ta orang seperti dia
Bait di atas yaitu penggalan dari syair- syair Qais bin Zuhair.
Qais bin Zuhair juga berkata:
Ketahuilah pemuda Hamal bin Badr telah berlaku zalim
Yang mengantarkan pada kebinasaan
Bait syair di atas yaitu penggalan dari syair-syair Qais bin Zuhair.
Al-harts bin Zuhair, saudara Qais bin Zuhair berkata:
Bukan kebanggaan yang aku tinggalkan di Al- Haba 'ah
Di sana Hudzaifah terluka tertusuk tombak
Bait syair ini ialah penggalan dari syair-syair Al-Harts bin Zuhair.
Ibnu Hisyam berkata: Disebutkan bahwa, Qais mengirim kuda Dahis dan kuda Al- Ghabra, sedangkan
Hudzaifah mengirim kuda Al-Khaththar kuda Al-Hanfa'. Namun kisah pertama tadi jauh lebih benar.
Kisah ini demikian panjang dan saya tidak ingin memotong kronologi sirah Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam.
Ibnu Hisyam berkata: Adapun perkataannya: 'Perang Hathib maka yang dimaksud yaitu Hathib bin
Al-Harits bin Qais bin Hai- syah bin Al-Harts bin Umayyah bin Muawiyah bin Malik bin Auf bin Amr bin
Auf bin Malik bin Al-Aus. Hathib bin Al-Harits membunuh orang Yahudi yang bertetangga dengan Al-
Khazraj. lalu di tengah malam, Hathib bin Al-Harits didatangi Yazid bin Al-Harits bin Qais bin
Malik bin Ahmar bin Haritsah bin Tsalabah bin Ka'ab bm Al-Khazraj bin Al-Harts bin Al-Khazraj yang
biasa juluki Ibnu Fushum. Ibunya Fushum berasal dari kabilah Al-Qain bin Jasr dengan beberapa orang
dari Bani Al-Harits bin Al-Khazrah lalu mereka membunuh Hathib bin Al-Harits. Perang meletus antara
Al-Aus dan Al-Khazraj. Mereka saling menyerang dengan hebat dan di akhir perang kemenangan di
peroleh Al-Khazraj atas Al-Aus. Pada perang ini , Suwaid bin Shamit bin Khalid bin Athiyyah bin
Hauth bin Habib bin Amr bin Auf bin Malik bin Al-Aus terbunuh. Ia dihabisi Al-Mujadzdzar bin Dziyad
al Balawi yang nama aslinya yaitu Abdullah bin Dziyad Al-Balawi, sekutu Bani AUI Din Al-Khazraj.
Pada Perang Uhud, Al- Mujadzdzir bin Dziyad ikut bersama Rasu¬lullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Al-Harits bin Suwaid bin Shamit juga ikut Perang Uhud. saat Al-Harits bin Suwaid melihat Al-
Mujadzdir lengah, ia menghabisi sebagai bentuk balas dendam atas kematian ayahnya. Pembahasan
hal ini akan saya paparkan pada tempatnya, insya Allah.
Perang meletus kembali lagi antara mereka, namun saya tidak akan membahasnya lagi, sebab sudah
dijelaskan pada bahasan tentang Perang Dahis.
Ibnu Ishaq berkata: Hakim bin Umayyah bin Haritsah Al-Auqash As-Sulami, sekutu Bani Umayyah yang
telah memeluk Islam bercerita mengenai persekongkolan kaumnya untuk memusuhi Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Perlakuan Qaum Quraisy kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari Kaumnya
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy semakin menggencarkan teror kepada Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam dan terhadap orang-orang yang masuk mengikutinya. Mereka memobilisasi orang-
orang bodoh untuk mendustakan, mengusik dan menuduh beliau sebagai penyair, penyihir, dukun,
dan
mereka sukai; menghina agama mereka, meninggalkan berhala-berhala mereka, dan tidak mengikuti
kekafiran mereka.
Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Urwah bin Zubair bercerita kepadaku dari ayahnya, Urwah bin Zubair
dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash. Urwah bin Zubair berkata bahwa aku pernah bertanya kepada
Abdullah bin Amr: Berapa kali engkau melihat orang-orang Quraisy meneror Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam?
Abdullah bin Amr berkata: Suatu waktu, aku bertemu tokoh-tokoh Quraisy di Hijr. Mereka
membicarakan sepak terjang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka berkata: sebelumnya,
kami tidak pernah bisa bersabar terhadap sebuah persoalan sesabar menghadapi laki-laki ini
(Rasulullah). Ia membatilkan mimpi-mimpi kita, mengata-ngatai para leluhur dan mencaci maki agama
kita, memecah belah persatuan kita serta menghina Tuhan-tuhan kita.
saat mereka asyik berdiskusi, tiba-tiba Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam muncul di depan
mereka lalu melakukan thawaf di Ka'bah. saat beliau berjalan melintasi mereka, mereka berbisik
menghina beliau.
Abdullah bin Amr berkata: Rasulullah melanjutkan langkahnya. saat beliau melewati mereka untuk
kedua kalinya, mereka melakukan penghinaan sebagaimana sebelumnya.
Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berjalan melewati mereka untuk ketiga kalinya, dan
mereka menghina beliau seperti sebelumnya, beliau berhenti lalu berkata kepada mereka:
"Wahai orang-orang Quraisy, demi Allah, apakah kalian tidak tahu bahwa aku datang untuk
membinasakan kalian?
Abdullah bin Amr berkata: Perkataan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam itu amat menusuk hati
orang-orang Quraisy, hingga salah seorang dari mereka terdiam bagaikan patung. sesudah mendengar
ucapan ini mereka berusaha menenangkan beliau dan berpura-pura meminta maaf dengan
kata-kata yang sebaik mungkin. Ia berkata: "Tinggalkan kami wahai Abu Al-Qasim. Demi Allah, engkau
bukan orang bodoh."
Abdullah bin Amr berkata: lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam meninggalkan tempat itu.
Esok harinya, kembali orang-orang Quraisy mengadakan pertemuan di Hijr. Sebagian di antara mereka
berkata kepada sebagian yang lain: "Apakah kalian masih ingat kejadian kemarin di tempat ini?
Sayang, saat ia muncul di tengah kalian dengan memperlihatkan apa yang kalian benci, kalian
membiarkannya?" saat mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam muncul lagi ke tengah-tengah mereka. Mereka lalu melompat ke arah Rasulullah dan mengitari
beliau sambi berkata: "Engkaukah orangnya yang mengatakan ini dan itu." sebab sebelum ini, beliau
menghina sesembahan dan agama mereka. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Benar,
akulah yang mengatakan semua itu". Abdullah bin Amr berkata: "Aku melihat seorang dari mereka
memegang baju Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam." Tiba-tiba, Abu Bakar melewati mereka. Abu
Bakar berkata: "Apakah kalian akan membunuh seseorang hanya sebab ia mengatakan Tuhanku
hanyalah Allah?" lalu merekapun bubar sesaat . Itulah gangguan terberat yang pernah dilakukan
orang-orang Quraisy terhadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang pernah aku saksikan.30
Ibnu Ishaq berkata: Sebagian orang dari keluarga besar Ummu Kaltsum, putri Abu Bakar berkata
bahwa Ummu Kaltsum berkata kepadaku: "Saat Abu Bakar pulang ke rumah. Orang-orang Quraisy
menarik jenggot Abu Bakar hingga membuat rambutnya berantakan. Abu Bakar memang memiliki
rambut yang tebal."
Ibnu Hisyam berkata: Sebagian pakar berkata kepadaku bahwa cobaan paling berat yang dialami
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari orang-orang Quraisy yaitu bahwa pada suatu hari beliau
keluar rumah lalu semua orang mendustakannya dan mempermainkannya. Rasulullah Shallalahu
alaihi wa Sallam lalu pulang ke rumahnya dan mengenakan selimut sebab sedih atas apa yang
menimpa dirinya. lalu Allah menurunkan firman-Nya: Hai orang yang berkemul (berselimut),
bangunlah, lalu berilah peringatan! (QS.Al-Muddatstsir: 1-2).
Hamzah Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: Aku diberitahu oleh orang Aslum: Pernah suatu saat , Abu Jahal berjalan
melewati Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di bukit Shafa. Ia lalu mengganggu, mencaci maki dan
melampiaskan dendamnya kepada Rasulullah sebab dianggap menghina agamanya dan melecehkan
ibadahnya. Meski begitu Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam tidak menimpalinya sedikit pun. saat
itu mantan budak wanita Abdullah bin Jud an bin Amr bin Kaab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah
mendengar apa yang dikatakan oleh Abu Jahal kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Usai
mengumpat beliau, Abu Jahal pergi meninggalkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menuju ke
balai pertemuan orang-orang Quraisy di samping Ka'bah lalu duduk bersama-sama dengan mereka.
Tak lama lalu , Hamzah bin Abdul Muthalib Radhiyallahu Anhu datang dengan memanggul anak
panahnya dari berburu. Ia yaitu sosok yang muda yang disegani di kalangan orang-orang Quraisy dan
suka di hina. saat ia berjalan melewati mantan budak wanita tadi dan sesudah Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam kembali ke rumahnya, mantan budak wanita ini berkata kepadanya: "Wahai
Abu Umarah, andai saja engkau tadi saksikan apa yang dilakukan Abu Al-Hakam bin Hisyam terhadap
keponakanmu, Muhammad! Ia, mengganggu keponakannya, mencaci-makinya, dan melakukan hal-
hal yang tidak disukainya. Lalu ia pergi dan Muhammad tidak menimpali ucapannya sedikit pun."
Hamzah bin Abdul Muthalib marah sebab Allah ingin memuliakannya. Ia pergi mencari Abu Jahal
tanpa memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Ia siap-siap jika bertemu dengan Abu Jahal, dia akan
memukulnya.
Tatkala Hamzah memasuki masjid, ia melihat Abu Jahal sedang duduk berdiskusi dengan orang-orang
Quraisy, lalu ia berjalan menuju ke arahnya. saat sudah berada tepat di depannya, ia mengangkat
busur panahnya lalu menghajar Abu Jahal dengannya hingga menderita luka sangat parah. Ia
berkata: "Apakah engkau mencaci-maki keponakanku, padahal aku seagama dengannya, dan aku
bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah seperti yang ia saksikan? Silahkan balas, jika engkau
mampu!" Beberapa orang dari Bani Makhzum mendekat kepada Hamzah untuk menolong Abu Jahal,
namun Abu Jahl berkata: "Biarkan saja Abu Umarah. Demi Allah, aku telah menghina keponakannya
dengan penghinaan yang buruk." Hamzah sejak peristiwa itu resmi masuk Islam, dan mengikuti
ucapan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Tatkala Hamzah masuk Islam, orang-orang Quraisy menyadari sepenuhnya bahwa Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam telah kuat, terjaga, dan Hamzah pasti melidunginya. sebab itulah, mereka
menghentikan sebagian gangguan mereka terhadapnya.
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ziyad bercerita kepadaku dari Muhammad bin Ka'ab bin Al-Qurazhi yang
berkata bahwa aku pernah diberitahu bahwa Utbah bin Rabi'ah sang tokoh Quraisy berkata saat ia
sedang duduk di balai pertemuan Daar An-Nadwah milik orang-orang Quraisy dan saat itu Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedang duduk sendirian di masjid: "Hai orang-orang Quraisy, bagaimana
kalau aku berdiplomasi dengan Muhammad dan mengajukan tawaran-tawaran? Siapa tahu ia
menerima sebagiannya lalu kita berikan apa yang diminta selanjutnya ia akan menghentikan
dakwahnya?" Peristiwa ini terjadi saat Hamzah bin Abdul Muthalib telah masuk Islam, dan mereka
melihat sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin banyak dan menyebar.
Orang-orang Quraisy berkata: "Baiklah, wahai Abu Al-Walid. Temuilah dan bicaralah dengannya!"
lalu Utbah pergi ke tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan duduk di dekat beliau. Ia
berkata: 'Hai keponakanku, Sebetulnya engkau masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan kami.
Engkau mempu nyai kehormatan di keluarga dan memiliki keluhuran nasab. Engkau telah merusak
kemapanan kaummu. Engkau memecah belah persatuan mereka, mencemoohkan mimpi-mimpi
mereka, mencaci-maki sesembahan dan agama mereka, dan mengkafirkan leluhur mereka yang telah
meninggal dunia. Dengarkan perkataanku, sebab aku akan mengajukan beberapa tawaran yang bisa
engkau pikirkan dan semoga engkau bisa menerima sebagian tawaran-tawaran ini .”
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata kepada Utbah: "Katakan, wahai Abu Al-Walid, aku pasti
menyimak apa yang engkau katakan!" Utbah berkata: "Wahai keponakanku, jika tujuan dakwahmu
untuk menginginkan harta, maka kami akan himpun seluruh harta kami agar engkau menjadi orang
terkaya di antara kami. Jika tujuannya kehormatan, kami akan angkat engkau sebagai pemimpin dan
kami tidak memutuskan satu perkarapun tanpamu. Jika tujuannya kekuasaan, maka kami akan angkat
engkau sebagai raja. Jika yang datang kepadamu yaitu makhluk halus yang tidak sanggup engkau
usir, maka kami mencarikan dokter untukmu dan mengeluarkan harta kami hingga engkau sembuh
darinya, sebab boleh jadi ini mengalahkan orang yang dimasukinya hingga ia sembuh darinya." Atau
seperti dikatakan Utbah, hingga dia tuntas.
saat Utbah selesai bicara, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata: "Apakah engkau sudah
selesai bicara, wahai Abu Al- Walid?" Utbah menjawab: "Ya, sudah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Maka simaklah baik-baik apa yang akan aku katakan." lalu Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam membaca sebuah ayat:
Bismillahi Ar-Rahmaani Ar-Rahiim. Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, namun kebanyakan
mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: "Hati
kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami
ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; Sebetulnya kami
bekerja (pula)." (QS. Fush- shilat: 1-5). Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membacakan
kelanjutan ayat-ayat di atas. Sementara Utbah, setiap kali ia mendengar Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam membacakan ayat-ayat kepadanya, ia diam mendengarkannya dengan serius sambil
bersandar dengan kedua tangannya. Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sampai pada ayat
Sajdah, beliau sujud, lalu beliau bersabda, "Hai Utbah, engkau telah menyimak dengan jelas apa
yang baru saja engkau dengar. Kini, terserah kepadamu mau dibawa kemana apa yang engkau baru
dengarkan itu."
Utbah pulang menemui sahabat-sahabatnya. Sebagian di antara mereka berkata kepada sebagian
yang lain: "Kami bersumpah dengan asma Allah, sungguh, Abu Al-Walid datang ke temp at kalian
dengan wajah yang berbeda dengan wajah saat ia berangkat."
saat Utbah telah duduk, mereka berkata kepadanya: "Apa yang telah terjadi, wahai Abu Al-Walid?"
Utbah menjawab: "Demi Allah, baru saja aku mendengar perkataan yang belum pernah aku dengar
sebelum ini. Demi Allah, perkataan ini bukan syair, bukan sihir, bukan perdukunan. Wahai orang-
orang Quraisy, dengarkan aku! Serahkan perkara Quraisy kepadaku, biarkanlah orang itu dengan apa
yang ia lakukan, dan biarkanlah dial, Demi Allah, ucapannya yang aku dengar tadi pada suatu saat akan
menjelma menjadi kekuatan yang besar. Jika saja ucapannya ini dimiliki orang-orang Arab,
mereka sudah merasa cukup dengannya tanpa kalian. Jika ia berhasil mengalahkan orang-orang Arab,
maka kekuasaannya ialah kekuasaan kalian, dan kejayaannya yaitu kejayaan kalian juga, lalu
kalian menjadi manusia yang paling berbahagia sebab nya." Mereka berkata: "Ia telah menguna-
guniai mu dengan mantranya, wahai Abul Walid." Utbah berkata: "Ini hanya pendapatku saja tentang
dia. Terserah kalian, mau menerima atau tidak?!"31
Apa yang Terjadi Antara Rasulullah dengan Tokoh-tokoh Quraisy dan Tafsir Surat Al-Kahfi
Ibnu Ishaq berkata: Pasca kejadian ini , Islam menyebar luas di Makkah baik di kalangan laki-laki
maupun wanita-wanita di kabilah-kabilah Quraisy. Orang-orang Quraisy memenjara dan menyiksa
siapa saja yang bisa mereka tangkap, sebagaimana disampaikan kepadaku oleh sebagian orang
berilmu dari Sa id bin Jubair dan dari Ikrimah, mantan budak Ibnu Abbas dari Abdullah bin Abbas
(Radhiyallahu Anhuma,).32
Maka berkumpullah tokoh-tokoh Quraisy Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Abu Sufyan bin Harb,
An-Nadhr bin Al-Harts bin Kildah saudara Bani Abduddar, Abu Al-Bakh- turi bin Hisyam, Al-Aswad bin
Al-Muthalib bin Asad, Zam'ah bin Al-Aswad, Al-Walid bin Al-Mughirah, Abu Jahal bin Hisyam, Abdullah
bin Abu Umayyah, Al-Ash bin Wail, Nubaih Munabbih, mereka Umayyah bin Khalaf dan lainnya.
Mereka mengadakan rapat sesudah matahari terbenam di belakang Ka'bah. Sebagian dari mereka
berkata kepada sebagian yang lain: "Pergilah salah seorang dari kalian kepada Muhammad lalu
bicaralah dengannya, dan berdebatlah dengannya hingga kalian bisa mengajukan argumen-argumen."
Mereka mengutus seseorang dengan membawa pesan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam:
"Sebetulnya kaummu sedang berkumpul membicarakan sepak terjangmu. Mereka
mengundangmu untuk berdiskusi. Oleh sebab itulah, pergilah engkau ke tempat mereka berkumpul!"
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan bergegas mendatangi mereka sebab mengira ada per-
ubahan sikap positif pada mereka. Beliau menaruh perhatian demikian besar kepada mereka,
mengharapkan mereka memperoleh petunjuk, dan sedih atas kerusakan mereka. saat beliau telah
duduk bersama mereka, salah seorang dari mereka berkata: "Muhammad, Demi Allah, kami belum
pernah melihat ada seorangpun dari Arab yang bersikap lancang kapada kaumnya melebihi sikap
lancanganmu kepada kaummu. Sungguh, engkau telah menghina para leluhur. Engkau mencela agama
dan melecehkan sesembahan kami. Engkau mendungu-dungukan mimpi-mimpi dan mencerai-
beraikan. Jika tujuan dakwahmu menginginkan harta kekayaan, maka akan kami himpun seluruh
kekayaan kami hingga engkau menjadi orang terkaya di antara kami. Jika tujuannya kehormatan, maka
kami akan angkat engkau sebagai pemimpin kami. Jika engkau ingin menjadi raja, kami angkat sebagai
raja kami. Jika apa yang engkau alami yaitu sebab bisikan makhluk halus yang tidak mampu engkau
usir, maka kami akan mencari dokter dan mengeluarkan biaya yang besar hingga engkau sembuh
darinya."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada mereka: "Apa kalian membicarakan sepak
terjang aku? Dakwahku sama sekali tidak bertujuan mendapatkan kekayaan, kehormatan atau
kekuasaan atas kalian. Allah mengutusku kepada kalian sebagai Rasul, menurunkan Al-Kitab kepadaku,
dan memerintahkanku memberi kabar gembira dan peringatan untuk kalian. Aku sampaikan firman-
firman Tuhanku kepada kalian dan memberi nasihat kepada kalian. Jika kalian menerima apa yang aku
bawa, maka selamatlah kalian di dunia dan akhirat. Sebaliknya jika kalian menolak, aku bersabar
terhadap perintah Allah hingga Dia memutuskan persoalan di antara kita. "Atau seperti yang
disabdakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam."
Pentolan-pentolan Quraisy berkata: "Wahai Muhammad, jika engkau tetap keras kepala seperti ini
maka, ketahuilah, bahwa tidak ada seorang pun yang lebih sempit daerahnya, dan lebih sedikit
persediaan airnya, dan lebih keras kehidupannya dari kami. Oleh sebab itu, berdoalah kepada
Tuhanmu agar Dia menggoncang gunung-gunung yang menyempitkan kami, meluaskan daerah kami,
mengalirkan sungai-sungai seperti Sungai Syam dan Irak untuk kami di dalamnya. Membangkitkan
leluhur kami, dan hendaknya di antara leluhur yang dibangkitkan untuk kami yaitu Qushay bin Kilab,
sebab ia orang tua yang benar, lalu kita bertanya kepada mereka apakah yang engkau katakan;
benar atau salah? Jika leluhur kita membenarkanmu dan engkau mengerjakan apa yang kami minta
kepadamu, kami akan membenarkanmu, mengakui kedudukanmu di sisi Allah, dan bahwa Allah
mengutusmu sebagai Rasul sebagaimana yang engkau utarakan."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada mereka: "Aku diutus kepada kalian bukan
untuk mengabulkan permohonan mistis kalian. Sebetulnya Allah mengutusku kepada kalian
dengan apa yang kalian saksikan saat ini. Sungguh, telah aku sampaikan kepada kalian firman Tuhanku.
Jika kalian menerimanya, itulah keselamatan kalian di dunia dan akhirat. Jika kalian kerasa kepala, aku
tetap akan bersabar dalam menjalankan perintah Allah Ta'ala hingga Dia memutuskan persoalan di
antara kita."
Mereka berkata: "Jika engkau tidak mau mengerjakan apa yang kami kita, maka kerjakanlah untuk
dirimu sendiri. Mintalah Tuhanmu mengutus malaikat bersamamu yang membenarkan apa yang
engkau katakan dan meminta pendapat kami tentang dirimu. Mohonlah pada Tuhanmu untukmu agar
memberi untukmu taman-taman, istana-istana, dan kekayaan dari emas dan perak hingga engkau
menjadi kaya dengannya, sebab engkau berada di pasar seperti halnya kami dan mencari kehidupan.
Kami mengetahui kelebihan dan kedudukanmu di sisi Tuhanmu jika engkau benar-benar Rasul
sebagaimana pengakuanmu."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku tidak akan melakukan itu semua, dan aku tidak
akan meminta itu semua kepada Tuhanku, serta aku tidak diutus kepada kalian dengan untuk semua
itu. Namun Allah mengutusku sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, atau
sebagaimana yang beliau sabdakan. Jika kalian menerima apa yang aku bawa, itulah keberuntungan
kalian di dunia dan akhirat. Jika kalian menolaknya, aku bersabar dalam menjalankan perintah Allah
hingga Allah memutuskan masalah yang terjadi di antara kita."
Pentolan-pentolan Quraisy itu berkata: Jika ucapanmu memang benar, maka turun- kanlah awan dari
langit sebab engkau mengatakan bahwa jika Allah berkehendak, Dia pasti melakukannya. Sungguh,
kami tidak akan beriman kepadamu jika engkau tidak bisa membuktikan kesaksitanmu."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jika itu dikehendaki Allah pada kalian, pasti itu akan
terjadi."
Tokoh-tokoh Quraisy berkata: "Hai Muhammad, apakah Tuhanmu yang menurunkan ini semua,
bahwa kami akan bertemu denganmu disini, lalu kami menanyakan ini kepadamu, dan meminta ini
semua kepadamu. Dia mendatangimu untuk mengajarimu sesuatu yang bisa engkau jadikan argumen
untuk menjawab pertanyaan kami dan Dia menerangkan kepadamu tentang apa yang akan Dia
lakukan terhadap kami jika menolak apa yang engkau bawa? Sungguh, kami telah mendengar berita
bahwa engkau berguru pada seseorang dari Yamamah yang bernama Ar-Rahman. Demi Allah, kami
tidak pernah beriman kepada Ar-Rahman. Wahai Muhammad, kami telah menawarkan banyak hal
kepadamu. Demi Allah, kami tidak membiarkanmu sesuka hati berdakwah hingga kami berhasil
memerangimu atau engkau yang memerangi kami."
Salah seorang dari pentolan Quraisy berkata: "Kami menyembah para malaikat, sebab mereka yaitu
anak-anak perempuan Allah."
Ucapan mereka diabadikan dalam Al- Qur'an:
Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air
dari bumi untuk kami, atau kamu memiliki sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan
sungai-sungai di celah kebun yangderas alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas
kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan
muka dengan kami. (QS. al-Israa': 90-92)
Usai mengatakan itu kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, beliau bangkit dan diikuti
Abdullah bin Abu Umayyah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum yang merupakan
saudara misannya, dan suami Atikah binti Abdul Muthalib. Abdullah bin Abu Umayyah berkata kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: Hai Muhammad, kaummu telah mengajukan demikian banyak
tawaran menggiurkan kepadamu, namun semuanya kau tolak. Mereka memintamu bukti akan
kedudukanmu di sisi Allah sebagaimana pengakuanmu, agar membenarkanmu, dan mengikutimu,
namun engkau tidak juga mengabulkannya. Mereka memintamu menunjukkan kesaktianmu hingga
mereka mengetahui kelebihanmu atas mereka dan kedudukanmu di sisi Allah, namun engkau tidak
juga mampu membuktikannya. Mereka meminta percepatan siksa yang engkau ancamkan kepada
mereka, namun engkau tidak juga mewujudkannya" -atau sebagaimana dikatakan Abdullah bin Abu
Umayyah. "Demi Allah, sampai kapan pun aku tidak akan pernah mengimanimu hingga engkau
membangun tangga ke langit, lalu engkau naik ke langit melalui tangga itu dan aku melihatmu
tiba di sana, sesudah itu engkau mengambil empat malaikat yang memberi kesaksian untukmu bahwa
yang engkau katakan memang benar. Demi Allah, jika engkau tidak mau melakukannya, jangan
harapkan aku membenarkanmu." lalu Abdullah bin Abu Umayyah pergi meninggalkan
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan Rasulullah sendiri pulang dengan perasaan sedih dan duka
cita sebab tidak tercapainya keingin an beliau pada mereka saat mendakwahi mereka, dan sebab
melihat mereka menjauh dari beliau.
Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bangkit meninggalkan mereka: Abu Jahl berkata:
"Wahai orang-orang Quraisy, Sebetulnya Muhammad masih seperti dulu tidak mau berhenti
mencela agama kita, menghina leluhur kita, mendungu-dungukan mimpi-mimpi kita, dan menghina
sesembahan kita. Sungguh aku berjanji kepada Allah, besok pagi aku akan memukulnya dengan batu.
Jika ia sujud dalam shalatnya, aku akan melempar kepalanya dengan batu itu. Jika itu terjadi, maka
serahkan aku atau lindungi aku. sesudah itu Bani Abdu Manaf bebas melakukan apa saja yang mereka
suka." Mereka berkata: "Demi Allah, kami tidak menyerahkanmu selama-lamanya. Lakukanlah apa
yang engkau mau!"
Ibnu Ishaq berkata: Keesokan pagi, Abu Jahal telah menyiapkan batu sebagaimana yang dia janjikan,
lalu duduk menunggu kedatangan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Sementara itu
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berbuat sebagaimana hari-hari yang lalu. Di Makkah, kiblat
beliau menghadap ke Syam. Jika beliau shalat, beliau shalat di antara rukun Yamani dan Hajar Aswad
dan menjadikan Ka'bah di antara beliau dengan Syam. Lalu beliau berdiri melakukan shalat. Orang-
orang Quraisy pun berkumpul di ruang pertemuan mereka untuk melihat apa yang akan diperbuat
Abu Jahal kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. saat sujud, Abu Jahl mengambil batu dan
berjalan ke arah Rasulullah. saat dekat pada beliau, ia malah lari ketakutan dengan wajah berubah
pucat pasi dan kedua tangannya tiada lagi memegang batu itu hingga batu itupun terjatuh dari
tangannya.
Orang-orang Quraisy bergegas berdiri menemui Abu Jahal, dan berkata: "Apa yang terjadi denganmu
wahai Abu Jahal?" Abu Jahal berkata: "Aku berjalan kepada Muhammad untuk melakukan apa yang
aku katakan pada kalian semalam. Saat aku dekat dengannya, tiba-tiba muncullah seekor unta. Demi
Allah, aku belum pernah melihat kepala unta, pangkal lehernya, dan taringnya seperti unta itu. Aku
sangat takut unta ini akan menerkam diriku."
Ibnu Ishaq berkata: Ada yang menyebut kan, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Itulah
Malaikat Jibril. Jika Abu Jahl tetap mendekat, pasti ia menerkam Abu Jahal."33
saat Abu Jahl mengalami tekanan seperti itu, maka bangkitlah An-Nadhr bin Al-Harits bin Kaladah
bin Abdu Manaf bin Abduddar bin Qushay. Ibnu Hisyam menyatakan, dia disebut An-Nadhr bin al-
Harits bin Alqamah bin Kaladah bin Abdu Manaf, lalu berkata: "Wahai orang-orang Quraisy,
demi Allah, sungguh telah datang kepada kalian sesuatu yang tidak bisa kalian berkilah darinya.
Sungguh sebelum ini Muhammad di mata kalian yaitu anak muda belia, orang yang paling diterima
di sisi kalian, orang yang paling benar ucapannya, dan orang yang paling tampak kejujurannya. Hingga
saat kalian lihat dia mulai beruban dan dia datang kepada kalian dengan ajaran yang dibawanya,
kalian lalu menuduhnya sebagai penyihir. Tidak, demi Allah, ia bukan penyihir, sebab kita telah
mengetahui penyihir, sihirnya dan buhul-buhulnya. Kalian menuduhnya sebagai dukun. Tidak, demi
Allah, ia bukan seorang dukun, sebab kita sudah sangat paham tentang dukun dan mendengar
mantera mereka. Kalian menuduhnya sebagai seorang penyair. Tidak, demi Allah, ia bukan penyair,
sebab kita sudah mengetahui syair, dan menyimak jenis-jenisnya. Kalian menuduhnya orang gila.
Tidak, demi Allah, ia bukan orang gila, sebab kita sudah pernah menyaksikan orang gila; tangisannya,
keragu-raguannya, dan kekacauan pikirannya. Wahai orang-orang Quraisy, pikirkan persoalan kalian
ini dengan cermat, sebab demi Allah, sebuah masalah besar telah merongrong kehidupan pada
kalian."
An-Nadhr bin AI-Harits termasuk gembong-gembong Quraisy, orang yang menganiaya Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan membuka front permusuhan dengan beliau. Ia pernah pergi ke Al-
Hirah dan di sana ia sering mendengar cerita-cerita tentang raja-raja Persia, kisah-kisah tentang
Rustum, dan Isfandiyar. Jika Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkhotbah di satu tempat untuk
mengajak kaumnya ingat kepada Allah, mengingatkan mereka tentang hukuman Allah yang diterima
orang-orang sebelum mereka, dan sesudah itu beliau beranjak meninggalkan tempat ini , maka
An-Nadhr bin Al- Harits duduk di tempat yang sama, lalu berkata: "Demi Allah, wahai orang-
orang Quraisy, ucapanku lebih bagus daripada ucapan Muhammad. Sekarang kalian kemarilah,
niscaya aku sampaikan kepada kalian tutur kata yang jauh lebih indah daripada perkataan
Muhammad!" lalu An-Nadhr bin Al-Harits bercerita kepada mereka kisah tentang raja-raja
Persia, Rustum, dan Isfandiyar. Ia berkata: "Ucapan Muhammad yang mana yang lebih bagus daripada
ucapanku?"
Ibnu Hisyam berkata: An-Nadhr bin Al-Harits inilah, yang mengatakan: "Aku akan menerima wahyu
seperti yang diturunkan Allah."
Ibnu Ishaq berkata: Seperti disampaikan kepadaku bahwa Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu berkata: Al-
Qur'an menurunkan delapan ayat tentang An Nadhr bin Al-Harits. Yaitu firman Allah Ta'ala:
jika dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "(Ini yaitu ) dongeng-dongengan orang-
orang dahulu kala." (QS. al-Qalam: 15) Dan semua ayat yang di dalamnya ada kata Al-Asaathir
(dongeng) dalam Al- Qur'an.
Usai mengatakan itu An-Nadhr bin Al- Harits, orang-orang Quraisy mengutus bersama Uqbah bin Abu
Mu'ith untuk menemui pendeta-pendeta Madinah. Orang-orang Quraisy berpesan pada keduanya:
"Bertanyalah kalian berdua kepada rabi-rabi Yahudi tentang Muhammad, sifat-sifatnya, dan jelaskan
ucapannya kepada mereka, sebab mereka yaitu orang-orang yang pertama kali diberi kitab yang
memiliki pengetahuan tentang para nabi yang tidak kita ketahui." Keduanya berangkat ke
Madinah. Sesampainya di sana, mereka bertanya kepada rabi-rabi Yahudi tentang Muhammad
Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sembari menjelaskan sifat-sifat dan sebagian ucapan beliau kepada
mereka. Keduanya berkata kepada mereka: "Sebetulnya kalian memiliki Kitab Taurat, dan kami
datang kepada kalian untuk bertanya tentang sahabat kami."
Ibnu Ishaq berkata: rabi-rabi Yahudi itu berkata kepada kedua utusan Quraisy: "Tanyakan tiga hal
kepada sahabatmu itu. Jika ia mampu menjawab ketiga hal ini , ia memang seorang Nabi
sekaligus Rasul. Jika tidak bisa menjawabnya, pasti ia berdusta dan kalian akan tahu belangnya.
Tanyakan kepadanya mengenai pemuda-pemuda (Ashabul Kahfi) yang meninggal pada periode
pertama dan bagaimana kabar tentang mereka? Sebab mereka memiliki kisah yang menarik.
lalu tanyakan kepadanya tentang seorang pengembara yang menjelajahi timur dan barat
seperti apa kisahnya? Lalu tanyakan padanya tentang ruh, apakah ruh itu? Jika sahabatmu bisa
menjawab ketiga pertanyaan ini , ia seorang Nabi dan kalian harus mengikutinya. Jika tidak bisa
menjawabnya, berarti ia ber kata bohong dan terserah kalian mau berbuat apa saja kepadanya."
lalu An-Nadhr bin AJ-Harits dan Uqbah bin Abu Mu'aith bin Abu Amr bin Umayyah bin Abdu
Syams bin Abdu Manaf bin Qushay kembali pulang ke Makkah. saat meeka berdua bertemu kembali
dengan orang-orang Quraisy, mereka berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Quraisy,
Sebetulnya kami datang membawa kabar kepada kalian. Rabi-rabi Yahudi menyuruh kita
menanyakan tiga perkara kepada Muhammad. Jika mampu menjawabnya, berarti ia betul seorang
Nabi. Jika tidak mampu menjawabnya maka artinya ia berkata bohong dan kalian bebas menilainya
seperti apa saja."
Maka merekapun menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan bertanya kepada beliau: "Hai
Muhammad, ceritakan kepada kami tentang anak-anak muda (Ashabul Kahfi) yang meninggal dunia
pada periode pertama, sebab mereka memiliki kisah yang menarik hati, kisah seorang
pengembara yang menjelajahi dunia timur dan barat serta tentang ruh?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Semua pertanyaan kalian aku jawab besokpagi." Rasulullah mengatakan itu
tanpa ada embel-embel insya Allah. sesudah itu. mereka berbalik pulang meninggalkan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Menurut banyak pakar sejarah, selama lima belas malam Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak menerima wahyu. Malaikat Jibril tidak datang kepada beliau, hingga
membuat gusar warga Makkah. Mereka berkata: "Muhammad berjanji memberi jawaban atas
pertanyaan kita besok pagi, sedangkan waktu sudah berjalan lima belas malam, namun sam- pai kini
ia belum memberi jawaban apapun atas pertanyaan kita." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
sangat berduka sebab wahyu terputus dari beliau. Beliau bersedih hati sebab komentar orang-orang
Quraisy terhadap dirinya. Baru sesudah itu datanglah Malaikat Jibril datang kepada beliau dari Allah
Azza wa Jalla dengan membawa surat QS. Al Kahfi. Dalam surat ini , Allah mencela ucapan
mereka yang membuat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersedih, menjelaskan kepada beliau
berita sekitar pertanyaan mereka, tentang pemuda-pemuda yang mereka maksud, sang pengembara,
dan masalah ruh."
Ibnu Ishaq berkata: Dikatakan kepadaku bahwa saat Malaikat Jibril datang, Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam berkata: "Sungguh engkau meninggalkanku wahai Jibril, hingga aku berburuk sangka
kepadamu." Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam:
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang
ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya,
dan tidaklah Tuhanmu lupa. (QS. Maryam: 64)
Allah Yang Mahatinggi membuka surat ini dengan memuji diri-Nya dan menjelaskan kenabian
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan pengingkaran mereka. Allah Ta'ala berfirman:
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak
mengadakan kebengkokan di dalam- nya; (QS. al-Kahfi: 1)
Yakni, Muhammad engkau yaitu Rasul dari-Ku, dan sebagai jawaban atas pertanyaan mereka
tentang kenabianmu.
dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, (QS. al-Kahfi: 1-
2)
Yakni, Al Quran itu lurus dan tidak ada sesuatu yang saling bertentangan di dalamnya.
Untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah (QS. al-Kahfi: 2)
Yakni, untuk memperingatkan adanya siksaan Allah di dunia dan siksa nan pedih di akhirat dari sisi
Tuanmu yang mengutusmu sebagai Rasul.
Dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal shaleh,
bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-
lamanya. (QS. al-Kahfi: 2-3)
Yaitu negeri keabadian dimana mereka tidak pernah mati di dalamnya. Mereka yang dimaksud yaitu
orang-orang yang membenarkan apa yang engkau bawa di saat orang-orang lain mendustakanmu,
dan mereka mengerjakan amal-amal perbuatan yang diperintahkan kepada mereka.
Dan untuk memperingatkan kepada orang- orang yang berkata: "Allah mengambil seorang anak. (QS.
al-Kahfi: 4)
Yaitu orang-orang Quraisy yang berkata: "Sesunggunya kita menyembah para Malaikat, sebab
mereka yaitu anak-anak perempuan Allah.”
Mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan tentang hal itu, begitupula nenek moyang mereka
(QS. al-Kahfi: 5), yakni yang membesarkan perpecahan mereka dan mengungkap aib agama mereka.
Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka (QS. al-Kahfi: 5) sebab ucapan mereka
bahwa para malaikat yaitu anak-anak perempuan Allah.
Mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh
dirimu (QS. al-Kahfi: 5-6). Maksudnya, apakah engkau akan membunuh dirimu wahai Muhammad atas
apa yang mereka lakukan jika mereka tidak beriman dengan Kitab ini? Tatkala kau tidak dapatkan apa
yang diharapkan dari mereka, maka jangan pernah lakukan itu.
Ibnu Hisyam berkata: Bakhi'un nafsaka, yakni menghancurkan dirimu, sebagaimana dikatakan kepada
saya oleh Abu Ubaidah. Dzu Rumah berkata:
Wahai orang yang menghancurkan dirinya sendiri
Dengan sesuatu takdir yang ditetapkan yang dicabut darinya
Bentul flural dari bakhi' yaitu bakhi'un dan bait di atas yaitu penggalan dari syairnya. Orang Arab
berkata: Bakha'tu lahu nushi wa nafsi yakni aku telah berusaha keras untuknya:
Mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh
dirimu (QS. al-Kahfi: 5-6).
Allah Yang Mahatinggi berfirman:
Sebetulnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya (QS. al- Kahfi: 7)
Ibnu Ishaq berkata: Yakni siapa saja yang paling mengikuti perintahku dan taat padaku?
Ibnu Ishaq berkata: Allah Yang Maha tinggi juga berfirman:
Dan Sebetulnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata
lagi tandus. (QS. AI Kahfi: 8)
Maksud firman Allah: 'Shaidan, artinya bumi. Maksudnya: "Sebetulnya apa saja yang ada di atas
bumi pasti mengalami kematian, dan bahwa tempat kembali yaitu kepada-Ku, lalu Aku
menghisab semua orang sesuai dengan amal perbuatannya. Oleh sebab itulah, engkau, wahai
Muhammad, jangan berduka cita dan bersedih hati atas apa yang engkau dengar dan atas apa yang
engkau
lihat selama ini.
Ibnu Hisyam berkata: Ash-Sha'idu artinya bumi dan jamaknya ash-shu'udu. Arti lain ash-sha'idu ialah
jalan. Dijelaskan dalam hadits: 'Janganlah kalian duduk di jalan-jalan (shuu'adaat)."34
Arti kata ash-shu'udaat pada di atas ialah jalan-jalan. Arti kata al-juruzu pada ayat di atas berarti bumi
yang kering-kerontang. Jamaknya ialah ajraaz. Sanatun juruzun atau sinunun ajraazun artinya tahun-
tahun dimana hujan tidak turun di dalamnya dan terjadi kekeringan, kemarau berkepanjangan. "
Ibnu Ishaq berkata: Lalu Allah memberi jawaban atas pertanyaan mereka tentang anak-anak muda
dengan berfirman:
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang memiliki ) raqim itu, mereka
termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (QS. al-Kahfi: 9), yakni boleh jadi di
antara tanda-tanda kekuasaan-Ku, misalnya argumen-argumen-Ku yang Aku karuniai kepada hamba-
hamba-Ku itu jauh lebih mengherankan menakjub- kan daripada kisah tentang pemuda-pemuda
ini . "
Ibnu Hisam berkata: Ar-Raqiimu pada ayat diatas ialah kitab yang memuat kisah tentang mereka.
Jamaknya ialah ar-ruqumu. Ru'bah bin Al Ajjaj berkata:
Tempat penyimpanan kitab yang memuat (nomor-nomor)
Bait diatas yaitu penggalan dari syair-syair Ru'bah bin Al-Ajjaj.
Ibnu Ishaq berkata: lalu Allah Ta'ala berfirman:
(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa:
"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami
petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam
gua itu, lalu Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua
golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu).
Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. (QS. al-Kahfi: 10-13), bi al-
haqqi maksudnya, dengan berita yang benar tentang mereka. lalu Allah Ta'ala berfirman:
Sebetulnya mereka itu yaitu pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami
tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka
berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami yaitu Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak
menyeru Tuhan selain Dia, Sebetulnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang
amat jauh dari kebenaran." (QS. al-Kahfi: 13-14). Yakni pemuda-pemuda ini tidak
menyekutukan-Ku sebagaimana kalian menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak kalian ketahui.
Ibnu Hisyam berkata: Kata syathathan pada ayat di atas artinya melampaui batas dan melanggar
kebenaran. A'sya Bani Qais bin Tsa'labah berkata:
Mereka tidak akan berhenti, begitu juga orang yang melampaui batas
Laksana serbuan yang kehilangan minyak dan lampu
Bait diatas yaitu penggalan syair-syair A'sya Bani Qai Tsa'labah.
Ibnu Ishaq berkata: lalu Allah Yang Maha tinggi berfirman:
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di sembah). Mengapa mereka
tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) (QS. al-Kahfi: 15)
Makna kata sulthaanin bayyinin pada ayat ini yaitu argumentasi yang kuat. lalu Allah
berfirman:
Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orangyang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?
Dan jika kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah
tempat berlindungke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya
kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. Dan kamu akan
melihat matahari saat terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu
terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua
itu. (QS. al-Kahfi: 15-17)
Ibnu Hisyam berkata: Arti tazaawaru pada ayat di atas yaitu condong. Kata ini beasal dari kata
az-zawaru. Umru'u Al Qais bin Hujr berkata:
Sebetulnya aku yaitu penguasa, jika aku kembali sebagai raja
Yang dari mereka, Anda melihat orang yang diborgol itu condong
Ini yaitu penggalan syair miliknya.
Abu Zahf al-Kulaibi berkata menggambarkan semua negeri:
Tanah bergaram bukanlah tempat yang kami condong
Tuk bekerja tanpa air selama lima hari yang membuat unta kurus
Dua bait ini yaitu penggalan syairnya. Taqridhuhum Dzaat al-Syimal artinya bahwa matahari
menjauhi meninggalkan mereka dari sisi kiri.
Dzu Rummah berkata:
Pada unta yang bertandu dia menggigit pasir yang bundar di sebuah tempat
Di sisi kiri sedangkan di sisi kanan yaitu para penunggang kuda
Bait ini yaitu penggalan syair miliknya.
Al Fajwah artinya tempat yang luas dan jamaknya al-fija'u. Salah seorang penyair berkata:
Engkau sandangkan kehinaan dan kekurangan kepada kaummu
Hingga darah mereka keluar hukum dan mereka meninggalkan negeri yang luas
lalu Allah Yang Mahatinggi berfirman:
Itu yaitu sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. (QS. Al Kahfi: 17) Yakni, inilah hujjah atas
orang-orang dari Ahli Kitab yang mengetahui cerita pemuda-pemuda ini . Untuk menguji
validitas kenabianmu apakah engkau mampu menjawab tentang mereka atau tidak?
lalu Allah berfirman:
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialahyang mendapatpetunjuk; dan barang siapa
yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorangpemimpin pun yang dapat memberi
petunjuk kepadanya. Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-
balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka
pintu gua. (QS. A1 Kahfi: 17-18).
Ibnu Hisyam berkata: Al-washiid artinya pintu. A1 Absi yang bernama asli Ubaid bin Wahb berkata:
Di bumi lapang yang pintunya tidak ditutup untukku
Dan kebaikanku didalamnya tak mungkin tuk diingkari
Bait diatas yaitu penggalan syair-syair Al-Absi.
Arti lainnya dari al-washiid ialah hala- man. Jamaknya "al-washaa'idu, al-wushudu, al-wushdaan, al-
ushudu, dan al-ushdaan."
Ibnu Ishaq berkata: Lalu Allah Ta'ala berfirman:
Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan
(diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka. Dan demikianlah
Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah
seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini?)." Mereka menjawab: "Kita
berada (di sini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui
berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota
dengan membawa uangperakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik,
maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut, dan
janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun. Sebetulnya jika mereka dapat
mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu
kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung untuk selama-
lamanya.” Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu
mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan
padanya. saat orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata:
"Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka."
Orang- orangyang berkuasa atas urusan mereka ber- kata: "Sebetulnya kami akan mendirikan
sebuah rumah peribadatan di atasnya." (QS. al-Kahfi: 18-21)
lalu Allah Taala berfirman:
Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) yaitu tiga orang yang ke- empat yaitu
anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(Jumlah mereka) yaitu lima orang yang keenam yaitu
anjingnya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; (QS. al-Kahfi: 22).
Mereka pada ayat di atas yaitu rahib- rahib Yahudi yang menyuruh orang-orang Quraisy bertanya
kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tentang pemuda-pemuda ini . Rajman bilghaib
maksudnya, mereka sendiri tidak memiliki ilmu pengetahuan yang pasti tentang pemuda-pemuda
ini . Lalu Allah Taala berfirman:
dan (yang lain lagi) mengatakan: "(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan yaitu anjingnya."
Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan)
mereka kecuali
Yakni, janganlah engkau bertanya mengenai pemuda-pemuda ini kepada mereka sendiri sebab
mereka tidak memiliki ilmu pemgetahuan yang pasti tentang mereka itu. Lalu Allah Ta'ala
berfirman:
Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sebetulnya aku akan mengerjakan
itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah." Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu
lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat
kebenaran- nya daripada ini." (QS. al-Kahfi: 23-24).
Yakni, janganlah sebab di tanya seperti itu engkau mengatakan akan menjawabnya besok pagi seperti
yang engkau katakan sebelumnya. Tapi katakanlah insya Allah. Ingatlah engkau kepada Allah jika
engkau lupa, dan katakanlah, "Semoga Allah memberiku petunjuk untuk bisa menjawab apa yang
mereka tanyakan kepadaku, sebab engkau tidak mengetahui apa yang dikerjakan pemuda- pemuda
ini .
Lalu Allah berfirman:
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ra- tus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (QS. Al-
Kahfi: 25)
Yakni, rahib-rahib Yahudi akan mengatakan perkataan ini . lalu Allah berfirman:
Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan- Nya-lah
semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terangpenglihatan-Nya dan alangkah tajam
pendengaran-Nya; tak ada se- orangpelindungpun bagi mereka selain dari- pada-Nya; dan Dia tidak
mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan." (QS. al-Kahfi: 26).
Yakni, semua yang mereka tanyakan ituf Allah Mahamengetahui.
Ibnu Ishaq berkata: Allah Taala berfirman tentang pertanyaan mereka perihal seorang pengembara:
Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Zulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan
kepadamu cerita tentangnya." Sebetulnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka)
bumi, dan Kami telah memberi kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, (QS. al-Kahfi:
83-84).
Di antara berita tentang Dzu Al-Qarnain ialah bahwa ia diberi beragam nikmat yang tidak dikarunikan
kepada orang lain. Antara lain, jalan-jalan terbentang untuknya hingga ia berjalan melakukan
pengembaraan dari timur ke barat. Setiap kali ia menjejakkan kakinya di suatu negeri, maka ia akan
berhasil menguasai warga setempat. Ia melakukan pengembaraan hingga tiba ke negeri-negeri
yang tidak berpenghuni.
Ibnu Ishaq berkata: Orang yang mendapatkan berita-berita dari orang-orang non-Arab berkata
kepadaku: Dzu Al-Qarnaini berasal dari Mesir. Ia bernama asli Marzuban bin Mardziyah Al-Yunani. Ia
berasal dari anak keturunan Yunan bin Yafits bin Nuh.
Ibnu Hisyam berkata: Nama aslinya yaitu Iskandar. Dialah orang yang membangun kota Iskandariyah
(Mesir), lalu kota Iskandariyah diberi nama dengan namanya.
Ibnu Ishaq berkata: Tsaur bin Yazid berkata kepadaku dari Khalid bin Madan Al-Kala'i bahwa Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya mengenai Dzu Al-Qarnain, lalu beliau bersabda: Ia
seorang malaikat yang mengukur dengan tali dari bawahnya.
Khalid berkata bahwa Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu mendengar seseorang memanggilnya:
"Wahai Dzu Al-Qarnaini" Umar bin Khaththab berkata: "Ya Allah, ampunilah dia! Tidaklah kalian
senang memberi nama anak-anak kalian dengan nama para nabi, hingga kalian memberi nama anak
kalian dengan nama-nama para malaikat."
Ibnu Ishaq berkata: Allah lebih tahu apa mana yang benar dari keduanya apakah Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam mengatakan itu atau tidak? Jika beliau mengatakannya, maka kebenaran ialah apa
yang beliau sabdakan.
Ibnu Ishaq berkata: Allah berfirman tentang pertanyaan mereka seputar ruh.
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan ku, dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra: 85)
Ibnu Ishaq berkata: Aku diberi tahu oleh Ibnu Abbas: Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
tiba di Madinah, rabi-rabi Yahudi bertanya, "Hai Muhammad, tahukah engkau makna ucapanmu, 'Dan
kalian tidak diberi pengetahuan melainkan sedikit. Siapakah yang dimaksud dengan kalian ini ;
kami atau kaummu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Semuanya. Dua-duanya!!"
Para rabi-rabi Yahudi berkata: "Engkau sudah membaca apa yang engkau bawa, bahwa kami diberi
Taurat. Di dalamnya ada penjelasan segala sesuatu." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
bersabda, "Sebetulnya Taurat dibanding ilmu Allah yaitu sedikit sekali. Namun kalian memiliki
sesuatu yang jika kalian lakukan, maka hal itu cukup memadai untuk kalian."35
Ibnu Abbas berkata: Lalu Allah menurunkan ayat tentang pertanyaan mereka:
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya
tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah.
Sebetulnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Luq- man: 27).
Yakni, bahwa penjelasan Taurat tentang hal ini itu sangat sedikit jika dibandingkan dengan ilmu
Allah.
Ibnu Abbas berkata: Lalu Allah menurunkan ayat kepada Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam
menyindir permintaan kaumnya agar terjadi gempa bumi maha dasyat, dan leluhur mereka yang telah
meninggal dunia dihidupkan kembali:
Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat
digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh sebab nya orang-orang yang sudah mati dapat
berbicara, (tentu Al Quran itulah dia). Sebenarnya segala itu yaitu kepunyaan Allah. (QS. ar-Ra'du:
31).
Firman Allah,'Ba/ lillahil amru jami'an', maksudnya, "aku tidak mengerjakan hal ini melainkan
sesuai Aku menghendakinya."
Ibnu Abbas berkata: Lalu Allah menurunkan ayat kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
tentang ucapan mereka, "Ambillah untuk dirimu", Orang-orang Quraisy meminta beliau membangun
untuk taman-taman, istana-istana, harta simpanan, sebagai bukti yang membenarkan apa yang beliau
katakan.
Dan mereka berkata: "Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar (mengapa
tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya, yang dia
dapat makan dari (hasil) nya?" Dan orang-orangyang zalim itu berkata: "Kamu sekalian tidak lain
hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir." Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat
perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup
(mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu). Maha Suci (Allah) yang jika Dia menghendaki,
niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik dari yang demikian, (QS. al-Furqan: 7-10).
Yakni, Mahasuci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya diadikan-Nya bagimu yang lebih baik dari
yang demikian daripada engkau berjalan-jalan di pasar dan kerja mencari kehidupan.
(yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untukmu
istana-istana. (QS. al-Furqan: 10).
Allah Ta'ala juga menurunkan ayat kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ten¬tang mereka:
Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan
dan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang
lain. Maukah kamu bersabar?; dan yaitu Tuhanmu Maha Melihat. (QS. al-Furqan: 20).
Firman Allah Ta'ala:
Yakni: "Aku menjadikan sebagian dari kalian menjadi cobaan bagi sebagian yang lain agar kalian
bersabar. Jika Aku berkehendak menjadikan dunia tunduk pada perintah rasul-rasul-KU, hal itu niscaya
terjadi."
lalu Allah Ta'ala menurunkan ayat kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tentang
ucapan Abdullah bin Abu Umayyah:
Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hitigga kamu memancarkan mata air
dari bumi untuk kami," Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu
memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami,
sebagaima- na kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka
dengan kami. Atau kamu memiliki sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami
sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab
yang kami baca" Katakanlah: "Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang
menjadi rasul?" (QS. al-Isra: 90-93).
Ibnu Hisyam berkata: pada ayat diatas ialah air yang keluar dari tanah atau selain tanah.
Jamaknya ialah yanaabi'. Ibnu Harmah yang bernama asli Ibrahim bin Ab-dullah Al
Fihri berkata:
Jika kau tumpahkan linangan air mata di setiap negeri
Maka teruskanlah segala sesuatu dan airmata- mu yang memancar
Bait di atas yaitu penggalan syair-syair Ibnu Harmah.
Al-Kisafu ialah jenis-jenis siksa. Kata tunggalnya kisfah. Al-Qabiilu artinya saling berhadapan dan
terang-terangan, seperti firman Allah pada ayat yang lain:
Kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlaku pada) umat-umat yang
dahulu atau datangnya adzab atas mereka dengan nyata. (QS. Al-Kahfi: 55)
Abu Ubaidah mendendangkan syair A'sya Bani Qais bin Tsa'labah padaku:
Aku kan temani kalian hingga melakukan hal yang sama
Laksana jeritan wanita hami yang gembira sebab kelahiran bayinya
Bait kedua bermakna, kedatangan sang wanita kepada bayinya untuk menciumnya. Bait syair di atas
yaitu penggalan syair-syair A'sya.
Ada yang mengatakan, al-qabiilu dan jamaknya ialah qabulu, artinya kelompok- kelompok. Disebutkan
dalam Al Qur'an:
Dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka (QS. al-An'am: 111).
Dikatakan Qubul yaitu jamak dari kata qabiilu sebagaimana subulu yaitu jamak dari sabilu (jalan),
atau sururu yaitu jamak dari sariru(ranjang), atau qumushu yaitu jamak dari qamishu (baju).
Al-Qabiibilu dalam sebuah pepatah dika-takan, "Maa ya'rifu qabiilan min dabiirin", maksudnya orang
itu tidak tahu apa yang akan dan apa yang telah terjadi. Al-Kumait bin Zaid berkata:
Urusan-urusan mereka menjadi kacau balau di tempat mereka
Hingga mereka tak tahu apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi
Bait-bait syair di atas yaitu penggalan syair-syair Al-Kumait bin Zaid.
Ada pula yang mengatakan, bahwa dia bermakna meminta. Jika pemintalan terjadi hingga lengan,
maka ia dinamakan al-qabii- lu. Jika pemintalan terjadi hingga ujung jari, maka dinamakan ad-dabiiru.
Jika pemintalan terjadi hingga lutut, ia dinamakan al-qabiilu. Jika pemintalan terjadi hingga pangkal
paha, maka dinamakan ad-dabiiru.
Al Qabiilu juga berarti kaumnya pihak laki-laki. Az-Zukhruf ialah emas. Al-Muzakhrafu ialah sesuatu
yang dihiasi dengan emas.
Selain itu, segala sesuatu yang dihiasi di- sebut muzakhraf.
Ibnu Ishaq berkata: Tentang ucapan mereka, "Sebetulnya kami mendapat berita bahwa engkau
diajari seseorang dari Yamamah yang bernama Ar-Rahman, dan kapan pun kami tidak akan beriman
kepada-Nya," Allah Ta'ala menurunkan ayat,
Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat
sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada mereka (Al Quran) yang Kami wahyukan kepadamu,
padahal mereka kafir kepada Tuhan YangMaha Pemurah. Katakanlah: "Dialah Tuhanku tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya
aku bertobat." (Ar-Ra'du: 30).
Tentang perkataan Abu Jahal, dan keinginannya, Allah Ta'ala menurunkan ayat berikut:
Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba saat dia mengerjakan
shalat, bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia
menyuruh bertakwa (kepada Allah)? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu
mendustakan dan berpaling? Tidakkah dia mengetahui bahwa Sebetulnya Allah melihat segala
perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik
ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka biarlah dia
memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah,
sekali-kali jangan, janganlah kamupatuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada
Tuhan) (QS. al-Alaq: 9-19).
Ibnu Hisyam berkata: Firman Allah artinya Kami pasti membetotnya dan menyeretnya.
Seorang penyair berkata:
Sebuah kaum bila mendengar teriakan keras minta tolong kau lihat mereka
Antara orang yang dikekang dan mengambil ubun-ubun
An-Nadi ialah auditorium tempat orang-orang berkumpul dan memutuskan seluruh permasalahan
mereka. Disebutkan dalam Al- Qur'an:
Apakah Sebetulnya kamu patut menda- tangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran
di tempat-tempatpertemuanmu? QS. (Al-Ankabut: 29).
Kata lain dari an-nadi ialah an-nadiyyu. Ubaid bin Al-Abrash berkata dalam syair- nya,
Kita akan berkumpul, sebab aku berasal dari BaniAsad
Kaum yang mengadakan pertemuan, kemurah- an dan kelompok (an-nadi)
Disebutkan dalam Al-Quran:
Dan lebih indah tempat pertemuannya (an Nadiyyu)? (QS. Maryam: 73) Jamaknya ialah andiyah.
Melalui ayat di atas, Allah ingin menyampaikan, "Hendaklah ia memanggil orang-orang yang ada di
auditorium (an-nadi)", seperti difirmankan Allah Taala, "Dan tanyakan kepada negeri." (QS. Yusuf: 82).
Yakni tanyakanlah kepada warga negeri ini .
Salamah bin Jandal, salah seorang dari Bani Sa'ad bin Zaid Manat bin Tamim berkata:
Ada dua hari, sehari kami melakukan konferensi dan pertemuan
Sehari lagi kami pergi menggempur musuh-musuh
Bait syair di atas yaitu sebagian dari syair-syair Salamah bin Jandal.
Persamaan kata an-nadi yaitu al-julasa' (tempat duduk).
Az-Zabaniyah ialah yang kuat dan perkasa. Maksud dari kata az-zabaniyah pada ayat di atas ialah para
malaikat yang menjaga neraka. Sedang az-zabaniyah dalam konteks dunia ialah tentara yang bertindak
sebagai pengawal. Kata tunggalnya az-zibniyyah. Tentang hal ini, Ibnu Az-Zaba'ri berkata:
Mewah pada jamuan tamu di kala perang Zabaniyah; bertulang dan berangan keras
Bait di atas yaitu pengalan dari syair-syair Ibnu Az-Zaba'ri.
Shakhr bin Abdullah Al-Hudzali yang tak lain Shakhr Al-Ghayyi berkata:
Dan dari desa Kabir (perkampungan Hudzail) banyak orangyang berwatak keras
Bait di atas yaitu penggalan syair-syair Shakr bin Abdullah.
Ibnu Ishaq berkata: Tentang kekayaan yang mereka tawarkan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam, Allah Ta'ala menurunkan ayat-Nya,
Katakanlah:
Upah apa pun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah, dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Saba': 47).
Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendakwahi orang-orang Quraisy dengan membawa
kebenaran yang sudah mereka tahu, dan mereka sadar sekali dengan kebenaran akan ucapan beliau,
dan kebenaran kenabian beliau dan tentu ilmu gaib yang beliau bawa sesudah mereka
menanyakannya, maka menebarlah kedengkian mereka padanya, pada para pengikutnya, dan
kejujuran beliau. Mereka mendurhakai Allah, tak acuh terhadap perintah-Nya, dan dengan keras
kepala mereka tetap berada dalam kekafiran. Salah seorang dari mereka berkata: sebagaimana
diabadikan dalam Al-Quran,
'Janganlah kalian dengar Al-Quran ini dengan sungguh-sungguh dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya,
supaya kalian dapat mengalahkan (mereka). ' (QS. Fushshilat: 26). Yakni, Al- Qur'an ini hanyalah bahan
ejekan, sesuatu yang tak bermanfaat, dan barang mainan, mudah-mudahan kalian bisa menang
melawannya, sebab jika pada suatu saat kalian berdebat dengannya, ia mengalahkan kalian dengan
gampang.
Suatu saat , Abu Jahal menghina Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan kebenaran yang beliau
bawa. Ia berkata: "Wahai orang-orang Quraisy, Muhammad menyatakan bahwa pasukan tempur Allah
yang menyiksa kalian di neraka dan memenjara kalian di dalamnya berjumlah sebanyak sembilan
belas, padahal jumlah kalian jauh lebih banyak. Apakah seratus orang dari kalian tidak akan mampu
menang melawan salah satu dari tentara ini . lalu Allah Taala me- nyindir ucapan Abu Jahl
ini :
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan
bilangan mereka itu melainkan untukjadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang
diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-
orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang- orang yang
di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah
dengan bilangan ini sebagai suatuperumpamaan?"Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapayang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang
mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan
bagi manusia. (QS. al-Muddatstsir: 31).
Saat salah satu dari mereka mengatakan yang demikian kepada sebagian yang lain, saat Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam membaca Al-Qur an dengan suara nyaring dalam shalatnya, mereka
menghindar dari beliau dan menolak untuk mendengarkannya. Namun sebagian dari mereka justru
ingin mendengarkan sebagian Al-Qur'an yang dibaca Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dalam
shalatnya, ia secara sembunyi-sembunyi mendengarkan tanpa sepengetahuan mereka. Jika ia
mengetahui bahwa orang-orang Quraisy mengetahui dirinya mendengarkan bacaan beliau, ia pergi
sebab takut mendapatkan sik- saan dari mereka dan tidak lagi menyimak bacaan beliau. Jika
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengecilkan volume suaranya, orang-orang yang
mendengarnya menduga bahwa mereka tidak mendengar sedikit pun bacaan beliau, bahkan beliau
yang mendengar sedikit dari suara mereka.
Ibnu Ishaq berkata: Daud bin Al-Hushain, mantan budak Amr bin Utsman berkata kepadaku dari
Ikrimah mantan budak Ibnu Abbas yang berkata bahwa Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata
kepada mereka:
"Sebetulnya ayat berikut: 'Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu', diturunkan untuk
mereka." Yakni, janganlah engkau menyaringkan suaramu hingga mereka lari darimu, dan jangan pula
mengecilkan volume sehingga orang yang ingin mendengarnya tidak dapat mendengar yaitu sebagian
orang- orang Quraisy yang mencuri-curi pendengaran sehingga barangkali ia menaruh perhatian
kepada apa yang didengarnya lalu hal ini membimbingnya pada hidayah.
Siapakah Orang yang Pertama Kali Membaca Al-Quran Secara Terbuka di Depan Umum?
Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Urwah bin Az-Zubayr bercerita kepadaku dari ayahnya yang berkata:
Orang yang pertama kali membaca Al-Qur'an secara terbuka di depan umum di Makkah sesudah
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yaitu Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu. Pada suatu
saat , sahabat- sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkumpul. Mereka berkata: "Demi
Allah, orang-orang Quraisy belum pernah mendengar Al-Qur'an yang dibaca di depan umum. Siapakah
yang berani memperdengarkannya kepada mereka?" Abdullah bin Mas'ud berkata: "Aku"! Mereka
berkata: "Kami khawatir akan nyawa. Kami ingin ada orang yang memiliki keluarga yang dapat
melindunginya dari kaum ini jika ternyata nanti mereka berbuat jahat." Abdullah bin Mas'ud
berkata: "Biarkanlah aku yang melakukannya, sebab Allah akan melindungiku." lalu Abdullah
bin Mas'ud pergi ke Maqam pada waktu Dhuha pada saat orang-orang Quraisy sedang berada di balai
pertemuan mereka.
Abdullah bin Mas'ud berdiri di Maqam ini , lalu membaca dengan suara nyaring,
Tuhan yang Maha pemurah, yang telah meng- ajarkan Al Quran. (QS. ar-Rahman: 1-2). Abdullah bin
Mas'ud melanjutkan bacaannya, sedang orang-orang Quraisy merenungkannya bahkan sebagian dari
mereka berkata: "Apa yang dibaca anak Ummu Abd ini?" Sebagian dari mereka berkata: "Dia sedang
membaca sebagian yang dibawa Muhammad". Mereka bangkit bergerak mendatangi Abdullah bin
Mas'ud lalu menghajarnya, tapi Abdullah bin Mas'ud tak bergeming dia tetap membaca surat ini
sampai ayat tertentu. sesudah itu, Abdullah bin Mas'ud baru pergi menemui sahabat-sahabatnya
dengan wajah terluka. Mereka berkata kepadanya: "Itulah yang kami khawatirkan atas dirimu."
Abdullah bin Mas'ud berkata: "Musuh-musuh Allah itu tidak lebih hina dalam pandanganku daripada
mereka sejak sekarang. Jika kalian mau, besok pagi aku akan melakukan hal yang sama. Mereka
berkata: "Jangan!! Cukuplah engkau telah memperdengarkan kepada mereka sesuatu yang tidak
mereka suka."
Siapa Saja Orang-orang Quraisy yang Menyimak Bacaan Al-Quran yang Dibaca Nabi
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri berkata kepadaku: Abu Sufyan bin
Harb, Abu Jahl bin Hisyam, dan Al-Akhnas bin Syariq bin Amr bin Wahb Ats-Tsaqafi, sekutu Bani
Zuhrah, di suatu malam keluar untuk menyimak bacaan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang
sedang melakukan shalat malam di rumahnya. Setiap orang dari mereka bertiga tidak saling
mengetahui keberadaan mereka satu sama lain. Mereka rela begadang demi mendengarkan bacaan
beliau. saat fajar menyingsing, mereka bubar, dan bertemu di salah satu jalan. Mereka saling
mengata-ngatai satu sama lain. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain: "Jangan
lakukan lagi, sebab bila kalian dilihat sebagian orang-orang yang tidak waras di antara kalian, pastilah
kalian menimbulkan rasa curiga pada diri mereka." sesudah itu, mereka berpisah. Pada malam
berikutnya, setiap orang dari mereka bertiga kembali ke mendengar bacaan Rasulullah. Mereka rela
begadang tidur guna mendengarkan bacaan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Saat fajar
merekah, mereka bubar dan kembali bertemu di salah satu jalan. Sebagian di antara mereka berkata
kepada yang lain persis seperti yang mereka katakan sebelumnya pada malam sebelumnya. sesudah
itu mereka berpisah. Pada malam berikutnya, mereka bertiga kembali mendengarkan bacaan
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. saat fajar merekah, mereka bubar dan kembali bertemu di
salah satu jalan. Sebagian dari mereka berkata kepada yang lain: "Mari kita berjanji tidak akan
mengulangi perbuatan kita ini." Mereka bertiga pun berjanji tidak mendengarkan bacaan Al-Qur'an di
rumah Muhammad, lalu pulang ke rumahnya masing-masing.
Keesokan harinya, Al-Akhnas keluar menemui Abu Sufyan di rumahnya. Sesampainya di rumah Abu
Sufyan Al-Akhnas bertanya: "Wahai Abu Hanzhalah, katakanlah kepadaku apa pendapatmu tentang
apa yang semalam engkau simak dari Muhammad?" Abu Sufyan menjawab: "Wahai Abu Tsa'labah,
demi Allah, aku mendengar beberapa yang aku tahu dan aku mengerti maksudnya. Aku juga dengar
beberapa hal yang tidak aku tahu dan tidak aku pahami maksudnya. "Al-Akhnas berkata: "Demi Allah,
aku juga seperti itu."
Lalu Al-Akhnas menuju rumah Abu Jahal. Sesampainya di rumahnya, Al-Akhnas, lalu berkata
kepada Abu Jahal: "Wahai Abu Al-Hakam, apa yang engkau dengar dari Muhammad semalam?" Abu
Jahal berkata: "Mendengar apa aku?! Bukankah kita bersaing ketat memperebutkan kehormatan
dengan Bani Abdu Manaf. Mereka memberi makan kita juga melakukan hal yang sama. Mereka
menanggung orang, kita juga melakukan hal yang sama. Mereka memberi demikian juga kita. Hingga
saat kita telah siap untuk berangkat dan kami seperti dua kuda pacuan, mereka berkata: 'Kita
memiliki Nabi yang mendapatkan wahyu dari langit'. Kapankah kita bisa mencapai hal seperti itu?
Demi Allah, aku tidak akan pernah beriman kepada Nabi ini tidak pula membenarkannya!" Al-
Akhnas berdiri dan meninggalkan Abu Jahl.
Ibnu Ishaq berkata: jika Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membacakan Al-Qur'an kepada
mereka dan mengajak kepada Allah, mereka mencemooh beliau sambil berkata: "Hati kami tertutupi
dari apa yang kamu seru kami kepadanya." Artinya, kami tidak mengerti apa yang engkau katakan.
"Dan di telinga kami ada sumbatan." Artinya, kami tidak bisa menyimak apa yang engkau katakan.
"Dan antara diri kami dan dirimu ada dinding." Artinya, ada penghalang antara kami denganmu. "Maka
bekerjalah kamu." Artinya, kerjakan apa yang mesti engkau kerjakan. "Sebetulnya kami bekerja."
Artinya, kami akan mengerjakan apa yang harus kami kerjakan. "Kami tidak mengerti apapun darimu."
lalu Allah menurunkan firman-Nya kepada beliau tentang ucapan mere