sirah nabawiyah 2


 a melawannya dan menampar 

balik dirinya. Maka anaknya itu melakukan apa yang dia perintahkan. Maka 'Amr berkata di 

tengah-tengah kaumnya: "Aku tidak akan diam di sebuah negeri di mana anak bungsuku telah 

menampar wajahku." lalu  Amr menawarkan harta yang dimilikinya untuk dijual. Maka 

orang-orang terhormat dan kaya orang Yaman berkata: "Gunakan ke- sempatan marahnya 

Amr!" Maka mereka pun membeli harta milik Amr. 

 

Bersama dengan anak dan cucunya dia pindah. Maka orang-orang Azd berkata: Kami tidak 

akan diam di sini tanpa Amr! Dan mereka pun menjual barang-barangnya dan pergi keluar 

bersamanya hingga akhirnya dia singgah di negeri Akk sesudah  melintas beberapa tempat 

dengan tujuan untuk mendapatkan tempat tinggal. 

 

Namun kabilah Akk memerangi mereka dan terjadilah kalah menang antara keduanya dalam 

peperangan yang berlangsung. Dalam hal inilah Abbas bin Mirdas mengatakannya -dalam 

syair- yang telah kami tulis sebelum ini. 

 

lalu  Amir dan rombongannya pergi meninggalkan kabilah Akk dengan terpencar- pencar 

di berbagai negeri. Keluarga Jafnah bin Amr bin Amr menetap di Syam, Al-Aws dan Khazraj 

menetap di Yatsrib (Madinah), Khuza'ah menetap Marra, Azd menetap di As-Sarah, sementara 

Azd Amman menetap di Oman. 

 

sesudah  itu Allah mengirimkan banjir bandang ke bendungan itu dan menghancurkannya. 

Dalam hal ini Allah Yang Maha tinggi telah mengabarkan pada Nabi-Nya dalam Al- Quran: 

 

Sebetulnya  bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu 

dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan): 

 

 

"Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu 

kepada-Nya. (Negerimu) yaitu  negeri yang baik dan Tuhanmu yaitu  Tuhan Yang Maha 

Pengampun." namun  mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang 

besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon- pohon) 

yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. (QS. Saba': 15-16) 

 

Yang dimaksud dengan kata al-'arimi da- lam ayat di atas yaitu  bendungan, kata tung- galnya 

yaitu  'arimah, sebagaimana yang di- tuturkan oleh Abu Ubaidah kepada saya. Dia berkata Al-

A'sya yaitu  anak keturunan Qays bin Tsa'labah bin 'Ukabah bin Sha'b bin Ali bin Bakr bin 

Wail bin Hinbi bin Aqsha bin Afdha bin Jadilah bin Asad bin Rabi'ah bin Nizar bin Ma'ad. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Disebutkan bahwa Afsha bin Du'mi bin Jadilah. Sedangkan Asya yaitu  

Maimun bin Qays bin Jandal bin Syarahbil bin Auf bin Sa'ad bin Dhubai'ah bin Qays bin 

Tsa'labah menulis bait syair berikut: 

 

Pada yang demikian ada teladan bagi yang mau meneladani 

Banjir bandang telah menghancurkan Ma'rib Yang dibangun orang-orang Himyar Agar kokoh 

saat banjir datang menerjang 

Yang menyiangi tanaman dan anggur-anggurnya 

Di tempat luas tatkala mereka membagi hasilnya 

Kini mereka mereka tak berdaya 

Tuk hanya memberi  minum pada anak- 

anak yang baru disapih 

 

Ini yaitu  bait syair yang pernah dia tulis kan. 

 

Sementara itu Umayyah bin Abi Shalt al-Tsaqafi —nama Tsaqif yaitu  Qasy bin Munabbih 

bin Bakr bin Hawazin bin Manshur bin Ikrimah bin Khashfah bin Qais bin Aylan bin Mudhar 

bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan— dia menulis: 

 

Dari Saba' orang-orang tinggal di Ma'rib  

Mereka membangun bendungan untuk mela- wan banjir yang ganas 

 

Ini yaitu  syair Umayyah bin Shalt. Na-mun ada pula yang mengatakan bahwa syair di atas 

yaitu  karya milik An-Nabighah al-Ja'di yang namanya yaitu  Qays bin Abdul-lah salah 

seorang anak keturunan Ja'dah bin Ka’ab bin ‘Amir bin Sha’sha’ah bin Mu'awiyah bin Bakr 

bin Hawazin. Masalah ini yaitu  masalah yang panjang yang saya cukupkan sampai di sini saja 

untuk memper- singkat bahasan sesuai dengan alasan yang saya pernah kemukakan. 

 

 

Rabi'ah bin Nashr Raja Yaman dan Kisah Syiq dan Sathih Si Dukun 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rabi'ah bin Nashr bin Malik merupakan salah seorang di antara raja-raja 

Tubba' (Tababi'ah). Suatu saat dia bermimpi sesuatu yang sangat menakutkan dan mengganggu 

pikirannya. Maka segera dia memang gil semua dukun, tukang sihir, peramal nasib ahli nujum 

yang ada di wilayah kerajaannya untuk datang ke istananya. sesudah  mereka berkumpul maka 

dia pun berkata: "Aku bermimpi satu hal yang sangat menakutkan dan membuatku gundah. 

Maka beritahukanlah padaku apa takwil mimpi itu!" Mereka berkata.- "Kisahkanlah kepada 

kami maka kami akan memberitahukan padamu takwilnya!" Maka Rabi'ah berkata: "Jika aku 

beritahukan pada kalian, maka aku tidak akan puas dengan takwil kalian. sebab  Sebetulnya  

ada yang tahu takwilnya kecuali orang yang tahu tentang takwil itu sebelum aku beritahukan 

mimpi itu padanya." 

 

Maka salah seorang di antara mereka berkata: Jika raja mengingin hal itu maka hendaknya raja 

mengutus seseorang untuk memanggil Sathih dan Syiq sebab  Sebetulnya  tidak seorang pun 

yang lebih mumpuni ilmunya daripada keduanya. Keduanya akan memberitahukan padamu 

tentang apa yang engkau tanyakan. 

 

Adapun nama Sathih yaitu  Rabi' bin Rabi'ah bin Mas'ud bin Mazin bin Dzi'b bin 'Adi bin 

Mazin Ghassan. Sementara Syiq yaitu  anak dari Sha’b bin Yasykuri bin Ruhm bin Afraka bin 

Qasr, bin ‘Abqara, bin Anmar bin Nizar, Anmar yaitu  bapak dari Bajilah dan Khasy’am. 

 

Maka dia pun mengutus utusannya untuk menghadap padanya. Sathih datang lebih awal 

daripada Syiq. Maka Rabi'ah berkata padanya: "Sebetulnya  aku bermimpi sesuatu yang 

sangat mengguncang jiwaku dan menggundahkan pikiranku. Maka beritahukanlah padaku, 

sebab  Sebetulnya  jika benar maka takwilnya juga akan benar!" Sathih berkata: "Aku akan 

lakukan! Kau bermimpi melihat api, yang muncul dari laut nan gulita, lalu singgah di tanah 

datar dan memakan semua yang yang ada di sana." 

 

Raja berkata: "Apa yang kau katakan tidak ada yang salah sedikit pun, wahai Sathih! Lalu 

bagaimana takwilnya?" 

 

Sathih berkata: "Aku bersumpah dengan ular di antara dua tanah datar. Orang-orang Habasya 

(Ethiopia) akan menginjak kaki- nya di tanah kalian. Mereka akan menguasai antara Abyan 

hingga Jurasy." 

 

Maka sang raja berkata: "Demi ayahmu wahai Sathih! Sebetulnya  hal ini yaitu  sesuatu 

yang sangat kami benci dan sangat menyakitkan. Apakah itu akan terjadi di zamanku atau masa 

sesudah  ku?" 

 

Sathih menjawab: "Tidak! Dia akan terjadi sesudah  masa kekuasaanmu, lebih dari enam puluh 

atau tujuh puluh tahun berlalu." 

 

"Apakah kerajaan mereka akan berlangsung terus menerus atau putus?" 

 

Sathih berkata: "Tidak! dia akan terputus selama tujuh puluh tahun lebih, lalu  mereka 

dibunuh dan mereka diusir darinya sambil melarikan diri." 

 

Raja berkata: "Siapa yang berhasil membunuh dan mengusir keluar mereka?" 

 

Bathih berkata: Urang yang melakukannya yaitu  Iram bin Dzi Yazan yang keluar menyerang 

mereka dari Aden dan mereka tidak membiarkan satu orang Habasyipun tersisa di Yaman." 

 

Raja menyambung: "Apakah kekuasaan mereka juga akan berlangsung tanpa terputus?" 

 

Sathih menjawab: "Terputus!" 

 

Raja berkata: "Siapa yang memutusnya?" 

 

Sathih menjawab: "Seorang Nabi Suci yang menerima wahyu dari Dzat Yang Mahatinggi." 

 

Raja bertanya: "Dari keturunan siapakah Nabi itu?" 

 

Sathih berkata: "Seorang lelaki dari keturunan Ghalib bin Fihr bin Malik bin al-Nadhr 

kekuasaannya akan berada pada kaumnya hingga akhir zaman." 

 

Sathih menjawab: "Apakah zaman itu ada akhirnya?" 

 

Sathih menjawab: "Ya. Di hari di mana orang-orang terdahulu dan yang belakangan 

dikumpulkan. Di mana orang-orang yang berbuat baik akan bahagia dan orang-orang yang 

berbuat jahat akan sengsara!" 

 

Raja berkata: "Apakah yang engkau katakan itu benar adanya?" 

 

Sathih berkata: "Ya. Demi Syafaq (cahaya merah di waktu senja), dan demi malam yang gelap 

gulita dan demi fajar saat merekah. Se- sungguhnya apa yang aku beritahukan kepadamu itu 

benar adanya." 

 

sesudah  itu datanglah Syiq. Rajapun mengatakan sebagaimana yang dia katakan kepada Sathih 

dan dia rahasiakan apa yang telah dikatakan oleh Sathih untuk melihat apakah yang dia katakan 

mirip dengan apa yang dikatakan Sathih atau malah bertentangan. 

 

Maka Syiq pun menjawab: "Benar. Anda bermimpi melihat api, yang muncul dari laut nan 

gulita, lalu jatuh di antara taman dan dia menelannya semua yang ada di sana." 

 

Tatkala dia mengatakan itu dan dia sadar bahwa apa yang dikatakan keduanya sama dan ucapan 

mereka sama hanya saja Sathih mengatakan jatuh di tanah datar dan memakan semua yang ada 

dan Syiq mengatakan jatuh di taman dan memakan semua yang ada, maka raja itu berkata 

padanya: "Kau sama sekali tidak salah wahai Syiq! Lalu apa tafsirnya menurutmu?" 

 

Syiq berkata: "Aku bersama dengan manusia yang ada di antara dua tanah datar! Orang- orang 

hitam akan menginjakkan kaki mereka di tanah kalian, dan mereka akan melepaskan anak-anak 

dari perhatian kalian. Mereka akan berkuasa dari Abyan hingga Najran." 

 

Raja berkata: "Demi ayahmu wahai Syiq. Sebetulnya  kabar ini membuat kami marah dan 

sungguh sangat menyakitkan! Kapan itu akan terjadi? Apakah itu akan terjadi di zaman saya 

atau sesudah  zaman saya?" 

 

Syiq menjawab: "Tidak. Bukan pada zamanmu. Ini akan terjadi beberapa tahun sesudah  

zamanmu. Lalu akan datang seseorang yang agung akan menyelamatkan kalian dan memberi 

pelajaran keras atas mereka." 

 

Raja bertanya: "Siapa yang kau maksud dengan orang yang agung itu?" 

 

Syiq menjawab: "Seorang lelaki yang tidak hina, tidak pula menghinakan. Dia ke-luar pada 

mereka dari rumah Dzi Bazan dan dia tidak membiarkan seorangpun dari antara mereka di 

Yaman." 

 

Raja berkata: "Apakah kekuasaannya akan abadi?" 

 

Dia menjawab: Tidak, dia akan terputus dengan datangnya seorang nabi yang diutus yang 

datang dengan keadilan dan kebenaran di antara orang-orang beragama dan orang- orang yang 

memiliki keutamaan. Kerajaan akan berada di tangan kaumnya hingga hari pembalasan 

(kiamat)?" 

 

Raja menukas: "Apakah hari pembalasan itu?" 

 

Syiq menjawab: "Hari di mana para pemimpin mendapatkan balasan dan dipanggil dengan 

panggilan-panggilan dari langit yang didengar oleh makhluk hidup dan yang telah mati. 

Manusia saat itu dikumpulkan di satu tempat yang telah ditetapkan di mana orang-orang yang 

bertakwa akan mendapatkan ke- menangan dan kebaikan." 

 

Rabi'ah berkata: "Apakah yang engkau katakan itu benar adanya?" 

 

Syiq menjawab: "Ya, demi Tuhan langit dan bumi dan pengangkatan dan perendahan yang ada 

di antara keduanya. Sebetulnya  apa yang katakan ada benar adanya dan tidak ada keraguan 

di dalamnya." 

 

Ibnu Hisyam berkata: Amdh dalam bahasa Himyar berarti syak ragu. Abu Amr berkata: amdh 

artinya batil. 

 

Apa yang dikatakan oleh dua orang ini  begitu membekas di hati Rabi'ah bin Nashr. Maka 

dia segera mempersiapkan anak- anaknya dan kaum kerabatnya untuk berangkat ke Irak demi 

kemaslahatan mereka dengan mengirim surat kepada raja Persia yang bernama Sabur bin 

Khurrazadz, dan mereka ditempatkan di Hirah. 

 

Di antara anak-anak Rabi’ah bin Nashr yang tersisa yaitu  Nu'man bin Mundzir, dia bernasab 

Yaman. Nasab mereka yaitu  sebagai berikut: Nu'man bin Mundzir bin Nu'man bin Mundzir 

bin Amr bin Adi bin Rabi'ah bin Nashr, sang raja tadi. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Nu'man yaitu  anak dari Mundzir bin Mundzir, sebagaimana berita yang 

sampai pada saya dari Khalaf al- Ahmar. 

 

 

Penguasaan Abu Karib Tubban As'ad Atas Kerajaan Yaman dan Ekspedisinya ke 

Madinah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rabi'ah bin Nashr meninggal dunia seluruh kerajaan Yaman 

kembali ke pangkuan Hassan bin Tubban As'ad Abu Karib. Tubban yaitu  raja terakhir dari 

Tubba'. Dia yaitu . Dia yaitu  Hassan bin Tubban bin As'ad, bin Abi Karib bin Kuly bin Zaid 

—Zaid yaitu  Tubba pertama—bin Amr Dzul Adz'ar bin Abrahah Dzil Manar bin al-Risy. 

Ibnu Hisyam berkata bahwa namanya yaitu  Ar-Raisy. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Bin Ady bin Shaify bin Saba' al-Ashghar bin Ka'ab —Kahf al- Zhulm— 

bin Zayd bin Sahl bin Amr bin Qais bin Mu'awiyah bin Jusyam bin Wail bin al- Ghawts bin 

Qathan bin Arib bin Zuhair bin Ayman bin al-Humaysi' al-Aranjaj—Himyar bin Saba' al-Akbar 

bin Ya'rub bin Yasyjub bin Qahthan. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Yasyjub bin Ya'rub bin Qahthan. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tubban bin As'ad Abu Karib inilah orang yang datang ke Madinah dan 

membawa lari dua orang rabbi Yahudi ke Yaman. Dia pulalah yang memakmurkan Inilah yang 

disebutkan dalam sebuah syair tentang dirinya: 

 

Andai ku memiliki keberuntungan nasib lak- sana Abu Karib 

Kebaikannya menutup kejehatannya 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala dia datang dari Timur melintasi Madinah dia tidak melakukan 

kekerasan pada warga nya di awal perjalanannya. Namun demikian dia meninggalkan salah 

seorang anaknya di sana yang ternyata lalu  dibunuh oleh warga  Madinah dengan keji. 

Maka datang kembali dengan tujuan utama untuk memporak-porandakan Madinah dan 

membasmi habis warga nya, menebang pohon-pohon kurma. Maka kabilah al-Anshar pun 

berkumpul di bawah kepemimpinan 'Amr bin Thalia saudara dari Bani Najjar dan salah seorang 

dari Bani Amr bin Mabdzul. Nama asli Mabdzul yaitu  Amir bin Malik bin Najjar. Sedangkan 

nama asli Najjar yaitu  Taymullah bin Tsa'kabah bin Amr bin Khazraj bin Haritsah bin 

Tsa'labah bin Amr bin Amir. 

 

Ibnu Hisyam berkata: 'Amr bin Thallah ialah 'Amr bin bin Mu'awiyah bin Amr bin Malik bin 

bin Najjar, sedangkan Thallah yaitu  ibunya. Thallah ada anak perempuan 'Amir bin Zuraiq 

bin Abdi Harits bin Malik bin Ghadhb bin Jusyam bin Khazraj. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ada seorang lelaki dari Bani Adi yang bernama Ahmar melakukan tindakan 

melampaui batas kepada seorang lelaki dari sahabat-sahabat Tubba tatkala mereka berdiam di 

tempat itu. Dia pun dibunuh. Sebabnya yaitu  sebab  dia didapatkan pada tandan kurma dan 

memotongnya, Anhar menusuknya dengan sabitnya dan membuatnya meninggal sesaat  itu 

juga. Dan dia berkata: "Sebetulnya  kurma itu milik orang yang mengolahnya." Peristiwa 

ini semakin membuat Tubba semakin geram pada mereka sehingga lalu  menimbulkan 

peperangan. Orang-orang Anshar menekankan bahwa mereka akan bertempur melawan Tubba' 

di siang hari namun di malam hari merreka tetap dijadikan sebagai tamu terhormat. Sikap yang 

demikian membuat Tubba' mengagumi mereka seraya berkata: "Sebetulnya  bangsa kami 

yaitu  bangsa yang terhormat." 

 

Tatkala Tubba sibuk berperang melawan mereka tiba-tiba datanglah dua orang pendeta (rahib) 

Yahudi Bani Quraizhah menemuinya. Quraizhah dan An-Nadhir dan An-Najjam dan Amr tak 

lain yaitu  Hadal yang merupakan anak keturunan Khazraj bin Sharih bin Tauamani bin Sabt 

bin Al-Yasa' bin Sa'ad bin Lawi bin Khair bin Najjam bin Tanhuma bin Azar bin 'Uzra bin 

Harun bin Imran bin Yashar bin Qahits bin Lawai bin Ya'qub. Ya'qub yaitu  Israel bin Ishaq 

bin Ibrahim Khalilur Rahman, Shallalahu "Alaihim. Dua orang pendeta itu yaitu  seorang yang 

sangat mumpuni dalam keilmuannya. Tatkala keduanya mendengar Tubba' akan 

menghancurkan Madinah dan warga nya maka keduanya berkata: "Wahai raja! Janganlah 

engkau lakukan itu. sebab  Sebetulnya  jika engkau tidak menyukainya dan tetap 

memaksakan kecuali apa yang engkau kehendaki maka pasti ada yang memberi  

perlindungan padanya dan kami khawatir siksaan segera datang menimpamu!" 

 

Mendengar ucapan kedua pendeta Yahudi itu Tubba berkata: "Kenapa demikian?" 

 

Keduanya berkata: "sebab  Madinah ini akan menjadi tempat hijrah seorang Nabi yang muncul 

dari tanah haram dari kalangan Quraisy di akhir zaman. Dia akan menjadi negeri tempat 

tinggalnya." 

 

Mendengar ucapan kedua pendeta ini Tubba' membatalkan rencananya. Dan dia berpendapat 

bahwa keduanya memiliki ilmu yang luas. Dia sangat kagum terhadap apa yang didengarnya 

dari keduanya. Maka dia¬pun segera meninggalkan Madinah dan dia¬pun memeluk agama 

kedua pendeta Yahudi itu. 

 

Khalid bin Abdul Uzza bin Ghaziyah bin Amr bin Abdu Auf bin Gunm bin Malik bin Najjar 

dengan berucap membanggakan ‘Amr bin Thalhah dalam sebuah syair berikut: 

 

Apakah dia telah bangkit atau dia telah menahan kemaluannya 

Atau dia telah melepas gairah kenikmatan bio logisnya 

Atau ingatkah kau akan masa mudamu Lalu kenangan apakah yang masih melekat dari masa 

muda dan masa itu Sebetulnya  dia yaitu  perang yang berkobar 

Yang memberi  pengalaman baginya Maka tanyakanlah pada Imran dan Asad Jika dia 

datang menyongsong musuh bersama dengan tibanya pagi Abu Karib dengan pasukan yang 

besar 

Memakai pakaian dengan bau yang tajam 

Mereka berkata: Siapakah yang kita serbu Bani 'Auf ataukah Najjar 

Target sasaran kita yaitu  Bani Najjar, mereka membunuh tentara kita maka kita wajib 

membalas dendam 

Mereka pun berperang dengan menghunus pedang mereka, kilatan mereka laksana awan yang 

mencurahkan hujan 

Di tengah mereka ada Amr bin Thallah, semoga Tuhan memanjangkan umurnya di tengah 

kaumnya 

Peminpin yang mengungguli raja-raja barang siapa yang membidik Amr dia tidak akan punya 

daya 

 

Orang-orang suku Anshar yang berada di kawasan itu berkeyakinan bahwa kegeraman Tubba' 

yaitu  untuk menyerang desa di mana orang-orang Yahudi berada di di antara mereka. Dia 

hanya menginginkan menghancurkan mereka lalu mereka cegah melakukan pembantaian 

hingga akhirnya dia pulang. Oleh sebab itulah dia berkata dalam syairnya: 

 

Kegeraman atas dua kabilah yang tinggal di Yatsrib lebih pantas bagi mereka dapatkan siksa 

hari yang merusak 

 

Ibnu Hisyam berkata: Syair yang ada di bait ini yaitu  syair yang dibikin-bikin. sebab  

melarang untuk mengakui keabsahannya. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tubba' dan kaumnya yaitu  para penyembah berhala, maka dia segera 

menuju ke Mekkah saat perjalanan pulang menuju Yaman. Tatkala dia berada di antara 'Usfan 

dan Amaj datanglah sekelompok orang dari keturunan Hudzail bin Mudrikah bin Ilyas bin 

Mudhar bin Nizar bin Ma'ad. 

 

Mereka berkata padanya: "Wahai raja! Maukah tuan kami tunjukkan pada sebuah baitul maal 

(kas Negara) yang ditinggalkan raja-raja sebelum ini? Di dalamnya ada ada mutiara, topaz, 

ruby, emas dan perak?" 

Tubba menjawab: "Tentu saja!" 

 

Mereka berkata: "Sebuah rumah di Mekkah yang disembah oleh warga nya dan mereka 

melakukan shalat di tempat itu." 

 

Orang-orang Hudzail melakukan ini semua untuk membinasakannya sebab  mereka tahu 

bahwa siapa pun yang bermaksud jahat dari raja-raja maka dia pasti celaka. Tatkala dia yakin 

atas apa yang dikatakan oleh mereka dia mengutus utusannya untuk menemui dua orang 

pendeta Yahudi dan dia pun menanyakan tentang masalah ini kepada keduanya. Kedua pendeta 

itu berkata: "Orang-orang itu tidak menginginkan apapun kecuali kehancuran tuan dan pasukan 

tuan. Saya tidak tahu ada satu rumah pun di dunia yang Allah jadikan untuk diri-Nya selain 

rumah itu (Baitul- lah). Jika tuan lakukan apa yang mereka katakan tuan dan orang-orang yang 

bersama tuan akan binasa!" 

 

Tubba' berkata: "Lalu apa yang mesti saya perbuat saat saya datang ke tempat itu?" 

 

Pendeta itu menjawab: "Lakukan apa di- lakukan oleh orang-orang setempat. Tuan melakukan 

thawaf, mengagungkannya dan menghormatinya. Cukurlah rambut tuan, rendahkan diri hingga 

tuan keluar darinya." 

 

Tubba berkata: "Kenapa engkau berdua tidak juga mengunjunginya?" 

 

Mereka berkata: "Ketahuilah, demi Allah, Sebetulnya  dia yaitu  rumah leluhur kami 

Ibrahim, dan Sebetulnya  dia yaitu  sebagaimana yang telah kami beritahukan padamu. 

Namun ada penghalang antara dia sebab  mereka memancangkan berhala- berhala di 

sekitarnya dan aliran darah yang mereka tumpahkan di sana. Mereka yaitu  najis dan ahli 

syirik!" Atau sebagaimana keduanya katakan padanya. Maka dia pun mengerti nasehatnya dan 

kejujuran ucapannya. Dia pun mendekati suku Hudzail lalu  memotong tangan dan kaki 

mereka, lalu dia beranjak menuju Mekkah. Setibanya di sana dia melakukan thawaf, 

menyembelih kurban, mencukur rambut, dan tinggal di Mekkah selama enam hari, 

sebagaimana disebutkan. Dia berkurban binatang untuk manusia memberi  makan 

warga nya, memberi mereka minuman dari madu. Dalam tidurnya dia bermimpi 

menyelubungkan kiswah (kain penutup) Baitul Haram. Maka dia pun menyelubunginya 

dengan cabang- cabang kurma yang dirangkai. lalu  dia diperlihatkan mimpi dalam 

tidurnya untuk menyelubungi Ka'bah itu dengan selubung yang lebih baik, maka dia pun 

menyelubunginya dengan kain ma'afir (jenis kain asal Yaman), pada mimpinya yang saat  dia 

melihat dia diperintahkan untuk menutupinya dengan yang lebih bagus lagi. Maka dia pun 

menyelubunginya dengan mola' dan washail (kain terbaik berasal dari Yaman). Dengan 

demikian, menurut anggapan mereka, Tubba' yaitu  orang pertama yang menutupi Ka'bah 

dengan kain dan mewasiatkan pada gubernurnya untuk melakukan hal yang sama. Dan 

mewaniti-wanti mereka agar tidak ada darah, tidak pula bangkai, tidak pula ada darah haidh di 

sana. lalu  dia membikin pintu dan kunci Ka'bah. 

 

Subai'ah binti Al-Ahabb bin Zabinah bin Jadzimah bin 'Auf bin Nashr bin Mu'awiyah bin Bakr 

bin Hawazin bin Manshur bin Ikri- mah bin Khafashah bin Qais bin Ghaylan. Dia berada di 

bawah pemeliharaan Abdu Manaf bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taym bin Murrah bin bin Ka'ab bin 

Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin bin Kinanah mengatakan sebuah syair 

kepada anaknya yang bernama Khalid yang menggambarkan agungnya kehormatan Mekkah 

dan dia melarang anaknya untuk melakukan tindakan-tindakan yang di luar batas, tentang 

kerendahan hati di hadapannya dan apa yang seharusnya dilakukan untuk anaknya. Syair 

berbunyi sebagai berikut: 

 

Wahai anakku janganlah engkau menganiaya anak kecil dan orang tua di Mekkah Jagalah 

kehormatannya anakku, jangan tipuan memperdayakanmu 

Barang siapa yang berlaku aniaya di Mekkah,dia akan menelan keburukan 

Wahai anakku, dia akan dipukul mukanya dan kedua tulang pipinya dibakar 

Wahai anakku aku telah mengalaminya maka aku dapatkan orang zalim selalu binasa 

Allah menjadikannya aman walaupun tidak ada istana dibangun di pelatarannya 

Allah jaga burung-burungnya dan kambing liarpun aman di gunung Tsabir 

Tubba' telah datang tuk menyerangnya, tapi malah dia hiasi bangunannya dengan kain dan 

indah 

Tuhanku telah menghinakan kerajaannya se- hingga diapun memenuhi nazarnya Dia berjalan 

ke sana dengan kaki telanjang dengan membawa dua ribu unta Dia juga menghormatinya 

penghuninya de¬ngan suguhan daging mahr (unta) Dia suguhkan pada mereka madu nan 

jernih dan gandum kwalitas tinggi Pasukan gajah mereka dihancurkan dengan kerikil-kerikil 

yang diturunkan Tuhan telah hancurkan kerajaan mereka nan jauh di sana 

Baik yang di Persia ataupun di Khazar Maka dengarkanlah jika ia dituturkan pada kalian dan 

pahamilah Bagaimana akhir dari semua yang terjadi 

 

Ibnu Hisyam berkata: Kata-kata dihentikan pada qafiyahnya. (sajak) dan tidak di'irab 

(dijelaskan tata bahasanya; subjek, predikat, objek). 

 

lalu  dia keluar dari kota Mekkah menuju Yaman bersama dengan pasukannya dan dua 

pendeta Yahudi. Tatkala dia memasuki Yaman maka dia menyeru kaumnya untuk masuk 

agama baru yang dia telah memasukinya hingga masalahnya bisa diselesaikan dengan 

menjadikan api yang ada di Ya-man sebagai hakim. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Telah menceritakan pada saya Abu Malik bin Tsa'labah bin Abu Malik Al-

Qurazhi, dia berkata saya mende- ngar Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah bin Ubaidillah 

berkata: 

 

Tatkala Tubba' telah dekat ke negeri Yaman untuk memasukinya maka dia dihadang oleh 

orang-orang Himyar. Mereka berkata: "Janganlah engkau memasukinya sebab  engkau telah 

meninggalkan agama kami." Maka dia pun menyeru mereka untuk memeluk agamanya dengan 

mengatakan: "Sebetulnya  agamaku itu lebih baik dari agama kalian." Maka mereka pun 

berkata: "Maka marilah kita selesaikan di depan api!" Dia pun berkata: "Ya!" 

 

Ibnu Ishaq menambahkan: Dalam ke- percayaan orang-orang Yaman, di Yaman ada  api 

di mana mereka menyelesaikan perkara yang sedang mereka perselisihkan. Api akan 

membinasakan orang yang zalim dan membiarkan orang yang dizalimi. Maka kaumnya keluar 

dengan membawa berhala- berhala mereka dan benda-benda yang biasa mereka jadikan 

sebagai sesajen. Sedangkan pendeta Yahudi membawa dua mushaf yang digantung di leher 

mereka. Hingga mereka pun duduk di depan tempat keluarnya api. Maka api pun menyergap 

mereka. Tatkala api menyerang mereka orang-orang Yaman pun ngeri dan ketakutan. Namun 

orang-orang yang hadir menyemangatinya dan menyuruh mereka sabar atas serangannya. 

Mereka pun bersabar hingga api itu pun mengepung mereka dan memakan berhala-berhala itu 

dan segala benda-benda yang mereka jadikan sebagai sarana ibadah beserta orang-orang yang 

membawa benda-benda itu dari kaum lelaki Himyar. Sementara itu dua pendeta Yahudi itu 

keluar dengan membawa mushaf yang te- tap tergantung di lehernya dan dengan dahi 

mengucurkan keringat. Sejak saat itu orang- orang Himyar menerima agama raja mereka. Maka 

sejak saat itu pula agama Yahudi mulai memasuki Yaman. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Seorang informan lain menuturkan kepada saya bahwa kedua pendeta itu 

dan orang-orang yang keluar dari warga  Himyar mengikuti api dan bermaksud untuk 

menolaknya. Dan mereka berkata: Barang siapa yang menolaknya maka orang itulah yang 

paling benar. Maka mendekatlah pada api itu beberapa orang lelaki Himyar dengan membawa 

berhala-berhala mereka untuk menolak api itu, namun api itu malah mendekati mereka 

sehingga membuat mereka gentar ketakutan dan mereka tidak berhasil menolaknya. sesudah  itu 

kedua pendeta itupun mendekati keduanya seraya membaca Taurat, api itu pun mundur dari 

keduanya hingga me-reka berdua berhasil mendorongnya ke tempat awal api itu keluar. Maka 

sesudah  itu orang- orang Himyar memeluk agama kedua pendeta ini . Wallahu a'lam mana 

yang benar dari kedua kisah di atas. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Riam yaitu  sebuah rumah yang sangat mereka agungkan dan mereka 

menyembelih hewan korban di sana dan mereka berbicara sesuai dengan petunjuk yang mereka 

dapatkan di tempat itu. Kedua pendeta itu berkata kepada Tubba: "Sebetulnya  itu yaitu  

setan yang sedang mempermainkan mereka. Maka biarkanlah kami melakukan sesuatu pada 

rumah ini!" 

Tubba berkata: "Terserah kalian berdua mau diapakan rumah Riam itu!" 

 

Maka keduanya mengeluarkan dari rumah ini —sebagaimana banyak dikatakan orang-orang 

Yaman— satu anjing hitam lalu mereka sembelih lalu  mereka berdua menghancurkan 

rumah itu. Maka sampai saat ini sisa-sisanya -sebagaimana dikatakan kepada saya—yaitu  

bercak-bercak bekas darah yang tumpah di atasnya. 

 

 

Pemerintahan Hassan bin Tubban dan Pembunuhan Saudaranya Amr Atasnya 

 

Tatkala anaknya yang bernama Hassan bin Tubban As'ad Abi Karib berkuasa, dia berangkat 

bersama dengan warga  Yaman dengan maksud untuk menguasai tanah Arab dan Persia. 

Tatkala mereka berada di sebagian negeri Irak Ibrahim bin Hisyam berkata: Tempatnya di 

Bahrain sebagaimana dikatakan kepada saya oleh sebagian ahli ilmu—orang-orang Himyar itu 

tidak suka untuk melanjutkan perjalanan bersamanya dan mereka mengingatkan untuk kembali 

lagi ke negeri Yaman dan menemui warga nya kembali. Maka merekapun berkata kepada 

saudara Hassan yang bernama 'Amr yang saat itu bersama dengannya. Mereka berkata: 

"Bunuhlah saudaramu Hassan dan akan mengangkatmu sebagai raja kami dan kau kembali ke 

negeri kami!" Amr pun merespon ajakan mereka. Lalu mereka sepakat untuk melakukan 

rencana ini  kecuali seorang yang bernama Dzu Ru'ain al-Himyari dimana dia melarang 

Amr untuk melakukan rencana jahat ini . Namun Amr tidak menerima nasehatnya. Maka 

berkatalah Dzu Ru'ain al-Himyari: 

 

Ketahuilah wahai orang yang membeli begadang malam dengan tidur 

Bahagialah orang yang senantiasa bermalam dengan mata tenang 

Adapun orang-orang Himyar mereka ingkar dan khianat 

Semoga Tuhan mengampuni Dzu Ru'ain 

 

lalu  dia menuliskannya dia atas secarik kertas dan memberi  stempel lalu dia 

memberi nya kepada Amr seraya berkata: Simpanlah surat ini dari ku bersamamu! Maka 

Amr pun melakukan apa yang dia katakan. lalu  dia membunuh saudaranya Hassan lalu 

dia pun pulang kembali ke Yaman bersama dengan orang-orang yang bersamanya. Maka 

berkatalah salah seorang Himyar: 

 

Tak tegalah mata yang melihat orang seperti Hassan terbunuh di negeri-generasi yang lalu 

Seorangputra makhota membunuhnya sebab  takut dipenjara 

Esok harinya mereka berkata: Labab, labab (tidak apa-apa) 

Orang yang mati di antara kalian yaitu  yang terbaik di antara kita 

Dan orang yang hidup di antara kita yaitu  pimpinan kita 

Dan kalian semua peminpin kami 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ucapannya labab labab dalam bahasa Himyar berarti laa ba'sa (tidak apa-

apa). Sedangkan Ibnu Hisyam menyebutkan: Diriwayatkan bahwa bacaannya yaitu  libab 

bukan labab. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Amr bin Tubban memasuki Yaman maka dia menderita insomania 

sehingga dia tidak bisa memicingkan matanya sedikitpun. Tatkala penyakit itu demikian 

memberatkannya maka dia menanyakan pada para dokter, dukun dan tukang ramal apa yang 

sebenarnya menimpa dirinya. Maka berkatalah seseorang di antara mereka: "Demi Allah 

Sebetulnya  tidaklah ada seseorang yang membunuh saudaranya atau keluarga dekatnya 

sebab  benci sebagaimana yang engkau telah lakukan terhadap saudaramu, kecuali dia akan 

menderita penyakit tidak bisa tidur dan dia akan ditimpa penyakit insomania!" 

 

Tatkala ungkapan itu dikatakan padanya, maka dia pun membunuh semua orang yang 

menyuruhnya untuk membunuh saudaranya Hassan. Mereka terdiri dari para pemuka dan 

pembesar Yaman. Hingga suatu saat tiba waktunya giliran Dzu Ru'ain. 

 

Maka berkatalah Dzu Ru'ain padanya: "Sa- ya punya alasan yang meringankan saya!" 

 

'Amr berkata: "Apa itu?" 

 

Dzu Ru'ain menjawab: "Surat yang dulu aku berikan padamu!" Maka dia pun mengeluarkan 

surat itu ternyata dia dapatkan dua bait syair. Dan dia pun meninggalkan Dzu Ru'ain pergi dan 

dia berpendapat bahwa orang itu telah memberinya nasehat. 

 

sesudah  Amr meninggal kerajaan Yaman menjadi kacau balau dan mereka terpecah menjadi 

sekian banyak kelompok. 

 

 

Lakhni'ah Dzi Syanatir Mencaplok Kerajan Yaman 

 

Seorang dari Himyar yang tidak memiliki hubungan dengan keluarga kerajaan, yang bernama 

Lakhni'ah Yanuf Dzu Syanatir mencaplok tahta kerajaan Yaman dan membunuh para 

pembesarnya dan membuat keluarga ke-rajaan nelangsa. Maka seorang Himyar berkata kepada 

Lakhni'ah dalam sebuah syair: 

 

Himyar telah bunuh anak-anak dan mengusir putri-putrinya 

Melakukan pekerjaan yang melakukan dengan tangan mereka sendiri 

Menghancurkan dunianya dengan kekejian mimpi-mimpinya 

Sedangkan yang lenyap dari dunia yaitu  lebih banyak 

Demikianlah kurun-kurun itu telah berlaku kezaliman dan kekejian 

Sehingga kejahatan bertumpuk dan dikumpulkan 

 

Lakhni'ah yaitu  seorang lelaki fasik yang gemar melakukan perbuatan homoseksual. Dia 

sering kali meminta anak-anak muda keturunan raja untuk datang ke istananya lalu dia 

melakukan hubungan homoseksual dengannya di sebuah kamar yang sengaja dia bangun untuk 

tujuan ini agar mereka tidak menjadi penguasa sesudah nya. sesudah  itu dari atas kamar dia 

melihat pada para pengawalnya dan pasukannya yang hadir di sana dan dia mengambil siwak 

yang dia letakkan di mulutnya untuk memberi tanda pada mereka bahwa dia telah selesai 

melampiaskan hasratnya. 

 

Hingga pada suatu waktu dia mengirimkan seseorang untuk memanggil Zur'ah Dzu Nuwas bin 

Tubban As'ad saudara Hasaan. Saat Hassan dibunuh dia masih anak-anak. lalu  dia 

tumbuh menjadi seorang remaja yang ganteng gagah cerdas dan berkarakter budiman. Tatkala 

utusan itu datang menemuinya dia pun menyadari apa yang bakal terjadi, maka dia pun 

mengambil sebilah pisau tajam kecil yang dia simpan di antara kedua kaki dan sandalnya. 

lalu  dia mendatanginya dan berdua dengannya. Saat itulah dia melompat dan 

menikamnya lalu dia menekuk dan membunuhnya. Lalu dia penggal lalu dia letakkan kepala 

itu di di jendela yang menjadi tempat dia melihat pada orang-orangnya di bawah. Dzu Nuwas 

meletakkan siwak di mulut orang Lakhni'ah lalu  dia keluar ke tengah manusia. Maka 

mereka pun berkata padanya: Wahai Dzu Nuwas basah ataukah kering? Maka dia pun 

menjawab: Tanyakanlah pada kepala itu. Maka mereka pun melihat ke jendela dan mereka pun 

melihat kepala Lakhni'ah telah terputus. Maka mereka pun bergegas menyusul Dzu Nuwas 

hingga akhirnya terkejar. Mereka pun berkata: Tidak selayaknya ada orang yang menjadi raja 

atas kami sebab  engkau telah membebaskan kami dari orang yang sangat bejat ini. 

 

 

Kekuasaan Dzu Nuwas 

 

Orang-orang Himyar pun mengangkat Dzu Nuwas menjadi raja mereka. Himyar kabilah- 

kabilah Yaman bersatu di bawah kekuasaannya. Dia yaitu  raja terakhir yang berasal dari 

Himyar, dia yaitu  Shahibul Ukhdud dan dia menyebut dirinya Yusuf. Dia menjadi raja dalam 

kurun waktu sekian lama. 

 

Sementara itu di Najran ada sisa-sisa pemeluk agama Nabi Isa 'Alaihisalam yang berpegang 

teguh dengan kitab Injil. Mereka yaitu  orang-orang terhormat dan istiqamah dengan agama 

mereka. Mereka punya seorang pemimpin yang bernama Abdullah bin Tsamir. Agama Kristen 

itu berasal dari Najran sebuah kawasan yang berada di tengah-tengah tanah dan warga  Arab 

di zaman itu. Sedangkan warga  Arab kala itu yaitu  para penyembah berhala secara 

keseluruhan. Penyebab masuknya agama ini ke Najran yaitu  adanya sisa seorang penganut 

Kristen yang bernama Faymiyun yang berada di tengah-tengah mereka lalu dia berhasil 

menjadikan pemeluknya pindah agama dari paganism (penyembah berhala) menjadi pemeluk 

Kristen. 

 

 

Awal Kemunculan Agama Kristen di Najran 

 

Ibnu Ishaq berkata: Mughirah bin Abi Labid mantan budak Akhnas meriwayatkan dari Wahab 

bin Munabbih al-Yamani bahwa Sebetulnya  telah mengatakan pada mereka: Awal 

kemunculan agama Kristen di Najran yaitu  bahwa seorang sisa pengikut Nabi Isa bin Maryam 

yang bernama Faymiyun, seorang yang sangat saleh seorang mujtahid yang gigih dan seorang 

zahid dari dunia, seorang yang doanya mustajab sedang melakukan pengembaraan dan dia 

singgah di berbagai kota dan desa. Dan tidaklah dia mengenal sebuah desa kecuali dia akan 

keluar menuju ke desa lain yang dia tidak ketahui. Dia tidak pernah makan apapun kecuali dari 

hasil tangannya sendiri. Dia seorang ahli bangunan yang berkubang dengan tanah dan sangat 

menghormati hari Ahad. Jika hari Ahad tiba maka dia tidak melakukan pekerjaan apa- pun. 

Dia akan keluar ke sebuah tanah lapang lalu melaksanakan salat hingga menjelang malam. 

Dia berkata: Dia berada di salah satu desa di Syam dan melakukan pekerjaannya itu secara 

sembunyi-sembunyi. Ternyata ada seseorang yang menangkap dengan cermat perilaku 

baiknya, orang itu bernama Shaleh. Shaleh sangat mencintainya satu hal yang belum pernah 

dia rasakan pada siapa pun sebelum ini. Shaleh pun mengikutinya ke mana pun dia pergi. 

Faymiyun tidak menyadari apa yang dilakukan oleh Shaleh itu. Hingga suatu hari Ahad dia 

keluar ke tanah lapang sebagaimana biasa dia lakukan sebelum ini. Shaleh pun mengikutinya, 

sementara Faymiyun tidak tahu. Maka Shaleh melihat dengan sembunyi-sembunyi apa yang 

dia lakukan di sana sebab  dia tidak ingin diketahui tempatnya berada. 

 

Faymiyun berdiri untuk melakukan shalat. Tatkala dia sedang melakukan shalat, tiba-tiba ada 

seekor ular berkepala tujuh mendekatinya. Tatkala Faymiyun melihat, maka dia berdoa agar 

diselamatkan dari ular itu. Sesaat  itu juga ular berbahaya itu mati. Peristiwa itu di- saksikan 

oleh Shaleh namun dia tidak menyadari apa yang menimpa ular ganas berkepala tujuh itu. Dia 

mengkhawatirkan ada sesuatu yang terjadi atas dirinya sehingga dia tidak mampu 

mengendalikan diri, lalu berteriak: Wahai Faymiyun ular besar sedang mendekatimu, namun 

dia tidak menoleh dan melanjutkan salatnya hingga selesai. Saat malam menjelang dia pun 

pulang. 

 

Faymiyun kini menyadari bahwa dirinya telah dikenal dan Shaleh telah mengenal posisinya. 

Maka Shalehpun berkata: "Wahai Faymiyun, Demi Allah, ketahuilah bahwa aku tidak pernah 

mencintai sesuatupun sebagaimana aku mencintaimu. Aku ingin senantiasa menemanimu dan 

ingin bersamamu kemanapun engkau berada." 

 

Faymiyun berkata: "Terserah, engkau tahu sendiri bagaimana kondisiku, jika kau merasa kuat 

untuk menjalaninya, maka ikutilah aku!" Maka Shaleh pun menemaninya di mana pun dia 

berada. 

 

Hampir saja orang-orang desa itu mengalami sebuah guncangan menyaksikan beberapa hal 

aneh yang muncul darinya. Di mana jika ada seseorang yang dia dapatkan sedang sakit maka 

dia pun berdoa dan orang itu pun sembuh. Tapi jika dia dipanggil untuk untuk mendatangi 

orang yang sakit dia tidak da- tang. Suatu waktu ada seseorang yang memiliki anak yang buta 

dan dia pun menanyakan tentang Faymiyun dan dikatakan kepadanya bahwa dia tidak akan 

datang jika dia panggil oleh seseorang, namun dia yaitu  seorang pekerja bangunan yang 

mendapatkan upah. 

 

Lelaki itu pun datang menemui anaknya dan meletakkannya di sebuah kamar lalu lalu dia 

menutupinya dengan kain. lalu  lelaki menemuinya dan dia pun berkata: "Wahai 

Faymiyun Sebetulnya  aku menginginkan sesuatu untuk dikerjakan di rumahku. Maka 

berangkatlah bersamaku hingga engkau melihat kondisinya dan aku pun akan memberimu 

bayaran atas pekerjaanmu ini ." 

 

Maka dia pun berangkat bersama lelaki itu hingga dia memiliki kamar tempat anaknya 

diletakkan. Lalu Faymiyun berkata: Apa yang hendak engkau kerjakan di rumahmu ini? Lelaki 

tadi menjawab: "Ini dan ini." Lalu lelaki itu menyingkapkan kain yang menutup sang anak 

seraya berkata: "Wahai Faymiyun anakku yaitu  salah seorang hamba dari hamba- hamba 

Allah dan dia telah ditimpa penyakit sebagaimana yang engkau saksikan. Maka doakanlah agar 

dia sembuh!" 

 

Faymiyun pun mendoakan anak itu, maka bangkitlah anak itu seperti seorang yang tidak 

menderita mengalami sakit apapun. Tahulah Faymiyun bahwa dirinya kini telah diketahui oleh 

banyak orang untuk itulah dia segera ke- luar meninggalkan desa ini  yang ditemani oleh 

Shaleh. Tatkala dia sedang berjalan di sebagian negeri Syam dia melewati sebuah pohon yang 

sangat besar, tiba-tiba seseorang memanggilnya dari arah pohon itu: "Wahai Faymiyun!" 

Faymiyun menjawab: "Ya! Aku masih menunggumu dan aku senantiasa berkata kapan dia 

akan datang? Hingga aku kini mendengar suaramu maka tahulah bahwa engkau yaitu  dia. 

Janganlah engkau pergi sebelum mendoakan aku di atas kuburku sebab  Sebetulnya  aku 

akan sekarang!" Dia berkata: Maka lelaki itu pun meninggal dan dia pun berdiri sambil berdoa 

hingga orang- orang di sekitarnya menguburkannya. Lalu dia pun pergi dan tetap diikuti oleh 

Shaleh hingga akhirnya datang ke sebagian negeri Arab dan warga nya melakukan tindakan 

yang keji pada keduanya. 

 

Mereka lalu  dibawa oleh sebagian pelancong orang Arab lalu keduanya oleh mereka dan 

dijual di Najran. Orang-orang Najran waktu itu menganut agama orang-orang Arab dengan 

menyembah sebuah pohon kurma yang sangat tinggi yang berada di tengah- tengah mereka 

dan mereka memiliki perayaan hari raya tahunan. Jika hari raya tahunan itu datang maka 

mereka menggantungkan setiap baju yang indah dan perhiasan wanita yang mereka dapatkan 

lalu  keluar ke pohon ini  lalu mereka tinggal seharian di sana. Salah seorang yang 

sangat terkenal di antara mereka membeli Faymiyun sedangkan yang lain membeli Shaleh. 

 

Faymiyun senantiasa melakukan qiyamullail di tempat orang yang membelinya itu. Dan setiap 

kali melakukan shalat malam itu rumah itu menjadi benderang tanpa ada lampu di dalamnya. 

Tuannya melihat peristiwa ini  dan dia sangat kagum dan takjub. Maka dia pun 

menanyakan tentang agamanya dan dia pun memberitahukannya. 

 

Faymiyun berkata padanya: "Sebetulnya  kalian berada dalam kebatilan Sebetulnya  

pohon kurma ini tidak akan pernah mendatangkan bahaya dan tidak juga bisa mendatangkan 

manfaat dan jika aku berdoa kepada Tuhan yang aku sembah untuk membinasakannya pasti 

Dia akan menghancurkannya. Dia yaitu  Allah yang tidak ada sekutu apapun bagi-Nya." 

 

Maka berkatalah tuannya: "Kerjakanlah sebab  Sebetulnya  jika engkau mampu melakukan 

itu kami akan masuk agamamu dan kami akan meninggalkan agama yang selama ini kami 

anut." 

 

Faymiyun bangkit lalu  bersuci dan melakukan shalat dua rakaat lalu  dia berdoa 

kepada Allah untuk membinasakan pohon kurma besar itu. Allah mengirimkan angin kencang 

yang membuat pohon itu tercerabut ke akar-akarnya dan lalu  tumbang. Maka orang-

orang Najran pun masuk dan memeluk agama yang dia peluk dan Faymiyun membawa mereka 

pada syariah Isa bin Maryam "Alaihissalam. sesudah  itu terjadilah peristiwa-peristiwa 

penyimpangan yang menimpa atas pemeluk agama mereka di berbagai negeri. Maka sejak saat 

itulah mun- cul agama Kristen di negeri Najran di negeri Arab. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Inilah yang diceritakan oleh Wahb bin Munabbih tentang orang- orang 

Najran. 

 

 

Abdullah bin Tsamir dan Peristiwa Ashabul Ukhdud 

 

Ibnu Ishaq berkata: Telah meriwayatkan ke- padaku Yazid bin Ziyad dari Muhammad bin 

Ka'ab al-Qurazhi sebagaimana hal ini juga di- tuturkan oleh warga  Najran kepada saya 

tentang warga nya: Sebetulnya  warga  Najran mereka yaitu  orang-orang yang 

menyembah berhala. Di sebuah desa yang berdekatan dengan Najran —Najran artinya desa 

besar di mana warga  berpusat di sana— ada seorang ahli sihir yang mengajari sihir pemuda-

pemuda Najran. Tatkala Faymiyun datang ke sana—dia tidak menyebutkan namanya kepada 

saya sebagaimana yang dikatakan oleh Wahb bin Munabbih. Mereka berkata: Ada seorang 

lelaki singgah di sana dan membangun sebuah kemah antara Najran dan desa dimana seorang 

ahli sihir berasal. Orang- orang Najran mengirimkan anak-anak mereka kepada ahli sihir ini 

untuk belajar sihir pada mereka. Tsamir mengirimkan anaknya yang bernama Abdullah bin 

Tsamir, demikian pula halnya dengan warga  lainnya. Setiap kali Abdullah melewati orang 

yang berada di dalam kemah itu dia sangat kagum terhadap salat dan ibadahnya sehingga 

membuatnya mampir di sana dan mendengar nasehat-nasehatnya hingga akhirnya dia masuk 

Islam dan mengesakan Allah dan menyembah-Nya. lalu  dia menanyakan padanya 

tentang syariah-syariah Islam sehingga tatkala dia sudah demikian paham tentang syariah itu 

maka dia kini mulai bertanya al-ism al-a'zham (Dzat Maha Agung). 

 

Walaupun dia mengerti akan hal ini dia sengaja merahasiakannya padanya. Dia berkata: 

"Wahai sepupuku, kau tidak akan mampu menanggungnya, saya khawatir kau tidak cukup kuat 

untuk memikul beban ini." 

 

Sementara Tsamir ayah Abdullah tidak mengira anaknya telah melakukan itu, dia hanya 

menyangka bahwa anaknya telah melakukan sesuatu yang lain dia hanya berpikir bahwa 

anaknya pergi tukang sihir itu sebagaimana dilakukan oleh anak-anak lainnya. Tatkala 

Abdullah menyadari bahwa sahabatnya itu (penghuni kemah) merahasiakan ilmu dan dia 

khawatir dirinya tidak sanggup memikul bebannya, maka dia segera mengumpulkan beberapa 

tongkat kecil. Lalu dia menuliskan semua nama-nama Allah yang dia ketahui hingga tidak 

tersisa satu nama pun. Untuk setiap satu tongkat dia tuliskan satu nama Allah tatkala dia telah 

sempurna dia menyalakan api lalu dia mulai melempar tongkat-tongkat itu satu persatu. Hingga 

tatkala dia sampai pada Nama Teragung (ismul azham) dia melemparkannya ke dalam api. 

Tongkat itupun melayang hingga dia keluar dari api itu tapi bekas apapun. Maka dia pun 

mengambil tongkat itu lalu dia datang menemui sahabatnya dan memberitahukan bahwa dia 

telah tahu tentang ism al-a'zham yang selama ini dia rahasiakan. Faymiyun berkata: "Apa itu?" 

Dia berkata: "Dia yaitu  demikian, demikian! Bagaimana cara engkau mengetahuinya?" Maka 

diapun memberitahukan tentang apa yang dia lakukan. Faymiyun berkata: "Wahai saudaraku 

kau telah mendapatkannya, maka jagalah dia atas dirimu saja, walaupun saya pikir engkau 

tidak akan melakukan itu." 

 

Maka setiap kali Abdullah bin Tsamir memasuki Najran dan dia bertemu dengan seseorang 

yang sedang sakit, maka dia akan berkata: “wahai hamba Allah, maukah engkau mentauhidkan 

Allah dan memasuki agama saya dan aku akan berdoa kepada Allah agar menyembuhkan 

penyakit yang engkau derita?" 

 

Orang itu akan menjawab: "Ya!" 

 

Maka dia pun mengesakan Allah dan masuk Islam, lalu dia mendoakan dan sembuh. Sampai-

sampai tidak ada seorang pun yang sakit di Najran kecuali dengan mendatanginya dan sering 

menelusurinya dan mendoakannya dan orang itu pun sembuh. Hingga akhirnya peristiwa itu 

dilaporkan kepada raja Najran dan dia pun dipanggil. Raja itu pun berkata: "Kau telah merusak 

keadaan warga  negeri ini dan kau telah melakukan perbuatan yang berseberangan dengan 

agamaku dan agama nenek moyangku, maka aku akan cincang engkau!" 

 

Abdullah bin Tsamir berkata: "Kau tidak akan pernah melakukan hal itu!!" 

 

Ibnu Ishaq berkata: Maka dia pun memerintahkan orang-orangnya untuk membawanya ke 

sebuah gunung yang panjang lalu  dia dilempar dengan kepala di bawah dan dia pun jatuh 

ke bumi tapi tidak mengalami luka apapun. lalu  dia dibawa ke perairan Najran. Sebuah 

lautan di mana tidak ada sesuatu pun yang jatuh ke dalamnya kecuali akan binasa. Maka dia 

pun dilempar ke dalamnya. Namun kembali dia keluar dari laut itu dengan selamat. 

 

Tatkala dia berhasil menang atas raja itu, Abdullah bin Tsamir berkata: "Demi Allah 

Sebetulnya  engkau tidak akan pernah sanggup untuk membunuhku hingga engkau 

mentauhidkan Allah, hendaknya engkau ber- iman dengan apa yang aku imani sebab  

Sebetulnya  jika engkau melakukan itu maka engkau akan diberi kemampuan untuk 

membunuhku." 

 

Ibnu Ishaq berkata: Maka raja itu pun mentauhidkan Allah dan melakukan syahadat 

sebgaaimana syahadat Abdullah bin Tsamir. lalu  raja itu memukulnya dengan sebuah 

tongkat yang ada di tangannya yang lalu  membuatnya terluka dengan luka kecil, dan dia 

pun terbunuh, lalu  raja itupun meninggal dunia. Peristiwa ini telah membuat warga  

Najran memeluk agama Abdullah bin Tsamir sesuai dengan ajaran Isa bin Maryam yang ada 

di dalam Injil dan hukumnya. lalu  terjadi penyimpangan- penyimpangan sebagaimana 

penyimpangan sebelumnya. Dari sinilah sebenarnya asal usul agama Kristen di Najran. 

Wallahu a'lam. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Inilah apa yang dikatakan oleh Muhammad bin Ka'ab al-Qurazhi dan 

sebagian dari warga  Najran tentang Abdullah bin Tsamir. Wallahu a'lam di mana yang 

paling benar adanya. 

 

Maka berangkatlah Dzu Nuwas dengan pasukannya dan mengajak mereka untuk memeluk 

agama Yahudi dengan memberi dua pilihan pada mereka masuk Yahudi atau di- bunuh. 

Mereka pun memilih untuk dibunuh. Maka mereka pun dimasukkan ke dalam parit dan 

dibakarlah orang yang dibakar di antara mereka dengan api, ada pula yang dibunuh dengan 

pedang lalu mereka dicincang. Hingga jumlah orang yang dibunuh mencapai sekitar dua puluh 

ribu. Mengenai Dzu Nuwas dan tentaranya Allah menurunkan firman-Nya kepada Rasul-Nya, 

junjungan kita semua Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Alihi wa Sallam: 

 

 

 

 

Telah dibinasakan orang-orang yang membuat parit,yang berapi (dinyalakan dengan) kayu 

bakar, saat  mereka duduk di sekitarnya,sedang mereka menyaksikan apa yang mereka 

perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang 

mukmin itu melainkan sebab  orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha 

Perkasa lagi Maha Terpuji (QS. al-Buruj: 4- 8). 

 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Ukhdud yaitu  lubang yang memanjang di bumi seperti parit atau 

anak sungai dan yang serupa dengannya. Sedangkan plural dari kata ukhdud yaitu  akhadid. 

Dzu Rummah berkata yang namanya yaitu  Ghaylan bin 'Uqbah salah seorang Bani Adi bin 

Manaf bin Udd bin Thanijah bin Ilyas bin Mudhar. 

 

Dari tanah Irak yang melintang antara po- hon kurma dan padang gersang ada sebuah air 

ukhdud. 

 

Arti ukhdud dalam bait di atas diartikan sebagai bekas pedang, atau bekas pisau di kulit atau 

bekas cambuk dan jama'nya yaitu  akhadid. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Dikatakan bahwa di antara orang dibunuh Dzu Nuwas yaitu  Abdullah bin 

Tsamir, pemimpin dan imam mereka. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Telah berkata kepada saya Abdullah bin Abi Bakar bin Muhammad bin 

Amr bin Hazm bahwa Sebetulnya  dia telah mendapat kabar bahwa seseorang dari warga  

Najran hidup zaman Umar bin Khattab menggali bekas reruntuhan bangunan-bangunan di 

Najran untuk sebuah keperluannya. Maka mereka pun mendapatkan Abdullah bin Tsamir 

berada di bawah reruntuhan itu dalam keadaan sedang duduk sedang meletakkan tangannya 

pada bekas pukulan di kepalanya, dia sedang kepalanya itu. Dan manakala tangan yang 

memegangnya itu ditarik maka mengalirlah darah darinya dan tatkala dilepas maka tangan itu 

kembali pada posisinya semula dan menahan aliran darahnya. Sementara di tangannya tertulis: 

"Rabbi Allah (Tuhanku yaitu  Allah)." Maka ditulislah surat kepada Umar mengabarkan 

tentang peristiwa ini . Umar membalas surat mereka dan memerintahkan agar dibiarkan 

dalam posisi semula. Mereka pun menguburkannya dan mengembalikan dalam posisi semula. 

 

 

Daus Dzu Tsa'laban dan Awal Pemerintahan Habasyah serta Hayat yang Menguasai 

Yaman 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ada seorang di antara mereka yang berhasil selamat dari pembunuhan 

massal itu. Dia bernama Daus Dzu Tsa'laban. Saat melarikan diri dia menunggang kudanya 

dan dia melalui tanah berpasir sehingga mereka tidak mampu untuk mengejarnya. Dia terus 

melakukan pelariannya dengan cara ini hingga akhirnya dia menemui Kaisar Romawi. Dia 

meminta bantuan Kaisar untuk mengalahkan Dzu Nuwas dan pasukannya dan dia memberi 

tahukan apa yang menimpa orang-orang yang dibunuh massal itu. 

 

Kaisar berkata: "Negerimu terlalu dari tempat kami, namun demikian aku akan menuliskan 

surat kepada raja Habasyah (kini Ethiopia), sebab  Sebetulnya  dia beragama sebagaimana 

agama kita dan dia lebih dekat ke negerimu." Dia lalu  menulis surat pada raja Habasyah 

dan memintanya untuk membantunya serta membalas dendam atas perlakukan Dzu Nuwas. 

 

Daus datang menemui raja Najasyi dengan membawa surat Kaisar, dan Najasyipun segera 

mengirim pasukannya yang berjumlah tujuh puluh ribu di bawah komando seorang yang 

bernama Aryath. Di antara pasukannya ada seorang yang bernama Abrahah al-Asyram. Aryath 

bersama pasukannya segera mengarungi lautan hingga dia mendarat di pantai Yaman. Daus 

Dzu Tsa'laban juga ikut bersama mereka. Dzu Nuwas bersama dengan orang-orang Himyar 

dan orang-orang yang taat dan berada di bahwa kendalinya segera menyambutnya. sesudah  

peperangan berlangsung Dzu Nuwas dan pasukannya terpaksa harus mengaku kalah. Tatkala 

Dzu Nuwas menyadari apa yang terjadi pada diri dan kaumnya, dia segera mengarahkan 

kudanya ke laut lalu dia memacunya dan memasuki lautan itu dan dia memasuki lautan dari 

yang dangkal terus pada yang lebih dalam hingga akhirnya dia tenggelam di kedalaman laut 

itu. Inilah akhir dari pemerintahannya. Aryathpun memasuki Yaman dan dia menguasainya. 

 

Maka berkatalah seorang warga  Yaman saat dia mengatakan apa yang dilakukan Daud 

untuk minta bantuan pada orang-orang Habasyah. 

 

Tidaklah seperti Daus tidak pula seperti apa yang dia bawa di perjalanannya 

 

Peribahasa ini berlaku hingga kini di Ya- man. Dzu Jadan al-Himyari berkata: 

 

Tenanglah, air mata tidak bisa mengembalikan apa yang telah berlalu 

Janganlah engkau hancur sebab  reruntuhan masa lalu 

Apakah sesudah  Baynun tidak akan ada lagi mata air dan jejak 

Dan sesudah  Silhin, manusia akan membangun rumah-rumah lagi? 

 

Baynun dan Silhan dan Ghumdan yaitu  benteng-benteng di Yaman yang dihancurkan oleh 

Aryath dan tidak ada benteng yang sama dengan benteng-benteng itu di tengah manusia. 

 

Dzu Jadan juga berkata: 

 

Biarkalah aku membuatmu tidak punya bapak dan kau tidak akan sanggup 

Caci makimu telah mengeringkan air liurku 

Aku mendengarkan musik para penyanyi di masa lalu yang demikian merdu 

Dan kami disuguhi arak yang murni dan terbaik 

Memimun arak tanpa rasa risih 

sebab  sahabatku tidak pernah mencelaku perbuatan ku 

sebab  kematian tidak ada yang yang mampu menghadang 

Walaupun meminum obat wangi dari para dukun obat 

Tidak pula para rahib di puncak biaranya Atau burung heriang yang sedang sedang berputar 

di sekitar sarangnya Kau telah dengar tentang menara Ghumdan Yang ada di puncak gunung 

menjulang Yang dilukis dengan batu yang indah Bersih, basah dengan tanah Hat yang licin 

Lampu-lampu minyak bersinar di dalamnya Kala senja tiba laksana sinar kilat Sedangkan 

pohon kurmanya yang di tanam untuknya demikian indahnya Dengan buah yang ranum 

hampir doyong dengan tandan kurmanya Kini semua itu telah menjadi abu Dan mengubah 

keindahannya menjadi kobaran api 

Dzu Nuwas menyerah kalah 

Dia peringatkan kaumnya tentang hidup yang sempit 

 

Berdasarkan syair di atas Adz-Dzu'bah Ats-Tsaqafi mengatakan sebuah syair serupa. Menurut 

Ibnu Hisyam:Adz-Dzibah bernama Rabiah bin Abdu Yalail bin Salim bin Malik bin Huthaith 

bin Jusyam bin Qasiy: 

 

Demi kehidupan ini, tidak ada tempat lari bagi pemuda dan tua bangka dari kematian 

Demi kehidupan ini, tak ada tempat yang lapang bagi seorang pemuda  

Demi kehidupan ini, tak ada tempat untuk perlindungan 

Apakah sesudah  kabilah-kabilah Himyar telah dihancurkan 

Di sebuah pagi dengan serangan di Dzat al- 'Abar 

Dengan sejuta pasukan yang menyerbu  

Laksana langit sebelum mencurahkan hujan  

Teriakkan mereka membuat tul kudayang terikat di dekat rumah 

Angin dan bau badannya mereka melenyapkan 

Jumlah mereka laksana pasir yang membuat pepohonan menjadi kering kerontang 

 

Amr bin Ma'di Karib Karib az-Zubaidi mengatakan tentang pertentangan yang terjadi antara 

dirinya dengan Qays bin Maksyuh al-Muradi di mana dia mendengar Qays mengancamnya. Ia 

mengatakan kepada Qays tentang orang-orang Himyar dan kejayaannya dan kekuasaan yang 

senantiasa berada di tangan mereka: 

 

Apakah engkau mengancamku seakan engkau Dzu Ruain 

Dengan kehidupan yang lebih baik atau engkau laksana Dzu Nuwas? 

Atau siapa pun yang mendapatkan nikmat yang datang sebelum kamu 

Dengan kerajaan yang demikian kokoh di tengah manusia 

Yang telah lama umurnya laksana zamannya Ad 

Yang demikian perkasa, keras dan perkasa  

Maka warga nya menjadi hancur dan kekuasaanya beralih tangan  

Dari manusia ke manusia yang lain 

 

Ibnu Hisyam berkata: Zubaid bin Sala- mah bin Mazin bin Munabbih bin Sha'b bin Sa'd al-

Asyirah bin Madzhij. Disebutkan pula bahwa namanya yaitu  Zubaid bin Sha'ab bin Sa'd al-

'Asyirah, ada pula yang menyebutkan namanya yaitu  Zubaid bin Sha'ab. Sedangkan Murad 

yaitu  Yuhabir bin Madzhij. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Telah menuturkan kepada saya Abu Ubaidah dia berkata: Umar bin 

Khattab menulis surat pada Salman bin Rabi'ah al-Bahili. Sedangkan Bahilah yaitu  anak dari 

Ya'shur bin Sa'd bin Qays bin Aylan yang sedang berada di Armenia. Dia memerintahkan agar 

dia memberi penghargaan lebih pada orang yang memiliki kuda Arab asli dan memberi 

penghargaan lebih sedikit pada siapapun yang memiliki kuda blasteran tatkala ada pembagian 

rampasan perang. Maka diapun mengeluarkan kudanya, dan tatkala kuda dikeluarkan 'Amr bin 

Ma'di bin Karib. Salmanpun berucap: "Kudamu ini yaitu  kuda blasteran (buruk)." Maka 'Amr 

marah dan dia melompat ke depan Salman dan mengancamnya, dan 'Amr pun mengucapkan 

bait syair di atas. 

 

Inilah yang pernah dikatakan oleh Sathih sang juru ramal dalam ucapannya: "Orang- orang 

Habasya (Ethiopia) akan menginjakkan kakinya di tanah kalian, mereka akan menguasai antara 

Abyan hingga Jurasy." Atau apa yang dikatakan oleh sang juru ramal Syiq: "Orang- orang 

hitam akan menginjakkan kaki mereka di tanah kalian, dan mereka akan melepaskan anak-anak 

dari perhatian kalian. Mereka akan berkuasa dari Abyan hingga Najran." 

 

 

Abrahah Menguasai Yaman dan Terbunuhnya Aryath 

 

Ibnu Ishaq berkata: Aryath berdiam di Yaman dalam beberapa tahun sebagai penguasa untuk 

kawasan itu. lalu  terjadi persaingan dalam penguasaan Habasyah antara dirinya dengan 

Abrahan —salah seorang tentaranya— sehingga Habasyah terpecah menjadi dua. Dan setiap 

pihak mendapatkan dukungan dari setiap dari kelompok-kelompok tertentu. lalu  kedua 

kubu bergerak untuk menyerang kubu lainnya. Tatkala kedua pasukan telah saling mendekat, 

Abrahah mengirim surat kepada Aryath: "Sesunggguhnya tidak selayaknya kau mejadikan 

orang-orang Habasyah saling bunuh antara mereka sehingga engkau membinasakannya. Maka 

majulah kepadaku untuk duel satu lawan satu. Maka siapa yang menjadi pemenangnya dia 

kembali pada tentaranya." 

 

Aryath lalu  membalas surat itu: "Kau benar!" Maka Abrahah segera keluar untuk 

menyongsongnya. Abrahah yaitu  seorang laki-laki bertubuh pendek gemuk, seorang 

penganut agama Kristen. Aryath pun segera keluar menyongsongnya. Aryath yaitu  seorang 

lelaki yang tinggi besar dan ganteng dan dia memegang sebilah lembing. Sementara di 

belakang Abrahan seorang pelayannya—yang bernama Ataudah untuk melindungi 

punggungnya. lalu  Aryath mengangkat lembingnya dan dia arahkan ke tengkorak kepala 

Abrahah hingga membelah alis matanya, hidungnya, mata dan kedua bibirnya. Oleh sebab 

itulah dia disebut Abrahah al-Asyram sebab  terbelah (si muka belah). sesudah  itu Awtada 

melepas diri dari punggung Abrahah dan menikam Aryath dan dia pun berhasil membunuhnya. 

Maka pasukan Aryath menyambut Abraham sebagai pemimpin mereka. Sementara Abrahah 

membayar diyat (denda uang darah) atas kematian Aryath. 

 

Tatkala berita ini sampai pada Najasyi, dia murka semurka-murkanya. lalu  dia berkata: 

"Dia telah berlaku di luar batas atas gubernurku dan membunuh tanpa ada perintah dariku." 

lalu  dia bersumpah untuk tidak membiarkan Abrahah hingga dia menginjakkan kaki di 

negerinya lalu  dia akan memotong ubun-ubunnya. 

 

Maka Abrahah segera mencukur rambut kepalanya lalu  dia memenuhi sebuah kantong 

dari kulit dengan tanah Yaman, lalu dia kirimkan kepada Najasyi. Dalam isi surat ini  dia 

menulis: "Wahai padaku raja, Sebetulnya  Aryath yaitu  budakmu dan saya yaitu  

budakmu. Kami berbeda pendapat dalam memaknai perintahmu, namun semua ketaatan yaitu  

untuk paduka. Hanya saja aku lebih kuat untuk mengendalikan orang-orang Habasyah (di 

Yaman) lebih teliti dan lebih terampil. Dan aku telah mencukur semua rambut kepalaku tatkala 

sampai berita kepadaku tentang sumpah sang raja dan aku mengirimkan kantong kulit berisi 

tanahku, untuk di letakkan di bawah kedua kakimu agar sumpah tidak berlaku padaku." 

 

Tatkala hal itu sampai pada Najasyi maka dia pun rela dan membalas suratnya sebagai berikut: 

"Hendaklah engkau tetap diam di negeri Yaman sampai datang perintahku. Maka tinggallah 

Abrahah di Yaman." 

 

 

Peristiwa Gajah dan Pembangunan Gereja 

 

lalu  Abrahah membangun gereja yang sangat besar dan tinggi yang tidak ada 

tandingannya di zaman itu. lalu  dia menulis surat kepada Najasyi: Wahai raja 

Sebetulnya  saya telah membangun sebuah gereja yang demikian besar, yang tidak pernah 

dibangun untuk seorang raja pun sebelum engkau. Dan saya tidak akan merasa puas sampai 

orang- orang Arab datang untuk melakukan ibadah haji padanya. 

 

Tatkala orang-orang Arab memperbincangkan surat Abrahah kepada Najasyi maka marahlah 

seorang lelaki dari Nas'ah, salah seorang Bani Fuqaim bin Adi bin Amir bin Tsa'labah bin al-

Harits bin Malik bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar. Ada pun 

yang dimaksud dengan Nas'ah yaitu  orang-orang yang menunda bulan-bulan bagi orang-

orang Arab di masa jahiliyah, mereka menghalalkan beberapa bulan haram dan lalu  

mereka mengharamkan bulan-bulan halal dengan cara mengakhirkan bulan ini . Dalam hal 

ini Allah menurunkan firman-Nya: 

 

 

 

Sebetulnya  mengundur-undurkan bulan haram itu yaitu  menambah kekafiran, disesatkan 

orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada 

suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan 

dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang 

diharamkan Allah, (setan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk 

itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS. at-Taubah: 37). 

 

Ibnu Hisyam berkata: Makna "liyuwathiu" dalam ayat di atas yaitu  bermakna "liyufiqu." 

Adapun makna muwatha'ah yaitu  muwafawaqah. Sebagaimana dikatakan oleh orang-orang 

Arab:Watha'thuka li hadza li almari. Artinya aku sepakat denganmu dalam perkara ini. Al-

Iytha' dalam syair yaitu  "al-muwafawah", yakni adanya kesamaan dua qafiyah (ujung sajak) 

dalam satu langgam. Sebagaimana yang dikatakan oleh 'Ajjaj dalam syairnya. Sedangkan nama 

Ajjaj yaitu  Ab-dullah bin Ru'bah salah seorang Bani Sa'ad bin Zaid bin Manat bin Tamim bin 

Murr bin Udd bin Thanijah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar berikut: 

 

Ibnu Ishaq berkata: Orang pertama yang memperlakukan sistem interkalasi (nasah) ini —yang 

menghalalkan bulan haram dan mengharamkan bulan halal— pada orang-orang Arab yaitu  

seorang yang bernama Al-Qalam- mas yang nama aslinya yaitu  Hudzaifah bin Abdu Fuqaim 

bin Adi bin Amir bin Tsa'labah bin Harits bin Malik bin Kinanah bin Khuzaimah. lalu  

dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Abbad bin Hudzaifah, sesudah  Abbad dilanjutkan Qala' 

bin Abbad, lalu  dilanjutkan oleh Umayyah bin Qala', lalu oleh Umayyah bin Auf bin 

Umayyah, lalu oleh Auf Abu Tsumamah Junadah bin Auf. Inilah orang terakhir yang 

memberlakukan sistem ini, dan di zamannya inilah Islam muncul. 

 

Dulu tatkala orang-orang Arab usai menu- naikan ibadah haji, mereka berkumpul menemui Al-

Qallamas. Maka dia mengumumkan keharaman empat bulan: Rajab, Dzul Qa'dah, Dzulhijjah 

dan Muharram. Tatkala dia ingin menghalalkan sesuatu maka dia menghalalkan bulan Haram 

lalu dia mengharamkan Shafar sebagai gantinya, lalu mereka pun mengharamkannya. Agar 

sesuai dengan hitungan bulan- bulan haram yang empat. Tatkala jama'ah haji itu menginginkan 

kembali dari Mekkah, dia lalu  berdiri dan berkata: "Ya Allah, aku telah menghalalkan 

untuk dua Shafar. Shafar pertama dan aku akhirkan Shafar kedua untuk tahun depan." 

 

Tentang hal ini 'Umair bin Qais Jidzl Ath- Tha'an salah seorang Bani Firas bin Ghunm bin Tsa 

labah bin Malik bin Kinanah, bersyair membanggakan nas'ah ini atas orang-orang Arab: 

 

Ma’ad telah tahu bahwa kaumku yaitu  kaum terhormat dengan nenek moyang terhormat 

Siapakah yang bisa lari dari balas dendam kami? 

Siapa yang tidak mampu kami beri hukuman  

Kami yaitu  An-Nasiin atas Ma'ad  

Kami jadilah bulan-bulan halal menjadi haram 

 

Ibnu Hisyam berkata: Bulan haram yang pertama yaitu  bulan Muharram. 

 

Ibnu berkata: Maka al-Kinani keluar hingga bertemu dengan katedral dan duduk di sana. Ibnu 

Hisyam berkata: Dia buang air di sana. Ibnu Ishaq berkata: lalu  dia keluar sampai tiba 

di negerinya. Maka Abrahah pun diberi tahu tentang peristiwa ini  dan berkata: “siapa yang 

lancang melakukan ini?” Maka dikatakan padanya: ini dilakukan oleh seorang lelaki warga  

Arab dari Ahli Bait tempat di mana orang-orang Arab naik haji di Mekkah tatkala dia 

mendengar apa yang engkau katakan: "Palingkan haji orang-orang Arab padanya," dia marah, 

lalu duduk di sana dan buang air. Artinya bahwa katedralmu ini tidak layak dijadikan tempat 

ibadah haji mereka. 

 

Abrahah murka besar dan dia bersumpah untuk berangkat menuju Baitullah hingga 

menghancurkannya. Lalu dia perintahkan pada orang-orang Habasyah berangkat. Mereka 

segera bersiaga dan siap-siap. Lalu dia pun berangkat. Dia berangkat dengan menunggang 

gajah. Kabar keberangkatan Abrahah sampai ke telinga orang-orang Arab. Mereka pun 

mengagungkannya dan merasa sangat ketakutan dan mereka beranggapan bahwa apa yang dia 

niatkan yaitu  sangat serius tatkala mereka mendengar bahwa dia berencana untuk 

menghancurkan Ka bah, Baitullah al-Haram. 

 

Maka salah seorang tokoh dan salah seorang raja di Yaman datang menemuinya. Dia bernama 

Dzu Nafar, maka dia pun memanggil kaumnya dan orang-orang yang simpati padanya dari 

seluruh Arab untuk memerangi Abrahah dan berjuang untuk melindungi Baitullah al-Haram 

dan rencana penghancurannya olehnya dan berusaha untuk mengusirnya. Maka ada orang-

orang yang merespon seruannya dan dia segera menghadapi Abrahah dan memeranginya. Dzu 

Nafar dan bala tentaranya kalah dalam peperangan itu. Dzu Nafar ditangkap dan dibawa pada 

Abrahah sebagai tawanan perang. Tatkala Abrahah mau membunuhnya, Dzu Nafar berkata ke- 

pada Abrahah: Wahai raja, janganlah engkau membunuhku, semoga keberadaanku bersamamu 

lebih baik dari pada aku dibunuh! Maka Abrahah membiarkannya hidup. Dia hanya dipenjara 

saja dan tetap dibelenggu. Abraham dikenal sebagai seorang yang santun dan sabar. 

 

lalu  Abrahah melanjutkan perjalanannya sesuai dengan tujuannya semula. 

 

Tatkala dia sampai di kawasan Khats'am dia dihadang oleh Nufail bin Habib al-Khats'ami 

bersama dengan dua kabilah Khats'am Syahran dan Nahis dan orang-orang lainnya yang 

mengikutinya. Dia lalu  memeranginya namun dikalahkan oleh Abrahah dan dia 

dijadikan sebagai tahanan dan dia pun dibawa pada Abrahah. Tatkala Abrahah ingin 

membunuhnya, Nufail berkata padanya: "Wahai raja, janganlah engkau membunuhku sebab  

aku bisa menjadi petunjuk jalan bagimu di negeri Arab. Inilah kedua tanganku sebagai jaminan 

bahwa dua kabilah Khats'am Syahran serta Nahis menyatakan tunduk dan patuh." Maka 

Abrahahpun membiarkan dia pergi. 

 

Lalu dia keluar memberi  petunjuk. Tatkala melewati Thaif dia segera dihadang oleh Mas'ud 

bin Mu'attib bin Malik bin Ka'ab bin Marwi bin Sa'ad bin Auf bin Tsaqif bersama dengan 

orang-orang Tsaqif. 

 

Adapun nama Tsaqif yaitu  Qasy bin Nabit bin Munabbih bin Manshur bin Yaqdam bin Aqsha 

bin Du'mi bin Iyad bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan. 

 

Umayyah bin Abi Shalt At-Tsaqafi mengatakan: 

 

Kaumku yaitu  Iyad, jika mereka dekat 

Atau tinggal di tempat mereka pasti membuat 

unta menjadi kurus 

Kaum yang menguasai wilayah Irak 

Jika mereka berjalan semuanya dengan doku- 

men dan pena 

 

Umayyah bin Abi Shalt juga berkata: 

 

Jika kau bertanya padaku siapa aku, Lubayna, 

dan tentang garis keturunanku 

Aku akan kabarkan padamu dengan sangat 

meyakinkan 

Kami keturunan An-Nabit Abi Qasiy 

Ana Manshur bin Yaqdam nenek moyang 

kami 

 

Ibnu Hisyam berkata: Tsaqif yaitu  Qasiy bin Munabbih bin Bakar bin Hawazin bin Manshur 

bin Ikrimah bin Khashafah bin Qais bin Aylan bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan. 

Kedua bait syair pertama dan kedua yaitu  karya Umayyah bin Abi Shalt. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Mereka berkata kepada Abrahah: Wahai raja: Sebetulnya  kami yaitu  

hambamu, akan mendengar apa yang engkau katakan dan kami akan senantiasa taat. Kami 

tidak akan pernah ada sengketa. Dan rumah kami ini bukanlah rumah yang engkau kehendak 

—maksudnya Al-Laata— Sebetulnya  engkau menginginkan rumah yang ada di Mekkah. 

Kami akan segera berangkat denganmu dan akan memberi petunjuk untukmu." Maka dia pun 

mengampuni mereka. 

 

Al-Laata yaitu  rumah ibadah mereka di Thaif yang mereka puja dan agungkan laksana 

pengagungan mereka terhadap Ka'bah. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Pernah Abu Ubaidah An-Nahwi menyenandungkan syair karya Dhirar 

bin Khattab al-Fihri sebagai berikut: 

 

Orang-orang Thaif melarikan diri ke rumah Al- Laata mereka 

Sebagai orang yang putus asa dan kalah 

 

Syair di atas yaitu  salah satu syair panjang Dhirar bin Khattab al-Fihri. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Maka mereka mengutus Abu Righal bersama Abrahah sebagai petunjuk 

jalan ke Mekkah, hingga keduanya sampai di Al-Mughammis. Di tempat inilah Abu Righal 

meninggal dunia. Orang-orang Arab melempari kuburannya. Kuburan inilah dilempari oleh 

orang-orang yang sekarang berada di di Al-Mughammis. 

 

Tatkala Abrahah tiba di Al-Mughammis dia mengutus seorang lelaki asal Habasyah yang 

bernama Al-Aswad bin Maqsud dengan pasukan berkudanya hingga dia sampai ke Mekkah. 

lalu  dia merampas. Harta- orang-orang Tihamah diserahkan kepadanya, baik harta orang 

Quraisy atau bukan Quraiys. Termasuk dua ratus ekor unta milik Abdul Mutthalib. Abdul 

Mutthalib saat itu yaitu  pimpinan dan pembesar Quraiys. Peristiwa ini mendorong orang-

orang Quraisy, Kinanah dan Hudzail dan orang-orang yang berada di sekitar Baitul Haram 

bermaksud untuk memeranginya. Namun mereka sadar bahwa mereka tidak akan mampu 

untuk mengalahkannya. Maka mereka pun membiarkannya. 

 

Abrahah lalu  mengutus Hunathah al-Himyari ke Mekkah dan dia berpesan padanya. 

"Tanyakan siapakah pemimpin negeri ini dan orang yang paling dihormati di tengah mereka. 

lalu  katakan padanya: Sebetulnya  raja kami mengatakan pada- mu: 'Sebetulnya  

aku tidak datang untuk memerangimu, aku datang untuk menghancurkan rumah ini (Ka'bah), 

jika kalian tidak menghalangi kami dengan perang maka kami tidak perlu menumpahkan darah 

kalian! Jika dia tidak menginginkan perang maka datangkanlah dia padaku!" 

 

Tatkala Hunathah datang ke Mekkah dia bertanya tentang pemimpin Quraisy dan junjungan 

mereka. Maka dikatakan padanya: Dia yaitu  Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf 

bin Qushay. Maka Hunathah pun menemuinya dan dia memberitahukan apa yang 

diperintahkan oleh Abrahah. 

 

Abdul Mutthalib berkata: "Demi Allah kami tidak menginginkan perang, kami tidak memiliki 

kekuatan untuk melakukan itu semua. Ini yaitu  Baitullah al-Haram dan rumah Kekasih-Nya 

(Khalilullah) Ibrahim 'Alaihisalam—atau sebagaimana yang dia katakan. Jika dia 

melindunginya maka itulah rumah Dia dan haram-Nya, dan jika dia membiarkannya maka 

demi Allah kami tidak memiliki kekuatan untuk membelanya!" 

 

Hunathah berkata: "Berangkatlah bersamaku untuk menemuinya, sebab  Sebetulnya  dia 

telah memerintahkan aku untuk membawamu padanya." 

 

Maka berangkatlah Abdul Mutthalib bersamanya yang disertai oleh sebagian anaknya hingga 

datang ke markaz pasukan Abrahah. lalu  dia menanyakan tentang Dzu Nafar yang tak 

lain yaitu  sahabat dekatnya, hingga lalu  dia datang menemuinya dan mendapatkannya 

dalam keadaan ditahan. Maka berkatalah Abdul Mutthalib padanya: "Apakah kau memiliki 

peluang untuk membantu dalam perkara yang menimpa kami ini?" 

 

Dzu Nafar menjawab: "Apa yang bisa dilakukan oleh seorang tawanan di tangan seorang raja 

yang setiap pagi dan petang. Tak ada bantuan yang bisa saya berikan kepadamu dalam perkara 

yang menimpa saat ini. Hanya saja Unais pengendali unta yaitu  teman dekat saya. Aku akan 

kirim surat kepadanya dan aku ceritakan tentang dirimu seraya aku besarkan hakmu. Aku akan 

memin

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 2 a melawannya dan menampar balik dirinya. Maka anaknya itu melakukan apa yang dia perintahkan. Maka 'Amr berkata di tengah-tengah kaumnya: "Aku tidak akan diam di sebuah negeri di mana anak bungsuku telah … Read More