n sem-
purna. Ini sama dengan itu.
FirmanNy", (G\ui) penjelasannya sama dengan penjelas-
an di, 4(l,5\C9,Y " i/Iakrl sesingguhnya knmu berada dnlam (penglihatnn)
Mata Kami." (Ath-Thur: 48).
Ayat ketiga,
(@ -i*e'€15e';;dd#,Ly
"Dan Aku telnh melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang
dniKu dan supayn kamu diasuh dibaruah (pengaruasan) MataKu. " (Thaha:
3e).
Ayat ini ditujukan kepada Musa.
FirmanNyu, 4,Atr,;)i;#VY "Dan Aku telah melimpahkan
kepadamu kasih sayang yang datang daiKu," para ahli tafsir berbeda
pandangan tentang maknanya.
Ada yang berkata, 4Atl;*6i\;Y "Dan Aku tulah melimpah-
knn kepadamu knsih sayang yang dntang daiKu," maknanya yaitu
sesungguhnya Aku mencintaimu.
Ada yang berkata, Aku membuat orang-orang mencintaimu,
yakni Aku membuat siapa yang melihatrnu mencintaimu dan buk-
tinya yaitu ketika istri Fir'aun melihatnya dia langsung menyu-
ffi ffi
kainya. Dia berkata,
4{i' r:';, j -(6.
6 L:; tjui J y
" Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan in bermanfaat
bagi kita atau kita ambil ia menjadi anak." (Al-Qashash: 9).
Kalau ada yang berkata, Mungkinkah kita menafsirkan ayat
tersebut dengan kedua makna di atas? Kami jawab, mungkin, ber-
dasarkan kaidah yang menyatakan, apabila suatu ayat mengandung
dua makna yang tidak saling bertentangan maka ia ditafsirkan de-
ngan keduanya. Musa dicintai oleh Allah dan dicintai oleh manusia.
Apabila orang-orang melihatnya maka mereka menyukainya. Se-
benamya kedua makna tersebut saling berkaitan, karena jika Allah
mencintai seorang hamba maka Dia akan membuat manusia men-
cintainya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas,;$*,, bahwa beliau berkata, " Allah
mencintainya dan membuatnya dicintai oleh manusia."
Kemudian Altah berfirman,(-*Sga;\, "Dnn supaya knmu
diasuh di baruah (pengaruasan) MataKu. " dUJt (Membuat), berarti me-
rubah sesuatu menjadi bentuk tertentu, seperti membuat bejana
dari potongan besi atau pintu dari kayu dan membuat sesuatu
yaitu menurut sesuafu itu, maka membuat rumah yaitu mem-
bangunnya dan membuat (keahlian) besi yaitu membuat bejana
darinya, atau membuat alat yang bergerak. Dan membuat manusia
berarti menumbuhkannya secara jasmani dan akal pikiran, yang
pertama dengan makanan, yang kedua dengan adab, akhlak dan
lainlain.
Semua itu terjadi pada
Mata Al1ah.
Musa, dia diasuh dengan pengawasan
Manakala keluarga Fir'aun memungutrya, Allah menjaganya
sehingga mereka tidak membunuhnya, padahal mereka membunuh
anak laki-laki dari kalangan Bani Israil. Allah menetapkan bahwa
orang ini (yakni Musa) di mana orang-orang dibunuh karenanya,
justru diasuh di bawah asuhan keluarga Fir'aun. Orang-orang di-
bunuh karenanya, sedangkan dia diasuh dengan aman di bawah
asuhan mereka. Lihatlah kepada kodrat besar ini.
Di antara bentuk pengasuhan Allah kepada Musa DSE yaitu
penolakan Musa terhadap ibu-ibu susuan yang disodorkan ke-
padanya untuk menyusuinya,
{# q efii )4;GF'y
"Dnn Kami cegah Musn dai menyusu kepada perempuan-perem-
puan yang ruau menyusui(nya) sebelum lfz. " (Al-Qashash: 12).
Musa i.W& tidak menyusu dari seorang wanita pun. Sementara
itu saudara perempuannya yang disuruh ibunya untuk mengikuti
jejak Nabi Musa ilS; mglihat keadaan mereka, maka saudara pe-
rempuan Musa ini berkata,
<,j,€!, :; fi "H tj3k ? )^wL :t,\ s y
" Mnukah knmu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan me-
meliharanya untukmu dnn mereka dapat berlaku baik kepadnnya?" (Al-
Qashash:12).
Mereka menjawab, "Ya, ifu yang kami cari." Maka saudara
perempuan Musa itu berkata, "Ikutlah denganku." Maka mereka
pun mengikutinya. Allah berfirman,
4. 6#1J \44 5 5 -riJ {)Lfri*y
u Mnka Ksmi kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang
hatinya dan tidnkberduka clfa. " (Al-Qashash: 13).
Musa tidak menyusu dari seorang wanita pun padahal dia
yaitu bayi yang masih kecil yang menyusu. Ini yaitu bukti ke-
besaran Kuasa Allah dan bukti janjiNya karena Allah berfirman
kepadanya,
$y-ii\, qT-* 1i aGsJAi j r.r)i1 t *riFF
{@<AY"Ao&a
"Dan apabila kamu kharuatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke
sungai (Nil). Dan janganlah knmu kharuatir dan janganlah (pula) berse-
dih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembaliknnnya kepadnmu,
dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul." (Al-Qashash: 7).
Tidak seorang pun yang dapat membayangkan kasih sayang
{
ffi ffi
ibu kepada anaknya. Dikatakan kepada ibu Musa, "Letakkan putra-
mu di dalam kotak lalu buanglah ia di laut dan kelak dia akan kem-
bali kepadamu."
Kalau bukan karena iman niscaya ibu ini tidak akan melaku-
kannya, membuang putranya di laut. Seandainya anaknya terjatuh
dengan peti bayinya ke laut niscaya dia akan mengejarnya. Bagai-
mana kalau dia sendiri yang membuangnya? Akan tetapi keperca-
yaannya kepada Allah dan janjiNya membuatnya lapang hati me-
lakukan hal itu.
FirmanNy u, 4G Ji'g;\ "Dan supaya kamu diasuh di baruah
(pengawasan) MataKu," dengan kata tunggal (mufrad). Apakah ini
bertentangan dengan kata jamak yang disebutkan sebelumnya?
Jawab, tidak bertentangan, hal itu karena kata tunggal di sini
dalam posisi diidhafahkan, maka ia menunjukkan keumuman. Jadi
ia meliputi semua mata yang ditetapkan untuk Allah.
Sekarang tinggal melihat antara mutsanna dan jamak, bagai-
mana menggabungkannya?
Jawab, Kalau minimal jamak yaitu dua, maka persoalannya
selesai, karena kami katakan bahwa jamak ini menunjukkan dua
jadi tidak ada pertentangan. Kalau minimal jamak yaitu tiga, maka
jnmak di sini tidak mengandung makna tiga, akan tetapi maksud-
nya yaitu ta'zhim (pengagungan) dan keserasian antara kata ganti
jnmak dengan mudhaf ilaihi.
Ahlt ta'thil dan tahrif menafsirkan "-mata" dengan melihat tanpa
menetapkan mata, mereka berkata, u;;! (dengan penglihatan dari
kami), akan tetapi tanpa mata, karena tidak mungkin selama-lama-
nya menetapkan mata bagi Allah, sebab mata yaitu bagian dari
badan. Apabila kita menetapkannya bagi Allah, berarti kita mene-
tapkan bagian-bagian dan jasmani dan ini tidak mungkin maka ia
pun tidak boleh. Mata disinggung di sini hanya sekedar menguat-
kan (sifat) melihat saja, yakni seolah-olah "Kami melihatmu dan
Kami mempunyai mata padahal sebenarnya tidak."
Kami katakan kepada mereka bahwa ini yaitu pendapat
yang salah dari beberapa segi,
Pertama, ia menyelisihi zahir lafazh.
ffi ffi
Kedua, ia menyelisihi ijma'Salaf.
Ketiga, tidak ada dalil yang menuniukkannya, yakni yang di_
maksud dengan mata hanya sekedar penglihatan. Ini ddak berdalil.
Keentpat, apabila kita menetapkan "melihat" bagi Allah se-
dangkan Allah menetapkan mata untuk dirinya, maka hal itu berarti
dia melihat dengan mata tersebut. Dalam kondisi tersebut, ayat ini
menunjukkan bahwa ia yaitu mata yang sebenarnya.
@oo
SIFAT MENDENGAR DAN MEI.IHAT
EAGI AI.IITH
[U. Penulis (Syaikhul Islam) menyebutkan tuiuh ayat
dalam menetapkan sifat "mendengar" dan "melihat" (bagi Allah).
Ayat pertama: Firman Allah tJtS,
k;-,6'g.:trbi,i Jy#:Vi: AA+4 J-i ${inaiy
(@:,;"6'^iiL
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan ruanita yang
mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan
(halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar soal jaruab antara kamu
berdua. sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Merihat."
U:fi5 i'i JL-,t*l: VJ A,ILG J-i Jj,,6r'Ct fiy ,'4y.,
(@l; "6'6iL;K;6
FirmanNya, "sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan
uanita yang mengaiukan gugatan kepada kamu tentang suami-
nya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mende-
ngar soal jawab antara kamu berdua. sesungguhnya Allah Maha
M en dengar I a gi M aha ful slifu sf .' t (r)
(Al-Mujadilah: 1).
( IF (Sungguh): kata untuk menegaskan.
Mujadilah: Yaitu seorang wanita yang mengadukan zhihar
suaminya kepadanya.
Zhihar: yaitu ucapan suami kepada istri, bagiku kamu ada-
lah seperti punggung ibuku atau ucapan yang sepertinya.
Zhihar pada masa jahiliyah yaitu talak bain maka wanita ini
mengadukannya kepada Nabi M, jelaslah bagi Nabi bagaimana
suami tersebut mentalaknya dengan talak bain padahal dia yaitu
ibu dari anak-anaknya, wanita ini berdialog dengan Nabi maka
Allah memberinya fatwa seperti yang tercantum di dalam ayat ini.
Bagian ayat yang terkait dengan topik pembahasan yaitu
FirmanNy u, $.Arq$i ij|fi €fiqt, " sesungguhnya Allah telah men-
dengar perkataan zuanita yang mengajukan gugatan kepada kamu." Ini
menetapkan sifat mendengar bagi Allah, bahwa Allah mendengar
suara-suara sejauh dan sesamar apa pun.
Aisyah berkata, "Mahasuci (atau dia berknta, segala puji bagt Allah)
yang pendengaranNya meliputi segala sesuatu. Saat itu aku duduk di
salah safu sudut rumah dan sebagian ucapannya terdengar samar bagtku.'
Ini yaitu makna pembicaraannya.
Pendengaran yang dinisbatkan kepada Allah terbagi menjadi
dua,
1). Pendengaran yang berkait dengan apa yang didengar, ia
berarti menangkap suara.
2). Pendengaran yang berarti mengabulkan. Ia berarti, Allah
menjawab oriu:rg yang berdoa kepadaNya. Karena doa yaitu
suara yang keluar dari orang yang berdoa dan Allah
mendengar doanya yakni menjawabnya. Pendengaran di sini
bukan sekedar mende-ngar semata, karena ini tidak berguna,
adapun yang berguna ada-lah jawaban Allah terhadap doa
tersebut.
Pendengaran yang pertama (menangkap suara) ada tiga
bagian,
Pertama, pendengaran yang berarti dukungan.
Kedua, pendengaran yang berarti ancaman.
ffi W
Ketiga, pendengaran yang berarti keterangan bahwa Allah
meliputi segala sesuatu.
Pendengaran yang berarti ancaman yaitu seperti Firman
Allah,
4.{'15{aU{cii;J.{y
" Apaknh mereka mengira, bahtoa Kami tidak mendcngar rahasia
dan bisikan-bisikan mereka? " (Az-Zukhruf : 80).
Dan FirmanNya,
(tr#j &i4:;,\iyt:jE 65i 3';,s,1-6rf *
"Sngguh Allah telnh mendengar ryrlutann orang4rang yang menga-
tnknn, 'Sesungguhnya Allah miskin dan kami kayil' (Ali Imran: 181).
Pendengaran yang berarti dukungan yaitu seperti Firman
Allah kepada Musa dan Harun,
{ @ i;6 {rff1. eyiYa{ irr }
* Allah berfirman, 'langanlah kamu berdua kharuatir, wsungguhnya
Akubesertakamuberdua, Aku mendengar dan melihat'." (Thaha: 46).
Allah ingln mendukung keduanya dengan menyatakan bahwa
Dia bersama keduanya mendengar dan melihat, yakni mendengar
apa yang mereka berdua katakan, apa yang dikatakan kepada
mereka berdua, melihat mereka berdua dan orang di mana kedua-
nya diutus kepadanyat apa yang mereka berdua lakukan dan apa
yang dilakukan terhadap mereka.
Pendengaran yang berarti keterangan bahwa Allah meliputi
segala sesuatu yaitu seperti ayat tadi yaitu,
/
( ii -iy6:i; ti'i: A 6+4 6i $' fr '6 1i,y
" Sesungguhnya Allah telah mendengar perkntaan wanita yang
mengajukan gugatan lcepada kamu funtang suaminya, dan mengaduknn
(halnya) kepada Allah." (Al-Mujadilah: 1).
000
ffi ffi
"' {r;Sr'}3 ii'i,'\ i'yl:}u oJt t} st'6if }
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang
yang mengatakan, 'Sesungguhnya Allah miskin dan kami
kaya'."(L)
u, {6r& Gx (w $ ru* da €5 { 6 3F1l y
"Apakah mereka mengira, bahan Kami tidak mendengar raha-
sia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar),
dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat
di sisi ffi€reka."(,)
[1]. Ayat kedua: Firman Allah,
465/ i* i7) i,\ (,yt:j6 65i J'j st -4lii
F
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkntaan orang-orang yang
mengataknn, 'Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya' ." (Ali Imran:
181).
{fi} kalimat yang ditegaskan dengan lam dan (r!) semen-
tara suinpihnya tidak disebutkan (dan asumsinya) yaitu demi Allah,
jadi kalimat ini ditegaskan dengan tiga penegasan.
_Orang-orang yang mengucapkan perkataan ini, Eiiiatil*
4ir*1 " sesungguhnya Allah miskin dnn kami kaya," yaitu orang-orang
iahudi. Mereka menyifati Allah dengan aib, { i1tlf,;\':,yfi"Sesung-
guhnyn Allah miskin."
Pemicu ucapan mereka ini yaitu ketika turun Firman Allah,
4 ii,:^1 4-4 G \31
^i,?idi(
ri J )3
" Siapakah yang mnu membei pinjaman kepada Allnh, pinjamnn
yang bnik (menaftahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah nkan me-
I ip n t gnn dakan p e mb ay ar an ke p a dany a. " (AI-B aqarah : 245).
Mereka berkata kepada Rasulullah, "Hai Muhammad, Tuhan-
mu jatuh miskin, Dia meminta hutang dari kita."
[2]. Ayat ketiga: FirmanNya,
ffi
( @ t'r#<i ix tul; & ruri ea'€L { Gi5*5.'l y
" Apakah merekn mengira, bahtua Kami tidak mendengar rahasia
dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-
utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka." (Ar-
Zukhruf:80).
(;1) datam susunan seperti ini, kata mereka, mengandung
makna ;-(tetapi) danhamzaft (apakah) yakni, :.:'*:i i (akan tetapi
apakah mereka mengira), mengandung pengalihan ucapan dan
pertanyaan. Jadi maknanya: Akan tetapi, apakah mereka mengira
kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka?
pli (rahasia) yaitu apa yang dirahasiakan oleh seseorang
kepada rekannya.
6fri (bisikan) lebih tinggi daripada rahasia. Ia yaitu apa
yang dibisikkan dan dibicarakan seseorang kepada kawannya.
Panggilan yaitu mengangkat suara kepada rekannya.
Jadi di sini terdapat tiga perkara: rahasia, bisikan dan pang-
gilan.
Apabila dia berada di sampingmu dan kamu mengucapkan
kepadanya ucapan rahasia yang mana hanya dia yang mendengar-
nya maka ini disebut dengan pembicaraan secara rahasia.
Apabila pembicaraan terjadi di antara kumpulan orang di
mana mereka semua mendengarnya dan terlibat di dalamnya,
maka ini disebut dengan,s;,iti (bisikan).
Adapun panggilan maka ia dari yang jauh untuk y*giauh.
Mereka itu merahasiakan dan membisikkan kemaksiatan
yang hendak mereka lakukan maka Allah mengancam mereka,
{tl W}' ;f:r'€3 { 6i3i-J-i1}." Apalah merela mengira, bahtoa Kami
tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Knmi
mendengar)."
{itt} yaitu kata positif- yakni: tentu, kami mendengar, dan
bahkan lebih dari it". {|'ji<GAAf> "Dan utusan-utusan (ma-
laikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi merelca." Maksudnya, di
sisi mereka, para malaikat menulis apa yang mereka rahasiakan
dan apa yang mereka bisikkan. Y*g dimaksud dengan utusan
dalam ayat ini yaitu para malaikat yang bertugas mencatat amal
perbuatan Bani Adam. Ayat ini menetapkan bahwa Allah men-
dengar rahasia dan bisikan mereka.
ooo
[1]. Ayat keempat: FirmanNya,
{@ i:6'{:\1'1,,r1}
"sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan
melihat." (Thaha:46).
Ayat ini untuk Musa dan Harun, yakni, Aku mendengar aPa
yang kalian berdua katakan dan apa yang dikatakan kepada kalian
berdua. Aku melihat kalian berdua dan orang-orang yang kepada
mereka Aku mengutus kalian berdua. Aku melihat apa yang kalian
berdua lakukan dan apa yang dilakukan kepada kalian berdua.
Bisa jadi keduanya diperlakukan dengan buruk melalui ucap-
an atau perbuatan. Jika yang pertama maka ia didengar oleh Allah,
jika yang kedua maka ia terlihat oleh Allah.
[2]. Ayat kelima: FirmanNYa,
"Tidakkah dia mengetahui bahtua sesungguhnya Allah melihat se-
gala perbuatannya? " (Al-'Alaq: L4).
I
("{ irf U-\' ?4'.rL}'ilv:
FirmanNya, "sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku
mendengar dan *r1il1roS.tt (71
u,4 ij.ii.,jr'ify
"Tidakkah dia mengetahui bahuta sesungguhnya Allah melihat
s egala p erbuatanfiy a? " (21
Kata ganti pada,(git}.'Apalah din tidak mengetnhui," kembali
kepada orang yangbersikap buruk kepada Nabi #, Firman Allah,
{,A\ l;1@ -{iii &i,tu;e.d@& 6y-t1;@ g,; oji;.:,r$
{ @ i;'ii'rt. p.r1@,t;;; ;K uLA31 @
"Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang
hamba l<etika dia mengerjakan shalat, bagaimana pendapatmu jika orang
yang dilarang (yaitu Rasulullah #) iht berada di atas kebennran, atau
dia menyuruh bertaktua Q<epada Allah)? Bagaimana pendapatmu jika
orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? Tidakkah dia
mengetahui bahtua sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?"
(Al-'Alaq: 9-1,4).
Ahli tafsir menyatakan bahwa yang bersangkutan yaitu
Abu Jahal.l
Ayat ini menetapkan sifat melihat (ar-Ru-yah) bagr AUah.
"Melihat" yang dinisbatkan kepada Allah memiliki dua makna.
Pertama, ilmu.
Kedua, melihat apa yang dilihat, yakni menjangkau dengan
pandangan.
Yang pertama seperti Firman Allah tentang kiama!
(@'l; i;;;@'4t;;;'iLy
" Sesungguhnya mereka memandang siksaan ifu jauh (mustahil),
sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjad)." (Al-Ma'arii:6-
7). lt; (melihabrya) di dalam ayat ini yaitu melihat dalam arti
mengetahui. Jadi makna, {Cj';;\' "Sedangkan Kami memandang-
nya dekat (pasti terjadi)," yaitu Kami mengetahuinya dekat.
Adapun ayat yang dihadirkan oleh penulis 4it-iii\,r*i1) maka
ia memungkinkan untuk kedua makna tersebut, yakni ilinu dan
penglihatan mata, jika mungkin untuk keduanya tanpa saling ber-
tabrakan, maka wajib ia ditafsirkan dengan keduanya sekaligus.
Maka dikatakan, "Sesungguhnya Allah melihat," yakni mengetahui
I Tabirlbnu KaBir,jilid 4, surat al-'Alaq.
apa yang dilakukan dan diucapkan oleh orang ini dan juga meli-
hahrya.
ooo
4. 4t gi ; XLr.#i o,$n; ifi a a;;,sri y
"Yang melihat kamu ketika kamu berdii (untuk sembahyang),
dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang'
orang yang sujud. Sesungguhnya Dia yaitu ynng Maha Men-
dengar lagi Maha Mengetahui.t'(7,
[1]. Ayat keenam: FirmanNya,
{ @ # Ur-iir@ t'reii 4ik'@ ii,L Jt;;-,sfii\
" Yang melihat lcnmu ketika kamu berdii (untuk sembahyang), dan
(melihat pula) perubahan gerakbadanmu di antara orans-orang yang su-
jud. Sesungguhnya Dia adnlah yang Mahn Mendengar lagi Mahn Menge-
tahui." (Asy-Syu' ar a' : 218-220).
Sebelum ayat ini,
(@ *1i /A,9,fi;;y
"Dan bertaroakallah lcepada (Allah) yang Mahaperkasa lagi Maha
Penyayang. " (Asy-Syu' ar a' : 217).
Melihat di sini yaitu melihat dengan mata karena Firman-
Nya, 4 'r;;L,!ni-,si($ "Yang melihat kamu lcetika kamu berdii (untuk
sembniyang), " tidak'sah ditafsirkan dengan ilmu, karena pada saat
dia berdiri Altah mengetahui, sebelum itu pun Allah mengetahui-
nya, ditambah dengan FirmanNyu, ( t#io,ffit\ "dan (melihat
puta) perubahan gerak badanmu di antara oranS-orang yang sujud'" Ini
mendukung bahwa yang dimaksud dengan melihat di sini yaitu
melihat dengan mata.
Makna ayat ini yaitu bahwa Allah melihatnya ketika dia
berdiri sendiri di dalam shalat dan setiap gerakannya di dalam
shalat bersama orang-orang yang sujud dalam shalat berjamaah.
{+,'gt;'iy}. " sesungguhnya Dia yaitu yang Maha Mendc-
ngar lagt Mahn Mengetahui." Dia yaitu Allah yang melihatmu ketika
kamu berdiri. {lSt €t;\t "Dia yaitu yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui."
Di dalam ayat ini terdapat (3) dhamir munfashil (kata ganti
terpisah), salah satu kegunaannya yaitu pembatasan. Apakah
pembatasan di sini yaitu hakiki artinya ia yaitu pembatasan di
mana apa yang dibatasi tidak terdapat sedikitpun pada apa yang
ia dibatasi, ataukah hanya idhafi (yang ditambahkan kepada yang
lain)?
Jawab, Hakiki dari satu sisi dan nisbi dari sisi yang lain, karena
yang dimaksud dengan ( !,3() Maha Mendengar di sini yaitu
pemilik pendengaran yang sempurna yang mendengar segala apa
yang didengar. Ini khusus bagi Allah, iadi pembatasan dari sisi ini
yaitu hakiki. Adapun sekedar mendengar maka ia dimiliki oleh
manusia sebagaimana Firman Allah,
{@WW'^fr4 * e6'fi n;lii ffiEly,
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dai setetes mani
yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan peintah dan
larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihnt." (A1-
Insan:2).
Allah menjadikan manusia mendengar dan melihat. Begitu
puU {7f } mengetahul) karena memang manusia mengetahui, se-
perti Fiiman Allah tJtF,
(@*&tjllih
"Dan merel<n membei kabar gembira lcepadanya dcngan (l<elahiran)
seorang anak yang alim (Ishak)." (Adz-Dariyat:28).
Akan tetapi ilmu yang mutlak -yakni yang sempurna- hanya
khusus bagi Allah, jadi pembatasan dari segi ini yaitu hakiki.
Ayat ini menyebut bersamaan antara sifat ,'mendengar,, dan
"melihat".
ooo
I
ffi ffi
(s*Eii A;,j trG';1i,;;;7 il;t,9; b
"DAn Katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya
serta orang-orang Mukmin akanmelihat pekeriaanTnv if11t,tt (r)
[1]. Ayat ketujuh: FirmanNya,
4t ay;i: A;,j tr$ r,i i;;; \l;i,9; y
"Dan Katakanlah, 'Belcerjalah knmu, maka Allah dan RasulNya
*rta orang-orang Mukmin al<an melihat yl<eqaanmu itu'." (At-Taubah:
10s).
Sebelum ayat ini yaitu Firman Allah,
"A'"<. 6Xi,2'lL,,*,yt V
";r-i;
"i#'i"5 {;\ ; r: }
2)i.. ,/ ,/ 4,-1,f 2zz. z) -t'i 47 |-t< ,, 1i tt'\s C ,. I z )al/i;u; .e:-t 2 v rji f,4';r':i "J ffr3_.J1 @ L4, g2*, ,t',j
{@ t;s\4vi;'ii{v43Ai
" Ambillah zakat dni sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Se-
sungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jitoa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Tidakkah mereka menge-
tahui, bahtuasanya Allah meneima taubat dai hamba-hambaNya dan
meneima zaknt dnn bahruasanya Allah Mahn Peneima Tnubat lagt Maha
PenyayangT " (At-Taubah: 103-104).
Dalam ayat ini Allah berfirman, 4.irfui5ii,l;r5fu;';ti#b
" Maka Allah dan RasulNya serta orang-oiang Mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu."
Ibnu Katsir dan lainnya berkata, Mujahid berkata, "Ini yaitu
ancaman -yakni dari Allah- kepada orang-orang yang menyelisihi
perintahNya bahwa amal perbuatan mereka akan disodorkan ke-
pada Allah, Rasulullah dan orang-orang Mukmin. Ini pasti terjadi
pada Hari Kiamat dan bisa jadi hal itu nampak bagi manusia di
dunia.
Melihat di sini meliputi makna ilmu dan mata.
1).
2).
1).
2).
Ayat ini menetapkan sifat "melihat" dengan kedua maknanya,
melihat dengan arti mengetahui dan melihat dengan arti melihat
dengan mata.
Kesimpulan dari keterangan tentang dua sifat yaitu as-Sam,u
(mendengar) dan ruqyah (melihat) yaitu :
Mendengar terbagi menjadi dua:
Mendengar yang berarti mengabulkan.
Mendengar yang berarti mendengar suara.
Dan melihat terbagi menjadi dua:
Melihat yang berarti mengetahui.
Melihat yang berarti melihat dengan mata.
Semua itu yaitu tsabit (tetap) bagi Allah.
Dan melihat yang bermakna melihat dengan mata iuga ter-
bagi menjadi tiga:
1). Melihat yang berarti pertolongan dan dukungan, seperti Fir-
man Allah,
{@i:6qt-\'1.eyb
"Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar d^an
melihat." (Thaha:46).
2). Melihat yang berarti meliputi dan mengetahur, seperti Firman
Allah,
(@ WUssa6.L3!;.u^iiyb
"Sesungguhnya Allah membei pengajaran yang sebaik-baiknya ke-
padamu. Sesungguhnya Allah yaitu Maha Mendengar lagt Maha
Melihat." (An-Nisa': 58).
3). Melihat yang berarti ancaman, seperti Firman Allah,
'P)Cg b:ifr (V X r-J Gi j ti,s,j jF
4.*-ir;, {G{i'ig'{u
"Katakanlah, 'langanlah kamu mengemukakan udzur; kami tidak
percaya lagi lcepadamu, Q<arena) sesungguhnya Allah telah membe-
itahukan kepada kami beitamu yang sebenarnya. Dan Altah xrta
ffi ffi
RasulNya akan melihat pekeriaanmtt' ." (At-Taubah: 94)'
Faidah iman kepada sifat "mendengar" dan "melihat" dari segi
perilaku yaitu :
Kita mengambil faidah dari beriman kepada sifat "melihat"
yaitu, rasa takut dan harapan, takut pada waktu bermaksiat, karena
Allah melihat kita dan berharap pada waktu taat karena Allah
melihat kita dan Dia pasti akan memberikan balasan kepada kita
atas itu. Akibatnya kita akan bersemangat untuk taat dan akan
malas untuk bermaksiat.
Adapun sifat "mendengar", maka perkaranya jelas karena
apabila seseorang beriman kepada pendengaran Allah, niscaya
imannya tersebut membawanya kepada sikap muraqabah yang
sempurna kepada Atlah dengan rasa takut dan harapan, karena
takut maka dia tidak mengucaPkan ucapan buruk karena ia di-
dengar olehNya dan karena harapan, maka dia tidak mengucaP-
kan kecuali apa yang diridhai oleh Allah.
ooo
{ Or$ ii:"";b,uys
FirmanNy a, "DAn Dialah Tuhan yang Mahakeras siksaNya",
4. t *:ri';*5;6i;i,i :U" \r?t:, b'u i s
FirmanNya, "Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan
Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik'baik
pembalas tipu daya",
4. 6.,fr.\ €) H, 65:S 14,'\Y-J b, u ; I
FirmanNy a, "Dan mercka pun merencanakan makar dengan sunS'
guh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang me'
reka tidak menyadai",
FirmanNya, "S itu mercncanakan tipu
,tr{ ,,
. ) I o- ,'il9s'Ti:si{l'1*:#ty
ffi w
daya yang iahat dengan sebenar-beflarnya, Dan Aku pun mem-
buat rcncana (pula) dengan sebenar-benarnya.r' (rl
SIFAT MAKAR, TIPU DAYA DAN KERAS
HUKUMANNYA
[1]. Penulis (Syaikhul Islam) menyebutkan tiga sifat yang
bermakna mirip dalam empat ayat di atas: keras hukumanNya,
makar dan tipu daya.
Ayat pertama, Firman Allah,
{@ )($i.ir;'y
" Dan Dialah Tuhan yang Mahalecras siksaNya. " (Ar-Ra'd: 13).
it;ii berarti yang keras dalam menimpakan hukuman. Ada
yang berkata: Al-Mihal berarti makar, yakni yang keras makarnya.
Menurut tafsir ini sepertinya ia diambil dari kata iLli yaitu, tipu
daya terhadap musuh sehingga mengalahkannya. Arti ini yaitu
arti yang zaht dari apa yang dilakukan oleh Syaikhul Islam di sini,
karena dia menyebutkannya dalam konteks ayat tentang makar dan
tipu muslihat.
Para ulama menjelaskan tafsir makar, kata mereka, ia yaitu
menggunak;rn sarana-sarana yiu:lg samar untuk mengalahkan lawan-
nya, yakni kamu melakukan sebab-sebab yang samar sehingga de-
ngaru:rya kamu mengalahkan musuhmu sementara dia tidak mengerti
dan tidak mengetahui padahal bagimu ia tertata dan terencana.
Di satu kondisi, makar bisa terpuji dan bisa pula tercela pada
sisi lain. |ika dilakukan untuk menghadapi pelaku makar, maka
ini yaitu terpuji, karena ini berarti kamu lebih lihai daripadanya.
Jika selain ini, maka ia tercela dan ia dikenal dengan khianat.
Oleh karena itu Allah tidak menyandangkan sifat makar ini
pada diriNya, kecuali dalam kondisi tertentu dan dalam rangka
membalas, sebagaimana Firman Allah,
{ @ -a,i'.4{ p rH, 65:S (4.'93, y
"Dan mereka pun merencanakan maknr dengan sungguh-sungguh
dan Kami merencanaknn makar (pula), sedang mereka tidak menyadai.u
(An-Naml: 50).
{r,1
,flj'bjK:,b
"Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya
rfz." (Al-Anfal:30).
Maka Allah tidak disifati dengannya secara mutlak. Jadi tidak
dikatakan bahwa Altah pelaku (pembuat) makar; tidak untuk mem-
beritakan dan tidak dalam rangka memberi nama. Tidak pula
dikatakan, Allah pelaku tipu daya, tidak untuk memberitakan dan
tidak dalam rangka memberi nama. Hal itu karena makna ini bisa
berarti pujian dalam kondisi tertentu dan bisa pula berarti celaan
dalam kondisi yang lain. Jadi tidak mungkin kita menyifati Allah
dengannya secara mutlak.
Adapun Firman Allah,
(@ r-#i';off6}
"Dan Allah sebaik-baikpembalas tipu daya," (Ali Imran: 54),
maka ini yaitu kesempurnaan, oleh karena itu Dia tidak berfir-
man, "Pelaku makar yang paling makar di antara pelaku makar,"
akan tetapi, "Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu dnya." Jadi makar-
nya tidak lain kecuali kebaikan. Oleh karena itu kita sah menyifa-
tinya dengan itu dengan mengatakan, "Dia yaitu sebaik-baik pem-
balas tipu daya." Atau kita menyifati Allah dengan sifat makar
dalam rangka membalas, yakni membalas orang yang melakukan
makar kepadaNya maka kita katakan, "Allah melakukan makar
terhadap putu p"tutu makar," berdasarkan Firman Allah, '";F;J;|Y
46t,fS-; "Merekn memikirlun tipu daya dan Allah menggagalknn tipu
daya itu,"
Ayat kedua, juga tentang makar, yaitu Firman Allah t'Jt$,
{ @ t#r';* K6'at ::q3 \'?1i Y
" Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas
tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (Ali
Imran:54).
ffi ffi
Ayat ini turun mengenai Isa putra Maryam SI4. Orang-orang
Yahudi membuat makar untuk membunuhnya, akan tetapi makar
Allah lebih besar daripada mereka, Allah mengangkatnya dan me-
nyerupakan salah seorang dari mereka dengannya, dialah pelopor
makar tersebut dan hendak membunuh Isa. Manakala orang yang
ingin membunuh Isa ini masuk kepada Isa ternyata Isa telah di-
angkat, lalu orang-orang masuk dan berkata, "Kamu yaitu Isa."
Dia menjawab, "Aku bukan Isa," mereka ngotot, "Kamu yaitu
dia." Hal itu karena Allah menjadikannya menyerupai Isa, maka
orang yang ingin membunuh Isa ini pup dibunuh; jadi makarnya
menimpa dirinya sendiri. 4t$iif':'i5'ii'H|?1i P " Orang-
orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka
itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya."
Ayat ketiga, juga tentang makar, yaitu Firman Allah,
{ @ .1 pj5_{ P H.65:S i;.w y
"Dan mereka pun merencanaknn makar dengan sungguh-sungguh
dan Kami merencanakan maknr (pula), sedang mereka tidak menyadari.u
(An-Naml: 50).
Ayat ini yaitu tentang Kaum Shalih, di mana di kota tempat
Nabi Shalih mengajak orang-orang kepada Allah terdapat sembilan
orang,
4.#64;S.:,;uiy
"Bersumpahlah kamu dengan nama Allah, bahrua kita sungguh-
sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta l<eluarganya di
malam hni.' (An-Naml: 49).
Yakni, kami pasti membunuhnya di malam hari.
{ @ <;,+a uL; -rit at{ ( 4 u -i;'ui; i'$
"Kemudian kita katakan kepada ruaisnya @afuua) kita tidak me-
nyal<sikan l<ematian l<eluarganya itu, dan xsungguhnya kita yaitu orang-
orang yangbenar, " (An-Naml:49).
Yakni, bahwa mereka membunuhnya di malam hari akan
tetapi mereka tidak melihabrya. Mereka membuat makar dan Allah
membalas makar mereka. Dikatakan bahwa manakala mereka be-
rangkat untuk membunuhnya, mereka masuk ke dalam gua sambil
menunggu malam, pada saat itu gua tersebut runtuh dan menim-
bun mereka di dalam gua, sementara Shalih dan keluarganya da-
lam keadaan selama! maka Allah berfirman, {fU,tgSHWb
"Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan
Kami merencanakan malur (pula).-
Dan kata {HY terulang dua kali dengan bentuk nakirah
yaitu untuk ta'Lhim,-yakni makar yang besar dan kami memba-
lasnya lebih besar.
Ayat keempat: Tentang tipu daya, yaitu Firman Allah eJtS,
(@ rSi.s@ffSl':^*:itb
" Sesungguhnya orang kafr ifu merencanakan tipu daya yang jahat
dengan *bennr-berurnya. Dan Aht pun membuat rencana (pula) dengan
sebenar -benarny a. " (Ath-Thariq: 15-1 6).
{#l} "sesungguhnya mereka" yakni, or€mg-ortrng kafit Makkah,
4 t'6.u i'krrrnrriikon ip, fuyr," kepada Rasulullah i&,, {(S$ " ae-
igan tipu daya yang sebenarnya, " yang tak ada bandingnya dalam
menjauhkan orang-orang dari dakwahnya, akan tetapi Allah me-
nangkis tipu daya mereka dengan tipu daya yang lebih besar dan
lebih keras.
4t6'55q., "Dan Aku pun membrnt renatna (f"la) dengan *benar'
benarnjla," yaicni rencana tipu daya yang lebih hebat dari tipu daya
mereka.
Di antara makar dan tipu daya mereka yaitu apa yang di-
sebutkan oleh Allah di surat al-Anfal,
4j;r45 $J.tr il;!.W',.r\ \',$.!r *
"Dan (ingatlah), ketika oranS-orang knfir (Quraisy) memikirkan
daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu stau
membunuhmu, atau mengusirma. " (Anfal: 30).
Ada tiga pendapat
1. (lj1/.byakni, untuk menangkapmu dan memenjarakanmu.
2. 4 $1) Yakni, untuk membunuhmu dan menghabisimu'
3. 4n;r1) yut ti, untuk mengusirmu dan mengeluarkanmu.
ffi
Dengan dukungan dari iblis, pendapat kedua yaitu penda-
pat terbaik menurut mereka, karena iblis hadir dalam wujud seorang
syaikh dari Najed. Dan ketika kepada mereka, "Pilihlah sepuluh
orang pemuda dari sepuluh kabilah, berilah masing-masing sebilah
pedang kemudian mereka menyerang Muhammad dan membu-
nuhnya secara serempak seolah-olah mereka yaitu satu orang.
Dengan itu darahnya akan terbagi di antara kabilah-kabilah, maka
Bani hasyim tidak mungkin membunuh satu orang dari para pe-
muda tersebut, dalam kondisi tersebut mereka akan rela dengan
diyat dan kalian tinggal membayarnya." Mereka menjawab, "Inilah
pendapat yang benar."1 Dan mereka pun menyepakatinya, akan
I Riwayat selengkapnya yaitu sebagai berikut:
"Sidang Parlemen Dan Kesepakatan Terhadap Keputusan Keji Untuk Membunuh
Nabi i![
Setelah pertemuan dilangsungkan, maka mulailah diajukan beberapa usulan dan solusi serta
terjadilah perdebatan yang panjang.
Dalam pada iU, Abul Aswad berkata, "Kib r6ir diil dai Erpatrtengah kita dan kita asingkan dari
negeri ini. Kita tidak akan ambil peduli, kemana dia pergi dan apa yang kiranya terjadi ter-
hadap dirinya. Dengan demikian, kita telah memperbaiki unrsan kita dan mengembalikannya
seperti sediakala."
S orang tua dari Najed menimpali, 'Demi Aldr, tidak dernikian. Ini bukanlah pendapat )ang Epat
Bukankah kalian sudah mengetahui betapa indah gaya bicaranya, manis uctpannya dan betapa
kemampuannya menguasai hati manusia dengan ajaran yang dibawanya? Demi Allah, andai-
kata kalian lakukan sepefti yang diusulkan tadi, niscaya kalian tidak akan dapat merasa aman
bilamana dia singgah di suatu perkampungan bangsa Arab, lalu membawa penduduknya meng-
hadapi kalian -setelah mereka tunduk terhadapnya- dan mengerahkan mereka untuk menginjak-
injak kalian di negeri kalian sendiri, untuk kemudian mempedakukan kalian sesuka haunya.
Karenanya, rancanglah pendapat selain ini."
Lalu Abul Bukhturi berkata, "Kurung dia di dalam kerangkeng besi, kunci pintunya lalu kalian
tunggu apa yang akan dialaminya sebagaimana yang terjadi pada para penyair sebelumnya
seperti Zuhair dan an-Nabighah serta orang-orang dulu selain mereka yang mati dengan cara
ini, sehingga dia juga bisa merasakan apa yang pemah dirasakan oleh mereka itu.,,
Si orang tua dari Najed mengomentari, "Demi Allah, tidak juga demikian. Ini bukanlah pen-
dapat yang bagus. Demi Allah, andaikata kalian kurung dia sebagaimana yang kalian katakan,
niscaya masalahnya akan mampu keluar dari balik jeruji yang kalian kunci ini dan sampai
kepada para sahabatnya. Sungguh, mereka pasti akan menyerang kalian, lantas merebutnya
dari tangan kalian kemudian datang secara beramaFramai kepada kalian hingga mengalahkan
kalian dan mengambil alih kekuasaan kalian. Karena itu, ini bukanlah ide yang tepat, coba
pikirkan yang lainnya."
tetapi mereka membuat makar dan Allah juga membalas makar
mereka yang lebih baik darinya, Firman Allah tlW,
{ @l#fiI'e'Kr:xfr ,f$i'u;l::iry
"Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas
tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (Al-
Anfal 30).
Mereka gagal total. Rasulullah keluar dari rumah dan mena-
burkan pasir di kepala sepuluh pemuda tersebut sambil membaca,
Setelah parlemen menolak kedua pendapat tersebut lalu diajukanlah usulan keji prp kemudian
disepakati olefr semua arpgota. Usulan ini dilontarkan oleh penjahat kelas kakap Makkah, Abu
Jahal bin Hisyam. Dia berkata, "Demi Allah, aku memiliki ide yang aku kira belum terpikirkan
oleh kalian."
Mereka bertanya-tanya kepadanya, "Apa gerangan idemu itu, wahai Abul Hakam!"
"Aku bependapat bahwa kiE hans memilih dari setiap kabilah seorang pemuda yang gagah dan
bemasab baik sebagai perantara kita, kemudian kita berikan kepada masing-masing mereka
pedang yang tajam, lalu mereka arahkan kepadanya, menebasnya secara serentak seakan
tebasan satu orang untuk kemudian membunuhnya. Dengan begitu, kita bisa terbebas dari
ancamannya. Sebab, bila mereka melakukan hal itu, berarti darahnya telah ditumpahkan oleh
semua kabilah sehingga Bani Abdi Manaf Udak akan mampu memerangi semua kabilah. Hasil-
nya, mereka terpaksa harus rela menerima ganti rugi dari kita, dan kita pun membayarkan
ganti rugi atas kematiannya kepada mereka."
Si orang tua dari Najed tersebut menimpali lagi, "Pendapat yang tepat yaitu pendapat orang
ini (maksudnya, Abu Jahal, pent.). Inilah pendapat yang saya kira tidak ada lagi yang lebih
tepat darinya."
Akhirnya parlemen Makkah pun menyetujui usulan yang keji ini secara sepakat, lalu masing-
masing perwakilan kembali ke rumah mereka dengan beftekad bulat untuk melaksanakan
keputusan tersebut dengan segera."
Berdasarkan riwayat ini, maka pendapat di atas yang disebutkan oleh asy-Syaikh yaitu pen-
dapat Abu Jahal dan bukan pendapatiblis. Wallahu a'lam.
Lihat:
& Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad *, yang merupakan edisi terjemah dari
ar-Rahiq al-Mahtum, karya Syaikh Shafiyunahman al-Mubarakfuri, terbitan Pustaka Darul
Haq.
& AfBidayah wa an-Nihayah, karya Al-Hafizh Ibnu Katsir 312L8-219, cet. Dar al-Hadits,
Kairo-Mesir, cet. 6, th L423 i1.
* Sinh lbnu Hisyam,2188-89, cet al-Maktabah at-Taufiqiyah tanpa tahun.
* Siyar A'lam an-Nubala ', bagian as-9irah an-Nabawiyah L1262-263, cet. Mu'assasah ar-
Risalah, cet. 2, th. 1418 H. (Editor edisi terjemah).
ffi ffi
"rra-{&3ff.'6\
k" A*q_t $a" tr;1,*. ba;t y
{@
"Dan Kami adalan di ludapan merela dinding dnn di belalung me-
reka dinding (pula), dan Kami tutup (matn) merela xhingga merela tidnk
dapat melihat." (Yasin: 9).
Mereka menunggu Rasulullah ffi keluar kepada mereka dan.
beliau pun keluar tanpa mereka sadari. ]adi, makar Allah mengung-
guli makar mereka, karena Dia telah menyelamatkan RasulNya
dari mereka, sehingga beliau berhijrah dengan selamat.
Di sini Allah berfirman,
(@(,{"s:E@$t.ry"b
" Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat
dengan sebenar-benarnya. Dan Aku pun membunt rencana (pula) dengan
sebenar-benarnya." (Ath-Thariq: 15-16).
Kata ti;3 yaitu nakirah, faidahnya yaitu pengagungan, maka
tipu daya Allah lebih agung daripada tipu daya mereka.
Begitulah Allah melakukan tipu daya demi membela siapa
pun yang mendukung agamaNya, Allah melakukannya untuk mem-
perkuat posisinya. FirmanNya,
4.aA${61:Ky
"Demikianlah Kami atur unhlk (mencapai maksud) Yusuf)' (Yusuf:
76).
Yakni, Kami melakukan sesuatu agar tujuarurya tercapai tanpa
seorang pun yang merasakannya.
Ini termasuk karunia Allah kepada seseorang, di mana Dia
melindunginya dari keburukan lawannya dengan cara dan tipu
daya terhadap lawan yang hendak mencelakakannya.
Apa definisi makar, tipu daya dan kerasnya hukuman?
Jawab, Definisinya menurut para ulama yaitu merencana-
kan sebab-sebab yang samar untuk mencelakai lawan, yakni anda
mencelakainya dengan sebab-sebab yang samar yang tidak dia
sadari.
ffi(
Ini yaitu sifat terpuji jika dilakukan pada tempatnya dan
merupakan sifat tercela dan kekurangan jika dilakukan pada bukan
tempatrya.
Diceritakan bahwa ketika AIi bin Abu Thalib duel satu lawan
satu melawan Amr bin Wud, -faidah duel satu lawan satu yaitu
mematahkan semangat calon lawan dalam perang jika dia berhasil
menang atasnya- Ali berkata ketika Amr keluar, "Aku tidak maju
untuk melawan dua orang." Maka Amr pun menengok ke belakang
(apakah ada orang selainnya), pada saat itulah Ali menyerangnya
dan mematahkan lehernya.
Ini yaitu tipuan akan tetapi ia boleh dan dipuji karena di-
lakukan pada tempab:rya karena Amru ini maju bukan untuk meng-
hormati Ali atau memberi ucapan selamat akan tetapi untuk mem-
bunuhnya, maka Ali menipunya dengan itu.
Makar, tipu daya dan kerasnya hukuman termasuk srtatf'liyah
bagi Allah, di mana Dia tidak disifati secara mutlak karena ia terpuji
dalam satu kondisi dan tercela dalam kondisi yang lain. Allah di-
sifati dengannya pada kondisi di mana sifat tersebut ter-puji dan
tidak disifati dengarurya dalam kondisi di mana sifat itu tidak terpuji.
Dikatakan, Allah yaitu sebaik-baik pembuat makar, sebaik-baik
pembuat tipu daya atau dikatakan, Allah membuat makar terhadap
para pelaku makar atau Allah menipu orang yang menipuNya.
Termasuk dengan hal ini yaitu istihza' (mencemooh), tidak
boleh menyatakan bahwa Allah mencemooh secara mutlak karena
ia termasuk keisengan dan itu harus ditiadakan dari Allah. Firman
Allah,
{ @a; w(;' T;*v ;'f3ti w 6Y
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang afut
antara keduanya dengan bermain-main. " (Ad-Dukhan: 38).
Akan tetapi mencemooh yaitu kesempurnaan jika untuk
membalas orang-orang yang mencemoohNya. Firman Allah,
ey& (r'3\i &r\# lyriLrigrLr;ilv\Sr;3.5i'\;ri riF F
{@ i,i#'i
"Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beiman,
ruereka mengatakan, 'Kami telah beiman' . Dan bila mereka lcembali lce-
pada setan-setan merekn, merekn mengatakan, 'Sesungguhnya kami se-
pendiian dengan kamu, kami hanyalahberolokolok," (Al-Baqarah: 14).
Maka Allah berfirman,
4*-tt*'6lF
" Allah akan (membalas) olok-olokan merekn." (Al-Baqarah: 15).
Ahlus Sunnah wal Jama'ah menetapkan makna-makna ini
kepada Allah secara hakiki.
Akan tetapi ahli tahif berkata, Tidak mungkin Allah disifati
dengarurya. Disebutkannya makar Allah dan makar mereka hanya-
lah sekedar untuk keserasian lafazh sementara maknanya berbeda
seperti Firman Allah,
$*\rf;r'#fr:',;_,,b
" Allah idhn terhadap mereka dan merekn pun idhn terhndapNya."
(Al-Ma'idah: 119).
Kami katakan kepada mereka, Ini menyelisihi zahir dalil dan
menyelisihi ijma' Salaf.
Kami telah katakan sebelumnya, apabila ada yang berkata,
Hadirkan kepada kami ucapan Abu Bakar atau Umar atau Utsman
atau Ali di mana mereka berkata, Yang dimaksud dengan makar,
tipu daya, tipu muslihat dan mencemooh yaitu makna hakiki.
Kami katakan, Ya mereka membaca a1-Qur'an dan beriman
kepadanya lalu mereka tidak menggeser makna yar.g langsung
dipahami ini kepada makna lain. Ini menunjukkan bahwa mereka
menerimanya dan bahwa itu yaitu ijma'. Oleh karena itu cukup-
lah bagi kita mengatakan tentang ijma'. Tidak dinukil dari salah
seorang dari mereka ucapan-ucapan yang menyelisihi zahir dalil,
bahwa ridha ditafsirkan dengan pahala dan tipu daya dengan hu-
kuman... dan lain-lain.
Kerancuan ini mungkin disuarakan sebagian orang kepada
kita, kata mereka, Kalian mengatakan, Ini yaitu ijma,Salaf, mana
ijma'mereka?
3,/a4"^0, d qrlah W r"tlkfh tffi
Kami katakan, Tidak adanya penukilan dari mereka apa yang
menyelisihi zahir dalil yaitu bukti ijma'.
Manfaat yang kita dapatkan dari segi perilaku dari penetapan
sifat makar, tipu daya dan kerasnya hukuman yaitu :
Sifat makar: Dari segi perilaku, seseorang mengambil faidah
dalam bentuk sikap muraqabah Allah, tidak mencari celah untuk
melanggar ketentuan Allah. Dan betapa banyak orang yang men-
cari celah untuk melanggar ketentuan Allah. Jika orang-orang ini
menyadari bahwa makar Allah lebih cepat dan lebih unggul, niscaya
mereka akan meninggalkan perbuatan tersebut.
Dan mungkin saja seseorang melakukan sesuatu di mata ma-
nusia, ia boleh-boleh saja akan tetapi di sisi Allah ia tidak boleh,
karena dia mempercayai sifat makar bagi Allah, maka ia takut dan
tidak melakukannya.
Hal seperti ini memiliki banyak contoh dalam perkara jual-
beli, pernikahan dan lain-lain.
Contoh dalam jual beli: Seorang laki-laki berkata kepada re-
kannya, "Berilah aku hutang sepuluh ribu dirham." Kawaru:Iya
menjawab, "Tidak, kecuali jika kamu membayar dua belas ribu
dirham.', Ini yaitu riba dan haram, dia akan meniauhinya karena
dia tahu bahwa ia yaitu jelas-jelas riba. Akan tetapi dia mengambil
jalan lain, dia menjual secara semPurna barang kepadanya dengan
dua belas ribu dengan pembayaran satu tahun ke depan, jual beli
ini dibuktikan dengan hitam di atas putih, seterusnya penjual da-
tang kepada pembeli dan berkata, "Juallah barang tersebut dengan
sepuluh ribu kontan." Dia menjawab, "Ya." Lalu jual beli ini dibuk-
tikan dengan hitam di atas Putih.
Secara tahir ini yaitu jual beli yang sah, akan tetapi sebenar-
nya ia yaitu tipu muslihat karena dia mengetahui bahwa meng-
hutang sepuluh ribu dengan membayar dua belas ribu tidak boleh
maka dia pun berkata, "Aku jual barang ini kepadamu dengan dua
belas ribu tunda dan aku membelinya kembali darimu dengan se-
puluh ribu kontan."
Dan tidak menutup kemungkinan dia akan terus menjalankan
praktik ribawi ini, karena di mata manusia ia tidak bermasalah,
meskipun di Mata Allah ia sama dengan tipu muslihat terhadap
ketentuan Allah. Dan Allah mungkin saia membiarkan si zhalim
ini sampai Dia sendiri yang akan menghukumnya sehingga dia
tidak mungkin lolos, yakni Allah membiarkan hartanya berkembang
dan bertambah dengan riba ini, tetapi begitu Allah mengambfuyu,
dia tidak akan selamat dan semua yang dilakukannya yaitu keru-
gian yang balik menimpa dirinya dan akhirnya dia pun pailit. Dan
di antara ucapan yang terkenal dari mulut ke mulut "Siapa yang
hidup dalam tipu daya, niscaya dia mati miskin."
Contoh dalam pernikahan: Seorang wanita ditalak tiga oleh
suaminya. Dia tidak halal bagi suami, kecuali setelah dia menikah
dengan suami baru. Lalu datanglah seorang teman dan menikahi
wanita tersebut dengan catatan jika dia telah menghalalkannya
-yakni menyetubuhinya-, lalu dia mentalaknya; dia melakukan,
yaitu menikahinya dengan akad, saksi dan mahar setelah itu dia
menjauhinya, kemudian mentalaknya. Setelah wanita tersebut
ditalak dan menyelesaikan iddahnya, suami pertama datang dan
menikahinya. Istri dalam akad ini secara lahir halal bagi suami
yang pertama, akan tetapi secara batin tidak, karena ini yaitu
tipu daya.
Kalau kita mengetahui bahwa Allah lebih cepat makamya dan
bahwa Dia yaitu sebaik-baik pembalas makar, maka kita harus
benar-benar menjauhi sejauh-jauhnya sikap mencari celah untuk
melakukan yang diharamkan Allah.
ooo
[U. Penulis menyebutkan empat ayat tentang sifat me-
maafkan, kuasa, mengampuni, rahmat dan kemuliaan.
$;sr ai tt$ it 0{\,!i uLY'uy:
"'4,q$
z ? 1na
be bA,'oy
e)
9*
FirmanNya, "lika kamu menyatakan suatu kebaikan atau me-
nyembunyikannya atau memaafkan suatu kesalahan (orang lain),
maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Mahakuasa." (r)
ffi ffi
Ayat pertama: Tentang memaafkan dan kuasa, Firman Allah
dw,
( @ Ai, Ws?Kt iY ;; e$ 5&i I Wvfr "Y$
"lika kamu menyatakan suatu lcebaikan atau menyembunyikannya
atau memaafkan suatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah
Maha Pemaaf lagi Mahakuasa. " (An-Nisa': 149).
Yakni, jika kamu melakukan kebaikan lalu menampakkannya
dan menunjukkannya kepada manusia atau kamu menyembunyi-
kannya dari manusia maka sesungguhnya Allah mengetahuinya,
tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dariNya.
Dalam ayat kedua,
( @ 4,,e,f><,6i9tj3 i' wbf; o; )
"Jika knmu menyatakan sesuafu atau menyembunyiknnnya, maka
*sungguhnya Allah Mahn Mengetahui xgala wsuatu." (Al-Ahzab: 54).
Ini lebih umum; mencakup yang baik,yangburuk, dan yang
tidak baik, tidak pula buruk.
Dan masing-masing ayat mempunyai tempahrya dan korelasi-
nya bagi yang memperhatikannYa.
FirmanNyu, 4 r?&1fr6* "Atau memaaflan suatu kesalahnn."
Memaafkan yaitu melupakari (membiarkan dan tidak) menghu-
kum. Apabila ada orang yang berbuat buruk kepada anda,lalu anda
memaafkannya maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
Akan tetapi syarat maaf di mana pelakunya berhak untuk di-
puji yaitu hendaknya ia diikuti dengan berbuat baik berdasarkan
Firman Allah,
(it.y,!*'&5i6:#y
uMaka barangsiapa memaaflan dan berbuat baik, maka pahalnnya
atas (tanggungan) Allah." (Asy-Syura: 40).
Hal itu karena maaf bisa menjadi sebab bertambahnya kecong-
kakan dan permusuhan, ia juga bisa menjadi sebab terhentinya ke-
salahan dan ia juga bisa tidak menambah dan menghentikan.
1). ]ika memaafkan menambah kecongkakan, maka memaaf-
kan di sini yaitu tercela dan bisa jadi dilarang seperti kita mema-
afkan pelaku kriminal tertentu sementara kita tahu -atau menduga
kuat- bahwa dia dengan maaf itu akan melakukan tindakan krimi-
nal yang lebih besar, maka dalam kondisi ini pemaaf tidak terpuji
justru tercela.
2). Jika memaafkan menjadi sebab terhentinya sikap permu-
suhan, di mana pelakunya merasa malu dan berkata dalam dirinya
"Orang ini yang memaafkanku, tidak patut bagiku untuk menaka-
linya lagi atau menakali orang lain." Dia malu termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang berperilaku buruk sementara orang
tersebut termasuk orang-orang pemaaf. Memaafkan di sini terpuji
dan dituntut dan bisa jadi ia wajib.
3). Jika memaafkan tidak berpengaruh tidak positif dan tidak
pula negatif, maka ia lebih utama. Firman Allah,
{*!fu 5. }\t:}l"u}
"Dan pemaafan kamu itu lebih dekat lcepada taktua." (Al-Baqarah:
nn.
Di sini Allah berfirman , {qi'(#SfAi| ,? eW i$ " at1u
memaafkan suatu lcesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Mahak'ulsa." Yakni, jika kalian memaafkan keburukan,
niscaya Allah memaafkan kalian. Hukum ini diambil dari jawaban,
4r;,(frSgX-i'$\"Maka sesungguhnya Atlah Mahn Pemaaf lagi Maha-
kiasn." Yakrli, Dia memaafkan meskipun Dia mampu membalasmu.
Di sini Allah menggabungkan antara maaf dengan kuasa, karena
kesempurnaan maaf terwujud dalam keadaan mampu untuk mem-
balas. Adapun maaf dalam kondisi lemah, maka pemberinya tidak
dipuji, karena dia memang tidak mampu membalas. Adapun maaf
yang tidak disertai kemampuan, maka pemberinya mungkin dipuji
karenanya, hanya saja ia bukan maaf yang sempurna. Maaf yang
sempurna yaitu maaf dalam kondisi mampu membalas.
Karena itulah Allah menggabungkan antara kedua nama ini
(al - Afi ou) dan (al- Qadir).
Al-Afiuu yaitu memaafkan keburukan hamba-hambaNya,
dan biasanya maaf terjadi akibat meninggalkan kewajiban, kalau
karena melakukan larangan disebut maghfirah (ampunan).
ffi ffi
Dan al-Qadir yaitu pemilik kuasa, ia yaitu sifat di mana
pemiliknya mampu bertindak tanpa kelemahan.
Kedua nama ini mengandung dua sifat yaitu al-Afiou (mema-
afkan) dan al-Qudrah (kuasa).
ooo
u ){ @ T-' 3fr 'fiK ri'i 1;i J'"}-i vir6#J;4;iq
"Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apa-
kah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (r)
[1]. Ayat kedua tentang maghfirah dan rahmat, yaitu Firman
Allah tit$,
{ @ i:; :r'i;6K ri'i i4. J'":} iirtg,g'fr;y
"Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah
knmu tidak ingtn Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun
Iagt Maha Penyayang. " (An-Nur:22).
Ayat ini turun mengenai Abu Bakar &. Hal itu karena Misthah
bin Utsatsah i& anak bibi Abu Bakar, termasuk di antara orang-
orang yang ikut berbicara tidak baik pada tuduhan dusta pada diri
Aisyah r#,.
Kisah dusta tersebutl yaitu bahwa sebagian orang-orang
munafik berbicara buruk pada kehormatan Aisyah. Target mereka
bukanlah Aisyah akan tetapi Nabi ffi, mereka hendak mengotori
ranjang Rasulullah, mereka i.gio menimpakan aib kepada Rasu-
lullah. Naudzubillah. Akan tetapi alhamdulillah, Allah membongkar
kedok mereka. Dia berfirman,
( @'P lr:s ii'& ::;{.:Ii,$\y
"Dan siapa di antara merekn yflng mengambil bagian yang terbesar
Diriwayatkan oleh al-Bukhari , Kitab Tafsir (surat an-Nur), dan Muslim, Kitab at-Taubah, bab
'Qishshah al-fifl<i'.
dalsm penyiarnn benta bohong itu, maka bagrnya azab yang besar." (A.-
Nur:11).
Mereka berbicara dusta tentang Aisyah, dan kebanyakan yang
berkecimpung di dalamnya yaitu orang-orang munafik. Sebagian
sahabat yang baik pun ikut terseret ke dalamnya dan salah seorEu:lg
di antaranya yaitu Misthah bin Utsatsah. Ketika Misthah ikut
berbicara -perbuatan Misthah ini yaitu pemutusan silaturahim
paling besar di mana dia membicarakan kerabatnya dengan ucap-
an yang mencoreng kehormatannya lebih-lebih hal itu menyangkut
Ummul Mukminin €ir, istri Rasulullah ffi- Abu Bakar bersumpah
tidak membantunya secara materi di mana selama ini itu dilaku-
kan oleh Abu Bakar, maka Allah berfirman,
31 ^,i16 i\<frb 6if Jj r$. i i:a)t; f-,1;,jliiJil'U*j Y
{ii#e
"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan lce-
lapangan di antara kamu bersumpah bahtua mereka (tidak) akan membei
(bantuan) k podo knum lcerabat(nya), orangerang yang miskin dan orang-
orang yang berhijrah pada jalan Allah."
Semua kriteria dalam ayat ini terdapat pada diri Misthah; dia
yaitu kerabat, miskin dan seorangyanghijrah (kepada Allah dan
RasulNya).
{ @ ?.:" 3f'{ii\iK ri'i g J',:} <1"\;:J;L'friy
"Dan hendaklah mereka memaaftan dan berlapang dada. Apakah
knmu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun
lngt Maha Penyayang, " (An-Nur:22).
Maka Abu Bakar,4o berkata, Demi Allah, tentu, kami ingin
Allah mengampuni kami. Maka Abu Bakar meneruskan pembe-
rian bantuannya kepada Misthah.
Ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa ini.
Adapun tafsirnya, maka FirmanNya, {rfi;)1ffi5\lam ini
yaitu lam perintah (Lam al-Amr).la disukunkan, karena ia hadir
setelah 'ruau,Lt. Lam pertntah disukun bila ia hadir ba'da ruawu -seperti
di sini- atauba'dafa'atau ba'da 6:. Misalnya Firman Allah,
3,/Ara^0, dih^A,Wr ll^k /r/,
(Siiir U 3cl6,itr r#"i ;:y
"Dan orang yang disempitkan izkinya hendaklah membei naflah
dai har ta y ang dibeikan Allah lcepadany a." (Ath-Th alaq: 7).
Dan Firman Allah tJtS,
4fr-|r.rii';3y
"Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada
padabadan mereka." (Al-Hajj: 29).
Ini jika lamnya yaitu lam perintah. Jika ia lam ta'lil (lam un-
tuk menjelaskan alasan) maka ia tetap dibaca kasrah tidak disukun,
meskipun ia hadir setelah TlttTttt ataufa'atau p .
FirmanNy", {frt}. "Hendaknya mereka memaaflun," artinya
tidak membalas kesalahan.
FirmanNy a, { rfij:$ " Hendaknya merela berlapang dada," ralah
dengan melupakari masalah tersebut dan tidak mengungkit-ungkit
tentangnya. Ia diambil dari itiltir)-b, yaitu samping leher, karena
jika seseorang berpaling (menengok), maka yang terlihat yaitu
sisi lehernya.
Perbedaan antara memaafkan dan berlapang dada yaitu
bahwa bisa jadi seseorang memaafkan tapi tidak dengan lapang
dada, dia tidak melupakan keburukan dan pelanggaran itu tetapi
dia tidak membalas, jadi lapang dada lebih mendalam maknanya
dari sekedar memaafkan.
FirmanNyu, (Kf"ifrf '";*'.f* "Apakah kamu tidak ingin
Attah mengampunimi?" {{i} (Apakah kamu tidak), yaitu untuk
mengajukan tawaran. Jawabnya yaitu , Tentu, kita menginginkan
itu. Kalau kita menginginkan Allah mengampuni kita maka hendak-
nya kita mencari sebab-sebab ampunan.
FirmanNyu, {'Cr3frfi;*'Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." { jE}, Ka[a ini bisa menjadi isim fa'il dengan
wazan yang menuriiukkan makna sangat dan mantap, bisa pula
menjadi sifah musyabbahah. Jika yang kedua maka ia menunjukkan
sifat yang lazim dan tetap. Inilah yang ditunjukkan oleh sifah mu-
syabbahah. Jika yang pertama maka ia menunjukkan terjadinya
ffi ffi
ampunan dari Allah dalam jumlah yang melimpah.
Kami katakan keduanya mungkin, ia yaitu sifah musyabbahah,
karena mengampuni yaitu sifat yang lazim bagi Allah, dan ia
juga isim fa'il dengatt lt)azan yang menunjukkan makna sangat.
Betapa besar dan banyak ampunan Allah.
FirmanNy", (Frb, ini yaitu isim fa'il digubah ke dalam
bentuk kata yang menunjukkan makna sangat. Asalnya dari gt,
jadi isim fa'ilnya yaitu p-ti lalu digubah menjadi ;-1, karena ba-
nyaknya rahmat dan banyaknya penerima rahmat Allah.
Allah menyandingkan kedua nama ini, karena keduanya me-
nunjukkan makna yang mirip. Ampun berarti lenyapnya kesem-
pitan yang merupakan akibat dari dosa, dan rahmat berarti terca-
painya keinginan; sebagaimana Firman Allah elt$ kepada Surga,
lvig+f3i*:+.,i
"Kamu yaitu rahmatKu, Aku merahmati denganmu siapa yang
Aku l<ehendaki."1
ooo
$<zuW)'t-;$
FirmanNya, "Padahal kekuatan itu hanyalah
RasulNy a dan b agi orang- orang lvl11ftruin. t'i (l
ilJi;{ ,,j-i,
bagi Allah, bagi
[1]. Ayat ketiga: tentang izzah, Firman Allah,
4.4W.t;)jigi^:,y
"Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi RasulNya dan
bagi orang-orang Mukmin." (Al-Munafiqun: 8).
Ayat ini turun membalas ucapan kaum munafik,
I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tafsir, Bab Qauluhu d6': wa Taqulu Hal Min MaziQ dan
Muslim, Kitab al-Jannah, Bab An-Nar yadkhuluha al-labbarun.
{ JlVr W'i.it G;4 g'it J[a:,"f ]
"sesungguhnya jika kita telah kembali lce Madinah, benar-benar
orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dai padanya."
(Al-Munafiqun: 8).
Maksud mereka, yang mulia yaitu mereka, sementara Rasu-
lullah dan orang-orang Mukmin yaitu terhina, maka Allah men-
jelaskan bahwa tidak ada kemuliaan bagi mereka apalagi menjadi
orang-orang yang lebih mulia, dan bahwa kemuliaan itu yaitu
milik Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman.
Konsekuensi dari ucapan orang-orimg munafik yaitu bahwa
Rasulullah *lE dan orang-orang yang berimanlah yang mengusir
orang-orang munafik, karena mereka yaitu pemilik kekuatan
(dan kemuliaan), sementara orang-orang munafik yaitu pemilik
kehinaan. Karena itu, mereka mengira setiap teriakan itu tertuju
kepada mereka.
HaI itu karena kehinaan dan ketakutan mereka. Apabila me-
reka bertemu orang-orang Mukmin mereka berkata: Kami beriman,
tetapi apabila mereka telah berkumpul dengan rekan-rekan mereka,
mereka pun berkata: Kami bersama kalian, kami hanya mencemooh.
Ini yaitu benar-benar kehinaan.
Adapun orang-orang Mukmin, maka mereka yaitu orang-
orang mulia dengan Agama mereka. Allah berfirman tentang ban-
tahan kepada ahli kitab,
{ @ 3A:3 6;v4;, t};rs'ttr';
"fy
" Jikn mereka berpaling makn latakanlah lepada merekn, 'Saksiknn-
lah, bahtoa kami yaitu orang-orang yang berserah dii Qcepada Allah)' ."
(Ali Imran: 64)
Mereka mengumumkan secara terbuka tanpa takut kepada
celaan orang yang mencela. Ayat ini menetapkanizzah bagi Allah.
Para ulama menyebutkan bahwa izzah terbagi menjadi tiga:
izzah qadr, izzah qahr dan izzah imtina' .
7) Izzah qadr, aftinya Allah memiliki kedudukan yang mulia
tanpa pesaing.
2) Izzah qahr, yaltu izzah kemenangan, yakni Dia mengalah-
kan segala sesuatu dan menundukkan segala sesuafu. Termasuk
izzah ini yaitu Firman Allah tJtS,
{@ ,(vi,t;5t;i6ii,6}
uMaka diaberkata, 'Serahkanlahkambingmu itu lcepadaku dan dia
mengalahkan aku dalam perdebatan'. " (Shad: 23).
Yakni, mengalahkanku dalam perbicaraan. Allah Mahaper-
kasa, tidak ada yang dapat mengalahkanNya justru Dia yang me-
ngalahkan segala sesuatu.
3) lzzah imtina', yaitu bahwa Allah tidak mungkin tertimpa
keburukan atau kekurangan. Ia diambil dari kekuatan dan keko-
kohan. Termasuk dalam makna ini ucapan mereka ':t?,p:i, yakni
tanah yang kuat lagi keras.
Inilah makna-makna izmh yang Allah tetapkan untuk diriNya,
ia menunjukkan kekuatan dan keunggulanNya yang sempurna,
menunjukkan sifat-sifatNya yang sempurna serta kesucianNya
yang sempurna dari kekurangan.
lzzah qahr menunjukkan makna sempurnanya kekuasaanNya
dan predikatNya sebagai yang mengalahkan.
lzzah qadr menunjukkan makna kesempurnaan sifat-sifatNya
dan bahwa Dia tidak tertandingi.
Danizznh imtina' menunjukkan makna sucinya Allah dari cela
dan kekurangan.
FirmanNy", 44;!J;.$);y "Bagi RasulNya dan bagi orang-
ornng Muknin." Yakni, bahwasanya Rasulullah ffi juga memiliki
kekuatan (dan kemuliaan), juga orang-orang yang beriman.
Hanya saja kita harus mengetahui bahwa kekuatan yang Allah
tetapkan untuk RasulNya dan orang-orang yang beriman tidak sama
dengan kemuliaan Allah; karena kekuatan Rasul dan orang-orang
yang beriman mungkin dicampuri dengan kelemahan, sebagai-
mana Firman Allah,
4"iJ8' )+,5ii?1.;fi'ty
" sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperanym Badar,
HHHffi
ffi ffi
padahal kamu (ketika itu) yaitu orany-orang yang lemah. " (Ali Imran:
123).
Terkadang mereka kalah untuk suatu hikmah yang dikehen-
daki Allah. Dalam perang Uhud misalnya, mereka tidak mendapat-
kan kemenangan yang sempurna, karena di akhir Perang mereka
kalah, dan itu yaitu untuk hikmah-hikmah yang agung. Sama
halnya dalam perang Hunain, mereka lari terbirit-birit. Dari dua
belas ribu yang tersisa bersama Nabi ffi hanya sekitar seratus orang
saja. Ini juga mengurangi kemenangan tetapi sifatnya temporal.
Adapun kekuatan AUah, maka ia tidak mungkin berkurang selama-
lamanya.
Dengan ini kita mengetahui bahwa kemuliaan yang Allah te-
tapkan untuk RasulNya dan orang-orang yang beriman tidak seperti
kemuliaan yang Dia tetapkan untuk diriNya.
Ini bisa juga diambil dari kaidah umurn, yaitu kesamaan n;una
tidak mengotomatiskan kesamaan pemiliknya dan kesamaan sifat
tidak mengotomatiskan kesamaan pemiliknya.
ooo
[1]. Ayat keempat Juga tentang kekuatan, yaitu ucapan iblis,
(@
""frfi;i*:!f*Y"Demi lcekuatanMu, aku akan menyesatkan mereka semuanya."
(Shad:82).
Ba' di sini yaitu ba' sumpah. Iblis memilih bersumpah de-
ngan izzah bukan sifatNya yang lain, karena konteksnya yaitu
konteks mengalahkan, seolah-olah dia berkata, Dengan izzahMu
yang dengannya Engkau mengalahkan se1ainMu, aku pasti mengua-
sai dan mengalahkan mereka -yakni, anak cucu Adam- sehingga
4-,6&fr'q*b,uqs
Firman Allah (mengabadikan) tentang perkataan iblis, "Demi
kekuatanMu, aku akan menyesatkan mereka semuanya."(r)
mereka keluar dari jalan yang lurus kepada jalan yang menyimpang.
Kecuali, hamba-hamba Allah yang ikhlas, iblis tidak mampu
menyesatkan mereka sebagaimana Firman Allah,
4'"Li:, Ai; il, Ac#- ot-$
" Sesungguhnya hamba-lumbaKu tidak ada kekuasaan bagimu ter-
hadap mereka." (Al-Hijr: 42)
Kedua ayat di atas menetapkan izzahbagi Allah.
Di ayat ketiga terdapat petunjuk bahwa setan mengakui sifat-
sifat Allah.
Lalu bagaimana sebagian manusia mengingkari sifat-sifat
Allah atau sebagian darinya. Apakah setan lebih mengetahui Allah
dan lebih logis metodenya daripada orang-orang yangmenafikan
sifat-sifat itu?
Apa yang kita petik dari segi perilaku.
O Dari sikap memaafkan dan lapang dada; yaitu bahwa apa-
bila kita mengetahui bahwa Allah Maha Pemaaf, bahwa Dia
Maha berkuasa, maka hal itu mendorong kita untuk selalu
memohon maaf kepadaNya, berharap maaf dariNya dari ke-
teledoran kita dalam melakukan kewajiban.
e Dari izzalu jika kita mengetahui bahwa Allah Mahaperkasa,
maka kita tidak mungkin melakukan perbuatan yang merupa-
kan perang kepada Allah.
Contohnya pelaku riba, perbuatannya yaitu memerangi Allah,
{' ti3' ;'i G
"r;.\}it
\J3d .,u }
" Mnka jikn knmu tidak mengerjaknn (meninggalkan sisa iba), maka
ketnlndlah, bahtoa Allah dan RnsulNya nkan memerangimu." (Al-Baqa-
rah:279).
Apabila Allah Mahaperkasa, tidak mungkin dikalahkan, maka
kita tidak akan berani memerangiNya.
Merampok di jalanan yaitu memerangi Allah,
6 r,ta e;-li c s";:i_3 5;jt'ii '0i,.4 el\ V'* tSLb
\';i.J * 461:.t5;*-+5'# 5YA4; i'
{oisic
" Sesungguhnya pembalasan terhadnp orang-orang yang memerangi
Allah dnn RasulNya dan membuatl<erusaknn di mukabumi, hnnyalah me-
reka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan
bertimbal balik, atau dibuang dai negeri (tempat kediamannya)." (Al-
Ma'idah:33).
Apabila kita mengetahui bahwa merampok yaitu meme-
rangi Allah dan bahwa keperkasaan hanya milik Allah, maka kita
tidak akan melakukan perbuatan tersebut, karena Allah tidak ter-
kalahkan.
Kita iuga bisa katakan tentang faidah dari segi perilaku dari-
nya, yaitu bahwa seorang Mukmin hendaknya menjadi orang yang
kuat dalam agamanya, di mana dia tidak merendahkan dirinya di
depan siapa pun, kecuali kepada orang-orang Mukmin. Dia kuat
di hadapan or.mg-orang kafir dan lemah lembut di hadapan orang-
orang Mukmin.
ooo
o,-17 1)
IJ).l-o_
"'{ p6'tb&io;43'i'tiy
FirmanNya, "Mahaagung nama Rabbmu yang mempunyai
besaran dan karunia." (Ar-Rahman: 78)(r)
tl
:4J$s
ke-
PENETAPAN NAMA BAGI Af,I.AH
[1]. Penulis menyebutkan satu ayat yantmenetapkan nama
bagi Allah dan ayat-ayat lain yang berjumlah banyak tentang
kesucian Allah dan menafikan sekutu bagi Allah.
Ayat yang menetapkan nama,
{ @ ?t5'i:5 #t o; $J'i'tt b
"Mahaagung nama Rabbmu yflng Wmpunyai kebesaran dan laru-
nia." (Ar-Rahman:78).
4't;b, para ulama berkata, maknanya yaitu Mahatinggi
dan Mahaagung Allah, jika Dia disifati dengannya; sebagaimana
FirmanNya,
{@ '"t+g{A{ifr$:$y
uMaka Mahnsucilah Allah, Penciptn Yang paling baik." (ltl-Mu'mi-
nun: L4).
]ika dengannya nama Allah disifati maka maknanya yaitu
bahwa keberkahan tercapai dengan nama Allah, yakni jika sesuatu
diiringi dengan nama Allah maka terdapat padanya keberkahan.
Oleh karena itu terdapat dalam sebuah hadits,
F.i #(i,rr ra) ; *iqv ,r.; ,5, "ii j3
" Setiap perknra yang penting yang tidak dimulai dengan bismillah,
maka ia terputus.ttl
' Diriwayatkan oleh al-Khatib dalam al-Jami',2169 dan disebutkan oleh as-Suyuthi dalam al-Jami'
ash-Shaghir, 2/92. Syaikh kami Allamah yang mulia Muhammad al-Utsaimin ditanya tentang
hadits ini, beliau menjawab, "Para ulama berbeda pendapat tentang keshahihan hadits ini.
ffi ffi
Yakni, kurang keberkahannya, bahkan basmalah dapat meng-
halalkan sesuatu yang bila tidak dibaca, maka sesuatu itu haram.
Apabila hewan disembelih dengan basmalah, maka ia halal, jika
tidak, maka ia bangkai dan haram. Beda antara yang halal suci
lagi baik dengan bangkai yang najis lagi kotor.
Apabila seseorang mengucapkan basmalah pada saat bersuci
dari hadats maka bersucinya sah, jika tidak, maka tidak sah, me-
nurut salah satu pendapat.
Apabila seseorang makan dengan basmalah maka setan tidak
makan bersamanya, jika tidak, maka setan makan bersamanya.
Apabila seseorang mengucapkan basmalah kenka hendak
mendatangi istrinya dan dia mengucapkan,
.u:s;:u iri4iJr #:iutr q* Wi
"Ya Allah, jauhkan setan dai kami dnn jauhkanlah setan dai apa
yang Engkau izkikan bpodo knmi," kemudian Allah menakdirkan
anak, maka setan tidak memudharatkan anak tersebut. Jika tidak,
maka si anak beresiko dimudharatkan oleh setan.
Dari sini, maka kami katakan, 4 itGY di sini bukan berarti
Mahatinggi dan Mahaagun& akan tetapi maknanya yaitu terwu-
judnya keberkahan dengan nama Allah, yakni jika namaNya menyer-
tai sesuatu, maka ia menjadi sebab keberkahan.
FirmanNyd, 6) i 4d5'i,til$i.r;) artinya yaitu pemilik, ia kem-
bali kepada kata 9, dan bukan kepada i.;!, kalau ia kembali kepada
p-! maka akan menjadi j.
( JIlj) : Keagungan.
{ rtr}f } : Pemuliaan, yakni dari Allah kepada orang yang
menaatiNya dan dari orang yang menaatiNya kepadaNya.
;Jlii yaitu keagungan pada diriN y a { 7i5'i.l\ yaitu keagung-
an di hati orang-orang Mukmin, mereka mengagungkanNya dan
Dia pun memuliakan mereka.
Ada yang menshahihkannya dan berpegang kepadanya seperti an-Nawawi, ada pula yang
mendhaifkannya, akan tetapi ia diterima oleh para ulama dan mereka meletakkannya di
dalam buku mereka. Ini menunjukkan bahwa hadiE ini memiliki dasar," Ktab al-Ilmi, hal.
t27.
FirmanNya, "MakA sembahlah
(dalam) beribadah kepadaN y a.
seseorflng yang sama dengan
(Maryam: 65)" (1)
"'(@ (r.;':; Ai.v i*q,Mvii;6b,uys
Dia dan berteguh hatilah untuk
Apakah kamu mengetahui ada
Dia (yang patut disembah)?"
AYAT.AYAT TE NTANG SIFAT.SITAT
A I.I}TA N FIYAIT YAN G }IE NYU gI KAN AII.AH
DAN MENATIKAN PER}TISAI.AN DARINYA
[U. FirmanNya,
{ @ t*|; )5 J; :{,i4.*\fia1y
uMaka sembahlah Dia dan berteguh hatilah untuk (dalam) beiba-
dah kepadaNya. Apaknh knmu mengetnhui ada xseorang yang satla dengan
Dia (yangpatut disembah)?' (Maryam: 65).
Penulis memulai dengan sifat-sifat salbiyah, yakni sif.at al-
Manfiyah.
Telah kami jelaskan bahwa sifat Allah terbagi menjadi dua:
srtat bubutiyah (yang ditetapkan) dur, srtat salbiyah -ya(rr:ri manfyah
(ya.g ditiadakan)-, karena kesempurnaan tidak terwujud kecuali
dengan menetapkan dan menafikan; yaitu menetapkan kesempur-
naan dan menafikan kekurangan.
FirmanNyu, $ -*4#\:iJ,:6Y fa' di sini mengaitkan dengan
ucapan sebelumnya, yaitu FirmanNya,
{teY;q:'i|+'jii'b
"Tulun (yang meng.usai) langit dnn bumi dan apa-apa yang adn di
nntnra keduanya." (Maryam: 65).
Allah menyebutkan rububiyahNya, {qiV: njiil ;y:ri i;$
"Tuhan (yang menguasai) langit d"an bumi dan apa-apa yang ada di an-
tars keduanya." Dan mengaitkan dengannya kewajiban beribadah
kepadanya karena setiap orang yang mengakui rububiyah Allah,
ffi ffi
maka dia harus mengakui ubudiyah danuluhiyalr, karena jika tidak,
maka dia terjatuh ke dalam kontradiksi.
FirmanNya, { i-i1;'tl} "Maka sembahlah Dia." Yakni tunduklah
kepadaNya dengai keciirtaan dan pengagungan. Ibadah bisa ber-
makna apa yang digunakan untuk beribadah dan bisa bermakna
ibadah itu sendiri yang merupakan perbuatan hamba seperti yang
dijelaskan di mukadimah.
FirmanNya, $'al\$ asalnya yaitu :*tlalu fa'diganti men-
jadi tha'karena aladan taihnf (perubahan kata). Sabar yaitu mena-
han diri dan $-u lebih mendalam daripada P!karena ia mengan-
dung makna berusaha keras, maknanya yaitu sabarlah meskipun
ia memberatkanmu, teguhlah seperti seorang mujahid dalam PePe-
rangan.
FirmanNya,4 -r4}ada yang berkata, lam di sini bermakna
u|; yakni, bersabarlah di'atas beribadah kepadaNya, sebagaimana
Firman Allah,
4W*5ti3ia6;v*
"Dan peintahkanlah kepada keluargamu untuk mendiikan shalat
dan bersabarlah knmu dalam mengerjakannya." (Thaha: 132).
Ada pula yang berkata, lam di sini bermakna sesuai asalnya
yakni bersabarlah untuk beribadah kepadaNya, yakni hadapilah
ia dengan sabar seperti seorang karib menghadapi karibnya di
medan perang.
FirmanNya, $t!),I X;$*: istiftam (pertanyaan) berfungsi
untuk menafikan. jita demikian, maka ia mengandung makna
tantangan, yakni apabila kamu benar, maka katakanlah kepada
kami, {*':;[;bb "Apakah kamu mengetahui ada seorang yang
sama ddtgan Dia." dan 3.;Ji maknanya yaitu saingan dan tan-
dingan. Yakni, apakah kamu mengetahui saingan atau tandingan
bagiNya yang berhak menyandang namaNya?
|awab, Tidak.
Jika demikian, maka kamu wajib menyembahNya semata.
Sifat yang dikandung ayat ini yait-u,4W,I)XJ,b "Apakah
kamu mengetalrui ada seorang yang sama dengan Dia," yaitu sifat sal-
biyah.
ffi ffi
S U"rA^l, dqtlah'W astlfulah
Lalu sifat kesempurnaan apa yang dikandungnya? Apa pene-
tapan yang dikandung oleh penafian di sini? Karena pada kete-
rangan sebelumnya kami telah sebutkan bahwa sifat salbiyah mesti
mengandung (kebalikan, yaitu) penetapan.
Jawab, Kesempurnaan yang mutlak. Jadi maknanya yaitu
apakah kamu mengetahui saingan dalam kesempurnaanNya yang
mutlak, di mana tidak seor.rng Pun menandinginya dalam kesem-
purnaan tersebut?
ooo
6A bV-?d3F u'{."Gr(bfi Ki{i y,il*
"'4,5#t&
FirmanNya, "DAn tiilak ada seorang piln yang setata dengan
Dia." (Al-Ikhlas: 4) (1) "Karent itu ianganlah kamu mengada-
kan sekutu-sekutu bagi Allah, pailahal kamu mengetahui."(Al-
Baqaruh:22)Q)
[1]. Ayat kedua: Firman Allah tlt$,
{@i^A(bfrKi{iy
" Dan tidak ada seorang pun yang xtara denganNya." (Al-Ikhlash: a).
Penjelasannya telah berlalu, yakni Dia tidak ditandingi oleh
siapa pun, ia yaitu nakirah dalam kalimat negatif, maka ia menun-
jukkan keumuman.
4 $'L-*t mengenainya terdapat tiga bacaan: rrk dengan fa'
dlbaci dhammah dan huruf akhirnya yaitu tualutt. Juga fi3 dan r!-13'
dengan fa' disukun dan didhammah dan huruf terakhirnya yaitu
lumzah, tidak adayang lain. Dengan ini kita mengetahui kesalahan
orang yang membaca vrk dengan/a' dbukun dan huruf terakhimya
yaitu lualoLt.
Ayat ini menafikan tandingan bagi Allah; hal itu karena ke-
sempurnaan sifatNya. Tidak seorang pun yang menandingiNya,
tidak pada ilmuNya, pendengaranNya, penglihatanNya, kemam-
puanNya dan keperkasaanNya, tidak pada hikmahNya dan tidak
pula pada sifat-sifatNya yang lain.
[2]. Ayat ketiga: Firman Allah eltS,
{ @ (r;1;'3iv r'tA ;+\;\J1fiY
"Karenfi itu janganlah kamu mengadaknn sekutu-sekutu bagi Allah,
padahal kamu mengetahui. " (Al-Baqarah:22).
Ini yaitu kelanjutan dari FirmanNya,
6;{ -€-t, -# a b-iit,&,srri'F, \: #i '161
qY y
'6k*,Wi e {ii iu,iaY6g. &fi\,&i1k,sit
{#G:2vpte.r.
"Hai manusia, sembahlah Rabbmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaktua. Dialah yang menja-
dikan bumi sebagai hamparan bagtmu dan langit xbagai atap, dan Dia
menurunlan air (hujan) dni lnngtt, lalu di^a menghasilkan dengan hujan
itu segalabuah-buahan sebagai izki untukmu." (Al-Baqarah: 21.-22).
Semua ini tentang tauhid rububiyah, kemudian Allah berfir-
man, { Wr-[bV*itASP "Karena itu janganlah kamu mengadakan se-
latfu-selafiu bagi Allah," yakni, tentang tauhid uluhiyah, karena orang-
orang yang menjadi alamat pes;In ayat ini membuat sekutu-sekutu
bagi Allah dalam uluhiyah. ]adi maknany*janganlah kamu menja-
dikan sekutu-sekutu bagi Allah dalam uluhiyah, sebagaimana kamu
telah mengakui bahwa Dia tidak memiliki sekutu-sekutu dalam
rububiyah.
FirmanNya, { f,rti} yaitu jamak dari i; (tandingan). Tan-
dingan bagi sesuatu yaitu sesuatu lain yang menyainginya dan
menyerupainya. Orang-orang mengatakan, ini yaitu tandingan
ini, yakni menyainginya dan menyetarainya.
FirmanNya, {5}S&\tb, kalimat ini yaitu hal dan pemi-
liknya yaitu ruatui pada firmanNya, (tlZ*tS) dan maf ulnya
terbuang artinya sedangkan kamu mengetahui bahwa tiada sekutu
bagiNya.
Kalimat yang berposisi sebagaihal di sini yaitu srtatkasyifah
yang berfungsi sebagai penjelas alasan hukum, seolah-olah Dia ber-
firman, "]anganlah kamu menjadikan sekutu bagi Allah, karena
kamu mengetahui bahwa tidak ada tandingan bagiNya. Jika kamu
mengetahui itu, maka bagaimana kamu tetap menjadikan yang
akibatnya yaitu kamu menyelisihi ilmumu sendiri?"
Ini juga salbiyah, ini dari FirmanNya, 'S:f,fJ;".1J.J.fiY
43/rJ "Karenn itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui. " Karena Allah tidak tertandingi,
karena kesempurnaan sifatNya.
ooo
o'{ ;'i -i{'eQr;it ;n gi ur 6-; q$i C'y
"Dan di antara manusia aila orang-orang yang menyembah tan-
dingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainy a sebagai-
mana mereka mencintai Allah.,,(r) (A1-Baqarah: 165)
[U. Ayat keempat: FirmanNya,
{ i( S'fr#-r;it ;t\ gi u, +*- ; q$i C3 y
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tan-
dingnn-tnndingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintni Allah." (Al-Baqarah: 165).
(; F menunjukkan makna sebagian, tolak ukumya yaitu ia
mungkin tergantikan oleh kata
"14
(sebagian) yakni, sebagian ma-
nusia.
( r,ri;1 it\gin'$-;\ "Adn orang-orang yang menyembah tan-
dingan-tandingan selain Allah." Menjadikan mereka sebagai tandingan
bagi Allah, yakni dalam kecintaan sebagaimana Dia menafsirkan-
nya dengan FirmanNya, { ;'i 3T'fr4$"Mereka mencintainya se-
bagaimana mereka mencintai Allah." Boleh juga kita katakan, yang
dimaksud dengan tandingan-tandingan di sini lebih umum dari-
pada kecintaan, yakni mereka menyembah tandingan-tandingan itu
sebagaimana mereka menyembah Allab mereka bemadzar untuknya
sebagaimana mereka bernadzar unfuk Allah, karena mereka men-
cintainya seperti kecintaan kepada Allah, artinya mencintai tan-
dingan-tandingan tersebut seperti mencintai Allah.
Ini yaitu syirik dalam kecintaan, di mana anda menjadikan
selain Allah sama dengan Allah dalam kecintaan.
Hal ini juga berlaku pada orang yang mencintai Rasulullah
seperti mencintai Allah karena yang wajib yaitu anda mencintai
Rasulullah tidak siuna dengan kecintaan anda kepada Allah, karena
kecintaan Rasul mengikuti kecintaan kepada Allah, bukan karena
dia yaitu tandingan bagi Allah. Maka bagaimana dengan orang
yang mencintai Rasulullah lebih besar daripada mencintai Allah?
Di sini kita wajib mengetahui perbedaan antara kecintaan
bersama Allah dengan kecintaan karena Allah.
Mencintai bersama Allah yaitu anda menjadikan selain
Allah sama dengan Allah atau lebih dalam kecintaan. Ini yaitu
syirik.
Mencintai karena Allah yaitu kamu mencintai sesuatu meng-
ikuti kecintaan kepada Allah.
Faidah dari ayat-ayat ini dari segi perilaku:
Pertama: Pad a FirmanNya, 4 16{5 # q qi'i\'tl} > " Mnhaagun g
nama Tuhnnmu yang mempunyai keliesaran dan karunia.i' Apabila kita
mengetahui bahwa Allah mempunyai sifat keagungan maka hal itu
mewajibkan kita untuk mengagungkanNya dan memuliakanNya.
Apabila kita mengetahui bahwa Allah memiliki karunia dan ke-
utamaan, maka itu menuntut kita mengharap karunia dan kebaik-
anNya dan karena itu kita juga memuliakan dan mengagungkan-
Nya sebagaimana yang berhak diterimaNya.
Kedua: FirmanNya, { .;;t'LaE;$ri3.ti} " Maka sembahlnh Din
dan berteguh hatitah dalam beibadalt l<epadaNya. " Faidah darinya dari
segi perilaku yaitu hendaknya seorang hamba beribadah kepada
Allah, bersabar dalam beribadah kepadaNya, tanPa jenuh, tanpa
bosan dan tanpa mengeluh, akan tetapi bersabar atasnya seperti
kesabaran sebuah pasukan ketika menghadapi lawannya di medan
Perang.
Ketiga: FirmanNya,
u
ffi ffi
,4t*,:;)i;;y
" Apakah kamu mengetahui ada seseorang yang sama dengan Dia
(yang patut disembah)?"
,4"G(brtK{iy
" Dan tidak ada xorang pun yang setara dengan Dia.u
,{ r,r'r;1 hl}:lfiy
" Karena itu j an ganlah lamu mengadalan whtfu-whttu b agi Allah.'
Ayat-ayat ini berisi kewaiiban menyucikan Allah ffi, dan bah-
wa seseorang merasa dalam hatinya bahwa Allah tersucikan dari
segala kekurangan, bahwa Dia tidak tertandingi dan tak berban-
ding, mengagungkanNya dengan benar sesuai dengan kemam-
Puannya.
Keempat: FirmanNya, { (,rii1;ir1 ciu'#-Jq$lor\ "Dan
di antara manusia ada orang-oiang yang menyembah tandingan-tan-
dingan xlain Allah." Di antara faidah dari segi perilaku yaitu bahwa
tidak boleh bagi seseorang mengangkat siapa pun untuk dicintai
sama dengan mencintai Allah. Ini disebut dengan kecintaan ber-
sama Allah.
ooo
G:',t' fr' k i'
"lt:tt eT;t fr, K'f($ +*. i
"
ii ;t"g )r; Y
4'W'Ts'tfi
"Dan Katakanlah, 'segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai
anak dan tidak mempunyai sekuttt dalam kerajaanNya dan Dia
tidak munpunyai pmolong (untuk meniagaNya) dai kehinaan dan
agmgkanlah D ia dengan p engagungan y ang s eb e s ar-b e s arny a' . "
(Al-Isra': 111). 0)
[1]. Ayat kelima: FirmanNya,
,'i;+":fi,fi bG"r{) frt k i;
"-tf-tt
O'4r"';, K
(@
" Dan Katakanlah, 'segala Wii bagt Allah yang tidak memPunyai anak
dan tidak memwnyai sekutu dalam lcerajaanNya dan Dia tidak mempunyai
ynolong (untuk menjagaNya) dai l<ehinaan dan agunglanlah Din dengan
pengagungan yang sebesar-besarnya' ." (A1-Isra': 11.1).
4 jj * "Dan katakanlah." FirmanNya seperti ini bisa khusus
untuk'Iiasi,lrttut, ffi dan bisa pula untuk siapa pun, di mana ia
mungkin ditujukan kepadanya.
Jika ia khusus untuk Rasulullah ffi, maka ia pertama kali
untuknya dan umatnya mengikutinya.
]ika ia umum, maka ia yaitu unhrk Rasulullah dan selain-
nya.
4 ;\';fi* " Segala puji bagi Allah." Tafsir kalimat ini telah di-
jelaskah, bahwa pujian yaitu menyifati yang dipuji dengan kesem-
purnaan disertai dengan kecintaan dan pengagungan.
{ r} "Bog Allah." LAm di sini untuk menetapkan hak dan
pengkhususan.
Untuk menetapkan hak, karena Allah terpuji dan Dia layak
untuk dipuji.
Pengkhususan pujian yang merupakan hak Allah tidak sama
dengan pujian yang diberikan kepada selainNya, ia lebih besar,
lebih sempurna,lebih umum dan lebih menyeluruh.
FirmanNyu, $(iri;-|"itb "Yang tidak mempunyai anak'" lni
termasuk srtat salbiilah. 4;(+:;)* "Dia tidak memPunyai anak," ka-
rena kesempurnaan sifa*ifatNyi dan ketidakbutuhanNya kepada
selainNya, karena tidak ada yang semisal denganNya. Kalau Dia
mempunyai anak, niscaya anakNya akan sepertiNya. Kalau Dia
*"*p..r,yai anak, niscaya Dia memerlukannya untuk membantu
dan menolongNya. Kalau Dia mempunyai anak, niscaya Dia kurang,
karena jika ada makhluk yang menyeruPaiNya, maka hal itu ada-
Iah kekurangan.
FirmanNyu, 4,J(* "AnAk," meliputi laki-laki dan peremPuan'
Ini membantah o)un{-orung Yahudi, otang-orang Nastani dan
orang-orang musyrik.
L<'S:l3ui
ffi ffi
Orang-orang Yahudi berkata, "Uzair yaitu anak Allah.
Orang-orang Nasrani berkata, "Al-Masih Isa yaitu anak
Allah."
Orang-orang musyrik berkata, "Malaikat yaitu anak perem-
puan Allah."
FirmanNy u, {.2uXtel4;,'i'K 'f> "Dan tidak mempunyai xkntu
dnlam kerajaanNya, " ini yaitu sambungan dari FirmanNyu, :'*)*
4($'Yang tidak mempunyai anak." Yakni, yang tidak mempunyii
sikrto dalam keraiaan, tidak dalam penciptaan, tidak dalam kepe-
milikan dan tidak dalam pengaturan.
Selain Allah yaitu makhluk Allah, dan hamba bagi Allah. Dia
mengaturnya sesuai dengan kehendakNya, darr tak seorang Pun
berserikat denganNya dalam semua itu; sebagaimana FirmanNya,
,.!Ai j )r1 JG4 <.,r4)X.{ ;'f g; e Ft 6-iiv'i,jt Y
$,6'iia*;
"Katakanlah, 'Serulah mereka yang lumu anggap (sebagai fuhan)
selain Allah, merekn tidak memiliki (l<ekuasaan) seberat zarrah pun di la-
ngtt dan dibumi'." (Saba': 22).
,'(
" Dan mereka tidak mempunyai suatu
tnan) langit dan bumi. " (Saba': 22).
4r*e ;r';6Y
"Dan seknli-knli tidak ada di antara mereka yang meniadi pembantu
bagiNya." (Saba': 22). Dia tidak dibantu oleh seorang pun di langit
dan di bumi,
{ ,:i 6t:lJl,;J*.iaii U{;y
"Dsn tiyaitu berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang
yang telah diizinkanNya memperoleh syafa'at itu." (Saba': 23).
Dengan ini terputuslah segala sebab yang dipegang oleh orang-
orang musyrik pada tuhan-tuhan mereka.
4*u2t:*'lr,y
saham pun dalam (pencip-
Tuhan-tuhan itu tidak memiliki sedikit pun dari langit dan
bumi, ia bukan sekutu bagi A1lah, bukan penolong, bukan pem-
beri syafa'at, kecuali dengan izinNya,
" Dan hdak mempunyai sekutu dnlam l<erajaanNya. " (Al-Isra': 111)
FirmanNy a, 4 Jiti$lt^kit* " tidnk mempunyai penolong (untuk
menjagaNya) dai kehinaan." Dia tidak^ mempunyai penolong, akan
tetapi dibatasi dengan firmanNya, { iii i\" ao4 kehinaan."
(GY di sini berfungsi menjelaskan alasan, karena Allah me-
miliki wali-wali,
tt( Olti @ 5;'t lri 4$ J?{ ;i'i,"qj <,17\y
4.5fi-t3tu)
" lngatlah, sesungguhnya rtali<oali (penolong-penolong) Allah itu,
tidnk ada kekhmuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) merekabersedih
hati. (Yaifu) orang-orang yang beiman dan merekn selalu bertakrtta."
(Yunus: 62-63).
Dalam hadits qudsi Allah berfirman,
"Barangsiapa memusuhi rualiKu makn Aku telah mengumumkan
perang terhadapnya."l
Jadi wali (penolong) yang ditiadakan yaitu wali (penolong)
karena kehinaan, karena Allah-lah pemilik seluruh kemuliaan, Dia
tidak akan tertimpa kehinaan sedikit pun karena kemuliaanNya
yang semPurna.
Allah $* berfirmur,, { WWY "Dan agungkanlah Dia dengan
pengtgungan yang sebesar-besarnya," yakni, agungkanlah Allah de-
ngan lisan dan hatimu, yakinilah di dalam hatimu bahwa Allah
lebih besar dari segala sesuatu, milikNyalah kebesaran di langit dan
di bumi. Agungkanlah Dia dengan lisanmu, katakanlah, Allahu
Akbar (Allah Mahabesar).
(,ebro'4ifr K )'y
lF|dd ih ,Vt C 6ttL u
I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ar-Riqaq, Bab at-Tawadhu'.
ffi ffi
Dan salah satu petunjuk Nabi ffi dan sahabat-sahabatnya
yaitu bertakbir pada waktu melewati tempat yang tinggi.l Ini
dilakukan di perjalanan, karena apabila seseorang mendaki tempat
ti.ggi bisa jadi dia merasa dirinya lebih tinggi dari yang lain maka
dia mengucapkan 'Allahu Akbar'demi mengur€u:Igi ketinggian yang
ada di dalam hatinya manakala dia berada di tempat yang tit ggf.
Apabila mereka turun mereka berkata,'Subhanallnh', karena tunrn
bermakna ke bawah, maka mengucapkan subhanallah yakni, Aku
menyucikan Allah dari kerendahan di mana aku berada padanya
saat ini.
FirmanNy",4W) yaitu masdar Penegas, maksudnya ada-
lah pengagungan, yakni agungkanlah seagung-agungnya.
Faidah dari segi perilaku yang kita ambil dari ayat ini:
Bahwa manusia merasakan ketidakbutuhan Allah yang
sempurna kepada siapa pun, bahwa Dialah satu-satunya pemilik
kerajaan, kemuliaan dan kekuasaan yang semPurrla. Dalam kondisi
tersebut manusia akan mengagungkanNya sesuai dengan kebe-
saranNya sesuai dengan kemampuannya.
Dan kita mengambil faidah dari pujian kepada Allah, yakni
kesucianNya dari segala aib sebagaimana Dia dipuji atas sifat-sifat
kesempurnaanNya.
ooo
,{;,f e';t"3--,t*t'iti$t'i ""r.:'if 4v1 o. 33i,iY ;t &b
,rr435
"Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi, hanya Allah-lah yang mempultyai semua ketaiaan
dan semua pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu."
(At-Taghabun: 1). (r)
I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-lihad, 1ab at-Tasbih ldza Habatha Wadiyan.
i€
(1). Ayat keenam: Firman Allah,
,9 g'fr"Ai'it itgr["*i,/i cY;+,fii cv b&Y
(@i;
"Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi, hanya Allah-lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua
pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.. (At-Taghabun: 1).
( ei} artinya, menyucikan dari seluruh sifat kekurangan
dan aib dan kata 6: bisa muta'addi dengan sendirinya, bisa pula
muta'addi denganlam.
Yu.g muta'addi dengan sendirinya yaitu seperti Firman AUah,
-7 714..- , rr.r2rrt._.2.rr-/t. ,t/. t?)i4b ir,+). ;j;; \;:ts$ U+;i .Aijs iu w}i-y
(@
"Supaya kamu sekalian beiman kepada Allah dan RasulNya, me-
nguatkan (membela) dan menghormatinya (Rasul) dnn bertasbih l<epadn-
Nya (Allah) di ruaktupagr dnnpetang." (Al-Fath: 9).
Sedangkan yangmuta'addi denganlam berjumlah banyak, se-
mua suratyang dimulai dengannya yaitu muta'addi denganlam.
Para ulama berkata, Jika yang dimaksud hanya sekedar per-
buatan, maka iamuta'addi dengan sendirinya $:*:Yyakni, kamu
mengucapkan subhanallah.
]ika yang dimaksud yaitu tujuan dan keikhlasan, maka ia
muta'addi dengan lam; $l$_b yakni, bertasbihlah unruk Allah
secara ikhlas dan sebagaimana yang berhak Dia terima.
Itm menjelaskan kesempurnaan keinginan dari pelaku dan
kesempurnaan hak dari yang disucikan, yaitu Allah.
FirmanNyu, {n!,ii CY5*SA| 4Y}. "Apa yang di langit dan apa
yang dibumi," yaitu umum, mencakirp segala sesuatu.
Tasbih ada dua, tasbih dengan lisan dan tasbih dengan per-
buatan.
Tasbih dengan perbuatan yaitu umum,
4'r#,el$t,ro,,:r[]
"Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-
Nyo.u (Al-Isra':44).
Bertasbih dengan lisan juga umum, kecuali or;mg kafir, karena
dia tidak bertasbih kepada Allah dengan lisannya. Karena itu Allah
berfirman,
{@ <,;1r:$\13 i'\64y
"Mahasuci Allnh dan npa yang merclaper*futu\an. " (Al-FIaqn: 23).
{@'b;k4-G;;i|,*:f y
"Mahasuci Allah dai apayangmereka sifatkan." (Ash-Shaffat 159).
Mereka tidak bertasbih kepada Allah, karena mereka menye-
kutukanNya dan menyifatiNya dengan sifat yang tidak layak.
Tasbih dengan perbuatan yakni, bahwa keadaan (perbuatan)
segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi menunjukkan ke-
sucian Allah dari kekurangan dan kesia-siaan, bahkan jika anda
memperhatikan keadaan orang kafir niscaya kamu akan menda-
patkannya membuktikan kesucian Allah dari cacat dan kekurangan.
Tasbih dengan lisan yaitu ucapan subhanallah.
FirmanNy u, {3-$ #',1 SA"":ei'iJ i)gi'ib " Hanya Allah-lah
yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Mahakuasa
atas segala sesuatu,"
Sifat-sifat yang terakhir ini yaitu sifat-sifat tsubutiyah (y*g
ditetapkan), dan maknanya telah dijelaskan, akan tetapi { 6Ai-}
"Bertasbihkepada Allah," yaitu srtatsalbiyaft, karena maknanya ada-
lah menyucikan Allah dari apa yang tidak layak.
ooo
ag:i'.rri@ fis aiiL3h.*; I'i,t{ii l;' "li lJqY
{@rJ:;ia
"Mahasuci Allah yang telah menurunkan al'Eurqan (al-Qut'an)
kepada hambaNya, agar ilia meniadi pembei peingatan kepada
seiuruh alam, yang kepunyaanNya-lah keraiaan langit dan bumi,
dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya
dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala se'
suLtu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-
rapinya." (Al-Furqan: 1-2).(1)
,i|JL'jq # c4* A K'ltt:'l' -*