu Jabir. Ia yaitu salah seorang pemimpin yang terhormat di kalangan
kami. Tanpa sepengetahuan kaum kami yang masih musyrik, kami berbicara kepada Abdullah bin Amr:
"Hai Abu labir, engkau salah seorang pemimpin yang tehormat di kalangan kami. Kami tidak
menginginkan kelak engkau dibakar oleh api neraka." Kami tawarkan dia Islam dan kami terangkan
kepadanya janji Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada kami untukberjumpa dengannya di
Aqabah.62 Alhamdulillah, ia pun masuk Islam dan hadir bersama kami di Aqabah.
Kami tidur malam itu bersama kaum kami di dalam rombongan kami. Hingga saat sepertiga malam
telah berlalu, kami keluar dari tempat kami untuk bertemu Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam.
Kami berjalan dengan diam-diam seperti jalannya kucing
yang sembunyi-sembunyi hingga akhirnya kami semua tiba di syi'b diAqabah. Kami saat itu terdiri dari
tujuh puluh tiga orang laki-laki dan dua orang wanita dari wanita-wanita kami, yaitu Nasibah binti
Ka'ab Ummu Imarah salah seorang wanita dari Bani Mazin bin An-Najjar dan Asma binti Amr bin Adi
bin Naabi, salah seorang wanita dari Bani Salimah. yang bernama Ummu Mann'.
Al-Abbas Menguatkan Kedudukan Rasulullah di Depan Orang-orang Anshar
Lanjut Ka'ab: Di syi'b, kami menunggu kedatangan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Beberapa
waktu lalu akhirnya beliau tiba dengan ditemani Al-Abbas bin Abdul Muthalib, yang saat itu
masih menganut agama kaumnya. Hanya saja dia ingin menjaga dan mengawal keponakannya dan
memastikan apa yang terjadi. Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam duduk, tiba-tiba Al-Abbas
bin Abdul Muthalib berkata: "Wahai orang-orang Al-Khazraj —orang-orang Arab
menyebutperkampungan Anshar dengan nama Al-Khazraj baik Al-Khazraj atau Al-Aus— se-
sungguhnya Muhammad yaitu keluargaku. Kami telah melindunginya dari teror kaum kami. Ia
berada dalam keadaan terhormat di tengah kaumnya dan jaminan keamanan di negerinya. Namun ia
lebih suka berkumpul dan menyatu dengan kalian. Jika kalian yakin bisa melindunginya dari orang-
orang yang menentangnya dan mengangkat tinggi-tinggi dakwahnya, maka silahkan lanjutkan tugas
kalian. Namun jika sebaliknya, kalian malah menelantarkannya sesudah ia bergabung kepada kalian,
maka sejakkini biarkanlah dia, sebab aia suaan ternormat ai tengan Kaumnya aan mendapatkan
perlindungan dan keamanan dari kaumnya dan negerinya.
Kami lalu menanggapi ucapan Al-Abbas bin Abdul Muthalib: "Kami telah mendengar ucapanmu kini
kami akan mendengarkan ucapan Rasulullah!"
Baiat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam Atas Kaum Anshar
Lanjut Ka'ab: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu berbicara. Beliau membuka ucapannya
dengan bacaan Al-Qur'an, mengajak mereka kepada agama Allah dan mengharapkan kesungguhan
keislaman mereka. sesudah itu, beliau bersabda: "Aku membaiat kalian untuk melindungiku
sebagaimana kalian melindungi istri-isteri dan anak-anak kalian." Al-Barra' bin Ma'rur memegang
tangan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu ia berkata: "Ya, demi Allah, kami pasti
melindungimu sebagaimana kami melindungi istri-istri dan anak-anak kami. Demi Allah, kami ahli
perang dan lihat dalam menggunakan senjata. Kami wariskan pengetahuan dan keterampilan kami
dari satu generasi kepada generasi lainnya." saat Al-Barra' bin Ma'rur sedang berkata kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, tiba-tiba Abu Al-Haitsam bin At-Tayyahan menentang
pembicaraannya. Abu Al-Haitsam bin At-Tayyahan berkata: "Wahai Rasulullah, sebelumnya kami
memiliki hubungan dengan orang-orang Yahudi dan kini kami akan memutusnya. Jika kami telah
berhasil melaksanakan misi dakwah ini, apakah engkau akan meninggalkan kami dan kembali pada
kaummu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tersenyum, lalu bersabda, "Tidak. Darah, dengan
darah. Penghancuran dengan penghancuran. Aku bagian dari kalian dan kalian bagian dari diriku. Aku
memerangi siapa saja yang kalian perangi dan berdamai dengan orang-orang yang kalian berdamai
dengan mereka."63 (63. Ibid)
sesudah itu, Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam bersabda: "Tunjuk untukku dua belas pemimpin
agar mereka menjadi pemimpin bagi kaumnya." Mereka menunjuk dua belas pemimpin dari mereka.
Sembilan dari Al- Khazraj dan tiga dari Al-Aus.
Nama Dua Belas Pemimpin dan Kelengkapan Kabar Aqabah
Ibnu Hisyam berkata: Sebagaimana yang dikatakan kepadaku oleh Ziyad bin Abdul¬lah Al-Bakkai dari
Muhammad bin Ishaq Al- Muthalibi bahwa naqib dari Al-Khazraj yaitu sebagai berikut: (1) Abu
Umamah As'ad bin Zurarah bin Udas bin Ubayd bin Tsa'labah bin Ghanim bin Malik bin An-Najjar yang
tidak lain yaitu Taimullah bin Tsa'labah bin Amr bin Al-Khazraj, (2) Sa'ad bin Ar-Rabi' bin Amr bin Abu
Zuhair bin Malik bin Umru'ul Qais bin Malik bin Tsa'labah bin Ka'ab bin Al-Khazraj bin Al-Harits bin Al-
Khazraj, (3) Abdullah bin Rawahah bin Umm'ul Qais bin Amr bin Umru'ul Qais bin Malik bin Tsa'labah
bin Ka'ab bin Al-Khazraj bin Al-Harts bin Al-Khazraj, (4) Rafi' bin Malik bin Al-Ajlan bin Amr bin Amir bin
Zuraiq bin Amir bin Zuraiq bin Abdu Haritsah bin Malik bin Ghadzbu bin Jusyam bin Al-Khazraj, (5) Al-
Barra' bin Ma'rur bin Shakhr bin Khansa' bin Sinan bin Ubayd bin Adi bin Ghanim bin Ka'ab bin Sali-
mah bin Sa'ad bin Ali bin Asad bin Saridah bin Tazid bin Jusyam bin Al-Khazraj, (6) Abdullah bin Amr
bin Haram bin Tsa'labah bin Haram bin Ka'ab bin Ghanim bin Ka'ab bin Salimah bin Saa’d bin saridah
bin Tazid bin Jusyam bin Al-Khazraj, (7) Ubadah bin Ash-Shamit bin Qais bin Ashram bin Fihr bin
Tsa'labah bin Ghanim bin Salim bin Auf bin Amr bin Auf bin Al-Khazrah (Ibnu Hisyam berkata bahwa
Ghanim yaitu anak Auf, saudara Salim bin Auf bin Amr bin Auf bin Al-Khazraj), Ibnu Ishaq berkata:
(8) Sa'ad bin Ubadah bin Dulaim bin Haritsah bin Abu Hazimah bin Tsa'labah bin Tharif bin Al-Khazraj
bin Sa'idah bin Ka'ab bin Al- Khazraj, (9) Al-Mundzir bin Amr bin Khunais bin Haritsah bin Laudzan bin
Abdu Wadd bin Zaid bin Tsa'labah bin Al-Khazraj bin Sa'idah bin Ka'ab bin Al-Khazraj. Ibnu Hisyam
berkata: Dinyatakan Ibnu Khunais.
Pemimpin-pemimpin dari Al-Aus
Sementara pemimpin dari Aus yaitu :(l) Usaid bin Hudhair bin Samak bin Atik bin Rafi' bin Umru'ul
Qais bin Zaid bin Abdul Asyhal bin Jusyam bin Al-Harits bin Al-Khazraj bin Amr bin Malik bin Al-Aus, (2)
Sa'ad bin Khaitsamah bin Al-Harts bin Malik bin Ka'ab bin An-Nahhath bin Ka'ab bin Haritsah bin
Ghanim bin As-Salim bin Umru'ul Qais bin Malik bin Al-Aus, (3) Rifa'ah bin Abdul Mundzir bin Zanbar
bin Zaid bin Umayyah bin Zaid bin Malik bin Auf bin Amr bin Auf bin Malik bin Al-Aus.
Ibnu Hisyam berkata: Para ulama memasukkan Abu Al-Haitsam bin Attayyahan ke dalam keduabelas
pemimpin ini dan tidak memasukkan Rifa'ah.
Ka'ab bin Malik memasukkan Abu Al-Haitsam Attayyahan dan tidak memasukkan Rifa'ah dalam
syairnya ini.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakar bercerita kepadaku bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
wa Salam bersabda kepada para pemimpin-pemimpin ini : "Kalian harus bertanggung jawab atas
apa saja yang terjadi di tengah kaum kalian sebagaimana Hawariyyun yang bertanggung jawab kepada
Isa bin Maryam dan aku bertanggung jawab atas kaumku, yakni kaum Muslimin." Mereka menjawab:
"Ya."
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah bercerita kepadaku bahwa tatkala orang-orang
Anshar membaiat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, maka Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah Al-
Anshari, saudara Bani Salim bin Auf berkata: "Wahai orang-orang Al-Khazraj, apa kalian sadar dengan
apa yang kalian lakukan ini?" Mereka menjawab: ""Ya, kami sadar." Al-Abbas bin Ubadah berkata:
"Sebetulnya kalian membait laki-laki ini untuk memerangi orang-orang berkulit merah dan orang-
orang berkulit hitam. Jika kalian takut, gara-gara laki-laki ini harta kalian menjadi hilang dan pemimpin-
pemimpin kalian akan tewas sebab nya, maka menyerahlah kalian sejak sekarang. Demi Allah jika
kalian melakukan hal itu, maka kalian berada dalam kehinaan di dunia dan akhirat. Jika kalian yakin
bahwa kalian mampu mengemban misi ini maka walaupun hal ini mengurangi harta kalian dan
menewaskan orang-orang terhormat kalian, ambillah dia. Demi Allah, inilah kebaikan di dunia dan
akhirat." Mereka berkata: "Kami mengambilnya walaupun hal ini mengurangi harta kami dan
menewaskan orang-orang terhormat di tengah kami. Jika kami melakukan hal ini , apa yang akan
kami dapatkan wahai Rasulullah?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Surga."
Mereka berkata: "Ulurkan tanganmu!" Rasu¬lullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengulurkan
tangannya lalu mereka membaiat beliau. Ashim bin Umar bin Qatadah berkata: "Demi Allah, Al-
Abbas berkata seperti itu untuk menguji mereka."
Abdullah bin Abu Bakar berkata: "Al-Abbas berkata seperti itu agar kaum Anshar menunda dulu
membaiat Rasulullah pada malam itu dengan harapan Abdullah bin Ubay Salul akan datang kepada
mereka, lalu urusan kaum Anshar menjadi lebih kuat." Wallahu a'lam mana pendapat yang
paling benar.
Ibnu Hisyam berkata: Salul merupakan wanita dari Khuza'ah. Ia ibu Ubay bin Malik bin Al-Harits bin
Ubaid bin Malik bin Salim bin Ghanim bin Auf bin Al-Khazraj.
Ibnu Ishaq berkata: Bani An-Najjar bercerita, bahwa Abu Umamah As'ad bin Zurarah yaitu orang
yang pertama kali membaiat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sementara orang-orang Bani
Abdul Asyhal berpendapat, bahwa Abu Al-Haitsam bin At- tayyahan lah yang pertama kali membaiat
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri bercerita bahwa Ma'bad bin Ka'ab bin Malik berkata kepadaku: Dalam
haditsnya, Ma'bad bin Ka'ab bin Malik berkata kepadaku dari saudaranya, Abdullah bin Ka'ab dari
ayahnya, Ka'ab bin Malik yang berkata: "Orang yang pertama kali membaiat Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam yaitu Al-Barra' bin Ma'rur, lalu diikuti kaum Anshar yang lain."64 (Ibid)
sesudah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dibaiat, setan berteriak-teriak dari atas Aqabah dengan
teriakan keras yang bisa aku dengar: "Hai warga Al-Jabajib, ketahui lah bahwa Mudzammam
(maksudnya adaiah Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan orang-orang yang mengikutinya telah
bersatu untuk memerangi kalian." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ini Uzab, setan
Aqabah. Ini adaiah anak Azyab. Dengarkan wahai musuh Allah, demi Allah, aku pasti akan
menghabisimu."65 (Ibid)
Orang-orang Anshar Tergesa-gesa Untuk Mendapatkan Ijin Berperang
Lanjut Ka'ab: Usai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dibaiat, beliau bersabda kepada kaum
Anshar: "Pulanglah ke tempat kalian." Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah berkata kepada Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Demi Allah, jika engkau suka, kami akan mendatangi orang-orang di Mina
dengan pedang-pedang kami ini." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ja- ngan!
Pulanglah kalian ke tempat kalian." Lalu kami pulang ke tempat tidur kami dan tidur di dalamnya
hingga pagi menjelang.
Keesokan harinya, pemuka-pemuka Quraisy datang ke tempat kami. Mereka berkata: "Wahai orang-
orang Al-Khazraj, kami mendengar bahwa kalian telah menemui Muhammad untuk bergabung dengan
kalian dan kalian membaiatnya untuk memerangi kami. Demi Allah, kalian adaiah kabilah yang sangat
kami benci." Kaum kami yang masih musyrik spontan berkata, bahwa ini tidak akan terjadi. Saat itu,
kami saling memandang satu sama lain. lalu orang-orang berdiri termasuk Al-Harits bin Hisyam
bin Al-Mughirah Al-Makhzumi yang mengenakan sandal baru. Aku berkata kepadanya: "Wahai Abu
Jabir, engkau salah seorang pemimpin kami, apakan engkau tidak mau membaiat Muhammad?"
Pertanyaanku ini didengar Al-Harits, lalu ia lepas kedua sandalnya dan melemparkannya
kepadaku. Ia berkata: "Demi Allah, engkau pasti sudah membaiatnya." Al- Harits berkata lagi: "Demi
Allah, engkau pasti melindungi anak muda Quraisy ini . Keluarlah kau dari agamanya!" Aku (Ka'ab
bin Malik) berkata: "Tidak, demi Allah, aku tidak akan mengembalikannya. Demi Allah, ini harapan
yang baik. Jika harapan ini terbukti baik, aku pasti menang."
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakar berkata kepadaku, bahwa orang-orang Quraisy berkata
kepada Abdullah bin Ubay bin Salul seperti perkataan Ka'ab. Abdullah bin Ubay bin Salul berkata
kepada mereka: "Ini sebuah masalah besar. Kaumku tidak akan mengikuti kalian dan ini tidak akan
terjadi." lalu mereka pergi meninggalkan Abdullah bin Ubay bin Salul.
Ibnu Ishaq berkata: Kala jama'ah haji bertolak meninggalkan Mina, orang-orang Quraisy dengan cepat
melakukan investigasi mengenai pertemuan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan kaum
Anshar. Hasilnya ternyata pertemuan itu benar-benar telah terjadi. Lalu mereka keluar mencari kaum
Anshar dan berpapasan dengan Sa'ad bin Ubadah di Adzakhir dan Al-Mundzir bin Amr, saudara Bani
Sa'idah bin Ka'ab bin Al-Khazraj dan menyeretnya. Keduanya adaiah peminpin mereka. Adapun Al-
Mundzir, orang-orang Quraisy tidak berani menyeretnya, mereka malah menangkap Sa'ad bin
Ubadah, lalu mengikatnya. sesudah itu, mereka membawa Sa'ad bin Ubadah ke Makkah untuk
disiksa.
Sa'ad bin Ubadah berkata: Demi Allah, saat aku sedang disiksa, tiba-tiba muncul sejumlah orang
Quraisy dan di antara mereka ada orang yang tampan, putih bersih dan tinggi. Aku berkata dalam
hati: "Sepertinya ia orang baik." saat orang ini telah berada dekat denganku, ia malah
menamparku dengan keras. Aku berkata dalam diriku: Tidak! sesudah ini aku tidak percaya lagi, kalau
ada di antara mereka orang baik." Tiba-tiba salah seorang dari mereka merasa iba kepadaku. ia
berkata: "Apakah engkau memiliki perlindungan dan perjanjian dengan orang-orang Quraisy?" Aku
menjawab: "Demi Allah, tidak. Tapi seingatku, aku pernah melindungi bisnis Jubayr bin Muth'im bin
Adi bin Naufal bin Abdu Manaf di negeriku. Aku juga pernah melindungi Al-Harits bin Harb bin
Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf." Orang ini berkata: "Kalau begitu, berteriaklah
dengan kencang sambil menyebut dua nama orang ini lalu beberkan hubunganmu dengan
mereka berdua." Aku melaksanakan saran orang ini , sedang orang ini pergi kepada Jubair
bin Muth'im dan Al-Harits bin Harb dan menemukan keduanya di masjid di samping Ka'bah. Orang
ini berkata kepada keduanya, "Ada orang Al-Khazraj sedang disiksa di padang pasir. Ia mengaku
bahwa ia memiliki hubungan dengan kalian dan pernah melindungi kalian." Jubair bin Adi dan Al-
Harits bin Harb berkata: "Siapa namanya?" Orang ini berkata: "Dia bernama Sa'ad bin Ubadah."
Jubair bin Muth'im dan Al- Harits bin Harb berkata: "Benar. Demi Allah, dia pernah melindungi bisnis
kami dan menjaganya dari orang-orang yang ingin berbuat zalim kami di negerinya." lalu Jubair
bin Muth'im dan Al-Harits datang membebaskan Sa'ad bin Ubadah dari siksaan orang-orang Quraisy.
Sa'ad bin Ubadah pun bebas. Orang yang menampar Sa'ad bin Ubadah ialah Suhail bin Amr, saudara
Bani Amir bin Luay.
Ibnu Hisyam berkata: Orang yang iba kepada Sa'ad bin Ubadah saat itu yaitu Abu Al-Bakhtari bin
Hisyam.
Kisah Berhala Amir bin Jamuh dan Masuk Islamnya Amir
Ibnu Ishaq berkata: Setiba kaum Anshar di Madinah, mereka langsung mengumumkan keislaman
mereka di sana. Saat itu, kaum mereka masih tersisa orang-orang yang masih menyembah berhala, di
antaranya yaitu Amr bin Al-Jamuh bin Zaid bin Haram bin Ka'ab bin Ghanim bin Ka'ab bin Salimah.
Anak Amr bin Jamuh, Muadz bin Amr telah membaiat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di baiat
Aqabah. Amr bin Jamuh yaitu salah seorang pemuka Bani Salimah dan salah seorang yang tehormat
dari kalangan mereka. Ia membikin satu berhala di rumahnya yang terbuat dari kayu yang ia beri nama
Manat seperti yang biasa dilakukan para pemimpin-pemimpin saat itu. Tatkala dua pemuda Bani
Salimah, yaitu Muadz bin Jabal dan anak Amr yaitu Muadz bin Amr telah memeluk agama Islam
bersama orang lainnya yang telah memeluk Islam dan ikut menghadiri baiat Aqabah, maka pada suatu
malam pergi ke berhala Amr bin Jamuh untuk mengambilnya dan melemparkannya dalam keadaan
terjungkir kepala di bawah di sumur Bani Salimah yang sering dijadikan tempat pembuangan kotoran
manusia. Keesokan harinya, Amr bin Jamuh berkata: "Sialan, siapa yang telah tuhan kita tadi malam?"
Amr bin Jamuh mencari-cari berhalanya. saat ia berhasil menemukannya, ia membersihkannya dan
menghiasinya. sesudah itu, ia berkata: "Demi Allah, jika sampai aku tahu pelakunya, aku pasti
menghajarnya."
Malam berikutnya saat Amr bin Al-Jamuh telah tidur, pemuda-pemuda Islam itu kembali berbuat
seperti yang mereka lakukan pada malam sebelumnya. Keesokan harinya, Amr bin Jamuh
mendapatkan berhalanya penuh dengan kotoran. lalu ia mencucinya, membersihkannya dan
menghiasinya. Kejadian itu terus terulang selama tiga malam berturut-turut. sesudah itu, Amr pergi
dengan menghunus pedang dan menggantungkannya di berhala ini . Ia berkata: "Demi Allah, aku
tidak tahu siapa sebenarnya yang tega berbuat seperti ini terhadapmu. Jika engkau memang tuhan
maka lindungilah dirimu dengan pedang yang aku bawakan untukmu ini." Pada malam harinya saat
Amr bin lamuh telah tidur, pemuda-pemuda Islam kembali melakukan hal yang serupa. Mereka
mencopot pedang dari leher berhala ini dan mengantinya dengan bangkai anjing lalu
mengikatnya ke berhala ini dengan seutas tali, lalu melemparkannya di salah satu sumur
Bani Salimah yang merupakan tempat pembuangan kotoran manusia. Keesokan harinya, Amr bin Al-
Jamuh melihat berhalanya tidak lagi berada di tempatnya.
Lalu ia keluar rumah untuk mencarinya dan dia dapatkan berhalanya di dalam sumur, dengan dikalungi
bangkai anjing. Saat itulah ia sadar betapa tidak bergunanya berhala ini . Lalu ia diajak bicara
oleh orang-orang dari kaumnya yang telah masuk Islam dan ia pun masuk Islam -semoga Allah me-
rahmatinya- dan keislamannya patut diacungi jempol. sesudah masuk Islam dan menyadari semua
kekeliruannya, ia bersyukur kepada Allah yang telah menyelamatkannya dari kebutaan dan kesesatan:
Syarat untuk Baiat Aqabah Terakhir
Ibnu Ishaq berkata: Baiat Al-Aqabah Pertama dinamakan baiat kaum wanita, sebab Allah Ta'ala belum
menetapkan kepada Rasul-Nya kewajiban berperang. saat Allah Ta'ala telah menetapkan kewajiban
berperang dan kaum Anshar lalu membaiat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Aqabah Kedua
untuk memerangi orang-orang berkulit sawo matang dan merah, maka Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam, memberi persyaratan-persyaratan kepada kaum Anshar dan menjanjikan untuk mereka
surga jika mereka memenuhi syarat-syarat baiat tadi.
Ibnu Ishaq berkata: Ubadah bin Al-Walid bin Ubadah bin Ash-Shamit berkata kepadaku dari ayahnya,
Al-Walid dari kakeknya, Ubadah bin Ash-Shamit, salah seorang dari pemimpin pada Baiat Aqabah
Pertama, ia berkata: "Kami membaiat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk berperang."
Ubadah bin Ash-Shamit merupakan dua belas orang yang membaiat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam di Aqabah Pertama untuk tetap mendengar dan bersabar dalam suka dan duka dan saling
tolong-menolong satu sama lain, berkata jujur di mana pun kita berada dan tidak mempedulikan
hinaan orang di jalan Allah."66
Nama-nama Orang yang Terlibat Aqabah Kedua dan Jumlah Mereka
Ibnu Ishaq berkata: Berikut ini yaitu nama-nama orang-orang Al-Aus dan Al-Khazraj yang ikut
menghadiri baiat Al-Aqabah dan membaiat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di sana. Jumlah
mereka yaitu tujuh puluh tiga orang laki-laki dan dua orang wanita.
Orang-orang yang menghadiri baiat Aqabah Kedua dari kalangan Al-Aus bin Haritsah bin Tsa'labah bin
Amr bin Amir, lalu dari Bani Abdul Asyhal bin Jusyam bin Al-Harits bin Al-Khazraj bin Amr bin
Malik bin Al-Aus yaitu sebagai berikut: Usaid bin Hudhair bin Simak bin Atik bin Rafi' bin Umru'ul
Qais bin Zaid bin Abdul Asyhal. la salah satu pemimpin dan tidak ikut Perang Badar, Abu Al-Haitsam
bin At-Tayyahan. Nama aslinya Malik, la ikut Perang Badar, Salimah bin Salamah bin Waqs bin Zu'bah
bin Za'ura bin Abdul Asyhal. Ia ikut Perang Badar. Jumlah orang-orang yang menghadiri baiat Al-
Aqabah Kedua dari Bani Al-Aus bin Haritsah dan Bani Abdul Asyha yaitu tiga orang. Ibnu Hisyam
mengatakan bin Za'awra'.
Dari Bani Haritsah bin Al-Harits bin Al-Khazraj bin Amr bin Malik Al-Aus yaitu sebagai berikut: Zhuhair
bin Rafi' bin Adi bin Zaid bin Jusyam bin Haritsah, Abu Bardah bin Niyar. Nama aslinya Hani' bin Niyar
bin Amr bin' Ubayd bin Amr bin Kilab bin Dahman bin Ghanim bin Dzubyan bin Hamim bin Kahil bin
Dzuhl bin Hani bjn Baly bin Amr bin Ilhaf bin Qudha'ah. Ia patner Bani Haritsah bin Al-Harits bin Al-
Khazraj dan ikut serta pada Perang Badar, Nuhair bin Al-Haitsam dari Bani Nabi bin Majda'ah bin
Haritsah. lalu dari kabilah As-Sawwaf bin Qais bin Amir bin Nabi bin Majda'ah bin Haritsah.
Jumlah dari Bani Haritsah yaitu tiga orang.
Dari Bani Amr bin Auf bin Malik bin Al- Aus yaitu sebagai berikut: Sa'ad bin Khaitsamah bin Al-Harits
bin Malik bin Ka'ab bin An-Nahhath bin Ka'ab bin Haritsah bin Ghanim bin As-Salm bin Umru'ul Qais
bin Malik bin
Al-Aus. la ikut terjun pada Perang Badar bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan gugur
sebagai syahid.
Ibnu Hisyam berkata: Ibnu Ishaq mengatakan Sa'ad bin Khaitsamah bernasab kepada Bani Amr bin
Auf, padahal ia berasal dari Bani Ghanim bin As-Salm. Boleh jadi itu yaitu julukan Sa'ad bin
Khaitsamah di tengah kaumnya, atau ia hidup di tempat mereka lalu ia diberi marga mereka.
Ibnu Ishaq berkata: lalu Rifa'ah bin Abdul Mundzir bin Zanbar bin Zaid bin Abu Umayyah bin
Zaid bin Malik bin Auf bin Amr. la termasuk naqib (pemimpin), ikut Perang Badar. Abdullah bin Jubayr
bin An-Nu'man bin Umayyah bin Al-Burak. Nama Al-Burak ialah Umru'ul Qais bin Tsa'labah bin Amr. Ia
ikut Perang Badar. Pada Perang Uhud, ia memimpin pasukan pemanah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam dan gugur sebagai syahid di dalamnya.
Dan Ma'an bin Adi bin Al-Jadd bin Al-Ajlan bin Haritsah bin Dhabi'ah, patner mereka dari Baly. Ia ikut
Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq dan perang-perang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam yang lain. Ia syahid pada Perang Yamamah pada masa pemerintahan Abu Bakar Radhiyallahu
Anhu. Uwaim bin Sa'idah. Ia ikut Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Khandaq. Jumlah dari Bani
Amr bin Auf yaitu lima orang.
Jumlah keseluruhan orang-orang Al-Aus yang menghadiri baiat Al-Aqabah Kedua yaitu sebelas
orang.
Dan dari orang-orang Al-Khazraj bin Haritsah bin Tsa'labah bin Amr bin Amir, lalu dari Bani An-
Najjar yaitu Taimullah bin Tsa'labah bin Amr bin Al-Khazraj yaitu sebagai berikut: Abu Ayyub. Dia
yaitu Khalid bin Zaid bin Kulaib bin Tsa'labah bin Abd bin Auf bin Ghanim bin Malik bin An-Najjar. Ia
ikut serta dalam Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq dan perang-perang yang lain. Ia syahid
pada saat berjihad di wilayah Romawi di masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan. Muadz bin
Al-Harits bin Rifa'ah bin Suwad bin Malik bin Ghanim bin Malik bin An-Najjar. Ia terlibat pada Perang
Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq dan perang- perang yang lain. Ibunya bernama Al-Afra'. Saudara
Muadz, yaitu Auf bin Al-Harits. Ia mengikuti Perang Badar dan mati syahid di dalamnya. Saudara
Muadz yang lain, yaitu Mi'wadz bin Al-Harits. Ia ikut Perang Badar dan mati syahid di sana. Dialah yang
membunuh Abu Jahal bin Hisyam bin Al-Mughirah. Imarah bin Hazm bin Zaid bin Laudzan bin Amr bin
Abdu Auf bin Ghanim bin Malik An-Najjar. Ia ikut terjun dalam Perang Badar, Perang Uhud, Perang
Khandaq dan perang- perang lainnya. Syahid di Perang Yamamah pada masa pemerintahan Abu Bakar
Ash- Shiddiq Radhiyallahu Anhu. As'ad bin Zurarah bin Udas bin Ubayd bin Tsa'labah bin Ghanim bin
Malik bin An-Najjar. Ia termasuk pemimpin di Aqabah Pertama dan meninggal dunia sebelum Perang
Badar. Dialah Abu Umamah. Jumlah dari Bani Al-Khazraj bin Haritsah yaitu enam orang.
Dari Bani Amr bin Mabdzul, dan Mabdzul yaitu Amir bin Malik bin An-Najjar hanya satu orang, yaitu
Sahl bin Atik bin Nu'man bin Amr bin Atik bin Amr. Ia ikut serta terjun pada Perang Badar.
Dari Bani Amr bin Malik bin An-Najjar yang tak lain yaitu Bani Hudailah, Ibnu Hisyam berkata:
Hudailah ialah putri Malik bin Zaidillah bin Habib bin Abu Haritsah bin Malik bin Ghadhbu bin Jusyam
bin Al-Khazraj, yaitu sebagai berikut: Aus bin Tsabit Al-Mundzir bin Haram bin Amr bin Zaid Manat
bin Adij bin Amr bin Malik. Ia ikut Perang Badar. Abu Thalhah. Dia yaitu Zaid bin Sahl bin Al-Aswad
bin Haram bin Amr bin Zaid Manat bin Adi bin Amr bin Malik. Ikut Perang Badar. Total dari Bani Amr
bin Malik bin An-Najjar ada dua orang.
Dari Bani Mazin bin An-Najjar yaitu sebagai berikut: Qais bin Abu Sha'sha'ah. Nama Abu Sha'sha'ah
yaitu Amr bin Zaid bin Auf bin Mabdzul bin Amr bin Ghanim bin Mazin. Terlibat pada Perang Badar.
Pada Perang Badar, Ia ditempatkan pada pasukan garis belakang. Amr bin Ghaziyyah bin Amr bin
Tsa'labah bin Athiyyah bin Khansa' bin Mabdzul bin Amr bin Ghanim bin Mazin. Jumlah dari Bani Mazin
bin An-Najjar yaitu dua orang.
Dengan demikian jumlah dari Bani An-Najjar yang menghadiri baiat Aqabah Kedua yaitu sebelas
orang.
Ibnu Hisyam berkata: Amr bin Ghaziyyah bin Amr bin Tsa'labah bin Athiyyah bin Khansa' yang
disebutkan Ibnu Ishaq yaitu Ghaziyyah bin Amr bin Athiyyah bin Khansa'.
Dari Balharits bin Al-Khazraj yaitu sebagai berikut: Sa'ad bin Ar-Rabi' bin Amr bin Abu Zuhair bin
Malik bin Umru'ul Qais bin Malik bin Tsa'labah bin Ka'ab bin AI-Khazraj bin Al-Harits. Ia termasuk salah
seorang pemimpin. Ia ikut serta dalam Perang Badar dan mati syahid di Perang Uhud. Kharijah bin Zaid
bin Abu Zuhair bin Malik bin Umru'ul Qais bin Malik bin Tsa'labah bin Ka'ab bin Al-Khazraj bin Al-Harits.
Ia ikut Perang Badar dan mati syahid di Perang Uhud. Abdullah bin Rawahah bin Umuru'ul Qais bin
Amr bin Umuru'ul Qais bin Malik bin Tsa'labah bin Ka'ab bin Al-Khazraj bin Al-Harits. Ia ikut Perang
Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq dan perang-perang lainnya, kecuali penak lukan Makkah dan
sesudahnya. Ia syahid di Perang Mu'tah dengan jabatan panglima perang Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sal- lam. Basyir bin Sa'ad bin Tsa'labah bin Julas bin Zaid bin Malik bin Tsa'labah bin Ka'ab bin Al-
Khazraj bin Al-Harits. Ia yaitu Abu An-Nu'man bin Basyir. Ia ikut Perang Badar. Abdullah bin Zaid
Manat bin Tsa'labah bin Abdu Rabbihi bin Zaid bin Al-Harts bin Al-Khazraj bin Al-Harits. Ia terlibat pada
Perang Badar. Dialah orang yang mengawali adzan shalat, lalu ia datang kepada Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang lalu menyuruhnya adzan. Khallad bin Suwaid bin Tsa'labah bin
Amr bin Haritsah bin Umru'ul Qais bin Malik bin Tsa'labah bin Ka'ab bin Al-Khazraj bin Al-Harits. Ikut
terlibat Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Khandaq. Syahid di Perang Bani Quraizhah. sebab
ditimpa batu besar dari salah satu istana Bani Quraizhah, lalu meremukkannya. Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda tentangnya: "Khallad mendapatkan dua pahala syahid." Uqbah
bin Amr bin Tsa'labah bin Usairah bin Asirah bin Jidarah bin Auf bin Al-Harits. Ia yaitu Abu Mas'ud.
Dialah yang paling muda yang ikut serta di Baiat Aqabah Kedua dan wafat pada masa peme- rintahan
Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia tidak ikut Perang Badar. Jumlah dari Bani Al-Harits bin Al-Khazraj yaitu
tujuh orang.
Dari Bani Bayadhah bin Amir bin Zuraiq bin Abdu Haritsah bin Malik bin Ghadhbu bin Jusyam bin Al-
Khazraj yaitu sebagai berikut: Ziyad bin Labid bin Tsa'labah bin Sinan bin Amir bin Adi bin Umayyah
bin Bayadhah. Ia ikut Perang Badar. Farwah bin Amr bin Wazhfah bin Ubaid bin Amir bin Bayadhah. Ia
ikut Perang Badar. Ibnu Hisyam berkata: Wadfah bukan Wadzfah. lalu Khalid bih Qais bin Matik
bin Al-Ajlan bin Amir bin Bayadhah. Ia ikut terlibat pada Perang Badar. Jumlah tiga orang.
Dari Bani Zuraiq bin Amir bin Zuiraiq bin Abdu Haritsah bin Malik bin Ghadhbu bin Jusyam bin Al-
Khazraj yaitu sebagai berikut: Rafi' bin Malik bin Al-Ajlan bin Amr bin Amir bin Zuraiq. Ia termasuk
salah seorang pemimpin pada Aqabah Pertama. Dzakwan bin Abdu Qais bin Khaldah bin Makhlad bin
Amir bin Zuraiq. Ia menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam selama di Makkah, lalu
hijrah bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Madinah. Ada yang berpendapat bahwa ia
yaitu orang Muhajirin yang sekaligus orang Anshar. Ia ikut Perang Badar dan mati syahid di Perang
Uhud. Ubadah bin Qais bin Amir bin Khaladah bin Makhlad bin Amir bin Zuraiq. Ia ikut Perang Badar.
Al-Harits bin Qais bin Khalid bin Amir bin Zuraiq. Ia yaitu Abu Khalid. Ia ikut Perang Badar. Total
empat orang.
Dari Bani Salimah bin Sa'ad bin Ali bin Asad bin Saridah bin Tazid bin Jusyam bin Al-Khazraj, lalu
dari Bani Ubayd bin Adi bin Ghanim bin Ka'ab bin Salimah yaitu sebagai berikut: Al-Barra' bin Ma'rur
bin Shakr bin Khansa' bin Sinan bin Ubaid bin Adi bin Ghanim. Ia termasuk salah seorang pemimpin
pada Aqabah Pertama. Bani Salimah mengklaim bahwa Al-Barra' bin Marur yaitu orang yang
pertama kali membaiat tangan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan menentukan syarat kepada
beliau. Ia wafat sebelum Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah. Anak Al-Barra' bin
Ma'rur yang bernama Bisyr bin Al-Barra' bin Ma'rur. Ia ikut Perang Badar, Perang Uhud dan Perang
Khandaq. Wafat di Khaybar sebab memakan makanan beracun bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam. Dialah orang yang ditanya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada Bani Salimah:
"Siapa pemimpin kalian, wahai Bani Salimah?" Mereka menjawab: "Al-Jadd bin Qais, meskipun ia
kikir." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apakah masih ada penyakit yang lebih
berbahaya daripada penyakit kikir?" Pemimpin Bani Salimah yaitu orang yang wajahnya putih dan
rambutnya bergelombang, yaitu Bisyr bin Al-Barra' bin Al-Ma'rur. Sinan bin Shaifi bin Shakhr bin
Khansa' bin Sinan bin Ubaid. Ikut Perang Badar dan mati syahid di Perang Khandaq. Ath-Thufail bin An-
Nu'man bin Khansa' bin Sinan bin Ubayd. Ikut Perang Badar dan mati syahid di Perang Khandaq. Ma'qil
bin Al-Mundzir bin Sarh bin Khinas bin Sinan bin Ubaid. Ia ikut terlibat pada Perang Badar. Yazid bin
Al-Mundzir bin Sarh bin Khinas bin Sinan bin Ubaid. Ikut terlibat pada Perang Badar. Mas'ud bin Yazid
bin Sabi' bin Khansa' bin Sinan bin Ubaid. Adh-Dhahhak bin Haritsah bin Zaid bin Tsa'labah bin Ubad.
Ikut terlibat pada Perang Badar. Yazid bin Khidzam bin Sabi' bin Khansa' bin Sinan bin Ubaid. Jubar bin
Shakhr bin Umayyah bin Khansa' bin Sinan bin Ubayd. Ia ikut Perang Badar. Ibnu Hisyam berkata: Ada
yang mengatakan Jabbar —bukan Jubar— bin Shakhr bin Umayyah bin Khunas. Ath-Thufail bin Malik
bin Khansa' bin Sinan bin Ubaid. Ia ikut Perang Badar. Total sebelas orang.
Dari Bani Sawwad bin Ghanim bin Ka'ab bin Salimah, lalu dari Bani Ka'ab bin Sawwad hanya satu
orang, yaitu Ka'ab bin Malik bin Abu Ka'ab bin Al-Qain bin Ka'ab.
Dari Bani Ghanim bin Sawwad bin Ghanim bin Ka'ab bin Salimah yaitu sebagai berikut: Sulaim bin
Amr bin Hadidah bin Amr bin Ghanim. Ia ikut terjun di Perang Badar. Quthbah bin Amir bin Hadidah
bin Ghanim bin Amr. Ikut terjun di Perang Badar, Yazid Abu Al-Mundzir bin Amr bin Hadidah bin Amr
bin Ghanim. Ia terjun di Perang Badar. Abu Al-Yasar. Nama aslinya yaitu Ka'ab bir Amr bin Abbad bin
Amr bin Ghanim. Iku: terjun di Perang Badar. Shaifi bin Sawwad bin Abbad bin Amr bin Ghanim. Total
lima orang.
Ibnu Hisyam berkata: Shaifi yaitu anak Aswad bin Abbad bin Amr bin Ghanim bin Sawwad. Padahal
Sawwad tidak memiliki anak yang bernama Ghanim.
Dari Bani Nabi bin Amr bin Sawwad bir. Ghanim bin Ka'ab bin Salimah yaitu sebaga: berikut:
Tsa'labah bin Ghanimah bin Adi bin Nabi. Ia ikut terlibat pada Perang Badar dan gugur sebagai syahid
di Perang Khandaq, Amr bin Ghanimah bin Adi bin Nabi, Abbas bin Amir bin Adi. Ia ikut Perang Badar,
Abdul¬lah bin Unais, sekutu Bani Nabi bin Amr dan Qudha'ah, Khalid bin Amir bin Adi bin Nabi. Total
lima orang.
Dari Bani Haram bin Ka'ab bin Ghanim bin Ka'ab bin Salimah yaitu sebagai berikut: Abdullah bin Amr
bin Haram bin Tsa'labah bin Haram. Ia ikut terjun pada Perang Badar dan mati syahid di Perang Uhud,
Anak Abdullah bin Amr yang bernama Jabir bin Abdullah, Muadz bin Amr bin Al-Jamuh bin Zaid bin
Haram, ia ikut Perang Badar, Tsabit bin Al-Jidz'u. Al-Jidz'u yaitu Tsa'labah bin Zaid bin Al-Harits bin
Haram. Tsabit ikut Perang Badar dan gugur sebagai syahid di Thaif. Umair bin Al-Harits bin Tsa'labah
bin Zaid bin Al-Harits bin Haram. Ia ikut terlibat pada Perang Badar.
Ibnu Hisyam berkata: Umair yaitu anak Al-Harits bin Labdah bin Tsa'labah.
Ibnu Ishaq berkata: Khadij bin Salamah bin Aus bin Amr bin Al-Furafir, sekutu Bani Haram bin Ka'ab
dari Bali, Muadz bin Jabal bin Amr bin Aidz bin Adi bin Kaab bin Amr bin Adi bin Sa'ad bin Ali bin Asad.
Ada yang mengatakan Asad yaitu anak Saridah bin Tazid bin Jusyam bin Al-Khazraj. Muadz bin Jabal
hidup di Bani Salimah. Ikut terlibat pada Perang Badar dan perang-perang yang lain. Ia meninggal di
Amwas pada tahun wabah penyakit lepra di Syam pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab
Radhiyallahu Anhu. Ia bermarga Bani Salimah sebab ia saudara seibu dengan Sahl bin Muhammad
bin Al-Jidd bin Qais bin Shakhr bin Khansa' bin Sinan bin Ubaid bin Adi bin Ghanim bin Ka'ab bin
Salimah. Total tujuh orang.
Dari Bani Auf bin Al-Khazraj lalu dari Bani Salim bin Auf bin Amr bin Auf bin Al-Khazraj yaitu
sebagai berikut: Ubadah bin Ash-Shamit bin Qais bin Ashram bin Fihr bin Tsa'labah bin Ghanim bin
Salim bin Auf. Ia termasuk salah seorang pemimpin di baiat Aqabah Pertama. Ikut terjun pada Perang
Badar dan perang-perang lainnya. Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah bin Malik bin Al-Ajlan bin Zaid bin
Ghanim bin Salim bin Auf. Ia termasuk orang yang mendatangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
di Makkah, lalu ia tinggal di sana. Jadi ia orang Muhajirin sekaligus Anshar. Gugur sebagai syahid
di Perang Uhud, Abu Abdurrahman bin Yazid bin Tsa'labah bin Khazmah bin Ashram bin Amr bin
Ammarah. Ia sekutu Bani Auf bin Al-Khazraj dari Bani Ghushainah dari Baly. Amr bin Al-Harits bin
Labdah bin Amr bin Tsa'labah. Total empat orang.
Dari Bani Salim bin Ghanim bin Auf bin Al-Khazraj yang tidak lain yaitu Bani Al- Hubla, yaitu sebagai
berikut: Rifa'ah bin Amr bin Zaid bin Amr bin Tsa'labah bin Malik bin Salim bin Ghanim. Ikut Perang
Badar. Ia yaitu Abu Al-Walid, Uqbah bin Wahb bin Kaldah bin Al-Ja'du bin Hilal bin Al-Harits bin
Amr bin Adi bin Jusyam bin Auf bin Buhtsah bin Abdullah bin Ghathafan bin Sa'ad bin Qais bin Ailan,
sekutu Bani Salim bin Ghanim. Ikut Perang Badar dan termasuk orang yang mendatangi Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Makkah. Ia seorang Muhajir dan Anshar sekaligus.
Ibnu Hisyam berkata: Total dari Bani Salim bin Ghanim berjumlah dua orang.
Dari Bani Sa'idah bin Ka'ab bin Al-Khazraj yaitu sebagai berikut; Sa'ad bin Ubadah bin Dulaim bin
Haritsah bin Abu Huzaimah bin Tsa'labah bin Tharif bin Al-Khazraj bin Sa'idah. Ia termasuk pemimpin
di baiat Aqabah pertama, Al-Mundzir bin Amr bin Khunais bin Haritsah bin Laudzan bin Abdu Wadd
bin Zaid bin Tsa'labah bin Jusyam bin Al-Khazraj bin Sa'idah. Ia termasuk pemimpin di baiat Aqabah
Pertama. Ikut Perang Badar dan Perang Uhud dan mati syahid pada Perang Bi'ru Ma'unah, saat itu ia
berstatus panglima perang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tentang Al-Mundzir bin Amr
dikatakan:Ia bersegera berjalan untuk mati. Total dua orang.
Ibnu Ishaq berkata: Dengan demikian, total orang-orang yang ikut hadir dalam baiat Aqabah Kedua
dari Al-Aus dan Al-Khazraj yaitu tujuh puluh tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan. Beberapa
ahli menyatakan bahwa kedua wanita ini ikut membaiat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam,
namun beliau tidak menjabat tangan mereka dalam baiat. Beliau hanya mengambil baiat mereka saja.
Manakala wanita-wanita itu telah menyatakan baiat, beliau bersabda: "Pergilah, sebab aku telah
membaiat kalian."67
Dari Bani Mazin bin An-Najjar yaitu Nasibah binti Ka'ab bin Amr bin Auf bin Mab dzul bin Amr bin
Ghanim bin Mazm atau yang dikenal dengan Ummu Imarah. Ia menyertai Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam dengan ditemani saudara perempuannya dalam peperangan, suaminya bernama Zaid bin
Ashim bin Ka'ab, kedua anaknya yaitu Habib bin Zaid dan Abdullah bin Zaid. Anaknya, Habib ditawan
Musailamah Al-Kadzdzab Si Pendusta Al-Hanafi, Penguasa Yamamah. Musailamah Al-Kadzdzab Al-
Hanafi bertanya kepada Habib, "Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah?" Habib bin
Zaid menjawab, "Ya." Musailamah Al-Kadzdzab bertanya, "Kalau begitu, apakah engkau juga bersaksi
bahwa aku utusan Allah?" Habib menjawab: "Pergilah kau ke neraka." sesudah itu, Musailamah Al-
Kadzdzab memutilasi tubuh Habib bin Zaid hingga ia meninggal dunia di tangannya. Setiap kali nama
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam disebutkan pada Habib bin Zaid, ia menyatakan beriman kepada
beliau dan mengucapkan shalawat untuk beliau dan setiap kali nama Musailmah Al-Kadzdab Si
Pendusta disebutkan padanya, ia berkata: "Pergilah ia ke neraka." lalu Ummu Imarah bersama
kaum Muslimin berangkat menuju Yamamah. Ia terlibat langsung ke medan perang hingga akhirnya
Allah menewaskan Musailamah. Dari Yamamah ia pulang dengan membawa dua belas luka akibat
tikaman dan pukulan senjata.
Ibnu Ishaq berkata: Kisah tentang Ummu Imarah ini diceritakan kepadaku oleh Muhammad bin Yahya
bin Hibban dari Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Sha'shaah.
Ibnu Ishaq berkata: Dari Bani Salimah yaitu Ummu Mani'. Nama lengkapnya Asma' binti Amr bin Adi
bin Nabi bin Amr bin Sawwad bin Ghanim bin Ka'ab bin Salimah.
Awal Mula Diwajibkannya Perang Kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
Ibnu Hisyam berkata: Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai berkata kepadaku dari Muhammad bin Ishaq Al-
Muthalibi ia berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di awal-awal dakwahnya kepada Allah,
beliau tidak diizinkan membalas perlakuan kaum Quraisy, apalagi sampai memerangi mereka. Beliau
hanya diperintahkan berdakwah dengan damai, bersabar dan memaafkan tindakan mereka. Kala itu,
orang-orang Quraisy setiap menjumpa kaum Muhajirin yang mengikuti beliau maka mereka
menyiksanya agar bisa memurtadkan mereka dari Islam dan kalau tidak bisa maka orang-orang
Quraisy ini akan mengusir mereka dari negeri mereka. Di antara mereka ada yang lari ke
Habasyah, ada yang lari ke Madinah dan ada yang lari ke negeri-negeri lain.
Di tengah-tengah krisis seperti itu maka Allah mengizinkan Rasul-Nya Shallalahu 'alaihi wa Sallam
berperang, melawan orang- orang yang menzalimi kaum Muslimin dan menindas mereka. Ayat
pertama yang turun kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang mengizinkan beliau
berperang, darah dihalalkan bagi beliau dan memerangi orang-orang yang menindas beliau seperti
dikatakan kepadaku dari Urwah bin Zubair dan ulama-ulama lain ialah firman Allah:
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, sebab Sebetulnya mereka telah
dianiaya. Dan Sebetulnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (yaitu) orang-
orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali sebab
mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah." Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan)
sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-
gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama
Allah. Sebetulnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sebetulnya Allah
benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang
makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
(QS. al-Hajj: 39-41).
Yakni, Aku (Allah) mengizinkan perang kepada mereka, sebab mereka telah dizalimi. Jika menang,
maka mereka menegakkan shalat, berzakat, menganjurkan kepada perbuatan baik dan melarang dari
perbuatan mungkar. Mereka yang dimaksud ialah Rasu- lullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan para
sahabatnya.
Sesudah itu, Allah Tabaraka wa Ta 'ala menurunkan ayat selanjutnya:
Dan perangilah mereka, sehingga tidak ada ada fitnah. (QS. al-Baqarah: 193).
Yakni, agar orang Mukmin tidak difitnah sebab agamanya. Allah juga berfirman
Dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. (QS. al-Baqarah: 193).
Maksudnya, agar Allah ditauhidkan
Ibnu lshaq berkata: saat Allah Ta'ala mengizinkan Rasulullah berperang, Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam memerintahkan sahabat-sahabatnya kaum Muhajirin dari kaumnya dan kaum Muslimin
yang lain di Makkah untuk hijrah ke Madinah dan bergabung dengan saudara-saudara mereka, kaum
Anshar. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebetulnya kalian akan memiliki
saudara-saudara dan negeri yang akan menjadikan kalian merasa aman di dalamnya." Lalu kaum
Muslimin Makkah pun hijrah ke Madinah secara bergelombang, sementara Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam tetap berada di Makkah menunggu izin dari Tuhannya untuk berhijrah dari Makkah
ke Madinah.
Izin kepada Kaum Muslimin Makkah untuk Hijrah ke Madinah
Ibnu lshaq berkata: Orang yang pertama kali hijrah ke Madinah dari Bani Makhzum yaitu Abdullah
bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Kunyahnya yaitu Abu Salamah. Ia
hijrah ke Madinah setahun sebelum terjadinya baiat Aqabah.
Ibnu Ishaq berkata: Abu Ishaq bin Yasar bercerita kepadaku dari Salamah bin Abdullah bin Umar bin
Abu Salamah dari neneknya, Ummu Salamah Radhiyallahu Anha ia berkata. Tatkala Abu Salamah akan
berangkat hijrah ke Madinah, ia menaikkanku bersama anakku, Salamah bin Abu Salamah yang berada
di dalam pangkuanku ke atas punggung untanya. Ia lalu berjalan dengan menuntun kami. Saat orang-
orang Bani Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum melihatnya, mereka pergi
menyongsongnya dan bertanya: "Sepanjang menyangkut dirimu sendiri maka kami telah bebaskan
engkau. Namun bagaimana dengan sahabat (isterimu) ini (yakni Ummu Salamah)? Atas dasar apa kami
akan membiarkannya dia pergi dengannnya dari negeri ini?" Ummu Salamah berkata: Mereka menarik
tali kekang unta dari tangan Abu Salamah dan mengambilku darinya. Melihat kejadian ini , Bani
Abdul Asad, sanak kerabat Abu Salamah marah besar. Mereka berkata: "Demi Allah, kami tidak akan
membiarkan anak kami di sisi ibunya jika mereka telah mengambil ibunya." Mereka memperebutkan
anakku Salamah, hingga akhirnya Bani Abdul Asad berhasil mengambil anakku, lalu mereka
membawanya ke tempat mereka. Sementara aku ditahan Bani Al-Mughirah di kediaman mereka.
Suamiku Abu Salamah tetap hijrah ke Madinah. Aku suami dan anakku masing-masing hidup terpisah.
sesudah peristiwa ini , pada setiap pagi aku keluar ke lembah sambil menangis. Peristiwa ini
berlangsung kurang lebih setahun. Suatu hari lewatlah salah seorang sepupuku. Melihat keadaan
diriku, ia merasa kasihan sekali kepadaku. Ia berkata kepada Bani Al-Mughirah: "Apa kalian tidak
punya belas kasih terhadap wanita ini? Dengan kondisinya yang seperti ini!" Bani Al-Mughirah berkata
kepadaku: "Ya sudah, sana, susullah suamimu." Sesudah itu, Bani Abdul Asad menyerahkan kembali
anakku kepadaku, lalu kami berangkat ke Madinah menyusul suamiku. Kami hanya berdua tanpa
ditemani seorangpun saat itu sampai kami tiba di At-Tan'im, dan bertemu dengan Utsman bin Thalhah
bin Abu Thalhah, saudara Bani Abduddar. Ia bertanya kepadaku: "Mau pergi ke mana, wahai putri Abu
Umayyah?" Aku menjawab: "Menyusul suamiku di Madinah." Utsman bin Thalhah bin Abu Thalhah
bertanya: "Kenapa kalian cuma berdua? Demi Allah, kalian harus ditemani." Utsman bin Thalhah bin
Abu Thaihah mengambil tali kekang unta, lalu ia menuntun untaku dengan cepat hingga kami
berhasil tiba di Madinah. saat ia melihat desa Bani Amr bin Auf di Quba', ia berkata: "Suamimu ada
di desa ini. Masuklah ke dalamnya dengan berkah Allah!'" Usai mengantarkanku ke Madinah, Utsman
bin Thalhah kembali pulang ke Makkah.
Ibnu Ishaq berkata: sesudah Abu Salamah tiba di Madinah, maka yang menyusulnya ke sana yaitu
Amir bin Rabi'ah sekutu Bani Adi bin Ka'ab beserta istrinya, Laila binti Abu Hatsmah bin Ghanim bin
Abdullah bin Auf bin Ubaid bin Uwaij bin Adi bin Ka'ab. lalu Abdullah bin Jahsy bin Riab bin
Ya'mur bin Shabirah bin Murrah bin Kabir bin Ghanim bin Dudan bin Asad bin Khuzaimah sekutu Bani
Umayyah bin Abdu Syams. Abdullah bin Jahsy membawa hijrah istri dan saudaranya, Abd bin Jahsy
yang lebih dikenal dengan nama Abu Ahmad. Abu Ahmad yaitu seorang tuna netra. Ia mengelilingi
Makkah Atas dan Makkah Bawah tanpa ada yang menuntunnya. Ia juga seorang penyair yang
beristrikan Al-Far'ah binti Abu Sufyan bin Harb dan ibu Al-Far'ah bernama Umaimah binti Abdul
Muthalib bin Hasyim. Rumah Abdullah bin Jahsy sebab semua peng huninya hijrah ke Madinah. Suatu
saat , Utbah bin Rabi'ah, berjalan melewati rumah Abdullah bin Jahsy, saat itu ia melihat pintu rumah
ini bargerak-gerak oleh hembusan angin seolah-olah di dalamnya tidak ada penghuninya. saat
ia melihat rumah ini , ternyata dugaannya benar, ia menghela nafas panjang, lalu ia
berkata:
Semua rumah, walau sekian lama ia sejahtera akhirnya
Suatu waktu ia akan ditimpa musibah dan dan bencana
Ibnu Hisyam berkata: Bait di atas yaitu milik Abu Duwad Al-Iyadi dalam kumpulan syair-syairnya.
Ibnu Ishaq berkata: Utbah bin Rabi'ah berkata: "Rumah Bani Jahsy kini kosong tanpa penghuni." Abu
Jahal berkata: "Tiada seorangpun yang akan meratapi rumah itu." Labid bin Rabiah berkata:
Semua Bani Hurrah akhirnya yaitu sedikit
Walaupun jumlah mereka demikian banyak
lalu Abu Jahal berkata: "Ini semua gara-gara ulah anak saudara Si Fulan. Ia memecah belah
persatuan kita, dan memutus hubungan di antara kita."
Di Madinah Abu Salamah bin Abdul Asad, Amir bin Rabi'ah, Abdullah bin Jahsy dan saudara Abdullah
bin Jahsy, yaitu Abu Ahmad bin Jahsy tinggal di rumah Mubasysyir bin Abdul Mundzir bin Zanbar di
Quba' di Bani Amr bin Auf. sesudah itu, kaum Muhajirin baik yang laki-laki ataupun wanita hijrah ke
Madinah secara bergelombang. Mereka yaitu Bani Dudan yang telah masuk Islam, lalu di susul
Abdullah bin Jahsy, saudara Abdullah bin Jahsy yang bernama Abu Ahmad bin Jahsy, Ukasyah bin
Mihshan, Syuja' bin Wahb, Uqbah bin Wahb, Arbad bin Humayyirah,
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang mengatakan Ibnu Humayrah.
Ibnu Ishaq: lalu diikuti Munqidz bin Nubatah, Sa'id bin Ruqaisy, Mahraj bin Nadhiah, Yazid bin
Ruqaisy, Qais bin Khabir, Amr bin Mihshan, Malik bin Amr, Shafwan bin Amr, Tsaqaf bin Amr, Rabi'ah
Aksyam, Az-Zubayr bin Ubaydah, Tammam bin bin Ubaydah, Sakhbarah bin Ubaydah dan Muhammad
bin Abdullah bin Jahsy.
Sementara yang wanita, mereka yaitu Zainab binti Jahsy, Ummu Habib bi Jahsy, Judzamah binti
Jandal, Ummu Qais binti Mihshan, Ummu Habib binti Tsumamah, Aminah binti Ruqaisy, Sakhbarah
binti Tamim dan Hamn binti Jahsy.
Hijrahnya Umar bin Khaththab dan Kisah Ayyasy
Ibnu Ishaq berkata: Umar bin Khaththab dan Ayyasy bin Abi Rabi'ah Al-Makhzumi lalu berhijrah ke
Madinah.
Nafi' eks budak Abdullah bin Umar bercerita kepadaku dari Abdullah bin Umar dari ayahnya, Umar bin
Khaththab ia berkata: Sebelum kami berangkat hijrah ke Madinah, aku, Ayyasy bin Abu Rabi'ah dan
Hisyam bin Al-Ash bin Wail As-Sahmi bersepakat terlebih dahulu untuk bertemu di Tanadhub, di
reruntuhan pohon Adat bin Ghifar di atas Sarif. Kami berkata: "Seandainya besok salah seorang dari
kita tidak berada di tempat ini , berarti telah terjadi sesuatu padanya dan bagaimanapun dua
orang lainnya tetap harus berangkat ke Madinah." Pagi harinya, aku dan Ayyasy bin Abu Rabi'ah
berada di Tanadhub. Hisyam bin Al-Ash tidak datang ke tempat ini , sebab ia mendapat siksaan.
Tiba di Madinah, kami beristirahat di Bani Amr bin Auf di Quba'. Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits
bin Hisyam berangkat Madinah untuk menemui Ayyasy bin Abu Rabi'ah. Ayyasy bin Abu Rabi'ah ada-
lah paman keduanya dan saudara seibu keduanya. Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam tiba
di Madinah pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam masih berada di Makkah. Keduanya
berbicara dan berkata dengan Ayyasy bin Abu Rabi'ah: "Ibumu bersumpah, bahwa ia tidak akan
menyisir rambutnya hingga ia melihatmu dan ia tidak akan terus berteduh di bawah sinar matahari
hingga melihatmu." Ayyasy bin Abu Rabi'ah terenyuh hatinya mendengar cerita keduanya. Aku
berkata kepada Ayyasy: "Wahai Ayyasy, demi Allah, Sebetulnya dua orang Quraisy ini hanya
menipumu, mereka ingin memurtadkanmu dari Islam, maka waspyaitu dari tipudaya mereka. Demi
Allah, jika ibumu terganggu oleh gatalnya kutu, pastilah ia menyisir rambutnya dan jika terik matahari
Makkah membara, pastilah ia berteduh." Ayyasy bin Abu Rabi'ah berkata: "Aku akan membayar
sumpah ibuku. Di sana, aku memiliki sejumlah uang dan aku akan mengambilnya." Aku berkata
kepada Ayyasy bin Abu Rabi'ah: "Janganlah engkau pergi bersama Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits
bin Hisyam." Ayyasy bin A