sirah nabawiyah 27

 


unabbih lalu membunuhnya. Pada waktu kabilah Khuza'ah tiba di 

Makkah, mereka berlindung di rumah Budail bin Warqa' dan di rumah mantan budak mereka, Rafi. 

Tamim bin Asad lalu memohon maaf atas tindakannya meninggalkan Munabbih. 

 

Kabilah Khuza'ah Meminta Perlindungan dari Rasulullah 

Ibnu Ishaq berkata: Pada waktu kabilah Bani Bakr bersekongkol dengan Quraisy untuk menyerang 

kabilah Khuza'ah, menangkap salah seorang dari mereka, melanggar perjanjian dengan Rasulullah, 

serta untuk membunuh orang-orang dari kabilah Khuza'ah walaupun sebenarnya kabilah Khuza'ah 

yaitu  sekutu Rasulullah, maka Amr bin Salim dari Khuza'ah dari Bani Ka'ab pergi ke Madinah untuk 

menemui Rasulullah. Peristiwa ini merupakan faktor yang mendorong terjadinya pembebasan 

Makkah. Amr bin Salim berdiri di hadapan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang sedang duduk 

bersama muslimin di masjid. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam bersabda: "Wahai Amr bin Salim, engkau 

akan dibantu." lalu  langit mendung ditampakkan kepada Rasulullah, lalu beliau bersabda: 

"Sebetulnya  awan ini datang membawa pertolongan bagi Bani Ka'ab, kabilah Khuza'ah. 

Budail bin Warqa' dan beberapa orang dari kabilah Khuza'ah pergi ke Madinah untuk menemui 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Setibanya di Madinah, mereka melaporkan kepada beliau apa 

yang menimpa kepada mereka dan tentang dukungan Quraisy terhadap kabilah Bani Bakr dalam 

menyerang mereka. lantas mereka kembali pulang ke Makkah. Sebelumnya, Rasulullah Shallalahu 

alaihi wa Sallam bersabda: "Nampaknya Abu Sufyan bin Harb akan datang kepada kalian untuk 

menguatkan perjanjian dan memperpanjang masa berlakunya." 

Budail bin Warqa' dan para sahabatnya pergi hingga bertempu dengan Abu Sufyan bin Harb di Usfan. 

Dia diutus oleh orang-orang Quraisy untuk menemui Rasulullah untuk menguatkan perjanjian dan 

memperpanjang masa berlakunya, sebab mereka ketakutan atas tindakan mereka sendiri membantu 

kabilah Bani Bakr. Pada saat Abu Sufyan bin Harb bertemu Budail bin Warqa', ia bertanya kepadanya: 

"Dari mana engkau datang, wahai Budail." Abu Sufyan bin Harb menduga bahwa Budail bin Warqa' 

baru saja menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Budail bin Warqa' menjawab: "Aku baru 

saja rekreasi di pantai dan di lembah ini bersama orang- orang kabilah Khuza'ah." Abu Sufyan bin Harb 

bertanya: "Apakah engkau baru kembali dari Muhammad?." Budail bin Warqa' menjawab: "Tidak." 

Saat Budail bin Warqa' tiba di Makkah, Abu Sufyan bin Harb berkata: "jika  Budail bin Warqa' baru 

datang dari Madinah, pasti untanya memakan biji kurma." lalu  Abu Sufyan bin Harb segera 

mendatangi tempat pemberhentian unta Budail bin Warqa' dan mengambil kotoran untanya. Ia 

mengurai kotoran unta ini  dan mendapati biji kurma padanya. Lalu ia berkata: "Aku bersumpah 

bahwa Budail bin Warqa' telah menemui Muhammad." 

Maka berangkatlah Abu Sufyan bin Harb ke Madinah. Setibanya di sana, ia masuk ke rumah putrinya, 

Ummu Habibah binti Abu Sufyan bin Harb. Pada saat hendak duduk di atas kasur Rasulullah, Ummu 

Habibab melipatnya sebab  tidak menginginkan Abu Sufyan bin Harb duduk di sana. Abu Sufyan bin 

Harb berkata: "Wahai putriku, aku tidak tahu apakah engkau tidak menyukaiku duduk di atas kasur ini 

atau engkau tidak menyukai diriku." Lalu Ummu Habibah menjawab: "Kasur ini milik Rasulullah, 

adapun engkau yaitu  seorang musyrikyang najis. Aku tidak sudi engkau duduk di atas kasur itu." Abu 

Sufyan bin Harb berkata: "Demi Allah, sesudah  engkau berpisah denganku, engkau menjadi orang 

berperangai buruk." 

lalu  dia keluar dan datang ke tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Ia berbicara 

depadanya, namun beliau tidak meresponnya. Lalu Abu Sufyan bin Harb pergi ke tempat Abu Bakar 

untuk memintanya ber bicara dengan Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam, tapi Abu Bakar pun 

menolaknya, ia berkata: "Aku tidak mau melakukannya." Lalu Abu Sufyan bin Harb mendatangi Umar 

bin Khaththab, tapi Umar bin Khaththab menimpalinya dengan ucapan: "Apakah pantas Aku memberi 

pembelaan untukmu di hadapan Rasulullah?!! Demi Allah, andai aku tidak memiliki apapun kecuali 

hanya seekor semut kecil, aku akan memerangimu dengannya." Abu Sufyan bin Harb pun keluar dari 

rumah Umar bin Khaththab dan pergi menuju rumah Ali bin Abu Thalib, kala itu dia sedang bersama 

istrinya, Fathimah dan anak mereka, Hasan bin Ali yang sedang merangkak dengan kedua tangannya. 

Abu Sufyan bin Harb berkata: "Hai Ali, engkau orang yang paling sayang padaku. Aku datang kepadamu 

untuk sebuah kepentingan. Oleh sebab itu, janganlah kalian memulangkan aku dalam keadaan 

kecewa. Bantulah aku di hadapan Rasulullah." Ali bin Abu Thalib berkata: "Wahai Abu Sufyan, 

Celakalah engkau!. Demi Allah, Rasulullah telah bertekad untuk melakukan sesuatu yang tidak dapat 

ditawar lagi." 

Abu Sufyan bin Harb melirikkan pandangannya ke arah Fathimah, lalu berkata: "Wahai putri 

Muhammad, maukah engkau menyuruh anak kecilmu ini untuk memberi  perlindungan kepada 

manusia, semoga kelak dia menjadi pemimpin Arab sepanjang zaman?" Fathimah menjawab: "Demi 

Allah, anakku belum mampu melindungi manusia dan tidak ada seorang pun yang bisa melindungi 

mereka dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam." lalu  Abu Sufyan bin Harb berkata kepada 

Ali bin Abu Thalib: "Wahai Abu Hasan, nampaknya persoalan ini menjadi semakin rumit bagiku, maka 

berilah aku nasihat." Ali bin Abu Thalib berkata: "Demi Allah, aku tidak mengetahui sesuatu yang 

bermanfaat bagimu. Engkau yaitu  pemimpin Bani Kinanah, maka berdiri dan lindungilah manusia, 

dan pulanglah ke tempat asalmu." Abu Sufyan bin Harb bertanya: "Apakah yang demikian ini berguna 

bagiku?" Ali bin Abu Thalib menjawab: Tidak, demi Allah. Aku kira hal ini  tidak bermanfaat 

bagimu, namun aku tidak melihat pilihan lain yang lebih baik untukmu." Abu Sufyan bin Harb pergi ke 

masjid seraya berkata: "Wahai manusia, aku telah memberi  perlindungan kepada manusia." 

sesudah  mengatakan ucapannya tadi, Abu Sufyan bin Harb menaiki untanya dan balik ke Makkah. 

Sesampainya di Makkah, orang-orang Quraisy bertanya padanya: "Berita apakah yang engkau bawa?" 

Abu Sufyan bin Harb menjawab: "Aku telah menemui Muhammad dan berbicara dengannya, namun 

ia tidak memberi respon sedikit pun. lalu  aku menemui Abu Bakar, namun aku tidak melihat 

kebaikan terpancar padanya. Lalu aku datangi Umar bin Khaththab dan mendapatinya orang yang 

paling kencang permusuhannya. 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  aku datang kepada Ali bin Abu Thalib dan mendapatkan dia sebagai 

orang yang paling lembut. Ia memberi nasehat padaku untuk melakukan sesuatu. Tapi, demi Allah, 

aku tidak tahu apakah itu akan berguna bagiku atau tidak." Orang-orang Quraisy bertanya: "Apa yang 

Ali perintahkan kepadamu?" Abu Sufyan bin Harb menjawab: "la menyuruhku melindungi manusia 

dan aku pun melakukannya," jawab Abu Sufyan. Orang-orang Quraisy bertanya: "Apakah Muhammad 

mengizinkan itu?" Abu Sufyan bin Harb menjjawab: "Tidak." Orang-orang Quraisy berkata: "Celakalah 

engkau, engkau telah dipermainkan oleh Ali bin Abu Thalib. Semua yang engkau katakan tadi tidak 

berguna bagimu." Abu Sufyan bin Harb berkata:  

"Demi Allah, tidak ada pilihan lain bagiku." 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kaum Muslimin mempersiap- kan diri mereka 

dan memerintahkan keluarga beliau untuk menyiapkan keperluan beliau. Abu Bakar masuk ke rumah 

anaknya, Aisyah yang sedang menyiapkan keperluan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu 

berkata: "Anakku, apakah Rasulullah menyuruhmu menyiapkan keperluan beliau?" Aisyah men- 

jawab: "Ya," Oleh sebab  itu, bersiap-siaplah engkau." Jawab Aisyah. Abu Bakar bertanya lagi: "Apakah 

engkau tahu hendak kemana beliau akan pergi?" Aisyah menjawab: "Demi Allah, aku tidak tahu." 

Tidak lama lalu , Rasulullah mengumumkan bahwa beliau segera berangkat ke Makkah dan 

memerintahkan kaum Muslimin untuk melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya. Lalu beliau 

membaca do'a: "Ya Allah, tutuplah penglihatan dan pendengaran orang-orang Quraisy agar tidak 

mengetahui informasi keberangkatan kami, supaya kami bisa menyerang mereka dengan 

mengejutkan di dalam negeri mereka sendiri." Kaum Muslimin pun segera bersiap-siap. 

Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu menuturkan bait-bait sya'ir untuk memberi motivasi kepada 

kaum muslimin dan menyebutkan perihal korban kabilah Khuza'ah: 

Aku sangat risau walaupun tidak melihat orang-orang Bani Ka'ab dipancung lehernya di lembah 

Makkah 

Oleh orang-orang dengan pedang mereka yang tidak terhunus 

Banyak korban yang yang dibiarkan tidak di kubur 

Kuharap; bantuanku dan tikamanku sampai kepada Suhail bin Amr dan Shafwan? 

Mereka unta tua yang telah terpotong dari rambut duburnya 

Inilah saatperang dimana tali-temalinya telah diikat kuat 

Hai anak Ummu Mujalid, janganlah merasa aman dari kami 

Tatkala susu murninya telah diperas dan taringnya telah bengkok 

Janganlah kalian sedih sebab nya, sebab  

pedang-pedang kami 

Akan membukakan pintu kematiannya 

 

Ibnu Hisyam berkata: Yang dimaksud Hassan bin Tsabit dengan bait sya'irnya, Oleh orang-orang 

dengan pedang mereka yang tidak terhunus ialah orang-orang Quraisy. Adapun yang dimaksud 

dengan Anak Ummu Mujalid yaitu  Ikrimah bin Abu Jahal. 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair meriwayatkan kepadaku dari Urwah bin Zubair 

dan yang lainnya. Mereka berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengambil 

keputusan untuk pergi ke Makkah, Hathib bin Abu Balta'ah mengirim surat kepada orang-orang 

Quraisy. Di dalamnya, Hathib bin Abu Balta'ah menjelaskan prihal keputusan Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam untuk pergi ke tempat mereka. Surat ini  dititipkan Hathib bin Abu Balta'ah 

kepada seorang wanita bernama Muzainah demikian menurut Muhammad bin Ja'far, pendapat lain 

mengatakan, bahwa surat ini  dititipkan kepada Sarah mantan budak wanita salah seorang dari 

Bani Abdul Muthalib. Hathib bin Abu Balta'ah akan memberi hadiah kepada wanita tadi jika  ia 

bersedia menyampaikan surat yang dia tulis kepada orang-orang Quraisy. lalu  wanita ini  

menyembunyikan surat ini  di gelungan rambut kepalanya. Dan wanita itupun berangkat menuju 

Makkah. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menerima berita dari Jangit tentang perbuatan Hathib bin Abu 

Balta'ah ini , maka diutuslah Ali bin Abu Thalib dan Zubair bin Awwam. Kepada mereka berdua 

Rasulullah bersabda: "Kejarlah wanita yang membawa surat Hathib bin Abu Balta'ah yang berisi 

keterangan untuk orang-orang Quraisy perihal rencana keberangkatan kita terhadap mereka." 

Keduanya segera berangkat dan berhasil menyusul wanita ini  di daerah Khulaiqah Bani Abu 

Ahmad. Keduanya menyuruh wanita ini  turun dari unta dan membongkar pelananya, namun 

kedua sahabat itu tidak menemukan apa-apa. 

Ali bin Abu Thalib berkata kepada wanita ini : "Aku bersumpah dengan nama Allah bahwa 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak berbohong, dan kami juga tidak berbohong. Maka 

serahkanlah surat ini  kepada kami, kalau tidak, kami akan tanggalkan seluruh pakaianmu." 

Tatkala melihat keseriusan Ali bin Abu Thalib, wanita ini  berkata: "Balikan badanmu". Ali bin Abu 

Thalib pun membalikan badannya. sesudah  itu wanita ini  membuka gelungan rambutnya dan 

mengeluarkan surat dari dalamnya lalu menyerahkan surat ini  kepada Ali bin Abu Thalib. Ali bin 

Abu Thalib segera membawa surat ini  kepada Rasulullah. 

Rasulullah segera memanggil Hathib bin Abu Balta'ah seraya bertanya: "Wahai Hathib, apa yang 

mendorongnmu melakukan semua ini?" Hathib bin Abu Balta'ah menjawab: "Wahai Rasulullah, 

ketahuilah demi Allah, Sebetulnya  aku masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak 

mengubah agamaku ataupun menggantinya. Sebenarnya, aku orang yang tidak memiliki nenek 

moyang di Quraisy, sedangkan aku memilki anak dan keluarga yang kini tinggal di sana. Sebab itulah, 

aku lakukan itu untuk mencari simpatik dari mereka." Umar bin Khaththab yang hadir di tempat itu 

berkata: "Wahai Rasulullah, aku meminta izin untuk memenggal leher orang ini, sebab  ia telah 

berdusta." Rasulullah bersabda: "Wahai Umar, tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah melihat 

mujahidin Badar, lalu  berfirman: "Kerjakan apa saja yang kalian inginkan, Aku telah 

mengampuni kalian."184 

 

Allah berfirman perihal Hathib bin Abu Balta'ah, 

 Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi 

teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), sebab  rasa 

kasih sayang; padahal Sebetulnya  mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, 

mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu sebab  kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika 

kamu benar-benar keluar untuk berjihadpada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku (janganlah kamu 

berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada 

mereka, sebab  rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang 

kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka Sebetulnya  dia telah 

tersesat dari jalan yang lurus. Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai 

musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti (mu); dan 

mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir. Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada 

bermanfaat bagimu pada hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat 

apa yang kamu kerjakan. Sebetulnya  telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan 

orang-orang yang bersama dengan dia; saat  mereka berkata kepada kaum mereka: "Sebetulnya  

kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) 

mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai 

kamu beriman kepada Allah saja." Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sebetulnya  aku 

akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu 

(siksaan) Allah." (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan 

hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali (QS. al-

Mumtahanah: 1-4). 

 

Keberangkatan Rasulullah Bersama Pasukan Kaum Muslimin dan Diangkatnya Abu Ruhm Sebagai 

Pengganti Imam 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri meriwayatkan kepadaku dari 

Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma, ia 

berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berangkat ke Makkah dan menunjuk Abu Ruhm — 

Kultsum bin Hushain bin Utbah bin Khalaf Al-Ghifari— sebagai imam sementara di Madinah. Peristiwa 

ini terjadi pada tanggal sepuluh Ramadhan sehingga Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan kaum 

Muslimin berpuasa. Setibanya di Al-Kudaid, daerah yang terletak antara Usfan dan Amaj, beliau 

berbuka puasa. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam terus melanjutkan perjalanan hingga 

berhenti di Marru Azh-Zhahran bersama sepuluh ribu kaum Muslimin. Tujuh ratus orang berasal dari 

Sulaim, pendapat yang lain mengatakan bahwa mereka berjumlah seribu orang. Pasukan dari 

Muzainah juga berjumlah seribu, oleh sebab  dari setiap kabilah ada  orang-orang yang masuk 

Islam. Seluruh kaum Muhajirin dan Anshar ikut bersama Rasulullah, tak seorang pun yang tertinggal. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam singgah di Marru Azh-Zhahran dan tidak diketahui oleh orang-

orang Quraisy. Pada malam ini , keluarlah Abu Sufyan bin Harb, Hakim bin Hizam, dan Budail bin 

Warqa' untuk menyelidiki kabar dan melihat kondisi dan situasi barang kali mereka akan mendapat 

atau mendengar berita. Al-Abbas bin Abdul Muthalib bertemu Rasulullah di salah satu jalan. 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Abbas bin Abdul Muthalib bertemu Rasulullah di Al-Juhfah saat itu dia 

bermaksud hijrah bersama keluarganya. Sebelumnya, Al-Abbas bin Abdul Muthalib tinggal di Makkah 

untuk melayani kebutuhan air para jama'ah haji atas restu Rasulullah, demikian seperti disampaikan 

oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri. 

 

Abu Sufyan bin Al-Harits dan Abdullah bin Abu Umaiyyah Masuk Islam 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Muthalib dan Abdullah bin Abu Umaiyyah bin 

Al-Mughirah juga bertemu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Niqul Uqab, sebuah daerah yang 

terletak di antara Makkah dan Madinah. Keduanya hendak masuk ke tempat Rasulullah, lalu Ummu 

Salamah memberitahu beliau tentang keduanya: "Wahai Rasulullah, inilah anak paman dan anak 

bibimu, serta iparmu." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku tidak butuh mereka 

berdua. Adapun anak pamanku, ia telah merusak kehormatanku. Sedang anak bibiku dan iparku, ia 

pernah menghina diriku di Makkah." Tatkala sabda Rasulullah disampaikan kepada keduanya, Abu 

Sufyan bin Al-Harits -yang saat  itu membawa anaknya yang masih kecil berkata: "Demi Allah, 

Muhammad harus memberiku izin untuk masuk. 

lika tidak, aku akan membawa anak kecil ini keliling padang pasir hingga kami mati kelaparan dan 

haus." Saat Rasulullah mendengar ucapan Abu Sufyan bin Al-Harits tadi, hatinya terenyuh, akhirnya 

beliau mengizinkan keduanya untuk menemuinya. Keduanya pun masuk bertemu Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan merekapun masuk Islam. 

Ibnu Ishaq berkata: Para ulama mengatakan bahwa tatkala Abu Sufyan bin Al-Harits melantunkan bait 

syair berikut kepada Rasulullah: Yang pernah kuusir, kini Allah telah mendapatkanku lalu  beliau 

bersabda: "Engkaulah orang yang pernah mengusirku!! 

saat  Rasulullah berhenti di Marru Azh-Zhahran, Al-Abbas bin Abdul Muthalib berkata: "Wahai orang-

orang Quraisy hati-hatilah di pagi ini. Demi Allah, jika Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memasuki 

Makkah dengan kekerasan dan orang-orang Quraisy tidak meminta jaminan keamanan kepadanya, 

maka itu yaitu  sebuah kehancuran bagi mereka sepanjang masa." 

Al-Abbas bin Abdul Muthalib berkata: lalu , aku duduk di atas baghal milik Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam yang berwarna putih dan pergi dengan menungganginya. saat  tiba di pohon arak 

(siwak), aku berkata: "Mudah-mudahan aku bisa bertemu dengan salah seorang pencari kayu bakar, 

atau pemilik susu, atau siapa saja yang berkepentingan untuk pergi ke Makkah, yang bisa 

menerangkan kepada mereka tentang keberadaan Rasulullah. lalu  mereka datang menemui 

beliau untuk meminta jaminan keamanan sebelum beliau datang kepada mereka dengan kekerasan. 

Demi Allah, aku terus berjalan dengan baghal milik Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk 

mencari seseorang. 

Tiba-tiba aku mendengar suara percakapan Abu Sufyan bin Harb dan Budail bin Warqa'. Abu Sufyan 

bin Harb berkata: "Aku belum pernah melihat api dan markas tentara seperti malam ini." Budail bin 

Warqa' berkata: "Demi Allah, itu yaitu  kabilah Khuza'ah yang sedang menyalakan api." Abu Sufyan 

bin Harb berkata: "Api kabilah Khuza'ah dan markasnya tidak sebesar itu." Aku mengenali dengan baik 

suara Abu Sufyan bin Harb. Aku berkata: "Wahai Abu Hanzhalah." Abu Sufyan bin Harb juga mengenali 

suaraku, lalu ia berkata: "Apakah engakau Abu Al-Fadhl?." Aku berkata: "Yaa, betul." Abu Sufyan bin 

Harb bertanya: "Ayah-ibuku menjadi tebusanmu, apa yang sedang engkau lakukan?' Aku menjawab: 

"Celakalah engkau wahai Abu Sufyan, kini Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedang bersama 

pengikutnya. Demi Allah, orang-orang Quraisy harus berhati-hati pada pagi ini." Abu Sufyan bin Harb 

bertanya: "Bagaimana caranya untuk menghindari ini semua?" Aku menjawab: "Demi Allah, jika 

Rasulullah berhasil menangkapmu, beliau pasti memenggal batang lehermu. Sebab itu, naiklah ke 

baghal ini di belakangku, hingga aku akan membawamu kepada Rasulullah, lalu mintalah jaminan 

keamanan darinya." 

Abu Sufyan bin Harb pun naik di belakangku, adapun kedua temannya kembali ke Makkah. Lalu aku 

membonceng Abu Sufyan bin Harb dan membawanya untuk bertemu Rasulullah, dan setiap kali aku 

melewati api kaum Muslimin, mereka berkata: "Siapa orang ini?" dan tatkala mereka mengetahui akan 

baghal milik Rasulullah dan aku berada di atasnya, mereka berkata: "Itu yaitu  paman Rasulullah 

sedang mengendari baghal beliau." Aku pun terus berjalan sampai melewati api Umar bin Khaththab. 

Ia bertanya: "Siapa orang ini?" lalu  ia berjalan mendekatiku dan pada saat ia melihat orang yang 

duduk di belakangku itu Abu Sufyan bin Harb, ia berkata: "Abu Sufyan si musuh Allah. Segala puji bagi 

Allah yang telah menaklukanmu tanpa perjanjian dan kesepakatan sebelumnya." lalu  Umar bin 

Khaththab berlari menghadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sedangkan aku terus memacu 

baghal hingga mendahului Umar bin Khaththab seperti halnya hewan yang berlari pelan yang 

mendahului orang yang jalannya pelan. 

Aku turun dari baghal lalu masuk ke tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan pada saat yang 

sama Umar bin Khaththab masuk ke tempat beliau. Umar bin Khaththab berkata: "Wahai Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam, inilah Abu Sufyan, Allah telah menaklukkannya tanpa perjanjian 

sebelumnya dan kesepakatan. Oleh sebab itu, izinkan aku untuk memenggal leherya." Aku berkata: 

"Wahai Rasulullah, aku telah melindungi Abu Sufyan bin Harb." lalu , aku duduk di dekat 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan memegang kepala beliau sambil berkata: "Demi Allah, pada 

malam ini tidak ada yang berbicara denganmu selain diriku." Tatkala Umar bin Khaththab tidak henti-

henti berbicara tentang Abu Sufyan bin Harb, aku berkata: "Tahan ucapanmu wahai Umar. Demi Allah, 

jika saja Abu Sufyan bin Harb berasal dari Bani Adi bin Ka'ab, pastinya engkau tidak akan berkata 

demikian. Akan namun , sebab  engkau tau kalau Abu Sufyan bin Harb berasal dari Bani Abdu Manaf 

maka engkaupun berkata seperti itu." Umar bin Khaththab berkata: "Tahan ucapanmu, wahai Al-

Abbas. Demi Allah, keislamanmu saat engkau masuk Islam itu lebih aku sukai daripada keislaman 

Khaththab jika  ia masuk Islam. Dan aku juga tahu kalau keislamanmu jauh lebih di sukai Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam daripada keislaman Khaththab jika  ia masuk Islam." Rasulullah 

bersabda: "Wahai Al- Abbas, pergilah bersama Abu Sufyan bin Harb ke tempat dimana kendaraanmu 

berada, dan jika  pagi datang, menghadaplah kembali kepadaku." 

Al-Abbas bin Abdul Muthalib berkata: "Aku membawa pergi Abu Sufyan bin Harb ke tempat 

kendaraanku berada dan ia menginap di tempatku. saat  pagi datang, aku bersama Abu Sufyan bin 

Harb menghadap Rasulullah. Pada saat melihat Abu Sufyan bin Harb, beliau bersabda: "Celakalah 

engkau wahai Abu Sufyan, apakah belum tiba waktu bagimu untuk mengetahui bahwa tidak ada 

Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah?" Abu Sufyan bin Harb berkata: "Betapa lembut, mulia, 

dan menyambung hubungan kekerabatan. Demi Allah, sungguh aku telah meyakini seandainya ada 

Tuhan lain selain Allah, maka dia pasti akan mencukupiku dengan sesuatu." Rasulullah bersabda: 

"Celakalah engkau wahai Abu Sufyan, apakah belum tiba waktu bagimu untuk mengetahui bahwa aku 

yaitu  utusan Allah?" Abu Sufyan bin Harb berkata: "Betapa lembut, mulia, dan menyambung 

hubungan kekerabatan. Adapun hal ini, demi Allah, sampai saat ini, di dalam diriku masih ada  

sesuatu yang mengganjal." Al-Abbas bin Abdul Muthalib berkata kepada Abu Sufyan bin Harb: 

"Celakalah engkau, wahai Abu Sufyan, masuk Islamlah, bersaksilah bahwa tidak ada Tuhan yang 

berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad yaitu  utusan Allah sebelum lehermu dipenggal." 

Abu Sufyan bin Harb pun bersaksi dengan syahadat yang Haq dan masuk Islam. Aku berkata: "Wahai 

Rasulullah, Abu Sufyan bin 

Harb yaitu  orang yang senang dengan kebanggaan, oleh sebab itulah, berikanlah suatu kebanggan 

kepadanya." Rasulullah bersabda: "Ya, barangsiapa memasuki rumah Abu Sufyan bin Harb, ia aman. 

Barangsiapa menutup pintu rumahnya, ia aman. Dan barangsiapa memasuki Masjidil Haram, ia 

aman."185 

 

Pada saat Abu Sufyan bin Harb telah pergi, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hai Al-

Abbas, tahanlah Abu Sufyan bin Harb di tempat sempit di depan gunung, supaya pasukan Allah 

melewatinya dan ia bisa lelauasa melihat mereka." Aku segera keluar dan menahan Abu Sufyan bin 

Harb di tempat yang diperintahkan Rasulullah. 

 

Parade Pasukan Islam di Depan Abu Sufyan. 

Ibnu Ishaq berkata: Tidak lama berselang, setiap kabilah berjalan melewatinya dengan membawa 

panji masing-masing. Setiap satu kabilah lewat, Abu Sufyan bin Harb bertanya: "Hai Al-Abbas, siapa 

orang ini?" Aku menjawab: "Inilah kabilah Sulaim." Abu Sufyan bin Harb berkata: "Aku tidak 

memiliki  urusan dengan kabilah Sulaim." lalu  kabilah lain lewat, dan Abu Sufyan bin Harb 

bertanya lagi: "Hai Al-Abbas, siapa orang-orang ini?" Aku menjawab: "Ini kabilah Muzainah." Abu 

Sufyan bin Harb berkata: "Aku tidak memiliki  urusan dengan kabilah Muzainah." Setiap kali kabilah 

lewat, Abu Sufyan bertanya kepadaku tentang kabilah ini  dan di saat aku telah menjelaskan 

tentang mereka, ia selalu berkata: "Aku tidak memiliki  urusan dengan Bani ini dan Bani itu." 

Demikianlah yang terjadi hingga akhirnya Rasulullah lewat dengan pasukannya dengan pakaian yang 

berwarna hijau. 

Ibnu Hisyam berkata: Pasukan Rasulullah dikatakan hijau sebab  besinya banyak dan dominasi warna 

hijau di dalamnya. 

Al-Harits bin Hilzat al-Yasykari berkata: 

lalu  datanglah Hujr yakni Ibnu Ummi Qatham 

Dia memiliki kuda berwarna hijau Artinya yaitu  batalion (squadron). Bait ini ada dalam syairnya. 

 

Sedangkan Hassan bin Tsabit berkata: 

Tatkala dia melihat tembok-tembok lembah Badr 

Mengalir di sana dengan pasukan Hijau dari Khazraj 

 

Ibnu Ishaq berkata: Dalam pasukan ini  ada  kaum Muhajirin dan Anshar Radhiyallahu 

Anhum. Mereka seluruhnya memakai baju besi. Abu Sufyan bin Harb berkata: "Mahasuci Allah. 

Siapakah mereka ini wahai Al-Abbas?" Al-Abbas bin Abdul Muthalib menjawab: "Mereka yaitu  

Rasulullah bersama kaum Muhajirin dan Anshar." Abu Sufyan bin Harb berkata: "Tak seorang pun yang 

memiliki keberanian dan kekuatan untuk menghadapi mereka. Wahai Al-Abbas, demi Allah, esok hari 

urusan keponakanmu ini akan menjadi agung." Al-Abbas bin Al-Muthalib berkata: "Hai Abu Sufyan, 

itulah dia kenabian. "Abu Sufyan bin Harb berkata "Benar!" Al-Abbas bin Al-Muthalib berkata 

"Sekarang pergilah segera untuk menemu kaummu." 

Saat Abu Sufyan bin Harb sampai di tengah-tengah kaum Quraisy, ia berteriak dengan suara lantang: 

"Wahai orang-orang Quraisy, inilah Muhammad datang kepada kalian dengan membawa pasukan 

yang tak tertandingi. Maka barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia akan aman." Hindun 

binti Utbah mendekat kepada Abu Sufyan bin Harb lalu memegang kumisnya seraya berkata: 

"Perangilah orang yang gendut, banyak lemak, dan dagingnya. Alangkah jeleknya pemimpin kaum 

ini.'" Abu Sufyan bin Harb berkata: "Celakalah kalian, hati-hatilah kalian jangan sampai tertipu oleh 

wanita ini. Sungguh Muhammad akan datang kepada kalian dengan pasukan yang tak tertandingi. 

Barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia akan aman." Orang-orang Quraisy berkata: 

"Semoga Allah mematikanmu. Apa manfaat rumahmu bagi kami?" Abu Sufyan bin Harb berkata: 

"Barangsiapa yang menutup pintu rumahnya, dia akan aman. Dan barangsiapa yang masuk Masjidil 

Haram, dia pun akan aman." lalu  orang-orang Quraisy pun berpencar; diantara mereka ada yang 

pulang ke rumah mereka sendiri dan ada pula yang berjalan menuju ke Masjidil Haram. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr meriwayatkan kepadaku bahwa saat  Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam tiba di Dzu Thuwa, beliau menghentikan binatang kendaraannya lalu tertunduk. 

beliau memakai sorban (burdah) dari Yaman yang bersulam benang warna merah. Beliau 

menundukkan wajah sebagai simbol kerendahannya di hadapan Allah Ta'ala saat  melihat 

penaklukan yang Allah karuniakan untuknya, hingga jenggotnya hampir menyentuh pelana bagian 

tengah. 

 

Abu Quhafah Masuk Islam 

Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair meriwayatkan kepadaku dari ayahnya 

dari neneknya, Asma' binti Abu Bakar, ia berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

berhenti di Dzu Thuwa, Abu Quhafah berkata kepada putri bungsunya: "Wahai anakku, bawalah aku 

naik ke Gunung Abu Qubis." -Abu Quhafah sudah buta-. Aku membawanya naik ke Gunung Abu Qubis. 

Ia bertanya: "Wahai putriku, apa yang engkau saksikan sekarang?" Putrinya menjawab: "Aku 

menyaksikan kumpulan warna hitam." Abu Quhafah berkata: "Itu yaitu  kuda." Putri bungsunya 

berkata: "Aku juga melihat orang-orang hilir-mudik berjalan di hadapannya." Abu Quhafah berkata: 

"Putriku, dialah sebagai pemimpinnya. Ia sedang mengatur pasukan berkuda yang berada di 

depannya." Putrinya berkata: "Demi Allah, warna hitam itu kini menyebar." Abu Quhafah berkata: 

"Demi Allah, pasukan berkuda itu telah berjalan. Maka bawalah aku sekarang juga kembali ke rumah." 

lalu  putri bungsu Abu Qufahah membawa ayahnya turun dan bertemu dengan pasukan berkuda 

ini  sebelum mereka sampai di rumah. Putri bungsu Abu Quhafah memakai kalung yang terbuat 

dari perak dan berpapasan dengan salah seorang dari pasukan berkuda, lalu dia menjabret kalung 

ini  dari lehernya. 

Saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memasuki Makkah dan Masjidil Haram, Abu Bakar datang 

sambil menuntun ayahnya ke hadapan beliau. Saat Rasulullah melihat ayah Abu Bakar, beliau 

bersabda: "Wahai Abu Bakar, mengapa engkau tidak membiarkan ayahmu berdiam diri di rumah saja 

dan aku yang akan datang menemuinya?" Abu Bakar menjawab: "Wahai Rasulullah, ayahku lebih 

pantas berjalan menemuimu daripada engkau datang menemuinya." lalu  Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam mempersilahkan Abu Quhafah duduk di hadapannya, beliau mengusap dadanya 

seraya bersabda: "Masuk Islam-lah." Dan Abu Quhafah pun masuk Islam. 

Tak lama lalu , Abu Bakar membawa ayahnya yang kepalanya penuh dengan uban kembali 

menghadap Rasulullah. Beliau bersabda: "Gantilah warna rambutnya." Abu Bakar berdiri lalu 

memegang tangan saudari perempuannya seraya bertanya: "Aku bersumpah dengan nama Allah dan 

Islam, siapakah yang telah mengambil kalung saudari perempuanku ini.?" Namun tak ada seorang- 

pun yang menjawab pertanyaannya, lalu  ia berkata: "Wahai saudariku, ikhlaskanlah kalungmu, 

berharapkanlah pahala di sisi Allah. Demi Allah, sungguh pada hari ini kejujuran di tengah manusia 

amat sedikit."186 

 

 

Pasukan Islam Memasuki Makkah 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih meriwayatkan kepadaku bahwa sesudah  Rasulullah 

membagi-bagi pasukan di Dzu Thuwa, beliau memerintahkan Zubair bin Awwam bergabung dengan 

salah satu pasukan kuda. Zubair bin Awwam menjadi komandan pasukan sayap kiri. Dan beliau juga 

memerintahkan Sa'ad bin Ubadah bergabung dengan salah satu pasukan berkuda. 

Ibnu Ishaq berkata: Sebagian ulama berpendapat bahwa saat  Sa'ad bin Ubadah memasuki Makkah 

ia berkata: "Hari ini merupakan hari Peperangan, dan pada hari ini dihalalkan hal-hal diharamkan." 

Ucapan ini  didengar salah seorang sahabat dari kaum Muhajirin. 

Ibnu Hisyam berkata: Orang yang dimaksud yaitu  Umar bin Khaththab, lalu  dia berkata: 

"Wahai Rasulullah, dengarkanlah apa yang dikatakan oleh Sa'ad bin Ubadah, Kami tidak merasa aman 

jika ia memiliki kekuasaan atas Quraisy." Rasulullah bersabda kepada Ali bin Abu Thalib: "Carilah Sa'ad 

bin Ubadah, ambil panji perang darinya, dan masuklah engkau ke Makkah dengan panji perang 

ini ." 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih meriwayatkan kepadaku bahwa Rasulullah memerintahkan 

Khalid bin Walid masuk ke Makkah dari arah Al-Lith, bagian Makkah Bawah bersama salah satu 

pasukan. Semula, Khalid bin Walid berada di pasukan sayap kanan yang di dalamnya ada  kabilah 

Aslam, kabilah Sulaim, kabilah Ghifar, kabilah Muzainah, kabilah Juhainah, dan kabilah-kabilah Arab 

yang lain. Sedangkan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah bersama salah satu pasukan kakum muslimin turun 

ke Makkah di hadapan Rasulullah, dan beliau sendiri masuk ke Makkah dari arah Adzakhir hingga tiba 

di Makkah bagian Atas, dan di sanalah tenda beliau dipancangkan. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih dan Abdullah bin Abu Bakr meriwayatkan kepadaku bahwa 

Shafwan bin Umaiyyah, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Suhail bin Amr mengumpulkan orang-orang di Al-

Khandamah untuk berperang. Himas bin Qais bin Khalid saudara Bani Bakr telah menyiapkan 

perlengkapan dan senjata sebelum Rasulullah memasuki Makkah. Istri Himas bin Qais berkata: "Untuk 

apakah engkau menyiapkan senjata?" Himas bin Qais menjawab: "Untuk memerangi Muhammad dan 

para pengikutnya." Istrinya berkata: "Demi Allah, aku mengira senjatamu tidak akan membahayakan 

Muhammad dan para sahabatnya sedikitpun." Dia berkata: 

"Demi Allah, aku berharap bisa memberimu budak dari sebagian mereka." lalu  dia bertutur: 

Bila mereka menyerang di hari ini maka aku tidak punya alasan menyerah  

sebab  aku punya senjata sempurna dan dan tajam dengan dua gigi 

Serta pedang yang memiliki  dua matapena dan terhunus dengan cepat 

Himas bin Qais turut serta pada Perang Al-Khandamah bersama Shafwan bin Umaiyyah, Suhail bin 

Amr, dan Ikrimah bin Abu Jahal. Saat mereka bertemu pasukan Khalid bin Walid, mereka terlibat dalam 

peperangan kecil sehingga menewaskan Kurz bin Jabir warga Bani Muharib bin Fihr dan Khunais bin 

Khalid bin Rabi'ah bin Ashram sekutu Bani Munqidz. Awalnya mereka berdua berada di pasukan 

berkuda Khalid bin Walid, namun keduanya memisahkan diri dari Khalid bin Walid dan menempuh 

jalan lain hingga akhirnya terbunuh; Khunais bin Khalid terbunuh sebelum Kurz bin Jabir. sesudah  

Khunais bin Khalid terbunuh, Kurz bin Jabir meletakkan jenazahnya di antara kedua kakinya, lalu ia 

berperang sambil melantunkan syair, hingga ia akhirnya ia gugur: 

Shafra' dari Bani Fihr yang berwajah bening dan dada bersih telah mengetahui bahwa aku akan 

berperang membela Abu Sakhr 

Ibnu Hisyam berkata: Nama panggilan Khunais bin Khalid yaitu  Abu Shakhr dia berasal dari kabilah 

Khuza'ah. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih dan Abdullah bin Abu Bakr meriwayatkan kepadaku: 

"Salamah bin Al-Maila merupakan orang yang terbunuh dari kabilah Juhainah, ia yaitu  salah seorang 

tentara pasukan berkuda Khalid bin Walid. Adapun korban tewas dari kaum musyrikin sekitar dua 

belas atau tiga belas orang. lalu , orang-orang musyrikin mundur termasuk Himas bin Qais 

hingga ia pulang ke rumahnya seraya berkata kepada istrinya: "Kuncilah pintu rumah." Istrinya 

bertanya: "Mana yang kau ucapankan dulu?" Himas bin Qais bertutur: 

Andai kau saksikan Perang Al-Khandamah,  

Kala Shafwan dan Ikrimah melarikan diri  

Abu Yazid berdiri mematung laksana wanita yang ditinggal mati suaminya yang meninggalkan anak 

yatimnya 

Mereka dihadang pedang-pedang kaum Muslimin 

Yang memutus semua lengan dan tengkorak kepala 

Hingga tidak ada yang bisa didengar melainkan suara yang tak dimengerti 

Mereka memiliki suara dari tenggorokan dan suara dada di belakang kami 

Pasti kau tak akan mengecam walau hanya sepatah kata 

 

 

Sandi Pasukan Islam pada Pem- bukaan Makkah, Perang Hunain dan Thaif 

Ibnu Ishaq berkata: Sandi kaum Muslimin pada penaklukan Makkah, Perang Hunain, dan Perang Thaif 

yaitu  sebagai berikut: 

Sandi kaum Muhajirin yaitu  ya bani Abdurrahman, Sandi kaum Al-Khazraj yaitu  ya bani Abdillah 

dan adapun Sandi kaum Al-Aus yaitu  ya bani Ubaidillah. 

 

Orang-orang yang Diperintahkan Agar Dibunuh oleh Rasulullah 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah berpesan kepada para panglima pasukannya -saat memasuki Makkah- 

untuk tidak menyakiti siapa pun kecuali orang-orang yang memerangi mereka serta beberapa orang 

yang harus dibunuh walaupun mereka berlindung diri dengan bergantung di kain penutup Ka'bah. 

Mereka yaitu  Abdullah bin Sa'ad saudara Bani Amir bin Luay. 

Rasulullah memerintahkan para panglima perangnya untuk membunuhnya, sebab awalnya ia seorang 

Muslim dan menjadi penulis wahyu untuk beliau, akan namun  lalu  murtad dan kembali kepada 

orang-orang Quraisy. Abdullah bin Sa'ad lari kepada Utsman bin Affan -saudara sesusuannya- dan 

Utsman bin Affan menyembunyikannya lalu  membawanya ke hadapan Rasulullah di saat kaum 

Muslimin dan warga  Makkah telah merasa tenang. Utsman bin Affan meminta kepada Rasulullah 

jaminan keamanan untuk Abdullah bin Sa'ad, akan namun  beliau diam lama sekali, lalu bersabda: "Ya." 

Dan di saat Utsman bin Affan pergi meninggalkan Rasulullah, beliau bersabda kepada orang-orang 

yang ada di sekitar beliau dari para sahabat: "Aku berdiam diri agak lama tadi sebab  harapan ada 

salah seorang dari kalian berdiri lalu  memenggal leher Abdullah bin Sa'ad." Salah seorang dari 

kaum Al-Anshar berkata: "Kenapa engkau tidak memberi isyarat kepadaku, wahai Rasulullah?" 

Rasulullah bersabda: "Sebetulnya  seorang Nabi itu tidak boleh membunuh dengan cara memberi 

isyarat." 

Ibnu Hisyam berkata: lalu  Abdullah bin Sa'ad masuk Islam lagi dan Umar bin Khaththab 

menjadikannya sebagai wakil di beberapa urusannya, begitu juga Utsman bin Altan sesudan watatnya 

Umar bin Khaththab. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdulllah bin Hazhal yaitu  seorang yang berasal dari Bani Tamim bin Ghalib. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan untuk dibunuh sebab  awalnya ia seorang 

muslim dan Rasulullah mengutusnya sebagai petugas zakat ke salah satu daerah bersama salah 

seorang dari kaum Anshar dan mantan budak Abdullah bin Khaththal yang muslim. Ia berhenti di suatu 

tempat dan menyuruh mantan budaknya untuk menyembelih kambing serta membuat makanan 

untuknya. lalu , Abdullah bin Khaththal tidur. Saat ia bangun, ia mendapati mantan budaknya 

tidak membuatkan makanan apa-apa untuknya, lalu ia membunuhnya. lalu  ia murtad dan 

menjadi seorang musyrik. Ia memiliki dua penyanyi bernama Fartana dan seorang temannya. Kedua 

penyanyi wanita itu bernyanyi menghina Rasulullah, oleh sebab itu beliau memerintahkan keduanya 

dibunuh bersama Abdullah bin Khathal. 

Al-Huwairits bin Nugaidz bin Wahb bin Abdun bin Qushay. Ia termasuk salah seorang yang menyakiti 

Rasulullah di Makkah. 

Ibnu Hisyam berkata: saat  Abdullah bin Al-Abbas membawa kedua putri Rasulullah yaitu Fathimah 

dan Ummu Kultsum dari Makkah ke Madinah, lalu  hewan kendaraan yang mereka berdua 

tunggangi ditusuk lambungnya oleh Al-Huwairits bin Nuqaidz hingga mereka berdua terjatuh ke tanah. 

Ibnu Ishaq berkata: Juga Miqyas bin Hubabah. Rasulullah memerintahkan untuk membunuh Miqyas 

bin Hubabah, sebab  ia telah membunuh salah seorang kaum Anshar yang membunuh saudaranya 

dengan tidak sengaja, selain itu, ia telah murtad dan pulang ke orang-orang Quraisy dalam keadaan 

musyrik. 

lalu  Sarah mantan budak salah seorang dari Bani Abdul Muthalib, dan Ikrimah bin Abu Jahal. 

Sarah termasuk salah seorang yang menyakiti Rasulullah dari kalangan wanita saat di Makkah. 

Sedangkan Ikrimah bin Abu Jahal, ia melarikan diri ke Yaman, adapun istrinya, Ummu Hakim binti Al-

Harits bin Hisyam, masuk Islam yang lalu  memintakan jaminan keamanan untuknya kepada 

Rasulullah dan beliau pun mengabulkan permintaannya. sesudah  itu, Ummu Hakim binti Al-Harits pergi 

mencari suaminya ke Yaman hingga akhirnya berhasil membawanya kepada Rasulullah dan 

Ikrimahpun masuk Islam. 

Abdullah bin Khathal dibunuh oleh Sa'id bin Harits Al-Makhzumi dan Abu Barzah Al-Aslami. 

Sedangkan Miqyas bin Shubabah dibunuh oleh Numailah bin Abdullah, seorang yang berasal dari 

kaumnya sendiri. 

Adapun dua penyanyi wanita Abdullah bin Khathal, salah satunya dibunuh, sedang yang lainnya 

melarikan diri, lalu  ia meminta jaminan keamanan kepada Rasulullah dan beliau mengabulkan 

permintaannya. 

Sajah juga meminta jaminan keamanan kepada Rasulullah dan beliau mengabulkannya. lalu  dia 

pun hidup dalam keamanan hingga pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab, ia 

diterjang oleh kuda milik seseorang di Al-Abthah sebuah lembah di Makkah, akhirnya ia meninggal 

dunia. 

Adapun Al-Huwairits bin Nuqaidz dibunuh oleh Ali bin Abu Thalib. 

Ibnu Ishaq berkata: Sa'id bin Abu Hindun meriwayatkan kepadaku dari Abu Murrah mantan budak Aqil 

bin Abu Thalib bahwa Ummu Hani' binti Abu Thalib berkata: Saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam ber- henti di bagian atas kota Makkah, dua orang pamanku yang berasal dari Bani Makhzum 

lari menghapiriku -Saat itu, Ummu Hani' dinikahi oleh Abu Habuirah bin Abu Wahb Al-Makhzumi. 

Adapun saudaraku, Ali bin Abu Thalib, menghampiriku dan berkata: "Demi Allah, aku akan membunuh 

dua orang ini." Aku pun segera menutup pintu rumahku demi melindungi mereka berdua, dan akupun 

pergi ke tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di bagian atas kota Makkah. Aku melihat beliau 

sedang mandi dengan menggunakan bejana yang padanya ada  bekas adonan roti, dan Fathimah 

menutupinya dengan kain. Seusai mandi, beliau mengenakan pakaian lalu melaksanakan shalat Dhuha 

sebanyak delapan raka'at. lalu  beliau datang menemuiku dan bersabda: "Selamat datang wahai 

Ummu Hani, ada apa engkau datang ke sini?" Aku pun menjelaskan kepada beliau perihal dua orang 

yang berada di rumahku dan keinginan Ali bin Abu Thalib untuk membunuh keduanya. Lalu beliau 

bersabda: "Aku melindungi orang yang engkau lindungi dan memberi keamanan kepada orang yang 

engkau beri keamanan. sebab  itu, jangan sekali-kali Ali bin Abu Thalib membunuh kedua orang 

ini ."187 

 

Ibnu Hisyam berkata: Kedua orang ini  yaitu  Al-Harits bin Hisyam dan Zuhair bin Abu Umaiyyah 

bin Al-Mughirah. 

 

Rasulullah Thawaf di Baitullah dan Ucapannya di dalam Ka'bah 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair meriwayatkan kepadaku dari Ubaidillah bin 

Abdullah bin Abu Tsaur dari Shafiyyah binti Syaibah, ia berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam masuk ke Makkah dan seluruh manusia telah merasa tenang, beliau pun mendatangi 

Baitullah dan melaksanakan thawaf di atas unta sebanyak tujuh kali putaran dan mengusap rukun 

dengan tongkat. Selepas melakukan thawaf, beliau mengambil kunci Ka'bah dari Utsman bin Thalhah. 

Beliau membuka pintu Ka'bah, memasukinya, mendapati patung burung merpati dari kayu, lalu  

beliau memecahkan patung ini  dengan tangannya lalu membuangnya. 

lalu  Rasulullah berdiri di depan Ka'bah, dan orang-orang berkumpul di Masjidil Haram. 

Ibnu Ishaq berkata: Beberapa orang ulama meriwayatkan kepadaku bahwa Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam berdiri di pintu Ka'bah seraya bersabda: "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah 

selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia telah menepati janji-Nya, memenangkan hamba-Nya, dan 

menaklukkan pasukan sekutu dengan sendirian. Ketahuilah, seluruh kemuliaan, atau darah, atau 

kekayaan yang didakwakan itu berada di bawah kedua kakiku ini, kecuali pelayan Ka'bah dan pemberi 

minuman kepada jama'ah haji. Ketahuilah, korban pembunuhan sebab  ketidak sengajaan itu sama 

dengan pembunuhan "mirip sengaja" seperti membunuh dengan cambuk atau tongkat, maka diyatnya 

diperberat yaitu berupa seratus unta; empat puluh ekor diantaranya harus dalam keadaan hamil. 

Wahai orang-orang Quraisy, Sebetulnya  Allah telah menghapuskan semangat Jahiliyah dan 

mengagung-agungkan nenek moyang, sebab  semua manusia berasal dari Adam dan Adam berasal 

dari tanah." lalu  Rasulullah membaca firman Allah: 

 

Hai manusia, Sebetulnya  Kami mencipta- kan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan 

dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. 

Sebetulnya  orangyangpaling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa 

di antara kamu. Sebetulnya  Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. al-Hujurat: 13). 

lalu  Rasulullah melanjutkan sabdanya: "Wahai orang-orang Quraisy, menurut kalian kira-kita 

apa yang akan aku lakukan kepada kalian." Orang-orang Quraisy menjawab: "Kebaikan. sebab  engkau 

yaitu  saudara yang mulia dan anak saudara yang mulia." Rasulullah bersabda: "Pergilah, 

Sebetulnya  kalian bebas."188 

 

lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam duduk di Masjidil Haram, lalu Ali bin Abu Thalib 

datang menemui beliau dengan membawa kunci Ka'bah. Ali bin Abu Thalib berkata: "Wahai 

Rasulullah, kumpulkan untuk kami penjaga Ka'bah dan pemberi air minum jama'ah haji, semoga Allah 

memberi kesejahteraan untukmu." Rasulullah bersabda: "Dimanakah Utsman bin Thalhah?" Utsman 

bin Thalhah pun dipanggil, lalu  beliau bersabda: "Inilah kuncimu, wahai Utsman. Hari ini hari 

kebaikan dan hari penepatan janji." 

Ibnu Hisyam berkata: Sufyan bin Uyaynah menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda kepada Ali bin 

Abi Thalib: "Aku hanya memberi  pada kalian apa yang hilang dari kalian dan bukan yang akan hilang 

dari orang lain." 

Ibnu Hisyam berkata: Beberapa orang ulama meriwayatkan kepadaku bahwa Rasulullah memasuki 

Baitullah pada hari penaklukan Makkah, lalu beliau melihat lukisan-lukisan tentang para malaikat dan 

yang lainnya. Beliau juga melihat lukisan Nabi Ibrahim yang digambarkan dengan memegang dadu 

undian di tanganya. Maka beliau bersabda: "Semoga Allah membunuh mereka. Mereka 

menggambarkan orang tua kita, Nabi Ibrahim, mengundi dengan undian. Apa hubungan Ibrahim 

dengan undian, sedang Allah Ta'ah berfirman: 

Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan namun  dia yaitu  seorang yang 

lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang 

musyrik (QS. Ali Imran: 67). lalu , beliau memerintahkan seluruh lukisan itu dihancurkan.189 

 

Ibnu Hisyam berkata: Beberapa orang ulama meriwayatkan kepadaku bahwa saat Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam memasuki Ka'bah ditemani oleh Bilal, lalu  beliau keluar sedangkan 

Bilal masih berada di dalam Ka'bah. Tak lama lalu , Abdullah bin Umar masuk menemui Bilal dan 

bertanya kepadanya: "Di manakah tadi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengerjakan shalat? 

Abdullah bin Umar tidak menanyakan bera pa rakaat beliau mengerjakan shalat. Maka setiap kali 

Abdullah bin Umar memasuki Baitullah dia berjalan lurus dan menjadikan pintu Ka bah di belakang 

punggungnya hingga antara dirinya dan dinding ada tiga hasta, lalu  ia shalat, sebab  

menghendaki tempat shalatnya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagaimana yang dikatakan 

Bilal kepadanya. 

Ibnu Hisyam berkata: Beberapa orang ulama meriwayatkan kepadaku bahwa saat Rasulullah 

memasuki Ka'bah pada hari penaklukan Makkah, beliau ditemani oleh Bilal, lalu  beliau 

menyuruh Bilal mengumandangkan adzan, saat  itu Abu Sufyan bin Harb, Attab bin Usaid, dan Al-

Harits bin Hisyam duduk di halaman Ka bah. Attab bin Usaid berkata: "Sungguh Allah telah memu- 

liakan Usaid, sebab dulu dia tidak mendengar ini, namun kini ia mendengar apa yang dulu dibencinya." 

Al-Harits bin Hisyam berkata: "Demi Allah, jika aku tahu ia (Rasulullah) itu benar, maka aku pasti 

mengikutinya." Abu Sufyan bin Harb berkata: "Aku tidak akan mengatakan apa-apa, sebab bila 

mengatakan sesuatu, tongkat ini akan berbicara mewakiliku." lalu  Nabi menemui ketiga orang 

ini  lalu bersabda: "Aku mendengar apa yang kalian katakan tadi. Lalu beliau pun menceri- takan 

apa yang telah mereka katakan tadi. Al-Harits bin Hisyam dan Attab bin Usaid berkata: "Kami bersaksi 

bahwa engkau yaitu  utusan Allah. Demi Allah, tidak ada seorang pun yang bersama kami mengetahui 

hal ini, sehingga tidak akan ada yang memberitahukannya kepadamu." 

Ibnu Ishaq berkata: Sa'id bin Sandar Al- Aslami meriwayatkan kepadaku dari seseorang dari kaumnya, 

ia berkata: "Di antara kami ada  orang kuat dan pemberani bernama Ahmar Ba'san. Dia selalu 

mendengkur dengan keras pada saat tidurnya dan sebab  dengkurannya itu sehingga mudah untuk 

diketahui keberadaannya. Ia tidur di tempat yang jauh dari kampungnya. Bila kaumnya tiba-tiba 

mendapat serangan di malam hari, mereka berteriak, "Wahai Ahmar." Ia pun akan segera melompat 

laksana singa dan tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya. Suatu saat , pasukan dari 

Hudzail datang dengan tujuan kampung Ahmar. Tatkala mereka telah mendekati perkampungan 

ini , Ibnu Al-Atswa' Al-Hudzali berkata: "Kalian jangan tergesa-gesa hingga aku memeriksa 

situasinya. Jika di sana ada  Ahmar, maka kita tidak akan menemukan jalan untuk pergi ke sana, 

sebab Ahmar memiliki  suara deng- kur yang mudah diketahui." Ibnu Al-Atswa' Al-Hudzali mencari-

cari suaranya. saat  ia mendengar suara dengkur Ahmar, ia berjalan menuju tempatnya, lalu  

menusukkan pedang ke dadanya hingga tewas. Lalu menyerang kampung ini . warga  

kampung ini  pun berteriak memanggil "Hai Ahmar." Kini mereka tidak lagi memiliki Ahmar 

sebab  telah tewas terbunuh. 

Saat penaklukan Makkah, yaitu pada pagi hari sesudah  penaklukan, Ibnu Al-Atswa' Al-Hudzali seorang 

musyrik datang ke Makkah untuk melihat langsung dan bertanya tentang kondisi orang-orang di sana. 

Saat itulah, ia dilihat oleh orang-orang kabilah Khuza'ah yang mengenalinya. lalu  mereka 

mengepungnya yang pada saat itu berada di salah satu sisi tembok Makkah. Orang-orang kabilah 

Khuza'ah berkata: "Apakah benar engkau orang yang membunuh Ahmar?" Ibnu Al-Atswa Al-Hudzali 

menjawab: "Ya, benar. Akulah orang yang membunuh Ahmar. "Apakah yang kalian harapkan?"' Tiba-

tiba Khirasy bin Umaiyyah datang dengan menghunus pedang seraya berkata: "Jauhilah orang ini." 

Demi Allah, dengan cara seperti itu, Khirasy bin Umaiyyah ingin menjauhkan orang-orang dari Ibnu Al-

Atswa' Al-Hudzali. Betul, keti- ka kami telah menjauh dari ibnu Al-Atswa' Al-Hudzali, ia menyerangnya 

dan menikam perutnya dengan pedang. Demi Allah, aku melihat isi perut Ibnu Al-Atswa Al-Hudzali 

terurai keluar dan kedua matanya pelan-pelan terpejam seraya berkata: "Mengapa kalian melakukan 

ini, wahai orang-orang kabilah Khuzaah?" Demikianlah peristiwanya hingga akhirnya ia jatuh terkulai 

tak berdaya dan tewas. 

Rasulullah bersabda: "Hai orang-orang kabilah Khuzaah, hentikanlah tangan kalian dari membunuh. 

Sungguh, seandainya pembunuhan itu bermanfaat maka ia akan sangat marak. sebab  kalian telah 

membunuh seseorang maka aku akan membayar diyatnya."190 

 

Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Harmalah Al-Aslami meriwayatkan kepadaku dari Sa'id bin Al-

Musayyib, ia berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar apa yang dilakukan 

oleh Khirasy bin Umaiyyah, beliau bersabda: "Sebetulnya  Khirasy benar-benar seorang 

pembunuh." Sabdanya ini  merupakan kecaman terhadap Khirasy. 

Ibnu Ishaq berkata: Sa'id bin Abu Sa'id Al-Maqburi meriwayatkan kepadaku dari Abu Syuraih Al-Khuzai, 

ia berkata: Pada saat Amr bin Zubair tiba di Makkah untuk memerangi saudaranya, Abdullah bin 

Zubair, aku menemui Amr bin Zubair dan berkata kepadanya: "Wahai Amr bin Zubair, duhulu saat 

pembebasan kota Makkah aku ikut bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Pada hari itu, 

orang-orang dari kabilah Khuzaah menyerang seseorang dari Hudzail dan membunuhnya dalam 

keadaan musyrik, lalu  Rasulullah berdiri dan memberi  khutbah kepada kami: "Wahai 

manusia, Sebetulnya  Allah telah mengharamkan Makkah sejak hari penciptaan langit dan bumi. 

Makkah merupakan tanah haram dan akan terus menjadi tanah mulia hingga hari Kiamat. Sebab itu, 

tidak dihalalkan bagi siapapun yang beriman kepada Allah dan hari akhirat untuk menumpahkan darah 

di dalamnya dan juga tidak diperbolehkan memotong pepohonnya. Makkah tidak dihalalkan bagi siapa 

pun sebelumku dan tidak halal bagi siapa pun sesudah  aku meninggal. Makkah tidak dihalalkan kecuali 

saat ini sebagai bentuk kemurkaan bagi warga nya. Ketahuilah, Sebetulnya  keharaman 

(kemuliaan) Makkah telah kembali seperti sebelumnya. Hendaklah orang yang hadir di tempat ini 

menyampaikan pesan ini kepada yang tidak hadir. Barangsiapa berkata kepada kalian bahwa 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam telah berperang di Makkah, sampaikanlah padanya bahwa Allah 

telah menghalalkan perang ini bagi Rasul-Nya namun tidak menghalalkannya bagi kalian. Wahai orang-

orang kabliah Khuzaah, berhentilah kalian dari membunuh, sungguh jika pembunuhan itu bermanfaat 

maka ia akan merajalela. Sungguh sebab  kalian telah membunuh seseorang maka aku akan 

membayar diyatnya. Barangsiapa dibunuh sesudah  aku berdiri di tempat ini, maka keluarganya berhak 

atas dua pilihan; meminta darah pembunuhnya jika mereka mau atau meminta diyat jika mereka 

mau.191 

 

sesudah  itu Rasulullah membayar diyat untuk Ibnu Al-Atswa' Al-Hudzali yang dibunuh oleh orang-orang 

kabilah Khuza'ah. Amr bin Zubair berkata kepada Abu Syuraih: "Pergilah engkau wahai orang tua, 

sebab  aku lebih tahu tentang kemuliaan Makkah daripadamu. Sebetulnya  keharaman (kemuliaan) 

Makkah tidak bisa menahan Pelaku pembunuhan, orang yang tidak taat, dan orang yang tidak 

membayar jizyah." Abu Syuraih berkata: "Aku hadir sedangkan engkau tidak hadiri. Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerin- tahkan siapa saja yang hadir pada peristiwa itu untuk 

menyampaikannya kepada yang tidak hadir. Aku telah menyampaikan pesan Rasul itu kepadamu, 

maka terserah padamu." 

Ibnu Hisyam berkata: seseorang meriwayatkan kepadaku bahwa korban yang pertama kali dibayar 

diyatnya oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ialah Junaidib bin Al-Akwa yang dibunuh oleh 

Bani Kaab. Beliau memberi diyat atas kematiannya dengan seratus unta. 

 

Kekhawatiran Orang-orang Anshar Akan Menetapnya Kembali Rasulullah di Makkah dan Upaya 

Rasulullah Menenangkan Mereka 

Ibnu Hisyam berkata: Diriwayatkan kepadaku dari Yahya bin Sa'id bahwa pada hari pembebasan 

Makkah, Rasulullah berdiri di atas bukit Shafa untuk berdoa kepada Allah dan dikelilingi kaum Anshar. 

Orang-orang Anshar berkata satu sama lainnya: "Apakah kalian memiliki pemikiran Jika Allah memberi 

kemenangan kepada Rasul-Nya dan berhasil menaklukan negerinya, ia akan menetap di sana?" 

sesudah  selesai berdoa, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertanya kepada mereka: "Apa yang 

tadi kalian katakan?" Kaum Anshar menjawab: "Kami tidak mengatakan apa-apa, wahai Rasulullah." 

Rasulullah tetap bersama orang-orang Anshar hingga mereka menjelaskan kepada beliau apa yang 

telah mereka perbincangkan, lalu  beliau bersabda: "Aku berilndung kepada Allah. Kehidupanku 

yaitu  bersama kalian dan kematianku yaitu  bersama kalian." 

 

Roboh dan Runtuhnya Berhala-berhala dengan Isyarat Rasulullah  

Ibnu Hisyam berkata: Seorang perawi yang sangat aku percayai meriwayatkan kepadaku dalam 

sanadnya dari Ibnu Syihab Az-Zuhri dari Ubaidillah bin Abdullah dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, ia 

berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam masuk ke Makkah pada hari pembebeasan Kota itu 

dengan menaiki unta lalu mengelilinginya. Banyak ada  berhala-berhala yang diikat dengan timah 

di sekitar Ka'bah, lalu  beliau memberi isyarat pada patung-patung ini  dengan potongan 

kayu yang beliau pegang seraya membaca ayat: 

 

Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap." Sebetulnya  yang batil itu 

yaitu  sesuatu yang pasti lenyap (QS. al-Isra': 81).192 

 

Setiap Rasulullah berisyarat ke wajah sebuah berhala, maka ia pasti terjungkal ke bela kang dan setiap 

kali beliau memberi isyarat ke tengkuk suatu berhala maka berhala ini  jatuh tersungkur. 

Demikianlah hingga semua berhala jatuh. Tentang peristiwa ini, Tamim bin Asad Al-Khuza'i bertutur: 

Pada berhala-berhala itu ada pelajaran dan ilmu 

Untuk orang yang mengharap pahala atau adzab 

 

 

Jalan Fadhalah Masuk Islam 

Ibnu Hisyam berkata: Diriwayatkan kepadaku bahwa Fadhalah bin Umair bin Al-Mulawwah Al-Laitsi 

berniat membunuh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat beliau melaksanakan thawaf di 

Baitullah pada hari pembebasan Makkah. Saat ia telah berdekatan dengan Rasulullah, beliau bersabda 

kepadanya: "Apakah betul engkau Fadhalah?" Fadhalah bin Umair menjawab: "Benar, wahai 

Rasulullah, akulah Fadhalah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apa yang telah 

engkau katakan kepada dirimu?" Fadhalah bin Umair menjawab: "Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku 

hanya berdzikir kepada Allah." Rasulullah tertawa lalu bersabda, "Wahai Fadhalah, mohon ampunlah 

engkau kepada Allah." Usai bersabda seperti itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam meletakkan 

tangannya di dada Fadhalah bin Umair hingga ia merasa tenang." Fadhalah bin Umair berkata: "Demi 

Allah, sebelum Rasulullah mengangkat tangannya dari dadaku, tiba-tiba tidak ada orang yang aku lebih 

cintai melebihi dirinya." sesudah  itu, aku pulang. Dalam perjalanan ke rumah, aku bertemu dengan 

wanita. Teman wanitaku berkata: "Marilah kita berbincang sejenak." Aku berkata: "Tidak." 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja’far meriwayatkan kepadaku dari Urwah bin Zubair, ia berkata: 

Shafwan bin Umaiyyah pergi ke Juddah sebab  ingin pergi ke Yaman. Umair bin Wahb berkata: "Wahai 

Rasulullah, Sebetulnya  Shafwan bin Umaiyyah merupakan pemimpin kaumnya. Saat ini ia 

melarikan diri darimu dan hendak melemparkan dirinya ke laut, maka berilah dia jaminan keamanan, 

mudah mudahan Allah menganugrahkan shalawat dan salam atasmu." Rasulullah bersabda: "Ia 

mendapat jaminan keamanan." Umair bin Wahb berkata: "Wahai Rasulullah, dapatkan engkau 

memberiku bukti tentang jaminan keamanan untuknya." Maka Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

memberi  sorban dipakai olehnya saat memasuki Makkah kepada Umair bin Wahb. lalu , 

Umair bin Wahb pergi membawa sorban ini  hingga bertemu Shafwan bin Umaiyyah yang saat 

itu hendak berlayar. Umair bin Wahb berkata: "Hai Shafwan, ayah-ibuku menjadi tebusanmu, takutlah 

engkau kepada Allah dan janganlah engkau bunuh diri. Inilah aku membawakan jaminan keamanan 

dari Rasulullah untukmu." 

Shafwan bin Umayyah berkata: "Celakalah engkau, pergilah dan jangan bicara denganku." Umair bin 

Wahb berkata: "Wahai Shafwan, Rasulullah yaitu  manusia paling mulia, paling baik, paling lembut, 

dan sekaligus anak pamanmu. Kejayaan beliau yaitu  kejayaanmu, kemuliaan beliau yaitu  

kemuliaanmu, dan kerajaan beliau juga kerajaanmu." Shafwan bin Umaiyyah berkata: "Namun aku 

khawatir atas diriku sendiri." Umair bin Wab berkata: "Beliau lebih lembut dan mulia dari apa yang 

engkau khawatirkan." Akhirnya, Umair bin Wahb berhasil membawa pulang Shafwan bin Umayyah 

kepada Rasulullah. Sesampainya di tempat Rasulullah, Shafwan bin Umaiyyah berkata kepada 

Rasulullah: Umair bin Wahb mengatakan bahwa engkau telah memberi jaminan keamanan untukku." 

Rasulullah bersabda: "Benar." Shafwan bin Umayyah berkata: "Beri aku waktu dua bulan untuk 

memilih." Rasulullah: " Bahkan aku beri waktu empat bulan untukmu." 

Ibnu Hisyam berkata: Seorang ulama dari Quraisy meriwayatkan kepadaku bahwa Shafwan bin 

Umayyah berkata kepada Umair bin Wahb: "Celakalah engkau, pergilah dariku dan janganlah 

berbicara denganku, sebab  engkau pandai berdusta." Shafwan bin Umayyah berkata seperti itu 

sebab  sikap Umair bin Wahb kepadanya, dan masalah ini telah aku jelaskan pada bagian akhir dari 

pembahasan tentang Perang Badar. 

 

Para Pemuka Makkah Masuk Islam 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri meriwayatkan kepadaku bahwa Ummu Hakim binti Al-Harits bin Hisyam 

dan Fakhitah binti Al-Walid masuk Islam. Fakhitah binti Al-Walid merupakan istri Shafwan bin 

Umayyah, sedang Ummu Hakim yaitu  istri Ikrimah bin Abu Jahal. Ummu Hakim meminta jaminan 

keamanan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk Ikrimah bin Abu Jahal dan beliau 

mengabulkannya. lalu  Ummu Hakim menyusul Ikrimah bin Abu Jahal ke Yaman dan kembali 

dengan membawa Ikrimah bin Abu Jahal. Pada saat Ikrimah bin Abu Jahal dan Shafwan bin Umayyah 

masuk Islam, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melegalkan pernikahan keduanya dengan istri 

mereka berdua dengan akad nikahnya dahulu sebelum masuk islam. 

saat  berita tentang keislaman para pemuka Quraisy terdengar oleh Abdullah bin Az-Zaba'ra, ia pun 

pergi menghadap Rasulullah dan masuk Islam 

 

Hubairah Tetap Dalam Kekafirannya dan Syair Yang dibuat Olehnya tentang Isterinya Ummu Hani 

Yang Masuk Islam 

Ibnu Ishaq berkata: Adapun Hubairah bin Wahb Al-Makhzumi, ia menetap di Najran hingga meninggal 

dalam keadaan kafir. Istrinya bernama Ummu Hani' binti Abu Thalib yang bernama asli Hindun. saat  

Hubairah mendengar Ummu Hani' masuk Islam, ia bertutur: 

Adakah engkau rindu kepada Hindun atau kau mendengar dia bertanya tentangmu ?  

Begitulah jarak itu, menghasilkan perubahan dari waktu ke waktu 

Dia tidak mampu tidur di puncak benteng kokoh di Najran 

Khayalannya melayang jauh malam demi malam 

Ia pengeritik yang bertiup membangunkanku di malam hari untuk mencelaku  

Dia menghinaku sungguh sesat apa yang ia perbuat terhadapku 

Ia kira bila aku mentaati margaku, maka aku menjadi hina 

Padahal yang membuatku hina yaitu  sebab  aku kehilangan dia dan ia membunuhku  

Aku berasal dari kaum yang jika semangat mereka meninggi dalam segala keadannya  

Aku melindungiku keluargaku dari belakang mereka 

Tatkala mereka bergerak di bawah ujung tombak 

Tangan keluargaku memegang pedang-pedang 

Laksana pedang yang biasa dimainkan anak-anak yang ada bayangannya 

Sungguh aku benci kepada orang-orang yang dengki dan perbuatan mereka 

Rezekiku dan rezeki keluargaku berada di Tangan Allah 

Perkataan seseorang yang tidakpada tempatnya 

yaitu  seperti anak panah yang meluncur tanpa pengaruh apa-apa  

Jika engkau telah mengikuti agama Muhammad 

Dan tali-tali telah menyatukan keluarga  

Maka tinggallah engkau di atas dataran tinggi sambil bolak-balik 

Yang diliputi debu kering yang lembab. 

 

Jumlah Kaum Muslimin Yang Menghadiri Pembebasan Makkah 

Ibnu Ishaq berkata: Jumlah kaum Muslimin yang ikut serta pada pembebasan Makkah yaitu  sepuluh 

ribu orang; dari Bani Sulaim sebanyak tujuh ratus orang, pendapat lain mengatakan seribu orang, dari 

Bani Ghifar sebanyak empat ratus orang, dari Aslam empat ratus orang, dan dari Muzainah sebanyak 

seribu tiga orang. Adapun sisanya berasal dari Quraisy, kaum Anshar, sekutu-sekutu mereka, dan 

kabilah-kabilah Arab dari Tamim, Qais, dan Asad. 

Abbas bin Mirdas menjadi Seorang Muslim 

Ibnu Hisyam berkata: Kisah masuk Islamnya Abbas bin Mirdas, -seperti diriwayatkan kepadaku oleh 

ulama pakar melalui syairnya- bahwa ayah Abbas, Mirdas, memiliki berhala yang biasa disembah, yaitu 

berupa batu bernama Dhimar. Pada saat dia akan meninggal dunia, Mirdas berkata kepada Abbas: 

"Wahai anakku, sembahlah Dhimar, sebab  ia dapat memberi manfaat dan mudharat kepadamu." 

Abbas lalu mendatangi berhala Dhimar lalu  ia membakar berhala Dhimar ini , lalu 

menemui Rasulullah dan masuk Islam. 

 

Keberangkatan Khalid bin Walid Pasca Pembebasan Makkah ke Bani Jadzimah dari Kinanah dan 

Perjalanan Ali untuk Mengoreksi Kesalahan Khalid 

Ibnu lshaq berkata: Rasulullah mengirim para pasukan perang ke wilayah-wilayah di sekitar Makkah 

untuk mengajak manusia ke jalan Allah dan bukan untuk berperang. Di antara sahabat yang beliau 

kirim ialah Khalid bin Walid. Beliau menyuruh Khalid bin Walid pergi ke daerah Tihamah bagian bawah 

sebagai dai dan bukan sebagai tentara perang. Namun saat  Khalid bin Walid tiba di Bani Jadzimah, 

dia membunuh salah seorang dari Bani Jadzimah. Mengenai hal ini, Abbas bin Mirdas menuturkan 

syair: 

Jika engkau mengangkat Khalid sebagai komandan pasukan 

Dan mengedepankannya, sungguh ia telah maju dan menjadi komandan pasukan  

Mudah-mudahan Allah memberinya petunjuk dan engkau yaitu  komandannya  

Dengannya, kami menangkan kebenaran atas siapa yang berlaku zalim 

 

Ibnu Hisyam: Bait-bait syair di atas merupakan penggalan dari syair Abbas bin Mirdas di Perang Hunain 

dan insya Allah akan aku paparkan pada bahasan yang lain. 

Ibnu Ishaq berkata: Hakim bin Hakim bin Abbad bin Hunaif meriwayatkan kepadaku dari Abu Ja'far 

Muhammad bin Ali, ia berkata: sesudah  selesai pembebasan Makkah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam meng- utus Khalid bin Walid sebagai dai dan bukan sebagai tentara. Khalid bin Walid berangkat 

menunaikan tugasnya ditemani oleh beberapa kabilah Arab; antara lain kabilah Sulaim bin Manshur 

dan kabilah Mudlij bin Murrah. Khalid bin Walid tiba di Bani Jadzimah bin Amir bin Abdu Manat bin 

Kinanah.pasa saat kabilah Bani Jadzimah melihat kedatangan Khalid bin Walid, mereka mengambil 

senjata. Khalid bin Walid berkata: "Turunkanlah senjata kalian, sebab  orang-orang telah masuk 

Islam." 

Ibnu Ishaq berkata: Beberapa orang ulama yang berasal dari Bani Jadzimah meriwayatkan kepadaku 

bahwa saat Khalid bin Walid meminta kami meletakkan senjata, salah seorang dari kami bernama 

Jahdam, berkata: "Wahai Bani Jadzimah celakalah kalian, dia yaitu  Khalid. Demi Allah, yang akan 

terjadi sesudah  peletakan senjata hanyalah penawanan dan pembunuhan. Demi Allah, aku tidak akan 

meletakkan senjata selamanya." lalu  Jahdam dipegang oleh beberapa orang dari kaumnya dan 

mereka berkata padanya: "Wahai Jahdam, apakah engkau hendak menumpahkan darah kami? 

Sebetulnya  orang-orang telah masuk Islam, meletakkan senjata, menghentikan perang, dan telah 

merasa aman." Itulah yang terjadi hingga mereka merebut senjata Jahdam dan meletakkannya atas 

perintah Khalid bin Walid. 

Ibnu lshaq berkata: Hakim bin Hakim meriwayatkan kepadaku dari Abu Ja'far Muhammad bin Ali, ia 

berkata bahwa saat  orang-orang Bani Jadzimah meletakkan sen-jata, Khalid bin Walid menyuruh 

mereka meletakan kedua tangan di atas pundak dan lalu  Khalid bin Walid mengacungkan 

pedangnya lalu membunuh orang-orang yang memberontak diantara mereka. Saat berita tentang 

kejadian ini sampai kepada Rasulullah, beliau mengangkat tangan ke langit, seraya berdo'a: "Ya Allah, 

aku berlepas diri kepada-Mu dari perbuatan Khalid bin Walid."193 

 

Ibnu Hisyam berkata: Beberapa ulama meriwayatkan kepadaku dari Ibrahim bin Ja'far Al-Mahmudi, ia 

berkata bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku bermimpi makan sepotong roti 

haits (kurma yang dicampur mentega) dan merasakan kelezatannya, namun tiba-tiba sebagian 

makanan ini  berhenti di tenggorokanku, lalu  Ali bin Abu Thalib memasukkan tangannya 

dan mengeluarkan makanan yang menyumbat ini ." Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu 

berkata: "Wahai Rasulullah, salah satu dari pasukan yang engkau kirim mendatangkan kabar yang 

menyenangkanmu dan pasukan lainnya mendatangkan hambatan, oleh sebab  itu, utuslah Ali untuk 

menyelesaikan hambatan ini ." 

Ibnu Hisyam berkata: Salah seorang dari Bani Jadzimah melarikan diri lalu  menemui Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan melaporkan kejadian itu kepada beliau. Beliau bersabda, "Apakah ada 

orang yang menentang tindakan Khalid?" Orang ini  menjawab: "Iya ada. Tindakan Khalid bin 

Walid ini  ditentang orang yang kulitnya putih dan tingginya sedang, namun ia di bentak oleh 

Khalid bin Walid lalu  orang ini  diam. Tindakan Khalid bin Walid juga ditentang orang lain 

yang tinggi dan kurus. Kedua orang itu terus menentang sehingga terjadi perselisihan sengit." Umar 

bin Khaththab berkata: "Wahai Rasulullah, orang pertama yaitu  anakku, Abdullah bin Umar, sedang 

orang kedua yaitu  Salam mantan budak Abu Hudzaifah." 

Ibnu Ishaq berkata: Hakim bin Hakim meriwayatkan kepadaku dari Abu Ja'far bin Muhammad bin Ali, 

ia berkata: lalu  Rasulullah memanggil Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu lalu bersabda: 

"Wahai Ali, berangkatlah ke Bani Jadzimah, lihatlah masalah mereka, dan letakkan urusan jahiliyah di 

bawah kedua kakimu." Ali bin Abu Thalib pun berangkat dan tiba di Bani Jadzimah dengan membawa 

harta yang dikirim Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Ali bin Abu Thalib memberi diyat (ganti rugi) 

atas darah mereka dan kekayaan mereka, hingga memberi diyat (ganti rugi) atas tempat minum anjing 

milik mereka yang rusak. Seluruh darah dan kekayaan diberi diyat oleh Ali bin Abu Thalib hingga harta 

yang dibawanya hanya tersisa sedikit saja. lalu  Ali bin Abu Thalib berkata kepada mereka: 

"Apakah ada darah dan kekayaan kalian yang lain yang belum diberi diyatV' Mereka menjawab: "Tidak 

ada." Ali bin Abu Thalib berkata: "Sisa harta ini aku berikan kepada kalian sebagai wujud kehati-hatian 

Rasulullah atas apa yang tidak beliau ketahui dan tidak kalian ketahui." Lalu Ali bin Abu Thalib 

menyerahkan sisa harta ini  kepada mereka, lalu  pulang menghadap Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam dan melaporkan kepadanya atas apa yang ia telah lakukan. 

lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Engkau bertindak benar dan baik." 

sesudah  itu, beliau berdiri menghadap kiblat, mengangkat kedua tangannya hingga tampak ketiaknya, 

lalu berkata: "Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu dari apa yang diperbuat Khalid bin Walid." 

Rasulullah mengucapkannya sebanyak tiga kali. 

lbnu Ishaq berkata: bebagian orang membela Khalid bin Walid dengan berkata bahwa Khalid bin Walid 

berkata: Aku memerangi mereka sebab  disuruh oleh Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi yang berkata 

bahwa Rasulullah memerintahkanmu memerangi mereka sebab mereka menolak masuk Islam. 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Amr Al-Madani berkata bahwa saat  orang-orang Bani Jadzimah didatangi 

Khalid bin Walid, mereka berkata: "Kami telah mengganti agama kami, kami telah mengganti agama 

kami." 

Ibnu Ishaq berkata: Jahdam berkata kepada Bani Jadzimah saat ia melihat mereka menurunkan 

senjata dan melihat tindakan Khalid bin Walid terhadap mereka: "Wahai orang-orang Bani Jadzimah. 

Apa yang kalian alami saat ini, sebelumnya telah aku peringatkan kepada kalian." Khalid bin Walid 

berbicara dengan Abdurrahman bin Auf. Lalu Abdurrahman bin Auf berkata: "Wahai Khalid, engkau 

telah melakukan tindakan jahiliyah dalam Islam." Khalid bin Walid berkata: "Aku membalas dendam 

atas kematian ayahmu." Abdurrahman bin Auf berkata: "Engkau berdusta. sebab  aku telah 

membunuh pembunuh ayahku dan engkau hanyalah membalas dendam atas kematian pamanmu, Al-

Fakih bin Al-Mughirah." Demikianlah yang terjadi hingga perbincangan keduanya meruncing. Hal 

ini  didengar oleh Rasulullah, lalu beliau bersabda: "Pelan-pelan wahai wahai Khalid dan biarkan 

sahabat-sahabatku. Demi Allah, andai engkau memiliki emas sebesar gunung Uhud, lalu engkau 

menginfakkannya di jalan Allah, niscaya engkau tidak akan mampu menyamai pahala salah seorang 

sahabatku di pagi atau di sore hari." 

Ibnu Ishaq berkata: Al-Fakih bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Um

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 27 unabbih lalu membunuhnya. Pada waktu kabilah Khuza'ah tiba di Makkah, mereka berlindung di rumah Budail bin Warqa' dan di rumah mantan budak mereka, Rafi. Tamim bin Asad lalu memohon maaf atas tindakannya meni… Read More