n apa saja yang dikehendaki-Nya, maka turunkan-
lah kitab dari langit yang bisa kami baca dan kami mengerti. jika engkau tidak dapat
melakukannya, kami datang kepadamu dengan membawa sesuatu sebagaimana yang engkau bawa.
Maka Allah menurunkan firman-Nya:
Katakanlah: "Sebetulnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an
ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia." (QS. al¬Isra': 88).
Ibnu Hisyam berkata: Zhahir artinya 'aun (pertolongan) dan pluralnya yaitu Zhuhara
Wahai orang yang memakai nama Nabi kau menjadi tonggak agama
Dan kau menjadi penolong bagi sang Imam
Pertanyaan Mereka kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tentang Dzu Al-Qarnain
Ibnu Ishaq berkata: Huyay bin Akhthab, Ka'ab bin Asad, Abu Nafi', Asya', dan Samuel bin Zaid berkata
kepada Abdullah bin Salam saat ia telah masuk Islam: "Kenabian tidak akan ada pada orang-orang
Arab. Sahabatmu itu tak lebih hanyalah seorang raja." Usai mengatakan itu kepada Abdullah bin
Salam, mereka menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, lalu bertanya tentang Dzu Al-
Qarnain. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menceritakan kisah Dzu Al-Qarnain yang diterimanya
dari Allah seperti yang pernah beliau ceritakan kepada orang-orang Quraisy. Merekalah yang
memerintakan kepada orang-orang Quraisy untuk bertanya mengenai Dzu Al-Qarnain kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yaitu pada saat orang-orang Quraisy mengirim An-Nadhr bin
Al-Harits dan Uqbah bin Mu'ath kepada mereka.
Sikap Kurang Ajar Mereka Atas Dzat Allah dan Kemarahan Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata:Dituturkan kepadaku dari Said bin Jubair, ia berkata: Beberapa orang Yahudi
datang menjumpai Rasulullah Shallalahu 'alaihi. wa Sallam, lalu berkata: "Wahai Muhammad,
Dialah Allah yang menciptakan makhluk. Lalu siapakah yang menciptakan Allah?" Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam marah besar mendengar pertanyaan mereka hingga wajah beliau berubah
disebabkan kemarahannya sebab Allah. Maka datanglah Malaikat Jibril guna menenangkan beliau.
Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Tenangkanlah dirimu wahai
Muhammad!" Malaikat Jibril datang dari Allah dengan sebuah jawaban atas pertanyaan yang mereka
ajukan:
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Dia tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." (QS. al-
Ikhlas: 1-4).
saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membacakan ayat-ayat ini , mereka berkata
kepada beliau: "Coba terangkan kepada kami wahai Muhammad, bagaimana penciptaan Allah,
bagaimana tangan-Nya? Seperti apa lengan-Nya?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertambah
marah melebihi dari pada kemarahannya yang pertama. lalu Malaikat Jibril datang kepada
beliau dan berkata sebagaimana yang ia katakan sebelumnya, serta membawa jawaban dan Allah atas
semua pertanyaan mereka. Allah berfirman:
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi
seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.
Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. az-Zumar: 67).
Ibnu Ishaq berkata: Utbah bin Muslim mantan budak Bani Taim berkata kepadaku dari Abu Salamah
bin Abdurrahman dari Abu Hurairah yang berkata bahwa aku mendengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: Seluruh manusia saling bertanya di antara mereka hingga salah seorang dari
mereka berkata: "Allah-lah yang telah menciptakan makhluk, maka siapakah yang menciptakan
Allah?" jika mereka mengatakan itu, katakanlah: Katakanlah: "Dia-lah Allah: Yang Maha Esa. Allah
yaitu Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. ' (QS. al-Ikhlas: 1-4), lalu
hendaknya seseorang meludah kecil di sebelah kirinya sebanyak tiga kali, dan berlindunglah kepada
Allah dari semua godaan setan yang terkutuk."79
Perkara As-Sayyid, al-'Aqib dan Perihal Mubahalah
Ibnu Ishaq berkata: Delegasi Kristen Najran datang menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Jumlah mereka enam puluh orang. Di antara mereka ada empat belas tokoh terhormat di
kalangan mereka. Dari empat belas orang itu, tiga orang yang mengatur urusan mereka. Pertama, Al-
'Aqib. Jabatan Al-Aqib yaitu pemimpin kaum, ahli pertimbangan, dan segala urusan tidakboleh
diputuskan kecuali menurut pendapatnya. Ia bernama Abul Masih. Kedua, As-Sayyid. Jabatan As-
Sayyid ialah administrator yang mengatur perjalalan dan kesepakatan umum. Yang menjabat As-
Sayyid saat itu yaitu Al-Aiham. Abu Haritsah bin Alqamah salah seorang dari Bani Bakr bin Wail. Dia
uskup, pendeta, ulama dan pemilik Baitul Mirdas.
Abu Haritsah datang ke tempat mereka dan menelaah kitab-kitab mereka hingga pengetahuannya
tentang agama mereka sangat memadai. Raja-raja Byzantium Romawi yang memeluk agama Kristen
menghormati dan memuliakan Abu Haritsah, mengirimkan pembantu, membangunkan gereja
untuknya, dan memberi banyak sekali kemudahan-kemudahan kepadanya. Itu semua dilakukan
sebab kapasitas ilmunya dan semangatnya dalam agama mereka.
Sebab Masuk Islamnya Kuz bin Alqamah
Saat mereka telah siap sedia untuk berangkat menuju ke tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam dari Najran, Abu Haritsah duduk di atas keledainya dengan arah Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam dan di sampingnya ada saudaranya yang bernama Kuz. Ada pula yang menyebut Kurz
bin Alqamah.
Keledai Abu Haritsah terperosok ke lubang, lalu Kuz bin Alqamah berkata: "Celakalah orang jauh
ini ." Yang dia maksud dengan orang jauh yaitu Rasulullah Shallailahu 'Alaihi wa Sallam. Abu
Haritsah berkata kepada Kuz bin Alqamah: "Dirimu-lah yang binasa." Kuz bin Alqamah berkata:
"Mengapa demikian, wahai saudaraku?" Abu Haritsah menjawab: "Demi Allah, sungguh orang itulah
Nabi yang selama ini kita tunggu-tunggu." Kuz bin Alqamah berkata kepada Abu Haritsah: "Lalu apa
yang menghalangimu untuk masuk Islam sedangkan engkau mengetahuinya?" Abu Haritsah berkata:
"Kaum ini (para raja Romawi) telah memuliakan, mengangkat derajat dan menghormati kami.
Mereka menginginkan agar kami menentang Nabi ini . Maka jika aku memeluk Islam, mereka
akan menarik semua fasilitas yang selama ini mereka berikan kepada kami." Kuz bin Alqamah
merahasiakan tentang dirinya dari Abu Haritsah sampai sesudah itu ia memeluk Islam. Kisah ini berasal
daripadanya sebagaimana disampaikan kepadaku.
Ibnu Hisyam berkata: Telah dituturkan kepadaku, bahwa para pemimpin Najran mewariskan kitab-
kitab milik mereka. jika salah seorang pemimpin mereka meninggal dunia, mereka segera
mengalihkan kepemimpinan pada yang lain. Kitab-kitab ini dikunci dan tidak seorangpun yang
memecahkannya. Pada masa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, pemimpin Najran berjalan-jalan
dan ia jatuh terpeleset. Anak sang pemimpin berkata: "Celakalah orang jauh -maksudnya Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam." Pemimpin ini berkata: "Janganlah engkau berkata demikian,
sebab dia seorang Nabi dan namanya tertera dalam kitab kita." saat pemimpin ini telah
meninggal dunia, anaknya memiliki ke inginan kuat untuk memecahkan kunci kitab itu. Lalu ia
membongkar kunci kitab ini dan mendapatan nama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
tertera di dalamnya. Maka diapun masuk Islam dan dengan keislaman yang bagus. Orang inilah yang
berkata:
Kepadamu, dia lari dengan tali pingging yang melorot
Janin di perutnya menonjol kan melahirkan agamanya berbeda dengan agama Kristen
Mereka Shalat Menghadap ke Timur
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair berkata kepadaku: Pada saat delegasi Najran tiba
di kediaman Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan masuk ke masjid beliau pada saat waktu
shalat Ashar telah tiba, mereka memakai pakaian bergaris yang berasal dari Yaman dengan jubah dan
mantel warna-warni menawan sebagaimana yang biasa dikenakan orang-orang Bani Al-Harits bin
Ka'ab. Salah seorang sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang melihat mereka saat itu
berujar: "Kami tidak pernah melihat delegasi seperti mereka. Pada saat shalat mereka telah tiba,
mereka langsung berdiri di masjid Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu merekapun shalat.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Biarkanlah mereka melakukan shalat." Mereka
shalat dengan menghadap ke arah timur.
Ibnu Ishaq berkata: Nama keempat belas delegasi Najran yaitu sebagai berikut: Al Aqib Abdul Masih,
As-Sayyid Al-Aiham, Abu Haritsah bin Alqamah saudara Bani Bakr bin Wail, Aus, Al-Harits, Zaid, Qais,
Yazid. Nabaih, Khuwailid, Amr, Khalid, Abdullah, Johannes. Mereka membawa enam puluh kendaraan.
Sebagai Juru bicara kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mereka menunjuk Abu Haritsah bin
Alqamah, Al-Aqib Abdul Masih, dan As Sayyid Al-Aiham. Mereki menganut agama Kristen model raja,
walau- pun dalam beberapa hal mereka berbeda. Mereka berkata: "Isa yaitu Allah." Mereka juga
berkata: "Isa yaitu anak Allah." Mereka juga berkata: "Isa yaitu satu dari tiga Tuhan." Demikianlah
ucapan orang-orang Kristen itu.
Mengenai perkataan mereka bahwa Isa yaitu Allah, mereka berargumen bahwa Isa bisa
menghidupkan orang mati, menyembuhkan penyakit, memberi tahu hal-hal yang ghaib, dan membuat
burung dari tanah lalu meniupnya hingga menjadi burung hidup. Itu semua yaitu perintah Allah
Tabaraka wa Ta'ala. "Dan Kami jadikan dia sebagai tanda kebesaran Kami pada manusia." (Maryam:
21)
Mengenai perkataan mereka bahwa Isa yaitu anak Allah, mereka berkata: "Isa tidak memiliki
ayah yang bisa diketahui. Ini belum pernah terjadi pada anak keturunan Adam sebelum mereka.
Mengenai perkataan mereka bahwa Isa yaitu salah satu dari tiga tuhan, mereka berargumentasi
dengan menggunakan firman Allah, 'Kami berbuat, Kami memerintahkan, Kami menciptakan, dan
Kami memutuskan." Mereka menambahkan, bahwa jika Allah itu satu, maka Dia berfirman Aku -bukan
Kami- berbuat, Aku memerintahkan, dan Aku menciptakan. Namun tuhan itu yaitu Dia sendiri, Isa,
dan Maryam. Al-Qur'an menurunkan firman-Nya tentang masing-masing perkaataan mereka
ini . sesudah dua pendeta tadi mengatakan itu kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: "Masuklah kalian berdua ke dalam Islam." Namun kedua pendeta ini
menjawab: "Kami telah masuk Islam." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Kalian berdua
belum masuk Islam." Kedua pendekta ini berkata: "Kami telah masuk Islam sebelum engkau
memasukinya." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Kalian berdua berdusta. Kalian
berdua terhalang masuk Islam sebab masih menyakini bahwa Allah memiliki anak, sebab kalian
berdua menyembah salib dan memakan daging babi." Kedua pendeta itu menukas: "Jika demikian lalu
siapa ayahnya, wahai Muhammad?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam diam tidak menjawab
pertanyaan kedua pendeta itu.
Ayat-ayat Al-Qur'an Yang Turun Tentang Meraka Pada Surat Ali Imran
Maka Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya pada awal surat Ali Imran hingga ayat delapan puluhan
tentang perkataan dan perbedaan pandangan mereka. Allah berfirman:
Alif laam miim. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. YangHidup kekal lagi
terus menerus mengurus makhluk- Nya (QS. Ali Imran: 1-2).
Allah mengawali surat dengan menyucikan diri-Nya dari apa yang mereka katakan, tentang keesaan-
Nya dalam penciptaan dan perintah, serta tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal ini juga sebagai sanggahan
terhadap kekafiran yang mereka lakukan, dan tandingan-tandingan bagi Allah yang mereka ciptakan,
serta sanggahan yang menerangkan kesesatan mereka. Allah berfirman:
Aliflaam miim. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi
terus-menerus mengurus makhluk-Nya (QS. Ali Imran: 1-2).
Yakni Allah tidak memiliki sekutu dalam perintah-Nya. Al-Hayyu al-Qayyum yang tidak pernah mati,
sementara Nabi Isa mati dan ia disalib dalam pandangan orang-orang Kristen. Al-Qayyum artinya yang
berdiri bertahan pada posisi-Nya yaitu kekuasaan-Nya terhadap makhluk-Nya. Kekuasaan Allah tidak
pernah habis, sementara kekuasaan Isa bin Maryam lenyap dari dirinya sesuai dengan pandangan
mereka dan berpindah tangan kepada orang lain. Allah berfirman:
Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah
diturunkan sebelumnya (QS. Ali Imran: 3) Al-Haq maksudnya dengan benar tentang apa yang mereka
perselisihkan. Allah berfirman:
dan menurunkan Taurat dan Injil (QS. Ali Imran: 3). Allah menurunkan Taurat kepada Musa, dan
menurunkan Injil kepada Isa, serta menurunkan kitab-kitab sebelumnya. Allah berfirman:
Sebelum (Al-Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al-Furqaan (QS. Ali Imran:
4). Al-Furqan ialah yang memisahkan kebenaran dengan kebatilan dalam hal-hal yang menjadi
sengketa antara manusia, seperti tentang Isa, dan masalah-masalah lainnya. Allah berfirman:
"Sebetulnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat,
dan Allah Mahaperkasa lagi memiliki balasan (siksa) (QS. Ali Imran: 4). Yakni, Allah mengadzab
orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah yang telah diketahuinya padahal mereka mengetahui
kandungannya. Allah berfirman:
'Sebetulnya bagi Allah tidak ada satu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak di langit. '(QS. Ali
Imran: 5), yakni Allah mengetahui apa yang mereka inginkan, kejahatan yang sedang mereka
rencanakan, perkataan mereka tentang Isa, sebab mereka menjadikan Isa sebagai Tuhan yang
disembah. Allah Ta'ala berfirman:
Dialah yang membentuk kalian dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya (QS. Ali Imran: 6),
Sebetulnya Isa termasuk orang yang diciptakan langsung oleh Allah dalam rahim, dan mereka tidak
bisa membantahnya sebagaimana halnya anak keturunan Adam yang lain dibentuk di dalam rahim.
Bagaimana mungkin Isa didaulat sebagai tuhan, padahal kedudukannya sama seperti mereka?
lalu Allah berfirman mensucikan diri-Nya dan mentauhidkan-Nya dari tuhan-tuhan yang mereka
akui:
'Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Maha perkasa lagi Ma- habijaksana (QS.
Ali Imran: 6), yakni, Allah Maha perkasa untuk menang atas orang-orang yang kafir kepada-Nya jika
Dia mengkehendaki. Dia Maha bijaksana dalam alasan logis dan argumen-Nya terhadap hamba
hamba-Nya. Allah berfirman:
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (Al Quran0 kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang
muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al- Qur'an (QS. Ali Imran: 7), yakni pada ayat- ayat itu ada
muhkamaat (ayat yang jelas dan pasti) ada hujjah Allah, perlindungan bagi hamba-hamba Allah,
penolakan dari lawan dan kebatilan. Di dalamnya tidak tidak ada deviasi dan penyelewengan. Lalu
Allar berfirman:
dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihat, (QS. Ali Imran: 7), yakni ayat-ayat mutasyabihat memiliki
multi tafsir dan interpretasi. Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan ayat-ayat mutasyabihat
sebagaimana halnya Allah menguji mereka dalam hal-hal yang halal dan haram. Agar ayat-ayat
mutasyabihat itu tidak boleh diorientasikan kepada kebatilan dan tidak didisorientasikan dari
kebenaran Lalu Allah berfirman:
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, yakni yang miring dan hidayah
maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat, dia mengutak-atiknya agar bisa
dibenarkan hal-hal bid'ah yang mereka lakukan, agar hal ini menjadi hujjah buat mereka dan menjadi
senjata atas ucapan syubhat mereka,
untuk menimbulkan fitnah, yakni pengkaburan,
dan untuk mencari-cari takwilnya, ini semua terjadi sebab tindakan sesat mereka dalam ucapannya:
Kami menciptakan, Kami memutuskan,
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya, yang apa-apa yang mereka inginkan,
melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman ke- pada ayat-
ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Bagaimana mungkin mereka masih saja
berselisih padahal itu yaitu satu kata dan dari Satu Tuhan. lalu mereka mengembalikan takwil
mutasyabih pada apa yang mereka ketahui tentang takwil muhkamat, dimana dalam hal ini tidak ada
lagi penafsiran selain satu takwil tunggal, dan ucapan mereka berselaras dengan Kitabullah
membenarkan antara satu dengan yang lain. Dengan demikian maka habislah hujjah dengan Al-Quran,
dan tampaklah ketidakmampuan, kebatilan menjadi lenyap, dan kekufuran menjadi sirna. Allah
berfirman dalam hal serupa dengan ini:
Dan tidak dapat mengambil pelajaran (dari padanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Mereka
berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; sebab
Sebetulnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). (QS. Ali Imran: 7-8).
Selanjutnya Allah berfirman:
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian
itu), berseberangan dengan apa yang mereka katakan, Tak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sebetulnya agama (yang diridai) di sisi
Allah hanyalah Islam. (QS. Ali Imran: 3) Yakni yang menjadi agamamu wahai Muhammad: Mengesakan
Tuhan dan membenarkan Rasulullah.
Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, yakni yang diberikan kepadamu, bahwa Allah itu Maha Esa dan tidak punya sekutu,
sebab kedengkian (yangada) di antara mereka. Barang siapa yangkafir terhadap ayat-ayat Allah
maka Sebetulnya Allah sangat cepat hisab-Nya. lalu jika mereka mendebat kamu (tentang
kebenaran Islam), yakni dengan apa yang mereka datangkan dari kebatilan dari ucapan mereka: Kami
mencipta, melakukan dan memerintah, maka semua itu yaitu syubhat batil dan mereka mengetahui
kebenaran yang sebenarnya,
maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah, yakni hanya pada-Nya saja, dan (demikian
pula) orang-orangyang mengikuti-ku" Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab
dan kepada orang-orang yang ummi: yakni orang yang tidak memiliki Kitab
"Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, Sebetulnya mereka telah mendapat
petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat
Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran: 18-20).
lalu Allah Ta'ala menggabungkan kedua ahli Kitab dan mengutarakan apa yang telah mereka
buat. Allah Ta'ala berfirman:
Sebetulnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang
memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka
gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu yaitu orang-
orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memper-
oleh penolong. Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al-Kitab
(Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka;
lalu sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). Hal itu
yaitu sebab mereka mengaku: "Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari
yang dapat dihitung." Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-
adakan. Bagaimanakah nanti jika mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada
keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya
sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan). Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang memiliki kerajaan,
yakni Tuhan hamba- hamba, dan Raja yang tidak yang memutus perkara di tengah mereka kecuali
Dia, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan
orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan, tidak ada Tuhan selain Engkau.
Sebetulnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yakni tiada seorangpun yang mampu
melakukan itu selain Engkau dengan kekuatan dan kekuasaan-Mu.. Engkau masukkan malam ke
dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang
mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup, dengan kekuasaan itu, Dan Engkau beri rezeki
siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas) " (QS. Ali Imran: 21-27).
Yakni, tidak ada yang kuasa memberi rizki kecuali Engkau dan tidak ada orang yang bisa
melakukannya kecuali Engkau. Artinya walaupun Aku memberi banyak karunia kepada Isa
sehingga dengan hal-hal ini orang-orang Kristen berasumsi bahwa Isa sebagai Tuhan, seperti
menghidupkan orang yang telah mati, menyembuhkan penyakit, menciptakan burung dari tanah, dan
memberi tahu hal-hal yang ghaib, maka Sebetulnya Aku memberi hal-hal ini kepada Isa
sebagai tanda-tanda kebesaran-Ku untuk manusia, serta untuk membenarkan kenabian yang Aku utus
dia dengannya kepada kaumnya. Sebetulnya banyak sekali kekuasaan-Ku dan kemampuan-Ku yang
tidak Aku berikan kepadanya. Seperti penentuan raja-raja melalui perintah kenabian, dan pe¬nentuan
kenabian kepada siapa saja yang Aku sukai, memasukkan malam ke dalam siang, memasukkan siang
ke dalam malam, mengeluarkan orang hidup dari orang mati, mengeluarkan orang mati dari orang
hidup, memberi rezeki tanpa batas kepada siapa saja yang Aku suka baik dia orang jahat atau baik.
Semua itu Aku tidak berikan kepada Isa. Apakah semua ini masih belum cukup untuk menjadi pelajaran
dan bukti nyata bagi mereka bahwa andaikata Isa itu benar-benar Tuhan, pastilah ia memiliki semua
hal tadi. Padahal pada kenyataannya, sebagaimana mereka ketahui Isa melarikan diri dari para raja
berpindah dari satu negeri ke negeri yang lain.
lalu Allah berfirman:
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, jika ini yaitu perkataanmu yang sebenarnya
sebagai rasa cinta dan pengagungan kepada Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Yakni kekufuran masa lalunya,
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; sebab
kalian mengetahuinya, dan kalian dapatkan dalam Kitab kalian,
jika kalian berpaling, dan tetap dalam kekafiran kalian,
maka Sebetulnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (QS. Ali Imran: 31-32).
Lalu Allah menerangkan pada mereka tentang Nabi Isa dan bagaimana Nabi Isa memulai apa yang
Allah kehendaki dengannya. Maka Allah berfirman:
Sebetulnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala
umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari
yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Ali Imran: 33-34).
Lalu Allah memaparkan tentang istri Imran dan perkataannya:
(lngatlah), saat istri Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sebetulnya aku menazarkan kepadi Engkau
anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shaleh dan berkhidmat (di Baitul makdis). Yakni
aku telah bernazar dan aku telah bebaskan dia, dan hanya semata-mata mengabdi kepada Allah dan
bukan derm kepentingan dunia,
sebab itu terimalah (nazar) itu dari padaku Sebetulnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui." Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata "Ya Tuhanku,
Sebetulnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang
dilahirkannya itu; dari anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan, yakni laki-laki tidaklah sama
dengan perempuan dalam hal nazar yang aku jadikan dia bebas untuk pengabdian,
Sebetulnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-
anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk. "Maka Tuhannya
menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan
yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya, (QS. Ali Imran: 35-37) yakni sesudah ia
dipelihara oleh ayah dan ibunya.
lalu Allah Ta'ala memaparkan kisah tentang Maryam, tentang Nabi Zakaria, doa Nabi Zakaria,
dan karunia yang diberikan Allah kepada Nabi Zakaria berupa seorang anak yang bernama Yahya.
lalu Allah menyebutkan tentang Maryam, dan ucapan malaikat kepadanya:
Dan (ingatlah) saat Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, Sebetulnya Allah telah memilih kamu,
menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yangsemasa dengan kamu). Hai
Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang- orangyang rukuk. (QS. Ali
Imran: 42-43).
Allah berfirman:
Yang demikian itu yaitu sebagian dari berita-berit agaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya
Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, saat mereka melemparkan anak-anak
panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu
tidak hadir di sisi mereka saat mereka bersengketa. (QS. Ali Imran: 44).
Ibnu Hisyam berkata: Maksud dengan Aqlaam pada ayat di atas yaitu anak-anak panah yang mereka
gunakan untuk mengundi, maka dari undian itu keluarlah nama Zakaria. Maka Maryam pun diasuh
oleh Nabi Zakaria sebagaimana dikatakan Al-Hasan bin Abu Al-Hasan Al-Basri.
Ibnu Ishaq berkata: Maryam diasuh oleh Juraij sang pendeta Yahudi. Ia salah seorang dari Bani Israil
Najjar. Undian keluar atas namanya, makanya ia pun mengasuh Maryam, sesudah sebelumnya Maryam
diasuh oleh Nabi Zakaria. Pada saat Maryam diasuh Zakaria, Bani Israel mengalami krisis pangan yang
luar biasa sehingga membuat Zakaria tidak kuasa untuk mengasuh Maryam. Orang-orang Bani Israel
melakukan undian kembali untuk menentukan kembali siapa yang berhak mengasuh Maryam. Undian
keluar atas nama Juraij, maka diapun diserahi pengasuhannya.
Dan kamu tidak hadir di sisi mereka saat mereka bersengketa. (QS. Ali Imran: 44), yakni kamu waktu
itu tidak bersama dengan mereka tatkala terjadi perselisihan antara mereka tentang Maryam. Allah
memberitahukan kepada Rasulullah apa yang mereka sembunyikan dari ilmu yang mereka ketahui
demi mengokohkan kenabiannya, dan menjadi argumen atas mereka mengenai apa yang mereka
sembunyikan selama ini.
lalu Allah Ta 'ala berfirman:
(Ingatlah), saat Malaikat berkata: "Hai Maryam, Sebetulnya Allah menggembira kan kamu
(dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yangdatang) daripada-Nya,
namanya Al-Masih Isa putra Maryam, yakni demikianlah kondisinya dan bukan sebagaimana yang
kalian semua katakan, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, yakni di sisi Allah, dan termasuk
orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
saat sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang shaleh. (QS. Ali Imran: 45-46).
Allah Yang Mahaagung memberitahukan kepada mereka tentang kondisi Isa yang sebenarnya,
bagaimana Nabi Isa bersikap sebagaimana manusia lainnya sepanjang umurnya baik saat masih anak
kecil atau orang dewasa. Hanya saja Allah memberi keistimewaan dengan kemampuan berbicara
tatkala ia masih berada dalam pangkuan ibunya, sebagai tanda kenabiannya dan menerangkan
kekuasaan-Nya kepada manusia.
Lalu Allah berfirman:
Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku memiliki anak, padahal aku belum pernah
disentuh oleh seorang laki-laki pun. " Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dia membuat apa yang Dia kehendaki, dan mencipta apa
yang Dia kehendaki dari manusia atau selain manusia,
jika Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:
"Jadilah", lalu jadilah dia. ' (QS. Ali Imran; 47), sebagaimana yang Dia kehendaki.
lalu memberitahukan Maryam apa yang Dia kehendaki dengan firman-Nya:
Dan Allah akan mengajarkan kepadanya At Kitab, Hikmah, Taurat, yang ada di tengah-tengah mereka
sejak zaman Musa sebelum dia, dan Injil sebuah Kitab lain yang Allah turunkan kepadanya yang belum
ada di tengah mereka kecuali hanya sebagai penyebutan bahwasanya dia akan ada di tangan salah
seorang Nabi sesudah Musa.
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel (yang berkata kepada mereka): "Sebetulnya aku telah
datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yang mengokohkan
kenabianku bahwa Sebetulnya aku yaitu seorang Rasul darinya yang diutus kepada kalian,
yaitu aku membuat untuk kamu dari tanak berbentuk burung; lalu aku meniupnya maka ia
menjadi seekor burung dengan seizin Allah; yang telah mengutusku kepada kalian semua, Dia Tuhanku
dan Tuhan kalian semua,
dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan
aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu
makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sebetulnya padayang demikian itu yaitu suatu
tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, bahwa Sebetulnya aku yaitu seorang Rasul Allah pada
kalian, jika kamu sungguh-sungguh beriman. "
Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan
bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, yakni aku beritahukan kepadamu bahwa itu haram
lalu kalian meninggalkannya, lalu aku beritahukan bahwa itu halal untuk kalian sebagai
keringanan sehingga kalian mendapatkan kemudahan dan kalian keluar dari beban-bebannya,
dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. sebab itu
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sebetulnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu,
sebagai ungkapan berlepas diri dari apa yang mereka katakan tentang Isa dan sebagai hujjah untuk
Tuhannya atas mereka,
sebab itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus." Yakni inilah apa yang aku bawa atasnya dan akan
datang dengannya,
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel), dan permusuhan atasnya,
berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama)
Allah?"Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kami lah penolong-penolong (agama)
Allah. Kami beriman kepada Allah; ini yaitu ungkapan mereka dimana mereka mendapatkan
keutamaan dari Tuhan mereka,
dan saksikanlah bahwa Sebetulnya kami yaitu orang-orang yang berserah diri, bukan
sebagaimana yang dikatakan orang-orang yang mendebatmu tentang Isa.
Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul,
sebab itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan
Allah)." (QS. Ali Imran: 48-53) Yakni demikianlah perkataan dan keimanan mereka.
Lalu Allah menyebutkan tentang pengangkatan Nabi Isa pada-Nya saat mereka berkonspirasi untuk
membunuhnya. Allah berfirman:
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu, dan Allah sebaik-
baik pembalas tipu-daya (QS. Ali Imran: 54).
lalu Allah memberitahukan kepada mereka, dan menyangkal prasangka orang-orang Yahudi
yang menyatakan bahwa mereka telah menyalib Nabi Isa dan cara Allah mengangkat Nabi Isa, dan
membersihkan beliau dari mereka. Allah berfirman:
(Ingatlah), saat Allah berfirman: "Hai Isa, Sebetulnya Aku akan menyampaikan kamu kepada
akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang
kafir, tatkala mereka merencanakan apa yang mereka inginkan, dan menjadikan orang-orang yang
mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat, (QS. Ali Imran: 55). lalu
kisahnya berlanjut hingga berakhir pada firman-Nya,
Demikianlah (kisah Isa), Kami membacakannya kepada kamu, wahai Muhammad, sebagian dari bukti-
bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al-Qur'an yang penuh hikmah. ' (QS. Ali Imran: 58).
Inilah kata terakhir yang benar yang tidak ada kebatilan di dalamnya tentang kisah Nabi Isa, dan apa
yang mereka perselisihkan tentang beliau. Oleh sebab itu, janganlah engkau menerima kabar lain
selain dari apa yang kamu peroleh dari kabar ini.
lalu Allah berfirman:
Sebetulnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, yaitu seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, lalu Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia),
maka jadilan dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), inilah yang benar, yang datang dari Tuhanmu.
yakni kabar yang datang padamu tentang Isa, sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang
ragu-ragu. (QS. Ali Imran: 59- 60). Kebenaran dari Tuhanmu telah dataEi kepadamu, yakni tentang Isa.
Oleh sebab itu janganlah engkau meragukannya. Jika mereka mengatakan, 'Isa diciptakan tanpa
ayah,' Sebetulnya Aku juga sebelumnya telah menciptakan Adam dari tanah tanpa ayah dan ibu.
Penciptaan Adam tidak jauh berbeda dengar penciptaan Isa; sama-sama memiliki daging, darah,
rambut, dan kulit. Jadi penciptaan Isa yang tidak memiliki ayah itu tidak lebih menakjubkan dari
penciptaan Adam.
lalu Allah Ta'ala berfirman:
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu , (QS. Ali
Imran: 61), yakni sesudah Aku kisahkan kepadamu tentang Isa dan bagaimana kondisi dia yang
sebenarnya maka Allah Taaia berfirman:
Maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-
istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; lalu marilah kita bermubahalah kepada
Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (QS. Ali Imran:
61).
Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaid berkata: Nabtahil artinya kita berdoa untuk saling laknat.
Ibnu Ishaq berkata: Sebetulnya apa yang aku bawa tentang kabar Isa:
Sebetulnya ini yaitu kisah yang benar (QS. Ali Imran: 62), yakni sesuai perintah-Nya.
lalu Allah berfirman:
Dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sebetulnya Allah, Dia-lah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. lalu jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka Sebetulnya
Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan. Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah
(berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak
(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling
maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami yaitu orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)." (QS. Ali Imran: 62-64). Dia mengajak mereka untuk adil dan mematahkan hujjah-
hujjah mereka.
Ibnu Ishaq berkata: sesudah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendapatkan wahyu dari Allah dan
keputusan final antara beliau dengan kaum Najran dan beliau diperintahkan untuk saling melaknat
jika mereka menolak ajakan beliau, maka beliaupun menantang mereka untuk melakukan adu
laknat (saling melaknat). Orang-orang Kristen berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam:
"Wahai Abu Al-Qasim, berilah kami waktu jeda untuk memikirkan perkara kami ini. Baru lalu
kami akan datang kepadamu dengan jawaban atas tantanganmu itu." sesudah itu, mereka pergi dari
hadapan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan menemui Al-Aqib, tokoh paling berpengaruh bagi
mereka. Mereka berkata kepada Al-Aqib: "Wahai Abdul Masih, bagaimana pandanganmu?" Al-Aqib
menjawab: "Wahai orang-orang Kristen, kalian telah mengetahui bahwa Muhammad yaitu Nabi
yang diutus, dan kini ia telah datang kepada kalian dengan membawa jawaban pasti tentang kenabian.
Kalian pun telah mengetahui bahwa jika suatu kaum melakukan saling laknat dengan seorang Nabi,
maka seluruh orang dewasa yang ada dari kaum ini akan mati, dan anak-anaknya tidak akan bisa
lahir. Sebetulnya saling laknat (mubahalah) itu hanya akan memusnahkan kalian, jika kalian
melakukannya. jika kalian ingin bertahan dengan tetap memeluk agama kalian, dan
mempertahankan pendapat kalian tentang kenabian, berdamailah dengan orang itu (Rasulullah).
Sesudah itu, kembalilah kalian ke negeri kalian!" Maka merekapun pergi menemui Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: "Wahai Abu Al-Qasim, kami memutuskan untuk tidak
mengadakan saling laknat denganmu, membiarkanmu memeluk agamamu dan kami pun tetap dalam
agama kami. Namun demikian utuslah kepada kami salah seorang sahabatmu yang engkau
rekomendasikan untuk kami agar ia memutuskan perkara-perkara yang kami berselisih dalam
kekayaan kami. Sebetulnya kalian diridhai di sisi kami."
Muhammad bin Ja'far berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Temuilah aku nanti
sore, pasti aku akan mengirim orang kuat dan tepercaya ber- sama kalian." Umar bin Khaththab
berkata: aku tidak pernah berobsesi untuk mendapatkan posisi kecuali posisi yang Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebutkan saat itu. Aku demikian berharap kiranya akulah orang yang akan
diutus oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. lalu aku segera berangkat untuk shalat
Zhuhur. saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam shalat Zhuhur bersama kami, beliau
mengucapkan salam, dan beliau menoleh ke kanan dan ke kiri. Aku tampakkan diriku, agar bisa terlihat
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tapi beliau terus mencari-cari seseorang, hingga beliau melihat
Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. saat itulah, beliau bersabda: "Wahai Abu Ubaidah, pergilah bersama
orang-orang Kristen lalu putuskan secara adil apa saja yang mereka perselisihkan!" Umar bin
Khaththab berkata: Maka berangkatlah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah berangkat bersama dengan delegasi
Kristen Najran ini .
Orang-orang Munafik
Ibnu Ishaq berkata: saat Rasulullah She. lalahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinar --sebagaimana
dituturkan kepadaku olea Ashim bin Umar bin Qatadah- tokoh paling berpengaruh di kota Madinah
pada saat itu ialah Abdullah bin Ubay bin Salul Al-Aufi, salah seorang dari Bani Al-Hubla. Tidak ada
seorang pun dari kaumnya yang dapat menandingi otoritas Abdullah bin Ubay bin Salul Al-Aufi.
Sebelum dan sesudahnya, orang orang Al-Aus dan Al-Khazraj tidak pernah menjadikan pemimpin lain
selain Abdullah bin Ubay bin Salul Al-Aufi sampai akhirnya Islam datang. Selain Abdullah bin Ubay bin
Salul, di Al-Aus ada tokoh berpengarur lainnya yang juga dihormati dan ditaati kaumnya, yang
bernama Abu Amir Abdu Ann bin Shaifi bin An-Nu'man. Abu Amir adaia: orang tua dari sahabat
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang bernama Hanzhalar Al-Ghasil, ia yaitu orang yang
dimandikar para malaikat pada Perang Uhud. Pada za man jahiliyah, Abu Amir menjadi pendeka
mengenakan baju kasar, dan biasa dipangg: pendeta. Namun sayang seribu sayang, justru posisi
terhormat mereka berdua menjadikan mereka celaka dan membahayakan dirinya. Adapun untuk
Abdullah bin Ubay bin Salul, kaumnya telah mempersiapkan mutiara sebagai mahkota untuk
disematkan padanva dan mengangkatnya sebagai raja mereka. Sementara mereka dalam kondisi
seperti itu, Saat itulah Allah mengutus Rasul-Nya kepada mereka. Maka tatkala kaumnya berpaling
darinya dan tidak memilih kecuali Islam, ia pun menaruh dendam permusuhan kepada Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan menuduh beliau telah merampok mahkota kepemimpinannya. saat
dia melihat kaumnya tidak suka kecuali memilih Islam, ia ikut masuk Islam namun tetap dengan
menyimpan kemunafikan dan dendam kesumat.
Sementara Abu Amir bin Shaifi, ia tetap bersikukuh pada kekafirannya, dan berseberangan dengan
kaumnya pada saat kaumnya telah memutuskan masuk Islam. Abu Amir memilih pergi bersama
belasan orang dari kaumnya ke Makkah dengan meninggalkan Islam, dan Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam. Rasulullah -sebagaimana dituturkan kepadaku oleh Muhammad bin Abu Umamah dari
sebagian keluarga Hanzhalah bin Abu Amir, bersabda: "Janganlah kalian memanggil dia rahib
(pendeta), panggillah dia si Fasiq."
Ibnu Ishaq berkata: Ja'far bin Abdullah bin Abu Al-Hakam, sebelum berangkat ke Mekkah berkata
kepadaku bahwa Abu Amir menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat beliau tiba
Madinah. Ia berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Agama apakah yang engkau
datang dengannya?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku datang dengan agama
yang lurus (hanifiyah), agama Ibrahim." Abu Amir berkata: "Aku juga menganut agama Ibrahim."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Amir: "Engkau tidak menganut agama
Ibrahim." Abu Amir menjawab: "Betul, aku menganut agama Ibrahim!" Dia berkata: "Wahai
Muhammad, engkau telah memasukkan hal-hal baru ke dalam agama yang lurus (hanifiyah) yang
bukan merupakan bagian darinya." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku tidak
pernah melakukan itu semua. Aku datang dengan agama Ibrahim dalam keadaan putih suci." Abu Amir
berkata: "Seorang pendusta akan Allah matikan dia dalam keadaan terusir, terasing dan dalam
kesendirian." Yang di maksud pendusta olehnya yaitu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Yakni
engkau Muhammad, tidak membawa agama Ibrahim dalam keadaan putih suci, sebagaimana yang
kau katakan. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Betul!" Barangsiapa berlaku dusta,
Allah akan melakukan itu." Demikianlah apa yang dilakukan musuh Allah, Abu Amir. Ia pun beranjak
pergi ke Makkah. Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhasil menaklukkan Makkah, Abu
Amir pergi ke Thaif. Tatkala orang-orang Thaif masuk Islam, ia pegi ke Syam, di sanalah dia meninggal
dunia dalam keadaan terusir, terasing, dan dalam kesendirian.
Orang yang pergi keluar Madinah bersama Abu Amir ialah Alqamah bin Ulatsah bin Auf bin Al-Ahwash
bin Ja'far bin Kilab, dan Kinanah bin Abdu Yalail bin Amr bin Umair Ats-Tsaqafi. Pada saat Abu Amir
meninggal dunia, keduanya berebut hartanya dan mengadukan perkara mereka berdua kepada Kaisar
Romawi. Kaisar berkata: "Orang kota mewarisi orang kota, dan orang padang pasir mewarisi orang
padang pasir." Berdasarkan keputusan Kaisar, Kinanah bin Abdul Yalail mewarisi harta Abu Amir tanpa
Alqamah.
Sedangkan Abdullah bin Ubay bin Salul tetap terhormat pada pandangan kaumnya hanya saja dia
senantiasa ragu-ragu hingga ia dikalahkan Islam, dan dia memeluk Islam secara terpaksa.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim Az-Zuhri berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari
Usamah bin Zaid bin Haritsah, seorang yang sangat dicintai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ia
berkata: Suatu saat, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi menunggang keledai. Di atas
keledainya ada kain pelana yang di atasnya ada selimut asal Fadak yang diikat dengan serat
palem, sementara aku berada di belakang beliau. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berjalan
melewati Abdullah bin Ubay bin Salul yang sedang bernaung di bawah benteng kecil yang bernama
Muzahim.
Abdullah bin Ubay bin Salul saat itu tengah bersama beberapa orang dari kaumnya. Tatkala Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihat Abdullah bin Ubay bin Salul, beliau merasa malu melintasinya
dengan mengendarai keledai. Makanya beliau turun dari keledainya dan mengucapkan salam lalu
duduk sejenak. Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur'an kepada Abdullah bin Ubay bin Salul, sambil
mengajaknya kepada agama Allah, mengingatkannya tentang Allah, memberi peringatan keras,
memberi kabar gembira dan ancaman padanya. Abdullah bin Ubay bin Salul diam seribu bahasa.
Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sudah selesai bicara, Abdullah bin Ubay bin Salul
berkata: "Wahai Muhammad, Sebetulnya tidak ada orang yang lebih baik perkataannya dari per-
kataanmu. jika yang engkau katakan benar adanya, duduk sajalah di rumahmu. Siapapun yang
datang menemuimu, bicaralah engkau dengannya. Sedang orang yang tidak datang menemuimu,
tidak usahlah engkau bersusah payah datang kepadanya untuk mengatakan sesuatu yang orang itu
tidak menyukainya." Abdullah bin Rawahah yang sedang bersama beberapa orang dari kaum Muslimin
berkata: "Betul sekali. Biarkan kami senantiasa berada bersamanya. Biarkanlah kami membawanya ke
majlis-majlis, kampung dan rumah-rumah kami. Demi Allah, inilah satu hal sangat kami sukai, sesuatu
yang dengannya Allah jadikan kami mulia, dan dia memberi petunjuk bagi kami padanya."
saat Abdullah bin Ubay bin Salul memperhatikan kaumnya menentang pendapatnya, ia berkata:
Kala tuanmu menjadi musuhmu
Kau akan senantiasa hina dan lawanmu akan menjatuhkanmu
Biasakah burung elang harus terbang tanpa sayapnya
Jika pada suatu hari bulunya dicabut, ia kar jatuh
Ibnu Hisyam berkata: Bait kedua bukar dari Ibnu Ishaq
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata ke padaku dari Urwah bin Zubair dari Usama bin Zaid yang
berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam beranjak dari tempat ini lalu pergi ke rumah
Sa'ad bin Ubadah. Ucapan Abdullah bin Ubay bin Salul masih terus membersit di wajah beliau. Sa'ad
bin Ubadah berkata: "Wahai Rasulullah, demi Allah, aku melihat sesuatu terbersit di wajahmu, apakah
engkau baru mendengar satu hal yang tidak engkau sukai?" Rasulullah Shallalahu 'alaiki wa Sallam
bersabda: "Betul sekali." Sa'ad bin Ubadah berkata: "Wahai Rasulullah, bersikaplah lemah-lembut
terhadap Abdullah bin Ubay bin Salul. Demi Allah, Sebetulnya tatkala engkau datang kepada kami,
kami telah mempersiapkan mahkota yang akan kami berikan padanya sebagai kepemimpinan. Ia
beranggapan bahwa Sebetulnya engkau telah merampas mahkota kepemimpinannya itu darinya!"
Sahabat-sahabat Rasulullah yang Sakit
Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Urwah dan Amr bin Abdullah bin Urwah berkata kepadaku dari Urwah
bin Zubair dari Aisyah Radhiyallahu Anha ia berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
sampai di Madinah. Madinah saat itu merupakan bumi Allah yang paling potensial dengan penyakit
demam. Dampaknya, banyak sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang terjangkiti sakit
demam itu. Allah menjaga Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sehingga beliau tidak terserang
wabah penyakit demam. Abu Bakar, Amir bin Fuhairah, dan Bilal tinggal satu rumah. Mereka semua
terjangkit wabah demam. Lalu aku menjenguk mereka. Peristiwa ini terjadi pada saat hijab belum
diwajibkan. Mereka bertiga diserang demam tinggi yang hanya Allah sajalah yang tahu. Aku mendekat
kepada Abu Bakar, dan bertanya kepadanya: "Bagaimana kabarmu, ayahanda?"Abu Bakar menjawab:
Semua manusia disambut ria oleh keluarganya di pagi hari
Sementara maut lebih dekat padanya daripada tali sandalnya
Aisyah: Aku berkata: 'Demi Allah, ayah tidak sadar akan apa yang ia katakan. Aku mendekat kepada
Amir bin Fuhairah, dan bertanya kepadanya: "Bagaimana kabarmu, wahai Amir?" Amir bin Fuhairah
menjawab:
Telah aku jumpai kematian sebelum mencicipinya
Sebetulnya kematian datang pada para pengecut dari atasnya
Setiap orang itu berjuang dengan kekuatannya
Sebagaimana sapi jantan menjaga kulitnya dengan tanduknya
Aisyah berkata: Aku berkata: "Demi Allah, Amir tidak menyadari apa yang dikatakannya." Adapun Bilal,
bila demam menderanya, ia berbaring di emperan rumah, dengan mengangkat suaranya sambil
berkata:
Wahai bisakah aku kembali bermalam Di Fakh (tempat di luar Makkah),
Sementara di sekitarku ada idzkhir (nama pohon beraroma wangi), dan Jalil (nama tumbuh-
tumbuhan) Mampukan suatu saat aku berada di mata air Majannah?
Adakah gunung Syamah dan Gunung Thafil terlihat olehku?
Aisyah Radhiyallahu Anha berkata: Maka aku ceritakan apa yang aku dengar dari mereka bertiga
kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Aku berkata kepada beliau: "Mereka bertiga bicara
asal-asalan dan tidak sadar dengan apa yang mereka ucapkan akibat serangan demam tinggi."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah
sebagaimana telah Engkau jadikan kami mencintai Makkah, atau kokohkanlah rasa cinta kami kepada
Madinah. Berilah kami keberkahan di mud, dan sha' Madinah (yakni makanannya). Alihkan serangan
wabahnya ini ke Mahyaa'h."80 Mahyaa'h yaitu Al-Juhfah.
Ibnu Ishaq berkata: Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash yang berkata: Pada
saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sampai di Madinah sahabat-sahabatnya di dera wabah
demam Madinah yang mengakibatkan banyak di antara mereka menderita sakit berat namun Allah
menjauhkan wabah ini dari beliau. Akibat deraan penyakit demam ini hingga ada di antara para
sahabat mengerjakan shalat dengan cara duduk. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar
menemui mereka yang kala itu menunaikan shalat dengan cara duduk. Beliau bersabda kepada
mereka: "Ketahuilah wahai sahabat-sahabatku bahwa shalat orang yang duduk itu pahalanya yaitu
setengah shalat orang yang berdiri." Maka para sahabat berupaya untuk berdiri sekuat mungkin
walaupun mereka demikian lemah dan sedang sakit dengan harapan mendapatkan pahala.
Ibnu Ishaq berkata: Sesudah itu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersia-siap diri untuk perang
dan berjihad melawan musuhnya sesuai yang Allah perintahkan, serta memerangi orang-orang
musyrik, orang-orang musyrik Arab. Ini semua baru terjadi tiga belas tahun sesudah Allah mengutus
beliau sebagai Nabi.
Penanggalan Hijrah
Berdasarkan pada sanad sebelumnya, dari Abdul Malik bin Hisyam yang berkata bahwa Ziyad bin
Abdullah Al-Bakkai berkata dari Abdullah bin lshaq Al-Muthallibi yang berkata: Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam sampai di Madinah pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal, pada saat waktu dhuha
berakhir, saat matahari tidak begitu panas. Itulah tanggal hijrah beliau sebagaimana dituturkan Ibnu
Hisyam.
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah sampai di Madinah, usia beliau lima puluh tiga tahun, tiga
belas tahun sesudah beliau diutus menjadi Nabi dan Rasul. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
tinggal di Madinah pada akhir sisa bulan Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Akhir, Rajab,
Sya'ban, Ramadhan, Syawwal, Dzul Qa'dah dan Dzul Hijjah. Pada bulan-bulan inilah dan bulan pada
Muharram tahun berikutnya, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak berperang dengan kaum
musyrikin.
Barulah pada bulan Shafar tahun berikutnya, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar untuk
berperang. Tepatnya sesudah setahun sejak kedatangannya di Madinah.
Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunjuk Sa'ad bin Ubadah sebagai
penggantinya di Madinah selama dirinya berada di medan jihad.
Perang Waddan, Perang Pertama yang Diikuti Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalaka 'alaihi wa Sallam keluar dari Madinah hingga sampai di
daerah Waddan. Perang Waddan yaitu sebutan lain untuk Perang Al-Abwa’. Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam bermaksud untuk menyerang orang-orang Quraisy dan Bani Dhamrah bin Bakr bin
Abdu Manat bin Kinanah. Namun akhirnya beliau berdamai dengan Bani Dhamrah di Al-Abwal. Dalam
proses perdamaian ini Bani Dhamra diwakili pemimpin mereka yang bernama Makhsyi bin Amr Adh-
Dhamri. lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kembali ke Madinah tanpa ada perlawanan
apapun. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menetap di Madinah hingga sisa akhir bular Shafar dan
awal-awal bulan Rabiul Awwal.
Ibnu Hisyam berkata: Perang Waddar merupakan perang yang pertama dilakukan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Ekspedisi Ubaidah bin al-Harits Panji Pertama yang dibentuk oleh Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat berada di Madinah inilah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
mengirim Ubaidah bin Al-Harits bin Al-Muthalib bin Abdu Manaf bin Qushay bersama enam puluh
atau delapan puluh pasukan dari kaum Muhajirin, tanpa menyerta kan seorangpun dari kaum Anshar.
Ubaidah bin Al-Harits beserta pasukannya keluar dari Madinah hingga tiba di mata air di Hijaz di bawah
Tsaniyyatul Murrah. Di sana, Ubaidah bin Al-Harits dan pasukannya berpapasan dengan sekian banyak
orang Quraisy, namun perang belum meletus di antara mereka. Namun demikian Sa'ad bin Abu
Waqqash telah memanah dengan satu anak panahnya. Itulah anak panah pertama yang dipanahan
dalam Islam.
Kedua belah pihak lalu meninggal- kan yang lain. Saat itu kaum Muslimin telah memiliki
keberanian yang hebat. Beberapa orang musyrik yang bergabung dengan baris- an kaum muslimin
saat itu yaitu Al-Miqdad bin Amr Al-Bahrani sekutu Bani Zuhrah, dan Utbah bin Ghazwan bin Jabir
Al-Mazini sekutu Bani Naufal bin Abdu Manaf. Keduanya telah masuk Islam, namun mereka berdua
sengaja keluar bersama orang-orang kafir sebagai fasilitas untuk lebih mudah bergabung dengan kaum
muslimin. Pimpinan kaum kafir saat itu yaitu Ikrimah bin Abu Jahal.
Ibnu Hisyam berkata: Ibnu Abu Amr bin Al-Ala' berkata kepadaku dari Abu Amr Al-Madani ia berkata:
Tatkala itu orang-orang kafir dipimpin oleh Mikraz bin Hafsh bin Al-Akhyaf salah seorang dari Bani
Ma'ish bin Amir bin Luay bin Ghalib bin Fihr.
Ibnu Ishaq berkata: Panji perang Ubaidah bin Al-Harits, sebagaimana yang dituturkan padaku, yaitu
panji pertama yang diberikan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dalam Islam kepada salah seorang
kaum Muslimin.
Ibnu Ishaq berkata: Sebagian ulama berkata bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim
Ubaidah bin Al-Harits dan pasukannya tatkala beliau pulang dari Perang Al-Abwa', dan sebelum beliau
tiba di kota Madinah.
Ekspedisi Perang Hamzan bin Abdul Muthalib ke Pesisir Pantai
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat yang bersamaan, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam juga mengirim
Hamzah bin Abdul Muthalib bin Hasyim dengan membawahi tiga puluh orang Muhajirin ke Saiful Bahri
(kawasan pantai) di daerah Al-Ish tanpa mengikut sertakan satu orangpun dari kaum Anshar dalam
ekspedisi Hamzah bin Abdul Muthalib. Di daerah pantai ini , Hamzah bin Abdul Muthalib
bersama pasukannya berpapasan dengan Abu Jahal bersama tiga ratus pasukan orang Makkah.
lalu kedua belah pihak berdamai dengan mediator Majdi bin Amr Al-Juhani yang mendamaikan
kaum Muslimin dan kaum musyrikin dan kedua belah pihak pulang ke tempat masing-masing tanpa
melakukan perang.
Sebagian ulama berpendapat bahwa panji perang Hamzah bin Abdul Muthalib yaitu panji pertama
yang diberikan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada salah seorang dari kaum Muslimin.
sebab pada saat pengiriman ekspedisi perang Hamzah bin Abdul Muthalib, dan ekspedisi perang
Ubaidah bin Al-Harts terjadi secara bersamaan. sebab nya banyak orang yang tidak mengetahui
masalah ini dengan pasti.
Sebagian ulama berkata bahwa Hamzah bin Abdul Muthalib mengucapkan syair-syair yang di
dalamnya berkata bahwa panji perang miliknya yaitu panji pertama yang diserahkan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Jika Hamzah bin Abdul Muthalib berkata seperti itu, insya Allah ia berkata
benar dan tidak mungkin berdusta. Wallahu a 'lam mana yang paling benar dalam masalah ini.
Sementara yang kami dengar dari para ulama di kalangan kami Ubaidah bin Al-Harits-lah orang
pertama yang diberi panji perang oleh Rasulullah.
Perang Buwath
Ibnu Ishaq berkata: lalu pada bulan Rabiul Awwal, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar
dari Madinah dengan maksud untuk memerangi orang-orang Quraisy.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunjuk As-Saib bin Utsman bin Madz'un sebagai pemimpin
sementara di Madinah, demikian menurut Ibnu Hisyam.
Ibnu Ishaq berkata: Hingga tatkala Rasulullah sampai di Buwath, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
memutuskan pulang ke Madinah, sebab tidak ada perlawanan. Beliau menetap di Madinah pada sisa
akhir bulan Rabiul Awwal, dan sebagian bulan Jumadil Ula.
Perang 'Usyairah
lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berangkat untuk memerangi orang-orang Quraisy,
dan menetapkan Abu Salamah bin Abdul Asad sebagai pemimpin sementara di Madinah, demikianlah
sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hisyam.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berjalan melintasi gunung Bani Dinar,
lalu Faifa' dan Al-Khabar. Beliau berhenti di bawah pohon di lembah Bin Azhar yang bemama
Dzatu As-Saaq dan melaksankan shalat di sana. lalu dibangunlah mesjid untuk beliau, makanan
dibuat untuk beliau lalu beliau dan para sahabat menyantapnya. Tempat tungku dapur beliau masih
terisa di sana, dan beliau dihidangi air minum dari Mata Air Al-Musytarib.
Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melanjutkkan perjalanannya dengan meninggalkan Khalaiq
di sisi kiri, dan berjalan melintasi perbukitan berlorong kecil yang disebut dengan bukit berlorong
Abdullah. Itulah nama bukit ini pada saat itu. lalu beliau menuruni Yasar hingga tiba di
Yalyal. Beliau berhenti di perkampungan Yalyal, dan perkampungan Adh-Dhabu'ah. Beliau diam-
bilkan air dari sumur di Adh-Dhabu'ah lalu berjalan melewati dataran Malal, hingga bertemu dengan
jalan di Shuhairat Al-Yama. Lalu berjalan lurus dan berhenti di Al-Usyairah, salah satu kabilah di Yanbu'.
Beliau berada di sana selama bulan Jumadil Ula, dan beberapa malam pada bulan Jumadil Akhir. Beliau
berdamai dengan Bani Mudlij dan sekutu-sekutunya dari Bani Dhamrah. Sesudahnya beliau pulang ke
Madinah tanpa ada perlawanan.
Pemberian Kun-yah (Gelar) Ali dengan Abu Turab
Pada perang ini Rasulullah mengatakan sesuatu kepada Ali bin Abu Thalib.
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Muhammad bin Khaitsam Al-Muharibi berkata kepadaku dari
Muhammad bin Ka'ab Al-Ourazhi dari Muhammad bin Khaitsam Abu Yazid dari Ammar bin Yasir yang
berkata: Aku dan Ali bin Abu Thalib yaitu dua sahabat akrab pada Perang 'Usyairah. Pada saat itu
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhenti di 'Usyairah dan menetap di tempat itu. Kami melihat
sekian banyak Bani Mudlij bekerja di mata air dan kebun kurma mereka. Ali bin Abu Thalib berkata
kepadaku: "Wahai Abu Al-Yaqzhan, apa pendapatmu jika kita singgah ke tempat orang-orang
ini , agar bisa melihat lebih dekat apa yang mereka kerjakan?" Aku menjawab: “Jika engkau mau,
mariian kita pergi ke sana!' Kami pergi ke tempat orang-orang ini untuk melihat pekerjaan
mereka selama beberapa saat hingga kantuk mengalahkan kami. lalu aku dan Ali bin Abu Thailib
pergi, dan tidur-tiduran di bawah anak pohon kurma di tempat yang bertanah lembek. Demi Allah,
tidaklah ada yang membagunkan dari tidur kami kecuali Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang
menggerak-gerakkan kami dengan kakinya, sedangkan kami berlumuran tanah dari tempat kami tidur.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Ali bin Abu Thalib: "Apa yang terjadi pada
dirimu, wahai Abu Turab (bapak tanah)?" Beliau katakan itu sebab menyaksikan kami berlumuran
tanah liat. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Maukah kalian aku kabari tentang dua
orang yang paling celaka?" Kami menjawab: "Tentu saja, wahai Rasulullah." Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Dua orang yang paling celaka ialah Uhaimir Tsamud yang telah
menyembelih unta, dan orang yang memukul tengkukmu seperti ini wahai Ali." Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam bersabda demikian sambil memegang tengkuk Ali bin Abu Thalib hingga basah.
Rasulullah juga sambil memegang jenggot Ali bin Abu Thalib.
Ibnu Ishaq berkata: Sebagian ulama berkata kepadaku Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memberi
gelar Ali bin Abu Thalib dengan Abu Turab, sebab ia marah kepada Fathimah sebab satu perkara, ia
tidak menuruti marahnya dan tidak mengatakan sesuatu yang melukai hati Fathimah. Alih-alih ia
malah mengambil tanah, lalu menyimpannya di atas kepalanya. jika Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam melihat tanah di atas kepala Ali bin Abu Thalib beliau paham bahwa Ali bin Abu Thalib
sedang marah kepada anaknya tercintanya Fathimah, lalu beliau bersabda: "Ada apa dengan
dirimu, wahai Abu Turab?" Wallahu a'lam mana yang lebih benar dalam hal ini.
Ekspedisi Sa'ad bin Abi Waqqash
Ibnu Ishaq berkata: Di sela waktu ini , Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus Sa'ad bin
Abu Waqqash bersama pasukannya yang terdiri dari kaum Muhajirin yang berjumlah delapan orang.
Sa'ad bin Abu Waqqash dan pasukannya berangkat hingga tiba di Al-Kharrar di Hijaz, lalu pulang
ke Madinah tanpa ada perlawanan.
Ibnu Hisyam berkata: Sebagian ulama menyatakan bahwa pengiriman ekspedisi Sa'ad bin Abu
Waqqash terjadi sesudah pengiriman pasukan Hamzah bin Abdul Muthalib.
Perang Safwan, Perang Badar Pertama
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah tinggal di Madinah tidak lebih dari sepuluh malam sesudah
kedatangannya dari Perang 'Usyairah, ternyata Kurzu bin Jabir Al-Fihri menyerang sekawanan hewan
ternak Madinah. Maka Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar mengejar Kurzu bin Jabir Al-Fihri.
Beliau menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai wakilnya di Ma¬dinah sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu
Hisyam.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengejar Kurzu bin Jabir Al-Fihri hingga
lembah Safwan dari arah Badar namun tidak berhasil mengejar Kurzu bin Jabir Al-Fihri untuk
menangkapnya. Inilah Perang Badar Pertama.
lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kembali ke Madinah dan menetap di sana sepanjang
sisa bulan Jumadil Akhir, Rajab, dan Sya'ban.
Ekspedisi Perang Abdullah bin Jahsy dan Turunnya ayat: (Mereka bertanya kepadamu tentang
berperang di bulan Haram)
Ibnu Ishaq berkata: Pada bulan Rajab, sesudah kedatangannya dari Perang Badar I, Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim Abdullah bin Jahsy bin Riab Al-Asadi dengan membawa delapan
orang kaum Muhajirin dan tanpa ada seorang pun dari kalangan Anshar. Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam menulis surat untuk Abdullah bin Jahsy dan memintanya untuk tidak membukanya kecuali
sesudah perjalanan berlangsung selama dua hari. Sesudah dua hari berjalan, Abdullah bin Jahsy baru
membukanya sesuai dengan perintah beliau di surat ini tanpa memaksa seorangpun dari
sahabatnya.
Sahabat-sahabat Abdullah bin Jahsy dari kaum Muhajirin dari Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf yaitu
Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi'ah bin Abdu Syams.
Dari sekutu Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf yaitu Abdullah bin Jahsy yang menjadi komandan
mereka, dan 'Ukkasyah bin Mihshan bin Hurtsan sekutu Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf dari Bani
Asad bin Khuzaimah. Dari Bani Naufal bin Abdu Manaf yaitu Utbah bin Ghazwan bin Jabir sekutu
mereka.
Dari Bani Zuhrah bin Kilab yaitu Sa'ad bin Abu Waqqash.
Dari Bani Adi bin Ka'ab yaitu Amir bin Rabi'ah sekutu mereka dari Anz bin Wail, Waqid bin Abdullah
bin Abdu Manaf bin Arin bin Tsa'labah bin Yarbu' salah seorang Bani
Tamim sekutu mereka, Khalid bin Al-Bukair salah seorang Bani Sa'ad bin Laits sekutu mereka.
Dan dari Bani Al-Harits bin Fihr yaitu Suhail bin Baidha'.
Sesudah berjalan dua hari, Abdullah bin Jahsy membuka surat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Ternyata surat ini berbunyi sebagai berikut: jika membaca suratku ini, hendaklah engkau
berjalan hingga berhenti di Nakhlah antara Makkah dan Thaif. Perhatikan dan awasi kaum kafir
Quraisy lalu laporkan kepadaku berita tentang mereka.
Sesudah membuka dan membaca surat ini , Abdullah bin Jahsy berkata: "Aku patuh atas
perintahmu." Abdullah bin Jahsy berkata kepada sahabat-sahabatnya: Rasulullah Shallallau 'Alaihi wa
Sallam memerintahkanku berjalan menuju Nakhlah untuk mengawasi kaum Quraisy lalu melaporkan
berita tentang mereka kepadanya. Beliau tidak membolehkan aku memaksa seorang pun dari kalian.
Barangsiapa di antara kalian berniat mati syahid, dan tertarik padanya, silakan tetap ikut bersama aku.
Namun barangsiapa tidak ingin mati syahid, silakan saja kembali ke Madinah. Sedangkan aku tetap
akan melaksanakan amar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Abdullah bin Jahsy dan sahabat-sahabatnya melanjutkan perjalanan dan ternyata tidak seorang pun
dari mereka yang pulang ke Madinah. Mereka berjalan melalaui Hijaz. Tatkala mereka berada di
Bahran, unta Sa'ad bin Abu Waqqash dan Utbah bin Ghazwan tiba-tiba hilang. Padahal unta mereka
berdua telah diikat kuat. Dampaknya keduanya ter- tinggal dari pasukan Abdullah bin Jahsy sebab
mencari-cari untanya.
Abdullah bin Jahsy dan sisa-sisa sahabatnya tetap berjalan hingga sampai di Nakhlah yang
dimaksudkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tak berapa lama lalu kafilah dagang
Quraisy yang membawa anggur kering, kulit, dan barang-barang dagangan orang-orang Quraisy
melewati Nakhlah. Di dalam kafilah dagang ini ada Amr bin Al-Hadhrami, Utsman bin Abdullah bin Al-
Mughirah Al-Makhzumi, saudara Utsman yang bernama Naufal bin Abdullah Al-Makhzumi, dan Al-
Hakam bin Kaisan mantan budak Hisyam bin Al-Mughirah. Tatkala kafilah dagang Quraisy ini
dilihat pasukan Abdullah bin Jahsy mereka didera ketakutan, sebab posisi tempat mereka berhenti
tepat berdekatan dengan pasukan Abdullah bin Jahsy. Lalu Ukkasyah bin Mihsyan yang telah
mencukur rambutnya mendekat kepada kafilah dagang Quraisy ini . Begitu melihat kedatangan
Ukkasyah bin Mihshan, mereka merasa aman. Mereka berkata: "Ini dia Ummar. Janganlah kalian takut
kepada mereka." Pada saat itu juga, pasukan Abdullah bin Jahsy bermusyawarah antar mereka
membahas tentang kafilah dagang Quraisy. Peristiwa ini terjadi pada akhir bulan Rajab. Pasukan
Abdullah bin Jahsy berkata: "Demi Allah, jika malam ini kalian membiarkan kafilah dagang Quraisy
ini , mereka pasti akan memasuki Al-Haram lalu berlindung dari kalian di sana. jika
membunuh mereka berarti kalian membunuh mereka di bulan-bulan haram."
Pasukan Abdullah bin Jahsy pun merasa ragu. Namun akhirnya mereka memutuskan untuk menyerang
kafilah dagang Quraisy ini . Mereka bakar semangat untuk menghadapi kafilah dagang Quraisy
itu. Mereka sepakat untuk membunuh siapa saja dari kafilah dagang Quraisy yang mampu mereka
bunuh, dan mengambil apa saja yang bisa dirampas dari mereka. Lalu Waqid bin Abdullah At-Tamimi
melepaskan anak panahnya ke arah Amr bin Al-Hadhrami dan menewaskannya.
Pasukan Abdullah bin Jahsy berhasil pula menawan Utsman bin Abdullah dan Al-Hakam bin Kaisan.
Sementara Naufal bin Abdullah berhasil lolos dari serbuan pasukan Abdullah bin Jahsy dan mereka
tidak berhasil menangkapnya. Lalu Abdullah bin Jahsy dan pasukannya pulang membawa unta dan
dua tawanan hingga tiba di Madinah dan bertemu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Salah seorang dari keluarga Abdullah bin Jahsy menyebutkan bahwa Abdullah bin Jahsy berkata
kepada sahabat-sahabatnya: "Sebetulnya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memiliki hak
seperlima dari rampasan perang yang kita peroleh." Itu terjadi saat Allah Ta'ala belum mewajibkan
seperlima terhadap rampasan perang. Abdullah bin Jahsy menyisihkan seperlima bagian untuk
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan sisanya dia bagikan untuk para sahabatnya.
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat pasukan Abdullah bin Jahsy menghadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam, beliau bersabda: "Aku tidak menyuruh kalian untuk membunuh mereka di bulan haram."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menahan unta dan kedua tawanan ini . Beliau tidak mau
mengambil bagian sedikit pun dari rampasan ini . saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
mengatakan itu, pasukan Abdullah bin Jahsy sangat menyesal atas perbuatan mereka dan mereka
merasa akan dihukum qishah.
Kaum Muslimin juga sangat mengecam tindakan yang mereka lakukan. Pada saat yang sama di tempat
lain, orang-orang Quraisy berkata: "Muhammad dan para sahabatnya telah menghalalkan bulan
haram dan menumpahkan darah, merampas harta dan menawan manusia di bulan haram." Beberapa
orang dari kaum Muslimin di Makkah membalas ucapan orang-orang Quraisy dengan berkata
"Sebetulnya tindakan pasukan Abdullah bin Jahsy merupakan reaksi atas apa yang mereka terima
di bulan Sya'ban."
Orang-orang Yahudi berkata menyerang Rasulullah dalam ucapan yang buruk: "Amr bin Al-Hadhrami
telah dibunuh Waqid bin Abdullah. Amr telah meramaikan (ammarat) perang. Al-Hadhrami ialah orang
yang terlibat perang. Dan Waqid bin Abdullah ialah orang yang menyalakan(waqid) perang." Pada saat
orang-orang ramai membicarakan tentang peristiwa ini, Allah menurunkan ayat-Nya:
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang di bulan haram. Katakanlah, 'Berperang di bulan itu
dosa besar, namun menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk)
Masjidil Haram dan mengusir warga nya dari sekitamya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. (QS. al-
Baqarah: 217). Yakni, jika kalian telah membunuh pada bulan haram, Sebetulnya mereka telah
menghalang-halangi kalian dari jalan Allah dan telah kafir kepada Allah, melarang kalian ke Masjidil
Haram, dan mengusir kalian dari sana. Padahal kalianlah orang yang paling berhak atas Masjidil
Haram. Dosa yang mereka lakukan itu jauh lebih besar dosanya di sisi Allah daripada pembunuhan
kalian terhadap seorang di antara mereka.
Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. (QS. Baqarah: 217). Yakni, mereka
telah menyiksa orang Muslim disebabkan oleh agama mereka, sebab mereka berambisi sekali untuk
mengeluarkan orang Muslim dari agamanya sesudah mereka beriman. Yang demikian itu jauh lebih
besar dosanya di sisi Allah daripada pembunuhan yang kalian lakukan.
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka dapat mengembalikan kalian dari
agama kalian (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup (QS. al-Baqarah: 217). Yakni, mereka
melakukan perbuatan yang lebih kejam dan lebih jahat daripada perbuatan mereka sebelum itu
sebagaimana disebutkan pada ayat sebelumnya. Mereka engggan bertobat, dan tiada hentinya dari
melakukan tindakan-tindakan jahat itu.
Tatkala ayat Al-Q