sirah nabawiyah 29

 


Khuwaishirah berkata: "Menurutku apa yang kau lakukan ini tidak 

adil." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam marah lalu  bersabda: "Parah sekali kau ini, jika aku 

saja dianggap tidak adil lalu siapa lagikah yang bisa berbuat adil?" Umar bin Khaththab berkata: 

"Wahai Rasulullah, izinkan aku menghabisi orang ini." Rasulullah bersabda: "Jangan. Abaikan saja ia 

sebab  nanti ia akan pengikut yang ahli dalam agama, namun sayangnya mereka keluar dari agama, 

seperti keluarnya anak panah dari busurnya. Ia terlihat di pedang, namun tak ada apapun di dalamnya. 

Ia terlihat di panah, tidak ada  apapun di dalamnya. Ia terlihat di belahan ujung anak panah, 

ternyata tetap sama, tak ada apa-apa juga. Kotoran dan darah telah lebih dahulu berlalu."198 

 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ali bin Al-Husain Abu Ja'far bercerita kepadaku seperti cerita Abu 

Ubaidah di atas dan ia menamakan orang yang bersangkutan Dzu Al-Khuwaishirah. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Naji menceritakan kisah yang sama kepadaku dari ayahnya. 

Ibnu Hisyam berkata: Ziyad bin Abdullah bercerita kepadaku, Ibnu Ishaq bercerita kepadaku, Ashim 

bin Umar bin Qatadah bercerita kepadaku dari Mahmud bin Labid dari Abu Sa id Al-Khudri 

Radhiyallahu Anhu yang berkata: Pada saat Rasulullah membagi-bagi rampasan perang kepada orang-

orang Quraisy, suku-suku Arab, dan tidak memberi  sedikit pun kepada kaum Anshar, maka kaum 

Anshar bersedih hati dan merasa tidak diang- gap sama sekali sampai-sampai Sa'ad bin Ubadah 

menemui Rasulullah dan menyampaikan keberatan mereka. Rasulullah lalu menyuruh Sa'ad bin 

Ubadah mengumpulkan kaum Anshar di tempat penginapan unta. Tatkala kaum Anshar telah 

berkumpul, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada mereka: "Wahai seluruh kaum 

Anshar, keluhan kalian telah aku terima? Apa kalian tidak puas dengan yang kulakukan? Bukankah aku 

datang kepada kalian yang dulu tersesat sesudah  itu Allah memberi petunjuk pada kalian, yang dulunya 

miskin sesudah  itu Allah mengkayakan kalian, dan yang dulunya bermusuhan sesudah  itu Allah 

menyatukan hati kalian?" Kaum Anshar menjawab: "Benar. Allah dan Rasul-Nya yang lebih utama." 

Rasulullah melanjutkan sabdanya: "Mengapa kalian diam saja dan tidak menanggapi ucapanku, hai 

kaum Anshar?" Kaum Anshar berkata: "Apa yang harus kami tanggapi, wahai Rasulullah? Karunia dan 

keutamaan hanyalah milik Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda lagi: 

"Demi Allah, jika kalian mau, kalian pasti berbicara, kalian berkata benar, dan dibenarkan. Kalian akan 

mengatakan, begitu pun denganmu, datang kepada kami saat kau didustakan lalu  kami 

membenarkanmu, engkau terlantar lalu  kami menolongmu, engkau terusir lalu  kami 

menyambutmu dan menerimamu di tengah kami, dan engkau miskin lalu  kami 

mengkayakanmu. Hai kaum Anshar, secuil dunia inikah yang kalian persoalkan, padahal itu hanya 

untuk meluluhkan hati mereka agar masuk Islam, sedang aku menyerahkan kalian kepada keislaman 

kalian? Hai kaum Anshar, apa kalian tidak bahagia sekiranya orang-orang itu pulang membawa 

kambing-kambing dan unta-unta, sedang kalian pulang membawa Rasulullah ke tempat kalian? Demi 

Dzat yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, kalaulah tidak sebab  peristiwa hijrah, pastilah aku 

menjadi salah seorang dari kaum Anshar. Jika manusia dan kaum Anshar melewati dua jalan berbeda, 

aku pasti berjalan di jalan yang dilewati kaum Anshar. Ya Allah, sayangilah dan kasihilah kaum Anshar, 

anak-anak kaum Anshar, dan cucu-cucu kaum Anshar." Kaum Anshar pun luluh, air mata mereka 

berderai hingga jenggot mereka basah sebab nya. Mereka berkata: "Kami sangat bahagia Rasulullah-

menjadi bagian kami." sesudah  itu, Rasulullah pergi dan kaum Anshar pun berpencar.199 

 

Umrah Rasulullah dari Ji'ranah dan Penunjukan Attab bin Usaid Sebagai Wakilnya di Mekkah 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah meninggalkan Ji'ranah menuju Makkah untuk berumrah dan 

memerintahkan sisa-sisa fa'i untuk disimpan di Majannah, salah satu daerah di Marr Adh-Dhahran. 

Sesudah berumrah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pulang ke Madinah dan menunjuk Attab 

bin Usaid sebagai wakil beliau di Makkah, dan menunjuk Muadz bin Jabal di Makkah untuk 

mengajarkan perkara-perkara agama dan Al-Qur'an kepada kaum Muslimin. Rasulullah kembali ke 

Madinah dengan membawa sisa-sisa fa'i. 

Ibnu Hisyam berkata: Diberitakan kepadaku dari Zaid bin Aslam bahwa ia berkata: Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengamanahi Attab bin Usaid sebagai pejabat beliau di Makkah, beliau 

mengupahnya satu dirham per hari. Attab bin Usaid berdiri dan berkhutbah kepada manusia: "Hai 

manusia, kenapa kalian mengeluh kelaparan dengan dengan uang satu dirham. Sungguh Rasulullah 

mengupahku satu dirham per hari. Bahkan dengan jumlah ini , aku sudah tidak lagi 

membutuhkan siapa pun." 

Ibnu Ishaq berkata: Umrah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di atas terjadipada bulan 

Dzulqa'dah. Rasulullah kembali pulang ke Madinah pada akhir bulan Dzulqadah atau di awal bulan 

Dzulhijjah. 

Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sampai di Madinah pada tanggal dua 

puluh empat bulan Dzulqa'dah seperti dikatakan Abu Amr Al-Madani. 

Ibnu Ishaq berkata: Pada tahun itu, orang-orang Arab menunaikan ibadah haji sebagaimana biasanya. 

Pada tahun itu juga, Attab bin Usaid menunaikan ibadah haji bersama kaum Muslimin pada tahun 

kedelapan hijriyah. Pada tahun itu juga, orang-orang Thaif masih belum bisa meninggalkan 

kemusyrikan mereka antara bulan Dzulqa'dah sejak Rasulullah pulang ke Madinah hingga bulan 

Ramadhan tahun ke sembilan Hijriyah. 

 

Perang Tabuk Bulan Rajab Tahun Kesembilan Hijriyah 

Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam berkata: Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai bercerita kepadaku 

dari Muhammad bin Ishaq Al-Muthalibi yang berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tinggal 

di Madinah antara bulan Dzulhijjah hingga Rajab, dalam rentang waktu ini  beliau menyiapkan 

pasukan perang kaum muslimin untuk menyerbu Romawi. 

Ibnu Hisyam berkata: Az-Zuhri, Yazid bin Ruman, Abdullah bin Abu Bakr, Ashim bin Umar bin Qatadah, 

dan ulama-ulama kami lainnya, semuanya bercerita kepadaku. Mereka berkata: Saat akan terjadinya 

Perang Tabuk kaum Muslimin mengalami masa-masa sulit, cuaca panas membakar, sedang musim 

panas, buah-buahan mulai ranum, orang-orang lebih menyukai berada di buah-buahan mereka dan 

tempat tempat bernaung mereka, serta tidak suka berangkat dalam kondisi seperti itu sebab  

perjalanannya sangat jauh dan banyaknya musuh yang ingin beliau tuju. Dan pada saat beliau tengah 

bersiap-siap untuk perang, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Al-Jadd bin Qais, 

salah seorang dari Bani Salamah: "Hai Al-Jadd, apa kau akan ikut memerangi orang-orang berkulit 

pucat (bangsa Romawi)?" Al-Jadd bin Qais berkata: "Wahai Rasulullah, berilah aku izin untuk tidak ikut 

dan janganlah engkau libatkan aku ke dalam fitnah wanita, sebab  aku yaitu  laki-laki yang lebih 

gampang tertarik kepada perempuan daripada aku. Oleh sebab  itu, aku khawatir jika aku melihat 

wanita-wanita berkulit pucat, aku tidak mampu sabar. Rasulullah memalingkan muka dari Al-Jadd bin 

Qais dan bersabda: "Aku memberimu izin." Tentang Al-Jadd bin Qais ini, turunlah wahyu Allah: 

 Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah 

kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah." Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke 

dalam fitnah. Dan Sebetulnya  Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orangyang kafir. (QS. at-

Taubah: 49). Maksudnya yaitu  seandainya saja Al-Jadd bin Qais benar-benar kuatir tergoda wanita- 

wanita Romawi, dan mengharapkan itu tidak akan terjadi padanya. Harusnya fitnah yang ia telah jatuh 

ke dalamnya itu, yaitu tidak ikut berangkat perang bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

dan lebih mencintai dirinya daripada diri beliau lebih ia khawatirkan lagi sebab  fitnah itu lebih besar 

dari wanita. Oleh sebab  itulah, Allah Taala berfirman: Sebetulnya  Jahannam benar-benar ada di 

belakangnya. 

 

Orang-orang Munafik 

Orang-orang munafik saling berkata-kata: "Musim panas terik seperti ini sebaiknya kita tetap di sini 

saja dan tidak ikut berangkat." sesudah  itu Allah Tabaraka wa Taala menurunkan ayat tentang mereka: 

 

Orang-orangyang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka 

di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan 

Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini." 

Katakanlah: "Api neraka Jahanam itu lebih sangat panas (nya)",jika mereka mengetahui. Maka 

hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu 

mereka kerjakan. (QS. at-Taubah: 81-82). 

Ibnu Hisyam berkata: Orang yang aku percaya bercerita kepadaku dari seseorang yang berkata 

kepadanya dari Muhammad bin Thalhah bin Abdurrahman dari Ishaq bin Ibrahim bin Abdullah bin 

Haritsah dari ayahnya dari kakeknya ia berkata: Orang-orang munafik berkumpul di rumah Suwailim 

seorang Yahudi yang terletak di Jasum. Orang-orang munafik mengompori manusia agar mereka tidak 

berangkat bersama Rasulullah di Perang Tabuk. Mengetahui kondisi itu Rasulullah lalu mengutus 

Thalhah bin Ubaidillah beserta sejumlah sahabat dan memerintahkan mereka membakar rumah 

Suwailim. Thalhah bin Ubaidillah dan anak buahnya melaksanakan perintah Rasulullah. Adh-Dhahhak 

bin Khalifah meloncat dari atas rumah Suwailim hingga kakinya patah dan sahabat-sahabatnya 

menyerbu, sementara mereka melarikan diri. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah tetap bergairah untuk berangkat, memerintahkan manusia bersiap-siap 

dan menyeru orang-orang kaya supaya berinfak dan membiayai jihad di menyumbang dalam jumlah 

yang banyak sekali. 

Ibnu Hisyam berkata: Orang yang aku percayai bercerita kepadaku bahwa Utsman bin Affan 

Radhiyallahu Anhu berinfak sebanyak seribu dinar untuk membantu para tentara yang mengalami 

kesulitan (Jaisy al-'usrah) di Perang Tabuk. Rasulullah bersabda: "Ya Allah, ridhailah Utsman, 

sebagaimana aku ridha padanya." 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah telah menentukan waktu pemberangkatan. Namun di lain pihak, 

beberapa orang dari para sahabat kurang mempersiapkan diri dengan baik hingga mereka tertinggal 

dari beliau bukan sebab  mereka munafik, di antara mereka yaitu  Ka'ab bin Malik bin Abu Ka'ab 

saudara Bani Salamah, Murarah bin Rabi' saudara Bani Amr bin Auf, Hilal bin Umayyah saudara Bani 

Waqif, dan Abu Khaitsamah saudara Bani Salim bin Auf. Mereka yaitu  orang-orang jujur dan dengan 

keislaman yang meyakinkan. Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berangkat, beliau 

membuat tenda di Tsaniyyatul Wada'. 

Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah menunjuk Muhammad bin Maslamah Al-Anshari sebagai wakil beliau 

di Madinah. Abdul Aziz bin Muhammad Ad-Darawardi berkata dari ayahnya dari Rasulullah bahwa 

tatkala beliau berangkat ke Tabuk, beliau menunjuk Siba' bin Urfuthah sebagai wakil sementara beliau 

di Madinah. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Ubay bin Salul memancangkan tendanya menyendiri di bawah 

Rasulullah menghadap ke Gunung Dzubab. Para ulama berkata bahwa tenda Abdullah bin Ubay bin 

Salul bukan kemah yang kecil. Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam meneruskan perjalanan, 

Abdullah bin Ubay bin Salul bersama orang-orang munafik dan orang-orang yang hati mereka diliputi 

keraguan tidak ikut berangkat bersama Sang Nabi. 

 

Kondisi Ali Pada Perang Tabuk 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah mempercayakan Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu untuk menjaga 

keluarga beliau dan tak disangka hal ini dijadikan isu panas oleh orang-orang munafik. Tak tinggal 

diam, Ali bin Abu Thalib mengambil senjata dan cepat-cepat berangkat hingga berhasil menyusul 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang tatkala itu berhenti di Al-Jurf. Ali bin Abu Thalib berkata: 

"Wahai Nabi Allah, orang-orang munafik menebarkan isu bahwa engkau meninggalkanku di Madinah 

sebab  aku dianggap memberatkanmu dan agar engkau menjadi ringan tanpa aku." Rasulullah 

bersabda: "Mereka dusta. Aku meninggalkanmu di Madinah untuk menjaga keluargaku, oleh sebab  

itu, pulanglah dan jagalah keluargaku dan keluargamu. Wahai Ali, apakah engkau tidak rela jika 

kedudukanmu di sisiku itu bagaikan kedudukan Nabi Harun di sisi Nabi Musa? Namun tidak ada nabi 

sesudah ku."200 Ali bin Abu Thalib pun kembali ke Madinah, sementara Rasulullah melanjutkan 

perjalanan. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Thalhah bin Yazid bin Rukanah bercerita kepadaku dari Ibrahim 

bin Sa'ad bin Abu Waqqash dari ayahnya, Sa'ad bin Abu Waqqash, bahwa ia mendengar Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda demikian sebagaimana disebutkan di atas kepada Ali bin Abu 

Thalib Radhiyallahu Anhu. 

Nabi dan Kaum Muslimin di Hijr 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rasulullah Shal- lalahu 'alaihi wa Sallam berjalan menyusuri Al-Hijr, beliau 

beristirahat di sana dan para sahabat mengambil air dari sumurnya. Para sahabat mentaati perintah 

Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam ini , kecuali dua orang dari Bani Saidah. Salah seorang dari 

mereka berdua keluar untuk buang hajat, sedang yang satu lagi keluar mencari untanya. Orang yang 

keluar untuk buang hajat tercekik di tempat buang hajatnya. Sementara temannya yang mencari 

untanya, terbawa angin hingga terlempar di dua gunung Thayyi'. Peristiwa ini dilaporkan kepada 

Rasulullah lalu  beliau mendoakan orang yang tercekik di tempat buang hajat lalu  ia 

sembuh. Adapun orang satunya terlempar angin di dua gunung Thayyi', orang-orang Thayyi' 

menyerahkannya kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tatkala beliau kembali ke Madinah. 

Ibnu Hisyam berkata: Disampaikan kepadaku dari Az-Zuhri yang berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam berjalan menyusuri Al-Hijr sembari bersabda: "Rumah orang-orang yang berbuat 

zalim tidak boleh kalian masuki, kecuali kalian dalam keadaan menangis sebab  khawatir tertimpa 

musibah seperti yang mereka alami."201 

 

Ibnu Ishaq berkata: Keesokan harinya, kaum Muslimin mencari-cari air namun mereka tidak 

menemukannya, lalu hal ini  dilaporkan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang 

lalu  berdoa. Tak lama berselang, Allah mengirim awan yang menurunkan air hujan hingga kaum 

Muslimin tidak lagi kehausan dan bisa membawa perbekalan air sesuai kebutuhan mereka. 

 

Abu Dzar al-Ghifari 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah lalu melanjutkan perjalanannya. Namun tak disangka salah seorang 

sahabatnya, yaitu Abu Dzar tertinggal sebab  untanya berjalan lamban. Abu Dzar mencela untanya 

yang berjalan seperti siput. sebab  untanya tetap berjalan lamban, Abu Dzar lalu meninggalkannya 

lalu mengejar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Di saat yang sama, Rasulullah berhenti di salah 

satu jalan, tiba-tiba salah seorang dari kaum Muslimin melihat bayangan hitam lalu  ia berkata: 

"Wahai Rasulullah, ada orang berjalan kaki sendirian." Rasulullah bersabda: "Dialah Abu Dzar." Tatkala 

orang-orang melihatnya, mereka berkata: "Wahai Rasulullah, demi Allah, betul sekali dia itu Abu 

Dzar." Rasulullah bersabda: "Semoga Allah merahmati Abu Dzar yang berjalan sendirian, meninggal 

sendirian, dan dibangkitkan di hari kiamat sendirian." 

Ibnu Ishaq berkata: Buraidah bin Sufyan Al-Aslami bercerita kepadaku dari Muhammad bin Ka'ab Al-

Quradhi dari Abdullah bin Mas'ud yang berkata: Tatkala Utsman bin Affan mengisolir Abu Dzar ke Ar-

Rabadzah dan ia menemui takdirnya, ia hanya bersama dengan istri dan budaknya. 

Ibnu Ishaq berkata: Di tengah perjalanan menuju Tabuk Rasulullah dibuntuti beberapa orang munafik, 

seperti Wadi'ah bin Tsabit saudara Bani Amr bin Auf dan salah seorang dari Asyja sekutu Bani Salamah 

yang bernama Mukhasysyin bin Humayyir. Mereka mengeluarkan ucapan yang menakut-nakuti dan 

menggoyahkan sikap kaum Muslimin. Rasulullah mendengar hal ini  dan marah kepada mereka, 

lalu  mereka mendatangi Rasulullah guna meminta maaf kepada beliau. Wadi'ah bin Tsabit 

berkata dengan memegang tali kekang unta Rasulullah yang saat berada di atas unta: "Wahai 

Rasulullah, kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja." sesudah  itu Allah menurunkan firman-

Nya: 

 Danjika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan 

menjawab: "Sebetulnya  kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: 

"Apakah dengan Allah, ayat- ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" (QS. at-Taubah: 65) 

Di antara orang yang dimaafkan di ayat tadi ialah Mukhasysyin bin Humayyir yang merubah namanya 

menjadi Abdurrahman. Ia memohon kepada Allah agar dirinya gugur sebagai syahid yang tempat 

syahidnya tidak diketahui manusia. lalu  ia gugur di Perang Yamamah tanpa diketahui tempat 

syahidnya. 

 

Surat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam Pada Johannes 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rasulullah tiba di Tabuk, beliau didatangi Johannes bin Ru'bah, penguasa 

Aylah, yang lalu  berdamai dengan beliau dan dia bersedia membayar jizyah. Begitupula dengan 

warga  Jarba' dan Adzruh yang lalu  membayar jizyah pula. Rasulullah menulis surat 

perjanjian untuk mereka dan sampai sekarang surat perjanjian ini  masih berada di tangan 

mereka. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menulis surat perjanjian untuk Johannes bin Ru'bah 

seperti berikut: 

Bismillahirrahmanirrahim. Ini yaitu  jaminan keamanan dari Allah dan Muhammad, Nabi dan 

Rasulullah, untuk Johannes bin Ru'bah dan warga  Aylah yang mencakup kapal-kapal dan 

kendaraan-kendaraan bisnis mereka di darat dan laut. Mereka berhak mendapatkan jaminan Allah 

dan jaminan Muhammad, termasuk warga  Syam, Yaman, dan Al-Bahr. Barangsiapa di antara 

mereka membangkang dan membuat ulah, harta tidak terlindungi lagi dan menjadi halal bagi siapa 

saja di antara manusia yang menemukannya. Orang-orang selain mereka pun berhak mendatangi 

mata air dan berjalan di salah satu jalan yang mereka inginkan; di daratan maupun di lautan. 

 

Penawanan Ukaidir dan Perdamaian Dengannya 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah memanggil Khalid bin Walid untuk menaklukan Ukaidir Dawmah bin 

Abdul Malik. Ia yaitu  Raja Kristen yang berasal dari Kindah. lalu  Khalid bin Walid datang 

membawa Ukaidir Dawmah kepada RasululhhShallalahu 'alaihi wa Sallam. Ia pun berdamai dan mau 

membayar jizyah, sesudah  itu ia dibebaskan. Ukaidir Dawmah lalu pulang kepada kerabatnya. 

 

Ulah Kaum Munafik 

Ibnu Ishaq berkata: Di tengah perjalanan pulang dari Tabuk, beliau melewati air yang keluar dari sela-

sela batu di Lembah Al-Musyaqqaq dimana air ini  hanya cukup untuk satu, dua, atau tiga orang 

saja. Rasulullah bersabda: "Bila ada di antara kalian yang sampai ke sana lebih awal, maka janganlah 

ia mengambil sedikit pun airnya hingga kita tiba di sana." Ternyata orang-orang munafik diam-diam 

bergerak lebih awal menuju ke sana lalu  mereka mengambil seluruh air yang berada di tempat 

ini . Tatkala Rasulullah tiba di tempat ini , beliau tidak melihat air ini . Rasulullah 

bersabda: "Siapa yang pertama kali tiba di sini dan mengambil air ini dari kami?" Diberitahukan kepada 

beliau: "Wahai Rasulullah, yang pertama kali tiba di air ini  yaitu  si fulan dan si fulan." Rasulullah 

mengutuk mereka dan mendoakan keburukan untuk mereka. sesudah  itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam menyentuh air ini  dengan tangannya, dan berdoa dengan doa tertentu, tiba-tiba 

terdengar suara gemuruh dari air ini  dan suara ini  didengar semua orang yang 

mendengarnya, lalu  mereka meminum air ini . 

 

Masjid Dhirar Sepulangnya Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam dari Perang Tabuk 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersiap-siap untuk berangkat ke 

Tabuk, para pemilik masjid Dhirar datang menemui beliau dan meminta doa restu beliau. Tatkala 

Rasulullah berhenti di Dzu Awan, beliau mendapat kabar tentang masjid ini , lalu  beliau 

memanggil Malik bin Ad-Dukhsyum saudara Bani Salim bin Auf dan Ma'na bin Adi atau saudaranya 

yang bernama Ashim bin Adi untuk menghancurkan dan membakar masjid ini . Mereka berdua 

membakar dan meruntuhkan masjid itu hingga para penghuninya lari tunggang-langgang sehingga 

turunlah ayat: 

  

Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan mesjid untuk menimbulkan 

kemudaratan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-

orang mukmin (QS. at-Taubah: 107), hingga akhir kisah. 

Orang-orang yang membangun masjid Dhirar ada dua belas orang. Nama-nama mereka yaitu  

sebagai berikut: 

Khidam bin Khalid dari Bani Zaid, salah seorang warga Bani Amr bin Auf. Dari perkampungannya, 

masjid Asy-Syaqqaq dibangun, Tsa'labah bin Hathib dari Bani Umaiyah bin Zaid, Muattib bin Qusyair 

dari Bani Dzubai'ah bin Zaid, Abu Habibah bin Al-Az'ur dari Bani Dzubai'ah bin Zaid, Abbad bin Hunaif 

saudara Sahl bin Hunaif dari Bani Amr bin Auf, Jariyah bin Amir, dan kedua anaknya Mujammi' bin 

Jariyah dan Zaid bin Jariyah, Nabtal bin Al-Harits dari Bani Dhubai'ah bin Zaid, Bahzaj dari Bani 

Dhubai'ah bin Zaid, Bijad bin Utsman dari Bani Dhubai'ah bin Zaid. dan Wadi'ah bin Tsabit dari Bani 

Umaiyah bin Zaid yang merupakan warga Abu Lubabah bin Al-Mundzir. 

Ibnu Ishaq berkata: Masjid-masjid Rasu- lullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di antara Madinah dengan 

Tabuk yaitu  sebagai berikut: Masjid di Tabuk, Masjid di Tsaniyyah Midran, Masjid di Dzatu Az-Zirab, 

Masjid di Al-Akhdhar, Masjid di Dzatu Al-Khith- mi, Masjid di Ala', Masjid di Tharf Al-Batra', Masjid di 

jalan menuju Tara, Masjid di Dzi Al-Jifah, Masjid di Shadr Haudha, Masjid di Al-Hijr, Masjid di Al-Wadi 

yang sekarang dikenal dengan nama Wadi Al-Qura, Masjid di Ar-Ruq'ah dari arah Bani Udzrah, Masjid 

di Dzu Al-Marwah, Masjid di Al-Faifa', Masjid di Dzu Khusyub. 

 

Tentang Tiga Sahabat yang Tidak Ikut Berangkat ke Tabuk dan Orang-orang yang Diizinkan untuk 

Tidak Ikut Berangkat 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang yang tidak berangkat bersama beliau ke Tabuk terdiri atas sejumlah 

orang munafik dan tiga orang dari kaum Muslimin yang lurus hatinya namun dihalangi oleh udzur. 

Ketiga orang ini  yaitu  Ka'ab bin Malik, Murarah bin Ar-Rabi', dan Hilal bin Umayyah. Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada para sahabat: "Janganlah kalian sekali-kali berbicara 

dengan salah seorang dari ketiga orang ini ." Orang-orang munafik yang tidak ikut berangkat ke 

Tabuk datang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu  bersumpah kepada beliau, 

meminta ijin dan maaf, dan beliau memaafkan mereka. Namun Allah dan Rasul-Nya sebenarnya tidak 

memberi maaf kepada mereka. lalu  para sahabat mengucilkan ketiga sahabat dari kaum 

Muslimin."202 Namun sesudah  itu Allah menerima taubat mereka sebab  penangguhan taubat mereka 

hanya untuk melihat ketulusan mereka dibanding orang-orang munafik yang suka bersandiwara. 

 

Hadis Ka'ab bin Malik, ia bercerita, aku belum pernah tertinggal dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa 

sallam dalam peperangan apapun yang beliau lakukan, kecuali dalam perang Tabuk. Memang aku 

tertinggal dalam perang Badar. namun  tidak seorang pun dicela lantaran tidak ikut perang Badar 

ini . Sebab, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersama kaum muslimin keluar pada waktu 

itu hanyalah bermaksud menghadang kafilah dagang milik kaum Quraisy, lalu tanpa terduga Allah 

mempertemukan mereka dengan musuh. Sungguh, aku pernah mengikuti pertemuan bersama 

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pada malam hari di dekat Jumrah Aqabah, saat  kami 

mengokohkan janji memeluk agama Islam. Tidak lah aku merasa lebih senang seandainya aku bisa 

mengikuti perang Badar, meskipun tidak mengikuti bai'at di Jumrah Aqabah, walaupun perang Badar 

disebut-sebut dikalangan manusia itu lebih utama daripada bai'at Jumrah Aqabah. Di antara ceritaku 

pada waktu tertinggal dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam pertempuran Tabuk, yaitu  

sebagai berikut, "Aku sama sekali tidak pernah merasa lebih kuat dan lebih mudah (mencari 

perlengkapan  perang), daripada saat  aku tertinggal dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam 

dalam perang Tabuk ini . Demi Allah, sebelumnya aku tidak dapat mengumpulkan dua kendaraan 

sekaligus. Namun pada waktu perang Tabuk itu, kalau mau aku bisa melakukannya. Rasulullah 

Shallallahu alaihi wa sallam berangkat ke pertempuran Tabuk pada hari yang sangat panas dan 

menempuh perjalanan yang cukup jauh dan sulit. Musuh yang akan dihadapi berjumlah sangat besar. 

sebab  itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam merasa perlu menjelaskan kepada kaum muslimin 

tentang kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi, agar mereka membuat persiapan-persiapan yang 

cukup. Beliau menjelaskan tentang tujuan mereka. Pada saat itu kaum muslimin yang ikut berangkat 

bersama beliau berjumlah cukup banyak. namun  nama-nama mereka tidak tercatat dalam sebuah 

buku. Sedikit sekali kaum laki-laki yang ingin absen. Orang yang absen mengira kalau Rasulullah 

Shallallahu alaihi wa sallam tidak akan mengetahuinya, selama wahyu Allah Ta'ala mengenai hal itu 

tidak turun. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berangkat ke pertempuran Tabuk bertepatan 

dengan masa buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan kelihatan bagus. sebab  itu, hatiku lebih condong 

kesana. saat  beliau dan kaum muslimin yang hendak berangkat bersama beliau sedang 

mempersiapkan segala sesuatunya, aku pun bergegas keluar guna mempersiapkan diri bersama 

mereka. Namun lalu  aku kembali tanpa menghasilkan apa-apa. Padahal dalam hati aku berkata, 

"Aku mampu mengadakan perlengkapan, kalau aku benar-benar mau." Yang demikian terus 

berlangsung, sampai lalu  kesibukan kaum muslimin semakin memuncak dan akhirnya pagi-pagi 

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam beserta kaum muslimin berangkat. Sementara aku belum 

mengadakan persiapan sedikit pun. Lalu aku keluar (untuk mencari perlengkapan), namun  aku kembali 

dengan tangan hampa. Begitulah, aku terus menunda-nunda, sehingga kaum muslimim sudah 

bertambah jauh dan pertempuran menjadi semakin dekat. lalu  aku bertekad hendak berangkat 

menyusul kaum muslimin. Namun ternyata takdir menentukan lain bagi diriku. Akibatnya, jika aku 

keluar bergaul dengan masyarakat sesudah keberangkatan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, aku 

merasa sedih. Soalnya aku melihat diriku tidak lebih hanyalah seorang lelaki yang bisa disebut 

munafik, atau orang yang diberi keringanan oleh Allah sebab  dianggap lemah. Rasulullah Shallallahu 

alaihi wa sallam tidak pernah menyebut-nyebutku sampai beliau tiba di Tabuk. Dan saat  tiba di 

Tabuk, barulah beliau bertanya, "Apa sebenarnya yang dilakukan oleh Ka'ab bin Malik?" Seorang 

sahabat dari Bani Salamah menjawab, "Wahai Rasulullah, ia terhalang oleh selendangnya dan sedang 

asyik memandang kedua pinggangnya." Mu'adz bin Jabal membentak orang itu, "Buruk sekali 

ucapanmu itu. Demi Allah, wahai Rasulullah, setahu kami Ka'ab yaitu  orang yang baik." Rasulullah 

Shallallahu alaihi wa sallam pun terdiam tanpa berkata apa-apa. Pada saat itulah beliau melihat 

seseorang lelaki berpakaian putih sedang berjalan dari kejauhan. Beliau bersabda, "Mudah-mudahan 

saja itu yaitu  Abu Khaitsamah." Ternyata benar, orang itu yaitu  Abu Khaitsamah Al Anshari. Dialah 

orang yang bersedekah segantang kurma, saat  diolok-olok oleh orang-orang munafik. 

saat  aku mendengar bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sudah berada dalam perjalanan 

pulang dari Tabuk, aku semakin merasa gelisah. Aku mulai mereka-reka kebohongan yang sekiranya 

mungkin bisa menyelamatkan aku dari kekecewaan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam besok. Oleh 

sebab  itu, aku juga meminta bantuan kepada keluargaku yang memiliki  pendapat bagus. namun  

saat  dikabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sudah semakin dekat, hilanglah dari 

hatiku segala macam kebohongan yang telah aku reka-reka, sehingga aku yakin bahwa tidak ada 

sesuatupun yang dapat menyelamatkan aku dari kegusaran beliau. sebab  itu aku bermaksud untuk 

mengatakan yang sebenarnya kepada beliau. 

Keesokan harinya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun tiba di Madinah. Dan biasanya setiap 

baru datang dari bepergian, tempat yang pertama kali beliau tuju ialah masjid. sesudah  melakukan 

shalat dua raka'at, beliau duduk menunggu kaum muslimin. Pada saat itulah orang-orang yang tidak 

ikut ke Tabuk berdatangan menemui beliau. Mereka mengemukakan alasan masing-masing kepada 

beliau disertai dengan sumpah-sumpah. Mereka yang tertinggal ada delapan-puluh orang lebih. 

Secara lahiriah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menerima alasan mereka. Beliau mem- 

perkenankan mereka memperbaharui bai'at dan memehonkan ampun bagi mereka, sedangkan 

urusan batin mereka beliau serahkan pada Allah Ta'ala. Tibalah giliranku menghadap. saat  aku 

mengucapkan salam, beliau malah tersenyum sinis", lalu bersabda, "Kemarilah." Aku berjalan 

menghampiri beliau, lalu duduk dihadapannya. Lalu beliau mulai bertanya, "Kenapa kamu tidak ikut 

berangkat? Bukankah kamu sudah membeli kendaraan (untuk berperang)?" Aku menjawab, "Wahai 

Rasulullah, demi Allah, seandainya aku duduk dihadapan orang selain Anda, tentu aku yakin akan 

bebas dari kemarahanya dengan mengemukakan alasan yang bisa diterima. Aku memang pandai 

berbicara. Namun, demi Allah aku benar-benar yakin, seandainya hari ini aku memberi  jawaban 

yang bohong kepada Anda, lalu Anda percaya, namun aku yakin tidak lama sesudah  itu Allah pasti 

menggerakan hati Anda untuk murka kepadaku. Sebaliknya kalau aku memberi  jawaban jujur yang 

membuat Anda murka kepadaku, maka setidaknya aku dapat mengharapkan penyelesaian yang baik 

dari Allah. Demi Allah, aku tidak memiliki  uzur. Demi Allah, aku sama sekali tidak pernah merasa 

lebih kuat dan lebih mudah daripada saat  aku tidak mengikuti Anda." Beliau bersabda, "Orang ini 

sudah berkata benar. Sekarang pulanglah. Tunggu saja keputusan Allah terhadapmu." Aku pun berdiri 

dan berlalu. Beberapa orang dari Bani Salimah berloncatan mengejarku. Mereka berkata kepadaku, 

"Demi Allah! Kami belum pernah melihat kamu melakukan kesalahan sebelum ini. Kamu benar-benar 

tidak mampu mengemukakan alasan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, seperti yang 

dilakukan oleh orang-orang lain yang tidak ikut ke Tabuk. Mestinya kamu merasa cukup kalau 

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sudah memaafkanmu dan memohon ampunan kepada Allah 

untukmu." Kata Ka'ab lebih lanjut, "Demi Allah, orang-orang Bani Salimah itu terus menerus 

menyalahkan aku, sehingga ingin rasanya aku kembali kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam 

untuk meralat ucapanku. lalu  aku bertanya kepada orang-orang Bani Salimah itu, "Adakah 

orang lain yang mengalami seperti yang aku alami ini?" Mereka menjawab, "Tentu. Ada dua orang 

yang mengatakan seperti yang kamu katakan tadi, dan mereka pun mendapat jawaban yang sama 

seperti jawaban yang kamu terima." Aku bertanya, "Siapa mereka itu?" Mereka menjawab, "Murarah 

bin Rabi'ah Al Amiri dan Hilal bin Umayyah Al Waqifi." Mereka menyebutkan kepadaku dua orang 

saleh veteran perang Badar yang aku ikuti. Aku lalu pulang, sesudah  mereka menyebutkan kedua nama 

orang tesebut. Sejak saat itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melarang kaum muslimin 

berbicara dengan kami bertiga yang sama-sama absen dalam perang Tabuk. Kaum muslimin mulai 

menjauhi kami, sehingga bumi terasa asing bagiku. Seolah-olah bumi yang aku pijak ini bukan bumi 

yang sudah sangat aku kenal. Kami mengalami keadaan demikian selama lima puluh malam. Dua orang 

temanku sengaja menyembunyikan diri, dan memilih berdiam di rumah masing-masing sambil terus 

menerus menangis. Sementara aku yaitu  yang paling muda dan kuat di antara kami bertiga. Aku 

tetap keluar rumah untuk menunaikan shalat jamaah bersama kaum muslimin. Aku juga tetap pergi 

ke pasar. namun , tidak ada seorang pun yang sudi berbicara kepadaku. Aku lalu menemui Rasulullah 

Shallallahu alaihi wa sallam untuk sekedar mengucapkan salam kepada beliau yang masih berada di 

tempat duduk beliau sesudah shalat. Aku berkata dalam batin, "Apakah Rasulullah Shallallahu alaihi 

wa sallam berkenan menjawabi salamku atau tidak ya?" Aku sengaja shalat di tempat yang dekat 

dengan beliau, supaya bisa melirik beliau. Saat aku menghadap ke shalatku, beliau memandangku. 

dan kalau aku menengok ke arah beliau, beliau berpaling dariku. Peristiwa kaum muslimin 

mendiamkan aku ini terus berlarut-larut, dan aku tetap menahan diri, sampai akhirnya pada suatu 

saat  aku berjalan-jalan, lalu melompati pagar pekarangan Abu Qatadah, sepupuku yang sangat aku 

sayangi. Aku mengucapkan salam kepadanya. namun  demi Allah, ia juga tidak mau menjawab salamku. 

lalu  aku bertanya kepadanya, "Wahai Abu Qatadah, aku ingin bertanya kepadamu, demi Allah, 

tahukah kamu kalau aku ini mencintai Allah dan Rasul-Nya?" namun  ia tetap diam saja. Aku bertanya 

lagi kepadanya. dan ia juga tetap diam saja. dan sesudah  aku tanya untuk yang ketiga kalinya, ia baru 

mau menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." 

Sesaat  itu mengalir air mataku. Aku langsung berbalik dengan melompati pagar untuk pulang. Pada 

suatu hari saat  aku sedang berjalan-jalan di pasar Madinah, tiba- tiba ada seorang petani beragama 

Nashrani dari Syam datang ke Madinah untuk menjual bahan makanan. Petani itu bertanya (kepada 

orang-orang yang berada di pasar), "Siapa yang bisa menolong menunjukan aku pada Ka'ab bin 

Malik?" Orang-orang memberi  isyarat kepada petani itu ke arahku. Ia menghampiri aku dan 

menyerahkan sepucuk surat kepadaku dari raja Ghassan. Aku membacanya. Isinya sebagai berikut, 

"Selanjutnya. Sungguh kami sudah mendengar bahwa temanmu itu (Nabi Muhammad Shallallahu 

alaihi wa sallam) mendiamkanmu. Padahal Allah sendiri tidak menjadikan kamu untuk tinggal di 

tempat hina dan tersia-sia. Oleh sebab  itu datanglah ke negeri kami. Kami pasti menolongmu." Selesai 

membaca surat itu, aku berkata pada diriku sendiri, "Ini juga merupakan cobaan." Aku bawa surat itu 

ke dapur lalu membakarnya. Waktu sudah berlalu selama empat puluh hari dari yang lima puluh hari. 

Namun wahyu dari Allah belum juga kunjung turun. Tiba-tiba seorang kurir Rasulullah Shallallahu 

alaihi wa sallam datang menemuiku dan berkata, "Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyuruh 

kamu agar menjauhi isterimu." Aku bertanya, "Apakah aku harus menceraikanya atau bagaimana?" Ia 

menjawab: "Tidak, namun  hindarilah dia, kedatanganku, Thalhah bin Ubaidillah segera berdiri 

menyongsongku, menjabat tanganku, dan juga memberi ucapan selamat kepadaku. Demi Allah, tidak 

ada seorang pun di antara mereka yang berdiri kecuali dia. saat  aku mengucapkan salam kepada 

Rasulullah Shal- lallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda dengan wajah berseri-seri sebab  gembira, 

"Bergembiralah, sebab  hari ini merupakan hari paling baik yang kamu lewati sejak kamu dilahirkan 

ibumu." Aku bertanya, "Apakah itu dari Anda sendiri, wahai Rasulullah, atau dari sisi Allah?" Beliau 

bersabda, "Bukan dariku, melainkan dari sisi Allah yang Maha Agung lagi Maha Tinggi." yaitu  

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam jika sedang merasa gembira, wajahnya bersinar terang laksana 

potongan rembulan. Dan aku tahu saat itu beliau benar-benar sedang merasa senang hatinya. saat  

sudah berada di hadapan beliau, aku berkata, "Wahai Rasulullah, sungguh sebagai rasa syukur sebab  

Allah telah berkenan menerima taubatku, aku bermaksud menyerahkan harta-bendaku sebagai 

sedekah untuk mendapatkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam 

bersabda, "Simpan sebagiannya, dan jangan kamu serahkan seluruhnya. Itu lebih baik." Aku berkata, 

"Aku masih memiliki  tanah yang menjadi bagianku dari rampasan perang di Khaibar." Lebih lanjut 

aku berkata, "Wahai Rasulullah, sungguh Allah telah menyelamatkan aku juga sebab  aku telah 

mengatakan yang sebenarnya. dan aku nyatakan dengan Sebetulnya , bahwa termasuk taubatku 

ialah, aku tidak akan berbicara selain yang benar, selama hidupku. Demi Allah, aku tidak pernah 

melihat seorang pun di antara kaum muslimin yang diuji oleh Allah Ta'ala dalam hal benarnya 

pembicaraan -sejak aku berjanji di depart Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sampai hari ini- yang 

lebih baik caranya menghadapi ujian ini  daripada diriku. Demi Allah, sejak aku berjanji di depan 

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam hingga kini, aku tidak pernah sengaja berbohong. dan aku 

berharap semoga Allah menjagaku dalam sisa hidupku. Selanjutnya Alah menurunkan ayat,  

 

"Sebetulnya  Allah benar-benar telah menerima taubat Nabi, shahabat-shahabat Muhajirin dan 

sahabat-sahabat Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, sesudah hati segolongan dari 

para shahabat ini  hampir saja berpaling, sesudah  itu Allah menerima taubat mereka itu. 

Sebetulnya  Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadap mereka dan juga terhadap tiga 

orang yang ditangguhkan taubat mereka, sehingga saat  bumi telah menjadi sempit bagi mereka, 

padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit oleh mereka, serta mereka tahu bahwa tidak 

ada tempat lari dari siksa Allah melainkan kepada-Nya saja. sesudah  itu Allah menerima taubat 

mereka, agar mereka tetap dalam taubatnya. Sebetulnya  Allah yaitu  Zat Yang Maha Penerima 

taubat dan Maha Penyayang. Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan 

hendaklah kalian berkumpul dengan orang-orang yang benar." (QS. at- Taubah:117-119) 

Demi Allah, belum pernah sama sekali Allah memberiku nikmat -sesudah Dia memberiku petunjuk 

memeluk islam- yang melebih ucapan benarku kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Sebab, 

seandainya aku berkata bohong kapada beliau, tentu bencana akan menimpaku, sebagaimana yang 

dialami oleh orang-orang munafik yang berdusta kepada beliau. Sungguh, Allah telah berfirman untuk 

orang-orang yang mendustai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dengan firman yang 

menunjukkan betapa jelek dan jahat mereka itu, yakni firman-Nya,  

 

"Orang-orang munafik itu akan bersumpah dengan nama Allah kepada kalian, jika  kalian kembali 

kepada mereka, agar kalian berpaling dari mereka. Maka berpalinglah kalian dari mereka, sebab  

Sebetulnya  mereka itu najis dan tempat mereka yaitu  jahannam, sebagai balasan atas apayang 

mereka perbuat. Mereka akan bersumpah kepada kaliam, supaya kalian ridha terhadap mereka. 

namun  jika sekiranya kalian ridha terhadap mereka, maka ketahuilah Sebetulnya  Allah tidak ridha 

terhadap orang-orang yang fasik." (QS. at-Taubah: 95-96) 

Urusan kami bertiga ditunda dari urusan orang-orang munafik, saat  mereka bersumpah kepada 

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, lalu beliau mnerima bai at mereka dan memintakan ampun 

kepada Allah bagi mereka. namun  persoalan kami ditunda oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam 

sampai Allah memutuskan menerima taubat kami. Oleh sebab Allah Ta'ala berfirman, 

 

"Dan kepada tiga orangyang tertinggal..." (QS. at-Taubah: 118) Firman Allah ini bukan berarti kami 

bertiga ketinggalan dari perang Tabuk. namun  persoalan kami bertiga diundurkan dari orang-orang 

munafik yang bersumpah kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan menyampaikan 

bermacam-macam alasan, dan beliau pun menerimanya."203 

 

 

Utusan Tsaqif dan Keislaman Mereka Pada Bulan Ramadhan Tahun Ke sembilan Hijriyah 

Ibnu Ishaq berkata: Sesampainya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Madinah dari Tabuk pada 

bulan Ramadhan beliau didatangi utusan Tsaqif. Ia yaitu  Urwah bin Mas'ud Ats-Tsaqafi. lalu  

Urwah bin Mas'ud Ats-Tsaqafi memeluk Islam dan meminta izin kepada beliau untuk kembali kepada 

kaumnya. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Urwah bin Mas'ud Ats-Tsaqafi 

seperti dikatakan kaumnya: "Sebetulnya  mereka akan membunuhmu."204  

 Dan memang benar bahwa sepulangnya dari kaumnya ia tewas terbunuh sebab  mengajak kaumnya 

masuk Islam. Kematian Urwah bin Mas'ud Ats-Tsaqafi membuat orang-orang Tsaqif ketakutan bilaman 

nantinya orang-orang Arab yang ada di sekitar mereka yang telah berbai'at dan telah memeluk Islam 

akan memrangi mereka sehingga tidak ada pilihan lain bagi mereka kecuali masuk islam. Tatkala 

orang-orang Tsaqif memeluk Islam dan Rasulullah membuat surat perjanjian untuk mereka, beliau 

mengangkat Utsman bin Abu Al-Ash sebagai pemimpin mereka. Utsman bin Abu Al-Ash yaitu  orang 

termuda diantara mereka, orang yang paling bersemangat untuk mendalami agama, dan mempelajari 

Al-Qur'an. Abu Bakar berkata: "Wahai Rasulullah, aku lihat anak muda ini yaitu  orang Tsaqif yang 

paling bersemangat untuk mendalami agama dan mempelajari Al-Qur'an." 

Ibnu Ishaq berkata: Isa bin Abdullah bercerita kepad&ku dari Athiyah bin Sufyan bin Rabi'ah Ats-

Tsaqafi dari salah seorang utusan Tsaqif yang berkata: Tatkala kami telah memeluk Islam dan berpuasa 

bersama Rasulullah di sisa bulan Ramadhan, Bilal bin Rabah datang membawa makanan untuk 

berbuka puasa dan sahur untuk kami dari Rasulullah. Kami berkata: "Kami melihat fajar telah terbit" 

Bilal bin Rabah berkata: "Aku meninggalkan Rasulullah yang sekarang sedang sahur, sebab  beliau 

menunda sahur." Pada saat berbuka puasa, Bilal bin Rabah datang lagi kepada kami dengan membawa 

makanan buka. Kami berkata: "Kami belum melihat matahari telah terbenam seluruhnya." Bilal bin 

Rabah berkata: "Aku tidak datang kepada kalian hingga Rasulullah makan lalu  meletakkan 

tangannya di mangkuk dan mengambil sedikit makanan daripadanya." 

Ibnu Hisyam berkata: Dengan makanan buka kami dan sahur kami. 

Ibnu Ishaq berkata: Said bin Abu Hindun berkata kepada kami dari Mutharrif bin Abdullah bin Asy-

Syikhkhir dari Utsman bin Abu Al-Ash yang berkata: "Tatkala Rasulullah menyuruhku kembali ke Tsaqif, 

sesuatu yang paling akhir yang beliau pesankan padaku ialah: "Wahai Utsman, jangan mengimami 

shalat terlalu lama dan perhatikanlah kondisi mereka sebab  di antara para makmum ada orang yang 

lanjut usia, anak kecil, orang lemah, dan orang yang memiliki keperluan."205 

 

 

Penghancuran Berhala Al-Lata 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala orang-orang Thaif memeluk Islam dan Rasulullah mengirim Abu Sufyan bin 

Harb dan Al-Mughirah bin Syu'bah untuk membumihancurkan berhala Al-Lata. Tatkala Al-Mughirah 

bin Syu'bah telah mengumpulkan kekayaan berhala Al- Lata, ia berkata kepada Abu Sufyan bin Harb: 

"Sebetulnya  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kepadamu untuk 

membayarkan hutang Urwah bin Mas'ud dan Al-Aswad." Maka Abu Sufyan bin Harb membayar hutang 

mereka. 

 

Surat Rasulullah kepada warga  Tsaqif 

Ibnu Ishaq berkata: Surat Rasulullah untuk warga  Thaif ialah sebagai berikut: 

Bismiiiahirrahmanirrahim, dari Muhammad; Nabi dan utusan Allah kepada kaum Mukminin, 

Sebetulnya  pohon Idhah Lembah Wajj tidak boleh ditebang dan hewannya tidak boleh diburu. 

Barangsiapa yang kedapatan melakukan salah satu dari hal ini , ia dicambuk dan pakaiannya 

dilucuti. Jika ia bertindak melampaui itu, ia diambil lalu  dibawa kepada Nabi Muhammad. Ini 

perintah Nabi Muhammad Rasulullah. 

Khalid bin Sa'id atas menuliskan ini atas perintah Rasulullah Muhammad bin Abdullah. Maka jangan 

sampai ada orang menentang surat ini , sebab  jika  ia menentangnya, berarti telah menzalimi 

dirinya sendiri terhadap apa yang telah diperintahkan Rasulullah atasnya. 

 

Abu Bakar Bakar Menunaikan Haji Bersama Manusia Tahun Sembilan Hijriyah Pengkhususan Ali bin 

Abi Thalib untuk Menyampaikan "Baraah" darinya dan Penyebutan Surat Bara'ah Serta Kisah 

Penafsirannya 

Ibnu lshaq berkata: Rasulullah mengutus Abu Bakar sebagai Amirul Hajj pada tahun kesembilan untuk 

meluruskan tata cara haji kaum Muslimin, sebab  orang-orang musyrikin melaksanakan ibadah haji 

menurut cara mereka. Tatkala Abu Bakar akan berangkat tiba-tiba turunlah surat Al-Bara'ah tentang 

pembatalan perjanjian yang pernah diadakan Rasulullah dengan kaum musyrikin. sesudah  pembatalan 

ini , siapa pun tidak boleh dilarang dan dihentikan perjalanannya untuk datang ke Baitullah dan 

siapa pun tidak boleh diintimidasi pada bulan-bulan haram. Perjanjian bersifat umum antara 

Rasulullah dengan kaum musyrikin. Di antara perjanjian ini  ada  perjanjian antara Rasulullah 

dengan beberapa suku Arab hingga waktu tertentu, lalu  turunlah ayat tentang perjanjian 

ini , orang-orang munafik yang tidak ikut berangkat bersama Rasulullah ke Tabuk, dan ucapan 

salah seorang dari mereka. Dengan turunnya ayat tentang hal-hal ini , Allah menyingkap seluruh 

isi jiwa orang-orang munafik yang selama ini mereka sembunyikan. Di antara nama orang-orang 

munafik ini , ada yang disebutkan kepada kami dan ada yang tidak disebutkan. Allah berfirman: 

 

(Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada 

orang-orang musyrikin yang kamu (kaum Muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka). 

(QS. At-Taubah: 1). Yakni, bagi mereka yang mengadakan perjanjian umum dari orang-orang yang 

musyrik. Selanjutnya Allah berfirman: 

 

 

Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa 

Sebetulnya  kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan Sebetulnya  Allah menghinakan 

orang-orang kafir, dan (inilah) suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia 

pada hari haji akbar, bahwa Sebetulnya  Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang 

musyrikin. Yakni sesudah  haji ini lalu  jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertobat itu 

lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa Sebetulnya  kamu tidak dapat 

melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa 

yangpedih. (QS. at-Taubah: 2-3). 

sesudah  itu Allah berfirman: 

 

Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) (QS. At-

Taubah: 4). Yakni, kecuali orang-orang musyrikin dimana kalian telah mengadakan perjanjian dengan 

mereka dengan perjanjian khusus sampai batas waktu tertentu. 

Lalu Allah berfirman: 

 

Dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian) mu dan tidak (pula) mereka membantu 

seseorangyang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas 

waktunya. Sebetulnya  Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. jika  sudah habis bulan-

bulan Haram itu (QS. at- Taubah: 4-5) yakni empat bulan yang telah ditetapkan bagi mereka. 

Lalu Allah berfirman: 

Maka perangilah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamujumpai mereka, dan tangkaplah 

mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan 

shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sebetulnya  

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu 

meminta perlindungan kepadamu (QS. at-Taubah: 5-6), yakni orang-orang yang kamu perintahkan 

untuk dibunuh. 

Lalu Allah berfirman: 

 

Maka lindungilah ia supaya ia sempat men- dengar firman Allah, lalu  antarkanlah ia ke 

tempatyang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS. at-

Taubah: 6). 

Lalu Allah berfirman: 

 

Bagaimana bisa ada perjanjian (aman ) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, 

(QS. at-Taubah: 7), yakni orang-orang yang kalian adakan perjanjian umum dengan mereka dimana 

mereka tidak boleh mengintimidasi kalian dan kalian tidak boleh mengintimidasi mereka di tanah 

haram dan bulan haram. 

Lalu Allah berfirman: 

 

Kecuali dengan orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat 

Masjidil haram? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) 

terhadap mereka. Sebetulnya  Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (QS. at-Taubah: 7). 

Mereka yang dimaksud yaitu  suku-suku Arab yang terikat dengan perjanjian Quraisy di Perdamaian 

Hudaibiyah sampai batas waktu yang telah ditentukan Rasulullah Shallalahu 'alaihi Kwa Sallam 

bersama orang-orang Quraisy. Tidak ada yang membatalkan perjanjian ini  kecuali orang-orang 

Quraisy dan Bani Ad- Dail dari Bani Bakr bin Wail yang masuk ke dalam perjanjian orang-orang Quraisy. 

Allah memerintahkan Rasulullah menyempurnakan batas waktu perjanjian kepada orang-orang yang 

tidak melanggarnya yaitu Bani Bakr. 

Lalu Allah berfirman: 

 

Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal 

jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu,yakni orang-orang musyrik yang tidak ada 

perjanjian dengan mereka dalam batas waktu tertentu dari orang musyrik yang umum, mereka tidak 

memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. 

Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka 

yaitu  orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian). Mereka menukarkan ayat-ayat Allah 

dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (ma nusia) dari jalan Allah. Sebetulnya  amat 

buruklah apa yang mereka kerjakan itu. Mereka tidak memelihara (hubungan) kerabat terhadap 

orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang 

melampaui batas. fika mereka bertobat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) 

yaitu  saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang 

mengetahui. (QS. at-Taubah: 8-11). 

Ibnu Ishaq berkata: Hakim bin Hakim bin Abbad bin Hunaif bercerita kepadaku dari Abu Ja'far 

Muhammad bin Ali Radhiyallahu Anhu yang berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

mengutus Abu Bakar sebagai Amirul Hajj untuk meluruskan tata cara haji kaum Muslimin turunlah 

surat Al-Bara'ah lalu beliau ditanya: "Wahai Rasulullah, bagaimana kalau surat Al-Bara'ah ini engkau 

kirim kepada Abu Bakar yang sedang dalam perjalanan ke sana?" Rasulullah bersabda: "Tidak, tugas 

ini hanya boleh dijalankan seseorang dari ahli baitku." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

memanggil Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu dan mengutusnya ke Mekah." Maka Alipun keluar 

dengan menunggang unta Rasulullah, yang bernama al-Adhba' hingga berhasil mengejar Abu Bakar di 

jalan. Tatkala Abu Bakar melihat Ali di jalan dia berkata: Apakah engkau menjadi amir (peminpin) atau 

ma'mur (menjadi yang dipimpin). Ali bin Abu Thalib berkata: Saya diperintah (ma'mur)! lalu  

keduanya melanjutkan perjalanan. Maka Abu Bakar menunaikan ibadah haji, sedangkan orang- orang 

Arab berada di tempat masing-masing dan menunaikan haji sebagaimana yang mereka lakukan di 

masa jahiliyah. Sampai pada saat hari Qurban Ali berdiri dan mengumumkan di tengah-tengah 

manusia apa yang Rasulullah perintahkan padanya dengan berkata: "Hai manusia, Sebetulnya  

orang kafir tidak masuk surga, orang musyrik tidak boleh melakukan ibadah haji sesudah  tahun ini, 

orang telanjang tidak boleh melakukan thawaf di Baitullah, siapa saja yang memiliki  perjanjian 

dengan Rasulullah maka perjanjian ini  berlaku hingga waktunya, dan tenggang waktu bagi 

manusia yaitu  empat bulan sejak pengumuman ini diberikan kepada mereka. sesudah  itu, hendaklah 

setiap kaum pulang ke tempat mereka yang aman atau negeri mereka, sebab  sesudah  itu tidak ada 

perjanjian bagi orang musyrik, kecuali orang yang memiliki  perjanjian dengan Rasulullah hingga 

waktu tertentu maka perjanjian ini  berlaku hingga waktunya." lalu  keduanya mendatangi 

Rasulullah. 

Ibnu Ishaq berkata: Pembatalan perjanjian ini berlaku bagi orang-orang musyrikin yang memiliki  

perjanjian umum dan orang- orang yang memiliki  perjanjian hingga waktu tertentu. 

 

Ayat yang Turun Mengenai Jihad Melawan Orang-orang Musyrik 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  itu Allah memerintahkan Rasulullah memerangi orang-orang musyrikin 

baik yang terikat perjanjian khusus maupun yang umum sesudah  empat bulan yang telah ditentukan 

untuk mereka. Kecuali jika  pada masa empat bulan ini  ada orang yang berbuat zalim maka 

ia harus dihabisi sebab  kezalimannya. 

 Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orangyang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka 

telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi 

kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, 

jika kamu benar-benar orang yang beriman. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka 

dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu 

terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman, dan menghilangkan panas hati 

orang-orang mukmin. Dan Allah menerima tobat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha 

Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. at-Taubah: 13-15). Yakni, Allah menerima taubat sesudah itu. 

sesudah  itu Allah berfirman: 

 

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedangkan Allah belum mengetahui 

(dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman 

yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa 

yang kamu kerjakan. (QS. at-Taubah: 16). 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  itu Allah menceritakan ucapan orang-orang Quraisy, Sebetulnya  kami 

yaitu  warga  tanah haram, pemberi minuman kepada orang-orang yang berhaji, dan yang 

memakmurkan Baitullah. Jadi, tidak ada orang yang lebih baik daripada kami. Allah berfirman: 

 

Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari 

lalu  (QS. At-Taubah: 18) 

Yakni, pemakmuran yang kalian lakukan terhadap Baitullah itu tidaklah benar, namun yang dimaksud 

yaitu  orang-orang yang memakmurkannya sesuai dengan haknya ialah: 

 Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari lalu , serta tetap mendirikan shalat, 

menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, (QS. at-Taubah: 18): 

merekalah orang yang memakmurkannya, 

 

maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat 

petunjuk (QS. at-Taubah: 18). 

sesudah  itu Allah berfirman: 

 

Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan 

mengurus Masjidil haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari 

lalu  serta ber jihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi  

petunjuk kepada kaum yang zalim. (QS. at-Taubah: 19). 

lalu  kisah ini berlanjut hingga berakhir sampai Perang Hunain; apa saja yang terjadi di dalamnya, 

mundurnya kaum Muslimin serta pertolongan yang diturunkan Allah kepada mereka. 

Allah berfirman: 

 

Sebetulnya  orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil 

haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, (QS. at- Taubah: 28). Allah Ta'ala 

berfirman demikian, sebab  manusia banyak berkata: "Pasar-pasar pasti akan disegel, sehingga 

mengakibatkan perdagangan kami rusak dan hilanglah apa yang biasa kami dapatkan dari para rekan 

bisnis kami." Oleh sebab itulah, Allah Ta'ala berfirman: 

 Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberi  kekayaan kepadamu dari 

karunia-Nya. (QS. at-Taubah: 28). Yakni, dan jika kalian khawatir menjadi miskin, Allah akan 

memberi  kekayaan kepada kalian dari jalur yang lain, jika Dia menghendaki. 

 

Sebetulnya  Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Perangilah orang-orang yang tidak 

beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari lalu  dan mereka tidak mengharamkan apa 

yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar 

(agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar 

jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (QS. at-Taubah: 29). Yakni, pembayaran 

jizyah oleh mereka yaitu  pengganti dari ditutupnya pasar untuk kalian. Maka Allah gantikan bagi 

mereka dari apa yang apa yang Allah putus dari kemusyrikan dan apa yang Allah Allah berikan dari 

leher ahli Kitab dan jizyah. 

sesudah  itu Allah Ta'ala menyebutkan tentang dua Ahli Kitab dan kejahatan dan dusta yang ada pada 

mereka, hingga ayat: 

 

Sebetulnya  sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar 

memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan 

Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan 

Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (QS. 

at- Taubah: 34). 

 Ayat yang Turun tentang An-Nasi'u 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  itu Allah menyebutkan tentang an-nasi'u dan bid'ah-bid'ah baru yang 

diadakan orang-orang Arab di dalamnya. An-Nasi'u ialah menghalalkan bulan-bulan yang diharamkan 

Allah dan mengharamkan bulan-bulan yang dihalalkan Allah. 

Allah berfirman: 

 

Sebetulnya  bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu 

Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang 

lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, (QS. at-Taubah: 36), 

janganlah kalian mengharamkan bulan-bulan yang halal dan jangan pula menghalalkan bulan-bulan 

yang haram sebagaimana dikerjakan orang-orang musyrik. 

Lalu Allah berfirman: 

 

Sebetulnya  mengundur-undurkan bulan haram itu, yang mereka lakukan, yaitu  menambah 

kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka 

menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat 

menyesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang 

diharamkan Allah, (setan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. 

Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. at-Taubah: 37). 

sesudah  itu Allah berfirman tentang Perang Tabuk, ketidak seriusan kaum Muslimin di dalamnya, 

keengganan mereka untuk berperang bersama Rasulullah Shaallallahu 'Alaihi wa Sallam memerangi 

bangsa Romawi, dan kemunafikan kaum munafik tatkala mereka diajak untuk berjihad, sesudah  itu 

Allah mengecam orang-orang munafik atas tingkah mereka dalam Islam. 

Allah berfirman: 

 

 Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya jika  dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah 

(untuk berperang) padajalan Allah kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu 

puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal kenikmatan hidup di 

dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. (QS. at-Taubah: 38), 

Kisah dilanjutkan pada lanjutan ayat: 

 

Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih 

dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudaratan 

kepada-Nya sedikit pun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jikalau kamu tidak menolongnya 

(Muhammad) maka Sebetulnya  Allah telah menolongnya (yaitu) tatkala orang-orang kafir 

(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang tatkala 

keduanya berada dalam gua (QS. at-Taubah: 39-40). 

 

Ayat yang Turun tentang Orang-orang Munafik 

Ibnu Ishaq berkata: Sesudah itu Allah tentang sikap orang-orang munafik: 

 

 

 

 Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang 

tidak berapajauh, pastilah mereka mengikutimu, namun  tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh 

mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jika kami sanggup tentulah kami berangkat 

bersamamu." 

Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa Sebetulnya  mereka 

benar-benar orang-orangyang berdusta. (QS. at-Taubah: 42), yakni bahwa Sebetulnya  mereka itu 

bisa. 

Lalu Allah berfirman: 

 

Semoga Allah memaafkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi 

berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keudzurannya) dan sebelum kamu 

ketahui orang-orang yang berdusta ? Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari lalu , 

tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah 

mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sebetulnya  yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah 

orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari lalu , dan hati mereka ragu-ragu, sebab  

itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah 

mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, namun  Allah tidak menyukai keberangkatan 

mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu 

bersama orang-orang yang tinggal itu." Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka 

akan terus menambah kerusakan, dan tentu mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di celah-

celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antaramu; sedang di antara kamu ada orang-

orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang 

zalim. (QS. at-Taubah: 43-47). 

Ibnu Hisyam berkata: Orang-orang yang meminta izin Rasulullah untuk tidak ikut berangkat ke Tabuk 

berasal dari kalangan terhormat sebagaimana disampaikan kepadaku. Mereka antara lain, Abdullah 

bin Ubay bin Salul dan Al Jadd bin Qais. Mereka yaitu  orang-orang terhormat di kaumnya. sebab nya, 

Allah melemahkan keinginan mereka untuk ikut perang, sebab  Allah mengetahui bahwa jika  

mereka ikut berangkat bersama Rasulullah, mereka merusak pasukan Islam, sebab  di tubuh pasukan 

Islam ada  orang-orang yang mencintai dan mentaati apa yang mereka serukan sebab  kedudukan 

tinggi mereka di kalangan kaumnya. sesudah  itu Allah Ta'ala berfirman: 

 

Sedang di antara kalian ada  orang-orang yangamatsuka mendengarkan perkataan mereka dan 

Allah mengetahui orang-orang yang zalim. Sebetulnya  dari dahulu pun mereka telah mencari-cari 

kekacauan (QS. at-Taubah: 47-48), yakni sebelum meminta izin kepadamu. 

 

Dan mereka mengatur berbagai macam tipu-daya untuk (merusakkan) kalian. (QS. at-Taubah: 48), 

untuk memperdaya sahabat-sahabatmu darimu dan agar mereka menolak perintahmu. 

 

 

Hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah), dan menanglah agama Allah, padahal mereka tidak 

menyukainya. Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya izin (tidak pergi berperang) 

dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah." Ketahuilah, bahwa mereka telah 

terjerumus ke dalam fitnah. (QS. at-Taubah: 48-49). Orang yang mengatakan ini -seperti dituturkan 

kepada kami- yaitu  Al-Jadd bin Qais saudara Bani Salamah tatkala Rasulullah Shaallallahu Alaihi wa 

Sallam mengajaknya berjihad melawan bangsa Romawi. 

Kisah dilanjutkan dengan firman Allah: 

 

 Jikalau mereka memperoleh tempat perlindungan atau gua-gua atau lobang-lobang (dalam tanah) 

niscaya mereka pergi kepadanya dengan secepat-cepatnya. Dan di antara mereka ada orang yang 

mencelamu tentang (pembagian) zakat; jika mereka diberi sebahagian daripadanya, mereka 

bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian daripadanya, dengan serta merta mereka 

menjadi marah. (QS. at-Taubah: 57-58), yakni Sebetulnya  niat, keridhaan, dan kemarahan mereka 

hanya untuk dunia mereka. 

 

Ayat Al-Qur'an Yang Turun tentang Penerima Zakat 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  itu Allah Ta'ala menjelaskan tentang zakat; kepada siapakah zakat ini  

disalurkan? Allah juga menyebutkan para penerimanya dalam firman-Nya: 

 

Sebetulnya  zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-

pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang 

berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu 

ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. at-Taubah: 

60). 

sesudah  itu Allah menyebutkan tipu daya dan kekerasan orang-orang munafik terhadap Rasulullah 

Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Allah berfirman:  

Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: "Nabi 

mempercayai semua apa yang didengarnya." Katakanlah: "la mempercayai semua yang baik bagi 

kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-

orang yang beriman di antara kamu." Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka 

azab yang pedih. (QS. at-Taubah: 61). 

Orang munafik yang melontarkan perkataan di atas, seperti yang sampai pada saya yaitu  Nabtal bin 

Al-Harits dari Bani Amr bin Auf. Ayat ini  turun tentang dirinya, sebab  ia pernah berkata: 

"Sebetulnya  Muhammad mendengarkan semua yang dikatakan kepadanya lalu  

mempercayainya." sesudah  itu Allah Ta'ala berfirman: Katakanlah, 'Ia mempercayai semua yang baik 

bagi kalian', yakni, ia mendengarkan sesuatu yang baik dan membenarkannya. 

sesudah  itu Allah berfirman: 

 

Mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridaanmu, padahal Allah dan 

Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari keridaannya jika mereka yaitu  orang-orang yang 

mukmin. (QS. at- Taubah: 62). 

sesudah  itu Allah berfirman: 

 

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan 

menjawab: "Sebetulnya  kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: 

"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu 

minta maaf, sebab  kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan daripada kamu 

(lantaran mereka tobat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka 

yaitu  orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. at-Taubah: 65-66). Orang yang melontarkan 

ungkapan di atas yaitu  Wadi'ah bin Tsabit saudara Bani Umayyah bin Zaid dari Bani Amr bin Auf -

orang yang dimaafkan Rasulullah seperti sampai kepadaku, dan Mukhasysyin bin Humayyir Al-Asyja'i 

sekutu Bani Salamah. 

Ayat ini  turun, sebab  Mukhasysyin bin Humayyir tidak mengingkari perkataan yang didengar 

dari sebagian orang-orang munafik itu. 

lalu  kisah tentang orang-orang munafik dilanjutkan dengan pemaparan sifat-sifat mereka 

hingga firman-Nya: 

 Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap 

keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahanam. Dan itulah tempat kembali yang 

seburuk-buruknya. Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa 

mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sebetulnya  mereka telah mengucapkan 

perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam, dan mengingini apa yang mereka tidak 

dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali sebab  Allah dan Rasul-

Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertobat, itu yaitu  lebih baik 

bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengadzab mereka dengan azab 

yangpedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak memiliki  pelindung dan tidak (pula) 

penolong di muka bumi. (QS. at-Taubah: 73-74). 

Orang yang melontarkan penyataan yang disebutkan ayat di atas ialah Al-Julas bin Suwaid bin Shamit. 

Ucapannya ini  dilaporkan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam oleh seseorang yang 

berada dalam asuhannya bernama Umair bin Sa'ad, namun Al-Julas bin Suwaid bin Shamit tidak meng- 

akui telah berkata seperti itu dan ia bersumpah dengan nama Allah bahwa ia betul-betul tidak 

mengatakan itu. Tatkala ayat-ayat Al- Qur'an turun tentang orang-orang munafik, Al-Julas bin Suwaid 

bin Shamit pun bertaubat dengan taubat yang baik, seperti yang sampai kepadaku. 

sesudah  itu Allah berfirman: 

 

Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sebetulnya  jika Allah 

memberi  sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami 

termasuk orang-orang yang shaleh." (QS. at-Taubah: 75). Di antara orang-orang munafik yang 

berikrar kepada Allah ialah Tsa'labah bin Hathib dan Mu'attib bin Qusyair, mereka berdua berasal dari 

Bani Amr bin Auf. 

sesudah  itu Allah berfirman:  

(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah 

dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain 

sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas 

penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. (QS. at-Taubah: 79). Di antara kaum 

Mukminin yang bersedekah secara sukarela ialah Abdurrahman bin Auf dan Ashim bin Adi saudara 

Bani Al-Ajlan. Kisahnya yaitu  bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memotivasi kaum 

Mukminin bersedekah, lalu  Abdurrahman bin Auf berdiri dan bersedekah dengan empat ratus 

dirham. Ashim bin Adi juga berdiri lalu bersedekah dengan seratus wasaq kurma, lalu  orang-

orang munafik menghina kedua sahabat ini . Mereka berkata: "Sedekah ini tidak lain yaitu  

riya." Sahabat yang bersedekah sesuai dengan kesanggupannya ialah Abu Aqil saudara Bani Unaif yang 

datang dengan membawa satu sha' kurma dan menyedekahkannya. Orang-orang munafik 

mentertawakan sedekah Abu Aqil dan berkata: "Sebetulnya  Allah tidak membutuhkan sedekah 

satu sha' kurma Abu Aqil." 

sesudah  itu Allah Ta'ala menyebutkan beberapa celotehan orang-orang munafik tatkala Rasulullah 

memerintahkan kaum Muslimin berjihad dan berangkat ke Tabuk dalam cuaca yang demikian terik 

dan musim paceklik. 

Allah berfirman: 

 

 

Dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini. Katakanlah: 

"Api neraka Jahanam itu lebih sangatpanas (nya)",jika mereka mengetahui. Maka hendaklah mereka 

tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan. 

Maka jika Allah mengembalikanmu kepada satu golongan dari mereka, lalu  mereka minta izin 

kepadamu untuk ke luar (pergi berperang), maka katakanlah: "Kamu tidak boleh ke luar bersamaku 

selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sebetulnya  kamu telah rela tidak 

pergi berperang kali yang pertama. sebab  itu duduklah (tinggallah) bersama orang-orang yang tidak 

ikut berperang" Dan janganlah kamu sekali-kali men-shalat-kan (jenazah

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 29 Khuwaishirah berkata: "Menurutku apa yang kau lakukan ini tidak adil." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam marah lalu  bersabda: "Parah sekali kau ini, jika aku saja dianggap tidak adil lalu siapa lag… Read More