) seorang yang mati di antara
mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sebetulnya mereka telah kafir
kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. Dan janganlah harta benda dan
anak-anak mereka menarik hatimu (QS. at-Taubah: 81-85).
Ayat Al-Qur'an yang Turun sebab Nabi Mensalatkan Abdullah bin Ubay
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri bercerita kepadaku dari Ubadillah bin Abdullah bin Utbah dari Ibnu Abbas
ia berkata: aku mendengar Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu berkata: Tatkala Abdullah bin Ubay
bin Salul meninggal, Rasulullah diminta oleh anaknya untuk menyalatkannya. saat Beliau sudah
berdiri hendak shalat, aku hampiri Beliau dan berkata: "Wahai Rasulullah, apakah anda akan
menyolatkan anak Ubay padahal dia suatu hari pernah mengatakan begini begini, begini dan begini,
(aku mengulang-ulang ucapan bin Ubay yang dahulu pernah dilontarkan kepada Nabi)". Ternyata
Rasulullah malah tersenyum seraya berkata: "Cukupkanlah ucapanmu dari ku wahai 'Umar." Tatkala
aku terus berbicara kepada Beliau, dan Beliau berkata: "Sungguh aku diberi pilihan dan aku memilih:
"Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (yaitu
sama saja). Kendati pun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-
kali tidak akan memberi ampun kepada mereka (QS. at-Taubah: 80), seandainya aku mengetahui bila
aku menambah lebih dari tujuh puluh kali permohonan ampun baginya dia akan diampuni, pasti aku
akan tambah (permohonan ampun baginya)." Umar berkata: "Maka lalu Rasulullah
menyalatkannya hingga selesai, tak lama sesudah Beliau terdiam, turunlah firman Allah subhanahu wa
ta'ala QS At-Taubah ayat 84 berikut: Dan janganlah kamu sekali-kali men-shalat-kan (jenazah) seorang
yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sebetulnya
mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. (QS. at-Taubah:
84). sesudah itu, Rasulullah tidak menyalati jenazah seorang munafik-pun, hingga Allah mencabut
ruhnya.206
Ibnu Ishaq berkata: sesudah itu Allah Ta 'ala berfirman:
Dan jika diturunkan sesuatu surat (yang memerintahkan kepada orang munafik itu): "Berimanlah
kamu kepada Allah dan berjihadlah beserta Rasul-Nya", niscaya orang-orang yang sanggup di antara
mereka meminta izin kepadamu (untuk tidak berjihad) dan mereka berkata: "Biarkanlah kami berada
bersama orang-orang yang duduk (QS. at-Taubah: 86). Abdullah bin Ubay bin Salul termasuk orang-
orang di atas, sesudah itu Allah mengecamnya dan menyebutkannya dalam firman-Nya.
sesudah itu Allah berfirman:
Allah telah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal
di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. Dan datang (kepada Nabi) orang-orang yang
mengemukakan "udzur, yaitu orang-orang Arab Badui agar diberi izin bagi mereka (untuk tidak pergi
berjihad), sedang orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, duduk berdiam diri saja. Kelak
orang-orang yang kafir di antara mereka itu akan ditimpa adzab yang pedih. (QS. at-Taubah: 88-90).
Orang-orang yang meminta permakluman, sebagaimana disampaikan padaku, ialah sejumlah orang
dari Bani Ghifar, di antaranya Khufaf bin Aima' bin Rakhashah. lalu kisah dilanjutkan dengan
pemaparan tentang orang-orang yang memiliki permakluman hingga pada firman Allah Ta'ala:
Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang jika mereka datang kepadamu, supaya kamu
memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk
membawamu", lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata sebab kesedihan,
lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan. (QS. At-Taubah: 92). Mereka
yaitu para sahabat yang banyak menangis.
sesudah itu Allah berfirman:
Sebetulnya jalan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta izin
kepadamu, padahal mereka itu orang-orang kaya. Mereka rela berada bersama-sama orang-orang
yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci mati hati mereka, maka mereka tidak mengetahui
(akibat perbuatan mereka). (QS. at-Taubah: 93).
Orang-orang yang tidak ikut perang (khawalif) yang disebutkan ayat di atas ialah para kaum wanita.
sesudah itu Allah menyebutkan sumpah orang-orang munafik kepada kaum Muslimin dan permintaan
ijin mereka, namun Allah berfirman:
Maka berpalinglah dari mereka; sebab sesugguhnya mereka itu yaitu najis dan tem pat mereka
Jahanam; seoagai baiasan atas apa yang telah mereka kerjakan. Mereka akan bersumpah kepadamu,
agar kamu ridha kepada mereka. namun jika sekiranya kamu rida kepada mereka, maka Sebetulnya
Allah tidak rida kepada orang-orang yang fasik itu. (QS. at-Taubah: 95-96).
Ayat-ayat yang Turun Mengenai Orang Arab Baduy
Ibnu Ishaq berkata: sesudah itu Allah menyebutkan tentang orang-orang Arab Baduy; siapa saja dari
mereka yang menjadi orang-orang munafik dan kemauan mereka agar Rasulullah dan kaum Muslimin
dilanda petaka. Allah Ta'ala berfirman:
Di antara orang-orang Arab Badui itu, ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya (dijalan
Allah) sebagai suatu kerugian (QS. at-Taubah: 98).
Yang dinafkahkan itu mencakup sedekah atau infak di jalan Allah. sesudah itu Allah berfirman:
Dan dia menanti-nanti marabahaya menimpamu; merekalah yang akan ditimpa mara bahaya. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. at-Taubah: 98).
sesudah itu Allah menyebutkan orang-orang Arab Baduy yang ikhlas dan beriman. Allah Ta'ala
berfirman:
Dan di antara orang-orang Arab Baduy itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari lalu ,
dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada
Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, Sebetulnya nafkah itu yaitu
suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah) (QS. at-Taubah: 99).
sesudah itu Allah menyebutkan generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshar beserta keutamaan
mereka, dan pahala yang dijanjikan Allah kepada mereka termasuk kepada para tabi'in yang mengikuti
mereka dengan sebaik-baiknya.
Allah Ta'ala berfirman:
Allah ridha kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah (QS. at-Taubah: 100), sesudah itu Allah
berfirman:
Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di
antara warga Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. (QS. at-Taubah: 101). Yakni,
mereka larut dalam kemunafikan dan menolak selain lainnya.
sesudah itu Allah berfirman:
Nanti mereka akan Kami siksa dua kali lalu mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar
(QS. at-Taubah: 101). Dua kali azab yang dijanjikan Allah Ta'ala kepada orang-orang munafik -seperti
yang sampai kepadaku- ialah kesedihan mereka terhadap permasalahan Islam beserta kemarahan
tidak terduga yang masuk kepada mereka, lalu penyiksaan mereka di kubur jika mereka masuk
ke dalamnya, lalu azab yang pedih jika mereka dikembalikan kepada-Nya yaitu azab neraka dan
kekal di dalamnya.
sesudah itu Allah berfirman:
Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur baurkan
pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat
mereka. Sebetulnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. at-Taubah: 102).
Dilanjutkan firman-Nya:
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.
Sebetulnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (QS. at-Taubah: 103).
sesudah itu Allah Ta'ala berfirman:
Dan ada (pula) orang-orang lain yang ditangguhkan sampai ada keputusan Allah; adakalanya Allah
akan mengazab mereka dan adakalanya Allah akan menerima tobat mereka. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. at-Taubah: 106), mereka yaitu tiga sahabat yang tidak ikut
berangkat ke Perang Tabuk dan Rasulullah menangguhkan taubat mereka hingga taubat mereka
datang dari Allah.
Pada lanjutan ayat Allah berfirman:
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan mesjid untuk menimbulkan
kemudaratan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-
orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya
sejak dahulu. Mereka Sebetulnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan
Allah menjadi saksi bahwa Sebetulnya mereKa itu yaitu pendusta (dalam sumpahnya) (QS. at-
Taubah: 107).
sesudah itu Allah berfirman:
Sebetulnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan
memberi surga untuk mereka (QS. at-Taubah: 111), lalu kisah dilanjutkan dengan kisah
Tabuk, dan apa yang terjadi di dalamnya.
Pada zaman Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ia disebut surat Al-Bara'ah (QS. at-Taubah)
sedangkan sesudahnya disebut dengan Al-Muba'tsirah, sebab surat ini menyingkap rahasia
seluruh manusia. Tabuk yaitu perang terakhir yang dilakukan Rasulullah.
Tahun Kesembilan Hijriyah Sebab-Sebab Dinamakan Sebagai Tahun Utusan dan Turunnya Surat Al-
Fath
Ibnu Ishaq berkata: Seusai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menaklukkan Makkah, dan selesai
dari Perang Tabuk, orang-orang Tsaqif memeluk Islam dan berbaiat, datanglah utusan-utusan Arab
dari segala semua arah kepada beliau.
Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah bercerita kepadaku bahwa hal ini terjadi pada tahun
kesembilan hijriyah dan bahwa Sebetulnya tahun itu disebut dengan sanatul wufuud (tahun
utusan).
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Arab menanti-nanti perkembangan yang terjadi pada orang-orang
Quraisy dan perkembangan Rasulullah. Semua sebab dalam pandangan mereka, orang-orang Quraisy
yaitu pemimpin mereka, pemilik Baitullah, warga tanah haram, anak keturunan Nabi Ismail bin
Ibrahim 'Alaihimas Salam. Para peminpin Arab mengakui hal ini. Orang Quraisy lah yang menyatakan
perang terhadap Rasulullah dan menentang keras. Tatkala Makkah dapat ditaklukkan oleh Rasulullah
dan orang-orang Quraisy tunduk padanya, orang-orang Arab pun tahu bahwa mereka tidak
memiliki kekuatan untuk berperang melawan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan untuk
memusuhinya. sebab nya, mereka masuk ke dalam agama Allah, sebagaimana difirmankan Allah:
jika telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama
Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampun kepada-Nya. Sebetulnya Dia yaitu Maha Penerima tobat. (QS. an-Nashr: 1-3). Yakni,
pujilah Allah sebab Dia telah memenangkan agamamu dan mintalah ampunan kepada-Nya, sebab
Dia Maha Penerima taubat.
Kedatangan Utusan Bani Tamim Dan Turunnya Surat Al-Hujurat
Ibnu Ishaq berkata: sesudah segalanya terjadi maka berdatanganlah utusan-utusan Arab kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 'Utharid bin Hajib bin Zurarah bin Udud da tang kepada
Rasulullah bersama tokoh-tokoh Bani Tamim, di antaranya Al-Aqra' bin Habis At-Tamimi, Az-Zibriqan
bin Badr At-Tamimi salah seorang warga Bani Sa'ad, Amr bin Al- Ahtam, dan Al-Habhab.
Ibnu Hisyam berkata: Al-Hutat bin Yazid dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Muawiyah bin Abu
Sufyan. Rasulullah mempersaudarakan para sahabat dari kaum Muhajirin dengan sesama mereka
sendiri; mempersaudarakan Abu Bakar dengan Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dengan Abdur-
rahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah dengan Zubair bin Awwam, Abu Dzar Al-Ghifari dengan Al-
Miqdad bin Amr Al-Bahrani, dan Muawiyah bin Abu Sufyan dengan Al-Hutat bin Yazid Al-Mujasyi. Al-
Hutat bin Yazid meninggal dunia di rumah Muawiyah bin Abu Sufyan pada masa pemerintahannya,
kemu- dian Muawiyah bin Abu Sufyan mengambil harta peninggalan Al-Hutat bin Yazid sebagai hak
waris dari persaudaraan antar keduanya.
Para Penghuni Kamar
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala utusan Bani Tamim menghadap Rasulullah, keduanya ikut bersama
mereka. Tatkala utusan Bani Tamim masuk ke masjid, mereka memanggil Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam dari belakang kamar-kamar beliau: "Wahai Muhammad keluarlah engkau kepada kami."
Rasulullah merasa sangat terganggu dengan teriakan mereka, lalu beliau keluar menemui mereka dan
turunlah firman Allah Ta'ala:
Sebetulnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar bilik kebanyakan mereka tidak mengerti.
(QS. al-Hujuraat: 4).
Kisah Amir Bin Thufail dan Arbad Bin Qais Dalam Utusan Bani Amir
Ibnu Ishaq berkata: Utusan Bani Amir juga datang menemui Rasulullah. Di dalamnya ada Amir
bin Thufail, Arbad bin Qais bin Jaz'i bin Khalid bin Ja'far, dan Jabbar bin Salma bin Malik bin Ja'far.
Mereka bertiga yaitu pentolan Bani Amir dan setan-setan mereka.
Amir bin Thufail si musuh Allah, datang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk
menghabisi beliau. Tatkala tiba di salah satu jalan, Allah Ta'ala mengirim penyakit misterius ke leher
Amir bin Thufail. Lalu Allah matikan dia dengan penyakit itu di rumah seorang wanita dari Bani Salul.
Sebelum meninggal dunia, Amir bin Thufail berkata: "Wahai Bani Amir, apakah ini penyakit ghuddah
(penyakit kelenjar mematikan) seperti yang sering menyerang anak unta di rumah seorang wanita dari
Bani Salul?"
Ibnu Hisyam berkata: Zaid bin Aslam berkata dari Atha' bin Yasar, dari Ibnu Abbas ia berkata: Tentang
Amir bin Ath-Thufaii dan Arbad bin Qais, Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya:
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang
sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. Yang mengetahui
semua yang gaib dan yang nampak; Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. Sama saja (bagi Tuhan), siapa
di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan
siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. Bagi
manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya,
mereka menjaganya atas perintah Allah. Sebetulnya Allah tidak meng-ubah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan jika Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-
kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ' (QS. ar-Ra'du: 8-11). Al-Mu'aqqibaat yaitu para
malaikat Allah yang diperintahkan melindungi Nabi Muhammad.
sesudah itu Allah menyebutkan tentang Arbad bin Qais dan bagaimana mati:
Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat sebab takut kepada-
Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan
mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya. (QS. ar-
Ra'du: 13).
Kedatangan Dhimam Bin Tsa'labah Sebagai Utusan Dari Bani Sa'ad Bin Bakr
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Al-Walid bin Nuwaifi' bercerita kepadaku, dari Kuraib mantan
budak Abdullah bin Abbas, dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma, ia berkata: Bani Sa'ad bin
Bakr mengutus Dhimam bin Tsalabah menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk
menanyakan perihal Islam. Ia tiba di tempat Rasulullah lalu menderumkan untanya di pintu
masjid, mengikatnya lalu masuk ke dalam masjid. Tatkala itu, Rasulullah sedang duduk 'bersama
sahabat-sahabatnya. Dhimam bin Tsalabah lalu mendatangi Rasulullah dan bertanya tentang Islam
lalu ia pun masuk Islam. sesudah itu Dhimam bin Tsalabah pulang ke kaumnya. Tatkala Dhimam
bin Tsalabah tiba di kaumnya, kaumnya segera menemuinya. Yang pertama kali diucapkan Dhimam
bin Tsa'labah ialah: "Alangkah jahatnya Al-Lata dan Al-Uzza." Bani Sa'ad bin Bakr berkata: "Wahai
Dhimam, takutlah akan penyakit kusta, penyakit lepra, dan gila," Dhimam bin Tsa'labah berkata:
"Celakalah kalian, Sebetulnya Al-Lata dan Al-Uzza tidak da pat memberi mudharat dan tidak pula
manfaat. Sebetulnya Allah telah mengutus seorang rasul, menurunkan Kitab kepadanya, dan
menyelamatkan kalian dari keadaan yang kalian alami. Sungguh aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad yaitu hamba Allah dan Rasul-
Nya. Aku baru saja datang dari beliau dengan membawa apa yang beliau perintahkan dan apa saja
yang beliau larang atas kalian."
Demi Allah, sebelum hari menjelang di sore di hari itu, seluruh warga Bani Sa'ad bin Bakr baik
kalangan laki-laki maupun perempuan semuanya masuk Islam.
Ibnu Abbas berkata: Kami belum pernah mendengar utusan sebuah kaum yang lebih mulia daripada
Dhimam bin Tsa'labah.
Kedatangan Al-Jarud Bersama Utusan Abdul Qais
Ibnu Ishaq berkata: Al-Jarud bin Amr bin Hanasy saudara Abdul Qais juga datang menemui Rasulullah.
Ibnu Hisyam berkata: Al-Jarud yaitu anak Bisyr bin Al-Ma'alli. Ia datang bersama utusan Abdul Qais
dan saat itu ia beragama Kristen.
Ibnu Ishaq berkata: Seorang yang tidak aku ragukan kejujurannya bercerita kepadaku, dari Al-Hasan,
ia berkata: Tatkala Al-Jarud tiba di tempat Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam, ia berbicara banyak
dengan Nabi. Rasulullah menawarkan dan mengajak Al-Jarud untuk memeluk Islam lalu iapun masuk
Islam. lalu Al-Jarud keluar dari tempat Rasulullah untuk pulang ke kaumnya. Keislamannya baik
dan teguh dalam memegang agama Islam hingga ia meninggal dunia. Sebelum meninggal dunia, ia
sempat ikut memerangi orang-orang murtad.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang meriwayatkan bahwa Al-Jarud berkata: "Aku tidak membutuhkan
orang mendeklarasikan syahadat."
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah mengirim Al-Ala' bin Al-Hadhrami kepada Al-Mundzir bin Sawa Al-Abdi
sebelum penaklukan Mekkah, lalu Al-Mundzir bin Sawa Al-Abdi memeluk Islam dan baik
keislamannya. Al-Mundzir bin Sawa Al-Abdi meninggal dunia sepeninggal Rasulullah Shallalahu 'Alaihi
wa Sallam sebelum murtadnya warga Al-Bahrain. Tatkala itu, Al-Ala' berada di rumah Al-Mundzir
bin Sawa Al-Abdi sebagai gubernur Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam di Al-Bahrain.
Kedatangan Utusan Bani Hanifah Bersama Musailamah Al-Kadzdzab
Ibnu Ishaq berkata: Utusan Bani Hanifah juga datang menemui Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam.
Dalam utusan itu ada Musailamah bin Habib Al-Hanafi Al-Kadzdzab.
Ibnu Hisyam berkata: Musailamah bin Tsumamah, biasa dipanggil Abu Tsumamah.
Ibnu Ishaq berkata: Salah satu sesepuh dari Bani Hanifah dari warga Al-Yamamah bercerita
kepadaku bahwa utusan Bani Hanifah menghadap Rasulullah dan meninggalkan Musailamah bin Al-
Habib Al-Kadzdzab di perbekalan mereka. Tatkala mereka semua masuk Islam, mereka menyebutkan
tempat Musailamah Al-Kadzdzab. sesudah itu, mereka keluar dari tempat Rasulullah dan pulang
membawa hadiah yang diberikan Rasulullah. Tatkala mereka tiba di Al-Yamamah, musuh Allah,
Musailamah bin Habib, murtad, mengaku menjadi nabi, dan membuat kebohongan untuk orang-orang
Bani Hanifah. Tidak cukup sampai di sini, Musailamah bin Habib menghalalkan minuman keras untuk
Bani Hanifah dan menggugurkan kewajiban shalat dari mereka. Walaupun demikian ia masih Dersaksi
bahwa Rasulullah yaitu seorang Nabi. Bani Hanifah menyetujui yang dia katakan. Wallahu a'lam,
riwayat mana yang valid dalam hal ini.
Kedatangan Zaid Al-Khail Bersama Utusan Thayyi'
Ibnu Ishaq berkata: Utusan Thayyi' yang di dalamnya ada Zaid Al-Khail dan pemimpin mereka juga
datang menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tatkala tiba di tempat Rasulullah, beliau
berbicara dan menawarkan Islam kepada mereka, lalu mereka memeluk Islam dan
keislamannya baik. Rasulullah bersabda -sebagaimana disampaikan kepadaku dari salah seorang
Thayyi' yang tidak aku ragukan kejujurannya: "Tidaklah ada salah seorang Arab dengan segala
kelebihannya disebutkan kepadaku lalu orang itu datang kepadaku melainkan ia di bawah(nilanya)
apa yang disampaikan kepadaku, kecuali Zaid Al- Khail. Segala kelebihannya tidak semua disampaikan
kepadaku." lalu Rasulullah memberi nama dengan nama yang baru, yaitu Zaid Al-Khair,
memberinya daerah Faid beserta lahan-lahan yang ada di dalamnya dan menulisnya dalam dokumen
resmi.
Adi Bin Hatim
Ibnu Ishaq berkata: Adapun tentang Adi, maka Adi bin Hatim berkata -sebagaimana yang sampai
kepadaku: "Semasa Nashrani dulu tidak ada seorang Arab yang lebih sangat membenci Rasulullah
Shallalahu 'Alaihi wa Sallam tatkala mendengar namanya dari pada aku. Aku orang terhormat dan
beragama Kristen." Lalu Allah menurunkan hidayah padaku hingga aku masuk Islam. Dua hal yang
dijanjikan Rasulullah dalam sabdanya ini betul-betul telah terjadi dan satu hal yang belum terjadi
dan itu pasti akan terjadi. Sungguh aku melihat istana-istana putih di negeri Babilonia ditaklukkan, aku
juga melihat seorang wanita keluar dari Al-Qadisiyah dengan mengendarai untanya tanpa ada rasa
takut hingga ia menunaikan ibadah haji di Baitullah. Demi Allah, satunya lagi akan terjadi, yaitu harta
akan melimpah hingga tidak ada orang yang mau mengambilnya."
Kedatangan Farwah Bin Musaik Al-Muradi
Ibnu Ishaq berkata: Farwah bin Musaik Al- Muradi juga datang menemui Rasulullah dengan
meninggalkan raja-raja Kindah. Tatkala Farwah bin Musaik berangkat menuju Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Sallam dengan meninggalkan raja-raja Kindah sesampainya di tempat Rasulullah, beliau
bersabda: "Wahai Farwah, apakah musibah yang menimpa kaummu di Perang Ar-Radm itu
membuatmu sedih?" Farwah bin Musaik berkata: "Wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam,
kaum manakah yang mendapat musibah seperti kaumku di Perang Ar-Radm lalu mereka tidak
merasakan sedih?" Rasulullah bersabda: "Ketahuilah itu semua justru malah menambahkan kebaikan
kepada kaummu di dalam Islam." lalu Rasulullah mengangkat Farwah bin Musaik sebagai
gubernur beliau yang membawahi wilayah Murad, Zubair, dan Madzhij secara keseluruhan. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah mengutus Khalid bin Sa'id bin Al-Ash untuk menarik zakat
bersamanya. Khalid bin Sa'id bin Al-Ash tetap bersamanya di negerinya sampai Rasulullah berpulang
keharibaab Tuhannya.
Kedatangan Amr Bin Ma'di Yakrib Bersama Beberapa Orang dari Bani Zubaid
Ibnu Ishaq berkata: Amr bin Ma'di Yakrib juga datang menemui Rasulullah bersama beberapa orang
dari Bani Zubaid, lalu ia memeluk Islam. Sebelumnya, tatkala Bani Zubaidah mendengar tentang
Rasulullah, Amr bin Ma'di Yakrib berkata kepada Qais bin Maksyuf Al-Muradi: "Wahai Qais,
Sebetulnya engkau yaitu pemimpin kaummu. Kami mendapatkan laporan bahwa salah seorang
dari Quraisy bernama Muhammad telah muncul di Hijaz dan mendeklarasikan dirinya sebagai nabi.
Oleh sebab itulah, marilah pergi menemuinya agar kita mengetahui seperti apa ilmu yang dimilikinya.
jika ia seorang nabi sebagaimana yang ia nyatakan, itu mustahil tidak engkau ketahui dan jika
kita bertemu dengannya, kita mengikuti dia sehigga kalau dia ia bukan nabi, pasti terungkap ilmunya."
Qais bin Maksyuf meremehkan usulan Amr bin Ma'd Yakrib, bahkan menganggapnya sebagai
pendapat yang bodoh. Lalu Amr bin Ma'di Yakrib berangkat hingga tiba di tempat Rasulullah dan
masuk Islam, membenarkan beliau, dan beriman kepadanya. Tatkala keislaman Amr bin Ma'dikarb di
dengar Qais bin Maksyuf, ia mengintimidasinya dengan keras. Qais bin Maksyuf berkata: "Amr bin
Ma'di Yakrib telah menentangku dan meninggalkan pendapatku."
Kedatangan Al Asy'ats Bin Qais Bersama Utusan Kindah
Ibnu Ishaq berkata: Ibnu Syihab Az-Zuhri bercerita kepadaku bahwa Al-Asy'ats bin Qais datang
menemui Rasulullah bersama utusan Kindah yang berjumlah delapan puluh orang dengan rambut rapi
tersisir, bercelak, dan mengenakan jubah dari habrah, buatan Yaman, yang pada setiap ujungnya
diberi kain sutra. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam saat itu berada di masjid. Tatkala mereka
telah masuk, Rasulullah bersabda: "Bukankah kalian telah masuk Islam?" Mereka menjawab: "Ya."
Rasulullah bersabda: " Lalu bagaimana dengan kain sutera yang ada melengkar di leher kalian?" Maka
mereka merobek-robek kain sutra ini , lalu mencampakkannya. Al-Asy'ats bin Qais berkata
kepada Rasulullah: "Wahai Rasulullah, kami yaitu Bani Akil Al-Murar dan juga engkau Bani Akil Al-
Murar." Rasulullah tersenyum, lalu bersabda: "Nasabkan nasab itu kepada Al-Abbas bin Abdul
Muthalib dan Rabiah Al-Harits." Al-Abbas bin Abdul Muthalib dan Rabi'ah bin Al-Harits yaitu dua
lelaki pedagang. Jika mereka berdua berjalan jauh di sebagian orang-orang Arab, lalu mereka
berdua ditanya: "Kalian berdua berasal dari mana?" Keduanya menjawab: "Kami berasal dari Bani Akil
Al-Murar." Keduanya berbangga dengan nasab ini, sebab tatkala itu orang-orang Kindah yaitu raja.
Rasulullah bersabda kepada utusan Kindah: "Tidak, kami yaitu Bani An-Nadhr bin Kinanah. Kita tidak
bernasab kepada ibu kami dan tidak menolak ayah kami. Al-Asy'ats bin Qais berkata: "Wahai orang-
orang Kindah, apakah kalian dengar itu? Demi Allah, tidaklah aku mendengar seseorang berkata
seperti itu sesudah ini, kecuali aku akan segera menghajarnya delapan puluh kali."
Ibnu Hisyam berkata: Al-Asy'ats bin Qais yaitu anak keturunan Akil Al-Murar dari jalur nasab wanita.
Akil Al-Murar ialah Al-Harits bin Amr bin Hujr bin Amr bin Muawiyah bin Al-Harits bin Muawiyah bin
Tsaur bin Muratta’ bin Muawiyah bin Kindi –ada yang menuturkan Kindah.
Kedatangan Shurad bin Abdullah Al-Azdi
Ibnu Ishaq berkata: Shurad bin Abdullah Al-Azdi juga datang menemui Rasulullah bersama dengan
utusan Al-Azd, lalu ia memeluk Islam dan keislamannya baik. Rasulullah menjadikan Shurad bin
Abdullah pemimpin bagi kaumnya yang memeluk Islam dan memerintahkannya bersama mereka yang
masuk telah Islam untuk memerangi orang-orang musyrik dari suku-suku Yaman yang ada di sekitar
kawasan mereka. sesudah itu Shurad bin Abdullah berangkat sesuai dengan perintah Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam hingga berhenti di Jurasy yang saat itu merupakan sebuah kota tertutup
yang di dalamnya ada suku-suku Yaman dan suku Khats'am. Suku Khats'am bersama suku-suku
Yaman masuk ke Jurasy begitu mereka mendengar kedatangan kaum muslimin. Shurad bin Abdullah
dan anak pasukannya lalu mengepung mereka selama hampir sebulan dan mereka berlindung di sana
menghindari serangan Shurad bin Abdullah.
Masuk Islamnya warga Jurasy
Sebelumnya, warga Jurasy mengirim dua orang dari mereka kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam di Madinah guna memperhatikan situasi yang sedang berkembang. Lalu utusan Jurasy
keluar dari Jurasy dan tiba di tempat Rasulullah lalu memeluk Islam. sesudah mereka masuk
Islam, Rasulullah melindungi sebuah tanah di sekitar desa mereka dengan memberi tanda-tanda
tertentu untuk kepentingan kuda, unta, dan sapi pembajak. Jadi, barangsiapa menggembala di tempat
ini , dia bisa dirampas.
Kedatangan Utusan Raja-raja Himyar dengan Suratnya
Ibnu Ishaq berkata: sesudah pulang dari Tabuk, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menerima surat
dari raja-raja Himyar dari utusan mereka. Raja-raja Himyar yang memeluk Islam yaitu sebagai
berikut: Al-Harits bin Abdu Kulal, Nua'im bin Abdu Kulal, An-Nu'man raja kecil Dzu Ru'ain, Ma'afir, dan
Hamdan. Zur'ah Dzu Yazan juga mengirim Malik bin Murrah Ar-Rahawi untuk bertemu dengan
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan melaporkan bahwa suku mereka telah masuk Islam,
meninggalkan kesyirikan dan orang-orang yang masih tenggelam dalam kemusyrikan. Rasulullah
menulis surat kepada mereka:
Bismillahirrahmaanirrahim
Dari Muhammad utusan Allah dan Nabi-Nya, kepada Harits bin Abdu Kulal, Nu’aim bin Abdu Kulal,
dan An-Nu’man raja Dzu Ru’ain, Ma’afir, dan Hamdan. Aku memuji Allah yang tidak ada Tuhan yang
layak disembah kecuali Dia. Amma bad'u.
Utusan kalian tiba di tempat kami tak lama sesudah kami tiba dari Byzantium Romawi. Kami bertemu
mereka di Madinah. Utusan kalian menyampaikan apa saja yang kalian pesankan kepada mereka,
menjelaskan berita dari kalian yaitu masuk Islamnya kalian, pembunuhan kalian terhadap orang-
orang musyrikin, dan bahwa Allah telah memberi hidayah-Nya kepada kalian. jika kalian telah
memperbaiki diri, taat kepada Allah dan Rasul Nya, mendirikan shalat, membayar zakat, memberi
jatah seperlima bagi Allah, dan jatah Rasulullah dan pilihan-Nya dari rampasan perang, kalian
membayar zakat yang diwajibkan kepada orang-orang mukminin, yaitu sepersepuluh dari tanaman
yang diairi dengan mata air dan air hujan, seperlima dari tanaman yang diairi dengan timba, zakat
pada empat puluh ekor unta ialah satu bintu labun (anak unta betina yang berumur dua tahun) zakat
pada tiga puluh ekor unta ialah ibnu labun (anak unta jantan yang berumur dua tahun), zakat pada
setiap lima ekor unta ialah satu kambing, zakat pada setiap sepu- luh ekor unta ialah dua kambing,
zakat pada setiap empat puluh ekor sapi ialah satu sapi, zakat pada setiap tiga puluh ekor sapi ialah
tabi 'jadza' (anak sapi jantan yang berusia satu tahun) atau jadza'ah (anak sapi betina yang berumur
satu tahun), dan zakat pada setiap empat puluh ekor kambing yang digembalakan ialah satu kambing,
maka itu semua yaitu kewajiban Allah yang Dia wajibkan kepada kaum mukminin dalam zakat.
Barangsiapa yang berbuat baik dan terus menambahnya, maka yang demikian itu lebih baik baginya.
Barangsiapa menunaikan kewajiban ini , bersaksi atas keislamannya, dan membantu kaum
Mukminin dalam menghadapi orang-orang musyrikin, maka ia termasuk golongan kaum Mukminin;
ia memiliki hak dan kewajiban sebagaimana kaum Mukminin lainnya, serta berhak atas jaminan
Allah dan Rasul-Nya.
Barangsiapa dari orang Yahudi atau Kristen masuk Islam, ia termasuk bagian dari kaum Mukmimn; ia
memiliki hak dan kewajiban sebagaimana mereka. Dan barang siapa tetap dengan ke-Yahudi-annya
atau ke-Kristenannya, ia tidak boleh dipalingkan dari agamanya dan ia wajib membayar jizyah yang
diambil dari orang yang telah bermimpi (aqil baligh); laki-laki atau perempuan, merdeka atau budak,
sebesar satu dinar dari harga kain Al-Ma'afir atau diganti pakaian. Barangsiapa menunaikan hal
ini kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, ia berhak atas jaminan Allah dan Rasul-Nya.
Barangsiapa menolak menunaikannya, maka ia yaitu musuh Allah dan Rasul-Nya. Amma ba 'du.
Sebetulnya Muhammad yang merupakan nabi dan utusan Allah mengirim kepada Zur'ah Dzu Yazin
bahwa jika para utusanku datang kepada kalian, hendaklah kalian berbuat baik kepada mereka. Para
utusanku yaitu Muadz bin Jabal, Abdullah bin Zaid, Malik bin Ubadah, Uqbah bin Namir, Malik bin
Murrah, dan sahabat-sahabat mereka yang lain. Hendaklah kalian mengumpulkan zakat dan jizyah
yang ada pada kalian dari daerah kalian lalu berikan kepada utusan-utusanku, pemimpin
utusanku yaitu Muadz bin Jabal, dan ia jangan sekali-kali pulang kecuali dalam keadaan ridha.
Amma ba 'du.
Sebetulnya Muhammad bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah dan
bahwa ia yaitu hamba Allah dan Rasul-Nya. Sebetulnya Malik bin Murrah Ar-Rahawi
menerangkan kepadaku bahwa engkau (Zur'ah Dzu Yazin) orang Himyar pertama yang memeluk Islam
dan memerangi orang-orang musyrikin, oleh sebab itu, aku sampaikan berita gembira padamu,
memerintahkan padamu untuk berbuat baik kepada orang-orang Himyar. Jangan berkhianat, dan
jangan saling menelantarkan, sebab Rasulullah yaitu pelindung orang kaya dan orang miskin
kalian. Sebetulnya zakat tidak halal bagi Muhammad dan keluarganya, namun zakat yaitu untuk
orang-orang fakir dari kaum Muslimin dan para ibnu sabil (musafir). Sebetulnya Malik bin Murrah
Ar-Rahawi melaporkan berita yang dibawanya dan menjaga rahasia, oleh sebab itu, aku perintahkan
kalian berbuat baik kepadanya. Sebetulnya aku akan mengutus orang-orang yang paling shalih di
antara keluargaku, yang paling baik agamanya, dan yang paling banyak ilmunya kepada kalian. Oleh
sebab itulah aku perintahkan kalian berbuat baik kepada mereka, sebab kebaikan senantiasa
diharapkan dari mereka. Wassalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Pesan Penting Rasulullah kepada Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu Sebelum Keberangkatannya
ke Yaman
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr bercerita kepadaku bahwa ia diberitahu tatkala Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu ke Yaman, beliau berpesan
kepadanya: "Jadikanlah mudah persoalan yang rumit dan jangan merumitkan yang mudah, berilah
kabar gembira dan jangan membuat orang lari terbirit. Sebetulnya engkau akan mendatangi kaum
dari Ahli Kitab yang akan bertanya kepadamu: "Apa kunci surga?" Maka katakanlah: "Syahadat
(kesaksian) bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah yang tidak ada sekutu bagi-
Nya."
Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu pun meninggalkan Madinah menuju Yaman. Setibanya di sana, ia
menjalankan apa saja yang diperintahkan Rasulullah kepadanya. Suatu saat , wanita Yaman
mendatangi Muadz bin Jabal dan berkata: "Wahai sahabat Rasulullah, apa hak seorang suami atas
istrinya?" Muadz bin Jabal berkata kepada wanita ini : "Sebetulnya seorang istri tidak akan
mampu melaksanakan hak suami atas dirinya, oleh sebab itu, bersungguh-sungguhlah engkau dalam
menunaikan hak suamimu sesuai dengan kemampuanmu." Wanita ini berkata: Demi Allah,
jika engkau benar-benar sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam engkau pasti mengetahui
apa hak suami atas istrinya." Muadz bin Jabal berkata kepada wanita ini : "Seandainya engkau
pulang menemui suamimu dan kau dapatkan kedua lubang hidungnya sedang mengucurkan nanah
dan darah, lalu engkau mengobatinya maka engkau masih belum menunaikan haknya."
Farwah bin Amr Al-Judzami Memeluk Islam
Ibnu Ishaq berkata: "Farwah bin Amr bin An-Nafirah Al-Judzami lalu An-Nufatsi mengirim utusan
kepada Rasulullah yang mengabarkan bahwa dirinya telah memeluk Islam dan menghadiahkan bighal
putih padanya. Farwah bin Amr yaitu gubernur kerajaan Byzantium Romawi yang membawahi
orang-orang Arab yang ada di sekitar kerajaan Byzantium Romawi. Daerah kekuasaannya yaitu
Mu'an dan daerah-daerah Syam di sekitarnya. Tatkala orang-orang Romawi mereka mencarinya
lalu menangkapnya dan menahannya di tempat mereka. Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata bahwa
tatkala orang-orang Byzantium Romawi membawa Farwah bin Amr untuk membunuhnya, ia berkata:
Sampaikan kepada para patriot dan prajurit kaum Muslimin
Bahwa aku berserah diri kepada Tuhanku tulang dan tubuhku
lalu orang-orang Romawi menghabisi Farwah bin Amr Al-Judzami di mata air ini . Mudah-
mudahan Allah merahmatinya.
Bani Al-Harits Bin Masuk Memeluk Islam di Depan Khalid Bin Walid Tatkala Ia Pergi Ke Tempat
Mereka
Ibnu Ishaq berkata: Sekitar bulan Rabiul Awal atau Jumadil Ula tahun kesepuluh Hijriyah, Rasulullah
mengutus Khalid bin Walid Radhiyallahu Anhu kepada Bani Al-Harits bin Ka'ab di Najran dan
memerintahkannya untuk menyeru mereka kepada Islam. Orang-orang Bani Al-Harits bin Kaab pun
masuk Islam, lalu Khalid bin Walid menetap di tempat mereka untuk mengajarkan Islam,
Kitabullah, dan Sunnah Nabi-Nya. sesudah itu, Khalid bin Walid pulang menghadap Rasulullah bersama
utusan Bani Al-Harits bin Ka'ab yang di dalamnya ada Qais bin Al-Hushain bin Dzu Al-Ghishshah, Yazid
bin Abdul Madan, Yazid bin Al-Muhajjal, Abdullah bin Qurad Az-Ziyadi, Syaddad bin Abdullah Al-
Qanani, dan Amr bin Abdullah Adz-Dzababi. lalu mereka pulang kepada kaum mereka di akhir
bulan Syawal atau pada awal bulan Dzulqa'dah. Empat bulan sesudah mereka di kaum mereka,
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat. semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya,
menurunkan,berkah-Nya, meridhainya, dan memberi kenikmatan padanya.
Pesan Rasulullah kepada Amr bin Hazm
Ibnu Ishaq berkata: Pasca kembalinya utusan Bani Al-Harits bin Ka'ab ke negeri mereka, Rasulullah
mengutus Amr bin Hazm ke untuk mengajarkan masalah-masalah agama, sunnah, dan ajaran-ajaran
Islam kepada mereka. Barangsiapa di antara orang Yahudi dan orang Kristen di antara mereka
memeluk Islam dengan keislaman yang tulus dari sanubarinya, ia termasuk golongan kaum Mukminin;
ia berhak atas hak dan kewajiban sebagaimana kaum Mukminin lainnya.
Barangsiapa tetap bertahan dengan ke-Kristenan-nya atau ke-Yahudi-annya, ia tidak boleh dipaksa
keluar dari agamnya. Setiap orang yang teiah bermimpi (baligh); laki-laki, atau perempuan, orang
merdeka, atau budak, harus membayar satu dinar utuh atau yang setara dengannya yaitu pakaian
sebagai gantinya. Barangsiapa menunaikan kewajiban ini , ia berhak atas jaminan Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa menolak membayarnya, ia musuh Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukminin.
Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Muhammad.
Kedatangan Rifa'ah Bin Zaid Al- Judzami
Ibnu Ishaq berkata: Di tengah-tengah disepakatinya perdamaian Al-Hudaibiyah sebelum terjadinya
perang Khaybar, Rifa'ah bin Zaid Al-Judzami dan Adh-Dhubaibi datang menemui Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam lalu menghadiahi Beliau seorang budak. Rifa'ah bin Zaid Al-Judzami memeluk Islam
dengan keislaman yang baik. Rasulullah menulis surat kepada Rifa'ah bin Zaid Al-Judzami untuk
disampaikan kepada kaumnya. Berikut isi surat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
Bismillahirrahmanaanirrahim
Ini yaitu surat dari Muhammad sang utusan Allah kepada Rifa'ah bin Zaid. Aku mengutusmu kepada
segenap kaummu dan untuk menyeru kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa di antara mereka
memenuhi seruan ini , ia termasuk golongan (penganut agama) Allah dan golongan Rasul-Nya.
Dan barangsiapa tidak memenuhi ajakan ini , ia mendapatkan jaminan keamanan selama dua
bulan.
Sesampainya Rifa'ah bin Zaid di tengah kaumnya dan mengajak mereka masuk Islam, mereka
memenuhi ajakannya dengan memeluk Islam, lalu mereka berangkat ke Harrah Ar-Rajla'.
Kedatangan Utusan Hamdan
Ibnu Hisyam berkata: Disampaikan orang yang tidak aku ragukan kredibilitasnya, dari Amr bin
Abdullah bin Udzainah Al-Abdi, dari Abu Ishaq As-Sabi'i, ia berkata: Utusan Hamdan juga datang
kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dalam utusan Hamdan ini ada Malik bin Namath,
Abu Tsaur yakni Dzu Al-Misy'ar, Malik bin Aifa', Dhimam bin Malik As-Salmani, dan Umairah bin Malik
Al-Kharifi. Mereka berpapasan dengan Rasulullah saat kepulangan beliau dari Tabuk. Saat itu, mereka
mengenakan pakaian dari kain kain-kain berjahit yang halus asal Yaman, sorban dari Aden, di atas unta
yang gagah asal Mahrab dan Arhab. Malik bin Namath dan seseorang dari mereka berkata
membanggakan kaumnya. Ia berkata: "Wahai Rasulullah, orang-orang Hamdan yang terpandang dari
semua kota dan desa berkerumun mendatangimu dengan menaiki unta muda yang kencang larinya
dan bersambung dengan buhul-buhul Islam. Mereka tidak khawatir oleh kecaman orang yang
mengecam. Mereka berasal dari kota Kharif, Yam, dan Syakir, yang merupakan pemilik unta dan kuda.
Mereka menerima dakwah Rasul, merobohkan tuhan-tuhan patung-patung. Janji mereka tidak akan
dilanggar selagi gunung masih berdiri tegak dan anak kijang masih berlari dengan kencang.
Surat Rasul tentang Larangan Pada warga Janab
Bismillahirrahmaanirrahim
Surat ini datang dari Rasulullah, Muhammad, kepada distrik kota Kharif, warga negeri tanah tinggi
(Janab), dan bukit berpasir bersama utusannya yaitu Dzu Al-Misy'ar, untuk Malik bin Namath bersama
siapa saja dari kaumnya yang memeluk Islam bahwa mereka berhak atas tanah dataran tinggi dan
dataran rendah mereka, selagi mereka mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka boleh
menikmati kacang-kacangan di daerah-daerah itu dan menggembalakan hewan ternak di padang
rumput di daerah ini . Oleh sebab itulah, mereka berhak dan layak atas jaminan Allah dan Rasul-
Nya. Saksi mereka yaitu Muhajirin dan Anshar.
Perihal Dua Orang Pendusta Musailamah Al-Hanafi Dan Al-Aswad Al-Ansi
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam masih hidup ada dua orang yang
membual tentang beragam hal: Musailamah bin Habib Al-Kadzdzab di Yamamah di Bani Hanifah dan
Al-Aswad bin Ka'ab Al-Ansi di Shan'a.
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abdullah bin Qusaith bercerita kepadaku, dari Atha' bin Yasar, atau
saudaranya yaitu Sulaiman bin Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu, ia berkata: Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkhutbah di atas mimbar: "Hai orang-orang
sekalian, aku menyaksikan lailatul qadr lalu aku dilupakannya. Aku melihat gelang dari emas di
kedua tanganku namun aku tidak menyukainya. Lalu aku tiup gelang ini , ternyata keduanya
terbang melayang, lalu aku tafsirkan kedua gelang ini yaitu dua orang pendusta itu: orang
Yaman dan Yamamah."207
Ibnu Ishaq berkata: Orang yang tidak aku ragukan integritasnya bercerita kepadaku, dari Abu Hurairah
Radhiyallahu Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda:
"Hari Kiamat tidak akan datang sampai muncul tiga pul'uh dajjal yang kesemuanya mengklaim
sebagai nabi."208
Keberangkatan Para Gubernur Dan Petugas Penarik Zakat
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus para gubernurnya dan petugas
zakat ke negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa Sallam mengutus Al-Muhajir bin Abu Umaiyah bin Al-Mughirah ke Shan'a. Namun Al-Aswad bin
Ka'ab Al-Ansi melakukan pemberontakan kepadanya saat ia berada di sana. Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Sallam mengutus Ziyad bin Labid saudara Bani Bayadhah Al-Anshari ke Hadramaut sebagai
gubemur dan petugas penarik zakat di sana, mengutus Adi bin Hatim ke Thayyi' sebagai gubernur dan
petugas zakat di sana dan Bani Asad, mengutus Malik bin Nuwairah, Ibnu Hisyam berkata: ia berasal
dari Yarbu', sebagai petugas zakat di Bani Handzalah, membagi penanganan zakat Bani Sa'ad kepada
dua orang dari mereka; Az-Zibriqan bin Badr di salah satu daerah di sana dan Qais bin Ashim di daerah
lainnya, mengirim Al-Ala' bin Al-Hadhrami sebagai gubernur Bahrain, dan mengirim Ali bin Abu Thalib
kepada warga Najran untuk menarik zakat dan menyerahkan jizyah mereka kepada beliau.
Surat Musailamah Al-Kadzdzab Kepada Rasulullah dan Surat Balasan Beliau Kepadanya
Ibnu Ishaq berkata: Musaiiamah bin Habib mengirim surat kepada Rasulullah. Yang isinya sebagai
berikut:
Dari Musailamah Rasulullah kepada Muhammad Rasulullah, salamun alaika. Amma ba'du.
"Sebetulnya kepentingan kita dalam perkara (kenabian) ini sama. Kami berhak atas separuh bumi
dan Quraisy berhak atas separuhnya lagi, namun Quraisy yaitu orang-orang yang melampaui
batas."
Dua utusan membawa surat Musailamah bin Habib kepada Rasulullah.
Ibnu Ishaq berkata: Salah satu syaikh dan Asyja' bercerita kepadaku, dari Salamah uin Nuaim bin
Mas'ud Al-Asyja'i, dari ayahnya. Nuaim, yang berkata: Aku mendengar Rasulullah bertanya kepada
kedua utusan Musailamah bin Habib sesudah beliau membaca surat ini : "Bagaimana pandangan
kalian?" Kedua utusan Musailamah bin Habib ini berkata: "Kami sepakat dengan Musailamah
bin Habib." Rasulullah bersabda: "Demi Allah, andai seorang utusan itu boleh dibunuh, aku pasti
menghabisi kalian berdua."
lalu Rasulullah menulis surat kepada Musailamah bin Habib. Isi surat beliau sebagai berikut:
Bismillahirrahmaanirrahim
Dari Muhammad Rasulullah kepada Mu-sailamah Al-Kadzdzab (si pendusta). Kedamaian atas siapa
saja yang mengikuti petunjuk Amma badu. Sebetulnya bumi ini hanyalah milik Allah yang Dia
wariskan kepada siapa saja yang Dia hendaki dari hamba-hamba-Nya dan pahala itu hanya untuk
orang-orang yang bertakwa.209
Peristiwa ini terjadi pada akhir tahun kesepuluh hijriyah.
Haji Wada' (Terakhir)
Ibnu Ishaq berkata: Menjelang bulan Dzulqadah, Rasulullah segera bersiap-siap untuk menunaikan
ibadah haji dan memerintahkan kaum Muslimin untuk bersiap-siap.
Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Al-asim bercerita kepadaku, dari ayahnya, Al-Qasim bin
Muhammad, dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata: "Rasulullah berangkat untuk melaksanakan
ibadah haji pada tanggal dua puluh lima bulan Dzulqadah."210
Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah meng angkat Abu Dujanah As-Saidi sebagai imam sementara di
Madinah. Ada yang menuturkan bahwa beliau menunjuk Siba' bin Urfuthah Al-Ghifari.
Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Al-Qasim bercerita kepadaku dari ayahnya, Al-Qasim bin
Muhammad, dari Aisyah Radhiyallahu Anha yang berkata: Dalam perjalanannya Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam terus menyebutkan haji di tangah kumpulan rombongannya. Tatkala tiba di Saraf
beliau memerintahkan rombongannya bertahallul dari umrah kecuali orang yang membawa hewan
unta sembelihan.
Aisyah melanjutkan: saat itu aku sedang haid dan menangis. Rasulullah lalu menemuiku dan
bersabda: "Wahai Aisyah, ada apa? Apakah engkau sedang haidh?" Aku menjawab: "Ya. Demi Allah,
kalau terus begini rasanya aku tidak bisa melanjutkan perjalanan bersama kalian." Rasulullah
bersabda: "Janganlah pesimis. Engkau tetap berhaji berhaji, hanya saja engkau tidak boleh melakukan
thawaf di sekitar Baitullah."
Aisyah berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memasuki Makkah, semua orang yang
tidak membawa hewan sembelihan, dan juga isteri-isteri beliau ber tahallul dari umrah. Di hari
penyembelihaii hewan qurban, daging-daging sapi diantarkan kepadaku. Aku bertanya: "Apa ini?"
Orang orang berkata: "Rasulullah menyembelih hewan qurban atas nama istri-istrinya." Pada malam
sesudah hari-hari tasyriq, Rasulullah berjalan bersamaku dan saudaraku Abdurrahman bin Abu Bakar,
lalu ia membantuku untuk melaksanakan umrah dari At-Tan'im, yaitu tempat aku tidak bisa
melaksanakan umrah sebelumnya.211
Ibnu Ishaq berkata: Nafi' mantan budak Abdullah bin Umar bercerita kepadaku, dari Abdullah bin
Umar, dari Hafshah binti Umar, yang berkata: "Tatkala Rasulullah menyuruh istri-istrinya ber tahallul,
aku berkata: "Wahai Rasulullah, kenapa engkau tidak bertahallul bersama kami?" Rasulullah bersabda:
"Aku membawa hewan sembelihan dan menggulung rambut, jadi aku tidak bertahallul hingga aku
menyembelih untaku.'212
Ali bin Abu Thalib Berpapasan dengan Rasulullah di Haji Sepulangnya dari Yaman
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih bercerita kepadaku bahwa sebelumnya Rasulullah
mengutus Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu ke Najran, lalu beliau bertemu dengannya di
Makkah dalam keadaan berihram. Ali bin Abu Thalib menemui Fathimah binti Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam dan mendapatinya bertahallul dan berhias. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
membagi dua hewan sembelihan dengan Ali bin Abu Thalib dan Ali bin Abu Thalib tetap dalam keadaan
ihram bersama Rasulullah. Tatkala keduanya menyelesaikan seluruh aktivitas haji, Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyembelih hewan sembelihan untuknya dan Ali.
Khutbah Rasulullah di Haji Wada'
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah melanjutkan prosesi ibadah hajinya, mengajarkan manasik haji kepada
kaum Muslimin, menjelaskan sunnah-sunnah haji kepada mereka, dan berkhutbah kepada mereka
menjelaskan apa yang perlu dia jelaskan. Rasulullah memuji Allah, menyanjung-Nya lalu bersabda:
Wahai manusia, simaklah dengan seksama perkataanku, sebab aku tidak tahu apakah aku masih
bisa berjumpa kalian tahun depart di tempat ini.
Wahai manusia, Sebetulnya darah dan harta benda kalian yaitu haram bagi kalian hingga kalian
berjumpa dengan Allah sebagaimana haramnya hari dan bulan kalian ini.
Sebetulnya kalian semua akan menemui Tuhan kalian lalu Dia akan bertanya tentang amal
perbuatan kalian.
Sungguh hal ini telah aku sampaikan...
Barangsiapa yang masih memiliki amanah, hendaklah ia menunaikannya kepada yang berhak
menerimanya.
Sebetulnya semua riba dihapus terkecuali modal harta kalian. Dengan cara ini kalian tidak berbuat
zalim dan jangan pula mau dizalimi. sebab Allah telah menentukan tidak boleh lagi ada riba.
Sebetulnya riba Al-Abbas bin Abdul Muthalib semuanya terhapus.
Sebetulnya bunuh membunuh sebab balas dendam pada masa jahiliyah itu terhapus dan darah
yangpertama kali aku hapus ialah darah Ibnu Rabi'ah bin Al-Harits bin Abdul Muthalib. Dulu ia mencari
wanita yang menyusui di Bani Laits lalu ia dihabisi oleh orang-orang Hudzail.
Ia lah yang pertama kali kuhapuskan darahnya pada masa jahiliyah.
Wahai manusia, Sebetulnya setan telah menyerah dan putus asa untuk bisa disembah di negeri
kalian untuk selama-lamanya, namun setan ditaati dalam hal yang lainnya dan sungguh setan senang
sekali dengan hal itu, yaitu amal perbuatan yang kalian anggap kecil, oleh sebab itu, hati-hatilah
kalian terhadap setan, jangan sampai merusak agama kalian!
Wahai manusia,
"Sebetulnya mengundur-undurkan bulan haram itu bisa menambah kekafiran. Orang-orang
yang kafir telah disesatkan sebab mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu
tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mencocokkannya dengan
bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah
dan mengharamkan apa yang Allah halalkan." (QS. at-Taubah: 37)
Sebetulnya roda waktu itu terus berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Sebetulnya
jumlah bulan di sisi Allah ialah dua belas. Empat di antaranya yaitu haram; tiga bulan berturut-turut
dan bulan Rajab yang berada di antara bulan Jumadil Akhir dengan bulan Sya'ban. Amma ba 'du.
Wahai manusia, Sebetulnya kalian memiliki hak atas istri-istri kalian sebagaimana istri-istri kalian
juga memiliki hak atas kalian. Hak kalian atas istri-istri kalian ialah mereka harus mengharamkan
siapa pun dari orang-orang yang kalian tidak sukai untuk mendatangi ranjang-ranjang kalian dan istri-
istri kalian haram bagi mereka mengerjakan perbuatan keji dan tidak senonoh. Jika istri-istri kalian
mengerjakan hal-hal ini , Allah mengizinkan kalian untuk mendiamkan mereka di tempat tidur
dan memukul mereka namun jangan sampai melukai mereka. Jika meeka telah sadar dan bertaubat,
mereka berhak mendapatkan nafkah danpakaian dengan cara yang baik. Berbuat baiklah kepada
para istri kalian, sebab mereka seperti tawanan yang tidak memiliki sesuatu apa pun. Sesungguh-
nya kalian mengambil istri-istri kalian dengan amanah Allah dan menghalalkan kemaluan mereka
dengan kalimat-kalimat Allah, oleh sebab itu, camkanlah ucapanku ini, sebab aku telah
menyampaikannya kepada kalian.
Aku wariskan kepada kalian Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya yang jika kalian berpegang teguh
kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat untuk selamanya.
Wahai manusia sekalian, simak dan camkanlah ucapanku. Ketahuilah bahwa setiap Muslim yaitu
saudara bagi Muslim lainnya dan seluruh kaum Muslimin itu bersaudara. Oleh sebab itulah, tidak halal
baginya mengambil sesuatu dari saudaranya kecuali bila hatinya menyetujuinya. Janganlah kalian
suka menzalimi diri kalian. Apakah ini semua telah aku sampaikan... ?
Disebutkan kepadaku bahwa kaum Muslimin berkata: "Sudah." Rasulullah bersabda: "....Saksikanlah."
Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair bercerita kepadaku, dari ayahnya, Abbad,
yang berkata bahwa orang yang mengulang kembali sabda Rasulullah di atas dengan berteriak tatkala
beliau berada di Arafah ialah Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf. Rasulullah bersabda kepada Rabi'ah bin
Umaiyah bin Khalaf: "Katakan kepada orang-orang bahwa Rasulullah bertanya: Bulan apa sekarang?"
Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf menyampaikan pertanyaan Rasulullah ini dengan berteriak
kencang kepada kaum Muslimin, lalu mereka berkata kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf:
"Bulan Haram." Rasulullah bersabda kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf: "Beritahu mereka lagi
bahwa Allah mengharamkan darah dan harta kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini hingga kelak
kalian menemui Allah." Rasulullah bersabda lagi kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf: "Katakan
kepada mereka: 'Wahai manusia, Sebetulnya Rasulullah bersabda, 'tahukah kalian di negeri mana
kalian kini berada?'" Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf kembali menyampaikan sabda Rasulullah ini
dengan suara yang keras, lalu kaum Muslimin berkata: "Kami sedang berada di negeri haram."
Rasulullah bersabda lagi kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf: "Sampaikan lagi kepada mereka
bahwa Allah mengharamkan darah dan harta kalian sebagaimana haramnya negeri kalian ini hingga
kelak kalian menemui Tuhan kalian." Rasulullah bersabda lagi kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf:
"Katakan kepada mereka, tahukah kalian hari apakah sekarang?" Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf
kembali meneriakkan sabda Rasulullah ini , lalu kaum Muslimin menjawab: "Sekarang
yaitu hari haji akbar." Rasulullah bersabda kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf: "Katakan kepada
mereka bahwa Allah mengharamkan darah dan harta kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini
hingga kelak kalian menemui Tuhan kalian."213
Ibnu Ishaq berkata: Laits bin Abu Sulaim bercerita kepadaku, dari Syahr bin Hausyab Al-Asy'ari, dari
Amr bin Kharijah, ia berkata: Attab bin Usaid mengutusku menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam untuk satu urusan, saat itu beliau berdiri di Arafah. Lalu aku utarakan keperluan ini
kepada beliau. sesudah itu, aku berdiri di bawah unta Rasulullah dan sungguh air liur unta beliau
menetes ke kepalaku. Saat itu aku dengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Sebetulnya Allah 'azza wajalla telah mem- berikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.
Dan tidak ada wasiat bagi ahli waris, anak yaitu hak bagi sang suami, sedangkan bagi seorangpezina
yaitu batu (hukuman rajam). Dan barangsiapa menisbatkan dirinya kepada selain bapaknya atau
(budak) menisbatkan diri kepada selain tuannya, maka ia akan mendapatkan Allah, malaikat dan
seluruh manusia. Allah tidak akan menerima amalan sunnah dan tidak pula amalan wajib, atau amalan
sunnah dan tidak pula amalan wajibnya."214
Rasulullah Memperlihatkan Manasik kepada Manusia dan Mengajarkan Faraidh-Faraidh Allah
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih bercerita kepadaku bahwa tatkala Rasulullah berdiri di
Arafah, beliau bersabda: "Ini yaitu tempat berhenti dan semua Muzdalifah yaitu tempat berhenti",
Tatkala berdiri di Quzah pada pagi hari Muzdalifah, Rasulullah bersabda: "Ini yaitu tempat berhenti
dan semua Muzdalifah yaitu tempat berhenti." Tatkala menyembelih hewan sembelihan di tempat
penyembelihan di Mina, Rasulullah bersabda: "Ini yaitu manhar (tempat penyembelihan hewan) dan
Mina semuanya yaitu manhar." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyelesaikan haji,
memperlihatkan manasik haji kepada kaum Muslimin, menerangkan kepada mereka apa saja yang
diwajibkan Allah kepada mereka pada saat haji mereka; tempat wuquf, melempar jumrah, thawaf,
dan menerangkan apa saja yang dihalalkan Allah dan apa saja yang Dia haramkan atas mereka di haji
mereka. Dan ini yaitu pesan-pesan terakhir dan haji wada' (perpisahan) beliau, sebab Rasulullah
tidak berhaji lagi sesudah tahun itu.215
Pengiriman Usamah Bin Zaid ke Palestina
Ibnu Ishaq berkata: sesudah menunaikan haji wada', Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pulang ke
Madinah dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya di sana pada sisa bulan Dzulhijjah, Muharram, dan
Shafar. Rasulullah Shal lalahu 'alaihi wa Sallam mengirim pasukan ke Syam dengan Usamah bin Zaid
bin Haritsah, mantan budak beliau sebagai komandannya. Beliau memerintahkannya untuk
menjejakkan kuda-kudanya ke perbatasan Al-Balqa' dan Ad-Darum, di wilayah Palestina. Kaum
Muslimin segera bersiaga dan sejumlah Muhajirin generasi awal ikut Usamah bin Zaid dalam pasukan
kali ini.
Keberangkatan Para Duta Rasulullah Kepada Para Raja
Ibnu Hisyam berkata: Orang yang aku tidak ragukan integritasnya bercerita kepadaku, dari Abu Bakr
Al-Hudzali, ia berkata: Telah sampai berita padaku bahwa pada suatu hari Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam keluar menemui para sahabatnya sesudah umrah di Hudaibiyah, lalu beliau bersabda:
"Hai manusia, Sebetulnya Allah mengutusku sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia. Maka
janganlah kalian mengkhianatiku sebagaimana Al-Hawariyyun mengkhianati Isa bin Maryam." Para
sahabat bertanya: "Bagaimana Al-Hawariyyun mengkhianati Isa bin Maryam, wahai Rasulullah?"
Rasulullah bersabda: "Isa bin Maryam menyeru mereka kepada sesuatu sebagaimana halnya aku juga
menyerukan hal ini kepada kalian. Adapun orang yang diutus Isa bin Maryam ke tempat yang
dekat, ia tunduk dan patuh. Sementara orang yang diutus Isa bin Maryam ke tempat yang jauh, ia
enggan dan berat hati untuk melaksanakan tugas ini . Isa mengadukan itu kepada Allah, maka
jadilah orang-orang yang merasa keberatan itu dan setiap orang dari mereka jadi berbicara dengan
bahasa ummat kemana mereka diutus.
lalu Rasulullah mengutus beberapa orang dari sahabatnya untuk membawakan suratnya
kepada para raja yang berisi ajakan kepada Islam. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus
Dihyah bin Khalifah Al- Kalbi kepada Kaisar Byzantium Romawi, Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi
kepada Kisra Persia, Amr bin Umaiyah Adh-Dhamri kepada Najasyi, raja Habasyah, Hathib bin Abu
Balta'ah kepada Al-Muqaiqis di Iskandariyah, Amr bin Al-Ash As-Sahmi kepada Jaifar dan lyadh -
keduanya anak Al-Julunda Al-Azdi- raja Amman, Salith bin Amr salah seorang warga Bani Amir bin Luay
kepada Tsumamah bin Utsal dan Haudzah bin Ali -keduanya dari Bani Hanifah- raja Yamamah, Al-Ala'
bin Al- Hadhrami kepada Al-Mundzir bin Sawa Al- Abdi raja Al-Bahrain, dan Syuja' bin Wahb Al-Asadi
kepada Al-Harits bin Abu Syamr Al-Ghassani raja di perbatasan Syam.
Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah juga mengirim Syuja' bin Wahb kepada Jabalah bin Al-Aiham Al-
Ghassani dan Al-Muhajir bin Abu Umaiyah Al-Makhzumi kepada Al-Harits bin Abdu Kulal Al-Himyari,
raja Yaman.
Nama-nama Para Utusan Nabi Isa bin Maryam 'Alaihis-Salam
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang dari Al-Ha-wariyyun dan Al-Atba' (bukan pengikut Nabi Isa langsung,
tabiin) yang diutus Nabi Isa bin Maryam 'Alaihis salam keberbagai negeri ada- lah sebagai berikut:
Butrus (Peter, Petrus) Al- Hawari bersama Bulus (Paulus) -ia termasuk Al-Atba dan tidak termasuk Al-
Hawariyyun- ke negeri Romawi, Andarais (Andrew) dan Matta (Mathius) ke negeri yang warga nya
memakan daging manusia (kanibal), Thomas ke negeri Babilionia, negeri di timur, Philip ke
Qarthajannah (Chartage) yang tidak lain yaitu Afrika, Yohannes ke Afsus (Ephesus), desa tempat
tinggal anak muda ashabul kahfi, Ya'qubus (James) ke Yerusalem yang tidak lain yaitu Iliya', sebuah
desa di Baitul Maqdis, Ibnu Tsalma' (Bartholomew) kepada orang- orang Arab Baduy yang berada di
Hijaz, Si¬mon ke negeri Barbar, Yahuda (Judah) -ia tidak termasuk Al-Hawariyyun- ditempatkan Nabi
Isa bin Maryam di tempat Yudas.
Jumlah Perang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
Ibnu Hisyam berkata: Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai bercerita kepada kami dari Muhammad bin Ishaq
Al-Muthallabi ia berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berperang sebanyak dua puluh tujuh
kali. Perang-perang yang dilalui oleh beliau yaitu sebagai berikut:
1. Perang Waddan a.k.a Perang Al-Abwa'. 2. Perang Buwath di Radhwa. 3. Perang Al-Qusyairah di
lembah Yanbu'. 4. Perang Badar Pertama dalam rangka mencari Kurz bin Jabir. 5. Perang Badar Al-
Kubra yang mana di dalamnya tokoh-tokoh Quraisy banyak tewas. 6. Perang Bani Sulaim hingga tiba
di Al-Kudr. 7. Perang As-Sawiq dalam rangka mencari Abu Sufyan bin Harb. 8. Perang Ghathafan yakni
Perang Dzu Amar. 9. Perang Bahran di kawasan tambang di Al-Hijaz. 10. Perang Uhud. 11. Perang
Hamra'ul Asad. 12. Perang Bani An-Nadhir. 13. Perang Dzatu Ar-Riqa'. 14. Perang Badar Terakhir. 15.
Perang Dawmatul Al-Jandal. 16. Perang Khandaq. 17. Perang Bani Quraizhah. 18. Perang Bani Lahyan
dari suku Hudzail. 19. Perang Dzu Qarad. 20. Perang Bani Al-Mushthaliq dari suku Khuza'ah. 21. Perang
Al-Hudaibiyah dimana Rasulullah tidak menginginkan perang, sebab dilarang melaksanakan umrah
oleh kaum musyrikin 22. Perang Khaybar. 23. Umrahul Qadha'. 24. Perang Penaklukan Makkah. 25.
Perang Hunain. 26. Perang Thaif. 27. Perang Tabuk.
Jumlah Sariyah (Pasukan Tempur) Dan Misi Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Total misi dan sariyah (pasukan tempur) yang dikirim Rasulullah ialah tiga puluh
delapan, dengan rincian sebagai berikut: 1. Serangan Ubaidah bin Al-Harits di Tsaniyatul Marrah
Bawah. 2. Serangan Hamzah bin Abdul Muthalib ke pantai laut di daerah Al-Ish. 3. Serangan Sa'ad bin
Abu Waqqash ke Al-Kharrar. 4. Penyerbuan Abdullah bin Jahsy ke Nakhlah. 5. Serangan Zaid bin
Haritsah ke Al-Qaradah. 6. Serangan Muhammad bin Maslamah terhadap Ka'ab bin Al-Asyraf. 7.
Serangan Martsad bin Abu Martsad Al-Ghanawi ke Ar-Raji'. 8. Serangan Al-Mundzir bin Amr ke Bi'ru
Maunah. 9. Serangan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah ke Dzu Al-Qashshah di jalan ke Irak. 10. Serangan
Umar bin Khaththab ke Turbah, daerah di Bani Amir. 11. Serangan Ali bin Abu Thalib ke Yaman. 12.
Serangan Ghalib bin Abdullah Al-Kalbi yaitu Kalbi Laits ke Al-Kadid. Pada se-rangan ini , Ghalib
bin Abdullah Al-Kalbi berhasil mengalahkan Bani Al-Mulawwah. lalu 13. Serangan Ali bin Abu
Thalib ke Bani Abdullah bin Sa'ad dari warga Fadak. 14. Serangan Abu Al-Auja' As-Sulami ke Bani
Sulaim. Pada penyerbuan ini , Abu Al-Auja' dan sahabat-sahabatnya gugur sebagai syahid. 15.
Serangan Ukkasyah bin Mihshan ke Al-Ghamrah. 16. Serangan Abu Salamah bin Abdul Asad ke Qathan,
salah satu mata air Bani Asad dari arah Najd. Pada serangan ini , Urwah bin Mas'ud gugur sebagai
syahid. 17. Serangan Muhammad bin Maslamah ke saudara Bani Haritsah Al-Ouratha' dari Hawazin.
18. Serangan Basyir bin Sa'ad bin Murrah terhadap orang-orang Fadak. 19. Serangan Basyir bin Sa'ad
bin Murrah ke daerah di Khaybar. 20. Serangan Zaid bin Haritsah ke Al-Jamum, salah satu daerah Bani
Sulaim. 21. Serangan Zaid bin Haritsah ke Judzam, salah satu daerah di Khusyain. 22. Serangan Zaid
juga mengarah ke Tharaf di arah Nakhl, dari jalur Irak. Serangan Zaid bin Haritsah Pada Bani Fazarah
dan Terbunuhnya Ummu Qirfah 23. Serangan Zaid bin Haritsah ke Lembah Al-Qura. 24. Serangan
Abdullah bin Rawahah ke Khaybar dua kali. Di salah satu serangan- nya, Abdullah bin Rawahah berhasil
melukai Al-Yasir bin Rizam. 25. Serangan Abdullah bin Atik ke Khaybar. Di penyerbuan ini ,
Abdullah bin Atik berhasil membunuh Abu Rafi' bin Abu Al-Huqaiq. 26. Serangan Abdullah bin Unair
ke Khalid bin Sufyan bin Nubaih Al-Hudzali. 27. Serangan Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abu Thalib, dan
Abdullah bin Rawahah di Mu'tah, daerah di Syam. Pada perang ini , ketiga sahabat ini
gugur sebagai syuhada. 28. Serangan Ka'ab bin Umair AI-Ghifari ke Dzatu Athlah, daerah di Syam. Pada
serangan ini , Ka'ab bin Umair Al- Ghifari dan sahabat-sahabatnya terbunuh. 29. Serangan
Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah bin Badr ke Bani Al-Anbar, salah satu suku dari Bani Tamim. 30.
Serangan Ghalib bin Abdullah Al-Kalbi yaitu Kalbi Laits, ke daerah Bani Murrah. 31. Serangan Amr bin
Al-Ash ke Dzatu As-Salasil, salah satu daerah Bani Udzrah. 32. Serangan Ibnu Abi Hadrad atas Suku
Idham dan Pembunuhan Atas Amir bin Al-Adhbath al-Asyja'i. 33. Serangan Ibnu Hadrad Al-Aslami
untuk Membunuh Rifa'ah bin Qais al-Jusyami. 34. Serangan Abdurrahman bin Auf ke Dumatul Al-
Jandal. 35. Serangan Salim bin Umar untuk Membunuh Abu Afak. 36. Serangan Umair bin Adi Al-
Khathmi Untuk Membunuh Ashma binti Marwan. 37. Serangan Ali bin Abi Thalib ke Yaman, terjadi
sebanyak dua kali. 38. Ekspedisi Usamah bin Zaid ke Palestina.
Ibnu Hisyam berkata: "Itulah misi terakhir yang dikirim Rasulullah."
Bab 5
Saat Kematian Datang Menjemput; Episode-Episode Terakhir Rasulullah
Hidup di Dunia
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala kaum Muslimin tengah bersiap-siap untukberangkat bersama Usamah bin
Zaid, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam jatuh sakit, sebab Allah ingin memuliakannya dan
merahmatinya pada akhir Shafar atau awal Rabiul Awwal. Awal mula sakitnya Rasulullah, sebagaimana
dituturkan kepadaku, yaitu bahwa beliau keluar untuk menziarahi kuburan Baqi' Al-Gharqad pada
pertengahan malam untuk memintakan am- punan bagi para penghuninya, sesudah itupun beliau
pulang ke rumahnya. Dan keesokan harinya beliau jatuh sakit.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Umar bercerita kepadaku, dari Ubaid bin Jubair mantan budak Al-
Hakam bin Abu Al-Ash, dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Abu Muwaihibah, mantan budak
Rasulullah, ia bercerita: Menjelang tengah malam Rasulullah bersabda padaku: "Wahai Abu
Muwaihibah, aku diperintah agar memintakan ampunan bagi para penghuni kuburan Al-Baqi'. Maka,
ikutlah engkau bersamaku." lalu aku pun menemani beliau Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tatkala
berdiri di tengah-tengah kuburan Al-Baqi', Rasulullah bersabda: "As-Salamu 'Alaikum, wahai penghuni
kuburan, berbahagialah kalian semua dengan apa yang kalian rasakan di dalamnya, daripada apa yang
kini dirasakan manusia. Banyak cobaan kini datang bagaikan serpihan malam yang gelap gulita dimana
cobaan terakhir menyuSul cobaan pertama dan cobaan terakhir lebih buruk daripada cobaan
pertama." lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menghadapkan wajahnya kepadaku dan
bersabda: "Wahai Abu Muwaihibah, telah diberikan kepadaku kunci-kunci kekayaan dunia, keabadian
di dalamnya, dan surga, lalu aku perin tahkan untuk memilih di antaranya atau aku memilih dengan
pilihan bertemu Tuhanku dan surga." Aku berkata: "Wahai Rasulullah, ambillah kunci-kunci kekayaan
dunia, keabadian di dalamnya, dan surga." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak,
demi Allah, wahai Abu Muwaihibah, aku lebih mencintai bertemu dengan Tuhanku dan surga." sesudah
itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memohonkan ampunan bagi penghuni kuburan Al-Baqi',
sesudah itu pulang, dan esokna mulai sakit-sakitan yang membuatnya meninggal dunia.216
Ibnu Ishaq berkata: Yaqub bin Utbah bercerita kepadaku dari Muhammad bin Muslim Az-Zuhri dari
Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, dari Aisyah Radhiyallahu Anha, istri Rasulullah, ia
berkata: Sepulang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari kuburan Al-Baqi' beliau mendapatiku
sakit kepala. Aku berkata: "Aduh, kepalaku sakit sekali." Rasulullah bersabda: "Demi Allah, wahai
Aisyah, kepalaku ini justru jauh lebih sakit."
Aisyah berkata: lalu Rasulullah bersabda lagi: "Bagaimana kiranya jika engkau meninggal dunia
sebelum aku lalu engkau kumandikan dan kafani, sesudah itu ku shalati dan kukuburkan?" Aku berkata:
"Demi Allah, jika itu yang terjadi padaku engkau pasti pulang ke rumahku lalu bermesraan dengan
salah seorang istrimu." Mendengar itu Rasulullah tersenyum. Hari berganti hari sakit Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin parah.217 Walau demikian beliau tetap menyempatkan diri
mengunjungi istri-istrinya hingga akhirnya sakit beliau semakin parah tatkala beliau berada di rumah
Maymunah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu memanggil istri-istri beliau dan meminta izin
kepada mereka untuk dirawat di rumahku. Mereka memberi izin kepada beliau sehingga aku bisa
merawat beliau di rumahku.218
Perawatan Rasulullah di Rumah Aisyah
Ibnu Ishaq berkata: Yaqub bin Utbah bercerita kepadaku, dari Muhammad bin Muslim Az-Zuhri, dari
Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah, dari Aisyah Radhiyallahu Anha, istri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam, ia berkata: Dalam perjalanan pulang dari rumah salah seorang istrinya Rasulullah di papah oleh
dua orang, yaitu Al-Fadhl bin Al-Abbas dan seseorang lainnya hingga beliau masuk ke rumahku.
Ubaidillah berkata: Aku menanyakan Abdullah bin Abbas siapa orang itu, Abdullah bin Abbas berkata:
"Dia yaitu Ali bin Abu Thalib."
Aisyah melanjutkan: Rasulullah tidak sadarkan diri dan sakitnya pun bertambah parah. sesudah itu,
beliau bersabda: "Siramkan kepadaku tujuh gayung dari beragam sumur agar aku fit kembali dan
dapat keluar menemui orang-orang dan memberi wasiat kepada mereka. Aku mendudukkan beliau di
gentong air milik Hafshah binti Umar bin Khaththab dan menyiramkan air kepada beliau, hingga beliau
berkata: "Sudah cukup. Sudah cukup."
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Ayyub bin Basyir bercerita kepadaku bahwa Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar rumah menuju mimbar. Sesampainya di mimbar beliau duduk
lalu mendoakan para syuhada Perang Uhud, memintakan ampunan untuk mereka,
memperbanyak mengucapkan shawalat untuk mereka, lalu bersabda: "Sebetulnya salah seorang
hamba Allah diberi dua pilihan; dunia atau apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba ini memilih
apa yang ada di sisi-Nya" Abu Bakar menyadari bahwa yang beliau maksud dengan hamba pada
sabdanya yaitu beliau sendiri. Oleh sebab itu, ia spontan menangis. Abu Bakar berkata: "Biarkan
kami menebus engkau dengan jiwa kami dan anak-anak kami." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Tahanlah emosimu, wahai Abu Bakar." sesudah itu Rasulullah bersabda: "Lihatlah pintu-
pintu menuju masjid ini, lalu tutuplah semua kecuali rumah Abu Bakar, sebab aku tidak
dapatkan orang yang lebih baik persahabatannya denganku daripada Abu Bakar."
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: "Kecuali pintu Abu Bakar."
Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Abdullah bercerita kepadaku dari keluarga Abu Sa'id bin Al-
Ma'alli bahwa tatkala itu Rasulullah bersabda: "Seandainya aku boleh menjadikan seseorang sebagai
kekasihku, tentu aku pasti mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku, tapi yang ada hanyalah
persahabatan dan persaudaraan seiman hingga Allah menghimpun aku dengannya."219
Perintah Rasulullah Untuk Merealisasikan Pengiriman Pasukan Usamah bin Zaid
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair bercerita kepadaku, dari Urwah bin Zubair dan
ulama lain bahwa kaum muslimin mencoba menahan kepergian pasukan Usamah bin Zaid sewaktu
beliau sakit. Mereka mempersoalkan pengangkatan Usamah bin Zaid sebagai komandan perang.
Mereka berkata: "Rasulullah mengangkat anak yang terlalu muda untuk men
jadi komandan perang
padahal di sana ada sahabat-sahabat utama dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar."
Sesaat sesudah itu beliau keluar lalu duduk di atas mimbar. Rasulullah memuji Allah, menyanjung-Nya
dengan sanjungan yang pantas Dia terima, lalu bersabda: "Wahai manusia, jangan kalian
menghalang-halangi pengiriman pasukan Usamah bin Zaid. Aku bersumpah, jika kalian
mempersoalkan jabatan komandan perang Usamah, berarti kalian juga mempersoalkan jabatan
ayahnya sebelum itu, sebagai komandan. Sungguh Usamah sangat pantas mengemban amanah
ini sebagaimana ayahnya pantas menerimanya." lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam turun dari mimbar dan kaum Muslimin pun bersiap-siap untuk berangkat. Sementara itu
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin parah. Usamah bin Zaid bersama pasukannya
berangkat. Tatkala tiba di Al-Jurf, daerah yang berjarak satu farsakh dari Madinah, ia berhenti dan
memancang tenda di sana. Di sisi lain, sakit Rasulullah semakin kritis. Usamah bin Zaid dan pasukannya
tidak meneruskan perjalanan untuk memantau apa yang ditakdirkan Allah untuk Rasulullah.
Wasiat Rasulullah untuk Kaum Anshar
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Abdullah bin Ka'ab bin Malik bercerita kepadaku pada saat
Rasulullah mendoakan para syuhada' Uhud, memohonkan ampunan untuk mereka, dan menyebutkan
tentang mereka, beliau juga bersabda: "Wahai seluruh kaum Muhajirin, tetaplah kalian berbuat baik
terhadap kaum Anshar, sebab jumlah kalian terus terus bertambah, sedang tidaklah bertambah
kecuali sebagaimana keadaan mereka pada hari ini. Sebetulnya kaum Anshar yaitu pembelaku
dan tempat menjaga rahasiaku yang aku berlindung kepadanya. Maka berbuat baiklah kepada siapa
saja di antara mereka yang berbuat baik dan maafkan siapa saja di antara mereka yang melakukan
kesalahan."220
Abdullah berkata: sesudah itu Rasulullah turun dari mimbar lalu masuk ke rumahnya sementara
sakitnya semakin kritis hingga beliau tidak sadarkan diri.
Istri-istri Rasulullah seperti Ummu Salamah dan Maimunah, serta wanita-wanita kaum Muslimin
seperti Asma' binti Unais berkumpul di sekitar Rasulullah. Al-Abbas, paman Rasulullah, juga berada di
sisi beliau. Mereka sepakat untuk memasukkan obat ke mulut beliau. lalu Al-Abbas
memasukkan obat ke mulut Rasulullah. Tatkala siuman, beliau bersabda: "Siapa yang melakukan ini
terhadapku?" Orang-orang menjawab: "Wahai Rasullullah, pamanmu sendiri." Rasulullah bersabda:
"Itu yaitu obat yang dibawa wanita-wanita yang datang dari Habasyah. "Rasulullah bersabda lagi:
"Kenapa kalian berbuat seperti itu?" Al-Abbas menjawab: "Wahai Rasulullah, kami semua khawatir
engkau terkena serangan penyakit pleurisy (radang selaput dada)." Rasulullah bersabda: "Penyakit
ini tidak akan Allah timpakan kepadaku."221 Ibnu Ishaq berkata: Sa'id bin Ubaid As- Sabbaq
berkata padaku, dari Muhammad bin Usamah, dari ayahnya, Usamah bin Zaid Radhiyallahu Anhu, ia
berkata: "Tatkala sakit Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin kritis, aku dan anak buahku
pulang ke Madinah, lalu aku menemui Rasulullah yang pada saat itu diam tanpa mengeluarkan
sepatah kata apapun. Beliau menengadahkan tangan ke langit lalu meletekkar tangannya
kepadaku. Aku pun paham bahwj beliau sedang mendoakanku."222
Ibnu Ishaq berkata: Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata: "Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bercerita
kepadaku, dari Aisyah Radhiyallahu Anha ia berkata: "Saat itu, aku seringkali mendengar Rasulullah
bersabda: "Sebetulnya Allah hanya akan mewafatkan para nabi jika Dia sudah memberinya
pilihan." Menjelang wafat, ucapan terakhir yang aku dengar dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam yaitu : "Bersama teman yang paling tinggi di surga." Aku berkata: "Jika demikian, demi Allah,
Rasulullah tidak memilih kami dan tahulah aku bahwa beliaulah yang pernah bersabda kepada kami:
"Sebetulnya Allah hanya akan mewafatkan para nabi jika Dia sudah memberinya pilihan."223
Rasulullah Memerintahkan Abu Bakar Untuk Menjadi Imam Shalat
Az-Zuhri berkata: Hamzah bin Abdullah bin Umar bercerita kepadaku bahwa Aisyah Radhiyallahu Anha
berkata: Tatkala sakit Rasulullah bertambah parah, beliau bersabda: "Beritahukan orang-orang untuk
segera mengangkat Abu Bakar sebagai imam shalat bagi kaum muslimin." Aku berkata: "Wahai Nabi
Allah, Sebetulnya Abu Bakar yaitu sosok melankolis, bersuara rendah, dan sering menangis
jika sedang membaca Al-Qur'an." Rasulullah tetap bersabda: "Perintahkan Abu Bakar untuk
menjadi imam shalat bagi kaum muslimin." Aku memberi masukan seperti tadi kepada Rasulullah,
lalu beliau menanggapi: "Kalian hampir sama dengan sahabat-sahabat Yusuf. Segera
perintahkan Abu Bakar menjadi imam shalat bersama kaum muslimin." Demi Allah, aku tetap berkata
seperti itu agar tugas imam tidak diserahkan kepada Abu Bakar dan sebab aku tahu bahwa orang-
orang tidak menyukai seseorang yang berdiri menggantikan tempat beliau serta bahwa mereka akan
mencelanya jika melakukan kesalahan. Aku ingin agar tugas ini tidak dibebankan kepada Abu
Bakar."224
Ibnu Ishaq berkata: Ibnu Syihab berkata: Abdul Malik bin Abu Bakr bin Abdurrahman bin Al-Harits bin
Hisyam bercerita kepadaku, dari ayahnya, dari Abdullah bin Zam'ah bin Al-Aswad bin Al-Muthalib bin
Asad, ia berkata: "Tatkala sakit Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin parah, aku berada di
tempat beliau bersama beberapa orang dari kaum Muslimin. Bilal bin Rabah mengumandangkan
adzan shalat, lalu Rasulullah bersabda: "Perintahkan seseorang mengimami orang-orang untuk
shalat." Aku segera keluar, ternyata Umar bin Khaththab sudah berada di tengah-tengah kaum
Muslimin. Aku berkata: "Wahai Umar, berdirilah dan imamilah orang-orang untuk shalat." Umar bin
Khaththab pun berdiri. Tatkala ia bertakbir, Rasulullah mendengar suaranya yang sangat lantang,
lalu beliau bersabda: "Dimana Abu Bakar? Allah dan kaum Muslimin tidak menginginkan ini
semua. Allah dan kaum Muslimin tidak menginginkan ini semua."225 Abu Bakar pun lalu dicari. sesudah
lama dicari akhirnya Abu Bakar datang lalu Ia mengimami shalat kaum Muslimin. Umar bin Khaththab
bercerita kepadaku: "Sial wahai anak Zam'ah, apa yang sebenarnya terjadi? Demi Allah, tatkala engkau
menyuruhku untuk menjadi imam kaum muslimin, aku pikir Rasulullah memerintahkan itu padamu.
Andaikata aku tahu Rasulullah tidak menyuruhmu seperti itu, aku tidak akan mau menjadi imam kaum
Muslimin." Aku berkata: "Demi Allah, Rasulullah tidak menyuruhku seperti itu. Hanya saja tatkala aku
tidak mendapatkan Abu Bakar, maka aku memandangmu sebagai orang yang paling pantas menjadi
imam bagi kaum muslimin."
Hari Dimana Allah Mencabut Nyawa Nabi-Nya
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu bercerita kepadaku bahwa
pada hari Senin, hari dimana Rasulullah wafat, beliau keluar melihat kaum Muslimin yang sedang
menunaikan shalat Shubuh. Beliau mengangkat kain penutup kamarnya lalu keluar berdiri di pintu
Aisyah. Kaum Muslimin hampir saja membatalkan shalat mereka tatkala mereka melihat beliau sebab
demikian riang gembira. Mereka merenggangkan shaf agar beliau dapat berjalan ke tempat imam,
namun beliau memberi isyarat kepada mereka agar tetap berada dalam shalat. Rasulullah tersenyum
bahagia melihat shalat kaum Muslimin dan aku belum pernah melihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam berpenampilan indah mempesona seindah Shubuh hari itu. sesudah itu, Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam pulang begitu juga dengan kaum Muslimin lainnya yang kali ini sangat yakin bahwa
beliau telah sembuh dari sakitnya.
Ibnu Ishaq berkata: Abu Bakar bin Abdullah bin Abu Mulaikah bercerita kepadaku bahwa pada h&ri
Senin, Rasulullah keluar dari kamarnya menuju masjid untuk menunaikan shalat Shubuh. Tatkala
Rasulullah berada di masjid, kaum Muslimin merasa lega dan Abu Bakar pun tahu bahwa kaum
Muslimin berbuat seperti itu demi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Oleh sebab itulah, Abu
Bakar melangkah mundur dari tempat imam, namun Rasulullah mendorongnya dari belakang sambil
bersabda: "Tetaplah engkau menjadi imam shalat untuk kaum muslimin." Rasulullah duduk di samping
Abu Bakar dan bertakbir melaksanakan shalat sambil duduk di sebelah kanan Abu Bakar. Seusai shalat,
Ra-sulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berbicara kepada kaum Muslimin dengan nada yang tinggi
hingga suaranya keluar dari pintu masjid. Rasulullah bersabda: "Wahai manusia, neraka telah
dinyalakan dan terus berkobar-kobar dan beragam ujian telah datang bagaikan serpihan malam yang
malam gelap gulita. Demi Allah, kalian tidak bisa meletakkan tugas kewajibanku. Sungguh aku tidak
menghalalkan apapun kecuali yang dihalalkan Al-Qur'an dan tidak mengharamkan apapun kecuali
yang diharamkan Al-Qur'an."
Seusai Rasulullah bersabda seperti itu, Abu Bakar berkata: "Wahai Nabi Allah, pada pagi ini engkau
sungguh terlihat berada dalam nikmat Allah dan keutamaan-Nya sebagaimana yang kami harapkan.
Hari ini yaitu hari Bintu Kharijah, bolehkah aku datang menemuinya? Rasulullah bersabda: "Ya." Abu
Bakar pun pulang ke rumahnya di kebun Sunh.
AI-Abbas dan Ali Menjenguk Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Abdullah bin Ka'ab bin Malik bercerita kepadaku, dari Abdullah
bin Abbas Radhiyallahu An- Ziuma, ia berkata: "Pada hari Senin ini kaum muslimin menanti-nanti
kabar Rasulullah dari Ali bin Abu Thalib yang kala itu telah keluar dari kediaman Rasulullah. Mereka
berkata: "Wahai Abu Hasan, bagaimana kondisi Rasulullah pada pagi ini?" Ali bin Abu Thalib
menjawab: "Alhamdulillah, pagi ini beliau sehat bugar." Al-Abbas bin Abdul Muthalib memegang
tangan Ali bin Abu Thalib, lalu berkata: "Wahai Ali, sesudah tiga hari engkau akan menjadi
seorang budak." Al-Abbas bin Abdul Muthalib berkata lagi: "Aku bersumpah dengan nama Allah,
sungguh aku melihat rona kematian di wajah Rasulullah sebagaimana pemah aku lihat pada wajah-
wajah Bani Al-Muthalib. Mari kita masuk ke tempat Rasulullah. Jika perkara siapa penerus beliau
berada di tangan kita maka kita akan mengetahuinya, namun jika perkara ini diberikan kepada
orang selain kita maka kita minta beliau berwasiat untuk kita kepada manusia. Ali bin Abu Thalib
berkata kepada Al-Abbas bin Abdul Muthalib: "Demi Allah, aku tidak mau melakukannya. Demi Allah,
jika perkara ini tidak diserahkan kepada kita, maka ia tidak akan diberikan kepada siapa pun sepening-
gal beliau. lalu Rasulullah wafat tatkala matahari telah naik memasuki waktu dhuha pada hari
itu."
Rasulullah Wafat di Pangkuan Aisyah
Ibnu Ishaq berkata: Yaqub bin Utbah bercerita kepadaku dari Az-Zuhri, dari Urwah, hari itu, Rasulullah
pulang dari Masjid beliau lalu berbaring di atas pangkuanku. Tiba-tiba masuklah Ali bin Abu
Thalib dan seseorang dari keluarga Abu Ba- kar dengan membawa siwak berwarna hijau. Rasulullah
Shalllahu 'Alaihi wa Sallam melihat siwak yang ada di tangan sahabat ini dan dari isyarat itu aku
memahami bahwa beliau menginginkan siwak ini . Aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah
engkau mau aku beri siwak ini?" Rasulullah menjawab: "Ya." Aku ambil siwak lalu mengunyahnya
hingga lembek, dan memberi nya kepada Rasulullah. Lalu beliau menggosok giginya dengan siwak
ini dan sejujurnya aku belum per- nah melihat beliau menggosok giginya seperti itu sebelumnya,
lalu beliau meletakkan siwak ini . Aku rasa tubuh Rasulullah terasa berat di pangkuanku.
Aku lihat wajah beliau, ternyata pandangan beliau terbuka tajam. Beliau bersabda: "Bersama
temanyang paling tinggi di surga." Aku berkata kepada Rasulullah: "Engkau diperintah untuk memilih,
lalu engkau engkau telah memilih. Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran." lalu
Rasulullah wafat.226
Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair bercerita kepadaku, dari ayahnya, Abbad,
ia berkata: Aku mendengar Aisyah Radhiyallahu Anha berkata: "Rasulullah wafat di pangkuanku dan
pada hari giliranku. Aku tidak pernah menzalimi siapa pun. Oleh sebab kebodohanku sebab masih
dan memukul wajahku bersama wanita-wanita yang-lain."227
Isteri-Isteri Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wa Sallam Ibunda Orang-orang Beriman
Ibnu Hisyam berkata: Istri-istri yang dinikahi Rasulullah yaitu sebagai berikut:
1. Khadijah binti Khuwailid
Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu Anha merupakan istri pertama Rasulullah. Beliau dinikahkan
dengan Rasulullah oleh ayah Khadijah sendiri, Khuwailid bin Asad. Ada yang menuturkan oleh
saudaranya, Amr bin Khuwailid. Rasulullah menikahi Khadijah binti Khuwailid dengan mahar dua puluh
ekor anak unta. Khadijah binti Khuwailid melahirkan seluruh putera-puteri Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam, kecuali puteranya Ibrahim. Sebelum pernikahannya dengan Rasulullah Khadijah binti
Khuwailid pernah menikah dengan Abu Halah bin Malik salah seorang warga Bani Usaid bin Amr bin
Tamim, sekutu Bani Abduddar dan melahirkan Hindun bin Abu Halah dan Zainab binti Abu Halah.
Sebelum pernikahannya dengan Abu Halah, Khadijah binti Khuwailid bersuamikan Atiq bin Abid bin
Abdullah bin Umar bin Makhzum dan melahirkan Abdullah dan Jariyah.
Ibnu Hisyam berkata: Jariyah menikah dengan Shayfi bin Abi Rifa'ah.
2. Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq
Rasulullah menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq di Makkah pada saat Aisyah berusia
tujuh tahun dan menggaulinya di Madinah tatkala usianya sudah baligh. Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam tidak menikahi seorang gadis manapun selain Aisyah binti Abu Bakar. Abu Bakar
menikahkan beliau dengan Aisyah dengan mahar empat ratus dirham.
3. Saudah binti Qais bin Abdu Syams
Rasulullah menikah dengan Saudah binti Qais bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin
Hisl bin Amir bin Luay. Adapun yang menikahkan beliau dengannya yaitu Salith bin Amr dengan
mahar empat ratus dirham. Ada pula yang mengatakan bahwa yang menikahkan yaitu Abu Hathib
bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl, dengan mahar empat ratus
dirham.
Ibnu Hisyam berkata: Ibnu Ishaq menukil riwayat berseberangan dengan kisah ini, di mana ia pernah
menyebutkan bahwa Salith bin Amr dan Abu Hathib bin Amr berada di daerah Habasyah tatkala
pernikahan ini terjadi. Sebelum diperistri Rasulullah, Saudah binti Zam'ah bersuamikan As-
Sakran bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl.
4. Zainab binti Jahys
Rasulullah menikah dengan Zainab bintitsah, mantan budak Rasulullah. Tentang Zainab binti Jahsy,
Allah menurunkan firman-Nya berikut:
Dan (ingatlah), tatkala kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya
dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada
Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan
kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala
Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan kamu dengan dia
supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat
mereka, jika anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan
yaitu ketetapan Allah itu pasti terjadi. (QS. al-Ahzab: 37).
5. Ummu Salamah binti Abu Umaiyah
Rasulullah menikah dengan Ummu Salamah binti Abu Umaiyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumiyah –
Ummu Salamah bernama Hindun- beliau dinikahkan oleh anak Ummu Salamah sendiri, yakni Salamah
bin Abu Salamah dengan mahar kasur yang dibungkus pelepah pohon kurma, gelas, mangkuk, dan alat
penggilingan. Sebelumnya Ummu Salamah telah menikah dengan Abu Salamah bin Abdul Asad. Nama
Abu Salamah yaitu Abdullah. Dari pernikannya dengan Abu Salamah Ummu Salamah punya anak
Salamah, Umar, Zainab, dan Ruqaiyah.
6. Hafshah binti Umar bin Khaththab
Rasulullah menikah dengan Hafshah binti Umar bin Khaththab yang dinikahkan langsung oleh ayahnya
sendiri, Umar bin Khaththab dengan mahar empat ratus dirham. Sebelumnya, Hafhshah telah
bersuamikan Khunais bin Hudzafah As-Sahmi.
7. Ummu Habibah binti Abu Sufyan
Rasulullah menikah dengan Ummu Habibah -nama aslinya Ramlah- binti Abu Sufyan bin Harb. Adapun
yang menikahkannya yaitu Khalid bin Sa'id bin Al-Ash, tatkala keduanya berada di Habasyah, dengan
mahar empat ratus dinar yang diberikan Najasyi mewakili Rasulullah. Najasyi pula lah yang melamar
Ummu Habibah untuk Rasulullah. Sebelum itu, Ummu Habibah bersuamikan Ubaidillah bin Jahsy Al-
Asadi
8. Juwairiyah binti Al-Harits
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menikah dengan Juwairiyah binti Al-Harits bin Abu Dhirar Al-
Khuzaiyah. Sebelumnya, Juwairiyah binti Al-Harits masuk dalam tawanan perang Bani Al-Musthaliq
dari Khuzaah. Dalam pembagian tawanan wanita, ia diambil Tsabit bin Asy-Syammas Al-Anshari dan
dijadikan pemiliknya, lalu
Juwairiyah menebus dirinya dari Tsabit bin Asy-Syammas Al-Anshari dengan cara mencicil. Untuk itu,
Juwairiyah meminta bantuan Rasulullah untuk pembebasan dirinya. Rasulullah bersabda: "Maukah
engkau pada sesuatu yang lebih baik?" Juwairiyah binti Al-Harits berkata: "Apa itu, wahai Nabi Allah?"
Rasulullah bersabda: "Aku akan melunasi uang pembebasan dirimu, lalu menikahimu." Juwairiyah
binti Al-Harits menjawab: "Saya mau." lalu Rasulullah menikahinya.228
Ibnu Hisyam berkata: Kisah di atas disampaikan kepadaku oleh Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai, dari
Muhammad bin Ishaq, dari Muhammad bin Ja'far bin Zubair, dari Urwah, dari Aisyah Radhiyallahu
Anhurm"
9. Shafiyah binti Huyay
Rasulullah menikah dengan Shafiyah binti Huyay bin Akhthab, tawanan yang didapatkan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari Khaybar, lalu beliau memilihnya untuk dinikahinya. Rasulullah
mengadakan resepsi pernikahannya dengan Shafiyah binti Huyay bin Akhthab dengan hidangan ala
kadarnya, hanya berupa tepung dan kurma. Sebelum itu, Shafiyah binti Huyay bin Akhthab
bersuamikan Kinanah bin Ar-Rabi' bin Abu Al-Huqaiq.
10. Maimunah binti Al-Harits
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menikah dengan Maimunah binti Al-Harits bin Hazn bin Bajir
bin Huzam bin Ruaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Sha'sha'ah. Beliau dinikahkan oleh Al-Abbas
bin Abdul Muthalib dengan mahar empat ratus dirham yang dibayar Al-Abbas bin Abdul Muthalib atas
nama beliau. Sebelum itu, Maymunah binti Al-Harits bersuamikan Abu Ruhm bin Abdul Uzza bin Abu
Qais bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir bin Luay. Ada yang menceritakan bahwa
Maimunah binti Al-Harits sendirilah yang menyerahkan dirinya kepada Rasulullah. Kala lamaran beliau
kepadanya ia terima saat sedang mengendarai untanya, lalu ia berkata: "Unta ini dan apa saja
yang ada di atasnya (termasuk dirinya) yaitu milik Allah dan Rasul-Nya." sesudah itu Allah Ta'ala
menurunkan ayat,
Dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau menikahinya,
sebagaipengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. (QS. al-Ahzab: 50).
Ada yang menyebutkan bahwa wanita Mukminah yang menyerahkan dirinya kepada Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam pada ayat di atas ialah Zainab binti Jahsy.
Ada pula yang menyebutkan bahwa wanita Mukminah yang dimaksud ayat di atas ialah Ummu Syuraik
- yang bernama asli Ghaziyah- binti Jabir bin Wahb dari Bani Munqidz bin Amr bin Ma'ish bin Amir bin
Luay atau wanita dari Bani Salamah bin Luay, lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
menangguhkan masalahnya.
11. Zainab binti Khuzaimah
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menikah dengan Zainab binti Khuzaimah bin Al-Harits bin
Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha'sha'ah. Zainab binti Khuzaimah digelari
Ummu Al-Masakin (ibunda orang-orang miskin), sebab rasa cinta dan empatinya yang tinggi kepada
mereka. Qabishah bin Amr Al-Hilali yaitu orang yang menikahkan beliau dengan Zainab binti
Khuzaimah dengan mahar empat ratus dirham. Sebelum itu, Zainab binti Khuzaimah bersuamikan
Ubaidah bin Al-Harits bin Al- Muthalib bin Abdu Manaf. Sebelum diperistri Ubaidah bin Al-Harits, ia
bersuamikan Jahm bin Amr bin Al-Harits, anak pamannya.
Kesebelas istri itulah yang digauli Rasulullah. Istri Rasulullah yang meninggal dunia sebelum beliau
meninggal ada dua orang: Khadijah binti Khuwailid dan Zainab binti Khuzaimah. Dengan demikian
Rasulullah wafat dengan meninggalkan sembilan istri.
Ada dua istri yang tidak digauli Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, yaitu: 1. Asma' binti An-Nu'man
Al-Kindiyah, sebab ia memiliki penyakit keputihan, lalu beliau mengembalikannya kepada
keluarganya. 2. Amrah binti Yazid Al-Kilabiyah, ia tidak digauli sebab tatkala ia tiba di tempat
Rasulullah, ia malah berlindung diri dari beliau, lalu beliau bersabda: Orang yang seperti ini tidak
bisa dipertahankan." sesudah itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengembalikan Amrah binti
Yazid kepada keluarganya.
Ada yang menuturkan bahwa wanita yang berlindung diri dari Rasulullah ialah Kindiyah anak
perempuan paman Asma' binti An- Nu'man. Ada juga yang menceritakan bahwa Rasulullah memanggil
Kindiyah lalu ia berkata: "Aku yaitu orang yang didatangi dan bukan yang disuruh datang."
lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengembalikan Kindiyah kepada keluarganya.
Istri-istri Rasulullah yang berasal dari Quraisy ada enam orang. Mereka yaitu sebagai berikut: 1.
Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay.
2. Aisyah binti Abu Bakar bin Abu Quhafah bin Amir bin Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah
bin Ka'ab bin Luay 3. Hafshah binti Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Abdullah bin
Qursth bin Riyah bin Rizah bin Adi bin Ka'ab bin Luay 4. Ummu Habibah bin Abu Sufyan bin Harb bin
Umaiyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay 5. Ummu
Salamah binti Abu Umaiyah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqadzah bin
Murrah bin Ka'ab bin Luay 6. Saudah binti Zam'ah bin Qais bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr
bin Malik bin Hisl bin Amir bin Luay.
Sedangkan istri-istri Rasulullah yang berasal dari wanita-wanita Arab selain Quraisy dan selain orang
Arab ada tujuh. Mereka yaitu sebagai berikut: 1. Zainab binti Jahsy bin Riab bin Ya'mar bin Shabrah
bin Murrah bin Kabir bin Ghanm bin Daudan bin Asad bin Khuzaimah. 2. Maimunah binti Al-Harits bin
Hazn bin Bahir bin Huzam bin Ruaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Shasha'ah bin Muawiyah bin
Bakr bin Hawazin bin Manshur bin Ikrimah bin Khashafah bin Qais bin Ailan. 3. Zainab binti Khuzaimah
bin Al-Harits bin Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha'sha'ah bin Muawiyah. 4.
Ju- wairiyah binti Al-Harits bin Abu Dhirar Al- Khuzaiyah lalu AI-Mushthalaqiyah. 5. Asma binti
An-Nu'man Al-Kindiyah. 6. Amrah binti Yazid Al-Kilabiyah. 7. Dan seorang isterinya yang berasal dari
selain Arab ada satu, yaitu Shafiyah bin Huyay bin Akhthab dari Bani An-Nadhir.
Bab 6
Abu Bakar Ash-Shiddiq Dipilih secara Aklamasi oleh Mayoritas Muhajirin
dan Anshar Menjadi Khalifah (Pengganti) Rasulullah
bnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Sa'id bin Al-Musaiyyab bercerita kepadaku, dari Abu Hurairah
Radhiyallahu Anhu, ia berkata: Tatkala Rasulullah wafat, Umar bin Khaththab berdiri, lalu
berkata: "Beberapa orang munafik menyangka bahwa Rasulullah telah wafat. Demi Allah, Rasulullah
tidak wafat, ia hanya pergi menemui Tuhannya sebagaimana Nabi Musa yang pergi dari kaumnya
selama empat puluh hari lalu kembali kepada mereka sesudah dikabarkan bahwa beliau telah
wafat. Demi Allah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pasti kembali sebagaimana Nabi Musa,
lalu beliau pasti memotong tangan dan kaki orang-orang yang berkata bahwa Rasulullah telah
wafat.
Sikap Abu Bakar Radhiyallahu Anhu sesudah Wafatnya Rasulullah
Tatkala kabar ini datang maka Abu Bakar Radhiyallahu Anhu bergegas datang lalu berhenti di
pintu masjid, sementara Umar bin Khaththab masih berbicara di depan kerumunan kaum muslimin.
Abu Bakar tidak menghiraukan hal ini dan tetap fokus menuju rumah Aisyah tempat Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam wafat. Tatkala itu, wajah Rasulullah ditutup dengan pakaian di sudut
rumah. Abu Bakar Radhiyallahu Anhu mendekat kepada Rasulullah, menyingkap wajahnya lalu
mendekatinya dan menciumnya. Abu Bakar berkata: "Kematian yang telah ditetapkan Allah
kepadamu, kini telah engkau rasakan dan sesudah itu engkau tidak akan lagi merasakan kematian
selama-lamanya." Abu Bakar menutup kembali wajah Rasulullah, lalu keluar. Sementara itu Umar bin
Khaththab masih berbicara pada manusia. Abu Bakar berkata: "Berhentilah bicara wahai Umar." Umar
bin Khaththab menolak untuk berhenti. Tatkala Abu Bakar melihat Umar bin Khaththab tidak juga mau
diam, ia menemui kerumunan manusia. Tatkala manusia mendengar suara Abu Bakar, mereka
mendekat kepadanya dan meninggalkan Umar bin Khaththab. Abu Bakar memuji Allah dan
menyanjung-Nya, lalu berkata:
"Wahai manusia, barangsiapa menyembah Muhammad, maka Sebetulnya dia telah meninggal
dunia. Namun barangsiapa menyembah Allah, maka ketahilah Allah senantiasa Hidup dan tidak akati
pernah mati." sesudah itu, Abu Bakar membaca firman Allah Ta'ala:
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya bebe- rapa orang
rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang
berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah
akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran: 144).
Demi Allah, seakan-akan orang-orang yang hadir tidak tahu kalau ayat di atas telah diturunkan dan
seakan-akan mereka baru mengetahui tatkala dibacakan Abu Bakar. Mereka mengambil ayat ini
dari Abu Bakar dan mereka pun mengucapkan dengan mulutnya. Abu Hurairah berkata: Umar bin
Khaththab berkata: "Demi Allah, tatkala Abu Bakar membaca ayat di atas, aku tersadar dari apa yang
aku katakan hingga akupun jatuh ke tanah sebab kedua kakiku tidak sanggup lagi menahan jasadku.
Saat itulah, aku baru menyadari bahwa Rasulullah benar-benar telah tiada. "
Peristiwa Saqifah (Hall) Bani Saidah
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rasulullah wafat, kaum Anshar mengunggulkan Saad bin Ubadah di saqifah
(hall) Bani Saidah sebagai pengganti Nabi. Ali bin Abu Thalib bersama Zubair bin Awwam, dan Thalhah
bin Ubaidilah, mengisolasi diri di rumah Fathimah, sedangkan kaum Muhajirin umumnya
mengunggulkan Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan Usaid bin Hudhair di Bani Abdul Asyhal. Tiba-
tiba seseorang datang kepada Abu Bakar dan Umar bin Khaththab lalu berkata: "Sebetulnya kaum
Anshar lebih memilih Sa'ad bin Ubadah di saqifah (hall) Bani Saidah. Jika kalian berdua ada keperluan,
segeralah pergi ke tempat mereka, sebelum perkara ini tak bisa dibendung." Saat itu, jenazah
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam belum diurus dan pintu rumah beliau ditutup oleh keluarga
beliau. Umar bin Khaththab berkata kepada Abu Bakar: "Marilah kita pergi kepada saudara-saudara
kita dari kaum Anshar sebelum hal-hal yang diinginkan terjadi."
Ibnu Ishaq berkata: Peristiwa ini mulai terjadi tatkala kaum Anshar berkumpul di Saqifah, Abdullah bin
Abu Bakr bercerita kepadaku, dari Ibnu Syihab Az-Zuhri, dari Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin
Mas'ud, dari Abdullah bin Abbas dari Abdurrahman bin Auf. Abdullah bin Abbas berkata: Umar bin
Khaththab berkhutbah: "Janganlah seseorang terpedaya lalu menyatakan bahwa pembaiatan Abu
Bakar yaitu tidak disangka-sangka dan spontan begitu saja. Sebetulnya pembaiatan Abu Bakar
telah terjadi seperti itu dan Allah telah menjauhkan keburukan pembaitan ini dan tidak ada di
antara kalian orang yang sekelas Abu Bakar. Maka barangsiapa membaiat seseorang tanpa
bermusyawarah dengan kaum Muslimin, baiatnya tidak sah juga tidak sah orang yang membaiat orang
ini dengan terpaksa, dan keduanya harus dihabisi. Sebetulnya di antara berita tentang kami
tatkala Rasulullah wafat bahwa kaum Anshar tanpa sepengetahuan kami berkumpul dengan tokoh-
tokoh mereka di saqifah Bani Saidah. Ali bin Abu Thalib, Zubair bin Awwam, dan orang-orang yang ikut
dengan keduanya juga tidak sependapat dengan kami, sedang kaum Muhajirin berpihak kepada Abu
Bakar. Aku berkata kepada Abu Ba- kar: "Mari kita datangi saudara-saudara kita kaum Anshar di sana."
Kami pun berangkat menuju tempat mereka hingga bertemu dengan dua orang shalih. Kedua orang
ini menceritakan apa yang telah disepakati di te- ngah kaum Anshar. Kedua orang shalih
ini bertanya: "Wahai orang-orang Muhajirin, kemana kalian akan pergi?" Kami menjawab: "Kami
hendak pergi menuju tempat kaum Anshar." Kedua orang shalih ini berkata: "Hai orang-orang
Muhajirin, janganlah kalian mendekati mereka, namun selesaikan urusan kalian." Aku berkata: "Demi
Allah, aku tetap akan pergi kepada mereka." Kami tetap berjalan hingga tiba di tempat mereka di
saqifah Bani Saidah. Ternyata di tengah-tengah kaum Anshar ada seseorang yang berselimut. Aku
bertanya: "Siapakah orang itu?" Kaum Anshar menjawab: "Dia Sa'ad bin Ubadah." Aku bertanya^
"Kenapa ia mengenakan selimut?" Kaum Anshar menjawab: "sebab ia sedang sakit." Tatkala kami
duduk, orator kaum Anshar bersyahadat, memuji Allah dengan pujian yang pantas diterima-Nya, dan
berkata: "Amma ba'du. Kami kaum Anshar dan pasukan Islam, sedang kalian, wahai kaum Muhajirin
yaitu bagian dari kami. Sungguh, beberapa orang dari kalian berjalan pelan-pelan, ternyata mereka
ingin memutus kami dari asal-usul kami dan merampas perkara ini (pengganti Nabi) sendirian tanpa
keikutsertaan kami. sesudah orator itu diam, aku ingin berbicara, sebab sebelumnya aku telah
menyiapkan ucapan yang aku sendiri mengaguminya dan aku ingin mengucapkannya
di depan Abu Bakar. Aku menyembunyikan sikap kerasku sebagai bentuk hormatku kepada Abu Bakar.
Abu Bakar berkata: "Tahan dirimu, wahai Umar." Dan akupun menahan diriku sebab tidak mau
membuat Abu Bakar marah. sesudah itu, Abu Bakar berbicara dan ia jauh lebih mengerti dan lebih
tenang daripada aku. Demi Allah, Abu Bakar mengucapkan semua perkataan indah yang telah aku
siapkan dengan baik-baiknya, sama atau bahkan lebih baik dari yang aku siapkan. Abu Bakar diam
sejenak lalu berkata lagi: "Adapun kebaikan memang berada pada kalian sebagaimana yang kalian
katakan, dan kalian memang berhak memilikinya. Tapi, orang-orang Arab hanya tahu bahwa perkara
(memilih pengganti Nabi) ini yaitu hak orang-orang Quraisy, sebab mereka orang-orang Arab yang
paling baik nasab dan negerinya. Sungguh aku menerima dengan hati terbuka dan lapang dada untuk
menjadi pemimpin kalian salah seorang dari dua orang ini (Umar dan Abu Ubaidah). Maka baiatlah di
antara keduanya yang mana yang kalian sukai." Abu Bakar memegang tanganku dan tangan Abu
Ubaidah bin Al-Jarrah yang pada saat itu duduk di antara kami. Tidak ada ucapan Abu Bakar yang lebih
aku benci kecuali ucapan terakhir ini . Demi Allah, jika aku dibawa ke depan mereka lalu
aku dibunuh jika itu tidak mendekatkanku kepada dosa, itu lebih aku sukai daripada aku harus
memimpin kaum yang di dalamnya ada Abu Bakar.
Seorang laki-laki dari kaum Anshar berkata: "Akulah orang yang diambil pendapatnya oleh kaum
Anshar, tempat pohon kurma yang menjadi tempat berlindung berlindung kaum Anshar dan tokoh
terpenting mereka. Wahai orang-orang Quraisy, hendaknya ada satu pemimpin yang harus berasal
dari kami dan satu peminpin dari kalian." Maka terjadilah kerusuhan gara-gara ucapannya ini ,
suara-suara semakin meninggi, dan aku khawatir sekali terjadi konflik. Aku segera berkata: "Wahai
Abu Bakar, ulurkan tanganmu." Abu Bakar lalu mengulurkan tangannya, lalu aku membaiatnya
diikuti kaum Muhajirin, dan kaum Anshar.
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkat: Urwah bin Zubair bercerita kepadaku bahwa salah satu dari dua
warga Anshar yang berpa- pasan dengan kaum Muhajirin tatkala mereka pergi menuju saqifah Bani
Saidah ialah Uwaim bin Saidah dan orang satunya lagi ialah Ma'nu bin Adi, warga Bani Al-Ajlan.
Mengenai Uwaim bin Saidah, dituturkan kepadaku bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang siapa
yang dimaksud dalam firman Allah Ta'ala:
Di dalamnya ada orang-orangyang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang
bersih. (QS. at-Taubah: 108).
Orang terbaik dari mereka ialah Uwaim bin Saidah. Sementara mengenai Ma'nu bin Adi, diwartakan
kepadaku bahwa orang-orang menangisi Rasulullah tatkala Allah mewafatkan beliau. Mereka berkata:
"Demi Allah, kami ingin diwafatkan sebelum Rasulullah sebab kami khawatir akan munculnya fitnah
yang menimpa kami sepeninggal beliau." Ma'nu bin Adi berkata: "Sedangkan aku, demi Allah,
menginginkan sebaliknya. Aku belum ingin wafat sebelum beliau, agar aku terus konsisten
membenarkan beliau tatkala beliau telah tiada sebagaimana aku telah membenarkan beliau semasa
hidupnya."
Ma'nu bin Adi gugur sebagai syahid pada Perang Yamamah pada masa kekhalifahan Abu Bakar, pada
saat memerangi Musailamah Al-Kadzdzab.
Pidato Umar bin Khaththab Sebagai Pengantar Baiat Abu Bakar
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri bercerita kepadaku, ia berkata: Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu
memberitakan kepadaku bahwa usai Abu Bakar dilantik dan dibaiat menjadi khalifah di saqifah Bani
Saidah, lalu keesokan harinya, Abu Bakar duduk di atas mimbar. Saat itulah Umar bin Khaththab berdiri
berpidato untuk memberi pengantar pidato Abu Bakar. Umar bin Khaththab memuji Allah,
menyanjung-Nya dengan sanjungan yang pantas diterima-Nya, ia berkata:
"Wahai manusia sekalian, kemarin aku telah khilaf berbicara yang menyelisihi Kitabullah dan ucapanku
bukanalah wasiat yang diwasiatkan Rasulullah kepadaku. Namun telah diwartakan padaku bahwa
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam akan mengatur segala urusan kita. Sebetulnya Allah Ta'ala
telah mewariskan kalian Kitab-Nya yang dengannya Dia membimbing Rasul-Nya. Jika kalian berpegang
teguh kepada Kitabullah, Allah akan membimbing kalian sebagaimana Dia membimbing Rasulullah.
Sebetulnya Allah telah menghimpun urusan kalian kepada orang terbaik kalian, sahabat Rasulullah,
dan salah satu dari dua orang tatkala keduanya berada di dalam Gua Hira. Maka berbaiatlah kalian
kepadanya."
Orang-orang pun bersegera membaiat Abu Bakar dengan baiat umum sesudah baiat di saqifah (hall)
Bani Saidah bersifat khusus.
Pidato Abu Bakar Radhiyallahu Anhu sesudah Menjabat Khalifah
Lalu Abu Bakar membuka ucapannya. Ia memuji Allah, menyanjung-Nya dengan sanjungan yang
pantas diterima-Nya, ia berkata:
"Amma ba'du. Wahai manusia, kalian lahyang telah memutuskan untuk memilihku menjadi pemimpin
kalian, namun aku bukanlah orang terbaik di tengah kalian semua. Oleh sebab itujika aku berbuat
yang benar maka tak ada alasan bagi kalian kecuali mendukungku. Jika aku berbuat salah maka
segera luruskanlah aku. Berbicara yang benar yaitu amanah dan bicara dusta yaitu khianat. Orang
yang lemah di tengah kalian bagiku dia yaitu orang yang kuat di sisiku hingga aku berikan haknya
insya Allah dan orang kuat di tengah kalian bagiku dia hanyalah orang lemah di sisiku hingga aku
mengambil hak darinya insya Allah. Bila sampai ada suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah,
maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada mereka. Begitupula seandai- nya perbuatan zina
merebak di sebuah kaum, maka Allah akan menimpakan prahara dan bencana di tengah mereka.
Sepanjang aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka taatlah kalian kepadaku. Dan tidak ada
kewajiban bagi kalian taat kepadaku jika kalian menemukan aku bermaksiat kepada Allah dan Rasul-
Nya. Tegakkanlah shalat, mudah-mudahan Allah memberi rahmat pada kalian."
Ibnu Ishaq berkata: Husain bin Abdullah bercerita kepadaku, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas
Radhiyallahu Anhumz, yang berkata: Umar bin Khaththab menatap wajahku lalu bertanya: "Wahai
Ibnu Abbas, adakah engkau tahu alasan aku mengucapkan bahwa Rasu- lullah tidak wafat saat itu?"
Aku menjawab: "Tidak tahu, wahai Amirul Mukminin." Umar bin Khaththab berkata: "Demi Allah,
alasan aku berkata seperti itu sebab aku pemah membaca ayat berikut:
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umatyang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu. (QS. al-Baqarah: 143).
Demi Allah, awalnya aku berasumsi bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam akan tetap berada
di umatnya hingga beliau menjadi saksi atas amal perbuatan terakhir umatnya. Itulah yang
mendorongku untuk melontarkan perkataan ini ."
Bab 7
Penyiapan dan Pemakaman Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Usai Abu Bakar dilantik menjadi khalifah, kaum Muslimin menyiapkan prosesi
pemakaman Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pada hari Selasa.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr, Husain bin Abdullah, dan ulama-ulama kami lainnya,
semuanya bercerita kepadaku bahwa Ali bin Abu Thalib, Al-Abbas bin Abdul Muthalib, Al-Fadhl bin Al-
Abbas bin Abdul Muthalib, Qutsam bin Al-Abbas, Usamah bin Zaid bin Haritsah, dan Syuqran mantan
budak Rasulullah, yaitu orang-orang yang memandikan Rasulullah. Aus bin Khauli salah seorang
warga Bani Auf bin Al-Khazraj berkata kepada Ali bin Abu Thalib: "Demi Allah kami juga berhak
terhadap Rasulullah." Aus bin Khauli yaitu salah satu sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
dan ikut serta pada Perang Badar. Ali bin Abu Thalib berkata kepada Aus bin Khauli: "Silahkan masuk."
Aus bin Khauli lalu masuk lalu ia duduk dan mengikuti prosesi pemandian Rasulullah. Ali bin Abu
Thalib membaringkan jenazah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ke dadanya, sementara Al-Abbas
bin Abdul Muthalib dan Al-Fadhl bin Al-Abbas membolak-balik jenazah Rasulullah. Usamah bin Zaid
dan Syuqran, keduanya mantan budak Rasulullah, menyediakan gayung berisi air, lalu Ali bin Abu
Thalib memandikan jenazah Rasulullah yang telah ia sandarkan di dadanya. Ali bin Abu Thalib
memandikan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat itu tangannya tidak menyentuh langsung
jasad Rasulullah sebab ia menggunakan semacam sarung tangan. Ali bin Abu Thalib berkata: "Wahai
Rasulullah, betapa harum mewanginya engkau semasa hidup dan sesudah wafatmu."
Bagaimana Rasulullah Dimandikan
Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdulah bin Zubair bercerita kepadaku, dari ayahnya, Abbad,
dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata: Tatkala para sahabat hendak memandikan Rasulullah,
mereka berbeda pendapat paham tentang tata cara memandikan jenazah beliau. Mereka berkata:
"Demi Allah, bagaimana kalau kita lepas pakaian Rasulullah sebagaimana kita biasa melepas pakaian
jenazah-jenazah kita atau kita biarkan saja jenazah beliau tetap dengan pakaiannya." Tatkala mereka
berbeda pendapat tentang tata cara memandikan jenazah Rasulullah, tiba-tiba Allah membuat
mereka tertidur hingga dagu mereka semua berada di dada mereka. sesudah itu, seseorang dari pojok
rumah, yang tidak mereka ketahui siapa orang ini , berkata kepada mereka: "Hendaklah kalian
memandikan jenazah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tanpa melepas pakaian beliau."
Aisyah melanjutkan: Mereka lalu memandikan jenazah Rasulullah yang lengkap dengan pakaiannya
tanpa melepasnya, menyiramkan air ke atas pakaian beliau, dan menggosok beliau dengan
menggosok pakaian beliau.
Pengkafanan Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: "Usai jenazah Rasulullah selesai dimandikan, jasad beliau dikafani dengan tiga
kain; dua kain produk Shuhari (asal Yaman) dan satunya burdah yang dihiasi dengan katun yang dilipat.
Demikianlah yang dikatakan kepadaku oleh Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Al-Husain, dari ayahnya,
dari kakeknya, Ali bin Al-Husain. Hal yang sama dikatakan kepadaku oleh Az-Zuhri dari Ali bin Al-
Husain.
Pengggalian Liang Kubur
Ibnu Ishaq berkata: Husain bin Abdullah bercerita kepadaku, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, yang
berkata: Tatkala kaum Muslimin ingin menggali liang lahad untuk Rasulullah -Abu Ubaidah bin Al-
Jarrah terbiasa menggali dengan galian warga Makkah yaitu galian dengan lubang di tengah-
tengahnya dan Abu Thalhah bin Zaid bin Sahl biasa menggali seperti galian orang-orang Madinah yaitu
lahad. Maka Al-Abbas memanggil kedua saha- bat ini . Al-Abbas berkata kepada Abu
Thalhah bin Zaid bin Sahl: "Temuilah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah." Al-Abbas berkata kepada Abu
Ubaidah bin Al-Jarrah. "Temuilah Thalhah bin Zaid bin Sahl. Ya Allah, pilihkanlah yang terbaik untuk
Rasulullah." Abu Thalhah bin Zaid bin Sahl bertemu Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, datang bersamanya,
lalu menggali liang lahad untuk Rasulullah.
Penguburan Rasulullah dan Penyalatannya
Ibnu Ishaq berkata: Pada hari Selasa, jenazah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sudah siap
dikuburkan; saat itu jenazah beliau diletakkan di atas ranjang di rumah beliau. Saat itu, kaum Muslimin
berbeda pendapat tentang lokasi dimana beliau akan dimakamkan. Salah seorang sahabat berkata:
"Kita makamkan di masjid beliau." Sahabat lain berkata: "Tidak, kita makamkan beliau bersama para
sahabatnya yang telah meninggal dunia." Saat itulah Abu Bakar berkata: "Aku mendengar Rasulullah
bersabda: 'Jika seorang nabi meninggal dunia maka hendaknya ia dimakamkan di tempat ia meninggal
dunia.'" Lalu ranjang tempat jenazah Rasulullah berbaring diangkat dan dimulailah penggalian di
tempat ranjang ini . sesudah itu, kaum Muslimin masuk menyalatkan Rasulullah secara bertahap.
Pertama-tama, dimulai dari kaum laki-laki masuk untuk menyalatkan beliau. jika mereka selesai,
masuklah kaum wanita untuk menyalatkan beliau. jika selesai, masuklah anak-anak untuk
menyalatkan beliau. Saat itu kaum Muslimin menyalati Rasulullah sendiri-sendiri. lalu
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dimakamkan di pertengahan malam, malam Rabu.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr bercerita kepadaku, dari istrinya, Fathi man binti Imarah,
dari Amrah binti Abdurrahman bin Sa'ad bin Zurarah, dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata: "Kami
tidak mengetahui pemakaman Rasulullah hingga kami mendengar suara alat galian tanah di
pertengahan malam, malam Rabu."
Para Sahabat yang Ikut Memakamkan Rasulullah
Muhammad bin Ishaq berkata: Sahabat-sahabat yang berada dalam liang lahad yang menerima
penurunan jenazah Rasulullah untuk dikuburkan ialah Ali bin Abu Thalib, Al-Fadhl bin Al-Abbas bin
Abdul Muthalib, Qutsam bm Al-Abbas, dan Syuqran, mantan budak Rasulullah. Aus bin Khauli berkata
kepada Ali bin Abu Thalib: "Demi Allah, berilah kami hak terhadap Rasulullah." Ali bin Abu Thalib
berkata: "Turunlah." lalu Aus bin Khauli turun ke liang lahad Rasulullah bersama sahabat-
sahabat ini . Tatkala Rasulullah telah diletakkan di lahadnya, Syuqran, mantan budak Rasulullah,
mengambil kain yang sering dipakai dan digelar beliau, lalu Syuqran mengalasi jenazah
Rasulullah dengan kain ini . Syuqran berkata: "Demi Allah, kain ini tidak ada yang memakainya
sesudah engkau untuk selamanya."
Dia berkata: Maka iapun dikubur bersama Rasulullah.
Manusia Terakhir yang Menyentuh Rasulullah
Al-Mughirah bin Syu'bah mengaku bahwa dialah orang yang terakhir kali menyentuh Rasulullah. Al-
Mughirah bin Syu'bah berkata: "Aku menjatuhkan cincinku ke dalam liang lahat Rasulullah." Aku
berkata: "Cincinku terjatuh," aku sengaja menjatuhkannya agar aku bisa menyentuh jasad beliau
sehingga aku menjadi orang terakhir yang menyentuh Rasulullah.
Ibnu Ishaq berkata: Abu Ishaq bin Yasar bercerita kepadaku, dari Miqsam Abu Al- Qasim, mantan
budak Abdullah bin Al-Harits bin Naufal, dari mantan tuannya, Abdullah bin Al-Harits, ia berkata: Ali
bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu didatangi beberapa orang dari Irak. Merekabertanya: "Wahai Abu
Hasan, kami ingin bertanya sesuatu hal yang penting." Ali bin Abu Thalib berkata: "Firasatku menya-
takan bahwa Al-Mughirah bin Syu'bah telah berbicara dengan kalian bahwa dialah orang terakhir kali
yang menyentuh Rasulullah ?" Mereka menjawab: "Benar! Dan untuk tujuan inilah kami datang
menemuimu." Ali bin Abu Thalib berkata: "Itu tidak benar. Orang yang terakhir kali menyentuh
Rasulullah ialah Qutsam bin Al-Abbas."
Ibnu Ishaq berkata: Shalih bin Kisan bercerita kepadaku, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah bin Abdullah bin
Utbah bahwa Aisyah Radhiyallahu Anha berkata kepadanya: Di tengah-tengah kondisi kritisnya
Rasulullah bersabda: "Semoga Allah menghancurkan kaum yang menjadikan kuburan-kuburan nabi
mereka sebagai masjid." Rasulullah memberi peringatan keras umatnya dari tindakan seperti itu.229
Ibnu Ishaq berkata: Shalih bin Kisan bercerita kepadaku, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah bin Abdullah bin
Uthab, dari Aisyah Radhsyallahu Anha, ia berkata: Wasiat terakhir kali yang diucapkan Rasulullah ialah:
"Jangan biarkan ada dua agama di di jazirah Arab."230
Bab 8
Ujian Berat Bagi Kaum Muslimin sesudah Rasulullah Wafat
Ibnu Ishaq berkata: Pasca kepulangan Ra- sulullah keharibaan Tuhannya, kaum Muslimin
mendapatkan musibah besar sebab kekosongan kepemimpinan. Aisyah Radhiyallahu Anha,
sebagaimana dituturkan kepadaku, berkata: "Tatkala Rasulullah wafat, orang-orang Arab ada yang
kembali murtad, orang-orang Yahudi dan Nashrani mengintai untuk melakukan penggulingan,
kemunafikan tampak jelas, dan kaum Muslimin menjadi seperti sekawanan domba yang kehujanan di
malam dingin yang menggiris di musim dingin sebab kehilangan Nabi mereka, sesudah itu Allah
menghimpun mereka melalui Abu Bakar."
Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah dan ulama-ulama lain bercerita kepadaku bahwa pada saat
Rasulullah wafat hampir mayoritas warga Makkah ingin kembali menjadi kafir. Sampai-sampai
Attab bin Asid, gubernur kota Mekkah khawatir terhadap mereka dan bersembunyi. Suhail bin Amr
berdiri, lalu mengucapkan puji-puji kepada Allah, menyebutkan tentang wafatnya Rasulullah
seraya berkata: "Sebetulnya hal ini malah semakin menambah kekuatan Islam. Oleh sebab itu, bila
ada yang murtad maka kami tidak segan-segan untuk mengabisi mereka."
Orang-orang Makkah pun segera tersadar dan tidak jadi melangkahkan kaki mereka pada kekafiran.
sesudah itu, muncullah Attab bin Asid ke tengah publik. Itulah tempat yang di maksud Rasulullah dalam
sabdanya kepada Umar bin Khaththab: "Semoga Suhail bin Amr berdiri di tempat yang mulia sekali."
Syair Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu Menangisi Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam
Ibnu Ishaq berkata: Hassan bin Tsabit menyenandungkan beberapa syair menangisi wafatnya
Rasulullah seperti dikatakan Ibnu Hisyam dari Abu Zaid Al-Anshari:
Di Thaybah, ada jejak-jejak abadi dan tempat milik Sang Rasul yang gemilang, kini lenyap dan lusuh
sudah
Tanda-tanda dari negeri haram tiada kan lenyap sirna
Di sana ada mimbar tempat sang pemberi petunjuk berada
Ada jejak-jejak nan jelas dan bekas rambu-rambu abadi
Rumah miliknya dengan mushalla dan masjid
Ada kamar-kamar yang di tengah-tengahnya cahaya dari Allah turun
Yang menjadi suluh dan penerang
Tak kan hilang ditelan zaman tanda-tanda ini
Walau pernah dapat musibah namun dia ada kembali
Di sana, aku tahu jejak-jejak, nasehat dan kuburan Sang Rasul
Jenazahnya dimasukkan ke dalam bumi oleh pembawa jenazah
Tiada henti aku menangisi Sang Rasul
Dan semua mata ikut pula menangis tersedu
Mereka semua mengingatkanku pada nikmat-nikmat Sang Rasul
Maka tiada orang yang peduli akan diriku, sebab diriku demikian lusuh
Hatiku diguncang gundah gulana sebab perginya Ahmad
Tiada henti menghitung-hitung nikmat-nikmat Sang Rasul
Walau tidak sepersepuluhpun aku mampu menjalani jejaknya
Namun hatiku dilanda duka mendalam
Lama kuberdiri bersimbahkan air mata
Di atas gundukan kuburan merah dimana Ahmad terbaring abadi di sana
Engkau diberkahi, wahai kubur Sang Rasul
Diberkahi pula negeri yang mendekap erat pemberi petunjuk yang benar
Semoga diberkahi liang kuburmu yang mengandung kebaikan
Di atasnya ada bangunan dari batu lebar berlapis
Tangan-tangan yang lunglai menaburkan tanah ke atas bangunan itu
Sementara keberuntungan telah meresap masuk ke tanahmu
Mereka menguburkan kesopanan, ilmu dan kasih sayang di suatu malam
Menutup atasnya dengan tanah tanpa sandaran bantal
Mereka pulang bersama duka melilit sebab Nabi tak lagi bersama mereka
Lemah lunglailah tulang punggung dan lengan mereka
Menangisi seorang manusia yang ditangisi langit di hari itu juga
Bumi dan manusia pasti lebih berduka durja
Adakah duka kematian di suatu hari
Yang setara duka di hari Muhammad wafat?
Wahyu terputus dari mereka sebab Sang Rasul wafat
Dia bersinar hingga dataran rendah Al-Ghur dan dataran tinggi Najd
Dia tunjukkan kepada Ar-Rahman siapa saja yangikut
Selamatkan manusia dari bahaya kehinaan dan memberi petunjuk
Dialah imam yang menunjukkan manusia pada kebenaran dengan semangat tiada tara
Pengajar kejujuran, jika taat padanya bahagia kan bersama mereka
Memaafkan kesalahan dan menerima dengan lapang maaf mereka
Bila mereka berbuat baik, sungguh Allah Maha
Dermawan dengan kebaikan
Bila terjadi sesuatu dan mereka tiada sanggup memikul bebannya
Kemudahan akan datang darinya untuk meringankan beban kesulitan
Tatkala mereka sedang berada dalam nikmat Allah
Dialah pemandu mereka pada jalan jelas pasti yang dituju
Sang Nabi begitu sedih jika mereka menyimpang dari petunjuk Ingin sekali mereka tetap lurus dan
mendapatkan petunjuk
Lemah lembutpada mereka, tidak pupus kasih sayangnya
Dalam kasih sayangnya mereka meniti jalan yang pasti
Saat mereka menikmati cahayanya nan indah
Panah kematian tiba-tiba membidik cahaya mereka
Akhirnya, Sang Mahmud (Sang Terpuji) kembali ke haribaan Allah
Sementara malaikat menangisi dan memujinya
Negeri-negeri haram setatkala menjadi sepi senyap
sebab hilangnya wahyu dari mereka kecuali
Hang lahad yang dia masuki
Dia telah pergi tuk selamanya dan ditangisi
Balath dan pohon Gharqad
Masjidnya lengang sunyi sesudah Sang Rasul pergi
Padahal di sana ada tempat berdiri dan duduknya
Negeri-negeri dan tanah kosong menjadi sepi tanpa penghuni
Wahai mata, tangisi Rasulullah dengan simbahan airmatamu
Jangan sampai aku lihat air matamu terhenti sebab berlalunya waktu
Mengapa tiada tangis pada pemilik nikmat pada manusia
Yang demikian sempurna dan meliputi semua manusia
Dermawanlah engkau dengan linangan air mata padanya dan sedu sedanlah
Tuk seorang yang tidak ada tandingannya sepanjang masa
Tidak ada orang di masa lalu yang mati bagaikan Muhammad
Tidak ada orang yang menyamainya hingga Hari Kiamat
Dia suci dan menanggung tanggungan demi tanggungan
Banyak pemberiannya tanpa mengharap balas
Selalu memberi dengan harta baru dan harta lama
Saat seseorang kikir dengan harta lamanya
Dialah manusia paling terhormat dan dibincangkan di rumah-rumah
Dari keturunan terhormat dan terpandang di kota Mekkah (Abthah)
Dia berada di puncak ketinggian nan kokoh
Berdiri di atas pilar-pilar yang menjulang nan kokoh kuat
Kokoh akar, cabang dan kayunya
Yang disirami awan hingga kehidupan berdenyut
Tuhan Yang Mahamulia mendidiknya sejak masa kecilnya
Hingga dia menjadi sempurna dalam segala tindak-tanduknya
Seluruh wasiat kaum Muslimin berakhir di telapak tangannya
Tidak ada ilmu yang disembunyikan dan tiada pendapat yang dicemoohkan
Aku katakan dan ucapanku ini tidak dicela pencela manusia
Kecuali orang yang berakal rendah dan kehilangan rasa
Tiada henti akan memuji dirinya
Dengan sebuah harap kekal di surga bersama Al-Musthafa
Tuk menggapainya semua aku berusaha dengan sungguh-sungguh penuh keringat
Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu juga berkata menangisi Rasulullah dalam untaian syairnya,
Kenapa matamu tidak terpejam tidur pulas?
Seakan dicelaki dengan celak penyakit mata
sebab berduka terhadap pemberi petunjuk yang kini wafat
Wahai orang terbaik yang menginjak kerikil, janganlah engkau pergi menjauh
Wajahku melindungimu dari gundukan tanah
Andai aku dikubur sebelum dirimu di Baqi' Al-Gharqad
Ayah ibuku menjadi tebusan orang yang aku lihat saat dia wafat
Sang Nabi pemberi petunjuk pada hari Senin
Tiada henti duka hatiku sesudah wafatnya
Hatiku bingung, andai aku tak pernah dilahirkan ke dunia fana
Adakah sepeninggalmu, aku akan tetap menetap di Madinah bersama mereka?
Andai saja aku diberi minum racun ular berbisa
Atau Allah beri keputusan kepada kami lebih cepat
Di senja ini atau di besok hari
lalu Hari Kiamat terjadi, lalu kita bertemu orang terbaik
Yang wataknya yaitu asli
Wahai anak sulung Aminah yang diberkahi,
Wahai, orang yang lahir dari wanita suci di Sa'dul As 'ad,
Dia yaitu cahaya yang menerangi seluruh jagad raya
Barangsiapa diberi petunjuk pada cahaya yang bertabur berkah, ia memperoleh petunjuk
Wahai Tuhanku, himpunlah kami bersama Sang Nabi
Di surga yang dipalingkan dari mata-mata pendengki
Di surga Firdaus, tetapkanlah ia untuk kami
Wahai Dzat yang memiliki keagungan, keperkasaan, dan kemuliaan
Demi Allah, tidaklah aku mendengar orang mati selagi aku hidup
Melainkan aku menangis untuk kematian Muhammad SangNabi
Wahai, celakalah para Penolong Nabi dan kaumnya
sesudah dia dimasukkan di Hang lahad
Terasa sempit seluruh negeri bagi kaum Anshar
Wajah mereka menjadi legam bagaikan batu serawak
Kami telah melahirkan beliau dan kuburannya ada bersama kami
Bekas-bekas nikmatnya tersisapada kami tiada mungkin kami pungkiri
Allah muliakan dan beri petunjuk kami dengannya
Kamilah penolongnya di semua medan perang
Semoga Allah dan malaikat-malaikat yang mengitari Arasy-Nya
Dan orang-orang yang baik menyampaikan shalawat kepada Ahmad, yang diberkahi
Ibnu Ishaq berkata: Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu juga berkata menangisi Rasulullah dalam
syairnya yang lain:
Wartakanlah pada orang-orang miskin, kebaikan telah beranjak pergi dari mereka
Bersama Nabi yang meninggalkan mereka pada waktu sahur
Siapakah yang memiliki pelana, dan membawaku pergi dan rezki keluargaku
jika mereka tidak mendapatkan curahan hujan
Siapakah yang kami cela tanpa khawatir akan kemarahannya
Jika lisan berlebih-lebihan atau kepeleset kata saat berucap kata
Dialah sinar dan cahaya yang kami selalu ikuti sesudah Allah
Dia senantiasa mendengar dan melihat
Andaikata pada hari mereka memakamkan beliau di lahad
Dan menimbunkan tanah di atasnya
Allah tiada sisakan seorangpun di antara kami sesudah wafatnya
Dan tidak ada yang hidup di antara kami wanita dan laki-laki
Seluruh pundak Bani An-Najjar menjadi lunglai hina
Namun ini semua yaitu ketetapan Allah yang telah ditakdirkan
Tatkala rampasan perang dibagi kepada seluruh manusia
Mereka merusaknya terang-terangan di antara mereka tiada guna
Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu juga berkata menangisi Rasulullah dalam syairnya yang lain:
Aku bersumpah bahwa tidak ada orang yang lebih peduli daripadaku
Dalam sumpah yangjujur tanpa ada cela
Demi Allah, wanita tidak akan ada lagi yang hamil dan melahirkan anak
Sebagaimana Sang Rasul, nabi seluruh ummat dan pemberi petunjuk
Allah tidak ciptakan satu makhluk-Nya di antara seluruh makhluk-Nya
Yang lebih memenuhi tanggungan tetangga dan menepati janjinya
Daripada orang yang berada di tempat kami yang cahayanya senantiasa dicari
Perintahnya berlimpah berkah, adil dan mengarah tepat
Isteri-isterimu mengosongkan rumah-rumah di hari berduka
Mereka tidak lagi memasangpasak di belakang tirai
Mereka bagaikan biarawati-biarawati yang memakai pakaian usang
Yakin akan berselimutkan kemalangan sesudah bergelimang kebahagiaan
Wahai manusia terbaik, sungguh aku kini berada di sebuah sungai
Aku bagaikan seorang yang haus dalam kesendirian
Ibnu Hisyam berkata: Bagian terakhir bait kedua bukan berasal dari selain Ibnu Ishaq.
Sekian dan wasalam