akidah islam 4 mazab 12


 tsiq. 

Sementara uj ian terkait AI-Qur' an makhluk merupakan fenomena

terbesar dari fenomena-fenomena permusuhan antara ahli hadits dengan

ahli kalam."2

Yang terpenting bagi saya adalah bahwa keadaan saar iru meng-

haruskan Ahmad bin Hambal untuk mengetahui golongan-golongan

ini dengan mencermati pendapar-pendapat mereka sebagaiman^ yang

I AhmadAmin,DhthaAl-khn(21135).

2 tbid(2n36).

434 @ ef.ia*, Islam Menurur Empat Madzhab

diungkap dalam berbagai sumber rujukan yang repercaya. dxinya. Dalam

pernyaraan yang dinukil darinya oleh salah satu muridnyar -setelah

menjelaskan madzhab Ahlu Sunnah terkait banyak masalah yang mencuat

saar iru- dia menyarakan, "Ahli bid'ah memiliki julukan dan nama yang

tidak mengindikasikan nama orang-orang saleh bukan pula ulama dari

umat Nabi Muhammad. Di antara nama-nama mereka adalah Murjiah,

mereka adal"h y*g mengatakan bahwa iman adalah uslPan tanpa amal, dan

Qadariyah, yaitu mereka yang menyatakan bahwa kesanggupan, kehendak,

dan kemampuan tergantung pada mereka. Dia juga menyebutkan nama

beberapa golongan beserta keyakinan-keyakinan mereka, yaitu Mutazilah,

Jahmiyah, Nashriyah,'Waqifah, Sab' iyah, Khasybiyah, dan Khawarij' Semua

yang disebutkan oleh Imam Ahmad dipaparkan melalui pendapat-pendapat

dan keyakinan-keyakinannya, dan juga menjelaskan dengan sangat singkat

kesalahan-kesalahan mereka terkait dalil-dalil mereka dan sikap mereka

secara umum.

Kemudian dia menyampaikan sanggahan terhadap berbagai tuduhan

yang dilontarkan oleh sebagian dari mereka terhadap ahli hadits, dia

mengarakan, "Aku melihat kalangan yang memperturutkan hawa nafsu

dan bid'ah serta perselisihan memiliki narna-nama yang buruk. Mereka

menyebutkan nama-nama itu pada Ahlu Sunnah dengan maksud sebagai

celaan dan kecaman bagi mereka, serta sebagai serangan dan pelecehan

terhadap mereka menurut orang-orang dungu dan bodoh'"

Adapun Murjiah, mereka menyebut Ahlu Sunnah dengan nama

?eragu. Murjiah bohong, justru mereka yang layak disebut peragu dan

pendusta.

sedangkan Qadariyah, mereka menyebut Ahlu Sunnah wal Itsbat

sebagai orang-oran g yangterpaksa. Qadariyah boho n g, j ustru mereka yang

lebih layak disebut pendusta dan suka berselisih. Mereka menghilangkan

kuasa Allah dari makhluk-Nya dan mengatakan; Allah tidak memiliki

kewenangan untuk itu.

I Saya mensinyalir dia adalah Ahmad bin Jdfal Al-Ashthakhri. Jika Adz-Dzahabi melihat sesuatu pada

,-"drry", namun Ibnul Jauzi, Abu Ya'la, dan lainnya meriwayatkan keduanya dengn menegaskan

pcnisbatannya. Saya lebiir condong pada pendapat ini. Sebab, kata-kata yang tidak dapat diterima di

Ld"-rry" r"rrg"t r.dikir, dan dimungkin-kan itu sebagai kesalahan juru ulis.Baca: Al-Madbhal ih

Madzhab Al- Inan Ahmad (9 6).

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikih..' {tr 435

Jahmiyah adalah mereka yang menyebut Ahlu Sunnah sebagai orang-

orang yang menetapkan keserupaan (antara Allah dengan makhluk-Ny").

Jahmiyah musuh Allah itu pembohong. Justru mereka yang lebih layak

disebut sebagai orang-oran g yang menetapkan keserupaan dan kedustaan.

Mereka mengada-adakan kebohongan terhadap Allah dan mengarakan

kedustaan serta kepalsuan, dan mereka kafir lantaran pernyataan mereka.

Sedangkan Rafidhah adalah mereka yang menyebut Ahlu Sunnah

sebagai golongan Nashibah. Rafidhah pembohong, justru mereka yang

lebih tepat disebut Nashibah yang melontarkan cacian dan kecaman

kepada sahabat-sahabat Rasulullah ffi dan mereka mengatakan yang tidak

benar terkait para sahabat itu, serta menyebut mereka tidak adil. Rafidhah

melakukan ini lantaran kekafiran dan kezhaliman, serta kelancangan

terhadap Allah serta melecehkan Rasulullah 6. Mereka lebih layak disebut

demikian dan pantas mendapatkan balasan. Allah merahmati hamba yang

menyampaikan kebenaran dan mengikuti arsar serta berpegang pada sunnah

dan meneladani orang-orangyeng saleh. Semoga Allah melimpahkan

taufik-Nya.

Ya Allah, runtuhkanlah kebatilan Murjiah, lemahkanlah tipu daya

Qadariyah, nistakan Dinasti Rafi dhah, dan lenyapkanlah syubhat-syubhat

ahlur ra'yi, serta cukupkanlah kami dari ulah Khawarij, dan segerakan

balasan terhadap Jahmiyah. 

t

Itulah tabiat hubungan antara Ahmad dengan golongan-golongan

pada masanya. Tidaklah Ahmad mengecam kalam tidak pula mencela ahli

kalam melainkan setelah mengenali mereka dan mengetahui kerusakan

tuntunan mereka, serta mengerti bahwa orang yang hendak menjelaskan

kebenaran terkait suatu perkara dari perkara-perkara akidah atau lainnya

maka dia cukup mengacu pada Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya serta

atsar dari generasi sahabat beliau yang mulia.

Saya mengatakan, Ahmad benar-benar mengerahui mereka karena dia

memiliki berbagai sarana ilmu yang shahih berupa ilmu debat berdasarkan

Al-Qur' an, sunnah, dan dalil-ddil dalam jawaban-jawabannya sequa cermar

dan jelas. Ahmad pernah terlibat perdebatan terkait masalah-masalah fikih,

I AbuYa'la, ThabaqatAl-Hanabihh (1136),Al-Madkhal(98).

436 6 ef.ia"f, Islam Menurut Empat Madzhab

berdebat dengan fuy-Syaf i,' dan berdebat Yahya bin Adam,2 padahal

keduanya merupakan rckoh fikih terkemuka. Akan tetapi perdebatan-

perdebatannya ini mengacu pada manhajnya adalah untuk menjelaskan

kebenaran dan membelanya. Perdebatan ulama fikih sangat jauh berbeda

dengan perdebatan dan perselisihan yang dipandang oleh Ahmad sebagai

sifat yang identik dengan perdebatan yang dilakukan oleh ahli kalam. Ddam

riwayat dari Ahmad dinyatakan bahwa dia berdebat terkait masalah-masalah

akidah narnun itu dilakukannya lantaran terpaksa dan tidak dapat dielakkan,

dan juga sesuai dengan manhajnya bahwa dia tidak berbicara kecuali dari

AI-Qur'an dan sunnah serta dimalsudkan unruk membela kebenaran

meskipun itu membebaninya.

Sebagaimana yang diceritakan oleh putranya, Shalih; ayahku

mengatakan, "Saat itu setiap hari ada dua orang yang dihadapkan kepadaku,

sdah satunya bernama Ahmad bin Rebbah, sementara yang lain Abu Syuaib

Al-Hajjam. Keduanya terus berdebat denganku. Begitu dia bergegas, ada

panggilan untuk mengambilkan belenggu, dan bertambahlah tali yang

membelengguku, hingga di kakiku terdapat empat belenggu."3

Di antara riwayat-riwryat yang mengungkap rentang ujian yang

menimpa Imam Ahmad terdapat banyak hal yang dapat kita sebut sebagai

perdebatan-perdebatan yang sebagiannya dengan Al-Mutashim sendiri,

dan sebagian lagi dengan lainnya seperti IbnuAbi Duad, namun semuanya

membuktikan bahwa dia berada pada batas teks-teks Al-Qur'an dan sunnah

serta indikasi masing-masing dari keduanya tanpa takrvil atau mengada-ada,a

dan ini yang menjadi landasan sikapnya terkait masdah Al-Qur' an makhluk

Ini diceritakan dalam buku-buku sejarah dan sejarah pemikiran, bahkan

buku-buku Mutazilah dan kalangan yang mengobarkan pemdsuan hakikat

ini. Sebab, Al-Jahizh memuat tiga contoh dari perdebatan-perdebatan

Ahmad terkait ujian yang menimpanya, namun dalam hal ini Ahmad

bersikap diam saat sampai pada kesimpulan hasil logika yang bertenrangan

keyakinannya, etaru mengatakan: "Aku tidak punya pengetahuan tenrang

7b a baq at AySyaf ill a h (l I 22O).

Silar A'hm An-Nabah' (l L I 189).

tbid(ru243).

Thabaqo Al-Hanabihh (l I | 64).

I

2

3

4

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikih... O 437

kalam."l Ini tidak ada seorang pun yang mengatakannya selain Al-Jahizh

dan orang-orang yang mengikuti madzhabnya.

Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa penolakan yang

dilakukan oleh Ahmad tersebut adalah penolakan berdasarkan manhaj yang

memiliki maksud-maksudnya tersendiri terkait ujian yang menimpanya,

sebagaiman a y^ngakan dipaparkan kemu diain, insya Allah.

Akidah Imam Ahmad

Agar kita dapat mengetahui dengan jelas akidah Imam Ahmad yang

merupakan perpanjangan dari akidah para imam generasi sdafsebelumnya

yang mempengaruhi generasi setelahnya di antara ulamaAhlu Sunnah lintas

masa, maka metode penulisan mengharuskan adanya pembahasan tentang

poin-poin berikut:

PertarnA, sumber-sumber yang kami jadikan sebagai rujukan

akidahnya atau pendapat-pendapatnya terkait akidah.

Kedua,perspektifnya sec:lra umum sebagaimana yang diungkap ddam

pendapat-pendapat yang diriwayatkan darinya.

Ketiga, contoh-contoh dari akidah Imam Ahmad.

Keempat, peneraPan manhaj dalam hal akidah.

1. Str.r.ber-sumber Ruj"kan

Tidak ada seorang ulama pun yang memiliki kapasitas yang sePerti

kapasiras Imam Ahmad bin Hambal terkait jumlah sumber rujukan yang

memuar biografinya, dan riwayat-riwayat tentang dia beserta pendapat-

pendapatnya disampaikan dengan sangat mendetail di banyak buku. Hal

inilah yang membuat penetaPan kevalidan suatu berita pendapat menjadi

hal yang mudah bagi para pengamar. Di samping sumber rujukan yang

banyak ini, kita dapati adanya keragaman para penulis sumber-sumber

rujukan tersebut, dan sumber-sumber riwayat mereka, turut menjadi faktor

yang memperkuat dan meluruskan. Abu Nuaim Al-fuhbahani, Al-Khathib

Al-Baghdadi, IbnulJauzi, Adz-Dzahabi, dan Ibnu Katsir adalah tokoh-tokoh

hadits yang memiliki kapasitas yang memadai terkait sanad dan mereka kritis

terkait maran. Sedangkan Al-Qadhi Abu Husain Muhammad bin Abu Ya'la

@ikitab.kitabAl.JahizhyangdisusunolehAbdullahbinHassan,pada

aratankahAl-Karnil,karyaN-Mr$arrid.(21143),Kiro,lg06,ZuhdiJartllah,Al-Mu'uzihh (176).

435 i& aua"n Ishm Menurut Empat Madzhab

dan Thjuddin As-Subki termasuk rokoh fikih dan usul fikih dengan manhaj

masing-masing dari keduanya yang identik dengan kecermatan.

Jika itu kita tambah dengan akidah Imam Ahmad -yangmerupakan

akidah Ahlu Sunnah - yangperiwayatannya benar-benar diperhatikan oleh

ulama yang memiliki kapasitas dalam hal ini, seperti Al-Khilal Abul Hasan

Al-Asy'ari dalam buku-bukunya khususnya Al-Ibanah, Abdul Qadir Al-

Jailani dalam Al-Ghunyah,Ibnu Taimiyah dalam banyak risalahnya, lbnu

Badran Ad-Dimasyqi dalamAl-Madhhal, dan banyak lagi lainnya yang kami

sebutkan dalam bahasan-bahasan terdahulu, dari kalangan yang melakukan

k4i* modern seperti Abu Zahrah, Abdul Halim Al-Jundi, Abdul Ghani Ad-

Daqar, SayyidAI-Ahl, dan lainnya, serta lcrab Dairah Ma'arifAl-kkmiyyah.

Kebanyakan dari mereka yang menulis biografi imam kita ini dan

meriwayatkan darinya risalah-risalah tentang akidah, mereka meriwa-

yatkannya dari murid-muridnya dengan sanad murid-murid mereka, dan

mereka tidak menerima riwayat kecuali yang telah memenuhi syarar-syarar

riwayat menurut ahli hadits. Bahkan di antara mereka adayangmenolak

sebagian risalah lantaran di dalamnya terdapat beberapa kata dan bentuk

ungkapan secara umum yang ddak sesuai dengan madzhab Imam Ahmad

sebagai salah satu tokoh terkemuka Ahlu Sunnah sebagaimana yang telah

kami sinyalir.

Ada sumber-sumber lain terkait akidah Ahmad bin Hambal, yairu

buku-buku yang dinisbatkan kepada Imam Ahmad sebagaimana yan1

terdapat dalam karya-karya tulisnya, seperti Ar-Radd 'ah Allahrniyyah,

dan kitab r4 s-Sunnah.t Jika ada yang diperselisihkan di anrara ulama sepurar

penisbatannya, maka sebagian dari mereka telah menegaskan penisbatannya

kepada Ahmad bin Hambal tidak shahih,2 semenrara sebagian yang lain

bimbang dalam hal ini.3

Saya mengatakan, hingga sekalipun hal itu terjadi, namun masalah-

masdah yang dimuat dalam dua risalah tersebut mendapatkan hal-hal yang

Keduanya telah dicerak di Mesir tanpa tanggal.

SepeniAdz-DzahebidiltmSiyrAhmAn-Nubah' (ll1294),dimanadiamempermasalahkan risalah

Ar- Radd bh Al-Jah miylah.

Seperti Dr. Ali SamiAn-NasysyarBaca: Nary'ahAl-FihrAl-Fakaf (11247) danAqa'id,as-Sahf.

I

)

3

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikih... IP 439

menguatkannya terkait riwayat-riwayat yang shahih y*g telah diseleksi

dalam sumber-sumber yang lain.

Sumber-sumber yang valid dan banyak ini mendukung perhatian

ulama kita terhadap masdah-masalah akidah salafiyah dan penjagaan mereka

terhadapnya lintas masa, sebagaimana juga menunjukkan kapasitas Peran

yang ditunaikan oleh Imam Ahmad bagi akidah Ahlu sunnah, bulsn karena

dia sebagai orang pertama yang membicarakannya lantaran sebelumnya

sudah ada ulama dari generasi sahabat dan tabi'in serta generasi setelah

mereka dari kalangan ulama fikih sebagaimana yang kami sinyalir, akan

tetapi karena kondisi permusuhan yang terjadi antara berbagai golongan

-yang semakin sengit- dengan Ahlu Sunnah yang diwakili oleh ulama

fikih dan ahli hadits, tidak mencapai titik klimaknya sebagaimana yang

terjadi pada masa Ahmad bin Hambal yang telah mencapai klimaksnya.

Perkataan-perkataannya dan perdebatan-perdebatannya disampaikan unruk

mengingatkan Ahlu sunnah pada bahaya mendiamkan golongan-golongan

tersebut dan juga bahaya membiarkan keyakinan-keyakinan mereka tersebar

di antara berbagai kdangan. Hal inilah yang mendorong banyak ulama

kita untuk menetapkan akidah Ahlu Sunnah terkait masalah-masalah

yang mencuat pada masa Ahmad dan setelahnya. Ini juga yang menjadi

sebab hakiki terkait sikap keras Ahmad terhadap golongan-golongan pada

masanya. I Abul Hasan Al-Asy'ari menyatakan, jika ada yang berkata, "Kalian

telah memungkiri perkataan Mutazilah, Qadariyah, Jahmiyah, Haruriyah,

Rafidhah, dan Murjiah, maka sampaikan kepada kami pendapat kdian yang

kalian katakan dan keyakinan kalian yang kdian yakini, maka dikatakan

kepada mereka: Pendapat kami yang kami katakan dan keyakinan kami

yangkami yakini adalah berpegang pada KitabAllah dan sunnah Nabi kami

Muhammad 6 serta yang diriwayatkan dari generasi sahabat dan tabi'in,

dan para imam hadits, kami berpegang teguh pada itu dan sependapat

dengan yang dikatakan oleh Abdullah Ahmad bin Hambal -semoga Allah

mencerahkan wajahnya dan meninggikan derajatnya serta melimpahkan

pahalanya- dan kami menjauhi orang yang ddak sependapat dengannya,

karena dialah imam yang mulia dan pemimpin yang sempurna yang

melalui dialah Allah menj elaskan kebenaran dan menghilangkan kesesatan,

I AMulGhaniM-Daqar,Ahmadibn Hanbal(t22).

UO 6aUa*, Islam Menurut Empat Ma&hab

menerangkan manhaj, menghancurkan bid'ah yang dilakukan para ahli

bid'ah, menyesatkan orang-orangyang sesat, dan membuat ragu orang-

orang yang ragu, Allah merahmatinya sebagai imam yang terkemuka dan

agung serta dihormati dan dimuliakan, juga seluruh imam umat Islam."r

Al-Asy'ari menyebutkan akidah Ahlu Sunnah terkait masdah-masalah

Dzat (diri Allah), sifat-sifat, melihat Allah, syafaaq surga, neraka, dan

lainnya.

Perspektif ini pula yang kami temukan pada Abdul Qadir Al-Jailani saat

menyampaikan tentang akidah Ahlu Sunnah, meskipun dia sebagai tokoh

fikih ma&hab Hambali y"ng sering berhujah dengan pendapat-pendapat

Imam Ahmad dan jawaban-jawabannya terkait masalah-masalahnya yang

di riwayatkan dariny a.2

Tidak jauh dari ini sebagaimana yang dilakukan oleh Syaikhul

Islam Ibnu Thimiyah dalam banyak risalahnya,3 dan yang dilakukan oleh

Al-Baghdadi ddam penutup bukunya, Al-Farq bainal Firaq, di mana dia

membuat satu bahasan dengan judul Al-Uhul alkti ljtama'a 'ahiha Ahlu

,*-Sunnah (pokok-pokok yang disepakati Ahlu Sunnah).4

2. Perspektif [f6rrm BahasanAkidah Menurut Riwayat dari Imam

Ahmad

Dalam riwayat-riwayat dari Imam Ahmad yang memaparkan tentang

akidah-akidah Islam, dia tidak mengungkap ijtihadnya sebagai individu,

akan tetapi dia mengungkap tentang pendapat Ahlu Sunnah seluruhnya

dengan mengacu pada sumber-sumber dan manhaj yang sama. Sebagian

dari orang-orang yang bertanya kepadanya pun mengetahui hal ini, maka

mereka bertanya kepadanya tentang sunnah terkait suatu perkara, atau

tentang pendapat Ahlu Sunnah terkait perkara lainnya. Maka dari itu

dalam jawaban-jawabannya banyak terdapat kata "menurut kami" "sunnah

menurut kami" dan "sifat mukmin dari Ahlu Sunnah wal Jamaah" dan

lainnya yang dipaparkan dalam bahasannya. Berikut ini merupakan contoh-

contoh yang diriwayatkan darinya:

Abul Hasan Al-fut'*i, Al-Ibanah (15), cetakan Universitas Al-Imam Muhammad bin Su'ud Al-

Islamiyyah.

Abdul QadirAl-Jalani,Al-Gburyah li Thal;bi Ihaiqil Haqq (1139-68).

lbnuTimiyah, Majmuhnr Rasail Al-IQbra | , dabmbanyak risalah darinya.

Al-Baghdadi, ,{ l-Farq bainal Firaq (323), tahqiq oleh Muhyiddin Abdul Hamid, Dar Al-Ma'rifah,

lrbanon.

I

.,

3

4

Bab 5: Empat Ulama Ahli Fikih... lP MI

Abdus bin Malik Al-Athar -seorang murid yang dekat dengan Imam

Ahmad- mengatakan, "Aku mendengar Abu Abdillah Ahmad bin Hambal

berkata, 'Pokok-pokok sunnah menurut kami adalah berpegang pada apa

yang diterapkan oleh sahabat-sahabat Rasulullah ffi, dan meneladani mereka,

meninggdkan bid'ah. Karena setiap bid'ah adalah kesesatan, meninggalkan

permusuhan, tidak duduk bersama kdangan yang memPerturutkan hawa

nafsu, dan meninggalkan perdebatan, perselisihan, dan permusuhan

terkait agama. Sunnah menurut kami addah amar-atsar Rasulullah, sunnah

menafsirkan Al-Qur'an yang juga sebagai indikasi-indikasi petunjuk Al-

Qur'an, dalam sunnah tidak ada qiyas, tidak dapat dibua*an PerumPamaan

baginya, tidak dapat dijangkau dengan akd tidak pula hawa nafsu, akan

tetapi hanya dengan peneladanan dan meninggalkan kemauan hawa nafsu."r

Jelas bahwa pengguna;rn istilah'pokok-pokok sunnah menurut karni"

dan "sunnah menurut kami" oleh Imam Ahmad tidak berarti bahwa dia

berbicara atas nama dirinya sendiri dengan bentuk ungkapan penghormatan,

karena ketawadhuan, kezuhudan, dan kecintaannya terhadap ketiadaan

popularitas sebagaiman ayangmenjadi sifat yang lazim dikenal pada dirinya

menafikan pengatasnamaan dirinya sendiri tersebut. Demikian pula dia

tidak mau dikatakan bahwa dia berbicara atas nama Para penganut madzhab

Hambali, karena ini merupakan masalah yang ddak menjadi perhatiannya,

dan tidak ada sesuatu yang dikend dengan nama madzhab Hambali pada

masanya, dia juga tidak menyerukannya. Dengan demikian, yang kami

sinyalir di atas hanyalah dimalsudkannya sebagai ungkapan madzhab Ahlu

Sunnah, khususnya jika kami memaparkan tentang kondisi-kondisi sejarah

dan pemikiran pada masa Imam Ahmad bin Hambal.

Imam Ahmad mengungkapkan tentang hal ini dengan lebih tegas

dalam perkataannya, 'hdalah sifat mukmin dari Ahlu Sunnah wal Jamaah

menyerahkan perkara-perkara yang tidak dapat dijangkaunya kepada Allah,

sebagaiman a yangdiungkap dalam hadits-hadits dari Nabi:

6 ra. I c...6.t oSt_

1 AbuYa'la, ThabaqatAl-Hanabihh(ll24l).

ry*2 Ip eua*, Islam Menurut Empat Madzhab

o -o. ' oi o

i;Jl J"a,l 0!

"sesungguhnya penghuni sarga rnelihat Tuhan mereka,"maka dia pun

membenarkannya dan tidak membuatkan perumPamaan-PerumPamaan

baginya. Inilah yang disepakati ulama di berbagai penjuru."r

Tidak jauh dari ini yang diriwayatkan seorang muridnya, Muhammad

bin Habib Al-Andarani, dia mengatakan, "Aku mendengar Ahmad bin

Hambal berkata, 'Sifat mukmin dari Ahlu Sunnah wal Jamaah bersaksi

bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, dan

bahwa Muhammad adalah hamba serta utusan-Nya, mengakui semua

yang disampaikan oleh para nabi dan rasul, berkomitmen pada apa yang

dinyatakannya, tidak ragu pada imannya, tidak mengkafirkan seseorang dari

penganut tauhid lantaran dosa, pasrah kepadaAllah terkait perkara-perkara

yang tidak dapat dijangkaunya, dan menyerahkan urusannya kepadaAllah."2

Saya katakan, Ahmad bin Hambal mengungkapkan tentang pendapat

Ahlu Sunnah walJamaah ptdarpayang dikatakannya, dan orang-orang pada

masanya pun mengerti hd itu. Maka dari itu seorang dari mereka meminta

kepadanya untuk menuliskan tentang sunnah untuknya lantaran Percaya

kepadanya bahwa Ahmad benar-benar mengetahuinya. Dalam riwayat

dinyatakan bahwa ketika Musaddad bin Musarhid menghadapi masalah

terkait fitnah dan berbagai hal yang dialami umat berupa perselisihan di

antara golongan-golongan seperti Qadariyah, Ra6dhah, Mutazilah, masalah

Al-Qur'an makhluk, dan Murjiah, dia menulis surat kepada Ahmad bin

Hambal yang isinya, "Tiliskan sunnah Rasulullah ffi untukku."

Begitu menerima suratnya, Ahmad bin Hambal menangis dan

mengucapkan, "sesungguhnya kita milik Allah dan sesungguhnya kita

kembali kepada-Nya. Orang Bashrah ini menduga bahwa dia telah

mengeluarkan biaya yang banyak untuk ilmu namun dia masih belum

mengerti sunnah Rasulullah 6." Ahmad bin Hambal pun menulis surat

jawaban untuknya:

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Segda

puji bagi Allah yang menetapkan di setiap masa ada orang-orang berilmu

yang menyerukan dari kesesatan kepada petunjuk, mencegahnya dari

keterpurukan, menghidupkan orang-orang mati dengan Kitab Allah, dan

lb nul Juni, A l- M a n a q i b (20 4).

Thaba4 at Al- Hanab i hh (l I 29 4).

I

2

Bab 5: Empat Ulama Ahli Fikh... E u3

dengan sunnah Rasulullah mereka menghidupkan orang-orang bodoh

dan terpuruk. Berapa banyak orang terbunuh lantaran iblis yang mereka

hidupkan, dan berapa ban)rak orang sesat kebingungan yang mereka bimbing

unrukmengikuti petunjuk. Betapa bagus jasa mereka bagi manusia. Mereka

menjaga agama Allah agar terhindar dari penyimpangan orang-oran g y{tg

ekstrim dan pelecehan orang-oran gy{tglalai serta talcrvil orang-oran gyau,:tg

sesat, yang memancangkan panji-panji bid'ah, dan melepaskan kendali

6tnah, mereka mengatakan terhadap Allah dan tentangAllah -Mahatinggi

Allah setinggi-tingginya dari apa yang mereka katakan- serta tentang Kitab-

Nya tanpa ilmu. Kami berlindung kepada Allah dari setiap fitnah, Allah

sampaikan shdawat kepada Muhammad."r

Dalam surat ini juga dia berbicara tentang golongan-golongan

sebagaimana yang telah kami paparkan sebelumnya, dan sebelum

memberikan penilaian terhadap golongan apa pun dari golongan-

golongan itu. Dia mengatakan, "Kalangan ulama yang kami temui sepakat

menyatakan dcmikian dan demihian....Hal ini berarti bahwaAhmad bin

Hambal merepresentasikan Ahlu Sunnah dan berbicara atas nama ulama

mereka dari kalangan generasi salaf ash-shalih yaitu generasi sahabat, tabi'in,

dan generasi setelah mereka yang merupakan generasi terbaik.

Dengan demikian, perspektif umum pada pendapat-pendapat Ahmad

serta fikihnya terkait akidah addah sebagaimana yang diterapkan oleh

generasi sahabat dan tabi'in serta generasi setelah mereka, dan orang-orang

yang mengikuti manhaj mereka yang mereka pelajari dari Kitab Allah dan

sunnah Nabi-Nya terkait masalah-masalah akidah dan lainnya.

Inilah yang membuat banyak ulama selain Al-fuy'ari dan Al-Jailani,

seperti Ibnu timiyah, Ibnul Jauzi, madrasah masing-masing dari mereka

berdua, Ibnu Abdul Vahhab dari generasi belakangan dengan syaikh-

syaikhnya sebelumnya juga murid-muridnya setelahnya, mereka semua

berbicara tentang akidah mereka dan mengukuhkannya sebagai akidah

Ahlu Sunnah wal Jamaah. Mereka menyampaikan banyak argumentasi

pendukung berupa pendapat-pendapat Ahmad tentang akidah, bahkan

di antara mereka tday*tgmenegaskan bahwa dia akan menulis demikian

pada madzhab Imam Ahmad. Utsman bin Qaid An-Najdi (1097 H) -

t rbid(il342).

444 e eua*, Islam Menurut Empat Madzhab

sebagaimana.yang telah kami sinydir- mengatakan dalam mukadimah

risdahnya, Naj at Al- Kh ahff f 'tQad,*'Sahf.

Ini merupakan paparan singkat yang mencakup sejumlah masalah

seperti pokok-pokok agama yang -inrya Alhh- bermanfaat bagi banyak

kalangan pemula maupun tingkat lanjut, berdasarkan madzhab Imam

Al-Mubajjd Al-Habr Al-Mufadhdhal Al-Imam Ar-Rabbani tuh-Shiddiq

Ats-Tsani Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hambal fu y-Syaibani,

semoga Allah meridhainya dan membuatnya ridha, dan menjadikan surga

sebagai tempat kembali dan kesudahannya."r

Selama perkaranya demikian, maka saya akan memilih beberapa

contoh dari pendapat-pendapatnya terkait masalah-masdah akidah agar

kita dapat menelisik penerapannya terhadap manhajnya terkait akidah,

serta dapat menunjukkan sikapnya yang kami sinyalir berkdi-kali di tempat

yang berbeda-beda, namun saya tidak melihat itu selalu dibahas karena

memang perkataan yang pding sederhana adalah terkait penjelasan setiap

keyakinannya, karena itu - sebagaimana yang saya katakan - addah akidah

Ahlu Sunnah yang juga memenuhi buku-buku tentang kepercayaan dan

keyakinan sebagaiman e. yaLng saya sinyalir tadi.

Perlu dipaparkan bahwa penganut madzhab Hambali yang menulis

tentang akidah sangat antusias dalam berhujah dengan pendapat-pendapat

Imam Ahmad dan ijtihad-ijtihadnya dalam masalah ini. Barangkali orang

pertamayang menulis buku secara khusus tentang pokok-pokok agama dari

kalangan penganur madzhab Hambali addah Abu Ydla, penulis ..{ l-Mu mnad

f Uhuliddin.Delam buku ini dia berbicara tenmng setiap masalah akidah

yang mencuat pada saat itu dengan bahasa yang menggabungkan antara

penjabaran-penjabaran terkait yang mesti disampaikan untuk menyanggah

berbagai golongan terkait sebagian pendapat mereka, dan komitmen

terhadap manhaj salafi dalam membahas masalah-masalah akidah.'z

3. Akidah Ahmad bin Hambal

Pada bahasan terdahulu kami telah mensinydir bahwa Ahmad bin

IbnuQaidAn-NajdiUtsmanbin Ahmad,NajatAl-Khahff Itiqad,as-Sahf6s,tahqiqolehkami'Dar

Ash-Shahwah, 1985.

AbuYa'la (tahun 458 H) Al-Ma'unadf Ilshuliddin44,86,90, ll2, ditahqiq oleh oleh Dr. Vadi'

Zaidan Haddad, terbitan Dar A.l-Masyriq, Beirut.

I

2

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikih...lp U5

Hambal berbicara sesuai dengan keyakinan-keyakinan yang dianut oleh

Ahlu Sunnah, dan dia membela itu dalam menghadapi kalangan yang

menentangAhlu Sunnah, dan hal ini sudah lazim diketahui di antara ulama

pada masanya.

Jika perkaranya demikian, maka seperti sering diungkapkan bahwa

akidahnya memaparkan masalah demi masalah. Dalam buku ini kiranya kita

cukupkan dengan melampirkan satu risalah dari risalah-risalah yang menjadi

acuan dan yang menjelaskan sebagian besar perkataan yang diriwayatkan

darinya terkait masalah-masalah akidah. Akan tetapi kami akan mensinyalir

sejumlah masalah dan melakukan pencermatan yang relatif mendetail terkait

pendapatnya dalam masalah Al-Qur'an makhluk.

Kami mengatakan, tentang iman, Ahmad mengatakan dengan lafal

serupa dengan yang dikatakan oleh Asy-Syaf i dan Malik sebelumnya

bahwa iman adalah ucapan dan amal yang dapat bertambah dan berkurang.

Dia mengatakan bahwa iman bertambah, dan membaca firman Allah:

'Agar orang yang beriman bertambah imannya. " (Al-Muddarctsir: 31),

'Adzpun orang-orang yang beriman, maha surah ini menambah imannlta,

dan mereha merasa gembira." (At-Taubahz 124). Apa yang dapat mengalami

pertambahan maka dapat pula mengalami pengurangan.r

Ini mengingat, iman adalah ucapan dan amal serta niat dan berpegang

padasunnah, dengan demikian iman dapat bertambah dan berkurang.z Iman

menurutnya berbeda dengan Islam. Dia mengatakan ini berdasarkan dalil

hadits Jibril yang shahih, ayat-aytt, dan hadits-hadits lainnya. Dia tidak

mengkafirkan muslim lantaran dosa kecuali orangyang meninggalkan shalat

maka dia mengkafirkannya dan layak untuk dihukum mati.3

Akan tetapi dia seperti Ahlu Sunnah ddak berpendapat bahwa pelaku

dosa besar sebagai kafir sebagaimana yang dikatakan oleh Khawarij, tidak

pula berada di satu tempat di antara dua tempat (antara surga dan neraka)

sebagaimana yang dikatakan oleh Mutazilah, akan tetapi menurutnya pelaku

dosa besar tersebut sebagai orang yang durhaka lantaran dosanya.

Akan tetapi meski meyakini demikian, dia mengkafirkan orangyang

1 ThabaqatAl-Hanabikh(21302).

2 Ahmad bin Hanbal,,4s--lznnah (34).

3 IhabaqatAl-HunabikhQl303).

MG S af.ia"f, Islam Menurut Empat Madzhab

mengatakan orang-oran gy^ngberiman tidak dapat melihat Tirhan mereka,

sebagaiman a jugamengkafirkan orang yang mengarakan Al-Qur'an adalah

makhluk, juga mengkafirkan orang yang mengarakan bahwa perbuatan

hamba ciptaan mereka bukan Tirhan mereka. Itu karena orang-orangyang

mengatakan demikian dan yang seruPa dengan mereka memungkiri perkara

alrsiomatis yanglazim diketahui dalam agama.

Masalah Dzat dan sifat-sifat menurutnya seperri pendapat Ahlu

Sunnah bermuara dari teks-teks syariat. Ahlu Sunnah menolak pendapat

Jahmiyah dan Mutazilah terkait penafian sifat-sifat, dan takwil sebagian

dari mereka, sebagaimana mereka pun menolak penyerupaan kalangan

yang menerapkan penyerupaan yang dinyatakan olehAhmad bahwa mereka

membuat penyeruPaan tanPa mereka sadari.

Dalam riwayat dinyatakan bahwa dia berkata, "Sesungguhnya

Allah Esa tak berbilang dan tidak boleh tdanya keterbagian tidak pula

pengklasifikasian. Sesungguhnya Allah tidak terdeskripsikan hingga ada

kalangan yang mendeskripsikan-Nya yang dengan demikian mereka keluar

dari agama."r

Ketika ditanya apakah yang dideslcipsikan dan sifat-Nya dahulu?

Dia menjawab, "Ini perranyaan yang salah, Tirhan Yang Mahabenar tidak

boleh terpisah dari sifat-sifat-Nya. Allah adalah sebagaiman a y 

^ngdiungkap

dalam Al-Qur'an, dan keyakinan kepada Allah adalah keyakinan kepada

sifat-sifat-Nya yang dinyatakan oleh-Nya sendiri dalam Kitab-Nya. Dengan

demikian, kita harus menerima bahwa sifat-sifat-Nya; Maha Mendengar,

Maha Melihat, berbicara, kuasa, berkehendak, Mahabijaftsana, dan lainnya,

adalah benar.2

Imam Ahmad berpendapat bahwa yang terdapat dalam AI-Qur'an

berupa sifat-sifat lain bagi Allah yang terdapat dalam cakupan keserupaan

seperri ayat-tytty^ng menetapkan bahwaAllah memiliki tangan, wajah, dan

mara, dan lainnya, dia berpendapat bahwa mukmin harus mengimani sifat-

sifat yang diungkapkan oleh Allah ini, akan tetapi dia menahan diri dengan

tidak terlibat dalam pembicaraan untuk membahas tenmng hakikatnya juga

tata caranya. Dia pun menolak takwilnya, karena kalam Allah jelas dan

rbid(2t293).

Ahmad bin HanbaJ,, As - Sunnah (37).

I

2

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikih... E u7

wajib dipahami sebagaimana edenya. Dia lebih antusias dalam penolakan

terhadap tahril ini bila yang ditalnvilkan diperselisihkan di antara kdangan

yang menakwilkan.t

Ini terus menjadi akidah yang diyakini Imam Ahmad hingga

akhir hayatnya. Sehari sebelum wafat, dia ditanya tentang hadits-hadits

yang berkaitan dengan sifat-sifat. Jawabannya; hendaknya diberlakukan

sebagaimana adanya, diimani, dan tidak ada satu pun darinya yang disanggah

jika memang isnad-isnadnya shahih. Allah tidak boleh dinyatakan melebihi

yang dinyatakan-Nya sendiri tanpa batas tanpa akhir, "Tidih ada sesuatu

?an lang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha

Melihat." (Asy-Sprra: 1l). Siapa yang berbicara terkait maknanya maka

dia mengade-ade."2

Inilah sikap ulama Ahlu Sunnah yang dikatakan oleh seorang murid

penganut madzhab Ahmad, yaitu Abu Muhammad Rizqullah bin Abdul

\Tahhab At-Thmimi, "Aku kira tidak ada seorang pun dari ahli atsar (Ahlu

Sunnah) yang menentang ini, kecudi yang dikehendaki oleh Allah tidak

mendapat petunjuk."3

Terkait masalah perbuatan hamba, dia menegaskan apa yeng

sebelumnya telah dinyatakan para imam generasi sdaf bahwa perbuatan

hamba diciptakan oleh Allah, dan tidak boleh ada sesuatu pun dari

perbuatan-perbuatan mereka yang keluar dari keberadaannya sebagai

ciptaan Allah, berdasarkan firman Allah, 'Alhh Pencipta segah sesu.atu.'

(lu-Zwt: 52). Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib terkait jawabannya

atas pertanyaan yang disampaikan kepadanya tentang perbuatan hamba

yang menyebabkan murka atau ridha dari Allah? Dia menjawab, "Itu dari

hamba berupa perbuatan, dan dari Allah berupa penciptaan."

Imam Ahmad berpendapat bahwa kesanggupan menyertai perbuatan.a

Semua yrngadaddam wujud terjadi dengan qadha (ketentuan) dan qadar

(takdir) dari Allah. Qadha tidak hanya bermakna keniscayaan saja, akan

tetapi juga memiliki sejumlah makna yang dipaparkan dalam Al-Qur'an.

Q_adha bermakna perintah dalam firman Allah: "Dan Tuhanmu tekh

I AbdulGhaniAd-Daqar,,{hnadibnHanbal(t?9).

2 Tltabaqdt Al-Hanabihh 21307 , AbtYdla, AI-M* unadf Uhuliilin 461.

3 tbid2l26r.

4 rbid(2t299).

MS lD eUa*, Islam Menurut Empat Madzhab

nemerintah han agar enghau j angan rnmyembah sehin Dia.' (AJ.-lste' 2 23).

Qadha bermakna menciptakan dalam firman Allah: "Lalu diciptahan-

Nla atjah hngtt dahrn dua masa." (Fushshilatz l2). Qdh" bermakna

memberitahukan dalam ftrman Allah: "Dan tehh Karni beritahuhan

hepadanya (Luth) pokara iru." (N-Hiin 66). Dan qadha bermakna kehendak

dalam firman Allah: 'Apablh Dia menghendzhi sesu.ttta, Dia hanya berhau

hepadarya, "Jddihh," rnaka jadihh sesaata iru." (N-Baq*ahzll7).

Qadha terkait kedurhakaan berarti penciptaan gerak-gerak yang

dengannya terjadi kedurhakaan dan keinginan yang rusak, bukan berarti

memerintahkannya dan meniscayakannya. Dia berpendapat bahwa

kebutuhan manusia kepada Allah dalam doa menegaskan makna ini.'

Ahmad berpendapat sebagaimana pendapat Ahlu Sunnah terkait

melihatAllah pada Hari Kiamat sebagaimanayang diungkap dalam tels-teks

syariat. Diriwayatkan darinya juga bahwa dia mengatakan surga dan neraka

telah diciptakan, serta terkait urutan para sahabat atau para khalifah; Abu

Bakar, lantas Umaf lantas LJtsman, kemudian Ali. Adapun terkait konfik

yang terjadi di antara generasi sahabat, maka dia tidak mengatakan tentang

hal ini selain kebaikan.2

Kesimpulannya, Imam Ahmad memiliki akidahnya yang jelas terkait

setiap masalah yang mencuat pada masanya, sebagaimana yang akan

diterangkan dalam bahasan selanjutnya dalam buku ini, insya Alkh.

Masdah Al-Qur' an adalah Makhluk

Sejenak kita cermati masalah ini karena merupakan masalah yang

dampak-dampaknya secara pemikiran terjadi sepeninggal Imam Ahmad,

dan karena masalah ini memiliki karakteristik khusus dari segi keterlibatan

pemikiran dan politik pada posisi tertentu. Bahkan kami katakan bahwa

ujian dan cobaan yang terjadi disebabkan Pernyataan ini menimbulkan sisi

yang tidak sedikit dari penjernihan perhitungan-perhitungan lama antara

Mutazilah dan ahli fikih dan hadits.

Akan tetapi ini semua tidak menafikan bahwa sikap Imam Ahmad

terkait masdah ini addah sikapAhlu Sunnah terkait masalah akidah, terlepas

dari adanya hal-hal terkait yang menyertainya.

Thaba4at Al- Hanabi hh (2 I 304).

Al-Manaqib(2ll).

I

2

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikih... E u9

Demikian pula kami memperhatikan sikap Imam Ahmad dalam

masalah ini, karena ada sejumlah riwayat yang disampaikan darinya yang

nyaris berjauhan dengan sebagiannya, namun pada hakikatnya merupakan

saru perspektif namun dari sisi yang berbeda-beda. Ini merupakan perkara

yang menuntut kita untuk menerangkannya dan kami membahas masalah

ini sebagai berikut:

Pertama, ini merupakan masal.h y*g tercatat dalam sejarah.

Orang pertama yang membicarakannya adalah Ja'ad bin Dirham, yang

mana dia ini sebagaimanayeng dikatakan oleh Adz-Dzahabi; ahli bid'ah

sesat yang menyatakan bahwaAllah tidak menjadikan Ibrahim sebagai khdil

(kekasih, hamba yang dekat), dan Allah tidak berbicara dengan Musa.r

Dia menyebarkan banyak pendapat sesat yang menyebabkan dia sendiri

terbunuh oleh Khalid Al-Qusari, gubernur lrak pada masa Hisyam bin

Abdul Malik, yaitu setelah dia menyebarkan pernyataan bahwaAl-Qur'an

makhluk.

Kemudian pernyataan ini disampaikan oleh Jahm bin Shafivan

dan juga kemungkaran-kemungkaran lainnya, seperti penafian sifat-sifat

dari Sang Pencipta, Allah {k. Kemudian Mutazilah menganut pendapat

ini dan membuat sejumlah orang terkenal, seperti Bisyr Al-Marisi yang

menyembu"yrka" pendapatnya ini pada masafu-Rasyid karena adaancunan

yang ditujukan kepadanya, kemudian setelah itu dia menyampaikannya

kembali.2

Di sini kami hendak mensinyalir bahwa masalah ini cukup terkenal

pada masa Abu Hanifah. Dalam riwayar darinya dinyatakan bahwa dia

menyampaikan pendap arnya yangtidak membuamya keluar dari ma&hab

Ahlu Sunnah. Masalah ini juga mencuat dalam suatu bentuk pada masa

Malik dan masa fuy-Syaf i, dan masing-masing dari mereka terlibat di

dalamnya3 sebagaiman a yang telah kami sinyalir.

Kami juga mensinyalir bahwa Muktazaliah mendasarkan pernyataan

mereka bahwaAl-Qur'an makhluksesuai madzhab mereka terkait penafian

sifat-sifat. Mereka mengatakan bahwa sifat-sifat-Nya adalah wujud diri-Nya,

Adz-Dza\abi, Al-Miz.an (l 1399).

Ibnu Khalkan, \Vafayt Al-Alan (l / I I 3), cemkan Al-Amiriyyah.

Terkait Abu Hanifah dan Malik, baca buku bab kedua buku ini.

I

2

3

450 E ef.A*, Islam Menurut Empar Madzhab

sehingga yang terdahulu tidak berbilang sebagaimana yang mereka katakan.

Maka dari itu semua yang selain Dzat (diri Allah) adalah makhluk, dan dia

sajalah yang dahulu.

Al-Baghdadi mengatakan, semuanya -yakni golongan-golongan

Mu'razilah- disatukan perkara-perkara yang di antaranya; mereka semua

menafikan dari Allah sifat-sifat azali-Nya (dahulu, kekal), dan mereka

mengarakan bahwa Allah tidak memiliki ilmu, kekuasaan, kehidupan,

penglihatan, sifat azali. Mereka menambah ini dengan mengatakan;

sesungguhnyaAllah tidak memiliki nama tidak pula sifat dalam keazalian.t

Hal lainnya adalah mereka sepakat untuk mengatakan bahwa kalam Allah

adalah baru, dan baru pula perintah-Nya, larangan-Nya, dan berita-Nya.

Kebanyakan dari mereka menyebut kalam Allah sebagai makhluk. Ini semua

mengikuti apa yang mereka sebut dengan tauhid yang di antara keniscayaan-

keniscayaannya adalah menafikan sifat-sifat. Dan di antara sifat-sifat itu

mereka menafikan bahwa dia berbicara, sesuai dengan madzhab yang mereka

anut. Dari sini maka Mutazilah mengatakan; Al-Qur'an makhluk'

Kami mensinyalir juga bahwa Mutazilah dalam hal ini menyam-

paikan dalil-dalil mereka yang diperbincangkan dan disanggah oleh ulama

Ahlu Sunnah.2 Akan tetapi yang kami maksudkan adalah bahwa Mutazilah

memunculkannya menjadi masalah yang lantas ditanggapi oleh banyak

golongan masa itu.3

Kedua, masalahnya tetap berada dalam ranah pembahasan dan

pengamatan, serta dalam wilayah iitihad terkait masalah alddah, hingga

Mutazilah memasukkannya pada tahapan yang lain yang mana mereka

berupaya untuk mendapatkan pengaruh dari kalangan ahli fikih dan hadits

yang saat itu dihormati oleh mayoritas umat Islam, dan dalam hal ini mereka

meminta dukungan kepada Penguasa dengan memanfaatkan kesempatan

cintanya kepada ilmu, dan pengetahuannya tentang debat sebagaimana

yang dikenal padaAl-Makmun. Mereka pun mengarahkannya pada prinsip-

prinsip mereka yang mereka anur dan membuatnya dapat meyakininya.

Mereka membuatnya tertarik untuk menetapkan pernyataan tersebut kepada

berbagai kalangan dengan menggunakan kekuatan dan memaksa ulama

Al-Baghdadi,l/- Farq baina Al-Firaq (113),tahqiqoleh Muhyiddin Abdul Hamid'

Seperti AI-Asy'ari, Ibnu Hazm, Asy-Syahrastani, dan lainnya.

N-Ast' ari, Mdqakt Al-kkrniyin (203) '

1

2

3

Bab 5: Empat Ulama Ahli Fikih... & 45L

unruk menganurnya, maka terjadilah apayangterjadi berupa petaka ujian

pada masaAl-Makmun, Al-Mu'tashim, dan Al-\fatsiq, dan 6tnah ini baru

mereda pada masa Al-Mutawakkil.t

Para pendukung pemikiran Mutazilah menydahkan mereka terkait

upaya penetapan pendapat-pendapat mereka dengan menggunakan

kekuatan, karena itu berarti menunjukkan kelemahan akal dan pemikiran

mereka di antara mayoritas umat Islam. Akan tetapi penilaian sdah mereka

ini bukan karenaAhlu Sunnah berada ddam kebenaran, akan tetapi karena

Mutazilah kehilangan kedudukan yang sebelumnya telah mereka dapatkan

dengan bentuk tertenru atau lainnya.

Kekeliruan mencolok apa pun yang dilakukan oleh Mu'tazilah

lantaran mereka mengumumkan petaka ujian dan penindasan mereka

terhadap ulama umat, itu berarti bahwa mereka menghancurkan dengan

tangan mereka sendiri dalam beberapa tahun apayengtelah mereka bangun

dalam satu kurun waktu, dan mereka memperluas celah antara mereka

dengan Ahlu Sunnah hingga tampak mustahil dapat dipulihkan, dan juga

berarti bahwa mereka memberikan kepada mtrsuh mereka dari kalangan

penganut ma&hab Hambali senjata untuk melawan mereka sendiri."2

Meskipun ddam riwayat dinyatakan bahwa seorang khalifah (AI-

\Tatsiq) mengalami kebimbangan terkait pendapat yang menyatakan bahwa

Al-Qur'an makhluk, dan tampaknya dia condong pada pendapat yang

dianut olehAhmad bin Hambal, makaAhmad binAbi Duad membujuknya

terkait hd ini dan membuatnya rerap menerapkan ujian terhadap para ulama

serta memaksa mereka untuk berdebat agar mereka mengatakan bahwaAl-

Qur' an adalah makhluk.3

Terlepas dari detail-detail ujian dan hal-hd yang berkaitan dengan

bahaya yang dilancarkan oleh Mutazilah sebagai penyeru kebebasan

dengan memaksa berbagai kdangan terkait keyakinan-keyakinan mereka,

sesungguhnya Imam Ahmad mengalami ujian bersama banyak ulama.

Ujian dan cobaan tersebut membuat sebagian dari mereka lemah, hingga

mau menuruti permintaan para penguasa, dan tidak tda,yang bertahan

I Al-BidayahwaAn-Nihayh(l0l37}).

2 ZuhdiJdullah,Al-Mu'uzihh(252).

3 SilarA'hmAn-Nabah' (lll293).

452 t0 af.ia"f, Islam Menurut Empat Madzhab

kecuali empat orang yang semuanya dari Marv. Keempatnya adalah Ahmad

bin Hambd, Ahmad bin Nashr, Muhammad bin Nuh, dan Nuaim bin

Hammad."r

trsingkaplah awan kegelapan iru dan kebenaran yang dibelanya pun

tetap elsis, dan Imam Ahmad tetap menyampaikan kebenaran itu juga

banyak ulamaAhlu Sunnah sebelum dan sesudahnya.

Perlu disampaikan bahwa Imam Ahmad bersikukuh pada pen-

diriannya bukan untuk memuaskan berbagai kalangan, atau untuk

memenangkan penentangan terhadap Mutazilah, namun teguh ddam

kebenaran yang diyakininya. Mal<a dari itu saat mendapat kesempaan untuk

membalas Ibnu Abi Duad, dia diam dan tidak mengatakan sesuatu pun

yang memperburuk. Setelah memaafkan, dia dipanggil oleh Al-Mutawakkil

untuk mengunjunginya namun dia tidak berkenan lantaran kelemahannya.

Akan tetapi di hadapan desakanAl-Mutawakkil untuk mengunjunginyadi

Samira, dia pun keluar. Ketika dia berada di pinggiran Madinah, seorang

penunggang kuda menghadangnya lantas berkata kepadanya, "'W'ahai Abu

Abdillah, Al-Amin'Washif menyampaikan salam kepadamu dan mengaakan

kepadamu: Allah telah membuatmu dapat membdas musuhmu-maksudnya

IbnuAbi Duad- danAmirul Mukminin memperkenankanmu, maka jangan

tinggd sesuatu pun melainkan engkau bicarakan." Namun Abu Abdillah

tidak menjawabnya sama sekdi.2

Jika ini merupakan sikap Imam Ahmad bin Hambal, maka A&-

Dzahabi meriwayatkan, seorang dari ahli bid'ah melaporkan kepada

Al-Mutawakkil bahwa Ahmad menyembunyikan penganut Alawiyah di

rumahnya dengan maksud agar orang itu membaiatnya. Begitu utusan Al-

Mutawakkil datang dan memberitahukan kepada Imam Ahmad tentang

hal itu, Imam Ahmad pun tidak mempercayainya. Utusan menggeledah

rumahnya juga buku-bukunya yang terkait, bahkan menggeledah istri-

istrinya. Kemudian utusan khalifah keluar dan terbuktilah kebenaran

Ahmad dan kebohongan orang yang menyampaikan berita tersebut arau

yang mengklaimnya. Adz-Dz,ahabi meriwayatkan bahwa Al-Mutawakkil

mengirim utusan kepadanya untuk menyampaikan bahwa orang yang

Al-Manaqib(393).

Silar A'hm An-Nubah' (l I I 269).

I

2

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikh... O 453

melecehkanmu ini berada di tempat kami, dan keterbebasanmu telah

ditetapkan, maka perinmhlah unruk menindaknya dengan dndakan apa

pun yang engkau kehendaki. Namun ternyaraAhmad justru memintanya

untuk melepaskannya.r

Dengan demikian, masdah Al-Qur'an adalah makhluk atau yang

sering diungkap dalam buku-buku dengan sebutan ujian Al-Qur'an

makhluk memiliki indikasi-indikasi yang sisinya berbeda-beda. Dari sisi

Mutazilah, adalah upaya untuk memenangkan pendapat mereka dan

hawa nafsu, dan ujian itu merupakan penjernihan bagi perhirungan lama

yang tidak pernah didami oleh umat Islam pada satu hari pun melainkan

sebagai pembelaan atas kebenaran, dan hasilnya adalah kerugian di pihak

Mu'tazilah serta konfik di antara mereka sendiri. Sebab, mereka sebagaimana

yang mereka sebut sendiri sebagai kdangan yang adil dan bertauhid, dan

sebagaimana yang disebut oleh orang-orang yang kagum terhadap mereka

pada masa kini sebagai pembela kebebasan berpendapar, namun apa daya

semua ini terkait sikap mereka yang dikend sejarah dalam perkara ujian

Al-Qur' an dinyatakan sebagai makhluk?!

Akan retapi ujian atau masdahAl-Qur'an makhlukbagiAhlu Sunnah

termasuk Imam Ahmad adalah masalah akidah yang mereka kehendaki sisi

kebenarannya dapat diketahui oleh berbagai kdangan, kemudian mereka

tidakpeduli apayang terjadi setelah itu. Ahmad telah melakukan ini dengan

menjelaskan -sebagaimana yang telah dijelaskan oleh pendahulunya-

keyakinan Ahlu Sunnah terkait masalah sifat-sifat dan ini merupakan

bagian darinya.

Hasilnya tidak seperti yang dikira Mutazilah. Imam, Ahmad tetap

eksis dan kebenaran pun berjaya serta ujian sirna, dan itu sebagaimana

dikatakan Ibnu Thimiyah2 baik bagi umat Islam, karena mengingatkan

mereka pada bahaya ahli bid'ah dan kdangan yang lebih mengutamakan

akal daripada teks syariat, sebagaimana ujian itu pun memicu banyak tulisan

untuk menjelaskan akidah sdaf terkait masdah ini dan masalah-masalah

akidah lainnya.

I Ibid(ll/266,279).

2 MinhajuS*nnah(11257).

454 Oeua*t lslam Menurut Empac Madzhab

Ketige Riwayat dari Ahmad Terkait Al-Q*'"r. Mal$luk

Diriwayatkan dari Ahmad banyak perkataan terkait masalah Al-

Qur'an makhluk, yang diungkap dalam bentuk risalah-risalah yang

menukil keyakinannya saat dia menulis surar kepada orang yang bertanya

kepadanya sebagai penjelasan yang mengeluarkannya dari 6tnah pada

masa itu, dan diungkap pula dalam bentuk yang berbeda-beda. Kadang

dia mengatakan keyakinannya ranpa mengaitkannya dengan hal lain, dan

kadang mendampingkan ini dengan penilaian rerhadap kalangan yang

menyatakan bahwa Al-Qur'an makhluk dengan beragam benruknya

menurut sebagian dari mereka.

Misdnya dia mengatakan, "Al-Qur'an kalam Allah dan firman-Nya

yang diturunkan bukan makhluk."r Dia berdih ke masdah akidah yang

lain. Dia mengatakan di tempat lain, "Al-Qur'an kalam Allah dan bukan

makhluk. Dia juga tidak surut untuk mengatakan, "Al-Qur'an bukan

makhluk, karena kdam Allah tidak terpisah dari-Nya, dan tidak ada sesuaru

pun dari-Nya yang merupakan makhluk. Hindarilah berdebat dengan orang

yang mengada-ada dalam hal ini, orang yang mengatakan lafalnya dan lainya,

serta orang yang tidak berkomenrar ddam hd ini dengan mengarakan: Aku

ddak tahu apa makhluk atau bukan makhluk, padahal sesungguhnya die

kalam Allah, orang itu ahli bid'ah, seperti orang yang mengarakan: Dia

makhluk, padahal dia kalam Allah dan bukan makhluk."2

Yang seperti yang kami nukil di sini cukup banyak dalam sumber-

sumber rujukan biografinya yaitu buku-buku sejarah umum.3

Yang kami nukil di atas mensinyalir bahwa ada tiga pendapat yang

disanggah oleh Imam Ahmad ddam masalah ini.

Pertama: pendapat kalangan yang mengatakan bahwa Al-Qur'an

makhluk, mereka adalah golongan Jahmiyah dan Mutazilah serta orang-

orang yang menganut pandangan mereka.

Kedua: pendapat kalangan yang mengatakan, "Lafalku terhadap Al-

Qur'an makhluk. Jumlah mereka banyak, yang paling terkemuka di antara

mereka addah Husain bin Ali Al-Karabisi.

Al-Mad&hal(68).

Ath-Thabaqat(ll l4l).

Seperti buku-buku Adz-Dzahabi, dan Al-Bidayb ua An-Nihayah.

I

)

3

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikih...lE 455

Ketiga: pendapat kalangan yang mengatakan, "Al-Qur'an kalam

Allah," namun mereka tidak berkomentar lagi. Mereka addah golongan

'waqifah, mereka banyak, karena sebagian dari mereka mengambil sikap

ini lantaran takut kepada Penguasa, dan sebagian lagi mengambil sikap ini

karena sesuatu terkait dirinya sendiri.

Adapun kdangan yang mengatakan bahwa Al-Qur'an makhluk,

maka pendapamya terkait mereka sudah jelas, karena dengan demikian

mereka memungkiri keterdahuluan sifat dari sifat-sifat Allah yaitu kalam

arau mengabaikannya dengan tals ril. Maka dari itu mereka memungkiri

aksioma yang sudah lazim diketahui dalam ilgarna, karena Allah meng-

ungkapkan sifat-Nya sendiri bahwa dia berbicara, dan memungkiri itu itu

berarti menyanggah ayat dari kitab yang berbunyi,

{tr :au} @.'gii b.{ini6b'Jt$*&J

*(YanP tidah ahan didatangi olzh hebatikn baik dari dzpan rnduPun

dai behhang (pada masa hla dzn yng akan datang). " (Fushshilat 42)

Maka dari itu, dalam sebuah riwayat dari Imam Ahmad bin Hambal,

dia mengatakan, "siap,-y{rgmengatakan Al-Qur'an makhluk maka dia

kafir."r

Demikian pula, dia pernah menegaskan, "Siapa yang mengatakan

Al-Qur'an baru diadakan maka dia kafir."2

Ketika ditanya tentang orang yang mengatakan Al-Qur'an makhluk,

dia menjawab orang itu kafir, bahkan kadang mengkafirkan orang yang

tidak mengkafirkan.

Adapun kalangan yang mengatakan, "Lafalku terhadap Al-Qur'an

makhluk," Ahmad berpendapat bahwa kalangan Lafzhiyah itu seperti

Jahmiyah, karena ini merupakan siasat yang diada-adakan oleh ahli kdam,

padahal yang mereka maksudkan hanya kerancuan dan kekacauan. Maka

dari itu Ahmad membedakan antara orang yang mengatakan ini dari

kalangan awam, yang menghendaki malsudnya berupa gerakan-gerakan,

perbuatan orang yang membaca dan yang melafdkan, maka yang ini adalah

I Adz-Dzah$\Si1arA'hmAn-Nubzh' (ll/288).

2 Al-Madkhal(93\.

456 O eua*, Islam Menurut Empat Madzhab

ahli bid'ah, karena dia mengada-adakan sesuatu yang tidak ada pada masa

Rasul dan masa generasi rerbaik, juga lantaran itu ddak diperlukan.

Akan tempi mereka yang mengatakan ini dari kalangan ahli kdam,

maka Ahmad berpendapat bahwa mereka seperti Jahmiyah bahkan sama

saja. Maka dari itu dalam riwayat darinya dinyatakan bahwa dia mengatakan

mereka seperti Jahmiyah, kadang menyatakan bahwa mereka lebih jahat dari

Jahmiyah, dan di saat yang lain menyatakan mereka adalah ahli bid'ah. Jika

ada ungkapan-ungkapannya yang mengkafirkan golongan Lafzhiyah itu,

maka ungkapan-ungkapan itu dimaknai sebagai keseluruhan pendapatnya

terkait mereka sebagaimanayangkami jelaskan, dan dia sebagaimana yang

dinyatakan olehA&-Dzahabi melakukan ini sebagai langkah antisipasi agar

tidak menimbulkan dampak buruk.

Kepiawaian pembedaan yang dilakukan oleh Ahmad anrara golongan

Lekhiyah dari kalangan awam dan ahli kalam, akan semakin jelas bila

pembaca mengetahui bahwa Ahmad bin Hambd telah memperingatkan

berbagai kalangan terhadap ulah Husain bin Ali Al-Karabisi, karena dia

merekayasa hadits-hadi$ untuk mendukung Rafidhah. Begitu diberitahu,

Al-Karabisi geram, dan berkata, "sesungguhnya aku benar-benar akan

menyampaikan pernyataan hingga Ahmad bin Hambal mengatakan

sanggahannya lantas dia mengkafirkan." Dia berkata, "Lafalku terhadap

Al-Qur'an adalah makhluk." Dalam bukt Al-Qashash, Al-Marwadzi

mengatakan, "Lalu aku menyampaikan itu kepada Abu Abdillah, bahwa

Al-Karabisi berkata: Lafalku terhadap AI-Qur'an adalah makhluk, dan dia

mengatakan: Aku berkata bahwa Al-Qur'an kalam Allah bukan makhluk

dari semua sisi hanya saja lafalku padanya addah makhluk. Siapa yang

tidak mengatakan; lafalku terhadap Al-Qur'an adalah makhluk, maka dia

ka6r.'AbuAbdillah berkata, Justru dialah yang kafir, Allah memeranginya,

adakah sesuatu selain ini yang dikatakan Jahmiyah? Tidak ada gunanya,

perkataannya, yeng terakhir justru meruntuhkan perkataannya. yeng

pertama?!"r

Jika saya meletakkan di samping teks ini apa yang diriwayatkan sebagai

penguat dari Imam Ahmad saat ditanya, "Golongan LaEhiyah engkau

I SiyarAhnAn-N*bah' (lll289).

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikih...lE 457

anggap rermasuk kalangan Jahmiyah, wahai Abu Abdillah?" Dia menjawab,

"Tidak, Jahmiyah adalah yang mengatakan: Al-Qur'an makhluk'"r

Saya katakan, dua teks di aras menunjukkan bahwa dia menilai

masing-masing dari kedua kdangan tersebut sesuai dengan kondisi dan

maksud mereka ylngny*a.dari pernyataan mereka, namun hanya dengan

perkataan sajaAl-Karabisi dapat membuat siasat yang dimanfaatkan untuk

dapat menyampaikan perkataan yang bentuknya dapat diterima, akan tetapi

terkait dengan lainnya.

Adapun Imam Ahmad, dia tidak menggunakan tPe.yangmenurutnya

sebagai bid'ah. Maka dari itu dia marah terhadap orang yang menukil

perkataannya darinya: "L,afdku terhadap AI-Qur'an bukan makhluk," lantas

dia memunculkannya dan mendiskusikannya hingga menghapusnya dari

bukunya dan menyampaikan hd itu kepada berbagai kalangan.2 Setelah

memuat perkataan-perkataan Imam Ahmad terkait golongan Lafzhiyah

dengan berbagai :trrg?|Innya, Adz-Dzahtbi menjelaskan sudut pandangnya

dalam hal ini, dan bahwa sikap kerasnya terhadaP ahli kdam di antara

mereka adalah sebagai antisiPasi dampak buruk dan lantaran khawatir hal

itu akan tersebar luas. Saya mengatakan, "Hd yang sudah lazim adalah

bahwa Abu Abdillah mengatakan, 'Siapa yang berkata: Lafalku terhadap

Al-Qur'an bukan makhluk, maka dia ahli bid'ah. Dan dia mengatakan,

.Siapa yang berkata: Lafalku terhadap Al-Qur'an makhluk, maka dia

penganur Jahmiyah. Padahd Imam Ahmad tidak mengatakan yang ini,

tidak pula yang itu. Barangkali sebagai penjelasannya dia mengatakan:

Siapa yang mengarakan: Lafalku terhadap Al-Qur'an makhluk, namun

yang dimalsudkannya addah Al-Qur'an, maka dia PenganutJahmiyah."3

Penetapan makna bahwa yang dimaksudkannya addah AI-Qur'an

diperjelas dengan apayangtelah kami paparkan sebelumnya dan diperjelas

bahwa Imam Ahmad sangat mengerti bahwa perbuatan-perbuatan kita

pada Al-Qur'an berupa bacaan dan tulisan adalah makhluk, karena itu

merupakan perbuatan manusia, akan tetapi itu semua tidak mengubah

bahwa apa y^ng engkau baca dan yang engkau lafalkan adalah kalam

Allah. Maka dari itu dalam riwayat darinya dinyatakan bahwa dia berkata,

I Ibid(1/291),Al-Muunadf Usbuliilin(89).

2 Ibid.

3 SilarA'hmAn-Nubah' (l l/288).

455 6 eua"l Islam Menurut Empat Ma&hab

'Al-Qur'an bagaimana pun tindakan yang dilakukan terhadap perkataan-

perkataannnya dan perbuatan-perbuatannya maka dia bukan makhluk.

Adapun perbuatan-perbuatan kita addah makhluk." I

A&-Dzahabi memandang baik apay nB dilakukan Imam Ahmad

ini sebagai antisipasi dampak buruk, dan mengarakan, "Imam Ahmad

melakukan hal yang baik dengan melarang pembicaraan rentang masalah

tersebut dari kedua pihak, karena masing-masing dari penetapan sebagai

makhluk seqra mudak dan bukan sebagai makhluk pada lafalnya addah

hal yang sarnar, dan tidak dipaparkan dalam kitab tidak pula sunnah. Akan

tetapi hd yang tidak diragukan adalah bahwaAl-Qur'an kalam Allah yang

diturunkan bukan makhluk, Valhhu A'hrn."z

Adapun golongan'Waqifiyah, ddam riwayat dari Ahmad bin Hambal

dinyatakan bahwa dia menggabungkannya dengan golongan Lafzhiyah dan

Jahmiyah. Dia berkata, "'Waqifiyah, Lafzhiyah, dan Jahmiyah menurut

kami sama."3

Al-Asy'ari meriwayatkan dalam Al-Ibanah bahwa ketika Imam

Ahmad ditanya dan dikatakan kepadanya, "Ada orang-orang di sini yang

menyampaikan dengan berkata: Al-Qur'an bukan makhluk, tapi tidakpula

bukan makhluk,' Dia pun menjawab, "Mereka lebih berbahaya terhadap

berbagai kalangan daripada Jahmiyah. Celaka kalian, jika kdian tidak

mengatakan bukan makhluk, maka katakan: makhluk."a

Dalam riwayat darinya dinyatakan bahwa ketentuan hukumnya tidak

boleh shalat di belakang penganut Rafidhah tidak pula \7aqifiyah.

Jika Ahmad telah menetapkan mereka seperti Jahmiyah dan I-aEhiyah

yang dikafirkannya, maka ini berarti bahwa Vaqifiyah ka6r. Mereka

menurut pandangannya lebih berbahaya terhadap berbagai kalangan

daripada Jahmiyah.

Jika kita telah menemukan dalam pembicaraannya rentang l^afzhiyah

yang membenarkan sikap keras terhadap orang-orangyan1 berkedok di

antara mereka, dan kita dapati yang membedakan antara mereka dengan

I Ibid (l l/289),Al-Bidalah uan Nihayah(lDl327).

2 rbid(ll/290).

3 Al-Manaqib(20),Al-Mu'unadf Uhulrldin(88).

4 Al-Ibanah(41).

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikih... O 459

kalangan yang menghendaki maksudnya selain Al-Qur'an berupa gerak-

gerik manusia.

Maka saya katakan, jika ini diterima terkait dua golongan sebelumnya,

maka penilaian hukum kafir golongan \7aqifiyah addah hal yang hanya

dianut oleh Imam Ahmad dan sebagian sahabatnya, narnun dimungkinkan

bahwa mereka termasuk yang dibedakan yang berkaitan dengan golongan

Lafzhiyah sebagaiman a y{tg telah kami sinyalir sebelumnya. 1

Kami mengatakan ini, yaAllah, kecudi jikayang dia maksud addah

kafir yang tidak sampai pada kekafiran (terkait agama), karena orang yang

menukil akidah Imam Ahmad dengan periwayatan dari orang-orang

teperqrya mengatakan; dia seperti Ahlu Sunnah tidak mengkafirkan muslim

lantaran dosa. Dia mengkafirkan orang yang keyakinannya menyebabkan

dia mendustakan Allah terkait berita-Nya, itu merupakan kebodohan, dan

mereka adalah Qadariyah yang mengatakan Al-Qur'an makhluk.2

Kami dapat memaknai sikap kerasnya itu barangkali sesuai dengan

kondisi-kondisi pemikiran pada masanya, dan barangkdi lantran kondisi-

kondisi ujian itu sendiri, meskipun kami tidak menerima pengkafiran

kecuali dalam batas-batas ketentuan yang disepakati oleh Ahlu Sunnah

secara keseluruhan. Ahlu Sunnah tidak mengkafirkan secara terang-terangan

kecuali orang-oran gy{t1mengatakan bahwa Al-Qur' an rnakhluk, lantaran

penafian mereka terhadap aksioma yang lazim diketahui dari agama.

Meskipun Imam Ahmad memandang \7aqifiyah sebagi kdangan yang ragu

ddam agama, sesuai dengan riwayat yang disampaikan darinya.3

Sebaiknya kami pastikan alenia ini dengan aPay^ngdijelaskan oleh

Ibnu Thimiyah dalam akidah Ahlu Sunnah terkait masalah AI-Qur'an:

"Termasuk iman kepada-Nya dan kepada kitab-kitab-Nya bahwa Al-

Qur'an addah kdam Allah yang diturunkan bukan makhluk, dari-Nya

dimulai dan kepada-Nya kembali, dan bahwa Allah membicarakannya

dengan sebenarnya, serta bahwa Al-Qur'an yang diturunkan-Nya kepada

Muhammad ini adalah kalam Atlah yang sebenarnya bukan kdan png lain,

dan tidak boleh menyatakan secara mutlak bahwa dia merupakan hikayat

I AbdulGharnitd,-Daqar,Ahmdibn Hanbal(224).

2 Atb-Tbabaqat(21267).

3 tbid.(Ut72).

460 Oet ia*,Islam Menurut Empat Madzhab

dari kalam Allah atau ungkapan, akan tetapi jika manusia membacanya

atau menulisnya dalam mushaf-mushaf maka dengan demikian tidak

membuatnya keluar dari status sebagai kalam Allah yang sebenarnya, karena

kalam hanya dinisbatkan kepada yang mengatakan pada permulaannya

bukan kepada yang mengatakan sebagai yang menyampaikan dan

menunaikan."r

Ulasan

l,antaran mempertahankan keyakinan yang kokoh ini Ahmad masuk

dalam ujian dan menulis arpa ytngditulisnya sebagai sanggahan terhadap

golongan Zindiq(atheis) dan Jahmiyah. Dalam riwayat darinya diungkap

berbagai perdebatan yang sebagi annyadengan Al-Mutashim dan sebagian

lagi dengan Ahmad bin Abi Duad, namun semuanya mengungkap bahwa

dia menguasai hal-hal yang diperlukan dalam perdebatan sePerti permulaan

yang bagus, argumenrasi yang kuat, dan mampu menunjukkan dalil-dalil

serta menyatakan kebenaran yang diyakininya. Sebagaimana perdebatan-

perdebatan ini bahkan kejadian ujian secara umum menguatkan keteguhan

Ahmad dalam kebenaran, hingga musuh-musuh Ahlu Sunnah mendesak

Al-Mu'tashim untuk membunuhnya saat mereka melihatnya menamPakkan

kekaguman terhadap logika dan argumentasi Ahmad sampai Al-Mutashim

berkata, "Ahmad membuat kita tak melemahkan kita, Ahmad melemahkan

kita." Begitu mengerahui Al-Mutashim tidak menerima akhir yang dicapai

oleh Ahmad bin Hambal ini, maka Ibnu Abi Duad berupaya untuk

membuat siasat.

Dia berkata kepadaAhmad bin Hambd, "Bisikkan di telingaku bahwa

Al-Qur'an makhluk hingga aku dapat membebaskanmu dari hukuman Al-

Mu'tashim." Ahmad bin Hambal berkata kepadanya, "Bisikkan di telingaku

bahwaAl-Qur'an bukan makhluk hingga aku dapat membebaskanmu dari

tdz-ab Allah."2

Ahmad bersikap logis terhadap dirinya, karena dia mengungkap

tentang suatu akidah dan bukan untuk mencari kedudukan atau popularitas

atau harta, maka dari itu orang yang paling condong pada paham Mutazilah

I

2

IbnuThimiyah,l lhqidahAl-lvasnhiyah(4ol),Mainubr Ra.sail,ivpertama, cetakan shabih, t.t.

Atb-Thabaqat (l I | 64- | 6r.

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikih... ltr 46L

seperti Al-Jahizh misdnya tidak mengatakan bahwa Ahmad memberikan

jawaban saat menghadapi ujian dan bahwa dia mengatakan Al-Qur'an

makhluk, akan tetapi semua yang dikatakannya adalah bahwa dia diam

ddam sebagian perdebatan.

Akan tetapi yang benar-benar mengherankan, kita dapat ada orang

yang menilai bahwa ijma' (konsensus) ini menyimpang, dan menc:rtar bahwa

Ahmad mengatakan: Al-Qur'an makhluk. Al-Ya'qubi mengatakan, "Al-

Mutashim menguji Ahmad bin Hambd terkaitAl-Qur'an makhluk. Ahmad

berkata, Aku seorangyang mengetahui ilmu, dan aku tidak mengetahui

ada hal ini padanya.' Kemudian dihadapkan kepadanya para ulama 6kih

lantas dia terlibat perdebatan dengan Abdurrahman bin Ishaq dan lainya.

Dia tetap tidak mau mengatakan bahwaAl-Qur'an makhluk. Akibatnya dia

dicambuk beberapa kali. Ishaq bin Ibrahim berkata, "Berikan kesempatan

kepadaku, wahai Amirul Mukminin, untuk berdebat dengannya." Al-

Mutashim menjawab, "Silakan engkau menghadap inya.)'

Ishaq berkata, "Ilmu yang engkau ketahui ini diturunkan kepadamu

oleh malaikat atau engkau mengetahuinya dari seseorang?" Ahmad

menjawab, "Aku mengetahuinya dari para tokoh."

Ishaq bertanya, "Sedikit demi sedikit atau sekaligus?"

"Aku mengetahuinya sedikit demi sedikir," jawabnya.

Ishaq melanjutkan, 'Adakah sesuatu yang masih belum engkau

ketahui?"

"Masih ada," jawabnya.

Ishaq mengatakan, "Maka ini termasukyang belum engkau ketahui,

padahal Amirul Mukminin telah mengajarkannya kepadamu." Dia

menjawab, "Sesungguhnya aku mengatakan sebagaiman t yeng dikatakan

Amirul Mukmin." Ishaq menanyakan, "Terkait Al-Qur'an makhluk?"

Dia mengatakan, "Terkait Al-Qur'an makhluk."

Dia menyatakan kesaksiannya, membebaskannya, dan melepasnya

pulang ke rumahnya."r

Saya katakan, ini termasuk yang tidak pernah dikatakan oleh seorang

I AhmadbinAbiYa'qub, TankhAl-Yaqubi (21472),Dar Shadir, Beirut.

462 l& eUa"n Islam Menurut Empat Madzhab

pun dari kaangan ahli sejarah atau penulis tingkatan generasi tokoh, hanya

kepada Allah aku memohon pertolongan.

4. Penerapan Manhai ddam FikihAkidah

Di bagian permulaan dinyatakan bahwaAhmad bin Hambal terkait

fikih akidahnya berpegang pada manhajnya secara umum yang telah kami

sinyalir sebelum ini, dan bahwa ini merupakan manhaj Ahlu Sunnah dan

dianut oleh ulama generasi salaf sebelum Ahmad. Akan tetapi itu tidak

menjadi penghdang bagi Ahmad untuk fokus pada fikih akidah berdasarkan

pada poin-poin rertentu yang sesuai dengan tabiat tema fikih ini. Kita dapat

menelisiknya pada poin-poin berikut:

Perama, Sumber-sumber Rui"kannya Terkait Akidahnya

Sumber-sumber ini -seb agalimaLnayang diungkap dalam teks-teksnya

insya Alhh akan kami nukil di sini- Al-Qur'an, sunnah, pemahaman

generasi sahabat dan tabi'in, ulama tePercaya yang mengacu pada sumber-

sumber rujukan ini. sumber-sumber rujukan ini diungkap dalam tulisan-

tulisan yang didektekannya dan risalah-risalahnya bagi orang yang bertanya

kepadanya sebagai penjelasan bagi akidah yang benar. Seorang muridnya

meriwayatkan darinya, dia berkata, "fugama itu tidak lain hanyalah Kitab

Allah, atsar-atsar dan sunnah-sunnah, serta riwayat-riwayat shahih dari

orang-orang repercaya, riwayat-riwayx yang shahih, kuat, dan terkenal

saling membenarkan antara yang satu dengan yang lain, hingga itu berakhir

pada Rasulullah ffi dan sahabat-sahabat beliau, generasi tabi'in, dan generasi

setelah mereka, serta Para imam terkenal yang diteladani setelah mereka,

yang berpegang teguh pada sunnah, mengacu pada atsar, ddak mengenal

bid'ah, tidak dinilai memiliki kekurangan berupa dusta, tidak dituduh

menenrang, dan bukan sebagai kalangan yang membuat qiyas tidak pula

ra'ryu (logil<a), karena qiyas terkait agama adalah batil, dan ra'yu demil<ran

juga bahkan lebih batil darinya. Ahli qiyas dan ra'yi dalam agama adalah

ahli bid'ah yang sesat, kecuali bila itu ada atsarnya dari para imam tePercaya

dari generasi terdahulu."I

Tokoh lainnya pun menyeru pada manhaj ini. Ketika dia diminta

I Ath-Thaba4ar (t/31). Jelas bahwa malaud Imam Ahmad bukan ra'yi secara mutlak, akan rctapi ra'yi

yang tidak didasarkan pada sumber-sumber yang tePercaya.

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikih... 6 463

oleh Musaddad bin Musarhid Al-Bashri untuk menuliskan sunnah yang

jelas baginya yang dapat menunjukkan indikasi-indikasi kebenaran di

tengah fitnah-fitnah pada masa itu, Ahmad bin Hambal menulis surat

bdasan kepadanya dengan mengatakan, "Aku berwasiat kepada kalian

dan juga aku sendiri untuk bertakwa kepada Allah Yang Mahaagung, dan

senantiasa berpegang pada sunnah. Kalian telah mengetahui a;pa y{tg

menimpa orang yang menentang sunnah, dan apa yang didapatkan oleh

orang yang mengikutinya. Aku perintahkan kepada kdian untuk tidak

mengutamakan sesuatu pun atasAl-Qur'an, karena dia adalah kdamAllah

dan yang dibicarakan oleh Allah bukanlah makhluk, dan yang diberitakan-

Nya tentang umat-umat pada masa ldu bukanlah makhluk, a;pe yang

terdapat pada Al-[,auh Al-Mahfuzh, apa yangterdapat pada mushaf-mushaf

dan bacaan manusia, bagaimana pun dia dibaca, dan bagaimana pun dia

dinyatakan, maka dia adalah kalam Allah bukan makhluk. Siapa yang

mengatakan makhluk maka dia ka6r. Dan siapa yang tidak mengkafirkannya

maka dia ka6r. Kemudian setelah Kitab Allah addah sunnah Nabi serta

hadits dari beliau, dan dari sahabat-sahabat Nabi yang mendapat petunjuk,

membenarkan apa yang disampaikan oleh para rasul, mengikuti runrunan

keselamatan yaitu yang disampaikan oleh ulama, dari ulama terkemuka

kepada ulama terkemuka."t

Urutan dalil-dalil ini menurutnya didasarkan pada bahwaAl-Qur'an

merupakan petunjuk terbaik, sunnah menafirkan dan menetapkannya,

sahabat-sahabat Rasul yang mulia adalah generasi terbaik yang diberi

kesempatan menyertai sumber penuntun umat, di samping berbagai

kapasitas dan kemampuan yang dianugerahkan kepada mereka, kefokusan

pada ilmu, dan kezuhudan mereka di dunia, kemudian ulama tepercaya

yaitu mereka yang mencari kebenaran dari sumber-sumbernya yang telah

dipaparkan di atas, dan senantiasa menghendaki kejujuran terkait 

^peyang

mereka katakan karena ilmu adalah kepatuhan (pada agama), dan terkait

perkara akidah maka kepedulian lebih ditekankan dan perlu lebih cermat,

karena akidah memiliki cabang-cabang berupa sisi-sisi agama sepemi ibadah,

muamalah, dan akhlak, dan karena itu merupakan jalan kebahagiaan ddam

kehidupan setelah kehidupan dunia.

1 Ibid(l/342),danAl-Madhhal(93).

& fB eUa*, Islam Menurut Empat Madzhab

Kedua, Kehati-hatian dan Tindaka" Antisipasi

Jika debat dibolehkan terkait perkara-perkara dunia dengan berbagai

dampak buruk yang ada padanya, maka terkair perkara-perkara agama tidak

dapat diterima khususnya jika tampak padanya keinginan hawa nafsu, dan

didominasi ambisi untuk memenangkan pendapat terlepas aPa Pun posisi

pendapat itu dari dalil-dalil. Ahmad bin Hambal sangat mengerti hal ini.

Buktinya adalah sikapnya terhadap ahli kalam, dan kepeduliannya dalam

menghindarkan diri dari sebutan sebagai ahli kdam (kecudi kalam yang

matan dan sanadnya kitab dan sunnah). Imam Ahmad berpendapat bahwa

perbincangan ulama tentang masalah-masdah yang tidak diperlukan amal

untuk dunia dan akhirat bahayanya lebih banyak daripada manfaatnya,

karena itu tidak meyakinkan, dan bisa jadi dipahami oleh kdangan awam

narnun justru berakibat pada keraguan mereka terhadap hakikat-hakikat

agama. Maka dari iru kita dapati Imam Ahmad tidak suka berbincang

dan membahas masalah sifat-sifat secara umum, dan tentang Al-Qur'an

makhluk secara khusus. Imam ini berpendapat untuk tidak terlibat ddam

perbicaraan yang membahas hal ini, karena khawatir akan mengantarkannya

padapernyataanAl-Qur'an makhluk, dan menahan diri dari hal ini adalah

lebih utama.t

Barangkdi inilah yang membuar Imam Ahmad berkata, "Janganlah

kalian berinteraksi dengan ahli kalam meskipun mereka membela sunnah."2

Dengan sikap hati-hati ini, Imam Ahmad berarti mengambil sikap

sebagaimanayang diterapkan oleh ulama pendahulunya. Ddam riwayat

dinyatakan bahwa Abu Hanifah melarang shalat di belakang dua orang

yang terlibat dalam perdebatan. salah satunya mengarakan: Al-Qur'an

makhluk, sementarayang lain berkata: Al-Qur'an bukan makhluk. Begitu

ditanya rentang tafsir larangan ini bagi orang yang mengatakan: Al-Qur'an

bukan mahluk, dia berkata, "Keduanya berselisih tentang a5arn , padahal

perselisihan tentang agaime addah bid'ah-"3

Kehati-hatian y^ng dilakukan oleh Imam Ahmad ini merupakan

manhajAhlu Sunnah di mana mereka menolaksetiap perkataan yang ddak

Siyar A'hm An-Nu bah' (1 | I 290).

Al-Manaqib (205).

Abdul Ghani Ad -Dtqer,Ahmadibn Hanbal(169), As-Suyuthi, S,aanAl-Manthiq (19,3l).

I

2

3

Bab 5: Empat Ulama Ahli Fikh... g 65

berorientasi pada amal. l,azim diketahui bahwa perdebatan yang tercela di

sini tidak menghasilkan amal, lebihJebih justru merusak akidah manusia.

Kami sampaikan kembali di sini perkataan Imam Ahmad: "Siapa yang

menyukai kalam maka dia tidak berunrung, karena pandangan mereka

bermuara pada kebingungan. Kalian harus mengacu pada sunnah dan hadits,

jauhilah keterlibaran dalam perdebatan dan perselisihan. Kami mendapati

orang-orang (generasi salaf) namun mereka tidak mengenal kalam ini.

Kesudahan kalam tidak mengarah pada kebaikan."r

Barangkali inilah yang dominan disampaikannya saat menghadapi

ujian. Kedka itu jika Mu'tazilah hendak mengarahkannya pada ranah

perselisihan dan perdebaran, maka dia mengatakan apa yang diyakininya

kemudian berkata; aku bukan ahli kalam. Dalam risdahnya yang diminta

oleh Al-Mutawakkil melalui Yahya bin Khaqan untuk menanyakan

kepadanya pendapatnya renrang Al-Qur'an jauh dari ujian, akan tetapi

hanya untuk mempelajarinya, dalam risalahnya ini tepatnya di bagian

akhirnya terdapat ungkapan sebagaimane yang telah kami sampaikan,

namun di sini kami sampaikan kembali lantaran adanya,keterkaimn: "Aku

bukan ahli kalam, dan menurutku kalam sama sekali tidak diperlukan dalam

hal ini kecuali yang terdapat ddam Kitab Allah, atau dalam hadits Rasulullah

6. Adapun yang selain itu maka kalam dalam hal ini tidak terpuji."2

Ketiga, Sikapnya terhadap Thtcsril

Imam Ahmad -seperti seluruh Ahlu Sunnah- berpendapat bahwa

mereka tidak menakwilkan kecuali yang berupa arahan dan pemaharnan

yang menghilangkan kerancuan sebagaimana terkait ayet-ayat yang

mengungkat tenrang melihat Allah misalnya. Landasan mereka dalam

hal ini bahwa Allah lebih mengetahui apa- yang diturunkan-Nya dan

mengharuskan kita untuk mengimaninya. Termasuk mengimani sifat-sifat

yang dinyatakan-Nya sendiri dalam Kitab-Nya, sifat-sifat yang dinyatakan

Rasul-Nya Muhammad, tanpa penyimpangan tidak pula pengabaian,

dan tanpa penetapan tata cara tidak pula penyerupaan, bahkan mereka

(Ahlu Sunnah wal Jamaah) mengimani bahwa Allah tidak ada sesuatu pun

yang menyerupai-Nya dan Dia Maha Mendengar Maha Melihat. Dengan

I SilarA'hmAn-Nubah'(l1l29l).

2 lbid(67),SiyarA'hm An-Nubah' (ll1286).

466 tS er.ia*, Islam Menurut Empat Madzhab

demikian mereka tidak menafikan dari-Nya sifat-sifat yang dinyatakan-

Nya sendiri, dan tidak menyimpangkan kata-kata dari posisinya tidak pula

membuat kekeliruan terkait nalna-narnaAllah dan ayat-ayat-Nya, dan tidak

membuat penyerupaan bagi sifat-sifat-Nya dengan sifat-sifat makhluk-Nya,

karena tidak ada yang menyetarai-Nya, tidak ada yang seruPa dengan-Nya,

ddak ada sekutu bagi-Nya. Allah tidak dapat diqiyaskan dengan makhluk-

Nya, sesungguhnya Dia lebih mengetahui terkait diri-Nya dan juga yang

lain, pding benar firman-Nya, dan paling baik pembicaraan-Nya daripada

makhluk-Nya."t

Madzhab Imam Ahmad menyatakan bahwa hadits-hadits yang

mataryab ih at dan ty*-ayat rnutaya b i h ar diberlakukan sebagaiman a adanya'.

Hd ini telah kami sinyalir, dan kami pun telah menegaskan bahwa ini

merupakan manhaj yang jelas baginya hingga sehari sebelum wafatnya

pun dia sempat mengarakan, "Diberlakukan sebagaimana adarryajika itu

dengan isnad-isnad yang shahih, dan sifar Allah tidak dinyatakan lebih

dari yang dinyatakan-Nya sendiri, tanpa batas tanpa akhir. "Tidth ada

sesuttupunymgserilpa dtngan Dia. Dan DiaYangMaha Mendzngar Maha

Melihat." (Asy-Syura: ll). Siapa yang berbicara tenrang maknanya maka

dia mengada-eda."2

Akan tetapi Imam Ahmad dapat menerima takwil yang meng-

hilangkan kerancuan dan mengacu pada pokok-pokok pemahaman

dan kesimpulan. Maka dari itu dia -seperti Ahlu Sunnah- memandang

pentingnya mengimani bahwa mukmin dapat melihat Allah di akhirat

dengan penglihatan mereka, dan tidak sependapat dengan Mutazilah

terkait pernyataan yang mereka sampaikan bahwa ada kontradiksi antara

firman Allah: "Dia tidah dapat dicapai olzb penglihatan rnatA, sedang Dia

dapat rnelibat segdla penglihatan itu." (fJ.'Atlam: 103), dengan firman-

Ny.l: "W'ajah-wajah (orang muhrnin) pada hari in berseri+eri, memandang

Tuhannya." (Al-Qiyan rtz 22,23). Mereka memaknai melihat di sini secara

kontradiktif berdasarkan pandangan mereka.

Akan tetapi Imam Ahmad memungkiri bahwa melihat di sini

bermakna rahmat, karena makhluk tidak merahmati Allah Juga memungkiri

Ibnu Thimiyah,l l-Aqidah Al-lVasithlylah (393) 

Maimu'Ar'Rasa' il, iuz I .

Thaba4at Al-Hanabihh (21 307) , dan Al-Manaqib (204) .

I

2

Bab 5: Empat Ulama Ahli Fikih... lD 67

bahwa maknanya menunggu, karena melihat tersebut disertai dengan kata

wajah, dan karena disertai kata bantu ih (ke, kepada) yang jila ada kata

bantu ini maka tidak dapat dipahami dengan makna menunggu, dengan

dalil firman Allah: *Mereka 

hanya rnenungga sant teriakan.'(yasimz 49).

Lantaran dalam ayat ini yang dimaksud adalah menunggu maka tidak ada

kata bantu ih. Dalam riwayat hadits juga diungkap rentang melihat Allah

sebagaiman a yeng terdapat pada riwayat Bukhari dan lainnya. I

Diriwayatkan darinya tafsir lain yang tidak jauh dari ini sebagaimana

diungkap dalam risalah yang dinisbatkan kepadanya terkait sanggahan

terhadap kaum Zindiqdan Jahmiyah. Adapun firman-Nya : "\Vajah-wajah

(orang rnuhmin) pada hari itu berseri-seri, mernandang Tuhannya.'(Al-

Qiyamah: 22-23). Dan firman-Nya dalam ayat lain: qDia tidah dapat

dicapai oleh penglihatan matA, sedang Dia dapat melihat segah penglihatan

itu." (AJ-Atam: 103). Mereka (yakni Jahmiyah) mempertanyakan;

bagaimana ini terjadi? Menyatakan bahwa mereka melihat Tirhan mereka,

namun mengaakan dalam ayat lain: "Dia tidah dapat dicapai oltb penglihaun

mata, sedang Dia dapat rnelihat segalz penglihatan itu." (Al-An am: 103).

Mereka meragukan Al-Qur'an dan menyatakan bahwa itu mengurangi

antara yang saru dengan yang lain. Adapun firman-Nya; "Vajah-utajah

(orang mukmin) pada hari itu berseri-seri." (AI-Qiyam ahz 22). Malaudnya

keindahan dan putih.'Memandang Thhannya. " (AI-Qiyam ahr 2l), yakni

keberadaan Tirhannya di surga.

Adapun: *Dia 

tidah dapat dicapai ohh penglihatdn rilata." (Al-An am:

103), yakni di dunia bukan di akhirat. Lanraran orang-orang yahudi

berkata kepada Musa, "Perlihathanhh Alkh hepada hami secara nyatd."

Maka rnereha disarnbar petir." (An-Nisa': 153). Mereka pun mati dan

mendapatkan hukuman lanraran perkataan mereka: "Perlihathanhh Alhh

hepadz hami secara nlata. "(An-Nisa': f 53). Orang-orang musyrik Qurairy

meminta kepada Nabi dengan mengatakan,'Atau enghau datanghanAlhh

dan para mahihat berhadapan muha dengan harni." (Al-Isra': 92). Ketika

mereka menyampaikan permintaan ini kepada Nabi, makaAllah berfirman,

'Ataahah enghau hendak rneminta htpofo Rasulrnu (Muhammad) se?erti

halnya Musa (pernab) diminta (Bani Israil) dahulu." (Al-Baqarah: 108).

I ThabaqztAl-Hanabihh(21298).

K8 t& ana*, Islam Menurut Empat Ma&hab

Ketika mereka berkata, "Pcrlihatkanhh Alhh hEofu hami sccara nyata."

Maha mercka disanbar p6tir. " (An-Nisa' : f 53) . Allah pun menurunkan ayat

untuk memberitahu mereka bahwa dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan

mata, yakni Dia tidak dapat dilihat oleh seorang pun di dunia, bukan di

akhirat. Allah berfirma.r., "Dia tidak dapat dicapai oleh pnglihatan matA.'

(Al-An'am: 103), yakni di dunia. Adapun di akhirat maka mereka dapat

melihat-Nya. Inilah tafsir bagi 

^pa.yangdiragukan 

oleh kaum Zanadiqah

(atheis).t

Itulah poin-poin yang paling menonjol yang menjadi perhatian

Ahmad bin Hambal ddam penerapan manhajnya terkait fikih alddah.

Jelas bahwa manhaj itu baginya cukup jelas. Ddil-ddil diterapkan secara

berurutan sesuai dengan ketentuan ryariat, dan sesuai dengan kesepakatan

ulama sunnah dari ulama terkemuka kepada ulama terkemuka. Masdah

dan tujuannya pun jelas. Maka dari itu harus ada tindakan menghindari

pengabaian waktu umat Islam ddam perdebaan-perdebatan yang sama sekali

tidak berguna bagi mereka, tidak pula dengan membuat-buat penafsiran

terhadap KitabAllah dan sunnah Rasul-Nya, kecudi sebagai penjelasanyang

diperlukan untuk memahami dan menghilangkan kerancuan sebagaimana

yang telah kami paparkan pada beberapa riwayat yang disampaikan dari

Ahmad bin Hambal terkait hal ini.

Sikap hati-hati menurut Ahmad dan menolak talcnil menururnya

dan menurut Ahlu Sunnah tidak berarti mengabaikan kecerdasan dan

kemampuan untuk menyimpulkan, akan tetapi maksudnya adalah

menggunakan akal dalafi perspektif teks syariat sebagai landasannya agar

tidak didasarkan pada keinginan hawa nafsu, dan merujuk pada teks qrariat

agar tidak mengantarkannya pada perselisihan yang menjangkau bidang-

bidangyang memudarkan keterkaitannya dengan teks syariat lantaran dalil

yang dibahas secara tidak terkenddi dan semaunya. Perpudaran inilah yang

menjadi permulaan pemborosan tenaga ddam hd yang tidak ada amal

di baliknya, tidak pula manfaat. Ini benar-benar ditolak oleh ulama yang

berkompeten yang mengerti misi mereka pada masa mereka dan masa

setelah mereka. Ahmad bin Hambd telah menerapkan manhaj ini ddam

perdebatan-perdebatannya dan jawaban-jawabannya atas pertanyaan-

I AhmadbinHnbal,Ar-Rail ah,t*bMdiqahunAl-Jahniyh(59),tendapatddaniAqa'illAt-Sll4

Bab 5: EmpatUlamaAhli Fikih... O 69

peftanyaan yang ditujukan kepadanya. Saya memandang perlu menyajikan

kepada pelajar muslim rels yang merupakan risdah yang dikirimkan oleh

Ahmad sebagai jawaban atas Pertanyaan dari Khalifah Al-Mutawakkil,

yang mana dalam risalah ini tampak jelaslah PeneraPan Ahmad terhadap

manhajnya tersebut, dia menyampaika" pendapatnya dan memberitahu

orang lain apa yang harus dilakukan terkait perkara akidah'

Adz-Dzahtbi mengatakan, Abu Nuaimr memberitahukan kepada

kami, Sulaiman bin Ahmad menyampaikan kepada kami, Abdullah

bin Ahmad menyampaikan kepada kami, dia berkata, "Ubaidullah bin

Yahya bin Khalafan menulis surat kePada ayahku untuk memberitahukan

kepadanya bahwaAmirul Mukminin menyuruhku agar aku menulis surat

kepadaku dengan tujuan menanyakan kepadamu tentang Al-Qur'an,

bul€n masalah cobaan, akan tetapi masa Pengetahuan dan pengamatan'

Ayahku pun mendektekan kepadaku. 'Kepada Ubaidullah bin Yahya,

dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, semoga Allah

memberimu kesudahan yang baik, Abul Hasan, dalam segala hal, dan

menghindarkanmu dengan rahmat-Nya dari hd-hal yang tidak engkau

sukai. Aku menulis surat kepadamu, semogaAllah meridhaimu, terkait apa

yang ditanyakan oleh Amirul Mukminin tentang perkara AI-Qur'an sesuai

dengan yang aku pahami. Aku memohon kepadaAllah agar tetap menjaga

taufik bagi Amirul Mukminin. Orang-orang terlibat dalam pembicaraan

tentang kebatilan, dan mereka larut ddam perselisihan yang sengit, hingga

pemerintahan diamanatkan kepada Amirul Mukminin, lalu lantaran Allah

menghilangkan setiap bid'ah, dan tersingkaplah dari mereka kenistaan dan

kesulitan bertindak yang pernah mereka alami,2 lalu Allah menghindarkan

itu semua, dan menyingkirkannya dari Amirul Mukminin' Hal itu

dipandang sebagai pencapaian yang besar menurut umat Islam, dan mereka

pun berdoa kepada Allah bagi Amirul Mukminin (aku memohon kepada

Allah agar memperkenankan doa yang baik pada Amriul Mukminin, dan

memenuhi itu bagiAmirul Mukminin)3 menambahkan pada niatnya, dan

@ ALAuliTa., riwayacnyadalam buku ini disenai dengn rclcnya, (g/216,

ifSl. Diri*"y".kan olch IbnulJ awidaltmAl-i4ana4ib,halanen3TT dm379 dengnisnadnya pada

Abu Nuaim, akan tetapi dia meringkasnya dur tidakmenyampaikan teksnya secara penuh.';i;i-itbrh,;ki' 

,!;;t.ii,* majelis, namun tiks di ams lebih sesuai dengan yang ada

padalbnulJauzi. -'

3 iang berada dalam kurung dikutip dari Taihh Al-Ishm dan Al-Hifah'

47O t$eua*,Islam Mcnurut Empat Ma&hab

membanmnya dalam menghadapi apa yang dihadapinya. Disebutkan dari

Ibnu Abbas bahwa dia berkata, 'Jangan membenturkan Kitab Allah antara

yang satu dengan lainnya, karena itu menimbulkan keraguan di hati kalian."

Disebutkan dari Abdullah bin Umar, bahwa ada beberapa orang

yang duduk di depan pintu Nabi. Di antara mereka ada yang bertanya,

"Bukankah Allah mengatakan begini?" Yang lain bertanya, "Bukankah

Allah mengatakan demikian?" Begitu mendengar hal itu, Rasulullah 6

keluar dengan raut seakan-akan biji delima menyembul di wajah beliau,

lantas bersabda, 'Apahah halian diperintahhan antuk membenturhan Kiub

Alkh antara lang sdtu dengan hinnya? Sesungguhnya umat-ilmat sebelam

halian tersesdt hntaran hal seperti ini (padahal dl sln; kalian sama sekali

tidak rnemerluhannya). Perhatihan a?a lang diperintahhan kepada halian

hntas herjakanhh, dan perhatihan d?a yang dilzrang pada kalian kntas

tinggalhanhh.'1

Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi bahwa beliau bersabda,

" Perdz batan tentang Al- Quf an adahh ke hafran. 2

Isnadnya hasan, hadits ini terdapatdalanAl-Musnad(21117,195,196) dan Ibnu Majah (85).

HRAhmad (2/286,300,424,471,503,528),danAbuDawud (4603) dalam,4s-S*nnah,bablarangn

debat tentangA.l-Qur'an, sanadnyahasan, dinilai shahih oleh Ibnu Hibban (73),Al-Haklurl.(2t223),

disetuj ui oleh Ad z-Dzahabif .

Mereka berselisih terkait takwil hadits ini. A& yang mengatakan; makna perdebatan (dari kata rl.f

) seperd firmanAllah*i, "IGrena itu janganhh enghauragu (dcbat) terhadapAl-Qur'an."(Hud:17).

Yakni: dalam keraguan. Ada yang mengataftan bahwa sl./ adalah perdebatan yang meragukan. Ini

karena jika orang memperdebatkanAl-Qur'an yang membuatnya meragukan ayat-ayat mutasyabihat

maka itu berakibat pada pengingkaran, maka disebut kekaGran sebagai sebutan lanaran kekhawatiran

terhadap akibat dari perdebatan, kecuali orang yang dilindungi oleh A.lla Memang semestinya orang

yang mengemati Al-Qur'an bersungguh-sungguh dalam menyelaraskan di antara ayat-ayat dengan

mengaitkan yang mutasyabihat dengan yang muhkamat (jelas maknanya), dan mencari dtik temu

di antara yang berselisihan secara tekstual sedapat mungkin, karena Al-Qur'an itu sebagiannya

membenarnya sebagian yang lain. Jika ada sesuatu darinya yang sulir dipahaminya, dan dia tidak dapat

menyelaraskan, maka yakinilah bahwa iru lantaran pemahamannya yang buruk, dan serahkan kepada

yang mengetahuinya, yaitu Allah dan Rasul-Nya. Di anara mereka ada yang membuat penakwilan

cl7 terkait bacaannya, yaitu dengan memungkiri sebagian bacaan yang diriwayatkan, karena Allah

menurunkan Al-Qur'an dengan rujuh tipikal (bacaan). Maka dari itu mereka diancam sebag.ai ka6r

agar mereka berhenti memperdebatkannya dan pendusaannya. Sebab, semuanya adalah Al-Qur'an

yang diturunkan dan harus diimani. Thfsir ini didukung hadits Abu Juhaim berikutnya. Dikatakan;

ini hanya berkaitan dengan memperdebatkan Al-Qur'an terkait ayat yang di dalamnya terdapat akdir

dan ancaman serta yang semakna dengannya berdasarkan madzhab ahli kdam dan ahli jadal, bukan

ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum, perkara-perkara rerkait ketentuan mubah dan haram, karena

sahabat-sahabat Rasulullah pun berselisih terkait hal-hal ini di antara mereka, dan mereka pun saling

menyampaikan hujahnya saat mereka berselisih tentang hukum. Tafsir ini diperkuat dengan hadits

Abdullahbin umardiatas. DdamriwayatAhmad (21296),danrbnuMajah (85), dinyatakan bahwa

perselisihan mereka berkaitan dengan takdir.

I

.,

Bab 5: Empat UlamaAhli fikih... {f Ot

Diriwayatkan dari Abu Juhaim dari Nabi bahwa beliau bersabda,

'langankh halian berdzbat tenung Al-Qur' an, karena perdzbatan tentungnld

merupahan hehafran.'a

Ibnu Abbas mencerirakan, seseorang datang menemui Umar.

Kemudian Umar bertanya kepadanya tentang orang-orang. Dia menjawab,

"\rahai Amirul Mukminin, di antara mereka ada yang membaca Al-Qur'an

begini dan begitu. IbnuAbbas mengatakan, "Aku pun berkata, demiAllah,

aku tidak ingin mereka terburu-buru semacam ini saat mereka membaca

Al-Qur'an. Umar menegurku, seraya berkata, "Diam." Kemudian aku

bergegas ke rumahku dengan Perasaan gundah gulana. Ketika aku dalam

keadaan seperti itu, tiba-tiba seorang datang kepadaku lantas berkata,

.,Berilah jawaban kepadaAmirul Mukminin." Aku pun keluar, dan ternyata

dia sudah berada di depan pintu menungguku. Setelah meraih tanganku

dia mengajakku berbicara berdua saja dengannya. Umar bertanya, 'Apa

yang tidak engkau sukai?" Aku menjawab, "'Wahai Amirul Mukminin,

begitu mereka saling terburu-buru beradu cePat sePerti ini maka akibatnya

mereka saling membenarkan diri.2 Dan begitu mereka saling membenarkan

diri maka terjadilah perkara di antara mereka, dan begitu terjadi perkara

di antara mereka maka terjadi perselisihan di antara mereka, dan begitu

mereka berselisih maka akibatnya mereka terlibat dalam Pertikaian disertai

pembunuhan."

Umar berkata, "Demi Allah, ayahmu sebagai.iaminan' Demi Allah,

jika demikian menurutmu, niscaya aku buat mereka diam agar engkau

dapat menyamPaikannya."

Diriwayatkan dariJabir bahwa dia mengatakan, Nabi menghadapkan

dirinya bagi orang-orang di tempat. Beliau bersabda, 'Adapaan oraTrg

HRAhmad (4/t70) melaluiAbuSalamahAl-Khuza'i, Sulaimanbin Bilal menyampaikankcPadakami,

yazid bin Khushaifah menyampaikan kepadaku, Yusr bin said memberitahukan kepadaku dengan

mengatakan: Abu Juhaim mcnyampaikantpadaku bahwa dua orang berselisih tenung ayat-ayat dari

el-{,ri-. Y-g ini b"rkata, AL, menerimanya dari Rasulullah Sementarayanglain pun bcrketa: Aku

-".iri-ny" drli Rasulullah. Kemudian mcreka bcmanya kepada Rasulullah yang lantas bersaMa:

Al-Qur. an dibaca d.cngan *jil diahg maka janganhb kalian bctdrbat tmung Al-@r' an, harcna

pnfu-bou, t*tongat-Qn 'ai a*tai trtatrro". "Isnadnya shahih. Dan terkait hal ini pula ter&pat

riwayat dari Amr bin Ash padaAhma,d' 412O4.

Maksudnya masing-masing dari mereka berkata, 'Yang benar ada di sisiku dan di pihakku."

4zz 6 etia*, Islam Menurut Empat Ma&hab

lang rnembdwahu hepada kaumnya, karena Quraisy mehrangha untuh

menyampaihan hakrn Thhanhu. 4

Diriwayatkan dari Jubair bin Nufair, Rasulullah 6 bersabda:

'sesunguhnya halian tidah ahan kernbali kepadz Alhh dengan sesadtu lang

hbih atama dari apa yng heluar dai-Nya, yahni; Al-Qur'an.a

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, dia berkata, "Murnikanlah Al-

Qur'an, janganlah kdian menulis padanya sesuatu pun selain kalam Allah."

Diriwayatkan dari Umar, dia berkata, "Al-Qur'an ini kdam Allah,

maka posisikan pada posisi-posisinya."

Seorang berkata kepada Hasan, "'Wahai Abu Said, jika aku membaca

Al-Qur'an dan menghayatinya maka aku nyaris putus asa3 dan sirna

harapanku." Dia berkata, "Sesungguhnya Al-Qur'an addah kalam Allah,

sementara perbuatan-perbuatan manusia berkaitan erat dengan kelemahan

dan keldaian, maka berbuatlah dan bergembiralah."

Farwah bin Naufal Al-Asyja'i mengatakan, "Aku adalah tetangga

Khabbab. Pada suatu hari aku keluar ke masjid bersamanya dan dia

menggandeng tanganku. Dia berkata, 'Hai Hanah, dekatkan dirimu

kepadaAllah semampumu, karena sesungguhnya engkau tidak akan dekat

kepada-Nya dengan sesuatu pun yang lebih disukai-Nya daripada dengan

kdam-Nya."'a

Seorang bertanya kepada Hakam, 'Apa beban kalangan yang

mengikuti keinginan hawa nafsu terkait hal ini?" Hakam menjawab,

"Permusuhan."

Muawiyah bin Qurrah mengatakan, 'Jauhilah oleh kalian permu-

suhan-permusuhan ini, karena itu menggugurkan amd."

HR Abu Dawtd (4734), diltm,*-Sunnah, bab tentang Al-Qur'an. At-Tirmidzi (2926), renteng

pahda Al-Qur' an, bab kepedulian Nabi ddam penyampaian A.l-Qur'an. Ibnu Majah (201), ddam

mukadimah, bab tenhngapafaogdipungkiriolehJahmiyah, semuanyadari hadia Israil, dari Usman

bin Mughirah Ats-taqafi, dari Salim bin Abu Ja'd, dari Jabir, dan isnadnya shahih. At-Tirmidzi

mengaukan, 'Hadia ini gharib shahih."

HRTirmidzi (2912) melalui Ishaq bin Manshur, dariAbdurrahman bin Mahdi, dari Muawiyah, dari

AIa' bin Harits, dari Zaid bin futha'ah, dari Jubair bin Nufair, Para periwayamya tep€rcirya.

DalanlisanAt-Amb,N7Juilps,-.ng"*lorr, (U A1 L 4l impri*"r"a"rinya,satudialek

bahasa yang asalny".{V- .:,,U1 L.i.i{ asd katan/a safu. Juga dirrukil dari Ibnu Sayyidah, dia

mengatakan; :dl .f '" g_l adrlah krta yang dibdik lafalnya dari c...4 , namun bukan sebagai

saru dideg baliasa padinya.

Disampaikanoleh N-AlindalmAa-$ai'ah,lim.TT,melaluiAbuQasimAbdullahbinMuhammad

bin Abdul Aziz Al-Baghawi, sanadnya shahih.

2

3

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikih... lD 473

Abu Qilabah berkata, "Janganlah kalian bergaul dengan orang-orang

yang mengikuti keinginan hawa nafsu." Dia juga mengatakan, "Orang-

orang yang terlibat dalam permusuhan, aku tidak dapat menjamin mereka

tidak menjerumuskan kalian dalam kesesatan mereka dan membuat rancu

sebagian dari apa yang engkau ketahui."

Dua orang dari kalangan yang memperturutkan hawa nafsu menemui

Muhammad bin Sirin, lantas mereka berkata, "'Wahai Abu Bakar, bolehkah

kami menyampaikan suatu pembicaraan kepadamu? "

"Tidak," jawab Muhammad bin Sirin.

Mereka bertanya, "Bolehkah kami membacakan ayat kepadamu?"

Muhammad bin Sirin menjawab, "Tidak, kdian bergegas meninggalkan

aku, atau aku yang bergegas pergl?" Keduanya pun pergi (lalu di antara

orang-oran g ada yang berkata, "'Wahai Abu Bakar, mengapa engkau tidak

berkenan dibacakan ayat?)" Dia menjawab, "Aku khawatir bila dibacakan

ayat, maka dua orang itu menyelewengkannya, lantas itu berkesan di hatiku."

Seorang dari ahli bidah berkata kepada Aynrb, ''W'ahai Abu Bakar,

bolehkah aku bertanya kepadamu tentang satu kata?" Ayy"b pun berpaling

dan berkata sambil memberi isyarat dengan tangannya, "Tidak, tidak juga

setengah kata sekalipun."

Ibnu Thawus berkata kepada seorang putranya yang diajak bicara

oleh seorang ahli bid'ah, "Hai putraku, masukkan jarimu ke telingamu agar

engkau tidak mendengar apa. yangdikatakannya." Kemudian dia berkata.

"Aku tegaskan, aku tegaskan."

Umar bin Abdul Aziz berlata, "Siapa yang menjadikan agamanya

sebagai sasaran bagi permusuhan, maka dia sering bersikap tidak konsisten."

Ibrahim An-Nakha'i berkata, "Sesungguhnya tidak ada sesuatu

tersembunyi yang tersimpan dari mereka terhadap kalian lantaran

keutamaan yang adt pada kalian."

Hasan berkata, "Penyakit terburuk adalah yang berbaur dengan hati.

Yakni hawa nafsu."

Hudzaifah berkata, "Bertahvalah kepada Allah, dan ikutilah jalan

orang-orang sebelum kalian. Demi Allah, seandainya kdian istiqamah,

maka kdian benar-benar mencapai keunggulan yang jauh. Namun jika

474 @ eUa"l Islam Menurut Empat Madzhab

kalian meninggalkannya dengan tertarik ke kanan dan kiri, sungguh kdian

telah tersesat sejauh-jauhnya. Atau mengatakan; kesesatan yang nyata."

Ubay mengatakan, "sesungguhnya aku meninggalkan isnad-isnad

lantaran sumpah terdahulu yang aku pelajari dari apa yang diajarkan oleh

Amirul Mukminin. Seandainya bukan lantaran itu maka aku menyebutkann)ra

dengan isnad-isnadnya. Allah berfirman, "Dan jiha di antara haurn rnusyrihin

ada yang rneminta perlindungan hepadannu, mahd lindungihh agar dia dapat

mendengar f.rtnan Allzh." (At-Thubah: O. Dan firman-Nya : "Ingatlzh, segah

penciptazn dan perintah menjadi hak-Nya. " (Al-Arafi 54) . Allah menyatakan

bahwa perintah bukan makhluk. Firman-Nya: "(Alhh) YangMaha Pengasih,

Yang tehh rnengajarhan Al-Qur'an. Dia rnenciptahan manoria, nengajamya

pandai berbicara. " (Ar-Rahman: I 4). Allah menyatakan bahwa Al-Qur' an

termasuk yang diajarkan-Nya. Allah berfirman, "Dan orang-orangYalrudi dan

Nasrani tidah akan rela hepadamu (Muhammad) sebelurn engkau rnmgihuti

agdma mercha. I{atahankh, "Sesunguhnln perunjah Alhh iruhh penniuh

(yangsebenamya)." Dan jiha enghau mmgihuti heinginan rnereha setelah ilmu

( h e b maran) s amp ai h ep adamu t'tda h a h an ada b agi mu p e lindung dan p mo lo ng

dari Allah. " (Al-Baqarah: 120).

Allah berfirman, "Ddn wahupun enghau (Muhamrnad) rnemberihan

seTnua alat (keterangan) hepada orang-orang yng diberi hitab iru, rnereha

tidah ahan rnengikuti hlbladnu." (Al-Baqarahr 145). Firman Nlah: "Dan

jiha enghau mengihuti heinginan mereha setehh sampai ilrnu hepadama,

niscaya enghau terrnasuh orang-orang zhalim. " (N-Baqarahz 145) . Al-Qur' an

termasuk ilmu Allah, dan dalam ayat-ayat tersebut terkandung dalil bahwa

yang disampaikan-Nya adalah Al-Qur'an. Dalam riwayat dari generasi salaf

bahwa mereka mengatakan, "Al-Qur'an kalam Allah bukan makhluk, dan

inilah pandangan yang aku anut, aku bukan ahli kalam, dan menurutku

kdam sama sekali tidak diperlukan ddam hd ini kecuali yang terdapat

ddam Kitab Allah, atau dalam hadits dari Rasulullah i6, atau dari generasi

sahabat beliau, atau dari generasi tabi'in. Adapun yang selain itu maka kalam

dalam hal ini tidak terpuji."

Risalah Imam Ahmad berakhir. Adz-Dzahabi menyampaikan

komentar yang mendukungnya, "Risalah ini isnadnya seperti matahari

(sangat jelas)."1

I Adz-Dzahrbi,SlarA'hmAn-Ntbah' (11128l-286).

Bab 5: Empat UlamaAhli Fikih... O 475

Barangkali saya sudah membuat keputusan yang tePat terkait

pemilihan contoh terapan yang menggambarkan dengan jelas kepedulian

Imam Ahmad dalam menerapkan manhajnya terkait fikih akidah yang

telah disebu*an di atas dengan berbagai langkahJangkahnya dan poin-

poinnya, disertai keterangan yang diperlukan untuk melengkapi dan

menyempurnakannya. Kami memohon pertolongan kepada Allah, dan

Dialah yang mencukupi kami serta sebaik-baik pelindung bagi kami.O

476 O eUa"l Islam Menurut Empat Madzhab

Penutup

QAYA telah menetapkan untuk saya sendiri suatu tujuan yang hendak

U)dicapA sa:rrsayamemulai k4i* semaqun ini padabuku kami ini.Tirjuan

itu addah untuk mewujudkan asumsi ilmiah yang telah saya tetapkan, dan

dapat disimpulkan bahwa fikih yang berkaitan dengan hukum-hukum tidak

terlepas dari fikih akidah menurut ulama kami. Jika perkaranya demikian,

maka mereka pasti memiliki mempunyai Peran di tengah-tengah pergolakan

pemikiran yang disaksikan pemikiran Islam pada abad ke-2 dan ke-3

Hijriyah yang dibayang-bayangi dengan munculnya golongan-golongan

yang sebagiannya menqrpai kejayaannya, serta keterbukaan masyarakat bagi

berbagai golongan dan madzhab yang berbeda-beda. saya menduga bahwa

peran ini memiliki pengaruh terhadap generasi setelah mereka.

Dengan perspektif asumsi-asumsi yangtelah ditetapkan ini saya mulai

melakukan pembahasan ini. Saya mengkaji kondisi-kondisi pemikiran pada

masa-masa rerkait, dan saya mempelajari pengertian fikih menurut emPat

imam kita, saya pun mengkaji sikap dan manhaj mereka terkait fikih akdah.

Kemudian saya mengkaji hubungan mereka dengan perdebatan-perdebatan

pada masa mereka, khususnya terkait masdah-masdah akidah. Hasil yang

ditetapkan dalam bahasan benar-benar dapat terwujud lantaran asumsi-

asumsi yang saya tetapkan. Saya sebutkan di antaranya sebagai berikut:

Pertama

Jelas bahwa pengertian fikih menurut mereka lebih luas daripada

fikih terkait hukum-hukum dan cabang-cabangnya, dan bahwa fikih akidah

serta pemahaman terhadap pokok-pokok ajaran agama adalah yang disebut

dengan istilah fikih akbar sebagaimaneytngdijelaskan oleh sebagian dari

mereka, sementara yang lain mensinydirnya.

Kedua

Mereka menyadari bahaya perdebatan yang berkembang pada saat itu

Penutup $ 477

khususnya terkait masalah-masalah akidah. Mereka mengecam perdebatan

ini dan mencegah umar untuk tidak terlibat di ddamnya, dan mereka

menjelaskan bahaya perdebatan ini terhadap kesatuan umat secara pemikiran

maupun sosid. Maka dari itu dalam riwayat dari mereka diungkapkan bahwa

mereka mengecam kalam dan ahli kalam, serra menyebut kalam dengan

sebutan-sebutan yang tajam, serta menilai ahli kalam dengan penilaian-

penilaian yang pedas, akan tetapi mereka pun memiliki pembenaran unruk

melakukan itu agar umat terhindar dari perdebatan semacam ini.

Ketiga

Kecaman mereka terhadap perdebatan bukanlah karena kejumudan,

bukan pula sebagai kritikan terhadap sarana-sarana perdebatan dan

pembahasan terkait masalah-masalah akidah. Maka dari itu, ketika mereka

mendapati kondisi di mana mereka tidak bisa mengelak dari perdebatan

dengan golongan tersebut (ahli kal"-), dan menjelaskan kerusakan pendapat

mereka serta takwil-talcwil mereka, maka mereka pun berdebat dengan

golongan tersebut. Mereka tidak memandang tindakan itu mengandung

kontradiksi, karena ketika mereka mengecam maka itu karena mereka

mengecam manhaj tertenru pada perdebaran, dan ketika mereka terlibat

dalam perdebatan maka mereka pun menerapkan manhaj tertentu bagi

perdebatan dan adu argumentasi.

Keempat

Manhaj mereka jelas dan mereka selalu mengaitkannya dengan

sumber-sumber tepercaya. Al-Qur'an adalah yang sumber pertama, sunnah

setelahnya, kemudian pemahaman generasi sahabat dan tabi'in sertagenerasi

setelah mereka, kemudian ijdhad-ijtihad ulama tepercaya yang tidak ada

riwayat tentang mereka yang menyatakan bahwa mereka larut dalam

kehidupan dunia tidak pula yang menyatakan mereka berusaha keras untuk

mendapatkan tempat di sisi penguasa.

Kelima

Melalui kajian secara berimbang dapat kami tegaskan bahwa empat

imam tersebut, Abu Hanifah, Malik, Asy-Syaf i, Ahmad, memiliki

pendapat-pendapat nyaris bersesuaian terkait masalah-masalah yang

dihadapkan kepada mereka semua meskipun masing-masing hidup di

475 E eUa*, Islam Menurut Empat Madzhab

kurun waktu yang berbeda dari yang lain. Saya katakan "nyaris" karena

perbedaan pendapat yang bisa muncul terkait suatu masalah seperti iman

menurutAbu Hanifah dan menurutyang lainnya, sertaAl-Qur'an makhluk

dan pelafalannya, hanya merupakan perbedaan yang berkaitan dengan

lafal, sebagaimana yang telah saya jelaskan melalui teks-teks seorang imam

yang berkompeten dalam menulis sejarah madzhab generasi salaf (Ibnu

Thimiyah). Dengan demikian mereka semua menjaga akidah yang benar

yang diterapkan oleh Rasul dan sahabat-sahabat beliau serta generasi terbaik,

dan demikian mereka adalah para Penyampai riwayat yang tePercaya, dan

penjaga yang kuat terhadap akidah generasi sdaf ash-shdih.

Keenam

Melalui kajian dapat diketahui dengan jelas bahwa mereka benar-

benar berpengaruh dalam bentuk yang efektif terhadap generasi ulama

setelah mereka. Di mana generasi tersebut menukil pendapat-pendapat

mereka -karena itu merupakan pendapat-pendapat Ahlu Sunnah wal

Jamaah- dalam buku-buku mereka yang di antaranya terkait seruan untuk

menganut akidah generasi salafash-shalih. Di antara generasi tersebut kami

sebutkan misalnya Al-fuy'ari, Ath-Thahawi, Ibnul Jauzi, Al-Jailani, Ibnu

Thimiyah, Ibnul Qayyim, Ibnu Abdul \Wahhab, dan banyak lagi selain ini.

Ketuiuh

Dari sikap ulama fikih terkait penjelasan akidah yang benar bagi umat

dan pengajarannya oleh mereka bagi murid-murid mereka, jelaslah bahwa

manhaj-manhaj mereka yang sangat mendasar ini dapat disimpulkan terkait

kajian akidah, dan hendaknya generasi penerus kita mengetahui ilmu kalam

dari segi kritik sejarah, karena terdapat sejumlah kesalahan padanya. Di

samping kita kembangkan sisi-sisinya yang positif melalui kajian intensif

terhadap contoh-contoh manhaj ulamayang berdebat sesuai dengan manhaj

dan visi rertentu tanpa menyimpang darinya tidak pula terlibat dalam

perdebatan-perdebatan yang rancu, dan sisi-sisi perdebatan tidak kondusif

yarghanyadidasari ambisi untuk menang dan mencari keunggulan.

Paparan di atas dan ada lagi yang lainnya meruPakan hasil kesimpulan

yang dapat dipetik oleh pencari ilmu dan pembaca. Kami berharap k{i*

kami ini dan kajian sebelumnya menjadi satu langkah untuk melanjutkan

Penutup & 479

k"ji* terhadap manhaj-manhaj ulama dan pemikir demi memperkokoh

kajian fundamental kami dan memperddaman pemahaman landansan-

landasan pokok kami, sebagaimana kami pun berharap bahwa dengan

demikian kami telah memberi kontribusi ddam menjelaskan kepada kita

semua tentang ulama kita. IGmi memohon pertolongan kepadaAllah.O

g ef.ia*, Islam Mcnurut Empat Ma&hab

Appendix

Pertama

saya memandang perlu untuk melampirkan beberapa teks pada kajian

ini, yaitu tels dari buku yang dinisbatkan kepada Imam Asy-syaf i yang

disebut dengan Fiqh Al-Ahbar, dantelah kami sinyalir dalam k"ii* bahwa

penisbatan ini tidak shahih. Saya melampirkan teks ini pada kajian saya

dengan Erget untuk mewujudkan dua hal:

Pertama, menjadi semacam Penegasan bagi apa yang telah kami

simpulkan agar pembaca dapat melihat hal ini dengan lebih jelas, khususnya

lantaran buku tersebut pada awdnya dicetak bersama Fiqh Al-Ahbarl<arya'

Abu Hanifah, namun tidak sempat beredar di kalangan masyarakat.

Kedua, penyampaikan teks barangkali dapat berguna bagi upaya

untuk mengenal lebih jauh penulisnya yang sebenarnya. Sebab, dimung-

kinkan bahwa sdah satu dari para Pengamat telah membaca tels ini di satu

sumber namun belum pernah kita lihat, maka dia pun dapat menetapkan

penisbatannya yang sebenarnya. Dengan demikian hilanglah kerancuannya

dan menjadi jelaslah 

^pa 

y^nB sebelumnya dipandang rumit. Kami

memohon pertolongan kepada Allah.

Kedua

Teks yang diriwayatkan oleh salah satu murid Imam Ahmad

sebagaimantyarng dipaparkan dalam Ath-Thabaqat, darn yang didengar

oleh murid ini, yaitu tentang akidah Imam Ahmad yang berkaitan dengan

masalah-masdah yang diungkaP.

Ketiga

Teks lain yangdidengar oleh muridyanglain dan di ddamnya terdapat

sinyalemen singkat tentang beberapa masalah akidah dengan PaParan

pendapat Imam Ahmad di dalamnya sebagaimana pendapat yang dianut

Ahlu Sunnah, sebagaimana yang telah kami sinyalir sebelum ini.

Appendix$ 481

Keempat

Jawaban dari Imam Ahmad atas perranyaan yang ditujukan kepadanya

dari seorangyang semasa dengannya yang dimaksudkan untuk meminta

pendapat yang jelas dari imam terkait ape.yurgharus diyakininya di tengah-

tengah berbagai fitnah pada masa ini dan beragam golongan.

Saya menduga kuat bahwa teks-reks ini meski terdapat di dalam

Thabaqat Al-Hanabikh, namun ddak masyhur di antara kalangan orang-

orang yang mencari ilmu yang memfokuskan perhatian mereka pada

umumnya pada sosok yang menjadi obyek kajian, dan mereka mencermari

biografinya secara terperinci di sumber-sumber rujukannya. Tels-teks ini

menguatkan apa yang telah kami sinydir dalam kajian kami tentang Imam

Ahmad, dan memperjelas apa y:rng kami paparkan secara global dalam

kajian ini. Saya tidak menukil keyakinan-keyakinannya dari buku-buku

yang dinisbatkan kepadanya, karena buku-buku tersebut banyak tersebar

di antara para pembaca. Dengan demikian teks-teks yang kami nukil di

sini dapat digunakan unruk mengoreksi penisbatan arau tidak adanya

penisbatan terkait risalah-risalrh y*g dinisbarkan kepada Imam Ahmad

dalam masalah-masalah akidah. Ini merupakan perkara yang memburuhkan

pekerjaan tersendiri dalam memeriksa seluruh tets terkait seriap masalah

dibandingkan dengan yang serupa dengannya di dalam berbagai sumber

rujukan. Namun ini tidak termasuk dalam kerangka bahasan kami yang

kami fokuskan padapenjelasan sikap dan manhaj masing-masingdari empar

ulama fikih terkait masalah-masalah akidah, agar mereka berada pada posisi

mereka yang semestinya dalam sejarah ilmu tentang landasan-landasan

pokok agama, sebagaimana mereka telah meraih kapasitas mereka dalam

ilmu fikih, serta agar peran mereka diketahui dengan jelas dalam menjaga

akidah yang shahih, dan penyampaiannya kepada berbagai generasi setelah

mereka, sebagai representasi dari pendapat Ahlu Sunnah wal Jamaah. Kami

niatkan ini semua karena Allah.O

482 & aUa*r Islam Menurut Empat Madzhab

Lampiran Pertama

Dengan NarnaAlkh YangMaha Pengasih Maha Peryayang

EGALA puji bagi Allah Tirhan seluruh alam, serta shalat dan salam

Allah curahkan kepada Sayyidina Muhammad serta keluarga beliau.

fu-Sayyid Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris fuy-fuy-Syaf i

(berkata): (di sini adatah bahasan yang di dalamnya kami paparkan tentang

masalah-masalah yang mencuat terkait pokok-pokok agama yang harus

dikeahui oleh mukallaf. Kami menyebutnya FikihAkbar, namun kami tidak

membahasnya secara panjang lebar dengan maksud agar mudah dipahami

oleh kalangan pemula, semoga Allah merestui.

Semoga Allah membahagiakan kalian, ketahuilah bahwa setiap

mukallaf diperintahkan untuk rua'rifth kepada Allah Makna ma'rifah

(mengenal) adalah hendaknya dia mengenal, yang diketahuinya sebagai-

mana adanya tanpa ada sesuatu pun dari sifat-sifat yang diketahui yang

tersembunyi. Dengan dugaan dan taklid tidak akan tercapai Pengetahuan

dan ma'rifah, karena makna dugaan adalah memungkinkan dua hal,

sementara makna taklid adalah menerima orang yang tidak mengetahui

apa yang dikatakannya dari mana dia mengatakan, dan itu bukan sebagai

pengetahuan. Dalilnya firman Allah: 'Maka ketahuikh, bahwa tidah

ada Tiuhan (yang pant disernbah) sekin Alhh. " (Muhammad: l9). Allah

memerintahkan untuk mengetahui, bukan menduga dan taklid.

(Bahasan) ketahuilah bahwa ilmu-ilmu makhluk ada dua macam;

ilmu yang lazim adanya(dharuri) dan ilmu yang diupayakan. Makna ilmu

yanglazim tdanyaadalah setiap ilmu yang keberadaannya berkaitan dengan

kemampuan selain dam. Yaitu seperti ilmu yang terjadi dari panca indera

yaitu hal-hd yang terjadi seqra lazim (pasti) tanpa inisiatif. Sedangkan

makna ilmu yang diupayakan adalah setiaP ilmu yang keberadaannya

berkaitan dengan kemampuan alam, yaitu seperti ilmu yang didapat dari

pengamatan dan pencermatan.

Iampiran I $ 483

(Bahasan) ketahuilah bahwa pembebanan kewajiban adalah yang

penentangan terhadapnya layak dikenai hukuman. Dengan demikian

ini mencakup seluruh bentuk perbuatan mukallaf, yaitu ada lima; wajib,

haram, sunah, ma}ruh, dan mubah. Makna wajib dan fardhu sama, yaitu

yang meninggalkannya layak untuk dikenai hukuman. Makna haram

adalah yang melakukannya layak untuk mendapat hukuman. Makna

sunah, mustahab, nafilah, dan tathawu pada hakikatnya sama, yaitu; yang

berpahala bila dilakukan namun tidak dikenai hukuman bila ditinggdkan.

Makna malruh; yang berpahda bila ditinggalkan namun tidak dikenai

hukuman bila dilakukan. Mubah, yaitu yang sama saja bagi mukallaf antara

melakukannya dan tidak melakukannya. Dengan demikian mukallafharus

meyakini pada masing-masing dari macam-macam pembebanan ini sesuai

dengan beban yang ditanggungnya. Yaitu terkait kewajiban maka dia harus

meyakini wajibnya, terkait yang haram maka dia harus meyakini larangannya

sesuai dengan tuntutan syariat padanya. Demikian seterusnya sampai bentuk

pembebanan yang terakhiryang seandainya dia meyakini yang bertentangan

dengan itu maka dia layak mendapat hukuman.

(Bahasan) ketahuilah bahwa mengenal Allah adalah wajib bagi

hamba-Nya jika dia telah memenuhi tiga syarat. Pertama; akal, ilmu, dan

kemampuan syarat inilah yang membuat penyampaian ketentuan ryariat

kepadanya menjadi sah dan dia dinilai sebagai orang yang berakal jika di

samping mengetahui dia juga memiliki kemampuan untuk membedakan

antara yang mungkin dan yang musmhil. Dengan demikian dia dapat

mengenali dengan bukti atas yang tidak ada dengan y^ig nyarte, adanya.

Kedua; bdigh, yaitu kadang ditetapkan menurut usia, yaitu jika telah

mencapai usia 15 tahun atau telah bermimpi bagi anak laki-lak dan anak

perempuan pun seperti itu atau mengalami haid, Ketiga: mendengar,

yaitu ada perintah dari Allah dengan membebankan kepadanya untuk

mengetahuinya. Jika tidak terpenuh satu syarat dari syarat-syarat ini maka

tidak ada satu kewajiban pun yang harus kita laksanakan, berdasarkan firman

Allah: "Ihrni tidah ahan rnenyihsa sebelum l{arni meflgutus seordng rasul,'

(Al-Isra': 15) Hadits yang masyhur dari Nabi: "Ketentudn ditiadakan dai

tiga orang dzri anah hecil sampai dia baligh, dari oranggih sampai dia sadar,

dan dari orang tidur sarnpai dia bangun."

484 l& eua*, Islam Menurut Empat Madzhab

(Bahasan) ketahuilah bahwa Allah kuasa untuk melenyapkan

seluruh makhluk satu demi satu dari mereka sebagaimana dia kuasa untuk

menciptakan mereka satu demi satu. Yaitu dengan meniadakan yang

pertama dan menetapkan yang kedua, dan meniadakan yang kedua serta

menetapkan yang pertama sebagaimana yang dia inginkan. Pemusnahan

yang dilakukan oleh Allah tidak lain adalah dengan tidak menciptakan

keabadian baginya. Dengan demikian yang dikehendaki itu lenyap. Ini

berbeda dengan pendapat Mutazilah yang mengatakan; sesungguhnya Allah

tidak kuasa melenyapkan satu orang dari dam, akan tetapi hanya kuasa

melenyapkan seluruh alam sekaligus. Ini benar-benar sangat rusak. Ddil

untuk menyanggahnya adalah bahwa seandainya Allah hanya menciptakan

satu orang saja niscaya Dia kuasa untuk melenyapkannya, menurut pendapat

yang disepakati. Dan jika Dia menciptakan yang lain bersama orang itu,

maka mustahil dikatakan; Dia tidak kuasa untuk melenyapkannya sendiri,

karena itu berarti bahwa yang kuasa untuk dilakukan-Nya keluar menjadi

tidak kuasa untuk dilakukan-Nya lantaran Dia menciptakan yang lain. Ini

benar-benar sangat batil. Allah berfirman, *Sungguh, Alhh Mahahuaslr ttttts

scgah sesufiit. " (Al-Baqarah: 20).

(Bahasan) ketahuilah bahwa Allah kuasa untuk mengembalikan

makhluk setelah melenyapkannya. Golongan Karamiyah mengatakan,

mengembalikan yang serupa dengannya, bukan wujudnya. Ddil untuk

menyanggahnya adalah bahwa mengembalikan adalah hal yang baru

diadakan dari ketiadaan setelah sudah lama adanya. Tiada setelah ada

dan tiada sebelum ada itu tidak mengdami pertambahan. Seandainya

mustahil Allah menciptakan kembdi setelah tiada niscaya mustahil pula

Dia menciptakan pada mulanya. Lantaran itu batil dan benar bahwa

Dia kuasa untuk menciptakan pada permulaan maka demikian pula Dia

kuasa untuk mengembalikannya lagi, karcna kuasa Allah kekal sernentara

halangan-hdangan untuk mengembalikan hilang, maka benarlah bahwa

Dia kuasa untuk mengadakannya lagi sebagaimana mengadakannya

pada permulaan. Allah berfirman, "Dan Diahh yng mcmuhi pcnciptaan,

hcmudian nenguhnginya hen bali. " (Ar-Rum: 27).

(Bahasan) ketahuilah bahwa kezhdiman dan kesewenang-wenangan

mustahil terjadi pada Tirhan, dengan catatan adanya yang zhalim dan

Iampiran I | 485

sewenang-wenang pada-Nya tanpa zhdim dengan perbuatan tidak pula

sewenang-wenang dengan keputusan, karena makna sewenang-wenang dan

zhdim adalah melarnpaui batas yang ditetapkan dan gambar yang dibuat,

dan mustahil di bawah perintah eda.ytng memerintah, atau di bawah

larangan ada yang melarang hingga dikatakan: melampui perintahnya dan

gambarannya. Maka dari itu tidak shahih ada kezhaliman dan kesewenang-

wenangan dari-Nya dengan caraytngtelah kami paparkan. Benda mati

bisa disebut zhalim dan sewenang-wenang dengan sebenarnya. Dikatakan:

air lembah itu zhdim, jika melampui batas dan gambar. I^angit itu zhdim

jika hujan bukan padawaktunya. Panah itu sewenang-wenang jika meleset

dari sasarannya yang dituju, meskipun bukan sebagai pelaku kezhaliman

dan kesewenang-wenangan. Dengan demikian dapat dinyatakan. bahwa

kezhaliman adalah yang pendapatnya sampai pada kezhaliman dan

melampaui gambar yang diteapkan, dan itu pada siftt-Nya adalah musahil.

(Bahasan) ketahuilah bahwa Allah dapat membuat bayi kesakitan,

menundukkan binatang tanpa ada hdangan yang merintangi mereka dan

manfaat yang mereka dapatkan dengan segera mauPun ditangguhkan

kemudian. Dan itu dipandang baik pada-Nya serta sebagai keadilan, karena

Dia sebagai pemilik benda-benda maka pemilikan-Nya mencakup seluruh

yang dimiliki dengan segala bentuk pemilikan-Nya. Pemilik pun dapat

menggunakan miliknya bagaimana pun yang dikehendakinya tanpa ada

halangan dari seorang pun dalam kewenangannya, dan dia tidak ditanya

tentang perbuatannya tidak pula dinilai penetaPannya terhadap perinmh

yang diperintahkannya dan ketentuan yang ditetapkannya.' O

I Teks-rels i nidaribuktAl-FiqbAl-Akbaryangdinisbatkan kepadaAsy-Syaf i, cetakanAl-Mathba'ah

tuy-Syarqiyyah, 1324

456 lD eua*r lslam Menurut Empat Madzhab

Lampiran Kedua

A BDUS bin Malik Abu Muhammad AI-Athar, disebutkan oleh Abu

,( \BakarAl-Khilal, dia mengatakan, "Dia memiliki kedudukan tersendiri

di sisi Abu Abdillah terkait hadiah-hadiah dan lainnya, dia mendapatkan

kenyamanan yang mengesankan padanya, dia datang menemuinya, dia pun

memiliki riwayat-riwayat yang cukup panjang untuk dijelaskan. Ddam

riwayat dari Abu Abdillah masalah-masalah yang tidak diriwayatkan oleh

yang lain, dan seluruhnya tidak sampai kepada kita. Dia wafat namun

riwayat-riwayat tersebut belum sempat didapatkan darinya meskipun ada

sedikit yang sampai kepada kita, disampaikan oleh Abu Abdillah dalam

keseluruhan bab sunnah yang seandainya seorang pergi ke China untuk

mencarinya, niscaya yang ada hanya sedikit, disampaikan oleh Abu Abdillah,

dia menyerahkannya kepadanya.

Aku membacakan kepada Mubarak. Aku katakan kepadanya;

Abdul Aziz N-Azji memberitahukan kepadamu, Ali bin Bisyr mem-

beritahukan kepada kami, Utsman yang dikenal dengan nama Ibnu Sammak

memberitahukan kepada kami, Hasan bin Abdul Vahhab menyampaikan

kepada kami, Sulaiman bin MuhammadAl-Minqari menyampaikan kepada

kami, Abdus bin Malik Al-Athar menyampaikan kepadaku, dia berkata,

"Aku mendengar Abu Abdillah Ahmad bin Hambal berkata,'Pokok-pokok

sunnah menurut kami adalah berpegang pada apa yang diterapkan oleh

sahabat-sahabat Rasulullah 6, meninggdkan bid'ah. Setiap bid'ah adalah

kesesatan, meninggalkan permusuhan, tidak duduk bersama orang-orang

yang memperturutkan hawa nafsu, meninggalkan perdebatan, perselisihan,

dan permusuhan tentangagama. Sunnah menurut kami adalah arsar-atsar

Rasulullah 6, sunnah menafsirkan AI-Qur'an, yaitu indikasi-indikasi

dalil Al-Qur'an, dalam sunnah tidak ada qiyas, tidak ada perumpamaan

bagi sunnah, tidak dijangkau dengan akal ddak pula hawa nafsu, akan

tetapi dengan peneladanan, dan meninggalkan hawa nafsu. Merupakan

Lampiran 2 S 487

sunnah yang mengikat yang siapa meninggalkan satu bagian darinya tanpa

menerimanya dan mengimaninya maka dia tidak termasuk kalangannya;

yaitu mengimani takdir baik dan buruknya, membenarkan hadits-hadits

tentang takdir, dan mengimaninya. Tidak dikatakan: Kenapa?Tidak pula

bagairnana? Akan tetapi hanya membenarkan dan mengimaninya. Siapa

yang tidak mengetahui tafsir hadits namun dia menyampaikan hadits maka

itu cukup baginya dan ditetapkan baginya. Dengan demikian dia harus

mengimaninya dan menerimanya. Seperti hadits ash+hadiq Al-Mashduql

dan yang semisalnya terkait takdir, dan seperti seluruh hadits tentang melihat

Allah, meskipun ditangkap melalui pendengaran dan tidak lazim bagi

yang mendengarkan, namun dia harus mengimaninya, tidak menolaknya

meskipun satu huruf,, dan hadits-hadits lainnya yang diriwayatkan dari

orang-orang tepercaya, tidak memusuhi seorang Pun, tidak berdebat, tidak

mempelajari debat, karena pembicaraan terkait takdir, melihat Allah, Al-

Qur'an, dan sunnah-sunnah lainnya adalah malruh terlarang, orang yang

melakukannya -meski perkataannya sesuai dengan sunnah- tidak termasuk

Ahlu Sunnah, sampai dia meninggalkan perdebatan dan menerima serta

mempercryai atsar. Al-Qur'an adalah kalam Allah, bukan makhluk.

Kalam Allah tidak terpisah dari-Nya, dan tidak ada sesuatu pun dari-

Nya yang merupakan makhluk. Jauhilah orang yang mengada-ada dalam

hal ini, dan dia mengatakan pelafalan AI-Qur'an serta lainnya. Siapa yang

tidak memberikan penilaian padanya dengan mengatakan, "Aku tidak tahu

makhluk atau bukan makhluk?" Namun dia kalam Allah, maka dia ahli

bid'ah, seperti orang yang mengatakan, "Dia makhluk." Sesungguhnya

Al-Qur'an adalah kalam Allah dan bukan makhluk. Mengimani dapat

melihat Allah pada Hari Kiamat, sebagaiman a y{rgdiriwayatkan dari Nabi

dalam hadits-hadits shahih, dan bahwa Nabi telah melihat Tirhannya, hal

ini diriwayatkan dari Nabi dalam hadits shahih. Qatadah meriwayatkannya

dari Ikrimah dari IbnuAbbas, dan diriwayatkan oleh Hakam binAbban dari

Ilaimah dari Ibnu Abbas, diriwayatkan oleh AIi bin Zaid dari Yusuf biin

Mahran dari IbnuAbbas. Hadits ini dimaknai menurut kami sesuai dengan

zhahirnya (tekstud), sebagaiman a yeng diungkap dari Nabi Muhammad,

membahasnya adalah bid'ah, akan tetapi kami mengimaninya sebagaimana

1 Hadia Abdullah bin Mas'ud terkait penciptaan air mani, mutafaq 'daihi.

488 lD aua* Islam Menurut Empat Madzhab

zhahirnya, kami tidak berdebat dengan seorang pun ddam hal ini. Dan

mengimani timbangan pada Hari Kiamat, sebagaiman a ytngdisampaikan:

:ti)u ,yqt l'; "t:t'o;j

"seorang hamba ditirnbang pada Hari Kiamat, maha jangan sarnpai

bobot tinbangannla (banya seberat) saldP nlarnuk." Amal-amal hamba

ditimbang, sebagaimana.y^nB diungkap dalam atsar, mengimani dan

membenarkannya, dan berpaling dari orang yang menolaknya, dan

meninggalkan perdebatan dengannya. Sesungguhnya Allah berbicara dengan

hamba pada Hari Kiamat, antara dia dengannya ddak ada penerjemah,

mengimaninya, membenarkannya, dan mengimani adalah telaga di surga,

dan bahwa Rasulullah ffi memiliki telaga pada Hari Kiamat yang didatangi

umat beliau, luasnya seperti panjangnya, sejauh jarak perjalanan satu bulan,

bejananya sebanyak bintang di langit, berdasarkan hadits-hadits shahih dari

beberapa sisi, mengimani adanya adzab kubur, dan bahwa umat ini diuji

di kubur mereka, ditanya tentang iman dan Islam, dan siapa Tuhannya?

Siapa nabinya? Dia didatangi Malaikat Munkar dan Nakir, bagaimana

pun yang dikehendaki Allah dan bagaimana pun yang diinginkan-Nya,

mengimaninya, membenarkannya, dan mengimani ryafaatNabi, dan kaum

yang keluar dari neraka setelah terbakar dan menjadi abu. Lalu mereka

disuruh ke sungai di depan pintu surga, sebagaimanayangdiungkap ddam

atsar, bagaimana pun yang dikehendaki Allah, dan sebagaimana yang Dia

kehendaki, sesungguhnya itu mengimaninya dan membenarkannya, dan

mengimani bahwa AI-Masih Dajjil keluar dan tertulis di antara kedua

matanya "kafir" dan juga mengimani hadits-hadits yang mengungkapnya,

mengimani bahwa itu terjadi, Isa turun lantas membunuhnya di pintu Ludd.

Iman adalah perkataan dan amal, bertambah dan berkurang, sebagaimana

yang diungkap dalam atsar:


"Muhrnin yang paling senpurna imannya adalah yng paling baih

akhhhnla." Dan keterangan:

*Siapd 

yang mmingalhan shaht maha dia kafir. "Tidak ada amal yang

bila sebagian darinya ditinggalkan maka yang meninggalkan kafir, selain

daripada shalat. Siapa yang meninggalkan shalat maka dia kafir, Allah rclah

memperkenankan dia dibunuh. Yang terbaik di antara umat ini -setelah nabi

mereka- addah Abu Bakar fuh-Shiddiq, kemudian Umar bin Al-Khathab,

kemudian Utsman bin Affan, kami mendahulukan tiga sahabat tersebut

sebagaimana sahabat-sahabat Rasulullah 6 pun mendahulukan mereka,

mereka tidak berselisih dalam hal itu. Kemudian setelah tiga orang tersebut

addah orang-orangyangterlibat dalam musyawarah yang terdiri dari lima

orang; Ali bin Abi Thalib, Zubeir, Thalhah, Abdurrahman bin Au[, dan

Sa'ad bin Abi Vaqqash. Mereka semua layak menjadi khafiAh, dan mereka

semua adalah imam. Dalam hal ini kami berpandangan sebagaiman^y{rg

diungkap dalam hadits Ibnu Umar, "Kami menghitung-saat Rasulullah ffi

hidup dan sahabat-sahabat beliau pun melimpah- Abu Bakar, kemudian

Umar, kemudian tltsman, kemudian kami diam.

Kemudian setelah mereka yang terlibat dalam musyawarah addah

mereka yang terlibat dalam Perang Badar dari kaum Muhajirin, kemudian

mereka yang terlibat dalam Perang Badar dari kaum Anshar dari sahabat-

sahabat Rasulullah ffi, generasi pada masa saat beliau diutus di antara

mereka, setiap orang yang menyertai beliau setahun, atau sebulan, atau

sehari, atau sesaat, atau melihat beliau, maka dia termasuk sebagai sahabat

beliau, dia mendapatkan dari kesahabatan sesuai dengan kadar kesertaannya

dan yang mendahuluinya bersamanya, mendengar darinya dan melihatnya.

Tingkatan terendah kesahabatan di antara mereka adalah addah lebih utama

daripada generasi yang tidak melihat beliau, wdaupun mereka menghadap

Allah dengan segala amal, sebagaimana mereka yang menyertai Nabi dan

melihat beliau serta mendengar dari beliau.

Siapa yang melihat beliau dengan matanya dan mengimani beliau

walaupun sesaat maka dia lebih utama lantaran statusnya sebagai sahabat

beliau daripada generasi tabi'in, walaupun mereka melakukan semua

amal kebaikan, mendengar dan taat kepada para imam, dan Amirul

Mukminin, yang berbakti maupun yang durhaka yang memegang kekuasaan

pemerintahan, orang-orang sepakat mendukung dan meridhainya, siapa

yang menentang mereka dengan mengangkat pedang agar menjadi khalifah

490 tD eUa*, Islam Menurut Empat Ma&hab

dan disebut Amirul Mukminin, maka perang dengan Para Penguasa terus

berlangsung hingga Hari Kiamat, yang berbakti dan yang durhaka, tidak

dibiarkan. Pembagian harta fai' dan penerapan sanksi hukum tetap menjadi

wewenang para pemimpin.

Tidak ada seorang pun yang boleh mencederai mereka tidak pula

menentang mereka, zakat ditunaikan kepada mereka, boleh dan terlahsana,

siapa yang menunaikannya kepada mereka maka itu sudah sah, berbakti

maupun durhaka, shalat Jumat di belakangnya dan di belakang orang yang

berkuasa adalah boleh sepenuhnya dua rakaat, siapa yang mengulanginya,

maka dia ahli bid'ah yang mengabaikan atsar, bertentangan dengan sunnah.

Dia sama sekali tidak mendapatkan keutamaan Jumatnya, jika dia tidak

melihat shalat di belakang para imam, siapa pun mereka, yang berbakti

maupun yang durhaka, sunnahnya adalah shalat bersama mereka dua rakaat,

dan itu dianggap telah sempurna, jangan sampai di hatimu ada keraguan

terhadap itu.

Siapa yang menentang imam dari imam-imam umat Islam -padahal

umat telah mendukungnya dan mengakui pemerintahannya dengan suatu

bentuk ridha dan kemenangan- maka penentang ini telah mencederai

mandat umat Islam, bertentangan dengan atsar dari Rasulullah W. Jik^

penentang penguasa mati maka dia mati ddam kematian jahiliyah, tidak

boleh membunuh penguasa, tidak pula menentangnya oleh siapa pun,

siapa yang melakukan itu maka dia ahli bid'ah tidak berada dalam sunnah

dan tuntunan yang benar, memerangi pencuri dan penentang Penguasa

dibolehkan, jika mereka mengganggu jiwa dan harta orang, maka orang itu

boleh memerangi untuk membela diri dan hartanya, dan mempertahankan

jiwa dan hartanya dengan segda kemampuannya, namun jika mereka

telah meninggalkannya maka dia ddak boleh mencari mereka, tidak pula

menelisik jejak mereka, tidak seorang pun yang berwenang dalam hal ini

selain imam atau penguasa umat Islam, dia hanya boleh membela dirinya di

tempatnya itu, dan meniatkan dengan upayanya itu untuk ddak membunuh

seorang pun.

Jika fisiknya diserang saat dia membela dirinya ddam pergulatan,

maka semoga Allah menjauhkan yang terbunuh, dan jika orang ini terbunuh

pada saat itu ketika dia membela diri dan hartanya, maka aku berharap

Lampiran 2 $ 49r

dia mati syahid sebagaimanayang diungkap dalam hadits. Seluruh atsar

terkait hd ini hanya menyuruh memeranginya dan tidak menyuruh untuk

membunuhnya tidak pula menelisiknya, dan tidak menyerangnya jika

dia terkapar atau terluka. Jika dia menangkapnya sebagai tawanan maka

dia tidak boleh membunuhnya, tidak pula menjatuhkan sanksi hukum

kepadanya, akan tetapi melaporkannya kepada orang yang diberi wewenang

oleh Allah, lantas dia menetapkan hukumnya.

Kami tidak menyatakan pada seorang pun dari kalangan yang

sekiblat terkait suatu amal yang dilakukannya bahwa itu membuatnya

masuk surga, tidak pula menyatakan masuk neraka, kami mengharapkan

kebaikan, dan kami khawatir padanya, kami menentang orang yang

berbuat buruk dan berdosa, namun kami dia mendapatkan rahmat Allah.

Siapa yang menghadap Allah dengan dosa yang berakibat masuk neraka

namun dia bertobat tanpa mengulanginya lagi, maka Allah menerima

taubatnya. Allah menerima taubat hamba-hamba-Nya, dan memaafkan

kesalahan. Dan siapa yang menghadap Allah sedang dia sudah menerima

sanlsi hukum di dunia atas dosa itu maka sanlsi itu merupakan kafaratnya,

sebagaimana yang diungkap ddam hadits dari Rasulullah 6. Siapa yang

menghadap Allah dalam keadaan terus berbuat dosa tanpa bertobat dari

dosa-dosa yang membuatnya layak dikenai hukuman, maka perkaranya

terserah pada Allah Jika mau maka Allah dapat menyiksanya, dan jika

mau makaAllah dapat mengampuninya. Dan siapa yang menghadap Allah

dalam keadaan kafir makaAllah menyiksanya, tidak mengampuninya, dan

rajam addah ketentuan yang dikenakan pada orang yang berzina padahal

dia sudah berkeluarga, jika dia mengakui atau ada buktinya. Rasulullah

6 pernah menjatuhkan hukuman rajam, dan para imam yang mendapat

petunjuk pun pernah menjatuhkan rajam. Siapa yang melecehkan seorang

pun dari sahabat-sahabat Rasulullah 6 atau membencinya lantaran suatu

pembicaraan darinya atau menyebutkan keburukan-keburukannya, maka

dia ahli bid'ah, hingga dia benar-benar menyayangi mereka semua, dan

hatinya jernih terhadap mereka.

Kemunafikan adalah kekafirin, ka6r kepada Allah dan menyembah

selain Dia, dan menunjukkan Islam saat kondisi terang-termgan, seperti

kaum munafik pada masa Rasulullah ffi. Sabda Rasulullah 6:

492 tD eUa*r Islam Menurut Empat Madzhab

.bc i +,f ,y ux

'Tiga halyangrnana tadapat dahm dii seseorang maha dia munaf.h.'

Ini disampaikan dalam bentuk penegasan yang keras, kami meriwayatkannya

sebagaimana adanya tanpa menafsirkannya. Sabda beliau:

4 ,.i\ fix JA ,t'rtr Ls,rx t';*'i I

Janganhh halian hembali nenjadi hafr sepeninggalha, yng saat di

AntarA halian rnenebas bher yng hin.'

Sabda lainnya:

.)6t e,I;Att,y,66W,9 , gttti1

Jiha dua orang muslim bentroh dengan pedang rnasing-masing naha

yng membunuh dan yang terbunuh di neraha.'

Beliau juga bersabda:

g irt:t'i;4-Jr Ju

'M encaci mus lim ada.hb h{ai han dan memeranginla adahh ke hafran. "

Dan sabda lainnya:

.Lj *i yar;t:. r;i ,js t-:j1\,io ;

"Siapa yang berhata hepada saadaranya; hai hafir maha iru hembali

pada salah saru dari heduanlu."

Beliau juga bersabda:

.is; itt:t ,,=i ,,iF i au. F

'IGf, hepada Alhh orang yoog trrt p^'d.ir; drri nasab,'*rrffr*

hecil.'Dan hadits-hadits lain yang seperti ini yang dinyatakan shahih

serta dihafal maka kami menerimanya, meskipun kami tidak mengetahui

tafsirnya, kami tidak membahasnya tidak pula memperdebatkannya, dan

kami tidak menafsirkan hadits-hadits ini kecuali seperti apa adanya, kami

l,ampiran 2 | 493

tidak menolaknya kecudi dengan yang lebih bagus darinya. Surga dan

neraka addah makhluk dan telah diciptakan, sebagaimana yang diungkap

dari Rasulullah 

'Ahu memasuhi surga dan aku melihat istanA."


*Dan ahu nelihat (tekga) Al-I{ail.tsar.'


%hu mchngoh ke dahm neraha dan ahu pun tnelihat hebanyahan

penghaninla uAnitA."

'Dan ahu melongok he dahm neraha dan aha pun melihat begin; dan

brSrt r. "Siapa yang menyatakan bahwa surga dan neraka belum diciptakan

maka dia mendustakan Al-Qur'an, serta hadits-hadits Rasulullah 6, dan

aku kira dia tidak mengimani adanya surga dan neraka. Siapa di antara

kalangan sekiblat yang mati dengan bertauhid maka dia dishalatkan dan

dimohonkan ampunan baginya, isdghfar tidak dihindarkan darinya, dan

kami tidak meninggalkan untuk menshalatkannya lantaran dosa yang

dilakukannya baik dosa kecil maupun dosa besar, perkaranya diserahkan

kepada Allah




Muhammad bin Habib N-Andarani

Ada hal-hal yang dinukil dari imam kita.

Di antaranya risalah tentang sunnah, dia mengatakan, "Aku mendengar

Ahmad bin Hambal berkata, 'Sifat mukmin dari kdangan Ahlu Sunnah

wd Jamaah yang bersalsi bahwa tidak ada Tirhan selain Allah semata, tidak

ada sekutu bagi-Nya, mengakui semua yang disampaikan oleh para nabi

dan rasul, mengukuhkannya sebagaimana zhahirnya, tidak ragu dalam

imannya, tidak mengkafirkan seorang pun dari kalangan yang bertauhid

lantaran dosa, pasrah dalam perkara-perkara yang tidak diketahuinya

kepada Allah, menyerahkan urusannya kepada Allah, tidak memutuskan

lanmran dosa-dosa perlindungan dari sisi Allah. Dia mengetahui bahwa

segda sesuatu dengan qadha dan mkdir Allah, yang baik dan yang buruk

semuanya, berharap bagi yang berbuat baik di antara umat Muhammad,

mengkhawatirkan yang berbuat buruk di antara mereka, tidak menempatkan

seorang pun dari umat Muhammad di surga tidak pula neraka lantaran

kebaikan yang dilakukannya, tidak pula lantaran dosa yang diperbuatnya,

hingga Allah yang menempatkan makhluk-Nya di mana pun yang Dia

kehendaki.

Dia menyadari betul jasa generasi sdafyang dipilih oleh Allah untuk

menyertai Nabi-Nya, mendahulukan Abu Bakar, lJmar, dan Utsman, dan

mengetahui jasa AIi bin Abi Thalib, Thalhah, Zubeir, Abdurrahman bin

Au(, Sa'ad bin Abi'Waqqash, dan Sa'd bin 7-aid bin Amr bin Nufail atas

seluruh generasi sahabat, karena sembilan orang itu adalah yang bersama

Nabi itu di atas gunung Hira.

Nabi bersabda:

of*v;6t7 P,i

,^ . oi to. oi ,..-q{i )t ,i-La j e

L^ampiran 3 g 495

"Tinggalhh di Hira', lnflgrnenlertaimu hanla nabi ataa shiddiq aua

syahid." Nabi berinteraksi dengan mereka, mengerti kedudukan seluruh

sahabat Muhammad yang kecil maupun yang besar di antara mereka,

membicarakan keutamaan-keutamaan mereka dan menahan diri untuk

tidak berbicara tentang apa yang diperselisihkan di antara mereka, shalat

dua hari raya dan khauf serta jamaah bersama setiap penguasa yang baik

maupun yang durhaka, mengusap sepatu saat bepergian dan mukim,

meringkas shdat saat bepergian. Al-Qur'an adalah kalam Allah dan firman-

Nyayang diturunkan, bukan makhluk, iman adalah ucapan dan amal; bisa

bertambah dan berkurang. Jihad tetap berlaku sejak pengutusan Rasulullah

6 sampai kelompok terakhir yang memerangi Dajjal, tidak berpengaruh

pada mereka kelaliman orang yang sewenang-wenang, jud-beli dihalalkan

sampai Hari Kiamat, berdasarkan hukum dalam Al-Qur'an dan sunnah,

takbir atas jenazah empat kali, doa bagi para imam umat Islam yang saleh,

jangan menentang mereka dengan pedangmu, jrngan turut berperang saat

terjadi fitnah, tetaplah berada di rumahmu, mengimani adzab kubur, iman

terhadap rdanya Malaikat Munkar dan Nakir, mengimani adtrya, telaga

dan syafaat, mengimani bahwa penghuni surga melihat Tirhan mereka,

Allah, mengimani bahwa orang-orangyang bertauhid keluar dari neraka

setelah mereka mengalami penyucian diri dengan adzrb, sebagaimana

yang diungkap dalam hadits-hadits terkait hal-hal ini dari Nabi 6,

kami mengimani pembenarannya, dan tidak membuat perumpamaan-

perumpamaan baginya. Inilah yang disepakati ulama di seluruh penjuru.tO

I ThabaqatAl-Hanabihh(11294).

496 tD aUa*, Islam Menurut Empat Madzhab

Lampiran Keempat

Shadad bin Musarhid bin Musarbil Al-Bashri

Abdussalam Al-Anshari -dengan dibacakan- memberitahukan

kepada kami, Abu Fath bin Abu Fawaris memberitahukan kepada kami,

Ahmad memberitahukan kepada kami, Muhammad bin Ismail Al-Bukhari

memberitahukan kepada kami, Musaddad menyampaikan kepada kami,

Yahya menyampaikan kepada kami dari Ismail, Qais bin Abi Hazim

menyampaikan kepadaku dari Harir bin Abdullah, dia berkata, "Aku

berbaiat kepada Rasulullah 6 untuk menunaikan shalat, menunaikan zal<aL

dan berlaku tulus kepada setiap muslim."

Ali memberitahukan kepadakami dari Ibnu Baththah,Ali binAhmad

Al-Maqarri Al-Maraghi menyampaikan kepada kami -di Maraghah-

Muhammad bin Jdfar bin Muhammad As-Sundini menyampaikan kepada

kami, Ali bin Muhammad bin Musa Al-Hafizh -dikenal dengan nama

Ibnu Muaddil- menyampaikan kepada kami, Ahmad bin Muhammad

At-Thmimi ltz-Z*andi menyampaikan kepada kami dengan mengatakan:

ketika Musaddad bin Musarhid menghadapi masalah terkait fitnah dan

berbagai hal yang dialami umat berupa perselisihan di antara golongan-

golongan seperti Qadariyah, Ra6dhah, Mutazilah, masalah Al-Qur'an

makhluk, dan Murjiah, dia menulis surat kepadaAhmad bin Hambd yang

isinya: "Tirliskan sunnah Rasulullah 6 untukku." Begitu menerimasuratnya,

Ahmad bin Hambal menangis dan mengucapkan, "Sesungguhnya kita

milik Allah dan sesungguhnya kita kembali kepada-Nya. Orang Bashrah

ini menduga bahwa dia telah mengeluarkan biaya yang banyak untuk ilmu

namun dia masih belum mengerti sunnah Rasulullah ffi. Ahmad bin Hambal

pun menulis surat kepadanya:

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Segala

puji bagi Allah yang menetapkan di setiap masa ada orang-orang berilmu

Lampiran 4 $ 4Y/

yang menyerukan dari kesesatan kepada petunjuk, mencegahnya dari

keterpurukan, menghidupkan orang-orang mati dengan Kitab Allah, dan

dengan sunnah Rasulullah mereka menghidupkan orang-orang bodoh

dan terpuruk. Berapa banyak orang terbunuh lantaran iblis yang mereka

hidupkan, dan berapa banyak orang sesat kebingungan yang mereka bimbing

untuk mengikuti petunjuk. Betapa bagus jasa mereka bagi manusia. Mereka

menjaga agama Allah agar terhindar dari penyimpangan orang-orangyan9

ekstrim dan pelecehan orang-orang yang lalai serta takrvil orang-orangy{rg

sesat, yang memancangkan panji-panji bid'ah, dan melepaskan kendali

fitnah, mereka mengatakan terhadap Allah dan tentangAllah -Mahatinggi

Allah setinggi-tingginya dari apa yang dikatakan orang-orang zhalim- serta

tentang Kitab-Nya tanpa ilmu. Kami berlindung kepada Allah dari setiap

6tnah yang menyesatkan, Allah sampaikan shalawat kepada Muhammad.

Arnrna baAu, semoea Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kami dan

kalian pada apa yang disukai-Nya, dan menjauhkan kami juga kdian dari

apayangdimurkai-Nya, serta memberikan kemampuan kepada kami dan

kalian untuk berbuat sebagaimana amal orang-orang yang arif kepada-Nya,

takut kepada-Ny", sesungguhnya Dialah yang diminta untuk itu.

Aku berwasiat kepada kdian juga diriku sendiri untuk bertakwa

kepadaAllah Yang Mahaagung serta senantiasa menerapkan sunnah. Kalian

telah mengetahui apa yang menimpa orang yang menentang sunnah, dan

apa datang kepada orang yang mengikuti sunnah. Disampaikan kepada

kami dari Nabi bahwa beliau bersabda:

"SesunguhnyaAllah benar-benar memasuhhan hamba he surga karena

sunnab yang dipegangnya dzngan teguh."Beliru memerintahkan kalian untuk

tidak mengutamakan sesuatu pun atas Al-Qur'an, karena dia kalam Allah,

dan yang dibicarakan oleh Allah bukanlah makhluk, dan yang diberitakan-

Nya tentang umat-umat terdahulu bukan makhluk, dan yang terdapat dalam

Al-t^auh Al-Mahfuzh, dan yang terdapat ddam mushaf-mushafserta bacaan

manusia dan bagaimana pun dibaca, dan bagaimana pun dinyatakan sifatnya

sesungguhnya. dia kalam Allah bukan makhluk. Siapa yang mengatakan

Al-Qur'an makhluk, maka dia kafir kepadaAllah Yang Mahaagung. Siapa

yang ddak mengkafirkannya maka dia pun kafir. Kemudian setelah Kitab

Allah adalah sunnah Nabi dan hadits dari beliau, dari sahabat-sahabat Nab

yang mendapat petunjuk, membenarkan aptytngdisampaikan oleh para

rasul, mengikuti tuntunan keselamatan, yaitu yang dinukil oleh ulama yang

terkemuka dari yang terkemuka, waspadailah pendapat J"h*, karena dia

adalah ahli kalam dan ra'yu serta menyukai permusuhan.

Kalangan ulama yang kami temui sepakat mengatakan, sesung-

guhnyaJahmiyah terpecah dalam tiga golongan; satu kalangan dari mereka

mengatakan; AI-Qur'an kalam Allah dan dia makhluk. Kalangan lain

mengatakan; Al-Qur'an kalam Allah, lantas diam. Yaitu golongan Al-

'\tr7aqifah Al-Mal'unah. Dan satu kalangan lagi dari mereka mengatakan;

lafalJafal kita saat mengucapkan Al-Qur'an adalah makhluk. Namun

mereka semua adalah penganut Jahmiyah yang kafir. Mereka diminta

untuk bertaubat. Jika bertaubat, maka mereka diterima. Namun jika tidak

bertaubat, maka mereka dihukum mati.

Kalangan ulama yang kami temui sepakat bahwa orang yang

mengatakan ini jika tidak bertobat maka tidak ada pernikahan baginya,

tidak boleh memberikan keputusan, sembelihannya tidak dimakan. Iman

adalah uczrpan dan amal yang bertambah dan berkurang, pertambahan

iman jika engkau berbuat baik, dan berkurangnya iman jika engkau berbuat

buruk. Orang dapat keluar dari iman kepada Islam, namun tidak ada

yang mengeluarkannya dari Islam sama sekdi kecuali syirik kepada Allah

Yang Mahaagung, atau lantaran menolak satu kewajiban dari kewajiban-

kewajiban Allah karena mengingkarinya. Namun jika dia meninggalkannya

lantaran mdas atau meremehkan maka dia tergantung pada kehendak

Allah, jika mau menyilaanya maka Allah dapat melakukannya. Dan jika

mau memaafkannya, maka Allah dapat melakukannya.

Adapun Mu'tazilah; kalangan ulama yang kami temu sepakat

bahwa mereka mengkafirkan lantaran dosa. Siapa di antara mereka yang

berpandangan demikian maka dia telah menyatakan bahwaAdam ka6r, dan

saudara-saudara Yusuf saat mendustakan ayah mereka, maka mereka kafir.

Mutazilah sepakat bahwa siapa yang mencuri satu biji maka dia kafir, dalam

lafal lain di neraka, istrinya dipisahkan darinya, dan memulai kembali ibadah

hajinya jika menunaikan ibadah haji. Merekayang mengatakan pernyataan

Lampiran 4 $ 499

ini kafir, dan hukuman bagi mereka adalah tidak boleh diajak bicara, tidak

ada pernikahan di antara mereka, sembelihan mereka tidak dimakan, dan

kesaksian mereka tidak diterima.

Sedangkan Rafidhah; kdangan ulama yang kami temu sepakat bahwa

mereka mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib lebih utama daripada Abu

Bakarfuh-Shiddiq, dan bahwa keislamanAli lebih dulu daripada keislaman

Abu Bakar. Namun siapa yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib lebih

utama daripada Abu Bakar maka dia telah menyanggah Al-Qur'an dan

sunnah, berdasarkan firman Allah: "Muhamrnad adahh utusdn Alhh, dzn

oranf ordng yang b ersama dengan dia. " (N-F*hz 29) .

Allah mendahulukan Abu Bakar setelah Nabi dan tidak menda-

hulukan Ali. Nabi bersabda, "seandainya ahu rnengambil hhalil (hehasih)

niscalra ahu menjadihan Abu Bahar sebagai khalll, ahan tetapi Alkh tehh

nenjadihan sahabat halian - mahsudnya dirl bel;au sendiri - sebagai hbalil

dan tidzh ada nabi setehhhu."/ Siapa yang menyatakan bahwa keislaman

Ali lebih dulu daripada keislaman Abu Bakar maka dia bohong, karena

orang pertama yang masuk Islam adalah Abdullah bin Utsman budak

yang dimerdekakan Ibnu Abi Quhafah, saat itu dia berusia 35 tahun,

sedangkan AIi saat itu berusia 7 tahun, belum berlaku padanya berbagai

hukum, ketentuan, dan kewajiban. Kami mempercayai qadha dan qadar

yang baiknya maupun yang buruhy", yang manisnya mauPun yang

pahitnya, dan bahwaAllah menciptakan surga sebelum makhluk (manusia),

dan menciptakan penghuninya, serta kenikmatan yang abadi. Siapa yang

menyatakan bahwa ada sesuatu dari surga yang sirna maka dia kafir. Dan

Dia menciptakan neraka sebelum menciptakan makhluk, serta menciptakan

penghuninya, serta adztbnya yang abadi. Penghuni surga melihat Tuhan

mereka bukan mustahil, dan bahwa Allah mengeluarkan orang-orang dari

neraka lantaran syafaat Muhammad,dan bahwa Allah benar-benar berbicara

dengan Musa, menjadikan Ibrahim sebagai khalil. Timbangan adatah benar

dan para nabi adalah benar, juga Isa putra Maryam utusan dan kalimat-Nya,

mengimani adanya telaga di surga dan syafaat, mengimani Malaikat Munkar

dan Nakir, dan adzab kubur, mengimani mdaikat maut yang mencabut

I HR Muslim dalam bab keuramaan-keutamaan generasi sahabat. Demikian pula Bukhari dengan ada

perbedaan sedikit pada lafal.

500 6 eUa*r Islam Menurut Empat Madzhab

nya\Ma, kemudian mengembalikan ke jasad di dalam kubur, lalu mereka

ditanya tentang iman dan tauhid. Mengimani adanya tiupan terompet,

terompet itu berupa tanduk yang ditiup oleh Malaikat Israfil, dan bahwa

makamyang ada di Madinah addah makam Muhammad besemaAbu Bakar

dan Umar. Hati hamba-hamba berada di antara dua jari dari iari-iari Allah.

Dajjal tidak mustahil akan keluar di antara umat ini, dan Isa putra Maryam

turun lantas membunuh Dajjal di pintu Ludd. Syubhat yang dipungkiri

oleh ulama adalah mungkar, dan waspadailah bid'ah seluruhnya. Tidak ada

mata yang melihat orang yang lebih baik setelah Nabi daripada Abu Bakar

fuh-Shiddiq, tidak pula setelah Abu Bakar ada mata yang melihat sosok

yang lebih baik daripada Umar, tidak pula setelah Umar ada mata yang

melihat sosok yang lebih baik daripada [.Jtsman, dan tidak pula ada mata

yang melihat sosok yang lebih baik setelah Utsman bin Affan daripada Ali

bin Abi Thalib -Allah meridhai mereka. Ahmad mengatakan, "Demi Allah

merekalah para khalifah yang mendapat petunjuk, dan kami bersaksi bahwa

sepuluh generasi sahabat dijamin masuk surga, mereka adalah Abu Bala,

Umar, LJtsman, Ali, Thalhah, Zubair,Sad, Said, Abdurrahman bin Auf Az-

Zthri, dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Siapa yang dinyatakan oleh Nabi bahwa

dia dijamin masuk surga, maka kami pun menyatakan bahwa dia dijamin

masuk surga. Mengangkat kedua tangan dalam shalat adalah tambahan

dalam kebaikan, dan memperdengarkan amin saat imam mengucapkan

wahdh-dhallin, menshalatkan siapa yang mati di antara umat sekiblat ini

dan perhitungan amal mereka pada Allah, keluar bersama setiap imam

dalam perang dan haji, shdat di belakang mereka shalat Jumat dan dua

hari raya, menahan diri dari pembicaraan tentang keburukan-keburukan

generasi sahabat Rasulullah i6, berbicaralah tentang keutamaan-keutamaan

mereka dan tahan dirilah dari apa yang diperselisihkan di antara mereka,

j"rga, bermusyawarah dengan seorang pun dari kalangan ahli bid'ah tentang

agamamu, jangan menyertainya dalam bepergianmu, tidak ada pernikahan

kecudi dengan wali, mempelai lakiJaki, dan dua orang salci adil, mut'ah

haram sampai Hari Kiamat, siapa yang menjatuhkan tdak tiga dalam satu

lafal maka dia tidak mengerti, dan istrinya haram baginya, serta tidak halal

baginya selamanya hingga istri yang ditalak tersebut menikah dengan

suami lainnya, takbir terhadap jenaz,ah empat kali, jika dia bertakbir lima

kali maka bertakbirlah bersamanya. Ibnu Mas'ud berkata, "Bertakbirlah

Lampiran 4 $ 50r

sebagaimana imammu bertakbir." Ahmad mengatakan, "fuy-Sya6'i tidak

sependapat denganku dan berkata, 'Jik" dia menambah lebih dari empat

takbir maka dia mesti mengulang shalat. dia menyampaikan hujahnya

kepadaku bahwa Nabi menyalatkan Najasyi dengan bertakbir padanya

empat takbir." Mengusap sepatu bagi musafir tiga hari dua malam, dan bagi

orang yang mukim satu hari siang dan malam. Jika engkau masuk masjid

maka jangan duduk hingga engkau menunaikan shalat dua rakaat shalat

tahiyatul masjid, witir satu rakaat, iqamah sendiri-sendiri.

Cintailah Ahlu Sunnah apa adanya. Semoga Allah mewafatkan

kami dan kdian dalam sunnah dan jamaah, dan mudah-mudahan Allah

menganugerahkan kepada kami dan kalian peneladanan terhadap ilmu, sefta

memberi kami dan kalian taufik pada apa yang disukai dan diridhai-Nya. 



Related Posts:

  • akidah islam 4 mazab 12 tsiq. Sementara uj ian terkait AI-Qur' an makhluk merupakan fenomenaterbesar dari fenomena-fenomena permusuhan antara ahli hadits denganahli kalam."2Yang terpenting bagi saya adalah bahwa keadaan saar iru meng-haru… Read More