Tampilkan postingan dengan label Islam Turki Usmani. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islam Turki Usmani. Tampilkan semua postingan

Islam Turki Usmani

 


Bangsa Turki Usmani sendiri berasal dari keluarga Qabey, sebuah suku kecil Al￾Ghas Al-Turky yang tinggal di wilayah Turkistan. Mereka merupakan suku kecil di Asia 

Tengah yang pada awalnya dikalahkan oleh Mongol di bawah pimpinan Artoghul, 

kepala suku Turki Usmani. Turki Ustmani merupakan kesultanan Islam yang mampu 

menjadi tumpuan kekuatan umat Islam yang disaat itu tengah berusaha untuk bisa 

meraih berbagai kemajuan dan kejayaan. Eksistensi Kerajaan Ottoman layak diakui dan 

dihargai, karena tidaklah gampang untuk bertahan selama berabad-abad di tanah yang 

didominasi oleh bangsa-bangsa Barat, terutama di Eropa. Penggagas kerajaan ini 

yaitu   bangsa Turki yang merupakan kabilah Oghuz yang menghuni daerah Mongol 

dan daerah utara negeri Cina. Dalam rentang waktu sekitar abad ke-3, mereka 

bermigrasi menuju Turkistan, lalu ke Persia dan juga Irak

Pemerintahan Turki Usmani dibentuk oleh suku bangsa nomaden yang berasal 

dari kawasan Asia Tengah, termasuk didalamnya yakni suku Kayi. Saat bangsa Mongol 

menyerang Umat Islam, pempinan suku Kayi yang bernama Sulaiman Shah mengajak 

anggota suku mereka menghindari serangan Mongol dan melarikan diri ke arah Barat.

rakyat Turki merupakan rakyat yang pemberani dan sangat berdisiplin. Mereka 

merupakan hasil percampuran antara bangsa Mongolia dan bangsa lain di wilayah Asia 

Tengah. Dalam tradisi warga   Turki, agama memainkan peran penting dalam 

aspek sosial dan politik. warga   diklasifikasikan berdasar  agama, dan kerajaan 

itu sendiri sangat terikat dengan syariat Islam, sehingga fatwa ulama memiliki 

kekuatan hukum yang berlaku. Kondisi ini memberi  peran yang sangat signifikan 

bagi ulama.


Pada masa pemerintahan Abbasiyah, umat Islam mencapai puncaknya. Banyak 

filosof Islam penting yang berkembang pada masa itu, dan pemikirannya masih sering 

dipelajari dan digunakan sebagai kerangka kebijakan pemikiran ke depan, baik di 

kalangan agama maupun warga . Kemajuan Islam ini dimungkinkan oleh upaya 

banyak anggota warga , termasuk para ilmuwan, birokrat, pendeta, personel 

militer, ekonom, dan anggota warga  umum . Pada Abad 

Pertengahan, yang dimulai dengan runtuhnya Abbasiyah di Baghdad akibat invasi tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan pada tahun 1258 hingga akhirnya 

dominasi politik Islam mengalami kemunduran yang parah. Dominasi dibagi menjadi 

beberapa kerajaan kecil, dan saat mereka berperang dengan yang lain, banyak warga isan 

budaya dan peradaban Islam dihancurkan. Namun, bencana tidak berhenti sampai di 

situ; Timur Lenk kemudian menghancurkan situs-situs dominasi Islam lainnya.

Di Eropa, Abad Pertengahan sering disebut sebagai periode kemunduran 

dibandingkan dengan era klasik (Yunani-Romawi)  Di sisi lain, negara￾negara Arab maju selama Abad Pertengahan, meskipun daerah-daerah ini  pada 

akhirnya mengalami sedikit kerugian dalam hal budaya dan kekuatan Kekaisaran 

Ottoman. Kekaisaran Ottoman yaitu   kekaisaran yang paling kuat dan paling lama 

memerintah, berlangsung selama enam abad (1281-1924). Selama pemerintahan 

Turki Ottoman, para sultan tidak hanya merebut kerajaan Arab, namun  juga seluruh 

wilayah antara Kaukasus dan Wina, sampai ke Balkan 

Tercatat dalam sejarah bahwa selama Abad Pertengahan, seluruh dunia Islam 

mengalami kemunduran, dengan sebagian dunia Islam, negara-negara Arab, dan 

negara-negara Islam jatuh di bawah kekuasaan dan pengaruh Barat. Dalam setting 

seperti itu, ketiga daulah tampil dengan keagungan untuk dikagumi, ketiga daulah 

ini . Daulah Mughal ditemukan di India, Daulah Safawi di Persia dan daulah 

Ottoman di Turki . Dengan berkembangnya tiga kerajaan besar, 

yaitu Kerajaan Ottoman di Turki (1300-1922), Kerajaan Safawi di Persia (1501-1732), 

dan Moghul di India (1526-1857), maka kondisi politik Islam secara keseluruhan 

berangsur-angsur membaik dan pulih. Kekaisaran Ottoman yaitu   yang paling lama 

bertahan dari tiga kerajaan yang dijelaskan di atas. Kesultanan Utsmaniyah tidak 

identik dengan dua dinasti sebelumnya, Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah, namun  

menganggap dirinya sebagai benteng ummat Islam dalam memukul mundur bangsa 

Eropa ke timur. Akibatnya, Turki Ottoman dianggap sebagai dinasti yang berhasil

menyatukan lagi umat Islam sesudah   keruntuhan ilmiah dan politik. Munculnya 

Kesultanan Utsmaniyah, sekali lagi membuat umat Islam sebagai kekuatan yang 

signifikan.

Turki Ottoman telah menunjukkan kehebatan mereka dalam menghadapi 

serangan musuh, dengan serangan ekspansi langsung di provinsi-provinsi penting 

seperti akuisisi Konstantinopel. Turki telah memainkan peran penting dalam sejarah 

Muslim, khususnya dalam pertumbuhan wilayah (Futuhat) Islam. Turki pernah 

menjadi negara adidaya internasional, mencapai puncaknya di bawah Kekaisaran 

Ottoman. Turki memiliki sejarah yang kaya, termasuk penaklukan Konstantinopel 

(Istanbul). Kekaisaran Romawi Timur (Byzantium) berakhir, membawa sejarah besar 

dalam bidang arsitektur, budaya, dan ekonomi. Kekaisaran Ottoman mendirikan 

negara sebagai institusi yang mendominasi, membawa elit agama, penduduk 

nomaden Turki di Anatolia, dan semua orang di bawah yurisdiksi negara 

Sejarah panjang Dinasti Utsmani dipimpin oleh banyak raja, sehingga 

menghasilkan gaya kepemimpinan yang beragam, termasuk perbedaan dalam 

pembuatan kebijakan pada saat itu. Baik secara sosial, politik, maupun pendidikan.Sebagai periode kedua kebangkitan Islam, bisa menjadi daya tarik untuk dibahas lebih 

jauh tentang ciri dan keragaman pola sosio-edukatif dan kehidupan intelektual pada 

masa itu secara umum, apalagi jika dibuat perbandingan dengan era kejayaan Islam 

pada saat pimpinan daulah Bani Umayyah dan Abasiya. Berangkat dari permasalahan 

ini , penulis akan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pola pendidikan 

dan semangat kemajuan pengetahuan ilmiah di era Dinasti Turki Usmani.

berdasar  pembahasan di latar belakang ini , tulisan pada topik ini 

berkaitan dengan Kondisi Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan Turki Usmani. 

Penulis ingin menulis tentang Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Turki 


penelitian sejarah yang digunakan dalam karya ini terdiri dari empat langkah: 

heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi 

Tahap heuristik merupakan langkah awal dalam mengumpulkan informasi 

sejarah, yang meliputi sumber primer dan sekunder. Sumber sejarah yaitu   catatan 

tertulis dari masa lalu yang berisi fakta yang diperoleh melalui studi. Studi literatur 

dilakukan untuk mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah 

yang sedang dibahas. Tahap pertama yaitu   mengumpulkan sumber-sumber asli 

tentang pendidikan Islam, seperti makalah, foto, arsip, dan wawancara. Selanjutnya, 

sumber-sumber sekunder diperoleh dari buku-buku terkait, majalah, dan dokumen￾dokumen, khususnya yang meliput Pendidikan Islam Pada Masa Turki Usmani.

Selanjutnya peneliti kemudian melakukan kritik sumber sebagai tahapan 

selanjutnya. Ada dua jenis kritik sumber: kritik internal dan kritik eksternal. Prosedur 

kritik eksternal menemukan materi yang ada dengan menganalisis ketergantungan 

sumber dalam catatan dan kemudian menilai relevansinya dengan subjek. Analisis 

internal yaitu   proses verifikasi fakta terkini melalui verifikasi dokumen dan menilai 

keabsahan informasi dengan melakukan evaluasi terhadap informasi yang dikaitkan 

dengan beberapa sumber faktual untuk memastikan bahwa informasi ini  benar 

tanpa mengecilkan atau melebih-lebihkan fakta yang terjadi sebelumnya

Tahapan selanjutnya yaitu   peneliti melakukan interpretasi, yaitu proses 

menghubungkan beberapa fakta yang berkaitan untuk diinterpretasikan. Ini dicapai 

dengan memakai  informasi yang dikumpulkan sebelumnya, kemudian 

mengevaluasi dan menggabungkannya dengan informasi yang dikumpulkan 

sebelumnya memakai  teori yang dibangun sebelumnya. Akibatnya, fakta baru 

dapat terungkap, dan hasil analisis dapat didistribusikan berdasar  temuan 

analisis.

Tahap akhir peneliti yaitu   historiografi, yaitu upaya mendokumentasikan 

peristiwa secara kronologis, kredibel, dan rasional dengan menganalisis beberapa 

fakta kronis yang diperoleh untuk menghasilkan catatan yang kohesif.

Sejarah Awal Pendidikan Islam

Almarhum Prof. Kuntowijoyo mendefinisikan sejarah secara ringkas sebagai 

“rekonstruksi masa lalu” . Tentu saja tidak. Sejarah, tentu saja, 

tidak menjadikan seluruh masa lalu sebagai objeknya. Pada dasarnya, sejarah 

berputar pada masa lalu manusia. Akibatnya, bagaimana alam dihasilkan, pergeseran 

lempeng bumi, pembentukan benua dan pulau, dan berbagai aspek kekunoan fosil 

hewan bukanlah bagian dari penelitian sejarah. Itu diciptakan oleh astronomi, geologi, 

arkeologi, atau antropologi fisik. 

Dari perspektif waktu, sejarah berbicara tentang manusia. Banyak hal yang 

mungkin terjadi sepanjang waktu, termasuk perkembangan, kesinambungan, 

kekambuhan, dan perubahan. Sejarah kerap melakukan pembagian di berbagai 

bidang dan juga sejarah biasanya dipisahkan oleh geografi, meskipun biasanya juga 

dibagi berdasar  tema atau topik perdebatan, seperti sejarah ekonomi, sosial, 

militer, kesenian, diplomasi, agama, agraria dan sejarah pendidikan. Pemisahan 

berdasar  lokasi dan subjek ini dimaksudkan untuk memberi  batasan debat 

yang lebih kecil, memungkinkan diskusi yang lebih luas dan komprehensif. Dalam 

beberapa keadaan, pembagian diperlukan. Hal ini masih terkait dengan periode atau 

dimensi waktu, sehingga fokusnya lebih sempit dan terbatas. Sebagai contoh: Sejarah 

Pendidikan Zaman Abbasiyah.

Penjelasan sebelumnya menunjukkan bahwa Sejarah Pendidikan Secara 

umum, Islam yaitu   bagian dari sejarah. Fokusnya yaitu   pembangunan kembali 

masa lalu umat Islam, meskipun hanya pada mata pelajaran yang berkaitan dengan 

kegiatan pendidikan. Definisi pendidikan juga dapat bervariasi tergantung pada 

bagaimana Anda melihatnya. Dalam pengertian terbatas, orang mungkin menganggap 

pendidikan Islam sebagai kegiatan mewarga iskan nilai, informasi, dan keterampilan di 

kalangan umat Islam.

Namun dalam penelitian ini, pendidikan Islam dimaknai secara luas. Dalam 

konteks ini, pendidikan Islam tidak terbatas pada proses pewarga isan saja, namun  juga 

mencakup kurikulum, teknik dan strategi, kelembagaan, dan persoalan sosiologis. 

Dalam arti yang lebih luas, pendidikan di sini mengacu pada konsep upaya intelektual. 

Dengan demikian, dalam perdebatan ini, sejarah pendidikan Islam mengacu pada 

peristiwa-peristiwa yang telah relevan dalam aktivitas pendidikan Islam dari masa 

paling kuno hingga saat ini 

Terbentuknya Dinasti Turki Usmani

Suku Qayigh Aghuz, dipimpin oleh Sulaeman Shah, mendirikan Kekaisaran 

Ottoman. Upaya untuk mencegah serangan bangsa Mongol, yang berusaha menguasai 

dunia Islam. Sulaeman Shah dan sukunya meminta perlindungan Jalaludin (dinasti 

Khawarga izmi Shah) di Transoxiana. Jalaluddin meminta agar Sulaiman dan sukunya 

tinggal di Asia Kecil. Masih menghindari invasi Mongol. Mereka kemudian pindah ke 

Suriah  Mereka melakukan perjalanan ke Turkistan, lalu Persia, 

dan akhirnya Irak dalam waktu tiga abad. Ketika mereka menetap di Asia Tengah pada abad kesembilan atau kesebelas, mereka masuk Islam. Di bawah tekanan berat dari 

serangan Mongol pada abad ke-13 M, mereka mundur ke barat, mencari keselamatan 

di antara saudara dan saudari mereka, orang Turki Seljuk, di pegunungan Asia Kecil. 

Mereka mengikrarkan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan 

menghukum Bizantium, di bawah Ertoghrul. Sultan Alaudin berjaya berkat bantuan 

mereka. Allaudin dihargai atas pelayanannya yang luar biasa sepotong wilayah di Asia 

Kecil yang berbatasan dengan Byzantium. Sejak itu, mereka terus memperluas tanah 

baru mereka dan memilih Syukud sebagai ibu kota mereka 

Sejarawan ingat bahwa Kekaisaran Ottoman didirikan pada (1281 M) di Asia 

Kecil. Utsman bin Ethogral mendirikannya. Daerah kekuasaannya meliputi Asia Kecil 

dan daerah Jejak (1354 M), Selat Dardanella (1361 M), Casablanca (1389 M), dan 

kerajaan Turki yang menaklukkan kekaisaran Romawi (1453 M). Utsman, dinamai 

kakek pertama mereka dan pendiri kekaisaran, Utsman bin Erthogrul bin Sulaeman, 

yaitu   dari suku Qayigh , Pasukan Erthogul diberi gelar "Sultan 

Muqaddimah", sedangkan Erthogul sendiri diberi gelar "Sultan OKI" (Kening Sultan)

(. sesudah   Erthogul meninggal pada tahun 1289 M, putranya Usman 

mengambil alih sebagai pemimpin pada tahun 1300 M. Bangsa Mongol menyerang 

kerajaan Saljuk, membunuh Sultan Allaudin II. sesudah   Sultan Allaudin II meninggal, 

Seljuk terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil. Dalam kondisi ini , Utsman 

mendeklarasikan kemerdekaannya dan berkuasa atas tanah yang dikuasainya. Jadi 

Kekaisaran Ottoman mendeklarasikan kemerdekaannya, dan penguasa pertamanya 

yaitu   Utsman, juga dikenal sebagai Usman I.

Usman I menyatakan dirinya sebagai Padiansyah Ali Usman (Keluarga Raja 

Agung Usman) pada tahun 699 H (1300 M), dan secara bertahap memperluas 

perbatasan kerajaan. Pada tahun 1317 M, ia melintasi perbatasan Bizantium dan 

merebut kota Brosseca. Kota Brosseca kemudian ditetapkan sebagai ibu kota kerajaan 

pada tahun 1326 Masehi (Yatim, 2000:130). Dengan munculnya daulah Usman, Islam 

kembali ke permukaan dan menunjukkan kekuatannya yang luar biasa, yang dapat 

melanjutkan perjuangan panjang dan kemegahannya hingga abad ke-20. Pada masa 

kerajaan Islam, Islam berkembang dari semenanjung Balkan (negara-negara di Eropa 

Timur), kemudian ke kerajaan-kerajaan Ottoman memperluas sayap mereka ke timur, 

dan akhirnya singkatnya, Syiah dapat ditemukan di seluruh Persia dan Irak, yang 

dikelola oleh Kekaisaran Safawi. sesudah   menaklukkan Syam dan Mesir, Kerajaan 

Usman menguasai dunia Islam pada tahun 1516 M/923 H, dengan kedudukan 

pemerintahan di Istanbul 

Kali ini menjadi saksi berdirinya pemerintahan formal Ottoman, yang telah ada 

dalam bentuk yang sama selama empat abad. Oleh karena itu, Kekaisaran Ottoman 

menyusun sistem yang dikenal sebagai millet (berasal dari bahasa Arab dan berarti 

millah), di mana kelompok minoritas agama dan etnis dapat mengatasi tantangan 

ini  tanpa banyak campur tangan atau pengawasan dari otoritas pusat. Orkhan 

(726 H/1326 M.) menggantikan Usman sesudah   kematiannya. Pada masa 

pemerintahannya, Kesultanan Utsmaniyah berhasil merebut Azmir (Smyrna) pada 

tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M), yang semuanya terletak di benua Eropa. Keberanian, bakat, 

ketangguhan, dan kekuatan militernya, yang dapat berperang kapan pun dan di mana 

pun, yaitu   kualitas penting yang mendorong keberhasilan mencapai ekspansi.

sesudah   Orkhan meninggal dunia, ia digantikan oleh Murad I yang saat 

berkuasa pada tahun (761 H/1359 M-789 H-1389 M), memperkuat keamanan dalam 

negeri sekaligus melakukan ekspansi ke benua Eropa. Dia mengambil Adrianople dan 

menyatakannya sebagai ibu kota kerajaan Baru, Makedonia, Sopia, Salonia, dan 

seluruh Yunani utara. Paus menyatakan perang karena dia prihatin dengan 

perkembangan kekaisaran ke Eropa. Sejumlah besar sekutu Eropa siap menentang 

Turki Ottoman. Sijisman, Raja Hongaria, memimpin pasukan ini. Namun penerus 

Murod I, Sultan Bayazid I (1389-1403 M), mampu melenyapkan pasukan sekutu 

Kristen Eropa. Kejadian ini merupakan catatan sejarah yang luar biasa bagi umat 

Islam 

Kemajuan kekaisaran Ottoman terhenti untuk sementara ketika fokus beralih 

ke Konstantinopel. Tentara Mongol Tamerlane menginvasi Asia Kecil. pada 1402 M, 

pertempuran besar terjadi di Ankara. Tentara Ottoman telah dialihkan. Pada tahun 

1403 M, Bayazid dan putranya, Musa, ditangkap dan dibunuh di penangkaran (Syalabi, 

1998:7). Menyusul kematian Timur Lenk pada tahun 1405 M dan disintegrasi 

kesultanan Mongolia, Turki Utsmani melepaskan diri dari kendali Mongol, kemudian 

melakukan perubahan dan meletakkan dasar untuk keamanan internal. Upaya ini 

dipertahankan oleh Murad II (1421-1451 M), dan Turki Ottoman mencapai 

puncaknya di bawah pemerintahan Muhammad II, juga dikenal sebagai Muhammad 

al-Fatih (1451 M). Dia diberi gelar ini sesudah   menaklukkan Konstantinopel dan 

menamainya Istanbul, yang akarnya yaitu   Islambul (berarti "Tahta Islam"). Yang, 

pada saat ini, merupakan benteng terbesar kekaisaran Bizantium (Nasution, 

1985:84).

Akibatnya, Kesultanan Utsmaniyah berdiri pada tahun 1300, dengan Usman 

bin Erthogol sebagai raja pertamanya dan Mahmud II sebagai penguasa terakhirnya, 

yang meninggal pada tahun 1922. Dalam sejarah berikutnya, Kesultanan Utsmaniyah 

yaitu   salah satu dari tiga kerajaan besar yang memeluk Islam maju.

Pendidikan Islam Pada Masa Turki Usmani

Jika kita telaah perkembangan pendidikan Islam pada era Turki Usmani, tidak 

dapat dipisahkan dari latar budaya serta situasi sosial politik yang ada pada saat itu, 

karena Kesultanan Utsmaniyah yaitu   keragaman dari budaya-budaya negara, 

misalnya: Persia, Bizantium. , dan Arab. Mereka belajar tentang etika dan sopan 

santun dalam kehidupan dari budaya Persia, dan konsep organisasi pemerintahan dan 

militer dari Byzantium. Sementara itu, belajar tentang ide-ide ekonomi, sosial, dan 

ilmiah dari budaya Arab mereka 

Sebagai bangsa yang berdarah militer, pendidikan pada masa pemerintahan ini 

sangat menitik beratkan pada pendidikan latihan kemiliteran hingga melahirkan 

tentara Yenissari dan menjadikan negara ini sebagai mesin tempur. Selama masa 

pemerintahan ini, kehidupan beragama merupakan komponen paling signifikan dari struktur sosial dan politik, dan para raja terikat erat dengan Syariah Islam. Ulama 

memiliki tempat yang menonjol baik dalam negara maupun warga . Mufti yaitu   

pejabat tinggi agama dengan kekuatan untuk mengeluarkan fatwa resmi tentang 

masalah agama ,Bersamaan dengan itu, ajaran tarekat besar, yakni 

tarekat al-Bektasyi dan al-Maulawy, berkembang. Tarekat al-Bektasyi memiliki 

pengaruh yang kuat di kalangan prajurit Yenesari, sedangkan tarekat al-Maulawy 

memiliki pengaruh yang kuat di kalangan penguasa.

Tasawuf sangat populer di kalangan umat Islam pada masa itu, oleh karena itu 

berkembang dengan cepat. Orang-orang berada dalam keadaan ketidakpuasan yang 

datar akibat rusaknya sebagaian akibat dari tatanan keberadaan intelektual dan 

material perselisihan didalam dan beberapa serangan membabi buta oleh pasukan

Mongolia, memaksa mereka untuk berpaling kepada Tuhan dan menjadi fatalistik.

Kegiatan sufi mewarga nai madrasah-madrasah yang terbentuk pada masa itu, dan 

madrasah berkembang menjadi zawiyah-zawiyah mengadakan kegiatan riyadhah, 

artinya merintis jalan menuju tuhan di bawah pengawasan para guru sufi. Bidang 

ilmiah menyempit pada saat itu.

Madrasah merupakan satu-satunya lembaga pendidikan negeri yang hanya 

mengajarkan pelajaran agama. Jadi jika ada 'lulusan' hebat dan pemikir kreatif 

tertentu yang lahir dari waktu ke waktu, mereka unik dalam hak mereka sendiri dan 

tidak mendapatkan banyak informasi dari kurikulum yang tepat. Fakta bahwa pada 

akhir abad pertengahan, hanya sejumlah besar karya komentar dan karya non-asli 

yang diproduksi (Nata, 2010:285).

Selama berabad-abad, erosi progresif standar akademik telah mengakibatkan 

masalah minimnya jumlah buku yang dimasukkan dalam kurikulum, serta waktu yang 

diberikan kepada siswa untuk mempelajari konten yang berat dan sering yang sulit 

dipahami. Pada masa itu, metode pengajarannya yaitu   hafalan, meskipun murid 

tidak memahami maknanya, seperti menghafal matan Ajrumiyah, matan Taqib, mata 

sultan, dan lain-lain. Akibatnya, pembelajaran menjadi lebih bersifat akademik 

tekstual daripada pemahaman dan mendorong hafalan daripada pemahaman.

Berawal dari adanya pembaharuan yang dilakukan pada zaman modern yaitu 

pada masa pemerintahan Sultan Mahmud II yang nantinya akan diteruskan oleh 

sultan berikutnya yaitu Abdul Majid dalam berbagai bidang termasuk bidang 

pendidikan, karena pendidikan memiliki kekuatan yang sangat signifikan terhadap 

perkembangan kerajaan Turki Usmani. Sultan Mahmud II yang dikenal sebagai 

pelopor pembaharuan di Turki daulah Usmani pada awal abad XIX yang dikenal 

sebagai sultan yang tidak mau terikat dengan tradisi dan tidak takut untuk mendobrak 

adat lama, mulai melepaskan diri dari tradisi aristokrasi dalam membangun relasi 

dengan warga . Sultan Mahmud menyadari bahwa madrasah konvensional tidak 

lagi menjadi pedoman yang tepat untuk abad ke-19.

Sultan Mahmud II melakukan perbaikan-perbaikan yang signifikan dan 

fundamental dalam bidang pendidikan, yang selanjutnya berdampak signifikan 

terhadap perkembangan pembaharuan di daulah Turki Usmani. sesudah   mengetahui 

kekalahan Turki Ottoman, Sultan Mahmud II melakukan hal pertama yang dia bisa.Yang menarik perhatiannya yaitu   kebangkitan militer, khususnya daulah Turki.

Ottoman perlu menciptakan kekuatan militer baru, korps tentara baru, namun  upaya 

mereka digagalkan oleh perwira yang lebih rendah. Janissari, yang menentang konsep 

ini . Meskipun demikian, Sultan Hamid II tetap mengutamakan reformasi militer. 

Melalui pembantaian kelompok Yeniseri yang tak terhindarkan, usaha ini  

berhasil membangun korps tentara baru dan menghapuskan Yeniseri (nama tentara 

daulah Turki Ottoman kuno) 

Daulah Turki Ottoman dan dunia Islam saat itu menyebabkan madrasah 

menjadi satu-satunya lembaga pendidikan publik yang ada. Madrasah hanya 

memberi  informasi keagamaan; tidak ada pengetahuan umum yang diberikan

pada sebaliknya, orang tua cenderung kurang menyekolahkan anaknya di madrasah

dan memilih menyekolahkan anak-anaknya untuk menimba keterampilan di 

perusahaan industri tangan. Praktik ini  meningkatkan jumlah buta huruf di 

Kesultanan Utsmaniyah untuk memecahkan masalah. Akibatnya, Sultan Mahmud II 

mengeluarkan fatwa agar pemuda tumbuh dewasa dan tidak dilarang bersekolah di 

madrasah, serta mengubah kurikulum di madrasah dengan meningkatkan 

pengetahuan umum. Selain itu, Sultan Mahmud II mendirikan dua sekolah 

pengetahuan umum, Mekteb’i Ulum’u Edebiye (sekolah sastra) dan Mekteb’i Ulum’u 

Edebiye (sekolah pengetahuan umum) dan Mekteb’i MDarif (sekolah pengetahuan 

umum). Siswa yang diterima di lembaga ini  yaitu   lulusan madrasah dengan 

prestasi yang mengesankan 

Kurikulum sekolah Mekteb-i Ma’arif (sekolah pengetahuan umum) mencakup 

pengetahuan umum seperti bahasa Prancis, fisika, geografi, geometri, sejarah, dan 

ilmu politik selain pengetahuan agama. Juga termasuk dalam kurikulum yaitu   

pendidikan pemuda untuk menjadi pejabat administrasi. Selain ilmu agama dan 

bahasa Arab, seperti Makteb-i Ma’arif, Sekolah Mekteb-i Ulum’u Edebiye (sekolah 

sastra) menyediakan penerjemah untuk alasan pemerintah dalam kurikulumnya

( Sultan Mahmud II membangun sekolah kerajaan untuk 

meningkatkan kualitas pejabat pemerintahan.

Sekolah ini mendidik pejabat dan administrator pemerintah tingkat atas. 

Karena basisnya yang unik dalam menyambut siswa dan sistem kurikulumnya yang 

terintegrasi yang mengintegrasikan agama, fisik, akademik, dan pelatihan, ini 

merupakan inovasi yang signifikan dalam menyelenggarakan pendidikan.

Keterampilan dimaksudkan untuk membekali murid untuk pekerjaan internasional di 

berbagai bidang, termasuk posisi terkemuka dalam administrasi daulah Turki 

Ottoman 

Selain kedua lembaga ini , Sultan Mahmud II mendirikan akademi militer, 

sekolah teknik, sekolah kedokteran, dan sekolah bedah. Selanjutnya, sekolah 

kedokteran dan sekolah bedah digabung menjadi Dar-ul Ulum-u Hikemiye Ve Mekteb￾i Tibbiy-e Sahane. Sekolah tempat diselenggarakannya, mereka diajari bahasa Prancis 

selain informasi umum. Bahkan bahasa Prancis menjadi bahasa pengantar dalam 

proses pembelajaran sekolah kedokteran. Selain mengerjakan kedokteran, sekolah 

kedokteran membuat buku-buku tentang ilmu alam, filsafat, dan mata pelajaran lainnya. Ini yaitu   teks-teks yang ada untuk mengenalkan siswa pada pandangan dan 

gagasan Barat kontemporer.

Sultan Mahmud II selain mengadakan lembaga pendidikan dalam rangka 

mencerdaskan warga  dan memajukan Kesultanan Utsmaniyah, juga 

mengirimkan pelajar untuk belajar ke Eropa, dengan harapan sekembalinya akan 

membawa angin baru ide dan gagasan baru. dalam daulah Turki Usman. Di bidang 

sastra, Sultan Mahmud II tidak lalai mendirikan biro penerjemahan. Buku, literatur 

terkini, dan agensi penerjemahan semuanya memiliki kepentingan yang signifikan. 

Selain membeli buku dari lembaga pendidikan yang ada, Sultan Mahmud II juga 

mengadakan dan menerbitkan surat kabar Takvim-i Vekayi. Dari segi konsep, ide-ide 

terkini, artikel-artikel di surat kabar memiliki pengaruh yang baik bagi warga  

Turki


menganalisis perkembangan pendidikan 

Islam masa Turki Usmani. Penelitian ini memakai  metode 

penelitian kualitatif deskriptif, adapun pendekatan yang digunakan 

dalam penelitian ini yaitu   pendekatan historis. Hasil penelitian ini 

yaitu   memberi  deskripsi terkait dengan fakta dan fenomena yang 

trejadi. Kerajaan Turki Usmaniyah merupakan salah satu dari beberapa 

kerajaan islam yang sangat mempunyai pengaruh di wilayah daratan 

Eropa pada abad 13 sampai abad 20 M. Pada saat kepemerintahannya, 

Wilayah Turki Usmaniyah tidak benyak mendapat perhatian didunia 

pendidikan. Jika disandingkan atau dibandingkan dengan politisi, sistem 

pendidikan pada saat pemerintahan Turki Usmaniyah sangat jauh 

tertinggal. Selama masa kekuasaannya yang hampir 7 abad, Turki 

Usmaniyah sangat sedikit sekali melahirkan para sejarawan dan ilmuan baru dalam islam pada saat itu. 

Karena lemahnya dibidang pendidikan dan perluasan yang sangat tidak bisa dikendaliakan, lalu 

maraknya wilayah yang melakukan pemberontakan, kerusakan moral para penguasa dan korupsi yang 

merajalela membuat Turki Ottoman tidak mungkin bisa bertahan lagi ketika Barat menginvasi dengan 

perperlengkapan senjata modern yang dikembangkan melalui pelatihan dari mereka