akidah islam 4 mazab 2


 s dalam kehidupan masyarakat, meski

hal tersebut terkait erat -seperti disinggung sebelumnya- dengan kegiatan

ilmiah dan pengajaranyangmereka sampaikan, di mana aktivitas inilah

yang terkait erat dengan realita hidup masyarakat.

Jika kita perhatian sikap para khdifah terhadap fuqaha pasti kita tahu,

para khalifah menaruh perhatian terhadap fuqaha dengan memberikan

jabatan bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan. Bahkan para

khalifah menginginkan adanya keselarasan pandangan dengan fuqaha meski

dilakukan dengan cara kekerasan hingga sampai pada batas penahanan dan

siksaan terhadap fuqaha. Semua itu mereka lakukan dengan tujuan untuk

memberikan kesan bahwa semua langkah dan keputusan yang mereka

ambil sesuai aturan syariat melalui sikap diam fuqaha tanPa memberi

lridkan apapun atas langkah yang diambil jika memang laik dilritisi. Di

samping demi menarik simpati rakyat yang memiliki ikatan erat dengan

fuqaha. Pemahaman para khalifah dan penguasa tersebut serta wibawa yang

dimiliki fuqaha membawa pengaruh efektif bagi fuqaha. Dua faktor inilah

yang menantang usaha para khalifah dan penguasa untuk memberikan

jabatan untuk fuqaha atau menatik fuqaha dalam lingkaran kekuasaan

melalui hadiah-hadiah yang diberikan, seperti misalnya yang dialami Imam

Abu Hanifah saat gubernur Ibnu Hubairah berusaha untuk menyerahkan

stempel kekuasaan di tangannya, namun Abu Hanifah menolak dengan

alasan syar'i. Demikian pula yang dilakukan Khalifah Al-Manshur untuk

menawarkan jabatan hakim tertinggi padaAbu Hanifah dan berusaha untuk

menarik simpatinya melalui sejumlah hadiah yang diberikan namun semua

itu ditolak Abu Hanifah.t Tidak berbeda dengan usaha para khalifah dan

penguasa untuk "cuci tangan" dari tekanan yang dilancarkan pada fuqaha

demi menarik simpati rakyat seperti yang telah diketahui sebelumnya.

Abu Jdfar Al-Manshur addah tokoh di balik penyiksaan yang dialami Abu

Hanifah, namun setelah imam agung ini meninggal dunia dan melihat

seluruh ralryat Baghdad ikut mengantarkan jenazahnyakarena mereka tahu

Abu Hanifah adalah sosok yang teguh dan kuat beragama, Abu Ja'far Al-

Manshur akhirnya menyalati jentzahAbu Hanifah setelah dimakamkan.2

lrbu Zafu ah, Ab u H a n ifa h, hlm. 25 -49 .

Ibid, hlm. 53-54.

I

2

34 @ at ia*r Isla-m Menurut Empat Madzhab

AbuJa'farAl-Manshur juga meminta maaf kepada Imam Malik atas

penyiksaan yang dia alami, dengan alasan dia tidak memerintah dan tidak

mengetahui hal itu.t

Mobilisasi ralryat Baghdad saat Ahmad bin Hambal disiksa menjadi

sa}si sejauh mana kecintaan tulus masyarakat kepada fuqaha dan besarnya

pengaruh fuqaha terhadap kehidupan saat iru.

Seperti itulah kecintaan ahlul ilmi terhadap fuqaha sebagai bentuk

penghargaan atas sumbangsih yang mereka berikan terhadap dunia

pemikiran di beragam disiplin keilmuan dan kecintaan masyarakar yang

bisa merasakan simpati fuqaha untuk berbagai hal yang berguna menyaru,

terlebih saat itu perpecahan madzhab penuh dengan perdebatan dan

argumentasi. Inilah yang kadang tidak dipahami oleh masyarakat dari satu

sisi, di samping mereka juga tidak menemukan adanya manfaat di balik

perpecahan itu dari sisi lain.

Penutup

Empar imam madzhab fikih (Abu Hanifah, Malik, fuy-Syaf i dan

Ahmad bin Hambal) memiliki pengaruh kuat terhadap ulama di masa

selanjutnya. Inilah yang membuat ulama kontemporer menghadapi banyak

sekali ujian dan cobaan. Namun mereka tidak menyerah begitu saja dengan

realita umat Islam meski tengah lemah, mereka tetap berusaha sekuat tenaga

untuk menunaikan beban yang mereka pikul yang kebaikannya rerap rerasa

hingga beberapa abad setelah itu. Sebagai contohnya adalah kritikan yang

disampaikan IbnulJauzi2 pada abad ke-6 Hijriyah terkait realita umat Islam

di berbagai lini. Pun demikian dengan Ibnu Thimiyah3 yangmenghadapi

banyak sekali ujian dan cobaan, serta gerakan kesadaran yang digagasnya

untuk mengembalikan kaum muslimin kepada pemahaman lurus yang

telah digariskan oleh empat imam. Demikian jugalzzAbdussalam (w. 660

H)a dan sikap-sikapnya dalam membela kebenaran hingga membuat marah

para penguasa dan rajasaatmengeluarkan fatwa agar menjual tawanan dan

mengembalikan hasil penjualannya ke kas Baitul Maal.O

Abu 7-a\r eh, M a I i k, hlm. 6 4.

Talbis Iblis.

Taikh Al-Madzd hib Al-Ishmlyh (2 I 406).

DR AbdullahAl-V/ahhabi,Al-'Izz binAbd*ssalam,hlm.63, Cet. Pertama, 1984 M, fuyad

I

2

3

4

Bab 1: Pemikiran Islam di Era Fuqaha @ 35


I

Bab II

Debat Agama pada Abad ke-2 dan ke-3

Hijriyah (Era Empat Fuqaha); Kondisi

dan Dampak Ilmiah yang Ditimbulkan

Pemikiran Islam di Masa Empat Rrqaha

Sejarah menyebutkan, masa hidup keempat imam madzhab 6kih

dimulai pada tahun 80 Hijriyah, di mana saat itu Imam Abu Hanifah

dilahirkan dan berakhir pada tahun 241Hijriyah saat Imam Ahmad bin

Hambal wafat.l Artinya ikatan sejarah atau pemikiran antara ulama ahli

6kih dengan masa saat itu berlangsung di dua abad; abad ke-2 dan ke-3

Hijriyah. Dalam rentang waktu itu terjadi Daulah Bani Umaiyah runtuh,

dan Daulah Bani Abbasiyah berdiri (132H).

Untuk mencermati gerakan pemikiran yang terjadi dalam rentang

masa ini, untuk menjelaskan sikap empat fuqaha terhadap apapun yang

terjadi di sekitar mereka, ada baiknya kita terlebih dahulu menyamakan

kedua abad tersebut dari sisi ilmiah, atau dari sisi politik juga. Inilah yang

membuat kita menilai kedua abad ini memiliki kesamaan, tanpa melupakan

karakter lingkungan fuqaha seperti akan dibahas selanjutnya dalam topik

perhatian fuqaha terhadap berbagai masalah dan pemikiran yang ada di

sekitar fuqaha. Dalam hal ini, kita sepakat dengan pernyataan Muhammad

Abu Zahrah berikut, perbedaan antara akhir periode Umawiyah dengan

awal masa Abbasiyah -masa hidup Abu Hanifah- pada dasarnya ddak

terlalu besar dari sisi spirit ilmiah, khususnya aspek keagamaan sebagai

akibat dari pendahuluan-pendahuluan yang telah ada sebelumnya.2 Terkait

lbnuKxsi,Al-Bidayah waAn-Nihayh(101124,199,288,285),ubqrqoleh MuhammadAMulAziz

An-Najjar, Makabah Al-Ashma'i, fuyadh, tt.

Abt 7.ahrah, Abu Hanifah, Dar N-FilaAl-'Arabi, Cet. 1.

I

2

Bab 2: DebatAgama padaAbad ke-2... {p 37

perisdwa yang terjadi di awal abad ke-3 Hijriyah berupa munculnya aliran-

aliran pemikiran seperti tasawuf misdnya, atau yang terjadi di akhir abad

ke-Z Hijriyah berupa perkembangan dan kekuasaan Mutazilah, semua

itu ini tidak mengubah pandangan kami bahwa kedua abad ini memiliki

kesamaan, karena fenomena sejarah tersebut sudah ada benihnya jauh satu

abad sebelumnya.

Kita akan mengdihkan fokus pada pemikiran Islam pada era ini.

Namun karena kondisi yang ada saat itu memiliki kaitan erat dengan politik,

unruk itu kita akan sedikit membahas tentang kondisi umum politik saat itu'

Instabilitas Politik

Ciri fase ini benar-benar lekat dengan persoalan-persoalan politik.

Meski demikian, kita tidak akan membahas sebab-sebab instabilitas politik

serta hal lain terkait peralihan kekuasaan dari empat khalifah Rasulullah

6 ke tangan pihak lain, atau terkait keyakinan banyak orang yang menilai

pemerintahan tersebut tidak sah menurut syariat, dan hal-hd lain yang

menjadi perhatian para ahli sejarah. Kita cukup membahas sejumlah

fenomena instabilitas politik saja, di mana yang paling dominan -menurut

hemat kami- adalah sebagai berikut;

1. Banyaknya Kekisruhan yang Disebabkan oleh Kelompok

Khawarijr dan Golongan Lain

Fitnah golongan ini menyeruak ke seantero negeri, mereka membelot

bahkan terhadap pemimpin yang berciri adil. Fitnah mereka menimpa Bani

Umaiyah dan juga Bani Abbas. Fitnah mereka bergerak secara bertahap dari

sekedar penyiksaan menuju Perang dan pertumpahan darah'

Penulis buku berjudd Al-Farq bain Al-Firaq menjelaskan, di antara kesepakatan kelompok yang

membelot terhadap pemerinrahan Ali bin Abi Th"lib irri p"t"" p.mutusan pe.tkara (uhkim) t*uk

merujuk pada Al-Qu.' an dalam Perang shi6n adalah mengkafirkan Ali bin Abi Thalib, Usman bin

Affan, pa.a sahabaiyang turut berperang dalam peristiwa perang Unta, siapa.pun yang menerima

p,r,rr* ,rrrt,rk ke-b"lipada Al-Qu.'"n, siapa pun yang membenarkan kedua putusan tersebut

atau salah satunya, -emta.rgkang penguasa yang ldim -seperti dijelaskan sebelumnya. Ini semua

menguatkan brir*" p.rrry","""n'iid"k1d" h,rkum selain hukum Allah, " yang mereka nyatakan

adalah kalimat benar namun dimaksudkan secara keliru. Sebagai buktinya, Imam Ali bin Abi Thalib

mengalahkan hujah mereka, meski mereka tidak mampu menolak kebenaran dengan hujah, namun

-.r.L ,.,"p ,idri mau tunduk pada kebenaran. Golongan ini terpecah menjadi be\m.gasekte dari sisi

pandanganelstri-^r,rp.rrrrron.Lrrimnya.Unruklebihlelassilakan Anda,merujvkAl'FarqbainaAl-

'Firaq,him.2O-T4,uhqiqolehMuhlddinibdul Hamid, DarAl-Ma'riftt, Libanon, tt.,Asy-Syaluastani,

Al-MihluaAn-Mhal,hlm. lT5,caratan kaki oleh: Ibnu Hazm'

38 E etia"i, Islam Menurut Empat Madzhab

Berikut akan kami sebutkan sebagian kekisruhan yang disebutkan oleh

para ahli sejarah. Pada tahun 100 Hijriyah, kelompok Haruriyah (nisbat

kepada Harura', sebuah kawasan di Kufah) membelot di Irak. Merespon

hal tersebut, Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz mengirim urusan

kepada Abdul Hamid, gubernur Kufah dengan perintah untuk menyeru

kelompok Haruriyah menuju kebenaran dan memperlakukan mereka secara

lemah lembut, jangan memerangi mereka kecuali jika mereka berbuat

onar. Mengetahui hd tersebur, Abdul Hamid mengirim pasukan namun

pasukan ini berhasil dikalahkan Haruriyah. Setelah itu Umar bin Abdul

Aziz mengirim utusanyangmencelaAbdul Hamid atas pengiriman pasukan

tersebut. Setelah itu Umar bin Abdul ,\ziz mengirim saudara sepupunya,

Maslamah bin Abdul Hamid untuk menyerang Haruriyah dan pasukan ini

berhasil mengalahkan mereka. Umar binAbdulAziz jugamengirim urusan

untukmenemui pemimpin Khawarij yang bernama Bustham. Utusan Umar

bin Abdul Azizberanya, "Kenapa kau membelot? Jika kau membelot karena

marah, demi Allah, aku lebih berhak atas hd itu dari pada kamu, kau tidak

lebih berhak dariku. Mari kita mendebat masalah ini, jika pandanganku

benar, harus kau ikuti, dan jika kau memperlihatkan kebenaran, kami akan

mempertimbangkannya." I

Pada tahun 107 Hijriyah, muncul seseorang bernama Abbad

Ar-Ru'aini di Yaman yang menyerukan paham Khawarij. Dia diikuti

oleh sejumlah orang, namun gubernur Yaman saar iru, Yusuf bin Umar

menyerang dan berhasil mengalahkan mereka.2

Pada penghujung era Daulah Umayah, Khawarij membuat banyak

sekali kekacauan berskala besar, di mana Dhahhak bin Qais berpaham

Khawarij mengepung Abdullah bin Umar bin Abdul Aziz di'Wasith,

berikutnya dia pergi ke Mosul dan membunuh gubernurnya, saat itu Adh-

Dhahhak membawa 120 ribu pasukan dan mengepung kedua kawasan

tersebut. Perang pun pecah anrara Dhahhak dan Marwan bin Muhammad

yang berakhir dengan kematian Adh-Dhahhak si Khawarij itu. Dhahhak

sebelum mati menunjuk orang berpaham Khawarij untuk memimpin

pasukannya yang bernama Khaibari. Peperangan rerus berlanjut melawan

lbnu Katsir, Al- B i day h u a An - Ni h ay h (9 I 209).

tbid(9t274).

I

2

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... {p 39

Marwan bin Muhammad hingga Khaibari terbunuh. Setelah peristiwa

itu, Khawarij kembali bersatu di bawah komando Syaiban bin Abdul Aziz

Al-Yasykuri Al-Khariji yang rerus mengguncang keamanan negara hingga

dia terbunuh pada tahun 130 Hijriyah. Demikian yang disampaikan Ibnu

Katsir secara rinci yang terjadi selama tiga tahun berturut-turut di beberapa

tempat.r Perhatikan, seperti apa kekisruhan yang ditimbulkan oleh kejadian-

kejadian seperti itu.

Sejumlah kelompok juga membelot terhadap khalifah di masa Daulah

Abbasiyah. Pada tahun l4l Hiiriyah, kelompok bernama Rawandiah2

membelot terhadap khalifah Al-Manshur. Ibnu Katsir menjelaskan,

kelompok ini berasal dari Khurasan. Mereka adalah kalangan yang berpaham

reinkarnasi. Mereka menyatakan, ruh Adam beralih ke Utsman bin Nuhaik.

Mereka mempertuhankan Khalifah Al-Manshur dan menyatakan Haitsam

bin Mu'awiyah adalah Malaikat Jibril.3

Ibnu Katsir menyebut seperti apa kelompok ini bersumber dari riwayat

Ibnu Jarir Ath-Thabari, suatu ketika mereka mendatangi istana Al-Manshut

mereka mengelilingi istana itu, dan mengatakan, "Ini istana Rabb kita"'

Al-Manshur selanjutnya mengirim utusan untuk menemui tokoh-tokoh

kelompok ini dan menahan sekitar 200 orang. Kelompok ini marah lalu

berkata, "Kenapa mereka ditahan?" Mereka kemudian membawa keranda

yang mereka usung, mereka berkumpul di sekitar keranda itu seolah-olah

tengah mengiring j enazah,padahal di dalamnya tidak ada jentzahsiapa pun.

Mereka melintasi pintu penjara dan melemparkan keranda tersebut,

mereka memasuki penjara dengan PaLsa dan membebaskan kawan-kawan

mereka yang ditahan, setelah itu mereka yang berjumlah sekitar 600 orang

itu pergi menuju Al-Manshur. Penduduk saling memanggil satu sama lain,

pintu-pintu kota ditutup kemudian Al-Manshur keluar dengan berjalan kaki

karena ddak menemukan tunggangan, setelah itu ada yang memberinya

runggangan, Al-Manshur lantas naik dan pergi menghampiri kelompok

Rawandiah itu. Penduduk pun berdatangan dari segala penjuru, saat itu

Mdan bin Zaidah datang dan saat melihatAl-Manshur berjalan kaki seraya

I

2

3

tbid.(tol33-35).

Nama ini tidak berafiliasi kepada Ibnu Rawandi yang membuat tulisan berisi bantahan terhadap

kelompok tersebut, sebab masa Ibnu Rawandi terpaut jauh setelah masa kelompok Rawandia

lbnri,.rsir, Al-Bldayb waAn-Nibayab (10/88), sejumlah peristiwa pada tahun 141

I eUa* Islam Menurut EmPat Madzhab40

memegang tali kendali hewan runggangannya, Ma'an menuturkan, "Amirul

Mukminin, silakan tuan kembdi pulang, kami yang akan menghadapi

mereka." Al-Manshur menolak, kemudian orang-orang yang ada di pasar

menghampiri kelompok Rawandiah dan memerangi mereka, setelah itu

pasukan Al-Manshur datang dan mengepung mereka dari segala penjuru,

tanpa menunggu lama langsung menyerang kelompok Rawandiah hingga

tidak ada satu pun yang tersisa. Pasukan berhasil melumpuhkan Utsman

bin Nahik dengan anak panah yang dilesakkan di tengah pundak. Utsman

bin Nahik sakit beberapa hari setelah itu mati. Khalifah Al-Manshur

menyalati jenazahnya, berdiri di atas makamnya hingga usai dimakamkan

lalu mendoakannya. Selanjutnya Al-Manshur menunjuk saudaranya, Isa

bin Nuhaik unruk memimpin kawasan Haras. Kawasan-kawasan rersebur

terletak di Hasyimiyah, Kufah.t

Khalifah Al-Manshur memuji keberanian Ma'an bin Zaidah dan

menghargai pengorbanannya ddam memerangi Rawandiah. Keberanian

Ma'an ini terus membawa luka bagi kubu Khawarij dan mereka tidak

pernah melupakannya sejak peristiwa Rawandiah itu hingga mereka berhasil

membunuhnya di Sijistan pada tahun l52Hijriyah.z

Kekacauan-kekacauan ini tidak hanya terjadi di pusat khilafah atau

para sosok khalifah semara, namun juga merembet ke berbagai daerah

dan kawasan. Pada tahun 153 Hryiyah, Khawarij Shafariyah3 dan lainnya

membelot di Afrika. Mereka berkumpul dengan jumlah -berdasarkan

penjelasan Ibnu Katsir- sekitar 350 ribu pasukan berkuda dan kaveleri.

IGlompok ini melenyapkan rasa aman dan ketentraman. Mereka membunuh

gubernur Afrika dan berhasil menumpas pasukannya. Membuat banyak

sekali onat membunuh kaum wanita dan anak-anak.a

Mengingat kekacauan-kekacauan seperri itu terjadi di masa Khalifah

Al-Manshu r y ngterbilang sebagai khalifah kuat,-sejarah membuktikan-

hal-hal serupa juga dialami secara lebih keras oleh khalifah-khalifah lain

setelahnya yang lebih lemah. Bisa jadi inilah faktor yang memicu kekacauan-

kekacauan politik lain yang akan kita bahas selanjutnya.

Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihay, ( I 0/88).

lbnuKztsjr, Al- Bidayab wa An-Nibayah (10 I t26).

salah satu kelompok Khawarij pimpinan Al-Muhdlab bin Abu shufrah, pendapat lain menyebut

Shufrah adalah nisbat ke Ziyad bin Ashfar, salah saru pemimpin Khawarij.

Ibnu Katsir, Al- Bidayah wa An-M hayh (10 I 128).

I

')

3

4

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... $ 4L

2. Melemahnya'Wibawa Kekhalifahan

Pada abad ke-3 Hijriyah mulai terjadi kelemahan kekhilafahan

Abbasiyah. Inilah faktor terbesar yang mendorong para Pemerintah daerah

melepaskan diri, mereka tidaklagi memiliki ikatan dengan l$alifah sebagai

penguasa tertinggi, hubungan mereka hanya sebatas masalah-masalah formd

semata.

Kelemahan ini memicu sejumlah faktor rumit lain yang memberi

kekuatan dan kedudukan tersendiri bagi kalangan non-Arab sePerti TLrki

dan Persia. Jabatan-jabatan militer dan sipil hampir ddak tersisa untuk

kalangan Arab.r Inilah faktor yang memicu kedengkian kdangan Arab

terhadap khilafah Abbasiyah kian menguat, di samping faktor emosi bangsa

Arab terhadap khilafah ini yang menghancurkan Daulah Umawiyah dari

satu sisi, dan menganggap keturunan Ali bin Abi Thalib sebagai musuh

dari sisi lain meski mereka menegakkan negara dengan nama Arab dan

dukungan pasukan Arab. Selain itu, perilaku para khalifah memberikan

pengaruh terhadap lenyapnya fanatisme Arab yang menjadi pijakan Daulah

Islam sebelumnya.2

Kelemahan pemerintah pusat menjadi faktor utama yang memicu

perpecahan imperium Islam. Bahkan realita sejarah menyebutkan, Daulah

Abbasiyah tidak mampu menjaga kesatuan umat Islam. perpecahan umat

terjadi terlalu dini karena kekuasaan Abbasiyah tidak menjangkau hingga

Andalusia (spanyol, sekarang). Kekacauan sudah mewarnai kekuasaan

Abbasiyah sejak awal. Abdurrahman Ad-Dakhil baru bisa mengatasi

kekacauan enam tahun setelah berdirinya khilafah Abbasiyah (138 H),

narnun pada saat yang bersamaan Andalusia telah membuka pintu-pintu

separatisme sePerti yang terjadi setelah itu.3

3. Para Khalifah Membatasi Kebebasan Ulama (Campur Tirngan

Penguasa untuk Menyetir Pemikiran Publik)

Fenomena-fenomena instabilitas politik di atas terkait dengan satu

hal yang sangat berpengaruh, yaitu camPur tangan para khalifah dalam hal

DR. Hasan Ibrahim, TdrikhAl-Ishm,4s-sltasi waAts-Tia4afi(3ll),Cet. Ke-3, 1955 M, Mesir'

Abdul Fattah As -stnajawi, An-Naza',at Al-ktiqhliy\ah f Al-Khihfdh Al-Abbasiylah, hlm. 8, cet. l,

rt.

DR Muhammad lJilmiqthmad,,Al-KbitafahwaAd-Datlabf Al-,4sbAl-Abbasi,hlm.ll,c-et.2,1972

M, Mesir.

i& eUarn Islam Menurut Empat Madzhab

I

)

3

42

pemikiran. Kita tidak menyalahkan hak mereka untuk memainkan peran

terkait dengan ilmu, sumbangsih vang mereka berikan di bidang ijtihad

dalam kapasitas mereka sebagai orang muslim yang memiliki hak mencari

ilmu, berijtihad dan menyimpulkan hukum setelah melalui perenungan

sesuai metode yang tepat, mereka juga memiliki hak seperri yang dimiliki

kaum muslimin pada umumnya. Namun yang perlu disalahkan adalah

pemalsaan pemahaman yang pada dasarnya disebabkan oleh kondisi-kondisi

politik yang terjadi terhadap pemikiran ulama. Beragam ujian dan cobaan

yang menimpa keempat imam madzhab selaku represenrasi pemikiran

Islam tidak lain disebabkan karena efek campur rangan para khalifah dan

penguasa. Abu Hanifah secara lantang menyampaikan kebenaran kala

Khalifah Al-Manshur menjelaskan terkait penduduk Mosul yang membelot

dari janji setia untuk tetap taar padanya, di mana mereka sendiri membuat

syarat boleh dibunuh jika membelot, Abu Hanifah menyarakan sesuaru

yang berbeda dengan pernyataan ulama saat iru, "Mereka membuat syarat

yang tidak mereka miliki untukmu, kau pun memberlakukan syarat yang

tidak kau miliki untuk mereka. Darah seorang muslim tidak halal kecuali

karena salah satu dari tiga hal, jika kau menumpahkan darah mereka, kau

telah mengambil sesuatu yang tidak hdal. Syarat Allah lebih laik untuk kau

tunaikan."r Namun kebenaran yang disampaikan Abu Hanifah ini tidak

meluluhkan hati sang khalifah yang tetap bersikeras pada pandangannya

hinggaAbu Hanifah ditahan dan disiksa.2

Imam Malik mendapat ujian karena mengeluarkan fatwa yang

bersandar pada hadits shahih, narnun sensitifitas penguasa mengartikannya

sebagai penentangan terhadap peraturan negara bahkan sebagai seruan untuk

membelot. Imam Malik enggan untuk menahan diri dari menyampaikan

hadits, "Tidah ada takh bagi orang yang dipahsa." Inilah yang menjadi

landasan farwanya, namun oleh penguasa dipahami sebagai seruan untuk

melepaskan perjanjian setia terhadap pemerintah yang dilakukan karena

paksaan. Imam Malik menjaga amanat ilmu, namun Khalifah Al-Manshur

berusaha untuk memaksakan pemahaman politiknya terhadap berbagai hal

sebagai efek dari instabilitas politik yang terjadi.

Manaqib Abi Hanifah, Ibnu N-Baz:.azi (21 17).

Silakan merujuk ke pembahasan tentang cobaan yang dihadapi Abu Hanifah pada pasd pertama buku

di atas.

I

2

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... $ 43

Begitu berat penderitaan yang diranggung Imam fuy-Syaf i akibat

membenarkan kesalahan yang dilakukan Khalifah Ar-Rasyid. Imam

fuy-Syaf i secara tegas menyatakan tidak sependapat dengan pandangan

para penguasa. Perhatikan, bagaimana Khalifah fu-Rasyid marah karena

hal tersebut dan memerintahkan untuk mendatangkan Asy-Syaf i ke

hadapannya sambil terikat.

Abu Nu aim meriwayatkan dalam Al-Hil\ah, Khalifah Ar-Rasyid

berkata kepada Muhammad Al-Hasan dan Bisyr Al-Marisi, saat Imam

fuy-syafi'i didatangkan dalam keadaan terikat, "orang Quraisy yang tidak

sependapat dengan kami itu datang ke rumah kami dalam keadaan terikat"'l

Meski Khalifah Ar-Rasyid mengakui kebenaran berada di pihak Imam fuy-

Syaf i serelah mengetahui luasnya ilmu yang dimiliki sang imam, narnun

kejadian ini tetap memberi isyarat tentang camPur tangan para khalifah

dan penguasa ddam hal pemikiran demi menjaga kekuasaan'

Kejadian yang dialami Imam Ahmad bin Hambal menjadi

bukti kuat atas pernyataan kami karena khalifah sendiri yang langsung

rurun tangan dalam peperangan akidah. Sang khalifah berusaha untuk

memalsakan pendapat dan pemahamannya' dia tahu bahwa kebebasan

berpikir merupakan karakter dalarah yang dia usung sendiri dan juga guru-

gurunya dari kalangan Mutazilah, memalsa Imam Ahmad bin Hambal

mengemukakan pandangan yang dia anur, agar rd<yat tahu bahwa para

ulama ahli fikih dan orang-orang yang menjadi kepercayaan mereka sejalur

dengan pendapat khalifah. Pemaksaan pendapat ini memicu keresahan

karena dijadikan senjata oleh Khalifah Al-Makmun dan Al-Mutashim yang

mengharapkan ketenangan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam

topik ujian yang dirasakan Imam Ahmad bin Hambal'2

Gerakan Pemikiran di Era Empat Rrqaha

Instabilitas politik yang disertai dekadensi akhlak dan gerakan ilmiah

yang terjadi saat itu memiliki ikatan satu sama lain. Gerakan pemikiran

I Al-Hibdh(9181-82).

2 silakan merujuk ke kitab Manaqib Al-Imam Ahmad bin Hanbal,Ibnul Jauzi, hlm. 385-465'

pada bagian iii penulis hanya sekedar mengisyaratkan unruk menguatkan seiumlah faktor yang

menimbluk n kik""",r"n politik Masalah ini sudah diielaskan sebclumnya pada topik ujian yang

dihadapi fuqaha pada bahasan sebelumnya.

A* lS et ia"l Islam Menurut Empat Madzhab

mengemuka ketika perpecahan politik menjadi ciri utama pemerintahan, di

samping adanya sejumlah faktor yang membantu tumbuhnya kebangkitan

ilmiah, seperti berdirinya negara-negara kecil di belahan timur dan barat,

munculnya gerakan penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani, Persia,

dan India ke dalam bahasa Arab dalam kapasitas yang sangat besar,

kaum muslimin mencapai kematangan di bidang riset dan penulisan

buku, jangkauan transportasi yang kian luas di belahan timur dan barat,

banyaknya perpustakaan di kediaman para khalifah dan penguasa.r Faktor-

faktor tersebut dan juga faktor lain memunculkan gerakan pemikiran

secara matang dan spesialis. Buku-buku sejarah mencatat Pusat-pusat

keilmuan dan pengaruhnya ddam pemikiran Islam, mencatat eksistensi

berbagai kelompok yang ditimbulkan oleh adanya wawasan serta berbagai

permasalahan keislaman dalam sejarah pemikiran Islam.

Berikut fenomena gerakan pemikiran yang paling menonjol;

l. Kecenderungan-kecenderungan ilmiah yang sangat nYtt^

Meski kita yakin bahwa ulama pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah

memiliki kecenderungan dalam mendapatkan Pengetahuan secara

menyeluruh karena adanya ikatan erat antar ilmu, seperti fikih, qiraat, tafsir

dan hadits misalnya,2 namun realita tersebut tidak menghalangi kenyataan

lain, yaitu para penulis tentang sejarah dan pemilik kitab-kitab tenmng

tingkatan ulama menulis sejumlah buku tentang ulama sesuai bidang ilmu

masing-masing.3

Berdasarkan klasifikasi tersebut kita bisa menemukan ulama di bidang

qiraat seperti Yehya bin Harits Adz-Dzamari (w. 145 H), Al-Amasy (w. 1 48

H), Abu Amr bin Al-Ala' Al-Mazini Al-Bashri (meninggal dunia di Kufah

prda 154 H), Hamzah bin Habib Az-Zayyat (w. 154 H, pendapat lain

menyebut tahun 156 H), Na6' bin Abu Nu aim (w. 176 H) dan lainnya.a

Di bidang tafsir kita bisa menemukan ulama ahli tafsir di era tersebut,

seperri Muqatil bin Sulaiman Al-Azdi Al-Khurasani (w. 150 H), Abdurrazzaq

DR. Hasan Ibrahim, Tdrikh Al-Ishm,4s-Siyasi ua Ats-Tiaqaf (31 331).

rbid(31338).

DR. Muhammad Baltaji, Manahij At-Tasyi'f Al-Qarn Ats-Tlani Al-Hiiri (1172-73), cetakan

Universitas Imam Ibnu Saud, I 978.

Ibnu Queibah, Al-M alarif, hlm. I 79- 1 80, Cet. I'

I

)

3

4

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-z...8 45

bin Nafi'Al-Himyari (meninggal dunia di Shana pada tahun 211 H), dan

lainnya.

Di bidang ilmu hadits, ada sejumlah nama terkenal seperti Syu'bah

bin Al-Hajjaj, guru sekaligus ahli hadits Bashrah (85 - 160 H), Suftan bin

Uyainah Al-Hilali AI-Makki, syaikh Hijaz (107 - 198 H), Yahya bin Sa'id

Qaththan Al-Bashri, guru para penghafal (al-hafzh) hadits di masanya

(120 - 198 H), dan lainnya.r

Di bidang ilmu kalam ada sejumlah nama terkenal seperti'Washil bin

Atha' (80 - l3l H), Amr bin Ubaid (w. 144 H), keduanya adalah pendiri

paham Mu'tazilah, dan Bisyr bin Al-Mutamit tokoh Mutazilah Baghdad

(w. 210 H).

Di bidang fikih terdapat banyak sekali nama yang terkenal, di

antaranya Hasan Al-Bashri (w. I10 H), Atha' bin Abu Rabah (w. 114 M),

Hammad bin Sulaiman -guru Imam Abu Hanifah (w. 120 H)-, Rabi'ah

bin Abu Abdurrahman yang dikenal sebagai Rabiah si pemilik pendapat

ulung, Ja'far fuh-Shadiq (w. 148 H), keempat imam mazhab; Imam Abu

Hanifah (w. 150 H), Imam Malik (w. 179 H), Imam Asy-Syaf i (w.204

H), Imam Ahmad bin Hambal (w.241H) dan lainnya.2

Di samping seluruh disiplin ilmu tersebut, muncul ilmu baru

sebagai kepanjangan tangan sikap zuhud para sahabat, tabi'in dan generasi

setelahnya, yaitu ilmu tasawuf yang menjadi ciri tersendiri bagi sebagian

ulama. Di bidang ini mereka memiliki sejumlah karya tulis dan artikel,

seperti Dzun Nun Al-Mishri (w. 245 H), Harits Al-Muhasib i (w. 243 H),

Hakim At-Tirmidzi Muhammad bin Ali (w. 285 H),Junaid Al-Baghdadi

(w.298 H) dan lainnya.3 Kami tidak bermaksud hanya menyebut adanya

sejumlah disiplin ilmu dan kecenderungan pemikiran semata, namun

klasifikasi tersebut sangat memberi warna di masa fuqaha, sosok yang

sangat terpengaruh dan memberi pengaruh terhadap apa pun yang ada

di sekitar.

Untuklebih lengkap silakanAn& merujvkManahijAt-Tasyi'f Al-QantAts-TianiAl-Hin0169-72).

DR. Muhammad Baltaji menjelaskan masalah ini secara terperinci.

Abu QasimAbdul Karim Al-Qusyilri,Ar-RisahhAl-Qusyairiyyah (1175), cerzh.anN-Hdabi.

AbuYazidAl-Ajami,Al-lVijhdh Al-Ahhliqiydh liAt-TashawwufAl-Ishmi, hlm. 49-50, tesis tahun

1977 M, DarAI-'Ulum, Mesir.

6 ef.ia*, Islam Menurut Empat Madzhab

I

2

3

46

2. Kemunculanf,ff$agaikelompokd"n pendapatyangberseberangan

dengan pemahaman salaf, terutama di bidang akidah

Pada abad-abad pertama Hijriyah, kaum muslimin memiliki

pandangan tersendiri terhadap berbagai permasdahan yang ada sebagai hasil

dari ijtihad. Masing-masing memiliki fanatisme terhadap pendapat pribadi

yang dikuatkan dengan dalil dan sandaran. Lebih dari itu, menyerukan

orang lain untuk memiliki pemahaman yang sama, menyalahkan pihak

lain yang berpandangan berbeda. Inilah faktor pemicu munculnya

berbagai macam kelompok yang memunculkan sej umlah masalah-masalah

cabangan, sebagian di antaranya sesuai dengan pemahaman Ahlu Sunnah

dan sebagian lainnya tidak sesuai, terlalu berlebihan dan bahkan -atau

hampir- menyimpang dari jalur Islam.

Masalah kepemimpinan dan syarat-syaratnya, masalah pemutusan

perkara antera. Ali dan Mu awiyah adalah dua faktor pemicu perpecahan

paling dominan, silang pendapat pada kedua masalah ini hingga sampai pada

pokok-pokok akidah, bukan hanya sekedar masalah kepemimpinan. Para

ahli sejarah di bidang paham-paham dan kelompok Islam menyebutkan,

silang pendapat tersebut menjadi akar perbedaan pendapat umat. Para ahli

menyebut pandangan masing-masing kelompok serta beragam masalah

yang ditimbulkan. Ada juga yang mengaitkan antara perpecahan ini dengan

makar para pemeluk agama lain yang menyusup agar kaum muslimin

terperangkap.r

Tidak ada kesepakatan di antara para ahli sejarah tentang klasifikasi

kelompok-kelompok asli. fuy-syahrastani menyebut kelompok Khawarij,

Syiah, dan Mutazilah sebagai kelompok orisinal. Selanjutnya ada kelompok-

kelompok dalam bentuk lain yang masuk pada kelompok ini, seperti

Murjiah, Jahmiyah dan lainnya.2 Semua kelompok ini di luar kelompok

Ahlu Sunnah.

Sementara menurut Ibnu Hazm, kelompok-kelompok asli selain Ahlu

Sunnah ada empat; Khawarij, Syiah, Mutazilah dan Murjiah sePerti yang

dia sampaikan.3 Al-Baghdadi sependapat dengan Ibnu Hazm, narnun hanya

IbnuHazm, A"l-Fathl (21 | | l-l l5), Abu Zahrah, Abu Hanifah, hlm. ll4.

Asy-Syahrastani , Al-Mihl ua An-Nihal.

lbnu Hazlr,;., Al - Fas h l, 8 I 3 2 -3 6.

I

2

3

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... lF o

berbeda isdlah saja untuk menyebut Syiah, karenaAl-Bahgdadi menyebut

dengan istilah Rafidhah dan menururnya termasuk kelompok-kelompok

dominan yang menyalahi Ahlu Sunnah walJamaah.l

Dalam Mafatih Al-' Ulum, Al-Khawarizmi menambahkan narna-narna

kelompok lainnya, yaitu Mujassimah dan Musyabbihah. Klasifikasi ini

diikuti oleh penuli s Da' irah Al-Ma arif Al- Ishmiyyah seraya menjelaskan,

sikap kaum muslimin terhadap ayat-ayar mutasyabihat memberikan

pengaruh terhadap munculnya kelompok Mujassimah dan Musyabbihah,

di mana kelompok-kelompok ini berpegangan pada sisi tekstud ayatyang

menyebut Allah ik memiliki tangan, kaki, dan dapat berbicara. Di sisi lain,

kdangan Mutazilah terlalu berlebihan dalam'menyucikan' Allah, hingga

menafikan semua sifat-sifatNya. Berbeda dengan manhaj salaf, mereka

menerima ayat-ayat tersebut tanpa menyerakan penakwilan, seperti yang

disampaikan Imam Malik saat ditanya rentang arasy Allah; "Bersemayam

itu sudah maklum adatya, tata cararnya- tidak diketahui, dan menanyakan

hd itu adalah bid'ah."2

Sementara itu Syaikhul Islam Ibnu Thimiyah menyebut Syiah,

Khawarij dan Qadariyah sebagai kelompok-kelompok asli yang berbahaya

bagi pemikiran Islam, tanpa melupakan kelompok-kelompok lain serta

kelompok turunannya.3

Tanpa membedakan klasifikasi kelompok mana pun, toh kenyataan

menyebutkan, keberadaan kelompok-kelompok tersebut memiliki kaitan

satu sama lain dalam kapasitas besar, statemen-staremen mereka yang

berseberangan dengan pandangan sdafddam masalah akidah memunculkan

pandangan-pandangan lain secara tersendiri. Bukti sejarah lain juga

menyebutkan, kelompok-kelompok ini menghabiskan waktu dan tenaga

kaum muslimin dalam masalah-masalah kontroversid, perdebatan dan

pembelaan terhadap kelompok masing-masing. Ibnul Jauzi menjelaskan

tentang hakikat Khawarij, mereka adalah kelompok yang membelot

terhadap Ali bin Abi Thalib serelah perkara tahhim.Ibnul Jauzi menjelaskan

N-BaSrdadi, Al-Farq baina Al-Firaq, hlm. 14-32, mhqiq oleh Muhyiddin Abdul Hamid, Dar Al-

Maiifat, Libanon.

Da' irah Al-MabifAl-klzmiyah,5/53 l, cetakan Teheran.

Ibnu Thimiyah, I l-Furqan baina Al-Ha4q wa Al-Bathil" hlm. 155-158, Majmuht Ar-Rzta' il, jilid l,

Maktabah Shubaih, Mesir.

lE etaa*, Islam Menurut Empat Madzhab

I

2

3

48

kerancuan sikap kelompok ini karena mereka sendiri yang meminta Ali

bin Abi Thalib untuk menerima putusan perkara (y*rg terjadi dalam

Perang Shiffi n). Selanjutnya Ibnul Jauzi menyebutkan sejumlah pandangan

kelompok ini. Dengan demikian, kita mengetahui adanya ikatan pemikiran

-seperti disinggung sebelumnya. Di antara pandangan Khawarij adalah

kepemimpinan ddak layak dimiliki siapa pun kecuali y g menyatukan

antara ilmu dan sifat zuhud. Ketika dua unsur ini menyatu pada sosok

seseorang, maka dia layak menjadi pemimpin rdryat banyak. Pandangan

lain kelompok ini adalah akal sebagai penilai mana yang baik dan mana

yang buruk, dan keadilan merupakan konsekuensi logis. Kelompok

Qadariyah muncul di masa sahabat. Saat itu Mdbad Al-Juhani, Ghailan

Ad-Dimasyqi dan Ja'ad bin Dirham mengemukakan pendapat anti takdir.

Pandangan ini juga ditiru \Tashil bin Atha' dan Amr bin Ubaid. Pada masa

itu, pandangan Murjiah mengemuka, saat mereka menyatakan, keimanan

tidak berguna jika dibarengi kemaksiatan seperti halnya ketaatan ddak ada

gunanya jika dibarengi kekafiran.t Terkait bahaya pemikiran Syiah atau

mereka yang disebut Rafidhah adalah karena mereka menuntut Zadbin

Ali untuk melepaskan diri dari pihak-pihakyang menydahi kepemimpinan

AIi, namun Zild enggan menerima dan menolak tuntutan itu. Pemikiran

paling berbahaya dari kelompok Rafidhah ini, seperti disampaikan Ibnul

Jauzi, di samping mengelabui kalangan Khawarij untuk memerangi Ali bin

Abi Thalib, iblis juga mendorong kalangan lain untuk mencintai Ali secara

berlebihan hingga ada di antara mereka yang menyebut Ali Tirhan, ada

juga yang bilang Ali lebih baik daripada nabi, ada juga yang mencela Abu

Bakar dan Umar bahkan ada juga yang mengkafirkan Abu Bakar dan Umar.

Sebagian menyatakan, Abu Bakar dan Umar murtad sepeninggal Rasulullah

W, eda juga ymg berpandangan melepaskan diri dari para sahabat selain

Ali bin Abi Thalib.'?

Pemikiran Khawarij dan Syiah dipicu karena penentangan terhadap

Al-Qur'an dan sunnah meski mereka mengaku merujukpada keduasumber

tersebut. Kelompok ini juga mengkafirkan dan menghalalkan darah kaum

muslimin. Ini semua tidak lain karena kesalahpahaman mereka terhadap

nash-nash Al-Qur'an dan sunnah lantaran takwil tanpa didasari ilmu dan

Ibnul Jauzi, Talbis lblis, hlm. 96, Dar Al-Kutub Al-'Arabiyah, Libanon.

Ibid, hlm.97.

I

2

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... ID 49

pengetahuan. Masalah ini dijelaskan Ibnu Thimiyah sebagai berikut, asas

pandangan Khawarij adalah mengagungkan Al-Qur'an dan seruan untuk

mengikuti Al-Qur'an,r hanya saja mereka menyimpang dari Ahlu Sunnah

wal Jamaah. Menurut mereka, tidak harus mengikuti Ahlu Sunnrh y*g

menurut mereka menyalahi Al-Qur'an, seperti masalah rajam, nishab

pencurian dan masalah lain, akhirnya mereka tersesat.

Rasulullah lebih mengetahui apa yangAllah turunkan kepada beliau.

Allah menurunkan Al-Kitab dan Al-Hikmah kepada beliau, namun kaum

Khawarij menilai bisa saja Nabi Muhammad bersikap lalim. Oleh karena

itu, mereka tidak menunaikan hukum beliau dan juga hukum para imam

setelahnya. Bahkan mereka menyatakan, bahwa (Jtsman, Ali dan siapa pun

yang bersikap loyal pada kedua sahabat ini berarti memutuskan hukum

dengan sesuatu yang tidak diturunkan oleh Allah. Dan Allah berfirman,

"Dan barangsiapa yang tidah mernutushan rnenurut aPd lang diturunhan

Alhh, maha mereka itu adakh orang-orungyng hafir."(Al-Maa'idahz 44).

Namun pandangan Khawarij yang terparah adalah memisahkan diri dari

jamaah kaum muslimin, menghalalkan darah dan harta kaum muslimin.2

Syaikhul Islam Ibnu Thimiyah menjelaskan bahwa Syiah, senada

dengan Khawarij. Kaum Syiah bersikap berlebihan terhadap imam-imam

mereka, menurut mereka para imam terjaga dari dosa, mengetahui apa

pun, harus dijadikan rujukan dalam semua hal yang dibawa oleh para rasul.

Mereka tidak merujuk padaAli, Al-Qur'an ataupun sunnah, yang mereka

jadikan rujukan adalah pandangan orang yang mereka klaim malshurn

(terjaga dari kesalahan dan dosa). Permasalahan mereka sampai pada

mengikuti imam yang tidak ada dalam dunia nyata. Golongan ini lebih sesat

dari Khawarij karena Khawarij masih merujuk kepada Al-Qur'an meski

keliru dalam hal ini, sementara Syiah tidak merujuk kepada aPa pun, hanya

merujuk kepada sesuatu yang tidak nyata. Syiah meminta musuh-musuh

Allah; seperti kaum atheis dan kebatinan agar mengikuti mereka. Karena itu

kaum atheis seperti Qaramithah yangadadi Bahrain, Maghribi, dan Mesir

yang bertopeng Syiah agar menyusup ke tengah-tengah kaum muslimin

Tuntutan yang disebur Syaikhul Islam mengisyaratkan pada tuntutan kelompok ini untuk berhukum

pada kimb Allah I. terkait masdah Ali bin Mu'awiya Silakan baca; Asy -Syahrxrani, Al-Mihl wa An-

Nihal,hlm. r54.

Ibnu Thimiyah, ,4 l- Furqan bain Al- Haqq ua Al-Bathil, hlm. 156.

{& etia*, Islam Menurut Empat Ma&hab50

melalui pintu Syiah. Syiah membuka pintu bagi para musuh Islam seperti

kaum musyrikin, ahli kitab dan kaum munafik. Mereka adalah manusia

paling jauh dari Al-Qur'an dan hadits.t

Mungkin yang IbnuThimiyah maksud addah kalangan Khawarij dan

Syiah yang berlebihan, karena ada juga di antara kelompok tersebut yang

memiliki akidah hampir sama dengan akidah Ahlu Sunnah wal Jamaah

seperti yang disampaikan Ibnu Hazm2 dan lainnya.

Pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah terjadi banyak sekali pembelotan

terhadap Daulah Islam, banyak menyebar pemikiran-pemikiran yang

berseberangan dengan akidah Ahlu Sunnah wal Jamaah dalam masalah-

masalah pokok akidah. Selama rentang waktu ini juga muncul banyak

sekali kelompok-kelompok pecahan Syiah dan para pengikut Syiah yang

berlebihan. Kondisi ini menjadi benih munculnya berbagai kelompok

menyimpang dari Islam saat itu dan memberikan dampak yang begitu lama

dalam kehidupan kaum muslimin.3

Mutazilah dengan kedua kubunya; Mutazilah Bashrah yang dimotori

oleh'Washil bin Atha' (80-131 H) yang meninggalkan majlis Hasan AI-

Bashri setelah mengeluarkan fanva pelaku dosa besar berada di antara dua

tempat, dan Mutazilah Kufah yang didirikan oleh Bisyr bin Al-Mutamir (w.

210 H), adalah kelompok berbahaya karena memakai pemikiran-pemikiran

kelompok lain dari satu sisi, dan terpengaruh oleh pemikiran filsafat dari

sisi lain. Selain itu, Mutazilah menciptakan pemikiran-pemikiran yang

bisa dijadikan pijakan oleh para penguasa hingga memenuhi dunia dengan

beragam ujian dan perdebatan yang mendapat banyak sekali bantahan

dan tanggapan. Dengan begitu Mutazilah merupakan poros ilmu kalam.

Tentu tidak berlebihan jika dinyatakan bahwa Mutazilah sebagai pencipta

ilmu kalam dengan pengertian tersebut, karena mereka membela agama,

membantah semua golongan yang berseberangan dengan kebenaran

menurut pandangan mereka, baik kalangan muslim maupun nonmuslim.a

Hal itu akan terlihat lebih jelas jika kita sebutkan sebagian besar

IbnuThimiyah,l l-F*rqan bain Al-Haqq wa Al-Bathil,hlm. 156-157.

Al-Fash I (21 | t2), Al-Mihl wa An-Nihal (r I 195).

Al-MihlutaAn-Nihal(215,27,29),lbntKatsir,Al-BidayahwaAn-Nihayah (10/88, 128, 199).

Da'irah Al-MahrifAl-Ishmiy1ah,51539,btbcuhid. Komentar: Syaikh MusthafaAbdurrazzaq.

I

.,

3

4

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... E 5L

keyakinan-keyakinan yang mempersatukan kelompok tersebut meski

memiliki perbedaan satu sama lain.

Mereka berpandangan, Allah sudah ada sejak dulu kala, dan sifat inilah

sifat Dzat Allah yang paling spesifik. Mereka menafikan semua sifat-sifat

dahulu lainnya. Menurut mereka, Allah adalah dam tersendiri. KdamAllah

bersifat baru dan diciptakan di suatu tempat. Kdam Allah adalah huruf dan

suara yang tiruannya bisa ditulis di atas lembaran-lembaran kertas.

Mereka menafikan Allah bisa dilihat dengan mata kepala di surga,

menafikan kesamaan bagi Allah menakwilkan aytt-ayat Tnatdyabihdt den

hd itu mereka sebut tauhid.

Menurut mereka, manusia mamPu sepenuhnya menciptakan

perbuatan baik dan buruk, laik mendapat pahda atau silsa atas perbuatan

yang dilakukan. Mereka menyaakan, Yang Mahabijalsana hanya melakukan

yang baik, terkait perbuatan terbaik dalam hal ini terdapat perbedaan

pendapat di antara mereka apakah wajib atau tidak. mereka juga menyatakan,

ketika orang mukmin meninggalkan dunia dalam keadaan taat dan taubat,

dia layak mendapat pahala, namun jika meninggal dunia dalam keadaan

tidak bertaubat dari dosa besar yang dikerjakan, dia kekd di neraka namun

hukumannya lebih ringan dari hukuman orang-orang kafir. Mereka sebut

hal ini sebagai janji dan ancamall. Mereka menyatakan, asas malcifat dan

syukur nikmat sudah ada terlebih dahulu sebelum adanya dalil. Kebaikan

dan keburukan wajib diketahui dengan akal. Keyakinan akan kebaikan dan

keburukan segala hal wajib diketahui dengan akal.l

Semua pandangan di atas dan pandangan-pandangan lain yang

berseberangan dengan pandangan salaf ini didasarkan pada lima fondasi

yang ditentukan oleh sdah seorang guru mereka sebagai berikut, nama

Mu'tazilah tidak laik disandang oleh seorang Pun hingga menyatukan

lima fondasi pandangan; tauhid, adil, janji dan ancaman, satu kedudukan

di antara dua kedudul<an (manzilah baina rnanzilatain), memerintahkan

kebaikan dan mencegah kemungkaran. Ketika semua hal ini menyatu pada

seseorang, dialah Mutazilah sejati.2

Meski sebagian fondasi di atas terlihat sama seperti pemahaman kaum

Al-Mi hl ua An-Nihal (r I 55 -56).

Al-Khayyath, .4 l- Inrtshar, hlm. 126.

tD eUa*, Islam Menurut Empat Madzhab

I

')

52

muslimin, namun Mutazilah memiliki pemahaman tersendiri, berbeda

dengan pemahaman kaum muslimin pada umumnya. Inilah yang membuat

mereka keliru ddam berbagai masalah akidah, menyalahi Al-Qur'an dan

sunnah baik secara implisit maupun el,rsplisit. Sebagai contohnya, Mutazilah

menafikan sifat-sifat tetap Allah dfii, seperti ilmu, kuasa, dan hidup karena

menurut mereka sifat-sifat ini berbenturan dengan pemahaman tauhid

menurut mereka. Mereka juga menakwilkan sifat-sifat hhabar (yang

diinformasikan Allah). Thngan mereka artikan kekuasaan, mata mereka

artikan rahmat, bersemayam mereka artikan berkuasa. Semua pandangan

ini didasarkan pada pemahaman tauhid mereka secara khusus. Pemahaman

mereka tentang tauhid juga menjadi sebab munculnya pandangan bahwa

Al-Qur'an addah makhluk, sebab jika Al-Qur'an dinyatakan sudah ada

sejak zaman dahulu kda, berarti sesuatu yang sudah ada sejak zaman dahulu

kala tidak berjumlah hanya satu. Mereka juga menafikan Allah bisa dilihat

di akhirat, karena menurut pandangan mereka, hd itu mengharuskanAllah

berada di suatu arah, dan ini menafikan tauhid.

Di samping itu, pemahaman tentang keadilan secara khusus membuat

Mutazilah mewajibkan sejumlah hal bagi Allah, misalnya kewajiban berlaku

baik, kewajiban mengutus para rasul, manusia sendiri yang menciptakan

amal perbuatan. Pandangan ini sejalur dengan pendapat Jahmiyah dan

kalangan yang sependapat yang menilai manusia dipaksa, manusia seperti

bulu yang terbang di udara. Lrbih dari itu, pemahaman Mutazilah terhadap

sebagian asas yang mereka buat membuat pandangan mereka rancu. Sebagai

contoh, mereka menyatakan bahwa manusia yang meninggd dunia dalam

keadaan melakukan dosa besar ranpa taubat, dia kekal di neraka. Ini tentu

berseberangan dengan prinsip keadilan, karena tentu saja zhalim jika orang

seperti itu disamakan seperti orang kafir, terhalang untuk mendapat syafaat

Nabi. Karena menurut mereka, syafaat beliau tidaklah diberikan kepada

para pelaku dosa besar.

Seperti itulah fondasi-fondasi pandangan yang membuat mereka

menakwilkan berbagai nash agar sesuai dengan segenap fondasi itu yang

justru menjadi bumerang bagi mereka sendiri, dan juga bagi kalangan yang

sepaham.r

I DR. Abdul Hamid Madkur, Mud.zahhiratf 'IlmAl-IGkm,hlm.42-50,1985, DarAl-'Ulum.

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... lE 53

Di samping semua itu, Mutazilah sering kali berdebat dengan kaum

muslimin dan juga kalangan lain, seperti Majusi, kaum paganis dan para

pengikut hawa nafsu serta bid'ah lainnya. Dengan demikian kita tahu

se.iauh mana pengaruh Mutazilah dalam dunia pemikiran di era emPat

imam madzhab.t

Ada juga kelompok lain yang sepaham dengan Mutazilah dalam

menafikan sifat-sifat Allah {k meski tidak sependapat dalam masalah-

masdah lain. Jahmiyah, para pengikutJahm bin Shafwan sependapat dengan

Mutazilah dalam hal menafikan sifat-sifat Allah meski tidak sependapat

dengan Mu'tazilah yang menyatakan manusia dipalsa, tidak memiliki

kehendak. Mereka berpandangan, iman tidak lain hanyalah mengenal

Allah saja dan kafir tidak lain adalah tidak mengenal-Nya saja. Tidak ada

seorang pun yang melakukan perbuatan selain Allah saja, sePerti yang

mereka kemukakan.2

Pandangan di atas terkait dengan kaitan antara amd dengan iman

seperti yang banyak dihembuskan pada masa itu. Perdebatan sePutar pelaku

dosa besar terkait dengan inti pandangan iria' yang dinisbatkan kepada

Murjiah. Mereka berpandangan, amalan dilakukan terlebih dahulu sebelum

niat. Mereka menunda putusan tentang pelaku dosa besar. Berdasarkan

asas ini mereka menyatakan, keimanan yang disertai kemalsiatan ddaklah

bermasalah, seperti halnya ketaatan tidak berguna jika disertai kekafiran.

Mereka terdiri dari berbagai kelompok yang saling menyatu dalam makna

irja' namun memiliki perbedaan pandangan dalam penafsiran hakikat

iman.3

Seperti itu juga sikap mereka dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat

(samar) yang membuat mereka melakukan kesdahan seperti yang dilakukan

kalangan Mujassimah dan Musyabbiah, menyalahi manhaj salaf yang

menerima ayat-ayat mutasyab i hat tanpapenalnvilan, di samping itu mereka

juga menafikan kerancuan pemahaman tentang tasbyh berdxarkan ayat-tyat

lain. Merekayang jatuh ddam sprbhat menyamakanAllah dengan makhluk

adalah Musyabbihah. fuy-Syahrastani menjelaskan tentang kelompok ini,

mereka menggambarkan Tirhan dengan sejumlah bagian tubuh yang bisa

I AbuZahrah,AbuHanifah,hlm. 156.

2 Al-Farq bain Al-Firaq, hlm. 2l l, Al-Mihl wa An-Nihal (l I 109).

3 Al-Fdrq bain Al-Firaq, hlm. 202, Al-Mihl ua An'Nihal (l I 186).

54 6atia"n Islam Menurut Empat Madzhab

beralih, turun, naik, menetap, berkuasa dan lain sebagainya. Kelompok ini

terpecah menjadi banyak kubu, sebagian mereka adalah kdangan Syiah

yang bersikap berlebihan, sebagian lainnya adalah kdangan Hasyawiyah.

Mereka semua jauh dari manhaj Ahlu Sunnah wal Jamaah.

Komentar

Pembahasan tentang berbagai kelompok sebagai fenomena gerakan

pemikiran di era ulama pakar fikih memberi isyarar tenrang fondasi

pandangan kelompok-kelompok tersebut dan juga asas-asas pendapat yang

paling dominan. Kita tidak akan membahas pecahan-pecahan kelompok

tersebut yang oleh para ahli sejarah disebut hingga 72 kubu agar sesuai

dengan jumlah kelompok sesat yang disebutkan ddam hadits masyhur.r

Karena tujuan kita bukan membahas pemikiran seriap kelompok rersebut,

tujuan kita hanydah menjelaskan pengaruh pandangan semua kelompok

tersebut terhadap dunia pemikiran dari sisi pergerakan dan dialog.

Saat membahas pandangan-panda ngan fuqaha rentang akidah yang

akan mengantarkan kita pada manhajAhlu Sunnah walJamaah berikumya,

kita akan membahas asas-asas pandangan berbagai kelompok dan bisa jadi

bagian-bagian detailnya juga.

Sebelumnya kita tidak membahas rentang Asy'ariyah dan Maruridiyah,

karena masa kedua kelompok ini terpaut jauh setelah era fuqaha, meski

Asy'ari terkait dengan Mutazilah, namun fuy'ari juga sangar terkait dengan

Ahlu Sunnah dalam masalah-masalah akidah seperti terlihat dengan jelas

secara khusus dalam buku karyanya, Al-Ibanalt.2 Karena itu, pembahasan

tentang madzhab Ahlu Sunnah wal Jamaah juga mencakup pembahasan

tentang fuy'ari dan juga pandangan-pandangannya.

Perlu disampaikan, kelompok-kelompok tersebut secara keseluruhan

memunculkan berbagai persoalan terkait iman, seperti makna iman, iman

bisa bertambah dan berkurang. Selanjutnya masalah sifat-sifat Allah dan

pembahasan terkait alam ini yang bersifat baru (makhluk), dan keberadaan

Allah. Sebagian dari permasdahan ini memberikan pengaruh terhadap sisi

Al- Farq bain Al- Firaq, hlm. 8.

N-Asy'an,AlJbanahf UbulAd-Diynab,cetakanJami'ahAl-Imam, l4O3,MadhhalihMadzhab

Al-baamAhnadbin Hanbal,hlm.495, tahqiq oleh DRAMullahAt-Tirrki, HdbahJami'ahAlJmam,

1401.

I

)

Bab 2: DebatAgama padaAbad ke-2... @ 55

pengetahuan, di antara contoh yang paling menonjol terkait pengaruh

tersebut adalah tekanan sebagian khalifah Bani Abbas terhadap para fakih

danparaahli hadits terkait pandangan bahwaAl-Qur'an addah makhluk.

Kaitan dan pengaruh masalah-masdah tersebut terhadap keyakinan

kaum muslimin membuatkalangan umum dan ulamamerasakan keberadaan

kelompok-kelompok tersebut. Inilah yang menjadikan fenomena tersebut

sebagai ciri menonjol pada era tersebut.

3, Perkembangan PesatPerdebatanAgamadanPenulisandi Bidang

Akidah

Banyak sekali faktor yaLng membuat abadke-2 dan ke-3 Hijriyah

memiliki karakter banyaknya perdebatan seP utar masalah- masalah akidah.

Fenomena awd adalah munculnya penulisan ddam masalah akidah. Inilah

yang membuat perpustakaan Islam penuh dengan banyak sekali karya tulis

di bidang akidah dan sejarah berbagai kelompok yang terkait.

Berikut faktor-faktor penting yang mendorong fenomena tersebut:

Pertama,munculnya berbagai macarn kelompok yang memiliki fokus

terhadap masalah-masdah tertentu dalam rangka membantah kelompok

lain yang tidak sependapat dalam fondasi-fondasi pemikiran (al-ushul).

Juga fanatisme masing-masing kelompok terhadap fondasi-fondasi sebagai

penentu ddam berbagai masalah yang diperdebatkan. Agar bisa mengetahui

efek dari faktor ini, kita harus mengetahui dua hakikat Penting berikut:

l. Masalah-masalah akidah merupakan titik konsentrasi Al-Qur'an

sebagai kitab kaum muslimin yang menegakkan setiaP muslim di atas akidah

tauhid yang berimbas pada berbagai lini aktivitas kemanusiaan baik pada sisi

hubungan anrara manusia dengan Rabb dalam ibadah maupun hubungan

manusia dengan sesama ddam berbagai mualamat dan etika, atau hubungan

antara manusia dengan alam sekitar untuk dikuasai dan dimakmurkan.r

Al-Qur'an memPunyai fokus dan menegaskan masalah akidah ddam

bentuk informasi mengenai sebuah hakikat yang afirmatifi, seperti firman

I SilakanmentlukAl-Fashl,karyaIbnuHazm,Al-MihlwaAn-Nihal,karytAsy-syahrastani, uhulAd'

Din dan Al-iarq bain Al-Firaq, karya Al-Baghdadi. Penting juga untuk meruiuk kepa& kitab-kitab

karyaparaulamaahlifikihseperti Al-AlimwaAl-Mutabllin,Al-FiqbAlAhbatdanAl-FiqhAl-Ak1th

karya Abu Hanifah. Demikian j uga kitab-kitab karya para fakih, baik yang kita keahui maupun tidak,

sepeni Ar-Radd 'ah AlAhud wa Al-Bida'yaagdikaitkan dengan Ibnu Jarir Ath-Th z;beli dan Itsbat

An-Nabuwtaah karya Imam Asy-Sya6'i.

56 t& at ia*t Islam Menurut Empat Madzhab

Allah: "I{auhankh: 'Dia-lah Allzh, yang Maha Esa. Alhh adahh Thhan

yang bergantung hepada-Nya segak sesuatu. Dia tiada beranah dan tidah

puh diperanakhan. Dan tidah ada seordng?an lang setard dengan Dia," (N-

rkhlash: l4\." Dan Tuhanmu adzhh TirhanyangMaha Ba tidak adaTLhan

rnehinkan Dia yang Maha Pemurah kgi Maha Penyayang," (Al-Baqarah:

163).Juga dalam bentuk penjelasan yang dipahami akd dan dikua*an

oleh realita nyata, seperti firman Allah: "sehiranya ada di hngit dan di burni

ruhan-ruhan sehin Allah, tentuhh hedaanya itu rusah binasa. Maha Mahasuci

Alhh yang mempanyai Arsy dari apa ldng mereka srftthan," (Al-Anbiya':

22).Dan firman-Nya:"Allah sekali-hali tidak mempunyai anah, dan sehali-

kali tidak ada Tuhan (yang laln) beserta-Nya, kaku ada Tuhan beserta-Nya,

masing-masingTuhan itu akan membawa mahhluk yang diciptahannya, dan

sebagian dari tahan-ruhan iru ahan mengalzhkan sebagianyang lain. Mahasuci

Alhh dari apa lang mereka sifatkan itu," (N-Mu'minun: 9l).

Dengan fokus apa pun, yang pasti Al-Qur'an menjelaskan tenrang

keimanan pada Tirhan Yang Maha Esa yang memiliki sifat-sifat sempurna

dan luhur, tidak ada sekutu dalam kekuasaan-Nya, tidak ada tandingan

dalam menciptakan, memberi pengaruh dan menentukan takdir. Semua itu

sesuai dengan jeli dan rumitnya aruran dam yang kita saksikan ini, semua

berjalan sesuai aturan-aruran terap ranpa kesalahan dan kekeliruan.r

Selain fokus memperkokoh tauhid (akidah manusia yang fitrahnya

tidak menyimpang) sebagai asas, Al-Qur'an juga menitikkan fokus

memerangi penyimpangan yang terjadi pada sebagian kelompok dari asas

tauhid ini untuk mengembalikan manusia pada jalur tersebut.

.o;$6'J$Z;' xt i fii6a qs,3i+W "i {ii Jv

{or:;f*,Jr}@

" Alhh berfrman : Janganlah kama rnen! ern bah dua nban. Sesanguhnya

Diahh TLhanyangMaha Ba, maha hendakhh hepada-I{u saja harnu

tahut," (An-Nahl: 5l).

'Sesunguhryn kafrlah orang-orung ldng mengatahan:'Bahuasanya

Alhh salah seorang dari yang tiga,'padahal sehali-hali tidak ada Thhan

DR. Abdul Hamid,Madkur, Mudzakkiraatf 'IlmAl-IAhm, hlm. 38, 1985, DarAl-'Ulum.

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2..9 57

sehin dzri Tirhan yang Esa. Jiha rnereha tidah berhenti dzi dPd. ldng rnereha

hatahan iru, pasti orang-orurnglang kafir diantara mereka ahan ditimpa sihsaan

yng pedih. " (Al-Ma'idahz 73). Dengan metode yang sama, Al-Qur'an

mematahkan kebohongan-kebohongan orang-orang musyrik di berbagai

ayat. Dalam meneguhkan asas akidah auhid, AI-Qur'an mengaitkan antara

keyakinan dengan amal perbuatan yang terkait sebagai wujud nyata praktek

tauhidyang menjadi fondasi dan manhaj gerakan ddam kehidupan.tAnda

bisa membaca seperti firman Allah yang berbunyi:

Kl, fi "6 -4:i'3ri'4 K6y-6 'L,ei

a'e 4,i'

{,, . r.. ; @ z;*;v e$yi;:$tt

" I{atahankh: 'Bahwasanya ahu hanyahh seorangTnanusia seperti hamu,

diutalryukan hepadahu bahwasanya Thhan kamu addhh Tithan yang

Maha Esa, maha tetaphh pada jahn yang lurus rnenuju hepadzNya

dzn mo ho n hh ampun hepada-Nya, " (Fushshilat 6).

Juga firman-Nya:

..r€D 'w{A $;ryJ6' G(5 ,,#

{rrr - \lY :1r.,:!,} @ '4$it"i$Llq$N4}

"I(atakankh: 'sesanguhnya shahtku, ibadahhu, hiduphu dan rnatihu

hanyakb untuh Alhh, Rabb sernesta ahm. Tiada sehutu bagi-Nya; dan

furnihian ituhh yng diperintahkan kepadahu dan ahu ddahh ordng

lang ?ertanta-tarna rnenyerahhan diri (kepada Allah)," (Al-An'am:

162-163).

Mengingatkan hakikat tersebut akan memperlihatkan dengan

jelas efek perbedaan pandangan yang terjadi di mana sebagian kelompok

mengkafirkan kelompok lain yang tidak memiliki pemikiran serupa. Ini

semata karena fokus Al-Qur'an pada masalah tauhid tidak lain untuk

meluruskan keyakinan. Menurut sebagian besar penulis, itulah akidah

manusia sejak diciptakan dan alddah tersebut tidak pernah terlepas dari

I DR Abdul Hamid Madkur,Mudzahkiraatf 'IlmAl-I(ahm,hlm' 112-l13, 1985' DarAl-'Ulum, Cet.

ke-3.

58 tS eUa*, Islam Menurut Empat Madzhab

setiap umat, selanjutnya manusia menyimpang menjadi berbagai macam

bentuk keyakinan, paganisme dan politheisme yang ddak ada sebelumnya.'

Dengan tujuan yang sama, fokus Al-Qur'an bertujuan untuk mema-

tahkan syubhat-syubhat kesyirikan, paham politheisme dan mendebat

kalangan ahli kitab yang menyimpang. Hadits Nabi Muhammad

menyebutkan tentang sifat-sifat Allah Yang Maha Esa, Mahakuasa, dan

Maha Berkehendak yang mengisyaratkan Dzat tidak terlepas dari sifat.

Salaf umat memahami hakikat ini dan menyatakan pandangan yang sama.

Mereka menyebut sifat-sifatNya seperti sifat yang Dia sebutkan. Selanjutnya

jika kita membahas tauhid menurut kalangan ahli ilmu kalam, kita akan

menemukan adanya banyak sekali perbedaan yang sama sekdi tidak ada

pada kaum muslimin. Menurut ahli ilmu kalam, ada hubungan anrara

sifat-sifat dan Dzat Allah, lantas apakah keberadaan sifat-sifat tersebut

berseberangan dengan keesaan Rabb ataukah tidak? Sebagian di antara

mereka tidak membedakan antara sifat-sifat Allah dan sifat-sifat makhluk,

dan ada juga,yangmemiliki pandangan berbeda lain.

Pemahaman aneh tentang tauhid ini membuat kelompok seperti

Mutazilah -yang menurut mereka tauhid merupakan bagian dari lima

asas- menafikan sebagian besar sifat-sifat pasti Allah, seperti kuasa,

kehendakdan ilmu dengan alasan berseberangan dengan tauhid, menyamai

paham politheisme Nasrani. Pemahaman tersebut juga membuat mereka

menakwilkan sifat-sifat bersifat informasi yang menegaskan bahwa Allah

memiliki tangan, mara, kaki dan lain sebagainya. Pemahaman inilah yang

menggelincirkan mereka untuk menyatakan bahwa Al-Qur'an makhluk,

menimbulkan berbagai petaka dan pergolakan di tengah-tengah kaum

muslimin.

Pemahaman tersebut juga memicu kelompok ini mengarungi

perdebatan panjang dengan kelompok-kelompok lain khususnya fuy'ariyah

yang tidak sependapat dengan mereka, di samping mendorong kelompok

lain menyebut Mutazilah sebagai Mu aththilah yang mengadopsi pandangan

tersebut dari kdangan atheis.2

DR Muhammad Abdullah Darraz, Ad- Din, hlm. I l2-l 13, Cet. ke-2.

N-Asy'm,Al-Ibanahf UhulAd-Diyanzh,lhaliahJani'ahAl-Imam, 1403, hlm.3l, uhqiqoleh DR

Shalih Fauzan.

I

2

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... $ 59

Tidak sampai di situ saja, bahkan pemahaman Mutazilah tersebut

sec:ra tegas menydahi nash-nash Al-Qur'an terkait masalah ini. Apakah

Mutazilah mengadopsi pandangan-pandangan tersebut dari kaum atheis

seperti yang disampaikan fuy'ari ataupun dari kalangan filosof seperti

yang disampaikan Asy-Syahrastani, tetap saja pandangan Mu'tazilah

berseberangan dengan syariat, bahkan menjurus pada pengingkaran

terhadap sejumlah ayatyang menyebut sifat-sifat ilmu, kuasa, kehendak

dan sifat-sifat Allah lainnya.r

Hakikat kedua; pandangan-pandangan yang dihembuskan oleh

berbagai kelompok sudah ada benihnya jauh sebelum abad kedua dan ketiga

Hijriyah, seperti disampaikan oleh sebagian ulama dalam masalah Qadariyah,

Jabariyah dan Khawarij, disebut seperti itu karena mereka menyimpang dari

kebenaran. Sebagian ulama menilai, benih-benih penyimpangan tersebut

sudah ada sejak Dzul Khuwaishirah At-Thmimi berkata kepada Rasulullah

6 seusai membagikan emas yang datang dari Yaman, "Berlakulah adil wahai

Muhammad karena engkau tidak adil,' hingga Nabi bersabda,'Jiha aka tidak

adil, siapa lzgr. yang adil.' Si terkutuk itu kembali berkata, 'Pembagian ini

tidak dimalsudkan untuk mencari ridha Allah ."

Asy-Syahrastani mengulas peristiwa tersebut, andai orang yang

menentang pemimpin adil disebut Khawarij, tentu orang yang menentang

Rasulullah lebih laik disebut Khawarij. Bukankah Penentangan tersebut

didasarkan pada penilaian baik dan buruk sepenuhnya merujuk pada akal,

memutuskan apa pun berdasarkan hawa nafsu bukannya dengan nash serta

sebagai sikap sombong berdasarkan qiyas akal?!'z

Masalah takdir dan pemaksaan terhadap manusia sudah pernah

dihembuskan sebelumnya oleh orang-orang musyrik, seperti yang

dituturkan Al-Qur' an melalui fi rman-Nya,

7i ttti6 7i (UAU K\ it7')'ty$'uJ\ 3;:;"

guojt;KAfrL*ns;

DR AMul Hamid Madkur, Mud.zth kiraa f ' I lm Al- IG hm, hlm. 3 5, I 985, Dar AI-'Ulum.

Al-MihlwaAn-Nihal,Asy-Syaharstani (1/18), Talbis lblis,lbnsl Jauzi (l/109), DarAl-FilnAI-Arabi,

tt.

1j,6 ii'

I

.,

50 lD aUa*, Islam Menurut Empat Madzhab

Syoj* of6**),;

3$"u$i

rb'^+

,*Fsy

S"S'g"(,

{ r t,r :;w!r} @

-a7

-.Jtl

" Orang-orang ldng mernpersekutukan Thhan, ahan mengatahan:

tika Alhh menghendaki, niscaya hami dan bapah-bapak harni ttdzh

mernpersekunhan-Nya dan tidak (puh) hami menghararnhan barang

sesilafii aPa Pun.' Dernihian puhhh orung-orang sebelum mereha telah

mendustahan (para rasal) sampai mereka rnerasakan siksaan harni.

I{atakanlah: Adahah hamu rnempunyai sesuatu pengetahuan sehingga

dapat hamu mengernuhahannya htpodo harni?' harnu tidak mengihuti

hecuali persanghaan behha, dan hamu tidak kin haryahh berdusta."

(Arfam: f48)

Dapat dipahami, mereka tidak bermaksud meminta maaf atas

berbagai keburukan yang merekayakini, tapi ma}sud mereka addah sebagai

alasan bahwa yang mereka lakukan benar, legal dan diridhai Allah, karena

kehendak dan kemauan sarna saja bagi mereka.l

Asy-Syahrastani menyebutkan, masalah serupa juga pernah

dihembuskan kaum munafik saat Perang Badar, "Apahab ada bagi hita

barang sesuata (hak carnpur tangan) dahm urasAn ini?" (Ni 'Imran: 154)

*sehiranya ada bagi kita barang sesuafii (hah carnpur tangan) dahm illasAn

ini, niscalu hita tidah ahan dibunub (dikahhhan) di sini, " (AIi 'Imranz 154').

"I{ahu mereha tetap bersama-saina kita tenruhh mereka tidah mati dan tidak

dibunuh," (Ali 'Imran: f 56). Itu semua tidak lain karena berdalih pada

takdir.2

Menurut hemat kami, bisa jadi pandangan kaum musyrik dan

munafik tersebut sebagai benih-benih berbagai permasalahan yang menjadi

perdebatan panjang antar kelompok seperti yang kami sebutkan contohnya

sebelum ini. Namun benih ini tidak terlalu kuat untuk memicu perdebatan

dan petaka. Menurut kami, masalah ini jauh berbeda jika dibandingkan

dengan pemikiran dan pandangan yang dibuat kaum Khawarij setelah

mereka membelot pasca pemutusan perkara berdasarkan AI-Qur'an dalam

Abu Zahrah, Tarikh Al-Madaahib AlJshmiyah (l / l -9) Dar Al-Fikr Al-'Arabi' m'

Asy-syahrastani, Al-Mihl wa An-Nihal (l I 18).

()

I

1

6LBab 2: Debat Agama pada Abad ke-z... @

Perang Shiffin, jauh berbeda dengan perdebatan tentang pelaku dosa besar

yang mereka hembuskan hingga mengkafirkan kalangan lain yang tidak

sependapat. Pandangan ini selanjumya diikuti Murjiah di mana sebagian

di antara mereka yang berlebihan menyatakan, keimanan yang disertai

kemaksiatan ddaklah bermasalah, sePerti halnya ketaatan tidak berguna

jika disertai kekafiran.t

Seperti itu juga jika kita perhatikan kelompok Qadariyah, akar

paham kelompok ini sudah ada di akhir masa sahabat, namun yang

berlangsung hingga masa L]mawiyah dan Abbasiyah berbeda dengan

benih pandangan sebelumnya dari sisi efek bahaya dan pemikiran. Ibnu

Thimiyah menjelaskan, paham Qadariyah muncul di akhir masa sahabat.

Kalangan ini secara dalam membahas takdir Allah secara batil. Pandangan

sesat mereka ini didasarkan pada pengertian bahwa takdir hanya ada dalam

syariat. Kelompok ini selanjurnya terbagi menjadi dua kubu. salah satu

kubu lebih mengedepankan syariat hingga mendustakan dan menafikan

takdir, kubu lain lebih mengedepankan takdir hingga menafikan syariat

atau menafikan hakikatnya. Menurut kubu ini, perintah dan larangan Allah

tidak ada bedanya, pada dasarnya semua sama.2

Selanjutnya, Jabariyah menjelma menjadi sebuah kelompok yang

dianut sejumlah orang, diserukan, diajarkan, dan dijelaskan kepada banyak

orang. Apakah kelompok ini bersumber dari salah satu sekte Yahudi seperti

yang dijelaskan Ibnu Nabatah Al-Mishri, pemilik Syarh Al-'Uyunf. Risahh

Ibni Zaidun, ataupun bersumber dari Persia sePerti yang disampaikan Al-

Murtadha dalam Al-Maniyyah wa Al-Amal. Namun yang pasti, Jabariyah

menimbulkan perdebatan paniang dalam ranah pemikiran. Mutazilah

bersikap menentang sekte ini, sementara Asya'irah bersikap moderat.

Masing-masing memiliki perdebatan yang menjadi ciri utama abad kedua

dan ketiga Hijriyah, ciri pemikiran Islam saat itu.3

Meldui kedua fakta di atas, kita perlu menilai kelompok-kelompok

yang arda sebagai unsur penting pertumbuhan gerakan debat keagamaan

pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah. Selanjutnya kita membuat perbandingan

1 tuy-syahrastani, Al-Mihl waAn-Nihal (lll76, 185), Al-Bqhdadi, Al-Farq bain Al-Firaq, hlm. 20,

72, tahqiq oleh Muhyiddin Abdul Hamid, DarAl-Ma'rifat, kbanon'

2 IbnuTaimiyah, Al-Furqan bainAl-Haqq wa Al'Bdthil,hlm. lr7.

3 AbtT.ahrah, Malth,hlm.ll7-121, Abu Hanifah,hlm. 30-90, DarAl-FikrAl-'tuabi' tt'

62 6 et ia*t Islam Menurut Empat Madzhab

antara keyakinan dan fondasi-fondasinya yang dimiliki masing-masing

kelompok, munculnya perdebatan baik secara langsung mauPun melalui

surat yang terjadi sebagai akibatnya serta pengaruh yang ditimbulkan

terhadap pemikiran Islam. Masalah tersebut tidak akan dijelaskan dalam

buku ini, Anda bisa baca selengkapnya dalam buku-buku yang membahas

tentang berbagai golongan, sekte dan aliran.r Kedua hakikat di atas juga

mengisyaratkan bahwa efek perpecahan tidak muncul disebabkan topik-

topik perdebatan yang merujuk pada metode dan tujuan yang terkait.

Kedua, adanya kelompok-kelompok non-Islam di lingkungan Islam.

Masyarakat lslam saat itu merangkul banyak sekali kelompok dengan

beragama pemikiran dan tingkat kedengkian serta tipu daya terhadap Islam

yang berbeda. Di masa itu, banyak sekali orang-orang dengan keyakinan

dan peradaban berbeda masuk Islam, seperti orang-orang Persia. Hanya

saja mereka hanya berafiliasi kepada Islam sebatas perilaku lahir saja, karena

sisi batin mereka tercermin dengan jelas. Mereka menyebarkan pemikiran-

pemikiran lama di kalangan kaum muslimin yang berseberangan dengan

pemahaman Islam, seperti masalah takdir misalnya. Dalam hal ini terdapat

sekte-sekte seperti Zoroxtrianisme, Manichaeanism, dan lain sebagainya.

Disebutkan dalam Al-Maniyyah wa Al-Amal, karya' Al-Murtadha;

diriwayatkan dari Hasan, seorang Persia mendatangi Nabi Muhammad,

lalu berkata, "Saya melihat orang-orang Persia menikahkan putri-putri

dan saudari-saudari mereka, jika mereka ditanya tentang hal itu, mereka

menyatakan, 'Qadha dan takdir Allah.'

Nabi bersab da,'Ahan muncul di tengah-tengah umatku hahngan yang

berpandangan seperti itu, mereha itu kaum Majusi um*thu.'."z Keyakinan

mereka itu juga tercermin pada tingkah laku untuk menciptakan sekte-sekte

kebatinan dengan dampak bah rya dan keburukan yang menimpa pemikiran

Islam,3 khususnya di bidang penakwilan nash-nash yang disimpangkan

dari zhahirnya, memutuskan hubungan antara nash dengan sebab-sebab

turunnya, demi memuluskan segala tipu daya mereka.a

Silakan merujuk kitab-kitab Abu 7.ahrah, Tdnhh Al-Jadal,Al-Mihl wa An-Nihal,di beberapa bagian

terpisa Ibnu Hazm , Al-Fashl (limr jilid), Al-Farq bain Al-Firaq, Maqaht Islamiyliz, karya Al-Asy'ari

dan buku-buku lain terkait masalah ini.

Abu Zahrah, Tdihh Al-Madzahib (llll7).

Ibnu Thimiyah, I l- Furqan bain Al- Haqq wa Al-Bathil, hlm. I 57 .

Al-Baghdadi, I l-Farq bain Al-Firaq, hlm. 14-32, tahqiqoleh Muhyiddin Abdul Hamid' Dar Al-

2

3

4

Bab 2: DebatAgama padaAbad ke-2... € 63

Ibnu Hazm Al-Andalusi menegaskan, tipu-tipu daya Persia menjadi

faktor yang menyebabkan banyak sekali kelompok keluar dari Islam,

khususnya kelompok-kelompok Syiah. Faktor ini merujuk pada lenyapnya

negara mereka di tangah orang-orang Arab. Bangsa Persia pada mulanya

menilai diri mereka sebagai orang-orang merdeka sementara bangsa Arab

sebagai budak. Inilah faktoryang membuat mereka melancarkan peperangan

kepada Islam. Mereka menilai, ripu daya lebih jitu daripada peperangan.

Sekelompok dari mereka menampakkan keislaman dan menarik simpati

orang-orang Syiah dengan menampakkan kecintaan kepada Ahlul-Bait

Rasulullah 6 dan menampakkan kejinya kezhaliman terhadap Ali.

Kalangan ini menggiring kelompok-kelompok Syiah keluar dari

Islam.t Ibnu Hazm menyebut kelompok-kelompok Syiah yang terpedaya

oleh tipuan-tipuan tersebut, seperti orang-orang kelompok Al-Hululiyah2,

kelompok-kelompok yang mengingkari syariat, kenabian dan kelompok-

kelompok lainnya.

Bersama dengan Persia, kaum Yahudi dan Nasrani turut serta

menebarkan keraguan, menanarnkan benih-benih perpecahan di antara

kaum muslimin. Pemikiran bahwa manusia dipaksa dan tidak memiliki

kehendak, konon diserukan oleh seorangYahudi di Syam. Dari tangan orang

Yahudi inilahJa'ad bin Dirham mempelajari pemikiran tersebut kemudian

disebarluaskan di Basrah. Selanjutnya Jahm bin Shafivan mempelajari

pemikiran tersebut dariJa'ad bin Dirham, di samping pemikiran-pemikiran

menyimpang lainnya.3Jdad mengambil pemikiran ini dari Iban bin Sam'an.

Iban mengambil dari Thdut keponakan Labid binAsham, seorangYahudi

yang pernah menyihir Nabi.a Riwayat ini tidak menafikan campur rangan

Ma'rifat, Lcbanon.

Al-Fashl,2ll15.

Golongan sempdan ddam Islam yang berkeyakinan bahwa Dzat Allah bertempat pa& makhluk-Nya

(Penj.).

IbnuTaimiyah,L/-Fauwa(5120),DarAlJfta',RiyadAbuZahrah, TadhhAl-MaduhibAl-hhmiylah

(I/I I7), DarAl-FikrAl-'tuabi, tt.

Pandangan tcntang manusia dipalsa dan tidak mcmiliki campur tangan apapun ddam segenap tindak-

tanduknya yang dikemukakan Jahm masih diperdebatkan di kdangan para ahli sejarah Al-Baghdadi

dan Al-Isfirayini menilai, Jahm tidak menafikan kemampuan manusia secara rotal, sama seperti yang

dikemukakan Al-Asy'ari. Pemaksaan bagi manusia tidak sama dengan pemalsaan bagi hcwan. unruk

lebih jelasnya, silakan merujuk kirabN-Asy ari, MaqahtAl-Ishmiyyin,l<nab DR Muhammad tQmal

Imam, Al-Mas'uliyyat Al-Jina'lyah. hlm. 238, tahqiq olch Muhyiddin Abdul Hamid, 1969, An-

N *rysy et Naryht Al- F i h r Al- Fa b af (l I 37 2).

l& af.ia*, Islam Menurut Empat Ma&hab

I

.,

3

4

64

Persia dan lainnya dalam menebarkan benih-benih perpecahan di antara

kaum muslimin.

Kejadian serupa juga bisa ditemukan di kalangan kaum Nasrani,

seperti yang disebutkan dalam salah satu riwayat, orang pertama yang

membicarakan tentang takdir adalah seorang Nasrani Irak. Dia masuk

Islam kemudian murtad dan kembali ke agama semula. Ma'bad Al-Juhani

dan Ghailan Ad-Dimasyqi berguru kepada orang Nasrani tersebut. Dengan

demikian kita tahu, pemikiran yang merasuk ke lingkup Islam tersebar luas

di kalangan kaum muslimin melalui unsur asing yang diserukan dengan

memakai nama Islam padahd menyelipkan paham lain.t

Di samping semua itu, kaum Yahudi juga menebarkan pemikiran-

pemikiran yang menyeru untuk membantah dan berdebat. Salah seorang

Yahudi pernah membuat ralqatBashrah meragukan kenabian Muhammad

6. Dia menyeru ralryat Bashrah untuk mengacu kepada kenabian Musa

yang sah, bukan yang lain. Inilah yang membuat salah seorang ahli kalam

bernamaAbul Hudzail Al-Allaf mendebat orangYahudi tersebut dan berhasil

mengalahkan serta mengusirnya dari Bashrah.2

Ada juga di antara kalangan Yahudi yang menyatakan bahwa risalah

Muhammad hanya untuk bangsaArab saja. Bahkan seorangYahudi bernama

Isa bin Ya'qub Al-Ashbahani mengaku sebagai nabi. Dia mengklaim,

Allah S# berbicara kepadanya dan mengutusnya sebagai seorang rasul,

seorang Al-Masih yang ditunggu-tunggu.3 Kaum Yahudi juga berada di

balik sejumlah isu dusta yang disebarluaskan, seperti pandangan bahwa

Al-Qur'an makhluk, seruan memahami nash-nash secara zhahir (tekstual)

terkait masalah sifat-sifatAllah yang memicu pemahaman personifikasi dan

penyamaan Allah dengan makhluk.a

Selain itu, sejumlah tokoh Nasrani jug mengajari pal.a pengikut

mereka tentang cara mendebat kaum muslimin melalui keraguan yang

disematkan dalam keyakinan, seperti yang dilakukan Yohana seorang

Ibid (1/125). Menurut kami, pemikiran bahwa manusia tidak memiliki hak pilih terscbar luas di

kalangan kaum muslimin. Hanya saja 6tnah yang disebarkan di sela-selanya merupakan tipu daya

yang dilancarkan oleh musuh-musuh islam.

DR AbdurrahmanBadrwi, Mad.zahibAlJshniyin(l/123), Cet. Ke-1, DR Abdul Hamid Madkur,

Mudzzhkiraat f ' Ilm Al-I{nhm, I 985, Dar Al-'Ulum.

Al-Milal wa An-Nihal (21 5 5).

Ibid (l/141).

2

3

4

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... $ 65

Nasrani dari Damaskus. Dia mengajarkan dialog kepada kaum Nasrani,

jika ada orang Arab bertanya, '.Apa pandanganmu tentang Al-Masih?"

Jawablah, "Al-Masih adalah kdamAllah, " selanjutnya tanyakan padaorang

muslim, "Al-Qur'an menyebutAl-Masih sebagai apa?" Maka j"rg* sampai

si muslim mengalihkan pembicaraan lain hingga menjawab, "Al-Masih Isa

putra Maryam adalah utusan dan kalimat Allah yang disematkan kepada

Maryam, juga ruh-Nya." Saat orang muslim menjawab seperti itu, tanyakan

apa itu kdimat dan ruh Allah, apakah itu makhluk atau bukan? Jika orang

muslim menjawabnya makhluk, sampaikan bahwa Allah sudah ada sejak

dulu saat kdimat dan ruh belum ada. Jika engkau mengatakan seperti itu,

orang muslim akan diam karena pandangan seperti itu adalah pandangan

atheis bagi kaum muslimin.r

Dengan demikian jelas, keraguan yang mereka sebar itu bertujuan agar

kaum muslimin menimbang kembali keyakinan yang dianut sePutar status

makhluk bagi Al-Masih dari satu sisi, hingga sampai pada dtik keyakinan

bahwa Al-Masih sudah ada sejak dulu kala, menyamai sifat-sifat Allah 

'z

Di samping itu semua, kaum Nasrani juga menghembuskan berbagai

syubhat terkait sejumlah masdah, seperti poligami, pernikahan dengan

tujuan untuk menghalalkan istri bagi suami Pertama, dusta-dusta mereka

seputar kepribadian dan perjalanan hidup Rasulullah ffi masalah Hajar

fuwad dan lainnya. Semua itu menegaskan bahwa Nasrani sama sePerti

Yahudi dan Persia memiliki andil ddam menghembuskan perdebatan di

kalangan ulama ilmu kdam dan kadang di kalangan fuqaha.3

Ketiga, persinggungan dengan lyawasan-wawasan lain. Ada faktor

lain yang tidak mungkin kita lupakan, yaitu usaha kaum muslimin

untuk mempelajari berbagai pemikiran melalui penerjemahan berbagai

buku ke bahasa Arab yang dimulai di era Umawiyah. Faktor ini sangat

berpengaruh di tengah kekisruhan berbagai macaln pemikiran dan keraguan

yang dihembuskan di kalangan kaum muslimin. Kaum muslimin saat

itu mengenal logika Aristoteles yang kemudian mereka gunakan untuk

AbuZahrrh, Abu Hanifth, hlm. 86. Najib Al-A66,1l-Muytaqriqtn (1172\, Cet. Ke-4, Dar Al-

Mdrifat, 198 1 , Mesir. Ada dua buku yang dikaitkan sebagai karya Yohana Ad-Dimasyqi, yaitu

Muhawarah ma'a Muslim dan lrsyadat An-Nashara f Jadal Al-Muslimin,

DR. Abdul Hamid,Madkur, Mud.zahhiraatf 'IlmAl-Ihlam,hlm.l l, 1985, DarAI-'Ulum.

Ab u 7.ahr ah, Ab u H a n ifa h, hlrr:.. 87 .

6 at ia*, Islam Menurut Empat Madzhab

1

3

66

menciprakan dalil dan bukti, di samping metode-metode Islam yrng ada

dalam menyimpulkan dalil dengan sikap beragam. Kaum muslimin kala

itu juga mengenal berbagai istilah-istilah filsafat alam, seperti inti, sifat,

materi, gerakan, waktu dan lain sebagainya. Selain menimbulkan kekacauan

dan perdebatan terkait istilah dan metode penarikan kesimpulan, di balik

gerakan penerjemahan buku-buku ke ddam bahasa Arab juga terdapat

bahaya sebenarnya, yaitu menyusupkan pemikiran-pemikiran melalui

penerjemahan dengan tujuan menyebarkan keyakinan-keyakinan Persia,

Majusi dan prinsip-prinsip lain yang menyerang Islam.

Hal di atas bisa diketahui dengan jelas dalam buku berjudul lhlihh

wa Dimnah yang diterjemahkan Abdullah bin Muqafh' (w. 149 H) sebagai

hiburan bagi kalangan terpelajar maupun kalangan umum karena buku ini

membahas tentang akhlak dan etika dalam bahasa hewan dan burung yang

menjadi bahan pengetahuan bagi kalangan terpelajar dalam porsi lebih besar,

karena diberi tambahan bab berjudul Barzawiyah (protozoa) yang berasal dari

bahasa India dan tertulis dalam bahasa Persia. Bab inilah yang menimbulkan

kekacauan karena menimbulkan keraguan untuk bisa mencapai kebenaran

yang bisa memuaskan akd dan melenyapkan kegamangan.l

Pada akhirnya Barzawaih menyatakan, setelah buku tersebut

menyebutkan banyak sekali angan yang berubah menjadi fatamorgana,

kini saya harus menerima kondisi saya dengan rela hati, saya harus

memperbaiki amd sebisa mungkin dengan harapan semoga di sisa-sisa usia

ini bisa menemukan petunjuk menuju jalan yang lurus, kuasa atas diri, bisa

memperbaiki permasalahan saya dan tetap berada dalam kondisi seperti iru.2

Jikasemuahal di atas bertujuan untukmenebarkan keraguan terhadap

hak Islam untuk memberikan segda keperluan manusia dan kebutuhan akan

rasa aman, namun Ibnul Muqaffa- sendiri menulis sejumlah buku berisi

penentangan terhadap Al-Qur'an, dengan maksud mencela kemukjizatan

Al-Qur'an dan menantang Al-Qur'an seperti tantangan yang Allah

sampaikan pada jin dan manusia. Allah menyampaikan, jin dan manusia

tidak akan mampu membuat tandingan Al-Qur'an meski saling menolong

satu sama lain.3

DR. Abdul HamidMadll:;r,Mud.zahkiraatf 'IlnAl-I(thm,hlm.9,198r, DarAl-'Ulum.

Ibnu Muqaffa', lGlilah utaDimah,hlm.46, DarAl-Audah, Beirut, tt.

DR.YahyaFarghal,AwamilwaAhdafNayhtllnAl-IQhn,hlm. 185-186,Ma.ima'Al-BuhutsAl-

I

2

3

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... @ 67

Bangsa Arab mengenal semua itu melalui penerjemahan' narnun

kebanyakan orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menganalisa

dan memahami secara menddam menjadi target sasaran kaum atheis yang

menemukan banyak sekali lebakan melalui pemikiran, filsafat Yunani dan

lainnya untuk menjerat mereka yang menyembah Allah tanpa keyakinan

penuh dan kalangan serupa lainnya, seperti kdangan lemah iman atauyang

ragu dalam memeluk Islam.

Era Perdebatan dan Disliusi

Faktor-faktor yang telah disebut sebelumnya yang mengisyaratkan

gerakan pemikiran dengan ruang lingkup yang luas dan pengaruh yang

mendalam itu terus membayangi era pemikiran Islam di masa fuqaha, dan

perdebatan serta diskusi merupakan ciri pemikiran yang ada di saat itu.

Gerakan pemikiran itu tidak lain bertujuan untuk kepentingan akidah

Islam dengan menjelaskan hakikat akidah, membantah segala syubhat yang

dilancarkan para pengikut hawa nafsu dan ahli bid'ah. Karena itu semua pihak

yang berkepentingan turut membela akidah ini, termasuk Mutazilah yang

,.rirrg kali mendebat para pengikut hawa nafsu dan ahli bid'ah, membuat

banyak sekali karya tulis tersendiri berisi bantahan terhadap kalangan

atheisme. Kalangan Mu'tazilah membanggakan hal itu. Al-Khayyath, penulis

buku berju dul Al-Intishar, menyatakan, ddak ada seorang pun di bumi

ini yang membantah kalangan atheis selain Mu'tazilah, seperti Ibrahim

Nadhdham, Abul Hudzail, Ma'mar, Aswari dan orang-orang semacamnya.

Tidak ada seorang Pun yang mengetahui tauhid yang benar' membela tauhid

dengan hujah-hujah yang jelas, mengarang berbagai tulisan yang jelas dan

-.-b"nt*h kalangan-kalangan atheis seperti Para Penganut aliran Ad-

Dahriyahr, paganis dan lainnya selain Mutazilah.2 Kita tidak sedang menilai

apakah Mdrazilah benar aau keliru, narnun kita hanya menyampaikan bahwa

pemikiran yang ada di masa itu penuh dengan hal-hal demikian.

Islamiyyah.

ea-Oiriy"t, adalah suatu kelompok yang mengingkari keberadaan Sang Pencipta alam semesta'

U.r.t 

bop.rdapat bahwa masa ^d"li 

qii* (dihut" a* UU). Uereka juga ddak beriman kepada

i-i f.U-gLi,an dan berpendapar bahwa Hari Kebangkitan hanyalah dongeng belaka. Menurut

-"r.t ", 

y"rri-"madkan manusia ddak lain hanyal"h berl-alunya mas a (ad'fubr),karcna inrlah mereka

disebut dengan Ad-Dahriyah (Penj.).

Al-Khayyath, I l-Instis har, hlm. I 7, tahqiq oleh Nabraj'

6 eUa*t Islam Menurut Empat Madzhab68

Para ahli 6kih secara mendalam memberikan bantahan kepada

kalangan atheis dan lainnya. Abu Hanifah mendebat kelompok atheis

dan mengarahkan mereka agar beriman pada Sang Pencipta alam ini. Abu

Hanifah menyatakan, "Bagaimana pandangan kalian tentang seseorang

yang berkata pada kalian, 'Aku melihat sebuah kapal penuh penumpang,

penuh dengan barang bawaan. K.p"l itu mengarungi bahtera, menerjang

gelombang dan angin kencang. Kapal itu berjalan lurus tanpa adanya

nahkoda yang memegang kendali k"p.l, tanPa pendayung yang mendorong

kapal berlabuh.'Apakah hal ini bisa diterima akal?"

Mereka serentak menjawab, "Tidak, tidak masuk akal." Abu Hanifah

lantas berkata, " Subhanalhh, jika- adanya kapal yang berjalan lurus tanpa

adanya pendayung dan tanpa orang yang menjalankannya adalah ddak

masuk akal, lantas masuk akalkah iika dunia dengan kondisi yang beragam,

segala sesuatunya yang berubah-ubah dan begitu luas ini ada tanpa Sang

Pencipta dan Sang Penjaga?"l

Banyak sekali warisan ilmiah tentang perdebatan yang hilang.

Namun sejumlah buku teperc ya menyebutkan gambaran-gambaran

renrang perdebatan antara Ahlu Sunnah dengan kelompokJabariyah atau

Qadariyah. Anggaplah perdebatan antara Ahlu Sunnah dan Jabariyah seperti

yang disampaikan Ibnul Qayyim hanya bersifat gambaran. Namun realita

yang ada dan kita lihat di sela-sela sejumlah faktor pemicunya menguatkan

keberadaan perdebatan-perdebatan seperti itu, meski informasi tentangnya

tidak sampai ke tangan kita. Hal ini merupakan usaha kalangan Sunni

untuk menjaga akidah yang benar sesuai manhaj Al-Qur'an dan sunnah.

Berikut contoh perdebatan antara seorang Jabariyah dan seorang

Ahlu Sunnah;

Penganut Jabariyah berkata, "Pandangan Jabariyah bersifat kenis-

cayaai,demi kebenaran akidah. Thnpanya tauhid tidak lurus. Jika kita tidak

berpandangan seperti ini, berarti kita menegaskan adanyapelaku lain selain

Allah fl6 di balik semua kejadian yang ada. Ini adalah syirik, dan cara untuk

terlepas dari kesyirikan adalah berpandangan Jabariyah."

Penganut Ahlu Sunnah menimpali, "Pandangan Jabariyah justru

1 Al-Makki, ManaqibAbiHanifah,hlm.lTS.

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... trD 69

menafikan tauhid, menafikan syariat, seruan para rasul, serta menafikan

pahala dan siksa. Andai pandangan Jabariyah benar, tentu syariat ddak

berlaku, tentu perintah dan larangan tidak berlaku. Sehingga konsekuensinya,

pahala serta siksa juga tidak berlaku."r

Perdebatan di antara kedua pihak terus berlanjut untuk menguatkan

tujuan masing-masing pihak. Demikian juga perdebatan yang dituturkan

Ibnul Qayyim antara seseorang berpaham Ahlu Sunnah dengan seseorang

berpaham Qadariyah. Seperti demikianlah perdebatan-perdebatan di bidang

akidah.

Para ulama fikih juga tidak ketinggalan dalam hal ini. Mereka juga

banyak berdebat dalam masdah-masalah fikih di musim haji. Perdebatan-

perdebatan para fakih lebih bermanfaat dan lebih mendatangkan kebaikan

daripada perdebatan berbagai kelompok di bidang akidah, meski hal itu

tidak menafikan adanya sikap fanatik nasionalisme seperti yang terjadi antara

penduduk Bashrah dan Kufah, yang sering kdi memunculkan pertikaian.2

Syaikh Abu Zahrah menggambarkan kondisi era yang tengah kita

bahas ini sebagai berikut:

Era itu adalah era perdebatan dan diskusi. Perdebatan-perdebatan

terjadi begitu sengit darr berpengaruh bagi beragam kelompok, antaraAhlu

Sunnah dan Syiah, antaraKhawarij dan lainnya, antara para pengikut hawa

nafsu secara keseluruhan dengan Mutazilah, antara Mutazilah dengan

para pembela pandangan dan akidah yang lurus. Ulama rela menempuh

perjalanan jauh demi perdebatan-perdebatan itu. Seperti yang diketahui,

Abu Hanifah menyambangi Bashrah sebanyak 22 kali untuk berdebat

dengan berbagai kelompok yangada di sana.3

Kondisi tersebut terkait dengan sejumlah fenomena ilmiah yang tetap

bertahan dan memberikan warna dalam pemikiran Islam, yaitu dengan

adanya ilmu kdam di berbagai sekolah dan karya tulis di bidang akidah

dan aliran yang akan kita bahas berikutnya secara ringkas.

Ibnul Qayyim, Syifa' Al-Ghalilf M*a'ilAl-Qadha' waAl-QadarwaAt-Ta'lil,hlm.75, Thab'ah

Shubai.

Abu 7.ahr ah, Ab u H a n ifa h, hlm. 89.

Abl.r 7.atu ah, Ab u H a n ift h, hlm. 89.

@ ef.ia*, Islam Menurur Empat Madzhab

I

)

3

70

Disiplin Ilmu Thuhid dan Karya-k"ry" Iirlis tentang Berbagai

Masalah lhuhid

Kami tidak bermalsud untuk menjelaskan sejarah disiplin ilmu ini

di berbagai tahapan yang dilalui, serta menjelaskan berbagai masalah terkait

tauhid. Namun kami akan menjelaskan beberapa poin yang mengaitkan

ilmu ini dengan faktor-faktor pemicu perdebatan pada abad kedua dan

ketiga Hijriyah. Berikut poin-poin yang kami ma}sud:

Pertama, kemunculan ilmu ini didorong oleh faktor-faktor

sebelumnya, tiada lain merupakan salah satu bentuk perhatian terhadap

akidah Islam, baik dari sisi pemahaman, penarikan konklusi dalil, ataupun

pembelaan terhadap berbagai serangan yang telah disinggung sebelumnya.

Masalah ini akan terlihat dengan jelas saat kita mengingat betapa akar-akar

permasalahan yang dihembuskan oleh berbagai kelompok pemikiran ada

di dalam Al-Qur'an yang menyerukan untuk merenung dan mengambil

suatu kesimpulan, membantah kaum musyrikin dan para dalang pembuat

kerancuan (syubha).

Di samping itu, berbagai kelompok yang ada saat itu bersikap

berlebihan dengan memasukkan masalah-masalah cabang demi membela

asas pandangan yang dianut oleh masing-masing. Brihkan Mutazilah sendiri

yang diserang melalui ilmu kdam, mempunyai tujuan mencapai kebenaran

dengan manhaj yang mereka yakini benar demi membela akidah dan tauhid

tanpa kesamaran dan kerumitan.r

Mencermati definisi ilmu ini sudah cukup untuk menguatkan

penjelasan di atas. Ilmu tauhid didefinisikan secara beragam. Berikut kami

sebut sebagian di antaranya;

Al-Farabi (w.339 H) mendefinisikan ilmu tauhid sebagai kemam-

puan yang dimiliki seseorang untuk membela pandangan-pandangan dan

perbuatan-perbuatan yang secara tegas disampaikan oleh Rasulullah ffi dan

membantah pernyataan apa pun yang menyelisihinya.2

Ibnu Khaldun (w. 808 H) mendefinisikan, ilmu tauhid addah ilmu

yang mengandung argumentasi akidah keimanan dengan dalil-dalil akal,

DR. MuhammadAbdul HadiAbu Z.eidah, P,ilhAl-FikrAl-IshmiwaManabijuhu,hlm.14.

Ihsha' Al-'Ulun hlm. 107, tahqiqoleh DR UtsmanAmin, Cet. 1.

I

)

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... lp 7r

bantahan terhadap para ahli bid'ah yang menyimpang dari akidah salaf

dan Ahlu Sunnah.r

Tidak masalah jika sebagian menyebut ilmu tauhid sebagai ilmu

kdam, karena ilmu ini terkait asas-asas agama, ilmu debat dan fikih terbesar

seperti istilah yang disebut Abu Hanifah (w. 150 H), hanya saja nama yang

paling tenar untuk disiplin ilmu ini adalah ilmu tauhid, karena mencapai

keesaan merupakan pembahasan dan tujuan utama ilmu ini.2

Permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus perhatian ilmu ini

menguatkan penjelasan kami sebelumnya sebagai salah satu fenomena

perhatian terhadap masalah tauhid, tanpa memperhatikan adanya kekeliruan

yang terjadi pada sebagian fase dan metode ilmu ini. Salah satu peneliti

menyebutkan, topik disiplin ilmu tauhid ada empat;

Pertarna, studi akidah-akidah agama arau yang disebut sebagai

ushuluddin yang mencakup ketuhanan, kenabian dan dilil-dalil naqli.

Kedua, mendebat kalangan yang menyalahi akidah-akidah agama,

membantah dan mematahkan dalil serta dasan mereka.

Ketiga; ilmu debat atau logika karena diperlukan untuk mendekat

kubu lawan.

Keempat, topik tentang kepemimpinan.s

Keempat topik inilah yang oleh Al-Khawarizmi rinci menjadi 12

masalah berikut:

Pertarna, semua materi bersifat baru (makhluk) sebagai bantahan

terhadap kalangan atheis yang menyatakan masa sudah ada sejak dahulu kala.

I(edua, penegasan bahwa dam ini adayangmenciptakan, yaituAllah

Ketiga, Allah Maha Esa sebagai bantahan atas pandangan penganut

dualisme dan monotheisme seperti Majusi, atheis dan Nasrani.

Keernpat, tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya; sebagai

bantahan atas kelompok Musyabbihah dan Mujassimah.

Kelirna, pembahasan tentang ru'yah (Allah 0l{,dapat dilihat di akhirat);

penegasian dan penegasan masalah ini.

I Muhaddimah Ibnu KhaHun,hlm. 424, cetaktn fuy-Sya b, Kairo.

2 Da' irab Al-Ma'anfAl- Is hniytah (5 I 529), Al-Mihl wa An-Nihal (r I 32).

3 DR Abdul Hamid Madkut Mud.zahkiratf 'IlmAl-I(ahm, hlm. 185, 1985 DarAl-'Ulum, Da'irah

Al- M a'arifAl- Is hn iylah (5 I 530).

72 $ ef.ia*, Islam Menurut Empar Madzhab

I{eenam, pembahasan tenta

Related Posts:

  • akidah islam 4 mazab 2 s dalam kehidupan masyarakat, meskihal tersebut terkait erat -seperti disinggung sebelumnya- dengan kegiatanilmiah dan pengajaranyangmereka sampaikan, di mana aktivitas inilahyang terkait erat dengan realita hidup masya… Read More