Tampilkan postingan dengan label Kremasi bobi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kremasi bobi. Tampilkan semua postingan

Kremasi bobi

 .


Kematian Sebagai Siklus Hidup 

Hidup dan mati merupakan dua hal yang saling berkaitan yang akan dialami oleh 

semua manusia tanpa terkecuali. Kematian merupakan suatu tanda berakhirnya 

perjalanan hidup seseorang di dunia (Sardjono 2022). berdasar  pandangan dari 

medis, penentuan kondisi tubuh bagian dalam dan luar orang yang sudah mati 

cukup sederhana yaitu dengan mendeteksi berhentinya fungsi biologi secara 

permanen, seperti pernafasan, tekanan darah, serta kakunya anggota tubuh dapat 

menjadi tanda-tanda kematian. Fungsi otak dan detak jantung yang mati pada 

manusia masih menjadi kata kunci dalam penentuan mati tidaknya sesorang sebab  

otak dan jantung merupakan organ yang vital bagi manusia.  

Kematian merupakan fakta biologis yang memiliki aspek sosial, kultural, histori, 

religius, legal, psikologis, perkembangan, medis, dan etis yang saling berhubungan 

dan berpengaruh kepada psikologis seseorang dalam menyikapi kematian (Papalia 

2008). Kematian akan terjadi kepada siapapun, sebab  kematian bagian dari 

kehidupan yang dijalani oleh makhluk ciptaan Tuhan yang tidak dapat dihindari. 

Kematian kapan saja bisa terjadi tanpa memandang ras, ekonomi, usia, sosial, 

budaya, jabatan, dan agama. Untuk menghormati kematian, beberapa kepercayaan 

dan kebudayaan memiliki ritual khusus yang wajib untuk dijalankan seperti 

pemakaman dan kremasi. 

II.2. Pengertian Kremasi 

Kremasi merupakan suatu proses yang dilaksanakan untuk mempercepat perubahan 

tubuh menjadi abu. Dalam pengertian lain kremasi merupakan praktik 

penghilangan jenazah manusia menjadi abu setelah meninggal dengan cara 

membakarnya di suhu yang tinggi dan biasanya dilakukan di krematorium 

(Wardhani 2016). Proses paling cepat untuk mengabukan jenazah menggunakan 

panas dari api, sebab  api mampu memusnahkan jasmani untuk kembali ke asalnya 

(Rakhmat 2021). Krematorium merupakan sebagai fasilitas yang menyediakan 

 

tempat untuk pembakaran jenazah hingga menjadi abu di dalam ruangan 

(Candrapaleka Putra 2017). 

II.3. Sejarah Kremasi 

Budaya Kremasi pertama kali muncul setidaknya 20.000 tahun yang lalu dengan 

ditemukannya bukti arkeologis dari Australia yang menunjukan bahwa kremasi 

sudah ada sejak lama. Bukti yang ditemukan berupa sisa-sisa tubuh yang sudah 

dikremasi terletak di negara bagian New South Wales, Australia Timur dekat Danau 

Mungo (Akurat.co 2021). Dilansir dari Britannica, Parktik kremasi di atas api 

terbuka dilakukan pertama kali oleh masyarakat Yunani sejak 1000 SM. Pada 

praktiknya jenazah diletakan di atas tumpukan kayu dan api diruang terbuka, 

praktik ini dilakukan untuk tentara yang gugur di peperangan bangsa Yunani 

(Voi 2021). Dalam kebudayaan primitif, proses kremasi dijalankan secara luas 

menggunakan api sebagai fungsi pensucian untuk melindungi dari roh jahat 

(Solihah 2011).  

Seiring berjalannya waktu proses kremasi mengalami perkembangan terutama di 

Eropa. berdasar  bukti arkeologis yang dijelaskan oleh ahli antropologi Inggris 

V. Gordan Childe dalam jurnal Enung Solihah (2011) menjelaskan bahwa 

pembakaran mayat atau kremasi telah dijalankan oleh masyarakat neoitik di 

kepulauan Inggris, Brittany, Switzerland, dan Jerman tengah. Pada tahun 1873 di 

Italia Profesor Ludovico Brunetti memamerkan ruangan praktis kremasi pertama. 

Setelah memamerkan ruangan praktis ini, beberapa negara mulai mengikuti 

perkembangan ini, dimana Ratu Victoria dan para penasihatnya mulai 

menganjurkan pembangunan gedung krematorium sebab  dianggap lebih 

bermanfaat bagi kesehatan masyarakatnya. Selama periode ini, krematorium 

menjadi popular hingga Amerika Serikat.  

Awal mula kremasi di Amerika Serikat dilatar belakangi pada tahun 1800-an. 

Masyarakat meyakini bahwa mayat yang dikubur dan membusuk dapat 

menimbulkan pencemaran air, tanah, hingga membentuk gas beracun yang dapat 

mencemari udara serta menimbulkan penyakit (Roach 2013). Pada tahun 1876 

Amerika Serikat membangun rumah kremasi pertama di tanah milik seorang 

 

pensiunan dokter bernama Francis Julius Lemoyne di Pennsylvania (Akurat.co 

2021). 

Saat ini kremasi menjadi solusi yang efektif dan efisien dari pada metode 

inhumation (metode pemakaman jenazah ke dalam tanah) (Mujab 2012). Semakin 

padatnya lahan pemukiman di era globalisasi ini maka semakin padatnya lahan 

kosong sehingga sulit menemukan lahan pemakaman. Negara Italia misalnya, saat 

ini 6,5 % penanganan jenazah di negara Italia dilakukan dengan cara kremasi, 

Amerika 27,12 %, Inggris 70,70 % dan negara terbanyak melakukan proses kremasi 

yaitu   negara Jepang yang hampir 100 % penduduknya memilih kremasi sebagai 

pilihan terbaik dalam penanganan jenazah (Wardhani 2016). Akan tetapi, kremasi 

tidak selalu berarti sebuah metode yang ramah lingkungan disebab kan selama 

pembakaran yang memerlukan gas selama 45 menit yang artinya melepaskan green 

house gas setara dengan 70.000 kendaraan yang melepas karbon dioksida menurut 

wawancara Katrina Spade (director dan penemu urban death project) dalam CBC 

Radio’s The Current, 2016. 

II.3.1. Kremasi di Indonesia 

Kremasi masuk dan dipraktekan di Indonesia pada saat Indonesia masih bernama 

"Dwipantara" sebutan nama oleh orang India pada saat itu (Sita 2018). Pada masa 

ini Indonesia masih berupa wilayah yang terdiri dari kerajaan. Kerajaan besar 

yang berada di Indonesai saat itu yaitu   “Singashari” yang dipimpin oleh Raja Raja 

Kertanegara yang bergelar "Sri Maharajadhiraja Kertanagara Wikrama 

Dharmmottunggadewa" pada tahun 1275 (Wanto 2021). Seperti yang diketahui, 

dahulu Indonesia masih memiliki begitu banyak kerajaan Hindu, dimana latar 

belakang agama Hindu berasal dari Negara India. sebab  pengaruh budaya religius 

Hindu, maka masyarakat pada saat itu sudah mengenal apa itu kremasi. Sebagai 

contoh hingga saat ini masyarakat Bali yang beragama Hindu masih melakukan 

upacara kremasi atau pembakaran jenazah yang disebut ngaben. 

Dalam buku Bali Bukan India (2020:355) karya Santo Saba Piliang, dalam 

sejumlah sumber sastra Pararaton atau Negara Kertagama diketahui bahwa kremasi 

diperuntukan bagi seorang raja atau tokoh bangsawan. Sama halnya dengan negara 

lain, di Indonesia proses kremasi dilakukan dengan pembakaran api secara terbuka 

10 

 

yang biasa disebut dengan istilah ngaben yang biasa dilakukan oleh orang-orang 

Hindu Bali. Orang-orang Hindu Bali melaksanakan ngaben sebagai proses 

penyempurnaan jenazah agar perjalanan arwahnya cepat bersatu dengan nenek 

moyang (Kesrasetda, 2021). Selain Hindu Bali, budaya kremasi di Indonesia juga 

dibawa oleh masyarakat keturunan Tionghoa yang menetap di Indonesia. 

Berdasrakan statisktik masyarakat yang melakukan kremasi yaitu   etnis Tionghoa, 

sebab  memiliki kepercayaan yang mengharuskan jenazah dari setiap keluarganya 

dikremasi (Fitrianti 2020). Etnis Tionghoa di Indonesia sudah tersebar di berbagai 

wilayah.  

II.3.2. Perkembangan Kremasi di Indonesia 

Perkembangan kremasi di krematorium khusunya di Indonesia dilatar belakangi 

oleh beberapa faktor, diantaranya:   

a. Faktor agama, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam kepercayaan. 

Kepercayaan yang ada di Indonesia tentunya terdapat masyarakat pemeluk 

agama dan kepercayaan yang menganjurkan umatnya untuk mengkremasi 

jenazah di krematorium (Wardhani 2016). 

b. Faktor ekonomi, berdasar  perhitungan penanganan jenazah dengan kremasi 

jauh lebih murah daripada proses pemakaman ke dalam tanah (Panca 2022). 

Mengingat proses pemakaman ke dalam tanah memerlukan biaya yang besar 

seperti harga nisan dan beberapa kali kuburan harus dikunjungi. 

c. Faktor Permintaan dari almarhum semasa hidupnya memiliki permintaan untuk 

dikubur atau dikremasi. Keluarga ini wajib mengabulkan permintaan 

terakhir dari almarhum sebagai penghormatan terakhir agar almarhum dapat 

tenang dengan kematiannya (Madona 2017). 

d. Faktor Efisiensi tempat dan waktu, proses kremasi lebih menguntungkan 

daripada pemakaman biasanya (Deanna & Gandha, M. V. (2019). Melalui 

kremasi jenazah tidak perlu dimakamkan di tanah. Dengan proses kremasi, 

jenazah hanya dibakar hingga menjadi abu dengan waktu 2-3 jam. 

 

 

11 

 

II.4. Sejarah Krematorium “Yayasan Krematorium Bandung” 

berdasar  wawancara bersama Ceceng selaku salah seorang yang terlibat dalam 

pembangunan Yayasan Krematorium Bandung Cikadut pada 29 Desember 2022, 

berdirinya krematorium di Cikadut Bandung dilatar belakangi oleh berdirinya 

Yayasan Krematorium Bandung. Pada tanggal 30 September 1961 terdapat 

sembilan orang yang memiliki profesi sebagai pedagang dan bertempat tinggal di 

Bandung. Diantara lain yaitu   Tjoa Way Lie, Oey Tjin Hoa, Oey Tin Bouw, Tan 

Po Hwee, Tan Tjiauw Djien, Tjio Tjin Hoat, Khouw Tjeng Loen, Tan Tek Jam, dan 

Lo Siauw Thing. Sembilan orang ini memiliki tujuan untuk mengembangkan 

kremasi dan berencana untuk membuat krematorium. Pada saat itu sembilan orang 

ini mengumpulkan uang sebanyak Rp. 15.000 untuk membangun suatu 

yayasan krematorium yang diurus dengan peraturan-peraturan. Pada tanggal 14 

Oktober 1961 sembilan orang ini meresmikan yayasan yang diberi nama 

“Jajasan Krematorium Bandung” yang sekarang berubah nama dengan ejaan baru 

yakni “Yayasan Krematorium Bandung”. Bukti sejarah ini terletak di dinding 

krematorium berupa tulisan diatas kertas.  

Dengan adanya Yayasan Krematorium Bandung, sembilan orang ini 

mengadakan rapat untuk membangun krematorium di wilayah Bandung. Hasil dari 

rapat ini akhirnya wilayah pemakaman di Cikadut dipilih untuk dibangunkan 

krematorium, sebab  pada saat itu wilayah pemakaman Cikadut diperuntukan untuk 

masyarakat Hindu-Budha. Selain itu faktor ini didukung oleh masyarakat etnis 

Tionghoa yang kebanyakan beragama Hindu-Budha yang dimakamkan di Cikadut 

dan juga banyaknya permintaan dari golongan masyarakat ini untuk dibuatkan 

krematorium. Tempat pemakaman di Cikadut sendiri sudah ada sejak tahun 1913. 

Sejak berdirinya makam ini diperuntukan khusus untuk masyarakat beragama 

Hindu-Budha.  

berdasar  wawancara bersama Ceceng selaku salah seorang yang terlibat dalam 

pembangunan Yayasan Krematorium Bandung Cikadut pada 29 Desember 2022, 

pada saat Covid-19 melanda Indonesia antara tahun 2020 sampai pertengahan tahun 

2022. Kompleks pemakaman Cikadut ditetapkan menjadi tempat pemakaman 

khusus jenazah yang terkena Covid untuk seluruh masyarakat Jawa Barat, sesuai 

12 

 

dengan apa yang diinstruksikan oleh Gubernur. Sejak saat itu kompleks 

pemakaman Cikadut yang semula diperuntukkan khusus untuk umat Hindu-Budha, 

yang tampak di gerbang masuknya bertuliskan "Kompleks Pemakaman Khusus 

Umat Hindu-Budha Cikadut" sejak akhir tahun 2022 berubah menjadi "Tempat 

Pemakaman Umum Cikadut". 

Pada tahun 1967 krematorium pertama mulai dibangun di wilayah pemakaman 

Cikadut yang berlokasi di Jalan Cikadut No. 34 Jatihandap, Kec. Mandalajati, Kota 

Bandung, Jawa Barat 40195. Krematorium ini diberi nama “Yayasan 

Krematorium Bandung”. Krematorium ini menjadi krematorium pertama dan 

menjadi salah satu krematorium tertua di Indonesia. Pada awal berdirinya yakni 

tahun 1967, Yayasan Krematorium Bandung ini hanya mengkhususkan 

mengkremasi jenazah pihak keluarga dan kerabat dekat dari sembilan orang 

pendirinya saja. Namun memasuki tahun 1970, seiring dengan banyaknya pihak 

masyarakat luar yang ingin melakukan kremasi pada jenazah keluarga. Maka 

Yayasan Krematorium Bandung mulai membuka penggunaan krematorium 

ini untuk umum. Baik itu masyarakat Bandung, maupun masyarakat dari luar 

Bandung. Saat ini pengelolaan Yayasan Krematorium Bandung dikelola oleh 

Yayasan "PERMABA" yang berada di jalan Kebon Jati no. 130, Kb. Jeruk, Kec. 

Andir, Kota Bandung. 

berdasar  hasil wawancara dengan Apep Sugandi seorang petugas kremasi di 

krematorium "Yayasan Krematorium Bandung" pada 21 Mei 2023, Apep 

menjelaskan bahwa petugas yang bekerja di krematorium “Yayasan Krematorium 

Bandung” merupakan pekerjaan yang diwariskan secara turun temurun. Apep 

Sugandi merupakan salah satu yang mewariskan pekerjaan dari orang tuanya. Hal 

ini terjadi sejak awal krematorium “Yayasan Krematorium Bandung” berdiri. 

Mengenai turun temurunnya pekerjaan sebagai petugas krematorium, hal itu sangat 

dimungkinkan sebab  mereka yaitu   penduduk asli di Cikadut dan sejak lahir 

mereka sudah akrab dengan kondisi dan suasana di sekitar Cikadut dan pekerjaan 

yang menjadi mata pencaharian orangtua mereka sebagai penggali kubur dan atau 

menjadi petugas kremasi.  

 

13 

 

II.4.1. Fasilitas Yayasan Krematorium Bandung 

Yayasan Krematorium Bandung yang berdiri pada tahun 1967 merupakan 

krematorium pertama dan salah satu krematorium tertua di Indonesia. Melihat 

kondisi fisik bangunan dari krematorium ini sudah cukup berumur dan lama tidak 

di renovasi.  

 

Gambar II.1 Bangunan Yayasan Krematorium Bandung 

Sumber: Dokumen pribadi (2022) 

Fasilitas yang disediakan di krematorium ini berupa temat untuk melaksanakan 

prosesi keagamaan atau ritual untuk mendoakan jenazah. Tempat ini terletak 

tepat di depan ruang tungku kremasi tanpa adanya pembatas. Saat krematorium 

akan digunakan, petugas dari krematorium akan menyediakan kursi plastik untuk 

diduduki oleh pihak keluarga jenazah dan pelayat yang lain. 

 

Gambar II.2 Ruang Tunggu dan Perpisahan Keluarga Sebelum Jenazah di Kremasi 

Sumber: https://goo.gl/maps/MFfQD6GG8E3nrSEd8  

(Diakses pada 05/10/2023) 

Krematorium ini memiliki tiga ruang oven utuk mengkremasi jenazah yang masih 

beroperasi dengan sangat baik. Ketiga oven ini pada mulanya masih menggunakan 

kayu bakar untuk melakukan kremasi dan dapat memakan waktu semalaman, 

14 

 

namun saat ini ketiga oven ini sudah menggunakan alat bantu blower, 

sehingga proses kremasi umumnya hanya memakan waktu 2-3 jam.  

 

Gambar II.3 Oven kremasi di Yayasan Krematorium Bandung 

Sumber: Dokumen pribadi (2022) 

Selama proses kremasi berlangsung yang dapat memakan waktu pada umumnya 2-

3 jam. Masing-masing dari ketiga oven Yayasan Krematorium Bandung memiliki 

sistem pembuangan gas pada saat kremasi berlangsung berupa cerobong asap. Gas 

yang dihasilkan dari pembakaran jenazah saat dikremasi, akan dibuang melalui 

cerobong asap. 

 

Gambar II.4 Sistem Pembuangan Gas 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Selain memiliki tiga ruang oven, krematorium ini memiliki fasilitas khusus lainnya 

yang berada di sebelah krematorium. Fasilitas ini beruapa tempat terbuka untuk 

melaksanakan upacara ngaben yang biasa dilakukan oleh masyarakat Hindu-Bali. 

berdasar  hasil wawancara dengan Apep Sugandi seorang petugas kremasi di 

krematorium "Yayasan Krematorium Bandung" pada 21 Mei 2023, fasilitas khusus 

untuk ngaben ini jarang digunakan, namun bukan berarti tidak lagi digunakan. 

Tempat ini terakhir kali digunakan pada bulan Februari 2023. Yang 

15 

 

melakukan ngaben ini merupakan pihak keluarga tertentu yang memilih cara 

mengkremasi jenazahnya dilakukan dengan cara ngaben, sesuai dengan 

kepercayaan yang dianut. 

 

Gambar II.5 Fasilitas untuk melaksanakan upacara ngaben 

Sumber: Dokumen pribadi (2022) 

Fasilitas terakhir pada krematorium ini yakni, toilet umum yang terletak pada 

bagian belakang krematorium. Terdapat dua toilet yang masing-masing disediakan 

untuk laki-laki dan perempuan. 

 

Gambar II.6 Toilet Umum Yayasan Krematorium Bandung 

Sumber: Dokumen pribadi (2022) 

 

II.5 Proses Kremasi Jenazah Yayasan Krematorium Bandung 

Menurut Prayitno (1982) kremasi yaitu   proses pembakaran jenazah manusia 

hingga menjadi abu. Sama hal nya dengan proses pemakaman, kremasi juga 

memiliki beberapa tahapan sebelum jenazah akan di kremasi. berdasar  situs 

web Kamboja (n.d), dan berdasar  wawancara bersama Apep Sugandi selaku 

petugas kremasi di Yayasan Krematorium Bandung pada 23 Mei 2023, bahwa 

tahapan melakukan kremasi di Yayasan Krematorium Bandung pada dasarnya 

sama. Perlu digaris bawahi bahwa krematorium yang dikelola oleh Yayasan 

16 

 

Krematorium Bandung merupakan krematorium tertua yang ada di Jawa Barat atau 

salah satu krematorium tertua di Indonesia, sehingga Yayasan Krematorium 

Bandung menjadi acuan dalam hal prosedural kepengurusan jenazah. Sebagai 

contoh prosedur kremasi Yayasan Krematorium Bandung dilakukan juga oleh 

krematorium kedua yang berdiri pada tahun 1994 di Cikadut yang dikelola oleh 

Yayasan “Priangan” hal ini disampaikan oleh Usep sebagai penjaga dari 

krematorium Yayasan “Priangan”. Berikut tahapan prosedur kremasi di 

krematorium Cikadut Bandung: 

1. Mengurus administrasi 

Krematorium memiliki aturan yang ketat, sebelum melakukan kremasi hal pertama 

yang perlu dilakukan yaitu   mengurus dokumen administrasi (Harike 2008). Bagi 

pihak keluarga yang akan melakukan kremasi di Yayasan Krematorium Bandung, 

maka mengurus administrasi di yayasan “PERMABA” atau dimana jenazah berada 

di Yayasan. Dokumen administrasi yang diperlukan berupa KTP, kartu keluarga, 

sertifikat formalin, surat kedukaan dari rumah sakit, dan surat kedukaan dari 

kelurahan. 

2. Mengidentifikasi Jenazah 

Petugas yayasan akan melakukan proses identifikasi jenazah setelah proses 

administrasi selesai. Prosedur identifikasi ini dilakukan di yayasan dan melibatkan 

anggota keluarga untuk menyaksikan dan memastikan jenazah merupakan bagian 

dari keluarga yang ditinggal. Petugas yayasan akan memberikan label logam atau 

tag id yang diletakan pada bagian ibu jari kaki atau bagian tubuh jenazah lainnya 

untuk mencegah kekeliruan identitas (Fitrianti 2020). Hal ini disebab kan tidak 

semua jenazah dapat langsung di kremasi pada hari itu. Selain itu hal ini didasari 

dari beberapa faktor seperti menunggu keluarga atau kerabat lainnya berdatangan 

atau dilakukan doa dan upacara keagamaan. 

17 

 

 

Gambar II.7 Tag Id yang di Ikatkan pada Ibu Jari 

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20141231153625-255-

21653/mengenal-prosedur-identifikasi-jenazah-melalui-dna 

(Diakses pada 05/2/2023) 

3. Memandikan Jenazah 

Jenazah akan dimandikan terlebih dahulu agar bersih. Setelah jenazah dimandikan, 

petugas yayasn akan memakaikan pakaian dan merias jenazah. Agar kondisi 

jenazah tetap baik dan tidak mengalami banyak pembusukan, maka jenazah akan 

disuntikan formalin. Apabila jenazah memiliki barang-barang pribadi dan berharga 

sebelum dilakukan kremasi barang-barang ini perlu untuk dilepas, sebab  akan 

hancur atau rusak setelah kremasi (Suyanto 2019). Setelah dikehendaki oleh pihak 

keluarga maka barang-barang penting milik pribadi jenazah semasa hidup dapat 

diletakan bersama jenazah selama tidak membahayakan atau menimbulkan 

kerusakan pada mesin dan petugas krematorium. Semua tahapan ini dilakukan di 

yayasan. 

4. Memasukan Jenazah ke Dalam Peti 

Setelah jenazah dimandikan, diberi formalin, dan dikenakan pakaian maka jenazah 

segera dimasukan ke dalam peti. Peti jenazah yang digunakan disesuaikan dengan 

ukuran tubuh jenazah. Untuk beberapa peti mati yang digunakan ada yang memiliki 

bagian khusus yang transparan, sehingga memudahkan keluarga untuk melihat 

wajah dari jenazah yang akan dimasukan ke dalam ruangan kremasi dan tidak dapat 

dibalikan lagi (Harike 2019). Pada bagian peti mati ini merupakan bagian yang 

memungkinkan keluarga dan kerabat untuk menyaksikan wajah jenazah yang 

terakhir kalinya. Dalam hal pengadaan peti, "Yayasan PERMABA” menyediakan 

peti mati dengan harga terendah Rp. 1.500.000. Untuk peti jenazah yang akan 

18 

 

dikremasi umumnya yang dipakai peti mati dengan kisaran harga Rp. 1.500.000 - 

Rp. 20.000.000.  Peti mati juga dapat disediakan oleh keluarga atau berdasar  

wasiat dari jenazah semasa hidupnya. Peti mati yang digunakan diwajibkan 

menggunakan peti mati yang mudah terbakar atau yang berbahan dasar kayu. 

 

Gambar II.8 Peti Mati Kayu yang Biasa Digunakan untuk Kremasi 

Sumber: https://www.liputan6.com/photo/read/4459550/foto-tumpukan-peti-mati-di-

krematorium-tempat-pusat-pandemi-corona-di-jerman?page=1 

(Diakses pada 05/2/2023) 

5. Kremasi Jenazah 

Setelah 4 tahapan selesai dilakukan di yayasan, maka jenazah akan dibawa oleh 

mobil ambulans dari yayasan menuju Yayasan Krematorium Bandung. Mobil 

ambulans akan diikuti oleh kendaraan pribadi atau bus mini yang di sewa oleh pihak 

keluarga atau kerabat menuju Yayasan Krematorium Bandung.  

 

Gambar II.9 Saat Ambulans Tiba di Yayasan Krematorium Bandung 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Pada saat jenazah dalam perjalanan, petugas krematorium akan mempersiapkan 

beberapa hal seperti, mempersiapkan oven yang nantinya akan digunakan untuk 

19 

 

kremasi, membersihkan tempat kremasi, menyediakan tempat duduk untuk 

keluarga dan kerabat, menyediakan meja beroda untuk menyimpan peti, dan 

menyediakan meja yang digunakan untuk menyimpan bingkai foto, lilin, dan 

rangkaian bunga. Meja ini diletakan di depan meja beroda. 

 

Gambar II.10 Ruangan Kremasi Sudah Tersusun 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Saat Jenazah tiba di krematorium dengan ambulans, maka petugas krematorium 

membantu pihak keluarga untuk membawa dan meletakan peti jenazah di atas meja 

beroda.  Pada saat peti sudah diletakan di atas meja beroda, maka peti akan di beri 

rangkaian bunga yang dibawa oleh pihak keluarga dan kerabat. Selain untuk 

menyimpan peti jenazah, fungsi lain dari meja beroda ini untuk memudahkan 

petugas kremasi memasukan peti jenazah kedalam tungku oven. 

 

Gambar II.11 Meja Beroda untuk Menaruh Peti Jenazah 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

20 

 

Setelah peti jenazah yang sudah diberi rangkaian bunga diletakan di meja beroda, 

selanjutnya petugas krematorium membantu keluarga menyusun dan meletakan 

bingkai foto dari almarhum, menyalakan lilin, dan menyusun rangkaian bunga 

sebagai bagian dari proses ritual mendoakan jenazah dan melepas kepergian 

jenazah untuk dikremasikan. Prosesi ritual kremasi memiliki tata cara yang 

berbeda-beda, sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianut. Ritual sebelum 

jenazah akan dikremasi tidak hanya dilakukan oleh umat beragama Hindu, Budha, 

dan Kong Hu Cu saja melainkan umat beragama Kristen dan Katolikpun memiliki 

ritual khusus sebelum jenazah akan dikremasi. Seluruh prosesi ritual keagamaan 

yang dilakukan oleh beberapa kepercayaan pada intinya bertujuan sama untuk 

mendoakan jenazah untuk melepas kepergiannya. 

 

 

Gambar II.12 Proses Mendoakan Jenazah  

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Tahap mendoakan selesai, selanjutnya peti jenazah dimasukan kedalam oven untuk 

dikremasi. Dalam tahapan ini pihak keluarga dan kerabat diperbolehkan oleh pihak 

krematorium untuk mendekat pada saat memasukan jenazah kedalam oven untuk 

terakhir kali. Selain itu petugas krematorium juga mengizinkan pihak keluarga 

untuk menekan saklar (tuas) untuk menyalakan api pada oven. Proses kremasi 

umumnya berlangsung selama 2-3 jam dan gas yang dihasilkan dari pembakaran 

jenazah akan dibuang melalui sistem pembuangan berupa cerobong asap. Lamanya 

proses kremasi ditentukan oleh ukuran dan berat dari jenazah yang sedang di 

kremasi, suhu pembakaran pada tungku kremasi sekitar 1600°F-1800°F (760°C-

980°C) (Suyanto 2019). 

berdasar  hasil wawancara dengan Apep Sugandi seorang petugas kremasi di 

krematorium "Yayasan Krematorium Bandung" pada 21 Mei 2023, Dalam tahapan 

21 

 

kreamsi terdapat kebiasaan yang berbeda dari keluarga jenazah yang melakukan 

kremasi. Bagi keluarga penganut Nasrani, baik itu orang Tionghoa maupun bukan 

Tionghoa. Setelah jenazah masuk ke tungku pembakaran, pihak keluarga yang 

diwakili oleh putra-putri atau suami-istri dari jenazah semasa hidupnya, bersama-

sama menekan saklar pemantik yang menyalakan api pembakaran dalam tungku. 

Keluarga dari jenazah yang tengah dikremasi langsung pulang dan tidak menunggu 

proses kremasi hingga usai. Pihak keluarga hanya menunggu kabar dari pihak 

krematorium, bahwa abu jenazah dari keluarga sudah bisa diambil di yayasan atau 

rumah duka yang mengelola kremasian jenazah keluarganya.  

Namun tidak demikian bagi orang Tionghoa penganut Hindu-Budha atau penganut 

Kong Hu Cu.  Perwakilan dari pihak keluarga menunggu proses pengkremasian 

jenazah keluarganya sampai selesai. Bahkan mereka juga yang mengumpulkan abu 

jenazah keluarganya lalu menampungnya dalam guci atau kotak yang telah mereka 

siapkan. Proses kremasi umumnya berlangsung selama 2-3 jam. Lamanya proses 

kremasi ditentukan oleh ukuran dan berat dari jenazah yang sedang di kremasi, suhu 

pembakaran pada tungku kremasi sekitar 1600°F-1800°F (760°C-980°C) (Suyanto 

2019). 

6. Mengumpulkan Abu Jenazah 

Proses terakhir setelah jenazah di kremasi ialah mengumpulan abu jenazah setelah 

melalui proses pendinginan. Abu akan dikumpulkan pada saat oven sudah 

mendingin. Proses pendinginan oven memakan waktu 1 jam 30 menit. Perlu digaris 

bawahi ketika proses kremasi selesai, abu jenazah dengan abu kayu peti mati 

terpisah dengan sendirinya, tidak seperti yang kita bayangkan bahwa abu jenazah 

dan abu kayu peti matinya akan bercampur. 

22 

 

 

Gambar II.13 Abu Jenazah Setelah Kremasi  

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Selain itu idak semua bagian tubuh pada saat dikremasi akan hancur menjadi abu, 

terdapat beberapa bagian tulang yang tidak hancur, seperti tulang pipa dan tulang 

keras lainnya. Tulang yang tidak hancur akan dihaluskan menggunakan kremulator 

(mesin penghalus abu) hingga tulang menjadi sehalus tepung berwarna putih abu-

abu. Proses penghancuran tulang ini dilakukan di yayasan pada saat petugas 

krematorium menyerahkan tulang ini ke yayasan. 

 

Gambar II.14 Sisa Tulang yang Tidak Hancur Saat Kremasi 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Abu yang di dapat dari hasil kremasi akan dimasukan kedalam kantung yang 

disediakan oleh krematorium yang nantinya akan diserahkan kepada keluarga 

melalui yayasan. Kantung abu dan tulang dibuat terpisah sehingga nantinya tulang 

akan dihaluskan di yayasan dan nantinya akan diserahkan kepada pihak keluarga. 

berdasar  situs web Kamboja (n.d), tahapan akhir berada pada keputusan 

keluarga, biasanya abu dari kremasi dimasukan kedalam guci untuk disimpan 

dirumah pribadi atau di rumah abu. Tahapan akhir abu jenazah akan dimasukkan 

ke dalam guci atau ke dalam kotak yang telah disiapkan. Setiap keluarga memiliki 

keputusan masing-masing untuk memutuskan apakah nantinya abu jenazah dari 

hasil kremasi akan disimpan dirumah pribadi atau di rumah abu. Selain itu abu 

23 

 

jenazah dapat langsung dilarung ke laut. Salah satu tempat khusus untuk melarung 

abu jenazah terletak di wilayah Cilincing, Jakarta Utara. 

II.6. Data dan Analisis 

II.6.1. Data Observasi 

Observasi merupakan salah satu teknik yang mengamati aktivitas dari setiap objek 

yang diteliti. Dalam prosesnya observasi akan menyaksikan aktivitas yang bersifat 

alami untuk menghasilkan fakta yang kemudian merekam hasil pengamatan 

ini dengan catatan atau alat bantu lainnya. Dari hasil pengamatan yang di dapat 

lalu disusun dan dicatat secara sistematis, memperhatikan secara akurat, mencatat 

fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam 

fenomena yang sedang berlangsung. 

Observasi ini dilakukan di Yayasan Krematorium Bandung berada di Jalan Cikadut 

No. 34 Jatihandap, Kec. Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat 40195. 

Krematorium ini berada di tengah-tengah tempat pemakaman umum Cikadut 

Bandung. Tujuan dilaksanakannya observasi ini untuk melihat secara langsung 

keadaan fisik bangunan, fasilitas, dan lingkungan sekitar dari Yayasan 

Krematorium Bandung. Selain itu observasi ini juga dilakukan agar mendapatkan 

gambaran secara langsung mengenai bagaimana proses kremasi di Yayasan 

Krematorium Bandung. 

Untuk menuju ke Yayasan Krematorium Bandung, maka jalan yang dilewati yakni 

melalui komplek Tempat Pemakaman Umum Cikadut Bandung. Lokasi Yayasan 

Krematorium Bandung berada di tengah-tengah kompleks Tempat Pemakaman 

Umum Cikadut Bandung.  

24 

 

 

Gambar II.15 TPU Cikadut Bandung 

Sumber: Dokumen pribadi (2022) 

Sejak awal berdiri pada tahun 1967 bangunan krematorium “Yayasan Krematorium 

Bandung” berbentuk bangunan tua yang dikelilingi oleh pepohonan dan juga 

tumbuhan yang sengaja ditanam untuk menghiasi halaman agar tetap asri serta 

memiliki udara yang segar. Pada area luar bangunan dipenuhi oleh rumput liar dari 

pemakaman yang belum dibersihkan.  

 

 

Gambar II.16 Bangunan Yayasan Krematorium Bandung 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Pada bagian pagar bangunan Yayasan Krematorium Bandung sudah berkarat. Pagar 

berkarat dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti usia pada pagar besi yang sudah 

tua, iklim atau cuaca yang ekstrem serta sering terkena air hujan yang menyebabkan 

pagar ini menjadi berkarat. 

25 

 

 

Gambar II.17 Pagar Pada Bangunan Yayasan Krematorium Bandung 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Selain pagar yang berkarat, di dalam bangunan Yayasan Krematorium Bandung 

terdapat beberapa bagian dari langit-langit mengalami kebocoran sehingga terdapat 

beberapa lubang. Lubang pada langit-langit ini terjadi disebab kan terkena air 

hujan dan terdapat material berbahan dasar kayu yang termakan oleh rayap. 

 

Gambar II.18 Langit-Langit pada Yayasan Krematorium Bandung 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Yayasan Krematorium Bandung memiliki tiga ruangan oven yang digunakan untuk 

mengkremasi jenazah. Ketiga ruang oven ini terdapat tiga tungku yang 

masing-masing masih berfungsi dan beroperasi hingga saat ini. Ketiga ruang oven 

ini memiliki ukuran yang sama antara oven satu dengan yang lainnya. 

 

Gambar II.19 Ketiga Ruangan Oven Yayasan Krematorium Bandung 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

26 

 

Proses pembakaran pada Yayasan Krematorium Bandung pada awal berdirinya 

masih menggunakan kayu bakar dan dapat memakan waktu kremasi semalaman. 

Pada tahun 1990 dengan adanya alat bantuan blower maka proses kremasi jenazah 

menjadi lebih cepat dengan menggabungkan alat bantu blower dengan kayu bakar 

untuk proses kremasi. Blower ini diletakan pada dibagian belakang masing-

masing tungku kremasi.   

 

Gambar II.20 Blower Sebagai Alat Bantu Pembakaran 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Selain blower, pada bagian ketiga tungku kremasi masing-masing memiliki saluran 

pembuangan gas atau udara pada saat jenazah sedang di kremasi. Saluran 

pembuangan gas ini berbentu cerobong asap yang terpasang di masing-masing 

tungku. Proses pembuangan gas akan melalui cerobong asap dan membuangnya ke 

udara. 

 

Gambar II.21 Cerobong Asap Yayasan Krematorium Bandung 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Terdapat ruangan serbaguna yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan 

ritual keagamaan untuk mendoakan jenazah sebelum jenazah akan dibawa menuju 

ruangan kremasi. Ruang ini merupakan ruangan yang luas tanpa adanya 

27 

 

pembatas tepat di depan ketiga oven kremasi. Pada saat akan ada jenazah yang akan 

di kremasi, petugas kremasi akan menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan 

seperti menyediakan kursi plastik, meja beroda untuk menyimpan peti, serta meja 

untuk menyimpan foto almarhum, lilin, dan rangkaian bunga. 

 

Gambar II.22 Ruang Serba Guna untuk Mendoakan Jenazah  

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Yayasan Krematorium Bandung memiliki fasilitas khusus yakni ruangan terbuka 

yang dikhususkan untuk melaksanakan upacara ngaben bagi keluarga yang ingin 

melaksanakan upacara ini seperti yang ada di Bali. Fasilitas ini berada 

tepat di sebelah bangunan krematorium. Hal ini menjadi keunikan dari Yayasan 

Krematorium Bandung sebab  menyediakan pembakaran pada ruang terbuka atau 

ngaben dan tidak hanya pada ruangan tertutup.  

 

Gambar II.23 Ruang Terbuka untuk Ngaben  

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Pada tempat ngaben terdapat beberapa ubin sudah mengalami kerusakan seperti 

ubin yang sudah pecah. sebab  tempat untuk ngaben ini berada di ruangan terbuka, 

shingga kerusakan pada ubin di akibatkan oleh air hujan, iklim atau cuaca yang 

28 

 

ekstrem. Selain itu, sebab  tempat ini jarang digunakan maka tempat ini 

kurang terawat seperti tumbuhnya lumut atau rumput liar. 

 

Gambar II.24 Ubin yang Rusak dan Dipenuhi Rumput Liar dan Lumut  

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Fasilitas pendukung lainnya yakni toilet umum yang disediakan oleh Yayasan 

Krematorium Bandung yang berada di bagian belakang bangunan. Terdiri dari 

beberapa toilet umum bagi laki-laki dan perempuan. Kondisi dari toilet ini 

terawat dan dibersihkan oleh petugas krematorium. Pada bagian pintu toilet sudah 

mengalami kerusakan sebab  usia dari pintu toilet ini sudah lama. 

 

Gambar II.25 Toilet Umum Yayasan Krematorium Bandung  

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Krematorium merupakan tempat atau fasilitas yang menyediakan tempat untuk 

pembakaran jenazah hingga menjadi abu. Secara umum krematorium terdiri dari 

beberapa fasilitas diantaranya seperti tungku pembakaran, ruang serba guna bagi 

pihak keluarga yang dapat digunakan sebagai tempat mendoakan jenazah, dan 

memiliki sistem pembuangan gas dari hasil kremasi. Melalui penjelasan diatas 

bahwa Yayasan Krematorium Bandung yang berada di Cikadut ini sudah termasuk 

kedalam krematorium pada umumnya. Yayasan Krematorium Bandung menjadi 

29 

 

salah satu krematorium tertua yang ada di Indonesia, sehingga krematorium ini 

mengalami proses pembakaran tradisional yang masih menggunakan kayu bakar 

dan memerlukan waktu hingga semalaman untuk mengkremasi jenazah. Namun 

memasuki tahun 1990, Yayasan Krematorium Bandung hingga saat ini sudah 

menggunakan cara yang lebih modern sehingga proses pembakarannya dibantu 

menggunakan blower dan lebih cepat dalam proses kremasi jenazahnya. 

Yayasan Krematorium Bandung memiliki keunikan dibandingkan dengan 

krematorium lainnya yakni terdapat fasilitas khusus untuk melaksanakan kremasi 

di luar ruangan atau yang biasa kita kenal dengan ngaben seperti yang ada di Bali. 

Fasilitas ini terletak bersebelahan dengan bangunan krematorium “Yayasan 

Krematorium Bandung”. Hanya saja fasilitas ini jarang digunakan, sehingga 

terdapat beberapa kerusakan pada ubin dan ditumbuhi oleh lumut atau rumput liar. 

Bangunan Yayasan Krematorium Bandung ini masih terawatt dengan baik dengan 

memperhatikan kebersihan, hanya saja bangunan ini sudah tua dan sudah lama tidak 

mengalami perbaikan. Hal ini dilatar belakangi sebab  banyaknya jumlah jenazah 

yang dikremasi dari waktu ke waktu. Sehingga terdapat pagar yang sudah berkarat, 

bagian langit-langit pada bangunan berlubang.  

II.6.2. Kuesioner 

Kuesioner merupakan teknik mengumpulkan data dalam waktu yang realtif singkat. 

Proses pengumpulan data melibatkan responden melalui formulir yang berisi 

mengenai pertanyaan yang diajukan untuk memberikan jawaban atau tanggapan 

tertulis. Google form digunakan sebagai media pengisian kuesioner dengan bentuk 

pertanyaan pilihan berganda (multiple choice questions). Kuesioner dilakukan 

secara online dan disebarkan kepada responden di sekitaran wilayah Bandung 

dengan usia dewasa awal hingga dewasa akhir. Analisis kuesioner yang dilakukan 

pada penelitian ini menggunakan metode pertanyaan tertutup sehingga responden 

telah disediakan jawabannya sehingga dapat memilih secara langsung. Berikut 

merupakan hasil kuesioner yang telah dijawab oleh 106 responden diantaranya:  

 

 

30 

 

• Pertanyaan pertama yaitu untuk mengetahui jenis kelamin responden. 

 

Diagram II.1 Data jenis kelamin responden 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

 

berdasar  hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa responden yang berjenis 

kelamin laki-laki sebanyak 51,9% dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 

48,1%. 

• Pertanyaan kedua yaitu untuk mengetahui usia responden. 

  

Diagram II.2 Data jenis kelamin responden 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

 

berdasar  hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden 

berusia 19-25 tahun yang sebanyak 50%. Kemudian sisanya berusia 37-42 tahun 

sebanyak 25% dan 25-31 sebanyak 16,7%. 

 

 

 

31 

 

• Pertanyaan ketiga yaitu untuk status responden 

 

Diagram II.3 Data status responden 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

 

berdasar  hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden 

memiliki status sebagai pekerja sebanyak 67,9%. Selanjutnya diikuti oleh 

responden dengan status mahasiswa sebanyak 11,3%. 

• Pertanyaan keempat yaitu apakah kamu mengetahui apa itu kremasi? 

 

Diagram II.4 Data responden mengenai apa itu kremasi 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

 

berdasar  hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 94,3% mengetahui apa 

itu kremasi. Sementara sisanya tidak mengetahui apa itu kremasi. 

 

 

 

 

32 

 

• Pertanyaan kelima yaitu apakah kamu pernah melihat bagaimana proses 

kremasi berlangsung? 

 

Diagram II.5 Data responden mengenai pernah melihat proses kremasi 

berlangsung 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

 

berdasar  hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 69,8% belum pernah 

melihat bagaimana proses kremasi berlangsung. Sementara itu 30,2% dari 

responden pernah melihat bagaimana proses kremasi berlangsung. 

• Pertanyaan keenam yaitu apakah kamu tahu kepercayaan apa saja yang 

melakukan proses kremasi? 

 

Diagram II.6 Data responden mengenai kepercayaan yang melakukan kremasi 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

 

berdasar  hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 72,6% mengetahui 

kepercayaan apa saja yang melakukan proses kremasi. Sementara itu 27,4% dari 

responden belum mengetahui kepercayaan apa saja yang menjalankan proses 

kremasi. 

 

33 

 

• Pertanyaan ketujuh yaitu apakah kamu mengetahui apa itu krematorium? 

 

Diagram II.7 Data responden mengenai apa itu krematoirum 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

 

berdasar  hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 66% belum mengetahui 

apa itu krematorium. Sementara itu 34% dari responden sudah mengetahui apa itu 

krematorium. 

• Pertanyaan kedelapan yaitu apakah kamu mengetahui bahwa di wilayah 

Cikadut Bandung terdapat krematorium “Yayasan Krematorium Bandung”? 

 

Diagram II.8 Data responden mengenai bahwa di wilayah Cikadut Bandung 

terdapat krematorium  

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

 

berdasar  hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 77,4% belum 

keberadaan dari Yayasan Krematorium Bandung di wilayah Cikadut. Sementara itu 

22,6% dari responden sudah mengetahui keberadaan dari Yayasan Krematorium 

Bandung di wilayah Cikadut. 

• Pertanyaan kesembilan yaitu apakah kamu mengetahui sejarah dari 

krematorium “Yayasan Krematorium Bandung?” 

34 

 

 

Diagram II.9 Data responden mengenai sejarah dari Yayasan Krematorium 

Bandung 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

 

berdasar  hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 91,5% belum 

mengetahui mengenai sejarah dari Yayasan Krematorium Bandung. Sementara itu 

8,5% dari responden sudah mengetahui mengenai sejarah dari Yayasan 

Krematorium Bandung. 

• Pertanyaan kesepuluh yaitu apakah kamu pernah melihat bagaimana proses 

kremasi jenazah berlangsung di Yayasan krematorium Bandung? 

 

Diagram II.10 Data responden mengenai proese kremasi di Yayasan 

Krematorium Bandung 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

 

berdasar  hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 79,2% belum 

mengetahui mengenai bagaimana proses kremasi di Yayasan Krematorium 

Bandung berlangsung. Sementara itu 20,8% dari responden sudah mengetahui 

bagaimana proses kremasi di Yayasan Krematorium Bandung berlangsung. 

 

35 

 

• Pertanyaan kesebelas yaitu pernahkah anda mendaptakan informasi melalui 

media mengenai Yayasan Krematorium Bandung baik dari sejarah atau proses 

kremasinya?  

 

Diagram II.11 Data responden mengenai informasi melalui media mengenai 

Yayasan Krematorium Bandung baik dari sejarah atau proses kremasinya 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

 

berdasar  hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 94,3% belum pernah 

mendapatkan informasi melalui media mengenai Yayasan Krematorium Bandung 

baik dari sejarah atau proses kremasinya. Sementara itu 5,7% dari responden pernah 

mendapatkan informasi melalui media mengenai Yayasan Krematorium Bandung 

baik dari sejarah atau proses kremasinya. 

• Pertanyaan kedua belas yaitu apakah kamu tahu krematorium tertua yang 

berada di Bandung?  

 

Diagram II.12 Data responden mengenai krematorium tertua yang berada di 

Bandung 

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

berdasar  hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 95,3% belum 

mengetahui mengenai krematorium tertua yang berada di Bandung. Sementara itu 

36 

 

4,7% dari responden sudah mengetahui krematorium tertua yang berada di 

Bandung. 

Kesimpulan dari hasil keseluruhan kuesioner yang dilakukan mengenai proses 

kremasi di Yayasan Krematorium Bandung Cikadut berdasar  jawaban dari 

responden yaitu secara garis besar responden mengetahui mengenai apa itu kremasi, 

namun ada sebagian besar dari responden tidak mengetahui apa itu krematorium. 

Selain itu kebanyakan dari responden tidak mengetahui mulai dari sejarah, 

keberadaan, serta bagaimana proses kremasi berlangsung di Yayasan Krematorium 

Bandung.  

II.6.3. Data Wawancara 

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data berupa informasi mendalam yang 

di dapat dari responden. Wawancara mendalam untuk mengumpulkan data atau 

informasi secara langsung bertatap muka dengan informan. Wawancara ini 

dilakukan untuk menggali informasi lebih dalam mengenai proses kremasi di 

Yayasan Krematorium Bandung dan mencaritahu mengenai sejarah dari Yayasan 

Krematorium Bandung. 

berdasar  wawancara bersama Ceceng selaku salah seorang yang terlibat dalam 

pembangunan Yayasan Krematorium Bandung Cikadut pada 29 Desember 2022. 

Gambar II.26 Foto Bersama Narasumber (Ceceng)  

Sumber: Dokumen pribadi (2022) 

berdasar  hasil wawancara ini dapat diperolah bahwa Yayasan 

Krematorium Bandung merupakan salah satu krematorium tertua di Bandung, Jawa 

Barat atau bahkan menjadi salah satu yang tertua di Indonesia. Yayasan 

Krematorium Bandung sudah berdiri sejak tahun 1967, didirikan oleh sembilan 

orang warga Bandung keturunan Tionghoa yang berprofesi sebagai pengusaha 

37 

 

(pedagang). Sembilan orang ini merupakan orang-orang yang mempunyai 

gagasan untuk mendirikan krematorium pertama di Kota Bandung yang diberi 

nama Yayasan Krematorium Bandung atau “YKP”. Yayasan Krematorium 

Bandung dikelola langsung oleh yayasan “PERMABA” yang telah menerima 

banyak kremasi jenazah dari berbagai kepercayaan dan kebudayaan. Hasil 

wawancara ini juga didukung oleh adanya bukti sejarah yang ditempelkan pada 

dinding Yayasan Krematorium Bandung. 

Dengan adanya Yayasan Krematorium Bandung, sembilan orang ini 

mengadakan rapat untuk membangun krematorium di wilayah Bandung. Pada 

tanggal 14 Oktober 1961 sembilan orang ini meresmikan yayasan yang diberi 

nama “Jajasan Krematorium Bandung” yang sekarang berubah nama dengan ejaan 

baru yakni “Yayasan Krematorium Bandung”. Hasil dari rapat ini akhirnya 

wilayah pemakaman di Cikadut dipilih untuk dibangunkan krematorium, sebab  

pada saat itu wilayah pemakaman Cikadut diperuntukan untuk masyarakat Hindu-

Budha. Selain itu faktor ini didukung oleh masyarakat etnis Tionghoa yang 

kebanyakan beragama Hindu-Budha yang dimakamkan di Cikadut. Tempat 

pemakaman di Cikadut sendiri sudah ada sejak tahun 1913. Sejak berdirinya 

makam ini diperuntukan khusus untuk masyarakat beragama Hindu-Budha.  

Pada saat Covid-19 melanda Indonesia antara tahun 2020 sampai pertengahan tahun 

2022. Kompleks pemakaman Cikadut ditetapkan menjadi tempat pemakaman 

khusus jenazah yang terkena Covid untuk seluruh masyarakat Jawa Barat, sesuai 

dengan apa yang diinstruksikan oleh Gubernur. Sejak saat itu kompleks 

pemakaman Cikadut yang semula diperuntukkan khusus untuk umat Hindu-Budha, 

yang tampak di gerbang masuknya bertuliskan "Kompleks Pemakaman Khusus 

Umat Hindu-Budha Cikadut" sejak akhir tahun 2022 berubah menjadi "Tempat 

Pemakaman Umum Cikadut". 

Pada tahun 1967 dimana Yayasan Krematorium Bandung ini pertama kali didirikan, 

krematorium ini hanya diperuntukan bagi keluarga atau kerabat dari sembilan 

pendirinya saja. Pada tahun 1970 krematorium ini dibuka untuk umum sebab  

banyaknya jumlah permintaan dari keluarga lain yang ingin mengkremasi jenazah. 

Dalam satu bulan, Yayasan Krematorium Bandung dapat mengkremasi kurang 

38 

 

lebih 100 jenazah. Jenazah yang dikremasi di Yayasan Krematorium Bandung 

bukan hanya dari Yayasan “PERMABA” saja, namun Yayasan Krematorium 

Bandung membuka untuk yayasan lain sebagai penyedia fasilitas untuk 

mengkremasi jenazah. sebab  tidak semua yayasan memiliki krematorium 

khususnya di kota Bandung.  

Yayasan Krematorium Bandung memiliki tiga ruangan oven yang digunakan untuk 

mengkremasi jenazah. Sejak awal berdiri, proses kremasi jenazah masih 

menggunakan cara tradisional yakni dengan kayu bakar, sehingga dapat memakan 

waktu semalaman untuk mengkremasi jenazah. Namun pada tahun 1990 dengan 

adanya alat bantu bernama blower maka alat ini membantu proses pembakaran 

jenazah menjadi lebih cepat, yakni hanya memerlukan waktu 2-3 jam. Waktu 

pembakaran 2-3 jam merupakan proses kremasi pada umumnya, sebab  lamanya 

kremasi ditentukan berdasar  tinggi dan berat badan dari jenazah. Saat jenazah 

di kremasi, gas yang dihasilkan dari oven akan dibuang oleh sistem pembuangan 

berupa cerobong asap. Yayasan Krematorium Bandung memiliki fasilitas khusus 

untuk kremasi, yakni ruangan terbuka untuk melaksanakan upacara ngaben yang 

biasa dilakukan oleh masyarakat Hindu-Bali dan India. Biasanya tempat ini 

digunakan oleh masyarakat Hindu-Bali atau India yang menetap di Bandung. 

Wawancara kedua dilakukan bersama Apep Sugandi selaku petugas dari Yayasan 

Krematorium Bandung pada 23 Mei 2023, 

 

Gambar II.27 Foto bersama narasumber (Apep Sugandi)  

Sumber: Dokumen pribadi (2023) 

Apep Sugandi sudah menjadi petugas selama kurang lebih 23 tahun. Apep Sugandi 

juga menjelaskan bahwa petugas Yayasan Krematorium Bandung merupakan 

pekerjaan yang diwariskan secara turun temurun. Petugas krematorium yang 

39 

 

pertama kali bertugas yaitu   kakek dari Apep Sugandi, yang merupakan warga asli 

kelahiran Cikadut. Kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bernama Sugandi, 

menjadi petugas berikutnya. Lalu tugas Sugandi sebagai petugas krematorium 

diwariskan pada putranya yaitu Apep Sugandi yang saat ini menjadi petugas 

kremasi di Yayasan Krematorium Bandung. Turun temurunnya pekerjaan ini sangat 

mungkinkan sebab  penduduk asli di Cikadut dan sejak lahir sudah akrab dengan 

kondisi dan suasana di sekitar Cikadut dan pekerjaan yang menjadi mata 

pencaharian orang tua mereka sebagai petugas kremasi, seperti yang dijalani oleh 

keluarga Apep Sugandi. 

Terdapat beberapa tahapan untuk melakukan kremasi, yakni mengurus 

administrasi, mengidentifikasi jenazah, memandikan jenazah, memasukan jenazah 

kedalam peti, kremasi jenazah, dan mengumpulkan abu jenazah. Tahapan 

mengurus administrasi hingga memasukan jenazah kedalam peti dilakukan di 

yayasan. Pada tahapan mengurus administrasi, keluarga akan mengurus data seperti 

KTP, kartu keluarga, Sertifikat formalin, surat kedukaan. Tahapan kedua yakni 

mengidentifikasi jenazah, dimana pihak yayasan akan mengidentifikasi jenazah dan 

melibatkan anggota keluarga untuk memastikan jenazah. Selanjutnya tahapan 

memandikan jenazah, pada tahapan ini jenazah dimandikan agar bersih sebelum 

dimasukan kedalam peti. Setelah di mandikan jenazah akan diberikan formalin dan 

dikenakan pakaian. Selanjutnya jenazah akan dimasukan kedalam peti. Ketika 

jenazah dimasukan kedalam peti pihak keluarga akan diberikan izin untuk 

memasukan barang-barang kesukaan dari jenazah selama hidupnya. Barang yang 

diizinkan untuk dimasukan kedalam peti harus mudah terbakar agar nantinya pada 

proses kremasi mudah larut dan tidak membahayakan oven kremasi dan petugas 

krematorium.  

Setelah jenazah dimasukan kedalam peti maka jenazah akan dibawa menggunakan 

ambulans menuju krematorium. Selama jenazah dalam perjalanan, petugas 

krematorium akan menyiapkan ketersediaan oven yang nantinya akan digunakan, 

membersihkan area krematoirum serta menyiapkan tempat duduk bagi keluarga 

jenazah. Setelah jenazah sampai di krematorium maka akan dilakukan ritual bagi 

keluarga untuk mendoakan dan melepas jenazah untuk terakhir kalinya.  

40 

 

Dalam tahapan kremasi, terdapat kebiasaan yang berbeda dari keluarga jenazah 

yang melakukan kremasi. Bagi keluarga penganut Nasrani, baik itu orang Tionghoa 

maupun bukan Tionghoa. Setelah jenazah masuk ke tungku pembakaran, pihak 

keluarga yang diwakili oleh putra-putri atau suami-istri dari jenazah semasa 

hidupnya, bersama-sama menekan saklar pemantik yang menyalakan api 

pembakaran dalam tungku. Keluarga dari jenazah yang tengah dikremasi langsung 

pulang dan tidak menunggu proses kremasi hingga usai. Pihak keluarga hanya 

menunggu kabar dari pihak krematorium, bahwa abu jenazah dari keluarga sudah 

bisa diambil di yayasan atau rumah duka yang mengelola kremasian jenazah 

keluarganya.  

Namun tidak demikian bagi orang Tionghoa penganut Hindu-Budha atau penganut 

Kong Hu Cu.  Perwakilan dari pihak keluarga menunggu proses pengkremasian 

jenazah keluarganya sampai selesai. Bahkan mereka juga yang mengumpulkan abu 

jenazah keluarganya lalu menampungnya dalam guci atau kotak yang telah mereka 

siapkan.  

Yayasan Krematorium Bandung merupakan salah satu krematorium tertua di 

Bandung, Jawa Barat bahkan menjadi salah satu tertua di Indonesia. Krematorium 

ini didirikan oleh sembilan orang warga Bandung keturunan Tionghoa yang 

berprofesi sebagai pengusaha (pedagang). Hasil dari rapat yang mereka lakukan 

akhirnya wilayah pemakaman di Cikadut dipilih untuk dibangunkan krematorium, 

sebab  pada saat itu wilayah pemakaman Cikadut diperuntukan untuk masyarakat 

Hindu-Budha. Selain itu faktor ini didukung oleh masyarakat etnis Tionghoa 

yang kebanyakan beragama Hindu-Budha yang dimakamkan di Cikadut. Tempat 

pemakaman di Cikadut sendiri sudah ada sejak tahun 1913. Sejak berdirinya 

makam ini diperuntukan khusus untuk masyarakat beragama Hindu-Budha. 

Petugas kremasi di krematorium "Yayasan Krematorium Bandung" diwariskan 

secara turun temurun sebagai mata pencaharian. Hal ini tidak menutup 

kemungkinan sebab  petugas kremasi ini merupakan penduduk asli di Cikadut 

dan sejak lahir mereka sudah akrab dengan kondisi dan suasana di sekitar Cikadut. 

Kremasi sendiri memiliki beberapa tahapan seperti yang dilakukan di Yayasan 

Krematorium Bandung. Terdapat keenam tahapan yang diikuti oleh krematorium 

41 

 

lainnya, sebab  keenam tahapan ini merupakan tahapan umum yang sejak 

awal sudah dilakukan oleh krematorium tua, selah satunya krematorium “Yayasan 

Krematorium Bandung”. Pada tahap jenazah akan di kremasi dan sesudah di 

kremasi terdapat berbagai macam ritual yang dilakukan oleh keluarga berdasar  

kepercayaan yang dianut untuk mendoakan jenazah untuk terakhir kali. Perlu 

digaris bawahi berdasar  wawancara bersama Ceceng dan Apep Sugandi, bahwa 

proses kremasi secara garis besar khususnya di Yayasan Krematorium Bandung 

dilakukan oleh beberapa kepercayaan saja. Kepercayaan itu seperti Kristen, 

Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan 

hanya beberapa kepercayaan saja yang menjalani kremasi. 

II.6.4. Analisis Data 

Setelah data diperoleh melalui metode observasi, kuesioner, dan wawancara maka 

dapat diketahui bahwa Yayasan Krematorium Bandung merupakan krematorium 

yang berdiri sejak tahun 1967 dan menjadi krematorium tertua di Bandung, Jawa 

Barat bahkan menjadi salah satu yang tertua di Indonesia. Krematorium ini 

didirikan oleh sembilan orang warga Bandung keturunan Tionghoa yang berprofesi 

sebagai pengusaha (pedagang). Pada awal berdirinya Yayasan Krematorium 

Bandung tidak langsung dibuka secara umum, melainkan untuk pihak keluarga dari 

pendirinya saja hal itu disampaikan berdasar  wawancara bersama Ceceng. 

Namun pada tahun 1970, krematorium ini dibuka secara umum sebab  

banyaknya permintaan dari pihak keluarga lain yang ingin mengkremasi jenazah 

keluarga atau kerabatnya. Pembangunan Yayasan Krematorium Bandung di 

wilayah pemakaman Cikadut, dilatar belakangi sebab  tempat pemakaman ini 

diperuntukan khusus bagi kepercayaan Hindu dan Buddha.  

berdasar  wawancara bersama Apep Sugandi menjelaskan bahwa menjadi 

petugas kremasi di Yayasan Krematorium Bandung merupakan pekerjaan yang 

sudah diwariskan secara turun temurun. Hal itu sangat dimungkinkan sebab  

mereka yaitu   penduduk asli di Cikadut dan sejak lahir mereka sudah akrab dengan 

kondisi dan suasana di sekitar Cikadut dan pekerjaan yang menjadi mata 

pencaharian orangtua mereka sebagai penggali kubur dan atau menjadi petugas 

kremasi. Mengenal tahap kremasi di Yayasan Krematorium Bandung, memiliki 

42 

 

beberapa tahapan untuk mengkremasi jenazah diantarnya terdapat keenam tahapan 

yang diikuti oleh krematorium lainnya, sebab  keenam tahapan ini merupakan 

tahapan umum yang sejak awal sudah dilakukan oleh krematorium tua, salah 

satunya krematorium “Yayasan Krematorium Bandung”. Keenam tahapan ini 

diantaranya mengurus administrasi, identifikasi jenazah, memandikan jenazah, 

memasukan jenazah kedalam peti, kremasi, dan tahapan terakhir mengumpulkan 

abu jenazah. Pada tahap jenazah akan dikremasi dan sesudah dikremasi terdapat 

berbagai macam ritual yang dilakukan oleh keluarga berdasar  kepercayaan yang 

dianut untuk mendoakan jenazah untuk terakhir kali. 

berdasar  hasil kuesioner yang diperoleh, bahwa 94,3% mengetahui apa itu 

kremasi namun sebanyak 66% dari responden belum mengetahui apa itu 

krematorium. Padahal krematorium merupakan fasilitas atau tempat untuk 

melaksanakan kremasi jenazah atau pembakaran jenazah. Sebagian besar dari 

responden mengetahui kepercayaan mana saja yang melakukan kremasi sebagai 

penghormatan terakhir bagi jenazah keluarga atau kerabatnya. Dapat disimpulkan 

bahwa 94,3% dari responden mengethaui kremasi namun tidak dengan proses 

kremasi itu berlangsung khususnya di Yayasan Krematorium Bandung dan juga 

dilatarbelakangi oleh tidak semua kepercayaan melakukan kremasi di krematorium 

“Yayasan Krematorium Bandung”. Keberadaan dari Yayasan Krematorium 

Bandung itu sendiri kurang diketahui oleh sebagian besar responden bahwa 

Yayasan Krematorium Bandung terletak di wilayah Cikadut sehingga sebagian 

responden juga tidak mengetahui bahwa berdasar  sejarah krematorium ini 

merupakan krematorium tertua di Bandung, Jawa Barat atau menjadi salah satu 

krematorium tertua di Indonesia. Selain itu kurangnya media informasi yang 

membahas secara spesifik mengenai sejarah hingga bagaimana proses kremasi yang 

berlangsung di Yayasan Krematorium Bandung sebagai tempat tertua membuat 

sebagian besar responden tidak mendapatkan infromasinya secara spesifik. 

II.7. Resume 

Kematian pada setiap makhluk hidup merupakan sesuatu yang pasti terjadi. Setiap 

kematian pada manusia sudah selayaknya untuk dilakukan pemulasaraan jenazah. 

Sebagai suatu kelayakan dari bentuk memberikan penghormatan terakhir yang 

43 

 

dilakukan oleh keluarga, kerabat dan orang terdekat, yang dilakukan dalam tata cara 

ritual berdasar  kepercayaan dan kebudayaan pada masyarakat yang 

bersangkutan, salah satunya yaitu   dengan melakukan kremasi, selain pemakaman 

pada umumnya. Kremasi merupakan praktik penghilangan jenazah hingga menjadi 

abu dengan cara membakar jenazah pada suhu yang tinggi. Kremasi mulai 

ditemukan pada 20.000 tahun yang lalu dengan ditemukannya bukti sisa-sisa tubuh 

yang sudah dikremasi, terletak di negara bagian New South Wales, Australia Timur 

dekat Danau Mungo. Proses kremasi pertama dilakukan oleh masyarakat Yunani di 

ruangan terbuka sejak 1.000 SM dengan menempatkan jenazah diatas tumpukan 

kayu bakar. Kremasi ini dilakukan kepada tantara yang gugur di pertempuran. 

Di Indonesia sendiri proses kremasi sudah ada ketika Indonesia masih bernama 

"Dwipantara" sebutan nama oleh orang India. Pada saat itu proses kremasi hanya 

diperuntukan untuk raja dan tokoh bangsawan. Seiring berjalannya waktu proses 

kremasi tidak lagi dilakukan oleh raja dan tokoh bangsawan saja melainkan oleh 

masyarakat biasa. Proses kremasi yang dikenal di Indonesia ialah ngaben yang 

biasa dilakukan oleh masyarakat Hindu-Bali. Ketika kremasi mulai memasuki 

wilayah Eropa seperti Italia dan Inggris. Praktik kremasi sendiri mengalami 

perkembangan terutama dalam ketersediaan tempat peruntukannya, hingga 

akhirnya proses kremasi tidak lagi dilakukan di tempat terbuka melainkan di dalam 

ruangan yang diberi nama krematorium. 

berdasar  keagamaan yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia 

kepercayaan yang melakukan kremasi di Indonesia diantaranya sebagian umat 

Kristiani, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Sebagian besar masyarakat melakukan 

proses kremasi di kreamtorium. Indonesia memiliki banyak krematorium, salah satu 

krematorium tertua terdapat di Cikadut Bandung, Jawa Barat. Krematorium 

pertama ini berdiri sejak tahun 1967 yang dikelola langsung oleh Yayasan 

“PERMABA” hingga saat ini. Krematorium ini didirikan oleh sembilan orang 

warga Bandung keturunan Tionghoa yang berprofesi sebagai pengusaha 

(pedagang). Sembilan orang ini merupakan orang-orang yang mempunyai 

gagasan untuk mendirikan krematorium pertama di Kota Bandung yang diberi 

nama Yayasan Krematorium Bandung atau “YKP”.  

44 

 

Yayasan Krematorium Bandung ini masih menjalankan kremasi hingga saat 

ini dan Dalam proses kremasi di Yayasan Krematorium Bandung umumnya akan 

memakan waktu 2-3 jam. Kremasi di krematorium dapat menjadi alternatif dari 

proses pemakaman. Di Indonesia, kremasi di krematorium dilatar belakangi oleh 

beberapa faktor seperti faktor agama, faktor eknomi, faktor wasiat dari jenazah 

semasa hidupnya, dan faktor efisiensi.  

Tahapan melakukan kremasi jenazah di Yayasan Krematorium Bandung dilakukan 

dengan beberapa tahapan diantaranya, melakukan administrasi, mengidentifikasi 

jenazah, memandikan jenazah, memasukan jenazah ke dalam peti, keempat tahapan 

ini dilakukan di yayasan. Tahapan selanjutnya setelah jenazah dimasukan 

kedalam peti, maka jenazah akan dibawa menuju krematorium. Sesampainya 

jenazah di kreamtorium, jenazah akan langsung di kremasi. Setelah selesai kremasi 

pihak krematorium akan menyerahkan abu jenazah kepada pihak keluarga. 

berdasar  penjelasan diatas kremasi di Indonesia sudah dilakukan oleh raja dan 

tokoh bangsawan. Hingga saat ini kremasi di Indonesia tetap dilakukan baik itu di 

kremasi atau di ruangan terbuka seperti upacara ngaben yang dilakukan masyarakat 

Hindu-Bali. Indonesia khususnya Bandung, Jawa Barat terdapat salah satu 

krematorium tertua yang masih beroperasi hingga saat ini. Yayasan Krematorium 

Bandung berada di Jalan Cikadut No. 34 Jatihandap, Kec. Mandalajati, Kota 

Bandung, Jawa Barat 40195. 

Jika ditelaah, tidak semua masyarakat melakukan kremasi sebagai bentuk 

penghormatan terakhir, sehingga tidak semua masyarakat mengetahui bagaimana 

tahapan dalam proses kremasi dan keberadaan Yayasan Krematorium Bandung di 

wilayah Cikadut Bandung.  Kurangnya media informasi seperti contohnya media 

cetak yang menjelaskan secara spesifik mengenai Yayasan Krematorium Bandung. 

Hal ini membuat minimnya pemahaman masyarakat mengenai proses kremasi 

di Yayasan Krematorium Bandung dan Yayasan Krematorium Bandung sebagai 

salah satu krematorium tertua di Indonesia. 

II.8. Solusi Perancangan 

Yayasan Krematorium Bandung berdiri sejak tahun 1967 dan menjadi salah satu 

tempat kremasi jenazah tertua di Indonesia yang masih beroperasi dengan baik 

45 

 

hingga saat ini. Masalah yang ada pada pembahasan ini yaitu   minimnya 

pengetahuan masyarakat mengenai apa itu krematorium, sejarah dari Yayasan 

Krematorium Bandung, beserta proses kremasi di Yayasan Krematorium Bandung 

dan Yayasan Krematorium Bandung sebagai salah satu tempat untuk mengkremasi 

jenazah tertua di Indonesia. Hal ini dilatar belakangi oleh kurangnya media 

informasi yang menjelaskan secara spesifik mengenai Yayasan Krematorium 

Bandung. Faktor lainnya yaitu   sebab  tidak semua dari masyarakat Indonesia 

menjalankan kremasi sebagai penghormatan terkahir bagi jenazah. 

berdasar  analisis, maka upaya yang perlu dilakukan yaitu   memberikan media 

informasi yang mudah untuk di dapat, mudah di pahami, tidak merusak penglihatan, 

dapat menjadi benda koleksi, serta digemari oleh banyak orang. Media informasi 

ini akan membahas mengenai prosesi kremasi di Yayasan Krematorium 

Bandung yang di dalam informasi ini membahas mengenai kematian sebagai 

siklus kehidupan, sejarah kremasi di peradaban, sejarah Yayasan Krematorium 

Bandung, proses kremasi di Yayasan Krematorium Bandung, dan Yayasan 

Krematorium Bandung sebagai salah satu tempat kremasi tertua di Indonesia. Di 

dalam pembahasan ini memiliki konsep estetika atau nilai desain yang 

menarik, sehingga masyarakat menjadi tahu dan mendapat gambaran melalui visual 

mengenai tahapan kremasi di Yayasan Krematorium Bandung dan Yayasan 

Krematorium Bandung sebagai salah satu tempat kremasi tertua di Indonesia.   

Seiring dengan pertumbuhan warga  yang 

tinggi memberikan dampak terhadap pemakaian 

lahan yang difungsikan sebagai tempat tinggal 

untuk bertahan hidup. Belum lagi masalah 

pembangunan yang terus berlangsung dari 

waktu ke waktu, guna untuk mewadahi 

kebutuhan warga  membuat penggunaan 

lahan semakin hari semakin 

berkurang.Peraturan pemerintah Republik 

Indonesia No. 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan 

Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat 

Pemakaman telah jelas menyatakan bahwa 

dalam rangka meningkatkan kegiatan 

pembangunan, sebagai akibat pertambahan 

warga  dan peningkatan kualitas lingkungan 

hidup, diperlukan lebih banyak penyediaan 

tanah oleh sebab  harus diusahakan agar setiap 

penggunaan tanah dilakukan secara produktif 

dan effisien. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya 

lahan pemakaman yg bergeser dari fungsinya, 

maka tak jarang orang lebih memilih cara 

praktis seperti di kremasi atau pembakaran 

jenazah. 

Kota Samarinda sebagai ibu kota Provinsi 

Kalimantan Timur  memiliki luas wilayah 727.9 

km2 yang terbagi atas sepuluh (10) wilayah 

kecamatan dengan jumlah warga  sebesar 

754.784  jiwa (Badan Pusat Statistik Kota 

Samarinda , 2016). Berdasarkan data 

Kementerian Agama Kalimantan Timur untuk 

Kota Samarinda, sampai tahun 2016 jumlah 

pemeluk Agama Islam sebanyak 79.29 %, 

diikuti pemeluk Kristen Protestan sebanyak 7.85 

%, Kristen Katolik 2.31 % , Budha sebanyak 

3.97 %, dan Hindu sebanyak 2.36 %.  

Berdasarkan presentase tersebut, maka jumlah 

warga  yang dapat memanfaatkan fasilitas 

krematorium dan kolumbarium untuk 

mengurangi penggunaan lahan pemakaman 

adalah sebanyak 16.49% atau 124.464, dengan 

angka kematian kota samarinda sebanyak 5.3% 

kematian  per tahun (Profil Dinkes 

Kab/Kota,2015).  

Di kota Samarinda, penyelesaian pemakaman 

jenazah secara dibakar hanya dilakukan oleh 

agama – agama tertentu dengan jumlah 47 

jenazah pada tahun 2016 (Krematorium Sedayu, 

Tanah Merah, Samarinda Utara ) dan masih 

melakukan cara pembakaran dengan cara 

tradisional ataupun memakai tungku 

konvensional dan hanya di laksanakan bagi 

anggota yayasan yang berkontribusi pada 

fasilitas crematorium tersebut, oleh sebab  itu 

diperlukan suatu wadah kremasi modern yang 

dapat di gunakan oleh semua kalangan agar bisa 

mewadahi dan mengurangi pemakaian lahan 

yang berlebihan yang di sebabkan oleh 

pemakaman konvensional. Wadah yang 

dimaksud yaitu Krematorium dan Kolumbarium 

Modern di wilayah kota Samarinda yang dapat 

memfasilitasi 124.464 warga ,beragama 

Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha, dan 

Hindu (Kementerian Agama Kalimantan Timur 

untuk Kota Samarinda,2016) yang akan 

menggunakan fasilitas krematorium dan 

penyimpanan abu untuk umum, dan 

menggunakan desain dan peralatan kremasi 

yang lebih modern. 

Tujuan Penelitian 

Tujuan dari penelitian ini adalah: 

Menciptakan suatu wadah  yang berhubungan 

dengan proses kegiatan kremasi dan rumah 

perabuan, yang diharapkan dapat memberikan 

fasilitas yang lebih modern  dan dapat 

digunakan oleh semua kalangan agama. 

Batasan Masalah 

Batasan masalah pada penelitian ini adalah 

sebagai berikut: 

1.  Perencanaan kebutuhan ruang disesuaikan 

dengan kebutuhan kegiatan kremasi dan 

penyimpanan abu jenazah. 

2. Lokasi perencanaan berada di Jalan 

Kalimantan Poros Selatan km 25 ,Sei Siring, 

Samarinda Utara (Poros Samarinda –

Bontang). 

3. Diasumsikan lahan pada area perencanaan 

tidak dibatasi. 

4. Tidak membahas tentang perhitungan 

struktur. 

5. Tidak membahas tentang rencana anggaran 

biaya. 

6. Masalah tata cara kematian menurut agama 

dan adat dengan berbagai polemiknya akan 

  

 

Menurut George Chadwick (1971), Perencanaan 

adalah suatu proses pemikiran dan tindakan 

manusia berdasarkan pemikiran tersebut dalam 

kenyataannya, pemikiran ke masa depan yang 

merupakan suatu kegiatan manusia yang sangat 

umum. Perencanaan dapat dilihat sebagai 

kemampuan untuk mengendalikan konsekuensi 

masa depan dari suatu tindakan-tindakan yang 

dilakukan saat ini. Semakin banyak konsekuensi 

yang dapat dikendalika, semakin besar 

konsekuensi perencanaan. Maksud perencanaan 

adalah untuk membuat masa sepan yang 

berbeda dari yang akkan terjadi jika tanpa 

perencanaan itu. 

Perencanaan suatu bangunan secara keseluruhan 

merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan 

pengetahuan dan pengalaman. Dalam 

perencanaan suatu bangunan keseluruhan , 

terlebih dahulu diketahui beberapa aspek seperti 

luas tanah, luas bangunan, jumlah ruang, jumlah 

pemakai dan lain-lain. Berdasarkan data-data 

pendukung tersebut dilakukan perencanaan 

dengan memperhatikan sifat dan perhitungan 

dari setiap konstruksi, dengan mengembangkan 

imajinasi agar bangunan tersebut menjadi asri, 

sehat dan aman. 

Prinsip Perencanaan  

Dalam merencanakan suatu bangunan, ada 

beberapa hal yang harus dipertimbangkan 

berkaitan dengan unsur perencanaan. Menurut 

Suparno Sastra (2005) hal-hal yang harus 

diperhatikan dalam merencanakan suatu 

bangunan, yaitu : 

a. Pemanfaatan Lahan 

Untuk menciptakan keseimbangan antara 

wilayah terbangun ( Build up Area) dengan 

ruang kosong yang tersedia (Open Space), 

sebaiknya perbandingan keduanya berkisar 

antara 40-60 % terhadap luas tanah yang 

tersedia. Hal itu dimaksudkan untuk 

mencukupi kebutuhan besarnya ruang 

terbuka untuk resapan air hujan,  apabila 

suatu saat terjadi hujan. 

b. Perletakan Bangunan 

 Untuk memperoleh bentuk dan tatanan yang  

betul-betul sesuai dengan bentuk persil ( 

site) yang tersedia, maka harus diperhatikan 

pula tata letak bangunan tersebut terhadap 

posisi tapak yang tersedia. Bagaimanapun, 

hal tersebut akan mempengaruhi sirkulasi 

cahaya dan penghawaan di dalam bangunan. 

Lokasi dari suatu bangunan pada tapak 

adalah elemen penting dalam fungsi 

bangunan. Peremcanaan harus menempatkan 

bangunan dalam berbagai keadaan ketika 

lokasi yang ada sangat sempit, padahal 

fungsi dan disainnya sangat besar. 

c. Penataan Sirkulasi 

Konsep penentuan sirkulasi di dalam 

bangunan hendaknya disesuaikan terhadap 

jenis dan fungsi kegiatan yang akan 

berlangsun di dalam bangunan tesebut. 

Definisi Kremasi  

Kremasi atau pengabuan adalah praktik 

penghilangan jenazah manusia setelah 

meninggal dengan cara membakarnya dan 

biasanya dilakukan di krematorium. Budaya 

kremasi muncul sejak zaman Yunani Kuno, 

pada saat itu pembakaran dilakukan di ruang 

terbuka dan mayat langsung diletakkan diatas 

tumpukan kayu. Sejak 1000 tahun sebelum 

Masehi, pembakaran jenazah merupakan 

kebiasaan umum bangsa Jerman dibuktikan 

dengan penemuan periuk-periuk berisi abu 

jenazah dari zaman perunggu. Pada awal abad 

ke-19, kremasi menjadi populer dilakukan 

dengan cara modern yaitu proses pembakaran 

dalam tungku kremasi, dimana jenazah tidak 

langsung bersentuhan dengan api. 

Pada penanganan jenazah secara pembakaran 

(perabuan), penghancuran terjadi secara fisik 

kimiawi. Semua ikatan kimiawi dari zat organik 

langsung terpecah, melepaskan bermacam-

macam gas dan tersisa unsur karbon, nitrogen, 

dan air (proses penguapan). Sisa dari 

pembakaran berupa zat organik yaitu tulang-

tulang yang sudah rapuh. Unsur dasar dari 

makhluk hidup terdiri dari karbon, nitrogen, 

hidrogen, besi, fosfor, kalsium, dan belerang 

dimana unsur dasar tersebut dapat dijadikan 

komposisi otot, tulang, dan kulit. Jika makhuk 

hidup mati, maka komposisi dasar tersebut akan 

hancur dan terurai menjadi komposisi yang 

lebih sederhana. 

Perkembangan Kremasi di Indonesia  

Secara umum kremasi di Indonesia dipengaruhi 

oleh beberapa faktor antara lain:  

  

 

 

a. Faktor agama, Adanya warga  pemeluk 

agama dan kepercayaan yang menganjurkan 

umatnya untuk membakar jenazah sangat 

mempengaruhi laju perkembangan 

Krematorium di daerah tersebut.  

b. Faktor sosial budaya, Secara garis besar, 

masyarakat Indonesia dapat dibagi menjadi 

dua kelompok yaitu:  

1) Kelompok masyarakat komunal yang 

bersifat tradisional. Kehidupannya 

sangat dipengaruhi oleh adat istiadat 

serta menjunjung tinggi nilai-nilai 

budaya yang sudah dianutnya secara 

turun temurun.  

2) Kelompok masyarakat modern, 

mempunyai pola berpikir yang praktis, 

rasional dan mudah menerima 

perkembangan dimana ikatan tradisi 

sudah tidak begitu kuat dalam 

mempengaruhi cara berpikirnya.  

 

Dewasa ini, Kecenderungan gaya hidup 

masyarakat di Indonesia yang semakin modern 

merupakan faktor lain dalam memberikan solusi 

pada keterbatasan lahan pemakaman. Gaya 

hidup masyarakat terus berubah sejalan dengan 

arus globalisasi dan tidak dapat dipungkiri hal 

tersebut terjadi sebab  kesibukan serta kemajuan 

teknologi yang serba cepat dan praktis. 

Secara khusus, pilihan melakukan proses 

kremasi dipengaruhi oleh data jumlah kematian 

di Indonesia yang berdasarkan perhitungan 

Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) 

turun dari sekitar 21,0 per 1000 warga  pada 

awal proyeksi menjadi 14,0 per 1000 warga  

pada akhir periode proyeksi, sedangkan Angka 

Kematian Kasar (Crude Dead Rate/CDR) naik 

dari 6,4 per 1000 warga  menjadi 8,8 per 

1000 warga  dalam kurun waktu yang sama, 

menurut Badan Pusat Statistik (BPS) melalui 

katalog BPS 2101018 tentang Proyeksi 

warga  Indonesia tahun 2010-2035 jumlah 

angka kematian pada tahun 2010 mencapai 

1524,1 dan pada tahun 2035 akan mencapai 

2683,6. Hal tersebut menandakan bahwa adanya 

peningkatan jumlah kematian dari tahun ke 

tahun membuat kebutuhan akan lahan 

pemakaman meningkat dan alternatif kremasi 

akan menjawab permasalahan keterbatasan 

lahan pada tahun-tahun mendatang. 

Metodologi Penelitian 

 

Tahapan Penelitian 

Proses penelitian dalam penelitian ini disusun 

dalam tahapan-tahapan pekerjaan dengan 

beberapa urutan yaitu sebagai berikut: 

1. Tahap  studi literatur yaitu kegiatan mencari 

referensi teori yang berkaitan dengan kasus 

atau permasalahan  yang berkaitan dengan 

penulisan tugas skripsi ini. 

2. Tahap Studi lapangan berupa survey 

krematoriumyang tedapat di wilayah 

Samarinda , yaitu Krematorium Sedayu, 

Tanah merah, adapun survei tersebut 

bertujuan mengumpulkan data primer. 

3. Tahap Studi kasus berupa perbandingan 

terhadap sarana dan prasarana krematorium 

dan kolumbarium yang telah ada serta 

kebermanfaatannya bagi masyarakat.  

4. Tahap perencanaan dilakukan setelah data-

data perencanaan terkumpul adalah 

mengolah data-data tersebut. Data diolah 

untuk mendapatkan hasil atau kesimpulan 

baik dengan cara teoritis maupun dengan 

perhitungan sesuai dengan metode yang 

akan digunakan.  

Bagan Alir Penelitian 

  

 

 

Hasil Dan Pembahasan 

Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan 

Lokasi  yang dipilih merupakan daerah yang 

sesuai dengan kriteria site yang dibutuhkan. 

Maka dipilih Lokasi Perencanaan Krematorium 

dan Kolumbarium Modern kota Samarinda 

terletak di Jalan Kalimantan Poros Selatan km 

25, kecamatan Sei Siring, Samarinda, seperti 

yang dilihat pada  gambar 4.1, batas wilayah 

yang dimiliki oleh lokasi perencanaan sebagai 

berikut : 

1. Sebelah selatan berbatasan dengan lahan 

kosong 

2. Sebelah utaraberbatasan dengan lahan 

kosong 

3. Sebelah timur berbatasan dengan Taman 

Pemakaman Katolik Sei Siring 

4. Sebelah barat berbatasan dengan lahan 

kosong 

Analisis Fungsional 

Analisis fungsional adalah analisis yang 

berdasarkan aspek fungsional, yaitu 

perencanaan yang dilakukan untuk menentukan 

pelaku kegiatan, kelompok kegiatan, fasilitas, 

hubungan kelompok ruang dan kapasitas ruang. 

Analisis Kelompok ruang 

Dalam merencanakan sebuah fasilitas 

krematorium, harus diperhatikan sarana dan 

prasarana yang berada didalamnya. 

Analisis Besaran Ruang 

Di dalam menghitung besaran ruang perlu 

diperhatikan tentang sirkulasi/flow. 

Hubungan Ruang  

Dengan matriks hubungan ruang dapat diketahui 

berbagai macam hubungan antar ruang yang 

saling berkaitan dalam kegiatan. Ruang-ruang 

yang hubungannya kuat akan diletakkan 

berdekatan agar memudahkan interaksi antar 

ruangan tersebut. 

Konsep Perencanaan 

Konsep perencanaan merupakan gambaran 

keseluruhan dari bangunan yang akan 

direncanakan yang didapatkan dari berbagai 

analisis yang telah dilakukan sebelumnya. 

 

 

 

b. Luas bangunan krematorium dan kolumbarium, 

yaitu 13.367 m² yang terdiri dari: 

1) Kelompok failitas persemayaman : 2.112 m² 

2) Kelompok fasilitas krematorium   : 2.146 m² 

3) Kelompok fasilitas pengelola        :    229 m² 

4) Kelompok fasilitas kolumbarium  : 6.446 m² 

5) Kelompok fasilitas parkir    : 2.434 m² 

c. Fasilitas-fasilitas pada Krematorium dan 

Kolumbarium meliputi: 

1) Fasilitas utama : Ruang Persemayama, 

Ruang Penyimpanan abu, Ruang Kremasi, 

dan Ruang pengelola 

2) Fasilitas pelengkap: Area parkir 

(pengelola dan pengunjung), fasilitas 

Mushola dan tempat berwudhu. 

Saran 

Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan 

saran-saran dalam perencanaan selanjutnya, 

yaitu: 

1. Disarankan untuk memperhitungkan aspek 

struktur dan kelayakan dari segi keamanan 

pada Krematorium dan Kolumbarium ini. 

2. Disarankan pada perencanaan 

Krematorium dan Kolumbarium 

berikutnya untuk mengembangkan fasilitas   

pendukung lainnya sesuai dengan 

perkembangan yang ada, seperti 

penggunaan  oven pembakar yang lebih 

modern, fasilitas keamanan yang 

terintegrasi dan lain sebagainya. 

3. Disarankan pada perencanaan 

Krematorium dan Kolumbarium 

berikutnya untuk mengacu ke konteks 

rancangan yang ramah lingkungan.