u dari Ikrimah dari
Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Abu Bakar juga berkata kepadaku- ialah Muadz bin Amr bin Al-Jamuh
saudara Bani Salimah. Muadz bin Amr Al-Jamuh berkata: "Aku mendengar dari beberapa orang bahwa
Abu Jahal sedang berada di sebuah pohon nan lebat. Mereka berkata: "Tempat Abu Al-Hakam tidak
bisa ditembus." Mendengar kabar itu, aku menjadikan Abu Jahal sebagai target utamaku dan akupun
pergi menuju tempat Abu Jahal. saat menemukan tempat Abu Jahal, aku menebasnya dengan
tebasan yang membuat kakinya putus hingga separuh betisnya. Demi Allah, aku tidak
mengumpamakan betisnya -saat telah terpotong- melainkan seperti biji kurma yang jatuh dari alat
penggiling biji saat biji kurma selesai ditumbuk. Ikrimah anak Abu Jahal memukul pundakku yang
membuat tanganku terlempar dan menggantung pada kulit di lambungku. Perang di sekitarku
berlangsung sengit hingga membuatku jauh dari Abu Jahal. Aku terus bertempur sepanjang hari sambil
menyeret tanganku di belakangku. Tatkala merasa kesakitan, aku letakkan kakiku di atasnya dan
berdiri dengannya, hingga akhirnya aku membuangnya."
Ibnu Ishaq berkata: Muadz bin Amr hidup hingga masa kekhilafahan Utsman bin Affan.
Ibnu Ishaq berkata: Muawwidz bin Afra' berjalan melewati Abu Jahal yang terluka, lalu
Muawwidz bin Afra' memukulnya dengan telak, dan membiarkannya dalam keadaan sekarat. sesudah
itu, Muawwidz bin Afra' berperang hingga gugur sebagai syahid. Lalu Abdullah bin Mas'ud berjalan
melewati Abu Jahal -saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan sahabatnya untuk
melakukan pencarian Abu Jahal di antara para korban perang. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
bersabda kepada para sahabatnya: "jika kalian mendapatkan kesulitan untuk mengenali ciri Abu
Jahal di antara para korban perang, lihatlah bekas luka di lututnya! Suatu hari aku dan dia berdesak-
desakan di jamuan makan di rumah Abdullah bin Jud'an. Saat itu kami masih anak-anak. Aku lebih
kurus darinya, lalau aku mendorongnya. Ia jatuh di atas kedua lututnya, dan lutut itu luka yang
lalu menimbulkan bekas pada salah satunya. Hingga kini bekas itu masih ada. Abdullah bin
Mas'ud berkata: 'Aku menemukan Abu Jahal di ujung sekaratnya. Aku mengenalinya, lalu aku letakkan
kedua kakiku di atas lehernya. saat di Makkah dahulu Abu Jahal pernah memukulku hingga aku
kesakitan dan pernah memukulkan tinjunya. Aku bertanya kepada Abu Jahal: "Apakah Allah telah
menghinakanmu, wahai musuh Allah?" Abu Jahal berkata: "Dengan apa Allah menghinakanku?
Apakah aku demikian berharga dari orang-orang yang kalian bunuh? Katakan kepadaku, di pihak siapa
kemenangan berpihak pada hari ini?" Aku menjawab: "Di sisi Allah dan Rasul-Nya."
Ibnu Ishaq berkata: Beberapa orang dari Bani Makhzum berkata bahwa Abdullah bin Mas'ud berkata:
Abu Jahal berkata kepadaku: "Sungguh engkau telah melakukan pendakian yang sulit, wahai anak kecil
penggembala." Lalu aku penggal kepalanya dan membawa kepala Abu Jahal ini ke hadapan
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Aku berkata: "Wahai Rasulullah, inilah kepala Abu Jahal, musuh
Allah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Demi Allah, tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Dia." Itulah sumpah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Aku berkata: "Ya, benar.
Demi Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia." Aku hempaskan kepala Abu Jahal
ke hadapan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan beliau pun memuji Allah.
Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubadah dan para ahli strategi perang berkata kepadaku bahwa Umar bin
Khaththab Radhiyallahu Atthu berkata kepada Sa'id bin Al-Ash pada saat ia berjalan melewatinya:
"Sebetulnya aku melihat ada sesuatu dalam dirimu? Aku lihat engkau menyangka aku telah
membunuh ayahmu? jika aku membunuh ayahmu, aku tidak meminta maaf kepadamu. Tapi aku
telah membunuh paman dari jalur ibuku yaitu Al- Ash bin Hisyam bin Al-Mughirah. Sedangkan
ayahmu, aku melewatinya sedang menggali tanah bagaikan sapi jantan menggali tanah dengan
tanduknya. Aku menghindar darinya, lalu ia didatangi sepupunya yakni Ali, lalu ia
membunuhnya."
Kisah Pedang Ukkasyah
Ibnu Ishaq berkata: Pada Perang Badar, Ukkasyah bin Mihshan bin Hurtsan Al-Asadi sekutu Bani Abdu
Syams bin Abdu Manaf bertempur hingga pedangnya patah di tangannya. Ia menemui Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam, lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memberi akar pohon,
seraya bersabda: "Wahai Ukkasyah, bertempurlah dengan akar kayu ini!" Tatkala Ukkasyah bin
Mihshan mengambil akar kayu dari genggaman tangan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan ia
menggerak-gerakkannya. Tiba-tiba akar kayu ini berubah bentuknya menjadi pedang panjang,
sangat kuat dan putih ujungnya (tajam ). Maka Ukkasyah bin Mihshan pun kembali bertempur dengan
pedang ini , sampai Allah Ta'ala memberi kemenangan kepada kaum Muslimin. Dan pedang itu
dinamai Al-Aun. lalu pedang ini menjadi milik Ukkasyah bin Mihshan dan ia gunakan
pedang ini di semua peperangan bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sampai dia
meninggal dunia sebagai syahid pada Perang Riddah (perang melawan orang-orang murtad),
sementara pedang ini masih berada di genggamannya. Ukkasyah bin Mihshan dibunuh
Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadi.
Ibnu Hisyam berkata: Hibal yaitu anak Thulaihah bin Khuwailid, dan Ibnu Aqram yaitu Tsabit bin
Aqram Al-Anshari.
Ibnu Ishaq berkata: Ukkasyah bin Mihshan yaitu sahabat yang berkata kepada Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam di saat beliau bersabda: "Akan masuk surga tujuh puluh ribu dari umatku bagaikan
bulan kala purnama." Ukkasyah bin Mihshan berkata: "Ya Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar aku
termasuk salah seorang dari mereka." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Engkau
termasuk salah seorang dari mereka." sesudah itu salah seorang dari kaum Anshar berdiri, dan berkata:
"Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar aku juga termasuk kelompok mereka!" Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ukkasyah telah mendahuluimu, dan doa itu telah
dikokohkan."82
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam juga bersabda sebagaimana dituturkan kepadaku oleh
keluarganya: "Di antara kami ada penunggang kuda terbaik di kalangan orang Arab." Para
sahabat bertanya: "Siapa gerangan wahai Rasulullah?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Dia yaitu Ukkasyah bin Al Mihshan." Dhirar bin Al-Azwar Al-Asadi berkata: "Apakah orang
ini salah seorang dari kami, wahai Rasulullah?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"la bukan salah seorang dari kalian, namun salah seorang dari kami, melalui aliansi."
Ibnu Hisyam berkata: Pada Perang Badar, Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu memanggil
anaknya Abdurrahman yang pada saat itu bersama orang-orang musyrikin dan berada di pihaknya:
"Mana kekayaanku, wahai bajingan?" Abdurrahman menjawab:
Tiada tersisa kecuali senjata dan kuda yang berlari kencang
Serta pedang tajam yang membunuh orang tua yang sesat
Sebagaimana hal ini dituturkan kepadaku dari Abdul Aziz bin Muhammad Ad-Darawardi.
Mayat-mayat Kaum Musyrikin Dilemparkan ke dalam Sumur
Sebagaimana hal ini dituturkan kepadaku dari Abdul bin Muhammad Ad-Darawardi
Mayat-Mayat Kaum Musyrikin Dilemparkan ke Dalam Sumur
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ruman berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari Aisyah Radhiyallahu
Anha yang berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan agar korban
perang kaum musyrikin dilemparkan ke dalam sumur, maka korban-korban itu dilemparkan ke sana,
kecuali mayat Umayyah bin Khalaf. Badan Umayyah bin Khalaf membengkak di baju besinya hingga
baju ini penuh. Tatkala para sahabat pergi untuk menggerak-gerakkannya, malah dagingnya
cerai-berai. Para sahabat melemparkan tanah dan batu ke atas tubuh Umayyah bin Khalaf untuk
menutupinya.
sesudah pelemparan mayat-mayat kaum musyrikin ke dalam sumur selesai dikerjakan, Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiri di atas mereka, dan bersabda: "Wahai para penghuni sumur,
apakah kalian telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kalian itu benar terjadi? sebab
Sebetulnya aku telah mendapatkan apa yang dijanjikan Allah kepadaku itu benar terjadi."
Aisyah berkata: Para sahabat berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Apakah engkau
berbicara dengan kaum yang telah meninggal dunia?" Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam bersabda:
"Sungguh mereka telah mengetahui, bahwa apa yang dijanjikan Tuhan kepada mereka itu yaitu
benar adanya."
Aisyah berkata: Para sahabat berkata: "Apakah mereka mendengar apa yang engkau ucapkan kepada
mereka?" Padahal Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Sungguh mereka telah
mengetahui."
Ibnu Ishaq berkata: Humaid Ath-Thawil berkata kepadaku dari Anas bin Malik yang berkata: "Para
sahabat mendengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata pada pertengahan malam: "Wahai
penghuni sumur, hai Utbah bin Rabi'ah, wahai Syaibah bin Rabi'ah, hai Umayyah bin Khalaf, wahai Abu
Jahal bin Hisyam - Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyebut beberapa nama orang-orang
Quraisy: "Apakah kalian telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhanmu kepada kalian itu benar?
Sungguh aku telah mendapatkan apa yang dijanjikan Tuhanku itu benar." Kaum Muslimin berkata:
"Wahai Rasulullah, apakah engkau memanggil manusia yang telah meninggal dunia?" Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Bukan hanya kalian saja yang mendengar apa yang aku katakan
kepada mereka, hanya saja mereka tidak bisa menjawab pertanyaanku."83
Ibnu Ishaq berkata: Sebagian ulama berkata kepadaku, pada suatu hari Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Wahai penghuni sumur, keluarga Nabi yang paling jelek yaitu kalian. Kalian
mendustakanku tatkala orang-orang membenarkanku. Kalian mengusirku, pada saat orang lain
melindungiku. Kalian memerangiku, padahal orang-orang lain menolongku." Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam melanjutkan sabdanya: "Apakah kalian telah mendapatkan apa yang dijanjikan Tuhan
kalian kepada kalian itu benar?"84
Ibnu Ishaq berkata: saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan agar mayat orang-
orang musyrikin dilempar ke dalam sumur, diambillah mayat Utbah bin Rabi'ah lalu diseret ke
dalam sumur. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihat kemurungan pada wajah Abu Hudzaifah
bin Utbah yang tampak dari rona wajahnya. Beliau bersabda kepada Abu Hudzaifah bin Utbah: "Wahai
Abu Hudzaifah, barangkali ada sesuatu telah masuk ke dalam dirimu sebab perlakuan terhadap
ayahmu?" Abu Hudzaifah berkata: "Tidak, demi Allah, wahai Rasulullah, aku tidak ragu tentang ayahku
dan perihal kematiannya. Hanya saja aku dapatkan dalam dirinya sikap bijak, kelembutan, dan nilai-
nilai. Oleh sebab itu, aku berharap ki- ranya itu semua membuatnya mendapat petunjuk kepada
Islam. Tatkala aku melihat apa yang terjadi padanya, dan aku ingat bahwa ia mati dalam keadaan kafir
sesudah aku berharap banyak darinya, maka aku berduka cita sebab nya." Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam mendoakan kebaikan bagi Abu Hudzaifah dan mengatakan sesuatu dengan baik untuknya.
Ibnu Ishaq berkata: Disebutkan kepadaku tentang beberapa pemuda yang terbunuh di Perang Badar
yang sebab nya lalu Al-Qur'an turun tentang mereka -sebagaimana dtuturkan kepadaku:
Sebetulnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri,
(kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?" Mereka menjawab:
"yaitu kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)." Para malaikat berkata: "Bukankah bumi
Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?" Orang-orang itu tempatnya neraka
Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS. an-Nisa': 97).
Mereka yaitu pemuda-pemuda Muslim. Dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushay ialah Al-Harits bin
Zam'ah bin Al-Aswad bin Al-Muthalib bin ASad.
Dari Bani Makhzum ialah Abu Qais bin Al-Faldh bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum,
dan Abu Qais bin Al-Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum.
Dari Bani Jumah ialah Ali bin Umayyah bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah.
Dari Bani Sahm ialah Al-Ash bin Munabbih bin Al-Hajjaj bin Amir bin Hudzaifah bin Sa'ad bin Sahm.
Mereka semua telah masuk Islam pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam masih di Makkah.
Namun saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah mereka tertahan oleh ayah
dan keluarga mereka di Makkah serta mendapat siksaan. Sehingga mereka terpengaruh dan keluar
bersama kaumnya ke Badar dan semuanya tewas terbunuh.
Rampasan dan Tawanan Perang Badar
lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan agar rampasan perang yang telah
berhasil dihimpun para sahabat dikumpulkan di bilikbeliau, namun mereka berbeda pendapat
mengenai rampasan perang itu. Para sahabat yang mengumpul- kannya berkata: "Rampasan perang
ini milik kami." Sementara para sahabat yang bertempur melawan musuh berkata: "Demi Allah,
tanpa kami, mustahil kalian dapat mengumpulkannya. Kami lebih sibuk memerangi musuh sehingga
tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengumpulkannya. Sedang kalian tidak ikut bertempur
sehingga dengan begitu mudah mengumpulkannya." Para sahabat yang mengawal Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebab khawatir beliau diserang musuh berkata: "Demi Allah, kalian tidak
lebih berhak atas rampasan perang dari pada kami. Kami ingin membunuh musuh, namun tiba-tiba
Allah memberi pundak-pundak mereka kepada kami. Awalnya kami ingin menghimpun rampasan
perang saat tidak ada orang yang mengawal Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Namun kami
khawatir musuh balik menyerang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Oleh sebab itulah, kami
melindungi beliau. Artinya kalian tidak lebih berhak atas rampasan perang itu daripada kami."
Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Al-Harits dan sahabat-sahabatku lainnya berkata kepadaku dari
Sulaiman bin Musa dari Makhul dari Abu Umamah Al-Bahili -nama asli Abu Umamah ialah Shudai bin
Ajlan sebagaimana disebutkan Ibnu Hisyam- yang berkata: Aku pernah bertanya kepada Ubadah bin
Ash-Shamit tentang surat Al-Anfaal dan ia pun menjawab: "Surat ini diturunkan kepada kami
para mujahidin Perang Badar. Surat itu Allah turunkan pada saat kami berbeda pendapat tentang
rampasan perang. Saat itu, akhlak kami betul-betul hancur, lalu Allah mencabut rampasan
perang ini dari tangan kami, dan menyerahkannya kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam. Lalu beliau mendistribusikannya kepada kaum Muslimin dengan adil."
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakar berkata kepadaku bahwa salah seorang dari Bani Sa'idah
berkata kepadanya dari Abu Usaidah As-Sa'idi Malik bin Rabi'ah ia berkata: "Pada Perang Badar, aku
berhasil mendapat- kan pedang Bani Aidz Al-Makhzumi yang bernama Al-Marzuban. saat Rasuluhah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan pengembalian semua rampasan perang yang ada di
tangan para sahabat, aku pun datang dan mengumpulkan pedang ini bersama rampasan perang
lainnya. Saat itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak menolak sesuatu yang diminta kepada
beliau. Pedang ini diketahui Al-Arqam bin Abu Al-Arqam, lalu ia memintanya kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan beliau memberi nya."
Ibnu Ishaq berkata: sesudah kemenangan tercapai, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim
Abdullah bin Rawahah sebagai orang yang menyampaikan kabar gembira kemenangan kepada
warga Madinah bagian utara, bahwa Allah Yang Maha tinggi telah memberi kemenangan kepada
Rasul-Nya dan kaum Muslimin. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus Zaid bin Harits
sebagai orang yang menyampaikan kabar gembira kemenangan kepada warga Madinah Selatan.
Usamah bin Zaid berkata: Kabar gembira sampai kepada kami tatkala kami sedang menimbun tanah
ke atas kuburan Ruqayyah binti Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam istri Utsman bin Affan.
Rasulullah Shailallahu 'Alaihi wa Sallam menyuruhku bersama Utsman untuk menjaga Ruqayyah.
saat Zaid bin Haritsah tiba, aku datang kepadanya yang pada saat itu sedang berdiri di mushalla, dan
dikerubungi oleh kaum Muslimin. Zaid bin Haritsah berkata: "Utbah bin Rabi'ah tewas, Syaibah bin
Rabi'ah tewas, Abu Jahal bin Hisyam tewas, Zam'ah bin Al-Aswad tewas, Abu Al-Bakhtari Al-Ash bin
Hisyam tewas, Umayyah bin Khalaf tewas, Nubaih bin Al-Hajjaj tewas, dan Munabbih bin Al-Hajjaj juga
tewas." Usamah bin Zaid bertanya kepada ayahnya, Zaid bin Haritsah: "Benarkan itu semua, wahai
ayahanda?" Zaid bin Haritsah menjawab: "Demi Allah, semua itu benar wahai ananda!."
Perjalanan Pulang Rasulullah dan Rombongannya dari Badar ke Madinah
lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pulang ke Madinah bersama rombongan para
sahabat, dengan membawa tawanan perang dari kaum musyrikin. Di antara tawanan perang ini
yaitu Uqbah bin Abu Mu'aith dan An-Nadhr bin Al-Harits. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
membawa pulang rampasan perang yang berhasil diper- oleh dari kaum musyrikin. Beliau
memerintahkan Abdullah bin Ka'ab bin Amr bin Auf bin Mabdzul bin Amr bin Ghanm bin Mazin bin
An-Najjar untuk menjaga rampasan perang ini . Salah seorang dari kaum Muslimin melantunkan
syair-syairnya. Ibnu Hisyam berkata: Orang itu yaitu Adi bin Abu Az-Zaghba':
Mulailah berangkatkan unta-untamu wahai Basbas untuknya
Tiada tempat untuk ragu Di Dzi Ath-Thalah baginya
Tidak pula di gurun Ghumair ada penjara Sebetulnya kuda-kuda mereka tidak mungkin ditahan
Maka kuda-kuda itu dibawa orang yang cerdas
Allah telah mememenangkan, sementara Al-Akhnas melarikan diri
Rasulullah Shallalahu 'alaihi xva Sallam berjalan, dan saat beliau keluar dari lorong kecil Ash-Shafra',
beliau berhenti di bukit pasir antara Madhiq (lorong kecil) dengan An-Naziyah yang bernama Sayar,
tepatnya di bawah sebuah pohon di tempat itu.
Di sanalah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membagi rampasan perang yang diberikan Allah
kepada kaum Muslimin dari kaum musyrikin secara merata. sesudah melakukan pembagian rampasan
perang, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam meneruskan perjalanannya. Sesampainya di Ar-Rauha,
beliau disambut kaum Muslimin. Mereka mengucapkan selamat atas kemenangan yang diberikan
Allah kepada beliau dan kaum Muslimin. Salamah bin Salamah berkata kepada kaum Muslimin,
sebagaimana dituturkan kepadaku oleh Ashim bin Umar bin Qatadah dan Yazid bin Ruman: "Ucapan
selamat apakah yang kalian persembahkan kepada kami? Demi Allah, kita tidak bertemu kecuali
dengan wanita-wanita lemah dan botak bagaikan unta yang diikat lalu di sembelih." Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam tersenyum, lalu bersabda: "Wahai anak saudaraku, mereka (orang-
orang Quraisy) yaitu para pemuka kaumnya dan orang-orang terpandang."
Pembunuhan terhadap An-Nadhr bin Al-Harits dan Uqbah
Ibnu Ishaq berkata:Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tiba di Ash-Shafra', An-Nadhr bin Al-
Harits dibunuh. Ia bunuh Ali bin Abu Thalib, sebagaimana dikatakan kepadaku oleh ulama Makkah.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam terus berjalan. saat beliau tiba di Irqi Azh-
Zhabyah, Uqbah bin Mu'aith terbunuh.
Ibnu Hisyam berkata: Irqi Azh-Zhabyah bukan dari Ibnu Ishaq.
Ibnu Ishaq berkata: Sahabat yang menawan Uqbah bin Mu'aith yaitu Abdullah bin Salimah salah
seorang yang berasal dari Bani Al-Ajlan.
Ibnu Ishaq berkata: saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan pembunuhan
terhadap Uqbah bin Mu'aith, ia berkata: "Wahai Muhammad, siapa yang akan mengasuh anak
perempuanku yang masih kecil?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Neraka." Uqbah
bin Mu'aith dibunuh Ashim bin Tsabit bir- Abu Al-Aqlah Al-Anshari, saudara Bani Amr bin Auf -
sebagaimana dituturkan kepadaku oleh Abu Ubaidah bin Muhammad bin Ammar bin Yasir.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang mengatakan Uqbah bin Mu'aith dibunuh oleh Ali bin Abu Thalib -
sebagaimana dituturkan kepadaku oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri dan ulama lain.
Ibnu Ishaq berkata: Di Irqi Azh-Zhabyah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berjumpa dengan Abu
Hindun mantan budak Farwan bin Amr Al-Bayadhi yang membawa kantong penuh berisi hais (samin
yang di campur kurma). Abu Hindun tidak ikut Perang Badar, lalu ikut serta peperangan lainnya
bersama Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam. Abu Hindun yaitu seorang ahli bekam Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda: "Sebetulnya Abu Hindun termasuk kaum Anshar.
Oleh sebab itu, nikahkan dia dengan wanita kalian!" Para sahabat melakukan apa yang diperintahkan
oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam terus berjalan hingga sampai di Madinah
satu hari sebelum para tawanan perang tiba.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakar berkata kepadaku bahwa Yahya bin Abdullah bin
Abdurrahman bin As'ad bin Zurarah berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah
membawa tawanan perang. saat itu, Saudah binti Zam'ah, istri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam berada di tempat keluarga Afra' sedang meratapi kematian Auf dan Muawwidz, keduanya
yaitu anak Afra'. Hal itu terjadi saat hijab belum menjadi kewajiban atas wanita Muslimah. Saudah
berkata: "Demi Allah, aku berada di tempat mereka, saat tiba-tiba seseorang datang kepada kami,
dan berkata: 'Para tawanan perang telah datang bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.' Aku
segera pulang ke rumah, ternyata Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sudah berada di sana, dan
Abu Yazid Suhail bin Amr berada di pojok kamar dalam keadaan kedua tangan terikat di lehernya.
Tidak, demi Allah, aku tidak dapat menguasai diriku saat melihat Abu Yazid dalam kondisi seperti itu.
Aku berkata: Wahai Abu Yazid, kenapa engkau memberi tanganmu? Kenapa engkau tidak mati saja
dalam keadaan mulia?" Demi Allah, tidak ada yang menyadarkan diriku kecuali ucapan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari dalam rumah: "Wahai Saudah, pantaskah engkau mengobarkan
perang terhadap Allah dan Rasul-Nya?'" Aku menjawab: "Wahai Rasulullah, aku tidak dapat menguasai
diriku, saat melihat Abu Yazid dalam keadaan kedua tangannya terikat di lehernya, sehingga
terlontar ucapan itu dariku."85
Ibnu Ishaq berkata: Nubaih bin Wahb saudara Bani Abduddar berkata kepadaku: saat para tawanan
perang datang, maka Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membagi-bagikannya kepada para
sahabat. Beliau bersabda: "Berbuat baiklah kalian kepada para tawanan perang ini." Abu Azid bin
Umair bin Hasyim, saudara kandung Mush'ab bin Umair yang berada dalam tawanan perang berkata:
Saudaraku, Mush'ab bin Umair berjalan melewatiku bersama salah seorang kaum Anshar yang
menawanku. Mush'ab bin Umair berkata: "Jagalah tawanan ini dengan baik, sebab ibunya seorang
wanita kaya raya. Mudah-mudahan ia menebusnya darimu!" Abu Aziz bin Umair berkata: "Aku
bersama beberapa orang orang Anshar saat mereka membawaku dari Badar. Jika mereka datang
membawa makanan siang dan makanan malam, mereka memberiku makanan berupa roti, sementara
mereka sendiri hanya makan kurma. Ini semua terjadi sebab Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
memerintahkan mereka berbuat baik terhadap para tawanan perang. Tidak ada seorang pun dari
mereka yang memiliki kepingan roti, melainkan ia memberi nya kepadaku. Aku pun merasa malu
kepada mereka, sehingga aku pun mengembalikan roti ini kepada salah seorang dari mereka,
tapi ia mengembalikannya kepadaku. Ia sama sekali tidak menyentuhnya."
Kabar Kekalahan Orang Quraisy Sampai di Makkah
Ibnu Hisyam berkata: Abu Aziz yaitu pemegang panji perang kaum musyrikin sesudah An-Nadhr bin
Al-Harits. saat saudaranya, Mush'ab bin Umair berkata kepada Abu Yasir, sahabat yang
menawannya seperti di atas. Abu Aziz bin Umair berkata kepada Mush'ab bin Umair: "Saudaraku,
apakah demikian wasiatmu bagiku?" Mush'ab bin Umair berkata kepada saudaranya itu:
"Sebetulnya Abu Yasir yaitu saudaraku." lalu ibu Abu Aziz bin Umair bertanya tentang
tebusan tawanan paling mahal bagi orang Quraisy. Lalu dikatakan padanya: empat ribu dirham. Maka
ibu Abu Aziz mengirim uang empat ribu dirham dan menebus anaknya dengan uang itu.
Ibnu Ishaq berkata: Orang yang pertama kali tiba di Makkah dengan membawa kabar kekalahan orang-
orang Quraisy di Perang Badar ialah Al-Haisuman bin Abdullah Al-Khuzai. Orang-orang Quraisy
bertanya kepada Al-Haisuman bin Abdullah: "Kabar apa yang engkau bawa?" Al-Haisuman bin
Abdullah menjawab: "Utbah bin Rabi'ah gugur, Syaibah bin Rabi'ah gugur, Abu Al-Hakam (Abu Jahal)
bin Hisyam gugur, Umayyah bin Khalaf gugur. Zam'ah bin Al-Aswad gugur, Nubayh bin Al-Hajjaj gugur,
Munabbih bin Al-Hajjaj gugur, dan Abu Al-Bakhtari gugur." saat Al-Haisuman bin Abdullah
menyebutkan nama-nama pemimpin Makkah, Shafwan bin Umayyah yang duduk di batu berkata:
"Demi Allah, orang itu sudah kehilangan akalnya!" Tanyakan padanya tentang diirku!!" Orang-orang
Quraisy bertanya: "Apa yang dikerjakan Shafwan bin Umayyah?" Al-Haisuman bin Abdullah
menjawab: "Saat ini dia sedang duduk di atas batu. Demi Allah, aku melihat ayah dan saudaranya pada
saat mereka berdua terbunuh."
Ibnu Ishaq berkata: Husain bin Abdullah bin Ubaidillah bin Abbas berkata kepadaku dari Ikrimah
mantan budak Ibnu Abbas yang berkata bahwa Abu Rafi' mantan budak Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam berkata: Awalnya aku yaitu budak milik Al-Abbas bin Abdul Muthalib, dan Islam telah
masuk kepada kami, keluarga rumah Al-Abbas. Al-Abbas lalu masuk Islam lalu diikuti oleh
Ummu Al-Fadhl, lalu aku pun masuk Islam. Al-Abbas khawatir kepada kaumnya, dan tidak suka
berbeda pendapat dengan mereka. Makanya ia merahasiakan keislamannya. Ia seorang yang kaya
raya dan kekayaannya tersebar di tengah kaumnya. Abu Lahab tidak ikut Perang Badar, dan ia kirim
Al-Ashi bin Hisyam bin Al-Mughirah untuk menggantinya. Demikianlah yang diperbuat orang-orang
Quraisy saat itu. Jika ia tidak bisa berangkat perang sendiri, ia mengirim seseorang meng- gantikan
posisi dirinya. Di saat Abu Lahab mendengar berita kekalahan orang-orang Quraisy di Perang Badar,
maka Allah menghinakan dan merendahkannya. Sedang kami merasa lebih kuat dan mulia. Sedangkan
aku sendiri yaitu seorang yang lemah. Yang berprofesi sebagai pembuat anak panah. Aku meraut
anak panah di kemah Zamzam. Demi Allah, aku duduk di kemah kulitku di Zamzam dengan meraut
anak panah. Demikian pula Al-Fadhl. Kami semua amat senang dengan kabar kemenangan kaum
Muslimin yang sampai pada kami. Tiba-tiba Abu Lahab datang. la menyeret Kedua kakinya dengan
Kejelekan, hingga ia duduk di kayu pasak kemah, punggungnya berada di balik punggungku. Dan di
saat ia duduk, tiba-tiba orang-orang berkata: "Itu Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Muthalib telah
datang." Ibnu Hisyam berkata: Abu Sufyan bernama asli Al-Mughirah. Abu Lahab berkata kepada Abu
Sufyan bin Al-Harits: "Wahai Abu Sufyan, mendekatlah kepadaku. Aku bersumpah, engkau pasti
memiliki kabar penting!'"Abu Sufyan bin Al-Harits menghampiri Abu Lahab dan duduk di dekatnya,
sedangkan orang-orang berdiri di hadapannya. Abu Lahab berkata: "Wahai anak saudaraku,
ceritakanlah kepadaku tentang orang-orang Quraisy!" Abu Sufyan bin Al-Harits berkata: "Demi Allah,
kami bertemu dengan kaum (Muslimin) itu, lalu kami serahkan pundak-pundak kami kepada mereka
dan mereka membunuh dan menawan kami sekehendak mereka. Demi Allah, walaupun begitu, aku
tidak mencela orang-orang Quraisy. Kami bertemu dengan orang-orang yang mengenakan pakaian
serba putih di atas kuda belang yang terbang di antara langit dan bumi. Demi Allah, dia tidak
menyisakan sesuatu pun dan tidak ada yang sanggup bertahan menghadapi mereka."
Abu Rafi' berkata: Lalu aku mengangkat pasak kemah dengan kedua tanganku dan berkata: "Demi
Allah, orang-orang yang mengenakan pakaian serba putih ini yaitu para malaikat." Abu Lahab
mengangkat tangannya, lalu memukulkannya pada wajahku dengan pukulan yang sangat keras. Aku
loncat ke arah Abu Lahab, tapi ia menyerangku dan melemparkanku ke tanah, lalu mendudukiku
sambil memukuliku, sebab aku orang lemah. Maka Ummu Al-Fadhl segera pergi ke tiang kayu kemah
lalu mengambilnya. Ia pukul Abu Lahab dengan tiang kayu kemah ini dengan pukulan yang
menyebabkan kepala Abu Lahab terluka parah. Ummu Al-Fadhl berkata: "Engkau anggap dia lemah,
tatkala tuannya tidak ada!!" Lalu Abu Lahab melarikan diri dengan keadaan hina. Demi Allah, dia hidup
tak lebih dari tujuh hari, hingga Allah timpakan penyakit seperti tha'un dan ia pun mati disebab kan
penyakit itu.
Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair berkata kepadaku dari ayahnya Abbad ia
berkata: Orang-orang Quraisy menangis meratapi korban-korban perang mereka. Mereka berkata:
"Berhentilah dan jangan teruskan ratapan kalian, sebab ratapan kalian akan sampai ke telinga
Muhammad dan sahabat-sahabatnya, lalu mereka pun menjadikan kalian bahan tertawaan.
Janganlah kalian mengirim orang untuk menebus tawanan, tangguhkanlah penebusan mereka, pasti
Muhammad dan sahabat-sahabatnya tidak akan meminta uang tebusan banyak atas tawanan!"
Tiga anak Al-Aswad bin Al-Muththahb: Zam'ah bin Al-Aswad, Aqil bin Al-Aswad, dan Al-Harits bin Al-
Aswad mati di Perang Badar. Ia ingin menangisi kematian anak-anaknya. Tapi di saat ia ingin menangisi
kematian anak-anaknya, tiba-tiba pada suatu malam ia mendengar ratap tangis seorang wanita. Al-
Aswad yang tuna netra berkata kepada budaknya: "Lihatlah, apakah meratap itu dihalalkan? Lihatlah,
apakah orang-orang Quraisy menangisi para korban perang mereka, sehingga dengan demikian aku
bisa menangisi Abu Hakimah (Zam'ah)? Sungguh hatiku kini terbakar!" saat budak Al-Aswad telah
kembali, ia berkata: "Wanita itu menangisi untanya yang hilang."
Ibnu Ishaq berkata: Di antara para tawanan ialah Abu Wada'ah bin Dhubayrah As-Sahmi. Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebetulnya Abu Wada'ah me kaya di Mekkah, tampaknya
ia datang kepada kalian untuk menebus ayahnya." saat orang- orang Quraisy berkata: " Janganlah
kalian cepat-cepat menebus tawanan kalian, semoga dengan cara itu, Muhammad dan sahabat-
sahabatnya tidak meminta uang tebusan yang banyak." Al-Muthalib bin Abu Wada'ah ini yang
dimaksud Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pada kisah di atas berkata: "Kalian benar. Janganlah
kalian tergesa-gesa menebus tawanan kalian!" Tapi saat datang malam hari, Al-Muthalib bin Abu
Wada'ah pergi secara sembunyi-sembunyi dari Makkah, sampai tiba di Madinah, lalu menebus
ayahnya dengan uang tebusan sebesar empat ribu dirham. Lalu ia pulang ia pulang bersama dengan
ayahnya.
Penebusan Suhail bin Amr
Ibnu Ishaq berkata: Lalu orang-orang Quraisy mengirim utusan untuk menebus tawanan perang
mereka. Mikraz bin Hafsh bin Al-Akhyaf tiba di Madinah untuk menebus Suhail bin Amr yang ditawan
Malik bin Ad-Dukhsyum, saudara Bani Salim bin Auf. Malik bin Ad-Dukhsyum berkata:
Aku tawan Suhail dan aku tak mau tawanan selain dia dari seluruh bangsa
Khindif mengetahui bahwa pahlawan mereka
Ialah Suhail, jika ia dizalimi
Aku tebas dengan parang hingga parang ini bengkok
Aku paksa diriku dengan untuk memukul orang berbibir sumbing
Suhail yaitu seorang yang bibir bawahnya sumbing.
Ibnu Ishaq Hisyam: Sebagian pakar syair mengklaim bahwa bait syair-syair di atas bukan syair-syair
Malik bin Ad-Dukhsyum.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Amr bin Atha', saudara Bani Amir bin Luay berkata kepadaku
bahwa Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam:
"Wahai Rasulullah, izinkan saya mencongkel dua gigi depan Suhail bin Amr, agar lidahnya menjulur
sehingga ia tidak berdiri ngoceh terus menerus di tempat mana pun untuk selamanya." Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku tidak akan memutilasi dia, agar Allah tidak memutilasiku,
walaupun aku seorang Nabi."
Ibnu Ishaq berkata: Ada yang menceritakan kepadaku bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
juga bersabda kepada Umar bin Khaththab pada peristiwa di atas: "Memang dia pasti akan berada di
sebuah tempat yang kamu sendiri tidak akan meencelanya."
Ibnu Hisyam berkata: Pembahasan tentang tempat ini, insya Allah akan saya jelaskan pada tempatnya.
Ibnu Ishaq berkata: sesudah Mikraz bin Hafsh berbicara dengan para sahabat tentang Suhail bin Amr
dan para sahabat setuju dengan hasil pembicaraan ini , maka para sahabat berkata: "Sekarang
serahkanlah hak kami!" Mikraz bin Hafsh berkata: " Jadikanlah kakiku sebagai ganti kaki Suhail bin
Amr, dan lepaskan dia hingga dia mengirimkan orang untuk menebusnya!" Para sahabat melepas
Suhail bin Amr, dan menjadikan Mikraz bin Hafsh tawanan sebagai gantinya.
Ibnu Hisyam berkata: Sebagian kritikus sastra Arab berkata bahwa bait syair-syair di atas bukan milik
Mikraz bin Hafsh.
Amr bin Abu Sufyan bin Harb Ditawan dan Pembebasannya
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakar berkata kepadaku ia berkata: "Amr bin Abu Sufyan bin
Harb salahsatu tawanan Perang Badar di tangan Rasullullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Ibu Amr bin
Abu Sufyan bin Harb yaitu anak perempuann Uqbah bin Abu Mu'aith.
Ibnu Hisyam berkata: Ibu Amr bin Abu Sufyan bin Harb ialah anak perempuan Abu Amr, saudara
wanita Abu Mu'aith bin Abu Amr.
Ibnu Hisyam berkata: Amr bin Abu Sufyan bin Harb ditawan Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakar berkata kepadaku bahwa ada orang yang berkata kepada
Abu Sufyan bin Harb: "Tebuslah Amr, anakmu!" Abu Sufyan bin Harb berkata: "Apakah aku harus
kehilangan darah dan kekayaanku?Mereka bunuh Hanzhalah, apakah aku harus pula membayar
tebusan buat Amr? Biarkan Amr berada di tangan mereka, dan biarkan mereka menahannya sesuka
mereka!"
saat Amr bin Abu Sufyan tertawan di Madinah di tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam,
tiba-tiba Sa'ad bin An-Nu'man bin Akkal saudara Bani Amr bin Auf lalu salah seorang dari Bani
Umayyah keluar dari Madinah untuk melakukan umrah bersama dengan gadis kecilnya. Sa'ad bin An-
Nu'man telah lanjut usia dan telah menjadi muslim. Ia menetap bersama kambingnya di An-Naqi'. Dari
An-Naqi', ia keluar untuk melakukan umrah tanpa merasa takut akan perlakuan buruk. Ia tidak
mengira akan ditahan di Makkah, sebab kepergiannya ke Makkah yaitu untuk melakukan umrah.
Sebelumnya Sa'ad bin An-Nu'man telah membuat perjanjian dengan orang-orang Quraisy, bahwa
mereka tidak boleh mengganggu orang yang datang ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji atau
umrah kecuali dengan kebaikan. Namun Abu Sufyan bin Harb melanggar janji, dan menahannya
sebagai ganti penahanan atas Amr bin Abu Sufyan. Abu Sufyan berkata:
Hai anak-anak Akkal, penuhilah seruannya Kalian telah berjanji tak kan menyerahkan pemimpin yang
telah tua Sebetulnya Bani Amr manusia hina-dina, Jika mereka tidak melepas tawanan mereka dari
belenggugnya
Syair Abu Sufyan bin Harb di atas dijawab oleh Hassan bin Tsabit:
Andai Sa'ad dilepas pada hari dia di Makkah
Ia pasti akan banyak membunuh kalian sebelum ditawan
Dengan pedang tajam atau dengan anakpanah dari pohon Nab'ah
Hingga pedang atau anak panah itu mengeluarkan suara
Bani Amr bin Auf pergi menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan menjelaskan persoalan
mereka. Mereka meminta pada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyerahkan Amr bin Abu
Sufyan bin Harb kepada mereka untuk dibebaskan sehingga dengan cara seperti itu, mereka bisa
membebaskan sahabat mereka, yakni Sa'ad bin An-Nu'man. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
mengabulkan permohonan mereka, lalu mereka mengirim Amr bin Abu Sufyan bin Harb kepada Abu
Sufyan Harb, dan Abu Sufyan bin Harb membebaskan Sa'ad bin An-Nu'man.
Kisah Zainab Putri Rasulullah dan Suaminya Abul Ash bin Rabi'
Ibnu lshaq berkata: Di antara tawanan Perang Badar ada Abu Al-Ash bin Ar-Rabi' bin Abdun bin
Al-Uzza bin Abdu Syams, menantu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, suami Zainab putri beliau.
Ibnu Hisyam berkata: Abu Al-Ash di- tawan Khirasy bin Ash-Shimmah, salah seorang dari Bani Haram.
Ibnu lshaq berkata:Abu Al-Ash termasuk orang-orang Makkah yang diperhitungkan dari sisi: harta
kekayaan, amanah, bisnis. Halal binti Khuwailid yaitu ibunya dan Khadijah yaitu bibinya. Khadijah
meminta Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menikahkan Abu Al-Ash dengan Zainab. Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak menolak keinginan Khadijah, dan itu terjadi sebelum wahyu tu- run
kepada beliau, lalu beliau menikahkan Abu Al-Ash dengan Zainab. Khadijah men- jadikan kedudukan
Abu Al-Ash baginya seperti anaknya sendiri. Dan di saat Allah Ta'ala memuliakan Rasul-Nya Shallalahu
'alaihi wa Sallam dengan kenabian dan turunnya wahyu kepada beliau, Khadijah dan putri-putrinya
beriman kepada beliau. Mereka membenarkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan bersaksi
bahwa apa yang di bawa beliau dari wahyu yaitu haq. Mereka memeluk Islam agama beliau. Kendati
Abu Al-Ash bertahan pada kekufuran dan kesyirikannya.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menikahkan Utbah bin Abu Lahab dengan Ruqayyah atau
Ummu Kaltsum. Di saat Rasulullah memperlihatkan perintah Allah, dan permusuhan terhadap orang-
orang Quraisy, mereka berkata: "Sungguh kalian telah meng- hilangkan kesedihan di hati Muhammad.
Kembalikan putri-putrinya kepadanya, sehingga ia lebih disibukan dengan mengurusi mereka." Lalu
mereka berjalan menemui Abu Al-Ash dan berkata kepadanya: "Ceraikan istrimu, dan kami akan
nikahkan engkau dengan wanita Quraisy mana saja yang engkau sukai!" Abu Al-Ash menjawab:
"Tidak!! Demi Allah, aku tidak akan menceraikan istriku! Aku tidak berharap wanita Quraisy manapun
menggantikan posisi istriku." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memberi pujian kepada Abu Al-
Ash dengan pujian yang baik, sebagaimana dituturkan kepadaku.
Orang-orang Quraisy mendatangi Utbah bin Abu Lahab, dan mereka berkata kepadanya: "Ceraikan
putri Muhammad, dan kami akan nikahkan engkau dengan wanita Quraisy mana saja yang engkau
suka." Utbah bin Abu Lahab berkata: "Jika kalian mampu menikahkan aku dengan anak perempuan
Aban bin Sa'id bin Al-Ash atau anak perempuan Sa'id bin Al-Ash, aku akan menceraikan putri
Muhammad. Lalu orang-orang Quraisy menikahkan Utbah bin Abu Lahab dengan anak perempuan
Sa'id bin Al-Ash, dan Utbah bin Abu Lahab pun menceraikan putri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam dan ia tidak pernah menggaulinya. Allah memuliakan Ruqaiyyah dengan cara
membebaskannya dari tangan Utbah bin Abu Lahab, dan menjadikan Utbah bin Abu Lahab hina.
sesudah itu, Ruqaiyyah dinikahi Utsman bin Affan.
Di Makkah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak menghalalkan dan tidak mengharamkan,
kondisinya sangat membatasinya. Islam telah memisahkan Zainab binti Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam dengan suaminya, Abu Al-Ash -saat Zainab telah masuk Islam-, hanya saja Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak kuasa untuk memisahkan keduanya. Zainab tetap tinggal bersama
Abu Al-Ash sebagai seorang Muslimah dan Abu Al-Ash yang masih dalam keadaan musyrik hingga
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Di saat orang-orang Quraisy berangkat
menuju Badar, Abu Al-Ash ikut bersama mereka, dan menjadi slahsatu tawanan perang Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Madinah.
Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair berkata kepadaku dari ayahnya, Abbad
dari Aisyah Radhiyallahu Anha dia berkata: Di saat orang-orang Makkah mengirim wakilnya pergi ke
Madinah untuk menebus tawanan mereka, Zainab binti Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam juga
mengirim wakilnya pergi ke Madinah untuk menebus Abu Al-Ash bin Ar-Rabi' dengan uang. Zainab
juga mengirimkan kalung kepada suaminya, Abu Al-Ash. Kalung ini dulunya milik Khadijah,
lalu Khadijah memberi kalung ini kepadanya tat- kala ia menikah dengan Abu Al-Ash.
Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihat kalung ini , beliau terenyuh, lalu
bersabda: "Jika kalian hendak membebaskan suami Zainab, dan mengembalikan hartanya kepadanya,
silakan lakukan!" Para sahabat berkata: "Akan kami lakukan, wahai Rasulullah. Maka para sahabat
segera membebaskan Abu Al-Ash dan mengembalikan harta Zainab.86
Zainab binti Rasulullah Shalla¬lahu 'alaihi wa Sallam Berangkat ke Madinah
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam masih membuat kesepakatan dengan Abu
Al-Ash, atau beliau membuat perjanjian dengannya untuk memudah- kan kepergian Zainab kepada
beliau. Atau Abu Al-Ash telah mengajukan syarat dalam pembebasan dirinya, namun persyaratan
ini tidak terlihat pada Abu Al-Ash atau dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, hingga bisa
diketahui. Hanya saja saat Abu Al-Ash pulang ke Makkah, Rasulullah Shal¬lalahu 'alaihi wa Sallam
mengutus Zaid bin Haritsah dan salah seorang dari kaum Anshar. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam bersabda kepada keduanya: "Pergilah kalian ke kabilah Ya'jaj hingga Zainab melewati kalian
berdua, temani dia hingga tiba di tempatku!"87 lalu Zaid bin Haritsah dan sahabat dari kaum
Anshar ini berangkat ke tempat yang Shallalahu 'alaihi wa Sallam maksud. Kejadian ini terjadi
kurang lebih sebulan sesudah Perang Badar. saat Abu Al-Ash tiba di Makkah, ia memerintahkan
istrinya pergi pada ayahnya, lalu Zainab keluar untuk mengadakan persiapan untuk pergi ke Madinah.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakar berkata kepadaku bahwa aku diberi tahu dari Zainab ia
berkata: pada saat aku menyiapkan diri di Makkah untuk menyusul ayahku, Hindun binti Utbah
menemuiku. Ia berkata: "Wahai putri Muhammad, benarkah berita yang sampai padaku bahwa
engkau akan pergi menyusul ayahmu?" Aku menjawab: "Aku tidak mau melakukan itu." Hindun binti
Utbah berkata: "Wahai putri pamanku, telah sampai padaku berita bahwa engkau akan menyusul
ayahmu. Jika engkau membutuhkan bekal untuk perjalananmu atau uang sehingga engkau bisa
sampai di sana, silahkan utarakan kebu tuhanmu kepadaku, dan janganlah engkau malu kepadaku,
sebab aku pun perempuan sepertimu, aku sangat mengerti." Zainab berkata: "Demi Allah, aku
melihat Hindun berkata seperti itu memang untuk melakukannya. Namun aku tetap takut padanya.
Oleh sebab itu, menolak untuk mengatakan bahwa aku akan menyusul ayahku. Namun aku tetap
melakukan persiapan untuk kepergianku ke Madinah menyusul ayahku"
Pada saat Zainab telah siap berangkat, saudara ipar Zainab, Kinanah bin Ar-Rabi' yang juga saudara
suaminya memberi unta kepadanya. Kinanah bin Ar-Rabi' mengambil busur dan anak panah.
lalu di siang hari, Kinanah bin Ar-Rabi' berjalan menuntun unta Zainab, sedangkan Zainab
berada di dalam tandunya. Hal ini menjadi wa- cana massif orang-orang Quraisy, lalu
mereka pergi mengejar Zainab. Mereka berhasil bertemu dengannya di Dzi Thuwa. Orang yang
pertama kali menyusul Zainab ialah Habbar bin Al-Aswad bin Abdul Muthalib bin Asad bin Abdul Uzza
Al-Fihri. Habbar bin Al-Aswad mengintimidasi Zainab di tandunya dengan tombak. Menurut para
ulama, saat itu Zainab sedang hamil. sebab mendapat teror dari Habbar bin Al-Aswad, maka bayi
di kandungan Zainab mengalami keguguran. Kinanah bin Ar-Rabi' berhenti, lalu ia mengeluarkan
anak panahnya lalu berkata: "Demi Allah, jika salah seorang dari kalian mendekatiku, aku akan
mengerahkan anak panahku padanya." Orang-orang Quraisy pun akhirnya balik kembali ke Makkah.
Abu Sufyan bin Harb bersama tokoh-tokoh Quraisy tiba di tempat Zainab dan Kinanah bin Ar-Rabi'.
Abu Sufyan bin Harb berkata kepada Kinanah: "Wahai Fulan, tahanlah anak panahmu dari kami, beri
kami kesempatan bicara denganrrtu!" Kinanah bin
Ar-Rabi' menahan anak panahnya, lalu Abu Sufyan bin Harb menghampirinya dan berdiri di
dekatnya. Abu Sufyan bin Harb berkata kepada Kinanah bin Ar-Rabi': "Engkau bertindak tidak benar,
sebab engkau keluar bersama seorang wanita secara terang-terangan dan disaksikan oleh seluruh
manusia. Engkau menyadari musibah, dan petaka yang menimpa kami, serta kesedihan yang
dimasukkan Muhammad dalam perasaan kami. Jika engkau tetap memaksa keluar bersama putri
Muhammad dengan terang-terangan yang dilihat banyak orang, maka orang-orang akan
menyimpulkan bahwa ini terjadi sebab kehinaan yang menimpa kita akibat kekalahan yang menimpa
kita, dan dianggap sebagai kelemahan kita semua. Aku bersumpah bahwa kami tidak meliki
kepentingan menahan putri Muhammad, agar ia tidak bisa bertemu ayahnya. Kami tidak ingin balas
dendam terhadap Zainab dengan cara menahannya. Untuk sementara pulanglah dengan putri
Muhammad. Jika suara-suara sumbang telah mereda dan orang-orang berkata bahwa kami telah
mengembalikan putri Muhammad kepada Muhammad, pergilah bersama putri Muhammad dengan
diam-diam dan bawalah dia untuk menemui ayahnya!"
Kinanah bin Ar-Rabi' menerima usulah Abu Sufyan bin Harb, lalu Zainab ting- gal di Makkah
beberapa waktu. saat suara-suara sumbang mulai mereda, akkhirnya pada suatu malam, Kinanah
bin Ar-Rabi' keluar dari Makkah bersama Zainab, lalu menyerahkan Zainab kepada Zaid bin
Haritsah dan sahabatnya. Zaid bin Haritsah dan sahabatnya pun tiba di tempat Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam dengan membawa Zainab.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Rawahah atau Abu Khaitsamah saudara Bani Salim bin Auf berkata
tentang kejadian yang dialami Zainab.
Ibnu Ishaq berkata: Mantan budak Abu Sufyan yang dimaksud pada syair di atas yaitu Amir bin Al-
Hadhrami. Iajuga menjadi tawanan di tempat kaum Muslimin. Tadinya ia bersekutu dengan Harb bin
Umayyah.
Ibnu Hisyam berkata: Mantan budak Abu Sufyan yang dimaksud di syair di atas ialah Uqbah bin Abdul
Harits bin Al-Hadhrami. Adapun Amir bin Al-Hadhrami tewas di Perang Badar.
Pada saat orang-orang Quraisy yang menemui Zainab tadi pulang ke Makkah dan mereka bertemu
dengan Hindun binti Utbah. Hindun binti Utbah berkata kepada mereka,
Apakah dalam suasana damai, mereka tegas bersikap keras
Namun di medan perang, mereka laksana wanita-wanita yang lagi haid
Kinanah bin Ar-Rabi' berkata tentang Zainab, saat ia menyerahkannya kepada Zaid bin Haritsah dan
sahabatnya
Aku heran dengan Habbar, dan orang-orang lemah hina dan kaumnya
Mereka berniat mencegahku memenuhi janji pada putri Muhammad
Aku tidak peduli jumlah mereka selagi aku masih hidup
Dan selagi tanganku masih bisa bertarung dengan pedang dari India
Ibnu Ishaq berkata bahwa Yazid bin Abu Habib berkata kepadaku dari Bukair bin Abdullah bin Al-Asyaj
dari Sulaiman bin Yasar dari Abu Ishaq Ad-Dausi dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu ia berkata:
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim ekspedisi dan aku ikut serta di dalamnya. Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada kami: "jika kalian bisa menangkap Habbar bin Al-
Aswad atau orang lain yang tiba duluan di tempat Zainab." Ibnu Hisyam berkata: Ibnu Ishaq berkata
bahwa orang yang dimaksud Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dalam peristiwa di atas yaitu
Nafi' bin Abdu Qais, maka bakarlah keduanya dengan api." Abu Hurairah berkata: "Keesokan harinya,
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi ke tempat kami dan bersabda: "Kemarin aku menyuruh
kalian membakar dua orang ini jika kalian berhasil menangkap keduanya, lalu aku
memandang bahwa siapapun tidak boleh menyiksa orang lain dengan api kecuali Allah saja yang boleh
melakukannya. jika kalian berhasil menangkap kedua orang itu, maka bunuhlah mereka!"
Abu Al-Ash bin Ar-Rabi' Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: Sesudah itu, Abu Al-Ash bin Ar-Rabi' tinggal di Makkah, sementara Zainab menetap
di Madinah bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat Islam memisahkan mereka berdua.
Menjelang penaklukan Makkah, Abu Al-Ash pergi berdagang ke Syam. Abu Al-Ash dikenal sebagai
orang yang amanah dalam menjaga harta. Baik milik sendiri maupun harta orang-orang Quraisy yang
mereka titipkan padanya. Tatkala usai berdagang dan kembali ke Makkah, ia berpapasan dengan
ekspedisi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, mereka merampas kekayaan Abu Al-Ash bin Ar-Rabi'.
Abu Al-Ash bin Ar-Rabi' tidak kuasa untuk menghadapi mereka, akhirnya dia melarikan diri. saat
ekspedisi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tiba di Madinah dengan membawa barang rampasan,
pada malam harinya Abu Al-Ash bin Ar-Rabi' tiba di Madinah. Ia ma suk ke rumah Zainab binti
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu ia meminta perlindungan darinya dan Zainab pun
memberi perlindungan padanya. Abu Al-Ash bin Ar-Rabi pergi ke Madinah untuk mengambil kembali
hartanya.
saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar untuk menunaikan shalat Shubuh, sebagaimana
dituturkan kepadaku oleh Yazid bin Ruman, beliau bertakbir, para sahabat bertakbir dan tiba-tiba
Zainab berteriak keras dari shaf wanita: "Hai manusia, Sebetulnya aku telah memberi perlindungan
kepada Abu Al-Ash. sesudah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam selesai menunaikan shalat, beliau
menemui sahabat-sahabatnya dan bersabda: "Wahai manusia, apakah kalian mendengar apa yang
aku dengar?" Para sahabat menjawab: "Ya, kami telah mendengar apa yang engkau dengar."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, aku
tidak mengetahui sedikit pun tentang hal ini hingga aku mendengar apa yang kalian dengar.
Sebetulnya kaum Muslimin harus memberi perlindungan kepada orang yang paling lemah di antara
mereka; " lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pulang hingga beliau menemui putrinya,
dan berkata: "Wahai putriku, muliakan dia dan jangan sekali-kali dia mendekatimu, sebab engkau
tidak halal baginya!"
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakar berkata kepadaku bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam pergi ke ekspedisi yang merampas harta Abu Al-Ash bin Ar-Rabi', dan bersabda kepada mereka:
"Sebetulnya orang ini termasuk golongan kita sebagaimana yang kalian ketahui, dan kalian telah
merampas hartanya. Jika kalian berbuat baik dan mengembalikan hartanya itu kepadanya, maka hal
ini sangat aku kehendaki. Namun jika kalian tidak ingin melakukan itu, maka harta rampasan ini
yaitu harta yang diberikan Allah kepada kalian." Para sahabat menjawab: "Kami akan
mengembalikan harta itu kepadanya, wahai Rasulullah." Maka para sahabat pun mengembalikan
harta Abu Al-Ash bin Ar-Rabi', hingga salah seorang dari mereka mengembalikan timbanya, yang lain-
nya datang mengembalikan kirbahnya, yang lain mengembalikan tempat airnya yang terbuat dari
kulit, bahkan yang lain lagi mengembalikan kayu kecil untuk mengangkat karung. Mereka
mengembalikan semua harta Abu Al- Ash bin Ar-Rabi' tanpa terkecuali.
lalu Abu Al-Ash bin Ar-Rabi' membawa pulang harta ini ke Makkah, lalu mengembalikan
seluruh harta itu kepada para pemiliknya yaitu orang-orang yang menitipkan barang dagangan
padanya. lalu , Abu Al-Ash bin Ar-Rabi' berkata: "Wahai orang-orang Quraisy, masih adakah di
antara kalian yang belum menerima hartanya?" Orang-orang Quraisy menjawab: "Tidak ada!." Kami
telah menerima harta kami seluruhnya. Semoga Allah memberi balasan yang baik kepadamu. Kami
mendapatimu selalu menetapi janji dan engkau yaitu seorang yang mulia." Abu Al-Ash bin Ar-Rabi'
berkata: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak di sembah selain Allah, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad yaitu hamba Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, tidak ada yang menghalangiku
masuk Islam di tempat Muhammad, kecuali sebab rasa takutku bahwa kalian akan mengira aku
memakan harta kalian. sesudah Allah mengembalikan harta kalian kepada kalian, dan aku telah
membagi-bagikannya, maka kini aku nyatakan diriku masuk Islam." sesudah itu, Abu Al-Ash bin Ar-Rabi'
keluar dari Makkah hingga tiba di Madinah. Ibnu Ishaq berkata: Daud bin Al-Hushain berkata kepadaku
dari Ikrimah dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma. yang berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam menyatukan kembali Abu Al-Ash bin Ar-Rabi' dengan Zainab sesudah mereka berpisah selama
enam tahun.
Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah berkata kepadaku bahwa saat Abu Al-Ash bin Ar-Rabi' pulang
dari Syam dengan membawa harta orang-orang musyrikin, dikatakan kepadanya: "Apakah engkau
masuk Islam dan mengambil harta milik orang-orang musyrikin?" Abu Al-Ash bin Ar-Rabi menjawab:
"Sungguh buruk bagiku, bila aku mengawali keislamanku dengan berkhianat."
Ibnu Hisyam berkata: Abdul Warits bin Sa'id At-Tanuri berkata kepadaku dari Daud bin Abu Hindun
dari Amir Asy-Sya'bi tentang hadits yang sama dengan hadits Abu Ubaidah dari Abu Al-Ash.
Ibnu Ishaq berkata: Di antara tawanan yang dibebaskan tanpa uang tebusan yang nama-namanya
disebutkan kepada kami yaitu sebagai berikut:
Dari Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf ialah Abu Al-Ash bin Ar-Rabi' bin Abdul Uzza bin Abdu Syams
bin Abdu Manaf. Ia dibebaskan oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sesudah Zainab binti
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus orang untuk menebusnya.
Dari Bani Makhzum bin Yaqadzah yaitu : Al-Muthalib bin Hanthab bin Al-Harts bin Ubaid bin Umar
bin Makhzum. Ia ditawan di Bani Al-Harits. lalu mereka membebaskannya, dan ia menyusul
kaumnya.
Ibnu Hisyam berkata: Al-Muthalib bin Hanthab ditawan oleh Khalid bin Zaid yang tidak lain yaitu Abu
Ayyub Al-Anshari, saudara Bani An-Najjar.
Shaifi bin Abu Rifa'ah bin Aidz bin Abdullah bin Umar bin Makdzum. Selama dia ditawan, ia dibiarkan
bebas namun tetap dalam pengawasan para sahabat. saat tidak ada orang yang menebus Shaifi bin
Abu Rifa'ah, para sahabat membuat perjanjian dengannya agar ia mengirim orang untuk menebus
dirinya. Lalu para sahabat membebaskannya, namun ia tidak memberi apa-apa pada mereka.
Tentang hal ini , Hassan bin Tsabit berkata:
Shaifi tidak menetapi amanahnya
Ia laksana tengkuk serigala yang kelelahan di sebuah sumber air
Abu Azzah Amr bin Abdullah bin Utsman bin Uhaib bin Hudzafah bin Jumah. Ia seorang miskin yang
memiliki banyak anak perempuan. Ia berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam:
"Wahai Rasulullah, engkau telah mengetahui kalau aku tidak memiliki uang, seorang miskin, dan
memiliki tanggungan anak-anak perempuan yang banyak. Oleh sebab itu, bebaskanlah diriku!"
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membebaskannya, dan membuat perjanjian dengannya agar ia
tidak membantu siapa pun untuk memerangi beliau. Tentang hal ini, Abu Azzah berkata memuji
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan menyebutkan keutamaan beliau di tengah kaumnya:
Siapakah yang bisa menyampaikan pesanku kepada Rasul Muhammad?
Bahwa engkau yaitu benar dan seorang raja yang terpuji
Engkau lelaki yang mengajak kepada kebenaran dan petunjuk
Engkau saksi dari Allah Yang Mahaagung
Engkau orang yang memperoleh kedudukan tinggi di kalangan kami
Dalam derajat yang mudah dan tinggi Barangsiapa yang engkau perangi, ia tentara yang sengsara
Barangsiapa yang engkau berdamai dengannya, ia orang yang bahagia
Namun, bila disebut Badar dan para pelaku Perang Badar
Kembali rasa sedih dan duka menyelinap dalam dadaku
Ibnu Hisyam berkata: Jumlah tebusan orang-orang musyrikin saat itu ialah empat ribu hingga seribu
dirham per satu tawanan lelaki, kecuali tawanan yang tidak memiliki apa-apa, maka Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam membebaskannya tanpa uang tebusan.
Umair bin Wahb Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair ia
berkata: sesudah orang-orang Quraisy mengalami kekalahan telak di Perang Badar, Umair bin Wahb
Al-Jumahi duduk berdua dengan Shafwan bin Umayyah di dekat Hijr. Umair bin Wahb yaitu salah
satu setan Quraisy, termasuk orang yang menyakiti Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan
sahabat-sahabatnya, serta para sahabat di berondong kesusahan darinya saat mereka tinggal di
Makkah. Anak Umair bin Wahb yang bernama Wahb bin Umair termasuk dalam salah satu tawanan
kaum Muslimin.
Ibnu Hisyam berkata: Wahb bin Umair ditawan Rifa'ah bin Rafi', salah seorang dari Bani Zuraiq.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair yang
berkata: Umair bin Wahb teringat akan orang-orang Quraisy yang tewas dan menjadi penghuni sumur
di Badar dan apa yang menimpa mereka dari kekalahan. Shafwan bin Umayyah berkata: "Demi Allah,
tidak ada kebaikan dalam hidup ini sesudah mereka tiada." Umair bin Wahb berkata kepada Shafwan
bin Umayyah: "Demi Allah, engkau berkata benar. Demi Allah, bila aku tidak memiliki utang yang
harus aku bayar, dan tidak memiliki beban keluarga yang membuatku takut jika aku tinggalkan
mereka menjadi miskin, niscaya aku akan pergi kepada Muhammad lalu aku bunuh dia. sebab
Sebetulnya aku memiliki banyak alasan untuk itu. Anakku berada di tangan mereka sebagai
tawanan perang."
Shafwan bin Umayah melihat ada sebuah kesempatan pada ucapan Umair bin Wahb ini , maka
ia gunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya lalu ia berkata: "Utangmu aku yang
akan membayarnya hingga lunas. Dan beban keluargamu menjadi bebanku dan aku akan membantu
mereka sepanjang hidup mereka. Tidak ada sesuatu yang bisa mencegahku dan menjadikanku lemah
untuk mengurusi mereka." Umair bin Wahb berkata kepada Shafwan bin Umayyah: "Rahasiakan
kesepakatan kita ini dari orang lain." Shafwan bin Umayyah menjawab: "Ya!"
Lalu Umair bin Wahb meminta salah seorang dari keluarganya mengambilkan pedangnya, ia pun
mengasahnya dan memberinya racun lalu dia berangkat menuju Madinah. Saat itu Umar bin
Khaththab Radhiyallahu Anhu berada di tengah kumpulan beberapa sahabat yang sedang
memperbincangkan Perang Badar, kemuliaan yang Allah berikan kepada mereka, dan tentang musuh
yang Allah perlihatkan kepada mereka.
Tiba-tiba Umar bin Khaththab melihat Umair bin Wahb datang dengan menghunus pedang lalu
berhenti dan berdiri di ambang pintu masjid. Umar bin Khaththab berkata: "Inilah dia anjing dan
musuh Allah, Umair bin Wahb. Demi Allah, ia tidak datang ke sini kecuali dengan maksud jahat. Dialah
yang menghasut orang-orang untuk berbuat jahat terhadap kita, dan memberitahu akan jumlah kita
di Perang Badar kepada orang-orang Quraisy." Umar bin Khaththab masuk menemui Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan berkata kepada beliau: "Wahai Nabi Allah, inilah musuh Allah Umair
bin Wahb datang dengan menghunus pedangnya." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Perintahkan dia masuk menemuiku!" Umar bin Khaththab pergi sambil membawa tali busur
pedangnya lalu mengalungkannya ke leher Umair bin Wahb. Umar bin Khaththab berkata kepada
beberapa sahabat dari kaum Anshar: "Masuklah kalian kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
dan duduklah di depan beliau. Hati-hatilah kalian terhadap orang jahat ini, sebab Sebetulnya orang
ini tidak bisa dipercaya." lalu Umar bin Khaththab masuk ke tempat Rasulullah Shal¬lalahu
'alaihi wa Sallam dengan membawa Umair bin Wahab.
saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihat Umair bin Wahb, dan Umar bin Khaththab
memanggul pedangnya. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Wahai Umar, turunkan
pedangmu. Hai Umair mendekatlah kepadaku!" Umair bin Wahb pun mendekat kepada Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam, lalu Umair bin Wahb berkata: 'An 'imuu shahahan (Selamat Pagi) -
ini yaitu ucapan salam pada zaman Jahiliyah.' Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Wahai Umair, Sebetulnya Allah telah memuliakan kami dengan ucapan salam yang lebih baik
daripada salammu. Yaitu ucapan salam para penghuni surga." Umair bin Wahb berkata: "Demi Allah,
wahai Muhammad, Sebetulnya aku orang baru dalam hal ini ." Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam bersabda kepada Umair bin Wahb: "Wahai Umair, apa yang membuatmu datang
kemari?"Umair bin Wahb menjawab: "Aku datang kepada kalian demi tawanan yang ada di tangan
kalian. Berbuat baiklah kepadanya." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Lalu mengapa
mesti ada pedang terhunus di atas pundakmu?" Umair bin Wahb menjawab: "Semoga Allah menjelek-
jelekkan pedang ini di antara pedang lainnya. Apakah pedang ini bisa memberi suatu mamfaat
padamu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Umair bin Wahb: "Katakan
sejujurnya kepadaku kenapa engkau datang ke mari?" Umair bin Wahb menjawab: "Aku datang ke
mari hanya demi tujuan ini ." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata: Tidak! engkau telah
duduk bersama Shafwan bin Umayyah di dekat Hijr, lalu kalian berdua membahas tentang orang-
orang Quraisy yang tewas di Perang Badar dan menjadi penghuni sumur, lalu engkau berkata:
'Seandainya aku tidak memiliki hutang yang harus aku lunasi, dan tanggungan anak-anak, pasti aku
pergi ke Madinah lalu aku bunuh Muhammad. Lalu Shafwan bin Umayyah menanggung
hutangmu, dan anak-anak tanggunganmu dan sebagai gantinya engkau membunuhku untuknya.
Hanya saja Allah menghalangimu."
Umair bin Wahb berkata: "Aku bersaksi bahwa engkau yaitu utusan Allah. Wahai Rasulullah, dulu
kami mendustakan berita langit yang engkau bawa kepada kami, dan yang diturun kepadamu dari
Wahyu. Dan tidak ada satu pun yang tahu tentang rencana pembunuhan ini kecuali aku dan Shafwan
bin Umayyah. Demi Allah. Aku tahu bahwa tidak ada yang bisa memberitahukan rencana ini kepadamu
kecuali Allah. Segala puji bagi Allah yang telah memberiku Hidayah kepada Islam, dan menuntunku ke
jalan ini." sesudah itu, Umair bin Wahb bersaksi dengan kesaksian yang benar.' Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam bersabda kepada para sahabatnya: "Ajarilah saudara kalian ini tentang masalah-
masalah agamanya, bacakan Al-Qur'an kepadanya, dan bebaskan tawanannya!" Para sahabat
melaksanakan perintah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Umair bin Wahb berkata: "Wahai Rasulullah, dulu aku berusaha keras untuk memadamkan cahaya
Allah, dan amat kejam terhadap orang yang memeluk agama -Nya. Kini izinkanlah aku untuk kembali
pulang ke Makkah, lalu aku ajak orang-orang Quraisy kepada Allah, Rasul-Nya, dan kepada Islam.
Mudah-mudahan Allah memberi Hidayah kepada mereka. Jika tidak, aku siksa mereka sebab agama
mereka seperti halnya dulu aku menyiksa sahabat-sahabatmu sebab agama mereka." Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengizinkan Umair bin Wahb pulang ke Makkah, dan ia pun pulang ke
Makkah.
Ibnu Ishaq berkata: saat Umair bin Wahb berangkat ke Madinah. Shafwan bin Umayyah berkata
kepada orang-orang Quraisy: "Bergembiralah kalian dengan kejadian yang akan datang kepada kalian
pada hari-hari di mana kalian dibuat lupa akan peristiwa Perang Badar."Shafwan bin Umayyah
senantiasa menanyakan kabar tentang Umair bin Wahb kepada setiap musafir, hingga suatu saat
datanglah salah seorang musafir, lalu musafir ini menjelaskan kepadanya tentang ke Islaman
Umair bin Wahb. Maka Shafwan bin Umayyah bersumpah ia tidak akan berbicara apa pun dengan
Umair bin Wahb dan tidak memberi apa pun kepadanya untuk selama-lamanya.
Ibnu lshaq berkata: Tatkala Umair bin Wahb telah tiba di Makkah, ia tinggal di sana untuk mengajak
manusia kepada Islam, dan menyiksa siapa saja yang menentangnya dengan siksaan yang keras
sehingga banyak yang masuk Islam berkat dakwahnya.
Ibnu Ishaq berkata: Dikatakan kepadaku bahwa salah seorang dari Umair bin Wahb atau Al-Harits bin
Hisyam melihat iblis tatkala iblis itu mundur pada saat Perang Badar. Iblis ini berkata: "Kemana
kau pergi wahai Suraqah?" lalu Iblis turun ke bumi dan lenyap pergi. Mengenai hal ini, Allah
menurunkan ayat:
Dan saat setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak
ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan Sebetulnya saya
ini yaitu pelindungan' (QS. al-Anfal: 48).
Pada ayat di atas, Allah menjelaskan tentang tipu daya (istidraj) iblis kepada orang- orang musyrikin
Quraisy, dan penyerupaan dia menjadi seperti Suraqah bin Malik bin Ju'syum saat mereka ingat
perang yang terjadi antara mereka melawan Bani Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah. Allah Ta'ala
berfirman.
Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan) (QS. al- Anfal: 48).
Yakni, musuh Allah iblis melihat tentara-tentara Allah dari para malaikat yang dengannya Allah
menolong Rasul-Nya dan kaum Muslimin dalam menghadapi musuh-musuh Allah. Allah berfirman:
setan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sebetulnya saya berlepas diri daripada kamu;
Sebetulnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat" (QS. al-Anfal: 48).
Musuh Allah iblis itu berkata benar di mana ia bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat orang-orang
musyrikin Quraisy. Iblis berkata:
Sebetulnya saya takut kepada Allah. Dan Allah sangat keras siksa-Nya (QS. al-Anfal: 48).
Ibnu lshaq berkata: Disebutkan kepadaku bahwa orang-orang Quraisy melihat iblis itu di setiap tempat
dalam rupa seperti Suraqah bin Malik. Oleh sebab itulah mereka mempercayainya. Tatkala Perang
Badar berlangsung dan pada saat kedua belah pihak sudah berhadap-hadapan, iblis balik ke belakang,
lalu meninggalkan mereka sesudah berhasil membujuk mereka dan menyerahkan mereka kepada
kaum Muslimin.
Orang-orang Quraisy Pemberi Makan Jamaah Haji
Ibnu lshaq berkata: Para pemberi makan jamaah haji dari orang-orang Quraisy, lalu dari Bani
Hasyim bin Abdu Manaf yaitu Al-Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim.
Dari Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf yaitu Utbah bin Rabi'ah bin Abdu Syams.
Dari Bani Naufal bin Abdu Manaf yaitu Al-Harits bin Amir bin Naufal dan Thu'aimah bin Al-Harits bin
Naufal, mereka berdua saling bergantian.
Dari Bani Asad bin Abdul Uzza yaitu Abu Al-Bakhtari bin Hisyam bin Al-Harits bin Asad dan Hakim bin
Hizam bin Khuwailid bin Asad, mereka berdua saling bergantian.
Dari Bani Abduddar bin Qushay yaitu An-Nadhr bin Al-Harits bin Kaladah bin Alqamah bin Abdu
Manaf bin Abduddar.
Ibnu Hisyam berkata: Ada juga yang mengatakan bahwa An-Nadhr yaitu anak Al-Harits bin Alqamah
bin Abdu Manaf binAbduddar.
Ibnu lshaq berkata: Dari Bani Makhzum bin Yagdzhah yaitu Abu Jahal bin Hisyam bin Al-Mughirah
bin Abdullah bin Umar bin Makhzum.
Dari Bani Jumah yaitu Umayyah bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah.
Dari Bani Sahm bin Amr yaitu Nubaih dan Munabbih. Keduanya anak Al-Hajjaj bin Amir bin Hudzaifah
bin Sa'ad bin Sahm, dan mereka berdua saling bergantian.
Dari Bani Amir bin Luay yaitu Suhail bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin
Hisl bin Amir.
Nama-nama Kuda Kaum Muslimin di Perang Badar
Ibnu Hisyam berkata: Salah seorang ulama berkata kepadaku bahwa kuda-kuda kaum Muslimin di
Perang Badar ialah sebagai berikut:
Kuda milik Martsad bin Abu Martsad Al-Ghanawi yang bemama As-Sabal.
Kuda milik Al-Miqdad bin Amr bin Al-Bahrani yang bemama Ba'zajah, ada juga menamakannya
Sabhah.
Kuda milik Zubair bin Awwam yang bernama Al-Ya'sub.
Ibnu Hisyam berkata: Kuda-kuda kaum musyrikin ada seratus ekor.
Turunnya Surat Al-Anfaal
Ibnu Ishaq: sesudah permasalahan Perang Badar selesai, Allah Yang Mahatinggi menurunkan surat Al-
Anfal secara keseluruhan tentang Perang Badar. Di antara ayat di surat Al-Anfal yang turun yaitu
tentang perselisihan kaum Muslimin tentang rampasan perang saat mereka memperselisihkannya.
Allah berfirman:
Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta
rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah
perhubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu yaitu orang-
orang yang beriman." (QS. al-Anfal: 1),
jika Ubadah bin Ash-Shamit --sebagaimana dituturkan kepadaku-- ditanya mengenai surat Al-
Anfal, ia berkata: Surat Al-Anfal ini diturunkan kepada kami, para mujahidin Perang Badar pada saat
kami berselisih pendapat tentang harta rampasan perang di Perang Badar, lalu Allah mencabut
rampasan perang ini dari tangan kami --tatkala akhlak kami rusak--, dan Allah
mengembalikannya kepada Rasul-Nya, yang lalu membagi-bagikannya kepada kami secara
merata. Pada hal demikian itu ada ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, ketaatan kepada Rasul-
Nya, dan perbaikan hubungan di antara kami.
sesudah itu Allah Yang Mahatinggi menerangkan tentang para sahabat, dan perjalanan mereka
bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tatkala mereka mengetahui bahwa orang-orang
Quraisy berangkat kepada mereka. Tadinya kaum Muslimin hanyalah menginginkan kafilah dagang
Abu Sufyan sebab mereka ingin mendapatkan harta rampasan, lalu Allah Ta'ala berfirman:
Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal Sebetulnya
sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya, mereka membantahmu tentang
kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada
kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu). (QS. al-Anfal: 5-6).
Yakni, mereka tidak menghendaki berperang dengan orang-orang Quraisy, dan tidak menginginkan
keberangkatan orang-orang Quraisy pada saat berita tentang orang-orang Quraisy disampaikan
kepada mereka.
Allah Ta'ala berfirman:
Dan (ingatlah), saat Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yangkamu
hadapi) yaitu untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak memiliki kekuatan
senjatalah yang untukmu (QS. al-Anfal: 7).
Yakni, para sahabat menginginkan rampasan perang bukan perang itu sendiri.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan
orang-orang kafir, (QS. al-Anfal: 7).
Yakni,menghancurkan orang-orang kafir melalui pertempuran yang membinasakan pemuka-pemuka
Quraisy, dan pemimpin-pemimpin mereka di Perang Badar.
lalu Allah Subhananu wa ta'ala berfirman