.
Kematian Sebagai Siklus Hidup
Hidup dan mati merupakan dua hal yang saling berkaitan yang akan dialami oleh
semua manusia tanpa terkecuali. Kematian merupakan suatu tanda berakhirnya
perjalanan hidup seseorang di dunia (Sardjono 2022). berdasar pandangan dari
medis, penentuan kondisi tubuh bagian dalam dan luar orang yang sudah mati
cukup sederhana yaitu dengan mendeteksi berhentinya fungsi biologi secara
permanen, seperti pernafasan, tekanan darah, serta kakunya anggota tubuh dapat
menjadi tanda-tanda kematian. Fungsi otak dan detak jantung yang mati pada
manusia masih menjadi kata kunci dalam penentuan mati tidaknya sesorang sebab
otak dan jantung merupakan organ yang vital bagi manusia.
Kematian merupakan fakta biologis yang memiliki aspek sosial, kultural, histori,
religius, legal, psikologis, perkembangan, medis, dan etis yang saling berhubungan
dan berpengaruh kepada psikologis seseorang dalam menyikapi kematian (Papalia
2008). Kematian akan terjadi kepada siapapun, sebab kematian bagian dari
kehidupan yang dijalani oleh makhluk ciptaan Tuhan yang tidak dapat dihindari.
Kematian kapan saja bisa terjadi tanpa memandang ras, ekonomi, usia, sosial,
budaya, jabatan, dan agama. Untuk menghormati kematian, beberapa kepercayaan
dan kebudayaan memiliki ritual khusus yang wajib untuk dijalankan seperti
pemakaman dan kremasi.
II.2. Pengertian Kremasi
Kremasi merupakan suatu proses yang dilaksanakan untuk mempercepat perubahan
tubuh menjadi abu. Dalam pengertian lain kremasi merupakan praktik
penghilangan jenazah manusia menjadi abu setelah meninggal dengan cara
membakarnya di suhu yang tinggi dan biasanya dilakukan di krematorium
(Wardhani 2016). Proses paling cepat untuk mengabukan jenazah menggunakan
panas dari api, sebab api mampu memusnahkan jasmani untuk kembali ke asalnya
(Rakhmat 2021). Krematorium merupakan sebagai fasilitas yang menyediakan
8
tempat untuk pembakaran jenazah hingga menjadi abu di dalam ruangan
(Candrapaleka Putra 2017).
II.3. Sejarah Kremasi
Budaya Kremasi pertama kali muncul setidaknya 20.000 tahun yang lalu dengan
ditemukannya bukti arkeologis dari Australia yang menunjukan bahwa kremasi
sudah ada sejak lama. Bukti yang ditemukan berupa sisa-sisa tubuh yang sudah
dikremasi terletak di negara bagian New South Wales, Australia Timur dekat Danau
Mungo (Akurat.co 2021). Dilansir dari Britannica, Parktik kremasi di atas api
terbuka dilakukan pertama kali oleh masyarakat Yunani sejak 1000 SM. Pada
praktiknya jenazah diletakan di atas tumpukan kayu dan api diruang terbuka,
praktik ini dilakukan untuk tentara yang gugur di peperangan bangsa Yunani
(Voi 2021). Dalam kebudayaan primitif, proses kremasi dijalankan secara luas
menggunakan api sebagai fungsi pensucian untuk melindungi dari roh jahat
(Solihah 2011).
Seiring berjalannya waktu proses kremasi mengalami perkembangan terutama di
Eropa. berdasar bukti arkeologis yang dijelaskan oleh ahli antropologi Inggris
V. Gordan Childe dalam jurnal Enung Solihah (2011) menjelaskan bahwa
pembakaran mayat atau kremasi telah dijalankan oleh masyarakat neoitik di
kepulauan Inggris, Brittany, Switzerland, dan Jerman tengah. Pada tahun 1873 di
Italia Profesor Ludovico Brunetti memamerkan ruangan praktis kremasi pertama.
Setelah memamerkan ruangan praktis ini, beberapa negara mulai mengikuti
perkembangan ini, dimana Ratu Victoria dan para penasihatnya mulai
menganjurkan pembangunan gedung krematorium sebab dianggap lebih
bermanfaat bagi kesehatan masyarakatnya. Selama periode ini, krematorium
menjadi popular hingga Amerika Serikat.
Awal mula kremasi di Amerika Serikat dilatar belakangi pada tahun 1800-an.
Masyarakat meyakini bahwa mayat yang dikubur dan membusuk dapat
menimbulkan pencemaran air, tanah, hingga membentuk gas beracun yang dapat
mencemari udara serta menimbulkan penyakit (Roach 2013). Pada tahun 1876
Amerika Serikat membangun rumah kremasi pertama di tanah milik seorang
9
pensiunan dokter bernama Francis Julius Lemoyne di Pennsylvania (Akurat.co
2021).
Saat ini kremasi menjadi solusi yang efektif dan efisien dari pada metode
inhumation (metode pemakaman jenazah ke dalam tanah) (Mujab 2012). Semakin
padatnya lahan pemukiman di era globalisasi ini maka semakin padatnya lahan
kosong sehingga sulit menemukan lahan pemakaman. Negara Italia misalnya, saat
ini 6,5 % penanganan jenazah di negara Italia dilakukan dengan cara kremasi,
Amerika 27,12 %, Inggris 70,70 % dan negara terbanyak melakukan proses kremasi
yaitu negara Jepang yang hampir 100 % penduduknya memilih kremasi sebagai
pilihan terbaik dalam penanganan jenazah (Wardhani 2016). Akan tetapi, kremasi
tidak selalu berarti sebuah metode yang ramah lingkungan disebab kan selama
pembakaran yang memerlukan gas selama 45 menit yang artinya melepaskan green
house gas setara dengan 70.000 kendaraan yang melepas karbon dioksida menurut
wawancara Katrina Spade (director dan penemu urban death project) dalam CBC
Radio’s The Current, 2016.
II.3.1. Kremasi di Indonesia
Kremasi masuk dan dipraktekan di Indonesia pada saat Indonesia masih bernama
"Dwipantara" sebutan nama oleh orang India pada saat itu (Sita 2018). Pada masa
ini Indonesia masih berupa wilayah yang terdiri dari kerajaan. Kerajaan besar
yang berada di Indonesai saat itu yaitu “Singashari” yang dipimpin oleh Raja Raja
Kertanegara yang bergelar "Sri Maharajadhiraja Kertanagara Wikrama
Dharmmottunggadewa" pada tahun 1275 (Wanto 2021). Seperti yang diketahui,
dahulu Indonesia masih memiliki begitu banyak kerajaan Hindu, dimana latar
belakang agama Hindu berasal dari Negara India. sebab pengaruh budaya religius
Hindu, maka masyarakat pada saat itu sudah mengenal apa itu kremasi. Sebagai
contoh hingga saat ini masyarakat Bali yang beragama Hindu masih melakukan
upacara kremasi atau pembakaran jenazah yang disebut ngaben.
Dalam buku Bali Bukan India (2020:355) karya Santo Saba Piliang, dalam
sejumlah sumber sastra Pararaton atau Negara Kertagama diketahui bahwa kremasi
diperuntukan bagi seorang raja atau tokoh bangsawan. Sama halnya dengan negara
lain, di Indonesia proses kremasi dilakukan dengan pembakaran api secara terbuka
10
yang biasa disebut dengan istilah ngaben yang biasa dilakukan oleh orang-orang
Hindu Bali. Orang-orang Hindu Bali melaksanakan ngaben sebagai proses
penyempurnaan jenazah agar perjalanan arwahnya cepat bersatu dengan nenek
moyang (Kesrasetda, 2021). Selain Hindu Bali, budaya kremasi di Indonesia juga
dibawa oleh masyarakat keturunan Tionghoa yang menetap di Indonesia.
Berdasrakan statisktik masyarakat yang melakukan kremasi yaitu etnis Tionghoa,
sebab memiliki kepercayaan yang mengharuskan jenazah dari setiap keluarganya
dikremasi (Fitrianti 2020). Etnis Tionghoa di Indonesia sudah tersebar di berbagai
wilayah.
II.3.2. Perkembangan Kremasi di Indonesia
Perkembangan kremasi di krematorium khusunya di Indonesia dilatar belakangi
oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Faktor agama, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam kepercayaan.
Kepercayaan yang ada di Indonesia tentunya terdapat masyarakat pemeluk
agama dan kepercayaan yang menganjurkan umatnya untuk mengkremasi
jenazah di krematorium (Wardhani 2016).
b. Faktor ekonomi, berdasar perhitungan penanganan jenazah dengan kremasi
jauh lebih murah daripada proses pemakaman ke dalam tanah (Panca 2022).
Mengingat proses pemakaman ke dalam tanah memerlukan biaya yang besar
seperti harga nisan dan beberapa kali kuburan harus dikunjungi.
c. Faktor Permintaan dari almarhum semasa hidupnya memiliki permintaan untuk
dikubur atau dikremasi. Keluarga ini wajib mengabulkan permintaan
terakhir dari almarhum sebagai penghormatan terakhir agar almarhum dapat
tenang dengan kematiannya (Madona 2017).
d. Faktor Efisiensi tempat dan waktu, proses kremasi lebih menguntungkan
daripada pemakaman biasanya (Deanna & Gandha, M. V. (2019). Melalui
kremasi jenazah tidak perlu dimakamkan di tanah. Dengan proses kremasi,
jenazah hanya dibakar hingga menjadi abu dengan waktu 2-3 jam.
11
II.4. Sejarah Krematorium “Yayasan Krematorium Bandung”
berdasar wawancara bersama Ceceng selaku salah seorang yang terlibat dalam
pembangunan Yayasan Krematorium Bandung Cikadut pada 29 Desember 2022,
berdirinya krematorium di Cikadut Bandung dilatar belakangi oleh berdirinya
Yayasan Krematorium Bandung. Pada tanggal 30 September 1961 terdapat
sembilan orang yang memiliki profesi sebagai pedagang dan bertempat tinggal di
Bandung. Diantara lain yaitu Tjoa Way Lie, Oey Tjin Hoa, Oey Tin Bouw, Tan
Po Hwee, Tan Tjiauw Djien, Tjio Tjin Hoat, Khouw Tjeng Loen, Tan Tek Jam, dan
Lo Siauw Thing. Sembilan orang ini memiliki tujuan untuk mengembangkan
kremasi dan berencana untuk membuat krematorium. Pada saat itu sembilan orang
ini mengumpulkan uang sebanyak Rp. 15.000 untuk membangun suatu
yayasan krematorium yang diurus dengan peraturan-peraturan. Pada tanggal 14
Oktober 1961 sembilan orang ini meresmikan yayasan yang diberi nama
“Jajasan Krematorium Bandung” yang sekarang berubah nama dengan ejaan baru
yakni “Yayasan Krematorium Bandung”. Bukti sejarah ini terletak di dinding
krematorium berupa tulisan diatas kertas.
Dengan adanya Yayasan Krematorium Bandung, sembilan orang ini
mengadakan rapat untuk membangun krematorium di wilayah Bandung. Hasil dari
rapat ini akhirnya wilayah pemakaman di Cikadut dipilih untuk dibangunkan
krematorium, sebab pada saat itu wilayah pemakaman Cikadut diperuntukan untuk
masyarakat Hindu-Budha. Selain itu faktor ini didukung oleh masyarakat etnis
Tionghoa yang kebanyakan beragama Hindu-Budha yang dimakamkan di Cikadut
dan juga banyaknya permintaan dari golongan masyarakat ini untuk dibuatkan
krematorium. Tempat pemakaman di Cikadut sendiri sudah ada sejak tahun 1913.
Sejak berdirinya makam ini diperuntukan khusus untuk masyarakat beragama
Hindu-Budha.
berdasar wawancara bersama Ceceng selaku salah seorang yang terlibat dalam
pembangunan Yayasan Krematorium Bandung Cikadut pada 29 Desember 2022,
pada saat Covid-19 melanda Indonesia antara tahun 2020 sampai pertengahan tahun
2022. Kompleks pemakaman Cikadut ditetapkan menjadi tempat pemakaman
khusus jenazah yang terkena Covid untuk seluruh masyarakat Jawa Barat, sesuai
12
dengan apa yang diinstruksikan oleh Gubernur. Sejak saat itu kompleks
pemakaman Cikadut yang semula diperuntukkan khusus untuk umat Hindu-Budha,
yang tampak di gerbang masuknya bertuliskan "Kompleks Pemakaman Khusus
Umat Hindu-Budha Cikadut" sejak akhir tahun 2022 berubah menjadi "Tempat
Pemakaman Umum Cikadut".
Pada tahun 1967 krematorium pertama mulai dibangun di wilayah pemakaman
Cikadut yang berlokasi di Jalan Cikadut No. 34 Jatihandap, Kec. Mandalajati, Kota
Bandung, Jawa Barat 40195. Krematorium ini diberi nama “Yayasan
Krematorium Bandung”. Krematorium ini menjadi krematorium pertama dan
menjadi salah satu krematorium tertua di Indonesia. Pada awal berdirinya yakni
tahun 1967, Yayasan Krematorium Bandung ini hanya mengkhususkan
mengkremasi jenazah pihak keluarga dan kerabat dekat dari sembilan orang
pendirinya saja. Namun memasuki tahun 1970, seiring dengan banyaknya pihak
masyarakat luar yang ingin melakukan kremasi pada jenazah keluarga. Maka
Yayasan Krematorium Bandung mulai membuka penggunaan krematorium
ini untuk umum. Baik itu masyarakat Bandung, maupun masyarakat dari luar
Bandung. Saat ini pengelolaan Yayasan Krematorium Bandung dikelola oleh
Yayasan "PERMABA" yang berada di jalan Kebon Jati no. 130, Kb. Jeruk, Kec.
Andir, Kota Bandung.
berdasar hasil wawancara dengan Apep Sugandi seorang petugas kremasi di
krematorium "Yayasan Krematorium Bandung" pada 21 Mei 2023, Apep
menjelaskan bahwa petugas yang bekerja di krematorium “Yayasan Krematorium
Bandung” merupakan pekerjaan yang diwariskan secara turun temurun. Apep
Sugandi merupakan salah satu yang mewariskan pekerjaan dari orang tuanya. Hal
ini terjadi sejak awal krematorium “Yayasan Krematorium Bandung” berdiri.
Mengenai turun temurunnya pekerjaan sebagai petugas krematorium, hal itu sangat
dimungkinkan sebab mereka yaitu penduduk asli di Cikadut dan sejak lahir
mereka sudah akrab dengan kondisi dan suasana di sekitar Cikadut dan pekerjaan
yang menjadi mata pencaharian orangtua mereka sebagai penggali kubur dan atau
menjadi petugas kremasi.
13
II.4.1. Fasilitas Yayasan Krematorium Bandung
Yayasan Krematorium Bandung yang berdiri pada tahun 1967 merupakan
krematorium pertama dan salah satu krematorium tertua di Indonesia. Melihat
kondisi fisik bangunan dari krematorium ini sudah cukup berumur dan lama tidak
di renovasi.
Gambar II.1 Bangunan Yayasan Krematorium Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2022)
Fasilitas yang disediakan di krematorium ini berupa temat untuk melaksanakan
prosesi keagamaan atau ritual untuk mendoakan jenazah. Tempat ini terletak
tepat di depan ruang tungku kremasi tanpa adanya pembatas. Saat krematorium
akan digunakan, petugas dari krematorium akan menyediakan kursi plastik untuk
diduduki oleh pihak keluarga jenazah dan pelayat yang lain.
Gambar II.2 Ruang Tunggu dan Perpisahan Keluarga Sebelum Jenazah di Kremasi
Sumber: https://goo.gl/maps/MFfQD6GG8E3nrSEd8
(Diakses pada 05/10/2023)
Krematorium ini memiliki tiga ruang oven utuk mengkremasi jenazah yang masih
beroperasi dengan sangat baik. Ketiga oven ini pada mulanya masih menggunakan
kayu bakar untuk melakukan kremasi dan dapat memakan waktu semalaman,
14
namun saat ini ketiga oven ini sudah menggunakan alat bantu blower,
sehingga proses kremasi umumnya hanya memakan waktu 2-3 jam.
Gambar II.3 Oven kremasi di Yayasan Krematorium Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2022)
Selama proses kremasi berlangsung yang dapat memakan waktu pada umumnya 2-
3 jam. Masing-masing dari ketiga oven Yayasan Krematorium Bandung memiliki
sistem pembuangan gas pada saat kremasi berlangsung berupa cerobong asap. Gas
yang dihasilkan dari pembakaran jenazah saat dikremasi, akan dibuang melalui
cerobong asap.
Gambar II.4 Sistem Pembuangan Gas
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Selain memiliki tiga ruang oven, krematorium ini memiliki fasilitas khusus lainnya
yang berada di sebelah krematorium. Fasilitas ini beruapa tempat terbuka untuk
melaksanakan upacara ngaben yang biasa dilakukan oleh masyarakat Hindu-Bali.
berdasar hasil wawancara dengan Apep Sugandi seorang petugas kremasi di
krematorium "Yayasan Krematorium Bandung" pada 21 Mei 2023, fasilitas khusus
untuk ngaben ini jarang digunakan, namun bukan berarti tidak lagi digunakan.
Tempat ini terakhir kali digunakan pada bulan Februari 2023. Yang
15
melakukan ngaben ini merupakan pihak keluarga tertentu yang memilih cara
mengkremasi jenazahnya dilakukan dengan cara ngaben, sesuai dengan
kepercayaan yang dianut.
Gambar II.5 Fasilitas untuk melaksanakan upacara ngaben
Sumber: Dokumen pribadi (2022)
Fasilitas terakhir pada krematorium ini yakni, toilet umum yang terletak pada
bagian belakang krematorium. Terdapat dua toilet yang masing-masing disediakan
untuk laki-laki dan perempuan.
Gambar II.6 Toilet Umum Yayasan Krematorium Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2022)
II.5 Proses Kremasi Jenazah Yayasan Krematorium Bandung
Menurut Prayitno (1982) kremasi yaitu proses pembakaran jenazah manusia
hingga menjadi abu. Sama hal nya dengan proses pemakaman, kremasi juga
memiliki beberapa tahapan sebelum jenazah akan di kremasi. berdasar situs
web Kamboja (n.d), dan berdasar wawancara bersama Apep Sugandi selaku
petugas kremasi di Yayasan Krematorium Bandung pada 23 Mei 2023, bahwa
tahapan melakukan kremasi di Yayasan Krematorium Bandung pada dasarnya
sama. Perlu digaris bawahi bahwa krematorium yang dikelola oleh Yayasan
16
Krematorium Bandung merupakan krematorium tertua yang ada di Jawa Barat atau
salah satu krematorium tertua di Indonesia, sehingga Yayasan Krematorium
Bandung menjadi acuan dalam hal prosedural kepengurusan jenazah. Sebagai
contoh prosedur kremasi Yayasan Krematorium Bandung dilakukan juga oleh
krematorium kedua yang berdiri pada tahun 1994 di Cikadut yang dikelola oleh
Yayasan “Priangan” hal ini disampaikan oleh Usep sebagai penjaga dari
krematorium Yayasan “Priangan”. Berikut tahapan prosedur kremasi di
krematorium Cikadut Bandung:
1. Mengurus administrasi
Krematorium memiliki aturan yang ketat, sebelum melakukan kremasi hal pertama
yang perlu dilakukan yaitu mengurus dokumen administrasi (Harike 2008). Bagi
pihak keluarga yang akan melakukan kremasi di Yayasan Krematorium Bandung,
maka mengurus administrasi di yayasan “PERMABA” atau dimana jenazah berada
di Yayasan. Dokumen administrasi yang diperlukan berupa KTP, kartu keluarga,
sertifikat formalin, surat kedukaan dari rumah sakit, dan surat kedukaan dari
kelurahan.
2. Mengidentifikasi Jenazah
Petugas yayasan akan melakukan proses identifikasi jenazah setelah proses
administrasi selesai. Prosedur identifikasi ini dilakukan di yayasan dan melibatkan
anggota keluarga untuk menyaksikan dan memastikan jenazah merupakan bagian
dari keluarga yang ditinggal. Petugas yayasan akan memberikan label logam atau
tag id yang diletakan pada bagian ibu jari kaki atau bagian tubuh jenazah lainnya
untuk mencegah kekeliruan identitas (Fitrianti 2020). Hal ini disebab kan tidak
semua jenazah dapat langsung di kremasi pada hari itu. Selain itu hal ini didasari
dari beberapa faktor seperti menunggu keluarga atau kerabat lainnya berdatangan
atau dilakukan doa dan upacara keagamaan.
17
Gambar II.7 Tag Id yang di Ikatkan pada Ibu Jari
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20141231153625-255-
21653/mengenal-prosedur-identifikasi-jenazah-melalui-dna
(Diakses pada 05/2/2023)
3. Memandikan Jenazah
Jenazah akan dimandikan terlebih dahulu agar bersih. Setelah jenazah dimandikan,
petugas yayasn akan memakaikan pakaian dan merias jenazah. Agar kondisi
jenazah tetap baik dan tidak mengalami banyak pembusukan, maka jenazah akan
disuntikan formalin. Apabila jenazah memiliki barang-barang pribadi dan berharga
sebelum dilakukan kremasi barang-barang ini perlu untuk dilepas, sebab akan
hancur atau rusak setelah kremasi (Suyanto 2019). Setelah dikehendaki oleh pihak
keluarga maka barang-barang penting milik pribadi jenazah semasa hidup dapat
diletakan bersama jenazah selama tidak membahayakan atau menimbulkan
kerusakan pada mesin dan petugas krematorium. Semua tahapan ini dilakukan di
yayasan.
4. Memasukan Jenazah ke Dalam Peti
Setelah jenazah dimandikan, diberi formalin, dan dikenakan pakaian maka jenazah
segera dimasukan ke dalam peti. Peti jenazah yang digunakan disesuaikan dengan
ukuran tubuh jenazah. Untuk beberapa peti mati yang digunakan ada yang memiliki
bagian khusus yang transparan, sehingga memudahkan keluarga untuk melihat
wajah dari jenazah yang akan dimasukan ke dalam ruangan kremasi dan tidak dapat
dibalikan lagi (Harike 2019). Pada bagian peti mati ini merupakan bagian yang
memungkinkan keluarga dan kerabat untuk menyaksikan wajah jenazah yang
terakhir kalinya. Dalam hal pengadaan peti, "Yayasan PERMABA” menyediakan
peti mati dengan harga terendah Rp. 1.500.000. Untuk peti jenazah yang akan
18
dikremasi umumnya yang dipakai peti mati dengan kisaran harga Rp. 1.500.000 -
Rp. 20.000.000. Peti mati juga dapat disediakan oleh keluarga atau berdasar
wasiat dari jenazah semasa hidupnya. Peti mati yang digunakan diwajibkan
menggunakan peti mati yang mudah terbakar atau yang berbahan dasar kayu.
Gambar II.8 Peti Mati Kayu yang Biasa Digunakan untuk Kremasi
Sumber: https://www.liputan6.com/photo/read/4459550/foto-tumpukan-peti-mati-di-
krematorium-tempat-pusat-pandemi-corona-di-jerman?page=1
(Diakses pada 05/2/2023)
5. Kremasi Jenazah
Setelah 4 tahapan selesai dilakukan di yayasan, maka jenazah akan dibawa oleh
mobil ambulans dari yayasan menuju Yayasan Krematorium Bandung. Mobil
ambulans akan diikuti oleh kendaraan pribadi atau bus mini yang di sewa oleh pihak
keluarga atau kerabat menuju Yayasan Krematorium Bandung.
Gambar II.9 Saat Ambulans Tiba di Yayasan Krematorium Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Pada saat jenazah dalam perjalanan, petugas krematorium akan mempersiapkan
beberapa hal seperti, mempersiapkan oven yang nantinya akan digunakan untuk
19
kremasi, membersihkan tempat kremasi, menyediakan tempat duduk untuk
keluarga dan kerabat, menyediakan meja beroda untuk menyimpan peti, dan
menyediakan meja yang digunakan untuk menyimpan bingkai foto, lilin, dan
rangkaian bunga. Meja ini diletakan di depan meja beroda.
Gambar II.10 Ruangan Kremasi Sudah Tersusun
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Saat Jenazah tiba di krematorium dengan ambulans, maka petugas krematorium
membantu pihak keluarga untuk membawa dan meletakan peti jenazah di atas meja
beroda. Pada saat peti sudah diletakan di atas meja beroda, maka peti akan di beri
rangkaian bunga yang dibawa oleh pihak keluarga dan kerabat. Selain untuk
menyimpan peti jenazah, fungsi lain dari meja beroda ini untuk memudahkan
petugas kremasi memasukan peti jenazah kedalam tungku oven.
Gambar II.11 Meja Beroda untuk Menaruh Peti Jenazah
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
20
Setelah peti jenazah yang sudah diberi rangkaian bunga diletakan di meja beroda,
selanjutnya petugas krematorium membantu keluarga menyusun dan meletakan
bingkai foto dari almarhum, menyalakan lilin, dan menyusun rangkaian bunga
sebagai bagian dari proses ritual mendoakan jenazah dan melepas kepergian
jenazah untuk dikremasikan. Prosesi ritual kremasi memiliki tata cara yang
berbeda-beda, sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianut. Ritual sebelum
jenazah akan dikremasi tidak hanya dilakukan oleh umat beragama Hindu, Budha,
dan Kong Hu Cu saja melainkan umat beragama Kristen dan Katolikpun memiliki
ritual khusus sebelum jenazah akan dikremasi. Seluruh prosesi ritual keagamaan
yang dilakukan oleh beberapa kepercayaan pada intinya bertujuan sama untuk
mendoakan jenazah untuk melepas kepergiannya.
Gambar II.12 Proses Mendoakan Jenazah
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Tahap mendoakan selesai, selanjutnya peti jenazah dimasukan kedalam oven untuk
dikremasi. Dalam tahapan ini pihak keluarga dan kerabat diperbolehkan oleh pihak
krematorium untuk mendekat pada saat memasukan jenazah kedalam oven untuk
terakhir kali. Selain itu petugas krematorium juga mengizinkan pihak keluarga
untuk menekan saklar (tuas) untuk menyalakan api pada oven. Proses kremasi
umumnya berlangsung selama 2-3 jam dan gas yang dihasilkan dari pembakaran
jenazah akan dibuang melalui sistem pembuangan berupa cerobong asap. Lamanya
proses kremasi ditentukan oleh ukuran dan berat dari jenazah yang sedang di
kremasi, suhu pembakaran pada tungku kremasi sekitar 1600°F-1800°F (760°C-
980°C) (Suyanto 2019).
berdasar hasil wawancara dengan Apep Sugandi seorang petugas kremasi di
krematorium "Yayasan Krematorium Bandung" pada 21 Mei 2023, Dalam tahapan
21
kreamsi terdapat kebiasaan yang berbeda dari keluarga jenazah yang melakukan
kremasi. Bagi keluarga penganut Nasrani, baik itu orang Tionghoa maupun bukan
Tionghoa. Setelah jenazah masuk ke tungku pembakaran, pihak keluarga yang
diwakili oleh putra-putri atau suami-istri dari jenazah semasa hidupnya, bersama-
sama menekan saklar pemantik yang menyalakan api pembakaran dalam tungku.
Keluarga dari jenazah yang tengah dikremasi langsung pulang dan tidak menunggu
proses kremasi hingga usai. Pihak keluarga hanya menunggu kabar dari pihak
krematorium, bahwa abu jenazah dari keluarga sudah bisa diambil di yayasan atau
rumah duka yang mengelola kremasian jenazah keluarganya.
Namun tidak demikian bagi orang Tionghoa penganut Hindu-Budha atau penganut
Kong Hu Cu. Perwakilan dari pihak keluarga menunggu proses pengkremasian
jenazah keluarganya sampai selesai. Bahkan mereka juga yang mengumpulkan abu
jenazah keluarganya lalu menampungnya dalam guci atau kotak yang telah mereka
siapkan. Proses kremasi umumnya berlangsung selama 2-3 jam. Lamanya proses
kremasi ditentukan oleh ukuran dan berat dari jenazah yang sedang di kremasi, suhu
pembakaran pada tungku kremasi sekitar 1600°F-1800°F (760°C-980°C) (Suyanto
2019).
6. Mengumpulkan Abu Jenazah
Proses terakhir setelah jenazah di kremasi ialah mengumpulan abu jenazah setelah
melalui proses pendinginan. Abu akan dikumpulkan pada saat oven sudah
mendingin. Proses pendinginan oven memakan waktu 1 jam 30 menit. Perlu digaris
bawahi ketika proses kremasi selesai, abu jenazah dengan abu kayu peti mati
terpisah dengan sendirinya, tidak seperti yang kita bayangkan bahwa abu jenazah
dan abu kayu peti matinya akan bercampur.
22
Gambar II.13 Abu Jenazah Setelah Kremasi
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Selain itu idak semua bagian tubuh pada saat dikremasi akan hancur menjadi abu,
terdapat beberapa bagian tulang yang tidak hancur, seperti tulang pipa dan tulang
keras lainnya. Tulang yang tidak hancur akan dihaluskan menggunakan kremulator
(mesin penghalus abu) hingga tulang menjadi sehalus tepung berwarna putih abu-
abu. Proses penghancuran tulang ini dilakukan di yayasan pada saat petugas
krematorium menyerahkan tulang ini ke yayasan.
Gambar II.14 Sisa Tulang yang Tidak Hancur Saat Kremasi
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Abu yang di dapat dari hasil kremasi akan dimasukan kedalam kantung yang
disediakan oleh krematorium yang nantinya akan diserahkan kepada keluarga
melalui yayasan. Kantung abu dan tulang dibuat terpisah sehingga nantinya tulang
akan dihaluskan di yayasan dan nantinya akan diserahkan kepada pihak keluarga.
berdasar situs web Kamboja (n.d), tahapan akhir berada pada keputusan
keluarga, biasanya abu dari kremasi dimasukan kedalam guci untuk disimpan
dirumah pribadi atau di rumah abu. Tahapan akhir abu jenazah akan dimasukkan
ke dalam guci atau ke dalam kotak yang telah disiapkan. Setiap keluarga memiliki
keputusan masing-masing untuk memutuskan apakah nantinya abu jenazah dari
hasil kremasi akan disimpan dirumah pribadi atau di rumah abu. Selain itu abu
23
jenazah dapat langsung dilarung ke laut. Salah satu tempat khusus untuk melarung
abu jenazah terletak di wilayah Cilincing, Jakarta Utara.
II.6. Data dan Analisis
II.6.1. Data Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik yang mengamati aktivitas dari setiap objek
yang diteliti. Dalam prosesnya observasi akan menyaksikan aktivitas yang bersifat
alami untuk menghasilkan fakta yang kemudian merekam hasil pengamatan
ini dengan catatan atau alat bantu lainnya. Dari hasil pengamatan yang di dapat
lalu disusun dan dicatat secara sistematis, memperhatikan secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena yang sedang berlangsung.
Observasi ini dilakukan di Yayasan Krematorium Bandung berada di Jalan Cikadut
No. 34 Jatihandap, Kec. Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat 40195.
Krematorium ini berada di tengah-tengah tempat pemakaman umum Cikadut
Bandung. Tujuan dilaksanakannya observasi ini untuk melihat secara langsung
keadaan fisik bangunan, fasilitas, dan lingkungan sekitar dari Yayasan
Krematorium Bandung. Selain itu observasi ini juga dilakukan agar mendapatkan
gambaran secara langsung mengenai bagaimana proses kremasi di Yayasan
Krematorium Bandung.
Untuk menuju ke Yayasan Krematorium Bandung, maka jalan yang dilewati yakni
melalui komplek Tempat Pemakaman Umum Cikadut Bandung. Lokasi Yayasan
Krematorium Bandung berada di tengah-tengah kompleks Tempat Pemakaman
Umum Cikadut Bandung.
24
Gambar II.15 TPU Cikadut Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2022)
Sejak awal berdiri pada tahun 1967 bangunan krematorium “Yayasan Krematorium
Bandung” berbentuk bangunan tua yang dikelilingi oleh pepohonan dan juga
tumbuhan yang sengaja ditanam untuk menghiasi halaman agar tetap asri serta
memiliki udara yang segar. Pada area luar bangunan dipenuhi oleh rumput liar dari
pemakaman yang belum dibersihkan.
Gambar II.16 Bangunan Yayasan Krematorium Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Pada bagian pagar bangunan Yayasan Krematorium Bandung sudah berkarat. Pagar
berkarat dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti usia pada pagar besi yang sudah
tua, iklim atau cuaca yang ekstrem serta sering terkena air hujan yang menyebabkan
pagar ini menjadi berkarat.
25
Gambar II.17 Pagar Pada Bangunan Yayasan Krematorium Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Selain pagar yang berkarat, di dalam bangunan Yayasan Krematorium Bandung
terdapat beberapa bagian dari langit-langit mengalami kebocoran sehingga terdapat
beberapa lubang. Lubang pada langit-langit ini terjadi disebab kan terkena air
hujan dan terdapat material berbahan dasar kayu yang termakan oleh rayap.
Gambar II.18 Langit-Langit pada Yayasan Krematorium Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Yayasan Krematorium Bandung memiliki tiga ruangan oven yang digunakan untuk
mengkremasi jenazah. Ketiga ruang oven ini terdapat tiga tungku yang
masing-masing masih berfungsi dan beroperasi hingga saat ini. Ketiga ruang oven
ini memiliki ukuran yang sama antara oven satu dengan yang lainnya.
Gambar II.19 Ketiga Ruangan Oven Yayasan Krematorium Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
26
Proses pembakaran pada Yayasan Krematorium Bandung pada awal berdirinya
masih menggunakan kayu bakar dan dapat memakan waktu kremasi semalaman.
Pada tahun 1990 dengan adanya alat bantuan blower maka proses kremasi jenazah
menjadi lebih cepat dengan menggabungkan alat bantu blower dengan kayu bakar
untuk proses kremasi. Blower ini diletakan pada dibagian belakang masing-
masing tungku kremasi.
Gambar II.20 Blower Sebagai Alat Bantu Pembakaran
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Selain blower, pada bagian ketiga tungku kremasi masing-masing memiliki saluran
pembuangan gas atau udara pada saat jenazah sedang di kremasi. Saluran
pembuangan gas ini berbentu cerobong asap yang terpasang di masing-masing
tungku. Proses pembuangan gas akan melalui cerobong asap dan membuangnya ke
udara.
Gambar II.21 Cerobong Asap Yayasan Krematorium Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Terdapat ruangan serbaguna yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan
ritual keagamaan untuk mendoakan jenazah sebelum jenazah akan dibawa menuju
ruangan kremasi. Ruang ini merupakan ruangan yang luas tanpa adanya
27
pembatas tepat di depan ketiga oven kremasi. Pada saat akan ada jenazah yang akan
di kremasi, petugas kremasi akan menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan
seperti menyediakan kursi plastik, meja beroda untuk menyimpan peti, serta meja
untuk menyimpan foto almarhum, lilin, dan rangkaian bunga.
Gambar II.22 Ruang Serba Guna untuk Mendoakan Jenazah
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Yayasan Krematorium Bandung memiliki fasilitas khusus yakni ruangan terbuka
yang dikhususkan untuk melaksanakan upacara ngaben bagi keluarga yang ingin
melaksanakan upacara ini seperti yang ada di Bali. Fasilitas ini berada
tepat di sebelah bangunan krematorium. Hal ini menjadi keunikan dari Yayasan
Krematorium Bandung sebab menyediakan pembakaran pada ruang terbuka atau
ngaben dan tidak hanya pada ruangan tertutup.
Gambar II.23 Ruang Terbuka untuk Ngaben
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Pada tempat ngaben terdapat beberapa ubin sudah mengalami kerusakan seperti
ubin yang sudah pecah. sebab tempat untuk ngaben ini berada di ruangan terbuka,
shingga kerusakan pada ubin di akibatkan oleh air hujan, iklim atau cuaca yang
28
ekstrem. Selain itu, sebab tempat ini jarang digunakan maka tempat ini
kurang terawat seperti tumbuhnya lumut atau rumput liar.
Gambar II.24 Ubin yang Rusak dan Dipenuhi Rumput Liar dan Lumut
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Fasilitas pendukung lainnya yakni toilet umum yang disediakan oleh Yayasan
Krematorium Bandung yang berada di bagian belakang bangunan. Terdiri dari
beberapa toilet umum bagi laki-laki dan perempuan. Kondisi dari toilet ini
terawat dan dibersihkan oleh petugas krematorium. Pada bagian pintu toilet sudah
mengalami kerusakan sebab usia dari pintu toilet ini sudah lama.
Gambar II.25 Toilet Umum Yayasan Krematorium Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Krematorium merupakan tempat atau fasilitas yang menyediakan tempat untuk
pembakaran jenazah hingga menjadi abu. Secara umum krematorium terdiri dari
beberapa fasilitas diantaranya seperti tungku pembakaran, ruang serba guna bagi
pihak keluarga yang dapat digunakan sebagai tempat mendoakan jenazah, dan
memiliki sistem pembuangan gas dari hasil kremasi. Melalui penjelasan diatas
bahwa Yayasan Krematorium Bandung yang berada di Cikadut ini sudah termasuk
kedalam krematorium pada umumnya. Yayasan Krematorium Bandung menjadi
29
salah satu krematorium tertua yang ada di Indonesia, sehingga krematorium ini
mengalami proses pembakaran tradisional yang masih menggunakan kayu bakar
dan memerlukan waktu hingga semalaman untuk mengkremasi jenazah. Namun
memasuki tahun 1990, Yayasan Krematorium Bandung hingga saat ini sudah
menggunakan cara yang lebih modern sehingga proses pembakarannya dibantu
menggunakan blower dan lebih cepat dalam proses kremasi jenazahnya.
Yayasan Krematorium Bandung memiliki keunikan dibandingkan dengan
krematorium lainnya yakni terdapat fasilitas khusus untuk melaksanakan kremasi
di luar ruangan atau yang biasa kita kenal dengan ngaben seperti yang ada di Bali.
Fasilitas ini terletak bersebelahan dengan bangunan krematorium “Yayasan
Krematorium Bandung”. Hanya saja fasilitas ini jarang digunakan, sehingga
terdapat beberapa kerusakan pada ubin dan ditumbuhi oleh lumut atau rumput liar.
Bangunan Yayasan Krematorium Bandung ini masih terawatt dengan baik dengan
memperhatikan kebersihan, hanya saja bangunan ini sudah tua dan sudah lama tidak
mengalami perbaikan. Hal ini dilatar belakangi sebab banyaknya jumlah jenazah
yang dikremasi dari waktu ke waktu. Sehingga terdapat pagar yang sudah berkarat,
bagian langit-langit pada bangunan berlubang.
II.6.2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik mengumpulkan data dalam waktu yang realtif singkat.
Proses pengumpulan data melibatkan responden melalui formulir yang berisi
mengenai pertanyaan yang diajukan untuk memberikan jawaban atau tanggapan
tertulis. Google form digunakan sebagai media pengisian kuesioner dengan bentuk
pertanyaan pilihan berganda (multiple choice questions). Kuesioner dilakukan
secara online dan disebarkan kepada responden di sekitaran wilayah Bandung
dengan usia dewasa awal hingga dewasa akhir. Analisis kuesioner yang dilakukan
pada penelitian ini menggunakan metode pertanyaan tertutup sehingga responden
telah disediakan jawabannya sehingga dapat memilih secara langsung. Berikut
merupakan hasil kuesioner yang telah dijawab oleh 106 responden diantaranya:
30
• Pertanyaan pertama yaitu untuk mengetahui jenis kelamin responden.
Diagram II.1 Data jenis kelamin responden
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
berdasar hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa responden yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 51,9% dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak
48,1%.
• Pertanyaan kedua yaitu untuk mengetahui usia responden.
Diagram II.2 Data jenis kelamin responden
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
berdasar hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden
berusia 19-25 tahun yang sebanyak 50%. Kemudian sisanya berusia 37-42 tahun
sebanyak 25% dan 25-31 sebanyak 16,7%.
31
• Pertanyaan ketiga yaitu untuk status responden
Diagram II.3 Data status responden
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
berdasar hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden
memiliki status sebagai pekerja sebanyak 67,9%. Selanjutnya diikuti oleh
responden dengan status mahasiswa sebanyak 11,3%.
• Pertanyaan keempat yaitu apakah kamu mengetahui apa itu kremasi?
Diagram II.4 Data responden mengenai apa itu kremasi
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
berdasar hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 94,3% mengetahui apa
itu kremasi. Sementara sisanya tidak mengetahui apa itu kremasi.
32
• Pertanyaan kelima yaitu apakah kamu pernah melihat bagaimana proses
kremasi berlangsung?
Diagram II.5 Data responden mengenai pernah melihat proses kremasi
berlangsung
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
berdasar hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 69,8% belum pernah
melihat bagaimana proses kremasi berlangsung. Sementara itu 30,2% dari
responden pernah melihat bagaimana proses kremasi berlangsung.
• Pertanyaan keenam yaitu apakah kamu tahu kepercayaan apa saja yang
melakukan proses kremasi?
Diagram II.6 Data responden mengenai kepercayaan yang melakukan kremasi
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
berdasar hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 72,6% mengetahui
kepercayaan apa saja yang melakukan proses kremasi. Sementara itu 27,4% dari
responden belum mengetahui kepercayaan apa saja yang menjalankan proses
kremasi.
33
• Pertanyaan ketujuh yaitu apakah kamu mengetahui apa itu krematorium?
Diagram II.7 Data responden mengenai apa itu krematoirum
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
berdasar hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 66% belum mengetahui
apa itu krematorium. Sementara itu 34% dari responden sudah mengetahui apa itu
krematorium.
• Pertanyaan kedelapan yaitu apakah kamu mengetahui bahwa di wilayah
Cikadut Bandung terdapat krematorium “Yayasan Krematorium Bandung”?
Diagram II.8 Data responden mengenai bahwa di wilayah Cikadut Bandung
terdapat krematorium
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
berdasar hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 77,4% belum
keberadaan dari Yayasan Krematorium Bandung di wilayah Cikadut. Sementara itu
22,6% dari responden sudah mengetahui keberadaan dari Yayasan Krematorium
Bandung di wilayah Cikadut.
• Pertanyaan kesembilan yaitu apakah kamu mengetahui sejarah dari
krematorium “Yayasan Krematorium Bandung?”
34
Diagram II.9 Data responden mengenai sejarah dari Yayasan Krematorium
Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
berdasar hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 91,5% belum
mengetahui mengenai sejarah dari Yayasan Krematorium Bandung. Sementara itu
8,5% dari responden sudah mengetahui mengenai sejarah dari Yayasan
Krematorium Bandung.
• Pertanyaan kesepuluh yaitu apakah kamu pernah melihat bagaimana proses
kremasi jenazah berlangsung di Yayasan krematorium Bandung?
Diagram II.10 Data responden mengenai proese kremasi di Yayasan
Krematorium Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
berdasar hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 79,2% belum
mengetahui mengenai bagaimana proses kremasi di Yayasan Krematorium
Bandung berlangsung. Sementara itu 20,8% dari responden sudah mengetahui
bagaimana proses kremasi di Yayasan Krematorium Bandung berlangsung.
35
• Pertanyaan kesebelas yaitu pernahkah anda mendaptakan informasi melalui
media mengenai Yayasan Krematorium Bandung baik dari sejarah atau proses
kremasinya?
Diagram II.11 Data responden mengenai informasi melalui media mengenai
Yayasan Krematorium Bandung baik dari sejarah atau proses kremasinya
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
berdasar hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 94,3% belum pernah
mendapatkan informasi melalui media mengenai Yayasan Krematorium Bandung
baik dari sejarah atau proses kremasinya. Sementara itu 5,7% dari responden pernah
mendapatkan informasi melalui media mengenai Yayasan Krematorium Bandung
baik dari sejarah atau proses kremasinya.
• Pertanyaan kedua belas yaitu apakah kamu tahu krematorium tertua yang
berada di Bandung?
Diagram II.12 Data responden mengenai krematorium tertua yang berada di
Bandung
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
berdasar hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa 95,3% belum
mengetahui mengenai krematorium tertua yang berada di Bandung. Sementara itu
36
4,7% dari responden sudah mengetahui krematorium tertua yang berada di
Bandung.
Kesimpulan dari hasil keseluruhan kuesioner yang dilakukan mengenai proses
kremasi di Yayasan Krematorium Bandung Cikadut berdasar jawaban dari
responden yaitu secara garis besar responden mengetahui mengenai apa itu kremasi,
namun ada sebagian besar dari responden tidak mengetahui apa itu krematorium.
Selain itu kebanyakan dari responden tidak mengetahui mulai dari sejarah,
keberadaan, serta bagaimana proses kremasi berlangsung di Yayasan Krematorium
Bandung.
II.6.3. Data Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data berupa informasi mendalam yang
di dapat dari responden. Wawancara mendalam untuk mengumpulkan data atau
informasi secara langsung bertatap muka dengan informan. Wawancara ini
dilakukan untuk menggali informasi lebih dalam mengenai proses kremasi di
Yayasan Krematorium Bandung dan mencaritahu mengenai sejarah dari Yayasan
Krematorium Bandung.
berdasar wawancara bersama Ceceng selaku salah seorang yang terlibat dalam
pembangunan Yayasan Krematorium Bandung Cikadut pada 29 Desember 2022.
\
Gambar II.26 Foto Bersama Narasumber (Ceceng)
Sumber: Dokumen pribadi (2022)
berdasar hasil wawancara ini dapat diperolah bahwa Yayasan
Krematorium Bandung merupakan salah satu krematorium tertua di Bandung, Jawa
Barat atau bahkan menjadi salah satu yang tertua di Indonesia. Yayasan
Krematorium Bandung sudah berdiri sejak tahun 1967, didirikan oleh sembilan
orang warga Bandung keturunan Tionghoa yang berprofesi sebagai pengusaha
37
(pedagang). Sembilan orang ini merupakan orang-orang yang mempunyai
gagasan untuk mendirikan krematorium pertama di Kota Bandung yang diberi
nama Yayasan Krematorium Bandung atau “YKP”. Yayasan Krematorium
Bandung dikelola langsung oleh yayasan “PERMABA” yang telah menerima
banyak kremasi jenazah dari berbagai kepercayaan dan kebudayaan. Hasil
wawancara ini juga didukung oleh adanya bukti sejarah yang ditempelkan pada
dinding Yayasan Krematorium Bandung.
Dengan adanya Yayasan Krematorium Bandung, sembilan orang ini
mengadakan rapat untuk membangun krematorium di wilayah Bandung. Pada
tanggal 14 Oktober 1961 sembilan orang ini meresmikan yayasan yang diberi
nama “Jajasan Krematorium Bandung” yang sekarang berubah nama dengan ejaan
baru yakni “Yayasan Krematorium Bandung”. Hasil dari rapat ini akhirnya
wilayah pemakaman di Cikadut dipilih untuk dibangunkan krematorium, sebab
pada saat itu wilayah pemakaman Cikadut diperuntukan untuk masyarakat Hindu-
Budha. Selain itu faktor ini didukung oleh masyarakat etnis Tionghoa yang
kebanyakan beragama Hindu-Budha yang dimakamkan di Cikadut. Tempat
pemakaman di Cikadut sendiri sudah ada sejak tahun 1913. Sejak berdirinya
makam ini diperuntukan khusus untuk masyarakat beragama Hindu-Budha.
Pada saat Covid-19 melanda Indonesia antara tahun 2020 sampai pertengahan tahun
2022. Kompleks pemakaman Cikadut ditetapkan menjadi tempat pemakaman
khusus jenazah yang terkena Covid untuk seluruh masyarakat Jawa Barat, sesuai
dengan apa yang diinstruksikan oleh Gubernur. Sejak saat itu kompleks
pemakaman Cikadut yang semula diperuntukkan khusus untuk umat Hindu-Budha,
yang tampak di gerbang masuknya bertuliskan "Kompleks Pemakaman Khusus
Umat Hindu-Budha Cikadut" sejak akhir tahun 2022 berubah menjadi "Tempat
Pemakaman Umum Cikadut".
Pada tahun 1967 dimana Yayasan Krematorium Bandung ini pertama kali didirikan,
krematorium ini hanya diperuntukan bagi keluarga atau kerabat dari sembilan
pendirinya saja. Pada tahun 1970 krematorium ini dibuka untuk umum sebab
banyaknya jumlah permintaan dari keluarga lain yang ingin mengkremasi jenazah.
Dalam satu bulan, Yayasan Krematorium Bandung dapat mengkremasi kurang
38
lebih 100 jenazah. Jenazah yang dikremasi di Yayasan Krematorium Bandung
bukan hanya dari Yayasan “PERMABA” saja, namun Yayasan Krematorium
Bandung membuka untuk yayasan lain sebagai penyedia fasilitas untuk
mengkremasi jenazah. sebab tidak semua yayasan memiliki krematorium
khususnya di kota Bandung.
Yayasan Krematorium Bandung memiliki tiga ruangan oven yang digunakan untuk
mengkremasi jenazah. Sejak awal berdiri, proses kremasi jenazah masih
menggunakan cara tradisional yakni dengan kayu bakar, sehingga dapat memakan
waktu semalaman untuk mengkremasi jenazah. Namun pada tahun 1990 dengan
adanya alat bantu bernama blower maka alat ini membantu proses pembakaran
jenazah menjadi lebih cepat, yakni hanya memerlukan waktu 2-3 jam. Waktu
pembakaran 2-3 jam merupakan proses kremasi pada umumnya, sebab lamanya
kremasi ditentukan berdasar tinggi dan berat badan dari jenazah. Saat jenazah
di kremasi, gas yang dihasilkan dari oven akan dibuang oleh sistem pembuangan
berupa cerobong asap. Yayasan Krematorium Bandung memiliki fasilitas khusus
untuk kremasi, yakni ruangan terbuka untuk melaksanakan upacara ngaben yang
biasa dilakukan oleh masyarakat Hindu-Bali dan India. Biasanya tempat ini
digunakan oleh masyarakat Hindu-Bali atau India yang menetap di Bandung.
Wawancara kedua dilakukan bersama Apep Sugandi selaku petugas dari Yayasan
Krematorium Bandung pada 23 Mei 2023,
Gambar II.27 Foto bersama narasumber (Apep Sugandi)
Sumber: Dokumen pribadi (2023)
Apep Sugandi sudah menjadi petugas selama kurang lebih 23 tahun. Apep Sugandi
juga menjelaskan bahwa petugas Yayasan Krematorium Bandung merupakan
pekerjaan yang diwariskan secara turun temurun. Petugas krematorium yang
39
pertama kali bertugas yaitu kakek dari Apep Sugandi, yang merupakan warga asli
kelahiran Cikadut. Kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bernama Sugandi,
menjadi petugas berikutnya. Lalu tugas Sugandi sebagai petugas krematorium
diwariskan pada putranya yaitu Apep Sugandi yang saat ini menjadi petugas
kremasi di Yayasan Krematorium Bandung. Turun temurunnya pekerjaan ini sangat
mungkinkan sebab penduduk asli di Cikadut dan sejak lahir sudah akrab dengan
kondisi dan suasana di sekitar Cikadut dan pekerjaan yang menjadi mata
pencaharian orang tua mereka sebagai petugas kremasi, seperti yang dijalani oleh
keluarga Apep Sugandi.
Terdapat beberapa tahapan untuk melakukan kremasi, yakni mengurus
administrasi, mengidentifikasi jenazah, memandikan jenazah, memasukan jenazah
kedalam peti, kremasi jenazah, dan mengumpulkan abu jenazah. Tahapan
mengurus administrasi hingga memasukan jenazah kedalam peti dilakukan di
yayasan. Pada tahapan mengurus administrasi, keluarga akan mengurus data seperti
KTP, kartu keluarga, Sertifikat formalin, surat kedukaan. Tahapan kedua yakni
mengidentifikasi jenazah, dimana pihak yayasan akan mengidentifikasi jenazah dan
melibatkan anggota keluarga untuk memastikan jenazah. Selanjutnya tahapan
memandikan jenazah, pada tahapan ini jenazah dimandikan agar bersih sebelum
dimasukan kedalam peti. Setelah di mandikan jenazah akan diberikan formalin dan
dikenakan pakaian. Selanjutnya jenazah akan dimasukan kedalam peti. Ketika
jenazah dimasukan kedalam peti pihak keluarga akan diberikan izin untuk
memasukan barang-barang kesukaan dari jenazah selama hidupnya. Barang yang
diizinkan untuk dimasukan kedalam peti harus mudah terbakar agar nantinya pada
proses kremasi mudah larut dan tidak membahayakan oven kremasi dan petugas
krematorium.
Setelah jenazah dimasukan kedalam peti maka jenazah akan dibawa menggunakan
ambulans menuju krematorium. Selama jenazah dalam perjalanan, petugas
krematorium akan menyiapkan ketersediaan oven yang nantinya akan digunakan,
membersihkan area krematoirum serta menyiapkan tempat duduk bagi keluarga
jenazah. Setelah jenazah sampai di krematorium maka akan dilakukan ritual bagi
keluarga untuk mendoakan dan melepas jenazah untuk terakhir kalinya.
40
Dalam tahapan kremasi, terdapat kebiasaan yang berbeda dari keluarga jenazah
yang melakukan kremasi. Bagi keluarga penganut Nasrani, baik itu orang Tionghoa
maupun bukan Tionghoa. Setelah jenazah masuk ke tungku pembakaran, pihak
keluarga yang diwakili oleh putra-putri atau suami-istri dari jenazah semasa
hidupnya, bersama-sama menekan saklar pemantik yang menyalakan api
pembakaran dalam tungku. Keluarga dari jenazah yang tengah dikremasi langsung
pulang dan tidak menunggu proses kremasi hingga usai. Pihak keluarga hanya
menunggu kabar dari pihak krematorium, bahwa abu jenazah dari keluarga sudah
bisa diambil di yayasan atau rumah duka yang mengelola kremasian jenazah
keluarganya.
Namun tidak demikian bagi orang Tionghoa penganut Hindu-Budha atau penganut
Kong Hu Cu. Perwakilan dari pihak keluarga menunggu proses pengkremasian
jenazah keluarganya sampai selesai. Bahkan mereka juga yang mengumpulkan abu
jenazah keluarganya lalu menampungnya dalam guci atau kotak yang telah mereka
siapkan.
Yayasan Krematorium Bandung merupakan salah satu krematorium tertua di
Bandung, Jawa Barat bahkan menjadi salah satu tertua di Indonesia. Krematorium
ini didirikan oleh sembilan orang warga Bandung keturunan Tionghoa yang
berprofesi sebagai pengusaha (pedagang). Hasil dari rapat yang mereka lakukan
akhirnya wilayah pemakaman di Cikadut dipilih untuk dibangunkan krematorium,
sebab pada saat itu wilayah pemakaman Cikadut diperuntukan untuk masyarakat
Hindu-Budha. Selain itu faktor ini didukung oleh masyarakat etnis Tionghoa
yang kebanyakan beragama Hindu-Budha yang dimakamkan di Cikadut. Tempat
pemakaman di Cikadut sendiri sudah ada sejak tahun 1913. Sejak berdirinya
makam ini diperuntukan khusus untuk masyarakat beragama Hindu-Budha.
Petugas kremasi di krematorium "Yayasan Krematorium Bandung" diwariskan
secara turun temurun sebagai mata pencaharian. Hal ini tidak menutup
kemungkinan sebab petugas kremasi ini merupakan penduduk asli di Cikadut
dan sejak lahir mereka sudah akrab dengan kondisi dan suasana di sekitar Cikadut.
Kremasi sendiri memiliki beberapa tahapan seperti yang dilakukan di Yayasan
Krematorium Bandung. Terdapat keenam tahapan yang diikuti oleh krematorium
41
lainnya, sebab keenam tahapan ini merupakan tahapan umum yang sejak
awal sudah dilakukan oleh krematorium tua, selah satunya krematorium “Yayasan
Krematorium Bandung”. Pada tahap jenazah akan di kremasi dan sesudah di
kremasi terdapat berbagai macam ritual yang dilakukan oleh keluarga berdasar
kepercayaan yang dianut untuk mendoakan jenazah untuk terakhir kali. Perlu
digaris bawahi berdasar wawancara bersama Ceceng dan Apep Sugandi, bahwa
proses kremasi secara garis besar khususnya di Yayasan Krematorium Bandung
dilakukan oleh beberapa kepercayaan saja. Kepercayaan itu seperti Kristen,
Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan
hanya beberapa kepercayaan saja yang menjalani kremasi.
II.6.4. Analisis Data
Setelah data diperoleh melalui metode observasi, kuesioner, dan wawancara maka
dapat diketahui bahwa Yayasan Krematorium Bandung merupakan krematorium
yang berdiri sejak tahun 1967 dan menjadi krematorium tertua di Bandung, Jawa
Barat bahkan menjadi salah satu yang tertua di Indonesia. Krematorium ini
didirikan oleh sembilan orang warga Bandung keturunan Tionghoa yang berprofesi
sebagai pengusaha (pedagang). Pada awal berdirinya Yayasan Krematorium
Bandung tidak langsung dibuka secara umum, melainkan untuk pihak keluarga dari
pendirinya saja hal itu disampaikan berdasar wawancara bersama Ceceng.
Namun pada tahun 1970, krematorium ini dibuka secara umum sebab
banyaknya permintaan dari pihak keluarga lain yang ingin mengkremasi jenazah
keluarga atau kerabatnya. Pembangunan Yayasan Krematorium Bandung di
wilayah pemakaman Cikadut, dilatar belakangi sebab tempat pemakaman ini
diperuntukan khusus bagi kepercayaan Hindu dan Buddha.
berdasar wawancara bersama Apep Sugandi menjelaskan bahwa menjadi
petugas kremasi di Yayasan Krematorium Bandung merupakan pekerjaan yang
sudah diwariskan secara turun temurun. Hal itu sangat dimungkinkan sebab
mereka yaitu penduduk asli di Cikadut dan sejak lahir mereka sudah akrab dengan
kondisi dan suasana di sekitar Cikadut dan pekerjaan yang menjadi mata
pencaharian orangtua mereka sebagai penggali kubur dan atau menjadi petugas
kremasi. Mengenal tahap kremasi di Yayasan Krematorium Bandung, memiliki
42
beberapa tahapan untuk mengkremasi jenazah diantarnya terdapat keenam tahapan
yang diikuti oleh krematorium lainnya, sebab keenam tahapan ini merupakan
tahapan umum yang sejak awal sudah dilakukan oleh krematorium tua, salah
satunya krematorium “Yayasan Krematorium Bandung”. Keenam tahapan ini
diantaranya mengurus administrasi, identifikasi jenazah, memandikan jenazah,
memasukan jenazah kedalam peti, kremasi, dan tahapan terakhir mengumpulkan
abu jenazah. Pada tahap jenazah akan dikremasi dan sesudah dikremasi terdapat
berbagai macam ritual yang dilakukan oleh keluarga berdasar kepercayaan yang
dianut untuk mendoakan jenazah untuk terakhir kali.
berdasar hasil kuesioner yang diperoleh, bahwa 94,3% mengetahui apa itu
kremasi namun sebanyak 66% dari responden belum mengetahui apa itu
krematorium. Padahal krematorium merupakan fasilitas atau tempat untuk
melaksanakan kremasi jenazah atau pembakaran jenazah. Sebagian besar dari
responden mengetahui kepercayaan mana saja yang melakukan kremasi sebagai
penghormatan terakhir bagi jenazah keluarga atau kerabatnya. Dapat disimpulkan
bahwa 94,3% dari responden mengethaui kremasi namun tidak dengan proses
kremasi itu berlangsung khususnya di Yayasan Krematorium Bandung dan juga
dilatarbelakangi oleh tidak semua kepercayaan melakukan kremasi di krematorium
“Yayasan Krematorium Bandung”. Keberadaan dari Yayasan Krematorium
Bandung itu sendiri kurang diketahui oleh sebagian besar responden bahwa
Yayasan Krematorium Bandung terletak di wilayah Cikadut sehingga sebagian
responden juga tidak mengetahui bahwa berdasar sejarah krematorium ini
merupakan krematorium tertua di Bandung, Jawa Barat atau menjadi salah satu
krematorium tertua di Indonesia. Selain itu kurangnya media informasi yang
membahas secara spesifik mengenai sejarah hingga bagaimana proses kremasi yang
berlangsung di Yayasan Krematorium Bandung sebagai tempat tertua membuat
sebagian besar responden tidak mendapatkan infromasinya secara spesifik.
II.7. Resume
Kematian pada setiap makhluk hidup merupakan sesuatu yang pasti terjadi. Setiap
kematian pada manusia sudah selayaknya untuk dilakukan pemulasaraan jenazah.
Sebagai suatu kelayakan dari bentuk memberikan penghormatan terakhir yang
43
dilakukan oleh keluarga, kerabat dan orang terdekat, yang dilakukan dalam tata cara
ritual berdasar kepercayaan dan kebudayaan pada masyarakat yang
bersangkutan, salah satunya yaitu dengan melakukan kremasi, selain pemakaman
pada umumnya. Kremasi merupakan praktik penghilangan jenazah hingga menjadi
abu dengan cara membakar jenazah pada suhu yang tinggi. Kremasi mulai
ditemukan pada 20.000 tahun yang lalu dengan ditemukannya bukti sisa-sisa tubuh
yang sudah dikremasi, terletak di negara bagian New South Wales, Australia Timur
dekat Danau Mungo. Proses kremasi pertama dilakukan oleh masyarakat Yunani di
ruangan terbuka sejak 1.000 SM dengan menempatkan jenazah diatas tumpukan
kayu bakar. Kremasi ini dilakukan kepada tantara yang gugur di pertempuran.
Di Indonesia sendiri proses kremasi sudah ada ketika Indonesia masih bernama
"Dwipantara" sebutan nama oleh orang India. Pada saat itu proses kremasi hanya
diperuntukan untuk raja dan tokoh bangsawan. Seiring berjalannya waktu proses
kremasi tidak lagi dilakukan oleh raja dan tokoh bangsawan saja melainkan oleh
masyarakat biasa. Proses kremasi yang dikenal di Indonesia ialah ngaben yang
biasa dilakukan oleh masyarakat Hindu-Bali. Ketika kremasi mulai memasuki
wilayah Eropa seperti Italia dan Inggris. Praktik kremasi sendiri mengalami
perkembangan terutama dalam ketersediaan tempat peruntukannya, hingga
akhirnya proses kremasi tidak lagi dilakukan di tempat terbuka melainkan di dalam
ruangan yang diberi nama krematorium.
berdasar keagamaan yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia
kepercayaan yang melakukan kremasi di Indonesia diantaranya sebagian umat
Kristiani, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Sebagian besar masyarakat melakukan
proses kremasi di kreamtorium. Indonesia memiliki banyak krematorium, salah satu
krematorium tertua terdapat di Cikadut Bandung, Jawa Barat. Krematorium
pertama ini berdiri sejak tahun 1967 yang dikelola langsung oleh Yayasan
“PERMABA” hingga saat ini. Krematorium ini didirikan oleh sembilan orang
warga Bandung keturunan Tionghoa yang berprofesi sebagai pengusaha
(pedagang). Sembilan orang ini merupakan orang-orang yang mempunyai
gagasan untuk mendirikan krematorium pertama di Kota Bandung yang diberi
nama Yayasan Krematorium Bandung atau “YKP”.
44
Yayasan Krematorium Bandung ini masih menjalankan kremasi hingga saat
ini dan Dalam proses kremasi di Yayasan Krematorium Bandung umumnya akan
memakan waktu 2-3 jam. Kremasi di krematorium dapat menjadi alternatif dari
proses pemakaman. Di Indonesia, kremasi di krematorium dilatar belakangi oleh
beberapa faktor seperti faktor agama, faktor eknomi, faktor wasiat dari jenazah
semasa hidupnya, dan faktor efisiensi.
Tahapan melakukan kremasi jenazah di Yayasan Krematorium Bandung dilakukan
dengan beberapa tahapan diantaranya, melakukan administrasi, mengidentifikasi
jenazah, memandikan jenazah, memasukan jenazah ke dalam peti, keempat tahapan
ini dilakukan di yayasan. Tahapan selanjutnya setelah jenazah dimasukan
kedalam peti, maka jenazah akan dibawa menuju krematorium. Sesampainya
jenazah di kreamtorium, jenazah akan langsung di kremasi. Setelah selesai kremasi
pihak krematorium akan menyerahkan abu jenazah kepada pihak keluarga.
berdasar penjelasan diatas kremasi di Indonesia sudah dilakukan oleh raja dan
tokoh bangsawan. Hingga saat ini kremasi di Indonesia tetap dilakukan baik itu di
kremasi atau di ruangan terbuka seperti upacara ngaben yang dilakukan masyarakat
Hindu-Bali. Indonesia khususnya Bandung, Jawa Barat terdapat salah satu
krematorium tertua yang masih beroperasi hingga saat ini. Yayasan Krematorium
Bandung berada di Jalan Cikadut No. 34 Jatihandap, Kec. Mandalajati, Kota
Bandung, Jawa Barat 40195.
Jika ditelaah, tidak semua masyarakat melakukan kremasi sebagai bentuk
penghormatan terakhir, sehingga tidak semua masyarakat mengetahui bagaimana
tahapan dalam proses kremasi dan keberadaan Yayasan Krematorium Bandung di
wilayah Cikadut Bandung. Kurangnya media informasi seperti contohnya media
cetak yang menjelaskan secara spesifik mengenai Yayasan Krematorium Bandung.
Hal ini membuat minimnya pemahaman masyarakat mengenai proses kremasi
di Yayasan Krematorium Bandung dan Yayasan Krematorium Bandung sebagai
salah satu krematorium tertua di Indonesia.
II.8. Solusi Perancangan
Yayasan Krematorium Bandung berdiri sejak tahun 1967 dan menjadi salah satu
tempat kremasi jenazah tertua di Indonesia yang masih beroperasi dengan baik
45
hingga saat ini. Masalah yang ada pada pembahasan ini yaitu minimnya
pengetahuan masyarakat mengenai apa itu krematorium, sejarah dari Yayasan
Krematorium Bandung, beserta proses kremasi di Yayasan Krematorium Bandung
dan Yayasan Krematorium Bandung sebagai salah satu tempat untuk mengkremasi
jenazah tertua di Indonesia. Hal ini dilatar belakangi oleh kurangnya media
informasi yang menjelaskan secara spesifik mengenai Yayasan Krematorium
Bandung. Faktor lainnya yaitu sebab tidak semua dari masyarakat Indonesia
menjalankan kremasi sebagai penghormatan terkahir bagi jenazah.
berdasar analisis, maka upaya yang perlu dilakukan yaitu memberikan media
informasi yang mudah untuk di dapat, mudah di pahami, tidak merusak penglihatan,
dapat menjadi benda koleksi, serta digemari oleh banyak orang. Media informasi
ini akan membahas mengenai prosesi kremasi di Yayasan Krematorium
Bandung yang di dalam informasi ini membahas mengenai kematian sebagai
siklus kehidupan, sejarah kremasi di peradaban, sejarah Yayasan Krematorium
Bandung, proses kremasi di Yayasan Krematorium Bandung, dan Yayasan
Krematorium Bandung sebagai salah satu tempat kremasi tertua di Indonesia. Di
dalam pembahasan ini memiliki konsep estetika atau nilai desain yang
menarik, sehingga masyarakat menjadi tahu dan mendapat gambaran melalui visual
mengenai tahapan kremasi di Yayasan Krematorium Bandung dan Yayasan
Krematorium Bandung sebagai salah satu tempat kremasi tertua di Indonesia.
Seiring dengan pertumbuhan warga yang
tinggi memberikan dampak terhadap pemakaian
lahan yang difungsikan sebagai tempat tinggal
untuk bertahan hidup. Belum lagi masalah
pembangunan yang terus berlangsung dari
waktu ke waktu, guna untuk mewadahi
kebutuhan warga membuat penggunaan
lahan semakin hari semakin
berkurang.Peraturan pemerintah Republik
Indonesia No. 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan
Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat
Pemakaman telah jelas menyatakan bahwa
dalam rangka meningkatkan kegiatan
pembangunan, sebagai akibat pertambahan
warga dan peningkatan kualitas lingkungan
hidup, diperlukan lebih banyak penyediaan
tanah oleh sebab harus diusahakan agar setiap
penggunaan tanah dilakukan secara produktif
dan effisien. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya
lahan pemakaman yg bergeser dari fungsinya,
maka tak jarang orang lebih memilih cara
praktis seperti di kremasi atau pembakaran
jenazah.
Kota Samarinda sebagai ibu kota Provinsi
Kalimantan Timur memiliki luas wilayah 727.9
km2 yang terbagi atas sepuluh (10) wilayah
kecamatan dengan jumlah warga sebesar
754.784 jiwa (Badan Pusat Statistik Kota
Samarinda , 2016). Berdasarkan data
Kementerian Agama Kalimantan Timur untuk
Kota Samarinda, sampai tahun 2016 jumlah
pemeluk Agama Islam sebanyak 79.29 %,
diikuti pemeluk Kristen Protestan sebanyak 7.85
%, Kristen Katolik 2.31 % , Budha sebanyak
3.97 %, dan Hindu sebanyak 2.36 %.
Berdasarkan presentase tersebut, maka jumlah
warga yang dapat memanfaatkan fasilitas
krematorium dan kolumbarium untuk
mengurangi penggunaan lahan pemakaman
adalah sebanyak 16.49% atau 124.464, dengan
angka kematian kota samarinda sebanyak 5.3%
kematian per tahun (Profil Dinkes
Kab/Kota,2015).
Di kota Samarinda, penyelesaian pemakaman
jenazah secara dibakar hanya dilakukan oleh
agama – agama tertentu dengan jumlah 47
jenazah pada tahun 2016 (Krematorium Sedayu,
Tanah Merah, Samarinda Utara ) dan masih
melakukan cara pembakaran dengan cara
tradisional ataupun memakai tungku
konvensional dan hanya di laksanakan bagi
anggota yayasan yang berkontribusi pada
fasilitas crematorium tersebut, oleh sebab itu
diperlukan suatu wadah kremasi modern yang
dapat di gunakan oleh semua kalangan agar bisa
mewadahi dan mengurangi pemakaian lahan
yang berlebihan yang di sebabkan oleh
pemakaman konvensional. Wadah yang
dimaksud yaitu Krematorium dan Kolumbarium
Modern di wilayah kota Samarinda yang dapat
memfasilitasi 124.464 warga ,beragama
Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha, dan
Hindu (Kementerian Agama Kalimantan Timur
untuk Kota Samarinda,2016) yang akan
menggunakan fasilitas krematorium dan
penyimpanan abu untuk umum, dan
menggunakan desain dan peralatan kremasi
yang lebih modern.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Menciptakan suatu wadah yang berhubungan
dengan proses kegiatan kremasi dan rumah
perabuan, yang diharapkan dapat memberikan
fasilitas yang lebih modern dan dapat
digunakan oleh semua kalangan agama.
Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan kebutuhan ruang disesuaikan
dengan kebutuhan kegiatan kremasi dan
penyimpanan abu jenazah.
2. Lokasi perencanaan berada di Jalan
Kalimantan Poros Selatan km 25 ,Sei Siring,
Samarinda Utara (Poros Samarinda –
Bontang).
3. Diasumsikan lahan pada area perencanaan
tidak dibatasi.
4. Tidak membahas tentang perhitungan
struktur.
5. Tidak membahas tentang rencana anggaran
biaya.
6. Masalah tata cara kematian menurut agama
dan adat dengan berbagai polemiknya akan
Menurut George Chadwick (1971), Perencanaan
adalah suatu proses pemikiran dan tindakan
manusia berdasarkan pemikiran tersebut dalam
kenyataannya, pemikiran ke masa depan yang
merupakan suatu kegiatan manusia yang sangat
umum. Perencanaan dapat dilihat sebagai
kemampuan untuk mengendalikan konsekuensi
masa depan dari suatu tindakan-tindakan yang
dilakukan saat ini. Semakin banyak konsekuensi
yang dapat dikendalika, semakin besar
konsekuensi perencanaan. Maksud perencanaan
adalah untuk membuat masa sepan yang
berbeda dari yang akkan terjadi jika tanpa
perencanaan itu.
Perencanaan suatu bangunan secara keseluruhan
merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan
pengetahuan dan pengalaman. Dalam
perencanaan suatu bangunan keseluruhan ,
terlebih dahulu diketahui beberapa aspek seperti
luas tanah, luas bangunan, jumlah ruang, jumlah
pemakai dan lain-lain. Berdasarkan data-data
pendukung tersebut dilakukan perencanaan
dengan memperhatikan sifat dan perhitungan
dari setiap konstruksi, dengan mengembangkan
imajinasi agar bangunan tersebut menjadi asri,
sehat dan aman.
Prinsip Perencanaan
Dalam merencanakan suatu bangunan, ada
beberapa hal yang harus dipertimbangkan
berkaitan dengan unsur perencanaan. Menurut
Suparno Sastra (2005) hal-hal yang harus
diperhatikan dalam merencanakan suatu
bangunan, yaitu :
a. Pemanfaatan Lahan
Untuk menciptakan keseimbangan antara
wilayah terbangun ( Build up Area) dengan
ruang kosong yang tersedia (Open Space),
sebaiknya perbandingan keduanya berkisar
antara 40-60 % terhadap luas tanah yang
tersedia. Hal itu dimaksudkan untuk
mencukupi kebutuhan besarnya ruang
terbuka untuk resapan air hujan, apabila
suatu saat terjadi hujan.
b. Perletakan Bangunan
Untuk memperoleh bentuk dan tatanan yang
betul-betul sesuai dengan bentuk persil (
site) yang tersedia, maka harus diperhatikan
pula tata letak bangunan tersebut terhadap
posisi tapak yang tersedia. Bagaimanapun,
hal tersebut akan mempengaruhi sirkulasi
cahaya dan penghawaan di dalam bangunan.
Lokasi dari suatu bangunan pada tapak
adalah elemen penting dalam fungsi
bangunan. Peremcanaan harus menempatkan
bangunan dalam berbagai keadaan ketika
lokasi yang ada sangat sempit, padahal
fungsi dan disainnya sangat besar.
c. Penataan Sirkulasi
Konsep penentuan sirkulasi di dalam
bangunan hendaknya disesuaikan terhadap
jenis dan fungsi kegiatan yang akan
berlangsun di dalam bangunan tesebut.
Definisi Kremasi
Kremasi atau pengabuan adalah praktik
penghilangan jenazah manusia setelah
meninggal dengan cara membakarnya dan
biasanya dilakukan di krematorium. Budaya
kremasi muncul sejak zaman Yunani Kuno,
pada saat itu pembakaran dilakukan di ruang
terbuka dan mayat langsung diletakkan diatas
tumpukan kayu. Sejak 1000 tahun sebelum
Masehi, pembakaran jenazah merupakan
kebiasaan umum bangsa Jerman dibuktikan
dengan penemuan periuk-periuk berisi abu
jenazah dari zaman perunggu. Pada awal abad
ke-19, kremasi menjadi populer dilakukan
dengan cara modern yaitu proses pembakaran
dalam tungku kremasi, dimana jenazah tidak
langsung bersentuhan dengan api.
Pada penanganan jenazah secara pembakaran
(perabuan), penghancuran terjadi secara fisik
kimiawi. Semua ikatan kimiawi dari zat organik
langsung terpecah, melepaskan bermacam-
macam gas dan tersisa unsur karbon, nitrogen,
dan air (proses penguapan). Sisa dari
pembakaran berupa zat organik yaitu tulang-
tulang yang sudah rapuh. Unsur dasar dari
makhluk hidup terdiri dari karbon, nitrogen,
hidrogen, besi, fosfor, kalsium, dan belerang
dimana unsur dasar tersebut dapat dijadikan
komposisi otot, tulang, dan kulit. Jika makhuk
hidup mati, maka komposisi dasar tersebut akan
hancur dan terurai menjadi komposisi yang
lebih sederhana.
Perkembangan Kremasi di Indonesia
Secara umum kremasi di Indonesia dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain:
a. Faktor agama, Adanya warga pemeluk
agama dan kepercayaan yang menganjurkan
umatnya untuk membakar jenazah sangat
mempengaruhi laju perkembangan
Krematorium di daerah tersebut.
b. Faktor sosial budaya, Secara garis besar,
masyarakat Indonesia dapat dibagi menjadi
dua kelompok yaitu:
1) Kelompok masyarakat komunal yang
bersifat tradisional. Kehidupannya
sangat dipengaruhi oleh adat istiadat
serta menjunjung tinggi nilai-nilai
budaya yang sudah dianutnya secara
turun temurun.
2) Kelompok masyarakat modern,
mempunyai pola berpikir yang praktis,
rasional dan mudah menerima
perkembangan dimana ikatan tradisi
sudah tidak begitu kuat dalam
mempengaruhi cara berpikirnya.
Dewasa ini, Kecenderungan gaya hidup
masyarakat di Indonesia yang semakin modern
merupakan faktor lain dalam memberikan solusi
pada keterbatasan lahan pemakaman. Gaya
hidup masyarakat terus berubah sejalan dengan
arus globalisasi dan tidak dapat dipungkiri hal
tersebut terjadi sebab kesibukan serta kemajuan
teknologi yang serba cepat dan praktis.
Secara khusus, pilihan melakukan proses
kremasi dipengaruhi oleh data jumlah kematian
di Indonesia yang berdasarkan perhitungan
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR)
turun dari sekitar 21,0 per 1000 warga pada
awal proyeksi menjadi 14,0 per 1000 warga
pada akhir periode proyeksi, sedangkan Angka
Kematian Kasar (Crude Dead Rate/CDR) naik
dari 6,4 per 1000 warga menjadi 8,8 per
1000 warga dalam kurun waktu yang sama,
menurut Badan Pusat Statistik (BPS) melalui
katalog BPS 2101018 tentang Proyeksi
warga Indonesia tahun 2010-2035 jumlah
angka kematian pada tahun 2010 mencapai
1524,1 dan pada tahun 2035 akan mencapai
2683,6. Hal tersebut menandakan bahwa adanya
peningkatan jumlah kematian dari tahun ke
tahun membuat kebutuhan akan lahan
pemakaman meningkat dan alternatif kremasi
akan menjawab permasalahan keterbatasan
lahan pada tahun-tahun mendatang.
Metodologi Penelitian
Tahapan Penelitian
Proses penelitian dalam penelitian ini disusun
dalam tahapan-tahapan pekerjaan dengan
beberapa urutan yaitu sebagai berikut:
1. Tahap studi literatur yaitu kegiatan mencari
referensi teori yang berkaitan dengan kasus
atau permasalahan yang berkaitan dengan
penulisan tugas skripsi ini.
2. Tahap Studi lapangan berupa survey
krematoriumyang tedapat di wilayah
Samarinda , yaitu Krematorium Sedayu,
Tanah merah, adapun survei tersebut
bertujuan mengumpulkan data primer.
3. Tahap Studi kasus berupa perbandingan
terhadap sarana dan prasarana krematorium
dan kolumbarium yang telah ada serta
kebermanfaatannya bagi masyarakat.
4. Tahap perencanaan dilakukan setelah data-
data perencanaan terkumpul adalah
mengolah data-data tersebut. Data diolah
untuk mendapatkan hasil atau kesimpulan
baik dengan cara teoritis maupun dengan
perhitungan sesuai dengan metode yang
akan digunakan.
Bagan Alir Penelitian
Hasil Dan Pembahasan
Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan
Lokasi yang dipilih merupakan daerah yang
sesuai dengan kriteria site yang dibutuhkan.
Maka dipilih Lokasi Perencanaan Krematorium
dan Kolumbarium Modern kota Samarinda
terletak di Jalan Kalimantan Poros Selatan km
25, kecamatan Sei Siring, Samarinda, seperti
yang dilihat pada gambar 4.1, batas wilayah
yang dimiliki oleh lokasi perencanaan sebagai
berikut :
1. Sebelah selatan berbatasan dengan lahan
kosong
2. Sebelah utaraberbatasan dengan lahan
kosong
3. Sebelah timur berbatasan dengan Taman
Pemakaman Katolik Sei Siring
4. Sebelah barat berbatasan dengan lahan
kosong
Analisis Fungsional
Analisis fungsional adalah analisis yang
berdasarkan aspek fungsional, yaitu
perencanaan yang dilakukan untuk menentukan
pelaku kegiatan, kelompok kegiatan, fasilitas,
hubungan kelompok ruang dan kapasitas ruang.
Analisis Kelompok ruang
Dalam merencanakan sebuah fasilitas
krematorium, harus diperhatikan sarana dan
prasarana yang berada didalamnya.
Analisis Besaran Ruang
Di dalam menghitung besaran ruang perlu
diperhatikan tentang sirkulasi/flow.
Hubungan Ruang
Dengan matriks hubungan ruang dapat diketahui
berbagai macam hubungan antar ruang yang
saling berkaitan dalam kegiatan. Ruang-ruang
yang hubungannya kuat akan diletakkan
berdekatan agar memudahkan interaksi antar
ruangan tersebut.
Konsep Perencanaan
Konsep perencanaan merupakan gambaran
keseluruhan dari bangunan yang akan
direncanakan yang didapatkan dari berbagai
analisis yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Luas bangunan krematorium dan kolumbarium,
yaitu 13.367 m² yang terdiri dari:
1) Kelompok failitas persemayaman : 2.112 m²
2) Kelompok fasilitas krematorium : 2.146 m²
3) Kelompok fasilitas pengelola : 229 m²
4) Kelompok fasilitas kolumbarium : 6.446 m²
5) Kelompok fasilitas parkir : 2.434 m²
c. Fasilitas-fasilitas pada Krematorium dan
Kolumbarium meliputi:
1) Fasilitas utama : Ruang Persemayama,
Ruang Penyimpanan abu, Ruang Kremasi,
dan Ruang pengelola
2) Fasilitas pelengkap: Area parkir
(pengelola dan pengunjung), fasilitas
Mushola dan tempat berwudhu.
Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan
saran-saran dalam perencanaan selanjutnya,
yaitu:
1. Disarankan untuk memperhitungkan aspek
struktur dan kelayakan dari segi keamanan
pada Krematorium dan Kolumbarium ini.
2. Disarankan pada perencanaan
Krematorium dan Kolumbarium
berikutnya untuk mengembangkan fasilitas
pendukung lainnya sesuai dengan
perkembangan yang ada, seperti
penggunaan oven pembakar yang lebih
modern, fasilitas keamanan yang
terintegrasi dan lain sebagainya.
3. Disarankan pada perencanaan
Krematorium dan Kolumbarium
berikutnya untuk mengacu ke konteks
rancangan yang ramah lingkungan.





.jpeg)





