Induk agama Islam 7

 


katakan, ayat ini,

4;i'c31;1 '<';Et;wY

uMakn tatknla mereka membuat Kami murka, Kami menghukum

mereka." (Az-Zukhruf: 55), membantah pendapat kalian, karena ia

menjadikan pembalasan bukan kemarahan. syarat bukanlah apa

yang disyaratkan.

Masalah:

Firman Allah, $(i,lt;-tLL ); kita mengetahui bahwa *LVi

berarti sedih dan menyesal atas ipa yang telah berlalu yang tidak

mungkin digapai oleh yang bersangkutan. Apakah kita *" ifuu

Allah dengan al-Huzn dan an-Nadam (kesedihan dan penyesalan)?

Jawab: Tidak karena.LVi aahm bahasa Arab memiliki dua

arti:

Pertama, berarti kesedihan, seperti Firman A[ah tentang Nabi

Ya'qub g@,

ffi ffi

{#if aiq#yJt;|&6ub

"Aduhni duka citaku terhadap Yusuf , dan kedua matanya menjadi

putih karena lcesedihan " (Yusuf: 84).

Kedua,berarti kemarahan, dikatakan .LU" * q\ yxrgberarti,

marah atasnya.

Arti yang pertama tidak mungkin bagi Allah dan yang kedua

ditetapkan karena Allah menyifati diriNya dengannya, Dia berfir-

man,

4 ;lrc J^t;l 6;Lt't;Li Y

" Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum

mereka."

Sifat yang terkandung di dalam ayat ini yaitu  al-Ghadhab

(marah) dan al-lntiqam (membalas).

Dari segi perilaku, ayat ini memperingatkan agar menjauhi

apa yang mengundang kemarahan Allah tit$.

ooo

4"' "iY6 #qi {it\ 1r'z-,fi;y

Dan FirmanNya, "Tetapi Allah membenci keberangkatan mereka,

Maka Allah melemahkan keinginan mereka.'t (r)

t,

til9J

[1]. Ayat keempat: Firman Allah,

"Tetapi Allah membenci l<cberangkatan mereka, maka Allah mele-

mahkan lceinginan mereka." (At-Taubah: 46).

Maksudnya yaitu  orang-orang munafik yang tidak berang-

kat bersama Nabi ffi dalam berbagai PePerangan, karena Allah

membenci keberangkatan mereka, karena perbuatan mereka tidak

ikhlas untuk Allah. Atlah yaitu  DzatyangMahakaya dari sekutu,

kalaupun mereka berangkat maka keadaan mereka seperti yang

difirmankan Allah,

ffi W

'Hfi.@ilei.t; {t;is K,2i;.ja i y

4d{i,i

" Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak

menambah knmu selain lcerusakan belakn, dan tentu mereka aknn bergegas

maju lce depan di celah-celah baisanmu, untuk mengadakan lcekacauan

di antara kamu." (At-Taubah: 47).

Jika mereka tidak ikhlas dan mereka yaitu  para perusuh,

maka Allah membenci kerusakan dan kesyirikan maka, 'iJ u2-}

('i{ijr #qi " Allah membenci keberangkatan mereka *ofo aUil,

melemahkan keinginan mereka," yakni Allah menjadikan semangat

mereka loyo untuk berjihad.

4. O-#i'tb33i'J4;y

"Dan dikatakan l<epada merekn, 'Tinggallah kamu bersama orang-

orang yang tinggal itu'." (At-Taubah 46).

Ada kemungkinan Allah berfirman demikian secara kauni darr.r

ada kemungkinan itu yaitu  ucapan sebagian kepada sebagian

yang lain, "Duduklah bersama orang-orangyangduduk, ada fulan

dan fulan yang tidak berangka! karena dia termasuk orang-orang

yang diberi keringanan oleh Allah seperti orang sakit, orang buta

dan orang pincang, mereka lalu berkata, "Jika Nabi pulang maka

kita meminta maaf kepadanya lalu dia memohon ampunan untuk

kita dan itu cukup buat kita."

Mungkin bagi kita menggabungkan kedua pendapat terse-

but karena jika hal itu dikatakan kepada mereka dan mereka tidak

berangkat maka mereka tidak berangkat kecuali dengan ketetapan

Allah.

Ayat ini menetapkan bahwa Allah membenci dan ini juga

ditetapkan oleh al-Qur'an dan Sunnah:

Firman Allah,

{ ;uyYtitr'*i 4;,;ity

"Dan Rabbmu telah memeintahkan supaya kamu jangan menyem-

bah selain Dia .... " sampai kepada FirmanNya,

{;'s e

ffi ffi

(@C;Kq"4,'47i'(q'3f y

" Semut itu kejahatannya, amat dibenci di sisi Rabbmu." (Al-Isra':

23-38).

Juga ayat yang disebutkan Syaikhul Islam di atas,

"Tetapi Allah membenci lceberangkatan mereka, maka Allah mele-

mahknn l<einginan mereka." (At-Taubah: 45).

Dan Nabi ffi bersabda,

.ist .W. € ;; irr'i:y

" Sesungguhnya Allah membenci untukmubanyak omong."l

Jadi kebencian tetap berdasarkan al-Qur'an dan Sunnah, bah-

wa Allah membenci.

Kebencian Allah bisa terhadap perbuatan sebagaimana di

dalam FirmanNya,

4.'W #qifiiir2-,#3y

"Tetapi Allah tidak menyukni keberangkatan mereka, malu Allah

melemahkan keinginan merel<a." (At-Taubah: 46). Dan juga Firman-

Nyu,

{ @ 6;Kqt'-*-''4'-"i'(q"3 *

" Semua itu kejahatannya, amat dibenci di sisi Rabbmu." (Al-Isra':

38).

Kebencian Allah bisa terhadap pelaku sebagaimana dalam

hadits,

.'^^2r.16 ,t:i,1 ,;4i UL,,j.tr 6,1>v ,tlub Ai sy }w ittt'ot

"sesungguhnya jika Allah membenci seorang hamba, Dia berseru,

'sesungguhnya Aku membenci fulan, maka bencilah dia,"2

t Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Ktab az-Zakafi dan Muslim, Kitab al-Aqdhiyah.

2 Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Biri Bab ldza Ahabballah Abdan.

4(\ 

. 1,j3,r. I V a;i J ;i,i 3+Ut -jAh,u 

y :

FirmanNya, "AmAt besar kebencian di sisi Ailah bahwa kamu

mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.,,(t)

[1]. Ayat kelima, FirmanNya,

4,6fr{YA-fi J^iL--W'j1y

"Amat besar kebencian di sisi Allah bahrua kamu mengatakan apa-

apa yang tidak kamu kerjakan.,, (Ash-Shaff: 3).

('iG:-yartinya besar.

{ Uil} yaitu  tamyiz gubahan d,arifa'il d.anal-Maqtu' ad,alah

puncak kemarahan yang paling berat. Danfa'il dari 'jQ setelah

fa'ilnya digubah menjadi tamyiz yaitu  ,i dan apa yang masuk

kepadanya pada FirmanNy a, { -a}li I y\-fr.I}. -

Ayat ini menjelaskan alasan dan akibat dari ayat sebelumnya,

J ;i,i i-- ei1,';1 @ -ofi,11 v <rj;i l,w(,"Ji w- y

(@ <,j1:ilu\-fr'

'wahai orang-orang yang beiman, lcenapakah kamu mengatakan

sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di siii auah

bahlua kamu mengatakan apa-apa yang tidak ramu kerjaknn.', (Ash-shaff:

2-3).

Seseorang berbicara tentang apa yang dia sendiri tidak mela-

kukannya yaitu  salah satu masalah (dosa) paling besar.

Penjelasannya yaitu  jika kamu berkata sesuatu dan tidak

mengerjakannya maka kamu di antara dua perkara: Bisa jadi kamu

berdusta, tetapi kamu takut kepada manusia lalu kamu mengata-

kan sesuatu yang tidak benar, atau bisa jadi kamu yaitu  oiur,g

yang menyombongkan diri terhadap apayangkamu katakan sen-

diri, di mana kamu memerintahkan manusia d"ngur,rrya, sedang-

kan kamu sendiri tidak mengerjakarurya atau kamu melarang oran&

padahal kamu sendiri mengerjakannya.

sifat yang ditetapkan oleh ayat ini yaitu  al-Maqtu dan bahwa

ia berbeda-beda.

Dari segi perilaku, ayat ini memperingatkan manusia, agar

jangan berbicara dengan aPa yang dia sendiri tidak kerjakan.

ooo

'rrrj L4c\$ 4\Ai G {L o'i'\'# J I y('tMJ1 }

4'f'.ii

"Tiada yang mereka nanti'nantikan melainkan datangnya Allah

dan malaikat (pada Hai Kiamat) dalam naungan awLn, dan di-

p utusk anl ah P erk ar aflY a. ) ) (7)

AYAT.AYAT TENTANG SITAT AI-I}TNI,

(DATANG) DAN Al-rTVA.ry (DATANG)

Penulis menyebutkan empat ayat yang menetapkan sifat al-

Maji (datang) dan al-ltyarz (datang).

[U. Ayat pertama: Firman Allah,

G;i,4c\6 4\3i'd yL i.6\ &iy-JJy-(''fi.f *

{@ s$*i e-,,t'tJ$";i\

"Tisda ynng mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah

dan malaikat (pada Hari Kiamat) dalam naungan aIuan, dan diputuskan-

lnh perkaranya." (Al-Baqarah: 2L0).

FirmanNy u, $ ';t:j$..6 *, jl yaitu  pertanyaan yang ber-

makna naf , yaLni*'"r.ku tiau( menantikan. Jika ada tjlsetelah per-

tanyaan, *uiu pertanyaan tersebut berarti tidak. Ini yaitu  kaidah.

Nabi bersabda,

..7y> "ili 'if g-i J^\-' i'

" Kamu bukan apa-apa, hanya j ai yang berdarlh.,, 1

Makna ('orjgldi sini yaitu  menunggu karena setelahnya

tidak ada )1. Jika setelahnya ada j1, maka biasanya berarti merihat

dengan mata. |adi tanpa j1-setetahny4 maknanyu udutuh menunggu.

Yakni, orang-orangyang mendustakan itu tidak menunggu,

kecuali kedatangan Allah dalam naungan awan dan hal itu pada

Hari Kiamat.

- ( SL eniirt,l!-f , dan ( c) di sini berarti g, (bersama). ra ber-

fungsi menunjukkan kebersamaan dan bukan kata keterangan tem-

pat, karena jika ia yaitu  kata keterangan tempat niscaya awan-

awan tersebut mengelilingi Allah dan sudah dimaklumi bahwa

Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui, tak satupun makhrukNya

yang meliputiNya.

ladi { *ebberarti ,p e (bersama awan). pada saat Allah

turun untuk menetapkan kbputusan di antara hamba-hambaNya.

( #! {i itlfi "I^angit diliputi aluan", yang berwarna putih,

awan yang besar, karena kedatangan Allah clt$.

FirmanNya, $ rr'1ii'iyLA$ ,Bersama naungan aTUAnt,, para

ulama berpendapat bahwa ia-adallh awan putih, sebagaimana Allah

berfirman menjelaskan nikmatNya kepada Bani Israil,

4i6iW6uE3Y "Dan Kami naungi kamu dengan a70an'"

(Al-Baqarah: 57). Awan putih membuat cuaca tetap terang, rain hal-

nya dengan awan hitam dan merah, ia membuat cuaca ge1ap. Di

samping itu awan putih lebih indah dilihat.

FirmanNy a, 42".b4\a$$ "Dan para malaikat." Dengan dibaca

marfu' (dengan dhammah), kar6na ia diindukkan kepad alafzhul jala-

lah, Allah; yakni atau malaikat datang kepada mereka. Terah dije-

laskan asal-usul kata malaikat dan siapa malaikat.

Pada Hari Kiama! para malaikat hadir, mereka turun ke bumi,

malaikat langit terdekat turun, kemudian langit kedua, kemudian

ketiga, kemudian keempa! dan seterusnya sampai langit ketujuh,

mereka mengelilingi manusia.

S y"rah d qtdah'W a*rtkq.lt,

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Adab, fub Ma yajuzu Min asy-syai4 dan Muslim, ,vta,

al-Jihad, &ab Ma Laqiya an-Nabi * Min Adza at-Musyrikin wa al-Munafikin.

ffi ffi

Ini yaitu  peringatan terhadap hari ini yang hadir dengan

kondisi seperti itu. Ini yaitu  salah satu peristiwa besar Hari Kiamat,

dengannya Allah memperingatkan para pendusta.

ooo

[1]. Ayat kedua: FirmanNya,

4 ar; A', &i 3)i ti 1$ |i6'^<ittt )i*i {t'b';fi-.f }

" Y ang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah ledatangan malaikat

lcepada mereka (untuk mencabut nyau,a mereka) atau kedatangan (siksa)

Rabbmu atau kedntangan *bagian tanda-tanda Rabbmu. " (Al-An'am: L58).

4'tifi-ii* " Yang merekn nanti-nanti. " Penjelasannya sama de-

ngan penjelasair pada ayat sebelufiInya, yakni mereka tidak menan-

tikan kecuali satu dari keadaan-keadaan berikut:

Pertama, 4'iK4JJl1ftUr 

-{l} 'Tidak lain hanyalah kedntangan

malaikat lcepada mereka." Yakni, untuk mencabut nyawa mereka.

FirmanNya,

$A{ti r*A .,ire lKdJi\ ; - i5\'{;ri iyeT iiy

{@ o2A1-1t1i\}-i:'

"Kalau kamu melihat letika para malaikat mencabut jirua oranS-

orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan ber-

kata), 'Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar', (tentulah kantu

alcan merasa ngeri)." (Al-Anfal: 50).

)f4yi {t'b'}itf},ilys,i:,3)i 5 di3 |i;1't<43

4"'3);',,ir.

\2'z-

FirmanNya, "Yang mercka nanti-nanti tidak lain hanyalah ke-

datangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa me-

reka) atau kedatangan Rabbmu atau kedatangan sebagian tanda-

tanda llaS$7ns.tt (t)

ffi W

Kedua,4d:aYn\ "Atau l<edatangan Rabbmu,,, pada Hari Kiamat

untuk menetapkan keputusan di antara mereka.

Ketiga, 4+ *y.,ri3)45b " Atau l<edatangan sebagian tanda-

tanda Rabbmu," yaitu terbihrya hatahari dari barat. Nabi menafsir-

kannya demikian.l

Allah menyebutkan ketiga keadaan ini, karena jika para ma-

laikat turun unfuk mencabut nyawa mereka maka taubat tidak di

terima dari mereka berdasarkan Firman Allah,

'i'-6 F (,Lt; eu:4si'ojs_

" Dan tidaklah taubat itu diteima Allah dari orang-orang yang me-

ngerjakan kejahatan (yanl hingga apabila datang ajat kepada seseorang

di nntnra mereka, (barulah) ia mengatakan, 'sesungguhnya saya bertai-

bnt seknrane'." (An-Nisa': 18).

Begitu pula jika matahari terbit dari barat, taubat tidakrah di-

terima. Dalam kondisi tersebut mereka tidak mampu berlepas diri

dari keadaan mereka.

Allah menyebutkan keadaan ketiga di antara dua keadaan,

karena ia yaitu  waktu pembalasan dan buah dari amal, dalam

kondisi tersebut, mereka tidak mampu berlepas diri dari apa yang

mereka kerjakan.

Target dari ayat ini dan yang sebelumnya yaitu  memberi

peringatan kepada orang-orangyang mendustakan agar tidak ke-

hilangan kesempatan untuk memperbaiki diri, kemudian mereka

tidak bisa berlepas diri dari perbuatan mereka.

ooo

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tafsir, Bab La yanfa,u Nafs Imanuhq, dan Muslim,

Kitab al-Iman, Bab az-Zaman attadzi La yuqbalu Fihi al-Iman.

ffi ffi

{u'U(i [fi(, ii.i i\:.r@] f3 ?s -,;-ii .$:6y_*$

(FirmanNyal, "langan (berbuat demikian). Apabila bumi digon-

cangkan berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu; sedang mala-

ik a t b erb ari s -b ai s.,, (r) (Al-Fai r: 2.1.-221.

[1]. Ayat ketiga: Firman Allah,

( @ tii & iir:v ilJ is, @'rt ?s -;;.ii *9,

"langan @erbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan

turut, dan datanglah Rabbmu; se dang malaikat berb ais-b ais. "

21,-22).

4*Y di sini untuk memberi peringatan, seperti vi ltetatluitatr;.

FirmanNy a, {?s?'' -r;;i 6" 6yb " Apabila bumi digoncangkan

berturut-turut." lni terjadi pada Hari Kiamat.

Goncangan ini ditegaskan (secara berulang), karena begitu

hebatnya, karena ia menggoncang gunung-gunung, jalan-jalan di

gunung dan segala sesuatu sehingga bumi seperti kulit. Firman

Allah t)t$,

( @ gt {J(cQ# i@ tfrr66tSii y

u Maka dia akan menjadikan @ekas) gunung-gunung itu datar sama

sekali, tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan

ynng tinggi-tinggi." (Thaha: 1,06-107).

Adapun kemudian diulanginya goncangan, bukan untuk pe-

negasan, akan tetapi untuk menjelaskan pengulangan. Jadi artinya

yaitu  goncangan setelah goncangan sebelumnya.

FirmanNy ", {t& iil6Ji.3i1.:\ " Dan datanglah Rabbmu;

sedang malaiknt berbaris-bans. " "Rabbmu datang", yakni pada Hari

Kiamat setelah bumi digoncangkan dan diratakan dan manusia

dibangkitkan, Allah datang untuk memutuskan di antara hamba-

hambaNya.

FirmanNy", 43$Vy: .tr di sini menunjukkan keumuman,

yakni semua malaikat turun ke bumi.

riy><fi

berturut-

(Al-Fajr:

{UeY "Berbaris-bais,,' yakm berbaris berurutan sebagai-

mana yang tercanfum dalam sebuah atsar. "Malaikat langit terdekat

turun lalu mereka berbaris, di belakang mereka berbaris malaikat

langit kedua dan di belakang mereka berbaris malaikat langit ke-

tiga.rrl Dan seterusnya.

oo@

{ trr'^<$fr ij; di {ei iilt i$i b

"Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah betah mengeluarkan

kabut ptrtih dan diturunkanl ah mal aikat b er gelomb ang- gel om-

bang."(rl t

[1]. Ayat Keempat FirmanNya,

{ @ ;^-t 'K;r:'tj; d:fi,{pi SXiii;j y

"Dan (ingatla@ han O<etika) langit pecah belah mengeluarkan kabut

putih dnn diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang. " (Ar-Furqan:

2s).

Yakni, ingatlah hari ketika langit terbelah mengeruarkan kabut

putih.

(jftY lebih kuat maknanya daripada jii, karen a zahirnya

ia terbelah sedikit demi sedikit lalu kabut tersebut keluar dan me-

nyembur seperti asap sedikit demi sedikit.

Langit terbelah mengeluarkan kabut putih; seperti dikatakan,

bumi terbelah karena tumbuhan, yakni kabut putih itu keluar dan

memancar secara terus menerus, hal ifu karena kedatangan Allah

untuk memutuskan di antara hamba-hambaNya. Ia yaitu  hari

yangmencekam dan agung.

( >ir, 2^K$l'ij;b "Dan diturunkanlah malaikat bergelombang-

gelombang. " Mereka turun dari langit kelompok demi kelompok,

1 Diriwayatkan oleh al-Hakim, 416L4, adz-Dzahabi berkata, ,'sanadnya kuat', dan disebutkan

pula oleh Ibnu Katsir dalam Tafsimya,3l3t6.

malaikat langit terdekat turun, kemudian malaikat langit kedua

keqpudian ketiga dan seterusnya.

Konteks ayat ini tidak menyinggung kedatangan Allah, akan

tetapi ia mengandung isyarat tersebut, karena terbelahnya langit

dengan kabut putih, terjadi karena kedatangan Allah, dengan ber-

dalil kepada ayat yangsebelumnya.

Empat ayat yang disebutkan oleh penulis ini yaitu  untuk

menetapkan sifat di antara sifat-sifat Allah, yaitu al-Maii' dan al-

Ityan (datang).

Ahlus Sunnah wal Jama'ah menetapkan bahwasanya A1lah

sendiri yang akan datang; karena Allah menyebutkan masalah ter-

sebut tentang DiriNya, dan Dia ik lebih mengetahui tentang DiriNya

bahkan tentang selain DiriNya. Allah lebih benar perkataanNya

dari selainNya dan ucapanNya lebih baik dari ucapan selainNya,

maka FirmanNya mencakup ilmu yang paling sempurna, kebe-

naran, keterangan dan kehendak yang juga paling sempurna. Dan

Allah hendak menjelaskan kebenaran kepada kita; dan Dia lebih

mengetahui, lebih jujur dan lebih baik perkataanNya.

Pertanyaan yang tersisa yaitu  apakah kita mengetahui bagai-

mana Allah datang?

)awab: Kita tidak mengetahui, karena Allah memberitahukan

kepada kita bahwa Dia akan datang dan tidak memberitahukan

bagaimana Dia akan datang, karena cara dan bentuk tidak dike-

tahui, kecuali dengan menyaksikan atau menyaksikan yang seper-

tinya atau dengan berita yang benar tentangnya dan semua itu

tidak ada dalam sifat Allah, juga karena jika dzat tidak diketahui,

maka sifat pun tidak diketahui, yaitu cara dan bentuknya. Dzat

ada dan hakiki, kita mengetahui itu, mengetahui apa makna"dzat",

apa makna "diri", kita juga mengetahui makna al-Maji' (datang)

akan tetapi bagaimana dzat atau diri atau bagaimana kedatangan

Allah, itu tidak kita ketahui.

Maka kita beriman bahwa Allah datang secara hakiki dengan

cara yang tidak kita ketahui yang sesuai dengan kebesaranNya.

Kelompok-kelompok yang menyellslhl Ahtus Sunnah

wal Jama'ah dalam perkara lnl dan bantahan kepada

mereka.

Yang menyelisihi Ahlus Sunnah wal Jama,ah dalam perkara

sifat ini yaitu  ahlu fa'thil dan tahrif. Mereka berkata, "Allah tidak

datang, karena jika kamu menetapkan bahwa Dia datang berarti

Dia yaitu  jasmani dan jasmani memiliki kesamaan.,,

Kami katakan, ini yaitu  klaim dan qiyas yang batil, karena

ia bertabrakan dengan dalil, segala sesuatu yang membatalkan

dalil yaitu  batil, Allah berfirman,

{@ -#,y cia"i [1 ;Le;i-6;:fi

"Dan sesungguhnya Kami ataukamu (orang-orang musyrik), pasti

berada dalam kebenaran atnu dalam kesesntan yang nyata. " (Saba': 24).

Jika kamu berkata, Apa yang membatalkan dalil itu yaitu 

kebenaran; maka dalilnya yaitu  batil dan itu pasti dan kebatilan

dalil yaitu  mustahil. ]ika kamu berkata bahwa yang benar yaitu 

dalil, maka apa yang membatalkan dalil itu yaitu  batil dan itu

pasti.

Kemudian kami katakan, apa yang menghalangi Allah datang

dengan DiriNya dengan cara yang Dia inginkan? Mereka menja-

wab, yang menghalanginya yaitu  bahwa jika kamu menetapkan

itu berarti kamu menyerupakan (memisalkan) Allah.

Kami katakan ini yaitu  salah, karena kita mengetahui bahwa

kedatangan tidaklah salna bahkan di antara makhluk sendiri. Or*g

yang bersemangat, dia datang seperti dia turun dari bukit karena

semangatnya, hanya saja dia tidak berjalan dengan santai atau

kalau kamu mau katakan saja dia berjalan dengan santai. Apakah

orang seperti ini seperti seorang yang berjalan dengan meniti

tongkat yang tidak memindahkan kakinya dari tempatnya kecuali

dengan kelelahan?

Dari segi lain kedatangan juga berbeda, kedatangan seorang

pembesar atau pemimpin tidak bisa disamakan dengan kedatangan

orang biasa yang bukan siapa-siapa.

Apa yang dikatakan oleh ahli ta'thil tentang Firman Allah,

ffi ffi

"Dan Rabbmu datang," dan ayat-ayat yang senada?

Mereka mengatakan bahwa maksud ayat di atas yaitu  "Ke-

putusan Rabbmu datang", dan "Perintah Tuhanmu datang", karena

Allah telah berfirman,

4:Lfr{,;,\5;ty

"Telah pasti datangnya lcetetapan Allah maka janganlah kamu tte-

minta agar disegerakan (datang)nya." (An-Nahl: 1).

Maka semua kedatangan yang Allah nisbatkan kepada diri-

Nya harus ditafsfukan dengan ayat ini. ladi maksudnya yaitu  telah

datang keputusan Allah.

Kami membantah ucapan ini dengan mengatakan, bahwa

dalil yang anda gunakan bukanlah dalil yang membela anda, akan

tetapi justru melawan anda. Seandainya yang dikehendaki Allah

yaitu  kedatangan perintahNya di ayat-ayat yang lain, maka Allah

akan mengatakan hal itu secara langsung, sebab tidak ada yang

menghalangrNya. Seandainy a y ang Allah inginkan pada ay at-ay at

lain tadi yang datang yaitu  perintahNya (keputusanNya), maka

apa yang dapat menghalangNya untuk berfirman, "PerintahNya"?

Tatkala yang Allah kehendaki datang yaitu  "perintahnya", maka

Allah mengatakan "perintahnya" dan tatkala bukan perintah yang

diinginkanNya, maka Allah tidak menginginkannya.

Jadi sebenarnya dalil tersebut bukan membela anda, tetapi

melawan anda, karena ayat-ayat lain tidak mengandung makna

yang mujmal (umum), sehingga ia harus ditaf-sirkan dengan ayat

ini. Ayat-ayat yang lain tersebut sangat jelas dan sebagian di anta-

ranya bahkan menyebut secara tersendiri, sehingga datangnya

Allah tidak mungkin dimaknai bahwa yang datang yaitu  perin-

tahNya. (Perhatikan FirmanNya),

4W A; &i 3)i i d{ |i6 1'\<43 ){$J ft'b;,\.f }

"Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedntangan malaikat

kepada mereka (untuk mencabut nyarta merekn) atau kedatangan Tuhan-

mu atau l<e datangan xbagian tanda-tandn Tuhnnmu," (Al-An'am: 158).

Apakah sah seseorang mengatakan bahwa maksud 4ti{al|

ffi ffi

'Tuhanmu datang' yaitu  perintahnya dalam pembagian seperti ini?

Jika ada yang berkata, apa yang anda katakan tentang Firman

Allah,

4'r* U/ i *t'JSJ'81,;;bY

" Mudah-mudahan Allah aknn mendatangkan ltemenangan Qcepada

RasulNya), atatt suatu keputusan dai sisiNyaT" (Al-Ma'idah: 52)

Maka jawabnya: Yang dimaksud dengannya yaitu  keda-

tangan kemenangan atau keputusan, akan tetapi Allah menisbat-

kan kedatangan tersebut kepada diriNya, karena ia dari sisiNya.

Bahasa seperti ini dikenal dalam bahasa Arab. Jika al-ltyan (keda-

tangan) dibatasi dengan huruf jar, maka yang dimaksud yaitu 

kata yang tersambung dengan huruf jar tersebut. Jika ia disebut-

kan secara mutlak dan dinisbatkan kepada Altah tanpa pembatasan,

maka yang dimaksud dengan al-ltyan yaitu  kedatangan Allah

secara hakiki.

Manfaat dari segi pertlaku berlman kepada stfat aI-FIqJl'

dan al-Ityan (datang)

Manfaatnya yaitu  rasa takut terhadap tempat dan peman-

dangan yang agung tersebut di mana Allah datang untuk memberi

keputusan di antara hamba-hambaNya dan turunnya para malai-

kat. Yang ada di depanmu yaitu  Allah dan seluruh makhluk, jika

kamu melakukan kebaikan maka kamu dibalas dengannya, jika

kamu melakukan selain itu maka kamu pun dibalas dengannya.

" Sexmgguhnya Allah & akan berbicara (langsung) berdua dengan

hambaNya. Hamba tersebut melihat l<e kanan, dia tidak melihat l<ecuali

amal perbuntannya, dia melihat ke kii, dia tidak melihat kecuali amal

perbuatnnnya, dia melilmt ke depan, dia tidak melihnt kecuali neraka, maka

berlindunglah kalian dari neraka rualaupun hanya dengan separuh dai

Nabi ffi bersabda,

*:tJ1iuitu;>a,4 ei )L:j,,ffifit y,*.rr:;ir ,11

;t* ,r}r\L e ;* ,#r rW F: ,('i u\! e ;JS ,'4' i3lt

,a ,

| .-l . a -ljrru tvJ

ffi ffi

sebutir kurmz."1

Beriman kepada perkara-perkara besar seperti ini tanpa ragu

melahirkan rasa takut pada diri manusia kepada Allah dan kete-

guhan di atas agamaNya.

o@@

{",it6.it4r r*py,4 rtfiila{ j,S+,uij} ,dy;

FirmanNya, "Dan tetap kekal Waiah Rabbmu yang mempunyai

kebesaran dan kemuliaan." "Tiap-tiap sesuaht pasti binasa, ke-

cuali w ai ahN y a (Allah). " trt

SINAT IIAJAII (AL-IIIAJIIU) BAGI ALLAII

[1]. Syaikhul Islam menyebutkan dua ayat untuk menetap-

kan sifat wajah (al-ruajhu) bagi Allah.

Ayat pertama, Firman Allah,

{@

"Dan tetap kekal Wajah Rabbmu

kemuliaan." (Ar-Rahm an: 27).

Ayat ini satu rangkaian dengan FirmanNya yang sebelum-

nYa,

,6!i5,fi j'$A,iijy

yang mempunyai kebesaran dan

{

"Semua yang ada di bumi itu

Rabbmu.... " (Ar-Rahman: 26-27).

Oleh karena itu, sebagian Salaf berkata, "Hendaknya jika anda

membaca ayat,

$5A#j@yEW;,3?y

akan binasa. Dan tetap kekal Wajah

{EEwiky

1 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Ktab ar-Riqaq, Bab Man Nuqisya ahHisab udzdziba.

"Semua yang ada di bumi itu akanbinasa,', menyambungnya de_

ngan ayat,

4 q:'^;3ti;iY

"Dan tetap kekal wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan

kemuliaan." sehingga jelas bagi anda kekurangan makhluk dan

kesempurnaan Khaliq. Hal itu untuk mewujudkan perbedaan di

antara keduanya. Makhluk fana dan Atlah kekal.,'

(@ ,6!5,Y\ j'43q,rij@ e('W;ky

"Semua yang adn di bumi ifu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah

Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan lcemuliaan. " (Ar-Rahman: 26-

27).

FirmanNya,

4Er;5fi;:iy

"Dan tetap kekalWajahTuhanmu.', Yakni, tidak fana.

Wajah (Al-Wajhu) maknanya sudah diketahui, hanya saja ben-

tuknya tidak diketahui. Kita tidak mengetahui bagaimana bentuk

wajah Allah, sama halnya dengan sifat-sifatNya, akan tetapi kita

beriman bahwa Allah memiliki wajah yang disifati dengan keagung-

an, kemuliaan, keindahan, kebesaran dan cahaya yang besar, sam-

pai Nabi # bersabda,

6ya. 41,6t v #3 ,>tL:-L -3;\ loJ3 ! ,:itt U.t+.

"HijabNya yaitu  nur, yang xandninya Dia menyinglupnya, nis-

caya cahaya wajahNya akan membalar apa yang dijangkau oleh pandang-

anN ya dai makhlukN ya.' t

*s c,vl: yakni keindahan, kebesaran, keagungan dan caha-

yaNya.

* b tF gt,$ru (Apa yang dijangluu oleh pandanganNya dai

t Diriwayatkan oleh Muslim, Kitabul Iman, bab qauluhu alaihi ash-shatatu wa as-salam,

'Innallaha la yanamu'.

-i'. o'YrY

makhlukNya), dan pandanganNya menjangkau segala sesuatu. Se-

andainya Dia membuka hijab itu -hijab nur dari wajahNya-, niscaya

semua yang ada akan terbakar.

Oleh karena itu kami katakan, "Wajah ini yaitu  wajah yang

agung tidak mungkin selamanya ia menyerupai wajah para makh-

luk."

Dari sini maka kami katakan, Di antara akidah kami yaitu 

bahwa kami menetapkan wajah bagi Allah secara hakiki dan aki-

dah ini kita ambil dari FirmanNya,

(rt5tt3,# i'436,3iiy

"Dan tetap l<ekal Wajah Rabbmu yang mempunyai l<ebesaran dan

kemuliaan." Kami katakan bahwa wajah ini tidak menyeruPai wajah

makhluk berdasarkan FirmanNya,

{:--',r.#Ay

'Tidak ada xsuntu pun yang *ruW dengan Din." (Asy-Syura: 11).

Kita tidak mengetahui bagaimana bentuk wajah Allah ini; ber-

dasarkan FirmanNya,

{@fu-*5A}.1'b

" sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmuNya." (Thaha: 110).

Jika ada seseorang yang berusaha membayangkan wajah Allah

dengan hatinya atau dia membicarakannya dengan lisannya maka

dia telah berbuat bid'ah yang sesat dan berkata atas nama Allah

tanpa ilmu, padahal Allah telah mengharamkan kepada kita berbi-

cara atas namaNya (atau tentangNya) tanpa ilmu. FirmanNya,

J; 6:i Ai;rI6 i.tl L$6w"11,t' ,L-gri cj i;,,:l"i F

( @ 'o$i{ (,;"1 &l};i iiAfX" 4,ii iY 6\lgri

"Katakanlah, 'Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang lceji,

baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, me-

langgar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mem-

per*kutulutn Allah dengan *suatu yang Allah tidak menurunknn hujjah

untuk itu dan Qnengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang

tidak kamu ketahui'," (Al-A'raf: 33).

Dan FirmanNya,

Ji-{;y;i L%4) ,K;rtr;i3 Ta6'€ai ty-'b .26 ;1,y

(@*a

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

penge tnhuan tentangny a. Se sungguhny a penden garan, pengliha tan dan

luti, semuanya itu akan diminta pertanggungan jaruabnya." (Al-Isra':

36).

Pada ayat tadi Allah berfirman, 4 4Jl;i #j$ ,,Dan tetap lcekal

WnjnhTuhanmu"; Allah menyandarkan kata 3; kepada Muhammad

ffi. Ini yaitu  penyandaran yang paling khusus, karena penyan-

daran kata .^1, terbagi menjadi dua: umum dan khusgs dan yang

khusus terbagi menjadi dua: khusus yang lebih khusus'dan khusus

yang lebih dari itu seperti disandarkannya &; kepada RasulNya,

dan tanpa ragu bahwa yang seperti ini yaitu  lebih khusus dan

lebih utama.

FirmanNyu, {jii} dalam susunan bahasa yaitu  sifat bagi

wajah, buktinya ia dibaca rafa' (denganruau,u) kalau ia yaitu  sifat

ba$ ,:gi, maka ia akan dibaca jar,5) sebagaimana yang Allah firman-

kan dalam surat yang sama,

( @ ?15'i:ti # o; 4; ?i't$ y

" Maluagung nama Rabbmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Ka-

runin." (Ar-Rahm an: 78)

Ketika Dia berkata, (#iiir) maka kita mengetahui bahwa

ia yaitu  sifat bagi wajah.

(,;..rij ) berarti, keagungan dan kekuasaan.

{?fi:ti\ yaitu  mashdar dari 6i, bisa berarti isim fa'il i4:si

dengan ra' dibaca kasrah, bisa berarn isim maf ul pi<;ji dengan ra'

dibaca fatltnh, Y ang pertama berarti dimuliakan; Allah dimuliakan

dengan menaatiNya, yang kedua berarti yang memuliakan; Allah

memuliakan hamba-hambaNya yang berhak mendapat kemuliaan

dengan menyediakan pahala bagi mereka.

ffi ffi

Allah, karena kebesaranNya, keagunganNya dan kesempur-

naan kekuasaanNya, Dia berhak untuk dimuliakan dan dipuji,

pemuliaan masing-masing orang memiliki kadar sendiri-sendiri.

Memuliakan Allah yaitu  dengan menghormatiNya dengan benar,

mengagungkanNya dengan benar bukan karena Dia memerlukan

pemuliaanmu, akan tetapi agar Dia membalasmu dengan kebaikan.

Ayat kedua: FirmanNya,

4,i6_,.it.3tfr ,6':9y

"Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali WajahNya (Allah)." (A1-

Qashash:88).

FirmanNyu, {.4f ,63Y tiap-tiap sesuatu p}sti binasa, yakni

fana, dan ini samidengan FirmanNya, {;6t*i3l "Sr*ua yang

ada dibumi itu akanbinasa." (Ar-Rahman: 26).

FirmanNya, 4,;Gr*tfr "Kecuali WajahNya," sama dengan

FirmanNya,

4r\!'iii,# i'4i6,iiiy

"Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai l<ebesaran dan

kemuliaan."

Maknanya, segala sesuatu akan fana dan lenyap, kecuali Wajah

Allah, Ia kekal, oleh karena itu Dia berfirman,

"BagiNya-lah segala peruntuan, dan hanya l<epadaNya-lah l<amu

dil<embalikan. " (Al-Qashash: 88).

Dia yaitu  hakim yang kekal yang menjadi rujukan manusia

untuk menetapkan hukum di antara mereka.

Ada yang berkata, makna FirmanNy a, {,iQ-{jJl,trY 16 3b

"Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali WajahNya (Allah)," yaitu  ke-

cuali apa yang dengannya diinginkan Wajah A1lah, hal itu karena

konteks ayat menunjukkan hal itu.

4,i6J.it.fur 16, 3 i $y;lyY ;\; qlL ;i,i c&J;y

"langanlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tulun

ffi ffi

apa pun yang lain. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan

Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali WajahNya (Allah).', (Al_

Qashash:88).

Seakan-akan Dia berfirman, Janganlah kamu berdoa kepada

selain Allah bersama Allah karena dengan itu kamu telah berbuat

syirik; karena amalmu dan kesyirikanmu yaitu  celaka, yakni le-

nyap sia-sia kecuali apa yang kamu ikhlaskan untuk wajah Allah,

ia tidak lenyap, karena amal shalih memiliki pahala yang kekal,

tidak fana dalam surga kenikmatan.

Akan tetapi pendapat dengan makna pertama lebih lurus dan

lebih kuat.

Dan berdasarkan metodologi yang membolehkan pengguna-

an kata yang mengandung dua makna untuk kedua makna terse-

but, maka kami katakan,

Mungkin bagi kita menafsiri ayat ini dengan kedua makna

di atas, karena kedua makna tersebut tidak berseberangan. Ia dapat

dimaknai dengan makna pertama dan yang kedua, maka dapat

dikatakan; segala sesuatu fana, kecuali Wajah Allah, dan segala

amal lenyap sia-sia, kecuali amal yang ikhlas karena semata meng-

inginkan Wajah Allah.

Dan menurut kedua penafsiran di atas dalam ayat ini terda-

pat dalil yang jelas yang menetapkan Wajah bagi Allah. ,,Wajah,,

termasuk stfat dzatiyah khabariyaft, di mana bagi kita ia yaitu  bagian

dari tubuh kita. Kita tidak mengatakan, termasuk sifat dzatiyah

maknaruiyah, karena jika kita mengatakan itu, niscaya kita menye-

tujui pendapat yang mentahifnya dengan bahasa taktoil. Kita juga

tidak mengatakan bahwa ia yaitu  bagian dari Allah atau anggota

Allah, karena hal itu mengasumsikan kekurangan bagi Allah.

Ahli tuhnf telah menafsirkan "Wajah Allah,, dengan pahala

Allah. Mereka berkata, yang dimaksud dengan',wajah', dalam ayat

tersebut yaitu  pahala. segala sesuatu itu fana, kecuali pahala Altah.

Mereka ini menafsirkan wajah yang merupakan silat kesem-

purnaan dengan sesuatu yang diciptakan yang terpisah dari Allah;

yang mungkin ada dan tidak ada. Pahala yaitu  sesuatu yang baru

setelah sebelumnya tidak ada, ia mungkin saja lenyap, kalau tidak

ada janji Allah bahwa ia kekal maka secara akal ia bisa terangkat,

yakni pahala.

Apakah sekarang ini kalian tetap mengatakan bahwa Wajah

Allah yang dengannya Allah menyifati diriNya termasuk yang

mungkin atau wajib?

Jika mereka menafsirkannya dengan pahala maka ia terma-

suk yang mungkin, di mana ia mungkin ada dan mungkin tidak ada.

Pendapat mereka ini dibantah dengan hal-hal berikut,

Pertama, pendapat ini menyelisihi zahir lafazh, karena secara

zahir ia yaitu  Wajah yang khusus, bukan pahala.

Kedua, pendapat ini bertentangan dengan ijma' Salaf. Tidak

seorang pun dari mereka yang berkata, yang dimaksud dengan

',wajah,' yaitu  pahala. Kitab-kitab mereka di tangan kita tersim-

pan dan tertulis rapi, tunjukkanlah kepada kami satu teks dari sa-

habat atau dari para imam tabi'in dan orang-orang yang mengikuti

mereka dengan baik bahwa mereka menafsirkarurya demikian. Anda

tidak akan menemukannya.

Ketiga, mungkinkah pahala disifatkan dengan sifat yang besar

ini,

4 r\'qt4i:ti;F

" Y an g m e mp uny ai keb e s ar an d an ke muli a an " (At'Rahman: 27 )?

Tidak mungkin. Ka1au kita berkata, misalnya, balasan orang-

orang yang bertakwa yaitu  yang memiliki kebesaran, maka hal

itu tidak boleh, karena Allah meletakkan sifat keagungan dan ke-

muliaan untuk "wajah" bukan untuk pahala.

Keempat, apa yang kalian katakan tentang sabda Nabi ffi,

lya, 4L Art U #3 ,>t;.=l U;\ ,'o;k | ,:it 4+

"HijabNya yaitu  nur. Seandainya Dia menyingkapnya, niscaya

cahaya WajahNya akan membakar apa yang dijangkau oleh pandangan-

Nya dai malchlukNyaT" Apakah pahala mempunyai cahaya seagung

ini di mana ia bisa membakar makhluk yang terjangkau oleh pan-

dangannya? Selamanya tidak mungkin.

-i'. c.vu

Dengan ini kita mengetahui kebatilan pendapat mereka, bahwa

wajib atas kita menafsirkan wajah dengan apa yang diinginkan

Allah, ia yaitu  wajah yang dimiliki Allah yang disifati dengan

keagungan dan kemuliaan.

Jika kamu berkata, apakah semua kata wajah yang dinisbat-

kan kepada Allah maksudnya yaitu  wajah Allah yang merupakan

sifatNya?

Jawab, pada dasamya memang demikian sebagaimana dalam

FirmanNya,

/r.

(,^<J-r';,ta+i- eg|'i'iiiu, -{.{ 5}i t$i rfii{ j y

"Dnn jangnnlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Rabb

merekn di pagi dnn petang hai, sedang mereka menghendaki WajahNya.,

(Al-An'am: 52).

{ @ $;;.s;;@ E'ii $ ;',-qL ir@ -ii t- e,i :v it6b

"Padohal tidak ada seseorang pun yang membeikan suatu nikmat

kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-

mata) karena mencari Wajah Rabbnya Yang Mahatinggi. Dan kelak dia

benar-benar men dap at kepuasan. " (Al-Lail: 19 -21).

Dan ayat-ayat yang senada.

Jadi pada dasarnya yang dimaksud dengan "wajah" yang

ciinisbatkan kepada Allah, yaitu  Wajah Allah yang merupakan

salah satu sifatNya. Hanya saja ada satu kata yang mana para ahli

tafsir berbeda pendapat tentangnya, yaitu FirmanNya,

{ I( t, ? \:r;, \:kuL}r:3S\ ;,; y

"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemana pun

knmu menghadap, di situlahWajah Allah." (Al-Baqarah: 1L5).

Yakni, ke tempat manapun kamu menghadapkan wajahmu

di dalam shalat, f yakni, maka di sana terdapat wajah Altah.

Di antara mereka ada yang berkata: Wajah di sini berarti

arah berdasarkan Firman Allah,

{ql;'^#rwb

"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia mengha-

dap kepadanya. " (Al-Baqarah: 1.48).

Yang dimaksud dengan wajah yaitu  arah, yakni maka di

sanalah arah Allah. Yakni, shalatmu yang menghadap ke arah itu-

lah yang Allah terima.

Pendapat ini menambahkan, Karena ayat ini turun dalam

kondisi bepergian jika seseorang shalat sunnah, maka dia boleh

menghadap ke arah manapun yang dia pilih lalu shalat ke arah

yang dipilihnya tersebut.

Akan tetapi yang benar yaitu  bahwa yang dimaksud dengan

wajah di sini yaitu  Wajah Allah yang sebenarnya, yakni ke arah

manapun kamu menghadap, maka di sana terdapat wajah Allah;

karena Allah meliputi segala sesuatu. Dan Nabi sendiri menyata-

kan dalam hadits shahih, bahwa jika orang yang shalat itu berdiri

shalat, maka Allah di depan wajahNya.l Karena itulah Nabi ffi me-

larang (orang yang sedang shalat) meludah ke arah depannya, ka-

rena Allah di depan wajahnya.

Apabila anda shalat di suatu tempat, di mana anda tidak me-

ngetahui arah kibla! lalu kamu berusaha mencari dan shalat meng-

hadap ke suatu arah yang sebenarnya arah kiblat berlawanan de-

ngan arah tersebut, maka Allah di depan wajahmu meskipun dalam

kondisi seperti itu.

Ini yaitu  makna shahih yang sesuai dengan zahir ayat.

Sebenarnya makna yang pertama tidak menyelisihinya dari

segi kenyataannya.

Jika kita katakan, bahwa di sana terdapat arah Allah dan ada

dalil yang mendukun1nya, baik dalil tersebut yaitu  tafsir ayat

kedua, menurut pendapat kedua, atau dalil tersebut berasal dari

sunnah, maka jika anda menghadap kepada Allah dalam shalat

anda, maka itulah arah Allah; di mana anda menghadap ke arah

itulah Allah menerima shalat anda, maka di sana juga terdapat

wajah Allah, jadi makna di atas tidak saling bertentangan.

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ash-Shalah, bab Hakki al-Buzaq 8i al-Yadi min al-Masjii

dan Muslim, Kitab al-MasajiQ bab an-Nahyi An abBushaq Fi al-Masjid.

ffi ffi

Ketahuilah bahwa Wajah Ya.g Agung ini yang disifati dengan

keagungan dan kemuliaan yaitu  wajah yang besar yang tidak

mungkin diketahui dari segi sifatnya, tidak mungkin diketahui

melalui bayangan, Allah di atas semua itu dan lebih agung dari-

pada apa yang kamu perkirakan. FirmanNya,

{@&'a1}.J-{'fi

" Sednng ilmu merekn tidak dapat meliputi ilmuNya." (Thaha: 110).

]ika dikatakan, Apa yang dimaksud dengan wajah pada Fir-

manNya,

*,t6r.it,.fuf ,6ky

"Tiap-tiap sesuatu pasti binnsa, keanli Wajah Allah," (Al-Qashash:

88)?

Jika anda menjawab bahwa yang dimaksud dengan wajah

yaitu  dzat, maka ditakutkan kamu melakukan tuhnf (penyimpang-

an makna). Jika kamu menjawab bahwa yang dimaksud dengan

wajah yaitu  wajah itu sendiri, maka anda terjatuh pada sesuatu

yang tidak diharapkan, yakni jatuh kepada pendapat orang yang

sama sekali tidak menghargai Allah, di mana mereka berkata, Allah

fana kecuali WajahNya. Lalu bagaimana anda bersikap?

)awab: Jika yang anda maksud dengan ucapan anda, "kecuali

DzatNya" yaitu  bahwa Allah sendirilah yang akan kekal disertai

dengan menetapkan Wajah bagi Allah; maka ini yaitu  makna yang

shahih. Dan di sini diungkapkan dengan "Wajah" untuk Dzat (A11ah)

yang memiliki Wajah.

Tetapi bila yang anda maksud dengan ucapan anda, "Dzat"

yaitu  bahwa Wajah hanya ungkapan dari Dzat tanpa menetap-

kan Wajah (bagi Allah); maka ini yaitu  penyelewengan (tahnf)

yang tidak dapat diterima.

Berdasarkan ini, maka kami katakan bahwa maksud dari,

'kecuali wajahNya' yaitu  kecuali dzatNya yang memiliki sifat

wajah. Ini tidak masalah, karena perbedaannya dengan pendapat

ahli tuhnf yaitu  bahwa mereka berkata, yang dimaksud dengan

wajah yaitu  dzat bukan wajah Allah, sedangkan kami mengata-

ffi ffi

kan, yang dimaksud dengan Wajah yaitu  Dzat, karena Dia memi-

liki wajah, maka Dia mengungkapkan dengan Wajah untuk Dzat.

ooo

MDNETAPI{AN DUA TANGAN BAGI ALLATI

[1]. Penulis menyebutkan dua ayat untuk menetapkan dua

tangan bagi Allah tlt$,

Ayat pertama: FirmanNya, 

,/

4.'i+:;g A-'';::',1 a;; Yy

"Apakah yang menghalangimu untuk sujudkepada yang telah Ku'

cip takan dengan kedua T anganKu." (Shad: 75).

(i)itYfi " Apakah yang menghalan*ntu"; ucaPan ini ditujukan

kepadi iblis. Ia yaitu  pertanyaan yang mengandung hardikan.

Yakni, apa yang menghalangimu bersujud.

FirmanNya, {343iAQ\ "Kepada yang telah Kuciptalan dengan

kedua TanganKu" din bukan c.-iii 3;) "Kepada orang yang Aku cipta-

kan ..."; karena yang dimaksud di sini yaitu  Adam, dari segi pre-

C e$i i iri,i;ilt, q#, a;i *Eili ;fr x-3;! 46;Y

,4it*,t;,:A-'.'i3 J lr;vb ,u1i

FirmanNy a, "Apakah yang menghalangimu untuk suiuil kepada

yang telah Kuciptakan dengan keduaTanganKu."

u'(re;.6

"Orang-orang Yahudi berkata, 'Tangan Allah terbelenggu', sebe'

narnya tangan merekalah yang dibelenggu dan metekalah yang

dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tiilak

demikian), tetapi kedua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan

sebagaimana Dia kehendaki." (71

ffi W

dikat yang tidak dimiliki oleh seorang pun kecuali dia, yaitu bahwa

Allah menciptakannya dengan TanganNya bukan dari segi orang-

nya.

OIeh karena itu, manakala iblis hendak merendahkan dan

meremehkan derajat Adam dia berkata,

*(r

" Apakah aku akan sujud l<epada orang yang Engkau ciptakan dai

tanah? " (Al-Isra': 61).

Kami telah menetapkan bahwa jika u dipakai untuk yang ber-

akal maka yang menjadi titik perhatian yaitu  sifat bukan orang

dan pribadinya. Di antara contohnya yaitu  Firman Allah rlrs,

4.fii$#a\Er6{;ty

"... maka kmoinilah wanita-toanita (ain) yang knmu senangi." (Ar-

Nisa': 3). Disini tidak menggunakan ;;, karena yang dimaksud

bukan diri wanita tersebut, akan tetapi sifatnya,

Di sini Allah berfirman, 43""( 4) yakni, orang yang memi_

liki sifat besar yang Aku muliakhn dengan menciptakaonyr dengan

kedua TanganKu. Dia tidak berfirman, jJE;! yakni, kepada diri

orang ini.

FirmanNy a, 4 3'i_3."( Qfi ,, Kepada yang telah Kuciptaknn dengan

kedua TanganKu". Ini seperti uiapan seseorang, F\u"; (aku menu-

lis dengan pena). Pena yaitu  alat menulis. Dah anda juga berkata,

"Aku membuat ini dengan kedua tanganku," jadi tangan di sini

yaitu  alat membuat.

{it+.jia]fi "Kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua Ta-

ngnnKu," maksudnya yaitu  bahwa Allah menciptakan Adam

dengan TanganNya. Di sini Dia berfirman, 4 G'i.* (dengan lcedua

tanganKu). Ini yaitu  kata mutsanna (menu")"dJ" *ulrru dua),

nun darikata mutsanna dibuang karena kata tersebut diidhafahkan

r-u*u halnya dengan taruuin. Manakala kita mengr,rab kata mutsanra

dan kata jamak mudzakkar salim, kita katakan bahwa nun ad,alah

pengganti dari tamuin yang ada pada kata mufradnya (tunggalnya)

dan pengganti mengambil hukum yang digantikan, suuuliimu"u

aL'eu'.y

ffi ffi

tantpin dibuang pada saat idhafah, maka nun mutsanna dan jamak

juga sama nasibnya.

Ayat ini yaitu  hardikan kepada iblis atas penolakannya ber-

sujud kepada yang telah diciptakan Allah dengan TanganNya, yaitu

Adam $4r.

Ayat ini menetapkan sifat al-Khalq (menciptakan) bagi Allah,

yaitu {l;L]fi"Kepada yang Aku ciptakan."

Ayat ini juga menetapkan dua tangan bagi Allah, yang de-

ngan keduanya Dia melakukan (suatu perbuatan), seperti mencip-

takan (Adam) di sini. Dengan keduanya Dia menggenggam,

4. 4i ii,LG'J,=6,ir'-iir rri 641 Vi c, y

"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungtn yang

semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggamanNya pada Hai

Kiamat." (Az-Zumar: 67).

Dengan keduanya Dia mengambil, karena Allah mengambil

sedekah lalu menumbuhkannya seperti seorang manusia menum-

buhkan anak kudanya.l

FirmanNya, {isalrftQfi "Kepada ynng telah Kuciptaknn dengan

kedua TanganKu." Ini yaitu  kemuliaan bagi Adam, yang mana

Allah menciptakannya dengan kedua TanganNya.

Para ulama berkata, "Allah menulis Taurat dengan Tangan-

Nya dan menanam Surga Adn dengan TanganNyu."

Ini yaitu  tiga perkara, semuanya dengan tangan Allah.

Dalam kesempatan ini tidak melupakan sabda Nabi yang telah

berlalu,

.**,*isT g-iiti:1

" Sesungguhnya Allah menciptakan Adam di atas bentukNya."

Dimana kami telah menyebutkan salah satu dari kedua mak-

nanya yang benar dalam penafsirannya, yaitu bahwa Altah mencip-

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab az-Zakah, Bab La Yaqbaluilah

Shadaqah Min Ghulut dan Muslim, Kitab az-Zakah, tub Qabul ash-Shadaqah Min al-Kasbi ath-

Thaiyib.

c ee$:i iri s.ilt c,tt, a;i *'n;tt ;i x_3;ji 46;y

6xi;.ss

ffi ffi

takan Adam di atas bentuk yang Dia pilih dan Dia benar-benar

memperhatikannya. Oleh karena itu, Dia menisbatkannya kepada

diriNya sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan, seperti

penyandaran unta, rumah dan masiid kepada Allah. Dan makna

kedua menyatakan bahwa maksudnya yaitu  bentukNya yang

sebenarnya tanpa harus ada kemiripan dalam hal ini.

Ayat kedua: FirmanNya,

" Orang-orang Yahudi berkata,'Tangan Allah terbelenggu', xbenar-

nya tangan merekalah yang dibelenggu dnn merekalah yang dilaknat di-

sebabksn apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi ke-

dun Tangan Allnh terbuka; Dia merwfkahkan xbagaimana Dia lcehendrtki,"

(Al-Ma'idah: 6a).

{ i#1} " Orang-ornng Yahudi," yaitu  pengikut Nabi Musa

i)$;. 14"r"ka dinamakan Yahudi karena mereka berkata,

( Jirl-rii 61)

" Sesungguhnya kami kembali @ertaubat) kepadaMu.,, (Al-A,raf:

156).

Dari sini, maka narna tersebut berasal dari bahasa Arab, karena

kata i3fi it; -yang ber-arti kembali- yaitu  bahasa Arab.

Ada yang berkata, "Nama Yahudi berasal dari nama yahu-

dza, salah seorang anak Nabi Ya'qub rS; dan orang-orang yahudi

yaitu  orang-orang yang dinasabkan kepadanya. Lalu ketika kata

yalrudza ini diarabkan dzalnya berubah menjadi dal, jadiyahudi.,,

Yang manapun yang benar, apakah yang pertama atau yang

kedua itu tidak penting bagi kita.

Akan tetapi kita mengetahui bahwa orang-orang yahudi ada-

lah sekelompok kaum dari Bani Israil yang mengikuti Nabi Musa

,w.

Orang-orang Yahudi termasuk orang yang keras penentangan-

nya dan kebengalannya, hal itu karena mereka terpengaruh oleh

ffi S,lAraA, d Ct dal, W r^lilirlah

penentangan dan kebengalan Fir'aun sehingga itu meresap di dalam

jiwa mereka, sehingga mereka paling menentang manusia bahkan

Allah. Mereka menyandangkan kepada Allah sifat-sifat kekurangan,

padahal mereka sendirilah pemilik sifat-sifat itu. Semoga Allah

memberi mereka balasan buruk.

Mereka berkata, $|ffr;i!-Y"Tangan Allah terbelenggu. " Yakni,

tertahan sehingga tidak bisa berinfak sebagaimana Firman Allah,

('N.f;81'^JL !i-54{j }

"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu padn lehermu."

(Al-lsra': 29). Yakni, tertahan sehingga tidak bisa berinfak.

Mereka juga berkatu, {bat5l} "sesungguhnya Allah miskin."

(Ali Imran: 181).

Ucapan mereka, ('ifrfiiY "Tangan Allah terbelenggu," ka-

rena menurut mereka, kalau tangan Allah tidak terbelenggu, nis-

caya semua manusia menjadi kaya. Dia memberi Zaid dan tidak

memberi Amru, ini berarti tanganNya tertahan dan tidak memberi.

Mereka berkata, 4H A lyf. "sesungguhnya Allah miskin,"

karena Allah berfirman,

4 ii,a,J 4.'4 t*\3; 

^i 

bi,s 5i \i ;ty

" Siapakah yang mau membei piniaman kepada Allah, pinjaman

yang bnik (menaftahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meli-

pat gandakan pembnyaran kepadanya. " (Al-Baq atah: 245).

Mereka pernah berkata kepada Nabi, "Wahai Muhammad,

Tuhanmu miskin. Dia meminta hutang kepada kita." Semoga Allah

memerangi mereka.

Mereka juga berkata, "Allah lemah karena sewaktu Dia men-

ciptakan langit dan bumi Dia beristirahat pada hari Sabtu, lalu hari

Sabtu itu dijadikanNya hari libur sekaligus hari raya", jadi hari raya

mereka yaitu  hari Sabtu. Semoga Allah memerangi mereka.

Di sini Allah berfirman, 4'l;* ;'l\-"fri 46;)'1a1qan', mereka

menyebutkan satu tangan karenh tangan yang satu lebih kecil Pem-

beriannya daripada kedua tangan. OIeh karena itu bantahannya

yaitu  dengan kata mutsanna ditambah dengan mengulurkan, Dia

ffi ffi

berfirman, {elE#:rili} "Tetapi kedua tangan Attah terbuka."

Manakala mereka menyifati Allah dengan aib tersebut, Atlah

menghukum mereka dengan apa yang mereka katakan. Allah ber-

firman, (a;:*y "sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu."

Yakni, tertahan dari kedermawanan. Itulah sebabnya orang-orang

Yahudi yaitu  orang-orang yang paling tamak menumpuk harta

dan paling kikir dari berinfak. Mereka yaitu  hamba-hamba Allah

yang paling bakhil, paling pelit dalam mencari harta, mereka tidak

mungkin berinfak sepeser pun, kecuali jika mereka yakin bakal

menarik untung berlipat. Sekarang ini mereka memiliki yayasan-

yayasan yang besar, akan tetapi di baliknya tersimpan target yang

jauh lebih besar, yaitu mereka ingin menguasai dunia.

Jadi janganlah anda berkata, bagaimana kita menggabung-

kan antara Firman Allah, 4a;:*$ "sebenarnya tangan merekalah

ynng dibelenggu," dengan kenyataan rirereka pada hari i.i, y*g mana

mereka mengeluarkan uang demi keuntungan yang jauh lebih besar.

{'J6qH;} "Dan n'rcrekalah yang dilaknat disebabkan apa yang

telnh merekn katnkan itu." Yakni, mereka diusir dan dijauhkan dari

rahmat Allah, karena cobaan bergantung dengan ucapan. Ketika

mereka menyifati Allah dengan kekikiran, maka mereka diusir dari

rahmat Allah. Dikatakan kepada mereka, jika Allah kikir seperti

yang kalian katakan, maka Dia menahan rahmatNya darimu agar

kamu tidak mendapatkan kemurahanNya, maka mereka dihukum

dengan dua hukuman.

7. Dibalikkannya sifat buruk yang mereka sandangkan ke-

p_adaAllah kepada diri mereka sendiri, di mana FirmanNyu, &y

( *i: " sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu."

2. Mereka harus memikul resiko ucapan mereka sendiri de-

ngan dijauhkan dari rahmat Allah, sehingga mereka tidak menda-

patkan kemurahan, karunia dan kedermawananNya.

( tJf []; Ba' di sini berfungsi menjelaskan sebab, dan tanda

bahwa bn' di sini yaitu  menunjukkan sebab, yaitu  mungkirurya

kehadiran kata ++;. setelahnya.

u bisa berwujud mashdaiyah, dan bisa pula maushulah. Jika

anda memilih yang kedua, maka A'id (dhnmir yangkembali kepa-

danya) tidak terlihat, asumsinya yaitu  ai6,;+l! "Karena apa yang

mereka ucapkan." Jika yang pertama, maka f il tersebut digubah

menjadi mashdar menjadi &,*.

Kemudian Allah membatalkan klaim mereka, maka Dia ber-

firman, {ee;#ltii} "Tetapi lceduaTangan Allah terbuka."

i di sini berfungsi membantah.

Lihatlah perbedaan pada ungkapan (bantahan disini), j!)

4 u6ii irl$"Tetapi kedua Tangan Allah terbuka." Karena konteksnya

ahalah konteks memperlihatkan kedudukan yang memiliki segala

puji dan kedermawanan, dan memberi dengan kedua tangan lebih

sempurna daripada dengan satu tangan.

FirmanNy u, 4 e6#) yaitu  lawan ucaPan mereka, ('ifiY,

maka kedua tanganAllah t'erbentang dengan pemberian yang luas.

Nabi ffi bersabda,

otst;3\ Jl; .i:r Jil

* v 

"4" i ,;y ,r,:\r:

"Tangan Allah penuh danbanyak memberi di ruaktu siang dan ma-

lam. Tidakkah kalian lihat apa yang Dia beikan sejak Dia menciptakan

langtt dan bumi, sesungguhnya ia tidak mengurangi apa yang ada di

Tangan knnanNya.ul

Siapa yang mamPu menghitung aPa yang telah Allah infak-

kan sejak Dia menciptakan langit dan bumi? Tak seorang Pun/

walaupun begitu Dia tidak mengurangi apa yang ada di Tangan

KananNya.

Ini seperti FirmanNya di dalam hadits qudsi,

# e tyts ,5+: #p ,f As €sijri i.r,5{e v

q* r.r, dli 6i u ,A* )vL,F l*;U ei* ,Yti

.;11 ,f # t\Y a;-)t 

"bk-r. 

{l

"Wahai hamba-hambaKu, seandainya orang pertama dan orang

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab atTauhid, tub Lina Khalaqtu bi Yadi dan Muslim, rvtaD

az-Zakah, 1ab al-Hatsu ala an-Nafaqah.

u iSi:i ,')WV 14st tt:; ,4;* *rt Ju-

ffi ffi

terakhir dai kalian, bangsa manusia dan bangsa jin di antara kalian

berdii di sntu tanah lapang, lalu mereka meminta kepadaKu lalu Aku

mengabulkan apfl yang mereka minta, maka hal itu tidak mengurangi apa

yang ada padnKu l<ecuali seperti air laut yang menempel di jarum yang

di celupkan kep adany a, " 1

Lihatlah jarum yang dibenamkan di laut, jika anda menarik-

nya, air yang menempel tidak mengurangi air laut sedikit pun.

Gaya bahasa seperti ini dipakai untuk menunjukkan makna yang

sangat mengenai ketidakkurangan tersebut, karena tidak berkurang-

nya air laut dalam kondisi seperti itu yaitu  perkara yang maklum.

Mustahil laut berkurang dengan itu, mustahil pula apa yangdimi-

liki Allah berkurang hanya karena Dia memberi apa yang diminta

oleh jin dan manusia; itu tidak mengurans apa yang dimiliki Allah

sedikit pun.

Jangan berkata, "Benar kepemilikarurya tidak berkurang sedikit

pun karena ia hanya berpindah dari kepemilikanNya kepada ke-

pemilikanNya." Tidak mungkin itu yang dimaksud, karena jika

memang itu yang dimaksud maka sabda Nabi M hanya sia-sia dan

main-main.

Akan tetapi makna yang benar yaitu , seandainya pemberian-

pemberian yang besar ini diberikan dengan asumsi bahwa ia ke-

luar dari kepemilikan Allah, maka hal itu tidak mengurangi kepe-

milikanNya sedikit pun.

seandainya makna yangbenar yaitu  yang pertama niscaya

tidak ada faidahnya. seandainya anda memiliki sepuluh rupiih,

lalu anda keluarkan dari laci kanan ke laci kiri, lalu ada orang yang

berkata, kepemilikanmu tidak berkurang, maka hal itu yaitu  iu*i

juga bohong.

Yang penting, maknanya yaitu  seandainya apa yang Allah

berikan kepada yang meminta, keluar dari milikNya, maka itu tidak

berkurang sedikit pun bagi Allah.

Pemberian Allah bukan yang kita dapatkan dalam bentuk

dirham dan barang-barang, akan tetapi tiada nikmat yang kita

dapatkan kecuali ia dari Allah, baik ia termasuk nikmat agama

' Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-gir, Bab Tahnm azh-Zhulm.

atau nikmat dunia. Tetesan air hujan yaitu  pemberian Allah dan

biji-biii tumbuh-tumbuhan yaitu  pemberian Allah.

Apakah setelah ini tetap dikatakan seperti yang dikatakan

oleh orang-orang Yahudi -semoga Allah melaknat mereka,- ;tiX-Y

{'ifr " T angan Allah terbelenggu? "

Tidak, demi Allah, akan tetapi dikatakan, kedua Tangan AUah

terbentang dengan pemberian dan nikmat yang tidak terhitung dan

terhingga.

Jika ditanya, "Mengapa Allah memberi sebagian orang dan

tidak memberi sebagian yang lain?"

Kami menjawab, "Karena Allah yaitu  pemilik kekuasaan

mutlak dan hikmah yang mendalam." Oleh karena itu Dia memban-

tah syubhat mereka,4f63s3i-$ "Dia menafkahkan sebagaimana Dia

l<ehendaki." Ada orang yang diberi AUah dalam kadar yang banyak,

yang lain diberi Allah sedikit, adayang diberi tengah-tengah. Semua

itu tetap dengan hikmahNya. Dan yang diberi sedikit tidak berarti

dia sama sekali tidak mendapatkan karunia dan nikmat Allah dari

segi yang lain, karena Allah memberinya kesehatan, pendengaran/

penglihatan, akal dan nikmat-nikmat yang lain yang tidak terhitung,

akan tetapi dengan kekurangajaran dan kebengalan orang-orang

Yahudi, mereka tidak menyucikan Allah dari sifat kekurangan;

mereka berkata, ('ifr;'iX-Y "Tangan Allah terbelenggu'"

Dua ayat di atas menetapkan sifat dua tangan bagi Allah.

Mungkin ada yang berkata, Allah memiliki lebih dari dua

tangan, dalilnya yaitu  FirmanNya,

4.91 t $ A;E 16 t;tr 

(t g;)iy

"Dan apakah mereka tidak melihat bahtua sesungguhnya Kami telah

menciptakan binatang ternak unfuk mereka yaitu sebagian dai apa yanS

telah Kami ciptakan dengan tangan-tangan Kami sendii," (Yasin: 71).

4 tirj+ di sini yaitu  jamak, ini kita ambil karena jika kita

mengambil jamak berarti kita mengambil mutsanna (dua) dan lebih,

lalu bagaimana jawabannya?

Jawab kami: Tangan datang dalam bentuk mufrad (kata tung-

gal), mutsanna dan jamak.

Mengenai tangan yang datang dalam bentuk mufrad, bila di-

idhafahkan, maka menunjukkan keumuman; maka ia mencakup

semua tangan yang dimiliki Allah, dalil yang menunjukkan bahwa

mufrad yang diidhafahkan menunjukkan keumuman yaitu  Firman

Allah,

{Gr#Jrx(t-4tU$y

"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat

menghinggakanny a. " (Ibrahim: 34).

Kata ( !;Y yaitu  mufrad yang diidhafahkan kepada Allah,

maka ia mehcakirp seluruhnya berdasarkan {u\-i3{iv),,,'idaklah

dapat kamu menghinggakannya." Jadi nikmat AGh tidak iranya satu,

atau seribu atau satu juta atau berjuta-juta.

{ i,ii} "Tangan Allah," kami katakan, mufradini tidak meng-

halangi jumlah jika ia terbukti tetap, karena kata mufrad yang di-

i dhafahkan menunjukkan keumuman.

Adapun rnutsanna dan jamak, maka kami katakan, Sesung-

guhnya Allah hanya memiliki dua tangan sebagaimana hal itu ter-

cantum di dalam al-Qur'an dan Sunnah.

Di dalam al-Qur'an:

Dalam surat Shad, #+aft:Qfi,'Kepada apa yang telah Ku-

ciptakan dengan kedua TanganKu," (shad: 75) konteksnya yaitu 

konteks penghormatan. seandainya Allah menciptakannya dengan

lebih dari dua tangan, niscaya Dia menyebutkannya, karena sema-

kin bertambah sifat yang dengannya Allah menciptakan sesuatu,

maka semakin bertambah kemuliaan sesuatu itu.

Begitu pula di surat al-Ma'idah,4 e6E#lr:i,i.* ,'Tetapi 

kedua

Tangan Allah turbuka. " (Al-Ma'idah: 6a). Yang ini merirbantah orang-

orang yang berkata, "Tangan Allah,', dengan bentuk mufrad. Kon_

teksnya yaitu  konteks yang menjelaskan banyaknya nikmat. se-

makin banyak sarana pemberian semakin banyak pula pemberian-

nya. seandainya Allah mempunyai tangan lebih dari dua niscaya

Auah menyebutkannya, karena memberi dengan satu tangan yaitu 

memberi, dengan dua tangan lebih banyak dan lebih sempurna

daripada satu tangan, dengan tiga tangan -kalau ada- maka lebih

banyak lagi. Seandainya Allah mempunyai lebih dari dua tangan,

niscaya Dia akan menyebutkannya.

Dalam Sunnah, Nabi bersabda,

.6;\t eX &)\\ 1:2ri.,.>t1t;.ilttlr5 err 4*

" Allah t)W melipat langtt dengan Tangan kananNya dan bumi de-

ngan T anganN y a y ang lain. u 1

Nabi s juga bersabda,

" Kedua TanganNya yaitu  lan*n."Z

Nabi tidak menyebutkan lebih dari dua tangan.

Dan ulama salaf telah berijma'bahwa Allah mempunyai dua

tangan saja, tidak lebih.

Kami mempunyai dalil dari alQur'an, Sunnah dan ijma'bahwa

Allah memiliki dua tangan. Lalu bagaimana kita menggabungkan

antara ini dengan Firman Allah,

{tij:j a;v*

uYaitu sebagian dai apa yang telnh Kami ciptakan dengan tangan-

tangan Kami sendii," (Yasin: 71)?

Menggabungkannya yaitu  dengan menempuh salah satu

dari dua cara:

Pertama, kita bisa katakan seperti yang dikatakan oleh seba-

gian ulama bahwa minimal j*uk itu yaitu  dua. Jadi ( liij) tidak

menunjukkan lebih dari dua, yakni tidak harus menunjukkan lebih

dari dua, maka ia sinkron dengan mutsanna, {ettfr\i-$\ "Tetapi

kedua Tangan Allah terbuka." Dan tidak ada kesulitan.

Jika kamu berkata: Apa dalil mereka bahwa minimal jamak

itu yaitu  dua?

Jawab: mereka berdalil dengan Firman Allah,

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kitab at-Tafsir; Muslim, Ktab Sifat al-Munafiqin,

2 Diriwayatkan oleh Muslim, Ktab al-Imanh, bab Fadhilah al-Imam al-Adl.

.i:;4jl\j [1kv-.-.- - ,

ffi W

{K.ji' ;i: ii $t Jy'c.$ oLb

"lika kamu berdua bertaubat bpodo Allah, maka sesungguhnya

hati kamu berdua telah condong (untuk meneima lcebaikan)." (At-Tah-

rim:4).

Mereka yaitu  dua orang, sedangkan +#i yaitu  jamak,

padahal yang dimaksud yaitu  dua hati saja berdasarkan Firman

Allah,

4,'*i4-#q$s'ni'*e Y

" Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati

dalam rongganya." (Al-Ahzab: 4).

Wanita dalam hal ini yaitu  sama saja.

Mereka juga berdalil dengan Firman Allah,

{;j1li i*i-yri6yy

"likn yang meninggal itu mempunyni beberapa saudara maka ibu-

nya mendapat seperenam. " (An-Nisa': 11).

, Kata $"r-L$ yaitu  jamak, padahal yang dimaksud yaitu 

clua orang.

Mereka juga berdalil bahwa jamaah dalam sharat sah dilaku-

kan dengan dua orang.

Akan tetapi mayoritas ahli bahasa berkata, minimal jamak

yaitu  tiga dan keluarnya jamak kepada dua dalam dalil-dalil di

atas yaitu  karena suatu sebab, karena jika tidak, maka minimal

jamak pada dasarnya yaitu  tiga.

Kedua, kita bisa katakan bahwa maksud dari jamak yaitu 

ta'1him (pengagungan), yakni mengagungkan Tangan tersebut dan

tidak berarti bahwa Allah memiliki lebih dari dua tangan.

Kemudian, yang dimaksud dengan tangan di sini yaitu  dzat

itu sendiri yang memiliki tangan, Allah tJtF telah berfirman,

$,$i a*: u,KY-;{v }, ci1ir-t y

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia.', (Ar-Rum: 41.).

Yakni, karena perbuatan mereka, baik itu berasal dari per-

buatan tangan atau kaki atau lidah atau anggota tubuh lainnya,

akan tetapi pengungkapan seperti ini digunakan untuk pelaku itu

sendiri.

Oleh karena itu kami katakan bahwa binatang ternak, di sini

yaitu  unta, tidak diciptakan Allah dengan tanganNya, dan Allah

membedakan antara FirmanNya, ( 6-iJ{*\ib 'Yaitu sebagian

dai apa yang telah Kami ciptaknn dengan tangan-tangan kami sendii."

dengan FirmanNya, {'i'.i:,J.iLQl"Kepada apa yang telah Kuciptakan

dengan lce dua T an ganKu, "

Maka ayat { t -iJA;Ei} seolah-olah Dia berfirman, "Dai

apa yang Kami ciptaiun. " Karena yang dimaksud dengan ,Ji (Tangan)

di sini yaitu  Dzat Allah yang memiliki tangan sedangkan maksud

dari ( ?'rY yaitu  dua Tangan bukan Dzat.

Dengan penjelasan ini selesai sudah persoalan tentang sifat

al-Yad (Tangan) yang tercantum dalam bentuk tunggal, ganda dan

jamak.

Sekarang diketahui bahwa menggabungkan antara mufrad

d.anmutsanna yaitu  mudah hal itu karena muftad tersebut yaitu 

mufrad yang diidhafahkan, maka ia mencakup seluruh tangan yang

dimiliki Allah.

Adapun menggabungkan antara mutsanna dan jamak, maka

dari dua jalan.

Pertama, yang dimaksud dengan jamak bukanlah maknanya

yang hakiki yaitu tiga ke atas akan tetapi.yang dimaksud yaitu 

'ta'diim 

sebagaimana Allah berfirman, {i:l} "sesungguhnya Kami,"

dan ( e\ixo*l," dan {ti3} "Kami'berl<ata," dan lafazh-lafazh

y*g i"p.irtinya, padahal Da iaaUn Esa akan tetapi Dia berfirman

demikian untuk ta' zhim.

Kedua, atau dikatakan bahwa minimal j*uk yaitu  dua maka

tidak terjadi pertentangan.

Adapun FirmanNYa,

4#;;*'l":,uy

"Dan langit itu Kami bangun dengan tangan (Y'ami)." (Adz-Dza-

,ffi ffi

iyat:47).

Maka yang dimaksud dengan .r;Vi A sini yaitu  kekuatan, ia

yaitu  bentuk mashdar ig -iiyang berarti kuat, bukan tangan yang

merupakan sifat Allah. Karena itu, Allah tidak menisbatkannya

kepada diriNya, Dia tidak berfirman, Vy-L, dengan tangan Kami,

Dia hanya berkata, {*!} yakni kekuatan.

Sama lralnya dengan Firman AIIah, ftgui,i:K\ii.fi,,paaa naa

be tis disingkapkan." (Al-Qala m: 42).

Para ulama Salaf mempunyai dua pendapat tentang Firman-

t,lyu, { ,rg cy.

Pertama, maksudnya yaitu  kesulitan.

Kedua, maksudnya yaitu  Betis Allah.

Barangsiapa memperhatikan konteks ayat ini bersama hadits

Abu Sa'id,1 niscaya dia akan berkata bahwa yang dimaksud di sini

yaitu  Betis Allah. Barangsiapa yang melihat ayat secara tersendiri,

maka dia berkata bahwa yang dimaksud yaitu  kesulitan.

Jika ada yang berkata, Anda menetapkan tangan yang sebe-

namya bagi Allah sementara yang kita tahu yaitu  tangan makhluk,

maka konsekuensinya yaitu  anda menyamakan Khaliq dengan

makhluk.

Jawab: Menetapkan Tangan yang hakiki bagi Allah tidak ber-

konsekuensi menyamakan Khaliq dengan makhluk, karena mene-

tapkan Tangan tercantum di dalam al-Qur'an, Sunnah dan ijma,

Salaf, sedangkan menetapkan persamaan antara Khaliq dengan

makhluk ditunjukkan pula oleh syara', akal dan realita.

Dari segi syara', Firman Allah,

(@ i$i'€i;rr::r,r.#Ay

'Tidak ada sesuatu pun yang semisal (serupa) dengan Dia, dan

Dia-lah yang Maha mendengar dan Maha Melihat.,, (Asy-Syura: 11).

Dari segi akal, tidak mungkin Khaliq (pencipta) semisal de-

ngan makhluk pada sifat-sifatNya, karena hal itu berarti kekurang-

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tauhid, Bab eautuhu Ta,a/a: wujuh yaumaidzin

Nadhiratun; dan Muslim, Kitab al-Iman, Bab Ma,ifat Thariqah ar-Ru,yah.

ffi ffi

an pada Khaliq.

Dari segi realita, setiap orang menyaksikan tangan makhluk

yang berbeda-beda dan tidak sama, ada yang besar, kecil, gemuk,

kurus dan seterusnya. Perbedaan tangan di antara makhluk berarti

perbedaan antara tangan mereka dengan Khaliq, lebih-lebih.

Begitulah, dan ahli ta'thil dari kalangan Mu'tazilah, |ahmiyah,

Asy'ariyah dan lainJain menyelisihi Ahlus Sunnah wal ]ama'ah

dalam menetapkan tangan bagi Allah. Mereka berkata, Tidak mung-

kin kita menetapkan tangan yang hakiki bagi Allah, karena yang

dimaksud dengan tangan yaitu  sesuatu yang maknawi, yaitu

kekuatan atau yang dimaksud dengan tangan yaitu  nikmat, ka-

rena tangan dalam bahasa Arab dipakai untuk kekuatan dan nikmat.

Dalam hadits shahih, hadits an-Nawas bin Sam'an yang pan-

iang,

.:rJUn Jt'Y

I i"i , qi -a Jt,qiar .1i

"Bahtoasanya Allah meruahyuknn kepada lsa bahttta, 'Aku telah

mengeluarkan hamba-hambaKu di mana tidak seorang ?un menandingi

merekn dalam peperangan'."1 Yakni, tidak seorang pun memiliki ke-

kuatan untuk memerangi mereka, yaitu Ya'juj dan Ma'juj.

Adapun yad dengan makna nikmat, maka hal itu banyak di-

temukan, di antaranya ucapan utusan Quraisy kepada Abu bakar,

"Kalau tidak ada tangan darimu kepadaku yang belum aku balas

niscaya aku akan menjawab kata-katamu." 2 Tangan di sini yakni,

pemberian kebaikan.

Al-Mutanabbi berkata,

Berapabanyak tangan Q<ebaikan) daiMu di malam gulita

yang bersaksi bahrua al-Manawiyah berdusta

Manawiyah yaitu  satu kelompok dari orang-orang Majusi

yang mengatakan bahwa kegelapan menciptakan keburukan dan

cahaya menciptakan kebaikan. Al-Mutanabbi berkata, Di malam

hari Engkau banyak memberi, itu membuktikan kedustaan al-

Manawiyah, karena malamMu mendatangkan kebaikan.

t Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Fitan, bab Dzikr ad-Daiial.

2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab asy'Syuruth, bab asy-9yuruth Fi al-Jihad.

9t{.i ,!.t:'V 4;i

Jadi yang dimaksud dengan tangan Allah yaitu  nikmat bu-

kan tangan yang sebenarnya, karena jika anda menetapkan tangan

yang sebenarnyat maka hal itu berkonsekuensi bahwa Auah yaitu 

jasmani, sedang jasmani memiliki kemiripan, dalam kondisi itu

kita terjatuh pada larangan Allah pada FirmanNya,

$lv'ii;tli,ari F

u Maka janganlah kamu mengadaknn misal-misal (sekufu-sekutu)

bagi Allah." (An-Nahl: 7 4).

Kami lebih berbahagia dengan dalil daripada diri anda wahai

orErng yang menetapkan tangan secara hakiki. Kami katakan, Maha-

suci Dzat yang terbebaskan dari sifat-sifat, bagian-bagian dan tu-

juan-tujuan. Kamu tidak akan menemukan yang seperti ini di dalam

al-Qur'an dan as-Sunnah.

Jawaban kaml terhadap pendapat di atas dari be_

berapa segl.

Pertama, menafsirkan tangan dengan kekuatan atau nikmat

yaitu  menyelisihi zarnr lafazh, dan makna yiltg menyelisihi zaht

lafazh yaitu  tertolak, kecuali dengan dalil.

Kedua, bahwa penafsiran tersebut menyelisihi ijma'salaf, di

mana mereka telah berijma'bahwa yang dimaksud dengan tangan

yaitu  tangan yang sebenarnya.

Jika ada yang berkata, Mana ijma,Salaf? Tunjukkan satu kata

dari Abu Bakar atau Umar atau Ali, di mana mereka mengatakan

bahwa yang dimaksud dengan tangan A1lah adarah tangan yang

hakiki.

Aku katakan kepada orang yang berkata demikian. Tunjuk-

kan kepadaku satu kata dari Abu Bakar atau Umar atau Utsman

atau Ali atau sahabat yang lain atau para imam sesudah mereka,

di mana mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tangan

yaitu  kekuatan atau nikmat. Dia tidak bisa melakukannya.

Jadi seandainya mereka mempunyai makna yang menyelisihi

zahir Tafazh, niscaya mereka pasti mengatakannya dan niscaya ia

dinukil dari mereka. Manakala mereka tidak mengatakannya, maka

jelaslah bahwa mereka berpegang kepada zahirlalazh dan mereka

bersepakat di atas itu.

Ini yaitu  faidah besar, yakni apabila tidak dinukil dari para

sahabat suatu makna yang menyelisihi zahir lafazh, maka hal itu

berarti bahwa mereka tidak berpendapat dengan selairurya, karena

al-Qur'an turun dengan bahasa mereka dan Nabi M berbicara ke-

pada mereka dengan bahasa mereka maka mereka pasti memaha-

mi al-Qur'an dan Sunnah berdasarkan zahir lafazh, jika tidak di-

nukil dari mereka selainnya maka berarti itulah pendapat mereka'

Ketiga, bahwa sangat sangat tidak mungkin yang dimaksud

dengan tangan yaitu  nikmat atau kekuatan, seperti pada Firman-

tSyu, ( 3'te1-fr "Kepada apa yang telah Kuciptakan dengan kedua

TangaiKu." (Shad: 75). Karena hal itu berarti bahwa nikmatnya

hanyalah dua saja, padahal nikmat-nikmat Allah tiada terhingga.

Dan bahwa kekuatanNya hanyalah dua saja, padahal kekuatan

yaitu  makna yang satu tidak berjumlah. Jadi susunan ini sangat

menolak penafsiran "Tangan" dengan nikmat dan kekuatan.

Kalaupun Firman Allah, $eW*\:i-$$ "Tetapi kedua Tangan

Allah terbuka." (Al-Ma'idah: 64), mungkin ditafsiri dengan nikmat

dan hal itu yaitu  penafsiran yang dipaksakan, akan tetapi hal

yang sama tidak mungkin diterapkan pada Firman Allah, eA-b

4f4" Kepada apa yang telah Kuciptakan dengan kedua TanganKu."

Adapun kekuatan, maka tidak mungkin yang dimaksud de-

ngan kedua tangan di kedua ayat tersebut yaitu  kekuatan, yaiq

Firman Allah, { I'i;} "Tetapi l<edua Tangan Atlah." dan, el-Y

$ Sq" Xepada ala yaig telah Kuciptaknn dengan kedua TanganKu,"

karena kekuatan hanya satu tidak berbilang.

Keempat, seandainya yang dimaksud dengan tangan yaitu 

kekuatan, maka Adam tidak mempunyai keunggulan atas iblis, bah-

kan tidak atas keledai dan anjing karena mereka semua diciptakan

dengan Kekuatan Allah. Seandainya yang dimaksud dengan tangan

yaitu  kekuatan, maka tidak sah berhujjah atas iblis, karena dia

akan menjawab, "Dan Engkau ya Rabbi menciptakanku dengan

kekuatanMu,lalu apa mulianya Adam atasku?"

Kelima, bahwa tangan yang ditetapkan Allah ini hadir dalam

,ftr1it rxy;);5 fitr.+-\b ,uqs

FirmanNya, "Dan bercabarlah dalam menuny ketetapan Tuhan-

mu, tnaka sesungguhnya kamu berada dalam (penglihatan) Mata

Kami."

,( @ 5 rr g iG u#\.;@ #i 6 *$ {i'fiifiy

"Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dai papan

dan paku, yang berlayar dengan pengawnsan (Mata) Kami se-

b a gai b alas an b agi or ang- orang y ang diingkari (N uh).,,

"' 4 

-,* &'€'lJ 6,ic';)i; :;i\,y

"Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang da-

tang dariKu dan supaya kamu diasuh di bawah (pengautasan)

lyf4f4l(11.t'(t)

ffi W

berbagai bentuk, sehingga tidak mungkin maksudnya yaitu  nik-

mat atau kekuatan. Di antaranya yaitu  jari-jari, menggenggam,

membuka, telapak tangan dan tangan kanan. Semua itu mengha-

langi penafsiran tangan dengan kekuatan, karena kekuatan tidak

diungkapkan dengan sifat-sifat ini.

Jelaslah dengan keterangan ini bahwa ucapan ahli tahrif yang

menafsirkan tangan dengan kekuatan yaitu  batil dari berbagai segi.

Dan telah dijelaskan bahwa sifat-sifat Altah termasuk perkara-

perkara berita yang ghaib, di mana akal tidak mempunyai peranan

padanya. Jika memang demikian maka wajib membiarkan tangan

di atas zahirnya tanpa diakal-akali.

ooo

PDNETAPAN DUA IUATA BAGI ALUTN T]$

[1]. Penulis menyebutkan tiga ayat untuk menetapkan dua

mata bagi Allah.

ffi ffi

Ayat pertama:

$r:$r,Jfg i$ XA.+*$y

"Dan bersabarlah dnlam menunggu lcetetapan Tuhanmu, maka

sesungguhnya kamu berada dalam (penglihatan) Mata Kami." (Thur:

48).

Perintah ini ditujukan kepada Nabi ffi. (pi) Sabar berarti

menahan. Dikatakan dibunuh dalam keadaan sabar, yakni dibunuh

setelah sebelumnya ditahan. Jadi sabar secara bahasa yaitu  me-

nahan.

Secara syar'i mereka berkata, Sabar terhadap hukum-hukum

Allah berarti menahan diri untuk (tunduk kepada) hukum-hukum-

Nyu.

Hukum-hukum Allah ada dua: Syar'iyah dankauniyah. Hukum

syar'iyah yaitu  perintah dan larangan. Sabar dalam ketaatan ke-

pada Allah yaitu  sabar dalam menjalankan perintahNya dan sabar

dalam menjauhi kemaksiatan kepadaNya yaitu  sabar terhadap

laranganNya. Dan kauniyah yaitu  takdir-takdir Allah, takdir dan

ketetapanNya mesti dihadapi dengan sabar.

Inilah makna ucapan sebagian ulama, sabar terdiri dari tiga

bagian: Sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dalam mening-

galkan kemaksiatan kepada Allah dan sabar dalam menghadapi

takdir Allah yang pahit.

FirmanNy a, {a39.F6 b,, Dan Bersabarlah dalam menunggu

ketetapan Tuhanmu." Mencakup ketiga bagiannya.

1). Sabar dalam ketaatan kepada Allah.

2). Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan kepadaNya.

3). Sabar dalam menghadapi takdir Allah.

Yakni bersabarlah terhadap hukum Rabbmu, baik yang syar,i

atau yang kauni.

Dengan ini kita mengetahui bahwa pembagian yang disebut-

kan oleh ulama bahwa sabar terdiri dari tiga bagian, Sabar dalam

ketaatan kepada Allah, sabar dalam menghindari kemaksiatan

kepada Allah dan sabar dalam menghadapi takdir Allah yaitu 

ffi ffi

termasuk ke dalam Firman Allah, 4,4:9.*t\, 

,'Dan bersabarlah

dalam menunggu l<etetapan Rabbmu." '

Penjelasannya yaitu  bahwa hukum Allah terbagi menjadi

lcnuni dan syar'i. Y*g syar'i yaitu  perintah-perintah dan larangan-

larangan. Allah memerintahkan Nabi ffi dengan perintah-perintah,

melarangnya dengan larangan-larangan dan menetapkan atasnya

takdir-takdirNya.

Perintah-perintah yaitu  seperti Firman Allah rltS,

q; n sjysiru'ii. 3;1( (q *

"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunlcnn kepadamu dan Rabb-

mu." (Al-Ma'idah:67)

{a;w.ita F

"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu." (An-Nahl 125).

Ini yaitu  perintah-perintah besar, yakni jika dikatakan ke-

pada seseorang, "Sembahlah Tuhanmu", maka dia mungkin ber-

ibadah kepadaNya, akan tetapi dakwah dan tabligh yaitu  perkara

sulit, karena ia menghadapi dan berjihad di depan orang lain, jadi

ia sulit.

Sedangkan larangan yaitu  seperti laranganNya terhadap

beliau dari berbuat syirik,

{@ 'u4:ii'u3-1K{r}

"Dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musy-

nk. " (Al-An'am: L4).

46.i7'tlgiKA "{y

"Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya al<nn terhapuslah

amalmu." (Az-Zumar: 55). Dan lain-lain.

Mengenai hukum-hukum takdir, Nabi ffi dilecehkan oleh

kaumnya dengan ucapan dan perbuatan (yang sangat menyakit-

kan) yang tidak akan mampu bersabar atasnya, kecuali orang-orang

seperti Rasulullah #.

Mereka menyakiti dengan ucapan berupa penghinaan, pele-

ffi ffi

cehan, perusakan nama baik menghasut manusia agar tidak meng-

ikuti beliau.

Mereka menyakiti dengan perbuatan yaitu ketika suatu kali

Nabi ffi tengah sujud di samping Ka'bah di belahan bumi yang pa-

ling aman, sujud kepada Rabbnya, lalu mereka mengambil kotoran

dan sisa-sisa sembelihan unta dan menumpahkannya di atas pung-

gung beliau sementara beliau sedang sujud.l

Tidak ada gangguan yang lebih menyakitkan dari ini, karena

seandainya orang musyrik kafir yang masuk ke al-Haram, niscaya

dia pasti aman, mereka tidak akan mengganggunya bahkan memu-

liakannya dan memberinya minum air Zamzam. Sementara Mu-

hammad M yang sedang sujud kepada Allah, mereka ganggu de-

ngan cara seperti itu.

Mereka juga meletakkan kotoran, bangkai dan sampah di

depan pintu rumah beliau.

Nabi pergi ke Thaif, apa yang terjadi? Gangguannya justru

lebih besar, anak-anak dan orang-orang bodoh dari mereka berba-

ris di jalan-jalan, mereka melempari Nabi M dengan batu sampai

telapak kaki beliau berdarah, beliau tidak bebas dari itu, kecuali

ketika beliau sampai di Qarn ats-Tsa'alib.2

Beliau bersabar di atas hukum Allah, akan tetapi dia bersabar

dengan kesabaran seorang Mukmin yang meyakini bahwa akibat

baik akan menjadi miliknya, karena Allah berfirman,

4$L,C9;,^;:fiA.,,"-v*

"Dan bersabarlah dalam menunggu l<etetapan Rabbmu, maka se-

sungguhnya kamuberada dalam (penglihatan) Mata Kami."

Ini yaitu  penghormatan dan perhatian yang paling berharga

bagi seseorang di mana anda berkata kepadanya, 'kamu di kedua

mataku', 'kamu di hatiku' dan sebagainya.

'Kamu beradn dalam (penglihntan) Mata Kami' berarti Aku mem-

perhatikanmu dengan kedua mataKu. Ini yaitu  ungkapan yang

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab Manaqib al-Anshar, fub Ma Laqiya an-Nabi * Min al-Musy-

riki4 dan Muslim, Kitab al-Jihad, 1ab Ma Laqiya an-Nabi * Min Adza al-Musyrikin.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kbb &d'i al-Klalq, tub ldza @la Ahadukum i4min) dan Mwlim,

Kitab al-lihad, &ab Ma Laqiya an-Nabi * Min Adza al-Musyrikin.

dikenal di kalangan manusia. Penjagaan, perlindungan dan per-

hatian yang sempurna dengan ungkapan seperti ini, 'kamu di ke-

dua mataku'.

Jadi FirmanNya, {\a)\lf|Y berarti kamu sangat terjaga dan

sangat terlindungi.

Ayat yang mulia ini menetapkan "Mata" bagi Allah, hanya

saja ia hadir dalam bentuk jamak, kami akan membahasnya, insya

Allah.

Mata termasuk sifat dzatiyah I'habaiyah. Dzatiyah karena Allah

menyandang sifat ini sejak zaman azali sampai abadi, dan khaba-

riyahkarena bagi kita, itu yaitu  bagian.

Bagi kita mata yaitu  bagian dari wajah, wajah yaitu  bagran

dari badan akan tetapi bagi Atlah kita Udak boleh mengatakan bah-

wa ia yaitu  bagian dari Allah, karena seperti yang telah dijelaskan

bahwa laf.azh ini tidak disebutkan dalam nash (dalil), dan bahwa

ia berarti membagi-bagi sang Khaliq dan bahwa bagian yaitu  se-

suatu yang apabila ia hilang tidak menghilangkan seluruh bagian

yang lain dan bisa pula menghilangkannya/ padahal sifat Allah

tidak akan pernah hilang selama-lamanya, akan tetapi Dia kekal.

Hadits shahih dari Rasulullah ffi menunjukkan bahwa Allah

hanya mempunyai dua mata saja. Nabi ffi menyebutkan sifat Daijal

dengan sabda beliau,

oot -c'l t.l( r o9l 4llJJz

" Sesungguhnya dia itu buta sebelah dan sesungguhnya Rabb kalian

tidak buta sebelah."L

Dalam lafazh lain,

.;qjr elJt;,?1

" Dia buta mata lananfi.la..tt2

Sebagian orang berkata, makna 3gl yaitu cacat bukan picek

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Jihad, Bab Yu'radu al-Islam ala ash-Shabiy dan

Muslim, Kitab al-Iman, Bab Dzikr al-Masih ibn Maryam dan al-Masih ad-Dajjal,

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tauhid, Bab Qauluhu Ta'ala, wa Litusna'a ala Aini dan

Muslim, Kitab al-Iman, Bab Dzikr al-Masih ibn Maryam dan al-Masih ad-Daial

3?:\& ff3'ot)

mata.

Jelas ini yaitu  pembelokan makna, dan pura-pura tidak tahu

terhadap latazh yang shahih yang ada dalam riwayat al-Bukhari

dan lainnya,

.:z*.G *'*'bk ,;41 J$t')?.i

"Dia buta mata kanannya, matanya seperti biji anggur yang me-

nonjol." Ini jelas.

Tidak dikatakan '1;l dalam bahasa Arab, kecuali untuk buta

(sebelah) mata. Lain halnya apabila dikatakan 'i-b atau ")t3-1, ia mung-

kin bermakna cacat dalam bentuk apa pun.

Hadits ini menunjukkan bahwa Allah hanya mempunyai dua

mata saja.

Titik pengambilan dalilnya yaitu  bahwa seandainya Allah

mempunyai lebih dari dua mata, niscaya penjelasan dengannya

lebih jelas daripada penjelasan dengan picek sebelah, karena jika

Atlah mempunyai lebih dari dua mata niscaya Nabi akan bersabda,

"Sesungguhnya Rabb kalian memiliki beberapa mata." Karena jika

AUah memiliki lebih dari dua mata, niscaya kejelasan bahwa Dajjal

bukanlah tuhan menjadi lebih jelas.

Juga; kalau seandainya Allah memiliki lebih dari dua mata,

niscaya hal itu termasuk kesempumaanNya dan tidak disinggung-

nya hal tersebut berarti meninggalkan pujian kepadaNya, karena

jumlah banyak menunjukkan kekuatan dan kesempurnaan, sean-

dainya Allah mempunyai lebih dari dua mata niscaya Nabi akan

mengatakannya agar kesempurnaan Allah ini tidak lepas dari kita,

yaitu yanglebih dari dua mata.

Ibnul Qayyim dalam ash-Sharua'iq al-Mursalah menurunkan

sebuah hadits, hanya saja ia dhaif karena munqathi' yaitu,

... *91 e,;,;ti e>t*Jr e f $y -r4r';ty

" Sesungguhnya apabila *orang hamba berdii di dalam shalat, maka

dia berdii di hadapan lcedua mata ar-Rahman."l

I Disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam as-Sawa'iqno,256; al-Albani berkata dalam as-sitsitah

6a;: (kedua mata), hanya saja hadits ini dhaif, sedangkan yang

kami pegang dalam akidah hanyalah hadits yang shahih, yaitu ha-

dits Daijal, ia felas bagi siapa yang mencermatinya.

Hal itu telah disebutkan oleh Utsman bin Sa,id ad-Darimi di

dalam bantahannya terhadap Bisyr al-Marisi, juga Ibnu Khuzaimah

dalam Kitab at-Tauhid. rjma'salaf atas hal tersebut dinyatakan pula

oleh Abul Hasan al-Asy'ari dan Abu Bakar al-Baqillani.Jadi, masa-

lah ini yaitu  jelas.

Jadi, akidah yang kami pegang sebagai agama terhadap Allah

yaitu  bahwa Allah mempunyai dua mata saja, tidak lebih.

]ika dikatakan, di antara Salaf ada yang menafsirkan Firman

Allah, 4L1;4,,>dengan mengatakan, "dengan penglihatan dari kami,.

Ini yaitu  tafsir para imam salaf yang terkenal sementara kalian

mengatakan bahwa tuhnf yaitu  haram dan dilarang. Bagaimana

jawaban anda?

Jawab: Mereka menafsirkannya dengan makna yang menjadi

konsekuensi dengan tetap menetapkan pokoknya yaitu mata, se-

mentara ahh tahrif mengatakan, 'dengan penglihatan dari kami,,

tanpa menetapkan mata dan Ahlus Sunnah wal Jama,ah mengata-

kan'dengan penglihatan dari kami' dengan menetapkan mata.

Menyebut mata di sini lebih kuat dan lebih tegas daripada

menyebutkan sekedar melihat, oleh karena itu Allah berfirman,

4t$!iigy

Al-Mu'aththilah berkata, Kalian menyerang kami habis-habis-

an dengan mengerahkan semua ser.rng.rn dalam mengingkaritalquil

kami, sementara kalian sendiri melakukan hal tersebu! dimana

kalian telah mengeluarkan ayat dari zahirnya. Allah {ki berfirman,

(U",}\Jitb, ambillah zahirnya, apabila katian mengambil makna

zahirnya niscaya kalian kafir. ]ika kalian tidak mengambil makna

zahirnya, maka kalian terjatuh kepada kontradiksi. Sekali waktu

kalian berkata, takuil boleh, lain waktu kalian berkata, tidak boleh

dengan menyatakannya sebagai tuhnf. Bukankah ini yaitu  sikap

mengutak atik agama Allah?

adh-Dha'ifah, no. 1024: "Dhaif sekali."

Kami menjawab, Kami berpegang kepada zahb tanpa ragu

dan bimbang. Itulah jalan kami, kami tidak akan menyelisihinya.

Mereka berkata, Yang zahir dari ayat ini yaitu  bahwa Mu-

hammad di mata Allah, di tengah-tengahnya seperti kamu katakan

s+a! !j (Zaid di rumah), atau +3! i:"j (Zaid di masjid). Huruf Da'

yaitu  zharfiyah (keterangan tempat), jadi Zaid di dalam rumah

atau di dalam masjid. Dari sini, maka Firman Allah, {E#1,}yut"i

di dalam Mata Kami. Kalau ini pendapat kalian maka kalian kafir,

karena kalian menjadikan Allah sebagai tempat bagi makhluk. Jadi

kalian yaitu  hululiyah. jika kalian menolak berarti kalian terjatuh

kepada kontradiksi.

Kami jawab: naudzubillaft kemudian naudzubillah kemudian

naudzubillah j*a apa yang kalian katakan itu yaitu  zahir al-Qur'an,

dan jika kalian yakini bahwa ini yaitu  zahir al-Qur'an, maka ka-

lian telah kafir, karena barangsiapa yang meyakini bahwa zahir al-

Qur'an yaitu  kekufuran dan kesesatan, berarti dia kafir dan sesat.

Bertaubatlah kepada AUah dari ucapan kalian; bahwa ini ada-

lah zahir lafazh. Bertanyalah kepada ahli bahasa, penyair dan orator.

Apakah ungkapan seperti ini maksudnya yaitu  bahwa orang yang

dilihat dengan mata berada di dalam kelopak mata? Tanyakan ke-

pada siapa pun dari ahli bahasa, baik yang hidup atau yang mati.

Jika kamu melihat gaya bahasa Arab, niscaya kamu menge-

tahui bahwa makna yang mereka katakan dan mereka paksa kami

untuk menerimanya tidak terdapat di dalam bahasa Arab, apalagi

ia dinisbatkan kepada Allah. Penisbatannya kepada Allah yaitu 

kekufuran dan kemungkaran, di samping ia telah mungkar dari

segi bahasa, syariat dan akal.

Jika dikatakan, dengan apa kalian menafsirkan ba'pada Firman

Allah, ( g#lr}

Kami katakan, Kami menafsirkannya dengan penyertaan (al-

Mushahabah). Bila anda berkata, kamu di mataku, maka ia berarti

mataku menyertaimu, melihat kepadamu dan tidak terpisah darimu.

Jadi maknanya yaitu  bahwa Allah berfirman kepada NabiNya,

"Bersabarlah kepada hukum Allah karena engkau dilingkupi oleh

perhatian Kami dan penglihatan Kami kepadamu dengan mata,

sehingga tidak seorang pun menimpakan keburukan kepadamu.',

Ba' di sini tidak mungkin menunjukkan zharfyah (keterangan

tempat), karena hal itu berarti bahwa Rasulullah berada di dalam

mata Allah dan ini mustahil. Di samping itu Allah berfirman kepada

Rasulullah ffi sementara Rasulullah berada di bumi. Bila kalian ber-

kata, dia di dalam mata Allah, berarti kandungan al-Qur'an yaitu 

dusta. Ini yaitu  argumentasi lain tentang batalnya anggapan bahwa

secara zahir Rasulullah berada di dalam mata A1lah.

Ayat kedua,

{ @ 5 t'r 3i6 vbl..}@ #J 6 *$ &';'xy

"Dan Kami angkut Nuhke atns @ahtera) yang terbuat dai papan

dnn paku, yang berlayar dengan (yngauasan) Mata Kami xbagai balasan

b a gi oran g-orang y ang diingkan @ uh)." (Al-Qam ar : 13-'1,4).

{tr;Y.,Dan Kami angkut dia,,' yaitu Nuh ,)W.

FirmanNy", 4;{ eJnftf';fJ* "Dan Kami angkut Nuh ke

atas (bahtera) yang terbuat dai papan dan paku," yakni perahu yang

terbuat dari papan dan paku. Perahu ini dibuat sendiri oleh Nuh

))@, kaumnya mengejeknya sewaktu mereka melewatinya, lalu

Nuh menjawab,

( @'u15 K -&'fi 

W rt V1;3 

"yfi

"likn kamu mengejek lami, makn sesungguhnya kami (pun) menge-

jekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek kami)." (Hud: 38).

Nuh membuabrya dengan perintah Allah, dengan pengawasan

dan perlindunganNya,

4q;'65\.6tiili 6r'Y

"Dan buatlah bahtera itu dengan (pengaruasan) Mata Kami dan

petunjukwahyu Kami." (Hud: 37).

Allah melihat kepada Nuh sementara Nuh membuatnya dan

Dia memberinya petunjuk bagaimana membuatnya.

Di sini Allah menyebutkan ciri-ciri perahu tersebut dengan

FirmanNyu, $;ai i*tiy.'.'(bahtera) yang terbu^at dai papan dan paht."

{ +tlp berarti pemilik. dl'yi: kayu, papan. p,iriyaitu  pengikat kayu

ffi ffi

seperti tali, paku dan sepertinya. Mayoritas ahli tafsir menyatakan

bahwa yang dimaksud yaitu  paku yang menyatukan kayu.

{g\";Y, inilah titik pengambilan dalil. { $L,b yakni, pe-

rahu dengan papan dan paku tersebut dalam (pandangan) Mata

Allah dan yang dimaksud dengan;;!iyaitu  dua mata saja seba-

gaimana telah dijelaskan. Makna berlayar dengannya yaitu  ber-

layar diiringi dengan pandangan Kami dengan Mata Kami. Jadiba'

di sini mempunyai makna penyertaan (al-Mushahabah), ia berlayar

di atas air yang tumpah dari langit dan memancar dari bumi karena

Nuh ,84; berdoa kepada Allah,

{@;r S;";a\b

" Bahrttasanya aku ini yaitu  orang yang dikalahkan, oleh sebab itu

menangkanlah (aku)." (Al-Qamar: 10).

Lalu Allah menjawab,

4 t* Gi-ti 6j:;; @ # rG, 

-.fri 

3. itr-ffi y

uMaka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air

yang tercurah. Dan Kami jadiknn bumi memancarknn mnta air-mata air."

(Al-Qamar:11,-12).

Maka perahu ini berlayar dengan pandangan Mata Allah.

Mungkin ada yang berkata, Mengapa Dia tidak berfirman,

"Dan kami angkut Nuh dengan perahu atau dengan bahtera," tetapi

Dia berfirman, $i!,i:6\e$ii,\'X, atas @ahtera) yang terbuat dari

papfln dan paku."

Kami jawab, Dia mengungkapkan dengan perahu dari papan

kayu dan paku karena tiga fuidah.

Pertama, menjaga kesamaan huruf terakhir pada ayat. Sean-

dainya Dia berfirman, rri.l ;jb ti-6, maka ia tidak serasi dengan yang

sebelum dan sesudahnya, sama halnya jika Dia berfirman l?t& *.

lemi m;njaga huruf terakhir pada ayat maka Dia berfirmun, ii}

4;t'n9i 9c

Kedua, agar ortu:rg-orang belajar bagaimana membuat perahu

dan penjelasan bahwa ia (dapat dibuat) dari papan kayu dan paku.

Karena itu, Allah berfirman,

{@ {9o,!i'<vwi ii;y

" Dan sungguh telah Kami biarkan knpal ifu sebagai pelajaran, maka

adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" (Al-Qamar: L5).

Maka Allah mengabadikan bangkai kapal laut tersebut seba-

gai tanda kekuasaan Allah bagi manusia, di mana mereka membuat

perahu seperti petunjuk Allah kepada Nuh.

Ketiga, isyarat kepada kekuatannya di mana ia terbuat dari

papan kayu dan paku. Kata 6rjidan p,3 di sini yaitu  nakirah, fung-

sinya yaitu  sebagai ungkapan sesuatu yang besar.

Di sini difokuskan kepada bahan pembuatannya, sarna dengan

ini ketika sifat disebutkan tanpa pemiliknya yaitu Firman Allah Ss,

4.# iA i b Qaitu buatlah baju besi) yang'besar-besar (Saba': 11).

Dan Dia tidak berfirman u3;1 (baju besi) secara langsung agar faidah

baju besi ini benar-benar diperhatikan, yakni ia harus luas da


Related Posts:

  • Induk agama Islam 7 katakan, ayat ini,4;i'c31;1 '<';Et;wYuMakn tatknla mereka membuat Kami murka, Kami menghukummereka." (Az-Zukhruf: 55), membantah pendapat kalian, karena iamenjadikan pembalasan bukan kemarahan. syarat bukanlah apayan… Read More