bu Rabi'ah mengacuhkan saranku ia lebih tertarik pulang bersama Abu Jahal
bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam. saat akan berangkat pulang ke Makkah, aku katakan kepada
Ayyasy, "Jika engkau akan tetap bersikukuh melakukan apa yang engkau inginkan, ambillah untaku ini,
sebab ia unta yang lincah dan penurut dan tetaplah berada di atas punggungnya. Jika engkau
mencium ada sesuatu yang mencurigakan pada mereka berdua ini, selamatkan dirimu dengan unta
ini." lalu Ayyasy bin Abu Rabi'ah pulang ke Makkah bersama Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits
bin Hisyam.
Di tengah jalan, Abu Jahal bin Hisyam berkata kepada Ayyasy bin Abu Rabi'ah, "Demi Allah, wahai
saudaraku, sepertinya saya keliru dalam memilih untaku ini. la tidak bisa berjalan mengiringi untamu."
Ayyasy bin Abu Rabi'ah berkata: "Ya betul." lalu Ayyasy bin Abu Rabi'ah turun dari untanya.
Begitu juga Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam. saat mereka bertiga berada di atas tanah,
tiba-tiba Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam mengikat Ayyasy bin Abu Rabi'ah,
membawanya masuk Makkah dan menyiksanya.
Ibnu lshaq berkata: Sebagian keluarga Ayyasy bin Abu Rabi'ah berkata kepadaku, saat Abu Jahal bin
Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam membawa Ayyasy bin Abu Rabi'ah memasuki Makkah. Keduanya
membawa Ayyasy dalam keadaan terikat di malam hari. Keduanya berkata: "Hai orang-orang Makkah,
coba kalian lihat orang bodoh ini."
Surat Umar bin Khattab Pada Hisyam bin Al-'Ash
Ibnu lshaq berkata: Nafi' bercerita kepadaku dari Abdullah bin Umar dari Umar bin Khaththab dalam
kisahnya. Umar bin Khaththab berkata: Allah tidak menerima taubat orang yang murtad sebab takut
siksa, yaitu mereka yang mengenal Allah, lalu kembali kafir sebab tidak tahan dengan cobaan
yang menderanya. Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah, Allah Ta'ala
mewahyukan padanya ayat tentang mereka, tentang ucapan kami dan ucapan mereka terhadap diri
mereka:
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sebetulnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sebetulnya Dialah YangMaha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada
Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang adzab kepadamu lalu kamu tidak
dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sebelum datang adzab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya (QS. az-Zumar:
53-55).
Umar bin Khaththab melanjutkan: "Maka aku tulis ayat di atas dalam lembaran, lalu aku
kirimkan kepada Hisyam bin Al-Ashi. Hisyam bin Al-Ashi berkata: Dia berkata: Hisyam bin al-Ashi
berkata: "Tatkala surat ini sampai padaku, aku membawanya di Dzi Thuwa untuk dibaca. Saat
aku baca surat ini , aku tidak bisa memahaminya, hingga aku berkata: "Ya Allah, karuniakan
pemahaman kepadaku!" lalu Allah menganugrahi pemahaman ke dalam hatiku, bahwa ayat
ini diturunkan tentang kami, apa yang kami katakan untuk diri kami dan apa yang diucapkan
tentang kami. Aku segera menaiki untaku, lalu pergi menyusul Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam yang saat itu sudah berada di Madinah.
Al-Walid bin Al-Walid bin Al-Mughirah Keluar Menuju Mekah Membawa Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan
Hisyam bin Al-Ash
Ibnu Hisyam berkata: Orang yang aku percayai bercerita kepadahu bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam saat berada di Madinah pernah bersabda: "Siapa yang bisa membebaskan Ayyasy bin Abu
Rabi'ah dan Hisyam bin Al-Ash untukku?" Al-Walid bin Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: "Aku!"
lalu Al-Walid bin Al-Walid bin Al- Mughirah keluar Madinah menuju Mekkah dan tiba di sana
tanpa seorangpun tahu. la bertemu seorang wanita yang membawa makanan. Ia bertanya kepada
wanita ini : "Boleh aku tahu ke mana kau akan pergi dengan makanan itu?" Wanita tadi
menjawab: "Aku akan pergi kepada Ayyasy dan Hisyam yang sedang ditahan." Al-Walid bin Al-Walid
bin Al-Mughirah mengikuti wanita itu hingga ia tahu tempat dua orang yang ditahan itu. Kedua orang
itu ditahan di rumah yang tidak dipasangi genteng. Sore harinya, Al-Walid bin Al-Walid bin Al-
Mughirah memanjat tembok rumah ini dan membebaskan Ayyasy dan Hisyam. sesudah itu, Al-
Walid bin Al-Walid bin Al-Mughirah menaikkan Ayyasy bin Abu Rabi'ah dan Hisyam bin Al-Ash ke atas
punggung untanya. lalu ia tuntun unta yang membawa keduanya hingga sampai di Madinah di
tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Rumah-rumah Penampungan Kaum Muhajirin di Madinah
Ibnu Ishaq berkata: Saat tiba di Madinah, Umar bin Khaththab disertai keluarganya, kaumnya yang
hijrah, saudaranya yang bernama Zaid bin Khaththab, Amr bin Suraqah bin Al-Mu'tamir, Abdullah bin
Al-Mu'tamir, Khunais bin Hudzafah As-Sahmi suami putrinya yang bernama Hafshah binti Umar bin
Khaththab. Sepeninggal suaminya, Hafshah dinikahi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Sa'id bin
Zaid bin Amr bin Nufail, Waqid bin Abdullah At-Taimi, sekutu mereka, Khauli bin Abu Khauli, Malik bin
Khauli, sekutu mereka. Dan anak-anak Al-Bukair yang empat orang yaitu: Iyas bin Al-Bukair, Aqil bin
Al-Bukair, Amir bin Al-Bukair dan Khalid bin Al-Bukair, sekutu mereka dari Bani Sa'ad bin Laits; mereka
tinggal di rumah Rifa'ah bin Abdul Mundzir bin Zanbar di Bani Amr bin Auf di Quba. Iyas bin Rabi'ah
juga ikut tinggal di rumahnya saat ia tiba di Madinah.
sesudah itu kaum Muhajirin secara bergelombang mendatangi Madinah. Thalhah bin Ubaidillah bin
Utsman dan Shuhaib bin Sinan tinggal di rumah Khubaib bin Isaf, saudara Balharits bin AI-Khazraj di
As-Sunh. Ada yang mengatakan, Thalhah bin Ubaidillah tinggal di rumah As'ad bin Zurarah, saudara
Bani An-Najjar.
Ibnu Hisyam berkata: Aku mendapat in- formasi dari Abu Utsman An-Nahdi bahwa ia berkata: Tatkala
Shuhaib Ar-Rumi akan berangkat hijrah, orang-orang Quraisy berkata kepadanya: "Dulu engkau miskin
dan hina, lalu kami membuatmu kaya dan menjadi terhormat. Apakah sesudah itu engkau akan pergi
begitu saja dengan membawa kekayaanmu dan dirimu? Demi Allah, ini yaitu hal yang sangat
memalukan!" Shuhaib berkata kepada mereka: "Apa maksud kalian aku harus menyerahkan kembali
harta kekayaan ini pada kalian?" Mereka menjawab: "Ya." Shuhaib berkata: "Jika demikian aku
serahkan semua kekayaanku kepada kalian." Peristiwa ini di dengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam lalu beliau bersabda: "Shuhaib telah selamat dan ia sungguh beruntung."
Ibnu Ishaq berkata: sesudah itu datanglah Hamzah bin Abdul Muthalib, Zaid bin Hari tsah, Abu Martsad
Kannaz bin Hishn. Ibnu Hisyam berkata: Abu Martsad Kannaz yaitu anak Hushain, anak Kannaz bin
Hishn yang bernama Martsad Al-Ghanawiyyan, sekutu Hamzah bin Abdul Muthalib, Anasah dan Abu
Kabsyah -keduanya mantan budak Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam- mereka menetap di rumah
Kultsum bin Hidam, saudara Bani Amr bin Auf di Quba. Ada yang mengatakan mereka menetap di
rumah Sa'ad bin Khaitsamah. Ada lagi yang menceritakan Hamzah bin Abdul Muthalib menetap di
rumah As'ad bin Zurarah, saudara Bani An-Najjar.
Adapun Ubaid bin Al-Harits bin Al-Muththalib, Ath-Thufail bin Al-Harits, Al-Hushain bin Al-Harits,
keduanya saudara Ubaid, Misthah bin Utsatsah bin Ibad bin Al-Muthalib, Suwaibith bin Sa'ad bin
Harmalah saudara Bani Abduddar, Thulaib bin Umair saudara Bani Abd bin Qushay dan Khabbab eks
budak Utbah bin Ghazwan tinggal di rumah Abdullah bin Salimah saudara Bal'ijlan di Quba'.
Sementara Abdurrahman bin Auf bersama sejumlah kaum Muhajirin, mereka menetap di rumah Sa'ad
bin Ar-Rabi' saudara Bani Al-Harits bin Al-Khazraj di pemukiman Al- Harits bin Al-Khazraj.
Adapun Zubair bin Awwam dan Abu Sab- rah bin Abu Ruhm bin Abdul Uzza tinggal di rumah Mundzir
bin Muhammad bin Uqbah bin Uhaihah bin Al-Julaj di Al-Ushbah di komplek Bani Jahjabi.
Mush'ab bin Umair, saudara Bani Abduddar menetap di rumah Sa'ad bin Muadz bin An-Nu'man,
saudara Bani Abdul Asyhal tinggal di perkampungan Bani Abdul Asyhal.
Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi'ah, Salim eks budak Hudzaifah. Ibnu Hisyam berkata: Salim eks
budak Abu Hudzaifah yaitu Saibah, budak yang dimerdekakan yang hak kepemilikannya tidak
diserahkan pada pemiliknya, milik Tsubaytah binti Ya'ar bin Zaid bin Ubaid bin Malik bin Amr bin Auf
bin Malik bin Al-Aus. Tsubaytah memutus hak pemilikan Salim lalu Abu Hudzaifah bin Utbah bin
Rabi'ah mengadopsinya. Maka dipanggillah dia dengan Salim eks budak Abu Hudzaifah. Ada lagi yang
mengatakan Tsubaytah yaitu istri Abu Hudzaifah bin Utbah, lalu Tsubaytah memerdekakan
Salim, maka dikatakan bahwa Salim yaitu mantan budak Abu Hudzaifah.
Ibnu Ishaq berkata: Dan Utbah bin Ghaz- wan bin Jabir menetap di rumah Ibad bin Bisyr bin Waqsy,
saudara Bani Abdul Asyhal di komplek permukiman Abdul Asyhal.
Utsman bin Affan menetap di rumah Aus bin Tsabit bin Al-Mundzir saudara Hassan bin Tsabit di
perumahan Bani An-Najjar. Oleh sebab itu Hassan bin Tsabit amat mencintai Utsman bin Affan dan
begitu berduka saat mendengar dia dibunuh.
Sementara para bujangan kaum Muhajirin semuanya tinggal di rumah Sa'ad bin Khaitsamah. sebab
diajuga seorang bujangan. Wal- lahu a'lam, mana yang paling benar.
Hijrahnya Rasulullah dan Berbagai Macam Tantangan yang Dihadapi
Ibnj Ishaq berkata: Meski para sahabat telah hijrah ke Madinah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
masih tetap menetap di Mak- kah menunggu diizinkan untuk hijrah. Hampir seluruh kaum Muhajirin
telah hijrah ke Madinah, kecuali sahabat yang ditahan atau orang yang disiksa, dan Ali bin Abu Thalib
serta Abu Bakar bin Abu Quhafah. Abu Bakar sudah beberapa kali memohon kepada Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam agar bisa hijrah ke Madinah, namun beliau selalu bersabda kepadanya:
"Jangan terburu-buru, semoga Allah memberimu teman untuk hijrah." Abu Bakar merasa tersanjung
bila ia bisa menemani Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhijrah.
Pemuka-Pemuka Quraisy Berkumpul dan Bermusyawarah Membicarakan Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala orang-orang Quraisy menyadari bahwa pengikut dan sahabat-sahabat
Rasulullah semakin bertambah banyak di negeri lain selain negeri mereka dan hijrahnya kaum
Muhajirin ke Madinah secara bergelombang, mereka pun mulai mengambil ancang-ancang menyusun
strategi baru agar bisa menghalangi hijrahnya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ke Madinah.
Mereka juga menyadari bahwa kaum Muslimin telah bersepakat untuk memerangi mereka. sebab
itulah, mereka segera menyelenggarakan rapat di Daar An-Nadwah membahas Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam. Semula Daar An-Nadwah yaitu rumah milik Qushay bin Kilab. Orang-orang Quraisy
selalu memutuskan setiap perkara, melainkan mereka bermusyawarah di rumah ini. Di Daar An-
Nadwah ini pula, mereka menggelar rapat membahas Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tatkala
mereka khawatir kepada beliau.
Ibnu Ishaq berkata: Seseorang dari sahabatku yang sangat jujur berkata kepadaku dari Abdullah bin
Abu Najih dari Mujahid bin Jabr Abu Al-Hujjaj dan dari orang lain yang tidak aku sangkal kejujurannya
dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma ia berkata: Orang-orang Quraisy akhirnya
menyelenggarakan rapat di Daar An-Nadwah guna membahas Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam,
pada hari Yawmu Az-Zahmah. Pada hari itu, mereka dicegat iblis yang menjelma menyerupai seorang
tua yang berwibawa yang memakai mantel lalu ia berdiri di depan pintu Daar An-Nadwah.
saat orang Quraisy melihatnya, mereka bertanya kepadanya: "Siapa Anda?" Iblis menjawab: "Aku
warga Najed. Aku dengar kalian akan mengadakan rapat membahas Muhammad. Aku ingin
menyertai rapat kalian agar kalian bisa mendengarkan pendapat dan nasihat dariku." Orang-orang
Quraisy berkata: "Baik, silahkan masuk!" Iblis pun masuk bersama mereka.
Pemuka-pemuka Quraisy dari Bani Syams yang ikut hadir di Daar An-Nadwah yaitu Utbah bin
Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah dan Abu Sufyan bin Harb.
Dari Bani Naufal bin Abdu Manaf yaitu sebagai berikut: Thu'aimah bin Adi, Jubayr bin Muth'im, Al-
Harits bin Amir bin Naufal.
Dari Bani Abduddar bin Qushay hanya satu orang, yaitu An-Nadhr bin Al-Harits bin Kaladah.
Dari Bani Asad bin Abdul Uzza yaitu sebagai berikut: Abu Al-Bakhtari bin Hisyam, Zam'ah bin Al-
Aswad bin Al-Muthalib, Hakim bin Hizam.
Dari Bani Makhzum hanya satu orang, yaitu Abu Jahal bin Hisyam.
Dari Bani Sahm yaitu sebagai berikut: Nubaih bin Al-Hajjaj, Munabbih bin Al-Hajjaj.
Dari Bani Jumah ialah Umayyah bin Khalaf, orang-orang yang ikut bersama mereka dan orang-orang
lain yang bukan dari orang-orang Quraisy.
Sebagian dari mereka membuka pembicaraan kepada sebagian yang lain: "Sebetulnya orang ini
semakin berbahaya saja. Demi Allah, kita tidak merasa aman jika sewaktu-waktu para pengikutnya
yang berasal dari selain kita menyerang kita. Oleh sebab itu, apa yang harus kita lakukan pada orang
ini.
Salah seorang dari mereka berkata: "Bagaimana kalau dia kita penjara saja sebagaimana menimpa
para penyair sebelumnya, seperti Zuhair dan An-Nabighah dan orang-orang yang mati sebelumnya
hingga ia mengalami seperti apa yang mereka alarm."
Iblis berkata: "Demi Allah, ini bukanlah sebuah pandangan yang paling tepat untuk kalian. Sebab, jika
kalian memenjarakannya tetap saja ia bisa berkomunikasi dan memberi perintah kepada para
sahabatnya, lalu mereka menyerang kalian dan membebaskannya. Ini bukan pandangan yang
tepat. Carilah pandangan yang lain!"
Salah seorang dari mereka berkata: "Bagaimana kalau kita usir saja dia dari negeri kita lalu kita
asingkan ke negeri lain. Bukankah jika dia telah diusir dari negeri kita, maka kita tidak terlalu resah dia
akan pergi ke mana dan akan singgah di mana. Dengan begitu, kita tidak terganggu olehnya, lalu
kita bersatu seperti semula."
Iblis berkata: "Demi Allah, ini juga bukan pandangan yang paling tepat buat kalian. Tidakkah kalian
perhatikan retorika yang indah, manis dan apalagi ia memiliki daya pikat yang mana jika orang
Arab di negeri lain mendengarnya, maka mereka akan mengikutinya, lalu dia bersama mereka
berangkat ke tempat kalian, lalu mereka menginjak negeri kalian dan merampas kepemimpinan dari
tangan kalian. Carilah pandangan yang lain!"
Abu Jahal berkata: "Demi Allah, Sebetulnya aku memiliki ide yang lebih brilian dari kalian."
Mereka berkata: "Apa itu, wahai Abu Al-Hakam." Abu Jahal berkata: "Bagaimana kalau kita kerahkan
para pemuda yang tangguh dalam bertarung untuk membunuhnya sehingga kita bisa tenang sesudah
kematiannya. Jika para pemuda ini berhasil melakukannya, maka banyak kabilah yang akan
mendukung mereka dan Bani Abdu Manaf tidak akan kuasa membalas dendam. Jika mereka meminta
uang ganti rugi, kita berikan saja."
Iblis berkata: "Inilah pandangan yang paling tepat." sesudah itu orang-orang Quraisy berpencar dan
melaksanakan usulan Abu Jahal.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallatn Keluar dan Ali Menggantikan Posisinya di Kasurnya
Abdullah bin Abbas berkata: Malaikat Jibril menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan
berkata: "Malam ini kau tidak boleh tidur di kasurmu." Saat tengah malam tiba, para pemuda Quraisy
bergerak menuju rumah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk menghabisi beliau. saat ,
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengetahui kedatangan mereka, beliau berkata kepada Ali bin
Abu Thalib: "Tidurlah di ranjangku dan selimuti seluruh badanmu dengan selimut yang berwarna hijau
ini." Biasanya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memakai selimut ini untuk tidur.
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ziyad ber¬kata kepadaku dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhi ia
berkata: "Para pemuda Quraisy akhirnya sampai di depan pintu rumah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam, dengan ditemani Abu Jahal. Abu Jahal berkata kepada mereka, "Sebetulnya Muhammad
menduga bahwa jika kalian mengikutinya, agar kalian menjadi pemimpin bagi orang-orang Arab dan
orang-orang non-Arab, sesudah kalian mati maka kalian dibangkitkan dan kalian dianugerahi surga
laksana taman-taman Yordania. Namun, jika tidak mengikutinya, maka kalian akan dibunuh, lalu
sesudah mati kalian akan dibangkitkan lalu diazab di neraka."
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar menemui mereka sambil
menggenggam tanah, lalu bersabda: "Memang benar, aku pernah mengatakan seperti itu dan engkau
(wahai Abu Jahal) termasuk salah seorang penghuni neraka." Allah Ta'ala lalu membutakan
penglihatan mereka hingga tidak bisa melihat beliau. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu
menaburkan tanah ke atas kepala mereka sambil membaca ayat-ayat berikut:
Yaa Siin. Demi Al Qur'an yang penuh hikmah, Sebetulnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, (yang
berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha
Penyayang. agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah
diberi peringatan, sebab itu mereka lalai. Sebetulnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan
Allah) terhadap kebanyakan mereka, sebab mereka tidak beriman. Sebetulnya Kami telah
memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka sebab itu mereka
tertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula),
dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. (QS. Yaasiin:1-9).
sesudah itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi meninggalkan mereka ke tempat yang beliau
kehendaki. Tidak lama lalu , iblis yang menyamar menjadi orang tua dari Nejed itu datang
menemui mereka dan berkata: "Apa yang sedang kalian tunggu?" Mereka menjawab: "Kami sedang
menunggu Muhammad." Iblis berkata: "Allah telah menggagalkan rencana kalian. Demi Allah,
Muhammad telah keluar dari rumahnya saat kalian masih di sini, ia menaburkan tanah ke atas kepala
kalian semua, lalu pergi. Apa kalian tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi?" Mereka masing-
masing meletakkan tangannya ke atas kepala mereka dan mendapatkan tanah di atas kepala. Namun
mereka tetap tidak percaya, mereka mengintip lewat celah rumah yang berlubang dan ternyata ada
seseorang tertidur di ranjang berselimutkan.
Mereka berkata: "Demi Allah, pasti dia Muhammad sedang tidur mengenakan selimut." Mereka tidak
meninggalkan rumah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hingga pagi hari.
Ali bin Abu Thalib bangun dari ranjang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Para pemuda Quraisy
berkata: "Demi Allah, orang yang tadi malam berkata benar!"
Ibnu lshaq berkata: Di antara ayat-ayat: yang mengisahkan peristiwa di atas dan kesepakatan pemuda-
pemuda Quraisy yaitu sebagai berikut:
Dan (ingatlah), saat orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan day a upaya terhadapmu untuk
menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu
daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (QS. al-Anfal:
30).
Dan firman Allah Ta'ala:
Bahkan mereka mengatakan: "Dia yaitu seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan
menimpanya." Katakanlah: "Tunggulah, maka Sebetulnya aku pun termasuk orang yang
menunggu (pula) bersama kamu ° (QS. ath-Thuur: 30-31).
Ibnu Hisyam berkata: Almanuun artinya: kematian, dan raybal manun artinya yang disangsikan.
Saat itulah, Allah Ta'ala mulai mengizinkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhijrah.
Ibnu Ishaq berkata: Abu Bakar yaitu konglomerat kaya raya. Pada saat ia meminta izin kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk berhijrah, beliau bersabda: "Janganlah terburu-buru.
Semoga Allah memberimu teman." Abu Bakar sangat meng- harapkan orang yang dimaksud Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam yaitu dirinya sendiri. Lalu dia membeli dua unta, dia simpan keduanya di
rumahnya dan memberinya makan dan minum agar kuat berjalan hingga menuju Madinah.
Rasulullah Hijrah ke Madinah
Ibnu Ishaq berkata: Orang yang sangat kredibel berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari Aisyah
Ummul Mukmirm yang berkata: "Pada hari Allah mengizinkan Rasulullah hijrah keluar dari Makkah
meninggalkan kaumnya, beliau mendatangi kami siang hari, padahal beliau biasanya datang kepada
kami pada waktu pagi dan sore. Abu Bakar berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak biasa
datang pada waktu seperti ini, pasti ada sesuatu yang sangat penting." Saat itu di rumah Abu Bakar
tidak ada siapa-siapa kecuali aku (Aisyah) dan saudari perempuanku Asma' binti Abu Bakar. Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Siapa saja yang ada bersamamu saat ini?" Abu Bakar
menjawab: "Wahai Rasulullah, di rumah ini hanya ada dua anakku." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Sebetulnya Allah telah mengizinkanku hijrah dan keluar dari Makkah." Abu
Bakar berkata: "Apakah aku yang menyertaimu wahai Rasulullah?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Ya!" Aisyah berkata: "Demi Allah! Mendengar itu
Abu Bakar langsung menangis sebab gembira!" Abu Bakar berkata: "Wahai Nabi Allah, aku sudah
menyiapkan dua unta ini untuk hijrah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar
menyewa Abdullah bin Uraiqith, seorang dari Bani Ad-Dail bin Bakr dan ibunya berasal dari Bani Sahm
bin Amr. Abdullah bin Uraiqith yaitu orang musyrik sebagai penunjuk jalan bagi keduanya. Abu Bakar
menitipkan kedua untanya kepada Abdullah bin Uraiqith dan akan mengambilanya kembali sampai
hari yang telah ditentukan.68
Ibnu Ishaq berkata: Tidak ada orang yang mengetahui keluarnya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
kecuali Ali bin Abu Thalib, Abu Bakar dan keluarga Abu Bakar. Adapun Ali bin Abu Thalib, beliau
memerintahkannya mengembalikan titipan manusia yang dititipkan kepada beliau. Sudah jamak
bahwa orang-orang musyrik Makkah jika khawatir hartanya hilang atau dicuri, mereka biasanya
menitipkannya kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sebab kejujuran dan sifat amanah
beliau.
Rasulullah Bersama Abu Bakar di Gua Tsur
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar bin Abu Quhafah, lalu keluar
dari pintu rahasia rumah Abu Bakar menuju Gua Tsur di gunung Makkah Bawah dan masuk ke
dalamnya. Abu Bakar memerintahkan anaknya, Abdullah bin Abu Bakar melihat perkembangan berita
tentang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar di siang hari, lalu di senja hari ia
melaporkan kepada keduanya. Selain itu, Abu Bakar menyuruh mantan budaknya, Amir bin Fuhairah
agar menggembalakan kambingnya di siang hari di dekat Gua Tsur dan pada senja harinya ia
membawa kambing ini kepada keduanya di gua. Abu Bakar menugaskan Asma binti Abu Bakar
mengantarkan makanan yang cukup kepada keduanya.
Ibnu Hisyam berkata: Sebagian pakar berkata kepadaku, Al-Hasan bin Al-Hasan Al-Bashri berkata:
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar sampai di gua pada malam hari. Abu Bakar
masuk lebih dahulu ke dalam gua melihat apakah di dalamnya ada binatang buas atau ular? Ia
ingin melindungi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan dirinya sendiri.
Kedua Anak Abu Bakar dan Ibnu Fuhairah Menunaikan Tugas untuk Rasulullah dan Sahabatnya Saat
Keduanya Berada di dalam Gua
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar berada di gua selama tiga
hari. Saat orang-orang Quraisy menyadari bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sudah tidak
ada di Mekah, mereka menyelenggarakan sayembara dengan hadiah seratus unta bagi siapa saja yang
bisa membawa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hidup-hidup kepada mereka. Pada siang hari,
Abdullah bin Abu Bakar berada di tengah-tengah mereka untuk mendengarkan rencana mereka
kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar. Sore harinya, ia pergi ke gua dan
melaporkan semua informasi yang ia dengar kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu
Bakar. Sedangkan Amir bin Fuhairah, mantan budak Abu Bakar, ia tetap menggembala kambing
bersama orang-orang Makkah sebagaimana biasanya
dan pada sore harinya ia membawa kambing ini kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
dan Abu Bakar, lalu keduanya memerahnya dan menyembelihnya. Jika Abdullah bin Abu Bakar
kembali ke Makkah, Amir bin Fuhairah berjalan menutupi jejak kakinya dengan kambing hingga jejak
kakinya terhapus. Hingga tatkala tiga hari berlalu dan orang-orang Makkah tidak lagi riuh rendah
membahas tentang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar, maka orang yang disewa
oleh keduanya datang dengan membawa unta keduanya serta unta miliknya. Asma' binti Abu Bakar
Radhiyallahu Anhuma juga datang dengan membawa makanan untuk bekal perjalanan.
Abu Bakar memberi Unta Kendaraannya Kepada Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Abu Bakar Radhiyallahu Anhu lalu mempersilahkan menaiki unta yang paling baik
kepada beliau. lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersama Abu Bakar menaiki untanya
masing-masing. Abu Bakar berjalan di belakang Amir bin Fuhairah mantan budaknya agar ia memandu
perjalanan keduanya.
Ibnu Ishaq berkata: Aku diberi tahu dari Asma' binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha yang berkata:
Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar telah berangkat, beberapa orang Quraisy
termasuk Abu Jahal datang ke rumah kami. Mereka mengetok pintu rumah, lalu aku keluar menemui
mereka. Mereka berkata: "Mana ayahmu?" Aku berkata: "Aku tidak tahu ke mana ayahku pergi." Abu
Jahal lalu menampar pipiku sampai anting-antingku terlepas dari telingaku. sesudah itu, mereka pergi.
Ibnu Hisyam berkata: Ummu Ma'bad yaitu putri Ka'ab. Ia wanita dari Bani Ka'ab dari Khuza'ah. Bait
syair, "Dua orang bersahabat yang singgah di tenda Ummu Ma'bad," dan bait syair, "Keduanya tiba
dengan membawa kebaikan lalu pergi di sore hari," berasal dari selain Ibnu Ishaq.
Ibnu lshaq berkata bahwa Asma'binti Abu Bakar Radhiyallahu Anhuma berkata:
"Pada saat kami mendengar untaian syair orang tadi, kami pun menyadari ke mana Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi, dan arah tujuan beliau tidak lain yaitu ke Madinah. Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi ditemani tiga orang, yaitu: Abu Bakar Radhiyallahu Anhu, Amir bin
Fuhairah mantan budak Abu Bakar, dan Abdullah bin Arqath sang penunjuk jalan.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebut Abdullah bin Urayqith.
Abu Quhafah dan Asma' sesudah Hijrahnya Abu Bakar
Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Ibad bin Abdullah bin Zubair bercerita kepadaku bahwa ayahnya, Ibad,
berkata kepadanya dari neneknya, Asma' binti Abu Bakar ia berkata: Dalam hijrahnya bersama
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, Abu Bakar membawa seluruh kekayaannya yang berjumlah
sekitar lima atau enam ribu dirham. Suatu hari, kakekku, Abu Quhafah -yang sudah tuna netra-
mengunjungiku dan berkata: "Demi Allah, Abu Bakar berniat melaparkan kalian, sebab ia tak
meninggalkan sepeserpun harta kekayaannya." Aku berkata: "Tidak, harta kekayaan ayah masih ada
untuk kita." lalu aku mengambil batu, dan memasukannya di karung sebab ayah biasa menaruh
kekayaannya di dalamnya dan aku menutupinya dengan kain. sesudah itu, aku minta kakek meletakkan
tangannya pada karung ini . Ia berkata: "O... ternyata hartanya masih banyak, sungguh ia telah
berbuat baik."
Di sini ada pelajaran amat berharga, yaitu aku berbuat begitu sebab aku ingin menenangkan
kakekku."
Suraqah dan Pengejarannya Terhadap Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata kepadaku bahwa Abdurrahman bin Malik bin Ju'syum berkata
kepadanya dari ayahnya dari pamannya, Suraqah bin Malik yang berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam telah keluar dari Makkah untuk hijrah ke Madinah, orang-orang Quraisy
menyelenggarakan sayembara dengan hadiah sebesar seratus unta bagi siapa saja yang berhasil
menangkap beliau hidup-hidup kepada mereka. Aku lalu pulang ke rumah dan menaiki kudaku,
lalu sesudah itu, aku menelusuri jejak Muhammad. saat kudaku berlari capat membawaku,
tiba-tiba kudaku tersandung dan aku terlempar darinya. Aku berkata: "Sepertinya aku sedang sial."
Walaupun begitu, aku tetap berambisi mengejar Muhammad dan menelusuri jejaknya. saat kudaku
berlari kencang membawaku, tiba-tiba ia tergelincir dan aku terlempar darinya. Aku berkata: "Benar-
benar sial!" Aku tetap berambisi berat mengejar Muhammad dan menyusuri jejaknya. saat orang-
orang ini (Rasulullah dan Abu Bakar) telah tampak olehku, tiba-tiba kudaku terperosok hingga
kedua kakinya masuk ke dalam tanah dan aku terbanting darinya. Kudaku mencabut kedua kakinya
dari dalam tanah dengan disertai asap laksana angin badai berdebu. saat melihat kejadian ini ,
aku sadar bahwa Muhammad bukan manusia biasa. Aku berseru kepada orang-orang ini : "Aku
Suraqah bin Ju'syum. Tunggulah aku, aku ingin katakan sesuatu pada kalian. Demi Allah, aku tidak
berniat buruk pada kalian." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Bakar, "Beri
ia tulisan sebagai tanda bahwa kita pernah bertemu dengannya!"
Suraqah berkata: Abu Bakar menulis untukku tulisan di tulang atau di secarik kertas atau di tembikar
lalu ia melemparkannya kepadaku. Aku segera mengambilnya dan menyimpannya di busur panahku.
sesudah itu, aku pulang, dengan diam-diam dan tidak bercerita sedikit pun tentang peristiwa yang baru
saja terjadi, sampai waktu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhasil menaklukkan Makkah, usai
Perang Hunain dan Perang Thaif, aku keluar membawa tulisan yang pernah diberikan kepadaku untuk
aku aku berikan kepada beliau. Aku melihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Al-Ji'ranah dan
aku menerobos masuk pasukan berkuda kaum Anshar. Mereka menghalang-halangiku dengan
tombak dan berkata kepadaku: "Enyah kau dari sini! Siapa kau dan apa maumu?" Aku mendekat
kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang saat itu sedang berada di atas untanya. Demi Allah,
aku lihat betis beliau putih seperti putihnya anak pohon kurma. Maka aku angkat tanganku dengan
memegang tulisan ini dan aku berkata kepada beliau: "Wahai Rasulullah, apa kau masih ingat
tulisan ini?" Aku Suraqah bin Ju'syum. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sekarang hari
penetapan janji dan kebaikan. Mendekatlah kepadaku!" Aku mendekat kepada Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam dan sesudah itu aku pun masuk Islam. Aku berkata kepada beliau: "Wahai Rasulullah,
apakah aku mendapatkan pahala jika aku memberi minum unta-untaku?" Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Ya, bagi setiap makhluk hidup ada pahala." lalu aku pulang
kepada kaumku dan aku bawa sedekahku kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Ibnu Hisyam berkata: Dia yaitu Abdur Rahman bin al-Harits bin Malik bin Ju'syam.
Perjalanan Hijrah Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala penunjuk jalan Ra-sulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar,
Abdullah bin Arqath berangkat, Abdullah bin Arqath berjalan bersama keduanya menelusuri Makkah
Bawah, lalu menelusuri pesisir hingga bertemu dengan jalan di Usfan Bawah, lalu melewati
Amaj Bawah, lalu melintasi keduanya sesudah melintasi Qudaid, lalu melanjutkan perjalanan
melewati Al-Kharrar, lalu menelusuri Tsaniyyatul Marrah, lalu berjalan melewati Liqf.
Ibnu Hisyam berkata: Ada juga yang menyebut Lift, lalu melintasi Madlaj Liqf, lalu memasuki
Madlaj Mijaj. Atau Majaj, lalu menelusuri Marjih Majaj, lalu memasuki Marjih dari Dzi Al-
Ghudzwaini. Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan Al-'Udhawaini, lalu memasuki Dzi Kasyra,
lalu melewati Al-Jadajid, lau melewati Al-Ajrad, lalu melewati Dzi Salam dari dalam Madlaj Ta hin, lalu
melewati Al-Ababid. Ibnu Hisyam berkata: Ada yang mengatakan Al-Ababaib dan Al-Itsyaninah,
lalu melintasi Al-Fajah, dan ada yang mengatakan Al-Qahah sebagaimana dikatakan Ibnu
Hisyam
Ibnu Hisyam berkata: lalu Abdullah bin Arqath bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
dan Abu Bakar lalu menuruni Al-Arju. sebab mengalami kelelahan, lalu Rasulullah
Shallalahu'alaihi wa Sallam dinaikkan seseorang yang telah masuk Islam yang bernama Aus bin Hajar
ke atas untanya yang bernama Ibnu Ar-Rada' menuju Madinah. Aus bin Hajar saat itu ditemani
budaknya yang bernama Mas'ud bin Hunaidah. lalu Abdullah bin Arqath keluar dari Al-Arju, lalu
melewati Tsaniyyatul Air atau Tsaniyyatul Ghair, menurut Ibnu Hisyam, dari sebelah kanan Rakubah,
lalu menuruni Kabilah Rim menuju di Quba' tepatnya di Bani Amr bin Auf pada tanggal 12 Rabiul
Awwal, hari Senin, saat waktu dhuha hampir habis dan saat panas matahari tidak terlalu panas.
Rasulullah Tiba di Quba'
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari
Abdurrahman bin Uwaim bin Sa'idah yang berkata: bahwa beberapa sahabat Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam yang masih tersisa dari kaumku berkata kepadaku: "saat kami mendengar teriakan
seorang Yahudi bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam telah tiba, maka kami segera keluar dari
rumah untuk menemui beliau yang kala itu sedang bernaung di bawah pohon kurma ditemani Abu
Bakar yang sebaya dengan beliau. lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam diajak tinggal di
rumah Kultsum bin Hidam, saudara Bani Amr bin Auf, lalu salah satu Bani Ubaid. Ada juga yang
mengatakan di rumah As'ad bin Zurarah.
Sedangkan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu berhenti di rumah Khubaib bin Isaf, salah seorang dari Bani
Al-Harts bin Al-Khazraj di As-Sunh. Ada yang berpendapat beliau sing- gah di rumah Kharijah bin Zaid
bin Abu Zuhair, saudara Bani Al-Harits bin Al-Khazraj.
Ali bin Abu Thalib tetap berada di Mak- kah selama tiga hari tiga malam. saat ia selesai
mengembalikan semua barang titipan orang Quraisy kepada Rasulullah, ia lalu menyusul hijrah ke
Madinah dan singgah bersama beliau di rumah Kultsum bin Hidam.
Pembangunan Masjid Quba'
Ibnu Ishaq berkata: Di Quba Rasulullah Shal-lalahu 'alaihi wa Sallam menumpang tinggal di Bani Amr
bin Auf pada hari Senin, hari Selasa, hari Rabu dan hari Kamis. Dan di saat itu pulalah beliau
membangun masjid di Quba'.
lalu Allah mengumpulkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersama Anshar di Quba' pada
hari Jum'at. Orang- orang Bani Amr bin Auf menganggap bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
me- netap di tempat mereka lumayan lama. Wal- lahu a'lam pendapat mana yang lebih benar. Tatkala
waktu shalat Jum'at telah tiba, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat itu sedang berada di Bani
Salim bin Auf, lalu beliau mendirikan shalat Jum'at di sebuah masjid yang ada di tengah lembah
Ranuna'. Inilah shalat Jum'at yang pertama kali diker jakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di
Madinah.
Dimanakah Akhirnya Rasulullah Tinggal dan Menetap?
Ibnu Ishaq berkata: saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunggangi untanya beliau
didatangi 'Itban bin Malik dan Abbas bin Ubadah bin Nadhlah bersama orang-orang Salim bin Auf
memohon agar Rasulullah tinggal bersama mereka. Namun, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
menolak dengan halus. Lalu beliau didatangi Ziyad bin Labid dan Farwah bin Amr bersama orang-orang
Bani Bayadhah memohon agar Rasulullah ting gal bersama mereka. Rasulullah Shallalahu alaihi wa
Sallam menolak mereka dengan halus. lalu beliau didatangi Sa'ad bin Ubadah dan Al-Mundzir
bin Amr bersama orang-orang Bani Saidah. Mereka berkata: "Memohon agar Rasulullah tinggal
bersama mereka. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menolak mereka dengan halus. lalu
beliau didatangi oleh Sa'ad bin Ar-Rabi', Kharijah bin Zaid dan Abdullah bin Rawahah bersama orang-
orang Bani Al-Harits bin Al- Khazraj. Mereka meminta Rasulullah agar tinggal bersama mereka, namun
beliau menolak mereka dengan halus. lalu beliau di datangi Salith bin Qais dan Abu Salith Asirah
bin Abu Kharijah bersama orang-orang dari Bani Adi bin An-Najjar. Mereka menawarkan agar
Rasulullah tinggal bersama mereka yang notabene paman-paman beliau. Namun, Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam menolak mereka dengan halus, beliau terus menggiring untanya berjalan
ke depan.
Sampai saat unta beliau melewati perkampungan Bani Malik bin An-Najjar, ia menderum di pintu
masjid Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang kala itu masih berupa tempat pengeringan kurma
milik dua anak yatim Bani An-Najjar. yang bernama Sahl dan Suhail. Keduanya yaitu anak Amr dan
berada dalam asuhan Muadz bin Afra'. Unta itu berhenti sejenak ditempat itu, lalu berjalan lagi
ke depan, tidak jauh dari tempat itu. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam meletakkan kekang unta
itu dan beliau tidak membelokkannya. lalu unta itu menoleh ke belakang dan pergi ke tempat
menderumnya semula, menderum di sana, diam tenang tak bergerak. Saat itulah Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam turun darinya. sesudah itu, Abu Ayyub Khalid bin Zaid menurunkan bekal perjalanan
Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam dan menaruhnya di rumahnya. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam tinggal di rumah Abu Ayyub Khalid bin Zaid. Beliau bertanya tentang tempat pengeringan
kurma itu milik siapa? Muadz bin Afra' menjawab bahwa itu yaitu milik Sahl dan Suhail anak Amr.
Keduanya yaitu anak yatim dan masih keluarga Muadz. Muadz akan memohon kerelaan keduanya
agar meninggalkan tempat itu, lalu merubahnya menjadi masjid."
Pembangunan Masjid Nabawi Yang Mulia dan Kamar-kamarnya
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu mengajak pen- duduk Madinah
membangun masjid di tempat itu. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sendiri saat itu masih
menumpang tinggal di rumah Abu Ayyub hingga pembangunan masjid dan rumah beliau selesai.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersama kaum muslimin bahu-membahu dalam pembangunan
masjid dan rumah beliau. Kaum Muslimin Muhajirin dan Anshar tanpa kenal lelah terus bekerja
dengan bersungguh-sungguh. Salah seorang dari kaum Muslimin berkata dalam senandung syair:
Jika kita santai-santai, padahal Rasulullah bekerja keras
Maka ini yaitu perbuatan tercela
Kaum Muslimin terus bekerja sambil mendendangkan syair:
Kehidupan itu hanya satu, yaitu akhirat Ya Allah, sayangilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin
Ibnu Hisyam berkata: Sebenarnya ini ungkapan biasa dan bukan syair
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berujar: "Kehidupan sebenarnya itu hanya
satu, yaitu akhirat. Ya Allah, sayangilah Muhajirin dan Anshar."69
Sabda Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada Ammar bin Yasir Bahwa la Kelak Akan Dihabisi
Kelompok Pemberontak
Ibnu Ishaq berkata: Di tengah-tengah kesibukan mereka membangun masjid. Ammar bin Yasir malah
dibebani dengan batu bata yang sangat memberatkannya. Ammar bin Yasir mengadu: "Wahai
Rasulullah, mereka sepertinya ingin membunuhku." Ummu Salamah, istri Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam bercerita: Aku lihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengusap debu yang menempel
di kepala Ammar bin Yasir dengan tangannya. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda,
"Berhati-hatilah, sebab yang membunuhmu itu bukan mereka, tapi yang membunuhmu yaitu
kelompok pemberontak.70
Saat itu Ali bin Abu Thalib menyenandung syair,
Tidaklah sama orang yang membangun masjid dengan sungguh-sungguh sambil duduk dan berdiri
Dengan orang-orangyang terlihat menghindari debunya
Ibnu Hisyam berkata: Aku bertanya kepada banyak ahli sastra tentang syair di atas, mereka menjawab:
Kami diberitahu bahwa memang Ali bin Abu Thalib lah yang mengucapkan syair di atas, namun tidak
diketahui jelas apakah dia langsung yang menggubahnya ataukah orang lain.
Ibnu Ishaq berkata: Ammar bin Yasir melantunkan bait syair di atas dan mendendangkannya.
Ibnu Hisyam berkata: saat Ammar bin Yasir sedang asyik mendendangkan syair di atas, maka salah
seorang sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyangka bahwa Ammar bin Yasir ingin
menyindirnya dengan syair ini , seperti diceritakan kepadaku oleh Ziyad bin Abdullah bin Al-
Bakkai dari Ibnu Ishaq.
Ibnu Ishaq berkata: Sahabat ini berkata: "Hai Anak Sumayyah, aku telah mendengar apa yang
engkau katakan hari ini. Jika tetap kau lakukan maka demi Allah, aku akan sodokkan tongkat ini ke
hidungmu." saat itu sahabat ini sedang memegang tongkat. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam marah mendengar ucapannya itu. Beliau bersabda: "Ada ribut-ribut apa ini? Apa mereka tidak
sadar kalau Ammar mengajak mereka ke surga, sedang mereka mengajaknya ke neraka.
Sebetulnya Ammar lebih dekat padaku daripada mata dan hidungku. Jika ucapan di atas diucapkan
orang ini , maka jauhilah dia!"
Ibnu Hisyam berkata bahwa Sufyan bin Uyainah berkata dari Zakaria dari Asy-Sya'bi yang berkata:
Orang yang pertama kali membangun masjid Rasulullah yaitu Ammar bin Yasir.
Menumpangnya Rasulullah di Rumah Abu Ayyub dan Sekilas tentang Adabnya
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abu Habib berkata kepadaku dari Martsid bin Abdullah bin Al-Yazini dari
Abu Rahm As-Simai yang berkata bahwa Abu Ayyub berkata: saat Rasulullah menumpang hidup di
rumahku, beliau tidur di lantai bawah, sedangkan aku dan istriku, Ummu Ayyub tinggal di lantai atas.
Aku berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Wahai Nabi Allah, Sebetulnya aku
sungkan berada di atasmu sementara engkau berada di bawahku. Silahkan engkau berada di lantai
atas dan kami saja yang berdiri di lantai bawah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata: "Hai
Abu Ayyub, tidak mengapa, biarlah kami tetap berada di lantai bawah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam tetap tinggal di lantai bawah, sementara kami tinggal di lantai atas.
Abu Ayyub berkata: "Kami memasak makanan malam untuk Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
lalu kami menghidangkannya kepada beliau dan beliaupun memakannya. Namun pada suatu
malam, saat kami memasak makanan ini dengan bawang merah atau bawang putih, beliau
mengembalikannya kepada kami. Aku segera datang kepada beliau dengan perasaan cemas. Aku
berkata: "Wahai Rasulullah, ada apa? Apa makanannya tidak enak?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Sebetulnya aku tidak makan bawang. Jika kalian mau, silahkan makan makanan
ini !" Maka kami pun memakannya dan sejak saat itu, kami tidak memasak dengan bawang
merah atau putih.
Ibnu Ishaq berkata: Beberapa kaum Muhajirin berhasil hijrah ke Madinah, namun sebagian mereka
ada juga yang tidak hijrah sebab mendapat siksa atau di tahan oleh orang-orang Quraisy. Kaum
Muhajirin yang hijrah dari Makkah saat itu tidak bisa membawa keluarga dan harta mereka kepada
Allah dan Rasul-Nya Shallalahu 'alaihi wa Sallam kecuali Bani Madz'un dari Bani Jumah, Bam Jahsy bin
Riab sekutu Bani Umayyah, Bam Al-Bukair dari Bani Sa'ad bin Laits sekutu dan Bani Adi bin Ka'ab.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tinggal di rumah Abu Ayub sejak beliau tiba
di sana pada bulan Rabiul Awwal hingga bulan Shafar pada depannya. sampai masjid dan rumahnya
selesai dibangun, serta perkampungan kaum Anshar telah masuk Islam. Hampir semua perkampungan
kaum Anshar, telah masuk Islam, kecuali perkampungan Khatmah, Waqif, Wail dan Umayyah.
Perkampungan-perkampungan ini yaitu Ausullah. Semua perkampungan ini masih
berada dalam kemusyrikan.
Khutbah Pertama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Madinah
Ibnu Ishaq berkata: Abu Salamah bin Abdurrahman, ia berkata kepadaku: Kita berlindung diri kepada
Allah dari mengatakan sesuatu atas Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam apa yang tidak beliau
sabdakan. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiri di depan kaum Muslimin lalu memuji
Allah. sesudah itu, beliau berkhutbah: "Amma ba'du. Wahai sekalian manusia, semua kita pasti akan
mati. Ia akan tinggalkan kambing-kambingnya tanpa penggembala. Tuhan-nya lalu bertanya
kepadanya dan saat itu tidak ada penerjemah di antara keduanya: "Bukankah telah datang kepadamu
Rasul-Ku, lalu dia menyampaikan wanyu-Ku Kepada kalian? Bukankah Aku telah menganugrahi
kekayaan dan melebihkanmu, lalu apa yang engkau persembahkan? Ia menengok ke kanan dan ke kiri,
tapi ia tidak melihat apa-apa. Justru di depannya yang ia lihat yaitu Neraka Jahannam. Barang siapa
mampu melindungi dirinya dari neraka hendaklah ia lakukan, walaupun hanya dengan bersedekah
separuh biji kurma. Barangsiapa tidak mendapatkannya, hendaklah ia mengucapkan yang baik, sebab
satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat lebih banyak.
Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh."
Ibnu Ishaq berkata: Di lain waktu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkhutbah lagi kepada kaum
Muslimin. Beliau berujar: "Sebetulnya segala pujian hanya milik Allah. Aku memuji-Nya dan
meminta pertolongan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari segenap keburukan diri kita dan kesalah-
an amal perbuatan kita. Barangsiapa yang dibimbing oleh Allah, maka tidak ada yang bisa
menyesatkannya. Barangsiapa disesatkan Allah, maka tidak ada yang bisa membimbingnya kepada
hidayah. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang pantas disembah dengan benar kecuali Allah yang
tiada sekutu bagi-Nya. Sebetulnya tutur kata yang paling baik yaitu Kitab Allah. Sungguh
beruntung orang yang Allah hiasi hatinya dengan Kitab-Nya, memasukkannya ke dalam Islam sesudah
sebelumnya kafir dan menomor satukan Al-Qur'an daripada perkataan-perkataan manusia. sebab Al-
Qur'an yaitu tutur kata yang paling baik dan paling sempurna. Cintailah apa saja yang dicintai Allah
dan cintailah Allah dengan segenap jiwa kalian. Janganlah kalian jenuh dari firman Allah dan ingatlah
kepadanya. Janganlah hati kalian keras untuk menerima Al-Qur’an, sebab sungguh, Allah telah
memilih amal perbuatan yang paling baik, dan hamba-hamba-Nya yang terpilih, perkataan yang baik
dan dari apa yang diberikan kepada manusia; yang halal dan yang haram. Maka sembahlah Allah,
janganlah engkau menyekutukan-Nya dengan apa pun, bertakwalah kepada-Nya dengan takwa yang
sebenarnya, bersikap jujurlah kepada Allah dan perbaiki apa yang kalian ucapkan dengan mulut kalian
dan hendaklah kalian saling mencintailah dengan ruh Allah di antara kalian, sebab Allah sangat benci
jika perjanjian-Nya dilanggar. Wassalamu alaikum.
Teks Perjanjian Antara Kaum Muhajirin dan Anshar dan Kesepakatan dengan Orang-orang Yahudi
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengadakan perjanjian antara kaum
Muhajirin dengan kaum Anshar untuk tidak memerangi orang-orang Yahudi, dan mengadakan pula
perjanjian dengan mereka, mengakui agama dan harta mereka dan membuat kesepakatan dengan
mereka. Teks perjanjian yaitu sebagai berikut:
Bismillahirrahmaanirrahim
Ini yaitu dokumen dari Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam yang mengatur hubungan kaum
Mukminin dan kaum Muslimin dari Quraisy dan Yatsrib, orang-orang yang bergabung dengan mereka
dan berjuang bersama mereka. Sebetulnya mereka yaitu umat yang satu dan tidak sama dengan
golongan manusia lainnya. Kaum Muhajirin dari Quraisy tetap dengan tradisi mereka yang dibenarkan
Islam, mereka membayar diyat (ganti rugi) kepada sebagian yang lain, menebus tawanan mereka
dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang yang beriman. Bani Auf tetap dalam tradisi
mereka yang dibenarkan Islam mereka membayar diyat kepada sebagian yang lain sebagaimana da-
hulu dan setiap kelompok menebus tawanan- nya dengan cara yang baik dan adil di antara orang-
orang yang beriman. Bani Saidah tetap berada pada tradisi mereka yang dibenarkan Islam, sebagian
dari mereka membayar diyat sebagaimana sebelumnya, sebagian dari mereka menebus tawanannya
dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman. Bani Al-Harits tetap berada pada tradisi
mereka yang dibenarkan Islam, sebagian dari mereka membayar diyat, sebagian dari mereka menebus
tawanannya dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman. Bani An-Najjar tetap
berada pada tradisi mereka yang dibenarkan Islam, sebagian dari mereka setiap kelompok dari mereka
menebus tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman. Bani Amr bin Auf
tetap berada pada tradisi mereka yang dibenarkan Islam, sebagian dari mereka membayar diyat
kepada sebagian yang lain sebagaimana sebelumnya sebagian dari mereka menebus tawanannya
dengan cara yang baik, dan adil di antara. Bani Al-Aus tetap berada pada tradisi mereka yang
dibenarkan Islam, sebagian dari mereka membayar diyat kepada sebagian yang lain sebagaimana
sebelumnya, setiap kelompok dari mereka menebus tawanannya dengan cara yang baik dan adil di
antara orang-orang beriman. Dan orang-orang beriman harus memperhatikan mufrah (orang yang
banyak hutang dan kesulitan menghidupi keluarganya) dengan memberinya uang untuk penebusan
tawanan atau pembayaran diyat dengan cara yang baik.
Orang beriman tidak boleh mengambil mantan budak orang Mukmin lainnya untuk dipekerjakan
tanpa ijin tuannya. Sebetulnya orang-orang yang beriman yang bertakwa itu bersatu dalam
menghadapi orang yang berbuat zalim terhadap mereka atau orang yang menghendaki kezaliman
besar, menghendaki dosa, permusuhan atau kerusakan terhadap orang-orang beriman. Semua tangan
harus bersatu padu walaupun orang itu yaitu anak salah seorang dari mereka. Orang beriman tidak
boleh membunuh orang Mukmin sebab orang kafir dan orang Mukmin tidak boleh membantu orang
kafir dalam menghadapi orang Mukmin. Sebetulnya perlindungan Allah itu satu. Orang yang
terlemah di antara mereka diberi perlindungan dan Sebetulnya orang-orang beriman itu harus
mendukung satu sama lain. Barangsiapa di antara orang Yahudi taat kepada kami, ia ber hak
mendapatkan pertolongan, Kebersamaan, mereka tidak boleh dianiaya dan tidak boleh dikalahkan.
Sebetulnya perdamaian orang- orang beriman itu satu. Orang beriman tidak boleh berdamai
dengan selain orang beriman dalam perang di jalan Allah kecuali atas dasar persamaan dan keadilan
di antara mereka. Semua batalion tempur yang berperang bersama kami itu datang secara bergantian.
Sebetulnya sebagian orang beriman itu dibunuh sebab mereka membunuh sebagian orang
beriman lainnya. Sebetulnya orang beriman yang bertakwa berada pada petunjuk terbaik dan
lurus. Sebetulnya orang musyrik tidak boleh melindungi orang Quraisy baik harta atau jiwa mereka
dan tidak boleh bergabung bersama mereka untuk menghadapi orang beriman. Barangsiapa
membunuh orang Mukmin tanpa kesalahan dan bukti, maka ia akan dibunuh juga sebab nya
terkecuali jika keluarga korban memberi maaf. Sebetulnya orang beriman harus bersatu dalam
menghadapinya dan wajib menegakkan hukum terhadap orang ini . Sebetulnya orang Islam
yang beriman kepada isi perjanjian ini, beriman kepada Allah dan beriman kepada Hari Akhir haram
baginya membela pelaku bid'ah dan melindunginya. Barangsiapa membelanya atau melindunginya, ia
akan di kutuk oleh Allah dan mendapat murka-Nya pada Hari Kiamat. Tebusan tidak boleh di- ambil
daripadanya. Jika muncul perselisihan di tengah kalian maka kembalikanlah kepada Allah Yang
Mahamulia dan Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Sebetulnya orang-orang Yahudi juga
berkewajiban menanggung dana jika mereka sama-sama diperangi musuh. Sebetulnya orang-
orang Yahudi Bani Auf satu umat bersama kaum Mukminin. Bagi orang-orang Yahudi agama mereka
dan bagi kaum Mukminin agama mereka. Budak- budak mereka dan jiwa mereka terilindungi, kecuali
mereka yang berbuat aniaya dan dosa, sebab ia tidak menganiaya siapa-siapa selain diri dan
keluarganya sendiri. Sebetulnya orang-orang Yahudi Bani An-Najjar memiliki hak yang setara
dengan orang-orang Yahudi Bani Auf. Begitu juga orang-orang Yahudi Bani Al-Harits, mereka
memiliki hak yang setara dengan hak orang-orang Yahudi Bani Auf. Sebetulnya orang-orang
Yahudi Bani Saidah memiliki hak yang sama dengan hak orang-orang Yahudi Bani Auf. Begitu juga
orang-orang Yahudi Bani Jusyam, mereka memiliki hak yang setara dengan orang-orang Yahudi Bani
Auf. Sebetulnya orang-orang Yahudi Bani Al-Aus memiliki hak yang setara dengan hak orang-
orang Yahudi Bani Auf. Sebetulnya orang-orang Yahudi Bani Tsa'labah memiliki hak yang sama
dengan hak orang-orang Yahudi Bani Auf, kecuali mereka yang melakukan perbuatan aniaya dan dosa,
ia tidak menganiaya siapa-siapa selain diri dan keluarganya sendiri. Sebetulnya Jafnah, salah satu
kabilah dari Tsa'labah harus diperlakukan sama seperti mereka. Sebetulnya orang-orang Yahudi
Bani As-Syathibah memiliki hak yang setara dengan hak orang-orang Yahudi Bani Auf. Sebetulnya
kebaikan itu selalu mencegah seseorang dari keburukan. Sebetulnya budak orang-orang Tsa'labah
dan Sebetulnya keluarga orang-orang Yahudi sama seperti mereka. Tidak boleh seorang pun dari
orang- orang Yahudi keluar dari Madinah kecuali atas izin Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Barangsiapa membunuh, maka itu sama saja ia membunuh diri dan keluarganya sendiri, kecuali orang
yang dianiaya, sebab Allah sangat membenci kezaliman. Sebetulnya orang-orang Yahudi terkena
kewajiban infak dan kaum Muslimin juga terkena kewajiban infak yang sama, serta mereka semua
berkewajiban membela siapa saja yang memerangi orang-orang yang terikat dengan perjanjian ini.
Nasihat dan kebaikan harus senantiasa diaplikasikan di tengah-tengah mereka. Seseorang tidak boleh
mengganggu sekutunya dan wajib bagi orang yang dizalimilah yang harus dibela. Sebetulnya orang-
orang Yahudi berinfak bersama orang-orang beriman jika mereka diperangi musuh. Sebetulnya
Yatsrib diharamkan bagi orang yang terikat dalam perjanjian ini. Tetangga itu seperti jiwa, tidak boleh
diganggu dan disakiti. Sebetulnya kehormatan itu tidak boleh dilanggar kecuali pemiliknya
mengijinkan. Jika orang-orang yang terikat dalam perjanjian ini mengalami konflik yang dikhawatirkan
menimbulkan kerusakan, maka urusan itu harus dikembalikan kepada Allah dan kepada Muhammad
Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Sebetulnya Allah sangat mampu menjaga perjanjian ini. Dan orang-
orang Quraisy tidak boleh dilindungi demikian pula dengan para sekutu mereka. Sebetulnya orang-
orang yang terikat dengan perjanjian ini wajib untuk memberi pertolongan melawan siapa saja
yang bermaksud menyerang Yatsrib. Jika mereka diajak berdamai, maka mereka harus berdamai. Jika
mereka diajak kepada hal ini , mereka memiliki hak atas kaum Mukminin kecuali terhadap
orang-orang yang ingin menghancurkan agama. Setiap manusia memiliki bagian terhadap mereka
sendiri seperti sebelumnya. Sebetulnya orang- orang Yahudi Al-Aus; budak-budak mereka
dan jiwa mereka memiliki hak yang sama dengan orang-orang yang berada dalam perjanjian ini,
termasuk berbuat baik kepada orang-orang yang terikat dengan perjanjian ini. Sebetulnya
kebaikan itu tidak pernah sama dengan keburukan. Jika seseorang melakukan sesuatu, maka
konsekwensinya aaa paaanya. Sebetulnya Allah membenarkan isi perjanjian ini dan meridhainya.
Sebetulnya dokumen kesepakatan ini tidak memberi perlindungan pada orang yang zalim dan
pendosa. Barangsiapa keluar masuk dan menetap di Madinah, ia aman, kecuali orang yang berbuat
zalim dan berlaku dosa. Sebetulnya Allah selalu menjaga orang yang berbuat baik dan bertakwa,
serta Muhammad yaitu utusan Allah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Persaudaraan Antara Kaum Muhajirin (Mekah) dan Anshar (Madinah)
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mempersatukan sahabat- sahabatnya yang
Muhajirin dengan sahabat-sahabatnya yang Anshar dalam ikatan persaudaraan. Beliau bersabda
seperti: "Bersaudaralah kalian sebab Allah; dua bersaudara, dua bersaudara." Beliau mengangkat
tangan Ali bin Abu Thalib, lalu bersabda, "Ini saudaraku." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
yaitu pemimpin para rasul, pemimpin orang-orang yang bertakwa dan utusan Tuhan semesta alam
yang tidak ada yang bisa menyamainya di antara hamba-hamba-Nya. Adapun Ali bin Abu Thalib yaitu
saudara beliau. Hamzah bin Abdul Muthalib singa Allah, singa Rasul-Nya dan paman beliau. Ia
dipersaudarakan dengan Zaid bin Haritsah mantan budak beliau. Hamzah bin Abdul Muthalib
berwasiat sesuatu hal kepada Zaid bin Haritsah pada Perang Uhud jika terjadi sesuatu pada dirinya
(yakni meninggal dunia). Ja'far bin Abu Thalib (pemilik dua sayap dan menjadi burung di surga)
dipersaudarakan dengan Muadz bin Jabal, saudara Bani Salimah.
Ibnu Hisyam berkata: Ja tar bin Abu Thalib saat itu sedang berada di Habasyah.
Ibnu Ishaq berkata: Abu Bakar Ash- Shiddiq Radhiyallahu Anhu dipersaudarakan dengan Kharijah bin
Zaid bin Abu Zuhair, saudara Bani Balharits bin Al-Khazraj. Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu
dipersaudarakan dengan 'Itban bin Malik, saudara Bani Salim bin Auf bin Amr bin Auf bin AI-Khazraj.
Abu Ubaidah bin Abdullah bin Al Jarrah -ia bernama asli Amir bin Abdullah- dipersaudarakan dengan
Sa'ad bin Muadz bin Nu'man, saudara Bani Abdul Asyhal.
Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Ar-Rabi' saudara Bani Bal-harits bin Al-
Khazraj. Az-Zubayr bin Awwam dipersaudarakan dengan Salamah bin Salamah bin Waqs, saudara Bani
Abdul Asyhal. Ada juga yang mengatakan bahwa Zubair bin Awwam dipersaudarakan dengan Abdullah
bin Mas'iri sekutu Bani Zuhrah. Utsman bin Affan dipersaudarakan dengan Aus bin Tsabit bin Al-
Mundzir, saudara Bani An-Najjar. Thalhah bin Ubaidillah dipersaudarakan dengan Ka'ab bin Malik,
saudara Bani Salimah. Sa'id bin Zaid bin Amir bin Nufail dipersaudarakan dengan Ubay bin Ka'ab
saudara Bani An-Najjar. Mush'ab bin Umair bin Hasyim dipersaudarakan dengan Abu Ayyub Khalid bin
Zaid, saudara Bani An-Najjar. Abu Huzhaifah bin Utbah bin Rabi'ah dipersaudarakan dengan Abbad bin
Bisyr bin Waqsy, saudara Bani Abdul Asyhal.
Ammar bin Yasir sekutu Bani Makhzum dipersaudarakan dengan Hudzaifah bin Al-Yaman, saudara
Bani Absu sekutu Bani Ab-dul Asyhal. Ada juga yang mengatakan Tsabit bin Qais bin Asy-Syammas
saudara Al-Harits bin Al-Khazraj khatib Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dipersaudarakan dengan
Ammar bin Yasir.
Abu Dzar yang bernama Barir bin Jinadah AI-Ghifari dipersaudarakan dengan Al-Mundzir bin Amr,
saudara Bani Saidah bin Ka'ab bin Al-Khazraj.
Ibnu Hisyam berkata: Aku dengar dari sekian banyak ulama bahwa Abu Dzar yaitu Jundab bin
Junadah.
Ibnu Ishaq berkata: Hathib bin Abu Balta'ah sekutu Bani Asad bin Abdul Uzza dipersaudarakan dengan
Uwaim bin Saidah saudara Bani Amr bin Auf.
Salman Al-Farisi dipersaudarakan dengan Abu Ad-Darda' Uwaimir bin Tsa'labah, saudara Bani Balharits
bin Al-Khazraj.
Ibnu Hisyam berkata: Uwaimir yaitu anak Amir. Ada yang mengatakan Uwaimir yaitu anak Zaid.
Ibnu Ishaq berkata: Bilal mantan budak Abu Bakar Radhiyallahu An/iuma dan muadzin Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dipersaudarakan dengan Abu Ruwaihah Abdullah bin Abdurrahman Al-
Khats'ami, salah seorang Faza' yang sangat terkenal.
Demikianlah di antara nama-nama yang dipersaudarakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
saat Umar bin Khaththab membuat departemen-departemen di Syam Bilal berangkat ke sana dan
menetap di sana sebagai seorang mujahid, Umar bin Khaththab berkata kepada Bilal: "Hai Bilal,
engkau dengan siapa ditulis dalam surat persaudaraan itu?" Bilal menjawab: "Dengan Abu Ruwaihah.
Aku akan selalu bersama dengannya selama-lamanya, sebab persaudaraan yang telah ditetapkan
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam antara aku dengan dia." Umar bin Khaththab pun
menggabungkan Bilal kepada Abu Ruwaihah dan menggabungkan departemen orang-orang Habasyah
ke dalam departemen orang-orang Khatsam, sebab kedudukan Bilal di tengah-tengah mereka.
Abu Umamah, Kematiannya dan Apa yang Dikatakan Orang-orang Yahudi
Ibnu Ishaq berkata: Di bulan itu juga, Abu Umamah, As'ad bin Zurarah berpulang ke pangkuan Ilahi
pada saat masjid tengah dibangun. Ia meninggal dunia sebab menderita sakit tenggorokan (dipteria)
atau batuk.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr bin Muhammad bin Amr bin Hazm ber¬kata kepadaku dari
Yahya bin Abdullah bin Abdurrahman bin As'ad bin Zurarah bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Sungguh alangkah tidak beruntungnya mayit Abu Umamah." Orang-orang Yahudi
dan orang-orang munafik Arab berkata: "Jika ia (Rasulullah) benar-benar seorang Nabi, sahabatnya
pasti tidak akan mati." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda lebih lanjut, "Aku tidak
memiliki kekuatan dari Allah untuk diriku dan sahabatku (untuk me- nepis kematian)."
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshar berkata kepadaku bahwa pada saat Abu
Umamah As'ad bin Zurarah meninggal dunia, orang-orang dari Bani An-Najjar menghadap Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam -Abu Umamah yaitu naqib (pemimpin) mereka. Mereka berkata kepada
beliau: "Wahai Rasulullah, Sebetulnya orang Abu Umamah As'ad bin Zurarah ini memiliki
kedudukan di kalangan kami seperti telah engkau ketahui. Oleh sebab itu, carilah orang lain yang bisa
menggantikan kedudukannya dan mengatur urusan kami sebagaimana Abu Umamah As'ad bin Zura-
rah mengatur urusan kami." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada mereka: "Kalian
yaitu paman-pamanku dan aku yaitu naqib bagi kalian. Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam
enggan menyerahkan jabatan naqib kepada salah seorang dari mereka. Di antara kelebihan Bani An-
Najjar yang mereka banggakan kepada kaumnya, bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yaitu
naqib mereka.
Adzan
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam merasa betah tinggal di Madinah,
saudara-saudara beliau dari kaum Muhajirin berdatangan kepada beliau dan persatuan kaum Anshar
telah tercapai, Islam pun mulai mengakar; shalat ditegakkan, zakat dan puasa diwajibkan, hudud
(hukum pidana) ditegakkan, hal-hal yang halal dan haram diwajibkan dan Islam mendapat kedudukan
terhormat di tengah-tengah mereka. Perkampungan Anshar selalu yang menyediakan tempat bagi
kaum Muhajirin dan beriman. Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah, kaum
Muslimin berkumpul untuk menegakkan shalat sebab waktunya telah tiba tanpa seruan suara. Pada
walnya, beliau ingin menggunakan suara terompet seperti orang-orang Yahudi pada saat mengajak
salat, namun beliau tidak menyukainya. Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan
penggunaan lonceng untuk memanggil kaum Muslimin sebagai pertanda waktu shalat.
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat kaum Muslimin berada dalam keadaan seperti di atas, tiba-tiba Abdullah
bin Zaid bin Tsa'labah bin Abdu Rabbihi saudara Bani Al-Harits bin Al-Khazraj bermimpi melihat seruan
shalat. Ia menghadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: "Wahai Rasulullah, tadi
malam aku bermimpi melihat seseorang memakai pakaian hijau berjalan melewatiku dengan
membawa lonceng. Aku bertanya kepadanya, "Hai hamba Allah, bolehkah loncengmu itu kubeli?"
Orang ini menjawab: "Apa yang kau inginkan darinya?" Aku menjawab: "Aku akan gunakan
untuk memanggil orang untuk shalat. Orang ini berkata: "Maukah engkau aku tunjukkan yang
lebih baik daripada lonceng ini?" Aku berkata: "Apa itu?" Orang ini berkata: "Hendaknya engkau
berkata: "Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Asyhadu an laa Ilaaha Ilia Allah.
Asyhadu an laa Ilaaha Ilia Allah. Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Asyhadu anna
Muhammadar Rasulullah. Hayya aala ash- shalah. Hayya 'alas ash-shalah. Hayya alal falah. Hayya
alalfalah. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Laa ilaaha ilia Allah!'71
Usai Abdullah bin Zaid mengisahkan mimpinya kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, beliau
bersabda: "Mimpi itu benar, insya Allah. Cepat engkau temui Bilal, lalu ajarkan lafadz ini
kepada Bilal agar ia menyeru dengan seruan ini , sebab suara Bilal lebih keras dari suaramu."
Tatkala Bilal sedang mengumandangkan adzan ini , Umar bin Khaththab mendengarnya. Ia
segera pergi menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengenakan selendangnya. Ia berkata:
"Wahai Nabi Allah, demi Allah! Aku juga melihat dalam mimpiku seperti yang dilihat Abdullah bin Zaid
dalam mimpinya." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Segala puji bagi Allah atas semua
ini."72
Ibnu Ishaq berkata: Peristiwa di atas disampaikan kepadaku oleh Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harits
dari Muhammad bin Abdullah bin Zaid bin Tsa'labah bin Abdu Rabbihi dari ayahnya.
Ibnu Ishaq bercerita: Muhammad bin Ja'far bin Zubair berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari
seorang wanita Bani An-Najjar yang berkata: "Tidak ada rumah yang paling tinggi di sekitar masjid
kecuali rumahku dan Bilal biasa menyerukan suara adzan shubuh di atasnya pada setiap pagi. Jika
waktu shubuh telah tiba, ia berdoa: "Ya Allah, Sebetulnya aku memuji-Mu dan memohon
pertolongan-Mu agar orang-orang Quraisy mengokohkan agama-Mu. sesudah itu, Bilal menyerukan
suara adzan. Demi Allah, aku lihat Bilal selalu mendawami doanya ini ."
Abu Qais bin Abi Anas
Ibnu Ishaq berkata: Saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam merasa nyaman tinggal di rumahnya,
Allah memenangkan agama-Nya di Madinah, dan membuat beliau bahagia dengan bersatunya antara
kaum Muhajirin dan kaum Anshar kepada beliau, maka Abu Qais Shirmah bin Abu Anas saudara Bani
Adi bin An-Najjar melantunkan bait-bait syairnya yang menawan.
Ibnu Hisyam berkata: Abu Qais yaitu Shirmah bin Abu Anas bin Shirmah bin Malik bin Adi bin Amir
bin Ghanim bin Adi bin An-Najjar. Ibnu Ishaq berkata: Abu Qais yaitu seorang pemikir yang bersahaja
pada masa Jahiliyah. Ia tidak menyembah berhala, mandi junub, menyuruh wanita yang haid untuk
bersuci, dia ingin memeluk agama Kristen, namun mengurungkannya. lalu ia menjadikan
rumahnya sebagai tempat ibadah yang tidak boleh dimasuki orang yang kotor atau orang yang junub.
Ia berkata: Aku hanya menyembah Tuhan Ibrahim saat ia meninggalkan berhala-berhala dan
membencinya." Fada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah, ia masuk Islam
dengan baik sekali. Saat itu usianya telah lanjut. Ia selalu berbicara yang benar, mengagungkan Allah
Yang Maha agung pada masa jahihyahnya.
Orang-orang Yahudi dan Sebab Permusuhan Mereka
Ibnu Ishaq berkata: saat Islam berjaya di Madinah, para rabi Yahudi yang didukung orang-orang Al-
Aus dan Al-Khazraj yang tetap bertahan pada kejahiliyahannya, merasa resah gelisah. Orang-orang Al-
Aus dan Al-Khazraj ini yaitu orang-orang musyrik yang munafik. Mereka bersandiwara dengan
identitas "Muslim" agar bisa selamat dari pembunuhan, namun sebenarnya dalam hati mereka ada
kemunafikan. Hati nurani mereka bersatu dengan orang-orang Yahudi sebab kekafiran mereka
kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan keengganan mereka untuk menerima Islam dan
masuk di dalamnya.
Di antara rabi-rabi Yahudi ini yaitu : Huyay bin Akhthab. Saudara Huyay bin Akhthab yang
bernama Abu Yasir bin Akhthab, saudara Huyay bin Akhthab yang lain, yaitu Judai bin Akhthab, Salam
bin Misykam, Kinanah bin Ar-Rabi' bin Abu Al-Haqiq, Salam bin Abu Al-Haqiq, saudara Salam bin Al-
Ha-qiq yang bernama Salam bin Ar-Rabi'. Salam bin Ar-Rabi' yaitu anak Rafi' Al-A'war yang di eksekusi
sahabat-sahabat Rasulullah Shal-lalahu 'alaihi wa Sallam di Khaybar, Ar-Rabi bin Ar-Rabi' bin Abu Al-
Haqiq, Amr bin Juhasy, Ka'ab bin Al-Asyraf. Ka'ab bin Al-Asyraf berasal dari Thayyi', lalu dari
salah satu Bani Nabhan. Ibunya berasal dari Bani An- Nadhir, Al-Hajjaj bin Amr sekutu Ka'ab bin Al-
Asyraf, Kardum bin Qais sekutu Ka'ab bin Al-Asyraf. Mereka semua berasal dari Bani An-Nadhir.
Para rahib dari Bani Tsa'labah bin Al- Fathiyyun yaitu : Abdullah bin Shuri Al- A'war. Pada zamannya,
di Hijaz tidak ada seorang pun yang lebih paham tentang Kitab Taurat (Perjanjian Lama) dari Abdullah
bin Shuri. Ibnu Shaluba, Mukhairiq. Ia rahib orang Yahudi, namun lalu ia masuk Islam.
Dari Bani Qainuqa' yaitu : Zaid bin Al-Lashait. Ada yang mengatakan Ibnu Al-Lushait seperti dikatakan
Ibnu Hisyam. Sa'ad bin Hanif, Mahmud bin Saihan, Uzair bin Abu Uzair, Abdullah bin Shaif.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang mengatakan Ibnu Dhaif.
Ibnu Ishaq berkata: lalu Suwaid bin Al-Harits.. Rifa'ah bin Qais. Finhashh, Asyi', Nu'man bin
Adha, Bahri bin Amr, Syas bin Adi, Syas bin Qais, Zaid bin Al-Harts, Nu'man bin Amr, Sukain bin Abu
Sukain, Adi bin Zaid, Nu'man bin Abu Aufa Abu Anas, Mahmud bin Dahiyyah, Malik bin Ash-Shaif. Ada
pula yang mengatakan Ibnu Adh-Dhaif.
Ibnu Ishaq berkata: lalu Ka'ab bin Rasyid, Azir, Rafi' bin Abu Rafi', Khalid, Izar bin Abu Izar.
Ibnu Hisyam berkata: Ada pula yang mengatakan Azir bin Abu Azir.
Ibnu Ishaq berkata: lalu Rafi' bin Haritsah, Rafi' bin Huraimalah, Rafi' bin Kharijah, Malik bin Auf,
Rifa'ah bin Zaid bin At-Tabut, Abdullah bin Salam bin Al-Harits. Ia ulama mereka, seorang rahib yang
paling cerdas. Ia bernama asli Al-Hushain. saat ia masuk Islam, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
mengganti namanya dengan nama Abdullah. Mereka ini berasal dari Bani Qainuqa'.
Bani Quraizhah yaitu sebagai berikut: Az-Zubayr bin Batha bin Wahb, Azzal bin Samuel, Ka'ab bin
Asad. Ia terikat perjanjian dengan Bani Quraizhah lalu membatalkannya pada Perang Ahzab.
Samuel bin Zaid, Jabal bin Amr bin Sakinah, An-Nahham bin Zaid, Fardam bin Ka'ab, Wahb bin Zaid,
Nafi' bin AbuNafi, Abu Nafi', Adi bin Zaid, Al-Harts bin Auf, Kardam bin Zaid, Usamah bin Habib, Rafi'
bin Rumailah, Jabal bin Abu Qusyair, Wahb bin Yahuda. Mereka ini berasal dari Bani Quraizhah.
Dari Bani Zuraiq ialah Labid bin A'sham. Dialah orang yang menyihir Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam hingga tidak bisa mendatangi istri-istrinya.
Dari Bani Haritsah: Kinanah bin Shuriya.
Dari Bani Amr bin Auf ialah Fardam bin Amr.
Dari Bani An-Najjar ialah Silsilah bin Barham.
Mereka semua rabi-rabi Yahudi, orang- orang jahat, orang-orang yang melawan Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya, orang-orang yang banyak bertanya