sirah nabawiyah 13


 bu Rabi'ah mengacuhkan saranku ia lebih tertarik pulang bersama Abu Jahal 

bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam. saat  akan berangkat pulang ke Makkah, aku katakan kepada 

Ayyasy, "Jika engkau akan tetap bersikukuh melakukan apa yang engkau inginkan, ambillah untaku ini, 

sebab  ia unta yang lincah dan penurut dan tetaplah berada di atas punggungnya. Jika engkau 

mencium ada sesuatu yang mencurigakan pada mereka berdua ini, selamatkan dirimu dengan unta 

ini." lalu  Ayyasy bin Abu Rabi'ah pulang ke Makkah bersama Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits 

bin Hisyam. 

Di tengah jalan, Abu Jahal bin Hisyam berkata kepada Ayyasy bin Abu Rabi'ah, "Demi Allah, wahai 

saudaraku, sepertinya saya keliru dalam memilih untaku ini. la tidak bisa berjalan mengiringi untamu." 

Ayyasy bin Abu Rabi'ah berkata: "Ya betul." lalu  Ayyasy bin Abu Rabi'ah turun dari untanya. 

Begitu juga Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam. saat  mereka bertiga berada di atas tanah, 

tiba-tiba Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam mengikat Ayyasy bin Abu Rabi'ah, 

membawanya masuk Makkah dan menyiksanya. 

Ibnu lshaq berkata: Sebagian keluarga Ayyasy bin Abu Rabi'ah berkata kepadaku, saat  Abu Jahal bin 

Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam membawa Ayyasy bin Abu Rabi'ah memasuki Makkah. Keduanya 

membawa Ayyasy dalam keadaan terikat di malam hari. Keduanya berkata: "Hai orang-orang Makkah, 

coba kalian lihat orang bodoh ini." 

 

 

Surat Umar bin Khattab Pada Hisyam bin Al-'Ash 

 

Ibnu lshaq berkata: Nafi' bercerita kepadaku dari Abdullah bin Umar dari Umar bin Khaththab dalam 

kisahnya. Umar bin Khaththab berkata: Allah tidak menerima taubat orang yang murtad sebab  takut 

siksa, yaitu mereka yang mengenal Allah, lalu  kembali kafir sebab  tidak tahan dengan cobaan 

yang menderanya. Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah, Allah Ta'ala 

mewahyukan padanya ayat tentang mereka, tentang ucapan kami dan ucapan mereka terhadap diri 

mereka: 

 

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah 

kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sebetulnya  Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. 

Sebetulnya  Dialah YangMaha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada 

Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang adzab kepadamu lalu  kamu tidak 

dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu 

sebelum datang adzab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya (QS. az-Zumar: 

53-55). 

Umar bin Khaththab melanjutkan: "Maka aku tulis ayat di atas dalam lembaran, lalu  aku 

kirimkan kepada Hisyam bin Al-Ashi. Hisyam bin Al-Ashi berkata: Dia berkata: Hisyam bin al-Ashi 

berkata: "Tatkala surat ini  sampai padaku, aku membawanya di Dzi Thuwa untuk dibaca. Saat 

aku baca surat ini , aku tidak bisa memahaminya, hingga aku berkata: "Ya Allah, karuniakan 

pemahaman kepadaku!" lalu  Allah menganugrahi pemahaman ke dalam hatiku, bahwa ayat 

ini  diturunkan tentang kami, apa yang kami katakan untuk diri kami dan apa yang diucapkan 

tentang kami. Aku segera menaiki untaku, lalu  pergi menyusul Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam yang saat itu sudah berada di Madinah. 

 

 

Al-Walid bin Al-Walid bin Al-Mughirah Keluar Menuju Mekah Membawa Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan 

Hisyam bin Al-Ash  

 

Ibnu Hisyam berkata: Orang yang aku percayai bercerita kepadahu bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam saat berada di Madinah pernah bersabda: "Siapa yang bisa membebaskan Ayyasy bin Abu 

Rabi'ah dan Hisyam bin Al-Ash untukku?" Al-Walid bin Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: "Aku!" 

lalu  Al-Walid bin Al-Walid bin Al- Mughirah keluar Madinah menuju Mekkah dan tiba di sana 

tanpa seorangpun tahu. la bertemu seorang wanita yang membawa makanan. Ia bertanya kepada 

wanita ini : "Boleh aku tahu ke mana kau akan pergi dengan makanan itu?" Wanita tadi 

menjawab: "Aku akan pergi kepada Ayyasy dan Hisyam yang sedang ditahan." Al-Walid bin Al-Walid 

bin Al-Mughirah mengikuti wanita itu hingga ia tahu tempat dua orang yang ditahan itu. Kedua orang 

itu ditahan di rumah yang tidak dipasangi genteng. Sore harinya, Al-Walid bin Al-Walid bin Al-

Mughirah memanjat tembok rumah ini  dan membebaskan Ayyasy dan Hisyam. sesudah  itu, Al-

Walid bin Al-Walid bin Al-Mughirah menaikkan Ayyasy bin Abu Rabi'ah dan Hisyam bin Al-Ash ke atas 

punggung untanya. lalu  ia tuntun unta yang membawa keduanya hingga sampai di Madinah di 

tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

 

 

Rumah-rumah Penampungan Kaum Muhajirin di Madinah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Saat tiba di Madinah, Umar bin Khaththab disertai keluarganya, kaumnya yang 

hijrah, saudaranya yang bernama Zaid bin Khaththab, Amr bin Suraqah bin Al-Mu'tamir, Abdullah bin 

Al-Mu'tamir, Khunais bin Hudzafah As-Sahmi suami putrinya yang bernama Hafshah binti Umar bin 

Khaththab. Sepeninggal suaminya, Hafshah dinikahi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Sa'id bin 

Zaid bin Amr bin Nufail, Waqid bin Abdullah At-Taimi, sekutu mereka, Khauli bin Abu Khauli, Malik bin 

Khauli, sekutu mereka. Dan anak-anak Al-Bukair yang empat orang yaitu: Iyas bin Al-Bukair, Aqil bin 

Al-Bukair, Amir bin Al-Bukair dan Khalid bin Al-Bukair, sekutu mereka dari Bani Sa'ad bin Laits; mereka 

tinggal di rumah Rifa'ah bin Abdul Mundzir bin Zanbar di Bani Amr bin Auf di Quba. Iyas bin Rabi'ah 

juga ikut tinggal di rumahnya saat  ia tiba di Madinah. 

sesudah  itu kaum Muhajirin secara bergelombang mendatangi Madinah. Thalhah bin Ubaidillah bin 

Utsman dan Shuhaib bin Sinan tinggal di rumah Khubaib bin Isaf, saudara Balharits bin AI-Khazraj di 

As-Sunh. Ada yang mengatakan, Thalhah bin Ubaidillah tinggal di rumah As'ad bin Zurarah, saudara 

Bani An-Najjar. 

Ibnu Hisyam berkata: Aku mendapat in- formasi dari Abu Utsman An-Nahdi bahwa ia berkata: Tatkala 

Shuhaib Ar-Rumi akan berangkat hijrah, orang-orang Quraisy berkata kepadanya: "Dulu engkau miskin 

dan hina, lalu kami membuatmu kaya dan menjadi terhormat. Apakah sesudah  itu engkau akan pergi 

begitu saja dengan membawa kekayaanmu dan dirimu? Demi Allah, ini yaitu  hal yang sangat 

memalukan!" Shuhaib berkata kepada mereka: "Apa maksud kalian aku harus menyerahkan kembali 

harta kekayaan ini pada kalian?" Mereka menjawab: "Ya." Shuhaib berkata: "Jika demikian aku 

serahkan semua kekayaanku kepada kalian." Peristiwa ini di dengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam lalu  beliau bersabda: "Shuhaib telah selamat dan ia sungguh beruntung." 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  itu datanglah Hamzah bin Abdul Muthalib, Zaid bin Hari tsah, Abu Martsad 

Kannaz bin Hishn. Ibnu Hisyam berkata: Abu Martsad Kannaz yaitu  anak Hushain, anak Kannaz bin 

Hishn yang bernama Martsad Al-Ghanawiyyan, sekutu Hamzah bin Abdul Muthalib, Anasah dan Abu 

Kabsyah -keduanya mantan budak Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam- mereka menetap di rumah 

Kultsum bin Hidam, saudara Bani Amr bin Auf di Quba. Ada yang mengatakan mereka menetap di 

rumah Sa'ad bin Khaitsamah. Ada lagi yang menceritakan Hamzah bin Abdul Muthalib menetap di 

rumah As'ad bin Zurarah, saudara Bani An-Najjar. 

Adapun Ubaid bin Al-Harits bin Al-Muththalib, Ath-Thufail bin Al-Harits, Al-Hushain bin Al-Harits, 

keduanya saudara Ubaid, Misthah bin Utsatsah bin Ibad bin Al-Muthalib, Suwaibith bin Sa'ad bin 

Harmalah saudara Bani Abduddar, Thulaib bin Umair saudara Bani Abd bin Qushay dan Khabbab eks 

budak Utbah bin Ghazwan tinggal di rumah Abdullah bin Salimah saudara Bal'ijlan di Quba'. 

Sementara Abdurrahman bin Auf bersama sejumlah kaum Muhajirin, mereka menetap di rumah Sa'ad 

bin Ar-Rabi' saudara Bani Al-Harits bin Al-Khazraj di pemukiman Al- Harits bin Al-Khazraj. 

Adapun Zubair bin Awwam dan Abu Sab- rah bin Abu Ruhm bin Abdul Uzza tinggal di rumah Mundzir 

bin Muhammad bin Uqbah bin Uhaihah bin Al-Julaj di Al-Ushbah di komplek Bani Jahjabi. 

Mush'ab bin Umair, saudara Bani Abduddar menetap di rumah Sa'ad bin Muadz bin An-Nu'man, 

saudara Bani Abdul Asyhal tinggal di perkampungan Bani Abdul Asyhal. 

Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi'ah, Salim eks budak Hudzaifah. Ibnu Hisyam berkata: Salim eks 

budak Abu Hudzaifah yaitu  Saibah, budak yang dimerdekakan yang hak kepemilikannya tidak 

diserahkan pada pemiliknya, milik Tsubaytah binti Ya'ar bin Zaid bin Ubaid bin Malik bin Amr bin Auf 

bin Malik bin Al-Aus. Tsubaytah memutus hak pemilikan Salim lalu  Abu Hudzaifah bin Utbah bin 

Rabi'ah mengadopsinya. Maka dipanggillah dia dengan Salim eks budak Abu Hudzaifah. Ada lagi yang 

mengatakan Tsubaytah yaitu  istri Abu Hudzaifah bin Utbah, lalu  Tsubaytah memerdekakan 

Salim, maka dikatakan bahwa Salim yaitu  mantan budak Abu Hudzaifah. 

Ibnu Ishaq berkata: Dan Utbah bin Ghaz- wan bin Jabir menetap di rumah Ibad bin Bisyr bin Waqsy, 

saudara Bani Abdul Asyhal di komplek permukiman Abdul Asyhal. 

Utsman bin Affan menetap di rumah Aus bin Tsabit bin Al-Mundzir saudara Hassan bin Tsabit di 

perumahan Bani An-Najjar. Oleh sebab  itu Hassan bin Tsabit amat mencintai Utsman bin Affan dan 

begitu berduka saat mendengar dia dibunuh. 

Sementara para bujangan kaum Muhajirin semuanya tinggal di rumah Sa'ad bin Khaitsamah. sebab  

diajuga seorang bujangan. Wal- lahu a'lam, mana yang paling benar. 

 

 

Hijrahnya Rasulullah dan Berbagai Macam Tantangan yang Dihadapi 

 

Ibnj Ishaq berkata: Meski para sahabat telah hijrah ke Madinah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

masih tetap menetap di Mak- kah menunggu diizinkan untuk hijrah. Hampir seluruh kaum Muhajirin 

telah hijrah ke Madinah, kecuali sahabat yang ditahan atau orang yang disiksa, dan Ali bin Abu Thalib 

serta Abu Bakar bin Abu Quhafah. Abu Bakar sudah beberapa kali memohon kepada Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam agar bisa hijrah ke Madinah, namun beliau selalu bersabda kepadanya: 

"Jangan terburu-buru, semoga Allah memberimu teman untuk hijrah." Abu Bakar merasa tersanjung 

bila ia bisa menemani Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhijrah. 

 

 

Pemuka-Pemuka Quraisy Berkumpul dan Bermusyawarah Membicarakan Rasulullah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala orang-orang Quraisy menyadari bahwa pengikut dan sahabat-sahabat 

Rasulullah semakin bertambah banyak di negeri lain selain negeri mereka dan hijrahnya kaum 

Muhajirin ke Madinah secara bergelombang, mereka pun mulai mengambil ancang-ancang menyusun 

strategi baru agar bisa menghalangi hijrahnya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ke Madinah. 

Mereka juga menyadari bahwa kaum Muslimin telah bersepakat untuk memerangi mereka. sebab  

itulah, mereka segera menyelenggarakan rapat di Daar An-Nadwah membahas Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam. Semula Daar An-Nadwah yaitu  rumah milik Qushay bin Kilab. Orang-orang Quraisy 

selalu memutuskan setiap perkara, melainkan mereka bermusyawarah di rumah ini. Di Daar An-

Nadwah ini pula, mereka menggelar rapat membahas Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tatkala 

mereka khawatir kepada beliau. 

Ibnu Ishaq berkata: Seseorang dari sahabatku yang sangat jujur berkata kepadaku dari Abdullah bin 

Abu Najih dari Mujahid bin Jabr Abu Al-Hujjaj dan dari orang lain yang tidak aku sangkal kejujurannya 

dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma ia berkata: Orang-orang Quraisy akhirnya 

menyelenggarakan rapat di Daar An-Nadwah guna membahas Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, 

pada hari Yawmu Az-Zahmah. Pada hari itu, mereka dicegat iblis yang menjelma menyerupai seorang 

tua yang berwibawa yang memakai mantel lalu  ia berdiri di depan pintu Daar An-Nadwah. 

saat  orang Quraisy melihatnya, mereka bertanya kepadanya: "Siapa Anda?" Iblis menjawab: "Aku 

warga  Najed. Aku dengar kalian akan mengadakan rapat membahas Muhammad. Aku ingin 

menyertai rapat kalian agar kalian bisa mendengarkan pendapat dan nasihat dariku." Orang-orang 

Quraisy berkata: "Baik, silahkan masuk!" Iblis pun masuk bersama mereka. 

Pemuka-pemuka Quraisy dari Bani Syams yang ikut hadir di Daar An-Nadwah yaitu  Utbah bin 

Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah dan Abu Sufyan bin Harb. 

Dari Bani Naufal bin Abdu Manaf yaitu  sebagai berikut: Thu'aimah bin Adi, Jubayr bin Muth'im, Al-

Harits bin Amir bin Naufal. 

Dari Bani Abduddar bin Qushay hanya satu orang, yaitu An-Nadhr bin Al-Harits bin Kaladah. 

Dari Bani Asad bin Abdul Uzza yaitu  sebagai berikut: Abu Al-Bakhtari bin Hisyam, Zam'ah bin Al-

Aswad bin Al-Muthalib, Hakim bin Hizam. 

Dari Bani Makhzum hanya satu orang, yaitu Abu Jahal bin Hisyam. 

Dari Bani Sahm yaitu  sebagai berikut: Nubaih bin Al-Hajjaj, Munabbih bin Al-Hajjaj. 

Dari Bani Jumah ialah Umayyah bin Khalaf, orang-orang yang ikut bersama mereka dan orang-orang 

lain yang bukan dari orang-orang Quraisy. 

Sebagian dari mereka membuka pembicaraan kepada sebagian yang lain: "Sebetulnya  orang ini 

semakin berbahaya saja. Demi Allah, kita tidak merasa aman jika sewaktu-waktu para pengikutnya 

yang berasal dari selain kita menyerang kita. Oleh sebab  itu, apa yang harus kita lakukan pada orang 

ini. 

Salah seorang dari mereka berkata: "Bagaimana kalau dia kita penjara saja sebagaimana menimpa 

para penyair sebelumnya, seperti Zuhair dan An-Nabighah dan orang-orang yang mati sebelumnya 

hingga ia mengalami seperti apa yang mereka alarm." 

Iblis berkata: "Demi Allah, ini bukanlah sebuah pandangan yang paling tepat untuk kalian. Sebab, jika 

kalian memenjarakannya tetap saja ia bisa berkomunikasi dan memberi perintah kepada para 

sahabatnya, lalu  mereka menyerang kalian dan membebaskannya. Ini bukan pandangan yang 

tepat. Carilah pandangan yang lain!" 

Salah seorang dari mereka berkata: "Bagaimana kalau kita usir saja dia dari negeri kita lalu kita 

asingkan ke negeri lain. Bukankah jika dia telah diusir dari negeri kita, maka kita tidak terlalu resah dia 

akan pergi ke mana dan akan singgah di mana. Dengan begitu, kita tidak terganggu olehnya, lalu  

kita bersatu seperti semula." 

Iblis berkata: "Demi Allah, ini juga bukan pandangan yang paling tepat buat kalian. Tidakkah kalian 

perhatikan retorika yang indah, manis dan apalagi ia memiliki daya pikat yang mana jika  orang 

Arab di negeri lain mendengarnya, maka mereka akan mengikutinya, lalu  dia bersama mereka 

berangkat ke tempat kalian, lalu mereka menginjak negeri kalian dan merampas kepemimpinan dari 

tangan kalian. Carilah pandangan yang lain!" 

Abu Jahal berkata: "Demi Allah, Sebetulnya  aku memiliki  ide yang lebih brilian dari kalian." 

Mereka berkata: "Apa itu, wahai Abu Al-Hakam." Abu Jahal berkata: "Bagaimana kalau kita kerahkan 

para pemuda yang tangguh dalam bertarung untuk membunuhnya sehingga kita bisa tenang sesudah  

kematiannya. Jika para pemuda ini  berhasil melakukannya, maka banyak kabilah yang akan 

mendukung mereka dan Bani Abdu Manaf tidak akan kuasa membalas dendam. Jika mereka meminta 

uang ganti rugi, kita berikan saja." 

Iblis berkata: "Inilah pandangan yang paling tepat." sesudah  itu orang-orang Quraisy berpencar dan 

melaksanakan usulan Abu Jahal. 

 

 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallatn Keluar dan Ali Menggantikan Posisinya di Kasurnya 

 

Abdullah bin Abbas berkata: Malaikat Jibril menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan 

berkata: "Malam ini kau tidak boleh tidur di kasurmu." Saat tengah malam tiba, para pemuda Quraisy 

bergerak menuju rumah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk menghabisi beliau. saat , 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengetahui kedatangan mereka, beliau berkata kepada Ali bin 

Abu Thalib: "Tidurlah di ranjangku dan selimuti seluruh badanmu dengan selimut yang berwarna hijau 

ini." Biasanya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memakai selimut ini  untuk tidur. 

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ziyad ber¬kata kepadaku dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhi ia 

berkata: "Para pemuda Quraisy akhirnya sampai di depan pintu rumah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam, dengan ditemani Abu Jahal. Abu Jahal berkata kepada mereka, "Sebetulnya  Muhammad 

menduga bahwa jika kalian mengikutinya, agar kalian menjadi pemimpin bagi orang-orang Arab dan 

orang-orang non-Arab, sesudah  kalian mati maka kalian dibangkitkan dan kalian dianugerahi surga 

laksana taman-taman Yordania. Namun, jika tidak mengikutinya, maka kalian akan dibunuh, lalu 

sesudah  mati kalian akan dibangkitkan lalu diazab di neraka." 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar menemui mereka sambil 

menggenggam tanah, lalu bersabda: "Memang benar, aku pernah mengatakan seperti itu dan engkau 

(wahai Abu Jahal) termasuk salah seorang penghuni neraka." Allah Ta'ala lalu membutakan 

penglihatan mereka hingga tidak bisa melihat beliau. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu 

menaburkan tanah ke atas kepala mereka sambil membaca ayat-ayat berikut: 

 

Yaa Siin. Demi Al Qur'an yang penuh hikmah, Sebetulnya  kamu salah seorang dari rasul-rasul, (yang 

berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha 

Penyayang. agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah 

diberi peringatan, sebab  itu mereka lalai. Sebetulnya  telah pasti berlaku perkataan (ketentuan 

Allah) terhadap kebanyakan mereka, sebab  mereka tidak beriman. Sebetulnya  Kami telah 

memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka sebab  itu mereka 

tertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), 

dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. (QS. Yaasiin:1-9). 

sesudah  itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi meninggalkan mereka ke tempat yang beliau 

kehendaki. Tidak lama lalu , iblis yang menyamar menjadi orang tua dari Nejed itu datang 

menemui mereka dan berkata: "Apa yang sedang kalian tunggu?" Mereka menjawab: "Kami sedang 

menunggu Muhammad." Iblis berkata: "Allah telah menggagalkan rencana kalian. Demi Allah, 

Muhammad telah keluar dari rumahnya saat kalian masih di sini, ia menaburkan tanah ke atas kepala 

kalian semua, lalu pergi. Apa kalian tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi?" Mereka masing-

masing meletakkan tangannya ke atas kepala mereka dan mendapatkan tanah di atas kepala. Namun 

mereka tetap tidak percaya, mereka mengintip lewat celah rumah yang berlubang dan ternyata ada 

seseorang tertidur di ranjang berselimutkan. 

Mereka berkata: "Demi Allah, pasti dia Muhammad sedang tidur mengenakan selimut." Mereka tidak 

meninggalkan rumah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hingga pagi hari. 

Ali bin Abu Thalib bangun dari ranjang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Para pemuda Quraisy 

berkata: "Demi Allah, orang yang tadi malam berkata benar!" 

Ibnu lshaq berkata: Di antara ayat-ayat: yang mengisahkan peristiwa di atas dan kesepakatan pemuda-

pemuda Quraisy yaitu  sebagai berikut: 

 

Dan (ingatlah), saat  orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan day a upaya terhadapmu untuk 

menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu 

daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (QS. al-Anfal: 

30). 

Dan firman Allah Ta'ala: 

 

Bahkan mereka mengatakan: "Dia yaitu  seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan 

menimpanya." Katakanlah: "Tunggulah, maka Sebetulnya  aku pun termasuk orang yang 

menunggu (pula) bersama kamu ° (QS. ath-Thuur: 30-31). 

Ibnu Hisyam berkata: Almanuun artinya: kematian, dan raybal manun artinya yang disangsikan. 

Saat itulah, Allah Ta'ala mulai mengizinkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhijrah. 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Bakar yaitu  konglomerat kaya raya. Pada saat ia meminta izin kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk berhijrah, beliau bersabda: "Janganlah terburu-buru. 

Semoga Allah memberimu teman." Abu Bakar sangat meng- harapkan orang yang dimaksud Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam yaitu  dirinya sendiri. Lalu dia membeli dua unta, dia simpan keduanya di 

rumahnya dan memberinya makan dan minum agar kuat berjalan hingga menuju Madinah. 

 

 Rasulullah Hijrah ke Madinah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Orang yang sangat kredibel berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari Aisyah 

Ummul Mukmirm yang berkata: "Pada hari Allah mengizinkan Rasulullah hijrah keluar dari Makkah 

meninggalkan kaumnya, beliau mendatangi kami siang hari, padahal beliau biasanya datang kepada 

kami pada waktu pagi dan sore. Abu Bakar berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak biasa 

datang pada waktu seperti ini, pasti ada sesuatu yang sangat penting." Saat itu di rumah Abu Bakar 

tidak ada siapa-siapa kecuali aku (Aisyah) dan saudari perempuanku Asma' binti Abu Bakar. Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Siapa saja yang ada bersamamu saat ini?" Abu Bakar 

menjawab: "Wahai Rasulullah, di rumah ini hanya ada dua anakku." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda: "Sebetulnya  Allah telah mengizinkanku hijrah dan keluar dari Makkah." Abu 

Bakar berkata: "Apakah aku yang menyertaimu wahai Rasulullah?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda: "Ya!" Aisyah berkata: "Demi Allah! Mendengar itu 

Abu Bakar langsung menangis sebab  gembira!" Abu Bakar berkata: "Wahai Nabi Allah, aku sudah 

menyiapkan dua unta ini untuk hijrah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar 

menyewa Abdullah bin Uraiqith, seorang dari Bani Ad-Dail bin Bakr dan ibunya berasal dari Bani Sahm 

bin Amr. Abdullah bin Uraiqith yaitu  orang musyrik sebagai penunjuk jalan bagi keduanya. Abu Bakar 

menitipkan kedua untanya kepada Abdullah bin Uraiqith dan akan mengambilanya kembali sampai 

hari yang telah ditentukan.68 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tidak ada orang yang mengetahui keluarnya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

kecuali Ali bin Abu Thalib, Abu Bakar dan keluarga Abu Bakar. Adapun Ali bin Abu Thalib, beliau 

memerintahkannya mengembalikan titipan manusia yang dititipkan kepada beliau. Sudah jamak 

bahwa orang-orang musyrik Makkah jika khawatir hartanya hilang atau dicuri, mereka biasanya 

menitipkannya kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sebab  kejujuran dan sifat amanah 

beliau. 

 

 

Rasulullah Bersama Abu Bakar di Gua Tsur 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar bin Abu Quhafah, lalu keluar 

dari pintu rahasia rumah Abu Bakar menuju Gua Tsur di gunung Makkah Bawah dan masuk ke 

dalamnya. Abu Bakar memerintahkan anaknya, Abdullah bin Abu Bakar melihat perkembangan berita 

tentang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar di siang hari, lalu  di senja hari ia 

melaporkan kepada keduanya. Selain itu, Abu Bakar menyuruh mantan budaknya, Amir bin Fuhairah 

agar menggembalakan kambingnya di siang hari di dekat Gua Tsur dan pada senja harinya ia 

membawa kambing ini  kepada keduanya di gua. Abu Bakar menugaskan Asma binti Abu Bakar 

mengantarkan makanan yang cukup kepada keduanya. 

Ibnu Hisyam berkata: Sebagian pakar berkata kepadaku, Al-Hasan bin Al-Hasan Al-Bashri berkata: 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar sampai di gua pada malam hari. Abu Bakar 

masuk lebih dahulu ke dalam gua melihat apakah di dalamnya ada  binatang buas atau ular? Ia 

ingin melindungi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan dirinya sendiri. 

 

 

Kedua Anak Abu Bakar dan Ibnu Fuhairah Menunaikan Tugas untuk Rasulullah dan Sahabatnya Saat 

Keduanya Berada di dalam Gua 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar berada di gua selama tiga 

hari. Saat orang-orang Quraisy menyadari bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sudah tidak 

ada di Mekah, mereka menyelenggarakan sayembara dengan hadiah seratus unta bagi siapa saja yang 

bisa membawa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hidup-hidup kepada mereka. Pada siang hari, 

Abdullah bin Abu Bakar berada di tengah-tengah mereka untuk mendengarkan rencana mereka 

kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar. Sore harinya, ia pergi ke gua dan 

melaporkan semua informasi yang ia dengar kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu 

Bakar. Sedangkan Amir bin Fuhairah, mantan budak Abu Bakar, ia tetap menggembala kambing 

bersama orang-orang Makkah sebagaimana biasanya 

dan pada sore harinya ia membawa kambing ini  kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

dan Abu Bakar, lalu keduanya memerahnya dan menyembelihnya. Jika Abdullah bin Abu Bakar 

kembali ke Makkah, Amir bin Fuhairah berjalan menutupi jejak kakinya dengan kambing hingga jejak 

kakinya terhapus. Hingga tatkala tiga hari berlalu dan orang-orang Makkah tidak lagi riuh rendah 

membahas tentang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar, maka orang yang disewa 

oleh keduanya datang dengan membawa unta keduanya serta unta miliknya. Asma' binti Abu Bakar 

Radhiyallahu Anhuma juga datang dengan membawa makanan untuk bekal perjalanan. 

 

 

Abu Bakar memberi  Unta Kendaraannya Kepada Rasulullah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Bakar Radhiyallahu Anhu lalu mempersilahkan menaiki unta yang paling baik 

kepada beliau. lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersama Abu Bakar menaiki untanya 

masing-masing. Abu Bakar berjalan di belakang Amir bin Fuhairah mantan budaknya agar ia memandu 

perjalanan keduanya. 

Ibnu Ishaq berkata: Aku diberi tahu dari Asma' binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha yang berkata: 

Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar telah berangkat, beberapa orang Quraisy 

termasuk Abu Jahal datang ke rumah kami. Mereka mengetok pintu rumah, lalu aku keluar menemui 

mereka. Mereka berkata: "Mana ayahmu?" Aku berkata: "Aku tidak tahu ke mana ayahku pergi." Abu 

Jahal lalu menampar pipiku sampai anting-antingku terlepas dari telingaku. sesudah  itu, mereka pergi. 

Ibnu Hisyam berkata: Ummu Ma'bad yaitu  putri Ka'ab. Ia wanita dari Bani Ka'ab dari Khuza'ah. Bait 

syair, "Dua orang bersahabat yang singgah di tenda Ummu Ma'bad," dan bait syair, "Keduanya tiba 

dengan membawa kebaikan lalu pergi di sore hari," berasal dari selain Ibnu Ishaq. 

Ibnu lshaq berkata bahwa Asma'binti Abu Bakar Radhiyallahu Anhuma berkata: 

"Pada saat kami mendengar untaian syair orang tadi, kami pun menyadari ke mana Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi, dan arah tujuan beliau tidak lain yaitu  ke Madinah. Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi ditemani tiga orang, yaitu: Abu Bakar Radhiyallahu Anhu, Amir bin 

Fuhairah mantan budak Abu Bakar, dan Abdullah bin Arqath sang penunjuk jalan. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebut Abdullah bin Urayqith. 

 

 

Abu Quhafah dan Asma' sesudah  Hijrahnya Abu Bakar 

 

Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Ibad bin Abdullah bin Zubair bercerita kepadaku bahwa ayahnya, Ibad, 

berkata kepadanya dari neneknya, Asma' binti Abu Bakar ia berkata: Dalam hijrahnya bersama 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, Abu Bakar membawa seluruh kekayaannya yang berjumlah 

sekitar lima atau enam ribu dirham. Suatu hari, kakekku, Abu Quhafah -yang sudah tuna netra- 

mengunjungiku dan berkata: "Demi Allah, Abu Bakar berniat melaparkan kalian, sebab  ia tak 

meninggalkan sepeserpun harta kekayaannya." Aku berkata: "Tidak, harta kekayaan ayah masih ada 

untuk kita." lalu  aku mengambil batu, dan memasukannya di karung sebab  ayah biasa menaruh 

kekayaannya di dalamnya dan aku menutupinya dengan kain. sesudah  itu, aku minta kakek meletakkan 

tangannya pada karung ini . Ia berkata: "O... ternyata hartanya masih banyak, sungguh ia telah 

berbuat baik." 

Di sini ada  pelajaran amat berharga, yaitu aku berbuat begitu sebab  aku ingin menenangkan 

kakekku." 

 

 

Suraqah dan Pengejarannya Terhadap Rasulullah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata kepadaku bahwa Abdurrahman bin Malik bin Ju'syum berkata 

kepadanya dari ayahnya dari pamannya, Suraqah bin Malik yang berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam telah keluar dari Makkah untuk hijrah ke Madinah, orang-orang Quraisy 

menyelenggarakan sayembara dengan hadiah sebesar seratus unta bagi siapa saja yang berhasil 

menangkap beliau hidup-hidup kepada mereka. Aku lalu pulang ke rumah dan menaiki kudaku, 

lalu  sesudah  itu, aku menelusuri jejak Muhammad. saat  kudaku berlari capat membawaku, 

tiba-tiba kudaku tersandung dan aku terlempar darinya. Aku berkata: "Sepertinya aku sedang sial." 

Walaupun begitu, aku tetap berambisi mengejar Muhammad dan menelusuri jejaknya. saat  kudaku 

berlari kencang membawaku, tiba-tiba ia tergelincir dan aku terlempar darinya. Aku berkata: "Benar-

benar sial!" Aku tetap berambisi berat mengejar Muhammad dan menyusuri jejaknya. saat  orang-

orang ini  (Rasulullah dan Abu Bakar) telah tampak olehku, tiba-tiba kudaku terperosok hingga 

kedua kakinya masuk ke dalam tanah dan aku terbanting darinya. Kudaku mencabut kedua kakinya 

dari dalam tanah dengan disertai asap laksana angin badai berdebu. saat  melihat kejadian ini , 

aku sadar bahwa Muhammad bukan manusia biasa. Aku berseru kepada orang-orang ini : "Aku 

Suraqah bin Ju'syum. Tunggulah aku, aku ingin katakan sesuatu pada kalian. Demi Allah, aku tidak 

berniat buruk pada kalian." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Bakar, "Beri 

ia tulisan sebagai tanda bahwa kita pernah bertemu dengannya!" 

Suraqah berkata: Abu Bakar menulis untukku tulisan di tulang atau di secarik kertas atau di tembikar 

lalu ia melemparkannya kepadaku. Aku segera mengambilnya dan menyimpannya di busur panahku. 

sesudah  itu, aku pulang, dengan diam-diam dan tidak bercerita sedikit pun tentang peristiwa yang baru 

saja terjadi, sampai waktu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhasil menaklukkan Makkah, usai 

Perang Hunain dan Perang Thaif, aku keluar membawa tulisan yang pernah diberikan kepadaku untuk 

aku aku berikan kepada beliau. Aku melihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Al-Ji'ranah dan 

aku menerobos masuk pasukan berkuda kaum Anshar. Mereka menghalang-halangiku dengan 

tombak dan berkata kepadaku: "Enyah kau dari sini! Siapa kau dan apa maumu?" Aku mendekat 

kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang saat itu sedang berada di atas untanya. Demi Allah, 

aku lihat betis beliau putih seperti putihnya anak pohon kurma. Maka aku angkat tanganku dengan 

memegang tulisan ini  dan aku berkata kepada beliau: "Wahai Rasulullah, apa kau masih ingat 

tulisan ini?" Aku Suraqah bin Ju'syum. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sekarang hari 

penetapan janji dan kebaikan. Mendekatlah kepadaku!" Aku mendekat kepada Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam dan sesudah  itu aku pun masuk Islam. Aku berkata kepada beliau: "Wahai Rasulullah, 

apakah aku mendapatkan pahala jika  aku memberi minum unta-untaku?" Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam bersabda: "Ya, bagi setiap makhluk hidup ada  pahala." lalu  aku pulang 

kepada kaumku dan aku bawa sedekahku kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Ibnu Hisyam berkata: Dia yaitu  Abdur Rahman bin al-Harits bin Malik bin Ju'syam. 

 

 

Perjalanan Hijrah Rasulullah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala penunjuk jalan Ra-sulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Abu Bakar, 

Abdullah bin Arqath berangkat, Abdullah bin Arqath berjalan bersama keduanya menelusuri Makkah 

Bawah, lalu menelusuri pesisir hingga bertemu dengan jalan di Usfan Bawah, lalu  melewati 

Amaj Bawah, lalu  melintasi keduanya sesudah  melintasi Qudaid, lalu melanjutkan perjalanan 

melewati Al-Kharrar, lalu menelusuri Tsaniyyatul Marrah, lalu berjalan melewati Liqf. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada juga yang menyebut Lift, lalu  melintasi Madlaj Liqf, lalu memasuki 

Madlaj Mijaj. Atau Majaj, lalu menelusuri Marjih Majaj, lalu  memasuki Marjih dari Dzi Al-

Ghudzwaini. Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan Al-'Udhawaini, lalu memasuki Dzi Kasyra, 

lalu melewati Al-Jadajid, lau melewati Al-Ajrad, lalu melewati Dzi Salam dari dalam Madlaj Ta hin, lalu 

melewati Al-Ababid. Ibnu Hisyam berkata: Ada yang mengatakan Al-Ababaib dan Al-Itsyaninah, 

lalu  melintasi Al-Fajah, dan ada yang mengatakan Al-Qahah sebagaimana dikatakan Ibnu 

Hisyam 

Ibnu Hisyam berkata: lalu  Abdullah bin Arqath bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

dan Abu Bakar lalu  menuruni Al-Arju. sebab  mengalami kelelahan, lalu  Rasulullah 

Shallalahu'alaihi wa Sallam dinaikkan seseorang yang telah masuk Islam yang bernama Aus bin Hajar 

ke atas untanya yang bernama Ibnu Ar-Rada' menuju Madinah. Aus bin Hajar saat itu ditemani 

budaknya yang bernama Mas'ud bin Hunaidah. lalu  Abdullah bin Arqath keluar dari Al-Arju, lalu 

melewati Tsaniyyatul Air atau Tsaniyyatul Ghair, menurut Ibnu Hisyam, dari sebelah kanan Rakubah, 

lalu menuruni Kabilah Rim menuju di Quba' tepatnya di Bani Amr bin Auf pada tanggal 12 Rabiul 

Awwal, hari Senin, saat waktu dhuha hampir habis dan saat  panas matahari tidak terlalu panas. 

 

 

Rasulullah Tiba di Quba' 

 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari 

Abdurrahman bin Uwaim bin Sa'idah yang berkata: bahwa beberapa sahabat Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam yang masih tersisa dari kaumku berkata kepadaku: "saat  kami mendengar teriakan 

seorang Yahudi bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam telah tiba, maka kami segera keluar dari 

rumah untuk menemui beliau yang kala itu sedang bernaung di bawah pohon kurma ditemani Abu 

Bakar yang sebaya dengan beliau. lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam diajak tinggal di 

rumah Kultsum bin Hidam, saudara Bani Amr bin Auf, lalu  salah satu Bani Ubaid. Ada juga yang 

mengatakan di rumah As'ad bin Zurarah. 

Sedangkan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu berhenti di rumah Khubaib bin Isaf, salah seorang dari Bani 

Al-Harts bin Al-Khazraj di As-Sunh. Ada yang berpendapat beliau sing- gah di rumah Kharijah bin Zaid 

bin Abu Zuhair, saudara Bani Al-Harits bin Al-Khazraj. 

Ali bin Abu Thalib tetap berada di Mak- kah selama tiga hari tiga malam. saat  ia selesai 

mengembalikan semua barang titipan orang Quraisy kepada Rasulullah, ia lalu menyusul hijrah ke 

Madinah dan singgah bersama beliau di rumah Kultsum bin Hidam. 

 

 

Pembangunan Masjid Quba' 

 

Ibnu Ishaq berkata: Di Quba Rasulullah Shal-lalahu 'alaihi wa Sallam menumpang tinggal di Bani Amr 

bin Auf pada hari Senin, hari Selasa, hari Rabu dan hari Kamis. Dan di saat itu pulalah beliau 

membangun masjid di Quba'. 

lalu  Allah mengumpulkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersama Anshar di Quba' pada 

hari Jum'at. Orang- orang Bani Amr bin Auf menganggap bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

me- netap di tempat mereka lumayan lama. Wal- lahu a'lam pendapat mana yang lebih benar. Tatkala 

waktu shalat Jum'at telah tiba, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat itu sedang berada di Bani 

Salim bin Auf, lalu  beliau mendirikan shalat Jum'at di sebuah masjid yang ada di tengah lembah 

Ranuna'. Inilah shalat Jum'at yang pertama kali diker jakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di 

Madinah. 

 

 

Dimanakah Akhirnya Rasulullah Tinggal dan Menetap? 

 

Ibnu Ishaq berkata: saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunggangi untanya beliau 

didatangi 'Itban bin Malik dan Abbas bin Ubadah bin Nadhlah bersama orang-orang Salim bin Auf 

memohon agar Rasulullah tinggal bersama mereka. Namun, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

menolak dengan halus. Lalu beliau didatangi Ziyad bin Labid dan Farwah bin Amr bersama orang-orang 

Bani Bayadhah memohon agar Rasulullah ting gal bersama mereka. Rasulullah Shallalahu alaihi wa 

Sallam menolak mereka dengan halus. lalu  beliau didatangi Sa'ad bin Ubadah dan Al-Mundzir 

bin Amr bersama orang-orang Bani Saidah. Mereka berkata: "Memohon agar Rasulullah tinggal 

bersama mereka. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menolak mereka dengan halus. lalu  

beliau didatangi oleh Sa'ad bin Ar-Rabi', Kharijah bin Zaid dan Abdullah bin Rawahah bersama orang-

orang Bani Al-Harits bin Al- Khazraj. Mereka meminta Rasulullah agar tinggal bersama mereka, namun 

beliau menolak mereka dengan halus. lalu  beliau di datangi Salith bin Qais dan Abu Salith Asirah 

bin Abu Kharijah bersama orang-orang dari Bani Adi bin An-Najjar. Mereka menawarkan agar 

Rasulullah tinggal bersama mereka yang notabene paman-paman beliau. Namun, Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam menolak mereka dengan halus, beliau terus menggiring untanya berjalan 

ke depan.  

Sampai saat  unta beliau melewati perkampungan Bani Malik bin An-Najjar, ia menderum di pintu 

masjid Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang kala itu masih berupa tempat pengeringan kurma 

milik dua anak yatim Bani An-Najjar. yang bernama Sahl dan Suhail. Keduanya yaitu  anak Amr dan 

berada dalam asuhan Muadz bin Afra'. Unta itu berhenti sejenak ditempat itu, lalu  berjalan lagi 

ke depan, tidak jauh dari tempat itu. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam meletakkan kekang unta 

itu dan beliau tidak membelokkannya. lalu  unta itu menoleh ke belakang dan pergi ke tempat 

menderumnya semula, menderum di sana, diam tenang tak bergerak. Saat itulah Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam turun darinya. sesudah  itu, Abu Ayyub Khalid bin Zaid menurunkan bekal perjalanan 

Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam dan menaruhnya di rumahnya. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam tinggal di rumah Abu Ayyub Khalid bin Zaid. Beliau bertanya tentang tempat pengeringan 

kurma itu milik siapa? Muadz bin Afra' menjawab bahwa itu yaitu  milik Sahl dan Suhail anak Amr. 

Keduanya yaitu  anak yatim dan masih keluarga Muadz. Muadz akan memohon kerelaan keduanya 

agar meninggalkan tempat itu, lalu  merubahnya menjadi masjid." 

 

 

Pembangunan Masjid Nabawi Yang Mulia dan Kamar-kamarnya 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu  mengajak pen- duduk Madinah 

membangun masjid di tempat itu. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sendiri saat itu masih 

menumpang tinggal di rumah Abu Ayyub hingga pembangunan masjid dan rumah beliau selesai. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersama kaum muslimin bahu-membahu dalam pembangunan 

masjid dan rumah beliau. Kaum Muslimin Muhajirin dan Anshar tanpa kenal lelah terus bekerja 

dengan bersungguh-sungguh. Salah seorang dari kaum Muslimin berkata dalam senandung syair: 

Jika kita santai-santai, padahal Rasulullah bekerja keras 

Maka ini yaitu  perbuatan tercela 

 

Kaum Muslimin terus bekerja sambil mendendangkan syair: 

Kehidupan itu hanya satu, yaitu akhirat Ya Allah, sayangilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin 

Ibnu Hisyam berkata: Sebenarnya ini ungkapan biasa dan bukan syair 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berujar: "Kehidupan sebenarnya itu hanya 

satu, yaitu akhirat. Ya Allah, sayangilah Muhajirin dan Anshar."69 

  

 

 

Sabda Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada Ammar bin Yasir Bahwa la Kelak Akan Dihabisi 

Kelompok Pemberontak 

 

Ibnu Ishaq berkata: Di tengah-tengah kesibukan mereka membangun masjid. Ammar bin Yasir malah 

dibebani dengan batu bata yang sangat memberatkannya. Ammar bin Yasir mengadu: "Wahai 

Rasulullah, mereka sepertinya ingin membunuhku." Ummu Salamah, istri Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam bercerita: Aku lihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengusap debu yang menempel 

di kepala Ammar bin Yasir dengan tangannya. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, 

"Berhati-hatilah, sebab yang membunuhmu itu bukan mereka, tapi yang membunuhmu yaitu  

kelompok pemberontak.70 

 

Saat itu Ali bin Abu Thalib menyenandung syair, 

Tidaklah sama orang yang membangun masjid dengan sungguh-sungguh sambil duduk dan berdiri 

Dengan orang-orangyang terlihat menghindari debunya 

 

Ibnu Hisyam berkata: Aku bertanya kepada banyak ahli sastra tentang syair di atas, mereka menjawab: 

Kami diberitahu bahwa memang Ali bin Abu Thalib lah yang mengucapkan syair di atas, namun tidak 

diketahui jelas apakah dia langsung yang menggubahnya ataukah orang lain. 

Ibnu Ishaq berkata: Ammar bin Yasir melantunkan bait syair di atas dan mendendangkannya. 

Ibnu Hisyam berkata: saat  Ammar bin Yasir sedang asyik mendendangkan syair di atas, maka salah 

seorang sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyangka bahwa Ammar bin Yasir ingin 

menyindirnya dengan syair ini , seperti diceritakan kepadaku oleh Ziyad bin Abdullah bin Al-

Bakkai dari Ibnu Ishaq. 

Ibnu Ishaq berkata: Sahabat ini  berkata: "Hai Anak Sumayyah, aku telah mendengar apa yang 

engkau katakan hari ini. Jika tetap kau lakukan maka demi Allah, aku akan sodokkan tongkat ini ke 

hidungmu." saat  itu sahabat ini  sedang memegang tongkat. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam marah mendengar ucapannya itu. Beliau bersabda: "Ada ribut-ribut apa ini? Apa mereka tidak 

sadar kalau Ammar mengajak mereka ke surga, sedang mereka mengajaknya ke neraka. 

Sebetulnya  Ammar lebih dekat padaku daripada mata dan hidungku. Jika ucapan di atas diucapkan 

orang ini , maka jauhilah dia!" 

Ibnu Hisyam berkata bahwa Sufyan bin Uyainah berkata dari Zakaria dari Asy-Sya'bi yang berkata: 

Orang yang pertama kali membangun masjid Rasulullah yaitu  Ammar bin Yasir. 

Menumpangnya Rasulullah di Rumah Abu Ayyub dan Sekilas tentang Adabnya 

 

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abu Habib berkata kepadaku dari Martsid bin Abdullah bin Al-Yazini dari 

Abu Rahm As-Simai yang berkata bahwa Abu Ayyub berkata: saat  Rasulullah menumpang hidup di 

rumahku, beliau tidur di lantai bawah, sedangkan aku dan istriku, Ummu Ayyub tinggal di lantai atas. 

Aku berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Wahai Nabi Allah, Sebetulnya  aku 

sungkan berada di atasmu sementara engkau berada di bawahku. Silahkan engkau berada di lantai 

atas dan kami saja yang berdiri di lantai bawah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata: "Hai 

Abu Ayyub, tidak mengapa, biarlah kami tetap berada di lantai bawah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam tetap tinggal di lantai bawah, sementara kami tinggal di lantai atas. 

Abu Ayyub berkata: "Kami memasak makanan malam untuk Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

lalu  kami menghidangkannya kepada beliau dan beliaupun memakannya. Namun pada suatu 

malam, saat  kami memasak makanan ini  dengan bawang merah atau bawang putih, beliau 

mengembalikannya kepada kami. Aku segera datang kepada beliau dengan perasaan cemas. Aku 

berkata: "Wahai Rasulullah, ada apa? Apa makanannya tidak enak?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda: "Sebetulnya  aku tidak makan bawang. Jika kalian mau, silahkan makan makanan 

ini !" Maka kami pun memakannya dan sejak saat itu, kami tidak memasak dengan bawang 

merah atau putih. 

Ibnu Ishaq berkata: Beberapa kaum Muhajirin berhasil hijrah ke Madinah, namun sebagian mereka 

ada juga yang tidak hijrah sebab  mendapat siksa atau di tahan oleh orang-orang Quraisy. Kaum 

Muhajirin yang hijrah dari Makkah saat itu tidak bisa membawa keluarga dan harta mereka kepada 

Allah dan Rasul-Nya Shallalahu 'alaihi wa Sallam kecuali Bani Madz'un dari Bani Jumah, Bam Jahsy bin 

Riab sekutu Bani Umayyah, Bam Al-Bukair dari Bani Sa'ad bin Laits sekutu dan Bani Adi bin Ka'ab. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tinggal di rumah Abu Ayub sejak beliau tiba 

di sana pada bulan Rabiul Awwal hingga bulan Shafar pada depannya. sampai masjid dan rumahnya 

selesai dibangun, serta perkampungan kaum Anshar telah masuk Islam. Hampir semua perkampungan 

kaum Anshar, telah masuk Islam, kecuali perkampungan Khatmah, Waqif, Wail dan Umayyah. 

Perkampungan-perkampungan ini  yaitu  Ausullah. Semua perkampungan ini  masih 

berada dalam kemusyrikan. 

 

 

Khutbah Pertama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Madinah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Salamah bin Abdurrahman, ia berkata kepadaku: Kita berlindung diri kepada 

Allah dari mengatakan sesuatu atas Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam apa yang tidak beliau 

sabdakan. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiri di depan kaum Muslimin lalu  memuji 

Allah. sesudah  itu, beliau berkhutbah: "Amma ba'du. Wahai sekalian manusia, semua kita pasti akan 

mati. Ia akan tinggalkan kambing-kambingnya tanpa penggembala. Tuhan-nya lalu bertanya 

kepadanya dan saat itu tidak ada penerjemah di antara keduanya: "Bukankah telah datang kepadamu 

Rasul-Ku, lalu dia menyampaikan wanyu-Ku Kepada kalian? Bukankah Aku telah menganugrahi 

kekayaan dan melebihkanmu, lalu apa yang engkau persembahkan? Ia menengok ke kanan dan ke kiri, 

tapi ia tidak melihat apa-apa. Justru di depannya yang ia lihat yaitu  Neraka Jahannam. Barang siapa 

mampu melindungi dirinya dari neraka hendaklah ia lakukan, walaupun hanya dengan bersedekah 

separuh biji kurma. Barangsiapa tidak mendapatkannya, hendaklah ia mengucapkan yang baik, sebab  

satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat lebih banyak. 

Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh." 

Ibnu Ishaq berkata: Di lain waktu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkhutbah lagi kepada kaum 

Muslimin. Beliau berujar: "Sebetulnya  segala pujian hanya milik Allah. Aku memuji-Nya dan 

meminta pertolongan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari segenap keburukan diri kita dan kesalah- 

an amal perbuatan kita. Barangsiapa yang dibimbing oleh Allah, maka tidak ada yang bisa 

menyesatkannya. Barangsiapa disesatkan Allah, maka tidak ada yang bisa membimbingnya kepada 

hidayah. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang pantas disembah dengan benar kecuali Allah yang 

tiada sekutu bagi-Nya. Sebetulnya  tutur kata yang paling baik yaitu  Kitab Allah. Sungguh 

beruntung orang yang Allah hiasi hatinya dengan Kitab-Nya, memasukkannya ke dalam Islam sesudah  

sebelumnya kafir dan menomor satukan Al-Qur'an daripada perkataan-perkataan manusia. sebab  Al-

Qur'an yaitu  tutur kata yang paling baik dan paling sempurna. Cintailah apa saja yang dicintai Allah 

dan cintailah Allah dengan segenap jiwa kalian. Janganlah kalian jenuh dari firman Allah dan ingatlah 

kepadanya. Janganlah hati kalian keras untuk menerima Al-Qur’an, sebab  sungguh, Allah telah 

memilih amal perbuatan yang paling baik, dan hamba-hamba-Nya yang terpilih, perkataan yang baik 

dan dari apa yang diberikan kepada manusia; yang halal dan yang haram. Maka sembahlah Allah, 

janganlah engkau menyekutukan-Nya dengan apa pun, bertakwalah kepada-Nya dengan takwa yang 

sebenarnya, bersikap jujurlah kepada Allah dan perbaiki apa yang kalian ucapkan dengan mulut kalian 

dan hendaklah kalian saling mencintailah dengan ruh Allah di antara kalian, sebab  Allah sangat benci 

jika perjanjian-Nya dilanggar. Wassalamu alaikum. 

 

 

Teks Perjanjian Antara Kaum Muhajirin dan Anshar dan Kesepakatan dengan Orang-orang Yahudi 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengadakan perjanjian antara kaum 

Muhajirin dengan kaum Anshar untuk tidak memerangi orang-orang Yahudi, dan mengadakan pula 

perjanjian dengan mereka, mengakui agama dan harta mereka dan membuat kesepakatan dengan 

mereka. Teks perjanjian yaitu  sebagai berikut: 

Bismillahirrahmaanirrahim 

Ini yaitu  dokumen dari Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam yang mengatur hubungan kaum 

Mukminin dan kaum Muslimin dari Quraisy dan Yatsrib, orang-orang yang bergabung dengan mereka 

dan berjuang bersama mereka. Sebetulnya  mereka yaitu  umat yang satu dan tidak sama dengan 

golongan manusia lainnya. Kaum Muhajirin dari Quraisy tetap dengan tradisi mereka yang dibenarkan 

Islam, mereka membayar diyat (ganti rugi) kepada sebagian yang lain, menebus tawanan mereka 

dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang yang beriman. Bani Auf tetap dalam tradisi 

mereka yang dibenarkan Islam mereka membayar diyat kepada sebagian yang lain sebagaimana da- 

hulu dan setiap kelompok menebus tawanan- nya dengan cara yang baik dan adil di antara orang-

orang yang beriman. Bani Saidah tetap berada pada tradisi mereka yang dibenarkan Islam, sebagian 

dari mereka membayar diyat sebagaimana sebelumnya, sebagian dari mereka menebus tawanannya 

dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman. Bani Al-Harits tetap berada pada tradisi 

mereka yang dibenarkan Islam, sebagian dari mereka membayar diyat, sebagian dari mereka menebus 

tawanannya dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman. Bani An-Najjar tetap 

berada pada tradisi mereka yang dibenarkan Islam, sebagian dari mereka setiap kelompok dari mereka 

menebus tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang beriman. Bani Amr bin Auf 

tetap berada pada tradisi mereka yang dibenarkan Islam, sebagian dari mereka membayar diyat 

kepada sebagian yang lain sebagaimana sebelumnya sebagian dari mereka menebus tawanannya 

dengan cara yang baik, dan adil di antara. Bani Al-Aus tetap berada pada tradisi mereka yang 

dibenarkan Islam, sebagian dari mereka membayar diyat kepada sebagian yang lain sebagaimana 

sebelumnya, setiap kelompok dari mereka menebus tawanannya dengan cara yang baik dan adil di 

antara orang-orang beriman. Dan orang-orang beriman harus memperhatikan mufrah (orang yang 

banyak hutang dan kesulitan menghidupi keluarganya) dengan memberinya uang untuk penebusan 

tawanan atau pembayaran diyat dengan cara yang baik. 

Orang beriman tidak boleh mengambil mantan budak orang Mukmin lainnya untuk dipekerjakan 

tanpa ijin tuannya. Sebetulnya  orang-orang yang beriman yang bertakwa itu bersatu dalam 

menghadapi orang yang berbuat zalim terhadap mereka atau orang yang menghendaki kezaliman 

besar, menghendaki dosa, permusuhan atau kerusakan terhadap orang-orang beriman. Semua tangan 

harus bersatu padu walaupun orang itu yaitu  anak salah seorang dari mereka. Orang beriman tidak 

boleh membunuh orang Mukmin sebab  orang kafir dan orang Mukmin tidak boleh membantu orang 

kafir dalam menghadapi orang Mukmin. Sebetulnya  perlindungan Allah itu satu. Orang yang 

terlemah di antara mereka diberi perlindungan dan Sebetulnya  orang-orang beriman itu harus 

mendukung satu sama lain. Barangsiapa di antara orang Yahudi taat kepada kami, ia ber hak 

mendapatkan pertolongan, Kebersamaan, mereka tidak boleh dianiaya dan tidak boleh dikalahkan. 

Sebetulnya  perdamaian orang- orang beriman itu satu. Orang beriman tidak boleh berdamai 

dengan selain orang beriman dalam perang di jalan Allah kecuali atas dasar persamaan dan keadilan 

di antara mereka. Semua batalion tempur yang berperang bersama kami itu datang secara bergantian. 

Sebetulnya  sebagian orang beriman itu dibunuh sebab  mereka membunuh sebagian orang 

beriman lainnya. Sebetulnya  orang beriman yang bertakwa berada pada petunjuk terbaik dan 

lurus. Sebetulnya  orang musyrik tidak boleh melindungi orang Quraisy baik harta atau jiwa mereka 

dan tidak boleh bergabung bersama mereka untuk menghadapi orang beriman. Barangsiapa 

membunuh orang Mukmin tanpa kesalahan dan bukti, maka ia akan dibunuh juga sebab nya 

terkecuali jika keluarga korban memberi maaf. Sebetulnya  orang beriman harus bersatu dalam 

menghadapinya dan wajib menegakkan hukum terhadap orang ini . Sebetulnya  orang Islam 

yang beriman kepada isi perjanjian ini, beriman kepada Allah dan beriman kepada Hari Akhir haram 

baginya membela pelaku bid'ah dan melindunginya. Barangsiapa membelanya atau melindunginya, ia 

akan di kutuk oleh Allah dan mendapat murka-Nya pada Hari Kiamat. Tebusan tidak boleh di- ambil 

daripadanya. Jika muncul perselisihan di tengah kalian maka kembalikanlah kepada Allah Yang 

Mahamulia dan Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Sebetulnya  orang-orang Yahudi juga 

berkewajiban menanggung dana jika  mereka sama-sama diperangi musuh. Sebetulnya  orang-

orang Yahudi Bani Auf satu umat bersama kaum Mukminin. Bagi orang-orang Yahudi agama mereka 

dan bagi kaum Mukminin agama mereka. Budak- budak mereka dan jiwa mereka terilindungi, kecuali 

mereka yang berbuat aniaya dan dosa, sebab ia tidak menganiaya siapa-siapa selain diri dan 

keluarganya sendiri. Sebetulnya  orang-orang Yahudi Bani An-Najjar memiliki hak yang setara 

dengan orang-orang Yahudi Bani Auf. Begitu juga orang-orang Yahudi Bani Al-Harits, mereka 

memiliki  hak yang setara dengan hak orang-orang Yahudi Bani Auf. Sebetulnya  orang-orang 

Yahudi Bani Saidah memiliki hak yang sama dengan hak orang-orang Yahudi Bani Auf. Begitu juga 

orang-orang Yahudi Bani Jusyam, mereka memiliki hak yang setara dengan orang-orang Yahudi Bani 

Auf. Sebetulnya  orang-orang Yahudi Bani Al-Aus memiliki  hak yang setara dengan hak orang-

orang Yahudi Bani Auf. Sebetulnya  orang-orang Yahudi Bani Tsa'labah memiliki  hak yang sama 

dengan hak orang-orang Yahudi Bani Auf, kecuali mereka yang melakukan perbuatan aniaya dan dosa, 

ia tidak menganiaya siapa-siapa selain diri dan keluarganya sendiri. Sebetulnya  Jafnah, salah satu 

kabilah dari Tsa'labah harus diperlakukan sama seperti mereka. Sebetulnya  orang-orang Yahudi 

Bani As-Syathibah memiliki hak yang setara dengan hak orang-orang Yahudi Bani Auf. Sebetulnya  

kebaikan itu selalu mencegah seseorang dari keburukan. Sebetulnya  budak orang-orang Tsa'labah 

dan Sebetulnya  keluarga orang-orang Yahudi sama seperti mereka. Tidak boleh seorang pun dari 

orang- orang Yahudi keluar dari Madinah kecuali atas izin Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Barangsiapa membunuh, maka itu sama saja ia membunuh diri dan keluarganya sendiri, kecuali orang 

yang dianiaya, sebab  Allah sangat membenci kezaliman. Sebetulnya  orang-orang Yahudi terkena 

kewajiban infak dan kaum Muslimin juga terkena kewajiban infak yang sama, serta mereka semua 

berkewajiban membela siapa saja yang memerangi orang-orang yang terikat dengan perjanjian ini. 

Nasihat dan kebaikan harus senantiasa diaplikasikan di tengah-tengah mereka. Seseorang tidak boleh 

mengganggu sekutunya dan wajib bagi orang yang dizalimilah yang harus dibela. Sebetulnya  orang-

orang Yahudi berinfak bersama orang-orang beriman jika  mereka diperangi musuh. Sebetulnya  

Yatsrib diharamkan bagi orang yang terikat dalam perjanjian ini. Tetangga itu seperti jiwa, tidak boleh 

diganggu dan disakiti. Sebetulnya  kehormatan itu tidak boleh dilanggar kecuali pemiliknya 

mengijinkan. Jika orang-orang yang terikat dalam perjanjian ini mengalami konflik yang dikhawatirkan 

menimbulkan kerusakan, maka urusan itu harus dikembalikan kepada Allah dan kepada Muhammad 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Sebetulnya  Allah sangat mampu menjaga perjanjian ini. Dan orang-

orang Quraisy tidak boleh dilindungi demikian pula dengan para sekutu mereka. Sebetulnya  orang-

orang yang terikat dengan perjanjian ini wajib untuk memberi  pertolongan melawan siapa saja 

yang bermaksud menyerang Yatsrib. Jika mereka diajak berdamai, maka mereka harus berdamai. Jika 

mereka diajak kepada hal ini , mereka memiliki  hak atas kaum Mukminin kecuali terhadap 

orang-orang yang ingin menghancurkan agama. Setiap manusia memiliki  bagian terhadap mereka 

sendiri seperti sebelumnya. Sebetulnya  orang- orang Yahudi Al-Aus; budak-budak mereka 

dan jiwa mereka memiliki hak yang sama dengan orang-orang yang berada dalam perjanjian ini, 

termasuk berbuat baik kepada orang-orang yang terikat dengan perjanjian ini. Sebetulnya  

kebaikan itu tidak pernah sama dengan keburukan. Jika seseorang melakukan sesuatu, maka 

konsekwensinya aaa paaanya. Sebetulnya  Allah membenarkan isi perjanjian ini dan meridhainya. 

Sebetulnya  dokumen kesepakatan ini tidak memberi  perlindungan pada orang yang zalim dan 

pendosa. Barangsiapa keluar masuk dan menetap di Madinah, ia aman, kecuali orang yang berbuat 

zalim dan berlaku dosa. Sebetulnya  Allah selalu menjaga orang yang berbuat baik dan bertakwa, 

serta Muhammad yaitu  utusan Allah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

 

 

Persaudaraan Antara Kaum Muhajirin (Mekah) dan Anshar (Madinah) 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mempersatukan sahabat- sahabatnya yang 

Muhajirin dengan sahabat-sahabatnya yang Anshar dalam ikatan persaudaraan. Beliau bersabda 

seperti: "Bersaudaralah kalian sebab  Allah; dua bersaudara, dua bersaudara." Beliau mengangkat 

tangan Ali bin Abu Thalib, lalu  bersabda, "Ini saudaraku." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

yaitu  pemimpin para rasul, pemimpin orang-orang yang bertakwa dan utusan Tuhan semesta alam 

yang tidak ada yang bisa menyamainya di antara hamba-hamba-Nya. Adapun Ali bin Abu Thalib yaitu  

saudara beliau. Hamzah bin Abdul Muthalib singa Allah, singa Rasul-Nya dan paman beliau. Ia 

dipersaudarakan dengan Zaid bin Haritsah mantan budak beliau. Hamzah bin Abdul Muthalib 

berwasiat sesuatu hal kepada Zaid bin Haritsah pada Perang Uhud jika  terjadi sesuatu pada dirinya 

(yakni meninggal dunia). Ja'far bin Abu Thalib (pemilik dua sayap dan menjadi burung di surga) 

dipersaudarakan dengan Muadz bin Jabal, saudara Bani Salimah. 

Ibnu Hisyam berkata: Ja tar bin Abu Thalib saat itu sedang berada di Habasyah. 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Bakar Ash- Shiddiq Radhiyallahu Anhu dipersaudarakan dengan Kharijah bin 

Zaid bin Abu Zuhair, saudara Bani Balharits bin Al-Khazraj. Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu 

dipersaudarakan dengan 'Itban bin Malik, saudara Bani Salim bin Auf bin Amr bin Auf bin AI-Khazraj. 

Abu Ubaidah bin Abdullah bin Al Jarrah -ia bernama asli Amir bin Abdullah- dipersaudarakan dengan 

Sa'ad bin Muadz bin Nu'man, saudara Bani Abdul Asyhal. 

Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Ar-Rabi' saudara Bani Bal-harits bin Al-

Khazraj. Az-Zubayr bin Awwam dipersaudarakan dengan Salamah bin Salamah bin Waqs, saudara Bani 

Abdul Asyhal. Ada juga yang mengatakan bahwa Zubair bin Awwam dipersaudarakan dengan Abdullah 

bin Mas'iri sekutu Bani Zuhrah. Utsman bin Affan dipersaudarakan dengan Aus bin Tsabit bin Al-

Mundzir, saudara Bani An-Najjar. Thalhah bin Ubaidillah dipersaudarakan dengan Ka'ab bin Malik, 

saudara Bani Salimah. Sa'id bin Zaid bin Amir bin Nufail dipersaudarakan dengan Ubay bin Ka'ab 

saudara Bani An-Najjar. Mush'ab bin Umair bin Hasyim dipersaudarakan dengan Abu Ayyub Khalid bin 

Zaid, saudara Bani An-Najjar. Abu Huzhaifah bin Utbah bin Rabi'ah dipersaudarakan dengan Abbad bin 

Bisyr bin Waqsy, saudara Bani Abdul Asyhal. 

Ammar bin Yasir sekutu Bani Makhzum dipersaudarakan dengan Hudzaifah bin Al-Yaman, saudara 

Bani Absu sekutu Bani Ab-dul Asyhal. Ada juga yang mengatakan Tsabit bin Qais bin Asy-Syammas 

saudara Al-Harits bin Al-Khazraj khatib Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dipersaudarakan dengan 

Ammar bin Yasir. 

Abu Dzar yang bernama Barir bin Jinadah AI-Ghifari dipersaudarakan dengan Al-Mundzir bin Amr, 

saudara Bani Saidah bin Ka'ab bin Al-Khazraj. 

Ibnu Hisyam berkata: Aku dengar dari sekian banyak ulama bahwa Abu Dzar yaitu  Jundab bin 

Junadah. 

Ibnu Ishaq berkata: Hathib bin Abu Balta'ah sekutu Bani Asad bin Abdul Uzza dipersaudarakan dengan 

Uwaim bin Saidah saudara Bani Amr bin Auf. 

Salman Al-Farisi dipersaudarakan dengan Abu Ad-Darda' Uwaimir bin Tsa'labah, saudara Bani Balharits 

bin Al-Khazraj. 

Ibnu Hisyam berkata: Uwaimir yaitu  anak Amir. Ada yang mengatakan Uwaimir yaitu  anak Zaid. 

Ibnu Ishaq berkata: Bilal mantan budak Abu Bakar Radhiyallahu An/iuma dan muadzin Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dipersaudarakan dengan Abu Ruwaihah Abdullah bin Abdurrahman Al-

Khats'ami, salah seorang Faza' yang sangat terkenal. 

Demikianlah di antara nama-nama yang dipersaudarakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

saat  Umar bin Khaththab membuat departemen-departemen di Syam Bilal berangkat ke sana dan 

menetap di sana sebagai seorang mujahid, Umar bin Khaththab berkata kepada Bilal: "Hai Bilal, 

engkau dengan siapa ditulis dalam surat persaudaraan itu?" Bilal menjawab: "Dengan Abu Ruwaihah. 

Aku akan selalu bersama dengannya selama-lamanya, sebab  persaudaraan yang telah ditetapkan 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam antara aku dengan dia." Umar bin Khaththab pun 

menggabungkan Bilal kepada Abu Ruwaihah dan menggabungkan departemen orang-orang Habasyah 

ke dalam departemen orang-orang Khatsam, sebab  kedudukan Bilal di tengah-tengah mereka. 

 

 

Abu Umamah, Kematiannya dan Apa yang Dikatakan Orang-orang Yahudi 

 

Ibnu Ishaq berkata: Di bulan itu juga, Abu Umamah, As'ad bin Zurarah berpulang ke pangkuan Ilahi 

pada saat masjid tengah dibangun. Ia meninggal dunia sebab  menderita sakit tenggorokan (dipteria) 

atau batuk. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr bin Muhammad bin Amr bin Hazm ber¬kata kepadaku dari 

Yahya bin Abdullah bin Abdurrahman bin As'ad bin Zurarah bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda: "Sungguh alangkah tidak beruntungnya mayit Abu Umamah." Orang-orang Yahudi 

dan orang-orang munafik Arab berkata: "Jika ia (Rasulullah) benar-benar seorang Nabi, sahabatnya 

pasti tidak akan mati." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda lebih lanjut, "Aku tidak 

memiliki kekuatan dari Allah untuk diriku dan sahabatku (untuk me- nepis kematian)." 

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshar berkata kepadaku bahwa pada saat Abu 

Umamah As'ad bin Zurarah meninggal dunia, orang-orang dari Bani An-Najjar menghadap Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam -Abu Umamah yaitu  naqib (pemimpin) mereka. Mereka berkata kepada 

beliau: "Wahai Rasulullah, Sebetulnya  orang Abu Umamah As'ad bin Zurarah ini memiliki 

kedudukan di kalangan kami seperti telah engkau ketahui. Oleh sebab  itu, carilah orang lain yang bisa 

menggantikan kedudukannya dan mengatur urusan kami sebagaimana Abu Umamah As'ad bin Zura-

rah mengatur urusan kami." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada mereka: "Kalian 

yaitu  paman-pamanku dan aku yaitu  naqib bagi kalian. Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam 

enggan menyerahkan jabatan naqib kepada salah seorang dari mereka. Di antara kelebihan Bani An-

Najjar yang mereka banggakan kepada kaumnya, bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yaitu  

naqib mereka. 

 

 

Adzan 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam merasa betah tinggal di Madinah, 

saudara-saudara beliau dari kaum Muhajirin berdatangan kepada beliau dan persatuan kaum Anshar 

telah tercapai, Islam pun mulai mengakar; shalat ditegakkan, zakat dan puasa diwajibkan, hudud 

(hukum pidana) ditegakkan, hal-hal yang halal dan haram diwajibkan dan Islam mendapat kedudukan 

terhormat di tengah-tengah mereka. Perkampungan Anshar selalu yang menyediakan tempat bagi 

kaum Muhajirin dan beriman. Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah, kaum 

Muslimin berkumpul untuk menegakkan shalat sebab  waktunya telah tiba tanpa seruan suara. Pada 

walnya, beliau ingin menggunakan suara terompet seperti orang-orang Yahudi pada saat mengajak 

salat, namun beliau tidak menyukainya. Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan 

penggunaan lonceng untuk memanggil kaum Muslimin sebagai pertanda waktu shalat.  

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat kaum Muslimin berada dalam keadaan seperti di atas, tiba-tiba Abdullah 

bin Zaid bin Tsa'labah bin Abdu Rabbihi saudara Bani Al-Harits bin Al-Khazraj bermimpi melihat seruan 

shalat. Ia menghadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: "Wahai Rasulullah, tadi 

malam aku bermimpi melihat seseorang memakai pakaian hijau berjalan melewatiku dengan 

membawa lonceng. Aku bertanya kepadanya, "Hai hamba Allah, bolehkah loncengmu itu kubeli?" 

Orang ini  menjawab: "Apa yang kau inginkan darinya?" Aku menjawab: "Aku akan gunakan 

untuk memanggil orang untuk shalat. Orang ini  berkata: "Maukah engkau aku tunjukkan yang 

lebih baik daripada lonceng ini?" Aku berkata: "Apa itu?" Orang ini  berkata: "Hendaknya engkau 

berkata: "Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Asyhadu an laa Ilaaha Ilia Allah. 

Asyhadu an laa Ilaaha Ilia Allah. Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Asyhadu anna 

Muhammadar Rasulullah. Hayya aala ash- shalah. Hayya 'alas ash-shalah. Hayya alal falah. Hayya 

alalfalah. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Laa ilaaha ilia Allah!'71 

Usai Abdullah bin Zaid mengisahkan mimpinya kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, beliau 

bersabda: "Mimpi itu benar, insya Allah. Cepat engkau temui Bilal, lalu  ajarkan lafadz ini  

kepada Bilal agar ia menyeru dengan seruan ini , sebab  suara Bilal lebih keras dari suaramu." 

Tatkala Bilal sedang mengumandangkan adzan ini , Umar bin Khaththab mendengarnya. Ia 

segera pergi menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengenakan selendangnya. Ia berkata: 

"Wahai Nabi Allah, demi Allah! Aku juga melihat dalam mimpiku seperti yang dilihat Abdullah bin Zaid 

dalam mimpinya." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Segala puji bagi Allah atas semua 

ini."72 

 

Ibnu Ishaq berkata: Peristiwa di atas disampaikan kepadaku oleh Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harits 

dari Muhammad bin Abdullah bin Zaid bin Tsa'labah bin Abdu Rabbihi dari ayahnya. 

Ibnu Ishaq bercerita: Muhammad bin Ja'far bin Zubair berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari 

seorang wanita Bani An-Najjar yang berkata: "Tidak ada rumah yang paling tinggi di sekitar masjid 

kecuali rumahku dan Bilal biasa menyerukan suara adzan shubuh di atasnya pada setiap pagi. Jika 

waktu shubuh telah tiba, ia berdoa: "Ya Allah, Sebetulnya  aku memuji-Mu dan memohon 

pertolongan-Mu agar orang-orang Quraisy mengokohkan agama-Mu. sesudah  itu, Bilal menyerukan 

suara adzan. Demi Allah, aku lihat Bilal selalu mendawami doanya ini ." 

 

 

Abu Qais bin Abi Anas 

 

Ibnu Ishaq berkata: Saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam merasa nyaman tinggal di rumahnya, 

Allah memenangkan agama-Nya di Madinah, dan membuat beliau bahagia dengan bersatunya antara 

kaum Muhajirin dan kaum Anshar kepada beliau, maka Abu Qais Shirmah bin Abu Anas saudara Bani 

Adi bin An-Najjar melantunkan bait-bait syairnya yang menawan. 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Qais yaitu  Shirmah bin Abu Anas bin Shirmah bin Malik bin Adi bin Amir 

bin Ghanim bin Adi bin An-Najjar. Ibnu Ishaq berkata: Abu Qais yaitu  seorang pemikir yang bersahaja 

pada masa Jahiliyah. Ia tidak menyembah berhala, mandi junub, menyuruh wanita yang haid untuk 

bersuci, dia ingin memeluk agama Kristen, namun mengurungkannya. lalu  ia menjadikan 

rumahnya sebagai tempat ibadah yang tidak boleh dimasuki orang yang kotor atau orang yang junub. 

Ia berkata: Aku hanya menyembah Tuhan Ibrahim saat ia meninggalkan berhala-berhala dan 

membencinya." Fada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah, ia masuk Islam 

dengan baik sekali. Saat itu usianya telah lanjut. Ia selalu berbicara yang benar, mengagungkan Allah 

Yang Maha agung pada masa jahihyahnya. 

 

 

Orang-orang Yahudi dan Sebab Permusuhan Mereka 

 

Ibnu Ishaq berkata: saat  Islam berjaya di Madinah, para rabi Yahudi yang didukung orang-orang Al-

Aus dan Al-Khazraj yang tetap bertahan pada kejahiliyahannya, merasa resah gelisah. Orang-orang Al-

Aus dan Al-Khazraj ini  yaitu  orang-orang musyrik yang munafik. Mereka bersandiwara dengan 

identitas "Muslim" agar bisa selamat dari pembunuhan, namun sebenarnya dalam hati mereka ada 

kemunafikan. Hati nurani mereka bersatu dengan orang-orang Yahudi sebab  kekafiran mereka 

kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan keengganan mereka untuk menerima Islam dan 

masuk di dalamnya. 

Di antara rabi-rabi Yahudi ini  yaitu : Huyay bin Akhthab. Saudara Huyay bin Akhthab yang 

bernama Abu Yasir bin Akhthab, saudara Huyay bin Akhthab yang lain, yaitu Judai bin Akhthab, Salam 

bin Misykam, Kinanah bin Ar-Rabi' bin Abu Al-Haqiq, Salam bin Abu Al-Haqiq, saudara Salam bin Al-

Ha-qiq yang bernama Salam bin Ar-Rabi'. Salam bin Ar-Rabi' yaitu  anak Rafi' Al-A'war yang di eksekusi 

sahabat-sahabat Rasulullah Shal-lalahu 'alaihi wa Sallam di Khaybar, Ar-Rabi bin Ar-Rabi' bin Abu Al-

Haqiq, Amr bin Juhasy, Ka'ab bin Al-Asyraf. Ka'ab bin Al-Asyraf berasal dari Thayyi', lalu  dari 

salah satu Bani Nabhan. Ibunya berasal dari Bani An- Nadhir, Al-Hajjaj bin Amr sekutu Ka'ab bin Al-

Asyraf, Kardum bin Qais sekutu Ka'ab bin Al-Asyraf. Mereka semua berasal dari Bani An-Nadhir. 

Para rahib dari Bani Tsa'labah bin Al- Fathiyyun yaitu : Abdullah bin Shuri Al- A'war. Pada zamannya, 

di Hijaz tidak ada seorang pun yang lebih paham tentang Kitab Taurat (Perjanjian Lama) dari Abdullah 

bin Shuri. Ibnu Shaluba, Mukhairiq. Ia rahib orang Yahudi, namun lalu  ia masuk Islam. 

Dari Bani Qainuqa' yaitu : Zaid bin Al-Lashait. Ada yang mengatakan Ibnu Al-Lushait seperti dikatakan 

Ibnu Hisyam. Sa'ad bin Hanif, Mahmud bin Saihan, Uzair bin Abu Uzair, Abdullah bin Shaif. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang mengatakan Ibnu Dhaif. 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  Suwaid bin Al-Harits.. Rifa'ah bin Qais. Finhashh, Asyi', Nu'man bin 

Adha, Bahri bin Amr, Syas bin Adi, Syas bin Qais, Zaid bin Al-Harts, Nu'man bin Amr, Sukain bin Abu 

Sukain, Adi bin Zaid, Nu'man bin Abu Aufa Abu Anas, Mahmud bin Dahiyyah, Malik bin Ash-Shaif. Ada 

pula yang mengatakan Ibnu Adh-Dhaif. 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  Ka'ab bin Rasyid, Azir, Rafi' bin Abu Rafi', Khalid, Izar bin Abu Izar. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada pula yang mengatakan Azir bin Abu Azir.  

Ibnu Ishaq berkata: lalu  Rafi' bin Haritsah, Rafi' bin Huraimalah, Rafi' bin Kharijah, Malik bin Auf, 

Rifa'ah bin Zaid bin At-Tabut, Abdullah bin Salam bin Al-Harits. Ia ulama mereka, seorang rahib yang 

paling cerdas. Ia bernama asli Al-Hushain. saat  ia masuk Islam, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

mengganti namanya dengan nama Abdullah. Mereka ini berasal dari Bani Qainuqa'. 

Bani Quraizhah yaitu  sebagai berikut: Az-Zubayr bin Batha bin Wahb, Azzal bin Samuel, Ka'ab bin 

Asad. Ia terikat perjanjian dengan Bani Quraizhah lalu  membatalkannya pada Perang Ahzab. 

Samuel bin Zaid, Jabal bin Amr bin Sakinah, An-Nahham bin Zaid, Fardam bin Ka'ab, Wahb bin Zaid, 

Nafi' bin AbuNafi, Abu Nafi', Adi bin Zaid, Al-Harts bin Auf, Kardam bin Zaid, Usamah bin Habib, Rafi' 

bin Rumailah, Jabal bin Abu Qusyair, Wahb bin Yahuda. Mereka ini berasal dari Bani Quraizhah. 

Dari Bani Zuraiq ialah Labid bin A'sham. Dialah orang yang menyihir Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam hingga tidak bisa mendatangi istri-istrinya. 

Dari Bani Haritsah: Kinanah bin Shuriya. 

Dari Bani Amr bin Auf ialah Fardam bin Amr. 

Dari Bani An-Najjar ialah Silsilah bin Barham. 

Mereka semua rabi-rabi Yahudi, orang- orang jahat, orang-orang yang melawan Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya, orang-orang yang banyak bertanya 

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 13 bu Rabi'ah mengacuhkan saranku ia lebih tertarik pulang bersama Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam. saat  akan berangkat pulang ke Makkah, aku katakan kepada Ayyasy, "Jika engkau akan tetap ber… Read More