tanya agar dia meminta izin untukmu untuk bisa bertemu dengan sang raja, lalu kau
ungkapkan apa yang engkau inginkan. Jika dia bisa dia akan memberi pembelaan untukmu
di si- sinya, jika dia mampu melakukannya."
Abdul Mutthalib berkata: "Itu sudah sangat cukup bagiku! Maka Dzu Nafar me- nemui Unais
dan berkata padanya: Sebetulnya Abdul Mutthalib yaitu pimpinan kaum Quraisy dan
pemilik kafilah Mekkah. Dia memberi makanan pada manusia di dataran rendah dan memberi
makanan pada binatang-binatang buas puncak gunung. Sementara sang raja telah merampas
dua ratus ekor unta darinya. Oleh sebab itulah mintakan izin untuknya agar dia bisa bertemu
dengan raja Abrahah serta lakukan pembelaan atas dirinya sesuai kapasitasnya!" Unais berkata:
"Akan saya lakukan!"
Maka Unais pun melobi Abrahah dan dia berkata kepadanya: "Wahai raja, ini yaitu pemimpin
Quraisy berada di depan pintumu minta izin untuk menemuimu, dia yaitu pemimpin kafilah
Mekkah. Dia memberi makanan pada manusia di dataran rendah dan memberi makanan pada
binatang-binatang buas puncak gunung. Maka berilah izin padanya untuk masuk menemuimu
lalu mengatakan apa yang dia mau. Dan berbuat baiklah padanya! "Abrahah mengizinkan dia
masuk.
Ibnu Ishaq berkata: Abdul Mutthalib yaitu seorang lelaki yang paling tampan dan mulia.
Tatkala Abrahah melihatnya, dia menghormati mengagungkannya dan memuliakannya.
Abrahah menyuruhnya di duduk di bawah sebab dia tidak suka orang-orang Habasyah melihat
duduk bersamanya di atas singgasananya. Oleh sebab itulah dia turun dari singgasananya,
lalu dia duduk di atas permadaninya lalu dia dudukkan Abdui Mutthalib di sisinya.
Abrahah berkata kepada penerjemahnya: "Katakan padanya: Apa keperluanmu?" Maka
penerjemah itu mengatakan apa yang diperintahkan Abrahah. Abdul Mutthalib menjawab:
"Keperluan saya yaitu hanya hendaknya sang raja mengembalikan dua ratus ekor unta yang
dia rampas dari ku."
Saat Abrahah diberi tahu apa yang di- inginkan oleh Abdul Mutthalib dia berkata: "Saat aku
melihatmu aku demikian kagum padamu. Namun semua itu memudar tatkala engkau
mengatakan apa keperluanmu padaku. Apakah engkau lebih mementingkan berbicara padaku
tentang dua ratus ekor unta yang aku rampas sementara engkau membiarkan Rumah (Baitul
Haram) itu yang merupakan symbol agamamu? Dan simbol agama nenek moyangmu di mana
aku kini datang untuk menghancurkannya?"
Abdul Mutthalib menjawab: "Sebetulnya aku hanyalah penguasa unta-unta itu sedangkan
Rumah ini ada Tuhannya yang akan memberi perlindungan!"
Abrahah berkata: "Tidak mungkin Dia memberi perlindungan dari serangan- ku!"
Abdul Mutthalib berkata: "Terserah engkau!"
Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa tatkala Abdul Mutthalib datang menemui Abrahah
tatkala ada utusan Abrahah yang bernama Hunathah, ikut bersamanya Ya'mur bin Nufatsat bin
Ady bin Ad-Da'l bin Bakar bin Manat bin Kinanah. Saat itu dia yaitu sebagai pemimpin Bani
Bakar. Ikut pula bersama dia Khuwailid bin Watsilah al-Hudzali, saat itu dia yaitu peminpin
Bani Hudzail. Mereka menawarkan sepertiga dari kekayaan Tihamah kepada Abrahah dengan
syarat dia balik kembali dan tidak menghancurkan Baitullah. Namun dia menolak tawaran
mereka—Allah Mahatahu apa yang sebenarnya terjadi. lalu Abrahah mengembalikan
dua ratus unta yang dirampasnya kepada Ab-dul Mutthalib.
Tatkala mereka meninggalkan Abrahah, Abdul Mutthalib kembali pada orang Quraisy dan
diapun memberitahukan apa yang terjadi. Dia memerintahkan pada seluruh orang Quraisy
untuk keluar dari Mekkah dan segera berlindung dan bersembunyi ke puncak gunung sebab
khawatir mendapat gangguan dari pasukan Abrahah. sesudah itu, Abdul Mutthalib memegang
rantai pintu Ka'bah lalu bersama beberapa orang Quraisy berdoa kepada Allah supaya
menghancurkan Abrahah dan pasukannya. Sambil berpegang pada rantai pintu Ka'bah di pintu
Ka'bah dia berkata:
Ya Allah Sebetulnya seorang manusia telah menjaga tempat tinggalnya
Maka jagalah rumah-Mu
Tak kan pernah menang salib dan kekuatan mereka
Jika Kau biarkan mereka dan kiblat kami Maka lakukan (yang terbaik) menurut-Mu
Ibnu Hisyam berkata: Inilah yang benar dari ungkapannya.
Ibnu Ishaq berkata: Ikrimah bin Amir bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdu Daar bin Qushay
berkata:
Ya Allah, hinakanlah al-Aswad bin Maqshud Yang merampas ratusan unta dalam keadaan
terikat
Dia menahannya antara Hira' dan Tsabir dan padang pasir
Padahal unta-unta itu sedang banyak air susu- nya
lalu dia kumpulkan untuk orang-orang hitam yang barbar
Enyahkan dia wahai Tuhanku sebab sesung-guhnya Engkau Mahaterpuji
Ibnu Hisyam berkata: Inilah yan benar dari perkataannya.
Ibnu Ishaq berkata: lalu Abdul Mutthalib melepas rantai Ka'bah, lalu berangkat bersama
dengan orang-orang Quraisy menuju puncak gunung. lalu mereka bersembunyi di sana
sambil menunggu apa yang akan dilakukan oleh Abrahah saat dia gajahnya serta memobilisir
pasukannya. Nama gajah tunggangannya yaitu Mahmud. Abrahah sudah bertekad bulat untuk
menghancurkan Baitullah ini baru sesudah itu kembali ke Yaman. Maka mereka mengarahkan
gajah gajah itu ke Mekkah datanglah Nufail bin Habib Al-Khats'ami berdiri di samping gajah
lalu dia memegang kupingnya seraya berkata: Menderumlah wahai Mahmud atau
pulanglah dengan damai ke tempat dari mana engkau berasal sebab Sebetulnya engkau
sekarang berada di negeri Haram. "lalu dia melepas kuping gajah ini. Lalu ke- luar dan
segera bergerak ke gunung. Pasukan Abrahah pun memukul gajah itu agar berdiri namun gajah
itu enggan berdiri. Mereka pun memukul kepalanya dengan menggunakan batangan besi.
Mereka memasukkan mahjan (semacam tongkat yang ujungnya bengkok agar dia berdiri lalu
ditusukkan ke bawah perutnya namun tetap saja Mahmud si gajah itu enggan berdiri. Maka
merekapun mengarahkan gajah itu ke arah Yaman, lalu gajah itu bangun sambil lari, lalu
mereka menghadapkannya ke arah Syam, dan si Mahmud gajah itu melakukan hal yang sama.
Lalu di hadapkan ke arah Timur dia pun melakukan hal yang sama. Lalu mereka hadapkan ke
Mekkah, kembali dia menderum. Maka Allah kirimkan pada mereka burung-burung dari laut
seperti burung layang-layang (walet) dan burung balsan (burung jalak) setiap burung membawa
tiga batu kerikil. Satu batu di paruh dan dua batu di kakinya. Batu-batu itu sebesar kacang dan
adas. Dan setiap seorang yang terkena lemparan batu itu akan tewas sesaat . Namun tidak
semua mereka terkena lemparan batu itu.
Maka mereka pun melarikan diri mundur ke arah jalan dari mana mereka datang. Mereka
mencari-cari Nufail bin Habib untuk memberi petunjuk jalan ke Yaman. Tatkala melihat
kondisi mereka dan siksa apa yang Allah turunkan pada mereka, Nufail berkata:
Dimanakah kini tempat berlindung dari Allah yang kini memburu
Dan Abrahah al-Asyram si pecundang dan bukan pemenang
Ibnu Hisyam berkata: Perkataannya "bukan pemenang" (ghalib) bukan berasal dari selain Ibnu
Ishaq.
Ibnu Ishaq berkata: Pada bait yang lain Nufail berkata:
Tidakkah kau ucapkan kata selamat buat kami wahaiRudayna
Kami telah alirkan nikmatpada kalian di pagi nan ceria
Telah datang pada kami pencari api kalian semalam
Namun kami tak rela memberi api itu pa- danya
Rudayna andai kau lihat dan kau tidak akan melihat
Apa yang kami lihat di sisi Muhashshab
Pastilah kau memberi maaf padaku dan kau akan puji urusanku
Dan tidaklah sedih atas yang lepas dari kami Aku puji Allah kala melihat burung-burung
Kami takut batu-batu itu dilemparkan kepada kami
Setiap orang mencari Nufail
Seakan aku punya hutang pada pasukan Habasyah
Maka mereka pun keluar dan bergelimpangan di jalan-jalan, mereka mati di di setiap tempat
lubang berair. Sementara Abrahan terkena lemparan batu di tubuhnya. Dia ditandu oleh anak
buahnya pergi bersama- sama mereka, namun setiap kali mereka bergerak jemarinya jatuh satu
demi satu. Setiap kali jemarinya jatuh selalu dibarengi dengan keluarnya nanah bercampur
darah. Sampai mereka tiba di Shan'a sedangkan dia sudah menjadi laksana anak burung. Saat
dia meninggal, menurut sebagian riwayat, badan dan hatinya terpisah.
Ibnu Ishaq berkata: Ya'qub bin Utbah telah mengatakan kepada saya bahwa dia telah
mendapatkan berita bahwa pada tahun itulah untuk pertamanya campak dan cacar muncul di
tanah Arab. Sebagaimana juga disebutkan bahwa pada tahun ini pula terlihat pohon- pohon
yang pahit seperti Harmal, hanzhal (colocynth) dan al'usyr (Asclepias gigantea).
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Allah mengutus Muhammad Sallallahu'Alaihi wasallam, dia sering
kali mengingatkan orang Quraisy tentang nikmat Allah yang diberikan pada mereka, yakni
dengan memukul mundur orang-orang Habasyah untuk menjaga eksistensi dan keberadaan
mereka. Allah Subhana wa Ta'ala berfirman:
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara
bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah)
itu sia-sia?, Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang
melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan
mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (QS. al-Fiil: 1-5)
Pada ayat yang lain Allah berfirman:
sebab kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim
dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini
(Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan (QS. Quraisy: 1-4).
Ini dimaksudkan agar tidak ada perubahan pada kondisi mereka, sebab Allah menginginkan
kebaikan pada mereka, jika mereka mau.
Ibnu Hisyam berkata: Ababil artinya yaitu berkelompok-kelompok. Sepanjang yang kami
ketahui belum ada satu orang Arab pun yang menggunakan dengan kata tunggal (wahid).
Adapun sijjil maka saya telah diberitahu oleh Yunus al-Nahwi dan Abu Ubaidah bahwa kata
itu dalam bahasa Arab berarti yang sangat keras. Ru'yat bin Al-'Ajjaj berkata:
Mereka ditimpa sebagaimana apa yang menimpa pasukan bergajah
Mereka dilempar dengan batu-batu dari sijjil
Dan mereka dipermainkan burung-burung ababil
Bait-bait syair di atas yaitu cuplikan dari syairnya dalam bahar rajaz. Sebagian ahli tafsir
mengatakan bahwa dia yaitu satu kata dalam bahasa Persia yang lalu oleh orang Arab
dijadikan satu kata. Dia berasal dari sanju dan jallu yang dimaksud dengan sanju yaitu batu
dan jallu yaitu tanah. Artinya kerikil dari jenis bahan ini, yakni batu dan tanah. Sedangkan
makna dari: 'ashf yaitu daun pohon yang belum layak untuk ditebang. Sedangkan kata
tunggalnya yaitu 'ashfah.
Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah an- Nahwi memberitahukan pada saya bahwa telah
dikatakan padanya: kata tunggalnya yaitu al-'ushafah atau al-'ashifah. Abu Ubadah juga
membawakan sebuah syair karya Alqamah bin Abadah salah penyair dari Bani Rabi'ah bin
Malik bin Zaia bin ivianat bin Tamim:
Airnya mengaliri aliran air yang deras yang
pepohonannya telah doyong
Pusaran arusnya diangkat oleh tarikan air
Syair di atas yaitu penggalan syairnya. Seorang penyair bahar rajaz berkata:
lalu mereka dijadikan laksana daun- daun yang dimakan ulat
Ibnu Hisyam berkata: Bait syair ini memiliki tafsirnya dalam ilmu Nahwu (ilmu gramatika
Arab).
Adapun yang dimaksud dengan kebiasaan orang-orang Quraisy yaitu kebiasaan mereka yang
senantiasa berangkat ke Syam untuk berdagang. Dan mereka melakukan dua kali perjalanan
perjalanan di musim dingin dan perjalanan di musim panas.
Abu Zaid al-Anshari memberitahukan pada saya bahwa orang-orang Arab berkata: "Aliftu
Syayan ilfa wa alafathu iilafa," dua kata itu memiliki satu makna. lalu dia mengatakan
pada bait syair karya Dzu Rummah:
Dari kumpulan pasir ada hangat sinar kemuning waktu dhuha
Dalam warnanya menjadi jelas dan nyata
Bait ini yaitu bait miliknya. Sedangkan Mathrud bin Ka'ab al-Khuza'i berkata:
Mereka yang menikmati kala bintang-bintang berubah
Dan mereka yang siap-siap melakukan perjalanannya
Bait syairnya akan saya sebutkan pada saatnya nanti, Insya Allah.
Iylaf juga dikatakan pada seseorang memiliki seribu unta atau sapi ataupun kambing dan
lainnya.
Sebagaimana juga disebutkan: "Aalafa fulaanun iilaafaa." Al-Kumait bin Yazid salah seorang
Bani Asad bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Mu'ad berkata:
Di suatu tahun di mana para pemilik seribu unta berkata
Ini membuat orang yang merindu susu berjalan kaki
Inilah kasidah yang dia bikin. Iilaf juga bermakna jika sebuah kaum menjadi seribu jumlahnya.
Aalafa al-qaum iilafa. Alkumait berkata:
Keluarga Bani Muzaiqa' besok akan berjumpa dengan
Bani Sa'ad bin Dhabbah vane berjumlah seribu
Ini yaitu syair miliknya. Lilaf juga bermakna hendaknya sesuatu bergabung dengan sesuatu
yang lain dan dia senantiasa bersamanya. Sebagaimana disebutkan "Alaftuhu Iyyahu Ilaafa."
lilaf juga bermana sesuatu kepada saya Abdullah bin Abi Bakar dari Umrah binti Abdur
Rahman bin Sa'ad bin Zurarah dari Aisyah dia berkata: "Saya telah melihat para penunggang
dan sais gajah di Mekkah di mana dia dalam kedua matanya dalam keadaan buta dan duduk-
duduk sambil mengemis makanan pada manusia."
Ibnu Ishaq berkata: sesudah Allah mengusir balik orang-orang Habasyah dari Mekkah dan
mereka tertimpa apa yang telah menimpa mereka dari adzab yang pedih, maka orang- orang
Arab mengagung-agungkan orang- orang Quraisy. Orang-orang Arab itu berkata: Orang-orang
Quraisy yaitu wali-wali Allah. Allah telah berperang demi mereka dan mengusir musuh
musuh mereka.
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Abrahah telah meninggal, anaknya yang bernama Yaksun bin
Abrahah menduduki tahta kerajaan Habasyah sebagai penggantinya. sesudah Yaksum bin
Abrahah meninggal saudaranya yang bernama Masruq menguasai orang-orang Habasyah yang
ada di Yaman.
Kepergian Sayf bin Dzu Yazan dan Pemerintahan Wihraz di Yaman
Tatkala bencana melanda Yaman dalam waktu yang sangat lama, Sayf bin Dzu Yazan al-
Himyari yang bergelar Abu Murrah keluar hingga orang Habasyah dari sana dan mengambil
alih negeri itu. Dia memintanya untuk mengirimkan pasukan ke sana sesuai yang dia kehendaki
dan menjanjikannya untuk memberi Nu’man bin Mundzir yang merupakan gubernur Kisra
Persia di Hirah dan kawasan-kawasan sekitar Irak. Diapun mengadukan masalah orang-orang
Habasyah ini. Mendengar pengaduannya Nu'man berkata: "Sebetulnya saya memiliki
waktu khusus untuk mengunjungi Kisra setiap tahunnya, oleh sebab itu lah hendaknya engkau
tinggal di sini sampai waktu itu datang." Maka Diapun tinggal be- berapa lama di sana dan
pada saat waktunya tiba Nu'man mengajaknya menemui Kisra dan diapun memperkenalkannya
padanya. Kisra duduk dia atas singgasananya dimana di sana ada mahkotanya. Mahkotanya
laksana neraca yang besar — sebagaimana sangkaan mereka— dimana di dalamnya ada yaqut
dan mutiara, intan berlian, rubi dan topaz yang dililit di rantai emas di dalam ruangan
pertemuan istananya. Lehernya tidak mampu menopang mahkotanya makanya dia
disembunyikan di balik jubah hingga dia duduk di singgasananya, lalu dia memasukkan
kepalanya ke mahkotanya. Tatkala dia ingin ia duduk di tempat duduknya maka kain (jubah)
itu di- singkap. Maka setiap orang yang melihat dia untuk pertamanya kalinya segera
bersimpuh di depannya sebab segan padanya. Tatkala Sayf masuk menemuinya maka dia pun
duduk bersimpuh.
Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah telah menuturkan pada saya bahwa Sayf tatkala masuk
menemui Kaisar dia merundukkan kepalanya. Maka Kaisar berkata: "Sebetulnya orang
bodoh ini masuk menemui saya dari pintu yang panjang, lalu dia mengangguk-anggukkan
kepalanya!" Maka hal itu pun diberitahukan kepada Sayf. Maka Sayf pun berkata:
"Sebetulnya aku melakukan itu sebab kesedihanku dan semua hal yang menekanku"!
Ibnu Ishaq berkata: lalu dia berkata: "Negeri kami dikalahkan oleh orang:orang asing di
negeri kami sendiri?" Kisra bertanya: "Siapa yang engkau maksud dengan orang asing itu?
Orang-orang Habasyah atau Sindi?"
Maka diapun berkata: "Orang asing itu yaitu orang Habasyah, aku datang ke sini untuk
meminta bantuanmu dan jika engkau lakukan maka kerajaan menjadi milikmu!" Kisra berkata:
"Negerimu sangat jauh dari kami sementara sumber kekayaannya sangat minim. Dan aku tidak
ingin membuat pasukan Persia mengalami kesulitan di negeri Arab, Aku tidak butuh itu!"
lalu dia memberinya hadiah sebanyak sepuluh ribu dirham dia juga memberi pakaian
yang sangat indah. Tatkala semuanya sudah ada di tangannya maka Sayf pun segera keluar dari
istana Kaisar. Dan dia pun menaburkan uang hadiah Kisra itu pada banyak orang. Apa yang
dia lakukan sampai ke telinga Sang Kaisar. Maka dia pun berkata: "Sebetulnya orang ini
pasti orang yang luar biasa. "lalu dia mengutus seseorang untuk menemuinya. Orang itu
berkata: "Apakah engkau sengaja menebarkan hadiah Kisra kepada banyak orang?" Dia pun
menjawab: "Apa yang bisa aku perbuat dengan ini semua? Bukankah negeri dari mana aku
datang gunung-gunungnya yaitu emas dan perak?" Dia katakan itu untuk menarik hatinya.
Maka Kisra segera mengumpulkan para menterinya. lalu dia berkata: "Bagaimana
pendapat mu tentang urusan lelaki ini dan rencana besarnya." Maka berkatalah salah seorang
di antara mereka: "Wahai Kisra, Sebetulnya di dalam penjaramu ada banyak orang yang
siap untuk dibunuh, andaikata kau kirim mereka bersamanya, jika mereka meninggal maka
itulah yang memang engkau inginkan dan jika mereka selamat dan menang maka baginda akan
mendapatkan tambahan kerajaan baru." Maka Kisra segera mengirimkan orang-orang penjara
yang jumlah sebanyak delapan ratus laki-laki.
lalu dia mengangkat seorang lelaki di antara mereka yang bernama Wahriz, salah
seorang yang paling tua di tengah-tengah mereka. Seorang yang berasal dari keturunan yang
paling baik dan dari rumah yang baik pula. Maka mereka pun berangkat dengan menggunakan
delapan kapal, dua kapal teng- gelam. Sedangkan yang enam sisanya berhasil sampai di tepi
pantai Adn. Sayf lalu menggabungkan orang-orang yang berhasil dia himpun bergabung
dengan Wahriz. Dia pun berkata: "Kakiku akan bersama kakimu hingga kita mati atau kita
menang."
Wahris berkata: "Kau telah melakukan suatu yang adil!" lalu Masruq bin Ab- rahah raja
Yaman keluar menyongsongnya dan dia pun menghimpun pasukannya. Wahriz lalu
mengirimkan anaknya untuk memerangi mereka agar ia mendapat pengalaman perang. Anak
Wahris terbunuh. Peristiwa semakin memuncakkan kemarahannya atas mereka. Tatkala
manusia telah rapi berbaris dia berkata: "Tunjukkan kepada saya raja mereka!" Maka mereka
berkata: "Tidakkah engkau lihat seorang lelaki yang duduk di atas gajah sementara mahkotanya
ada di atas kepalanya. Dan di antara kedua matanya ada yakut berwarna merah?" Dia pun
menjawab: "Ya!" Mereka berkata: "Dialah raja mereka!" Dia berkata: "Biarkanlah dia!" Maka
mereka pun berdiri lama. lalu dia berkata lagi: "Ke mana dia sekarang?" Mereka berkata:
"Dia berganti kendaraan dengan menunggangi kuda!" Dia berkata lagi: "Biarkanlah!" Maka
mereka pun lama berdiri menunggu. Dia berkata lagi: "Kini di mana dia?" Kini dia berganti
kendaraan dengan menunggangi seekor keledai! Maka Wahriz berkata: "Anak keledai! Kau
akan hina dan kerajaannya akan hina pula, aku akan memanahnya. Jika kalian bala tentaranya
tidak bergerak maka tinggallah kalian di tempat dan jangan bergerak hingga aku memberi izin
pada kalian. Sebab itu artinya aku telah salah memanah! Dan jika kalian melihat pasukannya
melingkarinya dan berkumpul di sekelilingnya maka itu berarti bahwa panah saya telah
mengenainya. Maka bergeraklah kalian menyerang mereka!"
Lalu dia mencabut anak panahnya—dan menurut cerita bahwa anak panahnya tidak ada yang
bisa mengangkat sebab beratnya kecuali dia. Dia mengarahkan anak panahnya tepat di antara
kedua alisnya. Lalu dia melepas anak panahnya dan berhasil memecah rubi yang ada di antara
kedua matanya sedangkan anak panah itu menusuk kepalanya yang menembus hingga
belakang lehernya. Dan dia terpelanting dari tunggangannya. Maka berkumpullah orang-orang
Habasyah di sekeliling dia dan saat itulah pasukan Persia itu menyerang mereka. Orang-orang
Habasyah itu kalah dan mereka melarikan diri dengan terpencar-pencar. Maka Wihraz segera
bergerak untuk memasuki Shan'a hingga saat dia tiba di pintu gerbangnya dia berkata: "Jangan
masukkan panjiku dengan cara terjungkir untuk selamnya! Hancurkan gerbang itu!" Dan
gerbangpun hancur lebur. lalu dia memasukinya dengan menancapkan panji perangnya.
Maka Sayf Dzu Yazan al-Himyari berkata:
Manusia menyangka bahwa kedua raja telah damai bersatu
Dan orang yang mendengar rekonsialisasi mereka dapatkan satu hal yang mengerikan Kami
telah membunuh raja Masruq Dan kami sirami pasir dengan kucuran darah
Sebetulnya raja raja yang baru, Wahriz raja manusia telah mengucap sumpah Dia tidak
akan minum anggur hingga berhasil menawan menangkap tawanan dan barang rampasan
perang
Ibnu Hisyam berkata: Bait-bait syair ini yaitu miliknya. Khallad bin Qurrah as Sadusi
menyenandungkan bait terakhir syair gubahan A'sya Bani Qais bin Ts'labah. Namun sebagian
ahli syair mengingkarinya bahwa ini yaitu karya dia:
Ibnu Ishaq berkata: Abu Shalt bin Abi Rabi'ah al-Tsaqafi—Ibnu Hisyam berkata: Dan
diriwayatkan karya Ibnu Abi Shalt:
Hendaklah dia menuntut dendam laksana Bin Dzu Yazan
Yang tinggal di laut bertahun-tahun demi balas dendam atas musuh-musuhnya
Kala waktu perjalanan datang dia menemui Kaisar
Namun dia tidak dapatkan sebagian apapun yang dia minta
lalu dia datang menemui Kisra sesudah sepuluh tahun
Yang ternyata menganggap murah nyawa dan hartanya
Hingga dia berhasil membawa orang-orang Persia bersamanya
Demi hidupku kau telah melakukan tindakan yang sangat cepat
Lalu berangkatlah sekelompok orang di antara mereka
Para prajurit yang belum pernah ada sebelum mereka
Para pangeran, orang terpandang dan para pemanah
Para singa yang mengajari anak-anak mereka di hutan
Mereka melempar anak panah dari busur de- ngan sangat kuat
Dengan kayu keringyang membuatyang terke- na cepat meninggal
Kau telah mengirim singa melawan anjing hi- tam
Membuat mereka lari terpencar di seluruh mu- ka bumi
Maka minumlah dengan tenang dan pakailah mahkota
Di puncak Ghumdan yang menjadi rumah tempat tinggalmu yang pilih
Minumlah dengan tenang sebab mereka telah binasa
Dan kini berjalanlah dengan bangga dengan
memakai jubahmu yang terjulur
Itu semua yaitu perbuatan mulia! Tidak ada
dua ember susu yang dicampur air
Lalu lalu berubah menjadi kencing
Ibnu Hisyam berkata: Inilah riwayat yang benar yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq darinya.
Kecuali bagian terakhir yang berbunyi: Itu semua yaitu perbuatan mulia! Tidak ada dua ember
susu yang di campur air, adapun yang terakhir ini yaitu karya Na- bighah al-Jadi yang
bernama asli Hibban bin Abdullah bin Qais salah seorang Bani Jadah bin Ka'ab bin Rabi'ah bin
Amir bin Sha'sha'ah bin Mu'awiyah bin Bakar bin Hawazin, dalam bait syairnya.
Ibnu Ishaq berkata: Adi bin Zaid al-Hiry, salah seorang Bani Tamim, Ibnu Hisyam berkata:
lalu salah seorang Bani Imruul Qais bin Zaid bin Manat bin Tamim, disebut- kan
namanya yaitu Adi bin dari Ibad dari warga Hirah:
Apa terjadi sesudah Shan'a diurus oleh yang berlaku baik
Yang pemberiannnya demikian berlimpah
Orang-orang yang membangunnya mengangkatnya ke awan yang bergerak beriringan
Dan kamar-kamarnya yang yang berwangian kesturi
Dilindungi bebukitan dari serangan musuh- musuhnya
Ketinggiannya sulit untuk diukur
Di dalamnya ada suara burung hantu nan merdu
Saat menimpali suara peniup seluring
Takdir telah menggiring pasukan Persia ke tempat itu
Bersama dengan pangeran-pangerannya
Mereka berjalan di atas keledai yang membawa kematian
Sementara anak-anak kuda berlari di belakangnya
Hingga raja-raja melihat mereka dari puncak benteng
Di hari saat mereka memanggil orang-orang Barbar(Habasyah) dan Yaksum Dan tidak orang
yang selamat yang lari darinya
Cerita hari itu tetap lestari
Dan kini lenyaplah nikmat dari orang yang selama ini menikmatinya
Orang-orang Persia menggantikan orangpribu- mi dengan sekelompok manusia
Dan hari-hari demikian gulita dan penuh misteri
sesudah anak-anak terhormat Tubba'
Pangeran-pangeran Persia kini tinggal di sana
Ibnu Hisyam berkata: Bait-bait ini yaitu ada pada syairnya. Sementara itu Abu Zaid al-
Anshari, dan al-Mufudhdhal al-Dhibbi mengungkapkan kata:
Di hari saat mereka memanggil orang-orang Barbar(Habasyah) dan Yaksum
Inilah yang dimaksud oleh Sathih dalam ucapannya: Orang yang melakukannya yaitu Iram
bin Dzi Yazan yang keluar menyerang mereka dari Aden dan mereka tidak membiarkan satu
orang Habasyipun tersisa di Yaman.
Ini pula yang dimaksud oleh Syiq dalam ucapannya: Seorang lelaki yang tidak hina, tidak pula
menghinakan. Dia keluar pada mereka dari rumah Dzi Bazan.
Akhir Pemerintahan Orang Persia di Yaman
Ibnu Ishaq berkata: Maka Wihriz dan orang- orang Persia tinggal di Yaman. Dan di antara sisa-
sisa pasukan Persia kala itu yaitu anak-anak mereka yang hingga kini ada di Yaman. Masa
pemerintahan Habasyah di Yaman yaitu berada di antara masuknya Aryath hingga
terbunuhnya Masruq bin Abrahah oleh pasukan Persia dan dikeluarkannya mereka dari Yaman.
Masa itu berlangsung sekitar tujuh puluh dua tahun. Kekuasaan mereka ada bergilir pada empat
orang: Aryath, lalu Abrahah, lalu Yaksum bin Abrahah dan yang terakhir yaitu Masruq
bin Abrahah.
Ibnu Hisyam berkata: lalu meninggallah Wahriz. Kisra segera memerintahkan anaknya
yang bernama Marzuban bin Wihraz untuk memerintah Yaman. sesudah Marzuban meninggal
Kisra mengangkat anaknya yang bernama Taynujan bin Marzuban sebagai penggantinya
sesudah Taynujan meninggal Kisra menggantinya dengan anaknya, namun sesudah itu dia
diturunkan dan mengangkat Badzan. Badzan berkuasa di Yaman hingga Allah mengutus Nabi
Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Alihi wa Sallam
Zuhri menuturkan kepada saya, dia berkata: Kisra menulis surat kepada Badzan yang isinya
yaitu sebagai berikut: Sebetulnya telah sampai berita kepadaku bahwa seorang lelaki dari
Quraisy telah muncul di Mekkah dan dia mengaku bahwa dirinya yaitu seorang Nabi. Maka
berangkatlah engkau ke sana dan suruhlah dia bertaubat, jika dia bertaubat biarkanlah dia hidup
dan jika tidak maka kirimkan kepalanya kepadaku.
Maka Badzan mengirimkan surat Kisra itu kepada Rasulullah. Dan Rasulullah membalas
suratnya yang berisi: "Sebetulnya Allah telah menjanjikan kepadaku bahwa Kisra akan
terbunuh pada hari demikian, bulan demikian."
Tatkala Badzan menerima surat ini, dia terhentak dan sedikit merenung seraya berkata: "Jika
dia benar seorang Nabi, maka apa yang dia katakan akan menjadi kenyataan!" Maka Allah
mematikan Kisra pada hari yang telah dikatakan Rasulullah.
Ibnu Hisyam berkata: Di terbunuh di tangan anaknya sendiri yang bernama Syirawih.
Mengenai hal ini berkatalah Khalid bin Haq al-Syaibani:
Dan Kisra mana kala pedang-penuh anak-anaknya mencincangnya
Laksana daging yang dicincang-cincang
Kematian datang di suatu hari nan pasti
Sebagaimana seorang hamil yang datang hari melahirkannya
Az-Zuhri berkata: Tatkala berita itu sampai kepada Badzan maka dia mengirimkan utusan
kepada Rasulullah dan menyatakan keislamannya dan masuk Islamnya orang-orang Persia
yang bersamanya. Maka ber katalah utusan-utusan dari Persia itu kepada Rasulullah: "Kepada
siapa kami bergabung wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Kalian yaitu bagian dari
kami dan kepada kami ahli Bait."
Ibnu Hisyam berkata: Telah sampai berita dari Az-Zuhri kepada saya bahwa Sebetulnya dia
berkata: Oleh sebab itulah Rasulullah bersabda:
"Salman bagian dari kami."
Ibnu Hisyam berkata: Inilah yang dimaksudkan oleh Sathih tatkala dia berkata: Seorang Nabi
Suci yang menerima wahyu dari Dzat Yang Mahatinggi.
Ini pula yang dikatakan oleh Syiq tatkala dia berkata: Tidak, dia akan terputus dengan
datangnya seorang nabi yang diutus yang datang dengan keadilan dan kebenaran di antara
orang-orang beragama dan orang-orang yang memiliki keutamaan. Kerajaan akan berada di
tangan kaumnya hingga hari pembalasan (kiamat).
Ibnu Ishaq berkata: Bahwa di salah satu batu cadas di Yaman —sebagaimana yang
mereka sangka— ada sebuah buku (inskripsi) Zabur yang di tulis di masa-masa awal yang
berbunyi:
Kepunyaan siapa kerajaan Dzimar? Kepunyaan orang-orang Himyar yang berbudi luhur.
Kepunyaan siapa kerajaan Dzimar? Kepunyaan orang-orang Habasyah yang kejam.
Kepunyaan siapa kerajaan Dzimar? Kepunyaan orang-orang Persia yang dimerdekakan.
Kepunyaan siapa kerajaan Dzimar? Kepunyaan orang-orang Quraisy, pedagang
Adapun yang dimaksud dengan Dzimar yaitu Yaman atau Shan'a. Ibnu Hisyam berkata:
Dzimar dengan harakatfathah (dzamar), sebagaimana yang Yunus sampaikan kepada saya.
Ibnu Ishaq berkata: A'sya bin Qais bin Tsa'labah mengatakan tentang kebenaran apa yang
dikatakan oleh Sathih dan Syiq sahabat nya:
Tidak ada seorang perempuan yang pernah melihat apa yang mereka lihat
Sebagaimana kebenaran yang dikatakan Adz- Dzibi dalam sajaknya
Orang-orang Arab memanggil Sathih dengan sebutan Adz-Dzibi sebab dia yaitu anak
Rabi'ah bin Mas'ud bin Mazin bin Dzi'b.
Ibnu Hisyam berkata: Bait syair ini yaitu apa yang ada dalam sajaknya.
Kisah Kerajaan al-Hadhar
Ibnu Hisyam berkata: Telah menuturkan kepada saya Khallad bin Qurrah bin Khalid As-Sadusi
dari Jannad, atau dari sebagian ulama Kufah yang ahli tentang silsilah keturunan:
Sebetulnya telah disebutkan bahwa Sebetulnya An-Nu'man bin Mundzir ter- masuk
keturunan Sathirun raja al-Hadhar.
Adapun al-Hadhar yaitu benteng yang sangat besar laksana sebuah kota, dia berada di
pinggiran sungai Eufrat. Inilah yang disebutkan oleh Ady bin Zaid dalam syairnya:
Orang-orang Hadhar membatigunnya di pinggiran sungai Dajlah dan Khabur
Dia dilapisi marmer dan dihiasi dengan cat dari gipsum
Dimana burung-burung nyaman bersarang di atapnya tenang
Namun kematian tidak takut akan benteng itu
Kerajaannya lenyap dan gerbangnya ditinggalkan
Ibnu Hisyam berkata: Ini yaitu syair miliknya.
Adapun apa yang disebutkan oleh Abu Duad al-Iyadi yaitu sebagai berikut:
Kulihat maut bergerak pada Al-Hadhar
Pada Satirun, sangpenguasa
Inilah yaitu syair miliknya. Disebutkan bahwa syair ini yaitu milik Khalaf al-Ahmar,
sedangkan yang lain menyebutkan bahwa ini yaitu karya Hammad, seorang pembacanya.
Kisra Sabur Dzul Aktaf menyerang Sathi-run raja Al-Hadhar, dia mengepungnya selama dua
tahun. Suatu hari anak perempuan Sathirun melihat pada benteng, dan matanya melihat pada
Sabur yang sedang mengenakan pakaian dari bahan sutera. Di atas kepalanya bertengger
mahkota yang dibuat dari emas dan bertaburkan batu manikam, topas, rubi dan mutiara. Sabur
yaitu sosok lelaki yang ganteng. Secara rahasia dia mengirimkan seseorang kepada Sabur
dengan mengatakan: "Apakah engkau akan menikahiku jika bukakan padamu pintu al-
Hadhar?" Maka dia menjawab: "Ya!"
Tatkala hari menjelang malam Sathirun minum minuman keras hingga mabuk. Dia tidak
pernah tidur malam kecuali dalam keadaan mabuk. Maka dia mengambil pintu-pintu kunci Al-
Hadhar dari bawah kepalanya. Lalu dia mengirimkan kunci-kunci itu melalui seorang mantan
budak yang telah dimerdekakan kepada Sabur. Sabur pun membuka pintu dan dia pun masuk
dan membunuh Sathirun, lalu dia menyerahkan Al-Hadhar pada tentara dengan melakukan
tindakan yang diluar batas dan memporak porandakannya. Sementara dia membawa anak
puteri Sathirun yang lalu menikahinya. Tatkala waktu tidur tiba, namun dia bolak balik
di atas kasurnya tidak bisa tidur. Maka Sabur pun mengambil lilin penerang dan dia memeriksa
kasurnya dan ternyata dia dapatkan sebuah batang pohon kecil dengan warna terang. Maka
Shabur pun bertanya: "Apakah ini yang membuat tidak bisa tidur malam?" Dia berkata: "Ya!
Sabur bertanya kembali: "Apa yang ayahmu lakukan pada dirimu?" Shabur berkata: "Dia
mengham- parkan kasur dari brokat, memberi baju dari sutera, memberinya makan dari sumsun
dan memberi minuman dari anggur."
Shabur berkata: Jika yang kau balaskan kepada ayahmu yaitu dengan cara sekarang ini,
sebentar lagi engkau akan lebih cepat mengkhianatiku! Dia lalu memerintahkan pada
para pengawalnya untuk mengikat rambut wanita itu pada ekor kuda. Kuda itu lalu
berlari kencang sehingga membuat wanita itu meninggal.
Mengenai hal ini A'sya bin Qais berkata:
Tidakkah kau melihat al-Hadhar bergelimangan nikmat
Namun apakah nikmat-nikmat itu abadi adanya
Shahbur menempatkan pasukannya dua tahun lamanya
Dengan menghantamkan kapak-kapaknya
Tatkala dia berdoa pada Tuhannya
Dia mengabulkannya tanpa disertai dendam membara
Bait-bait syair di atas yaitu karya tangannya.
Adi bin Zaid berkata:
Orang-orang Hadhar itu tertimpa musibah besar, dari atasnya yang menimpa pundak-
pundaknya
Seorang gadis yang tidak melindungi ayahnya
Pada saat itu dimana dia telah menghilangkan pelindungnya
sebab dia telah memberi minum ayahnya dengan arak murni
Namun adakah orang yang minum menjadi linglung
Dia serahkan keluarganya di malam itu Dengan mengira bahwa raja akan mempersunting
dirinya
Sayang masih pengantin tatkala subuh menjelang
Yang ada yaitu aliran darah menggenang Al-Hadhar telah dihancurkan dan
diporakporandakan
Gantungan-gantungan pakaiannya dibakar musnah
Anak Nizar bin Ma'ad
Ibnu Ishaq berkata: Nizar memiliki tiga anak: Mudhar bin Nizaz, Rabi'ah bin Nizaz dan An-
mar bin Nizaz.
Ibnu Hisyam berkata: Dan Iyad bin Nizar. Harits bin Daus al-Iyadi dan diriwayatkan dari Abu
Duad bin al-Iyadi, yang namanya yaitu Jariyah bin Al-Hajjaj.
Dan pemuda-pemuda yang elok rupanya
Dari Iyad bin Nizar bin Ma'ad
Bait ini yaitu miliknya.
Adapun ibu Mudhar dan Iyad yaitu Sau- dah binti Akk bin Adnan. Sedangkan ibu dari Rabi'ah
dan Anmar yaitu Syuqaiqah bin Akk bin Adnan. Ada juga yang menyebutkan ibunya bernama
Jumu'ah bintu Akk bin Adnan.
Ibnu Ishaq berkata: Adapun Anmar, dia yaitu Abu Khats'am dan Bajilah. Jarir bin Abdullah
al-Jabili. Dia berkata: Jarir bin Ab-dullah al-Bajili dia yaitu pemuka Bajilah. Dia- lah yang
disebutkan oleh seorang penyair.
Andaikata bukan sebab Jari hancurlah Bjilah
Sungguh dia pemuda yang baik dan sungguh kabilahnya kabilah terjelek
la mengatakan itu tatkala ia mengadukan al-Furabishah al-Kalbi kepada Al-Aqra' bin Habis At-
Tamimi bin 'Iqal bin Mujasyi' bin Darim bin Malik bin Hanzhalah bin Malik bin Ziyad Manat
Wahai Aqra' bin Habis, hai Aqra'
Jika saudaramu mati maka kau juga akan mati
Ia juga berkata:
Hai kedua anak Nizar bantulah saudara kalian berdua
sebab kudapatkan ayahku yaitu ayah kalian juga
Tak kan kalah orang yang bergabung dengan kalian berdua
Mereka pergi ke Yaman dan menjadi warga Yaman.
Ibnu Hisyam berkata: Orang-orang Yaman dan Bajilah berkata: Anmar bin Irasy bin Lihyan
bin Amr bin al-Ghauts bin Nabt bin Malik bin Zaid bin Kahlan bin Saba'. Juga disebutkan Irasy
bin Amr bin Lihyan bin al-Ghauts. Ruman Bajilah dan Khats'am berada di Yaman.
Ibnu Ishaq berkata: Mudhar memiliki dua anak lelaki yang bernama Ilyas bin Mudhar dan
Aylan bin Mudhar. Ibnu Hisyam berkata: "Ibu keduanya yaitu berasal dari orang Jurhum."
Ibnu Ishaq berkata: "Ilyas memiliki tiga anak. Mudrikah bin Ilyas, Thabikhah bin Ilyas dan
Qama'ah bin Ilyas." Ibu mereka yaitu Khindif seorang wanita asal Yaman.
Ibnu Ishaq berkata: Nama Mudrikah yaitu Amir, sedangkan nama Thabikhah yaitu Amran.
Mereka mengatakan bahwa keduanya sedang menggembalikan unta mereka berdua, lalu
mereka berburu binatang buruan. sesudah mendapatkan hasil buruan mereka duduk dan
memasaknya. Tiba-tiba seekor singa datang menyerang unta mereka. Maka berkatalah Amir
kepada Amr: "Apakah engkau akan mengejar unta itu atau akan memasak hasil buruanmu?"
Amr berkata: "Aku akan memasak hasil buruanku." Maka Amir segera mengejar unta itu dan
diapun berhasil mendapatkannya kembali. Tatkala keduanya pulang menemui bapaknya
mereka bercerita tentang peristiwa itu. Maka berkatalah bapaknya: "Engkau yaitu :
Mudrikah(yang menemukan untanya kembali)!!" Dan dia berkata kepada Amr: "Engkau
Thabikhah (tukang masak)." Ibu mereka keluar tatkaka mendengar berita itu. Dia keluar
dengan sangat cepat. Maka suaminya berkata: "Engkau ini takhandafin (lari berderap), maka
diapun disebut Khindif (yang lari berderap)."
Adapun Qama'ah maka orang-orang ahli nasab Mudhar bahwa Sebetulnya Khuzaah yaitu
anak dari Amr bin Luhay bin Qama'ah bin Ilyas.
Amr bin Luhay dan Berhala berhala Arab
Ibnu Ishaq berkata bahwa Abdullah bin Abu Bakr bin Muhammad bin Amr bin Hazm berkata
kepadanya dari ayahnya bahwa ia diberitahu bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
bersabda:
"Aku melihat Amr bin Luhay menyeret usus-ususnya di neraka. Aku bertanya kepadanya
tentang manusia (yang hidup) antara aku dengannya, ia menjawab, 'Mereka telah binasa.'"4
4 Bukhari pada hadits no. 1212 dan Muslim pada hadits no. 2856 tanpa ada perkataan "Aku bertanya kepadanya tentang manusia (yang hidup)
antara aku dengannya" hanya langsung disebutkan: mereka binasa!
Ibnu Ishaq: Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harits At-Taimi berkata kepadaku bahwa Abu
Shalih As-Samman berkata kepadanya bahwa Abu Hurairah, menurut Ibnu Hisyam bernama
asli Abu Hurairah ialah Abdullah bin Amir. Ada yang menyebutkan nama Abu Hurairah yaitu
Abdurrahman bin Shakhr, ia mendengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda
kepada Aktsam bin Al-Jaun Al-Khuzai:
"Hai Aktsam, aku lihat Amr bin Luhay bin Qama'ah bin Khindif menyeret usus-ususnya, dan
aku belum pernah melihat orang yang amat mirip dengannya melainkan engkau, dan dia
sangat mirip denganmu." Aktsam berkata: "Apakah kemiripannya denganku itu
membahayakanku, wahai Rasulullah?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Tidak demikian, sebab engkau seorang Mukmin, sedangkan dia seorang kafir. Dialah orang
yang pertama kali mengubah agama Ismail, memasang berhala, mengiris telinga unta, me-
lepaskan saibah, menyambung washilah, dan melindungi (haami)."5
5 Sanadnya hasan. Sebagaimana dinukil oleh Ibnu Katsir dari Ibnu Ishaq dalam al-Bidayah wa al-Nihayah jilid II halaman 189.
Ibnu Hisyam berkata bahwa salah seorang yang memiliki ilmu sangat mumpuni berkata
kepadaku bahwa Amr bin Luhay pergi dari Mekkah menuju Syam untuk satu kepentingan
tertentu. Tatkala dia tiba di Ma'arib, daerah di Balqa', saat itu, Ma'arib didiami Al-Amaliq anak
keturunan Imlaq, ada yang menyebutkan Amliq bin Lawudz bin Sam bin Nuh. Dia melihat
mereka menyembah berhala. Lalu ia berkata pada mereka: "Berhala-berhala model apakah
yang kalian puja-puja itu?" Mereka berkata kepada Amr bin Luhay: "Kami memuja-muja
berhala-berhala guna meminta hujan, lalu ia menurunkan hujan kepada kami hujan. Kami
memohon kepadanya lalu ia mengabulkan permohonan kami." Amr bin Luhay berkata kepada:
"Apakah kalian mau memberiku satu berhala saja yang bisa aku bawa ke Jazirah Arab lalu
mereka menyembahnya?"
Merekapun memberi Amr bin Luhay satu berhala bernama Hubal. Amr bin Luhay tiba di
Mekkah dengan membawa berhala Hubal. Ia memancangkannya, lalu memerintahkan
warga kota Mekkah untuk menyembah dan mengagungkannya.
Ibnu Ishaq berkata: Ada yang menyebutkan bahwa penyebab keturunan Ismail menyembah
berhala ialah sebab jika mereka mengalami kesulitan di Mekkah, dan ingin pergi mencari rezki
di negeri-negeri lain, mereka senantiasa membawa salah satu batu dari batu-batu tanah suci
Mekkah sebagai bentuk penghormatan mereka terhadap Mekkah. Jika berhenti di sebuah
tempat, mereka meletakkan batu ini , lalu thawaf di sekelilingnya persis sama pada
saat mereka thawaf di sekeliling Kabah. Demikianlah yang terjadi, hingga akhirnya terjadi
perubahan sikap dan paradigma pada mereka. Mereka menyembah batu yang mereka menurut
pikiran mereka baik dan menarik perhatian. Generasi terus berganti hingga akhirnya lupa
penyikapan yang benar terdahulu terhadap batu ini sehingga akhirnya mereka mengubah
agama Ibrahim dan Ismail dengan agama lain. Mereka memuja-muja berhala-berhala dan
tersesat seperti seperti tersesatnya bangsa-bangsa yang mendahului mereka. Namun demikian,
di antara mereka masih ada sisa-sisa pengikut Nabi Ibrahim yang berpegang kokoh kuat dengan
agama Ibrahim. Mereka tetap mengagungkan Ka'bah, thawaf di sekelilingnya, melakukan
ibadah haji, umrah, wukuf di Arafah dan Muzdalifah, menyembelih hewan qurban, membaca
talbiyah saat menunaikan haji dan umrah, namun sudah disertai dengan memasukkan ajaran
baru (bid'ah) ke dalamnya. Jika orang-orang Kinanah Quraisy melakukan talbiyah mereka
berkata:
"Labbaik allahumma labbaik,. labbaikan laa syariika laka illaa syariikun huwa laka. Tamli-
kuhi wa maa malaka (Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu. Aku
sambut panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu ini menjadi milik-Mu.
Engkau memilikinya dan tiada seorangpun yang memiliknya). "Mereka mentauhidkan Allah
dalam seruan talbiyah mereka, tapi pada saat yang sama memasukkan berhala-berhala mereka
bersama Allah dan menjadikan berhala-berhala ini di Tangan-Nya (sekutu-Nya).
Allah berfirman kepada Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam:
Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain) (QS. Yusuf: 106).
Maksudnya ialah mereka tidak mentauhidkan Aku sebab paham mengenai hak-Ku, kecuali
mereka jadikan dari makhluk-Ku sekutu buat-Ku.
Umat Nabi Nuh memiliki berhala-berhala, tempat dimana mereka beribadah kepadanya. Allah
Tabaraka wa Ta'ala menceritakan berhala-berhala ini kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam dalam firman- Nya:
Dan mereka berkata: "jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan
kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula
suwaa \ yaghuts, ya'uq dan nasr." Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan
(manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain
kesesatan. " (QS. Nuh: 23-24).
Mereka yang membikin patung-patung dari keturunan Ismail dan selain keturunan dia, dan
menamai berhala-berhala dengan nama-nama mereka sendiri saat meninggalkan agama Ismail
ialah Kabilah Hudzail bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar. Mereka menjadikan Suwa' sebagai
berhala, mereka memilikinya di Burhat, sebuah tempat di dekat Yanbu'. Selain kabilah Hudzail
ialah Kabilah Kalb bin Wabrah dari Qudha'ah. Mereka menjadikan Wadd sebagai berhala di
Dumatul Jandal.
Ibnu Ishaq berkata: Ka'ab bin Malik Al- Anshari berkata:
Kami tlah lupakan AI-Lata, Al-Uzza, dan Wadd
Kami mengambil ikatan dan pengikat hidung-Nya
Ibnu Hisyam berkata: Bait-bait di atas yaitu penggalan dari syair-syair Ka'ab bin Malik, nanti
akan saya sebutkan pada tempatnya secara lengkap, Insya Allah.
Ibnu Hisyam berkata: Kalb ialah putera dari Wabrah bin Taghlab bin Hulwan bin Imran bin
Ilhaf bin Qudha'ah.
Ibnu Ishaq berkata: An'um dari Thayyi' dan warga Jurasy dari Madzhaj menjadikan
Yaghuts berhala sesembahan mereka di Jurasy.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkankan An'am (bukan An'um). Thayyi' yaitu putera
Adad bin Malik dan Malik ialah Madzhaj bin Udad. Ada pula yang menyebutkan bahwa
Thayyi' yaitu anak Adad bin Zaid bin Kahlan bin Saba'.
Ibnu Ishaq berkata: Khaiwan, yang merupakan salah satu kabilah utama dari Hamdzan
menjadikan Ya'uq sebagai berhala di daerah Hamdzan di kawasan Yaman.
Ibnu Hisyam berkata bahwa Malik bin Namath Al-Hamdani berkata:
Allah kuasa mendatangkan manfaat dan mudharat di dunia
Sedang Ya'uq tidak bisa mendatangkan mamfaat dan mudharat apa apa
Bait syair di atas yaitu penggalan dari syair-syair Malik bin Namath Al-Hamdani.
Ibnu Hisyam berkata: Nama Hamdan yaitu Ausalah bin Malik bin Zaid bin Rabi'ah bin
Ausalah bin Khiyar bin Malik bin Zaid bin Kahlan bin Saba'. Ada yang mengatakan Hamdan
yaitu anak Ausalah Zaid bin Ausalah bin Al-Khiyar. Ada pula yang menyatakan namanya
yaitu Hamdan bin Ausalah bin bin Rabi'ah bin Malik bin Al-Khiyar bin Malik bin Zaid bin
Kahlan bin Saba'.
Ibnu Ishaq berkata: Dzu Al-Kula' dari Himyar menjadikan Nasr sebagai berhala di kawasan
Himyar.
Sementara itu Khaulan memiliki berhala yang bernama Umyanis di daerah Khaulan. Mereka
mengurbankan hewan dan hasil panen mereka padanya di samping kepada Allah. Hak Allah
yang masuk menjadi bagian berhala Umyanis mereka biarkan untuk berhala Umyanis, dan hak
Allah yang menjadi hak berhala Umyanis, mereka ambil kemu- dian mereka berikan kepada
berhala Umyanis. Mereka yaitu kabilah Khaulan yang bernama Al-Adim. Mengenai mereka,
Allah Tabaraka wa Ta'ala menurunkan firman-Nya:
Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bahagian dari tanaman dan ternak yang telah
diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: "Ini untuk Allah
dan ini untuk berhala-berhala kami." Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-
berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah,
maka sajian itu sampai kepada berhala-ber- hala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka
itu. (QS. al-An'am: 136).
Ibnu Hisyam berkata: Khaulan yaitu anak Amr bin Ilhaf bin Qadha'ah. Ada yang
menyebutkan dia yaitu Khaulan anak Amr bin Murrah bin Udad bin Zaid bin Mihsa' bin Amr
bin Arib bin Zaid bin Kahlan bin Saba'. Ada yang menyebutkan Khaulan yaitu anak Amr bin
Sa'ad Al-Asyirah bin Madzhij.
Ibnu Ishaq berkata: Anak-anak keturunan Milkan bin Kinanah bin Khuzaiman bin Mudrikah
bin Hyas bin Mudhar memiliki berhala yang bernama Sa'ad. Berhala ini yaitu batu di tanah
lapang di daerah mereka. Salah seorang Bani Milkan dengan unta-untanya pergi pada berhala
tadi dan bermaksud mendudukkannya di atas berhala ini dengan harapan mendapatkan
keberkahannya, sesu- ai dengan prasangka mereka. saat melihat batu berhala disiram dengan
darah di atasnya, unta-unta ini lari kocar kacir. Pemilik unta dari Milkan ini pun
marah, lalu dia pun mengambil batu dan melemparkannya ke arah berhala ini , seraya
berkata: "Semoga Allah tidak memberkahimu. Engkau telah membikin untaku melarikan diri
dariku." sesudah itu, segera ia mencari unta-untanya hingga akhirnya berhasil
mengumpulkannya. saat unta-untanya telah terkumpul, ia menyenandungkan sebuah syair:
Kami datangpada Sa'ad 'tuk menghimpun perpecahan kami
Namurt Sa'ad malah mengkocar-kacirkannya, kini kami tak ada hubungan apapun dengan
Saad
Bukankah Sa'ad hanyalah batu di tanah tandus
Tidaklah dia bisa mengajak pada kesesatan dan petunjuk
Sedangkan di Daus ada berhala kepu- nyaan Amr bin Humamah Ad-Dausi.
Ibnu Hisyam berkata: Saya akan paparkan masalah ini pada tempatnya, Insya Allah.
Daus yaitu anak 'Udtsan bin Abdullah bin Zahran bin Ka'ab Al-Harts bin Ka'ab bin Abdullah
bin Malik bin Nadhr bin Al-Asd bin Al-Ghauts. Ada yang mengatakan, bahwa Daus yaitu
anak Abdullah bin Zahran bin Al-Asd bin Al-Ghauts.
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy membuat berhala di sumur dekat Ka'bah dan mereka
menamakannya dengan nama Hubal.
Ibnu Hisyam berkata: Akan saya paparkan pembahasan tentang Hubal pada tempat-nya, Insya
Allah.
Ibnu Ishaq berkata: Mereka membikin berhala Isaf dan Nailah di sumur Zamzam dan
menyembelih hewan qurban di samping keduanya. Isaf yaitu lelaki dan Nailah yaitu
perempuan dari Jurhum. Isaf yaitu anak Baghyi, sementara Nailah yaitu putri Diki. Isaf
berhubungan badan dengan Nailah di dekat Ka'bah, lalu Allah mengganti bentuk mereka
berdua menjadi batu.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr bin Muhammad bin Amr bin Hazm berkata
kepadaku dari Amrah binti Abdurrahman bin Sa'ad bin Zurarah ia berkata bahwa aku
mendengar Aisyah Radhiyallahu Anha berkata: Kita selalu mendengar bahwa Isaf dan Nailah
yaitu laki-laki dan perempuan asal Jurhum yang melakukan hubungan tak senonoh di Ka bah,
lalu Allah ubah keduanya menjadi batu, wallahu a'lam. "
Ibnu Ishaq berkata: Abu Thalib berujar:
Orang-orang Asy'ari menderumkan unta mereka
Di tempat aliran air Isaf dan Nailah
Ibnu Hisyam berkata: Bait syair di atas yaitu potongan dari syair-syair Abu Thalib yang akan
saya paparkan pada tempatnya, Insya Allah.
Ibnu Ishaq berkata: Setiap warga negeri membikin berhala dan mereka sembah di negeri
masing-masing. Jika ada salah seorang dari mereka mau bepergian, ia mengusap-usap
berhalanya saat hendak berangkat. Itulah aktivitas terakhir yang ia lakukan saat ia hendak
bepergian. Setibanya dari bepergian, ia mengusap-usap berhala ini . Itulah yang pertama
kali ia lakukan sebelum bersua dengan keluarganya.
saat Allah mengutus Rasul-Nya, Mu-hammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan
ajaran tauhid, orang-orang Quraisy berkata (sebagaimana diabadikan Quran):
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tu- han Yang satu saja? Sebetulnya ini benar-
benar suatu hal yang sangat mengherankan (QS. Shaad: 5). Orang-orang Arab membuat
thaghut-thaghut di samping Ka'bah. Thaghut-thaghut itu yaitu rumah-rumah yang mereka
agung-agungkan laksana mereka mengagungkan Ka'bah. Thaghut-thaghut ini memiliki
penjaga dan pelayan, diberi sesajian seperti Ka'bah, mereka thawaf di sekelilingnya,
menyembelih hewan qurban di sampingnya, dan mereka sangat mengerti keutamaan Ka'bah
atas thaghut-thaghut ini , mereka tahu bahwa Ka'bah merupakan rumah Ibrahim Al-Khalil
dan masjidnya.
Orang-orang Quraisy dan Bani Kinanah memiliki berhala Al-Uzza yang berada di Nakhlah.
Penjaga dan pelayan berhala ini yaitu Bani Syaiban dari Sulaim, sekutu Bani Hasyim.
Ibnu Hisyam berkata: Sulaim yaitu sekutu Bani Abu Thalib. Sulaim yang dimaksud di sini
yaitu Sulaim bin Manshur bin Ikri- mah bin Khashafah bin Qais bin Ailan.
Ibnu Ishaq berkata: Salah seorang penyair Arab berkata:
Sungguh Asma' telah dinikahkan dengan kepala lembu
Dan Al-Udmi yang dihadiahkan oleh Bani Ghanam
Ia bisa melihat sesuatu yang kecil walaupun jauh
Dan saat digiring ke tempat penyembelihan Al- Uzza ia bagi rata bagian
Jika memotong hewan qurban, mereka membagikannya kepada orang-orang yang ikut hadir di
tempat ini . Mereka menyebutnya di tengah-tengah orang yang hadir dengan ghab'ghab,
manhar, mihraq dima'.
Ibnu Hisyam berkata: Bait-bait syair di atas yaitu karya Abu Khiras Al-Hudzali. Ia bernama
lengkap Khuwailid bin Murrah.
Sadanah yaitu orang-orang yang meng-urus urusan Ka'bah.
Ru'bah bin Al-Ajjaj berkata:
Tidak, demi Tuhan tempat-tempat aman yang didiami
Di tempat hewan-hewan qurban disimpan dan rumah yang dijaga
Bait syair di atas yaitu potongan dari syair-syair Ru'bah bin Al-Ajjaj dan akan saya paparkan
di tempatnya, Insya Allah.
Ibnu Ishaq berkata: Berhala Al-Lata yaitu milik Kabilah Tsaqif di Thaif. Para pen jaga dan
pelayannya yaitu Bani Mu'attab dari kabilah Tsaqif.
Ibnu Hisyam berkata: Pembahasan tentang Al-Lata akan saya paparkan pada tempatnya
tersendiri, Insya Allah.
Ibnu Ishaq berkata: Berhala Manat yaitu milik Kabilah Al-Aus, Al-Khazraj, dan orang-orang
Yatsrib yang seagama dengan mereka di pesisir laut dari arah Al-Musyallal persisnya di daerah
di Qudaid.
Ibnu Hisyam berkata: Al-Kumait bin Zaid, salah seorang dari Bani Usdi bin Khuzaimah bin
Mudrikah berkata dalam sebuah syair:
Kabilah-kabilah telah bersumpah
Tidak akan memalingkan punggungnya dari Manat
Bait-bait syair di atas yaitu potongan dari syair-syair Al-Kumait. "
Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus Abu Sufyan kepada
berhala Manat dan memerintahkannya untuk menghancurkannya. Ada yang menyebutkan
bahwa sahabat yang diutus untuk menghancurkan berhala Manat ialah Ali bin Abu Thalib
Radhiyallahu Anhu.
Ibnu Ishaq berkata: Berhala Dzu Al-Khalshah yaitu milik Daus, Khats'am, Bajilah, dan orang-
orang Arab yang berada di daerah mereka di Tabalah. "
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang mengatakan Dzu Al-Khulushah. Salah seorang penyair Arab
berkata:
Wahai Dzu Al-Khalash, andai kau menjadi teman dekatku yang terbunuh seperti aku
Sedangkan ayahmu telah meninggal dunia Niscaya engkau tak mampu melarang pembunuhan
Kata Ibnu Hisyam lebih lanjut: Ayah penyair ini terbunuh, sedangkan dia ingin membalas
dendam atas kematian ayahnya. lalu ia datang kepada Dzu Al-Khalashah, dan
mengeluarkan dadu-dadu untuk dijadikan undian. sesudah undian dilaksanakan, ternyata yang
keluar ialah dadu yang mencegahnya balas dendam. Oleh sebab itulah, ia melontarkan syair-
syair di atas. Sebagian orang menisbatkan syair-syair di atas kepada Umru'u Al-Qais bin Hujr
Al-Kindi. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim Jarir bin Abdullah untuk
menghancurkan berhala Dzu Al-Khalshah.
Ibnu Ishaq berkata: Berhala Fals yaitu milik Thayyi', dan warga yang tinggal di dua
Gunung Salma dan Aja'.
Ibnu Hisyam berkata: Sebagian orang berilmu berkata kepadaku, bahwa Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam mengutus Ali bin Abu Thalib untuk menghancurkan berhala Fals. saat Ali
bin Abu Thalib sedang merobohkannya, ia menemukan dua pedang yang bernama Ar-Rasub
dan Al-Mikhdzam. Ali bin Abu Thalib membawa kedua pedang itu kepada Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan beliau menghadiahkannya padanya. Itulah pedang itulah milik
Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu.
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Himyar dan warga Yaman memiliki rumah berhala di
Shan'a yang diberi nama Ri'am.
Ibnu Hisyam berkata: Pembahasan hal ini telah saya paparkan sebelum ini.
Ibnu Ishaq berkata: Rudha' yaitu sebuah rumah berhala milik Bani Rabi'ah bin Ka'ab bin Sa'ad
bin Zaid bin Manat bin Tamim. Tentang Rudha' ini, Al-Mustaughir bin Rabi'ah bin Ka'ab bin
Sa'ad berkata saat ia menghancurkannya pada masa Islam:
Sungguh, ku telah menarik Rudha' dengan hentakan yang kuat
Ku biarkan dia sebagai reruntuhan hitam di tanah yang cekung
Ibnu Hisyam berkata: Ucapan, aku biarkan dia sebagai reruntuhan hitam di tanah yang cekung
berasal dari seseorang dari Bani Sa'ad.
Diriwayatkan bahwa Al-Mustaughir berumur tiga ratus tiga puluh tahun. Ia orang Mudhar yang
berumur paling panjang. Ia pernah berkata:
Ku bosan hidup sebab terlalu lama
Dalam jumlah ratusan tahun
Seratus dan dua ratus berlalu
Ditambah beberapa bulan
Yang tersisa tak ubahnya seperti apa yang telah tiada
Siang dan malam terus bergerak melangkahi kita
Sebagian orang mengatakan syair-syair di atas yaitu milik Zuhair bin Janab Al-Kalbi.
Ibnu Ishaq berkata: Dzu Al-Ka'abaat yaitu berhala milik Bakr, Taghlab anak keturunan Wail,
dan Iyad. Berhala ini terletak di Sindad. A'sya, salah seorang dari Bani Qais bin Tsa'labah
berkata tentang berhala ini ,
Di antara Istana AI-Khawarnaq, Sadir dan Bariq
Dan rumah Dzu Al-Ka 'abaat di Sandad
Ibnu Hisyam berkata: Bait syair di atas ialah milik Al-Aswad bin Ya'fur An-Nahsyali. Nahsyal
yaitu putera Darim bin Malik bin Handzalah bin Malik bin Zaid bin Manat bin Tamim. Abu
Muhriz Khalf Al-Ahmar membacakan sebuah syair kepadaku,
Penghuni istana Al-Khawarnaq, As-Sadirdan Bariq
Dan rumah Dzu Al-Syurafaat di Sindad
Al-Bahirah, As-Saibah, Al-Washi- lah dan Al-Hami
Ibnu Ishaq berkata: Al-Bahirah yaitu anak betina As-Saibah. Sedangkan As-Saibah ialah unta
yang melahirkan sebanyak sepuluh kali, dan seluruh anaknya betina tanpa diselingi anak
jantan. sesudah itu As-Saibah harus dilepas bebas, tidak boleh ditunggangi, bulunya tidak boleh
dicukur, dan susunya tidak boleh diminum kecuali untuk jamuan tamu.
Jika ternyata sesudah itu, unta As-Saibah melahirkan anak betina lagi, maka anak betina ini
dipotong telinganya lalu dilepas seperti induknya; tidak boleh ditunggangi, bulunya tidak
juga dipotong, dan susunya tidak diminum kecuali untuk tamu seperti halnya yang dilakukan
atas induknya. Anak unta betina yang demikian disebut Al-Bahirah.
Adapun al-Washilah yaitu jika seekor kambing betina melahirkan sepuluh anak kambing
betina secara berurutan selama lima kali masa kehamilan, tanpa sela anak jantan. Kala itukah
orang-orang akan berkata: Kambing ini kini sudah washalat (sampai batas). 'Jika ternyata
kambing ini masih melahirkan anak lagi, maka ia diberikan khusus untuk laki-laki di
antara mereka dan tidak diberikan pada kalangan wanitanya, kecuali jika seekor dari anak
kambing ini ada yang mati. Jika hal ini terjadi maka baik perempuan maupun kalangan
laki-laki boleh makan bersama-sama.
Ibnu Hisyam berkata: Diriwayatkan jika ternyata sesudah itu kambing ini masih juga
melahirkan, maka anak kambing ini hanya diperuntukkan bagi anak lelaki di kalangan
mereka, dan tidak diperuntukkan buat anak-anak perempuan mereka.
Ibnu Ishaq berkata: Sedangkan Al-Hami yaitu unta betina yang melahirkan sepuluh anak
betina secara berurutan tanpa ada sela anak jantan. Punggung unta betina ini sengaja dilindungi;
tidak ditunggangi, bulunya tidak dipotong, dibiarkan bebas berkeliaran di tengah unta lainnya,
dan tidak digunakan untuk kepentingan lainnya.
Ibnu Hisyam berkata: Apa yang dikatakan oleh Ibnu Ishaq tadi tidak selaras dengan apa yang
biasa disebutkan oleh orang-orang Arab. Penjelasan Ibnu Ishaq tentang Al-Hami sajalah yang
selaras dengan ungkapan mereka. Sebab dalam pandangan mereka Al-Bahirah yaitu unta
betina yang telinganya dipotong, lalu unta tadi tidak ditunggangi punggungnya, tidak boleh
dipotong bulunya, susunya tidak ada yang minum kecuali para tamu ataupun disedekahkan,
dan unta ini dipersembahkan buat tuhan-tuhan mereka.
Sedangkan As-Saibah yaitu seekor unta betina yang dinazarkan oleh seseorang akan
dibebaskan jika ia sembuh dari penyakitnya atau berhasil menggapai sesuatu yang selama ini
diinginkannya. Jika hal ini semua tercapai, maka ia melepaskan untanya untuk tuhan-tuhan
mereka. Lalu unta itu digembalakan dengan bebas dan tidak boleh digunakan untuk
kepentingan apapun.
Adapun Al-Washilah ialah unta betina yang melahirkan dua anak sekaligus dalam setiap kali
dia hamil. Pemiliknya menghadiahkan anak betina buat tuhan-tuhan mereka, sedangkan anak
unta jantan dia peruntukkan buat dirinya sendiri. Anak betina dan jantan dilahirkan dalam satu
kehamilan oleh induknya. Manakala itu terjadi, mereka berkata: Anak betina itu telah datang
dan bergabung dengan saudaranya. Lalu anak jantan ini dibiarkan bebas bersama
saudaranya dan tidak boleh digunakan untuk kepentingan apapun.
Ibnu Hisyam berkata: Hal ini dikatakan kepadaku oleh Yunus bin Habib An-Nahwi, seekor
pakar gramatika Arab, dan para pakar lainnya. Sebagian perawi meriwayatkan apa yang tidak
diriwayatkan sebagian perawi lainnya.
Ibnu Ishaq berkata bahwa saat Allah mengutus, Muhammad Shallalahu 'alaihi wa
Sallam,Rasul-Nya Dia menurunkan firman-Nya kepadanya:
Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam.
Akan namun orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan
mereka tidak mengerti. (QS. al-Ma'idah: 103).
Allah juga menurunkan firman-Nya:
Dan mereka mengatakan: "Apa yang dalam perut binatang ternak ini yaitu khusus untuk pria
kami dan diharamkan atas wanita kami," dan jika yang dalam perut itu dilahirkan mati, maka
pria dan wanita sama-sama boleh memakannya. Kelak Allah akan membalas mereka terhadap
ketetapan mereka. Sebetulnya Allah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." (QS. al-
Anam: 139)
Allah juga menurunkan firman-Nya pada ayat lain,
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu
kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal." Katakanlah: "Apakah Allah telah
memberi izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?"
(QS. Yunus: 59).
Allah juga menurunkan firman-Nya yang lain,
(yaitu) delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba dan sepasang dari kambing.
Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina, ataukah yang
ada dalam kandungan dua betinanya?" Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika
kamu memang orang-orang yang benar, dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu.
Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada
dalam kandungan dua betinanya. Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetap- kan ini
bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap
Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?" Sebetulnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang- orang yang zalim. (QS. al-An'am: 144).
Ibnu Hisyam berkata: Salah seorang penyair berujar dalam syairnya:
Sekitar washilah di Syuraif ada unta berusia tiga tahun
Yang punggungnya dilindungi, tidak ditung- gangi dan dibiarkan bebas
Tamim bin Ubay bin Muqbil salah seorang Bani Amir bin Sha'shaah berkata:
Di dalamnya ada keledai liar yang digembala saat musim semi dan seekor unta muda Di negeri Syam
di tengah gerombolann unta dengan telinga terpotong
Ini yaitu syair miliknya. Adapun kata plural dari Al-Qahirah ialah Al-Baha'ir dan Al- Buhur. Sedangkan
kata plural dari Al- Washilah ialah Al-Washa'il dan Al-Wushul. Plural As- Saibah iaiah As-Sawaib dan
As- Suyyab. Plural Al-Haam ialah Al-Huwwaam.
Lanjutan Bahasan Tentang Nasab
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Khuza'ah berkata: Kami anak-anak cucu Amr bin Amir dari Yaman.
Ibnu Hisyam berkata: Orang-orang Khuza'ah berkata: Kami yaitu anak cucu Amr bin Rabi'ah bin
Haritsah bin Amr bin Amir bin Haritsah bin Umru'u Al-Qais bin Tsa'labah bin Mazin bin Al-Asdi bin Al-
Ghauts, dan ibu kami yaitu Khindaf. Hal ini sebagaimana dinyatakan padaku oleh Abu Ubaidah dan
para pakar geneologis lainnya. Ada pula yang menyebutkan bahwa orang-orang Khuza'ah berkata:
Khuza'ah yaitu anak-anak cucu keturunan Haritsah bin Amr bin Amir. Ia dinamakan Khuza'ah, sebab
mereka terpisah dari anak Amr bin Amir saat mereka migrasi dari Yaman ke Syam. Mereka mampir
di Marr Dhahran dan tinggal menetap di tempat itu. Auf bin Ayyub Al-Anshari, salah seorang
keturunan Amr bin Sawwad bin Ghanm bin Ka'ab bin Salamah bin Al-Khazraj berujar saat dirinya
memeluk agama Islam:
saat kami mampir pada kabilah Murr, terpisahlah
Khuza 'ah di tengah-tengah rombongan kuda nan banyak
Melindungi seluruh lembah Tihamah
Dengan tombak kokoh juga pedang nan tajam
Dua bait ini yaitu miliknya.
Abu Al-Muthahhar Ismail bin Rafi' Al- Anshari, salah seorang Bani Haritsah bin Al- Harts bin Al-Khazraj
bin Amr bin Malik bin Al-Aus berkata dalam sebuah syairnya:
Kala kami mampir di pusat kota Mekkah Khuza 'ah dapatkan hunian para tiran yang melampaui batas
Mereka berdiam di tengah kelompok manusia dan menebar potongan kuda
Di seluruh kampung antara bebukitan Najed dan tanah rendah
Mereka usir Jurhum dari dataran rendah Mek¬kah dan mereka merayap
Akibat kekuasaan Khuza'ah yang demikian hebat
Ibnu Hisyam berkata: Bait-bait syair di atas yaitu penggalan syair-syair Abu Al- Muthahhar Ismail bin
Rafi' Al-Anshari, yang Insya Allah, akan saya paparkan secara lengkap pada tempatnya, pada bahasan
tentang pengusiran orang-orang Jurhum dari kota Mekkah.
Ibnu Ishaq berkata: Mudrikah bin Ilyas memiliki dua anak. Yang pertama Khuzaimah bin Mudrikah dan
yang kedua Hudzail bin Mudrikah. Ibu mereka berasal dari Qudha'ah.
Khuzaimah bin Mudrikah memiliki empat anak, yakni Kinanah bin Khuzaimah, Asad bin Khuzaimah,
Asadah bin Khuzaimah, dan Alhun bin Khuzaimah. Ibu mereka bernama Uwanah binti Sa'ad bin Qais
bin Ailan bin Mudhar.
Ibnu Hisyam berkata: Dikatakan bahwa namanya yaitu Al-Hawn bin Khuzaimah.
Ibnu Ishaq berkata: Kinanah bin Khu-zaimah memiliki empat anak, yakni An-Nadhr bin Kinanah, Malik
bin Kinanah, Abdu Manat bin Kinanah, dan Milkan bin Kinanah. Ibu An-Nadhr yaitu Barrah binti Murr
bin Udd bin Thabikhah bin Ilyas bin Mudhar. Sedangkan anak-anaknya yang lain berasal dari istrinya
yang lain.
Ibnu Hisyam berkata: Ibu An-Nadhr, Malik, dan Milkan yaitu Barrah binti Murr. Adapun ibu Abdu
Manat yaitu Halah binti Suwaid bin Al-Ghithrif dari Azdi Syanu'ah. Syanu'ah ialah Abdullah bin Ka'ab
bin Ab-dullah bin Malik bin Nadhr bin Al-Asd bin Al-Ghauts. Dinamakan Syanu'ah, sebab permusuhan
sengit yang terjadi di antara mereka. Syana'an berarti permusuhan(saling benci) sengit.
Ibnu Hisyam berkata: An-Nadhr tak lain yaitu Quraisy. Anak cucunya yang berasal darinya dinamakan
orang-orang Quraisy, sedangkan yang bukan dari keturunannya tidak dinamakan orang-orang Quraisy
Jarir bin Athiyyah salah seorang Bani Kulaib bin Yarbu' bin Hanzhalah bin Malik bin Zaid Manat bin
Tamim memuji Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan dalam sebuah syair:
Ibu yang melahirkan Quraisy
Bukanlah wanita bernasab buruk bukan pula wanita mandul
Tidak ada satu kaumpun yang lebih terhormat daripada ayah kalian
Tidak pula ada paman dari ibu yang lebih terpuji daripada Tamim
Yang dimaksud dengan ibu pada syair di atas yaitu Barrah binti Murr, saudara lelaki Tamim bin Murr
ibu dari An-Nadhr. Bait-bait syair di atas yaitu merupakan penggalan syair-syair Jarir bin Athiyyah.
Ada yang menyebutkan Fihr bin Malik yaitu Quraisy, anak keturunannya disebut Quraisy, sedangkan
yang bukan dari anak keturunannya tidak dinamakan Quraisy.
Quraisy dinamakan Quraisy sebab taqarrusy. Arti taqarrusy yaitu bisnis dan kerja mencari harta.
Ru'bah bin Al-Ajjaj berujar:
Lemak gemuk dan susu murni membuat mereka
Tak lagi butuhkan gandum dan kerja dan jatuhan buah
Mereka yaitu saudara-saudara yang memi- kulkan dosa-dosa ke pundak kami Di usia yang baru lewat
dan masa lalu yang jauh
Bait-bait syair di atas merupakan peng-galan syair-syair Abu Jildah Al- Yasykuri.
Ibnu Ishaq berkata: Ada yang menye-butkan bahwa Quraisy dinamakan Quraisy, sebab mereka
bersatu padu sesudah sebelum itu mereka berpecah-belah. Kadang kala kata tajammu' disinonimkan
dengan kata taqar-rusy.
An-Nadhr memiliki dua anak, yakni Ma-lik bin An-Nadhr dan Yakhlud bin An-Nadhr. Ibu Malik ialah
Atikah binti Adwan bin Amr bin Qais bin Ailan. Namun saya saya tidak tahu pasti, apakah ibu Yakhlud
Atikah juga atau bukan.
Ibnu Hisyam berkata: Selain dua anak di atas, An-Nadhr juga memiliki anak yang bernama Ash-
Shalt bin An-Nadhr sebagaima- na dikatakan kepada saya oleh Abu Amr Al- Madani. Ibu mereka yaitu
putri Sa'ad bin Zharib Al-Adwani. Adapun Adwan yaitu anak Amr bin Qais bin Ailan.
Kutsair bin Abdurrahman yaitu Kuts- tsair Azzah, salah seorang Bani Mulaih bin Amr dari Khuza'ah
berujar dalam syairnya:
Bukankah ayahku yaitu Ash-Shalt?
Tidakkah saudara-saudaraku orang-orang terhomat dan kesohor di kalangan Bani An-Nadhr?
Kau bisa lihat pakaian dari Yaman ada merekadan pada kami
juga sandal Hadnrami yang sempit dengan model yang sama
Jika kalian bukan dari Bani Nadhir, maka tinggalkanlah
Pohon arak (siwak) nan hijau di ujung lembah-lembah itu
Ibnu Hisyam berkata: Bait-bait syair tadi merupakan penggalan syair-syair Kutstsair bin Abdurrahman.
Orang-orang Khuza'ah dari Bani Mulih bin Amir yang dinisbatkan kepada Ash-Shalt bin An-Nadhr
yaitu kaum Kutsair Azzah.
Ibnu Ishaq berkata: Malik bin An-Nadhr memiliki seorang anak bernama Fihr bin Malik, dan ibunya
yaitu Jandalah binti Al-Harts bin Mudhadh Al-Jurhumi.
Ibnu Hisyam berkata: Al-Harits bukan anak sulung Mudhadh.
Ibnu Ishaq berkata: Fihr bin Malik memiliki empat orang anak, yakni Ghalib bin Fihr, Muharib bin Fihr,
Al-Harits bin Fihr, dan Asad bin Fihr. Ibu mereka bernama Laila binti Sa'ad bin Hudzail bin Mudrikah.
Ibnu Hisyam berkata: Fihr bin Malik juga memiliki seorang anak perempuan bernama landalah binti
Fihr. Jandalah yaitu ibu Yarbu bin Hanzhalah bin Malik bin Zaid Manat bin Tamim. Ibu Jandalah ialah
Laila binti Sa'ad. Jarir bin Athiyyah bin Al-Khathafi yang bernama asli Al-Khathafi Hudzaifah bin Badr
bin Salamah bin Auf bin Kulaib bin Yarbu' bin Hanzhalah berkata:
Tatkala ku marah, anak-anak Jatidal Melindungikuku melempar dengan sebaik-baik batu
Bait-bait ini yaitu penggalan dari syair-syair Jarir.
Ibnu Ishaq berkata: Ghalib bin Fihr memiliki dua anak yang bernama Luay bin Ghalib dan
Taim bin Ghalib. Ibu mereka berdua yaitu Salma binti Amr Al-Khuza'i. Taim bin Ghalib
dinamakan Bani Al-Adram.
Ibnu Hisyam berkata: Ghalib bin Fihr juga memiliki anak bernama Qais bin Ghalib dengan ibu
bernama Salma binti Ka'ab bin Amr Al-Khuza'i yang juga ibu dari Luay dan Taim, dua anak
Ghalib lainnya.
Ibnu Ishaq berkata: Luay bin Ghalib memiliki empat anak, yakni Ka'ab bin Luay, Amir bin
Luay, Samah bin Luay, dan Auf bin Luay. Ibu Ka'ab, Amir dan Samah bernama Mawiyyah
binti Ka'ab bin Al-Qain bin Jasr dari Qudha'ah.
Ibnu Hisyam berkata: Ada pula yang mengatakan bahwa Luay bin Ghalib memiliki anak yang
lain bernama Al-Harts bin Luay. Jarir berujar dalam sebuah syairnya:
Wahai anak-anak Jusyam, kalian bukan berasal dari Hizzan
Kalian berasal dari garis keturunan mulia: Luay bin Ghalib
Janganlah kalian nikahkan puteri-puteri kalian dengan orang-orang Dhaur
Jangan pula dengan kabilah Syukais sebab itu tempat terburuk bagi wanita
Demikian pula dengan Sa'ad bin Luay mereka yaitu Bunanah, anak-anak dari Syaiban bin
Tsa'labah bin Ukabah bin Sha'b bin Ali bin Abi Bakr bin Wail dari Rabi'ah.
Adapun Bunanah dia seorang wanita perawat untuk mereka yang berasal dari Bani al-Qain bin
Jisr bin Syaiullah. Ada juga yang menyebutkan Sai'ullah bin Al-Asad bin Wabrah bin Hulwan
bin Imran bin al-Haaf bin Qudha'ah.
Disebutkan juga bahwa dia yaitu Bintu Namr bin Qasith bin Rabi'ah.
Disebutkan pula bahwa dialah Bintu Jurm bin Rayyan bin Hulwan bin Imran bin al-Haf bin
Qudha'ah.
Dan Khuzaimah bin Luay bin Ghalib. Mereka yaitu Aidah di