Tampilkan postingan dengan label konsep keselamatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label konsep keselamatan. Tampilkan semua postingan

konsep keselamatan

 


Setiap agama memiliki konsep keselamatan berdasar  nilai-

nilai transenden agama. Islam sebagai agama wahyu memiliki 

konsep keselamatan berdasar  pesan yang terkandung Tuhan  

dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang valid. Dengan mengacu 

pada prinsip-prinsip etika Islam, doktrin keselamatan yaitu  

titik utama mulai dalam agama, dengan prinsip ini, orang 



merasa perlu untuk mengaku percaya dan menyerahkan kepada 

nilai-nilai Tuhan  mengungkapkan. Seseorang dengan iman 

pada dasarnya bertujuan untuk mencapai keselamatan, baik 

dalam kehidupan di bumi dan di akhirat. Dalam agama Kristen 

Katolik juga menemukan sejumlah prinsip yaitu  teologi yang 

sama yang diajarkan tentang pentingnya keselamatan. Dalam 

kitab perjanjian lama dan perjanjian baru ditekankan bahwa 

keselamatan titik di teologi mulai. Dalam Islam dan Katolik, 

konsep ketuhanan yaitu  sama baik percaya pada Tuhan Yang 

Maha Esa (monoteisme). Keduanya percaya bahwa Isa (Yesus) 

dan Muhammad. sebagai pembawa wahyu ilahi. Meskipun Islam 

untuk menjelaskan konsep ketuhanan dalam berbagai konteks 

dan makna, sedangkan makna Katolik keselamatan ditempatkan 

dalam berbagai ayat yang berbeda, tapi artinya tetap sama.


Secara epistemologik, sebagian umat Islam memiliki konsep 

pemahaman dan keyakinan tentang selamat dan sengsaranya seseorang 

pada dasarnya telah ditentukan oleh Tuhan sepenuhnya. Meskipun 

demikian tidak dapat dinegasikan bahwa ada  pula sebagian umat 

Islam yang memahami selamat dan sengsaranya seseorang ditentukan 

oleh manusia secara personal. Herarki keyakinan seperti ini berdasar 

pada dalil-dalil Al-Qur’an sebagai sumber informasi absolut bagi 

kelangsungan kehidupan manusia. Dualisme pemahaman seperti ini 

setidaknya dilatarbelakangi oleh metodologi pemikiran atau penafsiran 

yang berbeda terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Sebagian kelompok 

memahami Islam sebagai agama sangat eksklusif dan sebagian lain 

memahami Islam secara inklusif. Salah satu ayat yang ditafsirkan 

secara berbeda oleh kedua kelompok Islam yaitu  firman Tuhan  Swt. 

pada surat Ali Imran ayat 19. 

”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Tuhan  hanyalah Islam. 

tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi AlKitab, kecuali sesudah 

datang pengetahuan kepada mereka, sebab  kedengkian (yang ada) di 

antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan  Maka 

Sesungguhnya Tuhan  sangat cepat hisab-Nya.(QS.3:19)

Keyakinan Muslim terhadap firman Tuhan  Swt di atas, akan 

menjadi dalih aksiologis bagi mereka untuk mengaplikasikan 

37



keislamannya secara konsekwen terutama dalam menjalani aktivitas 

kekhalifahannya pada kehidupan sehari-hari. Konsekwensinya 

yaitu  dengan meyakini bahwa ajaran Islam sebagai agama yang 

menyelamatkan mereka, maka akan berdampak pada keselamatan 

yang dirasakannya di dunia dan di akhirat kelak. Orang-orang yang 

diselamatkan pada substansinya yaitu  orang-orang yang taat kepada 

perintah agama. Ketaatan seseorang, menjadi indikator utama untuk 

mendapatkan jalan keselamatan, sebagaimana firman Tuhan  swt. 

 Dan Sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada 

(pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. barangsiapa yang 

yang taat, Maka mereka itu benar-benar Telah memilih jalan yang lurus.

Sejarah doktrin keselamatan dalam Katolik erat kaitannya 

dengan aspek teleologi kehadiran Yesus1 di permukaan bumi sebagai 

perpanjangan tanganNya, dalam rangka misi penyelamatan bagi umat 

manusia.2 Manusia yaitu  mahluk Tuhan yang sangat sempurna, 

memiliki akal pikiran dan dilengkapi dengan kebaikan dan keburukan 

(dosa). Dosa yang dilakukan manusia pertama saat  Adam dan Hawa 

hidup di alam surga melakukan pelanggaran terhadap larangan Tuhan  

untuk memakan buah khuldi.3 Namun sebab  rayuan setan kepada 

Adam dan Hawa, akhirnya pelanggaran itu dilakukan oleh keduanya. 

Pelanggaran inilah yang kemudian dipahami dan diyakini sebagai 

dosa yang diwariskan Adam kepada anak cucunya.4 

Pemahaman atas dosa warisan menimbulkan banyak perdebatan 

dan interpretasi. Sekaligus sebagai bahan kritik di kalangan umat 

non Kristiani terhadap doktrin tersebut. Menurut pandangan Kristen 

bahwa manusia sejak lahir telah dibebani dosa yang dilakukan oleh 

leluhurnya.5 Meskipun tidak semuanya umat Kristiani memahami 

seperti itu, terutama kalangan Protestan. Berbeda dengan umat Katolik, 

mereka pada umumnya mengatakan bahwa dosa yang dilakukan oleh 

manusia yaitu  bagian dari kehendak Tuhan. Sebagaimana jawaban 

terhadap pertanyaan seorang murid Yesus yang diceritakan dalam 

Injil Yohanes:

1  Kelahiran Yesus di kota Nazaret. Kata Nazaret berasal dari akar kata 

nashira yang berarti ’menolong’. Hampir semua ahli tafsir sepakat, bahwa kata al-

nashara dalam Alquran merupakan bentuk jamak (plural) dari kata nasshraani yang 

berarti orang yang bersedia menolong atau dikenal dengan orang yang memiliki 

rasa kasih sayang dan cinta kasih. Lihat, Al-Raghib al-Asfihani, mu’jam al-Mufradat 

li Alfadh Alquran, (Beirut: Daar al-Fikr, tth.,), h. 56. Bandingkan QS. Al-Hadid:27) ”

2  Roma 5:10; Kolose 1:21

3  Kejadian 3:1-5

4  Kejadian 3:14-15.

5  Interpretasi semacam ini didasarkan pada ungkapan seperti dikemukakan 

dalam Roma 5: 12-21, Mazmur 51:5.

38 


“Murid-muridnya bertanya kepadaNya: ’guru, siapakah yang berbuat 

dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya sehingga ia dilahirkan buta? 

“Jawab Yesus: “Bukankah dia dan bukan orang tuanya, tetapi sebab  

pekerjaa-pekerjaan Tuhan harus dinyatakan di dalam dia” 6

Dalam pandangan Katolik, manusia mungkin jatuh ke dalam 

dunia dosa dengan beberapa alasan: pertama, sebab  jika tidak, maka 

cobaan Tuhan menjadi tidak berarti, kedua, pengetahuan yang diberikan 

Tuhan bisa dijadikan sebagai alat bagi manusia untuk melakukan dosa; 

ketiga, Tuhan mengizinkan setan untuk menggoda manusia.7 Dari 

uraian di atas, studi ini menfokuskan permasalahan yaitu  bagaimana 

perjumpaan Islam dan Katolik secara epistemologis mengenai konsep 

keselamatan?

Definisi Keselamatan 

Beberapa prinsip keselamatan yang tampaknya penting 

diketengahkan untuk memahami makna keselamatan dalam Islam 

maupun Kristen. Definis keselamatan menjadi krusial untuk dijelaskan 

dalam rangka menegaskan posisi kedua ”iman” yang selama ini 

menjadi pusat perdebatan dan konflik antar dua peradaban. Setidaknya 

ada beberapa hal yang perlu dijelaskan; pertama, Pengertian Etimologi 

dan Terminologi Keselamatan dalam Islam. Secara etimologi term 

keselamatan berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf 

 

 

 artinya selamat, keadaan tidak cacat.10 Term keselamatan dalam 

Al-Qur’an  sangat bervariasi, baik bentuk maupun maknanya. 

Penelitian ini  terfokus pada term keselamatan  dalam bentuk 

 

 

 

(salam) artinya selamat, keadaan tidak cacat. Dari kata ini membentuk 

kata 

 yang  secara lugawi memiliki pengertian ketentraman, 

kedamaian, hormat, selamat, ketundukan.11 

Keselamatan erat kaitannya dengan kata “Islam” yang berarti 

“tunduk” atau “menyerah”. Ibnu Taymiyah memberikan penjelasan 

6  Yohanes 9:2-3



makna “al-Islam” mengandung dua makna; 1). Sikap tunduk dan 

patuh, jadi tidak sombong. 2). Ketulusan dalam sikap tunduk kepada 

satu pemilik atau penguasa12, seperti yang difirmankan Tuhan  QS. 

Al-Zumar (39):29. Jadi orang yang berislam yaitu  orang yang taat 

kepada Tuhan, tidak musyrik, ia taat kepada hukum Tuhan. Hatinya 

selalu diliputi kedamaian, ketenangan dan memancarkan akhlaq yang 

menyenangkan semua orang, dan menjadi rahmat bagi alam semesta.  

Hasan Hanafi13 memberikan pengertian bahwa keselamatan 

secara generik, berasal dari istilah aslama yakni menyerahkan diri 

kepada Tuhan, bukan kepada apa pun yang lain. Pengertian ini 

secara langsung menyatakan sebuah tindakan ganda, yaitu menolak 

segala kekuasaan yang tidak transendental dan menerima kekuasaan 

transendental.14 

Makna ganda dari kata kerja aslama dan kata benda Islam ini, 

menurut Hanafi, dengan sengaja disalahgunakan untuk mendorong 

Islam cenderung pada salah satu sisinya, yakni tunduk. Maka harus 

ada upaya rekonstruksi teologi tradisional, tujuannya yaitu  untuk 

menunjukkan aspek lain dari Islam yang, menurutnya, sengaja 

disembunyikan, yakni penolakan, oposisi den pergolakan yang 

merupakan kebutuhan aktual masyarakat muslim.15 Di dalam hal 

ini, sebab  selalu terkait dengan masyarakat, refleksi atas nilai-nilai 

universal agama pun mengikuti  bentuk dan struktur kemasyarakatan, 

struktur sosial dan kekuatan  politik.

Relevansinya dengan makna Islam secara sosiologis, Hanafi 

menjelaskan lebih lanjut bahwa keselamatan yang dilalui dalam 


Islam yaitu  seseorang harus berperan sebagai pembebasan bagi 

yang  tertindas atau sebagai suatu pembenaran penjajahan oleh para 

penindas.16 Rekonstruksi pemahaman keselamatan bertujuan untuk 

mendapatkan keberhasilan duniawi dengan memenuhi harapan-

harapan dunia muslim terhadap kemendekaan, kebebasan, kesamaan 

sosial, penyatuan kembali identitas, kemajuan dan mobilisasi massa.

Rekontruksi definisi keselamatan harus sejalan dengan 

rekontruksi teologi baru, dengan harapan harus mengarahkan 

sasarannya pada manusia sebagai tujuan perkataan (kalam) dan 

sebagai analisis percakapan. sebab  itu pula harus tersusun secara 

kemanusiaan.17 Asumsi dasar dari pandangan teologi semacam 

ini, maka makna Islam menurut Hanafi, yaitu  protes, oposisi dan 

revolusi. Oleh sebab  itu, secara umum Hanafi mengemukakan bahwa 

term Islam memiliki makna ganda; 1). Islam sebagai  ketundukan; 

yang diberlakukan oleh kekuatan politik kelas atas. 2). Islam sebagai 

revolusi, yang diberlakukan oleh mayoritas yang tidak berkuasa dan 

kelas orang miskin. Jika untuk mempertahankan status-quo suatu 

rezim politik, Islam ditafsirkan sebagai tunduk. Sedang jika untuk 

memulai suatu perubahan sosial politik melawan status-quo, maka 

harus menafsirkan Islam sebagai pergolakan.18

Keselamatan perspektif universum secara aplikatif merupakan 

suasana tentram, bahagia dan moderat serta memiliki perilaku yang 

mengarah pada keseimbangan. Aksiologi dari term keselamatan 

pada tulisan ini secara umum dapat dipahami, bahwa seseorang 

yang menginginkan keselamatan, sedapat mungkin beraktivitas 

dalam koridor hukum-hukum atau norma-norma agama. Seseorang 

yang beramal saleh dan memberikan manfaat kepada orang laib dan 

seru sekalian alam, maka akan mendapat ganjaran yang baik di sisi 

Tuhan , sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an ”Barangsiapa yang 

mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang 

ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan 

mereka tidak dianiaya walau sedikitpun”(Surat an- Nisa’ [4]: 124)

Ayat di atas menerangkan, bahwa setiap orang akan mendapatkan 

ganjaran dari Tuhannya sesuai dengan perbuatan di dunia. Bagi 

mereka yang banyak berbuat kebajikan, akan mendapatkan syafaat 

yang tingi di sisi Tuhan  swt. Oleh sebab  itu, tidak ada keraguan dari 

mereka, sebab Tuhan  akan menyelamatkanya.



Guna memperoleh ganjaran kebaikan di sisi Tuhan , seseorang 

harus memperbaiki hubungan secara vertikal dengan Tuhan  Swt. dan 

horisontal dengan sesama manusia dan lingkungan alam semesta. 

Oleh sebab  itu, lebih dini Rasulullah saw., memberikan contoh 

kepada umat manusia tentang bagaimana cara menjalin hubungan 

yang harmonis kepada sesama. Hal ini diriwayatakan oleh al-Tirmidzi, 

bab al-zuhud:

 

Terjemahnya:

 Al-Tirmi©³ mengatakan, bahwa Bisyr Ibn Hilal al-¢awwaf al-Ba¡r³ 

mengatakan ¥ad³£ ini kepada kami. Bisyr Ibn Hilal al-¢awwaf al-Ba¡r³ 

berkata, bahwa Ja’far Ibn Sulaym±n mengatakan ¥ad³£ ini kepada kami. 

Ja’far Ibn Sulayman menerimanay dari Ab  °ariq. Ab  °ariq menerimanya 

dari al-¦asan. Yang terakhir ini, meriwayatkannya dari Ab  Hurayrah.  

Ab  Hurayrah berkata bahwa Rasulullah saw., bersabda: “Siapa yang 

ingin di antara kalian   menerima kalimat-kalimat yang akan kuucapkan, 

lalu mengamalkannya, atau mengajarkannya kepada orang yang ingin 

mengamalkannya?”. Ab  Hurayrah menyahut: “Saya, wahai Rasulullah”. 

Ab  Hurayrah Kemudian berkata: “Beliau saw., menuntun tanganku 

dan mengatakan, bahwa kalimat yang saya maksud, ada lima”. Lalu 

Rasulullah saw., bersabda: “Takutlah kamu dari segala sesuatu yang 

diharamkan oleh Tuhan  sawt., maka kamu akan menjadi orang yang 

paling taat beribadah, ikhlaslah menerima apa yang ada pada tanganmu, 

maka kamu akan merasa menjadi orang yang paling kaya, berbuat baiklah 

kepada tetangga, maka kamu akan menjadi seorang mu’min, cintailah 

orang lain, seperti engkau mencintai dirimu, maka kamu akan menjadi 

muslim, dan janganlah berlebih-lebihan dalam tertawa, sebab  ia dapat 

mematikan hati”.


Hadits di atas, menyebutkan bahwa 1) Senantiasa rela dan 

berlapang dada terhadap porsi yang telah dibagikan oleh Tuhan  

swt., kepada setiap hambanya, tanpa mencari-cari jalan yang tidak 

dibenarkan oleh Tuhan  swt., untuk menambahnya, 2) Senantiasa 

berbuat baik kepada tetangga, dalam artian luas. Berbuat baik dalam 

perkataan, sikap, gerak-gerik dan perasaan, 3) Menanamkan dalam 

hati untuk senantiasa mencintai orang lain, sebagaimana kita mencintai 

diri sendiri; dengan memeliharanya dari kerusakan, memandikannya 

bila ia lusuh dan kumal, membersihkannya bila ia kotor, menghiasinya 

bila ia jelek, mengobatinya bila ia sakit, memberinya makan dan 

minum bila ia lapar dan haus. Sebab dengan demikian, maka kamu 

akan selamat dari kejahatan orang lain, 4) Senatiasa menjaga hati agar 

senatiasa hidup dan segar berseri. Hati akan hidup dan berseri, bila 

senantiasa digiring untuk berzikir dan berfikir. 

Kedua, Ayat-ayat Al-Qur’an  tentang Keselamatan. Konsep 

keselamatan (

 

) di dalam Al-Qur’±n  secara umum ada  157 ayat. 

Keselamatan bentuknya sangat variatif, terkadang berkedudukan 

dalam kata selamat, ke-selamat-an, di-selamat-kan. Ayat-ayat Al-Qur’an  

yang menjelaskan keselamatan dalam bentuk kata ke-selamat-an antara 

lain;  Surat al-Baqarah (2):71, 102, 112, 128, 131, 132, 133, 136, 208, 233; 

Surat Ali-Imran (3):19, 20, 52, 64, 67, 80, 83, 84, 85, 102; Surat An-Nisa’ 

(4):65, 90, 91, 92, 94, 125, 163; Surat al-Ma-idah (5): 3, 16, 44, 111; Surat al-

An’am (6): 14, 35, 54, 71, 84, 125, 127, 163; Surat al-A’raf (7):46, 126; Surat 

al-Anfal (8): 43, 61; Surat at-Taubah (9): 74; Surat Y nus (10): 10, 25, 72, 84, 

90; Surat H d (11): 14, 48, 69; Surat Y suf (12): 101; Surat ar-Ra’d (13): 24; 

Surat Ibrahim (14): 23; Surat al-Hijr (15): 2, 46, 52; Surat an-Nahl (16): 28, 

32, 81, 87, 89, 102; Surat Maryam (19): 15, 33, 47,62; Surat Thaha (20):47; 

Surat al-Anbiya’ (21): 69, 78, 79, 81, 108; Surat al-Hajj (22): 34, 78; Surat 

an-N r (24): 27, 61; Surat al-Furqan (25): 63, 75; Surat asy-syu’ara’ (26): 89; 

Surat an-Naml (27): 15, 16, 17, 18, 30, 31, 36, 38, 42, 44, 59, 81, 91; Surat 

al-Qa¡a¡ (28): 53, 55; Surat al-Ankabut (29): 46; Surat Ar-R m (30): 53; Surat 

Luqman (31): 22; Surat al-Ahzab (33): 35, 44, 56; Surat Saba’ (34): 12; Surat 

Yasin (36): 58; Surat as-Shaffat (37):26, 79, 84, 103, 109, 120, 130, 181; 

Surat Shad (38): 30, 34; Surat az-Zumar (39):12, 22, 29, 54, 73; Surat al-

Mu’min (40):33; Surat az-Zukhr f (43):69, 89; Surat al-Ahqaf (46):15; Surat 

Muhammad (47):35; Surat al-Fath (48):16; Surat al-Hujurat (49):14, 17; 

Surat Qaf (50):34; Surat az-Jariyat (51):25, 36; Surat a¯-° r (52):38; Surat 

al-Waqiy’ah (56):26, 91; Surat al-Hasyr (59):23; Surat aa-Saff (61):7; Surat 

at-Tahriim (66):5; Surat al-Qalam (68):35, 43; Surat al-Jin (72):14; Surat 

al-Qadr (97):5.

43



Ayat yang berbicara tentang seseorang yang mendapat 

keselamatan disebabkan oleh perbuatannya sendiri sesuai dengan 

hidayah Tuhan  tergambar dengan baik dalam ayat berikut:

 “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Tuhan ), maka 

sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan 

barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) 

dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa 

orang lain, dan Kami tidak akan meng`azab sebelum Kami mengutus 

seorang rasul” (Surat al-Isra’ (17):15)

Maksud ayat di atas bahwa seseorang yang berbuat kebaikan 

sesuai dengan hidayah Tuhan  dan sunatullah, maka Tuhan  sebagai 

Maha Adil, akan membalasnya dengan kebaikan sesuai dengan aturan 

yang ditetapkan dalam Al-Qur’an. Keselamatan yang diperoleh sesuai 

hidayah Tuhan  akan memberikan pengaruh positif terhadap tingkah 

laku sosialnya. Sebaliknya seseorang yang tidak mendapat hidayah 

Tuhan  disebabkan perbuatan dosa atau kesalahannya maka kesesatan 

selalu menimpa dirinya. Oleh sebab  itu, barang siapa yang telah 

dimuliakan Tuhan atas kebaikannya, maka tidak ada seseorang yang 

akan menghinakannya. Sebaliknya barang siapa yang dhinakan Tuhan 

atas dosa yang diperbuatnya, maka tidak seseorangpun yang mampu 

memuliakannya. 

Dalam perspektif lain, konsep keselamatan dalam bentuk 

syafaah yang diajarkan kepada nabi-nabi dahulu dijelaskan pada  surat  

Maryam (19):47 yakni keselamatan ditujukan kepada nabi Ibrahim as. 

sebagai sebuah harapannya kepada Tuhan  swt dalam rangka meminta 

limpahan keselamatan. 

Terjemahnya: “Berkata Ibrahim: «Semoga keselamatan dilimpahkan 

kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. 

Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku” (Surat Maryam (19):47).

Ayat di atas pada substansinya tidak hanya ditujukan kepada 

nabi Ibrahim secara personal, tetapi lebih kepada para pengikutnya. 

Doa nabi Ibrahim tersebut merupakan wujud perjuangan seorang nabi 

kepada pengikutnya dalam rangka menghendaki keselamatan para 

pengikutnya baik di dunia maupun di akhirat. 

Ketiga, Term Keselamatan dalam Katolik. Term salam populer 

dengan istilah salom (Bahasa Ibrani). Dalam Alkitab Perjanjian Lama, 

kata salom digunakan untuk keadaan ‘sejahtera, bebas dari bahaya, 

sehat tidak kurang dari apa-apa’.20 Konsep keselamatan perspektif 

Alkitab yaitu  dari term dasar ‘selamat’ yang juga diambil dari bahasa 

20 Ibid. 

44 


Arab yaitu “salam” artinya keadaan baik, keutuhan. Dalam Alkitab, 

Tuhan  disebut Al-Salam yang artinya ‘Yang bebas dari kekurangan apa 

pun; dar al-salam21 yaitu  –firdaus. Akar katanya pun berasal dari kata 

 

 

 itu secara historis sejak dahulu telah 

digunakan para nabi Muhammad yang saat  itu digunakan untuk 

menyalami orang.  

Keselamatan dapat dilihat dari multi perspektif, terutama pada 

sinonim kata salom. Kata shalom biasa ditemukan dengan kata-kata 

yang mirip artinya Salvation diambil dari bahasa Inggris dari kata Latin 

salvus, artinya “dalam keadaan selamat”, tak terluka, masih hidup.23 

Kata salam biasa juga dikenal dengan kata heil (dari bahasa 

Jerman) yang berarti utuh, tidak ada yang rusak, salus (bahasa Latin) 

artinya keadaan sehat, agar aman. Selain itu, dikenal juga dengan kata 

soteria (dari bahasa Yunani) artinya ‘pembebasan dari kesulitan musuh 

bahaya’ atau penyelamatan. Semua kata seperti ini, mendekati suatu 

kenyataan yang sukar dirumuskan dalam bahasa apa pun. Sebab, 

semuanya yang kita alami dalam kehidupan ini hanya mencerminkan 

Tuhan -putra menjadi manusia dalam diri Yesus dari Nasaret untuk 

mengantarkan umat manusia  kepada akhlaq sempurna. Usaha 

untuk mencapai kesempurnaan akhlaq dapat dilalui dengan beriman 

kepada-Nya, membuka diri untuk diubah menjadi saudara-Nya, dan 

dengan demikian anak Tuhan -Bapak di surga24 sebagai kebahagiaan 

dan kesejahteraan yang menyangkut seluruh manusia.

Perspektif Perjanjian Lama, keselamatan tidak terbatas pada 

apa yang berharga di dunia ini, melainkan mengandung juga-

harapan, bahwa Yahwe selalu menjadi pelindung terhadap segala 

ancaman seperti diungkapkan dalam beberapa Mazmur. Yahwe 

menjanjikan keselamatan bagi bangsa yang dipilih-Nya; maka hidup 

yang panjang dan makmur, keturunan dan kemenangan atas musuh 

21 Konsep dar salam sangat berkaitan dengan ummah . Dar al- Islam 

digandengkan dengan dar Al-Harb atau “wilayah perang” yang di dalamnya 

muslim tidak dapat hidup dan melaksanakan agama mereka dengan mudah sebab  

syariah bukan hukum yang dipakai di daerah tersebut walaupun selalu ditempati 

minoritas muslim tinggal di berbagai tempat di wilayah tersebut. Sedangkan istilah 

dar Al-Islam dikenal dalam kalangan Kristen sebagai “Christendom. Lihat Sayyed 

Hosein Nasr The Heart of Islam: Pesan-pesan Universal Islam untuk kemanusiaan 


dipandang sebagai berkat Yahwe. Ketidak-setiaan kepada-Nya atau 

–dosa mengancam keadaan selamat ini. Maka para nabi menyerukan 

agar umat Israil bertobat dan kembali kepada Yahwe, supaya dapat 

mengharapkan kerajaan yang ditandai perdamaian (salom), keadilan 

dan –kehidupan yang tidak terancam kematian (Bdk Yes 66). Harapan 

eksatologis ini berhubungan dengan pengantara keselamatan yaitu 

‘hamba Yahwe’ (Yes 42-53)25  Yesus sebagai manusia, ‘putra Tuhan’ 

memiliki otoritas penuh untuk mewartakan kehendak Tuhan  untuk 

meyelamatkan semua orang.26 

Istilah keselamatan dalam doktrin Katolik memberikan 

pengertian bahwa ia merupakan suasana psikologi kedamaian dalam 

kehidupan. Keselamatan menunjuk kepada keadaan yang memenuhi 

segala kerinduan manusia yang hanya dapat dan membebaskan serta 

mencintai manusia. Manusia diciptakan oleh Tuhan supaya menuju 

kepada dan bersatu “(ittihad)” dengan Yang Maha Baik sebagai 

penyelesaian seluruh kemanusiaannya. Sebab, Tuhan yaitu  “Cinta 

kasih27, sumber kebahagiaan yang melampaui segala bayangan 

orang. Hubungan dengan Tuhan yang semestinya, mengintegrasikan 

hubungan dengan manusia lain, dengan alam dan dengan dirinya 

sendiri. Orang yang selamat, merasa dekat dengan Tuhannya, tidak 

putus asa, tabah dalam menerima cobaan, tidak takut terhadap 

ancaman, bahkan ia tenang dalam menghadapi kematian dengan 

demikian di dalam hati mereka sudah –merasakan bahagia.

Keempat, Ayat-ayat Keselamatan dalam Alkitab. Pengertian 

keselamatan secara khusus, dapat ditemukan pada beberapa teks 

25 Istilah tersebut sinonim dengan ‘putra manusia’ (Dan 7, 13). Harapan ini 

menyangkut juga suatu ‘Perjanjian Baru, yang akan ditulis di hati orang oleh Tuhan  

sendiri (Yer 31, 31-34). Keadaan ini diproklamasikan Yesus dengan mewartakan 

kedatangan –Kerajaan Tuhan  (Mk 1, 15),  Yesus mewartakan kehendak Tuhan  

untuk menyelamatkan semua orang (Lk  3, 8;1 Tim 2,4) walaupun Jesus ditolak 

oleh bangsanya sendiri Tuhan  tidak menarik kembali kehendak universal untuk 

menyelamatkan. Lihat A.Heuken Op. cit. h. 331.

26 Perbedaan antara doktrin Islam dengan Katolik mengenai otoritas 

Muhammad dan Isa as.(Yesus) sebagai Nabi Tuhan . Muhammad saw memiliki 

otorittas untuk mewartakan kehendak Tuhan  untuk menyelamatkan orang yang 

dikehendaki-Nya tetapi tidak absolut, sebab  beliau sebagai nabi, yang absolut 

hanyalah Tuhan . Sedangkan dalam doktrin Katolik kewenangan  Isa (Yesus) tak 

terbatas sebab  ia merupakan  pewarta kehendak Tuhan  untuk menyelamatkan 

semua orang.

27 Istilah cintakasih dalam tradisi Katolik merupakan sifat Tuhan yang 

Maha Tinggi yang menjadi visi kehidupan manusia. Dengan cinta-kasih-Nya, 

manusia dapat memperoleh segala keinginannya dalam hal yang relevan dengan 

kemanusiaannya. Cinta kasih dapat diperoleh jika kodrat manusia dapat bersatu 

dengan kodrat Tuhan. Dengan demikian manusia sebelum mendapatkan cinta 

kasih-Nya ia harus sedapat mungkin untuk mengintegrasikan segala urusan 

kemanusiannya dengan sesama manusia, dengan alam semesta serta menjaga 

keseimbangan dirinya sendiri.  

46 


dalam Alkitab antara lain; Matius 8:1-4, Matius 8:14-17, Markus 1:40-

45, Lukas 5:12-16 (tentang Yesus menyembuhkan orang Kusta), Matius 

9: 1-8, Markus 2:1-12, Lukas 5:17-26 (orang lumpuh disembuhkan). 

Dalam Markus 1:29-34, dan Lukas 4:38-41, (Yesus menyembuhkan ibu 

mertua Petrus dan orang-orang lain). Dalam Kis. 16:31 Sabda Tuhan  

berkata; ”Percayalah akan Tuhan Yesus, maka engkau dan seisi rumahmu 

akan selamat”, di ayat lain Kis 4:12, Yesus yaitu  satu-satunya nama yang 

berkuasa menyelamatkan, menyembuhkan dan membebaskan, sebab  

tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, 

sebab tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia di seluruh 

bumi yang olehnya kita dapat diselamatkan. Tindakan keselamatan 

secara langsung dilakukan oleh Yesus misalnya: 

 14 Setibanya di rumah Petrus, Yesus pun melihat ibu mertua Petrus 

terbaring sebab  sakit demam. 15Maka dipegangNya tangan perempuan 

itu, lalu lenyaplah demamnya, Ia pun bangun dan melayani Dia. 

16Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang 

kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu 

dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. 17Hal itu terjadi 

supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Dialah 

yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita”(ay 17:Yes 

53:4).28

Secara konseptual, keselamatan dalam Alkitab tidak saja 

berkaitan dengan masalah penyembuhan kepada seseorang dari 

penyakit, tapi bagaimana ucapan bahagia dari Yesus kepada murid-

muridnya dan orang banyak. Semuanya yaitu  bagian dari wujud 

keselamatan, sebagaimana saat  beliau membaca khutbah di bukit. 

Yesus berkata dalam khutbahnya; 

 1Berbahagialah orang-orang yang miskin dihadapan Tuhan , sebab  

merekalah yang empunya kerajaan di Sorga. 2Berbahagialah orang yang 

berduka cita, sebab  mereka akan dihibur. 3Berbahagialah orang yang 

lemah lembut, sebab  mereka akan memiliki bumi, 4Berbahagialah orang 

yang lapar dan haus akan kebenaran, sebab  mereka akan dipuaskan, 

5Berbahagialah orang yang murah hatinya, sebab  mereka akan beroleh 

kemurahan, 6Berbagialah orang yang suci hatinya, sebab  mereka akan 

melihat Tuhan . 7Berbahagialah orang yang membawa damai, sebab  

mereka akan disebut anak-anak Tuhan . 8Berbahagialah orang  yang 

dianiaya oleh sebab kebenaran, sebab  merekalah yang empunya Kerajaan 

Sorga, 9Berbahagialah kamu, jika sebab  Aku kamu dicela  dan dianiaya 

dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. 10Bersuka-citalah dan 

28 Lihat, Mat. 8:14-17. Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab (Bogor: Ciluar, 

1979).

47



bergembiralah, sebab  upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah 

dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.(Mat 5: 3-12).29 

Beberapa poin dari isi khutbah Yesus di atas, mengandung makna 

implisit tentang keselamatan, sebab  itu keselamatan yang dimaksud 

yaitu  orang-orang yang senantiasa sabar dalam menghadapi berbagai 

masalah hidup. Dengan kesabaran mereka, maka kemurahan Tuhan 

senantiasa tajalli  di dalam dirinya. Hal lain dapat ditangkap dari pesan 

teks di atas, yaitu  seseorang yang menderita, sebab  difitnah, bahkan 

dianiaya dalam hidupnya, tapi ia mempertahankan demi menegakkan 

kebenaran maka janji Tuhan  untuk mereka yang konsisten yaitu  

kerajaan surga.

Menegakkan kebenaran bukanlah usaha yang dibuat-buat 

di luar aturan Alkitab, tapi suatu panutan yang telah dicontohkan 

Yesus. Wujud pengalaman dan pengabdiannya, yaitu  dalam 

pelayanan Tuhan. Yesus di atas segalanya yaitu  salah seorang yang 

memberitakan kerajaan Tuhan  dan yang menantang para pendengar-

Nya untuk menanggapi realitas yang Dia beritakan. Kewibawaan dan 

kemanjuran Yesus sebagai seorang pemberita kerajaan Tuhan  diperkuat 

dengan suatu reputasi yang selayaknya sebagai seorang pengusir setan 

(exorcist); Ia mampu, dalam nama Tuhan  dan kerajaan-Nya, menolong 

mereka yang percaya dirinya sendiri dikuasai atau dirasuk oleh roh-

roh jahat. 

Demikian Ia berjalan dari desa-ke-desa, dari kota-kecil ke kota-

kecil, mengkhotbahkan kerajaan, mengusir setan-setan, menyembuhkan 

yang sakit, dan menawarkan pengharapan kepada yang miskin 

(Mat. 11:3-5). Citra umum Yesus dari Injil yaitu  bahwa dia nampak 

sebagai seorang nabi, pemberita, pengusir setan, dan penyembuh 

yang penuh-roh (spirit-filled) atau ”kharismatis”, yang seringkali tidak 

memperdulikan akan, atau sengaja melanggar, tradisi kesucian yang 

resmi dan yang berkenaan dengan upacara keagamaan yang sangat 

diperhatikan oleh kebanyakan sesama-Nya orang Yahudi.

Islam dan Doktrin Ajarannya 

Islam yaitu  agama penyempurna ajaran agama-agama 

sebelumnya. Begitulah dalam keyakinan seluruh umat Islam. Agama 

Islam sebagai agama penyempurna, secara universal mengandung 

beberapa unsur yang termuat dalam Al-Qur’±n. Unsur-unsur yang 

dimaksud yakni aqidah (teologi), syariat (hukum/aturan), muammalat 

29 Ay.4: Yes 61:2, ay 5: Mzm 37:11, ay 6:Yes 55:1-2, ay 8:Mzm 24:3-4, ay 10: 

1Ptr 3:14, ay 11:1 Ptr 4:4-14, ay 12:2Taw 36:16, Kis 7:52. 

48 


(sosial masyarakat), dan etika (moralitas). Selain itu, Al-Qur’an  juga 

memuat tentang sains, filsafat, politik dan teknologi. Bahkan jika dikaji 

secara mendalam, letak kesempurnaan ajaran Islam –dalam keyakinan 

muslim- yaitu  kelengkapan dan kesempurnaan Al-Qur’an  sebagai 

firman Tuhan  yang mutlak. Alasannya bahwa semua persoalan yang 

berkaitan dengan dunia akhirat, material dan spiritual telah dijelaskan 

di dalamnya secara universal. Hanya saja penjelasannya secara rinci 

dengan melalui Hadis Rasulullah Muhammad Saw., ijtihad dan ijma 

para ulama.

Pertama, Konsep Iman dalam Islam. Konsep ketuhanan dalam 

Islam bersifat monotheis, sebab Tuhan yang disembah yaitu  Tuhan 

Yang Maha Esa, yakni Tuhan yang diajarkan oleh para nabi-nabi 

sebelumnya, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Musa dan Isa. 

Dalam keyakinan umat Islam bahwa Tuhan yang disembah yaitu  

Tuhan  yang memilki asma al husna 99 nama dan memiliki sifat 20. Hal 

ini dijelaskan dalam Al-Qur’an ”Dialah Tuhan  yang Menciptakan, yang 

Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaul Husna. 

bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan dialah yang 

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(QS.59:24).

Tuhan  swt. dalam pandangan Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah 

mempunyai sifat Maha Sempurna secara absolut, Dia tidak sama 

dengan segala sesuatu, baik yang pernah atau yang akan dilihat oleh 

manusia atau yang pernah atau yang akan dikhayalkan.  al-°a¥aw³ 

mengatakan, bahwa tidak ada sesuatupun yang seperti atau mirip 

dengan Tuhan  swt. sekalipun itu diusahakan dan direkayasa untuk 

dimirip-miripkan atau disamakan dengan-Nya.30 Tuhan  swt. berfirman 

dalam QS. al-Sy ra (42):11 sebagai berikut: “…Tidak ada sesuatupun 

yang serupa dengan Dia …” 31

Dalam mengintrepretasikan ayat ini, Ibn Ka£³r mengatakan, 

bahwa Tuhan  tidak seperti manusia, sebab manusia yaitu  sesuatu, 

sedangkan Tuhan  swt. yaitu  unik, Esa, yang dimintai pertolongan, 

yang tidak ada sesuatupun yang sama dengannya.32

Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah sepakat, bahwa Tuhan  swt. tidak 

sama dengan segala sesuatu; baik pada zat, sifat, maupun pada 

30 Ab  Ja’far Ahmad Ibn Muhammad Ibn Salamah Ibn Salmah Ibn ‘Abd al-

Malik Ibn Salmah Ibn Malik Ibn Sulayman Ibn Jawab Ibn al-Azdi al-°ahawi, Syarh 

al-Aqidah al-°ahawiyyah, (Cet. V; Bayr t: al-Maktab al-Islam³, 1399 H.), h. 146.

31 Departemen Agama Republik Indonesia, Penyelenggara Penterjemah/ 

Penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Madinah al-Munawwarah: 

Mujamma’ al-Malik Fahd li °iba’at al-Mu¡¥af al-Syar³f, 1995  / 1415), h. 784.

32 ‘Imad al-Din Abi al-Fida’ Isma’il Ibn ‘Umar Ibn Ka£ir al-Qurasyi al-ad al-Din Abi al-Fida’ Isma’il Ibn ‘Umar Ibn Ka£ir al-Qurasyi al-

Dimasyqi, Tafsir al-Qur’an al-A§³m, juz IV, (Cet. V; al-Kuwayt: Maktabah Dar al-

Salim li al-Nasyr  wa al-Tawzi’,  2001), h. 2514.

49



perbuatannya.33 Al-°a¥aw³ mengatakan, bahwa barang siapa yang 

mensifatkan Tuhan  saw. dengan makna yang ada pada manusia, maka 

sesungguhnya ia telah kafir. sebab  sifat, perkataan dan perbuatan 

Tuhan  swt. tidak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia.34

 Dalam perkembangan perbincangan para teologi dalam Islam 

memperbincangkan bahwa Tuhan  sebagai Tuhan memiliki Sifat dan 

Zat. At atau justeru Sifat berpisah dengan Zat, tapi perdebatan seperti 

itu tidak dijelaskan secaraa mendetail pada bahasan ini. Bahasan 

ini hanya menyelaskan konsep ketuhanan umat Islam yang umum 

diyakini.

Barometer keimanan seseorang dalam Islam apabila meyakini 

Tuhan  dengan dibenarkan hati (tasdhiq bi alqalbi) diucapkan oleh lidah 

(iqra’ bi lisan), dan diamalkan dalam anggota badan (amalu bi arqaan). 

Konsep keimanan seseorang seperti ini akan lebih lengkap apabila  

memiliki komitmen untuk mengamalkan keenam Konsep iman 

dalam Islam antara lain; Beriman kepada Tuhan ; Beriman kepada para 

Malaekat; Beriman kepada Kitab suci Al-Qur’an; Beriman kepada 

Nabi-nabi dan rasul Tuhan ; Beriman kepada akhirat dan Qadar baik 

dan buruk 

Dasar naqli tentang rukun iman sebagaimana firman Tuhan  dalam 

Al-Qur’an  Surat Albaqarah (2):285 ”Rasul Telah beriman kepada 

Al-Qur’an  yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian 

pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Tuhan , 

malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka 

mengatakan): „Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun 

(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya“, dan mereka mengatakan: 

„Kami dengar dan kami taat.“ (mereka berdoa): „Ampunilah kami Ya 

Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.“ (Qs.3:285)

Konsep keimanan kepada enam rukum iman pada dasarnya 

ada  pada beberapa ayat dalam Al-Qur’±n, meskipun ada  

perbedaan penafsiran tentang rukun iman. Ada yang mengatakan 

rukun iman hanya ada lima rukun dan ada juga yang berpandangan 

bahwa konsep iman dalam Islam hanya tiga (iman kepada Tuhan , Kitab 

dan Nabir/rasul). Sedangkan yang selain itu yaitu  penjabaran dari 

tiga konsep itu. Tetapi pada penulisan ini tidak akan menampilkan 

perbedaan penafsiran tentang rukun iman. Penulis mengangkat 

33 Seperti yang disebutkan dalam U¡ l al-Kafi, jilid I, hal. 146, diriwayatkan 

dari Ibn ‘Umar, Hisyam Ibn alim dan Ab  ‘Abdullah, bahwa: “Tiyaitu  Tuhan  swt. 


konsep keimanannya di sini berdasar  keyakinan masyarakat Islam 

secara umum. Penjelasan iman juga ada  dalam Al-Qur’an  surat 

Albaqarah (2):3 ”(yaitu) mereka yang beriman35 kepada yang ghaib36, 

yang mendirikan shalat37, dan menafkahkan (menyumbangkan) 

sebahagian pemberian Tuhan (rezki)38 yang kami anugerahkan kepada 

mereka.

Ayat di atas menjelaskan bahwa kitab Al-Qur’an  yang 

diturunkan kepada Rasulullah saw. merupakan petunjuk orang-orang 

yang beriman, yakni percaya kepada yang gaib, dan mengaplikasikan 

dengan shalat yang disempurnakan dengan mengamalkan sebagian 

hartanya untuk kemaslahatan umat.

Kitab suci umat Islam yaitu  Al-Qur’an sebagai firman 

Tuhan  yang diturunkan kepada Muhammad melalui malaekat Jibril 

diperuntukkan kepada semua hamba Tuhan  sebagai pedoman hidup 

untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Al-Qur’an  yang 

dipahami umat Islam yaitu  Al-Qur’an  yang diturunkan kepada 

Muhammad secara berangsur-angsur. Dan masa penulisannya pada 

masa Abu Bakar Ashidhiq oleh Zait bin Tsabit. Jumlah juz sebanyak 

30, 114 surat dan secara umum ulama berpendapat bahwa Al-Qur’an  

terdiri dari 6666 ayat.

Dalam keyakinan umat Islam bahwa Al-Qur’an  memiliki surat 

sebagai ummul kitab (surat al-Fatiha/pembuka/induk) dari surat yang 

lain, memiliki surat terpanjang yakni Albaqarah (sapi betina, dan surat 

yang terpendek yaitu  surat al-Kautsar.

Keotentikan kitab suci Al-Qur’an  dalam keyakinan umat Islam 

sesuai dengan jaminan Tuhan  swt.  dalam QS. al-Hijr (15): 9 seperti 

berikut: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan 

sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. Sudah disepakati 

dan menjadi konsensus ulama, bahwa al-Qur’an al-Karim yang eksis 

sekarang ini, yaitu  berasal dari Rasulullah saw. dan disampaikan 

35 Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan 

dan penyerahan jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang 

dikehendaki oleh iman itu.

36 Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya 

kepada yang ghjaib yaitu, mengi’tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang 

tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, seperti: adanya Tuhan , malaikat-malaikat, 

hari akhirat dan sebagainya.

37 Shalat menurut bahasa ‘Arab: doa. menurut istilah syara’ ialah ibadat 

yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang 

dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Tuhan .

38 Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian 

rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang Telah direzkikan oleh Tuhan 

kepada orang-orang yang disyari’atkan oleh agama memberinya, seperti orang-

orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.

51



kepada kaum muslimin sampai hari ini, yaitu  mutaw±tir, tidak 

terjadi perubahan atau penambahan.39

Perbedaan antara Al-Qur’an  dengan Alkitab yaitu  Al-Qur’an  

tidak pernah mengalami perubahan atau revisi, sebab dalam Surat 

Albaqarah Tuhan  mengancam orang-orang yang mencoba melakukan 

revisi Al-Qur’an; “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al 

Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), 

buatlah40 satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an  itu dan ajaklah 

penolong-penolongmu selain Tuhan , jika kamu orang-orang yang 

benar”.(QS.2:23).

Meskipun disadari sepnuhnya bahwa antara Alquran dan 

Alkitab dari segi pembukuan berbeda, tetapi tujuan daripada isi 

kedua kitab tersebut sama-sama bertujuan untuk mengatur kehidupan 

penganutnya menuju kehidupan yang selamat di dunia maupun di 

akhirat.

Katolik dan Doktrin Ajarannya

Bagian esensial dari ajaran Katolik, yaitu  keimanan kepada 

Yesus Kristus yang tak dapat dipisahkan dengan sumber-sumber 

Kristen sendiri. Menurut Nico Syukur, sumber keimanan yang berkaitan 

dengan Yesus (Kristologi) yaitu  anak cabang teologi dogmatik41. 

Sebagai bagian teologi, kristologi didasarkan pada wahyu dan iman 

serta pada konsensus dan rasio. Hal inilah yang mempengaruhi 

kristologi mengalami beberapa tahapan perkembangan dan memberi 

warna terhadap kristologi.

Groenem mengemukakan, ada empat tahap sejarah kepercayaan 

dan keimanan kepada Yesus (Kristologi) yang paling berpengaruh. 

Tahapan tersebut terdiri dari empat tahap yakni (1). tahap awal, 

yakni masa perkembangan, kemajuan dan kemunduran kebudayaan 

39  Muhammad ‘Abd al-‘A§³m al-Zarqan³, Manahil al-‘Irfan f³ ‘Ul m al-Qur’an, 

jilid I, (Bayr t: Dar al-Fikr, 1988), h. 20.

40 Ayat Ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang 

kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua 

ahli sastera dan bahasa sebab  ia merupakan mukjizat nabi Muhammad saw.

41 Teologi dogmatik yaitu  pemahaman reflektif yang diturunkan dari 

pemahaman terhadap dogma Kristen. Dogma sendiri yaitu  statemen naratif 

tentang iman Kristen yang diadopsi dari beberapa variasi otoritas Gerejawi dan 

dijalankan sebagai ajaran resmi Gereja. Teologi dogmatik dibedakan dengan teologi 

sistematik yang digunakan sebagai  wawasan dan perangkat budaya. Teologi 

fundamental digunakan sebagai argument untuk mempertahankan kebenaran 

keimanan dan teologi praktis sebagai bentuk pertimbangan etis dalam merespon 

dan bentuk komitmen terhadap pproblema-problema sosial politik. Lihat, Nico 

Syukur Disber, Ofm, Kristologi Sebuah Sketsa, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 23.

52 


Yunani-Romawi42, (2). Tahap pertengahan43, (3). tahap reformasi44, dan 

(4). tahap modern atau tahap kini.45

Sumber epistemologis Katolik, bersumber dari Alkitab (bible), 

risalah atau surat-surat Rasul, dan beberapa hasil keputusan Konsili. 

Kemudian Alkitab ini terdiri atas Perjanjian Lama (al-ahd al-Qadim, Old 

Testament) dan Perjanjian Baru (al-ahd al-Jadid, New Testament).

Ketiga sumber di atas tentu saja berlaku bagi dunia Katolik, 

meskipun bisa juga digunakan oleh yang lainnya. Namun sebab  Isa 

as. bukan saja milik orang Katolik, tapi juga diakui sebagai bagian dari 

kemimanan umat Islam.

Pertama, Konsep Iman Katolik. Secara teologis, dalam iman 

Katolik seseorang dikatakan beriman apabila di hatinya percaya 

seutuhnya kepada Yesus Kristus, sebab Dialah yang menjadi ”jalan”, 

kebenaran, dan hidup.

Berbicara mengenai iman, erat kaitannya dengan wahyu, bahkan 

masalah iman harus dikedepankan dahulu wahyu, sebab keduanya 

42 Tahap ini mengalami perkembangan yang amat signifikan, yakni 

perkembangan filsafat dari satu sisi, dan perkembangan teologi yang 

mempengaruhi dunia Romawi. Perkembangan pemahaman keimanan kepada 

Yesus cukup signifikan, dimana Katolik Roma memberikan pengaruh yang besar 

dan posisi yang menguntungkan, yakni keberhasilan misinya sangat dirasakan 

sampai pada abad ke-9. Pada tahap ini perkembangan ilmu pengetahuan juga 

mengalami kejayaan hingga abad ke-12.

43 Tahap pertengahan, agama dan filsafat mengalami kejayaan ditandai 

oleh proses akulturasi dan sinkritisasi antara agama dan filsafat. Pada abad 

pertengahan ini, beberapa filosof telah membangun beberapa perguruan Tinggi 

yang memadukan antara filsafat dan agama. Salah satu tokoh yang aktif melakukan 

pemaduan antara filsafat dan Yunani yaitu  Thomas Aquinas (1225-1274 M). 

Bias dari pengaruh filsafat dan teologi tersebut telah membangun kesadaran 

masayarakat Timur (Islam) akan pentingnya Ilmu Pengetahuan dan Filsafat. 

Pemikiran Yunani-Romawi yang sangat berpengaruh atas filsafat Islam yaitu  

pemikiran Plotinus dengan konsep panteisme. Pantaeisme ini telah memberikan 

ruang seluas-luasnya kepada filosof Islam, Al-farabi dan Ibn Sina.

44 Tahap ini muncul sang reformis (Martin Luhter) yang menantang 

ortodoksi Gereja (Katolik), sehingga membentuk organisasi baru yakni Protestan. 

Kebebasan pun dialami oleh masyarakat saat itu. Akibat dari itu semua, munculnya 

sekularisme pemikiran yakni memisahkan antara otoriterisme Gereja dengan 

pemerintahan dan agama dengan ilmu pengetahuan. Pada tahap ini disebut Era 

renaisance ini lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia sendiri, bukan 

kepada Tuhan  (agama), lebih memusatkan perhatiannya kepada kehidupan dunia 

dari pada kehidupan di akhirat. Zaman ini juga dikenal dengan zaman pencerahan 

yang menjadikan manusia merasa dewasa dan percaya diri  kepada dirinya sendiri 

serta berusaha membebaskan diri dari kuasa tradisi dan Gerejani. Lihat, Harun 

Hadiwijono, Sari sejarah Filsafat barat II (cet;ix, Yogyakarta: Kanisius, 1993), h.7

45 Kemudian era kini merupakan era toleransi, yakni pihak Gereja 

telah memahami Kristen (Katolik) pada tataran pluralitas kemanusiaan. Hal 

ini dibuktikan dalam berbagai isi konsili, yang mengakui bahwa di luar Gereja 

ada  keselamatan masing-masing agama dan kepercayaan, Lihat Ahmad 

Syalabi, Perbandingan Agama Bahagian Agama Nasrani 


tidak dapat dipisahkan. Wahyu dalam pengertian yang luas yaitu  

petunjuk Tuhan  yang diturunkan kepada para nabi dan rasul  untuk 

kepentingan umat manusia. Dalam pewahyuan memiliki keterkaitan 

dengan tiga unsur pokok, yaitu ada yang memberi (Tuhan ), ada yang 

menerima (nabi dan rasul), dan ada yang diberikan (wahyu).

Konsili Vatikan II mengartikan wahyu dengan ungkapan 

 ”Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya Tuhan  berkenan mewahyukan 

diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-Nya...

 ...Maka dengan wahyu itu Tuhan  yang tidak kelihatan dari kelimpahan 

cinta kasih-Nya, menyapa manusia sebagai sahabat-sahabat-Nya dan 

bergaul dengan mereka, untuk mengundang mereka ke dalam persekutuan 

dengan diri-Nya dan menyambut mereka di dalamnya...46 

berdasar  ketentuan konsili di atas, dapat dipahami bahwa 

wahyu yaitu  Tuhan  sendiri, yang hadir dan menyapa manusia, yang 

berbicara dengan manusia dan berelasi dengan manusia secara pribadi. 

Dengan demikian wahyu yaitu  Tuhan  sendiri, yang menyatakan 

rahasia penyelamatan-Nya bagi manusia.

Kemudian iman yaitu  tanggapan atas sapaan Tuhan  kepada 

manusia. Oleh sebab  itu, wahyu sebagai Tuhan  sendiri yang hadir dan 

menyapa manusia, yang berbicara dengan manusia, maka dari pihak 

manusia diharapkan adanya tanggapan atas sapaan-Nya. Hal ini 

dikatakan dengan tegas dalam Konsili Vatikan II: ”Kepada Tuhan  yang 

menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman. 

Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya 

kepada Tuhan , dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta 

kehendak yang sepenuhnya kepada Tuhan  yang mewahyukan...” (Dei 

Verbun 5). Dengan demikian, tanpaklah bahwa iman dapat diartikan 

sebagai sikap penyerahan diri manusia dalam perjumpaan pribadi 

dengan Tuhan .

Pengakuan iman Katolik berupa rumusan pokok-pokok iman 

yang ada dalam syahadat pendek, syahadat panjang atau syahadat 

Nicea-Konstantinopel. Syahadat pendek dalam Katolik dijelaskan 

sebagai berikut: Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang 

kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan 

badan, kehidupan kekal.47

46 Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis Tentang Wahyu Ilahi, Dei Verbun  

2.

47 Yang paling penting dalam syahadat itu, Gereja tidak disebut tersendiri, 

tetapi dalam hubungan langsung dengan Roh Kudus, Lihat Konferensi Wali Gereja 

Indonesia, Iman Katolik (Yogyakarta: Kanisius, 1996), h. 330.

54 


Selain itu, ada  pula syahadat panjang atau syahadat Nicea-

Konstantinopel. Pokok-pokok iman tersebut dirumuskan sebagai 

berikut:

Percaya kepada Tuhan  Bapa: Tuhan  Bapa yang Mahakuasa; 1. 

Pencipta langit dan bumi

Percaya kepada Yesus Kristus: Putra-Nya yang tunggal, Tuhan 2. 

kita; Ia dilahirkan bukan sehakikat dengan Bapa; Ia turun 

dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita; 

Ia menjadi daging oleh Roh Kudus dari Perawan Maria; Yang 

menderita sengsara pada pemerintahan Pontius Pilatus; Ia 

wafat kesengsaraan dan dimakamkan; Yang turun ke tempat 

penantian; Pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati; 

Ia naik ke surga, duduk di sebelah kanan Tuhan  Bapa; Ia akan 

kembali dengan mulia  mengadili orang yang hidup dan mati; 

Kerajaan-Nya takkan berakhir

Percaya kepada Roh Kudus: Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia 3. 

berasal dari Bapa dan Putra; Ia bersabda dengan perantara para 

nabi. 

Percaya kepada Gereja: satu kudus, Katolik dan apostolik. 4. 

Pengakuan akan baptis: Aku mengakui satu pembaptisan akan 5. 

penghapusan dosa. 

Kebangkitan orang mati dan hidup akhirat: Aku menantikan 6. 

kebangkitan orang mati dan hidup di akhirat.48

Rumusan pokok-pokok iman dan syahadat rumus panjang atau 

syahadat Nicea-Konstantinopel ini, tentunya tidak dapat dilepas dari 

maksud syahadat rumus pendek atau syahadat para Rasul. Keduanya 

tetap satu dan sama sebagai pedoman iman atau rumusan pokok-pokok 

iman atau pengakuan iman orang beriman Katolik, meski dirumuskan 

secara berbeda.

Kedua, Kitab Suci Umat Katolik. Kitab suci yaitu  wahyu Tuhan  

yang diturunkan langsung kepada manusia, atau ”kitab suci yaitu  

ajaran Tuhan  yang ditulis oleh para nabi. Pengertian lain bahwa kitab 

suci yaitu  surat cinta dari Tuhan  kepada manusia sebagai penghibur 

pada saat susah, penguat di kala lemah, penenang di kala gelisah; dan 

kitab sucilah yang paling berwibawa dan tidak pernah salah sehingga 

ia dijadikan pedoman sebagai penyelamat manusia.49

Oleh sebab  itu, hakekat wahyu yaitu  inisiatif Tuhan  yang 

48 Ibid, bandingkan L. Prasetya, Panduan Menjadi Katolik: Panduan Bagi yang 

Ingin Diterima dalam Gereja Katolik 


bebas, yakni berpalingnya Tuhan  kepada manusia, terjadi semata-mata 

sebab  prakarsa Tuhan  sendiri. Hanya “sebab  cinta kasih-Nya yang 

melimpah ruah”, demikianlah Tuhan  melangkah keluar dari rahasia 

ada-Nya. Asal usul wahyu yaitu  inisiatif Tuhan  sendiri yang bebas. 

Tuhan  sendirilah yang menghentikan keheningan50, tanpa dipaksa oleh 

apa atau siapa pun juga, tanpa kewajiban apapun terhadap manusia. 

Semata-mata sebab  terdorong oleh kebaikan dan kebijaksanaan-Nya. 

Tuhan  yang tak terhingga kesempurnaannya itu memanggil manusia 

dan bercakap-cakap dengannya seperti seseorang yang berbicara 

dengan sahabatnya.51 

berdasar  prinsip dasar ajaran Katolik, kitab suci sebagai 

kesaksian atau ungkapan iman, bukan merupakan satu jenis buku 

atau tulisan yang ditulis oleh orang-orang yang sama pada waktu 

yang sama, tetapi ditulis oleh orang-orang yang berbeda, dengan latar 

belakangnya yang berbeda pada waktu yang berbeda.

Kitab suci umat Katolik yang disebut dengan Alkitab merupakan 

kumpulan dari banyak kitab dan risalah yang disusun dalam dua 

bagian, Perjanjian Lama (Old Testament) dan Perjanjian Baru (New 

Testament). Bible berasal dari bahasa Yunani. Merupakan bentuk jamak 

dari ”biblos”.yang berarti buku. Dengan demikian bible (dengan ”b” 

kecil) berarti koleksi kepustakaan atau koleksi buku . Adapun Bible 

(ditulis dengan ”B” besar) merupakan istilah untuk menyebut buku 

yang berisi tulisan suci dari suatu agama.52 Jika disebut The Bible of 

Quran  berarti Kitab suci agama Islam namun jika The Bible saja berarti 

kitab suci yang diterima dalam agama Kristen. 

Perjanjian Lama merupakan bagian terbesar dari Alkitab. 

Sedangkan bagian kedua dan yang lebih sedikit jumlahnya yaitu  

Perjanjian Baru yang merupakan rekaman dari sejarah kehidupan 

dan ajaran Yesus Kristus, meskipun bukan suatu laporan lengkap.53 

Alkitab diyakini sebagai firman Tuhan , sebab  pengakuan Alkitab 

sendiri yang menyatakan bahwa penulis tidak menyatakan pemikiran 

mereka sendiri, tetapi sebab  inspirasi dari Tuhan . Sebagaimana 

50 Kristuslah “Sang Sabda yang keluar dari keheningan Bapa sendiri” (hos 

estin autou logos apo siges proelthoon), demikian Ignatius dari Antiookhia dalam 

suratnya kepada umat di Magnesia, bab 8, ayat 2. Lihat, MJ.Rouet de Journey , 

Enchiridion patristicum. (Barcelona: Herder, 1945), h. 44.

51 Wahyu yang dimaksud yaitu  bersifat anugerah belaka, rahmat melulu, 

yang diberikan dengan cuma-cuma sebagai buah hasil kebaikan hati Tuhan saja. 

Lihat,  Kel  33:11; bdk.Yo 15:14-15.

52 James Hanstings, (ed.), art, ”Bible”  dalam Encyclopaedia of Religion and 

Ethics (New York, T.& T, edinburgh, and Charles Scriber’s, tth), v.2 h.562.

53 Muhammad Zawed Jafar, Christio-Islamic Theologies (Delhi,S.Sajid Ali for 

Adam Publisher and Distributors, 1994), h.1.

56 


ungkapan Rasul Paulus: ”Segala tulisan yang diilhamkan oleh Tuhan  

memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, 

untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam 

kebenaran”54 

Doktrin iman Katolik menegaskan bahwa Tuhan  yaitu  penulis 

utama Alkitab. Oleh sebab nya Alkitab tidak mungkin salah, sebab  

Tuhan  tidak mungkin keliru dalam firmanNya. Firman Tuhan  itulah 

tersimpan dalam Perjanjian lama dan Perjanjian Baru.

Perjanjian Lama

Perjanjian Lama (the Old Testament) merupakan buku pertama 

dan terbesar dalam Alkitab. Kitab ini merupakan peninggalan agama 

Yahudi. Dikatakan Perjanjian Lama sebab  berisikan perjanjian-

perjanjian yang diadakan oleh Tuhan  dengan manusia sebelum Yesus 

Kristus tampil di permukaan bumi. Atau dengan kata lain Perjanjian 

Lama yaitu  tulisan-tulisan yang mengungkapkan iman umat Tuhan  

sebagai suatu bangsa yang disapa oleh Tuhan  sepanjang sejarah 

hidupnya. Perjanjian Lama ini terdiri atas 46 tulisan, yang terbagi 

dalam beberapa kelompok tulisan yaitu:

Pantateukh, yang terdiri dari kitab kejadian (1. Genesis), Keluaran 

(Exodus), imamat (Leviticus), bilangan (Numeri) dan ulangan 

(Deuteronomium),55

Sejarah, yang terdiri dari kitab Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1-2 2. 

Samuel, 1-2 Raja, 1-2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Tobit, Yudit, 

Ester dan 1-2 Makabe,

Kebijaksanaan, yang terdiri dari kitab Ayub, Mazmur, Amsal, 3. 

Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Solomo, dan 

Putra Sirakh,

Nabi-nabi, yang terdiri dari kitab Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, 4. 

Daniel, Ratapan, Barukh, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, 

Mikha, Nuhum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan 

Maleakhi.56

Dari tulisan-tulisan yang ada dalam Perjanjian Lama ini, 

ada  beberapa tulisan yang disebut Deuterokanomika (orang Kristen 

menyebut Apokrip). Deuterokanomika berasal dari bahasa Yunani 

54 Lihat 2 Timotius 3:16.

55 Lima kitab yang pertama dikenal dengan sebutan “Pentateuch”, atau  

Taurat atau Torah, yang merupakan kitab Nabi Musa (Book of Moses), sebagian 

besar ditulis di Babilonia, sekitar tahun 400 SM. Lihat, Peter Achroyed, The People 

of the Testament, (London:Christophers, 1959), h.15.

56 L.Prasetya, op.cit. h.34-35.

57



deuteros artinya kedua, dan kanon  artinya patokan iman.

Patokan iman Katolik kepada lima kitab (Kejadian, Ulangan, 

Imamat, Bilangan, dan Keluaran) diambil dari nama kitab yang ditulis 

dalam bahasa Yunani dan Latin yang mencirikan isi kandung masing-

masing kitab.57 Kitab ini bukan merupakan kompilasi yang utuh dari 

catatan-catatan yang sebelumnya, dan tidak dapat diintefikasi bagian-

bagiannya.58

Penulisan Perjanjian Lama diawali saat  Uzair (Ezra) 

memimpin eksodus bangsa Yahudi ke Yerusalem. Setelah itu dikaji 

dan revisi ulang terhadap kitab ulangan dan menambah empat kitab 

sejarah Israil di masa Nabi Musa.59 Setelah raja Persia, Alexander, 

menaklukan Yunani dan mendirikan imperium Yunani pada tahun 

334 SM, atas inisiatif Ptolomius Philadelphi, Taurat yang menjadi kitab 

suci Yahudi diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Dengan alasan, 

bahwa  peradaban Yunani yang dianggap lebih unggul, sehingga 

penerjemahan ke dalam bahasa Yunani akan menambah keunggulan 

dan kemuliaan Alkitab. Penulisan kedua ini dikenal dengan septuaginta 

yang dilakukan oleh 70 orang penulis yang kemudian menjadi sumber 

utama penerjemahan Alkitab Katolik.60.Pengesahan kitab Perjanjian 

Lama  bagi Gereja Katolik dilakukan dalam Konsili Trente tanggal 8 

April 1546 M. Sementara revisi masih terus dilakukan pada tahun 1590 

M, 1592 M, 1593M, dan 1598 M.

Kitab suci milik orang beriman Katolik yang dikenal dengan 

tulisan-tulisan Deuterokanomika terdiri dari kitab Tobit, Yudit, 

Kebijaksanaan Salomo, Yesus bin Sirakh, 1-2 Makabe, Barukh (bab 1-5), 

Tambahan pada kitab Ester, dan tambahan pada kitab Daniel. Gereja 

Katolik menerima tulisan-tulisan Deuterokanomika sebagai Kitab suci.

Perjanjian Baru

Dalam keyakinan umat Kristiani umumnya dan Katolik 

khususnya mengenal kitab suci Perjanjian Baru. Dikatakan sebagai 

Perjanjian baru, sebab  berisikan perjanjian terakhir yang diadakan oleh 

57 Sedangkan saat  masih bahasa Ibrani , nama-nama kitab tersebut diambil 

dari kata-kata pembuka masing-masing kitab yakni 1) Beresyit (pada mulanya), 2)  

Syemot (nama-nama) 3) wayikra (lalu ia memanggil) 4) Bamidbar (dipadang gurun) 

5) Debarin (perkataan atau perkara-perkara). 

58 Jerald F.Dirk, Salib di Bulan Sabit (Jakarta: Serambi, 2001), h. 66.

59 Ibid. 

60 Penulisan  dan revisi Perjanjian Lama salinan septuaginta  versi terbaru, 

dilakukan antara lain Aquino dari Pontus bersamaa waktunya dengan penulisan 

Hadrianus, Efesus, shimacus yang selesai pada abad ke-9. Sementara , sebelumnya 

telah rterjadi revisi kedua kalinya oleh Jerome atas perintah Paus Damasus (382-

385M) dan mengubahnya ke dalam bahasa Latin. 

58 


Tuhan  dengan umat manusia, melalui Yesus Kristus. Bahkan Konsili 

Vatikan II menegaskan dengan ungkapannya ” Perjanjian Baru yaitu  

kumpulan tulisan-tulisan yang secara langsung menjadi saksi abadi 

dan ilahi akan misteri penyelamatan Tuhan  dalam Yesus Kristus (Dei 

Verbun 17)61. Bagian ini terdiri dari  27 tulisan yang terbagi menjadi:

Injil, yang terdiri dari Injil Markus, Matius, Lukas, dan 1. 

Yohanes.

Kisah Para Rasul.2. 

Surat-surat yang terdiri dari: 3. pertama, Surat Paulus: Roma, 1-2 

Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1-2 Tesalonika, 1-2 

Timotius, Titus, dan Filemon. Surat Paulus ini sendiri dapat 

dibedakan menjadi; 1). Surat-surat besar, yang berkaitan dengan 

bobot  isi dan panjangnya surat, yaitu: Roma, 1-2 Korintus, dan 

Galatia; 2). Surat-surat penjara, sebab  surat ini dikirim dari 

penjara, yaitu Efesus, Filipi, Kolose, dan Filemon. 3). Surat-surat 

pastoral, yang berisi petunjuk-petunjuk bagi pemimpin jemaat 

tentang cara memimpin jemaat, yaitu: 1-2 Timotius dan Titus. 

Kedua, Surat kepada orang Ibrani. Ketiga, Surat Katolik, yang 

ditujukkan tidak hanya kepada Gereja tertentu, tetapi untuk 

Gereja umumnya, yaitu: Yakobus, 1-2 Petrus, 1-2-3 Yohanes 

dan Yudas.

4. Wahyu Yohanes.4. 62

Perjanjian Baru bukan merupakan biografi atau riwayat hidup 

sebagaimana layaknya ilmu pengetahuan modern. Kitab-kitab Injil 

tidak lebih merupakan kesaksian para imam purba tentang Yesus 

Kristus. Bukan rekaman khutbah Yesus ,melainkan laporan dari para 

pengikut Yesus, sebagai sang sabda( kalimat ) yang telah mendaging. 

Tinggal bersama manusia, hidup dengan manusia, menderita dan 

wafat demi keselamatan manusia.63

Kitab Perjanjian Baru secara resmi menjadi kitab suci setelah 

abad IV M. Yakni sejak keputusan Konsili Nikea tahun 325 M. Konsili 

ini menetapkan 20 kitab yang dianggap syah. Empat buah injil dan 17 

surat kiriman. Keputusan ini diikuti khususnya Gereja-Gereja Barat. 

Sementara Gereja Timur masih menerima dokumen-dokumen yang 

61 L. Prasetya, op.cit. h.36.

62 Orang Katolik yang mau menjadi anggota Gereja Katolik diharapkan 

memahami bahwa:1) Kitab suci sebagai satu-satunya yang berwibawa dan 

menyelamatkan (sola scriptura), 2) Keselamatan berasal dari Tuhan  yang berbicara 

dan menyapa manusia melalui Kitab Suci, juga melalui ajaran dan tradisi Gereja 

dan mengakui eksistensi tulisan-tulisan Deuterokanomika.

63 Nico Syukur, op. cit. h.31.

59



ditolak konsili dan melengkapinya hingga 27 kitab. Pada saat itu 

sempat terjadi pembakaran terhadap Gereja-Gereja yang tidak sepakat 

dengan keputusan Konsili.

Dengan diresmikannya kitab Perjanjian Baru ini, maka secara 

resmi menjadi dokumen ini menjadi kitab suci umat Nasrani. Teks 

Alkitab ini tertulis dalam huruf-huruf Yunani. Alkitab secara lengkap 

baru dikenal pada abad pertengahan di Gereja-Gereja Barat, melalui 

Vulgata. Pembagian Alkitab menjadi bab-bab dilakukan pada tahun 

1228 M, oleh Stephen Langton. Sedangkan pembagian dari bab-bab 

menjadi ayat-ayat dilakukan pada tahun 1551 oleh Stephanus.

Perjumpaan Epistemologi 

berdasar  aspek etimologinya keselamatan dalam Islam dan 

Katolik memiliki akar persamaan yang signifikan. Keselamatan dalam 

Katolik berasal dari bahasa Ibrani ”salom” yang bermakna selamat, 

damai, tidak cacat dan keselamatan. Sedangkan Keselamatan dalam 

Islam secara terminologi maupun etimologinya berasal dari bahasa 

Arab ”salam” artinya selamat, damai, sejahtera, tidak cacat. Jadi, kata 

salam atau salom meskipun berasal dari bahasa yang berbeda, namun 

Arab dengan bahasa Ibrani merupakan serumpun, sehingga implikasi 

term salam dan salom memberikan pengertian yang sama.

Para penafsir baik dari kalangan Islam maupun kalangan 

Katolik, mengambil dasar naqli term keselamatan berasal dari kitab 

suci masing-masing. Pakar Islam merujuknya kepada Al-Qur’±n, 

sedangkan kalangan Katolik merujuk kepada surat-surat yang berasal 

dari Alkitab dan hasil Konsili Vatikan II sebagai sumber naqlinya. 

Dari segi ketuhanan, Islam dan Katolik yaitu  agama monoteisme 

yakni percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Tuhan ). Keduanya 

percaya bahwa Muhammad atau Ahmad yaitu  juru bicara Tuhan di 

dalam Islam dan Yesus yaitu  juru bicara sekaligus diyakini sebagai 

roh Tuhan dalam Kristen.

Kemudian aspek kenabian, agama Islam percaya bahwa nabi 

Muhammad merupakan satu-satunya nabi yang diutus Tuhan  yang 

terakhir untuk semua kalangan. Hal ini sangat dipercaya oleh kalangan 

pakar Kristen bahwa sebelum Muhammad hadir, Alkitab telah 

menyebutkan bahwa akan hadir seorang nabi yang namanya Ahmad. 

Dalam Al-Qur’an  Tuhan  menjelaskan bahwa Isa (Yesus) berkata 

kepada umat Israil bahwa kehadirannya (Isa) sebagai penyampai 

kebenaran dan akan hadir seorang nabi setelah beliau yakni Ahmad.

60 


 Dan (Ingatlah) saat  Isa ibnu Maryam berkata: ”Hai Bani Israil, 

Sesungguhnya Aku yaitu  utusan Tuhan  kepadamu, membenarkan 

Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan 

(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya 

Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka 

dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: ”Ini yaitu  

sihir yang nyata.” (QS. Aa-Saf (61:6).

Ayat di atas membuktikan bahwa kitab suci Al-Qur’an  

membenarkan adanya berita dari Yesus kepada umat sebelum 

Muhammad tentang akan hadirnya nabi sesudah beliau yakni Ahmad. 

Hal ini menggambarkan bahwa dalam ajaran Katolik khususnya 

megakui akan peristiwa tersebut. Sebaliknya hal sama dalam kalangan 

Islam bahwa mengakui eksistensi Yesus sebagai utusan sekaligus Roh 

Tuhan merupakan bagian dari keimanan orang Islam.

Dari kenyataan di atas, dapat dikatakan bahwa eksistensi Islam 

dan Katolik baik darik segi keimanan kepada Tuhan, Kitab-kitab suci 

maupun faktor kenabian, menjadi hal yang fundamental dalam ajaran 

kedua agama ini. Kemudian, harus dijadikan sebagai unsur kesamaan 

dan persamaan. Tujuannya agar supaya unsur kesepahaman muncul 

dalam rangka hidup bersesama membangun peradaban yang maju.

Kesimpulan

Setelah mendeskripsikan secara komparatif akar epistemologi 

konsep keselamatan dalam Islam dan katolik di atas, akan dikemukakan 

beberapa kesimpulan antara lain; Pertama, Epistemologi keselamatan 

berasal dari kitab Al-Qur’an  dan Alkitab (Perjanjian Lama dan 

Perjanjian Baru). Al-Qur’an  menjelaskan konsep keselamatan dengan 

beragam makna, terkadang bentuk kata yang sama, tapi pengertian 

berbeda. Begitu pula posisinya dalam Al-Qur’an  berbeda, tapi makna 

yang sama dan kadang-kadang maknanya berbeda pula, sebagaimana 

dijelaskan; Surat al-Baqarah (2):71, 102, 112, 128, 131, 132, 133, Ali-Imran 

(3):19, 20, 52, An-Nisa’ (4):65, 90, 91, Surat al-Ma-idah (5): 3, 16, Surat 

al-An’am (6): 14, 35, dan seterusnya. Sedangkan dalam Alkitab, konsep 

keselamatan terkadang berasal dari surat yang sama dengan ayat 

berbeda dan surat yang berbeda, (Mat 8:1-4, Mat. 8:14-17; Mrk 1:40-45; 

Luk 5:12-16, Mat 9: 1-8// Mrk 2:1-12, Luk 5:17-26, Mrk 1:29-34// Mat 

8:14-17, Luk 4:38-41). 

Alkitab (Perjanjian Lama & Perjanjian Baru) pondasi sekaligus 

instrumen menuju keselamatan Tuhan . Kemudian Al-Qur’an 

menjelaskan konsep keimanan dalam rukun iman dan rukun Islam, 

61



selanjutnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari secara etis dan 

konsekuen. Mengenai konsep ketuhanan dalam Islam dan Katolik 

sama-sama percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (monotheisme). 

Keduanya percaya bahwa Isa (Yesus) dan Muhammad saw. sebagai 

pembawa wahyu Tuhan (Qs.Al saf 61:6 bdk Yoh 14: 26).

Kedua, Dari segi perkembangan sejarah pemahaman terhadap 

konsep keselamatan, muncullah pemahamaan yang eksklusif di antara 

pengikut Islam dan Katolik.Adapun paham yang meyakini secara 

eksklusif bahwa tidak ada keselamatan di luar Gereja (extra ecclesiam 

nulla salus). Sebagian umat Islam pun meyakini bahwa “sesungguhnya 

agama yang diridhai Tuhan  yaitu  Islam”. Tetapi kemudian, konsepsi 

doktrin penyelamatan ini berubah lebih inklusif, sehingga sebagian 

umat Islam memahami konsep Islam secara universal, yakni 

memandang term Islam bukan sebatas sebagai agama, tetapi aplikasi 

keagamaan yang mendatangkan kedamaian. Paham resmi dalam 

Katolik telah merevisi konsep keselamatan pada Konsili Vatikan II 

dengan mengakui bahwa di luar Gereja ada keselamatan.