di atas ArasyNya."
Adapun dalil-dalil sifat al-Uluru (Allah di atas sana) yang me-
netapkan pendapat yang benar yang melawan pendapat kelompok
pertama dan kedua yang mendukung pendapat Ahlus Sunnah wal
Jama'ah, maka ia berjumlah banyak, tak terhitung satu demi satu.
Adapun macamnya, maka ia berjumlah lima: al-Qur'an, Sunnah,
ijma', akal dan fitrah.
Al-Qur'an: Beragam dalil dalam al-Qur'an yangmenetapkan
sifat ketinggian bagi Allah di antaranya yaitu pernyataan uluw
(tinggi) secara langsung, fauqiyah (di atas), naiknya perkara-per-
kara kepadaNya, turunnya perkara-perkara dariNya dan sebagai-
nya.
As-Sunnah, sama dengan al-Qur'an, petunjuknya beragam.
As-Sunnah dengan ketiga bentuknya sepakat menetapkan sifat a/-
ll.luw bagi Allah dengan DzatNya. Al-Uluru bagi Allah telah dite-
tapkan Sunnah melalui perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi.
Ijma': Kaum Muslimin telah bersepakat sebelum munculnya
kelompok-kelompok ahli bid'ah bahwa Allah bersemayam di atas
ArasyNya di atas makhluk-makhlukNya.
Syaikhul Islam berkata, "Di dalam Kalamullah, sabda Rasu-
lullah, perkataan sahabat dan para tabi'in tidak terdapat petunjuk,
baik secara nash maupun secara zahfu bahwa Allah tidak di atas
Arasy dan tidak di langit, justru mereka bersepakat bahwa Allah
di atas segala sesuatu."
Sedangkan dari segi akal, maka kami katakan, Semua manu-
sia mengetahui bahwa ketinggian yaitu sifat kesempurnaan. ]ika
ia yaitu sifat kesempurnaary maka ia wajib ditetapkan bagi Allah,
karena Allah disifati dengan sifat-sifat kesempumaan. Oleh karena
itu kami katakan, Kalau Allah tidak di tempat tertinggi, maka Dia
di bawah atau sejajar, sedangkan di bawah dan sejajar tidaklah
mungkin, karena di bawah berarti kekurangan, sama halnya de-
ngan sejajar, karena ia berarti kesamaan dan kesetaraan dengan
makhluk. ]adi, yang tersisa hanyalah yangpertama yaitu tinggi (di
atas). Ini yaitu dalil aqli dari segi yang lain.
Fitrah: Kami katakan, Tidak ada seorang pun yang berkata,
Ya Rabbi kecuali secara otomatis hatinya menghadap ke atas.
Jadi kelima dalil di atas saling mendukung.
Sedangkan mengenai tingginya sifat-sifat Allah, maka ia telah
disepakati oleh siapa pun yang beragama Islam.
Sifat yang kedua puluh enam: Penetapan kebesaran bagi
Allah berdasarkan FirmanNyu, { i"{;f$ " ( Lagi) Mahaagung. "
t1el, !i,,8? ir u * ii- t y d q$r ,*ii 6,. os t-t43
*- t JrLi:' u.i;-
Oleh karena itu barangsiapa membaca ayat ini di suatu
malam, maka dia senantiasa mendapatkan perlindungan dari
Allah dan tidak didekati setan sampai pagi.
Ini yaitu bagian dari hadits Abu Hurairah yang diriwayat-
kan oleh al-Bukhari tentang kisah penjagaan harta zakat oleh Abu
Hurairah dengan perintah Rasulullah, di mana setan mengambil
sebagian dari makanan tersebut. singkat kisah setan berkata kepada
Abu Hurairah, "]ika kamu berangkat ke tempat tidur maka baca-
lah ayat kursi.
6j +itai j.(,,i'r';, I ;"e i,LU i' iIrt Aft'; I y'ioy {,nr }
W Yt 4S i;i t1 &zxiy,$y!in'* "ii ts n "ejii A
{;/rt; .tiA\'^;.f 'a5 7g q \ * i e,'o}";. {j
{@ 4n$;,?:*ir:tfi.
"Allah tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainlan Dia yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurusi makhlukNya, tidak mengan-
tuk dan tidak tidur, kepunyaanNya apa yang di langit dan di bumi, tiada
yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah kecuali dengan izinNya Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka dan
mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang di-
kehendakiNya, kursi Allah meliputi langit dan bumi dan Allah tidnk merasa
berat memelihara keduanya dan Allah Mahatinggi lagi Mahaagung,"
maka kamu senantiasa memperoleh penjagaan dari Allah, dan setan
tidak mendekatimu sampai pagi. Lalu Abu Hurairah menyampai-
kannya kepada Nabi ffi, maka beliau bersabda,
.*:s r:,*s-.,
"Dia berkata benar kepadamu padahal dia ahli dustA."
,,! ,F,$3"',*4b yuiitt y-\tii;{r / }
(',tt;y, i3i3
(t"6F
Dan FirmanNya,(r) "Dia-lah yang atoal, yang akhir, yang zahir
dan yang batinQt, dan Dia Maha Mengetahui segala sesu*tu."
tU. iu+ iiy; (Orr, Fir:nanNya).
Ucapan penulis ini bersambung (satu rangkaian) dengan'surat'
yang terdapat pada ucaPan sebelumnya, "Sifat-sifat yang Allah san-
dangkan pada diriNya di dalam surat al-Ikhlas."
l2!. l)Vt: yil;;ri y\6,;3\i, (Yang Awal, Yang Akhir, Yang
Zahft dan Yang Batin)
Ini yaitu empat nama, satu sama lain saling berlawanan pada
waktu dan tempat, yang menunjukkan pengetahuan Allah yang
mencakup segala sesuatu; pertama dan terakhir. Begitu pula dalam
tempat. Jadi ia mengandung pengetahuan semPurna yang terkait
dengan waktu dan tempat.
j;rji lvang Awal) ditafsirkan oleh Nabi dalam sabdanya, .s4-11
at.t
tul,
\f + ul "Yang tidak didahului oleh sesuatu pun."l
Di sini Nabi menafsirkan penetapan dengan (kalimat) pena-
fian (kebalikannya), beliau menjadikan sifat tsubutiyah menjadi
salbiyah, sementara telah kami sebutkan sebelumnya bahwa iifat
tsubutiyah lebih banyak dan lebih sempurna, lalu mengapa?
Kami katakan, Nabi ffi menafsirkan demikian unfuk mene-
gaskan sifat awal tersebut, yakni awal di sini bersifat mutlak, bukan
awaliyah nisbi;yangpadanya dikatakan, ini yaitu yang awal dengan
melihat kepada apa yang setelahnya dan telah ada sezuatu sebelum-
nya. |adi, tafsir Nabi ffi dengan sesuatu yang salbi (menafikan
lawannya) lebih menunjukkan keumuman daii segi permulaan
waktu.
p_lr; (Yang Akhir); Nabi ffi menafsirkannya dengan sabda_
ny?,rt-t+ A ,UJi, "Yang setelahNya tidak ada sisuatu.,,langan di-
pahami bahwa ini menunjukkan akhir dari keakhiranNya,-hal itu
karena adanya beberapa perkara yang abadi, padahal ia makhluk
seperti surga dan neraka. |adi makna ;;rji yaitu bahwa Allah
meliputi segala sesuatu dengan sempurna maka tidak ada akhir
bagi keakhiranNya.
. yfu: \YgngZahir); dafi i;ihiyang berarri uluw (tinggi), seba-
gaimana Allah berfirmary
$ -ifL E i :b rh$-
"fii q:3 e.*ii\ 5,;,'J:"5 s ii ; y
"Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) pe_
tuniuk (al-Qur'an) dan agama yang benar untuk diienangkanNya atas
segala agama." (At-Taubah: 33).
Yakni, agar Dia meninggikannya, dari sini punggung hewan
tunggangan disebut ,lL,karena ia diatas. Termaiuk auu* hal ini
Firman Allah,
4.t'#-J'W;rF
"Maka mereka tidak bisa mendakinya.,, (Al-Kah fi:97).
Yakni melewatinya dari atasnya.
t Diriwayatkan oleh Musrim, Kitab adz-Dnkir wa ad-Dub" fub Ma yaqulu Inda an-Naum.
Nabi ffi bersabda, tentang tafsirnya, "1!'.ii A eli "Yang di
atasNya tidak ada sesultu." Dia Mahatinggi di atas segala sesuatu.
;*4ti $ang Batin); Nabi ffi menafsirkannya dengan sabdanya,
'.+: $3 A $4i "YAng di bawahNya tidak ada sesuatu|' ki yaitu kina-
yah (ungkapan tidak langsung) tentang pengetahuanNya yang
sempurna terhadap segala sesuatu. Maknanya, bahwa meskipun
Dia uluw (Mahatinggi), akan tetapi Dia yaitu batin, tinggiNya
tidak menafikan kedekatanNya, karena makna batin tidak jauh
atau dekat.
Perhatikanlah empat nama ini, Anda akan mendapatinya sa-
ling berhadaparg semuanya yaitu l<habar dari satu mubtada' dengan
perantara huruf athaf, yaitu Toaruu (dan), menghaditkan khabar de-
ngan bantuan huruf athaf lebrhkuat daripadal<habar tanPanya. Misal-
nya,
{ @ i)v.lfi@ i#,rXi;@ 3;$ 3;;tt fiY
"Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih, yang mem-
punyai Arasy, lagi Mahamulia, Mahakuasa berbuat apa yang dikehendaki-
Nya." (Al-Buruj: L4-76).
;3ij1 (Maha Pengampun) ... dan seterusnya yaitu khabar-
khabar yang bermacam-macam tanpa dihubungkan dengan huruf
athaf, hanya saja terkadang Asma' dan Sifat Allah hadir dengan
digabungkan dengan huruf athaf.
Faidahnya yaitu :
Pertama: Penegasan terhadap yang terdahulu karena jika kamu
menggabungkan yang sesudahnya kepadanya dengan huruf athaf
berarti kamu menjadikannya sebagai dasar dan sesuatu yang men-
jadi dasar tentulah sesuatu yangkokoh.
Kedua: menunjukkan penggabungan dan hal itu tidak berkon-
sekuensi kepada berbilangnya pemilik sifat. Lihatlah Firman Allah,
{ @ u+,li alt('@t itl * oii@ $'.ii,rfi ';i 6Y
"sucikanlah nama Rabbmu yang Mahatinggi, yang menciptaknn,
dan menyempurnakan (penciptaanNyo), dan yang menentuknn kndar
(masing-masing) dan memberi petunjttk " (Al-A'la: 1-3).
Allah yang Mahatinggi, Dia-lah yang menciptakan dan me-
nyempurnakan penciptaanNya, Dialah yang menentukan kadar
(masing-masing makhluk) dan memberi petunjuk.
]ika Anda berkata, Yang dikenal dalam bahasa Arab yaitu
blhwa athaf itu menuntut pergantian (antara ma'thuf dan ma'thuf
alaihi).
- ]awabnya: Benar, hanya saja pergantian bisa terwujud dengan
dzat dan bisa pula dengan sifat dan ini yaitu pergantian den[an
sifat, kelainan juga bisa terwujud secara lafzhi (sinonim) meski .r,it-
nanya tetap satu seperti ucapan seorang penyair,
Q*s v.{s qg ;nl3
"Maka dia meninggalkan ucapannya yang bohong dan dusta.,,
;;rji (dusta) yaitu c.;3i (boho.g); meskipun demikian, pe-
nyair ini mengathafkan yang kedua kepada yang pertama, karena
lafazhnya yang berbeda meskipun maknanya su*u. Jadi kelainan
bisa dari segi dzat atau makna atau lafazh. Kalau Anda berkata,
"Zaid dan Amr dan Khalid dan Bakar telah hadir," maka pergan-
tiannya yaitu dari segi dzat. Kalau Anda berkata, "Zaid oiu.,g
yang dermawan dan pemberani dan alim," maka kelainannya ad,i
lah dari segi makna. Kalau kamu berkata, "omongan ini yaitu
bohong dan dusta," maka kelainannya yaitu dari segi lafazh saja.
Kita menarik faidah dari ayat ini, penetapan empat nama bagi
Allah : al-Awwal, al-Akhir, azh-Zahir danal-Baiin.
Dan Kami mengambil darinya lima sifat bagi Allah; awwa-
liyah, akhiriyah, zhahiriyah, bathiniyah dan keumuman ilmuNya.
Dari keseluruhan nama-nama Allah tersebut, kita mengetahui
kesempurnaan pengetahuan Allah terhadap segala sesuatu dari
segi waktu dan tempat, karena dari kumpulan iifat-sifat bisa di-
tarik tambahan sifat.
Jika ada yang berkata, Apakah nama-nama ini saling berkait-
an maksudnya jika kamu mengucapkan al-Awwal apakah kamu
harus- mengucapkan al-Akhir? Atau dibolehkan memisahkan yang
satu dari yang lainnya?
Nampaknya yang berlawanan darinya saling berkaitan maka
jika kamu berkata, Al-Awwal kamu pun mesti berkata al-Akhir.llka
kamu berkata, azh-Zhahir kamu pun mesti berkata, al-Batin. Hal itu
supaya kamu tidak menghilangkan sifat antonim yang me-
nunjukkan pengetahuan yang semPurna.
t5]. fi}a ?,f #,3i5, (Dan Dia Maha Mengetahui segala se-
suatul.
Ini yaitu kelanjutan dari empat sifat sebelumnya, yakni ber-
sama itu semua Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Ini termasuk bentuk kalimat umum yang tidak terkena Peng-
khususan sama sekali. Keumuman ini meliputi perbuatanNya dan
perbuatan hamba-hambaNya secara keseluruhan mauPun sendiri-
iendiri. Dia mengetahui yang sedang terjadi dan yang akan terjadi,
meliputi yang pasti, mungkin dan mustahil. Ilmu Allah luas, me-
nyeluruh dan meliputi segala sesuatu tanpa kecuali. IlmuNya ten-
tang yang pasti yaitu seperti ilmuNya tentang diriNya dan tentang
sifat-sifat kesempumaan yang dimilikiNya. IlmuNya tentang mus-
tahil yaitu seperti FirmanNYa,
gU'frfrSyb:;l+.i'Oy
"sekiranya di langit dnn dibumi adn tuhnn-tuhnn selain Allah, ten-
tulah keduanya itu telah rusakbinasa." (Al-Anbiya':22)'
|uga FirmanNya,
{ A' y^+' *t }; gA W- i ;i pi,r 5ii 6-t\ 6L.y
"sesungguhnya segala yang kamu xru *lain Allah sekali-l(nli tidak
dapat mencrptot o" seekor lalat pun, walaupun merekn bersatu untuk men-
ciptakannya. " (AI-Hajj: 73).
Adapun ilmuNya tentang yang mungkin, maka semua yang
Allah beritakan tentang makhluk yaitu mungkin,
{@ <,73ti3<,;}(fry
,,Mengetahui apa yang lamu rahasialan dan apa yang lamu lahir-
lcan." (An-NahI: 19).
|adi ilmu Allah meliputi segala sesuatu.
Buah yang dihasilkan dari iman bahwa Allah Maha Menge-
ffi
tahui segala sesuatu yaitu terwujudnya muraqabah (rasa terus di-
awasi) dan takut kepada Allah, di mana dia merasa Allah meng-
awasi dan melihatnya dalam menjalankan setiap perintahNya dan
menjauhi laranganNya.
@oo
{"'.>j{ i g+lr ,lt -b"',ygr} :a;ep uyt
Dan FirmanNya W, "DAn birtautakallah$ kepada Attah Yang
Hidup Kekal Yang tidak matiQt"
Itl.
"p
i : : iv,* i i i, (O un FirmanNy a M, " D an b ertaw akal-
lah\
Tawakal diambil dari $i, yakni menyerahkan sesuatu kepada-
nya. Tawakal kepada orang lain berarti menyerahkan (urusan) ke-
padanya.
Para ulama mendefinisikan tawakal, bahwa ia yaitu bersan-
dar dengan kebenaran kepada Allah dalam menggapai manfaat
dan menolak mudarat disertai dengan kepercayaan kepada Allah
dan melakukan sebab-sebab yang shahih.
Bersandar dengan benar artinya yaitu kamu benar-benar
bersandar kepadaNya, di mana kamu tidak memohon kecuali ke-
pada Allah, tidak memohon pertolongan kecuali kepada Allah,
tidak berharap kecuali kepada Allah, tidak takut kecuali kepada
Allah. Kamu bersandar kepada Allah dalam menggapai manfaat
dan menolak mudarat. Bersandar ini tidaklah cukup tanpa keper-
cayaan kepadaNya dan pelaksanaan terhadap sebab-sebab yang
diizinkan di mana kamu percaya sepenuhnya tanpa kebimbangan
dengan mengikuti sebab-sebab yang diizinkan.
Barangsiapa tidak bersandar kepada Allah dan hanya ber-
sandar kepada dirinya, maka dia pasti gagal, dalilnya yaitu apa
yang terjadi pada para sahabat bersama Nabi dalam perang Hunain,
di mana Allah dl$ berfirman,
i-x\'ru;.ii F#;y';;ltijji&.*b
4,"€iK
"Sesungguhnya Allah telah menolong knmu (hai para Mukminin)
di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain,
yaitu di waktu kamu menjadi congkak knrena banyaknya jumlah (mu)."
(At-taubah: 25) Di mana sebelum perang mereka berkata, "Pada
hari ini kami tidak akan kalah oleh tentara musuh yang sedikit."
?'% v- -i';'ii'Pi; J6, 4'?t #''-y
.l$, <4;iJ\ sir 4t -;3 i!; iii*,{iijij? @ oti c'
4\a;; i rljl
"Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian
knmu lari ke belaknng dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurun-
knn ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman,
dan Allah menurunknn bala tentara yang kamu tiada melihatnya." (At-
Taubah:25-26).
Barangsiapa bertawakal kepada Allah akan tetapi tidak mela-
kukan sebab-sebab yang diizinkan, maka dia tidak benar dalam
bertawakal, justru tidak melakukan sebab yaitu kebodohan akal
dan kekurangan dalam agama karena itu berarti pelecehan yang
nyata terhadap hikmah Allah.
Bertawakal kepada AUah yaitu separuh agama sebagaimana
Firman Allah,
{@ Jr# lui,"{iiu}
"Hanya kepada Engknu'lah kami menyembah, dan hanya kepada
Engkau-lah kami meminta pertolongan." (Al-Fatihah: 5).
Meminta pertolongan kepada Allah yaitu buah tawakal,
4r{" i4;5ii}t}
"Maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepadaNya. " (Hud: 123).
Oleh karena itu orang yang bertawakal kepada selain Allah
tidak lepas dari tiga kemungkinan:
Pertama, Dia bertawakal secara penuh yang didasari dengan
penghambaan. Ini yaitu syirik besar, seperti dia meyakini bahwa
apa yang dijadikan sebagai tempat bertawakal yaitu orang yang
mendatangkan kebaikan untuknya dan menolak mudarat darinya,
lalu dia menyerahkan urusarurya kepadanya secara total dalam
menggapai kebaikan dan menolak mudarat dan hal itu disertai
dengan rasa takut dan harap. Tidak ada bedanya apakah tempat
bertawakal tersebut hidup atau mati, karena penyerahan urusan
seperti ini tidak sah untuk siapa pun, kecuali Allah.
Kedua, bertawakal kepada selain Allah dengan sedikit bersan-
dar, dia tetap meyakini bahwa ia hanyalah sebab dan segala urusan
hanya di tangan Allah, seperti tawakalnya banyak orang kepada
para raja dan pemimpin dalam mendapatkan kehidupan mereka.
Tawakal ini yaitu salah satu bentuk syirik kecil.
Ketiga, bertawakal kepada seseorang karena dia yaitu peng-
gantinya, dia tetap berada di atas penggantinya tersebut, seperti
seseorang mengandalkan orang lain dalam perkara jual beli dan
perkara-perkara lain yang mungkin digantikan. Tawakal ini dibo-
lehkan tidak berseberangan dengan tawakal kepada Allah. Nabi
telah menyerahkan urusan jual beli dan lain-lain kepada para sa-
habat.
l2l. iX{ gir 4jr ,1,, (Kepada Allah Yang Hidup Kekal Yang
Tidak Mati).
FirmanNya, AF.Y,5alr dt,rV; mereka berkata, "]ika hukum
dikaitkan, maka ia menunjukkan apa yang ditunjukkan oleh krite-
ria tersebut."
Jika ada yang bertanya, "Mengapa bunyi ayatnya bukan, 'Dan
bertawakallah kepada Allah yang Mahakuat lagi Mahaperkasa?
Karena kekuatan dan keperkasaan sepertinya lebih sesuai di sini?"'
lawab: Manakala berhala-berhala yang dijadikan sandaran
oleh orang-orang musyrik sama dengan orang-orang yang mati,
sebagaimana Allah berfirman,
* l:!t
* ayl a,:,\i;it$,t rvi I,( si ei'?ir 6-i\j y
{@ 5F).t(r<,i3();1A
"Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, merelu tidak
dapat membuat sesuatu apa pun, sedang berhala-berhala itu Gendiri) di-
buat orang. (Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-
berhala tidak mengetahui bilaknh penyembah-penyembahnya akan dibang-
kitkan. " (An-NaN : 20-21),
maka (seakan) Allah berfirman, "Bertawakallah kepada Allah Dzat
yang sifatNya tidak sama dengan sifat berhala-berhala tersebut.
yaihr, Allah yang Mahahidup yang tidak mati." Di tempat lain Allah
berfirman,
{@ *3i ;A,htri;;y
"Dan bertawakallah kepada (Allah) yang Mahaperkasa lagi Maha
Penyayang." (Asy-Syu'ara': 217),karena keperkasaan di sini lebih
sesuai.
Alasan lain, bahwa rulma al-Hayyu mengandung seluruh sifat
kesempurnaan dalam kehidupan dan termasuk kesempurnaan hi-
dupNya yaitu bahwa Dia layak jadi tempat bertawakal.
FirmanNya, L*i 'Yang tidak mati' yakni, tidak mati karena
kesempurnaan hidupNya, jadi keterkaitannya dengan yang sebe-
lumnya bertujuan memberikan keterangan bahwa kehidupan ini
yaitu abadi dan sempurna, tidak disisipi oleh kefanaan'
Nama Allah yang dikandungayat ini yaitu al-Hayyu, ia me-
ngandung sifatNya yaitu al-Hayat. Dan dinafikannya kematian,
karena kesempurnaan hidup. ]adi, ayat ini menetapkan dua sifat
dan satu nama (bagi Allah).
oo@
Dan FirmanNya,
g4n4 l2l"
"Dia
.t"6;5iit (t)Cijl *t ,'nyi
Maha Mengetahui trt lagi Mahabijak-
tU. CJI *:,iii, (Dan FirmanNya, "Dia Maha Mengetahuf'l
Ilmu secara terminologi telah dijelaskan, telah dijelaskan juga
bahwa ilmu yaitu sifat kesempurnaan dan telah dijelaskan juga
bahwa ilmu Allah meliputi segala sesuatu.
l2l. €Ai, (lagi Mahabijaksanal
6.A1Kata dasar
6
:J a menunjukkan makna hukum dan ihkam
(melakukan sesuatu dengan sangat baik). Menurut makna pertama
p5;li berarti 6sii (ya.g menentukan hukum). Menurut makna
yang kedua ;5;siberarti €,;-{1(yang melakukan dengan mantap).
Jadi, nama yang mulia ini menunjukkan bahwa hukum yaitu milik
Allah sekaligus menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat hikmah
karena itg)iberarti membuat atau melakukan sesuatu dengan baik
sekali dan itu berarti meletakkan sesuatu pada tempabrya.ladi ayat
ini menetapkan hukum dan hikmah.
Hanya Allah semata yang menjadi hakim dan hukum Allah
bisa berbentukkauniyaft bisa pula syar'iyah.
Hukum Allah yang bersifat syar'iyah yaitu syariat yang di-
bawa oleh para rasul dan dimuat dalam kitab-kitabNya.
Hukum Allah yangbersifat kauniyah yaitu keputusan Allah
kepada makhlukNya dalam bentuk penciptaan, rizki kehidupan,
kematian dan perkara-perkara lain yang merupakan makna dan
tuntutan rububiy ah Allah.
Dalil hukum yang bersifat syar'iyah yaitu Firman Allah,
{&&7,'&F,1}
"Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara knmu."
(A1-Mumtahanah: L0).
Dalil hukum yang bersifat knuniyah yaitu Firman Allah ten-
tang salah seorang saudara Yusuf,
{ @ t rSS 7'fi"Jf i'& 5r;4i'1r. & Ci*r'e # b
"Sebab itu aku tidak alan meninggallan ncgeri Mesir, wmpai ayahht
mengizinkan kepadaku (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan
terhadapku. Dan Dia yaitu Hakim yang sebaik-baiknya." (Yusuf: 80).
Adapun FirmanNya,
{ @ i*-Sx*t{i'i AlY
"Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya? " (At-Tin: 8),
maka ia meliputi hukum kauniyah dan syar'iyah. Allah Mahabijak-
sana dengan hukum kauniyah dan hukum syar'iyah. Dia jugalah yang
telah meletakkan keduanya dengan baik. Kedua hukum tersebut
sesuai dengan hikmahNya.
Hanya saja, di antara hikmah Allah ada yang kita ketahui dan
ada yang tidak kita ketahui, karena Allah tlt$ berfirman,
{@ 4$t;;i|i;t;wy
"Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (Al-
Isra': 85)
Kemudian hikmah ada dua macam:
Pertama, hikmah yang ada pada keberadaan sesuatu; pada
bentuk, sifat dan kondisinya seperti apa adanya; seperti misalnya
tata cara shalat, ia yaitu ibadah besar yang didahului dengan ber-
suci dari hadats dan najis, dilaksanakan dengan cara tertentu: ber-
diri, duduk, rukuk, sujud. Begitu pula halnya dengan zakat yang
merupakan ibadah kepada Allah dengan membayarkan sebagian
dari harta yang biasanya berkembang kepada orang yang membu-
hrhkannya atau kepada orang-orang di mana kaum muslimin mem-
butuhkannya, seperti para muallaf.
Kedua, hikmah dalam bentuk tujuan hukum; di mana seluruh
hukum-hukum Allah memiliki tujuan-tujuan yang mulia dan mani-
festasi yang baik.
Lihatlah kepada hikmah Allah pada hukumnya yang bersifat
kauniyah, di mana Dia menimpakan musibah-musibah besar kepada
manusia demi tujuan-tujuan yang mulia, seperti Firman Allah,
ffi
"ii A; fr^.{-ns( ai ,i-,{q;tb j{ c:CA--& b
{@tF;#w
"Telah nampak kentsakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka se-
bagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)." (Ar-Rum:4L).
Ini membantah pendapat orang yang berkata bahwa hukum
Allah bukan tmtuk suatu hikmah, akan tetapi hanya karena kehen-
dak semata.
Ayat ini menetapkan dua nama Allah, yaitu al-Alim dan al-
Hakim dan dua sifat Allah yaitu al-Ilmu danal-Hikmah.
Di antara faidah iman kepada ilmu dan hikmah Allah yaitu
terwujudnya ketentraman yang sempurna terhadap hukum yang
ditetapkan Allah, baik hukum yangbersifatluuniyah rrraupun hukum
syar'iyah, karena hukum tersebut keluar dari ilmu dan hikmah,
hingga kecemasan jiwa lenyap dan dada menjadi lapang.
ooo
121. 4i (Yang Maha Mengenal) yaitu yang Maha Menge-
tahui perkara-perkara batin. Jadi ini yaitu sifat yang lebih khusus
setelah sifat yang lebih umum. Kami katakan 6;1iii berarti Maha
Mengetahui perkara-perkara lahir dan;5Ji berarti Maha Menge-
tahui perkara-perkara batin. ]adi ilmu tentang perkara-perkara batin
disinggrurg dua kali: Pertama melalui keumuman dan kedua melalui
kekhususan, agar tidak dikira bahwa ilmuNya hanya untuk
perkara-perkara yang lahir saja.
Di samping kita mendapati metode bahasa seperti ini pada
makna, kita juga mendapatinya pada personal, contohnya yaitu
:r, p,:t,',,eJrj, #,,dri
Allah yang Maha Mengetahui o lagiDan FirmanNya, "Dialah
Maha Mengenal{zt
tU. 6gli telah dijelaskan.
ffi
Firman Allah eltS,
{ +, illr''^<*t3i ttly
"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malailat libril." (Al-
Qadr:4).
Ruh yaitu Jibril, dia yaitu salah seorang malaikat. Kami
katakan di antara para malaikat yaitu Iibril dan di sini ]ibril dise-
but secara khusus karena kemuliaannya, maka dia disebut dua kali,
sekali melalui keumuman dan sekali melalui kekhususan.
Ayat ini menetapkan nama Allah; al-Alim dan al-Khabir dan
sifatNya yaitu al-llmu dan al-Ktibrah. Di antara faidah iman terha-
dapnya yaitu bahwa ia menambah ketakutan seseorang kepada
Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
ooo
4. AU-v iai a35.C'\rU.6;,tj'ii 4U-v F- Y
"Dia mengetahui apa yang masukl<c dalam bumi, apa yang keluar dari-
nya, apa yang turun dai langit dan apa yang nniklcepadnnya." (Saba': 2).
(*i 67\i'$i Ju *-j'i J yr4x-'i #i'e6 r 3*rY
eft qy(.{; {,ii,i$i9$f c #7i q:\:rJ ; $55 u
{@#+
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang Sugur melain'
kan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biii pun dalam
kegelapan bumi, dan tidak sesuatu pun yang basah atau yang kering,
melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)." (A1-
An'am: 59).
Juga FirmanNya,
('*.*Wi{;eS rgcJb
"Dan tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan tidak
(pula) melahirknn melainknn dengan sepengetahuanN y a. " (Fathir: 1 1 ).
Dan FirmanNya,
{ @ W. r*, :&LA i'Kt "&3.* r*,f & ai"SrA:ty
"Agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala se-
suatu, dan sesungguhnya Allah ilmuNya benar-benar meliputi segala
sesuatu." (Ath-Thalaq: 12).tt)
[1]. Ayat-ayat ini yaitu tentang perincian sifat "ilmu" (bagi
Allah).
Ayat yang pertama yaitu Firman Allah,
{ e e}c; *rai 6 35.,:'e&6i b'li a.U.Y & Y
"Dia mengetahui apa yang masukke dalam bumi, apa yang ke luar
darinya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik lcepadnnya. " (Saba': 2).
Ini yaitu perincian tentang ilmu Allah sebagaimana yang
telah dijelaskan.
u yaitu isim maushul menunjukkan keumuman, semua yang
masuk ke dalam bumi seperti air hujan, biji-bijian yang ditanam,
orang mati, cacing, semut dan lain-lain. t+i tF-u(dan,apa yang l<eluar
darinya), seperti air, tanaman, dan lain-lain. /'.:Jt oc Ji"i (Apa yang
turun dari langit), seperti hujan, wahyu, malaikat dan perintah A1lah.
W tfrvj (Apa yang naik kepadanya), seperti amal shalih, malaikat,
ruh-ruh dan doa.
Di sini Allah berfirman,W. Lfr L;; dengan fi'il yang muta'addi
(fransitif) dengan kata bantu melalui perantara ; dan dalam surat
a1-Ma'arij,
$Lu)\'4t1iL?'1i3'; {,JfAy
(menghadap) kepada Tuhan."
Dengany''il yang muta'addi dengan kata bantu j1 dan inilah
dasarnya. Lalu apa rahasia darifi'il yangmuta'addi dengan ; dalam
{
"Malaikat-malaiknt dan libril naik
(Al-Ma'arij:4).
FirmanNyag tF"?
]awab: Ulama nahwu kota Bashrah berbeda pendapat dengan
ulama nahwu kota Kufah. Ahli Nahwu Bashrah berkata,fi'il (kata
kerja) mengandung makna yang sesuai dengan kata sambung. Se-
dangkan ahli Nahwu Kufah berkata, ]ustru sebaliknya, kata ban-
tulah yang mengandung makna yang sesuaidenganfi'il.
Menurut pendapat pertama, Firman Allah, W.LF- mengan-
dung makna jir; (-usuk), jadi artinya yaitu apa yang naik lalu
masuk ke dalamnya. Dengan demikian maka ayat ini mengandung
dua perkara: naik dan masuk.
Menurut pendapat kedua, kata ; di dalam ayat berarti j1 dan
ini termasuk kate-gori menggantikan posisi di antara kata.
Kalau menurut pendapat kedua ini, maka ayat ini tidak me-
ngandung makna baru, hanya perbedaan kata jldengan kata ;.
Oleh karena itu, pendapat pertama lebih shahih, yaitu bahwa kata
kerja mengandung makna yang sesuai dengan huruf.
Banyak yang seperti ini dalam bahasa Arab, Firman Allah
dt$,
{@ Wq;;i.1\:Gqx;.qy
"(Yaitu) mata air (dalam Surga) yang dari padanya hamba-hamba
Allah minttm, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya."
(Al-Insan: 6).
Mata air yaitu sumber air yang diminum dan apa yang di-
gunakan untuk minum yaitu bejana (seperti gelas). Menurut pen-
dapat ahli Nahwu kota Kufah, FirmanNya, tb. :F-, huruf ., ber-
artr 3e,jadi t4i. Menurut ahli nahwu kota Bashrah,fi'il i;^! mengan-
dr. g makna yang sesuai dengan hurufba' dan yang sesuai dengan-
nya di sini yaitu menghilangkan haus dan sudah diketahui bahwa
haus tidak hilang kecuali setelah minum. Jadi kata kerja ini mengan-
dung makna tujuannya yaitu hilangnya haus.
Hal sama kita katakan pada W LF.u3 : tidak masuk ke langit,
kecuali setelah naik kepadanya, jadifi'il (kata kerja) mengandung
makna tujuannya.
ffi ffi
Dalam ayat ini Allah menyebutkan ilmuNya yang meliputi
segala sesuatu dengan lebih terperinci, kemudian dalam ayat lain
Dia merincinya lagi.
Ayat kedua, FirmanNya,
ul$ri lt -:(, ):,j'$ JyiiL?-.i #Ii A6 r::.j\
4"(.1; {,{t,i}igfir a *15\tJJrl*355 e (,j'\
{@ ##est
"Dan pada sisi Allah-Iah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang
di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melain-
kan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam
kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melain-
kan tertulis dalam Kitab yang nyata (Iauh Mahfudz)." (Al-An'am: 59).
;!r yakni di sisi Allah, ia yaitu khabar yang didahulukan.
gtl yaitu mubtada' y artg diakhirkan.
Susunan bahasa seperti ini menunjukkan pembatasan dan
pengkhususan; di sisi Allah, bukan di sisi selainNya, kunci-kunci
semua yang ghaib. Pembatasan ini ditegaskan dengan FirmanNya,
4'iJYri;d:ifi
"Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri."
Dalam kalimat ini, pembatasan ilmu tentang perkara-perkara
ghaib hanya di sisi Allah terwujud melalui dua cara: Pertama, de-
ngan mendahulukan khabar. Kedua, Penafian yang diikuti dengan
penetapan.
Kgta {w , adayangberkata ia yaitu jamak 6.! denganmim
dibaca kasrah dan ta' dibacafathalz berarti kunci ataula yaitu jamak
iui" dengan ya' yang dibuang, asalnya g;ul dan ini jarang. Kita
mengetahui bahwa iul (kunci) yaitu alat pembuka pintu. Ada
yang berkata ia yaitu jamak d.L dengan mim dibaca fathah dan
ta' dibaca kasrah yang berarti tempat penyimpanan, jadi 4t i;.w
yaitu yaitu tempat-tempat disimpannya. Ada yang berk-ata,
4\ ew yakni dasar-dasamya, karena kunci segala seiuatu ber-
Hffiffi
ada di awalnya. ]adi cljr gu,; ada dasar-dasar yang ghaib karena
yang disebutkan di sini yaitu dasar bagi apa yang disebut sesu-
dahnya.
-,Aji yaitu mashdar dari ql - #-i- oG. Yang dimaksud dengan
yang ghaib yaitu sesuatu yang tak terlihat. Ghaib yaitu relatif,
akan tetapi ghaib yang mutlak ilmunya hanya di sisi Allah.
A.;jli ini baik ia berarti dasar-dasar atau berarti tempat-tempat
menyimpan atau kunci-kunci, tidak ada yang mengetahuinya, ke-
cuali A1lah. Malaikat dan rasul tidak ada yang mengetahuinya,
bahkan malaikat paling mulia, ]ibril bertanya kepada manusia
paling mulia, Muhammad, dia berkata, "Katakan kepadaku tentang
Kiamat?" Nabi menjawab, "Yang ditanya tidak lebih mengetahui
daripada yangbertanya." Artinya, sebagaimana kamu tidak menge-
tahui, maka aku pun tidak mengetahui. Barangsiapa mengklaim
mengetahui ilmu tentang Kiamat, maka dia kafir pendusta, dan
barangsiapa yang mempercayainya, maka dia juga kafir, karena
dia mendustakan al-Qur'an.
eAi ini ditafsirkan oleh orang yang paling mengetahui Kala-
mullah, yaitu Muhammad M ketika membaca FirmanNya,
a:{ v, ",tj*r e6 fi:
'ai
Silj'*ai &,i :*';jj'"\ y
W ri ii LL"Lfr qi ;iU fr o:i 6JVi G \ie 35
{@
"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNya sajalah pengetahuan
tentang Hari Kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan menge-
tahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat me-
ngetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesung-
guhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Luqman:34),1
yaitu ada lima perkara,
Pertama, ilmu tentang Hari Kiamat. Ilmu tentang Hari Kiamat
ini yaitu kunci bagi kehidupan Akhirat. Kiamat dinamakan :;t-li
1 Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kitab at-Tafsirl &ab Qauluhu Ta'ata: Innallah Indahu llmu as-
Sa'ah.
ffi
(waktu), karena ia yaitu saat yang besar yartg mengancam semua
manusia.
Ia disebut pula dengan al-Haqqah dao.r al-Waqi'ah. \mu tentang
Kiamat hanya Allah yang mengetahuinya, kapan ia tiba, tak seorang
pun tahu kecuali Allah semata.
Kedua, menurunkan hujan. Berdasarkan FirmanNya,
4L4i\3i;y
" Dialah yang menltrunknn hujan. "
Hujan di sini disebutkan dengan 4i , ia yaitu bentuk mash-
dnr yangberarti menghilangkan kesulitary maksudnya yaitu hujan,
karena hujan melenyapkan kesulitan kemarau dan kekeringan. ]ika
Dia menurunkan hujan, maka Dia pula yang mengetahui kapan ia
furun.
Turunnya hujan yaitu kunci kehidupan bumi dengan tum-
buh-tumbuhary muncullah kebaikan di padang gembala dan segala
hal yang berkaitan dengan kebaikan manusia.
Di sini terdapat satu hal yang layak diperhatikan di mana Dia
berfirman,4t ii; (menurunkan hujan) dan bukan *.r,]r itrftujan
hrrun), karena *,ijr terkadang turun tanpa menumbuhkan apa pun.
]adi ia bukan j;ji, bumi tidak hidup dengannya. Oleh karena itu,
terdapat hadits dalam Shahih Muslim yang berkata,
#:,t;y;i Y i! eat,;:1
Qi,-r:\t
"Paceklik itu bukan karena kalian tidak diturunkan hujan, paceklik
itu yaitu kalian diturunkan hujan dan diturunkan hujan, akan tetapi
ti dak menumbuhkan bumi se dikitpun. " t
Ketiga, Ilmu tentang apa yang di dalam kandungan, yaitu
FirmanNya,
4,5.:*t oY",a"rb
I Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Fitan, fub Fi Sukna al-Madinah.
-
j; t: .rj-tt3+uJttiallit
"Dan Dia mengetahui apa yang ada di dalam rlhim," yakni, rahim
para wanita.
Jadi, Allah mengetahui apa yang ada di dalam rahim, yakni
apa yang ada di dalam perut-perut para ibu dari Bani Adam atau
selainnya, keterkaitan ilmu bersifat umum meliputi segala sesuatu.
Tiada yang mengetahui apa yarrg di dalam rahim, kecuali pencip-
taanNya, yaitu Allah.
Jika kamu berkata, Katanya sekarang ini mereka bisa menge-
tahui jenis kelamin janin yang ada di dalam rahim, apakah inibenar?
Kami jawab, perkara ini memang benar, tidak mungkin di-
pungkiri hanya saja mereka baru mengetahui itu setelah janin ter-
bentuk, di mana alat kelamirurya telah muncul. Dan janin itu sendiri
memiliki kondisi-kondisi lain yang tidak mereka ketahui, mereka
tidak mengetahui kapan ia keluar, mereka tidak mengetahui jika
ia turun sampai kapan dia hidup, mereka tidak mengetahui apakah
ia berbahagia atau sengsara, mereka tidak mengetahui apakah ia
akan kaya atau miskin dan masih banyak lagi keadaan-keadaannya
yang tidak diketahui.
Jadi mayoritas perkara-perkara yang berkaitan dengan ilmu
tentang janin tidak diketahui oleh manusia maka benarlah keumum-
an FirmanNya,
$rL;*t uYfi:':b
"Dan Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim."
Keempat,Ilmu tentang apa yang terjadi besok, yaitu hari sete-
lah hari ini, yaitu FirmanNya,
{rit ! *,4, \ie ff,,+3 \ty
"Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa
yang akan diusahakannya besok."
Ini yaitu kunci usaha di masa depan, jika manusia tidak me-
ngetahui apa yang dihasilkan oleh dirinya sendiri, maka dia lebih
tidak mengetahui apa yang dihasilkan oleh orang lain.
Jika ada yang berkata, "Aku mengetahui apa yang terjadi esok,
aku akan perg ke tempat A atau aku akan membaca atau mengun-
ffi W
jungi kerabat." Kami katakan, Bisa jadi dia secara yakin akan me-
lakukan, akan tetapi kemudian muncul penghalang sehingga dia
tidak bisa melakukannya.
Kelima, ilmu tentang tempat kematian, yaitu Firman Allah,
4.L; qf€u$qirjy
"Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia
akan mati."
Tak seorang pun yang mengetahui apakah dia akan mati di
negerinya atau di negeri lain? Di negeri Islam ataukah di negeri
dengan penduduk yang kafir? Dia pun tidak mengetahui apakah
dia mati di darat atau di laut atau di udara? Ini yaitu kenyataan.
Dia tidak mengetahui waktu kematiannya, karena jika dia
tidak mengetahui di bumi mana dia mati sementara dia mungkin
memilih, maka dia pun tidak mengetahui kapan saatnya dia mati.
Lima perkara ini yaitu kunci-kunci ghaib yang tidak diketa-
hui, kecuali oleh Allah. Dinamakan kunci-kunci ghaib, karena ilmu
tentang apa yang ada di dalam rahim yaitu kunci kehidupan du-
nia. tii l-< tlu (Apa yang .diusahakannya besok) yaitu kunci peker-
jaan masa datang. oF G.J +\ "& qf v: (Dan tiada seorang pun yang
dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati) yaitu kunci kehidup-
an Akhirat, karena jika manusia mati, maka dia masuk alam Akhirat.
Dan telah dijelaskan ilmu tentang Kiamat dan turunnya hujan. ]adi
jelaslah bahwa kunci-kunci ini yaitu dasar bagi apa yang ada di
belakangnya.
{@ Wry'frrl\-y
"Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Kemudian Allah ffi berfirman,
{ilclt-.('fi,y
"Dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan." (Al-
An'am: 59).
Ini yaitu global. Siapa yang bisa menghitung jenis yang ada
di daratan? Berapa banyak jumlah penduduknya dari hewan, se-
ffi
rangga, gunungu pohon atau sungai. Semua itu yaitu perkara-per-
kara yang hanya diketahui oleh Allah. Sama halnya dengan yang
ada di lautan, yang mengetahui isinya hanyalah Penciptanya. Me-
reka berkata, ]enis kehidupan laut berjumlah tiga kali lipat dari
jenis kehidupan darat, karena lautan lebih luas daripada daratan.
FirmanNya,
4ti53,-1#31 n *1viy
"Dan tiada sehelai daun pun yang Sugur melainkan Dia mengeta-
huinya."
Ini yaitu perincian; daun aPa Pun yang gugur dari pohon
apa pun, besar atau kecil, dekat atau jauh, Allah mengetahuinya.
Ot"n karena itu, ayat tersebut berbunyi, w'.: u di ini yaitu nafiyah
yang berarti tidak. ;a yaitu tambahan (za'idah) yang berfungsi
sebagai penegas keumuman.Iika Dia mengetahui daun yang gugur,
maka Dia lebih mengetahui daun yang diciptakan, karena yang
mengetahui apa yang gugur pasti mengetahui aPa yang Dia cipta-
kan.
Lihatlah keluasan ilmu Allah, semua yartg terjadi Allah pasti
mengetahuinya bahkan apa yang belum terjadi dan akan terjadi
Allah mengetahuinya.
FirmanNya,
{dff$a}"sty
"Dan tidak jatuh sebutir biii pun dalamkegelapanbumi."
Biji yang sangat kecil yang tidak diketahui oleh mata dan di
kegelapan bumi, Allah juga mengetahuinya'
c,rtiv yaitu jamak LiG. anggap saja ada satu biji kecil yang
tenggelam di dasar lautan di malam yang gelap lagi hujan. |adi
kegelapan-kegelapan tersebut yaitu : pertama, lumpur lautan;
kedua, air lauU ketiga, hujan; keempat mendung dan kelima; malam.
Ini adatah lima kegelapan di antara kegelapan bumi. Meskipun
demikian Allah mengetahui dan melihat biji tersebut.
FirmanNya,
{
"Dan tidak ada sesuatu yang basah dan kering.
Ini yaitu umum, karena tidak ada sesuafu, kecuali basah
atau kering.
"Melainknn dalam kitab yang nyata."
- J.g berarti yang tertulit,'E berarti yang jelas dan nyata karena
kata iui dipakai sebagaifi'il muia'addi (transitif) dan lazim (intran-
sitif). Dikatakan i;ir ;uiberarti fajar telah terbit, dan dikatakan jui
;jtberarti menampakkan kebenaran. Dan yang dimaksud dengan
kitab di sini yaitu Lauhil Mahfuzh.
s91ua perkara di atas diketahui Allah dan tertulis di sisiNya
di Lauhil Mahfuzh karena Allah berfirman tatkala menciptakan
pena, Dia berfirman kepadanya, "Tulislah." pena menjawab, "Apa
yang aku tulis?" Allah berfirmary "Tulislah apa yar.g akan terjadi
sampai Hari Kiamat."l Lalu dalam kesempatan tersebut pena me-
nulis apa yang akan terjadi sampai Hari Kiamat, kemudian Altah
memberikan buku-buku catatan di tangan para malaikat agar me-
reka menulis apa yang diperbuat manusii. Catatan yar,g aitutis
para malaikat inilah yang menjadi dasar balasan bagi perbuatan
manusia. Oleh karena itu, Allah ,* berfirman,
4 c*t3 fuc.'*iei fi' ;{ i3friy
_ "Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar
Knmi mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kaiu."
(Muhammad: 31).
Adapun ilmu Allah tentang apakah hamba fulan akan ber-
sabar atau tidak, maka ia telah ada sebelumnya, hanya saja itu tidak
berkaitan dengan pahala atau azab.
Ayat ketiga, FirmanNya,
1 Diriwayatkan oleh Ahmad, 513L7; Abu Dawud, no.4700; at-Tirmidzi, no.2155; al-Hakim, 2/49g
dan dia menshahihkannya; al-Baihaqi dalam al-Asma' wa ash-shifaf, no. g04; al-Ajuni dalam
asy-syanah no. 178; Ibnu Abi Ashim dalam as-sunnah, no. 105. Dishahihkan al-Albani
dalam ash-Shahihah, no, 133 dan dalam Takhrij as-sunnah milik Ibnu Abi Ashim, Ll4g, qg.
,4j.7; >gri;y
4.r4Scs*
4.:D*r)Aii;sf rij(,5y
"Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak
(puld melahirkan melainknn dengan sepenge tahuanN y a. " (Fathir: L 1' ).
v nafiyah..-,ii yaitu fa'il (subyek), i'rabnya yaitu dengan
dhammah yang diasumsikan di akhirnya, yang terhalang muncul
secara zahir.
Di sini muncul pertanyaan: Bagaimana anda berkata tambahary
padahal al-Qur'an tidak terdapat tambahan?
Kami katakan dari segi i'rab ia memang tambahary akan tetapi
dari segi makna ia tetap memiliki faidah, karena di dalam al-Qur'an
tidak terdapat sesuatu yang sifatnya tambahan tanpa faidah. Dari
sini, maka kami katakan, ia yaitu tambahan dalam arti. ]ika ia
dibuang, ia tidak merusak i'rab,iaiuga tambahan dari segi makna,
karena ia menghadirkan makna lebih.
FirmanNya,
{eJr}
"seorang perempuan pufr," mencakup PeremPuan siapa saja,
baik Bani Adam atau hewan. Semuanya termasuk ke dalam ayat
ini, seperti sapi, unta, kambing, dan sebagainya. Termasuk pula
hewan yang bertelur, karena telur dalam perut burung yaitu se-
perti kehamilan.
4.'r;*1)e\;Y
"Dan tidak pula melahirkan melainkan dengan sepengetahunnNyA."
Awal kehamilan dengan sepengetahuan Allah, akhir keha-
milan juga dengan sepengetahuan Allah.
Ayat keempat, FirmanNya,
"Agar kamu mengetahtti bahzuasanya Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmuNya benar-benar meliputi segala
sesuatu." (Ath-Thalaq: 12).
r3^i4 @gar kamu mengetahui). Lam di sini yaitu lam ta'lil,
karena Allah berfirman,
^i'"6
rA4'{,;,;.ii tfijL{, d*r,;, ey
4,3;'r*&li
"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
perintah Allah berlaku padanya, agAr kamu mengetahui bahwasanya Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu." (Ath-Tharaq: 7z). Allah mencipta-
kan langit yang tujuh dan bumi yang tujuh. Dia memberitahuian
itu kepada kita agar kita mengetahui,
4,3-i, t{} ,f ib';i'i"Sy
"Bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesLtatu.,,
Kodrat yaitu sifat di mana pemiliknya mampu melakukan
perbuatannya tanpa kelemahan, Allah Maha berkuisa atas segala
sesuatu. Dia mampu mengadakan yang tidak ada atau meniada-
kan yang ada. Langit dan bumi sebelumnya belum ada lalu A[ah
menciptakannya dengan tatanan yang menakjubkan.
d Li',*"$L6i'fr"&Y
"Dan sesungguhnya Allah ilmuNya benar-benar meliputi segala
sesuLtlt."
segala sesuatu, kecil maupun besar yang berkaitan dengan
perbuatanNya atau perbuatan hamba-hambaNya, masa lalu, m-asa
kini dan masa depan, ilmu Allah meliputi semua itu.
Allah menyebutkan ilmu dan kodrat setelah penciptaan, ka-
rena penciptaan tidak terwujud tanpa ilmu dan kodrat. Mencipta-
kan menunjukkan kepada ilmu dan kodrat termasuk ke daiam
dalalat iltizam. Dan nama-nama Allah mengandung sifat-sifatNya
ada tiga, seperti yang telah dijelaskan.
Perhatian: Disebutkan dalam Tafsir ar-lararain -semoga Allah
memaafkannya dan memaafkan kita semua- di akhir surat al-Ma.idah
sebuah ungkapan yang berbunyi, "Dan akal mengkhususkan ftaca:
mengecualikan) DzatNya, maka Dia tidak berkuasi atasnya (dzat).,,
Kami menjawab perkataan ini dari dua segi:
'€; iL,li{ifry
ffi ffi
Pertama, bahwa akal tidak memiliki hak dalam perkara-per-
kara yang berkaitan dengan dzat dan sifat Allah, bahkan ia tidak
berhak untuk menyatakan hukum dalam perkara-perkara ghaib.
Tugas akal dalam perkara-perkara seperti ini yaitu menerima
sepenuhnya. Hendaknya kita menyadari bahwa perkara-perkara
yang disebutkan oteh Allah bukanlah sesuatu yang mustahil. Oleh
karena itu dikatakan, "Nash-nash al-Qur'an dan as-Sunnah tidak
menghadirkan sesuatu yang mustahil, akan tetapi ia menghadir-
kan sesuatu yang membuat akal manusia tercengang, karena akal
mendengar sesuatu yang ia tidak ketahui dan tidak bisa dia bayang-
kan.
Kedua, ucapannya, "Maka Dia tidak berkuasa atasnya." Ini
yaitu kesalahan besar. Bagaimana Dia berkuasa atas selainNya
sementara atas DiriNya tidak berkuasa? Ucapan ini berkonsekuensi
bahwa Dia tidak mampu untuk bersemayam, tidak mamPu berbi-
cara, tidak mampu turun ke langit dunia dan tidak mamPu mela-
kukan apa pun. ]elas sekali sebuah ucaPan yang sangat berbahaya.
Kalau ada yang berkata, Mungkin maksud dari ucapan, "Dan
akal mengkhususkan dzatNya maka Dia tidak berkuasa atasnya,"
yaitu bahwa Dia tidak berkuasa untuk menimpakan kekurangan
kepada diriNya. Kami katakary Irri tidak termasuk dalam keumum-
an sehingga ia harus dikeluarkan dari keumuman dengan pengkhu-
susan, karena kodrat (kekuasaan) hanya berkait dengan hal-hal
mungkin, sebab sesuatu yang tidak mungkin yaitu bukan sesuatu;
tidak dalam akal, tidak pula di luar akal, kodrat tidak berkait de-
ngan mustahil,lain halnya dengan ilmu.
Hendaknya seseorang bersikap soPan terkait dengan hak
rububiyah Allah, karena hal itu yaitu perkara besar, yang wajib
atas setiap orang bersikap kepadanya dengan berserah diri dan
menerima.
]adi kita menyebutkan secara mutlak aPa yang Allah sebut-
kan secara mutlak, maka kita katakan, "sesungguhnya Allah Maha-
kuasa atas segala sesuatu tanpa kecuali."
Ayat-ayat ini menetapkan sifat-sifat Allah di antaranya ada-
lah menetapkan keumuman ilmu Allah secara terperinci dan mene-
tapkan kodrat (kuasa) Allah.
Manfaat dari segi perilaku dari iman kepada sifat "ilmu" dan
"kodrat" yaitu terwujudnya sikap muraqabah (merasa terus diawasi)
dan rasa takut kepadaNya.
ooo
{ "'eJio t$ij;"' 3()i';"';'ii't-fi ,'dy:
Dan FirmanNya, "Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi
izki $ yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokohQt." (Adz-
Dzariyat:58).
[1]. Ayat ini menetapkan sifat al-Quwwah (kuat) bagi Allah.
Ayat ini hadir setelah FirmanNya,
{@e#i
cr t,
,?)it @l
; iJWi,, n -r-iJu@ yr'+;r- la:Lr; i}i 5LY5y
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepadaKu. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari
mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberiKu makan."
( Adz-D zariy at: 5 6-57) .
Manusia memerlukan rizki Allah sedangkan Allah tidak ber-
harap rizki dan makan dari mereka.
,et';gi yaitu bentuk kalimat yang menunjukkan makna "sangat"
dari asal kata ,.e;!i yang bermakna, pemberian. FirmanNya,
4 1, if';6 i+frv {$r, {)Ft t} it t' -ti p- titl b
"Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim
dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya)." (An-
Nisa': 8). Yakni, berikanlah kepada mereka. Manusia memohon
kepada Allah dalam shalatnya dan berkata,
"Ya Allah, berikanlah aku rizki."
ffi ffi
Rizki terbagi menjadi dua: umum dan khusus.
Yang pertama yaitu semua yang bermanfaat bagi badan,
baik itu halal atau haram, baik yang diberi rizki itu Muslim atau
kafir. As-Safarini berkata:
Rizki yaitu yang bermanfaat dari yang halal
atau sebaliknya, maka keluarlah dari yang mustahil
Karena Allah yaitu pemberi rizki semua makhluk
tidak ada makhluk tanpa rizki dnriNya.
Kalau kamu berkata, "Rizki itu yaitu pemberian yang halal"'
Ini berarti bahwa orang-orang yang makan sesuatu yang haram
tidak diberi rizki, padahal Allah memberi mereka apa yang berman-
faat bagi jasmani mereka. Hanya saja rizki itu ada dua macam, baik
dan buruk. Oleh karena itu Allah berfirman,
4 Ali'n q $ti -DQ. d -,i'i Ai'{" );" J S y
"Kataknnlah, 'siapakah yang mengharamknn perhiasan dari Allah
yang telah dikeluarkanNya untuk hamba-hambaNya dan (siapa pulakah
yang mengharamknn) rizki yang baik?'" (Al-A'raf: 32). Dia berfirman,
"rizki yang baik," dan tidak berfirman, "rizki," saja. Adapun rizki
yang buruk, maka ia haram.
Adapun rizkiyangkhusus, maka ia yaitu yang bermanfaat
bagi Agama dalam bentuk ilmu yang berguna, amal shalih, rizki
halal yang membantu ketaatan kepada Allah. OIeh karena itu, ayat-
Nya hadir dengan ,ef;9i dan bukan 6tgi, karena banyaknya rizki
yang Dia berikan dan banyaknya yang diberi rizki. Yang diberi
rizki oleh Allah tidak terhitung dari segi jenisnya, lebih-lebih dari
macamnya, lebih-lebih lagi dari segi satuannya, karena Allah ber-
firman,
$ r*;g5?;*,"u, G:, ;rt :F I n;ti,r $, n Y5}
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainknn Allah-
lah yang memberi rizkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang
itu dan tempat penyimpanannya." (Hud: 6). Allah memberi rizki se-
suai dengan kondisi.
Jika ada yang berkata, ]ika Allah Maha Memberi rizki lalu
ffi
apakah aku harus berusaha mencarinya atau aku cukup duduk di
rumah lalu rizki datang kepadaku?
Kami katakan, Berusahalah mencari izki, sebagaimana Allah
Maha Pengampun, tidak berarti kamu tidak berusaha mencari sebab-
sebab ampunanNya.
Adapun ucapan seorang penyair,
Kamu mencari rizki, itu yaitu kegilaan darimu
Lihatlah janin itu, ia tetap memperoleh rizki meski dalam rahim
Ini yaitu ucapan batil, meskipun dia menjadikan janin se-
bagai ukuran karena janin tidak mungkin disuruh mencari rizki,
karena dia tidak mampu,lain halnya dengan orang yang mampu.
Oleh karena itu Allah berfirman,
{ -*;),vtg', 6Y;4i$v $i i;at'31 l<;,s tli ;y
"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka ber-
jalanlah di segala penjurunya dan maknnlah sebagian dari rizkiNya."
(Al-Mulk: 15).
Haruslah berusaha dan usahanya harus sesuai dengan kaidah-
kaidah syara'.
l2l. i?tt!, (yang mempunyai kekuatan)
Kekuatan yaitu sifat di mana dengarurya pelaku mampu me
lakukan perbuatannya tanpa kelemahan. Dalilnya yaitu Firman
Allah,
{ii' +:" )1, :, i1; 3 q* .; fr:{ afii Xiy
" Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemu-
dian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat."
(Ar-Rum:54).
Al-Quwwah bukan (tidak sama dengan) al-Qudrah berdasar-
kan FirmanNya,
ry 5(,4|i*i c.'i; +iAi c # ".i:A_X,ArcJY
{@ r';
Syarnl" dqtdnh'W aaithaa/v
"Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah, baik di la-
ngit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahrti lagi Maha-
kuasa." (Fathir:44).
Karena lawan qudrah (kuasa) yaitu ketidakmampuary sedang-
kan lawan quwwah yaitu kelemahan. Perbedaan di antara kedua-
nya yaitu :
Pertama, yang disifati dengan qudrah (kuasa) yaitu yang me-
miliki perasaan, sedang yang disifati dengan quwwah (kuat) ada-
lah yang memiliki perasaan dan selainnya.
Kedua, kuat lebih khusus, setiap pemilik perasaan yang kuat
pasti mampu dan tidak semua yang mampu pasti kuat.
Contohnya yaitu anda berkata, Angin itu kuat dan anda tidak
berkata, ia mampu, anda berkata, besi itu kuat, dan tidak berkata,
ia mampu. Akan tetapi, yang memiliki perasaan anda berkata, ia
kuat dan mampu.
Manakala kaum'Ad berkata,
4';'6'jfr:;b
"Siapakah yang lebih besar kektratannya dari kami? " Allah men-
jawab,
4",it f*':5 ; W,s 5i,,3'i (J Wfy
"Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang
menciptaknn mereka yaitu lebih besar kekuatanNya daripada mereka?"
(Fushshilar 15).
t3l. J#"tJi (Lagi Sangat Kokoh)
Ibnu Abbas mengatakan, ;;;Ji yaitu .i.: 1.''-'
ti (Yang kokoh), yakni
kokoh dalam kekuatanNya, kokoh dalam keperkasaanNya dan
kokoh dalam seluruh sifat kekuasaanNya, dari segi makna ia ada-
lah penegas bagi &li (Mahakuat).
Kita boleh memberitakan tentang Allah bahwa Dia yaitu
!.r-1, (kokoh) tetapi tidak boleh menamakanNya dengan !"r-:, akan
tetapi dengan :;+ji, karena AIIah menamakan diriNya dengannya.
Ayat ini menetapkan dua dari nama-nama Atlah yaitu st";li
(Yang Memberi rizki) dan J,;+ji (Yang kuat). Ayat ini juga menetap-
kan tiga dari sifat-sifat Allah, yaitu ar-Rizqu, al-Quwwah dan apa
yang dikandung oleh nama al-Matin.
Manfaat dari segi perilaku dari beriman kepada sifat al-Quw-
wah dan ar-Rizq yaitu hendaknya kita tidak mencari rizki dan ke-
kuatan, kecuali kepada Allah dan hendaknya kita beriman bahwa
kekuatan sebesar apa pun tidak ada yang bisa menandingi kekuatan
Allah.
o@o
{ "';;^4lie.!r }J \! rW;'J h UrS
FirmanNya, "Tidak ada sesuatu Wn yang serupa denganDia, dan
Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (1) (Asy-
Syura':1L)
lLl. '#t e,$t iJ \t #;;1, Oidat ada sesuatu pun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat)
Penulis menurunkan ayat ini untuk menetapkan dua di antara
nama-nama Allah dan sifat yang dikandung oleh kedua nama ter-
sebut, yaitrt as-Sami' (Maha Mendengar) dan al-Bashir (Maha Melihat).
Ayat ini mengandung bantahan kepada kelompok yang meng-
ingkari nama dan sifat Allah.
FirmanNya,L,! li$ A,Irri yaitu penafian. Ia termasuk sifat
salbiyah yang maksudnya yaitu menetapkan kesempurnaanNya,
yakni tidak seorang pun dari makhlukNya yang menyamaiNya
karena kesempurnaanNya. Kalimat ini mengandung bantahan ke-
pada ahli tamtsil.
FirmanNya, '#)r eis jAJ: As-Sami'mempunyai dua makna.
Pertama, al-Mujib (yang menjawab). Yang kedua, yang mendengar
suara.
Adapun yang pertama, maka mereka mencontohkannya de-
ngan Firman Allah tentang,
ffi ffi
{@,AiUu;"Lb
" S esungguhny a T uhanku, benar -bennr Maha Mendengar (memper -
kenankan) doa." (Ibrahim: 39). Yakni, Maha Menjawab doa.
Adapun yang kedua, maka mereka membaginya menjadi be-
berapa bagian.
Pertama: Pendengaran yang maksudnya yaitu penjelasan
tentang keumuman pendengaran Allah, bahwa tidak ada suatu
suara pun kecuali Allah mendengarnya.
Kedua: Pendengaran yang maksudnya yaitu pertolongan
dan dukungan.
Ketiga: Pendengaran yang maksudnya yaitu ancaman dan
gertakan.
Contoh yang pertama yaitu Firman Allah,
( ni Jv-$;-rs: Vi: a A +q 6-i |ii' fr '6 fiy
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkntaan wanita yang me-
ngajukan gugatan k podo kamu tentang suaminya, dnn mengaduknn &al-
nya) kepada Allah." (A1-Mujadilah: 1).
Ini mejelaskan jangkauan pendengaran Allah terhadap semua
yang didengar. Oleh karena itu Aisyah berkata,
et e$t b
tbz:t *
"segala puji bagi Allah yang pendengaranNya meliputi segala suara.
Demi Allah, sungguh aku berada di kamar dan sebagian pembicaraannya
samar bagiku."
Contoh kedua, yaitu sebagaimana Firman Allah dc kepada
Musa dan Harun,
{@ 3;6$\-\"1',rl}
"sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan
melihat." (Thaha: 45).
Contoh ketiga, yaitu Firman Allatu
i"e;ii
ffi
{ @ {,Jr< Gx tu:; & H7; ta u { til 5r#.i1 y
"Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia
dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-
utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka." (Az-
Zukhruf:80).
Maksud darinya yaitu mengancam dan menggertak mereka
di mana mereka merahasiakan ucapan yang tidak diridhaiNya.
Mendengar dalam arti mengetahui apa yang didengar terma-
suk sifat dzatiyah, meskipun yang didengar yaitu sesuatu yang
baru.
Mendengar dalam arti menolong dan mendukung, termasuk
sifatfi'liyal2, karena ia terkait dengan sebab.
Dan pendengaran dalam arti menjawab juga termasuk sifat
fi'liyah.
FirmanNya, '**ii yakni, yang melihat seluruh apa yang dilihat.
,;eli juga digunakan dengan arti 6;ji(Yang Maha Melihat). Altah
bashir, melihat segala sesuatu, meskipun samar. Dia juga bashir da-
lam arti alim (rnengetahui) perbuatan hamba-hambaNya, Firman-
Nyu,
{ @ 'blsq\-;,',;tiy
"Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Al-Hujurat:
18).
Apa yang kita lakukan, sebagian darinya terlihat dan sebagian
lain tidak terlihat. ladi, bashar (penglihatan) Allah terbagi menjadi
dua bagian semuanya termasuk ke dalam al-Bashir.
Ayat ini menetapkan dua di antara nama-nama Allah yaitu
as-Sami' dan al-Bashir dan tiga sifah as-Sam'u (mendengar), al-Bashar
(melihat) dan kesempurnaan sifatNya sehingga tidak ada yang me-
nyamaiNya.
Ayat ini mengandung faidah dari segi perilaku, yaitu menahan
diri dari usaha memisalkan (menyamakan) Allah dengan makhluk-
Nya, merasakan keagungan dan kesempurnaanNya dan berhati-
hati jangan sampai Dia melihatmu bermaksiat atau mendengar dari-
ffi S Wrrl" dC,Ldal" W"attAt TaA,
mu sesuatu yang tidak diridhaiNya.
Ketahuilah bahwa ahli nahwu memperbincangkan o.li3 secara
panjang lebar. Kata mereka, :.! masuk kepada $ji dan zahitnya ada-
lah bahwa Allah memiliki misal yang tidak ada sesuatu Pun yang
semisal denganNya; karena Dia tidak berfirman, 6 A (tidak se-
perti Dia), akan tetapi Dia berfirman, *; -A. Ini yaitu zahir ayat
dari segi lafazh, bukan dari segi makna, karena jika kita berkata dari
segi makna, berarti zahir al-Qur'an yaitu kekufuran, ini mustahil.
Oleh karena itu, pemyataan para ahli Nahwu berbeda-beda seputar
pemahaman tentang ayat ini dari segi ilmu nahwu.
Pendapat pertama: kaf di sini yaitu tambahan, maka asumsi
kalimat itu berbunyi ,rF'&;J (tidak ada sesuatu Pun yang semisal-
Nyu). Pendapat ini mudah, karena tambahan huruf dalam kalimat
negatif banyak terjadi, seperti Firman Al1ah,
(# rV(;Y
"Dan tidnk adn seorang perempuan Pun yang mengandung. " (Fathir:
1 1).
Mereka berkata, Penambahan huruf dalam bahasa Arab
untuk menegaskan yaitu perkara yang lumrah.
Pendapat kedua, sebaliknya, fang tambahan itu yaitu ji,
maka asumsi kalimatnya yaitu 'Ar # "+j
(tidak ada sesuatu Pun
seperti Dia). Pendapat ini lemah dari segi bahwa tambahan isim
dalam bahasa Arab sangatlah sedikit atau jarang sekali, lain halnya
dengan huruf. Jika kita memang harus menetapkan tambahan, maka
tambahan itu pada huruf bukan isirz.
Pendapat ketiga, bahwa j! berarti sifat, maka maknanya
yaitu tidak ada sesuatu pun seperti sifatNya. Kata mereka, kata
j! dengan mim dibacaknsrah dantsa disukun ataumim darttsa' sama-
saru dlbacafathah dan i:iti dengan syin dibacakasrah danba' dbukun
atau syin danba' sama-sama dlbaca fathah, Ai dalam bahasa Arab
bermakna sama. Allah berfirman,
{3fi'';,li'ifi:fib
"Perumplmaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang ber-
takwa." (Muhammad: 15)
Perumpamaan ("p;) di sini yaitu sifat surga. Pendapat ini
tidak jauh dari kebenaran.
Pendapat keempat, tidak terdapat tambahan di dalam ayat,
hanya saja jika anda membaca lrl. t-lf,{s A maka hal itu mengharus-
kan penafian terhadap kesamaan. ]ika kesamaan tidak memiliki
kesamaan maka yang ada hanyalah satu. Dari sini maka kita tidak
perlu memperkirakan sesuatu di balik ayat tersebut. Mereka ber-
kata: Yang seperti ini terdapat dalam bahasa Arab seperti ucapan-
nya,.;e') At F ";!
(Tidak ada pemuda seperti Zuhair).
Sebenarnya jika pendapat-pendapat ini tidak disodorkan
kepada anda, niscaya makna ayat tersebut tetap jelas, di mana mak-
rumya yaitu bahwa Allah tidak mempunyai tandingary akan tetapi
pembahasan-pembahasan seperti ini termaktub dalam kitab-kitab.
Dari keempat pendapat di atas, yang rajih yaitu bahwa knf di siru
yaitu tambahan, hanya saja pendapat keempat yaitu lebih baik
bagi yang mampu memahaminya.
ooo
4u' 6;A Sgai 3y E fu-E^i !'LY, u r i
Dan FirmanNya, "Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah yaitu Maha
Mendengar lagi Maha Melihat."tt) (An-Nisa': 58)
[1]. Ayat ini yaitu kelanjutan dari FirmanNya,
\K, iJ o6i'u{ Ksyvddy$\\\;;i J{lU';i3y}
{ ur!
"Sesungguhnya Allah menyuruh knmu menyampaikan amanat ke-
pada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh lumu) apabila menetap-
knn hukum di antara manusia supaya lumu menetapknn dengan adil."
(An-Nisa':58).
Allah memerintahkan agar kita menunaikan amanat kepada
pemiliknya. Di antaranya yaitu bersaksi membela atau melawan
seseorang, juga agar kita menetapkan hukum yang adil di antara
manusia. Jadi Allah menjelaskan bahwa Dia memerintahkan kita
agar kita melakukan kewajiban pada cara penetapan hukum dan
pada hukum itu sendiri. Cara penetapan hukum yaitu kesaksian,
termasuk ke dalam keumuman FirmanNya,
{ \ili1 dY;'tii\}:i,Jy
"Menyampaikan amanat lcepada yang berhak menerimanya."
Masalah menetapkan hukum sendiri dijelaskan pada Firman-
Nyu,
{ .lf! \Kro1,.r6i 'ui }k- 6Y1}
"Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara ma-
nusia supaya kamu menetapknn dengan adil."
Kemudian Allah berfirman,
4Efulb^ii'*
"Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu."
ffi
ffi ffi
Asalnya yaitu u 6; lalu mim diidghamkan kepada mim.Ini
termasuk idgham kabir (idghambesar), karena idgham tidak terjadi
di antara dua huruf yang sama, kecuali jika yang pertama disukun-
kan dan di sini tetap diidghamkan, walaupun yang pertama dibaca
fathah.
FirmanNya,
4Etu-ey
" Memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kqadamu. "
Allah menjadikan perintah kepada dua perkara ini, yaitu me-
nunaikan amanat dan memutuskan perkara dengan adil, sebagai
nasihat, karena dengannya hati menjadi baik, semua yang mem-
perbaiki hati yaitu nasihat dan melaksanakan perintah-perintah
ini tanpa ragu yaitu memperbaiki hati.
Kemudian Allah berfirmary
4.GW'ag^ilb
"Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat."
it-3 yaitu f il, akan tetapi di sini ia tidak menunjukkan waktu,
jadi maksudnya hanya untuk menunjukkan sifat, yakni Allah di-
sifati dengan as-Sam'u (mendengar) dan al-Bashar (rrtellhat). Kami
katakan i6 di sini tidak menunjukkan waktu, karena jika kita mene-
tapkan petunjuk waktu yang dikandungnya berarti sifat tersebut
telah selesai. Dulu Dia Maha Melihat dan Maha Mendengar, seka-
rang tidak lagi, dan telah diketahui bahwa makna yang begini ada-
lah rusak lagi batil. Jadi maksudnya yaitu bahwa Allah disifati
dengan kedua sifat ini, yaitu as-Sam'u (mendengar) dan al-Bashar
(melihat) secara permanen dan i6 dalam konteks kalimat seperti
ini berfungsi untuk menunjukkan kebenaran.
FirmanNya,
4uwy
"Maha Mendengar lagi Maha Melihat," kami katakan seperti
yang telah kami katakan pada ayat sebelumnya, ia menetapkan
sifat mendengar bagi Allah dengan kedua bagiannya dan mene-
tapkan sifat melihat dengan kedua bagiannya.
Abu Hurairah membaca ayat ini dan berkata, "Sesungguhnya
Rasulullah ffi meletakkan ibu jari dan jari telunjuknya di mata dan
telinganya." Maksud perbuatan Nabi ini yaitu demi menunjukkan
kebenaran sifat mendengar dan melihat (bagi Allah), bukan mene-
tapkan mata dan telinga, karena ditetapkannya mata bagi Allah
berdasarkan dalil yang lain sedangkan telinga, maka menurut
Ahlus Sunnah wal ]ama'ah tidak ditetapkan dan tidak dinafikan
karena tidak ada dalil naqli yang menyinggungnya.
Jika anda berkata, Bolehkah aku melakukan sebagaimana yang
dilakukan Rasulullah ffi?
]awab, Di kalangan ulama ada yang berkata ya, lakukanlah
apa yang dilakukan Rasulullah, anda tidak lebih mampu memberi
petunjuk kepada manusia daripada Rasulullah ffi. anda tidak lebih
berhati-hati daripada Rasulullah dalam hal penisbatan apa yang
tidak layak bagi Allah.
Di antara mereka ada yang berkata, Kita tidak perlu melaku-
kan apa yang Nabi lakukan tersebut, karena kita telah mengetahui
bahwa maksudnya yaitu sekedar menunjukkan kebenaran. ]adi
isyarat Nabi tersebut pada dasamya bukanlah yang dimaksud, ka-
rena yang menjadi maksud yaitu selainnya. Dari sini kita tidak
perlu memberi isyarat, lebih-lebih jika isyarat tersebut dipahami
sebagai tamtsil (permisalan bagi Allah), seperti jika kamu di depan
banyak orang yang tidak memahami perkara tersebut sebagaimana
mestinya. kti dihindari saja. Dan setiap kesempatan memiliki ucap-
an yang sesuai.
Begitu pula yang tercantum di dalam hadits Ibnu Umar, di
mana dia menceritakan Rasulullah ffi yangbersatda,
.{rr Ui ,ii! ,g* *:is g.t3u;,gfi ai,r -iiL
'Allah mengambil langit-langit dan auminya dengan kedua Tangan-
Nya dan Dia berfirman, ',4ku yaitu Allah'," sambil beliau menggeng-
gam dan membuka jarinya. Penjelasan tentang hadits ini sama de-
ngan hadits Abu Hurairah.
Manfaat iman kepada dua sifat Allah, "mendengar" dan "me-
lihat" bagi perilaku yaitu kita akan berhati-hati sehingga tidak
menyelisihi Allah dalam perkataan dan perbuatan.
Fffi",fl
Ayat ini menetapkan dua di antara nama-nama Allah yaitu
as-Sami' (Yang Maha Mendengar) dan al-Bashir (Yang Maha Me-
lihat). Dan ayat ini juga menetapkan sifat-sif at as-Sam'u, al-Bashar,
al- Amr dan al-Mau' izhah.
ooo
$$\Jyri,i'.i,i Lit|Lfi i)4 e!i', ty.$SY ,'tii
Dan FirmanNya, "DAt, mengapa kamu tidak mengatakan wakfit
kamu memasuki kebunmu 'Masya Allah, la quuutata illabillah
(sungguh atas kehendak Allah semua ini tnuujud, tiada kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah)," (Al-Kahfi: 39X1)
[U. Ini yaitu ayat-ayat yang menetapkan dua sifat Allah
yaitu masyi'ah (kemauan) dan irailah (kehendak).
Ayat pertama ini, yaitu Firman Allah,
4$\JYri,i'.li ',tit1 Jfr AE- 3L'" 1ti$ F
"Dan mengapa kamu tidak mengatalun waktu knmu memasuki
kebunmu 'Masya Allah,la qutowata illa billah (sungguh atas kehendak
Allah semua ini terwujud, tiada l<ekuatan kecuali dengan pertolongan
Allah)." (Al-Kahfi: 39).
.ji1 artinya yaitu mengapa tidak (y;), ia berfungsi sebagai
dorongan, tetapi yang dimaksud di sini yaitu untuk mencela,
maknanya yaitu mencelanya, karena telah meninggalkan ucapan
ini.
-i;s 31: Ketika kamu masuk.
,:t*: t$i dengan jim dbacafatlwh berarti kebun dengan pohon
yang banyak. Dinamakan demikian, karena daun dan rantingnya
menutupi orang yang berada di sana, maka orang tersebut berlin-
d,rr,g dengan pohon-pohonnya. Akar kata ini Qim dan nun) menun-
jukkan makna bersembunyi. Termasuk dalam kata ini yaitu ..!ii
dengan jim dlbaca dhammah yang berarti perisai, di mana prajurit
bersembunyi dan berlindung di belakangnya, dan &ii dengan iim
dibaca kasrah, yang berarti jin. Dinamakan demikian, karena ia
tidak terlihat.
FirmanNya, i!* ini yaitu kata mufrad (tunggal) dan yang
diketahui dari ayat-ayat bahwa dia mempunyai dua kebun. Bagai-
mana kita memahami hal ini di mana di sini hanya satu padahal ia
yaitu dua?
lawab, Dapat dikatakan begini, llka mufrad (kata tunggal) itu
disandarkan maka ia menunjukkan keumuman, maka ia mencakup
dua kebun atau orang yang mengucapkan itu ingin meremehkan
nilai kedua kebun tersebut, karena konteksnya yaitu konteks
memberi nasihat dengan tidak membanggakan rizki Allah, seolah-
olah dia berkata, Dua kebun ini hanyalah satu kebun untuk meren-
dahkan nilai keduanya. Dan jawaban yang pertama lebih dekat
kepada kaidah bahasa Arab.
-i-l lkamu berkata): Irri yaitu jawaban dari:ij.
FirmanNya,
4.6\nYri'Y'"ii "lvyu di sini ada kemungkinan yaitu u maushulah dankemung-
kinan yaitu u syarthiyah. ]ika yang pertama, maka ia yaitu khabar
dari mubtada' yang tidak ditampakkan dalam kalimat, asumsinya,
ilt ;tj u t.i;,. (Irri yaitu apa yang dikehendaki Allah). Yakni, ini bu-
kan dengan keinginanku, daya dan kekuatanku akan tetapi dengan
masyi-ah AllatU yakni inilah yang Allah kehendaki. ]ika yang kedua
maka fi'il syaratnya yaitu ;rj dan jawab dari fi'il syarat tidak ter-
lihat dalam kalimat (mahdzufl, asumsinya yaitu {r,r;;u.ejrrU (ini-
lah yang dikehendaki Allah). Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi
sebagaimana kamu berkata apa yang Allah kehendaki pasti terjadi
dan apa yang tidak, maka tidak.
Maksudnya, semestinya sewaktu kamu masuk kebunmu kamu
berkata, "Masya Allah," agar kamu berlepas diri dari daya dan ke-
kuatanmu dan tidak membanggakan kebunmu itu.
FirmanNya,
( i! Jt'i'! F
' ... Tiada lcekuatan kecuali dengan pertolongan Allah."
! yaitu naftyah lil jinsi (yang meniadakan secara total). li
kata nakiralz dalam konteks kalimat negatif, maka ia menunjukkan
keumuman. Dan kekuatan yaitu sifat di mana dengannya pelaku
mampu melakukan perbuatan tanpa kelemahan.
|ika ada yang berkata, Bagaimana menggabungkan antara
penafian kekuatan secara urnurn kecuali dengan pertolongan Allah,
dengan FirmanNya,
4i3 +:, ):, i $; f q.* .; €{,s$i Xiy
"Allah, Dia-lah yang menciptaknn kamu dari lceadaan lemah, ke-
mudian dia menjadil<an kamu) xsudah lttadaan lemah itu menjadi kuat,"
(Ar-Rum: 54), dan Firman Allah tentang kaum'Ad,
4r; &i5 1x ;6L,s 0i,Kr 5 Vll * ufr ;\]t{iy
"Dan (mereka) berknta, 'Siapaknh yang lebih besar kekuatannya
dari knmi?' Dan apaknh merekn itu tidak memperhatikan bahuta Allah
yang menciptakan merekn yaitu lebih besar kekuatanNya daripada me-
rekn? " (Fushshilat: 15).
Allah tidak berfirman bahwa mereka tidak memiliki kekuatary
Allah menetapkan kekuatan untuk mereka?
]awabnya, menggabungkannya dengan satu dari dua hal:
Pertamn, kekuatan yang ada pada makhluk berasal dari Allah,
seandainya Allah tidak memberinya kekuatan, niscaya dia tidak
kuat. Kekuatan yang ada pada manusia yaitu makhluk milik Allah,
jadi sebenarnya tidak ada kekuatan kecuali dengan Allah.
Kedua, maksud dari FirmanNya, i3;i yakni, tidak ada kekuat-
an yang sempurna kecuali dengan Allah.
Yang jelas, laki-laki shalih tadi menyarankan kawannya agar
berlepas diri dari daya dan kekuatarurya sendiri dan berkata, "Ini
yaitu karena kehendak dan kekuatan Allah."
Ayat ini menetapkan salah nama Allah, yaitu Allah dan me-
netapkan tiga sifat bagi Allah, y aitu al-Uluhiyah (sebagai satu-satunya
yang disemb ah), al-quwwah (kekuatan) dan al-Masyi'ah (kemauan).
Masyi'ah Allah yaitu iradahknuniyahNya,ia pasti terjadi pada
apayang Da cintai dan apa yang tidak Da cintai. Ia berlaku kepada
seluruh manusia tanpa perincian, apa yang Dia kehendaki pasti
ada dalam kondisi apa pun. Semua yang dikehendaki Allah pasti
terjadi, baik itu dicintai dan diridhaiNya atau tidak.
ooo
{@ Liy &r;i|-ur$ivsiv,^i i6$iy ,'dgi
Dan FinnanNya, "Seandainya Allah menghendaki, tidaklah me-
reka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang
dikehendakiNy a. " (AI-Baqarah; !gg).ttr
[1]. Ayat kedua ini, yaitu FirmanNya,
{ @ Llv ffiii "tf-...15 tJSi ti 6i ;6 fty
" Seandainya Allah menghendaki, tidaHah mereka berbunuh-bunuhnn.
Akan tetapi Allah berbuat apa yang dilcehendakiNya." (Al-Baqarah: 253).
i yaitu kata pengandaian. Jika jawabnya yaitu kalimat ne-
gatif dengan u (tidak), maka bahasa yang lebih fasih yaitu tanpa
lam, jlkajawabnya yaitu kalimat positif (niscaya), maka yang lebih
banyak digunakan yaitu dengan lam sebagaimana Firman Allah,
{ 6L Lfr4Tx{iy
"Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan
kering." (Al-Waqi'ah: 55)
Kami katakan lebih banyak, bukan lebih fasih, karena dengan
dan tanpa lam tercantum di dalam al-Qur'an. Misalnya FirmanNya,
( 661 '^fi::ir1y
"Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin." (Al-Wa-
qi'ah:70).
Ucapan kami bahwa yang lebih fasih yaitu tanpa lam daLam
kalimat negatif, karena lamberfungsi sebagai penegas dan kalimat
negatif tidak seiring dengan penegasan. Dari sini maka ucapan
penyair ini,
;titrt e rai.)'J;
Seandainya kita diberi pilihan niscaya kita tidakberpisah
Akan tetapi tidak ada pilihan bersama malam-malam,
Menyelisihi yang lebih fasih. Dan yang lebih fasih yaitu ,
usrt u i!7Jl *" t
FirmanNya,
4ij3it7,1i;1fry
" Seandninya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuh-
An."
Kata ganti "Mereka", kembali kepada orang-orang Mukmin
dan orang-orang kafir, berdasarkan FirmanNya,
(ijrSf V 6 i\7, i$fu f1,rj Gt; G #ijc:t gS:fi
"Akan tetapi merela berselisih, mala ada di antara merela yang b*-
iman dnn adn (pula) di antara merelu yang lafir. Seandainya Alkh m(ng-
hendaki, tidaklah mer ekn berbunuh-bunuhan." (Al-Baqarah: 253).
kri yaitu bantahan yang jelas terhadap golongan Qadariyah
yang mengingkari keterkaitan perbuatan manusia dengan masyi'ah
(kehendak) Allah, karena Allah berfirmary
{ij*iYr^i;6fiiy
" Seandainya Allah menghendaki, tidaklah merela berbunuh-bunuh-
an." Yalcrri, Allah menghendaki mereka bertikai, maka mereka pun
bertikai. Kemudian Allah berfirman,
4, *i\1'J3-^1't61ib
"Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendakiNya." Yakni, Dia
melakukan yang diinginkan dan iradah (kehendak) di sini yaitu
iradah kauniyah.
FirmanNya,
4.'+;Y'JJ;-y
ffi
"Berbuat apfl yflng dilcehendakiNya. " Perbuatan dari segi apa yang
dilakukan oleh Allah sendiri yang merupakan perbuatan langsung,
dan dari segi apa yang Dia takdirkan bagi manusia yaitu perbuatan
tidak langsung, karena sudah dimaklumi bahwa jika seseorang
berpuasa, shalat, zakat, haji dan berjihad maka pelakunya yaitu
dirinya sendiri dan sudah dimaklumi bahwa perbuatannya terse-
but yaitu dengan kehendak Allah.
Tidak benar menisbatkan perbuatan manusia kepada Allah
secara langsung karena pelakunya secara langsung yaitu manusia,
akan tetapi ia dinisbatkan kepadaNya dari segi takdir dan pencip-
taan.
Adapun apa yang dilakukan sendiri oleh Allah seperti Dia
bersemayam di atas Arasy, Dia berfirman, Dia turun ke langit du-
nia, Dia tertawa dan lain-lain, maka ini dinisbatkan kepada Allah
secara langsung.
Ayat ini menetapkan nama Allah yaitu Allah, dan juga mene-
tapkan sebagian sifat Allah yaitu al-Masyi'ah (kemauan), al-Fi'lu
(berbuat) dan al-lradaft (berkehendak).
ooo
'eV*iy'*# cYi(,JS;i*i4 F #y ,'dyl
(@ i;v&'K{;l:(;
Dan FirmanNya, "Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali
yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan
tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengefiakan
haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut
y ang dikehendakiNy a. " (Al-Ma'idah: 1)tt)
[1]. Ayat yang ketiga, yaitu Firman Allah,
'$'"tL t- "i; *i U * & tli.(, J; ;i*i f4 {J #Y
4 +;v'64
"Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang aknn dibacakan
kepadnmu. (Yang demikian itu) dengan tidnk menghalalknn berburu l(etika
kamu sednng mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-
hukum menurut yang dikehendakiNya." (Al-Ma'idah: 1)
{< u+i (Dihalalkanbagimu). Yang menghalalkan yaitu Allah,
begitu pula Nabi ffi, beliau menghalalkan dan mengharamkary akan
tetapi dengan izin Allah J8, Nabi ffi bersabda,
.9V'3 )W tt)
"Dihalalknn bagi kita dua bangkai dan dua darlh."l
Nabi juga bersabda,
Wif iir'oy
" S esungguhny a Allah mengharamkan atas knlian. "
Begitulah dia memberitakan bahwa ia diharamkan, terkadang
Nabi ffi mengharamkan dan menisbatkarurya kepada dirinya akan
tetapi dengan izin Allah.
fui\itk Ginatang ternak), yaitu unta, sapi dan kambing dan
J^Li
I Diriwayatkan oleh Ahmad, 2197l. dan Ibnu Majah, no. 3314.
;t;ti yaitu jamak dari ;-r1 seperti kata ag.:,\jijamak dari .l i;.
FirmanNya,4, dinamakan demikian, karena ia tidak berbi-
cara.
&vi1 Kecuali yang alun dibaca). Maksudnya, kecuali apa
yang dibacakan kepada kalian di dalam surat ini, yaitu tercantum
dalam Firman Allah,
4 -*,i'i p. B us ;_{t'{' ilii'^*ii,W,r?b
"Diluramlan bagimu (memalan) bangkni, darah, dagtng babi, (dagrng
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah." (Al-Ma'idah: 3).
Pengecualian di sini ada yang te{pisah dan ada yang menyatu
(bersambung). Kalau bangkai dari hewan ternak, maka pengecua-
liannya bersambung, kalau dari babi, maka ia terpisah, karena babi
bukan binatang ternak.
FirmanNya,
4't;'ir;9i,9'*y
"(Yang demikian itu) dengan tidak menghalallcnn berburu katika
kamu sedang mengerjaknn haji." ..,p yaitu hal bagi knf yang ada di
p3, yakni dalam kondisi di mana kamu tidak menghalalkan bina-
tang buruan sedangkan kamu dalam kondisi ihram. pengecualian
di sini juga terpisah, karena binatang buruan bukan termasuk bina-
tang ternak.
FirmanNya,
q#tE'*y
"(Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu," yakni
membunuhnya pada saat ihram, karena orang yang melakukan se-
suatu menjadi seperti orang yar.g menghalalkannya. Dan binatang
buruan yaitu hewan darat liar yang halal dagingnya. Inilah hewan
buruan yang diharamkan pada waktu ihram.
Firman Allah,
4. i;.Yfia'xi,;$
"Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum mentfiut yang
dikehendakiNya."
Irri yaitu iradah (kehendak) syar'iyah, karena konteksnya ada-
lah peletakan syariat, bisa juga iradah (kehendak) syar'iyah (dan
sekaligus) kauniyah dan maksud hukum di sini yaitu hukum kau-
niyah dan syar'iyah. Apa yang Allah inginkan secara knuniyah,
maka Dia menetapkan dan melaksanakannya dan apa yang Dia
inginkan secara syariat, maka Dia menetapkan dan mensyariat-
kannya.
Ayat ini menetapkan nama Allah yaitu Allah, sifat-sifatNya
yaitu at-Tahlil (menghalalkan), al-Hukmu (menghukumi) dan al-
lradah (kehendak).
ooo
[1]. Ayat keempat, yaitu FirmanNya,
W*fi-i;rt"; Jifu*i5't A4ri6x ri#y
{rui$4$,gLq;e4,i3;1
"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberiknn petunjuk
kepadanya, niscaya Dia melapanglun dadanya untuk (memeluk agama)
lslam. Dan barangsiapa yang dilcthendaki Allah lcesesatannya, niscaya
Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang men-
daki langit." (Al-An'am: 125).
FirmanNya,
ii 'ri ui 1;xril itt* L*.q-*oi r1r )i iF Y ,',Jii
( rL;Jr d 3t$.wk t+? W e:tu,fr-U
FirmanNya,"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan mem-
berikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya
untuk (memeluk agama) lslam. Danbarangsiapa yang dikehen-
daki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya
sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit."trt (Al-
An'am:1.25).
$$*t::*&4iSx;;-crb
"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan petunjuk
kepadanya, niscaya Dia melapanglan dadanya untuk (memeluk agama)
lslam." Yang dimaksud dengan iradah di sini yaitu iradah launiyah
dan yang dimaksud dengan hidayah yaitu hidayah taufik, kami
mendapati orang yang seperti berlapang dada terhadap syariat-
syariat dan syiar-syiar Is1am, dia mengerjakannya dengan kebaha-
giaan, senyum dan kegembiraan.
|ika kamu melihat itu pada diri anda, maka ketahuilahbahwa
Allah menginginkan kebaikan dan hidayah bagi anda. Adapun
orang yang menjadi sempit dengan syariat Islam -na'udzubillah-,
maka hal ini yaitu tanda bahwa Allah tidak menginginkan hida-
yah untuknya, karena jika tidak, niscaya hatinya akan menjadi
lapang.
Oleh karena itu, anda melihatbahwa shalat merupakan ibadah
yang paling berat bagi orang-orang munafik, padahal ia yaitu
ibadah yang menentramkan bagi orang-orang yang ikhlas. Nabi
ffibersabda,
.$$t G,* ;i LUe,t-g)6 ru,;rtir$i b eL+
"Duniamu yang dijadilun disulai olehku yaitu wanita dan minyak
wangi danlcctentramanku dijadikan di dalam shalat."l
Tidak diragukanbahwa Nabi ffi yaitu manusia paling sem-
purna imannya, dada beliau menjadi lapang karena shalat dan ia
(shalat) menjadi ketentramannya.
Jika dikatakan kepada seseorang, Kamu wajib shalat berjamaah
di masjid,lalu dadanya menjadi lapang dan dia menjawab, Segala
puji bagi Allah yang mensyariatkan hal itu untukku. Seandainya
Allah tidak mensyariatkannya, niscaya ia yaitu bid'ah. ralu orang
ini menerimanya dan melaksanakannya. Ini yaitu tanda bahwa
Allah menginginkan kebaikan dan hidayah untuknya.
FirmanNya,
t Diriwayatkan oleh Ahmad,3/128; an-Nasa'i,7l6li dan al-Hakim, 2/150.
ffi ffi
($+;6:e+-y
"Niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) lslum,,.
Melapangkan artinya meluaskan. Dalam makna ini Musa berkata
ketika diutus oleh Allah kepada Fir'aun,
{@'tL4A,6y
"Ya Tuhanku, lapangknnlah untukku dadaku." (Thaha: 25).
Yakni,luaskanlah dadaku dalam mendakwahi dan menyam-
paikan kepada orang ini, karena Fir'aun yaitu raja lalim lagi keras
kepala.
FirmanNyu, pfuI (untuk memeluk agama Islam) yaitu urnum
mencakup dasar Islam, cabang-cabangnya dan kewajiban-kewajib-
annya. Sejauh mana kelapangan dada seseorang kepada Islam dan
syariat-syariabrya, sejauh itu pula bukti bahwa A1lah menginginkan
petunjuk baginya.
FirmanNya,
4. igr a3 4%_611 q; w,{, 4 jar_ |1-,i rt-,; tr y
"Dan barangsiapa yang dilcehendaki Allah lccxsatannya, niscaya
Allah menjadilun dadanya sesak lagi xmpit, seolah-olah ia sedang men-
daki langit " Yakni, menjadikan dadanya sangat sempit, kemudian
Allah mencontohkannya dengan FirmanNya,
{rui$4:;.1:it4y
"Seolah-olah ia sedang mendaki langit." Yakni, ketika Islam di-
sodorkan kepadanya seolah-olah dia memaksakan diri naik ke
langit. Oleh karena itu ayatnya berbunyi -u ii dengan shad dan ain
yang ditasydid dan bukan i;-a (naik), seolah-olah dia memaksakan
diri naik dengan sangat sulit dan tentunya orang yang memaksa-
kan diri naik, dia pasti kelelahan dan bosan.
Bayangkan seorang laki-laki dituntut mendaki gunung yang
sulit lagi ti^gg.Jika dia mendakinya maka dia akan berusaha sekuat
tenaga, nafasnya akan naik turun dan ngos-ngosan karena dia pasti
mendapatkan kesulitan karenanya.
Berdasarkan hasil penemuan masa kini di mana mereka ber-
kata: Orang yang naik ke langit, semakin dia naik lebih tinggi maka
semakin kuat tekanannya (karena oksigennya semakin menipis;
pent) yang membuahrya semakin sulit dan susah. Apa pun itu, baik
makna yang pertama atau makna yang kedua, orang yang disodori
Islam ini sementara Allah menghendaki untuk menyesatkannya,
maka dia merasa sempit dan tertekan seperti dia memaksakan diri
naik ke langit.
Ayat ini menetapkan sifat iradah (berkehendak) bagi Allah.
lradah yang disebutkan dalam ayat ini yaitu iradahkauniyah
bukan yang lain, karena Dia berfirman,
4,:4&6'rfir;{3b
"Barangsiapa yang Allah menghendaki alan memberiknn petunjuk
kepadanya.",
4^t-i-rt;;fry
"Dan barangsiapa yang dikehendaki Atlah kesesatannya."
Pembagian seperti ini hanya ada pada perkara-perkara kauni-
yah, sedangkan iradah syar'iyah, maka Allah menghendaki semua
orang tunduk kepada syariat Allah.
Dari segi perilaku dan ibadah, ayat ini menetapkan bahwa
manusia wajib menerima Islam secara keseluruhan; dasar dan ca-
bangnya; apa yang berkaitan dengan hak Allah dan apa yang ber-
kaitan dengan hak manusia, maka dia wajib berlapang dada dalam
hal itu, karena jika tidak maka dia termasuk kelompok-kelompok
kedua di mana Allah menghendaki kesesatan baginya.
Nabi ffi bersabda,
..r+Jl Q'&"t,=ritri:;
"Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaiknn baginya niscaya
Dia menj adilannya memahami Agama(Ny a). " t
Memahami agama berarti menerima agama, karena siapa
I Diriwayatlen oleh al-Bukhari , Kbb al-Ilmi, &b Man Yuidittah bihi Khairan, dan Muslim, (rbD
az-Zalot tub an-Nahyu an al-Mas'alah.
yang mengerti dan memahami
dan mencintainya.
FirmanNya,
agama, maka dia akan menerima
i)i1_i'"J ;<,f '*,r b!)jge Srsj;t_S Jxii:tt F
{ @ q;:,\ils; s&:*' c;(. ; A}1 e
"Makn demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hing-
ga merekn menjadiknn kamu hakim dalam perkara yang merekn perselisih-
knn, kemudian mereka tidak merasa suatu keberatan dalam hati mereka
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan se-
penuhnya." (An-Nisa': 55).
Ini yaitu sumpah yang ditegaskan dengan !, dan ini yaitu
sumpah dengan rububiyah Allah yang paling khusus kepada ham-
banya, yaitu rububiyah Allah kepada RasulNya atas lenyapnya iman
dari orang yang tidak melakukan perkara-perkara berikut ini:
Pertama, menjadikan Rasulullah sebagai hakim (yang memu-
tuskan hukum), berdasarkan FirmanNya,
4i)54#b
"Sehingga merekn menjadilanmu sebagai hakim." Yakni Rasulullah,
maka barangsiapa mencari hakim kepada selain Allah dan Rasul-
Nya, dia bukanlah seorang Mukmin; bisa jadi kafir dengan keku-
furan yang mengeluarkannya dari Islam atau kafir yang di bawah
itu.
Kedua,lapang dada dengan hukumnya, di mana mereka tidak
merasa sempit dada terhadap keputusannya, akan tetapi mereka
menerima dengan lapang dada terhadap apa yang diputuskan oleh
Rasulullah #.
Ketiga, menerima secara total dan penerimaan ini ditegaskan
dengan mashdar yang berarti dengan penerimaan yang sempurna.
Berhati-hatilah wahai Muslim, jangan sampai iman lenyap
dari dirimu.
Sebagai contoh: Ada dua orang berdebat tentang suatu hukum
syar'i. Salah seorang dari keduanya berdalil dengan sunnah tetapi
ffi
orang kedua menyikapinya dengan sempit dada; dan berkata ba-
gaimana saya meninggalkan imam saya dan mengikuti sunnah ini?
Jelas orang kedua ini imannya kurang, karena seorang Mukmin
yang benar jika dia menemukan dalil dari Kitabullah dan Sunnah
RasulNya, maka dia sangat berbahagia seolah-olah dia telah men-
dapatkan harta rampasan perang yang besar, dia berkata, "segala
puji bagi Allah yang telah memberiku petunjuk kepada hal ini."
Sementara ada orang yang fanatik buta terhadap pendapatnya, dia
berusaha memelintir dalil agar sesuai dengan apa yang diinginkan-
nya, meski itu bukan yang diinginkan Allah dan RasulNya. Orang
yang demikian ini berada dalam bahaya besar.
lradah (kehendak) Allah terbagi menjadi dua:
Pertama, lradah kauniyah, iradah ini yaitu sinonim dari
Masyi'ah, maka sr;i berarti ;u (menghendaki atau menginginkan).
lradah ini:
1. Berkaitan dengan apa yang dicintai dan apa yang tidak
dicintai Allah.
Berdasarkan ini, jika ada yang berkata, "Apakah Allah meng-
inginkan kekufuran?" Maka jawablah, "ya", jika maksudnya yaitu
iradah kauniyah, karena jika ia tidak diinginkan, niscaya ia tidak
terjadi.
2. Mengharuskan terjadinya apa yang diinginkan Allah, artinya
apa yang diinginkan Allah pasti terjadi, tidak mungkin tidak.
Kedua,lradnh syar'iyah, ia sinonim dengan mahabbah (kecintaan).
Maka l;i (menginginkan) berarti l;i (mencintai). Maka ini:
1.. Ia khusus pada apa yang dicintai Allah; maka Allah tidak
menginginkan dari segiiradah syar'iyah, kekufuran dan kefasikan.
2. Apa yang diinginkan tidak mesti terjadi, artinya Allah meng-
inginkan sesuatu secara syar'i dan ia tidak terjadi. Dia ingin semua
manusia menyembahNya tetapi apa yang diinginkanNya ini tidak
mesti terwujud, maka ada yang menyembahNya, ada pula yang
tidak, lain halnya dengan iradah kauniyah.
Jadi perbedaan antara kedua iradah ini dari dua segi,
7 - lradah kauniyah mesti terjadi dan syar'iyah tidak mesti.
2 -Iradah kauniyah bersifat umum pada apa yangdicintai dan
tidak dicintai Allah sedangkan iradah syar'iyah hanya pada apa
yang dicintai Allah.
Jika ada yang berkata, "Bagaimana Allah menginginkan se-
cara knuni apa yang tidak dicintaiNya, artinya bagaimana
-Diu *".g-
inginkan kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan sementara dia
tidak mencintaiNya?"
lawab, Hal ini dicintai Allah dari satu sisi dan dibenci dari sisi
yang lain. Ia dicintai karena ia mengandung kemaslahatan besar
dan ia dibenci karena ia yaitu kedurhakaan.
Tidak mustahil ada sesuatu yang dicintai dari satu sisi dan
dibenci dari sisi yanglainnya. Ada seorang bapak yang membawa
anaknya yang merupakan buah hati dan belahan jantungnya kepada
seorang dokter yang membedah kulitnya demi membuang penya-
fitrya. seandainya ada or.u:rg lain hendak melakukan hal yJr,g,u,,.u
dengan kukunya saja dan bukan dengan pisau, niscaya tupit t"r-
sebut akan menyerangnya. Akan tetapi kepada dokter dia'menye-
rahkan anaknya untuk dibedah, dia melihat dengan gembira, iia
menyerahkan anaknya kepada dokter lalu dokier memanaskan
besi dengan api. Manakala besi itu merah menyala, ia ditempelkan
di bagian tubuh anaknya yang sakiu dia rela. Mengapa dia rela
padahal itu yaitu kesakitan bagi anaknya? Karena bukan itu yang
diinginkannya, yang diinginkannya yaitu kebaikan besar vulada di baliknya.
- Kita mengambil dua manfaat dari segi perilaku dari pengeta-
huan kita terhad ap iradah:
P ertama, hendaknya kita menggantungkan harapary ketakutan,
seluruh keadaan dan amal kita kepada euih, karena segala sesuatu
terjadi dengan iradahNya.Ini mer+'ujudkan sikap tawaka-l bagi kita.
Kedua, hendaknya kita melakukan apa yang diinginkan Allah
secara syar'i, jika kamu mengetahui bahwa ia dicintai dan diingin-
kan Allah secara syar'i maka hal itu memperkuat semangat Lita
untuk melakukannya.
Ini yaitu faidah mengetahui iradah dari segi perilaku. yang
pertama dari segi iradahknuniyahyang kedua dari ng,'*odol, syor,iyoi.
ffi
qAIJA;'i iyY;J'Y ,uyi
Dan FirmanNya, "Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik