unabbih lalu membunuhnya. Pada waktu kabilah Khuza'ah tiba di
Makkah, mereka berlindung di rumah Budail bin Warqa' dan di rumah mantan budak mereka, Rafi.
Tamim bin Asad lalu memohon maaf atas tindakannya meninggalkan Munabbih.
Kabilah Khuza'ah Meminta Perlindungan dari Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Pada waktu kabilah Bani Bakr bersekongkol dengan Quraisy untuk menyerang
kabilah Khuza'ah, menangkap salah seorang dari mereka, melanggar perjanjian dengan Rasulullah,
serta untuk membunuh orang-orang dari kabilah Khuza'ah walaupun sebenarnya kabilah Khuza'ah
yaitu sekutu Rasulullah, maka Amr bin Salim dari Khuza'ah dari Bani Ka'ab pergi ke Madinah untuk
menemui Rasulullah. Peristiwa ini merupakan faktor yang mendorong terjadinya pembebasan
Makkah. Amr bin Salim berdiri di hadapan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang sedang duduk
bersama muslimin di masjid.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam bersabda: "Wahai Amr bin Salim, engkau
akan dibantu." lalu langit mendung ditampakkan kepada Rasulullah, lalu beliau bersabda:
"Sebetulnya awan ini datang membawa pertolongan bagi Bani Ka'ab, kabilah Khuza'ah.
Budail bin Warqa' dan beberapa orang dari kabilah Khuza'ah pergi ke Madinah untuk menemui
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Setibanya di Madinah, mereka melaporkan kepada beliau apa
yang menimpa kepada mereka dan tentang dukungan Quraisy terhadap kabilah Bani Bakr dalam
menyerang mereka. lantas mereka kembali pulang ke Makkah. Sebelumnya, Rasulullah Shallalahu
alaihi wa Sallam bersabda: "Nampaknya Abu Sufyan bin Harb akan datang kepada kalian untuk
menguatkan perjanjian dan memperpanjang masa berlakunya."
Budail bin Warqa' dan para sahabatnya pergi hingga bertempu dengan Abu Sufyan bin Harb di Usfan.
Dia diutus oleh orang-orang Quraisy untuk menemui Rasulullah untuk menguatkan perjanjian dan
memperpanjang masa berlakunya, sebab mereka ketakutan atas tindakan mereka sendiri membantu
kabilah Bani Bakr. Pada saat Abu Sufyan bin Harb bertemu Budail bin Warqa', ia bertanya kepadanya:
"Dari mana engkau datang, wahai Budail." Abu Sufyan bin Harb menduga bahwa Budail bin Warqa'
baru saja menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Budail bin Warqa' menjawab: "Aku baru
saja rekreasi di pantai dan di lembah ini bersama orang- orang kabilah Khuza'ah." Abu Sufyan bin Harb
bertanya: "Apakah engkau baru kembali dari Muhammad?." Budail bin Warqa' menjawab: "Tidak."
Saat Budail bin Warqa' tiba di Makkah, Abu Sufyan bin Harb berkata: "jika Budail bin Warqa' baru
datang dari Madinah, pasti untanya memakan biji kurma." lalu Abu Sufyan bin Harb segera
mendatangi tempat pemberhentian unta Budail bin Warqa' dan mengambil kotoran untanya. Ia
mengurai kotoran unta ini dan mendapati biji kurma padanya. Lalu ia berkata: "Aku bersumpah
bahwa Budail bin Warqa' telah menemui Muhammad."
Maka berangkatlah Abu Sufyan bin Harb ke Madinah. Setibanya di sana, ia masuk ke rumah putrinya,
Ummu Habibah binti Abu Sufyan bin Harb. Pada saat hendak duduk di atas kasur Rasulullah, Ummu
Habibab melipatnya sebab tidak menginginkan Abu Sufyan bin Harb duduk di sana. Abu Sufyan bin
Harb berkata: "Wahai putriku, aku tidak tahu apakah engkau tidak menyukaiku duduk di atas kasur ini
atau engkau tidak menyukai diriku." Lalu Ummu Habibah menjawab: "Kasur ini milik Rasulullah,
adapun engkau yaitu seorang musyrikyang najis. Aku tidak sudi engkau duduk di atas kasur itu." Abu
Sufyan bin Harb berkata: "Demi Allah, sesudah engkau berpisah denganku, engkau menjadi orang
berperangai buruk."
lalu dia keluar dan datang ke tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Ia berbicara
depadanya, namun beliau tidak meresponnya. Lalu Abu Sufyan bin Harb pergi ke tempat Abu Bakar
untuk memintanya ber bicara dengan Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam, tapi Abu Bakar pun
menolaknya, ia berkata: "Aku tidak mau melakukannya." Lalu Abu Sufyan bin Harb mendatangi Umar
bin Khaththab, tapi Umar bin Khaththab menimpalinya dengan ucapan: "Apakah pantas Aku memberi
pembelaan untukmu di hadapan Rasulullah?!! Demi Allah, andai aku tidak memiliki apapun kecuali
hanya seekor semut kecil, aku akan memerangimu dengannya." Abu Sufyan bin Harb pun keluar dari
rumah Umar bin Khaththab dan pergi menuju rumah Ali bin Abu Thalib, kala itu dia sedang bersama
istrinya, Fathimah dan anak mereka, Hasan bin Ali yang sedang merangkak dengan kedua tangannya.
Abu Sufyan bin Harb berkata: "Hai Ali, engkau orang yang paling sayang padaku. Aku datang kepadamu
untuk sebuah kepentingan. Oleh sebab itu, janganlah kalian memulangkan aku dalam keadaan
kecewa. Bantulah aku di hadapan Rasulullah." Ali bin Abu Thalib berkata: "Wahai Abu Sufyan,
Celakalah engkau!. Demi Allah, Rasulullah telah bertekad untuk melakukan sesuatu yang tidak dapat
ditawar lagi."
Abu Sufyan bin Harb melirikkan pandangannya ke arah Fathimah, lalu berkata: "Wahai putri
Muhammad, maukah engkau menyuruh anak kecilmu ini untuk memberi perlindungan kepada
manusia, semoga kelak dia menjadi pemimpin Arab sepanjang zaman?" Fathimah menjawab: "Demi
Allah, anakku belum mampu melindungi manusia dan tidak ada seorang pun yang bisa melindungi
mereka dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam." lalu Abu Sufyan bin Harb berkata kepada
Ali bin Abu Thalib: "Wahai Abu Hasan, nampaknya persoalan ini menjadi semakin rumit bagiku, maka
berilah aku nasihat." Ali bin Abu Thalib berkata: "Demi Allah, aku tidak mengetahui sesuatu yang
bermanfaat bagimu. Engkau yaitu pemimpin Bani Kinanah, maka berdiri dan lindungilah manusia,
dan pulanglah ke tempat asalmu." Abu Sufyan bin Harb bertanya: "Apakah yang demikian ini berguna
bagiku?" Ali bin Abu Thalib menjawab: Tidak, demi Allah. Aku kira hal ini tidak bermanfaat
bagimu, namun aku tidak melihat pilihan lain yang lebih baik untukmu." Abu Sufyan bin Harb pergi ke
masjid seraya berkata: "Wahai manusia, aku telah memberi perlindungan kepada manusia."
sesudah mengatakan ucapannya tadi, Abu Sufyan bin Harb menaiki untanya dan balik ke Makkah.
Sesampainya di Makkah, orang-orang Quraisy bertanya padanya: "Berita apakah yang engkau bawa?"
Abu Sufyan bin Harb menjawab: "Aku telah menemui Muhammad dan berbicara dengannya, namun
ia tidak memberi respon sedikit pun. lalu aku menemui Abu Bakar, namun aku tidak melihat
kebaikan terpancar padanya. Lalu aku datangi Umar bin Khaththab dan mendapatinya orang yang
paling kencang permusuhannya.
Ibnu Ishaq berkata: lalu aku datang kepada Ali bin Abu Thalib dan mendapatkan dia sebagai
orang yang paling lembut. Ia memberi nasehat padaku untuk melakukan sesuatu. Tapi, demi Allah,
aku tidak tahu apakah itu akan berguna bagiku atau tidak." Orang-orang Quraisy bertanya: "Apa yang
Ali perintahkan kepadamu?" Abu Sufyan bin Harb menjawab: "la menyuruhku melindungi manusia
dan aku pun melakukannya," jawab Abu Sufyan. Orang-orang Quraisy bertanya: "Apakah Muhammad
mengizinkan itu?" Abu Sufyan bin Harb menjjawab: "Tidak." Orang-orang Quraisy berkata: "Celakalah
engkau, engkau telah dipermainkan oleh Ali bin Abu Thalib. Semua yang engkau katakan tadi tidak
berguna bagimu." Abu Sufyan bin Harb berkata:
"Demi Allah, tidak ada pilihan lain bagiku."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kaum Muslimin mempersiap- kan diri mereka
dan memerintahkan keluarga beliau untuk menyiapkan keperluan beliau. Abu Bakar masuk ke rumah
anaknya, Aisyah yang sedang menyiapkan keperluan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu
berkata: "Anakku, apakah Rasulullah menyuruhmu menyiapkan keperluan beliau?" Aisyah men-
jawab: "Ya," Oleh sebab itu, bersiap-siaplah engkau." Jawab Aisyah. Abu Bakar bertanya lagi: "Apakah
engkau tahu hendak kemana beliau akan pergi?" Aisyah menjawab: "Demi Allah, aku tidak tahu."
Tidak lama lalu , Rasulullah mengumumkan bahwa beliau segera berangkat ke Makkah dan
memerintahkan kaum Muslimin untuk melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya. Lalu beliau
membaca do'a: "Ya Allah, tutuplah penglihatan dan pendengaran orang-orang Quraisy agar tidak
mengetahui informasi keberangkatan kami, supaya kami bisa menyerang mereka dengan
mengejutkan di dalam negeri mereka sendiri." Kaum Muslimin pun segera bersiap-siap.
Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu menuturkan bait-bait sya'ir untuk memberi motivasi kepada
kaum muslimin dan menyebutkan perihal korban kabilah Khuza'ah:
Aku sangat risau walaupun tidak melihat orang-orang Bani Ka'ab dipancung lehernya di lembah
Makkah
Oleh orang-orang dengan pedang mereka yang tidak terhunus
Banyak korban yang yang dibiarkan tidak di kubur
Kuharap; bantuanku dan tikamanku sampai kepada Suhail bin Amr dan Shafwan?
Mereka unta tua yang telah terpotong dari rambut duburnya
Inilah saatperang dimana tali-temalinya telah diikat kuat
Hai anak Ummu Mujalid, janganlah merasa aman dari kami
Tatkala susu murninya telah diperas dan taringnya telah bengkok
Janganlah kalian sedih sebab nya, sebab
pedang-pedang kami
Akan membukakan pintu kematiannya
Ibnu Hisyam berkata: Yang dimaksud Hassan bin Tsabit dengan bait sya'irnya, Oleh orang-orang
dengan pedang mereka yang tidak terhunus ialah orang-orang Quraisy. Adapun yang dimaksud
dengan Anak Ummu Mujalid yaitu Ikrimah bin Abu Jahal.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair meriwayatkan kepadaku dari Urwah bin Zubair
dan yang lainnya. Mereka berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengambil
keputusan untuk pergi ke Makkah, Hathib bin Abu Balta'ah mengirim surat kepada orang-orang
Quraisy. Di dalamnya, Hathib bin Abu Balta'ah menjelaskan prihal keputusan Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam untuk pergi ke tempat mereka. Surat ini dititipkan Hathib bin Abu Balta'ah
kepada seorang wanita bernama Muzainah demikian menurut Muhammad bin Ja'far, pendapat lain
mengatakan, bahwa surat ini dititipkan kepada Sarah mantan budak wanita salah seorang dari
Bani Abdul Muthalib. Hathib bin Abu Balta'ah akan memberi hadiah kepada wanita tadi jika ia
bersedia menyampaikan surat yang dia tulis kepada orang-orang Quraisy. lalu wanita ini
menyembunyikan surat ini di gelungan rambut kepalanya. Dan wanita itupun berangkat menuju
Makkah.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menerima berita dari Jangit tentang perbuatan Hathib bin Abu
Balta'ah ini , maka diutuslah Ali bin Abu Thalib dan Zubair bin Awwam. Kepada mereka berdua
Rasulullah bersabda: "Kejarlah wanita yang membawa surat Hathib bin Abu Balta'ah yang berisi
keterangan untuk orang-orang Quraisy perihal rencana keberangkatan kita terhadap mereka."
Keduanya segera berangkat dan berhasil menyusul wanita ini di daerah Khulaiqah Bani Abu
Ahmad. Keduanya menyuruh wanita ini turun dari unta dan membongkar pelananya, namun
kedua sahabat itu tidak menemukan apa-apa.
Ali bin Abu Thalib berkata kepada wanita ini : "Aku bersumpah dengan nama Allah bahwa
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak berbohong, dan kami juga tidak berbohong. Maka
serahkanlah surat ini kepada kami, kalau tidak, kami akan tanggalkan seluruh pakaianmu."
Tatkala melihat keseriusan Ali bin Abu Thalib, wanita ini berkata: "Balikan badanmu". Ali bin Abu
Thalib pun membalikan badannya. sesudah itu wanita ini membuka gelungan rambutnya dan
mengeluarkan surat dari dalamnya lalu menyerahkan surat ini kepada Ali bin Abu Thalib. Ali bin
Abu Thalib segera membawa surat ini kepada Rasulullah.
Rasulullah segera memanggil Hathib bin Abu Balta'ah seraya bertanya: "Wahai Hathib, apa yang
mendorongnmu melakukan semua ini?" Hathib bin Abu Balta'ah menjawab: "Wahai Rasulullah,
ketahuilah demi Allah, Sebetulnya aku masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak
mengubah agamaku ataupun menggantinya. Sebenarnya, aku orang yang tidak memiliki nenek
moyang di Quraisy, sedangkan aku memilki anak dan keluarga yang kini tinggal di sana. Sebab itulah,
aku lakukan itu untuk mencari simpatik dari mereka." Umar bin Khaththab yang hadir di tempat itu
berkata: "Wahai Rasulullah, aku meminta izin untuk memenggal leher orang ini, sebab ia telah
berdusta." Rasulullah bersabda: "Wahai Umar, tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah melihat
mujahidin Badar, lalu berfirman: "Kerjakan apa saja yang kalian inginkan, Aku telah
mengampuni kalian."184
Allah berfirman perihal Hathib bin Abu Balta'ah,
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi
teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), sebab rasa
kasih sayang; padahal Sebetulnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu,
mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu sebab kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika
kamu benar-benar keluar untuk berjihadpada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku (janganlah kamu
berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada
mereka, sebab rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang
kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka Sebetulnya dia telah
tersesat dari jalan yang lurus. Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai
musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti (mu); dan
mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir. Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada
bermanfaat bagimu pada hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan. Sebetulnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia; saat mereka berkata kepada kaum mereka: "Sebetulnya
kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)
mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai
kamu beriman kepada Allah saja." Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sebetulnya aku
akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu
(siksaan) Allah." (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan
hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali (QS. al-
Mumtahanah: 1-4).
Keberangkatan Rasulullah Bersama Pasukan Kaum Muslimin dan Diangkatnya Abu Ruhm Sebagai
Pengganti Imam
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri meriwayatkan kepadaku dari
Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma, ia
berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berangkat ke Makkah dan menunjuk Abu Ruhm —
Kultsum bin Hushain bin Utbah bin Khalaf Al-Ghifari— sebagai imam sementara di Madinah. Peristiwa
ini terjadi pada tanggal sepuluh Ramadhan sehingga Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan kaum
Muslimin berpuasa. Setibanya di Al-Kudaid, daerah yang terletak antara Usfan dan Amaj, beliau
berbuka puasa.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam terus melanjutkan perjalanan hingga
berhenti di Marru Azh-Zhahran bersama sepuluh ribu kaum Muslimin. Tujuh ratus orang berasal dari
Sulaim, pendapat yang lain mengatakan bahwa mereka berjumlah seribu orang. Pasukan dari
Muzainah juga berjumlah seribu, oleh sebab dari setiap kabilah ada orang-orang yang masuk
Islam. Seluruh kaum Muhajirin dan Anshar ikut bersama Rasulullah, tak seorang pun yang tertinggal.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam singgah di Marru Azh-Zhahran dan tidak diketahui oleh orang-
orang Quraisy. Pada malam ini , keluarlah Abu Sufyan bin Harb, Hakim bin Hizam, dan Budail bin
Warqa' untuk menyelidiki kabar dan melihat kondisi dan situasi barang kali mereka akan mendapat
atau mendengar berita. Al-Abbas bin Abdul Muthalib bertemu Rasulullah di salah satu jalan.
Ibnu Hisyam berkata: Al-Abbas bin Abdul Muthalib bertemu Rasulullah di Al-Juhfah saat itu dia
bermaksud hijrah bersama keluarganya. Sebelumnya, Al-Abbas bin Abdul Muthalib tinggal di Makkah
untuk melayani kebutuhan air para jama'ah haji atas restu Rasulullah, demikian seperti disampaikan
oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri.
Abu Sufyan bin Al-Harits dan Abdullah bin Abu Umaiyyah Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Muthalib dan Abdullah bin Abu Umaiyyah bin
Al-Mughirah juga bertemu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Niqul Uqab, sebuah daerah yang
terletak di antara Makkah dan Madinah. Keduanya hendak masuk ke tempat Rasulullah, lalu Ummu
Salamah memberitahu beliau tentang keduanya: "Wahai Rasulullah, inilah anak paman dan anak
bibimu, serta iparmu." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku tidak butuh mereka
berdua. Adapun anak pamanku, ia telah merusak kehormatanku. Sedang anak bibiku dan iparku, ia
pernah menghina diriku di Makkah." Tatkala sabda Rasulullah disampaikan kepada keduanya, Abu
Sufyan bin Al-Harits -yang saat itu membawa anaknya yang masih kecil berkata: "Demi Allah,
Muhammad harus memberiku izin untuk masuk.
lika tidak, aku akan membawa anak kecil ini keliling padang pasir hingga kami mati kelaparan dan
haus." Saat Rasulullah mendengar ucapan Abu Sufyan bin Al-Harits tadi, hatinya terenyuh, akhirnya
beliau mengizinkan keduanya untuk menemuinya. Keduanya pun masuk bertemu Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan merekapun masuk Islam.
Ibnu Ishaq berkata: Para ulama mengatakan bahwa tatkala Abu Sufyan bin Al-Harits melantunkan bait
syair berikut kepada Rasulullah: Yang pernah kuusir, kini Allah telah mendapatkanku lalu beliau
bersabda: "Engkaulah orang yang pernah mengusirku!!
saat Rasulullah berhenti di Marru Azh-Zhahran, Al-Abbas bin Abdul Muthalib berkata: "Wahai orang-
orang Quraisy hati-hatilah di pagi ini. Demi Allah, jika Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memasuki
Makkah dengan kekerasan dan orang-orang Quraisy tidak meminta jaminan keamanan kepadanya,
maka itu yaitu sebuah kehancuran bagi mereka sepanjang masa."
Al-Abbas bin Abdul Muthalib berkata: lalu , aku duduk di atas baghal milik Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam yang berwarna putih dan pergi dengan menungganginya. saat tiba di pohon arak
(siwak), aku berkata: "Mudah-mudahan aku bisa bertemu dengan salah seorang pencari kayu bakar,
atau pemilik susu, atau siapa saja yang berkepentingan untuk pergi ke Makkah, yang bisa
menerangkan kepada mereka tentang keberadaan Rasulullah. lalu mereka datang menemui
beliau untuk meminta jaminan keamanan sebelum beliau datang kepada mereka dengan kekerasan.
Demi Allah, aku terus berjalan dengan baghal milik Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk
mencari seseorang.
Tiba-tiba aku mendengar suara percakapan Abu Sufyan bin Harb dan Budail bin Warqa'. Abu Sufyan
bin Harb berkata: "Aku belum pernah melihat api dan markas tentara seperti malam ini." Budail bin
Warqa' berkata: "Demi Allah, itu yaitu kabilah Khuza'ah yang sedang menyalakan api." Abu Sufyan
bin Harb berkata: "Api kabilah Khuza'ah dan markasnya tidak sebesar itu." Aku mengenali dengan baik
suara Abu Sufyan bin Harb. Aku berkata: "Wahai Abu Hanzhalah." Abu Sufyan bin Harb juga mengenali
suaraku, lalu ia berkata: "Apakah engakau Abu Al-Fadhl?." Aku berkata: "Yaa, betul." Abu Sufyan bin
Harb bertanya: "Ayah-ibuku menjadi tebusanmu, apa yang sedang engkau lakukan?' Aku menjawab:
"Celakalah engkau wahai Abu Sufyan, kini Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedang bersama
pengikutnya. Demi Allah, orang-orang Quraisy harus berhati-hati pada pagi ini." Abu Sufyan bin Harb
bertanya: "Bagaimana caranya untuk menghindari ini semua?" Aku menjawab: "Demi Allah, jika
Rasulullah berhasil menangkapmu, beliau pasti memenggal batang lehermu. Sebab itu, naiklah ke
baghal ini di belakangku, hingga aku akan membawamu kepada Rasulullah, lalu mintalah jaminan
keamanan darinya."
Abu Sufyan bin Harb pun naik di belakangku, adapun kedua temannya kembali ke Makkah. Lalu aku
membonceng Abu Sufyan bin Harb dan membawanya untuk bertemu Rasulullah, dan setiap kali aku
melewati api kaum Muslimin, mereka berkata: "Siapa orang ini?" dan tatkala mereka mengetahui akan
baghal milik Rasulullah dan aku berada di atasnya, mereka berkata: "Itu yaitu paman Rasulullah
sedang mengendari baghal beliau." Aku pun terus berjalan sampai melewati api Umar bin Khaththab.
Ia bertanya: "Siapa orang ini?" lalu ia berjalan mendekatiku dan pada saat ia melihat orang yang
duduk di belakangku itu Abu Sufyan bin Harb, ia berkata: "Abu Sufyan si musuh Allah. Segala puji bagi
Allah yang telah menaklukanmu tanpa perjanjian dan kesepakatan sebelumnya." lalu Umar bin
Khaththab berlari menghadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sedangkan aku terus memacu
baghal hingga mendahului Umar bin Khaththab seperti halnya hewan yang berlari pelan yang
mendahului orang yang jalannya pelan.
Aku turun dari baghal lalu masuk ke tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan pada saat yang
sama Umar bin Khaththab masuk ke tempat beliau. Umar bin Khaththab berkata: "Wahai Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam, inilah Abu Sufyan, Allah telah menaklukkannya tanpa perjanjian
sebelumnya dan kesepakatan. Oleh sebab itu, izinkan aku untuk memenggal leherya." Aku berkata:
"Wahai Rasulullah, aku telah melindungi Abu Sufyan bin Harb." lalu , aku duduk di dekat
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan memegang kepala beliau sambil berkata: "Demi Allah, pada
malam ini tidak ada yang berbicara denganmu selain diriku." Tatkala Umar bin Khaththab tidak henti-
henti berbicara tentang Abu Sufyan bin Harb, aku berkata: "Tahan ucapanmu wahai Umar. Demi Allah,
jika saja Abu Sufyan bin Harb berasal dari Bani Adi bin Ka'ab, pastinya engkau tidak akan berkata
demikian. Akan namun , sebab engkau tau kalau Abu Sufyan bin Harb berasal dari Bani Abdu Manaf
maka engkaupun berkata seperti itu." Umar bin Khaththab berkata: "Tahan ucapanmu, wahai Al-
Abbas. Demi Allah, keislamanmu saat engkau masuk Islam itu lebih aku sukai daripada keislaman
Khaththab jika ia masuk Islam. Dan aku juga tahu kalau keislamanmu jauh lebih di sukai Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam daripada keislaman Khaththab jika ia masuk Islam." Rasulullah
bersabda: "Wahai Al- Abbas, pergilah bersama Abu Sufyan bin Harb ke tempat dimana kendaraanmu
berada, dan jika pagi datang, menghadaplah kembali kepadaku."
Al-Abbas bin Abdul Muthalib berkata: "Aku membawa pergi Abu Sufyan bin Harb ke tempat
kendaraanku berada dan ia menginap di tempatku. saat pagi datang, aku bersama Abu Sufyan bin
Harb menghadap Rasulullah. Pada saat melihat Abu Sufyan bin Harb, beliau bersabda: "Celakalah
engkau wahai Abu Sufyan, apakah belum tiba waktu bagimu untuk mengetahui bahwa tidak ada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah?" Abu Sufyan bin Harb berkata: "Betapa lembut, mulia,
dan menyambung hubungan kekerabatan. Demi Allah, sungguh aku telah meyakini seandainya ada
Tuhan lain selain Allah, maka dia pasti akan mencukupiku dengan sesuatu." Rasulullah bersabda:
"Celakalah engkau wahai Abu Sufyan, apakah belum tiba waktu bagimu untuk mengetahui bahwa aku
yaitu utusan Allah?" Abu Sufyan bin Harb berkata: "Betapa lembut, mulia, dan menyambung
hubungan kekerabatan. Adapun hal ini, demi Allah, sampai saat ini, di dalam diriku masih ada
sesuatu yang mengganjal." Al-Abbas bin Abdul Muthalib berkata kepada Abu Sufyan bin Harb:
"Celakalah engkau, wahai Abu Sufyan, masuk Islamlah, bersaksilah bahwa tidak ada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad yaitu utusan Allah sebelum lehermu dipenggal."
Abu Sufyan bin Harb pun bersaksi dengan syahadat yang Haq dan masuk Islam. Aku berkata: "Wahai
Rasulullah, Abu Sufyan bin
Harb yaitu orang yang senang dengan kebanggaan, oleh sebab itulah, berikanlah suatu kebanggan
kepadanya." Rasulullah bersabda: "Ya, barangsiapa memasuki rumah Abu Sufyan bin Harb, ia aman.
Barangsiapa menutup pintu rumahnya, ia aman. Dan barangsiapa memasuki Masjidil Haram, ia
aman."185
Pada saat Abu Sufyan bin Harb telah pergi, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hai Al-
Abbas, tahanlah Abu Sufyan bin Harb di tempat sempit di depan gunung, supaya pasukan Allah
melewatinya dan ia bisa lelauasa melihat mereka." Aku segera keluar dan menahan Abu Sufyan bin
Harb di tempat yang diperintahkan Rasulullah.
Parade Pasukan Islam di Depan Abu Sufyan.
Ibnu Ishaq berkata: Tidak lama berselang, setiap kabilah berjalan melewatinya dengan membawa
panji masing-masing. Setiap satu kabilah lewat, Abu Sufyan bin Harb bertanya: "Hai Al-Abbas, siapa
orang ini?" Aku menjawab: "Inilah kabilah Sulaim." Abu Sufyan bin Harb berkata: "Aku tidak
memiliki urusan dengan kabilah Sulaim." lalu kabilah lain lewat, dan Abu Sufyan bin Harb
bertanya lagi: "Hai Al-Abbas, siapa orang-orang ini?" Aku menjawab: "Ini kabilah Muzainah." Abu
Sufyan bin Harb berkata: "Aku tidak memiliki urusan dengan kabilah Muzainah." Setiap kali kabilah
lewat, Abu Sufyan bertanya kepadaku tentang kabilah ini dan di saat aku telah menjelaskan
tentang mereka, ia selalu berkata: "Aku tidak memiliki urusan dengan Bani ini dan Bani itu."
Demikianlah yang terjadi hingga akhirnya Rasulullah lewat dengan pasukannya dengan pakaian yang
berwarna hijau.
Ibnu Hisyam berkata: Pasukan Rasulullah dikatakan hijau sebab besinya banyak dan dominasi warna
hijau di dalamnya.
Al-Harits bin Hilzat al-Yasykari berkata:
lalu datanglah Hujr yakni Ibnu Ummi Qatham
Dia memiliki kuda berwarna hijau Artinya yaitu batalion (squadron). Bait ini ada dalam syairnya.
Sedangkan Hassan bin Tsabit berkata:
Tatkala dia melihat tembok-tembok lembah Badr
Mengalir di sana dengan pasukan Hijau dari Khazraj
Ibnu Ishaq berkata: Dalam pasukan ini ada kaum Muhajirin dan Anshar Radhiyallahu
Anhum. Mereka seluruhnya memakai baju besi. Abu Sufyan bin Harb berkata: "Mahasuci Allah.
Siapakah mereka ini wahai Al-Abbas?" Al-Abbas bin Abdul Muthalib menjawab: "Mereka yaitu
Rasulullah bersama kaum Muhajirin dan Anshar." Abu Sufyan bin Harb berkata: "Tak seorang pun yang
memiliki keberanian dan kekuatan untuk menghadapi mereka. Wahai Al-Abbas, demi Allah, esok hari
urusan keponakanmu ini akan menjadi agung." Al-Abbas bin Al-Muthalib berkata: "Hai Abu Sufyan,
itulah dia kenabian. "Abu Sufyan bin Harb berkata "Benar!" Al-Abbas bin Al-Muthalib berkata
"Sekarang pergilah segera untuk menemu kaummu."
Saat Abu Sufyan bin Harb sampai di tengah-tengah kaum Quraisy, ia berteriak dengan suara lantang:
"Wahai orang-orang Quraisy, inilah Muhammad datang kepada kalian dengan membawa pasukan
yang tak tertandingi. Maka barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia akan aman." Hindun
binti Utbah mendekat kepada Abu Sufyan bin Harb lalu memegang kumisnya seraya berkata:
"Perangilah orang yang gendut, banyak lemak, dan dagingnya. Alangkah jeleknya pemimpin kaum
ini.'" Abu Sufyan bin Harb berkata: "Celakalah kalian, hati-hatilah kalian jangan sampai tertipu oleh
wanita ini. Sungguh Muhammad akan datang kepada kalian dengan pasukan yang tak tertandingi.
Barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia akan aman." Orang-orang Quraisy berkata:
"Semoga Allah mematikanmu. Apa manfaat rumahmu bagi kami?" Abu Sufyan bin Harb berkata:
"Barangsiapa yang menutup pintu rumahnya, dia akan aman. Dan barangsiapa yang masuk Masjidil
Haram, dia pun akan aman." lalu orang-orang Quraisy pun berpencar; diantara mereka ada yang
pulang ke rumah mereka sendiri dan ada pula yang berjalan menuju ke Masjidil Haram.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr meriwayatkan kepadaku bahwa saat Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam tiba di Dzu Thuwa, beliau menghentikan binatang kendaraannya lalu tertunduk.
beliau memakai sorban (burdah) dari Yaman yang bersulam benang warna merah. Beliau
menundukkan wajah sebagai simbol kerendahannya di hadapan Allah Ta'ala saat melihat
penaklukan yang Allah karuniakan untuknya, hingga jenggotnya hampir menyentuh pelana bagian
tengah.
Abu Quhafah Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair meriwayatkan kepadaku dari ayahnya
dari neneknya, Asma' binti Abu Bakar, ia berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
berhenti di Dzu Thuwa, Abu Quhafah berkata kepada putri bungsunya: "Wahai anakku, bawalah aku
naik ke Gunung Abu Qubis." -Abu Quhafah sudah buta-. Aku membawanya naik ke Gunung Abu Qubis.
Ia bertanya: "Wahai putriku, apa yang engkau saksikan sekarang?" Putrinya menjawab: "Aku
menyaksikan kumpulan warna hitam." Abu Quhafah berkata: "Itu yaitu kuda." Putri bungsunya
berkata: "Aku juga melihat orang-orang hilir-mudik berjalan di hadapannya." Abu Quhafah berkata:
"Putriku, dialah sebagai pemimpinnya. Ia sedang mengatur pasukan berkuda yang berada di
depannya." Putrinya berkata: "Demi Allah, warna hitam itu kini menyebar." Abu Quhafah berkata:
"Demi Allah, pasukan berkuda itu telah berjalan. Maka bawalah aku sekarang juga kembali ke rumah."
lalu putri bungsu Abu Qufahah membawa ayahnya turun dan bertemu dengan pasukan berkuda
ini sebelum mereka sampai di rumah. Putri bungsu Abu Quhafah memakai kalung yang terbuat
dari perak dan berpapasan dengan salah seorang dari pasukan berkuda, lalu dia menjabret kalung
ini dari lehernya.
Saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memasuki Makkah dan Masjidil Haram, Abu Bakar datang
sambil menuntun ayahnya ke hadapan beliau. Saat Rasulullah melihat ayah Abu Bakar, beliau
bersabda: "Wahai Abu Bakar, mengapa engkau tidak membiarkan ayahmu berdiam diri di rumah saja
dan aku yang akan datang menemuinya?" Abu Bakar menjawab: "Wahai Rasulullah, ayahku lebih
pantas berjalan menemuimu daripada engkau datang menemuinya." lalu Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam mempersilahkan Abu Quhafah duduk di hadapannya, beliau mengusap dadanya
seraya bersabda: "Masuk Islam-lah." Dan Abu Quhafah pun masuk Islam.
Tak lama lalu , Abu Bakar membawa ayahnya yang kepalanya penuh dengan uban kembali
menghadap Rasulullah. Beliau bersabda: "Gantilah warna rambutnya." Abu Bakar berdiri lalu
memegang tangan saudari perempuannya seraya bertanya: "Aku bersumpah dengan nama Allah dan
Islam, siapakah yang telah mengambil kalung saudari perempuanku ini.?" Namun tak ada seorang-
pun yang menjawab pertanyaannya, lalu ia berkata: "Wahai saudariku, ikhlaskanlah kalungmu,
berharapkanlah pahala di sisi Allah. Demi Allah, sungguh pada hari ini kejujuran di tengah manusia
amat sedikit."186
Pasukan Islam Memasuki Makkah
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih meriwayatkan kepadaku bahwa sesudah Rasulullah
membagi-bagi pasukan di Dzu Thuwa, beliau memerintahkan Zubair bin Awwam bergabung dengan
salah satu pasukan kuda. Zubair bin Awwam menjadi komandan pasukan sayap kiri. Dan beliau juga
memerintahkan Sa'ad bin Ubadah bergabung dengan salah satu pasukan berkuda.
Ibnu Ishaq berkata: Sebagian ulama berpendapat bahwa saat Sa'ad bin Ubadah memasuki Makkah
ia berkata: "Hari ini merupakan hari Peperangan, dan pada hari ini dihalalkan hal-hal diharamkan."
Ucapan ini didengar salah seorang sahabat dari kaum Muhajirin.
Ibnu Hisyam berkata: Orang yang dimaksud yaitu Umar bin Khaththab, lalu dia berkata:
"Wahai Rasulullah, dengarkanlah apa yang dikatakan oleh Sa'ad bin Ubadah, Kami tidak merasa aman
jika ia memiliki kekuasaan atas Quraisy." Rasulullah bersabda kepada Ali bin Abu Thalib: "Carilah Sa'ad
bin Ubadah, ambil panji perang darinya, dan masuklah engkau ke Makkah dengan panji perang
ini ."
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih meriwayatkan kepadaku bahwa Rasulullah memerintahkan
Khalid bin Walid masuk ke Makkah dari arah Al-Lith, bagian Makkah Bawah bersama salah satu
pasukan. Semula, Khalid bin Walid berada di pasukan sayap kanan yang di dalamnya ada kabilah
Aslam, kabilah Sulaim, kabilah Ghifar, kabilah Muzainah, kabilah Juhainah, dan kabilah-kabilah Arab
yang lain. Sedangkan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah bersama salah satu pasukan kakum muslimin turun
ke Makkah di hadapan Rasulullah, dan beliau sendiri masuk ke Makkah dari arah Adzakhir hingga tiba
di Makkah bagian Atas, dan di sanalah tenda beliau dipancangkan.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih dan Abdullah bin Abu Bakr meriwayatkan kepadaku bahwa
Shafwan bin Umaiyyah, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Suhail bin Amr mengumpulkan orang-orang di Al-
Khandamah untuk berperang. Himas bin Qais bin Khalid saudara Bani Bakr telah menyiapkan
perlengkapan dan senjata sebelum Rasulullah memasuki Makkah. Istri Himas bin Qais berkata: "Untuk
apakah engkau menyiapkan senjata?" Himas bin Qais menjawab: "Untuk memerangi Muhammad dan
para pengikutnya." Istrinya berkata: "Demi Allah, aku mengira senjatamu tidak akan membahayakan
Muhammad dan para sahabatnya sedikitpun." Dia berkata:
"Demi Allah, aku berharap bisa memberimu budak dari sebagian mereka." lalu dia bertutur:
Bila mereka menyerang di hari ini maka aku tidak punya alasan menyerah
sebab aku punya senjata sempurna dan dan tajam dengan dua gigi
Serta pedang yang memiliki dua matapena dan terhunus dengan cepat
Himas bin Qais turut serta pada Perang Al-Khandamah bersama Shafwan bin Umaiyyah, Suhail bin
Amr, dan Ikrimah bin Abu Jahal. Saat mereka bertemu pasukan Khalid bin Walid, mereka terlibat dalam
peperangan kecil sehingga menewaskan Kurz bin Jabir warga Bani Muharib bin Fihr dan Khunais bin
Khalid bin Rabi'ah bin Ashram sekutu Bani Munqidz. Awalnya mereka berdua berada di pasukan
berkuda Khalid bin Walid, namun keduanya memisahkan diri dari Khalid bin Walid dan menempuh
jalan lain hingga akhirnya terbunuh; Khunais bin Khalid terbunuh sebelum Kurz bin Jabir. sesudah
Khunais bin Khalid terbunuh, Kurz bin Jabir meletakkan jenazahnya di antara kedua kakinya, lalu ia
berperang sambil melantunkan syair, hingga ia akhirnya ia gugur:
Shafra' dari Bani Fihr yang berwajah bening dan dada bersih telah mengetahui bahwa aku akan
berperang membela Abu Sakhr
Ibnu Hisyam berkata: Nama panggilan Khunais bin Khalid yaitu Abu Shakhr dia berasal dari kabilah
Khuza'ah.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih dan Abdullah bin Abu Bakr meriwayatkan kepadaku:
"Salamah bin Al-Maila merupakan orang yang terbunuh dari kabilah Juhainah, ia yaitu salah seorang
tentara pasukan berkuda Khalid bin Walid. Adapun korban tewas dari kaum musyrikin sekitar dua
belas atau tiga belas orang. lalu , orang-orang musyrikin mundur termasuk Himas bin Qais
hingga ia pulang ke rumahnya seraya berkata kepada istrinya: "Kuncilah pintu rumah." Istrinya
bertanya: "Mana yang kau ucapankan dulu?" Himas bin Qais bertutur:
Andai kau saksikan Perang Al-Khandamah,
Kala Shafwan dan Ikrimah melarikan diri
Abu Yazid berdiri mematung laksana wanita yang ditinggal mati suaminya yang meninggalkan anak
yatimnya
Mereka dihadang pedang-pedang kaum Muslimin
Yang memutus semua lengan dan tengkorak kepala
Hingga tidak ada yang bisa didengar melainkan suara yang tak dimengerti
Mereka memiliki suara dari tenggorokan dan suara dada di belakang kami
Pasti kau tak akan mengecam walau hanya sepatah kata
Sandi Pasukan Islam pada Pem- bukaan Makkah, Perang Hunain dan Thaif
Ibnu Ishaq berkata: Sandi kaum Muslimin pada penaklukan Makkah, Perang Hunain, dan Perang Thaif
yaitu sebagai berikut:
Sandi kaum Muhajirin yaitu ya bani Abdurrahman, Sandi kaum Al-Khazraj yaitu ya bani Abdillah
dan adapun Sandi kaum Al-Aus yaitu ya bani Ubaidillah.
Orang-orang yang Diperintahkan Agar Dibunuh oleh Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah berpesan kepada para panglima pasukannya -saat memasuki Makkah-
untuk tidak menyakiti siapa pun kecuali orang-orang yang memerangi mereka serta beberapa orang
yang harus dibunuh walaupun mereka berlindung diri dengan bergantung di kain penutup Ka'bah.
Mereka yaitu Abdullah bin Sa'ad saudara Bani Amir bin Luay.
Rasulullah memerintahkan para panglima perangnya untuk membunuhnya, sebab awalnya ia seorang
Muslim dan menjadi penulis wahyu untuk beliau, akan namun lalu murtad dan kembali kepada
orang-orang Quraisy. Abdullah bin Sa'ad lari kepada Utsman bin Affan -saudara sesusuannya- dan
Utsman bin Affan menyembunyikannya lalu membawanya ke hadapan Rasulullah di saat kaum
Muslimin dan warga Makkah telah merasa tenang. Utsman bin Affan meminta kepada Rasulullah
jaminan keamanan untuk Abdullah bin Sa'ad, akan namun beliau diam lama sekali, lalu bersabda: "Ya."
Dan di saat Utsman bin Affan pergi meninggalkan Rasulullah, beliau bersabda kepada orang-orang
yang ada di sekitar beliau dari para sahabat: "Aku berdiam diri agak lama tadi sebab harapan ada
salah seorang dari kalian berdiri lalu memenggal leher Abdullah bin Sa'ad." Salah seorang dari
kaum Al-Anshar berkata: "Kenapa engkau tidak memberi isyarat kepadaku, wahai Rasulullah?"
Rasulullah bersabda: "Sebetulnya seorang Nabi itu tidak boleh membunuh dengan cara memberi
isyarat."
Ibnu Hisyam berkata: lalu Abdullah bin Sa'ad masuk Islam lagi dan Umar bin Khaththab
menjadikannya sebagai wakil di beberapa urusannya, begitu juga Utsman bin Altan sesudan watatnya
Umar bin Khaththab.
Ibnu Ishaq berkata: Abdulllah bin Hazhal yaitu seorang yang berasal dari Bani Tamim bin Ghalib.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan untuk dibunuh sebab awalnya ia seorang
muslim dan Rasulullah mengutusnya sebagai petugas zakat ke salah satu daerah bersama salah
seorang dari kaum Anshar dan mantan budak Abdullah bin Khaththal yang muslim. Ia berhenti di suatu
tempat dan menyuruh mantan budaknya untuk menyembelih kambing serta membuat makanan
untuknya. lalu , Abdullah bin Khaththal tidur. Saat ia bangun, ia mendapati mantan budaknya
tidak membuatkan makanan apa-apa untuknya, lalu ia membunuhnya. lalu ia murtad dan
menjadi seorang musyrik. Ia memiliki dua penyanyi bernama Fartana dan seorang temannya. Kedua
penyanyi wanita itu bernyanyi menghina Rasulullah, oleh sebab itu beliau memerintahkan keduanya
dibunuh bersama Abdullah bin Khathal.
Al-Huwairits bin Nugaidz bin Wahb bin Abdun bin Qushay. Ia termasuk salah seorang yang menyakiti
Rasulullah di Makkah.
Ibnu Hisyam berkata: saat Abdullah bin Al-Abbas membawa kedua putri Rasulullah yaitu Fathimah
dan Ummu Kultsum dari Makkah ke Madinah, lalu hewan kendaraan yang mereka berdua
tunggangi ditusuk lambungnya oleh Al-Huwairits bin Nuqaidz hingga mereka berdua terjatuh ke tanah.
Ibnu Ishaq berkata: Juga Miqyas bin Hubabah. Rasulullah memerintahkan untuk membunuh Miqyas
bin Hubabah, sebab ia telah membunuh salah seorang kaum Anshar yang membunuh saudaranya
dengan tidak sengaja, selain itu, ia telah murtad dan pulang ke orang-orang Quraisy dalam keadaan
musyrik.
lalu Sarah mantan budak salah seorang dari Bani Abdul Muthalib, dan Ikrimah bin Abu Jahal.
Sarah termasuk salah seorang yang menyakiti Rasulullah dari kalangan wanita saat di Makkah.
Sedangkan Ikrimah bin Abu Jahal, ia melarikan diri ke Yaman, adapun istrinya, Ummu Hakim binti Al-
Harits bin Hisyam, masuk Islam yang lalu memintakan jaminan keamanan untuknya kepada
Rasulullah dan beliau pun mengabulkan permintaannya. sesudah itu, Ummu Hakim binti Al-Harits pergi
mencari suaminya ke Yaman hingga akhirnya berhasil membawanya kepada Rasulullah dan
Ikrimahpun masuk Islam.
Abdullah bin Khathal dibunuh oleh Sa'id bin Harits Al-Makhzumi dan Abu Barzah Al-Aslami.
Sedangkan Miqyas bin Shubabah dibunuh oleh Numailah bin Abdullah, seorang yang berasal dari
kaumnya sendiri.
Adapun dua penyanyi wanita Abdullah bin Khathal, salah satunya dibunuh, sedang yang lainnya
melarikan diri, lalu ia meminta jaminan keamanan kepada Rasulullah dan beliau mengabulkan
permintaannya.
Sajah juga meminta jaminan keamanan kepada Rasulullah dan beliau mengabulkannya. lalu dia
pun hidup dalam keamanan hingga pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab, ia
diterjang oleh kuda milik seseorang di Al-Abthah sebuah lembah di Makkah, akhirnya ia meninggal
dunia.
Adapun Al-Huwairits bin Nuqaidz dibunuh oleh Ali bin Abu Thalib.
Ibnu Ishaq berkata: Sa'id bin Abu Hindun meriwayatkan kepadaku dari Abu Murrah mantan budak Aqil
bin Abu Thalib bahwa Ummu Hani' binti Abu Thalib berkata: Saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam ber- henti di bagian atas kota Makkah, dua orang pamanku yang berasal dari Bani Makhzum
lari menghapiriku -Saat itu, Ummu Hani' dinikahi oleh Abu Habuirah bin Abu Wahb Al-Makhzumi.
Adapun saudaraku, Ali bin Abu Thalib, menghampiriku dan berkata: "Demi Allah, aku akan membunuh
dua orang ini." Aku pun segera menutup pintu rumahku demi melindungi mereka berdua, dan akupun
pergi ke tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di bagian atas kota Makkah. Aku melihat beliau
sedang mandi dengan menggunakan bejana yang padanya ada bekas adonan roti, dan Fathimah
menutupinya dengan kain. Seusai mandi, beliau mengenakan pakaian lalu melaksanakan shalat Dhuha
sebanyak delapan raka'at. lalu beliau datang menemuiku dan bersabda: "Selamat datang wahai
Ummu Hani, ada apa engkau datang ke sini?" Aku pun menjelaskan kepada beliau perihal dua orang
yang berada di rumahku dan keinginan Ali bin Abu Thalib untuk membunuh keduanya. Lalu beliau
bersabda: "Aku melindungi orang yang engkau lindungi dan memberi keamanan kepada orang yang
engkau beri keamanan. sebab itu, jangan sekali-kali Ali bin Abu Thalib membunuh kedua orang
ini ."187
Ibnu Hisyam berkata: Kedua orang ini yaitu Al-Harits bin Hisyam dan Zuhair bin Abu Umaiyyah
bin Al-Mughirah.
Rasulullah Thawaf di Baitullah dan Ucapannya di dalam Ka'bah
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair meriwayatkan kepadaku dari Ubaidillah bin
Abdullah bin Abu Tsaur dari Shafiyyah binti Syaibah, ia berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam masuk ke Makkah dan seluruh manusia telah merasa tenang, beliau pun mendatangi
Baitullah dan melaksanakan thawaf di atas unta sebanyak tujuh kali putaran dan mengusap rukun
dengan tongkat. Selepas melakukan thawaf, beliau mengambil kunci Ka'bah dari Utsman bin Thalhah.
Beliau membuka pintu Ka'bah, memasukinya, mendapati patung burung merpati dari kayu, lalu
beliau memecahkan patung ini dengan tangannya lalu membuangnya.
lalu Rasulullah berdiri di depan Ka'bah, dan orang-orang berkumpul di Masjidil Haram.
Ibnu Ishaq berkata: Beberapa orang ulama meriwayatkan kepadaku bahwa Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam berdiri di pintu Ka'bah seraya bersabda: "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia telah menepati janji-Nya, memenangkan hamba-Nya, dan
menaklukkan pasukan sekutu dengan sendirian. Ketahuilah, seluruh kemuliaan, atau darah, atau
kekayaan yang didakwakan itu berada di bawah kedua kakiku ini, kecuali pelayan Ka'bah dan pemberi
minuman kepada jama'ah haji. Ketahuilah, korban pembunuhan sebab ketidak sengajaan itu sama
dengan pembunuhan "mirip sengaja" seperti membunuh dengan cambuk atau tongkat, maka diyatnya
diperberat yaitu berupa seratus unta; empat puluh ekor diantaranya harus dalam keadaan hamil.
Wahai orang-orang Quraisy, Sebetulnya Allah telah menghapuskan semangat Jahiliyah dan
mengagung-agungkan nenek moyang, sebab semua manusia berasal dari Adam dan Adam berasal
dari tanah." lalu Rasulullah membaca firman Allah:
Hai manusia, Sebetulnya Kami mencipta- kan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sebetulnya orangyangpaling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa
di antara kamu. Sebetulnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. al-Hujurat: 13).
lalu Rasulullah melanjutkan sabdanya: "Wahai orang-orang Quraisy, menurut kalian kira-kita
apa yang akan aku lakukan kepada kalian." Orang-orang Quraisy menjawab: "Kebaikan. sebab engkau
yaitu saudara yang mulia dan anak saudara yang mulia." Rasulullah bersabda: "Pergilah,
Sebetulnya kalian bebas."188
lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam duduk di Masjidil Haram, lalu Ali bin Abu Thalib
datang menemui beliau dengan membawa kunci Ka'bah. Ali bin Abu Thalib berkata: "Wahai
Rasulullah, kumpulkan untuk kami penjaga Ka'bah dan pemberi air minum jama'ah haji, semoga Allah
memberi kesejahteraan untukmu." Rasulullah bersabda: "Dimanakah Utsman bin Thalhah?" Utsman
bin Thalhah pun dipanggil, lalu beliau bersabda: "Inilah kuncimu, wahai Utsman. Hari ini hari
kebaikan dan hari penepatan janji."
Ibnu Hisyam berkata: Sufyan bin Uyaynah menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda kepada Ali bin
Abi Thalib: "Aku hanya memberi pada kalian apa yang hilang dari kalian dan bukan yang akan hilang
dari orang lain."
Ibnu Hisyam berkata: Beberapa orang ulama meriwayatkan kepadaku bahwa Rasulullah memasuki
Baitullah pada hari penaklukan Makkah, lalu beliau melihat lukisan-lukisan tentang para malaikat dan
yang lainnya. Beliau juga melihat lukisan Nabi Ibrahim yang digambarkan dengan memegang dadu
undian di tanganya. Maka beliau bersabda: "Semoga Allah membunuh mereka. Mereka
menggambarkan orang tua kita, Nabi Ibrahim, mengundi dengan undian. Apa hubungan Ibrahim
dengan undian, sedang Allah Ta'ah berfirman:
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan namun dia yaitu seorang yang
lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang
musyrik (QS. Ali Imran: 67). lalu , beliau memerintahkan seluruh lukisan itu dihancurkan.189
Ibnu Hisyam berkata: Beberapa orang ulama meriwayatkan kepadaku bahwa saat Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam memasuki Ka'bah ditemani oleh Bilal, lalu beliau keluar sedangkan
Bilal masih berada di dalam Ka'bah. Tak lama lalu , Abdullah bin Umar masuk menemui Bilal dan
bertanya kepadanya: "Di manakah tadi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengerjakan shalat?
Abdullah bin Umar tidak menanyakan bera pa rakaat beliau mengerjakan shalat. Maka setiap kali
Abdullah bin Umar memasuki Baitullah dia berjalan lurus dan menjadikan pintu Ka bah di belakang
punggungnya hingga antara dirinya dan dinding ada tiga hasta, lalu ia shalat, sebab
menghendaki tempat shalatnya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagaimana yang dikatakan
Bilal kepadanya.
Ibnu Hisyam berkata: Beberapa orang ulama meriwayatkan kepadaku bahwa saat Rasulullah
memasuki Ka'bah pada hari penaklukan Makkah, beliau ditemani oleh Bilal, lalu beliau
menyuruh Bilal mengumandangkan adzan, saat itu Abu Sufyan bin Harb, Attab bin Usaid, dan Al-
Harits bin Hisyam duduk di halaman Ka bah. Attab bin Usaid berkata: "Sungguh Allah telah memu-
liakan Usaid, sebab dulu dia tidak mendengar ini, namun kini ia mendengar apa yang dulu dibencinya."
Al-Harits bin Hisyam berkata: "Demi Allah, jika aku tahu ia (Rasulullah) itu benar, maka aku pasti
mengikutinya." Abu Sufyan bin Harb berkata: "Aku tidak akan mengatakan apa-apa, sebab bila
mengatakan sesuatu, tongkat ini akan berbicara mewakiliku." lalu Nabi menemui ketiga orang
ini lalu bersabda: "Aku mendengar apa yang kalian katakan tadi. Lalu beliau pun menceri- takan
apa yang telah mereka katakan tadi. Al-Harits bin Hisyam dan Attab bin Usaid berkata: "Kami bersaksi
bahwa engkau yaitu utusan Allah. Demi Allah, tidak ada seorang pun yang bersama kami mengetahui
hal ini, sehingga tidak akan ada yang memberitahukannya kepadamu."
Ibnu Ishaq berkata: Sa'id bin Sandar Al- Aslami meriwayatkan kepadaku dari seseorang dari kaumnya,
ia berkata: "Di antara kami ada orang kuat dan pemberani bernama Ahmar Ba'san. Dia selalu
mendengkur dengan keras pada saat tidurnya dan sebab dengkurannya itu sehingga mudah untuk
diketahui keberadaannya. Ia tidur di tempat yang jauh dari kampungnya. Bila kaumnya tiba-tiba
mendapat serangan di malam hari, mereka berteriak, "Wahai Ahmar." Ia pun akan segera melompat
laksana singa dan tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya. Suatu saat , pasukan dari
Hudzail datang dengan tujuan kampung Ahmar. Tatkala mereka telah mendekati perkampungan
ini , Ibnu Al-Atswa' Al-Hudzali berkata: "Kalian jangan tergesa-gesa hingga aku memeriksa
situasinya. Jika di sana ada Ahmar, maka kita tidak akan menemukan jalan untuk pergi ke sana,
sebab Ahmar memiliki suara deng- kur yang mudah diketahui." Ibnu Al-Atswa' Al-Hudzali mencari-
cari suaranya. saat ia mendengar suara dengkur Ahmar, ia berjalan menuju tempatnya, lalu
menusukkan pedang ke dadanya hingga tewas. Lalu menyerang kampung ini . warga
kampung ini pun berteriak memanggil "Hai Ahmar." Kini mereka tidak lagi memiliki Ahmar
sebab telah tewas terbunuh.
Saat penaklukan Makkah, yaitu pada pagi hari sesudah penaklukan, Ibnu Al-Atswa' Al-Hudzali seorang
musyrik datang ke Makkah untuk melihat langsung dan bertanya tentang kondisi orang-orang di sana.
Saat itulah, ia dilihat oleh orang-orang kabilah Khuza'ah yang mengenalinya. lalu mereka
mengepungnya yang pada saat itu berada di salah satu sisi tembok Makkah. Orang-orang kabilah
Khuza'ah berkata: "Apakah benar engkau orang yang membunuh Ahmar?" Ibnu Al-Atswa Al-Hudzali
menjawab: "Ya, benar. Akulah orang yang membunuh Ahmar. "Apakah yang kalian harapkan?"' Tiba-
tiba Khirasy bin Umaiyyah datang dengan menghunus pedang seraya berkata: "Jauhilah orang ini."
Demi Allah, dengan cara seperti itu, Khirasy bin Umaiyyah ingin menjauhkan orang-orang dari Ibnu Al-
Atswa' Al-Hudzali. Betul, keti- ka kami telah menjauh dari ibnu Al-Atswa' Al-Hudzali, ia menyerangnya
dan menikam perutnya dengan pedang. Demi Allah, aku melihat isi perut Ibnu Al-Atswa Al-Hudzali
terurai keluar dan kedua matanya pelan-pelan terpejam seraya berkata: "Mengapa kalian melakukan
ini, wahai orang-orang kabilah Khuzaah?" Demikianlah peristiwanya hingga akhirnya ia jatuh terkulai
tak berdaya dan tewas.
Rasulullah bersabda: "Hai orang-orang kabilah Khuzaah, hentikanlah tangan kalian dari membunuh.
Sungguh, seandainya pembunuhan itu bermanfaat maka ia akan sangat marak. sebab kalian telah
membunuh seseorang maka aku akan membayar diyatnya."190
Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Harmalah Al-Aslami meriwayatkan kepadaku dari Sa'id bin Al-
Musayyib, ia berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar apa yang dilakukan
oleh Khirasy bin Umaiyyah, beliau bersabda: "Sebetulnya Khirasy benar-benar seorang
pembunuh." Sabdanya ini merupakan kecaman terhadap Khirasy.
Ibnu Ishaq berkata: Sa'id bin Abu Sa'id Al-Maqburi meriwayatkan kepadaku dari Abu Syuraih Al-Khuzai,
ia berkata: Pada saat Amr bin Zubair tiba di Makkah untuk memerangi saudaranya, Abdullah bin
Zubair, aku menemui Amr bin Zubair dan berkata kepadanya: "Wahai Amr bin Zubair, duhulu saat
pembebasan kota Makkah aku ikut bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Pada hari itu,
orang-orang dari kabilah Khuzaah menyerang seseorang dari Hudzail dan membunuhnya dalam
keadaan musyrik, lalu Rasulullah berdiri dan memberi khutbah kepada kami: "Wahai
manusia, Sebetulnya Allah telah mengharamkan Makkah sejak hari penciptaan langit dan bumi.
Makkah merupakan tanah haram dan akan terus menjadi tanah mulia hingga hari Kiamat. Sebab itu,
tidak dihalalkan bagi siapapun yang beriman kepada Allah dan hari akhirat untuk menumpahkan darah
di dalamnya dan juga tidak diperbolehkan memotong pepohonnya. Makkah tidak dihalalkan bagi siapa
pun sebelumku dan tidak halal bagi siapa pun sesudah aku meninggal. Makkah tidak dihalalkan kecuali
saat ini sebagai bentuk kemurkaan bagi warga nya. Ketahuilah, Sebetulnya keharaman
(kemuliaan) Makkah telah kembali seperti sebelumnya. Hendaklah orang yang hadir di tempat ini
menyampaikan pesan ini kepada yang tidak hadir. Barangsiapa berkata kepada kalian bahwa
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam telah berperang di Makkah, sampaikanlah padanya bahwa Allah
telah menghalalkan perang ini bagi Rasul-Nya namun tidak menghalalkannya bagi kalian. Wahai orang-
orang kabliah Khuzaah, berhentilah kalian dari membunuh, sungguh jika pembunuhan itu bermanfaat
maka ia akan merajalela. Sungguh sebab kalian telah membunuh seseorang maka aku akan
membayar diyatnya. Barangsiapa dibunuh sesudah aku berdiri di tempat ini, maka keluarganya berhak
atas dua pilihan; meminta darah pembunuhnya jika mereka mau atau meminta diyat jika mereka
mau.191
sesudah itu Rasulullah membayar diyat untuk Ibnu Al-Atswa' Al-Hudzali yang dibunuh oleh orang-orang
kabilah Khuza'ah. Amr bin Zubair berkata kepada Abu Syuraih: "Pergilah engkau wahai orang tua,
sebab aku lebih tahu tentang kemuliaan Makkah daripadamu. Sebetulnya keharaman (kemuliaan)
Makkah tidak bisa menahan Pelaku pembunuhan, orang yang tidak taat, dan orang yang tidak
membayar jizyah." Abu Syuraih berkata: "Aku hadir sedangkan engkau tidak hadiri. Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerin- tahkan siapa saja yang hadir pada peristiwa itu untuk
menyampaikannya kepada yang tidak hadir. Aku telah menyampaikan pesan Rasul itu kepadamu,
maka terserah padamu."
Ibnu Hisyam berkata: seseorang meriwayatkan kepadaku bahwa korban yang pertama kali dibayar
diyatnya oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ialah Junaidib bin Al-Akwa yang dibunuh oleh
Bani Kaab. Beliau memberi diyat atas kematiannya dengan seratus unta.
Kekhawatiran Orang-orang Anshar Akan Menetapnya Kembali Rasulullah di Makkah dan Upaya
Rasulullah Menenangkan Mereka
Ibnu Hisyam berkata: Diriwayatkan kepadaku dari Yahya bin Sa'id bahwa pada hari pembebasan
Makkah, Rasulullah berdiri di atas bukit Shafa untuk berdoa kepada Allah dan dikelilingi kaum Anshar.
Orang-orang Anshar berkata satu sama lainnya: "Apakah kalian memiliki pemikiran Jika Allah memberi
kemenangan kepada Rasul-Nya dan berhasil menaklukan negerinya, ia akan menetap di sana?"
sesudah selesai berdoa, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertanya kepada mereka: "Apa yang
tadi kalian katakan?" Kaum Anshar menjawab: "Kami tidak mengatakan apa-apa, wahai Rasulullah."
Rasulullah tetap bersama orang-orang Anshar hingga mereka menjelaskan kepada beliau apa yang
telah mereka perbincangkan, lalu beliau bersabda: "Aku berilndung kepada Allah. Kehidupanku
yaitu bersama kalian dan kematianku yaitu bersama kalian."
Roboh dan Runtuhnya Berhala-berhala dengan Isyarat Rasulullah
Ibnu Hisyam berkata: Seorang perawi yang sangat aku percayai meriwayatkan kepadaku dalam
sanadnya dari Ibnu Syihab Az-Zuhri dari Ubaidillah bin Abdullah dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, ia
berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam masuk ke Makkah pada hari pembebeasan Kota itu
dengan menaiki unta lalu mengelilinginya. Banyak ada berhala-berhala yang diikat dengan timah
di sekitar Ka'bah, lalu beliau memberi isyarat pada patung-patung ini dengan potongan
kayu yang beliau pegang seraya membaca ayat:
Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap." Sebetulnya yang batil itu
yaitu sesuatu yang pasti lenyap (QS. al-Isra': 81).192
Setiap Rasulullah berisyarat ke wajah sebuah berhala, maka ia pasti terjungkal ke bela kang dan setiap
kali beliau memberi isyarat ke tengkuk suatu berhala maka berhala ini jatuh tersungkur.
Demikianlah hingga semua berhala jatuh. Tentang peristiwa ini, Tamim bin Asad Al-Khuza'i bertutur:
Pada berhala-berhala itu ada pelajaran dan ilmu
Untuk orang yang mengharap pahala atau adzab
Jalan Fadhalah Masuk Islam
Ibnu Hisyam berkata: Diriwayatkan kepadaku bahwa Fadhalah bin Umair bin Al-Mulawwah Al-Laitsi
berniat membunuh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat beliau melaksanakan thawaf di
Baitullah pada hari pembebasan Makkah. Saat ia telah berdekatan dengan Rasulullah, beliau bersabda
kepadanya: "Apakah betul engkau Fadhalah?" Fadhalah bin Umair menjawab: "Benar, wahai
Rasulullah, akulah Fadhalah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apa yang telah
engkau katakan kepada dirimu?" Fadhalah bin Umair menjawab: "Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku
hanya berdzikir kepada Allah." Rasulullah tertawa lalu bersabda, "Wahai Fadhalah, mohon ampunlah
engkau kepada Allah." Usai bersabda seperti itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam meletakkan
tangannya di dada Fadhalah bin Umair hingga ia merasa tenang." Fadhalah bin Umair berkata: "Demi
Allah, sebelum Rasulullah mengangkat tangannya dari dadaku, tiba-tiba tidak ada orang yang aku lebih
cintai melebihi dirinya." sesudah itu, aku pulang. Dalam perjalanan ke rumah, aku bertemu dengan
wanita. Teman wanitaku berkata: "Marilah kita berbincang sejenak." Aku berkata: "Tidak."
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja’far meriwayatkan kepadaku dari Urwah bin Zubair, ia berkata:
Shafwan bin Umaiyyah pergi ke Juddah sebab ingin pergi ke Yaman. Umair bin Wahb berkata: "Wahai
Rasulullah, Sebetulnya Shafwan bin Umaiyyah merupakan pemimpin kaumnya. Saat ini ia
melarikan diri darimu dan hendak melemparkan dirinya ke laut, maka berilah dia jaminan keamanan,
mudah mudahan Allah menganugrahkan shalawat dan salam atasmu." Rasulullah bersabda: "Ia
mendapat jaminan keamanan." Umair bin Wahb berkata: "Wahai Rasulullah, dapatkan engkau
memberiku bukti tentang jaminan keamanan untuknya." Maka Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
memberi sorban dipakai olehnya saat memasuki Makkah kepada Umair bin Wahb. lalu ,
Umair bin Wahb pergi membawa sorban ini hingga bertemu Shafwan bin Umaiyyah yang saat
itu hendak berlayar. Umair bin Wahb berkata: "Hai Shafwan, ayah-ibuku menjadi tebusanmu, takutlah
engkau kepada Allah dan janganlah engkau bunuh diri. Inilah aku membawakan jaminan keamanan
dari Rasulullah untukmu."
Shafwan bin Umayyah berkata: "Celakalah engkau, pergilah dan jangan bicara denganku." Umair bin
Wahb berkata: "Wahai Shafwan, Rasulullah yaitu manusia paling mulia, paling baik, paling lembut,
dan sekaligus anak pamanmu. Kejayaan beliau yaitu kejayaanmu, kemuliaan beliau yaitu
kemuliaanmu, dan kerajaan beliau juga kerajaanmu." Shafwan bin Umaiyyah berkata: "Namun aku
khawatir atas diriku sendiri." Umair bin Wab berkata: "Beliau lebih lembut dan mulia dari apa yang
engkau khawatirkan." Akhirnya, Umair bin Wahb berhasil membawa pulang Shafwan bin Umayyah
kepada Rasulullah. Sesampainya di tempat Rasulullah, Shafwan bin Umaiyyah berkata kepada
Rasulullah: Umair bin Wahb mengatakan bahwa engkau telah memberi jaminan keamanan untukku."
Rasulullah bersabda: "Benar." Shafwan bin Umayyah berkata: "Beri aku waktu dua bulan untuk
memilih." Rasulullah: " Bahkan aku beri waktu empat bulan untukmu."
Ibnu Hisyam berkata: Seorang ulama dari Quraisy meriwayatkan kepadaku bahwa Shafwan bin
Umayyah berkata kepada Umair bin Wahb: "Celakalah engkau, pergilah dariku dan janganlah
berbicara denganku, sebab engkau pandai berdusta." Shafwan bin Umayyah berkata seperti itu
sebab sikap Umair bin Wahb kepadanya, dan masalah ini telah aku jelaskan pada bagian akhir dari
pembahasan tentang Perang Badar.
Para Pemuka Makkah Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri meriwayatkan kepadaku bahwa Ummu Hakim binti Al-Harits bin Hisyam
dan Fakhitah binti Al-Walid masuk Islam. Fakhitah binti Al-Walid merupakan istri Shafwan bin
Umayyah, sedang Ummu Hakim yaitu istri Ikrimah bin Abu Jahal. Ummu Hakim meminta jaminan
keamanan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk Ikrimah bin Abu Jahal dan beliau
mengabulkannya. lalu Ummu Hakim menyusul Ikrimah bin Abu Jahal ke Yaman dan kembali
dengan membawa Ikrimah bin Abu Jahal. Pada saat Ikrimah bin Abu Jahal dan Shafwan bin Umayyah
masuk Islam, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melegalkan pernikahan keduanya dengan istri
mereka berdua dengan akad nikahnya dahulu sebelum masuk islam.
saat berita tentang keislaman para pemuka Quraisy terdengar oleh Abdullah bin Az-Zaba'ra, ia pun
pergi menghadap Rasulullah dan masuk Islam
Hubairah Tetap Dalam Kekafirannya dan Syair Yang dibuat Olehnya tentang Isterinya Ummu Hani
Yang Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: Adapun Hubairah bin Wahb Al-Makhzumi, ia menetap di Najran hingga meninggal
dalam keadaan kafir. Istrinya bernama Ummu Hani' binti Abu Thalib yang bernama asli Hindun. saat
Hubairah mendengar Ummu Hani' masuk Islam, ia bertutur:
Adakah engkau rindu kepada Hindun atau kau mendengar dia bertanya tentangmu ?
Begitulah jarak itu, menghasilkan perubahan dari waktu ke waktu
Dia tidak mampu tidur di puncak benteng kokoh di Najran
Khayalannya melayang jauh malam demi malam
Ia pengeritik yang bertiup membangunkanku di malam hari untuk mencelaku
Dia menghinaku sungguh sesat apa yang ia perbuat terhadapku
Ia kira bila aku mentaati margaku, maka aku menjadi hina
Padahal yang membuatku hina yaitu sebab aku kehilangan dia dan ia membunuhku
Aku berasal dari kaum yang jika semangat mereka meninggi dalam segala keadannya
Aku melindungiku keluargaku dari belakang mereka
Tatkala mereka bergerak di bawah ujung tombak
Tangan keluargaku memegang pedang-pedang
Laksana pedang yang biasa dimainkan anak-anak yang ada bayangannya
Sungguh aku benci kepada orang-orang yang dengki dan perbuatan mereka
Rezekiku dan rezeki keluargaku berada di Tangan Allah
Perkataan seseorang yang tidakpada tempatnya
yaitu seperti anak panah yang meluncur tanpa pengaruh apa-apa
Jika engkau telah mengikuti agama Muhammad
Dan tali-tali telah menyatukan keluarga
Maka tinggallah engkau di atas dataran tinggi sambil bolak-balik
Yang diliputi debu kering yang lembab.
Jumlah Kaum Muslimin Yang Menghadiri Pembebasan Makkah
Ibnu Ishaq berkata: Jumlah kaum Muslimin yang ikut serta pada pembebasan Makkah yaitu sepuluh
ribu orang; dari Bani Sulaim sebanyak tujuh ratus orang, pendapat lain mengatakan seribu orang, dari
Bani Ghifar sebanyak empat ratus orang, dari Aslam empat ratus orang, dan dari Muzainah sebanyak
seribu tiga orang. Adapun sisanya berasal dari Quraisy, kaum Anshar, sekutu-sekutu mereka, dan
kabilah-kabilah Arab dari Tamim, Qais, dan Asad.
Abbas bin Mirdas menjadi Seorang Muslim
Ibnu Hisyam berkata: Kisah masuk Islamnya Abbas bin Mirdas, -seperti diriwayatkan kepadaku oleh
ulama pakar melalui syairnya- bahwa ayah Abbas, Mirdas, memiliki berhala yang biasa disembah, yaitu
berupa batu bernama Dhimar. Pada saat dia akan meninggal dunia, Mirdas berkata kepada Abbas:
"Wahai anakku, sembahlah Dhimar, sebab ia dapat memberi manfaat dan mudharat kepadamu."
Abbas lalu mendatangi berhala Dhimar lalu ia membakar berhala Dhimar ini , lalu
menemui Rasulullah dan masuk Islam.
Keberangkatan Khalid bin Walid Pasca Pembebasan Makkah ke Bani Jadzimah dari Kinanah dan
Perjalanan Ali untuk Mengoreksi Kesalahan Khalid
Ibnu lshaq berkata: Rasulullah mengirim para pasukan perang ke wilayah-wilayah di sekitar Makkah
untuk mengajak manusia ke jalan Allah dan bukan untuk berperang. Di antara sahabat yang beliau
kirim ialah Khalid bin Walid. Beliau menyuruh Khalid bin Walid pergi ke daerah Tihamah bagian bawah
sebagai dai dan bukan sebagai tentara perang. Namun saat Khalid bin Walid tiba di Bani Jadzimah,
dia membunuh salah seorang dari Bani Jadzimah. Mengenai hal ini, Abbas bin Mirdas menuturkan
syair:
Jika engkau mengangkat Khalid sebagai komandan pasukan
Dan mengedepankannya, sungguh ia telah maju dan menjadi komandan pasukan
Mudah-mudahan Allah memberinya petunjuk dan engkau yaitu komandannya
Dengannya, kami menangkan kebenaran atas siapa yang berlaku zalim
Ibnu Hisyam: Bait-bait syair di atas merupakan penggalan dari syair Abbas bin Mirdas di Perang Hunain
dan insya Allah akan aku paparkan pada bahasan yang lain.
Ibnu Ishaq berkata: Hakim bin Hakim bin Abbad bin Hunaif meriwayatkan kepadaku dari Abu Ja'far
Muhammad bin Ali, ia berkata: sesudah selesai pembebasan Makkah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam meng- utus Khalid bin Walid sebagai dai dan bukan sebagai tentara. Khalid bin Walid berangkat
menunaikan tugasnya ditemani oleh beberapa kabilah Arab; antara lain kabilah Sulaim bin Manshur
dan kabilah Mudlij bin Murrah. Khalid bin Walid tiba di Bani Jadzimah bin Amir bin Abdu Manat bin
Kinanah.pasa saat kabilah Bani Jadzimah melihat kedatangan Khalid bin Walid, mereka mengambil
senjata. Khalid bin Walid berkata: "Turunkanlah senjata kalian, sebab orang-orang telah masuk
Islam."
Ibnu Ishaq berkata: Beberapa orang ulama yang berasal dari Bani Jadzimah meriwayatkan kepadaku
bahwa saat Khalid bin Walid meminta kami meletakkan senjata, salah seorang dari kami bernama
Jahdam, berkata: "Wahai Bani Jadzimah celakalah kalian, dia yaitu Khalid. Demi Allah, yang akan
terjadi sesudah peletakan senjata hanyalah penawanan dan pembunuhan. Demi Allah, aku tidak akan
meletakkan senjata selamanya." lalu Jahdam dipegang oleh beberapa orang dari kaumnya dan
mereka berkata padanya: "Wahai Jahdam, apakah engkau hendak menumpahkan darah kami?
Sebetulnya orang-orang telah masuk Islam, meletakkan senjata, menghentikan perang, dan telah
merasa aman." Itulah yang terjadi hingga mereka merebut senjata Jahdam dan meletakkannya atas
perintah Khalid bin Walid.
Ibnu lshaq berkata: Hakim bin Hakim meriwayatkan kepadaku dari Abu Ja'far Muhammad bin Ali, ia
berkata bahwa saat orang-orang Bani Jadzimah meletakkan sen-jata, Khalid bin Walid menyuruh
mereka meletakan kedua tangan di atas pundak dan lalu Khalid bin Walid mengacungkan
pedangnya lalu membunuh orang-orang yang memberontak diantara mereka. Saat berita tentang
kejadian ini sampai kepada Rasulullah, beliau mengangkat tangan ke langit, seraya berdo'a: "Ya Allah,
aku berlepas diri kepada-Mu dari perbuatan Khalid bin Walid."193
Ibnu Hisyam berkata: Beberapa ulama meriwayatkan kepadaku dari Ibrahim bin Ja'far Al-Mahmudi, ia
berkata bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku bermimpi makan sepotong roti
haits (kurma yang dicampur mentega) dan merasakan kelezatannya, namun tiba-tiba sebagian
makanan ini berhenti di tenggorokanku, lalu Ali bin Abu Thalib memasukkan tangannya
dan mengeluarkan makanan yang menyumbat ini ." Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu
berkata: "Wahai Rasulullah, salah satu dari pasukan yang engkau kirim mendatangkan kabar yang
menyenangkanmu dan pasukan lainnya mendatangkan hambatan, oleh sebab itu, utuslah Ali untuk
menyelesaikan hambatan ini ."
Ibnu Hisyam berkata: Salah seorang dari Bani Jadzimah melarikan diri lalu menemui Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan melaporkan kejadian itu kepada beliau. Beliau bersabda, "Apakah ada
orang yang menentang tindakan Khalid?" Orang ini menjawab: "Iya ada. Tindakan Khalid bin
Walid ini ditentang orang yang kulitnya putih dan tingginya sedang, namun ia di bentak oleh
Khalid bin Walid lalu orang ini diam. Tindakan Khalid bin Walid juga ditentang orang lain
yang tinggi dan kurus. Kedua orang itu terus menentang sehingga terjadi perselisihan sengit." Umar
bin Khaththab berkata: "Wahai Rasulullah, orang pertama yaitu anakku, Abdullah bin Umar, sedang
orang kedua yaitu Salam mantan budak Abu Hudzaifah."
Ibnu Ishaq berkata: Hakim bin Hakim meriwayatkan kepadaku dari Abu Ja'far bin Muhammad bin Ali,
ia berkata: lalu Rasulullah memanggil Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu lalu bersabda:
"Wahai Ali, berangkatlah ke Bani Jadzimah, lihatlah masalah mereka, dan letakkan urusan jahiliyah di
bawah kedua kakimu." Ali bin Abu Thalib pun berangkat dan tiba di Bani Jadzimah dengan membawa
harta yang dikirim Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Ali bin Abu Thalib memberi diyat (ganti rugi)
atas darah mereka dan kekayaan mereka, hingga memberi diyat (ganti rugi) atas tempat minum anjing
milik mereka yang rusak. Seluruh darah dan kekayaan diberi diyat oleh Ali bin Abu Thalib hingga harta
yang dibawanya hanya tersisa sedikit saja. lalu Ali bin Abu Thalib berkata kepada mereka:
"Apakah ada darah dan kekayaan kalian yang lain yang belum diberi diyatV' Mereka menjawab: "Tidak
ada." Ali bin Abu Thalib berkata: "Sisa harta ini aku berikan kepada kalian sebagai wujud kehati-hatian
Rasulullah atas apa yang tidak beliau ketahui dan tidak kalian ketahui." Lalu Ali bin Abu Thalib
menyerahkan sisa harta ini kepada mereka, lalu pulang menghadap Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam dan melaporkan kepadanya atas apa yang ia telah lakukan.
lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Engkau bertindak benar dan baik."
sesudah itu, beliau berdiri menghadap kiblat, mengangkat kedua tangannya hingga tampak ketiaknya,
lalu berkata: "Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu dari apa yang diperbuat Khalid bin Walid."
Rasulullah mengucapkannya sebanyak tiga kali.
lbnu Ishaq berkata: bebagian orang membela Khalid bin Walid dengan berkata bahwa Khalid bin Walid
berkata: Aku memerangi mereka sebab disuruh oleh Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi yang berkata
bahwa Rasulullah memerintahkanmu memerangi mereka sebab mereka menolak masuk Islam.
Ibnu Hisyam berkata: Abu Amr Al-Madani berkata bahwa saat orang-orang Bani Jadzimah didatangi
Khalid bin Walid, mereka berkata: "Kami telah mengganti agama kami, kami telah mengganti agama
kami."
Ibnu Ishaq berkata: Jahdam berkata kepada Bani Jadzimah saat ia melihat mereka menurunkan
senjata dan melihat tindakan Khalid bin Walid terhadap mereka: "Wahai orang-orang Bani Jadzimah.
Apa yang kalian alami saat ini, sebelumnya telah aku peringatkan kepada kalian." Khalid bin Walid
berbicara dengan Abdurrahman bin Auf. Lalu Abdurrahman bin Auf berkata: "Wahai Khalid, engkau
telah melakukan tindakan jahiliyah dalam Islam." Khalid bin Walid berkata: "Aku membalas dendam
atas kematian ayahmu." Abdurrahman bin Auf berkata: "Engkau berdusta. sebab aku telah
membunuh pembunuh ayahku dan engkau hanyalah membalas dendam atas kematian pamanmu, Al-
Fakih bin Al-Mughirah." Demikianlah yang terjadi hingga perbincangan keduanya meruncing. Hal
ini didengar oleh Rasulullah, lalu beliau bersabda: "Pelan-pelan wahai wahai Khalid dan biarkan
sahabat-sahabatku. Demi Allah, andai engkau memiliki emas sebesar gunung Uhud, lalu engkau
menginfakkannya di jalan Allah, niscaya engkau tidak akan mampu menyamai pahala salah seorang
sahabatku di pagi atau di sore hari."
Ibnu Ishaq berkata: Al-Fakih bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Um