sirah nabawiyah 6


 ullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berumur dua puluh lima tahun, 

orang-orang Quraisy sepakat untuk memperbaharui pembangunan Ka'bah. Mereka ingin memberi 

atap pada Ka’bah, tapi mereka khawatir jangan-jangan hal ini  malah meruntuhkannya. Awal- 

nya Ka'bah dibangun di atas ketinggian orang pada umumnya. Oleh sebab itulah, mereka berkeinginan 

untuk meninggikannya dan memberi atap di atasnya. Akar masalahnya yaitu  sebab  adanya 

beberapa orang telah mencuri harta kekayaan yang ada di dalam Ka'bah. Padahal ia harta ini  di 

simpan di sebuah sumur di dalam Ka'bah. Barang berharga ini  ditemukan di rumah Du- waik, 

mantan budak Bani Mulaih bin Amr bin Khuza'ah. 

Ibnu Hisyam berkata: lalu  orang- orang Quraisy memenggal tangan Duwaik. 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy menuduh bahwa orang-orang yang mencuri harta dari 

Ka'bah itu dengan sengaja meletakkan hasil curiannya di rumah Duwaik. saat  itu, laut melemparkan 

perahu milik salah seorang pedagang Romawi ke Jeddah. Perahu ini  pecah berkeping. Orang- 

orang Quraisy mengambil kayu-kayunya dan menyiapkannya sebagai atap. Di kota Mekkah saat itu 

ada seorang tukang kayu yang berasal dari Mesir Qibthy. Orang inilah yang menyiapkan sebagian 

bahan untuk pembangunan Ka'bah. Pada saat mereka sedang bekerja, tiba-tiba muncul ular keluar 

dari sumur Ka'bah. Sumur ini yaitu  tempat mereka memberi  sesajian setiap hari. Ular ini  

melongokkan kepalanya mendekati tembok Ka'bah. Inilah di antara hal yang dikhawatirkan oleh 

orang-orang Quraisy, sebab  setiap kali ada yang mencoba mendekati ular ini , ia mendesis 

sambil mengangkat kepalanya dengan mulutnya. Mereka sangat takut kepada ular ini . 

Suatu saat , saat ular ini  sedang berada di tembok Ka'bah, Allah mengirim seekor burung lalu 

burung itu menerkamnya dan membawanya pergi. Melihat peristiwa ajaib ini , orang-orang 

Quraisy berkata: "Kita berharap semoga Allah meridhai apa yang akan kita kerjakan. Kita memiliki se- 

orang pekerja yang telaten, kita juga memiliki kayu. Allah telah melindungi kita dari ular kejahatan 

ini ." 

Ibnu Ishaq berkata: saat  orang-orang Quraisy telah sepakat meruntuhkan Ka'bah dan 

membangunnya kembali, berdirilah Abu Wahb bin Amr bin Aidz bin Abd bin Imran bin Makhzum, Ibnu 

Hisyam berkata bahwa Aidz yaitu  anak Imran bin Makhzum, lalu  mengambil batu dari Ka'bah, 

namun batu itu meloncat lepas dari tangannya dan kembali ke posisinya semula. Abu Wahb berkata: 

"Wahai orang-orang Quraisy, untuk pembangun- an Ka'bah ini janganlah kalian menggunakan uang 

kecuali uang yang halal. Jangan sampai ada uang hasil pelacuran, uang dari hasil riba, dan uang yang 

diambil dari manusia dengan cara yang zalim." Orang-orang Quraisy mengatakan bahwa perkataan 

ini  berasal Al-Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najin Al-Makki berkata kepadaku bahwa ia diberitahu dari 

Abdullah bin Shafwan bin Umayyah bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah bin Amr bin Hushaish 

bin Ka'ab bin Luay, bahwa ia melihat anak Ja'dah bin Hubairah bin Abu Wahb bin Amr sedang thawaf 

di Baitullah, lalu  ia bertanya kepada seseorang tentang orang ini . Ia diberi tahu bahwa 

orang ini  yaitu  anak Ja'dah bin Hubairah. Abdullah bin Shafwan berkata: Kakek orang inilah 

(Abu Wahb) yang mengambil batu dari Ka'bah tatkala orang-orang Quraisy mufakat untuk 

meruntuhkan Ka'bah, tapi batu ini  tergelincir dari tangannya dan kembali ke posisinya semua. 

lalu  Abu Wahb berkata: "Wahai orang-orang Quraisy, untuk pembangunan Ka'bah ini janganlah 

kalian menggunakan uang kecuali uang yang halal. Jangan sampai ada uang hasil pelacuran, uang dari 

hasil riba, dan uang yang diambil dari manusia dengan cara yang zalim." 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Wahb yaitu  paman ayah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Ia seorang 

yang sangat tehormat. 

Orang-orang Quraisy membagi-bagi Ka'bah. Pintu menjadi jatah Bani Abdu Manaf dan Zuhrah. Antara 

rukun Aswad rukun Yamani menjadi jatah Bani Makhzum dan kabilah-kabilah yang bergabung kepada 

mereka. Punggung Ka'bah menjadi jatah Jumah dan Sahm bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab bin Luay. 

Hajar Aswad menjadi jatah Bani Abduddar bin Qushay, Bani Asad bin Al-Uzza, dan Bani Adi bin Ka'ab 

bin Luay. 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang demikian dilanda khawatir untuk melakukan pemugaran terhadap 

Ka'bah. Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: "Akulah yang akan memulai meruntuhkan Ka'bah!" 

lalu  ia mengambil kapak, dan berdiri di depan Ka'bah, sambil berkata: "Ya Allah, kami tidak 

keluar dari agamamu, kami hanya menginginkan selain kebaikan." Ia runtuhkan Ka'bah dari arah dua 

tiang Ka'bah. Malam itu, dengan cemas orang-orang menunggu apa yang akan terjadi pada mereka. 

Mereka berkata: "Kita tunggu saja apa yang akan terjadi! Jika Al-Walid terkena sesuatu, kita tidak akan 

meruntuhkan sedikit pun dari Ka'bah lalu  kita kembalikan ia sebagaimana bentuknya semula. 

Jika tidak terjadi apa-apa pada dirinya, berarti Allah meridhai dan kita lanjutkan meruntuhkannya." 

Keesokan harinya, Al-Walid bin Al Mughirah berangkat kembali untuk meneruskan pekerjaannya. Ia 

runtuh kan Ka’bah dengan diikuti orang-orang Quraisy hingga pemugaran Ka'bah memasuki tahap 

peruntuhan pondasi Ibrahim Alaihis Salam. Pondasi ini  terbuat dari batu hijau berbentuk seperti 

punuk unta yang saling menempel lengket antara satu dengan yang lain. Ibnu Ishaq berkata: Sebagian 

orang orang meriwayatkan peristiwa ini berkata kepadaku bahwa seseorang dari Quraisy termasuk 

salah seorang yang meruntuhkan Ka'bah memasuk- kan linggis di antara dua batu untuk men- cabut 

dengan linggis itu salah satu dari dua batu ini . Tatkala batu ini  bergerak, tiba-tiba seluruh 

kota Mekkah bergetar hebat. sebab  peristiwa ini mereka menghentikan usaha mencabut batu 

ini . 

Ibnu Ishaq berkata: Aku diberi tahu bahwa orang-orang Quraisy menemukan tulisan dalam bahasa 

Suryaniyah (Syiriak) di tiang Ka'bah namun mereka tidak mengerti tulisan ini  hingga akhirnya 

salah seorang Yahudi membacakannya kepada mereka. Tulisan ini  berbunyi: "Akulah Allah 

Pemilik Bak- kah (Mekkah) ini. Aku ciptakan ia saat Aku ciptakan langit dan bumi, dan saat Aku 

cipta¬kan matahari dan bulan. Aku melindunginya dengan penjagaan tujuh malaikat yang lurus. 

Bakkah tidak akan hancur hingga dua gunung di Bakkah hancur. Penghuninya diberkahi air dan susu." 

Ibnu Ishaq berkata: Aku diberi tahu bahwa mereka menemukan tulisan di atas Ka'bah. Tulisan ini  

berbunyi, "Mekkah yaitu  Rumah Allah yang haram. Rezki nya datang dari tiga jalur. Mekkah tidak 

bisa menjadi tanah halal oleh penguasanya. " 

Ibnu Ishaq berkata: Laits bin Abu Sulaim mengatakan bahwa empat puluh tahun sebelum diutusnya 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, jika yang dikatakan Laits bin Abu Suliam ini benar, mereka 

menemukan sebuah batu di Ka’bah. Pada batu ini  ada tulisan: "Barangsiapa menabur kebaikan, 

ia menuai kebahagiaan. Barangsiapa menabur kejahatan, ia menuai penyesalan. Tidaklah mungkin 

kalian mengerjakan dosa-dosa, lalu kalian dibalas dengan kebaikan-kebaikan. Sekali-kali tidak!! 

Sebagaimana anggur tidak bisa dipanen dari tanaman duri." 

Ibnu Ishaq berkata: Seluruh kabilah di Quraisy mengumpulkan bebatuan untuk pemugaran Ka'bah. 

Setiap kabilah mengumpulkan batu sendiri-sendiri, lalu  mereka membangun Ka'bah. saat  

pembangunan memasuki tahap peletakan Hajar Aswad, terjadi selisih pendapat di antara mereka. 

Setiap kabilah ingin menempatkan Hajar Aswad ke tempatnya semula tanpa harus melibatkan kabilah 

yang lain. Itulah yang terjadi hingga terjadilah perdebatan sengit di antara mereka, membentuk kubu, 

dan merekapun bersiap-siap untuk berperang. Bani Abduddar men- datangkan cawan berisi darah, 

lalu mereka bersekutu dengan Bani Adi bin Ka'ab bin Luay untuk mati bersama dan memasukkan 

tangan mereka ke dalam mangkok darah ini . Oleh sebab  itu, mereka dinamakan La'aqatu Ad-

Dami (penyendok darah). Selama empat atau lima malam orang-orang Quraisy berada dalam kondisi 

seperti itu. Akhirnya mereka bertemu di Masjidil Haram untuk melakukan perundingan. 

Sebagian ahli sejarah menyatakan bahwa Abu Umayyah bin Al-Mughirah bin Umar bin Makhzum, 

orang tertua di kalangan Quraisy berkata: "Hai orang-orang Quraisy, biarlah konflik kalian ini 

diselesaikan oleh orang yang pertama kali masuk pintu masjid haram, dia memutuskan perkara 

kalian." Mereka mematuhi perintah Abu Umayyah bin Al-Mughirah, dan Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam yaitu  orang pertama yang masuk ke dalam masjid. Tatkala mereka melihat Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam sudah berada di dalam Masjid. mereka berkata: "Ini Al-Amien, yang 

terpercaya. Kami senang! Ini Muhammad." saat  beliau bertemu dengan mereka, maka diceritakan 

kepada beliau, lalu  beliau berkata: "Kalau demikian serahkan kain kepadaku." Kain diserahkan 

kepada beliau. Rasulullah mengambil Hajar Aswad yang diperebutkan, lalu  meletakkannya ke 

dalam kain dengan tangannya sendiri seraya bersabda: 

"Setiap kepala kabilah memegang ujung kain ini, lalu mengangkatnya bersama-sama." Mereka 

mengikuti perintah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. saat  mereka tiba di tempat Aswad, 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengambil Hajar Aswad dari kain ini  lalu meletakkannya 

di tempatnya semula, lalu membangun di atasnya.12 

12 Hadits dhaif. Ini yaitu  salah satu ucapan indah Az-Zuhri dalam Mushannaf Abdur Razzaq no/ 9104. 

Sebelum menerima wahyu, orang-orang Quraisy menggelarinya dengan sebutan Al- Amin, yakni orang 

yang terpercaya. saat  mereka telah menuntaskan pembangunan Ka'bah sesuai dengan keinginan 

mereka, Zubair bin Abdul Muthalib berkata tentang ular yang sangat ditakuti oleh orang-orang Quraisy 

saat  mereka membangun Ka'bah: 

Aku merasa kagum saat  seekor burung elang terbang 

Ke arah ular dan membuat ular itu terkejut kaget 

Sebelumnya ular ini  mendesis 

Kadangla ia juga melompat  

saat  kami membangun Ka'bah, ular ini  muncul 

Membuat kami tidak berani melanjutkan bangunan 

Saat kami takut ancaman hukuman 

Datanglah burung elang terbang cepat ke tempat ular 

la menerkam ular 

Elang seakan memberi jalan bagi kami 

Sehingga tiada penghalang 

Kami mulai pembangunan 

Kami memiliki bagian pondasi dan tanah 

Esok hari, kita mulai pembangunan dari Kabah 

Dengan aurat kami tanpa sehelai benang  

Dengannya, Tuhan muliakan Bani Luay  

Tidak ada seorangpun dari nenek moyangnya yang pergi 

Sungguh di sana telah terkumpul Bani Adi Dan Murrah, namun Kilab telah mendahului mereka 

Dengan ini Sang Raja menyiapkan kebesaran bagi kita 

Dan pada sisi-Nya pahala selalu dicari 

Pada masa Rasulullah Ka'bah yaitu  delapan belas hasta. Awalnya Ka'bah ditutup dengan kain putih 

yang berasal dari Qibthy Mesir. lalu  ia ditutup dengan kain Al- Burud yang berasal dari Yaman. 

Adapun orang yang pertama kali menutupnya dengan kain sutera yaitu  Al-Hajjaj bin Yusuf. 

 

 

Pembahasan Hums 

 

Ibnu Ishaqberkata: Orang-orang Quraisy dahulu, saya tidak tahu pasti apakah itu sebelum atau sesudah  

tahun gajah membuat bid'ah agama yang dinamakan Al-Humsu. Mereka berkata: "Kami yaitu  anak-

anak keturunan Ibrahim, warga  tanah haram penguasa Ka'bah, penjaga dan penghuni Mekkah. 

Tidak ada seorang Arabpun yang memiliki hak sebagaimana hak kami, tidak ada pula yang memiliki 

kedudukan seperti kedudukan kami, dan tidak ada yang lebih dikenal dari orang Arab yang melebihi 

kami. sebab  itulah, janganlah mengagungkan sedikit pun dari tanah halal sebagaimana kalian 

mengagungkan tanah haram. Sebab jika kalian melakun itu, orang-orang Arab akan merendahkan 

kehormatan kalian." Mereka akan berkata: "Mereka telah telah mengagungkan yang halal 

sebagaimana mereka mengagungkan tanah haram." 

Mereka tidak menunaikan wukuf di Arafah tidak juga bertolak darinya padahal mereka telah tahu dan 

mengakui bahwa wukuf di Arafah dan bertolak darinya yaitu  termasuk masyair, haji, dan sekaligus 

agama Ibrahim Alaihis Salam. Mereka berpandangan bahwa bagi semua orang non-Arab haruslah 

wukuf di Arafah dan harus bertolak daripadanya. Mereka berkata: "Kami warga  tanah haram, 

sebab  itu kami terus berada di dalamnya dan kami tidak akan rela mengagungkan tanah halal seperti 

halnya mengagungkan tanah haram. Kami yaitu  Al-Humsu dan Al-Humsu yaitu  warga  tanah 

haram." lalu  mereka menentukan bahwa orang-orang Arab yang tinggal di tanah haram dan 

tanah memiliki  hak yang sama dengan mereka. Dengan kelahiran mereka maka dihalalkan apa yang 

dihalalkan buat mereka dan diharamkan atas mereka apa yang diharakan atas mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: Kinanah dan Khuza'ah masuk dalam kesepakatan dengan orang-orang Quraisy 

dalam bid'ah Al-Humsu ini. 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah An-Nahwi berkata kepadaku, Bani Amir bin Sha'shaah bin 

Muawiyah bin Bakr bin Hawazin sependapat dengan Quraisy dalam bid'ah Al-Humsu ini. 

Yang dimaksud dengan Al-Ahamisu pada syair di atas yaitu  Bani Amir bin Sha'shaah.  

Sedangkan Abbas yang dimaksud yaitu  Ab-bas bin Mirdas As-Sulami. Ia menyerbu Bani Zubayd di 

Tatslits. Bait syair di atas yaitu  penggalan dari syair Amr. 

Pemicu terjadinya Perang Jablah yaitu  sebab  Bani Abas pada perang ini  menjadi sekutu Bani 

Amir bin Sha'sha'ah. Perang Jablah yaitu  perang yang terjadi antara Bani Handzalah bin Malik bin 

Zaid bin Manat bin Tamim dengan Bani Amir bin Sha'sha'ah. Pada perang ini, kemenangan berada di 

pihak Bani Amir bin Sha'sha'ah atas Bani Handzalah. Laqith bin Zurarah bin Udas terbunuh, Hajib bin 

Zurarah bin Udas tertawan, dan Amr bin Amr bin Udas bin Zaid bin Abdullah bin Darim bin Malik bin 

Handzalah lari lintang pukang. 

Bait syair di atas yaitu  potongan dari syair-syair Jarir. 

Mereka berhadapan lagi di Dzu Najab. Pada perang ini , Handzalah berhasil menaklukkan Bani 

Amir. Sementara Hassan bin Muawiyah Al-Kindi, yang tak lain yaitu  putera Kabsyah tewas. Yazid bin 

Ash-Sha'iq tertawan, Ath-Thufail bin Malik bin Ja far bin Kilab Abu Amir bin Ath-Thufal terhempas 

mundur. 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy menciptakan banyak hal yang belum ada preseden 

sebelumnya. Bahkan mereka berkata: "warga  tanah suci Mekkah tidak boleh membuat mentega, 

tidak boleh memasak minyak selama mereka ihram, tidak memasuki rumah yang terbuat dari 

dedaunan, dan tidak berteduh kecuali d rumah-rumah dari kulit saat  mereka sedang ihram." Apa 

yang me-reka lakukan semakin menjadi-jadi dengan berkata: warga  tanah halal tidak boleh 

menyantap makanan yang mereka bawa dari tanah halal ke tanah haram jika mereka mau 

menunaikan ibadah haji atau umrah. Jika tiba di Mekkah mereka tidak boleh yang thawaf pertama 

kecuali dengan mengenakan pakai- an warga  Hums (Mekkah). Jika ternyata tidak mendapatkan 

pakaian warga  Mekkah, mereka thawaf di sekitar Ka'bah dengan cara telanjang. Jika di antara 

mereka ada  orang dermawan; laki-laki atau perempuan dan tidak mendapatkan pakaian 

warga  Mekkah lalu  ia thawaf dengan tetap memakai pakaiannya yang ia dibawa dari negeri 

asalnya, ia harus membuang pakaian ini  usai thawaf, tidak boleh memanfaatkannya, tidak juga 

menyentuhnya baik dirinya atau- pun siapa pun selain dirinya untuk selama-lamanya." 

Orang-orang Arab menyebut pakaian ini  dengan Al-Laqa'. Mereka menerapkan aturan aneh ini 

kepada seluruh orang Arab, dan mereka pun patuh dengannya. Orang- orang Arab wukuf di Arafah, 

berangkat dari sana, dan thawaf di Ka'bah dengan telanjang. Laki-lakinya thawaf dengan telanjang 

bulat. Sedangkan para wanitnya, maka salah seorang dari mereka melorotkan seluruh pakaiannya 

kecuali yang berlubang di depan dan belakang, lalu  ia thawaf dengan pakaian ini . Seorang 

wanita Arab berkata saat  thawaf di Ka'bah dengan pakaian seperti ini: 

Pada hari ini, tampaklah sebagian atau semuanya 

Apa yang tampak padanya, tidaklah aku halalkan 

 

Siapa yang thawaf dengan mengenakan pakaian yang dibawanya dari daerah asalnya, maka sesudah  

itu ia harus mencopotnya dan tidak memanfaatkannya baik dirinya atau orang lain. Salah seorang Arab 

berkata saat  ia ingat pakaiannya yang ditanggalkan dan dia tidak boleh mendekatinya sesudah  thawaf 

dengannya, padahal ia demikian menyukainya: 

Cukuplah ini sebuah kesedihan sebab  ku harus balik padanya 

sebab  ia laksana pakaian Al-Laqa yang ada di tangan orang-orang yang thawaf yang dimanfaatkan 

 

Keadaan ini terus berlangsung lama sekian lama hingga Allah Taala mengutus Muhammad Shallalahu 

'alaihi wa Sallam sebagai Nabi. Allah menurunkan wahyu kepada beliau saat  Dia kehendak 

memantapkan agama- Nya, dan mensyariatkan aturan-aturan haji-Nya: 

 

"lalu  bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah 

ampun kepada Allah; Sebetulnya  Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. al-Baqarah: 

199). 

Yang dimaksud dengan An-Naasu pada ayat itu yaitu  orang-orang Arab. lalu  Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam menetapkan dalam sunnah haji untuk pergi ke Arafah, wukuf di sana, dan 

bertolak darinya. 

Selain itu, Allah juga menurunkan ayat yang menyinggung aturan orang-orang Quraisy yang 

mengharamkan manusia makan dan berpakaian di Baitullah tatkala mereka thawaf dengan telanjang 

dan mengharamkan diri mereka memakan-makanan yang Allah halalkan. Allah Ta'ala berfirman: 

 

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, 

dan janganlah berlebih-lebihan. Sebetulnya  Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-

lebihan. Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya 

untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: 

Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk 

mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang 

mengetahui. (QS. Al-A'raaf: 31-32). 

Allah Ta 'ala menghapus aturan Al-Humsu dan bid'ah yang diciptakan orang-orang Quraisy untuk 

manusia dengan agama Islam saat  Dia mengutus Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagai 

Rasul-Nya. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm berkata kepadaku dari 

Utsman bin Abu Sulaiman bin Jubair bin Muth'im dari pamannya, Nafi' bin Jubair dari ayahnya, Jubair 

bin Muth'im dimana dia berkata: "Aku melihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam -sebelum ditu- 

runkannya kepada beliau-wukuf di atas untanya di Arafah hingga beliau berangkat pergi dari sana. 

Itulah petunjuk Allah kepada beliau. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan yang 

berlimpah padanya dan para sahabatnya. 

 

 

Dukun-dukun Arab, Rabi-rabi Yahudi dan Pendeta-pendeta Kristen 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rabi-rabi Yahudi, pendeta-pendeta Kristen, dan dukun-dukun Arab membahas 

tentang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebelum kenabian beliau, sebab  masa kenabian sudah 

semakin dekat. Rabi-rabi Yahudi dan para pendeta Kris¬ten mewacanakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam sebab mereka dapatkan ciri-ciri beliau dan ciri zamannya dalam kitab-kitab mereka, dan 

sesuai dengan wasiat Nabi-nabi mereka dalam kitab itu. Sedangkan dukun-dukun Arab, mereka 

didatangi setan-setan dari bangsa jin yang membawa berita yang mereka curi, sebab saat itu setan-

setan tidak dihalang-halangi untuk mencuri berita langit. Dukun lelaki dan dukun wanita Arab tiada 

henti mengungkap tentang hak-hal yang berhubungan dengan Rasulullah, tapi orang- orang Arab tidak 

ambil peduli hingga saat Allah mengutus Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagai Nabi, dan 

ramalan-ramalan dukun-dukun ini  menjadi kenyataan. Saat itulah, orang-orang Arab baru 

mengetahui berita ini . 

Tatkala masa kenabian Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin dekat dan waktunya telah tiba, 

setan-setan dihalang untuk mencuri-curi kabar langit dan dijauhkan dari kursi-kursi yang di masa lalu 

mereka duduki untuk mencuri kabar langit. Mereka dilempari dengan panah-panah berapi. Saat itulah 

jin-jin menyadari, bahwa pelemparan terhadap dirinya itu pasti terjadi sebab  satu urusan besar yang 

ditetapkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya, Muhammad 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam seraya bercerita kepada beliau tentang para jin saat mereka dihalangi 

untuk mencuri kabar langit. Merekapun tahu namun, merekapun tidak mengingkarinya sesudah  

mereka melihat apa yang mereka saksikan. 

  

Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah 

mendengarkan (Al Quran)" lalu mereka berkata: "Sebetulnya  kami telah mendengarkan Al Qur'an 

yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. 

Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutu kan seorang pun dengan Tuhan kami, dan bahwasanya 

Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak. Dan bahwasanya: 

orang yang kurang akal dari pada kami dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas 

terhadap Allah, dan Sebetulnya  kami mengira, bahwa manusia dan jin sekali-kali tidak akan 

mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah. Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di 

antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu 

menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. Dan Sebetulnya  mereka (jin) menyangka 

sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Mekah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan 

membangkitkan seorang (rasul) pun, dan Sebetulnya  kami telah mencoba mengetahui (rahasia) 

langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan 

Sebetulnya  kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-

dengarkan (berita-beritanya). namun  sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan 

(seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan 

Sebetulnya  kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang 

dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka." 

(QS. al-Jin: 1-10) 

sesudah  mendengar Al-Qur'an tahulah jin itu bahwa mereka kini terhalang untuk mendengarkan kabar 

langit agar wahyu tidak tercampur dengan sesuatu dari berita langit yang akan membuat manusia 

tidak memiliki kepastian tentang apa yang datang dari Allah kepada mereka. sebab  Al-Qur'an 

diturunkan untuk hujjah dan memangkas semua keraguraguan (syubhat). Maka jin-jin itupun ber- 

iman dan membenarkan. sesudah  itu  

 

Mereka pulang pada kaumnya dan memberi  peringatan: Mereka berkata: "Hai kaum kami, 

Sebetulnya  kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang 

membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang 

lurus. " (QS. al-Ahqaaf: 29-30). 

Perkataan jin, 

 

"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada 

beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. " (QS. al-

Jin: 6). 

Jika ada orang Arab dari kalangan Quraisy ataupun selain Quraisy melakukan perjalanan lalu mampir 

di salah satu lembah untuk bermalam di sana maka ia berkata: "Aku meminta perlindungan penguasa 

lembah ini dari jin di malam ini dari kejahatan yang ada di dalamnya." 

Ibnu Hisyam berkata: Makna Ar-Rahaqu yaitu  tindakan yang melampaui batas (zalim) dan 

kebodohan. Ru'bah bin Al-Ajjaj berkata:  

Tiba-tiba penyakit panas menyerang unta yang bodoh 

Bait syair di atas yaitu  penggalan dari syair-syairnya. Ar-Rahaqu berarti pula pencarianmu pada 

sesuatu hingga engkau dekat padanya lalu engkau mengambil atau meninggalkannya. Ru'bah bin Al-

Ajjaj berkata menyifati seekor keledai liar: 

Mereka menggerakkan ekornya dan gemetar sebab  takut ditangkap 

Bait syair di atas yaitu  penggalan dari syair-syairnya. Ar-Rahaqu juga berarti kata mashdar dari 

perkataan seseorang pada orang lain: "Rahiqtu al-lisma aw al-'usra al-ladzi arhaqtani rahaqan 

syadidan." Artinya, saya memikul dosa atau kesulitan atas beban berat yang engkau bebankan 

kepadaku. Sebagaimana Allah sebutkan dalam Al-Quran: 

 

Dan kami khawatir dia mendorong kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran. (QS. al-Kahfi: 

80). 

Dalam firman-Nya yang lain: 

 

Dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku. (QS. al- Kahfi: 73). 

Ibnu Ishaq berkata: Yaqub bin Utbah bin Al-Mughirah bin Al-Akhnas bercerita kepadaku bahwa ia 

diberitahu bahwa orang Arab yang pertama kali khawatir tertimpa lemparan bintang-bintang saat 

dilemparkan yaitu  perkampungan Tsaqif. Mereka datang kepada seseorang yang bernama Amr bin 

Umayyah yang berasal dari Bani Ilaj. Ia yaitu  orang Arab yang pintar dan ramalan selalu 

tepat. Mereka berkata kepada Amr: "Wahai Amr, tidakkah engkau melihat lontaran bintang-bintang 

yang terjadi di langit?" Amr bin Umayyah menjawab: "Benar, aku telah melihatnya. Maka 

perhatikanlah bintang-bintang itu jika yang dilemparkan yaitu  bintang-bintang yang bisa dipakai 

sebagai penunjuk jalan di daratan, lautan, dan untuk mengenali musim panas dan musim hujan yang 

mendatangkan kemaslahatan kepada manusia dalam kehidupan mereka, maka ketahuilah demi Allah, 

ia yaitu  kebinasaan dunia dan kehancuran makhluk yang ada di dalamnya. Jika bintang-bintang 

ini  yaitu  bintang- bintang selain itu, dan ia tetap berada di tempatnya semula, maka yang 

demikian itu yaitu  sesuatu yang Allah kehendaki untuk makhluk-Nya. Lalu apa itu?" 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri menyebutkan dari Ali bin Al-Husain 

bin Ali bin Abu Thalib dari Abdullah bin Abbas dari beberapa orang dari kaum Anshar bahwa Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada mereka: 

"Apa pandangan kalian tentang bintang yang digunakan untuk melempar(setan)?" Para sahabat 

menjawab: "Wahai Nabi Allah, dahulu jika kami melihat bintang ini  di lempar maka kami 

berkata: 'Seorang raja telah meninggal dunia, raja telah diangkat, seorang anak telah lahir, dan 

seorang bayi telah meninggal dunia."' Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak 

demikian. Jika Allah Yang Mahatinggi menetapkan sesuatu atas makhluk-Nya, maka hal itu didengar 

oleh para malaikat pemikul Arasy, lalu  mereka bertasbih dan bertasbihlah pula siapa saja yang 

berada di bawah mereka. Tasbih bergema hingga terhenti di langit dunia lalu  mereka 

bertasbih." Sebagian dari mereka bertanya kepada sebagia lainnya: "Kenapa kalian bertasbih?" 

Mereka menjawab: "sebab  malaikat-malaikat yang berada di atas kami bertasbih, makanya kami ikut 

pula bertasbih." Mereka berkata: "Kenapa kalian tidak menanyakan kepada para malaikat yang di atas 

kalian apa yang membuat mereka bertasbih?" Mereka mengatakan perkataan ini hingga berakhir pada 

malaikat pemikul Arasy. Maka ditanyakanlah hal itu kepada malaikat pemikul Arasy: "Kenapa kalian 

semua bertasbih?" Para malaikat pemikul Arasy berkata: "Allah telah menetapkan perkara ini dan itu 

pada makhluk-Nya sebab  sesuatu hal yang sudah ada, lalu  hal ini  merembet dari langit 

ke langit hingga terhenti di langit dunia. Saat mereka sedang memperbin- cangkannya, tiba-tiba setan-

setan mencuri pendengaran dengan prasangka dan salah tangkap, lalu mereka membawanya kepada 

dukun-dukun di bumi. Dukun-dukun membicarakan apa yang mereka peroleh dari setan-setan. 

Kadang apa yang mereka katakan itu salah dan kadang kala benar."13 lalu  Allah Yang Mahamulia 

menghalangi setan-setan dengan bintang-bintang yang dilemparkan kepada mereka. Sehingga 

terhentilah perdukunan sampai hari ini. 

13 HR. Muslim pada hadits no. 2229. 

Ibnu Ishaq berkata: Sebagian pakar bertutur kepadaku bahwa seorang wanita dari Bani Sahm yang 

bernama Al-Ghaithalah dikenal sebagai seorang dukun wanita pada zaman jahiliyah. Pada suatu 

malam, sahabatnya bangsa jin datang menemuinya lalu  menjungkirkan apa yang ada di bawah 

sang dukun sambil berkata: "Aku mengerti apa yang kumengerti! hari luka serta hari penyemDennan. 

saat  hai ini  terdengar oleh orang-orang Quraisy, mereka berkata: "Apa maksud dari ucapan 

itu?" Pada malam yang lain, jin sahabat Al-Ghaithalah kembali datang menemuinya lalu  

merobohkna apa yang ada di bawah Al-Ghaithalah sambil berkata: "Apakah kematian itu?. Di 

dalamnya Ka'ab tewas terbaring." saat  hal ini didengar orang-orang Quraisy, mereka berkata: "Apa 

maksud dari ucapannya itu? Apa yang dia dikatakan pasti suatu saat terjadi. Perhatikanlah dengan 

seksama apa yang akan terjadi?" Mereka tidak mengerti maksud perkataan jin ini  hingga 

terjadinya Perang Badar dan Uhud di Syi'b. Saat itulah, mereka mengerti bahwa itulah maksud 

perkataan jin kepada Al-Ghaithalah. 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Ghaithalah berasal dari Bani Murrah bin Abdu Manat bin Kinanah, saudara 

Mudlij bin Murrah. Al-Ghaithalah yaitu  ibu dari Al-Ghayathil yang disebutkan Abu Thalib dalam 

untaian syairnya, 

Sungguh bodohlah bayangan sebuah kaum yang mengubah 

Bani Khalaf menjadi Al-Ghayathil 

 

Anak-anaknya disebut dengan Al-Ghayathil. Mereka yaitu  Bani Sahm bin Amr bin Hushaish. Bait syair 

di atas yaitu  penggalan dari syair-syair Abu Thalib dan secara lengkap, insyaallah, akan saya paparkan 

pada tempatnya. 

Ibnu Ishaq berkata: Ali bin Naff Al-Jurasyi berkata kepadaku bahwa Janb, satu kabilah di Yaman 

memiliki  seorang dukun pada zaman jahiliyah. Tatkala berita tentang Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam menyebar 

ke mana-mana, kabilah Janb berkata kepada dukun itu: "Coba perhatikan dengan cermat tentang 

orang ini ." Mereka berkumpul di lereng gunung guna menunggu dukun ini . saat  

matahari terbit, dukun ini  turun kepada mereka, lalu  berdiri dengan bersandar kepada 

busur panahnya. Ia angkat kepalanya ke langit dalam waktu yang lama sekali, lalu  ia melompat 

dan berkata: "Wahai manusia, Sebetulnya  Allah telah memuliakan dan memilih Muhammad serta 

mensucikan hati dan isi perutnya, namun ia tak lama tinggal di tengah-tengah kalian." sesudah  itu, si 

dukun naik kembali ke gunung tempat dia semula. 

Ibnu Ishaq berkata: Seorang yang tidak aku ragukan kredibilitasnya berkata kepadaku dari Abdullah 

bin Ka'ab, mantan budak Utsman bin Affan, bahwa Utsman bin Affan berkata: saat  Umar bin 

Khaththab Radhiyallahu Anhu sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya di masjid Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam, tiba-tiba datanglah orang Arab lalu  masuk ke dalam masjid sebab  

ingin bertemu dengan Umar bin Khaththab. Saat Umar bin Khaththab melihat kedatangan orang itu, 

ia berkata: "Sungguh orang ini ada padanya kesyirikan dan dia tidak akan berpisah dengannya." Atau 

mungkin ia sebelumnya yaitu  seorang dukun pada zaman jahiliyah. Orang tadi mengucapkan salam 

kepada Umar bin Khaththab lalu duduk. Umar bin Khaththab berkata: "Apakah engkau telah memeluk 

agama Islam?" Orang tadi menjawab: "Ya. wahai Amirul Mukminin." Umar bin Khaththab 

melanjutkan: "Apakah pada zaman jahiliyah engkau pernah menjadi seorang dukun?" Orang ini  

berkata: "Maha suci Allah, wahai Amirul Mukminin, bagaimana kau bisa tahu?!" Umar bin Khaththab 

berkata: "Ya Allah, ampunilah orang ini. Sesungguh nya pada zaman jahiliyah kami lebih buruk dari itu. 

Kami menyembah berhala, dan memeluk agama berhala hingga pada akhirnya Allah memuliakan kami 

dengan Rasul-Nya dan dengan agama Islam." Orang itu berkata: "Benar apa yang kau katakan, wahai 

Amirul Mukminin, pada zaman jahiliyah aku yaitu  seorang dukun." Umar bin Khaththab berkata: 

"Tolong jelaskan kepadaku hal apa (yang paling menakjubkan) yang dibawa jin sahabatmu." Orang itu 

berkata: "Sebulan atau kurang sebelum Islam datang, ia mendatangi aku seraya berkata: "Tidakkah 

engkau perhatikan para jin yang diam seribu bahasa, yang dilanda putus asa dari agamanya, dan 

kepergiannya pada unta muda bersama dengan alas pelananya?" 

Ibnu Hisyam berkata: Perkataan di atas yaitu  sebuah sajak dan bukan untaian syair. Abdullah bin 

Ka'ab berkata: lalu  Umar bin Khaththab berkata kepada orang-orang, "Demi Allah, pada zaman 

jahiliyah aku pernah berada di sisi sebuah patung bersama beberapa orang dari Quraisy. Salah seorang 

Arab telah menyembelih sapi betina sebagai sesem bahan untuk patung ini . Kami menunggu ia 

memberi bagian untuk dari lembu betina yang ia sembelih. Tiba-tiba terdengar suara dari perut lembu 

betina itu dan aku tidak mendengar suara yang lebih keras daripada suara ini . Peristiwa ini 

terjadi satu bulan atau kurang sebelum Islam datang. Suara itu yaitu : "Hai Dzarih(unta yang 

disembelih), persoalan yang tepat, dan orang yang meneriakkan Laa Ilaaha ilia Allahu" 

Ibnu Hisyam berkata: Dikatakan, seorang yang berteriak dengan suara yang fasih, dengan berucap: 

Laa Ilaaha Ilia Allah. 

Sebagian ahli syair membacakan syair berikut kepadaku: 

Aku tertegun dengan jin dan kebingungannya Dan ikatannya pada unta dengan pelananya Ia bergerak 

ke Mekkah tuk mencari petunjuk Jin yang beriman tidak sama dengan kotoran- nya 

Ibnu Ishaq berkata: Inilah kabar yang kami ketahui mengenai para dukun dari ka- langan orang-orang 

Arab. 

 

 

Kewaspadaan Orang-orang Yahudi terhadap Rasulullah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah bercerita kepadaku yang bersumber dari beberapa 

orang kaumnya yang berkata: "Sebetulnya  faktor yang membuat kami tertarik memeluk Islam, 

selain rahmat dan petunjuk Allah, yaitu  sebab  kami mendengar beberapa perkataan orang-orang 

Yahudi. Kami yaitu  kaum musyrikin dan penyembah berhala, sedangkan mereka yaitu  Ahli Kitab. 

Mereka memiliki ilmu yang tidak kami miliki. Konflik terus terjadi antara kami dengan mereka. Jika 

kami mendapatkan dari mereka apa yang tidak disukai, mereka berkata kepada kami: "Sebetulnya  

kini telah dekat kemunculan seorang Nabi dan bersama dengan Nabi itu kami akan membunuh kalian 

seperti pembunuhan terhadap Ad dan Iram." Sangat sering kami mendengar ucapan ini  dari 

mereka. Makanya. saat  Allah mengutus Rasul-Nya, kami langsung merespon positif seruannya saat 

ia menyeru kepada agama Allah. Kami paham ancaman yang dilontarkan orang-orang Yahudi kepada 

kami, sehingga kami segera menghadap Nabi, lalu beriman kepada beliau sedangkan mereka tetap 

kafir. Mengenai kami dan mereka Allah Ta'ala menu- runkan firman-Nya di surat Al-Baqarah: 

 

Dan sesudah  datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada 

mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat 

kemenangan atas orang-orang kafir, maka sesudah  datang kepada mereka apa yang telah mereka 

ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. (QS. 

al-Baqarah: 89). 

Ibnu Hisyam berkata: yastaftihuuna artinya yastanshiruuna (meminta pertolongan) atau 

yatahakamuuna (meminta kepastian hu- kum). Sebagaimana disebutkan Kitabullah:  

 

"Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah 

Pemberi keputusan yang sebaik- baiknya" (QS. al-A'raaf: 89). 

Ibnu Ishaq berkata: Shalih bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf bercerita kepadaku dari Mahmud bin 

Labid, saudara Bani Abdu Al-Asyhal dari Salamah bin Salamah bin Waqqasy-Salamah salah seorang 

yang terlibat pada Perang Badar: "Kami memiliki tetangga seorang Yahudi di Bani Abdu Al-Asyhal. 

Suatu saat  ia keluar dari rumahnya menemui kami lalu  berdiri di hadapan Bani Abdu Al- 

Asyhal. saat  itu akulah anak yang paling muda di antara yang hadir. Aku mengenakan jubah kecil dan 

tidur-tiduran di halaman keluargaku. Grang Yahudi itu berkhotbah tentang hari kiamat, hari 

kebangkitan, hari perhitungan amal, neraca, surga dan neraka. Ia menceritakan itu semua kepada 

orang-orang musyrikin penyembah patung-patung yang tidak mempercayai adanya kebangkitan 

kembali sesudah  kematian. Orang-orang musyrikin berkata: "Dasar sialan kau, apakah engkau mengira 

bahwa sesudah  kematiannya manusia mereka akan dibangkitkan di sebuah negeri yang di dalamnya 

ada  surga dan neraka, lalu  mereka diberi balasan setimpal dengan amal perbuatan 

mereka?" Orang Yahudi ini  berkata: "Ya, demi Dzat yang dengannya aku bersumpah. Seseorang 

saat itu akan berharap andaikata sebagai ganti neraka ini  ia memiliki  tungku yang paling 

besar di dunia ini. Lalu tungku ini  dijaga, lalu  ia dimasukkan ke dalamnya dan dilumur 

dengannya itu jauh lebih dan lebih ia sukai asalkan ia selamat dari api neraka." Mereka berkata kepada 

orang Yahudi itu: "Sialan sekali kau Fulan, lalu apa tanda-tandanya?" Yahudi itu berkata: "Nabi yang 

diutus dari negeri-negeri ini, sambil menunjuk dengan tangannya ke arah Mekkah dan Yaman." 

Mereka bertanya: "Kapan itu terjadi?" Orang ini  menoleh ke arahku dan saat  itu aku yaitu  

anak yang paling muda yang hadir pada pertemuan ini , lalu  ia berkata: "Jika umur anak 

muda ini panjang, niscaya ia berjumpa dengan Nabi ini ." 

Salamah berkata: "Demi Allah, malam dan siang terus bergulir, sampai Allah Ta'ala mengutus 

Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagai Rasul-Nya, sedangkan Yahudi itu hidup di tengah 

kami, lalu  kami beriman kepada beliau, sedangkan orang Yahudi ini  malah ingkar 

kepadanya sebab  dengki dan hasud yang ada dalam dadanya. Kami berkata kepada orang Yahudi 

ini : "Sialan sekali kau fulan, bukankah engkau yang berkata demikian dan dan demikian kepada 

kami?" Ia berkata: "Ya, benar, namun Nabi itu bukanlah yang kami maksudkan." 

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku dari tetua Bani Quraizhah yang 

bertanya kepadaku: "Apakah engkau tahu tentang keislaman Tsa labah bin Sa'yah, Usaid bin Sa'yah, 

dan Asad bin Ubaid?" Mereka yaitu  orang-orang Bani Quraizhah sahabat-sahabat mereka di zaman 

jahiliyah lalu  mereka menjadi pempinan di zaman Islam. Aku berkata: "Tidak, demi Allah." 

Orang-orang dari Bani Hadl berkata: "Sesung- guhnya seorang Yahudi dari Syam yang bernama Ibnu 

Al-Hayyaban datang menemui kami dua tahun sebelum Islam datang. Dia tinggal bersama dengan 

kami. Demi Allah, kami belum pernah melihat orang mengerjakan shalat lima waktu yang lebih baik 

daripadanya. Ia tinggal bersama-sama kami. Jika kami ditimpa kekeringan dan hujan tidak turun, kami 

berkata kepada Ibnu Al-Hayyaban: "Keluarlah, wahai Ibnu Al-Hayyaban dan mohonkanlah air hujan 

untuk kami." Ia berkata: "Tidak, demi Allah, aku tidak akan melakukan itu hingga kalian mengeluarkan 

sedekah di tempat kalian keluar." Kami bertanya kepadanya: "Berapa jumlahnya?" Ia menjawab: "Satu 

sha' kurma, atau dua mud gandum." Kami segera bersedekah, lalu  Ibnu Al-Hayyaban menyertai 

kami keluar kampung lalu ia berdoa kepada Allah agar hujan turun untuk kami. Demi Allah, belum 

lama ia beranjak dari duduknya, mendung telah berarak lalu  menurunkan hujan untuk kami. Ia 

lakukan ini bukan hanya sekali, dua atau tiga kali. 

Ashim bin Amir berkata: Saat menjelang kematiannya dan dia berada di tengah kami, dan dia tahu 

bahwa kematiannya telah semakin dekat ia berkata: "Wahai orang-orang Yahudi, apa pendapat kalian 

yang membuat aku keluar dari negeri minuman keras dan roti ke sebuah negeri yang penuh derita dan 

kelaparan?" Mereka berkata: "Engkau jauh lebih tahu tentang hal itu daripada kami." Ibnu Al-

Hayyaban berkata: "Sebetulnya  aku datang ke negeri ini dengan tujuan menanti diutusnya seorang 

Nabi yang sudah dekat kedatangannya. Negeri ini yaitu  tempat hijrah Nabi ini . Aku berharap 

kiranya ia telah diutus lalu  aku mengikutinya, sebab  masa kemunculannya telah semakin dekat. 

Oleh sebab itulah, kalian bersegeralah jangan sampai ada orang yang mendahului kalian wahai orang-

orang Yahudi, sebab  ia diutus dengan menumpahkan darah dan menawan anak-anak dan wanita-

wanita siapa saja yang menentangnya. Janganlah kalian menjauh darinya." 

Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengepung Bani Quraizhah, anak-anak muda yang 

dulunya masih anak-anak ini , berkata: "Wahai Bani Quraizhah, demi Allah, inilah Nabi yang 

diceritakan Ibnu Al-Hayyaban kepada kalian." Mereka berkata: "Tidak! Bukan dia!" Mereka berkata: 

'Demi Allah, dialah nabi itu dengan semua ciri-ciri yang dimilikinya." Merekapun lalu masuk Islam lalu 

darah, harta, dan keluarga mereka terlindungi. 

Ibnu Ishaq berkata: Itulah berita tentang orang-orang Yahudi yang sampai kepadaku.   

 

 

Salman Al-Farisi Radhiyallahu Anhu Masuk Islam 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshari berkata kepadaku dari Mahmud bin Labid 

dari Abdullah bin Abbas yang berkata bahwa Salman Al-Farisi berkata kepadaku dan aku 

mendengarnya dari mulutnya langsung. Salman Al-Farisi berkata: "Aku orang Persia, berasal dari di 

sebuah desa yang bernama Jayyu di daerah Asfahah. Sedangkan ayahku yaitu  seorang tokoh di 

desaku adapun aku yaitu  anak yang paling dicintainya. Ia amat mencintaiku hingga ia mengurungku 

di dalam rumah laksana seorang anak gadis. Aku demikian serius menganut agama Majusi hingga aku 

menjadi penjaga api yang harus senantiasa menyala dan tidak boleh padam sesaatpun. Ayahku 

memiliki ladang yang demikian luas." Pada suatu saat , ayah disibuk- kan dengan urusan bangunan 

dan dia berkata: "Anakku, hari ini ayah sibuk dengan urusan bangunan ini hingga tidak punya waktu 

yang cukup untuk mengurusi ladang. Oleh sebab itulah, pergilah ke ladang!" Ayahku memerintahkan 

beberapa hal yang seharusnya aku lakukan, lalu  ia berkata: "Janganlah terlambat pulang ya, 

sebab engkau lebih berarti bagiku daripada ladangku dan engkau berada di atas segala-galanya bagiku. 

Salman berkata: "lalu  aku berjalan menuju ladang ayahku seperti yang dia perintahkan. Dalam 

perjalanan, aku melewati sebuah gereja milik orang-orang Kristen, dan aku mendengar suara-suara 

saat mereka mengerjakan ibadah di dalamnya. Aku tidak tahu banyak kehidupan manusia sebab  aku 

dikurung di rumah. saat  mendengar suara-suara mereka itu aku mencoba masuk untuk melihat lebih 

jauh apa yang mereka kerjakan. saat  aku perhatikan, aku mengagumi shalat-shalat mereka dan 

tertarik pada aktivitas mereka." Aku bergumam: "Demi Tuhan, agama orang-orang ini jauh lebih baik 

daripada agama yang aku peluk. Demi Tuhan, aku tidak akan meninggalkan mereka hingga matahari 

terbenam." Aku membatalkan perjalanan ke ladang ayahku. Aku berkata kepada orang-orang Kristen 

itu: "Berasal dari manakah agama ini?" Mereka menjawab "Dari Syam " sesudah  itu menemui ayahku, 

ternyata dia telah mengutus seseorang untuk mencariku. Ini membuatnya tidak mengerjakan semua 

pekerjaannya. saat  aku kembali kepadanya, ayahku berkata: "Anakku, kemana saja engkau pergi? 

Bukankah engkau sudah berjanji untuk cepat pulang?" Aku berkata: "Ayahanda, aku tadi berjalan 

melewati orang-orang yang sedang mengerjakan ibadah di dalam gereja mereka, dan aku kagum pada 

agama mereka. Demi Allah, aku berada di tempat mereka hingga matahari terbenam." Dia berkata: 

"Wahai Ananda, tidak ada kebaikan apapun pada agama ini ! Agamamu dan agama nenek 

moyangmu jauh lebih baik daripada agama ini ." Aku berkata: "Tidak! Demi Tuhan, agama 

mereka jauh lebih baik daripada agama kita yang kita anut." sesudah  kejadian ini , ayah 

mengkhawatirkanku. Ia ikat diriku dan mengurungku di rumah." 

Aku mengirim seseorang kepada orang-orang Kristen itu dan aku katakan kepada mereka: "Manakala 

ada rombongan dari Syam datang kepada kalian, informasikan padaku tentang mereka." Tidak lama 

lalu , datanglah pedagang-pedagang Kristen dari Syam dan mereka menghubungi aku. Aku 

katakan kepada mereka: "Jika mereka telah tuntas menyelesaikan urusannya, dan hendak pulang ke 

negeri mereka izinkan aku untuk bisa ikut bersama mereka."  

Salman berkata: "Tatkala para pedagang Kristen itu berencana kembali ke negerinya, mereka 

memberiku informasi. lalu  aku buang rantai dari kakiku dan pergi bersama mereka hingga tiba 

di Syam." Setibanya di Syam, aku bertanya: "Siapakah dari pemeluk agama ini yang paling utama 

ilmunya?" Mereka berkata: "Uskup di gereja." 

Lalu aku mendatangi uskup itu dan berkata kepadanya: "Aku demikian tertarik pada agama ini. Aku 

ingin sekali bersamamu, dan melayanimu di gerejamu ini agar bisa belajar ilmu darimu serta beribadah 

bersamamu." Uskup itu berkata: "Masuklah!" Aku pun masuk namun ternyata uskup ini yaitu  

seorang yang jahat. Ia perintahkan ummatnya ber- sedekah dan senantiasa menyeru mereka untuk 

melakukan itu. Namun mana kala mereka telah mengumpulkannya, ia simpan hasilnya untuk 

kepentingan dirinya sendiri dan tidak menyerahkannya kepada orang-orang miskin, hingga ia berhasil 

mengumpulkan tujuh kendi penuh berisi emas dan perak. Aku sangat marah padanya akibat 

tindakannya ini . Tak berapa lalu  uskup ini  meninggal dunia. Orang-orang Kristen 

berkumpul untuk menguburkan jenazahnya, namun aku katakan kepada mereka: "Sebetulnya  

orang ini yaitu  seorang yang jahat. Ia suruh dan seru kalian bersedekah, namun jika  kalian 

memberi  sedekah kepadanya, ia malah menyimpannya untuk dirinya sendiri dan tidak 

mendistribusikannya sedikitpun kepada orang-orang miskin." Mereka berkata: "Bagaimana kau tahu 

tentang hal itu?" Aku katakan kepada mereka: "Aku akan tunjukkan tempat penyimpanannya kepada 

kalian." Mereka berkata: "Tolong tunjukkan kepada kami tempat penyimpanannya itu!" Aku tunjukkan 

tempat penyimpanan uskup itu kepada mereka, lalu  mereka mengeluarkan tujuh tempayan 

yang penuh dengan emas dan perak. saat  mereka melihat ketujuh kendi penuh ini . Mereka 

berkata: "Demi Allah, kami tidak akan mengubur mayat uskup ini." Maka mereka menyalib uskup tadi 

dan melemparinya dengan batu. sesudah  itu, mereka menunjuk orang lain untuk menjadi peng-ganti 

uskup tadi. 

Salman berkata: Aku belum pernah melihat orang shalat lima waktu yang lebih utama darinya dalam 

beribadah, lebih zuhud terhadap dunia, lebih mencintai akhirat, lebih tekun di siang dan malam hari 

dari uskup baru itu. Aku sangat mencintai uskup baru ini  dengan cinta yang tiada tandingnya. 

Aku tinggal bersamanya dalam waktu yang lama sekali hingga akhirnya kematian menghampirinya. 

Aku katakan kepadanya: "Hai fulan, sungguh aku telah hidup bersamamu dan aku mencintaimu 

dengan cinta yang tiada terkira. Kini sebagaimana yang engkau saksikan telah datang keputusan Tuhan 

kepadamu, maka akan engkau titipkan aku kepada siapa?" Ia menjawab: "Anakku, demi Allah, aku 

tidak tahu seperti apa diriku Sebetulnya . Sudah banyak orang yang meninggal dunia, mengubah 

agama yang dianutnya dan meninggalkan tradisi yang sebelumnya mereka kerjakan, kecuali satu 

orang yang kini berada di Al-Maushil, yaitu Si fulan. Ia melakukan seperti apa yang diriku lakukan. 

Susullah dia ke sana!" 

Salman berkata: "saat  uskup ini  meninggal dunia dan telah dikuburkan akupun pergi pada 

uskup di Al-Maushil itu." Setibanya di sana, aku katakan kepadanya: "Wahai fulan, Sebetulnya  

uskup fulan telah berwasiat kepadaku saat  hendak meninggal dunia agar aku menemui dirimu. Ia 

katakan kepadaku bahwa engkau seperti dia." Uskup ini  berkata: "Tinggallah engkau bersa 

maku." Akupun menetap bersamanya. Aku dapatkan ia seorang yang baik persis seperti yang 

diceritakan sahabatnya. Tidak lama lalu  uskup ini  meninggal dunia. Menjelang meninggal 

dunia, aku berkata kepadanya: "Wahai fulan, Sebetulnya  uskup fulan telah berwasiat kepadaku 

agar aku pergi kepadamu dan sekarang takdir Allah telah datang kepadamu seperti yang engkau 

saksikan, lalu kepada siapa kini aku engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahkan kepadaku?" 

Uskup berkata: "Anakku, demi Allah, yang aku tahu hanya ada satu orang yang seperti kita di Nashibin, 

yaitu si Fulan. Pergilah engkau menemuinya!" 

Salman berkata: saat  uskup ini  telah meninggal dunia dan telah dikuburkan, aku pergi 

menemui uskup di Nashibin itu. Aku jelaskan perihal diriku adanya dan apa yang diwasiatkan dua 

sahabatku. Ia berkata: "Tinggallah bersamaku." Aku tinggal bersamanya, dan aku dapati dia seperti 

sahabatnya yang telah meninggal dunia. Aku tinggal bersama orang terbaik. Demi Allah, tidak lama 

lalu  ajal menjemputnya. Menjelang kematiannya, aku berkata kepadanya: "Wahai fulan, fulan 

berwasiat kepadaku agar aku pergi kepada fulan, lalu  berwasiat agar aku pergi kepadamu, kini 

kepada siapa aku engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahkan kepadaku?" Uskup ini  

berkata: "Anakku, demi Allah, yang aku tahu hanya ada satu orang yang masih seperti kita sehingga 

aku bisa perintahkan engkau pergi kepadanya di Ammuriyah wilayah Romawi. Ia masih melakukan hal 

yang sama seperti kita. Jika engkau suka, temuilah dia sebab  ia masih sama seperti kita!" 

Salman berkata: "Uskup Nashibin pun wafat, lalu  ia dikuburkan. Aku lalu pergi kepada uskup di 

Ammuriyah. Aku terangkan padanya tentang siapa diriku sebenarnya. Ia berkata: "Tinggallah engkau 

bersamaku." Aku pun tinggal bersama seorang yang demikian baik sesuai dengan arahan sahabat-

sahabatnya dan perintah mereka. Aku bekerja sampai memiliki  sejumlah sapi dan kambing. Tak 

berapa lama lalu , uskup itupun meninggal dunia. Menjelang kematiannya, aku bertanya 

kepadanya: "Wahai fulan, aku pernah tinggal bersama fulan lalu ia berwasiat agar aku pergi kepada 

fulan, lalu  fulan ini  berwasiat agar aku pergi kepada fulan, lalu fulan ini  berwasiat 

agar aku pergi kepada fulan, lalu  dia ini  berwasiat agar aku pergi kepadamu, kini kepada 

siapa aku engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahkan kepadaku?" Uskup berkata: "Anakku, demi 

Allah, aku tidak tahu apakah kini masih ada orang-orang yang seperti kita yang bisa aku perintahkan 

engkau pergi kepadanya, namun demikian kini telah dekat kedatangan seorang Nabi. Ia diutus dengan 

membawa agama Ibrahim 'Alaihis salam dan akan muncul di negeri Arab. Tempat hijrahnya yaitu  

daerah di antara dua tanah berbatu hitam dan di antara dua daerah ini  ada  banyak sekali 

pohon kurma. Nabi ini  memiliki  tanda-tanda yang tidak mungkin bisa disembunyikan ia 

menerima hadiah dan tidak menerima sedekah. Di antara kedua bahunya ada  stempel kenabian. 

Jika engkau sang- gup pergi ke negeri ini , pergilah!" 

Salman berkata: "lalu  uskup ini  pun wafat dan dikebumikan. Sementara aku tetap tinggal 

di Ammuriyah hingga beberapa lama. sesudah  itu, sekelompok pedagang berjalan melewatiku. Aku 

berkata kepada mereka: "Bawalah aku ke negeri Arab dan aku akan berikan lembu dan kambingku ini 

kepada kalian!" Mereka berkata: "Ya" Aku berikan sapi dan kambingku kepada mereka lalu  

mereka membawaku pergi bersama mereka. Tapi tatkala tiba lembah Al-Quran, mereka berbuat zalim 

dengan menjuaku sebagai budak kepada seorang Yahudi sebagai seorang budak. Maka aku tinggal 

bersama orang Yahudi tadi dan aku melihat pohon kurma. Aku berharap semoga negeri inilah yang 

pernah diisyaratkan sahabatku. Namun aku tidak yakin sepenuhnya. 

Salman berkata: "saat  aku tinggal bersama orang Yahudi tadi, datanglah saudara sepupunya yang 

berasal dari Bani Quraizha di Madinah. Ia membeliku dari sepupunya itu lalu  membawaku ke 

Madinah. Demi Allah, begitu aku melihat Madinah, aku lihat persis sifat-sifat seperti dijelaskan 

sahabatku. Akupun tinggal di sana. Saat itulah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam diutus sebagai 

Nabi dan menetap di Mekkah dalam jangka waktu tertentu sementara aku tidak mendapat berita 

tentang beliau, sebab  sibuk dengan pekerjaanku sebagai seorang budak. Tidak berapa lama 

lalu , Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah." 

Salman berkata: "Saat aku sedang berada di atas pohon kurma mengerjakan beberapa tugas rutin 

untuk tuanku, sedang tuanku duduk di bawahku. Tiba-tiba sepupunya datang dan berdiri di 

depannya." Sepupunya itu berkata: "Hai fulan, semoga Allah menghancurkan Bani Qailah. Demi Allah, 

mereka sekarang sedang berkumpul di Quba untuk menyambut kedatangan seorang laki-laki dari 

Mekkah, dan mereka mengatakan bahwa orang ini  yaitu  seorang Nabi. 

Ibnu Hisyam berkata: Qailah yaitu  anak perempuan Kahil bin Udzrah bin Sa'ad bin Zaid bin Laits bin 

Sud bin Aslum bin Ilhaf bin Qadha'ah. Ia ibu Al Aus dan Al-Khazraj. An-Nu'man bin Basyir Al-Anshari 

berkata memuji Al Aus dan Al-Khazraj dalam syairnya, 

Tuan-tuan dari anak-anak Qailah 

Tak seorangpun yang sanggup menandinginya dalam menghadapi kesulitan 

Manusia lapang dada, pahlawan yang sukakeramahan 

Menganggap mengikuti tradisi leluhurnya se-bagai kewajiban 

 

Dua bait syair ini yaitu  miliknya. 

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshari berkata kepadaku dari Mahmud bin Labid 

dari Abdullah bin Abbas ia berkata bahwa Salman berkata: "saat  aku mendengar apa yang 

diucapkannya, aku gemetaran seolah-olah akan jatuh. Aku turun dari atas pohon kurma dan bertanya 

kepada saudara sepupu tuanku: "Apa yang engkau katakan tadi?" Dia berkata: "Apa urusanmu dengan 

perkara ini? Tuntaskanlah pekerjaanmu!!° Aku berkata: "Tidak ada apa-apa." Aku hanya ingin 

meyakinkan diri apa sebenarnya yang dia ucapkan. 

Salman berkata: Aku memiliki sesuatu yang telah aku siapkan sebelumnya. Pada sore hari aku 

mengambilnya lalu aku pergi untuk menjumpai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Quba'. Aku 

lekas menemui beliau dan berkata: "Aku mendapat kabar bahwa engkau seorang yang shalih. Engkau 

memiliki  sahabat-sahabat asing yang sangat membutuhkan bantuan. Ini ada beberapa barang yang 

aku siapkan untuk sedekah buatmu. Aku anggap kalian lebih berhak daripada selain kalian." Aku 

serahkan sedekah ini  kepada Kasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, lalu  beliau berkata 

kepada sahabat-sahabat- nya: "Makanlah." Sedangkan beliau menahan 

tangannya dan tidak memakan sedikit pun dari sedekah yang aku berikan padanya. Aku bergumam 

dalam hati, "Ini baru tanda pertama." lalu  aku mohon izin dari hadapan Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam. Sete- lah itu, aku menghimpun barang yang lain, sementara itu Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam telah pindah ke Madinah. Aku datang menemui beliau dan berkata: "Aku lihat engkau 

tidak memakan harta sedekah. Maka teri- mah hadiah khusus dariku untukmu." Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam memakan hadiahku dan menyuruh sahabat-sahabatnya ikut makan bersamanya. Aku 

bergumam dalam hati: "Ini pertanda kedua." sesudah  itu, aku mendatangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam di Baqi' Al-Gharqad. Saat itu beliau se- dang mengantar jenazah seorang sahabatnya. Aku 

telah mengetahui dua tanda kenabian pada beliau. Beliau sedang duduk di antara sahabat-

sahabatnya, lalu  aku mengucapkan salam kepada beliau. sesudah  itu aku sengaja memposiskan 

diri di belakang beliau sebab  ingin melihat punggung beliau apakah aku melihat stempel tanda 

kenabian seperti yang dijelaskan sahabatku? saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihatku 

berada di belakangnya, beliau mengetahui bahwa aku sedang mencari sifat yang pernah dijelaskan 

oleh sahabatku. Beliau menanggalkan kainnya dari punggungnya saat itulah aku melihat stempel 

kenabian pada punggung beliau. lalu  aku balik ke depan beliau menciumnya sambil menangis. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku. 

"Berbaliklah!" Aku pun berbalik arah dan duduk menghadap beliau. Aku kisahkan kepadanya semua 

peristiwa yang terjadi mengenai diriku sebagaimana aku ceritakan kisah ini kepadamu, wahai Ibnu 

Abbas. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ingin agar kisahku ini diketahui oleh semua sahabat-

sahabatnya." sesudah  itu Salman disibukkan dengan statusnya sebagai seorang budak hingga dia 

ketinggalan dan tidak bisa ikut pada Perang Badar dan Uhud bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam.'14 

14 Sanadnya hasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23788. Albani mengatakan dalam Silsilah al- Shahihah, sanadnya hasan (894). 

Salman berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku: "Tulislah perjanjian 

kebebasan dirimu dari perbudakan dengan membayar sejumlah uang, wahai Salman!" lalu  aku 

menuliskan kesepakatan pembebasan diriku dari tuanku dengan membayar tiga ratus pohon kurma 

yang aku tanam untuknya dan emas empat puluh ons (uqiyyah). Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

bersabda kepada sahabat-sahabatnya: "Bantulah saudara kalian ini!" Sahabat-sahabat Rasulullah ada 

yang membantu dengan memberi pohon kurma kepadaku. Ada yang memberi tiga puluh bibit pohon 

kurma. Ada yang memberiku dua puluh anak pohon kurma. Ada yang memberiku lima belas bibit 

pohon kurma, ada yang membantu sepuluh bibit pohon kurma. Setiap orang membantu sesuai 

dengan kadar kemampuannya, hingga akhirnya terkumpul tiga ratus bibit pohon kurma. Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Pergilah hai Salman, dan galilah lubang untuk bibit-bibit pohon 

kurma ini. Jika telah selesai menggalinya, temuilah aku, sehingga tanganku sendiri yang meletakkan 

bibit pohon kurma ini ke dalamnya." Salman berkata: "lalu  aku menggali lubang untuk bibit-

bibit pohon kurma ini  dengan dibantu sahabat-sahabatku. saat  telah selesai menggalinya, aku 

kembali menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan memberi tahu bahwa aku telah selesai 

menggali lubang. Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi bersamaku ke lubang-lubang untuk 

bibit kurma ini . Kami berikan bibit pohon kurma kepada beliau lalu beliau masukkan ke dalam 

lubang dengan tangannya sendiri sampai proses penanaman selesai. Dan, tidak ada satu pun bibit 

pohon kurma yang mati. Aku rawat pohon-pohon kurma itu dan aku masih memiliki tanggungan 

hutang harta. Tak berapa lama lalu , Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam datang dengan 

membawa emas sebesar telur ayam dari sebuah tempat pertambangan. Rasulullah bersabda: "Apa 

yang telah dilakukan orang Persia yang akan memerdekakan dirinya dengan perjanjian membayar 

sejumlah uang?" Aku dipanggil untuk menemui Rasulullah. Beliau bersabda: "Ambillah emas ini, dan 

bayarlah hutangmu dengannya, wahai Salman!" Aku berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana emas ini 

bisa melunasi semua hutangku?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ambillah, sebab  

Allah akan melunasi hutangmu dengannya."15 Aku mengambil emas ini  lalu menimbangnya. 

Ternyata berat emas ini  yaitu  empat puluh ons. Lalu aku bayar hutangku pada tuanku dengan 

emas itu. Sehingga aku menjadi orang merdeka. Aku lalu ikut terjun pada Perang Khandaq bersama 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagai orang merdeka dan sesudahnya tidak pernah sekalipun 

aku melewatkan satu medan perang pun. 

15. Sanadrlya hasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23788. Albani mengatakan dalam Silsilah al- Shahihah, sanadnya hasan (894). 

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abu Habib berkata kepadaku dari seseorang dari Abdu Al-Qais dari 

Salman yang berkata: saat  aku berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana emas ini bisa melunasi 

hutangku?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengambil emas ini  dan membolak-baliknya 

di depan wajahnya. Beliau bersabda: "Ambillah emas ini, hai Salman dan bayar hutangmu 

dengannya!"16 Emas ini  aku ambil, lalu aku bayar hutangku pada tuanku secara penuh; empat 

puluh uqiyyah. 

16. Hadits hasan diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23789 dan dinyatakan hasan oleh Syu'aib al-Arnauth. 

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa orang yang tidak aku 

ragukan kredibilitasnya berkata kepadaku dari Umar bin Abdul Aziz bin Marwan yang berkata bahwa 

aku diberitahu dari Salman, ia berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat  

menceritakan jejak rekam hidupnya kepada beliau bahwa pendeta Ammuriyah berkata kepadanya: 

"Pergilah engkau ke daerah ini dan itu di wilayah Syam, sebab  di sana ada  seorang laki- laki yang 

hidup di antara dua hutan. Pada setiap tahun, ia keluar dari satu hutan ke hutan lainnya sebab  

senantiasa ditunggu oleh orang-orang yang sedang sakit. Setiapkali ia mendoakan salah seorang dari 

mereka, niscaya orang ini  sembuh dari sakitnya. Tanyakanlah padanya tentang agama yang 

engkau cari, niscaya ia menjelaskannya padamu!" Salman berkata: "lalu  aku pergi ke tempat 

yang dijelaskan sahabatku itu. Di tempat ini  kulihat orang-orang berkumpul dengan membawa 

keluarga mereka yang sakit. Pada suatu malam, orang ini  keluar dari satu hutan ke hutan 

satunya, dan dibuntuti sekian banyak orang-orang. Dan jika ia mendoakan orang yang sakit, maka 

orang itu sembuh dari penyakitnya. Mereka lebih cepat datang kepada orang ini  daripada aku. 

Akibatnya aku tidak bisa mendekat kepadanya hingga ia masuk ke hutan yang ingin ia masuki. Aku 

mengikuti orang ini . Ia berkata: "Siapa engkau ini sebenarnya?" Ia menoleh kepadaku. lalu  

aku katakan kepadanya: "Semoga Tuhan merahmatimu. Katakan padaku tentang perihal hanifiyyyah 

agama Ibrahim!" Ia berkata: "Engkau menanyakan sesuatu yang tidak ditanyakan oleh siapapun pada 

hari ini. Telah dekat kepadamu zaman datangnya Nabi yang diutus dengan membawa agama ini  

dari tanah suci. Pergilah engkau kepadanya, pasti ia membawamu kepada agamanya!" lalu  dia 

masuk. 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  Rasulullah bersabda kepada Salman. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda: "Hai Salman, jika apa yang kamu ceritakan ini benar, sungguh engkau telah bertemu 

dengan Isa bin Maryam."17 Semoga salam terlimpah pada nabi kita dan Isa bin Maryam. 

17. Sanadnya lemah. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi pada hadits no. 675 dalam bukunya al-Dalail, Ibnu Sa'ad dalam al-Thabaqat (4/81) Adz-Dzahabi 

dalam at-Siyar (1/513) semuanya dari jalur muhammad bin Ishaq. Adz-Dzahabi berkata. Ibnu Ishaq meriwayatkan sendirian. Sedangkan Ibnu Katsir dalam Al-

Bidayah waAn-Nihayah (1/313) menyebutkan bahwa dalam periwayatannya ada yang tidak dikenal. 

 

 

Waraqah bin Naufal, Ubaidillah bin Jahsy, Utsman bin Al-Huwairits dan Zaid bin Amr bin Nufail 

 

Ibnu Ishaq berkata: Suatu saat , orang-orang Quraisy mengadakan rapat di sisi salah satu patung yang 

mereka miliki. Mereka mengagung-agungkan patung ini , menyembelih hewan qurban 

untuknya, duduk berdoa di sampingnya serta thawaf di sekelilingnya. Demikianlah hari raya mereka 

setiap tahunnya. Mereka melakukan ritual seperti itu, kecuali empat orang di antara mereka. Salah 

seorang dari mereka berkata kepada sahabatnya: "Bersahabatlah kalian, dan hendaklah sebagian dari 

kalian merahasiakan dirinya dari sebagian yang lain." Mereka berkata: "Baiklah!" Keempat orang 

ini  yaitu  Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Kaab 

bin Luay, Ubaidillah bin Jahsy bin Ri'ab bin Ya'mar bin Shabrah bin Murrah bin Kabir bin Ghanm bin 

Dudan bin Asad bin Khuzaimah (ibunya bernama Umaimah binti Abdul Muthalib), Utsman bin Al-

Huwairits bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay, dan Zaid bin Amr bin Nufail bin Abdul Uzza bin Abdullah 

bin Qurth bin Riyah bin Razah bin Adi bin Ka'ab bin Luay. Sebagian di antara mereka berkata kepada 

sebagian yang lain: "Demi Allah, belajarlah kalian, sebab  kaum kalian tidak berada pada kondisi yang 

bisa diandalkan. sebab  mereka telah menyeleweng dari agama nenek moyang mereka, Ibrahim. Batu 

yang kita thawaf di sekitarnya itu hanyalah batu yang tidak mendengar, tidak melihat, tidak bisa 

memberi madharat, dan tidak bisa memberi manfaat. Wahai kaum, carilah satu agama untuk untuk 

diri kalian, kalian tidak berada pada sesuatu yang tidak benar." Lalu mereka menyebar ke berbagai 

negeri untuk menemukan agama Ibrahim yang lurus (hanafiyyah). 

Adapun Waraqah bin Naufal, ia masuk Kristen, dan mempelajari kitab-kitab dari umat Ahli Kitab, 

hingga ia memperoleh ilmu dari mereka. Sementara itu Ubadillah bin Jahsy mencari agama yang lurus 

hingga ia masuk Islam dan hijrah bersama kaum Muslimin ke Habasyah. saat  hijrah, ia disertai 

istrinya, Ummu Habibah binti Abu Sufyan yang juga telah masuk Islam. Namun pada saat tiba di 

Habasyah ia masuk agama Kristen dan keluar dari agama Islam. Ia meninggal di Habasyah dalam 

keadaan memeluk agama Kristen. 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Jafar bin Zubair bercerita kepadaku: sesudah  murtad dari Islam, 

Ubaidillah berjalan melewati sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang berada di 

Habasyah. Mereka berkata: "Kami telah melihat, sedang kalian sedang berusaha untuk melihat namun  

tidak akan pernah bisa melihat." Kata "Sha'sha'a" ini dipakai sebab  jika anak anjing ingin membuka 

kedua matanya untuk melihat, ia takut untuk melihat (Sha'shaa). 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  Ubaidillah bin Jahsy meninggal dunia, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam menikahi Ummu Habibah binti Abi Sufyan, isteri Ubaidillah bin Jahsy. 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ali bin Husain berkata kepadaku: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam mengutus Amr bin Umayyah Adh-Dhamri menghadap Najasyi, lalu  Najasyi melamarkan 

Ummu Habibah untuk beliau. sesudah  itu, Najasyi menikahkan Ummu Habibah dengan Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan beliau memberi mahar kepadanya sebesar empat ratus dinar. Kami 

lihat Abdul Malik bin Marwan menentukan mahar wanita sebesar empat ratus dinar berdasarkan 

mahar Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada Ummu Habibah. Yang menjadi wakil Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam dalam pernikahan ini  yaitu  Khalid bin Sa'id bin Al-Ash. 

Ibnu Ishaq berkata: Adapun Utsman bin Al-Huwairits, ia datang menemui Kaisar, raja Romawi, 

lalu  masuk agama Kristen, dan memperoleh kedudukan terhormat di sisinya. 

Ibnu Hisyam berkata: Ada kisah tentang Utsman bin Al-Huwairits bersama Kaisar, namun saya enggan 

menyebutkannya, seba- gaimana yang saya lakukan pada saat memaparkan Perang Fijar. 

Ibnu Ishaq berkata: Adapun Zaid bin Amr bin Nufail, ia tidak memeluk agama Yahudi tidak pula 

memeluk agama Kristen. Ia meninggalkan agama kaumnya, lalu  menjauhi patung-patung, 

bangkai, darah, hewan-hewan yang disembelih untuk patung-patung, dan melarang mengubur anak 

dalam keadaan hidup-hidup. Ia berkata: "Aku menyembah Tuhan Ibrahim!" Ia menentang kaumnya 

secara terang-terangan dan meng- kritik mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Urwah berkata kepadaku dari ayahnya dari ibunya, Asma' binti Abu 

Bakar Radhiyallahu Anhuma ia berkata: Aku pernah melihat Zaid bin Amr bin Nufail di masa tuanya. Ia 

menyandarkan punggungnya ke Ka'bah sambil berkata: "Hai orang-orang Quraisy, demi Tuhan, tidak 

ada satupun di antara kalian selain aku yang setia berpegang teguh kepada agama Ibrahim." sesudah  

itu, ia berkata: "Ya Allah, andai kata aku mengetahui wajah yang paling Engkau sukai, pasti aku 

menyembahnya, namun aku tidak mengetahuinya." lalu  ia sujud dengan tenang. 

Ibnu Ishaq berkata: Aku diberitahu bahwa anak Zaid, Sa id bin Zaid bin Amr bin Nufail, dan Umar bin 

Khaththab, ia yaitu  sepupunya berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Bolehkah 

kita memohon ampunan untuk Zaid bin Amr?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: 

"Boleh. Sungguh, dia akan sendirian sebagai satu umat."18 

18 HR. Hakim pada hadits no. 5856 dari jalur Ibnu Ishaq. Namun pada sanadnya ada yang terpotong (munqathi) antara Ibnu Hushein dengan Umar. Lihat Al-

Tarikh al-Kabir (1/130), hadits ini memiliki syawahid di dalam Musnad Imam Ahmad (1648) 

Zaid bin Amr bin Nufail berkata tentang dirinya yang meninggalkan agama kaumnya, dan perlakuan 

kaumnya terhadap dirinya sebab  tindakan ini : 

Apakah satu Tuhan ataukah seribu tuhan yang mesti aku sembah 

Jika semua perkara dibagi 

Ku tinggalkan Al-Lata dan A-Uzza semuanya 

Demikianlah yang dilakukan orangyanggigih dan sabar 

Ku tidak menyembah Uzza dan dua anak wa- nitanya 

Tidak pula dua patung Bani Amr  

Tidak pula aku menyembah Hubal  

Walau sejak lama ia dianggap Tuhan sejak masa kecil 

Aku kagum dan malam-malam itu memang begitu mengagumkan 

Demikian siang yang hanya diketahui oleh orang yang bisa melihat  

Sebetulnya  Allah telah memusnahkan banyak orang 

sebab  mereka berkubang dengan kejahatan  

Dia sisakan yang lain sebab  kebaikan kaum yang lain 

lalu  anak kecil di antara mereka tumbuh dengan baik 

saat  seseorang tersesat, ia akan sadar kembali pada suatu hari 

Laksana daun ranting yang kembali tumbuh sesudah  ia gugur terkena air hujan 1  

Namun aku menyembah Ar-Rahman, Tuhanku 

Agar Tuhan YangMaha Pengampun mengampuni dosa-dosaku 

Pertahankan ketakwaan kalian kepada Allah, Tuhan kalian 

Jika kalian menjaganya maka kalian tidak akan pernah binasa 

Kau lihat bahwa negeri-negeri orang yang baik-baik yaitu  surga 

Sedang negeri orang-orang kafir yaitu  api yang panas membakar 

Mereka mendapat kehinaan hidup di dunia 

Dan pada saat mati, mereka ditimpa siksa yang menyesakkan dada 

Zaid bin Amr bin Naufal juga berkata: Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa ini yaitu  ucapan dari 

Umayyah bin Abi Shalt dalam syairnya kecuali dua bait pertama, bait ke lima dan bait terakhir. 

Sedangan akhir dari bait pertama bukan dari Ibnu Ishaq. 

Ibnu Hisyam berkata: Nama AI-Hadhrami ialah Abdullah bin Ibad bin Akbar, salah seorang dari Ash-

Shadaf. Nama Ash-Shadaf ialah Amr bin Malik Ahas As-Sakun bin Asyras bin Kindi (ada yang 

mengatakan Kindah) bin Tsaur bin Muratti' bin Ufair bin Adi bin Al-Harits bin Murrah bin Adad bin Zaid 

bin Mihsa' bin Amr bin Arib bin Zaid bin Kahlan bin Saba. Ada yang mengatakan Muratti' yaitu  anak 

Malik bin Zaid bin Kahlan bin Saba'. 

Ibnu Ishaq berkata: Zaid bin Amr memutuskan untuk pergi dari Mekkah dan berkelana ke negeri-

negeri yang lain untuk menelusuri agama Ibrahim. 

Ibnu Ishaq berkata: Yang aku tahu, dari sebagian keluarga Zaid bin Amr bin Nufail bahwa jika Zaid tiba 

di Ka'bah, ia masuk ke dalam masjid, lalu  berkata: "Ya Allah, aku sambut seruan-Mu dengan 

sepenuh jiwa sebagai ibadah dan kerendahan untuk-Mu. Aku berlindung dengan apa yang Ibrahim 

berlindung diri dengannya." 

Ya Allah, hidungku ini kuserahkan untuk-Mu Walau kau membeniku tetap tak ada keluh dariku 

Kebaikanlah yang kucari bukannya seseorang Tidaklah sama yang keluar di terik siang dengan yang 

tidur di siang bolong 

Al-Khaththab menganiaya Zaid bin Amr, membuangnya ke Mekkah Atas, turun ke Gua Hira 

menghadap Mekkah, lalu  menyerahkannya kepada salah seorang pemuda Quraisy, dan 

beberapa orang-orang yang bodoh yang ada di tengah-tengah mereka. Al- Khaththab berkata kepada 

mereka: "Janganlah kalian biarkan dia memasuki Mekkah!" Zaid bin Amr tidak memasuki masuk 

Mekkah kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi. saat  orang-orang Ouraisy mengetahui Zaid bin 

Amr memasuki Mekkah, mereka melaporkannya kepada Al-Khaththab, lalu  mereka mengusir 

Zaid bin 

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 6 ullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berumur dua puluh lima tahun, orang-orang Quraisy sepakat untuk memperbaharui pembangunan Ka'bah. Mereka ingin memberi atap pada Ka’bah, tapi mereka khawatir jangan-jangan ha… Read More