lah ult5,
(@ <,tr;i(rp'ix$
"Apaknh Allah yang lebih baik, atauluh apa yang mereka perseku-
tuknn dengan Dia?' (An-Naml: 59).
Dan sudah jelas bahwa apa yang mereka sembah tidak memi-
liki kebaikan apa pun. Yusuf berkata,
{ @ 3qfi L.6';lt ; f" 4F t$Y.y
"Manakah yang baik, tuhnn-tuhan yang bermacam-macam itu atau-
kah Allah yang Maha Esa lagi MahaperkasaT" (Yusuf: 39).
Tiada kebaikan pada tuhan-tuhan lain itu.
Kesimpulannya, kami katakan bahwa maksud dari ;u.i yang
tercantum di dalam Kitabullah yaitu maknanya yang sebenarnya.
Barangsiapa menafsirkarurya dengan 6Ju, maka dia telah keliru dari
segi makna dan bahasa Arab.
Dalil kriteria kedua, yaitu kejujuran, yaitu Firman Allah,
(@ v*,lla355u''y
"Dan siapakah yang lebih jujur (berur) perkataannya daripada
Allah ? "(An-Nis a' : 1.22).
Yakni, tidak ada yang lebih jujur (benar) daripada Allah.
Kejujuran yaitu kesesuaian antara perkataan dengan kenyataan.
Tidak ada sesuafu pun dari perkataan yang sesuai dengan kenya-
taan seperti kesesuaian perkataan Allah dengan kenyataan. Semua
yang diberitakan Allah yaitu jujur bahkan paling jujur (benar) dari
semua perkataan.
Dalil kriteria ketiga yaitu kejelasan dan kefasihan yaitu Fir-
man Allah,
{@ 6.i;'i'*sfi6;b
"Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) daripada
Allah?" (An-Nisa': 87), kebaikan pembicaraan mengandung kebaikan
laf azh sekaligus makna. 1
Dalil kriteria keempat, yaitu selamatnya maksud dan keingi-
nan yaitu Firman Allah tlW,
4.\:t;SiUilii#.y
"Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak
sesat." (An-Nisa': 176).
4::-,+5 q'l,-f\l,l g+[3 F'#-fiiljy
"Allah hendak menerangkan (hukum syari'atNya) kepadamu, dan
menunjukimu kepada jalan-jalan orang-orang yang sebelum kamu (para
nabi dan shalihin)." (An-Nisa' : 26).
Keempat kriteria ini terkumpul pada Firman Allah, yang de-
ngan itu mengharuskan diterimanya beritaNya.
Jika memang demikian, maka kita wajib menerima Kalamullah
seperti apa adanya. Hendaknya kita tidak meragukan apa yang
dihrnjukkan olehnya, karena Allah tidak berbicara dengan ucapan-
Nya untuk menyesatkan manusia, justru untuk menjelaskan dan
memberi petunjuk kepada mereka. Firman Allah tentang DiriNya
atau tentang selainNya _di mana Dia yaitu yang paling menge-
tahui di antara yang berkata-, tidak mungkin di-susupi unsur yang
menyalahi kejujuran, ia tidak mungkin berbelit-belit dan tidak fasih.
Seandainya jin dan manusia bersatu untuk menghadirkan ucapan
t Dalil lain terdapat dalam surat az-Zumar:23, dimana Allah berfirman,
4$ *.=;Xi;iij':i't*
'Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik sebagai dtatu kitab (yaitu al-eur,ai),
ed."
S W,,./" sqqda/'t W a,stU"aah
seperti Firman Allah, niscaya mereka tidak akan mampu. ]ika empat
kriteria ini terkumpul pada suatu perkataan maka pendengarnya
wajib menerima apa yang ditunjukkannya.
Contohnya Firman Allah kepada iblis,
4.'a+U;t:q'';3 6 tr;Yy
"Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kucipta-
kan dengan lcedua TanganKu." (Shaad: 75).
Seseorang berkata, Ayat ini menetapkan dua tangan bagi Allah,
dengan keduanya Dia menciptakan siapa yang Dia kehendaki, maka
kita pun menetapkan keduanya, karena Firman Allah berdasar
kepada ilmu dan kejujuran (kebenaran), FirmanNya yaitu per-
kataan paling baik, paling fasih dan paling jelas, tidak mungkin Dia
tidak memiliki dua tangan. Tetapi Dia ingin orang-orang meyakini
hal itu padaNya, seandainya memang begitu niscaya ia berkon-
sekuensi bahwa al-Qur'an yaitu sesat, yang mana ia menghadir-
kan sifat Allah yangjustru tidak ada pada Allah, ini mustahil. jika
memang demikian maka kamu harus beriman bahwa Allah memiliki
dua tangan yang dengan keduanya Dia menciptakan Adam.
jika Anda berkata, Yang dimaksud dengan dua tangan yaitu
nikmat atau kodrat.
Kami jawab: Tidak mungkin ilu yang dimaksud, kecuali jika
kamu berani bersikap lancang dengan menyifati FirmanNya dengan
kriteria yang berlawanan dengan keempat kriteria di atas yang kami
jelaskan. Kami katakan: Apakah ketika Allah berfirman, "Dengan
kedua tanganKu.," Dia mengetahui bahwa Dia memiliki dua tangan?
Tentu Dia akan menjawab Dia mengetahui. Kami bertanya: Apakah
Dia jujur? Dia akan menjawab: Dia jujur tanpa ragu. Dia tidak akan
berani menjawab: Dia tidak mengetahui atau Dia tidak jujur. Dia
juga tidak akan berani berkata, Dia mengungkapkan dengan kedua-
nya sedangkan Dia menginginkan selainnya, karena ketidakmam-
puan dalam berbicara. Dia juga tidak akan berani berkata, Dia ingin
makhlukNya meyakini sifat yang tidak ada padaNya untuk menye-
satkan mereka. Maka kami katakan kepadanya, jadi aPayang meng-
halangi Anda menetapkan dua tangan bagi Allah? Beristighfar dan
ffi ffi
bertaubatlah kepada Allah dan katakanlah: Aku beriman dengan
apa yang Allah beritakan tentang diriNya, karena Dia lebih menge-
tahui tentang diriNya dan tentang selainNya, paling jujur perka-
taanNya, paling baik pembicaraanNya daripada selainNya dan
juga paling sempurna iradahNya.
Oleh karena itu penulis menghadirkan ketiga kriteria tersebut
dan kami menambahkan yang keempat, yaitu keinginan untuk men-
jelaskan dan memberi hidayah kepada makhlukNya berdasarkan
FirmanNya,
4 lL-ri q,ufi -;J {43 ;;3 # -d?-i\\ Lj y
"Allah hendak menerangkan (hukum syari'atNya) kepadamu, dan
menunjtkimu kepada jalan-jalan orang yang sebelum kamu (para nabi
dan shalihin). " (An-Nisa': 26).
Ini yaitu hukum dari apa yang Allah beritakan tentang diri-
Nya dengan FirmanNya yang terkumpul padanya empat kriteria
kesempumaan. Adapun apa yang diberitakan oleh para Rasul maka
penulis berkata, "Kemudian Rasul-rasulNya yang jujur (benar)."
l2l. iti* Ll,'., F,(kemudian Rasul-rasulNya yaitu orang-
orang yang jujur)
;,t5i (yang jujur), yang menyampaikan berita sesuai dengan
kenyataan. Semua Rasul yaitu jujur (benar) dalam segala yang
mereka beritakan, hanya saja harus dengan sanad yang terbukti
shahih kepada mereka. ]ika orang Yahudi berkata, Musa berkata
begini dan begini, maka kita tidak menerimanya sehingga kita me-
ngetahui kebenaran sanadnya kepada Musa. ]ika orang Nasrani
berkata, Isa berkata begini dan begini, maka kita juga tidak menerima
sehingga kita mengetahui kebenaran sanadnya kepada Isa. Jika ada
yang berkata, Muhammad Rasulullah berkata begini dan begini,
maka kita juga tidak menerima sehingga kita mengetahui kebe-
naran sanadnya kepada Muhammad.
Rasul-rasul Allah yaitu orang-orangyangjujur (benar) dalam
apa yang mereka katakan. Apa yang mereka katakan tentang Allah
dan selain Allah dari kalangan maktrlukNya yaitu benar, mereka
tidak berdusta sama sekali.
Oleh karena itu para ulama telah berijma' bahwa para Rasul
terpelihara dari dusta.
131. iti:.fu, (yang dibenarkan)
;ti:i*, atau ai3*-t terdapat dua naskah dalam hal ini; menurut
satu naskah:ifu3-.- berarti, apa yang diwahyukan kepada mereka
yaitu jujur (benar). Dan Oii-zJi yaitu orang yang menyampaikan
berita yang jujur (yang benar). ,-rt.aJi yaitu orang yang datang mem-
bawa yang jujur (kebenaran). Termasuk dalam hal ini yaitu sabda
Nabi kepada Abu Hurairah ketika setan berkata kepadanya, "]ika
kamu membaca ayat kursi, maka engkau selalu mendapat penja-
gaan dari Allah, dan setan tidak mendekatimu." Nabi *9 bersabda
kepadanya,
US *:,!tS*
"Dia benar kepadamu padahal dia tukang dusta."l
Yakni setan memberitakan kebenaran kepadamu, maka para
Rasul yaitu orang-orang yang dipercaya (sebagai orang-orang
yang jujur), segala apa yang diwahyukan kepada mereka yaitu
jujur (benar). Allah yang mengutus mereka tidak mendustakan
mereka. Rasul yang diutus kepada mereka yaitu ]ibril tidak men-
dustakan mereka,
{ @ il Vaff @ S ;; a;'-* li' u,@ rfi;' J';a :i'\.Y
"sesungguhnya al-Qur'an itu benar-benar Firman (Allah yang
dibawa oleh) utusan yang mulia (libril), yang mempunyai kekuatan, dan
kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arasy, yang ditaati di
sana (di alam malailut) lagi dipercaya." (At-Takwir:19-21).
Menurut naskah yang lain :tid yang maknanya, umat-umat
mereka wajib membenarkan mereka. Dari sini maka arn ;:3;3^a:
yaitu dari segi syariat, yakni umat mereka wajib membenarkan
mereka secara syara'. Maka barangsiapa mendustakan para rasul
atau tidak membenarkan mereka maka dia yaitu kafir. Ada ke-
t Diriwayatkan oleh al-Bukhari secara mu'allaq, Kitab Wakalah, Bab ldza Wakkala Raiulan fa
Taraka al-Wakil Syai'a fa Aiazahu al-Muwakil.
ffi ffi
mungkinan makna lain bagi Ji3-d, yakni bahwa Allah membenar-
kan mereka. Dan sudah dimaklumi bahwa Allah membenarkan
para rasul. Dia membenarkan mereka dengan Firman dan perbuat-
anNya.
Dengan FirmanNya: Allah berfirman kepada RasulNya Mu-
hammad ffi,
44y$q".p-li1#F
"(Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu),
tetapi Allah mengakui al-Qur'an yang diturunkanNya kepadamu." (An-
Nisa': 155).
$.Ar:,,i Ct-&-X1},
"Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar
RaxtlNya. " (Al-Munafiqun: 1 ).
Ini yaitu bukti bahwa Allah membenarkan mereka dengan
FirmanNya.
Sedangkan dengan perbuatanNya, yaitu dengan memberikan
kemenangan bagi beliau dan menunjukkan tanda-tanda kebesaran-
Nya. Rasulullah datang kepada manusia, mengajak mereka kepada
Islam. Jika mereka menolak maka mereka harus membayar jizyah,
dan jika mereka menolak maka beliau menghalalkan darah, harta
dan wanita mereka, dan Allah memberikan beliau kemenangan,
satu demi satu, sehingga risalahnya menjangkau ujung timur bumi
dan ujung barat. Ini yaitu bukti bahwa Allah membenarkannya
dengan perbuatanNya. Begitu pula ayat (mukjizat) yang Allah per-
lihatkan melalui kedua tangan Rasul, itu juga bukti bahwa Allah
membenarkannya, baik itu ay at- ay at sy ar' iy ah a tau aya t-a y at kauniy ah.
Ayat syar'iyah terbukti dengan jawaban Allah kepada Nabi
ketika dia ditanya tentang sesuatu lalu beliau tidak mengetahuinya,
lalu Allah menurunkan jawabannya,
/ .. ,1 .
t .r,, ft C '{;',* d;t*<i;,";i y
"Dan mereka bertanya lcepadamu tentang ruh. Katakanlah, 'Ruh itu
termasuk urusan Rabbku'." (Al-Isra': 85).t
Ini yaitu bukti bahwa Dia membenarkannya sebagai seorang
Rasul, karena jika tidak niscaya Dia tidak memberinya jawaban,
;\i#&
"Merekn bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram.
Kntakanlah, 'Berperang dalam bulan itu yaitu dosa besar; tetapi meng-
halangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi
masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya,lebih
besar (dosanya) di sisi Allah'. " (Al-Baqarah:217).
]awabnya yaitu , "Kntaknnlah, 'Berperang dalam bulan itu yaitu
dosa besar... " dan seterusnya, yaitu bukti bahwa Allah ffi membe-
narkannya.
Sedangkan ayat-ayatkauniyah, maka ia sangat jelas. Danbetapa
banyak ayat-ayat kauniyah yang dengannya Allah mengokohkan
RasulNya, baik ia hadir dengan sebab atau tanpa sebab dan hal itu
terkenal dalam sirah.
Kita memahami dari kata 'mereka dibenarkan'bahwa mereka
dibenarkan oleh Allah dengan ayat syar'iyah dan kauniyah, juga
dibenarkan oleh makhluk, yakni mereka wajib membenarkan me-
reka. Hanya saja maksudnya menurut kami yaitu membenarkan
secara syara', karena di antara manusia ada yang membenarkan dan
ada pula yang mendustakan, akan tetapi yang wajib yaitu mem-
benarkan.
l4l. b;atr-i u * ol;u1 :i-lt q-.-/ (lain halnya dengan orang-
orang yang berkata atas nama Allah tanpa ilmu)
Mereka itu yaitu sesat atau dusta, karena mereka berkata
tanpa ilmu.
Sepertinya penulis (syaikhul Islam) mengisyaratkan kepada
golongan tahrif, karena mereka berkata atas nama Allah tanpa ilmu
t Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kitab affabir, fub wa Yas'alunaka an ar-Ruh.
,,yyiJ4ttit y,eiw'd, tr
.tn'*#rj
"ei:lt
b irti v yy
Oleh karena ilutt)trlhft berfinnary "MahasuciQ\ Rabbmut3) yang
mempunyai keperkasaan@) dai apa yang mereka katakan @ dan
kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul Gt dan segala puii
bagi Allah Rabb seru sekalian alam (z)."[l[n[ menyucikan diri-
Nya dari sifat-sifat yang disandangkan kepadaNya oleh para
penentang rasul-rasul, Allah melimpahkan salam kepada para
rasul karena keselamatan yang mereka katakan dari kekurangan
dan aib (8)
J
ffi ffi
dari dua segi: Mereka berkata, "sesungguhnya Da tidak menglng -
kan ini dan menginginkan itu." Mereka berkata dalam menetapkan
dan menafikan tanpa ilmu.
Misalnya mereka berkata, Allah tidak menginginkan wajah
yang sebenarnya. Di sini mereka berkata atas nama Allah dalam
menafikan tanpa ilmu. Kemudian mereka berkata, Yang dimaksud
dengan wajah yaitu pahala. Di sini mereka berkata atas nama
Allah dalam menetapkan juga tanpa ilmu.
Orang-orang yang berkata atas nama Allah tanpa ilmu bukan-
lah orang-orang yang jujur (benar) dan tidak pula dibenarkary justru
dalil-dalil membuktikan bahwa mereka yaitu para pendusta dan
mendustakan, karena apa yang dibisikkan setan kepada mereka.
o@o
[U. u.il, (Oleh karena itu), yakni karena kesempurnaan Firman
Allah dan sabda RasulNya.
l2l. ;:t;*, (Mahasuci). Makna tasbih (Mahasuci) telah dijelas-
kan, yaitu menyucikan Allah dari segala yang tidak layak untukNya.
l3!. 4i, (Rabbmu). Allah mengidhafahkan (menyandarkan)
kata Rabb kepada Muhammad, dan itu yaitu idhafah khusus, yaitu
penisbatan khalik kepada makhluk.
l4l. z.'ir 4i, (yang mempunyai keperkasaan). Ini termasuk
penyandaran pemilik sifat kepada sifat. Dan seperti yang telah di-
ketahui bahwa setiap hamba yaitu makhluk. Di sini Allah berfir-
man, iljt ,L, dan izzah Allahbukanlah makhluk, karena ia termasuk
sifatNya. Maka kami katakan, ini termasuk penyandaraan pemilik
sifat kepada sifatNya , jadi alt 1., di sini berarti pemilik keperkasa-
an seperti dikatakan .,tjlt 'L, yang berarti pemilik rumah.
l5l. 4L4-L&, (dari aPa yang mereka katakan)
Yakni dari apa yang dikatakan orang-orang musyrik sebagai-
mana yang akan dijelaskan penulis.
16,l.*it ⅈ.:, (dan salam dilimpahkan atas para Rasul)
Yakni, para utusan (Allah).
l7l+?)tAt qt;9 t:;sr3, (dan segala puji bagi Allah Rabb seru
sekalian alam)
Altah memuji diriNya setelah menyucikanNya, karena pujian
mengandtrng kesempurnaan sifat dan tasbih mengandung penyucian
dari kekurangan. Jadi ayat ini menggabungkan penyucian dari
kekurangan dengan tasbih dan penetapan kesemPurnaan sifat de-
ngan pujian.
t8l. siLt v yJ't ,*tiJt ,* #t,,)til a;{lr;t:r retw'd €
#tt ueiiJr;a (Allah menyucikan diriNya dari sifat-sifat yang di-
sandangkan kepadaNya oleh para Penentang rasul-rasul, Allah
melimpahkan salam kepada para rasul karena keselamatan yang
mereka ucapkan dari kekurangan dan aib).
Makna kata-kata di atas jelas. Tinggal dikatakan, Dia memuji
diriNya, karena kesempurnaan sifat-sifatNya yang disandangkan-
Nya oleh diriNya dan oleh rasul-rasulNya. Allah terpuji karena
mengutus para rasul yang membawa rahmat dan kebaikan bagi
mereka.
ffi ffi
ooo
qF)U 4t U, ti u,-ri c,-bi 4 e+ i dta 93
Allah yang Mahasuci telah menggabungkan dalam sifat-sifat
dan nama yang Dia sandangkan pada diriNya antara menetapkan
dan menafikan (1)
tU. .rti)U dt Uli 1.2;.;2 .t;^bjV{ E+ ii it;p,;3, (Allah yang
Mahasuci telah'menggabungkan dalam sifat-sifat dan nama-
nama yang Dia sandangkan pada diriNya antara penetapan dan
penafian).
Dengan kata-katanya ini Syaikhul Islam menjelaskan bahwa
Allah menggabungkan dalam sifat-sifat dan nama-nama yang Dia
sandangkan pada diriNya antara menetapkan dan menafikan. Hal
itu karena puncak kesempurnaan tidak tercapai, kecuali dengan
menetapkan sifat-sifat kesempurnaan dan menafikan sifat-sifat
kekurangan yang merupakan lawan dari yang sebelumnya. Maka
syaikhul Islam menunjukkan faidah kepada kita bahwa sifat-sifat
Allah terbagi menjadi dua,
a. Sifat Mutsbatah (yang ditetapkan) yang dikenal oleh mereka
dengan ash- Shifat ats-Tsubutiyah.
b. Sifat manfiyah (yang dinafikan) yangdikenal oleh mereka
dengan ash-Shifat as-Salbiyah, dari kata ;ili yur,g berarti sama
dengan i-i.li, maka tidak mengapa kita sebut dengan sifat salbiyah
meskipun ada orang yang tidak menyetujui, katanya, kami tidak
menamakan-nya salbiy ah akan tetap i manfiyah.
Kami katakan selama #'-ri berarn ,Fi, maka perbedaan ini
tidak berpengaruh apa-apa.
Jadi sifat-sifat Allah ada dua: tsubutiyah dan salbiyah, atau
boleh juga kamu katakan mutsbatah danmanfiyah; maknanya sama.
Sifat mutsbatah yaitu semua sifat yang Atlah tetapkan untuk
diriNya. Semuanya yaitu sifat kesempurnaan, tidak ada keku-
rangan dari segi mana pun. Dan bukti kesempurnaannya yaitu
bahwa apaya g Dia tetapkan unhrk dirNya tidak mungkin menun-
ffi
jukkan tamtsil (permisalan), karena jika Allah dimisalkan dengan
makhluk, maka itu berarti kekurangan bagiNya. Apabila kita me-
mahami kaidah ini, maka kita mengetahui kesesatan ahli tahrif yang
mengklaim bahwa sifat yang ditetapkan bagi Allah beresiko adanya
permisalan, lalu mereka menafikannya demi menghindari permisal-
an (tamtsil).
Contohnya mereka berkata; Seandainya kita menetapkan wajah
bagi Allah, maka hal itu berkonsekuensi semisal dengan wajah
makhluk, dalam kondisi tersebut maka maknanya harus dirubah
dengan makna lain dan bukan wajah yang sebenarnya.
Kami katakan kepada mereka, Semua sifat yang Allah tetapkan
untuk diriNya yaitu sifat-sifat yang sempurna, tidak mungkin
sama sekali sifat yang Allah tetapkan untuk diriNya yaitu sifat
kekurangan.
Akan tetapi jika dia berkata, Apakah sifat itu tauqifiyah seperti
nama-nama atau ijtihadiyah, maksudnya kita boleh menyifati Allah
dengan sifat yang tidak Dia sandangkan pada diriNya?
Kami jawab: sifat-sifat Allah yaitu tauqifiyah menurut pen-
dapat yang masyhur di kalangan para ulama, sama dengan asma'
(nama-nama). Maka janganlah Anda menyifatiNya, kecuali dengan
apa yang Dia sandangkan pada diriNya.
jadi kami katakan, Sifat Allah terbagi menjadi tiga, sifat kesem-
purnaan secara mutlak, sifat kesempurnaan dengan pembatasan
dan sifat kekurangan secara mutlak.
Sifat yang pertama, yaitu tetap untuk Allah seperti "Yang
berbicara", "Yang melakukan" apa yang Dia inginkan, "Yang Maha-
kuasa" dan lain-lain.
Sifat yang kedua tidak ditetapkan untuk Allah secara mutlak
akan tetapi dengan kesempurnaan dengan pembatasan. Jika ia
dalam rangka menghadapi orang yang melakukan itu maka ia ada-
lah sifat kesempumaan. Jika kamu menyebutkannya secara mutlak
maka tidak boleh dinisbatkan kepada Allah. OIeh karenanya tidak
boleh memberikan sifat "makar", "menipu", "mengolok-o1ok" secara
mutlak kepada Allah akan tetapi wajib dibatasi dengan mengatakan,
"Allah melakukan makar terhadap orang-orang yang membuat
makar", "memperolok-olok orang-orang munafik", "menipu orang-
orang munafik" dan "mengelabui orang-orang kafir". Jadi Anda
harus membatasinya, karena sifat-sifat tersebut tidak disebutkan,
kecuali dengan pembatasan.
Adapun sifat-sifat yang ketiga, maka Allah tidak disifati de-
ngannya dalam kondisi apa pun, seperti ,'yang lemah", ',yang ber_
khianat", "yang buta", "yang tuli", kare.u s"*rru itu yaitu sifat-
srfat kekurangan secara mutlak, maka Altah tidak disifati dengannya.
Lihatlah perbedaan antara "menipu" dengan "berkhianat". Firman
Allah sit5,
4 ;e*';t
^i3;4q
;*ry Si':,t-}
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah
akan membalas tipuan mer eka. " (An-Nisa' : 742).
Allah menetapkan penipuanNya kepada orang yang menipu-
Nya, akan tetapi Dia berfirman tentang khianat,
4. A ;F' u !rt ;r^i1;'6 s &r+!* )_4i *
" Akan tetapi jikn mereka (tawanan-tawanan itu) bermaksud hendak
berkhianat kepadamu, maka sesungguhnya mereka telah berkhianat kepada
Allah sebelum ini,lalu Allah menjadikan(mu) berkuasa terhadap mereka.,,
(Al-Anfal: 71).
Dia tidak berfirman, "Maka Dia mengkhianati mereka.,'Hal
itu karena khianat yaitu tipuan dalam situasi diberi kepercayaan
dan hal itu yaitu kekurangan, tidak ada nilai baiknya sama sekali.
Jadi sifat kekurangan harus ditiadakan dari Arlah secara mut-
lak.
sifat yang diambil dari namaNya yaitu kesempurnaan dalam
kondisi apa pun dan Allah memang menyandang sifat yang dikan-
d*g oleh nama tersebut. sifat E; (mendengar) yaitu sifat kesem-
purnaan yang dikandung oleh namaNya -uti (Maha Mendengar),
semua sifat yang ditunjukkan oleh nama yaitu sifat kesempunaan
yang ditetapkan secara mutlak bagi Allah. Ini kita kategorikan
sebagai bagian tersendiri karena ia tidak menuntut perincian. Ada-
pun selainNya maka ia terbagi menjadi tiga bagian sebagaimana
yang telah dijelaskan di atas. oleh karena itu Allah tidak menama-
kan diriNya mutakallim (Maha Berbicara) meskipun Dia berbicara,
ffi
karena pembicaraan bisa baik bisa pula buruk dan bisa pula tidak
baik juga tidak buruk. Keburukan tidak dinisbatkan kepada Allah,
begitu pula keisengan karena ia yaitu kebodohan. Lain halnya
dengan kebaikan, ia dinisbatkan kepada Allah. OIeh karena itu,
Allah tidak menamakan diriNya dengan mutakallim karena nama-
nama Allah yaitu seperti yang dijelaskan Allah,
{ c#Li i6:'.i1r;'{b
"Hanya milik Allah Asma'ul Husna." (Al-A'raf: 180).
Tidak terdapat sedikit pun kekurangan padanya, oleh karena
itu ia hadir dengan isim tafdhil yang mutlak.
Jika ada yang berkata, Kami memahami sifat dan bagian-
bagiannya, lalu bagaimana cara menetapkan sifat, karena seperti
yang telah diketahui bahwa ia yaitu tauqifiyah?
Kami katakan ada beberapa cara menetapkan sifat:
Pertama: Kandungan nama atas sifat tersebut, karena setiap
nama mengandung sifat, oleh karena itu telah kami katakan bahwa
setiap nama Allah menunjukkan dzatNya sekaligus sifat yang di-
ambil darinya.
Kedua: Adanya nash yang menentukannya seperti "wajah",
"kedua tangan", "kedua mata" dan lain-lain. Ini berasal dari pe-
nentuan Allah, dan seperti sifat "intiqam" (pembalasan) yang ada
pada FirmanNya,
{@ +qt;"ia;it'Yfu
" S e sungguhny a Allah Mahaperkasa, I agi lnelnpuny ai pembalasan. "
(Ibrahim: 47).
Walaupun begitu muntaqim (ya.g membalas) bukanlah ter-
masuk nama Allah. Hal ini tidak seperti yang ada di sebagian buku
yang mencantumkan nama-nama Allah, hal itu karena intiqam tidak
hadir kecuali sebagai sifat atau isim fa'il dengan pembatasan, seperti
pada Firman Allah,
{@ i;4-'<}";Jjiauyb
"Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-
orang yang berdosa. " (As-Sajdah:22).
Ketiga: Sifat diambil dan f il (perbuatan) seperti berbicara (a/-
Knlam), kami mengambilnya dari,
{@\M6i,'ii'&y
"Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.,, (An_
Nisa': 164).
Ini yaitu cara-cara penetapan sifat. Dari sini maka kami kata-
kan, bahwa sifat lebih umum daripada nama karena setiap nama
mengandung sifat bukan sebaliknya.
Adapun sifat-sifat manfiyah (ya.g ditiadakan) dari Allah, maka
ia berjumlah banyak, akan tetapi yang ditetapkan lebih banyak
karena seluruh sifat tsubutiyah yaitu sifat kesempruruan, se-uki.,
ia beragam dan bermacam-macam, semakin pula ii memperlihatkan
kesempurnaan pemiliknya secara jelas. sifat yang dinafikan ber-
jumlah sedikit. oleh karena itu kita mendapatkan bahwa sifat-sifat
yar.g dinafikan banyak hadir secara umum, tanpa dikhususkan
dengan sifat tertentu dan yang dikhususkan dengan sifat tidak lain,
kecuali karena suatu sebab, seperti pendustaan orang-orang yang
mengklaim bahwa Allah disifati dengan sifat yang Dia sendiri -"-nafikannya dari diriNya atau menepis salah persepsi terhadap sifat
yang dinafikannya.
Bagian pertama yang umum yaitu seperti Firman Allah elt5,
(@ M'e;ti;-,I:;.#Ay
"Tidak ada sesuatu pun yang semisal dengan Dia, dan Dia-lah
yang Maha Mendengar dan Maha Melihat." (Asy-Syura: L1.).
"Tidak ada yang semisal denganNya" maksudnya, dalam ilmu-
Nya, kodratNya, pendengaranNya, penglihatanNya, keperkasaan-
Nya, hikmahNya, rahmatNya dan sifat-sifatNya yanglain. Allah
tidak merinci, Dia hanya berfirman , q'::;t.ry(,fr$Tidak ada se_
suattr pun yang semisal dengan Dia). Penafian ini adalih umum lagi
global, yang menunjukkan kesempumaan yang mutlak,
(:-; -r6,fiY (Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia),
dalam segala kesempurnaan.
3 WrAl, diln"l, W osrilrt /a/'1,
Adapun yang terPerinci maka Anda tidak mendaPatinya,
kecuali karena suatu sebab, seperti FirmanNya,
4*nritGicY
" Allah sekali-kali tidak mempunyai Anak." (Al-Mu'minun: 91').
Sebagai bantahan terhadap orang yang mengatakan bahwa
Allah memiliki anak. Sama halnya dengan FirmanNya,
{@ 3_li"Jtwib
" Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. " (Al-Ikhlas: 3).
Firman Allah,
,t CJ.1Y5 +v) te4\44.Y5 ,?j'.iit qlAi 11fr fiJY
{@yJ
"Dan sesungguhnya telah Kami ciptaknn langit dan bttmi dan apa
yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak
ditimpa keletihan." (Qaaf: 38).
Karena akal yang tidak menghargai Allah dengan sebenar-
benarnya bisa membayangkan bahwa langit dan bumi yang agung
ini, jika Allah menciptakannya dalam enam hari berarti Dia akan
merasa lelah maka Allah berfirman,
(@ vlnsviy
"Dan Kami sedikit pun tidak ditimpakeletihan." (Qaaf: 38).
Yakni, kelelahan dan kepayahan.
Dari sini jelaslah bahwa penafian tidak terdapat pada sifat-
sifat Allah kecuali secara umum atau secara khusus karena suatu
sebab, karena sifat salbiyah tidak mengandung kesempurnaan ke-
cuali jika ia mengandu.g penetapan. Oleh karena itu kami katakan,
sifat-sifat salbiyah yang dinafikan Allah dari diriNya mengandung
penetapan terhadap kesempurnaan lawannya. Firman Allah, u;)
(@ yJ- La "Dan Knmi sedikit pun tidak ditimpakeletihan." Mengan-
d.rr,g kesempurnaan kekuasaan dan kekuatan. Dan FirmanNya,
{@ \4,$x5.{j}
"Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang pun jua.,, (Al-Kahh: 49).
Ini mengandung kesempurnaan keadilan. FirmanNya,
{ @ i}1"i' \71 +L;,{iti qfi
" Allah tidak lengah dari apa yang knmu perbuat.,, (Al-Baqarah: g5).
Mengand,ng kesempurnaan ilmu dan pengetahuan dan begitu
seterusnya. sifat manfiyah harus mengandung penetapan dan pene-
tapan tersebut yaitu kesempumaan,lawan dari sifat yang dinafikan
karena jika tidak maka ia bukan pujian.
Tidak terdapat penafian total pada sifat-sifat yang dinafikan
dari Allah, karena penafian total berarti ketiadaan, berarti bukanlah
sesuatu, maka ia tidak mengandung pujian dan sanjungan, karena
bisa jadi hal itu disebabkan ketidakmampuan terhadap sifat tersebut
maka ia pun menjadi tercela, dan bisa pula karena tidak adanya
korelasi, maka ia bukanlah pujian bukan pula celaan.
Contoh dari yang pertama, yaitu "karena ketidakmampuan"
yaitu ucapan seorang penyair,
Sebuah kabilah tidak mengkhianati perjanjian
Dan tidak menzhalimi manusia sekecil apa pun
Contoh dari yang kedua, yaitu "Tidak adanya korelasi" yaitu
seperti Anda mengatakan, "Tembok kami tidak menzharimi siapa
Pun."
Kewajiban kita terhadap sifat-sifat yang AIah tetapkan unttrk
diriNya atau yang Allah nafikan dari diriNya yaitu hendaknya
kita berkata, Kami dengarkan, kami benarkan dan kami imani.
Inilah sifat-sifat Allah, ada yang ditetapkan (mutsbat) dan ada
yang dinafikan (manfiy). Adapun nama-nama Allah, maka seluruh-
nya yaitu mutsbat (ditetapkan).
Akan tetapi di antara nama-nama Allah yang ditetapkan ter-
dapat nama yang menunjukkan makna aktif dan ada pula yang
menunjukkan makna pasif. Inilah titik pembagian dalam penafian
dan penetapan dalam nama-nama Allah.
Banyak contoh nama yang menunjukkan makna aktif. dan
contoh nama yang menunjukkan makna pasif yaitu as-salam.
ffi ffi
Para ulama berkata tentang makna as-Salam ia yaitu yang bebas
dari segala cacat. ]adi apa yang ditunjukkannya yaitu pasif artinya
ia tidak mengandung kekurangan dan aib. Begitu pula al-Quddus,
artinya tidak jauh dari arti as-Salam, karena artinya yaitu yang
disucikan dari segala kekurangan dan aib.
Jadi, ungkapan penulis yaitu benar dan tidak salah, maksud
yang bersangkutan yaitu bahwa dalam asma' Allah tidak ada
nama yang dinafikan, karena nama yang dinafikan bukan nama
Allah, yang diinginkan oleh penulis yaitu menjelaskan bahwa apa
yang ditunjukkan oleh nama Allah yaitu tsubutiyah (aktif) dan
salbiyah (pasif).
oo@
Tidak ada penyimpangan bagi Ahlus Sunnah wal Jama'ah(l) dari
apa yang dibawa oleh para Rasul(2),karena ia(3) yaitu jalan yang
1.rtrs(r) jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah(s) dari
kalangan para nabit6l shiddiqin(7) para syuhada{a) dan orang-
orang shalih(e).
lI].*w.45prJ"! i:b*, (Tidak ada penyimpangan bagi Ahlus
Sunnah wal fama'ah)
j3iJr (penyimpangan) artinya yaitu beralih (.Jrl,{i) dan
menyeleweng (..lrlji;. ehlus Sunnah wal Jama'ah tidak mungkin
berpaling dari apa yang dibawa oleh para rasul.
Penulis menghadirkan peniadaan (an-Nafiy) ini untuk menje-
laskan bahwa Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak mungkin berpaling
dari apa yang dibawa para Rasul, mereka tidak sedikit Ptrn menyim-
pang dari ajaran para Rasul, just u secara mutlak mereka berpegang
kepadanya. Hal itu karena sikap ittiba'mereka yang sempuma. Me-
tode mereka yaitu apa yang mereka katakan, "Kami dengarkan
dan kami taati dalam hukum, kami dengarkan dan kami benarkan
dalam berita."
l2l. 'b.J;At
rrq B.t, (dari apa yang dibawa oleh para Rasul)
Apa yang dibawa oleh Muhammad #, kita tidak menyimpang
darinya. Ini jelas karena beliau yaitu penutup para nabi. Wajib
atas seluruh manusia mengikutinya. Persoalannya yaitu apakah
Ahlus Sunnah wal ]ama'ah berpaling dari apa yang dibawa oleh
Rasul selain Muhammad? Jawabnya tidak, mereka tidak berpaling
darinya, karena apa yang dibawa oleh para rasul dalam perkara
berita tidaklah berbeda, karena mereka semuanya yaitu orang-
orang yang benar dan tidak ada nasakh dalam masalah berita, ka-
rena ia berita. Semua yang diberitakan oleh para Rasul dari Allah
yaitu benar, ia wajib diterima dan diimani.
Misalnya yaitu jawaban Nabi Musa BA; terhadap Fir'aun,
ketika Fir'aun berkata kepada beliau,
*--J; i;'i;-* "r/ u,;; ^46r, i 6@I ji-lt r;5 3(t.3 j6
F
{@
"Fir'Atrn berkata, 'Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang
dahulu?' Musa menjawab,'Pengetahuan tentang itu ada di sisi Rabbku,
di dalam sebuah kitab, Rabb kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupl'."
(Thaha: 51,-52).
Musa menafikan kebodohan dan kealpaan dari Allah, maka
kita wajib mempercayai hal itu, karena ia dibawa seorang Rasul dari
sisi Allah,
( @,f i )Gi- ru:, 3 &to I'ie; i,6@ .g- tK;
"-"
i6 $
"Berkata Fir'attrn, 'Maka siapakah Tuhanmu berdua, Hai Musa?'
Musa berkata, 'Tuhan kami ialah Cuhan) yang telah memberikan kepada
tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk' ,"
(Thaha: 49-50).
Jika kita ditanya dari mana kamu mengetahui bahwa Allah
telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya?
Kita katakan, dari ucapan Musa, kita mengimani itu dan kita berkata
ffi ffi
Allah memberikan tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya yang layak
dengannya. Manusia dalam bentuk begini, unta dalam bentuk
begini, sapi dalam bentuk begini, domba dalam bentuk begini, ke'
mudian Allah memberi petunjuk tiap-tiap makhluk kepada kebaik-
an dan kemaslahatannya. Tiap-tiap sesuatu mengetahui kebaikan
dan kemaslahatannya. Di musim panas seekor semut menyimpan
makanannya di lubangnya, akan tetapi ia tidak menyimpan biji
seperti apa adanya. Ia terlebih dahulu memangkas ujungnya agar
ia tidak tumbuh, karena jika ia fumbuh maka ia bukan lagi menjadi
makanannya. Jika hujan turun dan biji tersebut basah maka ia tidak
membiarkannya lembab dan membusuk akan tetapi ia membawanya
keluar dan menjemurnya, kemudian memasukkannya kembali jika
telah kering.
Hanya saja harus diperhatikan terkait dengan aPa yang dinis-
batkan kepada para Nabi terdahulu, ia harus dibuktikan dengan
kebenaran penukilan, karena ada kemungkinan ia hanya dusta se-
mata seperti halnya banyak riwayat yang dinisbatkan kepada Rasu-
lullah, bahkan harus lebih ketat dari itu.
Ucapan syaikhul Islam, 6!-;$t .u.iLi3b, (dari apa yang dibawa
oleh para Rasul); apakah ini mencakup hukum ini atau hanya pada
sifat-sifat Allah seperti yang menjadi topik pembicaraan kita se-
karang, sehingga ia hanya khusus untuk berita yang dibawanya?
jika kita melihat kepada keumuman lalazh, maka ia mencakup
berita dan hukum.
]ika kita melihat kepada konteksnya, maka indikasinya me-
nunjukkan bahwa ia hanya pada masalah akidah, yaifu masalah
berita.
Akan tetapi kami katakan jika ucapan Syaikhul Islam khusus
berkaitan dengan masalah akidah, maka ia khusus dan kita tidak
mempersoalkannya, jika ia umum, maka ia juga meliputi hukum.
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum-hukum yang
berlaku untuk para rasul terdahulu; apakah ia juga berlaku bagi kita,
jika dalam syariat kita tidak ada yang membatalkannya ataukah
bukan hukum bagi kita?
Pendapat yang benar yaitu bahwa ia juga hukum bagi kita,
ffi ffi
dan bahwasanya hukum yang shahih bersumber dari para nabi
terdahulu yaitu juga hukum bagi kita, kecuali jika dalam syariat
kita terdapat apa yi.,g *"r,yelisihinya. Contohnya yaitu sujud
untuk menghormati, dibolehkan dalam syariat Yusuf, Ya'qub dan
putra-pufra keturunamya; akan tetapi dalam syariat kita ia diharam-
kan. Unta haram bagi yahudi,
4. # G;'lL6?riui <r-iii iQi b
"Dan kepada orang-orang Yahudi, Knmi haramkan segala binatang
yangberkttku," (Al-An'am:1.46), tetapi ia halal dalam syariat kita.
]ika demikian, mungkin bagi kita menafsirkan ucapan Syaikhul
Islam bahwa ia bersifat urnurn, yang mencakup berita dan sekaligus
hukum. Dan kami katakan, Hukum yang ada pada syariat nabi-
nabi yaitu hukum bagi kita; kecuali jika ada dalil (yang menjadi-
kannya tidak).
Hanya saja persoalannya yaitu bagaimana kita mengetahui
bahwa ini yaitu benar-benar syariat para nabi terdahulu?
Kami katakan ada dua cara: Pertama, yaitu dengan al-Qur'an
dan yang kedua yaitu dengan as-Sururah. Apa yang Allah kisahkan
dalam kitabNya tentang umat-umat terdahulu maka ia yaitu shahih
dan apa yang disebutkan oleh Nabi secara shahih darinya, juga
shahih.
Selainnya kita tidak membenarkan dan tidak pula mendusta-
kan, kecuali jika terdapat sesuatu dalam syariat kita yang membe-
narkan apa yang dinukil oleh ahli kitab, maka dalam hal ini kita
pun membenarkannya, bukan karena ia dinukil oleh mereka, akan
tetapi karena ia dibenarkan oleh syariat kita. Iika di dalam syariat
kita terdapat keterangan yang mendustakan ahli kitab, maka kita
pun mendustakannya, karena syariat kita memang mendustakan.
Orang-orang Nasrani misalnya, mengklaim bahwa Isa al-Masih
yaitu putra Allah; kita katakan ini yaitu dusta. Orang-orang
Yahudi berkata Uzair putra Allah; kita juga katakan, ini yaitu dusta.
tSl. dP (Karena ia). Kata ganti kembali kepada apa yang diba-
wa para Rasul, mungkin juga ia kembali kepada jalan Atrlus Sururah
wal Jama'ah, yaitu ittiba'dan tidak menyimpang darinya. Apa yang
ffi W
dibawa para Rasul dan apa yang dipegang Ahlus Sunnah wal Ja-
ma'ah itulah jalan yang lurus.
l4t. €4t Lrpsi, (yaitu jalan yang lurus)
Lr7 $alan): dengan wazar.iu9 maknanya yaitu Lt;n (ya.g
dilalui), seperti ;r; (kasur atau tikar), yang artinya yaitu -;3;';
(ya^g digelar). ;ti4 ftanaman) yang artinya yaitu .;)'-rr (yang di-
tanam), ia bermakna isim maf'ul.
LtAi hanya diperuntukkan pada jalan yarrg luas lagi lurus.
Diambil dari a3li yang artinya yaitu menelan suapan dengan cepat.
Karena jika jalan itu luas berarti ia tidak sempit yang menyulitkan
orang. Mereka berkata tentang definisi Lr7 yaitu semua jalan yang
Iuas, datar, tidak menanjak, tidak menurun dan tidak berbelok.
Jadi jalan yang dibawa para Rasul yaitu jalan yang lurtu yang
tidak berliku dan tidak ter1al,,jalan yang lurus tidak berbelok ke
kiri dan ke kanan.
4 tEU t -J: -: :',!te t:'; iSty
"Dan bahwa (yang Knmi perintahkan ini) yaitu jalanKu yang lurus,
makn ikutilah dia.' (Al-An'am: 153).
Berdasarkan ini, maka kata ggi (yang lurus) yaitu kriteria
yang menegaskan keadaan berdasarkan tafsir kita terhadap kata
LtAi (jalan) bahwa ia yaitu jalan yang luas yang tidak berliku,
karena jalan seperti inilah yang disebut lurus (f+*1. Bisa juga di-
katakan bahwa ia yaitu kriteria pembatas, karena sebagian jalan
(hA ada yang tidak lurus, seperti Firman Allah,
{ @ 6}# riLl;6;@,rr;Li +> $tfrx6}
"MAka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah
mereka (di tempat perhentian) karena xsungguhnya mereka aknn ditanya."
(Ash-Shaf fat:23-24).
Inilah jalan yang tidak lurus.
l5l.*iir;-;!l;;-ur bte, (ialan or:rng-orang yang diberi nikmat
oleh Allah)
Jalan tersebut beliau (syaikhul lslam) nisbatkan kepada mereka,
karena merekalah yang menitinya, merekalah yang berjalan di
atasnya, dan terkadang Allah menisbatkannya kepada DiriNya,
ctl;erAi au ,tte!t\;i,tth @ ** !t" JLaxtiiyib
4n'li
"DAn sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada
jalan yang lurtts. (Yaitu) jalan Allah yang kepunyaanNya segala apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi." (Asy-Syura: 52-53).
Karena Dia-lah yang meletakkarurya untuk hamba-hambaNya
dan bahwa ia mengantarkan kepadaNya. Ia yaitu jalan Allah dari
dua segi dan jalan orang-orangyangberiman dari satu segi. Jalan
Allah dari dua segi: pertama, Dialah yang meletakkannya untuk
hamba-hambaNya dan kedua, ia mengantarkannya kepadanya. Ia
yaitu jalan orang-orang yang beriman karena merekalah orang-
orang yang melaluinya.
Ucapannya, "Orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah."
Nikmat yaitu semua nikmat, karunia dan kebaikan dari Allah
kepada hamba-hambaNya. Ia yaitu nikmat. Semua nikmat yang
ada pada kita, yaitu dari Allah. Nikmat Allah ada dua: umum dan
khusus. Yang khusus juga terbagi menjadi dua: khusus dan khusus
lebih umum.
Yang urnurn yaitu nikmat Allah untuk orang-orang Mukmin
dan non Mukmin. ]ika ada yang bertanya, apakah Allah memiliki
nikmat atas orang kafir?
Kami jawab, ya, hanya saja ia yaitu nikmat umum, yaitu
nikmat jasmani semata yang tidak membuat agama menjadi baik;
seperti makanan, minumary pakaian, tempat tinggal dan lain-lain.
Nikmat seperti ini dirasakan oleh orang kafir dan orang Mukmin.
Nikmat khusus yaitu nikmat yang dengannya agama menja-
di baik, seperti iman, ilmu, dan amal shalih. Irri khusus untuk orang-
orang Mukmin, akan tetapi bagi para nabi, shiddiqin, syuhada dan
orang-orang shalih, ia yaitu umum.
Ada nikmat yang lebih khusus lagi, yaitu nikmat Allah kepada
para Nabi dan Rasul. Bacalah Firman Allah,
6$'iLi,K dU67{r'.-$+t; QK-J. -Atr'i J;15y
(@ (,v: ad;nJ-b
"Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah ke-
padnmu, dan telah mengajarknnkepadamu apa yang belum kamu ketahui.
Dan karunia Allah sangat besar atasmu. " (An-Nisa': LL3).
Lrilah nikmat yang lebih khusus di mana orang-orang Mukmin
tidak mendapatkarurya selain para nabi dan mereka di bawah para
nabi.
Ucapannya, "Jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh
Allah" yaitu seperti FirmanNya,
{ foe &' l"1i i26l e*'i\ L,;lir;1;i }
"Tunjukilah knmi jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang
telah Englau beri nilcrnat kepada mereka. " (Al-Fatihah: 6-7).
Siapa orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah?
Allah menjelaskannya dalam FirmanNya,
{*#t';,ei G r?,':"i'6 t$i e d{X, 3i:Si5 i\ #-,;iY
46';19$ f'$t
"Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul(Nya), merekn itu
aknn bersama-samt dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid,
dan orang-orang shalih." (An-Nisa' : 59).
Mereka itu berjumlah empat golongan.
16l. 4t ol(dari kalangan para nabi).
;4$i yaitu orang-orang yang diberi wahyu dan berita oleh
Allah, dia termasuk ke dalam ayat ini. Ia juga meliputi rasul-rasul,
karena setiap rasul yaitu nabi dan bukan sebaliknya. Jadi ucaPan,
"para nabi" meliputi para rasul, baik ulul azmi mauPun selainnya
dan meliputi pula para nabi yang tidak diangkat menjadi rasul.
Mereka semua yaitu golongan makhluk yang paling tinggi.
l7l.'#-qu (shiddiqin)
ffi
:tiro.$i yaitu jamak dari gi .. , wazanr\ya yaitu j+r bentul
mubalaghnh (yar,g mentrnjukkan arti yang sangat dan mantap).
Siapa itu shiddiq?
Tafsir shiddiq terbaik yaitu Firman Allah,
{,*,is'::6 olg\L,sii1y
"Dan orang yang membawa lcebenaran (Muhammad) dan membennr-
kannya." (Az-Zumar: 33). Firman Allah,
4'oAi4\ ?,a1. i =#i' i;UVc tiiiy
"Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan RnsulNya, merekn
itu orang-orang Shiddiqin. " (Al-Hadid: 19).
Barangsiapa merealisasikan iman -dan iman tidak sempurna
kecuali dengan kebenaran dan membenarkan- maka dia yaitu
shiddiq.
Kebenaran (jujur) dalam akidah yaitu dengan keikhlasan.
Ini yaitu sesuatu yang paling penting bagi seseorang sehingga
sebagian Salaf berkata, "Aku tidak melawan diriku atas sesuatu,
seperti aku melawannya atas keikhlasan." Harus ada kebenaran
(kejujuran) dalam akidah dan keikhlasan kepada Allah.
Kebenaran (jujur) dalam ucapan dengan tidak mengatakan
kecuali apa yang sesuai dengan kenyataan, baik atas dirinya mau-
pun atas orang lain. Dia tegak dengan keadilan baik atas dirinya
maupun atas orang lain, bapak yu, ibunya, saudaranya dan lain-
lain.
Kebenaran (jujur) dalam perbuatan yaitu dengan menyesuai-
kan perbuatan dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi M. Termasuk
kebenaran dalam perbuatan yaitu hendaknya ia bersumber dari
keikhlasan, jika tidak maka ia tidak benar karena perbuatannya
menyelisihi perkataannya.
Jadi shiddiq yaitu orang yang benar dalam akidahnya, ke-
ikhlasannya, keinginannya, perkataannya dan perbuatannya.
Manusia yang mendapat predikat shiddiq terbaik secara mutlak
yaitu Abu Bakar.S, karena umat terbaik yaitu umat ini dan
orang terbaik dalam umat ini setelah Nabinya yaitu Abu Bakar &.
Predikat shiddiq yaitu tingkatan yang bisa diraih oleh kaum
laki-laki dan wanita. Allah berfirman tentang Isa,
4's'*a;Y
"Dan ibunya sorang yang sngat bnar." (Al-Ma'idah: Z5). Aisyah
dipanggil shiddiqah binti ash-shiddiq. Dan Allah memberi nikmat
kepada hamba yang dikehendakiNya.
t8l. :rq.i.lr; (para syuhada ). Syuhada; ada yang berkata, mereka
yaitu orang-orangya g gugur di jalan Allah berdasarkan Firman
Allah dl$,
4. ;t"i|, -t- q:rl7:( O_fii'rti &;b
"Dan supaya Allah membedalan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikanNya (gugur sebagai)
syuhada'. " (Ali Imran: 1.40).
Ada yang berkata, mereka yaitu para ulama berdasarkan
Firman Allah,
{}#!v:,6} jiffi '-">g,";:*r' j^$y;ii'i:,ii'x'.:J-Y
'Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak di-
sembah) selain Dia, yang menegalcknn l<eadilan. para malaikat dan orang-
orang yang berilmll. " (Ali Imran: 18).
Allah menjadikan para ulama sebagai saksi-saksi dengan apa
yang Allah persaksikan untuk diriNya dan karena ulama bersaksi
untuk para rasul bahwa mereka telah menyampaikan dan ulama
pun bersaksi atas umat bahwa agama telah disampaikan kepadanya.
seandainya ada yang berkata, ayat ini bersifat umum, ia mencaklp
orang yang gugur di jalan Allah dan para ulama, karena lafazi
syuhada memungkinkan dua makna tersebut tanpa ada pertenta-
ngan/ maka ia meliputi orang-orang yang gugur di lalan Allah dan
para ulama yang bersaksi untuk Allah dengankeesaan dan bersaksi
untuk Nabi bahwa beliau telah menyampaikan (risalah) serta ber-
saksi atas umat bahwa risalah tersebut telah disampaikan kepada
mereka.
t"ir;:, ;'^i t lil
.,,,9-rlr jji j4rj
o$r,, ua,i,)yt
Tennasuk di dalam kategori sifat tadi(1) yaitu ,rr"r-rrr", yang
Allah sandangkan pada diriNya di dalam su1a1(2) al-Ikhlas(3)
yang menyamai sepertiga al-Qui1n{r)
ffi
tgl. tz.ltgli, (dan orang-orang shalih)
Orang-orang shalih meliputi tiga golongan yang disebutkan
sebelumnya dan orang-orang yang derajatnya di bawah mereka.
Para nabi yaitu orang-orang shalih, para shiddiqin yaitu orang-
orang shalih, para syuhada yaitu orang-orang shalih, jadi peng-
gabungannya di sini yaitu penggabungan yang umum kepada
yang khusus.
Orang-orang shalih yaitu orang-orang yang menunaikan hak
Allah dan hak hamba-hambaNya, hanya saja tidak sederajat dmgan
yang sebelumnya -para nabi, shiddiqin, syuhada- para shalihin di
bawah mereka.
]alan yang dibawa para rasul ini yaitu jalan yang dipilih
empat golongan di atas, maka selain mereka tidaklah berjalan di
atas ajaran yang dibawa para rasul.
[1]. ii;*jt e$ C. ,Fs i:, (tennasuk di dalam kategori sifat
tadi)
Ucapan penulis "Termasuk di dalam kategori sifat tadi," ada
kemungkinan maksudnya yaitu ucaparmya sebelumnya, "Dia telah
menggabungkan dalam sifat-sifat yang Dia sandangkan pada Diri-
Nya antara menetapkan dan menafikan." Ada kemungkinan maksud-
nya yaitu apa yang telah dikatakan bahwa Ahlus Sunnah wal
Jama'ah menyandangkan sifat pada Allah, sifat-sifat yang disan-
dangkan Allah sendiri pada DiriNya dan disandangkan padaNya
oleh RasulNya. Apa pun kemungkinarurya, surat ini dan setelahnya
termasuk ke dalam kandungan apa yang telah dikatakan bahwa
Allah menggabungkan pada sifat-sifat yang Dia sandangkan pada
diriNya antara menafikan dan menetapkan dan bahwa ANus Sun-
nah wal ]ama'ah mengimani hal itu.
ffi ,ffi
l2l. W ;'^i,r,';tt,;-z1u (sifat-sifat yang Allah sandang-
kan pada DiriNya di dalam surat)
Surat yaitu kumpulan ayat-ayat dalam Kitabullah yang di-
batasi, yakni terpisah dari yang sebelum dan sesudahnya, seperti
bangunan yang dibatasi oleh pagar (';t).
l3l. .rry-)i (al-Ikhlas)
,;,lr;JG1 (mengikhlaskan sesuatu) maknanya yaitu l;ai
(memurnikannya). Artinya yaitu , aPa yang dimurnikan itu tidak
dicampuri oleh sesuatu pun. (Surat tersebut dinamakan demikian
karena mengandung ajaran keikhlasan kepada Allatu dan bahwasa-
nya barangsiapa yang beriman dengarrnya, maka dia yaitu seorang
yang ikhlas; sehingga maknanya yaitu kandungan yang murni
untuk orang yang membacanya. Maksudnya, bahwa orang apabila
membacanya didasari oleh keimanan terhadapnya, maka dia telah
bersikap ikhlas kepada Allah. Ini menurut suatu pendapat. Menurut
pendapat lain, yaitu karena surat tersebut "Lhk, (dimurnikan);
karena Allah hanya mengkhususkannya untuk DiriNya, dimana
Dia sama sekali tidak menyebutkan sesuatu pun dari masalah-
masalah hukum, atau kabar tentang selainNya. Isinya hanya kabar
khusus tentang Allah. Dan kedua pendapat di atas yaitu shahih,
dan tidak ada pertentangan di antara keduanya.
t4l.;ir.jlr il i"F 4i {yangmenyamai sepertiga al-Qur'an)
Dalilnya yaitu sabda Nabi & kepada sahabat-sahabatnya,
W 3r,\ *b 3i <r{i e qTir Lii'A:'i pi;\ r-41)
* i*:r Lrjr rirl; 'jrf t$r i*; rr- d{i J*it$-i tiss
.(ii-rjl
"Apakah salah seorang dari kalian tidak mampu membaca sepertiga
al-Qur'an dalam satu malam?" Mala itu terasaberat bagi mereka. Merekn
furkata, "Ya lTnsulullah, siapa di antara kita yang mltmpu melakukannya? "
Nabi menjaurab, "Surat al-lkhlas yaitu sepertiga al-Qur'an."r
Surat ini menyamai sepertiga al-Qur'an dalam balasan pahala,
I Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kitab Fadl,a'il alQur'an, Bab Fadhlu Q,l Huwa Allahu Ahad;
Muslim, Kbb Shalatal-Musfiin, tub Fadhlu Qin'ati Qul Huwa Allahu Ahad.
bukan berarti ia bisa menggantikan yang sepertiga itu. Hal ini se-
perti riwayat yang shahih dari Nabi ffi bahwasanya barangsiapa
yang membaca,
"Tidak ada tuhan yang (berhak disembah) selain Allah, hanya bagiNya
lcerajaan, hanya miliknya segala puji, Dia menghidupkan dan mematikan,
dan Dia Mahakuasa atas segala sesl)atu",
-t
,pwl, g. b &1 eJ J*\ wK
"ty
r:-b
Sepuluh kali, maka dia seakan telah memerdeknkan empat orang
anak cucu lsmail."l
Apakah memerdekakan empat orang hamba sahaya yang
wajib dia merdekakan bisa digantikan hanya dengan membaca
dzikir tersebut sebanyak sepuluh kali? Kami katakan tidak bisa
tergantikan, meskipun dalam balasan pahala ia menyamainya
seperti yang dinyatakan oleh Nabi. ]adi kesamaan dalam balasan
pahala antara dua perkara tidak secara otomatis salah satunya bisa
menggantikan yang lain. Oleh karena itu seandainya dia membaca
surat al-Ikhlas dalam shalat tiga kali maka hal itu tetap tidak mewakili
surat al-Fatihah.
Para ulama berkata, Alasan al-Ikhlas menandingi sepertiga
al-Qur'an yaitu karena pembahasan al-Qur'an ada tiga: berita
tentang Allah, berita tentang makhluk dan hukum.
Pertama: Berita tentang Allah, kata mereka dikandung oleh
surat Vi irt 4 y.
Kedua: Berita tentang makhluk, seperti berita tentang umat-
umat terdahulu, berita tentang kejadian-kejadian masa kini dan
masa yang akan datang.
Ketiga: Hukum-hukum seperti dirikanlah, berikanlah, jangan
melakukan syirik dan lain-lain.
Ini yaitu penjelasan terbaik tentang alasan surat al-IkNas
I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ad-Dabwafi tub Fadhl at-Tahlili Muslim, Kitab adz-Dzikr wa
ad-Du'a', bab Fadhl at-Tahlil.
4; ,#--r'e;ir l,i3 etLlrd,i irr3 ri,r ..,i1 ,t .i
*? rf ,* YS
.rlil .j
.r.*
S W "/" dqrln/" Wr",l,lrl"h
menandingi sepertiga al-Qur'an.
oo@
,ny. lS rli p {')3;^^t1i,t,t"J'it" rfrt t"y't"#} i*,+
(t"i;i t#'d & ilJ
Di mana Dia berfirman, "Katakanlah@ pislafuizt Allah@ Yang
Maha Esat4t Allah yaitu (sesembahan yang kepadaNya bergan-
tung segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada pula diperanak-
kan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." $)
I1]. # (Katakanlah). Alamat perintah ini kepada siapa saja
yang sah untuk diperintah.
Sebab turunnya ayat ini yaitu bahwa orang-orang musyrik
berkata kepada Nabi ffi, "Ceritakanlah sifat-sifat Tuhanmu kepada
kami." Maka Allah menurunkan surat ini.r Ada yang berpendapat,
Orang-orang yahudi telah mengklaim bahwa Allah diciptakan
dari ini dan ini -dari bahan tertentu menurut mereka- maka Allah
menurunkan surat ini.2 Benar atau tidak sebab turunnya surat ini,
jika kita ditanya tentang Allah, maka kita jawab dengan membaca
surat ini.
121.9 @ia). yaitu kata ganti. Kemana ia kembali? Ada yang
berpendapat, ia kembali kepada yang ditanyakan. Seolah-olah dia
berkata, yang kamu tanyakan itu yaitu Allah. Ada yang berpen-
dapat,;i di sini yaitu sVt * (kata ganti dari sesuatu hal), riiyaitu
mubtada' kedua dan i-i yaitu khabar mubtada' kedua. Menurut
pendapat pertama j^ yaitu mubtada' 'iti khabar mubtada' dan Li
khabar kedua.
t3].6i yaitu nama untuk Dzat A1lah yang khusus bagiNya,
tidak ada selainNya yang menggunakannya, nama-nama Allah
yang lain yang hadir sesudahnya menginduk kepadanya, kecuali
dalam kondisi sangat jarang. Makna Allah yaitu i/ah (sesembahan)
! Diriwayatkan oleh Ahmad 5/133; dan Al-Wahidi dalam Asbab an-Nuzul, h.262.
2 Diriwayatkan oleh al-Wahidi dalam Asbab an-Nuzul hal. 262.
#Hffi*(
ffi
yang berarti yang dipertuhankan, yakni yang disembah,lalu ham-
zahnya dibuang, karena seringnya ia dipakai sebagaimana halnya
kata ;rllyang aslinya yaitu ;UVijuga seperti ui i ;p uj (ini lebih
baik dari ini), ;l asalnya yaitu ;ii, karena seringnya ia dipakai,
maka hamzahnya dilupakan, maka Allah yaitu Li (Maha Esa).
141.3;1. Kata ini Lrmulrlnya tidak hadir kecuali dalam konteks
penafian, walaupr.rn ia juga dipakai dalam konteks penetapan untuk
nama suatu hari dalam seminggu, dikatakan Ahad, Senin dan seterus-
nya. Kata ini hadir dalam penetapan sebagai sifat Allah karena Dia
memang Ahad, yakni Maha Esa dalam apa yang menjadi hak khu-
susnya: pada dzat, asma', sifat-sifat dan perbuatan-perbuatanNya.
Ahad berarti tiada duanya, tiada tandingan dan tiada sekulu bagi-
Nyu.
tSl. L-alr bi (Allah yaitu (sesenrbahan) yang kepadaNya
berganhnrg segala sesuaht)
Ini yaitu kalimat baru, setelah Allah menyebutkan keesaan-
Nya Dia menyebutkan bahwa Dia yaitu tempat bergantung segala
sesuaftr. Dia menghadirkan kalimat yang terdiri dari dua kata yang
sama-sama makrifat untuk menunjukkan pembatasan, yakni hanya
Allahlah tempat bergantung segala sesuatu.
Apa makna ash-shamad (tempat bergantung segala sesuatu)
Ada yang berpendap at, ash-Shamodberarti JrKji (Yang Maha-
sempurna) dalam IlmuNya, KuasaNya, HikmahNya, Keperkasaan-
Nya, KekuasaanNya dan dalam seluruh sifat-sifatNya.
Ada yang berpendapat, ash-Shamad yaitu yang tidak punya
rongga, yakni tidak berusus dan berperut. Oleh karena itu, para
malaikat disebut shamad, karena mereka tidak memiliki rongga;
mereka tidak makan dan tidak minum. Makna kedua ini diriwayat-
kan dari Ibnu Abbas #;v,1 dan ia tidak bertentangan dengan makna
yang pertama, karena hal itu menunjukkan kekayaanNya dengan
diriNya dari seluruh makhlukNya.
Ada yang berpendap at, ash-Shamadberarti isim maf'ul, yakni
4l',y-zA\, yakni tempat berganfr.rng para makhluk dalam hajat-hajat
I Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah, no. 665.
ffi ffi
mereka, artinya makhluk condong kepadaNya, menuju padaNya,
dan mengangkat segala hajatnya kepadaNya, jadi artinya yaitu
Dzatyang dibutuhkan oleh siapa pun.
Pendapat-pendapat di atas tidak saling bertentangan dalam
apa yang terkait dengan Allah. Oleh karena itu, kami katakan semua
makna ini yaitu shahih, karena satu dengan lainnya tidak ber-
tentangan.
Kami menafsirkannya dengan tafsir yang menyeluruh. Kami
katakan, ash-Shamad yaitu yang sempurna dalam sifat-sifatNya
yang dibutuhkan oleh seluruh maktrluk. Mereka semua bergantung
kepadaNya.
Dari sini jelaslah bagi Anda makna yang besar darilafazh ash-
Shamad bahwa Dia tidak membutuhkan selainNya, sempurrra dalam
segala sifatNya, selainNya membutuhkanNya.
]ika ada yang berkata, Allah bersemayam di atas Arasy. Apakah
ini berarti dia membutuhkan Arasy, di mana seandainya Arasy di-
singkirkan, Dia akan jatuh? ]awabnya, tentu tidak, tidak akan,
karena Allah yaitu ash-Shamnd, Maha sempurrul tidak memerlukan
Arasy, justru Arasy, langit, kursi dan seluruh makhluklah yang
membuhrhkanNya. Allah tidak memerlukannya. hi kita ambil dari
kata ash-Shamad.
]ika ada yang berkata, Apakah Allah makan dan minum? Kami
jawab, tidak; karena Allah ash-Shamad.
Dengan ini kita mengetahui bahwa ash-Shamad yaitu kata
yang mengumpulkan seluruh sifat kesempurnaan bagi Allah, sekali-
gus mengumpulkan seluruh sifat kekurangan bagi seluruh makhluk
dan bahwa mereka memerlukanNya.
t6l. Li tF lt &;si:ti ps 4 ss
(Dia tiadaberanak dan tiada
pula diperanakkan dan tidak ada seorang pun yang setara dengan
Dia)
Irri yaitu penegasan ba$ shamadiyah (predikat sebagai tempat
bergantung segala sesuatu) dan keesaan Allah. Kami katakan pe-
negasan, karena kami memahami ini dari keterangan sebelumnya,
maka kehadirannya di sini sebagai penegasan dan penetapan bagi
sebelumnya. Karena shamadiyah dan keesaanNya, Dia tidak beranak,
karena anak seperti bapaknya dalam bentuknya, dalam sifat, bahkan
dalam kemiripan.
Ketika Mujazziz al-Mudliji datang kepada Zaidbin Haritsah
dan putranya Usamah, ketika tubuh mereka terbalut (tertutup total)
dengan selimut, yang terlihat hanyalah kaki mereka, Mujazzuhanya
dengan melihat kaki berkata, u€4;rta;a;r*iVr..i; ';tt, "Kaki-kaki ini se-
bagian darinya berasal dari sebagian yang lain)l
Dia mengetahui hal itu dengan kemiripan.
Karena kesempumaan keesaanNya dan shamadiyahNya, maka
"Dia tidak beranak" karena bapak membutuhkan anak dalam peng-
abdian dan nafkah. Anak membantunya pada saat bapak telah tua
dan anak keturunannya berlanjut.
"Tidak diperanakkan", karena jika Dia diperanakkan, tenhrlah
didahului oleh seorang bapak, padahal Altah yaitu yang pertama,
sebelumNya tiada sesuatu. Dia yaitu Khalik dan selainNya yaitu
makhluk, mana mungkin Dia diperanakkan?
Secara akal, pengingkaran bahwa Allah diperanakkan yaitu
lebih mantap dalam nalar daripada pengingkaran bahwa Allah
beranak. Oleh karena itu tidak ada yang berpendapat bahwa Allah
memiliki bapak meskipun ada orang yang berdusta yangmeng-
klaim bahwa Allah memiliki anak.
Allah menafikan keduanya. Dia memulai dengan penafian
terhadap anak, karena pentingnya bantahan terhadap para peng-
klaimnya, bahkan Dia berfirman,
4l-'nx iiicY
"Allah seknli-kali tidak mempunyai Anak." (Al-Mu'minun: 91).
Meski hanya dengan penamaan Dia tidak beranak dan tidak
mengangkat seorang anak. Manusia yang tidak melahirkan bisa
saja mengambil anak dan menganggapnya sebagai anak dengan
adopsi atau perwalian atau lainnya, meskipun yang pertama tidak
disyariatkan. Lain halnya dengan Allah, Dia tidak beranak dan tidak
diperanakkan. Karena benak seseorang bisa saja membayangkan
I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab Fara'idh, Bab at-ea 'rf, dan Muslim, Kitab Radha', Bab a/-
Amal bi llhaqi al-Qa'if al-Walad.
bahwa sesuatu bukan beranak dan bukan diperanakkan, akan tetapi
ia berasal-usul, maka Allah menepis bayangan yang mungkin ter-
Iintas di dalam benak tersebut. Dia berfirman,
{@*G$LiKilsy
" Dan tidak ada xorang pun yang setara dengan Dra. " (Al-Ikhlas: 4).
Jika tidak ada yang menandingiNya maka secara otomatis
Dia tidak berasal-usul "Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan
Dia.", yakni tak seorang pun menandingiNya dalam semua sifat-
sifatNya.
Surat ini mengandung sifat-sifat tsubutiyah (ditetapkan) dan
sifat-sifat salbiy ah (yang ditiadakan).
Slfat tsubutiyah:'iti yang mengandung makna uluhiyah,:ti y*g
mengandung keesaary dan i;,.oli yang mengandung ash-Shamadiyah
(tempat bergantung segala sesuatu).
Sedangkan sifat salbiyah yaitu ,
{ @'G (brt K ;ii@ ilj ";i W dy
"Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada se-
orang pun yang setara dengan Dia.'
Tiga penetapan dan tiga penafian. Dan penafian ini mengan-
du.g kesempurnaan keesaan dan kesempurnaan sebagai tempat
bergantung segala sesuatu.
ooo
I - < 'n cz
$ iq ,f YJ rbbl i'^3; a' t;*j vi
Dan sifat yang Allah sandangkan pada DiriNya dalam ayat
yang paling agung dalam Kitabullah(l)
r$r ?t{ d yi rbbl ;1* l&tu;, (Dan sifat yang Allah sandang-
kan pada DiriNya dalam ayat yang paling agung dalam Kitabullah)
Ucapan penulis, "Dan sifat yang Allah sandangkan pada Diri-
Nya dalam ayat yang paling agung dalam Kitabullah," ayat ini
dikenal dengan ayat kursi, karena di dalamnya disebutkan tentang
kursi,
$3;iG*{3\1*I'a5b
"Kursi Allah meliputi langit dan bumi." (Al-Baqarah: 255).
Ini yaitu ayat paling agung di dalam Kitabullah.
Dalilnya yaitu pertanyaan Nabi #, kepada Ubuy bin Ka'ab,
"Ayat apa yang ada di dalam Kitabullah yang paling agung?" Ubuy
menjawab,
4. i:Jrt'6r,'rr Jynf{';,t $
'Allah, tidak adn tuhan (yang berhak disembah) melainlun Dia, yang
hidtry kekal lagi terus menerus mengurus (makhlukNya)." (Al-Baqarah:
255).
Maka beliau menepuk dadanya sambil bersabda, "semoga ilmu di-
jadikan mudah untukmu wahai Abul Mundzir."r
Nabi menyetujui bahwa ayat ini yaitu ayat paling agung di
dalam Kitabullah. Hadits ini sekaligus merupakan dalil y.mg menun-
jukkan ilmu Ubay tentang Kitabullah.
Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwa sebagian al-Qur'an
memiliki keunggulan di atas sebagian yang lain, sebagaimana di-
tunjukkan pula oleh surat al-Ikhlas. Hanya saja masalah ini memer-
lukan perincian. Kami katakan, Kalau dari segi yang berbicara, maka
seluruh al-Qur'an yaitu sama, karena yang berbicara yaitu satu
yaitu Allah. Kalau dari segi kandungan dan topik pembahasan,
maka sebagian darinya mengungguli sebagian yang lain. Surat al-
Ikhlas yang berisi pujian kepada Allah dengan kandungan Asma'
dan Sifat Allah, tidak sama dengan surat al-Masad yang menjelaskan
keadaan Abu Lahab. Begitu pula sebagian mengungguli yang lain
dari segi pengaruh dan kekuatan gaya bahasa. Ada sebagian ayat
yang pendek tetapi ia berisi nasihat yang ampuh lagi kuat bagi hati.
Ada pula ayat yang jauh lebih panjang akan tetapi kandungannya
tidak sama dengan ayat yang lebih pendek tersebut. Misalnya
FirmanNya,
I Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab Shatat al-Munfirin, Bab Fadhlu surat at-Kahfi wa ayat al-
Kursi.
4t&'6,-!4 F: rtL i.+ Ft:; tiytfi i, 6.i\ 6g *
"Hai orang-orang yang beriman, apabila lamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskan-
ny a. " (Al-Baqarah: 282)
Tema ayat ini ringan. Kajian tentangnya dalam muamalat yang
berlaku di antara manusia, ayat ini tidak memiliki pengaruh seperti
pengaruh ayat ini,
'OI, e'tt+!r i i ?5A <i{i, 6fLA
^",1 "# k Y
{ @ p3$t & 5 tGtrr;F:tc;3s :rt i4i\ i+-|i rar,;
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya
pada Hari Kiamat wjalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan
dari neraka dan dimasukkan lce dalam surgL maka sungguh ia telah berun-
tung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memper-
dayakan." (Ali Imran: L85).
Ayat yang kedua ini membawa makna-makna yang agung.Ia
mengandung hardikan, nasihat, dorongan kepada kebaikan dan
larangan dari keburukan. Tenhr ini tidak sama dengan ayat hutang,
meskipun lebih panjang.
ooo
ffi ffi
i, 4 rr;tt .j "'pl$jr
(Y)&it .''-/ {! ,.,1 .i ili ,i* r*
"'U* €It t"t; # t",i)S'
+ v5 c.,gt;il di v 'd ,t"i3i
$*"/" !i "
'' fr/;ii W ff$ 'd v 6J4
(')g!
1., iy'^",ty
,>ll;31 "t"*f e3 t'')ilj i tilt'"rn\ ] t")7q1
.(''n)fiIiit <'ur6it *: l"'t4L;7 aiJgYi t'
" uo)\t3
i, ,'u.t; et b * ii i ,y # q-ir ,*ii U rs r..il-:
u"'ef,
'j; bu; 4x
Di mana Dia "Allah, tidak ada tuhan (uans berhak
disembah) melainkan Dia0 Yang Hi&tp Kekal @ lagr tmts menerus
mengurus (makhlukNya) {st liOoO mengantuk dan tidak 1;flu7 {q.
KepunyaanNya apa yang di langit dan di bumi@ tiada yang
dapat @ msa$syi syafa'af7t di sisi Allah@ kecuali dengan izin-
Nyatet. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan
di belakang mereka oo, dan mereka tidak mengetahui apa-aptaor)
dai ilmu Allah {oz) lslsinftan apa yang dikehendakiNya ttst.I<ursi
Allah meliputi Q4) langit dan bumi oil dan Allah tidak rnerasa berat
memelihara keduanyott,t, dan Allah Mahatinggi$z) lagi Maha-
besar (18).'r Oleh karena itu barangsiapa membaca ayat ini di
suatu malam, maka dia senantiasa mendapatkan perlindungan
dari Allah dan tidak didekati setan sampai pagi(le)
IU. -/.j1it1.i rii (Rttan tidak ada tuhan (yang berhak disem-
bah) melainkan Dia).
Dalam ayat ini Allah memberitakan bahwa Dia yaitu satu-
satunya yang berhak disembah. Hal itu terdapat pada FirmanNya,
4';{;i6;{}
'Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia." (Al-
Baqarah: 255)
Kalimat ini menunjukkan pembatasan. Dan Metode penafian
yang diikufi dengan penetapan termasuk benh.rk kalimat pembatasan
yang paling kuat.
l2l. ,?i (Yang Hidup Kekal)
Pemilik kehidupan yang sempurna yang meliputi seluruh
sifat kesempurnaan yang tidak didahului oleh ketiadaan dan tidak
diikuti dengan kefanaan; tanpa disertai oleh kekurangan sedikit pun.
liyaitu salah satu ruurur Allah, dan terkadang ia digunakan
untuk selain Allah. Firman Allah r.lt$,
4#'u.Ji,6y
"Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mlti." (Al-An'am: 95).
Akan tetapi 3;s\bagi Allah tidaklah sama dengan 3;Jrbagi
makhluk, kesamaan sebutan tidak mengharuskan adanya kesamaan
yang disebutkan.
l3l.i},i,i (terus menerus mengurus makhlukNya). Timbangan
katanya j;,4 termasuk benluk kata yang menunjukkan "sangat" dan
"mantap", ia diambil dari pt+ii .
Makna i;91 yaitu mandiri, berdiri dengan diriNya sendiri. Ini
menunjukkan bahwa ia tidak memerlukan selainNya. Tidak memer-
Iukan makan, minum dan lain-lain. Adapun selainNya maka dia
tidak berdiri sendiri, dia membutuhkan Allah untuk mengadakan
dirinya, menyiapkannya dan memberikan segala kebutuhannya.
Termasuk makna p:*llyaitu yang mengurusi selainnya berda-
sarkan Firman Allah tjlg,
4.66,i;,fg 56';11;\y
"Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang
diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifutnya)? " (Ar-Ra'd: 33).
Lawannya (dalam ayat ini) tidak disebut, asumsinya yaitu
seperti yang tidak demikian sifatnya? Tuhan yang menjaga setiap
diri terhadap apa yang diperbuatnya yaitu Allah. Oleh karena itu
para ulama berkata, i;{li yaitu yang berdiri sendiri dan mengurusi
selainnya.
Jika Dia mengurusi selainNya maka secara otomatis selainNya
memerlukanNya. Firman Allah t-J15,
4.-';\b:'i6 {3i i6 i'},(');
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah berdirinya
dan bumi dengan iradatNya." (Ar-Rum: 25).
]adi Dia sempurna sifat-sifatNya, sempurna kepemilikan dan
perbuatanNya.
Kedua nama Allah ini yaitu nama Allah yang paling agung,
di mana jika Allah diseru di dalam doa dengannya niscaya Dia
mengabulkan. Oleh karena itu, hendaknya seseorang bertawasul
dengannya dalam doanya dengan berkata, "Ya hayyu, ya qayyum."
Kedua nama ini disebutkan dalam al-Qur'an di tiga tempat: ini
uy
langit
(ayat kursi pada surat al-Baqarah: 255) yaitu yang pertama, yang
kedua yaitu ,
{ @ g':;rt'; $y'is{'n'r fi
"Allah, tidak ada
Yang Hidup Kekal lagi
Imran:2).
tuhan (yang berhak disembah) melainlan Dia.
terus menerus mengurusi makhlukNya." (Ali
Dan yang ketiga yaitu ,
{ @ A*;'i 4L';d ",.:41 tfl
"}:;'i,*'b"Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) lcepada Tuhan
yang hidup kekal lagi senantiasa mengurus (makhlukNya). Dan sesung-
guhnya telah merugilah orang yang melakukan kezhaliman." (Thaha:
111).
Dua nama ini mengandung kesempurnaan Dzat dan kesem-
purnaan kekuasaan. Kesempurnaan Dzat yaitu pada FirmanNya
fidan kesempurnaan kekuasaan yaitu pada fuFi;karena Dia me-
ngurus segala sesuatu dan segala sesuatu bergantung kepadaNya.
t4l.$is 4#t V (tidak mengantuk dan tidak tidur)
i iti yaitu ;t3i (mengantuk), ia yaitu gejala tidur. Dia
tidak berfirman, iq j (Hdak tidur), akan tetapi Dia berfirman )
i; V; t; tlJj,:c (tidak dikalahkan oleh kantuk dan tidur). Karena yang
pertama dengan kemauan sendiri (sukarela) dan yang kedua dengan
paksaan.
Tidur termasuk sifat kekurangan. Nabi ffi bersabda,
ir,1r.
ii 'n +*i; ,iE { ar .11
"Sesungguhnya Allah tidak tidur dan tidak patut bagiNya untuk
tidur." 1
Ini yaitu salah satu sifat yang dinafikan dan telah dijelaskan
bahwa sifat yang dinafikan harus mengandung penetapan terhadap
sifat kesempurrraan yumg merupakan lawan dari sifat yang dinafikan
tersebut. Kesempumaan pada FirmanNya,{ii{i"Q :,LU{ } ada-
I Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Iman, Bab eauluhu *, ,,Innallah La yanamu.,,
lah kesempurnaan hidup dan berdiri sendiri yangjuga mengurusi
makhluk-makhlukNya, karena di antara bentuk kesempurnaan
hidupNya yaitu Dia tidak memerlukan tidur, dan kesempurrraan
predikatNya sebagai yang berdiri sendiri dan terus mengurusi
makhlukNya yaitu Dia tidak tidur. Tidur hanya diperlukan oleh
makhluk hidup; karena kekurangannya. Ia memerlukan tidur untuk
beristirahat karena kelelahan yang menimpanya dan mengemba-
likan kekuatan untuk bekerja kembali, karena penduduk surga
memiliki kehidupan yang sempurna, maka mereka tidak tidur se-
perti yang disebutkan dalam atsar yang shahih.
]ika ada yang berkata, Tidur pada manusia yaitu kesem-
purnaan. Oleh karena itu jika manusia tidak tidur maka dia diang-
gap sakit. Kami katakan, sama dengan makan, jika manusia tidak
makan maka dia dianggap sakit. Akan tetapi ia bukan kesempur-
naan mutlak; ia yaitu kesempumaan dari satu segi dan kekurangan
dari segi yang lain. Kesempurnaan karena ia yaitu indikator sehat
dan normalnya badan, dan kekurangan, karena badan memerlu-
kannya dan itu sebenarnya yaitu kekurangan.
Jadi tidak semua kesempurnaan nisbi bagi makhluk yaitu
kesempurnaan bagi Khalik sebagaimana tidak semua kesempurna-
an pada Khalik yaitu kesempumaan pada makhluk, takabur yaitu
kesempurnaan bagi Khalik dan kekurangan bagi makhluk. Makan,
minum dan tidur yaitu kesempumaan bagi makhluk dan kekura-
nganbagi Khalik. Oleh karena itu, Allahberfirman tentang diriNya,
{l-9r{;#';ry
"Padahal Dia memberi malan dan tidak diberi malan ?" (Al-An'am:
14).
t5]. ;:$r du3c,ti:-tJt,ivu (KepunyaanNya apa yang di
langit dan di bumi)
FirmanNya,
( rr;Vi e6+iAi e("i$
ej yaitu khabar yang didahulukan, u yaitu mubtada' yang
ffi
diakhirkan. Ini yaitu kalimat pembatasan, yaitu dengan cara men-
dahulukan yang semestinya diakhirkan yaitu khabar. u Lam menun-
jukkan kepemilikan, kepemilikan yang sempurna tanpa penentang.
'Apa yang ada di langit' yaitu para malaikat, Surga dan lain-lain
yang tidak kita ketahui. 'Dan yang di bumi'yaitu seluruh makhluk
yang hidup atau selainnya.
FirmanNya .-,tjti-lJi menunjukkan bahwa langit berjumlah be-
berapa dan memang demikian, ayat lain menyatakan bahwa ia
tujuh,
{@ P,,F$U;4i*iAUJ.f }
"Kataknnlah, 'Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang
Empunya Arasy yang besarT"' (Al-Mu'minun: 86).
Bumi, juga diisyaratkan oleh al-Qur'an kepada jumlah tujuh,
tapi tidak jelas, hanya saja pernyataan yang jelas diberikan oleh
Sunnah,
4'#, 6*i'6,>,\fr '€; i9,sii{ifr y
"Allah-lah yang menciptalun tujuh langit dan seperti itu pula bumi."
(Ath-Thalaq: 72).
Yakni sama dengan langit dalam jurnlah bilangan, bukan dalam
sifat. Dalam as-Sunnah Nabi # bersabda,
'pJ * by$tity,'atqa.uiL G:l\r btg Ut,/
"Barangsiapa mengambil xjenglal tanah secara zhalim, maka Allah
aknn memikulkannya di pundaknya pada Hari Kiamat dari tujuh bumi."l
t6l. t3;,, (Tiada yang dapat)
tl;; (pada dasarnya) yaitu isim istifham (kata tanya) atau bisa
kita katakan bahwa ; yaitu kata tanya dan r3 tidak difungsikan.
tl tidak bisa dijadikan sebagai isim maushul (kata sambung) dalam
kalimat ini, karena jika demikian, maka maknanya yaitu e$t +lt U
(Siapa yang yang) dan ini tidak benar.
t Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kitab al-Mazhalim, tub Istnu Man Zhalama syai'an Mn al-Ardhi
dan Muslim, Kibb al-Musaqah, tub Tahim azh-Zhulm wa Ghashb at-Ardhi.
ffi
l7l. *giji (memUeri syafa'at).
Syafa'at dalam bahasa berarti menjadikan yang ganjil menjadi
genap/ FirmanNya,
{@ iiil4iiq
"Dan yang genap dan yang ganjil." (Al-Fajr: 3).
Secara terminologi ia yaitu menjembatani orang lain untuk
menggapai kebaikan atau menepis keburukan.
Sebagai contoh, syafa'at Nabi ffi bagi manusia di Padang Mah-
syar agar perkara mereka segera diputuskan. Ini syafa'at dalam me-
nepis keburukan dan syafa'at Nabi Mbagi penduduk Surga agar
mereka memasukinya yaitu syafa'at dalam menggaPai kebaikan.
[8]. ir+, (di sisiNya) yaitu, di sisi Allah.
tgl. .!!! i1 (kecuali dengan izinNya), yakni izin Allah kepa-
danya. Ini menetapkan adanya syafa'at, akan tetapi dengan syarat
adanya izin, karena jika syafa'at tidak ada sama sekali maka Penge-
cualian dalam FirmanNya, "kecuali dengan izinNya" yaitu sia-sia
tak berguna.
Ia disebutkan setelah'KepunyaanNya apa yang di langit', me-
nunjukkan bahwa kepemilikan ini yang merupakan hak khusus
Allah yaitu kepemilikan yang berkekuatan semPurna artinya
tiada seorang pun yang mampu bertindak, tidak dengan memberi
syafa'at ataupun dengan lainnya, kecuali dengan izinNya. Ini ter-
masuk kesempurnaan rububiyah dan kekuasaan Allah.
Kalimat ini menunjukkan bahwa Allah memiliki izin. ,13.tji
(izin), arti asalnya yaitu ;>cy'i (pemberitahuan). Firman Allah tltS,
4.1-{i';r <}'};Ji Y
"Dan (inilah) suatu permakluman dari Allah dan llasulNya." (At-
Taubah:3).
Yakni pemberitahuan dari Allah dan RasulNya. Jadi makna
clp (dengan izinNya) yaitu dengan pemberitahuanNya bahwa
Dia membolehkan hal itu.
Syafa'at memiliki syarat-syarat yang lain, di antaranya yaitu
3 W4nh dq,tfal, W
"*tAu/a/" ffi
keridhaan Allah kepada pemberi dan penerima syafa'at. FirmanArrahdtr'
4, Gi aryS;r,-t,y
"Dan mereka tiada memberi syafa'at melainkan kepada orang yang
diridhai Allah." (Al-Anbiya': 28).
Dan FirmanNya,
{ @ tri:a'g;'i-t*l\X'";t:; $firti r.;;4b
"Pada hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang
Allah yang Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia terah
mer i dhai p erkat aanny a. " (Thaha : 1 09).
Terdapat ayat yang menyatukan tiga syarat syafa'at, yaitu
FirmanNya,
AIil t::(. J ;;,qJye; "Wd { +{ii c ey ; S;$
( @ {s;tia;
"Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa'at mereka xdikit pun
tidak bergunn, kecuali sesudnh Allah mengizinkan bagi orang yang dilcehen-
daki dan diridhai (Nya) " (An-Najm:26).
Yakni, meridhai pemberi dan penerima syafa'at, karena tidak
disebutkanny a maf ' ul (obyek) menunjukkan keumuman.
|ika ada yang bertanya: Apa faidah syafa'at jika Allah telah
mengetahui bahwa penerima syafa'at akan selamat?
Jawab: Bahwa Allah mengizinkan syafa'at bagi pemberi sya-
fa'at untuk memuliakannya dan memberinya Maqam Mahmud (ke-
dudukan yang terpuji).
_tlOI. p;i;q;+*.1:S.u 6j+ (Allah mengetahui apa-apa yang
di hadapan dan di belakang mereka).
Ilmu yaitu mengetahui sesuatu berdasarkan apa adanya de-
ngan pasti. Allah 'Mengetahui apa yang di hadapan mereka' yaitu
masa datang. 'Dan di belakang mereka' masa lalu. Kata u menlrn-
jukkan keumuman, ia mencakup semua yang telah berlalu dan
semua yang akan datang. Ia juga mencakup apa yang berkaitan
S rpaa lv d@a/" W atttAtqatt,
dengan perbuatannya clan apa yang berkaitan dengan perbuatan
makhlukNya.
tlU. tp,;;',y*-j; (dan mereka tidak mengetahui apa-apa)
Kata ganti pada i)*# (mengetahui), yaitu mereka kembali
kepada makhluk sebagaimana hal itu dituniukkan oleh FirmanNya,
( "7;Yi ,26+'>'ii i-("i$
"KepunyaanNya apa yang di langit dan di bltmi."
Yakni, siapa pun yang ada di langit dan di bumi tidak menge-
tahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan dengan apa yang dikehen-
dakiNya.
ll-2l.* b (dari ilmu Allah).
Ada kemungkinan ilmu tentangDzat dan sifatNya, yakni kita
tidak mengetahui apa-apa tentang Allah, Dzat dan sifatNya, kecuali
apa yang Allah berkehendak untuk memberitakannya kepada kita.
Ada kemungkinan mengetahui di sini, berarti yang diketahui, yakni
mereka tidak mengetahui sesuatu dari apa yang diketahuiNya, yakni
dari apa yang Dia ketahui, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kedua
kemungkinan makna ini yaitu shahih, meskipun kami katakan
bahwa makna yar.g kedua lebih umum, karena ilmuNya tentang
Dzat, sifat-sifat dan yang lain termasuk ke dalam aPa yang dike-
tahui.
1151. ;* u, {1(melainkan apa yang dikehendakiNya)
Yakni, kecuali apa yang Allah berkehendak untuk mengajar-
kannya kepada mereka. Allah telah mengajarkan kepada kita banyak
hal: nama-namaNya, sifat-sifatNya, hukum-hukumNya, baik hukum
kauniyah atau hukum syar'iyyah, akan tetapi yang banyak ini yaitu
sedikit dibandingkan apa yang Dia ketahui, sebagaimana Allah
berfirman,
"+{f ,$i'd,i{;U3 silu;'$;u'eli,iat* F
(
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Kntakanlah, 'Ruh itu
termasuk urusn Tuhanku, dan tidaklah lamu diberi pengetahuan melain-
kan sedikit'. " (Al-Isra': 85).
ll4l.'Uf g.r: (kursi Allah meliputi), yakni mencakup. Makna-
nya, kursiNya meliputi langit dan bumi dan ia lebih besar darinya,
karena kalau bukan karena kursiNya itu lebih besar, niscaya ia tidak
akan dapat meliputi langit dan bumi.
t15]. ,-,e:\ti,>rr$t (langit dan bumi)
Tentang kursi, Ibnu Abbasl berkata, "Kursi yaitu tempat
kedua kaki AllahJ8. Ia bukan Arasy, karena Arasy lebih besar dari-
nya." "Telah diriwayatkan dari Nabi bahwa perbandingan langit
yang tujuh dan bumi yang tujuh dengan Kursi yaitu seperti gelang
besi di padang pasir dan bahwa keunggulan Arasy di atas kursi ada-
lah seperti keunggr.rlan pasir tersebut atas gelang besi tersebut."2
Ini menunjukkan keagungan makhluk-makhluk ini dan ke-
agungan makhluk menunjukkan keagungan Khalik.
t16]. t4+t::3y-i2 (dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya): Menjaga langit dan bumi sama sekali tidak memberat-
kan dan menyusahkan Allah.
Ini termasuk sifat manfiyah (yang ditiadakan) ya.g mengan-
dung penetapan terhadap sifat tsubutiyah, yaitu kesempurnaan
kuasa, ilmu, kekuatan dan rahmat.
' Diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad dalam Ktab as-Sunnah, no. 586; Ibnu Abi Syaibah
dalam Kitab al-Arasy, no. 61; Ibnu Khuzaimah dalam at-Tauhid, no.24g; al-Hakim dalam al-
Mustadrak21282, dia berkata, "shahih berdasarkan syarat asy-Syaikhain dan keduanya tidak
meriwayatkannya." Dan disetujui oleh adz-Dzahabi.
Diriwayatkan oleh ad-Daruquthni di Kitab ash-Shifaf no. 36 secara mauqufdari Ibnu Abbas;
Al-Haitsami dalam Majma' az-Zawa'iQ 6/323 menisbatkannya kepada ath-Thabrani dan dia
berkata rawi-rawinya yaitu rawi-rawi as-Shahrfi Al-Albani dalam Mukhtashar al-Uluw, no. 45
berkata, "Sanadnya shahih, seluruh rawi-rawinya yaitu tsiqat.,,
2 Diriwayatkan oleh Ibnu Abi syaibah dalam Kitab al-Arasy, no. 5g; al-Baihaqi dalam al-Asma, wa
asfi-Shifat no. 862, dari hadits Abu Dzar. Diriwayad<an pula oleh lbnu Mardawaih sebagaimana
dalam Tafsir Ibnu Katsir 1/309. Hadits ini dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Sitsitah ash-Sha-
hiha\ no.109. Dia berkata, "Tjdak ada hadits yang shahih dari Nabi tentang penjelasan Arasy,
kecuali hadits ini."
ffi
$7L (Fty'; (dan Allah Mahatinggi)
Sgji lUanatinggi), timbangannya yaitu iH, iu yaitu '^1-
':ai; r (kata sifat yang disamakan dengan isim fa'il), karena keting-
gian Allah yaitu sesuatu yang lazim bagi DzatNya. Perbedaan
antara sifah musyabbahah dengan isim fa' il yaitu bahwa yang kedua
menunjukkan sifat yang insidentil yang mungkin lenyap sedang-
kan yang pertama menunjukkan sifat yang lazim yang tidak terpi-
sah dari pemiliknya.
Al-Uluw (tinggi) bagi Allah terbagi menjadi dua: uluw (tinggi)
dzat dan uluw (ttnggi) sifat.
Yang pertama berarti bahwa Allah di atas segala sesuatu de-
ngan dzatNya, tidak ada sesuatu pun di atasNya dan tidak ada
sesuatu pun yang mendekatiNya.
Adapun yang kedua, yaitu yang ditunjukkan oleh Firman
Allah,
"Dan Allah mempunyai sifut yang Mahatinggi." (An-Nahl: 60).
Yakni, seluruh sifat-sifatNya yaitu tinggi, tidak ada sedikit
pun kekurangan.
1181. 65ji (lagi Mahaagung). yaitu sifah musyabbahah, yang
berarti pemilik kebe-saran, yaitu kekuatary kekuasaan dan lain-lain
seperti yang ditunjukkan oleh kata ini.
Ayat kursi ini mengandung lima nama yaitu: Allah,
li (Yang Mahahiduil, i34r (Yang terus mengurusi makhlukNya),
Jii lvang Mahatinggi), dan
';5lr(Yang
Mahaagung)
Dan ayat kursi ini juga mengandung dua puluh enam sifat,
lima di antaranya dikandung oleh lima nama di atas.
Sifat yang keenam: Keesaan Allah dengan uluhiyah (sebagai
satu-satunya yang berhak disembah).
Sifat yang ketujuh: Dinafikannya ngantuk dan tidur dari
Allah, karena dia hidup dan mengurusi makhlukNya secara terus
menerus yang semPurna.
Sifat yang kedelapan: KerajaanNya yang menyeluruh, ber-
{*vi rtri
^ib
dasarkan FirmanNya,
( *;Yf e6+'#ii.t1.liy
"KepunyaanNya apa yang di langit dan apa yang di bumi."
Sifat yang kesembilan: Keesaan Allah dalam kepemilikan,
ini kita ambil dari,
(;,vr e6+>iii i.u,'iy
"KepunyaanNya apa yang di langit dnn apa yang di bumi," di mana
lch ab arny a d id ahulukan.
Sifat yang kesepuluh: Kekuatan dan kekuasaan Allah yang
sempurna berdasarkan Firman Allah,
{'*!,9"f1 ,:iq'*"ii 11 .i}
'Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah lcecuali dengan izin-
Nyo."
Sifat kesebelas: Penetapan indiyah (di sisi), ini menunjukkan
bahwa Allah tidak di setiap tempat. Irri yaitu bantahan terhadap
golongan al-Hululiyah.
Sifat kedua belas: Penetapan izin, ialah dari FirmanNya,
{ +:i'9'i1}
" Kecuali dengan izinNya. "
Sifat ketiga belas: Keumuman ilmu Allah, berdasarkan Fir-
manNya,
4.;*vY5 +iirt\liti}
" Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di bela-
kang mereka,"
Sifat keempat belas dan kelima belas: Bahwa Allah tidak lupa
terhadap masa lalu, berdasarkan FirmanNya,
"Dan di belakang mereka."
Allah tidak bodoh terhadap masa datang berdasarkan Firman-
4.Wvty
ffi ffi
Nyu,
{ +;i616}
" Apa-apa yang di hadapan merekn."
Sifat keenam belas: Kesempumaan keagungan Allah, karena
makhluk tidak mampu mencakupinya (secara keseluruhan).
Sifat ketujuh belas: Penetapan masyi'ah (kehendak) Oagi
Allah), berdasarkan FirmanNya,
4!6q'if$
" Melainkan apa y ang dikehendakiNya. "
Sifat kedelapan belas: Penetapan kursi (bagi Allah) dan ia ada-
lah tempat kedua kaki.
Sifat kesembilan belas, kedua puluh dan kedua puluh satu:
Penetapan keagungan, kekuatan dan kuasa (bagi Allah), berdasar-
kan Firman Allah,
{3"iG*{3\UiA;Y
"Kursi Allah meliputi langit dan bumi," karena kebesaran makh-
luk menunjukkan kebesaran Khalik (ya^g menciptakannya).
Sifat kedua puluh dua, kedua puluh tiga dan kedua puluh
empat: Kesempurnaan ilmuNya, rahmatNya dan penjagaanNya,
ini diambil dari FirmanNya,
4\abr''ay;Y
"Dan Allah tidak merasa berat menjaga keduanya."
Sifat kedua puluh lima: Penetapan uluw (kettnggian) bagi Allah
berdasarkan FirmanNya, (,yt 3i'r) "Dan Allah Mahatinggi."
Madzhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah menyatakan bahwa Allah
Mahatinggi dengan DzatNya dan bahwa tingginya Allah termasuk
sifat dzatiyah azali dan abadi.
Dalam hal ini terdapat dua kelompok yang berseberangan
dengan Ahlus Sunnah wal ]ama'ah. Kelompok pertama berkata,
"Sesungguh.yu Allah berada di setiap tempat dengan DzatNya."
Kelompok kedua berkata, "Sesungguhnya Allah tidak di atas alam,
tidak di bawahnya, tidak berada di alam, tidak di sebelah kanan,
tidak di sebelah kiri, tidak terpisah dari alam dan tidak menyatu
dengan alam.
Kelompok yang menyatakan bahwa Allah berada di setiap
tempat berdalil dengan Firman Allah,
j J t {L'{j A:l5 ; r t #i 6i,r-L:4y it!*i j.v;y
(t;,rc I rA ;1 Ki S; 4' n o:J .i; # rg
"Dan apa yang ada di bumi, tiada pembicaraan rahasia antara tiga
orangl melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara)
lima orang, melainknn Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan
antara jumlah yang kurang dari itu atai tebih banyak, melainkan Dia ber-
ada bersama mereka di manapun mereka berada." (Ar-Mujadilah: z).
Mereka juga berdalil dengan Firman Allah rltS,
'eYfr"ifri e iA i r6't,t,A'li5 +{3i * "ii }b'iV -Sc
$ k X W-,e-.y;,)"i i J*v, W,&y; i.i{ c
{@i;t'kq
"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Ke-
mudian Dia bersemayam di atas Arasy. Dia mengetahui apa yang masuk
ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya dan apa yang turun dari
langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersam.a kamu di mana
saja knmu berada. Dan Allah Maha melihat apa yang kamu lcerjakan." (Al-
Hadid:4).
Menurut pendapat ini, Allah bukan Mahatinggi dengan Dzat-
Nya, akan tetapi *menurut mereka- ketinggian sifat (karakler).
Sedangkan kelompok yang menyatakan bahwa Allah tidak
disifati dengan arah (berada pada suatu arah) berkata, "Karena ka-
lau kita menyifatiNya demikian, berarti Dia yaitu jasmani sedang-
kan jasmani satu dengan lainnya memiliki kesamaan. Ini berarti
tamtsil (memisalkan Allah dengan yang lain), jadi kami mengingkari
bahwa Allah berada di satu arah."
Kami membantah kedua kelompok di atas dari dua segi:
S,/r*h dqtdall, W"*ril"r4ah ffi
Pertama: Membatalkan argumen mereka.
Kedua: Menetapkan lawan dari pendaPat mereka dengan
dalil-dalil yang qath' i.
L - Pertama, kami katakan kepada orang yang mengklaim
bahwa Allah dengan DzatNya berada di setiap tempat. Klaim ka-
lian ini yaitu batil dan ditolak oleh dalil naqli dan aqli.
Dari segi dalil naqli; karena Allah menetapkan untuk diriNya
bahwa Dia Mahatinggi sementara ayat yang kalian gunakan seba-
gai dalil tidak menunjukkan hal itu, sebab Allah bersama sesuatu
tidak berarti Dia berada pada sesuatu itu. Lihatlah ucapan orang-
orang Arab, "Rembulan itu bersama kita," padahal ia tetap di langit.
Suami berkata, "Istriku bersamaku." Padahal dia di timur Semen-
tara istrinya di barat. Panglima berkata kepada tentara-tentaranya,
"Berangkatlah ke medan perang, aku bersama kalian." Padahal dia
berada di kantor komando, sementara tentaranya di medan Perang.
Jadi kebersamaan tidak menuntut keberadaan di sampingnya, ka-
rena artinya ditentukan berdasarkan apa yang disandarkan pada-
nya. Terkadang kamu berkata, "Susu ini bersama air." Artinya ada-
lah dicampuri, kebersamaan ini menuntut percamPuran. Seseorang
berkata, "Barangku bersamaku," padahal barangnya ada di rumah,
dan tidak bersamanya. Dan dia bisa pula mengatakan, "Barangku
bersamaku," tatkala barangnya tersebut bersama langsung dengan
dirinya. Ini yaitu satu kata akan tetapi artinya berbeda-beda tergan-
lung penyandarannya. Dari sini kami katakan bahwa kebersamaan
Allah dengan makhlukNya yaitu kebersamaan yang layak dengan
keagunganNya, sama halnya dengan sifat-sifatNya yang lain' Ia
yaitu kebersamaan yang sempurna lagi hakiki, hanya saja Dia
tetap di langit.
Adapun datil aqli atas kebatilan pendapat mereka, maka kami
katakan, jika Anda berkata, "sesungguhnya Allah bersamamu di
setiap tempat" maka ucapan Anda ini berkonsekuensi kepada bebe-
rapa hal yang batil.
Pertama: Allah berbilang atau Allah terbagi-bagi. Ini yaitu
kebatilan tanpa ada ragu, dan kebatilan konsekuensi suatu penda-
pat menunjukkan kebafilan pendapat tersebut.
Kedua: /ika Anda berkata bahwa Allah bersama Anda di setiap
tempat, maka secara otomatis Dia bertambah dan berkurang sesuai
dengan bertambah dan berkurangnya manusia.
Ketiga: ]ika Anda berkata bahwa Allah bersama Anda, sedang-
kan kamu berada di wc, maka secara otomatis kita tidak menyuci-
kannya dari tempat-tempat yang kotor. Ini termasuk pelecehan
besar kepada Allah.
Dengan keterangan ini terbuktilah bahwa pendapat ini ber-
tentangan dengan dalil naqli dan dalil aqli, dan bahwa al-eur'an
sama sekali tidak menunjukkan hal itu sama sekali, tidak dengan
dalalah mttthabaqah atau dalalah tadhamun atau dalalah iltizam.
2 - Kepada kelompok kedua kami katakan,
Pertama: Anda menafikan Allah berada pada suatu arah, itu
berkonsekuensi menafikan Allah, karena kita tidak mengetahui
sesuatu yang tempatnya tidak di atas alam, tidak di bawahnya,
tidak di sebelah kanan, tidak di sebelah kiri, tidak bersambung,
tidak terpisah, kecuali sesuatu itu tidak ada. oleh karena itu, seba-
gian ulama berkata, jika dikatakan kepada kita, sifatilah Allah
dengan ketiadaan, niscaya kita tidak menemukan sifat paling
benar bagi ketiadaan kecuali sifat tersebut.
Kedua: Ucapan Anda bahwa penetapan arah bagi Allah ber-
konsekuensi penetapan jasmani maka akan kita kaji kata jasmani
ini.
Jasmani apakah yang membuat Anda menjauhkan manusia
dari penetapan terhadap sifat-sifat Allah karenanya?
Apakah yang Anda inginkan dengan jasmani yaitu sesuatu
yang terbentuk dari beberapa unsur di mana sebagiannya memer-
lukan yang lain dan ia tidak berdiri, kecuali dengan bergabungnya
semua unsur tersebut? Jika ini yang Anda inginkan, maka kami
tidak menyetujuinya. Kami katakan bahwa Allah bukan jasmani de-
ngan makna demikian. Dan barangsiapa menyatakan bahwa pene-
tapan slfat uluw (Allah di atas sana) berkonsekuensi kepada jasmani
dengan makna begini, maka ucapannya hanya sekedar kraim, cukup
kita katakan, "Tidak dapat diterima."
Kalau yang Anda inginkan dengan jasmani yaitu d,zat yang
berdiri sendiri yang memiliki sifat yang layak dengannya, maka
kami menetapkan hal itu. Kami katakan bahwa Allah memiliki dzat,
Dia berdiri sendiri, memiliki sifat-sifat kesempurnaan dan inilah
yang diketahui oleh semua manusia.
Dengan ini terbuktilah kebatilan pendapat orang-orang yang
menyatakan bahwa Allah berada di setiap tempat dengan DzatNya
atau pendapat yang menyatakan bahwa Allah tidak di atas alam,
tidak di bawahnya, tidak bersambung, tidak pula terpisah. Kami kata-
kan, "Yang benar yaitu Dia bersemayam