sirah nabawiyah 7


 Amr dan mengeroyoknya sebab  dikhawatirkan mengacak-acak agama mereka, dan 

tindakannya meninggalkan agama kaumnya bisa diikuti orang lain. Zaid bin Amr berkata lantang 

sambil membanggakan kehormatan dirinya atas kaumnya yang telah merusaknya. 

Usai kejadian itu, Zaid bin Amr pergi menelusuri agama Ibrahim dan bertanya kepada para pendeta 

Yahudi dan pendeta Kristen hingga ia melintasi Al-Maushil dan jazirah Arab. Ia tak kenal lelah berjalan 

menyusuri seluruh wilayah Syam hingga bertemu dengan seorang pendeta di bukit di wilayah Al-

Balqa'. Seorang pendeta yang menjadi rujukan para pemeluk agama Kristen sebab  ilmunya. Zaid bin 

Amr bertanya kepada pendeta ini  tentang agama Ibrahim. Pendeta ini  berkata: "Engkau 

mencari agama yang belum muncul di zaman ini. Tapi ketahuilah telah dekat zaman kemunculan Nabi 

yang berasal dari negerimu. Ia diutus dengan membawa agama Ibrahim. Kembalilah engkau ke 

negerimu, sebab  Nabi itu telah diutus, dan sekarang masa kemunculannya." Sebelumnya Zaid bin 

Amr menyelami agama Yahudi dan Kristen, namun ia tidak tertarik kepada keduanya. sesudah  

mendengar perkataan pendeta itu Zaid bin Amr segera bergegas pulang ke Mekkah. saat  Zaid bin 

Amr tiba di pertengahan negeri-negeri Lakhm, warga  setempat menzaliminya lalu  

membunuhnya. 

saat  Waraqah bin Naufal mendengar berita kematiannya, ia menangis lalu  berkata: 

Wahai anak Amr kau telah dapatkan mahligai petunjuk dan nikmat 

Engkau jauh dari bara api neraka dan terlindung darinya 

sebab  kau bersujud pada Tuhan yang tiada Tuhan lain selain Dia 

sebab  engkau tinggalkan patung-patung thaghut yang tidak bisa berbuat apa-apa  

Kau telah dapatkan agama yang engkau selama ini kau cari 

Engkau tidak pernah lalai mengesakan Tuhanmu 

Kini kau berada di negeri akhirat yang mulia  

Di dalamnya kau bersuka cita dengan kenikmatan 

Engkau berjumpa dengan kekasih Allah Ibrahim 

Tidaklah kau termasuk manusia sombong penghuni neraka 

Kadang kala rahmat Allah itu mengalir pada manusia   

Walapun ta telah berada tujuh puluh lembah di bawah bumi 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang mengatakan bahwa dua bait pertama dan terakhir pada syair di atas 

yaitu  ucapan Umayyah bin Abu Ash-Shalt. Adapun ucapan Waraqah bin Naufal, 'Patung-patung 

thaghut,' bukan dari Ibnu shaq. 

  

Sifat Rasulullah Shallahahu 'Alaihi wa Sallam dalam Kitab Injil 

 

Ibnu Ishaq berkata: Aku diberitahu bahwa salah satu yang dikabarkan Isa bin Maryam dalam Injil untuk 

orang-orang Kristen tentang sifat Rasulullah Shallahahu 'Alaihi wa Sallam yang ia terima dari Allah, 

ialah apa yang ditegaskan Yohanes Al-Hawari kepada orang-orang Kristen ia saat  menulis Injil untuk 

mereka dari zaman Isa bin Maryam Alaihis Salam. Di dalamnya dijelaskan tentang kedatangan 

Rasulullah Shallahahu 'Alaihi wa Sallam kepada mereka. Yohanes Al-Hawari mengabarkan bahwa Isa 

bin Maryam bersabda: Barang siapa yang membuatku marah, sama saja membuat marah Tuhan. 

Andai aku tidak melakukan di depan mereka tindakan-tindakan yang belum pernah dilakukan oleh 

seorang pun sebelum aku, pastilah mereka tidak memiliki dosa. Namun sejak kini mereka sombong 

dan mengaku mengagungkan aku Tuhan. Namun kalimat yang tertera dalam Namus (sebutan bagi 

Jibril oleh orang Kristen Arab) itu harus terealisir. Mereka telah membuatku marah tanpa mendapat 

apa-apa. Andai saja Al-Munhammana telah datang kepadaku, dia yang diutus kepada kalian dari sisi 

Tuhan dan Ruhul Qudus, dan dia yang berasal dari Tuhan telah keluar, ia menjadi saksi atas aku juga 

atas kalian. sebab  sejak dulu kalian senantisa bersamaku dalam hal ini maka aku kabarkan ini kepada 

kalian, agar kalian tidak berkeluh kesah." 

Dalam bahasa Ibrani Al-Munhamana berarti Muhammad, dan Muhammad dalam bahasa Romawi 

ialah Paraclet. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah Shallahahu 'Alaihi wa Sallam. 

 

 

 

 

 

Bab 4 

 

 

 

 

Rahmatan Lil Alamin: Diutusnya Muhammad Sebagai Nabi dan Rasul 

serta Turunnya Al-Qur'an secara Bertahap-Tahap Mengiringi Peristiwa 

Kehidupannya sebagai Utusan Allah 

 

 

  

 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala Muhammad, Rasulullah Shallahahu 'Alaihi wa Sallam berumur empat 

puluh tahun, Allah Yang Maha tinggi mengutusnya sebagai rahmat bagi alam semesta, dan pembawa 

kabar gembira bagi seluruh umat manusia. Sebelum beliau di utus, Allah telah mengambil perjanjian 

kepada seluruh nabi supaya mereka beriman kepadanya, membenarkannya, dan menolongnya 

menghadapi orang-orang yang memusuhinya. Allah juga mengambil perjanjian dari mereka supaya 

mereka mengabarkan hal ini  kepada orang-orang beriman dan membenarkan mereka sehingga 

kebenaran dapat ditegakkan. Allah Ta'ala berfirman kepada Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam: 

 

 

Dan (ingatlah), saat  Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yangAku berikan 

kepadamu berupa kitab dan hikmah, lalu  datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan 

apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." 

Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" 

Mereka menjawab: "Kami mengakui." Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan 

Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu." (QS. Ali Imran: 81). 

Allah mengambil perjanjian dari semua nabi supaya mereka membenarkan Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam, menyertainya dalam menghadapi orang-orang yang memusuhinya, dan 

menyampaikan perjanjian kepada orang-orang yang beriman kepada mereka, dan membenarkan 

mereka di antara pengikut, dua kitab suci ini, Taurat dan Injil. 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri telah menyebutkan dari Urwah bin Zubair dari Aisyah Radhiyallahu Anha 

bahwa Aisyah berkata kepada Urwah: "Sebetulnya  wahyu yang pertama kali yang diterima 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat  Allah berkehendak memuliakannya dan memberi rahmat 

kepada hamba-hamba-Nya dengannya ialah mimpi yang benar. Dan tidaklah beliau bermimpi da- lam 

tidurnya, kecuali pasti beliau melihatnya laksana rekahan sinar pagi." 

Aisyah berkata: "Mulai saat itu, Allah menjadikan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam suka 

menyendiri dan tidak ada pekerjaan yang lebih disukainya lebih dari menyendiri (khalwat)." 

Ibnu Ishaq berkata: Abdul Malik bin Ubaidillah bin Abu Suf bin Al-Ala' bin Jariyah Ats-Tsaqafi berkata 

kepadaku dan ia mendengar dari beberapa orang-orang yang berilmu: "Sebetulnya  Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam, saat  Allah berkehendak memuliakannya dan menganugrahkan kena- 

bian padanya, dan beliau ingin keluar untuk buang hajat, beliau pergi ke tempat yang jauh dari rumah-

rumah warga  hingga berhenti di Syi'ab Mekkah, dan lembah-lembahnya. Dan tidaklah sekali-kali 

Rasulullah melewati sebongkah batu dan sebatang pohon kecuali keduanya pasti berkata: "As-

Salaamu Alaika ya Rasulullah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menoleh ke sekitarnya; kanan, 

kiri, dan belakang namun tidak melihat apapun kecuali pohon dan batu. Kondisi keadaan ini terus-

menerus terjadi bermimpi dan mendengar salam hingga Jibril datang kepada beliau dengan membawa 

kemuliaan dari Allah saat  beliau berada di Gua Hira pada bulan Ramadhan yang mulia. 

Ibnu Ishaq berkata: Wahb bin Kaisan, mantan budak keluarga Zubair berkata kepadaku bahwa aku 

mendengar Abdullah bin Zubair berkata kepada Ubaid bin Umair bin Qatadah Al-Laitsi: "Hai Ubaid, 

tuturkanlah kepada kami, bagaimana keadaan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat pertama 

kali menerima wahyu saat  Malaikat Jibril datang padanya!" Wahb bin Kaisan berkata: lalu  

Ubayd berkata saat  itu aku hadir berbicara dengan Abdullah bin Zubair dan orang-orang yang ada di 

sekitar Abdullah bin Zubair. "Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyendiri di Gua Hira' selama 

sebulan setiap tahunnya. Seperti itulah bentuk tahannuts yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy 

pada zaman jahiliyah. Arti tahannuts yaitu  pembersihan diri (tabarrur). 

Ibnu Ishaq berkata bahwa Abu Thalib berkata: 

Demi Tsaur dan Yang menggangtikan Tsabir pada di tempatnya 

Serta demi orang yang naik ke gunung Hira dan menuruninya 

 

Ibnu Hisyam berkata bahwa Abu Ubaidah berkata bahwa orang-orang Arab berkata: At-Tahannuts dan 

At-Tahannuf maksudnya ialah Al-Hanafiyyah. Mereka mengganti huruf ‘a pada kata At-Tahannuf 

dengan huruf tsa’ maka jadilah ia At-Tahannuts. Ini sama seperti saat mereka mengatakan Jadaf dan 

jadats, dimana arti keduanya yaitu  sama yaitu kuburan. Ru'bah bin Al-Ajjaj berkata dalam syairnya: 

Seandainya batu-batuku bersama ajdaaf, maksudnya al-ajdaats. 

Bait syair di atas dapat dijumpai pada kumpulan syair Ru'bah bin Al-Ajjaj, sedang bait Abu Thalib di 

atas ada pada kumpulan syairnya yang, Insya Allah, akan saya paparkan pada tempatnya. 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah bertutur kepadaku, bahwa orang-orang Arab berkata: "Fumma 

sebagai ganti kata Tsumma." Mereka mengganti huruf fa' dengan huruf tsa. 

Ibnu Ishaq berkata: Wahb bin Kaisan ber- cerita kepadaku, bahwa Ubaid berkata: Pada bulan itu, 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiam diri di Gua Hira sebagaimana biasa dilakukannya setiap 

tahun. Beliau senantiasa menyuguhkan makanan kepada orang-orang miskin yang datang kepada 

beliau. Usai melakukan hal itu, beliau pergi ke Ka'bah untuk melakukan thawaf (mengitari Ka'bah) 

sebanyak tujuh kali atau lebih, baru lalu  beliau pulang ke rumah. Begitulah yang terus terjadi 

hingga Allah mengutusnya sebagai seorang Nabi pada bulan Ramadhan. Saat itu, beliau berangkat ke 

Gua Hira dengan disertai istrinya. Malam itu, Allah memuliakan beliau dengan menganugerahkan 

kerasulan dan merahmati hamba-hamba-Nya dengan rahmat itu. Malaikat Jibril datang dengan 

membawa perintah Allah Ta'ala. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Jibril mendatangiku 

saat aku tidur dengan membawa secarik kain sutera yang di dalamnya ada  tulisan." Malaikat Jibril 

berkata: "Ba- calah!" Aku berkata: "Aku tidak bisa membaca." Malaikat Jibril mendekapku dengan kain 

sutera ini  hingga aku merasa seolah-olah sudah mati lalu  ia melepasku dan berkata: 

"Bacalah!" Aku menjawab: "Apa yang mesti aku baca?" Malaikat Jibril mendekapku dengan kain sutera 

itu hingga aku merasa seolah-olah sudah mati, lalu  ia melepasku kembali dan berkata: 

"Bacalah!" Aku berkata: "Apa yang mesti aku baca?" Jibril kembali mendekap kembali diri dengan 

sangat kencang dengan kain sutera ini  hingga aku merasa seolah-olah sudah mati, lalu  ia 

melepasku, dan berkata: "Bacalah!" Aku berkata: "Apa yang mesti aku baca?" Aku katakan itu dengan 

harapan ia melepasku sebagaimana yang sebelumnya ia lakukan terhadap diriku. Lalu ia berkata: 

  

'Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari 

segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan mulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan 

perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-Alaq: 1-

5).  

Aku pun apa yang ia baca lalu  sesudah  selesai Jibril pergi meninggalkanku dan aku bangun dari 

tidurku dan kurasakan jida sesuatu yang tertulis dalam hatiku. Lalu aku keluar dari Gua Hira. saat  

aku berada di tengah-tengah gunung, tiba-tiba kudengar sebuah suara dari langit: "Wahai 

Muhammad, engkau yaitu  utusan Allah sedangkan aku yaitu  Jibril." Aku dongakkan kepalaku ke 

langit, saat itu kulihat Jibril dalam sosok seorang laki-laki yang membentangkan kedua kakinya ke ufuk 

langit. Jibril berkata lagi: "Wahai Muhammad, engkau yaitu  utusan Allah sedangkan aku yaitu  

Jibril." Aku berdiri melihatnya di tempat bagaikan patung. Aku arahkan pandanganku pada di ufuk 

langit yang lain, tidaklah aku mengarahkan pandanganku ke arah mana pun kecuali aku lihat dia 

berada di sana. Aku berdiri diam terpana bagaikan patung hingga akhirnya istriku Khadijah mengirim 

pelayan-pelayannya untuk mencariku. Mereka tiba di Mekkah atas dan kembali pada Khadijah, 

sementara aku tetap berada di tempatku semula. Lalu diapun menghilang dariku. 

Aku pulang menemui istriku Khadijah, aku berbaring di pahanya bersandar merapat padanya. Khadijah 

berkata: "Wahai suamiku, semalam kau kemana saja? Aku telah mengirim orang-orangku untuk 

mencarimu hingga mereka tiba di Mekkah Atas, lalu  pulang dengan tangan hampa." Maka aku 

ceritakan kepada Khadijah peristiwa yang baru saja aku alami. Khadijah berkata: "Suamiku, 

bergembiralah, dan kokohlah. Demi Dzat yang jiwa Khadijah berada di Tangan-Nya, ku harap engkau 

diangkat menjadi Nabi untuk umat ini." 

Khadijah bangkit lalu membereskan pakaiannya lalu  pergi ke kediaman Waraqah bin Naufal bin 

Asad bin Abdul Uzza bin Qushay, saudara sepupunya. Waraqah yaitu  seorang penganut agama 

Kristen yang mengkaji kitab-kitab agama ini dan banyak belajar dari orang-orang Yahudi dan Kristen. 

Khadijah memerintahkan kepada Waraqah persis seperti yang dituturkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam, bahwa beliau melihat dan mendengar sesuatu. Waraqah bin Naufal berkata: "Quddus, 

Quddus (Maha Tuhan) Allah, Demi Dzat yang jiwa Waraqah ada di Tangan-Nya, jika semua yang 

engkau tuturkan benar, wahai Khadijah, sungguh dia telah didatangi Jibril (Namus) yang dahulu pernah 

datang kepada Musa. Dia yaitu  Nabi untuk umat ini. Katakanlah padanya hendaknya ia bersabar." 

Lalu Khadijah pulang menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan menceritakan apa yang 

dikatakan oleh Waraqah bin Naufal kepada Rasulullah. Usai melakukan khalwat di Gua Hira', 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam beraktivitas seperti biasanya. Beliau pergi ke Ka'bah lalu thawaf. 

Saat sedang thawaf itulah, beliau bertemu dengan Waraqah bin Naufal. Waraqah bin Naufal berkata: 

"Wahai sepupuku, tuturkanlah kepadaku apa yang engkau lihat dan dengar!" Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam menuturkan apa yang beliau lihat dan dengar kepada Waraqah bin Naufal. Waraqah 

bin Naufal berkata: "Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh engkau yaitu  Nabi untuk 

umat ini. Sungguh Jibril yang dahulu pernah datang kepada Musa kini telah datang kembali padamu. 

Engkau pasti akan didustakan, disakiti, diusir, dan diperangi. Seandainya aku masih hidup pada hari 

itu, pasti aku menolong Allah dengan pertolongan yang diketahui-Nya." lalu  Waraqah bin Naufal 

mencium ubun- ubun beliau. sesudah  itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kembali ke 

rumahnya.19 

19 HR. Thabrani (1/535) dalam Tarikhnya, Baihaqi dalam al-Dalail pada hadits no. 451 dari Abu Ishaq Ubaid bin Umair: Disebutkan oleh Imam Bukhari bahwa 

Nabi bermimpi dan disebutkan oleh Imam Muslim tentang orang yang iahir di zamannya, bahwa Rasulullah tidak bermimpi. Dia termasuk salah seorang tabiin. 

Dengan demikian haditsnya yaitu  mursal. Ini disebutkan oleh penulis buku al-Tahshil fi Ahkam al-Marasil (1/234) 

Ibnu Ishaq berkata: Ismail bin Abu Hakim, mantan budak keluarga Zubair berkata kepadaku bahwa ia 

diberitahu dari Khadijah Rhadhiyallahu Anha, "Khadijah berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam: "Wahai suami, bisakah engkau bertutur padaku tentang sahabatmu (maksudnya Jibril) 

tatkala datang kepadamu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Ya." Khadijah berkata: 

"jika  ia datang lagi kepadamu, tolong beritahu aku!" Tak lama lalu  Jibril datang kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam seperti yang biasa dia lakukan. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam berkata kepada Khadijah: "Wahai istriku, ini Jibril, ia datang kepadaku." Khadijah berkata: 

"Suamiku, berdirilah dan berbaringlah di atas paha kiriku!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

berdiri lalu berbaring di atas paha kiri Khadijah. Khadijah berkata: "Apakah engkau melihatnya?" 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Ya." Khadijah berkata: "Ubahlah posisi dudukmu, 

berbaringlah di paha kananku!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengubah posisi duduknya 

dengan cara duduk di atas paha kanan Khadijah. Khadijah berkata: "Masihkan engkau melihatnya?" 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Ya." Khadijah berkata: "Ganti posisimu dan 

berbaring di atas pangkuanku!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengganti posisinya dengan 

berbaring di atas pangkuan Khadijah. Khadijah berkata: "Masihkah engkau melihatnya?" Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Ya." lalu  Khadijah melepas pakainnya serta 

menanggalkan kerudungnya, sedang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam masih tetap berbaring di 

atas pangkuannya. Khadijah berkata: "Masihkah engkau melihatnya?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam menjawab: "Tidak." Khadijah berkata: "Wahai sepupuku, tabahlah dan bergembiralah. Demi 

Allah, dia yaitu  malaikat dan bukan setan."20 

20 HR. Thabrani (1/533) dalam Tarikh-nya dan Baihaqi dalam al-Dalail pada hadits no. 453 dari Ibnu Ishaq dengan sanad mursal 

Ibnu Ishaq berkata: Aku pernah mewa- wancarai Abdullah bin Hasan tentang peristiwa di atas. 

Abdullah bin Hasan berkata: Aku pernah mendengar ibuku, Fathimah binti Husain menceritakan 

peristiwa ini  dari Khadijah hanya saja aku pernah mendengar ibuku berkata: Khadijah 

memasukkan Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam ke dalam daster miliknya, pada saat itulah Jibril 

meng- hilang dari hadapan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Khadijah berkata Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebetulnya  ini pasti malaikat, bukan setan." 

 

 

Awal Turunnya Al-Quran 

 

Ibnu Ishaq berkata: Kali pertama Al-Qur'an turun kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yaitu  

pada bulan Ramadhan. Allah Azza wa Jalla berfirman: 

 

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan 

(permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk 

itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. al-Baqarah: 185). 

Allah berfirman: 

 

Sebetulnya  Kami telah menurunkannya (Al- Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu 

apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun 

malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam 

itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. al- Qadr: 1-5). 

Allah berfirman: 

 

 

Haa Miim. Demi Kitab (Al-Qur'an) yang menjelaskan. Sebetulnya  Kami menurunkannya pada suatu 

malam yang diberkahi dan Sebetulnya  Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu 

dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sebetulnya  

Kami yaitu  yang mengutus rasul-rasul. (QS. ad- Dukhkhan: 1-5). 

Allah berfirman: 

 

Jika kalian beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami 

(Muhammad) di Hari Furgaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. (QS. al-Anfal: 41). 

Yaitu bertemunya Rasulullah Shalla- lahu 'alaihi wa Sallam dengan orang-orang musyrikin di Perang 

Badar. 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain berkata kepadaku: 

Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam berperang melawan orang-orang musyrikin di Badar pada hari 

Jum'at dini hari, tanggal 17 Ramadhan. 

Ibnu Ishaq berkata: wahyu lalu  turun kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertahap-

tahap dan beliau beriman kepada Allah dan membenarkan sepenuhnya apa yang datang kepada 

beliau, menerimanya dengan sepenuh jiwa, bersabar terhadapnya menanggung semua resikonya baik 

mendapatkan keridhaan atau kemarahan manusia. Kenabian yaitu  beban berat yang hanya mampu 

diemban oleh orang yang kuat dan memiliki tekad baja seperti para rasul sebab  pertolongan Allah 

Ta'ala dan taufik-Nya, dalam menghadapi gangguan oleh manusia, dan penolakan kaumnya terhadap 

apa yang mereka bawa dari Allah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melangkah kokoh dan tegar 

dalam menunaikan perintah Allah walaupun mendapatkan tantangan dan gangguan dari ummatnya. 

 

 

Khadijah Masuk Islam 

 

Ibnu Ishaq berkata: Khadijah binti Khuwailid mengimani Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan 

membenarkan seluruh yang beliau bawa dari Allah serta memberi  dukungan sepenuhnya dalam 

melaksanakan perintah Allah. Khadijah binti Khuwailid yaitu  wanita pertama yang beriman kepada 

Allah dan Rasul-Nya, serta membenarkan apa yang beliau bawa dari Allah. Dengan masuk Islamnya 

Khadijah binti Khuwailid, beban Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin ringan. Jika Rasulullah 

mendengar umpatan dan caci maki terhadap beliau yang membuatnya sedih, Allah menghilangkan 

kesedihan itu melalui Khadijah binti Khuwailid saat beliau kembali padanya. Khadijah Khuwailid 

memotivasi beliau, meringankan bebannya, membenarkannya, dan menganggap remeh reaksi negatif 

manusia terhadap beliau. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Khadijah binti Khuwailid. 

Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Urwah berkata kepadaku dari ayahnya, Urwah bin Zubair dari Abdullah 

bin Ja'far bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu yang berkata bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

bersabda: Aku membawa kabar gembira kepada Khadijah berupa rumah dari qashab (mutiara yang 

berlubang) yang di dalamnya tidak ada suara riuh dan kelelahan.21 

Ibnu Hisyam berkata: Qashab ialah mutiara yang berlubang. 

21  Hadits shahih diriwayatkan Imam Ahmad pada hadits no. 1758 dan al-Hakim pada hadits no. 4849. Hadits ini dinyatakan shahih dan dikokohkan oleh Adz-

Dzahabi. Hadits memiliki syawahid (penguat) dalam Shahihain dari hadits Aisyah dan Abu Hurairah serta Ibnu Abi Afwa.  

 

 

Jibril Menyampaikan Salam Allah kepada Khadijah Radhiyallahu Anha 

  

Ibnu Hisyam berkata: Seorang ahli terpercaya berkata kepadaku: Jibril berkata kepada Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Sampaikan kepada Khadijah salam dari Tuhannya." Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam bersabda: "Wahai Khadijah, ini dia Jibril menyampaikan salam dari Tuhanmu." 

Khadijah berkata: "Allah yaitu  kesejahteraan (Salam), dari-Nya kesejahteraan(salam), dan 

kesejahteraan(salam) juga atas Malaikat Jibril."22 

22  HR. Al-Thabrani dalam dl-Kdbiirpada hadits 18979 dan Al-Haitsami dalam al-Majma' pada hadits 15273. Juga diriwayatkan oleh Imam al-Thabrani dan dalam 

sanadnya ada Muhammad bin al-Hasan bin Zabalah, dia dikenal sebagai perawi yang lemah. 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  wahyu terputus dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sehingga 

rasa sedih melanda Rasulullah. sesudah  itu Jibril mengunjungi Rasulullah dengan membawa surat Adh-

Dhuha. Di dalamnya Allah bersumpah dengannya Allah yang memuliakannya dengannya bersumpah 

kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkannya dan 

tidak membencinya. Allah Ta'ala berfirman: 

 

Demi waktu matahanri sepenggalahan naik. Dan demi malam jika  telah sunyi. Tuhanmu tidak 

meninggalkan kamu dan tiada benci kepadamu (QS. adh-Dhuha: 1-3). 

Yakni Tuhanmu tidak membiarkanmu, tidak pula meninggalkanmu, tidak membencimu sejak Dia 

mencintaimu. Allah Ta'ala berfirman: 

 

Dan Sebetulnya  akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan. (QS. adh-Dhuha: 4). 

Yakni, Sebetulnya  kembalimu kepada-Ku itu jauh lebih baik daripada kenikmatan yang Aku berikan 

kepadamu di dunia. 

 

Dan kelak Tuhanmu pasti memberi  karunia-Nya kepadamu, lalu kamu menjadi puas. (QS. adh-

Dhuha: 5). 

Yakni, engkau puas dengan keberuntung- an di dunia dan ganjaran di akhirat. 

 

 

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu 

sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberi  petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang 

yang kekurangan, lalu Dia memberi  kecukupan. (QS. adh-Dhuha: 6-8). 

Melalui ayat-ayat di atas Allah mengabarkan kemulian yang Dia karuniakan kepada Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam di dunia, juga karunia-Nya pada saat beliau yatim, miskin, tersesat, dan 

Allah menyelamatkan semua itu dengan rahmat-Nya. 

Ibnu Hisyam berkata: Sajaa artinya senyap. Umayyah bin Abu Ash-Shalt Ats-Tsaqafi berkata: 

Tatkala dia datang di malam hari sahabatku telah tidur pulas 

Dan malam telah terliput senyap dengan gelap gulita 

 

Bait syair ini  yaitu  penggalan dari syair-syair Umayyah bin Ash-Shalt Ats-Tsa- qafi. Kau bisa 

katakan bahwa jika  mata kelopaknya diam ia disebut sajiyah. Jarir bin al-Khathafa berkata: 

Dia telah memanahmu laksana memejamkan mata 

Membunuhmu di antara celah belahan tirai 

 

Bait ini penggalan syair miliknya. Sedangkan Al-'Ailu dalam ayat tadi artinya fakir. Abu Khiras Al-Hudzali 

berkata: 

Orang miskin berlindung dalam rumahnya kala musim dingin tiba  

Dan yang sesat serta berpakaian lusuh fakir datang berteriak bak anjing 

 

Jamaknya Aalah atau Uyyal. Bait syair di atas yaitu  penggalan dari syair-syair Abu Khiras AI-Hudzali 

dan secara lengkap, Insya Allah, akan saya paparkan nanti. Al-Aailu juga berarti orang yang 

menanggung beban, dan orang yang penakut. Disebutkan dalam Al- Qur'an: 

 

Yang demikian itu yaitu  lebih dekat kepada tidak berbuat zalim. ' (QS. an-Nisa': 3). 

Abu Thalib berkata: 

Dengan neraca keadilan tanpa mengurangi sebutir gandum pun 

Ada saksi dari dirinya yang tiada berbuat zalim 

 

Bait di atas yaitu  penggalan dari syair- syair Abu Thalib dan secara lengkap, insyaal- lah, akan saya 

sebutkan di tempatnya. 

Al-Aailu berarti pula sesuatu yang memberatkan dan melelahkan. Seseorang berkata: "Qad 'aalani 

hadza al-amru" Artinya perkara ini memberatkan dan membuat lelah. Al-Farazdaq berkata: 

Kau lihat tokoh utama orang Quraisy 

Bila tampil perkara baru maka ia memberatkannya 

 

Bait ini  di atas yaitu  penggalan syair-syair Al-Farazdaq. 

Firman Allah: 

Adapun terhadap anakyatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang 

yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya. (QS. Ad-Dhuha: 9-10). 

Yakni, janganlah engkau menyombongkan diri, keji dan berucap kasar kepada hamba Allah yang 

lemah. 

Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hen- daklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). 

(QS. Adh-Dhuha: 11). 

Yakni, nikmat Allah dan kemuliaan dalam berupa kenabian yang Allah karuniakan kepadamu 

hendaklah engkau jelaskan dan engkau ajak orang lain kepadanya. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjelaskan nikmat-nikmat yang Allah berikan kepadanya dan 

kepada hamba-hamba Allah yang lain secara diam-diam termasuk keluarganya yang dia merasa aman 

dan percaya. 

 

 

Permulaan Diwajibkannya Shalat 

 

Shalat pun diwajibkan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan beliau menunaikannya. 

Semoga salam, rahmat dan berkah-Nya terlimpah padanya. 

Ibnu Ishaq berkarta: Shalih bin Kaisan berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair dari Aisyah 

Radhiyallahu Anha yang berkata: Kali pertama, shalat diwajibkan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam yaitu  dua rakaat setiap kali shalat, lalu  Allah menyempurnakannya dengan 

menjadikan shalat itu empat rakaat bagi orang muqim dan menetapkannya dua rakaat seperti sejak 

awalnya bagi seorang musafir. 

Ibnu Ishaq berkata: Sebagian pakar berkata kepadaku: Saat pertama kali shalat diwajibkan kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, malaikat Jibril mendatangi beliau di atas gunung Makkah. 

Malaikat Jibril mengisyaratkan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan tumitnya di 

lembah dan dari lembah itulah memancarlah mata air. lalu  Malaikat Jibril berwudhu sementara 

itu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihatnya untuk mengajari Rasulullah bagaimana cara 

bersuci untuk shalat, lalu  beliau berwudhu sebagaimana yang dilakukan Malaikat Jibril. 

lalu  Malaikat Jibril berdiri dan shalat, dan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam shalat 

sebagaimana shalatnya Jibril. lalu  Malaikat Jibril pergi meninggalkan Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam. 

sesudah  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kembali menemui Khadijah lalu berwudhu' untuk 

mengajarkan kepadanya cara bersuci untuk shalat sebagaimana di ajarkan Malaikat Jibril kepadanya. 

Khadijahpun berwudhu sebagaimana Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berwudhu'. Selanjutnya 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam shalat seperti Malaikat Jibril shaiat mengimami beliau, dan 

Khadljah shaiat seperti shaiat Rasulullah. 

Ibnu lshaq berkata: Utbah bin Muslim, mantan budak Bani Taim bercerita kepadaku dari Nafi' bin 

Jubair bin Muth'im, sedangkan Nafi' meriwayatkan banyak sekali hadits, dari Ibnu Abbas ia berkata: 

"saat  shaiat ditetapkan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, Rasulullah didatangi Malaikat 

Jibril, lalu dia shaiat mengimami beliau saat  ma- tahari mulai condong ke barat, lalu  Malaikat 

Jibril mendirikan shaiat Ashar bersamanya saat bayangan suatu benda sama persis sama dengan 

bendanya, lalu Malaikat Jibril mendirikan shaiat Maghrib saat  matahari telah terbenam, lalu 

Malaikat Jibril mendirikan shaiat Isya' saat  sinar merah sesudah  terbenamnya matahari telah hilang, 

lalu Malaikat Jibril mendirikan shaiat Shubuh saat  fajar menyingsing. Keesokan harinya Malaikat 

Jibril kembali mendatangi Rasulullah lalu mendirikan shaiat Zhuhur mengimami beliau saat  

bayangan sebuah benda persis sama seperti dirinya, lalu  ia mendirikan shaiat Ashar bersama 

beliau saat  bayangan seseorang dua kali lebih panjang, lalu  Malaikat Jibril mendirikan shaiat 

Maghrib saat  matahari telah terbenam sama sebagaimana yang dia lakukan kemarin, lalu  

Malaikat Jibril mendirikan shaiat Isya' bersama beliau sesudah  sepertiga malam pertama berlalu, 

lalu  Malaikat Jibril mendirikan shaiat Shubuh mengimami beliau saat  sedikit terang namun 

mentari belum menyingsing. sesudah  itu, Malaikat Jibril berkata: "Wahai Muhammad, waktu shaiat 

yaitu  pertengahan antara shalatmu hari ini dan shalatmu yang kemarin." 

 

 

Ali bin Abi Thalib Lelaki Pertama yang Masuk Islam 

 

Ibnu lshaq berkata: Laki-laki pertama yang mengimami Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, shaiat 

bersama beliau, dan membenarkan risalahnya ialah Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim. 

Semoga Allah meridhainya. Saat itu ia baru berumur sepuluh tahun. 

Di antara nikmat yang di karuniakan Allah kepada Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu yaitu  hidup 

langsung di bawah didikan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebelum Islam. 

Ibnu lshaq berkata: Abdullah bin Abu Najih bercerita kepadaku dari Mujahid bin Jabr Abu Al-Hajjaj 

yang berkata: Di antara nikmat Allah yang dikaruniakan pada Ali bin Abu Thalib, dan kebaikan yang 

Allah anugrahkan untuknya, yaitu  saat orang-orang Quraisy ditimpa krisis berkepanjangan sedang 

Abu Thalib memiliki  tanggungan menghidupi anak-anaknya yang banyak. Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam berkata kepada pamannya Al-Abbas, orang Bani Hasyim yang paling kaya saat  itu: 

"Wahai Abbas, Sebetulnya  saudaramu, Abu Thalib memiliki  banyak tanggungan, sedangkan 

orang-orang di saat sekarang sedang ditimpa krisis seperti yang engkau saksikan. Marilah kita pergi 

bersama-sama untuk menemuinya lalu kita ringankan bebannya. Aku membesarkan satu orang 

anaknya dan engkau juga membesarkan satu orang anaknya daripadanya. Jadi, kita minta dua orang 

anaknya." Al-Abbas berkata: "Baiklah." lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Al-Abbas 

pergi ke rumah Abu Thalib. Sesampainya di rumah Abu Thalib, keduanya berkata: "Kami berdua ingin 

meringankan bebanmu sampai krisis yang melanda warga  Quraisy berakhir." Abu Thalib berkata: 

"jika  kalian berdua membiarkan Aqil tetap bersamaku maka lakukanlah apa yang kalian berdua 

inginkan." 

Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan bahwa Abu Thalib meminta agar Aqil dan Thalib 

dibiarkan bersama dirinya. 

Ibnu Ishaq berkata:Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengambil Ali dan membawanya ke rumah 

beliau, sedang Al-Abbas memungut Ja'far dan membawanya ke rumah- nya. Ali tinggal bersama 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sampai beliau diutus Allah sebagai utusan-Nya. Ali Radhiyallahu 

Anhu mengikuti beliau, beriman kepada beliau, dan membenarkan beliau. Sementara Ja'far tetap 

tinggal bersama Al-Abbas hingga ia masuk Islam dan bisa berdikari.23 

23.   Diriwayatkan oleh At-Thabari dalam Tarikh-nya (1/538) dan Baihaqi dalam al-Dalail pada hadits no. 465 dari Ibnu Ishaq dengan sanad mursal. 

Ibnu Ishaq berkata: Sebagian pakar menuturkan bahwa jika  waktu shalat tiba, Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam berangkat menuju Syi'b ditemani Ali bin Abu Thalib dengan rahasia dan 

tidak diketahui oleh ayah Ali, yaitu Abu Thalib, paman-pamannya, dan kaumnya. lalu  Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Ali bin Abu Thalib mendirikan shalat lima waktu di tempat ini . 

Sore harinya mereka pulang ke rumah. Itulah yang mereka berdua lakukan dalam jangka waktu 

tertentu hingga akhirnya Abu Thalib memergoki keduanya sedang dalam keadaan shalat. Abu Thalib 

berkata ber tanya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Wahai anak keponakanku, agama apa yang 

engkau peluk yang kulihat tadi?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Wahai pamanku 

ini yaitu  agama Allah, agama malaikat-Nya, agama para Rasul-Nya dan agama bapak kita Ibrahim, 

atau sebagaimana Rasulullah sabdakan, "Allah telah mengutus aku sebagai Rasul kepada seluruh 

hamba-Nya. Sedangkan engkau, wahai pamanku yaitu  orang yang paling berhak aku nasihati dan 

aku ajak kepada hidayah ini. Engkaulah sosok yang paling layak menerima dakwahku dan 

mendukungku di dalamnya." Atau sebagaimana yang beliau sabdakan. Abu Thalib berkata: "Wahai 

keponakanku, sungguh tidak mungkin bagiku bisa meninggalkan agama leluhurku dan tradisi yang 

biasa mereka lakukan. Meski begitu, demi Allah, takkan kubiarkan ada seorang pun yang berbuat jahat 

kepadamu, selagi aku masih ada." Banyakyang mengatakan bahwa Abu Thalib berkata kepada Ali bin 

Abi Thalib: "Anakku, agama apakah yang engkau peluk?" Ali bin Abu Thalib menjawab: "Ayah anda, 

aku telah beriman kepada Allah, dan Rasul-Nya. Aku membenarkan risalahnya, shalat bersamanya, 

dan mengikuti beliau." Ada yang mengatakan bahwa Abu Thalib berkata kepada Ali, anaknya: "Jika ia 

menyerumu pada kebaikan, maka ikutilah dia!"24 

24.  Diriwayatkan oleh At-Thabari dalam Tarikh-nya (1/538) dengan sanad mursal. 

 

 

Zaid bin Haritsah Lelaki Kedua yang Masuk Islam 

 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  Ali bin Abi Thalib masuk Islam, lalu  Zaid bin Haritsah bin Syurahbil 

bin Ka'ab bin Abdul Uzza bin Umru Al-Qais Al-Kalbi, mantan budak Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam menyusulnya menganut agama Islam. Dialah kalangan laki- laki yang pertama kali masuk Islam 

dan ikut shalat sesudah Ali bin Abu Thalib.  

Ibnu Hisyam berkata: Zaid yaitu  anak Haritsah bin Syurahbil bin Ka'ab bin Abdul Uzza bin Umru'u Al-

Qais bin Amir bin An- Nu'man bin Amir bin Abdu Wudd bin Auf bin Kinanah bin Bakr bin Auf bin Udzrah 

bin Zaidullah bin Rufaidah bin Tsaur bin Kalb bin Wabarah. Diceritakan bahwa Hakim bin Hizam bin 

Khuwalid pulang dari Syam dengan membawa budak-budak yang di antaranya yaitu  Zaid bin Haritsah 

dan seorang anak muda lainnya. lalu  Khadijah binti Khu- wailid, bibi Hakim, istri Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam datang ke rumahnya. Hakim berkata kepada Khadijah: "Wahai bibiku, 

ambillah di antara anak-anak muda ini  yang engkau suka, dan ia menjadi milikmu." Khadijah 

mengambil Zaid lalu membawanya. Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam melihat Zaid ada bersama 

Khadijah, lalu Rasululah meminta Khadijah menghibahkannya kepadanya. Khadijah pun 

menghibahkan Zaid kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu  beliau memerdekakan 

Zaid dan mengangkatnya sebagai anak. Ini semua terjadi sebelum wahyu turun kepada beliau. 

Ayah Zaid, Haritsah, sangat berduka dan menangis sedu sedan tatkala kehilangan Zaid. Ia berkata: 

Ku menangis sebab  Zaid, dan aku tidak tahu bagaimana keadaannya kini 

Masihkah dia hidup hingga masih bisa diharapkan atau dia telah temui ajal 

Demi Allah aku tak tahu namun ku pasti kan mencarinya 

Apakah sepeninggalku, dataran rendah atau- kah gunungyang membinasakamnu? 

Wahai, andai zaman, memiliki  angin yang bolak-balik 

Betapa senang hatiku bila engkau kembali kepadaku 

Kala mentari terbit, ia mengingatkanku pa danya 

Dan kala terbenam ia menghadirkan ingatanku padanya 

Bila angin bertiup, ia menggerakkan ingatanku padanya 

Wahai alangkah lamanya dukaku sebab nya Ku kan duduk di punggung unta pilihan berkelana ke 

bumi sungguh-sungguh Ku tak bosan mengembara hingga unta itu bosan 

Wahai kehidupan, ataukah telah tiba padaku kematian 

Semua orang akan mati, walaupun ia tertipu angan 

 

Haritsah datang menjemput Zaid di ru- mah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Beliau bersabda 

kepada Zaid: "Jika engkau suka, engkau tetap boleh tinggal bersamaku. Namun jika  suka, engkau 

boleh pulang kembali kepada ayahmu!" Zaid menjawab, "Aku lebih suka tinggal bersamamu." sesudah  

itu, Zaid tinggal bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hingga beliau diangkat sebagai Rasul, 

lalu ia membenarkannya, lalu masuk Islam, dan shalat bersamanya. Pada saat Allah menurunkan 

firman-Nya, "Panggillah mereka dengan menggunakan nama ayah-ayah mereka." (QS. Al-Ahzab: 5). 

Zaid berkata: "Sekarang aku Zaid bin Haritsah." 

 

 

Abu Bakar Radhiyallahu Anhu Masuk Islam 

 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  Zaid, menyusullah Abu Bakar bin Abu Quhafah masuk Islam. Nama asli 

Abu Bakar yaitu  Atiq, adapun nama aslinya Abu Quhafah yaitu  Utsman bin Amir bin Amr bin Ka'ab 

bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr. 

Ibnu Hisyam berkata: Nama asli Abu Bakar yaitu  Abdullah, dan Atiq yaitu  ju¬lukannya, sebab  

wajahnya yang ganteng dan rupawan dan pembebasan budak yang sering ia lakukan. 

Ibnu Ishaq berkata: saat  Abu Bakar Radhiyallahu Anhu masuk Islam ia tampakkan keislamannya, dan 

berdakwah untuk Allah dan Rasulnya. 

Abu Bakar yaitu  orang yang sangat dihormati kaumnya, dicintai dan mudah bergaul dengan siapa 

saja. Dia orang Quraisy yang paling ahli tentang nasab Quraisy, yang paling ahli tentang kondisi dan 

situasa Quraisy yang paling tahu banyak kebaikan dan keburukannya. Selain itu ia seorang pebisnis 

yang berakhlak dan dikenal luas. Tokoh-tokoh kaumnya sering mendatanginya mengadukan beragam 

masalah dan sebab  ilmunya, perniagaannya, dan respon positifnya. Ia ajak kepada agama Allah dan 

Islam orang-orang yang ia percayai di antara orang-orang yang sering datang kepadanya dan 

berinteraksi dengannya. 

 

 

Sahabat-Sahabat yang Masuk Islam Berkat Dakwah Abu Bakar Radhiyallahu Anhu 

 

Ibnu Ishaq berkata: Maka berkat dakwah Abu Bakar ini , sebagaimana disampaikan kepadaku, 

masuk Islamlah Utsman bin Affan bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin 

Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Fihr. lalu  Az-Zubayr bin Awwam bin 

Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luai masuk Islam. 

Lalu disusul Abdurrahman bin Auf bin Abdu Auf bin Abd bin Al-Harts bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah 

bin Ka'ab bin Luay. Sa'ad bin Abu Waqqash bernama nama asli Malik bin 

Uhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay. Demikian juga Thalhah bin 

Ubaydillah bin Utsman bin Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Luay. 

sesudah  mereka berlima merespon dengan positif dakwahnya, Abu Bakar membawa mereka kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu  mereka masuk Islam dan mendirikan shalat 

berjamaah bersama. 

Ibnu Ishaq berkata: Sebagaimana disampaikan kepadaku bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda: "Setiap aku mengajak seseorang kepada Islam biasanya ia tidak langsung 

memberi  jawaban, kecuali Abu Bakar bin Abu Quhafah. Ia tidak lambat merespon dan tidak ragu-

ragu saat  aku mengajaknya kepada Islam." 

Ibnu Ishaq berkata: Kedelapan orang itulah yang mendirikan manusia masuk Islam. Lalu mereka 

melakukan shalat dan membenarkan apa yang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam beliau bawa dari 

Allah. 

sesudah  Abu Ubaidah itu menyusul masuk Islam. Nama asli Abu Ubaidah yaitu  Amir bin Abdullah bin 

Al-Jarrah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbab bin Al-Harts bin Fihr. lalu  disusul Abu Salamah yang 

nama aslinya ialah Abdullah bin Abdu Al-Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin 

Yaqadzah bin Murrah bin Ka'ab bin Luay. Lalu disusul Al-Arqam bin Abu Al-Arqam. Nama asli Abu Al-

Arqam yaitu  Abdu Manaf bin Asad (Abu Jundab) bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqadzah 

bin Murrah bin Ka'ab bin Luay. lalu  diikuti Utsman bin Madz'un bin Habib bin Wahb bin 

Hudzafah bin Jumah bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab bin Luay, beserta dua saudara laki-lakinya, 

Qudamah dan Abdullah. lalu  diikuti Ubaidah bin Al- Harits bin Al-Muthalib bin Abdu Manaf bin 

Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay. 

Lalu disusul Sa'id bin Zaid bin Amr bin Nufail bin Abdul Uzza bin Abdullah bin Qurth bin Riyah bin Rizah 

bin Adi bin Ka'ab bin Luay beserta istrinya, Fathimah binti Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza bin 

Abdullah bin Qurth bin Riyah bin Rizah bin Abdi bin Ka'ab bin Luay. Fathimah yaitu  adik kandung 

Umar bin Khaththab. 

lalu  diikuti Asma' binti Abu Bakar, dan Aisyah binti Abu Bakar yang saat  itu masih anak-anak. 

Lalu disusul Khabbab bin Al-Arat, sekutu Bani Zuhrah. 

Ibnu Hisyam berkata: Khabbab bin Al- Arat berasal dari Bani Tamim. Ada juga yang mengatakan bahwa 

ia berasal dari Khuza'ah. 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu disusul Umair bin Abu Waqqash, saudara Sa'ad bin Abu Waqqash, Abdullah 

bin Mas'ud bin Al-Harits bin Syamkhu bin Makhzum bin Shahilah bin Al-Harts bin Tamim bin Sa'ad bin 

Hudzail yang merupakan sekutu Bani Zuhrah, Mas'ud Al-Qari yang bernama lengkap Mas'ud bin 

Rabi'ah bin Amr bin Sa'ad bin Al-Uzza bin Hamalah bin Ghalib bin Muhallim bin Aidzah bin Sabi' bin 

Alhun bin Khuzaimah dari Al- Qarah. 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Qarah yaitu  julukan buat mereka. Tentang Al-Qarah dikatakan: 

Sungguh adil terhadap Al-Qarah orangyang memanahnya. 

Mereka yaitu  kaum yang pandai memanah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu disusul Salith bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin 

Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir bin Luay bin Ghalib bin Fihr beserta saudaranya yang bernama Hathib 

bin Amr, Ayyasy bin Abu Rabi'ah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqadzah 

bin Murrah bin Ka'ab bin Luay beserta istrinya yang bernama Asma' binti Salamah bin Mukharribah 

At-Tamimiyyah, Khunais bin Hudzafah bin Qais bin Adi bin Su'aid bin Sahm bin Amr bin Hushaish bin 

Ka'ab bin Luay. 

Amir bin Rabi'ah dari Anz bin Wail dan sekutu keluarga besar Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza. 

Ibnu Hisyam berkata: Anz yaitu  anak Wail. Ia yaitu  saudara Bakr bin Wail dari Rabi'ah bin Nizar. 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu disusul Abdullah bin Jahsy bin Ri'ab bin Ya'mur bin Shabirah bin Murrah bin 

Kabir bin Ghanm bin Dudan bin Asad bin Khuzaimah beserta saudaranya yang bernama Abu Ahmad 

bin Jahsy, sekutu Bani Umayyah bin Abdu Syams. lalu  diikuti Ja'far bin Abdul Muthalib beserta 

istrinya, Asma binti Umais bin An-Nu'man bin Ka'ab bin Malik bin Quhafah dari Khats'am. lalu  

diikuti Hathib bin Al-Harits bin Ma'mar bin Habib bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah bin Amr bin 

Hushaish bin Ka'ab bin Luay beserta istrinya yang bernama Fathimah binti Al-Mujallal bin Abdullah bin 

Abu Qais bin Abdu Wudd bin Nahsr bin Malik bin Hisl bin Amir bin Luay bin Ghalib bin Fihr, beserta 

saudaranya Haththab bin Al-Harits dan istrinya yang bernama Fukaihah binti Yasar. lalu  diikuti 

Ma'mar bin Al-Harits bin Ma'mar bin Habib bin Walr bin Hudzafah bin Jumah bin Amr bin Hushaish bin 

Ka'ab bin Luay. 

Lalu disusul As-Saib bin Utsman bin Madz'un bin Habib bin Wahb. lalu  di ikuti Al-Muthalib bin 

Azhar bin Abdu Manaf bin Abdu bin Al-Harts bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay beserta 

istrinya yang bernama Ramlah binti Abu Auf bin Shubairah bin Su'aid bin Sa'ad bin Sahm bin Amr bin 

Hushaish bin Ka'ab bin Luay, dan An Nahham yang nama aslinya ialah Nu'aim bin Abdullah bin Asid, 

saudara Bani Adi bin Ka'ab bin Luay. 

Ibnu Hisyam berkata: An-Nahham ada-lah Nu'aim bin Abdullah bin Asid bin Abdullah bin Auf bin Ubayd 

bin Uwaij bin Adi bin Ka'ab bin Luay. Ia dinamakan An-Nahham, sebab  Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam bersabda, "Sungguh aku mendengar nahmnya (suara) Nua'im di surga".25 

25 Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dalam al-Thabaqaat dengan sanad mursal (4/138). Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam Fath al-Bari (5/166) dari riwayat al-

Waqidi dan dia lemah. 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu disusul oleh Amir bin Fuhairah, mantan budak Abu Bakar Radhiyallahu Anhu. 

Ibnu Hisyam berkata: Amir bin Fuhairah dilahirkan di Al-Asdi. Ia berkulit hitam, Abu Bakar membelinya 

dari mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu disusul Khalid bin Sa'id bin Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu 

Manaf bin Oushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab tan Luay beserta istrinya, Umainah binti Khalaf bin 

As'ad bin Amir bin Bayadhah bin Yutsa'iq bin Ji'tsimah bin Sa'ad bin Mulaih bin Ainr dari Khuza'ah. Ibnu 

Hisyam berkata: Ada yang mengatakan Humainah binti Khalaf. 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu disusul oleh Hathib bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin 

Malik bin Hisl bin Amir bin Luay bin Ghalib bin Fihr. 

Abu Hudzaifah bin Rabi'ah yang nama aslinya yaitu  Muhasysyam -sebagaimana disebutkan Ibnu 

Hisyam- bin Utbah bin Rabi'ah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin 

Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay. 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  diikuti Waqid bin Abdullah bin Abdu Manaf bin Arin bin Tsa'labah bin 

Yarbu' bin Hanzhalah bin Malik bin Zaid Manat bin Tamim, sekutu Bani Adi bin Ka'ab. 

Ibnu Hisyam berkata: Semula Waqid dibawa Bahilah lalu  Bahilah menjual-nya kepada Khaththab 

bin Nufail yang kemu-dian mengangkatnya sebagai anak. 

saat  Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya: Panggilah mereka dengan menggunakan nama ayah-

ayah mereka. (QS. Al-Ahzaab: 5), Waqid berkata: "Aku yaitu  Waqid bin Abdullah", demikianlah 

seperti yang disebutkan kepadaku oleh Abu Amr Al-Madani. 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu disusul Khalid, Amir, Aqil, dan Iyas, dari Bani Al-Bukair bin Abdu Yalail bin 

Nasyib bin Ghirah dari Bani Sa'ad bin Laits bin Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah, sekutu Bani Adi bin 

Ka'ab. 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu disusul Ammar, sekutu Bani Makhzum bin Yaqadzah. 

Ibnu Hisyam berkata:Ammar bin Yasir yaitu  Anak dari Madzhij. 

Ibnu Ishaq berkata: Disusul lalu  oleh Shuhaib bin Sinan, salah seorang dari An-Namr bin Qasith, 

dari sekutu Bani Taim bin Murrah. 

Ibnu Hisyam berkata: An-Namr yaitu  anak Qasith bin Hinb bin Afsha bin Jadilah bin Asad bin Rabi'ah 

bin Nizar. Ada juga yang mengatakan Afsha yaitu  anak Du'mi bin Jadilah bin Asad. Ada pula yang 

mengatakan bahwa Shuhaib yaitu  mantan budak Abdullah bin Jud'an bin Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin 

Taim. Ada lagi yang berpendapat bahwa Shuhaib berasal dari negeri Romawi. Yang mengatakan bahwa 

Shuhaib berasal dari Bani An-Namr bin Qasith berpendapat bahwa awalnya Shuhaib menjadi tawanan 

perang di wilayah Romawi, lalu ia dibeli dari mereka. Disebutkan dalam hadits, Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam bersabda tentang Shuhaib: Shuhaib yaitu  orang Romawi yang terdepan (yang 

memeluk Islam).26 

26.  Lemah. Diriwayatkan oleh ai-Hakim pada hadits no. 5243 dan Al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir pada hadits no. 7526 dan dinyatakan lemah oleh Albani 

dalam Shahih al-Jami' pada hadits no. 1315. 

 

 

Awal-Mula Dakwah Rasulullah di Tengah Kaumnya dengan Terang-terangan dan Reaksi Mereka 

 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  orang-orang masuk Islam, baik laki-laki maupun perempuan secara 

bertahap-tahap, hingga wacana tentang Islam menyebar di Makkah, dan Islam menjadi bahan diskusi. 

lalu  Allah memerintahkan Rasul-Nya menyampaikan risalah yang beliau bawa dari-Nya secara 

terbuka, memberitahukan perintah Allah kepada manusia serta mengajak mereka kepada-Nya. 

Rentang waktu antara Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam merahasiakan perintah-Nya hingga Allah 

Ta'ala memerintahkannya mengampakkan perintah-Nya yaitu  tiga tahun seperti berita yang sampai 

kepadaku. 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu Allah berfirman kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: 

 

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan 

berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (QS. al-Hijr: 94). 

Allah Ta’ala berfirman kepada Rasulullah:  

 

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap 

orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (QS. asy-Syu'araa': 214-215). 

Allah berfirman: 

 

Dan katakanlah: "Sebetulnya  aku yaitu  pemberi peringatan yang menjelaskan." (QS. al-Hijr: 89). 

Ibnu Hisyam berkata: Arti fashda' ialah menyeleksi antara kebenaran dengan kebatilan. Abu Dzuaib 

Al-Hudzali yang nama aslinya yaitu  Khuwailid bin Khalid berkata menyifati keledai betina liar dan 

pejantannya: 

Keledai-keledai laksana pembungkus dadu  

Sedangkan pejantannya laksana orang yang memilah kotak dadu dan memisahkannya 

 

Artinya ia memisahkan dadu-dadu dan menerangkan bagiannya masing-masing. Bait syair di atas 

yaitu  potongan dari syair-syair Abu Dzuaib Al-Hudzali. 

Sedangkan Ru'bah bin Al-Ajjaj berkata: 

Engkau orang yang santun dan komandan perang sang pembalas dendam  

Engkau tampakkan kebenaran dan kau usir orang yang melampaui batas 

 

Bait syair di atas yaitu  potongan dari syair-syair Ru'bah bin Al-Ajjaj. 

Ibnu Ishaq berkata: Pada waktu itu jika para sahabat Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam ingin 

melakukan shalat, mereka menuju ke Syi'b guna menjauhkan diri dari pandangan orang-orang 

Quraisy. saat  Saad bin Abu Waqqash bersama beberapa orang dari sahabat Rasulullah Shallalllahu 

'Alaihi wa Sallam sedang shalat di Syi'b, tiba-tiba di duga sebelumnya beberapa orang dari kaum 

musyrikin datang ke tempat mereka. Orang-orang Quraisy itu mengumpat apa yang dilakukan kaum 

Muslimin, menghina apa yang mereka perbuat, hingga terjadilah duel hebat di antara mereka. Dalam 

duel ini , Sa'ad bin Abu Waqqash memukul salah seorang dari orang musyrikin dengan tulang 

rahang unta hingga terluka. Inilah darah pertama yang tumpah dalam Islam. 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam menampakkan Islam secara 

terbuka kepada kaumnya, dan menyampaikan perintah Allah secara terang-terangan, orang-orang 

Quraisy belum mengutuk beliau dan belum memberi  reaksi, seperti diberitakan kepadaku, hingga 

suatu saat  Rasulullah menyebut sesembahan mereka dan menjelaskan kebatilan meng- 

agungkannya. Saat itulah serta merta mereka menganggap hal ini masalah besar, mengingkarinya dan 

sepakat untuk menentangnya kecuali orang-orang yang dijaga Allah di antara mereka dengan Islam. 

Hanya saja jumlah mereka tidaklah banyak dan mereka masih sembunyi-sembunyi. Paman Rasulullah 

Shal-lalllahu 'Alaihi wa Sallam, Abu Thalib sangat empati sekali kepada Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi 

wa Sallam, berdiri melindungi beliau. Sementara itu Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam tetap 

kokoh tegar menyampaikan perintah Allah dan memperlihatkan perintah- Nya tanpa bisa dicegah oleh 

apa pun. 

Melihat bahwa Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam tidak peduli dengan manuver mereka kepada 

beliau, dan dia terus melecehkan Tuhan mereka, dan melihat pamannya Abu Thalib sangat empati 

kepada beliau, melindungi beliau, dan tidak akan menyerahkan beliau kepada mereka, maka beberapa 

tokoh Quraisy di antaranya Utbah, Syaibah, mereka berdua yaitu  Rabi'ah bin Abdu Syams bin Abdu 

Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib, Abu Sufyan bin Harb bin 

Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin 

Ghalib bin Fihr datang menemui Abu Thalib. 

Ibnu Hisyam berkata bahwa nama asli Abu Sufyan yaitu  Shakhr. 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Al-Bakhtari nama aslinya yaitu  Al-Ash bin Hisyam bin Al-Harits bin Asad bin 

Abdul Uzza bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay. 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Al-Bakhtari ialah Al-Ash bin Hasyim. 

Ibnu Ishaq berkata: Al-Aswad bin Al- Muthalib bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab bin Murrah 

bin Ka'ab bin Luay. Abu Jahl yang bernama asli Amr, dia diberi julukan Abu Al-Hakam bin Hisyam bin 

Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqadzah bin Murrah bin Ka'ab bin Luay. 

Al-Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqadzah bin Murrah bin Ka'ab bin 

Luay. Nabih dan Munabbih, mereka berdua yaitu  anak Al-Hajjaj bin Amir bin Hudzaifah bin Saad bin 

Sahm bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab bin Luay, dan Al-Ash bin Wail. 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Ash yaitu  anak Wail bin Hasyim bin Sa'ad bin Sahm bin Amr bin Hushaish 

bin Ka'ab bin Luay. 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy lainnya menemui Abu Thalib. Mereka berkata: "Hai Abu 

Thalib, coba lihat keponakanmu! Ia telah berani menghina tuhan-tuhan kita, mencaci maki agama kita, 

menganggap batil mimpi-mimpi kita, dan menyesatkan leluhur kita. Engkau cegah ia untuk 

meneruskan tindakannya terhadap kami atau engkau biarkan kami mengurus persoalan kami 

dengannya. Sungguh kami tahu bahwa engkau juga menentangnya seperti kami. Jadi kami merasa kau 

bisa mengendalikannya." Abu Thalib menjawab dengan perkataan yang santun dan bijak. Lalu 

merekapun pulang dengan kecewa. 

Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam melanjutkan dakwahnya sebagaimana biasanya. Beliau 

mempopulerkan agama Allah dan mendakwahi orang-orang kepadanya, hingga konflik meletus antara 

beliau dengan orang-orang Quraisy. Kondisi ini mendorong orang mengirim utusan Quraisy menemui 

Abu Thalib untuk kedua kalinya. Mereka berkata kepada Abu Thalib: "Wahai Abu Thalib, Sebetulnya  

engkau yaitu  sepuh kami, kau memiliki kehormatan dan kemuliaan di tengah-tengah kami. Kami 

telah memintamu untuk melarang keponakanmu, tapi engkau tidak melakukannya. Demi Allah, kita 

tidak bisa menahan diri atas penghinaan terhadap para leluhur kita, menganggap batil mimpi-mimpi 

kita, dan penistaan agama kita. Kini silahkan kau pilih; kau menghentikan semua sepak terjang 

keponakanmu itu atau kami terjun berhadapan dengannya hingga salah satu dari dua pihak ada yang 

hancur, hingga hingga 

mencegahnya, -atau sebagaimana yang mereka katakan." Usai mengatakan itu demikian mereka 

berbalik pulang dari hadapan Abu Thalib. Abu Thalib merasa keberatan untuk berbeda pendapat dan 

bermusuhan dengan kaumnya. Namun demikian ia tidak sudi menyerahkan Rasulullah Shallalllahu 

'Alaihi wa Sallam kepada mereka, atau mentelantarkannya sia-sia. 

Ibnu Ishaq berkata: Ya'qub bin Utbah bin Al-Mughirah bin Al-Akhnas bercerita kepadaku bahwa ia 

diberitahu: saat  orang-orang Quraisy berkata seperti di atas kepada Abu Thalib, ia bergegas 

menemui Rasulullah Shallalllahu Alaihi wa Sallam dan berkata kepadanya: "Wahai keponakanku, 

Sebetulnya  kaummu baru saja datang menemuiku dan mengatakan ini dan itu kepadaku. Oleh 

sebab itulah, janganlah kau jauh dariku tetaplah engkau berada bersamaku, jagalah dirimu, dan jangan 

ikutkan aku ke dalam masalah yang tidak sanggup aku hadapi!" Rasulullah Shallalllahu Alaihi wa Sallam 

menyangka bahwa pamannya telah berubah padanya, tidak lagi mau melindunginya dan akan 

menyerahkan dirinya pada orang Quraisy, dan tidak lagi mampu membela serta tidak berpihak lagi 

kepadanya. Rasulullah Shallalllahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Wahai paman, demi Allah, seandainya 

mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku berhenti dari 

dakwah ini hingga Allah memenangkan dakwah ini atau aku mati sebab nya, niscaya aku tidak 

meninggalkan dakwah ini." Rasulullah Shallalllahu Alaihi wa Sallam mengucurkan air mata sebab  

sedih lalu , berdiri lalu pergi dari hadapan Abu Thalib. saat  hendak meninggalkannya, Abu 

Thalib memanggilnya: "Wahai keponakanku kembalilah!" Rasulullah Shallalllahu Alaihi wa Sallam 

datang kembali. Abu Thalib berkata: "Wahai keponakanku, silahkan katakan apa saja yang engkau 

mau, sebab  hingga titik darah penghabisan aku tidak akan menyerahkanmu kepada siapa pun."27 

27 Hadits lemah diriwayatkan oleh Ath-Thabrani (1/545) dalam Tarikh-nya dan al-Baihaqi dalam al-Dalail di hadits no. 495 dari Ibnu Ishaq dengan sanad mursal. 

Ibnu Ishaq berkata: saat  orang-orang Quraisy dengar bahwa Abu Thalib justru malah mendukung 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, tidak mau menyerahkan ponakanya kepada mereka, maka 

mereka datang kembali kepada Abu Thalib bersama Ima- rah bin Al-Walid. Mereka berkata kepadanya, 

sebagaimana dikabarkan kepadaku: "Wahai Abu Thalib, inilah Imarah bin Al-Walid. Ia pemuda Quraisy 

yang paling kuat dan paling tampan. Lindungilah dia. Jadikanlah dia sebagai anakmu. Dan sebagai 

gantinya serahkanlah keponakanmu itu kepada kami yang menentang agamamu dan agama nenek 

moyang kita, memecah-belah persatuan kaummu, dan menganggap batil mimpi-mimpi kita lalu  

akan kami bunuh dia. Satu orang dengan satu orang pula." Abu Thalib menjawab: "Demi Allah, 

sungguh jahat sekali ucapan kalian kepadaku. Kalian memberiku anak kalian yang akan aku beri makan 

dan aku berikan anakku kepada kalian lalu  kalian akan membunuhnya? Demi Allah, sampai 

kapanpun hal semalam itu tidak akan mungkin pernah terjadi." 

Ibnu Ishaq berkata: Al-Muth'im bin Adi bin Naufal bin Abdu Manaf bin Qushay berkata: "Demi Allah, 

wahai Abu Thalib, kaummu telah berbuat adil kepadamu, dan mereka berusaha keras untuk bisa 

keluar dari konflik yang mendera mereka selama ini, namun aku lihat engkau tidak merespon apa pun 

dari mereka." Abu Thalib berkata kepada Al-Muth'im: "Demi Allah, justru mereka yang tidak berbuat 

adil kepadaku. Mereka malah sepakat meninggalkanku, dan mendukung orang-orang untuk 

melawanku." Atau sebagaimana yang ia katakan. 

Ibnu Ishaq berkata: Kini konfliknya semakin kompleks. Perang semakin berkecamuk. Orang-orang 

mulai memusuhi sebagian yang lain. Oleh sebab  itu, Abu Thalib berkata dalam syairnya sambil 

menyindir Al-Muth'im bin Adi, menyamakan Bani Abdu Manaf yang meninggalkannya dengan kabilah-

kabilah Quraisy yang memusuhinya, menyinggung persoalan mereka padanya, dan persoalan mereka 

yang semakin keruh. 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  orang- orang Quraisy mengancam kabilah-kabilah mereka yang di 

dalamnya ada sahabat-sahabat Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam yang masuk Islam 

bersamanya. Setiap kabilah menangkap orang-orang Islam yang ada di tengah-tengah mereka lalu 

menyiksa dan menganiayanya disebabkan agama yang dianutnya. Adapun Rasulullah Shallalllahu 

'Alaihi wa Sallam, Allah melindunginya melalui pamannya Abu Thalib. Tatkala Abu Thalib melihat teror 

dan penyiksaan orang-orang Quraisy seperti itu, ia menemui Bani Hasyim dan Bani Al-Muthalib guna 

mengajak mereka mengayomi Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam. Mereka bersedia memihak 

Abu Thalib, dan memenuhi ajakannya kecuali Abu Lahab, musuh Allah yang terkutuk. 

Abu Thalib begitu terharu melihat keberpihakan dan empati mereka kepadanya, ia memuji mereka, 

mengingatkan keutamaan Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam di tengah-tengah mereka. Itu 

semua dilakukan Abu Thalib agar pendapat mereka semakin kuat dan bersama dirinya berpihak 

kepada Rasulullah Shallalllahu 'Alaihi wa Sallam. 

 

 

Kebingungan Al-Walid tentang Apa yang Digambarkan Al-Quran 

 

Ibnu Ishaq berkata: Beberapa orang Quraisy mendatangi Al-Walid bin Al-Mughirah pada saat musim 

haji telah tiba. Al-Walid bin Al-Mughirah yaitu  tokoh senior yang mereka. Pada pertemuan ini , 

Al-Walid bin Al-Mughirah berkata kepada mereka: "Wahai orang-orang Quraisy, musim haji sudah tiba 

dan rombongan orang-orang Arab akan berduyun-duyun ke tempat kalian. Mereka mengetahui sepak 

terjang sahabat kalian ini (maksudnya Rasulullah). Oleh sebab itulah, aku harap kalian bersatu padu, 

jangan ada perselisihan lagi di antara kalian." Mereka berkata: "Wahai Abu Abdu Syams, bicaralah dan 

utarakanlah pendapatmu, pasti pendapat itulah yang kami jadikan sebagai sandaran." Al-Walid bin Al-

Mughirah berkata: "Silahkan utarakan lebih dulu pendapat kalian, dan aku akan dengar ucapan 

kalian." Mereka berkata: "Kita akan buat isu bahwa Muhammad yaitu  seorang dukun." Al-Walid bin 

Al-Mughirah berkata: "Demi Allah, itu isu konyol, sebab ucapannya yang tersembunyi yang tidak 

terdengar bukanlah ucapan seorang dukun tidak pula sajaknya." Mereka berkata: "Bagaimana kalau 

isunya yaitu  orang gila!?" Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: "Tidak, itu lebih konyol lagi! Mereka 

berkata: "Bagaimana kalau diganti dengan isu penyair?" Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: "Bukan, ia 

bukan penyair, kita sudah tahu seluruh bentuk syair dan perkataannya tidak termasuk syair." Mereka 

berkata: "Bagaimana kalau ahli sihir?" Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: "Tidak, sebab Muhammad 

tidak ada kaitannya dengan 

itu." Mereka berkata: "Jika demikian lalu bagaimanakah pendapatmu wahai Abu Abdu Syams?" Al-

Walid bin Al-Mughirah berkata: "Demi Allah, Sebetulnya  ucapan Muhammad itu demikian indah 

dan syahdu dan penuh kekuatan. Maka jika kalian mengatakan seperti ucapan di atas, mudah 

disimpulkan bahwa ucapan kalian yaitu  dusta. Sebetulnya  perkataan kalian yang mungkin lebih 

mengena tentang dirinya, yaitu  hendaklah kalian mengatakan bahwa dia seorang penyihir. Ia 

membawa sihir yang memisahkan seorang anak dengan ayahnya, seseorang dengan saudaranya, 

suami dengan istrinya, dan seseorang dengan keluarganya. Mereka bercerai-berai akibat kekuatan 

sihirnya." 

Maka saat  Arab berdatangan ke kota Makkah di musim haji orang-orang Quraisy duduk di jalan-jalan 

umum. Tidak ada seorang pun yang berjalan melintasi mereka, melainkan mereka mewanti-wanti 

perihal Muhammad dan menjelaskan persoalan Muhammad kepadanya. lalu  Allah Ta 'ala 

menurunkan firman-Nya tentang Al-Walid bin Al-Mughirah: 

  

 

Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan 

baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia, dan Ku lapangkan baginya 

(rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya, lalu  dia ingin sekali supaya Aku 

menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), sebab  Sebetulnya  dia menentang ayat-ayat 

Kami (Al-Qur’an). (QS. Al-Muddatstsir: 11-16). Kata 'aniid pada ayat ini  artinya yaitu  me- 

musuhi," 

Ibnu Hisyam berkata 'aniid artinya membangkang dan menentang. Ru'bah bin Al Ajjaj berkata: Kami 

yaitu  penghantam kepala orang-orang yang membangkang dan menentang. Bait di atas ada dalam 

kumpulan syair Ru'bah bin Al-Ajjaj. 

Ibnu Ishaq berkata: Allah Ta'ala juga menurunkan ayat: 

 

Aku akan membebaninya mendaki pendakian yangmemayahkan. Sebetulnya  dia telah me- 

mikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia! Bagaimanakah dia 

menetapkan?, lalu  celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan?, lalu  dia memikirkan, 

sesudah itu dia bermasam muka dan merengut." (QS. al-Muddatstsir: 17-22). 

Ibnu Hisyam berkata: Basar artinya wajahnya menampakkan rasa tidak suka. Ru'bah bin Al A'jaj 

berkata: 

Orang yang berpostur besar dan dua tulang rahangya keras makan dengan gigi depannya 

Dia mensifati ketidaksukaan pada wajahnya. Bait syair ini  ada dalam kumpulan syair-syair 

Ru'bah bin Al-Ajjaj. 

Ibnu Ishaq berkata: Allah juga menurunkan ayat: 

 

lalu  dia uerpaling (dart kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata: "(Al Quran) ini 

tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan 

manusia." (QS. al- Muddatstsir: 23-25). 

Allah juga menurunkan ayat tentang Rasul-Nya Shallalahu 'alaihi wa Sallam, apa yang beliau bawa dari 

Allah Ta'ala, orang-orang yang menyebarkan fitnah keji terhadap beliau, dan terhadap apa yang 

Rasulullah bawa dari Allah: 

 

Sebagaimana (Kami telah memberi peringat- an), Kami telah menurunkan (adzab) kepada orang-

orang yang membagi-bagi (Kitab Allah), (yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al Qur'an itu 

terbagi-bagi. (yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al Qur'an itu terbagi- bagi tentang apa yang 

telah mereka kerjakan dahulu. " (QS. al-Hijr: 90-93). 

Ibnu Hisyam berkata: "Kata tunggal idhiin ialah idhah. Orang-orang Arab berkata, 'Adh-dhawhu.' 

Artinya mereka membagi-baginya. Ru'bah bin Al-Ajjaj berkata: 

Agama Allah itu tidak bisa dibagi-bagi 

Bait di atas yaitu  penggalan dari syair-syair Ru'bah bin Al-Ajjaj. 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu orang-orang Quraisy menjelek-jelekkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

seperti itu kepada orang-orang yang mereka jumpai. Jadi sejak musim haji tahun itu, orang-orang Arab 

mulai mengenal sepak terjang Rasulullah shallalahu 'alaihi wa Sallam dan perbincangan tentang beliau 

segera menyebar ke seantero negeri Arab. 

Ibnu Ishaq berkata: Menyaksikan hal ini, Abu Thalib khawatir orang-orang Arab berbondong-bondong 

akan mendatanginya, oleh sebab  itu ia segera menggubah syair. Dalam syairnya, ia meminta 

perlindungan dengan kesucian Makkah, dan kedudukan dirinya di dalamnya. Pada saat yang sama dia 

jelaskan kepada mereka dan orang-orang selain mereka dalam syairnya, bahwa ia tidak akan pernah 

menyerahkan Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan tidak meninggalkannya selama-lamanya 

hingga tetes darah terakhir. 

Ibnu Hisyam berkata: Aku diberitahu bahwa warga  Madinah mengalami musim kemarau yang 

panjang, lalu mereka menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan mengadukan apa yang 

mereka alami. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam naik ke atas podium dan memohon air hujan 

kepada Allah untuk mereka. Tak lama lalu , hujan turun dan orang-orang dari kawasan yang tidak 

bisa menampung air melaporkan bahwa telah terjadi banjir. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

berdoa: "Ya Allah, turunkanlah di sekitar kami, dan tidak di atas kami."28 Sesaat  itu juga mendung 

menipis di Madinah dan hujan sekitarnya menjadi reda. lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda: "Jika Abu Thalib melihat peristiwa ini, ia pasti sangat senang." Beberapa sahabat 

bertanya kepada beliau, "Sepertinya engkau menginginkan syair Abu Thalib." 

Beliau bersabda: "Benar."29 

 

Ibnu Ishaq berkata: Al-Ghayathil ber- asal dari Bani Sahm bin Amr bin Hushaish. Abu Sufyan yaitu  

anak Harb bin Umayyah. Muth'im yaitu  anak Adi bin Naufal bin Abdu Manaf. Zuhair yaitu  anak Abu 

Umayyah bin Al Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum dan ibunya yaitu  Atikah binti Abdul 

Muthalib. 

Ibnu Ishaq berkata: Asid dan anak sulungnya yakni Attab bin Asid bin Abu Al-Ish bin Umayyah bin Abdu 

Syams bin Abdu Manaf bin Qushay. Utsman yaitu  anak Ubaidillah, saudara Thalhah bin Ubaidillah 

At-Taimi. Qunfudz yaitu  anak Umair bin Jud'an bin Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah. Abu 

Al-Walid yaitu  Utbah bin Rabi'ah. Ubay yaitu  Al-Akhnas bin Syariq Ats-Tsaqafi, sekutu Bani Zuhrah 

bin Kilab. 

Ibnu Hisyam berkata: Ia juluki Al-Akhnas, sebab  ia tidak ikut Perang Badar. Nama aslinya yaitu  Ubay, 

ia berasal dari Bani Ilaj, yaitu Ilaj bin Salamah bin Auf bin Uqbah. 

Al-Aswad yaitu  anak Abdu Yaghuts bin Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Subay'i yaitu  

anak Khalid, saudara Al-Harits bin Fihr. Naufal yaitu  anak Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin 

Qushay. Naufal ini yaitu  anak Al-Adawiyah dan termasuk gembong-gembong penjahat Quraisy. 

Dialah yang menyekap Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Thalhah bin Ubaidillah saat  keduanya masuk 

Islam. Oleh sebab  itu, Abu Bakar dan Thalhah bin Ubaidillah dinamakan Al-Qarinaini. Naufal dihabisi 

Ali bin Abu Thalib di Perang Badar. Abu Amr yaitu  Qurazhah bin Abdu Amr bin Naufal bin Abdu 

Manaf. Kaum yang dimaksud yaitu  Bani Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah. Nama-nama itulah yang 

disebutkan Abu Thalib dalam syairnya. 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala berita tentang 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyebar luas ke berbagai kalangan orang Arab hingga ke 

banyak negeri termasuk Madinah. Sehingga tidak ada satu pemukiman di Arab yang lebih tahu tentang 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang melebihi pemukiman Al-Aus dan Al-Khazraj. Mereka 

mendengar kabar tentang beliau dari pendeta-pendeta Yahudi. Pendeta-pendeta Yahudi yaitu  

sekutu-sekutu mereka dan tinggal bersama di negeri mereka. saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam menjadi wacana di Madinah dan mereka membicarakan benturan yang terjadi antara 

Rasulullah dengan orang-orang Quraisy, maka berkatalah Abu Qais bin Al-Aslat saudara Bani Waqif 

dalam sebuah (syairnya lengkapnya di bawah ini) 

Ibnu Hisyam berkata: Ibnu Ishaq menasabkan Abu Qais kepada Bani Waqif, padahal nasabnya pada 

peristiwa Gajah dinisbatkan kepada Khathmah. Ini terjadi sebab  dalam tradisi Arab bisa jadi 

seseorang menasabkan dirinya kepada nasab saudara kakeknya yang lebih masyhur. 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah bercerita kepadaku bahwa Al-Hakam yaitu  anak Amr Al-Ghifari 

dari anak keturunan Nu'ailah, saudara Ghifar yaitu Ghifar bin Mulail. Nu'ailah yaitu  anak Mulail bin 

Dzamrah bin Bakr bin Abdu Manat. Mereka berkata bahwa Utbah yaitu  anak Ghazu As-Sulami, 

padahal ia anak Mazin bin Manshur. Sulaim yaitu  anak Manshur. 

Ibnu Hisyam berkata: Jadi Abu Qais bin Al-Aslat berasal dari Bani Wail. Wail, Waqif, dan Khathmah 

yaitu  satu saudara dari Al-Aus. 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Qais, dia sangat mencintai Quraisy, memiliki jalinan perbesanan dengan 

mereka, beristrikan Arnab binti Asad bin Abdi Uzza bin Qushay, dan tinggal di tengah-tengah orang-

orang Quraisy selama bertahun-tahun bersama istrinya- mengucapkan syairnya. Dalam syairnya Abu 

Qais bin Al-Aslat mengagung-agungkan kehormatan Quraisy, mencegah orang-orang Quraisy terlibat 

perang di Makkah, memerintahkan mereka menahan dari menyerang sebagian yang lain, 

menyebutkan kelebihan dan mimpi-mimpi mereka, memerintahkan mereka menahan diri dari 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, menjelaskan bagaimana Allah memperlakukan mereka, dan 

perlindungan-Nya ter- hadap mereka dari pasukan gajah, serta tipu daya-Nya pada pasukan gajah itu. 

Maka berkecamuklah perang antara Abs melawan Fazarah. Hudzaifah bin Badr dan saudaranya, Hamal 

bin Badr tewas. Qais bin Zuhair bin Jadzimah berkata mengungkapkan kesedihannya atas tewasnya 

Hudzaifah, 

Betapa banyak kesatria dipanggil kesatria, padahal ia bukanlah kesatria  

Di Al-Habaah ada kesatria yang sudah terbukti satria 

Tangisilah Hudzaifah, sebab  kalian tak akan dapatkan orang seperti dia  

Walaupun seluruh kabilah telah musnah, tak kan lagi dicip

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 7 Amr dan mengeroyoknya sebab  dikhawatirkan mengacak-acak agama mereka, dan tindakannya meninggalkan agama kaumnya bisa diikuti orang lain. Zaid bin Amr berkata lantang sambil membanggakan kehormatan dirin… Read More