akidah islam 4 mazab 3

 


ng sifat-sifat Allah sebagai bantahan atas

kalangan Mu athtilah.

Ketujuh dan kedelapan, pembahasan tentang perbuatan manusia,

perbuatan manusia diciptakan Allah yang menghendakinya.

Kesembihn, hukum pelaku dosa besar dan hubungannya dengan inti

iman.

Kesepuluh, bukti kenabian secara umum sebagai bantahan atas

kalangan yang tidak mengakui adanyrkenabian.

Kes e b e las, bukti kenabian Muhammad.

Keduabelas, pembahasan tentang kepemimpinan. I

Poin kedua; berbagai kelompok yang ada -dengan sikap-sikap

mereka yang berlebihan dalam memunculkan perbedaan pandangan dengan

kelompok lain- telah mengalihkan posisi ilmu ini dari tempat sebelumnya

sebagai akibat munculnya kondisi-kondisi yang mengharuskan adanya

pembelaan terhadap akidah Islam, bahkan menyeret perdebatan para ulama

fikih, ahli hadits, kaum sufi generasi perrama dan salaf ash-shdih secara

keseluruhan. Karena itu laik bagi setiap pemerhati disiplin ilmu ini untuk

menyatakan bahwa ilmu tersebut sudah tidak berada di jalur sebenarnya,

karena jerih payah yangada hanya ditujukan untuk membantah kalangan

yang tidak sependapat dan menjurus pada perdebatan-perdebatan antar

kelompok seputar keutamaan asas pandangan masing-masing.

Karena fokus setiap kelompok hanya untuk memenangkan pendapat

golongan dan mengalahkan pandangan kelompok lain, inilah yang membuat

hasil debat mereka kehilangan bobot dan kepuasan di hati, di samping

mendorong setiap kelompok bersikap berlebihan -seperti telah disinggung

sebelumnya- hingga berbenturan dengan nash-nash tegas yang memastikan

kebalikan dari pandangan yang mereka kemukakan.2

Meski ulama ahli ilmu kalam membantah berbagai kritik yang

ditujukan kepada mereka, pun demikian juga dengan sebagian filosof yang

menilai peran ulama ilmu kalam sama seperti peran tentara dalam menjaga

negara dan agama. Namun perlu saya sampaikan, pembelaan diri dan

Mafatih Al:Ulun, hlm. I 85, cetakanl*iden, Da' irah Al-Ma'anfAl-Ishniylah (5 I 530).

Al-Gha?ili, Faishal At-Tafriqah bain Al-Ishm wa Az-Zindiqah, hlm. l7l, Maktabah AI-Jundi, tt.,

Taibh Hihl,4ih-Shab;,hlm. 4-5,Kairo, 1337 Hl 1919.

I

)

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... & 73

tanggapan yang mereka sampaikan tidak memberikan kepuasan. Mereka

tidak mampu mengingkari efek-efek berbahaya yang menimpa sebagian

ulama ilmu kalam, seperti sifat fanatisme, seriap kelompok pada umumnya

mengikuti pandangan guru masing-masing, pemikiran dan perdebatan

yang menyebabkan disiplin ilmu kalam tidak cukup menjadi jalan menuju

keimanan dan keyakinan. Inilah yang tidak bisa dibantah oleh para ahli

ilmu kalam dengan jawaban memuaskan yang mudah diterima.r

Poin ketiga; saat fokus pada masalah tauhid di tengah-tengah

gelombang atheisme yang ad,a, kita bisa memerik manfaat yang mulai

diperlihatkan disiplin ilmu kalam, seraya menolelir berbagai kesalahan yang

terjadi. Namun harus tetap waspada, karena dalam menyampaikan akidah

Islam kita memerlukan bahasa yang jelas dan dalil-dalil yang memuaskan,

kita memerlukan pemahaman mengenai teknis mendebat kaum atheis dan

mereka yang menebar berbagai syubhat (kerancuan). Semua faktor di atas

mendorong kita untuk memetik sebagian manfaat disiplin ilmu kalam, jauh

dari sikap berlebihan dan fanatismeyengmembenci pandangan kubu lain.2

Perlu diingat, disiplin ilmu kalam merupakan salah satu corak

pendidikan Mutazilah yang pding menonjol di mana kelompok ini terlalu

berlebihan dalam menilai akal, berlebihan dalam memberikan kebebasan,

hingga menjadikan disiplin ilmu ini sebagai serangan terhadap Ahlu

Sunnah. Bahkan sebagian ulama menyatakan, maksud para fakih sepemi

Abu Hanifah, Malik, Asy-Syaf i dan Ahmad saar mencela ilmu kdam adalah

mencela Mutazilah ddam ururan perrama,3 meski kita tidak dipungkiri

bahwa mereka memiliki peran penting dalam mendebat Ahli Kitab dan

kaum atheis. Fakta demikian diakui oleh siapa pun yang bersikap obyektif,

bisa membedakan berbagai sikap dan memberikan penilaian secara fair.a

Satu hal yang tidak bisa dilupakan, disiplin ilmu kalam merupakan

lini di mana Abul Hasan Al-Asy'ari menjadi sosok yang menonjol, demikian

juga dengan pemahamannya dalam membela Ahlu Sunnah, meski Al-Asy'ari

dituduh macam-macam.

Sebenarnya, Al-Asy'ari terlalu terhormat unruk dinisbatkan kepadanya

DR. Abdul HamidMrdkul Mud.zakhiratf 'IlmAl-I{.ahm,hlm.69, 1985., DarAl-'Ulum.

DR. Abdul Hamid,Madkur, Mud.zthhiratf 'IlmAl-I{nhn (1172),1985, DarAl-'Ulum.

Abu 7.aht eh, Ab u H a n ifa h, hllr.. I 52.

Ibid, hlm. 152.

@ eUa*, Islam Menurut Empat Madzhab

I

')

3

4

74

berbagai tuduhan itu. Sejumlah ulama menyadari hal ini dan mengikuti

pemahamannyi-y ngbenar, pemahaman salaf, sePerti Imam Al-Haramain

Al-Juwaini. Siapa pun yang mengetahui pernyataan terakhir Al-fuy'ari pasti

tahu bahwa dia menarik kembali semua pandangan dan pernyataan yang

pernah dikemukakan sebelumnya. Dia menyatakan, puncak akal masih

memiliki batas tua. Demikian yang secara tegas disampaikan oleh fu-

Sanusi, pemilik b uku berj ud ul Al- Aq ida h Al- M asy h ura h b a ina Al-Mudda'in

bi Annahum ,*ya'irah. fu-Sanusi secara terang-terangan menyatakan hal

tersebut dalam sdah satu syarah-nyt.'

Pengaruh Ilmiah Abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah

Melalui penjelasan sebelumnya dapat diketahui dengan jelas, era ini

memiliki ciri sebagai era perdebatan sePutar masalah akidah. Pengaruh

perdebatan tidak sebatas hanya mengguncang kalangan awam semata,

namun juga sebagai para ahli debat itu sendiri, karena masing-masing

memiliki sandaran logika dan argumen atas Pernyataan yang disampaikan

untuk mengalahkan kubu lawan meski lawannya benar.2

Perdebatan seperti inilah yang dijelaskan Abu Hamid Al-Isfirayini

kepadaAt-Thuhidi. At-Thuhidi berkata, "Saya mendengar Syaikh Abu Hamid

menyatakan, jangan terlalu banyak mengomentari kata-kataku yang kau

dengar di majlis-majlis perdebatan, karena kata-kata yang digunakan adalah

kata-kataperdebatan, pembelaan dan mengdahkan alasan lawan. Kami tidak

sepenuhnya berbicara secara ikhlas karenaAllah. Andai itu tujuan kami, tentu

kami lebih cepat diam daripada menghabiskan waktu untuk berdebat."3

Senada dengan apa yaing dikemukakan oleh Ibnu Qutaibah saat

menjelaskan tentang perdebatan yang ada di masanya berikut: Pada mulanya

pelajar mendengar untuk belajar, belajar untuk diamalkan, mendalami

ilmu agama untuk memetik manfaat dan berbagi manfaat, namun pelajar

sekarang mendengar untuk dikumpulkan, dikumpulkan untuk dihafal,

selanjutnya dihafal untuk mengdahkan yang lain dan berbangga diri.a

I Al-Madhhal Ih Madzhab Al-Imam Ahmad,Ibnu Badran Ad-Dimasyqi, hlm. 495-496, tahqiq oleh

DRAbdullahAt-TLrki.

2 DR QasimAs-Samarra'i,,tl l-Istisyraq bainAl-Maudh*'iy1ah uaAl'Ifii'aliyYah, hlm. 42, DarAr-Rift i,

tuyadh, 1403 H/ 1983.

3 Tanhh Hihl,4sb-Shabi,hlm.4-5,Kaio,1337 Hl 1919.

4 lhhtikfAl-bfzh waAr-Radd'ahAl-Jahmiyah,dinukil dari buku betjudulZubdah binti Hair,karya

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... @ 75

Berikut pengaruh perdebatan di bidang akidah terhadap ulama yang

ada saat itu dan juga ulama generasi selanjutnya;

PertAma, ulama yang dikend tidak suka berdebat seperti Abu Hanifah,

Malik, Asy-Syaf i dan Ahmad terpalsa terjun dalam perdebatan akidah,

seperti yang terlihat jelas dalam sejumlah karya tulis mereka yang sampai ke

tangan kita, atau sebagian perdebatan mereka yang memperkuar pernyaraan

kami.

Meski gambaran yang disampaikan Ibnul Qayyim tentang perdebatan

antara seorang berpaham Sunni dan orang lain yang berpaham Qadariyah

terpaut lima abad sebelumnya, namun tidak menutup kemungkinan jika

gambaran tersebut benar adrnya. Perlu disampaikan, masuknya sejumlah

fuqaha di bidang akidah tidak lain karena dorongan pemahaman fikih

menurut mereka, karena menurur mereka fikih juga mencakup masalah

akidah, seperti yang mereka sampaikan dalam pembahasan-pembahasan

akidah yang mereka sebut fikih akbar. Dari sisi lain, masuk ke bidang akidah

bagi fuqaha merupakan hal penting demi membela akidah salaf ash-shalih

bersumber dari Al-Qur'an dan sunnah.

Kedua, efek debat agama lain yang paling menonjol di era ini

adalah munculnya salah satu disiplin ilmu tersendiri yang berbeda dengan

disiplin ilmu lain, yaitu ilmu tauhid atau yang juga disebut ilmu kalam dan

ushuluddin. Disiplin ilmu ini memiliki tujuan mulia pada mulanya, hanya

saja sebagian kelompok menyampaikan ilmu ini secara menyimpang karena

bersikap berlebihan dan kegemaran untuk mengalahkan kubu lawan.

Ketiga, mengingat banyak kelompok bermunculan dan seriap

kelompok meyakini sejumlah pandangan dasar dengan banyak sekali

cabang, muncul pula berbagai pembahasan yang memperkuat pandangan-

pandangan dasar tersebut dan diajarkan kepada para pengikut masing-

masing kelompok untuk dijadikan rujukan ddam mendebat pandangan-

pandangan dasar kelompok lain. Kitab-kitab tulisan kelompok Mutazilah,

Syiah, Khawarij, fuy'airah, Maturidiyah dan lainnya mendekati kebenaran

sebatas sejauh mana mereka menerapkan manhaj para sahabat, tabi'in dan

para pengikut tabi'in. Pemikiran-pemikiran tersebur hanya sedikit sekali

yang sampai kepada kita jika dibandingkan dengan data yang disampaikan

Muhammad Quthb, hlm. 20, Mesir, l399Hl 1987.

76 l& efia"r, Islam Menurut Empat Ma&hab

oleh kitab-kitab tentang sejarah kelompok, sekte, aliran dan caratan-

catatan kaki sejumlah karya tulis. Meski demikian tetap menimbulkan

adanya efek ilmiah yang sebagian di anraranya sampai ke rangan kita di

bidang pengukuhan akidah salafdan penjelasan tenrang kebenaran yang

diperdeba&an banyak orang.

Keempat, perdebatan membuat para fakih dan para ahli hadits rurun

tangan, memunculkan disiplin ilmu tauhid secara tersendiri, munculnya

berbagai karya tulis berbagai kelompok, membuat kalangan Ahlu Sunnah

walJamaah meninggalkan banyaksekali warisan ilmiah yang tidak terhitung

yang selanjutnya menjadi perhatian para ahli sejarah aliran dan sekte.

'Warisan ilmiah tersebut juga memberi manfaat bagi ulama yang berada

jauh setelah abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah di sejumlah karya tulis dan usaha

mereka untuk mengatasi sejumlah permasalahan di masa tersebut yang

sedikit banyak memiliki kesamaan dengan era kita sekarang.r

Kami tidak akan menyebutkan semua karya tulis rersebut, namun

cukup kami sebutkan sebagian saja yang merupakan produk dari era

tersebut. Di antaranya adalah Risakh Al-Alim wa Al-Mutahllirn, Al-Fiqh

Al-Absath, Risakh ih 'Utsrnan Al-Batti, dan ALFiqh Al-Akbar karya Imam

Abu Hanifah, serta sejumlah risdah untuk murid-muridnya agar terap

konsisten pada jalur Ahlu Sunnah wal Jamaah.2

Ada sebuah risalah yang dinisbatkan kepada Imam Malik; berisi

bantahan terhadap kelompok Qadariyah.3 Asy-Syaf i memiliki risalah

berjudul Al-Fiqh Al-Akbar.a Pun demikian dengan sebuah risalah renrang

bukti kenabian dan risalah yang berisi bantahan terhadap kelompok

Brahmana, Imam Ahmad bin Hambal memiliki risalah berisi bantahan

terhadap Jahmiyah.5

Para ahli hadits juga memiliki sejumlah karyatulis yangsampai kepada

kita. Di antaranya karya Ibnu Khuzaimah dengan judul Kitab At-Thuhid

Malsudkami IbnuTaimiyah dan madrasahnya, silakan merujukll-Bidajtah waAn-Nihqdh,LL,12,

14,46dtn47.

Manuskrip DarAl-Kutub Al-Mishriyyah menyebur 78 risala.

Al-Qadhi 'Iyadh , Tartib Al-Madan*, tahqiq oleh Muhammad bin Thwit Ath-Thanji.

Sebuah risalah yang dinisbatkan kepada Imam Asy-Syaf i yang disatula n dengn Al-Fiqh Al-Ahbar

karya Abu Hanifah, Al-Mathba'ah Asy-Syarqiyyah, I 924.

Aqa'id.4s-Sahf,disusun oleh DR. Ali SamiAn-Nasysyar, DR. AmmarAth-Thalibi, DarAl-Ma'ari[,

Alexandria, 1 98 1 .

I

.,

3

4

5

Bab 2: Debat Agama pada Abad ke-2... lE 77

dan ltsbat shifut Ar-Rabb,t laryaAl-Baihaqi yang berjudul Al-I tiqad 'ah

Madzhab Ahlissunnah Val-Jama'ah deln Al-Asrna' wa Ash-Shifut,z karya, N-

Bukhari yang berjudul Khatq Af'al Al-'Ibad ua Ar-Radd.'ah Al-lahrniYah

wa Ashhab At-Th'thil.3 Termasuk karya Ibnu Hazm, fuy-syahrastani, dan

Al-Baghdadi tentang aliran, paham dan sekte, serta penjelasan tentang

akidah yang wajib dianut oleh setiap muslim.

Begitu juga dengan karya Ibnul Jauzi, Ibnu Thimiyah, dan Ibnul

Qayyim.a Ju ge par 

^ulama 

lainn ya y^ngterpengaruh oleh pemikiran di abad

ke-2 dan ke-3 Hijriyah karena adanya kesamaan kondisi.

Dengan mengetahui semua itu, kita akan tahu pengaruh sebenarnya

era ini yang kita sebut sebagai era emPat imam fikih atau era abad ke-2

dan ke-3 Hijriyah. Semua efek tersebut bisa kita petik marrfaatnya saat ini'

karena sebagian besar inti yang disampaikan dalam karya-l<aryatulis di era

tersebut sama seperti yang disampaikan di tengah-tengah kaum muslimin

saat ini meski adanyasedikit perbedaan kata, media dan bentuknya.Hanya

kepada Allah S6 kita memohon pertolongan.O

Muraja'ah (telaahulang oleh DR. Muhammad Khdil Harras, Dar Al-Kutub Al-'Ilmiyah' Beirur' I 398

I 1978.

Al-I tiqadditerbitkan tanpa tahqiq oleh syirkah As-Salam Al-'Alamiyah ,l9$4,Keiro. Al-,4sma' ua

Ash-S:hilotditerbitkan beberapa kali, di antaranya dengan ulasan oleh Syaikh Zahid Al-Kautsari,

Dar lhya'At-Turats Al-Arabi, Beirut, tt.

Tertera di sela ki tab berjudul' Aqa' id,4s-Sahf'

Silakan merujuk biografi masing-masing imam tersebut untuk mengetahui karya tulis masing-masing

karena tidak bisa disebutkan ddam buku ini.

I

)

3

4

78 @ ekia*, Islam Menurut Empat Madzhab

Bab III

Keyakinan dalam Kehidupan Manusia

ETTAP orang -siapa pun itu- tidak akan terlepas dari keyakinan yang

dianut, tidak peduli apakah keyakinannya benar atau tidak berdasarkan

standar a;gema-agama semitik. Sejarah pemikiran manusia mencarar

fenomena ini, tidak ada bedanya anrara bangsa-bangsa yang berciri primitif

maupun yang berperadaban maju. Bahkan tidak ada bedanya anrara kaum

yang menjadikan akal dan segala sesuaru yang bisa diverifikasi secara empiris

sebagai panglima, ataupun kaum yang bersumber dari wahyu dan petunjuk

Allah.

Ikatan antara manusia dan keyakinan merujuk pada sejumlah faktor

yang saling terkait satu sama lainnya, berdasarkan karakter manusia dan

keistimewaan akal yang dimiliki. Sebagian berdasarkan karakter kehidupan

manusia yangadadi tengah-tengah apa pun yangada.di sekitar, sebagian

lainnya berdasarkan pada risalah dalam mengembangkan dan memakmurkan

kehidupan meski ranpa disadari. Semua faktor tersebut bisa kita satukan

dalam dua sebab berikut;

Pertama, akal manusia gamang dan tidak mampu menjelaskan

semua fenomena kehidupan sekitar. Bahkan akal manusia tidak mampu

menjelaskan sebagian hal terkait dirinya sendiri. Inilah yang secara pasti

mendorong manusia untuk mencari sebab yang bisa menjelaskan yang tidak

bisa dijelaskan akd, ddam hal ini orangyang berpikiran primitif tidak jauh

berbeda dengan orang yang memiliki wawasan, bahkan bagi pemikir filsafat

sekalipun. Faktor yang selalu diteliti manusia adalah asd dan pencipra dam

semesta ini, serta sumber nilai-nilai yang diteliti oleh sejumlah pemikiryang

mempelajari fenomena ini melalui sejarah panjang manusia.

Kala akal semakin maju dalam meneliti fenomena-fenomena alam

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia $ 79

melalui jalur ilmiah, semakin jelas pula bahwa alam semesta ini ada yang

menciptakan, bukan materi belaka. Terkait dengan keyakinan, banyak

sekali sisi-sisi akidah yang dianut oleh setiaP pemikir sebelum masa Islam

dan bahkan di masa lslam sendiri dengan adanya perbedaan utama, yaitu

sisi-sisi akidah Islam sudah sampai pada batas paripurna dan pasti karena

risalah Islam sudah berakhir dan semua sisinya sudah jelas.

Siapa pun yang memerhatikan segala sesuatu yang ada di alam ini,

mencermati segala kejadian dan perubahan, baik bagi orang primitif yang

mengacu pada akal berdasarkan kecenderungan fitrah ataupun pemikir

cendikia yang mengacu pada metode pemikiran ilmiah, pasti terlintas bahwa

di balik semau kejadian dan perubahan Pasti ada kekuatan yan1 bekerja

dan mengatur. Sinyal ini bisa dimengerti berdasarkan prinsip akal manusia

yang disebut prinsip alasan.

Akal manusia dalam menafsirkan segala sesuatunya tidak berhenti

pada batas penjelasan berbagai fenomena dan kejadian parsial secara

tersendiri, tidak cukup hanya merujuk pada pengaruh-pengaruh secara

langsung. Karena kemajuan yang dicapai dalam menjelaskan berbagai

fenomena dan mencermati adanya ikatan antar berbagai kejadian dan

fenomena, akd manusia sampai pada batas adanya satu alasan yang merujuk

pada perbuatan dan pengaruhnya terhadap segala sesuatu.l

Pencarian yang dmbul dari kegamangan terhadap semesta tersebut

menimbulkan munculnya sejumlah konsep sePutar Pencipta semesta yang

berbeda-beda berdasarkan unsur wawasan yang dimiliki manusia, kondisi

serta lingkungan, di samping disebabkan oleh perbedaan apakah akal

manusia dengan kondisi-kondisi sebelumnya ataukah wahyu Ilahi yang

memberikan hakikat dan asas keyakinan akan keberadaan Tuhan yang

memiliki sifat-sifat dan kesempurnaan dalam batas-batas kemampuan akd

dan berbagai kemungkinan penggunaannya?

Siapa pun yang membaca sejarah pemikiran manusia akan tahu,

rangkuman berbagai hasil pencarian atas jawaban tentang ketuhanan

oleh akd manusia menegaskan, keberadaan Tirhan merupakan penjelasan

menyeluruh atas alam ini sebagai efek ketenangan hati yang bersumber

MuhammadAbdul Hadi Abu Zai dah,Al-Inan bilhhif ,*hrAl-'Ilni, hlm' 133, AlamAl-Fik'Jilid

1 . Ahmad Amin , Fajr Al-Ishm, Cet. 10, 1969, Dar AI-Kutub Al-'fuabi, kbanon.

@ et ia*, Islam Menurut Empat Madzhab80

dari kepercayaan terhadap peraruran alam dan kehidupan, di samping

menegaskan bahwa Tuhan bukanlah materi. Tidak benar pernyaraan

sebagian orang bahwa yang ada di alam ini hanyalah materi, karena

mereka bukanlah kalangan yang memiliki pandangan dalam menjelaskan

alam semesta ini seperti penafsiran yang dikemukakan oleh para pemilik

pandangan tenrang tabiat alam. Pandangan mereka dangkd, lalim dan tidak

bernilai, karena mareri seperti yang kita lihat tidak bisa menjelaskan apa

pun dan bukan pula sebagai dasan hakild untuk apa pun.r

Singkat kata, kegamangan dan keterbarasan akal untuk mencari

penjelasan atas apa pun yang tidak diketahui akal mendorong pada

kesimpulan pasti bahwa alam semesa ini memiliki Tirhan meski dengan

konsep-konsep yang berbeda renrang itu. Ketika akal menydahi fitrah pada

saat yang bersamaan akan mendorong orang atau kelompok berpandangan

Tirhan tidak ada, bahkan sebagian ahli tidak mempercayai pandangan yang

mereka kemukakan sendiri.

Padahal semua bangsa yang memiliki peradaban dan kemajuan

pemikiran secrua umum serra para pemikir sepakat menyatakan adanya.

Pelaku yang Mahakuasa dan Mahabijaksana, berbagai hal muncul dan

dilakukan oleh-Nya, Dialah yang mengatur semua itu berdasarkan hikmah.

Meski seperti itu tetap saja ada segelintir orang yang mengingkari adanya

Pencipta dan memiliki pengikut yang tertipu oleh pandangan dan pendapat

mereka. Pada umumnya, orang-orang seperti itu bukan para ahli di bidang

ini, atau mereka yang enggan merespons seruan akal untuk menjelaskan

alam semesta dan kehidupan ini secara benar dan menyeluruh, menenrang

kebenaran meski mereka tahu, enggan untuk mengarungi pemikiran dan

kehidupan sesuai tuntunan pengetahuan akan Tirhan dan kebijalsanaan-

Nya, menentang dengan kecerdasan artifisial, para pecundang ataupun

berbagai fenomena dan faktor atheisme lain yang tidak terbatas.

Mengingat penarikan konklusi akan keberadaan Tuhan Yang

Mahabenar -baik pemikiran terhadap alam semesra araupun diri manusia

itu sendiri- sama seperti penarikan konklusi secara langsung, orang yang

menolak asas dan kesimpulannya hanyalah orang sombong dan congkak

dengan hukum akal. Jika demikian, ketulusan pandangan mereka yang

t Da'irah Al-Ma'aifAd-Din waAl4kbk4 021262).

81Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia $

mengingkari keberadaan Allah perlu diragukan. sepertinya mereka

mengingkari sesuatu yang diyakini oleh diri mereka sendiri'r

Kedua, hubungan anrara keyakinan dengan perilaku. Jika diper-

hatikan, perilaku manusia dalam segala hal tidak muncul begitu saja

tanpa maksud dan pemikiran, namun secara umum merupakan hasil

dari pemikiran yang terPusat pada keyakinan tertentu. Perilaku manusia

sepertinya hasil puncak atas keyakinan yang dianut, tidak peduli apakah

keyakinan tersebut benar atau menyimPang. Contohnya banyak sekali,

terlebih setiap orang bisa membuktikan sendiri hal tersebut dalam ikatan

yangadtantara keyakinan dengan pemikiran dan perilaku'

Aristoteles misalnya. Dia mencermad dam ini, mencermati perubahan

dan pergantian yang terjadi, selanjutnya mengambil kesimpulan sesuai

premis-premis prinsip pendapatnya tentang keharusan adanya elsistensi

yang menjadi sumber segala sesuatu. Hal ini dia sebut dengan istilah Sebab

Pertama (al-'ilht al-uk).Diamerupakan sesuatu yang Permanen dan benar-

benar wujud.

Hanya saja keyakinan Aristoteles akan keberadaan Tuhan yang

konstan arau penggerak yang tidak bergerak, dan keyakinan akan perubahan

alam serta makhluk yang arda. memunculkan suatu pemikiran yang tidak

bersandar pada landasan ilmiah saat menjelaskan tentang keberadaan

makhluk. Menurut Aristoteles, makhluk ada karena adanya penggerak

perrama yang tidak bergerak, karena menurutnya, pergerakan Tirhan dalam

menciptakan makhluk adalah aib dan menodai kesucian-Nya'

Perilaku Aristoteles selanjutnya berlaku sesuai dengan pemikiran dan

keyakinannya tentangTirhan. Menurutnya' tingkah laku manusia tidak ada

kaitannya dengan Tirhan, tidak diciptakan, tidak diamati dan tidak diatur'

Seperti itu juga dengan makhluk-makhluk lain yang ada di alam semesta.

Semua gambaran tersebut khususnya keyakinan yang dianut Aristoteles

terkait sifat-sifat Tirhan sama sekali tidak laik. Aristoteles berpandangan

sepeni itu karena mengacu pada keyakinannya hingga menimbulkan perilaku

tersebut. Karena itulah seorang peneliti Barat di bidang Pengetahuan agama

dan etika menyatakan rentang konsep Aristoteles tentangTirhan; Aristoteles

Muhammad Abdul Hadi Abu Zaidah, Al-Iman billahi f Atb Al-' I lmi, hlm'

Pertama.

82 6 aUa*, Islam Menurut Empat Madzhab

t35, AlamAl-Fikr'Jilid

tidak menginginkan konsep sepemi itu meski kondisi kehidupan manusia

mendukung, konsep tersebut hanya sebatas pemikiran semara yang tidak

terkait dengan alam.l

Buku-buku sejarah menyebutkan, di masa jahiliyah, bangsa Arab

memiliki keyakinan terhadap berhala hingga mereka sembah. Keyakinan

ini menimbulkan pemikiran pengagungan yang pada akhirnya berperan

menciptakan perilaku-perilaku yang kadang tidak bisa diterima akal sehat

dan tidak bersumber dari pemikiran orang yang memiliki keyakinan tersebur

Apakah permulaan penyembahan berhala dimulai dari patung yang

dibawa Amr bin Luhai dari Syam saat dia melihat orang-orang Syam

menyembah batu yang konon bisa memberi hujan saat diminta hujan, bisa

menolong saat dimintai pertolongan. SelanjutnyaAmr bin Luhai membawa

patung Hubd ke Makkah dan dipasang di sana, memerintahkan semua

orang untuk menyembahnya, ataukah penyebab penyembahan berhala

dikarenakan mereka mengagungkan bebatuan Thnah Haram yang seldu

mereka bawa kemana pun mereka pergi hingga berujung pada penyembahan

terhadap baru, namun yang jelas keyakinan tersebut menimbulkan

pemikiran pengagungan, rasa takut dan pencarian berkah, sehingga perilaku

mereka muncul berdasarkan keyakinan itu.

Ibnu Ishaq menyatakan, seriap penghuni rumah membuat berhala

yang mereka sembah, ketika ada yang ingin bepergian, terlebih dahulu

mengusap berhda itu saat naik kendaraan, dan hal serupa juga dilakukan saat

mulai pergi, kemudian setelah tiba dari perjalanan, berhala rersebut diusap.

Itulah hal pertam^ yang dilakukan sebelum masuk rumah. Selanjutnya

ketika Allah mengutus Rasul-Nya, Muhammad ffi untuk menyampaikan

tauhid, kaum Quraisy berkata,

{",",} @ aefft$ i,yi'*l tilyiIltfi

"Mengapa dia rnenjadihan tuhan-tuhan itu Tuhan ltang satu saja?

Sesunguhnya ini benar-bendr suatu hal yang sangat mengheranhan,"

(Shad:5)'z

silakan merujuk h*u Al-Akhhq ih Niqamakh*s, hlm. I152, tahqiq oleh Lut6 Sayyid, Abu Raida

Al-Inn bilhhif ,4shrAl-'Ilmi,hlm. 138, AlamAl-Fikr,Jilid t, Da'irahMahifAd-DinwaAt-Ahhhq

(t21262).

As-Suhaili,lr-RaildhAl-Aniff fafir Sirah lbni Hisyam,lll0l,Percerakan Perpustakaan Universitas

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia @ 83

Demikian pula dengan perilaku-perilaku kaum Quraisy yang sarat

takhayul dan kebohongan; seperti memberi jamuan untuk tuhan-tuhan,

memukul gelas dan lain sebagainya. Semua tindakan tersebut tidak lain

ditimbulkan oleh keyakinan yang dianut, tidak perduli apakah benar atau

menyimpang.

contoh selanjutnya memperjelas ikatan antara keyakinan dengan

perilaku; orang-orang acapkali meyakini agama merupakan fenomena

berbagai peristiwa dan kejadian sejarah, serta meyakini bahwa Peran agame

me-b"rr"rk n kezhaliman yang dilakukan terhadaP orang-orang tertindas

dan (agama) menjanjikan adanya kehidupan lain bagi mereka. Inilah faktor

yang membuat mereka enggan memberontak melawan kezhaliman.

Siapa pun yang memiliki keyakinan seperti itu' maka dia akan

menggiring pada pemikiran keharusan menyerang agama di mana saja

d.r,g* bentuk seperti apa pun. Pemikiran sePerti itu memicu perilaku

nyata yang didasari pemikiran tersebut. Kedka suatu golongan menganut

keyakinan seperri ini, secara otomatis mereka akan mengurangi jumlah

gerera dan mempersulit kaum muslimin dalam menjalankan syiar agama.

Lebih dari itu, dalam berbagai kesempatan, mereka akan menyerang

agema,menyeru orang lain agar mencampakkan agama yang mereka nilai

,"b"g"i candu masyarakat atau melenyapkan semangat revolusi.r

Kami tidak bermaksud untuk membantah kerancuan pandangan-

pandangan seperti ini, karena memang bukan fokus kami' Namun cukup

,rrrt.rk kami sampaikan bahwa perilaku orang-orang sePerti itu, di samping

berseberangan dengan akal sehat dan kenyataan, juga berbeda dengan

perilaku orang yang berkeyakinan bahwa agama addah rahmat Allah bagi

manusia seluruhnya. Pasalnya, ag meberisi penjelasan dan tuntunan terkait

hubungan antara manusia dengan alam semesta dan antara manusia dengan

sesamanya.

Semua itu terangkum dalam hubungan manusia dengan Allah.

Siapa pun yang memiliki keyakinan sePerti ini, dia pasti berpikir untuk

menegakkan agama yang benar dalam kehidupan, berperilaku berdasarkan

Al-Azhar, n.

U*,rt f.fif,;a"., silakan bacalry- Syiru'iyah waAl-Adyan,Thariq Hajii, hlm.25-31, tahun 1400,

cetakan Imihad Al-Bunuk AI-Islamiyyah.

l& eUa* Islam Menurut Empat Madzhab84

keyakinan tersebut, hingga berupaya sekuat tenaga untuk memperkokoh

agamaAllah, agar manusia meraih kebahagiaan dan kehidupan ini dengan

makmur dan sentosa.

Saat manusia berusaha mencari kebenaran, setelah akal tidak mampu

menjelaskan tentang alam semesta dan kehidupan -dalam konteks relasi

niscaya antara keyakinan dan perilaku- maka kita perlu menginterpretasikan

keniscayaan antara keyakinan dan usaha-usaha manusia, tanpa memandang

apakah keyakinannya benar atau menyimpang.

Ada baiknya untuk menjelaskan bukti kuat hubungan antara manusia

dengan keyakinan yang berporos pada konsep tentang Tirhan dan siht-

sifatNya, serta penjelasan tentang jagat raya. Kami akan menyebutkan

sejumlah contoh tentang keyakinan sebelum Islam datang, selanjutnya

akan kami sebutkan fenomena-fenomena perhatian terhadap akidah Islam.

Beragam Konsep Keyakinan Sebelum Islam

Sebelumnya telah kami singgung tentang usaha Aristoteles untuk

membuat konsep tentangTirhan yang dia tafsirkan melalui fenomena alam

semesta dan pergerakan kehidupan.

Usaha serupa juga dilakukan oleh sejumlah rekan sejawat Aristoteles

yang terkenal dalam pemikiran Yunani, seperti Plato dan para penganut

aliran Stoikismer lainnya. Kekurangan yang terjadi pada usaha Aristoteles

dalam mempersepsikan Tirhan juga dialami oleh para pemikir Yunani

lain saat meldui penelitian dan renungan.Thpi seperti yang disinggung

sebelumnya, kami menyebutkan hal ini tidaklain hanya untuk menjelaskan

kebutuhan akan keyakinan serta pengaruh hd tersebur dalam konsep hidup.

Dari sinilah kita tahu, pemikiran manusia juga mengend berbagai

I Stoikisme addah suatu madzhab filsafar Hellenistik yang didirikan di Athena oleh Zno dari Citium

pada awd abad ke-3 SM. Orangorang Stoik percaya bahwa emosi yang menghancurkan dihasilkan

dari kepurusan yang salah, dan bahwa seoran1 sagc (orang yang memiliki "kesempurnaan moral

dan intelektual") tidak akan pernah mengalami emosi semacam itu. Stoikisme di kemudian hari

mempunyai pengaruh besar pada kebudayaan Romawi. Kaum Stoikisme p€rcaya bahwa setiap

orang adalah bagian satu akal (logos) yang sama. Mcreka beranggapan, setiap orang addah sepcrti

dunia miniatur, atau mikrokosmos yang mcrupakan ccrminan dari makrokosmos. Ini mendorong

pada pemikiran bahwa ada suatu kebenaran universal, yang dinamakan hukum dam. Dan karena

hukum alam ini didasarkan pada akd manusia yang abadi dan universd, dia tidak bcrubah sejalan

berldunya waktu dan berpindahnya tempat. Jadi, ddam hd ini kaum Stoik berpihak pada Socrates

yang benentangan dengan kaum Sophis. Hukum a.lam mengatur seluruh umat manusia, bahkan para

budak (Peni).

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia @ 85

usaha para pemikir selain Yunani, semua ini menegaskan bahwa manusia

tidak mungkin hidup ranpa keyakinan -tanpa memandang apakah

keyakinan itu benar atau sdah. Rakyat Mesir kuno meyakini Fir'aun addah

tuhan, dan keyakinan itu merekakaitkan dengan keyakinan-keyakinan lain

seperri Hari Akhir, proses perhitungan amal baik (hisab), dan keyakinan-

keyakinan lainnya.

Al-Qur'an melansir perkataan Fir'aun kepada ralryatnya,

: u.o.alr, i @ -j;:b g e H Lry C tei \46-

{rn

,,Hai 

pembesar haurnhu, ahu tidah rnengetaltui Tuhan bagirnu sehin

Ahu, " (Al-Qashash: 38).

Juga firman-Nya:

{r, - yy :.rre;LJ,} @cpii'gr'c\jrii@a',6'#i'

.Maha dia mengurnpulhan (pernbesar-pembesarnya) lalu berseru

mernanggil haumnya, 6uaya) berkata: Akuhb Tuhanrnu yang paling

tio@ " (An-Nazi'a$ 23'24) .

Keyakinan ini menyeret mereka pada pencarian iaweban atas

peftanyaan; apakah Fir'aunyangmerekayakini tuhan itu mati seperti halnya

manusia lain? Pertanyaan penting ini mereka jawab dengan berbagai jawaban

yang tidak bisa dijelaskan di sini. Namun pastinya, warisan pemikiran

mereka penuh dengan berbagai bentuk konsep keyakinan, bahkan sebagian

peneliti filsafat Islam menyatakan, tentu tidak berlebihan jika kita katakan

bahwa rakyat Mesir kuno merupakan bangsa di dunia yang paling erat

berpegangan pada agama, baik dulu maupun sekarang. Jika kaum muslimin

merupakan pemeluk agam ayfigpding taat, maka orang-orang Mesir adalah

kaum muslimin yang paling taat beragama.r

Thnpa membahas renrang penilaian terhadap Pernyataan peneliti

tersebut dan sejauh mana kebenaran ikatan tingkat ketaatan pada agama

M l-Fakafah Asy-garqiyab, hlm' 42-44, t,,h..n 1950' Thab'ah Al-Anglo

Al-Mishriyyah, DRAbdul Faaahei-f"*i QadltiyatAt-Mu:adiylinAl-FabafahudAd-Din,hlm.3l,

Cet. 1, hlm.31, DarAl-'Urubah, Kuwait.

86 I& aUa*r Islam Menurut Empat Madzhab

bagi kalangan ralryat Mesir kuno dan modern, narnun inti permasalahannya

tetap sama, yaitu adanya warisan yang konsen di bidang keyakinan melalui

peninggalan-peninggalan ralryat Mesir kuno.

Keyakinan seperti ini tidak hanya terbatas bagi kaum terrentu saja,

karena ada juga rdryat India yang berkeyakinan sepurar reinkarnasi dan

keabadian ruh.t

Tidak berbeda dengan ralryat Persia yang memiliki banyak sekali

sekte dan kelompok dengan konsep politheisme yang beragam dan

persaingannya dengan apayangmereka sebut sebagai dewa keburukan dan

dewa kebaikan. Konsep ini dianut oleh kelompok dan sekte agama ralcyat

Persia secara keseluruhan, meski dalam perkembangannya (sedikit-banyak)

terkait dengan filsafat Zoroastrianisme yang menyerukan pemikiran tuhan

universal untuk melepaskan diri dari pemikiran tuhan lokal. pemikiran

filsafat ini menjelaskan, Dewa Keburukan (Ahraman) tidak lebih dahulu

ada sebelum Dewa Kebaikan (Ahura Mazda). Namun, Dewa Keburukan

berusaha untuk mengotori tugas Dewa Kebaikan. Meski Dewa Keburukan

bersifat azali seperti Dewa Kebaikan, narnun Dewa Keburukan tidak seabadi

Dewa Kebaikan.2

Qadhi Abdul Jabbar menjelaskan renrang kerancuan upaya-upaya

konsepsi Tirhan sebelum Islam tersebut sebagai berikut: siapa pun yang

merenungkan semua hal itu, mencermati dan meneliti dengan sekuat renaga

pasti tahu adanya kebodohan di tengah-tengah seluruh bangsa, banyak sekali

perkataan-perkataan yang berisi kedunguan di seluruh umat sebelum Islam.

Para filosof menyatakan, semua materi dan benda mati seperti

matahari, bulan, bintang dan langit addah benda hidup dan memiliki akal,

menciptakan dan memberi rezeki, dan jugadisembah. Kaum Nasrani seperti

yang telahAnda tahu3 dan juga kaum Majusi,a mereka berkeyakinan, ruhan

dikalahkan oleh setan kemudian tuhan turun ke bumi, di antara keduanya

DR. Muhammad Ghallab,Al-FabafahAySyaqiylah,hlm. 154, cetakanThhun 1950., perpustakan

Anglo, Mesir, Al-Bairuni, Tdhqiq ma li Al-Hind min Maquht Maqbuhtf Al-iLql au Marzuhh, hlm.

25-26.

DR. Muhamm d' Ghallab, ALFakafah Asy-garqilyah, hlm. 1 8 l , r 950, Thab'ah Al-Anglu Al-

Mishriyah, Mesir. DR. Abdul Fattah Al-Fawi, eadhiylatAl-Mu'adiyin Al-Fdbafdb utaAd-Din,hlm.

45, Cer. l, hlm. 3 l, DarAl-'Urubah, Kuwait.

Kerancuan kcyakinan kaum Nasrani akan kim bahas selanjutnya, I nsya Nla

Salah satu sekte agama Persia berpaham dualisme yang berkeyakinan adanya dua unsur utama dalam

segala hal, yaitu kebaikan dan keburukan, cahaya dan kegelapan dan seterusnya.

3

4

Bab 3: Keyakinan ddam Kehidupan Manusia @ 87

terjadi peperangan selama seribu tahun, setan berhasil mengalahkan ruhan

kemudian dikepung di surga bersama para mdaikat, saat itu para malaikat

berusaha membuat perjanjian damai, akhirnya kesepakatan damai di antara

keduanya terjadi dengan sejumlah syarat yang dikenal oleh kdangan yang

mengisahkan hal tersebut dengan penjelasan panjang-lebar. Setelah itu,

masih menurut mereka, tuhan bersama para malaikat kembali ke langit'

Rakyat Mesir kuno berkeyakinan Fir'aun adalah tuhan, seperti itu juga sekte

Mania di antara kelompok atheis yang memiliki keyakinan mirip keyakinan

kaum Majusi dan keyakinan-keyakinan rakyat India.

Setelah Islam datang membawa cahaya, menjelaskan semua materi

bukanlah Tirhan dan tidak bisa membuat materi aPaPun, dan sebagai wujud

rahmat Allah kepada makhluk-Nya, Islam berkuasa dan muncul di antara

semua agama sebagai pemenang. Islam diusung oleh orang-orang yang

bertalora, wali,'ulama dan fuqaha, akhirnya para ahli bid'ah mereka malu

pada tokoh-tokoh yang memiliki wibawa ketakrvaan itu'r

Penjelasan singkat di atas tidak lain hanya untuk menegaskan bahwa

manusia tidak terlepas dari keyakinan yang bermula dari konsepsi tentang

Tirhan yang menjelaskan renrang alam semesta dan kehidupan yang ada

di sekitar. Tentu tidaklah berlebihan jika dikatakan, orang-orang yang

menentangTirhan dan menolak agama Pasti memPerruhankan hal lain, serta

meyakini suatu agama tertentu meski mereka tidak menyatakan demikian'

Keyakinan Kaum Yahudi

Jika semua kaum yang memiliki kerancuan konsep keyakinan sePerti

kami singgung sebelumnya memiliki semacam kitab atau tidak sama

sekali seperti yang disampaikan oleh fuy-Syahrastani.2 Namun berbeda

dengan kaum Yahudi yang mengabaikan petunjuk Musa, mengubah isi

kitab turat secara keseluruhan atau sebagiannya, berdasarkan perbedaan

pendapat menurut kaum muslimin.3 Mereka membuat konsep tentang

fadhi Abdul Jabbar Al-Hamdza ni, Thtbit Dah'il An-Nubrwwah (11106), tahqiq oleh DR Abdul

Karim Utsman, DarAl-'Urubah, Beirut, 1966.

Abu Fath MuhammadAMul KarimAsy-Syaharstani,Al-Mihl(2t132), tahqiq oleh Abdul AzizAI-

Vakil, Al-Halabi.

I'hmad,Anin, Dhaha bhn (1t328), DarAI-Kimb A.l-Arabi, Beirut, Cet' 10'

I

2

3

88 t& et ia"n Islam Menurut Empat Madzhab

Tuhan menurut hawa nafsu pribadi dan kecenderungan diri, dimulai

dengan menggambarkan wujud Tirhan dengan sifat-sifat yang tidak laik se rta

keyakinan-keyakinan lain terkait manusia dan akhlak yang mereka anut.

Al-Qur' an mengisahkan penyimpangan-penyimpangan alddah kaum

Yahudi. Terkait dengan Tirhan, Al-Qur'an menyebutkan, kaum Yahudi

meyakini paham reinkarnasi. Mereka tidak puas dan tidak menerima

Tirhan yang tidak dapat diverifikasi secara empiris. Semua ini disebabkan

watak materialisme yang mereka anut. Sebagai contohnya, Al-Qur'an

mengisahkan,

#:fi {,;4 6i jj & in'.r;i J u."A fi tV

.{ oo :;r } @ ar,b ;iti i143i

"Dan (ingathh), hetika kamu berhata: 'Hai Musa, karni tidnh ahan

berirnan hepadamu sebelurn kami melihatAlhh dcngan terang, harena

itu harnu disambar halilintar sedang hamu menyahsikannya," (N-

Baqarah:55).

\ja ";i' ;^i'i 6# 3:ii s,Y.qJi jfr 3M-

i;*i |#::csi;+ 

^\ 

q Yj6 aj' u ;i -a ;

;"G; 4f X:'.V u )i'e'JAi \tIr\ ";"fu;L,

{,"r :,r...J }, @ # ([tl6-;f+C;'Ay;

'Ah li Kiab meruinta hepadarnu agar kama menurunhan hEada mereha

sebuah Kitab dari kngh. Maha sesungguhryn mereha tehh merninta

kepada Musayng lebih besar dai iru. Mereka berhata: 'Perlihathanhh

Alhh hepadn hami dtngan nlata.'Maha rnereha disambar petir harena

kezhalimannlta, dan rnereha menyembah anah sapi, sesadah datang

hepada mereha buhti-bukti lang nlata, lalu karni maafkan (rnereha)

dari yng dernikian. Dan tehh l{ami berihan hepad.a Musa keterangan

lang nlata," (An-Nisa': f 53).

Allah tk juga berfirman,

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia $ 89

1d iF'o ;Kr'- $ it"'r;ft Ht J!,fL-,;hV€t

T;'3+LJ6'"{A;; "$ K qlt -6 

;;+\ 6 J-1}6";1

{rr,r:jr,*!r} @ 'oxil

" Dan l{arni seberanghan Bani Israil he seberang hutdn ita, maka setehh

mereka sampai kepada suatu kaum lang tetap menyembah berhala

mereha. Bani brail berhata: 'Hai Musa, buathh untuh harni sebuah

Thhan (berhala) sebagairnana rnereha mernltunyai beberapa Tuhan

(berhak).'Musa menjawab: 'Sesungguh-njn hamu ini adahb haurn

yang tidah mengetahui (sifat-siftt Thhan), " (Al-Arafi 138).

Allah berfirman lagi, "Dan kaum Musa, setelah hepergian Musa

he Gunung Thur rnembuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anah

lembu yang bertubuh dan bersuara. Apahah mereha tidah mengetahui bahwa

anak lembu itu tidah dapat berbicara dengan mereha dan tidah dapat

(puta1 menunjuhkan jahn htpod" rnereha? Mereka rnenjadikannya (sebagai

sembahan) dan mereha adzkh orang-orangyang zhalirn"(Al-Arafi f 38).

Selain tenggelam dalam paham materialisme yang sesat, kaum

Yahudi juga mempersepsikan bahwa Tirhan mereka adalah tuhan e[slusif

hanya untuk mereka, tidak dimiliki manusia lain. Disebutkan dalam

Kitab Ulangan (6:8): "Karena engkau adalah bangsa suci kepunyaan Rabb

Tirhanmu. Engkaulah yang dipilih Rabb Tirhanmu sebagai umat istimewa

di antara seluruh umat di muka bumi."

Disebutkan di dalam Kitab Thwaril<h (24:20): "Akulah Tirhanmu,

Tirhan yang telah mengistimewakan kalian dari seluruh umat."

Salah seorang peneliti mengomentari konsep di atas sebagai berikut:

Konsep Tuhan kaum Bani Israil ini merupakan konsep yang chauvinis

(fanatik kebangsaan) dan rasialis. Tidak berbeda dengan dewa-dewa

chauvinis yangrdasaat itu di berbagai belahan bumi, seperti dewa Ba'al dan

Marduk yrngrda di Babilonia, Asyur yangrda, di fuiria, serta dewa-dewa

Mesir kuno pada masa Fir'aun.r

Samuel bin Yahya N-Mrghtibi, Iqham Al-Yahud,hlm. 129, tahqiq oleh DR MuhammadAbdullah

Asy-Syarqawi, Nasyr Dar Al-Hidayah, 1986.

tS ataa"l Islam Menurut Empat Madzhab90

Saat membaca penjelasan dalam Kitab Keluaran (7:33), Anda

akan menemukan betapa pandangan-pandangan mereka tentang tuhan

cenderung pada berbagai macam ilusi dan fantasi yang membingungkan.

Disebutkan bahwa tuhan berfirman kepada Musa, "Aku memperhatikan

bangsa ini, ternyata mereka adalah bangsa keras kepala. Karena itu Aku

akan menimpakan kemarahan-Ku pada mereka dan mereka akan Aku

lenyapkan.' Musa pun pingsan di hadapan Tirhan. Setelah siuman, Musa

berkata, ''Wahai Tirhan, mengapa Engkau menimpakan murka-Mu pada

bangsa yang Kau usir dari tanah Mesir dengan kekuatan besar dan hebat.

Kenapa ralryat Mesir mengatakan, 'Mereka diusir secara keji dan mereka

akan dibunuh di gunung.'Thriklah kembali murka-Mu, dan sesalilah

keburukan itu.'Akhirnya Rabb menyesali keburukan itu'."

Al-Qur'an mengomentari hal tersebut melalui firman-Nya,

,Hr, i'tWi; aj,A(r!_# 4,6;

6',;L tri

W.6,r$tj.7icai 3$;';

t-,3\&*

5$ J ,ili

A,S{:6 A

'& #'l

;n: bLV'\;6Jiq$3sj, ,r;1t{4j

qf'4 ii#.{; @ A* iK oyafi W,_vvi

91

{,,r,;su} @ t;iI AL)

" Orang-orangYahudi dan Nasrani mengatahan: 'Ihrni ini adzhh anah-

anah Alhh dan kehasih-hekasih-Nya.' I{atahanhh: 'Maha rnengapa

Alhh rnenyiksa harnu harena dosa-dosarnu?' (I(arnu buhanhh anah-

anah Alhh dan hehasih-kehasih-Nya), tetapi karnu ddzldh rnanusia

(biasa) diantara orang-ordngyang diciptakan-Nya dan menyiksa siapa

yng dihehend.ahi-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan

kepunyaan Allah - lah k emj aan antara heduanya. Dan hep ada Allzh - kh

hembali (segah sesuafii)" (Al-Maa'idah: l8).

Dan firman-Nya:

#

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia $

{ u- . :i,r } @ ai1t\Wft\i1i U'i

,,l(aukanhh :' Hai orang-orumg ldng rnengdnat ttganta Yahudi, i i ha hamu

mendzhwahan bahwa sesungguhnYa hamu saiahh kehasib Alhh buhan

manusia-manusia yang hin, maha haraphanhh hernatianmu, iika hamu

adztzh omng-orang lang benar.' Mereka ilada akan mengharapkan

hematian itu sehma-hrndnla disebabhan kejahatan yng tehh mereka

perbuat dengan tangan mereha sendiri. Dan Alhh Maha Mengetahui

ahan orang'orang yang zh alim, " (N'Jumu'ah: 6-7)'

Berdasarkan penjelasan Al-Qur'an ini, maka jelaslah seperti apa

keyakinan sesat dan menyesatkan milik bangsa Yahudi, setelah mereka

mengabaikan petunjuk ilahi. salah seorang mantan pemuka agamaYahudi

yang kini mendapatkan hidayah Allah untuk masuk Islam membantah

kesesatan mereka. Sebagaimana dia juga mendebat mereka terkait sifatTirhan

mereka. Dia juga membantah mereka yang mengklaim bahwa merekalah

kekasih-kekasih Allah, dada yang lain.

Mantan agamawan Yahudi itu menyatakan, kaum Yahudi menge-

luarkan kata-kata ngawurdankafir, tiada lain disebabkan oleh sif* kegdauan

berlebih, kenistaan, perbudakan yang mereka alami, dan penantian atas

jalan keluar yang justru membuat mereka semakin jauh hingga membuat

mereka menjadi gegabah, gelisah, dan mendorong mereka pada kekafiran

yang hanya dinilai baik oleh akd dungu mereka saja. Sehingga mereka

lancang terhadap Allah dengan kata-kata keji itu.l Dengan kata-kata itu,

sepeminya mereka memuji Allah agar balas memuji mereka dan menahan

diri untuk menurunkan siksa, karena ketika berbisik kepada Rabb dengan

kata-kara itu, sepertinya mereka memberitahukan kepada-Nya bahwa dia

lebih memilih bersikap malas, memuji-Nya demi ketenaren'z

Benar aptytngdikatakan peneliti Barat, intinya, belum ada di antara

umat-umat sebelumnya memiliki tuhan berwujud seperti manusia seperti

tuhan kaum Yahudi.3

Mengingat seperti itulah konsep Yahudi tentang Tuhan' maka

Menyinggung pernyataan Yahudi yang mereka sebut tidur dan malas'

s"-Lr t"i" vlr,y" at-ra"ghriui , lt oi u-va"a hlm. I 31 , tahqiq oleh DR Muhammad Abdullah

Asy-syarqawi, Nasyr Dar Al-Hidayah' I 986.

rW'ill Durant, Tbe Story of Ciuilization (21240).

{E eUa*t Islam Menurut Empat Madzhab

I

2

3

92

r

sampaikan saja tentang kerusakan luar biasa dalam keyakinan-keyakinan

lain mereka, seperti keyakinan bahwa kenabian hanya dimiliki Musa saja,

syariat dimulai dan sudah sempurna dengan keberadaan Musa, mengingkari

adanya naskh,mengingkari kebangkitan setelah kematian dan masih banyak

lagi keyakinan-keyakinan lain yangdisebut ddam buku-buku sejarah diran

dan sekte agama.r

Keyakinan Nasrani

Kerancuan keyakinan kaum Nasrani tidak berbeda jauh dengan kaum

Yahudi terkait Tirhan yang merupakan asas semua keyakinan. Kitab-kitab

Injil yang memakai nama sebagian dari mereka (Paulus, Matius, Yohanes,

dan Lukas) berisi kebohongan yang tidak bisa diterima akal sehat, sama

sekali tidak laik dikaitkan dengan seorang rasul. Kekacauan mereka yang

paling lancang terkait masalah ini seperti yang diruturkan Al-Qur'an tentang

paham trinitas. Allah berfirman,

Jypy-"u.6i {rfr AS';ifr 5y1-JG r{t'fur;J

1#{ <;.fii ;g <,J;, g i,1rt4 i o$ \-S lSy

{vr:;.r:ur} @ jJ -5:i;1,

" sesunguhnya haf.rhh orang-orang lang rnengatahan:'Bahwasanya

Alhh salah seorang dari yng tiga,' padahal se hali- ha li tidak ada Thh an

sehin dai Tuhan yang Esa. Jiha mereha tidah berhenti dari apd lang

mereha katakan iru, pasti oranforangyang hafr diantara mereha ahan

ditimp a s i hsaan y ang p edi h, " (Al-Ma' idah: 73) .

Kaum Nasrani menyatakan Isa adalah Tirhan, Allah ber6rman,

J6;';7 in &Jri'ii aylJ| <:i,i:l.u :s

lA ; frfQ,; i; 

^i'b36,y;y-t- I #

b <4)46iz6i 1ir,'114ii )*fri;1;i 6\,

I Asy-Syahrastani,Al-MilaluaAn-Mbal(2115-31), tahqiq olehAbdul AzizAl-I7akil.

Bab 3: Kefekinan dalam Kehidupan Manusia $ 93

.(vr ,;,:ur) @ ;U4it

" Sesungguhnya tehh haf.rlah orung-ordng yang berhata:'Sesungguhnya

Alkh ialah Al-Masih putra Maryam,' padahal Al-Masih (sendiri)

berhata: 'Hai Bani Israil, sembahkh Alhh Tuhanhu dan Tuhanrnu.'

Sesungguhnya orang ldng meinPersehutuhan (sesuatu dengan) Alhh,

mahapastiAllah rnenghararnkan kepadanya surga, dan tempanya iahh

neraha, tidahkh ada bagi orang-orangzhalim iru seorangpenolnngpun."

(Al-Ma'idah: 72).

Pandangan tentang kemanusiaan Tirhan karena menurut mereka Al-

Masih adalah anakTirhan, pandangan ini menyeret mereka pada keyakinan

keji lain; hubungan istimewa antara mereka dengan Atlah. Mahasuci Allah

dari apa yang mereka katakan.

Allah berfirman,

J9

e

{6- #. h? llfi A ['"{-,}\&S

W.vr';"$ij erriA\ at $;'{+ J 4ili

&-3r GJJA$,JY' ;,{ fi 55a $)1 16

<r;+e'-';*+';L,r$;r4i";tf '-1'.i.

<,H3i-i1 7x Hlis"M o lfu ,1i

{ r. :tlr} @

" Orang-orang Yahudi berhata:' Uzair itu putra Alhh.' Dan orang'orang

Nasrani berhata: Al-Masih itu putra Alhh.'Demihianhh itu ucapan

mereha dengan mulut merek*, mereha meniru perhataan orang'orang

hafr yang terdzhulu. Dihknati Alhh rnereha, bagaimana mereka sampai

b erp a li ng? " (At-Thubah: 30) .

Allah juga berfirman,

'e $li,i,t i{W!; a#r'lAli 4'6;

94 6 aUa*, Islam Menurut Empat Madzhab

{r,r,;,:ur} @ tdi rlfi

" Orang-orangYahudi dan Nasrani mengatahan: 'I{ami ini adahh anah-

anah Alhh dan hekasih-kekasih-Nya.' I{atakanhh: 'Maka rnengapa

Alkh rnenyiksa harnu harma dosa-dosamu?'(I{amu buhanhh anah-anah

Alhh dan hehasih-hehasih-Nya), tetapi karnu adahh manusia (biasa)

diantara oranforang yang diciptahan-Nya dan rnenyihsa siapa yang

dihehendahi-Nya. Dan hepunyaan Alhh- kh hemj aan antnrA hedaanya.

Dan kepada Alkh- hh hembali (segah sesuatu)," (Al-Ma' idah: l8).

Al-Qur'an yang menjadi rujukan kita menuturkan bentukkeyakinan

yang mereka yang begitu jauh dari kebenaran, seperti perbedaan anrara

Khaliq dan makhluk. Kitab-kitab yang mereka sebarkan dan mereka sebur-

sebut suci itu penuh dengan kerancuan keyakinan yang sebagian di anaranya

dijelaskan ddam Al-Qur'an. Memang, kitab-kitab tersebut memiliki bentuk

yang berbeda, sama seperti perbedaan antar sekte dan kelompok mereka,

namun isi penyimpangan rentang konsep Tirhan mereka hampir serupa.

Para ahli sejarah aliran dan sekte agama dalam pemikiran Islam sering

mengisahkan tentang keyakinan-keyakinan kaum Nasrani I dan kerancuan

ungkapan mereka, berikut kami sampaikan sebagian di antaranya;

Qadhi Abdul Jabbar Al-Hamdzani menjelaskan renrang kaum

Nasrani: Menurut kami, Al-Masih berkata, "Anak manusia itulah Rabb

penguasa hari Sabat."2 AI-Masih juga berkata, "Aku adalah bapaku dan

bapaku addah aku, hanya anak yang mengenal bapa dan hanya bapa yang

mengenal anak, tuhan berada dalam diriku dan aku bersama-Mu."3

Al-Masih berkata, "Aku berada ddam diri bapaku dan bapaku berada

pada diriku." Al-Masih berkata, "Aku sudah ada sebelum Ibrahim, aku sudah

melihat Ibrahim sementara dia tidak melihatku." Kaum Yahudi berkata,

'Engkau berdusta, bagaimana bisa engkau telah ada sebelum Ibrahim,

padahal usiamu baru 30 tahun."

Seperti Asy-Syahturani daltm Al-Mihl ua An-Nihal dan Qadhi Abdul Jabbar Al-Hamdzani dalam

Tattbit Ddh'ilAn-Nubuutanh,rahqiqoleh DRAbdul Karim Utsman, DarAl-'Urubah, Beirut, 1966.

Kemudian Ibnu Hazm dahm Al-Fashlf Al-Mihl ua An-Nibal, Al-Ghazali dal am Ar-Radd Al-lamil li

Ikhiyat'Isa bi Shdrih Al-Inj il, hlm. 5.

Injil Lukas.

Injil Lukas.

.,

3

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia $ 95

Al-Masih menjawab, "Aku yang membuat tanah cikal bakal Adam

dan aku dikelilingi oleh seluruh makhluk, aku datang dan pergi, pergi dan

darang."r Mereka menyatakan, pandangan kami tentangAl-Masih ini benar

adanya, sebab andai Tirhan bukanlah Isa, berarti kata-kata tersebut tidak

berarti. Menurut kami, Al-Masih addah putraAdam sekaligusTuhan, Sang

Pencipta dan Sang Pemberi rezeki baginya. Al-Masih adalah putra Ibrahim

sekaligus Tirhan, Pencipta dan yang memberinya rezeki. AI-Masih adalah

putra Israil sekaligus Tirhan, Pencipta dan Sang Pemberi Rezeki- Al-Masih

adalah putra Maryam sekaligusTirhan, Pencipta dan Sang Pemberi Rezeki."2

Tels-te}s di atas sudah cukup menjelaskan bagi siapa pun yang paham

dan merenungkan, selanjutnya setelah itu silakan dianalogikan dengan

semua kerancuan dan kekafiran teks-teks Injil lain.

Imam Al-Ghazali mengomentari banyak sekali kerancuan kaum

Nasrani dan mendebat keyakinan trinitas merekaseraya menjelaskan bahwa

pandangan ini penuh dengan kontradiktif, terlebih aib bagi Tirhan sePerti

yang mereka katakan, karena mereka sangat membedakan sifat-sifat serta

keistimewaan-keistimewaan Tirhan. Mereka j uga membedakan sifat-sifat

dan ciri khas manusia, setelah itu mereka menyatakan keduanya menyatu'

Pernyataan ini hanya dikemukakan orang yang ddak berakal -meminjam

istilah Imam Al-Ghazali. Selanjutnya Imam Al-Ghazali membantah

kerancuan mereka dengan menjelaskan, setiaP bagian yangadadalam suatu

susunan pasti memerlukan bagian-bagian lain agar susunannya semPurna.

Dalam hd ini, Tirhan -sesuai pemahaman dan pandangan Nasrani-

memerlukan manusia. Imam Al-Ghazali meneruskan, jika susunan yang

dimaksud bukanlah susunan penggabungan dan Penyatuan, dan jika

dimaksudkan lain, berarti kerusakannya jauh lebih besar'3

Imam Al-G hazclij uga mendebat kaum Nasrani terkait Al-Masih yang

mereka sebut-sebut sebagai Tirhan, juga keyakinan-keyakinan lain yang

mereka buat setelah menyimpang dari kebenaran yang disampaikan Isa.

In,iilYohanes.

Q"alieuutr"ubarAl-HamdzanidalarnTatbitDah'ilAn-Nubuuwah, l/103-104, Bhqiqolch DR.

Abdul lGrim Utsman, DarAl-'Urubah, Beirut, 1966.

N-Ghe?Ai, Ar-Radd Al-Janil li lhhiydt 'Isa bi shaih Al-Injil,hlm.l27, tahqiq oleh Muhammad

Asy-Syarqawi, Dar Al-Hidayah, I 986.

6 aUari, Islam Menurut EmPat Madzhab

I

)

3

96

{

Komentar

Penjelasan terkait keyakinan-keyakinan sejumlah kaum sebelum Islam

seperti disampaikan sebelumnya bertujuan pada dua hal;

Pertama, bukti bahwa konsep terha&p keyakinan merupakan hal yang

bersifat fitrah seperti yang kami singgung sebelumnya. Karena itu tidaklah

aneh jikakaum muslimin menaruh perhatian besar terhadap masdah akidah

dengan mengacu pada referensi-referensi Islam, selanjutnya meninggalkan

banyak sekdi warisan ilmiah di bidang ini yang sebagian di antaranya bisa

kita manfaatkan, sementara bagian-bagian yang menyimpang dari kebenaran

harus kita jauhi.

Kedua, dengan ringkas kita sampaikan, semua usaha akal manusia

dalam menggambarkan Dzat Tirhan tidak lain muncul karena kekacauan

pikiran, karena akal manusia terpengaruh oleh berbagai stimulan yanga'da

di sekitar dan bertumpu pada indera sesuai dengan karakter akal itu sendiri,

di samping akal terkait dengan raga dan lain sebagainy^ytngmemiliki ciri

keterbatasan. Semua itu menjadikan akal manusia hanya membenarkan

apapun yang dilihat, dirasa dan disebut ciri-cirinya secara detail. Ketika

berusaha di luar bidang kemampuannya, akal Pasti merugi. Hal tersebut

bisa terlihat dengan jelas pada kerancuan dan kekacauan saat akal berusaha

menggambarkan Tirhan, saat menyebut ciri-ciri Tirhan sebatas dugaan akd

semata yang dikira sudah sempurna, padahal sebenarnya tidak seperti itu.

Inilah yang membuat pembahasan akidah Islam menapaki jalan

berbeda dengan bersumber dari petunjuk Ilahi, akal hanya difungsikan

pada batasan-batasanny^ yang laik. Ketika ada sebagian orang menyalahi

jalan ini, artinya telah menyimpang dari rangkaian pembahasan akidah.

Orang-orang seperti ini lebih mirip kaum-kaum yang memiliki kerancuan

keyakinan seperti telah dijelaskan sebelumnya, berbeda jauh dengan para

pemilikkeyakinan dari kalangan sahabat Rasulullah, para tabi'in, dan siapa

pun yang gigih meniti kebenaran di atas manhaj dan keyakinan beliau

sepanjang sejarah manusia.

Islam dan Akidah yang Benar

Sebelumnya telah disinggung bahwa manusia sepanjang sejarah

mengenal banyak sekali konsep keyakinan yang sarat dengan kekacauan

berciri kerancuan karena seluruh konsep tersebut bersumber dari akal

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia @ 97

manusia, baik bagi mereka yang memiliki kitab-kitab samawi maupun

mereka yang mengenal petunjuk ilahi namun mereka campakkan begitu

saja. Amat buruk sekdi perbuatan yang mereka lakukan, merekalah orang-

orang yang rugi. Islam kemudian datang saat manusia telah mengenal

sejumlah kesesatan dan penyimpangan ddam akidah itu. Islam -seperti yang

diputuskan Allah- merupakan agama yang benar di sisi-Nya, seperti yang

dia sampaikan, " Sesunguhnya agarna (lang dlrldhai) di sisi Alhh hanyahh

Islam," (Ali'Imran: l9).

Tidak ada petunjuk yang benar di luar Islam, Allah berfirman,

u :*.9O'fi f,'JA 

"v 

6t &{ &'g; J3

{,ro :..rr,^.o Jr} @ t-4.Sli

" Barangsiapa mencari dgarna sehin agarnd Ishrn, maka sekali-kali

tidahkh ahan diterima (agama in) darinya, dan dia di akhirat terrnasuh

orang-orangyang rugi. " (Ali 'Imran: 85)

Dengan ciri tersebut, Islam layak untuk menyampaikan akidah yang

benar kepada manusia, guna melenyapkan gelapnya kesyirikan, paganisme,

dan berbagai klaim dusta.

Dan memang seperti itulah yang terjadi. Dalam hal ini Al-Qur'an

memberikan bekal pamungkas, tidak ada bekal lagi setelah itu bagi siapapun

yang berkeyakinan. Demikian juga sunnah dan sumbangsih para sahabat

dalam memberi penafsiran dan penjelasan terkait akidah yang benar.

Selanjutnya ketika bangunan lslam mulai tumbuh berkembang, ulamayang

tulus berperan menjelaskan mana yang benar dan mana yang menyimpang

ddam hal akidah. Dengan demikian perpustakaan Islam mengend sejumlah

besar karya tulis tiada ternilai yang bisa dimanfaatkan dan disebarkan oleh

kaum muslimin hingga saat ini.

Sebelum menyebut sejumlah

bangun sisi akidah bagi individu

disampaikan beberapa hal berikut;

contoh perhatian Islam ddam mem-

dan jamaah, terlebih dahulu perlu

Pertarna, penulis hanya menjelaskan inti secara ringkas dari satu sisi

karena poin-poin akidah yang akan dibahas memerlukan penjelasan panjang

lebar secara tersendiri yang mungkin akan dibahas lain waktu, insya Allah.

98 6 aUa*, Islam Menurut Empat Madzhab

Sebagai contoh, akidah yang benar dalam Al-Qur'an memerlukan penjelasan

hingga berjilid-jilid kitab. Demikian juga dengan penjelasan dalam sunnah.

Karena itu, kami hanya menyebut beberapa contoh saja, selanjutnya

kami sarankan bagi yang ingin mengetahui lebih lanjut untuk merujuk

pada buku-buku khusus yang dimal<sud.

Kedua, penulis hanya menyebut aytt-ay^tdan hadits-hadits saja tanpa

membahas pandangan para ahli tafsir dan penjelas hadits, karena sudah

memberikan petunjuk dengan jelas. Demikian pula saar menyebut kitab-

kitab ulama terkait masalah akidah, kami tidak memberi penjelasan secara

rinci, cukup menyebut kata-kata singkat saja, karena penjelasan secara rinci

akan memperpanjang lebar.

AI-Qur'an

Masalah akidah banyak dibahas dalam ayet-ayat N-Qur' an, sebagian

di antaranya menyebutkan secara tegas dan sebagian lain hanya menyebutkan

intinya, seperti asas, syarat-syarat dan buah iman. Di samping itu terdapat

pula sejumlah ayat yang mengisahkan pembangkangan kaum para rasul

terdahulu, didog yang terjadi di antara mereka kemudian hasil akhirnya.

Semua ayat-ayat tersebut bertujuan meluruskan akidah dan menempatkan

konsep Islam dalam menghadapi berbagai masalah.

Perlu disampaikan, Islam datang setelah konsep-konsep Persia tentang

paham politheisme, penyimpangan-penyimpangan Yahudi dan Nasrani

dalam membuat konsep tentang Tirhan, di samping paham paganisme

dan materidisme Yunani. Munculnya Islam sebagai agama penuup untuk

seluruh risdah langit di tengah-tengah kebodohan, paham paganisme dan

kerancuan keyakinan orang-orang Arab, menghadapi situasi semacam iru,

AI-Qur'an fokus menjelaskan kebenaran terkait konsep ketuhanan yang

merupakan pangkal semua keyakinan, asas yang harus diterapkan untuk

menangkal seluruh kerancuan keyakinan yang pernah ada sebelumnya.Asas

itu adalah tauhid yang diserukan oleh para nabi, hanya saja kebanyakan

manusia menyimpang dari jalar;. yang lurus.

Ihuhid

Al-Qur'an menegaskan dalam sejumlah ayat, sebagian di antaranya

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia @ 99

berbentuk informasi penegasan yang ddak menyisakan ruang ijtihad bagi

akal manusia dan tidak sepatutnya dilakukan oleh orang mukmin yang

beriman kepada Al-Qur'an dan sunnah. Berikut kami sebut beberapa

contohnya:

Allah menyatakan,

e;ij6'J$z"t "$i6i# # Yf${';iilv

'rii ;t'i;ivt b$ 55 ix,>Fi O( 55

{'l - "\ :J^'Jl}' @

" Alhh berfrnun: Janganhh harnu Tnenlernbah dua iltan; sesungubnya

Diatah Tuhan yng Maha Esa, maha hendahkh kepada-Ia saja hamu

tahut.'Dan hepunyaan-Nya-lah segak dPa lang adz d; hngt't dzn di

bumi, dan unruk-Nya-hh heuann iru sekma- hrnafila. Maha TnengaPa

harnu bertakwa kepada seh;n Alhh?" (An-Nahlt 5L'52)

Allah berfirman,

,i6 E\ i *ii;\19 $;$4fite[r.;I K

W i(e'*':tt &;A "q*;:zu'L's ut,i,

{rrr:cr-1,} @ L<"$S;Ii G",ttfri&

" Dan katahankh: 'Segak puji bagi Alhh Tang tidah mernpunyai anak

dan tidak mempunyai sehutu dnhm herajaan-Nya dan Dia buhan

pah hina lang rnernerlukan penolong, dan agunghanhh Dia dtngan

pengdgangan yang sebesar-besarnya." (Al-Isra': I I I)'

Allah mengatakan,

:;vn ) GD fr 4,34n;\;w1; i:$ -;' :vL

{rr '

"Katahanlab: 'sesunguhnya ahu ini manusia biasa seperti kdmu,

yang diuahyukan hepadahu: 'Bahwa sesungguhnya Tuhan hamu itu

100 I eUa*t Islam Menurut Empat Madzhab

adzhl Tithan yang Esa.' Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan

Tuhannya, rnaka hendahhh dia rnengerjahan amal yang shalih dan

janganhh dia mernpersehuruhan seorangpan dahm beribadah hrprfu

Tilhanryn," (Al-Kahfi: I l0).

Allah berfirman,

fiJrt"'-usul 1{;iqs"eiiL-d

;,

er/,4)

t9J.J

,1

'4)

5

4.iL

ril)fi'{

{rrv :;)r,rtt} @ i,t};{SU3$

" Dan barangsiapa rnenyernbah Tuhan yang hin di samping Alkh,

padahal tidah ada saata dalil pun baginya tentdng itu, maha

sesunguhnya perhiangannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya oranf

orangldng hafir itu tiada beruntuog," (Al-Mu'minun: ll7).

Ayat-ayat yang menegaskan tauhid di ams selain dinilai sebagai

bantahan terhadap orang-orangyang berkeyakinan lebih dari satu Tirhan

baik dua ataupun tiga, juga sebagai bantahan terhadap mereka yang

{'.n:,u!r} @ 5r:#

" Katabanhh: 'Sesungguhnya yang diwahyuhan hepadahu adalah:

' Bahuasanya Thhanrnu anabh Tuh an yang Ba. Maha h mdzk kh hamu

berserah diri (hepadz-Nlo), " (Al-Anbiya' : lO8).

Inti semua ini terlihat j elas dalam surat Al-Ikhlxh: " l(ata h an h h :' D ia-

tth Athh, yang Maha Esa. Alkh ddakh Tuhan yang bergantung hepada-Nya

segah sesuatu. Dia tiada beranah dan tidak puh diperanakhan. Dan tidah

ada seorangpun ldng setara dzngan Dia," (Al-Ikhlashz l-4).

Ayat-ayat di atas dan ayat-ayat serupa lainnya menegaskan keesaan

Allah yang Mahasuci untuk memiliki anak, istri, dan sekutu. Masih banyak

ayat-aytt lain yang menegaskan keesaan Allah melalui argumen akal yang

bisa dimengerti oleh siapa pun tanpa memerlukan premis-premis logis atau

dalil-ddil filsafat yang banyak kerumitan dan ketidakjelasannya.

Di antaranya, Allah berfirman,

"gf$rAb 

+ 5'tf+L{ A: dr-

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia $ l0l

menyarakan Allah memiliki anak dan kekerabatan, di samping itu Al-Qur' an

juga secara tegas mengkafirkan orang-orang yang menyatakan bahwa Allah

adalah yang ketiga di antara tiga kesatuan (trinitas).

Juga secara tegas mengkafirkan mereka yang menyatakan bahwa

Allah adalah Al-Masih puua Maryam dan melaknat orang-orang yang

menyatakan-Nya dengan sifat-sifat yang ddak layak. " orangorangYabudi

berhata: 'Tangan Allah terbelenggu.' Sebenarnya tangan merehakh yng

dibelengu dan merekahh yang dihhnat disebabhan aPa lang tekh mereka

katakan itu. (Tidah demihian), tetapi kedua-dua tangan Alhh terbuha; Dia

menafhahhan sebagaimana Dia hehendahi," (Al-Ma'idah: 64). Ayat ini

disebut saat Al-Qur'an menuturkan kesesatan dan penyimpangan konsep

orang-orang Yahudi dan Nasrani.r

Konsep-konsep kaum Yahudi dan Nasrani terlihat jelas adanya

unsur menyamakan Allah dengan makhluk, itu karena dalam Al-Qur'an

disebutkan sejumlah ayar-tyaryans menyebutkan ciri-ciri tertentu bagi-Nya.

Namun oleh sebagian manusia dipahami secara keliru, sePerti 

^yat-ayaty^ng

menyebut tangan, mata dan wajah. Karena itu Al-Qur'an menyucikan Allah

dari kesamaan dengan makhluk karena kesamaan ciri tidak mengharuskan

kesamaan hakikat, seperti yang Allah tegaskan dalam firman-Nya,

{lr :u,:lr} @ ;ti,-* ,$J4

"Tidah ada sesuatu Pun lang seril.Pa dzngan Dia, dan Dia-hh yang

Maha Mendengar dan Melihar. " (Asy-Syura: 1l).

Dan firman-Ny",

# J,, V'ti'Xl;;$i L{'fr 3ti:ii'u>-,.i J

{t ., ,swlr} @

*Dia tidah dapat dicapai oleh penglihatln Tnlttt, sedang Dia dapat

melihat segah yang helihatan; da.n Diahh yang Mahahalus hgi Maha

Mengetahui," (Al-Arf am: 103).

I DRAhmadMuhanna, TartibAl-QufanminAn-NahiyhAl-Maudhu'iyyah(21107)'T.hab'ahAsy-

Sya'b, Mesir.

Mgi

to2 @ at ia*, Islam Menurut Empat Madzhab

Mengingat sej umlah konsep menyimpang menyebut Tirhan dengan

ciri-ciri yang mengindikasikan tidak terkait dengan makhluk dan tidak

berpengaruh -Mahatinggi AUah dari ucapan mereka itu, untuk itu AI-

Qur'an menyebut ayat-ayat berisi sifat-sifatNya. Allah menyebut diri-

Nya dengan sifat hidup, kuasa, mengerahui, berkehendak dan sifat-sifat

sempurna serta agung lainnya. Sifat-sifat itu disebut secara berulang ddam

bentuk informasi dan penegasan. Seperti:

Zo,!.i6 t G b t9'; J y;,1 i7 

",3r, x p:;t

{,.r :6u! } @ 3*;16 ,y{9';j

" (Yang memilihi sifat-sifat yang) dernihian iru iahh Allah Tiuhan harnu;

tidak ada Tuhan sehin Dia; Pencipta segah sesuafii, maha sernbahhh

Dia; dan Dia adahh Pemelihara segah sesultt,"(Al-An'amt lO2)

Konsentrasi Al-Qur'an dalam menjelaskan rukun-rukun iman,

membantah kebohongan-kebohongan Ahli Kitab, menjelaskan kesesatan

para kaum paganis dan atheis yang tidak meyakini adanya Hari Kiamat

serta keyakinan-keyakinan menyimpang lain yang menjadi perdebatan dan

pertikaian setelah itu. Dengan demikian kita tahu, Al-Qur'an menaruh

perhatian besar ddam menjelaskan akidah, menangkal berbagai syubhat

yang dihembuskan oleh berbagai macam konsep manusia sebelum Islam

datang.

Masalah tauhid yang kami jelaskan sebelumnya tidak lain hanya

penjelasan singkat meski tauhid merupakan masalah penting, mengingat

sebagian besar topik dalam bab akidah memiliki ikatan erat dengan tauhid

dalam hal Dzat dan sifat-sifat Allah, muhharn dan mutasyabih. Semoga

Allah berkenan memberi kemudahan kepada kami atau yang lain untuk

membahas masalah akidah ddamAl-Qur'an secara tersendiri secara ilmiah

dan kokoh.

Sunnah

Secara logika, tidaklah benar jika Nabi Muhammad ffi tidak memiliki

konsen untuk menjelaskan masalah-masalah akidah yang benar. Pasalnya,

beliau datang membawa risalah yang menempatkan akidah sebagai persoalan

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia @ r03

utama. Selanjutnya ryariat dibangun di atas fondasi tersebut, hingga Allah

mewarisi bumi dan para penghuninya. Dan inilah yang benar-benar terjadi.

Rasulullah berinteraksi dengan kaumnya, mengajarkan hakikat,

syarat-syarat dan etika iman, menjawab berbagai Pertanyaan orang; baik

dari kdangan Ahli Kitab ataupun kalangan lain. Sebagian besar pertanyaan-

pertanyaan terjadi di permulaan dalailah tentang akidah. Tekanan kuat yang

menyerukan untuk kembali kepada tauhid mengguncang keyakinan di

sanubari siapa pun yang mendengar. Tentu sulit untuk memastikan adanya

satu ada beberapa bab khusus ddam kitab-kitab hadits yang mengisyaratkan

berisi riwayat-riwayat tentang akidah saja, sebab banyak sekali bab yang

tidak menyebut judul tauhid .iuga menyebutkan sejumlah hadits terkait

dengan asas akidah, seperti yang disebutkan ddam bab berpegang teguh

pada sunnah misalnya, pun demikian juga dalam bab fitnah.

Berikutnya kami sebut beberapa bab saja sebagai bukti bahwa

Rasulullah ffi menaruh perhatian terhadap berbagai permasalahan yang

akan terjadi selanjutnya.

Shahih Al-Buhhari menyebutkan bab berjudul; Bab Ajakan Thuhid

Nabi Muhammad kepada Umatnya. Berikut kami sebutkan hadits-hadits

bab ini;

Potama,Abdullah bin Aswad mengabarkan kepadaku; Fadhl bin Alla'

mengabarkan kepada kami; Ismail bin Umaiyah mengabarkan kepada kami;

dari Yahya bin Abdullah bin Shaifi, dia mendengar Abu Ma'bad -budak

milik Ibnu Abbas- berkata, "Aku mendengar Ibnu Abbas berkata, 'Saat

mengutus Mu adz ke Yaman, Nabi Muhammad berpesan padanya; 'Enghau

ahan mendatangi sehelompoh haum Ahli Kitab, hendahhh yangpertama hali

engkau seruhan adalah agar maeha rnengesahan Alkh, jiha mercka tncngetahui

bal iru, sampaihan hepada rnereha bahwaAlhh meuajibhan shalat lima wahtu

sehari semalarn, jika mereha rnAu tnenunaikan shaht, sampaihan hepada

mereha bahwa Allah rneuajibhan zahat harta yang dipungut dari orang-

orang haya dan dikernbalihan hepada orung-orang mishin di antara mereha,

jiha mereha mengahui hal iru, panguthh (zahat itu) dari mereha dan jagalah

diimu (untuk rnemungut) harta-harta mereka yang terbaik'."

Kedua, diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri;

Seseorang mendengar orang lain membaca surat Al-Ikhlash yang dia

to4 t& At ia"l Islam Menurut Empat Madzhab

ulang-ulang. Pada pagi harinya, dia mendatangi Nabi Muhammad dan

menyampaikan hal iru. Sepertinya dia menganggap surat tersebut hanya

sedikit, kemudian Rasulullah bersabda, " Demi Dzat yang jiwaku berada di

tangan-Nya, Dia (sarat Al-Ihhlzsh) menyamai sepertiga Al-Qur'an."

Ketiga, diriwayatkan dari Aisyah; suatu ketika Nabi Muhammad

mengutus seseorang unruk memimpin pasukan. Dia memimpin pasukannya

dan selalu diakhiri dengan surat Al-Ikhlash. Saat kembali, mereka

mengadukan hal itu kepada Nabi Muhammad, beliau bertanya, " Tanyahan

hepadznya, kenapa dia rnehkuhan hal itu?'Yang bersangkutan menjawab,

'Karena surat itu adalah sifat Allah Yang Maha Pengasih, saya suka

membacanya.' Nabi bersabda,' Beiahuhan dia bahwa Alhh mmcintAinyt' ." 1

Dalam kitab tauhid ini, sejumlah hadits menyebut sifat-sifat yang

sesuai dengan Dzat Allah. Dia Mahakuasa, Sang Pencipta, Pemberi Rezeki,

Maha Mendengar dan Maha Melihat, serta sifat-sifat dzatiyah drn f 'liah

lain menurut klasifikasi para ahli ilmu tauhid.2

Bab yang sama juga menyebutkan akidah sebagian ahli kitab yang

mempercayai Rasulullah ffi. karena sesuai dengan kebenaran, berikut

contohnya;

Musaddad memberitahukan kepada kami, dia mendengar Yahya

bin Sa'id dari Sufran, Manshur dan Sulaiman mengabarkan kepadaku

dari Ibrahim dari Ubaidah bin Abdullah: Seorang Yahudi mendatangi

Nabi Muhammad, dia berkata, "'\0'ahai Muhammad, Allah memegang

seluruh langit dengan satu jari, memegang seluruh bumi dengan satu jari

dan memegang seluruh makhluk dengan satu jari lalu berfirman, Aku-lah

Raja,'Rasulullah pun tertawa hingga gigi-gigi geraham beliau terlihat, lalu

membaca, 'Dan mereka tidah menghon tati Alhh dengan penghormatan yang

semestinya, " (Al-Arfam: 91).3

Hadits di atas disebutkan dalam bab 6rman Allah d#; 'Hai iblis,

apahah yang menghalangi hamu sujud hepada yang telah Ku-ciptahan

dengan hedaa tangan-Ku,"(Shad:75). Ibnu Baththal menjelaskan, ayat ini

menegaskan dua tangan bagi Allah. Kedua tangan merupakan sifat-sifat

lbrutHajat Fathul-Bari Syarh ShahibAl-Buhhai(131347-348), DarAl-Ifta', tuab Saudi.

Sifrt-sifat dzttiyal semisal hidup, kuasa, mengerahui, mendengar dan berbicara, sifat-sifatf'@ah

misalnya menciptakan, memberi rezeki, mcnghidupkan, dan lainnya.

lbnu Hr1ar, Fathul-Bai $arb Shahih Al- Buhhai (13 I 393).

I

7

3

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia @ r05

Dzat, bukan anggota badan, ddak seperti kdangan yang menegaskan kedua

Bngan tersebut sama dengan milik makhluk-Nya. Atau kelompok Jahmiyah

yang menafikan sifat-sifm tersebut. I

Ddam ShahihAl-Bahhari jugdisebutkan kitab takdir. Di ddam kitab

ini menyebut sejumlah hadits yang membantah pandangan para pengingkar

takdir bahwa semua hal terjadi begitu saja tanpa takdir.

Imam Muslim meriwayatkan melalui sanad Thawus: "Saya

menjumpai sejumlah sahabat Rasulullah menyatakan bahwa segala sesuatu

terjadi berdasarkan takdir, saya mendengar Abdullah bin Umar berkata,

'Rasulullah ffi. Bersabda, 'Segah sesudtu. in (berhhu) berdasarhan tahdir,

bahhan helemahan dan hecerdasan'."Riwayat yang disampaikan Thawus ini

-baik dinilai marfu'(sanadnya sampai hingga Rasulullah) atauPun rnauquf

(sanad hanya sampai hingga sahabat)- tetaplah sesuai dengan firman Allah,

" Padahal Alkh-lah yang mencipuhan hamu dan apa yang harnu perbuat itu,"

(Ash-Shaffae 96).

Sebagaimana dikenal di kalangan sahf dan hhahf, ayat ini turun

terkait mereka yang mengingkari takdir. Imam Muslim meriwayatkan dari

Abu Hurairah, "Orang-orang musyrik Quraisy datang, mereka mendebat

Nabi Muhammad tentang takdir, lalu ayat tersebut turun."2

Maksud kami, sunnah juga sarat dengan perhatian untuk menjelaskan

akidah, membahas berbagai masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir,

pengingkaran terhadap hari kebangkitan dan masalah lain sesuai petunjuk

wahyu, karena untuk menjelaskan semua masalah tersebut Rasulullah

merujukAl-Qur'an, menjelaskan atau menyebut ayat sebagai bukti penguat

atas apa yang disampaikan beliau. Dengan membaca kitab-kitab sunnah,

maka dalil-dalil yang membuktikan kebenaran hal tersebut akan dapat

diketahui.

Para Sahabat Rasulullah,ffi dan Akidah yang Benar

Sahabat adalah mereka yang tumbuh berkembang dengan mem-

pelajari dan mengamalkan Al-Qur'an di bawah pengawasan Rasulullah

secara langsung. Mereka addah manusiayang paling gigih dalam meluruskan

I Ibnu Hajar, Fathul-Bari Syalh Shahih Al-&.khai, 131393.

2 Ibnu Hajar, Fathul-Bari Slarb Shahih Al-Buhhai (lll478).

r06 & aka"n Ishm Menurut Empat Madzhab

akidah. Masdah ini memerlukan penjelasan panjang lebar, namun cukup

untuk kami sebut beberapa contohnya saja.

Suatu ketika Umar bin Al-Khathab ,S ditanya oleh seorang yahudi,

"Bagaimana pandanganmu terkait firman Allah berikut; 'surgayang luasnya

seluas hngtt dan bumi.'(AIi 'Imranr, 133) Lantas neraka di mana?' Umar

berseru kepada sahabat-sahabat Rasulullah,'Jawablah perranyaannya!'

Mereka tidak tahu jawabannya, lalu Umar balik bertanya, 'Menururmu

bagaimana, sungai pada malam hari memenuhi bumi, lantas di mana sungai

berada saat siang hari?'

Si Yahudi itu berkata,'Demi Dzar yang jiwaku berada di tangan-Nya,

wahai Amirul Mukminin, hal itu temera di dalam kitab yang diturunkan

Allah seperti yang saya sampaikan,' maksudnya kitab Thurat,.,'r

suatu ketika Ali bin Abi Thalib diberi laporan bahwa ada seseorang

yang mempermasalahkan kehendak Allah. Lalu Ali bertanya padanya,

"'w'ahai hamba Allah, Allah menciptakanmu seperti yang Dia kehendaki,

ataukah seperti kehendakmu?"

"Seperti yang Dia kehendaki," jawabnya.

Ali balik bertanya, "Allah membuatmu sakit sesuai kehendak-Nya

ataukah kehendakmu?"

"Sesuai kehendak-Nya," jawab orang itu lagi.

Ali kembali bertanya, "Allah menyembuhkanmu sesuai kehendak-Nya

ataukah kehendakmu?"

"Sesuai kehendak-Nya," jawabnya.

Ali pun bertanya lagi, "Allah memasukkanmu (ke surga atau ke

neraka) sesuai kehendak-Nya ataukah kehendakmu?"

"Sesuai kehendak-Nya," jawab orang tersebut.

Ali menimpdi, "Demi Allah, seandainya engkau menjawab yang

lain, pasti kedua maramu aku tusuk dengan pedang."2

Imam Muslim meriwayatkan dalam kkab shahih-nya, yahya bin

Ma'mar menyatakan, orang pertama yang mempermasalahkan takdir di

Bashrah adalah Ma'bad Al-Juhani. Saya bersama Hamid bin Abdurrahman

Al-IGndahlawi, Hayt,*h-Shahabat, 3139, Crt. 2, DarAl-ealam, Damaskus.

Al-tGndahlawi, Haltat,4sh-Shartabdt, 31 39, Cet.2, DarAl-ealam, Damaskus.

I

)

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia @ IW

Al-Himyari pergi menunaikan ibadah haji atau umrah. Kami pun berkata,

"Andai saja kita bertemu seorang sahabat Rasulullah, lalu kita tanyakan

tentang takdir yang mereka permasdahkan."

Akhirnya kami bertemu Abdullah bin Umar bin Al-Khathab di ddam

masjid, lau kami berdua menghampirinya. Salah satu berada di sebelah

kanan dan yang lain berada di kiri. Saya kira temanku iu mewakilkan

padaku untuk menyampaikan masalah tersebut, saya Pun berkata, "'Wahai

Abu Abdurrahman, di tempat kami ada sekelompok orang, mereka hafal

Al-Qur'an, banyak ilmu -dia menyebut ihwal kelompokyang dimalaud-

narnun mereka menyatakan takdir tidak ada, segala sesuatu terjadi begitu

saja tanpa takdir."

Abdullah bin Umar mengatakan, "Jika engkau bertemu mereka,

sampaikan bahwa aku berlepas diri dari mereka, mereka juga terbebas &riku,

dan yang bersumpah seperti itu addah Abdullah bin Umar. Andai salah

seorang di antara mereka memiliki emas sebesar Gunung Uhud lalu dia

infakkan, Atlah tidak akan menerimanya, hingga dia beriman pada takdir."

Setelah itu Ibnu Umar berkata, 'hyahku, Umar bin Al-Khathab

memberitahukan kepadaku." Dia menyebut hadits Jibril yang datang

menghampiri Nabi Muhammad untuk mengajarkan agama kepada para

sahabat, di antaranya menyebutkan; "Enghau beriman kepada takdir; baik

rnaapun buruhnya."l

Imam Ahmad bin Hambal menyatakan, tidak ada satu pun

permasalahan melainkan telah dibahas oleh para sahabat, kemudian saat

berbagai negeri berhasil ditaklukkan dan Islam menyebar luas, para sahabat

membahas berbagai jenis amd berdasarkan kitab dan sunnah, hanya sebagian

kecil saja yang membahas masalah-masalah tertentu.2

Maksud Imam Ahmad, kehidupan yangtdadi sekitar sahabat tidak

jauh dari perhatian dan penanaman akidah, ibadah, akhlak dan segala

tingkah laku. Mereka membangun kehidupan di atas asas taloya dan ridha

Allah 3

Ibnu Ltsir, lami' Al-Uhul f Ahadix Ar-Rasal (l I 208-209), 1969..

Ibnu Thimiyah, Ma'arij Al-Vuhul, hlm. 43, Al-Maktabah Al-'Ilmiyah, Madina.

DR Musrhafa Hllmi,Manbaj'Uhtnz' Al-Hadirwa,4s-Sunnahf UhulAd-Din,tlm.25' C€c l, Dar

Ad-Da'wah, Alexandria, Mesir.

I

)

3

108 lD akia*, Islam Mcnurut Empat Madzhab

Pada masa tabi'in terjadi sejumlah perubahan seperti adanya

kelompok Syiah, Khawarij dan Murjiah. Thbi'in sering kali membantah

kelompok-kelompok menyimpang tersebut. Sejarah mengabadikan dialog

dan perdebatan mereka, seperti yang dituturkan dalam buku-buku sejarah

aliran dan sekte agama. Sejak saat itulah tulisan-tulisan di bidang akidah

dengan manhaj salaf bermula, sebagai bantahan atas manhaj-manhaj lain.t

Ulama dan Akidah yang Benar

Di masa sahabat dan tabi'in belum diperlukan adanya tulisan-

tulisan tersendiri tentang akidah, karena permasalahan-permasalahan

yang terjadi di masa itu hanya disebabkan oleh kesalahpahaman sebagian

kalangan menyimpang yang selanjutnya dibantah sesuai kondisi saat itu.

Namun semuanya mengalami perkembangan saat kelompok-kelompok

bermunculan dengan beragam pemikiran yang diadopsi dari kalangan

nonmuslim, sehingga kebenaran bercampur dengan kebatilan dalam

keyakinan kelompok-kelompok itu. Ini terjadi di akhir-akhir masa sahabat

dan tabi'in.2 Karena itu wajib bagi ulama dari kalangan fuqaha dan ahli

hadits untuk membantah kelompok-kelompok tersebut dalam perdebatan-

perdebatan panjang atau karya-krrye tulis di mana sebagian besar di

antaranya disimpan secara rapi oleh sejarah untuk kita dengan jumlah yang

tidak terbatas, narnun kami hanya akan menyebut beberapa contoh saja

yang menegaskan konsen ulama untuk menjelaskan akidah yang benar.3

Pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah, terdapat sejumlah karya tulis di

bidang akidah karya fuqaha dan para ahli hadits. Imam Abu Hanifah (w.

150 H) memiliki kumpulan risalah di bidang akidah berjudul Al-Fihih

Al-Ahbaryang dinisbatkan padanya.a Kumpulan risalah ini berisi jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan seputar akidah seperti yang akan dijelaskan

selanjutnya -insya Allah. Dan jawaban yang diberikan sesuai manhaj

sahabat dan tabi'in.

Ibid.

lbnuTeimiyah, Al-Rtrqan bain Al-Haqq ua Al-Bathil,hlm. 156, Majmubt Ar-Rzra' il, jilid, pertame,

cecakan Shubaih, Mcsir.

Untuklebih jelassilakenmerujuk Aqa'id,*-klaf,hlm. 5-7, disusun oleh DR Ali SamiAn-Naqrsyar,

DR Ammar Ath-Thdibi, Dar Al-Ma'ari[, A]exandria, I 98 I .

Abu Hanifah, Rzsa' il Al-Alim wa Al-Muthllim, Al-Fiqh Al-Absath den Risahh ih 'Utsman Al-Batti,

Disusun dan Dirahqiq oleh Syaikh Zahid Al-Kautsari ( 1368 )

I

)

3

4

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia $ r09

Terdapat sebuah risalah yang dinisbatkan kepada Imam Malik (w. 179

H) berisi bantahan terhadap Qadariyah. Sejumlah buku menukil risalah

tersebut berisi penjelasan tentang akidah salaf ash-shalih terkait masdah

takdir yang tengah menjadi pembahasan hangat dan tersebar di masa itu

karena dominasi Mutazilah, salah satu sekte di bidang masalah-masalah

akidah.

Imam fuy-Syaf i (w.204 H) memiliki sejumlah karya tulis, seperti

hsbat An-Nubuwwah wa Ar-Radd Ah Al-Barahirnah.Imam Ahmad bin

Hambal (w. 241 H) mengeluarkan Ar-Radd Ak Allahrniyyah. Kitab ini

berisi bantahan terhadap kelompok Jahmiyah terkait keyakinan-keyakinan

mereka yang menyimpang. Buku ini diterbitkan di sela buku berjudul

' Aqa' id As-Sakfkarya DR. An-Nasysyar.

Imam Al-Bukhari punya risalah berjudul KhaQ Af'alAl-'fbad. Kitab

ini menjelaskan masalah penting, termasuk inti akidah yang sejak dulu

hingga sekarang diperdebatkan. Ibnu Qutaibah -salah satu imam hadits-

memiliki karya Al-Ikhtihf rt ALLafzh rua Ar-Radd 'ah AQahmiyyah wa

Al-Muryabbihah.lmem Darimi pemilik kitab sunan juga memiliki karya

berjudul Ar-Rndd 'ak Al-Jahmiyyah. Begitu juga ulama-ulama lain, pada

dua abad terakhir, memiliki sejumlah karya tulis yang tidak bisa dijelaskan

secara panjangJebar di sini.

Pada abad ke-4 Hijriyah, Ibnu Khuzaimah (w. 31 I H) -pemilik salah

satu kitab shahih- memiliki karya tulis berjudul Kitab At-Thuhid wa ltsbat

Shifat Ar-Rabb Jalh wa Ah.t Kemudian ,{ l-Aqidah Ath-Thahawiyyah,larya

Abu Ja'far Ath-Thahawi, seorang ahli 6kih yang meninggal pada 321 H.

Imam Al-fuy'ari menulis Al-Ibanah.Ibnu Baththah Al-Akbari (w. 378H)

menelurkan kitab dengan judul sama, Al-Ibanah.

Pada abad ke-5 Hijriyah, terdapat karya berjudulAl-Fashlf Al-Mihl

wa An- Nih al, karya Imam Ibnu Hazm (w. 45 6 H), Al-Asma' wa,4s h-S h iftt

dan Al-I'tiqad 'ak Madzhab As-SahfAhl.4s-Sunnah wa Al-Jama'ah, karya

Al-Baihaqi (w. 45 8 H), Al-Mi lzl uta An-Nihal, karya fuy-Syahras ani, Al-

Farq baina Al- Firaq, karya Al-Baghdadi. Selanj utnya disusul oleh sejumlah

karya tulis lain tentang akidah yang bersumber padaAl-Qur'an dan sunnah

I Ditelaah oleh DR. Muhammad Khdil Harras, DarAl-Kutub Al-'Ilmiyyah, Beirut, 1978.

rt0 {& af.ia*, Islam Menurut Empat Ma&hab

sebagai asas, seperri sejumlah karya tulis Ibnul Jauzi, Ibnu Thimiyah, Ibnul

Q"yyi- dan lainnya.

Di samping sejumlah karya tulis kelompok-kelompok yang ada

saat itu -dengan beberapa cataran pada sebagian di antaranya, kita tahu

bahwa ulama memikul tanggung jawab dengan tulus dan amanah demi

membela akidah yang benar. Inilah perhatian yang saling melengkapi serta

membuktikan bahwa kaum muslimin tidak berbeda dengan umat lain

yang sama-sama gigih untuk memiliki keyakinan yang jelas meski terdapar

perbedaan antara kaum muslimin dengan umat lain karena umat nonmuslim

mendasarkan masdah keyakinan pada akal semata atau mengubah sebagian

wahyu mereka terima. Jauh berbeda dengan kaum muslimin, Allah menjaga

sumber-sumber akidah bagi mereka, menenrukan sejumlah ulama untuk

menjelaskan yang rumit dan merinciyangglobal untuk meruntuhkan tipu

daya musuh-musuh kebenaran, Allah Mahakuasa aras urusan-Nya, hanya

saja kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Perlu disampaikan, sebagian besar karya tulis di bidang akidah tidak

sampai ke tangan kita, sebagaimana kita ketahui dari keterangan sejumlah

buku terkait hal itu. Ini juga menegaskan perhatian ulama terhadap masalah-

masalah akidah. Perhatian ini tidak hanya dimonopoli oleh kalangan

tertenru saja. Pemilik buku berjudul wafayat Al-Alyan menyebut sepuluh

judul buku karya vashil bin Atha' dalam biografinya, seperti ,*hnaf Al-

Murj i a h,sebuah tulisan rentang tatbar, Al-Manzi lzh b a i na Al- Manzi hta i n,

Ma an i A l- Qur' an. Al- Kh i t h a b f At- Taa h i d w a Al- Ad l, ulisan berisi dialog

dan debat yang terjadi antara Al-vashil dengan Amr bin Ubaid. Lalu As-

sabil ih Ma:rifat Al-Hrqq dan Thabaqat Ahl Al-'Ilrn wa Allahl.l

Al-Fahrasat menyebut 7 judul buku karya Ibnu Ikhsyid, r0 karya

tulis milik Abu Hasyim Al-Juba'i, l0 judul buku karya tokoh Mutazilah

lain.2 Yaqut menyebutkan, Al-Jahizh saja memiliki karya tulis berjumlah

140 buku di berbagai bidang.3 Nabjraj menyusun daftar nama-nama kitab

kelompok Mutazilah seperti dijelaskan dalam buku berju dul Al-Intishar

Ibnu Khalkan, \vafqatAlAlyan (6/7). Tirhqiq oleh Ihsan Abbas, Dar shadir, Beirur.

Al- Fahr*at, hlm. 245 -248.

Mujam Al-Udaba' (l 6/106-l l0).

I

)

3

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia @ lrl

dengan jumlah mencapai 40-an kitab, dan masih banyak lagi karya-karya

tulis lain di bidang akidah.l

Kemungkinan Al-Intishar dan Ar-Radd 'ala lbni Ar-Rawandi Al'

Mulhid addah karya Abu Husain Al-Khayyath. Al-Maniyya wa Al-Amal

karya Murttdha, Al-'Ilrn Asy-Syamikh f ltsar Al-Haqq wa Al-Aba' 'ak Al-

Masyafihh karya Syaikh Shalih Al-Muqbili, dan sejumlah karya Al-Jahizh

yang sampai ke tangan kita. Ini semua menegaskan, perhatian terhadap

masdah akidah di berbagai tulisan ulama lintas aliran pemikiran merupakan

usaha bersama, mengingat fidah merupakan urusan utama agama.

lhrya-l<aryatulis para ahli fikih, ahli hadits atau para ahli sejarah diran

dan sekte agama serta karya-karya Mu'tazilah yang kami sebut di atas tidak

lain hanya contoh, kami ddak bermalaud membatasi atauPun memberi

penilaian terhadap arah pemikiran berbagai madzhab yang ada saat itu baik

dari sisi waktu maupun temPat, karena masalah sePerti ini memerlukan

penjelasan panjang lebar dan tidak sesuai dengan gagasan buku ini.

Sebagai tambahan, ada baiknya untuk kami sebutkan sejumlah

karya tulis secara singkat, dengan harapan semoga menjadi dorongan bagi

pelajar untuk lebih mempelajari buku-buku yang akan kami sebut dan juga

buku-buku lain secara sisrematis. Hanya kepada Allah-lah kita memohon

pertolongan.

Al-Alim wa Al-Muta'allim, Abu Hanifah An-Nu'man (w. 150

H)

Risdah ini mendapat perhatian khusus mengingat nilai pentingy^ng

dimiliki karena muncul terlebih dahulu serta urutan sejarahnya. Karya ini

merupakan salah satu dari lima tulisan2 yang dijaga rapi oleh sejarah untuk

kita di anrara sejumlah karya tulis lain yang ada di abad ke-2 Hijriyah.

Seperti diketahui sebelumnya, permulaan penulisan berbagai buku di

bidang akidah ini baru mendapat perhatian oleh para peneliti belakangan

ini, padahal l<arya-l<arya tulis yang ada di abad tersebut mencerminkan

sebagian pemikiran yang tengah tersebar dalam sejarah pemikiran yang

Al- Ins tis har, hlm. 249 -252.

Rasa' it Al-Alim wa Al-Muthllim, Al-Fiqb AlAbsath, Risdhh ih 'utsnan Al-Batti, Al-Fiqh Al-Akbar,

dan wasiar Abu Hanifah untuk putranya agar teutp konsisren dengan Ahlu sunnah wal Jamaa.

t

')

112 l& ena*, Islam Menurut Empat Madzhab

menegaskan peran ulama fikih Islam kala itu. Dimulai dari Abu Hanifah

untuk menjaga akidah yang benar serta sumbangsih yang diberikan untuk

menyampaikan akidah tersebut kepada generasi selanjutnya.

Al-Alirn wa Al-Muta'allim -meski bentuknya tidak terlalu tebal-

membahas sejumlah masdah penting, berikut di antaranya;

Pertama, pernyataan dan didog seputar masalah-masalah akidah yang

belum muncul pada era sahabat.

Siapa pun yang mempelajari sejarah ilmu kalam pasti mengetahui

bahwa salah satu alasan kalangan yang menolak ilmu kalam adalah

permasalahan tersebut tidak ada di era sahabat. Buku ini berisi pertanyaan

yang diutarakan murid untuk selanjutnya dijawab oleh sang guru (Abu

Hanifah) untuk memberikan penjelasan:

Murid berkata, "Saya mengetahui beberapa kaum menyatakan,

jangan mempelajari ilmu kalam karena sahabat-sahabat Nabi Muhammad

tidak pernah membahas masalah-masalah seperti itu. Engkau memiliki

keleluasaan seperti halnya mereka. Mereka justru semakin membuat saya

bingung. Orang-orang seperti itu menurut saya seperti orang yang tengah

berada di tengah-tengah lautan besaryang hampir tenggelam karena terlalu

mendalami ilmu kalam, kemudian orang lain bilang padanya, 'Tetaplah

berada di tempatmu, jangan pernah menyelam terlalu dalam'."

Sang guru (Abu Hanifah) menjawab, "Menurutku, engkau sudah

mengetahui sebagian aib kelompok-kelompok tersebut serta memiliki alasan

untuk membantah mereka, sampaikan kepada mereka saat mereka bilang

kepadamu, 'Bukankah kau memiliki keleluasaan seperti halnya para sahabat

Nabi 6?'Jawablah seperti ini, 'Bukan seperti itu. Yang benar, memangsaya

memiliki keleluasaan seperti hdnya para sahabat Nabi Muhammad. Andai

kedudukan saya sarna seperti mereka dan lingkungan yang saya hadapi tidak

seperti yang ada di sekitar mereka. Kami mendapat cobaan berupa kelompok

yang mencela kami, menghalalkan darah kami,l kami tidak bisa berbuat

apa pun selain memilah siapa yang benar dan siapa yang salah, kami harus

membela diri dan kehormatan kami. Sahabat-sahabat Nabi lalsana suatu

kaum tanpa adanya orang atau kelompok yang memerangi, sehingga tidak

Mungkin Abu Hanifah menyinggung kaum Khawarij yang mengkafirkan dan menghaldkan darah

pelaku dosa besar.

Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia S r13

perlu memanggul senjata. Berbeda dengan kitayang diuji dengan kelompok

yang mencela dan menghalalkan darah kami, padahal jika dia menahan

lisan untuk membahas masalah-masalah yang diperdebatkan, meski seperti

itu hatinya tetap ddak akan bisa diam, karena hati pasti membenci salah

satu dari dua hal yang diperdebatkan, atau keduanya sekdigus. Mustahil

jika dia menyukai kedua hal tersebut padahal keduanya berseberangan'."r

Kedua, masalah iman dan amal.

Seperti diketahui, di era Abu Hanifah terdapat sejumlah aliran

pemikiran yang mendefinisikan iman serta kedudukan amal. Dalam hal

ini Abu Hanifah memiliki pandangan da

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 28 ar bin Makhzum, Auf bin Abdu Auf bin Abdul Harits bin Zuhrah, dan Affan bin Abu Al-Ash bin Umaiyyah bin Abdu Syams pergi untuk berniaga ke Yaman. Affan membawa putranya, Utsman, dan Auf pun membawa putranya,&n… Read More
  • sirah nabawiyah 30 ) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sebetulnya  mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. Dan janganlah harta… Read More
  • Yehezkiel 4 an bakar bagi hawa nafsu kita.  (2) Mari kita lihat apa alasan kita untuk memuji Allah atas kelimpahan, bukan hanya hasil-hasil bumi, melainkan juga kebebasan dalam berjual beli, bahwa petani bi… Read More
  • sirah nabawiyah 26 at sampai di Tsaniy yatul Baidha, aku mendapati banyak sekali orang-orang Quraisy yang sedang mencari dan menanyakan kabar tentang Rasulullah, sebab  berita keberangkatan beliau ke Khaibar telah sampi ke&… Read More
  • Yehezkiel 26 ukan kepada mereka per-bedaan antara yang najis dengan yang tahir, supaya  mereka tidak mengacaukan perbedaan-perbedaan antara yang benar dan yang salah, atau keliru menilainya, sehingga mengubah keg… Read More