."(1) (Al-Baqarah'
19s).
t1]. Ini yaitu ayat yang menetapkan sifat mahabbah (menyu-
kai atau mencintai).
Ayat pertama,
(@ |"At2'iil't?iilt'fi
"Dan berbuat baiklah, knrena sesungguhnya Allah menyukai oranS-
orang yang berbuat baik." (Al-Baqarah: 195).
ti;i3: Berbuat baiklah, ini yaitu kata perintah'
Berbuat baik bisa wajib dan bisa mustahab yan8 dianjurkan,
ya gwajib yaitu yang meniadi dasar bagi yang wajib, yang lebih
dari itu yaitu dianjurkan.
Jadi FirmanNya, ti;\3 yaitu fi'il amar (kata kerja perintah)
yang digunakan untuk yang wajib dan yang dianjurkan'
Berbuat baik bisa dalam beribadah kepada Allah, dan bisa
pula dalam bermuamalah dengan manusia. Ihsan dalam beribadah
Lepada Allah ditafsirkan oleh Rasuluttah & tatkala Jibril bertanya
tentangny2.l Jibril berkata, "Apa itu ihsan?" Nabi bersabda, ori;rj ii
t;,!:t3 (Hendaknya kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu me-
tihatNyd.Ini lebih sempurna daripada yang sesudahnya, karena
orang yang beribadah kepada Allah seolah-olah dia melihatNya
berarti-dia beribadah kepadaNya dengan keinginan dan harapan.
lta/!1j$ af F p 3p (Jika kamu tidak melihatNya, maka Dia melihatmu).
yikni, jika kamu tidak mencapai derajat itu, maka ketahuilah
bahwa bia melihatmu. Dan orang yang beribadah kepada Allah
dengan derajat ini berarti dia beribadah dengan ketakutan dan
kekhawatiran, karena dia takut kepada yang melihatnya'
1 Diriwayatkan oleh Muslim, Ktab al-Iman, Bab Bayan al-Arkan al-Iman wa al-Islam, dari Umar
bin al-Khaththab &.
Sedangkan ihsan dalam bermuamalah dengan manusia
ada yang berkata, ia yaitu memberikan yang baik, menahan
buruk dan menunjukkan wajah yang berseri.
maka
yang
Yang pertama, yaitu memberikan yang baik, yang bersifat
materi atau jasmani atau kedudukan.
Yang kedua, yaitu tidak menyakiti manusia dengan ucapan
atau perbuatan.
Yang lcetiga, yaitu hendaknya kamu tidak cemberut di depan
manusia, hanya saja terkadang seseorang marah dan cemberu[ te-
tapi itu karena suatu sebab dan bisa jadi ia merupakan kebaikan
jika ia merupakan sebab bagi baiknya keadaan. oreh karena itu,
jika kita mencambuk atau merajam pezina, maka itu yaitu berbuat
baik kepadanya.
Termasuk dalam hal ini yaitu bermuamalah dengan baik
dalam jual beli, sewa menyewa, nikah dan lain-lain; kaiena jika
anda bergaul dengan mereka dengan baik dalam perkara-perkara
ini, bersabar atas kesulitary menunaikan hak dengan reguri, maka
hal itu dikategorikan memberikan kebaikan. sebaliknya, iiku kurr,,
melakukan pelanggaran dengan kecurangan, pemaliuan dan ke-
bohongan, maka kamu tidak menahan diri diri sikap menyakiti,
karena semua itu berarti menyakiti. Berbuat baiklah ditam beriba-
dah kepada Allah dan dalam bermuamalah dengan makhluk.
FirmanNya,
{@'#atu6(5r}
"sesungguhnya Allah menyulai orang-orang yang berbuat baik."
Ini yaitu alasan perintah berbuat baik sekaligus pahala pe-
laku kebaikan, bahwa Allah mencintainya. Kecintaan afah adaiah
sebuah derajat yang ti.gF lagi mulia, demi Allah, kecintaan Allah
tidak bisa dibeli dengan dunia seluruhnya, ia lebih tinggi daripada
anda mencintai Allah, Allah mencintaimu yaitu lebih mulia dari
pada kamu mencintai Allah. oleh karena itu A[ah berfirman,
<'r'1,W. a;4 Ai'og B 4'S h
"Kntakanlah, 'lika lumu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mencintai lcamu'." (Ali Imran: 31.).
Allah tidak berfirman, "Ikutilah aku, niscaya benarlah kecin-
taanmu kepada Allah." padahal keadaannya menuntut yang demi-
kian, akan tetapi Dia berfirman,
4ij'1F#-Y
"Niscaya Allah mencintaimu." (Ali Imran: 3L).
OIeh karena itu sebagian ulama berkata, "Yang penting dan
yang paling penting yaitu Allah mencintaimu bukan kamu men-
cintai Allah."
Siapa pun mengklaim dirinya mencintai Allah, akan tetapi
yang penting yaitu apakah yang di langit mencintai anda atau
tidak? ]ika Allah mencintai anda dan para malaikat di langit juga
mencintai anda, kemudian penerimaan dihamparkan di hadapan-
mu di muka bumi lalu penduduk bumil mencintaimu dan meneri-
mamu serta menerima apa yang kamu sampaikan, maka ini kabar
gembira yang disegerakan bagi seorang Mukmil:t-
Ayat ini menetaPkan nama Allah, yaitu Allah dan sifat Allah
yaitu al-lJluhiyalr dan al-Mahabbah (mencintai).
ooo
4"' C*t;5\ U:;i'LfWtY
"DAn berlaku adillah, sesungguhnya Allah mencintai oranS-orang
y ang berlaku adil.il(lt (Al-Huiurah 9).
[1]. Ayat yang kedua yaitu Firman A1lah,
{@ <4t-fiU';t'Li(,-;it\
"Dan berlaku adillah, sesungguhnya Allah mencintai oranS-orang
yang berlaku adil." (Al-Hujurah 9).
ql i1: fi'il amar (kata kerja perintah). iti-i)ji bukanlah t: lii
1 Diriwayatfian oleh al-Bukharl, Ktab bd'i al'Khalq, tub Dzikr al-Mala'ikak dan Muslim, Kbb
al-Blr, &b ldza Ahabballah,
ffiN(
karena ia yaitu y''il ruba'i (kata kerja yang terdiri dari empat huru0,
hamzahnya yaitu hamzah nafi jika ia masuk ke dalamy''il, maka ia
menafikan maknanya. Fi'il L.-i berarti, berbuat zhalim, iika i*i di-
masuki hamzah, maka ia menjadi i*ji berarti berbuat adil, yakni
melenyapkan kezhaliman, mereka menamakan hamzah sepeiu ini
dengan hamzah salbiyah seperti ly; 6^nv,ii yangpertama berarti
melakukan kesalahan dengan sengaja dan yang kedua berarti me-
lakukannya tanpa sengaja.
FirmanNya, rylu=ii' yakni, berbuat adillah, ini wajib, berbuat
adil yaitu wajib pada perkara yang memang menuntut persamaan.
Termasuk dalam hal ini berlaku adil dalam bermuamalah
kepada Allah, dia melimpahkan nikmat-nikmatNya kepadamu,
termasuk keadilan kalau kamu mensyukurinya. Dia menjelaskan
kebenaran kepadamu, termasuk keadilan kalau kamu mengikuti
kebenaran tersebut.
Termasuk dalam hal ini pula berlaku adil dalam bermuama-
lah kepada manusia yaitu kamu bermuamalah kepada mereka
d-"lgl" apa yang kamu ingin mereka bermuamalair denganmu,
oleh karena itu Nabi bersabda,
bH#3
- ,"Barangsnpa menginginlan dijaut*an dari api neraka dnn dimasuk-
kan ke dalam surgq mala hendaknya dia mail dalam keadaan beriman
kepada Allah dan Hari Akhir dan hendalcnya dia bergaul dengan manusia
seperti dia ingin mereka bergaul dengannya."l
Bermuamalahlah kamu dengan manusia dengan apa yang
kamu harapkan mereka bermuamilah denganmu. CSntohny u, litZkamu ingin bermuamalah dengur, r"ruoring maka sodoikanlah
muamalah tersebut kepada dirimu. Jika orang lain bermuamalah
fepadamu dengannya, apakah kamu rela atatitidak? ]ika ya maka
lakukanlah, jika tidak maka jangan.
Termasuk dalam hal ird yaitu bersikap adil dalam pemberian
+; F."w,a$r rtr4S )gt f.{;iti.-i;r;
4Li3!":'i U"v nt!,r Ji":{r,irt $lli\
Diriwayatkan oleh Muslim, Kibb al-rmanh, &b luujub al-wafa, bi Baibt ahKhutab, ah
Awwal fa al-Awwal.
ffi
kepada anak-anak. Nabi bersabda,
rs;:t;i d. t i*6 irt tr;:t
"Bertalcutalah kepada Allah dan bersilup adillah di antara anak-
anAlctttu."T
Termasuk dalam hal ini yaitu bersikap adil dalam perkara
warisan di antara ahli waris, masing-masing dari mereka diberi
haknya dan tak seorang pun di antara mereka diberi hak wasiat.
Termasuk dalam hal ini yaitu bersikap adil di antara istri-
istri, yaitu, dengan membagi sama rata antara yang satu dengan
yang lain.
Termasuk dalam hal ini yaitu bersikap adil kepada diri sen-
diri, maka hendaknya kamu tidak membebani dirimu dmgan amal-
amal yang kamu tidak mamPu menunaikannya, karena Rabbmu
memiliki hak atasmu dan dirimu juga memiliki hak atasmu.
Danbegitu seterusnya.
Satu hal yang harus tetap diwaspadai: Ada sebagian orang
yang mengganti keadilan dengan persamaan. Ini yaitu salah, per-
samaan tidak bisa dikatakan sebagai ganti keadilan, karena Persa-
rruan berarti menyamakan dua perkara yang mungkin saja keadilan
justru menuntut pembedaan.
Demi seruan kepada persamaan, yang sebenarnya yaitu ke-
tidakadilan, mereka berteriak, "Apa bedanya antara laki-laki dengan
perempu,ul? samakan laki-laki dengan perempuan!" Bahkan orang-
orang komunis berseru, "Apa bedanya antara pemimpin dengan
rakyit, tidak mr]ngkin seseorang memimpin orang lain, begitu pula
antira bapak dengan anak. Bapak tidak mempunyai kekuasaan aPa
pun atas anaknya." dan begitu seterusnya.
Akan tetapi jika kita berpendapat bahwa keadilan berarti mem-
berikan kepadi yang berhak apa yang menjadi haknya maka apa
yang ditakltkandi itas tidak terjadi. Dan kalimatnya pun menjadi
lurus.
Dari sini maka di dalam al-Qur'an tidak tercantum, "Sesung-
I Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kbb al-Hihh, &b al-Idtd fi al-Hibk dan Muslim, Kbb al-
Hibah, bb Kanhiyah Tafdhil tu'dha al-Awlad fi al-Hibah.
XEHfi
guhnya Allah memerintahkan persamaan." Akan tetapi yang ter-
cantum yaitu ,
(or! iu.';itt';$
" sesungguhnya Allah mmyuruh kamu berraht adil. " (An-NahL 90).
{.t-f!iKnJo6i'dKtiby
"Dan (menyuruh knmu) apabila menetaplan hukum di antara ma-
nusia supaya kamu menetaplun dengan adil.,,(An_Nisa.: 5g).
- Orang yang berkata, Islam yaitu agama persamaan, telah
melakukan kesalahan pada Islam; bukan p"rcurr,urr, tetapi agama
keadilan, yang berarti mengumpulkan dui perkara yang iu*i dur.
membedakan dua perkara yang berbeda, kecuali ji[a rnaksud dari
persamaan yaitu keadilan, maka ia benar dari segi makna namun
salah dari segi kata (isrilah).
oleh karena itu, di daram al-eur'an tercantum banyak pena-
fian terhadap persamaan,
4 SrX_* i.fg Si\r, u_$ "*,S3y"Katakanlah,
.'adaknh
sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahuiT,,, (Az_Zumar: 9).
q 336 uihi ";:. t;-l
j;S t$.ti 6;J*f F
"Adaknh sama orang buta dan orang yang dapat merihat, atau sama-
lah gelap gulita dan terang benderang." (ar_du'ai tO;.
i)i,i't| #,i^i-j,:r;; 6Xi b,t.',r,j 3 L,sla.tfi
(i*s;fi:"W
'Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya)
dan berperang sebelum penaklukan ttvtaitca\,-tvterelta lebih tinggi dira_
jatnya daripadn orang-orang yang menafrahran (hartanya) dan urrpnorg
sesudah itu." (Al-Hadid: 10).
4 $l,b ci,:t*|XV)AI J.j,;L.*AidlrLfit ofi.ib
'Tidaklah sama antara Mukmin yang duduk (yang tidak ikut ber_
perang) yang tidak mempunyai udzur dengan oranS-orang yang berjihad
di jalan Allah." (An-Nisa': 95).
Tidak ada satu huruf pun di dalam al-Qur'an yang memerin-
tahkan persamaary akan tetapi yu^g diperintahkan yaitu keadilan.
Kata keadilan bisa diterima oleh hati manusia.
Aku ingin meluruskan hal ini, agar kita tidak hanya ikut-ikut-
an, karena ada sebagian orang yang mencomot ucapan secara asal-
asalan, tanpa melihat kepada kandungan maknanya dan kepada
siapayang mengatakannya dan apa yang dimaksud olehnya'
Ayat ini menetapkan nama dan sifat Allatu sama dengan yang
sebelumnya.
ooo
4.o <i4;5i 3)^'fi Lt\'t'A:S #1 Vfr6Y
"Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah
kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah
menyuk ai o r ang - o r an I y ang b ert akw a.'(1) (At-Taub ah : 7)'
[1]. Ayat ketiga, Firman Allah,
"Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah knmu
berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukni
orang-orang yang bertakwa." (At-Taub ah:7).
v: Syarthiyah,fi'il syarattyayaitu t$fu\, dan jawabnya ada-
lah r;;g-tl, yakni selama orang-orang yang kamu ambil perjanjian-
r,y" di vtuqidit haram ihr teguh memegang perjanjian tersebut, maka
kamu pun harus melakukan hal yang sama.
Kalimat bersyarat ini secara tersurat menunjukkan bahwa
jika mereka bersikap lurus kepada kita maka kita pun bersikap lurus
Lepada mereka dan memenuhi perjanjian dengan mereka, dan se-
caia tersirat menunjukkan bahwa jika mereka tidak berlaku lurus,
maka kita pun mengambil sikap sesuai dengan sikap mereka.
orang-orang yang melakukan perjanjian dengan kaum Mus-
limin terbagi menjadi tiga kelompok,
Kelompok pertama yaitu yang bersikap lurus di atas perjan-
jian mereka dan kita mempercayai mereka, maka kita wajib bersi-
kap lurus kepada mereka sesuai dengan Firman Allah,
4 <4r#1 {A 6i Lt & t #6 rS1 tAflt3y
'Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu
berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Attah menyukai
or an g- or ang y an g b ertakto a. "
Kelompok ke{1a yaitu pengkhianat dan pelanggar perjan_
jian. Mereka ini tidak ada perjanjian bagi *"r"iu sesuai Firman
Allah,
L)W H_,-C\F,E, &+ ):,$ #,rK ob b
4;i1 ifi-s#|Hi
"lika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah merekn berjanji,
dan mereka mencerca agamamu, maka peraigilah pemimpin-pemimpin
orang-orang kafir itu,larena sesungguhnya merelcn itu yaitu orang-orang
Qang tidak dapat dipegang) janjinya.,, (At-Taubah: 12).
Kelompok ketiga yaitu yang menampakkan sikap lurus, akan
tetapi kita khawatir mereka berkhianat, artinya kita mlncium indi_
kasi bahwa mereka hendak berkhianat. Allah berfirman tentang
mereka,
'*;yt G\';ii,t-'.fn {Fryy+L'*rZ ij ,t 66 t$ b
{@
"Dan jikn kamu khawatir atan (terjadinya) pengkhianatan dari
suatu golongan, maka lcembatilcnntah perjanjian iiu kqadi mererca dmgan
cara yang jujur. sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berkhianat." (Al-Anfal: 58).
Yakni kembalikan perjanjian tersebut kepada mereka, dan kata-
kanlah, "Tidak ada perjanjian-di antara kita."
Jika ada yang berkata: Bagaimana perjanjian tersebut dikem-
balikan lcepada mereka sementara mereka masih dalam perjanjian?
Kami jawab, karena ditakutkan berkhianat. Kita tidak percaya
kepada mereka karena mungkin saja suatu saat nanti mereka me-
nyerang kita secara tiba-tiba, kepada mereka perjanjian tersebut
kita kembalikan, hanya saja kita tidak mengkhianati mereka karena
perjanjian masih tegak. Jika kaum Muslimin berkata, "Kami takut
mereka berkhianat, kami akan mulai menyerang mereka." Kami
katakan, "Tidak, ini haram, jangan memulai memerangi mereka
sebelum perjanjian tersebut dikembalikan kepada mereka. "
FirmanNya,;412i (Orang yang bertakata). Mereka yaitu orang-
orang yang mengambil perlindungan dari azab Allah dengan men-
jalankan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-larangan-
Nya.
Lri yaitu salah satu definisi terbaik dan simpel tentang takwa.
Ayat ini menetapkan narra dan sifat Allah, sarna dengan yang
sebelumnya.
ooo
[1]. Ayat keempat, FirmanNya,
{@ o;1A14i4"!i!46ii\y
"sesungguhnya Allah menyulai oranS-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang menyucikan diri.' (Al-Baqarah: 222).
.:r33i (orang-orang yang bertaubat) yaitu kata yang mengan-
d. g makna sangat (mantap), yang berarti banyak kembali kepada
Allah, taubat yaitu kembali kepada Allah dari kemaksiatan ke-
pada ketaatan.
4"', <);{at #; 4"!i t} t i1b
"sesungguhnya Allah mmyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yaflg menyucikan dii." (1) (Al-Baqarah:
2221.
,'dii
XEffifi
Dan syaratnya ada lima:
Pertama, ikhlas karena Allah tlts di mana pendorongnya ada-
lah takut kepada Allah dan mengharapkan pahalaNya.
Kedua, menyesali dosa yang telah dilakukan, dan tandanya
yaitu keinginan dalam hatinya bahwa (andai saja) dosa itu tidak
pernah terjadi.
Ketiga, meninggalkan dosa; jika yang dilakukan yaitu sesuatu
yang haram maka dengan meninggalkannya, jika dosanya karena
meninggalkan sesuatu yang wajib maka bersegera melakukannya.
Keempat, tekad kuat untuk tidak mengulangi dosanya.
Kelima, taubat dilakukan pada waktu taubat masih diterima,
yaitu sebelum ajal menjemput dan sebelum matahari terbit dari
barat, karena jika ia dilakukan pada kedua waktu tersebut, maka
ia tidak diterima.
Jadi -,t3ili berarti yangbanyak bertaubat.
sudah dimaklumi bahwa banyak bertaubat berarti banyak
dosa, dari sini kita mengetahui bahwa sebanyak apa pun dosa sese-
orang/ jika setiap dia berdosa dia bertaubat maka Allah mencintai-
nya. Dan orang yang bertaubat satu kali dari satu dosa akan lebih
dicintai oleh Allah, karena siapa yang banyak dosanya dan banyak
taubatnya saja dicintai oleh Allah, apalagi yang dosanya sedikit dan
taubatnya sedikit, dia lebih berhak dicintai Allah.
FirmanNya,
4,<'#'gib
"Dan menyulai orang-orang yang menyucilcan diri." yai[,.or6mg-
orang yang menyucikan diri dari hadats dan najis pada tubuh dan
apa yang wajib disucikan.
Di sini Allah mengumpulkan antara bersuci batin dan ber-
suci lahir, yang pertama dengan Atgi,yang kedua dengan diLui.
Ayat ini menetapkan nama dan sifat Allah, sama dengan se-
belumnya.
ooo
ffi ffi
{" ",i,i'#- a;5 ail# K ot'S y, u f i
FirrrranNy a, " Kat ak anl ah,' f ika kamu (b en ar-b enar) mencint ai
Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi*u','ttt (Ali
Imran:31).
(1). Ayat kelima, FirmanNya,
{'nf
,W. aE6 rt'"}; }rK tt S b
"Kntaknnlah, 'lika kamu (benar-benar) mencintai Allah, makn ikuti-
lah aku, niscaya Allah mengasihimu'." (Ali Imran: 31.).
Ulama Salaf menamakan ayat ini dengan ayat ujian, karena
ada suatu kaum yang mengklaim mencintai A1lah maka Allah me-
nyuruh NabiNya agar berkata kepada mereka,
4aj+Ux'.H-/4;j'fu
"Katakanlah, 'likn knmu (benar-bennr) mencintai Allah, makn ikuti-
llh aku'."
kri yaitu tantangan bagi siapa Pun yang mengklaim mencin-
tai Allah. Jika kamu benar dalam mencintai Allah maka ikutilah
Rasulullah. Siapa yang membuat sesuatu yangbaru dalam agama
Rasulullah M yang bukan darinya lalu dia berkata, "Aku mencintai
Allah dan Rasulullah." Maka kami katakan kepadanya, "Ini yaitu
dusta. Seandainya cintamu itu benar niscaya kamu mengikuti Rasu-
lullah ffi dan kamu tidak akan lancang dengan menyusuPkan se-
suatu ke dalam agamanya, padahal ia bukan termasuk di dalamnya.
siapa yang lebih mencintai Rasulullah, maka dia lebih mencintai
Allah."
]ika dia mencintai Allah dan melaksanakan ibadah kepada-
Nya maka Allah mencintainya lebih dari itu, Allah memberinya
balasan lebih dari aPa yang dia kerjakan. Allah berfirman di dalam
hadits qudsi,
# A'nft9; ,i,ift u
,,Barangsiapa mengingatKu pada dirinya, niscaya Aku mengingat-
nya pada diriKu."
Dan Diri Allah lebih agung daripada diri kita.
'4 Fy erft,i" e e;; ui
"Barangsiapa mengingatKu di depankhalayak, niscaya Aku meng-
ingatnya di depan khalayak yang lebih baik."
Dalam hadits tercantum, "Barangsiapa mendekatkan diri ke-
yadaNya satu jengkal niscaya Allah mendekatkan diri kepadanya satu
Uilo. Barangsiapa yang mendelatlcnn diri kqadaNya satu hasta niscaya
Dia mendekatknn diri kepadanya satu depa. Barang-siapa datang kepada
Allah dengan berjalan, makn Allah datang kepadanya dengan-berialan
cepat."1
]adi balasan pahala Allah lebih banyak daripada amalmu.
Ayat ini menetapkan nama dan sifat Allah, sama dengan se-
belumnya.
ooo
[11. Ayat keenam, Firman Allah,
4 i;j1; "i4. r$$i 6;i;.3y
"Maka l<elak Allah akan mendatangran suatu kaum yang Allah men-
cintai mereka dan mereka pun mencintaiNya." (Al-Ma'iiar,, sa1.
Fa' terletakpada jawab syarat pada FirmanNya,
4 ;;4; #.,fi,fri r1-,;i, 4,* G -& f; ; W; r-ii (G_ *
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara lcnmu yang
Diriwayatkan oleh al-Bukhan, Kitab atTauhid, @b eautuhu dtl wa yuhadzdzirukumultah
Nafsahu, dan Muslim, Kitab adz-Dzik wa ad- Du,a ', fub aLHaffiu ala Dzikillah $:;.
(.'' i;:}i "#-,,6,fri Jy_3;ih,u y s
Dan Fir:nanNya, "Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka punhencintai-
NY a, " 0t (Al-Ma'idah: 54).
murtad dai Agamanya, mala lcelak Allah alan mendatangkan suatu knum
yang Allah mencintai merelu dan mereka pun mencintaiNya." (Al-Ma-
'idah:54).
Maksudnya, jika kamu murtad dari Agama Allah, maka hal
itu tidak merugikan Allah sedikit pun,
4 ;;Hi'#. ;ry'f't i.c- S;1Y
"Makn tcelak Allah alan mendatanglan suatu laum yang Allah men-
cintai merelu dan mereka pun mencintaiNya."
Ini seperti FirmanNya,
( G) KlsJ Yi'K i X {n \$ U1SV; -,5Y
"Dan jikn kamu berpaling nixaya dia alan mengganti kamil dengan
kaum yang lain, dan mereka tidak alun stperti lumu ini'" (Muhammad:
38).
siapa pun yang murtad dari agama Allah, maka Allah tidak
pduli padanya, karena Allah tidak memerlukannya, Dia melenyap-
kan dan menghadirkan yang lebihbaik darinya,
4;a'a''{'sfib
"Maka t<elak Atlah alan mendatanglan suatu laum"; sebagai Peng-
ganti mereka,
4;;4;'#-b
"Yang Allah mencintai mereka d-an merelu pun mencintaiNya''
|ika mereka mencintai Allah dan Allah mencintai mereka, nis-
caya mereka akan menaatiNYa.
Kelanjutan ayat,
$.C.F( er5'".u35i e ity
"YAng bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang
bersikap lceras terhadap orang-orang knfir."
Mereka berlemah lembut kepada orang-orang Mukmin, ber-
sikap rendah hati, berkasih sayang dan mencintai mereka. Di depan
orurig-or"ng kafir mereka bersikap keras dan tegas, tidak menam-
pakkan kerendahan sedikit pun.
Rasulullah # telah mengajarkan kepada kita,
4*i JtfiuJ;tt1i* a p.t4t;1:
"lila lamu bertemu merela di jalan, mata deskrah merela tce ptnsgtr
(yang sempit)."t
Jika kamu bertemu orang-orang yahudi dan Nasrani, mes-
kipun mereka seribu sementara kamu hanya sepuluh maka hen-
daklah kita membelah kumpulan tersebut dan tidak melapangkan
jalan bagi mereka, akan tetapi kita paksa mereka ke pinggir iu.g
gempit, kita tunjukkan kepada mereka kemuliaan kita dengan agarvl
kita bukan dengan diri kita, karena kita dengan mereka yaitu sanu-
sama manusia, supaya terbukti bahwa agama Islamlah yang menang
dan orang yang berpegang padanya yaitu orang yang,*rtiu.
4. ; t5 5:,6{; ;,i,8 c 6,ry_y
"Yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang sukn mencela."
Mereka berjihad di jalan Allah merawan siapa pun yang me-
nentang agama Allah: kafir, fasik, mulhid, zindiq. Masing-mising
dihadapi dengan senjata yang sesuai denganrtya, siapa yang berl
-peran_g
dengan api dan besi maka dia dihadapi dengar, ,pi d"r,
!esi. siapa yang berperang dengan dialog dan perdebatan maka
dia dilawan dengan hal yang sama. Mereki berjihad di jalan Allah
dengan segala macam bentuk jihad.
{rI t{;j'Q{;y
"Yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencel,.,,
Mereka tidak takut terhadap kritik orang kepada mereka, me-
reka menyuarakan kebenaran walaupun atas dirimereka send.iri.
-Hanya
saja mereka menggunakan hikmah dalam jihad (enis)
ini, dan berusaha mencapai target sasaran, jika mereta metinai
bahwa dakwah menuntut penangguhan dalim sebagian perkara
maka mereka menangguhkannya, jika dakwah meiur,tut sikap
I Diriwayatkan oleh Muslim, Kltab as-fulam, hb an-Nahyu an lbtida'i Ahli at-Kitab bt as-glan
lembut di sebagian kondisi, maka mereka memakainya, karena
mereka ingin mencapai sasaran tertentu dan sarana yang diguna-
kan menurut tuntutan suatu kondisi.
Kemudian Allah berfirman,
4+!,s'i'tiXi;-; *.r-Jrt Fi aifi
"Itulah karunia Allah, diberilanNya lcepada siapa yang dil<elwndaki-
Nya, dan Allah Mahaluas (pemberianNya),lagi Maha Mengetahui."
Ayat ini menetapkan nama dan sifat Allah, sama dengan se-
belumnya ditambah bahwa Allah dapat dicintai.
ooo
[1]. Ayat ketujuh, Firman Allah,
4,?*i L$..{iv (L -,W,t 6}$. 6ii $';'it'y$
"sesungguhnya Allah menyukni orang yang berperang di ialanNya
dalam barisan yang teratur seakan-alun mereka seperti suatu bangunan
yang tersusun kokoh." (Ash-Shaf: 4).
Ayat ini ada dalam surat ash-Shaf, yang pada hakikatnya ada-
Iah surat jihad, karena Allah memulainya dengan pujian kepada
orang-orang yang berperang di ialanNya, kemudian mengajak ke-
padanya di akhir surat dan di antara itu Allah menyebutkan bahwa
bia akan memenangkan agama di atas seluruh agama meskipun
or.rng-orang musyrik membencinya.
4U-twa5j$.o$iU-sLYfi
Lq,..{kk -,W 46}5. ,friy! ,uii
r(\) u t-i
t et+J
FirnranNya, "sesungguhnya Allah menyukai orang yaflg bete'
rang di jalanNya dalambaisanyang terufin seakan'akan mereka
seperti suatu bangunan yang tersusun ftsft617,"(rt (Ash-Shaf: 4).
6Jt44
"Sesungguhnya Allah menyulai orang yang berperang di jalanNya
dalam barisan yang teratur", di mana tidak ada yang maju dan tidak
ada yang tertinggal sampai dalam urusan jihad.
Dan shalat yaitu jihad kecil, padanya terdapat komandan
yang wajib diikuti, jika kamu tidak mengikutinya maka shalatmu
batal. Nabi bersabda,
,),V ;1, ,;1, irr inii pu,{r * uli el. ,s$r -s;-ui
t.lto a:-*'i:-* ,W- li
"Apalah orang yang menganglut lcepalanya sebelum imam tidak
takut Allah merubah kepalanya menjadi kepala lceledai atau menjaditun
waj ahnya waj ah keledai? " 1
Shaf dalam shalat
^i"ip dengan shaf dalam jihad, Rasulullah
ffi menata barisan mereka dalam jihad sebagaimana beliau menata
barisan mereka dalam shalat, seolah-olah mereka yaitu bangunan
dan bangunan itu yaitu sebagaimana yang dinyatakan oleh Rasu-
lullah iW,
tJ;;. fi-zr. t*-
"Sebagian menguatkan sebagian yang lain."z Sebagian dengan
yang lain saling menopang. Oleh karena itu Allah berfirmary
(@,?*iY$i!vb
"sealan-akan merelu xp*ti suatu bangunan yang tersusun kokoh",
tidak terpecah-pecah dan yang tersusun kokoh pasti lebih kuat.
Sifat orang-orang yang dicintai Allah karena amal-amal me-
reka yaitu ,
P ertama, mereka berperang, mereka tidak bermalas-malasan,
tidak ogah-ogahary tidak tinggal diam dan tidak bersantai-santai
di mana hal itu melemahkan agama dan dunia.
Kedua, ikhlas sesuai dengan FirmanNya, (.ey,iq> "Di jaran-
I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Adzan, tub Ism Man Rafab Ra'shu eabta al-ImarT dan
Muslim, Kitab as-Shalah, Bab Tahim Sabqi al-Imam.
2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Adab, hb Ta,awun al-Mu'minin hdhahum Badha
dan Muslim, Kitab al-Bir wa ash-Shilahi fub Tanhim at-Mu,minin,
Nya."
Ketiga, saling menopang satu sama lain sesuai dengan Firman-
Nyu, ( (3y "Drlombarisanyang teratur."
Keempat, bahwa mereka yaitu seperti bangunan. Dan bangun-
an itu yaitu benteng ya g kokoh.
Kelima, tidak tersusupi oleh apa yang dapat memecah-belah
mereka sesuai dengan FirmarNya, 4,,*i> "Yang tersusunkokoh."
Ini yaitu lima sifat, yang karenanya Allah menambatkan
kecintaanNya kepada mereka.
Ayat ini menetapkan nama dan sifat Allah sama, dengan yang
sebelumnya.
ooo
( @'";$i3;rfi'r[Y ,ny,
FirmanNya, "Dia-llh Yang Maha Pengampun lagi Maha Penga-
sih.u(r') (Al-Buruj : 14).
[1]. Ayat kedelapan, FirmanNya,
{@3;{,f3firtfib
"Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih." (Al-Buruj:
14).
3;-lili (Yang Maha Pengampun): Yang menutupi dosa hamba-
hambaNy a, y ar'g memaafkarmya.
3;ij1 (Yang Maha Pengasih): Diambil dari Siiyang berarti ke-
cintaan yang murni, ia bermakna 3tj yang mencintai dengan murni
dan bermakna 3;3r" yang dicintai dengan murni; karena Allah men.
cintai dan dicintai sebagaimana FirmanNya,
< ;; #,'ii- ;,,';,t i#;ay
"Mal@ tcelak Allah akan mendatanglan suatu kaum yang Allah men-
cintai mereka dan mereka pun mencintaiNya." (Al-Ma'idah: 54).
Allah mencintai dan dicintai; mencintai para kekasihNya dan
mereka juga mencintaiNya; cinta untuk bisa sampai kepadaNya,
kepada Surga dan ridhaNya.
Ayat ini menetapkan dua nama Allah yaitu al-Ghafur (Maha
Pengampun) dan al-Wadud (Maha Pengasih) dan dua sifat yaitu a/-
Maghfirah (mengampuni) dan al-Wud (mengasihi).
Aku berharap penulis menambahkan ayat kesembilan tentang
m ahabb ah yai tu al - Khull ah b erd a sarkan FirmanNya,
4#ui.\:^i'ir'Y
"Dan Allah menjadikan lbrahim sebagai kesayanganNya." (An-
Nisa':125).
j:fji yaitu orang yang berada dalam tingkat kecintaan paling
tinggr, jadi fii yaitu bentuk kecintaan tertinggi, karena SaJi adi-
lah orang di mana kecintaan telah meresap ke relung hatinya dan
menyusup ke dalam pembuluh darahnya, di atas khullah tidak ada
lagi bentuk mahabbah (cinta).
Penyair berkata kepada kekasihnya.
Engknu telah menyusup bagai ruh dalam diriku
Dan itulah sebabnya khalil dinamakan khalil
Nabi mencintdi seluruh sahabatnya akan tetapi beliau tidak
mengangkat salah seorang dari mereka sebagai khalil, kekasih
yang paling disayangnya, beliau berkhutbah dan berkata,
"Seandainya aku mengangkat seorang khalil niscaya orang yang
kuangkat itu yaitu Abu Bakar."l
Abu Bakar yaitu orang yang paling beliau cintai, hanya saja
tidak sampai pada tingkatan khullah, karena beliau tidak mengang-
kat seorang pun menjadi khalil, hanya sebatas persaudaraan dan
kecintaan Islam. Adapun khullah (cinta yang paling tinggi), maka
ia antara dirinya dengan Tuhannya. Nabi ffi bersabda,
*i
t Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab Fadha'll ash-shahabah, Bab Fadha'it Abu &kar ash-gtlddtq,
>r# etTLiTJtts y# A":itar ,1t
" Sesungguhnya Allah mengangkntku sebagai khalil sebagaimana
Dia mengangkat lbrahim sebagai khalil." 1
Derajat khullah ini tidak diraih oleh manusia kecuali dua orang
yaitu Nabi Ibrahim )UW dan Muhammad ffi berdasarkan hadits di
atas.
Dan lchullalr yaitu salah satu sifat Allah, karena ia yaitu ben-
tuk kecintaan tertinggi, sifat ini tauqifiyah, artinya kita tidak boleh
menetapkannya kepada seseorang kecuali dengan dalil bahkan para
Nabi r*# sekalipun, kecuali dua orang Rasul yang mulia, kedua-
nya yaitu duakhalil Allah.
Ayat ini,
4#utt:ii'Gi1y
"Dan Allah menjadikan lbrahim sebagai kesayanganNyA" , yaitu
dalil orang (Khalid al-Qasri) yang membunuh al-]a'ad bin Dirham,
pemimpin kelompok ]ahmiyah, golongan yang mengingkari sifat-
sifat Allah. Pengingkarannya yang pertama yaitu dia berkata,
"sesungguhnya Allah tidak mengangkat Ibrahim sebagai khalil
dan tidak berbicara kepada Musa," maka Khalid bin Abdullah al-
Qasri dll# membunuhnya, di mana dia membawanya dalam ke-
adaan terikat pada Hari Raya Kurbary dia berkhutbah dan berkata,
"Wahai kaum Muslimiry berkurbanlah, semoga Allah menerima
kurban kalian. Sesungguhnya aku berkurban dengan al-]a'ad bin
Dirham karena dia mengklaim bahwa Allah tidak mengangkat
Ibrahim sebagai khalil dan tidak berbicara kepada Musa." Lalu Kha-
lid turun dan menyembelihnya.
Tentang hal ini Ibnul Qayyimberkata,
IGrena itu Khalid al-Qasri berkurban dengan la'ad
pada lwri peny embelihan hewan kurban
Knrena dia berkata, 'lbrahim bukan khalilullah, sama seknli,
dan Musa juga buknn Rasul yang berbicara dengan Allah'
I Diriwaya0<an oleh Muslim, no. 532: dari Jundub bin Abdullah 4B'
Semua pengikut Sunnah berterima kasih atas kurbannya
engkau yaitu pelaku kurban yang mengagumknn
Jadi ada mahabbah (cinta), wud (kasih) dan khullah, dua yang
pertama berlaku mutlak dan yang terakhir khusus bagi Ibrahim
dan Muhammad.
Sandaran kita dalam perkara-perkara yang ghaib harus ke-
pada dalil-dalil naqli, akan tetapi tidak ada halangan kalau kita
pun berdalil dengan dalil aqli untuk memaksa orang yang meng-
ingkari mahabbah menerimanya melalui dalil aqli seperti Asy'ariyah.
Mereka berkata, "Tidak mungkin terjadi kecintaan antara Allah
dengan hamba selama-lama ya, karena akal tidak menunjukkan-
nya dan semua yar.g tidak ditunjukkan oleh akal wajib dijauhkan
dari Allah."
Kami berkata, Kami bisa menetapkan mahabbah dengan dalil
aqli, sebagaimana ia terbukti dengan dalil naqli, sebagai hujjah atas
orang yar.g mengingkarinya dengan dalil aqli. Dengan memohon
taufik dari Allah kami katakan:
Balasan yang diberikan Atlah kepada orang-orang yang taat,
dengan surga, kemenangary dukungan dan sebagainya tanpa di-
ragukan menunjukkan adanya cinta. Kita melihat dengan mata,
mendengar dengan telinga tentang orang yang terdahulu dan yang
hidup saat ini bahwa Atlah mendukung hamba-hambaNya iu"g
beriman, memberi mereka pahala dan pertolongan. gukankah ini
tidak lain merupakan dalil adanya mahabbah dari Allah kepada orang
yang didukung, dimenangkan dan diberi pahala oleh Allah?
Di sini ada dua pertanyaan:
Pertama: Dengan apa seseorang mendapatkan cinta Allah?
Inilah yang dicari oleh setiap manusia. cinta yaitu perkara yang
bersifat fitrah, ia ada pada diri manusia sementara dia tidak me-
nguasainya. Oleh karena itu Nabi ffi berdoa (mengungkapkan)
tentang keadilan terhadap istri-istrinya,
.Api v re ,!..J >G ,aFi Lq, ee '.j Lu
"lni yaitu pembagianku dalam apa yang aku miliki, mala jangan-
*Effi#
lah Engkau mencelaku dalam apayang aku tidak memilikinya."r
]awab: Kecintaan Allah memiliki banyak sebab:
Pertatna, hendaknya seseorang melihat siapa yang mencipta-
kannya? Siapa yang memberinya kenikmatan-kenikmatan sejak
dia di perut ibunya? Siapa yang mengalirkan darah di uratmu se-
belum kamu turun ke bumi? Siapakah yang menolak bala' darimu
meskipun sebab-sebabnya telah terwujud? Kamu sering menyak-
sikan dengan matamu musibah dan bala yang bisa membinasakan-
mu, lalu ia disingkirkan darimu. Siapakah yang melakukannya
selain Allah?
Hal ini tanpa ragu telah mendatangkan kecintaan, oleh karena
itu tercantum di dalam sebuah hadits,
.*lt tf, y. f t#.u{ drr t-b\
"Cintailah Allah karena Dia telah melimpahkan nikmat-nikmatNya
kepadamu."z
Aku yakin jika ada orang yang memberimu sebuah Pena se-
bagai hadiah, maka kamu akan menyukai orang tersebu| jika demi-
kian, maka lihatlah nikmat Allah kepadamu, nikmat-nikmat yang
besar lagi banyak yang tidak terhitung, niscaya dengan itu kamu
mencintai Allah.
Oleh karena itu, jika sebuah nikmat datang dalam kondisi
kamu sangat membutuhkannya, maka kamu akan sangat berbaha-
gia, kamu menyukai orang yang membawa nikmat tersebut kepa-
damu. Lain halnya dengan nikmat-nikmat yang terus menerus;
maka kamu mengingat nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada-
mu, dan kamu mengingat juga bahwa Allah telah melebihkanmu
di atas hamba-hambaNya yang beriman. ]ika A1lah memberimu
nikmat ibadah maka dengannya Allah melebihkarunu, atau dengan
harta maka dia melebihkanmu dengannya atau dengan keluarga
maka Dia telah melebihkanmu dengannya atau dengan bahan ma-
kanan maka Dia telah melebihkanmu dengannya. Tidak ada sebuah
nikmat kecuali di bawahnya ada yang lebih rendah darinya, iika
I Diriwayatkan oleh Ahmad, 5/1.14, diriwayatkan pula oleh Abu Dawud, no. 2134; at-Tirmidzi, no.
11,10; an-Nasa'i, no.3943; dan Ibnu Majah, no. 1971' Ed).
2 Diriwayatkan oleh at-T'irmidzi, Kitab al-ManaqiQ no. 3789; dan al-Hakim, 2/150.
kamu melihat nikmat besar ini niscaya kamu akan bersyukur dan
mencintai Allah.
Kedua, mencintai amal-amal yang dicintai Allah, baik amal
lisan, badan dan hati; kamu mencintai apa yang dicintai Allah. Ini
membuatmu mencintai Allah, karena Allah membalasmu, karena
itu dengan meletakkan kecintaanNya di dalam hatimu maka kamu
mencintai Allah jika kamu melakukan apa yang Dia cintai. Begitu
pula kamu mencintai siapa yang dicintai Allah, dan perbedaan
antara keduanya sangat jelas, yang pertama untuk perbuatan dan
yang kedua untuk pribadi; karena pada yang pertama kami menga-
takan 'apa' yang digunakan untuk perbuatan, tempat dan waktu;
yang tidak berakal. Sedangkan pada yang kedua kami mengatakan
'siapa'; untuk orang yang berakal. Kamu mencintai Nabi, mencin-
tai Ibrahim, Musa, Isa dan Nabi-nabi yang lainnya, kamu mencintai
shiddiqin seperti Abu Bakar, para syuhada dan orang-orang yang
dicintai Allah, semua ini mendatangkan kecintaan kepadamu dan
sekaligus merupakan buah dari kecintaan kepada Allah. |adi ia
yaitu sebab sekaligus buah.
Ketiga, yaitu memperbanyak mengingat Allah, di mana
Allah selalu dalam benakmu, sehingga setiap kali kamu melihat
sesuatu maka kamu menjadikarurya sebagai dalil atas Allah sehingga
hatimu selalu sibuk dengan Allah, berpaling dari selainNya. Ini
juga mendatangkan kecintaan Allah.
Ketiga sebab ini menurutku yaitu sebab-sebab terkuat untuk
mendatangkan kecintaan Allah.
Pertanyaan kedua: Apa pengaruh dari segi perilaku yang
merupakan konsekuensi dari apa yang dijelaskan?
Jawab:
Pertama, FirmanNya,
4'*lt2xi,y?gyy
"Dan berbuat baiklah,lurenn sesungguhnya Allah menyulai orang-
orang yang berbuat baik." (Al-Baqarah: 195).
Ia menuntut kita berbuat baik dan senantiasa berusaha ber-
buat baik, karena Allah mencintainya. Apa yang dicintai oleh Allah
ffi
kita harus berusaha melakukarmya.
Kedua, FirmanNya,
{ 6t;5\#';:liYiWt'Y
"Dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berlaku adil." (Al-Hujurat 9).
Ia menuntut kita berbuat adil dan berusaha keras melakukan
keadilan.
Ketiga, FirmanNya,
{@ (i#i;}'i'il;fi
-"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwt."
(At-Taubah: 7).
Ia menuntut kita bertakwa kepada Allah dan tidak bertakwa
kepada makhluk, di mana kita meninggalkan dosa dan kemaksiatan
karena ada orang yang kita segani, jika orang tersebut tidak ada,
maka kita melakukannya. Jadi takwa yaitu takut kepada Allah
tanpa mempedulikan manusia. Perbaikilah antara dirimu dengan-
Nya niscaya Dia memperbaiki antar dirimu dengan manusia. Lihat-
lah saudaraku, kepada sesuatu yang merupakan jalinanmu dengan
Tuhanmu, selain itu janganlah dipedulikan,
4W'\:'5i,t'C;lfiqy
"sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah berimAn."
(Al-Haj: 38). Lakukan apa yang dituntut syariat dan akibat yang baik
akan menjadi milikmu.
Keempat, FirmanNya,
4eAt#"6i'l\b
"sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat."
(Al-Baqarah:222).
Ini mengharuskanmu memperbanyak taubat kepada Allah,
memperbanyak kembali kepadaNya dengan hati dan tindakanmu.
Hanya ucapan, 'Aku bertaubat kepada Allah', mungkin tidak ber-
guna akan tetapi pada saat kamu berkata aku bertaubat kepada
ffi ffi
Allah, maka kamu pun harus ingat bahwa di depanmu terdapat
kemaksiatan di mana kamu harus kembali dan bertaubat kepada
Allah darinya, agar dengan itu kamu meraih kecintaan Allah.
{@ o;st4}ib
"Dan menyukni orang-orang yang menyuciknn diri." (Al-Baqarah:
222).
]ika kamu mencuci pakaianmu dari najis maka kamu merasa
Allah mencintaimu, karena Allah mencintai orang-orang yang me-
nyucikan diri. Jika kamu berwudhu kamu merasa Allah mencintai-
mu, karena kamu bersuci. ]ika kamu mandi kamu merasa Allah
mencintaimu, karena Allah mencintai orang-orang yang menyuci-
kan diri.
Demi Allatu kita benar-benar melalaikan makna-makna mulia
ini, kita memakai bersuci dari hadats dan najis karena ia hanyalah
syarat sahnya shalat. Kita takut shalat kita batal, akan tetapi sering
kita lupa merasa bahwa ini yaitu kedekatan dan sebab kecintaan
Allah kepada kita. Kalau kita mengingat pada saat kita mencuci
setitik kencing yang mengenai pakaian bahwa itu mendatangkan
kecintaan Allah kepadanya niscaya kita akan mendapatkan banyak
kebaikan, hanya saja kita selalu dalam kelengahan.
Kelima, FirmanNya,
4. kf' ll *-;'rti'W; q;;S ai'"6 re q,i' b
"Katakanlah, 'lika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu'." (Ali
Imran: 31).
Ini mengharuskan kita bersungguh-sungguh berusaha meng-
ikuti (iffiba' kepada) Nabi ffi di mana kita letakkan jalan tersebut
di depan kita lalu kita tidak menyimpang darinya, tidak melalai-
kannya, tidak menambahkan dan tidak mengurangi.
Perasaan seperti ini menjaga kita dari bid'ah, menjaga kita
dari sikap asal-asalan dan menjaga kita dari sikap berlebih-lebihan.
seandainya kita merasakan semua ini maka lihatlah bagaimana
tindakan, adab, akhlak dan ibadah kita.
Keenam, FirmanNya,
4, ;;#i'#. ;*'ei ii,I;s +,* ;i'l- f; ; Wi tii qY y
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, mala lcekk Allah akan mendntangkan suatu laum
yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNya." (Al-Ma-
'idah:54).
Dengannya kita berhati-hati dari murtad dari agama Islam
yang di antaranya yaitu meninggalkan shalat. ]ika kita menge-
tahui bahwa Allah mengancam akan membinasakan kita jika kita
murtad dari agamaNya lalu Dia mendatangkan kaum yang Dia
cintai dan mereka pun mencintaiNya, mereka menjalankan kewa-
jiban kepada Tuhan mereka, maka kita akan senantiasa teguh dalam
ketaatan kepada Allah dan menjauhi segala perkara yang mende-
katkan kepada murtad.
Ketujuh: FirmanNya,
4,?*ilS'-i!v 6t .,W a 5j$. 6Ji d|'aiit-y
"sesungguhnya Allah menyukni orang yang berperang di ialanNya
dalam barisan yang teratur seakan-aknn mereka seperti suatu bangunan
yang tersusun kokoh." (Ash-Shaffat: 4).
]ika kita meyakini kecintaan ini, maka kita melakukan lima
sebab berikut yang merupakan pemicu dan pemacu kecintaan, yaitu:
berperang, tidak bermalas-malasan, ikhlas; dengan dilakukan di
jalan Allah, sebagian mendukung sebagian yang lain seolah-olah
kita yaitu sebuah bangunan, kita mengokohkan ikatan di antara
kita dengan sangat kuat seperti sebuah bangunan yang tertata rapi,
kita pun berbaris rapi. Lri berarti menuntut kesamaan secara nyata,
agar hati tidak berbeda-beda dan ini termasuk yang memperkuat
kasih sayang, karena jika seseorang melihat ada kawannya di sebe-
lah kanannya dan kawan lairurya di sebelah kirinya, maka dia akan
maju tanpa gentar, lebih dari itu jika kawan-kawannya mengeli-
linginya dari segala penjuru maka hal itu akan memomPa sema-
ngatnya.
|adi ada tiga pembahasan dalam tiga ayat tersebut:
1. Menetapkan mahabbah dengan dalil-dalil naqli.
2. Sebab-sebabnya.
3. Pengaruh.yu bagi perilaku dari iman kepadanya.
Adapun ahli bid'ah yang mengingkarinya (mengingkari sifat
cirrta bagi Allah), maka mereka tidak memiliki apa pun kecuali
dalil yang lemah. Kata mereka:
Pertama, akal tidak menunjukkan hal itu.
Kedua, mahabbah hanya terjadi di antara dua hal yang sejenis,
ia tidak mungkin antara Khalik dengan makhluk, dan bisa terjadi
di antara makhluk.
Kami membantah mereka dengan mengatakan,
Kami menjawab alasan mereka yang pertama dengan dua
jawaban: Pertama: "menerima" dan kedua menolak.
"Menerima" yakni, kami "menerima" bahwa akal tidak mene-
tapkan mahabbah akan tetapi dalil naqli menetapkannya dan ia ada-
lah dalil independen. Allah berfirman di dalam al-Qur'an,
4 16' &:- c*.,', l(ii Ai" 6fiy
"Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qu'ran) untuk menje-
laskan segala sesuatu." (An-Nahl: 89).
]ika al-Qur'an yaitu penjelas maka ia yaitu dalil yang ber-
diri sendiri, "Tidak adanya dalil tertentu tidak mengharuskan tidak
adanya apa yang dituniukkan oleh dalil tersebut." Karena apa yang
dituniukkan oleh dalil bisa jadi memiliki dalil-dalil yang lain, baik
itu riil maupun maknawi.
Riil seperti sebuah negeri yang memiliki beberapa jalan yang
mengantarkannya kepadanya, jika satu jalan tertutup, maka kita
bisa memakai jalan kedua.
Yang maknawi, berapa banyak hukum yang memiliki bebe-
rapa dalil? seperti kewajiban bersuci untuk shalat, ia memiliki be-
berapa dalil.
Jadi jika kamu berkata bahwa akal tidak menunjukkan adanya
mahabbah antara khalik dan makhluk, maka tidak masalah, karena
dalil naqli telah menetapkannya dengan nyata dan jelas.
lawaban kedua: Menolak, kita menolak klaim bahwa akal
ffi
tidak menunjukkan adanya sifat mahabbah (mencintai), justru akal
menetapkan sifat mencintai antara Allah dengan makhluk seperti
yang telah dijelaskan.
Adapun ucaparunu bahwa cinta tidak terjadi, kecuali di antara
dua hal yang sejenis, maka cukuplah kami katakary klaimmu tidak
diterima karena menolak sudah cukup membatalkan alasanmu,
karena pada dasarnya yaitu tidak ada. Klaimmu bahwa mahabbah
hanya terjadi di antara dua hal yang sejenis tidak bisa diterima, ka-
rena telah terbukti ia pun terjadi di antara dua jenis yang berbeda.
Ada seseorang yang memiliki jam tua, jam ini tidak merepotkan-
nya dan tidak rusak, dia pasti mencintainya. Ada orang lain yang
memiliki jam yang mengambil setengah waktunya untuk memPer-
baikinya, dia pasti sebal dengannya. Kita pun melihat binatang
mencintai dan dicintai.
Alhamdulillah, kami menetapkan cinta antara Allah dengan
hamba-hambaNya.
ooo
,"(@ fiiy;ief;,\,u$
FinnanNya, "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang."tr) (An-Naml: 30).
SIFAT RAIIITIAT
[1]. Ini yaitu ayat-ayat yang menetapkan sifat rahmat.
Ayat pertama,.Firman Allah tlt#,
{@;)i,f)iifr;,Y
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. " (An-Naml: 30).
Ayat ini dihadirkan penulis untuk menetapkan satu hukum
dan bukan pengantar untuk pembahasan yang setelahnya. Dan
penjelasan tentang Basmalah telah lewat bagi kita, maka tidak perlu
diulang lagi.
Di dalam Basmalah terdapat tiga nama Allah, yaitu Allah, ar-
Rahman dan ar-Rahim, dan dua sifatNyayaituuluhiyah danrahmah.
o@o
{r',(,i 4'G) r*, LL, Li, i jy
"Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmuMu meliputi segala trtuoSu,"6t
(Al-Mu'min:7).
[1]. Ayat kedua, FirmanNya,
$.Gr
":4
r,6 J-L 3. Lir g;y
"Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmuMu meliputi segala sesuattt."
(Al-Mu'min: 7). Ini diucapkan oleh malaikat,
z j .zczz / a ,::i:i:v 4" ihij ffJ t,6i#ji,; A 3"A'bkr-4i F
Y.6r-ir-3;t G;'G) ,Gi :j-L J;yi, tl.r\;:r; l2!t1
4.#;'re;{417\3
"(Malaiknt-malaikat) yang memikul Arasy dan maiaikat yang beradn
di sekelilingnya bertasbih memuji ruhannya dan mereka beriman kepa-
daNya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya
mengucapkan), 'Ya Tuhan knmi, rahmat dan ilmuMu meliputi segala
sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan
mengikuti jalanMu dan pelihnralah mereka dnri siksa neraka yang menyala-
nyala." (Al-Mu'min: 7).
Betapa agungnya iman dan betapa agung faidahnya.
Para malaikat di sekeliling Arasy membawanya, mereka ber-
doa kepada Allah untuk orang-orang Mukmin
FirmanNya,
4'z:4 r&,3-L €ilrqy
"Ya Tuhan kami, rahmatMu meliputi segala sesuAtu,,,
menunjukkan bahwa ilmu Allah mencakup segala sesuatu. Dia me-
nyampaikan rahmatNya kepada segala sesuatu karena Allah meng-
gabungkan keduanya dalam hukum.
{Wr'G),t;r'J-> eilrgJy
"YaTuhanknmi, rahmat dan ilmuMu meliputi segala sesultu."
Irrilah rahmat runurn yang meliputi seluruh makhluk, bahkan
sampai orang kafir, karena Allah menyertakan rahmat ini dengan
ilmu. Semua yang dijangkau oleh ilmu Allah, -dan ilmu Allah men-
jangkau segala sesuatu-, berarti dijangkau pula oleh rahmatNya
sebagaimana Dia mengetahui orang kafir, Dia pun memberi rahmat
kepadanya.
Hanya saja rahmat Allah kepada orang kafir yaitu rahmat
jasadi badani duniawi dan sangat terbatas dibandingkan rahmat-
Nya kepada seorang Mukmin. Yang memberi rizki kepada orang
kafir yaitu Allah, Dialah yang memberinya makan, minum, pakai-
an, tempat tinggal, pernikahan dan lain-lain.
Sedangkan rahmat Allah kepada orang-orang Mukmin yaitu
rahmat yang lebih besar dan lebih khusus, karena ia yaitu rahmat
imani agami dan duniawi.
Oleh karenanya, anda melihat seorang Mukmin lebih baik dari-
pada orang kafir bahkan dalam perkara dunia, karena Allah ber-
firman,
4{4 4,#i!gt\r,'; si 5 *t e( +'- e3 y
" B ar an g s iap n y an I men ger j akan amal shalih, b aik I aki-l aki maup un
perempuan dalam keadaan beriman, makn sesungguhnya akan kami beri-
kan kepadanya kehidupan yang baik." (An-Nahl: 97).
Kehidupan yang baik inilah yanghilang dari orang kafir. Ke-
hidupan mereka seperti kehidupan binatang, jika kenyang maka
dia buang hajat, jika tidak kenyang maka dia duduk berteriak, b"gr-
tulah orang-orang kafir itu. ]ika mereka kenyang, maka mereka
berlaku sombong jika tidak maka mereka duduk berteriak dan me-
reka tidak mengambil manfaat dari dunia mereka. Lain halnya de-
ngan orang Mukmin, jika dia ditimpa kesulitan maka dia bersabar
dan berharap pahala kepada Allah, jika diberi kemakmuran maka
dia bersyukur, dia selalu dalam kebaikan dalam kedua kondisi
tersebut sementara hatinya lapang, tenang dan ikhlas terhadap
qadha dan qadar Allah, tidak mengeluh pada saat diuji dan tidak
menyombongkan diri pada saat diberi nikmat, mereka tetap bersi-
kap lurus, seimbang dan istiqamah.
Jelas beda antara rahmat kepada orang kafir dan rahmat ke-
pada orang Mukmin.
Akan tetapi sangat disayangkan wahai saudara-saudaraku,
di antara kita terdapat ribuan orang-orang yang ingin bergabung
dengan rombongan orang-orang kafir dalam perkara dunia, sehing-
ga mereka menjadikan dunia yaitu ambisi mereka. lika mereka
diberi, maka mereka rela, jika tidak, maka mereka marah. Orang-
orang seperti ini meskipun mereka mendapatkan kemakmuran
dunia, sebenarnya mereka berada di dalam neraka dunia. Mereka
sama sekali tidak menemukan kenikmatan dunia yang sebenamya,
karena ia hanya dirasakan oleh orang yang beriman kepada Aliah
dan beramal shalih. oleh karena itu, sebagian Salaf berliata, "Demi
Allah, seandainya para raja dan para putra raja mengetahui apa
yang kami rasakan niscaya mereka akan mengambilnya dari kami
mgski dengan pedang." Hat itu karena mereka terhalangi dari nikmat
hakiki oleh kefasikary kemaksiatan dan kecenderungan kepada du-
nia, di mana ia menjadi ilmu tertinggi dan ambisi utama mereka.
FirmanNya, {LUr:'r. ::j>; '^;;-, yaitu tamyiz gubahan dari
fa'il,,begitu pula $+iY, karena asalnya yaitu *t2, .ti;, d^:rq,
:,f #.
Ayat ini menetapkan sifat Allah ; rububiyah, rahmat dan ilmu-
Nya yang menyeluruh.
ooo
4"''t'4w$ui'qY
"Dan Dia Maha Penyayang kqaita orang-orang yangberimsn,,,(r)
(Al-Ahzab:43).
[1]. Ayat ketiga: FirmanNya,
4qug\i'rg'y
"Dan Dia Maha Penyayang lcepada orang-orang yang beinnn."
(Al-Ahzab: 43).
FirmanNy ", {',*.$\fi tOr"grn orang-orang Mukmin), bel-
kaitan dengan i.;j dan didahulukannya obyek berfungsi menun-
jukkan pembatasan, sehingga makna ayat yaitu , 'Dan Dia Maha
Penyayang kepada orang-orang yang beriman saja, bukan kepada
selain mereka'.
Bagaimana kita menggabungkan antara ayat ini dengan ayat
sebelumnya,
{W"'G)r6jL 341rgjy
"Ya Tuhan knmi, rahmat dan ilmuMu meliputi segala sesuatu",
(Al-Mu'min:7)
Kami katakan, rahmat dalam ayat ini bukanlah rahmat pada
ayat di atas. Ini yaitu rahmat khusus yang berkait dengan rahmat
Akhirat, yang tidak diperoleh orang kafir, lain dengan yang per-
tama. Inilah penggabungan di antara keduanya, karena jika tidak
maka masing-masing diberi rahmat, akan tetapi tidaklah sama an-
tara rahmat umum dan rahmat khusus.
Ayat ini menetapkan sifat rahmat.
Dari segi perilaku ayat ini mendorong kepada iman.
ooo
"Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu."(r) "Tuhanmu telah mene'
tapkan atas iliriNya kasih sayang." 12)
[1]. Ayat keempat, FirmanNya,
416'KasGs)3Y
"Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu." (Al-A'raf: 156).
Allah memuji diriNya sendiri, ,,Dan rahmatKu meliputi segala
sesuntu." Allah memuji dirNya dengan menyatakan bahwa rahmat-
Nya meliputi segala sesuatu meliputi penduduk bumi dan pendu-
duk langit.
Penjelasan ini sama dengan penjelasan pada ayat kedua, sila-
kan merujuknya.
[2]. Ayat kelima, FirmanNya,
{'z:;1i# {p'53.J <*
"Rabbmu telah menetapkan atas diiNya kasih sayang.', (Al-
An'am:54).
c3 artinya, mewajibkan atas dirinya (bersifat) rahmat. Karena
kemurahan, kedermawanan dan karuniaNya, maka Altah mewajib-
kan sifat rahmat atas diriNya, dan menjadikan rahmatNya menda-
hului murkaNya,
o.L6A; & 4;C G".- 4;Ai fi Lti. fiy
4r<r;
"Dan kalau xkiranya Allah menytkm mnnusia disebabkan usahanya,
niscaya.Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi satu pun
mahluk yang melata. " (Fathir: 45).
Akan tetapi rahmat dan kasih sayangnya menuntut dibiarkan-
nya makhluk sampai waktu tertentu.
Di antara rahmatNya yaitu apa yang Dia sebutkan dalam
FirmanNya,
3;i,{iL'C;U.ey. 'u4G;1 $g},rt;:; -;A G -6ffiy
(@jJ,
"(Yaitu) bahtuasanya barangsiapa yang berbuat l<ejahatan di antara
kamu lantnran kejaldlan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya
dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lngt Maha Penynyang. " (Al-An'am: 54).
Ini yaitu salah satu rahmatNya.
3W a^1, dCtlal,Wa llhrlah
(Wb yaitu katanakirah dalam konteks kalimat syarat yang
mencakup seluruh keburukan bahkan syirik.
41141,> yakni, dengan kebodohan, dan yang dimaksud ke-
bodohan di sini bukan ketidaktahuan. Kebodohan di sini yaitu
tidak adanya hikmah (sikap bijak); karena semua yang bermaksiat
kepada Allah berarti dia bermaksiat kepadaNya dengan kebodohan
dan tindakan yang tidak bijak.
4 3;,3;rL {uQ;V .e#'u +c *y
"Kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dnn mengadakan
perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pe-
nyayang," maka Dia mengampuni dosanya dan memberinya rah-
mat.
Dan Dia tidak mengakhiri ayat dengan ini, kecuali orang yang
bertaubat akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Ini termasuk
rahmatNya yang Dia tulis atas diriNya, jika tidak demikian, maka
menurut tuntutan keadilan dia seharusnya dihukum atas dosanya
dan dibalas atas amal baiknya.
Seandainya seorang lakilaki berbuat dosa selama lima puluh
hari kemudian dia bertaubat dan memperbaiki dirinya selama lima
puluh hari, maka menurut keadilan, dia dihukum karena dosa lima
puluh hari dan dibalas atas kebaikannya selama lima puluh hari.
Akan tetapi, Allah telah menulis sifat rahmat atas diriNya; maka
dosa lima puluh hari tersebut dihapus dan dilebur hanya dengan
sesaat, bahkan lebih dari itu,
{yaCq';;\3'$.4i1iy
u Maka l<ejahatan mereka diganti Allah dengan lcebajikan." (Al-
Furqan:70).
Keburukan yang telah berlalu berubah menjadi kebaikan, ka-
rena setiap kebaikan yaitu taubat dan setiap taubat mendapatkan
pahala.
Maka dengan ini jelaslah pengaruh FirmanNya,
{'z-Si *-rn ig'F3J
ffi ffi
"Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang."
Sifat Allah yang dikandung oleh ayat ini yaitu rububiyah,
ijab (mewajibkan) dan rahmat.
@@o
[1]. Ayat keenam, FirmanNya,
(@ #;i3;ii'fry
"Dnn Din-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(Yunus: 107).
Allah Maha Pengampun lagi Penyayang, Dia menggabung-
kan kedua nama ini karena ampunan berarti gugurnya azab akibat
dosa, dan rahmat berarti tercapainya harapan, dan manusia memer-
lukan kedua hal ini. Manusia memerlukan ampunan yang dengan-
nya dia selamat dari dosa-dosanya dan dia memerlukan rahmat
yang dengannya dia berbahagia karena apa yang diharapkannya
tercapai.
{ j;lii} yaitu bentuk kata yang menunjukkan makna sa-
ngat din mintap yang diambil dari fiiiyangberarti menutupi dan
melindungi; karena ia diambil dari'i;)iyang berarti topi baja pelin-
dung kepala dalam peperangan di mana ia berfungsi ganda yaitu
menutupi dan melindungi kepala. Iadi'riL:i yaitu yang menutupi
dosa-dosa hambaNya dan melindungi mereka dari akibat buruk-
nya dengan memaafkannya.
Hal ini ditunjukkan oleh hadits yang shahih,
,ri3 i-L.; ,i*,i?at'r"*3 ce)f*; y1q|l g- *- Seitt':ri
,q;.lJt e J* tAyt i :'d,€ i,rr iri ,'rt ur.. r-r.3 ,>s*a,
(Ht u ug;i vi3
(,"
"Dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.,,(r)
(Yunus: L07).
*si,Xii 3:N- o-J -J --y
"Bahttta Allah menyendii dengan hambaNya pada Han Kiamat
dan Dia menetapknn dosn-dosanya, Allah berfirruan kepadanya, 'Kamu
telah melakuknn ini, kamu telah melakuknn ini' . ...sampsi hambn tersebut-
pun mengakuinya, Allahberfirman kepadanya, 'Aku telnh nrcruttupinya
atssnru di dunia dnn Aku lnengampuninyn untuknru pndn lnri ini' ."1
{ #;iy yaitu pemilik rahmat yang menyeluruh. Penjelasan
tentangnya telah berlalu.
Dua nama yang ditetapkan ayat ini yaitu nl-Clnfitr (Yang
Maha Pengampun) dan ar-Rahim (Yang Maha Penvayang). Dua sifat
yang ditetapkan yaitu al-Maghfirah (mengampuni) dan ar-Rahmah
(menyayangi).
@@@
4""^;:JAt'X"WY"'ftY
"Maka Allah yaitu sebaik-baik Peniaga dan Dia yaitu Maha
Penyayang di antara para pertyayang."(t) (Yusuf: 64).
[U. Ayat ketujuh, Firman Allah,
4;d)rrt'X"WYK(,y
" Maka Allah yaitu sebaik-baik Penjaga dan Dia yaitu Maha
Penyayang di nntara para penyayang." (Yusuf: 64).
Ucapan ini dikatakan Nabi Ya'qub ,)W ketika mengutus sau-
dara kandung Yusuf bersama anaknya, karena Yusuf berkata kepada
mereka, "Tidak ada pemberian untuk kalian jika kalian pulang ke-
cuali jika kalian menghadirkan saudara kalian." Ucapan Yusuf ini
mereka sampaikan kepada bapak mereka, dan karena terpaksa,
Ya'qub mengizinkan saudara Yusuf pergi bersama mereka dan
pada saat melepasnya Ya'qub berkata kepada mereka,
'$W'rrx('k * ; {y -6;; \.k* Jy * -&';j; }
1 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Mazhalim, Bab Qautu ,ffi: Ala Laknatulah ala azh-
Zhalimirq, dan Muslim, Kitab at-Taubah, &ab Qubul Taubah al-Qatil.
ffi ffi
(@++iF;t
" B agni mana aku akan me mper cay akanny a (B uny amin) kepadamu,
l<ecurili seperti nku telah mempercayakan saudaranya (Yusufl kepada kamu
dalrulu?" Maka Allah yaitu sebaik-baik Penjaga dan dia yaitu Maha
Penyaynng di antara para penyctyang." (Yusuf: 64). Yakni kalian tidak
akan menjaganya akan tetapi Allah-lah yang menjaganya.
4 W'AY: Kata (LgL, para ulama berkata, Ia yaitu tamyiz
sepertiucapan orang-orang Arab, vrv t'rs;,r lOia yaitu penunggang
ku-da yang hebat). Ada yang berpehdapat, ia yaitu nat aaii{ra'it
(zi F yang ada pada FirmanNya, ('ifitfty, yakni dalam keadaan
Dia sebagai Penjaga,
Pokok pembahasan dari ayat ini yaitu , 4'qr$i!J'j3$, ',Dan
Din adnlah Mahn Penyayang di antara para Wnyayang", di maria AUah
menetapkan rahmat bahkan Dia menyatakan bahwa Dia yaitu
Maha Penyayang di antara para penyayang. Seandainya rahmat se-
luruh makhluk bahkan rahmat-rahmat seluruh makhluk dibanding-
kan dengan rahmat Allah, niscaya rahmat Allah lebih besar dan
lebih agung.
Makhluk yang paling sayang kepada makhluk yaitu ibu
kepada anaknya, rahmat ibu kepada anaknya ini tidak tertandingi
oleh kasih sayang manusia yang lain bahkan pada umumnya ba-
pak sekalipun, dia tidak menyayangi seperti ibu.
Ada seorang wanita dari tawanan perang mencari-cari anak-
nya/ manakala dia melihatnya dia mengambilnya dan memeluk-
nya ke dadanya di depan Rasulullah # dan para sahabat. Lalu Nabi
bersabda,
,iut iy: q ,ur; ,{ 'tj6 tr8
" Apaknh menurut knlian bahtua utanita ini mencampakkan anaknya
l<e nernkn?" Mereka menjaruab, "Demi Allah, tidak ya Rasulullah." Rasu-
lullah bersabda, " Sungguh Allah lebih menyayang hnmbaNya daipada
runnita ini kepada anaknya.'t1
! Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Adab, tub Rahmah at-WataQ dan Muslim, Ktab at-
Taubah, Bab Fi Sa'ati Rahmatillah.
e .;n: 6)v;ivlir eli 3i :t:l
t^tiey b DVflirli ,iti
ffi ffi
Sungguh agung keagunganNya, sungguh perkasa kerajaan
dan kekuasaanNya.
Jika kamu mengumpulkan seluruh kasih sayang orang-orang
yang mengasihi, maka ia bukanlah apa-apa dibandingkan dengan
rahmat Allah.
Bukti dari itu yaitu bahwa Allah menciptakan seratus rah-
mat. Dengan satu dari seratus rahmat tersebut para makhluk saling
menyayangi di muka bumi.l
Semua makhluk saling menyayangi; manusia dan binatang.
Oleh karena itu, anda melihat seekor unta yang kuat dan terkadang
menggigit, mengangkat kakinya dari anaknya karena ia khawatir
menimpanya tatkala ia menyusui sehingga anaknya bisa menyusu
dengan mudah. Kamu juga mendapati binatang buas dan ganas
menyayangi anaknya, jika ada yang datang kepadanya sementara
ia di sarangnya bersama anaknya maka ia akan pasang badan un-
tuk membela anak-anaknya sehingga mereka terlindungi.
Rahmat Allah ditetapkan oleh al-Qur'an, Sunnah, ijma' dan
akal.
O Dalam al-Qur'an rahmat ditetapkan dengan cara beragam,
terkadang dengan niuna seperti, FirmanNya,
(@
"Dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi
(Yunus: L07).
Terkadang dengan sifat seperii FirmanNya,
$):;ri;' 3fiiioli5y
"Dan Tuhanmu-lah yang Maha Pengampun,lagi mempunyni rah-
mat." (Al-Kahfi: 58).
Terkadang dengan perbuatan, seperti FirmanNya,
4,.\416'iij rt:4;U?ry
t;l\3;i;t;,y
Maha Penyayang."
Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Ktab al-Adab, hblalullah ar-Rahmah Fi Mia'ti juz'; dan Muslim,
Ktab at-Taubah, tub Fi Sa'ati Rahmatillah.
"Allah mengazab siapa yang dikelundakiNya, dan membei rahmat
kepada siapa yang dilcehendakiNya.. (Al-Ankabuh 21.).
Dan terkadang denganisim tafdhil, seperti FirmanNya,
{@ 4;ei61';'Y
" Dan Dia yaitu Maha Penyayang di antara para Penyayang.',
(Yusuf:92).
O Sunnah juga menghadirkannya dengan cara-cara yang
sama dengan cara al-Qur'an.
O Adapun dalil aqli yang menetapkan rahmat Allah, maka
di antaranya yaitu , kebaikan yang melimpah yang kita saksikan
dan itu terjadi dengan perintah Allah. Juga kesulitan-kesulitan yang
beraneka ragam yang tertolak dengan perintah Allah. Semua itu
menetapkan rahmat Allah dari segi akal.
Orang-orang dalam kekeringan dan paceklik, bumi kering ke-
rontang, langit tak berhujan, tidak ada air, tidak ada tumbuh-tum-
buhan; lalu Allah menurunkan hujan, bumi menghijau, hewan ter-
nak makan, orang-orang minum... bahkan orang awam yang tidak
pernah belajar di sekolah pun jika kamu bertanya kepadanya, "Ini
dari apa?" Dia akan menjawab, "Ini dari rahmat Allah." Tak se-
orang pun meragukan hal ini.
Rahmat Allah ditetapkan oleh dalil naqli dan dalil aqli.
Golongan Asy'ariyah dan golongan-golongan Mu'aththilah
(yung mengingkari asma' dan sifat Allah), mengingkari bahwa
Allah menyandang sifat rahmat. Mereka berkata, "Hal itu karena
akal tidak menetapkannya. Kedua karena rahmat yaitu kelem-
butan, kelemahan dan kecenderungan kepada yang diberi rahmat.
Ini tidak pantas bagi Allah karena Allah lebih agung dari sekedar
menyayangi dengan makna yang merupakan rahmat. Tidak mung-
kin Allah mempunyai rahmat." Menurut mereka, yang dimaksud
dengan rahmat yaitu keinginan memberi kebaikan atau kebaik-
an itu sendiri, yakni ia yaitu nikmat atau keinginan memberi nik-
mat.
Perhatikanlah sekarang bagaimana mereka mencopot (secara
zhalim) sifat agung ini dari Allah, sebuah sifat yang diinginkan dan
S,/"n/" s(Cdnh cW asitA.a1nh
diharapkan oleh setiap Mukmin. Siapa pun jika kamu tanya, "Apu
yang kamu inginkan?" Dia akan menjawab, "Aku menginginkan
rahmat Al1ah."
{ @ {re ;.51 <} +, uiti G' LYfi
" Sesungguhnya rahmat Allah amat delut l<epadn orang-orang yang
berbuat baik." (Al-A'raf: 56).
Tetapi golongan-golongan Mu'aththilah mengingkarinya, me-
reka berpendapat bahwa Allah tidak mungkin menyandang sifat
rahmat.
Kami membantah pendapat ini dengan dua cara, "Menerima"
dan "menolak".
"Menerima": Kami katakan, taruhlah akal tidak menetapkan
sifat rahmat, bukankah dalil naqli menetapkannya? Jadi rahmat
ditetapkan oleh dalil yang lain dan kaidah umum yang berlaku di
kalangan orang-orang berakal yaitu bahwa tidak adanya dalil
tertentu tidak menunjukkan tidak adanya apa yang ditunjukkan
oleh dalil tersebut karena bisa jadi ia ditetapkan oleh dalil yang
lain. Taruhlah dalil aqli tidak menetapkan rahmat, tidak masalah,
karena dalil naqli menetapkannya. Tidak sedikit perkara yang bisa
ditetapkan dengan beberapa dalil.
Menolak: Kami katakan, ucapan kalian bahwa akal tidak me-
netapkan rahmat yaitu ucapan yang batil, justru sebaliknya, akal
menetapkan rahmat. Apu yang menjadi sebab adanya nikmat-nik-
mat Allah yang terlihat dan terdengar? Apa yang menyebabkan
musibah-musibah tidak menimpa? Tanpa ragu sebabnya yaitu
rahmat. Seandainya Allah tidak memberi rahmat kepada hamba-
hambaNya niscaya Dia tidak memberi mereka nikmat dan tidak
menolak bala dari mereka?
Ini yaitu perkara riil, diakui oleh siapa pun. Orang awam
yang berada di kios atau tokonya mengetahui bahwa nikmat-nik-
mat ini yaitu bukti adanya rahmat.
Yang aneh dari mereka yaitu bahwa mereka menetapkan
srtat iradah (berkehendak) melalui jalan takhshish (pengkhususan).
Mereka berkata, "Dalil naqli dan aqli menetapkan sifat irndahbagi
ffi ffi
Allah." Yang pertam jelas. Yang kedua karena pengkhususan me-
nunjukkan adanya iradah. Dan yang dimaksud dengan pengkhu-
susan yaitu pengkhususan makhluk dengan kondisinya, ia me-
nunjukkan adanya iradah. Langit yaitu langit bumi yaitu bumi,
bintang-bintang yaitu bintang, matahari yaitu matahari, satu
dengan yang lainnya yaitu berbeda disebabkan adanya iradah.
Allah berkehendak menjadikan langit, maka ia pun menjadi langit.
Allah berkehendak menjadikan bumi, maka ia pun menjadi bumi,
bintang menjadi bintang dan begitu seterusnya.
Kata mereka: Pengkhususan menunjukkan adanya sifat ber-
kehendak, karena jika tanpa kehendak, maka semuanya akan men-
jadi satu.
Kami katakan kepada mereka: Mahasuci yang Mahabesar.
Dalil yang kalian pegang dalam menetapkan iradah yaitu lemah
dan lebih samar daripada dalil nikmat yang menunjukkan rahmat,
karena petunjuk rahmat melalui nikmat diketahui oleh semua la-
pisan. Lain halnya dalil pengkhususan terhadap iradah, ia hanya
diketahui oleh orang-orang khusus dari kalangan penuntut ilmu.
Bagaimana bisa kalian mengingkari apa yang lebih jelas dan mene-
tapkan apa yang lebih samar? Bukankah ini yaitu kontradiksi
dari kalian.
Faidah-faiduh y*g dipetik dari ayat-ayat ini dari segi perilaku
yaitu selama seseorang itu mengetahui bahwa Allah Maha Penga-
sih, maka dia akan bergantung kepada rahmat Allah, dia akan me-
nanti-nantikannya. Keyakinannya ini akan mendorongnya mela-
kukan semua perbuatan yang mengantarkannya kepada rahmat,
seperti berbuat baik. Firman Allah,
{ @ ;4 ;.51 <; +r} ritt G: Ly};
" Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik." (Al-A'raf: 56).
Dan takwa, FirmanNya,
('_Ut Wy, e iLr)', !*1i Sttj'o;4 %'tay
(@
'u-iu
uMaka akan Aku tetapkan rahmatKu untuk orang-orang yang ber-
ffi ffi
taktua, yang menunnikan zakat dan orang-orang yang beiman kepadn ayat-
ayat Kami." (Al-A'raf: 156).
Iman, termasuk penyebab rahmat Allah sebagaimana Fir-
man Allah,
(@ql";$\3\ury
"Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.."
(Al-Ahzab: 43).
Semakin kuat iman seseorang maka semakin dekat rahmat
Allah kepadanya.
4"' &ir\;r'&- fr:';rb' U i I
FirmanNya, "Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun iilha
terhadapNy4. "(1) (Al-Ma'idah: 119).
SINAT RIDIIA
[U. Ini yaitu salah satu ayat ridha. Allah memiliki sifat
ridha. Dia meridhai amal perbuatan dan pelakunya, yakni ridha
Allah terkait dengan amal perbuatan dan pelakunya.
Allah meridhai amal, seperti FirmanNya,
{# rtiviisot,}
"Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meidhai bagimu kesyu-
kuranmu itu." (Az-Zumar: 7). Yakni, Dia meridhai syukur bagimu.
Juga seperti Firman Allah,
{ 6,'ir;ii & t;;y
"Dan telah Kuidhai lslam itu jadi agamabagimu." (Al-Ma'idah:
3).
Dan sebagaimana dalam hadits shahih,
....fy, € tfrs,(x i3i '-Iint'ot
ffi ffi
" Sesungguhnya Allah meridhai tiga perkara untukmu dan mem-
benci tiga perkara...u 1
Keridhaan di sini berkaitan dengan amal perbuatan.
Dan ridha Allah terhadap orang yang melakukan amal yaitu
seperti ayat yang disebutkan Syaikhul Islam di atas.
4;;w;'#'fr";r\
" Allah idhn terludap merela dan merekn pun idha terhadapNya."
(Al-Ma'idah: 119).
Ridha yaitu sifat yang tetap bagi Allah, ia ada pada DiriNya
dan bukan sesuatu yang terpisah dariNya; sebagaimana yang di-
klaim oleh ahli ta'thil.
Jika ada orang yang berkata kepadamu/ "Jelaskan apa itu
ridha?" Niscaya kamu tidak mungkin menafsirkan karena ia ada-
lah insting dasar yang ada pada manusia. Seseorang tidak mung-
kin menjelaskannya dengan penjelasan yang lebih jelas dan lebih
nyata daripada lafazhnya itu sendiri.
Kami katakan, ridha yaitu sifat yang ada pada Allah, ia ada-
lah sifat hakiki yang berkaitan dengan KehendakNya. Ia termasuk
sifat-sifatf 'liyah. Dia meridhai orang-orang Mukmin, orang-orang
yang bertakwa, orang-orang yarrg berlaku adil dan orang-orang
yang bersyukur. Dia tidak meridhai orang-orangkaffu, orang-orang
fasik dan orang-orang munafik. Allah meridhai sebagian orang-
orang dan tidak meridhai sebagian orang-orang, Dia meridhai se-
bagian amal perbuatan dan tidak meridhai sebagian lain amal per-
buatan.
Allah memiliki sifat ridha, ini ditetapkan oleh dalil naqli, se-
bagaimana yang telah dijelaskan dan dalil aqli, di mana Dia mem-
beri balasan pahala kepada orang-orangyang taat dan membalas
ketaatan dan perbuatan mereka. Ini menunjukkan adanya ridha
Allah.
Jika kamu berkata, "Tindakan anda menjadikan balasan pahala
sebagai dalil adanya sifat ridha, bisa dipatahkan, karena Allah ter-
1 Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Aqdhiyah, Bab an-Nahyu an Kabrah al-Masa'il Min Ghairi
Hajah.
kadang memberi nikmat kepada orang fasik melebihi nikmatNya
kepada orang yang bersyukur." Ini yaitu sanggahan yang kuat.
Untuk menjawabnya kami katakan: Pemberian Allah kepada
orang fasik yang berjalan di atas kemaksiatan kepadaNya yaitu
istidraj (karena benci) dan bukan karena ridha, sebagaimana Firinan
Allah,
# ,y'tS @ 6fr{ L; i; 114::,5:,
{@'q*''-sS3l
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami
akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), de-
ngan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku membei tangguhl<epada
mereka. Se sungguhny a rencanaKu amatlah te guh." (Al-A'raf: 1 82-1 83).
Nabi ffi bersabda,
,94' d''
" Sesungguhnya Allah menangguhkan orang yang zhalim sehingga
tatkala Dia membinasakannya, maka Dia tidak mengangkat Qcebinasaan)
dainya."
Dan beliau membaca FirmanNya,
(@ L)1r$iALyW C: a:\i -'A rtyc\,, A aiK5fi
"Dan begitulah azab Rabbmu apabila Dia mengazab penduduk ne-
gei-negei yang berbuat zhalim. Sesungguhnya azabNya itu yaitu sangat
pedih lagi keras." (Hud: 102;.t
Dan Firman Allah ell$,
\-, ,iyfy z-i, :b 1ttr ;*ffi .hl$,t11;.i(uJtb
33j1";n;$ iai llgt@ 'bA1 itiyg #'i3'G,3L,
{@'*fii;;;t
uMakn tatkala mereka melupakan peringatan yang telah dibeikan
lcepada mereka, Kami pun membuknkan semua pintu-pintu l<esenangan
$g\iKaiiiy
'^\A i ,;'iti tiL -Z ,dU) 6
dl
t Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tafsin dan Muslim, Kitab al-Bir, Bab Tahrim azh-Zhulm.
untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah
dibeikan l<epada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong,
maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang
zhalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah,
Rabb semesta alam." (Al-An'a m: 44-45).
Adapun jika balasan baik tiba, sementara dia berjalan di atas
ketaatan kepadaNya, maka kita mengetahui bahwa hal itu berasal
dari ridha Allah.
ooo
AYAT.AYAT TENTANG SIFAT AI.GHADHAB
(MARAH), AS-SAKHAT (MURKA), AI-KARAHIYAH
(TTDAK SUKA) DAN AI-BUGHDH (BENCT)
Penulis menyebutkan lima ayat tentang sifat-sifat ini:
[1]. Ayat pertama, FirmanNya,
#dt W \.Jt'A ) I'e1" iajTS;:i \:$lL-fu) j5- 63 Y
4,i35 )411i'1
"Dan barangsiapa yang membunuh seorang Mukmin dengan se-
ngaja makn balasannya ialah lahanam, ia keknl di dalamnya dan Allah
murka kepadanya, dan melaknatnya." (An-Nisa': 93).
4 i3 ) yaitu syarthiyah yang menunjukkan keumuman.
W-\1rt6 &+ f.jW (#,t-1$ l3x- SS *,i y s
4(\ii'75 )itL'^l<";?j
FirmanNya, "Dan barangsiapa yang membunuh seorang Muk-
min dengan sengaja maka balasannya ialah f ahanam, ia kekal
di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatnya.,,(r)
(An-Nisa':93).
(l -.Jv-fh yuito orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya, kafir dan munafik tidak termasuk di dalamnya.
Hanya saja barangsiapa yang membunuh orang kafir yang
berada dalam perjanjian atau dzimmi atau mendapat jaminan ke-
amanan, maka dia berdosa, tetapi dia tidak diancam dengan €rncam-
an yang tercantum dalam ayat.
Adapun orang munafik maka secara lahir dia yaitu orang
yang terjaga darahnya asalkan tidak menampakkan kemunafikan-
nya secara terang-terangan.
FirmanNy a, { {:{ii\ " D engan sengaj a," menunjukkan bahwa
ia tidak mencakup anak kecil dan orang tidak berakal, karena me-
reka tidak memiliki niat yang benar dan kesengajaan, juga tidak
mencakup orang yang tidak sengaja (khilaf) dan ia telah dijelaskan
pada ayat sebelumnya.
Balasan orang yang membunuh seorang Mukmin dengan
sengaja yaitu balasan yang besar ini.
4 ey'Jahanam' , yaitu salah satu nama dari nama-nama
neraka.
$Wtlr€\'xe*at di dalamnya', yakni tinggal selamanya di
dalamnya.
4 rlL'A|<.i{tY 'Dan Allah murka l<epadanya' , al-Ghadhab (mur-
ka) yaitu sifat yang tetap bagi Allah, sesuai dengan keagungan-
Nya, ia termasuk sifatfi'liyah.
(-s i)' D an melaknatny a', laknat yaitu mengusir dan menjauh-
kan dari rahmat Allah.
Ini yaitu empat macam hukuman dan yang kelima yaitu
FirmanNya,
4
(+L 6tli'i'fL1't$ " S e r t a me ny e diakan a z ab y a n g b e s ar b a gtny a . "
Lima hukuman, satu saja sudah cukup sebagai ancaman dan
peringatan menakutkan bagi orang yang memiliki hati.
Akan tetapi disinggungnya kekekalan di dalam neraka bagi
orang Muslim yang membunuh orang Mukmin secara sengaja mem-
bawa persoalan bagi Ahlus Sunnah wal Jama'ah, padahal pem-
bunuhan itu sendiri bukan kekufuran dan menurut Ahlus Sunnah
3 f44a/t, dqilr^l, Wa^itht /a^A,
wal Jama'ah tidak ada kekekalan di dalam neraka kecuali dengan
kekufuran.
Persoalan ini ditanggapi dengan beberapa pandangan,
Pertama, hal ini berlaku pada orang kafir yang membunuh
orang Mukmin.
Pendapat ini bukan apa-apa, karena orang kafir yaitu kekal
di neraka walaupun dia tidak membunuh orang Mukmin,
'i; e;'o;4.J7$ W*@ tit'it i;V tiKi b,riii it F
{@6;
" Sesunggulmya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyedia-
kan bagi merekn api yang menyala-nyala (neraka), merekn kekal di dalam-
nya selnma-lnmanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun
dan tidnk (puln) seorang penolong." (Al-Ahzab: 64-65).
Kedua, hal ini berlaku pada orang yang menghalalkan pem-
bunuhan, karena orang yang menghalalkan pembunuhan terhadap
orang Mukmin yaitu kafir.
Imam Ahmad merasa aneh dengan jawaban ini. Dia berkata,
"Bagaimana ini? Jika dia menghalalkan membunuhnya maka dia
kafir meskipun tidak membunuhnya, Dia kekal di dalam neraka
meskipun tidak membunuhnya. "
Jawaban (kedua) ini tidak benar.
Ketiga, kalimat ini menyimpan syarat yang tidak terlihat, yakni
maka balasannya yaitu Jahanam, ia kekal di dalamnya jika Dia
membalasnya.
Jawaban ini kurang tepat karena apa guna FirnranNya, f:jT5;3*
$34, " Maka balasnnnya yaitu lahanam," kalau maksudny a adi-
lah jika Dia membalasnya? Sekarang kita bertanya, jika Dia memba-
lasnya, apakah ini yaitu pembalasannya? Jika ya, maka itu ber-
arti dia kekal di neraka. Jadi persoalannya kembali lagi tanpa terurai,
kita tidak keluar darinya.
Ketiga jawaban ini tidak lepas dari sanggahan.
Keempat, ini yaitu sebab, ia tidak bekerja jika ada pengha-
lang, sebagaimana kita katakan kekerabatan yaitu sebab warisan,
akan tetapi jika kerabat tersebut yaitu seorang hamba sahaya,
maka dia tidak berhak mewarisi karena adanya penghalang, yaitu
statusnya sebagai sahaya.
Hanya saja jawaban ini memunculkan pertanyaan dari sisi
yang lain, yaitu apa faidah ancaman tersebut?
Faidahnya yaitu , bahwa seseorang yang membunuh orang
Mukmin dengan sengaja berarti dia telah melakukan sebab yang
dengannya dia kekal di neraka, dalam kondisi ini keberadaan Peng-
halang yaitu sesuatu yang bersifat mungkin, bisa jadi ada, bisa
pula tidak ada, maka dia dalam bahaya besar, oleh karena itu Nabi
bersabda,
.vtf vt .>3* I v x; b # €. bysr Ji u
" seorang Mukmin senantiasa dalam l<elapangan agamanya selama
tidak tersangkut darah yang haram. "r Jika dia tersangkut darah yang
haram -naudzubillah- maka boleh jadi agamanya menyempit dan
bahkan bisa keluar darinya.
Dari sini maka iutcaman ini yaitu dari segi akibat yang mesti
dipikul karena pembunuhan tersebut dikhawatirkan menjadi sebab
kekufurannya, di mana dia bisa mati di atasnya lalu dia kekal di
dalam Neraka.
Dengan makna ini maka ayat ini menetapkan sebab dari sebab.
Pembunuhan dengan sengaja yaitu sebab kematian pelakunya di
atas kekufuran dan kekufuran yaitu sebab kekekalan di dalam
neraka.
Menurutku jika jawaban keempat ini diperhatikan maka ia
tidak bermasalah.
Kelima, bahwa yang dimaksud dengan kekekalan yaitu
tinggal dalam waktu lama dan bukan tinggal untuk selamanya,
karena kekekalan dalam bahasa Arab terkadang dipakai untuk ber-
tempat tinggal dalam waktu yang lama, seperti dikatakan, fulan
kekal dalam tahanan, padahal tahanannya tidak selamanya. Mereka
berkata, fulan kekal layaknya gunung, dan sudah dimaklumi bah-
1 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ad-Diyal Bab Qauluhu Ta'ala: wa Man Yaqtul Mu'minan
Muta'ammidan.
ffi
wa gunung akan dihancurkan oleh Altah sehancur-hancumya, maka
Dia akan menjadikan bekasnya datar sama sekali.
Jawaban ini mudah, tidak harus mengerutkan dahi untuk
memahaminya. Kami katakan, Allah tidak menyatakan selama-
lamanya, Dia tidak berfirman, rtj ri:i rjJE (kekal di dalamnya selama-
lamanya), Dia hanya berfirman, ti;1 UJt- (kekal di dalamnya). Yang
berarti berdiam di dalamnya dalam waktu yang panjang.
Keenam, bisa dikatakan bahwa ini termasuk ancaman, dan
ancaman bisa saja tidak dilaksanakan, karena ia perpindahan dari
keadilan kepada kemurahan dan hal itu yaitu kemuliaan dan pu-
jian. Jawaban keenam ini didukung oleh ucapan seorang penyair:
Sesungguhnya jika aku menjanjikan atau mengancam
maka aku dapat membatalkan ancamanku dan dapat melaksanakan
janjiku
Dikatakan, aku mengancamnya dengan hukuman dan aku
menjanjikannya dengan balasan, yang pertama, aku membatalkan
dan yang kedua aku laksanakan.
Jika kamu berkata kepada anakmu, "Demi Allah, jika kamu
pergi ke pasar niscaya aku akan memukulmu dengan tongkat ini.',
Anak itu tetap pergi, ketika dia pulang kamu memukulnya dengan
tangan. Hukuman ini lebih ringan bagi anakmu. lika Allah meng-
ancam pembunuh dengan ancaman tersebut lalu Dia memaafkan
maka ini yaitu kemurahan dariNya.
Hanya saja jawaban keenam ini masih menyisakan persoalan
yaitu jika ancaman tersebut dilaksanakan maka persoalannya tetap
ada, jika tidak dilaksanakan maka apa gunanya?
Ini yaitu enam jawaban terhadap ayat di atas dan yangpa-
ling dekat yaitu jawaban kelima, kemudian keempat.
Masalah: Jika pembunuh bertaubat apakah dia berhak men-
dapatkan ancaman?
Jawaban: Dia tidak berhak mendapatkan ancaman dengan
dalil nash al-Qur'an berdasarkan Firman Allah,
$yfi t; di fi!i'o;\i.1j ?r;(;yyt i6jJ-_{r.4u}
i5-1t34',i,';{,j-@ (til ';i uay' J,4u5 z3;t*; 6\
tA, 5Z1*t <r\;-t ;G ; {l @ fi4 .*-#u'{.ii
{ /G4g{i13:$.a$'
"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhnn yang lain beserta
Allah dan tidak membunuh jitua yang diharamknn Allah (membunuhnya)
kecuali dengan (alasan) yangbenar, dan tidakberzina, barangsiapa yang
melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa-
(nya), (yakni) akan dilipatgandaknn azab untuknya pada Hari Kiamat
dan dia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina, lecuali oranS-
orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih; maka ke-
jalutan mereka diganti Allah dengan lcebajikan." (Al-Furqan: 68-70).
Irri jelas bahwa siapa yang bertaubat -bahkan dosa pembunuh-
an- maka Allah menggantikan keburukannya dengan kebaikan'
Dalam hadits shahih disebutkan kisah seorang laki-laki dari
Bani Israil yang membunuh sembilan puluh sembilan orang, lalu
Allah menggerakkan hatinya untuk bertaubat, lalu dia mendatangi
seorang ahli ibadah. Maka dikatakan kepada ahli ibadah tersebut
bahwa lakilaki ini telah membunuh sembilan puluh sembilan or;u:tg,
apakah dia masih mungkin bertaubat? Ahli ibadah ini merasa dosa
laki-laki tersebut sangatlah besar maka dia berkata, "Tidak ada
taubat bagimu." Maka laki-laki itu membunuhnya sehingga men-
jadi genap seratus orang. Selanjutnya laki-laki ini dibimbing kepada
orang alim, dikatakan kepada alim ini bahwa laki-laki ini telah mem-
bunuh seratus orang, apakah masih ada peluang bertaubat untuk-
nya? Dia menjawab, "Ya, siapa yang menghalanginya dari taubat?
Akan tetapi penduduk desa(mu) ini yaitu orang-orangyangzha-
Iim, pergilah ke desa fulan karena di sana terdapat orang-orang
baik dan mengerjakan shalat." Maka pembunuh tersebut berhijrah
dari negerinya ke negeri yang ditunjuk oleh alim tersebut. Di tengah
jalao ajal menjempubrya, maka malaikat rahmat dan malaikat azab
berselisih sehingga Allah menurunkan seorang hakim di antara
mereka. Hakim ini berkata, "Ukurlah jarak di antara kedua desa,
ke desa mana dia lebih dekat maka dia termasuk penduduknya."
Ternyata laki-laki tersebut lebih dekat kepada desa yang baik, maka
1).
2).
malaikat rahmat membawanya.l
Lihatlah perbuatan laki-laki Bani Israil ini, dia bertaubat dan
taubatnya diterima, padahal Allah meletakkan kesulitan-kesulitan
dan belenggu-belenggu atas mereka, kemudian kesulitan-kesulitan
dan belenggu tersebut telah diangkat dari umat ini. ]adi taubat bagi
umat ini lebih mudah. ]ika hal itu terjadi pada Bani Israil lalu bagai-
manakah dengan umat ini?
Jika anda berkata, lalu apa pendapatmu tentang riwayat yang
shahih dari lbnu Abbas bahwa tidak ada taubat bagi pembunuh?2
Jawabnya melalui satu dari dua sisi,
Bisa jadi Ibnu Abbas beranggapan bahwa sulit bagi pembunuh
secara sengaja unfuk bertaubat, menurutnya, pembunuh de-
ngan sengaja tidak diberi taufik untuk bertaubat dan jika dia
tidak diberi taufik untuk bertaubat, maka dosanya tidak gugur
darinya, dia tetap disiksa karenanya.
Bisa jadi maksud Ibnu Abbas yaitu bahwa tidak ada taubat
untuknya terkait dengan hak korban, karena pembunuh se-
cara sengaja terkait dengan tiga hak: hak Allah, hak korban
dan keluarga korban.
O Hak Allah terangkat oleh taubat tanpa ragu berdasarkan
FirmanNya,
g_atolTtg ui)ru,{ Gil {tv.1
"Katakanlah, 'Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terha-
dap dii merekn sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.,' (Az-Zumar:
s3).
Ini yaitu untuk orang-orang yang bertaubat.
O Hak keluarga korban, ia gugur jika pelaku menyerahkan
t Diriwayatkan oleh al-Bukharl , Kitab at-Anblya'; dan Muslim, l1bb at-Taubah, hb eabul raubah
al-Qatil.
2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tafsir, Bab Qauluhut{i:: yudhdif tahu al-Azab yaum
al-@yamah.
c-ii c:uA,ib
4G'; €;lai
dirinya kepada mereka, dia datang kepada mereka dan berkata,
"Aku telah membunuh anggota keluarga kalian, lakukan apa yang
ingin kamu lakukan." Lalu mereka bisa menuntut qishash atau me-
nuntut diyat atau memaafkan. Hak sepenuhnya ada pada mereka.
O Hak korban: Tidak ada jalan untuk berlepas diri darinya
di dunia.
Dari sini maka ucapan Ibnu Abbas bahwa tiada taubat bagi
pembunuh, ditafsirkan bahwa hal itu terkait dengan hak korban.
Hanya saja yang nampak bagi saya yaitu bahwa jika pem-
bunuh bertaubat dengan sungguh-sungguh (taubat nashuha), maka
ia menggugurkan hak korban, bukan untuk menyia-nyiakan hak-
nya, akan tetapi Allah dengan kemurahanNya memaafkan Per-
buatan pelaku dan memberikan derajat tinggi kepada korban atau
ampunan dari kesalahan-kesalahannya, karena taubat yang ikhlas
tidak menyisakan dosa apa pun. Hal ini didukung oleh keumuman
ayat al-Furqan,
$ yrt i; ;'i 61i LJ.{;. $; 7t; ey *t'{ 6}; 1 r.li3y
i5-4r::c,t-"r
7JI.A@ 6fr1 ';i, dtt J.r;i3 Z3;;*; A\
\A1SZ1Ei <j\, tC ; 'il @ fi4i.,;-iLu -;i$i
4/Grl.g'ii3n$iu
"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta
Allah dan tidak membunuh jhoa yang diharamkan Allah (membunuh-
nya) kecuali dengan (alasan) yangbenar, dan tidakberzina, barangsiapa
ynng melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasnn)
dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada Hari
Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina, kecuali
ornng-orang yang bertaubat, beiman dan mengeriakan amal shalih;
maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaiikan." (Al-Furqan:
70).
Sifat Allah yang tercantum dalam ayat ini yaitu al-Ghadhab
(marah), al-La'nu (melaknat) dan menyediakan azab.
Dari segi perilaku, ayat ini memperingatkan dari bahaya
membunuh seorang Mukmin secara sengaja.
ffi
[1]. Ayat kedua: Firman Allah,
,/ ,2.
t,di;, vH 6l -Ea'U, t#\ j41; <tft b
"Yang demikian itu yaitu knrena sesungguhnya merekn mengikuti
npa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena) mereka membenci
(apn yang menimbulkan) keridhaanNya." (Muhammad: 28).
'Yang demikian itu': yang diisyaratkan di sini yaitu apa yang
telah berlalu dan yang mendahuluinya yaitu Firman Allah,
5+s @ Fj{':v ;i1}J s,i,+;.':K$lt Li{{;,$t &b
{ @ A16 -6,,ti;2vH 6t -EA-u' t#\ ){!\
"Bagaimanaknh (<eadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyaTua
mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka?
Yang demikian itu yaitu karena sesungguhnya mereka mengikuti apa
yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci (apa
yang menimbulkan) lceridhaanNya, sebab itu Allah menghapus (pahala)
amal-amal mereka. " (Muham mad: 27 -28). Yakni bagaimana keadaan
mereka dalam kondisi tersebut di mana para malaikat memukul
wajah-wajah dan punggung mereka?
{Cn:tfi 'Uang demikian itu', yal<ni memukul wajah dan pung-
gung.
4 i$\,Y' yaitu karena sesun gguhnya me reka', yakni disebabkan
oleh, jadi bn' di sini berfungsi menjelaskan sebab.
( 'il -EAU l;:;;l| 'mengikuti apa yang menimbulkan kemur-
fumn Allnh'. Yakni, yang dimurkai Allah; mereka melakukan semua
yang dimurkai Allah, baik keyakinan atau perbuatan, atau perka-
taan.
4"',iii;) li.uJ 6\ -E aY t#\ )fi\" fty;
Dan FirmanNya, "Yang demikian itu yaitu karena sesungguh-
nya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah
dan (karena) mereka membenci (apa yang menimbulkan) kei-
dhaanNya."(rl
b'uqs
Adapun apa yang di dalamnya terdapat ridha Allah, maka
keadaan mereka yaitu FirmanNya,
{|JrJrlirli\ "Dan (knrena) mereka membenci (apa yang
menimbulkan) keidhaanNya." Yakni, mereka membenci apa yang
padanya terdapat ridha Allah, akibatnya mereka harus memikul
balasan yang buruk, yaitu pada saat mereka mati, para malaikat
memukuli wajah dan punggung mereka.
Sifat Allah yang ditetapkan oleh ayat ini yaitu as-Sakhath
(murka) dan ar-Ridha (meridhai).
Sifat ridha telah dijelaskan, adapun murka (as-sakhnth), maka
maknanya dekat dengan makna marah (al-Ghadhab).
ooo
4,') ;4i c-11:1 (,j:'r; fi y,'4 I :
FirmanNya, "Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami
m e n ghukum m er ek a.t' (tl
[1]. Ayat ketiga: FirmanNya,
4;irtfrt| 6ii:'t;i:i *
uMaka tatknla mereka membuat Kami murka, Kami menghukum
mereka." (Az-Zukhruf: 55)
{t3}'.t;} yakni, membuat Kami marah dan murka.
{-ff', ) di slni yaitu syarthiyah, fi'il (kata kerja) syaratnya
adalalr( (j'r;\ dan jawabnya yaitu 4 ;ir61b.
Ayat ini membantah orang-orang yang menafsirkan as-Sakhath
(murka) dan al-Ghadhnb (marah) dengan pembalasan; di mana ahli
ta'thil dari kalangan Asy'ariyah dan lain-lairurya berpendapat bahwa
yang dimaksud dengan as-Sakhnth dan al-Ghndhab (bagi Allah) ada-
lah pembalasan atau keinginan membalas. Mereka tidak menetap-
kan as-Sakluth dm al-Ghadlab sebagai sifat yang dimiliki oleh Allah.
Mereka berkata, 'GhndhnbNya yaitu pembalasanNya atau keingin-
anNya untuk membalas." ]adi mereka menafsirkan kemarahan
dengan pembalasan yang merupakan obyek yang terpisah dari
AIIah atau dengan iradah di mana mereka mengakuinya, mereka
tidak menafsirkannya sebagai sebuah sifat yang tetap bagi Allah
secara hakiki sesuai dengan kebesaranNya.
Kami katakan kepada mereka, justru as-saWwth dan al-Gludrub
bukan pembalasan, karena pembalasan yaitu akibat dari murka
dan marah, sebagaimana kita katakan bahwa pahala adarah hasil
dari keridhaan. Allah murka dan marah kepada suatu kaum, ke-
mudian membalas mereka.
Jika mereka berkata, "Akal menolak ditetapkannya sifat murka
dan marah bagi Allah.
Kami jawab dengan jawaban yang sama tentang sifat ridha
sebelumnya, karena persoalannya sama.
Kami katakan justru sebaliknya, akal menetapkan sifat murka
dan marah (bagi Allah), karena membalas para pelaku dosa dan
mengazab orang-orang kafir yaitu bukti dari kedua sifat tersebut
bukan dalil atas keridhaan dan tidak pula menunjukkan tidak ada-
nya sifat murka dan marah.
Kami