Yehezkiel 1



artikel  yang sedang Anda pegang ini yaitu  salah satu bagian dari 

Tafsiran Alkitab dari Matthew Henry yang secara lengkap men-

cakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Untuk edisi bahasa In-

donesianya, tafsiran tersebut diterbitkan dalam bentuk kitab per kitab. 

Kali ini tafsiran Kitab Yekezkiel menjadi pilihan kami untuk diterbit-

kan dalam satu jilid.    

Matthew Henry (1662-1714) yaitu  seorang Inggris yang mulai 

menulis Tafsiran Alkitab yang terkenal ini pada usia 21 tahun. Karya-

nya ini dianggap sebagai tafsiran Alkitab yang sarat makna dan sa-

ngat terkenal di dunia. 

Kekuatan terutama terletak pada nasihat 

praktis dan saran pastoralnya. Tafsirannya mengandung banyak mu-

tiara kebenaran yang segar dan sangat tepat. Walaupun ada cukup ba-

nyak kecaman di dalamnya, ia sendiri sebenarnya tidak pernah berniat 

menuliskan tafsiran yang demikian, seperti yang berulang kali ditekan-

kannya sendiri. Beberapa pakar theologi seperti Whitefield dan Spurge-

on selalu menggunakan tafsirannya ini dan merekomendasikannya ke-

pada orang-orang untuk mereka baca. Whitefield membaca seluruh 

tafsirannya sampai empat kali; kali terakhir sambil berlutut. Spurgeon 

berkata, “Setiap hamba Tuhan harus membaca seluruh tafsiran ini 

dengan saksama, paling sedikit satu kali.” 

Sejak kecil Matthew sudah terbiasa menulis renungan atau ke-

simpulan Firman Tuhan di atas kertas kecil. Namun, baru pada ta-

hun 1704 ia mulai sungguh-sungguh menulis dengan maksud me-

nerbitkan tafsiran tersebut. Terutama menjelang akhir hidupnya, ia 

mengabdikan diri untuk menyusun tafsiran itu.  

artikel  pertama tentang Kitab Kejadian diterbitkan pada tahun 

1708 dan tafsiran tentang keempat Injil diterbitkan pada tahun 1710. 

Sebelum meninggal, ia sempat menyelesaikan tafsiran Kisah Para Ra-

sul. sesudah  kematiannya, Surat-surat dan Wahyu diselesaikan oleh 

13 orang pendeta berdasar  catatan-catatan Matthew Henry yang 

telah disiapkannya sebelum meninggal. Edisi total seluruh kitab-ki-

tab diterbitkan pada tahun 1811.    

berulang kali direvisi dan dicetak ulang. 

artikel  itu juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti 

bahasa Belanda, Arab, Rusia, dan kini sedang diterjemahkan ke da-

lam bahasa Telugu dan Ivrit, yaitu bahasa Ibrani modern.  

Riwayat Hidup Matthew Henry 

Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. saat  itu gereja 

Anglikan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang 

memerintah pada masa itu yaitu  Raja Karel II, yang secara resmi di-

angkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan kekua-

saan gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sangat 

dianiaya. Mereka disebut dissenter, orang yang memisahkan diri dari 

gereja resmi. 

Puncak penganiayaan itu terjadi saat  pada 24 Agustus 1662 

lebih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah 

lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah.  

Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya, 

Philip Henry, yaitu  seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang-

kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan. 

sebab  Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya 

Philip Henry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men-

cari nafkah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati 

mengabdikan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan. 

Matthew yaitu  anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6 

tahun sebab  penyakit campak. saat  masih balita, Matthew sendiri 

juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut. 

Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-ma-

cam bakat, sangat cerdas, dan pintar. namun  yang lebih penting lagi, 

sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan 

mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga tahun ke-

tika ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu memberi-

kan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.  

Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas-

nya di kemudian hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.  

Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani, 

Yunani, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat 

muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya. 

Pada tahun 1685, saat  berusia 23 tahun, Matthew pindah ke 

London, ibu kota Inggris, untuk belajar hukum di Universitas London. 

Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hukum, ia hanya menuruti 

saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa studi itu 

akan memberi  manfaat besar baginya sebab  keadaan di Inggris 

pada masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya kaum 

Puritan. 

Beberapa tahun kemudian Matthew kembali ke kampung hala-

mannya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu-

dian, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar 

Broad Oak. Ia menyampaikan Firman Tuhan dengan penuh kuasa. Ti-

dak lama sesudah  itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London dan 

satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. sesudah  ber-

doa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya memilih 

jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan sebagai 

pendeta di jemaat tersebut. Waktu itu Matthew berusia 25 tahun. 

Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hard-

ware. Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sa-

ngat harmonis dan baik sebab  didasarkan atas cinta dan iman ke-

pada Tuhan. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu 

setengah tahun. Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar. 

Segera sesudah  melahirkan seorang anak perempuan, ia meninggal 

pada usia 25 tahun. Matthew sangat terpukul oleh dukacita ini. Anak 

Matthew dan Katherine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip, 

ayah Matthew. 

Allah menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya. 

sesudah  satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya 

untuk menikah lagi. Pada Juli 1690, Matthew menikah dengan Mary 

Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi, 

yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu sete-

ngah tahun, ia meninggal sebab  demam tinggi dan penyakit batuk 

rejan. Setahun kemudian mereka mendapat seorang anak perempuan 

lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu kemudian. Betapa be-

rat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini, 

Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam 

hidup atau hatinya yang menyebabkan kematian anak-anaknya. Ia 

mengakhiri catatannya sebagai berikut, “Ingatlah bahwa anak-anak 

itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak 

lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru-

salem yang di sorga.” 

Beberapa waktu kemudian mereka mendapat seorang anak pe-

rempuan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih ber-

ganti dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew 

Henry mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari pernikahan 

pertama. 

Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester. 

Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk 

melayani di sana, namun  berulang kali ia menolak panggilan tersebut 

sebab  merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun 

akhirnya, ia yakin bahwa Allah sendiri telah memanggilnya untuk 

menjadi hamba Tuhan di London, dan sebab  itu ia menyerah kepada 

kehendak Allah.  

Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes, 

sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja 

dari pagi buta sampai larut malam, namun  menjelang akhir hayatnya 

ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh sebab  kesehatannya yang 

semakin menurun. 

Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester, 

tempat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9, 

“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat 

Allah.” Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan 

hari Minggu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene-

kankan hal perhentian di sorga supaya  anak-anak Allah dapat me-

nikmati kebersamaan dengan Tuhan.  

Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia 

sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi 

rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: “Kehidupan orang yang 

mengabdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa-

ling menyenangkan dan penuh penghiburan.” Ia mengembuskan 

nafas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari 

kemudian di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil 

dari Matius 25:21, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali 

perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah se-

tia dalam perkara kecil, aku akan memberi  kepadamu tanggung 

jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba-

hagiaan tuanmu.” 

    

etika kita memasuki tulisan-tulisan para nabi, yang berbicara 

tentang apa yang harus terjadi sesudah ini, tampaknya kita 

mendapati panggilan yang sama seperti panggilan terhadap Rasul 

Yohanes (Why. 4:1), naiklah ke mari. namun  , saat  kita mema-

suki nubuat dalam kitab ini, seolah-olah suara itu berkata, naiklah 

lebih tinggi. Seiring kita bergerak maju di dalam waktu (sebab Yehez-

kiel bernubuat dalam pembuangan, seperti Yeremia bernubuat tepat 

sebelumnya), begitu pula kita melambung tinggi dalam penyingkap-

an-penyingkapan yang lebih luhur tentang kemuliaan ilahi. Sungai-

sungai di tempat kudus ini terus bertambah dalam, sehingga jangan-

kan untuk diseberangi, bahkan kedalamannya hampir tak terukur di 

beberapa tempat. Namun, walaupun sungai-sungai itu dalam, dari-

nya mengalir anak-anak sungai yang menyukakan kota Allah, 

kediaman Yang Mahatinggi. Berkenaan dengan nubuat yang ada di 

hadapan kita sekarang ini, kita dapat bertanya,  

I.   Mengenai penulisnya, yaitu Yehezkiel; namanya berarti, kekuatan 

Allah, atau orang yang dikencangkan atau dikuatkan Allah. Ia 

mengencangkan ikat pinggang pikirannya untuk melayani, dan 

Allah memberi  kekuatan kepadanya. Orang yang dipanggil 

Allah untuk melakukan pelayanan apa saja, Allah sendiri akan 

memampukan orang itu untuk melakukannya. Jika Ia memberi-

kan perintah penugasan, maka Ia juga akan memberi  kekuat-

an untuk melaksanakannya. Arti nama Yehezkiel digenapi saat  

Allah berkata (dan tidak diragukan lagi Ia berbuat seperti yang 

dikatakan-Nya), Aku meneguhkan hatimu melawan mereka yang 

berkepala batu. Selden, seorang cendekiawan, dalam artikel nya yang 

berjudul De Diis Syris, berkata bahwa menurut beberapa penulis 

kuno, Nabi Yehezkiel yaitu  orang yang sama dengan Nazaratus 

Assyrius, yang juga merupakan guru pembimbing Pythagoras (se-

perti yang diceritakannya sendiri) selama beberapa waktu, dan yang 

pengajaran-pengajarannya ia ikuti. Disepakati bahwa mereka kira-

kira hidup pada waktu yang sama. Dan beralasan bagi kita untuk 

berpikir bahwa banyak filsuf Yunani mengenal tulisan-tulisan 

suci, dan mereka meminjam beberapa gagasan terbaik mereka dari 

tulisan-tulisan itu. Jika kita dapat mempercayai tradisi orang-

orang Yahudi, Yehezkiel dihukum mati oleh orang-orang buangan 

di Babel, sebab  kesetiaan dan keberaniannya dalam menegur 

mereka. Dinyatakan bahwa mereka menyeretnya di atas bebatuan 

sampai otaknya pecah berhamburan. Seorang sejarawan Arab ber-

kata bahwa ia dihukum mati dan dikuburkan di makam Sem anak 

Nuh. Demikianlah yang disampaikan oleh Hottinger, Thesaur. Philol. 

lib. 2 cap. 1.  

II. Mengenai kapan disampaikannya nubuat ini, tempat dan waktu 

kejadiannya. Adegannya berlangsung di Babel, saat  Babel men-

jadi rumah perbudakan bagi Israel milik Allah. Di sanalah nubuat-

nubuat dari kitab ini diberitakan, di sanalah nubuat-nubuat itu 

ditulis, saat  sang nabi sendiri, dan bangsa yang kepada mereka 

ia bernubuat, menjadi orang-orang buangan atau tawanan di 

sana. Yehezkiel dan Daniel yaitu  dua nabi yang menulis dalam 

Perjanjian Lama, dan hanya mereka berdua, yang hidup dan ber-

nubuat di tempat lain selain di tanah Israel, kecuali kalau kita 

menambahkan Yunus, yang diutus ke Niniwe untuk bernubuat. 

Yehezkiel bernubuat di awal pembuangan, sementara Daniel 

menjelang akhir pembuangan. Suatu pertanda dari kehendak baik 

Allah kepada mereka, dan rancangan-rancangan-Nya yang penuh 

rahmat terhadap mereka di dalam penderitaan mereka, bahwa Ia 

membangkitkan nabi-nabi di antara mereka. Ia melakukannya 

baik untuk menyatakan kesalahan mereka, sebab di awal kesu-

sahan mereka, mereka merasa aman-aman dan tidak merendah-

kan diri, sehingga merupakan tugas Yehezkiel untuk menginsaf-

kan mereka, dan juga untuk menghibur mereka, sebab menjelang 

 Tafsiran Kitab Yehezkiel Disertai Renungan Praktis 

 xxi 

akhir permasalahan mereka, mereka menjadi patah semangat dan 

berkecil hati. Andaikata Tuhan ingin membunuh mereka, Ia tidak 

akan menggunakan sarana-sarana yang sesuai dan tepat seperti 

itu untuk menyembuhkan mereka.  

III. Mengenai isi dan cakupan nubuat itu.  

1.  Ada banyak hal yang sangat rahasia di dalamnya, gelap dan 

sulit dipahami, terutama di awal dan menjelang akhir nubuat. 

Oleh sebab  itu, rabi-rabi Yahudi melarang para pemuda 

mereka untuk membaca nubuat ini, sampai mereka menginjak 

usia tiga puluh tahun, supaya  jangan sampai sebab  kesulit-

an-kesulitan yang mereka jumpai di dalamnya, mereka berpra-

sangka buruk terhadap Kitab Suci. namun  jika kita membaca 

bagian-bagian yang sulit dari Kitab Suci ini dengan rendah 

hati dan hormat, dan menyelidikinya dengan tekun, maka 

meskipun mungkin kita tidak mampu menguraikan semua 

simpul tali yang kita jumpai, sama seperti kita tidak mampu 

memecahkan semua gejala dalam artikel  alam, namun dari sini 

kita dapat, seperti dari artikel  alam, mengumpulkan banyak hal 

yang akan meneguhkan iman kita dan mendorong pengharap-

an kita kepada Allah yang kita sembah.  

2.  Meskipun penglihatan-penglihatan di sini rumit, sampai-sam-

pai bisa membuat pusing gajah, namun khotbah-khotbahnya 

sebagian besar jelas, sampai-sampai bisa dibaca seekor domba. 

Dan maksud utama dari penglihatan-penglihatan itu yaitu  

untuk menunjukkan kepada umat Allah pelanggaran-pelanggar-

an mereka, supaya  di dalam pembuangan itu mereka dapat 

bertobat dan bukan mengeluh. Tampak bahwa sang nabi 

terus-menerus dikerumuni orang banyak (sebab kita membaca 

tentang rakyat yang berkerumun dan duduk di hadapannya 

sebagai umat Allah untuk mendengar apa yang dia ucapkan 

[33:31]), dan bahwa ia dimintai petunjuk pada waktu-waktu 

tertentu, sebab kita membaca tentang tua-tua Israel yang 

datang untuk meminta petunjuk dari TUHAN melalui dia (14:1, 

3). Sangatlah berguna bagi orang-orang buangan yang tertin-

das untuk memiliki seorang nabi di antara mereka, dan demi-

kian pula hal itu merupakan kesaksian bagi agama mereka 

yang kudus melawan para penindas yang mengolok-olok mere-

ka dan agama mereka.  


 xxii

3. Meskipun teguran-teguran dan ancaman-ancaman di sini sa-

ngat tajam dan berani, namun menjelang penutup kitab ini 

diberikan jaminan-jaminan yang sangat menghibur akan rah-

mat Allah yang besar yang telah disediakan-Nya untuk mere-

ka. Dan di bagian penutup itu, pada akhirnya, kita akan me-

nemui sesuatu yang berkaitan dengan zaman-zaman Injil, dan 

yang akan digenapi dalam kerajaan Mesias, yang tentang-Nya 

nabi ini memang tidak berbicara sebanyak hampir semua nabi 

lain. namun  dengan membukakan kengerian-kengerian dari 

Tuhan, ia mempersiapkan jalan bagi Kristus. Oleh hukum 

Taurat kita mengenal dosa, dan dengan demikian hukum Tau-

rat menjadi penuntun bagi kita sampai Kristus datang. Peng-

lihatan-penglihatan yang merupakan surat kuasa bagi sang 

nabi kita dapati dalam pasal 1-3, teguran-teguran dan ancam-

an-ancamannya kita dapati dalam pasal 4-24. Di antara itu, 

dan di dalam penghiburan-penghiburan yang kita dapati men-

jelang bagian akhir dari kitab ini, kita mendapati pesan-pesan 

yang dikirimkan kepada bangsa-bangsa yang berbatasan 

dengan negeri Israel, yang kehancurannya dinubuatkan dalam 

pasal 25-35, untuk membuka jalan bagi dipulihkannya Israel 

milik Allah dan didirikannya kembali kota dan bait suci mere-

ka, yang dinubuatkan dalam pasal 36 sampai selesai. Siapa 

yang mau memperoleh penghiburan-penghiburan dalam kitab 

ini bagi dirinya, ia harus menerima pernyataan-pernyataan di 

dalamnya yang menyatakan kebersalahan mereka. 

 

PASAL  1  

Dalam pasal ini kita mendapati,  

I. Keadaan-keadaan biasa di seputar nubuat yang akan disam-

paikan, waktu disampaikannya (ay. 1), tempat disampai-

kannya (ay. 2), dan oleh siapa disampaikannya (ay. 3).  

II. Kata-kata pendahuluan yang tidak biasa mengenai nubuat 

itu, dalam bentuk sebuah penglihatan tentang kemuliaan 

Allah,  

1.  Bagaimana Ia dilayani dan didampingi di dunia atas, di 

mana takhta-Nya dikelilingi oleh para malaikat, yang di 

sini disebut “makhluk-makhluk hidup” (ay. 4-14).  

2.  Bagaimana pemeliharaan-pemeliharaan-Nya menyangkut 

dunia bawah, yang digambarkan melalui roda-roda dan 

gerak-geriknya (ay. 15-25). 

3.  Bagaimana wajah Yesus Kristus yang duduk di atas takh-

ta (ay. 26-28). Semakin kita mengenal dan akrab dengan 

kemuliaan Allah dalam tiga hal ini, semakin berkuasa 

pengaruh wahyu ilahi terhadap diri kita, dan semakin kita 

siap untuk tunduk padanya. Dan itulah yang menjadi 

tujuan diberikannya pengantar berupa penglihatan-peng-

lihatan ini pada nubuat-nubuat dalam kitab ini. jika  

Allah yang sedemikian mulia berbicara, maka kita ber-

kepentingan untuk mendengarkan dengan penuh perhati-

an dan hormat. Kita sendiri yang akan terancam bahaya 

jika tidak melakukannya. 


 2

Penglihatan Yehezkiel yang Pertama  

di Tepi Sungai Kebar  

(1:1-3)  

1 Pada tahun ketiga puluh, dalam bulan yang keempat, pada tanggal lima 

bulan itu, saat  aku bersama-sama dengan para buangan berada di tepi 

sungai Kebar, terbukalah langit dan aku melihat penglihatan-penglihatan 

tentang Allah. 2 Pada tanggal lima bulan itu, yaitu tahun kelima sesudah raja 

Yoyakhin dibuang, 3 datanglah firman TUHAN kepada imam Yehezkiel, anak 

Busi, di negeri orang Kasdim di tepi sungai Kebar, dan di sana kekuasaan 

TUHAN meliputi dia.      

Keadaan-keadaan di seputar penglihatan yang dilihat Yehezkiel, dan 

yang di dalamnya ia menerima tugas dan perintahnya, di sini 

dipaparkan dengan sangat terperinci, supaya  ceritanya tampak nyata 

dan bukan sekadar untuk indah-indahan. Mungkin bermanfaat jika 

kita mencatat kapan dan di mana Allah sudah berkenan menyatakan 

diri-Nya kepada jiwa kita secara khusus, supaya  saat saat  hari itu 

kembali, dan saat saat  kita kembali ke tempat mezbah (Kej. 13:4), 

dapat menghidupkan kembali ingatan yang menyenangkan dan 

penuh syukur tentang perkenanan Allah kepada kita. “Ingatlah, hai 

jiwaku! Dan jangan pernah lupa bagaimana kasih ilahi disampaikan 

kepadamu pada waktu itu, di tempat itu. Beritahukanlah kepada 

orang lain apa yang telah dilakukan Allah kepadamu.” 

I.   Waktu saat  Yehezkiel mendapat penglihatan ini dicatat di sini. 

Itu terjadi pada tahun ketiga puluh (ay. 1). Sebagian orang mema-

haminya sebagai tahun ketiga puluh usia sang nabi. Sebagai 

imam, di usia itu ia mulai menjalankan secara penuh jabatan 

imamat, namun  sebab  terhalang untuk melakukannya oleh 

sebab  pelanggaran dan malapetaka yang terjadi di masa-masa 

itu, dan terlebih lagi sekarang saat  mereka tidak lagi memiliki 

bait suci ataupun mezbah, maka Allah memanggilnya di usia itu 

untuk menerima martabat seorang nabi. Sebagian yang lain 

memahaminya sebagai tahun ketiga puluh dari awal pemerintah-

an Nabopolasar, ayah Nebukadnezar, yang dari situ orang-orang 

Kasdim memulai penghitungan waktu yang baru, seperti yang 

sudah mereka lakukan sebelumnya dari zaman Nabonasar, 123 

tahun sebelumnya. Nabopolasar memerintah selama sembilan 

belas tahun, dan ini merupakan tahun kesebelas dari pemerintah-

an anaknya, jadi semuanya tiga puluh tahun. Dan memang sudah 

sepantasnya Yehezkiel, saat  berada di Babel, memakai peng-

Kitab Yehezkiel 1:1-3 

 3

hitungan waktu yang mereka pakai di sana, sama seperti kalau 

kita berada di negeri asing, kita akan menghitung waktu dengan 

cara yang baru. Dan sesudah  itu ia memakai penghitungan waktu 

yang menyedihkan dari negerinya sendiri, dengan mengamati (ay. 

2) bahwa itu yaitu  tahun kelima dari pembuangan Yoyakhin. 

namun  penjelasan dalam Alkitab bahasa Kasdim mengalihkannya 

ke zaman lain, dan berkata bahwa itu yaitu  tahun ketiga puluh 

sesudah  imam Hilkia menemukan kitab Taurat di rumah TUHAN, di 

tengah malam, sesudah  bulan tebenam, dalam zaman raja Yosia. 

Dan memang benar bahwa itu tepat tiga puluh tahun sesudah 

waktu itu. Itu merupakan peristiwa yang begitu luar biasa (sebab  

peristiwa itu memberi  ujian baru bagi pemerintahan Yahudi) 

dan memang pantas untuk menghitung waktu mulai dari situ. 

Dan mungkin sebab  itulah sang nabi berbicara mengenai tiga 

puluh tahun secara tak tentu, dengan mengarahkan pandangan 

baik pada peristiwa itu maupun pada penghitungan orang 

Kasdim, yang kebetulan bertepatan. Pada bulan yang keempatlah, 

bertepatan dengan bulan Juni menurut penghitungan kita, dan 

pada tanggal lima bulan itu, Yehezkiel mendapat penglihatan ini 

(ay. 2). Ada kemungkinan bahwa itu terjadi pada hari Sabat, 

sebab  kita membaca (3:16) bahwa sesudah tujuh hari, yang dapat 

kita anggap sebagai hari Sabat berikutnya, firman TUHAN datang 

kepadanya lagi. Demikian pula Yohanes dikuasai oleh Roh pada 

hari Tuhan, saat  ia melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa 

(Why. 1:10). Allah dengan ini mau memberi  kehormatan pada 

hari-hari Sabat-Nya, saat para lawan menertawakannya (Rat. 

1:7). Dan Ia dengan demikian mau mendorong umat-Nya untuk 

terus mengikuti pelayanan nabi-nabi-Nya setiap hari Sabat, 

dengan menyatakan diri-Nya secara luar biasa pada hari-hari 

Sabat tertentu. 

II.  Keadaan-keadaan menyedihkan yang meliputinya saat  Allah 

memberinya kehormatan, dan dengan demikian menganugerahi 

umat-Nya, dengan penglihatan ini. Ia berada di negeri orang Kas-

dim, bersama-sama dengan para buangan, di tepi sungai Kebar, 

yaitu tahun kelima sesudah raja Yoyakhin dibuang. Amatilah, 

1.  Umat Allah pada waktu itu, sebagian dari mereka, menjadi 

para tawanan di negeri orang Kasdim. Bangsa Yahudi sebagai 

satu tubuh masih tinggal di negeri mereka sendiri, namun  

orang-orang ini yaitu  buah-buah pertama dari pembuangan, 

dan mereka yaitu  beberapa dari yang terbaik. Sebab dalam 

penglihatan Yeremia orang-orang ini yaitu  buah ara yang 

baik, yang telah dibawa Allah ke negeri orang-orang Kasdim 

untuk kebaikan mereka (Yer. 24:5). Dan, demi kebaikan mere-

ka pula, Allah membangkitkan seorang nabi di antara mereka, 

untuk mengajari mereka dari Taurat, pada saat Ia menghajar 

mereka (Mzm. 94:12). Perhatikanlah, suatu rahmat yang besar 

jika firman Allah dibawa kepada kita, dan suatu kewajiban 

yang besar untuk memberi perhatian kepada firman-Nya itu 

dengan tekun, saat  kita sedang menderita. Firman pengajar-

an dan tongkat hajaran, yang diberikan secara bersamaan dan 

sepakat satu sama lain, bisa sangat berguna bagi kita, firman 

untuk menjelaskan tongkat dan tongkat untuk menegaskan 

firman: kedua-duanya secara bersama-sama akan memberi-

kan hikmat. Berbahagialah orang, saat  sedang sakit dan 

menderita, ia mendapat seorang utusan bersamanya, seorang 

penengah, satu di antara seribu, kalau saja ia mau membuka-

kan telinganya bagi ajaran (Ayb. 36:10). Salah satu perseteru-

an Allah dengan orang-orang Yahudi, saat  Ia mengirim 

mereka ke dalam pembuangan, yaitu  sebab  mereka meng-

olok-olok utusan-utusan Allah dan mengejek nabi-nabi-Nya. 

Namun demikian, saat  mereka sedang menderita sebab  

dosa ini, Ia justru menganugerahi mereka dengan rahmat yang 

telah mereka hilangkan ini. Buruk bagi kita seandainya Allah 

di waktu-waktu tertentu tidak melemparkan kepada kita 

sarana-sarana anugerah dan keselamatan, yang dengan bodoh 

telah kita lempar jauh dari diri kita sendiri. Dalam pembuang-

an mereka, mereka tidak mendapat pertolongan-pertolongan 

yang biasa didapat bagi jiwa mereka, dan sebab  itu Allah 

membangkitkan bagi mereka orang-orang yang luar biasa ini. 

Sebab jika pendidikan untuk anak-anak Allah terhambat di 

satu jalan, akan terbuka jalan lain untuk menggantinya. 

namun  amatilah, pada tahun kelima pembuanganlah Yehezkiel 

dibangkitkan di antara mereka, dan bukan sebelumnya. 

Begitu lama Allah membiarkan mereka tanpa seorang nabi 

sekalipun, sampai mereka mulai meratap kepada Tuhan dan 

mengeluh bahwa tanda-tanda mereka tidak mereka lihat, dan 

tak ada orang yang memberi tahu mereka berapa lama lagi 

Kitab Yehezkiel 1:1-3 

(Mzm. 74:9). Pada saat itulah mereka tahu bagaimana meng-

hargai seorang nabi, dan penyingkapan-penyingkapan Allah 

tentang diri-Nya sendiri kepada mereka oleh sang nabi akan 

lebih diterima dan menghibur. Orang-orang Yahudi yang tetap 

tinggal di negeri mereka sendiri memiliki Yeremia bersama 

mereka, sementara orang-orang yang telah dibawa ke dalam 

pembuangan memiliki Yehezkiel bersama mereka. Sebab di 

mana saja anak-anak Allah tersebar, Allah akan menemukan 

guru-guru pembimbing untuk mereka. 

2.  Sang nabi sendiri berada di antara orang-orang buangan, di 

antara mereka yang ditempatkan di tepi sungai Kebar. Sebab 

di tepi sungai-sungai Babellah mereka duduk, dan pada pohon-

pohon gandarusa di tepi sungailah mereka menggantungkan 

kecapi mereka (Mzm. 137:1-2). Penanam-penanam di Amerika 

tetap tinggal di sepanjang tepi-tepi sungai, dan mungkin 

orang-orang buangan itu dipekerjakan oleh tuan-tuan mereka 

untuk mengolah beberapa bagian negeri itu yang belum 

digarap yang terletak di tepi-tepi sungai, sebab para penduduk 

asli pada umumnya dipekerjakan untuk berperang. Atau tuan-

tuan itu mempekerjakan mereka di pabrik-pabrik, dan sebab  

itu memilih untuk menempatkan mereka di tepi-tepi sungai, 

supaya  barang yang mereka buat dapat lebih mudah diangkut 

melalui jalur air. Para penafsir tidak sependapat yang mana 

sungai Kebar ini, namun  bersama-sama dengan para buangan 

di tepi sungai itulah Yehezkiel berada, dan dia sendiri yaitu  

orang buangan. Amatilah di sini,  

(1) Orang-orang yang terbaik, dan orang-orang yang paling 

dikasihi Allah, sering kali ikut berbagi bukan hanya dalam 

malapetaka-malapetaka bersama dalam hidup ini, melain-

kan juga dalam penghakiman-penghakiman kepada bangsa 

secara keseluruhan yang ditimpakan sebab  dosa. Orang-

orang yang tidak menyumbang kesalahan apa-apa ikut 

merasakan penderitaannya. Dengan ini tampak bahwa per-

bedaan antara kebaikan dan keburukan tidak muncul dari 

peristiwa-peristiwa yang menimpa mereka, melainkan dari 

watak dan kecenderungan roh mereka di bawah peristiwa-

peristiwa itu. Dan sebab  bukan hanya orang-orang benar, 

melainkan juga nabi-nabi, ikut berbagi dengan penjahat-

penjahat terbesar dalam hukuman-hukuman yang ditimpa-

kan saat ini, kita dapat menarik kesimpulan dari situ, 

dengan yakin seyakin-yakinnya, bahwa ada upah yang di-

sediakan bagi orang-orang benar dalam kehidupan yang 

akan datang.  

(2) Kata-kata yang menyatakan kesalahan, yang memberi  

nasihat dan penghiburan kepada orang yang sedang men-

derita, paling baik datang dari sesama yang juga menderita. 

Orang-orang buangan itu akan diajar dengan paling baik 

oleh orang buangan juga dari antara mereka, dan yang ikut 

mengalami sendiri penderitaan-penderitaan mereka.  

(3) Roh nubuat tidak terbatas hanya di negeri Israel, sebalik-

nya, sebagian dari wahyu ilahi yang paling terang dising-

kapkan di negeri orang Kasdim. Ini merupakan pertanda 

yang membahagiakan bahwa jemaat, bersama dengan 

wahyu ilahi yang di atasnya ia dibangun, akan dibawa 

kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Dan seperti halnya 

sekarang, demikian pula sesudahnya, saat  kerajaan Injil 

didirikan, tersebarnya orang-orang Yahudi ikut membantu 

tersebarnya pengenalan akan Allah.  

(4) Di mana pun kita berada, kita dapat terus menjaga perse-

kutuan dengan Allah. Undique ad cœlos tantundem est viæ 

– Dari pelosok-pelosok bumi yang terpencil, kita dapat mene-

mukan jalan terbuka menuju sorga.  

(5) Walaupun hamba-hamba Allah terbelenggu, firman Allah 

tidak terbelenggu (2Tim. 2:9). Walaupun Rasul Paulus di-

tahan, Injil bebas bergerak. Walaupun Rasul Yohanes di-

buang ke Pulau Patmos, Kristus mengunjunginya di sana. 

Bahkan, hamba-hamba Allah yang menderita pada umum-

nya diperlakukan sebagai orang-orang kesayangan, dan 

penghiburan bagi mereka jauh lebih berlimpah-limpah apa-

bila kesengsaraan sudah berlimpah-limpah (2Kor. 1:5). 

III. Penyingkapan-penyingkapan yang berkenan dinyatakan Allah ten-

tang diri-Nya kepada sang nabi saat  ia berada dalam keadaan-

keadaan ini, untuk dia sampaikan kepada umat-Nya. Sang nabi di 

sini memberi tahu kita apa yang dilihatnya, apa yang didengar-

nya, dan apa yang dirasakannya.  

1.  Ia melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah (ay. 1). Tidak 

ada orang yang memandang Allah dapat hidup. namun  banyak 

Kitab Yehezkiel 1:1-3 

orang telah melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah, 

tampilan-tampilan kemuliaan ilahi yang sedemikian rupa 

sehingga sudah memberi mereka pengajaran dan menggerak-

kan hati mereka. Dan biasanya, saat  Allah pertama-tama 

menyatakan diri-Nya kepada seorang nabi, Ia melakukannya 

melalui suatu penglihatan yang luar biasa, seperti kepada 

Yesaya (ps. 6), kepada Yeremia (ps. 1), dan kepada Abraham 

(Kis. 7:2), untuk menetapkan suatu hubungan dan suatu cara 

berhubungan yang memuaskan, sehingga sesudahnya tidak 

diperlukan penglihatan setiap kali ada pewahyuan. Yehezkiel 

diberi tugas untuk membuat hati orang banyak berbalik 

kepada Tuhan Allah mereka, dan sebab  itu ia sendiri harus 

melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah. Perhatikanlah, 

orang-orang yang pekerjaannya membawa orang lain untuk 

mengenal dan mengasihi Allah, mereka sendiri berkepentingan 

untuk mengenal Allah, dan hatinya haruslah yang paling 

tergerak dengan apa yang mereka ketahui tentang Dia. supaya  

ia bisa melihat penglihatan-penglihatan tentang Allah, terbuka-

lah langit. Kegelapan dan jarak yang menghalangi pandangan-

nya ditaklukkan, dan ia dibiarkan memasuki terang segala 

kemuliaan dunia atas, sedekat dan sejelas seolah-olah sorga 

terbuka untuknya.  

2.  Ia mendengar suara Allah (ay. 3): Firman TUHAN datang de-

ngan jelas kepadanya, dan apa yang dilihatnya dimaksudkan 

untuk mempersiapkan dirinya bagi apa yang akan ia dengar. 

Ungkapannya tegas. Essendo fuit verbum Dei – Firman Tuhan 

datang dengan senyata-nyatanya kepada dia. Tidak ada kesa-

lahan di dalamnya. Firman itu datang kepada-Nya dalam 

terang dan kuasanya yang penuh, dalam bukti dan penampak-

an Roh. Firman itu datang kepadanya dekat-dekat, bahkan, 

firman itu datang ke dalam dirinya, menguasai dirinya dan 

berdiam di dalam dia dengan limpahnya. Firman itu datang 

dengan jelas, atau dengan tepat, kepadanya. Ia sendiri mema-

hami dengan jelas apa yang dikatakan-Nya, dan meyakini 

penuh kebenarannya. Firman yang hakiki (demikian kita dapat 

memahaminya), Firman yang ada, yang ada sebagaimana ada-

nya Dia, datang kepada Yehezkiel, untuk mengutusnya mela-

kukan tugas-Nya.  

3.  Ia merasakan kuasa Allah yang membuka matanya untuk me-

lihat penglihatan-penglihatan itu, membuka telinganya untuk 

mendengarkan suara itu, dan membuka hatinya untuk mene-

rima keduanya: Di sana tangan kekuasaan TUHAN meliputi 

dia. Perhatikanlah, tangan Tuhan berjalan berdampingan de-

ngan firman Tuhan, dan dengan demikian firman Tuhan akan 

berhasil. Orang-orang yang diberi penyataan tangan kekuasan 

TUHAN, mereka ini sajalah yang memahami dan percaya ke-

pada berita yang disampaikan. Tangan kekuasaan TUHAN 

meliputi dia, seperti meliputi Musa, untuk menutupi dia, su-

paya dia tidak kepayahan oleh terang dan kemilau yang menyi-

laukan dari penglihatan-penglihatan yang dilihatnya (Kel. 33:22). 

Tangan TUHAN meliputi dia, seperti meliputi Rasul Yohanes 

(Why. 1:17), untuk membangunkannya kembali dan menyokong 

dia, supaya  ia bertahan, dan tidak jatuh lemas, menghadapi 

penyingkapan-penyingkapan ini, supaya  ia tidak terangkat atau-

pun terlempar oleh melimpahnya pewahyuan-pewahyuan itu. 

Cukuplah kasih karunia Allah bagi dia, dan sebagai pertanda 

akan hal itu, tangan kekuasaan-Nya meliputi dia.  

Penglihatan tentang Empat Makhluk Hidup 

(1:4-14)  

4 Lalu aku melihat, sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan membawa 

segumpal awan yang besar dengan api yang berkilat-kilat dan awan itu 

dikelilingi oleh sinar; di dalam, di tengah-tengah api itu kelihatan seperti sua-

sa mengkilat. 5 Dan di tengah-tengah itu juga ada yang menyerupai empat 

makhluk hidup dan beginilah kelihatannya mereka: mereka menyerupai 

manusia, 6 namun  masing-masing memiliki  empat muka dan pada masing-

masing ada pula empat sayap. 7 Kaki mereka yaitu  lurus dan telapak kaki 

mereka seperti kuku anak lembu; kaki-kaki ini mengkilap seperti tembaga 

yang baru digosok. 8 Pada keempat sisi mereka di bawah sayap-sayapnya 

tampak tangan manusia. Mengenai muka dan sayap mereka berempat yaitu  

begini: 9 mereka saling menyentuh dengan sayapnya; mereka tidak berbalik 

kalau berjalan, masing-masing berjalan lurus ke depan. 10 Muka mereka keli-

hatan begini: Keempatnya memiliki  muka manusia di depan, muka singa 

di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di bela-

kang. 11 Sayap-sayap mereka dikembangkan ke atas; mereka saling menyentuh 

dengan sepasang sayapnya dan sepasang sayap yang lain menutupi badan 

mereka. 12 Masing-masing berjalan lurus ke depan; ke arah mana roh itu 

hendak pergi, ke sanalah mereka pergi, mereka tidak berbalik kalau berjalan.  

13 Di tengah makhluk-makhluk hidup itu kelihatan seperti bara api yang 

menyala, seperti suluh, yang bergerak kian ke mari di antara makhluk-makh-

luk hidup itu, dan api itu bersinar sedang dari api itu kilat sabung-menyabung. 

14 Makhluk-makhluk hidup itu terbang ke sana ke mari seperti kilat. 

Kitab Yehezkiel 1:4-14 

Penglihatan-penglihatan tentang Allah yang dilihat oleh Yehezkiel di 

sini sangatlah mulia, dan lebih terperinci daripada penglihatan-peng-

lihatan yang dilihat oleh nabi-nabi lain. Maksud dan tujuan dari 

penglihatan-penglihatan ini yaitu ,  

1.  Untuk menguasai pikiran sang nabi dengan pemikiran-pemikiran 

yang sangat agung, luhur, dan penuh hormat tentang Allah yang 

oleh-Nya ia diberi tugas dan yang untuk-Nya ia bekerja. Gambar 

kemuliaan TUHAN-lah yang ia lihat (ay. 28), dan dari situ ia dapat 

menyimpulkan bahwa suatu kehormatan baginya untuk melayani 

Dia, sebab Ia yaitu  Allah yang dilayani oleh malaikat-malaikat. 

Ia dapat melayani-Nya dengan rasa aman, sebab Ia mampu 

menopangnya dalam pekerjaannya. Ia sendiri yang akan terancam 

bahaya jika mundur dari pelayanannya, sebab Allah sanggup 

mengejarnya, seperti Ia mengejar Yunus. Allah yang begitu besar 

seperti ini haruslah dilayani dengan hormat dan takut. Dan Yehez-

kiel dapat dengan yakin menubuatkan apa yang akan dilakukan 

oleh Allah ini, sebab Ia sanggup mewujudkan perkataan-Nya.  

2.  Untuk mendatangkan kengerian pada orang-orang berdosa yang 

tinggal di Sion, dan mereka yang sudah sampai di Babel, yang 

merasa aman-aman, dan menantang ancaman-ancaman tentang 

kehancuran Yerusalem, yang dilakukan banyak orang dari mere-

ka, seperti yang sudah kita dapati dalam nubuat Yeremia, dan 

yang akan kita dapati dalam nubuat ini. “Hendaklah orang-orang 

yang berkata, kita akan selamat, walaupun kita terus berbuat 

begini, hendaklah mereka itu tahu bahwa Allah kita yaitu  api 

yang menghanguskan, yang di hadapan-Nya mereka tidak dapat 

berdiri.” Bahwa penglihatan ini merujuk pada kehancuran Yeru-

salem tampak jelas dari pasal 43:3, di mana Yehezkiel berkata 

bahwa itulah yang kelihatan kepadanya saat  Ia datang untuk 

memusnahkan kota itu, yaitu saat  Yehezkiel menubuatkan 

kehancurannya.  

3. Untuk menyampaikan penghiburan kepada orang-orang yang 

takut akan Allah, dan gemetar terhadap firman-Nya, dan untuk 

merendahkan diri mereka di bawah tangan-Nya yang kuat. “Hen-

daklah mereka tahu bahwa, meskipun mereka yaitu  orang-orang 

buangan di Babel, namun Allah dekat dengan mereka. Meskipun 

mereka tidak memiliki tempat bait kudus sebagai takhta kemulia-

an mereka yang luhur, mereka memiliki Allah yang empunya 

tempat bait kudus itu.” Dr. Lightfoot mencermati, “sebab  seka-

rang jemaat akan ditanam untuk waktu yang lama di negeri lain, 

maka Tuhan menunjukkan suatu kemuliaan di tengah-tengah 

mereka, seperti yang telah ditunjukkan-Nya waktu pertama kali 

mereka dibentuk sebagai jemaat di padang gurun. Dari awan dan 

api Ia menunjukkan diri-Nya, seperti yang telah Ia lakukan di 

padang gurun. Dan dari antara makhluk-makhluk hidup, seperti 

dari antara kerubim, Ia menyampaikan sabda-sabda-Nya.” Hal ini 

memberi  kehormatan kepada mereka, dan mereka dapat 

menghargai tinggi diri mereka sendiri dengan hal itu saat  orang-

orang Kasdim menghina mereka, dan ini bisa membesarkan ha-

rapan-harapan mereka akan pembebasan pada waktunya nanti. 

     Nah, untuk memenuhi maksud-maksud ini, kita mendapati dalam 

ayat-ayat di atas bagian pertama dari penglihatan itu, yang meng-

gambarkan Allah sedang diabdi dan dilayani oleh sekawanan malai-

kat yang tak terbilang banyaknya, yang semuanya merupakan utus-

an-utusan-Nya, hamba-hamba-Nya, yang melaksanakan firman-Nya 

dan mendengarkan suara firman-Nya. Ini menunjukkan keagungan-

Nya, sama seperti seorang penguasa di dunia diagungkan dengan 

memiliki sekawanan pengabdi yang semarak dan sejumlah tentara 

yang banyak yang siap diperintahnya, yang membuat sekutu-sekutu-

nya tergerak untuk berharap padanya dan musuh-musuhnya takut 

kepadanya. 

I.  Perkataan pendahuluan untuk penglihatan tentang malaikat-

malaikat ini sangatlah megah dan menggugah hati (ay. 4). Sang 

nabi, sesudah  mengamati langit terbuka, melihat, menengadah 

(sebab  sudah waktunya), untuk melihat penyingkapan-penying-

kapan apa yang akan diberikan Allah kepadanya. Perhatikanlah, 

saat  langit terbuka, kita berkepentingan untuk membuka mata 

kita. Untuk membersihkan jalannya, sungguh, angin badai bertiup 

dari utara, yang akan mengusir kabut-kabut yang menghalangi di 

dunia bawah ini. Cuaca cerah bertiup dari utara, dan dari sanalah 

datang angin yang mengusir hujan. Lewat angin badai Allah bisa 

mencerahkan langit dan udara, dan mendatangkan ketenangan 

pikiran yang kita perlukan untuk bersekutu dengan Sorga. 

Namun angin badai ini disertai segumpal awan yang besar. saat  

kita menyangka bahwa awan-awan yang naik dari bumi ini sudah 

terhalau dan kita dapat melihat apa yang ada di baliknya, ter-

nyata masih ada awan yang di dalamnya perkara-perkara sorgawi 

Kitab Yehezkiel 1:4-14 

terbungkus, awan dari atas, sehingga tak ada yang dapat kita 

paparkan tentangnya oleh sebab  kegelapan. Kristus di sini turun, 

seperti Ia naik, dengan diselubungi awan. Sebagian orang mema-

hami angin badai dan awan ini sebagai tentara Kasdim yang 

datang dari utara melawan negeri Yehuda, yang merobohkan se-

mua yang ada di hadapan mereka seperti angin ribut. Dan dengan 

demikian, hal itu sejalan dengan apa yang ditandakan oleh salah 

satu penglihatan Yeremia yang pertama (Yer. 1:14, dari utara akan 

mengamuk malapetaka). namun  saya lebih memahaminya di sini 

sebagai pengantar bagi penglihatan itu daripada pengantar bagi 

khotbah-khotbahnya. Angin badai ini datang kepada Yehezkiel 

(seperti datang kepada Elia, 1Raj. 19:11), untuk mempersiapkan 

jalan untuk TUHAN, dan untuk meminta perhatian. Siapa yang 

punya mata, dan yang bertelinga, hendaklah ia melihat, hendak-

lah ia mendengar. 

II. Penglihatan itu sendiri. Segumpal awan yang besar yaitu  ken-

daraan bagi penglihatan ini, yang di dalamnya penglihatan itu di-

sampaikan kepada sang nabi. Sebab pondok Allah yang di dalam-

nya Ia beristirahat, dan kereta-Nya yang Ia naiki, yaitu  kegelap-

an dan awan yang tebal (Mzm. 18:12; 104:3). Demikianlah Ia 

menutupi pemandangan takhta-Nya, supaya  cahaya dan kemilau-

nya yang menyilaukan tidak membuat kita kewalahan, dengan 

membentangkan awan menjadi tudungnya. Nah, 

1.  Awan itu disertai api, seperti awan di Gunung Sinai, di mana 

Allah berdiam di dalam awan yang tebal. namun  kemuliaan 

TUHAN tampak sebagai api yang menghanguskan (Kel. 24:16-

17), dan penampilan-Nya yang pertama kepada Musa yaitu  

di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Sebab Allah 

kita yaitu  api yang menghanguskan. Ini yaitu  api yang 

berkilat-kilat (KJV: api yang menyelubungi dirinya sendiri), bola 

api, lingkaran api, atau roda api. sebab  Allah yaitu  penye-

bab bagi keberadaan diri-Nya sendiri, aturan bagi diri-Nya 

sendiri, dan tujuan bagi diri-Nya sendiri, maka jika ibarat api, 

Ia seperti api yang menyelubungi dirinya sendiri, atau (seperti 

sebagian orang membacanya) dinyalakan oleh dirinya sendiri-

nya. Api kemuliaan Allah bersinar terang, namun  api itu dengan 

cepat menyelubungi dirinya sendiri. Sebab Allah memberi tahu 

kita hanya sebagian saja dari jalan-jalan-Nya. Api murka Allah 

membakar, namun  api itu juga dengan cepat menyelubungi 

dirinya sendiri, sebab kesabaran ilahi tidak akan membiarkan 

semua murka-Nya disulut. Jika itu bukan api yang bisa ber-

selubung sendiri, ya Tuhan, siapakah yang dapat tahan?  

2. Api itu dikelilingi oleh suatu kemuliaan: Api itu dikelilingi oleh 

sinar, yang di dalamnya api itu terselubungi dalam dirinya 

sendiri, namun ia memberi  suatu penyingkapan tentang 

dirinya sendiri. Meskipun kita tidak dapat melihat ke dalam 

api itu, tidak bisa dengan menyelidiki akan menemukan Allah 

dengan sempurna, namun kita melihat sinar yang mengeli-

linginya, melihat pantulan api ini dari balik awan yang tebal. 

Musa dapat melihat bagian belakang Allah, namun  tidak wajah-

Nya. Kita mendapat sedikit banyak terang tentang sifat Allah, 

dari sinar yang mengelilinginya, meskipun kita tidak dapat 

memahami hal itu sendiri, oleh sebab  awan yang terbentang 

di atasnya. Tidak ada hal yang lebih mudah daripada menen-

tukan bahwa Allah itu ada, namun  tidak ada hal yang lebih sulit 

daripada menggambarkan apa itu Allah. Sekalipun Allah mem-

perlihatkan murka-Nya sebagai api, namun ada sinar yang 

mengelilinginya. Sebab kekudusan dan keadilan-Nya akan 

tampil sangat anggun dalam hukuman terhadap dosa dan 

para pendosa. Bahkan di sekeliling api yang menghanguskan 

itu ada sinar, yang akan selama-lamanya dikagumi oleh orang-

orang kudus yang sudah dimuliakan.  

3. Dari api ini bersinarlah suasa mengkilat. Kita tidak diberi tahu 

siapa atau apa yang memiliki suasa mengkilat ini, dan sebab  

itu saya memahaminya sebagai seluruh kerangka dari peng-

lihatan yang mengikutinya, yang datang kepada Yehezkiel dari 

tengah-tengah api dan sinar. Dan hal pertama yang dia per-

hatikan sebelum ia melihat segala sesuatunya secara terperin-

ci yaitu  bahwa itu berwarna suasa mengkilat, atau kuning 

mengkilat. Yaitu, hal itu tampak seperti bara, berwarna cerah 

menyala-nyala, warna batu bara yang menyala terbakar, demi-

kian ayat itu harus dibaca menurut sebagian orang. Makhluk-

makhluk hidup yang dilihatnya keluar dari tengah-tengah api 

yaitu  serafim – pembakar, sebab Ia membuat malaikat seba-

gai suruhan-suruhan-Nya, dan api yang menyala sebagai pela-

yan-pelayan-Nya. 

Kitab Yehezkiel 1:4-14 

4. Apa yang keluar dari api, yang berwarna suasa mengkilat, saat  

dilihat lebih dekat, menyerupai empat makhluk hidup. Bukan 

makhluk hidup itu sendiri (malaikat yaitu  roh, dan tidak bisa 

dilihat), melainkan apa yang menyerupai mereka, seperti per-

lambang, atau gambaran, yang menurut Allah pantas dipakai 

untuk membimbing sang nabi, dan juga kita bersama-sama 

dia. Dan untuk sedikit banyak mengenal dunia para malaikat 

(suatu perkara yang murni pewahyuan ilahi), sejauh diperlu-

kan untuk memenuhi kita dengan rasa takjub dan takut akan 

kebesaran Allah yang memiliki malaikat-malaikat sebagai 

pelayan-Nya, dan akan kebaikan Allah yang telah menetapkan 

mereka sebagai pelayan bagi umat-Nya. Dan di tengah-tengah 

itu juga ada yang menyerupai empat makhluk hidup. Sebab 

keberadaan dan kekuatan dari para malaikat berasal dari 

Allah. Mereka menjadi bagi diri mereka sendiri, dan bagi kita, 

sebagaimana Allah berkenan menjadikan mereka. Kemuliaan 

mereka yaitu  pancaran dari sinar kemuliaan-Nya. Sang nabi 

sendiri menjelaskan penglihatan ini (10:20): Aku mengerti 

bahwa makhluk-makhluk hidup itu yaitu  kerub-kerub, yang 

merupakan salah satu nama yang dengannya para malaikat 

dikenal dalam Kitab Suci. Kepada Daniel diberitahukan jumlah 

mereka, selaksa kali berlaksa-laksa (Dan. 7:10). namun  , 

meskipun banyak, mereka yaitu  satu, dan hal itu diberitahu-

kan kepada Yehezkiel di sini. Mereka yaitu  satu dalam haki-

kat dan pekerjaan, seperti tentara, yang terdiri atas beribu-

ribu orang, namun  disebut satu tubuh. Kita mendapati di sini 

penjelasan tentang, 

(1) Sifat mereka. Mereka yaitu  makhluk hidup. Mereka ada-

lah makhluk ciptaan Allah, buatan tangan-Nya. Keberada-

an mereka diperoleh dari yang lain. Mereka tidak memiliki 

hidup di dalam dan dari diri mereka sendiri, namun  mene-

rimanya dari Dia yang merupakan sumber kehidupan. 

Seperti halnya makhluk-makhluk hidup di dunia bawah ini 

jauh mengungguli tumbuh-tumbuhan, yang merupakan 

perhiasan bumi, sejauh itu pula para malaikat, makhluk 

hidup di dunia atas, mengungguli matahari, bulan, dan 

bintang gemintang, yang merupakan perhiasan langit. 

Matahari (kata sebagian orang) yaitu  nyala api yang 

menyelubungi dirinya sendiri, namun  ia bukan makhluk 

hidup, seperti malaikat, yang merupakan nyala api. Malai-

kat yaitu  makhluk hidup, wujud yang hidup, jelas-jelas 

demikian. Manusia di bumi yaitu  makhluk yang akan 

mati, setiap hari terancam mati (di tengah-tengah kehidup-

an kita berada dalam kematian), namun  malaikat-malaikat di 

sorga yaitu  makhluk hidup. Mereka betul-betul hidup, 

hidup untuk tujuan yang baik. Dan, saat orang-orang ku-

dus menjadi sama seperti malaikat-malaikat, mereka tidak 

akan mati lagi (Luk. 20:36). 

(2) Jumlah mereka. Mereka ada empat. Demikianlah mereka 

menampakkan diri di sini, meskipun mereka tak terhitung 

banyaknya. Bukan berarti seolah-olah mereka ini yaitu  

empat malaikat khusus yang ditinggikan di atas yang lain, 

seperti yang diangan-angankan oleh sebagian orang, Mi-

khael dan Gabriel, Rafael dan Uriel, melainkan oleh sebab  

empat wajah yang mereka kenakan, dan untuk menanda-

kan diutusnya mereka ke empat penjuru bumi (Mat. 24:31). 

Zakharia melihat mereka sebagai empat kereta yang melaju 

ke timur, barat, utara, dan selatan (Za. 6:1). Allah memiliki 

utusan-utusan yang bisa diutus ke mana saja. Sebab 

kerajaan-Nya meliputi semuanya, dan menjangkau semua 

bagian dunia. 

(3) Kelebihan-kelebihan mereka, yang olehnya mereka dibuat 

pantas untuk melayani Pencipta dan Tuan mereka. Kelebih-

an-kelebihan mereka ini diketengahkan secara kiasan dan 

dengan perumpamaan, seperti yang sepantasnya dalam 

penglihatan, yang merupakan perumpamaan bagi mata. 

Gambaran tentang mereka di sini yaitu  sedemikian rupa, 

dan diungkapkan dengan begitu rupa, sehingga saya pikir 

tidak mungkin darinya kita dapat membentuk gagasan 

yang tepat tentang mereka dalam bayangan kita, atau 

dengan pensil, sebab hal itu akan menjadi godaan untuk 

menyembah mereka. namun  beberapa bagian dari gambaran 

ini bermaksud untuk memberi  sejumlah contoh dari 

kelayakan mereka untuk pekerjaan yang harus mereka 

kerjakan. Perhatikanlah, suatu kehormatan terbesar bagi 

makhluk-makhluk Allah untuk dimampukan memenuhi 

tujuan dari penciptaan mereka. Dan semakin kita siap me-

lakukan setiap pekerjaan baik, semakin kita mendekati 

Kitab Yehezkiel 1:4-14 

martabat para malaikat. Makhluk-makhluk hidup ini di-

gambarkan di sini,  

[1] Melalui penampilan mereka secara keseluruhan: Mereka 

menyerupai manusia. Mereka menampakkan diri, ter-

utama, dalam rupa manusia, pertama, untuk menanda-

kan bahwa makhluk-makhluk hidup ini yaitu  makh-

luk-makhluk yang berakal, makhluk-makhluk yang ber-

pikir, yang memiliki roh manusia, yang merupakan peli-

ta TUHAN. Kedua, untuk memberi  kehormatan pada 

sifat manusia, yang dibuat lebih rendah, namun sedikit 

lebih rendah, dari pada malaikat-malaikat, yang sedikit 

ada di atas mereka dalam hal peringkat makhluk hidup. 

saat  makhluk-makhluk berakal yang tak terlihat di 

dunia atas ingin membuat diri mereka terlihat, mereka 

memperlihatkan diri dalam rupa manusia. Ketiga, untuk 

menunjukkan bahwa anak-anak manusia menjadi kese-

nangan mereka, seperti juga menjadi kesenangan Tuan 

mereka (Ams. 8:31), bahwa mereka melayani manusia, 

dan manusia dapat bersekutu secara rohani dengan 

mereka di dalam iman, harapan, dan kasih yang kudus. 

Keempat, malaikat-malaikat Allah menampakkan diri 

dalam rupa manusia sebab  dalam kegenapan waktu, 

Anak Allah tidak hanya akan menampakkan diri dalam 

rupa itu, namun  juga mengambil kodratnya. Oleh sebab 

itulah mereka menunjukkan cinta ini terhadap rupa 

manusia.  

[2] Melalui wajah mereka: Masing-masing memiliki  em-

pat muka, yang sedang melihat ke empat arah. Dalam 

penglihatan Rasul Yohanes, yang hampir mirip dengan 

penglihatan ini, masing-masing dari keempat makhluk 

hidup itu memiliki salah satu wajah yang disebutkan di 

sini (Why. 4:7). Dalam Kitab Yehezkiel, masing-masing 

dari mereka memiliki empat wajah, untuk menandakan 

bahwa mereka semua memiliki  kelebihan-kelebihan 

yang sama untuk melakukan pelayanan. Meskipun, 

mungkin, di antara para malaikat di sorga, seperti di 

antara para malaikat jemaat-jemaat, sebagian malaikat 

unggul dalam satu karunia dan sebagian yang lain ung-

gul dalam karunia lain, namun semuanya untuk pela-

yanan bersama. Marilah kita renungkan wajah-wajah 

mereka sampai kita sedikit banyak diubah ke dalam 

rupa yang sama, supaya  kita dapat melakukan kehen-

dak Allah seperti para malaikat melakukannya di sorga. 

Keempatnya memiliki  muka manusia (sebab dalam 

rupa itulah mereka menampakkan diri [ay. 5]), namun , 

selain itu, mereka memiliki muka singa, lembu, dan 

rajawali, yang masing-masing merupakan raja dalam 

jenisnya, singa di antara binatang buas, lembu di antara 

binatang jinak, dan rajawali di antara binatang unggas 

(ay. 10). Apakah Allah memakai mereka untuk melak-

sanakan hukuman-hukuman atas musuh-musuh-Nya? 

Mereka ganas dan kuat seperti singa dan rajawali dalam 

mengoyak-ngoyak mangsanya. Apakah Ia memakai me-

reka demi kebaikan umat-Nya? Mereka seperti lembu 

yang kuat bekerja dan condong hatinya untuk melayani. 

Dan dalam kedua-duanya mereka memiliki pengertian 

manusia. Kesempurnaan-kesempurnaan yang tersebar 

dari makhluk-makhluk hidup di bumi bertemu menjadi 

satu dalam malaikat-malaikat di sorga. Mereka menye-

rupai manusia, namun , sebab  ada beberapa hal yang di 

dalamnya manusia bahkan dilampaui keunggulannya 

oleh makhluk-makhluk yang lebih rendah, maka dari 

itu para malaikat dibandingkan dengan sebagian dari 

makhluk-makhluk yang lebih rendah itu. Mereka memi-

liki pengertian manusia, dan pengertian yang sedemi-

kian rupa sehingga jauh melampaui manusia. Mereka 

juga menyerupai manusia dalam kelembutan dan kema-

nusiaan. namun  , pertama, singa mengungguli ma-

nusia dalam kekuatan dan keberanian, dan jauh lebih 

menakutkan. Oleh sebab itu para malaikat, yang dalam 

hal ini menyerupai singa, mengenakan muka singa. 

Kedua, lembu mengungguli manusia dalam ketekunan, 

kesabaran, dan ketelatenan, dan tanpa kenal lelah 

menjalankan pekerjaan yang harus dilakukannya. Oleh 

sebab itu para malaikat, yang senantiasa dipekerjakan 

untuk melayani Allah dan jemaat, mengenakan muka 

lembu. Ketiga, rajawali mengungguli manusia dalam 

kecepatan dan ketajaman penglihatan, dan kemampuan 

Kitab Yehezkiel 1:4-14 

untuk melayang tinggi. Oleh sebab itu para malaikat, 

yang mencari perkara-perkara di atas, dan melihat jauh 

ke dalam rahasia-rahasia ilahi, mengenakan muka raja-

wali yang sedang terbang. 

[3] Melalui sayap-sayap mereka: Pada masing-masing ada 

pula empat sayap (ay. 6). Dalam penglihatan Yesaya ten-

tang mereka, mereka menampakkan diri dengan enam 

sayap, namun  sekarang dengan empat sayap. Sebab mere-

ka menampakkan diri di atas takhta, dan memerlukan 

dua sayap untuk menutupi muka mereka. Para malaikat 

diperlengkapi dengan sayap untuk terbang cepat dalam 

menjalankan tugas-tugas dari Allah. Untuk keperluan 

apa pun Allah mengutus mereka, mereka tidak akan 

membuang-buang waktu. Iman dan harapan yaitu  sa-

yap-sayap jiwa, yang dengannya jiwa melambung ke atas. 

Perasaan-perasaan yang saleh dan taat yaitu  sayap-

sayap yang dengannya jiwa didorong maju dengan kuat 

dan sigap. Sang nabi mengamati di sini, mengenai sa-

yap-sayap mereka, pertama, bahwa mereka saling me-

nyentuh dengan sayapnya (ay. 9) dan hal ini disebutkan 

lagi (ay. 11). Mereka tidak menggunakan sayap-sayap 

mereka untuk bertarung, seperti yang dilakukan bebe-

rapa burung. Tidak ada pertandingan di antara para 

malaikat. Allah menyelenggarakan damai, damai yang 

sempurna, di tempat-Nya yang tinggi. namun  sayap-sayap 

mereka saling menyentuh, sebagai pertanda kesatuan 

dan kebulatan hati mereka yang sempurna, dan kesepa-

katan yang menyeluruh di antara mereka. Kedua, bahwa 

sayap-sayap mereka dikembangkan ke atas, dilebarkan, 

dan siap untuk digunakan, tidak dilipat, atau terkulai. 

Begitu seorang malaikat menerima isyarat sekecil apa 

pun tentang kehendak ilahi, maka ia tidak ingin mela-

kukan hal lain, namun  akan segera mengepakkan sayap-

nya untuk menjalankannya. Sementara jiwa kita yang 

malang dan tumpul seperti burung unta, yang dengan 

susah payah mencoba mengangkat dirinya ke tempat 

yang tinggi. Ketiga, bahwa dua dari sayap-sayap mereka 

dipakai untuk menutupi tubuh mereka, tubuh rohani 

yang mereka kenakan. Pakaian yang menutupi kita 

menjadi penghalang bagi kita dalam melakukan peker-

jaan. Para malaikat tidak memerlukan penutup lain se-

lain sayap-sayap mereka sendiri, yang memudahkan me-

reka dalam menjalankan pekerjaan. Mereka menutupi 

tubuh mereka dari kita, dan dengan demikian melarang 

kita untuk mencari tahu hal-hal yang tidak perlu menge-

nai mereka. Janganlah mencari tahu tentang mereka, 

sebab mereka ajaib (Hak. 13:18). Mereka menutupi 

tubuh mereka di hadapan Allah, dan dengan demikian 

mengarahkan kita, saat  mendekat kepada Allah, un-

tuk memastikan bahwa kita sudah mengenakan pakai-

an kebenaran Kristus, agar jangan kelihatan ketelan-

jangan kita yang memalukan.  

[4] Melalui kaki mereka, termasuk betis dan paha mereka: 

Kaki mereka lurus (ay. 7). Mereka berdiri tegak, teguh, 

dan mantap. Tak ada beban pelayanan yang dapat 

membuat kaki mereka lunglai. Seorang kekasih men-

jadikan bagian ini sebagai gambaran dari pujaan hati-

nya, bahwa kakinya yaitu  tiang-tiang marmar putih, 

bertumpu pada alas emas murni (Kid. 5:15). Seperti 

itulah kaki para malaikat. Telapak kaki mereka seperti 

kuku anak lembu, yang berkuku belah dan sebab  itu 

halal: telapak kaki mereka seolah-olah telapak kaki yang 

bulat (seperti yang dikatakan dalam Alkitab bahasa 

Kasdim). Mereka siap bergerak ke mana saja. Kaki 

mereka bersayap (demikian menurut Septuaginta). Me-

reka berjalan begitu cepat seolah-olah mereka terbang. 

Dan bahkan kaki-kaki mereka mengkilap seperti tem-

baga yang baru digosok. Bukan hanya wajah, melain-

kan juga bahkan kaki orang-orang yang diutus Allah 

untuk melakukan tugas-Nya yaitu  indah (Yes. 52:7). 

Setiap langkah yang diambil para malaikat yaitu  mu-

lia. Dalam penglihatan yang dilihat Yohanes tentang 

Kristus dikatakan, kaki-Nya mengkilap bagaikan tem-

baga membara di dalam perapian (Why. 1:15).  

[5] Melalui tangan mereka (ay. 8): Pada keempat sisi me-

reka di bawah sayap-sayapnya tampak tangan manu-

sia, lengan dan tangan di bawah tiap-tiap sayap. Mere-

ka tidak hanya memiliki  sayap untuk bergerak, te-

Kitab Yehezkiel 1:4-14 

tapi juga tangan untuk bertindak. Banyak orang yang 

gesit namun tidak bertindak. Mereka bergegas ke sana 

ke mari, namun  tidak mencapai tujuan apa pun, tidak 

mewujudkan apa-apa. Mereka memiliki sayap, namun  

tidak memiliki tangan: sedangkan hamba-hamba Allah, 

para malaikat, tidak hanya pergi saat  Allah mengutus 

mereka dan datang saat  Ia memanggil mereka, namun  

juga melakukan apa yang diminta-Nya dari mereka. 

Tangan itu yaitu  tangan manusia, yang diciptakan 

secara ajaib dan dibuat pantas untuk melayani, dan 

yang dibimbing oleh akal budi dan pengertian. Sebab 

apa yang dilakukan oleh para malaikat, itu mereka 

lakukan dengan pengertian dan penilaian. Mereka mem-

punyai kaki anak lembu. Ini menunjukkan kecepatan 

gerakan mereka (pohon-pohon aras di Libanon dikata-

kan melompat-lompat seperti anak lembu [Mzm. 29:6]). 

namun  mereka memiliki tangan manusia, yang menun-

jukkan keindahan dan ketepatan pekerjaan mereka, 

seperti langit dikatakan sebagai buatan jari Allah. 

Tangan mereka ada di bawah sayap-sayap mereka, 

yang menyembunyikan tangan itu, seperti juga me-

nyembunyikan bagian-bagian tubuh mereka yang lain. 

Perhatikanlah, tugas malaikat yaitu  hal yang rahasia, 

dan pekerjaan mereka dijalankan secara tak terlihat. 

Dalam bekerja bagi Allah, meskipun kita tidak boleh, 

bersama si pemalas, mendekapkan tangan di dada kita, 

namun kita, bersama orang yang rendah hati, tidak 

boleh membiarkan tangan kiri kita mengetahui apa yang 

diperbuat tangan kanan kita. Kita dapat mengamati 

bahwa di mana saja sayap-sayap mereka berada, 

tangan-tangan mereka berada di bawah sayap-sayap 

mereka. Ke mana saja sayap-sayap mereka membawa 

mereka, mereka membawa serta tangan-tangan mereka, 

untuk tetap melakukan sesuatu yang sesuai, sesuatu 

yang dituntut oleh kewajiban di tempat mereka berada. 

(4) Gerakan-gerakan mereka. Makhluk-makhluk hidup itu ber-

gerak. Malaikat yaitu  makhluk yang giat bergerak. Keba-

hagiaan mereka itu bukan untuk hanya duduk-duduk 

diam dan tidak berbuat apa-apa, namun  untuk selalu di-

pekerjakan dengan baik. Dan kita harus menganggap diri 

kita dalam keadaan yang terbaik saat  kita sedang ber-

buat baik, melakukannya seperti para malaikat melaku-

kannya, yang tentang mereka di sini diamati,  

[1] Bahwa pelayanan apa saja yang mereka kerjakan, mere-

ka masing-masing berjalan lurus ke depan (ay. 9, 12), 

yang menyiratkan, pertama, bahwa mereka dengan tu-

lus menjadikan kemuliaan Allah sebagai tujuan mereka, 

dan mengarahkan pandangan sepenuhnya ke sana, 

dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Dengan 

berjalan lurus ke depan, itu mengandaikan bahwa mere-

ka menatap lurus ke depan, dan tidak pernah mempu-

nyai niat-niat jahat dalam apa yang mereka lakukan. 

Dan, jika mata kita baik seperti itu, maka teranglah 

seluruh tubuh kita. Kelurusan mata yaitu  ketulusan 

hati. Kedua, bahwa mereka khusyuk dalam menjalan-

kan pelayanan yang ditugaskan kepada mereka, dan 

melakukannya dengan penuh perhatian. Mereka ber-

jalan lurus ke depan dalam pekerjaan mereka. Sebab 

apa yang ditemukan tangan mereka untuk dikerjakan, 

itu mereka kerjakan dengan sekuat tenaga dan tidak 

berleha-leha. Ketiga, bahwa mereka bersuara bulat di 

dalam melayani: Masing-masing berjalan lurus ke depan, 

tiap-tiap dari mereka melakukan pekerjaannya sendiri. 

Mereka tidak saling menggagalkan atau berdesak-

desakan, tidak menghalangi cahaya satu sama lain, dan 

tidak saling menghalangi jalan. Keempat, bahwa mereka 

memahami pekerjaan mereka dengan sempurna, dan 

sepenuhnya tahu akan pekerjaan itu, sehingga mereka 

tidak perlu berdiam diri, berhenti sejenak atau ragu-

ragu, namun  mengejar pekerjaan mereka dengan segala 

kesiapan, seperti orang yang tahu apa yang harus 

mereka lakukan dan bagaimana melakukannya. Kelima, 

mereka mantap dan tetap dalam pekerjaan mereka. 

Mereka tidak naik turun, tidak lelah, tidak menyim-

pang, namun  sejalan dengan diri mereka sendiri. Mereka 

bergerak dalam satu garis lurus, dan dengan demikian 

berjalan di jalan yang paling dekat langsung menuju 

pekerjaan apa saja yang mereka lakukan, dan tidak 

Kitab Yehezkiel 1:4-14 

membuang-buang waktu. jika  kita berjalan lurus, 

kita maju ke depan. jika  kita melayani Allah dengan 

satu hati, kita membersihkan jalan, kita menuntaskan 

pekerjaan. 

[2] Mereka tidak berbalik kalau berjalan (ay. 9, 12). Pertama, 

mereka tidak membuat kesalahan konyol atau kekeliru-

an, yang bisa mengakibatkan mereka berbalik lagi untuk 

melakukan perbaikan. Pekerjaan mereka tidak perlu 

diperbaiki, dan sebab  itu tidak perlu diulangi lagi dari 

awal. Kedua, mereka tidak berpikir untuk mendapat hi-

buran yang akan mengalihkan perhatian mereka. Sama 

seperti mereka tidak berbalik, demikian pula mereka 

tidak menyimpang ke samping, untuk bermain-main 

dengan apa saja di luar pekerjaan mereka.  

[3] Ke arah mana roh itu hendak pergi, ke sanalah mereka 

pergi (ay. 12), maksudnya, pertama, ke mana roh mere-

ka sendiri ingin pergi, ke sanalah mereka pergi, sebab  

tidak memiliki  tubuh, seperti kita, yang akan meng-

hambat atau menghalang-halangi mereka. Suatu hal 

yang membuat kita tidak bahagia dan yang membebani 

kita sehari-hari bahwa, walaupun roh penurut, namun  

daging lemah dan tidak bisa mengimbanginya, sehingga 

bukan apa yang kita kehendaki, yaitu yang baik, yang 

kita perbuat. namun  para malaikat dan orang-orang ku-

dus yang dimuliakan tidak bekerja di bawah ketidakber-

dayaan seperti itu. Apa saja yang ingin atau yang ber-

niat mereka lakukan, mereka melakukannya, dan tidak 

pernah mencapai apa yang kurang dari itu. Atau lebih 

tepatnya, kedua, ke mana saja Roh Allah ingin mereka 

pergi, ke sanalah mereka pergi. Walaupun mereka me-

miliki hikmat yang begitu besar dari diri mereka sendiri, 

namun dalam semua gerakan dan tindakan mereka, 

mereka menundukkan diri pada bimbingan dan peme-

rintahan kehendak ilahi. Ke mana saja Pemeliharaan 

ilahi akan pergi, ke situlah mereka pergi, untuk meme-

nuhi tujuan-tujuannya dan melaksanakan perintah-

perintahnya. Roh Allah (menurut Tuan Greenhill) yaitu  

pelaku agung yang menggerakkan para malaikat untuk 

bekerja, dan suatu kehormatan bagi mereka bahwa 

mereka dipimpin, dengan mudah dipimpin oleh Roh Allah. 

Lihatlah betapa penurut dan patuhnya makhluk-makh-

luk yang mulia ini. Ke mana saja Roh hendak pergi, 

mereka segera pergi, dengan sesigap mungkin. Perhati-

kanlah, orang-orang yang hidup menurut Roh melakukan 

kehendak Allah seperti para malaikat melakukannya.  

[4] Mereka terbang ke sana ke mari seperti kilat (ay. 14). Ini 

menyiratkan, pertama, bahwa mereka bergegas. Mereka 

bergerak cepat, secepat kilat. Apa saja pekerjaan yang 

mereka lakukan, mereka melaksanakannya dengan se-

gera, dalam sesaat, dalam sekejap mata. Berbahagialah 

mereka yang tidak memiliki  tubuh jasmani yang 

akan menghambat gerak-gerik mereka dalam perbuat-

an-perbuatan kudus. Dan berbahagialah kita saat  

tiba saatnya kita memiliki tubuh rohani untuk menger-

jakan pekerjaan rohani. Iblis jatuh seperti kilat bagi 

kehancurannya sendiri (Luk. 10:18), sedangkan para 

malaikat terbang seperti kilat untuk mengerjakan peker-

jaan Tuan mereka. Malaikat Gabriel terbang cepat. 

Kedua, bahwa mereka bergegas untuk kembali: Mereka 

berlari dan kembali, berlari untuk melakukan pekerjaan 

mereka dan melaksanakan perintah-perintah yang di-

berikan kepada mereka, dan kemudian kembali untuk 

memberi  penjelasan tentang apa yang telah mereka 

lakukan dan menerima perintah-perintah baru, supaya  

mereka terus bekerja senantiasa. Mereka berlari ke 

dunia bawah, untuk melakukan apa yang harus dilaku-

kan di sana. namun , begitu selesai melakukannya, mere-

ka kembali seperti kilat ke dunia atas lagi, untuk me-

mandang Allah mereka dengan penuh kemurnian, yang 

darinya mereka, dengan kesabaran sebesar apa pun, 

tidak bisa berpisah lebih lama daripada yang betul-

betul dituntut oleh pelayanan mereka. Dengan demi-

kian, kita harus melakukan perkara-perkara dunia ini 

sebagai sesuatu di luar kesenangan kita. Meskipun kita 

berlari untuk melakukannya, kita tidak boleh berdiam 

di dalamnya, namun  jiwa kita harus cepat-cepat kembali 

seperti kilat kepada Allah, sebagai tempat peristirahat-

annya dan pusatnya. 

Kitab Yehezkiel 1:4-14 

5.  Kita mendapati penjelasan tentang terang yang melaluinya 

sang nabi melihat makhluk-makhluk hidup ini, atau cermin 

yang di dalamnya ia melihat mereka (ay. 13).  

(1) Ia melihat mereka melalui cahaya mereka sendiri, sebab 

mereka kelihatan seperti bara api yang menyala. Mereka 

yaitu  serafim – pembakar, yang menunjukkan kasih me-

reka yang membara kepada Allah, semangat mereka yang 

menyala-nyala untuk melayani-Nya, semarak dan kecemer-

langan mereka, dan kengerian mereka bagi musuh-musuh 

Allah. saat  Allah mempekerjakan mereka untuk berpe-

rang bagi-Nya, mereka seperti bara api (Mzm. 18:13) untuk 

menghanguskan semua orang durhaka, seperti kilat-kilat 

yang dipancarkan untuk mengacaukan orang-orang itu.  

(2) Ia melihat mereka melalui terang suluh, yang bergerak kian 

ke mari di antara mereka, yang apinya bersinar terang. Pe-

kerjaan-pekerjaan Iblis yaitu  pekerjaan kegelapan. Ia ada-

lah penghulu dunia yang gelap ini. namun  malaikat-malaikat 

terang berada di dalam terang, dan, walaupun menyem-

bunyikan diri pada waktu bekerja, mereka menunjukkan 

pekerjaan mereka, sebab pekerjaan mereka akan tahan 

menghadapi terang. namun  kita melihat mereka dan peker-

jaan-pekerjaan mereka hanya melalui cahaya lilin, melalui 

cahaya redup dari suluh yang bergerak kian ke mari di 

antara mereka. jika  senja datang, dan bayang-bayang 

menghilang, kita akan melihat mereka dengan jelas. Sebagi-

an orang memahami apa yang tampak seperti bara api yang 

menyala ini, dan kilat sabung-menyabung yang keluar dari 

api itu, sebagai sesuatu yang menandakan murka Allah, 

dan penghakiman-penghakiman-Nya, yang akan segera 

dilaksanakan atas Yehuda dan Yerusalem sebab  dosa-

dosa mereka, yang untuk itu para malaikat akan dipekerja-

kan. Dan demikianlah kita mendapati sesudahnya bara api 

yang dihamburkan ke atas kota itu untuk menghanguskan-

nya, yang diambil dari tengah-tengah kerub (10:2). Maka 

dengan begitu, apa yang tampak seperti suluh itu dapat kita 

pahami sebagai terang penghiburan yang bersinar bagi 

umat Allah di dalam kegelapan permasalahan mereka 

sekarang ini. Jika pelayanan para malaikat seperti api yang 

menghanguskan bagi musuh-musuh Allah, maka pelayan-

an mereka seperti terang yang menyukakan bagi anak-

anak-Nya sendiri. Bagi anak-anak Allah api ini bersinar, 

sangat menghidupkan dan menyegarkan, sedangkan bagi 

musuh-musuh Allah, dari api itu muncul kilat yang meng-

kilap untuk menghancurkan mereka. Perhatikanlah, malai-

kat-malaikat yang baik akan menjadi sahabat-sahabat kita, 

atau musuh-musuh kita, sebagaimana Allah menjadi saha-

bat atau musuh bagi kita. 

Penglihatan tentang Roda-roda  

(1:15-25)  

15 Aku melihat, sungguh, di atas tanah di samping masing-masing dari 

keempat makhluk-makhluk hidup itu ada sebuah roda. 16 Rupa roda-roda itu 

seperti kilauan permata pirus dan keempatnya yaitu  serupa; buatannya 

seolah-olah roda yang satu di tengah-tengah yang lain. 17 Kalau mereka 

berjalan mereka dapat menuju keempat jurusan; mereka tidak berbalik kalau 

berjalan. 18 Mereka memiliki  lingkar dan aku melihat, bahwa sekeliling 

lingkar yang empat itu penuh dengan mata. 19 Kalau makhluk-makhluk 

hidup itu berjalan, roda-roda itu juga berjalan di samping mereka; dan kalau 

makhluk-makhluk hidup itu terangkat dari atas tanah, roda-roda itu turut 

terangkat. 20 Ke arah mana roh itu hendak pergi, ke sanalah mereka pergi, 

dan roda-rodanya sama-sama terangkat dengan mereka, sebab roh makhluk-

makhluk hidup itu berada di dalam roda-rodanya. 21 Kalau makhluk-

makhluk hidup itu berjalan, roda-roda itu berjalan; kalau mereka berhenti, 

roda-roda itu berhenti; dan kalau mereka terangkat dari tanah, roda-roda itu 

sama-sama terangkat dengan mereka; sebab roh makhluk-makhluk hidup itu 

berada di dalam roda-rodanya. 22 Di atas kepala makhluk-makhluk hidup itu 

ada yang menyerupai cakrawala, yang kelihatan seperti hablur es yang 

mendahsyatkan, terbentang di atas kepala mereka. 23 Dan di bawah cakra-

wala itu sayap mereka dikembangkan lurus, yang satu menyinggung yang 

lain; dan masing-masing memiliki  sepasang sayap yang menutupi badan 

mereka. 24 Kalau mereka berjalan, aku mendengar suara sayapnya seperti 

suara air terjun yang menderu, seperti suara Yang Mahakuasa, seperti 

keributan laskar yang besar; kalau mereka berhenti, sayapnya dibiarkan 

terkulai. 25 Maka kedengaranlah suara dari atas cakrawala yang ada di atas 

kepala mereka; kalau mereka berhenti, sayapnya dibiarkan terkulai.      

Sang nabi membuat pengamatan-pengamatan tentang penglihatan ini 

dan mencatatnya dengan sangat tepat. Dan di sini kita mendapati, 

I.   Gambaran yang diperhatikannya mengenai roda-roda (ay. 15-21). 

Kemuliaan Allah tidak tampil hanya dalam kemegahan para pela-

yan-Nya di dunia atas, melainkan juga dalam tegaknya pemerin-

tahan-Nya di sini di dunia bawah ini. sesudah  melihat bagaimana 

Allah bertindak sesuai kehendak-Nya di antara bala tentara sorga,

Kitab Yehezkiel 1:15-25 

 sekarang marilah kita lihat bagaimana Ia bertindak sesuai kehen-

dak-Nya di antara para penduduk bumi. Sebab di sanalah, di atas 

tanah, sang nabi melihat roda-roda (ay. 15). Sewaktu ia melihat 

makhluk-makhluk hidup itu, dan merenungkan kemuliaan dari 

penglihatan itu, dan menerima pengajaran darinya, penglihatan 

yang lain ini menampakkan diri ke hadapannya. Perhatikanlah, 

orang yang memanfaatkan dengan baik penyingkapan-penying-

kapan yang berkenan diberikan Allah kepada mereka, dapat 

menantikan penyingkapan-penyingkapan yang lebih jauh. Sebab 

setiap orang yang memiliki , kepadanya akan diberi. Adakala-

nya kita tergoda untuk berpikir bahwa tidak ada yang mulia 

selain apa yang ada di dunia atas, padahal, jika kita dengan mata 

iman dapat memahami keindahan Pemeliharaan ilahi, dan 

kebijaksanaan, kekuasaan, serta kebaikan yang bersinar dalam 

pemerintahan kerajaan itu, maka kita akan melihat, dan berkata, 

sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi dan yang 

bertindak sebagaimana Dia adanya. Ada banyak hal dalam peng-

lihatan ini yang memberi kita suatu terang mengenai Pemelihara-

an ilahi.  

1. Penyelenggaraan-penyeleng


Related Posts:

  • Yehezkiel 1artikel  yang sedang Anda pegang ini yaitu  salah satu bagian dari Tafsiran Alkitab dari Matthew Henry yang secara lengkap men-cakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Untuk edisi bahasa In-donesianya, tafsir… Read More