sirah nabawiyah 16

 


n apa saja yang dikehendaki-Nya, maka turunkan- 

lah kitab dari langit yang bisa kami baca dan kami mengerti. jika  engkau tidak dapat 

melakukannya, kami datang kepadamu dengan membawa sesuatu sebagaimana yang engkau bawa. 

Maka Allah menurunkan firman-Nya: 

 

Katakanlah: "Sebetulnya  jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an 

ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia." (QS. al¬Isra': 88). 

Ibnu Hisyam berkata: Zhahir artinya 'aun (pertolongan) dan pluralnya yaitu  Zhuhara 

Wahai orang yang memakai nama Nabi kau menjadi tonggak agama 

Dan kau menjadi penolong bagi sang Imam 

 

 

Pertanyaan Mereka kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tentang Dzu Al-Qarnain 

 

Ibnu Ishaq berkata: Huyay bin Akhthab, Ka'ab bin Asad, Abu Nafi', Asya', dan Samuel bin Zaid berkata 

kepada Abdullah bin Salam saat  ia telah masuk Islam: "Kenabian tidak akan ada pada orang-orang 

Arab. Sahabatmu itu tak lebih hanyalah seorang raja." Usai mengatakan itu kepada Abdullah bin 

Salam, mereka menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, lalu  bertanya tentang Dzu Al-

Qarnain. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menceritakan kisah Dzu Al-Qarnain yang diterimanya 

dari Allah seperti yang pernah beliau ceritakan kepada orang-orang Quraisy. Merekalah yang 

memerintakan kepada orang-orang Quraisy untuk bertanya mengenai Dzu Al-Qarnain kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yaitu pada saat orang-orang Quraisy mengirim An-Nadhr bin 

Al-Harits dan Uqbah bin Mu'ath kepada mereka. 

 

 

Sikap Kurang Ajar Mereka Atas Dzat Allah dan Kemarahan Rasulullah 

 

Ibnu Ishaq berkata:Dituturkan kepadaku dari Said bin Jubair, ia berkata: Beberapa orang Yahudi 

datang menjumpai Rasulullah Shallalahu 'alaihi. wa Sallam, lalu  berkata: "Wahai Muhammad, 

Dialah Allah yang menciptakan makhluk. Lalu siapakah yang menciptakan Allah?" Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam marah besar mendengar pertanyaan mereka hingga wajah beliau berubah 

disebabkan kemarahannya sebab  Allah. Maka datanglah Malaikat Jibril guna menenangkan beliau. 

Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Tenangkanlah dirimu wahai 

Muhammad!" Malaikat Jibril datang dari Allah dengan sebuah jawaban atas pertanyaan yang mereka 

ajukan: 

 

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Dia tiada 

beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." (QS. al-

Ikhlas: 1-4). 

saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membacakan ayat-ayat ini , mereka berkata 

kepada beliau: "Coba terangkan kepada kami wahai Muhammad, bagaimana penciptaan Allah, 

bagaimana tangan-Nya? Seperti apa lengan-Nya?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertambah 

marah melebihi dari pada kemarahannya yang pertama. lalu  Malaikat Jibril datang kepada 

beliau dan berkata sebagaimana yang ia katakan sebelumnya, serta membawa jawaban dan Allah atas 

semua pertanyaan mereka. Allah berfirman: 

 

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi 

seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. 

Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. az-Zumar: 67). 

Ibnu Ishaq berkata: Utbah bin Muslim mantan budak Bani Taim berkata kepadaku dari Abu Salamah 

bin Abdurrahman dari Abu Hurairah yang berkata bahwa aku mendengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam bersabda: Seluruh manusia saling bertanya di antara mereka hingga salah seorang dari 

mereka berkata: "Allah-lah yang telah menciptakan makhluk, maka siapakah yang menciptakan 

Allah?" jika  mereka mengatakan itu, katakanlah: Katakanlah: "Dia-lah Allah: Yang Maha Esa. Allah 

yaitu  Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula 

diperanakkan Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. ' (QS. al-Ikhlas: 1-4), lalu  

hendaknya seseorang meludah kecil di sebelah kirinya sebanyak tiga kali, dan berlindunglah kepada 

Allah dari semua godaan setan yang terkutuk."79 

 

 

 

Perkara As-Sayyid, al-'Aqib dan Perihal Mubahalah 

 

 

Ibnu Ishaq berkata: Delegasi Kristen Najran datang menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Jumlah mereka enam puluh orang. Di antara mereka ada  empat belas tokoh terhormat di 

kalangan mereka. Dari empat belas orang itu, tiga orang yang mengatur urusan mereka. Pertama, Al-

'Aqib. Jabatan Al-Aqib yaitu  pemimpin kaum, ahli pertimbangan, dan segala urusan tidakboleh 

diputuskan kecuali menurut pendapatnya. Ia bernama Abul Masih. Kedua, As-Sayyid. Jabatan As-

Sayyid ialah administrator yang mengatur perjalalan dan kesepakatan umum. Yang menjabat As- 

Sayyid saat itu yaitu  Al-Aiham. Abu Haritsah bin Alqamah salah seorang dari Bani Bakr bin Wail. Dia 

uskup, pendeta, ulama dan pemilik Baitul Mirdas. 

Abu Haritsah datang ke tempat mereka dan menelaah kitab-kitab mereka hingga pengetahuannya 

tentang agama mereka sangat memadai. Raja-raja Byzantium Romawi yang memeluk agama Kristen 

menghormati dan memuliakan Abu Haritsah, mengirimkan pembantu, membangunkan gereja 

untuknya, dan memberi  banyak sekali kemudahan-kemudahan kepadanya. Itu semua dilakukan 

sebab  kapasitas ilmunya dan semangatnya dalam agama mereka. 

 

 

Sebab Masuk Islamnya Kuz bin Alqamah 

 

Saat mereka telah siap sedia untuk berangkat menuju ke tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam dari Najran, Abu Haritsah duduk di atas keledainya dengan arah Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam dan di sampingnya ada  saudaranya yang bernama Kuz. Ada pula yang menyebut Kurz 

bin Alqamah. 

Keledai Abu Haritsah terperosok ke lubang, lalu  Kuz bin Alqamah berkata: "Celakalah orang jauh 

ini ." Yang dia maksud dengan orang jauh yaitu  Rasulullah Shallailahu 'Alaihi wa Sallam. Abu 

Haritsah berkata kepada Kuz bin Alqamah: "Dirimu-lah yang binasa." Kuz bin Alqamah berkata: 

"Mengapa demikian, wahai saudaraku?" Abu Haritsah menjawab: "Demi Allah, sungguh orang itulah 

Nabi yang selama ini kita tunggu-tunggu." Kuz bin Alqamah berkata kepada Abu Haritsah: "Lalu apa 

yang menghalangimu untuk masuk Islam sedangkan engkau mengetahuinya?" Abu Haritsah berkata: 

"Kaum ini  (para raja Romawi) telah memuliakan, mengangkat derajat dan menghormati kami. 

Mereka menginginkan agar kami menentang Nabi ini . Maka jika  aku memeluk Islam, mereka 

akan menarik semua fasilitas yang selama ini mereka berikan kepada kami." Kuz bin Alqamah 

merahasiakan tentang dirinya dari Abu Haritsah sampai sesudah  itu ia memeluk Islam. Kisah ini berasal 

daripadanya sebagaimana disampaikan kepadaku. 

Ibnu Hisyam berkata: Telah dituturkan kepadaku, bahwa para pemimpin Najran mewariskan kitab-

kitab milik mereka. jika  salah seorang pemimpin mereka meninggal dunia, mereka segera 

mengalihkan kepemimpinan pada yang lain. Kitab-kitab ini  dikunci dan tidak seorangpun yang 

memecahkannya. Pada masa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, pemimpin Najran berjalan-jalan 

dan ia jatuh terpeleset. Anak sang pemimpin berkata: "Celakalah orang jauh -maksudnya Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam." Pemimpin ini  berkata: "Janganlah engkau berkata demikian, 

sebab  dia seorang Nabi dan namanya tertera dalam kitab kita." saat  pemimpin ini  telah 

meninggal dunia, anaknya memiliki  ke inginan kuat untuk memecahkan kunci kitab itu. Lalu ia 

membongkar kunci kitab ini  dan mendapatan nama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

tertera di dalamnya. Maka diapun masuk Islam dan dengan keislaman yang bagus. Orang inilah yang 

berkata: 

Kepadamu, dia lari dengan tali pingging yang melorot 

Janin di perutnya menonjol kan melahirkan agamanya berbeda dengan agama Kristen 

 

 

 

 

Mereka Shalat Menghadap ke Timur 

 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair berkata kepadaku: Pada saat delegasi Najran tiba 

di kediaman Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan masuk ke masjid beliau pada saat waktu 

shalat Ashar telah tiba, mereka memakai pakaian bergaris yang berasal dari Yaman dengan jubah dan 

mantel warna-warni menawan sebagaimana yang biasa dikenakan orang-orang Bani Al-Harits bin 

Ka'ab. Salah seorang sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang melihat mereka saat  itu 

berujar: "Kami tidak pernah melihat delegasi seperti mereka. Pada saat shalat mereka telah tiba, 

mereka langsung berdiri di masjid Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu merekapun shalat. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Biarkanlah mereka melakukan shalat." Mereka 

shalat dengan menghadap ke arah timur. 

Ibnu Ishaq berkata: Nama keempat belas delegasi Najran yaitu  sebagai berikut: Al Aqib Abdul Masih, 

As-Sayyid Al-Aiham, Abu Haritsah bin Alqamah saudara Bani Bakr bin Wail, Aus, Al-Harits, Zaid, Qais, 

Yazid. Nabaih, Khuwailid, Amr, Khalid, Abdullah, Johannes. Mereka membawa enam puluh kendaraan. 

Sebagai Juru bicara kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mereka menunjuk Abu Haritsah bin 

Alqamah, Al-Aqib Abdul Masih, dan As Sayyid Al-Aiham. Mereki menganut agama Kristen model raja, 

walau- pun dalam beberapa hal mereka berbeda. Mereka berkata: "Isa yaitu  Allah." Mereka juga 

berkata: "Isa yaitu  anak Allah." Mereka juga berkata: "Isa yaitu  satu dari tiga Tuhan." Demikianlah 

ucapan orang-orang Kristen itu. 

Mengenai perkataan mereka bahwa Isa yaitu  Allah, mereka berargumen bahwa Isa bisa 

menghidupkan orang mati, menyembuhkan penyakit, memberi tahu hal-hal yang ghaib, dan membuat 

burung dari tanah lalu meniupnya hingga menjadi burung hidup. Itu semua yaitu  perintah Allah 

Tabaraka wa Ta'ala. "Dan Kami jadikan dia sebagai tanda kebesaran Kami pada manusia." (Maryam: 

21) 

Mengenai perkataan mereka bahwa Isa yaitu  anak Allah, mereka berkata: "Isa tidak memiliki  

ayah yang bisa diketahui. Ini belum pernah terjadi pada anak keturunan Adam sebelum mereka. 

Mengenai perkataan mereka bahwa Isa yaitu  salah satu dari tiga tuhan, mereka berargumentasi 

dengan menggunakan firman Allah, 'Kami berbuat, Kami memerintahkan, Kami menciptakan, dan 

Kami memutuskan." Mereka menambahkan, bahwa jika Allah itu satu, maka Dia berfirman Aku -bukan 

Kami- berbuat, Aku memerintahkan, dan Aku menciptakan. Namun tuhan itu yaitu  Dia sendiri, Isa, 

dan Maryam. Al-Qur'an menurunkan firman-Nya tentang masing-masing perkaataan mereka 

ini . sesudah  dua pendeta tadi mengatakan itu kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, 

beliau bersabda: "Masuklah kalian berdua ke dalam Islam." Namun kedua pendeta ini  

menjawab: "Kami telah masuk Islam." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Kalian berdua 

belum masuk Islam." Kedua pendekta ini  berkata: "Kami telah masuk Islam sebelum engkau 

memasukinya." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Kalian berdua berdusta. Kalian 

berdua terhalang masuk Islam sebab  masih menyakini bahwa Allah memiliki  anak, sebab  kalian 

berdua menyembah salib dan memakan daging babi." Kedua pendeta itu menukas: "Jika demikian lalu 

siapa ayahnya, wahai Muhammad?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam diam tidak menjawab 

pertanyaan kedua pendeta itu. 

 

 

 

Ayat-ayat Al-Qur'an Yang Turun Tentang Meraka Pada Surat Ali Imran 

 

Maka Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya pada awal surat Ali Imran hingga ayat delapan puluhan 

tentang perkataan dan perbedaan pandangan mereka. Allah berfirman: 

 

Alif laam miim. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. YangHidup kekal lagi 

terus menerus mengurus makhluk- Nya (QS. Ali Imran: 1-2). 

Allah mengawali surat dengan menyucikan diri-Nya dari apa yang mereka katakan, tentang keesaan-

Nya dalam penciptaan dan perintah, serta tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal ini juga sebagai sanggahan 

terhadap kekafiran yang mereka lakukan, dan tandingan-tandingan bagi Allah yang mereka ciptakan, 

serta sanggahan yang menerangkan kesesatan mereka. Allah berfirman: 

Aliflaam miim. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi 

terus-menerus mengurus makhluk-Nya (QS. Ali Imran: 1-2). 

Yakni Allah tidak memiliki sekutu dalam perintah-Nya. Al-Hayyu al-Qayyum yang tidak pernah mati, 

sementara Nabi Isa mati dan ia disalib dalam pandangan orang-orang Kristen. Al-Qayyum artinya yang 

berdiri bertahan pada posisi-Nya yaitu kekuasaan-Nya terhadap makhluk-Nya. Kekuasaan Allah tidak 

pernah habis, sementara kekuasaan Isa bin Maryam lenyap dari dirinya sesuai dengan pandangan 

mereka dan berpindah tangan kepada orang lain. Allah berfirman: 

 

Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah 

diturunkan sebelumnya (QS. Ali Imran: 3) Al-Haq maksudnya dengan benar tentang apa yang mereka 

perselisihkan. Allah berfirman: 

 

dan menurunkan Taurat dan Injil (QS. Ali Imran: 3). Allah menurunkan Taurat kepada Musa, dan 

menurunkan Injil kepada Isa, serta menurunkan kitab-kitab sebelumnya. Allah berfirman: 

 

Sebelum (Al-Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al-Furqaan (QS. Ali Imran: 

4). Al-Furqan ialah yang memisahkan kebenaran dengan kebatilan dalam hal-hal yang menjadi 

sengketa antara manusia, seperti tentang Isa, dan masalah-masalah lainnya. Allah berfirman: 

 "Sebetulnya  orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat, 

dan Allah Mahaperkasa lagi memiliki  balasan (siksa) (QS. Ali Imran: 4). Yakni, Allah mengadzab 

orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah yang telah diketahuinya padahal mereka mengetahui 

kandungannya. Allah berfirman: 

 

'Sebetulnya  bagi Allah tidak ada satu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak di langit. '(QS. Ali 

Imran: 5), yakni Allah mengetahui apa yang mereka inginkan, kejahatan yang sedang mereka 

rencanakan, perkataan mereka tentang Isa, sebab mereka menjadikan Isa sebagai Tuhan yang 

disembah. Allah Ta'ala berfirman: 

 

Dialah yang membentuk kalian dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya (QS. Ali Imran: 6), 

Sebetulnya  Isa termasuk orang yang diciptakan langsung oleh Allah dalam rahim, dan mereka tidak 

bisa membantahnya sebagaimana halnya anak keturunan Adam yang lain dibentuk di dalam rahim. 

Bagaimana mungkin Isa didaulat sebagai tuhan, padahal kedudukannya sama seperti mereka? 

lalu  Allah berfirman mensucikan diri-Nya dan mentauhidkan-Nya dari tuhan-tuhan yang mereka 

akui: 

 

'Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Maha perkasa lagi Ma- habijaksana (QS. 

Ali Imran: 6), yakni, Allah Maha perkasa untuk menang atas orang-orang yang kafir kepada-Nya jika  

Dia mengkehendaki. Dia Maha bijaksana dalam alasan logis dan argumen-Nya terhadap hamba 

hamba-Nya. Allah berfirman: 

 

Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (Al Quran0 kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang 

muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al- Qur'an (QS. Ali Imran: 7), yakni pada ayat- ayat itu ada  

muhkamaat (ayat yang jelas dan pasti) ada  hujjah Allah, perlindungan bagi hamba-hamba Allah, 

penolakan dari lawan dan kebatilan. Di dalamnya tidak tidak ada deviasi dan penyelewengan. Lalu 

Allar berfirman: 

 dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihat, (QS. Ali Imran: 7), yakni ayat-ayat mutasyabihat memiliki  

multi tafsir dan interpretasi. Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan ayat-ayat mutasyabihat 

sebagaimana halnya Allah menguji mereka dalam hal-hal yang halal dan haram. Agar ayat-ayat 

mutasyabihat itu tidak boleh diorientasikan kepada kebatilan dan tidak didisorientasikan dari 

kebenaran Lalu Allah berfirman: 

 

Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, yakni yang miring dan hidayah 

 

maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat, dia mengutak-atiknya agar bisa 

dibenarkan hal-hal bid'ah yang mereka lakukan, agar hal ini menjadi hujjah buat mereka dan menjadi 

senjata atas ucapan syubhat mereka, 

 

untuk menimbulkan fitnah, yakni pengkaburan, 

 

dan untuk mencari-cari takwilnya, ini semua terjadi sebab  tindakan sesat mereka dalam ucapannya: 

Kami menciptakan, Kami memutuskan, 

 

padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya, yang apa-apa yang mereka inginkan,  

 

melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman ke- pada ayat-

ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Bagaimana mungkin mereka masih saja 

berselisih padahal itu yaitu  satu kata dan dari Satu Tuhan. lalu  mereka mengembalikan takwil 

mutasyabih pada apa yang mereka ketahui tentang takwil muhkamat, dimana dalam hal ini tidak ada 

lagi penafsiran selain satu takwil tunggal, dan ucapan mereka berselaras dengan Kitabullah 

membenarkan antara satu dengan yang lain. Dengan demikian maka habislah hujjah dengan Al-Quran, 

dan tampaklah ketidakmampuan, kebatilan menjadi lenyap, dan kekufuran menjadi sirna. Allah 

berfirman dalam hal serupa dengan ini: 

 

Dan tidak dapat mengambil pelajaran (dari padanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Mereka 

berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah 

Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; sebab  

Sebetulnya  Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). (QS. Ali Imran: 7-8). 

Selanjutnya Allah berfirman: 

 

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang 

menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian 

itu), berseberangan dengan apa yang mereka katakan, Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) 

melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sebetulnya  agama (yang diridai) di sisi 

Allah hanyalah Islam. (QS. Ali Imran: 3) Yakni yang menjadi agamamu wahai Muhammad: Mengesakan 

Tuhan dan membenarkan Rasulullah. 

 

Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada 

mereka, yakni yang diberikan kepadamu, bahwa Allah itu Maha Esa dan tidak punya sekutu, 

 sebab  kedengkian (yangada) di antara mereka. Barang siapa yangkafir terhadap ayat-ayat Allah 

maka Sebetulnya  Allah sangat cepat hisab-Nya. lalu  jika mereka mendebat kamu (tentang 

kebenaran Islam), yakni dengan apa yang mereka datangkan dari kebatilan dari ucapan mereka: Kami 

mencipta, melakukan dan memerintah, maka semua itu yaitu  syubhat batil dan mereka mengetahui 

kebenaran yang sebenarnya, 

 

maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah, yakni hanya pada-Nya saja, dan (demikian 

pula) orang-orangyang mengikuti-ku" Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab 

dan kepada orang-orang yang ummi: yakni orang yang tidak memiliki Kitab 

 

"Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, Sebetulnya  mereka telah mendapat 

petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat 

Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran: 18-20). 

lalu  Allah Ta'ala menggabungkan kedua ahli Kitab dan mengutarakan apa yang telah mereka 

buat. Allah Ta'ala berfirman: 

 

 

 Sebetulnya  orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang 

memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka 

gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu yaitu  orang-

orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memper- 

oleh penolong. Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al-Kitab 

(Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; 

lalu  sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). Hal itu 

yaitu  sebab  mereka mengaku: "Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari 

yang dapat dihitung." Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-

adakan. Bagaimanakah nanti jika  mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada 

keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya 

sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan). Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang memiliki  kerajaan, 

yakni Tuhan hamba- hamba, dan Raja yang tidak yang memutus perkara di tengah mereka kecuali 

Dia, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari 

orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan 

orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan, tidak ada Tuhan selain Engkau. 

Sebetulnya  Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yakni tiada seorangpun yang mampu 

melakukan itu selain Engkau dengan kekuatan dan kekuasaan-Mu.. Engkau masukkan malam ke 

dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang 

mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup, dengan kekuasaan itu, Dan Engkau beri rezeki 

siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas) " (QS. Ali Imran: 21-27). 

Yakni, tidak ada yang kuasa memberi  rizki kecuali Engkau dan tidak ada orang yang bisa 

melakukannya kecuali Engkau. Artinya walaupun Aku memberi  banyak karunia kepada Isa 

sehingga dengan hal-hal ini  orang-orang Kristen berasumsi bahwa Isa sebagai Tuhan, seperti 

menghidupkan orang yang telah mati, menyembuhkan penyakit, menciptakan burung dari tanah, dan 

memberi tahu hal-hal yang ghaib, maka Sebetulnya  Aku memberi  hal-hal ini  kepada Isa 

sebagai tanda-tanda kebesaran-Ku untuk manusia, serta untuk membenarkan kenabian yang Aku utus 

dia dengannya kepada kaumnya. Sebetulnya  banyak sekali kekuasaan-Ku dan kemampuan-Ku yang 

tidak Aku berikan kepadanya. Seperti penentuan raja-raja melalui perintah kenabian, dan pe¬nentuan 

kenabian kepada siapa saja yang Aku sukai, memasukkan malam ke dalam siang, memasukkan siang 

ke dalam malam, mengeluarkan orang hidup dari orang mati, mengeluarkan orang mati dari orang 

hidup, memberi rezeki tanpa batas kepada siapa saja yang Aku suka baik dia orang jahat atau baik. 

Semua itu Aku tidak berikan kepada Isa. Apakah semua ini masih belum cukup untuk menjadi pelajaran 

dan bukti nyata bagi mereka bahwa andaikata Isa itu benar-benar Tuhan, pastilah ia memiliki semua 

hal tadi. Padahal pada kenyataannya, sebagaimana mereka ketahui Isa melarikan diri dari para raja 

berpindah dari satu negeri ke negeri yang lain. 

lalu  Allah berfirman: 

 Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, jika ini yaitu  perkataanmu yang sebenarnya 

sebagai rasa cinta dan pengagungan kepada Allah,  

 

ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Yakni kekufuran masa lalunya, 

 

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; sebab  

kalian mengetahuinya, dan kalian dapatkan dalam Kitab kalian, 

 

jika kalian berpaling, dan tetap dalam kekafiran kalian,  

 

maka Sebetulnya  Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (QS. Ali Imran: 31-32). 

 

Lalu Allah menerangkan pada mereka tentang Nabi Isa dan bagaimana Nabi Isa memulai apa yang 

Allah kehendaki dengannya. Maka Allah berfirman: 

 

Sebetulnya  Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala 

umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari 

yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Ali Imran: 33-34). 

Lalu Allah memaparkan tentang istri Imran dan perkataannya: 

 (lngatlah), saat  istri Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sebetulnya  aku menazarkan kepadi Engkau 

anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shaleh dan berkhidmat (di Baitul makdis). Yakni 

aku telah bernazar dan aku telah bebaskan dia, dan hanya semata-mata mengabdi kepada Allah dan 

bukan derm kepentingan dunia, 

 

sebab  itu terimalah (nazar) itu dari padaku Sebetulnya  Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi 

Maha Mengetahui." Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata "Ya Tuhanku, 

Sebetulnya  aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang 

dilahirkannya itu; dari anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan, yakni laki-laki tidaklah sama 

dengan perempuan dalam hal nazar yang aku jadikan dia bebas untuk pengabdian, 

 

Sebetulnya  aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-

anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk. "Maka Tuhannya 

menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan 

yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya, (QS. Ali Imran: 35-37) yakni sesudah  ia 

dipelihara oleh ayah dan ibunya. 

lalu  Allah Ta'ala memaparkan kisah tentang Maryam, tentang Nabi Zakaria, doa Nabi Zakaria, 

dan karunia yang diberikan Allah kepada Nabi Zakaria berupa seorang anak yang bernama Yahya. 

lalu  Allah menyebutkan tentang Maryam, dan ucapan malaikat kepadanya: 

 

Dan (ingatlah) saat  Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, Sebetulnya  Allah telah memilih kamu, 

menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yangsemasa dengan kamu). Hai 

Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang- orangyang rukuk. (QS. Ali 

Imran: 42-43). 

Allah berfirman: 

 

Yang demikian itu yaitu  sebagian dari berita-berit agaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya 

Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, saat  mereka melemparkan anak-anak 

panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu 

tidak hadir di sisi mereka saat  mereka bersengketa. (QS. Ali Imran: 44). 

Ibnu Hisyam berkata: Maksud dengan Aqlaam pada ayat di atas yaitu  anak-anak panah yang mereka 

gunakan untuk mengundi, maka dari undian itu keluarlah nama Zakaria. Maka Maryam pun diasuh 

oleh Nabi Zakaria sebagaimana dikatakan Al-Hasan bin Abu Al-Hasan Al-Basri. 

Ibnu Ishaq berkata: Maryam diasuh oleh Juraij sang pendeta Yahudi. Ia salah seorang dari Bani Israil 

Najjar. Undian keluar atas namanya, makanya ia pun mengasuh Maryam, sesudah  sebelumnya Maryam 

diasuh oleh Nabi Zakaria. Pada saat Maryam diasuh Zakaria, Bani Israel mengalami krisis pangan yang 

luar biasa sehingga membuat Zakaria tidak kuasa untuk mengasuh Maryam. Orang-orang Bani Israel 

melakukan undian kembali untuk menentukan kembali siapa yang berhak mengasuh Maryam. Undian 

keluar atas nama Juraij, maka diapun diserahi pengasuhannya. 

Dan kamu tidak hadir di sisi mereka saat  mereka bersengketa. (QS. Ali Imran: 44), yakni kamu waktu 

itu tidak bersama dengan mereka tatkala terjadi perselisihan antara mereka tentang Maryam. Allah 

memberitahukan kepada Rasulullah apa yang mereka sembunyikan dari ilmu yang mereka ketahui 

demi mengokohkan kenabiannya, dan menjadi argumen atas mereka mengenai apa yang mereka 

sembunyikan selama ini. 

lalu Allah Ta 'ala berfirman: 

 

(Ingatlah), saat  Malaikat berkata: "Hai Maryam, Sebetulnya  Allah menggembira kan kamu 

(dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yangdatang) daripada-Nya, 

namanya Al-Masih Isa putra Maryam, yakni demikianlah kondisinya dan bukan sebagaimana yang 

kalian semua katakan, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, yakni di sisi Allah, dan termasuk 

orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan 

saat  sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang shaleh. (QS. Ali Imran: 45-46). 

Allah Yang Mahaagung memberitahukan kepada mereka tentang kondisi Isa yang sebenarnya, 

bagaimana Nabi Isa bersikap sebagaimana manusia lainnya sepanjang umurnya baik saat masih anak 

kecil atau orang dewasa. Hanya saja Allah memberi keistimewaan dengan kemampuan berbicara 

tatkala ia masih berada dalam pangkuan ibunya, sebagai tanda kenabiannya dan menerangkan 

kekuasaan-Nya kepada manusia. 

Lalu Allah berfirman: 

 

Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku memiliki  anak, padahal aku belum pernah 

disentuh oleh seorang laki-laki pun. " Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah 

menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dia membuat apa yang Dia kehendaki, dan mencipta apa 

yang Dia kehendaki dari manusia atau selain manusia, 

 

jika  Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: 

"Jadilah", lalu jadilah dia. ' (QS. Ali Imran; 47), sebagaimana yang Dia kehendaki. 

lalu  memberitahukan Maryam apa yang Dia kehendaki dengan firman-Nya: 

 

Dan Allah akan mengajarkan kepadanya At Kitab, Hikmah, Taurat, yang ada di tengah-tengah mereka 

sejak zaman Musa sebelum dia, dan Injil sebuah Kitab lain yang Allah turunkan kepadanya yang belum 

ada di tengah mereka kecuali hanya sebagai penyebutan bahwasanya dia akan ada di tangan salah 

seorang Nabi sesudah  Musa. 

 

Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel (yang berkata kepada mereka): "Sebetulnya  aku telah 

datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yang mengokohkan 

kenabianku bahwa Sebetulnya  aku yaitu  seorang Rasul darinya yang diutus kepada kalian, 

 

yaitu aku membuat untuk kamu dari tanak berbentuk burung; lalu  aku meniupnya maka ia 

menjadi seekor burung dengan seizin Allah; yang telah mengutusku kepada kalian semua, Dia Tuhanku 

dan Tuhan kalian semua, 

 

dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan 

aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu 

makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sebetulnya  padayang demikian itu yaitu  suatu 

tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, bahwa Sebetulnya  aku yaitu  seorang Rasul Allah pada 

kalian, jika kamu sungguh-sungguh beriman. " 

 

Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan 

bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, yakni aku beritahukan kepadamu bahwa itu haram 

lalu  kalian meninggalkannya, lalu aku beritahukan bahwa itu halal untuk kalian sebagai 

keringanan sehingga kalian mendapatkan kemudahan dan kalian keluar dari beban-bebannya, 

 

dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. sebab  itu 

bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sebetulnya  Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, 

sebagai ungkapan berlepas diri dari apa yang mereka katakan tentang Isa dan sebagai hujjah untuk 

Tuhannya atas mereka, 

 

sebab  itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus." Yakni inilah apa yang aku bawa atasnya dan akan 

datang dengannya, 

 

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel), dan permusuhan atasnya, 

 

berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) 

Allah?"Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kami lah penolong-penolong (agama) 

Allah. Kami beriman kepada Allah; ini yaitu  ungkapan mereka dimana mereka mendapatkan 

keutamaan dari Tuhan mereka, 

 

dan saksikanlah bahwa Sebetulnya  kami yaitu  orang-orang yang berserah diri, bukan 

sebagaimana yang dikatakan orang-orang yang mendebatmu tentang Isa. 

 

Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, 

sebab  itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan 

Allah)." (QS. Ali Imran: 48-53) Yakni demikianlah perkataan dan keimanan mereka. 

Lalu Allah menyebutkan tentang pengangkatan Nabi Isa pada-Nya saat mereka berkonspirasi untuk 

membunuhnya. Allah berfirman: 

 

Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu, dan Allah sebaik-

baik pembalas tipu-daya (QS. Ali Imran: 54). 

lalu  Allah memberitahukan kepada mereka, dan menyangkal prasangka orang-orang Yahudi 

yang menyatakan bahwa mereka telah menyalib Nabi Isa dan cara Allah mengangkat Nabi Isa, dan 

membersihkan beliau dari mereka. Allah berfirman: 

 

(Ingatlah), saat  Allah berfirman: "Hai Isa, Sebetulnya  Aku akan menyampaikan kamu kepada 

akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang 

kafir, tatkala mereka merencanakan apa yang mereka inginkan, dan menjadikan orang-orang yang 

mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat, (QS. Ali Imran: 55). lalu  

kisahnya berlanjut hingga berakhir pada firman-Nya, 

 

Demikianlah (kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu, wahai Muhammad, sebagian dari bukti-

bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Qur'an yang penuh hikmah. ' (QS. Ali Imran: 58). 

Inilah kata terakhir yang benar yang tidak ada kebatilan di dalamnya tentang kisah Nabi Isa, dan apa 

yang mereka perselisihkan tentang beliau. Oleh sebab  itu, janganlah engkau menerima kabar lain 

selain dari apa yang kamu peroleh dari kabar ini. 

lalu  Allah berfirman: 

 

Sebetulnya  misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, yaitu  seperti (penciptaan) Adam. Allah 

menciptakan Adam dari tanah, lalu  Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), 

maka jadilan dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), inilah yang benar, yang datang dari Tuhanmu. 

yakni kabar yang datang padamu tentang Isa, sebab  itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang 

ragu-ragu. (QS. Ali Imran: 59- 60). Kebenaran dari Tuhanmu telah dataEi kepadamu, yakni tentang Isa. 

Oleh sebab  itu janganlah engkau meragukannya. Jika mereka mengatakan, 'Isa diciptakan tanpa 

ayah,' Sebetulnya  Aku juga sebelumnya telah menciptakan Adam dari tanah tanpa ayah dan ibu. 

Penciptaan Adam tidak jauh berbeda dengar penciptaan Isa; sama-sama memiliki  daging, darah, 

rambut, dan kulit. Jadi penciptaan Isa yang tidak memiliki ayah itu tidak lebih menakjubkan dari 

penciptaan Adam. 

lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

 

Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu , (QS. Ali 

Imran: 61), yakni sesudah  Aku kisahkan kepadamu tentang Isa dan bagaimana kondisi dia yang 

sebenarnya maka Allah Taaia berfirman: 

 

Maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-

istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; lalu  marilah kita bermubahalah kepada 

Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (QS. Ali Imran: 

61). 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaid berkata: Nabtahil artinya kita berdoa untuk saling laknat. 

Ibnu Ishaq berkata: Sebetulnya  apa yang aku bawa tentang kabar Isa: 

 

Sebetulnya  ini yaitu  kisah yang benar (QS. Ali Imran: 62), yakni sesuai perintah-Nya. 

lalu  Allah berfirman: 

 Dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sebetulnya  Allah, Dia-lah Yang Maha 

Perkasa lagi Maha Bijaksana. lalu  jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka Sebetulnya  

Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan. Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah 

(berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, 

bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak 

(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling 

maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami yaitu  orang-orang yang berserah diri 

(kepada Allah)." (QS. Ali Imran: 62-64). Dia mengajak mereka untuk adil dan mematahkan hujjah-

hujjah mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendapatkan wahyu dari Allah dan 

keputusan final antara beliau dengan kaum Najran dan beliau diperintahkan untuk saling melaknat 

jika  mereka menolak ajakan beliau, maka beliaupun menantang mereka untuk melakukan adu 

laknat (saling melaknat). Orang-orang Kristen berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: 

"Wahai Abu Al-Qasim, berilah kami waktu jeda untuk memikirkan perkara kami ini. Baru lalu  

kami akan datang kepadamu dengan jawaban atas tantanganmu itu." sesudah  itu, mereka pergi dari 

hadapan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan menemui Al-Aqib, tokoh paling berpengaruh bagi 

mereka. Mereka berkata kepada Al-Aqib: "Wahai Abdul Masih, bagaimana pandanganmu?" Al-Aqib 

menjawab: "Wahai orang-orang Kristen, kalian telah mengetahui bahwa Muhammad yaitu  Nabi 

yang diutus, dan kini ia telah datang kepada kalian dengan membawa jawaban pasti tentang kenabian. 

Kalian pun telah mengetahui bahwa jika suatu kaum melakukan saling laknat dengan seorang Nabi, 

maka seluruh orang dewasa yang ada dari kaum ini  akan mati, dan anak-anaknya tidak akan bisa 

lahir. Sebetulnya  saling laknat (mubahalah) itu hanya akan memusnahkan kalian, jika  kalian 

melakukannya. jika  kalian ingin bertahan dengan tetap memeluk agama kalian, dan 

mempertahankan pendapat kalian tentang kenabian, berdamailah dengan orang itu (Rasulullah). 

Sesudah itu, kembalilah kalian ke negeri kalian!" Maka merekapun pergi menemui Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: "Wahai Abu Al-Qasim, kami memutuskan untuk tidak 

mengadakan saling laknat denganmu, membiarkanmu memeluk agamamu dan kami pun tetap dalam 

agama kami. Namun demikian utuslah kepada kami salah seorang sahabatmu yang engkau 

rekomendasikan untuk kami agar ia memutuskan perkara-perkara yang kami berselisih dalam 

kekayaan kami. Sebetulnya  kalian diridhai di sisi kami." 

Muhammad bin Ja'far berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Temuilah aku nanti 

sore, pasti aku akan mengirim orang kuat dan tepercaya ber- sama kalian." Umar bin Khaththab 

berkata: aku tidak pernah berobsesi untuk mendapatkan posisi kecuali posisi yang Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebutkan saat itu. Aku demikian berharap kiranya akulah orang yang akan 

diutus oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. lalu  aku segera berangkat untuk shalat 

Zhuhur. saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam shalat Zhuhur bersama kami, beliau 

mengucapkan salam, dan beliau menoleh ke kanan dan ke kiri. Aku tampakkan diriku, agar bisa terlihat 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tapi beliau terus mencari-cari seseorang, hingga beliau melihat 

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. saat  itulah, beliau bersabda: "Wahai Abu Ubaidah, pergilah bersama 

orang-orang Kristen lalu putuskan secara adil apa saja yang mereka perselisihkan!" Umar bin 

Khaththab berkata: Maka berangkatlah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah berangkat bersama dengan delegasi 

Kristen Najran ini . 

 

 

Orang-orang Munafik 

 

Ibnu Ishaq berkata: saat  Rasulullah She. lalahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinar --sebagaimana 

dituturkan kepadaku olea Ashim bin Umar bin Qatadah- tokoh paling berpengaruh di kota Madinah 

pada saat itu ialah Abdullah bin Ubay bin Salul Al-Aufi, salah seorang dari Bani Al-Hubla. Tidak ada 

seorang pun dari kaumnya yang dapat menandingi otoritas Abdullah bin Ubay bin Salul Al-Aufi. 

Sebelum dan sesudahnya, orang orang Al-Aus dan Al-Khazraj tidak pernah menjadikan pemimpin lain 

selain Abdullah bin Ubay bin Salul Al-Aufi sampai akhirnya Islam datang. Selain Abdullah bin Ubay bin 

Salul, di Al-Aus ada  tokoh berpengarur lainnya yang juga dihormati dan ditaati kaumnya, yang 

bernama Abu Amir Abdu Ann bin Shaifi bin An-Nu'man. Abu Amir adaia: orang tua dari sahabat 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang bernama Hanzhalar Al-Ghasil, ia yaitu  orang yang 

dimandikar para malaikat pada Perang Uhud. Pada za man jahiliyah, Abu Amir menjadi pendeka 

mengenakan baju kasar, dan biasa dipangg: pendeta. Namun sayang seribu sayang, justru posisi 

terhormat mereka berdua menjadikan mereka celaka dan membahayakan dirinya. Adapun untuk 

Abdullah bin Ubay bin Salul, kaumnya telah mempersiapkan mutiara sebagai mahkota untuk 

disematkan padanva dan mengangkatnya sebagai raja mereka. Sementara mereka dalam kondisi 

seperti itu, Saat itulah Allah mengutus Rasul-Nya kepada mereka. Maka tatkala kaumnya berpaling 

darinya dan tidak memilih kecuali Islam, ia pun menaruh dendam permusuhan kepada Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan menuduh beliau telah merampok mahkota kepemimpinannya. saat  

dia melihat kaumnya tidak suka kecuali memilih Islam, ia ikut masuk Islam namun tetap dengan 

menyimpan kemunafikan dan dendam kesumat. 

Sementara Abu Amir bin Shaifi, ia tetap bersikukuh pada kekafirannya, dan berseberangan dengan 

kaumnya pada saat kaumnya telah memutuskan masuk Islam. Abu Amir memilih pergi bersama 

belasan orang dari kaumnya ke Makkah dengan meninggalkan Islam, dan Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam. Rasulullah -sebagaimana dituturkan kepadaku oleh Muhammad bin Abu Umamah dari 

sebagian keluarga Hanzhalah bin Abu Amir, bersabda: "Janganlah kalian memanggil dia rahib 

(pendeta), panggillah dia si Fasiq." 

Ibnu Ishaq berkata: Ja'far bin Abdullah bin Abu Al-Hakam, sebelum berangkat ke Mekkah berkata 

kepadaku bahwa Abu Amir menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat  beliau tiba 

Madinah. Ia berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Agama apakah yang engkau 

datang dengannya?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku datang dengan agama 

yang lurus (hanifiyah), agama Ibrahim." Abu Amir berkata: "Aku juga menganut agama Ibrahim." 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Amir: "Engkau tidak menganut agama 

Ibrahim." Abu Amir menjawab: "Betul, aku menganut agama Ibrahim!" Dia berkata: "Wahai 

Muhammad, engkau telah memasukkan hal-hal baru ke dalam agama yang lurus (hanifiyah) yang 

bukan merupakan bagian darinya." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku tidak 

pernah melakukan itu semua. Aku datang dengan agama Ibrahim dalam keadaan putih suci." Abu Amir 

berkata: "Seorang pendusta akan Allah matikan dia dalam keadaan terusir, terasing dan dalam 

kesendirian." Yang di maksud pendusta olehnya yaitu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Yakni 

engkau Muhammad, tidak membawa agama Ibrahim dalam keadaan putih suci, sebagaimana yang 

kau katakan. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Betul!" Barangsiapa berlaku dusta, 

Allah akan melakukan itu." Demikianlah apa yang dilakukan musuh Allah, Abu Amir. Ia pun beranjak 

pergi ke Makkah. Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhasil menaklukkan Makkah, Abu 

Amir pergi ke Thaif. Tatkala orang-orang Thaif masuk Islam, ia pegi ke Syam, di sanalah dia meninggal 

dunia dalam keadaan terusir, terasing, dan dalam kesendirian. 

Orang yang pergi keluar Madinah bersama Abu Amir ialah Alqamah bin Ulatsah bin Auf bin Al-Ahwash 

bin Ja'far bin Kilab, dan Kinanah bin Abdu Yalail bin Amr bin Umair Ats-Tsaqafi. Pada saat Abu Amir 

meninggal dunia, keduanya berebut hartanya dan mengadukan perkara mereka berdua kepada Kaisar 

Romawi. Kaisar berkata: "Orang kota mewarisi orang kota, dan orang padang pasir mewarisi orang 

padang pasir." Berdasarkan keputusan Kaisar, Kinanah bin Abdul Yalail mewarisi harta Abu Amir tanpa 

Alqamah. 

Sedangkan Abdullah bin Ubay bin Salul tetap terhormat pada pandangan kaumnya hanya saja dia 

senantiasa ragu-ragu hingga ia dikalahkan Islam, dan dia memeluk Islam secara terpaksa. 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim Az-Zuhri berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari 

Usamah bin Zaid bin Haritsah, seorang yang sangat dicintai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ia 

berkata: Suatu saat, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi menunggang keledai. Di atas 

keledainya ada kain pelana yang di atasnya ada  selimut asal Fadak yang diikat dengan serat 

palem, sementara aku berada di belakang beliau. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berjalan 

melewati Abdullah bin Ubay bin Salul yang sedang bernaung di bawah benteng kecil yang bernama 

Muzahim. 

Abdullah bin Ubay bin Salul saat itu tengah bersama beberapa orang dari kaumnya. Tatkala Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihat Abdullah bin Ubay bin Salul, beliau merasa malu melintasinya 

dengan mengendarai keledai. Makanya beliau turun dari keledainya dan mengucapkan salam lalu 

duduk sejenak. Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur'an kepada Abdullah bin Ubay bin Salul, sambil 

mengajaknya kepada agama Allah, mengingatkannya tentang Allah, memberi peringatan keras, 

memberi kabar gembira dan ancaman padanya. Abdullah bin Ubay bin Salul diam seribu bahasa. 

Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sudah selesai bicara, Abdullah bin Ubay bin Salul 

berkata: "Wahai Muhammad, Sebetulnya  tidak ada orang yang lebih baik perkataannya dari per- 

kataanmu. jika  yang engkau katakan benar adanya, duduk sajalah di rumahmu. Siapapun yang 

datang menemuimu, bicaralah engkau dengannya. Sedang orang yang tidak datang menemuimu, 

tidak usahlah engkau bersusah payah datang kepadanya untuk mengatakan sesuatu yang orang itu 

tidak menyukainya." Abdullah bin Rawahah yang sedang bersama beberapa orang dari kaum Muslimin 

berkata: "Betul sekali. Biarkan kami senantiasa berada bersamanya. Biarkanlah kami membawanya ke 

majlis-majlis, kampung dan rumah-rumah kami. Demi Allah, inilah satu hal sangat kami sukai, sesuatu 

yang dengannya Allah jadikan kami mulia, dan dia memberi petunjuk bagi kami padanya." 

saat  Abdullah bin Ubay bin Salul memperhatikan kaumnya menentang pendapatnya, ia berkata: 

Kala tuanmu menjadi musuhmu 

Kau akan senantiasa hina dan lawanmu akan menjatuhkanmu 

Biasakah burung elang harus terbang tanpa sayapnya 

Jika pada suatu hari bulunya dicabut, ia kar jatuh 

 

Ibnu Hisyam berkata: Bait kedua bukar dari Ibnu Ishaq 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata ke padaku dari Urwah bin Zubair dari Usama bin Zaid yang 

berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam beranjak dari tempat ini  lalu pergi ke rumah 

Sa'ad bin Ubadah. Ucapan Abdullah bin Ubay bin Salul masih terus membersit di wajah beliau. Sa'ad 

bin Ubadah berkata: "Wahai Rasulullah, demi Allah, aku melihat sesuatu terbersit di wajahmu, apakah 

engkau baru mendengar satu hal yang tidak engkau sukai?" Rasulullah Shallalahu 'alaiki wa Sallam 

bersabda: "Betul sekali." Sa'ad bin Ubadah berkata: "Wahai Rasulullah, bersikaplah lemah-lembut 

terhadap Abdullah bin Ubay bin Salul. Demi Allah, Sebetulnya  tatkala engkau datang kepada kami, 

kami telah mempersiapkan mahkota yang akan kami berikan padanya sebagai kepemimpinan. Ia 

beranggapan bahwa Sebetulnya  engkau telah merampas mahkota kepemimpinannya itu darinya!" 

 

 

Sahabat-sahabat Rasulullah yang Sakit 

 

Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Urwah dan Amr bin Abdullah bin Urwah berkata kepadaku dari Urwah 

bin Zubair dari Aisyah Radhiyallahu Anha ia berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

sampai di Madinah. Madinah saat itu merupakan bumi Allah yang paling potensial dengan penyakit 

demam. Dampaknya, banyak sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang terjangkiti sakit 

demam itu. Allah menjaga Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sehingga beliau tidak terserang 

wabah penyakit demam. Abu Bakar, Amir bin Fuhairah, dan Bilal tinggal satu rumah. Mereka semua 

terjangkit wabah demam. Lalu aku menjenguk mereka. Peristiwa ini terjadi pada saat hijab belum 

diwajibkan. Mereka bertiga diserang demam tinggi yang hanya Allah sajalah yang tahu. Aku mendekat 

kepada Abu Bakar, dan bertanya kepadanya: "Bagaimana kabarmu, ayahanda?"Abu Bakar menjawab: 

Semua manusia disambut ria oleh keluarganya di pagi hari 

Sementara maut lebih dekat padanya daripada tali sandalnya 

 

Aisyah: Aku berkata: 'Demi Allah, ayah tidak sadar akan apa yang ia katakan. Aku mendekat kepada 

Amir bin Fuhairah, dan bertanya kepadanya: "Bagaimana kabarmu, wahai Amir?" Amir bin Fuhairah 

menjawab: 

Telah aku jumpai kematian sebelum mencicipinya 

Sebetulnya  kematian datang pada para pengecut dari atasnya 

Setiap orang itu berjuang dengan kekuatannya 

Sebagaimana sapi jantan menjaga kulitnya dengan tanduknya  

 

Aisyah berkata: Aku berkata: "Demi Allah, Amir tidak menyadari apa yang dikatakannya." Adapun Bilal, 

bila demam menderanya, ia berbaring di emperan rumah, dengan mengangkat suaranya sambil 

berkata: 

Wahai bisakah aku kembali bermalam Di Fakh (tempat di luar Makkah), 

Sementara di sekitarku ada  idzkhir (nama pohon beraroma wangi), dan Jalil (nama tumbuh-

tumbuhan) Mampukan suatu saat aku berada di mata air Majannah? 

Adakah gunung Syamah dan Gunung Thafil terlihat olehku? 

 

Aisyah Radhiyallahu Anha berkata: Maka aku ceritakan apa yang aku dengar dari mereka bertiga 

kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Aku berkata kepada beliau: "Mereka bertiga bicara 

asal-asalan dan tidak sadar dengan apa yang mereka ucapkan akibat serangan demam tinggi." 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah 

sebagaimana telah Engkau jadikan kami mencintai Makkah, atau kokohkanlah rasa cinta kami kepada 

Madinah. Berilah kami keberkahan di mud, dan sha' Madinah (yakni makanannya). Alihkan serangan 

wabahnya ini ke Mahyaa'h."80 Mahyaa'h yaitu Al-Juhfah. 

 

 Ibnu Ishaq berkata: Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash yang berkata: Pada 

saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sampai di Madinah sahabat-sahabatnya di dera wabah 

demam Madinah yang mengakibatkan banyak di antara mereka menderita sakit berat namun Allah 

menjauhkan wabah ini  dari beliau. Akibat deraan penyakit demam ini hingga ada di antara para 

sahabat mengerjakan shalat dengan cara duduk. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar 

menemui mereka yang kala itu menunaikan shalat dengan cara duduk. Beliau bersabda kepada 

mereka: "Ketahuilah wahai sahabat-sahabatku bahwa shalat orang yang duduk itu pahalanya yaitu  

setengah shalat orang yang berdiri." Maka para sahabat berupaya untuk berdiri sekuat mungkin 

walaupun mereka demikian lemah dan sedang sakit dengan harapan mendapatkan pahala. 

Ibnu Ishaq berkata: Sesudah itu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersia-siap diri untuk perang 

dan berjihad melawan musuhnya sesuai yang Allah perintahkan, serta memerangi orang-orang 

musyrik, orang-orang musyrik Arab. Ini semua baru terjadi tiga belas tahun sesudah  Allah mengutus 

beliau sebagai Nabi. 

 

 

Penanggalan Hijrah 

 

Berdasarkan pada sanad sebelumnya, dari Abdul Malik bin Hisyam yang berkata bahwa Ziyad bin 

Abdullah Al-Bakkai berkata dari Abdullah bin lshaq Al-Muthallibi yang berkata: Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam sampai di Madinah pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal, pada saat waktu dhuha 

berakhir, saat matahari tidak begitu panas. Itulah tanggal hijrah beliau sebagaimana dituturkan Ibnu 

Hisyam. 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah sampai di Madinah, usia beliau lima puluh tiga tahun, tiga 

belas tahun sesudah beliau diutus menjadi Nabi dan Rasul. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

tinggal di Madinah pada akhir sisa bulan Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Akhir, Rajab, 

Sya'ban, Ramadhan, Syawwal, Dzul Qa'dah dan Dzul Hijjah. Pada bulan-bulan inilah dan bulan pada 

Muharram tahun berikutnya, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak berperang dengan kaum 

musyrikin. 

Barulah pada bulan Shafar tahun berikutnya, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar untuk 

berperang. Tepatnya sesudah  setahun sejak kedatangannya di Madinah. 

Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunjuk Sa'ad bin Ubadah sebagai 

penggantinya di Madinah selama dirinya berada di medan jihad. 

 

 

Perang Waddan, Perang Pertama yang Diikuti Rasulullah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalaka 'alaihi wa Sallam keluar dari Madinah hingga sampai di 

daerah Waddan. Perang Waddan yaitu  sebutan lain untuk Perang Al-Abwa’. Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam bermaksud untuk menyerang orang-orang Quraisy dan Bani Dhamrah bin Bakr bin 

Abdu Manat bin Kinanah. Namun akhirnya beliau berdamai dengan Bani Dhamrah di Al-Abwal. Dalam 

proses perdamaian ini Bani Dhamra diwakili pemimpin mereka yang bernama Makhsyi bin Amr Adh-

Dhamri. lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kembali ke Madinah tanpa ada perlawanan 

apapun. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menetap di Madinah hingga sisa akhir bular Shafar dan 

awal-awal bulan Rabiul Awwal. 

Ibnu Hisyam berkata: Perang Waddar merupakan perang yang pertama dilakukan Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

 

 

Ekspedisi Ubaidah bin al-Harits Panji Pertama yang dibentuk oleh Rasulullah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat berada di Madinah inilah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

mengirim Ubaidah bin Al-Harits bin Al-Muthalib bin Abdu Manaf bin Qushay bersama enam puluh 

atau delapan puluh pasukan dari kaum Muhajirin, tanpa menyerta kan seorangpun dari kaum Anshar. 

Ubaidah bin Al-Harits beserta pasukannya keluar dari Madinah hingga tiba di mata air di Hijaz di bawah 

Tsaniyyatul Murrah. Di sana, Ubaidah bin Al-Harits dan pasukannya berpapasan dengan sekian banyak 

orang Quraisy, namun perang belum meletus di antara mereka. Namun demikian Sa'ad bin Abu 

Waqqash telah memanah dengan satu anak panahnya. Itulah anak panah pertama yang dipanahan 

dalam Islam. 

Kedua belah pihak lalu  meninggal- kan yang lain. Saat itu kaum Muslimin telah memiliki 

keberanian yang hebat. Beberapa orang musyrik yang bergabung dengan baris- an kaum muslimin 

saat itu yaitu  Al-Miqdad bin Amr Al-Bahrani sekutu Bani Zuhrah, dan Utbah bin Ghazwan bin Jabir 

Al-Mazini sekutu Bani Naufal bin Abdu Manaf. Keduanya telah masuk Islam, namun mereka berdua 

sengaja keluar bersama orang-orang kafir sebagai fasilitas untuk lebih mudah bergabung dengan kaum 

muslimin. Pimpinan kaum kafir saat itu yaitu  Ikrimah bin Abu Jahal. 

Ibnu Hisyam berkata: Ibnu Abu Amr bin Al-Ala' berkata kepadaku dari Abu Amr Al-Madani ia berkata: 

Tatkala itu orang-orang kafir dipimpin oleh Mikraz bin Hafsh bin Al-Akhyaf salah seorang dari Bani 

Ma'ish bin Amir bin Luay bin Ghalib bin Fihr. 

Ibnu Ishaq berkata: Panji perang Ubaidah bin Al-Harits, sebagaimana yang dituturkan padaku, yaitu  

panji pertama yang diberikan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dalam Islam kepada salah seorang 

kaum Muslimin. 

Ibnu Ishaq berkata: Sebagian ulama berkata bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim 

Ubaidah bin Al-Harits dan pasukannya tatkala beliau pulang dari Perang Al-Abwa', dan sebelum beliau 

tiba di kota Madinah. 

 

 

Ekspedisi Perang Hamzan bin Abdul Muthalib ke Pesisir Pantai 

 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat yang bersamaan, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam juga mengirim 

Hamzah bin Abdul Muthalib bin Hasyim dengan membawahi tiga puluh orang Muhajirin ke Saiful Bahri 

(kawasan pantai) di daerah Al-Ish tanpa mengikut sertakan satu orangpun dari kaum Anshar dalam 

ekspedisi Hamzah bin Abdul Muthalib. Di daerah pantai ini , Hamzah bin Abdul Muthalib 

bersama pasukannya berpapasan dengan Abu Jahal bersama tiga ratus pasukan orang Makkah. 

lalu  kedua belah pihak berdamai dengan mediator Majdi bin Amr Al-Juhani yang mendamaikan 

kaum Muslimin dan kaum musyrikin dan kedua belah pihak pulang ke tempat masing-masing tanpa 

melakukan perang. 

Sebagian ulama berpendapat bahwa panji perang Hamzah bin Abdul Muthalib yaitu  panji pertama 

yang diberikan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada salah seorang dari kaum Muslimin. 

sebab  pada saat pengiriman ekspedisi perang Hamzah bin Abdul Muthalib, dan ekspedisi perang 

Ubaidah bin Al-Harts terjadi secara bersamaan. sebab nya banyak orang yang tidak mengetahui 

masalah ini dengan pasti. 

Sebagian ulama berkata bahwa Hamzah bin Abdul Muthalib mengucapkan syair-syair yang di 

dalamnya berkata bahwa panji perang miliknya yaitu  panji pertama yang diserahkan Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Jika Hamzah bin Abdul Muthalib berkata seperti itu, insya Allah ia berkata 

benar dan tidak mungkin berdusta. Wallahu a 'lam mana yang paling benar dalam masalah ini. 

Sementara yang kami dengar dari para ulama di kalangan kami Ubaidah bin Al-Harits-lah orang 

pertama yang diberi panji perang oleh Rasulullah. 

 

 

Perang Buwath 

 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  pada bulan Rabiul Awwal, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar 

dari Madinah dengan maksud untuk memerangi orang-orang Quraisy. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunjuk As-Saib bin Utsman bin Madz'un sebagai pemimpin 

sementara di Madinah, demikian menurut Ibnu Hisyam. 

Ibnu Ishaq berkata: Hingga tatkala Rasulullah sampai di Buwath, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

memutuskan pulang ke Madinah, sebab  tidak ada perlawanan. Beliau menetap di Madinah pada sisa 

akhir bulan Rabiul Awwal, dan sebagian bulan Jumadil Ula. 

 

 

Perang 'Usyairah 

 

lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berangkat untuk memerangi orang-orang Quraisy, 

dan menetapkan Abu Salamah bin Abdul Asad sebagai pemimpin sementara di Madinah, demikianlah 

sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hisyam. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berjalan melintasi gunung Bani Dinar, 

lalu  Faifa' dan Al-Khabar. Beliau berhenti di bawah pohon di lembah Bin Azhar yang bemama 

Dzatu As-Saaq dan melaksankan shalat di sana. lalu  dibangunlah mesjid untuk beliau, makanan 

dibuat untuk beliau lalu beliau dan para sahabat menyantapnya. Tempat tungku dapur beliau masih 

terisa di sana, dan beliau dihidangi air minum dari Mata Air Al-Musytarib. 

Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melanjutkkan perjalanannya dengan meninggalkan Khalaiq 

di sisi kiri, dan berjalan melintasi perbukitan berlorong kecil yang disebut dengan bukit berlorong 

Abdullah. Itulah nama bukit ini  pada saat itu. lalu  beliau menuruni Yasar hingga tiba di 

Yalyal. Beliau berhenti di perkampungan Yalyal, dan perkampungan Adh-Dhabu'ah. Beliau diam- 

bilkan air dari sumur di Adh-Dhabu'ah lalu berjalan melewati dataran Malal, hingga bertemu dengan 

jalan di Shuhairat Al-Yama. Lalu berjalan lurus dan berhenti di Al-Usyairah, salah satu kabilah di Yanbu'. 

Beliau berada di sana selama bulan Jumadil Ula, dan beberapa malam pada bulan Jumadil Akhir. Beliau 

berdamai dengan Bani Mudlij dan sekutu-sekutunya dari Bani Dhamrah. Sesudahnya beliau pulang ke 

Madinah tanpa ada perlawanan. 

 

 

Pemberian Kun-yah (Gelar) Ali dengan Abu Turab 

 

Pada perang ini Rasulullah mengatakan sesuatu kepada Ali bin Abu Thalib. 

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Muhammad bin Khaitsam Al-Muharibi berkata kepadaku dari 

Muhammad bin Ka'ab Al-Ourazhi dari Muhammad bin Khaitsam Abu Yazid dari Ammar bin Yasir yang 

berkata: Aku dan Ali bin Abu Thalib yaitu  dua sahabat akrab pada Perang 'Usyairah. Pada saat itu 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhenti di 'Usyairah dan menetap di tempat itu. Kami melihat 

sekian banyak Bani Mudlij bekerja di mata air dan kebun kurma mereka. Ali bin Abu Thalib berkata 

kepadaku: "Wahai Abu Al-Yaqzhan, apa pendapatmu jika  kita singgah ke tempat orang-orang 

ini , agar bisa melihat lebih dekat apa yang mereka kerjakan?" Aku menjawab: “Jika engkau mau, 

mariian kita pergi ke sana!' Kami pergi ke tempat orang-orang ini  untuk melihat pekerjaan 

mereka selama beberapa saat hingga kantuk mengalahkan kami. lalu  aku dan Ali bin Abu Thailib 

pergi, dan tidur-tiduran di bawah anak pohon kurma di tempat yang bertanah lembek. Demi Allah, 

tidaklah ada yang membagunkan dari tidur kami kecuali Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang 

menggerak-gerakkan kami dengan kakinya, sedangkan kami berlumuran tanah dari tempat kami tidur. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Ali bin Abu Thalib: "Apa yang terjadi pada 

dirimu, wahai Abu Turab (bapak tanah)?" Beliau katakan itu sebab  menyaksikan kami berlumuran 

tanah liat. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Maukah kalian aku kabari tentang dua 

orang yang paling celaka?" Kami menjawab: "Tentu saja, wahai Rasulullah." Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam bersabda: "Dua orang yang paling celaka ialah Uhaimir Tsamud yang telah 

menyembelih unta, dan orang yang memukul tengkukmu seperti ini wahai Ali." Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam bersabda demikian sambil memegang tengkuk Ali bin Abu Thalib hingga basah. 

Rasulullah juga sambil memegang jenggot Ali bin Abu Thalib. 

Ibnu Ishaq berkata: Sebagian ulama berkata kepadaku Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memberi 

gelar Ali bin Abu Thalib dengan Abu Turab, sebab  ia marah kepada Fathimah sebab  satu perkara, ia 

tidak menuruti marahnya dan tidak mengatakan sesuatu yang melukai hati Fathimah. Alih-alih ia 

malah mengambil tanah, lalu  menyimpannya di atas kepalanya. jika  Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam melihat tanah di atas kepala Ali bin Abu Thalib beliau paham bahwa Ali bin Abu Thalib 

sedang marah kepada anaknya tercintanya Fathimah, lalu  beliau bersabda: "Ada apa dengan 

dirimu, wahai Abu Turab?" Wallahu a'lam mana yang lebih benar dalam hal ini. 

 

 

Ekspedisi Sa'ad bin Abi Waqqash 

 

Ibnu Ishaq berkata: Di sela waktu ini , Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus Sa'ad bin 

Abu Waqqash bersama pasukannya yang terdiri dari kaum Muhajirin yang berjumlah delapan orang. 

Sa'ad bin Abu Waqqash dan pasukannya berangkat hingga tiba di Al-Kharrar di Hijaz, lalu  pulang 

ke Madinah tanpa ada perlawanan. 

Ibnu Hisyam berkata: Sebagian ulama menyatakan bahwa pengiriman ekspedisi Sa'ad bin Abu 

Waqqash terjadi sesudah pengiriman pasukan Hamzah bin Abdul Muthalib. 

 

 

Perang Safwan, Perang Badar Pertama 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah tinggal di Madinah tidak lebih dari sepuluh malam sesudah  

kedatangannya dari Perang 'Usyairah, ternyata Kurzu bin Jabir Al-Fihri menyerang sekawanan hewan 

ternak Madinah. Maka Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar mengejar Kurzu bin Jabir Al-Fihri. 

Beliau menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai wakilnya di Ma¬dinah sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu 

Hisyam. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengejar Kurzu bin Jabir Al-Fihri hingga 

lembah Safwan dari arah Badar namun tidak berhasil mengejar Kurzu bin Jabir Al-Fihri untuk 

menangkapnya. Inilah Perang Badar Pertama. 

lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kembali ke Madinah dan menetap di sana sepanjang 

sisa bulan Jumadil Akhir, Rajab, dan Sya'ban. 

 

 

Ekspedisi Perang Abdullah bin Jahsy dan Turunnya ayat: (Mereka bertanya kepadamu tentang 

berperang di bulan Haram) 

 

Ibnu Ishaq berkata: Pada bulan Rajab, sesudah kedatangannya dari Perang Badar I, Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim Abdullah bin Jahsy bin Riab Al-Asadi dengan membawa delapan 

orang kaum Muhajirin dan tanpa ada seorang pun dari kalangan Anshar. Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam menulis surat untuk Abdullah bin Jahsy dan memintanya untuk tidak membukanya kecuali 

sesudah perjalanan berlangsung selama dua hari. Sesudah dua hari berjalan, Abdullah bin Jahsy baru 

membukanya sesuai dengan perintah beliau di surat ini  tanpa memaksa seorangpun dari 

sahabatnya. 

Sahabat-sahabat Abdullah bin Jahsy dari kaum Muhajirin dari Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf yaitu  

Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi'ah bin Abdu Syams. 

Dari sekutu Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf yaitu  Abdullah bin Jahsy yang menjadi komandan 

mereka, dan 'Ukkasyah bin Mihshan bin Hurtsan sekutu Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf dari Bani 

Asad bin Khuzaimah. Dari Bani Naufal bin Abdu Manaf yaitu  Utbah bin Ghazwan bin Jabir sekutu 

mereka. 

Dari Bani Zuhrah bin Kilab yaitu  Sa'ad bin Abu Waqqash. 

Dari Bani Adi bin Ka'ab yaitu  Amir bin Rabi'ah sekutu mereka dari Anz bin Wail, Waqid bin Abdullah 

bin Abdu Manaf bin Arin bin Tsa'labah bin Yarbu' salah seorang Bani 

Tamim sekutu mereka, Khalid bin Al-Bukair salah seorang Bani Sa'ad bin Laits sekutu mereka. 

Dan dari Bani Al-Harits bin Fihr yaitu  Suhail bin Baidha'. 

Sesudah berjalan dua hari, Abdullah bin Jahsy membuka surat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Ternyata surat ini  berbunyi sebagai berikut: jika  membaca suratku ini, hendaklah engkau 

berjalan hingga berhenti di Nakhlah antara Makkah dan Thaif. Perhatikan dan awasi kaum kafir 

Quraisy lalu laporkan kepadaku berita tentang mereka. 

Sesudah membuka dan membaca surat ini , Abdullah bin Jahsy berkata: "Aku patuh atas 

perintahmu." Abdullah bin Jahsy berkata kepada sahabat-sahabatnya: Rasulullah Shallallau 'Alaihi wa 

Sallam memerintahkanku berjalan menuju Nakhlah untuk mengawasi kaum Quraisy lalu melaporkan 

berita tentang mereka kepadanya. Beliau tidak membolehkan aku memaksa seorang pun dari kalian. 

Barangsiapa di antara kalian berniat mati syahid, dan tertarik padanya, silakan tetap ikut bersama aku. 

Namun barangsiapa tidak ingin mati syahid, silakan saja kembali ke Madinah. Sedangkan aku tetap 

akan melaksanakan amar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Abdullah bin Jahsy dan sahabat-sahabatnya melanjutkan perjalanan dan ternyata tidak seorang pun 

dari mereka yang pulang ke Madinah. Mereka berjalan melalaui Hijaz. Tatkala mereka berada di 

Bahran, unta Sa'ad bin Abu Waqqash dan Utbah bin Ghazwan tiba-tiba hilang. Padahal unta mereka 

berdua telah diikat kuat. Dampaknya keduanya ter- tinggal dari pasukan Abdullah bin Jahsy sebab  

mencari-cari untanya. 

Abdullah bin Jahsy dan sisa-sisa sahabatnya tetap berjalan hingga sampai di Nakhlah yang 

dimaksudkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tak berapa lama lalu  kafilah dagang 

Quraisy yang membawa anggur kering, kulit, dan barang-barang dagangan orang-orang Quraisy 

melewati Nakhlah. Di dalam kafilah dagang ini ada Amr bin Al-Hadhrami, Utsman bin Abdullah bin Al-

Mughirah Al-Makhzumi, saudara Utsman yang bernama Naufal bin Abdullah Al-Makhzumi, dan Al-

Hakam bin Kaisan mantan budak Hisyam bin Al-Mughirah. Tatkala kafilah dagang Quraisy ini  

dilihat pasukan Abdullah bin Jahsy mereka didera ketakutan, sebab posisi tempat mereka berhenti 

tepat berdekatan dengan pasukan Abdullah bin Jahsy. Lalu Ukkasyah bin Mihsyan yang telah 

mencukur rambutnya mendekat kepada kafilah dagang Quraisy ini . Begitu melihat kedatangan 

Ukkasyah bin Mihshan, mereka merasa aman. Mereka berkata: "Ini dia Ummar. Janganlah kalian takut 

kepada mereka." Pada saat itu juga, pasukan Abdullah bin Jahsy bermusyawarah antar mereka 

membahas tentang kafilah dagang Quraisy. Peristiwa ini terjadi pada akhir bulan Rajab. Pasukan 

Abdullah bin Jahsy berkata: "Demi Allah, jika  malam ini kalian membiarkan kafilah dagang Quraisy 

ini , mereka pasti akan memasuki Al-Haram lalu berlindung dari kalian di sana. jika  

membunuh mereka berarti kalian membunuh mereka di bulan-bulan haram." 

Pasukan Abdullah bin Jahsy pun merasa ragu. Namun akhirnya mereka memutuskan untuk menyerang 

kafilah dagang Quraisy ini . Mereka bakar semangat untuk menghadapi kafilah dagang Quraisy 

itu. Mereka sepakat untuk membunuh siapa saja dari kafilah dagang Quraisy yang mampu mereka 

bunuh, dan mengambil apa saja yang bisa dirampas dari mereka. Lalu Waqid bin Abdullah At-Tamimi 

melepaskan anak panahnya ke arah Amr bin Al-Hadhrami dan menewaskannya. 

Pasukan Abdullah bin Jahsy berhasil pula menawan Utsman bin Abdullah dan Al-Hakam bin Kaisan. 

Sementara Naufal bin Abdullah berhasil lolos dari serbuan pasukan Abdullah bin Jahsy dan mereka 

tidak berhasil menangkapnya. Lalu Abdullah bin Jahsy dan pasukannya pulang membawa unta dan 

dua tawanan hingga tiba di Madinah dan bertemu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Salah seorang dari keluarga Abdullah bin Jahsy menyebutkan bahwa Abdullah bin Jahsy berkata 

kepada sahabat-sahabatnya: "Sebetulnya  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memiliki  hak 

seperlima dari rampasan perang yang kita peroleh." Itu terjadi saat  Allah Ta'ala belum mewajibkan 

seperlima terhadap rampasan perang. Abdullah bin Jahsy menyisihkan seperlima bagian untuk 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan sisanya dia bagikan untuk para sahabatnya. 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat pasukan Abdullah bin Jahsy menghadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam, beliau bersabda: "Aku tidak menyuruh kalian untuk membunuh mereka di bulan haram." 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menahan unta dan kedua tawanan ini . Beliau tidak mau 

mengambil bagian sedikit pun dari rampasan ini . saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

mengatakan itu, pasukan Abdullah bin Jahsy sangat menyesal atas perbuatan mereka dan mereka 

merasa akan dihukum qishah. 

Kaum Muslimin juga sangat mengecam tindakan yang mereka lakukan. Pada saat yang sama di tempat 

lain, orang-orang Quraisy berkata: "Muhammad dan para sahabatnya telah menghalalkan bulan 

haram dan menumpahkan darah, merampas harta dan menawan manusia di bulan haram." Beberapa 

orang dari kaum Muslimin di Makkah membalas ucapan orang-orang Quraisy dengan berkata 

"Sebetulnya  tindakan pasukan Abdullah bin Jahsy merupakan reaksi atas apa yang mereka terima 

di bulan Sya'ban." 

Orang-orang Yahudi berkata menyerang Rasulullah dalam ucapan yang buruk: "Amr bin Al-Hadhrami 

telah dibunuh Waqid bin Abdullah. Amr telah meramaikan (ammarat) perang. Al-Hadhrami ialah orang 

yang terlibat perang. Dan Waqid bin Abdullah ialah orang yang menyalakan(waqid) perang." Pada saat 

orang-orang ramai membicarakan tentang peristiwa ini, Allah menurunkan ayat-Nya: 

 

 

Mereka bertanya kepadamu tentang berperang di bulan haram. Katakanlah, 'Berperang di bulan itu 

dosa besar, namun  menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) 

Masjidil Haram dan mengusir warga nya dari sekitamya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. (QS. al-

Baqarah: 217). Yakni, jika  kalian telah membunuh pada bulan haram, Sebetulnya  mereka telah 

menghalang-halangi kalian dari jalan Allah dan telah kafir kepada Allah, melarang kalian ke Masjidil 

Haram, dan mengusir kalian dari sana. Padahal kalianlah orang yang paling berhak atas Masjidil 

Haram. Dosa yang mereka lakukan itu jauh lebih besar dosanya di sisi Allah daripada pembunuhan 

kalian terhadap seorang di antara mereka. 

 

Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. (QS. Baqarah: 217). Yakni, mereka 

telah menyiksa orang Muslim disebabkan oleh agama mereka, sebab  mereka berambisi sekali untuk 

mengeluarkan orang Muslim dari agamanya sesudah mereka beriman. Yang demikian itu jauh lebih 

besar dosanya di sisi Allah daripada pembunuhan yang kalian lakukan. 

 

Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka dapat mengembalikan kalian dari 

agama kalian (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup (QS. al-Baqarah: 217). Yakni, mereka 

melakukan perbuatan yang lebih kejam dan lebih jahat daripada perbuatan mereka sebelum itu 

sebagaimana disebutkan pada ayat sebelumnya. Mereka engggan bertobat, dan tiada hentinya dari 

melakukan tindakan-tindakan jahat itu. 

Tatkala ayat Al-Q

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 16 n apa saja yang dikehendaki-Nya, maka turunkan- lah kitab dari langit yang bisa kami baca dan kami mengerti. jika  engkau tidak dapat melakukannya, kami datang kepadamu dengan membawa sesuatu sebagaimana … Read More