akuan orang-orang fasik dengan semestinya,
kita semua pasti akan takut berteman dengan mereka dan
menjadi pengikut-pengikut mereka. Di sini perbuatan-per-
buatan Hizkia disebutkan lagi secara khusus dalam kata-
kata yang hampir sama dengan tabiat yang digambarkan
tentang orang baik (ay. 6, dst.), untuk menunjukkan betapa
orang baik hidup menurut roh yang sama dan berlaku
menurut cara yang sama. Orang baik ini di sini, walaupun
Kitab Yehezkiel 18:10-20
berhati-hati untuk menghindari dosa-dosa ayahnya, peduli
untuk meniru kebajikan-kebajikan nenek moyangnya. Dan,
jika kita melihat ke belakang, kita akan mendapatkan
beberapa contoh untuk kita teladani, serta contoh-contoh
lainnya untuk menjadi peringatan bagi kita. Orang benar
ini tidak hanya dapat berkata, seperti orang Farisi, aku
bukan pezinah, bukan perampok, bukan penindas, bukan
tukang riba, bukan penyembah berhala, namun juga ia telah
memberi makan orang lapar dan memberi pakaian kepada
orang telanjang. Ia telah menjauhkan diri dari kecurangan
(KJV: ia melepaskan tangannya dari orang miskin). jika
ia mendapati ayahnya telah menyusahkan hamba-hamba,
pegawai-pegawai, dan tetangga-tetangga yang miskin, maka
ia akan meringankan beban mereka. Ia tidak berkata, “Apa
yang telah dilakukan ayahku akan kuturuti, dan jika itu
salah, maka itu kesalahannya dan bukan kesalahanku.”
Seperti Rehabeam, yang memandang hina pajak-pajak yang
telah dikenakan ayahnya kepada rakyat. Tidak. Ia melepas-
kan tangannya dari orang miskin, dan mengembalikan me-
reka pada hak-hak dan kebebasan mereka lagi (ay. 15-17).
Demikianlah ia telah melakukan peraturan Allah dan hidup
menurut ketetapan-Nya, bukan saja menjalankan kewajib-
annya dalam satu waktu saja, namun di sepanjang hidup
dan jalan ketaatan.
(2) Kita diyakinkan bahwa hanya ayah yang tidak benar saja
yang akan mati dalam kesalahannya, namun anaknya yang
mulia tidak akan pernah bernasib buruk sebab perbuatan
ayahnya itu. Adapun ayahnya (ay. 18), sebab ia seorang
penindas yang kejam, dan berbuat jahat, bahkan, sebab
meskipun memiliki kekayaan dan kekuasaan, ia tidak
berbuat baik dengannya kepada rakyatnya, maka sungguh,
sekalipun ia orang hebat, ia akan mati sebab kesalahan-
nya, dan binasa untuk selama-lamanya. namun orang yang
tetap hidup lurus, ia pasti hidup, akan tenang dan ber-
bahagia, dan ia tidak akan mati sebab kesalahan ayahnya.
Bisa jadi kefasikan ayahnya telah mengurangi harta milik-
nya dan melemahkan pengaruhnya, namun itu sama sekali
tidak akan membuat dia tidak diterima Allah dan hidup
kekalnya yang sejahtera hilang.
II. Allah kemudian berseru kepada orang-orang buangan yang me-
nyindir-Nya itu, apakah mereka tidak berbuat jahat terhadap
Allah dengan sindiran mereka itu. “Begitu jelasnya perkara itu,
namun kamu berkata: Mengapa anak tidak turut menanggung
kesalahan ayahnya? Tidak, tidak demikian. Ia tidak akan me-
nanggungnya jika ia sendiri mau melakukan keadilan dan kebe-
naran” (ay. 19). Orang-orang yang menanggung kesalahan bapa
leluhur mereka ini memang tidak melakukan keadilan dan
kebenaran, dan sebab itu sewajarnya mereka menderita sebab
dosa mereka sendiri. sebab itu sama sekali tidak beralasan bagi
mereka untuk mengeluhkan perlakuan-perlakuan Allah terhadap
mereka sebagai tidak adil, meskipun beralasan bagi mereka untuk
mengeluhkan teladan buruk yang ditinggalkan bapa leluhur mere-
ka sebagai hal yang tidak baik. Bapak-bapak kami berbuat dosa,
mereka tak ada lagi, dan kami yang menanggung kedurjanaan
mereka (Rat. 5:7). Memang benar bahwa ada kutukan yang
diteruskan pada keluarga-keluarga yang fasik, namun juga benar
bahwa apa yang diteruskan itu dapat diputuskan oleh pertobatan
dan pembaruan diri. Oleh sebab itu, biarlah orang yang tidak mau
bertobat dan diperbarui menyalahkan diri mereka sendiri jika
mereka jatuh di bawah kutukan itu. Itulah sebabnya aturan
penghakiman yang sudah ditetapkan itu diulangi lagi (ay. 20):
Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati, dan bukan orang
lain. Petunjuk yang diberikan Allah kepada hakim-hakim di dunia
(Ul. 24:16) akan dijalankan-Nya sendiri: Anak tidak akan mati,
tidak akan mengalami kematian kekal, sebab kesalahan ayah-
nya, jika ia tidak mengikuti jejaknya, atau ayah sebab kesalahan
anaknya, jika ia berusaha melakukan kewajibannya untuk men-
cegahnya. Pada hari waktu mana hukuman Allah yang adil akan
dinyatakan, yang sekarang tertutup awan dan gelap, orang benar
akan menerima berkat kebenarannya. Dan hal itu akan tampak di
hadapan seluruh dunia, bagi penghiburan dan kehormatannya
yang kekal. Kebenaran itu ada padanya seperti jubah, seperti
mahkota. Dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya,
bagi celanya untuk selamanya, tertanggung atasnya seperti ran-
tai, tertanggung atasnya seperti beban, seperti segunung beban
untuk menenggelamkannya ke dalam jurang maut.
Kitab Yehezkiel 18:21-29
Dorongan untuk Bertobat
(18:21-29)
21 namun jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan
berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenar-
an, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. 22 Segala durhaka yang dibuatnya
tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup sebab kebenaran
yang dilakukannya. 23 Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik?
demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya
ia hidup? 24 Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan
kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik – apakah
ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat
lagi. Ia harus mati sebab ia berobah setia dan sebab dosa yang dilakukan-
nya. 25 namun kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat! Dengarlah dulu,
hai kaum Israel, apakah tindakan-Ku yang tidak tepat ataukah tindakanmu
yang tidak tepat? 26 Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan
melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati sebab kecurangan
yang dilakukannya. 27 Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan
yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan
menyelamatkan nyawanya. 28 Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang
dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. 29 namun kaum Israel berkata:
Tindakan Tuhan tidak tepat! Apakah tindakan-Ku yang tidak tepat, hai kaum
Israel, ataukah tindakanmu yang tidak tepat?
Di sini kita mendapati aturan penghakiman lain yang akan dipakai
Allah dalam berurusan dengan kita, dan melaluinya ditunjukkan
lebih jauh keadilan pemerintahan-Nya. Aturan sebelumnya menun-
jukkan bahwa Allah akan memberi upah atau menghukum sesuai
dengan perubahan yang terjadi di dalam keluarga atau penerus-pene-
rusnya, entah lebih baik atau lebih buruk. Di sini Ia menunjukkan
bahwa Ia akan memberi upah atau menghukum sesuai dengan
perubahan yang terjadi dalam diri orang itu sendiri, entah lebih baik
atau lebih buruk. Selama kita ada di dunia ini, kita berada dalam
percobaan. Masa pencobaan berlangsung selama kita hidup, dan
sebagaimana kita didapati pada akhirnya, seperti itulah keadaan kita
sampai pada kekekalan. Sekarang lihatlah di sini,
I. Perkaranya dinyatakan dengan baik, seperti yang sudah dinyata-
kan sebelumnya (3:18, dst.). Dan di sini perkaranya ditetapkan
satu kali (ay. 21-24), dan satu kali lagi (ay. 26-28), sebab ini
merupakan perkara yang sangat penting, perkara hidup dan mati,
kehidupan dan kematian kekal. Di sini kita mendapati,
1. Undangan yang baik yang diberikan kepada orang-orang fasik,
untuk berbalik dari kefasikan mereka. Jaminan diberikan di
sini kepada kita bahwa, jikalau orang fasik bertobat, ia pasti
hidup (ay. 21, 27). Amatilah,
(1) Apa yang dituntut supaya orang bisa dianggap benar-benar
bertobat, dan bagaimana ia bisa memenuhi syarat supaya
berhak mendapat jaminan ini.
[1] Langkah pertama menuju pertobatan yaitu insaf (ay.
28): Ia insaf dan bertobat. Alasan mengapa orang-orang
berdosa terus berjalan di jalan mereka yang jahat ada-
lah sebab mereka tidak merenungkan apa yang akan
menjadi kesudahannya. namun saat si anak hilang
mulai tersadar, saat ia duduk dan sedikit merenung-
kan betapa buruk keadaannya, dan betapa dengan mu-
dah keadaannya bisa berubah lebih baik, maka ia pun
segera kembali kepada bapanya (Luk. 15:17). Dan pe-
rempuan pezinah akan kembali kepada suaminya yang
pertama saat ia merenungkan bahwa waktu itu ia
lebih berbahagia dari pada sekarang (Hos. 2:6).
[2] Keinsafan ini harus menimbulkan kebencian terhadap
dosa. saat ia merenung, ia harus bertobat dari kefa-
sikan yang dilakukannya, yang berarti perubahan di da-
lam kecenderungan hati. Ia harus berbalik dari segala
dosa dan segala durhakanya, yang menunjukkan ada-
nya perubahan di dalam hidup. Ia harus memutuskan
semua jalannya yang jahat, dan, jika ia sudah ber-
buat kesalahan, ia harus bertekad untuk tidak melaku-
kannya lagi. Dan ini harus timbul dari ketetapan hati
untuk benci terhadap dosa. Apakah lagi sangkut paut-
Ku dengan berhala-berhala?
[3] Kebencian terhadap dosa ini harus bersifat menyeluruh.
Ia harus berbalik dari segala dosa dan segala durhaka-
nya, tanpa menyediakan tempat bagi seorang Delilah,
atau bagi sebuah kuil Rimon. Kita tidak benar-benar
berbalik dari dosa kecuali kita benar-benar membenci-
nya, dan kita tidak benar-benar membenci dosa, seba-
gai dosa, jika kita tidak membenci semua dosa.
[4] Kebencian terhadap dosa ini harus disertai dengan per-
tobatan kepada Allah dan kewajiban. Ia harus berpe-
gang pada segala ketetapan Allah (sebab ketaatan, jika
tulus, akan bersifat menyeluruh) dan harus melakukan
keadilan dan kebenaran, melakukan apa yang sejalan
dengan firman dan kehendak Allah, yang harus diambil-
Kitab Yehezkiel 18:21-29
357
nya sebagai pegangannya, dan bukan kehendak keda-
gingan dan cara-cara dunia.
(2) Apa yang dijanjikan kepada orang-orang yang demikian
berbalik dari dosa kepada Allah.
[1] Mereka akan menyelamatkan nyawa mereka (ay. 27).
Mereka pasti hidup, mereka tidak akan mati (ay. 21, dan
lagi ay. 28). Kalaupun dulu pernah dikatakan, orang
yang berbuat dosa, itu yang harus mati, janganlah orang-
orang yang sudah berbuat dosa berputus asa. Sebab,
kematian yang diancamkan itu dapat dicegah kalau saja
mereka mau berbalik dan bertobat pada waktunya.
saat Daud dengan menyesal mengakui, aku sudah
berdosa, ia segera diyakinkan akan pengampunannya:
“TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak
akan mati (2Sam. 12:13), engkau tidak akan mengalami
kematian kekal.” Ia pasti hidup. Ia akan dipulihkan un-
tuk mengalami perkenanan Allah kembali, yang meru-
pakan kehidupan jiwa, dan tidak akan terbaring di ba-
wah murka-Nya, yang seperti bentara maut bagi jiwa.
[2] Dosa-dosa yang darinya mereka sudah bertobat dan
sudah mereka tinggalkan tidak akan bangkit di dalam
penghakiman untuk melawan mereka, bahkan mereka
tidak akan ditegur sebab nya: Segala durhaka yang
dibuatnya, meskipun amat banyak, meskipun keji, mes-
kipun sangat menyulut murka Allah, dan sangat meng-
hina Dia, tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia (ay.
22), tidak akan disebut-sebut lagi untuk melawan mere-
ka. Segala durhaka itu bukan saja tidak akan diper-
hitungkan kepadanya untuk menghancurkan dia, namun
juga pada hari penghakiman tidak akan diingat-ingat
terhadap dia untuk membuatnya sedih atau malu. Se-
gala durhaka itu akan ditutupi, akan dicari-cari namun
tidak akan ditemukan. Hal ini menyiratkan kepenuhan
rahmat yang mengampuni. jika dosa diampuni, dosa
itu dihapuskan, tidak diingat-ingat lagi.
[3] Ia akan hidup dalam kebenaran yang dilakukannya. Bu-
kan sebab kebenaran orang itu, seolah-olah kebenar-
annya dipakai untuk membeli pengampunan dan ke-
bahagiaan mereka, dan penebusan bagi dosa-dosa me-
reka, melainkan di dalam kebenaran mereka, yang
membuat mereka memenuhi syarat untuk mendapat-
kan semua berkat yang dibeli oleh Sang Pengantara.
Kebenaran orang itu sendiri merupakan salah satu dari
berkat-berkat itu.
(3) Dorongan apa yang dimiliki orang berdosa yang sudah ber-
tobat dan berbalik untuk mengharapkan pengampunan
dan hidup sesuai janji ini. Ia sadar bahwa ketaatannya
demi masa depan tidak akan pernah bisa menebus ketidak-
taatannya di masa lalu. namun ia memiliki hal ini untuk
mendukung dirinya, bahwa kodrat, sifat, dan kesukaan
Allah yaitu berbelas kasihan dan mengampuni, sebab Ia
sudah berkata (ay. 23): “Apakah Aku berkenan kepada
kematian orang fasik? Tidak, sama sekali tidak. Kamu tidak
pernah diberi alasan untuk berpikir demikian.” Memang
benar bahwa Allah sudah menetapkan hati untuk menghu-
kum orang-orang berdosa. Keadilan-Nya menuntut mereka
dihukum, dan, sesuai dengan itu, orang-orang berdosa
yang tidak bertobat akan ada selama-lamanya di bawah
murka dan kutukan-Nya. Itulah kehendak dari putusan-
Nya, kehendak-Nya sesudah suatu perkara terjadi, namun
bukan kehendak-Nya sebelum perkara itu terjadi, bukan
kehendak yang disukai-Nya. Meskipun kebenaran pemerin-
tahan-Nya menuntut supaya orang-orang berdosa mati,
namun kebaikan sifat-Nya berkeberatan terhadapnya. Ma-
sakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim? Hal ini dikata-
kan di sini dalam perbandingan. Ia tidak bersuka dalam
kehancuran orang-orang berdosa, sebab Ia lebih suka
mereka bertobat dari kelakuan mereka, supaya mereka
hidup. Ia lebih suka jika belas kasihan-Nya dimuliakan
dalam keselamatan mereka, daripada keadilan-Nya dimu-
liakan dalam hukuman mereka.
2. Peringatan yang baik yang diberikan kepada orang-orang be-
nar untuk tidak berpaling dari kebenaran mereka (ay. 24-26).
Di sini ada,
(1) Tabiat orang yang murtad, yang berbalik dari kebenaran-
nya. Ia tidak pernah menjadi orang benar dengan tulus, se-
Kitab Yehezkiel 18:21-29
perti yang tampak dari apa yang dikatakan Rasul Yohanes
(1Yoh. 2:19), Jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada
kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita,
namun ia dipandang sebagai orang benar. Ia tampak terma-
suk dalam golongan orang benar dan memiliki semua
tanda lahiriah sebagai orang benar. Ia menganggap dirinya
orang benar, dan orang lain menganggapnya demikian.
namun ia membuang pengakuannya, meninggalkan kasih-
nya yang mula-mula, tidak mengakui dan meninggalkan
kebenaran dan jalan-jalan Allah. Dengan demikian ia ber-
balik dari kebenarannya seperti orang yang muak dengan-
nya, dan sekarang menunjukkan apa yang selalu dimiliki-
nya, kebencian yang tersembunyi terhadapnya. Dan, sete-
lah berbalik dari kebenarannya, ia melakukan kecurangan,
hidup seenaknya, cemar, menuruti hawa nafsu, tidak
mengendalikan diri, tidak adil, dan, singkatnya, melakukan
kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh
orang fasik. Sebab, saat roh jahat kembali merasuki hati
seseorang, ia mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari
padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ (Luk.
11:26).
(2) Hukuman terhadap orang yang murtad: Apakah ia akan
hidup sebab ia pernah menjadi orang benar? Tidak.
Factum non dicitur quod non perseverat – apa yang tidak
terus dilakukan tidak bisa dikatakan sudah selesai. Dalam
pelanggarannya (ay. 24), dan sebab kesalahannya (itulah
penyebab yang membuatnya layak mendapat kehancuran),
ia harus mati sebab kecurangan yang dilakukannya, ia
akan mengalami kematian kekal (ay. 26). Orang yang
murtad hatinya menjadi kenyang dengan jalannya. namun
apakah pengakuan-pengakuan dan perbuatan-perbuatan-
nya yang dulu akan memberinya suatu manfaat – apakah
semua itu setidak-tidaknya akan mengurangi hukuman-
nya? Tidak: Segala kebenaran yang dilakukannya, meski-
pun begitu disanjung-sanjung oleh manusia, tidak akan
diingat-ingat lagi untuk menjadi pujian atau penghiburan
baginya. Kebenaran orang yang murtad dilupakan, seperti
halnya kefasikan orang yang bertobat. Di bawah hukum
Taurat, jika seorang nazir tercemar, maka semua hari yang
sudah dilewatinya saat ia memisahkan diri dianggap
batal (Bil. 6:12). Demikian pula orang-orang yang telah
mulai dengan Roh dan mengakhirinya di dalam daging da-
pat memandang semua pelayanan dan penderitaan mereka
di masa lalu sia-sia (Gal. 3:3-4). Kalau kita tidak bertekun,
kita akan kehilangan apa yang telah kita kerjakan (2Yoh.
1:8).
II. Seruan kepada hati nurani kaum Israel, meskipun sangat bobrok,
mengenai keadilan Allah dalam semua perlakuan ini. Sebab Ia
akan dibenarkan, seperti juga orang-orang berdosa akan diha-
kimi, dari mulut mereka sendiri.
1. Tuduhan yang mereka lontarkan terhadap Allah sungguh
menghujat (ay. 25, 29). Kaum Israel dengan lancangnya ber-
kata, tindakan Tuhan tidak tepat, dan ini sungguh tidak ma-
suk akal dan durhaka. Dia yang membentuk mata, masakan
tidak memandang? Bisakah tindakan-Nya tidak tepat, semen-
tara kehendak-Nya yaitu aturan kekal bagi kebaikan dan
kejahatan, kebenaran dan kesalahan? Masakan Hakim sege-
nap bumi tidak menghukum dengan adil? Tidak diragukan lagi
Ia akan menghukum dengan adil. Ia tidak bisa berbuat hal
yang sebaliknya.
2. Cara-cara Allah berbantah dengan mereka sangatlah penuh
rahmat dan penuh kerendahan hati, sebab Allah bahkan lebih
ingin menginsafkan dan menyelamatkan para penghujat ini
daripada menghukum mereka. Orang akan berharap bahwa
Allah akan langsung membela kehormatan keadilan-Nya de-
ngan menjadikan orang-orang yang menantangnya sebagai
tugu peringatan kekal dari keadilan-Nya itu. Haruskah mereka
yang pernah mengembuskan napas kefasikan seperti ini di-
biarkan menghela napas lagi? Apakah lidah yang pernah ber-
kata, Tindakan Tuhan tidak tepat, akan pernah dibiarkan
berbicara lagi di mana saja selain di neraka? Ya, sebab hari
ini yaitu hari kesabaran Allah, Ia bersedia berbantah dengan
mereka. Dan Ia menuntut mereka untuk mengakui, sebab ini
begitu jelas sehingga mereka tidak dapat sangkal,
(1) Keadilan jalan-jalan-Nya: Apakah tindakan-Ku yang tidak
tepat? Tidak diragukan lagi tindakan-Nya tepat. Ia tidak
Kitab Yehezkiel 18:30-32
pernah membebani manusia lebih daripada apa yang be-
nar. Dalam hukuman-hukuman yang sekarang menimpa
orang-orang berdosa dan dalam penderitaan-penderitaan
umat-Nya sendiri, bahkan, dalam hukuman kekal orang-
orang yang tidak bertobat, tindakan Tuhan tepat.
(2) Kejahatan jalan-jalan orang-orang yang tidak benar: “Atau-
kah tindakanmu yang tidak tepat? Sudah jelas memang
demikian, dan masalah-masalah yang menimpamu kamu
sendiri yang datangkan ke atas kepalamu. Allah tidak ber-
buat jahat kepadamu, namun kamu yang berbuat jahat ter-
hadap dirimu sendiri.” Kebodohan menyesatkan jalan
orang, membuat jalannya tidak tepat, lalu gusarlah hatinya
terhadap TUHAN, seolah-olah jalan-Nyalah yang tidak tepat
(Ams. 19:3). Dalam semua perselisihan kita dengan Allah,
dan dalam semua perseteruan-Nya dengan kita, akan dida-
pati bahwa tindakan-Nya tepat, dan tindakan kitalah yang
tidak tepat, bahwa Dia yang benar, dan kitalah yang salah.
Peringatan terhadap Kemurtadan
(18:30-32)
30 Oleh sebab itu Aku akan menghukum kamu masing-masing menurut
tindakannya, hai kaum Israel, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bertobat-
lah dan berpalinglah dari segala durhakamu, supaya itu jangan bagimu
menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesalahan.
31 Buangkanlah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku
dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan mati, hai
kaum Israel? 32 Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang
harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu,
bertobatlah, supaya kamu hidup!”
Kita mendapati di sini penutup dan penerapan dari seluruh perkara
ini. sesudah diuji dengan adil di hadapan akal budi, putusan pun
dijatuhkan dan berpihak pada Allah. Tampak bahwa tindakan-Nya
tepat. Oleh sebab itu, selanjutnya penghakiman harus diberikan. Dan
orang akan berpikir bahwa itu akan menjadi penghakiman berupa
kutukan, tidak kurang dari Hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah
ke dalam api yang kekal. namun , lihatlah, ada keajaiban rahmat.
Hari anugerah dan kesabaran ilahi masih diperpanjang. Dan sebab
itu, meskipun Allah pada akhirnya akan menghakimi masing-masing
orang menurut tindakannya, namun Ia menunggu untuk bermurah
hati, dan menutup semuanya dengan panggilan untuk bertobat dan
janji pengampunan jika bertobat.
I. Di sini ada empat kewajiban penting yang kepadanya kita dipang-
gil, yang semuanya bermakna sama:
1. Kita harus bertobat. Kita harus mengubah pemikiran kita dan
mengubah jalan-jalan kita. Kita harus menyesal atas kesalah-
an yang telah kita lakukan dan malu dengannya, dan berbuat
sejauh yang kita bisa untuk tidak melakukannya lagi.
2. Kita harus berpaling dari segala durhaka kita (ay. 30, dan lagi
ay. 32). Berpalinglah, berbaliklah. Berbaliklah dari dosa, bah-
kan, berbaliklah melawannya sebagai musuh yang kamu benci,
lalu berpalinglah kepada Allah sebagai teman yang kamu kasihi.
3. Kita harus membuang dari pada kita segala durhaka yang kita
buat. Kita harus meninggalkan dan mencampakkannya de-
ngan tekad untuk tidak pernah kembali kepadanya. Kita harus
memberi surat cerai pada dosa, memutuskan semua ikat-
an yang sudah kita buat dengannya. Kita harus membuangnya
ke laut, seperti yang dilakukan para pelaut terhadap Yunus
(sebab dosa telah menimbulkan badai). Kita harus melempar-
kannya keluar dari jiwa, dan menyalibkannya sebagai pen-
jahat.
4. Kita harus memperbaharui hati kita dan roh kita. Hal ini di-
janjikan dalam pasal 11:19, sementara dalam pasal ini hal itu
diperintahkan. Kita harus berusaha, maka Allah tidak akan
alpa untuk memberi kita anugerah-Nya. Augustinus menjelas-
kan dengan baik perintah ini. Deus non jubet impossibilia, sed
jubendo monet et facere quod possis et petere quod non possis –
Allah tidak memerintahkan hal-hal yang mustahil, namun de-
ngan perintah-perintah-Nya Ia mengingatkan kita untuk melaku-
kan apa yang sanggup kita lakukan dan mendoakan apa yang
tidak sanggup kita lakukan.
II. Di sini ada empat alasan yang baik yang dipakai untuk menegas-
kan panggilan-panggilan untuk bertobat ini:
1. Bertobat yaitu satu-satunya cara, dan itu cara yang pasti,
untuk mencegah kehancuran yang cenderung langsung dida-
tangkan oleh dosa-dosa kita: supaya itu jangan bagimu men-
Kitab Yehezkiel 18:30-32
363
jadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesa-
lahan. Ini menyiratkan bahwa, jika kita tidak bertobat, kesa-
lahan akan menghancurkan kita, di dunia ini dan untuk
selama-lamanya. namun jika kita bertobat, kita aman, kita
direnggut seperti kayu dari pembakaran.
2. Jika kita tidak bertobat, kita pasti binasa, dan darah kita akan
ditanggungkan ke atas kepala kita sendiri. Mengapakah kamu
akan mati, hai kaum Israel? Sungguh janggal bagimu untuk
memilih kematian dan hukuman daripada kehidupan dan
keselamatan. Perhatikanlah, alasan mengapa orang-orang ber-
dosa mati yaitu sebab mereka akan mati. Mereka akan
turun ke jalan yang menuju pada kematian, dan tidak akan
memenuhi syarat yang dengannya kehidupan ditawarkan.
Dalam hal ini orang-orang berdosa, terutama orang-orang ber-
dosa dari kaum Israel, bertindak sangat tidak masuk akal dan
tidak bertanggung jawab.
3. Allah di sorga tidak bersuka dalam kehancuran kita, namun
menginginkan kesejahteraan kita (ay. 32): Aku tidak berkenan
kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, yang
menyiratkan bahwa Ia bersuka dalam kembalinya orang-orang
yang bertobat. Dan ini merupakan ajakan dan dorongan bagi
kita untuk bertobat.
4. Kita dibuat untuk hidup selama-lamanya jika kita bertobat:
Bertobatlah, supaya kamu hidup. Dia yang berkata kepada
kita, bertobatlah, dengan demikian berkata kepada kita, hidup-
lah, ya, Ia berkata kepada kita, hiduplah. Jadi di sini kehi-
dupan dan kematian dihadapkan kepada kita.
PASAL 19
aksud dari pasal ini banyak sama dengan maksud dari pasal
17, yaitu untuk menubuatkan dan meratapi kehancuran ke-
luarga Daud, keluarga kerajaan Yehuda, dengan dibuangnya keempat
anak dan cucu Yosia – Yoahas, Yoyakim, Yekhonya, dan Zedekia,
pembuangan yang menimbulkan malapetaka. Dalam diri mereka
garis keturunan raja-raja yang tersohor itu terputus, yang di sini
sang nabi diperintahkan untuk meratapinya (ay. 1). Dan ia melaku-
kannya melalui perumpamaan-perumpamaan.
I. Kerajaan Yehuda dan keluarga Daud di sini dibandingkan
dengan singa betina, dan pemimpin-pemimpinnya dengan
singa jantan, yang ganas dan rakus, namun diburu dan ter-
tangkap jaring (ay. 2-9).
II. Kerajaan dan keluarga itu di sini dibandingkan dengan po-
hon anggur, dan para pemimpinnya dengan ranting-ranting-
nya, yang dulu kuat dan subur, namun sekarang patah dan
terbakar (ay. 10-14). Kehancuran kerajaan itu tengah meng-
hampiri mereka, dan ratapan terhadapnya ini dimaksudkan
untuk membuat hati orang-orang tergerak olehnya, supaya
mereka tidak membuai diri dengan harapan yang sia-sia
bahwa ketenteraman mereka akan diperpanjang.
Jatuhnya Keluarga Kerajaan;
Kejatuhan Yoahas dan Yoyakim
(19:1-9)
1 Hai, ucapkanlah suatu ratapan mengenai raja Israel, 2 dan katakanlah be-
gini: “Betapa ibumu menjadi seekor singa betina di antara singa-singa! Ia ber-
baring di antara singa-singa muda, dan menyusui anak-anaknya. 3 Ia mem-
besarkan seekor dari anak-anaknya, sehingga menjadi singa muda; ia belajar
menerkam, malah manusia ditelannya. 4 Bangsa-bangsa menyerukan: Singa
mengamuk! akhirnya ia terjebak dalam pelubang mereka; mereka mengelikir
dia dan menggiringnya ke Mesir. 5 Sesudah induk singa menyadari bahwa
usahanya gagal dan pengharapannya hilang lenyap, ia mengambil anaknya
yang lain dan membesarkannya menjadi singa muda. 6 Anaknya ini berjalan-
jalan di antara kawanan singa, ia menjadi seekor singa muda; ia belajar
menerkam, malah manusia ditelannya. 7 Ia merusak puri-puri mereka dan
menumpas kota-kotanya; bumi serta segala isinya diam ketakutan mende-
ngar suara aumnya. 8 Maka bangsa-bangsa bangkit melawan dia dari daerah-
daerah sekelilingnya, mereka memasang jaring untuk menangkapnya dan
menjebaknya dalam pelubang. 9 Ia dikurung dalam kandang, sambil dikelikir,
dibawa ke hadapan raja Babel dan dimasukkan dalam penjara, supaya
suaranya jangan kedengaran lagi di atas gunung-gunung Israel.
Di sini ada,
I. Perintah-perintah yang diberikan kepada sang nabi untuk mera-
tapi jatuhnya keluarga kerajaan, yang sudah lama menjadi sosok
yang begitu besar berdasar kovenan rajawi yang dibuat
dengan Daud dan keturunannya. sebab itu pudar dan padamnya
keluarga itu sewajarnya diratapi oleh semua orang yang tahu
bagaimana menghargai perjanjian Allah kita. Demikianlah kita
dapati, sesudah penjelasan yang panjang lebar tentang kovenan
dengan Daud itu (Mzm. 89:4, 21, dst.), suatu ratapan yang sedih
atas kemerosotan dan kehancuran keluarganya (Mzm. 89:39-40):
namun Engkau sendiri menolak dan membuang, membatalkan
perjanjian dengan hamba-Mu, menajiskan mahkotanya, dst. Raja-
raja Yehuda di sini disebut sebagai pemimpin-pemimpin Israel
(KJV). Sebab kemuliaan mereka berkurang dan mereka sudah
menjadi pemimpin-pemimpin belaka, dan kemurnian mereka
sudah hilang. Mereka menjadi bobrok dan menjadi penyembah-
penyembah berhala seperti raja-raja Israel, yang jalan-jalannya
mereka pelajari. Sang nabi harus mengucapkan suatu ratapan
bagi mereka; yaitu, ia harus menggambarkan kejatuhan mereka
yang memilukan itu seperti orang yang hatinya terenyuh olehnya,
dan ingin supaya orang-orang yang mendengar khotbah dan
membaca tulisannya terenyuh juga. Bagaimana kita bisa berharap
orang lain akan tergerak hatinya kalau kita sendiri tidak? Hamba-
hamba Tuhan, saat menubuatkan dengan berani kehancuran
para pendosa, mereka juga harus meratapinya dengan pahit,
seperti orang yang tidak mengingini hari bencana (Yer. 17:16). Ia
tidak diperintahkan untuk memberi nasihat kepada pemim-
pin-pemimpin Israel (sebab hal itu sudah lama dan sering kali
Kitab Yehezkiel 19:1-9
dilakukan dengan sia-sia), namun harus mengucapkan suatu ratap-
an bagi mereka, sebab keputusan untuk kehancuran mereka
sudah dikeluarkan.
II. Petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya tentang apa yang
harus dikatakan.
1. Ia harus membandingkan kerajaan Yehuda dengan singa beti-
na, betapa kerajaan itu sudah merosot secara menyedihkan
dibandingkan keadaannya di waktu dulu, saat ia duduk
sebagai ratu di antara bangsa-bangsa (ay. 2). Seperti apa ibu-
mu? ibumu, hai raja? Kita membaca tentang mahkota Salomo
yang dipakaikan ibunya kepadanya, yaitu rakyatnya (Kid.
3:11). Ibumu, hai Yehuda? Keluarga kerajaan yaitu seperti
ibu bagi kerajaan itu, ibu yang memelihara. Ibumu yaitu
singa betina, bengis, kejam, dan rakus. sesudah mereka me-
ninggalkan Allah mereka, mereka segera kehilangan kemanu-
siaan mereka juga. Dan, jika mereka tidak takut akan
Allah, mereka juga tidak akan menghormati seorang pun. Ia
berbaring di antara singa-singa. Allah sudah berkata, bangsa
itu akan tinggal sendirian, namun mereka bercampur baur
dengan bangsa-bangsa dan belajar cara-cara mereka bekerja.
Ia menyusui anak-anaknya, mengajarkan kepada pangeran-
pangeran muda jalan-jalan para penguasa lalim, yang pada
waktu itu dipakai oleh raja-raja timur yang sewenang-wenang.
Ia mengisi kepala mereka sejak dini dengan gagasan-gagasan
tentang kekuasaan mereka yang mutlak, dan menanamkan
kepada mereka kepercayaan bahwa mereka berhak untuk
memperbudak rakyat mereka, bahwa kebebasan dan harta
milik rakyat ada di tangan mereka. Demikianlah ia menyusui
singa-singa muda.
2. Sang nabi harus membandingkan raja-raja Yehuda dengan
anak-anak singa (ay. 3). Yakub sudah membandingkan Ye-
huda, dan terutama keluarga Daud, dengan anak singa, sebab
singa yaitu kuat dan menakutkan bagi musuh-musuhnya
dari bangsa lain. Ia seperti singa tua; siapakah yang berani
membangunkannya? (Kej. 49:9). Dan, seandainya mereka
berpegang pada hukum dan janji ilahi, Allah pasti akan meme-
lihara bagi mereka kekuatan, keagungan, dan kekuasaan se-
ekor singa, dan Ia memang melakukannya di dalam Kristus,
sang Singa dari suku Yehuda. Namun anak-anak singa ini ber-
perilaku demikian terhadap rakyat mereka sendiri, berlaku
kejam dan menindas mereka, memangsa harta benda dan
kebebasan mereka. Dan saat dengan lalimnya mereka men-
jadikan diri sebagai kengerian bagi orang-orang yang seharus-
nya mereka lindungi, maka wajar pula Allah menjadikan
orang-orang yang bisa mereka taklukkan sebagai kengerian
bagi mereka. Di sini diratapi,
(1) Dosa dan kejatuhan Yoahas, salah satu anak dari singa
betina ini. Ia menjadi singa muda (ay. 3). Ia dijadikan raja,
dan berpikir bahwa ia dijadikan raja supaya bisa berbuat
semaunya, dan memuaskan nafsu, ketamakan, dan balas
dendamnya sendiri, seperti yang terbersit dalam pikiran-
nya. Begitulah dengan segera ia menguasai semua cara
kelaliman. Ia belajar menerkam, malah manusia ditelannya.
sesudah ia memegang kekuasaan di tangannya, semua
orang yang sebelumnya berbuat sesuatu yang tidak menye-
nangkan hatinya, dibuatnya merasakan kebencian-keben-
ciannya, dan menjadi korban kegeramannya. namun apa
jadinya dengan itu? Ia tidak makmur dalam waktu yang
lama dalam kelalimannya: Bangsa-bangsa mendengar ten-
tangnya (ay. 4, KJV), mendengar bagaimana ia merangsek
dengan ganas begitu mendapat mahkota, bagaimana ia
menginjak-injak semua orang yang benar dan suci, dan
melanggar semua perjanjiannya. Mereka pun memandang
dia sebagai tetangga yang berbahaya, lalu memburunya,
seperti seluruh pasukan gembala dikerahkan melawan se-
ekor singa yang menggeram untuk mempertahankan mang-
sanya (Yes. 31:4). Dan ia terjebak, sebagai binatang pe-
mangsa, dalam pelubang mereka. Rakyatnya sendiri tidak
berani berdiri membela kebebasan mereka, namun Allah
membangkitkan sebuah kekuatan asing yang mengakhiri
kelalimannya dengan segera, dan mereka mengelikir (me-
rantai – pen.) dia dan menggiringnya ke Mesir. Ke sanalah
Yoahas dibawa sebagai tawanan, dan tidak pernah ter-
dengar lagi.
(2) Dosa dan kejatuhan yang serupa dari penerusnya, Yoya-
kim. Kerajaan Yehuda selama beberapa waktu menantikan
kembalinya Yoahas dari Mesir, namun pada akhirnya putus
Kitab Yehezkiel 19:1-9
asa mengharapkannya. Dan kemudian sang induk singa
mengambil anak singa yang lain, dan membesarkannya
menjadi singa muda (ay. 5). Singa muda itu, bukannya
belajar dari nasib saudaranya sebagai peringatan untuk
menggunakan kekuasaannya dengan adil dan tidak ber-
lebihan, dan mengusahakan kebaikan bagi rakyatnya,
malah mengikuti jejak saudaranya: Anaknya ini berjalan-
jalan di antara kawanan singa (ay. 6). Ia meminta petunjuk
dan bergaul dengan orang-orang yang bengis dan ganas
seperti dirinya, dan meneladani mereka, seperti Rehabeam
meminta nasihat dari orang-orang muda yang gegabah dan
panas hati. Dan segeralah ia belajar menerkam, malah
manusia ditelannya (ay. 6). Ia merampas harta milik rak-
yatnya, mendenda dan memenjarakan mereka, memenuhi
perbendaharaannya dengan melakukan penjarahan dan
ketidakadilan, perampasan dan penyitaan, denda dan
pengambilan paksa, dan menelan semua orang yang meng-
halangi jalannya. Ia sudah belajar bagaimana menemukan
barang-barang orang yang tersembunyi, dan di mana harta
benda mereka ditimbun. Ia merusak puri-puri mereka (ay.
7), di mana mereka menyembunyikan uang mereka dan
kadang-kadang menyembunyikan diri mereka sendiri. Ia
tahu di mana harus menemukan harta dan orangnya. Dan
dengan penindasannya ia menumpas kota-kota mereka,
mengosongkan kota-kota itu dengan memaksa para pendu-
duknya lari ke tempat aman. Bumi diam, dan desa-desa
ditinggalkan. Meskipun ada kelimpahan yang besar, dan
kepenuhan dari semua hal yang baik, namun orang-orang
meninggalkan semuanya itu sebab takut mendengar suara
aumnya. Ia berbangga sebab membuat semua rakyatnya
takut terhadapnya, seperti singa membuat segala binatang
hutan gemetar (Am. 3:8). Dan dengan aumnya yang me-
ngerikan, ia mengejutkan mereka sehingga terjatuh saking
takutnya. Dan, sebab tidak memiliki keberanian untuk
melarikan diri, mereka menjadi mangsa yang empuk bagi-
nya, seperti yang dikatakan orang tentang kelakuan singa.
Ia menakut-nakuti, mengancam, omong besar, dan meng-
gertak orang untuk memberi apa yang mereka miliki.
Demikianlah ia pikir bisa menegakkan kekuasaannya
dengan cara itu, namun akibat yang ditimbulkannya malah
sebaliknya, dan hanya mempercepat kehancurannya sen-
diri (ay. 8): Bangsa-bangsa bangkit melawan dia dari dae-
rah-daerah sekelilingnya, untuk menahan dan melemahkan
kekuasaannya yang berlebihan. Untuk melakukan itu,
mereka bergabung demi keamanan bersama. Dan mereka
memasang jaring untuk menangkapnya, membuat rancang-
an-rancangan untuk melawannya. Allah mendatangkan
gerombolan-gerombolan orang Aram, Moab, dan bani
Amon, bersama-sama dengan orang Kasdim, untuk mela-
wan Yoyakim (2Raj. 24:2), dan ia terjebak dalam pelubang
mereka. Nebukadnezar membelenggunya dengan rantai
tembaga untuk membawanya ke Babel (2Taw. 36:6). Mereka
mengurung singa ini di dalam kandang, membelenggunya
dengan rantai, dan membawanya ke hadapan raja Babel
(ay. 9). Apa yang terjadi dengannya kita tidak tahu. namun
suaranya tidak kedengaran lagi mengaum di atas gunung-
gunung Israel. Kelalimannya sudah berakhir: ia dikubur
secara penguburan keledai (Yer. 22:19), meskipun dulu ia
seperti singa, mendatangkan ketakutan terhadap pahla-
wan-pahlawan yang meliputi dunia orang-orang hidup. Per-
hatikanlah, kebenaran Allah akan diakui saat mereka
yang sudah menakut-nakuti dan memperbudak orang lain
sekarang menjadi ketakutan dan diperbudak sendiri. Kebe-
naran-Nya diakui saat orang-orang yang menyalahguna-
kan kekuasaan mereka untuk membuat kehancuran dan
bukannya untuk membangun, yang menjadikan diri seperti
binatang-binatang buas, sekarang berbalik diperlakukan
seperti itu. Mereka itu seperti singa yang meraung atau
beruang yang menyerbu yang oleh Salomo dikatakan, orang
fasik yang memerintah rakyat yang lemah (Ams. 28:15).
Kebenaran Allah juga akan diakui, saat orang-orang
yang, seperti Ismail, tangannya melawan tiap-tiap orang,
namun pada akhirnya mendapati tangan tiap-tiap orang me-
lawan dia. Sudah lama diamati bahwa penguasa-penguasa
lalim yang haus darah jarang sekali mati dalam damai,
namun diberi minum darah, sebab mereka pantas men-
dapatkannya.
Kitab Yehezkiel 19:10-14
Ad generum Cereris sine cæde et sanguine pauci
Descendunt reges et sicca morte tyranni –
Betapa sedikit orang-orang yang pernah memerintah
dengan congkak, Turun dalam damai ke alam Pluto yang gelap!
JUVENAL.
Jatuhnya Keluarga Kerajaan
(19:10-14)
10 Ibumu seperti pohon anggur dalam kebun anggur, yang tertanam dekat
air, berbuah dan bercabang sebab air yang berlimpah-limpah. 11 Padanya
tumbuh suatu cabang yang kuat yang menjadi tongkat kerajaan; ia men-
julang tinggi di antara cabang-cabangnya yang rapat, dan menjadi kentara
sebab tingginya dan sebab rantingnya yang banyak. 12 namun ia tercabut di
dalam kemarahan dan dilemparkan ke bumi; angin timur membuatnya layu
kering, buahnya disentakkan, cabang yang kuat menjadi layu kering; dan api
menghabiskannya. 13 Dan sekarang ia tertanam di padang gurun, di tanah
yang kering dan haus akan air. 14 Maka keluarlah api dari cabangnya yang
memakan habis ranting dan buahnya, sehingga tiada lagi padanya cabang
yang kuat dan tiada tongkat kerajaan.” Ini yaitu ratapan dan sudah men-
jadi ratapan.
Yerusalem, ibu kota, di sini digambarkan dengan perumpamaan lain.
Ia yaitu pohon anggur, dan para pemimpinnya yaitu ranting-ran-
tingnya. Perbandingan ini sudah kita dapati sebelumnya (15:1). Yeru-
salem yaitu seperti pohoh anggur. Seperti itulah bangsa Yahudi:
seperti pohon anggur dalam kebun anggur (ay. 10, KJV: seperti anggur
dalam darahmu), darah kerajaan. Seperti pohon anggur yang ditanam
dalam darah dan disirami dengan darah, yang sangat membantu
membuatnya tumbuh subur. Seolah-olah darah yang sudah tertum-
pah dirancang untuk menyuburkan dan memperbaiki tanahnya,
begitu melimpahnya darah itu tertumpah. Dan untuk sementara
waktu tampaknya memang suburlah tumbuhnya, sebab ia berbuah
dan bercabang sebab ada air, air yang berlimpah-limpah yang di
dekatnya ia ditanam. Tempat-tempat terjadinya kefasikan yang besar
bisa saja makmur untuk sementara waktu. Dan pohon anggur yang
ditanam dalam darah bisa saja penuh dengan ranting. Yerusalem
penuh dengan hakim-hakim yang mampu, orang-orang yang cerdas,
orang-orang yang terpelajar dan berpengalaman, yang menjadi
cabang-cabang yang kuat, ranting-ranting dari pohon anggur yang
luar biasa besar dan kuat ini, atau tiang-tiang untuk menyangga
pohon anggur ini, sebab demikianlah peran hakim-hakim. Dahan-
dahan pohon anggur ini telah tumbuh dewasa sehingga pantas untuk
dijadikan kayu putih bagi tongkat kerajaan (ay. 11). Dan cabang-
cabang yang kuat pantas dijadikan tongkat, orang-orang yang tegas
dalam menghakimi dan yang bertekad kuat, yang cocok untuk men-
jadi hakim-hakim. saat keluarga kerajaan Yehuda menjadi sangat
banyak, dan tempat-tempat pengadilan dipenuhi dengan orang-orang
yang berakal sehat dan bersih, pada saat itulah Yerusalem menjulang
tinggi di antara cabang-cabangnya yang rapat. saat pemerintahan
berada di tangan-tangan yang baik dan mampu, bangsa itu pun
dibuat menjadi besar. Pada saat itu ia tidak dipandang sebagai pohon
anggur yang lemah dan rendah, namun ia menjadi kentara sebab
tingginya, sebuah kota yang istimewa, sebab rantingnya yang ba-
nyak. Tanquam lenta solent inter viburna cupressi – Di tengah ranting-
ranting yang rendah, dari situlah pohon-pohon cemara tinggi menju-
lang. “Dalam ketenanganmu,” demikian sebagian orang membacanya
(ay. 10, KJV: dalam darahmu) “engkau yaitu pohon anggur yang
seperti ini.” saat Zedekia hidup tenang dan tenteram di bawah kuk
raja Babel, kerajaannya berkembang seperti itu. Lihatlah betapa
lambatnya Allah marah, betapa Ia menangguhkan penghakiman-
penghakiman-Nya, dan menunggu untuk berlaku murah hati.
Pohon anggur ini sekarang sudah hancur. Nebukadnezar, sebab
sangat tersulut amarahnya oleh pengkhianatan Zedekia, mencabut-
nya di dalam kemarahan (ay. 12), menghancurkan kota dan kerajaan
itu, dan memangkas semua ranting dari keluarga kerajaan yang
menghadang di jalannya. Pohon anggur itu ditebang dan dilemparkan
ke bumi, meskipun tidak dicabut sampai ke akar-akarnya. Angin
timur membuat buah yang terembus itu layu kering. Orang-orang
muda rebah oleh pedang, atau dibawa ke dalam pembuangan. Apa
yang sekarang tampak di mata tidak menyenangkan sama sekali, dan
pandangan ke depan tidak menjanjikan. Cabang-cabangnya yang
kuat menjadi layu kering. Pembesar-pembesarnya dibinasakan, ha-
kim-hakimnya dipecat. Pohon anggur itu sendiri sekarang tertanam di
padang gurun (ay. 13). Babel menjadi seperti padang gurun bagi
mereka yang termasuk dalam orang-orang yang dibawa sebagai
tawanan ke sana. Tanah Yehuda menjadi seperti padang gurun bagi
Yerusalem, sebab sekarang seluruh negeri itu diporak-porandakan
oleh tentara Kasdim – tanah yang subur menjadi padang asin. “Pohon
itu terbakar api (Mzm. 80:17), dan keluarlah api dari cabangnya (ay.
14). Raja sendiri, dengan memberontak terhadap raja Babel, meng-
akibatkan semua kerusakan ini. Pohon itu sendirilah yang salah
Kitab Yehezkiel 19:10-14
sehingga api menghanguskan dia. Dengan kefasikannya ia menjadi-
kan dirinya seperti sumbu bagi percikan-percikan api murka Allah,
sehingga ranting-rantingnya dipakai sebagai bahan bakar yang akan
menghabisinya sendiri. Dalam ranting-ranting itu menyalalah api
yang memakan habis buahnya, dosa-dosa dari kaum tua menjadi
penghakiman yang memakan habis kaum muda. Buahnya terbakar
bersama dengan ranting-rantingnya sendiri, sehingga tiada lagi
padanya cabang yang kuat dan tiada tongkat kerajaan. Tak dapat
ditemukan seorang pun yang cocok untuk memerintah atau berani
mengambil reruntuhan ini di bawah kuasa mereka, seperti yang
dikeluhkan (Yes. 3:6-7). Tak seorang pun tersisa dari keluarga Daud
yang berhak untuk memerintah, tak ada orang-orang bijak, atau
orang-orang berakal, yang mampu untuk memerintah.” Sungguh
buruk bagi negara mana saja, dan kemungkinan akan bertambah
buruk, jika ia kehilangan berkat-berkat pemerintahan seperti itu,
dan tiada lagi padanya cabang yang kuat sebagai tongkat kerajaan.
Celakalah wahai engkau tanah, kalau rajamu seorang kanak-kanak,
sebab tidak memiliki cabang yang kuat sama saja dengan tidak
memiliki cabang sama sekali. Cabang-cabang yang kuat itu, ada
alasan untuk kita takutkan, sudah menjadi alat-alat penindasan,
yang membantu sang raja dalam menerkam mangsa dan menelan
manusia, dan sekarang mereka dihancurkan bersama-sama dengan
dia. Kelaliman yaitu jalan masuk bagi kekacauan. Dan, jika
tongkat pemerintah berubah menjadi ular penindasan, maka sudah
sewajarnya Allah berkata, “Tidak ada cabang yang kuat yang akan
menjadi tongkat kerajaan. namun biarlah manusia menjadi seperti
ikan-ikan di laut, di mana yang besar memakan yang kecil.” Perhati-
kanlah, ini yaitu ratapan dan akan menjadi ratapan. Sang nabi
diperintahkan (ay. 1) untuk mengucapkan suatu ratapan. Dan, sesudah
melakukannya, ia meninggalkannya untuk dipakai orang lain. “Ini
yaitu ratapan bagi kita di masa sekarang, dan, sebab kehancuran-
kehancurannya terus terjadi untuk waktu yang lama, itu akan
menjadi ratapan untuk orang-orang yang akan datang sesudah kita.
Anak yang belum lahir akan menyesali kehancuran yang terjadi pada
Yehuda dan Yerusalem oleh penghakiman-penghakiman yang seka-
rang menimpanya. Dahulu sebelum terjadi, penghakiman-pengha-
kiman itu sangat lama datangnya, busurnya lama ditarik. namun
sekarang penghakiman-penghakiman itu sudah datang, dan akan
terus berlanjut, dan akibat-akibatnya yang menyedihkan akan ditu-
runkan ke anak cucu.” Perhatikanlah, orang-orang yang memenuhi
takaran dosa-dosa nenek moyang mereka sedang menyediakan duka-
cita bagi anak cucu mereka, dan melengkapi anak cucu mereka de-
ngan sesuatu untuk diratapi. Dan tidak ada yang lebih mengundang
ratapan selain tergulingnya pemerintahan.
PASAL 20
Dalam pasal ini,
I. Sang nabi dimintai petunjuk oleh beberapa orang dari tua-
tua Israel (ay. 1).
II. Ia diberi petunjuk oleh Allahnya mengenai jawaban apa yang
harus diberikan kepada mereka. Ia harus,
1. Memberitahukan murka Allah terhadap mereka (ay. 2-3).
Dan,
2. Menunjukkan kepada mereka alasan sebenarnya meng-
apa Ia murka, dengan memberi tahu mereka sejarah me-
ngenai perlakuan-perlakuan Allah yang baik hati terhadap
nenek moyang mereka dan perlakuan-perlakuan nenek
moyang mereka yang khianat terhadap Allah.
(1) Di Mesir (ay. 5-9).
(2) Di padang gurun (ay. 10-26).
(3) Di Kanaan (ay. 27-32).
3. Mengumumkan penghakiman-penghakiman Allah terha-
dap mereka (ay. 33-36).
4. Memberi tahu mereka belas kasihan apa yang disediakan
Allah untuk mereka, saat Ia membawa sisa-sisa dari
mereka untuk bertobat, menegakkan mereka kembali di
tanah mereka sendiri, dan mendirikan tempat kudus-Nya
di antara mereka lagi (ay. 37-44).
5. Di sini ada teguran lain yang diucapkan terhadap Yerusa-
lem, yang dijelaskan dan diuraikan secara panjang lebar
dalam pasal berikutnya (ay. 45-49).
Sang Nabi Dimintai Petunjuk oleh Tua-tua Israel
(20:1-4)
1 Pada tahun ketujuh, dalam bulan yang kelima, pada tanggal sepuluh bulan
itu, datanglah beberapa orang dari tua-tua Israel untuk meminta petunjuk
dari pada TUHAN dan duduk di hadapanku. 2 Lalu datanglah firman TUHAN
kepadaku: 3 “Hai anak manusia, berbicaralah kepada tua-tua Israel dan
katakanlah kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Apakah kamu
datang untuk meminta petunjuk dari pada-Ku? Demi Aku yang hidup, Aku
tidak mau kamu meminta petunjuk dari pada-Ku, demikianlah firman Tuhan
ALLAH. 4 Maukah engkau menghakimi mereka, hai anak manusia, maukah
engkau menghakimi mereka? Beritahukanlah kepada mereka perbuatan-
perbuatan yang keji dari nenek moyang mereka,
Di sini ada,
1. Kejadian yang melatarbelakangi pesan yang kita dapati dalam pa-
sal ini. Khotbah yang sudah kita dapati dalam pasal 18 disampai-
kan sebab sindiran-sindiran mereka yang lancang terhadap
Allah. Sementara khotbah dalam pasal ini disampaikan sebab
petunjuk-petunjuk yang pura-pura mereka minta dari Dia. Setiap
perbuatan mereka itu mendapat tanggapannya sendiri-sendiri.
Nubuat yang disampaikan dalam pasal ini disebutkan tepat
penanggalannya, yaitu pada tahun ketujuh dari masa pembuang-
an, kira-kira dua tahun sesudah Yehezkiel mulai bernubuat. Allah
ingin supaya mereka terus mencatat berapa lama pembuangan
mereka sudah berlangsung, supaya mereka dapat melihat bagai-
mana tahun-tahun berlalu menuju pembebasan mereka, meski-
pun sangat lambat. Datanglah beberapa orang dari tua-tua Israel
untuk meminta petunjuk dari pada TUHAN, bukan pada waktu-
waktu yang ditetapkan (seperti tua-tua Yehuda dalam pasal 8:1),
melainkan, sejauh yang tampak, dalam suatu kesempatan, dan
dalam suatu keadaan darurat. Apakah mereka berasal dari orang-
orang yang pada saat itu ada dalam pembuangan, atau tua-tua
yang belakangan ini datang dari Yerusalem untuk suatu urusan
ke Babel, tidaklah pasti. namun , dari apa yang dikatakan sang
nabi kepada mereka (ay. 32), sejauh yang tampak, inilah petunjuk
yang mereka tanyakan. sebab sekarang mereka menjadi tawanan
di Babel, jauh dari negeri mereka sendiri, di mana mereka bukan
saja tidak memiliki bait suci, namun juga tidak ada rumah
ibadah, untuk menyembah Allah, jadi apakah mereka diperboleh-
kan untuk bergabung bersama tuan-tuan mereka dalam ibadah
mereka, supaya dapat mengambil hati tuan-tuan mereka, dan
berbuat seperti segala kaum di negeri-negeri ini, yang berbakti
Kitab Yehezkiel 20:1-4
kepada pohon dan batu. Masalah ini dibuat seringan mungkin,
seperti Naaman yang memohon izin kepada Elisa untuk bersujud
di kuil Rimon, untuk menyenangkan hati raja. namun beralasan
bagi kita untuk curiga bahwa ke sinilah arah pertanyaan mereka.
Perhatikanlah, orang-orang yang meminta izin dari Allah untuk
terus berbuat dosa, meskipun mereka menderita sebab nya, hati
mereka sudah mengeras secara menyedihkan. Mereka datang dan
duduk dengan bersungguh hati, dan menunjukkan sikap ibadah
di hadapan sang nabi (33:31).
2. Maksud dari pesan ini.
(1) Mereka harus diberi tahu bahwa Allah murka terhadap mere-
ka. Ia menganggapnya sebagai penghinaan bahwa mereka da-
tang untuk meminta petunjuk dari Dia, padahal mereka sudah
menetapkan hati untuk terus melakukan pelanggaran-pelang-
garan mereka: Demi Aku yang hidup, Aku tidak mau kamu
meminta petunjuk dari pada-Ku (ay. 3). Sikap ibadah yang
mereka tunjukkan itu tidak akan berkenan pada Allah atau
menguntungkan diri mereka sendiri. Allah tidak akan memper-
hatikan petunjuk-petunjuk yang mereka tanyakan, atau mem-
beri mereka jawaban-jawaban apa pun yang memuaskan.
Perhatikanlah, datang kepada Allah dan menjalankan ketetap-
an-ketetapan-Nya secara munafik sama sekali tidak menye-
nangkan Allah, malah membangkitkan amarah-Nya.
(2) Mereka harus diberi tahu bahwa sewajarnya Allah murka
terhadap mereka (ay. 4): “Maukah engkau menghakimi mereka,
hai anak manusia, maukah engkau menghakimi mereka? Eng-
kau yaitu seorang nabi, pasti engkau tidak akan berseru un-
tuk mereka, untuk menengahi mereka dengan Allah. namun
pasti engkau akan menjatuhkan hukuman kepada mereka se-
bagai hakim bagi Allah. Ketahuilah, pada hari ini Aku meng-
angkat engkau atas bangsa-bangsa. Maukah engkau menyata-
kan kepada mereka penghakiman-penghakiman Tuhan? Oleh
sebab itu, beritahukanlah kepada mereka perbuatan-perbuatan
yang keji dari nenek moyang mereka.” Demikianlah perintah-
perintah yang diberikan sekarang, seperti sebelumnya (16:2)
ia harus memberitahukan kepada mereka perbuatan-perbuat-
an mereka yang keji. Meskipun perbuatan-perbuatan mereka
sendiri yang keji sudah cukup untuk membenarkan Allah ber-
tindak keras terhadap mereka, namun akan bermanfaat bagi
mereka untuk mengetahui perbuatan-perbuatan yang keji dari
nenek moyang mereka. Dengan demikian mereka dapat
melihat betapa Allah sekarang bertindak benar untuk mem-
binasakan mereka sebagai umat pada akhirnya, yang sejak
awal sudah menjadi umat yang membangkitkan amarah-Nya.
Perlakuan-perlakuan Allah
yang Penuh Rahmat terhadap Israel
(20:5-9)
5 dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Pada hari Aku
memilih Israel, Aku bersumpah kepada keturunan kaum Yakub dan menya-
takan diri kepada mereka di tanah Mesir; Aku bersumpah kepada mereka:
Akulah TUHAN Allahmu! 6 Pada hari itu Aku bersumpah kepada mereka
untuk membawa mereka dari tanah Mesir ke tanah yang Kupilih baginya,
negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, tanah yang permai di
antara semua negeri. 7 Dan Aku berkata kepada mereka: Biarlah setiap orang
membuangkan dewa-dewanya yang menjijikkan, ke mana ia selalu melihat
dan janganlah menajiskan dirimu dengan berhala-berhala Mesir; Akulah
TUHAN, Allahmu. 8 namun mereka memberontak terhadap Aku dan tidak mau
mendengar kepada-Ku; setiap orang tidak membuangkan dewa-dewanya
yang menjijikkan, ke mana ia selalu melihat, dan tidak meninggalkan ber-
hala-berhala Mesir. Maka Aku bermaksud hendak mencurahkan amarah-Ku
ke atas mereka untuk melampiaskan murka-Ku kepadanya di tengah-tengah
tanah Mesir. 9 namun Aku bertindak oleh sebab nama-Ku, supaya itu jangan
dinajiskan di hadapan bangsa-bangsa, di mana mereka berada. Di hadapan
bangsa-bangsa itu Aku menyatakan diri kepada mereka dalam hal Aku
membawa mereka keluar dari tanah Mesir.
Sejarah dari sikap tidak tahu berterima kasih dan suka memberontak
dari umat Israel dimulai sejak dari awal mula mereka. Begitu pula
dengan sejarah kemurtadan manusia dari Penciptanya. Tidak lama
sesudah kita membaca kisah tentang penciptaan orangtua kita yang
pertama, kita segera menjumpai pemberontakan mereka. Demikian
pula yang kita lihat di sini dengan Israel, bangsa yang dirancang
untuk mewakili gambaran umat manusia, baik dalam perlakuan-
perlakuan mereka terhadap Allah maupun perlakuan-perlakuan
Allah terhadap mereka. Di sini ada,
I. Tujuan-tujuan yang penuh rahmat dari hukum Allah berkenaan
dengan Israel di Mesir, di mana mereka menjadi budak-budak
Firaun. Biarlah dikatakan, biarlah ditulis, bagi kehormatan yang
abadi dari anugerah ilahi yang cuma-cuma, bahwa pada waktu itu
dan di tempat itu,
Kitab Yehezkiel 20:5-9
1. Ia memilih Israel untuk menjadi umat kesayangan bagi diri-
Nya, meskipun keadaan mereka buruk dan tabiat mereka lebih
buruk lagi, supaya Ia mendapat kehormatan dalam memper-
baiki keduanya. Inilah alasan Ia memilih mereka, sebab mere-
ka yaitu keturunan kaum Yakub, keturunan dari pangeran
Allah itu, supaya Ia dapat memegang sumpah-Nya yang telah
diikrarkan-Nya kepada nenek moyang mereka (Ul. 7:7-8).
2. Ia menyatakan diri kepada mereka dengan nama-Nya TUHAN
(sebuah nama baru, Kel. 6:2; Yehovah – pen.), sewaktu mere-
ka, sebab perbudakan mereka, hampir saja kehilangan
pengetahuan tentang nama yang dengannya Ia dikenal oleh
nenek moyang mereka, Allah Yang Mahakuasa. Perhatikanlah,
sama seperti dasar dari keterberkatan kita ada pada Allah
yang memilih kita, demikian pula langkah pertama menuju
keterberkatan itu yaitu Allah yang menyatakan diri-Nya
kepada kita. Dan betapa pun jauhnya kita berada, kesusahan
apa pun yang menimpa kita, Dia yang menyatakan diri-Nya
kepada Israel bahkan di tanah Mesir sekalipun dapat mene-
mukan kita, dan mengikuti kita dengan perkenanan-Nya yang
disingkapkan dan dinyatakan dengan penuh rahmat.
3. Ia menyerahkan diri-Nya kepada mereka sebagai Allah mereka
dalam kovenan: Aku mengangkat tangan-Ku kepada mereka
(KJV), dengan berkata, dan menguatkannya dengan sumpah.
“Akulah TUHAN, Allahmu. Kepada-Kulah kamu harus mem-
berikan penghormatanmu, dan dari-Ku serta dalam diri-Kulah
kamu harus mengharapkan kebahagiaanmu.”
4. Ia berjanji untuk membawa mereka keluar dari Mesir, dan
menepati apa yang dijanjikan-Nya. Ia mengangkat tangan-Nya,
yaitu, Ia bersumpah kepada mereka, bahwa Ia akan membe-
baskan mereka. Dan, sebab mereka sangat tidak layak, dan
pembebasan mereka sangat tidak memungkinkan, maka janji
itu harus diikat dengan sumpah. Atau, Ia mengangkat tangan-
Nya, yaitu, Ia mengerahkan kekuatan-Nya yang maha kuasa
untuk melakukannya. Ia melakukannya dengan lengan yang
teracung (Mzm. 136:12).
5. Ia meyakinkan mereka bahwa Ia akan membuat mereka memi-
liki tanah Kanaan. Inilah alasan Ia membawa mereka keluar
dari Mesir, yaitu untuk membawa mereka ke tanah yang Dia
pilih bagi mereka, taman Eden kedua, yang merupakan tanah
yang permai di antara semua negeri. Demikianlah Ia menda-
patinya, sebab iklimnya sedang, tanahnya subur, peman-
dangannya indah, dan segala sesuatunya menyenangkan (Ul.
8:7; 11:12). Atau, bagaimana pun keadaannya, demikianlah Ia
menjadikannya, dengan mendirikan tempat kudus-Nya di
dalamnya.
II. Perintah-perintah yang masuk akal yang diberikan-Nya kepada
mereka, dan syarat-syarat yang mudah dari kovenan-Nya dengan
mereka pada waktu itu. sesudah memberi tahu mereka apa yang
dapat mereka harapkan dari Dia, selanjutnya Ia memberi tahu
mereka apa yang diharapkan-Nya dari mereka. Tidak lebih dari ini
(ay. 7): “Biarlah setiap orang membuangkan patung-patungnya
yang ia pakai untuk menyembah, yang menjadi pujaan di mata
mereka, namun sebenarnya merupakan dewa-dewa yang menjijik-
kan. Biarlah mereka merasa jijik terhadap patung-patung itu,
menjauhkannya dari pandangan, dan janganlah menajiskan diri-
mu dengan berhala-berhala Mesir.” Tampaknya, banyak dari mere-
ka yang senang dengan dewa-dewa ini. Anak lembu emas yaitu
salah satunya. Sudah sewajarnya, dan pantas diharapkan, bahwa,
sebab sudah dibebaskan dari perbudakan Mesir, mereka seharus-
nya berhenti menyembah berhala-berhala Mesir. Terutama sebab
Allah, sewaktu membawa mereka keluar, telah menjatuhkan
hukuman-hukuman kepada para allah Mesir (Bil. 33:4) dan dengan
demikian menunjukkan diri-Nya di atas mereka. Selain itu, kalau-
pun mereka masih memiliki kecenderungan untuk menyembah
berhala-berhala lain sesudah keluar dari Mesir, tentulah seharus-
nya mereka membenci sedalam-dalamnya dewa-dewa Mesir oleh
sebab Mesir itu sendiri, yang sudah begitu lama menjadi rumah
perbudakan mereka. Namun demikian, tampaknya, mereka mem-
butuhkan peringatan ini, dan itu didukung dengan alasan yang
baik: Akulah TUHAN, Allahmu, yang tidak membutuhkan penolong
dan tidak pula membolehkan adanya saingan.
III. Ketidaktaatan mereka yang tidak masuk akal terhadap perintah-
perintah ini, yang sebab nya seharusnya adil saja bagi Allah un-
tuk membinasakan mereka segera sesudah mereka dibentuk men-
jadi sebuah bangsa (ay. 8): Mereka memberontak terhadap Allah,
tidak hanya menolak untuk mematuhi ajaran-ajaran-Nya yang
Kitab Yehezkiel 20:5-9
dinyatakan secara khusus, namun juga membuang kesetiaan mere-
ka, dan pada intinya berkata kepada-Nya bahwa mereka bebas
menyembah allah apa saja yang mereka sukai. Bahkan pada
waktu Allah turun untuk membebaskan mereka, dan mengutus
Musa untuk tujuan itu, mereka tidak mau juga meninggalkan
berhala-berhala Mesir. Mungkin inilah yang membuat mereka
dengan hati rindu terus berbicara tentang bawang merah Mesir
(Bil. 11:5), sebab bangsa Mesir antara lain menyembah bawang.
Sungguh mengherankan bahwa semua tulah Mesir tidak berhasil
menyembuhkan mereka dari rasa sayang terhadap berhala-
berhala Mesir. sebab itu Allah berkata bahwa Ia akan mencurah-
kan amarah-Nya ke atas mereka, bahkan saat mereka masih di
tengah-tengah tanah Mesir. Wajar seandainya Ia berkata, “Biarkan
mereka mati dengan orang-orang Mesir.” Hal ini mengagungkan
kekayaan kebaikan Allah, bahwa Ia berkenan mengerjakan
keselamatan yang begitu besar bagi mereka, sekalipun Ia melihat
mereka sudah matang untuk kehancuran. Benarlah Musa berkata
kepada mereka, ini bukan sebab jasa-jasamu (Ul. 9:4-5).
IV. Pembebasan ajaib yang dikerjakan Allah bagi mereka, kendati
demikian. Walaupun mereka kehilangan perkenanan Allah sewak-
tu Ia hendak memberi nya, dan pada saat Allah hendak me-
nyembuhkan mereka justru pada saat itulah tersingkap kesalahan
mereka (Hos. 7:1), namun belas kasihan menang atas penghakim-
an, dan Allah melakukan apa yang dirancangkan-Nya oleh sebab
nama-Nya semata (ay. 9). saat tidak ada dalam diri kita yang
akan memberi-Nya alasan bagi perkenanan-perkenanan-Nya, Ia
memberi satu alasan dari diri-Nya sendiri. Allah menyatakan
diri kepada mereka di hadapan bangsa-bangsa saat Ia memerin-
tahkan Musa untuk berkata kepada Firaun di depan umum,
Israel yaitu anak-Ku, anak-Ku yang sulung (Kel. 4:22), biarkan
mereka pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku. Nah, seandai-
nya Ia meninggalkan mereka begitu saja untuk binasa sebab
kefasikan mereka, seperti yang pantas mereka dapatkan, maka
orang Mesir akan menyindir Dia sebab itu, dan nama-Nya akan
dicemarkan, padahal seharusnya dikuduskan dan akan dikudus-
kan. Perhatikanlah, jemaat dilindungi, bahkan sewaktu ia bobrok,
sebab Allah hendak melindungi kehormatan-Nya sendiri.
Hak-hak Istimewa dan Dosa-dosa Israel
(20:10-26)
10 Aku membawa mereka keluar dari tanah Mesir dan menuntun mereka ke
padang gurun. 11 Di sana Aku memberi kepada mereka ketetapan-kete-
tapan-Ku dan memberitahukan peraturan-peraturan-Ku, dan manusia yang
melakukannya, akan hidup. 12 Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada
mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka
mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka. 13 namun
kaum Israel memberontak terhadap Aku di padang gurun; mereka tidak
hidup menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan mereka menolak peraturan-
peraturan-Ku, yang, kalau manusia melakukannya, ia akan hidup. Mereka
juga melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku dengan sangat. Maka Aku
bermaksud hendak mencurahkan amarah-Ku ke atas mereka di padang
gurun hendak membinasakan mereka. 14 namun Aku bertindak sebab nama-
Ku, supaya itu jangan dinajiskan di hadapan bangsa-bangsa, yang melihat
sendiri waktu Aku membawa mereka ke luar. 15 Walaupun begitu Aku ber-
sumpah kepadanya di padang gurun, bahwa Aku tidak akan membawa
mereka masuk ke tanah yang telah Kuberikan kepada mereka, yang berlim-
pah-limpah susu dan madunya, tanah yang permai di antara semua negeri,
16 oleh sebab mereka menolak peraturan-peraturan-Ku dan tidak hidup
menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan melanggar kekudusan hari-hari Sabat-
Ku; sebab hati mereka mengikuti berhala-berhala mereka. 17 namun Aku
merasa sayang melihat mereka, sehingga Aku tidak membinasakannya dan
tidak menghabisinya di padang gurun. 18 Maka Aku berkata kepada anak-
anak mereka di padang gurun: Janganlah kamu hidup menurut ketetapan-
ketetapan ayahmu dan janganlah berpegang pada peraturan-peraturan
mereka dan janganlah menajiskan dirimu dengan berhala-berhala mereka.
19 Akulah TUHAN, Allahmu: Hiduplah menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan
lakukanlah peraturan-peraturan-Ku dengan setia, 20 kuduskanlah hari-hari
Sabat-Ku, sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya
orang mengetahui bahwa Akulah TUHAN, Allahmu. 21 namun anak-anak
mereka memberontak terhadap Aku, mereka tidak hidup menurut ketetapan-
ketetapan-Ku dan tidak melakukan peraturan-peraturan-Ku dengan setia,
sedang manusia yang melakukannya, akan hidup; mereka juga melanggar
kekudusan hari-hari Sabat-Ku. Maka Aku bermaksud mencurahkan amarah-
Ku ke atas mereka untuk melampiaskan murka-Ku kepadanya di padang
gurun. 22 namun Aku menarik tangan-Ku kembali dan bertindak sebab
nama-Ku, supaya itu jangan dinajiskan di hadapan bangsa-bangsa yang
melihat sendiri waktu Aku membawa mereka ke luar. 23 Walaupun begitu
Aku bersumpah kepadanya di padang gurun untuk menyerakkan mereka di
antara bangsa-bangsa dan menghamburkan mereka ke semua negeri, 24 oleh
sebab mereka tidak melakukan peraturan-peraturan-Ku dan menolak kete-
tapan-ketetapan-Ku dan melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku dan mata-
nya selalu tertuju kepada berhala-berhala ayah-ayah mereka. 25 Begitulah
Aku juga memberi kepada mereka ketetapan-ketetapan yang tidak baik dan
peraturan-peraturan, yang sebab nya mereka tidak dapat hidup. 26 Aku
membiarkan mereka menjadi najis dengan persembahan-persembahan mere-
ka, dalam hal mereka mempersembahkan sebagai korban dalam api semua
yang terdahulu lahir dari kandungan, supaya Kubuat mereka tertegun, agar
mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN.
Sejarah dilanjutkan di sini tentang pergumulan antara dosa-dosa
Israel, yang dengannya mereka berusaha menghancurkan diri mereka
Kitab Yehezkiel 20:10-26
sendiri, dan belas kasihan Allah, yang dengannya Ia berusaha menye-
lamatkan mereka dan membuat mereka berbahagia. Dan contoh-
contoh dari pergumulan itu dalam ayat-ayat ini merujuk pada apa
yang terjadi antara Allah dan mereka di padang gurun, di mana Allah
mendatangkan kehormatan pada diri-Nya sendiri dan mereka men-
datangkan aib pada diri sendiri. Kisah Israel di padang gurun dirujuk
dalam Perjanjian Baru (1Kor. 10 dan Ibr. 3), dan juga sering kali da-
lam Perjanjian Lama, sebagai peringatan bagi kita orang-orang Kris-
ten. Oleh sebab itu, kita secara khusus berkepentingan dalam ayat-
ayat ini. Amatilah,
I. Perkara-perkara besar yang dilakukan Allah bagi mereka, yang
diingatkan-Nya kepada mereka, bukan sebab Ia menyesal telah
memberi perkenanan-perkenanan-Nya kepada mereka, me-
lainkan untuk menunjukkan betapa mereka tidak tahu berterima
kasih. Dan kita berkata, jika orang disebut tidak tahu berterima
kasih, maka tidak ada lagi sebutan yang lebih buruk untuknya.
Merupakan suatu perkenanan yang besar,
1. Bahwa Allah membawa mereka keluar dari tanah Mesir (ay.
10), meskipun, seperti yang terjadi selanjutnya, Ia menuntun
mereka ke padang gurun dan bukan langsung ke Kanaan.
Lebih baik hidup merdeka di padang gurun daripada menjadi
budak di negeri yang berkelimpahan, menikmati Allah dan diri
kita sendiri dalam kesendirian daripada kehilangan keduanya
di tengah keramaian. Namun demikian, ada banyak dari bang-
sa Israel itu yang berjiwa sedemikian rendah sehingga tidak
memahami hal ini. Sebaliknya, saat menemui kesulitan-
kesulitan di padang gurun, mereka berharap ada di Mesir lagi.
2. Bahwa Ia memberi mereka hukum di atas Gunung Sinai (ay.
11), tidak hanya mengajarkan kepada mereka mengenai ke-
baikan dan kejahatan, namun juga dengan wewenang-Nya me-
nahan mereka dari kejahatan dan membawa mereka kepada
kebaikan. Ia memberi mereka ketetapan-ketetapan-Nya, dan
sungguh berharga pemberian itu. Musa telah memerintahkan
hukum Taurat kepada mereka, suatu milik bagi jemaah Yakub
(Ul. 33:4). Allah memberitahukan kepada mereka peraturan-
peraturan-Nya, tidak hanya menegakkan hukum-hukum bagi
mereka, namun juga menunjukkan kepada mereka bahwa hu-
kum-hukum itu masuk akal dan adil, yang dengannya hu
kum-hukum itu dibentuk. Mereka didorong untuk menjalan-
kan dan mematuhi hukum-hukum yang diberikan-Nya kepada
mereka. Sebab, jika manusia melakukannya, ia akan hidup.
Dalam menjalankan perintah-perintah Allah, ada penghiburan
yang berlimpah dan upah yang besar. Kristus berkata, Jikalau
engkau ingin masuk ke dalam hidup, dan menikmatinya, turuti-
lah segala perintah Allah. Walaupun orang-orang yang sangat
ketat dalam kepatuhan mereka sejauh ini hanya merupakan
hamba-hamba yang tidak berguna, bahwa mereka berbuat
tidak lebih daripada yang diwajibkan kepada mereka, namun
kepatuhan itu dibalas dengan sedemikian berlimpah: Perbuat-
lah demikian, maka engkau akan hidup. Dalam Alkitab bahasa
Aram dikatakan, ia akan hidup kekal dalam peraturan-peratur-
an itu. Rasul Paulus mengutip ini (Gal. 3:12) untuk menunjuk-
kan bahwa dasar hukum Taurat bukanlah iman, namun hukum
menawarkan hidup dengan syarat kepatuhan yang sempurna,
yang tidak mampu kita penuhi, dan oleh sebab nya kita harus
memiliki jalan untuk datang pada anugerah Injil, yang
tanpanya kita semua binasa.
3. Bahwa Ia menghidupkan kembali ketetapan hari Sabat yang
sudah ada sejak dulu, yang telah hilang dan terlupakan sela-
ma mereka menjadi budak-budak di Mesir. Sebab tuan-tuan
mereka di sana sama sekali tidak memperbolehkan mereka
beristirahat, walau selama satu dalam tujuh hari. Di padang
gurun setiap hari memang yaitu hari istirahat. Sebab untuk
apa mereka bekerja, sementara mereka hidup dari manna, dan
pakaian mereka tidak menjadi usang? namun satu dalam tujuh
hari harus dijadikan hari istirahat yang kudus (ay. 12): Hari-
hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringat-
an di antara Aku dan mereka (penetapan hari Sabat merupa-
kan tanda dari kehendak baik Allah terhadap mereka, dan
ketaatan mereka untuk menjalankannya merupakan tanda
dari perhatian mereka terhadap-Nya), supaya mereka mengeta-
hui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka. De-
ngan ini Allah memperlihatkan bahwa Ia telah membedakan
mereka dari semua yang lain di dunia, dan bermaksud untuk
menjadikan mereka sebagai contoh umat kesayangan bagi diri-
Nya. Dan dengan datang kepada Allah dalam perkumpulan-
perkumpulan yang khidmat pada hari-hari Sabat, mereka
Kitab Yehezkiel 20:10-26
dibuat bertumbuh dalam pengetahuan akan Allah, dengan
mengalami sendiri kuasa-kuasa dan kenikmatan-kenikmatan
anugerah-Nya yang menguduskan. Perhatikanlah,
(1) Hari Sabat yaitu hak istimewa, dan harus dipandang demi-
kian. Jemaat mengakui sebagai perkenanan yang besar,
dalam Nehemia 9:14, yang berpadanan dengan pasal ini dan
tampak merujuk pada pasal ini, Kauberitahukan kepada
mereka sabat-Mu yang kudus.
(2) Hari Sabat yaitu tanda. Itu yaitu tanda bahwa manusia
memiliki kesadaran agama, dan bahwa ada suatu hubung-
an baik antara mereka dan Allah, jika mereka menja-
lankan hari Sabat dan menguduskannya dengan kesadaran
hati nurani.
(3) Hari Sabat, jika dikuduskan sebagaimana mestinya, yaitu
sarana bagi pengudusan kita. Jika kita melakukan kewajib-
an hari Sabat itu, kita akan mendapati, bagi penghiburan
kita, bahwa TUHAN-lah yang menguduskan kita, yang
membuat kita kudus (yaitu sungguh-sungguh berbahagia)
di sini, dan mempersiapkan kita untuk berbahagia (yaitu
kudus secara sempurna) di dunia nanti.
II. Perilaku mereka yang tidak taat dan tidak berbakti kepada Allah,
yang sebab nya Ia bisa saja dengan adil mengeluarkan mereka
dari kovenan segera sesudah Ia membawa mereka ke dalam kove-
nan (ay. 13): Mereka memberontak di padang gurun. Di sana di
mana mereka menerima begitu banyak rahmat dari Allah, dan
begitu bergantung pada-Nya, dan sedang dalam perjalanan menu-
ju Kanaan, namun justru di sana mereka terang-terangan mem-
berontak terhadap Allah yang telah menuntun mereka dan mem-
beri mereka makan. Mereka bukan saja tidak hidup menurut
ketetapan-ketetapan Allah, namun juga menolak peraturan-peratur-
an-Nya sebagai tidak layak untuk dijalankan. Bukannya mengu-
duskan hari-hari Sabat, mereka malah menajiskannya, sangat
menajiskannya. Satu orang mengumpulkan kayu, dan banyak
yang keluar untuk mengumpulkan manna pada hari ini. Oleh ka-
rena itu Allah siap membinasakan mereka sewaktu-waktu. Ia ber-
kata, lebih dari satu kali, bahwa Ia akan membinasakan mereka di
padang gurun. namun Musa menengahi, begitu pula dengan rah-
mat Allah dengan lebih berkuasa, dan lebih dari semuanya lagi,
kepedulian bagi kemuliaan-Nya sendiri, supaya nama-Nya jangan
dinajiskan dan dicemarkan di hadapan bangsa-bangsa (ay. 14),
supaya orang-orang Mesir tidak berkata bahwa untuk kejahatanlah
Ia membawa mereka sejauh itu, atau bahwa Ia tidak mampu
membawa mereka lebih jauh, atau bahwa Ia tidak memiliki tanah
yang baik seperti yang dikatakan untuk membawa mereka ke sana
(Kel. 32:12; Bil. 14:13, dst.). Perhatikanlah, alasan-alasan paling
kuat bagi All