ullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berumur dua puluh lima tahun,
orang-orang Quraisy sepakat untuk memperbaharui pembangunan Ka'bah. Mereka ingin memberi
atap pada Ka’bah, tapi mereka khawatir jangan-jangan hal ini malah meruntuhkannya. Awal-
nya Ka'bah dibangun di atas ketinggian orang pada umumnya. Oleh sebab itulah, mereka berkeinginan
untuk meninggikannya dan memberi atap di atasnya. Akar masalahnya yaitu sebab adanya
beberapa orang telah mencuri harta kekayaan yang ada di dalam Ka'bah. Padahal ia harta ini di
simpan di sebuah sumur di dalam Ka'bah. Barang berharga ini ditemukan di rumah Du- waik,
mantan budak Bani Mulaih bin Amr bin Khuza'ah.
Ibnu Hisyam berkata: lalu orang- orang Quraisy memenggal tangan Duwaik.
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy menuduh bahwa orang-orang yang mencuri harta dari
Ka'bah itu dengan sengaja meletakkan hasil curiannya di rumah Duwaik. saat itu, laut melemparkan
perahu milik salah seorang pedagang Romawi ke Jeddah. Perahu ini pecah berkeping. Orang-
orang Quraisy mengambil kayu-kayunya dan menyiapkannya sebagai atap. Di kota Mekkah saat itu
ada seorang tukang kayu yang berasal dari Mesir Qibthy. Orang inilah yang menyiapkan sebagian
bahan untuk pembangunan Ka'bah. Pada saat mereka sedang bekerja, tiba-tiba muncul ular keluar
dari sumur Ka'bah. Sumur ini yaitu tempat mereka memberi sesajian setiap hari. Ular ini
melongokkan kepalanya mendekati tembok Ka'bah. Inilah di antara hal yang dikhawatirkan oleh
orang-orang Quraisy, sebab setiap kali ada yang mencoba mendekati ular ini , ia mendesis
sambil mengangkat kepalanya dengan mulutnya. Mereka sangat takut kepada ular ini .
Suatu saat , saat ular ini sedang berada di tembok Ka'bah, Allah mengirim seekor burung lalu
burung itu menerkamnya dan membawanya pergi. Melihat peristiwa ajaib ini , orang-orang
Quraisy berkata: "Kita berharap semoga Allah meridhai apa yang akan kita kerjakan. Kita memiliki se-
orang pekerja yang telaten, kita juga memiliki kayu. Allah telah melindungi kita dari ular kejahatan
ini ."
Ibnu Ishaq berkata: saat orang-orang Quraisy telah sepakat meruntuhkan Ka'bah dan
membangunnya kembali, berdirilah Abu Wahb bin Amr bin Aidz bin Abd bin Imran bin Makhzum, Ibnu
Hisyam berkata bahwa Aidz yaitu anak Imran bin Makhzum, lalu mengambil batu dari Ka'bah,
namun batu itu meloncat lepas dari tangannya dan kembali ke posisinya semula. Abu Wahb berkata:
"Wahai orang-orang Quraisy, untuk pembangun- an Ka'bah ini janganlah kalian menggunakan uang
kecuali uang yang halal. Jangan sampai ada uang hasil pelacuran, uang dari hasil riba, dan uang yang
diambil dari manusia dengan cara yang zalim." Orang-orang Quraisy mengatakan bahwa perkataan
ini berasal Al-Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najin Al-Makki berkata kepadaku bahwa ia diberitahu dari
Abdullah bin Shafwan bin Umayyah bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah bin Amr bin Hushaish
bin Ka'ab bin Luay, bahwa ia melihat anak Ja'dah bin Hubairah bin Abu Wahb bin Amr sedang thawaf
di Baitullah, lalu ia bertanya kepada seseorang tentang orang ini . Ia diberi tahu bahwa
orang ini yaitu anak Ja'dah bin Hubairah. Abdullah bin Shafwan berkata: Kakek orang inilah
(Abu Wahb) yang mengambil batu dari Ka'bah tatkala orang-orang Quraisy mufakat untuk
meruntuhkan Ka'bah, tapi batu ini tergelincir dari tangannya dan kembali ke posisinya semua.
lalu Abu Wahb berkata: "Wahai orang-orang Quraisy, untuk pembangunan Ka'bah ini janganlah
kalian menggunakan uang kecuali uang yang halal. Jangan sampai ada uang hasil pelacuran, uang dari
hasil riba, dan uang yang diambil dari manusia dengan cara yang zalim."
Ibnu Ishaq berkata: Abu Wahb yaitu paman ayah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Ia seorang
yang sangat tehormat.
Orang-orang Quraisy membagi-bagi Ka'bah. Pintu menjadi jatah Bani Abdu Manaf dan Zuhrah. Antara
rukun Aswad rukun Yamani menjadi jatah Bani Makhzum dan kabilah-kabilah yang bergabung kepada
mereka. Punggung Ka'bah menjadi jatah Jumah dan Sahm bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab bin Luay.
Hajar Aswad menjadi jatah Bani Abduddar bin Qushay, Bani Asad bin Al-Uzza, dan Bani Adi bin Ka'ab
bin Luay.
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang demikian dilanda khawatir untuk melakukan pemugaran terhadap
Ka'bah. Al-Walid bin Al-Mughirah berkata: "Akulah yang akan memulai meruntuhkan Ka'bah!"
lalu ia mengambil kapak, dan berdiri di depan Ka'bah, sambil berkata: "Ya Allah, kami tidak
keluar dari agamamu, kami hanya menginginkan selain kebaikan." Ia runtuhkan Ka'bah dari arah dua
tiang Ka'bah. Malam itu, dengan cemas orang-orang menunggu apa yang akan terjadi pada mereka.
Mereka berkata: "Kita tunggu saja apa yang akan terjadi! Jika Al-Walid terkena sesuatu, kita tidak akan
meruntuhkan sedikit pun dari Ka'bah lalu kita kembalikan ia sebagaimana bentuknya semula.
Jika tidak terjadi apa-apa pada dirinya, berarti Allah meridhai dan kita lanjutkan meruntuhkannya."
Keesokan harinya, Al-Walid bin Al Mughirah berangkat kembali untuk meneruskan pekerjaannya. Ia
runtuh kan Ka’bah dengan diikuti orang-orang Quraisy hingga pemugaran Ka'bah memasuki tahap
peruntuhan pondasi Ibrahim Alaihis Salam. Pondasi ini terbuat dari batu hijau berbentuk seperti
punuk unta yang saling menempel lengket antara satu dengan yang lain. Ibnu Ishaq berkata: Sebagian
orang orang meriwayatkan peristiwa ini berkata kepadaku bahwa seseorang dari Quraisy termasuk
salah seorang yang meruntuhkan Ka'bah memasuk- kan linggis di antara dua batu untuk men- cabut
dengan linggis itu salah satu dari dua batu ini . Tatkala batu ini bergerak, tiba-tiba seluruh
kota Mekkah bergetar hebat. sebab peristiwa ini mereka menghentikan usaha mencabut batu
ini .
Ibnu Ishaq berkata: Aku diberi tahu bahwa orang-orang Quraisy menemukan tulisan dalam bahasa
Suryaniyah (Syiriak) di tiang Ka'bah namun mereka tidak mengerti tulisan ini hingga akhirnya
salah seorang Yahudi membacakannya kepada mereka. Tulisan ini berbunyi: "Akulah Allah
Pemilik Bak- kah (Mekkah) ini. Aku ciptakan ia saat Aku ciptakan langit dan bumi, dan saat Aku
cipta¬kan matahari dan bulan. Aku melindunginya dengan penjagaan tujuh malaikat yang lurus.
Bakkah tidak akan hancur hingga dua gunung di Bakkah hancur. Penghuninya diberkahi air dan susu."
Ibnu Ishaq berkata: Aku diberi tahu bahwa mereka menemukan tulisan di atas Ka'bah. Tulisan ini
berbunyi, "Mekkah yaitu Rumah Allah yang haram. Rezki nya datang dari tiga jalur. Mekkah tidak
bisa menjadi tanah halal oleh penguasanya. "
Ibnu Ishaq berkata: Laits bin Abu Sulaim mengatakan bahwa empat puluh tahun sebelum diutusnya
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, jika yang dikatakan Laits bin Abu Suliam ini benar, mereka
menemukan sebuah batu di Ka’bah. Pada batu ini ada tulisan: "Barangsiapa menabur kebaikan,
ia menuai kebahagiaan. Barangsiapa menabur kejahatan, ia menuai penyesalan. Tidaklah mungkin
kalian mengerjakan dosa-dosa, lalu kalian dibalas dengan kebaikan-kebaikan. Sekali-kali tidak!!
Sebagaimana anggur tidak bisa dipanen dari tanaman duri."
Ibnu Ishaq berkata: Seluruh kabilah di Quraisy mengumpulkan bebatuan untuk pemugaran Ka'bah.
Setiap kabilah mengumpulkan batu sendiri-sendiri, lalu mereka membangun Ka'bah. saat
pembangunan memasuki tahap peletakan Hajar Aswad, terjadi selisih pendapat di antara mereka.
Setiap kabilah ingin menempatkan Hajar Aswad ke tempatnya semula tanpa harus melibatkan kabilah
yang lain. Itulah yang terjadi hingga terjadilah perdebatan sengit di antara mereka, membentuk kubu,
dan merekapun bersiap-siap untuk berperang. Bani Abduddar men- datangkan cawan berisi darah,
lalu mereka bersekutu dengan Bani Adi bin Ka'ab bin Luay untuk mati bersama dan memasukkan
tangan mereka ke dalam mangkok darah ini . Oleh sebab itu, mereka dinamakan La'aqatu Ad-
Dami (penyendok darah). Selama empat atau lima malam orang-orang Quraisy berada dalam kondisi
seperti itu. Akhirnya mereka bertemu di Masjidil Haram untuk melakukan perundingan.
Sebagian ahli sejarah menyatakan bahwa Abu Umayyah bin Al-Mughirah bin Umar bin Makhzum,
orang tertua di kalangan Quraisy berkata: "Hai orang-orang Quraisy, biarlah konflik kalian ini
diselesaikan oleh orang yang pertama kali masuk pintu masjid haram, dia memutuskan perkara
kalian." Mereka mematuhi perintah Abu Umayyah bin Al-Mughirah, dan Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam yaitu orang pertama yang masuk ke dalam masjid. Tatkala mereka melihat Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam sudah berada di dalam Masjid. mereka berkata: "Ini Al-Amien, yang
terpercaya. Kami senang! Ini Muhammad." saat beliau bertemu dengan mereka, maka diceritakan
kepada beliau, lalu beliau berkata: "Kalau demikian serahkan kain kepadaku." Kain diserahkan
kepada beliau. Rasulullah mengambil Hajar Aswad yang diperebutkan, lalu meletakkannya ke
dalam kain dengan tangannya sendiri seraya bersabda:
"Setiap kepala kabilah memegang ujung kain ini, lalu mengangkatnya bersama-sama." Mereka
mengikuti perintah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. saat mereka tiba di tempat Aswad,
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengambil Hajar Aswad dari kain ini lalu meletakkannya
di tempatnya semula, lalu membangun di atasnya.12
12 Hadits dhaif. Ini yaitu salah satu ucapan indah Az-Zuhri dalam Mushannaf Abdur Razzaq no/ 9104.
Sebelum menerima wahyu, orang-orang Quraisy menggelarinya dengan sebutan Al- Amin, yakni orang
yang terpercaya. saat mereka telah menuntaskan pembangunan Ka'bah sesuai dengan keinginan
mereka, Zubair bin Abdul Muthalib berkata tentang ular yang sangat ditakuti oleh orang-orang Quraisy
saat mereka membangun Ka'bah:
Aku merasa kagum saat seekor burung elang terbang
Ke arah ular dan membuat ular itu terkejut kaget
Sebelumnya ular ini mendesis
Kadangla ia juga melompat
saat kami membangun Ka'bah, ular ini muncul
Membuat kami tidak berani melanjutkan bangunan
Saat kami takut ancaman hukuman
Datanglah burung elang terbang cepat ke tempat ular
la menerkam ular
Elang seakan memberi jalan bagi kami
Sehingga tiada penghalang
Kami mulai pembangunan
Kami memiliki bagian pondasi dan tanah
Esok hari, kita mulai pembangunan dari Kabah
Dengan aurat kami tanpa sehelai benang
Dengannya, Tuhan muliakan Bani Luay
Tidak ada seorangpun dari nenek moyangnya yang pergi
Sungguh di sana telah terkumpul Bani Adi Dan Murrah, namun Kilab telah mendahului mereka
Dengan ini Sang Raja menyiapkan kebesaran bagi kita
Dan pada sisi-Nya pahala selalu dicari
Pada masa Rasulullah Ka'bah yaitu delapan belas hasta. Awalnya Ka'bah ditutup dengan kain putih
yang berasal dari Qibthy Mesir. lalu ia ditutup dengan kain Al- Burud yang berasal dari Yaman.
Adapun orang yang pertama kali menutupnya dengan kain sutera yaitu Al-Hajjaj bin Yusuf.
Pembahasan Hums
Ibnu Ishaqberkata: Orang-orang Quraisy dahulu, saya tidak tahu pasti apakah itu sebelum atau sesudah
tahun gajah membuat bid'ah agama yang dinamakan Al-Humsu. Mereka berkata: "Kami yaitu anak-
anak keturunan Ibrahim, warga tanah haram penguasa Ka'bah, penjaga dan penghuni Mekkah.
Tidak ada seorang Arabpun yang memiliki hak sebagaimana hak kami, tidak ada pula yang memiliki
kedudukan seperti kedudukan kami, dan tidak ada yang lebih dikenal dari orang Arab yang melebihi
kami. sebab itulah, janganlah mengagungkan sedikit pun dari tanah halal sebagaimana kalian
mengagungkan tanah haram. Sebab jika kalian melakun itu, orang-orang Arab akan merendahkan
kehormatan kalian." Mereka akan berkata: "Mereka telah telah mengagungkan yang halal
sebagaimana mereka mengagungkan tanah haram."
Mereka tidak menunaikan wukuf di Arafah tidak juga bertolak darinya padahal mereka telah tahu dan
mengakui bahwa wukuf di Arafah dan bertolak darinya yaitu termasuk masyair, haji, dan sekaligus
agama Ibrahim Alaihis Salam. Mereka berpandangan bahwa bagi semua orang non-Arab haruslah
wukuf di Arafah dan harus bertolak daripadanya. Mereka berkata: "Kami warga tanah haram,
sebab itu kami terus berada di dalamnya dan kami tidak akan rela mengagungkan tanah halal seperti
halnya mengagungkan tanah haram. Kami yaitu Al-Humsu dan Al-Humsu yaitu warga tanah
haram." lalu mereka menentukan bahwa orang-orang Arab yang tinggal di tanah haram dan
tanah memiliki hak yang sama dengan mereka. Dengan kelahiran mereka maka dihalalkan apa yang
dihalalkan buat mereka dan diharamkan atas mereka apa yang diharakan atas mereka.
Ibnu Ishaq berkata: Kinanah dan Khuza'ah masuk dalam kesepakatan dengan orang-orang Quraisy
dalam bid'ah Al-Humsu ini.
Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah An-Nahwi berkata kepadaku, Bani Amir bin Sha'shaah bin
Muawiyah bin Bakr bin Hawazin sependapat dengan Quraisy dalam bid'ah Al-Humsu ini.
Yang dimaksud dengan Al-Ahamisu pada syair di atas yaitu Bani Amir bin Sha'shaah.
Sedangkan Abbas yang dimaksud yaitu Ab-bas bin Mirdas As-Sulami. Ia menyerbu Bani Zubayd di
Tatslits. Bait syair di atas yaitu penggalan dari syair Amr.
Pemicu terjadinya Perang Jablah yaitu sebab Bani Abas pada perang ini menjadi sekutu Bani
Amir bin Sha'sha'ah. Perang Jablah yaitu perang yang terjadi antara Bani Handzalah bin Malik bin
Zaid bin Manat bin Tamim dengan Bani Amir bin Sha'sha'ah. Pada perang ini, kemenangan berada di
pihak Bani Amir bin Sha'sha'ah atas Bani Handzalah. Laqith bin Zurarah bin Udas terbunuh, Hajib bin
Zurarah bin Udas tertawan, dan Amr bin Amr bin Udas bin Zaid bin Abdullah bin Darim bin Malik bin
Handzalah lari lintang pukang.
Bait syair di atas yaitu potongan dari syair-syair Jarir.
Mereka berhadapan lagi di Dzu Najab. Pada perang ini , Handzalah berhasil menaklukkan Bani
Amir. Sementara Hassan bin Muawiyah Al-Kindi, yang tak lain yaitu putera Kabsyah tewas. Yazid bin
Ash-Sha'iq tertawan, Ath-Thufail bin Malik bin Ja far bin Kilab Abu Amir bin Ath-Thufal terhempas
mundur.
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy menciptakan banyak hal yang belum ada preseden
sebelumnya. Bahkan mereka berkata: "warga tanah suci Mekkah tidak boleh membuat mentega,
tidak boleh memasak minyak selama mereka ihram, tidak memasuki rumah yang terbuat dari
dedaunan, dan tidak berteduh kecuali d rumah-rumah dari kulit saat mereka sedang ihram." Apa
yang me-reka lakukan semakin menjadi-jadi dengan berkata: warga tanah halal tidak boleh
menyantap makanan yang mereka bawa dari tanah halal ke tanah haram jika mereka mau
menunaikan ibadah haji atau umrah. Jika tiba di Mekkah mereka tidak boleh yang thawaf pertama
kecuali dengan mengenakan pakai- an warga Hums (Mekkah). Jika ternyata tidak mendapatkan
pakaian warga Mekkah, mereka thawaf di sekitar Ka'bah dengan cara telanjang. Jika di antara
mereka ada orang dermawan; laki-laki atau perempuan dan tidak mendapatkan pakaian
warga Mekkah lalu ia thawaf dengan tetap memakai pakaiannya yang ia dibawa dari negeri
asalnya, ia harus membuang pakaian ini usai thawaf, tidak boleh memanfaatkannya, tidak juga
menyentuhnya baik dirinya atau- pun siapa pun selain dirinya untuk selama-lamanya."
Orang-orang Arab menyebut pakaian ini dengan Al-Laqa'. Mereka menerapkan aturan aneh ini
kepada seluruh orang Arab, dan mereka pun patuh dengannya. Orang- orang Arab wukuf di Arafah,
berangkat dari sana, dan thawaf di Ka'bah dengan telanjang. Laki-lakinya thawaf dengan telanjang
bulat. Sedangkan para wanitnya, maka salah seorang dari mereka melorotkan seluruh pakaiannya
kecuali yang berlubang di depan dan belakang, lalu ia thawaf dengan pakaian ini . Seorang
wanita Arab berkata saat thawaf di Ka'bah dengan pakaian seperti ini:
Pada hari ini, tampaklah sebagian atau semuanya
Apa yang tampak padanya, tidaklah aku halalkan
Siapa yang thawaf dengan mengenakan pakaian yang dibawanya dari daerah asalnya, maka sesudah
itu ia harus mencopotnya dan tidak memanfaatkannya baik dirinya atau orang lain. Salah seorang Arab
berkata saat ia ingat pakaiannya yang ditanggalkan dan dia tidak boleh mendekatinya sesudah thawaf
dengannya, padahal ia demikian menyukainya:
Cukuplah ini sebuah kesedihan sebab ku harus balik padanya
sebab ia laksana pakaian Al-Laqa yang ada di tangan orang-orang yang thawaf yang dimanfaatkan
Keadaan ini terus berlangsung lama sekian lama hingga Allah Taala mengutus Muhammad Shallalahu
'alaihi wa Sallam sebagai Nabi. Allah menurunkan wahyu kepada beliau saat Dia kehendak
memantapkan agama- Nya, dan mensyariatkan aturan-aturan haji-Nya:
"lalu bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah) dan mohonlah
ampun kepada Allah; Sebetulnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. al-Baqarah:
199).
Yang dimaksud dengan An-Naasu pada ayat itu yaitu orang-orang Arab. lalu Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam menetapkan dalam sunnah haji untuk pergi ke Arafah, wukuf di sana, dan
bertolak darinya.
Selain itu, Allah juga menurunkan ayat yang menyinggung aturan orang-orang Quraisy yang
mengharamkan manusia makan dan berpakaian di Baitullah tatkala mereka thawaf dengan telanjang
dan mengharamkan diri mereka memakan-makanan yang Allah halalkan. Allah Ta'ala berfirman:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sebetulnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan. Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya
untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah:
Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk
mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang
mengetahui. (QS. Al-A'raaf: 31-32).
Allah Ta 'ala menghapus aturan Al-Humsu dan bid'ah yang diciptakan orang-orang Quraisy untuk
manusia dengan agama Islam saat Dia mengutus Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagai
Rasul-Nya.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm berkata kepadaku dari
Utsman bin Abu Sulaiman bin Jubair bin Muth'im dari pamannya, Nafi' bin Jubair dari ayahnya, Jubair
bin Muth'im dimana dia berkata: "Aku melihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam -sebelum ditu-
runkannya kepada beliau-wukuf di atas untanya di Arafah hingga beliau berangkat pergi dari sana.
Itulah petunjuk Allah kepada beliau. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesejahteraan yang
berlimpah padanya dan para sahabatnya.
Dukun-dukun Arab, Rabi-rabi Yahudi dan Pendeta-pendeta Kristen
Ibnu Ishaq berkata: Rabi-rabi Yahudi, pendeta-pendeta Kristen, dan dukun-dukun Arab membahas
tentang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebelum kenabian beliau, sebab masa kenabian sudah
semakin dekat. Rabi-rabi Yahudi dan para pendeta Kris¬ten mewacanakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam sebab mereka dapatkan ciri-ciri beliau dan ciri zamannya dalam kitab-kitab mereka, dan
sesuai dengan wasiat Nabi-nabi mereka dalam kitab itu. Sedangkan dukun-dukun Arab, mereka
didatangi setan-setan dari bangsa jin yang membawa berita yang mereka curi, sebab saat itu setan-
setan tidak dihalang-halangi untuk mencuri berita langit. Dukun lelaki dan dukun wanita Arab tiada
henti mengungkap tentang hak-hal yang berhubungan dengan Rasulullah, tapi orang- orang Arab tidak
ambil peduli hingga saat Allah mengutus Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagai Nabi, dan
ramalan-ramalan dukun-dukun ini menjadi kenyataan. Saat itulah, orang-orang Arab baru
mengetahui berita ini .
Tatkala masa kenabian Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin dekat dan waktunya telah tiba,
setan-setan dihalang untuk mencuri-curi kabar langit dan dijauhkan dari kursi-kursi yang di masa lalu
mereka duduki untuk mencuri kabar langit. Mereka dilempari dengan panah-panah berapi. Saat itulah
jin-jin menyadari, bahwa pelemparan terhadap dirinya itu pasti terjadi sebab satu urusan besar yang
ditetapkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya, Muhammad
Shallalahu 'alaihi wa Sallam seraya bercerita kepada beliau tentang para jin saat mereka dihalangi
untuk mencuri kabar langit. Merekapun tahu namun, merekapun tidak mengingkarinya sesudah
mereka melihat apa yang mereka saksikan.
Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah
mendengarkan (Al Quran)" lalu mereka berkata: "Sebetulnya kami telah mendengarkan Al Qur'an
yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya.
Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutu kan seorang pun dengan Tuhan kami, dan bahwasanya
Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak. Dan bahwasanya:
orang yang kurang akal dari pada kami dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas
terhadap Allah, dan Sebetulnya kami mengira, bahwa manusia dan jin sekali-kali tidak akan
mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah. Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di
antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu
menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. Dan Sebetulnya mereka (jin) menyangka
sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Mekah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan
membangkitkan seorang (rasul) pun, dan Sebetulnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia)
langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan
Sebetulnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-
dengarkan (berita-beritanya). namun sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan
(seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan
Sebetulnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang
dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka."
(QS. al-Jin: 1-10)
sesudah mendengar Al-Qur'an tahulah jin itu bahwa mereka kini terhalang untuk mendengarkan kabar
langit agar wahyu tidak tercampur dengan sesuatu dari berita langit yang akan membuat manusia
tidak memiliki kepastian tentang apa yang datang dari Allah kepada mereka. sebab Al-Qur'an
diturunkan untuk hujjah dan memangkas semua keraguraguan (syubhat). Maka jin-jin itupun ber-
iman dan membenarkan. sesudah itu
Mereka pulang pada kaumnya dan memberi peringatan: Mereka berkata: "Hai kaum kami,
Sebetulnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang
lurus. " (QS. al-Ahqaaf: 29-30).
Perkataan jin,
"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada
beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. " (QS. al-
Jin: 6).
Jika ada orang Arab dari kalangan Quraisy ataupun selain Quraisy melakukan perjalanan lalu mampir
di salah satu lembah untuk bermalam di sana maka ia berkata: "Aku meminta perlindungan penguasa
lembah ini dari jin di malam ini dari kejahatan yang ada di dalamnya."
Ibnu Hisyam berkata: Makna Ar-Rahaqu yaitu tindakan yang melampaui batas (zalim) dan
kebodohan. Ru'bah bin Al-Ajjaj berkata:
Tiba-tiba penyakit panas menyerang unta yang bodoh
Bait syair di atas yaitu penggalan dari syair-syairnya. Ar-Rahaqu berarti pula pencarianmu pada
sesuatu hingga engkau dekat padanya lalu engkau mengambil atau meninggalkannya. Ru'bah bin Al-
Ajjaj berkata menyifati seekor keledai liar:
Mereka menggerakkan ekornya dan gemetar sebab takut ditangkap
Bait syair di atas yaitu penggalan dari syair-syairnya. Ar-Rahaqu juga berarti kata mashdar dari
perkataan seseorang pada orang lain: "Rahiqtu al-lisma aw al-'usra al-ladzi arhaqtani rahaqan
syadidan." Artinya, saya memikul dosa atau kesulitan atas beban berat yang engkau bebankan
kepadaku. Sebagaimana Allah sebutkan dalam Al-Quran:
Dan kami khawatir dia mendorong kedua orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran. (QS. al-Kahfi:
80).
Dalam firman-Nya yang lain:
Dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku. (QS. al- Kahfi: 73).
Ibnu Ishaq berkata: Yaqub bin Utbah bin Al-Mughirah bin Al-Akhnas bercerita kepadaku bahwa ia
diberitahu bahwa orang Arab yang pertama kali khawatir tertimpa lemparan bintang-bintang saat
dilemparkan yaitu perkampungan Tsaqif. Mereka datang kepada seseorang yang bernama Amr bin
Umayyah yang berasal dari Bani Ilaj. Ia yaitu orang Arab yang pintar dan ramalan selalu
tepat. Mereka berkata kepada Amr: "Wahai Amr, tidakkah engkau melihat lontaran bintang-bintang
yang terjadi di langit?" Amr bin Umayyah menjawab: "Benar, aku telah melihatnya. Maka
perhatikanlah bintang-bintang itu jika yang dilemparkan yaitu bintang-bintang yang bisa dipakai
sebagai penunjuk jalan di daratan, lautan, dan untuk mengenali musim panas dan musim hujan yang
mendatangkan kemaslahatan kepada manusia dalam kehidupan mereka, maka ketahuilah demi Allah,
ia yaitu kebinasaan dunia dan kehancuran makhluk yang ada di dalamnya. Jika bintang-bintang
ini yaitu bintang- bintang selain itu, dan ia tetap berada di tempatnya semula, maka yang
demikian itu yaitu sesuatu yang Allah kehendaki untuk makhluk-Nya. Lalu apa itu?"
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri menyebutkan dari Ali bin Al-Husain
bin Ali bin Abu Thalib dari Abdullah bin Abbas dari beberapa orang dari kaum Anshar bahwa Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada mereka:
"Apa pandangan kalian tentang bintang yang digunakan untuk melempar(setan)?" Para sahabat
menjawab: "Wahai Nabi Allah, dahulu jika kami melihat bintang ini di lempar maka kami
berkata: 'Seorang raja telah meninggal dunia, raja telah diangkat, seorang anak telah lahir, dan
seorang bayi telah meninggal dunia."' Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak
demikian. Jika Allah Yang Mahatinggi menetapkan sesuatu atas makhluk-Nya, maka hal itu didengar
oleh para malaikat pemikul Arasy, lalu mereka bertasbih dan bertasbihlah pula siapa saja yang
berada di bawah mereka. Tasbih bergema hingga terhenti di langit dunia lalu mereka
bertasbih." Sebagian dari mereka bertanya kepada sebagia lainnya: "Kenapa kalian bertasbih?"
Mereka menjawab: "sebab malaikat-malaikat yang berada di atas kami bertasbih, makanya kami ikut
pula bertasbih." Mereka berkata: "Kenapa kalian tidak menanyakan kepada para malaikat yang di atas
kalian apa yang membuat mereka bertasbih?" Mereka mengatakan perkataan ini hingga berakhir pada
malaikat pemikul Arasy. Maka ditanyakanlah hal itu kepada malaikat pemikul Arasy: "Kenapa kalian
semua bertasbih?" Para malaikat pemikul Arasy berkata: "Allah telah menetapkan perkara ini dan itu
pada makhluk-Nya sebab sesuatu hal yang sudah ada, lalu hal ini merembet dari langit
ke langit hingga terhenti di langit dunia. Saat mereka sedang memperbin- cangkannya, tiba-tiba setan-
setan mencuri pendengaran dengan prasangka dan salah tangkap, lalu mereka membawanya kepada
dukun-dukun di bumi. Dukun-dukun membicarakan apa yang mereka peroleh dari setan-setan.
Kadang apa yang mereka katakan itu salah dan kadang kala benar."13 lalu Allah Yang Mahamulia
menghalangi setan-setan dengan bintang-bintang yang dilemparkan kepada mereka. Sehingga
terhentilah perdukunan sampai hari ini.
13 HR. Muslim pada hadits no. 2229.
Ibnu Ishaq berkata: Sebagian pakar bertutur kepadaku bahwa seorang wanita dari Bani Sahm yang
bernama Al-Ghaithalah dikenal sebagai seorang dukun wanita pada zaman jahiliyah. Pada suatu
malam, sahabatnya bangsa jin datang menemuinya lalu menjungkirkan apa yang ada di bawah
sang dukun sambil berkata: "Aku mengerti apa yang kumengerti! hari luka serta hari penyemDennan.
saat hai ini terdengar oleh orang-orang Quraisy, mereka berkata: "Apa maksud dari ucapan
itu?" Pada malam yang lain, jin sahabat Al-Ghaithalah kembali datang menemuinya lalu
merobohkna apa yang ada di bawah Al-Ghaithalah sambil berkata: "Apakah kematian itu?. Di
dalamnya Ka'ab tewas terbaring." saat hal ini didengar orang-orang Quraisy, mereka berkata: "Apa
maksud dari ucapannya itu? Apa yang dia dikatakan pasti suatu saat terjadi. Perhatikanlah dengan
seksama apa yang akan terjadi?" Mereka tidak mengerti maksud perkataan jin ini hingga
terjadinya Perang Badar dan Uhud di Syi'b. Saat itulah, mereka mengerti bahwa itulah maksud
perkataan jin kepada Al-Ghaithalah.
Ibnu Hisyam berkata: Al-Ghaithalah berasal dari Bani Murrah bin Abdu Manat bin Kinanah, saudara
Mudlij bin Murrah. Al-Ghaithalah yaitu ibu dari Al-Ghayathil yang disebutkan Abu Thalib dalam
untaian syairnya,
Sungguh bodohlah bayangan sebuah kaum yang mengubah
Bani Khalaf menjadi Al-Ghayathil
Anak-anaknya disebut dengan Al-Ghayathil. Mereka yaitu Bani Sahm bin Amr bin Hushaish. Bait syair
di atas yaitu penggalan dari syair-syair Abu Thalib dan secara lengkap, insyaallah, akan saya paparkan
pada tempatnya.
Ibnu Ishaq berkata: Ali bin Naff Al-Jurasyi berkata kepadaku bahwa Janb, satu kabilah di Yaman
memiliki seorang dukun pada zaman jahiliyah. Tatkala berita tentang Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam menyebar
ke mana-mana, kabilah Janb berkata kepada dukun itu: "Coba perhatikan dengan cermat tentang
orang ini ." Mereka berkumpul di lereng gunung guna menunggu dukun ini . saat
matahari terbit, dukun ini turun kepada mereka, lalu berdiri dengan bersandar kepada
busur panahnya. Ia angkat kepalanya ke langit dalam waktu yang lama sekali, lalu ia melompat
dan berkata: "Wahai manusia, Sebetulnya Allah telah memuliakan dan memilih Muhammad serta
mensucikan hati dan isi perutnya, namun ia tak lama tinggal di tengah-tengah kalian." sesudah itu, si
dukun naik kembali ke gunung tempat dia semula.
Ibnu Ishaq berkata: Seorang yang tidak aku ragukan kredibilitasnya berkata kepadaku dari Abdullah
bin Ka'ab, mantan budak Utsman bin Affan, bahwa Utsman bin Affan berkata: saat Umar bin
Khaththab Radhiyallahu Anhu sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya di masjid Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam, tiba-tiba datanglah orang Arab lalu masuk ke dalam masjid sebab
ingin bertemu dengan Umar bin Khaththab. Saat Umar bin Khaththab melihat kedatangan orang itu,
ia berkata: "Sungguh orang ini ada padanya kesyirikan dan dia tidak akan berpisah dengannya." Atau
mungkin ia sebelumnya yaitu seorang dukun pada zaman jahiliyah. Orang tadi mengucapkan salam
kepada Umar bin Khaththab lalu duduk. Umar bin Khaththab berkata: "Apakah engkau telah memeluk
agama Islam?" Orang tadi menjawab: "Ya. wahai Amirul Mukminin." Umar bin Khaththab
melanjutkan: "Apakah pada zaman jahiliyah engkau pernah menjadi seorang dukun?" Orang ini
berkata: "Maha suci Allah, wahai Amirul Mukminin, bagaimana kau bisa tahu?!" Umar bin Khaththab
berkata: "Ya Allah, ampunilah orang ini. Sesungguh nya pada zaman jahiliyah kami lebih buruk dari itu.
Kami menyembah berhala, dan memeluk agama berhala hingga pada akhirnya Allah memuliakan kami
dengan Rasul-Nya dan dengan agama Islam." Orang itu berkata: "Benar apa yang kau katakan, wahai
Amirul Mukminin, pada zaman jahiliyah aku yaitu seorang dukun." Umar bin Khaththab berkata:
"Tolong jelaskan kepadaku hal apa (yang paling menakjubkan) yang dibawa jin sahabatmu." Orang itu
berkata: "Sebulan atau kurang sebelum Islam datang, ia mendatangi aku seraya berkata: "Tidakkah
engkau perhatikan para jin yang diam seribu bahasa, yang dilanda putus asa dari agamanya, dan
kepergiannya pada unta muda bersama dengan alas pelananya?"
Ibnu Hisyam berkata: Perkataan di atas yaitu sebuah sajak dan bukan untaian syair. Abdullah bin
Ka'ab berkata: lalu Umar bin Khaththab berkata kepada orang-orang, "Demi Allah, pada zaman
jahiliyah aku pernah berada di sisi sebuah patung bersama beberapa orang dari Quraisy. Salah seorang
Arab telah menyembelih sapi betina sebagai sesem bahan untuk patung ini . Kami menunggu ia
memberi bagian untuk dari lembu betina yang ia sembelih. Tiba-tiba terdengar suara dari perut lembu
betina itu dan aku tidak mendengar suara yang lebih keras daripada suara ini . Peristiwa ini
terjadi satu bulan atau kurang sebelum Islam datang. Suara itu yaitu : "Hai Dzarih(unta yang
disembelih), persoalan yang tepat, dan orang yang meneriakkan Laa Ilaaha ilia Allahu"
Ibnu Hisyam berkata: Dikatakan, seorang yang berteriak dengan suara yang fasih, dengan berucap:
Laa Ilaaha Ilia Allah.
Sebagian ahli syair membacakan syair berikut kepadaku:
Aku tertegun dengan jin dan kebingungannya Dan ikatannya pada unta dengan pelananya Ia bergerak
ke Mekkah tuk mencari petunjuk Jin yang beriman tidak sama dengan kotoran- nya
Ibnu Ishaq berkata: Inilah kabar yang kami ketahui mengenai para dukun dari ka- langan orang-orang
Arab.
Kewaspadaan Orang-orang Yahudi terhadap Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah bercerita kepadaku yang bersumber dari beberapa
orang kaumnya yang berkata: "Sebetulnya faktor yang membuat kami tertarik memeluk Islam,
selain rahmat dan petunjuk Allah, yaitu sebab kami mendengar beberapa perkataan orang-orang
Yahudi. Kami yaitu kaum musyrikin dan penyembah berhala, sedangkan mereka yaitu Ahli Kitab.
Mereka memiliki ilmu yang tidak kami miliki. Konflik terus terjadi antara kami dengan mereka. Jika
kami mendapatkan dari mereka apa yang tidak disukai, mereka berkata kepada kami: "Sebetulnya
kini telah dekat kemunculan seorang Nabi dan bersama dengan Nabi itu kami akan membunuh kalian
seperti pembunuhan terhadap Ad dan Iram." Sangat sering kami mendengar ucapan ini dari
mereka. Makanya. saat Allah mengutus Rasul-Nya, kami langsung merespon positif seruannya saat
ia menyeru kepada agama Allah. Kami paham ancaman yang dilontarkan orang-orang Yahudi kepada
kami, sehingga kami segera menghadap Nabi, lalu beriman kepada beliau sedangkan mereka tetap
kafir. Mengenai kami dan mereka Allah Ta'ala menu- runkan firman-Nya di surat Al-Baqarah:
Dan sesudah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada
mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat
kemenangan atas orang-orang kafir, maka sesudah datang kepada mereka apa yang telah mereka
ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. (QS.
al-Baqarah: 89).
Ibnu Hisyam berkata: yastaftihuuna artinya yastanshiruuna (meminta pertolongan) atau
yatahakamuuna (meminta kepastian hu- kum). Sebagaimana disebutkan Kitabullah:
"Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah
Pemberi keputusan yang sebaik- baiknya" (QS. al-A'raaf: 89).
Ibnu Ishaq berkata: Shalih bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf bercerita kepadaku dari Mahmud bin
Labid, saudara Bani Abdu Al-Asyhal dari Salamah bin Salamah bin Waqqasy-Salamah salah seorang
yang terlibat pada Perang Badar: "Kami memiliki tetangga seorang Yahudi di Bani Abdu Al-Asyhal.
Suatu saat ia keluar dari rumahnya menemui kami lalu berdiri di hadapan Bani Abdu Al-
Asyhal. saat itu akulah anak yang paling muda di antara yang hadir. Aku mengenakan jubah kecil dan
tidur-tiduran di halaman keluargaku. Grang Yahudi itu berkhotbah tentang hari kiamat, hari
kebangkitan, hari perhitungan amal, neraca, surga dan neraka. Ia menceritakan itu semua kepada
orang-orang musyrikin penyembah patung-patung yang tidak mempercayai adanya kebangkitan
kembali sesudah kematian. Orang-orang musyrikin berkata: "Dasar sialan kau, apakah engkau mengira
bahwa sesudah kematiannya manusia mereka akan dibangkitkan di sebuah negeri yang di dalamnya
ada surga dan neraka, lalu mereka diberi balasan setimpal dengan amal perbuatan
mereka?" Orang Yahudi ini berkata: "Ya, demi Dzat yang dengannya aku bersumpah. Seseorang
saat itu akan berharap andaikata sebagai ganti neraka ini ia memiliki tungku yang paling
besar di dunia ini. Lalu tungku ini dijaga, lalu ia dimasukkan ke dalamnya dan dilumur
dengannya itu jauh lebih dan lebih ia sukai asalkan ia selamat dari api neraka." Mereka berkata kepada
orang Yahudi itu: "Sialan sekali kau Fulan, lalu apa tanda-tandanya?" Yahudi itu berkata: "Nabi yang
diutus dari negeri-negeri ini, sambil menunjuk dengan tangannya ke arah Mekkah dan Yaman."
Mereka bertanya: "Kapan itu terjadi?" Orang ini menoleh ke arahku dan saat itu aku yaitu
anak yang paling muda yang hadir pada pertemuan ini , lalu ia berkata: "Jika umur anak
muda ini panjang, niscaya ia berjumpa dengan Nabi ini ."
Salamah berkata: "Demi Allah, malam dan siang terus bergulir, sampai Allah Ta'ala mengutus
Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagai Rasul-Nya, sedangkan Yahudi itu hidup di tengah
kami, lalu kami beriman kepada beliau, sedangkan orang Yahudi ini malah ingkar
kepadanya sebab dengki dan hasud yang ada dalam dadanya. Kami berkata kepada orang Yahudi
ini : "Sialan sekali kau fulan, bukankah engkau yang berkata demikian dan dan demikian kepada
kami?" Ia berkata: "Ya, benar, namun Nabi itu bukanlah yang kami maksudkan."
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku dari tetua Bani Quraizhah yang
bertanya kepadaku: "Apakah engkau tahu tentang keislaman Tsa labah bin Sa'yah, Usaid bin Sa'yah,
dan Asad bin Ubaid?" Mereka yaitu orang-orang Bani Quraizhah sahabat-sahabat mereka di zaman
jahiliyah lalu mereka menjadi pempinan di zaman Islam. Aku berkata: "Tidak, demi Allah."
Orang-orang dari Bani Hadl berkata: "Sesung- guhnya seorang Yahudi dari Syam yang bernama Ibnu
Al-Hayyaban datang menemui kami dua tahun sebelum Islam datang. Dia tinggal bersama dengan
kami. Demi Allah, kami belum pernah melihat orang mengerjakan shalat lima waktu yang lebih baik
daripadanya. Ia tinggal bersama-sama kami. Jika kami ditimpa kekeringan dan hujan tidak turun, kami
berkata kepada Ibnu Al-Hayyaban: "Keluarlah, wahai Ibnu Al-Hayyaban dan mohonkanlah air hujan
untuk kami." Ia berkata: "Tidak, demi Allah, aku tidak akan melakukan itu hingga kalian mengeluarkan
sedekah di tempat kalian keluar." Kami bertanya kepadanya: "Berapa jumlahnya?" Ia menjawab: "Satu
sha' kurma, atau dua mud gandum." Kami segera bersedekah, lalu Ibnu Al-Hayyaban menyertai
kami keluar kampung lalu ia berdoa kepada Allah agar hujan turun untuk kami. Demi Allah, belum
lama ia beranjak dari duduknya, mendung telah berarak lalu menurunkan hujan untuk kami. Ia
lakukan ini bukan hanya sekali, dua atau tiga kali.
Ashim bin Amir berkata: Saat menjelang kematiannya dan dia berada di tengah kami, dan dia tahu
bahwa kematiannya telah semakin dekat ia berkata: "Wahai orang-orang Yahudi, apa pendapat kalian
yang membuat aku keluar dari negeri minuman keras dan roti ke sebuah negeri yang penuh derita dan
kelaparan?" Mereka berkata: "Engkau jauh lebih tahu tentang hal itu daripada kami." Ibnu Al-
Hayyaban berkata: "Sebetulnya aku datang ke negeri ini dengan tujuan menanti diutusnya seorang
Nabi yang sudah dekat kedatangannya. Negeri ini yaitu tempat hijrah Nabi ini . Aku berharap
kiranya ia telah diutus lalu aku mengikutinya, sebab masa kemunculannya telah semakin dekat.
Oleh sebab itulah, kalian bersegeralah jangan sampai ada orang yang mendahului kalian wahai orang-
orang Yahudi, sebab ia diutus dengan menumpahkan darah dan menawan anak-anak dan wanita-
wanita siapa saja yang menentangnya. Janganlah kalian menjauh darinya."
Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengepung Bani Quraizhah, anak-anak muda yang
dulunya masih anak-anak ini , berkata: "Wahai Bani Quraizhah, demi Allah, inilah Nabi yang
diceritakan Ibnu Al-Hayyaban kepada kalian." Mereka berkata: "Tidak! Bukan dia!" Mereka berkata:
'Demi Allah, dialah nabi itu dengan semua ciri-ciri yang dimilikinya." Merekapun lalu masuk Islam lalu
darah, harta, dan keluarga mereka terlindungi.
Ibnu Ishaq berkata: Itulah berita tentang orang-orang Yahudi yang sampai kepadaku.
Salman Al-Farisi Radhiyallahu Anhu Masuk Islam
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshari berkata kepadaku dari Mahmud bin Labid
dari Abdullah bin Abbas yang berkata bahwa Salman Al-Farisi berkata kepadaku dan aku
mendengarnya dari mulutnya langsung. Salman Al-Farisi berkata: "Aku orang Persia, berasal dari di
sebuah desa yang bernama Jayyu di daerah Asfahah. Sedangkan ayahku yaitu seorang tokoh di
desaku adapun aku yaitu anak yang paling dicintainya. Ia amat mencintaiku hingga ia mengurungku
di dalam rumah laksana seorang anak gadis. Aku demikian serius menganut agama Majusi hingga aku
menjadi penjaga api yang harus senantiasa menyala dan tidak boleh padam sesaatpun. Ayahku
memiliki ladang yang demikian luas." Pada suatu saat , ayah disibuk- kan dengan urusan bangunan
dan dia berkata: "Anakku, hari ini ayah sibuk dengan urusan bangunan ini hingga tidak punya waktu
yang cukup untuk mengurusi ladang. Oleh sebab itulah, pergilah ke ladang!" Ayahku memerintahkan
beberapa hal yang seharusnya aku lakukan, lalu ia berkata: "Janganlah terlambat pulang ya,
sebab engkau lebih berarti bagiku daripada ladangku dan engkau berada di atas segala-galanya bagiku.
Salman berkata: "lalu aku berjalan menuju ladang ayahku seperti yang dia perintahkan. Dalam
perjalanan, aku melewati sebuah gereja milik orang-orang Kristen, dan aku mendengar suara-suara
saat mereka mengerjakan ibadah di dalamnya. Aku tidak tahu banyak kehidupan manusia sebab aku
dikurung di rumah. saat mendengar suara-suara mereka itu aku mencoba masuk untuk melihat lebih
jauh apa yang mereka kerjakan. saat aku perhatikan, aku mengagumi shalat-shalat mereka dan
tertarik pada aktivitas mereka." Aku bergumam: "Demi Tuhan, agama orang-orang ini jauh lebih baik
daripada agama yang aku peluk. Demi Tuhan, aku tidak akan meninggalkan mereka hingga matahari
terbenam." Aku membatalkan perjalanan ke ladang ayahku. Aku berkata kepada orang-orang Kristen
itu: "Berasal dari manakah agama ini?" Mereka menjawab "Dari Syam " sesudah itu menemui ayahku,
ternyata dia telah mengutus seseorang untuk mencariku. Ini membuatnya tidak mengerjakan semua
pekerjaannya. saat aku kembali kepadanya, ayahku berkata: "Anakku, kemana saja engkau pergi?
Bukankah engkau sudah berjanji untuk cepat pulang?" Aku berkata: "Ayahanda, aku tadi berjalan
melewati orang-orang yang sedang mengerjakan ibadah di dalam gereja mereka, dan aku kagum pada
agama mereka. Demi Allah, aku berada di tempat mereka hingga matahari terbenam." Dia berkata:
"Wahai Ananda, tidak ada kebaikan apapun pada agama ini ! Agamamu dan agama nenek
moyangmu jauh lebih baik daripada agama ini ." Aku berkata: "Tidak! Demi Tuhan, agama
mereka jauh lebih baik daripada agama kita yang kita anut." sesudah kejadian ini , ayah
mengkhawatirkanku. Ia ikat diriku dan mengurungku di rumah."
Aku mengirim seseorang kepada orang-orang Kristen itu dan aku katakan kepada mereka: "Manakala
ada rombongan dari Syam datang kepada kalian, informasikan padaku tentang mereka." Tidak lama
lalu , datanglah pedagang-pedagang Kristen dari Syam dan mereka menghubungi aku. Aku
katakan kepada mereka: "Jika mereka telah tuntas menyelesaikan urusannya, dan hendak pulang ke
negeri mereka izinkan aku untuk bisa ikut bersama mereka."
Salman berkata: "Tatkala para pedagang Kristen itu berencana kembali ke negerinya, mereka
memberiku informasi. lalu aku buang rantai dari kakiku dan pergi bersama mereka hingga tiba
di Syam." Setibanya di Syam, aku bertanya: "Siapakah dari pemeluk agama ini yang paling utama
ilmunya?" Mereka berkata: "Uskup di gereja."
Lalu aku mendatangi uskup itu dan berkata kepadanya: "Aku demikian tertarik pada agama ini. Aku
ingin sekali bersamamu, dan melayanimu di gerejamu ini agar bisa belajar ilmu darimu serta beribadah
bersamamu." Uskup itu berkata: "Masuklah!" Aku pun masuk namun ternyata uskup ini yaitu
seorang yang jahat. Ia perintahkan ummatnya ber- sedekah dan senantiasa menyeru mereka untuk
melakukan itu. Namun mana kala mereka telah mengumpulkannya, ia simpan hasilnya untuk
kepentingan dirinya sendiri dan tidak menyerahkannya kepada orang-orang miskin, hingga ia berhasil
mengumpulkan tujuh kendi penuh berisi emas dan perak. Aku sangat marah padanya akibat
tindakannya ini . Tak berapa lalu uskup ini meninggal dunia. Orang-orang Kristen
berkumpul untuk menguburkan jenazahnya, namun aku katakan kepada mereka: "Sebetulnya
orang ini yaitu seorang yang jahat. Ia suruh dan seru kalian bersedekah, namun jika kalian
memberi sedekah kepadanya, ia malah menyimpannya untuk dirinya sendiri dan tidak
mendistribusikannya sedikitpun kepada orang-orang miskin." Mereka berkata: "Bagaimana kau tahu
tentang hal itu?" Aku katakan kepada mereka: "Aku akan tunjukkan tempat penyimpanannya kepada
kalian." Mereka berkata: "Tolong tunjukkan kepada kami tempat penyimpanannya itu!" Aku tunjukkan
tempat penyimpanan uskup itu kepada mereka, lalu mereka mengeluarkan tujuh tempayan
yang penuh dengan emas dan perak. saat mereka melihat ketujuh kendi penuh ini . Mereka
berkata: "Demi Allah, kami tidak akan mengubur mayat uskup ini." Maka mereka menyalib uskup tadi
dan melemparinya dengan batu. sesudah itu, mereka menunjuk orang lain untuk menjadi peng-ganti
uskup tadi.
Salman berkata: Aku belum pernah melihat orang shalat lima waktu yang lebih utama darinya dalam
beribadah, lebih zuhud terhadap dunia, lebih mencintai akhirat, lebih tekun di siang dan malam hari
dari uskup baru itu. Aku sangat mencintai uskup baru ini dengan cinta yang tiada tandingnya.
Aku tinggal bersamanya dalam waktu yang lama sekali hingga akhirnya kematian menghampirinya.
Aku katakan kepadanya: "Hai fulan, sungguh aku telah hidup bersamamu dan aku mencintaimu
dengan cinta yang tiada terkira. Kini sebagaimana yang engkau saksikan telah datang keputusan Tuhan
kepadamu, maka akan engkau titipkan aku kepada siapa?" Ia menjawab: "Anakku, demi Allah, aku
tidak tahu seperti apa diriku Sebetulnya . Sudah banyak orang yang meninggal dunia, mengubah
agama yang dianutnya dan meninggalkan tradisi yang sebelumnya mereka kerjakan, kecuali satu
orang yang kini berada di Al-Maushil, yaitu Si fulan. Ia melakukan seperti apa yang diriku lakukan.
Susullah dia ke sana!"
Salman berkata: "saat uskup ini meninggal dunia dan telah dikuburkan akupun pergi pada
uskup di Al-Maushil itu." Setibanya di sana, aku katakan kepadanya: "Wahai fulan, Sebetulnya
uskup fulan telah berwasiat kepadaku saat hendak meninggal dunia agar aku menemui dirimu. Ia
katakan kepadaku bahwa engkau seperti dia." Uskup ini berkata: "Tinggallah engkau bersa
maku." Akupun menetap bersamanya. Aku dapatkan ia seorang yang baik persis seperti yang
diceritakan sahabatnya. Tidak lama lalu uskup ini meninggal dunia. Menjelang meninggal
dunia, aku berkata kepadanya: "Wahai fulan, Sebetulnya uskup fulan telah berwasiat kepadaku
agar aku pergi kepadamu dan sekarang takdir Allah telah datang kepadamu seperti yang engkau
saksikan, lalu kepada siapa kini aku engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahkan kepadaku?"
Uskup berkata: "Anakku, demi Allah, yang aku tahu hanya ada satu orang yang seperti kita di Nashibin,
yaitu si Fulan. Pergilah engkau menemuinya!"
Salman berkata: saat uskup ini telah meninggal dunia dan telah dikuburkan, aku pergi
menemui uskup di Nashibin itu. Aku jelaskan perihal diriku adanya dan apa yang diwasiatkan dua
sahabatku. Ia berkata: "Tinggallah bersamaku." Aku tinggal bersamanya, dan aku dapati dia seperti
sahabatnya yang telah meninggal dunia. Aku tinggal bersama orang terbaik. Demi Allah, tidak lama
lalu ajal menjemputnya. Menjelang kematiannya, aku berkata kepadanya: "Wahai fulan, fulan
berwasiat kepadaku agar aku pergi kepada fulan, lalu berwasiat agar aku pergi kepadamu, kini
kepada siapa aku engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahkan kepadaku?" Uskup ini
berkata: "Anakku, demi Allah, yang aku tahu hanya ada satu orang yang masih seperti kita sehingga
aku bisa perintahkan engkau pergi kepadanya di Ammuriyah wilayah Romawi. Ia masih melakukan hal
yang sama seperti kita. Jika engkau suka, temuilah dia sebab ia masih sama seperti kita!"
Salman berkata: "Uskup Nashibin pun wafat, lalu ia dikuburkan. Aku lalu pergi kepada uskup di
Ammuriyah. Aku terangkan padanya tentang siapa diriku sebenarnya. Ia berkata: "Tinggallah engkau
bersamaku." Aku pun tinggal bersama seorang yang demikian baik sesuai dengan arahan sahabat-
sahabatnya dan perintah mereka. Aku bekerja sampai memiliki sejumlah sapi dan kambing. Tak
berapa lama lalu , uskup itupun meninggal dunia. Menjelang kematiannya, aku bertanya
kepadanya: "Wahai fulan, aku pernah tinggal bersama fulan lalu ia berwasiat agar aku pergi kepada
fulan, lalu fulan ini berwasiat agar aku pergi kepada fulan, lalu fulan ini berwasiat
agar aku pergi kepada fulan, lalu dia ini berwasiat agar aku pergi kepadamu, kini kepada
siapa aku engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahkan kepadaku?" Uskup berkata: "Anakku, demi
Allah, aku tidak tahu apakah kini masih ada orang-orang yang seperti kita yang bisa aku perintahkan
engkau pergi kepadanya, namun demikian kini telah dekat kedatangan seorang Nabi. Ia diutus dengan
membawa agama Ibrahim 'Alaihis salam dan akan muncul di negeri Arab. Tempat hijrahnya yaitu
daerah di antara dua tanah berbatu hitam dan di antara dua daerah ini ada banyak sekali
pohon kurma. Nabi ini memiliki tanda-tanda yang tidak mungkin bisa disembunyikan ia
menerima hadiah dan tidak menerima sedekah. Di antara kedua bahunya ada stempel kenabian.
Jika engkau sang- gup pergi ke negeri ini , pergilah!"
Salman berkata: "lalu uskup ini pun wafat dan dikebumikan. Sementara aku tetap tinggal
di Ammuriyah hingga beberapa lama. sesudah itu, sekelompok pedagang berjalan melewatiku. Aku
berkata kepada mereka: "Bawalah aku ke negeri Arab dan aku akan berikan lembu dan kambingku ini
kepada kalian!" Mereka berkata: "Ya" Aku berikan sapi dan kambingku kepada mereka lalu
mereka membawaku pergi bersama mereka. Tapi tatkala tiba lembah Al-Quran, mereka berbuat zalim
dengan menjuaku sebagai budak kepada seorang Yahudi sebagai seorang budak. Maka aku tinggal
bersama orang Yahudi tadi dan aku melihat pohon kurma. Aku berharap semoga negeri inilah yang
pernah diisyaratkan sahabatku. Namun aku tidak yakin sepenuhnya.
Salman berkata: "saat aku tinggal bersama orang Yahudi tadi, datanglah saudara sepupunya yang
berasal dari Bani Quraizha di Madinah. Ia membeliku dari sepupunya itu lalu membawaku ke
Madinah. Demi Allah, begitu aku melihat Madinah, aku lihat persis sifat-sifat seperti dijelaskan
sahabatku. Akupun tinggal di sana. Saat itulah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam diutus sebagai
Nabi dan menetap di Mekkah dalam jangka waktu tertentu sementara aku tidak mendapat berita
tentang beliau, sebab sibuk dengan pekerjaanku sebagai seorang budak. Tidak berapa lama
lalu , Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah."
Salman berkata: "Saat aku sedang berada di atas pohon kurma mengerjakan beberapa tugas rutin
untuk tuanku, sedang tuanku duduk di bawahku. Tiba-tiba sepupunya datang dan berdiri di
depannya." Sepupunya itu berkata: "Hai fulan, semoga Allah menghancurkan Bani Qailah. Demi Allah,
mereka sekarang sedang berkumpul di Quba untuk menyambut kedatangan seorang laki-laki dari
Mekkah, dan mereka mengatakan bahwa orang ini yaitu seorang Nabi.
Ibnu Hisyam berkata: Qailah yaitu anak perempuan Kahil bin Udzrah bin Sa'ad bin Zaid bin Laits bin
Sud bin Aslum bin Ilhaf bin Qadha'ah. Ia ibu Al Aus dan Al-Khazraj. An-Nu'man bin Basyir Al-Anshari
berkata memuji Al Aus dan Al-Khazraj dalam syairnya,
Tuan-tuan dari anak-anak Qailah
Tak seorangpun yang sanggup menandinginya dalam menghadapi kesulitan
Manusia lapang dada, pahlawan yang sukakeramahan
Menganggap mengikuti tradisi leluhurnya se-bagai kewajiban
Dua bait syair ini yaitu miliknya.
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshari berkata kepadaku dari Mahmud bin Labid
dari Abdullah bin Abbas ia berkata bahwa Salman berkata: "saat aku mendengar apa yang
diucapkannya, aku gemetaran seolah-olah akan jatuh. Aku turun dari atas pohon kurma dan bertanya
kepada saudara sepupu tuanku: "Apa yang engkau katakan tadi?" Dia berkata: "Apa urusanmu dengan
perkara ini? Tuntaskanlah pekerjaanmu!!° Aku berkata: "Tidak ada apa-apa." Aku hanya ingin
meyakinkan diri apa sebenarnya yang dia ucapkan.
Salman berkata: Aku memiliki sesuatu yang telah aku siapkan sebelumnya. Pada sore hari aku
mengambilnya lalu aku pergi untuk menjumpai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Quba'. Aku
lekas menemui beliau dan berkata: "Aku mendapat kabar bahwa engkau seorang yang shalih. Engkau
memiliki sahabat-sahabat asing yang sangat membutuhkan bantuan. Ini ada beberapa barang yang
aku siapkan untuk sedekah buatmu. Aku anggap kalian lebih berhak daripada selain kalian." Aku
serahkan sedekah ini kepada Kasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, lalu beliau berkata
kepada sahabat-sahabat- nya: "Makanlah." Sedangkan beliau menahan
tangannya dan tidak memakan sedikit pun dari sedekah yang aku berikan padanya. Aku bergumam
dalam hati, "Ini baru tanda pertama." lalu aku mohon izin dari hadapan Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam. Sete- lah itu, aku menghimpun barang yang lain, sementara itu Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam telah pindah ke Madinah. Aku datang menemui beliau dan berkata: "Aku lihat engkau
tidak memakan harta sedekah. Maka teri- mah hadiah khusus dariku untukmu." Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam memakan hadiahku dan menyuruh sahabat-sahabatnya ikut makan bersamanya. Aku
bergumam dalam hati: "Ini pertanda kedua." sesudah itu, aku mendatangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam di Baqi' Al-Gharqad. Saat itu beliau se- dang mengantar jenazah seorang sahabatnya. Aku
telah mengetahui dua tanda kenabian pada beliau. Beliau sedang duduk di antara sahabat-
sahabatnya, lalu aku mengucapkan salam kepada beliau. sesudah itu aku sengaja memposiskan
diri di belakang beliau sebab ingin melihat punggung beliau apakah aku melihat stempel tanda
kenabian seperti yang dijelaskan sahabatku? saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihatku
berada di belakangnya, beliau mengetahui bahwa aku sedang mencari sifat yang pernah dijelaskan
oleh sahabatku. Beliau menanggalkan kainnya dari punggungnya saat itulah aku melihat stempel
kenabian pada punggung beliau. lalu aku balik ke depan beliau menciumnya sambil menangis.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku.
"Berbaliklah!" Aku pun berbalik arah dan duduk menghadap beliau. Aku kisahkan kepadanya semua
peristiwa yang terjadi mengenai diriku sebagaimana aku ceritakan kisah ini kepadamu, wahai Ibnu
Abbas. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ingin agar kisahku ini diketahui oleh semua sahabat-
sahabatnya." sesudah itu Salman disibukkan dengan statusnya sebagai seorang budak hingga dia
ketinggalan dan tidak bisa ikut pada Perang Badar dan Uhud bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam.'14
14 Sanadnya hasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23788. Albani mengatakan dalam Silsilah al- Shahihah, sanadnya hasan (894).
Salman berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku: "Tulislah perjanjian
kebebasan dirimu dari perbudakan dengan membayar sejumlah uang, wahai Salman!" lalu aku
menuliskan kesepakatan pembebasan diriku dari tuanku dengan membayar tiga ratus pohon kurma
yang aku tanam untuknya dan emas empat puluh ons (uqiyyah). Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
bersabda kepada sahabat-sahabatnya: "Bantulah saudara kalian ini!" Sahabat-sahabat Rasulullah ada
yang membantu dengan memberi pohon kurma kepadaku. Ada yang memberi tiga puluh bibit pohon
kurma. Ada yang memberiku dua puluh anak pohon kurma. Ada yang memberiku lima belas bibit
pohon kurma, ada yang membantu sepuluh bibit pohon kurma. Setiap orang membantu sesuai
dengan kadar kemampuannya, hingga akhirnya terkumpul tiga ratus bibit pohon kurma. Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Pergilah hai Salman, dan galilah lubang untuk bibit-bibit pohon
kurma ini. Jika telah selesai menggalinya, temuilah aku, sehingga tanganku sendiri yang meletakkan
bibit pohon kurma ini ke dalamnya." Salman berkata: "lalu aku menggali lubang untuk bibit-
bibit pohon kurma ini dengan dibantu sahabat-sahabatku. saat telah selesai menggalinya, aku
kembali menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan memberi tahu bahwa aku telah selesai
menggali lubang. Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi bersamaku ke lubang-lubang untuk
bibit kurma ini . Kami berikan bibit pohon kurma kepada beliau lalu beliau masukkan ke dalam
lubang dengan tangannya sendiri sampai proses penanaman selesai. Dan, tidak ada satu pun bibit
pohon kurma yang mati. Aku rawat pohon-pohon kurma itu dan aku masih memiliki tanggungan
hutang harta. Tak berapa lama lalu , Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam datang dengan
membawa emas sebesar telur ayam dari sebuah tempat pertambangan. Rasulullah bersabda: "Apa
yang telah dilakukan orang Persia yang akan memerdekakan dirinya dengan perjanjian membayar
sejumlah uang?" Aku dipanggil untuk menemui Rasulullah. Beliau bersabda: "Ambillah emas ini, dan
bayarlah hutangmu dengannya, wahai Salman!" Aku berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana emas ini
bisa melunasi semua hutangku?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ambillah, sebab
Allah akan melunasi hutangmu dengannya."15 Aku mengambil emas ini lalu menimbangnya.
Ternyata berat emas ini yaitu empat puluh ons. Lalu aku bayar hutangku pada tuanku dengan
emas itu. Sehingga aku menjadi orang merdeka. Aku lalu ikut terjun pada Perang Khandaq bersama
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagai orang merdeka dan sesudahnya tidak pernah sekalipun
aku melewatkan satu medan perang pun.
15. Sanadrlya hasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23788. Albani mengatakan dalam Silsilah al- Shahihah, sanadnya hasan (894).
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abu Habib berkata kepadaku dari seseorang dari Abdu Al-Qais dari
Salman yang berkata: saat aku berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana emas ini bisa melunasi
hutangku?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengambil emas ini dan membolak-baliknya
di depan wajahnya. Beliau bersabda: "Ambillah emas ini, hai Salman dan bayar hutangmu
dengannya!"16 Emas ini aku ambil, lalu aku bayar hutangku pada tuanku secara penuh; empat
puluh uqiyyah.
16. Hadits hasan diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23789 dan dinyatakan hasan oleh Syu'aib al-Arnauth.
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa orang yang tidak aku
ragukan kredibilitasnya berkata kepadaku dari Umar bin Abdul Aziz bin Marwan yang berkata bahwa
aku diberitahu dari Salman, ia berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat
menceritakan jejak rekam hidupnya kepada beliau bahwa pendeta Ammuriyah berkata kepadanya:
"Pergilah engkau ke daerah ini dan itu di wilayah Syam, sebab di sana ada seorang laki- laki yang
hidup di antara dua hutan. Pada setiap tahun, ia keluar dari satu hutan ke hutan lainnya sebab
senantiasa ditunggu oleh orang-orang yang sedang sakit. Setiapkali ia mendoakan salah seorang dari
mereka, niscaya orang ini sembuh dari sakitnya. Tanyakanlah padanya tentang agama yang
engkau cari, niscaya ia menjelaskannya padamu!" Salman berkata: "lalu aku pergi ke tempat
yang dijelaskan sahabatku itu. Di tempat ini kulihat orang-orang berkumpul dengan membawa
keluarga mereka yang sakit. Pada suatu malam, orang ini keluar dari satu hutan ke hutan
satunya, dan dibuntuti sekian banyak orang-orang. Dan jika ia mendoakan orang yang sakit, maka
orang itu sembuh dari penyakitnya. Mereka lebih cepat datang kepada orang ini daripada aku.
Akibatnya aku tidak bisa mendekat kepadanya hingga ia masuk ke hutan yang ingin ia masuki. Aku
mengikuti orang ini . Ia berkata: "Siapa engkau ini sebenarnya?" Ia menoleh kepadaku. lalu
aku katakan kepadanya: "Semoga Tuhan merahmatimu. Katakan padaku tentang perihal hanifiyyyah
agama Ibrahim!" Ia berkata: "Engkau menanyakan sesuatu yang tidak ditanyakan oleh siapapun pada
hari ini. Telah dekat kepadamu zaman datangnya Nabi yang diutus dengan membawa agama ini
dari tanah suci. Pergilah engkau kepadanya, pasti ia membawamu kepada agamanya!" lalu dia
masuk.
Ibnu Ishaq berkata: lalu Rasulullah bersabda kepada Salman. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Hai Salman, jika apa yang kamu ceritakan ini benar, sungguh engkau telah bertemu
dengan Isa bin Maryam."17 Semoga salam terlimpah pada nabi kita dan Isa bin Maryam.
17. Sanadnya lemah. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi pada hadits no. 675 dalam bukunya al-Dalail, Ibnu Sa'ad dalam al-Thabaqat (4/81) Adz-Dzahabi
dalam at-Siyar (1/513) semuanya dari jalur muhammad bin Ishaq. Adz-Dzahabi berkata. Ibnu Ishaq meriwayatkan sendirian. Sedangkan Ibnu Katsir dalam Al-
Bidayah waAn-Nihayah (1/313) menyebutkan bahwa dalam periwayatannya ada yang tidak dikenal.
Waraqah bin Naufal, Ubaidillah bin Jahsy, Utsman bin Al-Huwairits dan Zaid bin Amr bin Nufail
Ibnu Ishaq berkata: Suatu saat , orang-orang Quraisy mengadakan rapat di sisi salah satu patung yang
mereka miliki. Mereka mengagung-agungkan patung ini , menyembelih hewan qurban
untuknya, duduk berdoa di sampingnya serta thawaf di sekelilingnya. Demikianlah hari raya mereka
setiap tahunnya. Mereka melakukan ritual seperti itu, kecuali empat orang di antara mereka. Salah
seorang dari mereka berkata kepada sahabatnya: "Bersahabatlah kalian, dan hendaklah sebagian dari
kalian merahasiakan dirinya dari sebagian yang lain." Mereka berkata: "Baiklah!" Keempat orang
ini yaitu Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Kaab
bin Luay, Ubaidillah bin Jahsy bin Ri'ab bin Ya'mar bin Shabrah bin Murrah bin Kabir bin Ghanm bin
Dudan bin Asad bin Khuzaimah (ibunya bernama Umaimah binti Abdul Muthalib), Utsman bin Al-
Huwairits bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay, dan Zaid bin Amr bin Nufail bin Abdul Uzza bin Abdullah
bin Qurth bin Riyah bin Razah bin Adi bin Ka'ab bin Luay. Sebagian di antara mereka berkata kepada
sebagian yang lain: "Demi Allah, belajarlah kalian, sebab kaum kalian tidak berada pada kondisi yang
bisa diandalkan. sebab mereka telah menyeleweng dari agama nenek moyang mereka, Ibrahim. Batu
yang kita thawaf di sekitarnya itu hanyalah batu yang tidak mendengar, tidak melihat, tidak bisa
memberi madharat, dan tidak bisa memberi manfaat. Wahai kaum, carilah satu agama untuk untuk
diri kalian, kalian tidak berada pada sesuatu yang tidak benar." Lalu mereka menyebar ke berbagai
negeri untuk menemukan agama Ibrahim yang lurus (hanafiyyah).
Adapun Waraqah bin Naufal, ia masuk Kristen, dan mempelajari kitab-kitab dari umat Ahli Kitab,
hingga ia memperoleh ilmu dari mereka. Sementara itu Ubadillah bin Jahsy mencari agama yang lurus
hingga ia masuk Islam dan hijrah bersama kaum Muslimin ke Habasyah. saat hijrah, ia disertai
istrinya, Ummu Habibah binti Abu Sufyan yang juga telah masuk Islam. Namun pada saat tiba di
Habasyah ia masuk agama Kristen dan keluar dari agama Islam. Ia meninggal di Habasyah dalam
keadaan memeluk agama Kristen.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Jafar bin Zubair bercerita kepadaku: sesudah murtad dari Islam,
Ubaidillah berjalan melewati sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang berada di
Habasyah. Mereka berkata: "Kami telah melihat, sedang kalian sedang berusaha untuk melihat namun
tidak akan pernah bisa melihat." Kata "Sha'sha'a" ini dipakai sebab jika anak anjing ingin membuka
kedua matanya untuk melihat, ia takut untuk melihat (Sha'shaa).
Ibnu Ishaq berkata: sesudah Ubaidillah bin Jahsy meninggal dunia, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam menikahi Ummu Habibah binti Abi Sufyan, isteri Ubaidillah bin Jahsy.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ali bin Husain berkata kepadaku: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam mengutus Amr bin Umayyah Adh-Dhamri menghadap Najasyi, lalu Najasyi melamarkan
Ummu Habibah untuk beliau. sesudah itu, Najasyi menikahkan Ummu Habibah dengan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan beliau memberi mahar kepadanya sebesar empat ratus dinar. Kami
lihat Abdul Malik bin Marwan menentukan mahar wanita sebesar empat ratus dinar berdasarkan
mahar Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada Ummu Habibah. Yang menjadi wakil Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam dalam pernikahan ini yaitu Khalid bin Sa'id bin Al-Ash.
Ibnu Ishaq berkata: Adapun Utsman bin Al-Huwairits, ia datang menemui Kaisar, raja Romawi,
lalu masuk agama Kristen, dan memperoleh kedudukan terhormat di sisinya.
Ibnu Hisyam berkata: Ada kisah tentang Utsman bin Al-Huwairits bersama Kaisar, namun saya enggan
menyebutkannya, seba- gaimana yang saya lakukan pada saat memaparkan Perang Fijar.
Ibnu Ishaq berkata: Adapun Zaid bin Amr bin Nufail, ia tidak memeluk agama Yahudi tidak pula
memeluk agama Kristen. Ia meninggalkan agama kaumnya, lalu menjauhi patung-patung,
bangkai, darah, hewan-hewan yang disembelih untuk patung-patung, dan melarang mengubur anak
dalam keadaan hidup-hidup. Ia berkata: "Aku menyembah Tuhan Ibrahim!" Ia menentang kaumnya
secara terang-terangan dan meng- kritik mereka.
Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Urwah berkata kepadaku dari ayahnya dari ibunya, Asma' binti Abu
Bakar Radhiyallahu Anhuma ia berkata: Aku pernah melihat Zaid bin Amr bin Nufail di masa tuanya. Ia
menyandarkan punggungnya ke Ka'bah sambil berkata: "Hai orang-orang Quraisy, demi Tuhan, tidak
ada satupun di antara kalian selain aku yang setia berpegang teguh kepada agama Ibrahim." sesudah
itu, ia berkata: "Ya Allah, andai kata aku mengetahui wajah yang paling Engkau sukai, pasti aku
menyembahnya, namun aku tidak mengetahuinya." lalu ia sujud dengan tenang.
Ibnu Ishaq berkata: Aku diberitahu bahwa anak Zaid, Sa id bin Zaid bin Amr bin Nufail, dan Umar bin
Khaththab, ia yaitu sepupunya berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Bolehkah
kita memohon ampunan untuk Zaid bin Amr?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Boleh. Sungguh, dia akan sendirian sebagai satu umat."18
18 HR. Hakim pada hadits no. 5856 dari jalur Ibnu Ishaq. Namun pada sanadnya ada yang terpotong (munqathi) antara Ibnu Hushein dengan Umar. Lihat Al-
Tarikh al-Kabir (1/130), hadits ini memiliki syawahid di dalam Musnad Imam Ahmad (1648)
Zaid bin Amr bin Nufail berkata tentang dirinya yang meninggalkan agama kaumnya, dan perlakuan
kaumnya terhadap dirinya sebab tindakan ini :
Apakah satu Tuhan ataukah seribu tuhan yang mesti aku sembah
Jika semua perkara dibagi
Ku tinggalkan Al-Lata dan A-Uzza semuanya
Demikianlah yang dilakukan orangyanggigih dan sabar
Ku tidak menyembah Uzza dan dua anak wa- nitanya
Tidak pula dua patung Bani Amr
Tidak pula aku menyembah Hubal
Walau sejak lama ia dianggap Tuhan sejak masa kecil
Aku kagum dan malam-malam itu memang begitu mengagumkan
Demikian siang yang hanya diketahui oleh orang yang bisa melihat
Sebetulnya Allah telah memusnahkan banyak orang
sebab mereka berkubang dengan kejahatan
Dia sisakan yang lain sebab kebaikan kaum yang lain
lalu anak kecil di antara mereka tumbuh dengan baik
saat seseorang tersesat, ia akan sadar kembali pada suatu hari
Laksana daun ranting yang kembali tumbuh sesudah ia gugur terkena air hujan 1
Namun aku menyembah Ar-Rahman, Tuhanku
Agar Tuhan YangMaha Pengampun mengampuni dosa-dosaku
Pertahankan ketakwaan kalian kepada Allah, Tuhan kalian
Jika kalian menjaganya maka kalian tidak akan pernah binasa
Kau lihat bahwa negeri-negeri orang yang baik-baik yaitu surga
Sedang negeri orang-orang kafir yaitu api yang panas membakar
Mereka mendapat kehinaan hidup di dunia
Dan pada saat mati, mereka ditimpa siksa yang menyesakkan dada
Zaid bin Amr bin Naufal juga berkata: Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa ini yaitu ucapan dari
Umayyah bin Abi Shalt dalam syairnya kecuali dua bait pertama, bait ke lima dan bait terakhir.
Sedangan akhir dari bait pertama bukan dari Ibnu Ishaq.
Ibnu Hisyam berkata: Nama AI-Hadhrami ialah Abdullah bin Ibad bin Akbar, salah seorang dari Ash-
Shadaf. Nama Ash-Shadaf ialah Amr bin Malik Ahas As-Sakun bin Asyras bin Kindi (ada yang
mengatakan Kindah) bin Tsaur bin Muratti' bin Ufair bin Adi bin Al-Harits bin Murrah bin Adad bin Zaid
bin Mihsa' bin Amr bin Arib bin Zaid bin Kahlan bin Saba. Ada yang mengatakan Muratti' yaitu anak
Malik bin Zaid bin Kahlan bin Saba'.
Ibnu Ishaq berkata: Zaid bin Amr memutuskan untuk pergi dari Mekkah dan berkelana ke negeri-
negeri yang lain untuk menelusuri agama Ibrahim.
Ibnu Ishaq berkata: Yang aku tahu, dari sebagian keluarga Zaid bin Amr bin Nufail bahwa jika Zaid tiba
di Ka'bah, ia masuk ke dalam masjid, lalu berkata: "Ya Allah, aku sambut seruan-Mu dengan
sepenuh jiwa sebagai ibadah dan kerendahan untuk-Mu. Aku berlindung dengan apa yang Ibrahim
berlindung diri dengannya."
Ya Allah, hidungku ini kuserahkan untuk-Mu Walau kau membeniku tetap tak ada keluh dariku
Kebaikanlah yang kucari bukannya seseorang Tidaklah sama yang keluar di terik siang dengan yang
tidur di siang bolong
Al-Khaththab menganiaya Zaid bin Amr, membuangnya ke Mekkah Atas, turun ke Gua Hira
menghadap Mekkah, lalu menyerahkannya kepada salah seorang pemuda Quraisy, dan
beberapa orang-orang yang bodoh yang ada di tengah-tengah mereka. Al- Khaththab berkata kepada
mereka: "Janganlah kalian biarkan dia memasuki Mekkah!" Zaid bin Amr tidak memasuki masuk
Mekkah kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi. saat orang-orang Ouraisy mengetahui Zaid bin
Amr memasuki Mekkah, mereka melaporkannya kepada Al-Khaththab, lalu mereka mengusir
Zaid bin