sirah nabawiyah 23


 kar orang-orang Yahudi 

untuk membunuh dirinya pada mereka. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu memerintahkan 

para sahabat untuk bersiap-siap untuk memerangi orang-orang An-Nadhir. 

Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengamanahi Ibnu Ummi Maktum 

sebagai imam sementara di Madinah selama Rasulullah berada di Bani An-Nadhir. Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi bersama sahabat dan beristirahat bersama mereka. Peristiwa terjadi 

pada bulan Rabiul Awwal. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengepung orang-orang Bani An- 

Nadhir selama enam hari saat itulah turunlah ayat pengharaman khamar. 

Kala pasukan Rasulullah menyerang maka orang-orang Bani An-Nadhir melindungi diri mereka di 

kastil-kastil mereka. Allah lalu menurunkan rasa takut ke dalam hati orang-orang Bani An-Nadhir, 

lalu  mereka meminta Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melindungi darah mereka saat  

mereka akan keluar dari kastil mereka dengan syarat mereka berhak atas harta mereka yang bisa 

diangkut oleh unta mereka kecuali seluruh peralatan perang. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

memenuhi permintaan mereka. sesudah  mengambil harta kekayaan mereka masing-masing yang bisa 

diangkut unta. Mereka pergi ke Khaybar ada pula di antaranya yang pergi ke kawasan Syam. Pemimpin 

mereka yang pergi ke Khaybar yaitu  Sallam bin Abu Al-Huqaiq, Kinanah bin Ar-Rabi bin Abu al Huqaiq, 

dan Huyay bin Akhthab. saat  mereka tiba di Khaybar, warga nya berpihak kepada mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: tidak ada yang masuk Islam dari Bani An-Nadhir kecuali dua orang, yaitu Yamin 

bin Umar Abu Ka'ab bin Amr bin Jahasy dan Abu Sa'ad bin Wahb. Keduanya masuk Islam sebab  sayang 

pada hartanya. 

Tentang Bani An-Nadhir ini, turunlah surat Al-Hasyr secara keseluruhan. Di dalamnya disebutkan 

hukuman yang ditimpakan Allah kepada mereka, kemenangan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

atas mereka, dan apa yang diperbuat Sang Nabi terhadap mereka. Allah Ta'ala berfirman: 

 

Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kampung-kampung mereka 

pada saat pengusiran kali yang pertama. Kamu tiada menyangka, bahwa mereka akan keluar dan 

mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari 

(siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka 

sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan 

rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka 

ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang memiliki  pandangan. (QS. 

al-Hasyr: 2) 

itu sebab  mereka merusak rumah mereka dari depan pintu rumah saat  hendak mengangkut 

barang-barangnya. Allah berfirman, 

 

Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang memiliki  pandangan. 

Dan jika tidaklah sebab  Allah telah menetapkan pengusiran terhadap mereka benar-benar Allah 

mengadzab mereka di dunia. Dan bagi mereka di akhirat adzab neraka. (QS. al-Hasyr: 2-3) 

Mereka pantas dan berhak mendapatkan hukuman dari Allah. lalu  Allah berfirman: 

Benar-benar Allah mengadzab mereka di du nia. Dengan pedang. Dan bagi mereka di akhirat adzab 

neraka. (QS. al-Hasyr: 3). Namun demikian Allah Ta'ala berfirman: 

 

Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan 

(tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) yaitu  dengan izin Allah; dan sebab  Dia hendak 

memberi  kehinaan kepada orang-orang fasik. (QS. al-Hasyr: 5) 

lalu  Allah Ta'ala berfirman: Maka (semua itu) yaitu  dengan izin Allah; dan sebab  Dia hendak 

memberi  kehinaan kepada orang-orang fasik. (QS. al-Hasyr: 5). 

Yakni, dengan perintah Allah engkau tebang pohon kurma itu. Jadi penebangan pohon kurma itu tidak 

merusak, namun hukuman dari Allah kepada mereka. 

Ibnu Hisyam berkata: Liinah dari alwan bukan dari barniyah bukan pula kurma al-'ajwah sebagaimana 

dituturkan oleh Abu Ubaidah. Dzu Rammah berkata: 

Seakan pelana kuda di atasnya ada sarang burung 

Di atas kurma yang pokoknya kuat dan ujung-ujungnya bergerak 

 

Bait syair ini yaitu  miliknya. 

Lalu Allah Ta'ala berfirman: 

 

Dan apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) mereka 

(QS. al-Hasyr: 6) Ibnu Ishaq berkata bahwa yang dimaksud mereka pada ayat ini  yaitu  Bani an-

Nadhir. lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

 

Maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kuda pun dan (tidak pula) seekor unta 

pun, namun  Allah yang memberi  kekuasaan kepada Rasul-Nya terhadap siapa yang dikehendaki-

Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. al-Hasyr: 6). 

Ibnu Hisyam berkata: Awjaftum menggerakkanmu dan melelahkanmu dalam perjalanan. Tamim bin 

Ubay bin Muqbil salah seorang Bani Amir bin Sha'sha'ah berkata: 

Pelindungpedangyang baru gagangnya sering 

membuat pejalan kaki 

merasa keberatan untuk membawanya 

 

Ini yaitu  syair miliknya, yakni wajif (lari). 

Abu Zaid al-Thai yang namanya yaitu  Harmalah mengatakan dalam syairnya: 

Tali pinggangnya terikat kuat laksana tombak India 

sebab  panjangan perjalanan yang yang di tempuh para gembala 

 

lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

 

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari warga  

kota-kota maka yaitu  untuk Allah, Rasul (QS. al-Hasyr: 7) 

Ibnu Ishaq berkata: Maksud ayat ini  ialah bahwa apa yang dikuasai kaum Muslimin dengan kuda, 

kendaraan, dan perang, semua itu yaitu  milik Allah dan Rasul-Nya. lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

 

Itu semua milik Allah dan Rasul-Nya, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-

orang yang dalam perjalanan, supaya harta itujangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja 

di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya 

bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sebetulnya  Allah sangat keras 

hukuman-Nya. (QS. al-Hasyr: 7) 

Pembagian ini yaitu  pembagian bentuk lain bagi kaum muslimin dari apa yang di dapatkan dengan 

perang sesuai dengan apa yang Allah tentukan. 

lalu  Allah berfirman: 

 

Apakah kamu tiada memperhatikan orang-orang munafik (QS. al-Hasyr: 11), yang di maksud dengan 

orang-orang munafiq pada ayat ini yaitu  Abdullah bin Ubay bin salul dan orang-orang yang seirama 

dengannya. 

lalu  Allah berfirman: 

 

Yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli Kitab (QS. al-Hasyr: 11). Yang 

dimaksud dengan ahli Kitab di atas ialah Bani an-Nadhir. 

lalu  Allah berfirman: 

 

(Mereka yaitu ) seperti orang-orang Yahudi yang belum lama sebelum mereka telah merasai akibat 

buruk dari perbuatan mereka dan bagi mereka adzab yang pedih(QS. al-Hasyr: 15) 

Yang dimaksud yaitu  Bani Qainuqa'. lalu  kisah tentang pengusiran Bani An-Nadhir di dalam Al-

Qur'an ditutup dengan ayat: 

 

(Bujukan orang-orang munafik itu yaitu ) seperti (bujukan) setan saat  dia berkata kepada manusia: 

"Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: "Sebetulnya  aku berlepas diri dari 

kamu sebab  Sebetulnya  aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam." Maka yaitu  kesudahan 

keduanya, bahwa Sebetulnya  keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. 

Demikianlah balasan orang-orang yangzalim (QS. al-Hasyr: 16-17) 

 

Perang Dzatu ar-Riqa' Tahun Ke empat Hijriyah 

Ibnu Ishaq berkata: Usai Perang Bani An-Nadhir, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tinggal di 

Madinah selama bulan Rabiul Akhir dan sebagian Jumadil Ula. sesudah  itu, beliau berangkat ke Najed 

untuk berperang menghadapi Bani Muharib dan Bani Tsa'labah dari Ghathafan. Rasulullah 

mengamanahi Abu Dzar Al-Ghifari menjadi imam untuk sementara waktu di Madinah 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menceritakan bahwa Rasulullah mengamanahi Utsman bin Affan 

menjadi imam sementara waktu di Madinah. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berjalan hingga tiba di Nakhl dan di tempat inilah Perang Dzatu 

Ar-Riqa' terjadi. 

Ibnu Hisyam berkata: Perang ini disebut Perang Dzatu Ar-Riqa', sebab  kaum Muslimin menjahit dan 

memperbaiki panji-panji perangnya di sana. Ada pula yang menyebutkan bahwa ia disebut Perang 

Dzatu Ar-Riqa, sebab  Dzatu Ar-Riqa' yaitu  nama pohon di kawasan ini . 

Di Dzatu Ar-Riqa', Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menghadapi pasukan Ghathafan dalam 

jumlah yang sangat besar. Namun perang tidak berkobar di antara mereka, sebab  masing-masing 

pihak sama-sama khawatir kepada pihak lain hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam 

mengerjakan Shalat Khauf bersama para sahabat. 

Ibnu Hisyam berkata: Abdul Warits bin Said At-Tannuri, yang nama aslinya Abu Ubaidah berkata 

kepadaku bahwa Yunus bin Ubaid berkata padaku dari Al-Hasan bin Abu Al-Hasan dari Jabir bin 

Abdullah yang berkata tentang Shalat Khauf: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melaksanakan 

Shalat Khauf dua raka'at bersama dua kelompok dengan cara bergiliran. Pertama beliau shalat dengan 

kelompok pertama lalu salam lalu  kelompok yang tadinya menghadap musuh datang lalu 

Rasulullah mengimamai lagi shalat dua raka'at yang lain bersama mereka lalu salam.128 

 

Ibnu Hisyam berkata: Abdul Warits bin Sa'id At-Tannuri berkata kepadku bahwa Ayyub berkata 

kepadanya dari Nafi' dari Ibnu Umar yang berkata: Imam melangsungkan shalat bersama shaf pertama 

yang berdiri bersamanya sedang shaf kedua menghadap musuh, lalu  imam ruku' dan sujud di 

ikuti shaf pertama, lalu  mereka ber- gerak mundur ke belakang dan mengganti shaf yang tadi 

menghadap musuh, lalu  shaf kedua maju ke depan, lalu imam ruku' bersama mereka satu 

raka'at dan sujud bersama mereka, lalu  masing-masing shaf shalat satu raka'at sendiri-sendiri. 

Jadi masing-masing shaf shalat satu raka'at bersama imam dan mereka shalat satu raka'at secara 

sendirian. 

Ibnu Ishaq berkata: Amr bin Ubaid berkata kepadaku dari Al-Hasan dari Jabir bin Abdullah bahwa salah 

seorang dari Bani Muharib yang bernama Ghaurats berkata kepada kaumnya yaitu Ghathafan dan 

Muharib: Apa kalian mau Muhammad aku bunuh demi kalian?' Kaumnya menjawab: "Ya, namun 

bagaimana engkau bisa membunuhnya?" Ghaurats berkata: "Aku akan menjebaknya." lalu  

Ghaurats pergi menghadap Rasulullah yang saat  itu duduk, sedangkan pedang beliau berada di 

pangkuannya. Ghaurats berkata: "Wahai Muhammad, boleh aku lihat pedangmu ini." Rasulullah 

menjawab, "Ya, silahkan saja." Pedang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ini  berhiaskan 

perak, sebagaimana disebutkan Ibnu Hisyam. Ghaurats lalu menghunusnya dari sarungnya. lalu  

ia memain-mainkannya dan bermaksud membunuh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam namun 

Allah menggagalkan usahanya. Ia berkata: "Wahai Muhammad, apa kau takut padaku?" Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tentu saja sama sekali tidak, apa yang harus aku takutkan 

darimu?" 

Ghaurats berkata: "Apakah engkau tidak takut padaku padahal di tanganku ada sebilah pedang?" 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku tidak takut, sebab  Allah selalu melindungiku." 

Ghauratspun berjalan dan mengembalikan pedang itu kepada Sang Nabi. Maka sesudah  itu Allah 

menurunkan ayat berikut: 

 Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di 

waktu seseorang bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), 

maka Allah menahan tangannya dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah 

sajalah orang- orang mukmin itu harus bertawakal. (QS. al-Maidah: 11) 

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ruman berkata kepadaku bahwa ayat di atas diturunkan perihal Amr bin 

Jahasy dari Bani An-Nadhir dan yang ia rencanakan. Wallahu a 'lam mana yang lebih benar di antara 

kedua riwayat itu. 

Ibnu Ishaq berkata: Wahb bin Kisan berkata kepadaku dari Jabir bin Abdullah yang berkata: "Aku keluar 

bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ke Perang Dzatu Ar-Riqa' di Nakhl dengan menaiki 

unta yang lemah. saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pulang dari Perang Dzatu Ar-Riqa', 

rombongan pasukan berjalan tanpa hambatan, sementara aku tersisih di belakang Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyusulku. Beliau bersabda: "Apa yang terjadi, wahai Jabir? Aku 

menjawab: "Wahai Rasulullah, untaku berjalan sangat pelan." Beliau bersabda: "Perintahkan dia 

membungkuk." Aku membungkukkan untaku sedangkan beliau juga mendudukkan untanya. sesudah  

itu, Rasulullah bersabda: "Berikan tongkatmu itu kepadaku." Atau beliau bersabda: "Ambilkan buatku 

tongkat dari sebatang pohon!" Maka akupun melaksanakan permintaan Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam dan beliaupun mengambil tongkat yang dimintanya. Rasulullah memukul lambung untaku 

beberapa kali lalu  bersabda kepadaku: "Naikilah untamu!" Aku segera menaikinya. Demi Dzat 

yang mengutus beliau dengan membawa kebenaran, untaku mampu mendahului unta Rasulullah. Aku 

berbincang dengannya, lalu  beliau berkata: "Wahai Jabir apakah boleh aku membeli untamu 

ini?'"Aku menjawab: "Tidak wahai Rasulullah, tapi aku bermaksud memberi nya kepadamu sebagai 

hibah." Beliau bersabda: "Juallah untamu ini kepadaku!" Aku berkata: "Wahai Rasulullah tetapkanlah 

harga untuk untaku ini!" Beliau bersabda: "Cukup satu dirham." Aku berkata: "Tidak Rasulullah, 

dengan harga seperti itu, engkau merugikanku." Beliau bersabda: "Bagaimana kalau begitu dua 

dirham!" Aku berkata: "Aku tidak mau dengan itu, wahai Rasulullah." Beliau terus menaikkan 

penawaran harga unta hingga mencapai satu uqiyah. Aku berkata: "Wahai Rasulullah, jika demikian, 

maka kini untaku ini menjadi milikmu." Beliau bersabda: "Kalau demikian, aku ambil untamu." sesudah  

itu Rasulullah bersabda: "Wahai Jabir, apakah engkau sudah menikah?" Aku menjawab: "Sudah, wahai 

Rasulullah." Beliau bersabda: "Dengan seorang janda atau seorang gadis?" Aku menjawab: "Dengan 

janda." Beliau bersabda: "Mengapa engkau tidak menikah dengan seorang gadis sehingga engkau bisa 

bergurau ria dengannya dan ia bergurau ria denganmu?" Aku menjawab: "Wahai Rasulullah, 

Sebetulnya  ayahku gugur di Perang Uhud dan meninggalkan tujuh anak perempuan, sebab nya aku 

menikahi seorang wanita sempurna yang bisa meneduhi kepala ketujuh anak perempuan ini  dan 

mengasuh mereka." Beliau bersabda: "Engkau benar, insya Allah." Tatkala kita sudah tiba di Shirar aku 

perintahkan orang-orang untuk menyiapkan unta untuk disembelih lalu  kita adakan jamuan 

daging unta pada hari ini  hingga istrimu mendengarnya lalu  ia melepaskan bantal 

kecilnya?" Aku berkata: "Wahai Rasulullah, kami tidak memiliki bantal kecil." Beliau bersabda: "Dia 

akan ada bersamamu. Oleh sebab nya, jika  engkau telah sampai di sana, lakukanlah sebuah 

perbuatan yang pintar. 

Tatkala sampai di Shirar, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menginstruksikan orang-orang untuk 

segera menyembelih unta dan kita pun mengadakan pesta makan di hari itu. Pada sore harinya, beliau 

masuk ke rumah dan kamipun masuk ke rumahku. Maka aku pun menceritakan peristiwa kepada 

isteriku ini dan apa yang dikatakan kepadaku oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada 

istriku. Istriku berkata: "Ya, sebab  aku mendengar dan taat kepada Rasulullah." Esok paginya, aku 

pegang kepala unta, menuntun dan mendudukkannya di pintu masjid Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam lalu  aku duduk di dekat masjid. saat  beliau ke luar dan melihat unta itu, beliau 

bersabda: "Apa ini?" Para Sahabat menjawab: "Unta ini, Jabir yang datang membawanya." Beliau 

bertanya: "Lalu kemana Jabir sekarang?" Aku pun dipanggi untuk menghadap Rasulullah, lalu  

beliau bersabda: "Wahai anak saudaraku, peganglah kepala untamu sebab  itu menjadi milikmu!" 

Beliau memanggil Bilal dan bersabda kepadanya: "Pergilah bersama Jabir dan berikan uang satu 

uqiyah kepadanya!" Akupun pergi bersama Bilal lalu  ia memberiku uang satu uqiyah dan 

memberi sedikit tambahan. Demi Allah, pemberian itu terus bertambah dan bertambah hingga aku 

mendapatkan musibah di Perang Al-Harrah belum lama ini. 

Ibnu Ishaq berkata: Sepulangnya dari Perang Dzatu Ar-Riqa', Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

menetap di Madinah pada sisa bulan Jumadil Ula dan Jumadil Akhir, serta bulan Sya'ban. 

 

Perang Badar Terakhir Bulan Sya'ban Tahun Keempat Hijriyah 

Ibnu Ishaq berkata: Saat bulan Sya'ban, Rasulullah Shallallahu Alaih wa Sallam meninggalkan Madinah 

untuk memenuhi janji dengan Abu Sufyan bin Harb hingga tiba di Badar. 

Rasulullah Shallallahu Alaih wa Sallam menunggu Abu Sufyan bin Harb di Badar selama delapan 

malam. Sedangkan Abu Sufyan bin Harb sendiri keluar meninggalkan Makkah ditemani orang-orang 

Makkah hingga tiba di Majinnah dari arah Zhahran. Sebagian ulama lainnya menceritakan bahwa Abu 

Sufyan bin Harb dan anak buahnya berjalan hingga ke Usfan, lalu  mereka berniat memilih 

pulang kembali ke Makkah. 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berada di Badar menunggu Abu 

Sufyan bin Harb, beliau disapa oleh Makhsyi bin Amr Adh-Dhamri. perwakilan Bani Dhamrah, yang 

telah berdamai dengan beliau di Perang Waddan. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tetap berada di Badar menunggu kedatangan Abu Sufyan bin 

Harb. Suatu saat , Ma'bad bin Abu Ma'bad A1 Khuzai berjalan melewati beliau. Tatkala dia saat  

melihat tempat dan unta beliau yang berjalan cepat ke sana, ia berkata: 

Sungguh, untanya lari dari sahabat-sahabat Muhammad 

Dan dari kurma Ajwah Yatsrib laksana anggw kering 

Ia berjalan cepat di atas agama ayahnya dahulu 

Ia menjadikan Mata Air Qudaid sebagai tempat tempat perjanjianku 

Sumber air Dajnan besok akanjadi miliknya 

 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Zaid Al-Anshari berkata kepadaku bahwa syair di atas yaitu  syair Ka'ab bin 

Malik. 

Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu berkata tentang Perang Badar Terakhir yang gagal ini : 

Kami berjanji pada Abu Sufyan untuk kembali bertemu di Badar 

Tapi kami dapatkan dia tidak jujur dan iapun tak menepati janji 

Aku bersumpah, andai engkau tepati janji perjumpaan dengan kami 

Niscaya engkau pulang dirundung hina dan kehilangan para kerabat 

Di sana, kami biarkan tubuh Utbah dan anak-nya 

Demikian pula Amr dan Abu Jahal terbunuh tewas 

Kalian membangkang Rasulullah, celakalah agama kalian 

Dan urusan buruk kalian yang sesat itu  

Walaupun kalian bersikap keras padaku  

Aku tetap katakan keluarga dan hartaku menjadi tebusan bagi Rasulullah  

Kami mentaatinya dan tidak menggantinya dengan orang lain 

Ia yaitu  cahaya dan penunjuk kami di gelapnya malam 

 

Perang Daumatul Jandal Bulan Rabiul Awwal Tahun Kelima Hijriyah 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kembali pulang ke Madinah dan tinggal 

di sana beberapa bulan hingga bulan Dzulhijjah usai. Ini merupakan tahun keempat semenjak 

kedatangan 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Madinah. lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

berangkat untuk memerangi Daumatul Jandal. 

Ibnu Hisyam berkata: Itu terjadi pada bulan Rabi'ul Awwal dan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

mengangkat Siba' bin Urfuthah Al-Ghifari untuk sementara sebagai imam di Madinah. 

Lalu beliau pulang ke Madinah sebelum tiba di Daumatul Jandal sebab  tidak adanya perlawanan. 

Beliau menetap di Madinah di sisa-sisa hari tahun itu. 

 

Perang Khandaq Bulan Syawwal Tahun Kelima Hijriyah  

Ibnu Hisyam berkata: Ziyad bin Abdullah bin Al-Bakkai berkata kepadaku dari Muhammad bin Ishaq 

Al-Muthalibi yang berkata bahwa sesudah  itu meletuslah Perang Khandaq yang terjadi pada bulan 

Syawwal tahun kelima Hijriyah. 

Ibnu ishaq berkata: Yazid bin Ruman eks budak keluarga Zubair berkata kepadaku dari Urwah bin 

Zubair dan dari orang yang tidak aku ragukan integritasnya dari Abdullah bin Ka'ab bin Malik dan 

Muhammad bin Ka'ab Al-Quradhi. Az-Zuhri, Ashim bin Umar bin Qatadah, Abdullah bin Abu Bakr dan 

ulama-ulama lainnya dimana penuturan mereka tentang Perang Khandaq tidak berbeda namun ada 

sebagian dari mereka yang menambahkan ceritanya. 

Dikisahkan bahwa sebab meletusnya perang Khandaq sebab  beberapa orang Yahudi di antaranya 

Sallam bin Abu Al-Huqaiq An-Nadhri, Huyay bin Akhthab An-Nadhri, Kinanah bin Ar-Rabi bin Abu Al-

Huqaiq An-Nadhri, Haudzah bin Qais Al-Waili, dan Abu Ammar Al-Waili -dalam kelompok orang- orang 

dari Bani An-Nadhir dan Bani Wail yang membentuk pasukan sekutu untuk melawan Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar dari Madinah dan tiba di tempat orang-orang Quraisy di Makkah. 

Mereka menghasut orang-orang Quraisy menyerang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka 

berkata: "Kami senantiasa akan bersama kalian dalam menghadapi dia hingga kita berhasil 

membabatnya habis." Orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi: "Wahai orang-orang 

Yahudi, Sebetulnya  kalian yaitu  ahli Kitab yang pertama memiliki  pengetahuan tentang 

perselisihan kami dengan Muhammad; Apakah agama kami yang lebih baik atau agama Muhammad?" 

Orang-orang Yahudi menjawab: "Agama kalian lebih baik daripada agama Muhammad dan kalian lebih 

pantas untuk mendapatkan kebenaran daripada dia." 

Tentang orang-orang Yahudi itulah, Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya berikut: 

 

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya 

kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka 

itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. 

Barang siapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya. 

(An Nisa: 51-52) hingga firman-Nya "ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran 

karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sebetulnya  Kami telah memberi  Kitab dan hikmah 

kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberi  kepadanya kerajaan yang besar. Maka di 

antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di 

antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) beriman kepadanya. Dan cukuplah 

(bagi mereka) Jahanam yang menyala-nyala apinya. (QS. an- Nisa': 54-55). Yang dimaksud dengan 

karunia (fadhlihi) pada ayat di atas ialah nubuwwat. 

Pada saat orang-orang Yahudi berkata seperti itu kepada orang-orang Quraisy, mereka sangat gembira 

dan segera menyambut ajakan orang-orang Yahudi untuk memerangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam. lalu  dua kekuatan ini  bersatu lalu mereka bersiap-siap. 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Yahudi lalu meninggalkan Makkah menuju Ghathafan untuk menyeru 

mereka untuk memerangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka provokasi orang-orang 

Ghathafan agar mengikuti kehendak mereka dan mereka jelaskan bahwa orang-orang Quraisy telah 

mendukung ide ini. Orang-orang Ghathafan pun bersatu dengan orang-orang Yahudi. 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu, berangkatlah orang-orang Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb, 

sedangkan orang-orang Ghathafan berada di bawah komando Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah bin 

Badr bersama orang-orang Bani Fazarah, Al-Harits bin Auf bin Abu Haritsah Al-Muri bersama orang- 

orang Bani Murrah, Mis'ar bin Rukhailah bin Nuwairah bin Tharif bin Suhmah bin Abdullah bin Hilal 

bin Khulawah bin Asyja' bin Raits bin Ghathafan bersama orang-orang yang ikut dengannya dari Bani 

Asyja'.   

Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar rencana orang-orang musyrikin ini , 

beliau membuat parit di sekitar Madinah. Beliau terlibat langsung dalam pembuatannya untuk 

memberi semangat pada kaum Muslimin dalam berburu pahala. Beliau demikian bersemangat dalam 

menggali parit itu demikian pula dengan para sahabatnya. Hanya beberapa orang-orang munafik 

sajalah yang kerjanya bermalas-malasan. Orang-orang munafik kerja sedikit lalu  pulang secara 

diam-diam ke rumah mereka tanpa sepengetahuan beliau apalagi meminta izinnya. Pada saat yang 

sama, jika  salah seorang dari kaum Muslimin memiliki  kebutuhan mendesak yang tidak bisa 

ditinggalkan, ia memberitahukan dan meminta izin kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

lalu  beliau mengizinkannya pulang ke rumah untuk menyelesaikan urusan keluarganya. jika  

selesai, ia kembali kerja membuat parit sebab  ingin mendapatkan kebaikan dan pahala dari Allah. 

Allah menurunkan wahyu tentang kaum Mukminin ini : 

 

Sebetulnya  orang-orang mukmin yang Sebetulnya  ialah orang-orang yang beriman kepada 

Allah dan Rasul-Nya dan jika  mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang 

memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. 

Sebetulnya  orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang 

yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka jika  mereka meminta izin kepadamu sebab  

sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan 

mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sebetulnya  Allah Maha Pengampun lagi 

Maha Penyayang. (QS. an-Nuur: 62) 

Wahyu di atas turun kepada kaum Muslimin yang mengharapkan kebaikan di sisi Allah, taat kepada-

Nya dan kepada Rasul-Nya. sesudah  itu Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang orang-orang munafik 

yang malas-malasan bekerja dan pulang ke rumah tanpa meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu 

Ala wa Sallam: 

 

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada 

sebagian (yang lain). Sebetulnya  Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi 

di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi 

perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yangpedih. (QS. an-Nuur: 63). 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Liwadz bermakna bertutup sesuatu saat melarikan diri. Hassan bin Tsabit 

berkata: 

Orang-orang Quraisy lari dari kami dengan menutup diri 

Mereka tidak tenangdiam dengan pikiran yang tidak stabil 

Bait syair ini telah saya paparkan pada saat membahas tentang perang Uhud. 

lalu  Allah berfirman: 

 

Ketahuilah Sebetulnya  kepunyaan Allah lah apa yangdi langit dan di bumi. Sebetulnya  Dia 

mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). (QS. an-Nuur: 64). Maksudnya, Allah 

tahu siapa yang jujur dan yang dusta. 

lalu  Allah berfirman: 

 

Dan (mengetahui pula) hari (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada 

mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. an-Nuur: 

64). 

Ibnu Ishaq berkata: Kaum Muslimin bersungguh-sungguh dalam pembuatan parit hingga berhasil 

menyelesaikannya. 

Ibnu Ishaq berkata: Ada banyak sekali peristiwa yang mengandung ibrah tentang kebenaran Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dalam penggalian parit, kenabiannya yang langsung dilihat langsung oleh 

kaum Muslimin. Salah satu peristiwa yang sampai kepadaku ialah hadits yang diriwayatkan dari 

Jabir bin Abdullah yang berkata: Kaum Muslimin sempat kesulitan menggali sebagian tanah berbatu, 

maka mereka mengutarakan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Beliau meminta 

disediakan air lalu  meludah ke dalamnya, lalu berdoa kepada Allah dan menuangkan air 

ini  ke atas tanah ini . Para sahabat yang hadir saat  itu berkata: Demi Dzat yang 

mengutusnya sebagai nabi dengan membawa kebenaran, tanah berbatu ini  hancur lebur hingga 

menjadi seperti pasir padahal tadinya tidak mempan dipukul dengan kapak cangkul.129 

Ibnu Ishaq berkata: Aku mendapat berita yang berasal dari Salman Al-Farisi yang berkata: "Saat aku 

sedang menggali aku temukan ada batu yang keras sehingga tidak mampu aku pecahkan, sementara 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berada di dekatku. saat  beliau melihatku kesulitan memecah- 

kan batu ini  beliau turun lalu  mengambil alih cangkul dari tanganku. Beliau menghantam 

batu ini  sehingga memercikkan cahaya terang berkemilau. Beliau terus menghantam batu 

ini  hingga tiga kali sehingga memercikkan cahaya terang di bawah kapak. Aku berkata, "Wahai 

Rasulullah, cahaya apakah yang aku lihat: saat  engkau menghantam batu ini ?" Beliau 

bersabda: "Wahai Salman apakah engkau melihatnya?" Aku menjawab, "Ya, tentu saja." Beliau 

bersabda: "Adapun cahaya pertama, itu yaitu  tanda bahwa Allah akan menaklukkan Yaman untukku. 

Sedangkan cahaya kedua. yaitu  tanda aku akan menaklukkan Syam dan negeri-negeri Barat 

(Maghribi) untukku. Sedang cahaya ketiga, yaitu  tanda aku akan menaklukkan negeri-negeri 

timur."130 

 lbnu lshaq berkata: Tatkala seiesai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menggali parit, datanglah 

orang-orang Quraisy yang lalu  berhenti di Dumah. Mereka datang ketempat ini  dengan 

membawa sepuluh ribu orang dari orang-orang Ahabisy (non Arab), Bani Kinanah, dan Bani Tihamah. 

Orang-orang dari Ghathafan bersama orang-orang Najed juga datang lalu  berhenti di Dzanab 

Naqma di samping Uhud. Sementara, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersama tiga ribu kaum 

muslimin keluar ke Gunung Sil'un. Di sanalah beliau membuat markas, sedang parit membatasi 

mereka dengan musuh. 

Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menganugerahi Ibnu Ummi Maktum 

menjadi imam sementara di Madinah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengamankan anak-

anak dan wanita-wanita di balik benteng. 

Ibnu lshaq berkata: Musuh Allah, Huyay bin Akthab An-Nadhri, keluar menemui Ka'ab bin Sa'ad Al-

Quradhi, wakil Bani Quraizhah yang masih terikat perjanjian dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam. Sayangnya, Ka'ab termakan provokasi Huyai sehingga ia membatalkan perjanjian ini . 

saat  berita pembatalan perjanjian di atas terdengar oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan 

kaum Muslimin, beliau kecewa sekali kepada mereka. 

Kaum Muslimin mengalami krisis kepercayaan diri sebab  hal ini , sebab musuh datang dari atas 

dan bawah mereka hingga kedok orang munafik pun terbuka dengan sendirinya. Seperti Mu'attib bin 

Qusyair dari Bani Amr bin Auf yang berkata: "Muhammad pernah menjanjikan kepada kita bahwa kita 

akan menguasai kekayaan Kisra dan Kaisar, padahal pada hari ini salah seorang dari kita untuk buang 

air saja tidak merasa aman." 

Ibnu Hisyam berkata: Ulama yang aku percaya berkata kepadaku bahwa Mu'attib bin Qusyair tidak 

masuk barisan orang-orang munafik. Dengan alasan bahwa Muattib bin Qusyair ikut hadir terjun pada 

Perang Badar. 

Hampir sebulan, perang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan orang-orang musyrikin hanya 

saling lempar panah. 

Ibnu lshaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersama kaum Muslimin masih bertahan di 

dalam kota Madinah, sedang musuh mengepung mereka, tapi perang tetap tidak berkobar di antara 

mereka. Beberapa tentara berkuda Quraisy di antaranya Amr bin Abdu Wudd bin Abu Qais dari Bani 

Amir bin Luay. Ibnu Hisyam berkata: "Ada yang mengatakan bahwa Amr yaitu  anak Abd bin Abu Qais, 

Ikrimah bin Abu Jahal dari Bani Makhzum, Hubairah bin Abu Wahb dari Bani Makhzum, dan Dhirar bin 

Khaththab bin Mirdas dari Bani Muharits bin Fihr mengambil ancang-ancang berjalan melintasi 

kampung-kampung Bani Kinanah, mereka berkata: "Wahai Bani Kinanah, bangkitlah kalian untuk 

perang, sebab  pada hari ini kalian akan tahu siapa Sebetulnya  pasukan berkuda itu." sesudah  

mengatakan itu, orang-orang Quraisy ini  melecut kencang kuda-kuda mereka hingga tiba di 

parit. Tatkala melihat parit ini , mereka ber-kata: "Demi Allah, jebakan ini tidak pernah dilakukan 

oleh orang-orang Arab." 

Ibnu Hisyam berkata: Salman Al-Farisi yaitu  sahabat yang mengusulkan ide kepada Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam agar membuat parit ini . 

Ibnu Hisyam berkata: Salah seorang pakar bercerita kepadaku bahwa pada perang Khandaq kaum 

Muhajirin berkata: "Salman termasuk kelompok kami." Orang-orang dari kaum Anshar berkata: 

"Salman bagian dari kami." lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Salman 

bagian dari keluarga (ahlul Bait) Nabi." 

Ibnu lshaq berkata: lalu  orang-orang Quraisy ini  mencari celah agar bisa melewati parit-

parit ini  lalu kuda-kuda mereka pun akhirnya masuk ke tempat ini , lalu  mereka 

menerobos celah yang ada di antara parit dan Sala'. Pada saat yang bersamaan, Ali bin Abu Thalib 

Radhiyallahu Anhu bersama beberapa orang dari kaum Muslimin memblokade jalan masuknya orang-

orang Quraisy. Penungang-penunggang kuda Quraisy berjalan cepat dengan kuda-kuda mereka ke 

tempat Ali bin Abu Thalib dan sahabat-sahabatnya. Amr bin Abdu Wudd ikut hadir di Perang Badar 

hingga terluka berat sehingga absen di Perang Uhud. Pada Perang Khandaq, ia keluar dengan 

mengenakan tanda pengenal supaya mudah dikenali. saat  kudanya berhenti, ia berteriak 

menantang: "Siapa yang siap duel berhadapan denganku?" Ali bin Abu Thalib tampil lalu  

berkata: "Wahai Amr, sungguh engkau telah berjanji kepada Allah bahwa bila ada seorang Quraisy 

mengajakmu kepada dua hal maka engkau akan menyambutnya." Amr bin Abdu Wudd menjawab: 

"Benar!" Ali bin Abu Thalib berujar melanjutkan: "Sekarang aku mengajakmu kepada Allah, Rasul-Nya, 

dan Islam." Amr bin Abdu Wudd menjawab: "Aku tidak butuh itu semua!!" Ali bin Abu Thalib berkata: 

"Jika demikian maka aku ajak engkau berperang." Amr bin Abdu Wudd berkata: "Mengapa demikian?" 

Demi Allah, aku tidak berniat menghabisimu." Ali bin Abu Thalib berkata: "Namun demi Allah, aku 

bergairah sekali untuk membunuhmu." Amr bin Abdu Wudd bangkit marahnya mendengar tantangan 

Ali bin Abu Thalib. Ia turun dari atas kuda, lalu  menyembelihnya, memukul wajah kudanya, dan 

maju ke hadapan Ali bin Abu Thalib. Keduanya bertempur sangat sengit hingga akhirnya Ali bin Abu 

Thalib berhasil menghabisi Amr bin Abdu Wudd, sedang kuda-kuda Quraisy lari kocar-kacir tak 

menentu. 

Ibnu lshaq berkata: Saat itu, Ikrimah bin Abu Jahal lari menyelamatkan diri meninggalkan Amr bin 

Abdu Wudd. 

Ibnu lshaq berkata: Tentang kaburnya Ikrimah bin Abu Jahal, Hassan bin Tsabit berkata: 

Ia melarikan diri dan membiarkan tombaknya untuk kami 

Sesuatu yang tidak kau yang tidak pernah engkau lakukan sebelum ini  

Kau kabur bagaikan burung unta saat  berpaling dari jalan 

Engkau tidak membiarkan punggungmu berjalan dengan jinak 

Punggungmu laksana dagu biawak kecil 

 

Ibnu Hisyam berkata: Sandi perang sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Perang 

Khandaq dan Perang Bani Quraizhah yaitu , Haamm miim, laa yun sharuun. 

Ibnu lshaq berkata: Abu Laila Abdullah bin Sahl bin Abdurrahman bin Sahl Anshari dari Bani Haritsah 

bercerita kepadaku bahwa pada Perang Khandaq Ummul Mukminin, Aisyah, berada di benteng Bani 

Haritsah, bentang terkuat di Madinah. 

Ibnu lshaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair bercerita kepadaku dari ayahnya, Abbad 

yang berkata bahwa Shafiyyah binti Abdul Muththalib Radhiyallahu Anha berada di benteng tinggi 

kepunyaan Hassan bin Tsabit. Shafiyyah binti Abdul Muthalib berkata bahwa Hassan bin Tsabit berada 

di benteng ini  bersama para wanita dan anak-anak. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya dilanda ketakutan 

dan kegundahan yang luar biasa, sebab  persekutuan musuh untuk menghadapi mereka dan musuh-

musuh itu datang dari segala arah. 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu Nu'aim bin Mas'ud bin Amir bin Unaif bin Tsa'labah bin Qunfudz bin Hilal bin 

Khalawah bin Asyja' bin Raits bin Ghathafan datang ke tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

dan berkata: "Wahai Rasulullah, aku telah masuk Islam sementara kaumku belum ada yang tahu 

keislamanku. Oleh sebab  itu aku siap dengan tugas darimu." Rasulullah bersabda: "Sebetulnya  

engkau salah seorang dari kami. sebab  itulah, kacaukanlah persatuan mereka jika  engkau 

mampu, sebab  perang yaitu  tipu daya."131 

 

Nu'aim bin Mas'ud pergi menemui Bani Quraizhah dan ia yaitu  sahabat mereka pada masa jahiliyah. 

lalu  Nu'aim bin Mas'ud pergi ke tempat orang-orang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan bin 

Harb. 

lalu  Nu'aim bin Mas'ud pergi ke tempat-orang orang Ghathafan. Nu'aim berhasil mengadu 

domba di antara mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar berita tentang sengketa dan 

konflik yang terjadi di antara mereka, lalu beliau memanggil Hudzaifah bin Al-Yaman lalu  

mengutusnya pergi kepada mereka untuk mencan tanu apa yang akan mereka kerjakan pada malam 

hari. 

Ternyata mereka semua telah menarik pasukan mereka dan pulang kembali ke daerah asal mereka 

masing-masing. 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala pagi menjelang Rasulullah pulang dari Khandaq ke Madinah bersama 

dengan kaum muslimin dan meletakkan senjata. 

 

Perang Bani Quraizhah Tahun Kelima Hijriyah 

Ibnu Ishaq berkata: Berkata padaku Az-Zuhri pada waktu Zhuhur Malaikat Jibril Alaihis salam 

mendatangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, ia lalu  bertanya: "Apakah engkau 

melakukan gencatan senjata?' Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab, "Ya." Malaikat Jibril 

berkata: "Para malaikat tidak melakukan gencatan senjata. Kini mereka sedang mengejar kaum 

ini . Hai Muhammad Sebetulnya  Allah menyuruhmu berangkat ke Bani Quraizhah aku juga 

akan berangkat ke sana untuk memerangi mereka." 

sesudah  itu, Rasjilullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan seseorang untuk menyeru Kaum 

Musilmin: "Barangsiapa mendengar dan taat, maka janganlah ia menunaikan shalat Ashar kecuali ia 

sudah sampai di Bani Quraizhah."132 

 

Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunjuk sementara Ibnu Ummi Maktum 

sebagai Imam di Madinah. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunjuk Ali bin Abu Thalib sebagai 

komandan pasukan dengan membawa panji perang dalam perjalanan menuju Bani Quraizhah 

sedangkan kaum Muslimin berjalan di belakangnya. Rasulullah berjalan melewati beberapa sahabat 

di As-Shaurain sebelum sampai di Bani Al-Quraizhah, lalu beliau bertanya kepada mereka: "Apakah 

ada seseorang melewati kalian sebelum aku?" Mereka menjawab: "Ya ia yaitu  Dihyah bin Khalifah 

Al-Kalbi." Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Bukan! Dia itu Jibril yang di kirim kepada 

Bani Quraizhah guna menghancurkan benteng-benteng dan menghunjamkan rasa takut ke hati 

mereka." 

Tatkala Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam tiba di Bani Quraizhah, beliau istirahat di salah satu 

sumur Bani Quraizhah di sisi kebun mereka yang bernama sumur Una. Ibnu Hisyam berkata ada pula 

yang mengatakan sumur Anna. 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  itu, kaum Muslimin tiba berombongan. Namun, ada beberapa orang di 

antara mereka yang tiba sesudah  Isya' akhir dan belum mengerjakan shalat ashar sebab  berpedoman 

kepada sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, "Janganlah seorangpun di antara kalian 

mengerjakan shalat ashar kecuali sudah tiba di Bani Quraizhah."133 lalu  mereka mengerjakan 

shalat Ashar di Bani Quraizhah sesudah  shalat Isya. Allah tidak mencela mereka dalam Kitab Sucinya 

atas peristiwa tadi dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga tidak marah pada mereka. Hadits 

ini di sampaikan kepadaku oleh Abu Ishaq bin Yasar dari Ka'ab bin Ka'ab bin Malik Al-Anshari. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengepung Bani Quraizhah selama dua 

puluh lima malam hingga mereka menderita sebab  pengepungan ini dan Allah rnerasukkan rasa takut 

luar biasa ke dalam hati mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Bani Quraizhah meyakini sepenuhnya bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi 

Wasallam tidak akan berbalik meninggalkan mereka sampai mengalahkan mereka. 

Maka mereka mengirim utusan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan membawa 

pesan: "Datangkanlah kepada kami Abu Lubabah bin Abdul Mundzir dari Bani Amr bin Auf dan sekutu 

orang-orang Aus agar kita bisa berkonsultasi dengannya dalam masalah kami ini." Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim Abu Lubabah kepada Bani Quraizhah. saat  mereka melihat 

Abu Lubabah maka orang laki-laki, wanita-wanita, dan anak-anak berdatangan kepadanya lalu  

menangis di hadapannya hingga Abu Lubabah merasa kasihan kepada mereka. Orang-orang Yahudi 

Bani Quraizhah berkata kepada Abu Lubabah: "Wahai Abu Lubabah, bagaimana pendapatmu jika  

kita menyerah kepada hukum Muhammad?" Abu Lubabah berkata: "Ya!" Sambil berisyarat dengan 

tangan pada tenggorokannya, itu artinya dipenggal." Abu Lubabah berkata: "Demi Allah, apa yang 

kulakukan? Aku telah mengkhianati Allah dan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam!" lalu , Abu 

Lubabah pergi. saat  sampai di tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, ia langsung mengikat 

diri pada salah satu tiang masjid. Abu Lubabah berkata: "Aku akan terus begini di sini hingga Allah 

menerima taubatku atas apa yang telah aku perbuat. Aku berjanji kepada Allah untuk tidak memasuki 

benteng Bani Quraizhah untuk selama-lamanya namun hal itu malah kulakukan." 

Ibnu Hisyam berkata: Allah lalu menurunkan ayat tentang Abu Lubabah seperti diceritakan Sufyan bin 

Uyainah dari Ismail bin Abu Khalid bin Abdullah bin Abu Qatadah: 

 

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan 

(juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu 

mengetahui. (QS. al-Anfaal: 27) 

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abdullah bin Qusaith bercerita kepadaku bahwa berita taubatnya Abu 

Lubabah diterima Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjelang shubuh pada saat beliau sedang 

berada di rumah Ummu Salamah. Ummu Salamah berkata: Saat menjelang shubuh, aku mendengar 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tertawa. Aku berkata: "Apa yang membuatmu tertawa wahai 

Rasulullah?" Beliau bersabda: "Allah telah menerima taubat Abu Lubabah." Aku berkata: "Bolehkah 

aku kabarkan kabar gembira ini kepadanya?" Beliau bersabda: "Silahkan sampaikan saja." Ummu 

Salamah berdiri di depan pintu kamarnya, peristiwa ini terjadi sebelum diwajibkannya hijab- lalu  

berkata: "Wahai Abu Lubabah sambutlah kebahagianmu sebab  Allah telah menerima taubatmu." 

Para sahabat lalu mengerumuninya untuk melepaskan ikatannya. Namun ia berkata: "Tidak, demi 

Allah, aku tidak suka kalian lakukan hal ini, hingga Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sendiri yang 

melepaskan ikatanku dengan kedua tangannya." Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

keluar untuk melaksanakan shalat Shubuh, beliau berjalan melewati Abu Lubabah dan melepaskan 

ikatannya. 

Ibnu Hisyam berkata: Selama enam hari Abu Lubabah terus mengikat dirinya. Sepanjang waktu 

ini , istrinya senantiasa datang setiap waktu shalat untuk melepaskan ikatan agar ia bisa 

melaksanakan shalat. Sesuai shalat kembali ia mengikat diri lagi. Demikianlah yang terjadi, 

sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama kepadaku. 

Ibnu Ishaq berkata: Keesokan harinya, Bani Quraizhah tunduk kepada hukum Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam. 

Sebelum mengepung Bani Quraizhah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam telah mengepung Bani 

Qainuqa sekutu Al-Khazraj lalu  mereka tunduk kepada hukum beliau. 

Sebelumnya, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menempatkan Sa'ad bin Muadz di sebuah kemah 

milik seorang wanita dari Aslam, yang bernama Rufaidah. Kemah itu berada di mesjid Rasulullah, 

sedangkan Rufaidah mengobati orang-orang yang terluka dan mewakafkan diri untuk melayani siapa 

saja di antara kaum Muslimin yang terluka. saat  Sa'ad bin Muadz terkena anak panah di Perang 

Khandaq, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada kaumnya: "Rawatlah Sa'ad bin 

Muadz di kemah milik Rufaidah agar aku dapat mengunjunginya dari dekat.134 

 

saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunjuk Sa'ad bin Muadz sebagai mediator bagi Bani 

Quraizhah, kaum Sa'ad bin Muadz datang kepada Sa'ad bin Muadz lalu  mereka menaikkannya 

di atas keledai. Mereka pergi bersama Sa'ad bin Muadz kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Mereka berkata: "Wahai Abu Amr, berbuat baiklah kepada sekutumu, sebab  Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam menunjukmu sebagai hakim agar engkau berbuat baik kepada mereka." saat  

mereka banyak bicara kepada Sa'ad bin Muadz, Sa'ad bin Muadz berkata: "Kini telah tiba saatnya bagi 

Sa'ad bin Muadz untuk bangkit menghadapi orang yang mengecamnya di jalan Allah." sesudah  itu, 

beberapa orang dari kaum Sa'ad bin Muadz yang tadinya menemani Sa'ad bin Muadz pulang ke 

perkampungan Abdul Asyhal dan menceritakan apa yang dikatakan Sa'ad bin Muadz kepada beberapa 

orang dari Bani Quraizhah sebelum Sa'ad bin Muadz sampai di tempat mereka. Pada saat Sa'ad bin 

Muadz dan kaumnya tiba di tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda: 

"Berdirilah untuk menyambut pemimpin kalian!"135 

 

Ibnu Hisyam berkata: Sebagian orang yang tidak aku ragukan integritasnya berkata kepadaku bahwa 

Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu berteriak keras pada saat kaum Muslimin mengepung Bani 

Quraizhah. sesudah  itu, orang-orang laki-laki Yahudi Bani Quraizhah disuruh turun, lalu  

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan orang-orang Yahudi Bani Quraizhah dibawa ke 

parit yang telah digali dipasar Madinah dan menghabisi mereka di dalamnya. Termasuk di dalamnya 

musuh Allah Huyay bin Akhthab, Kaab bin Asad tokoh Bani Quraizhah bersama dengan enam ratus 

atau tujuh ratus orang-orang Bani Quraizhah. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hanya memerintahkan membunuh orang-

orang Bani Quraizhah yang telah dewasa. 

Ibnu Ishaq berkata: Syu'bah bin Al-Hajjaj berkata kepadaku dari Abdul Malik bin Umair dari Athiyyah 

Al-Qurazhi yang berkata: "Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan menghabisi orang-

orang Bani Quraizhah yang telah dewasa. Kala itu, aku masih anak-anak, makanya mereka 

membebaskanku.136 

 

 

Pembagian Fa'i Bani Quraizhah 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membagi-bagikan harta kekayaan, wanita-

wanita, dan anak-anak Bani Quraizhah kepada kaum Muslimin. Disaat yang sama, beliau juga 

mewartakan jumlah bagian yang didapat pasukan berkuda, dan tentara pejalan kaki, dan 

mengeluarkan seperlima dari seluruh rampasan perang itu. Tentara berkuda mendapat tiga jatah; dua 

jatah untuk kuda dan satu jatah untuk penunggangnya. Adapun tentara pejalan kaki mereka 

mendapatkan satu jatah. Jumlah kuda Bani Quraizhah saat itu ada tiga puluh enam ekor. Itulah fa'i 

yang pertama kali dibagi sesuai dengan jatahnya, seperlima daripadanya dikeluarkan, dan merupakan 

sunnah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dalam pembagian fa'i di medan perang. sesudah  itu, 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus Sa'ad Zaid Al-Anshari saudara Bani Abdul Asyhal 

membawa tawanan-tawanan wanita Bani Quraizhah ke Najed dan menukar mereka dengan kuda- 

kuda dan peralatan perang. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memilih salah seorang wanita Bani 

Quraizhah yang bernama Raihanah binti Amr bin Junafah untuk diri beliau sendiri. Ia berasal Bani Amr 

bin Quraizhah dan tetap dalam kepemilikan beliau pada saat beliau wafat. Saat Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam menawan Raihanah binti Amr, ia tetap memilih menjadi seorang wanita Yahudi. 

Rasulullah sedih sebab  sikapnya itu lalu  melepaskannya. saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam sedang bersama para sahabat, tiba-tiba Tsa'labah bin Sa'yah datang dan ia berkata: "Wahai 

Rasulullah, Raihanah telah memeluk Islam." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sangat gembira 

dengan berita ini . 

Ibnu Ishaq berkata: Tentang Perang Khandaq dan Bani Quraizhah, Allah Ta'ala menurunkan surat Al-

Ahzab. Dalam surat ini , Allah Ta'ala mengisahkan musibah yang menimpa kaum Muslimin, 

nikmat-Nya kepada mereka, perlindungan-Nya, dan bagaimana Allah mencabut musibah ini  dari 

mereka sebab  ucapan orang-orang munafik. Allah berfirman: 

 

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu 

saat  datang kepadamu tentara-tentara (orang-orang Quraisy, Ghathafan, Bani Quraizah), lalu Kami 

kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara (angin dan para malaikat) yang tidak dapat kamu 

melihatnya. Dan yaitu  Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Ahzab: 9) 

 

(Yaitu) saat  mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan saat  tidak tetap lagi 

penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap 

Allah dengan bermacam-macam purbasangka. (QS. al-Ahzab:10) 

Orang-orang yang mengepung kaum muslimin dari atas mereka yaitu  orang-orang Bani Quraizhah, 

sedangkan yang mengepung dari bawah mereka yaitu  orang-orang Quraisy dan Ghathafan. 

lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

 

Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat. Dan 

(ingatlah) saat  orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: 

"Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya." (QS. al-Ahzab: 11-12) 

Orang yang mengatakan perkataan seperti diatas yaitu  Mu'attib bin Qusyair, lalu  Allah Ta'ala 

berfirman: 

 Dan (ingatlah) saat  segolongan di antara mereka berkata: "Hai warga  Yatsrib (Madinah), tidak 

ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu." Dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi 

(untuk kembali pulang) dengan berkata: "Sebetulnya  rumah-rumah kami terbuka (tidak ada 

penjaga)." Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak lari. (QS. 

al-Ahzab: 13). 

Disebabkan perkataan Aus bin Qaidhi dan orang-orang dari kaumnya yang seirama dengannya. 

lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

 

Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, lalu  diminta kepada mereka supaya murtad, 

niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan dalam 

waktu yang singkat. (QS. al- Ahzab: 14). Maksud kata "fitnah" pada ayat di atas ialah kembali kepada 

kesyirikan, lalu  Allah berfirman: 

 

Dan Sebetulnya  mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah: "Mereka tidak akan berbalik ke 

belakang (mundur)" Dan yaitu  perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. 

al-Ahzab: 15) 

Mereka yaitu  Bani Haritsah yang ingin mundur di Perang Uhud bersama Bani Salimah, lalu  

berjanji kepada Allah tidak akan mengulanginya lagi untuk selama-lamanya. Allah menyebutkan 

kepada mereka apa yang pernah mereka janjikan. lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau 

pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan 

kecuali sebentar saja." Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia 

menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik 

itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. (QS. al-Ahzab: 16-17) 

Selanjutnya Allah berfirman: Sebetulnya  Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi 

di antara kamu (Al Ahzab: 18), yakni orang munafik. 

lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

 

Dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya: "Marilah kepada kami.” Dan mereka 

tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. (QS. al-Ahzab: 18) 

Yakni sekedar berlindung diri dan sebagai alasan, lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

Dan jika  ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka 

bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) 

amalnya. Dan yang demikian itu yaitu  mudah bagi Allah. (QS. al-Ahzab: 19), mereka meledek 

sekalian dengan ungkapan yang tidak kalian senangi. Sebab mereka tidak pernah sedikitpun 

mengharapkan akhirat, tidak menabung pahala di sisi Allah, dan mereka sangat takut mati. 

Ibnu Hisyam berkata: Salaquukum yakni berlebihan dalam celaan kepada kalian. Maka mereka 

membakar dan menyakiti kalian. Seperti dikatakan orang Arab: Khathibun Sallaq dan Khathibun 

Musliq dan Mislaq, artinya khatib yang membikin sakit hati pendengarnya. 

A'sya Bani Qais bin Tsa'labah berkata: 

Pada mereka ada kemulian tolerasani dan pertolongan 

Di tengah mereka ada para khatib yang melukai jiwa 

 

lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

 

Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; yakni orang-orang 

Quraisy dan Ghathfan (QS. al-Ahzab: 20), yakni yaitu  orang-orang Quraisy dan Ghathafan. 

lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di 

dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu. 

Dan sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja. 

(QS. al-Ahzab: 20) 

lalu  Allah mengarahkan firman kepada kaum mukmin dalam firman-Nya: 

 

Sebetulnya  telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang 

yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. 

al-Ahzab: 21) dengan tujuan agar orang-orang beriman tidak lebih mencintai diri mereka daripada diri 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan kedudukan beliau. sesudah  itu, Allah Ta'ala menemui kaum 

Mukminin, yang tahan cobaan. Allah Ta'ala berfirman: 

 

Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: 

"Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang 

demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (QS. al-Ahzab: 22). 

Semua ini menguatkan kesabaran mereka atas musibah yang terjadi, kepasrahan kepada takdir, dan 

pembenaran terhadap yang dijanjikan. 

Allah Ta'ala berfirman: 

 

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan 

kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur (QS. Al-Ahzab: 23), di antara mereka ada yang 

telah menuntaskan tugasnya dan telah pulang menuju dalam keadaan gugur sebagai syuhada pada 

perang Badar dan Perang Uhud. 

Ibnu Hisyam berkata: qadha nahbahu artinya meninggal dunia. Adapun makna an-nahb yaitu  jiwa, 

sebagaimana dikatakan oleh Abu Ubaidah kepadaku dan jamaknya yaitu  nuhub. 

Dzu Rummah berkata: 

Di senja hari orang-orang Harits melarikan diri 

sesudah  Hawbar kehilangan jiwa di pertempuran kuda 

 

Hawbar termasuk Bani Harits bin Ka'ab. Yang dimaksud di sini yaitu  Yazid bin Hawbar. Nahbu juga 

bermakna nazar sebagaimana dikatakan oleh Jarir bin al-Khathfai dalam syairnya. 

Ibnu Ishaq berkata mengomentari firman Allah: Di antara mereka ada yang menanti, yakni menanti 

janji Allah, yaitu kemenangan atau syahadah sebagaimana dicapai oleh sahabat-sahabatnya 

terdahulu. 

lalu  Allah berfirman: 

 

Dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya), (QS. al-Ahzab: 23), mereka tidak ragu-ragu 

sedikitpun terhadap agama mereka, dan tidak menukar agamanya dengan agama lain. 

lalu  Allah berfirman: 

 

Supaya Allah memberi  balasan kepada orang-orang yang benar itu sebab  kebenarannya, dan 

menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima tobat mereka. Sebetulnya  Allah 

yaitu  Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu 

yang dalam keadaan penuh kejelekan (QS. al-Ahzab: 24), yakni, orang-orang Quraisy dan Ghathfan. 

 

(lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin 

dari peperangan. Dan yaitu  Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Dan Dia menurunkan orang-orang 

Ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng 

mereka, (QS. al-Ahzab: 25- 26), Ahli Kitab pada ayat diatas yaitu  orang-orang Bani Quraizhah.   

dan Dia memasukkan rasa takut dalam hati mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian 

yang lain kamu tawan. (Al Ah- zab: 26), yakni pembunuhan orang laki-laki, penawanan anak-anak dan 

wanita-wanita. 

lalu  Allah berfirman: 

 

Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu 

pula) tanah yang belum kamu injak. Dan yaitu  Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu. (QS. al-

Ahzab: 27) 

Ibnu Ishaq berkata: Muadz bin Rif'ah Az Zuraqa berkata kepadaku bahwa orang-orang dari kaumku 

berkata kepadaku: 'Tak berapa lama sesudah  syahid Sa'ad bin Mu'adz, Malaikat Jibril Alaihis salam 

datang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan mengenakan sorban dari sutra pada 

pertengahan malam, lalu  berkata: "Wahai Muhammad, siapakah jenazah yang membuat pintu-

pintu langit dibuka dan Arasy bergetar dibuatnya?" 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiri mencari Sa'ad bin Muadz ternyata ia telah meninggal 

dunia. 

Ibnu Ishaq berkata: Orang yang tidak aku ragukan integritasnya berkata kepadaku dari Al Hasan Al-

Bashri yang berkata: Sa'ad bin Muadz yaitu  seorang yang bertubuh gemuk. Anehnya pada saat 

orang-orang mengusung jenazahnya, mereka merasakan ringan." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam, bersabda: "Sesunguhnya Sa'ad bin Muadz dipikul oleh para pemikul selain kalian. Demi Allah 

para malaikat sangat gembira dengan ruh Sa'ad bin Muadz sampai-sampai Arasy bergetar dibuatnya." 

Ibnu Ishaq berkata: Muadz bin Rifa'ah bercerita kepadaku dari Mahmud bin Abdurrahman bin Amr bin 

Al-Jamuh dari Jabir bin Abdullah yang berkata: Pada saat Sa'ad bin Muadz dikubur, kami menemani 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu  beliau bertasbih, diikuti bertakbir dan para sahabat 

pun ikut melakukannya. Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, kenapa engkau bertasbih?"' Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sungguh kuburan ini menyempit untuk hamba yang shalih ini 

namun Allah melonggarkannya."137 

Ibnu Hisyam berkata: Hadits yang senada yaitu  ucapan Aisyah yang bercerita bahwa Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebetulnya  kuburan menjepit dan jika ada orang yang 

selamat daripadanya tentu ia yaitu  Sa'ad bin Muadz."138 

 

 

Syuhada Kaum Muslimin Yang Gugur di Perang Khandaq 

Ibnu Ishaq berkata: Ada enam orang yang syahid dari kaum muslimin pada Perang Khandaq. 

Syuhada' dari Bani Abdul Asyhal yaitu  sebagai berikut: Sa'ad bin Muadz, Anas bin Aus bin Atik bin 

Amr, Abdullah bin Sahi. Jumlah seluruhnya tiga orang. 

Syuhada dari Bani Jusyam bin Al-Khazraj lalu  dari Bani Salimah yaitu  sebagai berikut: Ath-

Thufail bin An-Nu'man, Tsa'labah bin Ghanamah. Jumlah seluruhnya hanya dua orang. 

Syuhada' dari Bani An-Najjar lalu  dari Bani Dinar yaitu  Ka'ab bin Zaid. la terkena anak panah 

misterius yang tidak diketahui siapa yang melemparkannya hingga lalu  membuatnya gugur 

sebagai syahid. 

 

Korban Tewas Kaum Musyrikin di Perang Khandaq 

Ibnu Ishaq berkata: Korban dari kaum musyrikin hanya tiga orang. Yaitu, korban dari Bani Abduddar 

bin Qushai yaitu  Munabbih bin Utsman bin Ubaid bin As-Sabbaq bin Abduddar. Ia terpanah dan 

lalu  meninggal dunia sebab nya di Makkah. Ibnu Hisyam berkata: Utsman yang dimaksud ialah 

Utsman anak Umaiyyah bin Munabbih bin Ubaid bin As-Sabbaq. 

Korban dari Bani Makhzum bin Yaqadzah yaitu  Naufal bin Abdu bin Abdullah bin Al- Mughirah. 

Orang-orang Quraisy mendesak Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam agar beliau menjual jasad 

Naufal bin Abdullah kepada mereka. Pada saat Perang Khandaq, ia menerobos parit dan ia terjebak di 

dalamnya lalu dia tewas. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Kami tidak butuh jasad 

dan harganya." Rasulullah pun membiarkan jasad Naufal bin Abdullah diambil oleh orang-orang 

Quraisy. 

Ibnu Hisyam berkata: Orang-orang Quraisy memberi uang sebanyak sepuluh ribu dirham kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk tebusan jasad Naufal bin Abdullah sebagaimana 

dituturkan Az-Zuhri kepadaku. 

Korban dari Bani Amir bin Luay lalu  dari Bani Malik bin Hisl yaitu  Amr bin 

Abdu Wudd. Ia tewas dibunuh oleh Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu. 

Ibnu Hisyam berkata: Orang yang aku yakini integritasnya berkata kepadaku bahwa ia diberitahu oleh 

Az-Zuhri: Pada Perang Khandaq, Ali bin Abu Thalib membunuh Amr bin Abdu Wudd dan juga putranya 

yaitu Hisl bin Amr. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada pendapat yang menyebutkan namanya yaitu  Amr bin Abdu Wudd, namun 

ada juga pendapat yang menyebutnya Amr bin Abdin. 

 

Syuhada Kaum Muslimin Yang Gugur di Perang Bani Quraizhah 

Ibnu Ishaq berkata: Syuhada kaum Muslimin yang gugur di Perang Bani Quraizhah dari Bani Al Harits 

bin Al-Khazraj yaitu  Khallad bin Suwaid bin Tsa'labah bin Amr. Ia terkena lemparan batu penggiling 

sampai tengkorak kepalanya hancur. Ada riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebetulnya  Khallad bin Suwaid mendapatkan pahala dua orang 

syahid". 

Abu Sinan bin Mihshan bin Hurtsan saudara Bani Asad bin Khuzaimah, ia gugur pada saat Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengepung Bani Quraizhah. Jenazah Abu Sinan bin Mihshan dikebumikan 

di pemakaman Bani Quraizhah. 

Tatkala para sahabat kembali dari khandaq Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "sesudah  

tahun ini, orang-orang Quraisy tidak akan menyerang kalian, tapi kalianlah yang akan menyerang 

mereka." 

Sejak tahun itu, orang-orang Quraisy tidak menyerang kaum Muslimin, sebaliknya Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang menyerang mereka hingga Allah menaklukkan kota Makkah untuk 

kemengan rasul-Nya. 

 

Sallam bin Abu al-Huqaiq pun Tewas 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  Perang Khandaq usai dan penanganan terhadap Bani Quraizhah selesai, 

maka orang-orang Khazraj meminta izin kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk 

membunuh Sallam bin Abu Al-Huqaiq yang saat  itu berada di Khaibar dan beliau memberi izin 

kepada mereka untuk membunuhnya. Sallam bin Abu Al-Huqaiq alias Abu Rafi' terlibat dalam 

pembentukan pasukan sekutu untuk memerangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan orang-

orang Aus membunuh Ka'ab bin Al-Asyraf sebelum Perang Uhud sebab  permusuhannya kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan provokasinya. 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri meriwayatkan kepadaku dari Abdullah 

bin Ka'ab bin Malik yang berkata: Di antara kebaikan yang berikan oleh Allah untuk Rasul-Nya yaitu  

bahwa dua pemukiman kaum Anshar; Aus dan Khazraj, selalu bersaing untuk memberi  kebaikan 

kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, laksana persaingan dua ekor kuda dalam pacuan. 

jika  para sahabat dari Aus mengerjakan sesuatu kebaikan untuk Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam, para sahabat dari Khazraj berkata kepada mereka: "Demi Allah, kalian tidak boleh melenggang 

dengan kebaikan ini  dan tidak boleh lebih baik daripada kami di sisi Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam." Para sahabat Khazraj pun tidak berhenti berbuat hingga bisa mengejar ketertinggalan 

mereka dari para sahabat dari Aus. Sebaliknya, jika  para sahabat Al-Khazraj mengerjakan suatu 

kebaikan para sahabat dari Aus juga mengatakan hal yang sama. 

Tatkala para sahabat dari Aus berhasil membunuh Ka'ab bin Al-Asyraf sebab  permusuhannya kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, maka para sahabat dari kalangan Khazraj berkata: "Demi Allah, 

kalian tidak boleh melenggang dengan prestasi ini  dan menjadi lebih baik daripada kami untuk 

selamanya." Para sahabat dari Khazraj membuat daftar siapa saat ini yang memusuhi Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagaimana Ka'ab bin Al-Asyraf. lalu  mereka mengingat nama 

Sallam bin Abu Al-Huqaiq yang saat  itu berada di Khaibar. Lantas mereka pun minta izin kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk membunuhnya dan beliaupun mengizinkannya. 

Maka berangkatlah lima orang dari Bani Salimah ke tempat Sallam bin Al-Huqaiq. Kelima sahabat 

ini  yaitu  sebagai berikut: 

Abdullah bin Atik, Mas'ud bin Sinan, Abdullah bin Unais, Abu Qatadah Al-Harits bin Rib'i, Khuza'ah bin 

Aswad sekutu mereka dari Aslam. 

Mereka berangkat dan Abdullah bin Atik ditunjuk oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagai 

pemimpin rombongan, beliau pun melarang mereka untuk membunuh anak-anak dan para wanita. 

Tatkala tiba di Khaibar, mereka mendatangi rumah Sallam bin Abu Al-Huqaiq pada malam hari. 

Rombongan para sahabat ini  menyuruh semua orang di kampung itu untuk menutup pintu 

rumah mereka. Untuk menaiki ke lantai dua rumah milik Sallam bin Abu AI-Huqaiq ada  sebuah 

tangga terbuat dari batang kurma. Mereka naik ke kamar Sallam bin Abu Al-Huqaiq yang ada  di 

atas melalui tangga ini  hingga mereka pun berdiri depan pintu kamarnya, lalu meminta izin 

untuk masuk, namun mereka ditemui istri Sallam bin Abu Al-Huqaiq. Istri Sallam bin Abu Al-Huqaiq 

bertanya: "Siapa kalian?!" Para sahabat menjawab: "Kami orang-orang Arab yang sedang mencari 

makanan." Istri Sallam bin Abu Al-Huqaiq berkata: "Itu dia sahabat kalian, silahkan masuk!" sesudah  

mereka berhasil masuk ke tempat Sallam bin Abu Al- Huqaiq, mereka menutup pintu rumah dan pintu 

kamarnya sebab  khawatir ada jalan yang memungkinkan seseorang masuk lalu  mengagalkan 

misi mereka membunuh Sallam bin Abu Al-Huqaiq. lalu  mereka pergi dengan pedang terhunus 

ke tempat Sallam bin Abu Huqaiq yang pada saat itu berada di atas ranjangnya. Demi Allah, tidak ada 

yang menunjukkan mereka kepadanya di tengah malam yang gelap itu melainkan kulitnya yang amat 

putih laksana kain dari Mesir yang digelar terbuka. Isteri Sallam bin Abu Al-Huqaiq berteriak, pada saat 

istri Sallam bin Abu Al-Huqaiq berteriak, salah seorang dari mereka mengayunkan pedang untuk 

membunuhnya, namun dia mengurungkan niatnya sebab ingat akan larangan Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam. Andai saja mereka tidak mengingat larangan itu, pasti kami membunuhnya pada 

malam itu. saat  mereka telah memukul Sallam bin Abu Al-Huqaiq dengan pedang-pedang mereka, 

Abdullah bin Unais menusukkan pedang ke perut Sallam bin Abu Al-Huqaiq hingga tembus. Saat itulah, 

Sallam bin Abu Al-Huqaiq berkata: "Cukup! Cukup!" 

lalu  kelima sahabat ini  keluar. sebab  Abdullah bin Atik kurang baik penglihatannya, ia 

jatuh dari tangga hingga tangannya mengalami luka memar. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang mengalami luka memar yaitu  

kakinya. Mereka menggotong Abdullah bin Atik hingga tiba di tempat masuknya aliran air ke benteng 

lalu  kami masuk ke dalamnya. 

Ibnu Ishaq berkata: warga  setempat segera menyalakan lampu dan berkeliling kampung berusaha 

mencari kelima sahabat itu ke segala penjuru kampung. saat  mereka putus asa tidak berhasil 

menemukan, mereka pergi ke tempat Sallam bin Abu Al-Huqaiq dan memeluknya. Sallam bin Abu AI-

Huqaiq meninggal dunia di hadapan mereka. 

Salah seorang dari kelima sahabat berkata: "Bagaimana caranya agar kita mengetahui dengan pasti 

bahwa musuh Allah ini  telah benar-benar mati?" Salah seorang dari mereka berkata: "Aku akan 

pergi ke sana untuk melihat keadaannya sekarang." Sahabat ini  berangkat hingga berhasil 

menyelinap ke tengah kerumunan manusia. Ia berkata: "Aku melihat istri Sallam bin Abu Al-Huqaiq 

memegang lampu melihat wajah Sallam bin Abu Al-Huqaiq bersama orang-orang Yahudi. Istri Sallam 

bin Abu Al-Huqaiq berkata kepada orang-orang Yahudi: "Demi Allah, tadi aku mendengar suara 

Abdullah bin Atik, namun aku tidak mempercayainya, mana ada Abdullah bin Atik di negeri kita ini?" 

sesudah  itu. istri Sallam bin Abu Al-Huqaiq mendekat kepada Sallam bin Abu Al-Huqaiq lalu berkata. 

"Demi Tuhan orang-orang Yahudi, Ia telah tewas." Sahabat ini  berkata, Aku tidak pernah 

mendengar ungkapan yang lebih enak didengar daripada apa yang dikatakan istn Sallam bin Abu Al-

Huqaiq ini . Setelak itu, sahabat tadi datang ke tempat persembunyian para sahabat lainnya dan 

menceritakan peristiwa tadi.  

lalu  mereka menggotong Abdullah bin Atik yang tangannya luka memar menemui Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tatkala tiba di kediaman Rasulullah, mereka melaporkan tentang 

tewasnya musuh Allah ini . Masing-masing dari mereka mengaku dirinyalah yang telah 

membunuh Sallam bin Abu Al-Huqaiq. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Bawalah ke 

hadapanku seluruh pedang kalian!" Mereka pun datang lagi kepada Rasululla Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam dengan pedang masing-masing. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengamati pedang-

pedang ini  lalu  bersabda tentang pedang Abdullah bin Unais: "Pedang inilah yang telah 

membunuhnya. Aku melihat bekas makanan padanya." 

 Amr bin Ash dan Khalid bin Walid Masuk Islam 

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abu Habib meriwayatkan kepadaku dari Rasyid mantan budak Habib bin 

Abu Aus At-Tsaqafi dari Habib bin Abu Aus Ats-Tsaqafi, ia berkata kepadaku beberapa orang Quraisy 

yang bisa diajak bermusyawarah dan mendengarkan pendapatku. Aku berkata kepada mereka: "Demi 

Allah, kalian semua telah mengetahui, aku berpandangan bahwa persoalan Muhammad telah 

memuncak dan sangat sulit untuk bisa ditandingi. Aku memiliki suatu pandangan, bagaimana menurut 

kalian?" Mereka bertanya: Apa pendapatmu itu?" aku menjawab: "Menurut pandanganku, sebaiknya 

kita pergi ke tempat Najasyi dan menetap di sana bersamanya. jika  Muhammad berhasil 

mengalahkan kaum kita, maka kita menetap di negeri Najasyi, sebab  kita lebih suka dikuasai Najasyi 

ketimbang dikuasai oleh Muhammad. Namun jika  kaum kita berhasil mengalahkan Muhammad, 

kita orang yang telah dikenal di kalangan mereka, maka hanya kebaikan yang akan kembali kepada 

kita." Mereka berkata: "Ini pendapat yang pas." Aku berkata: "Jika demikian, kumpulkanlah hadiah 

untuk kita berikan kepada raja An-Najasy." 

Amr bin Ash berkata: Barang istimewa yang selalu menjadi oleh-oleh khas dan istimewa dari daerah 

kami, dan paling kami sukai untuk dijadikan hadiah bagi Najasyi yaitu  kulit. Sebab itu, kami 

mengumpulkan kulit sebanyak-banyaknya, lalu  kami pun pergi ke sana. Demi Allah, saat  kami 

berada di tempat Najasyi, tiba-tiba Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri datang ke sana yang sengaja 

dikirim oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk menanyakan tentang Ja'far dan sahabat-

sahabatnya. Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri masuk ke tempat Najasyi, tak lama lalu  diapun 

keluar. Aku berkata kepada sahabat-sahabatku: "Inilah Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri, jika kepalanya. 

Jika hal itu berhasil aku lakukan, orang-orang Quraisy akan tahu bahwa aku telah mewakilinya 

membunuh utusan Muhammad." Aku pun segera masuk ke ruangan Najasyi dan sujud kepadanya 

sebagaimana biasa aku lak

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 23 kar orang-orang Yahudi untuk membunuh dirinya pada mereka. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu memerintahkan para sahabat untuk bersiap-siap untuk memerangi orang-orang An-Nadhir. Ibnu Hisyam ber… Read More