n pemahaman bahwa iman adalah
keyakinan, selain itu keraguan semata. Karena itu peningkamn keyakinan
tidak ada, dan amal merupakan konsekuensi serta keharusan iman.
Murid bertanya, "Tolong jelaskan apa itu iman?"
Sang guru menjawab, "Iman adalah percaya, tahu, yakin, mengakui
dan berserah diri. Dalam hal ini manusia terbagi menjadi tiga golongan;
sebagian di antara mereka beriman kepada Allah dan wahyu yang berasal
dari-Nya dengan hati dan lisan, golongan berikutnya beriman dengan lisan
narnun hadnya mendustakan, golongan selanjutnya beriman dengan hati
namun lisannya mendustakan."
Murid bertanya, "Tolong jelaskan kata-kata yang guru sebutkan;
percaya, tahu, mengakui, berserah diri, yakin, apa kedudukan masing-
masing serta penjelasannya menurut guru?"
Sang guru menjawab, "Kata-kata tersebut memang berbeda namun
intinya sama, yaitu iman, karena orang yang beriman tentu mengakui Allah
sebagai Rabb, percaya bahwa Dia adalah Rabb, yakin bahwa Allah adalah
Rabb. Semua kata-kata itu memang berbeda namun maknanya sama; sama
seperti orang yang disebut manusia, Fulan, seseorang dan lain sebagainya.
Orang yang menyebut seperti itu maksudnya sama, yaitu menyebut
seseorang meski dipanggil dengan sebutan berbeda.2
Dari akar masalah ini selanjutnya bermunculan masalah-masalah
lain; seperti apakah iman bertambah dan berkurang, kesamaan keyakinan
Al- Alim ua Al-Mun'a llirn, hlm. 9.
Al-Alin waAl-Muta'allim,hlm. 14. Untuk mengetahui pendapatAbu Hanihh secara detil dalam
masalah ini, silakan Anda baca pasal khusus pada buku ini, bab kedua.
I
)
tL4 @ eUa*, Islam Menurur Empat Madzhab
menurut orang bisa dan menurur para nabi, dan juga masalah-masalah lain
seperti yang telah disinggung sebelumnya.
IQtigo, hukum pelaku dosa besar.
Seperti diketahui, Khawarij mengkafirkan pelaku dosa besar, dan
menurut mereka dia akan kekal di neraka. Sementara menurur Mutazilah,
pelaku dosa besar bukan mukmin narnun bukan pula kafir, dia berada di
antara dua kedudukan (manzihb baina al-manzihtain). Menurut Ahlu
Sunnah di antaranya Abu Hanifah, seorang muslim tidak dihukumi ka6r
karena dosa yang dilakukan. Abu Hanifah menjelaskan pemahamannya
ini dengan sejumlah dalil yang disampaikan kepada sang murid. Dari
akar masalah ini muncul masalah lain, seperti apakah seseorang dikatakan
durhaka kepada Rabb semenrara &a cinta kepada-Nya? Apakah kemaksiatan
yang dilakukan seseorang ddam keadaan sadar dan tahu membuatnya
disiksa? Apakah yang bersangkutan layak disebut kafir meski dengan
penakwilan? Dan masalah-masalah yang terkait lainnya.
Keempat, masalah irj a' (Murjieh) .
Seperti diketahui, Abu Hanifah disinyalir memiliki paham Murjiah
karena mengakhirkan amal dalam definisi iman. Ibnutimiyah menjelaskan
kekeliruan tuduhan ini seperti yang relah kami singgung sebelumnya secara
detilt
Yang jelas, Abu Hanifah membahas masalah irja' secarabahasa dan
menurut akar sejarahnya melalui pertanyaan yang diajukan sang murid.
Selanjutnya menjelaskan perbedaan pandangan orang dalam hal ini dan
mengingatkan sebagian di antaranya yang menjadi tunggangan berbagai
kemaksiatan.
Demikian sebagian besar permasalahan yang dibah as dalam Ar-
Alirn ua Al-Muta'allim. Dengan demikian, jelas masalah-masdah rersebur
pendng. Dengan mencermati teks-teks tulisan buku ini kita akan tahu, Abu
Hanifah memiliki pemahaman sangar menddam di bidang yang dibahas
dan diberi )udulAl-Fiqh Al-Ahbar ini. Di samping itu, meski ukuran buku
ini tidak tebd, namun mencakup sejumlah permasalahan yang terjadi di
bidang akidah saar itu serta sejauh mana perhatian ulama di bidang akidah
I Al-Fuqaha'(l/85).
Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia I 115
meski dengan spesialisasi yang berbeda-beda seperti yang diketahui oleh
sejarah pemikiran Islam.
Pembahasan tentang Abu Hanifah dan akidah yang kami paparkan
sebelumnya mungkin bisa lebih memberi penjelasan, namun kita cukup
menegaskan rentang perhatian ulama di bidang karya tulis dan dialog dalam
masalah akidah sudah ada sejak awal. Dan tulisan-tulisan itulah yang paling
ada terlebih dulu.
M-Din wA Ad-Daulah fr Itsbat Nubuwwat An'Nabi
Muhammad 6, karya Ali bin Raban Ath-Thabarit
Buku ini tidak banyak beredar meski di kdangan para pakar sekdipun.
Ini mengingat, dari satu sisi, pengarangnya tidak mendapat perhatian, dan
dari sisi lainnya, buku ini baru muncul pada era belakangan. Meskipun
demikian, sejumlah kitab biografi dan ath-thabaqar (tingkatan ulama)
menyebut nama Ibnu Raban Ath-Thabari serta memaparkan pemikiran-
pemikirann ye yang mengisyaratkan perhatian terhadap masalah-masalah
akidah. Sebagian orang merasa aneh dengan judul buku yang dinilai sebagai
buku era modern.
Namun Ibnu Raban Ath-Thabari pada bagian akhir bukunya ini
menyatakan, pada bagian akhir buku yang saya beri judul Ad-Din waAd-
Dauhhini menjelaskan kerusakan akidah Yahudi, kebohongan-kebohongan
sema kesesaran penganut paham dualisme dan kaum atheis, agar terlihat
jelas semua itu hancur dan lenyap cahayanya. Satu-satunya cahaya' yar,ig
id"k
"d"
irrfor*asi valid terkait sejarah kelahiran dan kematian Ali bin Raban fuh-Thabari' Informasi
f""g "a"
i".y" berupa pilihan terkuat sebagian gengliti, Y::Y*:lry"tn'111!-t",Y$ 1ll;
Thalbari lahir pada masa-masa awal tet tt*f.i* et-Mahdi ( I 5 8- I 69 H) dan mcninggd dunia setelah
kematian t t lif*, et-ptutawakkil (247 H),sekitar 1-2 tahun setelahnya. Di samping itu, sejarah
rciiaup* tbnu Raban Ath-Thabari iuga banyak diselimuti misteri. Pendapat paling kuat menyatakan,
dia seoiang Nasrani kemudian mendapat hidayah dari Allah dan masuk Islam.
Ibnu Raban Ath-Thabari adalah ahli di bidang ilmu kalam dan arsitektur yang dia pelajari dari
ayahnya. Ibnu Raban menyatakan, "saat masih memeluk agama Nasrani, saya dan juga Paman saya
f"ng -..,rp"k"n salah satu pendeta kaumnya dan fasih dalam berbahasa menyatakan,'Kef"'ihan
L"rb'"h*" buk"nlah tanda-tanda kenabian, karcna semua bangsa juga memiliki keistimewaan yang
sama,' kemudian setelah itu saya tidak lagi mengikuti pandangat' orang' saya pun meninggalkan
kebiasaan dan rutinitas say", -...nurrgk"'r, makna-n
"kna
Al-Qur'an, dan saya pun tahu makna-
maknaAl-Qur'an samaseperti yangdislmpaikan oleh paraahlinya' ." Libat;Ad'DintaaAd-Daulthf
hsbat Nub*iuatAn-Ndbi'Mil;a-ioaWPasalVI, hlm.98 ,Ad-DinuaAd-Dtlahf hsbatNubuwwat
An-Nabi Muhammad. &,Tahqiqoleh Adil Nuwaihadh, hlm. 5-25, Dar Al-Afaq Al-Jadidah' Beirut,
197 g dan Kunuz AlAjdad, hlm. 7 l -73, Muhammad Kasard Ali'
116 {S eka*, Islam Menurut Empat Madzhab
ter:rng dan keimanan yang menunrun menuju jalan yang benar adalah
Islam semata.r r
Kerangka buku ini jelas sekdi di otak penulisnya. Topik buku ini
addah menegaskan kenabian Muhammad sebagai bantahan bagi siapa pun
yang mengingkarinya dari kalangan ahli kitab ataupun yang lain. Kitab
ini menjelaskan metode yang dia gunakan untuk membahas kenabian
Muhammad, selanjutnya menyebut sejumlah topik yang terkandung di
dalamnya dengan bersumber dari pemahaman si pengarang d* -.rrj"",,
pada metodey{tgdigunakan. Berikut kami nukilkan sejumlah tela buku
Ad-Din wa Ad-Duhh fi ltsbat Nubuutwat An-Nabi MuhamrnadW untuk
memperjelas apaya,ngsaya isyaratkan tersebur ranpa memberi ulasan apa
pun dan menyarankan Anda untuk merujuk referensi ini.
Motivasi dan Metode Penrrlisan
Ibnu Raban Ath-Thabari menyatakan: "Menurut saya, siapa pun yang
menenang Islam, tidak lain disebabkan empar hal berikut:
Pertama, meragukan berita renrang Nabi Muhammad.
Kedoa, fanatisme dan gengsi.
Ketiga, tradisi.
Keempat, kedunguan dan kebodohan.
Sungguh, jika mereka bisa menelaah dan memahami berita rersebut,
niscaya mereka akan menerimanya. Ketika mereka dituntut untuk
memberitahukan wahyu Allah tentang kesalahan yang mereka lakukan, kita
berkewajiban untuk mengecek kebenaran berita mereka dan menghilangkan
keraguan yangada,kita jelaskan kepada mereka akar-akar pemberitaan itu,
cabangan, alasan serta dur-alurnya, menjelaskan sejumlah alasan untuk
mengetahui mana yang benar mana yang salah, menjelaskan sebab-sebab
yang membuat berbagai umat bisa menerima dan mendekati seruan para
nabi mereka, setelah itu kita perbandingkan anrara berita-berit a, yarrg r.da
pada kita dan berita-berita yang mereka miliki, siapa saja yang menukil
berita-berita itu untuk kita dan siapa saja yang menukil berita-berita itu
untuk mereka, meski alasan kita dan juga mereka dalam mempercayai para
I Ad-Dia waAd-Dathhf Inbat NubuuutatA*Nabi Muhammadfi, hlm. 210.
Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia ! tt7
nabi sama, namun mereka tidak memiliki alasan di sisi Allah. Mereka juga
mendustakan Nabi Muhammad beserta para sahabat beliau.
Ketika dua kubu yang berbeda pandangan memPermasalahkan suatu
hal, namun alasannya sama, keduanya sama ddam hal yang dipermasalahkan'
Dalih tersebut berlaku bagi keduanya, itu tidaklah mustahil.t
Isi Buku
Ibnu Raban Ath-Thabari membagi topik buku ini ke dalam 10
bahasan dalam benruk bab pembahasan. Ibnu Raban menyatakan, "Saya
akan menjelaskannya agar semua orang tahu bahwa orang yang memiliki
sifat-sifat seperti ini, berarti kenabian ada pada dirinya, dan hujah Allah
yang jelas pun berlaku bagi siapa Pun yang mengingkarinya'
Pertarna,Nab i Muham mad men gaj ak manusia kepada Dzat Tunggal
Yang Mahaabadi, Maha Mengetahui, dan Mahaadil. Dia tidak terkalahkan
dan tidak membutuhkan pertolongan. Dalam hal ini, Muhammad sama
seperti para nabi larinnYa.z
Kedua, tanda-tand a, ytngterdapat pada ibadah, tutur kata, kej uj uran,
sikap terpuji, sunnah dan syariatnya'
I{rtiga, Muhammad memperlihatkan mukjizat-mukjizat nyata yang
hanya bisa dilakukan oleh para nabi orang-orang pilihan Allah.
Keernpat, memberitahukan hal-hal gaib lalu terjadi di masanya.
Kelima, memberitahukan sejumlah peristiwa besar di dunia dan
berbagai negara yang akan terjadi, dan benar terjadi setelah itu.
Keenbrn,kitab yang dibawa Muhammad merupakan salah satu tanda
kenabian secara alsiomatik, disertai hujah-hujah yang tidak terbantahkan.
Kerujuh,Muhammad mampu mengalahkan berbagai bangsa, ini bukti
nyata dan hujah yang tidak terbantahkan'
Ked.elapan' Para Penyeru yang menyampaikan berita-berita
Muhammad adalah orang-orang terbaik dan berbakti, orang-orang sePerti
ini mustahil berdusta.
Ad-Da *rAd-Douhhf hsbat NubnwwatAn-Nabi Mtthammad'&' hlm' 36'
ILnu Raban -embahas masalah ini melalui;udulTauhiddanSmtanMubammadsatnasepertiSttan
I
I
Nabi lbrahim dtn Para Nabi Lainryu.
t18 @et ia* Islam Menurut Empat Madzhab
Kesembihn, Nabi Muhammad adalah penurup para nabi. Beliau tidak
diutus untuk menganulir risalah para nabi.
Kesepuluh, para nabi telah menyampaikan berita gembira kedatangan
Muhammad dalam renrang waktu panjang sebelum kemunculannya.
Mereka telah menentukan kapan dia diutus, di negeri mana diuus, jalan
yang ditempuh, tunduknya seluruh umat dan para raja padaumarnya.r
Penulis buku ini menegaskan, dia menyebut sejumlah bab dengan
dalil-dalilnya di mana dalam agama Islam juga terdapat sejumlah tels yang
menguatkan hal tersebut. Dan berdasarkan pengetahuan renrang kitab-kitab
lain, penulis juga menambahkan dalil-dalil akal serra teks-teks dari berbagai
karya tulis kaum nonmuslim dengan fokus khusus pada buku-buku karya
kaum Nasrani.
Penerapan Metode
Siapa pun yang membaca buku ini pasti tahu, penulisnya mene-
rapkan metode dalam membahas ropik yang disebutkan, mengkiritisi
berbagai berita dan membantah dalil-dalil yang ada. setelah menyebut
mukadimah penting, penulis mulai mendebat dalil-dalil yang disebut kaum
Nasrani dalam mendustakan Nabi Muhammad. Mereka menyatakan,
tidak ada seorang nabi pun yang memberitakan Muhammad sebelum dia
muncul, dalam Al-Qur'an tidak ada satu pun ayar maupun berita gembira
tentang kedatangan Muhammad mereka juga menyarakan, Al-Masih
memberitahukan tidak ada nabi lain setelahnya.
Ibnu Raban Ath-Thabari selanjurnya membantah pernyaraan-
pernyataan tersebut satu persaru dengan pengetahuannya yang baik di
bidang ke-Nasrani-an. Ibnu Raban sering kali menjelaskan kegigihannya
untuk menunrun mereka menuju jalan kebaikan dengan menyerukan,
"'Wahai anak keturunan pamanku!"
Hanya saja pada sebagian topik Ibnu Raban tidak memberi ulasan
atau penjelasan, seperti saat membahas tauhid yang disampaikan Nabi, Ibnu
Raban menyampaikan, dia sama sepemi nabi lain dalam menyerukan tauhid.
Ibnu Raban hanya menyebut beberapa ayat Al-eur'an saja yang menjelaskan
keesaan Allah, menyebut sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan bagi
I Ad-DinuaAd-Dauhh,hlm.47
Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia $ r19
Allah seperti yang Dia sebut untuk diri-Nya.t Padahal seharusnya dalam
menyimpulkan dalil adalah menyatukan antaraddil akal dan ddil naqli. Pada
bagian akhir buku, Ibnu Raban mengarahkan pesan kepada para pembaca
khususnya mereka yang dia sebut sebagai anak keturunan Pamannya (kaum
Nasrani) dengan menjelaskan karakter-karakter khusus berbagai aliran dan
sekte agamayangada di masanya. Dia menyatakan, misalkan ada seorang
un$an dari India atau China ke negerinya, selanjutnya dia mengenal semua
aliran dan sekte
^germa,yangada
dengan baik secara keseluruhan, setelah itu
dia mengenal Islam dengan akidah, ibadah, sunnah dan syariatnya, jika dia
berakal lurus pasti memilih Islam dan menolak yang lain'
Ibnu Raban melanjutkan, wahai anak keturunan Pamanku, ini
adalah perkataan yang bisa diterima, alasan yang tidak bisa ditolak oleh
para ahli ibadah yangtaat,lantas bagaimana halnya bagi Dzat yang paling
Pemurah dan Hakim yang paling adil yang tidak membebani suatu jiwa
melainkan berdasarkan kadar kesanggupan yang dimiliki. Ketahuilah
dengan jelas, semoga Allah menunjukkan bukti-bukti ini kepada kalian,
tinggalkan hawa nafsu hina kalian. Terimalah nasehat yang telah aku
sampaikan pada kalian ini. Ketahuilah, tulisan ini tidak saya buat dengan
maksud untuk berbangga diri ataupun memperbanyak harta benda, tapi
yang saya cari adalah apayangada di sisi Allah yang tidak akan menyia-
nyiakan siapapun yang mendambanya. Demikian pula tulisan-tulisan saya
yang mendapar perserujuan dari khdifah dan hamba-Nyr, Imam Ja'far
Al-Mutawakkil, Amirul Mukminin, semoga beliau senantiasa mendapat
pertolongan Allah 2
Terkait lebih dahulunya tulisan Ibnu Raban Ath-Thabari yang
membahas bukti-bukti kenabian Muhammad di antara buku-buku seruPa
lainnya, juga sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan oleh buku ini, kita
harus tahu nilai penting buku ini di bidang akidah dan perbandingan a8 Ina,
keduanya merupakan titik fokus ulama.
Ad-Din ua Ad-Dauhb, hlm. 45.
Ad-Din waAd-Dauhh, hlm. 208-210. Isyarar tentang khalifah dari keturunan Abbas' Ja'farAl-
Mutawakkil -menurut salah satu riwayat- yang menjadi sebab Ibnu Raban Ath-Thabari masuk Islam.
I
2
120 lD aUa*r Islam Menurut Empat Madzhab
Kitab At-Tauhid wa Itsbat Shifat Ar-Rahb falla wa Ala, Karya
Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimaht
Berdasarkan dugaan kuat kami, kitab ini merupakan kitab
tauhid paling tua yang sampai kepada kita. Judul kitab ini secara uruh
mencerminkan ciri penulisnya, lebih dari itu mengisyaratkan ciri metode
yang digunakan, karena kitab ini diberi judul Kitab At-Thuhid ua ltsbat
Shfat Ar-Rabb Jalh wa Ah, menyebut sifat-sifat Rabb seperti yang Dia
sematkan untuk diri-Nya ddam AI-Qur'an yang Dia turunkan kepada
nabi-Nya, juga yang dijelaskan oleh nabi-Nya. Berita-berita shahih dinulil
oleh para perawi adil dari perawi adil lain dengan tingkatan yang sama
tanpa terputus sanadnya, tanpa adanya komentar apapun yang ditujukan
pada perawi berita-berita shahih tersebut.2
Motif Fokus Ibnu Khuzaimah untuk Membuat IGrya Tulis di
gidangAkidah
Ibnu Khuzaimah menururkan, dia bersama sejumlah ulama
menghabiskan waktu lama untuk menulis dan fokus di bidang fikih, tidak
disibukkan untuk membuat karya tulis di bidang ilmu kalam seperti yang
dilakukan oleh sebagian kelompok, karena kami kira perdebatan-perdebatan
yang terjadi di antara kami dengan mereka sudah cukup untuk menjelaskan
mana yang benar. Ibnu Khuzaimah juga menuturkan, sebagian penunrur
ilmu yang berguru pada ahli kdam mengemukakan sejumlah peftanyaan
yang bisa dipahami bahwa mereka terpengaruh oleh pandangan Jahmiyah,
Mutazilah dan kelompok-kelompok sejenis. Inilah faktor yang mendorong
Ibnu Khuzaimah untuk memberi penyampaian dan pelajaran terkait
masalah-masalah tauhid dengan metode yang bertumpu pada penjelasan AI-
Qur'an dan sunnah yang shahih. Ibnu Khuzaimah meneqaskan, intinya agar
para pencari kebenaran tahu, madzhab ahli hadits benar dan pandangan para
pengikut hawa nafsu dan bid'ah keliru, mereka bingung dalam kesesatan.3
Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah, lahir pada bulan Shafar tahun 223Hijiyahdi Naisabur,
tumbuh berkembang secara isrimewa hingga membuatnya bisa dekat dengan ulama di masanya,
memiliki banyak riwayat dan ilmu, dipuji oleh ulama di masanya, banyak sckdi orang datang berguru
padanya seperti yang dijelaskan oleh buku-buku tentang biogra6, meninggal dunia ada tahun 3l I
Memiliki karya tulis di bidang fiqh dan tauhid, dia juga memiliki kitab shahih Ibnu Khuzaima.
KubAt-Tauhilwa hbatShifatAr-RabbJalhuaAh" Evaluasi Oleh: DR. Muhammad Khalil Harras,
r978.
Kub At-Tauhid wa lubat Shifat Ar-Rabb Jalh wa Ah, hlm. 4-5.
2
3
Bab 3: Keyekinan dalam Kehidupan Manusia $ L2l
Isi Buku
Buku ini membahas sejumlah permasalahan yang mengemuka di
antara ulama akidah saat itu, semuanya seputar masalah tauhid. Karena itu
Ibnu Khuzaimah memulai bahasan-bahasan buku ini dengan bab tauhid,
menyebutkan jiwa, ilmu, wajah dan sifat-sifat Allah lain yang disebutkan
dalam Al-Qur'an yang oleh sebagian kelompok ditakwilkan secara keliru.
Dalam bab ini, Ibnu Khuzaimah juga membahas kalam Allah, terlebih dia
hidup di abad ke-3 Hijriyah di mana saat itu perdebatan sePutar kalam Allah
antara kelompok Mutazilah dengan fuqaha dan para ahli hadits sedang
mengemuka. Di samping itu, Ibnu Khuzaimah juga membahas masalah
ru'yah (melihatAllah di akhirat) yang menjadi perdebatan. Ibnu Khuzaimah
juga fokus membahas masalah syafaat Nabi Muhammad.
Semua topik tersebut terkait masdah tauhid dan sifat, di mana kedua
topik ini menjadi inti perdebatan yang bukan karena landasan hukumnya,
narnun karena perbedaan pemahaman dan arah pemikiran.
Penerapan Metode
Ibnu Khuzaimah menggunakan suatu metode yang menjelaskan
ciri-cirinya; menyebutkan yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan sunnah,
menafikan yang dinafikan oleh Al-Qur'an dan sunnah tanpa penakwilan
yang berlebihan atau terlalu dalam membahas esensinya. Metode yang
diterapkan Ibnu Khuzaimah ini dilakukan secara detil dengan menyebut
ayat-eyat yarrg berkenaan dengan topik yang dibahas, selanjutnya menyebut
sejumlah hadits shahih terkait masalah yang dilelaskan, setelah itu memberi
ulasan seraya membantah kalangan yang mengingkari penjelasan yang
dikuatkan dalil-dalil qath i.
Sebagai contoh, saat menyebut jiwa bagi Allah, Ibnu Khuzaimah
menyebut sejumlah
^yatyangmenguatkan
hal itu, sePerti firman Allah,
{ot:1r.;!r} @ 'z*;i }-r^ {F";{'3.34K
"Thhanmu tekh menetaphan atas d;rl-Nya hasih sayang. "(AI-An'am:
54\
{ r,r :.,r,-.o J,} @,k{SH#'
122 @ ef.ia*, Islam Menurut Empat Madzhab
"Dan Alhh memperingatkan hamu terhadap diri (sihsa)-Nya." (AIi
'Imran:28)
{ r rr :;.r.rur}. @ .I=j,t; 16 {; 6,t(,;Lf
"Enghaurnmgetahui apayangadapada dirihu dan ahu tidak mengeuhui
apa yang ada pada diri Engkau. " (Al-Ma'idah: 116)
Selanjutnya menyebutkan hadits-hadits shahih yang menguatkan
hal tersebut, seperti hadits Abu Hurairah r&, dia berkata, "Rasulullah
6. bersabda, Ahu bersama hamba-Ku sadt Did mengingat-Ku, jiha Dia
rnengingat-Ku dakm dirinya, Ahu rnengingatnla dakrn diri-Ku, jiha dia
menyebut-nyebutKu di tengah hhahyah rAmAi, Aku menyebut-nyebumya di
tengah khalayk yang lebih baik dari Fnereka'."1
Berikumya Ibnu Khuzaimah memberikan penjelasan dan bantahan
terhadap kalangan yang mengingkari atau mereka menakwilkannya. Ibnu
Khuzaimah menyatakan, dalam salah satu ayatAl-Qur'an, Allah menyebut,
Dia memiliki jiwa, seperti itu juga yang dijelaskan meldui lisan Nabi 6, Dia
memiliki jiwa. Jahmiyah mengingkari ayat dan sunnah terkait masalah ini.
Sebagian di antara mereka menyatakan, Allah menyandarkan kaa jiwa pada-
Nya dengan maksud menyandarkan makhluk pada-Nya. Mereka mengira
bahwa jiwa Allah bukanlah AIIah, sebagaimana makhluk Allah bukanlah
Allah. Perkataan seperti ini tentu tidak dibayangkan apalagi diucapkan oleh
mereka yang punya akal sehat dan ilmu, karena Allah memberitahukan
ddam kitab-Nya bahwa Dia telah menetapkan kasih sayang atas diri-Nya.
Adakah orang muslim mengira bahwaAllah telah menetapkan kasih sayang
atas selain Dia? Allah mengingatkan hamba-hamba-Nya atas diri (siksa)-
Nya. taikkah orang muslim menyatakan bahwaAllah mengingatkan hamba-
hamba-Nya atas diri (silaa) selain-Nya, atau menakwilkan firman Allah
dfii kepada Musa, "Dan Ahu tehh merniliblnil untuh diri-Ku. " (Thaha: 41)
Dengan penalnvilan Aku memilihmu untuk selain-Ku. Atau menalcwilkan
firman Allah, "Enghau mengetahui apa yng ada pada diihu dan ahu tidah
mengetahui apd yng ada pada dii Enghau. " (Al-Ma'idah: 1f6) Dengan
penalcwilan; dan aku tidak mengetahui apa yangtdapada diri selain-Mu?
HR Al-Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi, lafazh A.l-Bukhari menyebutkan;"Abu scsuai prasangha
bamba-Ku terhadap-Kt dan Aku btsamanla saat did mcngingat-I{u."
Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia $ 123
Tidak ada seorang muslim pun yang punya pikiran seperti, dan kata-kata
seperti itu hanya dikemukakan oleh Mu'aththil (kelompok yang menafikan
sifat-sifat Allah ) kafir.t
Demikian metode yang digunakan Ibnu Khuzaimah ddam bukunya
itu. Dia dengan penuh semangat membantah penahvilan berbagai kelompok,
mendebat dengan dalil-ddil logis setelah sebelumnya menyebutkan sejumlah
nash yang memperkuat penjelasannya serta menjelaskan akidahnya. Ibnu
Khuzaimah membantah pandangan mereka yang menafi kan sifat-sif* Allah
dari kalangan Jahmiyah, mereka menalcrn ilkan wajah Allah yang disebutkan
dalam Al-Qur'an dan sunnah nabi-Nya. Kata mereka, wajah yang
dimalsud addah permulaan seperti yang lazim dikend dalam bahasaArab.
Ibnu Khuzaimah menjelaskan, penakwilan seperti itu membuat mereka
menyerupakan Allah dengan makhluk yang justru mereka khawatirkan
dan mereka tuduhkan pada orangyang menyatakan bahwaAllah memiliki
tangan, mata dan wajah. Mereka menyerupakan Allah dengan makhluk
saat menyatakan, wajah merupakan sifat makhluk. Jika setelah itu mereka
menyatakan, wajah yang disebutkan dalam nash-nash Al-Qur'an dan
sunnah malcudnya permulaan seperti yang dikenal dalam bahasa Arab,
berarti mereka telah menyamakan Khdiq dengan makhluk meski mereka
mengira hal tersebut untuk memahasucikan Allah
'z
Ibnu Khuzaimah menyamp"ik"" bantahan dan debat dengan baik,
namun sering kdi menyebut musuh-musuhnya dari berbagai kdangan lain
sepertiJahmiyah dan Mutazilah dengan sebutan orang-orang bodoh, sdah
paham dan kata-kata kasar lainnya.
Setelah kami sebutkan sejumlah referensi yang memperlihatkan
perhatian ulama kita terhadap masdah-masalah akidah yang beragam, baik
karya ahli fikih, pakar agama, ataupun karya ahli hadits, ini tidak berarti
bahwa perhatian dalam tauhid tidak hanya dimonopoli oleh mereka saja,
bahkan Mutazilah juga memiliki andil di bidang ini. Berikut akan kami
sebutkan salah satu referensi pemikiran Mutazilah yang membuktikan
perhatian di bidang tauhid berlaku seqra umum seperti yang telah kami
singgung sebelumnya.
1 llnu Khrrz^i mah, Kub Tafil, hlm. 8-9.
2 IbnuKhuzaimah,KiubTauhiLhlm.25.
124 O efia*, Islam Menurut Empat Madzhab
Tatsbit Dala'il An-Nubuutwaht karya Qadhi Abdul Jabbar
bin Ahmad Al-Hamdzani (w. 415 H)'z
Sebagian buku menyebut judul buku ini Dak'il An-Nubuwwah
sebagian lain menyebut dengan judul Thtsbit Dala'il An-Nubuuwah.
Korektor buku ini lebih menguatkan judul Thtsbit Dah'ilAn-Nubuwwah
sesuai yang ada ddam manuslrip.3
Buku ini memiliki nilai penting di bidangnya, mengingat Mutazilah
adalah kelompok yang pding piawai jika dibandingkan kelompok lain ddam
mengemukakan argumentasi-argumentasi logis dan bantahan terhadap
mereka yang mengingkari kenabian seperti kelompok Barahimah.a Di
samping itu, Qadhi Abdul Jabbar juga membantah kdangan filosof secara
panjang lebar yang belum pernah dilakukan siapa pun sebelumnya. Meski
demikian kami tidaksependapat dengan DR. Abdul Karim Utsman dalam
pernyataannya; bisa dinyatakan, buku ini adalah buku pertam^y^ngada di
bidangnya, di antara buku-buku serupa yang sampai ke tangan kita, tidak
ada satu pun yang lebih unggul atau mencapai tingkatan buku ini.5 Ini
tidak benar, sebab buku karya Ibnu Raban Ath-Thabari yang telah disebut
sebelumnya sudah ada sebelum buku karya Qadhi Abdul Jabbar ini.
Mungkin yang dimaksud korektor buku adalah sebagai buku pertama
yang membahas secara panjang lebar dan detail berdasarkan testimoni
sebagian ulama; kami tidak mengetahui buku lain seperti Thtsblt Dah'ilAn-
Nubuwanh karya Qadhi Abdul Jabbar yang memiliki kekuatan argumen dan
format yang b"g* dalam membantah keraguan-keraguan banyak kdangan.6
Isi Buku
Bahasan-bahasan yang disampaikan Abdul Jabbar dalam masalah
Buku ini terdiri dari dua jilid, ditahqiq oleh DR. Abdul Karim Utsman, diterbitkan oleh Dar AI-
'fuabiyyah, Beirut, tahun 1386 I 1966.
Abdul Jabbar bin Ahmad bin Abdul Jabbar A.l-Hamdzani, hakim, ahli ushul fiqh, dijuluki sebagai
hakim para hakim, dia addah sdah satu tokoh Mu'tazilah yang ternama, guru paham Mutazilah di
masanya, pernah memutuskan perkara bcrdasarkan pendapat dan mati ddam kondisi scperti itu,
memiliki sejumlah karya tulis di bidangakidah, seyni TanzibAl-Qur'an'anAl-Mathain,Al-Majmu'
f Al-Muhith biAt-Tahl$ Al-Ma'naf AbwabAt-TawhiduaAl-Adl,Tattbit Dah'ilAn-N*brututahua
Al-A'hm.
TdB b i t Da h' i I An- Na buwuah, 3 I 27 3.
'fa6bit Dah' il An-Nubrwuah, mukadimah korekror.
rbid.
Lihat: Tabyin lQdzib Al-Mrfuifna n*iba ih Abi Al-Hasan Al-Asy'an, mr*adimah, hlm. 28.
I
.,
3
4
5
6
Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia $ L25
akidah mencakup masalah kenabian secara umum dan pemikiran mukjizat
pada nabi. Dalam buku ini, Abdul Jabbar membahas bukti kebenaran
kenabian nabi kita, Muhammad dengan tetaP mempercayai mukjizat-
mukjizat riil, namun dia lebih fokus membahas pemberitaan-Pemberitaan
gaib yang disebutkan dalam Al-Qur'an atauPun sunnah shahih, serta
menyebutkan realita yang membenarkan pemberitaan-Pemberitaan tersebut'
Qadhi Abdul Jabbar memPercayai mukjizat-mukjizat riil yang
disebutkan dalam Al-Qur'an dan sunnah shahih, mengingkari sikap
sebagian orang seperti An-N azhamyang mengingkari mukjizat kategori ini.
Abdul Jabbar menilai, memberitahukan hal-hal gaib merupakan salah satu
bukti kenabian pding penting. Dia juga berpendapat, Al-Qur'an merupakan
hujah dari tiga sisi; hujah kefasihan bahasa, hujah berisi pemberitaan-
pemberitaan gaib dan hujah berisi peringatan terhadap dalil-ddil akal.t
Meski sepintas lalu isi buku hanya berkutat masalah pemberitaan-
pemberitaan Nabi serta wujud nyatayang terjadi, namun buku ini juga
secara luas membahas topik-topik lain, seperti sikap Qadhi Abdul Jabbar
terhadap para filosof Yunani serta kalangan Islam yang mengadopsi
pemikiran-pemikiran mereka. Qadhi Abdul Jabbar membantah pemikiran-
pemikiran mereka bahkan mengafirkan sebagian di antaranya. Buku ini juga
berisi sikap Qadhi Abdul Jabbar terhadap agama-agama lain baik samawi
maupun nonsamawi seraya menjelaskan hubungan antara Nasrani dan
Yunani terkait paham trinitas.
Sepertiga buku ini digunakan Qadhi Abdul Jabbar secara khusus
untuk membantah kalangan Syiah yang melampaui baras, membantah
mukjizat-muk;izat yang mereka klaim dan menjelaskan bahwa Ali bin Abi
Thalib sangar mengingkari hal itu. Qadhi Abdul Jabbar juga membahas
sejumlah hadits palsu yang mereka buat untuk menyebarkan kebatilan-
kebatilan mereka.
Masalah tersebut menyeret Qadhi Abdul Jabbar untuk membahas
tentang kepemimpinan Khulafaur Rasyidin karena ada kaitannya, juga
membantah pernyataan Qaramithah bahwaAli telah melampaui batas para
sahabat karena kebencian mereka kepadanya.
Mukadimah buku oleh korektor.
126 & et ia* Islam Menurut Empat Madzhab
Topik penting lain buku ini adalah penjelasan tenrang sesarnya aliran
kebatinan. Qadhi Abdul Jabbar membahas keberadaan kelompok ini dari
sisi sejarah, seperti langkah mereka dalam mempengaruhi kaum muslimin
seqtra bertahap agar terlepas dari keimanan, selanjutnya menjelaskan sikap
diran kebatinan terhadap hadits-hadits Rasulullah yang mereka ingkari dan
palsukan, keraguan yang mereka sebarkan terkait kehidupan Rasulullah
seperti pernikahannya dengan Zainab karena suatu hikmah syariat yang
dikehendaki Allah, bukan karena Zainrb telah melakukan suatu kesalahan
seperti yang dibilang orang-orang sesat itu. Q_adhi menyatakan, mereka
salah paham dan memiliki niat menyimpang.r
Metode Pembahasan
Metode yang digunakan dalam penulisan buku ini adalah manhaj
Mu'tazilah mengingat Qadhi Abdul Jabbar merupakan salah satu guru
besar Mu'tazilah seperti yang telah kami singgung sebelumnya, hanya
saja dalam buku ini Anda akan menemukan banyak sekali perdebatan
logis dan pengambilan dalil yang kuat disertai contoh-contoh penguat
yang diambilkan dari buku,buku para pendahulu dan para pemeluk
berbagai agama yang menunjukkan kapasitas keilmuan Qadhi Abdul
Jabbar serta sikapnya di tengah gerakan ilmiah yang ada di era itu dengan
pemahaman dan pendalaman. Ini secara khusus terlihat saar Qpdhi Abdul
Jabbar mendebat pernyataan kaum Nasrani dan Yahudi. Karena itu dalam
mengemukakan alasan, Qadhi sering menyebut kata-kata berikut; jika
mereka mengatakan ini dan itu, kami katakan begini dan begitu. Qadhi
sering kali menyebutkan, kebatilan-kebatilan mereka tidak lain disebabkan
oleh ketidaktahuan dan kesalahpahaman. Kebodohan kaum Nasrani dalam
bid'ah yang mereka buat sampai pada titik bahwa kata-kata yangadadalam
kitab Thurat dan kitab-kitab para nabi masih mengandung kemungkinan lain
berdasarkan kesalahpahaman dan bid'ah keji mereka. Mereka menyarakan,
yang dimaksud Ibrahim, Musa, Harun dan para nabi lain sama seperriyang
kami maksud, yaitu Allah adalah yang ketiga di antara tiga tuhan, tuhan
itu banyak, Allah naik dan turun, melahirkan dan membunuh. Mereka
menjelaskan isi kitab turat, "Kami hendak menciptakan manusia seperri
bentuk dan wujud kami." Mereka menyatakan, kata-kata ini disampaikan
Tdtsbit Dah' il An-Nubuwwah (l I 17 8), (21 528-650).
Bab 3: Keyakinan dalam Kehidupan Manusia @ 127
oleh kelompok ataukah Anda mendengar, "Aku hendak menciptakan
manusia seperti bentuk dan wujudku." Supaya kdian tahu bahwa tuhan
itu banyak, bentuk dan wujud mereka sePerti manusia. Dan masih banyak
lagi kata-kata lain yang memiliki kemungkinan makna lain seperti yang
mereka kemukakan.
Selain itu, masih banyak lagi kata-kata dusta terhadap para nabi,
terlebih penakrvilan-penahvilan yang ada dalam kitab Injil, sePerti yang
mereka katakan, sebelum Isa datang, para nabi berkata, "Allah akan datang
dan berada di rahim seorang gadis perawan, selanjutnya ditangkap, disalib,
dibunuh, mati kemudian dikebumikan." Kata-kata sePefti ini sangat banyak
sekdi.
Catatan
Tujuan kami menyebutkan sejumlah buku di atas adalah untuk
menunjukkan perhatian ulama terhadap masalah akidah meski dengan
latar belakang dan aliran pemikiran yang beragam. Kami tidak bilang sudah
membahas semua buku-buku yang kami sebut di atas sequa untas, taPi
kami sekedar memperkenalkan buku-buku tersebut unruk menguatkan
iryarat yang kami sampaikan dan mendorong Para peneliti muda untuk
membahas buku-buku tersebut serta referensi lain secara lebih luas. Karena
itu kami menggunakan kata-katasePerti; ciri-ciri metode, sebagian isi buku
dan kam-kata s€rupa lainnya untuk menjelaskan seadanya. Kami cukup
memberi isyarat saja karena dirasa sudah cukup unruk metode buku ini,
sehingga tidak memerlukan penjelasan secara rinci. Hanya kepada Allah
jua tempat memohon Pertolongan.O
128 tD eka*, Islam Menurut Empat Ma&hab
Bab IV
Permasalahan Manhaj antara
Salaf dan l(halaf dalam
Pembahasan Akidah Islam
Permasalahan Akidah antara Manhaj Salaf dan Khalaf
Salaf dan khalaf merupakan dua orientasi yang berbeda dalam
pemikiran Islam dalam membahas masalah-masalah akidah. Kita mungkin
akan menemukan sejumlah kata sinonim untuk kedua istilah tersebut,
seperti Ahlu Sunnah bagi salafl, dan ahli kalam, filosof serta tasawuf bagi
khalafl, atau kata-kaayangtercakup ddam istilah salaf dan khalafl seperti
ahli hadits dan fuqaha bagi sda[, dan Mutazilah serta Syiah bagi khalaf.
Mengacu pada metode ilmiah, kita perlu mendefinisikan pengertian salaf
dan khalaf sebelum menjelaskan ciri masing-masing.
Salaf dan I(halaf
Keduakata ini sering digunakan secara digabungkan dan dihubungkan
satu sama lain. Kadang kedua kata ini hanya dimaksud secara bahasa saja
yang berarti mendahului atau mengikuti. Salaf secara etimologi berarti
mendahului dengan pengertian telah berlalu dan berakhir. Sakfa as-sa'ir
sahfan artinya seseorang telah berjdan mendahului. Kata khalaf dijelaskan
dil*rAl-MujamAl-\Vasithsebagaiberikut;khahfafuknanhhahfananinya
seseorang datang setelah orang lain kemudian menggantikan tempatnya.
Disebutkan dalamAl-Qui rn,"Alhh tehh memaaJhan apayangtehh hlu."
(Al-Ma'idahz 95) *Maha datanghh sesudah rnerehA, pengganti (yang jelth)
ldng menlia-nyiahan shakt dan memperturutkan hawa nafiun1ta, maha
mereha hekh akan menernui hesesatan." (Maryrm: 59) Khalafjuga bermakna
pengganti.r
I Al-MujamAl-Wasith,11250,446) Baca: Muhammad Farid\fajdi, Da'irahAl-Ma'aif,51229.
Bab 4: Permasalahan Manhaj antara Salaf... $ 129
Terdapat beberapa judul buku yang menyebut kedua istilah tersebut
secara etimologi, seperti Shilat Al-Khalaf bi Maushul As-Salaf karya
Muhammad bin Sulaiman Al-Maghribi (w. 1094 H). Buku ini berisi
sejumlah istilah yang dibuat oleh ulama pendahulu dan berguna bagi
generasi berikutnya.r
Seperti itu juga buku karya Ibnu Rajab Al-Hambali yang berjudul
Ma'ani Fadhl As-Sakf 'ak Al-Khalzf Dalam buku ini terdapat sejumlah
tulisan dalam bab ilmu dan edka, juga berisi penjelasan singkat tentang
akidah.2
Kadang kedua istilah tersebut dimaksudkan secara terminologi
bersumber dari makna etimologi, seperti disebutkan dalam judul tulisan
karya Syaikh Utsman bin AhmadAn-Najdi (w. 1097 H\ NajatAl-Khalaff
I iqad As-Sala.f) mustahil jika kedua istilah ini hanya dimaksudkan secara
etimologi saja, dengan demikian judul buku ini artinya; orang yang datang
belakangan selamat karena mengikuti orang sebelumnya, tanpa menentukan
ciri-ciri lain yang membuat orang yang sudah ada sebelumnya laik untuk
diikuti sehingga si pengikut selamat.
Imam Mdik bin Anas (w. 179 H) mengisyaratkan makna terminologi
sebagai berikut; salaf artinya masa yang disinggung dalam hadits Nabi
sementara khalaf adalah selain itu.a
Ibnu Taimiyah menjelaskan pengertian salaf dengan Pengertian
mereka adalah para sahabat Nabi ffi, tabi'in dan para pengikut tabi'in,
mereka itulah yang dimalaud dalam hadits: "Manusia terbaik afu.hh Tang
ada dl masahu, kemudian orang-orang setehhnya, hemudian orang-orang
setelaltnya."5
Ibnu timiyah menjelaskan, untuk menjelaskan madzhab salaf,
berikut kami jelaskan dua langkah;
PertamA, menyebutkan kata-kata mereka sebisa kami dan ahlul ilmi
yang meriwayatkan kata-kata tersebut dari mereka dengan sanad yang valid.
I Berupa manuskrip di Universitas Imam Muhammad bin Sa'ud, nomor 3874.
2 Berupa manuskrip di Universitas Imam Muhammad bin Siud, nomor 3292.
3 'lulisan ini ditahqiq oleh penulis sendiri, diterbitken oleh DarAsh-Shahwah, 1985.
4 Qadhi Iya dh, Tartib Al-Mad4ri h, 2l 17 9,Ta],l-tqiq oleh Muhammad bin Thwit Ath-Thanji.
5 HRA.I-Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Thayalisi dan lainnya.Lihat;,4s-Sikilzh,*h'Shahihah,hadits
nomor 700, IbnU. Atsir,Jami'Al-tlshul, hlm. 9, Bab: Keutamaan-keutamaan sahabat, hadits nomor
6345.
130 @ et ia"n Islam Menurut Empat Madzhab
Kedua; menukil madzhab salafdari seluruh kelompokkaum muslimin
yang dinukil dari empat fuqaha, ahli hadits, tasawuf, ahli kalam seperti
Asy'ari dan lainnya. Dengan demikian madzhab salaf dinukil berdasarkan
ijma' berbagai kelompok secara mutawatir, kami tidak hanya menyatakan
kebenaran berada di pihak kami dan yang berseberangan dengan kami salah
seperti yang dilakukan oleh para ahli bid'ah.'
Ibnu Thimiyah meneruskan, dengan demikian diketahui bahwa
syiar ahli bid'ah adalah tidak mengikuti salaf. Karena itulah Imam Ahmad
menyatakan dalam risalah Abdus bin Malik, "Asas sunnah menurut kami
adalah berpegang teguh pada ajaran sahabat-sahabat Nabi &*."2
Pada bagian lain Ibnu Thimiyah menegaskan, terdapat kesepakatan
antar Ahlu Sunnah wal Jamaah melalui semua sanad bahwa masa terbaik
adalah seperti yang disebutkan Nabi ffi, salaf lebih utama dari khalaf dalam
segala hal; ilmu, amal, iman, akal, agama dan penjelasan, seperti yang
disampaikan Abdullah bin Mas'ud,g, "Barangsiapa di antara kalian yang
mencari teladan, hendaklah meneladani orang,vang sudah meninggal, karena
orang yang masih hidup tidak bisa dijamin tidak menimbulkan 6tnah. Para
sahabat Muhammad addah orang-orangyang paling berbakti di antara umat
ini, paling dalam ilmunya, paling tidak memalsakan diri, mereka adalah
kaum yang dipilih Allah untuk nabi-Nya, menegakkan agama-Nya, maka
ketahuilah hak mereka, jadikan agama mereka sebagai pegangan karena
mereka berada di atas petunjuk yang lurus."
Bagus sekali yang disampaikan fuy-Syaf i dalam risalahnya berikut,
para sahabat berada di atas kita dalam ilmu, akal, agama, keutamaan
dan semua sebab untuk mendapatkan ilmu atau mengetahui petunjuk,
pandangan mereka untuk kita lebih baik dari pendapat kita unruk diri kita
sendiri, karena semua ilmu dan iman yang dimiliki salaf langsung mereka
dapatkan dari Nabi yang karena keberadaannya Allah mengentas mereka
dari kegelapan menujtt cahaya, membimbing mereka menuju jalan Allah
Yang Mahaperkasa lagi Mahaterpuji.s
Dengan demikian pengertian salaf secara terminologi sudah jelas saat
disebutkan dalam bab akidah untuk selanjutnya kita dipelajari.
Al-Fataua, 4 I | 52. Dar Al-Ift a', fu yad
Ibid, 155, Tbabaqat Al-Hanabilzh, I l24l
Al-Fatawa, rll57-159.
I
')
3
Bab 4: Permasalahan Manhaj antara Salaf... @ r31
Terkait pengertian khalaf,, Syaikhul Islam Ibnu Thimiyah menjelaskan,
malsud khdafadalah sekelompokahli kdam dan siapapunyang mengikuti
metode mereka dan juga metode filosof, jauh dari manhaj para sahabat
Rasulullah, berdasarkan pemahaman mereka bahwa metode tersebut lebih
baik dari manhaj salaf, Pengertian ini berlaku bagi mereka yang memPelajari
dan menerapkan metode ini sejak dulu hingga kini.
Terlebih yang dimaftsud khalaf adalah sebagian ahli kalam yang
banyak memiliki kekacauan dalam agama dan salah dalam mengenal Allah.
Orang yang berpengalaman dalam hd ini menjelaskan seperti apa ujung
akhir perjalanan orang-orang seperti ini;
Sungguh, ahu telah berhehna he berbagai ternPat mmimba ilrnu
Ahu juga alihhan tdtapan matahu he tempat-ternPdt ita
Namun yang ahu lihat hanla orung bingung dengan meletahhan
tungdn...
Di atas dagu atau menggertahhan gigi harena menyesal
Syaikhul Islam Ibnu Thimiyah menjelaskan kesalahpahaman khalaf
terhadap manhaj salaf, menjelaskan kesesatan siapa pun yang hanya
merekomendasikan metode khalaf. Mereka adalah para ahli bid'ah yang
lebih mengutamakan metode khalaf dari kalangan para filosof ketimbang
menempuh manhaj sdaf. Itu mereka lakukan semata karena mengira bahwa
manhaj salaf tidak lain hanyalah mempereyai lafazh-bfazhAl-Qur' an dan
hadits tanpa pemahaman, sama seperti orang buta huruf yang disinggung
dalam firman Allah,
YI Jy;SiiO;;.;"-S tfi ii.3"i oSod
{v,r,;pr}, @ i-tii
"Dan di dntara mereka ada yang bata huraf,, tidah nengetahui hitab
(Thurat), hecuali dnngmgan bohong behha dan mereha hanla mmduga-
duga.' (Al-Baqarah: 78)
Metode khdafadalah mengeluarkan makna-makna berbagai nash yang
dialihkan dari hakikatnya dengan berbagai mtjazdan bahasa-bahasa aneh.
I Al-Fauwa, (5/10), (111366-373).
132 {E aUa*, Islam Menurut Empat Madzhab
Mereka mendustakan manhaj salaf sekaligus tersesat dalam membenarkan
metode khalaf Dengan demikian mereka menyatukan antara ketidaktahuan
terhadap manhaj salaf karena mendustakan sdaf dan kebodohan disertai
kesesatan karena membenarkan manhaj khalafll
Singkat kata, ketika kata salaf disebut, maknanya bukan hanya
lebih dahulu dari segi masa saja, namun harus mengacu pada para sahabat
Rasulullah, abi'in dan para pengikut mereka dengan syarat berpegang teguh
dengan manhaj mereka, seperti itu juga dengan generasi yang terpaut jauh
dengan masa mereka juga bisa disebut salaf jika menempuh manhaj para
sahabat Rasulullah.
Demikian juga khalaf, kata ini tidak hanya berard terakhir dari sisi
masa saja, namun ada makna lain yang menyertai, yaitu jauh dari manhaj
salaf, menempuh metode perdebatan logis dan cara lain yang lazim dilakulan
orang pada umumnya dalam berpikir tanpa bersandar padaAl-Qur'an dan
sunnah, atau tenggelam dalam penakwilan dan bantahan.
Penjelasan tersebut lebih dikenal dari Ibnu Thimiyah dan madrasah-
nyapada abad ke-13 Hijriyah dan setelahnya, meski sebenarnya sudah
dilakukan sebelumnya oleh para imam fikih dan hadits jauh sebelum masa
ini, karena penjelasan tersebut -menurut hemat kami- tidak menyimpang
dari batasan berpedoman pada manhaj sahabat dan tabi'in seperti yang
telah disinggung sebelum ini.
Perlu disampaikary di samping kedua istilah tersebut jugaadaistilah
lain yang bermakna salaf, yaitu Ahlu Sunnah, seperti yang sering kita ketahui
melalui tulisan=tulisan Ibnu Thimiyah dalam menggunakan istilah Ahlu
Sunnah. Istilah ini memiliki pengertian yang lebih luas jika disebut sebagai
kebalikan dari istilah Syiah. Namun pada umumnya, istilah Ahlu Sunnah
terbatas pada ahli hadits dan fuqaha yang mengikuti metode mereka.2
Karakteristik Manhaj Salaf
Salaf mengacu pada AI-Qur'an,
memahami berbagai masdah akidah.
sunnah qaaliyah danf'liyah dalam
Mereka jelaskan hal tersebut pada
Al-Fautaa(519).
Dl jra! Al-Ma:anfAl-khniylah, 121282, Komentar: Syaikh Musthafa Abdurrazzaq, Ibnu Hazm,
Al-Fashl (2 I I I 3), Dar N-Ma'rifat, Beirut, I 975.
I
.,
Bab 4: Permasalahan Manhaj antara Salaf... @ r33
kalangan lain sesuai manhaj ini jika memang diperlukan, membantah
bid,ah kalangan yang tidak berpedoman pada manhaj ini seperti yang telah
disinggung sebelumnYa.
Karena itu sebelum menjelaskan manhaj salafdalam masalah-masdah
akidah, penting untuk diielaskan secara singkat apa saia ciri metode Al-
Qur. an aa"* menyampaikan masalah-masalah akidah yang diperdeba*an
ketika berbagai kelompok mulai bermunculan dalam kehidupan kaum
muslimin p"a*rd ,"-l ,.k"li bukan bagian dari Islam dari satu sisi, di
samping pe.d.batan tersebut tidak diperlukan dari sisi lain, karena Al-
q,rrl*
"alah
penopang utamabagi sdafddam masalah akidah, disamping
sebagai referensi dalam hd lain'
N-Qur'an dan Fondasi Akidah
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya' Al-Qur'an fokus di
bidang ,",rhid, siht-sifat Allah dan memahasucikan Allah dari apapun yang
ddak laik. ciri utama metode Al-Qur'an dalam membahas masalah-masdah
akidah addah sebagai berikut;
Pcrtama,Al-Qur'an menyampaikan pesan kepada manusia dengan
basis keimanan akan keberadaan Tirhan Yang Mahakuat dan Mahakuasa
yangmenjadisandaranmanusiaberdasarkanfitrah.Inimengacupada
perjanjian yang dibuat oleh manusia sendiri'
Kalasegalaurusanterasasulit,tidakadajalankeluardansemua
perhitungan -.lo.t, saat itu,iiwa halus manusia merasakan adanya kekuatan
yang menguasai apa yang tidak manusia mamPu' Orang atheis saja tidak
Lir" *."gi"gkari hal itu, apalagi orang yang ragu atauPun menyimpang'
Sebagai contoh, berikut kami sebutkan firman Allah'
6# lftx I "*rU-(:G"AiL^{ 3t$
i$K#? ):; GKJyGl i,J4'i{i,
{ r r :;,, } @ 6}3- l}ft '4.4:4
" Dan apabilz manasia d'itimpa bahaya dia berdoa ktp'fo l{ami dahm
headaan berbaring d.aduk dtuu berdiri, tetapi setelah l{ami hihngkan
134 O eua"l Islam Menurut Empat Madzhab
bahay itu darinya, dla (hembalil mehlui Qaknnyayngsesat), seokh-
ohh dia tidah pemah berdoa hrprfu lemi untuh (menghihngkan)
bahaya yang tehh menirnpanya. Begituhh orang-orang ytng mekmpaui
batas itu mernandang baih apa yng sehlu mereka herjakan." (yunus:
t2)
Allah berfirman, 'Dialab Tuhan yang menjadikan harnu dapat
berjahn di daratan, (berkya) di hutan. Sehinga apabih hamu beradz di
dahm bahtera, dan meluncurhh bahtera iut membawa orang-orarrg lang
ad^d di dahmrya dcngan tiupan angin yang baih, dan mereha bergembira
harenanln, datanghh angrn badai, dan (apabih) gelornbang dari segcnap
penjuru menimpanya, dan mereka yahin bahwa mereka tehh terkepang
(bahaya), ruaka mereha berdoa hepadaAlhb dzngan mengihhlashan hetdatan
hepada-Nya serndta-mata. (Mereha berhata):'sesungguhnya jiha Enghau
menyehmatkan hami dai bahalta ini, pastihh harni ahan termasuh ordng-
orang yang bersyuhur.' Maha uthah Alhh mmye hmathan mae hA, ti ba-rtba
mereha rnembuat hezhaliman di maha bumi tanpa (alzsan) yng benar. Hai
rnanusid, sesunguhnya (bencana) hezhalimanrnu ahan menimpa dirimu
sendiri; (hasil kezhalimanmu) itu hanyahh henihmatan hidup duniawi,
hemudian kepada lhmi-hh kembalimu, hlu IQmi habarhan hepadamu apa
yng tehh hamu heriahan."(Yunus: 22-2j)
AI-Qur'an mengisahkan renrang orang-oran g yeng mengingkari
kebangkitan yang menurur mereka hanya kisah dusta belaka. Al-eur'an
menuturkan, fitrah mereka sebenarnya menuturkan kebenaran saar dianya
tenrang hal itu. Allah berfirman, "I(atahankh: 'Kepunlatn siapahah burni
ini, dan sernua yang ada padanya, jiha hamu mengetahui?' Mereha ahan
menjauab: 'Kepunyaan Alhh.'I{atakanhh: 'Maka apahah hamu tidah ingat?'
I{atakankh: 'siapahah yang Empunya hngttyang tujuh dan yang Empunya
Arsy yang besar? Mereha ahan mmjawab: 'Kepunlaan Alhh.'I{aukanhh:
'Maka apahah hamu tidah bertahua?' I{atahanhb: 'siapahah yng di tangan-
Nya berad,a hehaasaan dtds segah sesilatu sedang dia melindungt, tetapi
tidah ada yang dapat dilindungi dari (ddzab)-Nya, jiha kamu rnengetahui?'
Mereha ahan rnenjawab:'Kepunlaan Allah.' I(atahanhh :' (Iehu demih;an),
maha dari jahn manahab hamu ditipu?'sebenamya lhrui tehh membawa
hebenaran hEofu mereha, dan sesanguhnya mereha bmar-benar orurng-ordng
yng ber&sta. " (Al-Mu'minun: 8490)
Bab 4: Permasdahan Manhaj antara Salaf.. $ 135
ciri metode Al-Qur' an inilah yang disinggung oleh Al-Maqdisi ddam
penjelasannya berikut:
Di antara bukti keberadaanAllahYang Maha Menciptakan adalah jiwa
dan hati manusia berlindung pada-Nya ketika tertimpa berbagai musibah'
Mustahil ada orang terjepit, tertimpa musibah dan petaka akan berlindung
pada batu, pohon araupun makhluk lain, dia akan berlindung kepada-Nya
,.rr,".", berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama dan sifat-sifat-Nya' Ini
bukti nyata, tidak jauh berbeda dengan ketika jiwa merasa takut, saat itu
akan mencari jalan keluar dan keselamatan, sePerti itu juga dengan anak
kecil yang langsung menetek ibunya. Seperti itulah Allah membuat watak
manusia condong pada sesuatu yang sesuai dan bisa membela dari apapun
yang ditakuti.
Tidaklah mungkin bagi seorang atheis meski berpandangan ekstrim
araupun mengakar dalam paham atheisme bisa mengelak untuk mengenal
dan menyebut namaAllah dalam lisannya, mau tidakmau, sengajaatauPun
lupa, karena untuk itulah hati dan lisan manusia diciptakan, di samping
wataknya tetap memiliki kecenderungan pada sesuatu yang disuka dan
menjauhi aPaPun yang dibenci berdasarkan fitrah'l
TidakanehjikafitrahberimandantidakmamPumengingkari
keberadaan sang Khaliq karena itulah praktek dari perjanjian yang
disebutkan dalam firman Allah berikut,
{rvr ';r,,!,} @ ';al;Lt1i6&(L
,, Dan (ingathh), ketiha Tuhanmu mengeluarkan heturunan anah-anak
Adarn dari sulbi rnereha dan Alhh mengambil hesahsian terhadap
jiwa mereha (serarya berfi.rrnan): 'Buhanhah Ahu ini Thltanmu?'
-mereha
menjawab: 'Beil (Enghau Tuhan harni), harni rneniadi sahsi.'
(I{ami hkuhan yang dernihian itu) agar di Hari Kiarnat katnu tidak
er-rra"+rrr ,er.rrauthahhar bin Thahir (w. 340 ), z{ l-Bad'u uaAt-Thnhh (1158)'Beirut'
iF i'$''#;' 1r# u i"G e, li, A i5
(,yt:+$ ;tW J\rg'S$e 'tt,i3 6
136 tE eUa"l Islam Menurut Empat Madzhab
mengatakdn: 'sesungultnya hami (Bani Adam) adakh orang-orang
yng ltngah terhadap ini (heesaan Tuhan)." (N-Rrufi 172)
Kedua, untuk menguatkan metode sebelumnya, Al-eur. an menyam-
paikan kepada manusia bahwa pemikiran keberadaan Tirhan sudah ada di
otak, karena itu Al-Qur'an menyampaikan pesan dengan bentuk penegasan,
setelah itu disebutkan sifar-sifat yang sesuai dengan Allah, berikut contohnya,
;*c5L@ E)\g)i'; '4K6y
"t ,ii,litt1 )qU;4t q!*i3 ,t3'ji', +i6i
;13('u,ii\'{;1V', ,j"6t e-q A,l
€)( *;, Fs :P q Q,
g,i' V; i3.
'o;lfr ,A *s5,rjJii ;tai';fr ;.A\ 4aii
$yny{Ui
? t.?a
.riYt
{trt - rrr:;,^;r}. @
"Dan Tuhanmu adakh Tuhan yang Maha Esa; tidah ada Tuhan
melzinkan Dia yang Maha Pemurah lzg; Maba penyayang. sesunguhnya
dahm penciptaan hngit dan bumi, silih bergantinya mahm dan siang
bahterayang berkyar di hut membawa apa yang bergana bagi rnanusia,
dan apa yang Alkh turanhan dari hngit berupa air, klu dengan air
ita Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarhan
di bumi iat segah jenis hewan, dan pengisaran angin dan auan yang
dihendalikan ant*ra hngit dan bumi; sangguh eerdapa) tanda-tanda
(heesaan dan kebesaran Allah) bagi haum yang memihirhan." (Al-
Baqarah: 163-164)
Allah berfirman,
4 fri lij @ t# G, o# w ;i,i -.ir.5
{,n - rv:p,rr} @ 6ri$ ,ry*fi,6n'tj.->- iAi
" Maka bertas b lh kh h epada Alkh di wakta kamu baada di petang hari
dan wahtu hamu beradz di waktu sabuh. Dan bagi-Nyakh segah puji
Bab 4: Permasalahan Manhaj antara Salaf... $ t37
di hngit dan di bani dan di wahu hamu berada pada peung hai dzn
di wahn hamu berada di wahru zhahur." (Ar-Rum: f7-f 8)
para rasul sebelum Islam datang menyerukan untuk menyembah
TirhanYang Maha Esa, tidak adaTirhan selain-Nya. seperti itu juga dengan
sebagian bangsa fuab Jahiliyah -di mana Al-Qur' an rurun di tengah-tengah
mereka- mereka mengetahui adanya Tuhan karena seruan Ibrahim yang
masih tetap bertahan di tengah-tengah mereka, di samping penjelasan yang
mereka ketahui dari agama Yahudi dan Nasrani.
Asy-Syahrastani menielaskan, di antara bangsa fuab ada yang beriman
kepadaAllah dan hari akhir, menanti datangnya kenabian, mereka memiliki
aturan dan syariat. Di antara mereka yang mengenal cahaya terang, nasab
suci, memeluk agama yang lurus dan menantikan kedatangan nabi adalah
Zaid bin Amr bin Nufail. Suatu ketika dia bersandar di Ka'bah dan berkata,
"'Wahai kalian semua, kemarilah! Sungguh sudah tidakadalagi seorangpun
yang memeluk agama Ibrahim selainku." fuy-Syahrastani juga menyebut
narna-nama lain selain ZildbinAmr bin Nufail.t
Krtiga, mengingat keberadaan Tirhan merupakan hal yang bersifat
fitrah, Al-Qur'an tidak lalai untuk menggerakkan segala kemampuan
manusia untuk menanamkan akidah ketuhanan secara kuat seperti
yang Allah kehendaki bagi manusia, di samping untuk mengembalikan
mereka yang menyimpang. Sebagian peneliti berpendapat, manusia dalam
perkembangan akal dan emosi melalui beberapa fase.2
Dalam menggerakkan kemampuan akal, Al-Qur'an sarat berisi
ay*-ayatyang menyeru untuk merenungkan jagad ruy^ y{tgterPamPang,
merenungkan jiwa, kondisi, asal usul dan cara manusia diciptakan. Inilah
yang menjadi landasan para pemikir dalam mengemukakan pandangan
meldui metode logis. Sebagai contohnya, Allah berfirman,
@t#{i'Kilaj@ 'riL lil z,z
r.Lllr
{tt - Y. :.rtzrljJl}
Asy-syahrastani,Al-MihlwaAn-Nihal(3186)'DarAl-Ma'rifat'Beirut'tt"AbdulKarimKhatib'
Qadhiyat Al-Uluhfyat bain Al-Fabafah wa Ad'Diz (l/31 8), Cet. l, 1962.
I
) eidlrli<.ri* Kh
^tii,
q*iyaul-illubiyat bainAl-FabafahuaAd-Din(rl3l7),c*t.1,1962.
,rfii a
138 te eHa*r Islam Menurut Empat Madzhab
"Dan di bumi iut terdapat tanda-tanda (kekuasaanAlhh) bagi orang-
orang lattg yt hin. Dan (iaga) pada dirimu sendiri. Maha apakah hamu
ti da h m e mp e r h a ti h an ? " (Adz-Dzariy* 20 -21)
X\ #|d${-6oio6{i4W);
:c-r.a) @4ri$
{"r
" I(nmi ahdn memperlihathan hepada mereha tanda-tanda (hekuasaan)
I{arni di segah wihyah burni dan pada diri tnereha sendii, hingga
jelas bagi mereka bahwaAl-Qur'an itu ddahh bmar. Tiadahah cahup
bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi sahsi atas segak sesaatu?"
(Fushshilar 53)
MaksudAl-Qur'an membahas alam raya dan tanda-tanda kekuasaan
adalah agar menjadi petunjuk bagi manusia akan keberadaan Allah dengan
memperhatikan alam sekitar, mengenal berbagai bentuk dan ciri khusus
segala hal agar bisa dimanfaatkan, karena seperti yang disampaikan Al-
Qur'an, segala sesuatu yangada.di bumi ini ditundukkan unruk manusia.r
Karena memperhatikan dan merenung mampu mendorong untuk
beriman, c{a-yarngsama -dalam batasan akal- juga diterapkan Al-Qur'an
dalam membantah mereka yang mengingkari keberadaan Allah. Allah
berfirman, " Dan apahah ordng-ordngldng hdfr ti.dah mengctahui bahwasanya
hngit dan bumi in heduanla dahulu adahh sufiu ldng padu, hcmudian
hami pisahhan afltarA heduanya. Dan dai air lQrni jadihan segah sesilat t
yang hidup. Maha mengapahah macha tiada juga beriman? Dan tehh IQmi
jad.ihan di burni ini gunung-gurrung ldng hohoh supdla bumi iru Oidah)
goncang benama mereha dan tehh lGtni jadihan (puk) di bumi iru jahn-jakn
lnng luas, agar mereha mendapat peunjuh. Dan l{ami menjadihan hngit iat
sebagai atap yang terpelihara sefong rnereka betValing dari segah unda-unda
(hekaasaan Alhh) yang terdapat padanya. Dan Diahh yng tehh ncncipuhan
mahm dan siang, natahai dan buhn. Masing-masing dari heduanln iut
beredar di dahrn gais edamya. "(Al-Anbiya': 30-33)
I MuhammadAbdul Hadi AbuT.aidah,AlJnan bilhhif lAshrAl-'Ilmi,hlm.l59, iAlam Al-Fikr,Jilid
Perama.
n 2,ryJ*
pst:3#,fg{tl sxl**
Bab 4: Pcrmasalahan Manhaj antara Salaf... $ 139
Di antara kitab-kitab samawi lain, hanya Al-Qur'an yang menjadikan
iman sebagai riset ilmiah yang bisa dipahami oleh semua akal manusia.
Ayat-ayerAl-Qur'an juga menunjukkan bahwa iman adalah buah ilmu
dan pengingkaran merupakan dampak kebodohan.
Al-Qur'an .iuga menggerakkan kemampuan emosi manusia untuk
menanamkan iman sec:ra mendalam. Al-Qur'an mengaitkan iman dengan
anjuran dan peringatan dengan menggunakan clLra y^ngbisa menggerakkan
imajinasi yang menjurus pada kebenaran. Allah berfirman,
D t.'9 ,-.
* r\-t'; 2 5, {tAi'i;l: €,r" fio'$S ;;t;ri \$-rf-
-r<t^ -,1 .-'a 4l',;#5 T3 **;) iL |sX
t5 ui{ ,itti;|tii, ,* *6 3L &
i n6';'@3$7 $t4r:i'""<ii t;3,i
,e+,) @ *; #'iL&; *,b"il c3+4
{t-,
"Hdi rnAnusiA, bertakwalah hepada Til.hanmu; sesungguhryra hegon-
cdnga.n Hari Kiamat itu adakh suatu kejadian lang sangat besar
(dzhsyat). (Ingathh) pada hari (hetlka) harnu rnelihat kegoncangan itu,
hhihh semua wanita yang mmyusui anahnya dzri anak yang disusuinya
dan gugurkh kandungan segala wanita yng harnil, dan karnu lihat
manusia dakm head,aan mabuk, padahal sebenarnlta rnereha tidah
rnabuh, ahan tetapi adzab Alhh itu sangat kerasnla. Di antara manusia
ada orangyang membantah tentangAlhh tanpa ilmu pengetahuan dtn
mengihuti setiap setan yang jahat." (Al-Haii: l-3)
Allah berfirman,
,fi iciLfr4:,t-)i+,#"#\b?1l1
x
b;{t$ I,W )3; i"4'fi, ti: t4' f
^1 i ;'-6-
l4O tD efia"n Islam Menurut Empat Madzhab
,r'a' rt.i-| p- @
til-tt
-6iitirifi.,lio
"tllKf@yrziiur,
,.. --: t !gs/l;t# -FJ r, eA
rl :,y' ) @ l3 octlS$'fi'':i,i4iAk;< i
.{t. -
" Dan ordng-orang hafr amal-amal me:reka adzkh hhsanafatarnorgana
di tanah yang dataa yng disangka air oleb ordng-ordng yng dahaga,
tetapi bik didatanglnya air itu dia tidak mendapatinya sesudtu aPaPan.
Dan didapatinya (ketetapan) Alhb di sisinya, lalu Alkh memberihan
kepadanya perhitungan amal-amal dengan cuhup dan Alkh ad.akh
sangat cepat perhitungan-Nya. Atau seperti gelap gulita di lautan
yang dahm, lang diliputi oleh ornbak, yang di atasnla ombak (puk1,
di atasnya (hgi) awan; gehp gulita yang tindih-bertindih, apabih
dia mengeluarhan tangannya, tiadakh dla tkpat melihamya, (dan)
barangsiapa yang tiada diberi cahal,a (perunjuh) oleh Alhh tiadahh
dia mempunyai cahaya sedihit pun. " (An-Nur: 39-40)
Keempat; Al-Qur'an tidak menjelaskan Dzat ilahi hanya sekedar
makna semata, tapi juga menyebut dengan sifat-sifat sempurna dengan
tujuan untuk menjaga kondisi akal manusia. Akal manusia tidak bisa
membayangkan apapun kecuali melalui
^payang
dirasa dan dimengerti.
Ketika ayat-ayat N-Qur'an menyebut sifat-sifat Allah, saat itu manusia bisa
memahami lebih dari makna yang dipahami oleh akal yang sebelumnya
tidak memiliki gambaran tentang sifat-sifat tersebut. Allah berfirman,
"Bacahh dzngan (menyebut) narna Thbawnu lang menciptahan, Dia tehh
mmciptakan manusia dari segumpal darah. Bacahh, dan Tuhanrnuhh yang
Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perdntaran hahm. Dia
mengajarhepadamanusiaapayangtidahdiketahuinlta."(Al-'Alaq:1-5).Ayat-
ayat ini memperkenalkan Dzat Allah, Dia menciptakan dan mengetahui.
Allah berfi r man, " Al kh M a h a lem b ut ter h adap h am b a- h am b a-Nya; D ia
memberi rezehi kepada yang d; hehendaki-Nya dan Diahh yang Mahakuat
lzgi Mahaperhasa." (Asy-Syura: 19). Ayat ini menyebutkan kelembutan,
kekuatan dan keperkasaan Allah. Seperti itulah sifat-sifat Allah bisa diketahui
Bab 4: Permasalahan Manhaj antara Salaf... @ t4t
dalam Al-Qur'an. cara ini merupakan wujud rahmat bagi akal manusia
dari satu sisi, di samping membedakan konsep Islam tentang Dzat Tirhan
yang jauh dari abstraksi dan inkarnasi dari sisi lain.r
Kelima; Al-Qur'an menjaga pemahaman manusia tentang Dzat
Tirhan agar tidak jatuh dalam bahaya menyamakan Khdiq dengan makhluk
karena adanyakesamaan sifat-sifatAllah dengan sifat-sifat manusia dari sisi
kata. Al-Qur'an mengingatkan, " Tidah ada sesuaru pun lang seraPa dengan
Dia, dan Dia-hh yang Maba Mendzngar dan Melihar. " (Asy-Syura: l1).
'Dia tidah dapat dicapai obh penglihatdn tnAtA, sedang Dia dapat melihat
segak yang helihatan; dan Diahh yng Mahahalus hgi Maha Mengetahui."
(Al-An'am:103)
Melalui semua metode di atas yang kami sebut sebagai ciri-ciri utama
metode Al-Qur'an ini bisa dikatakan bahwa Al-Qur'an menyampaikan
akidah yang benar, membahas berbagai permasalahan dengan cjJe yang
menjurus pada keyakinan tanPa memerlukan perdebatan atau menciptakan
istilah-istilah apapun. Di samping metode Al-Qur'an menjaga seluruh
tingkat kemampuan akal dan pemahaman manusia. Karena iulah tidak ada
perdebatan di masa Rasulullah di mana saat itu mereka semua terkait erat
dengan Al-Qur'an, tidak seperti yang terjadi pada masa-masa berikutnya saat
hubungan dengan Al-Qur'an mulai melemah meski kita tidak mengingkari
adanya pengaruh faktor-faktor lain. Sunnah telah menjelaskan hal ini sePerti
yang telah disinggung sebelumnya.
Para Sahabat dan Fondasi Agama
Sebelumnya telah disampaikan, para sahabat sangat gigih memeluk
keyakinan yang benar dan melakukan amal shdih. Di sini kami sampaikan,
mereka -selanjurnya diikuti oleh generasi selanjutnya yang termasuk
generasi di masa-masa terbaik- membangun akidah di atas asas yang mereka
pelajari dari Al-Qur'an sesuai manhaj yang telah disinggung sebelumnya.
Keyakinan mereka tentangAllah disertai sifat-sifat yang laik tanPa abstraksi
dan inkarnasi. Mereka disibukkan unruk merenungkan diri dan makhluk-
makhluk Allah lain sesuai perintah Al-Qur'an dalam masalah ini hingga
menganarkan mereka menuju keyakinan. Kondisi yang sama juga berlaku
I AbdullGrimKhatib, QadhiylatAl-uhhiyatbainAl-FakafahwaAd-Din(ll33l),cet. 1,1962.
to O eUa*r lslam Menurut Empat Ma&hab
dalam semuasisi akidah lain, seperti masalah kenabian, dalil-dalil naqli dan
lain sebagainya.
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari sebagian sahabat atau
tabi'in terkait suatu permasalahan yang berhembus terkait ilmu kdam,
sepefti masalah pengingkaran terhadap takdir, pandangan yang menyatakan
Al-Qur'an makhluk, dan masalah-masalah lain. Namun sahabat yang
bersangkutan hanya menyampaikan seperti yang dia pahami dari Al-Qur'an
terkait masalah yang terjadi. Suatu ketika setelah pulang dari Perang Shiffin,
Imam Ali bin Abi Thalib ditanya oleh seseorang, 'hpakah akibat peperangan
ini terjadi karena qadha dan takdirAllah?" Ali menyahut, "Demi Dzaryau;.g
menciptakan biji-bijian dan nyawa, tidaklah kita menuruni suatu bukit pun
atau memanjat suatu benteng pun melainkan sesuai takdir Allah."
Selanjutnya Imam Ali bin Abi Thalib menjelaskan, keimanan kepada
takdir tidak menafikan tanggung jawab, dia pun berkata kepada si penanya
tadi, "Mungkin yang kau maksud adalah putusan dan takdir yang sudah
pasti. Andai seperti itu tentu pahala dan silsa tidak berguna, tentu janji
dan ancaman tidak berlaku, tentu tidak ada celaan bagi pelaku dosa, tidak
ada pujian bagi pelaku kebaikan, tentu balasan kebaikan tidak lebih berhak
diterima orang yang berbuat baik melebihi orang yang berbuat buruk, tentu
siftsa tidak lebih berhak diterima orang yang berbuat keburukan melebihi
orang yang berbuat kebaikan. Allah memerintahkan untuk memberi pilihan,
melarang untuk memberi peringatan, tidak membebankan taklif secara
patsa dan tidak mengutus para nabi tanpa guna."r
Umar bin Al-Khathab menjelaskan pemahamannya tentang ilmu
Ilahi yang meliputi segala sesuatu sebagai berikut, "Perumpamaan ilmu
Allah terhadap kdian laksana langit yang menaungi kalian dan bumi yang
menjadi hamparan kalian. Karena kalian tidak bisa keluar dari langit dan
bumi, seperti itulah kalian tidak bisa luput dari pengetahuan Allah. Karena
langit dan bumi tidak mendorong kdian melakukan dosa, seperti itulah
ilmu Allah juga tidak mendorong kalian melakukan dosa."2
QadhiAMuuabbar, Fimq uaTltabaqatAl-Mitazihb,hlm.24,Tahqiqoleh DRAIiSamiAn-Naqrsyar
dan Ishamuddin Muhammad, DarAl-Mathbu'at Al-Jami'iyyah, Alexandria, Mesir.
DR Musthafa Hilmi, Manhaj 'Uhtna' Al-Hadir ua,*-Sunnah f Uhil Ad-D;n,hlm. 9, Cct. I , Dar
Ad-Da'wah, Alexandria, Mesir.
I
2
Bab 4: Permasalahan Manhaj antara Salaf,.. @ 143
Berikut ciri utama manhaj para sahabat dan tabi'in dalam masalah-
masalah akidah;
Pertama; mempercayai yang disebutkan dalam Al-Q"t'an tanpa
mempertanyakan tata cara, di mana dan apa saja yang ada di baliknya.
Kedua; percaya bahwa akal tidak mampu mengetahui berbagai hal,
khususnya yang terkait dengan Dzat ilahi.
Ketiga; sesuai manhaj Al-Qur'an, akal difungsikan untuk mema-
hami diri manusia dan apa yrng rda di berbagai penjuru bumi untuk
membersihkan keimanan fitrah dan memperkuat kepercaytan penuh yang
telah mereka berikan kepada Rasulullah 6.
Keempat; membantah mereka yang memiliki pemahaman
menyimpang karena pengaruh perdebatan, mengingat debat merupakan
kekurangan dan sama sekali tidak diperlukan setiap muslim selama masih
bisa memahami AI-Qur'an dan sunnah. Metode ini membuat para sahabat
dan tabi'in tidak tertimpa kegamangan, kebimbangan ataupun bertanya-
tanya seputar konsep Dzat Tirhan, seputar sifat-sifat Allah, khususnya sifat-
sifat yang memiliki kesamaan dengan sifat-sifat manusia dari sisi kata-kata,
seperti tangan, mata dan lainnya.
Para sahabat tidak mengalami hd itu dalam diri mereka, sebab andai
terjadi pasti sudah disebutkan dalam buku-buku sejarah.t
Al-Maqrizi menyatakan, siapapun yang mencermati kitab-kitab
hadits nabi dan atsar para sahabat serta tabi'in pasti tahu, tidak ada satu
pun riwayat baik melalui sanad shahih maupun dhaif dari seorang sahabat
pun meski dengan tingkatan yang berbeda dan banyaknya jumlah mereka
yang menanyakan makna sifat-sifat Allah yang disebutkan dalam Al-Qur'an
dan melalui lisan Nabi Mereka semua memahami sifat-sifat tersebut dan
sama sekali tidak membahasnya. Tidak ada seorang sahabat pun yang
membedakan mana sifar dzatiyah dan mana sifar f'liyah, mereka hanya
menyebut sifat-sifat azdi Allah, seperti ilmu, kuasa, hidup, berkehendak,
mendengar, melihat, berbicara, mulia,luhur, ada, memberi nikmat, perkasa,
agung dan seterusnya tanpa adanya perbedaan pendapat di kalangan mereka.
Seperti itulah mereka menyebut sifat-sifat yang Allah sebut untuk
I AbdulKarimKhatib, QadhiylatAl-UluhiyatbainAl-Faba.fahuaAd-Din(11335),Cet.1,1962.
IM {D ena"l Islam Menurut Empat Madzhab
diri-Nya seperti wajah, tangan dan semacamnya dengan menafikan adanya
kesamaan dengan makhluk. Para sahabat menyebut tanPa menyerupakan,
memahasucikan tanpa menafikan, ddak ada seorang sahabat Pun yang
menakwilkan satu sifat pun. Mereka semua sepakat memberlakukan sifat-
sifat seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan sunnah. Mereka tidak
referensi yang menunjukkan keesaan Allah dan memperkuat kenabian
Muhammad selain Al-Qur'an. Tidak seorang pun di antara mereka yang
mengenal paham-paham ilmu kalam atauPun filsafat.l
Parasahabat menimba ilmudan ddil dariAl-Qur'an dan sunnah seperti
yang disampaikan Al-Maqrizi di atas, memahami berbagai permasdahan
akidah tanpa mengemukakan pertanyaan layaknya orang bingung kepada
Rasulullah 6. Inilah logika yang sesuai dengan keutamaan sahabat seperti
disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadits. Semua itu menguatkan tingginya
tingkat pemahaman, luhurnya keutamaan serta kekuatan akal para sahabat,
juga sesuai dengan risalah yang telah Allah persiapkan untuk mereka, Allah
memilih mereka untuk tujuan itu. Mereka memahami kaidah-kaidah asas
agama, mempraktekkan seperti yang mereka pahami dan mengajarkan
apayangmereka ketahui. Mereka mengerti betul dampak bahaya berdebat
bagi kaum muslimin. Bahkan ada sebagian sahabat memperkirakan, tidak
memahami Al-Qur'an secara mendalam akan memicu pertikaian di antara
sesama kaum muslimin meski nabi dan kitab mereka sama.
Suatu ketika Umar bin Al-Khathab mendatangi Ibnu Abbas -setelah
membayangkan hal tersebut- dan bertanya, kenapa umat ini berselisih
pendapat padahal nabi mereka sama, kiblat mereka sama dan kitab mereka
juga sama. Ibnu Abbas menjawab, "'Wahai Amirul Mukminin, AI-Qur'an
diturunkan di tengah-tengah kita lalu kita baca dan kita amalkan isinya,
selanjutnya setelah kita nanti akan muncul kaum-kaum yang membacaAl-
Qur'an namun mereka tidak memahami isinya sehingga mereka memiliki
pendapat, jika sudah seperti itu mereka akan berselisih pendapat, setiap
pendapat memiliki pandangan tersendiri, selanjutnya setelah berselisih
paham, mereka akan sding menyerang satu sama lain."2
Dengan demikian tidak benar jika kita mengkritisi pemahaman
Al-MaqriziTaqiyuddin(m.s45), Kh*thathAl-Marqizi (4/81),AhmadAmin, DhthaAl-Ishn(3111).
Asy-Syathibi, .4 l-I tisham (21 107), Asy-Sya'b.
t
)
Bab 4: Permasalahan Manhaj antara Salaf... @ 145
manhaj sahabat saar kita temukan adarrya berbagai maczun bid'ah setelah
masa mereka sementara mereka tidak memiliki pandangan terkait hal itu,
apdagi turut serta dalam amalan bid'ah. Mereka adalah kaum yang hidup
dengan Al-Qur'an secara langsung, memahami Al-Qur'an, berjihad di jdan
Allah dan kesibukan berjihad itu tidak membuat mereka terhdang untuk
mendalami e1ama.. Lantas bisakah dibayangkan jika generasi-generasi yang
ada di masa setelah sahabat lebih memahami agama dan asas-asas agama
melebihi sahabat? Atau mereka lebih paham dan lebih wara' dari sahabat? Ini
artinya memutarbalikkan fakta dan merubah srandar-srandar analogi yang
benar, karena sejarah mencatat keutamaan-keutamaan amd generasi pertama
Islam dalam pemahaman dan praktek. Kesibukan jihad tidak menghalangi
sahabat untuk merenung dan memahami Islam secara mendalam baik dari
sisi akidah, ibadah maupun hukum. Banyaknya riwayat tenrang jihad dan
amal shalih terangkum dalam pemahaman mendalam rentang ranggung
jawab dan risalah yang diemban untuk diterapkan, sehingga mereka enggan
untuk berdebat dan lebih fokus untuk bekerja.t
tbi'in menempuh metode yang sama, kemudian setelah itu terjadilah
perpecahan pada generasi khalaf Ulama dari kalangan para pengikut tabi'in
memiliki sikap yang tercermin pada banrahan para ahli hadits dan fuqaha
terhadap berbagai kelompok yrng ada di masa Daulah Umawiyah dan
setelahnya. Mereka menempuh manhaj para sahabat dan tabi'in, sehingga
laik menyandang julukan salaf.
Karakteristik Manhaj Khalaf
Yang kami maksud khalaf adalah para ahli ilmu kalam dan filsafat
karena kelompok ini sama-sama tidak mengikuti manhaj yang bersumber
dari Al-Qur'an dan yang direrapkan oleh para sahabat terkait masalah
akidah secara khusus, meski kita tidak memungkiri para ahli ilmu kdam
dan filsafat juga mengacu padaAl-Qur'an sebagai penguar asas pandangan
mereka. Kami perlu menjelaskan dua hal;
Pertama; metode ahli ilmu kalam berbeda dengan metode filosof
dalam berbagai hal, namun kedua kelompok ini sama-sama jauh dari manhaj
Ahlu Sunnah dari sisi realita dan pemahaman akal.
1 DR Musrhehll,ilml Mdnhaj 'Ukna' Al-Had.it wa,*-Sunnahf llshulAd-D;a,llm. 22, Cct. l, Dar
Ad-Da'wah, Alexandria, Mesir.
146 l9 eUa"l Islam Menurut Empat Ma&hab
Kedua; mengingat penjelasan ddam buku ini singkat, kami tidak bisa
memaparkan bagian-bagian rinci kedua metode ini, seperti itu juga hal-hal
rinci setiap kelompok atau filosof tertentu, karena sangat disayangkan, setiap
kelompok ilmu kalam memiliki pendapat tersendiri yang berbeda dengan
kelompok lain meski memiliki orientasi yang sama. Seperti itu juga dengan
setiap filosofyang memiliki argumen dan pandangan tersendiri terganrung
sejauh mana keberhasilannya dalam menyatukan antara wawasan keislaman
dan wawasan Yunani yang diterjemahkan ke bahasa kaum muslimin yang
dimulai di masa Khalifah Al-Makmun atau sebelumnya.
Mengingat kami tidak akan menjelaskan secara rinci, kami akan
menilai Mutazilah sebagai representasi ilmu kalam seperti yang disebut-
sebut oleh para ahli sejarah aliran dan sekte agama.l Masalah ini akan kami
bahas selanjutnya.
Terkait pada filosofl akan kami sebutkan secara umum di sela
penjelasan sebagian argumentasi mereka untuk menjelaskan ciri-ciri metode
yang mereka terapkan.
ParaAhli Ilmu Kdam
Para sahabat dan tabi'in membahas sebagian masalah akidah tanPa
perdebatan dan emosi, setelah itu di akhir masa sahabat muncul berbagai
kejadian yang menciptakan banyak sekali kelompok, seperti Khawarij, Syiah,
dan Murjiah. Kelompok-kelompok sePerti itu menyatu dalam sejumlah
permasdahan di mana sebagian besar di antaranya tidak bersifat keagamaan
dalam pengertian keyakinan, seperti masdah hukum pelaku dosa besar,
apakah kafir ataukah putusannya ditunda, hingga muncul seseorang yang
menyatakan pelaku dosa besar berada di antara dua tempat, saat itu dunia
mengenal sebuah kelompok yang disebut Mutazilah.2 Pembahasan tentang
akidah sebelum era Abbasiyah disebut fikih akbar, selanjutnya setelah iru
guru-guru Mutazilah mempelajari buku-buku filosof saat berkuasa di era
Khalifah Al-Makmun, akhirnya metode Mutazilah bercampur dengan
metode kalam yang pada akhirnya memunculkan disiplin ilmu baru yang
disebut ilmu kalam.3
Asy-syahrastani, Al-Mihl ua An-Nihal (l 122), DarAl-Malifat, Bcirut, tt.
Sudah kami singgung sebelumnya pada pasd kedua di bab pertama dalam buku ini.
Asy-Syahrastani, Al-Mihl wa An-Nihal (l I 22), DarAl-Mdrifat, Beirut, tt.
I
2
3
Bab 4: Permasalahan Manhaj antara Salaf... I LO
Disiplin ilmu ini disebut ilmu kalam dan mereka yang berkecimpung
di dalamnya disebut ahli ilmu kalam. Disiplin ilmu ini tidak hanya memiliki
satu narna, namun juga disebut ilmu tauhid, ilmu ushuluddin, ilmu akidah,
ilmu perenungan, penarikan dalil dan lain sebagainya.t
Tidak ada kesepakatan kenapa disebut seperti itu. Ada yang
menyatakan, disebut ilmu kalam karena masalah utama yang mengemuka
pada masa-masa pertama addah kalam Allah Yang lain menyatakan, disebut
seperti itu karena yang berkecimpung di dalamnya membicarakan hal-hal
yang tidak dibahas oleh para sahabat dan tabi'in. Dan masih ada sebab-
sebab lain seperti yang disebutkan dalam buku-buku sejarah sekte dan
aliran keagamaan.2
Karakteristik Utama Manhai Khalaf
Pertama; berbeda dengan para sahabat yang memahami AI-Qur'an
untuk dimengerti dan memperdalam keimanan, memahami keberadaan
Allah secara fitrah dan merujuk pada perjanjian antara manusia dengan
Rabb, para ahli kalam berusaha membuktikan keimanan dengan dalil-dalil
logika yang menunjukkan adtnya pengaruh filsafat Yunani dari satu sisi,
di samping memperlihatkan rumitnya keyakinan mereka yang jauh dari
fitrah dari sisi lain. Para ahli ilmu kalam mengalihkan fitrah dan perasaan
untuk merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah ke ranah akal, dari
disiplin ilmu yang indah ke disiplin ilmu logika, ranah hati di pindah ke
kepda, bukannya mengikuti metode Al-Qur'an seperti yang terdapat ddam
firman Allah ,"Apakah ada heragu-raguan terhadap Alhh, Pencipta hngit dan
bumi?" (Ibrahim: 10) mereka malah membuat metode tersendiri dengan
menyatakan alam ini bersifat baru (diciptakan).3
Mutazilah misalnya menyatakan alam ini bersifat baru (diciptakan)
dengan dalih materi memiliki beberapa pengertian, seperti menyatu dan
berpisah, bergerak dan diam. Ini mereka sebut dengan istilah wujud, yaitu
kondisi utama pembentuk materi. Mereka menyatakan, makna ini bersifat
baru dan materi tidak terlepas dari makna tersebut, materi juga bersifat
DR. Muhammad Anwar As-Sanh:uri, Malkhdl ila 'Ilm Al-Kahrn,hlm. 10' I 980.
Ahmad Amin, D6 uha Al-kktn (9 I 3).
AhmadAmin, Dhuha Ishm(3115), DarAl-KiebAl-'fuabi, Beirut, Cet. 10.
I
)
3
148 € eUa*, Islam Menurut Empat Madzhab
baru sama seperrinya.r,Dengan demikian pasti ada yang pencipranya,
yaitu Allah Anehnya, kdangan Asya'irah -para pengikut Hasan Al-fuy'ari
(meninggal dunia pada tahun 320 sekian Hijriyah)- meski mereka
membantah pandangan Mutazilah, namun menyatakan alam ini bersifat
baru (diciptakan) dengan dalih yang hampir sama dengan argumen logis
yang rumit seperti dikemukakan Mutazilah.
Mereka menyatakan, alam adalah apapun selain Allah dan sifat-
sifat-Nya. Alam terdiri dari sejumlah materi dan sifat, sifat bersifat baru
(diciptakan). Mustahil ada materi tanpa itu, juga mustahil jika sifat ddak
memiliki permulaan hingga ranpa batas akhir. Materi tidak mendahului
hal-hal yang bersifat baru yang tidak ada sebelumnya. Dengan demikian
materi bersifat baru dan pasti ada yang menciptakannya, yaitu Allah ,
Itulah ciri argumentasi para ahli ilmu kalam. Jika Anda mengetahui
sebagian besar ahli ilmu kalam menilai metode ini sebagai cara terbaik untuk
keimanan dan renungan wajib bagi setiap mukallafl, Anda akan tahu begitu
banyaknya kesulitan yang disampaikan oleh metode ini untuk membukdkan
keberadaan Allah sebagai asas akidah bagi setiap mukmin.
Kedua; berbeda dengan para sahabat Rasulullah 6 dan para
pengikut manhaj mereka yang beriman dan yakin bahwa Allah lebih
tahu sifat-sifat yang Dia sandangkan untuk diri-Nya seperti yang Dia
sebutkan dalam Al-Qur'an atau melalui penjelasan rasul-Nya, karena itu
mereka tidak pernah berianya kepada Rasulullah ffi. tentang sifat-sifat
Allah, maksudnya seperti apa dan esensinya. Namun kalangan ahli ilmu
kalam -disebabkan sikap berlebihan dalam menghargai akal- membahas
sifat-sifat ilahi, membagi dalam kategori sifat-sifat dzatiyahdan sifat-sifat
f'lAoh.Itupun di kalangan mereka masih berbeda pendapat tentang sifat-
sifat dzatiyah, ada yang menafikan namun ada juga yang menyebutkan.
Mereka juga berbeda pendapat terkait hubungan anrara sifat dengan dzat,
apakah sifat addah dzat iru sendiri ataukah yang lain? setelah itu mereka
berbeda pendapat rentang karakter sifat-sifar tersebur, apakah bersifat azali
ataukah baru, apakah menyeluruh ataukah terbatas pada media terrenru.
seperti itulah pertanyaan-pertanyaan yang mereka buat untuk mereka
Qadhi AbdulJabbar, SlarhAl-ushulAl-Khamsah,hlm.65, Makabah \fahbah, 196r.
DR. Abdul Hamid,Mtdkur,Mudz,akkiratf ,IlmAl-Iehm,
hlm. 52, 1975, DarAl_.Ulum.
I
2
Bab 4: Permasalahan Manhaj antara Salaf... $ 149
temukan dalilnya. Pertanyaan-perranyaan sePerti ini menguras tenaga Para
ahli ilmu kalam padahal sebenarnya ddak mereka perlukan. Inilah yang
memicu mereka bersikap tidak sopan kepada Allah, seperti ketika sebagian
kalangan Mutazilah mewajibkan mana yang baik dan yang terbaik bagi
Allah Mahasuci Allah dari apa yang mereka ucapkan'r
silakan Anda bayangkan kondisi keimanan dengan perpecahan dan
emosi yang melenyapkan rasa takut dari hati dan mengguncang keyakinan
itu, terlebih semua itu hanya kemewahan akal yang sama sekali ddak
diperlukan orang mukmin, di samping sangat menyusahkan kalangan awam'
Ketiga; jika salaf memahami ayat-ey* rnutasyabihartanPa menanyakan
seperti apa, seperti ty^t-tyatyang seolah dipahami sebagai anggota badan
misalnya tangan, mata, bersemayam dan lain sebagainya' berbeda dengan
para ahli ilmu katam yang menempuh jalur penalnvilan lancang yang belum
p.rrr"h dilakukan oleh siapapun sebelumnya' Karena penakrvilan itulah
mereka jatuh dalam lubangbid'ah. I-andasan mereka ddam segala masalah
adalah pandangan akal, setelah itu mereka beralih palda ayar-tyatAl-Qur' an
yang tertih"t b.rr.b.rangan dengan pandangan akal mereka' kemudian
-...k menalorilkan. Saat pembahasan mereka sampai pada kesimpulan
manusia memiliki pilihan mutlak terhadap apapun yang dilakukan, mereka
punmenahvilkanayat-,ly*y^nlberisisemuaperilakumanusiatelah
ditakdirkan dan manusia tidak memiliki pilihan di sana. Saat pembahasan
mereka sampai pada kesimpulan bahwa Allah tidak memerlukan arah dan
tempar, mereka menakrvilka n ayat-ayaryang mengisyaratkan Allah berada
di langit, mereka menakqrilkan ayat yang menyebutkan Allah bersemayam
di atas
,Arsy. Saat pembahasan mereka sampai pada kesimpulan untuk
mena6kan arah b"giAllah, konsekuensinyaAllah ddak mungkin bisa dilihat
manusia, karena arah terdiri dari sejumlah ruang dan sesuatu pasti terlihat
pada salah sau di anraranya. Mereka pun menalnvilkan hadits-hadits yang
menyebutkan kaum mukminin melihat Allah di akhirat.
Carapenakwilansepertiini,memberikankebebasanpenuhkepada
akal dalam meneliti dan merenung serta diarahkan ke mana saja tentu akan
menimbulkan perbedaan pandangan berskala besar. Ketika pembahasan
sekelompok menyimpulkan manusia memiliki kebebasan penuh dalam
@ hhirut f 'Ilm Al-IQhm,hlm. 52, 67, 197 5, Dar AI-'Ulum'
150 t& aua*, Islam Menurut Empat Ma&hab
melakukan apapun dan menaknrilkan ayat-ayat yang menunjuklcan manusia
tidak memiliki pilihan apapun dalam melakukan perbuatan, namun
pembahasan kelompoklain menyimpulk
"
manusia tidakmemiliki pilihan
apapun, selanjutnya menakwilkan eyavayar- yang menunjukkan manusia
memiliki pilihan untuk melakukan perbuatan.r
Perbedaan metode inilah yang membuat perselisihan antara
Mutazilah dengan kelompok lain tetap terjadi, anrara ahli hadits dan
fuqaha. Dan kondisi inilah yang menimbulkan banyak sekali perdebatan
dan munculnya berbagail<arya tulis, di samping menyebabkan sebagian
fuqaha mengeluarkan fatwa terkait para ahli ilmu kalam, dan yang mereka
maksud adalah Mutazilah secara khusus.2
Keempat; jauh dari rujuan hakiki karena terpengaruh oleh filsafat
Yunani.
Pada mulanya ilmu kdam bisa diterima saar para ahli ilmu kalam
menilai perlu membekali diri untuk membela Islam melawan para pemeluk
agama lain dan menentang orientasi atheisme. Mereka menilai perlu
mengetahui metode lawan dalam berdalil, mempelajari celah-celrh y*g
merekagunakan ddam membahas berbagai permasalahan agarlebih -"-p,,
berdebat dan berargumenrasi. Tirgas ini dikenal oleh sejarah pemikiran
Mutazilah pada awal mulanya.3
Mu'tazilah adalah kelompok perrama yang mempelajari buku-buku
filsafat yang diterjemahkan ke bahasa kaum muslimin di era khalifah Al-
Makmun sebelum kelompok lain. IGIa iru mereka mulai mempelajari isinya.a
An-Nazham addah orang perama yang mempelajari buku-buku 6lsafat.
Dia banyak mempelajari buku-buku para filosof dan menc.mpuradukkan
kata-kata fi losof dengan pandangan Mu'tazilah. j
Terkait tujuan mulia ini, yaitu melayani dan membela Islam, ilmu
I
2
4
5
Ahmad Amin, Di uha Ishn (3115). Dar Al-Kitab Al-.Arabi, Bcirut, Cct. 10.
DR MnsthafaHilmi,Manhaj'ukna'At-iladirwa,*-sunnzhf thhilAd-Din,hlm.8l-98, cct. l,
DarAd-Ddwah,Alexandria, Mcsir. As-suyuthi, slaunAl-Manihiq,htm.33 dan dibcbcrapabagian
lainnya secara terpisah, diterbitkan parde 1947 , uhqoleh DR Nisysyar.
$u zhrah, Taihh Al-Jadal, Al-Mihl wa An-Niial (r l2r2), o"r at-rir et-.tuabi, cet. 2, tglo,
TaihhAl-Madz4hibAl-Iskni,yyah(r/l3l), DarAl-FikrAl-'Arabn tt., ZuhdiladdlJ,,i-tti*itot,
hlm. 46, 244,Kairo, Tahun I 947 ., Buletin An-Nad al-.erabi, iafa.
N-Meqrizi, Al-Khuthath (41 r52).
Asy-Syahrastani, Al-Mihl wa An-Nihal (l I 60).
Bab 4: Permasalahan Manhaj antara Sataf... Q r5r
kalam Mutazilah bisa diterima, bahkan banyak kalangan menyanjung
kelompok ini yang disebut-sebut memainkan peran Penting dan amat
diperlukan Islam di masa itu, yaitu menggunakan cara seruPa sePerti yang
digunakan oleh para pemeluk agama lain, menggunakan metode filsafat
yang kuat untuk memperlihatkan kekuatan dan berbagai keutamaan yang
terpendam dalam Islam. Karena itu Mutazilah perlu menddami bahasan-
bahasan dan hal-hal mendetail tersebut agar Islam terlihat dalam bentuk
tantangan serta meraih kemenangan sePerti yang diharapkan't
Meski Mu'tazilah secara mafusimd menyatakan, filsafat Yunani dan
logika Aristoteles diperlukan, sayangnya Mutazilah tidak hanya berhenti
sampai di situ saja, mereka beralih pada tahap berikutnya dengan menjadikan
akal dan berbagai disiplin ilmu yang berbasis akal sebagai pelayan dalil-
dalil naqli, bahkan sampai pada tingkat berikutnyayangjustru membuat
mereka semakin jauh dari tu.iuan utama. Sebagai akibatnya, berikut efek
yang ditimbulkan;
A. Mutazilah selalu berusaha untuk mengompromikan antara akd
dan naqli berdasarkan pemahaman filsafatYunani, karena menurut mereka
ilmu-ilmu berbasis akal merupakan sisi kebenaran secara menyeluruh,
sebagaimana keyakinan-keyakinan afrema mereka j uga mencerminkan sisi
yang berbeda. Karena mereka yakin bahwa akal dan nash adalah dua bagian
dari satu kebenaran, mereka pun percaya adanya kesamaan sempurna di
anmra keduanya. Mengingat kesamaan ini tidak terlihat jelas, bahkan akal
dan nash terlihat saling berbeda satu sama lain, Mutazilah lantas berusaha
untuk memperlihatkan dan memPertegas hal itu. Dengan demikian esensi
ilmu mereka pun terlihat, yaitu menyatukan antara akal dengan nash atau
antara argama dengan ilmu.2
secara kasar mata, usaha Mutazilah untuk menyatukan antara akal
dan nash laik mendapat pujian sebatas motif dan tujuannya. Namun ada
lain faktor membuat Mutazilah tidak laik mendapat pujian tersebut, yaitu
terlalu berlebihan dalam menghargai akal. Mereka akhirnya menyimpang
terlalu jauh dari kebenaran saat menegaskan, ketika akd berseberangan
dengan nash, akal wajib dikedepankan karena akal merupakan asas nash.3
Nebraz, Mukadimrt ALIn*har, karya Al-Khayya
ZuhdiJadallah,,{ l-Malazikh,hlm.46,247,Kairo,1947, BuletinAn-NadiAl-'Arabi, Yah.
Ibnul Qayyim,,{s} -Shawa' iq Al-Mursahh (l I 133).
I
.,
3
r52 6 eUarn Islam Menurut Empat Madzhab
Ketika semua orang yang berakal menyepakad sesuaru baik atau
buruk, kesepakatan mereka hujah.t An-Nazham berpendapat, hujah akal
menggugurkan hadits. Karena pandangannya inilah An-Nazham menolak
hadits-hadirs Nabi yang menururnya bersumber dari hujah akal., Sikap
Mutazilah terhadap hadits tegas dan masyhur.3
B. Terlalu menghargai akal menyeret Mutazilah mengagungkan para
filosofYunani hingga hampir mencapai tingkat kenabian menurur mereka,
seperti yang disampaikan oleh seorang peneliti. Lebih dari itu, Mutazilah
mempercayai kata-kata paru filosof Yunani dan mereka nilai sebagai
penyempurna ajaran agama. Inilah faktor yang membuat Mutazilah begitu
tekun dalam mengompromikan anrara agamedengan filsafat.a
Sisi negatif kekaguman pada pandangan tersebur tercermin pada sikap
Mutazilah ddam mengkiritisi semua akidah keagamaan agar sesuai dengan
teori-teori filsafat. Bahkan Mc Donald menilai, Mutazilah merubah esensi
keyakinan-keyakinan yang mereka anut.5
Di samping dampak negatif di atas, Mutazilah j uga sedikit demi sedikit
menyimpang dari permasalahan-permasalahan akidah ke permasalahan-
permasdahan filsafat murni, seperti inti, sifat, esensi, gerakan, diam, ada
dan tiada, serta istilah-istilah filasafat lainnya.
Memang benar, Mutazilah tidak sendiri dalam hal ini, karena langkah
serupa juga dialami oleh berbagai kelompok aliran lain yang sepaham,
namun Mutazilah adalah kelompok paling perrama dan paling jauh dari
esensi masalah-masalah akidah.
Karena menyimpang jauh dari tujuan perama, Mutazilah akhirnya
merapat pada para filosofdan metode yang digunakan. Lebih dari iru, tidak
ada perbedaan anrara para filosof dengan Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina
dan lainnya. Inilah yang membuat Ibnu Taimiyah menilai bahwa metode-
metode Mutazilah hampir sama dengan metode para filosof,, perbedaannya
hanya terletak sikap menjaga diri untuk mendustakan Nabi Saw.6
I Al-Ghazali,Al-Mutashfa(t152).
2 Ibnu Qut ubah, Ta' wil MuhhuhfAl-Hadits, hlm. 5 3 .
3 Zr,JodiJadilleh,Al-Muuzikh, hlm.248, Kairo, 1947, BuletinAn-NadiAl-'Arabi, yafa.
4 rbid.
5 lbid.
6 BuglryatAl-Mwad,hlm.62.
Bab 4: Permasdahan Manhaj antara Salaf... $ r53
Kelima; pengaruh agam&agama lain terkait pemikiran ddam masdah
akidah.
Fakta sejarah menunjukkan, masyarakat muslim di era perkembangan
ilmu kalam dan munculnya kelompok Mutazilah, kala itu para pengikut
agama-agama lain juga turut membaur seperti kaum Yahudi dan Nasrani.
Mereka semua sama membicarakan masalah-masalah yang merembet
masuk ke lingkungan kaum muslimin, seperti pembicaraan kaum Yahudi
tentang nashh, tasbybih, rajiyyah dan lain sebagainya. Untuk itu Ahmad
Amin menyatakan, dengan demikian anda tahu, sebagian besar masdah-
masalah ilmu kalam dan lain sebagainya bersumber dari Yahudi. Hampir
sama seperti yang dikemukakan oleh orang-orang Yahudi. Benar yang
sampaikan Rasulullah 6.
"sungguh, halian ahan mengihati perilahu-perihku umat sebelurn
halian, sejenghal dcmi sejenghal, sehasta dtrni sehasta, bahhan andai mereha
masuk ke lubang biawah pun pasti kalian ihuti.' Kami (para sahabat) bertanya,
.'wahai Rasulullah, Yahudi dan Nasrani-kah?' beliau menjawab, 'siapa k&?"
Kontroversi seputar pandangan yang menyatakan Al-Qur' an makhluk
-sebagian di antaranya disebabkan oleh pemikiran Mutazilah dan sebagian
lain ditimbulkan oleh pemikiran Islam saat itu- dihembuskan olehYahudi,
sebab menurut Ibnu Atsir, orang pertama