sirah nabawiyah 3

 


tanya agar dia meminta izin untukmu untuk bisa bertemu dengan sang raja, lalu kau 

ungkapkan apa yang engkau inginkan. Jika dia bisa dia akan memberi  pembelaan untukmu 

di si- sinya, jika dia mampu melakukannya." 

 

Abdul Mutthalib berkata: "Itu sudah sangat cukup bagiku! Maka Dzu Nafar me- nemui Unais 

dan berkata padanya: Sebetulnya  Abdul Mutthalib yaitu  pimpinan kaum Quraisy dan 

pemilik kafilah Mekkah. Dia memberi makanan pada manusia di dataran rendah dan memberi 

makanan pada binatang-binatang buas puncak gunung. Sementara sang raja telah merampas 

dua ratus ekor unta darinya. Oleh sebab itulah mintakan izin untuknya agar dia bisa bertemu 

dengan raja Abrahah serta lakukan pembelaan atas dirinya sesuai kapasitasnya!" Unais berkata: 

"Akan saya lakukan!" 

 

Maka Unais pun melobi Abrahah dan dia berkata kepadanya: "Wahai raja, ini yaitu  pemimpin 

Quraisy berada di depan pintumu minta izin untuk menemuimu, dia yaitu  pemimpin kafilah 

Mekkah. Dia memberi makanan pada manusia di dataran rendah dan memberi makanan pada 

binatang-binatang buas puncak gunung. Maka berilah izin padanya untuk masuk menemuimu 

lalu mengatakan apa yang dia mau. Dan berbuat baiklah padanya! "Abrahah mengizinkan dia 

masuk. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Abdul Mutthalib yaitu  seorang lelaki yang paling tampan dan mulia. 

Tatkala Abrahah melihatnya, dia menghormati mengagungkannya dan memuliakannya. 

Abrahah menyuruhnya di duduk di bawah sebab  dia tidak suka orang-orang Habasyah melihat 

duduk bersamanya di atas singgasananya. Oleh sebab itulah dia turun dari singgasananya, 

lalu  dia duduk di atas permadaninya lalu dia dudukkan Abdui Mutthalib di sisinya. 

Abrahah berkata kepada penerjemahnya: "Katakan padanya: Apa keperluanmu?" Maka 

penerjemah itu mengatakan apa yang diperintahkan Abrahah. Abdul Mutthalib menjawab: 

"Keperluan saya yaitu  hanya hendaknya sang raja mengembalikan dua ratus ekor unta yang 

dia rampas dari ku." 

 

Saat Abrahah diberi tahu apa yang di- inginkan oleh Abdul Mutthalib dia berkata: "Saat aku 

melihatmu aku demikian kagum padamu. Namun semua itu memudar tatkala engkau 

mengatakan apa keperluanmu padaku. Apakah engkau lebih mementingkan berbicara padaku 

tentang dua ratus ekor unta yang aku rampas sementara engkau membiarkan Rumah (Baitul 

Haram) itu yang merupakan symbol agamamu? Dan simbol agama nenek moyangmu di mana 

aku kini datang untuk menghancurkannya?" 

 

Abdul Mutthalib menjawab: "Sebetulnya  aku hanyalah penguasa unta-unta itu sedangkan 

Rumah ini ada Tuhannya yang akan memberi  perlindungan!" 

 

Abrahah berkata: "Tidak mungkin Dia memberi  perlindungan dari serangan- ku!" 

Abdul Mutthalib berkata: "Terserah engkau!" 

 

Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa tatkala Abdul Mutthalib datang menemui Abrahah 

tatkala ada utusan Abrahah yang bernama Hunathah, ikut bersamanya Ya'mur bin Nufatsat bin 

Ady bin Ad-Da'l bin Bakar bin Manat bin Kinanah. Saat itu dia yaitu  sebagai pemimpin Bani 

Bakar. Ikut pula bersama dia Khuwailid bin Watsilah al-Hudzali, saat itu dia yaitu  peminpin 

Bani Hudzail. Mereka menawarkan sepertiga dari kekayaan Tihamah kepada Abrahah dengan 

syarat dia balik kembali dan tidak menghancurkan Baitullah. Namun dia menolak tawaran 

mereka—Allah Mahatahu apa yang sebenarnya terjadi. lalu  Abrahah mengembalikan 

dua ratus unta yang dirampasnya kepada Ab-dul Mutthalib. 

 

Tatkala mereka meninggalkan Abrahah, Abdul Mutthalib kembali pada orang Quraisy dan 

diapun memberitahukan apa yang terjadi. Dia memerintahkan pada seluruh orang Quraisy 

untuk keluar dari Mekkah dan segera berlindung dan bersembunyi ke puncak gunung sebab  

khawatir mendapat gangguan dari pasukan Abrahah. sesudah  itu, Abdul Mutthalib memegang 

rantai pintu Ka'bah lalu bersama beberapa orang Quraisy berdoa kepada Allah supaya 

menghancurkan Abrahah dan pasukannya. Sambil berpegang pada rantai pintu Ka'bah di pintu 

Ka'bah dia berkata: 

 

Ya Allah Sebetulnya  seorang manusia telah menjaga tempat tinggalnya 

Maka jagalah rumah-Mu 

Tak kan pernah menang salib dan kekuatan mereka 

Jika Kau biarkan mereka dan kiblat kami Maka lakukan (yang terbaik) menurut-Mu 

 

Ibnu Hisyam berkata: Inilah yang benar dari ungkapannya. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ikrimah bin Amir bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdu Daar bin Qushay 

berkata: 

 

Ya Allah, hinakanlah al-Aswad bin Maqshud Yang merampas ratusan unta dalam keadaan 

terikat 

Dia menahannya antara Hira' dan Tsabir dan padang pasir 

Padahal unta-unta itu sedang banyak air susu- nya 

lalu  dia kumpulkan untuk orang-orang hitam yang barbar 

Enyahkan dia wahai Tuhanku sebab  sesung-guhnya Engkau Mahaterpuji 

 

Ibnu Hisyam berkata: Inilah yan benar dari perkataannya. 

 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  Abdul Mutthalib melepas rantai Ka'bah, lalu berangkat bersama 

dengan orang-orang Quraisy menuju puncak gunung. lalu  mereka bersembunyi di sana 

sambil menunggu apa yang akan dilakukan oleh Abrahah saat dia gajahnya serta memobilisir 

pasukannya. Nama gajah tunggangannya yaitu  Mahmud. Abrahah sudah bertekad bulat untuk 

menghancurkan Baitullah ini baru sesudah  itu kembali ke Yaman. Maka mereka mengarahkan 

gajah gajah itu ke Mekkah datanglah Nufail bin Habib Al-Khats'ami berdiri di samping gajah 

lalu  dia memegang kupingnya seraya berkata: Menderumlah wahai Mahmud atau 

pulanglah dengan damai ke tempat dari mana engkau berasal sebab  Sebetulnya  engkau 

sekarang berada di negeri Haram. "lalu  dia melepas kuping gajah ini. Lalu ke- luar dan 

segera bergerak ke gunung. Pasukan Abrahah pun memukul gajah itu agar berdiri namun gajah 

itu enggan berdiri. Mereka pun memukul kepalanya dengan menggunakan batangan besi. 

Mereka memasukkan mahjan (semacam tongkat yang ujungnya bengkok agar dia berdiri lalu 

ditusukkan ke bawah perutnya namun tetap saja Mahmud si gajah itu enggan berdiri. Maka 

merekapun mengarahkan gajah itu ke arah Yaman, lalu gajah itu bangun sambil lari, lalu  

mereka menghadapkannya ke arah Syam, dan si Mahmud gajah itu melakukan hal yang sama. 

Lalu di hadapkan ke arah Timur dia pun melakukan hal yang sama. Lalu mereka hadapkan ke 

Mekkah, kembali dia menderum. Maka Allah kirimkan pada mereka burung-burung dari laut 

seperti burung layang-layang (walet) dan burung balsan (burung jalak) setiap burung membawa 

tiga batu kerikil. Satu batu di paruh dan dua batu di kakinya. Batu-batu itu sebesar kacang dan 

adas. Dan setiap seorang yang terkena lemparan batu itu akan tewas sesaat . Namun tidak 

semua mereka terkena lemparan batu itu. 

 

Maka mereka pun melarikan diri mundur ke arah jalan dari mana mereka datang. Mereka 

mencari-cari Nufail bin Habib untuk memberi  petunjuk jalan ke Yaman. Tatkala melihat 

kondisi mereka dan siksa apa yang Allah turunkan pada mereka, Nufail berkata: 

 

Dimanakah kini tempat berlindung dari Allah yang kini memburu 

Dan Abrahah al-Asyram si pecundang dan bukan pemenang 

 

Ibnu Hisyam berkata: Perkataannya "bukan pemenang" (ghalib) bukan berasal dari selain Ibnu 

Ishaq. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Pada bait yang lain Nufail berkata: 

 

Tidakkah kau ucapkan kata selamat buat kami wahaiRudayna 

Kami telah alirkan nikmatpada kalian di pagi nan ceria 

Telah datang pada kami pencari api kalian semalam 

Namun kami tak rela memberi  api itu pa- danya 

Rudayna andai kau lihat dan kau tidak akan melihat 

Apa yang kami lihat di sisi Muhashshab  

Pastilah kau memberi  maaf padaku dan kau akan puji urusanku 

Dan tidaklah sedih atas yang lepas dari kami Aku puji Allah kala melihat burung-burung  

Kami takut batu-batu itu dilemparkan kepada kami 

Setiap orang mencari Nufail 

Seakan aku punya hutang pada pasukan Habasyah 

 

Maka mereka pun keluar dan bergelimpangan di jalan-jalan, mereka mati di di setiap tempat 

lubang berair. Sementara Abrahan terkena lemparan batu di tubuhnya. Dia ditandu oleh anak 

buahnya pergi bersama- sama mereka, namun setiap kali mereka bergerak jemarinya jatuh satu 

demi satu. Setiap kali jemarinya jatuh selalu dibarengi dengan keluarnya nanah bercampur 

darah. Sampai mereka tiba di Shan'a sedangkan dia sudah menjadi laksana anak burung. Saat 

dia meninggal, menurut sebagian riwayat, badan dan hatinya terpisah. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ya'qub bin Utbah telah mengatakan kepada saya bahwa dia telah 

mendapatkan berita bahwa pada tahun itulah untuk pertamanya campak dan cacar muncul di 

tanah Arab. Sebagaimana juga disebutkan bahwa pada tahun ini pula terlihat pohon- pohon 

yang pahit seperti Harmal, hanzhal (colocynth) dan al'usyr (Asclepias gigantea). 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Allah mengutus Muhammad Sallallahu'Alaihi wasallam, dia sering 

kali mengingatkan orang Quraisy tentang nikmat Allah yang diberikan pada mereka, yakni 

dengan memukul mundur orang-orang Habasyah untuk menjaga eksistensi dan keberadaan 

mereka. Allah Subhana wa Ta'ala berfirman: 

 

 

 

 

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara 

bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) 

itu sia-sia?, Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang 

melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan 

mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (QS. al-Fiil: 1-5) 

 

Pada ayat yang lain Allah berfirman: 

 

 

 

 

sebab  kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim 

dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini 

(Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan 

mengamankan mereka dari ketakutan (QS. Quraisy: 1-4). 

 

Ini dimaksudkan agar tidak ada perubahan pada kondisi mereka, sebab  Allah menginginkan 

kebaikan pada mereka, jika mereka mau. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Ababil artinya yaitu  berkelompok-kelompok. Sepanjang yang kami 

ketahui belum ada satu orang Arab pun yang menggunakan dengan kata tunggal (wahid). 

Adapun sijjil maka saya telah diberitahu oleh Yunus al-Nahwi dan Abu Ubaidah bahwa kata 

itu dalam bahasa Arab berarti yang sangat keras. Ru'yat bin Al-'Ajjaj berkata: 

 

Mereka ditimpa sebagaimana apa yang menimpa pasukan bergajah 

Mereka dilempar dengan batu-batu dari sijjil 

Dan mereka dipermainkan burung-burung ababil 

 

Bait-bait syair di atas yaitu  cuplikan dari syairnya dalam bahar rajaz. Sebagian ahli tafsir 

mengatakan bahwa dia yaitu  satu kata dalam bahasa Persia yang lalu  oleh orang Arab 

dijadikan satu kata. Dia berasal dari sanju dan jallu yang dimaksud dengan sanju yaitu  batu 

dan jallu yaitu  tanah. Artinya kerikil dari jenis bahan ini, yakni batu dan tanah. Sedangkan 

makna dari: 'ashf yaitu  daun pohon yang belum layak untuk ditebang. Sedangkan kata 

tunggalnya yaitu  'ashfah. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah an- Nahwi memberitahukan pada saya bahwa telah 

dikatakan padanya: kata tunggalnya yaitu  al-'ushafah atau al-'ashifah. Abu Ubadah juga 

membawakan sebuah syair karya Alqamah bin Abadah salah penyair dari Bani Rabi'ah bin 

Malik bin Zaia bin ivianat bin Tamim: 

 

Airnya mengaliri aliran air yang deras yang 

pepohonannya telah doyong 

Pusaran arusnya diangkat oleh tarikan air 

 

Syair di atas yaitu  penggalan syairnya. Seorang penyair bahar rajaz berkata: 

 

lalu  mereka dijadikan laksana daun- daun yang dimakan ulat 

 

Ibnu Hisyam berkata: Bait syair ini memiliki tafsirnya dalam ilmu Nahwu (ilmu gramatika 

Arab). 

 

Adapun yang dimaksud dengan kebiasaan orang-orang Quraisy yaitu  kebiasaan mereka yang 

senantiasa berangkat ke Syam untuk berdagang. Dan mereka melakukan dua kali perjalanan 

perjalanan di musim dingin dan perjalanan di musim panas. 

 

Abu Zaid al-Anshari memberitahukan pada saya bahwa orang-orang Arab berkata: "Aliftu 

Syayan ilfa wa alafathu iilafa," dua kata itu memiliki satu makna. lalu  dia mengatakan 

pada bait syair karya Dzu Rummah: 

 

Dari kumpulan pasir ada hangat sinar kemuning waktu dhuha 

Dalam warnanya menjadi jelas dan nyata 

 

Bait ini yaitu  bait miliknya. Sedangkan Mathrud bin Ka'ab al-Khuza'i berkata: 

 

Mereka yang menikmati kala bintang-bintang berubah 

Dan mereka yang siap-siap melakukan perjalanannya 

 

Bait syairnya akan saya sebutkan pada saatnya nanti, Insya Allah. 

 

Iylaf juga dikatakan pada seseorang memiliki seribu unta atau sapi ataupun kambing dan 

lainnya. 

 

Sebagaimana juga disebutkan: "Aalafa fulaanun iilaafaa." Al-Kumait bin Yazid salah seorang 

Bani Asad bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Mu'ad berkata: 

 

Di suatu tahun di mana para pemilik seribu unta berkata 

Ini membuat orang yang merindu susu berjalan kaki 

 

Inilah kasidah yang dia bikin. Iilaf juga bermakna jika sebuah kaum menjadi seribu jumlahnya. 

Aalafa al-qaum iilafa. Alkumait berkata: 

 

Keluarga Bani Muzaiqa' besok akan berjumpa dengan 

Bani Sa'ad bin Dhabbah vane berjumlah seribu 

 

Ini yaitu  syair miliknya. Lilaf juga bermakna hendaknya sesuatu bergabung dengan sesuatu 

yang lain dan dia senantiasa bersamanya. Sebagaimana disebutkan "Alaftuhu Iyyahu Ilaafa." 

lilaf juga bermana sesuatu kepada saya Abdullah bin Abi Bakar dari Umrah binti Abdur 

Rahman bin Sa'ad bin Zurarah dari Aisyah dia berkata: "Saya telah melihat para penunggang 

dan sais gajah di Mekkah di mana dia dalam kedua matanya dalam keadaan buta dan duduk-

duduk sambil mengemis makanan pada manusia." 

 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  Allah mengusir balik orang-orang Habasyah dari Mekkah dan 

mereka tertimpa apa yang telah menimpa mereka dari adzab yang pedih, maka orang- orang 

Arab mengagung-agungkan orang- orang Quraisy. Orang-orang Arab itu berkata: Orang-orang 

Quraisy yaitu  wali-wali Allah. Allah telah berperang demi mereka dan mengusir musuh 

musuh mereka. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Abrahah telah meninggal, anaknya yang bernama Yaksun bin 

Abrahah menduduki tahta kerajaan Habasyah sebagai penggantinya. sesudah  Yaksum bin 

Abrahah meninggal saudaranya yang bernama Masruq menguasai orang-orang Habasyah yang 

ada di Yaman. 

 

 

Kepergian Sayf bin Dzu Yazan dan Pemerintahan Wihraz di Yaman 

 

Tatkala bencana melanda Yaman dalam waktu yang sangat lama, Sayf bin Dzu Yazan al-

Himyari yang bergelar Abu Murrah keluar hingga orang Habasyah dari sana dan mengambil 

alih negeri itu. Dia memintanya untuk mengirimkan pasukan ke sana sesuai yang dia kehendaki 

dan menjanjikannya untuk memberi  Nu’man bin Mundzir yang merupakan gubernur Kisra 

Persia di Hirah dan kawasan-kawasan sekitar Irak. Diapun mengadukan masalah orang-orang 

Habasyah ini. Mendengar pengaduannya Nu'man berkata: "Sebetulnya  saya memiliki 

waktu khusus untuk mengunjungi Kisra setiap tahunnya, oleh sebab itu lah hendaknya engkau 

tinggal di sini sampai waktu itu datang." Maka Diapun tinggal be- berapa lama di sana dan 

pada saat waktunya tiba Nu'man mengajaknya menemui Kisra dan diapun memperkenalkannya 

padanya. Kisra duduk dia atas singgasananya dimana di sana ada mahkotanya. Mahkotanya 

laksana neraca yang besar — sebagaimana sangkaan mereka— dimana di dalamnya ada yaqut 

dan mutiara, intan berlian, rubi dan topaz yang dililit di rantai emas di dalam ruangan 

pertemuan istananya. Lehernya tidak mampu menopang mahkotanya makanya dia 

disembunyikan di balik jubah hingga dia duduk di singgasananya, lalu  dia memasukkan 

kepalanya ke mahkotanya. Tatkala dia ingin ia duduk di tempat duduknya maka kain (jubah) 

itu di- singkap. Maka setiap orang yang melihat dia untuk pertamanya kalinya segera 

bersimpuh di depannya sebab  segan padanya. Tatkala Sayf masuk menemuinya maka dia pun 

duduk bersimpuh. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah telah menuturkan pada saya bahwa Sayf tatkala masuk 

menemui Kaisar dia merundukkan kepalanya. Maka Kaisar berkata: "Sebetulnya  orang 

bodoh ini masuk menemui saya dari pintu yang panjang, lalu dia mengangguk-anggukkan 

kepalanya!" Maka hal itu pun diberitahukan kepada Sayf. Maka Sayf pun berkata: 

"Sebetulnya  aku melakukan itu sebab  kesedihanku dan semua hal yang menekanku"! 

 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  dia berkata: "Negeri kami dikalahkan oleh orang:orang asing di 

negeri kami sendiri?" Kisra bertanya: "Siapa yang engkau maksud dengan orang asing itu? 

Orang-orang Habasyah atau Sindi?" 

 

Maka diapun berkata: "Orang asing itu yaitu  orang Habasyah, aku datang ke sini untuk 

meminta bantuanmu dan jika engkau lakukan maka kerajaan menjadi milikmu!" Kisra berkata: 

"Negerimu sangat jauh dari kami sementara sumber kekayaannya sangat minim. Dan aku tidak 

ingin membuat pasukan Persia mengalami kesulitan di negeri Arab, Aku tidak butuh itu!" 

lalu  dia memberinya hadiah sebanyak sepuluh ribu dirham dia juga memberi  pakaian 

yang sangat indah. Tatkala semuanya sudah ada di tangannya maka Sayf pun segera keluar dari 

istana Kaisar. Dan dia pun menaburkan uang hadiah Kisra itu pada banyak orang. Apa yang 

dia lakukan sampai ke telinga Sang Kaisar. Maka dia pun berkata: "Sebetulnya  orang ini 

pasti orang yang luar biasa. "lalu  dia mengutus seseorang untuk menemuinya. Orang itu 

berkata: "Apakah engkau sengaja menebarkan hadiah Kisra kepada banyak orang?" Dia pun 

menjawab: "Apa yang bisa aku perbuat dengan ini semua? Bukankah negeri dari mana aku 

datang gunung-gunungnya yaitu  emas dan perak?" Dia katakan itu untuk menarik hatinya. 

Maka Kisra segera mengumpulkan para menterinya. lalu  dia berkata: "Bagaimana 

pendapat mu tentang urusan lelaki ini dan rencana besarnya." Maka berkatalah salah seorang 

di antara mereka: "Wahai Kisra, Sebetulnya  di dalam penjaramu ada banyak orang yang 

siap untuk dibunuh, andaikata kau kirim mereka bersamanya, jika mereka meninggal maka 

itulah yang memang engkau inginkan dan jika mereka selamat dan menang maka baginda akan 

mendapatkan tambahan kerajaan baru." Maka Kisra segera mengirimkan orang-orang penjara 

yang jumlah sebanyak delapan ratus laki-laki. 

 

lalu  dia mengangkat seorang lelaki di antara mereka yang bernama Wahriz, salah 

seorang yang paling tua di tengah-tengah mereka. Seorang yang berasal dari keturunan yang 

paling baik dan dari rumah yang baik pula. Maka mereka pun berangkat dengan menggunakan 

delapan kapal, dua kapal teng- gelam. Sedangkan yang enam sisanya berhasil sampai di tepi 

pantai Adn. Sayf lalu  menggabungkan orang-orang yang berhasil dia himpun bergabung 

dengan Wahriz. Dia pun berkata: "Kakiku akan bersama kakimu hingga kita mati atau kita 

menang." 

 

Wahris berkata: "Kau telah melakukan suatu yang adil!" lalu  Masruq bin Ab- rahah raja 

Yaman keluar menyongsongnya dan dia pun menghimpun pasukannya. Wahriz lalu  

mengirimkan anaknya untuk memerangi mereka agar ia mendapat pengalaman perang. Anak 

Wahris terbunuh. Peristiwa semakin memuncakkan kemarahannya atas mereka. Tatkala 

manusia telah rapi berbaris dia berkata: "Tunjukkan kepada saya raja mereka!" Maka mereka 

berkata: "Tidakkah engkau lihat seorang lelaki yang duduk di atas gajah sementara mahkotanya 

ada di atas kepalanya. Dan di antara kedua matanya ada yakut berwarna merah?" Dia pun 

menjawab: "Ya!" Mereka berkata: "Dialah raja mereka!" Dia berkata: "Biarkanlah dia!" Maka 

mereka pun berdiri lama. lalu  dia berkata lagi: "Ke mana dia sekarang?" Mereka berkata: 

"Dia berganti kendaraan dengan menunggangi kuda!" Dia berkata lagi: "Biarkanlah!" Maka 

mereka pun lama berdiri menunggu. Dia berkata lagi: "Kini di mana dia?" Kini dia berganti 

kendaraan dengan menunggangi seekor keledai! Maka Wahriz berkata: "Anak keledai! Kau 

akan hina dan kerajaannya akan hina pula, aku akan memanahnya. Jika kalian bala tentaranya 

tidak bergerak maka tinggallah kalian di tempat dan jangan bergerak hingga aku memberi izin 

pada kalian. Sebab itu artinya aku telah salah memanah! Dan jika kalian melihat pasukannya 

melingkarinya dan berkumpul di sekelilingnya maka itu berarti bahwa panah saya telah 

mengenainya. Maka bergeraklah kalian menyerang mereka!" 

 

Lalu dia mencabut anak panahnya—dan menurut cerita bahwa anak panahnya tidak ada yang 

bisa mengangkat sebab  beratnya kecuali dia. Dia mengarahkan anak panahnya tepat di antara 

kedua alisnya. Lalu dia melepas anak panahnya dan berhasil memecah rubi yang ada di antara 

kedua matanya sedangkan anak panah itu menusuk kepalanya yang menembus hingga 

belakang lehernya. Dan dia terpelanting dari tunggangannya. Maka berkumpullah orang-orang 

Habasyah di sekeliling dia dan saat itulah pasukan Persia itu menyerang mereka. Orang-orang 

Habasyah itu kalah dan mereka melarikan diri dengan terpencar-pencar. Maka Wihraz segera 

bergerak untuk memasuki Shan'a hingga saat dia tiba di pintu gerbangnya dia berkata: "Jangan 

masukkan panjiku dengan cara terjungkir untuk selamnya! Hancurkan gerbang itu!" Dan 

gerbangpun hancur lebur. lalu  dia memasukinya dengan menancapkan panji perangnya. 

Maka Sayf Dzu Yazan al-Himyari berkata: 

 

Manusia menyangka bahwa kedua raja telah damai bersatu 

Dan orang yang mendengar rekonsialisasi mereka dapatkan satu hal yang mengerikan Kami 

telah membunuh raja Masruq Dan kami sirami pasir dengan kucuran darah 

Sebetulnya  raja raja yang baru, Wahriz raja manusia telah mengucap sumpah Dia tidak 

akan minum anggur hingga berhasil menawan menangkap tawanan dan barang rampasan 

perang 

 

Ibnu Hisyam berkata: Bait-bait syair ini yaitu  miliknya. Khallad bin Qurrah as Sadusi 

menyenandungkan bait terakhir syair gubahan A'sya Bani Qais bin Ts'labah. Namun sebagian 

ahli syair mengingkarinya bahwa ini yaitu  karya dia: 

 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Shalt bin Abi Rabi'ah al-Tsaqafi—Ibnu Hisyam berkata: Dan 

diriwayatkan karya Ibnu Abi Shalt: 

 

Hendaklah dia menuntut dendam laksana Bin Dzu Yazan 

Yang tinggal di laut bertahun-tahun demi balas dendam atas musuh-musuhnya 

Kala waktu perjalanan datang dia menemui Kaisar 

Namun dia tidak dapatkan sebagian apapun yang dia minta 

lalu  dia datang menemui Kisra sesudah  sepuluh tahun 

Yang ternyata menganggap murah nyawa dan hartanya 

Hingga dia berhasil membawa orang-orang Persia bersamanya 

Demi hidupku kau telah melakukan tindakan yang sangat cepat 

Lalu berangkatlah sekelompok orang di antara mereka 

Para prajurit yang belum pernah ada sebelum mereka 

Para pangeran, orang terpandang dan para pemanah 

Para singa yang mengajari anak-anak mereka di hutan 

Mereka melempar anak panah dari busur de- ngan sangat kuat 

Dengan kayu keringyang membuatyang terke- na cepat meninggal 

Kau telah mengirim singa melawan anjing hi- tam 

Membuat mereka lari terpencar di seluruh mu- ka bumi 

Maka minumlah dengan tenang dan pakailah mahkota 

Di puncak Ghumdan yang menjadi rumah tempat tinggalmu yang pilih  

Minumlah dengan tenang sebab  mereka telah binasa 

Dan kini berjalanlah dengan bangga dengan 

memakai jubahmu yang terjulur 

Itu semua yaitu  perbuatan mulia! Tidak ada 

dua ember susu yang dicampur air 

Lalu lalu  berubah menjadi kencing 

 

Ibnu Hisyam berkata: Inilah riwayat yang benar yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq darinya. 

Kecuali bagian terakhir yang berbunyi: Itu semua yaitu  perbuatan mulia! Tidak ada dua ember 

susu yang di campur air, adapun yang terakhir ini yaitu  karya Na- bighah al-Jadi yang 

bernama asli Hibban bin Abdullah bin Qais salah seorang Bani Jadah bin Ka'ab bin Rabi'ah bin 

Amir bin Sha'sha'ah bin Mu'awiyah bin Bakar bin Hawazin, dalam bait syairnya. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Adi bin Zaid al-Hiry, salah seorang Bani Tamim, Ibnu Hisyam berkata: 

lalu  salah seorang Bani Imruul Qais bin Zaid bin Manat bin Tamim, disebut- kan 

namanya yaitu  Adi bin dari Ibad dari warga  Hirah: 

 

Apa terjadi sesudah  Shan'a diurus oleh yang berlaku baik 

Yang pemberiannnya demikian berlimpah  

Orang-orang yang membangunnya mengangkatnya ke awan yang bergerak beriringan  

Dan kamar-kamarnya yang yang berwangian kesturi 

Dilindungi bebukitan dari serangan musuh- musuhnya 

Ketinggiannya sulit untuk diukur 

Di dalamnya ada suara burung hantu nan merdu 

Saat menimpali suara peniup seluring  

Takdir telah menggiring pasukan Persia ke tempat itu 

Bersama dengan pangeran-pangerannya  

Mereka berjalan di atas keledai yang membawa kematian 

Sementara anak-anak kuda berlari di belakangnya 

Hingga raja-raja melihat mereka dari puncak benteng 

Di hari saat mereka memanggil orang-orang Barbar(Habasyah) dan Yaksum Dan tidak orang  

yang selamat yang lari darinya 

Cerita hari itu tetap lestari 

Dan kini lenyaplah nikmat dari orang yang selama ini menikmatinya 

Orang-orang Persia menggantikan orangpribu- mi dengan sekelompok manusia  

Dan hari-hari demikian gulita dan penuh misteri 

sesudah  anak-anak terhormat Tubba'  

Pangeran-pangeran Persia kini tinggal di sana 

 

Ibnu Hisyam berkata: Bait-bait ini yaitu  ada pada syairnya. Sementara itu Abu Zaid al-

Anshari, dan al-Mufudhdhal al-Dhibbi mengungkapkan kata:  

 

Di hari saat mereka memanggil orang-orang Barbar(Habasyah) dan Yaksum 

 

Inilah yang dimaksud oleh Sathih dalam ucapannya: Orang yang melakukannya yaitu  Iram 

bin Dzi Yazan yang keluar menyerang mereka dari Aden dan mereka tidak membiarkan satu 

orang Habasyipun tersisa di Yaman. 

 

Ini pula yang dimaksud oleh Syiq dalam ucapannya: Seorang lelaki yang tidak hina, tidak pula 

menghinakan. Dia keluar pada mereka dari rumah Dzi Bazan. 

 

 

Akhir Pemerintahan Orang Persia di Yaman 

 

Ibnu Ishaq berkata: Maka Wihriz dan orang- orang Persia tinggal di Yaman. Dan di antara sisa-

sisa pasukan Persia kala itu yaitu  anak-anak mereka yang hingga kini ada di Yaman. Masa 

pemerintahan Habasyah di Yaman yaitu  berada di antara masuknya Aryath hingga 

terbunuhnya Masruq bin Abrahah oleh pasukan Persia dan dikeluarkannya mereka dari Yaman. 

Masa itu berlangsung sekitar tujuh puluh dua tahun. Kekuasaan mereka ada bergilir pada empat 

orang: Aryath, lalu  Abrahah, lalu Yaksum bin Abrahah dan yang terakhir yaitu  Masruq 

bin Abrahah. 

 

Ibnu Hisyam berkata: lalu  meninggallah Wahriz. Kisra segera memerintahkan anaknya 

yang bernama Marzuban bin Wihraz untuk memerintah Yaman. sesudah  Marzuban meninggal 

Kisra mengangkat anaknya yang bernama Taynujan bin Marzuban sebagai penggantinya 

sesudah  Taynujan meninggal Kisra menggantinya dengan anaknya, namun sesudah  itu dia 

diturunkan dan mengangkat Badzan. Badzan berkuasa di Yaman hingga Allah mengutus Nabi 

Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Alihi wa Sallam 

 

Zuhri menuturkan kepada saya, dia berkata: Kisra menulis surat kepada Badzan yang isinya 

yaitu  sebagai berikut: Sebetulnya  telah sampai berita kepadaku bahwa seorang lelaki dari 

Quraisy telah muncul di Mekkah dan dia mengaku bahwa dirinya yaitu  seorang Nabi. Maka 

berangkatlah engkau ke sana dan suruhlah dia bertaubat, jika dia bertaubat biarkanlah dia hidup 

dan jika tidak maka kirimkan kepalanya kepadaku. 

 

Maka Badzan mengirimkan surat Kisra itu kepada Rasulullah. Dan Rasulullah membalas 

suratnya yang berisi: "Sebetulnya  Allah telah menjanjikan kepadaku bahwa Kisra akan 

terbunuh pada hari demikian, bulan demikian." 

 

Tatkala Badzan menerima surat ini, dia terhentak dan sedikit merenung seraya berkata: "Jika 

dia benar seorang Nabi, maka apa yang dia katakan akan menjadi kenyataan!" Maka Allah 

mematikan Kisra pada hari yang telah dikatakan Rasulullah. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Di terbunuh di tangan anaknya sendiri yang bernama Syirawih. 

Mengenai hal ini berkatalah Khalid bin Haq al-Syaibani: 

 

Dan Kisra mana kala pedang-penuh anak-anaknya mencincangnya  

Laksana daging yang dicincang-cincang  

Kematian datang di suatu hari nan pasti  

Sebagaimana seorang hamil yang datang hari melahirkannya 

 

Az-Zuhri berkata: Tatkala berita itu sampai kepada Badzan maka dia mengirimkan utusan 

kepada Rasulullah dan menyatakan keislamannya dan masuk Islamnya orang-orang Persia 

yang bersamanya. Maka ber katalah utusan-utusan dari Persia itu kepada Rasulullah: "Kepada 

siapa kami bergabung wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Kalian yaitu  bagian dari 

kami dan kepada kami ahli Bait." 

 

Ibnu Hisyam berkata: Telah sampai berita dari Az-Zuhri kepada saya bahwa Sebetulnya  dia 

berkata: Oleh sebab itulah Rasulullah bersabda: 

 

"Salman bagian dari kami." 

 

Ibnu Hisyam berkata: Inilah yang dimaksudkan oleh Sathih tatkala dia berkata: Seorang Nabi 

Suci yang menerima wahyu dari Dzat Yang Mahatinggi. 

 

Ini pula yang dikatakan oleh Syiq tatkala dia berkata: Tidak, dia akan terputus dengan 

datangnya seorang nabi yang diutus yang datang dengan keadilan dan kebenaran di antara 

orang-orang beragama dan orang-orang yang memiliki keutamaan. Kerajaan akan berada di 

tangan kaumnya hingga hari pembalasan (kiamat). 

 

Ibnu Ishaq berkata: Bahwa di salah satu batu cadas di Yaman —sebagaimana yang 

mereka sangka— ada sebuah buku (inskripsi) Zabur yang di tulis di masa-masa awal yang 

berbunyi: 

 

Kepunyaan siapa kerajaan Dzimar? Kepunyaan orang-orang Himyar yang berbudi luhur. 

Kepunyaan siapa kerajaan Dzimar? Kepunyaan orang-orang Habasyah yang kejam. 

Kepunyaan siapa kerajaan Dzimar? Kepunyaan orang-orang Persia yang dimerdekakan. 

Kepunyaan siapa kerajaan Dzimar? Kepunyaan orang-orang Quraisy, pedagang 

 

Adapun yang dimaksud dengan Dzimar yaitu  Yaman atau Shan'a. Ibnu Hisyam berkata: 

Dzimar dengan harakatfathah (dzamar), sebagaimana yang Yunus sampaikan kepada saya. 

 

Ibnu Ishaq berkata: A'sya bin Qais bin Tsa'labah mengatakan tentang kebenaran apa yang 

dikatakan oleh Sathih dan Syiq sahabat nya: 

 

Tidak ada seorang perempuan yang pernah melihat apa yang mereka lihat  

Sebagaimana kebenaran yang dikatakan Adz- Dzibi dalam sajaknya 

 

Orang-orang Arab memanggil Sathih dengan sebutan Adz-Dzibi sebab  dia yaitu  anak 

Rabi'ah bin Mas'ud bin Mazin bin Dzi'b. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Bait syair ini yaitu  apa yang ada dalam sajaknya. 

 

 

Kisah Kerajaan al-Hadhar 

  

Ibnu Hisyam berkata: Telah menuturkan kepada saya Khallad bin Qurrah bin Khalid As-Sadusi 

dari Jannad, atau dari sebagian ulama Kufah yang ahli tentang silsilah keturunan: 

Sebetulnya  telah disebutkan bahwa Sebetulnya  An-Nu'man bin Mundzir ter- masuk 

keturunan Sathirun raja al-Hadhar. 

 

Adapun al-Hadhar yaitu  benteng yang sangat besar laksana sebuah kota, dia berada di 

pinggiran sungai Eufrat. Inilah yang disebutkan oleh Ady bin Zaid dalam syairnya: 

 

Orang-orang Hadhar membatigunnya di pinggiran sungai Dajlah dan Khabur  

Dia dilapisi marmer dan dihiasi dengan cat dari gipsum 

Dimana burung-burung nyaman bersarang di atapnya tenang 

Namun kematian tidak takut akan benteng itu 

Kerajaannya lenyap dan gerbangnya ditinggalkan 

 

Ibnu Hisyam berkata: Ini yaitu  syair miliknya. 

 

Adapun apa yang disebutkan oleh Abu Duad al-Iyadi yaitu  sebagai berikut: 

 

Kulihat maut bergerak pada Al-Hadhar  

Pada Satirun, sangpenguasa 

 

Inilah yaitu  syair miliknya. Disebutkan bahwa syair ini yaitu  milik Khalaf al-Ahmar, 

sedangkan yang lain menyebutkan bahwa ini yaitu  karya Hammad, seorang pembacanya. 

 

Kisra Sabur Dzul Aktaf menyerang Sathi-run raja Al-Hadhar, dia mengepungnya selama dua 

tahun. Suatu hari anak perempuan Sathirun melihat pada benteng, dan matanya melihat pada 

Sabur yang sedang mengenakan pakaian dari bahan sutera. Di atas kepalanya bertengger 

mahkota yang dibuat dari emas dan bertaburkan batu manikam, topas, rubi dan mutiara. Sabur 

yaitu  sosok lelaki yang ganteng. Secara rahasia dia mengirimkan seseorang kepada Sabur 

dengan mengatakan: "Apakah engkau akan menikahiku jika bukakan padamu pintu al-

Hadhar?" Maka dia menjawab: "Ya!" 

 

Tatkala hari menjelang malam Sathirun minum minuman keras hingga mabuk. Dia tidak 

pernah tidur malam kecuali dalam keadaan mabuk. Maka dia mengambil pintu-pintu kunci Al-

Hadhar dari bawah kepalanya. Lalu dia mengirimkan kunci-kunci itu melalui seorang mantan 

budak yang telah dimerdekakan kepada Sabur. Sabur pun membuka pintu dan dia pun masuk 

dan membunuh Sathirun, lalu dia menyerahkan Al-Hadhar pada tentara dengan melakukan 

tindakan yang diluar batas dan memporak porandakannya. Sementara dia membawa anak 

puteri Sathirun yang lalu  menikahinya. Tatkala waktu tidur tiba, namun dia bolak balik 

di atas kasurnya tidak bisa tidur. Maka Sabur pun mengambil lilin penerang dan dia memeriksa 

kasurnya dan ternyata dia dapatkan sebuah batang pohon kecil dengan warna terang. Maka 

Shabur pun bertanya: "Apakah ini yang membuat tidak bisa tidur malam?" Dia berkata: "Ya! 

Sabur bertanya kembali: "Apa yang ayahmu lakukan pada dirimu?" Shabur berkata: "Dia 

mengham- parkan kasur dari brokat, memberi baju dari sutera, memberinya makan dari sumsun 

dan memberi  minuman dari anggur." 

 

Shabur berkata: Jika yang kau balaskan kepada ayahmu yaitu  dengan cara sekarang ini, 

sebentar lagi engkau akan lebih cepat mengkhianatiku! Dia lalu  memerintahkan pada 

para pengawalnya untuk mengikat rambut wanita itu pada ekor kuda. Kuda itu lalu  

berlari kencang sehingga membuat wanita itu meninggal. 

 

Mengenai hal ini A'sya bin Qais berkata: 

 

Tidakkah kau melihat al-Hadhar bergelimangan nikmat 

Namun apakah nikmat-nikmat itu abadi adanya 

Shahbur menempatkan pasukannya dua tahun lamanya 

Dengan menghantamkan kapak-kapaknya  

Tatkala dia berdoa pada Tuhannya  

Dia mengabulkannya tanpa disertai dendam membara 

 

Bait-bait syair di atas yaitu  karya tangannya. 

 

Adi bin Zaid berkata: 

 

Orang-orang Hadhar itu tertimpa musibah besar, dari atasnya yang menimpa pundak-

pundaknya 

Seorang gadis yang tidak melindungi ayahnya 

Pada saat itu dimana dia telah menghilangkan pelindungnya 

sebab  dia telah memberi minum ayahnya dengan arak murni 

Namun adakah orang yang minum menjadi linglung 

Dia serahkan keluarganya di malam itu Dengan mengira bahwa raja akan mempersunting 

dirinya 

Sayang masih pengantin tatkala subuh menjelang 

Yang ada yaitu  aliran darah menggenang Al-Hadhar telah dihancurkan dan 

diporakporandakan 

Gantungan-gantungan pakaiannya dibakar musnah 

 

 

Anak Nizar bin Ma'ad 

 

Ibnu Ishaq berkata: Nizar memiliki tiga anak: Mudhar bin Nizaz, Rabi'ah bin Nizaz dan An-

mar bin Nizaz. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Dan Iyad bin Nizar. Harits bin Daus al-Iyadi dan diriwayatkan dari Abu 

Duad bin al-Iyadi, yang namanya yaitu  Jariyah bin Al-Hajjaj. 

 

Dan pemuda-pemuda yang elok rupanya  

Dari Iyad bin Nizar bin Ma'ad 

 

Bait ini yaitu  miliknya. 

 

Adapun ibu Mudhar dan Iyad yaitu  Sau- dah binti Akk bin Adnan. Sedangkan ibu dari Rabi'ah 

dan Anmar yaitu  Syuqaiqah bin Akk bin Adnan. Ada juga yang menyebutkan ibunya bernama 

Jumu'ah bintu Akk bin Adnan. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Adapun Anmar, dia yaitu  Abu Khats'am dan Bajilah. Jarir bin Abdullah 

al-Jabili. Dia berkata: Jarir bin Ab-dullah al-Bajili dia yaitu  pemuka Bajilah. Dia- lah yang 

disebutkan oleh seorang penyair. 

 

Andaikata bukan sebab  Jari hancurlah Bjilah 

Sungguh dia pemuda yang baik dan sungguh kabilahnya kabilah terjelek 

 

la mengatakan itu tatkala ia mengadukan al-Furabishah al-Kalbi kepada Al-Aqra' bin Habis At-

Tamimi bin 'Iqal bin Mujasyi' bin Darim bin Malik bin Hanzhalah bin Malik bin Ziyad Manat 

 

Wahai Aqra' bin Habis, hai Aqra' 

Jika saudaramu mati maka kau juga akan mati 

 

Ia juga berkata: 

 

Hai kedua anak Nizar bantulah saudara kalian berdua 

sebab  kudapatkan ayahku yaitu  ayah kalian juga 

Tak kan kalah orang yang bergabung dengan kalian berdua 

Mereka pergi ke Yaman dan menjadi warga  Yaman. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Orang-orang Yaman dan Bajilah berkata: Anmar bin Irasy bin Lihyan 

bin Amr bin al-Ghauts bin Nabt bin Malik bin Zaid bin Kahlan bin Saba'. Juga disebutkan Irasy 

bin Amr bin Lihyan bin al-Ghauts. Ruman Bajilah dan Khats'am berada di Yaman. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Mudhar memiliki dua anak lelaki yang bernama Ilyas bin Mudhar dan 

Aylan bin Mudhar. Ibnu Hisyam berkata: "Ibu keduanya yaitu  berasal dari orang Jurhum." 

 

Ibnu Ishaq berkata: "Ilyas memiliki tiga anak. Mudrikah bin Ilyas, Thabikhah bin Ilyas dan 

Qama'ah bin Ilyas." Ibu mereka yaitu  Khindif seorang wanita asal Yaman. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Nama Mudrikah yaitu  Amir, sedangkan nama Thabikhah yaitu  Amran. 

Mereka mengatakan bahwa keduanya sedang menggembalikan unta mereka berdua, lalu  

mereka berburu binatang buruan. sesudah  mendapatkan hasil buruan mereka duduk dan 

memasaknya. Tiba-tiba seekor singa datang menyerang unta mereka. Maka berkatalah Amir 

kepada Amr: "Apakah engkau akan mengejar unta itu atau akan memasak hasil buruanmu?" 

Amr berkata: "Aku akan memasak hasil buruanku." Maka Amir segera mengejar unta itu dan 

diapun berhasil mendapatkannya kembali. Tatkala keduanya pulang menemui bapaknya 

mereka bercerita tentang peristiwa itu. Maka berkatalah bapaknya: "Engkau yaitu : 

Mudrikah(yang menemukan untanya kembali)!!" Dan dia berkata kepada Amr: "Engkau 

Thabikhah (tukang masak)." Ibu mereka keluar tatkaka mendengar berita itu. Dia keluar 

dengan sangat cepat. Maka suaminya berkata: "Engkau ini takhandafin (lari berderap), maka 

diapun disebut Khindif (yang lari berderap)." 

 

Adapun Qama'ah maka orang-orang ahli nasab Mudhar bahwa Sebetulnya  Khuzaah yaitu  

anak dari Amr bin Luhay bin Qama'ah bin Ilyas. 

 

 

Amr bin Luhay dan Berhala berhala Arab 

 

Ibnu Ishaq berkata bahwa Abdullah bin Abu Bakr bin Muhammad bin Amr bin Hazm berkata 

kepadanya dari ayahnya bahwa ia diberitahu bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

bersabda: 

 

"Aku melihat Amr bin Luhay menyeret usus-ususnya di neraka. Aku bertanya kepadanya 

tentang manusia (yang hidup) antara aku dengannya, ia menjawab, 'Mereka telah binasa.'"4 

 

4  Bukhari pada hadits no. 1212 dan Muslim pada hadits no. 2856 tanpa ada perkataan "Aku bertanya kepadanya tentang manusia (yang hidup) 

antara aku dengannya" hanya langsung disebutkan: mereka binasa! 

 

Ibnu Ishaq: Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harits At-Taimi berkata kepadaku bahwa Abu 

Shalih As-Samman berkata kepadanya bahwa Abu Hurairah, menurut Ibnu Hisyam bernama 

asli Abu Hurairah ialah Abdullah bin Amir. Ada yang menyebutkan nama Abu Hurairah yaitu  

Abdurrahman bin Shakhr, ia mendengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda 

kepada Aktsam bin Al-Jaun Al-Khuzai: 

 

"Hai Aktsam, aku lihat Amr bin Luhay bin Qama'ah bin Khindif menyeret usus-ususnya, dan 

aku belum pernah melihat orang yang amat mirip dengannya melainkan engkau, dan dia 

sangat mirip denganmu." Aktsam berkata: "Apakah kemiripannya denganku itu 

membahayakanku, wahai Rasulullah?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: 

 

"Tidak demikian, sebab engkau seorang Mukmin, sedangkan dia seorang kafir. Dialah orang 

yang pertama kali mengubah agama Ismail, memasang berhala, mengiris telinga unta, me- 

lepaskan saibah, menyambung washilah, dan melindungi (haami)."5 

 

5 Sanadnya hasan. Sebagaimana dinukil oleh Ibnu Katsir dari Ibnu Ishaq dalam al-Bidayah wa al-Nihayah jilid II halaman 189. 

 

Ibnu Hisyam berkata bahwa salah seorang yang memiliki ilmu sangat mumpuni berkata 

kepadaku bahwa Amr bin Luhay pergi dari Mekkah menuju Syam untuk satu kepentingan 

tertentu. Tatkala dia tiba di Ma'arib, daerah di Balqa', saat itu, Ma'arib didiami Al-Amaliq anak 

keturunan Imlaq, ada yang menyebutkan Amliq bin Lawudz bin Sam bin Nuh. Dia melihat 

mereka menyembah berhala. Lalu ia berkata pada mereka: "Berhala-berhala model apakah 

yang kalian puja-puja itu?" Mereka berkata kepada Amr bin Luhay: "Kami memuja-muja 

berhala-berhala guna meminta hujan, lalu ia menurunkan hujan kepada kami hujan. Kami 

memohon kepadanya lalu ia mengabulkan permohonan kami." Amr bin Luhay berkata kepada: 

"Apakah kalian mau memberiku satu berhala saja yang bisa aku bawa ke Jazirah Arab lalu 

mereka menyembahnya?" 

 

Merekapun memberi Amr bin Luhay satu berhala bernama Hubal. Amr bin Luhay tiba di 

Mekkah dengan membawa berhala Hubal. Ia memancangkannya, lalu memerintahkan 

warga  kota Mekkah untuk menyembah dan mengagungkannya. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ada yang menyebutkan bahwa penyebab keturunan Ismail menyembah 

berhala ialah sebab  jika mereka mengalami kesulitan di Mekkah, dan ingin pergi mencari rezki 

di negeri-negeri lain, mereka senantiasa membawa salah satu batu dari batu-batu tanah suci 

Mekkah sebagai bentuk penghormatan mereka terhadap Mekkah. Jika berhenti di sebuah 

tempat, mereka meletakkan batu ini , lalu  thawaf di sekelilingnya persis sama pada 

saat mereka thawaf di sekeliling Kabah. Demikianlah yang terjadi, hingga akhirnya terjadi 

perubahan sikap dan paradigma pada mereka. Mereka menyembah batu yang mereka menurut 

pikiran mereka baik dan menarik perhatian. Generasi terus berganti hingga akhirnya lupa 

penyikapan yang benar terdahulu terhadap batu ini  sehingga akhirnya mereka mengubah 

agama Ibrahim dan Ismail dengan agama lain. Mereka memuja-muja berhala-berhala dan 

tersesat seperti seperti tersesatnya bangsa-bangsa yang mendahului mereka. Namun demikian, 

di antara mereka masih ada sisa-sisa pengikut Nabi Ibrahim yang berpegang kokoh kuat dengan 

agama Ibrahim. Mereka tetap mengagungkan Ka'bah, thawaf di sekelilingnya, melakukan 

ibadah haji, umrah, wukuf di Arafah dan Muzdalifah, menyembelih hewan qurban, membaca 

talbiyah saat menunaikan haji dan umrah, namun sudah disertai dengan memasukkan ajaran 

baru (bid'ah) ke dalamnya. Jika orang-orang Kinanah Quraisy melakukan talbiyah mereka 

berkata: 

 

"Labbaik allahumma labbaik,. labbaikan laa syariika laka illaa syariikun huwa laka. Tamli- 

kuhi wa maa malaka (Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu. Aku 

sambut panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu ini  menjadi milik-Mu. 

Engkau memilikinya dan tiada seorangpun yang memiliknya). "Mereka mentauhidkan Allah 

dalam seruan talbiyah mereka, tapi pada saat yang sama memasukkan berhala-berhala mereka 

bersama Allah dan menjadikan berhala-berhala ini  di Tangan-Nya (sekutu-Nya). 

 

Allah berfirman kepada Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam: 

 

 

Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan 

mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain) (QS. Yusuf: 106). 

 

Maksudnya ialah mereka tidak mentauhidkan Aku sebab  paham mengenai hak-Ku, kecuali 

mereka jadikan dari makhluk-Ku sekutu buat-Ku. 

 

Umat Nabi Nuh memiliki berhala-berhala, tempat dimana mereka beribadah kepadanya. Allah 

Tabaraka wa Ta'ala menceritakan berhala-berhala ini  kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam dalam firman- Nya: 

 

 

Dan mereka berkata: "jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan 

kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula 

suwaa \ yaghuts, ya'uq dan nasr." Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan 

(manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain 

kesesatan. " (QS. Nuh: 23-24). 

 

Mereka yang membikin patung-patung dari keturunan Ismail dan selain keturunan dia, dan 

menamai berhala-berhala dengan nama-nama mereka sendiri saat meninggalkan agama Ismail 

ialah Kabilah Hudzail bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar. Mereka menjadikan Suwa' sebagai 

berhala, mereka memilikinya di Burhat, sebuah tempat di dekat Yanbu'. Selain kabilah Hudzail 

ialah Kabilah Kalb bin Wabrah dari Qudha'ah. Mereka menjadikan Wadd sebagai berhala di 

Dumatul Jandal. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ka'ab bin Malik Al- Anshari berkata: 

 

Kami tlah lupakan AI-Lata, Al-Uzza, dan Wadd 

Kami mengambil ikatan dan pengikat hidung-Nya 

 

Ibnu Hisyam berkata: Bait-bait di atas yaitu  penggalan dari syair-syair Ka'ab bin Malik, nanti 

akan saya sebutkan pada tempatnya secara lengkap, Insya Allah. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Kalb ialah putera dari Wabrah bin Taghlab bin Hulwan bin Imran bin 

Ilhaf bin Qudha'ah. 

 

Ibnu Ishaq berkata: An'um dari Thayyi' dan warga  Jurasy dari Madzhaj menjadikan 

Yaghuts berhala sesembahan mereka di Jurasy. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkankan An'am (bukan An'um). Thayyi' yaitu  putera 

Adad bin Malik dan Malik ialah Madzhaj bin Udad. Ada pula yang menyebutkan bahwa 

Thayyi' yaitu  anak Adad bin Zaid bin Kahlan bin Saba'. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Khaiwan, yang merupakan salah satu kabilah utama dari Hamdzan 

menjadikan Ya'uq sebagai berhala di daerah Hamdzan di kawasan Yaman. 

Ibnu Hisyam berkata bahwa Malik bin Namath Al-Hamdani berkata: 

 

Allah kuasa mendatangkan manfaat dan mudharat di dunia 

Sedang Ya'uq tidak bisa mendatangkan mamfaat dan mudharat apa apa 

 

Bait syair di atas yaitu  penggalan dari syair-syair Malik bin Namath Al-Hamdani. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Nama Hamdan yaitu  Ausalah bin Malik bin Zaid bin Rabi'ah bin 

Ausalah bin Khiyar bin Malik bin Zaid bin Kahlan bin Saba'. Ada yang mengatakan Hamdan 

yaitu  anak Ausalah Zaid bin Ausalah bin Al-Khiyar. Ada pula yang menyatakan namanya 

yaitu  Hamdan bin Ausalah bin bin Rabi'ah bin Malik bin Al-Khiyar bin Malik bin Zaid bin 

Kahlan bin Saba'. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Dzu Al-Kula' dari Himyar menjadikan Nasr sebagai berhala di kawasan 

Himyar. 

 

Sementara itu Khaulan memiliki  berhala yang bernama Umyanis di daerah Khaulan. Mereka 

mengurbankan hewan dan hasil panen mereka padanya di samping kepada Allah. Hak Allah 

yang masuk menjadi bagian berhala Umyanis mereka biarkan untuk berhala Umyanis, dan hak 

Allah yang menjadi hak berhala Umyanis, mereka ambil kemu- dian mereka berikan kepada 

berhala Umyanis. Mereka yaitu  kabilah Khaulan yang bernama Al-Adim. Mengenai mereka, 

Allah Tabaraka wa Ta'ala menurunkan firman-Nya: 

 

 

 

 

Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bahagian dari tanaman dan ternak yang telah 

diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: "Ini untuk Allah 

dan ini untuk berhala-berhala kami." Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala- 

berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, 

maka sajian itu sampai kepada berhala-ber- hala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka 

itu. (QS. al-An'am: 136). 

 

Ibnu Hisyam berkata: Khaulan yaitu  anak Amr bin Ilhaf bin Qadha'ah. Ada yang 

menyebutkan dia yaitu  Khaulan anak Amr bin Murrah bin Udad bin Zaid bin Mihsa' bin Amr 

bin Arib bin Zaid bin Kahlan bin Saba'. Ada yang menyebutkan Khaulan yaitu  anak Amr bin 

Sa'ad Al-Asyirah bin Madzhij. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Anak-anak keturunan Milkan bin Kinanah bin Khuzaiman bin Mudrikah 

bin Hyas bin Mudhar memiliki berhala yang bernama Sa'ad. Berhala ini yaitu  batu di tanah 

lapang di daerah mereka. Salah seorang Bani Milkan dengan unta-untanya pergi pada berhala 

tadi dan bermaksud mendudukkannya di atas berhala ini  dengan harapan mendapatkan 

keberkahannya, sesu- ai dengan prasangka mereka. saat  melihat batu berhala disiram dengan 

darah di atasnya, unta-unta ini  lari kocar kacir. Pemilik unta dari Milkan ini  pun 

marah, lalu dia pun mengambil batu dan melemparkannya ke arah berhala ini , seraya 

berkata: "Semoga Allah tidak memberkahimu. Engkau telah membikin untaku melarikan diri 

dariku." sesudah  itu, segera ia mencari unta-untanya hingga akhirnya berhasil 

mengumpulkannya. saat  unta-untanya telah terkumpul, ia menyenandungkan sebuah syair: 

 

Kami datangpada Sa'ad 'tuk menghimpun perpecahan kami 

Namurt Sa'ad malah mengkocar-kacirkannya, kini kami tak ada hubungan apapun dengan 

Saad 

Bukankah Sa'ad hanyalah batu di tanah tandus 

Tidaklah dia bisa mengajak pada kesesatan dan petunjuk 

Sedangkan di Daus ada  berhala kepu- nyaan Amr bin Humamah Ad-Dausi. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Saya akan paparkan masalah ini pada tempatnya, Insya Allah. 

 

Daus yaitu  anak 'Udtsan bin Abdullah bin Zahran bin Ka'ab Al-Harts bin Ka'ab bin Abdullah 

bin Malik bin Nadhr bin Al-Asd bin Al-Ghauts. Ada yang mengatakan, bahwa Daus yaitu  

anak Abdullah bin Zahran bin Al-Asd bin Al-Ghauts. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy membuat berhala di sumur dekat Ka'bah dan mereka 

menamakannya dengan nama Hubal. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Akan saya paparkan pembahasan tentang Hubal pada tempat-nya, Insya 

Allah. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Mereka membikin berhala Isaf dan Nailah di sumur Zamzam dan 

menyembelih hewan qurban di samping keduanya. Isaf yaitu  lelaki dan Nailah yaitu  

perempuan dari Jurhum. Isaf yaitu  anak Baghyi, sementara Nailah yaitu  putri Diki. Isaf 

berhubungan badan dengan Nailah di dekat Ka'bah, lalu  Allah mengganti bentuk mereka 

berdua menjadi batu. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr bin Muhammad bin Amr bin Hazm berkata 

kepadaku dari Amrah binti Abdurrahman bin Sa'ad bin Zurarah ia berkata bahwa aku 

mendengar Aisyah Radhiyallahu Anha berkata: Kita selalu mendengar bahwa Isaf dan Nailah 

yaitu  laki-laki dan perempuan asal Jurhum yang melakukan hubungan tak senonoh di Ka bah, 

lalu Allah ubah keduanya menjadi batu, wallahu a'lam. " 

 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Thalib berujar: 

 

Orang-orang Asy'ari menderumkan unta mereka 

Di tempat aliran air Isaf dan Nailah 

 

Ibnu Hisyam berkata: Bait syair di atas yaitu  potongan dari syair-syair Abu Thalib yang akan 

saya paparkan pada tempatnya, Insya Allah. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Setiap warga  negeri membikin berhala dan mereka sembah di negeri 

masing-masing. Jika ada salah seorang dari mereka mau bepergian, ia mengusap-usap 

berhalanya saat hendak berangkat. Itulah aktivitas terakhir yang ia lakukan saat  ia hendak 

bepergian. Setibanya dari bepergian, ia mengusap-usap berhala ini . Itulah yang pertama 

kali ia lakukan sebelum bersua dengan keluarganya. 

 

saat  Allah mengutus Rasul-Nya, Mu-hammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan 

ajaran tauhid, orang-orang Quraisy berkata (sebagaimana diabadikan Quran): 

 

 

Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tu- han Yang satu saja? Sebetulnya  ini benar- 

benar suatu hal yang sangat mengherankan (QS. Shaad: 5). Orang-orang Arab membuat 

thaghut-thaghut di samping Ka'bah. Thaghut-thaghut itu yaitu  rumah-rumah yang mereka 

agung-agungkan laksana mereka mengagungkan Ka'bah. Thaghut-thaghut ini  memiliki 

penjaga dan pelayan, diberi sesajian seperti Ka'bah, mereka thawaf di sekelilingnya, 

menyembelih hewan qurban di sampingnya, dan mereka sangat mengerti keutamaan Ka'bah 

atas thaghut-thaghut ini , mereka tahu bahwa Ka'bah merupakan rumah Ibrahim Al-Khalil 

dan masjidnya. 

 

Orang-orang Quraisy dan Bani Kinanah memiliki berhala Al-Uzza yang berada di Nakhlah. 

Penjaga dan pelayan berhala ini  yaitu  Bani Syaiban dari Sulaim, sekutu Bani Hasyim. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Sulaim yaitu  sekutu Bani Abu Thalib. Sulaim yang dimaksud di sini 

yaitu  Sulaim bin Manshur bin Ikri- mah bin Khashafah bin Qais bin Ailan. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Salah seorang penyair Arab berkata: 

 

Sungguh Asma' telah dinikahkan dengan kepala lembu 

Dan Al-Udmi yang dihadiahkan oleh Bani Ghanam 

Ia bisa melihat sesuatu yang kecil walaupun jauh 

Dan saat digiring ke tempat penyembelihan Al- Uzza ia bagi rata bagian 

 

Jika memotong hewan qurban, mereka membagikannya kepada orang-orang yang ikut hadir di 

tempat ini . Mereka menyebutnya di tengah-tengah orang yang hadir dengan ghab'ghab, 

manhar, mihraq dima'. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Bait-bait syair di atas yaitu  karya Abu Khiras Al-Hudzali. Ia bernama 

lengkap Khuwailid bin Murrah. 

 

Sadanah yaitu  orang-orang yang meng-urus urusan Ka'bah. 

 

Ru'bah bin Al-Ajjaj berkata: 

 

Tidak, demi Tuhan tempat-tempat aman yang didiami 

Di tempat hewan-hewan qurban disimpan dan rumah yang dijaga 

 

Bait syair di atas yaitu  potongan dari syair-syair Ru'bah bin Al-Ajjaj dan akan saya paparkan 

di tempatnya, Insya Allah. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Berhala Al-Lata yaitu  milik Kabilah Tsaqif di Thaif. Para pen jaga dan 

pelayannya yaitu  Bani Mu'attab dari kabilah Tsaqif. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Pembahasan tentang Al-Lata akan saya paparkan pada tempatnya 

tersendiri, Insya Allah. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Berhala Manat yaitu  milik Kabilah Al-Aus, Al-Khazraj, dan orang-orang 

Yatsrib yang seagama dengan mereka di pesisir laut dari arah Al-Musyallal persisnya di daerah 

di Qudaid. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Kumait bin Zaid, salah seorang dari Bani Usdi bin Khuzaimah bin 

Mudrikah berkata dalam sebuah syair: 

 

Kabilah-kabilah telah bersumpah 

Tidak akan memalingkan punggungnya dari Manat 

 

Bait-bait syair di atas yaitu  potongan dari syair-syair Al-Kumait. " 

 

Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus Abu Sufyan kepada 

berhala Manat dan memerintahkannya untuk menghancurkannya. Ada yang menyebutkan 

bahwa sahabat yang diutus untuk menghancurkan berhala Manat ialah Ali bin Abu Thalib 

Radhiyallahu Anhu. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Berhala Dzu Al-Khalshah yaitu  milik Daus, Khats'am, Bajilah, dan orang-

orang Arab yang berada di daerah mereka di Tabalah. " 

 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang mengatakan Dzu Al-Khulushah. Salah seorang penyair Arab 

berkata: 

 

Wahai Dzu Al-Khalash, andai kau menjadi teman dekatku yang terbunuh seperti aku 

Sedangkan ayahmu telah meninggal dunia Niscaya engkau tak mampu melarang pembunuhan 

 

Kata Ibnu Hisyam lebih lanjut: Ayah penyair ini  terbunuh, sedangkan dia ingin membalas 

dendam atas kematian ayahnya. lalu  ia datang kepada Dzu Al-Khalashah, dan 

mengeluarkan dadu-dadu untuk dijadikan undian. sesudah  undian dilaksanakan, ternyata yang 

keluar ialah dadu yang mencegahnya balas dendam. Oleh sebab itulah, ia melontarkan syair-

syair di atas. Sebagian orang menisbatkan syair-syair di atas kepada Umru'u Al-Qais bin Hujr 

Al-Kindi. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim Jarir bin Abdullah untuk 

menghancurkan berhala Dzu Al-Khalshah. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Berhala Fals yaitu  milik Thayyi', dan warga  yang tinggal di dua 

Gunung Salma dan Aja'. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Sebagian orang berilmu berkata kepadaku, bahwa Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam mengutus Ali bin Abu Thalib untuk menghancurkan berhala Fals. saat  Ali 

bin Abu Thalib sedang merobohkannya, ia menemukan dua pedang yang bernama Ar-Rasub 

dan Al-Mikhdzam. Ali bin Abu Thalib membawa kedua pedang itu kepada Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan beliau menghadiahkannya padanya. Itulah pedang itulah milik 

Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Himyar dan warga  Yaman memiliki  rumah berhala di 

Shan'a yang diberi nama Ri'am. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Pembahasan hal ini telah saya paparkan sebelum ini. 

Ibnu Ishaq berkata: Rudha' yaitu  sebuah rumah berhala milik Bani Rabi'ah bin Ka'ab bin Sa'ad 

bin Zaid bin Manat bin Tamim. Tentang Rudha' ini, Al-Mustaughir bin Rabi'ah bin Ka'ab bin 

Sa'ad berkata saat  ia menghancurkannya pada masa Islam: 

 

Sungguh, ku telah menarik Rudha' dengan hentakan yang kuat 

Ku biarkan dia sebagai reruntuhan hitam di tanah yang cekung 

 

Ibnu Hisyam berkata: Ucapan, aku biarkan dia sebagai reruntuhan hitam di tanah yang cekung 

berasal dari seseorang dari Bani Sa'ad. 

 

Diriwayatkan bahwa Al-Mustaughir berumur tiga ratus tiga puluh tahun. Ia orang Mudhar yang 

berumur paling panjang. Ia pernah berkata: 

 

Ku bosan hidup sebab  terlalu lama 

Dalam jumlah ratusan tahun 

Seratus dan dua ratus berlalu 

Ditambah beberapa bulan 

Yang tersisa tak ubahnya seperti apa yang telah tiada 

Siang dan malam terus bergerak melangkahi kita 

 

Sebagian orang mengatakan syair-syair di atas yaitu  milik Zuhair bin Janab Al-Kalbi. 

Ibnu Ishaq berkata: Dzu Al-Ka'abaat yaitu  berhala milik Bakr, Taghlab anak keturunan Wail, 

dan Iyad. Berhala ini  terletak di Sindad. A'sya, salah seorang dari Bani Qais bin Tsa'labah 

berkata tentang berhala ini , 

 

Di antara Istana AI-Khawarnaq, Sadir dan Bariq 

Dan rumah Dzu Al-Ka 'abaat di Sandad 

 

Ibnu Hisyam berkata: Bait syair di atas ialah milik Al-Aswad bin Ya'fur An-Nahsyali. Nahsyal 

yaitu  putera Darim bin Malik bin Handzalah bin Malik bin Zaid bin Manat bin Tamim. Abu 

Muhriz Khalf Al-Ahmar membacakan sebuah syair kepadaku, 

 

Penghuni istana Al-Khawarnaq, As-Sadirdan Bariq 

Dan rumah Dzu Al-Syurafaat di Sindad 

 

 

Al-Bahirah, As-Saibah, Al-Washi- lah dan Al-Hami 

 

Ibnu Ishaq berkata: Al-Bahirah yaitu  anak betina As-Saibah. Sedangkan As-Saibah ialah unta 

yang melahirkan sebanyak sepuluh kali, dan seluruh anaknya betina tanpa diselingi anak 

jantan. sesudah  itu As-Saibah harus dilepas bebas, tidak boleh ditunggangi, bulunya tidak boleh 

dicukur, dan susunya tidak boleh diminum kecuali untuk jamuan tamu. 

 

Jika ternyata sesudah  itu, unta As-Saibah melahirkan anak betina lagi, maka anak betina ini  

dipotong telinganya lalu  dilepas seperti induknya; tidak boleh ditunggangi, bulunya tidak 

juga dipotong, dan susunya tidak diminum kecuali untuk tamu seperti halnya yang dilakukan 

atas induknya. Anak unta betina yang demikian disebut Al-Bahirah. 

 

Adapun al-Washilah yaitu  jika seekor kambing betina melahirkan sepuluh anak kambing 

betina secara berurutan selama lima kali masa kehamilan, tanpa sela anak jantan. Kala itukah 

orang-orang akan berkata: Kambing ini kini sudah washalat (sampai batas). 'Jika ternyata 

kambing ini  masih melahirkan anak lagi, maka ia diberikan khusus untuk laki-laki di 

antara mereka dan tidak diberikan pada kalangan wanitanya, kecuali jika seekor dari anak 

kambing ini  ada yang mati. Jika hal ini terjadi maka baik perempuan maupun kalangan 

laki-laki boleh makan bersama-sama. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Diriwayatkan jika ternyata sesudah itu kambing ini  masih juga 

melahirkan, maka anak kambing ini  hanya diperuntukkan bagi anak lelaki di kalangan 

mereka, dan tidak diperuntukkan buat anak-anak perempuan mereka. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Sedangkan Al-Hami yaitu  unta betina yang melahirkan sepuluh anak 

betina secara berurutan tanpa ada sela anak jantan. Punggung unta betina ini sengaja dilindungi; 

tidak ditunggangi, bulunya tidak dipotong, dibiarkan bebas berkeliaran di tengah unta lainnya, 

dan tidak digunakan untuk kepentingan lainnya. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Apa yang dikatakan oleh Ibnu Ishaq tadi tidak selaras dengan apa yang 

biasa disebutkan oleh orang-orang Arab. Penjelasan Ibnu Ishaq tentang Al-Hami sajalah yang 

selaras dengan ungkapan mereka. Sebab dalam pandangan mereka Al-Bahirah yaitu  unta 

betina yang telinganya dipotong, lalu unta tadi tidak ditunggangi punggungnya, tidak boleh 

dipotong bulunya, susunya tidak ada yang minum kecuali para tamu ataupun disedekahkan, 

dan unta ini  dipersembahkan buat tuhan-tuhan mereka. 

 

Sedangkan As-Saibah yaitu  seekor unta betina yang dinazarkan oleh seseorang akan 

dibebaskan jika ia sembuh dari penyakitnya atau berhasil menggapai sesuatu yang selama ini 

diinginkannya. Jika hal ini semua tercapai, maka ia melepaskan untanya untuk tuhan-tuhan 

mereka. Lalu unta itu digembalakan dengan bebas dan tidak boleh digunakan untuk 

kepentingan apapun. 

 

Adapun Al-Washilah ialah unta betina yang melahirkan dua anak sekaligus dalam setiap kali 

dia hamil. Pemiliknya menghadiahkan anak betina buat tuhan-tuhan mereka, sedangkan anak 

unta jantan dia peruntukkan buat dirinya sendiri. Anak betina dan jantan dilahirkan dalam satu 

kehamilan oleh induknya. Manakala itu terjadi, mereka berkata: Anak betina itu telah datang 

dan bergabung dengan saudaranya. Lalu anak jantan ini  dibiarkan bebas bersama 

saudaranya dan tidak boleh digunakan untuk kepentingan apapun. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Hal ini dikatakan kepadaku oleh Yunus bin Habib An-Nahwi, seekor 

pakar gramatika Arab, dan para pakar lainnya. Sebagian perawi meriwayatkan apa yang tidak 

diriwayatkan sebagian perawi lainnya. 

 

Ibnu Ishaq berkata bahwa saat  Allah mengutus, Muhammad Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam,Rasul-Nya Dia menurunkan firman-Nya kepadanya: 

  

Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. 

Akan namun  orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan 

mereka tidak mengerti. (QS. al-Ma'idah: 103). 

 

Allah juga menurunkan firman-Nya: 

 

 

 

Dan mereka mengatakan: "Apa yang dalam perut binatang ternak ini yaitu  khusus untuk pria 

kami dan diharamkan atas wanita kami," dan jika yang dalam perut itu dilahirkan mati, maka 

pria dan wanita sama-sama boleh memakannya. Kelak Allah akan membalas mereka terhadap 

ketetapan mereka. Sebetulnya  Allah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." (QS. al-

Anam: 139) 

 

Allah juga menurunkan firman-Nya pada ayat lain, 

 

 

 

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu 

kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal." Katakanlah: "Apakah Allah telah 

memberi  izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?" 

(QS. Yunus: 59). 

 

Allah juga menurunkan firman-Nya yang lain, 

  

 

(yaitu) delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba dan sepasang dari kambing. 

Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina, ataukah yang 

ada dalam kandungan dua betinanya?" Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika 

kamu memang orang-orang yang benar, dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. 

Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada 

dalam kandungan dua betinanya. Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetap- kan ini 

bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap 

Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?" Sebetulnya  Allah tidak memberi petunjuk 

kepada orang- orang yang zalim. (QS. al-An'am: 144). 

 

Ibnu Hisyam berkata: Salah seorang penyair berujar dalam syairnya: 

 

Sekitar washilah di Syuraif ada unta berusia tiga tahun 

Yang punggungnya dilindungi, tidak ditung- gangi dan dibiarkan bebas 

 

Tamim bin Ubay bin Muqbil salah seorang Bani Amir bin Sha'shaah berkata: 

 

Di dalamnya ada keledai liar yang digembala saat musim semi dan seekor unta muda Di negeri Syam 

di tengah gerombolann unta dengan telinga terpotong 

 

Ini yaitu  syair miliknya. Adapun kata plural dari Al-Qahirah ialah Al-Baha'ir dan Al- Buhur. Sedangkan 

kata plural dari Al- Washilah ialah Al-Washa'il dan Al-Wushul. Plural As- Saibah iaiah As-Sawaib dan 

As- Suyyab. Plural Al-Haam ialah Al-Huwwaam. 

 

 

Lanjutan Bahasan Tentang Nasab 

 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Khuza'ah berkata: Kami anak-anak cucu Amr bin Amir dari Yaman. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Orang-orang Khuza'ah berkata: Kami yaitu  anak cucu Amr bin Rabi'ah bin 

Haritsah bin Amr bin Amir bin Haritsah bin Umru'u Al-Qais bin Tsa'labah bin Mazin bin Al-Asdi bin Al-

Ghauts, dan ibu kami yaitu  Khindaf. Hal ini sebagaimana dinyatakan padaku oleh Abu Ubaidah dan 

para pakar geneologis lainnya. Ada pula yang menyebutkan bahwa orang-orang Khuza'ah berkata: 

Khuza'ah yaitu  anak-anak cucu keturunan Haritsah bin Amr bin Amir. Ia dinamakan Khuza'ah, sebab  

mereka terpisah dari anak Amr bin Amir saat  mereka migrasi dari Yaman ke Syam. Mereka mampir 

di Marr Dhahran dan tinggal menetap di tempat itu. Auf bin Ayyub Al-Anshari, salah seorang 

keturunan Amr bin Sawwad bin Ghanm bin Ka'ab bin Salamah bin Al-Khazraj berujar saat dirinya 

memeluk agama Islam: 

 

saat  kami mampir pada kabilah Murr, terpisahlah 

Khuza 'ah di tengah-tengah rombongan kuda nan banyak 

Melindungi seluruh lembah Tihamah  

Dengan tombak kokoh juga pedang nan tajam 

 

Dua bait ini yaitu  miliknya. 

 

Abu Al-Muthahhar Ismail bin Rafi' Al- Anshari, salah seorang Bani Haritsah bin Al- Harts bin Al-Khazraj 

bin Amr bin Malik bin Al-Aus berkata dalam sebuah syairnya: 

 

Kala kami mampir di pusat kota Mekkah Khuza 'ah dapatkan hunian para tiran yang melampaui batas 

Mereka berdiam di tengah kelompok manusia dan menebar potongan kuda  

Di seluruh kampung antara bebukitan Najed dan tanah rendah 

Mereka usir Jurhum dari dataran rendah Mek¬kah dan mereka merayap  

Akibat kekuasaan Khuza'ah yang demikian hebat 

 

Ibnu Hisyam berkata: Bait-bait syair di atas yaitu  penggalan syair-syair Abu Al- Muthahhar Ismail bin 

Rafi' Al-Anshari, yang Insya Allah, akan saya paparkan secara lengkap pada tempatnya, pada bahasan 

tentang pengusiran orang-orang Jurhum dari kota Mekkah. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Mudrikah bin Ilyas memiliki dua anak. Yang pertama Khuzaimah bin Mudrikah dan 

yang kedua Hudzail bin Mudrikah. Ibu mereka berasal dari Qudha'ah. 

 

Khuzaimah bin Mudrikah memiliki empat anak, yakni Kinanah bin Khuzaimah, Asad bin Khuzaimah, 

Asadah bin Khuzaimah, dan Alhun bin Khuzaimah. Ibu mereka bernama Uwanah binti Sa'ad bin Qais 

bin Ailan bin Mudhar. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Dikatakan bahwa namanya yaitu  Al-Hawn bin Khuzaimah. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Kinanah bin Khu-zaimah memiliki empat anak, yakni An-Nadhr bin Kinanah, Malik 

bin Kinanah, Abdu Manat bin Kinanah, dan Milkan bin Kinanah. Ibu An-Nadhr yaitu  Barrah binti Murr 

bin Udd bin Thabikhah bin Ilyas bin Mudhar. Sedangkan anak-anaknya yang lain berasal dari istrinya 

yang lain. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Ibu An-Nadhr, Malik, dan Milkan yaitu  Barrah binti Murr. Adapun ibu Abdu 

Manat yaitu  Halah binti Suwaid bin Al-Ghithrif dari Azdi Syanu'ah. Syanu'ah ialah Abdullah bin Ka'ab 

bin Ab-dullah bin Malik bin Nadhr bin Al-Asd bin Al-Ghauts. Dinamakan Syanu'ah, sebab  permusuhan 

sengit yang terjadi di antara mereka. Syana'an berarti permusuhan(saling benci) sengit. 

 

Ibnu Hisyam berkata: An-Nadhr tak lain yaitu  Quraisy. Anak cucunya yang berasal darinya dinamakan 

orang-orang Quraisy, sedangkan yang bukan dari keturunannya tidak dinamakan orang-orang Quraisy 

Jarir bin Athiyyah salah seorang Bani Kulaib bin Yarbu' bin Hanzhalah bin Malik bin Zaid Manat bin 

Tamim memuji Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan dalam sebuah syair: 

 

Ibu yang melahirkan Quraisy 

Bukanlah wanita bernasab buruk bukan pula wanita mandul 

Tidak ada satu kaumpun yang lebih terhormat daripada ayah kalian 

Tidak pula ada paman dari ibu yang lebih terpuji daripada Tamim 

 

Yang dimaksud dengan ibu pada syair di atas yaitu  Barrah binti Murr, saudara lelaki Tamim bin Murr 

ibu dari An-Nadhr. Bait-bait syair di atas yaitu  merupakan penggalan syair-syair Jarir bin Athiyyah. 

Ada yang menyebutkan Fihr bin Malik yaitu  Quraisy, anak keturunannya disebut Quraisy, sedangkan 

yang bukan dari anak keturunannya tidak dinamakan Quraisy. 

 

Quraisy dinamakan Quraisy sebab  taqarrusy. Arti taqarrusy yaitu  bisnis dan kerja mencari harta. 

Ru'bah bin Al-Ajjaj berujar: 

 

Lemak gemuk dan susu murni membuat mereka 

Tak lagi butuhkan gandum dan kerja dan jatuhan buah 

 

Mereka yaitu  saudara-saudara yang memi- kulkan dosa-dosa ke pundak kami Di usia yang baru lewat 

dan masa lalu yang jauh 

Bait-bait syair di atas merupakan peng-galan syair-syair Abu Jildah Al- Yasykuri. 

Ibnu Ishaq berkata: Ada yang menye-butkan bahwa Quraisy dinamakan Quraisy, sebab  mereka 

bersatu padu sesudah  sebelum itu mereka berpecah-belah. Kadang kala kata tajammu' disinonimkan 

dengan kata taqar-rusy. 

An-Nadhr memiliki dua anak, yakni Ma-lik bin An-Nadhr dan Yakhlud bin An-Nadhr. Ibu Malik ialah 

Atikah binti Adwan bin Amr bin Qais bin Ailan. Namun saya saya tidak tahu pasti, apakah ibu Yakhlud 

Atikah juga atau bukan. 

Ibnu Hisyam berkata: Selain dua anak di atas, An-Nadhr juga memiliki  anak yang bernama Ash-

Shalt bin An-Nadhr sebagaima- na dikatakan kepada saya oleh Abu Amr Al- Madani. Ibu mereka yaitu  

putri Sa'ad bin Zharib Al-Adwani. Adapun Adwan yaitu  anak Amr bin Qais bin Ailan. 

Kutsair bin Abdurrahman yaitu  Kuts- tsair Azzah, salah seorang Bani Mulaih bin Amr dari Khuza'ah 

berujar dalam syairnya: 

 

Bukankah ayahku yaitu  Ash-Shalt? 

Tidakkah saudara-saudaraku orang-orang terhomat dan kesohor di kalangan Bani An-Nadhr? 

Kau bisa lihat pakaian dari Yaman ada merekadan pada kami 

juga sandal Hadnrami yang sempit dengan model yang sama 

Jika kalian bukan dari Bani Nadhir, maka tinggalkanlah 

Pohon arak (siwak) nan hijau di ujung lembah-lembah itu 

 

Ibnu Hisyam berkata: Bait-bait syair tadi merupakan penggalan syair-syair Kutstsair bin Abdurrahman. 

Orang-orang Khuza'ah dari Bani Mulih bin Amir yang dinisbatkan kepada Ash-Shalt bin An-Nadhr 

yaitu  kaum Kutsair Azzah. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Malik bin An-Nadhr memiliki seorang anak bernama Fihr bin Malik, dan ibunya 

yaitu  Jandalah binti Al-Harts bin Mudhadh Al-Jurhumi. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Harits bukan anak sulung Mudhadh. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Fihr bin Malik memiliki empat orang anak, yakni Ghalib bin Fihr, Muharib bin Fihr, 

Al-Harits bin Fihr, dan Asad bin Fihr. Ibu mereka bernama Laila binti Sa'ad bin Hudzail bin Mudrikah. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Fihr bin Malik juga memiliki seorang anak perempuan bernama landalah binti 

Fihr. Jandalah yaitu  ibu Yarbu bin Hanzhalah bin Malik bin Zaid Manat bin Tamim. Ibu Jandalah ialah 

Laila binti Sa'ad. Jarir bin Athiyyah bin Al-Khathafi yang bernama asli Al-Khathafi Hudzaifah bin Badr 

bin Salamah bin Auf bin Kulaib bin Yarbu' bin Hanzhalah berkata: 

 

Tatkala ku marah, anak-anak Jatidal Melindungikuku melempar dengan sebaik-baik batu 

 

Bait-bait ini  yaitu  penggalan dari syair-syair Jarir. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ghalib bin Fihr memiliki dua anak yang bernama Luay bin Ghalib dan 

Taim bin Ghalib. Ibu mereka berdua yaitu  Salma binti Amr Al-Khuza'i. Taim bin Ghalib 

dinamakan Bani Al-Adram. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Ghalib bin Fihr juga memiliki anak bernama Qais bin Ghalib dengan ibu 

bernama Salma binti Ka'ab bin Amr Al-Khuza'i yang juga ibu dari Luay dan Taim, dua anak 

Ghalib lainnya. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Luay bin Ghalib memiliki empat anak, yakni Ka'ab bin Luay, Amir bin 

Luay, Samah bin Luay, dan Auf bin Luay. Ibu Ka'ab, Amir dan Samah bernama Mawiyyah 

binti Ka'ab bin Al-Qain bin Jasr dari Qudha'ah. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Ada pula yang mengatakan bahwa Luay bin Ghalib memiliki anak yang 

lain bernama Al-Harts bin Luay. Jarir berujar dalam sebuah syairnya: 

 

Wahai anak-anak Jusyam, kalian bukan berasal dari Hizzan 

Kalian berasal dari garis keturunan mulia: Luay bin Ghalib 

Janganlah kalian nikahkan puteri-puteri kalian dengan orang-orang Dhaur 

Jangan pula dengan kabilah Syukais sebab itu tempat terburuk bagi wanita 

 

Demikian pula dengan Sa'ad bin Luay mereka yaitu  Bunanah, anak-anak dari Syaiban bin 

Tsa'labah bin Ukabah bin Sha'b bin Ali bin Abi Bakr bin Wail dari Rabi'ah. 

 

Adapun Bunanah dia seorang wanita perawat untuk mereka yang berasal dari Bani al-Qain bin 

Jisr bin Syaiullah. Ada juga yang menyebutkan Sai'ullah bin Al-Asad bin Wabrah bin Hulwan 

bin Imran bin al-Haaf bin Qudha'ah. 

 

Disebutkan juga bahwa dia yaitu  Bintu Namr bin Qasith bin Rabi'ah. 

 

Disebutkan pula bahwa dialah Bintu Jurm bin Rayyan bin Hulwan bin Imran bin al-Haf bin 

Qudha'ah. 

 

Dan Khuzaimah bin Luay bin Ghalib. Mereka yaitu  Aidah di 

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 3 tanya agar dia meminta izin untukmu untuk bisa bertemu dengan sang raja, lalu kau ungkapkan apa yang engkau inginkan. Jika dia bisa dia akan memberi  pembelaan untukmu di si- sinya, jika dia mampu melakuk… Read More