kar orang-orang Yahudi
untuk membunuh dirinya pada mereka. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu memerintahkan
para sahabat untuk bersiap-siap untuk memerangi orang-orang An-Nadhir.
Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengamanahi Ibnu Ummi Maktum
sebagai imam sementara di Madinah selama Rasulullah berada di Bani An-Nadhir. Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi bersama sahabat dan beristirahat bersama mereka. Peristiwa terjadi
pada bulan Rabiul Awwal. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengepung orang-orang Bani An-
Nadhir selama enam hari saat itulah turunlah ayat pengharaman khamar.
Kala pasukan Rasulullah menyerang maka orang-orang Bani An-Nadhir melindungi diri mereka di
kastil-kastil mereka. Allah lalu menurunkan rasa takut ke dalam hati orang-orang Bani An-Nadhir,
lalu mereka meminta Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melindungi darah mereka saat
mereka akan keluar dari kastil mereka dengan syarat mereka berhak atas harta mereka yang bisa
diangkut oleh unta mereka kecuali seluruh peralatan perang. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
memenuhi permintaan mereka. sesudah mengambil harta kekayaan mereka masing-masing yang bisa
diangkut unta. Mereka pergi ke Khaybar ada pula di antaranya yang pergi ke kawasan Syam. Pemimpin
mereka yang pergi ke Khaybar yaitu Sallam bin Abu Al-Huqaiq, Kinanah bin Ar-Rabi bin Abu al Huqaiq,
dan Huyay bin Akhthab. saat mereka tiba di Khaybar, warga nya berpihak kepada mereka.
Ibnu Ishaq berkata: tidak ada yang masuk Islam dari Bani An-Nadhir kecuali dua orang, yaitu Yamin
bin Umar Abu Ka'ab bin Amr bin Jahasy dan Abu Sa'ad bin Wahb. Keduanya masuk Islam sebab sayang
pada hartanya.
Tentang Bani An-Nadhir ini, turunlah surat Al-Hasyr secara keseluruhan. Di dalamnya disebutkan
hukuman yang ditimpakan Allah kepada mereka, kemenangan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
atas mereka, dan apa yang diperbuat Sang Nabi terhadap mereka. Allah Ta'ala berfirman:
Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kampung-kampung mereka
pada saat pengusiran kali yang pertama. Kamu tiada menyangka, bahwa mereka akan keluar dan
mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari
(siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka
sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan
rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka
ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang memiliki pandangan. (QS.
al-Hasyr: 2)
itu sebab mereka merusak rumah mereka dari depan pintu rumah saat hendak mengangkut
barang-barangnya. Allah berfirman,
Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang memiliki pandangan.
Dan jika tidaklah sebab Allah telah menetapkan pengusiran terhadap mereka benar-benar Allah
mengadzab mereka di dunia. Dan bagi mereka di akhirat adzab neraka. (QS. al-Hasyr: 2-3)
Mereka pantas dan berhak mendapatkan hukuman dari Allah. lalu Allah berfirman:
Benar-benar Allah mengadzab mereka di du nia. Dengan pedang. Dan bagi mereka di akhirat adzab
neraka. (QS. al-Hasyr: 3). Namun demikian Allah Ta'ala berfirman:
Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan
(tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) yaitu dengan izin Allah; dan sebab Dia hendak
memberi kehinaan kepada orang-orang fasik. (QS. al-Hasyr: 5)
lalu Allah Ta'ala berfirman: Maka (semua itu) yaitu dengan izin Allah; dan sebab Dia hendak
memberi kehinaan kepada orang-orang fasik. (QS. al-Hasyr: 5).
Yakni, dengan perintah Allah engkau tebang pohon kurma itu. Jadi penebangan pohon kurma itu tidak
merusak, namun hukuman dari Allah kepada mereka.
Ibnu Hisyam berkata: Liinah dari alwan bukan dari barniyah bukan pula kurma al-'ajwah sebagaimana
dituturkan oleh Abu Ubaidah. Dzu Rammah berkata:
Seakan pelana kuda di atasnya ada sarang burung
Di atas kurma yang pokoknya kuat dan ujung-ujungnya bergerak
Bait syair ini yaitu miliknya.
Lalu Allah Ta'ala berfirman:
Dan apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) mereka
(QS. al-Hasyr: 6) Ibnu Ishaq berkata bahwa yang dimaksud mereka pada ayat ini yaitu Bani an-
Nadhir. lalu Allah Ta'ala berfirman:
Maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kuda pun dan (tidak pula) seekor unta
pun, namun Allah yang memberi kekuasaan kepada Rasul-Nya terhadap siapa yang dikehendaki-
Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. al-Hasyr: 6).
Ibnu Hisyam berkata: Awjaftum menggerakkanmu dan melelahkanmu dalam perjalanan. Tamim bin
Ubay bin Muqbil salah seorang Bani Amir bin Sha'sha'ah berkata:
Pelindungpedangyang baru gagangnya sering
membuat pejalan kaki
merasa keberatan untuk membawanya
Ini yaitu syair miliknya, yakni wajif (lari).
Abu Zaid al-Thai yang namanya yaitu Harmalah mengatakan dalam syairnya:
Tali pinggangnya terikat kuat laksana tombak India
sebab panjangan perjalanan yang yang di tempuh para gembala
lalu Allah Ta'ala berfirman:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari warga
kota-kota maka yaitu untuk Allah, Rasul (QS. al-Hasyr: 7)
Ibnu Ishaq berkata: Maksud ayat ini ialah bahwa apa yang dikuasai kaum Muslimin dengan kuda,
kendaraan, dan perang, semua itu yaitu milik Allah dan Rasul-Nya. lalu Allah Ta'ala berfirman:
Itu semua milik Allah dan Rasul-Nya, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-
orang yang dalam perjalanan, supaya harta itujangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja
di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sebetulnya Allah sangat keras
hukuman-Nya. (QS. al-Hasyr: 7)
Pembagian ini yaitu pembagian bentuk lain bagi kaum muslimin dari apa yang di dapatkan dengan
perang sesuai dengan apa yang Allah tentukan.
lalu Allah berfirman:
Apakah kamu tiada memperhatikan orang-orang munafik (QS. al-Hasyr: 11), yang di maksud dengan
orang-orang munafiq pada ayat ini yaitu Abdullah bin Ubay bin salul dan orang-orang yang seirama
dengannya.
lalu Allah berfirman:
Yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli Kitab (QS. al-Hasyr: 11). Yang
dimaksud dengan ahli Kitab di atas ialah Bani an-Nadhir.
lalu Allah berfirman:
(Mereka yaitu ) seperti orang-orang Yahudi yang belum lama sebelum mereka telah merasai akibat
buruk dari perbuatan mereka dan bagi mereka adzab yang pedih(QS. al-Hasyr: 15)
Yang dimaksud yaitu Bani Qainuqa'. lalu kisah tentang pengusiran Bani An-Nadhir di dalam Al-
Qur'an ditutup dengan ayat:
(Bujukan orang-orang munafik itu yaitu ) seperti (bujukan) setan saat dia berkata kepada manusia:
"Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: "Sebetulnya aku berlepas diri dari
kamu sebab Sebetulnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam." Maka yaitu kesudahan
keduanya, bahwa Sebetulnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya.
Demikianlah balasan orang-orang yangzalim (QS. al-Hasyr: 16-17)
Perang Dzatu ar-Riqa' Tahun Ke empat Hijriyah
Ibnu Ishaq berkata: Usai Perang Bani An-Nadhir, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tinggal di
Madinah selama bulan Rabiul Akhir dan sebagian Jumadil Ula. sesudah itu, beliau berangkat ke Najed
untuk berperang menghadapi Bani Muharib dan Bani Tsa'labah dari Ghathafan. Rasulullah
mengamanahi Abu Dzar Al-Ghifari menjadi imam untuk sementara waktu di Madinah
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menceritakan bahwa Rasulullah mengamanahi Utsman bin Affan
menjadi imam sementara waktu di Madinah.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berjalan hingga tiba di Nakhl dan di tempat inilah Perang Dzatu
Ar-Riqa' terjadi.
Ibnu Hisyam berkata: Perang ini disebut Perang Dzatu Ar-Riqa', sebab kaum Muslimin menjahit dan
memperbaiki panji-panji perangnya di sana. Ada pula yang menyebutkan bahwa ia disebut Perang
Dzatu Ar-Riqa, sebab Dzatu Ar-Riqa' yaitu nama pohon di kawasan ini .
Di Dzatu Ar-Riqa', Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menghadapi pasukan Ghathafan dalam
jumlah yang sangat besar. Namun perang tidak berkobar di antara mereka, sebab masing-masing
pihak sama-sama khawatir kepada pihak lain hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
mengerjakan Shalat Khauf bersama para sahabat.
Ibnu Hisyam berkata: Abdul Warits bin Said At-Tannuri, yang nama aslinya Abu Ubaidah berkata
kepadaku bahwa Yunus bin Ubaid berkata padaku dari Al-Hasan bin Abu Al-Hasan dari Jabir bin
Abdullah yang berkata tentang Shalat Khauf: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melaksanakan
Shalat Khauf dua raka'at bersama dua kelompok dengan cara bergiliran. Pertama beliau shalat dengan
kelompok pertama lalu salam lalu kelompok yang tadinya menghadap musuh datang lalu
Rasulullah mengimamai lagi shalat dua raka'at yang lain bersama mereka lalu salam.128
Ibnu Hisyam berkata: Abdul Warits bin Sa'id At-Tannuri berkata kepadku bahwa Ayyub berkata
kepadanya dari Nafi' dari Ibnu Umar yang berkata: Imam melangsungkan shalat bersama shaf pertama
yang berdiri bersamanya sedang shaf kedua menghadap musuh, lalu imam ruku' dan sujud di
ikuti shaf pertama, lalu mereka ber- gerak mundur ke belakang dan mengganti shaf yang tadi
menghadap musuh, lalu shaf kedua maju ke depan, lalu imam ruku' bersama mereka satu
raka'at dan sujud bersama mereka, lalu masing-masing shaf shalat satu raka'at sendiri-sendiri.
Jadi masing-masing shaf shalat satu raka'at bersama imam dan mereka shalat satu raka'at secara
sendirian.
Ibnu Ishaq berkata: Amr bin Ubaid berkata kepadaku dari Al-Hasan dari Jabir bin Abdullah bahwa salah
seorang dari Bani Muharib yang bernama Ghaurats berkata kepada kaumnya yaitu Ghathafan dan
Muharib: Apa kalian mau Muhammad aku bunuh demi kalian?' Kaumnya menjawab: "Ya, namun
bagaimana engkau bisa membunuhnya?" Ghaurats berkata: "Aku akan menjebaknya." lalu
Ghaurats pergi menghadap Rasulullah yang saat itu duduk, sedangkan pedang beliau berada di
pangkuannya. Ghaurats berkata: "Wahai Muhammad, boleh aku lihat pedangmu ini." Rasulullah
menjawab, "Ya, silahkan saja." Pedang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ini berhiaskan
perak, sebagaimana disebutkan Ibnu Hisyam. Ghaurats lalu menghunusnya dari sarungnya. lalu
ia memain-mainkannya dan bermaksud membunuh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam namun
Allah menggagalkan usahanya. Ia berkata: "Wahai Muhammad, apa kau takut padaku?" Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tentu saja sama sekali tidak, apa yang harus aku takutkan
darimu?"
Ghaurats berkata: "Apakah engkau tidak takut padaku padahal di tanganku ada sebilah pedang?"
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku tidak takut, sebab Allah selalu melindungiku."
Ghauratspun berjalan dan mengembalikan pedang itu kepada Sang Nabi. Maka sesudah itu Allah
menurunkan ayat berikut:
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di
waktu seseorang bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat),
maka Allah menahan tangannya dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah
sajalah orang- orang mukmin itu harus bertawakal. (QS. al-Maidah: 11)
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ruman berkata kepadaku bahwa ayat di atas diturunkan perihal Amr bin
Jahasy dari Bani An-Nadhir dan yang ia rencanakan. Wallahu a 'lam mana yang lebih benar di antara
kedua riwayat itu.
Ibnu Ishaq berkata: Wahb bin Kisan berkata kepadaku dari Jabir bin Abdullah yang berkata: "Aku keluar
bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ke Perang Dzatu Ar-Riqa' di Nakhl dengan menaiki
unta yang lemah. saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pulang dari Perang Dzatu Ar-Riqa',
rombongan pasukan berjalan tanpa hambatan, sementara aku tersisih di belakang Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyusulku. Beliau bersabda: "Apa yang terjadi, wahai Jabir? Aku
menjawab: "Wahai Rasulullah, untaku berjalan sangat pelan." Beliau bersabda: "Perintahkan dia
membungkuk." Aku membungkukkan untaku sedangkan beliau juga mendudukkan untanya. sesudah
itu, Rasulullah bersabda: "Berikan tongkatmu itu kepadaku." Atau beliau bersabda: "Ambilkan buatku
tongkat dari sebatang pohon!" Maka akupun melaksanakan permintaan Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam dan beliaupun mengambil tongkat yang dimintanya. Rasulullah memukul lambung untaku
beberapa kali lalu bersabda kepadaku: "Naikilah untamu!" Aku segera menaikinya. Demi Dzat
yang mengutus beliau dengan membawa kebenaran, untaku mampu mendahului unta Rasulullah. Aku
berbincang dengannya, lalu beliau berkata: "Wahai Jabir apakah boleh aku membeli untamu
ini?'"Aku menjawab: "Tidak wahai Rasulullah, tapi aku bermaksud memberi nya kepadamu sebagai
hibah." Beliau bersabda: "Juallah untamu ini kepadaku!" Aku berkata: "Wahai Rasulullah tetapkanlah
harga untuk untaku ini!" Beliau bersabda: "Cukup satu dirham." Aku berkata: "Tidak Rasulullah,
dengan harga seperti itu, engkau merugikanku." Beliau bersabda: "Bagaimana kalau begitu dua
dirham!" Aku berkata: "Aku tidak mau dengan itu, wahai Rasulullah." Beliau terus menaikkan
penawaran harga unta hingga mencapai satu uqiyah. Aku berkata: "Wahai Rasulullah, jika demikian,
maka kini untaku ini menjadi milikmu." Beliau bersabda: "Kalau demikian, aku ambil untamu." sesudah
itu Rasulullah bersabda: "Wahai Jabir, apakah engkau sudah menikah?" Aku menjawab: "Sudah, wahai
Rasulullah." Beliau bersabda: "Dengan seorang janda atau seorang gadis?" Aku menjawab: "Dengan
janda." Beliau bersabda: "Mengapa engkau tidak menikah dengan seorang gadis sehingga engkau bisa
bergurau ria dengannya dan ia bergurau ria denganmu?" Aku menjawab: "Wahai Rasulullah,
Sebetulnya ayahku gugur di Perang Uhud dan meninggalkan tujuh anak perempuan, sebab nya aku
menikahi seorang wanita sempurna yang bisa meneduhi kepala ketujuh anak perempuan ini dan
mengasuh mereka." Beliau bersabda: "Engkau benar, insya Allah." Tatkala kita sudah tiba di Shirar aku
perintahkan orang-orang untuk menyiapkan unta untuk disembelih lalu kita adakan jamuan
daging unta pada hari ini hingga istrimu mendengarnya lalu ia melepaskan bantal
kecilnya?" Aku berkata: "Wahai Rasulullah, kami tidak memiliki bantal kecil." Beliau bersabda: "Dia
akan ada bersamamu. Oleh sebab nya, jika engkau telah sampai di sana, lakukanlah sebuah
perbuatan yang pintar.
Tatkala sampai di Shirar, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menginstruksikan orang-orang untuk
segera menyembelih unta dan kita pun mengadakan pesta makan di hari itu. Pada sore harinya, beliau
masuk ke rumah dan kamipun masuk ke rumahku. Maka aku pun menceritakan peristiwa kepada
isteriku ini dan apa yang dikatakan kepadaku oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada
istriku. Istriku berkata: "Ya, sebab aku mendengar dan taat kepada Rasulullah." Esok paginya, aku
pegang kepala unta, menuntun dan mendudukkannya di pintu masjid Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam lalu aku duduk di dekat masjid. saat beliau ke luar dan melihat unta itu, beliau
bersabda: "Apa ini?" Para Sahabat menjawab: "Unta ini, Jabir yang datang membawanya." Beliau
bertanya: "Lalu kemana Jabir sekarang?" Aku pun dipanggi untuk menghadap Rasulullah, lalu
beliau bersabda: "Wahai anak saudaraku, peganglah kepala untamu sebab itu menjadi milikmu!"
Beliau memanggil Bilal dan bersabda kepadanya: "Pergilah bersama Jabir dan berikan uang satu
uqiyah kepadanya!" Akupun pergi bersama Bilal lalu ia memberiku uang satu uqiyah dan
memberi sedikit tambahan. Demi Allah, pemberian itu terus bertambah dan bertambah hingga aku
mendapatkan musibah di Perang Al-Harrah belum lama ini.
Ibnu Ishaq berkata: Sepulangnya dari Perang Dzatu Ar-Riqa', Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
menetap di Madinah pada sisa bulan Jumadil Ula dan Jumadil Akhir, serta bulan Sya'ban.
Perang Badar Terakhir Bulan Sya'ban Tahun Keempat Hijriyah
Ibnu Ishaq berkata: Saat bulan Sya'ban, Rasulullah Shallallahu Alaih wa Sallam meninggalkan Madinah
untuk memenuhi janji dengan Abu Sufyan bin Harb hingga tiba di Badar.
Rasulullah Shallallahu Alaih wa Sallam menunggu Abu Sufyan bin Harb di Badar selama delapan
malam. Sedangkan Abu Sufyan bin Harb sendiri keluar meninggalkan Makkah ditemani orang-orang
Makkah hingga tiba di Majinnah dari arah Zhahran. Sebagian ulama lainnya menceritakan bahwa Abu
Sufyan bin Harb dan anak buahnya berjalan hingga ke Usfan, lalu mereka berniat memilih
pulang kembali ke Makkah.
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berada di Badar menunggu Abu
Sufyan bin Harb, beliau disapa oleh Makhsyi bin Amr Adh-Dhamri. perwakilan Bani Dhamrah, yang
telah berdamai dengan beliau di Perang Waddan.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tetap berada di Badar menunggu kedatangan Abu Sufyan bin
Harb. Suatu saat , Ma'bad bin Abu Ma'bad A1 Khuzai berjalan melewati beliau. Tatkala dia saat
melihat tempat dan unta beliau yang berjalan cepat ke sana, ia berkata:
Sungguh, untanya lari dari sahabat-sahabat Muhammad
Dan dari kurma Ajwah Yatsrib laksana anggw kering
Ia berjalan cepat di atas agama ayahnya dahulu
Ia menjadikan Mata Air Qudaid sebagai tempat tempat perjanjianku
Sumber air Dajnan besok akanjadi miliknya
Ibnu Hisyam berkata: Abu Zaid Al-Anshari berkata kepadaku bahwa syair di atas yaitu syair Ka'ab bin
Malik.
Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu berkata tentang Perang Badar Terakhir yang gagal ini :
Kami berjanji pada Abu Sufyan untuk kembali bertemu di Badar
Tapi kami dapatkan dia tidak jujur dan iapun tak menepati janji
Aku bersumpah, andai engkau tepati janji perjumpaan dengan kami
Niscaya engkau pulang dirundung hina dan kehilangan para kerabat
Di sana, kami biarkan tubuh Utbah dan anak-nya
Demikian pula Amr dan Abu Jahal terbunuh tewas
Kalian membangkang Rasulullah, celakalah agama kalian
Dan urusan buruk kalian yang sesat itu
Walaupun kalian bersikap keras padaku
Aku tetap katakan keluarga dan hartaku menjadi tebusan bagi Rasulullah
Kami mentaatinya dan tidak menggantinya dengan orang lain
Ia yaitu cahaya dan penunjuk kami di gelapnya malam
Perang Daumatul Jandal Bulan Rabiul Awwal Tahun Kelima Hijriyah
Ibnu Ishaq berkata: Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kembali pulang ke Madinah dan tinggal
di sana beberapa bulan hingga bulan Dzulhijjah usai. Ini merupakan tahun keempat semenjak
kedatangan
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Madinah. lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
berangkat untuk memerangi Daumatul Jandal.
Ibnu Hisyam berkata: Itu terjadi pada bulan Rabi'ul Awwal dan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
mengangkat Siba' bin Urfuthah Al-Ghifari untuk sementara sebagai imam di Madinah.
Lalu beliau pulang ke Madinah sebelum tiba di Daumatul Jandal sebab tidak adanya perlawanan.
Beliau menetap di Madinah di sisa-sisa hari tahun itu.
Perang Khandaq Bulan Syawwal Tahun Kelima Hijriyah
Ibnu Hisyam berkata: Ziyad bin Abdullah bin Al-Bakkai berkata kepadaku dari Muhammad bin Ishaq
Al-Muthalibi yang berkata bahwa sesudah itu meletuslah Perang Khandaq yang terjadi pada bulan
Syawwal tahun kelima Hijriyah.
Ibnu ishaq berkata: Yazid bin Ruman eks budak keluarga Zubair berkata kepadaku dari Urwah bin
Zubair dan dari orang yang tidak aku ragukan integritasnya dari Abdullah bin Ka'ab bin Malik dan
Muhammad bin Ka'ab Al-Quradhi. Az-Zuhri, Ashim bin Umar bin Qatadah, Abdullah bin Abu Bakr dan
ulama-ulama lainnya dimana penuturan mereka tentang Perang Khandaq tidak berbeda namun ada
sebagian dari mereka yang menambahkan ceritanya.
Dikisahkan bahwa sebab meletusnya perang Khandaq sebab beberapa orang Yahudi di antaranya
Sallam bin Abu Al-Huqaiq An-Nadhri, Huyay bin Akhthab An-Nadhri, Kinanah bin Ar-Rabi bin Abu Al-
Huqaiq An-Nadhri, Haudzah bin Qais Al-Waili, dan Abu Ammar Al-Waili -dalam kelompok orang- orang
dari Bani An-Nadhir dan Bani Wail yang membentuk pasukan sekutu untuk melawan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar dari Madinah dan tiba di tempat orang-orang Quraisy di Makkah.
Mereka menghasut orang-orang Quraisy menyerang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka
berkata: "Kami senantiasa akan bersama kalian dalam menghadapi dia hingga kita berhasil
membabatnya habis." Orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi: "Wahai orang-orang
Yahudi, Sebetulnya kalian yaitu ahli Kitab yang pertama memiliki pengetahuan tentang
perselisihan kami dengan Muhammad; Apakah agama kami yang lebih baik atau agama Muhammad?"
Orang-orang Yahudi menjawab: "Agama kalian lebih baik daripada agama Muhammad dan kalian lebih
pantas untuk mendapatkan kebenaran daripada dia."
Tentang orang-orang Yahudi itulah, Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya berikut:
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya
kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka
itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah.
Barang siapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya.
(An Nisa: 51-52) hingga firman-Nya "ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran
karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sebetulnya Kami telah memberi Kitab dan hikmah
kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberi kepadanya kerajaan yang besar. Maka di
antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di
antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) beriman kepadanya. Dan cukuplah
(bagi mereka) Jahanam yang menyala-nyala apinya. (QS. an- Nisa': 54-55). Yang dimaksud dengan
karunia (fadhlihi) pada ayat di atas ialah nubuwwat.
Pada saat orang-orang Yahudi berkata seperti itu kepada orang-orang Quraisy, mereka sangat gembira
dan segera menyambut ajakan orang-orang Yahudi untuk memerangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam. lalu dua kekuatan ini bersatu lalu mereka bersiap-siap.
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Yahudi lalu meninggalkan Makkah menuju Ghathafan untuk menyeru
mereka untuk memerangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka provokasi orang-orang
Ghathafan agar mengikuti kehendak mereka dan mereka jelaskan bahwa orang-orang Quraisy telah
mendukung ide ini. Orang-orang Ghathafan pun bersatu dengan orang-orang Yahudi.
Ibnu Ishaq berkata: Lalu, berangkatlah orang-orang Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb,
sedangkan orang-orang Ghathafan berada di bawah komando Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah bin
Badr bersama orang-orang Bani Fazarah, Al-Harits bin Auf bin Abu Haritsah Al-Muri bersama orang-
orang Bani Murrah, Mis'ar bin Rukhailah bin Nuwairah bin Tharif bin Suhmah bin Abdullah bin Hilal
bin Khulawah bin Asyja' bin Raits bin Ghathafan bersama orang-orang yang ikut dengannya dari Bani
Asyja'.
Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar rencana orang-orang musyrikin ini ,
beliau membuat parit di sekitar Madinah. Beliau terlibat langsung dalam pembuatannya untuk
memberi semangat pada kaum Muslimin dalam berburu pahala. Beliau demikian bersemangat dalam
menggali parit itu demikian pula dengan para sahabatnya. Hanya beberapa orang-orang munafik
sajalah yang kerjanya bermalas-malasan. Orang-orang munafik kerja sedikit lalu pulang secara
diam-diam ke rumah mereka tanpa sepengetahuan beliau apalagi meminta izinnya. Pada saat yang
sama, jika salah seorang dari kaum Muslimin memiliki kebutuhan mendesak yang tidak bisa
ditinggalkan, ia memberitahukan dan meminta izin kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
lalu beliau mengizinkannya pulang ke rumah untuk menyelesaikan urusan keluarganya. jika
selesai, ia kembali kerja membuat parit sebab ingin mendapatkan kebaikan dan pahala dari Allah.
Allah menurunkan wahyu tentang kaum Mukminin ini :
Sebetulnya orang-orang mukmin yang Sebetulnya ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan jika mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang
memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya.
Sebetulnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka jika mereka meminta izin kepadamu sebab
sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan
mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sebetulnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS. an-Nuur: 62)
Wahyu di atas turun kepada kaum Muslimin yang mengharapkan kebaikan di sisi Allah, taat kepada-
Nya dan kepada Rasul-Nya. sesudah itu Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang orang-orang munafik
yang malas-malasan bekerja dan pulang ke rumah tanpa meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu
Ala wa Sallam:
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada
sebagian (yang lain). Sebetulnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi
di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yangpedih. (QS. an-Nuur: 63).
Ibnu Hisyam berkata: Al-Liwadz bermakna bertutup sesuatu saat melarikan diri. Hassan bin Tsabit
berkata:
Orang-orang Quraisy lari dari kami dengan menutup diri
Mereka tidak tenangdiam dengan pikiran yang tidak stabil
Bait syair ini telah saya paparkan pada saat membahas tentang perang Uhud.
lalu Allah berfirman:
Ketahuilah Sebetulnya kepunyaan Allah lah apa yangdi langit dan di bumi. Sebetulnya Dia
mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). (QS. an-Nuur: 64). Maksudnya, Allah
tahu siapa yang jujur dan yang dusta.
lalu Allah berfirman:
Dan (mengetahui pula) hari (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada
mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. an-Nuur:
64).
Ibnu Ishaq berkata: Kaum Muslimin bersungguh-sungguh dalam pembuatan parit hingga berhasil
menyelesaikannya.
Ibnu Ishaq berkata: Ada banyak sekali peristiwa yang mengandung ibrah tentang kebenaran Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dalam penggalian parit, kenabiannya yang langsung dilihat langsung oleh
kaum Muslimin. Salah satu peristiwa yang sampai kepadaku ialah hadits yang diriwayatkan dari
Jabir bin Abdullah yang berkata: Kaum Muslimin sempat kesulitan menggali sebagian tanah berbatu,
maka mereka mengutarakan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Beliau meminta
disediakan air lalu meludah ke dalamnya, lalu berdoa kepada Allah dan menuangkan air
ini ke atas tanah ini . Para sahabat yang hadir saat itu berkata: Demi Dzat yang
mengutusnya sebagai nabi dengan membawa kebenaran, tanah berbatu ini hancur lebur hingga
menjadi seperti pasir padahal tadinya tidak mempan dipukul dengan kapak cangkul.129
Ibnu Ishaq berkata: Aku mendapat berita yang berasal dari Salman Al-Farisi yang berkata: "Saat aku
sedang menggali aku temukan ada batu yang keras sehingga tidak mampu aku pecahkan, sementara
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berada di dekatku. saat beliau melihatku kesulitan memecah-
kan batu ini beliau turun lalu mengambil alih cangkul dari tanganku. Beliau menghantam
batu ini sehingga memercikkan cahaya terang berkemilau. Beliau terus menghantam batu
ini hingga tiga kali sehingga memercikkan cahaya terang di bawah kapak. Aku berkata, "Wahai
Rasulullah, cahaya apakah yang aku lihat: saat engkau menghantam batu ini ?" Beliau
bersabda: "Wahai Salman apakah engkau melihatnya?" Aku menjawab, "Ya, tentu saja." Beliau
bersabda: "Adapun cahaya pertama, itu yaitu tanda bahwa Allah akan menaklukkan Yaman untukku.
Sedangkan cahaya kedua. yaitu tanda aku akan menaklukkan Syam dan negeri-negeri Barat
(Maghribi) untukku. Sedang cahaya ketiga, yaitu tanda aku akan menaklukkan negeri-negeri
timur."130
lbnu lshaq berkata: Tatkala seiesai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menggali parit, datanglah
orang-orang Quraisy yang lalu berhenti di Dumah. Mereka datang ketempat ini dengan
membawa sepuluh ribu orang dari orang-orang Ahabisy (non Arab), Bani Kinanah, dan Bani Tihamah.
Orang-orang dari Ghathafan bersama orang-orang Najed juga datang lalu berhenti di Dzanab
Naqma di samping Uhud. Sementara, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersama tiga ribu kaum
muslimin keluar ke Gunung Sil'un. Di sanalah beliau membuat markas, sedang parit membatasi
mereka dengan musuh.
Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menganugerahi Ibnu Ummi Maktum
menjadi imam sementara di Madinah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengamankan anak-
anak dan wanita-wanita di balik benteng.
Ibnu lshaq berkata: Musuh Allah, Huyay bin Akthab An-Nadhri, keluar menemui Ka'ab bin Sa'ad Al-
Quradhi, wakil Bani Quraizhah yang masih terikat perjanjian dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam. Sayangnya, Ka'ab termakan provokasi Huyai sehingga ia membatalkan perjanjian ini .
saat berita pembatalan perjanjian di atas terdengar oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan
kaum Muslimin, beliau kecewa sekali kepada mereka.
Kaum Muslimin mengalami krisis kepercayaan diri sebab hal ini , sebab musuh datang dari atas
dan bawah mereka hingga kedok orang munafik pun terbuka dengan sendirinya. Seperti Mu'attib bin
Qusyair dari Bani Amr bin Auf yang berkata: "Muhammad pernah menjanjikan kepada kita bahwa kita
akan menguasai kekayaan Kisra dan Kaisar, padahal pada hari ini salah seorang dari kita untuk buang
air saja tidak merasa aman."
Ibnu Hisyam berkata: Ulama yang aku percaya berkata kepadaku bahwa Mu'attib bin Qusyair tidak
masuk barisan orang-orang munafik. Dengan alasan bahwa Muattib bin Qusyair ikut hadir terjun pada
Perang Badar.
Hampir sebulan, perang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan orang-orang musyrikin hanya
saling lempar panah.
Ibnu lshaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersama kaum Muslimin masih bertahan di
dalam kota Madinah, sedang musuh mengepung mereka, tapi perang tetap tidak berkobar di antara
mereka. Beberapa tentara berkuda Quraisy di antaranya Amr bin Abdu Wudd bin Abu Qais dari Bani
Amir bin Luay. Ibnu Hisyam berkata: "Ada yang mengatakan bahwa Amr yaitu anak Abd bin Abu Qais,
Ikrimah bin Abu Jahal dari Bani Makhzum, Hubairah bin Abu Wahb dari Bani Makhzum, dan Dhirar bin
Khaththab bin Mirdas dari Bani Muharits bin Fihr mengambil ancang-ancang berjalan melintasi
kampung-kampung Bani Kinanah, mereka berkata: "Wahai Bani Kinanah, bangkitlah kalian untuk
perang, sebab pada hari ini kalian akan tahu siapa Sebetulnya pasukan berkuda itu." sesudah
mengatakan itu, orang-orang Quraisy ini melecut kencang kuda-kuda mereka hingga tiba di
parit. Tatkala melihat parit ini , mereka ber-kata: "Demi Allah, jebakan ini tidak pernah dilakukan
oleh orang-orang Arab."
Ibnu Hisyam berkata: Salman Al-Farisi yaitu sahabat yang mengusulkan ide kepada Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam agar membuat parit ini .
Ibnu Hisyam berkata: Salah seorang pakar bercerita kepadaku bahwa pada perang Khandaq kaum
Muhajirin berkata: "Salman termasuk kelompok kami." Orang-orang dari kaum Anshar berkata:
"Salman bagian dari kami." lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Salman
bagian dari keluarga (ahlul Bait) Nabi."
Ibnu lshaq berkata: lalu orang-orang Quraisy ini mencari celah agar bisa melewati parit-
parit ini lalu kuda-kuda mereka pun akhirnya masuk ke tempat ini , lalu mereka
menerobos celah yang ada di antara parit dan Sala'. Pada saat yang bersamaan, Ali bin Abu Thalib
Radhiyallahu Anhu bersama beberapa orang dari kaum Muslimin memblokade jalan masuknya orang-
orang Quraisy. Penungang-penunggang kuda Quraisy berjalan cepat dengan kuda-kuda mereka ke
tempat Ali bin Abu Thalib dan sahabat-sahabatnya. Amr bin Abdu Wudd ikut hadir di Perang Badar
hingga terluka berat sehingga absen di Perang Uhud. Pada Perang Khandaq, ia keluar dengan
mengenakan tanda pengenal supaya mudah dikenali. saat kudanya berhenti, ia berteriak
menantang: "Siapa yang siap duel berhadapan denganku?" Ali bin Abu Thalib tampil lalu
berkata: "Wahai Amr, sungguh engkau telah berjanji kepada Allah bahwa bila ada seorang Quraisy
mengajakmu kepada dua hal maka engkau akan menyambutnya." Amr bin Abdu Wudd menjawab:
"Benar!" Ali bin Abu Thalib berujar melanjutkan: "Sekarang aku mengajakmu kepada Allah, Rasul-Nya,
dan Islam." Amr bin Abdu Wudd menjawab: "Aku tidak butuh itu semua!!" Ali bin Abu Thalib berkata:
"Jika demikian maka aku ajak engkau berperang." Amr bin Abdu Wudd berkata: "Mengapa demikian?"
Demi Allah, aku tidak berniat menghabisimu." Ali bin Abu Thalib berkata: "Namun demi Allah, aku
bergairah sekali untuk membunuhmu." Amr bin Abdu Wudd bangkit marahnya mendengar tantangan
Ali bin Abu Thalib. Ia turun dari atas kuda, lalu menyembelihnya, memukul wajah kudanya, dan
maju ke hadapan Ali bin Abu Thalib. Keduanya bertempur sangat sengit hingga akhirnya Ali bin Abu
Thalib berhasil menghabisi Amr bin Abdu Wudd, sedang kuda-kuda Quraisy lari kocar-kacir tak
menentu.
Ibnu lshaq berkata: Saat itu, Ikrimah bin Abu Jahal lari menyelamatkan diri meninggalkan Amr bin
Abdu Wudd.
Ibnu lshaq berkata: Tentang kaburnya Ikrimah bin Abu Jahal, Hassan bin Tsabit berkata:
Ia melarikan diri dan membiarkan tombaknya untuk kami
Sesuatu yang tidak kau yang tidak pernah engkau lakukan sebelum ini
Kau kabur bagaikan burung unta saat berpaling dari jalan
Engkau tidak membiarkan punggungmu berjalan dengan jinak
Punggungmu laksana dagu biawak kecil
Ibnu Hisyam berkata: Sandi perang sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Perang
Khandaq dan Perang Bani Quraizhah yaitu , Haamm miim, laa yun sharuun.
Ibnu lshaq berkata: Abu Laila Abdullah bin Sahl bin Abdurrahman bin Sahl Anshari dari Bani Haritsah
bercerita kepadaku bahwa pada Perang Khandaq Ummul Mukminin, Aisyah, berada di benteng Bani
Haritsah, bentang terkuat di Madinah.
Ibnu lshaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair bercerita kepadaku dari ayahnya, Abbad
yang berkata bahwa Shafiyyah binti Abdul Muththalib Radhiyallahu Anha berada di benteng tinggi
kepunyaan Hassan bin Tsabit. Shafiyyah binti Abdul Muthalib berkata bahwa Hassan bin Tsabit berada
di benteng ini bersama para wanita dan anak-anak.
Ibnu Ishaq berkata: Rasullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya dilanda ketakutan
dan kegundahan yang luar biasa, sebab persekutuan musuh untuk menghadapi mereka dan musuh-
musuh itu datang dari segala arah.
Ibnu Ishaq berkata: Lalu Nu'aim bin Mas'ud bin Amir bin Unaif bin Tsa'labah bin Qunfudz bin Hilal bin
Khalawah bin Asyja' bin Raits bin Ghathafan datang ke tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
dan berkata: "Wahai Rasulullah, aku telah masuk Islam sementara kaumku belum ada yang tahu
keislamanku. Oleh sebab itu aku siap dengan tugas darimu." Rasulullah bersabda: "Sebetulnya
engkau salah seorang dari kami. sebab itulah, kacaukanlah persatuan mereka jika engkau
mampu, sebab perang yaitu tipu daya."131
Nu'aim bin Mas'ud pergi menemui Bani Quraizhah dan ia yaitu sahabat mereka pada masa jahiliyah.
lalu Nu'aim bin Mas'ud pergi ke tempat orang-orang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan bin
Harb.
lalu Nu'aim bin Mas'ud pergi ke tempat-orang orang Ghathafan. Nu'aim berhasil mengadu
domba di antara mereka.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar berita tentang sengketa dan
konflik yang terjadi di antara mereka, lalu beliau memanggil Hudzaifah bin Al-Yaman lalu
mengutusnya pergi kepada mereka untuk mencan tanu apa yang akan mereka kerjakan pada malam
hari.
Ternyata mereka semua telah menarik pasukan mereka dan pulang kembali ke daerah asal mereka
masing-masing.
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala pagi menjelang Rasulullah pulang dari Khandaq ke Madinah bersama
dengan kaum muslimin dan meletakkan senjata.
Perang Bani Quraizhah Tahun Kelima Hijriyah
Ibnu Ishaq berkata: Berkata padaku Az-Zuhri pada waktu Zhuhur Malaikat Jibril Alaihis salam
mendatangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, ia lalu bertanya: "Apakah engkau
melakukan gencatan senjata?' Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Ya." Malaikat Jibril
berkata: "Para malaikat tidak melakukan gencatan senjata. Kini mereka sedang mengejar kaum
ini . Hai Muhammad Sebetulnya Allah menyuruhmu berangkat ke Bani Quraizhah aku juga
akan berangkat ke sana untuk memerangi mereka."
sesudah itu, Rasjilullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan seseorang untuk menyeru Kaum
Musilmin: "Barangsiapa mendengar dan taat, maka janganlah ia menunaikan shalat Ashar kecuali ia
sudah sampai di Bani Quraizhah."132
Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunjuk sementara Ibnu Ummi Maktum
sebagai Imam di Madinah.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunjuk Ali bin Abu Thalib sebagai
komandan pasukan dengan membawa panji perang dalam perjalanan menuju Bani Quraizhah
sedangkan kaum Muslimin berjalan di belakangnya. Rasulullah berjalan melewati beberapa sahabat
di As-Shaurain sebelum sampai di Bani Al-Quraizhah, lalu beliau bertanya kepada mereka: "Apakah
ada seseorang melewati kalian sebelum aku?" Mereka menjawab: "Ya ia yaitu Dihyah bin Khalifah
Al-Kalbi." Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Bukan! Dia itu Jibril yang di kirim kepada
Bani Quraizhah guna menghancurkan benteng-benteng dan menghunjamkan rasa takut ke hati
mereka."
Tatkala Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam tiba di Bani Quraizhah, beliau istirahat di salah satu
sumur Bani Quraizhah di sisi kebun mereka yang bernama sumur Una. Ibnu Hisyam berkata ada pula
yang mengatakan sumur Anna.
Ibnu Ishaq berkata: sesudah itu, kaum Muslimin tiba berombongan. Namun, ada beberapa orang di
antara mereka yang tiba sesudah Isya' akhir dan belum mengerjakan shalat ashar sebab berpedoman
kepada sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, "Janganlah seorangpun di antara kalian
mengerjakan shalat ashar kecuali sudah tiba di Bani Quraizhah."133 lalu mereka mengerjakan
shalat Ashar di Bani Quraizhah sesudah shalat Isya. Allah tidak mencela mereka dalam Kitab Sucinya
atas peristiwa tadi dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga tidak marah pada mereka. Hadits
ini di sampaikan kepadaku oleh Abu Ishaq bin Yasar dari Ka'ab bin Ka'ab bin Malik Al-Anshari.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengepung Bani Quraizhah selama dua
puluh lima malam hingga mereka menderita sebab pengepungan ini dan Allah rnerasukkan rasa takut
luar biasa ke dalam hati mereka.
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Bani Quraizhah meyakini sepenuhnya bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam tidak akan berbalik meninggalkan mereka sampai mengalahkan mereka.
Maka mereka mengirim utusan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan membawa
pesan: "Datangkanlah kepada kami Abu Lubabah bin Abdul Mundzir dari Bani Amr bin Auf dan sekutu
orang-orang Aus agar kita bisa berkonsultasi dengannya dalam masalah kami ini." Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim Abu Lubabah kepada Bani Quraizhah. saat mereka melihat
Abu Lubabah maka orang laki-laki, wanita-wanita, dan anak-anak berdatangan kepadanya lalu
menangis di hadapannya hingga Abu Lubabah merasa kasihan kepada mereka. Orang-orang Yahudi
Bani Quraizhah berkata kepada Abu Lubabah: "Wahai Abu Lubabah, bagaimana pendapatmu jika
kita menyerah kepada hukum Muhammad?" Abu Lubabah berkata: "Ya!" Sambil berisyarat dengan
tangan pada tenggorokannya, itu artinya dipenggal." Abu Lubabah berkata: "Demi Allah, apa yang
kulakukan? Aku telah mengkhianati Allah dan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam!" lalu , Abu
Lubabah pergi. saat sampai di tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, ia langsung mengikat
diri pada salah satu tiang masjid. Abu Lubabah berkata: "Aku akan terus begini di sini hingga Allah
menerima taubatku atas apa yang telah aku perbuat. Aku berjanji kepada Allah untuk tidak memasuki
benteng Bani Quraizhah untuk selama-lamanya namun hal itu malah kulakukan."
Ibnu Hisyam berkata: Allah lalu menurunkan ayat tentang Abu Lubabah seperti diceritakan Sufyan bin
Uyainah dari Ismail bin Abu Khalid bin Abdullah bin Abu Qatadah:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan
(juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui. (QS. al-Anfaal: 27)
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abdullah bin Qusaith bercerita kepadaku bahwa berita taubatnya Abu
Lubabah diterima Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjelang shubuh pada saat beliau sedang
berada di rumah Ummu Salamah. Ummu Salamah berkata: Saat menjelang shubuh, aku mendengar
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tertawa. Aku berkata: "Apa yang membuatmu tertawa wahai
Rasulullah?" Beliau bersabda: "Allah telah menerima taubat Abu Lubabah." Aku berkata: "Bolehkah
aku kabarkan kabar gembira ini kepadanya?" Beliau bersabda: "Silahkan sampaikan saja." Ummu
Salamah berdiri di depan pintu kamarnya, peristiwa ini terjadi sebelum diwajibkannya hijab- lalu
berkata: "Wahai Abu Lubabah sambutlah kebahagianmu sebab Allah telah menerima taubatmu."
Para sahabat lalu mengerumuninya untuk melepaskan ikatannya. Namun ia berkata: "Tidak, demi
Allah, aku tidak suka kalian lakukan hal ini, hingga Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sendiri yang
melepaskan ikatanku dengan kedua tangannya." Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
keluar untuk melaksanakan shalat Shubuh, beliau berjalan melewati Abu Lubabah dan melepaskan
ikatannya.
Ibnu Hisyam berkata: Selama enam hari Abu Lubabah terus mengikat dirinya. Sepanjang waktu
ini , istrinya senantiasa datang setiap waktu shalat untuk melepaskan ikatan agar ia bisa
melaksanakan shalat. Sesuai shalat kembali ia mengikat diri lagi. Demikianlah yang terjadi,
sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama kepadaku.
Ibnu Ishaq berkata: Keesokan harinya, Bani Quraizhah tunduk kepada hukum Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam.
Sebelum mengepung Bani Quraizhah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam telah mengepung Bani
Qainuqa sekutu Al-Khazraj lalu mereka tunduk kepada hukum beliau.
Sebelumnya, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menempatkan Sa'ad bin Muadz di sebuah kemah
milik seorang wanita dari Aslam, yang bernama Rufaidah. Kemah itu berada di mesjid Rasulullah,
sedangkan Rufaidah mengobati orang-orang yang terluka dan mewakafkan diri untuk melayani siapa
saja di antara kaum Muslimin yang terluka. saat Sa'ad bin Muadz terkena anak panah di Perang
Khandaq, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada kaumnya: "Rawatlah Sa'ad bin
Muadz di kemah milik Rufaidah agar aku dapat mengunjunginya dari dekat.134
saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunjuk Sa'ad bin Muadz sebagai mediator bagi Bani
Quraizhah, kaum Sa'ad bin Muadz datang kepada Sa'ad bin Muadz lalu mereka menaikkannya
di atas keledai. Mereka pergi bersama Sa'ad bin Muadz kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Mereka berkata: "Wahai Abu Amr, berbuat baiklah kepada sekutumu, sebab Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam menunjukmu sebagai hakim agar engkau berbuat baik kepada mereka." saat
mereka banyak bicara kepada Sa'ad bin Muadz, Sa'ad bin Muadz berkata: "Kini telah tiba saatnya bagi
Sa'ad bin Muadz untuk bangkit menghadapi orang yang mengecamnya di jalan Allah." sesudah itu,
beberapa orang dari kaum Sa'ad bin Muadz yang tadinya menemani Sa'ad bin Muadz pulang ke
perkampungan Abdul Asyhal dan menceritakan apa yang dikatakan Sa'ad bin Muadz kepada beberapa
orang dari Bani Quraizhah sebelum Sa'ad bin Muadz sampai di tempat mereka. Pada saat Sa'ad bin
Muadz dan kaumnya tiba di tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
"Berdirilah untuk menyambut pemimpin kalian!"135
Ibnu Hisyam berkata: Sebagian orang yang tidak aku ragukan integritasnya berkata kepadaku bahwa
Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu berteriak keras pada saat kaum Muslimin mengepung Bani
Quraizhah. sesudah itu, orang-orang laki-laki Yahudi Bani Quraizhah disuruh turun, lalu
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan orang-orang Yahudi Bani Quraizhah dibawa ke
parit yang telah digali dipasar Madinah dan menghabisi mereka di dalamnya. Termasuk di dalamnya
musuh Allah Huyay bin Akhthab, Kaab bin Asad tokoh Bani Quraizhah bersama dengan enam ratus
atau tujuh ratus orang-orang Bani Quraizhah.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hanya memerintahkan membunuh orang-
orang Bani Quraizhah yang telah dewasa.
Ibnu Ishaq berkata: Syu'bah bin Al-Hajjaj berkata kepadaku dari Abdul Malik bin Umair dari Athiyyah
Al-Qurazhi yang berkata: "Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan menghabisi orang-
orang Bani Quraizhah yang telah dewasa. Kala itu, aku masih anak-anak, makanya mereka
membebaskanku.136
Pembagian Fa'i Bani Quraizhah
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membagi-bagikan harta kekayaan, wanita-
wanita, dan anak-anak Bani Quraizhah kepada kaum Muslimin. Disaat yang sama, beliau juga
mewartakan jumlah bagian yang didapat pasukan berkuda, dan tentara pejalan kaki, dan
mengeluarkan seperlima dari seluruh rampasan perang itu. Tentara berkuda mendapat tiga jatah; dua
jatah untuk kuda dan satu jatah untuk penunggangnya. Adapun tentara pejalan kaki mereka
mendapatkan satu jatah. Jumlah kuda Bani Quraizhah saat itu ada tiga puluh enam ekor. Itulah fa'i
yang pertama kali dibagi sesuai dengan jatahnya, seperlima daripadanya dikeluarkan, dan merupakan
sunnah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dalam pembagian fa'i di medan perang. sesudah itu,
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus Sa'ad Zaid Al-Anshari saudara Bani Abdul Asyhal
membawa tawanan-tawanan wanita Bani Quraizhah ke Najed dan menukar mereka dengan kuda-
kuda dan peralatan perang.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memilih salah seorang wanita Bani
Quraizhah yang bernama Raihanah binti Amr bin Junafah untuk diri beliau sendiri. Ia berasal Bani Amr
bin Quraizhah dan tetap dalam kepemilikan beliau pada saat beliau wafat. Saat Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam menawan Raihanah binti Amr, ia tetap memilih menjadi seorang wanita Yahudi.
Rasulullah sedih sebab sikapnya itu lalu melepaskannya. saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam sedang bersama para sahabat, tiba-tiba Tsa'labah bin Sa'yah datang dan ia berkata: "Wahai
Rasulullah, Raihanah telah memeluk Islam." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sangat gembira
dengan berita ini .
Ibnu Ishaq berkata: Tentang Perang Khandaq dan Bani Quraizhah, Allah Ta'ala menurunkan surat Al-
Ahzab. Dalam surat ini , Allah Ta'ala mengisahkan musibah yang menimpa kaum Muslimin,
nikmat-Nya kepada mereka, perlindungan-Nya, dan bagaimana Allah mencabut musibah ini dari
mereka sebab ucapan orang-orang munafik. Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu
saat datang kepadamu tentara-tentara (orang-orang Quraisy, Ghathafan, Bani Quraizah), lalu Kami
kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara (angin dan para malaikat) yang tidak dapat kamu
melihatnya. Dan yaitu Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Ahzab: 9)
(Yaitu) saat mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan saat tidak tetap lagi
penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap
Allah dengan bermacam-macam purbasangka. (QS. al-Ahzab:10)
Orang-orang yang mengepung kaum muslimin dari atas mereka yaitu orang-orang Bani Quraizhah,
sedangkan yang mengepung dari bawah mereka yaitu orang-orang Quraisy dan Ghathafan.
lalu Allah Ta'ala berfirman:
Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat. Dan
(ingatlah) saat orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata:
"Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya." (QS. al-Ahzab: 11-12)
Orang yang mengatakan perkataan seperti diatas yaitu Mu'attib bin Qusyair, lalu Allah Ta'ala
berfirman:
Dan (ingatlah) saat segolongan di antara mereka berkata: "Hai warga Yatsrib (Madinah), tidak
ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu." Dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi
(untuk kembali pulang) dengan berkata: "Sebetulnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada
penjaga)." Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak lari. (QS.
al-Ahzab: 13).
Disebabkan perkataan Aus bin Qaidhi dan orang-orang dari kaumnya yang seirama dengannya.
lalu Allah Ta'ala berfirman:
Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, lalu diminta kepada mereka supaya murtad,
niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan dalam
waktu yang singkat. (QS. al- Ahzab: 14). Maksud kata "fitnah" pada ayat di atas ialah kembali kepada
kesyirikan, lalu Allah berfirman:
Dan Sebetulnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah: "Mereka tidak akan berbalik ke
belakang (mundur)" Dan yaitu perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS.
al-Ahzab: 15)
Mereka yaitu Bani Haritsah yang ingin mundur di Perang Uhud bersama Bani Salimah, lalu
berjanji kepada Allah tidak akan mengulanginya lagi untuk selama-lamanya. Allah menyebutkan
kepada mereka apa yang pernah mereka janjikan. lalu Allah Ta'ala berfirman:
Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau
pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan
kecuali sebentar saja." Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia
menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik
itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. (QS. al-Ahzab: 16-17)
Selanjutnya Allah berfirman: Sebetulnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi
di antara kamu (Al Ahzab: 18), yakni orang munafik.
lalu Allah Ta'ala berfirman:
Dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya: "Marilah kepada kami.” Dan mereka
tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. (QS. al-Ahzab: 18)
Yakni sekedar berlindung diri dan sebagai alasan, lalu Allah Ta'ala berfirman:
Dan jika ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka
bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala)
amalnya. Dan yang demikian itu yaitu mudah bagi Allah. (QS. al-Ahzab: 19), mereka meledek
sekalian dengan ungkapan yang tidak kalian senangi. Sebab mereka tidak pernah sedikitpun
mengharapkan akhirat, tidak menabung pahala di sisi Allah, dan mereka sangat takut mati.
Ibnu Hisyam berkata: Salaquukum yakni berlebihan dalam celaan kepada kalian. Maka mereka
membakar dan menyakiti kalian. Seperti dikatakan orang Arab: Khathibun Sallaq dan Khathibun
Musliq dan Mislaq, artinya khatib yang membikin sakit hati pendengarnya.
A'sya Bani Qais bin Tsa'labah berkata:
Pada mereka ada kemulian tolerasani dan pertolongan
Di tengah mereka ada para khatib yang melukai jiwa
lalu Allah Ta'ala berfirman:
Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; yakni orang-orang
Quraisy dan Ghathfan (QS. al-Ahzab: 20), yakni yaitu orang-orang Quraisy dan Ghathafan.
lalu Allah Ta'ala berfirman:
dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di
dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu.
Dan sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja.
(QS. al-Ahzab: 20)
lalu Allah mengarahkan firman kepada kaum mukmin dalam firman-Nya:
Sebetulnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS.
al-Ahzab: 21) dengan tujuan agar orang-orang beriman tidak lebih mencintai diri mereka daripada diri
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan kedudukan beliau. sesudah itu, Allah Ta'ala menemui kaum
Mukminin, yang tahan cobaan. Allah Ta'ala berfirman:
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata:
"Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang
demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (QS. al-Ahzab: 22).
Semua ini menguatkan kesabaran mereka atas musibah yang terjadi, kepasrahan kepada takdir, dan
pembenaran terhadap yang dijanjikan.
Allah Ta'ala berfirman:
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan
kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur (QS. Al-Ahzab: 23), di antara mereka ada yang
telah menuntaskan tugasnya dan telah pulang menuju dalam keadaan gugur sebagai syuhada pada
perang Badar dan Perang Uhud.
Ibnu Hisyam berkata: qadha nahbahu artinya meninggal dunia. Adapun makna an-nahb yaitu jiwa,
sebagaimana dikatakan oleh Abu Ubaidah kepadaku dan jamaknya yaitu nuhub.
Dzu Rummah berkata:
Di senja hari orang-orang Harits melarikan diri
sesudah Hawbar kehilangan jiwa di pertempuran kuda
Hawbar termasuk Bani Harits bin Ka'ab. Yang dimaksud di sini yaitu Yazid bin Hawbar. Nahbu juga
bermakna nazar sebagaimana dikatakan oleh Jarir bin al-Khathfai dalam syairnya.
Ibnu Ishaq berkata mengomentari firman Allah: Di antara mereka ada yang menanti, yakni menanti
janji Allah, yaitu kemenangan atau syahadah sebagaimana dicapai oleh sahabat-sahabatnya
terdahulu.
lalu Allah berfirman:
Dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya), (QS. al-Ahzab: 23), mereka tidak ragu-ragu
sedikitpun terhadap agama mereka, dan tidak menukar agamanya dengan agama lain.
lalu Allah berfirman:
Supaya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang benar itu sebab kebenarannya, dan
menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima tobat mereka. Sebetulnya Allah
yaitu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu
yang dalam keadaan penuh kejelekan (QS. al-Ahzab: 24), yakni, orang-orang Quraisy dan Ghathfan.
(lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin
dari peperangan. Dan yaitu Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Dan Dia menurunkan orang-orang
Ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng
mereka, (QS. al-Ahzab: 25- 26), Ahli Kitab pada ayat diatas yaitu orang-orang Bani Quraizhah.
dan Dia memasukkan rasa takut dalam hati mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian
yang lain kamu tawan. (Al Ah- zab: 26), yakni pembunuhan orang laki-laki, penawanan anak-anak dan
wanita-wanita.
lalu Allah berfirman:
Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu
pula) tanah yang belum kamu injak. Dan yaitu Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu. (QS. al-
Ahzab: 27)
Ibnu Ishaq berkata: Muadz bin Rif'ah Az Zuraqa berkata kepadaku bahwa orang-orang dari kaumku
berkata kepadaku: 'Tak berapa lama sesudah syahid Sa'ad bin Mu'adz, Malaikat Jibril Alaihis salam
datang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan mengenakan sorban dari sutra pada
pertengahan malam, lalu berkata: "Wahai Muhammad, siapakah jenazah yang membuat pintu-
pintu langit dibuka dan Arasy bergetar dibuatnya?"
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiri mencari Sa'ad bin Muadz ternyata ia telah meninggal
dunia.
Ibnu Ishaq berkata: Orang yang tidak aku ragukan integritasnya berkata kepadaku dari Al Hasan Al-
Bashri yang berkata: Sa'ad bin Muadz yaitu seorang yang bertubuh gemuk. Anehnya pada saat
orang-orang mengusung jenazahnya, mereka merasakan ringan." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam, bersabda: "Sesunguhnya Sa'ad bin Muadz dipikul oleh para pemikul selain kalian. Demi Allah
para malaikat sangat gembira dengan ruh Sa'ad bin Muadz sampai-sampai Arasy bergetar dibuatnya."
Ibnu Ishaq berkata: Muadz bin Rifa'ah bercerita kepadaku dari Mahmud bin Abdurrahman bin Amr bin
Al-Jamuh dari Jabir bin Abdullah yang berkata: Pada saat Sa'ad bin Muadz dikubur, kami menemani
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu beliau bertasbih, diikuti bertakbir dan para sahabat
pun ikut melakukannya. Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, kenapa engkau bertasbih?"' Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sungguh kuburan ini menyempit untuk hamba yang shalih ini
namun Allah melonggarkannya."137
Ibnu Hisyam berkata: Hadits yang senada yaitu ucapan Aisyah yang bercerita bahwa Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebetulnya kuburan menjepit dan jika ada orang yang
selamat daripadanya tentu ia yaitu Sa'ad bin Muadz."138
Syuhada Kaum Muslimin Yang Gugur di Perang Khandaq
Ibnu Ishaq berkata: Ada enam orang yang syahid dari kaum muslimin pada Perang Khandaq.
Syuhada' dari Bani Abdul Asyhal yaitu sebagai berikut: Sa'ad bin Muadz, Anas bin Aus bin Atik bin
Amr, Abdullah bin Sahi. Jumlah seluruhnya tiga orang.
Syuhada dari Bani Jusyam bin Al-Khazraj lalu dari Bani Salimah yaitu sebagai berikut: Ath-
Thufail bin An-Nu'man, Tsa'labah bin Ghanamah. Jumlah seluruhnya hanya dua orang.
Syuhada' dari Bani An-Najjar lalu dari Bani Dinar yaitu Ka'ab bin Zaid. la terkena anak panah
misterius yang tidak diketahui siapa yang melemparkannya hingga lalu membuatnya gugur
sebagai syahid.
Korban Tewas Kaum Musyrikin di Perang Khandaq
Ibnu Ishaq berkata: Korban dari kaum musyrikin hanya tiga orang. Yaitu, korban dari Bani Abduddar
bin Qushai yaitu Munabbih bin Utsman bin Ubaid bin As-Sabbaq bin Abduddar. Ia terpanah dan
lalu meninggal dunia sebab nya di Makkah. Ibnu Hisyam berkata: Utsman yang dimaksud ialah
Utsman anak Umaiyyah bin Munabbih bin Ubaid bin As-Sabbaq.
Korban dari Bani Makhzum bin Yaqadzah yaitu Naufal bin Abdu bin Abdullah bin Al- Mughirah.
Orang-orang Quraisy mendesak Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam agar beliau menjual jasad
Naufal bin Abdullah kepada mereka. Pada saat Perang Khandaq, ia menerobos parit dan ia terjebak di
dalamnya lalu dia tewas. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Kami tidak butuh jasad
dan harganya." Rasulullah pun membiarkan jasad Naufal bin Abdullah diambil oleh orang-orang
Quraisy.
Ibnu Hisyam berkata: Orang-orang Quraisy memberi uang sebanyak sepuluh ribu dirham kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk tebusan jasad Naufal bin Abdullah sebagaimana
dituturkan Az-Zuhri kepadaku.
Korban dari Bani Amir bin Luay lalu dari Bani Malik bin Hisl yaitu Amr bin
Abdu Wudd. Ia tewas dibunuh oleh Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu.
Ibnu Hisyam berkata: Orang yang aku yakini integritasnya berkata kepadaku bahwa ia diberitahu oleh
Az-Zuhri: Pada Perang Khandaq, Ali bin Abu Thalib membunuh Amr bin Abdu Wudd dan juga putranya
yaitu Hisl bin Amr.
Ibnu Hisyam berkata: Ada pendapat yang menyebutkan namanya yaitu Amr bin Abdu Wudd, namun
ada juga pendapat yang menyebutnya Amr bin Abdin.
Syuhada Kaum Muslimin Yang Gugur di Perang Bani Quraizhah
Ibnu Ishaq berkata: Syuhada kaum Muslimin yang gugur di Perang Bani Quraizhah dari Bani Al Harits
bin Al-Khazraj yaitu Khallad bin Suwaid bin Tsa'labah bin Amr. Ia terkena lemparan batu penggiling
sampai tengkorak kepalanya hancur. Ada riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebetulnya Khallad bin Suwaid mendapatkan pahala dua orang
syahid".
Abu Sinan bin Mihshan bin Hurtsan saudara Bani Asad bin Khuzaimah, ia gugur pada saat Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengepung Bani Quraizhah. Jenazah Abu Sinan bin Mihshan dikebumikan
di pemakaman Bani Quraizhah.
Tatkala para sahabat kembali dari khandaq Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "sesudah
tahun ini, orang-orang Quraisy tidak akan menyerang kalian, tapi kalianlah yang akan menyerang
mereka."
Sejak tahun itu, orang-orang Quraisy tidak menyerang kaum Muslimin, sebaliknya Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang menyerang mereka hingga Allah menaklukkan kota Makkah untuk
kemengan rasul-Nya.
Sallam bin Abu al-Huqaiq pun Tewas
Ibnu Ishaq berkata: sesudah Perang Khandaq usai dan penanganan terhadap Bani Quraizhah selesai,
maka orang-orang Khazraj meminta izin kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk
membunuh Sallam bin Abu Al-Huqaiq yang saat itu berada di Khaibar dan beliau memberi izin
kepada mereka untuk membunuhnya. Sallam bin Abu Al-Huqaiq alias Abu Rafi' terlibat dalam
pembentukan pasukan sekutu untuk memerangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan orang-
orang Aus membunuh Ka'ab bin Al-Asyraf sebelum Perang Uhud sebab permusuhannya kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan provokasinya.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri meriwayatkan kepadaku dari Abdullah
bin Ka'ab bin Malik yang berkata: Di antara kebaikan yang berikan oleh Allah untuk Rasul-Nya yaitu
bahwa dua pemukiman kaum Anshar; Aus dan Khazraj, selalu bersaing untuk memberi kebaikan
kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, laksana persaingan dua ekor kuda dalam pacuan.
jika para sahabat dari Aus mengerjakan sesuatu kebaikan untuk Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam, para sahabat dari Khazraj berkata kepada mereka: "Demi Allah, kalian tidak boleh melenggang
dengan kebaikan ini dan tidak boleh lebih baik daripada kami di sisi Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam." Para sahabat Khazraj pun tidak berhenti berbuat hingga bisa mengejar ketertinggalan
mereka dari para sahabat dari Aus. Sebaliknya, jika para sahabat Al-Khazraj mengerjakan suatu
kebaikan para sahabat dari Aus juga mengatakan hal yang sama.
Tatkala para sahabat dari Aus berhasil membunuh Ka'ab bin Al-Asyraf sebab permusuhannya kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, maka para sahabat dari kalangan Khazraj berkata: "Demi Allah,
kalian tidak boleh melenggang dengan prestasi ini dan menjadi lebih baik daripada kami untuk
selamanya." Para sahabat dari Khazraj membuat daftar siapa saat ini yang memusuhi Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagaimana Ka'ab bin Al-Asyraf. lalu mereka mengingat nama
Sallam bin Abu Al-Huqaiq yang saat itu berada di Khaibar. Lantas mereka pun minta izin kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk membunuhnya dan beliaupun mengizinkannya.
Maka berangkatlah lima orang dari Bani Salimah ke tempat Sallam bin Al-Huqaiq. Kelima sahabat
ini yaitu sebagai berikut:
Abdullah bin Atik, Mas'ud bin Sinan, Abdullah bin Unais, Abu Qatadah Al-Harits bin Rib'i, Khuza'ah bin
Aswad sekutu mereka dari Aslam.
Mereka berangkat dan Abdullah bin Atik ditunjuk oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagai
pemimpin rombongan, beliau pun melarang mereka untuk membunuh anak-anak dan para wanita.
Tatkala tiba di Khaibar, mereka mendatangi rumah Sallam bin Abu Al-Huqaiq pada malam hari.
Rombongan para sahabat ini menyuruh semua orang di kampung itu untuk menutup pintu
rumah mereka. Untuk menaiki ke lantai dua rumah milik Sallam bin Abu AI-Huqaiq ada sebuah
tangga terbuat dari batang kurma. Mereka naik ke kamar Sallam bin Abu Al-Huqaiq yang ada di
atas melalui tangga ini hingga mereka pun berdiri depan pintu kamarnya, lalu meminta izin
untuk masuk, namun mereka ditemui istri Sallam bin Abu Al-Huqaiq. Istri Sallam bin Abu Al-Huqaiq
bertanya: "Siapa kalian?!" Para sahabat menjawab: "Kami orang-orang Arab yang sedang mencari
makanan." Istri Sallam bin Abu Al-Huqaiq berkata: "Itu dia sahabat kalian, silahkan masuk!" sesudah
mereka berhasil masuk ke tempat Sallam bin Abu Al- Huqaiq, mereka menutup pintu rumah dan pintu
kamarnya sebab khawatir ada jalan yang memungkinkan seseorang masuk lalu mengagalkan
misi mereka membunuh Sallam bin Abu Al-Huqaiq. lalu mereka pergi dengan pedang terhunus
ke tempat Sallam bin Abu Huqaiq yang pada saat itu berada di atas ranjangnya. Demi Allah, tidak ada
yang menunjukkan mereka kepadanya di tengah malam yang gelap itu melainkan kulitnya yang amat
putih laksana kain dari Mesir yang digelar terbuka. Isteri Sallam bin Abu Al-Huqaiq berteriak, pada saat
istri Sallam bin Abu Al-Huqaiq berteriak, salah seorang dari mereka mengayunkan pedang untuk
membunuhnya, namun dia mengurungkan niatnya sebab ingat akan larangan Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam. Andai saja mereka tidak mengingat larangan itu, pasti kami membunuhnya pada
malam itu. saat mereka telah memukul Sallam bin Abu Al-Huqaiq dengan pedang-pedang mereka,
Abdullah bin Unais menusukkan pedang ke perut Sallam bin Abu Al-Huqaiq hingga tembus. Saat itulah,
Sallam bin Abu Al-Huqaiq berkata: "Cukup! Cukup!"
lalu kelima sahabat ini keluar. sebab Abdullah bin Atik kurang baik penglihatannya, ia
jatuh dari tangga hingga tangannya mengalami luka memar.
Ibnu Hisyam berkata: Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang mengalami luka memar yaitu
kakinya. Mereka menggotong Abdullah bin Atik hingga tiba di tempat masuknya aliran air ke benteng
lalu kami masuk ke dalamnya.
Ibnu Ishaq berkata: warga setempat segera menyalakan lampu dan berkeliling kampung berusaha
mencari kelima sahabat itu ke segala penjuru kampung. saat mereka putus asa tidak berhasil
menemukan, mereka pergi ke tempat Sallam bin Abu Al-Huqaiq dan memeluknya. Sallam bin Abu AI-
Huqaiq meninggal dunia di hadapan mereka.
Salah seorang dari kelima sahabat berkata: "Bagaimana caranya agar kita mengetahui dengan pasti
bahwa musuh Allah ini telah benar-benar mati?" Salah seorang dari mereka berkata: "Aku akan
pergi ke sana untuk melihat keadaannya sekarang." Sahabat ini berangkat hingga berhasil
menyelinap ke tengah kerumunan manusia. Ia berkata: "Aku melihat istri Sallam bin Abu Al-Huqaiq
memegang lampu melihat wajah Sallam bin Abu Al-Huqaiq bersama orang-orang Yahudi. Istri Sallam
bin Abu Al-Huqaiq berkata kepada orang-orang Yahudi: "Demi Allah, tadi aku mendengar suara
Abdullah bin Atik, namun aku tidak mempercayainya, mana ada Abdullah bin Atik di negeri kita ini?"
sesudah itu. istri Sallam bin Abu Al-Huqaiq mendekat kepada Sallam bin Abu Al-Huqaiq lalu berkata.
"Demi Tuhan orang-orang Yahudi, Ia telah tewas." Sahabat ini berkata, Aku tidak pernah
mendengar ungkapan yang lebih enak didengar daripada apa yang dikatakan istn Sallam bin Abu Al-
Huqaiq ini . Setelak itu, sahabat tadi datang ke tempat persembunyian para sahabat lainnya dan
menceritakan peristiwa tadi.
lalu mereka menggotong Abdullah bin Atik yang tangannya luka memar menemui Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tatkala tiba di kediaman Rasulullah, mereka melaporkan tentang
tewasnya musuh Allah ini . Masing-masing dari mereka mengaku dirinyalah yang telah
membunuh Sallam bin Abu Al-Huqaiq. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Bawalah ke
hadapanku seluruh pedang kalian!" Mereka pun datang lagi kepada Rasululla Shallalahu 'alaihi wa
Sallam dengan pedang masing-masing. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengamati pedang-
pedang ini lalu bersabda tentang pedang Abdullah bin Unais: "Pedang inilah yang telah
membunuhnya. Aku melihat bekas makanan padanya."
Amr bin Ash dan Khalid bin Walid Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abu Habib meriwayatkan kepadaku dari Rasyid mantan budak Habib bin
Abu Aus At-Tsaqafi dari Habib bin Abu Aus Ats-Tsaqafi, ia berkata kepadaku beberapa orang Quraisy
yang bisa diajak bermusyawarah dan mendengarkan pendapatku. Aku berkata kepada mereka: "Demi
Allah, kalian semua telah mengetahui, aku berpandangan bahwa persoalan Muhammad telah
memuncak dan sangat sulit untuk bisa ditandingi. Aku memiliki suatu pandangan, bagaimana menurut
kalian?" Mereka bertanya: Apa pendapatmu itu?" aku menjawab: "Menurut pandanganku, sebaiknya
kita pergi ke tempat Najasyi dan menetap di sana bersamanya. jika Muhammad berhasil
mengalahkan kaum kita, maka kita menetap di negeri Najasyi, sebab kita lebih suka dikuasai Najasyi
ketimbang dikuasai oleh Muhammad. Namun jika kaum kita berhasil mengalahkan Muhammad,
kita orang yang telah dikenal di kalangan mereka, maka hanya kebaikan yang akan kembali kepada
kita." Mereka berkata: "Ini pendapat yang pas." Aku berkata: "Jika demikian, kumpulkanlah hadiah
untuk kita berikan kepada raja An-Najasy."
Amr bin Ash berkata: Barang istimewa yang selalu menjadi oleh-oleh khas dan istimewa dari daerah
kami, dan paling kami sukai untuk dijadikan hadiah bagi Najasyi yaitu kulit. Sebab itu, kami
mengumpulkan kulit sebanyak-banyaknya, lalu kami pun pergi ke sana. Demi Allah, saat kami
berada di tempat Najasyi, tiba-tiba Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri datang ke sana yang sengaja
dikirim oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk menanyakan tentang Ja'far dan sahabat-
sahabatnya. Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri masuk ke tempat Najasyi, tak lama lalu diapun
keluar. Aku berkata kepada sahabat-sahabatku: "Inilah Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri, jika kepalanya.
Jika hal itu berhasil aku lakukan, orang-orang Quraisy akan tahu bahwa aku telah mewakilinya
membunuh utusan Muhammad." Aku pun segera masuk ke ruangan Najasyi dan sujud kepadanya
sebagaimana biasa aku lak