Yehezkiel 12


 akuan orang-orang fasik dengan semestinya, 

kita semua pasti akan takut berteman dengan mereka dan 

menjadi pengikut-pengikut mereka. Di sini perbuatan-per-

buatan Hizkia disebutkan lagi secara khusus dalam kata-

kata yang hampir sama dengan tabiat yang digambarkan 

tentang orang baik (ay. 6, dst.), untuk menunjukkan betapa 

orang baik hidup menurut roh yang sama dan berlaku 

menurut cara yang sama. Orang baik ini di sini, walaupun 

Kitab Yehezkiel 18:10-20 

berhati-hati untuk menghindari dosa-dosa ayahnya, peduli 

untuk meniru kebajikan-kebajikan nenek moyangnya. Dan, 

jika kita melihat ke belakang, kita akan mendapatkan 

beberapa contoh untuk kita teladani, serta contoh-contoh 

lainnya untuk menjadi peringatan bagi kita. Orang benar 

ini tidak hanya dapat berkata, seperti orang Farisi, aku 

bukan pezinah, bukan perampok, bukan penindas, bukan 

tukang riba, bukan penyembah berhala, namun  juga ia telah 

memberi makan orang lapar dan memberi pakaian kepada 

orang telanjang. Ia telah menjauhkan diri dari kecurangan 

(KJV: ia melepaskan tangannya dari orang miskin). jika  

ia mendapati ayahnya telah menyusahkan hamba-hamba, 

pegawai-pegawai, dan tetangga-tetangga yang miskin, maka 

ia akan meringankan beban mereka. Ia tidak berkata, “Apa 

yang telah dilakukan ayahku akan kuturuti, dan jika itu 

salah, maka itu kesalahannya dan bukan kesalahanku.” 

Seperti Rehabeam, yang memandang hina pajak-pajak yang 

telah dikenakan ayahnya kepada rakyat. Tidak. Ia melepas-

kan tangannya dari orang miskin, dan mengembalikan me-

reka pada hak-hak dan kebebasan mereka lagi (ay. 15-17). 

Demikianlah ia telah melakukan peraturan Allah dan hidup 

menurut ketetapan-Nya, bukan saja menjalankan kewajib-

annya dalam satu waktu saja, namun  di sepanjang hidup 

dan jalan ketaatan.  

(2) Kita diyakinkan bahwa hanya ayah yang tidak benar saja 

yang akan mati dalam kesalahannya, namun  anaknya yang 

mulia tidak akan pernah bernasib buruk sebab  perbuatan 

ayahnya itu. Adapun ayahnya (ay. 18), sebab  ia seorang 

penindas yang kejam, dan berbuat jahat, bahkan, sebab  

meskipun memiliki kekayaan dan kekuasaan, ia tidak 

berbuat baik dengannya kepada rakyatnya, maka sungguh, 

sekalipun ia orang hebat, ia akan mati sebab  kesalahan-

nya, dan binasa untuk selama-lamanya. namun  orang yang 

tetap hidup lurus, ia pasti hidup, akan tenang dan ber-

bahagia, dan ia tidak akan mati sebab  kesalahan ayahnya. 

Bisa jadi kefasikan ayahnya telah mengurangi harta milik-

nya dan melemahkan pengaruhnya, namun  itu sama sekali 

tidak akan membuat dia tidak diterima Allah dan hidup 

kekalnya yang sejahtera hilang.  

II. Allah kemudian berseru kepada orang-orang buangan yang me-

nyindir-Nya itu, apakah mereka tidak berbuat jahat terhadap 

Allah dengan sindiran mereka itu. “Begitu jelasnya perkara itu, 

namun  kamu berkata: Mengapa anak tidak turut menanggung 

kesalahan ayahnya? Tidak, tidak demikian. Ia tidak akan me-

nanggungnya jika ia sendiri mau melakukan keadilan dan kebe-

naran” (ay. 19). Orang-orang yang menanggung kesalahan bapa 

leluhur mereka ini memang tidak melakukan keadilan dan 

kebenaran, dan sebab  itu sewajarnya mereka menderita sebab  

dosa mereka sendiri. sebab  itu sama sekali tidak beralasan bagi 

mereka untuk mengeluhkan perlakuan-perlakuan Allah terhadap 

mereka sebagai tidak adil, meskipun beralasan bagi mereka untuk 

mengeluhkan teladan buruk yang ditinggalkan bapa leluhur mere-

ka sebagai hal yang tidak baik. Bapak-bapak kami berbuat dosa, 

mereka tak ada lagi, dan kami yang menanggung kedurjanaan 

mereka (Rat. 5:7). Memang benar bahwa ada kutukan yang 

diteruskan pada keluarga-keluarga yang fasik, namun  juga benar 

bahwa apa yang diteruskan itu dapat diputuskan oleh pertobatan 

dan pembaruan diri. Oleh sebab itu, biarlah orang yang tidak mau 

bertobat dan diperbarui menyalahkan diri mereka sendiri jika 

mereka jatuh di bawah kutukan itu. Itulah sebabnya aturan 

penghakiman yang sudah ditetapkan itu diulangi lagi (ay. 20): 

Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati, dan bukan orang 

lain. Petunjuk yang diberikan Allah kepada hakim-hakim di dunia 

(Ul. 24:16) akan dijalankan-Nya sendiri: Anak tidak akan mati, 

tidak akan mengalami kematian kekal, sebab  kesalahan ayah-

nya, jika ia tidak mengikuti jejaknya, atau ayah sebab  kesalahan 

anaknya, jika ia berusaha melakukan kewajibannya untuk men-

cegahnya. Pada hari waktu mana hukuman Allah yang adil akan 

dinyatakan, yang sekarang tertutup awan dan gelap, orang benar 

akan menerima berkat kebenarannya. Dan hal itu akan tampak di 

hadapan seluruh dunia, bagi penghiburan dan kehormatannya 

yang kekal. Kebenaran itu ada padanya seperti jubah, seperti 

mahkota. Dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya, 

bagi celanya untuk selamanya, tertanggung atasnya seperti ran-

tai, tertanggung atasnya seperti beban, seperti segunung beban 

untuk menenggelamkannya ke dalam jurang maut. 

 

Kitab Yehezkiel 18:21-29 

Dorongan untuk Bertobat 

(18:21-29)  

21 namun  jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan 

berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenar-

an, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. 22 Segala durhaka yang dibuatnya 

tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup sebab  kebenaran 

yang dilakukannya. 23 Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? 

demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya  

ia hidup? 24 Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan 

kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik – apakah 

ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat 

lagi. Ia harus mati sebab  ia berobah setia dan sebab  dosa yang dilakukan-

nya. 25 namun  kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat! Dengarlah dulu, 

hai kaum Israel, apakah tindakan-Ku yang tidak tepat ataukah tindakanmu 

yang tidak tepat? 26 Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan 

melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati sebab  kecurangan 

yang dilakukannya. 27 Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan 

yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan 

menyelamatkan nyawanya. 28 Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang 

dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. 29 namun  kaum Israel berkata: 

Tindakan Tuhan tidak tepat! Apakah tindakan-Ku yang tidak tepat, hai kaum 

Israel, ataukah tindakanmu yang tidak tepat? 

Di sini kita mendapati aturan penghakiman lain yang akan dipakai 

Allah dalam berurusan dengan kita, dan melaluinya ditunjukkan 

lebih jauh keadilan pemerintahan-Nya. Aturan sebelumnya menun-

jukkan bahwa Allah akan memberi  upah atau menghukum sesuai 

dengan perubahan yang terjadi di dalam keluarga atau penerus-pene-

rusnya, entah lebih baik atau lebih buruk. Di sini Ia menunjukkan 

bahwa Ia akan memberi  upah atau menghukum sesuai dengan 

perubahan yang terjadi dalam diri orang itu sendiri, entah lebih baik 

atau lebih buruk. Selama kita ada di dunia ini, kita berada dalam 

percobaan. Masa pencobaan berlangsung selama kita hidup, dan 

sebagaimana kita didapati pada akhirnya, seperti itulah keadaan kita 

sampai pada kekekalan. Sekarang lihatlah di sini, 

I. Perkaranya dinyatakan dengan baik, seperti yang sudah dinyata-

kan sebelumnya (3:18, dst.). Dan di sini perkaranya ditetapkan 

satu kali (ay. 21-24), dan satu kali lagi (ay. 26-28), sebab  ini 

merupakan perkara yang sangat penting, perkara hidup dan mati, 

kehidupan dan kematian kekal. Di sini kita mendapati, 

1. Undangan yang baik yang diberikan kepada orang-orang fasik, 

untuk berbalik dari kefasikan mereka. Jaminan diberikan di 

sini kepada kita bahwa, jikalau orang fasik bertobat, ia pasti 

hidup (ay. 21, 27). Amatilah, 

(1) Apa yang dituntut supaya  orang bisa dianggap benar-benar 

bertobat, dan bagaimana ia bisa memenuhi syarat supaya  

berhak mendapat jaminan ini.  

[1] Langkah pertama menuju pertobatan yaitu  insaf (ay. 

28): Ia insaf dan bertobat. Alasan mengapa orang-orang 

berdosa terus berjalan di jalan mereka yang jahat ada-

lah sebab  mereka tidak merenungkan apa yang akan 

menjadi kesudahannya. namun  saat  si anak hilang 

mulai tersadar, saat  ia duduk dan sedikit merenung-

kan betapa buruk keadaannya, dan betapa dengan mu-

dah keadaannya bisa berubah lebih baik, maka ia pun 

segera kembali kepada bapanya (Luk. 15:17). Dan pe-

rempuan pezinah akan kembali kepada suaminya yang 

pertama saat  ia merenungkan bahwa waktu itu ia 

lebih berbahagia dari pada sekarang (Hos. 2:6).  

[2] Keinsafan ini harus menimbulkan kebencian terhadap 

dosa. saat  ia merenung, ia harus bertobat dari kefa-

sikan yang dilakukannya, yang berarti perubahan di da-

lam kecenderungan hati. Ia harus berbalik dari segala 

dosa dan segala durhakanya, yang menunjukkan ada-

nya perubahan di dalam hidup. Ia harus memutuskan 

semua jalannya yang jahat, dan, jika  ia sudah ber-

buat kesalahan, ia harus bertekad untuk tidak melaku-

kannya lagi. Dan ini harus timbul dari ketetapan hati 

untuk benci terhadap dosa. Apakah lagi sangkut paut-

Ku dengan berhala-berhala?  

[3] Kebencian terhadap dosa ini harus bersifat menyeluruh. 

Ia harus berbalik dari segala dosa dan segala durhaka-

nya, tanpa menyediakan tempat bagi seorang Delilah, 

atau bagi sebuah kuil Rimon. Kita tidak benar-benar 

berbalik dari dosa kecuali kita benar-benar membenci-

nya, dan kita tidak benar-benar membenci dosa, seba-

gai dosa, jika kita tidak membenci semua dosa.  

[4] Kebencian terhadap dosa ini harus disertai dengan per-

tobatan kepada Allah dan kewajiban. Ia harus berpe-

gang pada segala ketetapan Allah (sebab ketaatan, jika 

tulus, akan bersifat menyeluruh) dan harus melakukan 

keadilan dan kebenaran, melakukan apa yang sejalan 

dengan firman dan kehendak Allah, yang harus diambil-

Kitab Yehezkiel 18:21-29 

 357 

nya sebagai pegangannya, dan bukan kehendak keda-

gingan dan cara-cara dunia. 

(2) Apa yang dijanjikan kepada orang-orang yang demikian 

berbalik dari dosa kepada Allah. 

[1] Mereka akan menyelamatkan nyawa mereka (ay. 27). 

Mereka pasti hidup, mereka tidak akan mati (ay. 21, dan 

lagi ay. 28). Kalaupun dulu pernah dikatakan, orang 

yang berbuat dosa, itu yang harus mati, janganlah orang-

orang yang sudah berbuat dosa berputus asa. Sebab, 

kematian yang diancamkan itu dapat dicegah kalau saja 

mereka mau berbalik dan bertobat pada waktunya. 

saat  Daud dengan menyesal mengakui, aku sudah 

berdosa, ia segera diyakinkan akan pengampunannya: 

“TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak 

akan mati (2Sam. 12:13), engkau tidak akan mengalami 

kematian kekal.” Ia pasti hidup. Ia akan dipulihkan un-

tuk mengalami perkenanan Allah kembali, yang meru-

pakan kehidupan jiwa, dan tidak akan terbaring di ba-

wah murka-Nya, yang seperti bentara maut bagi jiwa.  

[2] Dosa-dosa yang darinya mereka sudah bertobat dan 

sudah mereka tinggalkan tidak akan bangkit di dalam 

penghakiman untuk melawan mereka, bahkan mereka 

tidak akan ditegur sebab nya: Segala durhaka yang 

dibuatnya, meskipun amat banyak, meskipun keji, mes-

kipun sangat menyulut murka Allah, dan sangat meng-

hina Dia, tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia (ay. 

22), tidak akan disebut-sebut lagi untuk melawan mere-

ka. Segala durhaka itu bukan saja tidak akan diper-

hitungkan kepadanya untuk menghancurkan dia, namun  

juga pada hari penghakiman tidak akan diingat-ingat 

terhadap dia untuk membuatnya sedih atau malu. Se-

gala durhaka itu akan ditutupi, akan dicari-cari namun  

tidak akan ditemukan. Hal ini menyiratkan kepenuhan 

rahmat yang mengampuni. jika  dosa diampuni, dosa 

itu dihapuskan, tidak diingat-ingat lagi.  

[3] Ia akan hidup dalam kebenaran yang dilakukannya. Bu-

kan sebab  kebenaran orang itu, seolah-olah kebenar-

annya dipakai untuk membeli pengampunan dan ke-

bahagiaan mereka, dan penebusan bagi dosa-dosa me-

reka, melainkan di dalam kebenaran mereka, yang 

membuat mereka memenuhi syarat untuk mendapat-

kan semua berkat yang dibeli oleh Sang Pengantara. 

Kebenaran orang itu sendiri merupakan salah satu dari 

berkat-berkat itu. 

(3) Dorongan apa yang dimiliki orang berdosa yang sudah ber-

tobat dan berbalik untuk mengharapkan pengampunan 

dan hidup sesuai janji ini. Ia sadar bahwa ketaatannya 

demi masa depan tidak akan pernah bisa menebus ketidak-

taatannya di masa lalu. namun  ia memiliki hal ini untuk 

mendukung dirinya, bahwa kodrat, sifat, dan kesukaan 

Allah yaitu  berbelas kasihan dan mengampuni, sebab Ia 

sudah berkata (ay. 23): “Apakah Aku berkenan kepada 

kematian orang fasik? Tidak, sama sekali tidak. Kamu tidak 

pernah diberi alasan untuk berpikir demikian.” Memang 

benar bahwa Allah sudah menetapkan hati untuk menghu-

kum orang-orang berdosa. Keadilan-Nya menuntut mereka 

dihukum, dan, sesuai dengan itu, orang-orang berdosa 

yang tidak bertobat akan ada selama-lamanya di bawah 

murka dan kutukan-Nya. Itulah kehendak dari putusan-

Nya, kehendak-Nya sesudah  suatu perkara terjadi, namun  

bukan kehendak-Nya sebelum perkara itu terjadi, bukan 

kehendak yang disukai-Nya. Meskipun kebenaran pemerin-

tahan-Nya menuntut supaya  orang-orang berdosa mati, 

namun kebaikan sifat-Nya berkeberatan terhadapnya. Ma-

sakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim? Hal ini dikata-

kan di sini dalam perbandingan. Ia tidak bersuka dalam 

kehancuran orang-orang berdosa, sebab Ia lebih suka 

mereka bertobat dari kelakuan mereka, supaya  mereka 

hidup. Ia lebih suka jika belas kasihan-Nya dimuliakan 

dalam keselamatan mereka, daripada keadilan-Nya dimu-

liakan dalam hukuman mereka. 

2. Peringatan yang baik yang diberikan kepada orang-orang be-

nar untuk tidak berpaling dari kebenaran mereka (ay. 24-26). 

Di sini ada,  

(1) Tabiat orang yang murtad, yang berbalik dari kebenaran-

nya. Ia tidak pernah menjadi orang benar dengan tulus, se-

Kitab Yehezkiel 18:21-29 

perti yang tampak dari apa yang dikatakan Rasul Yohanes 

(1Yoh. 2:19), Jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada 

kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita, 

namun  ia dipandang sebagai orang benar. Ia tampak terma-

suk dalam golongan orang benar dan memiliki semua 

tanda lahiriah sebagai orang benar. Ia menganggap dirinya 

orang benar, dan orang lain menganggapnya demikian. 

namun  ia membuang pengakuannya, meninggalkan kasih-

nya yang mula-mula, tidak mengakui dan meninggalkan 

kebenaran dan jalan-jalan Allah. Dengan demikian ia ber-

balik dari kebenarannya seperti orang yang muak dengan-

nya, dan sekarang menunjukkan apa yang selalu dimiliki-

nya, kebencian yang tersembunyi terhadapnya. Dan, sete-

lah berbalik dari kebenarannya, ia melakukan kecurangan, 

hidup seenaknya, cemar, menuruti hawa nafsu, tidak 

mengendalikan diri, tidak adil, dan, singkatnya, melakukan 

kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh 

orang fasik. Sebab, saat  roh jahat kembali merasuki hati 

seseorang, ia mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari 

padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ (Luk. 

11:26).  

(2) Hukuman terhadap orang yang murtad: Apakah ia akan 

hidup sebab  ia pernah menjadi orang benar? Tidak. 

Factum non dicitur quod non perseverat – apa yang tidak 

terus dilakukan tidak bisa dikatakan sudah selesai. Dalam 

pelanggarannya (ay. 24), dan sebab  kesalahannya (itulah 

penyebab yang membuatnya layak mendapat kehancuran), 

ia harus mati sebab  kecurangan yang dilakukannya, ia 

akan mengalami kematian kekal (ay. 26). Orang yang 

murtad hatinya menjadi kenyang dengan jalannya. namun  

apakah pengakuan-pengakuan dan perbuatan-perbuatan-

nya yang dulu akan memberinya suatu manfaat – apakah 

semua itu setidak-tidaknya akan mengurangi hukuman-

nya? Tidak: Segala kebenaran yang dilakukannya, meski-

pun begitu disanjung-sanjung oleh manusia, tidak akan 

diingat-ingat lagi untuk menjadi pujian atau penghiburan 

baginya. Kebenaran orang yang murtad dilupakan, seperti 

halnya kefasikan orang yang bertobat. Di bawah hukum 

Taurat, jika seorang nazir tercemar, maka semua hari yang 

sudah dilewatinya saat  ia memisahkan diri dianggap 

batal (Bil. 6:12). Demikian pula orang-orang yang telah 

mulai dengan Roh dan mengakhirinya di dalam daging da-

pat memandang semua pelayanan dan penderitaan mereka 

di masa lalu sia-sia (Gal. 3:3-4). Kalau kita tidak bertekun, 

kita akan kehilangan apa yang telah kita kerjakan (2Yoh. 

1:8). 

II.  Seruan kepada hati nurani kaum Israel, meskipun sangat bobrok, 

mengenai keadilan Allah dalam semua perlakuan ini. Sebab Ia 

akan dibenarkan, seperti juga orang-orang berdosa akan diha-

kimi, dari mulut mereka sendiri.  

1. Tuduhan yang mereka lontarkan terhadap Allah sungguh 

menghujat (ay. 25, 29). Kaum Israel dengan lancangnya ber-

kata, tindakan Tuhan tidak tepat, dan ini sungguh tidak ma-

suk akal dan durhaka. Dia yang membentuk mata, masakan 

tidak memandang? Bisakah tindakan-Nya tidak tepat, semen-

tara kehendak-Nya yaitu  aturan kekal bagi kebaikan dan 

kejahatan, kebenaran dan kesalahan? Masakan Hakim sege-

nap bumi tidak menghukum dengan adil? Tidak diragukan lagi 

Ia akan menghukum dengan adil. Ia tidak bisa berbuat hal 

yang sebaliknya.  

2. Cara-cara Allah berbantah dengan mereka sangatlah penuh 

rahmat dan penuh kerendahan hati, sebab Allah bahkan lebih 

ingin menginsafkan dan menyelamatkan para penghujat ini 

daripada menghukum mereka. Orang akan berharap bahwa 

Allah akan langsung membela kehormatan keadilan-Nya de-

ngan menjadikan orang-orang yang menantangnya sebagai 

tugu peringatan kekal dari keadilan-Nya itu. Haruskah mereka 

yang pernah mengembuskan napas kefasikan seperti ini di-

biarkan menghela napas lagi? Apakah lidah yang pernah ber-

kata, Tindakan Tuhan tidak tepat, akan pernah dibiarkan 

berbicara lagi di mana saja selain di neraka? Ya, sebab  hari 

ini yaitu  hari kesabaran Allah, Ia bersedia berbantah dengan 

mereka. Dan Ia menuntut mereka untuk mengakui, sebab ini 

begitu jelas sehingga mereka tidak dapat sangkal,  

(1) Keadilan jalan-jalan-Nya: Apakah tindakan-Ku yang tidak 

tepat? Tidak diragukan lagi tindakan-Nya tepat. Ia tidak 

Kitab Yehezkiel 18:30-32 

pernah membebani manusia lebih daripada apa yang be-

nar. Dalam hukuman-hukuman yang sekarang menimpa 

orang-orang berdosa dan dalam penderitaan-penderitaan 

umat-Nya sendiri, bahkan, dalam hukuman kekal orang-

orang yang tidak bertobat, tindakan Tuhan tepat.  

(2) Kejahatan jalan-jalan orang-orang yang tidak benar: “Atau-

kah tindakanmu yang tidak tepat? Sudah jelas memang 

demikian, dan masalah-masalah yang menimpamu kamu 

sendiri yang datangkan ke atas kepalamu. Allah tidak ber-

buat jahat kepadamu, namun  kamu yang berbuat jahat ter-

hadap dirimu sendiri.” Kebodohan menyesatkan jalan 

orang, membuat jalannya tidak tepat, lalu gusarlah hatinya 

terhadap TUHAN, seolah-olah jalan-Nyalah yang tidak tepat 

(Ams. 19:3). Dalam semua perselisihan kita dengan Allah, 

dan dalam semua perseteruan-Nya dengan kita, akan dida-

pati bahwa tindakan-Nya tepat, dan tindakan kitalah yang 

tidak tepat, bahwa Dia yang benar, dan kitalah yang salah. 

Peringatan terhadap Kemurtadan  

(18:30-32)  

30 Oleh sebab  itu Aku akan menghukum kamu masing-masing menurut 

tindakannya, hai kaum Israel, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bertobat-

lah dan berpalinglah dari segala durhakamu, supaya  itu jangan bagimu 

menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesalahan.  

31 Buangkanlah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku 

dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan mati, hai 

kaum Israel? 32 Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang 

harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu, 

bertobatlah, supaya  kamu hidup!” 

Kita mendapati di sini penutup dan penerapan dari seluruh perkara 

ini. sesudah  diuji dengan adil di hadapan akal budi, putusan pun 

dijatuhkan dan berpihak pada Allah. Tampak bahwa tindakan-Nya 

tepat. Oleh sebab itu, selanjutnya penghakiman harus diberikan. Dan 

orang akan berpikir bahwa itu akan menjadi penghakiman berupa 

kutukan, tidak kurang dari Hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah 

ke dalam api yang kekal. namun  , lihatlah, ada keajaiban rahmat. 

Hari anugerah dan kesabaran ilahi masih diperpanjang. Dan sebab  

itu, meskipun Allah pada akhirnya akan menghakimi masing-masing 

orang menurut tindakannya, namun Ia menunggu untuk bermurah 

hati, dan menutup semuanya dengan panggilan untuk bertobat dan 

janji pengampunan jika  bertobat. 

I. Di sini ada empat kewajiban penting yang kepadanya kita dipang-

gil, yang semuanya bermakna sama:  

1. Kita harus bertobat. Kita harus mengubah pemikiran kita dan 

mengubah jalan-jalan kita. Kita harus menyesal atas kesalah-

an yang telah kita lakukan dan malu dengannya, dan berbuat 

sejauh yang kita bisa untuk tidak melakukannya lagi.  

2. Kita harus berpaling dari segala durhaka kita (ay. 30, dan lagi 

ay. 32). Berpalinglah, berbaliklah. Berbaliklah dari dosa, bah-

kan, berbaliklah melawannya sebagai musuh yang kamu benci, 

lalu berpalinglah kepada Allah sebagai teman yang kamu kasihi.  

3. Kita harus membuang dari pada kita segala durhaka yang kita 

buat. Kita harus meninggalkan dan mencampakkannya de-

ngan tekad untuk tidak pernah kembali kepadanya. Kita harus 

memberi  surat cerai pada dosa, memutuskan semua ikat-

an yang sudah kita buat dengannya. Kita harus membuangnya 

ke laut, seperti yang dilakukan para pelaut terhadap Yunus 

(sebab dosa telah menimbulkan badai). Kita harus melempar-

kannya keluar dari jiwa, dan menyalibkannya sebagai pen-

jahat.  

4. Kita harus memperbaharui hati kita dan roh kita. Hal ini di-

janjikan dalam pasal 11:19, sementara dalam pasal ini hal itu 

diperintahkan. Kita harus berusaha, maka Allah tidak akan 

alpa untuk memberi kita anugerah-Nya. Augustinus menjelas-

kan dengan baik perintah ini. Deus non jubet impossibilia, sed 

jubendo monet et facere quod possis et petere quod non possis – 

Allah tidak memerintahkan hal-hal yang mustahil, namun  de-

ngan perintah-perintah-Nya Ia mengingatkan kita untuk melaku-

kan apa yang sanggup kita lakukan dan mendoakan apa yang 

tidak sanggup kita lakukan. 

II. Di sini ada empat alasan yang baik yang dipakai untuk menegas-

kan panggilan-panggilan untuk bertobat ini:  

1. Bertobat yaitu  satu-satunya cara, dan itu cara yang pasti, 

untuk mencegah kehancuran yang cenderung langsung dida-

tangkan oleh dosa-dosa kita: supaya  itu jangan bagimu men-

Kitab Yehezkiel 18:30-32 

 363 

jadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesa-

lahan. Ini menyiratkan bahwa, jika kita tidak bertobat, kesa-

lahan akan menghancurkan kita, di dunia ini dan untuk 

selama-lamanya. namun  jika kita bertobat, kita aman, kita 

direnggut seperti kayu dari pembakaran.  

2. Jika kita tidak bertobat, kita pasti binasa, dan darah kita akan 

ditanggungkan ke atas kepala kita sendiri. Mengapakah kamu 

akan mati, hai kaum Israel? Sungguh janggal bagimu untuk 

memilih kematian dan hukuman daripada kehidupan dan 

keselamatan. Perhatikanlah, alasan mengapa orang-orang ber-

dosa mati yaitu  sebab  mereka akan mati. Mereka akan 

turun ke jalan yang menuju pada kematian, dan tidak akan 

memenuhi syarat yang dengannya kehidupan ditawarkan. 

Dalam hal ini orang-orang berdosa, terutama orang-orang ber-

dosa dari kaum Israel, bertindak sangat tidak masuk akal dan 

tidak bertanggung jawab.  

3. Allah di sorga tidak bersuka dalam kehancuran kita, namun  

menginginkan kesejahteraan kita (ay. 32): Aku tidak berkenan 

kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, yang 

menyiratkan bahwa Ia bersuka dalam kembalinya orang-orang 

yang bertobat. Dan ini merupakan ajakan dan dorongan bagi 

kita untuk bertobat.  

4. Kita dibuat untuk hidup selama-lamanya jika kita bertobat: 

Bertobatlah, supaya  kamu hidup. Dia yang berkata kepada 

kita, bertobatlah, dengan demikian berkata kepada kita, hidup-

lah, ya, Ia berkata kepada kita, hiduplah. Jadi di sini kehi-

dupan dan kematian dihadapkan kepada kita. 

 

PASAL 19  

aksud dari pasal ini banyak sama dengan maksud dari pasal 

17, yaitu untuk menubuatkan dan meratapi kehancuran ke-

luarga Daud, keluarga kerajaan Yehuda, dengan dibuangnya keempat 

anak dan cucu Yosia – Yoahas, Yoyakim, Yekhonya, dan Zedekia, 

pembuangan yang menimbulkan malapetaka. Dalam diri mereka 

garis keturunan raja-raja yang tersohor itu terputus, yang di sini 

sang nabi diperintahkan untuk meratapinya (ay. 1). Dan ia melaku-

kannya melalui perumpamaan-perumpamaan.  

I. Kerajaan Yehuda dan keluarga Daud di sini dibandingkan 

dengan singa betina, dan pemimpin-pemimpinnya dengan 

singa jantan, yang ganas dan rakus, namun  diburu dan ter-

tangkap jaring (ay. 2-9).  

II. Kerajaan dan keluarga itu di sini dibandingkan dengan po-

hon anggur, dan para pemimpinnya dengan ranting-ranting-

nya, yang dulu kuat dan subur, namun  sekarang patah dan 

terbakar (ay. 10-14). Kehancuran kerajaan itu tengah meng-

hampiri mereka, dan ratapan terhadapnya ini dimaksudkan 

untuk membuat hati orang-orang tergerak olehnya, supaya  

mereka tidak membuai diri dengan harapan yang sia-sia 

bahwa ketenteraman mereka akan diperpanjang. 

Jatuhnya Keluarga Kerajaan;  

Kejatuhan Yoahas dan Yoyakim  

(19:1-9) 

1 Hai, ucapkanlah suatu ratapan mengenai raja Israel, 2 dan katakanlah be-

gini: “Betapa ibumu menjadi seekor singa betina di antara singa-singa! Ia ber-

baring di antara singa-singa muda, dan menyusui anak-anaknya. 3 Ia mem-

besarkan seekor dari anak-anaknya, sehingga menjadi singa muda; ia belajar 

menerkam, malah manusia ditelannya. 4 Bangsa-bangsa menyerukan: Singa 

mengamuk! akhirnya ia terjebak dalam pelubang mereka; mereka mengelikir 

dia dan menggiringnya ke Mesir. 5 Sesudah induk singa menyadari bahwa 

usahanya gagal dan pengharapannya hilang lenyap, ia mengambil anaknya 

yang lain dan membesarkannya menjadi singa muda. 6 Anaknya ini berjalan-

jalan di antara kawanan singa, ia menjadi seekor singa muda; ia belajar 

menerkam, malah manusia ditelannya. 7 Ia merusak puri-puri mereka dan 

menumpas kota-kotanya; bumi serta segala isinya diam ketakutan mende-

ngar suara aumnya. 8 Maka bangsa-bangsa bangkit melawan dia dari daerah-

daerah sekelilingnya, mereka memasang jaring untuk menangkapnya dan 

menjebaknya dalam pelubang. 9 Ia dikurung dalam kandang, sambil dikelikir, 

dibawa ke hadapan raja Babel dan dimasukkan dalam penjara, supaya  

suaranya jangan kedengaran lagi di atas gunung-gunung Israel. 

Di sini ada,  

I. Perintah-perintah yang diberikan kepada sang nabi untuk mera-

tapi jatuhnya keluarga kerajaan, yang sudah lama menjadi sosok 

yang begitu besar berdasar  kovenan rajawi yang dibuat 

dengan Daud dan keturunannya. sebab  itu pudar dan padamnya 

keluarga itu sewajarnya diratapi oleh semua orang yang tahu 

bagaimana menghargai perjanjian Allah kita. Demikianlah kita 

dapati, sesudah penjelasan yang panjang lebar tentang kovenan 

dengan Daud itu (Mzm. 89:4, 21, dst.), suatu ratapan yang sedih 

atas kemerosotan dan kehancuran keluarganya (Mzm. 89:39-40): 

namun  Engkau sendiri menolak dan membuang, membatalkan 

perjanjian dengan hamba-Mu, menajiskan mahkotanya, dst. Raja-

raja Yehuda di sini disebut sebagai pemimpin-pemimpin Israel 

(KJV). Sebab kemuliaan mereka berkurang dan mereka sudah 

menjadi pemimpin-pemimpin belaka, dan kemurnian mereka 

sudah hilang. Mereka menjadi bobrok dan menjadi penyembah-

penyembah berhala seperti raja-raja Israel, yang jalan-jalannya 

mereka pelajari. Sang nabi harus mengucapkan suatu ratapan 

bagi mereka; yaitu, ia harus menggambarkan kejatuhan mereka 

yang memilukan itu seperti orang yang hatinya terenyuh olehnya, 

dan ingin supaya  orang-orang yang mendengar khotbah dan 

membaca tulisannya terenyuh juga. Bagaimana kita bisa berharap 

orang lain akan tergerak hatinya kalau kita sendiri tidak? Hamba-

hamba Tuhan, saat  menubuatkan dengan berani kehancuran 

para pendosa, mereka juga harus meratapinya dengan pahit, 

seperti orang yang tidak mengingini hari bencana (Yer. 17:16). Ia 

tidak diperintahkan untuk memberi  nasihat kepada pemim-

pin-pemimpin Israel (sebab  hal itu sudah lama dan sering kali 

Kitab Yehezkiel 19:1-9 


dilakukan dengan sia-sia), namun  harus mengucapkan suatu ratap-

an bagi mereka, sebab  keputusan untuk kehancuran mereka 

sudah dikeluarkan. 

II. Petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya tentang apa yang 

harus dikatakan.  

1. Ia harus membandingkan kerajaan Yehuda dengan singa beti-

na, betapa kerajaan itu sudah merosot secara menyedihkan 

dibandingkan keadaannya di waktu dulu, saat  ia duduk 

sebagai ratu di antara bangsa-bangsa (ay. 2). Seperti apa ibu-

mu? ibumu, hai raja? Kita membaca tentang mahkota Salomo 

yang dipakaikan ibunya kepadanya, yaitu rakyatnya (Kid. 

3:11). Ibumu, hai Yehuda? Keluarga kerajaan yaitu  seperti 

ibu bagi kerajaan itu, ibu yang memelihara. Ibumu yaitu  

singa betina, bengis, kejam, dan rakus. sesudah  mereka me-

ninggalkan Allah mereka, mereka segera kehilangan kemanu-

siaan mereka juga. Dan, jika  mereka tidak takut akan 

Allah, mereka juga tidak akan menghormati seorang pun. Ia 

berbaring di antara singa-singa. Allah sudah berkata, bangsa 

itu akan tinggal sendirian, namun  mereka bercampur baur 

dengan bangsa-bangsa dan belajar cara-cara mereka bekerja. 

Ia menyusui anak-anaknya, mengajarkan kepada pangeran-

pangeran muda jalan-jalan para penguasa lalim, yang pada 

waktu itu dipakai oleh raja-raja timur yang sewenang-wenang. 

Ia mengisi kepala mereka sejak dini dengan gagasan-gagasan 

tentang kekuasaan mereka yang mutlak, dan menanamkan 

kepada mereka kepercayaan bahwa mereka berhak untuk 

memperbudak rakyat mereka, bahwa kebebasan dan harta 

milik rakyat ada di tangan mereka. Demikianlah ia menyusui 

singa-singa muda.  

2. Sang nabi harus membandingkan raja-raja Yehuda dengan 

anak-anak singa (ay. 3). Yakub sudah membandingkan Ye-

huda, dan terutama keluarga Daud, dengan anak singa, sebab 

singa yaitu  kuat dan menakutkan bagi musuh-musuhnya 

dari bangsa lain. Ia seperti singa tua; siapakah yang berani 

membangunkannya? (Kej. 49:9). Dan, seandainya mereka 

berpegang pada hukum dan janji ilahi, Allah pasti akan meme-

lihara bagi mereka kekuatan, keagungan, dan kekuasaan se-

ekor singa, dan Ia memang melakukannya di dalam Kristus, 

sang Singa dari suku Yehuda. Namun anak-anak singa ini ber-

perilaku demikian terhadap rakyat mereka sendiri, berlaku 

kejam dan menindas mereka, memangsa harta benda dan 

kebebasan mereka. Dan saat  dengan lalimnya mereka men-

jadikan diri sebagai kengerian bagi orang-orang yang seharus-

nya mereka lindungi, maka wajar pula Allah menjadikan 

orang-orang yang bisa mereka taklukkan sebagai kengerian 

bagi mereka. Di sini diratapi,  

(1) Dosa dan kejatuhan Yoahas, salah satu anak dari singa 

betina ini. Ia menjadi singa muda (ay. 3). Ia dijadikan raja, 

dan berpikir bahwa ia dijadikan raja supaya  bisa berbuat 

semaunya, dan memuaskan nafsu, ketamakan, dan balas 

dendamnya sendiri, seperti yang terbersit dalam pikiran-

nya. Begitulah dengan segera ia menguasai semua cara 

kelaliman. Ia belajar menerkam, malah manusia ditelannya. 

sesudah  ia memegang kekuasaan di tangannya, semua 

orang yang sebelumnya berbuat sesuatu yang tidak menye-

nangkan hatinya, dibuatnya merasakan kebencian-keben-

ciannya, dan menjadi korban kegeramannya. namun  apa 

jadinya dengan itu? Ia tidak makmur dalam waktu yang 

lama dalam kelalimannya: Bangsa-bangsa mendengar ten-

tangnya (ay. 4, KJV), mendengar bagaimana ia merangsek 

dengan ganas begitu mendapat mahkota, bagaimana ia 

menginjak-injak semua orang yang benar dan suci, dan 

melanggar semua perjanjiannya. Mereka pun memandang 

dia sebagai tetangga yang berbahaya, lalu memburunya, 

seperti seluruh pasukan gembala dikerahkan melawan se-

ekor singa yang menggeram untuk mempertahankan mang-

sanya (Yes. 31:4). Dan ia terjebak, sebagai binatang pe-

mangsa, dalam pelubang mereka. Rakyatnya sendiri tidak 

berani berdiri membela kebebasan mereka, namun  Allah 

membangkitkan sebuah kekuatan asing yang mengakhiri 

kelalimannya dengan segera, dan mereka mengelikir (me-

rantai – pen.) dia dan menggiringnya ke Mesir. Ke sanalah 

Yoahas dibawa sebagai tawanan, dan tidak pernah ter-

dengar lagi.  

(2) Dosa dan kejatuhan yang serupa dari penerusnya, Yoya-

kim. Kerajaan Yehuda selama beberapa waktu menantikan 

kembalinya Yoahas dari Mesir, namun  pada akhirnya putus 

Kitab Yehezkiel 19:1-9 

asa mengharapkannya. Dan kemudian sang induk singa 

mengambil anak singa yang lain, dan membesarkannya 

menjadi singa muda (ay. 5). Singa muda itu, bukannya 

belajar dari nasib saudaranya sebagai peringatan untuk 

menggunakan kekuasaannya dengan adil dan tidak ber-

lebihan, dan mengusahakan kebaikan bagi rakyatnya, 

malah mengikuti jejak saudaranya: Anaknya ini berjalan-

jalan di antara kawanan singa (ay. 6). Ia meminta petunjuk 

dan bergaul dengan orang-orang yang bengis dan ganas 

seperti dirinya, dan meneladani mereka, seperti Rehabeam 

meminta nasihat dari orang-orang muda yang gegabah dan 

panas hati. Dan segeralah ia belajar menerkam, malah 

manusia ditelannya (ay. 6). Ia merampas harta milik rak-

yatnya, mendenda dan memenjarakan mereka, memenuhi 

perbendaharaannya dengan melakukan penjarahan dan 

ketidakadilan, perampasan dan penyitaan, denda dan 

pengambilan paksa, dan menelan semua orang yang meng-

halangi jalannya. Ia sudah belajar bagaimana menemukan 

barang-barang orang yang tersembunyi, dan di mana harta 

benda mereka ditimbun. Ia merusak puri-puri mereka (ay. 

7), di mana mereka menyembunyikan uang mereka dan 

kadang-kadang menyembunyikan diri mereka sendiri. Ia 

tahu di mana harus menemukan harta dan orangnya. Dan 

dengan penindasannya ia menumpas kota-kota mereka, 

mengosongkan kota-kota itu dengan memaksa para pendu-

duknya lari ke tempat aman. Bumi diam, dan desa-desa 

ditinggalkan. Meskipun ada kelimpahan yang besar, dan 

kepenuhan dari semua hal yang baik, namun orang-orang 

meninggalkan semuanya itu sebab  takut mendengar suara 

aumnya. Ia berbangga sebab  membuat semua rakyatnya 

takut terhadapnya, seperti singa membuat segala binatang 

hutan gemetar (Am. 3:8). Dan dengan aumnya yang me-

ngerikan, ia mengejutkan mereka sehingga terjatuh saking 

takutnya. Dan, sebab  tidak memiliki  keberanian untuk 

melarikan diri, mereka menjadi mangsa yang empuk bagi-

nya, seperti yang dikatakan orang tentang kelakuan singa. 

Ia menakut-nakuti, mengancam, omong besar, dan meng-

gertak orang untuk memberi  apa yang mereka miliki. 

Demikianlah ia pikir bisa menegakkan kekuasaannya 

dengan cara itu, namun  akibat yang ditimbulkannya malah 

sebaliknya, dan hanya mempercepat kehancurannya sen-

diri (ay. 8): Bangsa-bangsa bangkit melawan dia dari dae-

rah-daerah sekelilingnya, untuk menahan dan melemahkan 

kekuasaannya yang berlebihan. Untuk melakukan itu, 

mereka bergabung demi keamanan bersama. Dan mereka 

memasang jaring untuk menangkapnya, membuat rancang-

an-rancangan untuk melawannya. Allah mendatangkan 

gerombolan-gerombolan orang Aram, Moab, dan bani 

Amon, bersama-sama dengan orang Kasdim, untuk mela-

wan Yoyakim (2Raj. 24:2), dan ia terjebak dalam pelubang 

mereka. Nebukadnezar membelenggunya dengan rantai 

tembaga untuk membawanya ke Babel (2Taw. 36:6). Mereka 

mengurung singa ini di dalam kandang, membelenggunya 

dengan rantai, dan membawanya ke hadapan raja Babel 

(ay. 9). Apa yang terjadi dengannya kita tidak tahu. namun  

suaranya tidak kedengaran lagi mengaum di atas gunung-

gunung Israel. Kelalimannya sudah berakhir: ia dikubur 

secara penguburan keledai (Yer. 22:19), meskipun dulu ia 

seperti singa, mendatangkan ketakutan terhadap pahla-

wan-pahlawan yang meliputi dunia orang-orang hidup. Per-

hatikanlah, kebenaran Allah akan diakui saat  mereka 

yang sudah menakut-nakuti dan memperbudak orang lain 

sekarang menjadi ketakutan dan diperbudak sendiri. Kebe-

naran-Nya diakui saat  orang-orang yang menyalahguna-

kan kekuasaan mereka untuk membuat kehancuran dan 

bukannya untuk membangun, yang menjadikan diri seperti 

binatang-binatang buas, sekarang berbalik diperlakukan 

seperti itu. Mereka itu seperti singa yang meraung atau 

beruang yang menyerbu yang oleh Salomo dikatakan, orang 

fasik yang memerintah rakyat yang lemah (Ams. 28:15). 

Kebenaran Allah juga akan diakui, saat  orang-orang 

yang, seperti Ismail, tangannya melawan tiap-tiap orang, 

namun  pada akhirnya mendapati tangan tiap-tiap orang me-

lawan dia. Sudah lama diamati bahwa penguasa-penguasa 

lalim yang haus darah jarang sekali mati dalam damai, 

namun  diberi minum darah, sebab mereka pantas men-

dapatkannya.

 

Kitab Yehezkiel 19:10-14 

Ad generum Cereris sine cæde et sanguine pauci  

Descendunt reges et sicca morte tyranni –  

Betapa sedikit orang-orang yang pernah memerintah 

 dengan congkak, Turun dalam damai ke alam Pluto yang gelap! 

JUVENAL. 

Jatuhnya Keluarga Kerajaan 

(19:10-14) 

10 Ibumu seperti pohon anggur dalam kebun anggur, yang tertanam dekat 

air, berbuah dan bercabang sebab  air yang berlimpah-limpah. 11 Padanya 

tumbuh suatu cabang yang kuat yang menjadi tongkat kerajaan; ia men-

julang tinggi di antara cabang-cabangnya yang rapat, dan menjadi kentara 

sebab  tingginya dan sebab  rantingnya yang banyak. 12 namun  ia tercabut di 

dalam kemarahan dan dilemparkan ke bumi; angin timur membuatnya layu 

kering, buahnya disentakkan, cabang yang kuat menjadi layu kering; dan api 

menghabiskannya. 13 Dan sekarang ia tertanam di padang gurun, di tanah 

yang kering dan haus akan air. 14 Maka keluarlah api dari cabangnya yang 

memakan habis ranting dan buahnya, sehingga tiada lagi padanya cabang 

yang kuat dan tiada tongkat kerajaan.” Ini yaitu  ratapan dan sudah men-

jadi ratapan. 

Yerusalem, ibu kota, di sini digambarkan dengan perumpamaan lain. 

Ia yaitu  pohon anggur, dan para pemimpinnya yaitu  ranting-ran-

tingnya. Perbandingan ini sudah kita dapati sebelumnya (15:1). Yeru-

salem yaitu  seperti pohoh anggur. Seperti itulah bangsa Yahudi: 

seperti pohon anggur dalam kebun anggur (ay. 10, KJV: seperti anggur 

dalam darahmu), darah kerajaan. Seperti pohon anggur yang ditanam 

dalam darah dan disirami dengan darah, yang sangat membantu 

membuatnya tumbuh subur. Seolah-olah darah yang sudah tertum-

pah dirancang untuk menyuburkan dan memperbaiki tanahnya, 

begitu melimpahnya darah itu tertumpah. Dan untuk sementara 

waktu tampaknya memang suburlah tumbuhnya, sebab ia berbuah 

dan bercabang sebab  ada air, air yang berlimpah-limpah yang di 

dekatnya ia ditanam. Tempat-tempat terjadinya kefasikan yang besar 

bisa saja makmur untuk sementara waktu. Dan pohon anggur yang 

ditanam dalam darah bisa saja penuh dengan ranting. Yerusalem 

penuh dengan hakim-hakim yang mampu, orang-orang yang cerdas, 

orang-orang yang terpelajar dan berpengalaman, yang menjadi 

cabang-cabang yang kuat, ranting-ranting dari pohon anggur yang 

luar biasa besar dan kuat ini, atau tiang-tiang untuk menyangga 

pohon anggur ini, sebab demikianlah peran hakim-hakim. Dahan-

dahan pohon anggur ini telah tumbuh dewasa sehingga pantas untuk 

dijadikan kayu putih bagi tongkat kerajaan (ay. 11). Dan cabang-

cabang yang kuat pantas dijadikan tongkat, orang-orang yang tegas 

dalam menghakimi dan yang bertekad kuat, yang cocok untuk men-

jadi hakim-hakim. saat  keluarga kerajaan Yehuda menjadi sangat 

banyak, dan tempat-tempat pengadilan dipenuhi dengan orang-orang 

yang berakal sehat dan bersih, pada saat itulah Yerusalem menjulang 

tinggi di antara cabang-cabangnya yang rapat. saat  pemerintahan 

berada di tangan-tangan yang baik dan mampu, bangsa itu pun 

dibuat menjadi besar. Pada saat itu ia tidak dipandang sebagai pohon 

anggur yang lemah dan rendah, namun  ia menjadi kentara sebab  

tingginya, sebuah kota yang istimewa, sebab  rantingnya yang ba-

nyak. Tanquam lenta solent inter viburna cupressi – Di tengah ranting-

ranting yang rendah, dari situlah pohon-pohon cemara tinggi menju-

lang. “Dalam ketenanganmu,” demikian sebagian orang membacanya 

(ay. 10, KJV: dalam darahmu) “engkau yaitu  pohon anggur yang 

seperti ini.” saat  Zedekia hidup tenang dan tenteram di bawah kuk 

raja Babel, kerajaannya berkembang seperti itu. Lihatlah betapa 

lambatnya Allah marah, betapa Ia menangguhkan penghakiman-

penghakiman-Nya, dan menunggu untuk berlaku murah hati.  

Pohon anggur ini sekarang sudah hancur. Nebukadnezar, sebab  

sangat tersulut amarahnya oleh pengkhianatan Zedekia, mencabut-

nya di dalam kemarahan (ay. 12), menghancurkan kota dan kerajaan 

itu, dan memangkas semua ranting dari keluarga kerajaan yang 

menghadang di jalannya. Pohon anggur itu ditebang dan dilemparkan 

ke bumi, meskipun tidak dicabut sampai ke akar-akarnya. Angin 

timur membuat buah yang terembus itu layu kering. Orang-orang 

muda rebah oleh pedang, atau dibawa ke dalam pembuangan. Apa 

yang sekarang tampak di mata tidak menyenangkan sama sekali, dan 

pandangan ke depan tidak menjanjikan. Cabang-cabangnya yang 

kuat menjadi layu kering. Pembesar-pembesarnya dibinasakan, ha-

kim-hakimnya dipecat. Pohon anggur itu sendiri sekarang tertanam di 

padang gurun (ay. 13). Babel menjadi seperti padang gurun bagi 

mereka yang termasuk dalam orang-orang yang dibawa sebagai 

tawanan ke sana. Tanah Yehuda menjadi seperti padang gurun bagi 

Yerusalem, sebab sekarang seluruh negeri itu diporak-porandakan 

oleh tentara Kasdim – tanah yang subur menjadi padang asin. “Pohon 

itu terbakar api (Mzm. 80:17), dan keluarlah api dari cabangnya (ay. 

14). Raja sendiri, dengan memberontak terhadap raja Babel, meng-

akibatkan semua kerusakan ini. Pohon itu sendirilah yang salah 

Kitab Yehezkiel 19:10-14 

sehingga api menghanguskan dia. Dengan kefasikannya ia menjadi-

kan dirinya seperti sumbu bagi percikan-percikan api murka Allah, 

sehingga ranting-rantingnya dipakai sebagai bahan bakar yang akan 

menghabisinya sendiri. Dalam ranting-ranting itu menyalalah api 

yang memakan habis buahnya, dosa-dosa dari kaum tua menjadi 

penghakiman yang memakan habis kaum muda. Buahnya terbakar 

bersama dengan ranting-rantingnya sendiri, sehingga tiada lagi 

padanya cabang yang kuat dan tiada tongkat kerajaan. Tak dapat 

ditemukan seorang pun yang cocok untuk memerintah atau berani 

mengambil reruntuhan ini di bawah kuasa mereka, seperti yang 

dikeluhkan (Yes. 3:6-7). Tak seorang pun tersisa dari keluarga Daud 

yang berhak untuk memerintah, tak ada orang-orang bijak, atau 

orang-orang berakal, yang mampu untuk memerintah.” Sungguh 

buruk bagi negara mana saja, dan kemungkinan akan bertambah 

buruk, jika  ia kehilangan berkat-berkat pemerintahan seperti itu, 

dan tiada lagi padanya cabang yang kuat sebagai tongkat kerajaan. 

Celakalah wahai engkau tanah, kalau rajamu seorang kanak-kanak, 

sebab tidak memiliki  cabang yang kuat sama saja dengan tidak 

memiliki  cabang sama sekali. Cabang-cabang yang kuat itu, ada 

alasan untuk kita takutkan, sudah menjadi alat-alat penindasan, 

yang membantu sang raja dalam menerkam mangsa dan menelan 

manusia, dan sekarang mereka dihancurkan bersama-sama dengan 

dia. Kelaliman yaitu  jalan masuk bagi kekacauan. Dan, jika  

tongkat pemerintah berubah menjadi ular penindasan, maka sudah 

sewajarnya Allah berkata, “Tidak ada cabang yang kuat yang akan 

menjadi tongkat kerajaan. namun  biarlah manusia menjadi seperti 

ikan-ikan di laut, di mana yang besar memakan yang kecil.” Perhati-

kanlah, ini yaitu  ratapan dan akan menjadi ratapan. Sang nabi 

diperintahkan (ay. 1) untuk mengucapkan suatu ratapan. Dan, sesudah  

melakukannya, ia meninggalkannya untuk dipakai orang lain. “Ini 

yaitu  ratapan bagi kita di masa sekarang, dan, sebab  kehancuran-

kehancurannya terus terjadi untuk waktu yang lama, itu akan 

menjadi ratapan untuk orang-orang yang akan datang sesudah kita. 

Anak yang belum lahir akan menyesali kehancuran yang terjadi pada 

Yehuda dan Yerusalem oleh penghakiman-penghakiman yang seka-

rang menimpanya. Dahulu sebelum terjadi, penghakiman-pengha-

kiman itu sangat lama datangnya, busurnya lama ditarik. namun  

sekarang penghakiman-penghakiman itu sudah datang, dan akan 

terus berlanjut, dan akibat-akibatnya yang menyedihkan akan ditu-

runkan ke anak cucu.” Perhatikanlah, orang-orang yang memenuhi 

takaran dosa-dosa nenek moyang mereka sedang menyediakan duka-

cita bagi anak cucu mereka, dan melengkapi anak cucu mereka de-

ngan sesuatu untuk diratapi. Dan tidak ada yang lebih mengundang 

ratapan selain tergulingnya pemerintahan. 

 

 

 

PASAL  20  

Dalam pasal ini,  

I. Sang nabi dimintai petunjuk oleh beberapa orang dari tua-

tua Israel (ay. 1).  

II. Ia diberi petunjuk oleh Allahnya mengenai jawaban apa yang 

harus diberikan kepada mereka. Ia harus,  

1. Memberitahukan murka Allah terhadap mereka (ay. 2-3). 

Dan,  

2. Menunjukkan kepada mereka alasan sebenarnya meng-

apa Ia murka, dengan memberi tahu mereka sejarah me-

ngenai perlakuan-perlakuan Allah yang baik hati terhadap 

nenek moyang mereka dan perlakuan-perlakuan nenek 

moyang mereka yang khianat terhadap Allah.  

(1) Di Mesir (ay. 5-9).  

(2) Di padang gurun (ay. 10-26).  

(3) Di Kanaan (ay. 27-32).  

3.  Mengumumkan penghakiman-penghakiman Allah terha-

dap mereka (ay. 33-36).  

4. Memberi tahu mereka belas kasihan apa yang disediakan 

Allah untuk mereka, saat  Ia membawa sisa-sisa dari 

mereka untuk bertobat, menegakkan mereka kembali di 

tanah mereka sendiri, dan mendirikan tempat kudus-Nya 

di antara mereka lagi (ay. 37-44).  

5. Di sini ada teguran lain yang diucapkan terhadap Yerusa-

lem, yang dijelaskan dan diuraikan secara panjang lebar 

dalam pasal berikutnya (ay. 45-49). 

Sang Nabi Dimintai Petunjuk oleh Tua-tua Israel 

(20:1-4) 

1 Pada tahun ketujuh, dalam bulan yang kelima, pada tanggal sepuluh bulan 

itu, datanglah beberapa orang dari tua-tua Israel untuk meminta petunjuk 

dari pada TUHAN dan duduk di hadapanku. 2 Lalu datanglah firman TUHAN 

kepadaku: 3 “Hai anak manusia, berbicaralah kepada tua-tua Israel dan 

katakanlah kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Apakah kamu 

datang untuk meminta petunjuk dari pada-Ku? Demi Aku yang hidup, Aku 

tidak mau kamu meminta petunjuk dari pada-Ku, demikianlah firman Tuhan 

ALLAH. 4 Maukah engkau menghakimi mereka, hai anak manusia, maukah 

engkau menghakimi mereka? Beritahukanlah kepada mereka perbuatan-

perbuatan yang keji dari nenek moyang mereka, 

Di sini ada,  

1. Kejadian yang melatarbelakangi pesan yang kita dapati dalam pa-

sal ini. Khotbah yang sudah kita dapati dalam pasal 18 disampai-

kan sebab  sindiran-sindiran mereka yang lancang terhadap 

Allah. Sementara khotbah dalam pasal ini disampaikan sebab  

petunjuk-petunjuk yang pura-pura mereka minta dari Dia. Setiap 

perbuatan mereka itu mendapat tanggapannya sendiri-sendiri. 

Nubuat yang disampaikan dalam pasal ini disebutkan tepat 

penanggalannya, yaitu pada tahun ketujuh dari masa pembuang-

an, kira-kira dua tahun sesudah  Yehezkiel mulai bernubuat. Allah 

ingin supaya  mereka terus mencatat berapa lama pembuangan 

mereka sudah berlangsung, supaya  mereka dapat melihat bagai-

mana tahun-tahun berlalu menuju pembebasan mereka, meski-

pun sangat lambat. Datanglah beberapa orang dari tua-tua Israel 

untuk meminta petunjuk dari pada TUHAN, bukan pada waktu-

waktu yang ditetapkan (seperti tua-tua Yehuda dalam pasal 8:1), 

melainkan, sejauh yang tampak, dalam suatu kesempatan, dan 

dalam suatu keadaan darurat. Apakah mereka berasal dari orang-

orang yang pada saat itu ada dalam pembuangan, atau tua-tua 

yang belakangan ini datang dari Yerusalem untuk suatu urusan 

ke Babel, tidaklah pasti. namun , dari apa yang dikatakan sang 

nabi kepada mereka (ay. 32), sejauh yang tampak, inilah petunjuk 

yang mereka tanyakan. sebab  sekarang mereka menjadi tawanan 

di Babel, jauh dari negeri mereka sendiri, di mana mereka bukan 

saja tidak memiliki  bait suci, namun  juga tidak ada rumah 

ibadah, untuk menyembah Allah, jadi apakah mereka diperboleh-

kan untuk bergabung bersama tuan-tuan mereka dalam ibadah 

mereka, supaya  dapat mengambil hati tuan-tuan mereka, dan 

berbuat seperti segala kaum di negeri-negeri ini, yang berbakti

Kitab Yehezkiel 20:1-4 

kepada pohon dan batu. Masalah ini dibuat seringan mungkin, 

seperti Naaman yang memohon izin kepada Elisa untuk bersujud 

di kuil Rimon, untuk menyenangkan hati raja. namun  beralasan 

bagi kita untuk curiga bahwa ke sinilah arah pertanyaan mereka. 

Perhatikanlah, orang-orang yang meminta izin dari Allah untuk 

terus berbuat dosa, meskipun mereka menderita sebab nya, hati 

mereka sudah mengeras secara menyedihkan. Mereka datang dan 

duduk dengan bersungguh hati, dan menunjukkan sikap ibadah 

di hadapan sang nabi (33:31).  

2. Maksud dari pesan ini.  

(1) Mereka harus diberi tahu bahwa Allah murka terhadap mere-

ka. Ia menganggapnya sebagai penghinaan bahwa mereka da-

tang untuk meminta petunjuk dari Dia, padahal mereka sudah 

menetapkan hati untuk terus melakukan pelanggaran-pelang-

garan mereka: Demi Aku yang hidup, Aku tidak mau kamu 

meminta petunjuk dari pada-Ku (ay. 3). Sikap ibadah yang 

mereka tunjukkan itu tidak akan berkenan pada Allah atau 

menguntungkan diri mereka sendiri. Allah tidak akan memper-

hatikan petunjuk-petunjuk yang mereka tanyakan, atau mem-

beri mereka jawaban-jawaban apa pun yang memuaskan. 

Perhatikanlah, datang kepada Allah dan menjalankan ketetap-

an-ketetapan-Nya secara munafik sama sekali tidak menye-

nangkan Allah, malah membangkitkan amarah-Nya.  

(2) Mereka harus diberi tahu bahwa sewajarnya Allah murka 

terhadap mereka (ay. 4): “Maukah engkau menghakimi mereka, 

hai anak manusia, maukah engkau menghakimi mereka? Eng-

kau yaitu  seorang nabi, pasti engkau tidak akan berseru un-

tuk mereka, untuk menengahi mereka dengan Allah. namun  

pasti engkau akan menjatuhkan hukuman kepada mereka se-

bagai hakim bagi Allah. Ketahuilah, pada hari ini Aku meng-

angkat engkau atas bangsa-bangsa. Maukah engkau menyata-

kan kepada mereka penghakiman-penghakiman Tuhan? Oleh 

sebab itu, beritahukanlah kepada mereka perbuatan-perbuatan 

yang keji dari nenek moyang mereka.” Demikianlah perintah-

perintah yang diberikan sekarang, seperti sebelumnya (16:2) 

ia harus memberitahukan kepada mereka perbuatan-perbuat-

an mereka yang keji. Meskipun perbuatan-perbuatan mereka 

sendiri yang keji sudah cukup untuk membenarkan Allah ber-

tindak keras terhadap mereka, namun akan bermanfaat bagi 

mereka untuk mengetahui perbuatan-perbuatan yang keji dari 

nenek moyang mereka. Dengan demikian mereka dapat 

melihat betapa Allah sekarang bertindak benar untuk mem-

binasakan mereka sebagai umat pada akhirnya, yang sejak 

awal sudah menjadi umat yang membangkitkan amarah-Nya. 

Perlakuan-perlakuan Allah  

yang Penuh Rahmat terhadap Israel  

(20:5-9) 

5 dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Pada hari Aku 

memilih Israel, Aku bersumpah kepada keturunan kaum Yakub dan menya-

takan diri kepada mereka di tanah Mesir; Aku bersumpah kepada mereka: 

Akulah TUHAN Allahmu! 6 Pada hari itu Aku bersumpah kepada mereka 

untuk membawa mereka dari tanah Mesir ke tanah yang Kupilih baginya, 

negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, tanah yang permai di 

antara semua negeri. 7 Dan Aku berkata kepada mereka: Biarlah setiap orang 

membuangkan dewa-dewanya yang menjijikkan, ke mana ia selalu melihat 

dan janganlah menajiskan dirimu dengan berhala-berhala Mesir; Akulah 

TUHAN, Allahmu. 8 namun  mereka memberontak terhadap Aku dan tidak mau 

mendengar kepada-Ku; setiap orang tidak membuangkan dewa-dewanya 

yang menjijikkan, ke mana ia selalu melihat, dan tidak meninggalkan ber-

hala-berhala Mesir. Maka Aku bermaksud hendak mencurahkan amarah-Ku 

ke atas mereka untuk melampiaskan murka-Ku kepadanya di tengah-tengah 

tanah Mesir. 9 namun  Aku bertindak oleh sebab  nama-Ku, supaya  itu jangan 

dinajiskan di hadapan bangsa-bangsa, di mana mereka berada. Di hadapan 

bangsa-bangsa itu Aku menyatakan diri kepada mereka dalam hal Aku 

membawa mereka keluar dari tanah Mesir. 

Sejarah dari sikap tidak tahu berterima kasih dan suka memberontak 

dari umat Israel dimulai sejak dari awal mula mereka. Begitu pula 

dengan sejarah kemurtadan manusia dari Penciptanya. Tidak lama 

sesudah  kita membaca kisah tentang penciptaan orangtua kita yang 

pertama, kita segera menjumpai pemberontakan mereka. Demikian 

pula yang kita lihat di sini dengan Israel, bangsa yang dirancang 

untuk mewakili gambaran umat manusia, baik dalam perlakuan-

perlakuan mereka terhadap Allah maupun perlakuan-perlakuan 

Allah terhadap mereka. Di sini ada, 

I.  Tujuan-tujuan yang penuh rahmat dari hukum Allah berkenaan 

dengan Israel di Mesir, di mana mereka menjadi budak-budak 

Firaun. Biarlah dikatakan, biarlah ditulis, bagi kehormatan yang

 abadi dari anugerah ilahi yang cuma-cuma, bahwa pada waktu itu 

dan di tempat itu,  

Kitab Yehezkiel 20:5-9 

1. Ia memilih Israel untuk menjadi umat kesayangan bagi diri-

Nya, meskipun keadaan mereka buruk dan tabiat mereka lebih 

buruk lagi, supaya  Ia mendapat kehormatan dalam memper-

baiki keduanya. Inilah alasan Ia memilih mereka, sebab mere-

ka yaitu  keturunan kaum Yakub, keturunan dari pangeran 

Allah itu, supaya  Ia dapat memegang sumpah-Nya yang telah 

diikrarkan-Nya kepada nenek moyang mereka (Ul. 7:7-8).  

2. Ia menyatakan diri kepada mereka dengan nama-Nya TUHAN 

(sebuah nama baru, Kel. 6:2; Yehovah – pen.), sewaktu mere-

ka, sebab  perbudakan mereka, hampir saja kehilangan 

pengetahuan tentang nama yang dengannya Ia dikenal oleh 

nenek moyang mereka, Allah Yang Mahakuasa. Perhatikanlah, 

sama seperti dasar dari keterberkatan kita ada  pada Allah 

yang memilih kita, demikian pula langkah pertama menuju 

keterberkatan itu yaitu  Allah yang menyatakan diri-Nya 

kepada kita. Dan betapa pun jauhnya kita berada, kesusahan 

apa pun yang menimpa kita, Dia yang menyatakan diri-Nya 

kepada Israel bahkan di tanah Mesir sekalipun dapat mene-

mukan kita, dan mengikuti kita dengan perkenanan-Nya yang 

disingkapkan dan dinyatakan dengan penuh rahmat.  

3.  Ia menyerahkan diri-Nya kepada mereka sebagai Allah mereka 

dalam kovenan: Aku mengangkat tangan-Ku kepada mereka 

(KJV), dengan berkata, dan menguatkannya dengan sumpah. 

“Akulah TUHAN, Allahmu. Kepada-Kulah kamu harus mem-

berikan penghormatanmu, dan dari-Ku serta dalam diri-Kulah 

kamu harus mengharapkan kebahagiaanmu.”  

4. Ia berjanji untuk membawa mereka keluar dari Mesir, dan 

menepati apa yang dijanjikan-Nya. Ia mengangkat tangan-Nya, 

yaitu, Ia bersumpah kepada mereka, bahwa Ia akan membe-

baskan mereka. Dan, sebab  mereka sangat tidak layak, dan 

pembebasan mereka sangat tidak memungkinkan, maka janji 

itu harus diikat dengan sumpah. Atau, Ia mengangkat tangan-

Nya, yaitu, Ia mengerahkan kekuatan-Nya yang maha kuasa 

untuk melakukannya. Ia melakukannya dengan lengan yang 

teracung (Mzm. 136:12). 

5.  Ia meyakinkan mereka bahwa Ia akan membuat mereka memi-

liki tanah Kanaan. Inilah alasan Ia membawa mereka keluar 

dari Mesir, yaitu untuk membawa mereka ke tanah yang Dia 

pilih bagi mereka, taman Eden kedua, yang merupakan tanah 

yang permai di antara semua negeri. Demikianlah Ia menda-

patinya, sebab  iklimnya sedang, tanahnya subur, peman-

dangannya indah, dan segala sesuatunya menyenangkan (Ul. 

8:7; 11:12). Atau, bagaimana pun keadaannya, demikianlah Ia 

menjadikannya, dengan mendirikan tempat kudus-Nya di 

dalamnya. 

II. Perintah-perintah yang masuk akal yang diberikan-Nya kepada 

mereka, dan syarat-syarat yang mudah dari kovenan-Nya dengan 

mereka pada waktu itu. sesudah  memberi tahu mereka apa yang 

dapat mereka harapkan dari Dia, selanjutnya Ia memberi tahu 

mereka apa yang diharapkan-Nya dari mereka. Tidak lebih dari ini 

(ay. 7): “Biarlah setiap orang membuangkan patung-patungnya 

yang ia pakai untuk menyembah, yang menjadi pujaan di mata 

mereka, namun  sebenarnya merupakan dewa-dewa yang menjijik-

kan. Biarlah mereka merasa jijik terhadap patung-patung itu, 

menjauhkannya dari pandangan, dan janganlah menajiskan diri-

mu dengan berhala-berhala Mesir.” Tampaknya, banyak dari mere-

ka yang senang dengan dewa-dewa ini. Anak lembu emas yaitu  

salah satunya. Sudah sewajarnya, dan pantas diharapkan, bahwa, 

sebab  sudah dibebaskan dari perbudakan Mesir, mereka seharus-

nya berhenti menyembah berhala-berhala Mesir. Terutama sebab  

Allah, sewaktu membawa mereka keluar, telah menjatuhkan 

hukuman-hukuman kepada para allah Mesir (Bil. 33:4) dan dengan 

demikian menunjukkan diri-Nya di atas mereka. Selain itu, kalau-

pun mereka masih memiliki kecenderungan untuk menyembah 

berhala-berhala lain sesudah  keluar dari Mesir, tentulah seharus-

nya mereka membenci sedalam-dalamnya dewa-dewa Mesir oleh 

sebab  Mesir itu sendiri, yang sudah begitu lama menjadi rumah 

perbudakan mereka. Namun demikian, tampaknya, mereka mem-

butuhkan peringatan ini, dan itu didukung dengan alasan yang 

baik: Akulah TUHAN, Allahmu, yang tidak membutuhkan penolong 

dan tidak pula membolehkan adanya saingan. 

III. Ketidaktaatan mereka yang tidak masuk akal terhadap perintah-

perintah ini, yang sebab nya seharusnya adil saja bagi Allah un-

tuk membinasakan mereka segera sesudah  mereka dibentuk men-

jadi sebuah bangsa (ay. 8): Mereka memberontak terhadap Allah, 

tidak hanya menolak untuk mematuhi ajaran-ajaran-Nya yang 

Kitab Yehezkiel 20:5-9

dinyatakan secara khusus, namun  juga membuang kesetiaan mere-

ka, dan pada intinya berkata kepada-Nya bahwa mereka bebas 

menyembah allah apa saja yang mereka sukai. Bahkan pada 

waktu Allah turun untuk membebaskan mereka, dan mengutus 

Musa untuk tujuan itu, mereka tidak mau juga meninggalkan 

berhala-berhala Mesir. Mungkin inilah yang membuat mereka 

dengan hati rindu terus berbicara tentang bawang merah Mesir 

(Bil. 11:5), sebab bangsa Mesir antara lain menyembah bawang. 

Sungguh mengherankan bahwa semua tulah Mesir tidak berhasil 

menyembuhkan mereka dari rasa sayang terhadap berhala-

berhala Mesir. sebab  itu Allah berkata bahwa Ia akan mencurah-

kan amarah-Nya ke atas mereka, bahkan saat mereka masih di 

tengah-tengah tanah Mesir. Wajar seandainya Ia berkata, “Biarkan 

mereka mati dengan orang-orang Mesir.” Hal ini mengagungkan 

kekayaan kebaikan Allah, bahwa Ia berkenan mengerjakan 

keselamatan yang begitu besar bagi mereka, sekalipun Ia melihat 

mereka sudah matang untuk kehancuran. Benarlah Musa berkata 

kepada mereka, ini bukan sebab  jasa-jasamu (Ul. 9:4-5). 

IV. Pembebasan ajaib yang dikerjakan Allah bagi mereka, kendati 

demikian. Walaupun mereka kehilangan perkenanan Allah sewak-

tu Ia hendak memberi nya, dan pada saat Allah hendak me-

nyembuhkan mereka justru pada saat itulah tersingkap kesalahan 

mereka (Hos. 7:1), namun belas kasihan menang atas penghakim-

an, dan Allah melakukan apa yang dirancangkan-Nya oleh sebab  

nama-Nya semata (ay. 9). saat  tidak ada dalam diri kita yang 

akan memberi-Nya alasan bagi perkenanan-perkenanan-Nya, Ia 

memberi  satu alasan dari diri-Nya sendiri. Allah menyatakan 

diri kepada mereka di hadapan bangsa-bangsa saat  Ia memerin-

tahkan Musa untuk berkata kepada Firaun di depan umum, 

Israel yaitu  anak-Ku, anak-Ku yang sulung (Kel. 4:22), biarkan 

mereka pergi, supaya  mereka beribadah kepada-Ku. Nah, seandai-

nya Ia meninggalkan mereka begitu saja untuk binasa sebab  

kefasikan mereka, seperti yang pantas mereka dapatkan, maka 

orang Mesir akan menyindir Dia sebab  itu, dan nama-Nya akan 

dicemarkan, padahal seharusnya dikuduskan dan akan dikudus-

kan. Perhatikanlah, jemaat dilindungi, bahkan sewaktu ia bobrok, 

sebab  Allah hendak melindungi kehormatan-Nya sendiri. 

Hak-hak Istimewa dan Dosa-dosa Israel 

(20:10-26)  

10 Aku membawa mereka keluar dari tanah Mesir dan menuntun mereka ke 

padang gurun. 11 Di sana Aku memberi  kepada mereka ketetapan-kete-

tapan-Ku dan memberitahukan peraturan-peraturan-Ku, dan manusia yang 

melakukannya, akan hidup. 12 Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada 

mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya  mereka 

mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka. 13 namun  

kaum Israel memberontak terhadap Aku di padang gurun; mereka tidak 

hidup menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan mereka menolak peraturan-

peraturan-Ku, yang, kalau manusia melakukannya, ia akan hidup. Mereka 

juga melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku dengan sangat. Maka Aku 

bermaksud hendak mencurahkan amarah-Ku ke atas mereka di padang 

gurun hendak membinasakan mereka. 14 namun  Aku bertindak sebab  nama-

Ku, supaya  itu jangan dinajiskan di hadapan bangsa-bangsa, yang melihat 

sendiri waktu Aku membawa mereka ke luar. 15 Walaupun begitu Aku ber-

sumpah kepadanya di padang gurun, bahwa Aku tidak akan membawa 

mereka masuk ke tanah yang telah Kuberikan kepada mereka, yang berlim-

pah-limpah susu dan madunya, tanah yang permai di antara semua negeri, 

16 oleh sebab  mereka menolak peraturan-peraturan-Ku dan tidak hidup 

menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan melanggar kekudusan hari-hari Sabat-

Ku; sebab hati mereka mengikuti berhala-berhala mereka. 17 namun  Aku 

merasa sayang melihat mereka, sehingga Aku tidak membinasakannya dan 

tidak menghabisinya di padang gurun. 18 Maka Aku berkata kepada anak-

anak mereka di padang gurun: Janganlah kamu hidup menurut ketetapan-

ketetapan ayahmu dan janganlah berpegang pada peraturan-peraturan 

mereka dan janganlah menajiskan dirimu dengan berhala-berhala mereka.  

19 Akulah TUHAN, Allahmu: Hiduplah menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan 

lakukanlah peraturan-peraturan-Ku dengan setia, 20 kuduskanlah hari-hari 

Sabat-Ku, sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya  

orang mengetahui bahwa Akulah TUHAN, Allahmu. 21 namun  anak-anak 

mereka memberontak terhadap Aku, mereka tidak hidup menurut ketetapan-

ketetapan-Ku dan tidak melakukan peraturan-peraturan-Ku dengan setia, 

sedang manusia yang melakukannya, akan hidup; mereka juga melanggar 

kekudusan hari-hari Sabat-Ku. Maka Aku bermaksud mencurahkan amarah-

Ku ke atas mereka untuk melampiaskan murka-Ku kepadanya di padang 

gurun. 22 namun  Aku menarik tangan-Ku kembali dan bertindak sebab  

nama-Ku, supaya  itu jangan dinajiskan di hadapan bangsa-bangsa yang 

melihat sendiri waktu Aku membawa mereka ke luar. 23 Walaupun begitu 

Aku bersumpah kepadanya di padang gurun untuk menyerakkan mereka di 

antara bangsa-bangsa dan menghamburkan mereka ke semua negeri, 24 oleh 

sebab  mereka tidak melakukan peraturan-peraturan-Ku dan menolak kete-

tapan-ketetapan-Ku dan melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku dan mata-

nya selalu tertuju kepada berhala-berhala ayah-ayah mereka. 25 Begitulah 

Aku juga memberi kepada mereka ketetapan-ketetapan yang tidak baik dan 

peraturan-peraturan, yang sebab nya mereka tidak dapat hidup. 26 Aku 

membiarkan mereka menjadi najis dengan persembahan-persembahan mere-

ka, dalam hal mereka mempersembahkan sebagai korban dalam api semua

yang terdahulu lahir dari kandungan, supaya  Kubuat mereka tertegun, agar 

mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN. 

Sejarah dilanjutkan di sini tentang pergumulan antara dosa-dosa 

Israel, yang dengannya mereka berusaha menghancurkan diri mereka 

Kitab Yehezkiel 20:10-26 

sendiri, dan belas kasihan Allah, yang dengannya Ia berusaha menye-

lamatkan mereka dan membuat mereka berbahagia. Dan contoh-

contoh dari pergumulan itu dalam ayat-ayat ini merujuk pada apa 

yang terjadi antara Allah dan mereka di padang gurun, di mana Allah 

mendatangkan kehormatan pada diri-Nya sendiri dan mereka men-

datangkan aib pada diri sendiri. Kisah Israel di padang gurun dirujuk 

dalam Perjanjian Baru (1Kor. 10 dan Ibr. 3), dan juga sering kali da-

lam Perjanjian Lama, sebagai peringatan bagi kita orang-orang Kris-

ten. Oleh sebab  itu, kita secara khusus berkepentingan dalam ayat-

ayat ini. Amatilah, 

I. Perkara-perkara besar yang dilakukan Allah bagi mereka, yang 

diingatkan-Nya kepada mereka, bukan sebab  Ia menyesal telah 

memberi  perkenanan-perkenanan-Nya kepada mereka, me-

lainkan untuk menunjukkan betapa mereka tidak tahu berterima 

kasih. Dan kita berkata, jika orang disebut tidak tahu berterima 

kasih, maka tidak ada lagi sebutan yang lebih buruk untuknya. 

Merupakan suatu perkenanan yang besar,  

1. Bahwa Allah membawa mereka keluar dari tanah Mesir (ay. 

10), meskipun, seperti yang terjadi selanjutnya, Ia menuntun 

mereka ke padang gurun dan bukan langsung ke Kanaan. 

Lebih baik hidup merdeka di padang gurun daripada menjadi 

budak di negeri yang berkelimpahan, menikmati Allah dan diri 

kita sendiri dalam kesendirian daripada kehilangan keduanya 

di tengah keramaian. Namun demikian, ada banyak dari bang-

sa Israel itu yang berjiwa sedemikian rendah sehingga tidak 

memahami hal ini. Sebaliknya, saat  menemui kesulitan-

kesulitan di padang gurun, mereka berharap ada di Mesir lagi.  

2. Bahwa Ia memberi mereka hukum di atas Gunung Sinai (ay. 

11), tidak hanya mengajarkan kepada mereka mengenai ke-

baikan dan kejahatan, namun  juga dengan wewenang-Nya me-

nahan mereka dari kejahatan dan membawa mereka kepada 

kebaikan. Ia memberi mereka ketetapan-ketetapan-Nya, dan 

sungguh berharga pemberian itu. Musa telah memerintahkan 

hukum Taurat kepada mereka, suatu milik bagi jemaah Yakub 

(Ul. 33:4). Allah memberitahukan kepada mereka peraturan-

peraturan-Nya, tidak hanya menegakkan hukum-hukum bagi 

mereka, namun  juga menunjukkan kepada mereka bahwa hu-

kum-hukum itu masuk akal dan adil, yang dengannya hu

kum-hukum itu dibentuk. Mereka didorong untuk menjalan-

kan dan mematuhi hukum-hukum yang diberikan-Nya kepada 

mereka. Sebab, jika manusia melakukannya, ia akan hidup. 

Dalam menjalankan perintah-perintah Allah, ada penghiburan 

yang berlimpah dan upah yang besar. Kristus berkata, Jikalau 

engkau ingin masuk ke dalam hidup, dan menikmatinya, turuti-

lah segala perintah Allah. Walaupun orang-orang yang sangat 

ketat dalam kepatuhan mereka sejauh ini hanya merupakan 

hamba-hamba yang tidak berguna, bahwa mereka berbuat 

tidak lebih daripada yang diwajibkan kepada mereka, namun 

kepatuhan itu dibalas dengan sedemikian berlimpah: Perbuat-

lah demikian, maka engkau akan hidup. Dalam Alkitab bahasa 

Aram dikatakan, ia akan hidup kekal dalam peraturan-peratur-

an itu. Rasul Paulus mengutip ini (Gal. 3:12) untuk menunjuk-

kan bahwa dasar hukum Taurat bukanlah iman, namun  hukum 

menawarkan hidup dengan syarat kepatuhan yang sempurna, 

yang tidak mampu kita penuhi, dan oleh sebab nya kita harus 

memiliki  jalan untuk datang pada anugerah Injil, yang 

tanpanya kita semua binasa.  

3. Bahwa Ia menghidupkan kembali ketetapan hari Sabat yang 

sudah ada sejak dulu, yang telah hilang dan terlupakan sela-

ma mereka menjadi budak-budak di Mesir. Sebab tuan-tuan 

mereka di sana sama sekali tidak memperbolehkan mereka 

beristirahat, walau selama satu dalam tujuh hari. Di padang 

gurun setiap hari memang yaitu  hari istirahat. Sebab untuk 

apa mereka bekerja, sementara mereka hidup dari manna, dan 

pakaian mereka tidak menjadi usang? namun  satu dalam tujuh 

hari harus dijadikan hari istirahat yang kudus (ay. 12): Hari-

hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringat-

an di antara Aku dan mereka (penetapan hari Sabat merupa-

kan tanda dari kehendak baik Allah terhadap mereka, dan 

ketaatan mereka untuk menjalankannya merupakan tanda 

dari perhatian mereka terhadap-Nya), supaya  mereka mengeta-

hui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka. De-

ngan ini Allah memperlihatkan bahwa Ia telah membedakan 

mereka dari semua yang lain di dunia, dan bermaksud untuk 

menjadikan mereka sebagai contoh umat kesayangan bagi diri-

Nya. Dan dengan datang kepada Allah dalam perkumpulan-

perkumpulan yang khidmat pada hari-hari Sabat, mereka 

Kitab Yehezkiel 20:10-26 

dibuat bertumbuh dalam pengetahuan akan Allah, dengan 

mengalami sendiri kuasa-kuasa dan kenikmatan-kenikmatan 

anugerah-Nya yang menguduskan. Perhatikanlah, 

(1) Hari Sabat yaitu  hak istimewa, dan harus dipandang demi-

kian. Jemaat mengakui sebagai perkenanan yang besar, 

dalam Nehemia 9:14, yang berpadanan dengan pasal ini dan 

tampak merujuk pada pasal ini, Kauberitahukan kepada 

mereka sabat-Mu yang kudus. 

(2) Hari Sabat yaitu  tanda. Itu yaitu  tanda bahwa manusia 

memiliki kesadaran agama, dan bahwa ada suatu hubung-

an baik antara mereka dan Allah, jika  mereka menja-

lankan hari Sabat dan menguduskannya dengan kesadaran 

hati nurani.  

(3) Hari Sabat, jika dikuduskan sebagaimana mestinya, yaitu  

sarana bagi pengudusan kita. Jika kita melakukan kewajib-

an hari Sabat itu, kita akan mendapati, bagi penghiburan 

kita, bahwa TUHAN-lah yang menguduskan kita, yang 

membuat kita kudus (yaitu sungguh-sungguh berbahagia) 

di sini, dan mempersiapkan kita untuk berbahagia (yaitu 

kudus secara sempurna) di dunia nanti. 

II.  Perilaku mereka yang tidak taat dan tidak berbakti kepada Allah, 

yang sebab nya Ia bisa saja dengan adil mengeluarkan mereka 

dari kovenan segera sesudah  Ia membawa mereka ke dalam kove-

nan (ay. 13): Mereka memberontak di padang gurun. Di sana di 

mana mereka menerima begitu banyak rahmat dari Allah, dan 

begitu bergantung pada-Nya, dan sedang dalam perjalanan menu-

ju Kanaan, namun justru di sana mereka terang-terangan mem-

berontak terhadap Allah yang telah menuntun mereka dan mem-

beri mereka makan. Mereka bukan saja tidak hidup menurut 

ketetapan-ketetapan Allah, namun  juga menolak peraturan-peratur-

an-Nya sebagai tidak layak untuk dijalankan. Bukannya mengu-

duskan hari-hari Sabat, mereka malah menajiskannya, sangat 

menajiskannya. Satu orang mengumpulkan kayu, dan banyak 

yang keluar untuk mengumpulkan manna pada hari ini. Oleh ka-

rena itu Allah siap membinasakan mereka sewaktu-waktu. Ia ber-

kata, lebih dari satu kali, bahwa Ia akan membinasakan mereka di 

padang gurun. namun  Musa menengahi, begitu pula dengan rah-

mat Allah dengan lebih berkuasa, dan lebih dari semuanya lagi, 

kepedulian bagi kemuliaan-Nya sendiri, supaya  nama-Nya jangan 

dinajiskan dan dicemarkan di hadapan bangsa-bangsa (ay. 14), 

supaya  orang-orang Mesir tidak berkata bahwa untuk kejahatanlah 

Ia membawa mereka sejauh itu, atau bahwa Ia tidak mampu 

membawa mereka lebih jauh, atau bahwa Ia tidak memiliki tanah 

yang baik seperti yang dikatakan untuk membawa mereka ke sana 

(Kel. 32:12; Bil. 14:13, dst.). Perhatikanlah, alasan-alasan paling 

kuat bagi All


Related Posts:

  • Yehezkiel 12 akuan orang-orang fasik dengan semestinya, kita semua pasti akan takut berteman dengan mereka dan menjadi pengikut-pengikut mereka. Di sini perbuatan-per-buatan Hizkia disebutkan lagi secara khusus dalam kata-… Read More