sirah nabawiyah 30

 


) seorang yang mati di antara 

mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sebetulnya  mereka telah kafir 

kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. Dan janganlah harta benda dan 

anak-anak mereka menarik hatimu (QS. at-Taubah: 81-85). 

 

Ayat Al-Qur'an yang Turun sebab  Nabi Mensalatkan Abdullah bin Ubay 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri bercerita kepadaku dari Ubadillah bin Abdullah bin Utbah dari Ibnu Abbas 

ia berkata: aku mendengar Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu berkata: Tatkala Abdullah bin Ubay 

bin Salul meninggal, Rasulullah diminta oleh anaknya untuk menyalatkannya. saat  Beliau sudah 

berdiri hendak shalat, aku hampiri Beliau dan berkata: "Wahai Rasulullah, apakah anda akan 

menyolatkan anak Ubay padahal dia suatu hari pernah mengatakan begini begini, begini dan begini, 

(aku mengulang-ulang ucapan bin Ubay yang dahulu pernah dilontarkan kepada Nabi)". Ternyata 

Rasulullah malah tersenyum seraya berkata: "Cukupkanlah ucapanmu dari ku wahai 'Umar." Tatkala 

aku terus berbicara kepada Beliau, dan Beliau berkata: "Sungguh aku diberi pilihan dan aku memilih: 

"Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (yaitu  

sama saja). Kendati pun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-

kali tidak akan memberi ampun kepada mereka (QS. at-Taubah: 80), seandainya aku mengetahui bila 

aku menambah lebih dari tujuh puluh kali permohonan ampun baginya dia akan diampuni, pasti aku 

akan tambah (permohonan ampun baginya)." Umar berkata: "Maka lalu  Rasulullah 

menyalatkannya hingga selesai, tak lama sesudah  Beliau terdiam, turunlah firman Allah subhanahu wa 

ta'ala QS At-Taubah ayat 84 berikut: Dan janganlah kamu sekali-kali men-shalat-kan (jenazah) seorang 

yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sebetulnya  

mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. (QS. at-Taubah: 

84). sesudah  itu, Rasulullah tidak menyalati jenazah seorang munafik-pun, hingga Allah mencabut 

ruhnya.206 

 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  itu Allah Ta 'ala berfirman: 

 

Dan jika  diturunkan sesuatu surat (yang memerintahkan kepada orang munafik itu): "Berimanlah 

kamu kepada Allah dan berjihadlah beserta Rasul-Nya", niscaya orang-orang yang sanggup di antara 

mereka meminta izin kepadamu (untuk tidak berjihad) dan mereka berkata: "Biarkanlah kami berada 

bersama orang-orang yang duduk (QS. at-Taubah: 86). Abdullah bin Ubay bin Salul termasuk orang- 

orang di atas, sesudah  itu Allah mengecamnya dan menyebutkannya dalam firman-Nya. 

sesudah  itu Allah berfirman: 

 

 

 

 Allah telah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal 

di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. Dan datang (kepada Nabi) orang-orang yang 

mengemukakan "udzur, yaitu orang-orang Arab Badui agar diberi izin bagi mereka (untuk tidak pergi 

berjihad), sedang orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya, duduk berdiam diri saja. Kelak 

orang-orang yang kafir di antara mereka itu akan ditimpa adzab yang pedih. (QS. at-Taubah: 88-90). 

Orang-orang yang meminta permakluman, sebagaimana disampaikan padaku, ialah sejumlah orang 

dari Bani Ghifar, di antaranya Khufaf bin Aima' bin Rakhashah. lalu  kisah dilanjutkan dengan 

pemaparan tentang orang-orang yang memiliki  permakluman hingga pada firman Allah Ta'ala: 

 

Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang jika  mereka datang kepadamu, supaya kamu 

memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk 

membawamu", lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata sebab  kesedihan, 

lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan. (QS. At-Taubah: 92). Mereka 

yaitu  para sahabat yang banyak menangis.   

sesudah  itu Allah berfirman: 

  

Sebetulnya  jalan (untuk menyalahkan) hanyalah terhadap orang-orang yang meminta izin 

kepadamu, padahal mereka itu orang-orang kaya. Mereka rela berada bersama-sama orang-orang 

yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci mati hati mereka, maka mereka tidak mengetahui 

(akibat perbuatan mereka). (QS. at-Taubah: 93). 

Orang-orang yang tidak ikut perang (khawalif) yang disebutkan ayat di atas ialah para kaum wanita. 

sesudah  itu Allah menyebutkan sumpah orang-orang munafik kepada kaum Muslimin dan permintaan 

ijin mereka, namun Allah berfirman: 

 

Maka berpalinglah dari mereka; sebab  sesugguhnya mereka itu yaitu  najis dan tem pat mereka 

Jahanam; seoagai baiasan atas apa yang telah mereka kerjakan. Mereka akan bersumpah kepadamu, 

agar kamu ridha kepada mereka. namun  jika sekiranya kamu rida kepada mereka, maka Sebetulnya  

Allah tidak rida kepada orang-orang yang fasik itu. (QS. at-Taubah: 95-96). 

 

Ayat-ayat yang Turun Mengenai Orang Arab Baduy 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  itu Allah menyebutkan tentang orang-orang Arab Baduy; siapa saja dari 

mereka yang menjadi orang-orang munafik dan kemauan mereka agar Rasulullah dan kaum Muslimin 

dilanda petaka. Allah Ta'ala berfirman: 

 

Di antara orang-orang Arab Badui itu, ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya (dijalan 

Allah) sebagai suatu kerugian (QS. at-Taubah: 98). 

Yang dinafkahkan itu mencakup sedekah atau infak di jalan Allah. sesudah  itu Allah berfirman: 

 

Dan dia menanti-nanti marabahaya menimpamu; merekalah yang akan ditimpa mara bahaya. Dan 

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. at-Taubah: 98). 

sesudah  itu Allah menyebutkan orang-orang Arab Baduy yang ikhlas dan beriman. Allah Ta'ala 

berfirman: 

 Dan di antara orang-orang Arab Baduy itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari lalu , 

dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada 

Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, Sebetulnya  nafkah itu yaitu  

suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah) (QS. at-Taubah: 99). 

sesudah  itu Allah menyebutkan generasi awal dari kaum Muhajirin dan Anshar beserta keutamaan 

mereka, dan pahala yang dijanjikan Allah kepada mereka termasuk kepada para tabi'in yang mengikuti 

mereka dengan sebaik-baiknya. 

Allah Ta'ala berfirman: 

 

Allah ridha kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah (QS. at-Taubah: 100), sesudah  itu Allah 

berfirman: 

 

Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di 

antara warga  Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. (QS. at-Taubah: 101). Yakni, 

mereka larut dalam kemunafikan dan menolak selain lainnya. 

sesudah  itu Allah berfirman: 

 

Nanti mereka akan Kami siksa dua kali lalu  mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar 

(QS. at-Taubah: 101). Dua kali azab yang dijanjikan Allah Ta'ala kepada orang-orang munafik -seperti 

yang sampai kepadaku- ialah kesedihan mereka terhadap permasalahan Islam beserta kemarahan 

tidak terduga yang masuk kepada mereka, lalu  penyiksaan mereka di kubur jika mereka masuk 

ke dalamnya, lalu  azab yang pedih jika mereka dikembalikan kepada-Nya yaitu azab neraka dan 

kekal di dalamnya. 

sesudah  itu Allah berfirman: 

 

Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur baurkan 

pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat 

mereka. Sebetulnya  Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. at-Taubah: 102). 

Dilanjutkan firman-Nya: 

 

dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. 

Sebetulnya  doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar 

lagi Maha Mengetahui. (QS. at-Taubah: 103). 

sesudah  itu Allah Ta'ala berfirman: 

 

Dan ada (pula) orang-orang lain yang ditangguhkan sampai ada keputusan Allah; adakalanya Allah 

akan mengazab mereka dan adakalanya Allah akan menerima tobat mereka. Dan Allah Maha 

Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. at-Taubah: 106), mereka yaitu  tiga sahabat yang tidak ikut 

berangkat ke Perang Tabuk dan Rasulullah menangguhkan taubat mereka hingga taubat mereka 

datang dari Allah. 

Pada lanjutan ayat Allah berfirman: 

 

 

 

 Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan mesjid untuk menimbulkan 

kemudaratan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-

orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya 

sejak dahulu. Mereka Sebetulnya  bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan 

Allah menjadi saksi bahwa Sebetulnya  mereKa itu yaitu  pendusta (dalam sumpahnya) (QS. at-

Taubah: 107). 

sesudah  itu Allah berfirman: 

 

Sebetulnya  Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan 

memberi  surga untuk mereka (QS. at-Taubah: 111), lalu  kisah dilanjutkan dengan kisah 

Tabuk, dan apa yang terjadi di dalamnya. 

Pada zaman Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ia disebut surat Al-Bara'ah (QS. at-Taubah) 

sedangkan sesudahnya disebut dengan Al-Muba'tsirah, sebab  surat ini  menyingkap rahasia 

seluruh manusia. Tabuk yaitu  perang terakhir yang dilakukan Rasulullah. 

 

Tahun Kesembilan Hijriyah Sebab-Sebab Dinamakan Sebagai Tahun Utusan dan Turunnya Surat Al-

Fath 

Ibnu Ishaq berkata: Seusai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menaklukkan Makkah, dan selesai 

dari Perang Tabuk, orang-orang Tsaqif memeluk Islam dan berbaiat, datanglah utusan-utusan Arab 

dari segala semua arah kepada beliau. 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah bercerita kepadaku bahwa hal ini  terjadi pada tahun 

kesembilan hijriyah dan bahwa Sebetulnya  tahun itu disebut dengan sanatul wufuud (tahun 

utusan). 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Arab menanti-nanti perkembangan yang terjadi pada orang-orang 

Quraisy dan perkembangan Rasulullah. Semua sebab  dalam pandangan mereka, orang-orang Quraisy 

yaitu  pemimpin mereka, pemilik Baitullah, warga  tanah haram, anak keturunan Nabi Ismail bin 

Ibrahim 'Alaihimas Salam. Para peminpin Arab mengakui hal ini. Orang Quraisy lah yang menyatakan 

perang terhadap Rasulullah dan menentang keras. Tatkala Makkah dapat ditaklukkan oleh Rasulullah 

dan orang-orang Quraisy tunduk padanya, orang-orang Arab pun tahu bahwa mereka tidak 

memiliki  kekuatan untuk berperang melawan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan untuk 

memusuhinya. sebab nya, mereka masuk ke dalam agama Allah, sebagaimana difirmankan Allah: 

 

jika  telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama 

Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah 

ampun kepada-Nya. Sebetulnya  Dia yaitu  Maha Penerima tobat. (QS. an-Nashr: 1-3). Yakni, 

pujilah Allah sebab  Dia telah memenangkan agamamu dan mintalah ampunan kepada-Nya, sebab  

Dia Maha Penerima taubat. 

 

Kedatangan Utusan Bani Tamim Dan Turunnya Surat Al-Hujurat 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  segalanya terjadi maka berdatanganlah utusan-utusan Arab kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 'Utharid bin Hajib bin Zurarah bin Udud da tang kepada 

Rasulullah bersama tokoh-tokoh Bani Tamim, di antaranya Al-Aqra' bin Habis At-Tamimi, Az-Zibriqan 

bin Badr At-Tamimi salah seorang warga Bani Sa'ad, Amr bin Al- Ahtam, dan Al-Habhab. 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Hutat bin Yazid dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Muawiyah bin Abu 

Sufyan. Rasulullah mempersaudarakan para sahabat dari kaum Muhajirin dengan sesama mereka 

sendiri; mempersaudarakan Abu Bakar dengan Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dengan Abdur-

rahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah dengan Zubair bin Awwam, Abu Dzar Al-Ghifari dengan Al-

Miqdad bin Amr Al-Bahrani, dan Muawiyah bin Abu Sufyan dengan Al-Hutat bin Yazid Al-Mujasyi. Al-

Hutat bin Yazid meninggal dunia di rumah Muawiyah bin Abu Sufyan pada masa pemerintahannya, 

kemu- dian Muawiyah bin Abu Sufyan mengambil harta peninggalan Al-Hutat bin Yazid sebagai hak 

waris dari persaudaraan antar keduanya. 

 

Para Penghuni Kamar 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala utusan Bani Tamim menghadap Rasulullah, keduanya ikut bersama 

mereka. Tatkala utusan Bani Tamim masuk ke masjid, mereka memanggil Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam dari belakang kamar-kamar beliau: "Wahai Muhammad keluarlah engkau kepada kami." 

Rasulullah merasa sangat terganggu dengan teriakan mereka, lalu beliau keluar menemui mereka dan 

turunlah firman Allah Ta'ala: 

 Sebetulnya  orang-orang yang memanggil kamu dari luar bilik kebanyakan mereka tidak mengerti. 

(QS. al-Hujuraat: 4). 

 

Kisah Amir Bin Thufail dan Arbad Bin Qais Dalam Utusan Bani Amir 

Ibnu Ishaq berkata: Utusan Bani Amir juga datang menemui Rasulullah. Di dalamnya ada  Amir 

bin Thufail, Arbad bin Qais bin Jaz'i bin Khalid bin Ja'far, dan Jabbar bin Salma bin Malik bin Ja'far. 

Mereka bertiga yaitu  pentolan Bani Amir dan setan-setan mereka. 

Amir bin Thufail si musuh Allah, datang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk 

menghabisi beliau. Tatkala tiba di salah satu jalan, Allah Ta'ala mengirim penyakit misterius ke leher 

Amir bin Thufail. Lalu Allah matikan dia dengan penyakit itu di rumah seorang wanita dari Bani Salul. 

Sebelum meninggal dunia, Amir bin Thufail berkata: "Wahai Bani Amir, apakah ini penyakit ghuddah 

(penyakit kelenjar mematikan) seperti yang sering menyerang anak unta di rumah seorang wanita dari 

Bani Salul?" 

Ibnu Hisyam berkata: Zaid bin Aslam berkata dari Atha' bin Yasar, dari Ibnu Abbas ia berkata: Tentang 

Amir bin Ath-Thufaii dan Arbad bin Qais, Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya: 

 

Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang 

sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. Yang mengetahui 

semua yang gaib dan yang nampak; Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. Sama saja (bagi Tuhan), siapa 

di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan 

siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. Bagi 

manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, 

mereka menjaganya atas perintah Allah. Sebetulnya  Allah tidak meng-ubah keadaan sesuatu 

kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan jika  Allah 

menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-

kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ' (QS. ar-Ra'du: 8-11). Al-Mu'aqqibaat yaitu  para 

malaikat Allah yang diperintahkan melindungi Nabi Muhammad. 

sesudah  itu Allah menyebutkan tentang Arbad bin Qais dan bagaimana mati: 

 Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat sebab  takut kepada-

Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan 

mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya. (QS. ar-

Ra'du: 13). 

 

Kedatangan Dhimam Bin Tsa'labah Sebagai Utusan Dari Bani Sa'ad Bin Bakr 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Al-Walid bin Nuwaifi' bercerita kepadaku, dari Kuraib mantan 

budak Abdullah bin Abbas, dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma, ia berkata: Bani Sa'ad bin 

Bakr mengutus Dhimam bin Tsalabah menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk 

menanyakan perihal Islam. Ia tiba di tempat Rasulullah lalu  menderumkan untanya di pintu 

masjid, mengikatnya lalu masuk ke dalam masjid. Tatkala itu, Rasulullah sedang duduk 'bersama 

sahabat-sahabatnya. Dhimam bin Tsalabah lalu mendatangi Rasulullah dan bertanya tentang Islam 

lalu  ia pun masuk Islam. sesudah  itu Dhimam bin Tsalabah pulang ke kaumnya. Tatkala Dhimam 

bin Tsalabah tiba di kaumnya, kaumnya segera menemuinya. Yang pertama kali diucapkan Dhimam 

bin Tsa'labah ialah: "Alangkah jahatnya Al-Lata dan Al-Uzza." Bani Sa'ad bin Bakr berkata: "Wahai 

Dhimam, takutlah akan penyakit kusta, penyakit lepra, dan gila," Dhimam bin Tsa'labah berkata: 

"Celakalah kalian, Sebetulnya  Al-Lata dan Al-Uzza tidak da pat memberi mudharat dan tidak pula 

manfaat. Sebetulnya  Allah telah mengutus seorang rasul, menurunkan Kitab kepadanya, dan 

menyelamatkan kalian dari keadaan yang kalian alami. Sungguh aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan 

selain Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad yaitu  hamba Allah dan Rasul-

Nya. Aku baru saja datang dari beliau dengan membawa apa yang beliau perintahkan dan apa saja 

yang beliau larang atas kalian." 

Demi Allah, sebelum hari menjelang di sore di hari itu, seluruh warga  Bani Sa'ad bin Bakr baik 

kalangan laki-laki maupun perempuan semuanya masuk Islam. 

Ibnu Abbas berkata: Kami belum pernah mendengar utusan sebuah kaum yang lebih mulia daripada 

Dhimam bin Tsa'labah. 

 

Kedatangan Al-Jarud Bersama Utusan Abdul Qais 

Ibnu Ishaq berkata: Al-Jarud bin Amr bin Hanasy saudara Abdul Qais juga datang menemui Rasulullah. 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Jarud yaitu  anak Bisyr bin Al-Ma'alli. Ia datang bersama utusan Abdul Qais 

dan saat itu ia beragama Kristen. 

Ibnu Ishaq berkata: Seorang yang tidak aku ragukan kejujurannya bercerita kepadaku, dari Al-Hasan, 

ia berkata: Tatkala Al-Jarud tiba di tempat Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam, ia berbicara banyak 

dengan Nabi. Rasulullah menawarkan dan mengajak Al-Jarud untuk memeluk Islam lalu iapun masuk 

Islam. lalu  Al-Jarud keluar dari tempat Rasulullah untuk pulang ke kaumnya. Keislamannya baik 

dan teguh dalam memegang agama Islam hingga ia meninggal dunia. Sebelum meninggal dunia, ia 

sempat ikut memerangi orang-orang murtad. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang meriwayatkan bahwa Al-Jarud berkata: "Aku tidak membutuhkan 

orang mendeklarasikan syahadat." 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah mengirim Al-Ala' bin Al-Hadhrami kepada Al-Mundzir bin Sawa Al-Abdi 

sebelum penaklukan Mekkah, lalu  Al-Mundzir bin Sawa Al-Abdi memeluk Islam dan baik 

keislamannya. Al-Mundzir bin Sawa Al-Abdi meninggal dunia sepeninggal Rasulullah Shallalahu 'Alaihi 

wa Sallam sebelum murtadnya warga  Al-Bahrain. Tatkala itu, Al-Ala' berada di rumah Al-Mundzir 

bin Sawa Al-Abdi sebagai gubernur Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam di Al-Bahrain. 

 

Kedatangan Utusan Bani Hanifah Bersama Musailamah Al-Kadzdzab 

Ibnu Ishaq berkata: Utusan Bani Hanifah juga datang menemui Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam. 

Dalam utusan itu ada Musailamah bin Habib Al-Hanafi Al-Kadzdzab. 

Ibnu Hisyam berkata: Musailamah bin Tsumamah, biasa dipanggil Abu Tsumamah. 

Ibnu Ishaq berkata: Salah satu sesepuh dari Bani Hanifah dari warga  Al-Yamamah bercerita 

kepadaku bahwa utusan Bani Hanifah menghadap Rasulullah dan meninggalkan Musailamah bin Al-

Habib Al-Kadzdzab di perbekalan mereka. Tatkala mereka semua masuk Islam, mereka menyebutkan 

tempat Musailamah Al-Kadzdzab. sesudah  itu, mereka keluar dari tempat Rasulullah dan pulang 

membawa hadiah yang diberikan Rasulullah. Tatkala mereka tiba di Al-Yamamah, musuh Allah, 

Musailamah bin Habib, murtad, mengaku menjadi nabi, dan membuat kebohongan untuk orang-orang 

Bani Hanifah. Tidak cukup sampai di sini, Musailamah bin Habib menghalalkan minuman keras untuk 

Bani Hanifah dan menggugurkan kewajiban shalat dari mereka. Walaupun demikian ia masih Dersaksi 

bahwa Rasulullah yaitu  seorang Nabi. Bani Hanifah menyetujui yang dia katakan. Wallahu a'lam, 

riwayat mana yang valid dalam hal ini. 

 

Kedatangan Zaid Al-Khail Bersama Utusan Thayyi' 

Ibnu Ishaq berkata: Utusan Thayyi' yang di dalamnya ada Zaid Al-Khail dan pemimpin mereka juga 

datang menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tatkala tiba di tempat Rasulullah, beliau 

berbicara dan menawarkan Islam kepada mereka, lalu  mereka memeluk Islam dan 

keislamannya baik. Rasulullah bersabda -sebagaimana disampaikan kepadaku dari salah seorang 

Thayyi' yang tidak aku ragukan kejujurannya: "Tidaklah ada salah seorang Arab dengan segala 

kelebihannya disebutkan kepadaku lalu orang itu datang kepadaku melainkan ia di bawah(nilanya) 

apa yang disampaikan kepadaku, kecuali Zaid Al- Khail. Segala kelebihannya tidak semua disampaikan 

kepadaku." lalu  Rasulullah memberi nama dengan nama yang baru, yaitu Zaid Al-Khair, 

memberinya daerah Faid beserta lahan-lahan yang ada di dalamnya dan menulisnya dalam dokumen 

resmi. 

 

Adi Bin Hatim 

Ibnu Ishaq berkata: Adapun tentang Adi, maka Adi bin Hatim berkata -sebagaimana yang sampai 

kepadaku: "Semasa Nashrani dulu tidak ada seorang Arab yang lebih sangat membenci Rasulullah 

Shallalahu 'Alaihi wa Sallam tatkala mendengar namanya dari pada aku. Aku orang terhormat dan 

beragama Kristen." Lalu Allah menurunkan hidayah padaku hingga aku masuk Islam. Dua hal yang 

dijanjikan Rasulullah dalam sabdanya ini  betul-betul telah terjadi dan satu hal yang belum terjadi 

dan itu pasti akan terjadi. Sungguh aku melihat istana-istana putih di negeri Babilonia ditaklukkan, aku 

juga melihat seorang wanita keluar dari Al-Qadisiyah dengan mengendarai untanya tanpa ada rasa 

takut hingga ia menunaikan ibadah haji di Baitullah. Demi Allah, satunya lagi akan terjadi, yaitu harta 

akan melimpah hingga tidak ada orang yang mau mengambilnya." 

 

Kedatangan Farwah Bin Musaik Al-Muradi 

Ibnu Ishaq berkata: Farwah bin Musaik Al- Muradi juga datang menemui Rasulullah dengan 

meninggalkan raja-raja Kindah. Tatkala Farwah bin Musaik berangkat menuju Rasulullah Shallallahu 

'alaihi wa Sallam dengan meninggalkan raja-raja Kindah sesampainya di tempat Rasulullah, beliau 

bersabda: "Wahai Farwah, apakah musibah yang menimpa kaummu di Perang Ar-Radm itu 

membuatmu sedih?" Farwah bin Musaik berkata: "Wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, 

kaum manakah yang mendapat musibah seperti kaumku di Perang Ar-Radm lalu mereka tidak 

merasakan sedih?" Rasulullah bersabda: "Ketahuilah itu semua justru malah menambahkan kebaikan 

kepada kaummu di dalam Islam." lalu  Rasulullah mengangkat Farwah bin Musaik sebagai 

gubernur beliau yang membawahi wilayah Murad, Zubair, dan Madzhij secara keseluruhan. Rasulullah 

Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah mengutus Khalid bin Sa'id bin Al-Ash untuk menarik zakat 

bersamanya. Khalid bin Sa'id bin Al-Ash tetap bersamanya di negerinya sampai Rasulullah berpulang 

keharibaab Tuhannya. 

 

Kedatangan Amr Bin Ma'di Yakrib Bersama Beberapa Orang dari Bani Zubaid 

Ibnu Ishaq berkata: Amr bin Ma'di Yakrib juga datang menemui Rasulullah bersama beberapa orang 

dari Bani Zubaid, lalu  ia memeluk Islam. Sebelumnya, tatkala Bani Zubaidah mendengar tentang 

Rasulullah, Amr bin Ma'di Yakrib berkata kepada Qais bin Maksyuf Al-Muradi: "Wahai Qais, 

Sebetulnya  engkau yaitu  pemimpin kaummu. Kami mendapatkan laporan bahwa salah seorang 

dari Quraisy bernama Muhammad telah muncul di Hijaz dan mendeklarasikan dirinya sebagai nabi. 

Oleh sebab itulah, marilah pergi menemuinya agar kita mengetahui seperti apa ilmu yang dimilikinya. 

jika  ia seorang nabi sebagaimana yang ia nyatakan, itu mustahil tidak engkau ketahui dan jika  

kita bertemu dengannya, kita mengikuti dia sehigga kalau dia ia bukan nabi, pasti terungkap ilmunya." 

Qais bin Maksyuf meremehkan usulan Amr bin Ma'd Yakrib, bahkan menganggapnya sebagai 

pendapat yang bodoh. Lalu Amr bin Ma'di Yakrib berangkat hingga tiba di tempat Rasulullah dan 

masuk Islam, membenarkan beliau, dan beriman kepadanya. Tatkala keislaman Amr bin Ma'dikarb di 

dengar Qais bin Maksyuf, ia mengintimidasinya dengan keras. Qais bin Maksyuf berkata: "Amr bin 

Ma'di Yakrib telah menentangku dan meninggalkan pendapatku." 

 

Kedatangan Al Asy'ats Bin Qais Bersama Utusan Kindah 

Ibnu Ishaq berkata: Ibnu Syihab Az-Zuhri bercerita kepadaku bahwa Al-Asy'ats bin Qais datang 

menemui Rasulullah bersama utusan Kindah yang berjumlah delapan puluh orang dengan rambut rapi 

tersisir, bercelak, dan mengenakan jubah dari habrah, buatan Yaman, yang pada setiap ujungnya 

diberi kain sutra. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam saat itu berada di masjid. Tatkala mereka 

telah masuk, Rasulullah bersabda: "Bukankah kalian telah masuk Islam?" Mereka menjawab: "Ya." 

Rasulullah bersabda: " Lalu bagaimana dengan kain sutera yang ada melengkar di leher kalian?" Maka 

mereka merobek-robek kain sutra ini , lalu mencampakkannya. Al-Asy'ats bin Qais berkata 

kepada Rasulullah: "Wahai Rasulullah, kami yaitu  Bani Akil Al-Murar dan juga engkau Bani Akil Al- 

Murar." Rasulullah tersenyum, lalu  bersabda: "Nasabkan nasab itu kepada Al-Abbas bin Abdul 

Muthalib dan Rabiah Al-Harits." Al-Abbas bin Abdul Muthalib dan Rabi'ah bin Al-Harits yaitu  dua 

lelaki pedagang. Jika mereka berdua berjalan jauh di sebagian orang-orang Arab, lalu  mereka 

berdua ditanya: "Kalian berdua berasal dari mana?" Keduanya menjawab: "Kami berasal dari Bani Akil 

Al-Murar." Keduanya berbangga dengan nasab ini, sebab  tatkala itu orang-orang Kindah yaitu  raja. 

Rasulullah bersabda kepada utusan Kindah: "Tidak, kami yaitu  Bani An-Nadhr bin Kinanah. Kita tidak 

bernasab kepada ibu kami dan tidak menolak ayah kami. Al-Asy'ats bin Qais berkata: "Wahai orang-

orang Kindah, apakah kalian dengar itu? Demi Allah, tidaklah aku mendengar seseorang berkata 

seperti itu sesudah  ini, kecuali aku akan segera menghajarnya delapan puluh kali." 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Asy'ats bin Qais yaitu  anak keturunan Akil Al-Murar dari jalur nasab wanita. 

Akil Al-Murar ialah Al-Harits bin Amr bin Hujr bin Amr bin Muawiyah bin Al-Harits bin Muawiyah bin 

Tsaur bin Muratta’ bin Muawiyah bin Kindi –ada yang menuturkan Kindah. 

 

Kedatangan Shurad bin Abdullah Al-Azdi 

Ibnu Ishaq berkata: Shurad bin Abdullah Al-Azdi juga datang menemui Rasulullah bersama dengan 

utusan Al-Azd, lalu  ia memeluk Islam dan keislamannya baik. Rasulullah menjadikan Shurad bin 

Abdullah pemimpin bagi kaumnya yang memeluk Islam dan memerintahkannya bersama mereka yang 

masuk telah Islam untuk memerangi orang-orang musyrik dari suku-suku Yaman yang ada di sekitar 

kawasan mereka. sesudah  itu Shurad bin Abdullah berangkat sesuai dengan perintah Rasulullah 

Shallallahu 'Alaihi wa Sallam hingga berhenti di Jurasy yang saat itu merupakan sebuah kota tertutup 

yang di dalamnya ada  suku-suku Yaman dan suku Khats'am. Suku Khats'am bersama suku-suku 

Yaman masuk ke Jurasy begitu mereka mendengar kedatangan kaum muslimin. Shurad bin Abdullah 

dan anak pasukannya lalu mengepung mereka selama hampir sebulan dan mereka berlindung di sana 

menghindari serangan Shurad bin Abdullah. 

 

Masuk Islamnya warga  Jurasy 

Sebelumnya, warga  Jurasy mengirim dua orang dari mereka kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi 

wa Sallam di Madinah guna memperhatikan situasi yang sedang berkembang. Lalu utusan Jurasy 

keluar dari Jurasy dan tiba di tempat Rasulullah lalu  memeluk Islam. sesudah  mereka masuk 

Islam, Rasulullah melindungi sebuah tanah di sekitar desa mereka dengan memberi tanda-tanda 

tertentu untuk kepentingan kuda, unta, dan sapi pembajak. Jadi, barangsiapa menggembala di tempat 

ini , dia bisa dirampas.  

 

Kedatangan Utusan Raja-raja Himyar dengan Suratnya 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  pulang dari Tabuk, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menerima surat 

dari raja-raja Himyar dari utusan mereka. Raja-raja Himyar yang memeluk Islam yaitu  sebagai 

berikut: Al-Harits bin Abdu Kulal, Nua'im bin Abdu Kulal, An-Nu'man raja kecil Dzu Ru'ain, Ma'afir, dan 

Hamdan. Zur'ah Dzu Yazan juga mengirim Malik bin Murrah Ar-Rahawi untuk bertemu dengan 

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan melaporkan bahwa suku mereka telah masuk Islam, 

meninggalkan kesyirikan dan orang-orang yang masih tenggelam dalam kemusyrikan. Rasulullah 

menulis surat kepada mereka: 

Bismillahirrahmaanirrahim 

Dari Muhammad utusan Allah dan Nabi-Nya, kepada Harits bin Abdu Kulal, Nu’aim bin Abdu Kulal, 

dan An-Nu’man raja Dzu Ru’ain, Ma’afir, dan Hamdan. Aku memuji Allah yang tidak ada Tuhan yang 

layak disembah kecuali Dia. Amma bad'u. 

Utusan kalian tiba di tempat kami tak lama sesudah  kami tiba dari Byzantium Romawi. Kami bertemu 

mereka di Madinah. Utusan kalian menyampaikan apa saja yang kalian pesankan kepada mereka, 

menjelaskan berita dari kalian yaitu masuk Islamnya kalian, pembunuhan kalian terhadap orang-

orang musyrikin, dan bahwa Allah telah memberi  hidayah-Nya kepada kalian. jika  kalian telah 

memperbaiki diri, taat kepada Allah dan Rasul Nya, mendirikan shalat, membayar zakat, memberi  

jatah seperlima bagi Allah, dan jatah Rasulullah dan pilihan-Nya dari rampasan perang, kalian 

membayar zakat yang diwajibkan kepada orang-orang mukminin, yaitu sepersepuluh dari tanaman 

yang diairi dengan mata air dan air hujan, seperlima dari tanaman yang diairi dengan timba, zakat 

pada empat puluh ekor unta ialah satu bintu labun (anak unta betina yang berumur dua tahun) zakat 

pada tiga puluh ekor unta ialah ibnu labun (anak unta jantan yang berumur dua tahun), zakat pada 

setiap lima ekor unta ialah satu kambing, zakat pada setiap sepu- luh ekor unta ialah dua kambing, 

zakat pada setiap empat puluh ekor sapi ialah satu sapi, zakat pada setiap tiga puluh ekor sapi ialah 

tabi 'jadza' (anak sapi jantan yang berusia satu tahun) atau jadza'ah (anak sapi betina yang berumur 

satu tahun), dan zakat pada setiap empat puluh ekor kambing yang digembalakan ialah satu kambing, 

maka itu semua yaitu  kewajiban Allah yang Dia wajibkan kepada kaum mukminin dalam zakat. 

Barangsiapa yang berbuat baik dan terus menambahnya, maka yang demikian itu lebih baik baginya. 

Barangsiapa menunaikan kewajiban ini , bersaksi atas keislamannya, dan membantu kaum 

Mukminin dalam menghadapi orang-orang musyrikin, maka ia termasuk golongan kaum Mukminin; 

ia memiliki  hak dan kewajiban sebagaimana kaum Mukminin lainnya, serta berhak atas jaminan 

Allah dan Rasul-Nya. 

Barangsiapa dari orang Yahudi atau Kristen masuk Islam, ia termasuk bagian dari kaum Mukmimn; ia 

memiliki hak dan kewajiban sebagaimana mereka. Dan barang siapa tetap dengan ke-Yahudi-annya 

atau ke-Kristenannya, ia tidak boleh dipalingkan dari agamanya dan ia wajib membayar jizyah yang 

diambil dari orang yang telah bermimpi (aqil baligh); laki-laki atau perempuan, merdeka atau budak, 

sebesar satu dinar dari harga kain Al-Ma'afir atau diganti pakaian. Barangsiapa menunaikan hal 

ini  kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, ia berhak atas jaminan Allah dan Rasul-Nya. 

Barangsiapa menolak menunaikannya, maka ia yaitu  musuh Allah dan Rasul-Nya. Amma ba 'du. 

Sebetulnya  Muhammad yang merupakan nabi dan utusan Allah mengirim kepada Zur'ah Dzu Yazin 

bahwa jika para utusanku datang kepada kalian, hendaklah kalian berbuat baik kepada mereka. Para 

utusanku yaitu  Muadz bin Jabal, Abdullah bin Zaid, Malik bin Ubadah, Uqbah bin Namir, Malik bin 

Murrah, dan sahabat-sahabat mereka yang lain. Hendaklah kalian mengumpulkan zakat dan jizyah 

yang ada pada kalian dari daerah kalian lalu  berikan kepada utusan-utusanku, pemimpin 

utusanku yaitu  Muadz bin Jabal, dan ia jangan sekali-kali pulang kecuali dalam keadaan ridha. 

Amma ba 'du. 

Sebetulnya  Muhammad bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah dan 

bahwa ia yaitu  hamba Allah dan Rasul-Nya. Sebetulnya  Malik bin Murrah  Ar-Rahawi 

menerangkan kepadaku bahwa engkau (Zur'ah Dzu Yazin) orang Himyar pertama yang memeluk Islam 

dan memerangi orang-orang musyrikin, oleh sebab  itu, aku sampaikan berita gembira padamu, 

memerintahkan padamu untuk berbuat baik kepada orang-orang Himyar. Jangan berkhianat, dan 

jangan saling menelantarkan, sebab  Rasulullah yaitu  pelindung orang kaya dan orang miskin 

kalian. Sebetulnya  zakat tidak halal bagi Muhammad dan keluarganya, namun zakat yaitu  untuk 

orang-orang fakir dari kaum Muslimin dan para ibnu sabil (musafir). Sebetulnya  Malik bin Murrah 

Ar-Rahawi melaporkan berita yang dibawanya dan menjaga rahasia, oleh sebab  itu, aku perintahkan 

kalian berbuat baik kepadanya. Sebetulnya  aku akan mengutus orang-orang yang paling shalih di 

antara keluargaku, yang paling baik agamanya, dan yang paling banyak ilmunya kepada kalian. Oleh 

sebab itulah aku perintahkan kalian berbuat baik kepada mereka, sebab  kebaikan senantiasa 

diharapkan dari mereka. Wassalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. 

 

Pesan Penting Rasulullah kepada Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu Sebelum Keberangkatannya 

ke Yaman 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr bercerita kepadaku bahwa ia diberitahu tatkala Rasulullah 

Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu ke Yaman, beliau berpesan 

kepadanya: "Jadikanlah mudah persoalan yang rumit dan jangan merumitkan yang mudah, berilah 

kabar gembira dan jangan membuat orang lari terbirit. Sebetulnya  engkau akan mendatangi kaum 

dari Ahli Kitab yang akan bertanya kepadamu: "Apa kunci surga?" Maka katakanlah: "Syahadat 

(kesaksian) bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah yang tidak ada sekutu bagi-

Nya." 

Muadz bin Jabal Radhiyallahu Anhu pun meninggalkan Madinah menuju Yaman. Setibanya di sana, ia 

menjalankan apa saja yang diperintahkan Rasulullah kepadanya. Suatu saat , wanita Yaman 

mendatangi Muadz bin Jabal dan berkata: "Wahai sahabat Rasulullah, apa hak seorang suami atas 

istrinya?" Muadz bin Jabal berkata kepada wanita ini : "Sebetulnya  seorang istri tidak akan 

mampu melaksanakan hak suami atas dirinya, oleh sebab  itu, bersungguh-sungguhlah engkau dalam 

menunaikan hak suamimu sesuai dengan kemampuanmu." Wanita ini  berkata: Demi Allah, 

jika  engkau benar-benar sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam engkau pasti mengetahui 

apa hak suami atas istrinya." Muadz bin Jabal berkata kepada wanita ini : "Seandainya engkau 

pulang menemui suamimu dan kau dapatkan kedua lubang hidungnya sedang mengucurkan nanah 

dan darah, lalu engkau mengobatinya maka engkau masih belum menunaikan haknya." 

 

Farwah bin Amr Al-Judzami Memeluk Islam 

Ibnu Ishaq berkata: "Farwah bin Amr bin An-Nafirah Al-Judzami lalu  An-Nufatsi mengirim utusan 

kepada Rasulullah yang mengabarkan bahwa dirinya telah memeluk Islam dan menghadiahkan bighal 

putih padanya. Farwah bin Amr yaitu  gubernur kerajaan Byzantium Romawi yang membawahi 

orang-orang Arab yang ada di sekitar kerajaan Byzantium Romawi. Daerah kekuasaannya yaitu  

Mu'an dan daerah-daerah Syam di sekitarnya. Tatkala orang-orang Romawi mereka mencarinya 

lalu  menangkapnya dan menahannya di tempat mereka. Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata bahwa 

tatkala orang-orang Byzantium Romawi membawa Farwah bin Amr untuk membunuhnya, ia berkata: 

Sampaikan kepada para patriot dan prajurit kaum Muslimin 

Bahwa aku berserah diri kepada Tuhanku tulang dan tubuhku 

lalu  orang-orang Romawi menghabisi Farwah bin Amr Al-Judzami di mata air ini . Mudah-

mudahan Allah merahmatinya. 

 

Bani Al-Harits Bin Masuk Memeluk Islam di Depan Khalid Bin Walid Tatkala Ia Pergi Ke Tempat 

Mereka 

Ibnu Ishaq berkata: Sekitar bulan Rabiul Awal atau Jumadil Ula tahun kesepuluh Hijriyah, Rasulullah 

mengutus Khalid bin Walid Radhiyallahu Anhu kepada Bani Al-Harits bin Ka'ab di Najran dan 

memerintahkannya untuk menyeru mereka kepada Islam. Orang-orang Bani Al-Harits bin Kaab pun 

masuk Islam, lalu  Khalid bin Walid menetap di tempat mereka untuk mengajarkan Islam, 

Kitabullah, dan Sunnah Nabi-Nya. sesudah  itu, Khalid bin Walid pulang menghadap Rasulullah bersama 

utusan Bani Al-Harits bin Ka'ab yang di dalamnya ada Qais bin Al-Hushain bin Dzu Al-Ghishshah, Yazid 

bin Abdul Madan, Yazid bin Al-Muhajjal, Abdullah bin Qurad Az-Ziyadi, Syaddad bin Abdullah Al-

Qanani, dan Amr bin Abdullah Adz-Dzababi. lalu  mereka pulang kepada kaum mereka di akhir 

bulan Syawal atau pada awal bulan Dzulqa'dah. Empat bulan sesudah  mereka di kaum mereka, 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat. semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya, 

menurunkan,berkah-Nya, meridhainya, dan memberi kenikmatan padanya. 

 

Pesan Rasulullah kepada Amr bin Hazm 

Ibnu Ishaq berkata: Pasca kembalinya utusan Bani Al-Harits bin Ka'ab ke negeri mereka, Rasulullah 

mengutus Amr bin Hazm ke untuk mengajarkan masalah-masalah agama, sunnah, dan ajaran-ajaran 

Islam kepada mereka. Barangsiapa di antara orang Yahudi dan orang Kristen di antara mereka 

memeluk Islam dengan keislaman yang tulus dari sanubarinya, ia termasuk golongan kaum Mukminin; 

ia berhak atas hak dan kewajiban sebagaimana kaum Mukminin lainnya. 

Barangsiapa tetap bertahan dengan ke-Kristenan-nya atau ke-Yahudi-annya, ia tidak boleh dipaksa 

keluar dari agamnya. Setiap orang yang teiah bermimpi (baligh); laki-laki, atau perempuan, orang 

merdeka, atau budak, harus membayar satu dinar utuh atau yang setara dengannya yaitu pakaian 

sebagai gantinya. Barangsiapa menunaikan kewajiban ini , ia berhak atas jaminan Allah dan 

Rasul-Nya. Barangsiapa menolak membayarnya, ia musuh Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukminin. 

Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Muhammad. 

 

Kedatangan Rifa'ah Bin Zaid Al- Judzami 

Ibnu Ishaq berkata: Di tengah-tengah disepakatinya perdamaian Al-Hudaibiyah sebelum terjadinya 

perang Khaybar, Rifa'ah bin Zaid Al-Judzami dan Adh-Dhubaibi datang menemui Rasulullah Shallallahu 

'Alaihi wa Sallam lalu menghadiahi Beliau seorang budak. Rifa'ah bin Zaid Al-Judzami memeluk Islam 

dengan keislaman yang baik. Rasulullah menulis surat kepada Rifa'ah bin Zaid Al-Judzami untuk 

disampaikan kepada kaumnya. Berikut isi surat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: 

Bismillahirrahmanaanirrahim 

Ini yaitu  surat dari Muhammad sang utusan Allah kepada Rifa'ah bin Zaid. Aku mengutusmu kepada 

segenap kaummu dan untuk menyeru kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa di antara mereka 

memenuhi seruan ini , ia termasuk golongan (penganut agama) Allah dan golongan Rasul-Nya. 

Dan barangsiapa tidak memenuhi ajakan ini , ia mendapatkan jaminan keamanan selama dua 

bulan. 

Sesampainya Rifa'ah bin Zaid di tengah kaumnya dan mengajak mereka masuk Islam, mereka 

memenuhi ajakannya dengan memeluk Islam, lalu  mereka berangkat ke Harrah Ar-Rajla'. 

 

Kedatangan Utusan Hamdan 

Ibnu Hisyam berkata: Disampaikan orang yang tidak aku ragukan kredibilitasnya, dari Amr bin 

Abdullah bin Udzainah Al-Abdi, dari Abu Ishaq As-Sabi'i, ia berkata: Utusan Hamdan juga datang 

kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dalam utusan Hamdan ini  ada Malik bin Namath, 

Abu Tsaur yakni Dzu Al-Misy'ar, Malik bin Aifa', Dhimam bin Malik As-Salmani, dan Umairah bin Malik 

Al-Kharifi. Mereka berpapasan dengan Rasulullah saat kepulangan beliau dari Tabuk. Saat itu, mereka 

mengenakan pakaian dari kain kain-kain berjahit yang halus asal Yaman, sorban dari Aden, di atas unta 

yang gagah asal Mahrab dan Arhab. Malik bin Namath dan seseorang dari mereka berkata 

membanggakan kaumnya. Ia berkata: "Wahai Rasulullah, orang-orang Hamdan yang terpandang dari 

semua kota dan desa berkerumun mendatangimu dengan menaiki unta muda yang kencang larinya 

dan bersambung dengan buhul-buhul Islam. Mereka tidak khawatir oleh kecaman orang yang 

mengecam. Mereka berasal dari kota Kharif, Yam, dan Syakir, yang merupakan pemilik unta dan kuda. 

Mereka menerima dakwah Rasul, merobohkan tuhan-tuhan patung-patung. Janji mereka tidak akan 

dilanggar selagi gunung masih berdiri tegak dan anak kijang masih berlari dengan kencang. 

 

Surat Rasul tentang Larangan Pada warga  Janab 

Bismillahirrahmaanirrahim 

Surat ini datang dari Rasulullah, Muhammad, kepada distrik kota Kharif, warga  negeri tanah tinggi 

(Janab), dan bukit berpasir bersama utusannya yaitu Dzu Al-Misy'ar, untuk Malik bin Namath bersama 

siapa saja dari kaumnya yang memeluk Islam bahwa mereka berhak atas tanah dataran tinggi dan 

dataran rendah mereka, selagi mereka mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka boleh 

menikmati kacang-kacangan di daerah-daerah itu dan menggembalakan hewan ternak di padang 

rumput di daerah ini . Oleh sebab  itulah, mereka berhak dan layak atas jaminan Allah dan Rasul-

Nya. Saksi mereka yaitu  Muhajirin dan Anshar. 

 

Perihal Dua Orang Pendusta Musailamah Al-Hanafi Dan Al-Aswad Al-Ansi 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam masih hidup ada dua orang yang 

membual tentang beragam hal: Musailamah bin Habib Al-Kadzdzab di Yamamah di Bani Hanifah dan 

Al-Aswad bin Ka'ab Al-Ansi di Shan'a. 

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abdullah bin Qusaith bercerita kepadaku, dari Atha' bin Yasar, atau 

saudaranya yaitu Sulaiman bin Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu, ia berkata: Aku 

mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkhutbah di atas mimbar: "Hai orang-orang 

sekalian, aku menyaksikan lailatul qadr lalu  aku dilupakannya. Aku melihat gelang dari emas di 

kedua tanganku namun aku tidak menyukainya. Lalu aku tiup gelang ini , ternyata keduanya 

terbang melayang, lalu aku tafsirkan kedua gelang ini  yaitu  dua orang pendusta itu: orang 

Yaman dan Yamamah."207 

 Ibnu Ishaq berkata: Orang yang tidak aku ragukan integritasnya bercerita kepadaku, dari Abu Hurairah 

Radhiyallahu Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda: 

"Hari Kiamat tidak akan datang sampai muncul tiga pul'uh dajjal yang kesemuanya mengklaim 

sebagai nabi."208 

 

Keberangkatan Para Gubernur Dan Petugas Penarik Zakat 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus para gubernurnya dan petugas 

zakat ke negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu 'alaihi 

wa Sallam mengutus Al-Muhajir bin Abu Umaiyah bin Al-Mughirah ke Shan'a. Namun Al-Aswad bin 

Ka'ab Al-Ansi melakukan pemberontakan kepadanya saat ia berada di sana. Rasulullah Shallallahu 

'alaihi wa Sallam mengutus Ziyad bin Labid saudara Bani Bayadhah Al-Anshari ke Hadramaut sebagai 

gubemur dan petugas penarik zakat di sana, mengutus Adi bin Hatim ke Thayyi' sebagai gubernur dan 

petugas zakat di sana dan Bani Asad, mengutus Malik bin Nuwairah, Ibnu Hisyam berkata: ia berasal 

dari Yarbu', sebagai petugas zakat di Bani Handzalah, membagi penanganan zakat Bani Sa'ad kepada 

dua orang dari mereka; Az-Zibriqan bin Badr di salah satu daerah di sana dan Qais bin Ashim di daerah 

lainnya, mengirim Al-Ala' bin Al-Hadhrami sebagai gubernur Bahrain, dan mengirim Ali bin Abu Thalib 

kepada warga  Najran untuk menarik zakat dan menyerahkan jizyah mereka kepada beliau. 

 

Surat Musailamah Al-Kadzdzab Kepada Rasulullah dan Surat Balasan Beliau Kepadanya 

Ibnu Ishaq berkata: Musaiiamah bin Habib mengirim surat kepada Rasulullah. Yang isinya sebagai 

berikut: 

Dari Musailamah Rasulullah kepada Muhammad Rasulullah, salamun alaika. Amma ba'du. 

"Sebetulnya  kepentingan kita dalam perkara (kenabian) ini sama. Kami berhak atas separuh bumi 

dan Quraisy berhak atas separuhnya lagi, namun Quraisy yaitu  orang-orang yang melampaui 

batas." 

Dua utusan membawa surat Musailamah bin Habib kepada Rasulullah. 

Ibnu Ishaq berkata: Salah satu syaikh dan Asyja' bercerita kepadaku, dari Salamah uin Nuaim bin 

Mas'ud Al-Asyja'i, dari ayahnya. Nuaim, yang berkata: Aku mendengar Rasulullah bertanya kepada 

kedua utusan Musailamah bin Habib sesudah  beliau membaca surat ini : "Bagaimana pandangan 

kalian?" Kedua utusan Musailamah bin Habib ini  berkata: "Kami sepakat dengan Musailamah 

bin Habib." Rasulullah bersabda: "Demi Allah, andai seorang utusan itu boleh dibunuh, aku pasti 

menghabisi kalian berdua." 

lalu  Rasulullah menulis surat kepada Musailamah bin Habib. Isi surat beliau sebagai berikut: 

Bismillahirrahmaanirrahim 

Dari Muhammad Rasulullah kepada Mu-sailamah Al-Kadzdzab (si pendusta). Kedamaian atas siapa 

saja yang mengikuti petunjuk Amma badu. Sebetulnya  bumi ini hanyalah milik Allah yang Dia 

wariskan kepada siapa saja yang Dia hendaki dari hamba-hamba-Nya dan pahala itu hanya untuk 

orang-orang yang bertakwa.209 

 

Peristiwa ini terjadi pada akhir tahun kesepuluh hijriyah. 

 

Haji Wada' (Terakhir) 

Ibnu Ishaq berkata: Menjelang bulan Dzulqadah, Rasulullah segera bersiap-siap untuk menunaikan 

ibadah haji dan memerintahkan kaum Muslimin untuk bersiap-siap. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Al-asim bercerita kepadaku, dari ayahnya, Al-Qasim bin 

Muhammad, dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata: "Rasulullah berangkat untuk melaksanakan 

ibadah haji pada tanggal dua puluh lima bulan Dzulqadah."210 

 

Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah meng angkat Abu Dujanah As-Saidi sebagai imam sementara di 

Madinah. Ada yang menuturkan bahwa beliau menunjuk Siba' bin Urfuthah Al-Ghifari. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Al-Qasim bercerita kepadaku dari ayahnya, Al-Qasim bin 

Muhammad, dari Aisyah Radhiyallahu Anha yang berkata: Dalam perjalanannya Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam terus menyebutkan haji di tangah kumpulan rombongannya. Tatkala tiba di Saraf 

beliau memerintahkan rombongannya bertahallul dari umrah kecuali orang yang membawa hewan 

unta sembelihan. 

Aisyah melanjutkan: saat  itu aku sedang haid dan menangis. Rasulullah lalu menemuiku dan 

bersabda: "Wahai Aisyah, ada apa? Apakah engkau sedang haidh?" Aku menjawab: "Ya. Demi Allah, 

kalau terus begini rasanya aku tidak bisa melanjutkan perjalanan bersama kalian." Rasulullah 

bersabda: "Janganlah pesimis. Engkau tetap berhaji berhaji, hanya saja engkau tidak boleh melakukan 

thawaf di sekitar Baitullah." 

Aisyah berkata: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memasuki Makkah, semua orang yang 

tidak membawa hewan sembelihan, dan juga isteri-isteri beliau ber tahallul dari umrah. Di hari 

penyembelihaii hewan qurban, daging-daging sapi diantarkan kepadaku. Aku bertanya: "Apa ini?" 

Orang orang berkata: "Rasulullah menyembelih hewan qurban atas nama istri-istrinya." Pada malam 

sesudah  hari-hari tasyriq, Rasulullah berjalan bersamaku dan saudaraku Abdurrahman bin Abu Bakar, 

lalu  ia membantuku untuk melaksanakan umrah dari At-Tan'im, yaitu tempat aku tidak bisa 

melaksanakan umrah sebelumnya.211 

Ibnu Ishaq berkata: Nafi' mantan budak Abdullah bin Umar bercerita kepadaku, dari Abdullah bin 

Umar, dari Hafshah binti Umar, yang berkata: "Tatkala Rasulullah menyuruh istri-istrinya ber tahallul, 

aku berkata: "Wahai Rasulullah, kenapa engkau tidak bertahallul bersama kami?" Rasulullah bersabda: 

"Aku membawa hewan sembelihan dan menggulung rambut, jadi aku tidak bertahallul hingga aku 

menyembelih untaku.'212 

 

Ali bin Abu Thalib Berpapasan dengan Rasulullah di Haji Sepulangnya dari Yaman 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih bercerita kepadaku bahwa sebelumnya Rasulullah 

mengutus Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu ke Najran, lalu  beliau bertemu dengannya di 

Makkah dalam keadaan berihram. Ali bin Abu Thalib menemui Fathimah binti Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam dan mendapatinya bertahallul dan berhias. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

membagi dua hewan sembelihan dengan Ali bin Abu Thalib dan Ali bin Abu Thalib tetap dalam keadaan 

ihram bersama Rasulullah. Tatkala keduanya menyelesaikan seluruh aktivitas haji, Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyembelih hewan sembelihan untuknya dan Ali. 

 

Khutbah Rasulullah di Haji Wada' 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah melanjutkan prosesi ibadah hajinya, mengajarkan manasik haji kepada 

kaum Muslimin, menjelaskan sunnah-sunnah haji kepada mereka, dan berkhutbah kepada mereka 

menjelaskan apa yang perlu dia jelaskan. Rasulullah memuji Allah, menyanjung-Nya lalu bersabda: 

Wahai manusia, simaklah dengan seksama perkataanku, sebab  aku tidak tahu apakah aku masih 

bisa berjumpa kalian tahun depart di tempat ini. 

Wahai manusia, Sebetulnya  darah dan harta benda kalian yaitu  haram bagi kalian hingga kalian 

berjumpa dengan Allah sebagaimana haramnya hari dan bulan kalian ini. 

Sebetulnya  kalian semua akan menemui Tuhan kalian lalu Dia akan bertanya tentang amal 

perbuatan kalian. 

Sungguh hal ini telah aku sampaikan... 

Barangsiapa yang masih memiliki amanah, hendaklah ia menunaikannya kepada yang berhak 

menerimanya. 

Sebetulnya  semua riba dihapus terkecuali modal harta kalian. Dengan cara ini kalian tidak berbuat 

zalim dan jangan pula mau dizalimi. sebab  Allah telah menentukan tidak boleh lagi ada riba. 

Sebetulnya  riba Al-Abbas bin Abdul Muthalib semuanya terhapus. 

Sebetulnya  bunuh membunuh sebab  balas dendam pada masa jahiliyah itu terhapus dan darah 

yangpertama kali aku hapus ialah darah Ibnu Rabi'ah bin Al-Harits bin Abdul Muthalib. Dulu ia mencari 

wanita yang menyusui di Bani Laits lalu ia dihabisi oleh orang-orang Hudzail. 

Ia lah yang pertama kali kuhapuskan darahnya pada masa jahiliyah. 

Wahai manusia, Sebetulnya  setan telah menyerah dan putus asa untuk bisa disembah di negeri 

kalian untuk selama-lamanya, namun setan ditaati dalam hal yang lainnya dan sungguh setan senang 

sekali dengan hal itu, yaitu amal perbuatan yang kalian anggap kecil, oleh sebab  itu, hati-hatilah 

kalian terhadap setan, jangan sampai merusak agama kalian! 

Wahai manusia, 

"Sebetulnya  mengundur-undurkan bulan haram itu bisa menambah kekafiran. Orang-orang 

yang kafir telah disesatkan sebab  mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu 

tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mencocokkannya dengan 

bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah 

dan mengharamkan apa yang Allah halalkan." (QS. at-Taubah: 37) 

Sebetulnya  roda waktu itu terus berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Sebetulnya  

jumlah bulan di sisi Allah ialah dua belas. Empat di antaranya yaitu  haram; tiga bulan berturut-turut 

dan bulan Rajab yang berada di antara bulan Jumadil Akhir dengan bulan Sya'ban. Amma ba 'du. 

Wahai manusia, Sebetulnya  kalian memiliki hak atas istri-istri kalian sebagaimana istri-istri kalian 

juga memiliki  hak atas kalian. Hak kalian atas istri-istri kalian ialah mereka harus mengharamkan 

siapa pun dari orang-orang yang kalian tidak sukai untuk mendatangi ranjang-ranjang kalian dan istri-

istri kalian haram bagi mereka mengerjakan perbuatan keji dan tidak senonoh. Jika istri-istri kalian 

mengerjakan hal-hal ini , Allah mengizinkan kalian untuk mendiamkan mereka di tempat tidur 

dan memukul mereka namun jangan sampai melukai mereka. Jika meeka telah sadar dan bertaubat, 

mereka berhak mendapatkan nafkah danpakaian dengan cara yang baik. Berbuat baiklah kepada 

para istri kalian, sebab  mereka seperti tawanan yang tidak memiliki sesuatu apa pun. Sesungguh- 

nya kalian mengambil istri-istri kalian dengan amanah Allah dan menghalalkan kemaluan mereka 

dengan kalimat-kalimat Allah, oleh sebab  itu, camkanlah ucapanku ini, sebab  aku telah 

menyampaikannya kepada kalian. 

Aku wariskan kepada kalian Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya yang jika kalian berpegang teguh 

kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat untuk selamanya. 

Wahai manusia sekalian, simak dan camkanlah ucapanku. Ketahuilah bahwa setiap Muslim yaitu  

saudara bagi Muslim lainnya dan seluruh kaum Muslimin itu bersaudara. Oleh sebab itulah, tidak halal 

baginya mengambil sesuatu dari saudaranya kecuali bila hatinya menyetujuinya. Janganlah kalian 

suka menzalimi diri kalian. Apakah ini semua telah aku sampaikan... ? 

Disebutkan kepadaku bahwa kaum Muslimin berkata: "Sudah." Rasulullah bersabda: "....Saksikanlah." 

Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair bercerita kepadaku, dari ayahnya, Abbad, 

yang berkata bahwa orang yang mengulang kembali sabda Rasulullah di atas dengan berteriak tatkala 

beliau berada di Arafah ialah Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf. Rasulullah bersabda kepada Rabi'ah bin 

Umaiyah bin Khalaf: "Katakan kepada orang-orang bahwa Rasulullah bertanya: Bulan apa sekarang?" 

Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf menyampaikan pertanyaan Rasulullah ini  dengan berteriak 

kencang kepada kaum Muslimin, lalu  mereka berkata kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf: 

"Bulan Haram." Rasulullah bersabda kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf: "Beritahu mereka lagi 

bahwa Allah mengharamkan darah dan harta kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini hingga kelak 

kalian menemui Allah." Rasulullah bersabda lagi kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf: "Katakan 

kepada mereka: 'Wahai manusia, Sebetulnya  Rasulullah bersabda, 'tahukah kalian di negeri mana 

kalian kini berada?'" Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf kembali menyampaikan sabda Rasulullah ini  

dengan suara yang keras, lalu  kaum Muslimin berkata: "Kami sedang berada di negeri haram." 

Rasulullah bersabda lagi kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf: "Sampaikan lagi kepada mereka 

bahwa Allah mengharamkan darah dan harta kalian sebagaimana haramnya negeri kalian ini hingga 

kelak kalian menemui Tuhan kalian." Rasulullah bersabda lagi kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf: 

"Katakan kepada mereka, tahukah kalian hari apakah sekarang?" Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf 

kembali meneriakkan sabda Rasulullah ini , lalu  kaum Muslimin menjawab: "Sekarang 

yaitu  hari haji akbar." Rasulullah bersabda kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf: "Katakan kepada 

mereka bahwa Allah mengharamkan darah dan harta kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini 

hingga kelak kalian menemui Tuhan kalian."213 

 

Ibnu Ishaq berkata: Laits bin Abu Sulaim bercerita kepadaku, dari Syahr bin Hausyab Al-Asy'ari, dari 

Amr bin Kharijah, ia berkata: Attab bin Usaid mengutusku menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam untuk satu urusan, saat itu beliau berdiri di Arafah. Lalu aku utarakan keperluan ini  

kepada beliau. sesudah  itu, aku berdiri di bawah unta Rasulullah dan sungguh air liur unta beliau 

menetes ke kepalaku. Saat itu aku dengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: 

"Sebetulnya  Allah 'azza wajalla telah mem- berikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. 

Dan tidak ada wasiat bagi ahli waris, anak yaitu  hak bagi sang suami, sedangkan bagi seorangpezina 

yaitu  batu (hukuman rajam). Dan barangsiapa menisbatkan dirinya kepada selain bapaknya atau 

(budak) menisbatkan diri kepada selain tuannya, maka ia akan mendapatkan Allah, malaikat dan 

seluruh manusia. Allah tidak akan menerima amalan sunnah dan tidak pula amalan wajib, atau amalan 

sunnah dan tidak pula amalan wajibnya."214 

 

Rasulullah Memperlihatkan Manasik kepada Manusia dan Mengajarkan Faraidh-Faraidh Allah 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih bercerita kepadaku bahwa tatkala Rasulullah berdiri di 

Arafah, beliau bersabda: "Ini yaitu  tempat berhenti dan semua Muzdalifah yaitu  tempat berhenti", 

Tatkala berdiri di Quzah pada pagi hari Muzdalifah, Rasulullah bersabda: "Ini yaitu  tempat berhenti 

dan semua Muzdalifah yaitu  tempat berhenti." Tatkala menyembelih hewan sembelihan di tempat 

penyembelihan di Mina, Rasulullah bersabda: "Ini yaitu  manhar (tempat penyembelihan hewan) dan 

Mina semuanya yaitu  manhar." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyelesaikan haji, 

memperlihatkan manasik haji kepada kaum Muslimin, menerangkan kepada mereka apa saja yang 

diwajibkan Allah kepada mereka pada saat haji mereka; tempat wuquf, melempar jumrah, thawaf, 

dan menerangkan apa saja yang dihalalkan Allah dan apa saja yang Dia haramkan atas mereka di haji 

mereka. Dan ini yaitu  pesan-pesan terakhir dan haji wada' (perpisahan) beliau, sebab  Rasulullah 

tidak berhaji lagi sesudah tahun itu.215 

 

Pengiriman Usamah Bin Zaid ke Palestina 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  menunaikan haji wada', Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pulang ke 

Madinah dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya di sana pada sisa bulan Dzulhijjah, Muharram, dan 

Shafar. Rasulullah Shal lalahu 'alaihi wa Sallam mengirim pasukan ke Syam dengan Usamah bin Zaid 

bin Haritsah, mantan budak beliau sebagai komandannya. Beliau memerintahkannya untuk 

menjejakkan kuda-kudanya ke perbatasan Al-Balqa' dan Ad-Darum, di wilayah Palestina. Kaum 

Muslimin segera bersiaga dan sejumlah Muhajirin generasi awal ikut Usamah bin Zaid dalam pasukan 

kali ini. 

 

Keberangkatan Para Duta Rasulullah Kepada Para Raja 

Ibnu Hisyam berkata: Orang yang aku tidak ragukan integritasnya bercerita kepadaku, dari Abu Bakr 

Al-Hudzali, ia berkata: Telah sampai berita padaku bahwa pada suatu hari Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam keluar menemui para sahabatnya sesudah  umrah di Hudaibiyah, lalu  beliau bersabda: 

"Hai manusia, Sebetulnya  Allah mengutusku sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia. Maka 

janganlah kalian mengkhianatiku sebagaimana Al-Hawariyyun mengkhianati Isa bin Maryam." Para 

sahabat bertanya: "Bagaimana Al-Hawariyyun mengkhianati Isa bin Maryam, wahai Rasulullah?" 

Rasulullah bersabda: "Isa bin Maryam menyeru mereka kepada sesuatu sebagaimana halnya aku juga 

menyerukan hal ini  kepada kalian. Adapun orang yang diutus Isa bin Maryam ke tempat yang 

dekat, ia tunduk dan patuh. Sementara orang yang diutus Isa bin Maryam ke tempat yang jauh, ia 

enggan dan berat hati untuk melaksanakan tugas ini . Isa mengadukan itu kepada Allah, maka 

jadilah orang-orang yang merasa keberatan itu dan setiap orang dari mereka jadi berbicara dengan 

bahasa ummat kemana mereka diutus. 

lalu  Rasulullah mengutus beberapa orang dari sahabatnya untuk membawakan suratnya 

kepada para raja yang berisi ajakan kepada Islam. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus 

Dihyah bin Khalifah Al- Kalbi kepada Kaisar Byzantium Romawi, Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi 

kepada Kisra Persia, Amr bin Umaiyah Adh-Dhamri kepada Najasyi, raja Habasyah, Hathib bin Abu 

Balta'ah kepada Al-Muqaiqis di Iskandariyah, Amr bin Al-Ash As-Sahmi kepada Jaifar dan lyadh -

keduanya anak Al-Julunda Al-Azdi- raja Amman, Salith bin Amr salah seorang warga Bani Amir bin Luay 

kepada Tsumamah bin Utsal dan Haudzah bin Ali -keduanya dari Bani Hanifah- raja Yamamah, Al-Ala' 

bin Al- Hadhrami kepada Al-Mundzir bin Sawa Al- Abdi raja Al-Bahrain, dan Syuja' bin Wahb Al-Asadi 

kepada Al-Harits bin Abu Syamr Al-Ghassani raja di perbatasan Syam. 

Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah juga mengirim Syuja' bin Wahb kepada Jabalah bin Al-Aiham Al-

Ghassani dan Al-Muhajir bin Abu Umaiyah Al-Makhzumi kepada Al-Harits bin Abdu Kulal Al-Himyari, 

raja Yaman. 

 

Nama-nama Para Utusan Nabi Isa bin Maryam 'Alaihis-Salam 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang dari Al-Ha-wariyyun dan Al-Atba' (bukan pengikut Nabi Isa langsung, 

tabiin) yang diutus Nabi Isa bin Maryam 'Alaihis salam keberbagai negeri ada- lah sebagai berikut: 

Butrus (Peter, Petrus) Al- Hawari bersama Bulus (Paulus) -ia termasuk Al-Atba dan tidak termasuk Al-

Hawariyyun- ke negeri Romawi, Andarais (Andrew) dan Matta (Mathius) ke negeri yang warga nya 

memakan daging manusia (kanibal), Thomas ke negeri Babilionia, negeri di timur, Philip ke 

Qarthajannah (Chartage) yang tidak lain yaitu  Afrika, Yohannes ke Afsus (Ephesus), desa tempat 

tinggal anak muda ashabul kahfi, Ya'qubus (James) ke Yerusalem yang tidak lain yaitu  Iliya', sebuah 

desa di Baitul Maqdis, Ibnu Tsalma' (Bartholomew) kepada orang- orang Arab Baduy yang berada di 

Hijaz, Si¬mon ke negeri Barbar, Yahuda (Judah) -ia tidak termasuk Al-Hawariyyun- ditempatkan Nabi 

Isa bin Maryam di tempat Yudas. 

 

Jumlah Perang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam 

Ibnu Hisyam berkata: Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai bercerita kepada kami dari Muhammad bin Ishaq 

Al-Muthallabi ia berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berperang sebanyak dua puluh tujuh 

kali. Perang-perang yang dilalui oleh beliau yaitu  sebagai berikut: 

1. Perang Waddan a.k.a Perang Al-Abwa'. 2. Perang Buwath di Radhwa. 3. Perang Al-Qusyairah di 

lembah Yanbu'. 4. Perang Badar Pertama dalam rangka mencari Kurz bin Jabir. 5. Perang Badar Al-

Kubra yang mana di dalamnya tokoh-tokoh Quraisy banyak tewas. 6. Perang Bani Sulaim hingga tiba 

di Al-Kudr. 7. Perang As-Sawiq dalam rangka mencari Abu Sufyan bin Harb. 8. Perang Ghathafan yakni 

Perang Dzu Amar. 9. Perang Bahran di kawasan tambang di Al-Hijaz. 10. Perang Uhud. 11. Perang 

Hamra'ul Asad. 12. Perang Bani An-Nadhir. 13. Perang Dzatu Ar-Riqa'. 14. Perang Badar Terakhir. 15. 

Perang Dawmatul Al-Jandal. 16. Perang Khandaq. 17. Perang Bani Quraizhah. 18. Perang Bani Lahyan 

dari suku Hudzail. 19. Perang Dzu Qarad. 20. Perang Bani Al-Mushthaliq dari suku Khuza'ah. 21. Perang 

Al-Hudaibiyah dimana Rasulullah tidak menginginkan perang, sebab  dilarang melaksanakan umrah 

oleh kaum musyrikin 22. Perang Khaybar. 23. Umrahul Qadha'. 24. Perang Penaklukan Makkah. 25. 

Perang Hunain. 26. Perang Thaif. 27. Perang Tabuk. 

 

Jumlah Sariyah (Pasukan Tempur) Dan Misi Rasulullah 

Ibnu Ishaq berkata: Total misi dan sariyah (pasukan tempur) yang dikirim Rasulullah ialah tiga puluh 

delapan, dengan rincian sebagai berikut: 1. Serangan Ubaidah bin Al-Harits di Tsaniyatul Marrah 

Bawah. 2. Serangan Hamzah bin Abdul Muthalib ke pantai laut di daerah Al-Ish. 3. Serangan Sa'ad bin 

Abu Waqqash ke Al-Kharrar. 4. Penyerbuan Abdullah bin Jahsy ke Nakhlah. 5. Serangan Zaid bin 

Haritsah ke Al-Qaradah. 6. Serangan Muhammad bin Maslamah terhadap Ka'ab bin Al-Asyraf. 7. 

Serangan Martsad bin Abu Martsad Al-Ghanawi ke Ar-Raji'. 8. Serangan Al-Mundzir bin Amr ke Bi'ru 

Maunah. 9. Serangan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah ke Dzu Al-Qashshah di jalan ke Irak. 10. Serangan 

Umar bin Khaththab ke Turbah, daerah di Bani Amir. 11. Serangan Ali bin Abu Thalib ke Yaman. 12. 

Serangan Ghalib bin Abdullah Al-Kalbi yaitu Kalbi Laits ke Al-Kadid. Pada se-rangan ini , Ghalib 

bin Abdullah Al-Kalbi berhasil mengalahkan Bani Al-Mulawwah. lalu  13. Serangan Ali bin Abu 

Thalib ke Bani Abdullah bin Sa'ad dari warga  Fadak. 14. Serangan Abu Al-Auja' As-Sulami ke Bani 

Sulaim. Pada penyerbuan ini , Abu Al-Auja' dan sahabat-sahabatnya gugur sebagai syahid. 15. 

Serangan Ukkasyah bin Mihshan ke Al-Ghamrah. 16. Serangan Abu Salamah bin Abdul Asad ke Qathan, 

salah satu mata air Bani Asad dari arah Najd. Pada serangan ini , Urwah bin Mas'ud gugur sebagai 

syahid. 17. Serangan Muhammad bin Maslamah ke saudara Bani Haritsah Al-Ouratha' dari Hawazin. 

18. Serangan Basyir bin Sa'ad bin Murrah terhadap orang-orang Fadak. 19. Serangan Basyir bin Sa'ad 

bin Murrah ke daerah di Khaybar. 20. Serangan Zaid bin Haritsah ke Al-Jamum, salah satu daerah Bani 

Sulaim. 21. Serangan Zaid bin Haritsah ke Judzam, salah satu daerah di Khusyain. 22. Serangan Zaid 

juga mengarah ke Tharaf di arah Nakhl, dari jalur Irak. Serangan Zaid bin Haritsah Pada Bani Fazarah 

dan Terbunuhnya Ummu Qirfah 23. Serangan Zaid bin Haritsah ke Lembah Al-Qura. 24. Serangan 

Abdullah bin Rawahah ke Khaybar dua kali. Di salah satu serangan- nya, Abdullah bin Rawahah berhasil 

melukai Al-Yasir bin Rizam. 25. Serangan Abdullah bin Atik ke Khaybar. Di penyerbuan ini , 

Abdullah bin Atik berhasil membunuh Abu Rafi' bin Abu Al-Huqaiq. 26. Serangan Abdullah bin Unair 

ke Khalid bin Sufyan bin Nubaih Al-Hudzali. 27. Serangan Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abu Thalib, dan 

Abdullah bin Rawahah di Mu'tah, daerah di Syam. Pada perang ini , ketiga sahabat ini  

gugur sebagai syuhada. 28. Serangan Ka'ab bin Umair AI-Ghifari ke Dzatu Athlah, daerah di Syam. Pada 

serangan ini , Ka'ab bin Umair Al- Ghifari dan sahabat-sahabatnya terbunuh. 29. Serangan 

Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah bin Badr ke Bani Al-Anbar, salah satu suku dari Bani Tamim. 30. 

Serangan Ghalib bin Abdullah Al-Kalbi yaitu Kalbi Laits, ke daerah Bani Murrah. 31. Serangan Amr bin 

Al-Ash ke Dzatu As-Salasil, salah satu daerah Bani Udzrah. 32. Serangan Ibnu Abi Hadrad atas Suku 

Idham dan Pembunuhan Atas Amir bin Al-Adhbath al-Asyja'i. 33. Serangan Ibnu Hadrad Al-Aslami 

untuk Membunuh Rifa'ah bin Qais al-Jusyami. 34. Serangan Abdurrahman bin Auf ke Dumatul Al-

Jandal. 35. Serangan Salim bin Umar untuk Membunuh Abu Afak. 36. Serangan Umair bin Adi Al-

Khathmi Untuk Membunuh Ashma binti Marwan. 37. Serangan Ali bin Abi Thalib ke Yaman, terjadi 

sebanyak dua kali. 38. Ekspedisi Usamah bin Zaid ke Palestina. 

Ibnu Hisyam berkata: "Itulah misi terakhir yang dikirim Rasulullah." 

 

 

Bab 5 

 

 

Saat Kematian Datang Menjemput; Episode-Episode Terakhir Rasulullah 

Hidup di Dunia 

 

 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala kaum Muslimin tengah bersiap-siap untukberangkat bersama Usamah bin 

Zaid, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam jatuh sakit, sebab  Allah ingin memuliakannya dan 

merahmatinya pada akhir Shafar atau awal Rabiul Awwal. Awal mula sakitnya Rasulullah, sebagaimana 

dituturkan kepadaku, yaitu  bahwa beliau keluar untuk menziarahi kuburan Baqi' Al-Gharqad pada 

pertengahan malam untuk memintakan am- punan bagi para penghuninya, sesudah  itupun beliau 

pulang ke rumahnya. Dan keesokan harinya beliau jatuh sakit. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Umar bercerita kepadaku, dari Ubaid bin Jubair mantan budak Al-

Hakam bin Abu Al-Ash, dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Abu Muwaihibah, mantan budak 

Rasulullah, ia bercerita: Menjelang tengah malam Rasulullah bersabda padaku: "Wahai Abu 

Muwaihibah, aku diperintah agar memintakan ampunan bagi para penghuni kuburan Al-Baqi'. Maka, 

ikutlah engkau bersamaku." lalu  aku pun menemani beliau Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tatkala 

berdiri di tengah-tengah kuburan Al-Baqi', Rasulullah bersabda: "As-Salamu 'Alaikum, wahai penghuni 

kuburan, berbahagialah kalian semua dengan apa yang kalian rasakan di dalamnya, daripada apa yang 

kini dirasakan manusia. Banyak cobaan kini datang bagaikan serpihan malam yang gelap gulita dimana 

cobaan terakhir menyuSul cobaan pertama dan cobaan terakhir lebih buruk daripada cobaan 

pertama." lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menghadapkan wajahnya kepadaku dan 

bersabda: "Wahai Abu Muwaihibah, telah diberikan kepadaku kunci-kunci kekayaan dunia, keabadian 

di dalamnya, dan surga, lalu aku perin tahkan untuk memilih di antaranya atau aku memilih dengan 

pilihan bertemu Tuhanku dan surga." Aku berkata: "Wahai Rasulullah, ambillah kunci-kunci kekayaan 

dunia, keabadian di dalamnya, dan surga." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak, 

demi Allah, wahai Abu Muwaihibah, aku lebih mencintai bertemu dengan Tuhanku dan surga." sesudah  

itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memohonkan ampunan bagi penghuni kuburan Al-Baqi', 

sesudah  itu pulang, dan esokna mulai sakit-sakitan yang membuatnya meninggal dunia.216 

 

Ibnu Ishaq berkata: Yaqub bin Utbah bercerita kepadaku dari Muhammad bin Muslim Az-Zuhri dari 

Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, dari Aisyah Radhiyallahu Anha, istri Rasulullah, ia 

berkata: Sepulang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari kuburan Al-Baqi' beliau mendapatiku 

sakit kepala. Aku berkata: "Aduh, kepalaku sakit sekali." Rasulullah bersabda: "Demi Allah, wahai 

Aisyah, kepalaku ini justru jauh lebih sakit." 

Aisyah berkata: lalu  Rasulullah bersabda lagi: "Bagaimana kiranya jika engkau meninggal dunia 

sebelum aku lalu engkau kumandikan dan kafani, sesudah  itu ku shalati dan kukuburkan?" Aku berkata: 

"Demi Allah, jika itu yang terjadi padaku engkau pasti pulang ke rumahku lalu bermesraan dengan 

salah seorang istrimu." Mendengar itu Rasulullah tersenyum. Hari berganti hari sakit Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin parah.217 Walau demikian beliau tetap menyempatkan diri 

mengunjungi istri-istrinya hingga akhirnya sakit beliau semakin parah tatkala beliau berada di rumah 

Maymunah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu memanggil istri-istri beliau dan meminta izin 

kepada mereka untuk dirawat di rumahku. Mereka memberi izin kepada beliau sehingga aku bisa 

merawat beliau di rumahku.218 

 

 

Perawatan Rasulullah di Rumah Aisyah 

Ibnu Ishaq berkata: Yaqub bin Utbah bercerita kepadaku, dari Muhammad bin Muslim Az-Zuhri, dari 

Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah, dari Aisyah Radhiyallahu Anha, istri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam, ia berkata: Dalam perjalanan pulang dari rumah salah seorang istrinya Rasulullah di papah oleh 

dua orang, yaitu Al-Fadhl bin Al-Abbas dan seseorang lainnya hingga beliau masuk ke rumahku. 

Ubaidillah berkata: Aku menanyakan Abdullah bin Abbas siapa orang itu, Abdullah bin Abbas berkata: 

"Dia yaitu  Ali bin Abu Thalib." 

Aisyah melanjutkan: Rasulullah tidak sadarkan diri dan sakitnya pun bertambah parah. sesudah  itu, 

beliau bersabda: "Siramkan kepadaku tujuh gayung dari beragam sumur agar aku fit kembali dan 

dapat keluar menemui orang-orang dan memberi wasiat kepada mereka. Aku mendudukkan beliau di 

gentong air milik Hafshah binti Umar bin Khaththab dan menyiramkan air kepada beliau, hingga beliau 

berkata: "Sudah cukup. Sudah cukup." 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Ayyub bin Basyir bercerita kepadaku bahwa Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar rumah menuju mimbar. Sesampainya di mimbar beliau duduk 

lalu  mendoakan para syuhada Perang Uhud, memintakan ampunan untuk mereka, 

memperbanyak mengucapkan shawalat untuk mereka, lalu bersabda: "Sebetulnya  salah seorang 

hamba Allah diberi dua pilihan; dunia atau apa yang ada di sisi-Nya, lalu  hamba ini  memilih 

apa yang ada di sisi-Nya" Abu Bakar menyadari bahwa yang beliau maksud dengan hamba pada 

sabdanya yaitu  beliau sendiri. Oleh sebab  itu, ia spontan menangis. Abu Bakar berkata: "Biarkan 

kami menebus engkau dengan jiwa kami dan anak-anak kami." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

bersabda: "Tahanlah emosimu, wahai Abu Bakar." sesudah  itu Rasulullah bersabda: "Lihatlah pintu- 

pintu menuju masjid ini, lalu  tutuplah semua kecuali rumah Abu Bakar, sebab  aku tidak 

dapatkan orang yang lebih baik persahabatannya denganku daripada Abu Bakar." 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: "Kecuali pintu Abu Bakar." 

Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Abdullah bercerita kepadaku dari keluarga Abu Sa'id bin Al-

Ma'alli bahwa tatkala itu Rasulullah bersabda: "Seandainya aku boleh menjadikan seseorang sebagai 

kekasihku, tentu aku pasti mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku, tapi yang ada hanyalah 

persahabatan dan persaudaraan seiman hingga Allah menghimpun aku dengannya."219 

 

 

Perintah Rasulullah Untuk Merealisasikan Pengiriman Pasukan Usamah bin Zaid 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair bercerita kepadaku, dari Urwah bin Zubair dan 

ulama lain bahwa kaum muslimin mencoba menahan kepergian pasukan Usamah bin Zaid sewaktu 

beliau sakit. Mereka mempersoalkan pengangkatan Usamah bin Zaid sebagai komandan perang. 

Mereka berkata: "Rasulullah mengangkat anak yang terlalu muda untuk men


jadi komandan perang 

padahal di sana ada sahabat-sahabat utama dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar." 

Sesaat sesudah  itu beliau keluar lalu duduk di atas mimbar. Rasulullah memuji Allah, menyanjung-Nya 

dengan sanjungan yang pantas Dia terima, lalu  bersabda: "Wahai manusia, jangan kalian 

menghalang-halangi pengiriman pasukan Usamah bin Zaid. Aku bersumpah, jika kalian 

mempersoalkan jabatan komandan perang Usamah, berarti kalian juga mempersoalkan jabatan 

ayahnya sebelum itu, sebagai komandan. Sungguh Usamah sangat pantas mengemban amanah 

ini  sebagaimana ayahnya pantas menerimanya." lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam turun dari mimbar dan kaum Muslimin pun bersiap-siap untuk berangkat. Sementara itu 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin parah. Usamah bin Zaid bersama pasukannya 

berangkat. Tatkala tiba di Al-Jurf, daerah yang berjarak satu farsakh dari Madinah, ia berhenti dan 

memancang tenda di sana. Di sisi lain, sakit Rasulullah semakin kritis. Usamah bin Zaid dan pasukannya 

tidak meneruskan perjalanan untuk memantau apa yang ditakdirkan Allah untuk Rasulullah. 

 

Wasiat Rasulullah untuk Kaum Anshar 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Abdullah bin Ka'ab bin Malik bercerita kepadaku pada saat 

Rasulullah mendoakan para syuhada' Uhud, memohonkan ampunan untuk mereka, dan menyebutkan 

tentang mereka, beliau juga bersabda: "Wahai seluruh kaum Muhajirin, tetaplah kalian berbuat baik 

terhadap kaum Anshar, sebab  jumlah kalian terus terus bertambah, sedang tidaklah bertambah 

kecuali sebagaimana keadaan mereka pada hari ini. Sebetulnya  kaum Anshar yaitu  pembelaku 

dan tempat menjaga rahasiaku yang aku berlindung kepadanya. Maka berbuat baiklah kepada siapa 

saja di antara mereka yang berbuat baik dan maafkan siapa saja di antara mereka yang melakukan 

kesalahan."220 

 

Abdullah berkata: sesudah  itu Rasulullah turun dari mimbar lalu masuk ke rumahnya sementara 

sakitnya semakin kritis hingga beliau tidak sadarkan diri. 

Istri-istri Rasulullah seperti Ummu Salamah dan Maimunah, serta wanita-wanita kaum Muslimin 

seperti Asma' binti Unais berkumpul di sekitar Rasulullah. Al-Abbas, paman Rasulullah, juga berada di 

sisi beliau. Mereka sepakat untuk memasukkan obat ke mulut beliau. lalu  Al-Abbas 

memasukkan obat ke mulut Rasulullah. Tatkala siuman, beliau bersabda: "Siapa yang melakukan ini 

terhadapku?" Orang-orang menjawab: "Wahai Rasullullah, pamanmu sendiri." Rasulullah bersabda: 

"Itu yaitu  obat yang dibawa wanita-wanita yang datang dari Habasyah. "Rasulullah bersabda lagi: 

"Kenapa kalian berbuat seperti itu?" Al-Abbas menjawab: "Wahai Rasulullah, kami semua khawatir 

engkau terkena serangan penyakit pleurisy (radang selaput dada)." Rasulullah bersabda: "Penyakit 

ini  tidak akan Allah timpakan kepadaku."221 Ibnu Ishaq berkata: Sa'id bin Ubaid As- Sabbaq 

berkata padaku, dari Muhammad bin Usamah, dari ayahnya, Usamah bin Zaid Radhiyallahu Anhu, ia 

berkata: "Tatkala sakit Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin kritis, aku dan anak buahku 

pulang ke Madinah, lalu  aku menemui Rasulullah yang pada saat itu diam tanpa mengeluarkan 

sepatah kata apapun. Beliau menengadahkan tangan ke langit lalu  meletekkar tangannya 

kepadaku. Aku pun paham bahwj beliau sedang mendoakanku."222 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata: "Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bercerita 

kepadaku, dari Aisyah Radhiyallahu Anha ia berkata: "Saat itu, aku seringkali mendengar Rasulullah 

bersabda: "Sebetulnya  Allah hanya akan mewafatkan para nabi jika  Dia sudah memberinya 

pilihan." Menjelang wafat, ucapan terakhir yang aku dengar dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam yaitu : "Bersama teman yang paling tinggi di surga." Aku berkata: "Jika demikian, demi Allah, 

Rasulullah tidak memilih kami dan tahulah aku bahwa beliaulah yang pernah bersabda kepada kami: 

"Sebetulnya  Allah hanya akan mewafatkan para nabi jika  Dia sudah memberinya pilihan."223 

 

Rasulullah Memerintahkan Abu Bakar Untuk Menjadi Imam Shalat 

Az-Zuhri berkata: Hamzah bin Abdullah bin Umar bercerita kepadaku bahwa Aisyah Radhiyallahu Anha 

berkata: Tatkala sakit Rasulullah bertambah parah, beliau bersabda: "Beritahukan orang-orang untuk 

segera mengangkat Abu Bakar sebagai imam shalat bagi kaum muslimin." Aku berkata: "Wahai Nabi 

Allah, Sebetulnya  Abu Bakar yaitu  sosok melankolis, bersuara rendah, dan sering menangis 

jika  sedang membaca Al-Qur'an." Rasulullah tetap bersabda: "Perintahkan Abu Bakar untuk 

menjadi imam shalat bagi kaum muslimin." Aku memberi masukan seperti tadi kepada Rasulullah, 

lalu  beliau menanggapi: "Kalian hampir sama dengan sahabat-sahabat Yusuf. Segera 

perintahkan Abu Bakar menjadi imam shalat bersama kaum muslimin." Demi Allah, aku tetap berkata 

seperti itu agar tugas imam tidak diserahkan kepada Abu Bakar dan sebab  aku tahu bahwa orang- 

orang tidak menyukai seseorang yang berdiri menggantikan tempat beliau serta bahwa mereka akan 

mencelanya jika  melakukan kesalahan. Aku ingin agar tugas ini  tidak dibebankan kepada Abu 

Bakar."224 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ibnu Syihab berkata: Abdul Malik bin Abu Bakr bin Abdurrahman bin Al-Harits bin 

Hisyam bercerita kepadaku, dari ayahnya, dari Abdullah bin Zam'ah bin Al-Aswad bin Al-Muthalib bin 

Asad, ia berkata: "Tatkala sakit Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin parah, aku berada di 

tempat beliau bersama beberapa orang dari kaum Muslimin. Bilal bin Rabah mengumandangkan 

adzan shalat, lalu  Rasulullah bersabda: "Perintahkan seseorang mengimami orang-orang untuk 

shalat." Aku segera keluar, ternyata Umar bin Khaththab sudah berada di tengah-tengah kaum 

Muslimin. Aku berkata: "Wahai Umar, berdirilah dan imamilah orang-orang untuk shalat." Umar bin 

Khaththab pun berdiri. Tatkala ia bertakbir, Rasulullah mendengar suaranya yang sangat lantang, 

lalu  beliau bersabda: "Dimana Abu Bakar? Allah dan kaum Muslimin tidak menginginkan ini 

semua. Allah dan kaum Muslimin tidak menginginkan ini semua."225 Abu Bakar pun lalu dicari. sesudah  

lama dicari akhirnya Abu Bakar datang lalu Ia mengimami shalat kaum Muslimin. Umar bin Khaththab 

bercerita kepadaku: "Sial wahai anak Zam'ah, apa yang sebenarnya terjadi? Demi Allah, tatkala engkau 

menyuruhku untuk menjadi imam kaum muslimin, aku pikir Rasulullah memerintahkan itu padamu. 

Andaikata aku tahu Rasulullah tidak menyuruhmu seperti itu, aku tidak akan mau menjadi imam kaum 

Muslimin." Aku berkata: "Demi Allah, Rasulullah tidak menyuruhku seperti itu. Hanya saja tatkala aku 

tidak mendapatkan Abu Bakar, maka aku memandangmu sebagai orang yang paling pantas menjadi 

imam bagi kaum muslimin." 

 

Hari Dimana Allah Mencabut Nyawa Nabi-Nya 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu bercerita kepadaku bahwa 

pada hari Senin, hari dimana Rasulullah wafat, beliau keluar melihat kaum Muslimin yang sedang 

menunaikan shalat Shubuh. Beliau mengangkat kain penutup kamarnya lalu keluar berdiri di pintu 

Aisyah. Kaum Muslimin hampir saja membatalkan shalat mereka tatkala mereka melihat beliau sebab  

demikian riang gembira. Mereka merenggangkan shaf agar beliau dapat berjalan ke tempat imam, 

namun beliau memberi isyarat kepada mereka agar tetap berada dalam shalat. Rasulullah tersenyum 

bahagia melihat shalat kaum Muslimin dan aku belum pernah melihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam berpenampilan indah mempesona seindah Shubuh hari itu. sesudah  itu, Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam pulang begitu juga dengan kaum Muslimin lainnya yang kali ini sangat yakin bahwa 

beliau telah sembuh dari sakitnya. 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Bakar bin Abdullah bin Abu Mulaikah bercerita kepadaku bahwa pada h&ri 

Senin, Rasulullah keluar dari kamarnya menuju masjid untuk menunaikan shalat Shubuh. Tatkala 

Rasulullah berada di masjid, kaum Muslimin merasa lega dan Abu Bakar pun tahu bahwa kaum 

Muslimin berbuat seperti itu demi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Oleh sebab itulah, Abu 

Bakar melangkah mundur dari tempat imam, namun Rasulullah mendorongnya dari belakang sambil 

bersabda: "Tetaplah engkau menjadi imam shalat untuk kaum muslimin." Rasulullah duduk di samping 

Abu Bakar dan bertakbir melaksanakan shalat sambil duduk di sebelah kanan Abu Bakar. Seusai shalat, 

Ra-sulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berbicara kepada kaum Muslimin dengan nada yang tinggi 

hingga suaranya keluar dari pintu masjid. Rasulullah bersabda: "Wahai manusia, neraka telah 

dinyalakan dan terus berkobar-kobar dan beragam ujian telah datang bagaikan serpihan malam yang 

malam gelap gulita. Demi Allah, kalian tidak bisa meletakkan tugas kewajibanku. Sungguh aku tidak 

menghalalkan apapun kecuali yang dihalalkan Al-Qur'an dan tidak mengharamkan apapun kecuali 

yang diharamkan Al-Qur'an." 

Seusai Rasulullah bersabda seperti itu, Abu Bakar berkata: "Wahai Nabi Allah, pada pagi ini engkau 

sungguh terlihat berada dalam nikmat Allah dan keutamaan-Nya sebagaimana yang kami harapkan. 

Hari ini yaitu  hari Bintu Kharijah, bolehkah aku datang menemuinya? Rasulullah bersabda: "Ya." Abu 

Bakar pun pulang ke rumahnya di kebun Sunh. 

 

AI-Abbas dan Ali Menjenguk Rasulullah 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Abdullah bin Ka'ab bin Malik bercerita kepadaku, dari Abdullah 

bin Abbas Radhiyallahu An- Ziuma, ia berkata: "Pada hari Senin ini  kaum muslimin menanti-nanti 

kabar Rasulullah dari Ali bin Abu Thalib yang kala itu telah keluar dari kediaman Rasulullah. Mereka 

berkata: "Wahai Abu Hasan, bagaimana kondisi Rasulullah pada pagi ini?" Ali bin Abu Thalib 

menjawab: "Alhamdulillah, pagi ini beliau sehat bugar." Al-Abbas bin Abdul Muthalib memegang 

tangan Ali bin Abu Thalib, lalu  berkata: "Wahai Ali, sesudah  tiga hari engkau akan menjadi 

seorang budak." Al-Abbas bin Abdul Muthalib berkata lagi: "Aku bersumpah dengan nama Allah, 

sungguh aku melihat rona kematian di wajah Rasulullah sebagaimana pemah aku lihat pada wajah-

wajah Bani Al-Muthalib. Mari kita masuk ke tempat Rasulullah. Jika perkara siapa penerus beliau 

berada di tangan kita maka kita akan mengetahuinya, namun jika  perkara ini diberikan kepada 

orang selain kita maka kita minta beliau berwasiat untuk kita kepada manusia. Ali bin Abu Thalib 

berkata kepada Al-Abbas bin Abdul Muthalib: "Demi Allah, aku tidak mau melakukannya. Demi Allah, 

jika perkara ini tidak diserahkan kepada kita, maka ia tidak akan diberikan kepada siapa pun sepening- 

gal beliau. lalu  Rasulullah wafat tatkala matahari telah naik memasuki waktu dhuha pada hari 

itu." 

 

Rasulullah Wafat di Pangkuan Aisyah 

Ibnu Ishaq berkata: Yaqub bin Utbah bercerita kepadaku dari Az-Zuhri, dari Urwah, hari itu, Rasulullah 

pulang dari Masjid beliau lalu  berbaring di atas pangkuanku. Tiba-tiba masuklah Ali bin Abu 

Thalib dan seseorang dari keluarga Abu Ba- kar dengan membawa siwak berwarna hijau. Rasulullah 

Shalllahu 'Alaihi wa Sallam melihat siwak yang ada di tangan sahabat ini  dan dari isyarat itu aku 

memahami bahwa beliau menginginkan siwak ini . Aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah 

engkau mau aku beri siwak ini?" Rasulullah menjawab: "Ya." Aku ambil siwak lalu mengunyahnya 

hingga lembek, dan memberi nya kepada Rasulullah. Lalu beliau menggosok giginya dengan siwak 

ini  dan sejujurnya aku belum per- nah melihat beliau menggosok giginya seperti itu sebelumnya, 

lalu  beliau meletakkan siwak ini . Aku rasa tubuh Rasulullah terasa berat di pangkuanku. 

Aku lihat wajah beliau, ternyata pandangan beliau terbuka tajam. Beliau bersabda: "Bersama 

temanyang paling tinggi di surga." Aku berkata kepada Rasulullah: "Engkau diperintah untuk memilih, 

lalu engkau engkau telah memilih. Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran." lalu  

Rasulullah wafat.226 

Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair bercerita kepadaku, dari ayahnya, Abbad, 

ia berkata: Aku mendengar Aisyah Radhiyallahu Anha berkata: "Rasulullah wafat di pangkuanku dan 

pada hari giliranku. Aku tidak pernah menzalimi siapa pun. Oleh sebab  kebodohanku sebab  masih 

dan memukul wajahku bersama wanita-wanita yang-lain."227 

 

Isteri-Isteri Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wa Sallam Ibunda Orang-orang Beriman 

Ibnu Hisyam berkata: Istri-istri yang dinikahi Rasulullah yaitu  sebagai berikut: 

1. Khadijah binti Khuwailid 

Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu Anha merupakan istri pertama Rasulullah. Beliau dinikahkan 

dengan Rasulullah oleh ayah Khadijah sendiri, Khuwailid bin Asad. Ada yang menuturkan oleh 

saudaranya, Amr bin Khuwailid. Rasulullah menikahi Khadijah binti Khuwailid dengan mahar dua puluh 

ekor anak unta. Khadijah binti Khuwailid melahirkan seluruh putera-puteri Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam, kecuali puteranya Ibrahim. Sebelum pernikahannya dengan Rasulullah Khadijah binti 

Khuwailid pernah menikah dengan Abu Halah bin Malik salah seorang warga Bani Usaid bin Amr bin 

Tamim, sekutu Bani Abduddar dan melahirkan Hindun bin Abu Halah dan Zainab binti Abu Halah. 

Sebelum pernikahannya dengan Abu Halah, Khadijah binti Khuwailid bersuamikan Atiq bin Abid bin 

Abdullah bin Umar bin Makhzum dan melahirkan Abdullah dan Jariyah. 

Ibnu Hisyam berkata: Jariyah menikah dengan Shayfi bin Abi Rifa'ah. 

2.  Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq 

Rasulullah menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq di Makkah pada saat Aisyah berusia 

tujuh tahun dan menggaulinya di Madinah tatkala usianya sudah baligh. Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam tidak menikahi seorang gadis manapun selain Aisyah binti Abu Bakar. Abu Bakar 

menikahkan beliau dengan Aisyah dengan mahar empat ratus dirham. 

3.  Saudah binti Qais bin Abdu Syams 

Rasulullah menikah dengan Saudah binti Qais bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin 

Hisl bin Amir bin Luay. Adapun yang menikahkan beliau dengannya yaitu  Salith bin Amr dengan 

mahar empat ratus dirham. Ada pula yang mengatakan bahwa yang menikahkan yaitu  Abu Hathib 

bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl, dengan mahar empat ratus 

dirham. 

Ibnu Hisyam berkata: Ibnu Ishaq menukil riwayat berseberangan dengan kisah ini, di mana ia pernah 

menyebutkan bahwa Salith bin Amr dan Abu Hathib bin Amr berada di daerah Habasyah tatkala 

pernikahan ini  terjadi. Sebelum diperistri Rasulullah, Saudah binti Zam'ah bersuamikan As-

Sakran bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl. 

4.  Zainab binti Jahys 

Rasulullah menikah dengan Zainab bintitsah, mantan budak Rasulullah. Tentang Zainab binti Jahsy, 

Allah menurunkan firman-Nya berikut: 

 

Dan (ingatlah), tatkala kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya 

dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada 

Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan 

kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala 

Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan kamu dengan dia 

supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat 

mereka, jika  anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan 

yaitu  ketetapan Allah itu pasti terjadi. (QS. al-Ahzab: 37). 

5. Ummu Salamah binti Abu Umaiyah 

Rasulullah menikah dengan Ummu Salamah binti Abu Umaiyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumiyah –

Ummu Salamah bernama Hindun- beliau dinikahkan oleh anak Ummu Salamah sendiri, yakni Salamah 

bin Abu Salamah dengan mahar kasur yang dibungkus pelepah pohon kurma, gelas, mangkuk, dan alat 

penggilingan. Sebelumnya Ummu Salamah telah menikah dengan Abu Salamah bin Abdul Asad. Nama 

Abu Salamah yaitu  Abdullah. Dari pernikannya dengan Abu Salamah Ummu Salamah punya anak 

Salamah, Umar, Zainab, dan Ruqaiyah. 

6.  Hafshah binti Umar bin Khaththab 

Rasulullah menikah dengan Hafshah binti Umar bin Khaththab yang dinikahkan langsung oleh ayahnya 

sendiri, Umar bin Khaththab dengan mahar empat ratus dirham. Sebelumnya, Hafhshah telah 

bersuamikan Khunais bin Hudzafah As-Sahmi. 

7.  Ummu Habibah binti Abu Sufyan 

Rasulullah menikah dengan Ummu Habibah -nama aslinya Ramlah- binti Abu Sufyan bin Harb. Adapun 

yang menikahkannya yaitu  Khalid bin Sa'id bin Al-Ash, tatkala keduanya berada di Habasyah, dengan 

mahar empat ratus dinar yang diberikan Najasyi mewakili Rasulullah. Najasyi pula lah yang melamar 

Ummu Habibah untuk Rasulullah. Sebelum itu, Ummu Habibah bersuamikan Ubaidillah bin Jahsy Al-

Asadi 

8.  Juwairiyah binti Al-Harits 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menikah dengan Juwairiyah binti Al-Harits bin Abu Dhirar Al-

Khuzaiyah. Sebelumnya, Juwairiyah binti Al-Harits masuk dalam tawanan perang Bani Al-Musthaliq 

dari Khuzaah. Dalam pembagian tawanan wanita, ia diambil Tsabit bin Asy-Syammas Al-Anshari dan 

dijadikan pemiliknya, lalu  

Juwairiyah menebus dirinya dari Tsabit bin Asy-Syammas Al-Anshari dengan cara mencicil. Untuk itu, 

Juwairiyah meminta bantuan Rasulullah untuk pembebasan dirinya. Rasulullah bersabda: "Maukah 

engkau pada sesuatu yang lebih baik?" Juwairiyah binti Al-Harits berkata: "Apa itu, wahai Nabi Allah?" 

Rasulullah bersabda: "Aku akan melunasi uang pembebasan dirimu, lalu menikahimu." Juwairiyah 

binti Al-Harits menjawab: "Saya mau." lalu  Rasulullah menikahinya.228 

 

Ibnu Hisyam berkata: Kisah di atas disampaikan kepadaku oleh Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai, dari 

Muhammad bin Ishaq, dari Muhammad bin Ja'far bin Zubair, dari Urwah, dari Aisyah Radhiyallahu 

Anhurm" 

9.  Shafiyah binti Huyay 

Rasulullah menikah dengan Shafiyah binti Huyay bin Akhthab, tawanan yang didapatkan Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari Khaybar, lalu  beliau memilihnya untuk dinikahinya. Rasulullah 

mengadakan resepsi pernikahannya dengan Shafiyah binti Huyay bin Akhthab dengan hidangan ala 

kadarnya, hanya berupa tepung dan kurma. Sebelum itu, Shafiyah binti Huyay bin Akhthab 

bersuamikan Kinanah bin Ar-Rabi' bin Abu Al-Huqaiq. 

10.  Maimunah binti Al-Harits 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menikah dengan Maimunah binti Al-Harits bin Hazn bin Bajir 

bin Huzam bin Ruaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Sha'sha'ah. Beliau dinikahkan oleh Al-Abbas 

bin Abdul Muthalib dengan mahar empat ratus dirham yang dibayar Al-Abbas bin Abdul Muthalib atas 

nama beliau. Sebelum itu, Maymunah binti Al-Harits bersuamikan Abu Ruhm bin Abdul Uzza bin Abu 

Qais bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir bin Luay. Ada yang menceritakan bahwa 

Maimunah binti Al-Harits sendirilah yang menyerahkan dirinya kepada Rasulullah. Kala lamaran beliau 

kepadanya ia terima saat sedang mengendarai untanya, lalu  ia berkata: "Unta ini dan apa saja 

yang ada di atasnya (termasuk dirinya) yaitu  milik Allah dan Rasul-Nya." sesudah  itu Allah Ta'ala 

menurunkan ayat, 

 

Dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau menikahinya, 

sebagaipengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. (QS. al-Ahzab: 50). 

Ada yang menyebutkan bahwa wanita Mukminah yang menyerahkan dirinya kepada Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam pada ayat di atas ialah Zainab binti Jahsy. 

Ada pula yang menyebutkan bahwa wanita Mukminah yang dimaksud ayat di atas ialah Ummu Syuraik 

- yang bernama asli Ghaziyah- binti Jabir bin Wahb dari Bani Munqidz bin Amr bin Ma'ish bin Amir bin 

Luay atau wanita dari Bani Salamah bin Luay, lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

menangguhkan masalahnya. 

11. Zainab binti Khuzaimah 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menikah dengan Zainab binti Khuzaimah bin Al-Harits bin 

Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha'sha'ah. Zainab binti Khuzaimah digelari 

Ummu Al-Masakin (ibunda orang-orang miskin), sebab  rasa cinta dan empatinya yang tinggi kepada 

mereka. Qabishah bin Amr Al-Hilali yaitu  orang yang menikahkan beliau dengan Zainab binti 

Khuzaimah dengan mahar empat ratus dirham. Sebelum itu, Zainab binti Khuzaimah bersuamikan 

Ubaidah bin Al-Harits bin Al- Muthalib bin Abdu Manaf. Sebelum diperistri Ubaidah bin Al-Harits, ia 

bersuamikan Jahm bin Amr bin Al-Harits, anak pamannya. 

Kesebelas istri itulah yang digauli Rasulullah. Istri Rasulullah yang meninggal dunia sebelum beliau 

meninggal ada dua orang: Khadijah binti Khuwailid dan Zainab binti Khuzaimah. Dengan demikian 

Rasulullah wafat dengan meninggalkan sembilan istri. 

Ada dua istri yang tidak digauli Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, yaitu: 1. Asma' binti An-Nu'man 

Al-Kindiyah, sebab  ia memiliki penyakit keputihan, lalu  beliau mengembalikannya kepada 

keluarganya. 2. Amrah binti Yazid Al-Kilabiyah, ia tidak digauli sebab  tatkala ia tiba di tempat 

Rasulullah, ia malah berlindung diri dari beliau, lalu  beliau bersabda: Orang yang seperti ini tidak 

bisa dipertahankan." sesudah  itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengembalikan Amrah binti 

Yazid kepada keluarganya. 

Ada yang menuturkan bahwa wanita yang berlindung diri dari Rasulullah ialah Kindiyah anak 

perempuan paman Asma' binti An- Nu'man. Ada juga yang menceritakan bahwa Rasulullah memanggil 

Kindiyah lalu  ia berkata: "Aku yaitu  orang yang didatangi dan bukan yang disuruh datang." 

lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengembalikan Kindiyah kepada keluarganya. 

Istri-istri Rasulullah yang berasal dari Quraisy ada enam orang. Mereka yaitu  sebagai berikut: 1. 

Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay. 

2. Aisyah binti Abu Bakar bin Abu Quhafah bin Amir bin Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah 

bin Ka'ab bin Luay 3. Hafshah binti Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Abdullah bin 

Qursth bin Riyah bin Rizah bin Adi bin Ka'ab bin Luay 4. Ummu Habibah bin Abu Sufyan bin Harb bin 

Umaiyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay 5. Ummu 

Salamah binti Abu Umaiyah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqadzah bin 

Murrah bin Ka'ab bin Luay 6. Saudah binti Zam'ah bin Qais bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr 

bin Malik bin Hisl bin Amir bin Luay. 

Sedangkan istri-istri Rasulullah yang berasal dari wanita-wanita Arab selain Quraisy dan selain orang 

Arab ada tujuh. Mereka yaitu  sebagai berikut: 1. Zainab binti Jahsy bin Riab bin Ya'mar bin Shabrah 

bin Murrah bin Kabir bin Ghanm bin Daudan bin Asad bin Khuzaimah. 2. Maimunah binti Al-Harits bin 

Hazn bin Bahir bin Huzam bin Ruaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Shasha'ah bin Muawiyah bin 

Bakr bin Hawazin bin Manshur bin Ikrimah bin Khashafah bin Qais bin Ailan. 3. Zainab binti Khuzaimah 

bin Al-Harits bin Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha'sha'ah bin Muawiyah. 4. 

Ju- wairiyah binti Al-Harits bin Abu Dhirar Al- Khuzaiyah lalu  AI-Mushthalaqiyah. 5. Asma binti 

An-Nu'man Al-Kindiyah. 6. Amrah binti Yazid Al-Kilabiyah. 7. Dan seorang isterinya yang berasal dari 

selain Arab ada satu, yaitu Shafiyah bin Huyay bin Akhthab dari Bani An-Nadhir. 

 

 

 

Bab 6 

 

Abu Bakar Ash-Shiddiq Dipilih secara Aklamasi oleh Mayoritas Muhajirin 

dan Anshar Menjadi Khalifah (Pengganti) Rasulullah 

 

 

bnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Sa'id bin Al-Musaiyyab bercerita kepadaku, dari Abu Hurairah 

Radhiyallahu Anhu, ia berkata: Tatkala Rasulullah wafat, Umar bin Khaththab berdiri, lalu  

berkata: "Beberapa orang munafik menyangka bahwa Rasulullah telah wafat. Demi Allah, Rasulullah 

tidak wafat, ia hanya pergi menemui Tuhannya sebagaimana Nabi Musa yang pergi dari kaumnya 

selama empat puluh hari lalu  kembali kepada mereka sesudah  dikabarkan bahwa beliau telah 

wafat. Demi Allah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pasti kembali sebagaimana Nabi Musa, 

lalu  beliau pasti memotong tangan dan kaki orang-orang yang berkata bahwa Rasulullah telah 

wafat. 

 

Sikap Abu Bakar Radhiyallahu Anhu sesudah  Wafatnya Rasulullah 

Tatkala kabar ini datang maka Abu Bakar Radhiyallahu Anhu bergegas datang lalu  berhenti di 

pintu masjid, sementara Umar bin Khaththab masih berbicara di depan kerumunan kaum muslimin. 

Abu Bakar tidak menghiraukan hal ini  dan tetap fokus menuju rumah Aisyah tempat Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam wafat. Tatkala itu, wajah Rasulullah ditutup dengan pakaian di sudut 

rumah. Abu Bakar Radhiyallahu Anhu mendekat kepada Rasulullah, menyingkap wajahnya lalu  

mendekatinya dan menciumnya. Abu Bakar berkata: "Kematian yang telah ditetapkan Allah 

kepadamu, kini telah engkau rasakan dan sesudah  itu engkau tidak akan lagi merasakan kematian 

selama-lamanya." Abu Bakar menutup kembali wajah Rasulullah, lalu keluar. Sementara itu Umar bin 

Khaththab masih berbicara pada manusia. Abu Bakar berkata: "Berhentilah bicara wahai Umar." Umar 

bin Khaththab menolak untuk berhenti. Tatkala Abu Bakar melihat Umar bin Khaththab tidak juga mau 

diam, ia menemui kerumunan manusia. Tatkala manusia mendengar suara Abu Bakar, mereka 

mendekat kepadanya dan meninggalkan Umar bin Khaththab. Abu Bakar memuji Allah dan 

menyanjung-Nya, lalu berkata: 

"Wahai manusia, barangsiapa menyembah Muhammad, maka Sebetulnya  dia telah meninggal 

dunia. Namun barangsiapa menyembah Allah, maka ketahilah Allah senantiasa Hidup dan tidak akati 

pernah mati." sesudah  itu, Abu Bakar membaca firman Allah Ta'ala: 

 

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya bebe- rapa orang 

rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang 

berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah 

akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran: 144). 

Demi Allah, seakan-akan orang-orang yang hadir tidak tahu kalau ayat di atas telah diturunkan dan 

seakan-akan mereka baru mengetahui tatkala dibacakan Abu Bakar. Mereka mengambil ayat ini  

dari Abu Bakar dan mereka pun mengucapkan dengan mulutnya. Abu Hurairah berkata: Umar bin 

Khaththab berkata: "Demi Allah, tatkala Abu Bakar membaca ayat di atas, aku tersadar dari apa yang 

aku katakan hingga akupun jatuh ke tanah sebab  kedua kakiku tidak sanggup lagi menahan jasadku. 

Saat itulah, aku baru menyadari bahwa Rasulullah benar-benar telah tiada. " 

 

Peristiwa Saqifah (Hall) Bani Saidah 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Rasulullah wafat, kaum Anshar mengunggulkan Saad bin Ubadah di saqifah 

(hall) Bani Saidah sebagai pengganti Nabi. Ali bin Abu Thalib bersama Zubair bin Awwam, dan Thalhah 

bin Ubaidilah, mengisolasi diri di rumah Fathimah, sedangkan kaum Muhajirin umumnya 

mengunggulkan Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan Usaid bin Hudhair di Bani Abdul Asyhal. Tiba-

tiba seseorang datang kepada Abu Bakar dan Umar bin Khaththab lalu berkata: "Sebetulnya  kaum 

Anshar lebih memilih Sa'ad bin Ubadah di saqifah (hall) Bani Saidah. Jika kalian berdua ada keperluan, 

segeralah pergi ke tempat mereka, sebelum perkara ini tak bisa dibendung." Saat itu, jenazah 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam belum diurus dan pintu rumah beliau ditutup oleh keluarga 

beliau. Umar bin Khaththab berkata kepada Abu Bakar: "Marilah kita pergi kepada saudara-saudara 

kita dari kaum Anshar sebelum hal-hal yang diinginkan terjadi." 

Ibnu Ishaq berkata: Peristiwa ini mulai terjadi tatkala kaum Anshar berkumpul di Saqifah, Abdullah bin 

Abu Bakr bercerita kepadaku, dari Ibnu Syihab Az-Zuhri, dari Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin 

Mas'ud, dari Abdullah bin Abbas dari Abdurrahman bin Auf. Abdullah bin Abbas berkata: Umar bin 

Khaththab berkhutbah: "Janganlah seseorang terpedaya lalu menyatakan bahwa pembaiatan Abu 

Bakar yaitu  tidak disangka-sangka dan spontan begitu saja. Sebetulnya  pembaiatan Abu Bakar 

telah terjadi seperti itu dan Allah telah menjauhkan keburukan pembaitan ini  dan tidak ada di 

antara kalian orang yang sekelas Abu Bakar. Maka barangsiapa membaiat seseorang tanpa 

bermusyawarah dengan kaum Muslimin, baiatnya tidak sah juga tidak sah orang yang membaiat orang 

ini  dengan terpaksa, dan keduanya harus dihabisi. Sebetulnya  di antara berita tentang kami 

tatkala Rasulullah wafat bahwa kaum Anshar tanpa sepengetahuan kami berkumpul dengan tokoh-

tokoh mereka di saqifah Bani Saidah. Ali bin Abu Thalib, Zubair bin Awwam, dan orang-orang yang ikut 

dengan keduanya juga tidak sependapat dengan kami, sedang kaum Muhajirin berpihak kepada Abu 

Bakar. Aku berkata kepada Abu Ba- kar: "Mari kita datangi saudara-saudara kita kaum Anshar di sana." 

Kami pun berangkat menuju tempat mereka hingga bertemu dengan dua orang shalih. Kedua orang 

ini  menceritakan apa yang telah disepakati di te- ngah kaum Anshar. Kedua orang shalih 

ini  bertanya: "Wahai orang-orang Muhajirin, kemana kalian akan pergi?" Kami menjawab: "Kami 

hendak pergi menuju tempat kaum Anshar." Kedua orang shalih ini  berkata: "Hai orang-orang 

Muhajirin, janganlah kalian mendekati mereka, namun selesaikan urusan kalian." Aku berkata: "Demi 

Allah, aku tetap akan pergi kepada mereka." Kami tetap berjalan hingga tiba di tempat mereka di 

saqifah Bani Saidah. Ternyata di tengah-tengah kaum Anshar ada  seseorang yang berselimut. Aku 

bertanya: "Siapakah orang itu?" Kaum Anshar menjawab: "Dia Sa'ad bin Ubadah." Aku bertanya^ 

"Kenapa ia mengenakan selimut?" Kaum Anshar menjawab: "sebab  ia sedang sakit." Tatkala kami 

duduk, orator kaum Anshar bersyahadat, memuji Allah dengan pujian yang pantas diterima-Nya, dan 

berkata: "Amma ba'du. Kami kaum Anshar dan pasukan Islam, sedang kalian, wahai kaum Muhajirin 

yaitu  bagian dari kami. Sungguh, beberapa orang dari kalian berjalan pelan-pelan, ternyata mereka 

ingin memutus kami dari asal-usul kami dan merampas perkara ini (pengganti Nabi) sendirian tanpa 

keikutsertaan kami. sesudah  orator itu diam, aku ingin berbicara, sebab  sebelumnya aku telah 

menyiapkan ucapan yang aku sendiri mengaguminya dan aku ingin mengucapkannya 

di depan Abu Bakar. Aku menyembunyikan sikap kerasku sebagai bentuk hormatku kepada Abu Bakar. 

Abu Bakar berkata: "Tahan dirimu, wahai Umar." Dan akupun menahan diriku sebab  tidak mau 

membuat Abu Bakar marah. sesudah  itu, Abu Bakar berbicara dan ia jauh lebih mengerti dan lebih 

tenang daripada aku. Demi Allah, Abu Bakar mengucapkan semua perkataan indah yang telah aku 

siapkan dengan baik-baiknya, sama atau bahkan lebih baik dari yang aku siapkan. Abu Bakar diam 

sejenak lalu berkata lagi: "Adapun kebaikan memang berada pada kalian sebagaimana yang kalian 

katakan, dan kalian memang berhak memilikinya. Tapi, orang-orang Arab hanya tahu bahwa perkara 

(memilih pengganti Nabi) ini yaitu  hak orang-orang Quraisy, sebab  mereka orang-orang Arab yang 

paling baik nasab dan negerinya. Sungguh aku menerima dengan hati terbuka dan lapang dada untuk 

menjadi pemimpin kalian salah seorang dari dua orang ini (Umar dan Abu Ubaidah). Maka baiatlah di 

antara keduanya yang mana yang kalian sukai." Abu Bakar memegang tanganku dan tangan Abu 

Ubaidah bin Al-Jarrah yang pada saat itu duduk di antara kami. Tidak ada ucapan Abu Bakar yang lebih 

aku benci kecuali ucapan terakhir ini . Demi Allah, jika aku dibawa ke depan mereka lalu  

aku dibunuh jika  itu tidak mendekatkanku kepada dosa, itu lebih aku sukai daripada aku harus 

memimpin kaum yang di dalamnya ada Abu Bakar. 

Seorang laki-laki dari kaum Anshar berkata: "Akulah orang yang diambil pendapatnya oleh kaum 

Anshar, tempat pohon kurma yang menjadi tempat berlindung berlindung kaum Anshar dan tokoh 

terpenting mereka. Wahai orang-orang Quraisy, hendaknya ada satu pemimpin yang harus berasal 

dari kami dan satu peminpin dari kalian." Maka terjadilah kerusuhan gara-gara ucapannya ini , 

suara-suara semakin meninggi, dan aku khawatir sekali terjadi konflik. Aku segera berkata: "Wahai 

Abu Bakar, ulurkan tanganmu." Abu Bakar lalu mengulurkan tangannya, lalu  aku membaiatnya 

diikuti kaum Muhajirin, dan kaum Anshar. 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkat: Urwah bin Zubair bercerita kepadaku bahwa salah satu dari dua 

warga Anshar yang berpa- pasan dengan kaum Muhajirin tatkala mereka pergi menuju saqifah Bani 

Saidah ialah Uwaim bin Saidah dan orang satunya lagi ialah Ma'nu bin Adi, warga Bani Al-Ajlan. 

Mengenai Uwaim bin Saidah, dituturkan kepadaku bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang siapa 

yang dimaksud dalam firman Allah Ta'ala: 

 

Di dalamnya ada orang-orangyang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang 

bersih. (QS. at-Taubah: 108). 

Orang terbaik dari mereka ialah Uwaim bin Saidah. Sementara mengenai Ma'nu bin Adi, diwartakan 

kepadaku bahwa orang-orang menangisi Rasulullah tatkala Allah mewafatkan beliau. Mereka berkata: 

"Demi Allah, kami ingin diwafatkan sebelum Rasulullah sebab  kami khawatir akan munculnya fitnah 

yang menimpa kami sepeninggal beliau." Ma'nu bin Adi berkata: "Sedangkan aku, demi Allah, 

menginginkan sebaliknya. Aku belum ingin wafat sebelum beliau, agar aku terus konsisten 

membenarkan beliau tatkala beliau telah tiada sebagaimana aku telah membenarkan beliau semasa 

hidupnya." 

Ma'nu bin Adi gugur sebagai syahid pada Perang Yamamah pada masa kekhalifahan Abu Bakar, pada 

saat memerangi Musailamah Al-Kadzdzab.  

 

Pidato Umar bin Khaththab Sebagai Pengantar Baiat Abu Bakar 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri bercerita kepadaku, ia berkata: Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu 

memberitakan kepadaku bahwa usai Abu Bakar dilantik dan dibaiat menjadi khalifah di saqifah Bani 

Saidah, lalu keesokan harinya, Abu Bakar duduk di atas mimbar. Saat itulah Umar bin Khaththab berdiri 

berpidato untuk memberi  pengantar pidato Abu Bakar. Umar bin Khaththab memuji Allah, 

menyanjung-Nya dengan sanjungan yang pantas diterima-Nya, ia berkata: 

"Wahai manusia sekalian, kemarin aku telah khilaf berbicara yang menyelisihi Kitabullah dan ucapanku 

bukanalah wasiat yang diwasiatkan Rasulullah kepadaku. Namun telah diwartakan padaku bahwa 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam akan mengatur segala urusan kita. Sebetulnya  Allah Ta'ala 

telah mewariskan kalian Kitab-Nya yang dengannya Dia membimbing Rasul-Nya. Jika kalian berpegang 

teguh kepada Kitabullah, Allah akan membimbing kalian sebagaimana Dia membimbing Rasulullah. 

Sebetulnya  Allah telah menghimpun urusan kalian kepada orang terbaik kalian, sahabat Rasulullah, 

dan salah satu dari dua orang tatkala keduanya berada di dalam Gua Hira. Maka berbaiatlah kalian 

kepadanya." 

Orang-orang pun bersegera membaiat Abu Bakar dengan baiat umum sesudah  baiat di saqifah (hall) 

Bani Saidah bersifat khusus. 

 

Pidato Abu Bakar Radhiyallahu Anhu sesudah  Menjabat Khalifah 

Lalu Abu Bakar membuka ucapannya. Ia memuji Allah, menyanjung-Nya dengan sanjungan yang 

pantas diterima-Nya, ia berkata: 

"Amma ba'du. Wahai manusia, kalian lahyang telah memutuskan untuk memilihku menjadi pemimpin 

kalian, namun aku bukanlah orang terbaik di tengah kalian semua. Oleh sebab  itujika aku berbuat 

yang benar maka tak ada alasan bagi kalian kecuali mendukungku. Jika aku berbuat salah maka 

segera luruskanlah aku. Berbicara yang benar yaitu  amanah dan bicara dusta yaitu  khianat. Orang 

yang lemah di tengah kalian bagiku dia yaitu  orang yang kuat di sisiku hingga aku berikan haknya 

insya Allah dan orang kuat di tengah kalian bagiku dia hanyalah orang lemah di sisiku hingga aku 

mengambil hak darinya insya Allah. Bila sampai ada suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah, 

maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada mereka. Begitupula seandai- nya perbuatan zina 

merebak di sebuah kaum, maka Allah akan menimpakan prahara dan bencana di tengah mereka. 

Sepanjang aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka taatlah kalian kepadaku. Dan tidak ada 

kewajiban bagi kalian taat kepadaku jika kalian menemukan aku bermaksiat kepada Allah dan Rasul-

Nya. Tegakkanlah shalat, mudah-mudahan Allah memberi rahmat pada kalian." 

Ibnu Ishaq berkata: Husain bin Abdullah bercerita kepadaku, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas 

Radhiyallahu Anhumz, yang berkata: Umar bin Khaththab menatap wajahku lalu bertanya: "Wahai 

Ibnu Abbas, adakah engkau tahu alasan aku mengucapkan bahwa Rasu- lullah tidak wafat saat itu?" 

Aku menjawab: "Tidak tahu, wahai Amirul Mukminin." Umar bin Khaththab berkata: "Demi Allah, 

alasan aku berkata seperti itu sebab  aku pemah membaca ayat berikut: 

 

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umatyang adil dan pilihan agar kamu 

menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) 

kamu. (QS. al-Baqarah: 143). 

Demi Allah, awalnya aku berasumsi bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam akan tetap berada 

di umatnya hingga beliau menjadi saksi atas amal perbuatan terakhir umatnya. Itulah yang 

mendorongku untuk melontarkan perkataan ini ." 

 

 

 

 

Bab 7 

 

 

Penyiapan dan Pemakaman Rasulullah 

 

 

Ibnu Ishaq berkata: Usai Abu Bakar dilantik menjadi khalifah, kaum Muslimin menyiapkan prosesi 

pemakaman Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pada hari Selasa. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr, Husain bin Abdullah, dan ulama-ulama kami lainnya, 

semuanya bercerita kepadaku bahwa Ali bin Abu Thalib, Al-Abbas bin Abdul Muthalib, Al-Fadhl bin Al-

Abbas bin Abdul Muthalib, Qutsam bin Al-Abbas, Usamah bin Zaid bin Haritsah, dan Syuqran mantan 

budak Rasulullah, yaitu  orang-orang yang memandikan Rasulullah. Aus bin Khauli salah seorang 

warga Bani Auf bin Al-Khazraj berkata kepada Ali bin Abu Thalib: "Demi Allah kami juga berhak 

terhadap Rasulullah." Aus bin Khauli yaitu  salah satu sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

dan ikut serta pada Perang Badar. Ali bin Abu Thalib berkata kepada Aus bin Khauli: "Silahkan masuk." 

Aus bin Khauli lalu masuk lalu  ia duduk dan mengikuti prosesi pemandian Rasulullah. Ali bin Abu 

Thalib membaringkan jenazah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ke dadanya, sementara Al-Abbas 

bin Abdul Muthalib dan Al-Fadhl bin Al-Abbas membolak-balik jenazah Rasulullah. Usamah bin Zaid 

dan Syuqran, keduanya mantan budak Rasulullah, menyediakan gayung berisi air, lalu Ali bin Abu 

Thalib memandikan jenazah Rasulullah yang telah ia sandarkan di dadanya. Ali bin Abu Thalib 

memandikan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat itu tangannya tidak menyentuh langsung 

jasad Rasulullah sebab  ia menggunakan semacam sarung tangan. Ali bin Abu Thalib berkata: "Wahai 

Rasulullah, betapa harum mewanginya engkau semasa hidup dan sesudah  wafatmu." 

 

Bagaimana Rasulullah Dimandikan 

Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdulah bin Zubair bercerita kepadaku, dari ayahnya, Abbad, 

dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata: Tatkala para sahabat hendak memandikan Rasulullah, 

mereka berbeda pendapat paham tentang tata cara memandikan jenazah beliau. Mereka berkata: 

"Demi Allah, bagaimana kalau kita lepas pakaian Rasulullah sebagaimana kita biasa melepas pakaian 

jenazah-jenazah kita atau kita biarkan saja jenazah beliau tetap dengan pakaiannya." Tatkala mereka 

berbeda pendapat tentang tata cara memandikan jenazah Rasulullah, tiba-tiba Allah membuat 

mereka tertidur hingga dagu mereka semua berada di dada mereka. sesudah  itu, seseorang dari pojok 

rumah, yang tidak mereka ketahui siapa orang ini , berkata kepada mereka: "Hendaklah kalian 

memandikan jenazah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tanpa melepas pakaian beliau." 

Aisyah melanjutkan: Mereka lalu memandikan jenazah Rasulullah yang lengkap dengan pakaiannya 

tanpa melepasnya, menyiramkan air ke atas pakaian beliau, dan menggosok beliau dengan 

menggosok pakaian beliau. 

 

Pengkafanan Rasulullah 

Ibnu Ishaq berkata: "Usai jenazah Rasulullah selesai dimandikan, jasad beliau dikafani dengan tiga 

kain; dua kain produk Shuhari (asal Yaman) dan satunya burdah yang dihiasi dengan katun yang dilipat. 

Demikianlah yang dikatakan kepadaku oleh Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Al-Husain, dari ayahnya, 

dari kakeknya, Ali bin Al-Husain. Hal yang sama dikatakan kepadaku oleh Az-Zuhri dari Ali bin Al-

Husain. 

 

Pengggalian Liang Kubur 

Ibnu Ishaq berkata: Husain bin Abdullah bercerita kepadaku, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, yang 

berkata: Tatkala kaum Muslimin ingin menggali liang lahad untuk Rasulullah -Abu Ubaidah bin Al-

Jarrah terbiasa menggali dengan galian warga  Makkah yaitu galian dengan lubang di tengah-

tengahnya dan Abu Thalhah bin Zaid bin Sahl biasa menggali seperti galian orang-orang Madinah yaitu 

lahad. Maka Al-Abbas memanggil kedua saha- bat ini . Al-Abbas berkata kepada Abu 

Thalhah bin Zaid bin Sahl: "Temuilah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah." Al-Abbas berkata kepada Abu 

Ubaidah bin Al-Jarrah. "Temuilah Thalhah bin Zaid bin Sahl. Ya Allah, pilihkanlah yang terbaik untuk 

Rasulullah." Abu Thalhah bin Zaid bin Sahl bertemu Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, datang bersamanya, 

lalu  menggali liang lahad untuk Rasulullah. 

 

Penguburan Rasulullah dan Penyalatannya 

Ibnu Ishaq berkata: Pada hari Selasa, jenazah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sudah siap 

dikuburkan; saat itu jenazah beliau diletakkan di atas ranjang di rumah beliau. Saat itu, kaum Muslimin 

berbeda pendapat tentang lokasi dimana beliau akan dimakamkan. Salah seorang sahabat berkata: 

"Kita makamkan di masjid beliau." Sahabat lain berkata: "Tidak, kita makamkan beliau bersama para 

sahabatnya yang telah meninggal dunia." Saat itulah Abu Bakar berkata: "Aku mendengar Rasulullah 

bersabda: 'Jika seorang nabi meninggal dunia maka hendaknya ia dimakamkan di tempat ia meninggal 

dunia.'" Lalu ranjang tempat jenazah Rasulullah berbaring diangkat dan dimulailah penggalian di 

tempat ranjang ini . sesudah  itu, kaum Muslimin masuk menyalatkan Rasulullah secara bertahap. 

Pertama-tama, dimulai dari kaum laki-laki masuk untuk menyalatkan beliau. jika  mereka selesai, 

masuklah kaum wanita untuk menyalatkan beliau. jika  selesai, masuklah anak-anak untuk 

menyalatkan beliau. Saat itu kaum Muslimin menyalati Rasulullah sendiri-sendiri. lalu  

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dimakamkan di pertengahan malam, malam Rabu. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr bercerita kepadaku, dari istrinya, Fathi man binti Imarah, 

dari Amrah binti Abdurrahman bin Sa'ad bin Zurarah, dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata: "Kami 

tidak mengetahui pemakaman Rasulullah hingga kami mendengar suara alat galian tanah di 

pertengahan malam, malam Rabu." 

 

Para Sahabat yang Ikut Memakamkan Rasulullah 

Muhammad bin Ishaq berkata: Sahabat-sahabat yang berada dalam liang lahad yang menerima 

penurunan jenazah Rasulullah untuk dikuburkan ialah Ali bin Abu Thalib, Al-Fadhl bin Al-Abbas bin 

Abdul Muthalib, Qutsam bm Al-Abbas, dan Syuqran, mantan budak Rasulullah. Aus bin Khauli berkata 

kepada Ali bin Abu Thalib: "Demi Allah, berilah kami hak terhadap Rasulullah." Ali bin Abu Thalib 

berkata: "Turunlah." lalu  Aus bin Khauli turun ke liang lahad Rasulullah bersama sahabat-

sahabat ini . Tatkala Rasulullah telah diletakkan di lahadnya, Syuqran, mantan budak Rasulullah, 

mengambil kain yang sering dipakai dan digelar beliau, lalu  Syuqran mengalasi jenazah 

Rasulullah dengan kain ini . Syuqran berkata: "Demi Allah, kain ini tidak ada yang memakainya 

sesudah  engkau untuk selamanya." 

Dia berkata: Maka iapun dikubur bersama Rasulullah. 

 

Manusia Terakhir yang Menyentuh Rasulullah 

Al-Mughirah bin Syu'bah mengaku bahwa dialah orang yang terakhir kali menyentuh Rasulullah. Al-

Mughirah bin Syu'bah berkata: "Aku menjatuhkan cincinku ke dalam liang lahat Rasulullah." Aku 

berkata: "Cincinku terjatuh," aku sengaja menjatuhkannya agar aku bisa menyentuh jasad beliau 

sehingga aku menjadi orang terakhir yang menyentuh Rasulullah. 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Ishaq bin Yasar bercerita kepadaku, dari Miqsam Abu Al- Qasim, mantan 

budak Abdullah bin Al-Harits bin Naufal, dari mantan tuannya, Abdullah bin Al-Harits, ia berkata: Ali 

bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu didatangi beberapa orang dari Irak. Merekabertanya: "Wahai Abu 

Hasan, kami ingin bertanya sesuatu hal yang penting." Ali bin Abu Thalib berkata: "Firasatku menya- 

takan bahwa Al-Mughirah bin Syu'bah telah berbicara dengan kalian bahwa dialah orang terakhir kali 

yang menyentuh Rasulullah ?" Mereka menjawab: "Benar! Dan untuk tujuan inilah kami datang 

menemuimu." Ali bin Abu Thalib berkata: "Itu tidak benar. Orang yang terakhir kali menyentuh 

Rasulullah ialah Qutsam bin Al-Abbas." 

Ibnu Ishaq berkata: Shalih bin Kisan bercerita kepadaku, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah bin Abdullah bin 

Utbah bahwa Aisyah Radhiyallahu Anha berkata kepadanya: Di tengah-tengah kondisi kritisnya 

Rasulullah bersabda: "Semoga Allah menghancurkan kaum yang menjadikan kuburan-kuburan nabi 

mereka sebagai masjid." Rasulullah memberi peringatan keras umatnya dari tindakan seperti itu.229 

Ibnu Ishaq berkata: Shalih bin Kisan bercerita kepadaku, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah bin Abdullah bin 

Uthab, dari Aisyah Radhsyallahu Anha, ia berkata: Wasiat terakhir kali yang diucapkan Rasulullah ialah: 

"Jangan biarkan ada dua agama di di jazirah Arab."230 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab 8 

 

 

Ujian Berat Bagi Kaum Muslimin sesudah  Rasulullah Wafat 

 

 

Ibnu Ishaq berkata: Pasca kepulangan Ra- sulullah keharibaan Tuhannya, kaum Muslimin 

mendapatkan musibah besar sebab  kekosongan kepemimpinan. Aisyah Radhiyallahu Anha, 

sebagaimana dituturkan kepadaku, berkata: "Tatkala Rasulullah wafat, orang-orang Arab ada yang 

kembali murtad, orang-orang Yahudi dan Nashrani mengintai untuk melakukan penggulingan, 

kemunafikan tampak jelas, dan kaum Muslimin menjadi seperti sekawanan domba yang kehujanan di 

malam dingin yang menggiris di musim dingin sebab  kehilangan Nabi mereka, sesudah  itu Allah 

menghimpun mereka melalui Abu Bakar." 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah dan ulama-ulama lain bercerita kepadaku bahwa pada saat 

Rasulullah wafat hampir mayoritas warga  Makkah ingin kembali menjadi kafir. Sampai-sampai 

Attab bin Asid, gubernur kota Mekkah khawatir terhadap mereka dan bersembunyi. Suhail bin Amr 

berdiri, lalu  mengucapkan puji-puji kepada Allah, menyebutkan tentang wafatnya Rasulullah 

seraya berkata: "Sebetulnya  hal ini malah semakin menambah kekuatan Islam. Oleh sebab  itu, bila 

ada yang murtad maka kami tidak segan-segan untuk mengabisi mereka." 

Orang-orang Makkah pun segera tersadar dan tidak jadi melangkahkan kaki mereka pada kekafiran. 

sesudah  itu, muncullah Attab bin Asid ke tengah publik. Itulah tempat yang di maksud Rasulullah dalam 

sabdanya kepada Umar bin Khaththab: "Semoga Suhail bin Amr berdiri di tempat yang mulia sekali." 

 

Syair Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu Menangisi Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam 

Ibnu Ishaq berkata: Hassan bin Tsabit menyenandungkan beberapa syair menangisi wafatnya 

Rasulullah seperti dikatakan Ibnu Hisyam dari Abu Zaid Al-Anshari: 

Di Thaybah, ada jejak-jejak abadi dan tempat milik Sang Rasul yang gemilang, kini lenyap dan lusuh 

sudah  

Tanda-tanda dari negeri haram tiada kan lenyap sirna 

Di sana ada mimbar tempat sang pemberi petunjuk berada 

Ada jejak-jejak nan jelas dan bekas rambu-rambu abadi 

Rumah miliknya dengan mushalla dan masjid 

Ada kamar-kamar yang di tengah-tengahnya cahaya dari Allah turun 

Yang menjadi suluh dan penerang  

Tak kan hilang ditelan zaman tanda-tanda ini  

Walau pernah dapat musibah namun dia ada kembali 

Di sana, aku tahu jejak-jejak, nasehat dan kuburan Sang Rasul 

Jenazahnya dimasukkan ke dalam bumi oleh pembawa jenazah 

Tiada henti aku menangisi Sang Rasul  

Dan semua mata ikut pula menangis tersedu  

Mereka semua mengingatkanku pada nikmat-nikmat Sang Rasul 

Maka tiada orang yang peduli akan diriku, sebab  diriku demikian lusuh  

Hatiku diguncang gundah gulana sebab  perginya Ahmad 

Tiada henti menghitung-hitung nikmat-nikmat Sang Rasul 

Walau tidak sepersepuluhpun aku mampu menjalani jejaknya 

Namun hatiku dilanda duka mendalam  

Lama kuberdiri bersimbahkan air mata  

Di atas gundukan kuburan merah dimana Ahmad terbaring abadi di sana  

Engkau diberkahi, wahai kubur Sang Rasul  

Diberkahi pula negeri yang mendekap erat pemberi petunjuk yang benar  

Semoga diberkahi liang kuburmu yang mengandung kebaikan 

Di atasnya ada bangunan dari batu lebar berlapis 

Tangan-tangan yang lunglai menaburkan tanah ke atas bangunan itu  

Sementara keberuntungan telah meresap masuk ke tanahmu 

Mereka menguburkan kesopanan, ilmu dan kasih sayang di suatu malam  

Menutup atasnya dengan tanah tanpa sandaran bantal 

Mereka pulang bersama duka melilit sebab  Nabi tak lagi bersama mereka 

Lemah lunglailah tulang punggung dan lengan mereka 

Menangisi seorang manusia yang ditangisi langit di hari itu juga 

Bumi dan manusia pasti lebih berduka durja   

Adakah duka kematian di suatu hari  

Yang setara duka di hari Muhammad wafat?  

Wahyu terputus dari mereka sebab  Sang Rasul wafat 

Dia bersinar hingga dataran rendah Al-Ghur dan dataran tinggi Najd  

Dia tunjukkan kepada Ar-Rahman siapa saja yangikut 

Selamatkan manusia dari bahaya kehinaan dan memberi petunjuk 

Dialah imam yang menunjukkan manusia pada kebenaran dengan semangat tiada tara  

Pengajar kejujuran, jika taat padanya bahagia kan bersama mereka 

Memaafkan kesalahan dan menerima dengan lapang maaf mereka 

Bila mereka berbuat baik, sungguh Allah Maha  

Dermawan dengan kebaikan  

Bila terjadi sesuatu dan mereka tiada sanggup memikul bebannya 

Kemudahan akan datang darinya untuk meringankan beban kesulitan 

Tatkala mereka sedang berada dalam nikmat Allah 

Dialah pemandu mereka pada jalan jelas pasti yang dituju 

Sang Nabi begitu sedih jika  mereka menyimpang dari petunjuk Ingin sekali mereka tetap lurus dan 

mendapatkan petunjuk 

Lemah lembutpada mereka, tidak pupus kasih sayangnya 

Dalam kasih sayangnya mereka meniti jalan yang pasti 

Saat mereka menikmati cahayanya nan indah 

Panah kematian tiba-tiba membidik cahaya mereka 

Akhirnya, Sang Mahmud (Sang Terpuji) kembali ke haribaan Allah 

Sementara malaikat menangisi dan memujinya 

Negeri-negeri haram setatkala menjadi sepi senyap 

sebab  hilangnya wahyu dari mereka kecuali 

Hang lahad yang dia masuki 

Dia telah pergi tuk selamanya dan ditangisi 

Balath dan pohon Gharqad 

Masjidnya lengang sunyi sesudah  Sang Rasul pergi 

Padahal di sana ada tempat berdiri dan duduknya 

Negeri-negeri dan tanah kosong menjadi sepi tanpa penghuni 

Wahai mata, tangisi Rasulullah dengan simbahan airmatamu 

Jangan sampai aku lihat air matamu terhenti sebab  berlalunya waktu  

Mengapa tiada tangis pada pemilik nikmat pada manusia 

Yang demikian sempurna dan meliputi semua manusia 

Dermawanlah engkau dengan linangan air mata padanya dan sedu sedanlah  

Tuk seorang yang tidak ada tandingannya sepanjang masa 

Tidak ada orang di masa lalu yang mati bagaikan Muhammad 

Tidak ada orang yang menyamainya hingga Hari Kiamat 

Dia suci dan menanggung tanggungan demi tanggungan 

Banyak pemberiannya tanpa mengharap balas 

Selalu memberi dengan harta baru dan harta lama 

Saat seseorang kikir dengan harta lamanya 

Dialah manusia paling terhormat dan dibincangkan di rumah-rumah 

Dari keturunan terhormat dan terpandang di kota Mekkah (Abthah) 

Dia berada di puncak ketinggian nan kokoh 

Berdiri di atas pilar-pilar yang menjulang nan kokoh kuat 

Kokoh akar, cabang dan kayunya 

Yang disirami awan hingga kehidupan berdenyut 

Tuhan Yang Mahamulia mendidiknya sejak masa kecilnya 

Hingga dia menjadi sempurna dalam segala tindak-tanduknya 

Seluruh wasiat kaum Muslimin berakhir di telapak tangannya 

Tidak ada ilmu yang disembunyikan dan tiada pendapat yang dicemoohkan 

 Aku katakan dan ucapanku ini tidak dicela pencela manusia 

Kecuali orang yang berakal rendah dan kehilangan rasa 

Tiada henti akan memuji dirinya 

Dengan sebuah harap kekal di surga bersama Al-Musthafa 

Tuk menggapainya semua aku berusaha dengan sungguh-sungguh penuh keringat 

 

Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu juga berkata menangisi Rasulullah dalam untaian syairnya, 

Kenapa matamu tidak terpejam tidur pulas?  

Seakan dicelaki dengan celak penyakit mata  

sebab  berduka terhadap pemberi petunjuk yang kini wafat 

Wahai orang terbaik yang menginjak kerikil, janganlah engkau pergi menjauh  

Wajahku melindungimu dari gundukan tanah 

Andai aku dikubur sebelum dirimu di Baqi' Al-Gharqad 

Ayah ibuku menjadi tebusan orang yang aku lihat saat dia wafat 

Sang Nabi pemberi petunjuk pada hari Senin  

Tiada henti duka hatiku sesudah  wafatnya  

Hatiku bingung, andai aku tak pernah dilahirkan ke dunia fana 

Adakah sepeninggalmu, aku akan tetap menetap di Madinah bersama mereka? 

Andai saja aku diberi minum racun ular berbisa 

Atau Allah beri keputusan kepada kami lebih cepat 

Di senja ini atau di besok hari 

lalu  Hari Kiamat terjadi, lalu kita bertemu orang terbaik 

Yang wataknya yaitu  asli 

Wahai anak sulung Aminah yang diberkahi, 

Wahai, orang yang lahir dari wanita suci di Sa'dul As 'ad, 

Dia yaitu  cahaya yang menerangi seluruh jagad raya 

Barangsiapa diberi petunjuk pada cahaya yang bertabur berkah, ia memperoleh petunjuk  

Wahai Tuhanku, himpunlah kami bersama Sang Nabi 

Di surga yang dipalingkan dari mata-mata pendengki 

Di surga Firdaus, tetapkanlah ia untuk kami  

Wahai Dzat yang memiliki keagungan, keperkasaan, dan kemuliaan  

Demi Allah, tidaklah aku mendengar orang mati selagi aku hidup 

Melainkan aku menangis untuk kematian Muhammad SangNabi 

Wahai, celakalah para Penolong Nabi dan kaumnya 

sesudah  dia dimasukkan di Hang lahad  

Terasa sempit seluruh negeri bagi kaum Anshar 

Wajah mereka menjadi legam bagaikan batu serawak 

Kami telah melahirkan beliau dan kuburannya ada bersama kami 

Bekas-bekas nikmatnya tersisapada kami tiada mungkin kami pungkiri 

Allah muliakan dan beri petunjuk kami dengannya 

Kamilah penolongnya di semua medan perang 

Semoga Allah dan malaikat-malaikat yang mengitari Arasy-Nya 

Dan orang-orang yang baik menyampaikan shalawat kepada Ahmad, yang diberkahi 

Ibnu Ishaq berkata: Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu juga berkata menangisi Rasulullah dalam 

syairnya yang lain: 

Wartakanlah pada orang-orang miskin, kebaikan telah beranjak pergi dari mereka  

Bersama Nabi yang meninggalkan mereka pada waktu sahur 

Siapakah yang memiliki  pelana, dan membawaku pergi dan rezki keluargaku  

jika  mereka tidak mendapatkan curahan hujan 

Siapakah yang kami cela tanpa khawatir akan kemarahannya 

Jika lisan berlebih-lebihan atau kepeleset kata saat berucap kata 

Dialah sinar dan cahaya yang kami selalu ikuti sesudah  Allah 

Dia senantiasa mendengar dan melihat  

Andaikata pada hari mereka memakamkan beliau di lahad 

Dan menimbunkan tanah di atasnya  

Allah tiada sisakan seorangpun di antara kami sesudah  wafatnya 

Dan tidak ada yang hidup di antara kami wanita dan laki-laki 

Seluruh pundak Bani An-Najjar menjadi lunglai hina 

Namun ini semua yaitu  ketetapan Allah yang telah ditakdirkan 

Tatkala rampasan perang dibagi kepada seluruh manusia 

Mereka merusaknya terang-terangan di antara mereka tiada guna 

Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu juga berkata menangisi Rasulullah dalam syairnya yang lain: 

Aku bersumpah bahwa tidak ada orang yang lebih peduli daripadaku 

Dalam sumpah yangjujur tanpa ada cela 

Demi Allah, wanita tidak akan ada lagi yang hamil dan melahirkan anak 

Sebagaimana Sang Rasul, nabi seluruh ummat dan pemberi petunjuk 

Allah tidak ciptakan satu makhluk-Nya di antara seluruh makhluk-Nya  

Yang lebih memenuhi tanggungan tetangga dan menepati janjinya 

Daripada orang yang berada di tempat kami yang cahayanya senantiasa dicari  

Perintahnya berlimpah berkah, adil dan mengarah tepat 

Isteri-isterimu mengosongkan rumah-rumah di hari berduka 

Mereka tidak lagi memasangpasak di belakang tirai 

Mereka bagaikan biarawati-biarawati yang memakai pakaian usang  

Yakin akan berselimutkan kemalangan sesudah  bergelimang kebahagiaan  

Wahai manusia terbaik, sungguh aku kini berada di sebuah sungai 

Aku bagaikan seorang yang haus dalam kesendirian 

Ibnu Hisyam berkata: Bagian terakhir bait kedua bukan berasal dari selain Ibnu Ishaq. 

Sekian dan wasalam 



Related Posts:

  • sirah nabawiyah 30 ) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sebetulnya  mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. Dan janganlah harta… Read More