an waktu ditandai dengan nomor ….
A. (1) D. (4)
B. (2) E. (5)
C. (3)
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 18‑19)
Dahulu kala peri dan manusia hidup berdampingan dengan rukun. Si Peri berguru pada seorang
pertapa sakti. Selain Peri, guru itu mempunyai murid laki-laki. Murid laki-laki ini selalu iri pada
Peri karena kalah pandai. Namun sang Guru menyayangi kedua muridnya. Dan tidak pernah
membedakan mereka.
18. Tabiat murid laki-laki itu dapat dinyatakan dengan ungkapan ….
A. sempit hati D. merah hati
B. kecil hati E. berhati batu
C. besar kepala
19. Contoh kata-kata beku dalam cuplikan di atas adalah ….
A. dahulu kala D. selalu iri
B. peri dan manusia E. pertapa sakti
C. sang Guru
20. Esoknya, pagi-pagi sekali kedua murid itu telah berada di hutan. Murid laki-laki dengan
ceroboh mencabuti rumput dan tanaman kecil lainnya.Tetapi hasilnya sangat mengecewakan.
Air embun selalu tumpah sebelum dituang ke cawan. Sebaliknya, Peri dengan hati-hati
menyerap embun dengan sehelai kain lunak. Perlahan diperasnya lalu dimasukkan ke cawan.
Hasilnya sangat menggembirakan.Tak lama kemudian cawannya telah penuh. Peri segera
menemui gurunya dan memberi hasil pekerjaannya
Cuplikan cerita di atas mengandung suatu keteladanan bahwa ....
A. bila pergi ke hutan harus selalu berhati-hati
B. setiap orang harus menghormati tabiat orang lain
C. kehati-hatian dapat membawa hasil yang menggembirakan
D. di dunia ini ada kalanya gembira dan ada kalanya kecewa
E. setiap pekerjaan harus diserahkan kepada atasan apa pun hasilnya
Eksplanasi Kompleks 177
A Pengertian Teks Eksplanasi Kompleks
Perhatikanlah teks berikut.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa bersejarah. Peristiwa ini
tidak hanya penting diketahui oleh rakyat Indonesia sendiri, tetapi juga harus diumumkan ke
seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu, beberapa saat setelah proklamasi itu dibacakan oleh
Soekarno-Hatta, berbagai usaha dilakukan oleh para pejuang.
Untuk mengumumkannya ke berbagai penjuru dunia, teks Proklamasi berhasil
diselundupkan ke kantor pusat pemerintah Jepang Domei. Para pejuang yang berada di kantor
ini di antaranya, Adam Malik, Rinto Alwi, Asa Bafaqih, Marconis Wua, dan P. Lubis. Pada
tanggal 17 Agustus 1945, pukul 18.30 WIB, wartawan Syarifuddin berhasil memasuki gedung
siaran radio Hoso Kanri Kyoku untuk menyampaikan teks Proklamasi. Para pejuang seperti
Yusuf Ronodipura, Bachtiar Lubis, dan Suprapto berhasil menyiarkan berita itu pada pukul
19.00 WIB.
Di samping itu para wartawan juga sangat besar peranannya dalam menyiarkan proklamasi
melalui surat-surat kabar. Peristiwa proklamasi, di antaranya diberitakan melalui surat kabar
Suara Asia yang terbit di Surabaya dan Cahaya yang terbit di Bandung.
Pemerintah RI pun tidak tinggal diam. Segera setelah pengangkatan para gubernur pada
tanggal 2 September 1945, Pemerintah RI menugaskan gubernur-gubernur itu untuk menyiarkan
berita proklamasi di wilayahnya masing-masing.
Dalam waktu singkat berita proklamasi kemerdekaan Indonesia menyebar ke seluruh
Indonesia, bahkan ke seluruh dunia. Seluruh rakyat Indonesia menyambut berita itu penuh
haru. Pekik merdeka bergema di mana-mana.
Pada tanggal 19 September rakyat Jakarta segera mengadakan rapat raksasa di Lapangan
Ikatan Atletik Jakarta (IKADA). Rakyat berdatangan membanjiri lapangan. Mereka membawa
panji-panji merah putih dan spanduk yang bertuliskan tekad mereka untuk mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
Padahal sebelumnya pemerintah Jepang telah melarang penyelenggaraan acara ini .
Alasannya mereka merasa bertanggung jawab masalah keamanan di Indonesia sebelum di-
laksanakan penyerahan terhadap Sekutu. Tentara Jepang melakukan penjagaan yang sangat ketat di
lapangan Ikada. Namun, masyarakat Jakarta tetap berduyun-duyun memenuhi lapangan.
IX Eksplanasi Kompleks
-- 178
Presiden Sukarno beserta rombongan memasuki lapangan. Presiden melakukan pidato dan
bendera Merah Putih pun dikibarkan. Untuk menghindari insiden dengan tentara Jepang, Bung
Karno hanya menyampaikan sedikit pesan kepada rakyat agar tetap percaya kepada pimpinan.
Masyarakat, kembali ke tempat mereka masing-masing dengan tertib dan tenang.
Teks di atas terdiri atas paragraf-paragraf yang memaparkan rangkaian peristiwa setelah
proklamasi kemerdekaan RI. Mula-mula disajikan pernyataan umum tentang pentingnya
penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru dunia. Pernyataan
itu kemudian diikuti oleh peristiwa-peristiwa lain sebagai konsekuensi dari pernyataan umum
ini , yakni sebagai berikut.
1. Teks Proklamasi berhasil diselundupkan ke kantor pusat pemerintah Jepang Domei.
2. Para wartawan menyiarkan proklamasi melalui surat-surat kabar.
3. Pemerintah RI menugaskan gubernur-gubernur itu untuk menyiarkan berita proklamasi di
wilayahnya masing-masing.
4. Rakyat Jakarta segera mengadakan rapat raksasa di Lapangan Ikatan Atletik Jakarta
(IKADA)
Peristiwa-peristiwa itu disusun secara kronologis ataupun menurut urutan waktu. Mungkin
pula peristiwa-peristiwa itu disusun secara kausalitas (hubungan sebab akibat). Hal itu dipakai
pula, misalnya, dalam menjelaskan proses terjadinya banjir, yang dimulai dengan turunnya hujan
lebat, saluran air yang tersumbat, hingga tergenangnya rumah-rumah. Hubungan sebab akibat
juga dapat ditemukan dalam teks eksplanasi yang menjelaskan proses kenaikan harga pangan,
misalnya, diawali dengan lonjakan harga minyak di pasar dunia, kemudian berimbas ke pasar
dalam negeri, yang diikuti oleh kenaikan barang-barang lainnya.
Teks semacam itulah yang dinamakan dengan teks eksplanasi kompleks, yakni teks yang
menjelaskan hubungan peristiwa atau proses terjadinya sesuatu (secara lengkap). Adapun
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), eksplanasi berarti ‘penjelasan’ atau ‘paparan’.
Namun, dalam kaitannya dengan genre teks, eksplanasi merupakan teks yang menjelaskan suatu
proses atau peristiwa tentang asal-usul, proses, atau perkembangan suatu fenomena, mungkin
berupa peristiwa alam, sosial, ataupun budaya. Dalam hal ini teks eksplanasi (kompleks) dapat
disamakan dengan teks narasi prosedural, yakni teks yang menceritakan prosedur atau proses
terjadinya sesuatu. Dengan teks ini , pembaca dapat memperoleh pemahaman mengenai latar
belakang terjadi sesuatu secara jelas dan logis.Teks ekplanasi memakai banyak fakta ataupun
mengandung pernyataan-pernyataan yang memiliki hubungan sebab akibat (kausalitas). Hanya
saja sebab-sebab ataupun akibat-akibat itu berupa sekumpulan fakta yang menurut penulisnya
memiliki hubungan kausalitas dan bukan pendapat penulis itu sendiri.
B Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Eksplanasi Kompleks
1. Fungsi Teks Ekplanasi Kompleks
Teks eksplanasi kompleks termasuk ke dalam genre faktual. Di dalamnya dijumpai
sejumlah fakta yang dapat memperluas wawasan, pengetahuan, dan keyakinan para pembaca
ataupun pendengarnya. Karena objek pembahasannya mencakup bidang tertentu, di dalam
teks eksplanasi akan dijumpai kata-kata teknis ataupun peristilahan yang terkait dengan
bidang yang dibahasnya itu.
Eksplanasi Kompleks 179
Untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik, istilah-istilah itu pun harus kita ketahui
maknanya secara lebih jelas.
Perhatikanlah cuplikan teks berikut.
Oparin berpendapat bahwa organisme yang pertama adalah heterotrof yang makan dari
molekul-molekul organik yang menjadi cikal bakalnya. Akan tetapi, cara hidup heterotrof
tidak dapat berlanjut tanpa batas, karena lama kelamaan molekul-molekul organik akan
habis. Jika kehidupan tidak berhenti maka organisme heterotrof akan berevolusi menjadi
organisme autotrof yang mampu mensintesis molekul-molekul organik yang baru dari
substansi anorganik yang ada di alam sekitarnya.
Organisme autotrof memerlukan jumlah energi yang banyak sekali, dan energinya
mungkin berasal dari matahari. Organisme autotrof mambuat makanannya melalui
fotosintesis. Organisme autotrof yang pertama mungkin bakteri kemoautotrof yang serupa
dengan bakteri penghasil metana yang hidup sekarang. Organisme ini menyediakan semua
keperluan metabolismenya dari hidrogen dan karbon dioksida, gas yang mungkin sangat
banyak di atmosfer bumi primitif. Hidrogen dan karbon dioksida menyediakan energi dan
materi untuk pertumbuhannya.
Semakin berkembangnya organisme autotrof mendorong munculnya organisme yang
memakai zat organik yang disintesis, baik melalui simbiosis maupun hidup bebas di
alam. Organisme yang memakai zat organik yang disintesis oleh organisme autotrof
disebut organisme heterotrof sekunder. Organisme inilah yang berkembang hingga
sekarang.
Tampak pada contoh di atas bahwa istilah-istilah itu hampir selalu muncul pada setiap
kalimatnya. Istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. atmosfer
2. autotrof
3. bakteri kemoautotrof
4. bumi primitif
5. fotosintesis
6. heterotrof
7. heterotrof sekunder
8. hidrogen
9. karbon dioksida
10. metabolisme
11. metana
12. molekul organik
13. organisme
14. simbiosis
15. sintesis
16. substansi anorganik
17. zat organik
Istilah-istilah seperti itu muncul karena tema teks berkaitan dengan ilmu hayat. Hal itu
akan lain lagi apabila teksnya bertema agama, sosial, budaya, ataupun hukum. Istilah-istilah
itu akan menyesuaikan dengan temanya dan memiliki makna yang juga terkait dengan bidang
yang dibahas.
Pemaknaan terhadap istilah-istilah seperti itu memerlukan bantuan kamus istilah; bukan
lagi kamus umum. Dengan demikian, pemahamannya pun akan lebih tepat, sesuai dengan
bidang masing-masing.
-- 180
Berikut contoh pemaknaan terhadap teks di atas.
a. Teks ini menjelaskan pendapat-pendapat Oparin tentang tahap-tahap evolusi suatu
organisme….
b. Teks ini menguraikan tahap-tahap evolusi organisme menurut pendapat Oparin,
yakni….
Kedua kalimat di atas merupakan contoh pemaknaan atau hasil interpretasi terhadap
suatu teks eksplanasi. Karena teks eksplanasi itu merupakan jenis teks yang menjelaskan
suatu proses, kata kunci yang tepat dalam menyampaikan hasil pemaknaan ini adalah
menjelaskan, menguraikan tahap‑tahap, memerinci urutan, memaparkan proses. Dari teks
semacam itu, seseorang mendapat pemahaman mengenai tahapan, urutan, ataupun proses
terjadinya suatu peristiwa dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
2. Struktur Teks Eksplanasi Kompleks
Karena di dalamnya ada fenomena dan penjelasan proses kejadiannya secara sistematis,
struktur teks eksplanasi dibentuk oleh bagian-bagian berikut.
a. Identifikasi fenomena (phenomenon identification), mengidentifikasi sesuatu yang akan
diterangkan.
b. Penggambaran rangkaian kejadian (explanation sequence), memerinci proses kejadian
yang relevan dengan fenomena yang diterangkan sebagai pertanyaan atas bagaimana
atau mengapa.
1) Rincian yang berpola atas pertanyaan “bagaimana” akan melahirkan uraian yang
tersusun secara kronologis ataupun gradual. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya
disusun berdasar urutan waktu.
2) Rincian yang berpola atas pertanyaan “mengapa” akan melahirkan uraian yang
tersusun secara kausalitas. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasar
hubungan sebab akibat.
c. Ulasan (review), berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang
dipaparkan sebelumnya.
Struktur Teks
Eksplanasi
Identifikasi
Fenomena
Latar belakang
kejadian
Mengomentari
konsekuensi
Proses
Kejadian
Ulasan
Kronologis
Penyebab
Struktur teks eksplanasi
Eksplanasi Kompleks 181
Berikut model gambaran tentang struktur teks ekplanasi.
Teks I
Teks Bagian-bagian Penjelasan
Sesudah pengakuan kedaulatan pada tanggal 27
Desember 1949, bangsa Indonesia menanggung
beban ekonomi dan keuangan. Sebagai akibat
ketentuan-ketentuan hasil KMB (Konferensi
Meja Bundar), Indonesia harus menanggung
beban utang luar negeri dan dalam negeri.
Padahal struktur ekonomi Indonesia pada waktu
itu masih tergantung kepada beberapa jenis
perkebunan. Situasi politik yang tidak stabil
semakin meningkatkan pengeluaran negara.
Akibatnya anggaran pemerintah menjadi defisit.
Identifikasi
fenomena
Fenomena beban
ekonomi dan
keuangan Indonesia
setelah merdeka
(pasca-KMB)
Sesudah pengakuan kedaulatan pada
tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia
menanggung beban ekonomi dan keuangan.
Sebagai akibat ketentuan-ketentuan hasil KMB
(Konferensi Meja Bundar), Indonesia harus
menanggung beban utang luar negeri dan dalam
negeri. Padahal struktur ekonomi Indonesia
pada waktu itu masih tergantung kepada
beberapa jenis perkebunan. Situasi politik yang
tidak stabil semakin meningkatkan pengeluaran
negara. Akibatnya anggaran pemerintah menjadi
defisit.
Kabinet Sukiman berusaha untuk mengatasi
krisis ini . Salah satunya adalah dengan
melakukan nasionalisasi terhadap De Javasche
Bank. Bank ini sebelumnya milik Belanda,
yang kemudian dinasionalisasi menjadi milik RI
dengan nama Bank Indonesia.
Usaha lainnya pada waktu itu adalah
dengan menerapkan sistem ekonomi Gerakan
Benteng. Sistem ini merupakan gagasan dari Dr.
Soemitro Djojohadikoesoemo. Ia berpendapat
bahwa pembangunan ekonomi Indonesia pada
hakikatnya adalah pembangunan ekonomi baru.
Adapun yang perlu dilakukan adalah mengubah
susunan ekonomi dari ekonomi kolonial ke
sistem ekonomi nasional.
Rangkaian
kejadian
Proses penyelesaian
masalah ekonomi
dan keuangan
Indonesia setelah
kemerdekaan secara
kronologis/gradual
-- 182
Soemitro mencoba mempraktikkan gagas-
an nya itu pada sektor perdagangan. Ia ber pen-
dapat bahwa jiwa pengusaha harus secepat
mungkin ditumbuhkan pada bangsa Indonesia.
Para pengusaha yang pada umumnya bermodal
lemah diberi kesempatan untuk berpartisipasi
membangun ekonomi nasional. Pemerintah
hendaknya membantu dan membimbing
para pengusaha. Jika usaha ini berhasil, para
pengusaha bangsa Indonesia secara bertahap
akan dapat berkembang maju sehingga tujuan
mengubah struktur ekonomi kolonial di bidang
perdagangan akan tercapai.
saat menjadi menteri perdagangan pada
masa Kabinet Natsir, Soemitro menuangkan
gagasannya dengan sebutan Program Benteng.
Selama tiga tahun sekitar 700 pengusaha bangsa
Indonesia yang mendapat kredit bantuan dari
program ini. Bantuan kredit ini ternyata tidak
efektif sehingga program pemerintah tidak
berhasil. Kegagalan ini menjadi salah satu
sumber meningkatnya defisit negara.
Pemerintah juga kemudian menem puh ke-
bijaksanaan industrialisasi, yang dikenal sebagai
Rencana Soemitro. Sasaran rencana Soemitro
ditekankan terutama pada pembangunan industri
dasar, seperti pendirian pabrik-pabrik semen,
pemintalan, karung, percetakan, dan lain-lain.
Kebijaksanaan Kabinet Natsir ini diikuti pula
dengan usaha peningkatan produksi pangan,
perbaikan prasarana, dan penanaman modal
asing.
Pada tahun 1952 Menteri Keuangan
Jusuf Wibisono, pada masa Kabinet Sukiman,
masih memberi perhatiannya kepada para
pengusaha dan pedagang nasional golongan
ekonomi lemah. Sesuai dengan Program
Benteng, kepada mereka masih diberikan
bantuan pinjaman uang. Dengan memberi
bantuan ini diharapkan para pengusaha
yang meru pakan produsen dapat menghemat
devisa dengan mengurangi volume impor.
Eksplanasi Kompleks 183
Langkah pemerintah lainnya adalah
mengharuskan perusahaan asing melatih dan
memberi tanggung jawab kepada tenaga-
tenaga Indonesia untuk menduduki jabatan staf,
mendirikan perusahaan-perusahaan negara,
menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha
swasta nasional serta memberi perlindungan
agar mampu bersaing dengan perusahaan-
perusahaan asing.
- Ulasan -
Teks berjudul “Kondisi Ekonomi Indonesia Pasca-KMB” di atas dibentuk oleh dua bagian,
yakni (1) identifikasi fenomena dan (2) penjelasan tentang tahap-tahap penyelesaiannya yang
disusun secara kronologis dan gradual, setahap demi setahap. Namun, dalam teks ini
tidak dijumpai ulasan ataupun evaluasi penulis atas rangkaian kejadian yang dipaparkan
sebelumnya.
3. Kaidah Teks Eksplanasi Kompleks
Fitur kebahasaan yang menandai teks eksplanasi tidak jauh berbeda dengan fitur
ataupun kaidah kebahasaan yang lazim ditemukan dalam teks prosedur, terutama dalam hal
penggunaan kata keterangan waktu dan konjungsinya. Teks eksplanasi seperti yang tampak
pada beberapa contohnya di atas adalah banyaknya memakai kata penunjuk keterangan
waktu dan dengan keterangan bermakna cara.
a. Penunjuk keterangan waktu, misalnya beberapa saat, setelah, segera setelah, pada
tanggal, sebelumnya. Di samping itu, kata penunjuk keterangan yang mungkin dipakai
adalah selagi, saat , saat itu, pada masa lalu, bertahun‑tahun, selama, dalam masa
sekarang.
b. Penunjuk keterangan cara, misalnya, sangat ketat, dengan tertib dan tenang, penuh haru,
melalui surat kabar, sedikit demi sedikit, sebaik‑baiknya, dengan jalan yang benar.
Teks eksplanasi kompleks dapat pula ditandai oleh penggunaan konjungsi atau kata
penghubung yang bermakna kronologis, seperti kemudian, lalu, setelah itu, pada akhirnya.
Apabila teks itu disusun secara kausalitas, konjungsi yang dipakai , antara lain, sebab,
karena, oleh sebab itu.
Adapun berkenaan dengan kata ganti yang dipakai nya, teks eksplanasi langsung
merujuk pada jenis fenomena yang dijelaskannya, yang bukan berupa persona. Kata ganti
yang dipakai untuk fenomenanya itu berupa kata unjuk itu, ini, ini dan bukan kata
ganti orang, seperti ia, dia, mereka.
Perhatikanlah pula teks berikut.
Teks II
Perkembangan bentuk tubuh manusia pada dasarnya sama dengan perkembangan
pada hewan. Pada usia dua minggu, embrio manusia merupakan sebuah cakram pipih.
Perubahan gastrula dimulai dari bentuk pipih yang kemudian menjadi embrio. Proses
perubahan ini terjadi dalam tiga proses, yaitu:
-- 184
a. pertumbuhan cakram embrio yang lebih cepat daripada pertumbuhan jaringan
sekitarnya,
b. cakram embrio melipat ke bawah terutama ujung depan dan belakang, dan
c. pembentukan dinding tubuh ventral untuk menjadi calon tali pusat dan untuk
memisahkan embrio dari bagian-bagian lainnya.
Bersamaan dengan itu tubuh mulai terbagi atas kepala dan badan. Anggota badan
seperti gelang dada dan gelang pinggul, juga mulai terlihat.
Pada dua bulan terakhir dari masa pertumbuhan, embrio sudah kelihatan seperti
manusia. Bagian muka, seperti mata, telinga, dan hidung mulai terbentuk. Tangan dan
kaki juga mulai terlihat. Jari-jari kaki dan tangan, sudah mulai nyata. Pada bulan ketiga,
bentuk manusia telah terwujud. Pada tahap ini embrio disebut fetus.
Pada bulan keempat, muka telah kian tampak seperti manusia. Dalam bulan kelima
rambut-rambut mulai tumbuh pada kepala. Selama bulan keenam, alis dan bulu mata timbul.
Setelah tujuh bulan, fetus mirip kulit orangtua dengan kulit merah berkeriput. Selama
bulan kedelapan dan kesembilan, lemak ditimbun di bawah kulit sehingga perlahan-lahan
menghilangkan sebagian keriput pada kulit. Kaki membulat. Kuku keluar pada ujung-
ujung jari. Rambut asli rontok dan fetus menjadi sempurna dan siap dilahirkan.
Teks di atas menjelaskan proses perkembangan tubuh manusia, mulai dari embiro sampai
pada bentuk utuh manusia. Teks itu terdiri atas peristiwa-peristiwa yang bersifat kronologis,
mengikuti urutan waktu. Oleh karena itu, di dalam teks ini banyak ditemukan fungsi
kalimat yang berupa keterangan waktu, antara lain, sebagai berikut.
a. Pada usia dua minggu, embrio manusia merupakan sebuah cakram pipih.
b. Bersamaan dengan itu tubuh mulai terbagi atas kepala dan badan.
c. Pada dua bulan terakhir dari masa pertumbuhan, embrio sudah kelihatan seperti
manusia.
d. Pada bulan ketiga, bentuk manusia telah terwujud.
e. Pada tahap ini embrio disebut fetus.
f. Pada bulan keempat, muka telah kian tampak seperti manusia.
g. Selama bulan keenam, alis dan bulu mata timbul.
h. Setelah tujuh bulan, fetus mirip kulit orang tua dengan kulit merah berkeriput.
i. Selama bulan kedelapan dan kesembilan, lemak ditimbun di bawah kulit sehingga
perlahan-lahan menghilangkan sebagian keriput pada kulit.
Fungsi-fungsi keterangan ini diperkuat pula oleh penggunaan konjungsi dan jenis
kata lainnya yang juga bermakna temporal, seperti kemudian, mulai, sudah.
Karena objek yang dijelaskannya itu berupa fenomena, tidak berbentuk persona (non‑
human participation), dalam teks eksplanasi itu pun banyak ditemukan kata kerja pasif.
Hal itu seperti kata-kata berikut: terlihat, terbagi, terwujud, terakhir, dimulai, ditimbun,
dilahirkan.
Sejumlah pertanyaan juga dapat kita ajukan untuk lebih mengenali struktur dan kaidah
suatu teks eksplanasi kompleks. Berikut contoh-contoh pertanyaan itu.
Eksplanasi Kompleks 185
Aspek Pertanyaan
1. Struktur a. Peristiwa apakah yang dibahas teks itu?
1) Bagaimana urutan peristiwanya?
2) Menjelaskan hubungan apakah urutan peristiwanya itu.
2. Kaidah b. Keterangan cara/waktu apa saja yang dipakai nya?
c. Konjungsi kronologis/kausalitas apa saja yang dipakai teks
ini ?
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat kita gunakan untuk mengenali struktur dan kaidah
teks seperti di bawah ini.
Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme. Pertumbuhan ini
bersifat terukur (kuantitatif). Pertumbuhan bersifat irreversibel, yakni sebagai perubahan
yang tidak kembali ke bentuk semula. Hal ini disebabkan oleh adanya pertambahan substansi
dan kenaikan volume sel di samping perubahan bentuknya itu sendiri. Pertumbuhan tidak
sekadar pertambahan bobot dan volumenya. Pertumbuhan berarti juga perdiferensiasian,
perkembangan, dan pembentukan diri dengan berbagai sel, jaringan, dan organ.
Pertumbuhan pada Kacang Tanah
Pertumbuhan dimulai dari kecambah. Struktur awal yang muncul berupa radikula
atau akar primer. Hal ini menunjukkan bahwa yang pertama kali dibutuhkan kecambah
adalah air dan kebutuhan untuk melekat pada tanah. Akar primer akan tumbuh secara
lateral, membentuk akar sekunder, dan selanjutnya tumbuhlah cabang-cabang menjadi
suatu sistem akar.
Pembentukan tajuk merupakan pertumbuhan selanjutnya.Tajuk terdiri atas batang
dengan daun-daunnya.Tajuk berkembang dari plumula atau kuncup pertama. Plumula
terdiri atas batang (epikotil), satu atau dua calon daun (primordia daun), dan meristem
apikal. Sumbu embrio tumbuh memanjang berdiferensiasi menjadi buku-buku dan ruas-
ruas. Lambat laun primiordia kuncup akan dibentuk di ketiak-ketiak daun.
-- 186
Pertanyaan Jawaban
1. Peristiwa apakah yang dibahas teks
itu?
Peristiwa pertumbuhan pada kecambah.
2. Bagaimana urutan peristiwanya? Pembentukan kecambah.
Pembentukan tajuk.
3. Menjelaskan hubungan apakah urutan
peristiwanya itu?
Menyatakan hubungan kronologis.
4. Keterangan cara/waktu apa saja yang
dipakai nya?
Lambat laun, dengan daun-daunnya, secara
lateral.
5. Konjungsi kronologis/kausalitas apa
saja yang dipakai teks ini ?
Selanjutnya.
berdasar jawaban-jawaban ini , pemahaman kita terhadap struktur dan kaidah
teks di atas adalah sebagai berikut.
Teks ini tergolong ke dalam jenis eksplanasi. Hal itu tampak pada struktur dan
kaidahnya. Teks ini membahas tentang proses pertumbuhan pada kacang tanah, yang
dimulai dari pembentukan kecambah. Kemudian, dilanjutkan dengan pembentukan tajuk.
Bahwa teks itu tergolong ke dalam jenis eksplanasi juga tampak pada kaidahnya.
Teks ini banyak memakai keterangan cara, yakni dengan daun‑daunnya, secara
lateral. Ada pula keterangan waktu dalam teks itu, yakni lambat laun; serta konjungsi
yang bersifat kronologis, yakni selanjutnya.
C Perbandingan Teks Eksplanasi Kompleks
1. Teks Eksplanasi dengan Teks Eksplanasi Lainnya
Perhatikan kembali teks tentang ekonomi Indonesia pasca-KMB (Teks I) dan proses
pertumbuhan embrio manusia (Teks II). Pada kedua teks ini dijumpai persamaan-
persaman di samping perbedaan-perbedaannya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kembali
teks I dan teks II di atas.
Teks Persamaan Perbedaan
I
1. Menjelaskan proses
terjadinya suatu
peristiwa (fenomena).
2. Banyak mengguna-
kan fungsi kete rangan
waktu.
3. Banyak mengguna kan
kata kerja pasif.
4. Tidak memiliki unsur
komentar (review).
1. Peristiwa sejarah suatu bangsa.
2. Banyak memakai istilah-istilah
ketatanegaraan, seperti kedaualatan, utang
luar negeri, struktur ekonomi, situasi politik,
nasionalisasi, defisit ekspor.
3. Lebih banyak memakai konjungsi
kausalitas.
II
1. Peristiwa perkembangan embiro manusia.
2. Banyak memakai istilah-istilah biologi,
seperti embrio, gastrula, dinding tubuh, kepala,
badan, fetus, lemak.
3. Lebih banyak memakai konjungsi
kronologis.
Eksplanasi Kompleks 187
Perbandingan itu didasarkan pada struktur dan kaidah-kaidah yang ada pada kedua teks.
Dari aspek-aspek ini ternyata antar-teks eksplanasi memiliki perbedaan di samping
persamaan-persamaannya. Perbedaan itu terutama tampak pada fenomena atau tema yang
diceritakan. Hal itu berpengaruh pula pada perbedaan struktur kalimat dan pilihan kata yang
dipakai masing-masing teks.Teks yang bertema sejarah atau ketatanegaraan memunculkan
istilah-istilah tata negara, sedangkan teks yang bertema perkembangan embrio memunculkan
istilah-istilah biologi. Pilihan kata dan struktur kalimat dalam teks eksplanasi juga dipengaruhi
oleh pola pengembangan teks itu sendiri secara keseluruhan. Teks yang berpola hubungan
sebab akibat banyak memakai konjungsi kausalitas (Teks I), sedangkan teks yang
berpola kronologis lebih banyak memakai konjungsi temporal dan kalimat-kalimat yang
memakai fungsi keterangan waktu (Teks II).
Bagaimana halnya dengan perbandingan kedua teks di bawah ini?
Teks I
Dengan keluarnya Dekret Presiden tanggal 5 Juli 1959, maka berakhirlah masa penerapan
demokrasi liberal di Indonesia. Sistem demokrasi ini kemudian berganti dengan
penerapan demokrasi terpimpin.
Demokrasi terpimpin pada mulanya berarti demokrasi yang dipimpin oleh hikmah
kebijakan dalam permusyawaratan perwakilan, sebagaimana yang dimaksud dalam
Pancasila sila ke-4. Akan tetapi dalam kenyataannya Presiden Soekarno menafsirkan kata
terpimpin itu dengan pimpinan oleh presiden sendiri selaku Pemimpin Besar Revolusi.
Dengan demikian, demokrasi terpimpin menjadi demokrasi yang dipimpin oleh Presiden
Soekarno.
Pada 17 Agustus 1959, Presiden Soekarno berpidato sebagai pernyataan politik
pemerintahannya. Pidato itu dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia
(Manipol). Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), menetapkan Manipol
menjadi Haluan Negara Republik Indonesia. Kabinet Djuanda yang berkuasa pada saat
itu, dibubarkan dan diganti dengan kabinet kerja. Program kerja kabinetnya meliputi
keamanan dalam negeri, pembebasan Irian Barat, dan peningkatan sandang pangan.
Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia berasal dari India. Agama
budaya India ini disebarkan oleh kaum Brahmana. Hal ini dibuktikan oleh beberapa
kebiasaan kaum Brahmana yang berkembang di Indonesia. Kebiasaan-kebiasaan yang
dimaksud, antara lain:
1) prasasti-prasasti,
2) upacara-upacara keagamaan.
Masuknya pengaruh India ke Indonesia diketahui sejak abad ke-4 Masehi, yaitu
dengan ditemukannya tulisan (prasasti) di Kalimantan Timur. Prasasti-prasasti itu
ditulis dalam bahasa Sanskerta dengan huruf Palawa. Tradisi tulis-menulis itu tentunya
membutuhkan pengetahuan tinggi dan pada waktu itu kebiasaan ini hanya dikuasai
oleh kaum Brahmana. Kaum Brahmana merupakan kasta atau golongan yang tertinggi di
kalangan orang-orang Hindu.
Selain tradisi tulis-menulis, dalam kaum Brahmana berkembang pula kebiasaan
upacara-upacara penyucian. Upacara disebut dengan pratyastoma. Kebiasaan atau tradisi itu
kemudian dipergunakan oleh raja-raja di Indonesia untuk mengesahkan dan mengukuhkan
-- 188
kedudukannya sebagai raja. Kaum Brahmana saat itu tinggal di keraton. Mereka
bertindak sebagai penasihat raja. Karena itulah, tidak aneh apabila unsur-unsur agama
Hindu atau Buddha berkembang kuat di kalangan istana. Bersamaan dengan itu, muncul
pula kaum Brahmana baru di kalangan bangsa Indonesia. Mereka tidak sedikit yang pergi
berziarah ke tempat-tempat suci di India. Di sana mereka pun memperdalam pengetahuan
keagamaan, seni, dan sastra Indonesia. Untuk kemudian pengetahuan-pengetahuan ini
disebarkan kembali kepada masyarakat di Indonesia.
Teks II
Penyalahgunaan zat adiktif pemakaian yang bukan untuk tujuan pengobatan atau
yang dipakai tanpa mengikuti aturan atau pengawasan dokter. Penggunaannya yang
berkali-kali ataupun berlebihan bisa menyebabkan ketagihan atau ketergantungan, baik
secara fisik/jasmani, maupun mental-emosional, dan fungsi sosial.
NAPZA memiliki sifat utama sebagai berikut.
1) Keinginan yang tak tertahankan terhadap zat yang dimaksud (sugesti)
2) Kecenderungan untuk menambah dosis (toleransi)
3) Ketergantungan secara psikis (gelisah, emosional)
4) Ketergantungan secara fisik (gejala putus zat, sakaw)
Penggunaan yang dimulai dengan coba-coba kemudian menjadi ketergantungan
(adiksi) baik fisik (bila tidak dipenuhi timbul rasa sakit) maupun psikis (rasa rindu yang
dalam untuk memakai nya) mengakibatkan overdosis dan terjadinya gejala putus
obat pada penghentian penggunaan. Terjadinya ketergantungan melalui proses, pada
awalnya memakai kembali untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Karena untuk
mendapatkan hal ini seorang pemakai setiap kali harus meningkatkan dosisnya
(sifat toleransi dari zat) akhirnya akan terjadi gejala overdosis yang tergantung jenis
zatnya, dapat menyebabkan penekanan seluruh fungsi tubuh atau malah peningkatan
fungsi atau sistem tubuh bahkan dapat menimbulkan kematian. Sampai pada saat tertentu
ketergantungan ini menyebabkan seseorang tak kuasa menghentikan penggunaannya,
karena apabila dihentikan akan timbul gejala putus obat berupa nyeri seluruh tubuh
yang tak tertanggungkan disertai gejala lainnya; sering disebut oleh orang awam dengan
sakaw.
Pengaruh dari pemakaian NAPZA sangat berbeda untuk setiap orang. Hal ini
tergantung pada berapa banyak yang ia gunakan, cara pemakaian, kondisi badan, serta faktor
lainnya. Adapun pengaruh jangka pendek yang ditimbulkannya adalah sebagai berikut.
a. Kenikmatan sesaat
Menghilangkan stres, perasaan gembira terus, dan rasa bebas.
b. Menghilangkan rasa sakit
NAPZA dapat menghilangkan rasa sakit, lapar, atau keinginan bercinta.
c. Penurunan fungsi tubuh
Sulit bernapas, tekanan darah dan jantung menjadi lemah, pupil mata mengecil.
d. Mengantuk
Jika dosis meningkat, pemakai merasa hangat, berat, dan mengantuk.
e. Mabuk
Dosis yang tinggi menyebabkan mengantuk dan muntah.
Eksplanasi Kompleks 189
f. Kematian
Dosis yang berlebihan dapat menyebabkan kematian. Bernapas menjadi lemah,
suhu tubuh turun, dan denyut jantung menjadi tidak teratur. saat napas menjadi
lemah akan menghentikan fungsi alat-alat tubuh sehingga kematian pun terjadilah.
2. Teks Eksplanasi dan Jenis Teks yang Lain
Persamaan dan perbedaan itu dijumpai pula apabila teks eksplanasi dibandingkan dengan
jenis teks lainnya.
a. Dengan teks prosedur kompleks, kedua teks itu sama-sama banyak memakai fungsi
keterangan penunjuk waktu dan cara. Kedua teks itu pun sering memakai konjungsi
bermakna kronologis, seperti kemudian, lalu, akhirnya. Perbedaannya teks prosedur
kompleks banyak memakai kata kerja imperatif (kalimat perintah) dan bersifat
persuasif, sedangkan teks eksplanasi memakai pernyataan-pernyataan informatif.
b. Dengan teks eksposisi, kedua teks sama-sama tergolong genre faktual. Bedanya, teks
eksplanasi lebih banyak memakai fakta-fakta, sedangkan eksposisi lebih banyak
memakai pendapat atau argumentasi berdasar sudut pandang penulisnya.
Eksplanasi cenderung berfokus pada dua jenis pola pengembangan, yakni kronologis
dan kausalitas, sedangkan teks eksposisi bisa lebih kompleks lagi polanya. Di samping
dengan kronologis dan kausalitas, teks eksposisi dapat disusun dengan pola komparatif,
umum khusus, spasial, ilustratif, definisi, dan pola-pola lainnya.
c. Dengan teks cerpen, keduanya sama-sama disajikan dalam pola kronologis yang mungkin
dipadukan dengan pola kausalitas. Objek pengembangan dalam teks eksplanasi pada
umumnya berupa fenomena alam, sosial, atau budaya yang bersifat faktual. Sementara
itu, objek dalam cerpen berupa orang (imajinatif). Khususnya, dalam teks eksplanasi
yang bertema kesejarahan, mungkin pula terkandung unsur penokohan, latar, dan alur
sebagaimana yang lazim dijumpai dalam teks cerpen. Hanya saja untuk kata ganti orang
dalam cerpen ada pilihan, bisa memakai orang pertama ataupun orang ketiga.
Adapun dalam teks eksplanasi bertema sejarah selalu memakai orang ketiga. Hal
ini karena teks ekplanasi yang berupa sejarah selalu bercerita tentang orang lain, pelaku
orang ketiga tunggal atau jamak.
Berikut contohnya.
Kerajaan Mataram Kuno
berdasar Prasasti Gunung Wukir, Magelang, diketahui bahwa di Jawa Tengah telah
ada sebuah kerajaan yang bernama Mataram. Prasasti ini bertahun 732 Masehi. Ditulis
dengan huruf Palawa dan bahasa Sanskerta. Kerajaan ini diperintah oleh Raja Sanjaya dan
sebelumnya ialah Raja Sanna. Sanjaya adalah keponakan Raja Sanna. Pulau Jawa sendiri
pada waktu itu bernama Jawadwipa.
Raja Sanjaya merupakan seorang ahli kitab-kitab suci. Raja Sanjaya beragama Siwa
(Hindu). Dalam Prasasti Kedu, ia digelari Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Raja-raja
Jawa Tengah sampai abad ke-10 adalah keturunan dari Raja Sanjaya.
Keterangan-keterangan lain, ada dalam kitab Carita Parahyangan. Dalam kitab
ini dikenal juga tokoh Sanna dan Sanjaya. Diceritakan di dalamnya bahwa Raja Sanna
dikalahkan oleh Raja Purbasora dari Kerajaan Galuh. Raja Sanna menyingkir ke daerah
Gunung Merapi. Penggantinya, Raja Sanjaya, berhasil merebut kembali kerajaannya.
-- 190
Dalam Prasasti Kalahan, bertahun 778 Masehi, disebutkan bahwa para pendeta Buddha
mohon izin kepada Raja Tejahpumapana Panangkarana untuk mendirikan candi sebagai
persembahan untuk Dewi Tara. Candi ini kemudian dikenal dengan Candi Kalasan.
Panangkarana memerintah sesudah Raja Sanjaya. Pada zaman pemerintahannya,
agama Buddha sudah mulai berkembang di Jawa Tengah, berdampingan dengan agama
Hindu.
Keturunan Raja Panangkarana sendiri ada yang beragama Hindu dan ada pula yang
beragama Buddha. Yang beragama Buddha berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan.
Adapun raja-raja yang beragama Hindu berkuasa di daerah Pegunungan Dieng.
Raja-raja yang beragama Buddha mendirikan candi-candi megah, seperti Candi Sari,
Pawon, Mendut, dan Borobudur. Candi Borobudur sebagai candi Buddha yang terbesar
didirikan pada tahun 859 Masehi, yaitu pada masa pemerintahan Raja Samaratungga.
Raja yang beragama Hindu juga mendirikan bangunan suci. Mereka mendirikan
bangunan di daerah Pegunungan Dieng. Bangunan suci ini antara lain Candi Bima dan
Candi Arjuna. Meskipun raja-raja Mataram itu agamanya berlainan, kedua pihak sering
mengadakan kerja sama dalam pembangunan terutama bangunan suci. Candi Kalasan
dan Candi Ngawen merupakan candi untuk agama Buddha, namun dalam pembuatannya
dibantu oleh raja yang beragama Hindu.
Sesudah Raja Samaratungga wafat, terjadilah perebutan kekuasaan. Rakai Pikatan
dengan Balaputra saling berebut kekuasaan. Rakai Pikatan berhasil merebut kekuasaan
dan mengusir Balaputra. Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan, wilayah Mataram
meliputi hampir seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Rakai Pikatan berhasil mendirikan
bangunan-bangunan suci, baik candi untuk umat Hindu ataupun Buddha. Candi-candi
yang dimaksud, antara lain, Candi Plaosan dan Loro Jonggrang.
Rakai Pikatan digantikan Rakai Kayuwangi. Rakai Kayuwangi memerintah tahun 856-
866. Ia beragama Siwa (Hindu). Setelah itu, ia digantikan oleh Rakai Waruhumalang, yang
kemudian digantikan oleh Raja Balitung (tahun 898-910). Raja Balitung meninggalkan
banyak prasasti. Dari prasasti-prasastinya itu, dapat diketahui bahwa kekuasaan Raja
Balitung meliputi daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Teks di atas menjelaskan silsilah atau asal-usul berdirinya Kerajaan Mataram Kuno.
Paragraf pertama merupakan penjelasan latar belakang fenomena, yakni keberadaan Kerajaan
Mataram Kuno yang berdasar keterangan-keterangan dalam prasasti. Secara keseluruhan,
teks ini mirip sebuah cerita. Peristiwanya memuat hal-hal penting yang disusun secara
kronologis. Di dalamnya juga ada tokoh dan latar, baik tempat maupun waktu.
1. Tokoh-tokohnya, antara lain, Raja Sanjaya, Raja Sanna, Pendeta Buddha, Rakai Pikatan.
2. Latar terjadi antara tahun 732-910 di Jawa Tengah.
Hanya saja teks ini berbeda dengan cerpen, yang peristiwa-peristiwanya itu tersusun
secara hierarkis, dari yang biasa menuju puncak konflik. Dalam teks ini , peristiwa-
peristiwanya itu disusun secara gradual, hanya bagian-bagian pentingnya saja. Peristiwa
itu menjadi sebab bagi perubahan sejarah berikutnya. Meskipun demikian, pengaruhnya
terhadap aspek kebahasaan tetap sama, yakni memerlukan penggunaan konjungsi temporal
dan kausalitas, fungsi keterangan waktu, serta kata kerja tindakan. Aspek-aspek seperti itu
pula yang dominan di dalam suatu cerpen.
Eksplanasi Kompleks 191
Aspek
Jenis Teks
Eksplanasi Cerpen
a. Persamaan • Berpola kronologis, kausalitas
• Memiliki alur, tokoh, latar (eksplanasi kesejarahan)
• memakai konjungsi temporal, kausalitas, fungsi keterangan
waktu, kata kerja tindakan.
b. Perbedaan • Fenomena alam, sosial,
budaya
• Peristiwa tersaji secara
gradual (hanya memuat
peristiwa penting, mendatar)
• Penyebutan kata ganti pelaku
berupa benda, peristiwa,
selalu orang ketiga
• Cerita per tokoh (personal)
• Peristiwa tersaji secara
hierarkis (menuju klimaks)
• Penyebutan kata ganti pelaku
berupa orang pertama atau
ketiga
D Menulis Teks Eksplanasi Kompleks
Hal penting yang perlu mendapat perhatian utama dalam menyusun teks eksplanasi adalah
bahwa teks eksplanasi merupakan teks yang menjelaskan proses terjadinya suatu fenomena, baik
itu berkenaan dengan alam, budaya, ataupun sosial. Adapun pengembangannya bisa berpola
kronologis ataupun kausalitas.
Teks eksplanasi tergolong ke dalam genre faktual. Oleh karena itu, topik-topik yang dipilih
haruslah berupa topik yang dapat memperluas wawasan ataupun pengetahuan pembacanya
tentang suatu proses. Adapun yang dimaksud dengan proses merupakan suatu urutan dari suatu
kejadian atau peristiwa. Paparannya harus berdasar fakta ataupun pendapat-pendapat yang
benar; bukan hasil imajinasi, rekaan, ataupun sesuatu yang bersifat fiktif.
Hal lain yang harus diperhatikan di dalam penulisan teks eksplanasi adalah hubungan
antarbagiannya yang berupa peristiwa. Pola hubungan antarperistiwa itu disusun dalam bentuk
kronologis ataupun sebab akibat. Bentuknya dinyatakan dengan konjungsi yang dipakai nya
sebagai berikut.
1. Hubungan kronologis: kemudian, sebelumnya, sesudahnya, lalu, bahkan, selanjutnya,
akhirnya.
2. Hubungan sebab akibat: sebab itu, oleh karena.
Untuk menyusun kedua pola itu, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
2. Penulis harus membagi proses ini atas tahap-tahap kejadiannya.
3. Penulis menjelaskan setiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca
dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas.
-- 192
Menentukan satu
fenomena
Membuat
kerangka
Mengembangkan
kerangka menjadi
teks lengkap
Melakukan
Penyuntingan
• Peristiwa alam,
sosial budaya
• berdasar
fakta
• Isi
• Bahasa
• Ejaan
• Pokok-pokok peristiwa
secara kronologis atau
kausalitas
Penentuan topik dan penyusunan kerangka termasuk ke dalam tahap prapenulisan.Tahapan
lain yang tergolong ke dalam prapenulisan adalah pengumpulan data. Dalam hal ini kita bisa
melakukannya dengan membaca berbagai referensi, melakukan observasi, dan wawancara. Apabila
kerangkanya sudah tersusun dan datanya sudah siap, tahap berikutnya adalah mengem bangkannya
menjadi teks dengan pola kronologis ataupun sebab akibat.
Kerangka Teks Eksplanasi
Bagian-bagian Utama Perincian
a. Latar belakang fenomena
b. Proses kejadian
c. Ulasan (review)
Perhatikanlah teks di bawah ini.
1964: Komando Dwikora
Konfrontasi terhadap Malaysia dimulai lewat rapat raksasa tanggal 3 Mei 1964 di Jakarta.
Presiden Soekarno meneriakkan dua komando. Pertama, pertinggi ketahanan revolusi. Kedua,
bantu perjuangan revolusi rakyat Malaya Singapura, Sabah, dan Serawak untuk menghancurkan
Malaysia. Bunga api muncul dari rencana pembentukan negara Malaysia oleh pemerintah
Inggris. Indonesia merasa, pembentukan negara baru ini adalah langkah imperialis untuk
mengepungnya. Sebelumnya pada 27 Juli 1963, Bung Karno telah menyerukan “Ganyang
Malaysia”
1996: Batas Laut Selat Malaka
Belum jelasnya batas laut Indonesia-Malaysia di Selat Malaka sering kali membawa
petaka bagi nelayan dari kedua negara. Tidak jarang terjadi penangkapan nelayan dengan
alasan melanggar batas laut kedua negara. Selama ini Indonesia dan Malaysia baru memiliki
perjanjian penentuan tapal batas laut dan tapal batas kontinen. Sementara itu, tapal batas ZEE
(zona ekonomi eksklusif) belum pernah dibicarakan. Pihak Malaysia berpendirian menyamakan
batas ZEE dengan batas landas kontinen.
Eksplanasi Kompleks 193
2002: Pendeportasian TKI Ilegal
Kasus TKI ilegal menjadi salah satu problem hubungan Indonesia-Malaysia hingga kini.
Penertiban dan pendeportasian TKI ilegal terkadang membawa perlakuan buruk bagi TKI.
Pada 26 Maret 1998, sebanyak delapan warga Indonesia dan seorang polisi Malaysia tewas
akibat kerusuhan di kamp penahanan imigran ilegal di Semenyih, Malaysia.
2002: Sengketa Sipadan dan Ligitan
Sengketa ini bertitik tolak dari klaim kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan yang terletak
di sebelah timur Pulau Kalimantan oleh pihak Malaysia dan Indonesia. Setelah melalui
serangkaian perundingan, kedua negara akhirnya sepakat mengajukan sengketa yang sudah
berlangsung sejak tahun 1967 ke Mahkamah Internasional. Pada 17 Desember 2002 Mahkamah
Internasional memutuskan kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia.
2004: Sengketa Blok Ambalat
Sengketa klaim kepemilikan pertambangan minyak, tepatnya yang terletak di kawasan
Blok East Ambalat di Laut Sulawesi, perairan sebelah timur Pulau Kalantan adalah konflik
Indonesia-Malaysia yang terhangat tahun 2004-2005. Sengketa ini semakin memanas setelah
Malaysia memberi hak konsesi minyak oleh Petronas kepada perusahaan minyak Shell.
Malaysia mengklaim wilayah ini sebagai miliknya, sedangkan Indonesia juga mengklaim
demikian.
Sumber: Kompas
Teks di atas menjelaskan konflik-konflik yang mewarnai hubungan Indonesia dengan
Malaysia.Teks ini disusun per peristiwa dalam urutan waktu. Dengan demikian, untuk
menyusun teks seperti itu, terlebih dahulu kita harus menetapkan peristiwa-peristiwa utamanya
dan mengurutkan berdasar waktu. Peristiwa-peristiwa itu kemudian dirinci dan diuraikan
kembali ke dalam paragraf-paragraf yang padu.
Penting juga teks ini diawali dengan penjelasan tentang latar belakang fenomena serta
ulasan (review) pada bagian akhirnya, sebagai suatu kelengkapan dari teks eksplanasi kompleks.
Latar belakang fenomena:
Konflik-konflik politik telah mewarnai hubungan Indonesia dengan Malaysia. Sejak masa
Orde Lama, konflik fisik jauh lebih sengit daripada yang terjadi pada masa sekarang. Tercatat
beberapa peristiwa yang merusak hubungan bangsa serumpun itu yang hampir-hampir menjurus
konflik terbuka.
Rangkaian peristiwa
Peristiwa Perincian
1. Komando Dwikora,
1964
a. Rapat raksasa 3 Mei 1964 di Jakarta.
b. Presiden Soekarno menyerukan untuk menghancurkan
Malaysia.
c. Indonesia merasa terancam oleh pembentukan negara baru
Malaysia.
d. 27 Juli 1963 Bung Karno menyerukan “Ganyang Malaysia”.
-- 194
2. Batas Laut Selat
Malaka, 1996
a. Batas laut Indonesia-Malaysia di Selat Malaka belum jelas.
b. Nelayan kedua negara sering tertangkap dengan alasan
melanggar batas negara.
c. Tapal batas ZEE belum pernah dibicarakan.
d. Malaysia menyamakan batas ZEE dengan batas landas
kontinen.
.... ....
Ulasan
Layaknya saudara kandung, konflik di antara dua bangsa serumpun itu untunglah tidak lebih
dari benci-benci, tapi rindu. Kesadaran antara kedua belah pihak yang lebih mementingkan
persamaan kepentingan yang menyebabkan konflik di antara keduanya tidak berujung ke
perang dingin ataupun perang terbuka. Hanya riak-riak kecil yang pada akhirnya konflik-
konflik ini dapat diselesaikan secara diplomasi.
Soal-soal Latihan
Pilihlah jawaban yang paling benar!
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 1‑3)
(1) Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa bersejarah. (2) Peristiwa ini
tidak hanya penting diketahui oleh rakyat Indonesia sendiri, tetapi juga harus diumumkan ke
seluruh penjuru dunia. (3) Oleh karena itu, beberapa saat setelah proklamasi itu dibacakan oleh
Soekarno-Hatta, berbagai usaha dilakukan oleh para pejuang.
1. Cuplikan di atas mengenalkan fenomena ....
A. peristiwa proklamasi sebagai peristiwa bersejarah
B. bangsa Indonesia adalah bangsa yang merdeka
C. pentingnya dunia mengenal peristiwa proklamasi
D. Soekarno Hatta sebagai tokoh proklamator Indonesia
E. para pejuang berhasil memrpoklamasikan kemerdekaan Indonesia
2. Paragraf di atas disusun dengan pola ….
A. kausalitas D. kronologis
B. generalisasi E. komparasi
C. spesialisasi
3. Kalimat yang memakai keterangan waktu dan konjungsi penyebaban dalam cuplikan di
atas dinyatakan dengan nomor ….
A. (1) D. (1) dan (2)
B. (2) E. (2) dan (3)
C. (3)
Eksplanasi Kompleks 195
(Cuplikan teks di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 4‑5)
Presiden Sukarno beserta rombongan memasuki lapangan. Presiden melakukan pidato dan
bendera Merah Putih pun dikibarkan. Untuk menghindari insiden dengan tentara Jepang, Bung
Karno hanya menyampaikan sedikit pesan kepada rakyat agar tetap percaya kepada pimpinan.
Masyarakat kembali ke tempat mereka masing-masing dengan tertib dan tenang.
4. Teks di atas menjelaskan peristiwa ….
A. Pidato Presiden Sukarno di lapangan
B. penyambutan Presiden Sukarno
C. perlawanan rakyat terhadap Jepang
D. ketertiban dan ketenangan masyarakat
E. hubungan baik pemimpin dengan rakyatnya
5. Keterangan cara dinyatakan dalam kalimat ….
A. pertama D. keempat
B. kedua E. pertama dan keempat
C. ketiga
6. Berikut ini yang tidak termasuk kalimat yang memakai keterangan waktu ...
A. Pada usia dua minggu, embrio manusia merupakan sebuah cakram pipih.
B. Pada bulan ketiga, bentuk manusia telah terwujud.
C. Pada tahap ini, embrio disebut fetus.
D. Selama bulan keenam, alis dan bulu mata timbul.
E. Lemak ditimbun di bawah kulit sehingga perlahan-lahan menghilangkan keriput pada
kulit.
(Kedua cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 7‑8)
Teks I
Masuknya pengaruh India ke Indonesia diketahui sejak abad ke-4 Masehi, yaitu dengan
ditemukannya tulisan (prasasti) di Kalimantan Timur. Prasasti-prasasti itu ditulis dalam bahasa
Sansekerta dengan huruf Palawa. Tradisi tulis-menulis itu tentunya membutuhkan pengetahuan
tinggi dan pada waktu itu kebiasaan ini hanya dikuasai oleh kaum Brahmana. Kaum
Brahmana merupakan kasta atau golongan yang tertinggi di kalangan orang-orang Hindu.
Teks II
Pengaruh dari pemakaian NAPZA sangat berbeda untuk setiap orang. Hal ini tergantung
berapa banyak yang ia gunakan, cara pemakaian, kondisi badan, serta faktor lainnya. Adapun
pengaruh jangka pendek yang ditimbulkannya adalah sebagai berikut.
7. Perbedaan kedua cuplikan teks di atas adalah ….
A. teks I prosedural kompleks, Teks II eksplanasi kompleks
B. teks I berpola kronologis, teks II berpola kausalitas
C. teks I bertema sejarah, teks II bertema kesehatan
D. teks I memakai keterangan cara, teks II memakai keterangan waktu
E. teks I memakai konjungsi, teks II tidak memakai konjungsi
-- 196
8. Persamaan kedua cuplikan teks ini adalah ....
A. sama-sama berkategori genre faktual
B. sama-sama berpola kronologis
C. sama-sama menjelaskan suatu proses
D. sama-sama merupakan bagian dari teks eksplanasi
E. sama-sama memakai kata ganti persona
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 9‑10)
Penggunaan yang dimulai dengan coba-coba kemudian menjadi ketergantungan (adiksi)
baik fisik (bila tidak dipenuhi timbul rasa sakit) maupun psikis (rasa rindu yang dalam untuk
memakai nya) mengakibatkan overdosis dan terjadinya gejala putus obat pada penghentian
penggunaan. Terjadinya ketergantungan melalui proses, pada awalnya memakai kembali
untuk mendapatkan efek yang diinginkan.
9. Persamaan teks di atas dengan cerpen adalah ....
A. sama-sama memiliki tema
B. sama-sama memiliki katar
C. sama-sama memiliki jalan cerita
D. sama-sama memakai sudut pandang
E. sama-sama memakai fakta
10. Konjungsi yang bermakna kronologis dinyatakan dengan kata ….
A. yang D. pada
B. kemudian E. untuk
C. maupun
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 11‑13)
Pembentukan tajuk merupakan pertumbuhan selanjutnya. Tajuk terdiri atas batang dengan daun-
daunnya. Tajuk berkembang dari plumula atau kuncup pertama. Plumula terdiri atas batang
(epikotil), satu atau dua calon daun (primordia daun), dan meristem apikal. Sumbu embrio tumbuh
memanjang berdiferensiasi menjadi buku-buku dan ruas-ruas. Lambat laun primordia kuncup
akan dibentuk di ketiak-ketiak daun.
11. Cuplikan ini menjelaskan peristiwa ....
A. pembentukan tajuk
B. perkembangan tajuk
C. bagian-bagian tajuk
D. keberadaan embrio
E. posisi ketiak-ketiak daun
12. Analisis yang sesuai dengan cuplikan ini adalah ….
A. teks di atas disusun dengan pola kausalitas
B. pola pengembangan teks ini bersifat kronologis
C. banyak memakai konjungsi sebab akibat dalam teks ini
D. keterangan cara dipakai dalam kalimat pertama dan kedua
E. alur teks ini memiliki kemiripan dengan alur dalam cerpen
Eksplanasi Kompleks 197
13. Pernyataan evaluatif terkait dengan teks ini adalah ….
A. teks ini sangat rinci dalam menjelaskan perkembangan tajuk
B. tajuk merupakan pembahasan utama dalam teks ini
C. pembahasan tentang tajuk ada dalam pelajaran biologi
D. perlu ada penjelasan lain tentang tajuk, misalnya melalui buku
E. kurang ada penjelasan tambahan tentang struktur tajuk
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 14‑16)
Oparin berpendapat bahwa organisme yang pertama adalah heterotrof yang makan dari molekul-
molekul organik yang menjadi cikal bakalnya. Akan tetapi, cara hidup heterotrof tidak dapat
berlanjut tanpa batas, karena lama kelamaan molekul-molekul organik akan habis. Jika kehidupan
tidak berhenti maka organisme heterotrof akan berevolusi menjadi organisme autotrof yang
mampu mensintesis molekul-molekul organik yang baru dari substansi anorganik yang ada
di alam sekitarnya.
14. berdasar cuplikan di atas yang bukan merupakan istilah biologi adalah ….
A. Oparin
B. organisme
C. heterotrof
D. organik
E. autotrof
15. Teks di atas menjelaskan peristiwa ....
A. evolusi organisme
B. keragaman organisme di bumi
C. perbedaan organisme heterotrof dan autotrof
D. fase-fase kehidupan suatu organisme di bumi
E. keberadaan organisme baru dalam kehidupan
16. Cuplikan ini disusun dengan pola ....
A. kausalitas dan kronologis
B. kausalitas dan pertentangan
C. kronologis dan komparatif
D. kronologis dan spasial
E. pertentangan dan pendefinisian
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 17‑18)
berdasar Prasasti Gunung Wukir, Magelang, diketahui bahwa di Jawa Tengah telah ada
sebuah kerajaan yang bernama Mataram. Prasasti ini bertahun 732 Masehi. Ditulis dengan huruf
Palawa dan bahasa Sansekerta. Kerajaan ini diperintah oleh Raja Sanjaya dan sebelumnya ialah
Raja Sanna. Sanjaya adalah keponakan Raja Sanna. Pulau Jawa sendiri pada waktu itu bernama
Jawadwipa.
-- 198
17. Cuplikan di atas menjelaskan peristiwa ....
A. pembuatan Prasasti Gunung Wukir
B. keberadaan Kerajaan Mataram
C. kepemimpinan Raja Sanjana
D. proses berdirinya kerajaan di Jawa
E. silsilah kerajaan di Pulau Jawa
18. Di samping menjelaskan isi Prasasti Gunung Wukir, teks itu juga memaparkan ....
A. silsilah Kerajaan Mataram
B. asal-usul kerajaan di Jawa
C. pembagian kerajaan di Jawa Tengah
D. perkembangan kerajaan Mataram
E. perubahan nama suatu kerajaan
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 19‑20)
Sesudah Raja Samaratungga wafat, terjadilah perebutan kekuasaan. Rakai Pikatan dengan
Balaputra saling berebut kekuasaan. Rakai Pikatan berhasil merebut kekuasaan dan mengusir
Balaputra. Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan, wilayah Mataram meliputi hampir seluruh
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Rakai Pikatan berhasil mendirikan bangunan-bangunan suci, baik
candi untuk umat Hindu ataupun Buddha. Candi-candi yang dimaksud, antara lain, Candi Plaosan
dan Loro Jonggrang.
19. Cuplikan di atas disusun dengan pola kronologis yang ditandai dengan penggunaan fungsi
keterangan ….
A. sesudah
B. ataupun
C. antara lain
D. dengan
E. terjadilah
20. Peristiwa yang menjadi fokus cuplikan di atas adalah tentang ….
A. perebutan kekuasaan
B. pendirian candi-candi
C. pengusiran seorang raja
D. macam-macam bangunan suci
E. kerukunan umat Hindu dan Buddha
Ulasan Film/Drama 199
A Pengertian Teks Ulasan
Amatilah teks berikut.
Apresiasi Pementasan Drama “Polisi” karya Slawamir Mrozek
oleh Hafi Zha
Pada hari Selasa, pukul 19.00 WIB di Auditorium Universitas Negeri Malang diadakan
pementasan drama “Polisi” oleh Teater Pelangi. Pementasan ini dimainkan oleh lima orang,
yaitu Andrean Fahreza Nur Wicaksono, Agus Triono, M. Fatoni Rahman, Mochammad Zaini
Leo D., dan Fitratur Rosyidah. Andre (sapaan akrab Andrean Fahreza Nur Wicaksono) bermain
sebagai Kepala Polisi, Aga (Agus Triono) memainkan tokoh tawanan dan Letnan, Toni (M. Fatoni
Rahman) bermain sebagai sersan, Leo (Mochammad Zaini Leo D.) memainkan tokoh jenderal,
dan istri sersan dimainkan oleh Ida (Fitratur Rosyida).
Sinopsis
Diceritakan bahwa ada suatu negara yang dipimpin oleh Raja Muda dan Baginda Wali
sebagai wakilnya. Negara ini begitu damai dan bebas dari sikap-sikap tidak puas dari
rakyatnya. Hal ini dikarenakan negara itu makmur, hasil panen yang berlimpah ruah, kekayaan
alam yang dipakai semestinya untuk kepentingan rakyat. Rakyat begitu setia terhadap Raja
Muda dan Baginda Wali sehingga tidak ada pihak yang membangkang dan membuat kekacauan
di negara ini . Kepemimpinan Raja Muda dan Baginda Wali ternyata dikagumi oleh seorang
tawanan kepolisian. Sebutlah tawanan 9512 (karena memakai baju tahanan dengan nomor
ini ). Dia adalah bekas revolusioner yang ditangkap kepolisian dan ditahan selama 10 tahun.
Semua teman seangkatannya telah dibebaskan karena telah menandatangani surat kesetiaan
terhadap negara. Hal ini membuatnya juga ingin bebas dengan kesetujuannya menandatangani
surat kesetiaan terhadap Raja Muda dan Baginda Wali.
Ternyata hal ini sulit didapatkannya karena Kepala Polisi bertele-tele untuk menyerahkan
surat ini kepadanya. Pada akhirnya, tawanan 9512 dibebaskan oleh Kepala Polisi dan ternyata
kelak menjadi Letnan, ajudan Jenderal. Kepolisian mendapati bahwa mereka tidak mempunyai
tawanan lagi sehingga Kepala Polisi menyuruh Sersan untuk membuat keonaran agar dapat
memancing masyarakat untuk berbuat anarkis. Dengan demikian, ia harapkan ada pelakunya
yang bisa ditahan. Sersan tiap harinya menyamar menjadi warga sipil dan melepaskan seragam
polisinya demi menjalankan perintah Kepala Polisi. Namun, semua yang dilakukan Sersan gagal,
tidak membuahkan hasil. Akibatnya Kepala Polisi menyusun sebuah rencana dengan Sersan,
X Ulasan Film/Drama
-- 200
yaitu Sersan akan pura-pura ditangkap dan ditahan. Sersan yang sedikit bodoh menyetujuinya.
Akan tetapi, apa yang didapatnya kemudian? Ia menjadi tawanan sesungguhnya dan kasusnya
diselidiki oleh Jenderal secara langsung.
Analisis
1. Perwatakan
a. Kepala Polisi
Secara fisik, tokoh ini berpostur badan tinggi, kurus, tegap, berambut cepak, berkulit
cokelat, berseragam rapi, berkumis, bermata tajam dengan pandangan menyelidik.
Secara psikologis, ia berwibawa, berbicara dengan tegas, sombong dan angkuh,
pandai bersilat lidah, pintar memprovokasi, mudah cemas dan khawatir.
Adapun secara sosiologis, ia mempunyai jabatan yang cukup penting di kepolisian
sebagai kepala polisi, suka minum-minuman keras (secara sembunyi-sembunyi), disegani
oleh bawahannya.
b. Sersan
Dari segi fisik, ia sedikit gemuk, bertampang bodoh, hidung pesek, berkulit putih,
rambut sedikit ikal, tinggi badan kira-kira 165 cm, berseragam rapi.
berdasar aspek psikologis, ia patuh pada perintah atasan, sedikit bodoh, suka
melucu, tidak bisa berpikir panjang, gila jabatan, suka dipuji, disiplin, pasrah.
Dari segi sosiologis, ia anggota kepolisian yang berpangkat sersan, ayah dari dua
anak, mempunyai istri cantik, mengemban misi rahasia dari kepolisian dengan menyamar
sebagai warga sipil.
c. Tawanan 9512 (Letnan)
Secara fisik, ia saat masih jadi tawanan berambut gondrong, berkumis dan
berjambang, kurus, penampilan acak-acakan, suara tegas dan nyaring, memakai baju
tahanan dengan nomor 9512, memakai sandal; setelah menjadi letnan rambutnya cepak,
berkumis, berseragam rapi, tegap, kurus, berpostur badan lumayan tinggi, berkulit
cokelat, berambut lurus, bermata tajam.
Dari aspek psikologis, ia cerdas, suka humor, pandai berbicara, sedikit suka minum
minuman keras, pemberani, vokal, pantang menyerah, tidak mudah terpengaruh, saat
menjadi letnan ber wibawa, setia, serius, gemar mengumpulkan perangko.
berdasar aspek sosiologis, seorang tahanan kepolisian selama sepuluh tahun,
mantan revolusioner, diangkat menjadi letnan oleh Jenderal.
d. Jenderal
Dari segi fisik, ia gemuk, besar dengan badan yang pendek, berkulit putih, berkumis,
berambut pendek, tatapan mata tajam dan menyelidik, berbicara dengan suara yang tegas,
berseragam rapi dan lengkap, membawa tongkat sebagai salah satu atribut seragamnya.
Dari segi psikologis, ia bisa melucu, berwibawa, mudah terpengaruh dan kadang-
kadang kurang tegas terhadap bawahannya.
berdasar aspek segi sosiologis, ia seorang Jenderal, disegani oleh bawahannya,
terpandang di negara ini .
Ulasan Film/Drama 201
e. Istri sersan
berdasar fisiknya, ia tinggi semampai, langsing, berkulit hitam manis, rambut
panjang yang diikat, berpakaian sedikit mewah, feminim, bermata jeli, berbicara dengan
pelan, suara tegas, sedikit genit.
Dari segi psikologis, ia penurut, penyayang terhadap Sersan, perhatian, hati-hati,
sopan.
Adapun dari segi sosiologis, ia istri seorang sersan, cukup ter pandang di lingkungan
rumahnya, mengenal para tetangganya.
2. Setting
Pementasan ini terbagi menjadi tiga babak di mana antara babak yang satu memakai
setting tempat yang berbeda. Babak pertama bertempat di sebuah penjara. Di tempat ini
bermain tokoh Kepala Polisi, Tawanan 9512, dan Sersan. Di babak yang kedua mengambil
tempat di rumah Sersan, di sini bermain istri Sersan, Kepala Polisi, dan Sersan. Selanjutnya
di babak terakhir bertempat di penjara, yang bermain di sini adalah Sersan, Kepala Polisi,
Jenderal, dan Letnan.
Setting waktu saat terjadinya peristiwa dalam setiap babak juga berbeda-beda. Di babak
pertama terjadi antara waktu pagi hari sampai menjelang sore (kemungkinan besar pagi
menjelang siang). Hal ini dibuktikan dengan bebasnya Tawanan 9512 (seorang tahanan tentu
kemungkinan besar dibebaskan di siang hari, jarang terjadi bahkan tidak pernah tahanan
dibebaskan pada malam hari). Babak kedua mengambil waktu di malam hari dan malam
ini hujan. Hal ini dibuktikan dengan bertamunya Kepala Polisi ke rumah Sersan dengan
memakai jas hujan dan saat sampai di rumah Sersan mengucapkan selamat malam. Babak
terakhir terjadi di siang hari. Buktinya adalah kunjungan Jenderal untuk melihat langsung
kondisi Sersan yang ditahan dan mengecek hasil interogasi oleh Kepala Polisi.
3. Dialog
Dialog yang dipakai dalam pementasan ini cukup panjang sehingga tiap babak
memakan waktu kurang lebih 40 menit. Dialog berjalan apa adanya. Antara pemain saling
merespons dialog pemain yang lainnya. Bahasa yang dipakai dalam dialog adalah bahasa
Indonesia formal namun tidak tertutup kemungkinan dipakai nya bahasa daerah seperti
bahasa Jawa. Dialog tidak terlalu kaku karena pemain bisa dan terkadang menyelipkan
humor di antaranya.
4. Alur
Alur yang dipakai adalah alur maju. Babak pertama menceritakan tentang tawanan
9512 yang ingin bebas setelah sepuluh tahun dipenjara. Ia dipenjara karena dituduh melakukan
tindakan anarkis terhadap pemerintah (gerakan revolusi). Setelah berbelit-belit, Kepala
Polisi terpaksa melepaskannya. Datanglah Sersan yang ternyata ditugasi untuk melakukan
provokasi terhadap masyarakat yang setia terhadap pemerintah sehingga kepolisian tidak
memiliki lagi tahanan (akibat terlalu damainya negara ini dipimpin oleh Raja Muda dan
Baginda Wali).
Babak kedua berkisah tentang kunjungan Kepala Polisi ke rumah Sersan untuk
mengajaknya melakukan sebuah rencana yang akan membawa Sersan masuk penjara. Sersan
yang sangat patuh terhadap perintah Kepala Polisi serta gila jabatan mau melaksanakan rencana
ini .Ia akan pura-pura ditangkap agar kepolisian memiliki kasus untuk ditangani. Babak
-- 202
terakhir menceritakan terpenjaranya Sersan dan rasa penyesalan serta ketidakmengertian
Sersan kenapa dia ditahan lama. Juga diceritakan tentang nasib Tawanan 9512 yang telah
menjadi Letnan, ia menemani Letnan mengecek kasus Sersan ke penjara. Di sana Letnan
(mantan tawanan) bertemu dengan Kepala Polisi yang akhirnya saling menjatuhkan di
hadapan Jenderal.
Tahapan peristiwa dalam pementasan ini setiap babaknya berisi tahap perkenalan dari
masing-masing tokohnya. Tahapan penanjakan adalah saat Tawanan 9512 dibebaskan
dari penjara. Kepala Polisi kebingungan karena penjara telah kosong dan tidak ada kasus
yang ditangani. Klimaks terjadi saat Sersan setuju untuk melakukan rencana Kepala Polisi
dengan berpura-pura sebagai pengacau dan pembantah negara. Sersan akhirnya ditangkap
dan dimasukkan ke dalam penjara. Tahapan penurunan adalah saat Jenderal datang bersama
Letnan untuk mengecek kasus Sersan. Sempat terjadi adanya upaya untuk membunuh Jenderal
dengan granat – merupakan barang bukti tawanan 9512 – yang diserahkan kepada Sersan
yang bodoh. Namun, Jenderal selamat karena lari bersembunyi di kamar mandi. Akhirnya
penyelesaian cerita adalah saat Jenderal menengahi perselisihan antara Kepala Polisi
dengan Letnan.
5. Properti
Penataan panggung sudah cukup bagus dan mampu menciptakan suasana yang dimaksud
dalam tiap adegan. Dalam menciptakan suasana dalam penjara pada babak pertama dan
ketiga, panggung didekorasi sesuai suasana penjara itu sendiri.ada meja Kepala Polisi
beserta peralatan-peralatan tulisnya serta dokumen dan surat-surat penting.ada tayangan
multimedia yang berisi sebuah sel dan foto pemimpin negara ini , yaitu Raja Muda dan
Baginda Wali.ada juga bangku panjang (dipakai sebagai tempat tidur tahanan).
Di babak kedua, penataan panggungnya dilengkapi satu set kursi tamu karena settingnya
adalah di ruang tamu di rumah Sersan. Masih ada foto yang dipajang di tembok yaitu foto
Raja Muda dan Baginda Wali, ada pula penyekat ruangan di mana di baliknya dipakai
sebagai tempat berganti pakaian oleh Sersan.
Adapun tata pencahayaan yang dipakai untuk mendukung suasana juga sudah cukup
bagus. Sementara itu, tata suara kurang berhasil dalam pementasan ini. Kadang-kadang
ada suara dari pemain yang kurang bisa ditangkap oleh penonton. Suara pemain timbul
tenggelam, seperti suara Kepala Polisi, di awal-awal cerita masih terdengar jelas namun
berikutnya sulit untuk ditangkap karena mungkin Kepala Polisi selalu tampil di setiap babak.
Musik pengiringnya bagus dan berhasil menciptakan suasana cerita yang dibawakan oleh
para pemain.
Tata rias bagus karena mampu membantu pemain dalam menampilkan karakter yang
dibawakannya. Make up sudah sesuai dengan karakter para pemainnya. Kepala Polisi yang
make up-nya lumayan tebal telah mampu menampilkan sosok yang tegas dilihat dari wajahnya
dan kelicikannya juga terpancar dari matanya yang juga dirias tebal. Sersan yang babak
belur juga diberi make up yang sudah sesuai dan tidak terlalu tebal karena karakter Sersan
yang sedikit bodoh. Busana yang dipakai pemain juga sudah sesuai dan tidak berlebihan.
Atribut-atribut kepolisian yang lumayan lengkap walaupun tidak seperti kepolisian asli.
6. Akting Para Pemain
Para pemain, secara garis besar, sudah berperan bagus dan berhasil dalam membawakan
cerita. Hanya saja ada kekurangan, yakni kadang-kadang karakter tokoh yang dibawakan
tidak terlalu kuat karakternya. Misalnya saja Kepala Polisi di awal-awal cerita masih
Ulasan Film/Drama 203
mengambang dan tidak jelas karakternya bagaimana. Hal ini berakhir saat Kepala Polisi
mulai membujuk Sersan untuk melakukan rencananya. Selain itu, karena terlalu panjang,
dialog menjadi membosankan penonton untuk bisa mengikuti ceritanya. Kepala Polisi yang
tampil dari awal hingga akhir juga sedikit membosankan karena tidak ada kejutan akting
yang dibuatnya.
7. Tema
Tema yang diangkat dari pementasan ini adalah kesetiaan tanpa kelogisan berpikir.
Hal ini dibuktikan dengan tindakan Kepala Polisi yang bersikeras untuk tidak melepaskan
Tawanan 9512 karena dia takut kepolisian akan menganggur, tidak ada kasus yang ditangani,
fasilitas pengadilan yang terbengkalai karena negara begitu makmurnya dan amannya. Kepala
Polisi menunjukkan kesetiaannya terhadap kepolisian dengan berbuat hal yang seharusnya
tidak dilakukan oleh seorang anggota polisi. Kesetiaan juga ditunjukkan oleh Sersan yang
sanggup melakukan rencana dari Kepala Polisi tanpa ia mau berpikir baik-buruknya. Ia
sanggup melaksanakan rencana dengan mengorbankan fisik dan waktunya. Tawanan 9512
yang ingin bebas karena ingin setia terhadap Raja Muda dan Baginda Wali. Istri Sersan juga
setia terhadap suaminya dengan setia menunggunya yang pulang malam.
Tema ini dibungkus dengan cerita yang menarik, yang tidak dapat ditemukan tanpa
melihat masing-masing karakter dari tokoh-tokoh yang bermain di dalamnya. Teater ini
berhasil membawakan tema secara apik dengan tokoh-tokoh yang bermain totalitas dengan
catatan-catatan seperti yang disebutkan dalam bagian akting.
Sumber: rumahkata-hafizha.blogspot.com/2010/08/apresiasi-pementasan-teater-naskah.html
Teks di atas membahas tentang suatu pementasan drama. Di dalamnya ada sejumlah
tafsiran, komentar, ataupun kupasan mengenai suatu objek tertentu, yang dalam hal ini adalah
pementasan drama ataupun teater. Objek lainnya yang mungkin kita ulas adalah penayangan
film, mungkin juga buku, lukisan, dan karya-karya lainnya. Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia (2008), ulasan merupakan ‘kupasan’, ‘tafsiran’, atau ‘komentar’. Ulasan tentang
suatu karya bentuknya dapat berupa resensi atau apresiasi, lebih mendalamnya lagi adalah
kritik.
Ulasan bisa berbentuk lisan dan bisa pula berupa tulisan. Ulasan lisan atas suatu film
ataupun drama mungkin terjadi di dalam obrolan biasa; mungkin pula diadakan dalam
kegiatan khusus semacam diskusi atau seminar bedah film. Ulasan tertulis berwujud resensi
yang umumnya dimuat di media massa, seperti dalam surat kabar ataupun majalah. Wujudnya
bisa berupa resensi, esai, ataupun editorial.
B Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Ulasan
1. Fungsi Teks Ulasan
Dalam pengategorian teks, ulasan termasuk ke dalam jenis discussion, yakni teks yang
berfungsi untuk membahas berbagai pandangan mengenai suatu objek, isu, ataupun masalah
tertentu.Ulasan termasuk ke dalam jenis teks argumentatif. Di dalam teks ini disajikan
banyak pendapat berdasar interpretasi ataupun penafsiran dari perspektif tertentu dengan
disertai fakta-fakta pendukungnya. Dengan demikian, di dalam suatu penjelasan akan ada
argumen dan fakta-fakta.
-- 204
a. Argumen ataupun pendapat pada umumnya dinyatakan dalam bagian isi, berupa komentar
terhadap aspek-aspek yang ada di dalam film/drama yang diulasnya. Di dalamnya dapat
berupa tanggapan ataupun penilaian positif/negatif.
b. Fakta dinyatakan dalam gambaran umum tentang identitas film/drama, serta sinopsisnya.
Fakta dipakai untuk mendukung suatu pendapat.
Dengan demikian, teks ulasan (film/drama) merupakan hasil inter pretasi terhadap suatu
tayangan atau pementasan drama/film tertentu. Dengan ulasan ini , pembaca/penyimaknya
menjadi terbantu di dalam memahami suatu tayangan. Dengan sinopsis, seseorang menjadi
tahu isi ceritanya secara garis besar. Dengan membaca analisisnya, khalayak menjadi tahu
struktur tayangan itu, sekaligus kelebihan dan kelemahannya.
Amatilah pula teks berikut.
Ulasan Pementasan Legenda Rakyat
“Datu Museng dan Maipa Deapati”
Anda pernah mendengar kisah Romeo dan Juliet? Itu adalah kisah percintaan yang
dikarang oleh sastrawan besar Inggris, William Shakespeare. Kisah itu telah menyebar ke
berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia, dan dituturkan banyak orang.
Akan tetapi, siapa sangka, kisah percintaan nan romantik sekelas Romeo dan Juliet
juga pernah ada di Indonesia. Di Makassar, Sulawesi Selatan, kisah percintaan semacam
itu juga pernah direkam dalam karya sastra setempat. Itulah kisah “Datu Museng dan
Maipa Deapati”.
Pementasan
Kisah percintaan “Datu Museng dan Maipa Deapati” (DMMD) sangat populer di
kalangan rakyat Makassar. Akhir Februari ini, tepatnya tanggal 25-29 Februari, cerita
rakyat ini dipentaskan di Studio Theatre Trans Studio Makassar.
Kisah ini dipentaskan oleh Dewan Kesenian Makassar. Drs. Fahmi Syarif,
M.Hum, sang penulis cerita, bertindak sebagai sutradara pementasan ini. Fahmi sendiri
sudah dikenal sebagai penulis dan sutradara handal di Sulsel.
Drama empat babak ini diawali dengan seting Kerajaan Sumbawa.Raja Sumbawa
punya putri cantik bernama Maipa Deapati. Datu Museng sendiri, bersama keluarganya,
adalah pelarian dari kerajaan Makassar. Kakek Datu Museng meninggalkan kerajaan
Gowa karena perpecahan yang dipicu oleh kolonialis Belanda.
Di Sumbawa, Datu Museng tumbuh menjadi dewasa. Ia jatuh cinta kepada putri
kerajaan Sumbawa. Akan tetapi, cinta Datu Museng dan Putri Maipa Deapati tidak dapat
dibenarkan. Maklum, Maipa Deapati sudah ditunangkan dengan pangeran kerajaan
Lombok, Pangeran Mangalasa.
Secara garis besar, cerita “Datu Museng dan Maipa Deapati” terbagi atas dua peristiwa
besar. Pertama, kisah perjuangan Datu Museng, yang pernah memperdalam ilmu di Mekah
(Arab Saudi) untuk menikahi Maipa. Datu Museng sendiri berhadapan dengan ancaman
perang dari dua kerajaan: Sumbawa dan Lombok.
Akan tetapi, berkat keperkasaannya Datu Museng berhasil mengalahkan putra kerajaan
Lombok, Pangeran Mangalasa. Akhirnya, Datu Museng pun mendapat restu raja Sumbawa
untuk menikahi Maipa Deapati.
Ulasan Film/Drama 205
Bagian kedua menceritakan kisah Datu Museng dan istrinya pergi ke Makassar karena
ditugaskan oleh raja Sumbawa. Saat itu, Datu Museng diperintahkan menyelesaikan Datu
Jarewe, yang ditugaskan oleh Belanda menguasai Sumbawa.
Singkat cerita, Datu Museng dan istrinya sampai di tanah Makassar. Masalah baru pun
muncul. Tentu saja, Belanda tidak senang dengan kedatangan Datu Museng dan istrinya.
Masalahnya kian parah karena kapten Belanda, Tumlompoa, juga jatuh hati kepada Maipa
Deapati.
Kapten Belanda ini pun berniat membunuh Datu Museng. Pasukan gabungan Belanda
dan Galesong—yang sudah diperalat Belanda—menyerbu kediaman Datu Museng dan
istrinya. Dalam keadaan terdesak dan kritis, Maipa meminta suaminya (Datu Museng)
untuk mencabut nyawanya. Ia tidak rela dirinya direbut oleh lelaki Belanda itu.
Akhirnya, dengan perasaan sangat berat, Datu Museng pun terpaksa menusukkan
keris kecil (badik kecil) ke leher Maipa. Maipa yang lunglai di pangkuan Datu Museng
dibaringkan kemudian. Di saat-saat kritis, Maipa mengeluarkan kata-kata berikut.
“Daengku Datu Museng, permata hatiku. Takkan ku gentar walau jiwa melayang.
Kebimbangan telah kucampakkan, sebab keyakinan telah kupastikan. Perahu kematian
siap kutumpangi. Kemudi telah ku…kuh di tangan.Telah kutetapkan haluan menyongsong
tujuan, pada kematian yang hangat dan menyenangkan.”
Cerita diakhiri saat Datu Museng tertikam oleh tombak Karaeng Galesong. Saat itu,
Karaeng Galesong sudah diperalat oleh Belanda yang berniat menguasai perdagangan
Kerajaan Makassar.
Tidak Hanya Cinta, Tapi Sikap Anti Kolonial
Tetapi, kisah “Datu Museng dan Maipa” bukan hanya soal cinta, tetapi juga perjuangan
anti-kolonialisme Belanda. Datu Museng jelas sangat anti-kolonial. Ia tidak rela kerajaan
Gowa, yang punya sejarah anti-kolonial, diperalat oleh penjajah dari barat ini . Gowa
sendiri punya sekutu-sekutu yang banyak, termasuk Kerajaan Sumbawa.
Sayang sekali, Belanda telah memperalat sejumlah bangsawan di Kerajaan Makassar
itu. Akhirnya, dalam cerita itu, Datu Museng gugur di tangan bangsanya sendiri.
Berikut kata-kata Datu Museng sesaat setelah ditikam oleh tombak Galesong.
“Karaeng Galesong, semoga hanya engkaulah Mangkasara’ yang mata hatinya
digelap‑butakan oleh orang‑orang yang mau menjajah kita. Maipa Deapati, kasihku,
selamat berjumpa.”
Maipa sendiri juga tipe perempuan setia. Cintanya kepada suaminya tidak goyah
oleh apa pun, sekalipun sudah berhadapan dengan maut. Maipa juga tidak rela tubuhnya
dimiliki oleh bangsa yang berniat menjajah negerinya.
Beginilah kata-kata Maipa saat hendak menghembuskan napas terakhir.
“Datuku, jangan ragukan ketulusan Maipamu. Aku rela pergi mendahuluimu, merintis
jalan menuju tempat yang telah ditentukan oleh Maha Pencipta. Junjunganku Datu,
aku rela mati di tanganmu. Tuhan jadi saksi, bahwa kuharamkan kulitku ini disentuh
Balandaya (Belanda).“ – Maipa Deapati
-- 206
Meski tidak sepopuler Romeo and Juliet, tetapi kisah “Datu Museng dan Maipa” juga
membuktikan kepada kita, bahwa Nusantara ini juga punya kekayaan karya sastra yang
tidak kalah dengan bangsa lain. Nama Datu Museng sendiri dijadikan nama sebuah jalan
besar di Kota Makassar. Cerita rakyat tentang “Datu Museng dan Maipa” juga masih hidup
di tengah-tengah masyarakat Makassar (Qadlie F. Sulaiman).
Dengan ulasan ini khalayak menjadi tahu isi dari drama “Datu Museng dan
Maipa”, tanpa terlebih dahulu menyaksikan pementasannya dan kesamaan-kesamaannya
dengan cerita “Romeo dan Juliet” karya William Shakespeare. Khalayak pun menjadi tahu
kandungan nilai yang ada di dalamnya serta kaitan isi cerita dengan sebuah bangunan yang
ada di Kota Makassar.
Perhatikan kembali ulasan drama “Polisi” pada pelajaran sebelumnya. Di samping
mengetahui isinya secara garis besar, khalayak menjadi memahami keberadaan unsur-
unsurnya secara lebih mendalam, seperti perwatakan, setting, dialog, alur, dan unsur-unsur
lainnya. Khalayak pun menjadi terbantu untuk bisa menilai kualitas pementasan ini .
2. Struktur Teks Ulasan Drama/Film
Sebagaimana tampak pada kedua contoh teks di atas, teks ulasan drama/film dibentuk
oleh bagian-bagian berikut.
a. Pendahuluan, yakni berupa pengenalan drama/film yang akan diulas. Di dalam contoh di
atas disebutkan informasi tentang waktu dan tempat pementasan serta para pemainnya.
Di samping itu, dalam judul ulasan, disebutkan judul drama serta pengarangnya.
b. Sinopsis, berisi ringkasan isi drama/film dari awal hingga selesai. Dalam contoh di atas,
sinopsisnya terdiri atas dua paragraf.
c. Analisis unsur-unsur drama, yang meliputi unsur perwatakan, setting, dialog, alur,
properti, akting para pemain, dan tema. Pada bagian ini dikemukakan argumen-argumen
beserta fakta-fakta pendukung yang memperkuat argumen, termasuk penilaian dan
rekomendasi tentang film/drama.
Dalam teks yang lain, struktur teks ulasan itu mungkin pula disertai dengan bagian
penutup atau bahkan daftar pustaka.
Seperti halnya teks negosiasi, sebagai jenis teks discussion, teks ulasan film/drama
memiliki struktur umum sebagai berikut.
a. Pengenalan isu atau tinjauan karya (film/drama) yang di dalamnya berupa judul, sutradara,
para pemain, termasuk gambaran isi karya itu sendiri, yakni yang biasa disebut sebagai
sinopsis.
b. Pemaparan argumen, sebagai bagian inti teks, berisi analisis berkenaan dengan unsur-
unsur karya berdasar prespektif tertentu. Pada bagian ini dikemukakan juga fakta-
fakta pendukung untuk memperkuat argumen penulis/pembicara.
c. Penilaian dan rekomendasi, berisi timbangan keunggulan dan kelemahan film/drama
yang diulas. Pada bagian ini dapat pula disertai saran-saran untuk khalayak terkait
dengan kepentingan pengapresiasiannya.
Ulasan Film/Drama 207
S
tru
kt
ur
U
la
sa
n
Fi
lm
/D
ra
m
a
Pengenalan Isu
Paparan argumen
Penilaian dan
rekomendasi
Identitas film/drama
Sinopsis
Ulasan unsur-unsur
drama/film
Kualitas film/drama
Saran kepada khalayak
Berikut contoh analisisnya.
Teks Struktur Penjelasan
Judul drama : Lutung Kasarung
Karya/sutradara : Bambang Arayana Sambas
Waktu pementasan : Pukul 21.00-24.00, Jumat.
Tempat Pementasan : Gedung Kesenian Sunan Ambu
STSI Bandung
Pimpinan Produksi : I Nengah Maja B.A
Penanggung Jawab : Dra. Wiwi Siti Zawiyah
Asal Pemain : SMK Negeri 10 Bandung
Pengenalan
isu
Identitas
drama
Drama ini menceritakan sebuah kerajaan yang maju dan
sejahtera bernama Pasir Bantang. Kerajaan itu dipimpin oleh
seorang raja yang bijaksana, dialah Prabu Tapa Agung. Pada
suatu hari, sang Prabu berniat untuk menurunkan takhtanya,
Semua rakyat gelisah, termasuk ketujuh putrinya. Hanya
Purbalaranglah yang terlihat bahagia, ia merasa takhta itu
akan turun kepadanya karena ia merupakan anak pertama.
Namun, tanpa disangka, takhta turun kepada putri bungsu,
yaitu Purbasari Ayu Wangi.
Setelah penobatan selesai, Prabu Tapa Agung pergi
bertapa, kepergian sang ayah membuat Purba larang dengan
mudah mengeluarkan amarahnya kepada Purbasari. Purbasari
dianiaya dan diper hina kan di depan saudara-saudaranya.
Purbasari sangat malang, ia dibuang ke hutan larangan,
ia berpakaian compang-camping. Di lain sisi Purbalarang
menobatkan diri sebagai Ratu Agung Pasir Batang.
Waktu terus berlalu, Purbasari bertemu dengan lutung
yang sangat baik, kemudian lutung itu dengan keajaibannya
mengubah Purbasari menjadi cantik seperti semula, Purbasari
mengenakan pakaian bagus layaknya seorang putri.
Sinopsis
-- 208
Kemudian Purbasari pulang ke kerajaan, Sang kaka
murka tiada tara. Tapi pada akhirnya Purbasari menempati
takhtanya. Purbasari sangat merindukan lutung yang baik hati,
kemudian ia bertemu dengan lutung itu, Purbasari telah jatuh
cinta padanya lalu keajaiban itu kembali, sang lutung berubah
menjadi lelaki tampan, ternyata ia adalah putra kayangan yang
sedang menebus kesalahan dan dihukum oleh Hyang Sunan
Ambu. Di akhir cerita, Purbasari pun hidup bahagia.
Kelebihan dari pementasan teater musikal lutung
kasarung ini yaitu performansi yang menarik, busana yang
indah serta setting latar panggung yang sesuai membuat
penonton terpukau. Perpaduan tarian-tarian yang gemulai
menambah keistimewaan teater ini, serta Lutung-lutung yang
bertingkah lucu sangat menggemaskan para penonton untuk
tertawa.
Kekurangannya, bahasa daerah yang diper gunakan
kadang-kadang membuat penonton sedikit kesulitan untuk
menerjemahkannya. Alhasil, saya pribadi menontonnya
hanya melihat dari gerakan-gerakan dan ekspresinya saja.
Namun, ini bukanlah suatu kekurangan, mungkin memang
pada kenyataannya saya menyadari keterbatasan memahami
bahasa daerah yang kurang pada diri saya sendiri. Ini juga
sebagai koreksi saya sebagai penonton.
Selebihnya teater ini sangat bagus, sempurna. (Diane
Nurhayati)
Argumen,
penilaian
Kelebihan
dan
kelemahan
drama
• Identitas film/drama
• Sinopsis
• Keunggulan
• Kelemahan
• Saran-saran
• Tanggapan terhadap
unsur-unsur film/drama
Pengenalan isu
(Pendahuluan)
Argumen-argumen
(Pembahasan
Penilaian/
rekomendasi
Struktur Ulasan Film/Drama
3. Kaidah Teks Ulasan
berdasar kaidah bahasanya, teks ulasan film/drama memiliki karakteristik sebagai
berikut.
a. Banyak memakai kata sifat sebagai bentuk pendapat dan penilaian unsur-unsur
film/drama. Kata-kata yang dimaksud misalnya, tinggi, pintar, bagus, kurang, menarik.
Ulasan Film/Drama 209
Contoh:
1) Secara fisik, tokoh ini berpostur badan tinggi, kurus, tegap, berambut cepak, berkulit
cokelat, berseragam rapi, berkumis, bermata tajam dengan pandangan menyelidik.
2) Secara psikologis, ia berwibawa, berbicara dengan tegas, sombong dan angkuh,
pandai bersilat lidah, pintar memprovokasi, mudah cemas dan khawatir.
3) Dialog yang dipakai dalam pementasan ini cukup panjang sehingga tiap babak
memakan waktu kurang lebih 40 menit.
4) Alur yang dipakai adalah alur maju.
5) Penataan panggung sudah cukup bagus dan mampu menciptakan suasana yang
dimaksud dalam tiap adegan.
6) Tata rias bagus karena mampu membantu pemain dalam menampilkan karakter
yang dibawakannya.
7) Para pemain, secara garis besar, sudah berperan bagus dan berhasil dalam
membawakan cerita.
8) Tema ini dibungkus dengan cerita yang menarik, yang tidak dapat ditemukan tanpa
melihat masing-masing karakter dari tokoh-tokoh yang bermain di dalamnya.
9) Teater ini berhasil membawakan tema secara apik dengan tokoh-tokoh yang bermain
totalitas dengan catatan-catatan seperti yang disebutkan dalam bagian akting.
b. Banyak memakai kata yang menyatakan perincian aspek. Hal ini ditandai oleh
penggunaan kata-kata, seperti berdasar , dari segi, kedua, terakhir.
1) berdasar fisiknya, ia tinggi semampai, langsing, berkulit hitam manis, rambut
panjang yang diikat, berpakaian sedikit mewah, feminim, bermata jeli, berbicara
dengan pelan, suara tegas, sedikit genit.
2) Dari segi psikologis, ia penurut, penyayang terhadap Sersan, perhatian, hati-hati,
sopan.
3) Adapun dari segi sosiologis, ia istri seorang sersan, cukup ter pandang di lingkungan
rumahnya, mengenal para tetangganya.
4) Babak kedua berkisah tentang kunjungan Kepala Polisi ke rumah Sersan untuk
mengajaknya melakukan sebuah rencana yang akan membawa Sersan masuk
penjara.
5) Di babak kedua, penataan panggungnya dilengkapi satu set kursi tamu karena
settingnya adalah di ruang tamu di rumah Sersan
6) Adapun tata pencahayaan yang dipakai untuk mendukung suasana juga sudah
cukup bagus.
7) Sementara itu, tata suara kurang berhasil dalam pementasan ini.
c. Karena sifatnya yang argumentatif, dalam suatu alasan banyak dijumpai pernyataan yang
berupa pendapat, yang kemudian ditunjang pula oleh fakta. Kehadiran fakta berfungsi
sebagai sarana untuk memperjelas pendapat.
Pendapat yang dimaksud pada umumnya berupa pernyataan tentang penilaian atas
kelebihan dan kekurangan karya itu sendiri. Berikut contoh-contoh pernyataan yang
berupa pendapat.
-- 210
Kelebihan Kekurangan
1) Dialog tidak terlalu kaku karena
pemain bisa dan terkadang
menyelipkan humor di antaranya.
2) Penataan panggung sudah cukup
bagus dan mampu menciptakan
suasana yang dimaksud dalam tiap
adegan.
3) Adapun tata pencahayaan yang
dipakai untuk mendukung
suasana juga sudah cukup bagus.
4) Para pemain, secara garis besar,
sudah bermain bagus dan berhasil
dalam membawakan cerita.
1) Sementara itu, tata suara kurang
berhasil dalam pementasan ini.
Kadang-kadang ada suara dari
pemain yang kurang bisa ditangkap
oleh penonton.
2) Hanya saja ada kekurangan,
yakni kadang-kadang karakter tokoh
yang dibawakan tidak terlalu kuat
karakternya.
Contoh pernyataan yang berupa fakta dalam ulasan film/drama.
1) Pada hari Selasa, pukul 19.00 WIB di Auditorium Universitas Negeri Malang
diadakan pementasan drama “Polisi” oleh Teater Pelangi.
2) Pementasan ini dimainkan oleh lima orang, yaitu Andrean Fahreza Nur
Wicaksono,….
3) Secara fisik, tokoh ini berpostur badan tinggi, kurus, tegap, berambut cepak, berkulit
cokelat, berseragam rapi, berkumis, bermata tajam dengan pandangan menyelidik.
4) Dari segi sosiologis, ia anggota kepolisian yang berpangkat sersan, ayah dari dua
anak, mempunyai istri cantik, mengemban misi rahasia dari kepolisian dengan
menyamar sebagai warga sipil.
5) Dialog yang dipakai dalam pementasan ini cukup panjang sehingga tiap babak
memakan waktu kurang lebih 40 menit.
6) Alur yang dipakai adalah alur maju. Babak pertama menceritakan tentang
tawanan 9512 yang ingin bebas setelah sepuluh tahun dipenjara.
d. Sebagai suatu ulasan film/drama, teks ini banyak memakai kata teknis di
bidang itu, seperti babak, properti, dialog, teater, perwatakan, setting, alur, panggung,
tata pencahayaan.
C Perbandingan Teks Ulasan
1. Teks Ulasan dengan Teks Ulasan Lainnya
berdasar cara penyampaiannya, teks ulasan film/drama dapat berbentuk lisan dan
tertulis.
a. Berbentuk lisan, dijumpai dalam percakapan biasa dan dalam forum diskusi. Ulasan
dalam bentuk lisan pada umumnya tidak terstruktur dengan baik. Terutama dalam konteks
Ulasan Film/Drama 211
percakapan biasa, bentuk ulasannya cenderung tidak lengkap dan bersifat spontanitas.
Ragam bahasa yang dipakai tidak baku, namun lebih mudah dipahami.
b. Berbentuk tertulis, dijumpai dalam bentuk makalah atau laporan, artikel, ataupun esai.
Strukturnya lebih sistematis dan lengkap. Bahasa yang dipakai cenderung baku.
berdasar struktur penyajiannya, bentuk ulasan ada yang populer dan ada pula yang
formal.
a. Ulasan berbentuk populer, contohnya ulasan terhadap drama “Lutung Kasarung”.
Ulasan ini tidak memakai pembagian secara jelas. Pendahuluan, sinopsis, dan
analisisnya bersifat tersirat. Ulasan berbentuk populer juga lebih ringkas. Hal ini
bisa dimaklumi karena ulasan populer umumnya dimuat di media massa yang jumlah
ruangnya (space) sangat terbatas.
b. Ulasan berbentuk formal, contohnya ulasan terhadap drama “Polisi”. Bagian-bagian
pembahasannya dinyatakan secara tersirat dan lebih lengkap. Ulasan ini sering kali
disertai dengan daftar pustaka, kata pengantar, dan daftar isi. Penyajian berbentuk
makalah (seminar) atau laporan tugas belajar.
Berikut format selengkapnya untuk ulasan film/drama berbentuk formal.
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
II. Isi
A. Sinopsis Drama
B. Apresiasi Pementasan
III. Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
2. Teks Ulasan dengan Eksposisi
Dengan karakternya yang bersifat argumentatif, ulasan memiliki kesamaan dengan
teks eksposisi, yakni sama-sama merupakan teks yang mengutamakan argumen-argumen.
Perbedaannya, teks ulasan cenderung berfokus pada masalah-masalah yang muncul saling
bertentangan, misalnya tentang kelebihan dan kelemahan suatu karya (drama/film) dengan
melibatkan berbagai sudut pandang.
-- 212
Perbandingan Teks Ulasan dengan Teks Eksposisi
Aspek
Jenis Teks
Ulasan Eskposisi
1. Kesamaan Mengemukakan sejumlah argumen, berkategori teks argumentatif.
2. Perbedaan
• Objek pembahasan tertentu,
berupa karya (film/drama).
• Mengangkat masalah yang
mungkin memunculkan
perdebatan, saling bertentangan.
• Objek (topik) bisa berbagai
hal.
• Masalah tidak selalu berupa
bertentangan.
Perbedaan lainnya tampak pada strukturnya, bahwa teks ulasan pada umumnya diawali
dengan penyampaian isu yang berupa identitas dan sinopsis karya yang akan diulas. Sementara
itu, teks eksposisi diawali dengan tesis yang berupa pernyataan umum penulis/pembicara
tentang topik tertentu.
Namun, mungkin pula ulasan-ulasan bergaya populer tidak menyajikan pendahuluan
yang berupa identitas ataupun sinopsis. Bagian pendahuluan ulasan ini langsung berupa
tesis, seperti halnya yang lazim dijumpai dalam teks eksposisi. Hal ini sebagaimana yang
tampak pada contoh ulasan berikut.
Teks Struktur Penjelasan
Resensi Film Laskar Pelangi, Sebuah Keberanian Berbuah
Manis
Judul
Laskar Pelangi adalah sebuah adaptasi dari fenomena
sastra berjudul sama tulisan Andrea Hirata. Dengan
ekspektasi tinggi dari penggemar novelnya dan sekumpulan
pemain ternama yang menyesaki film ini, Laskar Pelangi
sudah menjadi hit sejak pertama dibuat.
Film ini berlokasi di Belitong, Sumatra, dan dibuka
dengan tokoh Ikal dewasa (Lukman Sardi) yang kembali
ke tanah kelahirannya setelah merantau. Dia lalu flash
back ke masa kecilnya dulu sewaktu masih SD di SD
Muhammadiyah yang sederhana dengan dua guru yang
bersahaja, Bu Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan
(Ikranagara).
Lima tahun berlalu dan film ini bercerita tentang
anggota Laskar Pelangi yang sudah kelas 5, melalui sudut
pandang Ikal kecil (Zulfani). Selain Ikal, ada juga tokoh
Lintang (Ferdian) yang amat jenius dan Mahar (Verrys
Yamarno) yang menunjukkan bakat seni luar biasa. Tokoh-
tokoh yang lain adalah Akiong, Harun, Sahara, dan Kucai.
Pengenalan
isu
Identitas
film,
Sinopsis
Ulasan Film/Drama 213
Keputusan penting sutradara Riri Riza dan produser
Mira Lesmana yang memilih anak-anak asli Belitong
sebagai pemain ternyata tepat. Mereka bisa menyelami ka-
rakter masing-masing walaupun tidak punya pengalaman
akting sebelumnya. Memang, Riri dan Mira terkenal akan
ke mam puannya mengorbitkan bakat-bakat baru seperti
yang terjadi pada Rachel Maryam.
Argumen,
penilaian
Pendapat
tentang
kualitas
unsur-unsur
film
Zulfani dan Ferdian menunjukkan penampilan yang
luar biasa sebagai orang baru dalam dunia akting tanpa
pengalaman. Kepolosan mereka terasa sangat natural,
berbeda dengan bintang-bintang cilik lain yang sering
mondar-mandir di layar TV kita. Anda pasti tanpa sadar
tersenyum saat menyaksikan kisah cinta Ikal dengan seorang
gadis Tionghoa yang ditemuinya di pasar, menunjukkan
betapa naturalnya penampilan dia.
Inti dari film ini, secara emosional, sebenarnya Ikal.
Penonton langsung jatuh cinta sejak kemunculan pertama
Ikal di layar. Sebagai anak termiskin dari sebuah komunitas
miskin, gayanya yang terengah-engah menggenjot sepeda
yang terlalu besar untuknya adalah sebuah scene tak
terlupakan.
Sementara itu, aktor veteran Ikranagara, memberi
penampilan memukau sebagai Pak Harfan. Dia sukses
membawakan karakter guru senior yang bersemangat, baik
hati, dan sanggup mengambil hati anak-anak asuhannya.
Skenarionya agak berbeda dibanding cerita di novel
dengan penambahan beberapa karakter guru yang tidak
dituliskan oleh Andrea. Sebuah hal yang wajar, tentu saja.
Memang ini film lawas keluaran 2008. Akan tetapi,
tidak ada ruginya menonton Laskar Pelangi berkali-
kali karena film ini memang “beda” dan berani melawan
arus utama sinema Indonesia. Kami saja tertarik menulis
resensinya sekarang.
Sumber: resensifilmbagus.blogspot.com
Rekomendasi
Saran untuk
menonton
D Menulis Teks Ulasan
Berbeda dengan cara menulis teks lainnya, untuk menulis teks ulasan film/drama, terlebih
dahulu kita harus menonton film/dramanya dulu. Jika tidak demikian, kita tidak mungkin
menulis sebuah ulasan dengan benar. Dalam hal ini harus ada tayangan yang kita saksikan secara
langsung.
-- 214
Untuk kepentingan penulisan ulasan—bukan sebagai kegiatan menonton biasa—kita
harus mencatat identitas film/drama itu, seperti judul, pengarang/sutradara, waktu dan tempat
pementasan, serta nama produksi/sanggar yang mementaskannya.
Bersamaan dengan menyaksikan tayangan itu, catatlah peristiwa atau adegan-adegan penting
yang terjadi di dalamnya. Pencatatan ini diperlukan guna pembuatan sinopsis pada bagian
pembahasan itu. Perhatikan pula kelebihan dan kekurangan tayangan/pementasan itu, berkenaan
dengan perwatakan, alur, tema, setting, dan unsur-unsur lainnya. Pikirkan pula alasan-alasan yang
dapat menjelaskan kelebihan atau kekurangan-kekurangannya itu.
Setelah data-data itu lengkap, tuangkanlah ke dalam bentuk tulisan. Perhatikanlah strukturnya
sebagai berikut.
1. Pendahuluan, sebagai pengenalan isu yang berisi identitas film/drama dan sinopsisnya.
2. Analisis yang berupa argumen-argumen sebagai pembahasan atas kelebihan dan kekurangan
dari unsur-unsur yang terkait dengan perwatakan, setting, dialog, alur, properti, tema. Pada
bagian ini, dapat disertakan pula teori atau pendapat para ahli yang memperkuat analisis-
analisis ini .
3. Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran (rekomendasi).
Sebagai kerangkanya, kita perlu mengisi bagian-bagian berikut dengan benar.
Bagian-bagian Teks Perincian
Jenis/judul karya yang diulas
(film/drama)
a Pengenalan isu
1) film/drama
2) sinopsis
b. Argumen-argumen
1) Argumen 1
2) Argumen 2
3) dst.
• Tema
• Penokohan
• Alur cerita
• Tata pentas
• Tata rias
• Tata cahaya
c. Penilaian/rekomendasi • Kelebihan
• Kelemahan
• Saran untuk khalayak
Perhatikan pula penggunaan kaidah-kaidah kebahasaan sebagaimana yang lazim dipakai
dalam teks ulasan, seperti ketepatan penggunaan kata sifat, kata-kata bermakna perincian, dan
kata-kata teknis bidang teater/perfilman. Ketepatan yang dimaksud dapat berkenaan dengan
makna, konteks penggunaan, ataupun ejaan/tanda bacanya.
Ulasan Film/Drama 215
Soal-soal Latihan
Pilihlah jawaban yang paling benar!
(Cuplikan teks berikut dipakai untuk menjawab soal nomor 1‑2)
Pada hari Selasa, pukul 19.00 WIB di Auditorium Universitas Negeri Malang diadakan pementasan
drama “Polisi” oleh Teater Pelangi. Pementasan ini dimainkan oleh lima orang, yaitu Andrean
Fahreza Nur Wicaksono, Agus Triono, M. Fatoni Rahman, Mochammad Zaini Leo D., dan Fitratur
Rosyidah. Andre (sapaan akrab Andrean Fahreza Nur Wicaksono) bermain sebagai Kepala Polisi,
Aga (Agus Triono) memainkan tokoh tawanan dan Letnan, Toni (M. Fatoni Rahman) bermain
sebagai sersan, Leo (Mochammad Zaini Leo D.) memainkan tokoh jenderal, dan istri sersan
dimainkan oleh Ida (Fitratur Rosyida).
1. Berikut ini identitas yang tidak dijelaskan dalam cuplikan di atas adalah ….
A. para pemain
B. tokoh yang diperankan
C. tanggal pelaksaan kegiatan
D. waktu pelaksanaan kegiatan
E. kualitas pementasan
2. Dalam struktur ulasan, cuplikan ini dikategorikan sebagai ….
A. abstrak
B. tesis
C. pendahuluan
D. pengenalan isu
E. argumen-argumen
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 3‑4)
Secara fisik, tokoh ini berpostur tinggi, kurus, tegap, berambut cepak, berkulit cokelat,
berseragam rapi, berkumis, bermata tajam dengan pandangan menyelidik.
Secara psikologis, ia berwibawa, berbicara dengan tegas, sombong dan angkuh, pandai
bersilat lidah, pintar memprovokasi, mudah cemas dan khawatir.
Adapun secara sosiologis, ia mempunyai jabatan yang cukup penting di kepolisian
sebagai kepala polisi, suka minum-minuman keras (secara sembunyi-sembunyi), disegani oleh
bawahannya.
3. Kaidah kebahasaan yang tampak pada cuplikan ini adalah ….
A. adanya penggunaan kata perincian
B. adanya penggunaan konjungsi penyebaban
C. adanya penggunaan konjungsi kronologis
D. adanya penggunaan kata kerja abstrak
E. adanya penjelasan tentang struktur penokohan
-- 216
4. berdasar cuplikan di atas, yang bukan termasuk kata sifat adalah ….
A. tinggi
B. disegani
C. mudah
D. pintar
E. cukup
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menawab soal 5‑6)
Tema ini dibungkus dengan cerita yang menarik, yang tidak dapat ditemukan tanpa melihat masing-
masing karakter dari tokoh-tokoh yang bermain di dalamnya.Teater ini berhasil membawakan
tema secara apik dengan tokoh-tokoh yang bermain totalitas dengan catatan-catatan seperti yang
disebutkan dalam bagian akting.
5. Dalam struktur ulasan, cuplikan ini dikategorikan sebagai ….
A. isu
B. masalah
C. penilaian
D. argumetasi
E. rekomendasi
6. Kata yang bukan istilah teknis dalam cuplikan ini adalah ….
A. teater
B. tema
C. tokoh
D. karakter
E. totalitas
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 7‑8)
Anda pernah mendengar kisah Romeo dan Juliet? Itu adalah kisah percintaan yang dikarang oleh
sastrawan besar Inggris, William Shakespeare. Kisah itu telah menyebar ke berbagai penjuru
dunia, termasuk Indonesia, dan dituturkan banyak orang.
Akan tetapi, siapa sangka, kisah percintaan nan romantik sekelas Romeo dan Juliet juga pernah
ada di Indonesia. Di Makassar, Sulawesi Selatan, kisah percintaan semacam itu juga pernah
direkam dalam karya sastra setempat. Itulah kisah “Datu Museng dan Maipa Deapati”.
7. Isu yang diperkenalkan dalam cuplikan di atas adalah ....
A. kisah Romeo dan Juliet
B. romantisme dalam kisah percintaan
C. percintaan orang terkenal
D. perkembangan sastra di Indonesia
E. penyebaran kisah cinta yang mendunia
Ulasan Film/Drama 217
8. Konjungsi yang dipakai dalam menghubungkan kalimat ketiga dan keempat bermakna
….
A. kausalitas
B. pertentangan
C. perbandingan
D. kronologis
E. spasial
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 9‑10)
Meski tidak sepopuler Romeo and Juliet, kisah “Datu Museng dan Maipa” juga membuktikan
kepada kita bahwa Nusantara ini juga punya kekayaan karya sastra yang tidak kalah dengan
bangsa lain. Nama Datu Museng sendiri dijadikan nama sebuah jalan besar di Kota Makassar.
Cerita rakyat tentang “Datu Museng dan Maipa” juga masih hidup di tengah-tengah masyarakat
Makassar.
9. Cuplikan ini lebih tepat apabila disebut sebagai ….
A. isu
B. argumen
C. sinopsis
D. fakta
E. rekomendasi
10. Istilah teknis dalam cuplikan di atas adalah ….
A. Datu Museng
B. Nusantara
C. cerita rakyat
D. tidak populer
E. Kota Makassar
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 11‑12)
(1) Drama ini menceritakan sebuah kerajaan yang maju dan sejahtera bernama Pasir Bantang. (2)
Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana, dialah Prabu Tapa Agung. (3) Pada suatu
hari, sang Prabu berniat untuk menurunkan takhtanya.(4) Semua rakyat gelisah, termasuk ketujuh
putrinya. (5) Hanya Purbalaranglah yang terlihat bahagia. (6) Ia merasa takhta itu akan turun
kepadanya karena ia merupakan anak pertama. (7) Namun, tanpa disangka, takhta turun kepada
putri bungsu, yaitu Purbasari Ayu Wangi.
11. Unsur yang tidak dikupas dalam sinopsis di atas adalah ….
A. tema
B. penokohan
C. latar
D. alur
E. watak
-- 218
12. Kalimat yang memakai konjungsi pertentangan ditandai dengan nomor ….
A. (1)
B. (3)
C. (4)
D. (6)
E. (7)
(Kedua cuplikan berikut dipakai untuk menjawab soal nomor 13‑14)
Teks I
Kelebihan dari pementasan teater musikal Lutung Kasarung ini yaitu performansi yang menarik,
busana yang indah serta setting latar panggung yang sesuai membuat penonton terpukau.
Perpaduan tarian-tarian yang gemulai menambah keistimewaan teater ini. Serta Lutung-lutung
yang bertingkah lucu sangat menggemaskan, memancing para penonton untuk tertawa.
Kekurangannya, bahasa daerah yang dipergunakan kadang-kadang membuat penonton sedikit
kesulitan untuk menerjemahkannya.
Teks II
Penonton langsung jatuh cinta sejak kemunculan pertama Ikal di layar. Sebagai anak termiskin
dari sebuah komunitas miskin, gayanya yang terengah-engah menggenjot sepeda yang terlalu
besar untuknya adalah sebuah scene yang tak terlupakan.
Sementara itu, aktor veteran Ikranagara, memberi penampilan memukai sebagai Pak Harfan.
Dia sukses membawakan karakter guru senior yang bersemangat, baik hati, dan sanggup
mengambil hati anak-anak asuhannya.
13. Persamaan kedua teks di atas adalah ….
A. sama-sama ditempatkan pada bagian kesimpulan
B. sama-sama mengulas suatu pementasan
C. sama-sama membahas kelebihan suatu adegan
D. sama-sama mengemukakan pendapat dan alasan
E. sama-sama memakai data tertulis
14. Perbedaan kedua teks di atas adalah ….
A. teks I tentang pementasan drama, teks II tentang film
B. teks I tentang perawatakan, teks II tentang tema
C. teks I tentang kekurangan, teks II tentang kelebihan
D. teks I berupa kesimpulan, teks II berupa analisis
E. teks I mengandung fakta, teks II mengandung pendapat
15. Analisis pun dinyatakan secara tersurat, yakni meliputi semua unsur drama, yakni aspek
perwatakan, setting, dialog, alur, properti, akting para pemain, dan tema. Pada setiap unsur
ini , dinyatakan penilaian-penilaian yang disertai dengan alasan atau fakta-fakta yang
mendukung penilaian ini . Adapun bentuk penilaian itu sendiri ada yang berupa pujian
dan ada pula yang berupa kritikan.
Ulasan Film/Drama 219
Cuplikan analisis di atas berkenaan dengan aspek ….
A. struktur
B. isi
C. bahasa
D. kaidah
E. unsur-unsur
16. Berikut ini contoh ulasan yang tidak mengandung fakta adalah ….
A. Pada hari Selasa, pukul 19.00 WIB di Auditorium Universitas Negeri Malang diadakan
pementasan drama “Polisi” oleh Teater Pelangi.
B.