sirah nabawiyah 8


 ta orang seperti dia 

 

Bait di atas yaitu  penggalan dari syair- syair Qais bin Zuhair. 

Qais bin Zuhair juga berkata: 

Ketahuilah pemuda Hamal bin Badr telah berlaku zalim 

Yang mengantarkan pada kebinasaan 

 

Bait syair di atas yaitu  penggalan dari syair-syair Qais bin Zuhair. 

Al-harts bin Zuhair, saudara Qais bin Zuhair berkata: 

Bukan kebanggaan yang aku tinggalkan di Al- Haba 'ah 

Di sana Hudzaifah terluka tertusuk tombak 

 

Bait syair ini  ialah penggalan dari syair-syair Al-Harts bin Zuhair. 

Ibnu Hisyam berkata: Disebutkan bahwa, Qais mengirim kuda Dahis dan kuda Al- Ghabra, sedangkan 

Hudzaifah mengirim kuda Al-Khaththar kuda Al-Hanfa'. Namun kisah pertama tadi jauh lebih benar. 

Kisah ini  demikian panjang dan saya tidak ingin memotong kronologi sirah Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam. 

Ibnu Hisyam berkata: Adapun perkataannya: 'Perang Hathib maka yang dimaksud yaitu  Hathib bin 

Al-Harits bin Qais bin Hai- syah bin Al-Harts bin Umayyah bin Muawiyah bin Malik bin Auf bin Amr bin 

Auf bin Malik bin Al-Aus. Hathib bin Al-Harits membunuh orang Yahudi yang bertetangga dengan Al- 

Khazraj. lalu  di tengah malam, Hathib bin Al-Harits didatangi Yazid bin Al-Harits bin Qais bin 

Malik bin Ahmar bin Haritsah bin Tsalabah bin Ka'ab bm Al-Khazraj bin Al-Harts bin Al-Khazraj yang 

biasa juluki Ibnu Fushum. Ibunya Fushum berasal dari kabilah Al-Qain bin Jasr dengan beberapa orang 

dari Bani Al-Harits bin Al-Khazrah lalu mereka membunuh Hathib bin Al-Harits. Perang meletus antara 

Al-Aus dan Al-Khazraj. Mereka saling menyerang dengan hebat dan di akhir perang kemenangan di 

peroleh Al-Khazraj atas Al-Aus. Pada perang ini , Suwaid bin Shamit bin Khalid bin Athiyyah bin 

Hauth bin Habib bin Amr bin Auf bin Malik bin Al-Aus terbunuh. Ia dihabisi Al-Mujadzdzar bin Dziyad 

al Balawi yang nama aslinya yaitu  Abdullah bin Dziyad Al-Balawi, sekutu Bani AUI Din Al-Khazraj. 

Pada Perang Uhud, Al- Mujadzdzir bin Dziyad ikut bersama Rasu¬lullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Al-Harits bin Suwaid bin Shamit juga ikut Perang Uhud. saat  Al-Harits bin Suwaid melihat Al-

Mujadzdir lengah, ia menghabisi sebagai bentuk balas dendam atas kematian ayahnya. Pembahasan 

hal ini akan saya paparkan pada tempatnya, insya Allah. 

Perang meletus kembali lagi antara mereka, namun saya tidak akan membahasnya lagi, sebab  sudah 

dijelaskan pada bahasan tentang Perang Dahis. 

Ibnu Ishaq berkata: Hakim bin Umayyah bin Haritsah Al-Auqash As-Sulami, sekutu Bani Umayyah yang 

telah memeluk Islam bercerita mengenai persekongkolan kaumnya untuk memusuhi Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

 

 

Perlakuan Qaum Quraisy kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari Kaumnya 

 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy semakin menggencarkan teror kepada Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam dan terhadap orang-orang yang masuk mengikutinya. Mereka memobilisasi orang-

orang bodoh untuk mendustakan, mengusik dan menuduh beliau sebagai penyair, penyihir, dukun, 

dan 

mereka sukai; menghina agama mereka, meninggalkan berhala-berhala mereka, dan tidak mengikuti 

kekafiran mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Urwah bin Zubair bercerita kepadaku dari ayahnya, Urwah bin Zubair 

dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash. Urwah bin Zubair berkata bahwa aku pernah bertanya kepada 

Abdullah bin Amr: Berapa kali engkau melihat orang-orang Quraisy meneror Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam? 

Abdullah bin Amr berkata: Suatu waktu, aku bertemu tokoh-tokoh Quraisy di Hijr. Mereka 

membicarakan sepak terjang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka berkata: sebelumnya, 

kami tidak pernah bisa bersabar terhadap sebuah persoalan sesabar menghadapi laki-laki ini 

(Rasulullah). Ia membatilkan mimpi-mimpi kita, mengata-ngatai para leluhur dan mencaci maki agama 

kita, memecah belah persatuan kita serta menghina Tuhan-tuhan kita. 

saat  mereka asyik berdiskusi, tiba-tiba Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam muncul di depan 

mereka lalu melakukan thawaf di Ka'bah. saat  beliau berjalan melintasi mereka, mereka berbisik 

menghina beliau. 

Abdullah bin Amr berkata: Rasulullah melanjutkan langkahnya. saat  beliau melewati mereka untuk 

kedua kalinya, mereka melakukan penghinaan sebagaimana sebelumnya. 

Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berjalan melewati mereka untuk ketiga kalinya, dan 

mereka menghina beliau seperti sebelumnya, beliau berhenti lalu  berkata kepada mereka: 

"Wahai orang-orang Quraisy, demi Allah, apakah kalian tidak tahu bahwa aku datang untuk 

membinasakan kalian? 

Abdullah bin Amr berkata: Perkataan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam itu amat menusuk hati 

orang-orang Quraisy, hingga salah seorang dari mereka terdiam bagaikan patung. sesudah  mendengar 

ucapan ini  mereka berusaha menenangkan beliau dan berpura-pura meminta maaf dengan 

kata-kata yang sebaik mungkin. Ia berkata: "Tinggalkan kami wahai Abu Al-Qasim. Demi Allah, engkau 

bukan orang bodoh." 

Abdullah bin Amr berkata: lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam meninggalkan tempat itu. 

Esok harinya, kembali orang-orang Quraisy mengadakan pertemuan di Hijr. Sebagian di antara mereka 

berkata kepada sebagian yang lain: "Apakah kalian masih ingat kejadian kemarin di tempat ini? 

Sayang, saat  ia muncul di tengah kalian dengan memperlihatkan apa yang kalian benci, kalian 

membiarkannya?" saat  mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam muncul lagi ke tengah-tengah mereka. Mereka lalu melompat ke arah Rasulullah dan mengitari 

beliau sambi berkata: "Engkaukah orangnya yang mengatakan ini dan itu." sebab  sebelum ini, beliau 

menghina sesembahan dan agama mereka. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Benar, 

akulah yang mengatakan semua itu". Abdullah bin Amr berkata: "Aku melihat seorang dari mereka 

memegang baju Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam." Tiba-tiba, Abu Bakar melewati mereka. Abu 

Bakar berkata: "Apakah kalian akan membunuh seseorang hanya sebab  ia mengatakan Tuhanku 

hanyalah Allah?" lalu merekapun bubar sesaat . Itulah gangguan terberat yang pernah dilakukan 

orang-orang Quraisy terhadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang pernah aku saksikan.30 

 

Ibnu Ishaq berkata: Sebagian orang dari keluarga besar Ummu Kaltsum, putri Abu Bakar berkata 

bahwa Ummu Kaltsum berkata kepadaku: "Saat Abu Bakar pulang ke rumah. Orang-orang Quraisy 

menarik jenggot Abu Bakar hingga membuat rambutnya berantakan. Abu Bakar memang memiliki 

rambut yang tebal." 

Ibnu Hisyam berkata: Sebagian pakar berkata kepadaku bahwa cobaan paling berat yang dialami 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari orang-orang Quraisy yaitu  bahwa pada suatu hari beliau 

keluar rumah lalu semua orang mendustakannya dan mempermainkannya. Rasulullah Shallalahu 

alaihi wa Sallam lalu  pulang ke rumahnya dan mengenakan selimut sebab  sedih atas apa yang 

menimpa dirinya. lalu  Allah menurunkan firman-Nya: Hai orang yang berkemul (berselimut), 

bangunlah, lalu berilah peringatan! (QS.Al-Muddatstsir: 1-2). 

 

 

Hamzah Masuk Islam 

 

Ibnu Ishaq berkata: Aku diberitahu oleh orang Aslum: Pernah suatu saat , Abu Jahal berjalan 

melewati Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di bukit Shafa. Ia lalu mengganggu, mencaci maki dan 

melampiaskan dendamnya kepada Rasulullah sebab  dianggap menghina agamanya dan melecehkan 

ibadahnya. Meski begitu Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam tidak menimpalinya sedikit pun. saat  

itu mantan budak wanita Abdullah bin Jud an bin Amr bin Kaab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah 

mendengar apa yang dikatakan oleh Abu Jahal kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Usai 

mengumpat beliau, Abu Jahal pergi meninggalkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menuju ke 

balai pertemuan orang-orang Quraisy di samping Ka'bah lalu duduk bersama-sama dengan mereka. 

Tak lama lalu , Hamzah bin Abdul Muthalib Radhiyallahu Anhu datang dengan memanggul anak 

panahnya dari berburu. Ia yaitu  sosok yang muda yang disegani di kalangan orang-orang Quraisy dan 

suka di hina. saat  ia berjalan melewati mantan budak wanita tadi dan sesudah  Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam kembali ke rumahnya, mantan budak wanita ini  berkata kepadanya: "Wahai 

Abu Umarah, andai saja engkau tadi saksikan apa yang dilakukan Abu Al-Hakam bin Hisyam terhadap 

keponakanmu, Muhammad! Ia, mengganggu keponakannya, mencaci-makinya, dan melakukan hal-

hal yang tidak disukainya. Lalu ia pergi dan Muhammad tidak menimpali ucapannya sedikit pun." 

Hamzah bin Abdul Muthalib marah sebab  Allah ingin memuliakannya. Ia pergi mencari Abu Jahal 

tanpa memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Ia siap-siap jika bertemu dengan Abu Jahal, dia akan 

memukulnya. 

Tatkala Hamzah memasuki masjid, ia melihat Abu Jahal sedang duduk berdiskusi dengan orang-orang 

Quraisy, lalu ia berjalan menuju ke arahnya. saat  sudah berada tepat di depannya, ia mengangkat 

busur panahnya lalu  menghajar Abu Jahal dengannya hingga menderita luka sangat parah. Ia 

berkata: "Apakah engkau mencaci-maki keponakanku, padahal aku seagama dengannya, dan aku 

bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah seperti yang ia saksikan? Silahkan balas, jika engkau 

mampu!" Beberapa orang dari Bani Makhzum mendekat kepada Hamzah untuk menolong Abu Jahal, 

namun Abu Jahl berkata: "Biarkan saja Abu Umarah. Demi Allah, aku telah menghina keponakannya 

dengan penghinaan yang buruk." Hamzah sejak peristiwa itu resmi masuk Islam, dan mengikuti 

ucapan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Tatkala Hamzah masuk Islam, orang-orang Quraisy menyadari sepenuhnya bahwa Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam telah kuat, terjaga, dan Hamzah pasti melidunginya. sebab  itulah, mereka 

menghentikan sebagian gangguan mereka terhadapnya. 

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ziyad bercerita kepadaku dari Muhammad bin Ka'ab bin Al-Qurazhi yang 

berkata bahwa aku pernah diberitahu bahwa Utbah bin Rabi'ah sang tokoh Quraisy berkata saat  ia 

sedang duduk di balai pertemuan Daar An-Nadwah milik orang-orang Quraisy dan saat  itu Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedang duduk sendirian di masjid: "Hai orang-orang Quraisy, bagaimana 

kalau aku berdiplomasi dengan Muhammad dan mengajukan tawaran-tawaran? Siapa tahu ia 

menerima sebagiannya lalu  kita berikan apa yang diminta selanjutnya ia akan menghentikan 

dakwahnya?" Peristiwa ini terjadi saat  Hamzah bin Abdul Muthalib telah masuk Islam, dan mereka 

melihat sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin banyak dan menyebar. 

Orang-orang Quraisy berkata: "Baiklah, wahai Abu Al-Walid. Temuilah dan bicaralah dengannya!" 

lalu  Utbah pergi ke tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan duduk di dekat beliau. Ia 

berkata: 'Hai keponakanku, Sebetulnya  engkau masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan kami. 

Engkau mempu nyai kehormatan di keluarga dan memiliki keluhuran nasab. Engkau telah merusak 

kemapanan kaummu. Engkau memecah belah persatuan mereka, mencemoohkan mimpi-mimpi 

mereka, mencaci-maki sesembahan dan agama mereka, dan mengkafirkan leluhur mereka yang telah 

meninggal dunia. Dengarkan perkataanku, sebab aku akan mengajukan beberapa tawaran yang bisa 

engkau pikirkan dan semoga engkau bisa menerima sebagian tawaran-tawaran ini .” 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata kepada Utbah: "Katakan, wahai Abu Al-Walid, aku pasti 

menyimak apa yang engkau katakan!" Utbah berkata: "Wahai keponakanku, jika tujuan dakwahmu 

untuk menginginkan harta, maka kami akan himpun seluruh harta kami agar engkau menjadi orang 

terkaya di antara kami. Jika tujuannya kehormatan, kami akan angkat engkau sebagai pemimpin dan 

kami tidak memutuskan satu perkarapun tanpamu. Jika tujuannya kekuasaan, maka kami akan angkat 

engkau sebagai raja. Jika yang datang kepadamu yaitu  makhluk halus yang tidak sanggup engkau 

usir, maka kami mencarikan dokter untukmu dan mengeluarkan harta kami hingga engkau sembuh 

darinya, sebab  boleh jadi ini mengalahkan orang yang dimasukinya hingga ia sembuh darinya." Atau 

seperti dikatakan Utbah, hingga dia tuntas. 

saat  Utbah selesai bicara, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata: "Apakah engkau sudah 

selesai bicara, wahai Abu Al- Walid?" Utbah menjawab: "Ya, sudah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda: "Maka simaklah baik-baik apa yang akan aku katakan." lalu  Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam membaca sebuah ayat: 

 

 

Bismillahi Ar-Rahmaani Ar-Rahiim. Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha 

Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang 

mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, namun  kebanyakan 

mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: "Hati 

kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami 

ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; Sebetulnya  kami 

bekerja (pula)." (QS. Fush- shilat: 1-5). Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membacakan 

kelanjutan ayat-ayat di atas. Sementara Utbah, setiap kali ia mendengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam membacakan ayat-ayat kepadanya, ia diam mendengarkannya dengan serius sambil 

bersandar dengan kedua tangannya. Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sampai pada ayat 

Sajdah, beliau sujud, lalu  beliau bersabda, "Hai Utbah, engkau telah menyimak dengan jelas apa 

yang baru saja engkau dengar. Kini, terserah kepadamu mau dibawa kemana apa yang engkau baru 

dengarkan itu." 

Utbah pulang menemui sahabat-sahabatnya. Sebagian di antara mereka berkata kepada sebagian 

yang lain: "Kami bersumpah dengan asma Allah, sungguh, Abu Al-Walid datang ke temp at kalian 

dengan wajah yang berbeda dengan wajah saat ia berangkat." 

saat  Utbah telah duduk, mereka berkata kepadanya: "Apa yang telah terjadi, wahai Abu Al-Walid?" 

Utbah menjawab: "Demi Allah, baru saja aku mendengar perkataan yang belum pernah aku dengar 

sebelum ini. Demi Allah, perkataan ini  bukan syair, bukan sihir, bukan perdukunan. Wahai orang-

orang Quraisy, dengarkan aku! Serahkan perkara Quraisy kepadaku, biarkanlah orang itu dengan apa 

yang ia lakukan, dan biarkanlah dial, Demi Allah, ucapannya yang aku dengar tadi pada suatu saat akan 

menjelma menjadi kekuatan yang besar. Jika saja ucapannya ini  dimiliki orang-orang Arab, 

mereka sudah merasa cukup dengannya tanpa kalian. Jika ia berhasil mengalahkan orang-orang Arab, 

maka kekuasaannya ialah kekuasaan kalian, dan kejayaannya yaitu  kejayaan kalian juga, lalu  

kalian menjadi manusia yang paling berbahagia sebab nya." Mereka berkata: "Ia telah menguna-

guniai mu dengan mantranya, wahai Abul Walid." Utbah berkata: "Ini hanya pendapatku saja tentang 

dia. Terserah kalian, mau menerima atau tidak?!"31 

 

 

 

Apa yang Terjadi Antara Rasulullah dengan Tokoh-tokoh Quraisy dan Tafsir Surat Al-Kahfi 

 

Ibnu Ishaq berkata: Pasca kejadian ini , Islam menyebar luas di Makkah baik di kalangan laki-laki 

maupun wanita-wanita di kabilah-kabilah Quraisy. Orang-orang Quraisy memenjara dan menyiksa 

siapa saja yang bisa mereka tangkap, sebagaimana disampaikan kepadaku oleh sebagian orang 

berilmu dari Sa id bin Jubair dan dari Ikrimah, mantan budak Ibnu Abbas dari Abdullah bin Abbas 

(Radhiyallahu Anhuma,).32 

 

Maka berkumpullah tokoh-tokoh Quraisy Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Abu Sufyan bin Harb, 

An-Nadhr bin Al-Harts bin Kildah saudara Bani Abduddar, Abu Al-Bakh- turi bin Hisyam, Al-Aswad bin 

Al-Muthalib bin Asad, Zam'ah bin Al-Aswad, Al-Walid bin Al-Mughirah, Abu Jahal bin Hisyam, Abdullah 

bin Abu Umayyah, Al-Ash bin Wail, Nubaih Munabbih, mereka Umayyah bin Khalaf dan lainnya. 

Mereka mengadakan rapat sesudah  matahari terbenam di belakang Ka'bah. Sebagian dari mereka 

berkata kepada sebagian yang lain: "Pergilah salah seorang dari kalian kepada Muhammad lalu  

bicaralah dengannya, dan berdebatlah dengannya hingga kalian bisa mengajukan argumen-argumen." 

Mereka mengutus seseorang dengan membawa pesan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: 

"Sebetulnya  kaummu sedang berkumpul membicarakan sepak terjangmu. Mereka 

mengundangmu untuk berdiskusi. Oleh sebab itulah, pergilah engkau ke tempat mereka berkumpul!" 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan bergegas mendatangi mereka sebab  mengira ada per- 

ubahan sikap positif pada mereka. Beliau menaruh perhatian demikian besar kepada mereka, 

mengharapkan mereka memperoleh petunjuk, dan sedih atas kerusakan mereka. saat  beliau telah 

duduk bersama mereka, salah seorang dari mereka berkata: "Muhammad, Demi Allah, kami belum 

pernah melihat ada seorangpun dari Arab yang bersikap lancang kapada kaumnya melebihi sikap 

lancanganmu kepada kaummu. Sungguh, engkau telah menghina para leluhur. Engkau mencela agama 

dan melecehkan sesembahan kami. Engkau mendungu-dungukan mimpi-mimpi dan mencerai-

beraikan. Jika tujuan dakwahmu menginginkan harta kekayaan, maka akan kami himpun seluruh 

kekayaan kami hingga engkau menjadi orang terkaya di antara kami. Jika tujuannya kehormatan, maka 

kami akan angkat engkau sebagai pemimpin kami. Jika engkau ingin menjadi raja, kami angkat sebagai 

raja kami. Jika apa yang engkau alami yaitu  sebab  bisikan makhluk halus yang tidak mampu engkau 

usir, maka kami akan mencari dokter dan mengeluarkan biaya yang besar hingga engkau sembuh 

darinya." 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada mereka: "Apa kalian membicarakan sepak 

terjang aku? Dakwahku sama sekali tidak bertujuan mendapatkan kekayaan, kehormatan atau 

kekuasaan atas kalian. Allah mengutusku kepada kalian sebagai Rasul, menurunkan Al-Kitab kepadaku, 

dan memerintahkanku memberi kabar gembira dan peringatan untuk kalian. Aku sampaikan firman- 

firman Tuhanku kepada kalian dan memberi nasihat kepada kalian. Jika kalian menerima apa yang aku 

bawa, maka selamatlah kalian di dunia dan akhirat. Sebaliknya jika kalian menolak, aku bersabar 

terhadap perintah Allah hingga Dia memutuskan persoalan di antara kita. "Atau seperti yang 

disabdakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam." 

Pentolan-pentolan Quraisy berkata: "Wahai Muhammad, jika engkau tetap keras kepala seperti ini 

maka, ketahuilah, bahwa tidak ada seorang pun yang lebih sempit daerahnya, dan lebih sedikit 

persediaan airnya, dan lebih keras kehidupannya dari kami. Oleh sebab  itu, berdoalah kepada 

Tuhanmu agar Dia menggoncang gunung-gunung yang menyempitkan kami, meluaskan daerah kami, 

mengalirkan sungai-sungai seperti Sungai Syam dan Irak untuk kami di dalamnya. Membangkitkan 

leluhur kami, dan hendaknya di antara leluhur yang dibangkitkan untuk kami yaitu  Qushay bin Kilab, 

sebab  ia orang tua yang benar, lalu  kita bertanya kepada mereka apakah yang engkau katakan; 

benar atau salah? Jika leluhur kita membenarkanmu dan engkau mengerjakan apa yang kami minta 

kepadamu, kami akan membenarkanmu, mengakui kedudukanmu di sisi Allah, dan bahwa Allah 

mengutusmu sebagai Rasul sebagaimana yang engkau utarakan." 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada mereka: "Aku diutus kepada kalian bukan 

untuk mengabulkan permohonan mistis kalian. Sebetulnya  Allah mengutusku kepada kalian 

dengan apa yang kalian saksikan saat ini. Sungguh, telah aku sampaikan kepada kalian firman Tuhanku. 

Jika kalian menerimanya, itulah keselamatan kalian di dunia dan akhirat. Jika kalian kerasa kepala, aku 

tetap akan bersabar dalam menjalankan perintah Allah Ta'ala hingga Dia memutuskan persoalan di 

antara kita." 

Mereka berkata: "Jika engkau tidak mau mengerjakan apa yang kami kita, maka kerjakanlah untuk 

dirimu sendiri. Mintalah Tuhanmu mengutus malaikat bersamamu yang membenarkan apa yang 

engkau katakan dan meminta pendapat kami tentang dirimu. Mohonlah pada Tuhanmu untukmu agar 

memberi  untukmu taman-taman, istana-istana, dan kekayaan dari emas dan perak hingga engkau 

menjadi kaya dengannya, sebab  engkau berada di pasar seperti halnya kami dan mencari kehidupan. 

Kami mengetahui kelebihan dan kedudukanmu di sisi Tuhanmu jika engkau benar-benar Rasul 

sebagaimana pengakuanmu." 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku tidak akan melakukan itu semua, dan aku tidak 

akan meminta itu semua kepada Tuhanku, serta aku tidak diutus kepada kalian dengan untuk semua 

itu. Namun Allah mengutusku sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, atau 

sebagaimana yang beliau sabdakan. Jika kalian menerima apa yang aku bawa, itulah keberuntungan 

kalian di dunia dan akhirat. Jika kalian menolaknya, aku bersabar dalam menjalankan perintah Allah 

hingga Allah memutuskan masalah yang terjadi di antara kita." 

Pentolan-pentolan Quraisy itu berkata: Jika ucapanmu memang benar, maka turun- kanlah awan dari 

langit sebab  engkau mengatakan bahwa jika Allah berkehendak, Dia pasti melakukannya. Sungguh, 

kami tidak akan beriman kepadamu jika engkau tidak bisa membuktikan kesaksitanmu." 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jika itu dikehendaki Allah pada kalian, pasti itu akan 

terjadi." 

Tokoh-tokoh Quraisy berkata: "Hai Muhammad, apakah Tuhanmu yang menurunkan ini semua, 

bahwa kami akan bertemu denganmu disini, lalu kami menanyakan ini kepadamu, dan meminta ini 

semua kepadamu. Dia mendatangimu untuk mengajarimu sesuatu yang bisa engkau jadikan argumen 

untuk menjawab pertanyaan kami dan Dia menerangkan kepadamu tentang apa yang akan Dia 

lakukan terhadap kami jika menolak apa yang engkau bawa? Sungguh, kami telah mendengar berita 

bahwa engkau berguru pada seseorang dari Yamamah yang bernama Ar-Rahman. Demi Allah, kami 

tidak pernah beriman kepada Ar-Rahman. Wahai Muhammad, kami telah menawarkan banyak hal 

kepadamu. Demi Allah, kami tidak membiarkanmu sesuka hati berdakwah hingga kami berhasil 

memerangimu atau engkau yang memerangi kami." 

Salah seorang dari pentolan Quraisy berkata: "Kami menyembah para malaikat, sebab  mereka yaitu  

anak-anak perempuan Allah." 

Ucapan mereka diabadikan dalam Al- Qur'an: 

 

Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air 

dari bumi untuk kami, atau kamu memiliki  sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan 

sungai-sungai di celah kebun yangderas alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas 

kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan 

muka dengan kami. (QS. al-Israa': 90-92) 

Usai mengatakan itu kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, beliau bangkit dan diikuti 

Abdullah bin Abu Umayyah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum yang merupakan 

saudara misannya, dan suami Atikah binti Abdul Muthalib. Abdullah bin Abu Umayyah berkata kepada 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: Hai Muhammad, kaummu telah mengajukan demikian banyak 

tawaran menggiurkan kepadamu, namun semuanya kau tolak. Mereka memintamu bukti akan 

kedudukanmu di sisi Allah sebagaimana pengakuanmu, agar membenarkanmu, dan mengikutimu, 

namun engkau tidak juga mengabulkannya. Mereka memintamu menunjukkan kesaktianmu hingga 

mereka mengetahui kelebihanmu atas mereka dan kedudukanmu di sisi Allah, namun engkau tidak 

juga mampu membuktikannya. Mereka meminta percepatan siksa yang engkau ancamkan kepada 

mereka, namun engkau tidak juga mewujudkannya" -atau sebagaimana dikatakan Abdullah bin Abu 

Umayyah. "Demi Allah, sampai kapan pun aku tidak akan pernah mengimanimu hingga engkau 

membangun tangga ke langit, lalu  engkau naik ke langit melalui tangga itu dan aku melihatmu 

tiba di sana, sesudah  itu engkau mengambil empat malaikat yang memberi kesaksian untukmu bahwa 

yang engkau katakan memang benar. Demi Allah, jika engkau tidak mau melakukannya, jangan 

harapkan aku membenarkanmu." lalu  Abdullah bin Abu Umayyah pergi meninggalkan 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Rasulullah sendiri pulang dengan perasaan sedih dan duka 

cita sebab  tidak tercapainya keingin an beliau pada mereka saat  mendakwahi mereka, dan sebab  

melihat mereka menjauh dari beliau. 

Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bangkit meninggalkan mereka: Abu Jahl berkata: 

"Wahai orang-orang Quraisy, Sebetulnya  Muhammad masih seperti dulu tidak mau berhenti 

mencela agama kita, menghina leluhur kita, mendungu-dungukan mimpi-mimpi kita, dan menghina 

sesembahan kita. Sungguh aku berjanji kepada Allah, besok pagi aku akan memukulnya dengan batu. 

Jika ia sujud dalam shalatnya, aku akan melempar kepalanya dengan batu itu. Jika itu terjadi, maka 

serahkan aku atau lindungi aku. sesudah  itu Bani Abdu Manaf bebas melakukan apa saja yang mereka 

suka." Mereka berkata: "Demi Allah, kami tidak menyerahkanmu selama-lamanya. Lakukanlah apa 

yang engkau mau!" 

Ibnu Ishaq berkata: Keesokan pagi, Abu Jahal telah menyiapkan batu sebagaimana yang dia janjikan, 

lalu  duduk menunggu kedatangan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Sementara itu 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berbuat sebagaimana hari-hari yang lalu. Di Makkah, kiblat 

beliau menghadap ke Syam. Jika beliau shalat, beliau shalat di antara rukun Yamani dan Hajar Aswad 

dan menjadikan Ka'bah di antara beliau dengan Syam. Lalu beliau berdiri melakukan shalat. Orang-

orang Quraisy pun berkumpul di ruang pertemuan mereka untuk melihat apa yang akan diperbuat 

Abu Jahal kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. saat  sujud, Abu Jahl mengambil batu dan 

berjalan ke arah Rasulullah. saat  dekat pada beliau, ia malah lari ketakutan dengan wajah berubah 

pucat pasi dan kedua tangannya tiada lagi memegang batu itu hingga batu itupun terjatuh dari 

tangannya. 

Orang-orang Quraisy bergegas berdiri menemui Abu Jahal, dan berkata: "Apa yang terjadi denganmu 

wahai Abu Jahal?" Abu Jahal berkata: "Aku berjalan kepada Muhammad untuk melakukan apa yang 

aku katakan pada kalian semalam. Saat aku dekat dengannya, tiba-tiba muncullah seekor unta. Demi 

Allah, aku belum pernah melihat kepala unta, pangkal lehernya, dan taringnya seperti unta itu. Aku 

sangat takut unta ini  akan menerkam diriku." 

Ibnu Ishaq berkata: Ada yang menyebut kan, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Itulah 

Malaikat Jibril. Jika Abu Jahl tetap mendekat, pasti ia menerkam Abu Jahal."33 

 

saat  Abu Jahl mengalami tekanan seperti itu, maka bangkitlah An-Nadhr bin Al-Harits bin Kaladah 

bin Abdu Manaf bin Abduddar bin Qushay. Ibnu Hisyam menyatakan, dia disebut An-Nadhr bin al-

Harits bin Alqamah bin Kaladah bin Abdu Manaf, lalu  berkata: "Wahai orang-orang Quraisy, 

demi Allah, sungguh telah datang kepada kalian sesuatu yang tidak bisa kalian berkilah darinya. 

Sungguh sebelum ini Muhammad di mata kalian yaitu  anak muda belia, orang yang paling diterima 

di sisi kalian, orang yang paling benar ucapannya, dan orang yang paling tampak kejujurannya. Hingga 

saat  kalian lihat dia mulai beruban dan dia datang kepada kalian dengan ajaran yang dibawanya, 

kalian lalu menuduhnya sebagai penyihir. Tidak, demi Allah, ia bukan penyihir, sebab  kita telah 

mengetahui penyihir, sihirnya dan buhul-buhulnya. Kalian menuduhnya sebagai dukun. Tidak, demi 

Allah, ia bukan seorang dukun, sebab  kita sudah sangat paham tentang dukun dan mendengar 

mantera mereka. Kalian menuduhnya sebagai seorang penyair. Tidak, demi Allah, ia bukan penyair, 

sebab  kita sudah mengetahui syair, dan menyimak jenis-jenisnya. Kalian menuduhnya orang gila. 

Tidak, demi Allah, ia bukan orang gila, sebab  kita sudah pernah menyaksikan orang gila; tangisannya, 

keragu-raguannya, dan kekacauan pikirannya. Wahai orang-orang Quraisy, pikirkan persoalan kalian 

ini dengan cermat, sebab  demi Allah, sebuah masalah besar telah merongrong kehidupan pada 

kalian." 

An-Nadhr bin AI-Harits termasuk gembong-gembong Quraisy, orang yang menganiaya Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan membuka front permusuhan dengan beliau. Ia pernah pergi ke Al-

Hirah dan di sana ia sering mendengar cerita-cerita tentang raja-raja Persia, kisah-kisah tentang 

Rustum, dan Isfandiyar. Jika Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkhotbah di satu tempat untuk 

mengajak kaumnya ingat kepada Allah, mengingatkan mereka tentang hukuman Allah yang diterima 

orang-orang sebelum mereka, dan sesudah  itu beliau beranjak meninggalkan tempat ini , maka 

An-Nadhr bin Al- Harits duduk di tempat yang sama, lalu  berkata: "Demi Allah, wahai orang-

orang Quraisy, ucapanku lebih bagus daripada ucapan Muhammad. Sekarang kalian kemarilah, 

niscaya aku sampaikan kepada kalian tutur kata yang jauh lebih indah daripada perkataan 

Muhammad!" lalu  An-Nadhr bin Al-Harits bercerita kepada mereka kisah tentang raja-raja 

Persia, Rustum, dan Isfandiyar. Ia berkata: "Ucapan Muhammad yang mana yang lebih bagus daripada 

ucapanku?" 

Ibnu Hisyam berkata: An-Nadhr bin Al-Harits inilah, yang mengatakan: "Aku akan menerima wahyu 

seperti yang diturunkan Allah." 

Ibnu Ishaq berkata: Seperti disampaikan kepadaku bahwa Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu berkata: Al-

Qur'an menurunkan delapan ayat tentang An Nadhr bin Al-Harits. Yaitu firman Allah Ta'ala: 

 

jika  dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "(Ini yaitu ) dongeng-dongengan orang-

orang dahulu kala." (QS. al-Qalam: 15) Dan semua ayat yang di dalamnya ada  kata Al-Asaathir 

(dongeng) dalam Al- Qur'an. 

Usai mengatakan itu An-Nadhr bin Al- Harits, orang-orang Quraisy mengutus bersama Uqbah bin Abu 

Mu'ith untuk menemui pendeta-pendeta Madinah. Orang-orang Quraisy berpesan pada keduanya: 

"Bertanyalah kalian berdua kepada rabi-rabi Yahudi tentang Muhammad, sifat-sifatnya, dan jelaskan 

ucapannya kepada mereka, sebab  mereka yaitu  orang-orang yang pertama kali diberi kitab yang 

memiliki  pengetahuan tentang para nabi yang tidak kita ketahui." Keduanya berangkat ke 

Madinah. Sesampainya di sana, mereka bertanya kepada rabi-rabi Yahudi tentang Muhammad 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sembari menjelaskan sifat-sifat dan sebagian ucapan beliau kepada 

mereka. Keduanya berkata kepada mereka: "Sebetulnya  kalian memiliki  Kitab Taurat, dan kami 

datang kepada kalian untuk bertanya tentang sahabat kami." 

Ibnu Ishaq berkata: rabi-rabi Yahudi itu berkata kepada kedua utusan Quraisy: "Tanyakan tiga hal 

kepada sahabatmu itu. Jika ia mampu menjawab ketiga hal ini , ia memang seorang Nabi 

sekaligus Rasul. Jika tidak bisa menjawabnya, pasti ia berdusta dan kalian akan tahu belangnya. 

Tanyakan kepadanya mengenai pemuda-pemuda (Ashabul Kahfi) yang meninggal pada periode 

pertama dan bagaimana kabar tentang mereka? Sebab mereka memiliki  kisah yang menarik. 

lalu  tanyakan kepadanya tentang seorang pengembara yang menjelajahi timur dan barat 

seperti apa kisahnya? Lalu tanyakan padanya tentang ruh, apakah ruh itu? Jika sahabatmu bisa 

menjawab ketiga pertanyaan ini , ia seorang Nabi dan kalian harus mengikutinya. Jika tidak bisa 

menjawabnya, berarti ia ber kata bohong dan terserah kalian mau berbuat apa saja kepadanya." 

lalu  An-Nadhr bin AJ-Harits dan Uqbah bin Abu Mu'aith bin Abu Amr bin Umayyah bin Abdu 

Syams bin Abdu Manaf bin Qushay kembali pulang ke Makkah. saat  meeka berdua bertemu kembali 

dengan orang-orang Quraisy, mereka berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Quraisy, 

Sebetulnya  kami datang membawa kabar kepada kalian. Rabi-rabi Yahudi menyuruh kita 

menanyakan tiga perkara kepada Muhammad. Jika mampu menjawabnya, berarti ia betul seorang 

Nabi. Jika tidak mampu menjawabnya maka artinya ia berkata bohong dan kalian bebas menilainya 

seperti apa saja." 

Maka merekapun menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan bertanya kepada beliau: "Hai 

Muhammad, ceritakan kepada kami tentang anak-anak muda (Ashabul Kahfi) yang meninggal dunia 

pada periode pertama, sebab  mereka memiliki  kisah yang menarik hati, kisah seorang 

pengembara yang menjelajahi dunia timur dan barat serta tentang ruh?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam bersabda: "Semua pertanyaan kalian aku jawab besokpagi." Rasulullah mengatakan itu 

tanpa ada embel-embel insya Allah. sesudah  itu. mereka berbalik pulang meninggalkan Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Menurut banyak pakar sejarah, selama lima belas malam Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak menerima wahyu. Malaikat Jibril tidak datang kepada beliau, hingga 

membuat gusar warga  Makkah. Mereka berkata: "Muhammad berjanji memberi jawaban atas 

pertanyaan kita besok pagi, sedangkan waktu sudah berjalan lima belas malam, namun sam- pai kini 

ia belum memberi jawaban apapun atas pertanyaan kita." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

sangat berduka sebab  wahyu terputus dari beliau. Beliau bersedih hati sebab  komentar orang-orang 

Quraisy terhadap dirinya. Baru sesudah  itu datanglah Malaikat Jibril datang kepada beliau dari Allah 

Azza wa Jalla dengan membawa surat QS. Al Kahfi. Dalam surat ini , Allah mencela ucapan 

mereka yang membuat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersedih, menjelaskan kepada beliau 

berita sekitar pertanyaan mereka, tentang pemuda-pemuda yang mereka maksud, sang pengembara, 

dan masalah ruh." 

Ibnu Ishaq berkata: Dikatakan kepadaku bahwa saat  Malaikat Jibril datang, Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam berkata: "Sungguh engkau meninggalkanku wahai Jibril, hingga aku berburuk sangka 

kepadamu." Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: 

 

Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang 

ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, 

dan tidaklah Tuhanmu lupa. (QS. Maryam: 64) 

Allah Yang Mahatinggi membuka surat ini  dengan memuji diri-Nya dan menjelaskan kenabian 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan pengingkaran mereka. Allah Ta'ala berfirman: 

 

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak 

mengadakan kebengkokan di dalam- nya; (QS. al-Kahfi: 1) 

Yakni, Muhammad engkau yaitu  Rasul dari-Ku, dan sebagai jawaban atas pertanyaan mereka 

tentang kenabianmu. 

dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, (QS. al-Kahfi: 1-

2) 

Yakni, Al Quran itu lurus dan tidak ada sesuatu yang saling bertentangan di dalamnya. 

 

Untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah (QS. al-Kahfi: 2) 

Yakni, untuk memperingatkan adanya siksaan Allah di dunia dan siksa nan pedih di akhirat dari sisi 

Tuanmu yang mengutusmu sebagai Rasul. 

 

Dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal shaleh, 

bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-

lamanya. (QS. al-Kahfi: 2-3) 

Yaitu negeri keabadian dimana mereka tidak pernah mati di dalamnya. Mereka yang dimaksud yaitu  

orang-orang yang membenarkan apa yang engkau bawa di saat orang-orang lain mendustakanmu, 

dan mereka mengerjakan amal-amal perbuatan yang diperintahkan kepada mereka. 

 

Dan untuk memperingatkan kepada orang- orang yang berkata: "Allah mengambil seorang anak. (QS. 

al-Kahfi: 4) 

 

Yaitu orang-orang Quraisy yang berkata: "Sesunggunya kita menyembah para Malaikat, sebab  

mereka yaitu  anak-anak perempuan Allah.” 

 

Mereka sekali-kali tidak memiliki  pengetahuan tentang hal itu, begitupula nenek moyang mereka 

(QS. al-Kahfi: 5), yakni yang membesarkan perpecahan mereka dan mengungkap aib agama mereka. 

 

Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka (QS. al-Kahfi: 5) sebab  ucapan mereka 

bahwa para malaikat yaitu  anak-anak perempuan Allah. 

 

Mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh 

dirimu (QS. al-Kahfi: 5-6). Maksudnya, apakah engkau akan membunuh dirimu wahai Muhammad atas 

apa yang mereka lakukan jika mereka tidak beriman dengan Kitab ini? Tatkala kau tidak dapatkan apa 

yang diharapkan dari mereka, maka jangan pernah lakukan itu. 

Ibnu Hisyam berkata: Bakhi'un nafsaka, yakni menghancurkan dirimu, sebagaimana dikatakan kepada 

saya oleh Abu Ubaidah. Dzu Rumah berkata: 

Wahai orang yang menghancurkan dirinya sendiri 

Dengan sesuatu takdir yang ditetapkan yang dicabut darinya 

 

Bentul flural dari bakhi' yaitu  bakhi'un dan bait di atas yaitu  penggalan dari syairnya. Orang Arab 

berkata: Bakha'tu lahu nushi wa nafsi yakni aku telah berusaha keras untuknya: 

Mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh 

dirimu (QS. al-Kahfi: 5-6). 

Allah Yang Mahatinggi berfirman: 

 

Sebetulnya  Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami 

menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya (QS. al- Kahfi: 7) 

Ibnu Ishaq berkata: Yakni siapa saja yang paling mengikuti perintahku dan taat padaku? 

Ibnu Ishaq berkata: Allah Yang Maha tinggi juga berfirman: 

 

Dan Sebetulnya  Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata 

lagi tandus. (QS. AI Kahfi: 8) 

Maksud firman Allah: 'Shaidan, artinya bumi. Maksudnya: "Sebetulnya  apa saja yang ada di atas 

bumi pasti mengalami kematian, dan bahwa tempat kembali yaitu  kepada-Ku, lalu  Aku 

menghisab semua orang sesuai dengan amal perbuatannya. Oleh sebab  itulah, engkau, wahai 

Muhammad, jangan berduka cita dan bersedih hati atas apa yang engkau dengar dan atas apa yang 

engkau 

lihat selama ini. 

Ibnu Hisyam berkata: Ash-Sha'idu artinya bumi dan jamaknya ash-shu'udu. Arti lain ash-sha'idu ialah 

jalan. Dijelaskan dalam hadits: 'Janganlah kalian duduk di jalan-jalan (shuu'adaat)."34 

 Arti kata ash-shu'udaat pada di atas ialah jalan-jalan. Arti kata al-juruzu pada ayat di atas berarti bumi 

yang kering-kerontang. Jamaknya ialah ajraaz. Sanatun juruzun atau sinunun ajraazun artinya tahun-

tahun dimana hujan tidak turun di dalamnya dan terjadi kekeringan, kemarau berkepanjangan. " 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu Allah memberi jawaban atas pertanyaan mereka tentang anak-anak muda 

dengan berfirman: 

 

Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang memiliki ) raqim itu, mereka 

termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (QS. al-Kahfi: 9), yakni boleh jadi di 

antara tanda-tanda kekuasaan-Ku, misalnya argumen-argumen-Ku yang Aku karuniai kepada hamba-

hamba-Ku itu jauh lebih mengherankan menakjub- kan daripada kisah tentang pemuda-pemuda 

ini . " 

Ibnu Hisam berkata: Ar-Raqiimu pada ayat diatas ialah kitab yang memuat kisah tentang mereka. 

Jamaknya ialah ar-ruqumu. Ru'bah bin Al Ajjaj berkata: 

Tempat penyimpanan kitab yang memuat (nomor-nomor) 

Bait diatas yaitu  penggalan dari syair-syair Ru'bah bin Al-Ajjaj. 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

 

(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: 

"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami 

petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam 

gua itu, lalu  Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua 

golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu). 

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. (QS. al-Kahfi: 10-13), bi al-

haqqi maksudnya, dengan berita yang benar tentang mereka. lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

 

Sebetulnya  mereka itu yaitu  pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami 

tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka 

berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami yaitu  Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak 

menyeru Tuhan selain Dia, Sebetulnya  kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang 

amat jauh dari kebenaran." (QS. al-Kahfi: 13-14). Yakni pemuda-pemuda ini  tidak 

menyekutukan-Ku sebagaimana kalian menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak kalian ketahui. 

Ibnu Hisyam berkata: Kata syathathan pada ayat di atas artinya melampaui batas dan melanggar 

kebenaran. A'sya Bani Qais bin Tsa'labah berkata: 

Mereka tidak akan berhenti, begitu juga orang yang melampaui batas 

Laksana serbuan yang kehilangan minyak dan lampu 

 

Bait diatas yaitu  penggalan syair-syair A'sya Bani Qai Tsa'labah. 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  Allah Yang Maha tinggi berfirman: 

 

Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di sembah). Mengapa mereka 

tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) (QS. al-Kahfi: 15) 

Makna kata sulthaanin bayyinin pada ayat ini yaitu  argumentasi yang kuat. lalu  Allah 

berfirman: 

 

Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orangyang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? 

Dan jika  kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah 

tempat berlindungke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya 

kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. Dan kamu akan 

melihat matahari saat  terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu 

terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua 

itu. (QS. al-Kahfi: 15-17) 

Ibnu Hisyam berkata: Arti tazaawaru pada ayat di atas yaitu  condong. Kata ini  beasal dari kata 

az-zawaru. Umru'u Al Qais bin Hujr berkata: 

Sebetulnya  aku yaitu  penguasa, jika aku kembali sebagai raja 

Yang dari mereka, Anda melihat orang yang diborgol itu condong 

 

Ini yaitu  penggalan syair miliknya. 

Abu Zahf al-Kulaibi berkata menggambarkan semua negeri: 

Tanah bergaram bukanlah tempat yang kami condong 

Tuk bekerja tanpa air selama lima hari yang membuat unta kurus 

 

Dua bait ini yaitu  penggalan syairnya. Taqridhuhum Dzaat al-Syimal artinya bahwa matahari 

menjauhi meninggalkan mereka dari sisi kiri. 

Dzu Rummah berkata: 

Pada unta yang bertandu dia menggigit pasir yang bundar di sebuah tempat  

Di sisi kiri sedangkan di sisi kanan yaitu  para penunggang kuda 

 

Bait ini yaitu  penggalan syair miliknya. 

Al Fajwah artinya tempat yang luas dan jamaknya al-fija'u. Salah seorang penyair berkata: 

Engkau sandangkan kehinaan dan kekurangan kepada kaummu 

Hingga darah mereka keluar hukum dan mereka meninggalkan negeri yang luas 

 

lalu  Allah Yang Mahatinggi berfirman: 

 

Itu yaitu  sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. (QS. Al Kahfi: 17) Yakni, inilah hujjah atas 

orang-orang dari Ahli Kitab yang mengetahui cerita pemuda-pemuda ini . Untuk menguji 

validitas kenabianmu apakah engkau mampu menjawab tentang mereka atau tidak? 

lalu  Allah berfirman: 

 

Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialahyang mendapatpetunjuk; dan barang siapa 

yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorangpemimpin pun yang dapat memberi 

petunjuk kepadanya. Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-

balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka 

pintu gua. (QS. A1 Kahfi: 17-18). 

Ibnu Hisyam berkata: Al-washiid artinya pintu. A1 Absi yang bernama asli Ubaid bin Wahb berkata: 

Di bumi lapang yang pintunya tidak ditutup untukku 

Dan kebaikanku didalamnya tak mungkin tuk diingkari 

 

Bait diatas yaitu  penggalan syair-syair Al-Absi. 

Arti lainnya dari al-washiid ialah hala- man. Jamaknya "al-washaa'idu, al-wushudu, al-wushdaan, al-

ushudu, dan al-ushdaan." 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu Allah Ta'ala berfirman: 

 

Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan 

(diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka. Dan demikianlah 

Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah 

seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)." Mereka menjawab: "Kita 

berada (di sini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui 

berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota 

dengan membawa uangperakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, 

maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut, dan 

janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun. Sebetulnya  jika mereka dapat 

mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu 

kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung untuk selama-

lamanya.” Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu 

mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan 

padanya. saat  orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: 

"Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka." 

Orang- orangyang berkuasa atas urusan mereka ber- kata: "Sebetulnya  kami akan mendirikan 

sebuah rumah peribadatan di atasnya." (QS. al-Kahfi: 18-21) 

lalu  Allah Taala berfirman: 

 

Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) yaitu  tiga orang yang ke- empat yaitu  

anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(Jumlah mereka) yaitu  lima orang yang keenam yaitu  

anjingnya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; (QS. al-Kahfi: 22). 

Mereka pada ayat di atas yaitu  rahib- rahib Yahudi yang menyuruh orang-orang Quraisy bertanya 

kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tentang pemuda-pemuda ini . Rajman bilghaib 

maksudnya, mereka sendiri tidak memiliki  ilmu pengetahuan yang pasti tentang pemuda-pemuda 

ini . Lalu Allah Taala berfirman: 

 

dan (yang lain lagi) mengatakan: "(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan yaitu  anjingnya." 

Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) 

mereka kecuali 

Yakni, janganlah engkau bertanya mengenai pemuda-pemuda ini  kepada mereka sendiri sebab  

mereka tidak memiliki  ilmu pemgetahuan yang pasti tentang mereka itu. Lalu Allah Ta'ala 

berfirman: 

 

Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sebetulnya  aku akan mengerjakan 

itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah." Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu 

lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat 

kebenaran- nya daripada ini." (QS. al-Kahfi: 23-24). 

Yakni, janganlah sebab  di tanya seperti itu engkau mengatakan akan menjawabnya besok pagi seperti 

yang engkau katakan sebelumnya. Tapi katakanlah insya Allah. Ingatlah engkau kepada Allah jika 

engkau lupa, dan katakanlah, "Semoga Allah memberiku petunjuk untuk bisa menjawab apa yang 

mereka tanyakan kepadaku, sebab  engkau tidak mengetahui apa yang dikerjakan pemuda- pemuda 

ini . 

Lalu Allah berfirman: 

 

Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ra- tus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (QS. Al-

Kahfi: 25) 

Yakni, rahib-rahib Yahudi akan mengatakan perkataan ini . lalu  Allah berfirman: 

 

Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan- Nya-lah 

semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terangpenglihatan-Nya dan alangkah tajam 

pendengaran-Nya; tak ada se- orangpelindungpun bagi mereka selain dari- pada-Nya; dan Dia tidak 

mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan." (QS. al-Kahfi: 26). 

Yakni, semua yang mereka tanyakan ituf Allah Mahamengetahui. 

Ibnu Ishaq berkata: Allah Taala berfirman tentang pertanyaan mereka perihal seorang pengembara: 

 

Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan 

kepadamu cerita tentangnya." Sebetulnya  Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) 

bumi, dan Kami telah memberi  kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, (QS. al-Kahfi: 

83-84). 

Di antara berita tentang Dzu Al-Qarnain ialah bahwa ia diberi beragam nikmat yang tidak dikarunikan 

kepada orang lain. Antara lain, jalan-jalan terbentang untuknya hingga ia berjalan melakukan 

pengembaraan dari timur ke barat. Setiap kali ia menjejakkan kakinya di suatu negeri, maka ia akan 

berhasil menguasai warga  setempat. Ia melakukan pengembaraan hingga tiba ke negeri-negeri 

yang tidak berpenghuni. 

Ibnu Ishaq berkata: Orang yang mendapatkan berita-berita dari orang-orang non-Arab berkata 

kepadaku: Dzu Al-Qarnaini berasal dari Mesir. Ia bernama asli Marzuban bin Mardziyah Al-Yunani. Ia 

berasal dari anak keturunan Yunan bin Yafits bin Nuh. 

Ibnu Hisyam berkata: Nama aslinya yaitu  Iskandar. Dialah orang yang membangun kota Iskandariyah 

(Mesir), lalu  kota Iskandariyah diberi nama dengan namanya. 

Ibnu Ishaq berkata: Tsaur bin Yazid berkata kepadaku dari Khalid bin Madan Al-Kala'i bahwa Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya mengenai Dzu Al-Qarnain, lalu  beliau bersabda: Ia 

seorang malaikat yang mengukur dengan tali dari bawahnya. 

Khalid berkata bahwa Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu mendengar seseorang memanggilnya: 

"Wahai Dzu Al-Qarnaini" Umar bin Khaththab berkata: "Ya Allah, ampunilah dia! Tidaklah kalian 

senang memberi nama anak-anak kalian dengan nama para nabi, hingga kalian memberi nama anak 

kalian dengan nama-nama para malaikat." 

Ibnu Ishaq berkata: Allah lebih tahu apa mana yang benar dari keduanya apakah Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam mengatakan itu atau tidak? Jika beliau mengatakannya, maka kebenaran ialah apa 

yang beliau sabdakan. 

Ibnu Ishaq berkata: Allah berfirman tentang pertanyaan mereka seputar ruh. 

Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan ku, dan 

tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85) 

Ibnu Ishaq berkata: Aku diberi tahu oleh Ibnu Abbas: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

tiba di Madinah, rabi-rabi Yahudi bertanya, "Hai Muhammad, tahukah engkau makna ucapanmu, 'Dan 

kalian tidak diberi pengetahuan melainkan sedikit. Siapakah yang dimaksud dengan kalian ini ; 

kami atau kaummu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Semuanya. Dua-duanya!!" 

Para rabi-rabi Yahudi berkata: "Engkau sudah membaca apa yang engkau bawa, bahwa kami diberi 

Taurat. Di dalamnya ada  penjelasan segala sesuatu." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

bersabda, "Sebetulnya  Taurat dibanding ilmu Allah yaitu  sedikit sekali. Namun kalian memiliki  

sesuatu yang jika kalian lakukan, maka hal itu cukup memadai untuk kalian."35 

 

Ibnu Abbas berkata: Lalu Allah menurunkan ayat tentang pertanyaan mereka: 

 

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya 

tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. 

Sebetulnya  Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Luq- man: 27). 

Yakni, bahwa penjelasan Taurat tentang hal ini  itu sangat sedikit jika dibandingkan dengan ilmu 

Allah. 

Ibnu Abbas berkata: Lalu Allah menurunkan ayat kepada Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam 

menyindir permintaan kaumnya agar terjadi gempa bumi maha dasyat, dan leluhur mereka yang telah 

meninggal dunia dihidupkan kembali: 

 

Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat 

digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh sebab nya orang-orang yang sudah mati dapat 

berbicara, (tentu Al Quran itulah dia). Sebenarnya segala itu yaitu  kepunyaan Allah. (QS. ar-Ra'du: 

31). 

Firman Allah,'Ba/ lillahil amru jami'an', maksudnya, "aku tidak mengerjakan hal ini  melainkan 

sesuai Aku menghendakinya." 

Ibnu Abbas berkata: Lalu Allah menurunkan ayat kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

tentang ucapan mereka, "Ambillah untuk dirimu", Orang-orang Quraisy meminta beliau membangun 

untuk taman-taman, istana-istana, harta simpanan, sebagai bukti yang membenarkan apa yang beliau 

katakan. 

 

 

Dan mereka berkata: "Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar (mengapa 

tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya, yang dia 

dapat makan dari (hasil) nya?" Dan orang-orangyang zalim itu berkata: "Kamu sekalian tidak lain 

hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir." Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat 

perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup 

(mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu). Maha Suci (Allah) yang jika Dia menghendaki, 

niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik dari yang demikian, (QS. al-Furqan: 7-10). 

Yakni, Mahasuci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya diadikan-Nya bagimu yang lebih baik dari 

yang demikian daripada engkau berjalan-jalan di pasar dan kerja mencari kehidupan. 

 

(yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untukmu 

istana-istana. (QS. al-Furqan: 10). 

Allah Ta'ala juga menurunkan ayat kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ten¬tang mereka: 

 

Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan 

dan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang 

lain. Maukah kamu bersabar?; dan yaitu  Tuhanmu Maha Melihat. (QS. al-Furqan: 20). 

Firman Allah Ta'ala: 

 

Yakni: "Aku menjadikan sebagian dari kalian menjadi cobaan bagi sebagian yang lain agar kalian 

bersabar. Jika Aku berkehendak menjadikan dunia tunduk pada perintah rasul-rasul-KU, hal itu niscaya 

terjadi." 

lalu  Allah Ta'ala menurunkan ayat kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tentang 

ucapan Abdullah bin Abu Umayyah: 

 Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hitigga kamu memancarkan mata air 

dari bumi untuk kami," Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu 

memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, 

sebagaima- na kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka 

dengan kami. Atau kamu memiliki  sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami 

sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab 

yang kami baca" Katakanlah: "Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang 

menjadi rasul?" (QS. al-Isra: 90-93). 

Ibnu Hisyam berkata: pada ayat diatas ialah air yang keluar dari tanah atau selain tanah. 

Jamaknya ialah yanaabi'. Ibnu Harmah yang bernama asli Ibrahim bin Ab-dullah Al 

Fihri berkata: 

Jika kau tumpahkan linangan air mata di setiap negeri 

Maka teruskanlah segala sesuatu dan airmata- mu yang memancar 

 

Bait di atas yaitu  penggalan syair-syair Ibnu Harmah. 

 

Al-Kisafu ialah jenis-jenis siksa. Kata tunggalnya kisfah. Al-Qabiilu artinya saling berhadapan dan 

terang-terangan, seperti firman Allah pada ayat yang lain: 

 

Kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlaku pada) umat-umat yang 

dahulu atau datangnya adzab atas mereka dengan nyata. (QS. Al-Kahfi: 55)  

Abu Ubaidah mendendangkan syair A'sya Bani Qais bin Tsa'labah padaku: 

Aku kan temani kalian hingga melakukan hal yang sama 

Laksana jeritan wanita hami yang gembira sebab  kelahiran bayinya 

 

Bait kedua bermakna, kedatangan sang wanita kepada bayinya untuk menciumnya. Bait syair di atas 

yaitu  penggalan syair-syair A'sya. 

Ada yang mengatakan, al-qabiilu dan jamaknya ialah qabulu, artinya kelompok- kelompok. Disebutkan 

dalam Al Qur'an: 

 

Dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka (QS. al-An'am: 111). 

Dikatakan Qubul yaitu  jamak dari kata qabiilu sebagaimana subulu yaitu  jamak dari sabilu (jalan), 

atau sururu yaitu  jamak dari sariru(ranjang), atau qumushu yaitu  jamak dari qamishu (baju). 

Al-Qabiibilu dalam sebuah pepatah dika-takan, "Maa ya'rifu qabiilan min dabiirin", maksudnya orang 

itu tidak tahu apa yang akan dan apa yang telah terjadi. Al-Kumait bin Zaid berkata: 

Urusan-urusan mereka menjadi kacau balau di tempat mereka 

Hingga mereka tak tahu apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi 

 

Bait-bait syair di atas yaitu  penggalan syair-syair Al-Kumait bin Zaid. 

Ada pula yang mengatakan, bahwa dia bermakna meminta. Jika pemintalan terjadi hingga lengan, 

maka ia dinamakan al-qabii- lu. Jika pemintalan terjadi hingga ujung jari, maka dinamakan ad-dabiiru. 

Jika pemintalan terjadi hingga lutut, ia dinamakan al-qabiilu. Jika pemintalan terjadi hingga pangkal 

paha, maka dinamakan ad-dabiiru. 

Al Qabiilu juga berarti kaumnya pihak laki-laki. Az-Zukhruf ialah emas. Al-Muzakhrafu ialah sesuatu 

yang dihiasi dengan emas. 

Selain itu, segala sesuatu yang dihiasi di- sebut muzakhraf. 

Ibnu Ishaq berkata: Tentang ucapan mereka, "Sebetulnya  kami mendapat berita bahwa engkau 

diajari seseorang dari Yamamah yang bernama Ar-Rahman, dan kapan pun kami tidak akan beriman 

kepada-Nya," Allah Ta'ala menurunkan ayat, 

Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat 

sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al Quran) yang Kami wahyukan kepadamu, 

padahal mereka kafir kepada Tuhan YangMaha Pemurah. Katakanlah: "Dialah Tuhanku tidak ada 

Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya 

aku bertobat." (Ar-Ra'du: 30). 

Tentang perkataan Abu Jahal, dan keinginannya, Allah Ta'ala menurunkan ayat berikut: 

 Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba saat  dia mengerjakan 

shalat, bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia 

menyuruh bertakwa (kepada Allah)? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu 

mendustakan dan berpaling? Tidakkah dia mengetahui bahwa Sebetulnya  Allah melihat segala 

perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik 

ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka biarlah dia 

memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah, 

sekali-kali jangan, janganlah kamupatuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada 

Tuhan) (QS. al-Alaq: 9-19). 

Ibnu Hisyam berkata: Firman Allah  artinya Kami pasti membetotnya dan menyeretnya. 

Seorang penyair berkata: 

Sebuah kaum bila mendengar teriakan keras minta tolong kau lihat mereka  

Antara orang yang dikekang dan mengambil ubun-ubun 

 

An-Nadi ialah auditorium tempat orang-orang berkumpul dan memutuskan seluruh permasalahan 

mereka. Disebutkan dalam Al- Qur'an: 

 

Apakah Sebetulnya  kamu patut menda- tangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran 

di tempat-tempatpertemuanmu? QS. (Al-Ankabut: 29). 

Kata lain dari an-nadi ialah an-nadiyyu. Ubaid bin Al-Abrash berkata dalam syair- nya, 

Kita akan berkumpul, sebab  aku berasal dari BaniAsad 

Kaum yang mengadakan pertemuan, kemurah- an dan kelompok (an-nadi) 

 

Disebutkan dalam Al-Quran: 

 

 Dan lebih indah tempat pertemuannya (an Nadiyyu)? (QS. Maryam: 73) Jamaknya ialah andiyah. 

Melalui ayat di atas, Allah ingin menyampaikan, "Hendaklah ia memanggil orang-orang yang ada di 

auditorium (an-nadi)", seperti difirmankan Allah Taala, "Dan tanyakan kepada negeri." (QS. Yusuf: 82). 

Yakni tanyakanlah kepada warga  negeri ini . 

Salamah bin Jandal, salah seorang dari Bani Sa'ad bin Zaid Manat bin Tamim berkata: 

Ada dua hari, sehari kami melakukan konferensi dan pertemuan 

Sehari lagi kami pergi menggempur musuh-musuh 

 

Bait syair di atas yaitu  sebagian dari syair-syair Salamah bin Jandal. 

Persamaan kata an-nadi yaitu al-julasa' (tempat duduk). 

Az-Zabaniyah ialah yang kuat dan perkasa. Maksud dari kata az-zabaniyah pada ayat di atas ialah para 

malaikat yang menjaga neraka. Sedang az-zabaniyah dalam konteks dunia ialah tentara yang bertindak 

sebagai pengawal. Kata tunggalnya az-zibniyyah. Tentang hal ini, Ibnu Az-Zaba'ri berkata: 

Mewah pada jamuan tamu di kala perang Zabaniyah; bertulang dan berangan keras 

Bait di atas yaitu  pengalan dari syair-syair Ibnu Az-Zaba'ri. 

Shakhr bin Abdullah Al-Hudzali yang tak lain Shakhr Al-Ghayyi berkata: 

Dan dari desa Kabir (perkampungan Hudzail) banyak orangyang berwatak keras 

Bait di atas yaitu  penggalan syair-syair Shakr bin Abdullah. 

Ibnu Ishaq berkata: Tentang kekayaan yang mereka tawarkan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam, Allah Ta'ala menurunkan ayat-Nya, 

Katakanlah: 

 

Upah apa pun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah, dan Dia 

Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Saba': 47). 

Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendakwahi orang-orang Quraisy dengan membawa 

kebenaran yang sudah mereka tahu, dan mereka sadar sekali dengan kebenaran akan ucapan beliau, 

dan kebenaran kenabian beliau dan tentu ilmu gaib yang beliau bawa sesudah  mereka 

menanyakannya, maka menebarlah kedengkian mereka padanya, pada para pengikutnya, dan 

kejujuran beliau. Mereka mendurhakai Allah, tak acuh terhadap perintah-Nya, dan dengan keras 

kepala mereka tetap berada dalam kekafiran. Salah seorang dari mereka berkata: sebagaimana 

diabadikan dalam Al-Quran, 

  

 

'Janganlah kalian dengar Al-Quran ini dengan sungguh-sungguh dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, 

supaya kalian dapat mengalahkan (mereka). ' (QS. Fushshilat: 26). Yakni, Al- Qur'an ini hanyalah bahan 

ejekan, sesuatu yang tak bermanfaat, dan barang mainan, mudah-mudahan kalian bisa menang 

melawannya, sebab jika pada suatu saat kalian berdebat dengannya, ia mengalahkan kalian dengan 

gampang. 

Suatu saat , Abu Jahal menghina Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan kebenaran yang beliau 

bawa. Ia berkata: "Wahai orang-orang Quraisy, Muhammad menyatakan bahwa pasukan tempur Allah 

yang menyiksa kalian di neraka dan memenjara kalian di dalamnya berjumlah sebanyak sembilan 

belas, padahal jumlah kalian jauh lebih banyak. Apakah seratus orang dari kalian tidak akan mampu 

menang melawan salah satu dari tentara ini . lalu  Allah Taala me- nyindir ucapan Abu Jahl 

ini : 

 

 

 

Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan 

bilangan mereka itu melainkan untukjadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang 

diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-

orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang- orang yang 

di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah 

dengan bilangan ini sebagai suatuperumpamaan?"Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang 

dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapayang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang 

mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan 

bagi manusia. (QS. al-Muddatstsir: 31). 

 

Saat salah satu dari mereka mengatakan yang demikian kepada sebagian yang lain, saat  Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam membaca Al-Qur an dengan suara nyaring dalam shalatnya, mereka 

menghindar dari beliau dan menolak untuk mendengarkannya. Namun sebagian dari mereka justru 

ingin mendengarkan sebagian Al-Qur'an yang dibaca Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dalam 

shalatnya, ia secara sembunyi-sembunyi mendengarkan tanpa sepengetahuan mereka. Jika ia 

mengetahui bahwa orang-orang Quraisy mengetahui dirinya mendengarkan bacaan beliau, ia pergi 

sebab  takut mendapatkan sik- saan dari mereka dan tidak lagi menyimak bacaan beliau. Jika 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengecilkan volume suaranya, orang-orang yang 

mendengarnya menduga bahwa mereka tidak mendengar sedikit pun bacaan beliau, bahkan beliau 

yang mendengar sedikit dari suara mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: Daud bin Al-Hushain, mantan budak Amr bin Utsman berkata kepadaku dari 

Ikrimah mantan budak Ibnu Abbas yang berkata bahwa Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata 

kepada mereka: 

 

"Sebetulnya  ayat berikut: 'Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan 

janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu', diturunkan untuk 

mereka." Yakni, janganlah engkau menyaringkan suaramu hingga mereka lari darimu, dan jangan pula 

mengecilkan volume sehingga orang yang ingin mendengarnya tidak dapat mendengar yaitu sebagian 

orang- orang Quraisy yang mencuri-curi pendengaran sehingga barangkali ia menaruh perhatian 

kepada apa yang didengarnya lalu hal ini  membimbingnya pada hidayah. 

 

 

Siapakah Orang yang Pertama Kali Membaca Al-Quran Secara Terbuka di Depan Umum? 

 

Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Urwah bin Az-Zubayr bercerita kepadaku dari ayahnya yang berkata: 

Orang yang pertama kali membaca Al-Qur'an secara terbuka di depan umum di Makkah sesudah  

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yaitu  Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu. Pada suatu 

saat , sahabat- sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkumpul. Mereka berkata: "Demi 

Allah, orang-orang Quraisy belum pernah mendengar Al-Qur'an yang dibaca di depan umum. Siapakah 

yang berani memperdengarkannya kepada mereka?" Abdullah bin Mas'ud berkata: "Aku"! Mereka 

berkata: "Kami khawatir akan nyawa. Kami ingin ada orang yang memiliki  keluarga yang dapat 

melindunginya dari kaum ini  jika ternyata nanti mereka berbuat jahat." Abdullah bin Mas'ud 

berkata: "Biarkanlah aku yang melakukannya, sebab  Allah akan melindungiku." lalu  Abdullah 

bin Mas'ud pergi ke Maqam pada waktu Dhuha pada saat orang-orang Quraisy sedang berada di balai 

pertemuan mereka. 

Abdullah bin Mas'ud berdiri di Maqam ini , lalu membaca dengan suara nyaring, 

 

Tuhan yang Maha pemurah, yang telah meng- ajarkan Al Quran. (QS. ar-Rahman: 1-2). Abdullah bin 

Mas'ud melanjutkan bacaannya, sedang orang-orang Quraisy merenungkannya bahkan sebagian dari 

mereka berkata: "Apa yang dibaca anak Ummu Abd ini?" Sebagian dari mereka berkata: "Dia sedang 

membaca sebagian yang dibawa Muhammad". Mereka bangkit bergerak mendatangi Abdullah bin 

Mas'ud lalu menghajarnya, tapi Abdullah bin Mas'ud tak bergeming dia tetap membaca surat ini  

sampai ayat tertentu. sesudah  itu, Abdullah bin Mas'ud baru pergi menemui sahabat-sahabatnya 

dengan wajah terluka. Mereka berkata kepadanya: "Itulah yang kami khawatirkan atas dirimu." 

Abdullah bin Mas'ud berkata: "Musuh-musuh Allah itu tidak lebih hina dalam pandanganku daripada 

mereka sejak sekarang. Jika kalian mau, besok pagi aku akan melakukan hal yang sama. Mereka 

berkata: "Jangan!! Cukuplah engkau telah memperdengarkan kepada mereka sesuatu yang tidak 

mereka suka." 

 

 

Siapa Saja Orang-orang Quraisy yang Menyimak Bacaan Al-Quran yang Dibaca Nabi 

 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri berkata kepadaku: Abu Sufyan bin 

Harb, Abu Jahl bin Hisyam, dan Al-Akhnas bin Syariq bin Amr bin Wahb Ats-Tsaqafi, sekutu Bani 

Zuhrah, di suatu malam keluar untuk menyimak bacaan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang 

sedang melakukan shalat malam di rumahnya. Setiap orang dari mereka bertiga tidak saling 

mengetahui keberadaan mereka satu sama lain. Mereka rela begadang demi mendengarkan bacaan 

beliau. saat  fajar menyingsing, mereka bubar, dan bertemu di salah satu jalan. Mereka saling 

mengata-ngatai satu sama lain. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain: "Jangan 

lakukan lagi, sebab bila kalian dilihat sebagian orang-orang yang tidak waras di antara kalian, pastilah 

kalian menimbulkan rasa curiga pada diri mereka." sesudah  itu, mereka berpisah. Pada malam 

berikutnya, setiap orang dari mereka bertiga kembali ke mendengar bacaan Rasulullah. Mereka rela 

begadang tidur guna mendengarkan bacaan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Saat fajar 

merekah, mereka bubar dan kembali bertemu di salah satu jalan. Sebagian di antara mereka berkata 

kepada yang lain persis seperti yang mereka katakan sebelumnya pada malam sebelumnya. sesudah  

itu mereka berpisah. Pada malam berikutnya, mereka bertiga kembali mendengarkan bacaan 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. saat  fajar merekah, mereka bubar dan kembali bertemu di 

salah satu jalan. Sebagian dari mereka berkata kepada yang lain: "Mari kita berjanji tidak akan 

mengulangi perbuatan kita ini." Mereka bertiga pun berjanji tidak mendengarkan bacaan Al-Qur'an di 

rumah Muhammad, lalu  pulang ke rumahnya masing-masing. 

Keesokan harinya, Al-Akhnas keluar menemui Abu Sufyan di rumahnya. Sesampainya di rumah Abu 

Sufyan Al-Akhnas bertanya: "Wahai Abu Hanzhalah, katakanlah kepadaku apa pendapatmu tentang 

apa yang semalam engkau simak dari Muhammad?" Abu Sufyan menjawab: "Wahai Abu Tsa'labah, 

demi Allah, aku mendengar beberapa yang aku tahu dan aku mengerti maksudnya. Aku juga dengar 

beberapa hal yang tidak aku tahu dan tidak aku pahami maksudnya. "Al-Akhnas berkata: "Demi Allah, 

aku juga seperti itu." 

Lalu Al-Akhnas menuju rumah Abu Jahal. Sesampainya di rumahnya, Al-Akhnas, lalu  berkata 

kepada Abu Jahal: "Wahai Abu Al-Hakam, apa yang engkau dengar dari Muhammad semalam?" Abu 

Jahal berkata: "Mendengar apa aku?! Bukankah kita bersaing ketat memperebutkan kehormatan 

dengan Bani Abdu Manaf. Mereka memberi makan kita juga melakukan hal yang sama. Mereka 

menanggung orang, kita juga melakukan hal yang sama. Mereka memberi demikian juga kita. Hingga 

saat  kita telah siap untuk berangkat dan kami seperti dua kuda pacuan, mereka berkata: 'Kita 

memiliki Nabi yang mendapatkan wahyu dari langit'. Kapankah kita bisa mencapai hal seperti itu? 

Demi Allah, aku tidak akan pernah beriman kepada Nabi ini  tidak pula membenarkannya!" Al- 

Akhnas berdiri dan meninggalkan Abu Jahl. 

Ibnu Ishaq berkata: jika  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membacakan Al-Qur'an kepada 

mereka dan mengajak kepada Allah, mereka mencemooh beliau sambil berkata: "Hati kami tertutupi 

dari apa yang kamu seru kami kepadanya." Artinya, kami tidak mengerti apa yang engkau katakan. 

"Dan di telinga kami ada sumbatan." Artinya, kami tidak bisa menyimak apa yang engkau katakan. 

"Dan antara diri kami dan dirimu ada dinding." Artinya, ada penghalang antara kami denganmu. "Maka 

bekerjalah kamu." Artinya, kerjakan apa yang mesti engkau kerjakan. "Sebetulnya  kami bekerja." 

Artinya, kami akan mengerjakan apa yang harus kami kerjakan. "Kami tidak mengerti apapun darimu." 

lalu  Allah menurunkan firman-Nya kepada beliau tentang ucapan mere

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 8 ta orang seperti dia  Bait di atas yaitu  penggalan dari syair- syair Qais bin Zuhair. Qais bin Zuhair juga berkata: Ketahuilah pemuda Hamal bin Badr telah berlaku zalim Yang mengantarkan p… Read More