Ath-Thufail bin Amr singgah di Kota Makkah dimana
Rasulullah berada. Dengan sigap, orang-orang Quraisy langsung
menghampirinya. Ath-Thufail adalah seorang pria dari keturunan bangsawan
yang cerdas dan pandai bersyair. "Hai Thufaill", kata mereka sambil menunjuk
Rasulullah, "Orangini bermasalah. Ia telah memecah belah kelompok kami.
Perkataannya berbahaya seperti sihir, karena dapat memisahkan hubungan
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
kekerabatan, persaudaraan, dan pernikahan. Kami tidak ingin hal serupa
menimpa kaum Anda. oleh karena itu, Anda jangan sekallsekali berbicara
dengannya, lebih-lebih mendengarkan perkataannya!"
Mendengar penuturan mereka, Ath-Thufail berfutur, "Demi Allah, mereka
terus memperingatkanku hingga aku bersungguh-sungguh untuk tidak
mendengarkan sedikit pun dari perkataannya. bahkan aku akan menyumbat
telingaku dengan kapas saat pergi ke tempat ibadah. Ini kulakukan agar tidak
ada satu pun perkataannya yang masuk ke telingaku."
Ath-Thufail mengisahkan, "saat aku tiba di tempat ibadah, di sana
sudah terdapat Muhammad sedang shalat di samping Ka'bah. Maka aku pun
mendekatinya. Tanpa disadari, ada beberapa perkataan Muhammad yang
aku rekam. Perkataan itu bagus sekali.
Aku bergumam di dalam hati, "Demi Allah, orang ini cerdas dan pandai
bersyair. Aku mengetahui persis mana yang baik dan mana yang buruk. Tidak
ada seorang pun yang berhak menghalangiku untuk mendengarkan apa
yang dikatakan oleh orang ini. Jika dia membawa kebaikan, maka aku akan
menerimanya. Tetapi, jika dia membawa keburukan, maka aku akan
menjauhinya.
Lama aku diam menunggu Muhammad selesai beribadah. saat dia
pulang, aku membuntutinya sampai akhimya berpapasan di rumahnya. setelah
berhadapan, aku berkata, "Hai Muhammad, kaummu bercerita banyak
tentang keburukanmu. Mereka terus memperingatkanku agar tidak sesekali
mendengar perkataanmu. Sampai-sampai unfuk itu aku sengaja menutup
telingaku. Tetapi Allah membuka telingaku sehingga aku dapat mendengar
apa yang kau katakan. Ternyata, mereka keliru. Perkataanmu baik sekali
sehingga aku tertarik untuk mengikutimu."
Nabi, yang dari tadi mendengarkan, akhimya memperkenalkan Islam
kepadaku. saat beliau membaca AlQur'an, aku berdecak kagum. Demi Allah,
tidak ada ungkapan bahasa yang lebih indah, teratur, dan agung dibanding
Al-Qur'an.
Semenjak itu, aku bertekad untuk masuk Islam dan mengucapkan dua
kalimah syahadat di hadapannya. Pada saat itu pula, aku berkata, "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku ini adalah orang terpandang yang ditaati oleh
kaumku. Pada saatnya nanti aku pulang, aku akan menyeru mereka untuk
memeluk Islam. oleh kerena itu, aku mohon padamu agar mendoakanku
Kesempurnaan Prtbadi Nabi Muhammad
supaya Allah memberikan tanda kekuasaan-Nya padaku. Hal itu penting
sekali bagiku agar mereka meyakini kebenaran yang aku serukan."
Maka Nabi Wberd,oa,
"Ya Allah, semoga Engknu memberiknn tanda kekuasaan-Mu kepada Thufail."
Setelah pamit, aku bergegas pulang untuk menemui kaumku. saat tiba
di suatu bukit pegunungan, orang-orang melihat ada sebuah cahaya seperti
lampu bersinar di antara kedua mataku. Aku merasa riskan akan hal ini
seraya berdoa, "Ya Allah, semoga Engkau memindahkan cahaya itu dari
wajahku. Aku khawatir hal itu dianggap penyakit di wajahku karena aku
meninggalkan agama kaumku."
Akhimya cahaya itu berpindah ke ujung cambukku. Orang-orangyang
melihatnya menyangka cahaya itu seperti gantungan bejana. Setelah itu aku
turun dari bukit untuk menemui mereka.
Setibanya di hadapan mereka, orang yang pertama kali menemuiku
adalah ayahku sendiri yang sudah tua renta. Aku langsung menyapanya,
"Ayahanda, Anda harus mendengarku, karena aku sekarang telah
bersebarangan dengan Anda."
"Apa sebenarnya yang terjadi padamu, Ananda?" tanya ayahku.
"Sekarang aku telah memeluk Agama Islam dan membaiat Nabi
Muhammad."
"Ananda sayan& agamaku adalah agamamu juga," tegas ayah.
"Kalau begitu, Ayahanda dimohon untuk segera mandi dan
membersihkan diri. Setelah itu, aku akan menyampaikan apa saja yang telah
aku dapatkan," kataku dengan lembut.
Maka ayahku menurutinya. Kemudian aku memperkenalkan Agama
Islam kepadanya dan ia pun masuk Islam.
Tidak lama kemudian, istriku datang menghampiri. Maka aku katakan
padanya, "Menjauhlah dariku! Kini kita tidak lagi memiliki hubungan apa-
apa." labertanya, "Mengapa?" Aku menyampaikan padanya, "sekarang ada
pembatas hubungan di antara kita, yaitu Islam." Maka akhirnya istriku masuk
Islam.
Sekarang giliran kaumku, Dus, yang harus diajak untuk memeluk Islam.
Akan tetapi, sayangnya mereka tidak mau mendengar seruanku. Mereka
bersikeras untuk memeluk agama nenek moyang terdahulu. Aku merasa perlu
untuk mendatangi Rasulullah di kota Makkah. Kepada beliau, aku katakan,
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
"Wahai Nabi Allah! Kabilah Daus telah mengalahkanku, maka berdoalah pada
Allah untuk mereka."
Maka beliau berdoa, "Ya Allah, berikanlah hidayah kepada kabilah Daus!
Seknrang knmu pulang dan seru kembali kaummu dengan lemah lembut untuk
memeluklslam!"
Aku pun langsung pulang untuk kembali menjalankan misiku di Daus.
Selangbeberapa waktu kemudian, saat itu aku masih di Daus, terdengar kabar
bahwa Rasulullah berhijrah ke Kota Madinah dan melakukan beberapa
peperangan dengan kaum kafir Quraisy, di antaranya Perang Badar, Uhud,
dan Khandaq. Kemudian aku bersama kaumku yang muslim menemui
Rasulullah yang saat itu sedang berada di Kota Khaibar. Selanjutnya aku
menetap tinggal di Madinah bersama tujuh puluh atau delapan puluh rumah
penduduk yang berasal dari Tanah Daus." Demikian Ath-Thufail mengakhiri
kisahnya.l)
Rasulullah Mendampingi Kematian Abu Thalib
Diriwayatkan dari Sa'id bin Al-Musayyib; Pada saat Abu Thalib
menjelang ajalnya, Rasulullah datang menjenguknya. Di sana sudah terdapat
Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahal bin Hisyam. Tanpa basa-basi, Nabi
langsung berkata kepada Abu Thalib,
"Paman, Anda sungguh adalah orang yang paling kuhormati. lasa-jasamu
padaku begitu banyak. Aku menganggapmu lebih dari sekedar ayah. Sekarang kntaknn-
lahsuatuknlimat yang akanmmghnntarknnmuuntukmendapat pertolongan (syafa'at)
di Hari Kiamat. Kataknnlah paman, "La llaha lllallah" (Tiada Tuhan yang wajib di
sembahkecuali Allah),." kata Nabi dengan penuh sayang.
Tetapi Abu Thalib malah menimpalinya, "Apakah engkau benci terhadap
agama Abdul Muthalib? Aku masih setia pada agama Abdul Muthalib." Tidak
lama kemudian, dia meninggal.
Menyaksikan hal tersebut, Rasulullah sangat sedih dan berkata, "Demi
Allah, aku aknn memohonknn ampunan kepada Allah untukmu selagi Dia tidak
melarangnya."
Sebagai jawabannya, Allahffi menurunkan ayat:
ii efi.l/j|rA i #t; ,-;i$ "",:!. as 6
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
I Ibnu Sa'id dalamAth-ThabaqatAl-Kubra darlbnu Katsir dalamAl-Bidayah waAn-Nihoyah.
,*.;ri&1 #i# *Griu;* 4ilrr:to
.t.6. =,. .,
o[.rl La-t-cc aJei
a . /r i; )\34i aGe-tc
..,c !l
'ir,l @1+ i;:\ - ,,;t,bt,vir y.\t,;1i,:^s',]; ui
[r r t-r rr
"Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orangyang beriman memintakan
ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, meskipun orang-orang
musyrik itu adalah kaum kerabatnya, sesudah jelas bagi merekn bahwa orang-
orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. Dan permintaan ampun
dari lbrahim (kepada Allah) untuk aynhnya, tidak lain hanyalah knrena suatu
janji yang telah dia ikrarknn kepada ayahnya itu. Makn saat jelas bagi lbrahim
bahwa ayahnya itu adalah musuh Allah, makn lbrahim berlepas diri daripadanya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi
peny antun. " (At-Taubah: 113-114).D
Dari Abu Hurairah 4$, di.i-uyatkan bahwa Rasulullah ffib"rk.utu
kepada pamannya,
"Kataknnlah seknrang bahwa tidak ada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali
Allah, niscaya aku aknn bersaksi atas kebaiknnmu nanti di hadapan Allah pada
hari Kiamat."
AbuThalib menjawab, "]ika kaum Quraisy tidak mencela danmengataiku
karena ikut agamamu pada saat lemah dan pufus asa seperti ini, aku pasti
mengikrarkan apa yang kau minta."
Kemudian Allahffi menurunkan sebuah ayat sebagai jawabary
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang
kamu knsihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-
N y a. " (Al-Qashash: 56) ". (HR. Muslim)
Dari Abdullah bin Tsa'labah bin Shuqair Al-Udzri, diriwayatkan bahwa
Abu Thalib berkata, "Wahai keponakanku, jika aku menerima ajakanmu pada
saat sedang payah seperti ini, aku khawatir kaum Quraisy akan salah presepsi,
maka kamu dan keturunanmu nanti yang merasakan dampaknya. Jika
kondisinya tidak seperti ini, aku pasti akan menuruti apa yang kau katakan
' Al-Qurthubi dalamTafsirAl-Qurthubi, Ibnu Katsir dalamTafsir lbnu Kafsr, dan Ibnu Sa'd dalamAth-Thnba4at
Al-Kubra.
Kesempurnaan Pribadl Nabl Muhammad
dan berikrar atas kenabianmu. Saya melihat kau adalah orang yang tahu
terima kasih, dermawan, dan sering memperingatkan atas kesalahanku
selama ini."
Kemudian Abu Thalib memanggil sanak keluarganya dari keturunan
Abdul Muthalib seraya berkata, "Kalian akan baik selama masih mendengar-
kan seruan Muhammad. Ikutilah perintahnya dan tolonglah perjuangannya!"
" Kenapa Paman menyuruh mereka seperti itu, sedang Paman sendiri tidak mau
m el akukanny a ? " tany a Rasulullah.
Abu Thalib menjawab, "|ika saja engkau memintaku untuk berikrar saat
aku dalam keadaan sehat, maka aku pasti akan membaiatmu. Tetapi sekarang
aku dalam kondisi yang lemah menjelang ajalku. Kaum Quraisy nanti
menganggap ikrarku ini berkaitan dengan kondisiku yang sedang payah,
karena sewaktu sehat aku menolaknya."(HR. Ibnu Hibban, At-Tirmidzi, dan
lainnya riwayat yang semisal dari Abu Hurairah)
Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib ,i$1, atu berkata, "setelah saya
memberitahu Rasulullah bahwa Abu Thalib telah meninggal, beliau menangis
kemudian bersabda,
" Pergilah tmtuk memandikan jenazahnya, lalu kafani dan kuburknnlah! Semoga
Allah memberikan ampunan dan merahmatinya. " Maka aku pun melakukan
apa yang beliau perintahkan.
Rasulullah ffi sendiri selama beberapa hari tidak keluar rumah. Beliau
tak henti-henti mendoakan pamannya. Sampai akhimya turun Malaikat jibril
dengan membawa sebuah ayat,
ii :e;o.\|ixa. oi t;v U.:iii'*,:!,3s G
.i:' - -i -'#, e-5.-.a, #i e * r ii u ;* d'ri VtL
Ir r r:1r'lt] (3*)
Kemudian Rasulullah menyuruhku untuk mandi. " (HR. Ibnu Sa'ad dalam Ath-
Thabaqat)
Masih dari Sahabat Ali, "Sesampainya saya di hadapan Nabi, saya bilang
kepadanya, "Pamanmu yang tua renta dan sesat itu sekarang telah meninggal."
Beliau langsung bersabda, "Ptilanglah dan uruslah jenazahnya! lnngan mengataknn
sesuatu tentangnya sebelum kau menanyakan terlebih dahulu padaku!"
Kesempurnaan Pribadi Nabt Muhammad
Kemudian saya datangmenemuinya lagi. Tiba-tiba beliau menyuruh saya
untuk mandi. Saya pun menurutinya. Setelah semuanya selesai, beliau
mendoakan saya sehingga membuat saya senang, karena doa-doa itu belum
belaiu utarakan sebelumnya."(HR.Al-Baihaqi, Abu Dawud, dan Ibnu Katsir)
Sahabat Ibnu Abbas menuturkan, "saat Rasulullah melihat jarrazah
Abu Thalib, beliau bersabda, "Pamanku,hubungnnkekerabatan yang mengikatkita.
Semoga Allah membalas semtta kebaiknnmu." (Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa
An-Nihayah dan Al-Hindi dalam Kanzul Amal)
Al-Abbas bin Abdul Muthalib menceritakan, " Say a menemui Rasulullah
ffi ""ruyaberkata,
"Hai Rasulullah, pamanmu Abu Thalib sering membelamu
dakwahmu. Apakah doamu sampai kepadanya?" Beliau menjawab,
"Ya, dia akan ditempatkan di nerakn bagian atas.lika tidakknrena aku, niscaya
dia aknn ditempatknn di nerakn yang paling dasar. " (HR. Bukhari dan Muslim)
Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhi menceritakan, "saat ada kabar bahwa
Abu Thalib mengeluh dengan rasa sakit yang dideritanya, kaum Quraisy
berkata, "Hai Abu Thalib, utuslah seseorang untuk menemui keponakanmu
(Muhammad). Ia akan membawakan bagimu obat-obatan dari surga seperti
yang sering diutarakannya. "
Abu Thalib pun mengikuti nasihat mereka. saat utusan itu tiba di
hadapan Rasulullah, di sana sudah Abu Bakar yang duduk di sampingbeliau.
Langsung saja utusan itu mengutarakan maksud kedatangannya, "Hai
Muhammad, pamanmu menyuruhku untuk menyampaikan pesannya. la
sekarang sudah pikun, lemah, dan sakit keras. Ia meminta agar engkau
membawakan kepadanya makanan dan minuman dari surga yang di dalamnya
terdapat obat-obatan sebagaimana yang sering engkau katakan."
Abu Bakar unjuk bicara, "Sesungguhnya Allah mengharamkan surga atas
orang-orang kahr."
Akhirnya utusan tadi pulang tanpa membawa hasil. Ia melaporkan apa
yang dialaminya. "Kata Abu Bakar," demikian utusan tadi, "Allah sungguh
telah mengharamkan surga atas orang-orang kafir. Muhammad yang saat itu
berada di samping Abu Bakar, hanya diam."
Mendengar hal itu, kaum Quraisy memarahi utusannya. Akhimya utusan
tersebut meminta temannya untuk menemui Nabi guna menyampaikan hal
yang sama. Temyata jawabannya tidak berubah. Bahkan Rasululhh ffi sendiri
dengan tegas bersabda, "Sesungguhnya Allah telah mengharamknn surga, berikut
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
maknnan dan minuman yang ada di dalamnya, atas orang-orangkofir." (Al-Wahidi
dalam Kitab Asbab An-Nuzul)
Kemudian beliau cepat-cepat memasuki rumah Abu Thalib. Beliau
mendapatkan pamannya dikerubungi oleh banyak orang. Melihat hal itu,
beliau berang dan sempat bersitegang dengan mereka.
" Apayarrgtelah kalian lakukan pada pamanku, lepaskan dia!", kata beliau.
"Kami tidak mau! Dan ketahuilah, engkau tidak lebih berhak atasnya
daripada kami. Jika engkau ada hubungan kekerabatan padanya, kami pun
memiliki hubungan yang sama seperti engkau," jawab mereka.
Maka Nabi duduk bersimpuh di samping pamannya. Dengan lemah
lembut beliau berkata di dekatnya.
"Paman, semoga seinuakebaikanmu adabalasannya. Anda telah mengasuh dan
membiayai hidupku dari kecil hingga dewasa. Aku berharap dapat membalas
ketulusanmu ini dengan yang lebih baik. Sekarang, aku mohon dengan sangat
padamu untttk mengucapkan satu kalimat saja. Dengannya, aku dapat
memberikan pertolongan (synfaat) kepadamu di hadapan Allah nanti pada Hari
Kiamat."
"Kalimat apa itu, anakku?"
"Katakanlah sekarang,'Tidak ada Tuhan selain Allah, Dia-lah satu-satunya
Tuhan yang tidak ada sekutu bagi-Nya."
"Aku sadar betul bahwa nasihatmu ini baik sekali. Demi Allatu seandai-
nya engkau tidak akan dihina sepeninggalku jika aku melakukannya, nanti
orang-orang bilang bahwa pamanmu ini berserah diri setelah ajal kematian
ada di hadapannya. Apabila kondisinya tidak seperti ini, aku pasti berikrar
mengikutimu."
Kemudian orang-orang Quraisy yang hadir berteriak, "Hai Abu Thalib,
Anda adalah kepala suku yang harus setia pada agama nenek moyang."
Abu Thalib langsung menyahutinya, "Akn tetap menganut agama nenek
moyang kita. Orang-orang Quraisy jangan sesekali mengatakan pamanmu ini
lemah di kala ajal men;'emputnya."
Rasultrllah ffi 0"" pasrah, " Aku aknn selalu memintakan ampunan bagimu
kepadaTuhanku sebelum aku dilarang-Ny, "
Setelah Abu Thalib meninggal, beliau tetap memohonkan ampunan
baginya. Kaum muslimin pun meyakini bahwa tidak ada larangan bagi mereka
untuk mendoakan nenek moyang dan kerabat mereka yang kafir. Dulu, Nabi
Kesempurnaan Pribadt Nabi Muhammad
Ibrahim memohonkan ampunan bagi ayahnya yang kafir. Dan sekarang, Nabi
Muhammad juga memohonkan ampunan bagi pamannya. Atas keyakinan
seperti ini, mereka beramai-ramai mendoakan leluhur dan kerabat mereka
yang musyrik sampai akhirnya turun sebuah ayat,
"Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintaknn
ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, meskipun orang-orang
musyrik itu adalah knttm kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-
orang musyrik itu adalah penghuni nerakn jahanam." (At-T aubah:1 13)
Rasulullah Sepeninggal Abu Thalib dan Khadijah
Abdullah bin Tsa'labah bin Shuqair berkata, "Abu Thalib dan Khadijah
telah meninggal dunia. Jeda waktu kematian di antara keduanya hanya
terpaut sebulan lebih lima hari. Ini merupakan dua musibah yangbegitu berat
dirasakan Rasulullah. Beliau jarang keluar dan lebih banyak menghabiskan
waktunya di dalam rumah. Kaum Quraisy pun banyak memperoleh
kesempatan untuk terus menyakiti Nabi.
Kabar duka ini sampai pada Abu Lahab. Ia mendatangi Rasulullah seraya
berkata, "Hai Muhammad, kerjakanlah apa yang kau inginkan. Mungkin dulu
sewaktu Abu Thalib hidup engkau tidak sempat mengerjakannya, sekarang
kerjakanlah. Tidak ada seorang pun yang menghalangimu. Demi tuhan Latta,
jika aku masih hidup, segala bentuk penyiksaan tidak akan sampai padamu."
saat Abu Al-Ghaithalah mencela Nabi ffi, Abu Lahab tampil dengan
memperingatkannya. Abu Al-Chaithalah pun berpaling dari Abu Lahab dan
menyebarkan isu, "Wahai kaum Quraisy, Abu Atiyah (nama lain dari Abu
Lahab) telah mengikuti agama Muhammad!"
Mendengar isu tersebut, kaum Quraisyberamai-ramai mendatangi Abu
Lahab. Maka Abu Lahab menjawabnya, "Aku tidak bermaksud meninggalkan
agama Abdul Muthalib! Aku hanya menghalangi segala bentuk celaan yang
ditujukan pada keponakanku ini (Muhammad). Biarkan ia bebas melakukan
apa yang ia inginkan!"
Mereka banyak yang simpatik mendengar penuturan Abu Lahab seperti
itu. "Anda memang baik hati. Dengannya, Anda telah menyambung tali
persaudaraan i' :ujar mereka.
Rasulullah ,ffi sendiri selama berhari-hari hanya berdiam di rumah.
Aktivitasnya hanya keluar-masuk rumah. Tidak seorang pun orang Quraisy
Kesempurnaan Prtbadi Nabi Muhammad
yang menghalanginya. Mereka semua takut dan menyegani Abu Lahab. Pada
suatu hari, datanglah Uqbah bin Abu Mu'aith dan Abu fahal menemui Abu
Lahab. Keduanya meminta Abu Lahab untuk menanyakan kepada
Muhammad tentang tempat Abdul Muthalib sekarang.
Maka Abu Lahab menanyakanhal tersebut kepada keponakannya."Hai
Muhammad, dimanakah tempat Abdul Muthalib sekarang?" Beliau menjawab,
"labersama kaumnya."
Abu Lahab kemudian menemui kedua temannya, yaitu Uqbah bin Abu
Mu'aith dan Abu |ahal. Di hadapannya, ia menceritakan jawaban Muhammad
atas pertanyaannya. Mendengar itu, keduanya berkomentar, "Kalau begitu,
ayahmu Abdul Muthalib berada di neraka."
Abu Lahab rupanya tidak terima. Ia kembalibertanya, "Hai Muhammad,
apakah Abdul Muthalib akan masuk neraka?" Maka Rasululhh ffi dengan
tegas menjawab,"Ya,barangsiapayang mati sepertihalnya Abdttl Muthalib (dalam
keadaan musyrik), maka ia aknn masuk nerakn."
Abu Lahab marah. Dengan keras ia menghardik Nabi, "Demi Tuhan,
engkau telah mengobarkan api permusuhan selama-lamanya. Lancangnya
engkau mengatakan bahwa Abdul Muthalib masuk neraka!!"
Semenjak itu Abu Lahab dan orang-orang Quraisy lainnya semakin benci
dan mengintimidasi Nabi.1)
Diriwayatkan dari Muhammad bin Jubair bin Muth'im: Setelah kematian
Abu Thalib dan Khadijah, Kaum Quraisy semakin gencar mengganggu
Rasulullah, hingga akhimya beliau keluar dari Makkah menuju Thaif.
Perjalanan Rasulullah ke Thaif
Muhammad bin Jubair bin Muth'im berkata, "Sepeninggal Abu Thalib,
Rasulullah ditemani Zaid bin Haritsah pergi menuju Thaif. Peristiwa itu terjadi
pada malamhari yang terang dibulansyawal tahun kesepuluhdari kenabian."
Dengan sanad yang berbeda, Muhammad bin Umar meriwayatkan
bahwa Rasulullah menetap di Thaif selama sepuluh hari. Riwayat lainnya
mengatakan bahwa beliau di sana selama sebulan. Tidak ada seorang pun
bangsawan Thaif yang luput darinya untuk diajak memeluk agama Islam.
Tetapi mereka enggan menerimanya karena takut ada ancaman dari
pihak-pihak tertentu di kalangan mereka. Oleh kerena itu, mereka tidak segan-
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
Ibnu Sa'ad dalam Ath-Thabaqat dan Ibnu Katsir dal am Al'Bidayah.
segan mengusir Nabi. "Hai Muhammad, keluarlah engkau dari negeri kami.
Carilah tempat yang bisa menerimamu!" kata mereka.
Rupanya pemyataan itu menyulut amarah orang-orang Thaif yang awarn.
Mereka beramai-ramai melempari Nabi ffi a""gur, bebatuan sampai kedua
kaki beliau berlumuran darah. Zaidbin Haritsah yang setia menemani Nabi,
sibuk menjadi tameng beliau dari amukan massa/ sampai-sampai kepalanya
bocor dan terluka parah.
Dengan perasaan yang sangat sedih, Rasulullah ffi kembali ke Makkah.
Setibanya di sebuah kebun korma, beliau beristirahat untuk melakukan shalat
malam. Di sana ada tujuh kelompok jin dari kalangan Nashibin menyimak
dengan seksama ayat-ayat Al-Qur'an yang beliau bacakan. Di kebun itu, beliau
berdiam beberapa hari lamanya. Setelah kondisi badannya pulih, beliau
bermaksud kembali masuk ke Thaif. Zaid pun memprotesnya, "Kenapa engkau
masuk lagi, padahal mereka dengan kejam telah mengusirmu dari sana?".
Kemudian Nabi mengutus seseorang dari kaum Khuza'ah untuk menemui
Muth'imbinAdi.
"Bolehkah aku masuk ke rumahmt?" tattyautusan itu.
"Ya, silahkan masuk!" jawab Muth'im dengan ramah. (Ibnu Sa'ad dalam
Ath-Thabaqat)
Dalam riwayat Muhammad bin Ka'ab Al-Qurzhi dikisahkan, "Tatkala
Rasulullah ffi tiA^ di Thail beliau langsung menemui salah satu kelompok
Tsaqif yangmerupakanpara pemuka danbangsawan Tsaqif saat itu. Mereka
terdiri dari tiga bersaudara, yaitu Abdu Yalail, Mas'ud, dan Habib. Semuanya
adalah putra Amr bin Umair. Nabi mengajak mereka untuk menyembah Allah
Ta'ala. Di samping itu, beliau berdialog dengan mereka tentang Islam yang
diembannya meskipun kaumnya (yaitu orang Quraisy) membangkangnya
dengan keras.
Satu di antara mereka angkatbicara. "Jika Allahbenar telahmengutusmu,
berarti orang yang membangkangmu itu telah merusak kesucian Ka'bah."
"Apakah Allah juga mengutus rasul selain engkau?" tanya yang lainnya.
Sedangkan orang ketiga menanggapi beliau dengan penuh sinis. "Demi
Allah, aku tidak akan bicara denganmu selamanya. fika engkau memang benar
sebagai Rasul seperti yang engkau katakan tadi, engkau pasti lebih berbahaya
daripada aku menjawab perkataanmu. Tetapi jika engkau mendustakanAllah,
maka aku tidak berkepentingan untuk berbicara denganmu."
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
Kemudian Rasulullah hengkang dari tempat duduknya' Beliau merasa
terpukul dengan respon para pemuka Tsaqif tersebut. Tanpa sepengetahuan
beliau, diam-diam para pemuka itu menyebarkan isu-isu tentang Nabi
kepada kaum mereka yang awam. Oleh karena itu, mereka beramai-ramai
mencaci maki Nabi dan meneriakinya. Sampai-sampai mereka menggiring
Nabi sehingga tiba di kebun kurma milik Utbah bin Rabi'ah dan Syaibah bin
Rabi'ah. Di tempat ini beliau merasa lega dari orang-orang Tsaqif yang
mengejamya.
Nabi ffi bersandar di pohon anggur dan berteduh di bawahnya untuk
melepas lelah. Kedua putra Rabi'ah memperhatikan beliau dengan perasaan
iba. Keduanya menyaksikan langsung penderitaan Nabi saat dikeiar-kejar
oleh kaum Tsaqif.
Nabiffi sendiri, setelah tenang, memanjatkan tangarmya seraya berdoa,
"Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu. Kekuatanku lemah sekali. Usaha yang
kutempuh tidak membuahkan hasil. Bahkan orang-orang di sana bnnyak memandang-
ku denganhina.
Wahai Dzat Yang Maha Pengasih! Engkau adalah tempat bersandarnya orans-
orang yang lemah. Engkau adalah Tuhanku, kepada siapakah Engkau menyerahknn
diriku? Apaknhkepada orang asing yang sengaia menyerangku? Atau Engkau sengaja
membiarknn para musuh untuk mengtusaiku? Aku tidakpeduli jikn Engknu marah
padaku, tetapi aku yakin bahwa ampunan-Mu sangat luas bagiku.
Kepada cahaya-Mu yang menerfingi segala kegelapan, yang dengannya semua
urusan dunia dan akhirat dnpat terselesaiknn, aku berlindung dari kemarah.an yang
Engknu turunkan kepadaku. Engknu berhak mencelaku sampai akhirnya Engknu rela
padaku. Knrena tidak adn daya dan upaya bagiktr kecuali atas pertolongan-Mu."
Di tempat lairu kedua putra Rabi'ah, yaitu Utbah dan Syaibah, dengan
seksama memperhatikan apa yang dikatakan oleh Nabi tersebut. Setelah
Nabi menutup doanya, keduanya memanggil seorang pelayan beragama
Nashrani yang bemama Addas. "Hai Addas, petiklah setangkai anggur lalu
letakkan di atas piring. Setelah itu kau bawa piring tersebut pada pria di sana
dan suruhlah ia untuk memakannya!"
Maka Si Pelayan Addas itu mengambil anggur untuk diberikan kepada
Rasulullah ffi t"trai dengan perintah majikannya. Rasulullah pun
menerimanya dengan baik. Sebelum memakannya, beliau terlebih dahulu
membaca, "Bismillah".
Kesempurnaan Pribadt Nabl Muhammad
Mendengar kalimat basmalah, Addas menatap wajah Rasulullah dengan
perasaan heran seraya berkata, "Demi Allah, kalimat itu sama persis dengan
apa yang biasa diucapkan oleh penduduk negeri."
" Sebenarnya dari negeri mana knu berasal, dan apakah agama yang kau anut? " ,
tanya Rasulullah kepada Addas.
Addas menjawab, "Saya adalah seorang Nashrani yangberasal dari negeri
Nenwa."
"lndi knlau begitu, knu berasal dnri negeri seorang shalih yang bernama Yunus
bin Matta," kata Nabi. Mendengar nama tersebut, Addas tercengang, " Apayang
engkau ketahui tentang Yunus bin Matta?" tanyanya kepada Nabi.
Beliau menjawab, "Dia (Yunus bin Matta) adalah saudaraku sesama Nabi,
karena aku juga adalah seorang Nabi Allah."
Rupanya jawaban beliau ini membuat Addas luluh. Ia langsung merangkul
Nabi lalu menciumi wajah beliau, tangan, dan kakinya.
Kedua putra Rabi'ah yang dari memperhatikan gerak-gerik pelayannya,
merasa heran. Salah satu dari keduanya berkata, "Coba lihat pelayanmu itu!
Pria tersebut telah memperdayainya untuk mencelakakanmu."
Setelah Addas datang, kedua majikan itu langsung menginterogasinya.
"Celaka kau Addas! Kenapa kau menciumi wajah, tangan, dan kedua telapak
kaki pria itu?"
Dengan tenang Addas menjawab, "Wahai Tuanku, tidak ada seorang pun
di muka bumi ini yang lebih mulia dibanding pria itu. Dia telah memberi-
tahuku tentang sesuatu yang'tidak ada seorang pun yang mengetahuinya
kecuali Nabi A11ah."1)
Dari Sahabat Anas, Rasulullah,ffi bersabda,
"Sungguh aku telah diintimidasi dalam memperjuangkan agama Allah, dengan
berbagai bentuk intimidasi yang belum pernah dialami oleh orang lain. Aku juga
telah dianiaya dan disakiti dalam memperjuangknn agama Allah dengan berbagai
pengnniyaan yang belum pernah dialami oleh orang lain. Sungguh aku pernah
berjalnn selama tiga puluh hnri (saat keluar dari Makkah), aku tidak memiliki
makanan yang cukup kecuali hanyn sebatns untuk menutupi ketiaknya bilal."
(HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).
Kesempurnaan Pribadt Nabi Muhammad
r Ibnu Hisyam dalamAs-SiraftAn-Nabawiyah darAl-Qurthubi dalamTafsirAl-Qurthubi.
Maksudnya, saat Rasululhh ffi pergi ke Mekkah, Bilal menemaninya.
Sementara persediaan makanan bagi keduanya hanya sebatas yang ada di
ketiak Bilal.
Rasulullah Memasuki Kembali Kota Makkah
Sekembalinya dari Thaif menuju Makkah, Rasulullah ffi *".grrrt
seseorang menemui Al-Akhnas bin Syariq untuk menyamPaikan pesan,
apakah dia sanggup menjamin keselamatan beliau (di Makkah) sehingga
bebas menyampaikan risalah Allah.
Sesampainya pesan itu, Al-Akhnas menjawab, "Sesungguhnya sekutu
(Quraisy) tidak akan menjamin keselamatan orang yang jelas-jelas menjadi
musuhnya."
Kemudian beliau menyuruh utusan itu untuk menemui Suhail bin Amr
seraya berkata, "Katakan pada Suhail bahwa Muhammad meminta iaminan
keselamatan untuk dakwahnya." Setelah Pesan tersebut disampaikan kepada
Suhail bin Amr, Suhail menjawab, "sesungguhnya keturunan Amir bin Luai
tidak akan menjamin keselamatan orang dari keturunan Ka'ab."
Utusan itu lalu kembali menghadap Nabi ffi dan melaporkan semuanya.
Mendengar laporan tersebut, akhirnya Nabi menyuruh utusan itu agar
menemui Al-Muth'imbin Adiy untuk menyampaikan pesan yang sama.
Setelah menyimak isi pesan tersebut, Al-Muth'im bin Adiy bersedia
untuk menjamin keselamatan Nabi dan mempersilahkan beliau untuk
memasuki Kota Makkah.
Nabi ffi Pun merasa lega mendengar laporan utusan itu. Al-Muth'im
bin Adiy sendiri bersama para putra dan keponakan-keponakannya bersiap-
siap mengangkat senjata untuk menjamin keselamatan Nabi. Setelah dianggap
aman, maka Nabi ffi *asrt ke masjid. Hal itu diketahui oleh Abu Jahal. Dia
bertanya kepada Al-Muth'im, "Apakah kamu hanya sebagai jaminan
keselamatannya atau sudah menjadi pengikut agamanya?" Al-Muth'im
menjawab, "Aku hanya menjamin keselamatannya." Kemudian Abu Jahal
berkata, "Aku menjamin keselamatan orang yang kau jamin keselamatannya."
Sementara itu, sesampainya Rasulullah di tiang Ka'bah, beliau
mengusapnya lalu melakukan shalat dua rakaat, setelah itu pulang ke
rumahnya. sedangkan Muth'im dan putra-putranya senantiasa mengelilingi
Nabi demi menjaga keselamatan jiwanya.l)
Kesempurnaan Pribadt Nabi Muhammad
r Ath-Thabari dalamTarikhAth'ThobaidanN-BaihaqidalamDoLa1lAn'Nubuwwah.
Diriwayatkan dari Muhammad bin jubair bin Muthim, dari ayahnya,
Rasulullah Wbersabd,a,
"lika Al-Muth'im bin Adi masih hidup dan memintaku untuk melepaskan
tawanan perang Badar, niscaya aku akan melepasknn mereka untuknya." (HR.
Bukhari)
Rasulullah Berdakwah Secara Terbuka
Pada suatu musim, Rasulullah ffi berairi tegak di tengah-tengah
kabilahnya. Beliau berseru,
" Hai Bani Fulan, aku diutus oleh Allah kepada kalian untuk mengaj ak beribadah
kepada Allah semata, dan janganlah knlian menyekutukan-Nya dengan sesuatu! "
Tanpa dinyana, di belakang beliau ada Abu Lahab, ia bersungut dengan
keras, "|angan ikuti dia!"
Akhimya Rasulullah pergi dari tempat itu dan mendatangi Kabilah Kindah
di rumah-rumah mereka. Setelah misi dakwah disampaikan, mereka dengan
terang-terangan menolaknya.
Kemudian beliau mendatangi Bani Hanifah di rumah-rumah mereka.
Respon mereka pun sama, menolak dengan keras bahkan sangat menyakitkan.
Lalu berkunjung ke Amir bin Sha'sha'ah, dan ia juga menolaknya.
Tidak berhenti sampai di sini, Rasulullah terus menyampaikan dakwahnya
secara terbuka. Bahkan tidak ada seorang pun bangsawan dan pemuka suku
yang ada di semenanjung Arabia melainkan ia telah didatangi Rasulullah
untuk diajak memeluk agama Allah.
Sahabat Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah ,ffi
berdomisili di Makkah selama sepuluh tahun. Selama itu, beliau terus
membuntuti orang-orang sampai ke rumah mereka, yang terletak di Ukazh
dan Mijarutah pada setiap pekan raya, sambil berkata,
" Siapakiranyayang sudi memberiknn perlindungan dan pertolongan padaku?"
(HR. Ahmad)
Masih dari Jabir bin Abdullah, diriwayatkan bahwa suatu saat Rasulullah
menampakkan dirinya di tengah-tengah khalayak ramai sambil berkata,
" Adakah orang yang bersedia membawaku untuk menemui knumnya? Selama
ini, kaum Quraisy telah melarangku untuk menyampaikan risalah Allnh
Tuhanht." (HR. At-Tirmidzi dalam S unannya drrlbnu Katsir dalam Tafsir-
nya)
Kesempurnaan Prtbadl Nabt Muhammad
AL-WATA
Jika ada orang durhaka atau orang yang imannya lemah berkomentar,
"Apa kekuatan seorang Rasul untuk memasuki wilayah kafir dengan
mengatakan dalam berbagai kesempatan, siapa yang bersedia menolongku?
|ika dia memang benar seorang utusan Tuhan, seharusnya Tuhan sendiri yang
harus menolongnya?"
Komentar seperti itu harus kita jawab sebagi berikut, "Telah menjadi
ketetapan bahwa Tuhan itu Mahakuasa. Tidak sesekali Dia melakukan
sesuatu kecuali ada hikmah di belakangnya. Jika hikmah itu tidak dapat kita
singkap, maka kita harus menyerahkan semua kepada-Nya.
Apa yang terjadi pada Rasul-Nya, pada hakekatnya itu sudah menjadi
ketentuan Allah Yang Maha Bijakasana. Dia-lah yang memegang kendali
alam secara global. Dia-lah yang memutarkan planet-planet, menjadikan air
mengalir dan angin berhembus menerpa alam raya. Semuanya berjalan secara
teratur dan rapih tanpa ada cela sedikit pun.
Jika kita mengetahui dari literatur yang ada bahwa Rasulullah pemah
diganjal perutnya dengan batu karena rasa lapar yang tidak tertahankan.
Beliau pernah diejek, ditertawakan, dan dianiaya, maka kita harus sadar
bahwa di belakang itu semua terdapat banyak hikmah yang harus direnung-
kan.
Setidaknya ada dua hikmah yang terkandung dari ujian dan cobaan yang
diberikan Allah kepada seseorang:
Pertama, mendidik seseorang agar hatinya rela menerima cobaan.
Dengannya, hatinya akan tergerak untuk melakukan sesuatu yang
diperintahkan.
Kedua, menanamkan prasangka buruk dalam berhujjah. Sehingga orang
yang bersungguh-sungguh untuk menolak prasangka itu dan tetap yakin
akan kebenaran dakwah, maka ia mendapatkan pahala dari Allah ffi.
Apa yang Terjadi Antara Rasulullah Bersama Kaum Anshar di Thhun
ll Kenabian
Pada musim haji, Rasulufhfr ffi seperti biasa meminta perlindungan
untuk dirinya secara terbuka di hadapan para kabilah yang datang.
Sesampainya di Aqabah, beliau bertemu dengan sekelompok Bani Khazraj.
"Siapa kalian?" tanya beliau. "Kami adalah pendatang dari Khazraj," jawab
mereka serempak. Setelah sama-sama mengenal, beliau angkat bicara, "Maukah
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
kalian duduk bersamaku untuk memperbincangkan sesuatu?" Sebagai
jawabannya, mereka mempersilahkan Nabi untuk duduk bersama mereka'
Di tengah-tengah pembicaraan yang mengalir hangat, Nabi ffi mengajak
mereka untuk menyembah Allah ffi semata. Di hadapan mereka, beliau
memperkenalkan Islam, lalu membacakan ayat suci Al-Qur'an. Dan temyata,
para pendahulu mereka telah lama mengetahui adanya keterangan bahwa
nanti akan ada seorang nabi dari keturunan Bani Ghalib."
Ibnu )umai' meriwayatkan, menjelang wafatnya Aus bin Haritsah bin
Tsa'labahbin Amr bin Amir, mereka (kaum Khazraj) berkata kepadanya, "Kita
sudah menyuruhmu untuk menikah sewaktu muda, tetapi kamu malah
membangkang. Ini adalah saudaramu Khazraj yang memiliki lima orang
putra. Kamu tidak memiliki siapa-siapa lagi kecuali Malik."
Aus menjawabnya, "Tidak akan binasa bagi orang yang telah
meninggalkan sosok seperti Malik." Kemudian dia berkata, "Tidakkah datang
pada kaumku ajakan dari Allah yang membawa kebahagiaan dan kebaikan.
Ajakan itu dibawa oleh seorang utusan dari keturunan Ghalib di Kota Makkah
yang terletak di antara sumur Zamzam dan Hijr Ismail. Jika dia ditemukan,
cepatlah kalian mempersilahkannya untuk tinggal di negeri kalian, Bani
Amir. Karena dengannya, kebahagiaan akan selalu bersama kalian."
Semua kaum Khazraj yang diceramahi Rasulullah di atas, mendengar
keterangan tersebut dari kaum Yahudi yang hidup di masa nabi.
Setelah Rasulullah,@ selesai dalam memberikan ceramahnya, sebagian
dari mereka berbisik pada teman-temannya, "Demi Allah, sungguh orang ini
adalahnabi yang dijanjikan oleh kaum Yahudi pada kalian." Akhimya mereka
menerima ajakan beliau, kemudian pulang ke negeri mereka (Madinah) dalam
keadaanberiman.
Mereka terdiri dari enam orang, yaitu As'ad binZ:urarah, Auf bin Afra',
Rafi' bin Malik, Quthbah bin Amir, Uqbah bin Amir, dan |abir bin Abdullah
bin Ri'ab.
Setibanya di Madinah, mereka menceritakan tentang Rasulullah. Mereka
mengajak kaumnya untuk memeluk Agama Islam. Akhirnya agama baru itu
tersebar luas di kalangan mereka.
Tahun berikutnya, dua belas orang kaum Anshar datang menemui Nabi
WOrAqabah. Tampak di antara mereka enam orang di atas selain |abir bin
Abdillah, selebihnya adalah Mu'adz bin Afra', Dzakwan bin Abd Qais, Ubadah
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
bin Ash-Shamit, Yazid bin Tsa'labah, Abbas bin Ubadatu Uwaim bin Sa'idah,
dan Abul Haitsam bin At-Taihan. Kemudian Nabi ffi *"*Urit mereka.l)
Ubadah bin Ash-Shamit berkata, "Rasulullah membaiat kami pada malam
hari di Aqabah. saat itu kami berjumlah dua belas orang. Dan saya salah
satunya. Kami berbaiat kepada Nabi ffi tanpa berjabat tangan, untuk tidak
menyekutukan Allah dengan lainnya, tidak melakukan pencurian, perzinahan,
dan tidak membunuh anak-anak lelaki. Kami juga berbaiat untuk tidak
melakukan dusta dan bermuka dua, serta tidak boleh membangkang beliau
dalam hal kebaikan."
Baiat itu dilaksanakan sebelum ada kewajiban untuk berperang. Sebagai
penutup, Nabi ffi bersabda,
"likakalian memenuhibaiat itu, maka surga adalahbalasannya.Tetapi jiknknlian
menyalahinya, maka Allah-lah yang akan memutuskan urusan knlian, karena
Dia aknn mengampuni atau menyiksa seorang hamba sesuai dengan kehendak-
Nyo "
Setelah semuanya selesai, mereka pulang. Mengiringi kepergian
mereka, Rasulullah mengirim seorang delegasi bemama Mush'ab bin Umair
ke Madinah untuk mengajar ilmu agama dan bacaan Al-Qur'an. Berkat
kegigihan Mush'ab inilah, banyak penduduk Madinah yang masuk Islam.
Isra & Mi'raj Rasulullah
Al-Waqidi meriwayatkan dari beberapa gurunya bahwa Isra' dan Mi'raj
terjadi pada malam Sabtu, 17 Ramadhan tahun ke-12 dari kenabian, tepatnya
delapanbelas bulan sebelum hijrah.
Sedangkan menurut guru-gurunya yang lain, kata Al-Waqidi, Rasulullah
ffi *elatukan Isra'dan Mi'raj pada malam tanggal 17 Rabi'ul Awal setahun
sebelum hijrah. Pendapat kedua inilah yang sesuai dengan informasi dari Ibnu
Abbas dan Aisyah.
Al-Waqidi berkata, "Saya mendengar Abul Fadhl bin Nashir guru saya
menjelaskan, "Sebagian ulama berpendapat bahwa Isra' dan Mi'raj terjadi
setahun sebelum hijrah. Ulama lainnya berpendapat bahwa peristiwa itu
terjadi enam bulan sebelum hijrah.
Pendapat yang mengatakan setahun sebelum hijrah, maka peristiwa itu
terjadi pada bulan Rabi'ul Awwal. Sedangkan pendapat yang mengatakan
Kesempurnaan Prtbadl Nabl Muhammad
1 Ibnu Katsir dalam KitabAl-Bidayah wan-Nihayaft dan Ibnu Hisyam dalam kitabAs-Sirah An-Nabawiyah.
delapan bulan sebelum hijrah, maka peristiwa itu terjadi pada bulan Rajub.
Adapun pendapat yang mengatakan enam bulan sebelum hijrah, maka
peristiwa itu terjadi pada bulan Ramadhan." Demikian ia mencoba
mengompromikan silang pendapat di atas.
"Saya sendiri berpendapat," kata Al-Waqidi, "Peristiwa ifu terjadi pada
tanggal2T Raiab.'
Dari Sahabat Anas bin Malik, bahwa Malik bin Sha'sha'ah pemah
bercerita kepadanya, bahwa Nabi telah menceritakan peristiwa isra dan
mi'rajnya kepada para sahabat. Beliau bersabda,
"Pada saat aku tidur berbaring di Al-Hathim (dalam riwayat Qatadah: di Al-
Hijir), tiba-tiba ada seseorangyang datang.Iaberkatapnda temannya, "Posisinya
paling tengah di antara tiga organ itu." I(emudian orang itu langsung mengiris
antara ini dan itu," katabeliau.
Qatadah berkata, saya bertanya pada Al-jarud yang saat itu ada di sebelah
saya, " Apa maksud itu semua?" Al-Jarud menjawab, "Yaitu dari rongga
lehemya sampai rambutnya." Aku juga mendengamya mengatakary "Dari
tulang dadanya sampai rambutnya."
Selanjutnya beliau Nabi ffi mehnjutkan kisahnya,
"Orang tersebut lalu mengeluarkan hnti di iladaku. Kemudian ia membawa
baskom dari emas yang penuh dmgan iman dan hikmah. Ialu ia membersihknn
hatiku dan memasukan isi baskom itu ke dalamnya. Setelah itu ia
mengembalikannya seperti semula. Kemudian aku diberi sebuah hewan
tunggangan berwarna putih, ukurannya lebih rendah dari bighal tetapi lebih tinggi
darikeledai."
Al-Jarudbertanya, "Abu Hamzah, apakahhewan itu adalahburaq?" Abu
Hamzah menjawab, "Ya, betul. Ia rneletakkan menghentakkan langkahnya
sejauh pandangan kita."
Nabi ffi kembali melanjutkan kisahnya,
"Dengan tunggangan itu,Jibril membawaku terbangsampai tiba di pintu
langit dunia. Ia meminta izin memasukinya. "Siapa ini?" tanya penjaga. Ia
menjawab, "Aku adalah jibril." Penjaga ifu kembali bertanya, "Dengan siapa
kau datang?" Ia menjawab, "Aku bersama Muhammad." "Siapa dia? Apakah
dia seorang rasul?" kata penjaga. Maka Jibril pun mengiyakarrnya. Setelah itu
penjaga tersebut mempersilahkan kami. "Mari silahkan masuk. Sungguh
bahagia kami kedatangan kalian."
Kesempurnaan Prlbadt Nabi Muhammad
Begitu memasuki langit pertama, di sana terdapat Nabi Adam,SlIiUtit
memperkenalkannya kepadaku. "Ini adalah nenek moyangmu Nabi Adam,
berikan salam kepadanya!" Aku langsung mengucapkan salam kepada beliau.
Beliau pun menjawabnya seraya berkata, "silahkan masuk, wahai putraku
seorang nabi yang saleh!"
Kemudian |ibril membawaku naik ke langit kedua. Setelah meminta izin
terlebih dahulu, kami pun dipersilahkan untuk memasuki pintu langit kedua.
Di sana terdapat Nabi Yahya dan Nabi Isa, keduanya saudara sepuPu.
]ibril memperkenalkan keduanya kepadaku dan menyuruhku untuk
mengucapkan salam. Setelah menyalaminya, mereka menjawabnya seraya
berkata, "silahkan masuk, wahai saudaraku seorang nabi yang saleh!"
KemudianJibril membawaku naik ke langit ketiga. setelah meminta izin
terlebih dahulu, kami pun dipersilahkan untuk memasukinya.
Di sana ada N abi Yusuf. Jibril memperkenalknnnya kepadaku dan menyuruhku
untuk menyalaminya. Setelah aku mengucapknn salam kepadanya, beliau menjawab'
nyn seraya berknta, " silahkan wahai saudaraku seorang nabi yang saleh!"
Kemudian libril membawaku naikke langit keempat. Setelah maninta izin terlebih
dahulu, kami pun dipersilahknn untuk memasukinya.
Di sana knmi bertemu dengan Nabi ldris. libril yang memperkenalknnnya padaku
danmenyuruhku untukmengucapknn salamkepadanya. Setelahmenyalaminya,Nabi
ldris menjawab salamku dan berkata, " silahknn, wahai saudaraku seorang nabi yang
saleh!"
Kemudian libril membawaku naikke langit kelima. Setelah meminta izin terlebih
dahulu, kami pun dipersilahknn untuk memasukinya. Di sana terdapat Nabi Harun.
Sepertibiasa,librilmemperkenalknnnyapadakulalumenyuruhkuuntukmengucapkan
salamkepadanya. BeliauNabiHarunmenjawab salamku danberkata, "Silahkan,wahai
saudaraku seorang nabi yang saleh!"
Kemudinn libril membawaku naikke langit keenam. Setelah meminta izin terlebih
dahulu, knmi pun dipersilahknn untuk memasukinya. Di sana knmi bertemu dengan
Nabi Musa. libril yang memperkenalkannya padaku lalu menyuruhku untuk
mengucapknn salam kepadanya. setelah aku menyalaminya, beliau pun meniawab
salamku danberkata, "silahknn masuk, wahai saudaraku seorang nabi yang saleh!"
Setelah aku pamit untuk melanjutknn perjalanan, Nabi Musa menangis. " Kenapa
knu menangis?" tanya seseorang. Beliau menjawab, "Pemuda ini diutus oleh Allah
setelahku, tetapi umatnya nanti lebih banyak yang masuk surga daripada umatku."
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
Kemudian libril membawaku naiklce langit ketujuh. Setelah meminta izin terlebih
dahulu, kami pun dipersilahknn untuk memasukinya.
Di sana knmi bertemu dengan N abi lbrahim. libril memperkenal-knnnya padaku
dan menyuruhku untuk menyalaminya. Setelah aku mengucapknn salam kepadanya,
beliau menjawab salamku dan berkata, "Silahknn masuk, wahai putraku seorang nabi
yang saleh!"
Kemudian aku diangkat menuju Sidratul Muntaha. Tumbuh-tumbuhannya
bagaikan tanaman yang merambat di daerah Hajar, sedangknn daunnya lebar bagaiknn
kuping gajah. "Ini adalah Sidratul Muntaha," kata libril memperkenalkan tempat itu
padaku. Di sana terdapat empat sungai. Dua di antaranya terlihat di dalam, sedangkan
dua lagi terlihat di luar. "Apa maksud dari kedua macam sungai tersebut, libril?"
tanyaku. libril menjawab, "Dua sungai yang terlihat di dalam adalah sungai yang
berada di surga. Sedanglun dua sungai yang terlihat di luar adalah sungai Nil dan
sungai Eufrat."
Selanjutnya aku dibawa naikke Baitul Ma'mur."
Qatadah berkata, "Al-Hasan menceritakan kepada kami dari Abu
Hurairatr, dari Nabi ffi,b"t uumelihat Baitul Ma'mur dimasuki oleh 70.000
malaikat pada setiap harinya. Setelah masuk ke dalamnya, malaikat-malaikat
itu tidak kembali lagi."
Kemudian Qatadah mengutip hadits Anas, beliau bersabda,
"Berikutnya dihidangknn kepadaku beberapa bejana, masing-masing berisi
lclnmar, susu, dan madu. Saat itu aku memilih bejana yang berisi susu. libril
berknta, "Pilihnnmu ini adalahfitrahbagimu dan umatmu nanti."
Selanjutnya aku menerima lcewajiban berupa shalat lima puluh waktu sehari
semalam.
Setelah semua itu berlalu, aku pun kembali turun. saat sampai pada tempat di
mana Nabi Musa berada, aku berhenti.
" Perintah apa yang engkau dapatkan? " tanya beliau.
" Aku diperintahknn untuk melakukan shalat lima puluh waktu sehari semalam,"
jawabku.
"Umatmu tidak akan mampu melakulan shalat lima puluh waktu. Aku telah
berpengalaman dengan umat sebelum kamu. saat itu, aku kewalahan
menghndapi Banilsrail. Nah,sekarangkembalilagikepadaTuhnnmudanmintalah
keringanan untuk umatmu," ujar Nabi Musa.
Kesempurnaan Prlbadi Nabi Muhammad
Aku pun kembali naik untuk meminta keringanan. Maka Allah mengurangi
sepuluh waktu dari kewajiban di atas. Setibanya di hadapan Nabi Musa, beliau
kembali bertanya, " Apa kata TuhanmuT " Aku menjawab, " Aku diperintahkan
untuk melakuknn shalat empat puluh waktu setiap hari."
Beliau kembali berknta, "l..lmatmu tidak aknn dengan kewaiiban empat puluh
waktu setiap hari. Aku sungguh telahberpengalaman dengan umat sebelum kamu.
Saat itu aku sangat kewalahan dalam menghadapi Bani lsrail. Kamu harus kembali
lagi kepada Tuhan untuk meminta keringanan bagi umatmu."
Maka aku naik lagi untuk meminta keringanan . Malu Allah mengurangi sepuluh
dari kewajiban sebelumnya. Ketikn bertemu Nabi Musa, beliau bertanya lagi,
"Apa yang diperintahkan Tuhan?" Aku menjawab, "Dia menyuruhku untuk
melakukan shalat tiga puluh waktu." Beliau kembnli berkata, "Umatmu tidak
mampu melakuknn shalat sebanyak tiga puluh waktu. Hal ini berdasarknn
pengalamanku dalam menghadapi umat sebelum ktmu, yaitu Bani lsrail. sekarang
kamu hnrus kembali menemui Tuhan untuk meminta keringanan bagi umatmu."
Aku pun kembali kepada Atlah. Al&irnya Dia mengurangi sepuluh lagi dari
kewajiban itu semua. I-alu aku menemui Musa. " Apa lata Tuhan? " tanya beliau.
" Aku diperintahknn untuk melaksanakan shalat dua puluh waktu setiap hari,"
jawabku. Nabi Musa lalu berknta, "ll.matmu tidak mampu dengan kewajiban
dua puluh waktu shnlat setinp hnri. sungguh aku telah menghadapiknum sebelum
kamu, yaitu Bani lsrail, mereka sulit diperbaiki. seknrang knmu harus kembali
kepada Ailah dan minta keringanan bagi umatmu. sungguh aku telah menguii
kaum sebelum knmu, yaitu Bani lsrail. s eknrang knmu kembali lagi kepada Allah
untuk meminta keringanan bagi umatmu."
Kemudian aku kembali dan aldtirnya mendapatknn keringanan berupa kewajiban
shntatlinuwaktu sehnrisemalam. Sepertibiasasaat bertemu denganNabi Musa,
belinu memintaku untuk meminta keringanan kemb ali kep ada Allah. Menurutny a,
umatku nanti akan mer flsa berat memikulny a.
Akhirnya aku kataknn kepadanya bahwa aku merasa malu untuk meminta
keringanankepada Allah yang lebih dari itu. Aku rela dan pasrah menerimanya.
Setelah itu, ada suara memanggil, " Aku telah memberikan kewajiban itu sekaligus
meringankannya atas hnmba-hamba-Ku." (HR. Bukhari)
Dari |abir, diriwayatkan bahwa Rasululhh ffi bersabda,
"Pada saat kaum Quraisy mendustakanku tentang peristiwa lsra' dan M{rai,
Allah menampakkan masjid Baitul Maqdis di hadapanku, makn aku pun
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
menyebutknn ciri-ciri masjid tersebut pada mereka, berdasarkan penglihatanku
langsung." (HR. Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda,
"setelah peristiwa lsra' Mi'rnj, aku meniadi takut tinggal di Makkah. Orang-
orang semakin mendustaknnku. Karenanya, aku banyak menyendiri dalam
keadaan sedih."
Suatu saat , Abu Jahal berpapasan dengan Nabi. Ia bertanya dengan
sinis, "Apakah ada sesuatu terjadi padamu?" "Ya," jawab Rasulullah ffi
singkat. " Apaibt?" tanya Abu |ahal sambil mengejek. Beliau meniawab, " Aku
telah melakukan perjalanan panjang pada malam hari." "Ke mana?" ujar Abu |ahal.
Beliau menjawab, "Ke Baitul Maqdis (Palestina)." Abu |ahal kembali bertanya,
"Terus pada pagi harinya engkau tiba di tengah-tengah kami (yaitu di
Makkah)?" Beliau menjawab, "Y a, betul."
Abu Jahal tidak menampakkan sikapnya untuk mendustakan peristiwa
tersebut. Ia khawatir Nabi tersinggung dan tidak mau bertemu dengan kaum
Quraisy yang akan dipanggilnya. Ia berkata, "Apakah engkau akan
menceritakan kembali kepada kaummu semua pernyataan yang barusan kau
ceritakan padaku?"
Nabi menjawab, "Ya. Aku aknn menceritaknnnya pada meteka."
Kemudian Abu Jahal memanggil kaumnya. "Hai saudara sekalian dari
Bani Ka'ab bin Lu'ay, kemarilah dan duduklah di sini!" Maka Bani Ka'ab
berkumpul di hadapan Nabi dan Abu Jahal. Lalu Abu ]ahal menyuruh Nabi
unfuk menceritakan semuanya di hadapan mereka. Dengan menarik nafas
panjang, beliau mulai bercerita, "Semalam aku telah melakuknn perialanan
panjang ke Baitul Maqdis."
"Terus pada pagi harinya engkau telah sampai di sini (Makkah)?" tanya
mereka.
"Ya,bet:u\," jawab beliau singkat.
Mendengar cerita tersebut, di antara mereka ada yang bertepuk tangan.
Ada juga yang meletakkan tangannya di atas kepala karena merasa heran.
Mereka tidak ada yang mempercayainya.
Mereka bertanya, "Apakah engkau bisa memberikan kepada kami ciri-
ciri masjid tersebut?" Maklum, di antara mereka ada yang pemah berkunjung
ke sana (Palestina) dan melihat Masjidil Aqsha.
Kesempurnaan Prlbadl Nabt Muhammad
Maka Rasulullah ffi *"r,y"butkan ciri-ciri masjid tersebut, beliau
berkata, "Bahknnhampir-hampir adabeberapa ciriyang aku sudah tidakmengingatnya
lagi. Akhirnya bentuk masjid itu Allah tampakknn di hadapanku hingga menghalangi
letak pintu Uqail. Aku dapat melihatnya dengan jelas. Aku pun kembali menyebutknn
ciri-ciri masjid itu sampai selesai.
Mereka berkata, "Dari ciri-ciri tersebut, memang ia menyebutkannya
dengan tepat sekali." Demikian beliau menutup ceritanya. (HR. Ahmad dalam
Iltab Al-Musnad danAl-Baihaqi dalam Kitab Dala'il An-Nubuwwah)
Para sahabat yang meriwayatkan hadits Isra dan Mi'raj dari Rasulullah
ffibanyaLsekali. Di antara mereka yaitu Ibnu Mas'ud, Ali, Abu Dzar,Way,
Hudzaifah, Jabir, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, dan Ummu Hani'.
Dalam haditsnya Anas bin Malik, ada dua jalur periwayatan. Pertama,
jalur riwayat Syuraik dari Anas bin Malik. Kedua jalur riwayat Hammad bin
Salamah dari Tsabit dari Anas bin Malik. Hadits tersebut menceritakan bahwa
Rasulullah ffi bersabda,
" Aku naik lcembali menemui Tuhanku (untuk meminta keringanan), maka Dia
mengurnngi lima waktu dari kewajiban tersebut. Lalu aku turun dan mondar
mandir dari Allah ke Musa. Dan Allah terus mengurangi kewajiban tersebut
lima demi lima (sehingga menjadi lima waktu shalat dalam sehari semalam,
penj.)" (HR. Muslim)
Hadits dengan versi ini hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sedang-
kan versi pertama pertama validitasnya lebih kuat karena keshahihannya
disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari riwayat Anas bin Malik.
Anas sendiri meriwayatkan, bahwa Allah mengurangi jumlah tersebut
sepuluh demi sepuluh. Oleh karena itu, versi ini, yaitu "Allah menguranginya
lima demi lima" mertpakan suatu kekeliruan dari perawi.
Diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah,ffi bersabdn,
"Di malam Isra', libril datang kepadaku dengan membawa Buraq yang telah
dipasangi lampu dan tali kemudinya. ketikn aku menungganginya, hewan itu
sulit seknliberjalan. Makn Jibrilberkata, "Apakah englausengajamelakukanhnl
itu pada Muhammad? Demi Allah, tidak ada seorang pun nabi yang
menunggangimu lebih mulia di sisi Allah daripada Muhammad." Setelah itu,
baru kemudian Buraq lari dengan lcencang." (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
Kesempurnaan Prtbadl Nabt Muhammad
Pertemuan Rasulullah dengan Kaum Ansha dalam Aqabah Kedua
Ka'ab bin Malik berkata, "Kami (kaum Anshar) pergi untuk berhaji.
Setibanya di Kota Makkah, tepatnya di Aqabah, kami membaiat Rasulullah
ffi.nlitu terjadi pada hari tasyriq.
Hadirbersama kami saat itu Abdullahbin Amrbin Haram (AbuJabir)'
Kami menyembunyikan orang-orang yang ikut bersama kami dari rongrongan
kaum kami yang musyrik agar tujuan kami dapat berjalan dengan lancar.
Kemudian kami berkata pada Abu Jabir, "Hai Abu Jabir, Anda adalah salah
satu tokoh kami yang terkemuka. Anda juga berasal dari keturunan bangsawan
di kalangan kami. Karenanya kami tidak ingin Anda, dengan keadaan Anda
sekarang ini, nanti menjadi kayu bakar api neraka."
Kemudian kami mengajaknya untuk memeluk Islam dan menceritakan
kepadanya tentang perjanjian bersama Rasulullah ffi. ltut, Abu Jabir pun
masuk Islam dan ikut mengucapkan perjanjian Aqabah. Bahkan dia menjadi
pemimpinnya.
Pada malam itu, kami tidur bersama rombongan di tenda-tenda. Pada
sepertiga malam, kami keluar tenda menuju tempat perjanjian di mana
Rasulullah berada. Kami berjalan dengan sembunyi-sembunyi dan menyelusup
seperti kucing.
Akhimya kami bertemu bersama di sebuah bukit dekat Aqabah. Semuanya
berjumlah tujuh puluh orang. Ikut bersama kami dua orang wanita, yaitu
Nusaibah binti Ka'ab (Ummu Umarah) dan Asma' binti Amr bin Adiy.
Di bukit inilah kami menunggu Rasulullrh m.Tidak lama kemudian,
beliau datang ditemani oleh pamannya Al-Abbas yang pada saat itu masih
memeluk agama leluhurnya. Al-Abbas sengaja hadir untuk menjadi saksi
atas pertemuan antara keponakannya Muhamm^d@dengan kaum Anshar.
Setelah duduk, Al-Abbas berkata, "Wahai'KaumKJtazrai," orang Arab
menamakan wilayah kaum Anshar dengan sebutan Khazraj, karena terdiri dari
Aus dan suku [Qtazraj,"sesungguhnya Muhammad adalah dari kalangan kami.
Ia telah mengetahui kalian. Kami telah melarang dia untuk mengajak kaum
kami pada ajarannya. Sebenarnya ia orang terpandang di kaumnya dan
mempunyai kekuatan di wilayahnya. Tetapi ia membangkang dan memilih
putus dari kami untuk kalian. ]ika katian bersepakat untuk memenuhi apa
yang kalian inginkandarinya dan menjaga dia dari orangyangmenyalahinya,
maka kalian harus menanggung sendiri segala resiko dari itu semua. Tetapi
jika kalian ingin menyerahkan dia pada musuhnya sehingga dia hina, maka
Kesempurnaan Prlbadt Nabl Muhammad
tinggalkanlah dia, karena diaberasal dari keluarga terhormat yangberpengaruh
di tengah-tengah kaumnya."
Kami (kaum Anshar) berkata, "Baiklah, kami paham betul dengan
pernyataan Anda. Sekarang, kami persilahkan Rasulullah berbicara sesuai
dengan misinya sebagi utusan Allah."
Kemudian Rasulullah ffi *"n Urcakan ayat suci Al-eur,an dan
mengum;rndangkan seruan unfuk memeluk Islam. Lalu beliau berkata,
" Aku membaiat (menaruh janji pada) kalian untuk menjagaku dari segara upaya
yang tidak dilcthendaki oleh istri dan anak-anakkalian."
Mendengar hal itu, Al-Bara bin Ma'rur tampil sambil memegang tangan
Nabi ffi. "Demi Allah yang telah mengutus engkau menjadi Nabi dengan
membawa kebenaran, kami sungguh akan mencegah engkau dari segala upaya
yang tidak dikehendaki oleh istri-istri kami. Damaikanlah kami, wahai
Rasulullah! Kami adalah orang-orang yang biasa berperang dan menumpahkan
darah. Kebiasaan ini merupakan warisan dari pada pendahulu kami.,,
Pernyataan tersebut diprotes oleh Abul Haitsam bin At-Tayihan. Ia
berkata, "Wahai Rasulullah, sebenamya cinta dan kasih sayang tumbuh di
antara kami. Tetapiperjanjian di antara kami sendiriyangmembuat itu semua
pudar. ]ika kami berperang lagi, kemudian Allah menyuruh engkau untuk
kembali kepada kaummu, apakah engkau akan meninggalkan kami seperti
ittt?"
Mendengar pernyataan demi pernyataan tersebut, Rasulullah ffi
tersenyum. "Darah harus dibalas dengan darah pula, dan kehancuran harus dibalas
denganlcehancuranyangsetapa. Knlian dan aku adalah satu. Aktt tidakakanmemerangi
orang-orang yang knlian perangi. Dan aku aknn menyerah pada orang yang knlian
takuti. sekarang, tolong hadapkanlah kepadaku dua belas orang pemimpin untuk
maoakili kaum mereka masing-masing."
Maka mereka pun memilih dua belas orang pimpinan, sembilan orang
dari suku Khazraj dan tiga orang dari suku Aus. (HR. Ahmad dan Ibnu Hisyam)
Dalam riwayat Ibnu Ishaq. dari Ma'bad, dari ayahnya yaitu Ka,ab, ia
menuturkan, bahwa orang yang pertama kali menjabat tangan Rasulullah
ffi untuk baiat adalah Al-Bara'bin Ma'rur. Lalu setelah itu, satu persatu
semuanya mengikuti langkah Al-Bara untuk berbaiat.
setelah kami membaiat Rasulullah, setan keluar dari puncak bukit
Aqabah. Dari kejauhan, suaranya terdengar jelas, "Wahai orang-orang yang
Kesempurnaan hbadt Nabl Muhammad
tinggal di sana! Apakah kalian ingin ikut dicemooh dan dicela bersama
Muhammad? Sungguh kaumnya telah bersepakat untuk memerangi kalian."
Maka Rasulullah ffi berk ata, " Itu adalah suara setan y ang menempati Aqabah.
Hai Musuh Allah!" {anjut beliau ke arah datangnya suara-/ "demi Allah, aku
aknn menghabisimu."
Kemudian beliau menyuruh kami untuk kembali ke tempat peristirahatan
masing-masing.
Al-Abbas bin Ubadah mendekati beliau, ia berkata, "Demi Dzatyang
telah mengutusmu dengan kebenaran, jika engkau setuju, besok kami akan
menuju Mina demi membawa persenjataaR kami." Beliau menjawab, "Aku
belum memerintahknn kalian untuk hal itu. "
Maka kami pun pulang untuk beristirahat. Pada keesokan harinya, para
pemuka Quraisy mendatangi tempat kami. Mereka langsung menginterogasi.
"Wahai kaum Khazraj, kami sungguh telah mendapatkan informasi bahwa
kalian telah mendatangi Muhammad dan memintanya untuk keluar dari
wilayah kami. Bahkan kalian telah membaiatnya untuk memerangi kami.
Demi Tuhary tidak ada orang Arab yang paling kami benci untuk mengobar-
kan peperangan antara kami dan mereka, daripada kalian."
Melihat gelagat tersebut, diutuslah beberapa orang musyrik dari kalangan
kami kepada kaurn Quraisy. Mereka bersumpah atas nama Tuhan bahwa
sejauh ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari kami.
Mereka berkata jujur karena memang tidak mengetahui apa saja yang
terjadi pada kami semalam. Akhimya kami saling memandang antara satu
dengan yang lain (Siapa kiranya yang telah membocorkan itu semua).
Diriwayatkan dari Jabir, pada suatu pekan raya, Rasulullahffiberujar,
"Siapa kiranya yang bersedia melindungiku?" Beliau terus mengucapkan hal itu
di tengah-tengah khalayak sampai akhimya Allah mengirim kami dari Kota
Yatsrib (sekarang Madinah) untuk melindungi beliau dan mengimaninya.
Kemudian di antara kami ada yang berkata, "Sampai kapan kita membiarkan
Rasulullah dikucilkan di pegunungan Makkah dalam keadaan diteror terus
menerus?"
Kemudian diutuslah tujuh puluh orang dari kami untuk menemui beliau
pada sebuah pekan raya. Kami berjanji padanya untuk bertemu di bukit Aqabah.
Setibanya di sana, kami berkumpul di hadapan beliau. "Wahai Rasulullah, apa
yang harus kami baiatkan (menjunjung perjanjian) pada engkau?" Beliau
menjawab,
Kesempurnaan Prtbadt Nabt Muhammad
" Knlian harus ber janji untuk selalu mematuhiku, baik dalam keadaan semangat
maupun malas. Knlian harus berinfak baik dalam keadaan senang maupun susah.
Kalian harus menyuruh pada kebajikan dan mencegah atas kemungknran. Knlian
harus selalu berada di jalan Allah dan tidak takut pada siapa pun. Selain itu,
kalianhnrus menolong danmenjagaku sampaiaku tibadi daerahkalian darisegala
hal yang tidak diinginkan oleh diri knlian, istri dan anak-anakknlian. lika knlian
memenuhi itu semua, sur galah balasanny a. "
Kami pun semuanya berdiri di hadapan beliau untuk membaiatnya.
As'ad bin Zurarah, oruu:rg yang paling muda di antara mereka, bangkit
dan menjabat tangan Nabi ffi. Ia berkata, "Kemarilah wahai penduduk
Yatsrib! Kita tidak akan menyembelih onta sebelum terlebih dahulu mengetahui
bahwa beliau adalah utusan Allah. Mengeluarkan beliau sekarang dari
Makkah berarti perpecahan semua suku di lazirah Arab. Hal itu juga akan
memacu pembunuhan atas para pemuka suku kalian. Nasib kalianpunberada
di ujung pedang. |ika kalian berani menanggung semua resiko itu, maka kalian
akan mendapatkan pahala dari Allah. Tetapi jika kalian pengecut dan takut
akan keselamatan diri kalian, maka berdiamlah, jangan mengambil resiko! Allah
akan memaklumi semuanya."
Mendengar pemyataan As'ad tersebut, mereka menjawab, "Biarkan kami
bertindak, wahai As'ad! Demi Allah, kami tidak akan meninggalkan baiat ini.
Dan kami tidak akan membatalkan baiat ini selamanya." Selaniutnya kami
berdiri untuk membaiat Nabi ffi. Beliau meniabat kami dan menjanjikan surga
sebagai balasannya." (HR. Ahmad)
Kaum Qurasy Mengetahui Apa yang Dilakukan Kaum Anshar
Ka'ab bin Malik meriwayatkary bahwa setelah kaum Anshar meninggal-
kan Mina, kaum Quraisy gencar menyelediki kabar tentang apa yang terjadi
sebenamya. Dan temyata dugaan mereka benar. Kaum Anshar telah bersepakat
denganNabi.
Maka mereka pun mencari ke mana arah perginya kaum Anshar. Akhimya
mereka menemukan Sa'ad bin Ubadah dan Al-Mundzir bin Amr di sebuah
tempat. Al-Mundzirberhasil lolos dari sergaPan mereka. SedangkanSa'ad bin
Ubadah dapat ditangkap. Mereka mengikat tangannya ke leher untuk dibawa
ke Makkah. Lalu Jubair bin Muth'im dan Al-Harits bin Umayyah datang.
Keduanya meminta agar Sa'ad dilepaskan. "Ia adalah rekan bisnis kita," jelas
keduanya.
Kesempurnaan prlbadl Nabl Muhammad
Dalam riwayat Ibnu Ishaq, dikisahkan bahwa Rasulullah,ffi memerintah-
kan para sahabatnya untuk hijrah ke Madinah. Maka mereka pun bergantian
meninggalkan Makkah. Beliau sendiri masih menunggu izin dari Allah ffi.
Tidak ada seorang pun kaum muhajirin yang meninggalkan kampung
halamannya kecuali mereka pernah mengalami siksaan dari kaum kafir
Quraisy. Hanya Abu Bakar dan Ali yang tidak pemah mengalami penganiayaan
dari mereka.
Abu Bakar meminta izin kepada Rasulullah untuk berhijrah, tetapi beliau
melarangnya dan memintanya untuk tidak terburu-buru.
Akhimya kaum musyrikin Makkah mengetahui bahwa para pengikut
Rasulullah telah sampai di suatu tempat. Mereka juga mencium rencana
Rasulullah yang akan berhijrah menyusul para pengikutnya.
Maka mereka punberkumpul di Darun Nadwah unfuk memusyawarah-
kan kebijakan yangakanmereka tempuh. DarunNadwah adalah ruangsidang
umum kepunyaan Qushay bin Kilab. Di rumah tersebut, kaum Quraisy
mendiskusikan segala hal menyangkut kebijakan mereka di tengah-tengah
masyarakat. Begitu pula untuk mengatasi lonjakan imigran kaum muhajirin
dan rencana hijrah Nabi, mereka beramai-ramai memasuki tempat itu untuk
membahas dan mendiskusi-kannya.
Sejarahwan Ibnu Ishaq meriwayatkan dari orang terpercaya, dari Abdullah
bin Abu Najih, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Pada saat kaum
Quraisy sedang bermusyawarah (di Darun Nadwah), Iblis dalam wujud
seorang kakek kharismatik muncul di depan pintu ruangan. Mereka bertanya,
"Siapakah Anda, orang fua?" Si kakek menjawab,"Sayaadalah seorang kakek
dari daerah Nejd yang kebetulan mendengar perbincangan kalian tentang
Muhammad. Dan saya tertarik untuk ikut bersama kalian membahasnya.
Mungkin saya dapat memberikan masukan yang bisa membantu
menyelesaikan persoalan yang sedang kalian bahas." Setelah Si kakek itu
mengutarakan maksudnya, akhirnya mereka mempersilahkan dia untuk
masuk ke ruangan sidang. Para peserta sidang sendiri terdiri dari seluruh
bangsawan dan tokoh terkemuka kaum Quraisy dari berbagai suku etnis.
Seorang peserta sidang angkat bicara, "Kita sudah mengetahui sepak
terjang Muhammad selama ini. Demi Tuharu kita tidak akan membiarkan dia
dan pengikutnya menghancurkan kekuatan kita. Oleh karena itu, kita harus
menemukan solusi dalam rapat ini."
Kesempurnaan Prtbadt Nabt Muhammad
"Tangkap dan masukkan saja dia ke kerangkeng besi. Lalu kita tunggu
reaksi apa yang akan ditempuh oleh para pengikutnyal", kata seseorang
mengajukan usulannya.
Si kakek dari Nejd yang dari tadi mengikuti jalannya persidangan,
menanggapinya, "Ide itu tidak tepat sama sekali. Aku yakin, jika kalian
memenjarakan Muhammad, maka di luar sana para pengikutnya akan
menentang dan melakukan perlawanan pada kalian."
"Bagaimana jika kita mengusirnya dari Makkah?" kata peserta lainnya.
Si kakek kembali mengajukan keberatannya. "Tidak, itu adalah sebuah
kekeliruan. Aku yakin kalian telah mengetahui sosok Muhammad. fika
berbicara, dia pandai sekali. Banyak orang-orang yang mendengar perkatannya
terpengaruh dan tunduk sebagai pengikutnya. Oleh karena itu, jika kalian
bersepakat untuk mengusirnya, aku tidak menjamin suatu saat dia akan
merekrut para penduduk dimana ia singgah. Lalu mereka akan bersumpah
setia untuk membantu perjuangannya. Selanjutnya, dengan kekuatan mereka,
kalian akan dihancurkan. "
Setelah pendapat demi pendapat mengalir dan keputusan sidang masih
mengambang, akhirnya Abu fahal bangkit dan berkata, "Demi Tuhan, aku ada
ide yang belum pemah terlintas di benak kalian. Aku yakin ini adalah solusi
yang tepat untuk mengatasi masalah Muhammad."
Para peserta sidang terperangah. Pandangan mereka tertuju semua pada
Abu Jahal. " Apaittt?" kata mereka serentak.
"Begini saudara sekalian. Pertama-tama kita harus merekrut seorang
pemuda yang kuat, tangguh, gagah, danberani dari setiap kabilah (suku etnis)
di Makkah. Lalu kita membekali masing-masing pemuda itu dengan pedang
yang panjang dan tajam. Satu persatu dari mereka harus menghunuskan
pedangnya pada Muhammad sampai mati. Dengan demikian kita tenang.
Pembunuhan ini ditanggung sepenuhnya oleh semua kabilah. Maka nantinya,
tidak mungkin Banu Abdi Manaf (suku Nabi) menuntut balas. Mereka tidak
akan sanggup melawan semua kabilah yang ada. Selanjutnya, kita tanggung
bersama pembayaran diyatnya (yaitu uang tebusan atas pembunuhan) kepada
mereka. Bagaimana, setuju?"
Si kakek dari Nejd langsung menyahutinya, "Wah, bagus sekali pendapat
ini. Aku rasa pendapat inilah yang paling tepat." Akhirnya semua sepakat dan
membubarkan diri dari ruang sidang.
Kesempurnaan Pribadl Nabl Muhammad
Malaikat Jibril turun menemui Nabi dan mengabarkan rencana kaum
Quraisy di atas. "Muhammad, engkau jangan tidur malam ini di kamarmu!"
saat malam hari tiba, para pemuda yang sudah dilengkapi pedang itu
berkumpul di depan pintu rumah Rasulullah. Mereka mengepungnya sambil
mengendap-endap kapan Nabi tidur agar target mereka tepat mengenai
sasaran.
Rasulullah ,"ndi.i dapat melihat posisi mereka di luar dengan jelas.
Beliau berkata kepada Ali bin Abu Thalib, "Tidurlah di kamarku dan pakailah
selimut hijau buatan Hadhramaut ini! Dengannya, tidak ada sedikit pun tipu
daya mereka yang akan mengenaimu." Padahal, Rasulullah, pada hari-hari
biasa, biasa memakai selimut tersebut untuk tidumya. (Ibnu Hisyam dalam
As-S ir ah An-N abaw iy ah)
Dalam menafsirkan firman Allah,
: Jwlrt @"!;-;.:- :1 4;*'-i'rt 4; iit it F u-ii +1,#"t S
t;'
" Dan saat orang-orang knfir Quraisy mendiskusiknn daya upaya terhadapmu
untuk menangknp dan memenjaralanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu."
(Al-Anfal:30),
Ibnu Abbas berkata, "Suatu malam kaum Quraisy bersidang di Makkah.
Beberapa pendapat bermunculan. Ada yang mengusulkan untuk memenjara-
kan Nabi. Bahkan ada juga yang ingin agar Nabi dibunuh atau diusir dari
Makkah."
Allah menginformasikan skenario kaum Quraisy tersebut pada
Rasululhhffi. Karenanya, pada malam tersebutAli^*b tiau di tempattidur
Rasulullah. Nabi sendiri, pada malam yang sama, keluar rumah sampai
akhimya tiba di sebuah gua. Sementara itu, kaum musyrikin tertidur saat
mengintai Ali yang diduganya sebagai Rasulullah.
saat fajar pagi menyingsing, mereka bangkit dan memburu tempat
tidur Rasulullah. Tetapi yang didapatinya adalah Ali. Allah sengaja
menggagalkan rencana jahatmereka. "Di mana temanmu (yaitu Muhammad)?"
tanya mereka. Ali menjawab,"Saya tidak tahu ke mana beliau pergi."
Mereka pun menyebar untuk melacak jejak kepergian beliau. Setibanya
di sebuah gunung, mereka bersama-sama mendakinya sampai pada sebuah
gua. Mulut gua itu dipenuhi oleh jala laba-laba. "|ika dia masuk ke gua ini,
Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad
tentu sarang laba-laba ini tidak ada," :ujar mereka