angkat. Ternyata, ia mendapati Rasulultrh m
di bawah sebuah pohon. Beliau sedang menarik ranting-ranting dan bermain
dengan dedaunan. Abdul Muthalib lalu membawa beliau menuju Makkah,
dan menjamu Halimah dengan sebaik-baiknya."
131. Dalam riwayat yang lain, bahwa saat Halimah membawa
pegi Rasulullah, beliau hilang di kerumunan orang. Lalu, Halimah melapor
kepada Abdul Muthalib. Maka Abdul Muthalib pergi ke Ka'bah seraya
berkata,
"Demi dukaku, kembalikanlah puteraku yang hilang, Muhammad. Ya
Tuhanku! Kembalikanlah dia, dan tuntunlah tanganku. Karena Engkaulah
yang telah membuatnya sebagai kekuatan hidup bagiku."
|uga menurut riwayat yang lain, bahwa Abdul Muthalib pergi membawa
Rasulullah untuk suatu keperluan. Lalu, ia mengucapkan seruan di atas.
132. Dari Abu Hazim, iaberkata, "Datanglah seorang dukun ke kota Makkah.
Rasulullah ffi, *rkr, itu, berumur lima tahun.Ibu susu telah menyerahkan
beliau kepada Abdul Muthalib. Dukun itu berkata, "Hai penduduk Quraisy!
Bunuhlah anak ini, sebab dia akan memporak-porandakan dan membinasa-
kan kalian!" Maka, Abdul Muthalib segera membawa beliau pergi.
Sedangkan penduduk Quraisy masih merasa kuatir akan hal ini, karena
si dukun selalu memprovokasi mereka."
Pribadl Nabi Muhammad
Tentang Wafatnya Ibu Rasulullah, Aminah
133. Dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Waktu itu, Rasulullah hidup bersama
ibu kandungnya, Aminah binti Wahab. saat beliau telah berumur enam
tahun, sang ibu membawa beliau pergi menjenguk paman-pamannya dari
Bani Adi bin An-Najjar di Madinah. Nabi ditemani oleh Ummu Aiman yang
selalu mengawasinya. Mereka mengendarai dua unta. Sang ibu menurunkan
beliau di rumah An-Nabighah. Mereka menginap di rumah itu selama
sebulan."l)
Dan Rasuluttrh m pemah menuturkan peristiwa-peristiwa selama ibu
beliau tinggal di tempat itu.
saat beliau melihat ke bangunan rumah Bani Adi bin Najjar di Madinah,
ia mengenangnya kembali. Beliau berkata,
"Aktr pernah bermain dengan seorang gadis budak yang ramah dari golongan
Anshar di atap bangunan-bangunan ini. Aku juga ditemani oleh anak-anak
pamanku. Kami menerbangkan seekor burung yang jatuh di atap itu."
Rasulullah melihat rumah itu, dan berkata,
"Di sinilah aku dan ibuku singgah. Di rumah ini pula kuburan ayahku, Abdullah
bin Abdul Muthalib berada. Dan aku pernah menyeburknn diriku ke dalam
pemandian Bani' Adiy bin An-N ajjar."
Pernah suatu saat , sekelompok orang Yahudi berselisih paham. Lalu,
mereka meminta pendapat kepada nabi. Ummu Aiman berkata, "Aku
mendengar salah seorang dari mereka berkata, 'Dialah nabi umat ini, dan inilah
tempat hijrahnya.' Maka aku pun memahaminya-"
Kemudian sang ibu membawa beliau pulang ke Makkah. saat mereka
sampai di kota Abwa', ibunda Rasulullah, Aminah binti Wahab meninggal.
Maka kuburnya ada di kota tersebut.
Lalu, Ummu Aiman membawa Nabi pulang ke Makkah, dan terus
mengasuhbeliau.
saat Rasulullah ffi meht ukan perjalanan umrah Hudaibiyah dan
melewati kota Abwa', beliau berkata,
"Sesungguhnya Allah telah mengizinknn Muhammad berziarah ke makam
ibunya." Maka Rasulullah ffi *"r,grrnjungi makam sang ibu. Beliau
membersihkannya dan menangis di sisinya. Orang-orang muslim ikut
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
t Lihat Al-Baihaqi, Dald'il an.Nubzuuolr, Jilid I, hal. 188.
menangis karena tangisan beliau. Nabi ditanya mengapa demikian. "Aku
teringat knsih sayangnya, oleh karena itu aku menangis," jawab beliau.t)
134. Dari Abu Martsad, ia berkata, "saat Rasulullah ffi menduduti
kota Makkah, beliau mengunjungi sebuah kuburan. Nabi duduk di sebelah-
nya, dan orang-orang duduk di sekitamya. Lalu, Nabi berdiri layaknya orang
yang berpidato. Beliau berdiri sambil menangis. Datanglah Umar menghampiri
beliau. Umar adalah orang yang paling simpatik terhadap Nabi. "Demi ibu
dan ayahku, wahai Rasulullah! Apakah yang membuatmu menangis?," tanya
Umar. "Ini adalah makam ibuku. Aku meminta izin kepada Tuhanku untuk
berziarah kemakamnya, Dia mengizinkanku. Lalu, aku memintakan
ampunan untuknya, Dia tidak membolehkanku. Aku terkenang ibuku, maka
aku berdiri, lalu aku menangis," jawab Nabi.2)
Hari itu, beliau tampak banyak menangis daripada hari-hari sebelumnya.
Ibnu Sa'ad berkomentar, "Berita ini salah. Makam ibu Nabi bukan di
Makkah, tapi di Abwa'."
135. Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah ffi b"rriurah ke makam
ibunya. Lalu, beliau menangis sampai membuat orang-orang di sekitar beliau
ikut menangis. Beliau kemudian bersabda,
"Aku minta izin kepada Tuhanku Azza Wa lalla :untuk memintakan
ampun bagi ibuku. Tapi, Dia tidak mengizinkanku. Dan aku meminta izin
kepada-Nya untuk mengunjungi makamnya, Dia mengizinkanku' Maka
ziarahilah kuburan-kuburan itu oleh kalian. Karena hal itu mengingatkarunu
pada kematian."
Lafazhhadits di atas hanya diriwayatkan oleh Muslim.3)
136. Dari Abu Buraidah dari ayahnya, ia berkata, "Aku pergi bersama
Nabi ffi . Kemudian, beliau berhenti di sebuah pekuburan. Nabi menoleh ke
kanan dan ke kiri. Lalu beliau melihat makam ibunya. Lantas Rasul
mengambil air dan berwudhu kemudian shalat dua raka'at' Tidak ada yang
membuat kami terkejut kecuali hanya tangisanbeliau.
Kami pun menangis karena tangisan Rasulullah,ffi '
Kemudian, beliau menoleh ke arah kami seraya bertanya, "Apakah yang
membuat kalian menangis?" "Engkau menangis, kami pun ikut menangis
wahai Rasulullah!" jawab kami.
1 HR. Ibnu Sa'ad,, Ath-Thabaqdt Al-Kubrd,Jilidl, JrzU73.
, HR. Ibnu Sa'ad dan Al-Baihaqi.
s HR. Muslim. Lafazh yang lain diriwayatkan oleh An-Nasa'i, Ibnu Majah, dan Al-Baihaqi.
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
"Larttas, apakah yang kalian kira?" tanya beliau lagi.
"Kami mengira adzab akan menim p a kita," sahut kami.
"Bukan itu yang akan terjadi," sanggah Nabi.
"Kami menduga umatmu akan dibebani dengan tugas-tugas yang
mereka tidak mampu," jawab mereka.
Nabi bersabda, "Bukan itu yang akan terjadi. Aknn tetapi, aku lewat maknm
ibuku. Lalu, aku melaksanaknn sholat dua raka'at dan meminta izin kepada Tuhanku
untukberistighfar bagi ibuku. Tapi, aku dilarang. Maka aku menangis. Kemudian aku
kembali shalat dua raka'at, dan aku meminta izinkepadaTuhanku untukberistighfar
bagi ibuku. Nzmun, aku tetap dilarang. Makn tangiskupunbertambah,"r)
Beliau memanggil untanya, kemudian beliau menungganginya. Nabi
berjalan lambat, hingga unta itu berhenti karena beratnya wahyu yang turun.
Maka Allah ffi mewahyukan,
"si
i*= i5 1ii-'{,1
J J v-. J / JJ.
,
o..,
,-*Aie;\ #1 i:4
ui rr;t; ,-it3'6p. aK G
*Gi1 u i*;'rit1;14
it t r,ey'tl
"@
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan
ampun (kepada Allah) bagi orang-orang yang musyrik, walaupun orfrng-orang
musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya
orang-orang musyikitu, adalah penghuni nerakn lahannam." {At-Taubah: 1,13)
Kemudian nabi ffi bersabda,
"Aku meminta persaksian kepada knlian bahwa diriku terbebas dari ibuku
sebagaimana lbrahim terbebas dari ayahnya."
137. Dari Al-Hasan bin labir. Ia adalah termasuk orang yang tinggal di
sekitar Makkah, ia berkata,
"Pernah diaduknn kepada fualifah Al-Makmun tentang bencana banjir yang
memasuki makam ibu Rnsulullah, knrena tempat itu terkenal di sana. Maka,
khalifah memerintahknn untuk segera menanggulanginya."
Ibnu Al-Bara'berkata, "Aku telah mendengarkan peletakannya saat aku
berada di Makkah."
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
z Diriwayatkan oleh Baihaqi. Ibnu Katsir dan Suyuthi juga memut hadits ini dalam kitab tafsir mereka.
@
Jadi, bisa saja ibu Nabi wafat di Abwa', lalu jenazahnya dibawa ke Makkah
dan dikebumikan di sana.
Abdul Muthalib Mengasuh Rasulullah
138. Dari Nafi'binJubair, ia berkata, "Rasulullah tinggal bersama ibunya,
Aminah binti Wahab. Setelah ibunda wafat, beliau diasuh oleh kakeknya,
Abdul Muthalib. Ia sangat sayang dan cinta kepada Rasulullah, tidak seperti
sayangdancintanya kepada anak kandungnya. Ia selalu mendekati, menemani,
dan mengawasi Nabi bila beliau sendirian atau saat tidur. Nabi pemah duduk
di atas tilamnya. Bila melihat hal itu, Abdul Muthalib berkata, "Biarkanlah
anakku berbuat demikian. Sesungguhnya ia akan dianugerahi kekuasaan.""
- Kaum Bani Mudlij pernah berpesan kepada kepada Abdul Muthalib,
"Jagalah dia. Karena kamibelum pemahmenemukan jejak kaki yangserupa
dengan jejak kaki di tempat ia berdiri." Kemudian Abdul Muthalib berkata
kepada Abu Thalib, "Dengarlah apa yang mereka ucapkan." Maka Abu
Thalib pun menjaga beliau.
- Abdul Muthalib berkata kepada Ummu Aiman, wanita pengasuh
Rasulullah, "Wahai wanita penuh berkah! fanganlah engkau lalai menjaga
anakku. Karena sesungguhnya, pata Ahli kitab memperkirakan bahwa
anakku akan menjadi Nabi umat ini."
- Abdul Muthalib tidaklah makan, kecuali terlebih dahulu ia berkata, "Aku
harus makan beserta anakku." Maka dibawalah Nabi kepadanya.
saat ajal menjelang, Abdul Muthalib berwasiat kepada Abu Thalib
untuk menjaga Rasulullah dan melindunginya.
139. Dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Aku mendengar ayahku berkata, "Abdul
Muthalib mempunyai sebuah tilam dalam suatu ruangan yang tidak pernah
diduduki oleh orang selain dirinya. Harb bin Umayyah dan orang-orang lainnya
duduk mengitari tilam itu. Lalu pada suatu hari, datanglah Rasulullah, beliau
masih kecil belum dewasa. Rasulullah duduk di atas tilam itu. Namun,
seseorang mengangkat beliau dari tempat itu. Beliau menangis, sehingga Abdul
Muthalib bertanya, peristiwa ini terjadi setelah ia mengalami kebutaan,
"Apakah yang membuat anakku menangis?" Mereka menjawab, "Dia ingin
duduk di atas tilam itu, tapi mereka melarangnya." "Biarkanlah dia duduk di
atas tilam itu. Sesungguhnya dia merasakan kemuliaan pada dirinya. Dan aku
berharap semoga dia memperoleh kemuliaan yang belum pernah diraih oleh
orang-orang sebelum dan sesudahnya," bela Abdul Muthalib.
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
Abdul Muthalib Berangkat Bersama Rasululla Untuk Memohon
Turunnya Hujan, Menurut Mimpi Raqiqah
140. Dari Raqiqah -ia ibu Abdul Muthalib-, ia berkata, "Beberapa tahun
berturut-turut kaum Quraisy ditimpa kekeringan dan kelaparan.
saat aku tidur atau dalam keadaan mengantuk, tiba-tiba aku mendengar
seseorang berteriak dengan suara parau. Ia berkata, "Wahai penduduk Quraisy!
Sesungguhnya Nabi yang diu tus kepada kalian ini, hari-harinya telah menaung
kalian. Ini adalah saat bintang-bintangnya bersinar. Semoga kesejahteraan dan
kesuburan datang. Ingatlah! Lihatlah seorang laki-laki di antara kalian yang
tinggi sedang, besar, dan kekar. Berkulit putih bersih, beralis lebat, dan mulus
kedua pipinya serta hidungnya mancung. Ia memiliki kewibawaan yang
melindunginya dan perilaku baik yang menuntunnya. Hendaklah ia dan
puteranya membersihkan diri. Dan dari setiap suku haruslah ada seorang laki-
laki yang datang menyertainya. Kemudian, hendaklah mereka menuangkan
air untuk mandi, memakai wewangian, dan membawa tongkat sebagai
sandaran, lalu mendaki gunung Abu Qubais. Hendaklah orang itu berdoa minta
hujan dan yang lainmengaminkan. Mintalah hujan turun, semampu kalian."
Pagi harinya, demi Allah, aku terbangun dalam keadaan takut. Kulitku
merinding dan pikiranku menjadi tidak keruan. Kemudian aku menceritakan
mimpiku. Demi kehormatandan kesucian, saudara sebayaku (Abdul Muthalib)
mendengarkan semua ceritaku lalu berkata, "Ini adalah orang tua yang te1puji."
Maka para pembesar Quraisy mendatangi Abdul Muthalib, begitu pula
utusan dari tiap-tiap suku. Mereka lalu mandi, memakai wewangian, dan
membawa sandaran (tongkat). Kemudian mereka mendaki gunung Abu
Qubais. Mereka menyusuri kedua sisi gunung itu dengan perlahan-lahan.
Begitu mereka sampai di puncak gunun& Abdul Muthalib berdiri tegak. Ia
membawa Rasulullah yang masih kecil, tapi sudah mendekati dewasa. Lalu ia
pun berdoa, "Ya Allah! Penutup segala kebutuhan, Pembuka semua kesulitan.
Engkau adalah Pemberi tahu yang tidak diberi tahu. Engkau adalah tempat
meminta yang tidak kikir. Mereka ini adalah hamba-hamba-Mu. Demi curahan
kesucian-Mu, mereka mengadukan kesulitan hidup mereka kepada-Mu. Karena
Engkau-lah yang mampu mengangkat kekurangan dan kemiskinan. Ya Allah!
Turunkanlah untuk kami hujan yang lebat dan menyuburkan."
Demi Ka'bah, mereka tidak berhenti berdoa sampai langit menurunkan
hujannya dan padang pasir tergenangi aimya. Kemudian aku mendengar para
tetua Quraisy dan pembesarnya: Abdullah bin Jad'an, Harb bin Umayyah, dan
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
-.A.L.W,A.FA
Hisyam bin Mughirah, mereka berkata kepada Abdul Muthalib, "Selamat!
Wahai Pemimpin para penghuni padang pasir. Semoga pendudukmu hidup
sejahtera." Mengenai hal ini, Raqiqah berpuisi,
"Dengan doa orang tua yang terpuji, Allah menyirami negeri kami. Setelah
sekinn lama kami kehilangan kesuburan dan hujan yang tak kunjung datang.
Di siang hnri yang teik, Din menurunknn air hujan yang deras dan bbat.
Dengan hujan itu ternak-ternak dapat hidup, dan pepohonan bisa tumbuh.
Suatu keberkahan, yang dengannya awan-aloan menurunkan hujan,
dhnugerahkan kepada pribadi yang tidak ada bandingan dan padanannya.
Anugerah Allah bagi orang yang memperoleh rizqi-Nya, dan bagi sebaik-baiknya
orang yang pada suatu hari nanti dikabarknn oleh knbilah Mudhar."l)
Abdul Muthalib Berangkat Untuk Memberikan I-Jcapan Selamat
Kepada Saif Bin Dzi Yazan Setelah Menjadi Raja, Serta Kabar Gembira
Saif Kepadanya tentang Keberadaan Rasulullah
141. Dari Ibnu Al-Kalabi, ia berkata, "saat Saif bin Dzi Yazan telah
menguasai negeri Yaman, memerangi dan membunuh orang-orang Habsyi,
para pembesar dan pemimpin bangsa Arab menghadap kepadanya untuk
memberikan ucapan selamat atas kemenangan yang telah Allah berikan
kepadanya. Delegasi itu adalah rombongan Quraisy, mereka terdiri dari lima
orang pembesar Quraisy: Abdul Muthalib bin Hasyim, Umayyah bin Abdu
Syams, Abdullah bin Jad'an, Khuwailid bin Usaid, dan Wahab bin Abdu Manaf
bin Zahrah. Mereka pergi kemudian tiba di kota Shan'a'. Sedangkan Saif bin
DziYazan sedang berada di sebuah istana yang bemama Ghumdan. Konory
istana itu adalah di antara sekian istana yang dibangun oleh pasukan jin yang
dipersembahkan untuk Ratu Bilqis atas perintah Nabi Sulaiman. Maka Abdul
Muthalib beserta teman-temannya berhenti dan meminta izin kepada Saif
untuk singgah di tempat itu, dan sangpaduka mengizinkannya.
Kemudian mereka memasuki istana. Paduka Saif duduk di atas sofa yang
terbuat dari emas. Ia dikelilingi oleh pembesar-pembesar Yaman yang duduk
di atas kursi-kursi yang terbuat dari emas. Sang paduka memakai minyak anbar,
dan aroma minyak misik tercium dari rambutnya. Mereka lalu memberi salam
penghormatan kepada sang raja. Kursi-kursi dari emas dipersembahkan bagi
mereka. Mereka pun duduk di atas kursi-kursi itu, kecuali Abdul Muthalib. Ia
berdiri di hadapan sang raja seraya meminta izin untuk menyampaikan kata
sambutannya. Sang raja berkata, "Bila engkau memang bertugas untuk
Kesempurnaan Prtbadi Nabi Muhammad
r HR. Al-Baihaqi, Ibnu Sa'ad, dan Al-Mawardi.
berbicara di hadapan raja-raja, maka bicaralah!" Abdul Muthalib segera angkat
bicara, "Wahai Paduka! Sesungguhnya Allah telah menganugerahkan
kepadamu sebuah kedudukan yang tinggl mulia, dan kuat. Dia menumbuhkan
untukmu sebuahpohon yangharum akamya dan kuatbatangnya, yangkokoh
pokoknya dan panjang rantingnya, dalam sebuah kebun yang harum dan taman
yang indah. Wahai Paduka! Engkau bagaikan musim semi bagi bangsa Arab
yang dinanti-nanti, dan musim bunga yang ditunggu-tunggu. Pendahulumu
adalah sebaik-baik pendahulu. Engkau, di antara mereka, bagi kami adalah
sebaik-baik generasi. Semoga Allah tidak akan membinasakan (kekuasaan)
pendahulumu, dan tidak akan melemahkan generasimu.
Wahai Paduka! Kami adalah penduduk tanah Haram Allah dan pelayan
rumah Altah. Kami ingin mempersembahkan kepadamu sesuatu yang
membahagiakan kami, yaitu terlepasnya kesusahan yang menghimpit kami.
Kami adalah delegasi pemberi ucaPan selamat, bukan peminta-minta."
"Apakah kalian orang-orang Quraisy yang mendiami padang pasir?"
tanya Raja Saif . "Ya," jawab mereka. Sang rajaberkata, "Selamat datang kerajaan
yang agung menyambut kedatangan kalian dengan penghormatan yang mulia.
Aku telah mendengar kata sambutan kalian. Aku telah mengetahui
kemuliaanmu. Kalian berhak memperoleh kemuliaan, pujian, sanjungan, dan
keagungan. Suatu kemuliaan bila kalian mau singgah. Dan anugrah yang
banyak untuk kalian, bila kalian pergi." Paduka raja bertanya kepada Abdul
Muthalib, "Di antara mereka, engkau siapa?" "Aku adalah Abdul Muthalib
bin Hasyim," jawabnya. "Ternyata, engkaulah yang aku inginkan dan aku
harapkan. Karena engkau adalah penghulu manusia dan pemimpim kaum.
Kalian pergilah dan istirahatlah, sampai aku panggilla$i'ujar sang raja.
Kemudian, sang raja menitahkan bawahannya untuk r4elayani dan
menjamumereka.
Sudah sebulan mereka tinggal. Tapi, sang raja belum memanggil
mereka. Pada suatu hari, sang paduka teringat. Ia lalu mengirimkan pesan
kepada Abdul Muthalib, "Datanglah padaku sendirian tanpa ditemani oleh
sahabat-sahabatmu."
Maka Abdul Muthalib pergi menghadapnya. Dan sang raja mendapati-
nya sendirian tanpa teman di sampingnya. Ia mendekati Abdul Muthalib,
kemudian mempersilahkan Abdul Muthalib duduk bersamanya di atas sofa
kebesarannya. Lalu, ia berkata, "Wahai Abdul Muthalib! Aku ingin menyampai-
kan kepadamu sebuah rahasia yang aku ketahui. seandainya bukan dirimu,
Kesempurnaan Pribadl Nabt Muhammad
AL-\TAFA,
tidaklah aku sebarkan rahasia ini kepadanya.Tapi, aku melihat dirimu dapat
dipercaya. Aku berharap rahasia ini dapat engkau jaga, sampai Allah
mengijinkan. Karena Allah Maha Pelaksana janji-Nya dan melaksanakan
urusan (yang dikehendaki)Nya."
"Semoga Allah memberimu petunjuk, wahai Paduka!" sambut Abdul
Muthalib.
Raja Saif mulai bercerita, "Aku menemukan, dalam kitab-kitab suci dan
buku-buku kuno yang menjadi koleksi pribadi dan kami jaga, sebuah berita
agun& penting, dan mulia. Dalam berita itu terdapat kemuliaan hidup dan
kesakralan mati, bagi bangsa Arab pada umumnya, bagi kaummu semuanya,
danbagimu khususnya." Abdul Muthalib berkata, "Wahai Paduka! Sungguh,
aku ingin pulang sebagaimana sepantasnya seorang utusan kembali
menemuinya. Seandainya aku tidak segan akan kemuliaan dan keagungan
raja, aku akan meminta kepadanya untuk menjadikan kebahagiaannya
sebagai kebahagiaanku pula. "
Kemudian, Raja Saif melanjutkan ceritanya, "Seorang Nabi yang diutus
setelahmu. Seorang Rasul yang berasal dari keturunanmu. Namanya
Muhammad atau Ahmad. Sekarang, waktunya ia akan dilahirkan, atau
mungkin ia sudah lahir. Bapak dan ibunya telah meninggal. Yang mengasuhnya
adalah kakek dan pamannya. (Sungguh, ia selalu Kami jaga). Allah
mengutusnya secara terang-terangan. Dia menjadikan kami sebagai
penolongnya. Dia memuliakan semua pendukungnya dan mencela semua
musuhnya. Pada hari kelahirannya, api persembahan padam. Ia menyembah
Yang Maha Esa lagi Maha Pemberi anugerah. Ia akan menghalau kekafiran
dan kezhaliman. Dan ia akan menghancurkan Lata danUzza. Sabdanya adalah
hukum. Dan hukumnya adalah keadilan. Ia memerintahkan kebaikan dan
melaksanakannya. Ia juga melarang kemungkaran dan menjauhinya." "Semoga
tinggi derajatmu dan lama keagunganmu serta panjang umurmu. Apakah
Paduka berkenan memberikan keterangary penafsiran, dan penjelasan?" kata
Abdul Muthalib menanggapi.
Raja Saif berkata, "Demi baitullah yang memakai hijab! Demi ayat-
ayat dan kitab-kitab suci! Wahai Abdul Muthalib! Tidak salah lagi, engkaulah
kakek anak itu." Maka, Abdul Muthalib segera membungkuk seraya bersujud.
"Angkatlah kepalamu! Semoga hatimu tentram, umurmu panjang, dan
urusarunu lapang. Apakah engkau tidak merasakan sesuatu dari semua yang
telah aku ceritakan kepadamu?" titah sang raja seraya bertanya.
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
"Benar, wahai Padukal Aku mempunyai seorang anak laki-laki, dan aku
kagum padanya. Maka, aku kawinkan dia dengan seorang wanita mulia dari
bangsawan kaumku yang bemama Aminah binti wahab. Kemudian Aminah
melahirkan seorang putra yang aku beri nama Muhammad atau Ahmad. Bapak
dan ibunya telah meninggal. Aku dan pamannyalah yang sekarang
menjaganya," jaw ab Abdul Muthalib.
Sang paduka berkata, "Demi Allah, dia bagimu adalah bagaikan ayahmu.
Maka jagalah dia dari musuh-musuhnya. sesungguhnya Allah tidak akan
memberikan sebuah jalan pun kepada mereka untuk menyerangnya.
Seandainya aku tahu kapan maut datang menjemput, aku akan pergi
menemuinya dengan membawa pasukan berkuda dan prajuritku. Akan
kujadikan kota Yatsrib sebagai kerajaanku. Karena aku menjumpai dalam
kitab-kitab kakek moyangku bahwa kota Yatsrib adalah permulaan dakwahnya.
penduduk kota itu adalah pendukung dan penolong dakwahnya. Di kota ini
pula makamnya berada. seandainya aku masih hidup saat ia sudah dewasa,
aku akan menjaganya dari marabahaya, dan melindunginya dari segala
gangguan. Akan aku siarkan namanya, dan aku satukan bangsa Arab setelah
ia dewasa. Seandainya aku masih hidup, akan kulakasanakan semua itu
unfuknya. Bangunlah dan segeralah pulanglah bersama teman-temanmu."
Lalu, sang raja memberikan kepada meraka masing-masing 200 unta, 10
budak Habsyi, 10 rithl (1 rithl = +2564gram = +8 ons) emas, dan dua perhiasan
berupa celak. Ia juga menitahkan kepada Abdul Muthalib seperti yang ia
titahkan kepada mereka semua. Ia berkata kepadanya, "Wahai Abdul
Muthalib! Bila Muhammad sudah besar dan dewasa, kirimkanlah kabamya
kepadaku." Kemudian mereka pergi meninggalkan sang raja, dan pulang
menuju Makkah.
Abdul Muthalib berkata, "janganlah kalian" cemburu/ karena
penghormatan sang raja kepadaku, bukan padamu, meskipun hal itu istimewa.
]uga atas kebaikannya terhadapku, meskipun hal itu berlebihan. Tapi,
cemburulah kepadaku karena suatu urusan yang ia sampaikan kepadaku
tentang kemuliaan bagiku dan orang-orang setelahku." "Apakah itu?" teman-
teman Abdul Muthalib bertanya. "Kalian akan segera mengetahuinya dalam
waktu dekat ini," jawabnya. saif menjadi raja di negeri Yaman dalam beberapa
tahun. Pada suatu hari, ia pergi ke tempat dimana ia biasa berburu. Ia pemah
menghukum seseorang dari bangsa Habsyi, karena mereka menantangnya
berperang. Suafu saat , mereka menangkapnya. Lalu, mereka membunuhnya.
Hal ini terdengar oleh raja Anusyirman. Maka, ia mengutus Hurmuz dan
Kesempurnaan Pribadt Nabi Muhammad
memerintahkannya agar tidakmembiarkan seorang kulithitam pun kecuali ia
harus membunuhnya."l)
l42.DariIbnu Abbas r$r, ia bercerita, "saat Ibnu Dzi Yazan menguasai
negeri Habsyah, setelah kelahiran Nabi, datanglah delegasi dan pembesar
Arab menghadap untuk memberikan ucapan selamat dan kata pujian
untuknya. Delegasi yang mendatanginya adalah utusan dari Quraisy. Mereka
adalah Abdul Muthalib bin Hasyim, Umayyah bin Abdu Syams, Abdullah bin
Jad'an, dan Khuwailid bin Asad. Mereka adalah sekian dari delegasi-delegasi
Quraisy yang menghadap. Mereka menemui sang raja di kota Shan'a' yang
kebetuIan singgah di istana Ghamdan, sebagaimana diungkapkan oleh
Umayyah bin Abu Shalt,
"Minumlah (rayakanlah)! Selamat atas pangkatmu yang tinggi di
Ghamdan, sebuah istana yang dianugerahkan untukmu."
Seorang delegasi meminta izin kapada sang ra;'a. Ia memberitahukan
kepadanya akan keberadaan mereka. Maka, sang raja memperkenankan
mereka tinggal. Abdul Muthalib mendekat seraya meminta izin kepada raja
DziYazNrttntuk berbicara. Sang raja bertitah kep adanya,"Bila engkau memang
bertugas untuk berbicara di hadapan raja-raja, maka kami mempersilahkan
kepadamu!"
Lalu, Abdul Muthalib berkata, "Sesungguhnya Allah telah mengaruniai-
mu sebuah kedudukan yang mulia, sulit diraih, kuat, tinggi, dan terhormat.
Dia menumbuhkan untukmu sebuah pohon yang harum akarnya dan kuat
batangnya, yang kokoh pokoknya dan panjang rantingnya, di tanah air yang
subur dan taman yang indah. Engkau adalah penguasa Arab, dan laksana
musim seminya yang subur. Engkau pemimpin bangsa Arab yang tunduk
padamu. Engkau penghulu mereka yang penuh wibawa. Engkau adalah tempat
berlindung rakyat yang datang padamu. Pendahulumu adalah sebaik-baik
pendahulu. Engkau, di antara mereka, bagi kami adalah sebaik-baik generasi.
Semoga Allah tidak akanmembinasakan (kekuasaan) pendahulumu, dan tidak
akan melemahkan generasimu. Wahai Paduka! Kami adalah penduduk tanah
Haram Allah dan pelayan rumah-Nya. Kami bangga kepadamu karena sesuatu
yang membahagiakan kami, yaitu engkau telah melepaskan kesusahan yang
menghimpit kami. Kami adalah delegasi pemberi ucapan selamat, bukan
peminta-minta." "Siapakah Engkau di antara mereka, wahai juru bicara?" tanya
sang raja. "Aku adalah Abdul Muthalib bin Has yim," jaw abny a. " J adi, engkau
Kesempurnaan Pribadt Nabi Muhammad
I HR. Al-Baihaqi, Abu Nu'aim, Ibnu Katsir, danAl-Lalika,i.
masih keturunan saudari kami, yakni kaum Anshar?" Paduka raja bertanya
kembali. "Ya," sahut Abdul Muthalib. Sang raja bertitah pada bawahannya,
"Sambutlah dia." Kemudian, sang paduka mendekati Abdul Muthalib lalu
menyambutnya beserta rombongannya. Sang raja berkata, "Selamat datang!
Kerajaan yang agung menyambut kedatangan kalian dengan penghormatan
yang mulia. Aku telah mendengar sambutan kalian. Aku telah mengetahui
kemuliaan keluargamu. Dan aku hormat pada kedudukanmu. Kalian adalah
orang-orang yang taat beribadah, siang maupun malam. Suatu kemuliaan
bila kalian mau singgah. Dan anugrah yang banyak untuk kalian, bila kalian
pergi."
Kemudian, mereka pergi menuju wisma tamu dan delegasi. Mereka
tinggal selama satu bulan, tidak bertemu dengan sang raja, dan ia tidak
mengijinkan mereka perg. Suatu saat , sang paduka memberikan sebuah
pengumuman kepada mereka. Ia mengirimkan pesan kepada Abdul Muthalib.
Sang raja mengundangnya untuk bertemu di dalam ruangan raja, dan
mengajaknya bicara secara pribadi.Ia berkata, "Wahai Abdul Muthalib! Aku
inginmenyampaikan kepadamu sebuah rahasia yang aku ketahui. Seandainya
bukan dirimu, tidaklah aku sebarkan rahasia ini kepadanya.Tapi,aku melihat
dirimu dapat dipercaya, maka aku ungkapkan rahasia ini kepadamu. Aku
berharap rahasia ini dapat engkau jaga, sampai Allah mengijinkan. Karena
sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Aku
menemukan, dalam kitab suci dan buku kuno yang kami simpan untuk dibaca
sendiri dan kami jaga agar tidak dibaca selain kami, sebuah berita agung,"
penting, dan mulia. Dalam berita itu terdapat kemuliaan hidup dan kesakralan
mati, bagi bangsa Arab pada umumnya,bagi kaummu semuanya, dan bagimu
khususnya."
"Wahai Paduka! Begitu juga, aku akan berbuat seperti Anda, menjaga
rahasia dan jujur. Lantas, apakah rahasia itu? Orang-orang badui sebagai
jaminan unfukmu dari generasi ke generasi," sahut Abdul Muthalib.
Sang raja berkata, "Bila ada seorang anak lahir di Tihamah (Makkah),
anak yang di antara kedua bahunya memancarkan keharuman, maka kelak ia
akan menjadi pemimpin. Karenanya, kamu memperoleh kemuliaan, sampai
Hari Kiamat nanti."
"Engkau telah menghapus sebuah kutukan. Sungguh, aku ingin pulang
sebagaimana sepantasnya seorang utusan kembali menemuinya. Seandainya
aku tidak segan akan kemuliaan, keluhuran dan keagungan raja, aku akan
Kesempurnaan Prlbadt Nabt Muhammad
bertanya kepada orang yang merahasiakannya dariku, apa yang bisa
membahagiakannya," tanggap Abdul Muthalib.
"sekarang, saatnya anak itu akan dilahirkan, atau mungkin ia sudah lahir.
Namanya Muhammad. Bapak dan ibunya telah meninggal. Kemudian, ia
diasuh oleh kakek dan pamannya. Allah mengutusnya secara terang-terangan.
Dia menjadikan kami sebagai penolongnya. Dia memuliakan semua
pendukungnya dan mencela semua musuhnya. Ia dan para pendukungnya
membuat manusia waspada terhadap harta dunia. Bersama mereka pula, ia
tundukkan para penguasa dunia. Ia hancurkan berhala-berhala, dan ia
padamkan api-api persembahan. Ia menyembah Sang Maha Penyayang dan ia
halau setan-setan. Sabdanya adalah hukum. Dan hukumnya adalah keadilan.
Ia memerintahkan kebaikan dan melaksanakannya. Ia juga melarang
kemungkaran dan menjauhinya," jelas sang raja.
Abdul Muthalib berkata, "Semoga leluhurmu diberkati, derajatmu
semakin ti^gg, kekuasaanmu abadi, dan semoga umurrnu panjang. Apakah
Baginda enggan memberikan keterangan yang rinci? Padahal Baginda telah
memberikan padaku beberapa keterangan?" Maka, Raja Ibnu DziYazan
berkata, "Demi Baitullah yang memakai hijab. Demi tanda-tanda matahari
terbenam. Wahai Abdul Muthalib! Tidak salah lagi, engkaulah kakek anak itu."
Maka, Abdul Muthalib segera membungkuk seraya bersujud. "Angkatlah
kepalamu! Semoga hatimu tentram dan umurmu panjang. Apakah engkau
tidak merasakan sesuatu dari semua yang telah aku ceritakan kepadamu?"
sambut sang raja.
"Wahai Paduka! Aku mempunyai seorang anak laki-laki. Aku kagum dan
sangat sayang padanya. Maka aku kawinkan dia dengan seorangwanita mulia
dari bangsawan kaumku yang bernama Aminah binti Wahab. Kemudian
Aminah melahirkan seorang putera yang aku beri nama Muhammad. Bapak
dan ibu anak itu telah meninggal. Aku dan pamannyalah yang sekarang
menjaganya," jaw ab Abdul Muthalib.
Sang raja berkata, "Semua yang aku ceritakan kepadamu sesuai dengan
keteranganmu. Maka, jagalah cucumu. Lindungilah dia dari orang-orang
Yahudi. Karena mereka adalah musuhbaginya. Allah tidak akan memberikan
suatu jalan pun kepada mereka untuk mencelakainya. Dan simpanlah rahasia
yang telah aku sampaikan kepadamu dari rombongan yang menyertaimu. Aku
kuatir ada perasaan cemburu merasuki mereka, karena kamu mempunyai
keturunan pemimpin. Mereka akan membelenggu dan mengikatmu. Mereka
Kesempurnaan Pribadt Nabi Muhammad
akan berbuat hal itu, demikian pula anak cucu mereka. Seandainya aku tahu
kapan maut datang menjemput, sebelum ia diutus, aku akan pergi dengan
membawa pasukan berkuda dan prajuritku. Akan kujadikan kota Yatsrib
sebagai kerajaanku. Karena aku menjumpai dalam kitab suci dan buku kuno
bahwa kota Yatsrib adalah permulaan dakwahnya. Penduduk kota itu adalah
pendukung dakwahnya. Di kota ini pula makamnya berada. Seandainya aku
bisa menjaganya dari marabahaya, dan melindunginya dari segala gangguan,
akan aku siarkan perihalnya saat ia masih kecil. Dan aku satukan bangsa Arab
setelah ia dewasa. Akan tetapi, aku serahkan semua itu kepadamu, tak
terkecuali orang-orang yang menyertaimu." Kemudiary sang raja memberikan
kepada meraka masing-masing 10 budak laki, 10 budak perempuan, L00 unta,
dua perhiasan berupa celak, L0 rithl (1 rithl = +2564 gram = +8 ons) emas, 10
rithl perak, dan 10 botol penuh berisi minyak ambar. Sedangkan kepada Abdul
Muthalib, sang raja memberikan sepuluh kali lipat dari itu, seraya berpesan
kepada Abdul Muthalib, "Bila sudah lewat satu tahun, datanglah kepadaku."
Temyata, Raja Ibnu DziYazrrmeninggal sebelum satu tahun berlalu.
Abdul Muthalib sering berkata, "Wahai penduduk Quraisy! jangan sampai
salah satu dari kalian cemburu kepadaku atas kemewahan pemberian Raja
Ibnu Dzi Yazarr, sekalipun hal itu berlebihan. Karena semua pemberian ifu
akan musnah. Tapi, hendaknya ia cemburu kepadaku atas seseorang, yarrg
aku dan orang-orang setelahku selalu menyebutnya, memujinya, dan
memuliakannya." Kemudian ia ditanya, "Kapan hal itu terjadi?" "Akan segera
diketahui dalam waktu dekat ini," jawab Abdul lr{uthali!.tr
Meninggalnya Abdul Muthalib
Mereka meriwayatkan, "saat ajal mendekati Abdul Muthalib, ia
berwasiat kepada Abu Thalib agar menjaga dan melindungi Muhammad. Ia
berkata kepada putri-putrinya, "Tarrgssilah diriku, aku akan mendengarkan."
Maka, masing-masing dari mereka menangisinya seraya membacakan
sebuah syair. saat Abdul Muthalib mendengar ungkapan Umaimah, karena
lidahnya sudah kelu, ia menggerakkan kepalanya mengisyaratkan, "Ya, engkau
benar. Oleh karena itu, engkau ada." Inilah syaimya,
"Mata kami penuh oleh linangan air mata,
menangisi seorang penyabar dan tempat minta perlindungan.
Seorang knkek mulia yang selalu menyalakan kayu bakar.
Kesempurnaan Pribadi Nabt Muhammad
r' Ibid
Yang berwnjah tampan dan tinggi kedudukan.
Orang tua yang terpuji, yang memiliki sifat mulia, agung, dan luhur.
Yang mempunyai keistimewaan dan kelebihan dalam majlis-majlis pertemuan,
yang suka memberi dan penyantun.
Maut menjemputnya.
la pasti mengenainya seiring dengan perputaran malam dan perjalanan taqdir."
Ada yang menyebutkary "Abdul Muthalib meninggal dalam umur 82
tahun." Ada pula yang mengatakan, "Dalam umur 110 tahun." Sedangkan
menurut yang lain, "Berumur 120 tahun."
143. Rasulullah ffi nemah ditanya, "Ingatkah anda pada wafatnya Abdul
Muthalib?" "Ya," jawab Rasul. "Aku wakfu ifu berumur delapan tahun " lanjut
beliau.
144. Ummu Aiman berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah W O,
samping tempat tidur Abdul Muthalib sedang menangis."
145. Dari Ibnu furaij, ia berkata, "Kami duduk bersama Atha'bin Abu
Rabah di dalam Masjidil Haram. Kami membicarakan tentang Ibnu Abbas
dan ibadahnya. Sedangkan Ali bin Abdullah melaksanakan thawaf di
belakang-nya. Lantas, kami takjub pada kesempurnaan perawakan dan
ketampanan wajah mereka berdua."
Atha'berkata, "Alangkah tampannya mereka berdua, terlebih lagi
Abdullah bin Abbas! saat aku melihat rembulan pada malam ke empat
belas, waktu itu aku sedang berada di masjid, terbit dari balik gunung Abu
Qubais, aku teringat akan wajah Abdullah bin Abbas. Kami pernah duduk
bersamanya dalam sebuah ruangan. Tiba-tiba datanglah seorang badui yang
tua renta dari Bani Hudzail. Ia bersandar pada tongkatnya. Kemudian, ia
bertanya kepada Ibnu Abbas tentang suafu masalah, maka ia punmemberikan
penjelasan pada orang tua itu. Lalu, si kakek itu bertanya kepada jamaah di
dalam masjid, "Siapakah pemuda itu?"
"Dia adalah Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib," jawab mereka.
Lantas, orang tua itu berkata, "Maha Suci Allah! Belum pemah aku melihat
ketampanan seperti ketampanan Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib."
146. Atha'berkata, aku pemah mendengar Ibnu Abbas berkata, aku telah
mendengar ayahku berkata, "Abdul Muthalib adalah orang yang paling tingg
perawakannya dan yang paling tampan wajahnya. Setiap orang yang
memandangnya pasti akan tertarik kepadanya. Ia mempunyai sebuah sofa
dalam sebuah ruangan, yang tidak boleh diduduki orang lain selain dirinya.
Tak seorang pun berani duduk di atas sofa itu. Sebuah perkumpulan Bani
Kesempurnaan Pribadl Nabl Muhammad
Quraisy, Harb bin Umayyah beserta bawahan-bawahannya, duduk di sekitar
tilam itu. Lalu, pada suatu saat , datanglah Rasulullah, beliau masih kecil
belum dewasa. Kemudian, beliau duduk di atas tilam itu. Namun, seseorang
mengangkat beliau dari tempat itu. Maka, Rasulullah W menangis.
Sehingga, Abdul Muthalib bertanya, peristiwa ini terjadi setelah ia mengalami
kebutaan, "Apakah yang membuat anakku menangis?" Mereka menjawab,
"Dia ingin duduk di atas tilam itu, tapi mereka melarangnya." "Biarkanlah
dia duduk di atas tilam itu. Sesungguhnya dia merasakan kemuliaan pada
dirinya. Dan aku berharap semoga dia memperoleh kemuliaan yang belum
pernah diraih oleh orang-orang sebelum dan sesudahrtya," bela Abdul
Muthalib."
"Abdul Muthalib meninggal pada waktu Nabi ffi berumur delapan
tahun. Nabi berada di samping jenazahnya sambil menangis sampai jenazah-
nya dimakamkan di desa Hujun," ungkap Atha'.
"Abdul Muthalib dimakamkan di desa Hujury" tegas Atha'. Sesungguh-
nya Rasulu[afr ffi dititipkan kepada Abu Thalib karena Abu Thalib dan
Abdullah adalah saudara seibu, begitu pula Al-Zubair. Namun, mengenai
sebab-sebab pengutamaan Abu Thalib, ada tiga pendapat. Pertama, wasiat
Abdul Muthalib kepadanya. Kedua, mereka berdua mengadakan pilihan. Dan
temyata, pilihan jatuh pada Abu Thalib. Ketiga, Rasulullah ffi memilitrny2
sendiri.
Abu Thalib Mengasuh Nabi
148. Dari Ibnu Abbas, ia berkata, "saat Abdul Muthalib telah wafat,
Abu Thalib mengajak Rasulullah kepadanya. LaIu, beliau tinggal bersamanya.
Abu Thalib adalah orang yang tak berharta. Ia sangat mencintai Nabi, tidak
seperti cintanya kepada anaknya sendiri. Ia tidak tidur kecuali di samping
beliau. Bila Nabi keluar, ia pun ikut keluar menemaninya. Ia sangat merindukan
Nabi yang kerinduannya belum pernah ia rasakan terhadap sesuatu apapun.
Ia sangat memperhatikan makanan Nabi. Bila keluarga Abu Thalib makan
bersama atau sendiriary mereka tidak merasa kenyang. Tapi, bila Rasulullah
makan bersama mereka, mereka merasa kenyang. Maka, apabila Abu Thalib
mengajak makan keluarganya, ia berkata, "Sebagaimana halnya kalian, aku
tidak akan makan sampai anakku datang." Kemudian datanglah Rasulullah
ffi, *"ku ia pun makan bersama mereka. Keluarga Abu Thalib selalu
menyisakan makanan mereka. Bila Rasul tidak bersama mereka, mereka tidak
Kesempurnaan Prlbadi Nabl Muhammad
kenyang. Sehingga Abu Thalib berkata, "Sungguh, engkau membawa berkah."
Di waktu pagi, anak-anak terlihat kotor dan kusut. Sedangkan Nabi, ia terlihat
segar dan bercelak.
148. Dari Amr bin Sa'id, ia berkata, "Abu Thalib pernah menghamparkan
bantal agar ia bisa duduk di atasnya. Lalu, datanglah Nab, beliau masih
kanak-kanak, seraya duduk di atas bantal itu. Maka Abu Thalib berkata, "Demi
Tuhannya Rabi'ah! Sesungguhnya anak saudaraku ini akan memperoleh
anugerah yang luar biasa.""
149. Dari Amr bin Sa'id, bahwa Abu Thalib pernah berkata, "Aku berada
di kota Dzulmaiaz.Aku bersama anak saudaraku, -yakni Nabi ffi -. Lalu, rasa
haus menyerangku. Aku mengadu kepadanya seraya berkata, "Wahai putra
saudaraku! Aku haus." Apa yang aku katakan padanya, aku melihat bahwa
dirinya mempunyai sesuatu kecuali lapar. Kemudian Nabi menggerakkan
pahanya dan furun. Lalu, beliau bertanya, "Wahai Pamanda! Apakah engkau
haus?" "Ya," jawabku. Beliau kemudian menancapkan tumibrya pada tanah
dan muncullah air. Beliau berkata, "Minumlah wahai Pamanda!" Maka aku
punminum."
Keberangkatan Rasulullah ke Negeri Syam Bersama Pamannya Abu
Thalib dan Pertemuan Mereka dengan Pendeta Buhaira
150. Dari Daud bin Al-Husain, ia berkata, "saat Abu Thalib pergi ke
negeri Syam, ia membawa Nabi pergi bersamanya unfuk pertama kalinya.
Waktu itu, Nabi berumur dua belas tahun. Kemudian, sampailah kafilah mereka
berdua di kota Bashra, bagian dari negeri Syam. Di kota itu, ada seorang
pendeta, yang tinggal di sebuah tempat pertapaan miliknya. Pendeta-pendeta
Nasrani tinggal di tempat itu untuk mencari kitab yang ingin mereka pelajari.
Kafilah itu tiba di sebuahbiara milik Buhaira. Mereka sebenamya sering
lewat tempat itu. Hanya, mereka tidak menyapa penghuni biara itu. Pada
keberangkatan tahun ini, mereka singgah di sebuah rumah, tidak jauh dari
biara Buhaira. Mereka pemah singgah di rumah itu sebelumnya. Setiap kali
kafilah mereka lewat, Buhaira menyiapkan makanan buat mereka, dan
mengundang mereka. Yang memotivasinya untuk mengundang kafilah tersebut
adalah bahwa ia pernah menyaksikan saat mereka berjalan, ada awan yang
selalu menaungi Rasululhh ffi , sedang lainnya tidak. Kemudian, rombongan
itu berhenti di bawah sebuah pohon. Ia melihat awan tadi menaungi pohon
tersebut. Lantas, ranting-ranting pohon itu menjadi rindang menaungi
Kesempurnaan Prlbadi Nabl Muhammad
Rasululhh ffi . Sehingga, beliau dapat berlindung di bawah pohon itu. Melihat
peristiwa itu, Buhaira keluar dari biaranya. Ia menyiapkan makanan lalu
membawanya. Kemudian, ia mengirimkan pesan kepada kafilah tadi seraya
berkata, "Aku telah menyiapkan hidangan buat kalian wahai penduduk
Quraisy. Aku senang bila kalian semua sudi menikmatinya, dan tidak
meninggalkan seorang pun dari kalian, baik dia muda, tua, merdeka, ataupun
budak. Ini merupakan kehormatan unfukku bila kalian sudi menerimanya."
Lantas, seseorangbertanya kepadanya, "Engkau anetu wahai Buhaira! Engkau
tidak pernah berbuat demikian. Bagaimanakah sebenarnya keadaanmu
sekarang?" "Sungguh, Aku ingin menjamu kalian, karena kalian berhak
menerimany a," jaw abnya singkat.
Maka, rombongan itu datang kepadanya. Sedangkan Rasululhh ffi
tertinggal dari mereka, karena Nabi masih terlalu muda dan beliau memang
yang paling muda umurnya di antara mereka, di atas kendaraan kafilah,
dibawah sebuah pohon. saat Buhaira melihat rombongan Quraisy datang,
ia tidak melihat tanda yang ia saksikan dan dapatkan pada diri Rasul. Ia mulai
melihat-lihat, tapi ia tidak menyaksikan awan di atas salah seorang dari
mereka. fustru, ia melihat awan itu tertingal menaungi Rasulullah. Lantas,
Buhaira berkata, "Wahai penduduk Quraisy! Jangan sampai ada seseorang
di antara kalian yang tertinggal untuk menikmati hidanganku."
"Tak seorang pun yang tertinggal, kecuali seorang anak kecil. Ia yang
paling muda di antara rombongan kami," jawab mereka. "Ajaklah dia untuk
menikmati hidanganku. Alangkah buruknya, bila kalian datang dan temyata
masih ada seseorang yang tertinggal. Padahal, aku melihat orang itu anggota
dari rombongan kalian," ujar Buhaira.
Mereka lalu menjawab, "Demi A1lah, dia adalah keturunan pimpinan
kami. Dia adalah anak saudara kami, yaitu orang ini. Mereka menunjuk pada
Abu Thalib. Dan anak itu adalah cucu Abdul Muthalib."
Al-Harits bin Abdul Muthalib berkata, "Kami malu telah meninggalkan
cucu Abdul Muthalib dari kami." Ia segera pergi menemui Nabi' Ia
menggendongnya lalu membawanya menghadiri jamuan. Dan awan terus
menaungi kepala beliau.
Sedangkan Buhaira mulai memperhatikan beliau dengan seksama.Ia
melihat semua hal yang ada pada beliau, yang telah ia temukan pada diri beliau
sebagai tanda keistimewaanya.
Kesempurnaan Prlbadl Nabt Muhammad
Setelah mereka bubar dari jamuary pendeta Buhaira mendatangi Nabi
seraya berkata, "Wahai anak kecil! Aku ingin bertanya kepadamu, demi Lata
danUzza, sudilah kiranya bila engkau menjelaskan padaku apa yang akan
kutanyakan kepadamu."
"fanganlahengkau bertanya demi Lata dan Uzza. DemiAllah, aku sangat
membenci keduarry a," jawab Rasulullah ffi .
"Baiklah! Demi Allah, sudilah kiranya bila engkau menjelaskan padaku
apa yang akan kutanyakan kepadam!," bujuk Buhaira. "Tanyalah apa yang
ada dalam benakmu," ujar Nabi.
Maka, Rasulullah ffi menjetaskan kepadanya. Temyata, penjelasan itu
sesuai dengan data yang ia miliki. Kemudian, ia melihat kening Rasul, dan
memeriksa punggung beliau. Ternyata, ia melihat tanda kenabian di antara
kedua bahu Rasul, di mana tempat tanda itu sesuai dengan data yang ia miliki.
Lalu, ia mencium tempat tanda kenabian itu. Maka, orang-orang Quraisy
berkata, "Sesungguhnya Muhammad, di mata pendeta itu, mempunyai
keistimewaan." Melihat perlakuan pendeta itu, Abu Thalib mulai merasa
kuatir terhadap putera saudaranya. Pendeta ifu bertanya," Apdhubunganmu
dengan anak ini?" "Dia adalah anakku," jawab Abu Muthalib.
"Benarkah dia anakmu? Bukankah ayah anak ini sudah tiada?" sangkal
pendeta ifu. "Memang, dia adalah anak saudaraku," bela Abu Thalib.
Pendeta itu bertanya, "Apakah yang terjadi dengan ayahnya?" "Ayah
anak ini meninggal saat ibunya sedang mengandungnya," j awab Abu Thalib.
"Kemudiary apakah yang terjadi dengan ibunya?" tanya pendeta itu kembali.
"Ia meninggal baru-baru ini," jawabnya. Lantas, pendeta ifu berkata "Engkau
benar. Bawalah anak saudaramu ini pulang ke negerinya dan lindungilah dia
dari orang-orang Yahudi. Demi Allah, bila mereka melihatnya dan
mengenalinya sabagaimana aku mengenali dirinya, niscaya mereka akan
berbuat jahat padanya. Karena pada diri anak saudaramu ini terdapat suatu
keistimewaan yang luar biasa, yang kami ketahui lewat kitab suci kami dan
riwayat yang disampaikan kakek moyang kami. Ingatlah! Aku telah sampaikan
nasehat ini kepadamu."
saat kafilah Quraisy selesai berdagang, Abu Thalib segera membawa
Nabi pergi. Namun, beberapa orang Yahudi telah melihat Nabi dan mengenali
keistimewaan beliau. Maka, mereka ingin menangkap beliau. Lalu, mereka
pergi menemui pendeta Buhaira dan melaporkan perihal anak itu. Sang pendeta
Kesempurnaan Pribadl Nabl Muhammad
benar-benar melarang mereka. Seraya bertanya, "Benarkah kalian telah
mengenali keistimewa anrry a? "
"Ya," jawab mereka. "Kalian tidak akan memperoleh kesempatan
untuk menangkapnya. Percayalah kepadanya dan biarkanlah dia pergi," ujar
pendeta itu. Dan pulanglah Abu Thalib. Setelah peristiwa ini, ia tidak lagi
membawa Rasul pergi, karena ia kuatir pada beliau.l)
151. Dari Abu Bakar bin Abu Musa, ia berkata, "Abu Thalib pergi menuju
Syam. Rasulullah ffi it"t bersamanya, ditemani oleh kepala-kepala suku
Quraisy. saat rombongan bertemu sapa dengan seorang pendeta, padahal
sebelumnya mereka sering bertemu dengan pendeta itu tapi ia tidak keluar
menemui dan menengok mereka, mereka menambatkan kendaraan-kendaraan
mereka.
Sang pendeta keluar menemui rombongan dan berbincang-bincang
dengan mereka. Kemudian datanglah Nabi. Lalu, pendeta itu memegang
tangan Rasulullah seraya berkata, "Inilah penghulu seluruh alam. Inilah
utusan Tuhan alam semesta. Orang ini diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi
sekalian alam." "Apa dasarmu mengatakan demikian?," tarrya kepala-kepala
suku Quraisy kepada si pendeta.
Pendeta itu menjawab, "saat kalian turun dari bukit, seluruh bafu dan
pohon bersujud. Batu-batu dan pohon-pohon tersebut tidak akan sujud
kecuali kepada seorang Nabi. Aku mengenaLnya melalui tanda kenabian
berbentuk seperti buah apel, yang terletak di (bawah) tulang pundaknya."
Kemudian, pendeta itu pulang. Ia menyiapkan sebuah jamuan buat
mereka. saat ia membawa jamuan itu kepada mereka, Nabi sedang berada
di rerumputan, tempat unta beristirahat. Maka, sang pendeta berkata,
"Susullah dia!"
Maka, Nabi pun datang, dan ada awan yang menaungi di atasnya.
Setelah Nabi dekat dengan rombongan itu, ternyata mereka lebih dulu sampai
di bawah bayang-bayang pohon. saat Nabi duduk, bayang-bayang itu
condong ke arah beliau. Si pendeta itu pun berkata, "Lihatlah! bayang-bayang
pohon itu condong ke arahnya."
saat si pendeta berdiri di hadapan rombongan Quraisy, ia menasehati
mereka agar mereka tidak pergi membawa Nabi ke negeri Romawi. Sebab,
bila bangsa Romawi melihat dan mengenalinya lewat sifat istimewanya,
Kesempurnaan Prlbadl Nabt Muhammad
r HR.Al-Baihaqi,Dall'ilAn-Nubuwwah
pastilah mereka akan membunuhnya. Lalu, pendeta itu menoletr, ternyata ia
melihat tujuh orang yang datang dari Romawi. Ia menyambut mereka seraya
berkata, "Sesuatu apakah yang membuat kalian datang?" "Kami mendengar
kabar bahwa Nabi umat ini pergi keluar pada bulan ini. Tak ada jalan kecuali
dengan mengirim beberapa utusan. Kami diberitahu tentang dirinya. Oleh
karena itu, kami diutus ke tempatmu ini," jawab mereka. "Apakahdibelakang
kalian ada seseorang yang lebih baik dari kalian," tanya pendeta. "Tidak," jawab
mereka. "Apakah kalian tidak berpikir, bila Allah menginginkan sesuatu,
siapakah yang dapat membatalkannya?," pendeta itu bertanya. "Tidak " jawab
mereka. (Lalu, mereka membai'atnya dan tinggal bersamanya) Sang pendeta
kemudian berkata, "Aku bersumpah kepada kalian dengan nama Allah,
siapakah wali anak ini?" " Aku," jawab Abu Thalib. Pendeta ifu terus menasehati-
nya sampai berpisah. Dan sang pendeta menrberinya bekal kue.1)
Keikutsertaan Nabi pada Perang Fijar
Perang Fijar awal terjadi pada waktu Rasul berumur sepuluh tahun,
perang ini terjadi 3 kali.
Yang pertama, sebabnya adalah suatu hari Badr bin Mi'syar Al-Ghiffari,
berlagak di depan banyak orang dengan membentangkan kakinya dan
berkata, "Aku adalah orang yang paling mrtlia dari penduduk Arab, siapa
yarlg merasa lebih mulia lagi, maka tebaslah ia dengan pedang." Seseorang
dari Bani Ash bin Muawiyah yang bemama Al-Ahmar bin Mazin, melompat
dan menebasnya dengan pedang pada lututnya sehingga melukainya, maka
terjadilah peperangan.
Yang kedua, sebabnya bahwa suatu hari ada seorang perempuan dari
suku Bani Amir yang duduk di pasar Ukazh. Lalu, beberapa pemuda dari Bani
Kinanah mengelilinginya dan meminta agar ia membuka tutup mukanya.
Namur., ia enggan. Salah satu di antara mereka menghampiri kemudian
duduk di belakar:gnya, lalu mengikatkan ujung kain baju panjangnya pada
sebuah duri. Pada saat perempuan itu berdiri, terbukalah bagian belakangnya
(dubur). Lantas, mereka menertawakannya dan berkata, "Engkau melarang
kami melihat wajahmu, tapi membiarkan kami melihat pantatmu!" Perempuan
itu berteriak, "Wahai Bani Amir (tolonglah!)" Mereka pun datang dengan
1 HR. At-Timidzi, Al-Baihaqi, Al-Hakim, dan Ibnu Katsir. At-Tirmidzi berkata bahwa hadits ini lud,its hasan
g/rarib. Menurut Al-Hakim, hadits ini s/ratil sesuai dengan syarat Bukhari-Muslim, namun Adz-Dzahabi
berkorrentar bahwa hadits di atas adalah mud.hu.' dan bathil.
Kesempurnaan Prtbadt Nabl Muhammad
membawa seniata. Maka terjadilah peperangan dengan Bani Kinanah dan
terjadilah pertumpahan darah antara mereka. Kemudian, datanglah Harb bin
Umayyah untuk mendamaikan mereka dan menyuruh Bani Amir merelakan
dari perkara yang terjadi pada teman (wanita) mereka itu.
Yang ketiga, disebabkan oleh seseorang dari Bani Jasym bin Amir yang
mempunyai hutang kepada seseorang dari Bani Kinanah. Namun, ia berkelit
tentang hutangnya itu. Sehingga, terjadilah pertengkaran antara mereka. Dan
terjadilah peperangan antara kedua suku ini. Lalu, Ibnu jud'an mendamai-
kan masalah ini dengan hartanya. Sedangkan Rasul tidak ikut serta dalam
peristiwa ini.
Adapun perang Al-Fijar kedua, terjadi antara Suku Hawazin dan Quraisy.
Dinamakan demikian, sebab Bani Kinanah dan Hawazin menghalalkan
peperangan di Al-Haram, dan mereka menimbulkan pertengkaran. Sehingga,
terjadilah peperangan antara keduanya.
152. Rasulullahffihadir pada waktu itu dan berkata, "Aku membawa-
kan anak panah untuk paman-pamanku pada saat perang Al-Fijar."l)
Maksudnya, "Aku memberikan anak panah untuk mereka." Pada saat itu,
Rasulullah berumur 14 tahun, dan ada yang mengatakan 20 tahun.
Kehadiran Nabi pada Peristiwa HilfulFudhul
Peristiwa ini disebabkan oleh suku Quraisy yang sering berbuat aniaya
di tanah Al-Haram.
Abdullah bin Jud'an dan Az-ZubairbrnAbdul Muthalib berkata, "Mereka
mengajak saling bersumpah untuk membela orang yang teraniaya. Mereka
menyepakatinya dan melakukannya di kediaman Ibnu Jud'an."
153. Diriwayatkan dari Abu Ubaidah, iaberkata, "Sebab terjadinya Hilful
Fudhul adalah bahwa seseorang dari Yaman membawa barang dagangan ke
Makkah. Lalu, seseorang dari Bani Hasyim membeli barang itu dan berusaha
ingin mendapatkan kembali uangnya. Orang Yaman itu tidak mau, dan
meminta barangnya. Namun, si pembeli juga enggan. Lantas, orang Yaman ifu
duduk di atas batu dan berkata,
"Wahai penduduk Fahr! Di Makkah ada seseorang yang hartanya dizhalimi,
yang iauh tempat tinggal dan kerabatnya.
Apakah ada di antara Bani Sahm yang bisa menyelesaikan permasalahan ini?
Kesempurnaan Prlbadl Nabt Muhammad
I HR. Ibnu Katsir 21290.
Ataukah ia juga berada dalam kesesatan dan bertujuan mendapatkan harta itu
pula?"
Abu Ubaidah berkata, "Menurut sebagian ulama, penyebabnya adalah bahwa
Qais bin Syabbah As-Sulami menjual barangnya kepada Ubay bin Khalaf.
N amun, Ubay be rkelit dan membawa p e r gi bar an g itu. Maka Qais p un memint a
perlindungan dan bantuan dari seseorang dari lumah, namun ternyata ia tidak
memenuhi permintaannya itu. Maka Qais berkata,
"Wahni suku Qushni, bagaimana hal ini teriadi di Al-Haram,
sedangkan ini tempat kehormatan dan perilaku mulia.
Aku dizhalimi dan orang yang berbuat zhalim tidak dilarang."
Al-Abbas dan Abu Sufyan pun membelanya, sehingga mereka
mengembalikan haknya. Orang-orang dari Qais berkumpul di rumah Abdullah
bin Jud'an, mereka berjanji untuk memberantas kezhaliman di Makkah.
Sehingga, tak seorang pun berbuat zhalim kecuali mereka mencegahnya, dan
mengambil hak lalu mengembalikannya pada yang dizhalimi. Sumpah
mereka ini dilaksanakan di kediaman Abdullah bin Jud'an.
154. RasulullaJ;. Wberkata,
"Aku menyaksiknn peristiwa Hilful fudhul di kediaman lbnu lud'an. Ini lebih
kusukni daripada mendapatknn unta merah, jikn aku diajak untuk seperti itu pada
saat Islam telah ada, maka akan kupenuhi."r)
Sekelompok orang Quraiiy berkata, "Demi Allah, itu adalah keutamaan
dari sumpah. Maka, dinamakanlah dengan Hilful Fudhul."
155. Az-Zubair berkata, yang lain mengatakan, "Mereka saling bersumpah
seperti sumpah yang dilakukan dalam suku ]urhum pada permasalahan itu,
bersepakat untuk tidak membiarkan adanya kezhaliman di Makkah. Nama-
nama mereka itu adalah Al-Fadhl bin Syira'ah, Al-Fadhl bin Bidha'ah, Al-Fadhl
binQudha'ah."
156. Az-Zubair berkata, Abdul Aziz bin Umar Al-'Anasi bercerita
kepadaku dan berkata, "Para peserta Hilful Fudhul yaitu suku Bani Hasyim,
Bani Al-Muthalib, Bani Asad bin Abdul lJzza, Bani Zuhrah, Bani Taym.
Mereka salingbersumpah dengan menyebut nama Allah, bahwa tak seorang
pun yang dizhalimi kecuali mereka semua membela yang dizhalimi, sehingga
mereka mengambilkan apa yang diambil secara zhalim kepadanya dari yang
berbuat zhalim; baik itu orang mulia ataupun hina."
157. Az-Zrtbair berkata, Ihrahim bin Hamzah berkata, diceritakan dari
kakekku, Abdullah bin Mush'ab, dari ayahnya berkata, "Peristiwa ini dinama-
Kesempurnaan Prtbadl Nabl Muhammad
r IIR. Al-Baihaqi, Ibnu IGtsir, dan Al-Qurthubi.
kan dengan Hilful Fudhul karena dari suku furhum ada orang-orang yang
mengembalikan barang-barang yang diambil secara zhalim, yaitu Fudhail,
Fudhal, Mafdhal, dan Fadhl, oleh karena itu dinamakan sebagai Hilful
Fudhul.l\"
1,58. Az-Zubair berkata, Muhammad bin Husein menceritakan kepad aku
dari Naufal bin Imarah, dari Ishak bin Al-Fadhl berkata, "Orang Quraisy
menamakan sumpah ini dengan Hilful Fudhul karena di antara oranglurhum
yang bernama Al-Fadhl, Fadhdhal, dan Fudhail. Mereka bersumpah seperti
sumpah yang diucapkan Al-Fudhail ini."
159. Dari Ma'ruf bin Kharbudz berkata, "Bani Hasyim, Bani Al-Muthalib,
Asad, dan Taym saling mengajak dan bersumpah bahwa mereka tidak
akan membiarkan di seluruh Makkah dan Habasyah seorang pun yang
dizhalimi. Mereka mengajak untuk menolongnya dan membalas kezhaliman
itu untuknya (memberikan haknya), dan mengemukakan untuknya alasan
tentangitu."
Orang-orang baik tidak menyenangi peristiwa ini dan sumpah-sumpah
ini seluruhnya, dan menamakannya dengan Hilful Fudhul, sebagai celaan
baginya, dan mereka berkata, "Ini adalah perbuatan yang tidak berguna." Maka
dinamakanlah dengan Hilful F udhul.2t
160. Dari Hakim bin Hizam ia berkata, "Hilful Fudhul adalah peristiwa
yang mengalihkan orang Quraisy dari perang Al-Fijar. Sedangkan, Rasul ffi
pada saat itu berumur 20 tahun."
161. Selain Adh-Dhahhak mengatakan, "Bahwa perang Al-Fijar terjadi
pada bulan Syawal. Sedangkan, Hilful Fudhul terjadi pada bulan Dzulqa'dah.
Ini adalah sumpah yang termulia, orang pertama yang mengajaknya adalah
Az-Zu.bair bin Abdul Muthalib, Suku Bani Hasyim, Bani Zuhrah, Taym.
Mereka berkumpul di rumah Abdullah bin jud'an. Ia membuatkan makanan
untuk mereka. Mereka saling bersumpah dan berjanji bahwa mereka akan
membela orang-orang yang dizhalimi sampai haknya dipenuhi, dan untuk
saling tolong-menolong dalam kehidupan. Orang Quraisy menamakan yang
demikian ini sebagai Hilful Fudhul."
762. DariJubair bin Muth'im berkata, Rasulullah,ffi bersabda,
2 Maksudnya nama-nma mereka memiliki akar katayangsamadaifadhl, maka berkmpulnya orang-orangitu
disebfi hilful fudlral (persekutuan orang-orang yang bemama fad.hl dan kata bentukannya). (Edt)
r Ini adalah alaun lain pemman hilfulfudhul-Salah satu makna/zdlrzl adalah perbutan yangsia-sia &n tidak
berguna. I(arena itu, kaum yang tidak setuju menyebutnya dengan nama itu sebagai celaan. (Edt)
Kesempurnaan Pribadt Nabi Muhammad @
"Tidaklah unta merah lebih kusenangi dari pada peristiwa Hilful Fttdhtil yang
aku ttrrttt serta di rumah lbrut lud'an.likn aku diajaklagi untukmelakukannya,
maka akan aku penuhi."l)
Ini adalah Hilful Fudhul. Muhammad bin Amr berkata, "Tidak diketahui
apakah telah ada seseorang dari Bani Hasyim yang telah melakukan sumpah
ini."
163. Dari Abdurrahman bin Auf, bahwa Rasulullah ffi bersabda,
" Aku meny aksiknn Hilful Fudhtil bersama paman-pamanku, padahal aku masih
kecil. Tidaklahkusuknibila aktt mempunyai unta merah tapiharus membatalknn
sumpah ini."2)
Muhammad bin Habib Al-Hasyimi menyebutkan bahwa sumpah ini
terjadi lima tahun sebelum Rasulullah ffi diberitan wahyu.
Ibadah Rasulullah Sebelum Masa Kenabian
Sejak kecil, Rasulullah membenci berhala. Ia tidak menoleh kepadanya.
Kerabatnya menyuruh ia ikut pergi bersama mereka menuju ke tempat
berhala. Namun, ia tidak mau dan tidak mendekatinya, bahkan mencelanya.
164. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas W, ru berkata, Ummu Aiman
mencerita-kan kepadakt), "Ada sebuah patung yang bernama Bawwanah,
yang dikunjungi dan diagungkan oleh orang Quraisy. Mereka menyembah
berhala itu, menggunduli rambut mereka di sisinya, duduk di dekatrya seharian
sampai malam. Ritual ini dilakukan sekali dalam setahun. Abu Thalib beserta
pengikutnya pun menghadirinya. Ia mengajak Rasul menghadiri acara
peringatan itu. Namun, Rasul menolak. Sehingga, kulihat Abu Thalib dan
bibi-bibi beliau sangat marah kepada beliau. Bibi-bibinya berkata, "Kami
mengkuatirkan perbuatanmu menjauhi Tuhan kami ini. Apa yang kau inginkan,
wahai Muhammad? Engkau tidak menghadiri upacara mereka ini dan tidak
meramaikan acara mereka."
Mereka selalu bertanya seperti itu, sehingga beliau pergi menjauh dan
menghindar ke mana saja. Lalu, beliau pulang dengan rasa gelisah dan takut.
Bibi-bibinya berkata, "Apa yang terjadi padamu?" Beliau berkata, "Aku takut
menjadi gila." Mereka berkata, "Allah tidak akan mencobakan kamu dengan
setan sebab pada dirimu terdapat sifat-sifat baik. LaIu, apa yang kau lihat?"
L ThabaqatlbnuSa'ad, 1182.2 HR.Ahmad, U190.
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
Beliau menjawab, "Pada setiap aku mendekati berhala, tampaklah olehku
seorang laki-laki yang putih dan tinggi berteriak kepadaku, 'Hati-hati hai
Muhammad, jangan kau sentuh itllt"'l)
Ummu Aiman berkata, "Beliau tidak kembali menuju perayaan mereka
sampai diangkat menjadi Nabi."
165. Dari Muhammad bin Amr, dari guru-gurunya mereka berkata,
Rasulullah ffi b"rtrtu kepada Buhaim, "langan kau bertanya kepadaku dengan
menyebut Latta dan Uzza. Demi Allah, aku sangat membenci lceduanya."z)
166. Ahmad bin Hanbal berkata, "Siapa yang mengatakan bahwa
Rasulullah ffi sebelupnya adalah penganut agama kaumnya, maka itu
adalah perkataan yang keji. Bukankah beliau tidak memakan apa yang
dipersembahkan untuk berhala?"
167. ltbuAl-Wafa, Ali bin Uqail berkata, "Rasulull*W sebelum diutus
dan diberikan wahyu telah memeluk ajaran syariat Ibrahim yang masih
mumi."
Adapun setelah diutusnya beliau, apakah beliau beribadah dengan
syari'at Nabi sebelumnya?
Terdapat dua riwayat;
Yang pertama, beliau telah beribadah dengan ajaran-ajaran yang benar
dari syari'at-syari'at nabi sebelumnya melalui wahyu yang diberikan
kepadanya, bukan dari arahan ilmu dan kitab-kitab kaumnya. Pendapat
ini dikatakan oleh Abu Al-Hasan At-Tamimi dan pengikut-pengikut Abu
Hanifah.
Yang kedua, beliau tidak beribadah dengan syari'at sebelumnya,
tetapi dengan syari'at yang diwahyukan kepadanya. Ini adalah pendapat
Mu'tazilah dan Asy'ariah.
Pengikut-pengikut Asy-Syafi'i memiliki dua pendapat seperti dalam
riwayat ini.
Abu Al-Wafa berkata, "Pendapat yang mengatakan bahwa beliau
beribadah dengan syari'at nabi sebelumnya, masih diperdebatkan; dengan
syari'at siapakah itu? Sebagian ulama mengatakan khusus dengan syari'at
Nabi Ibrahim. Ini adalah pendapat Asy-Syafi'i. Sebagian lagi berpendapat
t HR- Abu Nu aim, dan Ibnu Sa'ad.
2 Sudahditakhrijpadabagianlalu.
Kesempurnaan Prlbadl Nabi Muhammad @
bahwa beliau beribadah dengan syari'at Nabi Musa, kecuali pada apa yang
telah dinasakh pada syari'at kita.
Pendapat Imam Ahmad menunjukan bahwa beliau beribadah dengan
segala ajaran yang murni dari syariat nabi sebelumnya, selama ifu belum
dinasakh. Hal ini ditunjukan dalam firman Allatu
i7 .pi'*;b'qrKt 6:'^ uii 'ti
rJJ-,<ty/l:[r.:st^!t] 6!)
"Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, makn ikutilah
petunjuk mereka. Katakanlah,"Aku tidak meminta upah kepadamu dalam
menyampaikan (Al-Qur'an)." Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan
untuk segala umat." (Al-An'am: 90)
Ibnu Qutaibah berkata, "Masyarakat Arab masih menganut sisa-sisa
ajaran Nabi Ismail. Di antaranya adalah haji, khitan, jatuhnya talak dengan
tiga kali, bolehnya rujuk bagi suami pada talak satu dan dua, diyat jiwa adalah
100 unta, mandi jinabat, keharaman mahram dengan sebab kerabat dan
pernikahan."
Rasulullah melakukan seperti apa yang mereka lakukan, yaitu beriman
kepada Allah dan melaksanakan syariat khitan, mandi jinabat dan haji.
Ibnu Qutaibah berkomentar, "Yang dimaksud pada Firman Allah, "Dan
demikianlah Knmi wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur-an) dengan perintah Knmi.
Sebelumnya knmu tidaklah mengetahui apaknh Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidakpula
mengetahui apaknh iman itu, tetapi Kami menjadiknn Al-Qur'an itu cahaya, yang
Knmi tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya knmu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus."
(Asy-Syura: 52) adalah syariat Islam, dan bukan sekedar mengakui adanya
tuhan selain Allah. Sebab nenek moyangnya yang telah mati dalam keadaan
syirik, mereka beriman kepada Allah dan melakukan haji beserta perbuatan
syirik mereka."
Kejadian yang Beliau Alami Bersama Malaikat saat Beliau Berumur
Dua Puluh Thhun
168. Abdullah bin Az-Zubair bertanya kepada Ubaid bin Umair tentang
diutusnya Rasulullah. Ubaid berkata, "Aku ceritakan kepadamu dari para
Pribadt Nabl Muhammad
shahabat dan istri beliau, "Bahwa Rasulullah ffi , turtt, berusia 20 tahun,
mengadu kepada Abu Thalib pamannya. Beliau berkata, "Hai paman, sejak
beberapa malam, aku didatangi oleh seseorang bersama kedua temannya.
Mereka melihatku dan berkata "Itu dia! Itu dia!" namun tidak mendekatiku.
Apabila pendapatmu sama saja seperti orang yang diam saja, maka yang
demikian itu sungguh membuatku kuatir."
"Wahai keponakanku, itu bukan apa-apa. Engkau hanya bermimpi,,'
ujar Abu Thalib.
Beliau kembali mendatangi Abu Thalib setelah kejadian itu, dan berkata,
"Hai Paman, seseorang yang telah kusebutkan kepadamu itu telah
menyergapku. Ia memasukan tangannya ke mulutku, sehingga aku merasakan
hawa dingin tangan itu."
Maka, sang paman membawa beliau kepada seorang ahli kitab di
Makkah yang pandai mengobati. Ia menceritakan kejadian itu dan berkata
kepadanya, "Obatilah ia! "
Ahli kitab itu membenarkan beliau. Ia menjamah, memeriksa kedua
tapak kakinya, serta melihat tanda merah dari pundak beliau, dan berkata,
"Wahai putra Abdu Manaf, anakmu ini dalam keadaan baik dan sehat. Ia
mempunyai tanda-tanda kebaikan. fika orang Yahudi menemukannya,
mereka akan membunuhnya. orang yang datang itu bukanlah setan. Tetapi,
dari golongan malaikat yang menjaga hati beliau agar diisi dengan sifat
kenabian."
Abu Thalib pulang, dan Rasulullah@berkata,
"Aku tidak pernah merasakan peristiwa sehebat ini. Aku bermimpi merihat
seorang yang meletalcknn tangannya di dadaku, lalu memasukan tangannya dan
mengeluarknn hatiku lalu berknta "Hati yang baik berada pada jasad yang baik."
Kemudian, ia mengembaliknnnya. Sedangknn aku dalamkeadaan sadar."
Kemudian beliau melanjutkan,
"Aku bermimpi, aku melihat rumah ini yang aku berada di dalamnya, aku
melepaskan papannya dan masuk pada tangga perak. Lalu, ada dua orang yang
turun menemuiku dari tangga itu. se.seorang duduk ili samping kananku dan
seorang lagi duduk di samping kiriku. Ia membedah rusuk dadaku dan mengeluarknn
hatiku, ia berkata, " Sebaik-baik hati adalah hatinya. Hati orang yang saleh dan
nabi yang menyampaiknn." Lalu, mereka mengembaliknn hati dan rusukku pada
tempatnya.
Kesempurnaan Prtbadl Nabi Muhammad
Kemudian, mereka naik ke atas. Aku terbangun dan kulihat langit-langit rumah
masih seperti semula adanya. Iantas, aku menceritaknn ini kepnda Khadijah,lalu ia
berknta, " Allah tidak menghendaki kepadamu kecuali pada suatu kebaikan."l)
Nabi Menggembala Kambing
l69.DariAbu Hurairah, dari Nabi ffi, beliau bersabda,
.4t ,;; \\q isr u;. t1
"Allah tidak mengutus seorang Nabi keurali Nabi itu pernah menggembala
knmbing."
Lantas, para sahabat bertanya, "Apakah engkau iuga?"
"Ya, aku menggembalakan knmbing dengan qararith (iamak: qirath -Edt)
p en duduk Makknh," jaw ab Nab i. (HR. Al-Bukhari)
suwaid bin sa,id meriwayatkan, "Bahwa maksudnya setiap satu kambing
diupah dengan satu qirath."
Ibrahim AI-Harbi berkata, "Qararith adalah satu tempat, bukan sebutan
untuk uang perak."
Ibnu Aqil berkata, "Karena pengembala kambing membutuhkan
keuletan, kelapangan dada untuk menerima, sementara para nabi dipersiap-
kan untuk memperbaiki umat, maka pengembalaan ini tepat untuk mereka
lakukan."
Nabi Sibuk Berdagang Pada Masa Sebelum Kenabian
170. Ibnu Al-Hushain telah meriwayatkan kepada kami, ia berkata, Ibnu
Ar-Rahib menceritakan kepada kami, Al-Qathi'i telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, Abu Abdullah bin Ahmad telah bercerita kepada kami, ia
berkata, ayahku telah bercerita kepadaku, ia berkata, wuhaib telah
menceritakan kepadaku, ia berkata, Abdillah bin Utsman bin Khutsaim
menceritakankepadaku, dari Mujahid, dariAs-sa'bbinAbi As-saib, iaberkata,
,,Bahwa Rasulullah ,ffi telah menggeluti perdagangan sebelum Islam
datang.,, Pada hari Fathu Makkah, As-sa'ib datang kepada kepada beliau.
Nabi berkata, "selamat datang wahai saudaraku dan temanku berdagang, yang
tidakpernah mendebat dan membantah." zt
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
r HR. IbnuSa'ad,Al-Baihaqi,AbuNu'aim, IbnuKatsir, danAl-Qasthalani berkata,"Haditsini tidakshahih'"
'? HR. Ahmad, Ath-Thabarani, dan Ibnu Abu Syaibah.
Keberangkatan Beliau Ke Syam Kedua Kalinya dengan Membawa
Barang Dagangan Khadijah
177. Dari Nafisah binti Munayyah, saudara perempuan dari Ya'la bin
Munayyah, ia berkata, "saat Rasulullah ffi b"rr-rrr 25 tahun, Abu Thalib
berkata kepadanya, "Aku tidak memiliki harta, dan kehidupan kita mulai
terasa sulit. Irti adalah rombongan kaummu yang akan berangkat menuju Syam.
Khadijah binti Khuwailid mengirim beberapa orang dari kaummu
membawakan dagangannya. Jika engkau datang kepadanya danmenawarkan
diri untuk membawa barang itu, ia akan segera memilihmu."
Percakapan sang paman dengan beliau telah terdengar oleh Khadijah.
Dan Khadijah mengirimkan surat tentang demikian itu kepadanya seraya
berkata, "Aku akan memberi kamu bagian yang lebih dari apa yang aku beri
pada orang selain dirimu."
Abu Thalib berkata, "Ini adalah rizki yang Allah amanatkan kepadamu."
Beliau berangkat bersama budak Khadijah, Maisarah. Paman-paman beliau
berpesan kepada rombongan untuk menjaga beliau.
saat mereka tiba di Bushra, daerah di Syam, beliau dan Maisarah
berteduh di bawah sebuah pohon. Pendeta Nasthura berkata, "Tidak ada yang
berteduh di bawah pohon ini kecuali seorang Nabi." Nasthura bertanya kepada
Maisarah, "Apakah di kedua matanya ada wama merah yang tetap?" "Ya,"
jawab Maisarah. Lantas, Nasthura berk