Setiap agama memiliki konsep keselamatan berdasar nilai-
nilai transenden agama. Islam sebagai agama wahyu memiliki
konsep keselamatan berdasar pesan yang terkandung Tuhan
dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang valid. Dengan mengacu
pada prinsip-prinsip etika Islam, doktrin keselamatan yaitu
titik utama mulai dalam agama, dengan prinsip ini, orang
merasa perlu untuk mengaku percaya dan menyerahkan kepada
nilai-nilai Tuhan mengungkapkan. Seseorang dengan iman
pada dasarnya bertujuan untuk mencapai keselamatan, baik
dalam kehidupan di bumi dan di akhirat. Dalam agama Kristen
Katolik juga menemukan sejumlah prinsip yaitu teologi yang
sama yang diajarkan tentang pentingnya keselamatan. Dalam
kitab perjanjian lama dan perjanjian baru ditekankan bahwa
keselamatan titik di teologi mulai. Dalam Islam dan Katolik,
konsep ketuhanan yaitu sama baik percaya pada Tuhan Yang
Maha Esa (monoteisme). Keduanya percaya bahwa Isa (Yesus)
dan Muhammad. sebagai pembawa wahyu ilahi. Meskipun Islam
untuk menjelaskan konsep ketuhanan dalam berbagai konteks
dan makna, sedangkan makna Katolik keselamatan ditempatkan
dalam berbagai ayat yang berbeda, tapi artinya tetap sama.
Secara epistemologik, sebagian umat Islam memiliki konsep
pemahaman dan keyakinan tentang selamat dan sengsaranya seseorang
pada dasarnya telah ditentukan oleh Tuhan sepenuhnya. Meskipun
demikian tidak dapat dinegasikan bahwa ada pula sebagian umat
Islam yang memahami selamat dan sengsaranya seseorang ditentukan
oleh manusia secara personal. Herarki keyakinan seperti ini berdasar
pada dalil-dalil Al-Qur’an sebagai sumber informasi absolut bagi
kelangsungan kehidupan manusia. Dualisme pemahaman seperti ini
setidaknya dilatarbelakangi oleh metodologi pemikiran atau penafsiran
yang berbeda terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Sebagian kelompok
memahami Islam sebagai agama sangat eksklusif dan sebagian lain
memahami Islam secara inklusif. Salah satu ayat yang ditafsirkan
secara berbeda oleh kedua kelompok Islam yaitu firman Tuhan Swt.
pada surat Ali Imran ayat 19.
”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Tuhan hanyalah Islam.
tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi AlKitab, kecuali sesudah
datang pengetahuan kepada mereka, sebab kedengkian (yang ada) di
antara mereka. barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan Maka
Sesungguhnya Tuhan sangat cepat hisab-Nya.(QS.3:19)
Keyakinan Muslim terhadap firman Tuhan Swt di atas, akan
menjadi dalih aksiologis bagi mereka untuk mengaplikasikan
37
keislamannya secara konsekwen terutama dalam menjalani aktivitas
kekhalifahannya pada kehidupan sehari-hari. Konsekwensinya
yaitu dengan meyakini bahwa ajaran Islam sebagai agama yang
menyelamatkan mereka, maka akan berdampak pada keselamatan
yang dirasakannya di dunia dan di akhirat kelak. Orang-orang yang
diselamatkan pada substansinya yaitu orang-orang yang taat kepada
perintah agama. Ketaatan seseorang, menjadi indikator utama untuk
mendapatkan jalan keselamatan, sebagaimana firman Tuhan swt.
Dan Sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada
(pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. barangsiapa yang
yang taat, Maka mereka itu benar-benar Telah memilih jalan yang lurus.
Sejarah doktrin keselamatan dalam Katolik erat kaitannya
dengan aspek teleologi kehadiran Yesus1 di permukaan bumi sebagai
perpanjangan tanganNya, dalam rangka misi penyelamatan bagi umat
manusia.2 Manusia yaitu mahluk Tuhan yang sangat sempurna,
memiliki akal pikiran dan dilengkapi dengan kebaikan dan keburukan
(dosa). Dosa yang dilakukan manusia pertama saat Adam dan Hawa
hidup di alam surga melakukan pelanggaran terhadap larangan Tuhan
untuk memakan buah khuldi.3 Namun sebab rayuan setan kepada
Adam dan Hawa, akhirnya pelanggaran itu dilakukan oleh keduanya.
Pelanggaran inilah yang kemudian dipahami dan diyakini sebagai
dosa yang diwariskan Adam kepada anak cucunya.4
Pemahaman atas dosa warisan menimbulkan banyak perdebatan
dan interpretasi. Sekaligus sebagai bahan kritik di kalangan umat
non Kristiani terhadap doktrin tersebut. Menurut pandangan Kristen
bahwa manusia sejak lahir telah dibebani dosa yang dilakukan oleh
leluhurnya.5 Meskipun tidak semuanya umat Kristiani memahami
seperti itu, terutama kalangan Protestan. Berbeda dengan umat Katolik,
mereka pada umumnya mengatakan bahwa dosa yang dilakukan oleh
manusia yaitu bagian dari kehendak Tuhan. Sebagaimana jawaban
terhadap pertanyaan seorang murid Yesus yang diceritakan dalam
Injil Yohanes:
1 Kelahiran Yesus di kota Nazaret. Kata Nazaret berasal dari akar kata
nashira yang berarti ’menolong’. Hampir semua ahli tafsir sepakat, bahwa kata al-
nashara dalam Alquran merupakan bentuk jamak (plural) dari kata nasshraani yang
berarti orang yang bersedia menolong atau dikenal dengan orang yang memiliki
rasa kasih sayang dan cinta kasih. Lihat, Al-Raghib al-Asfihani, mu’jam al-Mufradat
li Alfadh Alquran, (Beirut: Daar al-Fikr, tth.,), h. 56. Bandingkan QS. Al-Hadid:27) ”
2 Roma 5:10; Kolose 1:21
3 Kejadian 3:1-5
4 Kejadian 3:14-15.
5 Interpretasi semacam ini didasarkan pada ungkapan seperti dikemukakan
dalam Roma 5: 12-21, Mazmur 51:5.
38
“Murid-muridnya bertanya kepadaNya: ’guru, siapakah yang berbuat
dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya sehingga ia dilahirkan buta?
“Jawab Yesus: “Bukankah dia dan bukan orang tuanya, tetapi sebab
pekerjaa-pekerjaan Tuhan harus dinyatakan di dalam dia” 6
Dalam pandangan Katolik, manusia mungkin jatuh ke dalam
dunia dosa dengan beberapa alasan: pertama, sebab jika tidak, maka
cobaan Tuhan menjadi tidak berarti, kedua, pengetahuan yang diberikan
Tuhan bisa dijadikan sebagai alat bagi manusia untuk melakukan dosa;
ketiga, Tuhan mengizinkan setan untuk menggoda manusia.7 Dari
uraian di atas, studi ini menfokuskan permasalahan yaitu bagaimana
perjumpaan Islam dan Katolik secara epistemologis mengenai konsep
keselamatan?
Definisi Keselamatan
Beberapa prinsip keselamatan yang tampaknya penting
diketengahkan untuk memahami makna keselamatan dalam Islam
maupun Kristen. Definis keselamatan menjadi krusial untuk dijelaskan
dalam rangka menegaskan posisi kedua ”iman” yang selama ini
menjadi pusat perdebatan dan konflik antar dua peradaban. Setidaknya
ada beberapa hal yang perlu dijelaskan; pertama, Pengertian Etimologi
dan Terminologi Keselamatan dalam Islam. Secara etimologi term
keselamatan berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf
artinya selamat, keadaan tidak cacat.10 Term keselamatan dalam
Al-Qur’an sangat bervariasi, baik bentuk maupun maknanya.
Penelitian ini terfokus pada term keselamatan dalam bentuk
(salam) artinya selamat, keadaan tidak cacat. Dari kata ini membentuk
kata
yang secara lugawi memiliki pengertian ketentraman,
kedamaian, hormat, selamat, ketundukan.11
Keselamatan erat kaitannya dengan kata “Islam” yang berarti
“tunduk” atau “menyerah”. Ibnu Taymiyah memberikan penjelasan
6 Yohanes 9:2-3
makna “al-Islam” mengandung dua makna; 1). Sikap tunduk dan
patuh, jadi tidak sombong. 2). Ketulusan dalam sikap tunduk kepada
satu pemilik atau penguasa12, seperti yang difirmankan Tuhan QS.
Al-Zumar (39):29. Jadi orang yang berislam yaitu orang yang taat
kepada Tuhan, tidak musyrik, ia taat kepada hukum Tuhan. Hatinya
selalu diliputi kedamaian, ketenangan dan memancarkan akhlaq yang
menyenangkan semua orang, dan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Hasan Hanafi13 memberikan pengertian bahwa keselamatan
secara generik, berasal dari istilah aslama yakni menyerahkan diri
kepada Tuhan, bukan kepada apa pun yang lain. Pengertian ini
secara langsung menyatakan sebuah tindakan ganda, yaitu menolak
segala kekuasaan yang tidak transendental dan menerima kekuasaan
transendental.14
Makna ganda dari kata kerja aslama dan kata benda Islam ini,
menurut Hanafi, dengan sengaja disalahgunakan untuk mendorong
Islam cenderung pada salah satu sisinya, yakni tunduk. Maka harus
ada upaya rekonstruksi teologi tradisional, tujuannya yaitu untuk
menunjukkan aspek lain dari Islam yang, menurutnya, sengaja
disembunyikan, yakni penolakan, oposisi den pergolakan yang
merupakan kebutuhan aktual masyarakat muslim.15 Di dalam hal
ini, sebab selalu terkait dengan masyarakat, refleksi atas nilai-nilai
universal agama pun mengikuti bentuk dan struktur kemasyarakatan,
struktur sosial dan kekuatan politik.
Relevansinya dengan makna Islam secara sosiologis, Hanafi
menjelaskan lebih lanjut bahwa keselamatan yang dilalui dalam
Islam yaitu seseorang harus berperan sebagai pembebasan bagi
yang tertindas atau sebagai suatu pembenaran penjajahan oleh para
penindas.16 Rekonstruksi pemahaman keselamatan bertujuan untuk
mendapatkan keberhasilan duniawi dengan memenuhi harapan-
harapan dunia muslim terhadap kemendekaan, kebebasan, kesamaan
sosial, penyatuan kembali identitas, kemajuan dan mobilisasi massa.
Rekontruksi definisi keselamatan harus sejalan dengan
rekontruksi teologi baru, dengan harapan harus mengarahkan
sasarannya pada manusia sebagai tujuan perkataan (kalam) dan
sebagai analisis percakapan. sebab itu pula harus tersusun secara
kemanusiaan.17 Asumsi dasar dari pandangan teologi semacam
ini, maka makna Islam menurut Hanafi, yaitu protes, oposisi dan
revolusi. Oleh sebab itu, secara umum Hanafi mengemukakan bahwa
term Islam memiliki makna ganda; 1). Islam sebagai ketundukan;
yang diberlakukan oleh kekuatan politik kelas atas. 2). Islam sebagai
revolusi, yang diberlakukan oleh mayoritas yang tidak berkuasa dan
kelas orang miskin. Jika untuk mempertahankan status-quo suatu
rezim politik, Islam ditafsirkan sebagai tunduk. Sedang jika untuk
memulai suatu perubahan sosial politik melawan status-quo, maka
harus menafsirkan Islam sebagai pergolakan.18
Keselamatan perspektif universum secara aplikatif merupakan
suasana tentram, bahagia dan moderat serta memiliki perilaku yang
mengarah pada keseimbangan. Aksiologi dari term keselamatan
pada tulisan ini secara umum dapat dipahami, bahwa seseorang
yang menginginkan keselamatan, sedapat mungkin beraktivitas
dalam koridor hukum-hukum atau norma-norma agama. Seseorang
yang beramal saleh dan memberikan manfaat kepada orang laib dan
seru sekalian alam, maka akan mendapat ganjaran yang baik di sisi
Tuhan , sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an ”Barangsiapa yang
mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang
ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan
mereka tidak dianiaya walau sedikitpun”(Surat an- Nisa’ [4]: 124)
Ayat di atas menerangkan, bahwa setiap orang akan mendapatkan
ganjaran dari Tuhannya sesuai dengan perbuatan di dunia. Bagi
mereka yang banyak berbuat kebajikan, akan mendapatkan syafaat
yang tingi di sisi Tuhan swt. Oleh sebab itu, tidak ada keraguan dari
mereka, sebab Tuhan akan menyelamatkanya.
Guna memperoleh ganjaran kebaikan di sisi Tuhan , seseorang
harus memperbaiki hubungan secara vertikal dengan Tuhan Swt. dan
horisontal dengan sesama manusia dan lingkungan alam semesta.
Oleh sebab itu, lebih dini Rasulullah saw., memberikan contoh
kepada umat manusia tentang bagaimana cara menjalin hubungan
yang harmonis kepada sesama. Hal ini diriwayatakan oleh al-Tirmidzi,
bab al-zuhud:
Terjemahnya:
Al-Tirmi©³ mengatakan, bahwa Bisyr Ibn Hilal al-¢awwaf al-Ba¡r³
mengatakan ¥ad³£ ini kepada kami. Bisyr Ibn Hilal al-¢awwaf al-Ba¡r³
berkata, bahwa Ja’far Ibn Sulaym±n mengatakan ¥ad³£ ini kepada kami.
Ja’far Ibn Sulayman menerimanay dari Ab °ariq. Ab °ariq menerimanya
dari al-¦asan. Yang terakhir ini, meriwayatkannya dari Ab Hurayrah.
Ab Hurayrah berkata bahwa Rasulullah saw., bersabda: “Siapa yang
ingin di antara kalian menerima kalimat-kalimat yang akan kuucapkan,
lalu mengamalkannya, atau mengajarkannya kepada orang yang ingin
mengamalkannya?”. Ab Hurayrah menyahut: “Saya, wahai Rasulullah”.
Ab Hurayrah Kemudian berkata: “Beliau saw., menuntun tanganku
dan mengatakan, bahwa kalimat yang saya maksud, ada lima”. Lalu
Rasulullah saw., bersabda: “Takutlah kamu dari segala sesuatu yang
diharamkan oleh Tuhan sawt., maka kamu akan menjadi orang yang
paling taat beribadah, ikhlaslah menerima apa yang ada pada tanganmu,
maka kamu akan merasa menjadi orang yang paling kaya, berbuat baiklah
kepada tetangga, maka kamu akan menjadi seorang mu’min, cintailah
orang lain, seperti engkau mencintai dirimu, maka kamu akan menjadi
muslim, dan janganlah berlebih-lebihan dalam tertawa, sebab ia dapat
mematikan hati”.
Hadits di atas, menyebutkan bahwa 1) Senantiasa rela dan
berlapang dada terhadap porsi yang telah dibagikan oleh Tuhan
swt., kepada setiap hambanya, tanpa mencari-cari jalan yang tidak
dibenarkan oleh Tuhan swt., untuk menambahnya, 2) Senantiasa
berbuat baik kepada tetangga, dalam artian luas. Berbuat baik dalam
perkataan, sikap, gerak-gerik dan perasaan, 3) Menanamkan dalam
hati untuk senantiasa mencintai orang lain, sebagaimana kita mencintai
diri sendiri; dengan memeliharanya dari kerusakan, memandikannya
bila ia lusuh dan kumal, membersihkannya bila ia kotor, menghiasinya
bila ia jelek, mengobatinya bila ia sakit, memberinya makan dan
minum bila ia lapar dan haus. Sebab dengan demikian, maka kamu
akan selamat dari kejahatan orang lain, 4) Senatiasa menjaga hati agar
senatiasa hidup dan segar berseri. Hati akan hidup dan berseri, bila
senantiasa digiring untuk berzikir dan berfikir.
Kedua, Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Keselamatan. Konsep
keselamatan (
) di dalam Al-Qur’±n secara umum ada 157 ayat.
Keselamatan bentuknya sangat variatif, terkadang berkedudukan
dalam kata selamat, ke-selamat-an, di-selamat-kan. Ayat-ayat Al-Qur’an
yang menjelaskan keselamatan dalam bentuk kata ke-selamat-an antara
lain; Surat al-Baqarah (2):71, 102, 112, 128, 131, 132, 133, 136, 208, 233;
Surat Ali-Imran (3):19, 20, 52, 64, 67, 80, 83, 84, 85, 102; Surat An-Nisa’
(4):65, 90, 91, 92, 94, 125, 163; Surat al-Ma-idah (5): 3, 16, 44, 111; Surat al-
An’am (6): 14, 35, 54, 71, 84, 125, 127, 163; Surat al-A’raf (7):46, 126; Surat
al-Anfal (8): 43, 61; Surat at-Taubah (9): 74; Surat Y nus (10): 10, 25, 72, 84,
90; Surat H d (11): 14, 48, 69; Surat Y suf (12): 101; Surat ar-Ra’d (13): 24;
Surat Ibrahim (14): 23; Surat al-Hijr (15): 2, 46, 52; Surat an-Nahl (16): 28,
32, 81, 87, 89, 102; Surat Maryam (19): 15, 33, 47,62; Surat Thaha (20):47;
Surat al-Anbiya’ (21): 69, 78, 79, 81, 108; Surat al-Hajj (22): 34, 78; Surat
an-N r (24): 27, 61; Surat al-Furqan (25): 63, 75; Surat asy-syu’ara’ (26): 89;
Surat an-Naml (27): 15, 16, 17, 18, 30, 31, 36, 38, 42, 44, 59, 81, 91; Surat
al-Qa¡a¡ (28): 53, 55; Surat al-Ankabut (29): 46; Surat Ar-R m (30): 53; Surat
Luqman (31): 22; Surat al-Ahzab (33): 35, 44, 56; Surat Saba’ (34): 12; Surat
Yasin (36): 58; Surat as-Shaffat (37):26, 79, 84, 103, 109, 120, 130, 181;
Surat Shad (38): 30, 34; Surat az-Zumar (39):12, 22, 29, 54, 73; Surat al-
Mu’min (40):33; Surat az-Zukhr f (43):69, 89; Surat al-Ahqaf (46):15; Surat
Muhammad (47):35; Surat al-Fath (48):16; Surat al-Hujurat (49):14, 17;
Surat Qaf (50):34; Surat az-Jariyat (51):25, 36; Surat a¯-° r (52):38; Surat
al-Waqiy’ah (56):26, 91; Surat al-Hasyr (59):23; Surat aa-Saff (61):7; Surat
at-Tahriim (66):5; Surat al-Qalam (68):35, 43; Surat al-Jin (72):14; Surat
al-Qadr (97):5.
43
Ayat yang berbicara tentang seseorang yang mendapat
keselamatan disebabkan oleh perbuatannya sendiri sesuai dengan
hidayah Tuhan tergambar dengan baik dalam ayat berikut:
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Tuhan ), maka
sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian)
dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa
orang lain, dan Kami tidak akan meng`azab sebelum Kami mengutus
seorang rasul” (Surat al-Isra’ (17):15)
Maksud ayat di atas bahwa seseorang yang berbuat kebaikan
sesuai dengan hidayah Tuhan dan sunatullah, maka Tuhan sebagai
Maha Adil, akan membalasnya dengan kebaikan sesuai dengan aturan
yang ditetapkan dalam Al-Qur’an. Keselamatan yang diperoleh sesuai
hidayah Tuhan akan memberikan pengaruh positif terhadap tingkah
laku sosialnya. Sebaliknya seseorang yang tidak mendapat hidayah
Tuhan disebabkan perbuatan dosa atau kesalahannya maka kesesatan
selalu menimpa dirinya. Oleh sebab itu, barang siapa yang telah
dimuliakan Tuhan atas kebaikannya, maka tidak ada seseorang yang
akan menghinakannya. Sebaliknya barang siapa yang dhinakan Tuhan
atas dosa yang diperbuatnya, maka tidak seseorangpun yang mampu
memuliakannya.
Dalam perspektif lain, konsep keselamatan dalam bentuk
syafaah yang diajarkan kepada nabi-nabi dahulu dijelaskan pada surat
Maryam (19):47 yakni keselamatan ditujukan kepada nabi Ibrahim as.
sebagai sebuah harapannya kepada Tuhan swt dalam rangka meminta
limpahan keselamatan.
Terjemahnya: “Berkata Ibrahim: «Semoga keselamatan dilimpahkan
kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku.
Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku” (Surat Maryam (19):47).
Ayat di atas pada substansinya tidak hanya ditujukan kepada
nabi Ibrahim secara personal, tetapi lebih kepada para pengikutnya.
Doa nabi Ibrahim tersebut merupakan wujud perjuangan seorang nabi
kepada pengikutnya dalam rangka menghendaki keselamatan para
pengikutnya baik di dunia maupun di akhirat.
Ketiga, Term Keselamatan dalam Katolik. Term salam populer
dengan istilah salom (Bahasa Ibrani). Dalam Alkitab Perjanjian Lama,
kata salom digunakan untuk keadaan ‘sejahtera, bebas dari bahaya,
sehat tidak kurang dari apa-apa’.20 Konsep keselamatan perspektif
Alkitab yaitu dari term dasar ‘selamat’ yang juga diambil dari bahasa
20 Ibid.
44
Arab yaitu “salam” artinya keadaan baik, keutuhan. Dalam Alkitab,
Tuhan disebut Al-Salam yang artinya ‘Yang bebas dari kekurangan apa
pun; dar al-salam21 yaitu –firdaus. Akar katanya pun berasal dari kata
itu secara historis sejak dahulu telah
digunakan para nabi Muhammad yang saat itu digunakan untuk
menyalami orang.
Keselamatan dapat dilihat dari multi perspektif, terutama pada
sinonim kata salom. Kata shalom biasa ditemukan dengan kata-kata
yang mirip artinya Salvation diambil dari bahasa Inggris dari kata Latin
salvus, artinya “dalam keadaan selamat”, tak terluka, masih hidup.23
Kata salam biasa juga dikenal dengan kata heil (dari bahasa
Jerman) yang berarti utuh, tidak ada yang rusak, salus (bahasa Latin)
artinya keadaan sehat, agar aman. Selain itu, dikenal juga dengan kata
soteria (dari bahasa Yunani) artinya ‘pembebasan dari kesulitan musuh
bahaya’ atau penyelamatan. Semua kata seperti ini, mendekati suatu
kenyataan yang sukar dirumuskan dalam bahasa apa pun. Sebab,
semuanya yang kita alami dalam kehidupan ini hanya mencerminkan
Tuhan -putra menjadi manusia dalam diri Yesus dari Nasaret untuk
mengantarkan umat manusia kepada akhlaq sempurna. Usaha
untuk mencapai kesempurnaan akhlaq dapat dilalui dengan beriman
kepada-Nya, membuka diri untuk diubah menjadi saudara-Nya, dan
dengan demikian anak Tuhan -Bapak di surga24 sebagai kebahagiaan
dan kesejahteraan yang menyangkut seluruh manusia.
Perspektif Perjanjian Lama, keselamatan tidak terbatas pada
apa yang berharga di dunia ini, melainkan mengandung juga-
harapan, bahwa Yahwe selalu menjadi pelindung terhadap segala
ancaman seperti diungkapkan dalam beberapa Mazmur. Yahwe
menjanjikan keselamatan bagi bangsa yang dipilih-Nya; maka hidup
yang panjang dan makmur, keturunan dan kemenangan atas musuh
21 Konsep dar salam sangat berkaitan dengan ummah . Dar al- Islam
digandengkan dengan dar Al-Harb atau “wilayah perang” yang di dalamnya
muslim tidak dapat hidup dan melaksanakan agama mereka dengan mudah sebab
syariah bukan hukum yang dipakai di daerah tersebut walaupun selalu ditempati
minoritas muslim tinggal di berbagai tempat di wilayah tersebut. Sedangkan istilah
dar Al-Islam dikenal dalam kalangan Kristen sebagai “Christendom. Lihat Sayyed
Hosein Nasr The Heart of Islam: Pesan-pesan Universal Islam untuk kemanusiaan
dipandang sebagai berkat Yahwe. Ketidak-setiaan kepada-Nya atau
–dosa mengancam keadaan selamat ini. Maka para nabi menyerukan
agar umat Israil bertobat dan kembali kepada Yahwe, supaya dapat
mengharapkan kerajaan yang ditandai perdamaian (salom), keadilan
dan –kehidupan yang tidak terancam kematian (Bdk Yes 66). Harapan
eksatologis ini berhubungan dengan pengantara keselamatan yaitu
‘hamba Yahwe’ (Yes 42-53)25 Yesus sebagai manusia, ‘putra Tuhan’
memiliki otoritas penuh untuk mewartakan kehendak Tuhan untuk
meyelamatkan semua orang.26
Istilah keselamatan dalam doktrin Katolik memberikan
pengertian bahwa ia merupakan suasana psikologi kedamaian dalam
kehidupan. Keselamatan menunjuk kepada keadaan yang memenuhi
segala kerinduan manusia yang hanya dapat dan membebaskan serta
mencintai manusia. Manusia diciptakan oleh Tuhan supaya menuju
kepada dan bersatu “(ittihad)” dengan Yang Maha Baik sebagai
penyelesaian seluruh kemanusiaannya. Sebab, Tuhan yaitu “Cinta
kasih27, sumber kebahagiaan yang melampaui segala bayangan
orang. Hubungan dengan Tuhan yang semestinya, mengintegrasikan
hubungan dengan manusia lain, dengan alam dan dengan dirinya
sendiri. Orang yang selamat, merasa dekat dengan Tuhannya, tidak
putus asa, tabah dalam menerima cobaan, tidak takut terhadap
ancaman, bahkan ia tenang dalam menghadapi kematian dengan
demikian di dalam hati mereka sudah –merasakan bahagia.
Keempat, Ayat-ayat Keselamatan dalam Alkitab. Pengertian
keselamatan secara khusus, dapat ditemukan pada beberapa teks
25 Istilah tersebut sinonim dengan ‘putra manusia’ (Dan 7, 13). Harapan ini
menyangkut juga suatu ‘Perjanjian Baru, yang akan ditulis di hati orang oleh Tuhan
sendiri (Yer 31, 31-34). Keadaan ini diproklamasikan Yesus dengan mewartakan
kedatangan –Kerajaan Tuhan (Mk 1, 15), Yesus mewartakan kehendak Tuhan
untuk menyelamatkan semua orang (Lk 3, 8;1 Tim 2,4) walaupun Jesus ditolak
oleh bangsanya sendiri Tuhan tidak menarik kembali kehendak universal untuk
menyelamatkan. Lihat A.Heuken Op. cit. h. 331.
26 Perbedaan antara doktrin Islam dengan Katolik mengenai otoritas
Muhammad dan Isa as.(Yesus) sebagai Nabi Tuhan . Muhammad saw memiliki
otorittas untuk mewartakan kehendak Tuhan untuk menyelamatkan orang yang
dikehendaki-Nya tetapi tidak absolut, sebab beliau sebagai nabi, yang absolut
hanyalah Tuhan . Sedangkan dalam doktrin Katolik kewenangan Isa (Yesus) tak
terbatas sebab ia merupakan pewarta kehendak Tuhan untuk menyelamatkan
semua orang.
27 Istilah cintakasih dalam tradisi Katolik merupakan sifat Tuhan yang
Maha Tinggi yang menjadi visi kehidupan manusia. Dengan cinta-kasih-Nya,
manusia dapat memperoleh segala keinginannya dalam hal yang relevan dengan
kemanusiaannya. Cinta kasih dapat diperoleh jika kodrat manusia dapat bersatu
dengan kodrat Tuhan. Dengan demikian manusia sebelum mendapatkan cinta
kasih-Nya ia harus sedapat mungkin untuk mengintegrasikan segala urusan
kemanusiannya dengan sesama manusia, dengan alam semesta serta menjaga
keseimbangan dirinya sendiri.
46
dalam Alkitab antara lain; Matius 8:1-4, Matius 8:14-17, Markus 1:40-
45, Lukas 5:12-16 (tentang Yesus menyembuhkan orang Kusta), Matius
9: 1-8, Markus 2:1-12, Lukas 5:17-26 (orang lumpuh disembuhkan).
Dalam Markus 1:29-34, dan Lukas 4:38-41, (Yesus menyembuhkan ibu
mertua Petrus dan orang-orang lain). Dalam Kis. 16:31 Sabda Tuhan
berkata; ”Percayalah akan Tuhan Yesus, maka engkau dan seisi rumahmu
akan selamat”, di ayat lain Kis 4:12, Yesus yaitu satu-satunya nama yang
berkuasa menyelamatkan, menyembuhkan dan membebaskan, sebab
tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia,
sebab tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia di seluruh
bumi yang olehnya kita dapat diselamatkan. Tindakan keselamatan
secara langsung dilakukan oleh Yesus misalnya:
14 Setibanya di rumah Petrus, Yesus pun melihat ibu mertua Petrus
terbaring sebab sakit demam. 15Maka dipegangNya tangan perempuan
itu, lalu lenyaplah demamnya, Ia pun bangun dan melayani Dia.
16Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang
kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu
dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. 17Hal itu terjadi
supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Dialah
yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita”(ay 17:Yes
53:4).28
Secara konseptual, keselamatan dalam Alkitab tidak saja
berkaitan dengan masalah penyembuhan kepada seseorang dari
penyakit, tapi bagaimana ucapan bahagia dari Yesus kepada murid-
muridnya dan orang banyak. Semuanya yaitu bagian dari wujud
keselamatan, sebagaimana saat beliau membaca khutbah di bukit.
Yesus berkata dalam khutbahnya;
1Berbahagialah orang-orang yang miskin dihadapan Tuhan , sebab
merekalah yang empunya kerajaan di Sorga. 2Berbahagialah orang yang
berduka cita, sebab mereka akan dihibur. 3Berbahagialah orang yang
lemah lembut, sebab mereka akan memiliki bumi, 4Berbahagialah orang
yang lapar dan haus akan kebenaran, sebab mereka akan dipuaskan,
5Berbahagialah orang yang murah hatinya, sebab mereka akan beroleh
kemurahan, 6Berbagialah orang yang suci hatinya, sebab mereka akan
melihat Tuhan . 7Berbahagialah orang yang membawa damai, sebab
mereka akan disebut anak-anak Tuhan . 8Berbahagialah orang yang
dianiaya oleh sebab kebenaran, sebab merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga, 9Berbahagialah kamu, jika sebab Aku kamu dicela dan dianiaya
dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. 10Bersuka-citalah dan
28 Lihat, Mat. 8:14-17. Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab (Bogor: Ciluar,
1979).
47
bergembiralah, sebab upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah
dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.(Mat 5: 3-12).29
Beberapa poin dari isi khutbah Yesus di atas, mengandung makna
implisit tentang keselamatan, sebab itu keselamatan yang dimaksud
yaitu orang-orang yang senantiasa sabar dalam menghadapi berbagai
masalah hidup. Dengan kesabaran mereka, maka kemurahan Tuhan
senantiasa tajalli di dalam dirinya. Hal lain dapat ditangkap dari pesan
teks di atas, yaitu seseorang yang menderita, sebab difitnah, bahkan
dianiaya dalam hidupnya, tapi ia mempertahankan demi menegakkan
kebenaran maka janji Tuhan untuk mereka yang konsisten yaitu
kerajaan surga.
Menegakkan kebenaran bukanlah usaha yang dibuat-buat
di luar aturan Alkitab, tapi suatu panutan yang telah dicontohkan
Yesus. Wujud pengalaman dan pengabdiannya, yaitu dalam
pelayanan Tuhan. Yesus di atas segalanya yaitu salah seorang yang
memberitakan kerajaan Tuhan dan yang menantang para pendengar-
Nya untuk menanggapi realitas yang Dia beritakan. Kewibawaan dan
kemanjuran Yesus sebagai seorang pemberita kerajaan Tuhan diperkuat
dengan suatu reputasi yang selayaknya sebagai seorang pengusir setan
(exorcist); Ia mampu, dalam nama Tuhan dan kerajaan-Nya, menolong
mereka yang percaya dirinya sendiri dikuasai atau dirasuk oleh roh-
roh jahat.
Demikian Ia berjalan dari desa-ke-desa, dari kota-kecil ke kota-
kecil, mengkhotbahkan kerajaan, mengusir setan-setan, menyembuhkan
yang sakit, dan menawarkan pengharapan kepada yang miskin
(Mat. 11:3-5). Citra umum Yesus dari Injil yaitu bahwa dia nampak
sebagai seorang nabi, pemberita, pengusir setan, dan penyembuh
yang penuh-roh (spirit-filled) atau ”kharismatis”, yang seringkali tidak
memperdulikan akan, atau sengaja melanggar, tradisi kesucian yang
resmi dan yang berkenaan dengan upacara keagamaan yang sangat
diperhatikan oleh kebanyakan sesama-Nya orang Yahudi.
Islam dan Doktrin Ajarannya
Islam yaitu agama penyempurna ajaran agama-agama
sebelumnya. Begitulah dalam keyakinan seluruh umat Islam. Agama
Islam sebagai agama penyempurna, secara universal mengandung
beberapa unsur yang termuat dalam Al-Qur’±n. Unsur-unsur yang
dimaksud yakni aqidah (teologi), syariat (hukum/aturan), muammalat
29 Ay.4: Yes 61:2, ay 5: Mzm 37:11, ay 6:Yes 55:1-2, ay 8:Mzm 24:3-4, ay 10:
1Ptr 3:14, ay 11:1 Ptr 4:4-14, ay 12:2Taw 36:16, Kis 7:52.
48
(sosial masyarakat), dan etika (moralitas). Selain itu, Al-Qur’an juga
memuat tentang sains, filsafat, politik dan teknologi. Bahkan jika dikaji
secara mendalam, letak kesempurnaan ajaran Islam –dalam keyakinan
muslim- yaitu kelengkapan dan kesempurnaan Al-Qur’an sebagai
firman Tuhan yang mutlak. Alasannya bahwa semua persoalan yang
berkaitan dengan dunia akhirat, material dan spiritual telah dijelaskan
di dalamnya secara universal. Hanya saja penjelasannya secara rinci
dengan melalui Hadis Rasulullah Muhammad Saw., ijtihad dan ijma
para ulama.
Pertama, Konsep Iman dalam Islam. Konsep ketuhanan dalam
Islam bersifat monotheis, sebab Tuhan yang disembah yaitu Tuhan
Yang Maha Esa, yakni Tuhan yang diajarkan oleh para nabi-nabi
sebelumnya, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Musa dan Isa.
Dalam keyakinan umat Islam bahwa Tuhan yang disembah yaitu
Tuhan yang memilki asma al husna 99 nama dan memiliki sifat 20. Hal
ini dijelaskan dalam Al-Qur’an ”Dialah Tuhan yang Menciptakan, yang
Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaul Husna.
bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan dialah yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(QS.59:24).
Tuhan swt. dalam pandangan Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah
mempunyai sifat Maha Sempurna secara absolut, Dia tidak sama
dengan segala sesuatu, baik yang pernah atau yang akan dilihat oleh
manusia atau yang pernah atau yang akan dikhayalkan. al-°a¥aw³
mengatakan, bahwa tidak ada sesuatupun yang seperti atau mirip
dengan Tuhan swt. sekalipun itu diusahakan dan direkayasa untuk
dimirip-miripkan atau disamakan dengan-Nya.30 Tuhan swt. berfirman
dalam QS. al-Sy ra (42):11 sebagai berikut: “…Tidak ada sesuatupun
yang serupa dengan Dia …” 31
Dalam mengintrepretasikan ayat ini, Ibn Ka£³r mengatakan,
bahwa Tuhan tidak seperti manusia, sebab manusia yaitu sesuatu,
sedangkan Tuhan swt. yaitu unik, Esa, yang dimintai pertolongan,
yang tidak ada sesuatupun yang sama dengannya.32
Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah sepakat, bahwa Tuhan swt. tidak
sama dengan segala sesuatu; baik pada zat, sifat, maupun pada
30 Ab Ja’far Ahmad Ibn Muhammad Ibn Salamah Ibn Salmah Ibn ‘Abd al-
Malik Ibn Salmah Ibn Malik Ibn Sulayman Ibn Jawab Ibn al-Azdi al-°ahawi, Syarh
al-Aqidah al-°ahawiyyah, (Cet. V; Bayr t: al-Maktab al-Islam³, 1399 H.), h. 146.
31 Departemen Agama Republik Indonesia, Penyelenggara Penterjemah/
Penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Madinah al-Munawwarah:
Mujamma’ al-Malik Fahd li °iba’at al-Mu¡¥af al-Syar³f, 1995 / 1415), h. 784.
32 ‘Imad al-Din Abi al-Fida’ Isma’il Ibn ‘Umar Ibn Ka£ir al-Qurasyi al-ad al-Din Abi al-Fida’ Isma’il Ibn ‘Umar Ibn Ka£ir al-Qurasyi al-
Dimasyqi, Tafsir al-Qur’an al-A§³m, juz IV, (Cet. V; al-Kuwayt: Maktabah Dar al-
Salim li al-Nasyr wa al-Tawzi’, 2001), h. 2514.
49
perbuatannya.33 Al-°a¥aw³ mengatakan, bahwa barang siapa yang
mensifatkan Tuhan saw. dengan makna yang ada pada manusia, maka
sesungguhnya ia telah kafir. sebab sifat, perkataan dan perbuatan
Tuhan swt. tidak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia.34
Dalam perkembangan perbincangan para teologi dalam Islam
memperbincangkan bahwa Tuhan sebagai Tuhan memiliki Sifat dan
Zat. At atau justeru Sifat berpisah dengan Zat, tapi perdebatan seperti
itu tidak dijelaskan secaraa mendetail pada bahasan ini. Bahasan
ini hanya menyelaskan konsep ketuhanan umat Islam yang umum
diyakini.
Barometer keimanan seseorang dalam Islam apabila meyakini
Tuhan dengan dibenarkan hati (tasdhiq bi alqalbi) diucapkan oleh lidah
(iqra’ bi lisan), dan diamalkan dalam anggota badan (amalu bi arqaan).
Konsep keimanan seseorang seperti ini akan lebih lengkap apabila
memiliki komitmen untuk mengamalkan keenam Konsep iman
dalam Islam antara lain; Beriman kepada Tuhan ; Beriman kepada para
Malaekat; Beriman kepada Kitab suci Al-Qur’an; Beriman kepada
Nabi-nabi dan rasul Tuhan ; Beriman kepada akhirat dan Qadar baik
dan buruk
Dasar naqli tentang rukun iman sebagaimana firman Tuhan dalam
Al-Qur’an Surat Albaqarah (2):285 ”Rasul Telah beriman kepada
Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian
pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Tuhan ,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka
mengatakan): „Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya“, dan mereka mengatakan:
„Kami dengar dan kami taat.“ (mereka berdoa): „Ampunilah kami Ya
Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.“ (Qs.3:285)
Konsep keimanan kepada enam rukum iman pada dasarnya
ada pada beberapa ayat dalam Al-Qur’±n, meskipun ada
perbedaan penafsiran tentang rukun iman. Ada yang mengatakan
rukun iman hanya ada lima rukun dan ada juga yang berpandangan
bahwa konsep iman dalam Islam hanya tiga (iman kepada Tuhan , Kitab
dan Nabir/rasul). Sedangkan yang selain itu yaitu penjabaran dari
tiga konsep itu. Tetapi pada penulisan ini tidak akan menampilkan
perbedaan penafsiran tentang rukun iman. Penulis mengangkat
33 Seperti yang disebutkan dalam U¡ l al-Kafi, jilid I, hal. 146, diriwayatkan
dari Ibn ‘Umar, Hisyam Ibn alim dan Ab ‘Abdullah, bahwa: “Tiyaitu Tuhan swt.
konsep keimanannya di sini berdasar keyakinan masyarakat Islam
secara umum. Penjelasan iman juga ada dalam Al-Qur’an surat
Albaqarah (2):3 ”(yaitu) mereka yang beriman35 kepada yang ghaib36,
yang mendirikan shalat37, dan menafkahkan (menyumbangkan)
sebahagian pemberian Tuhan (rezki)38 yang kami anugerahkan kepada
mereka.
Ayat di atas menjelaskan bahwa kitab Al-Qur’an yang
diturunkan kepada Rasulullah saw. merupakan petunjuk orang-orang
yang beriman, yakni percaya kepada yang gaib, dan mengaplikasikan
dengan shalat yang disempurnakan dengan mengamalkan sebagian
hartanya untuk kemaslahatan umat.
Kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur’an sebagai firman
Tuhan yang diturunkan kepada Muhammad melalui malaekat Jibril
diperuntukkan kepada semua hamba Tuhan sebagai pedoman hidup
untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Al-Qur’an yang
dipahami umat Islam yaitu Al-Qur’an yang diturunkan kepada
Muhammad secara berangsur-angsur. Dan masa penulisannya pada
masa Abu Bakar Ashidhiq oleh Zait bin Tsabit. Jumlah juz sebanyak
30, 114 surat dan secara umum ulama berpendapat bahwa Al-Qur’an
terdiri dari 6666 ayat.
Dalam keyakinan umat Islam bahwa Al-Qur’an memiliki surat
sebagai ummul kitab (surat al-Fatiha/pembuka/induk) dari surat yang
lain, memiliki surat terpanjang yakni Albaqarah (sapi betina, dan surat
yang terpendek yaitu surat al-Kautsar.
Keotentikan kitab suci Al-Qur’an dalam keyakinan umat Islam
sesuai dengan jaminan Tuhan swt. dalam QS. al-Hijr (15): 9 seperti
berikut: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. Sudah disepakati
dan menjadi konsensus ulama, bahwa al-Qur’an al-Karim yang eksis
sekarang ini, yaitu berasal dari Rasulullah saw. dan disampaikan
35 Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan
dan penyerahan jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang
dikehendaki oleh iman itu.
36 Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya
kepada yang ghjaib yaitu, mengi’tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang
tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, seperti: adanya Tuhan , malaikat-malaikat,
hari akhirat dan sebagainya.
37 Shalat menurut bahasa ‘Arab: doa. menurut istilah syara’ ialah ibadat
yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang
dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Tuhan .
38 Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian
rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang Telah direzkikan oleh Tuhan
kepada orang-orang yang disyari’atkan oleh agama memberinya, seperti orang-
orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.
51
kepada kaum muslimin sampai hari ini, yaitu mutaw±tir, tidak
terjadi perubahan atau penambahan.39
Perbedaan antara Al-Qur’an dengan Alkitab yaitu Al-Qur’an
tidak pernah mengalami perubahan atau revisi, sebab dalam Surat
Albaqarah Tuhan mengancam orang-orang yang mencoba melakukan
revisi Al-Qur’an; “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al
Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad),
buatlah40 satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Tuhan , jika kamu orang-orang yang
benar”.(QS.2:23).
Meskipun disadari sepnuhnya bahwa antara Alquran dan
Alkitab dari segi pembukuan berbeda, tetapi tujuan daripada isi
kedua kitab tersebut sama-sama bertujuan untuk mengatur kehidupan
penganutnya menuju kehidupan yang selamat di dunia maupun di
akhirat.
Katolik dan Doktrin Ajarannya
Bagian esensial dari ajaran Katolik, yaitu keimanan kepada
Yesus Kristus yang tak dapat dipisahkan dengan sumber-sumber
Kristen sendiri. Menurut Nico Syukur, sumber keimanan yang berkaitan
dengan Yesus (Kristologi) yaitu anak cabang teologi dogmatik41.
Sebagai bagian teologi, kristologi didasarkan pada wahyu dan iman
serta pada konsensus dan rasio. Hal inilah yang mempengaruhi
kristologi mengalami beberapa tahapan perkembangan dan memberi
warna terhadap kristologi.
Groenem mengemukakan, ada empat tahap sejarah kepercayaan
dan keimanan kepada Yesus (Kristologi) yang paling berpengaruh.
Tahapan tersebut terdiri dari empat tahap yakni (1). tahap awal,
yakni masa perkembangan, kemajuan dan kemunduran kebudayaan
39 Muhammad ‘Abd al-‘A§³m al-Zarqan³, Manahil al-‘Irfan f³ ‘Ul m al-Qur’an,
jilid I, (Bayr t: Dar al-Fikr, 1988), h. 20.
40 Ayat Ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang
kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua
ahli sastera dan bahasa sebab ia merupakan mukjizat nabi Muhammad saw.
41 Teologi dogmatik yaitu pemahaman reflektif yang diturunkan dari
pemahaman terhadap dogma Kristen. Dogma sendiri yaitu statemen naratif
tentang iman Kristen yang diadopsi dari beberapa variasi otoritas Gerejawi dan
dijalankan sebagai ajaran resmi Gereja. Teologi dogmatik dibedakan dengan teologi
sistematik yang digunakan sebagai wawasan dan perangkat budaya. Teologi
fundamental digunakan sebagai argument untuk mempertahankan kebenaran
keimanan dan teologi praktis sebagai bentuk pertimbangan etis dalam merespon
dan bentuk komitmen terhadap pproblema-problema sosial politik. Lihat, Nico
Syukur Disber, Ofm, Kristologi Sebuah Sketsa, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 23.
52
Yunani-Romawi42, (2). Tahap pertengahan43, (3). tahap reformasi44, dan
(4). tahap modern atau tahap kini.45
Sumber epistemologis Katolik, bersumber dari Alkitab (bible),
risalah atau surat-surat Rasul, dan beberapa hasil keputusan Konsili.
Kemudian Alkitab ini terdiri atas Perjanjian Lama (al-ahd al-Qadim, Old
Testament) dan Perjanjian Baru (al-ahd al-Jadid, New Testament).
Ketiga sumber di atas tentu saja berlaku bagi dunia Katolik,
meskipun bisa juga digunakan oleh yang lainnya. Namun sebab Isa
as. bukan saja milik orang Katolik, tapi juga diakui sebagai bagian dari
kemimanan umat Islam.
Pertama, Konsep Iman Katolik. Secara teologis, dalam iman
Katolik seseorang dikatakan beriman apabila di hatinya percaya
seutuhnya kepada Yesus Kristus, sebab Dialah yang menjadi ”jalan”,
kebenaran, dan hidup.
Berbicara mengenai iman, erat kaitannya dengan wahyu, bahkan
masalah iman harus dikedepankan dahulu wahyu, sebab keduanya
42 Tahap ini mengalami perkembangan yang amat signifikan, yakni
perkembangan filsafat dari satu sisi, dan perkembangan teologi yang
mempengaruhi dunia Romawi. Perkembangan pemahaman keimanan kepada
Yesus cukup signifikan, dimana Katolik Roma memberikan pengaruh yang besar
dan posisi yang menguntungkan, yakni keberhasilan misinya sangat dirasakan
sampai pada abad ke-9. Pada tahap ini perkembangan ilmu pengetahuan juga
mengalami kejayaan hingga abad ke-12.
43 Tahap pertengahan, agama dan filsafat mengalami kejayaan ditandai
oleh proses akulturasi dan sinkritisasi antara agama dan filsafat. Pada abad
pertengahan ini, beberapa filosof telah membangun beberapa perguruan Tinggi
yang memadukan antara filsafat dan agama. Salah satu tokoh yang aktif melakukan
pemaduan antara filsafat dan Yunani yaitu Thomas Aquinas (1225-1274 M).
Bias dari pengaruh filsafat dan teologi tersebut telah membangun kesadaran
masayarakat Timur (Islam) akan pentingnya Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.
Pemikiran Yunani-Romawi yang sangat berpengaruh atas filsafat Islam yaitu
pemikiran Plotinus dengan konsep panteisme. Pantaeisme ini telah memberikan
ruang seluas-luasnya kepada filosof Islam, Al-farabi dan Ibn Sina.
44 Tahap ini muncul sang reformis (Martin Luhter) yang menantang
ortodoksi Gereja (Katolik), sehingga membentuk organisasi baru yakni Protestan.
Kebebasan pun dialami oleh masyarakat saat itu. Akibat dari itu semua, munculnya
sekularisme pemikiran yakni memisahkan antara otoriterisme Gereja dengan
pemerintahan dan agama dengan ilmu pengetahuan. Pada tahap ini disebut Era
renaisance ini lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia sendiri, bukan
kepada Tuhan (agama), lebih memusatkan perhatiannya kepada kehidupan dunia
dari pada kehidupan di akhirat. Zaman ini juga dikenal dengan zaman pencerahan
yang menjadikan manusia merasa dewasa dan percaya diri kepada dirinya sendiri
serta berusaha membebaskan diri dari kuasa tradisi dan Gerejani. Lihat, Harun
Hadiwijono, Sari sejarah Filsafat barat II (cet;ix, Yogyakarta: Kanisius, 1993), h.7
45 Kemudian era kini merupakan era toleransi, yakni pihak Gereja
telah memahami Kristen (Katolik) pada tataran pluralitas kemanusiaan. Hal
ini dibuktikan dalam berbagai isi konsili, yang mengakui bahwa di luar Gereja
ada keselamatan masing-masing agama dan kepercayaan, Lihat Ahmad
Syalabi, Perbandingan Agama Bahagian Agama Nasrani
tidak dapat dipisahkan. Wahyu dalam pengertian yang luas yaitu
petunjuk Tuhan yang diturunkan kepada para nabi dan rasul untuk
kepentingan umat manusia. Dalam pewahyuan memiliki keterkaitan
dengan tiga unsur pokok, yaitu ada yang memberi (Tuhan ), ada yang
menerima (nabi dan rasul), dan ada yang diberikan (wahyu).
Konsili Vatikan II mengartikan wahyu dengan ungkapan
”Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya Tuhan berkenan mewahyukan
diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-Nya...
...Maka dengan wahyu itu Tuhan yang tidak kelihatan dari kelimpahan
cinta kasih-Nya, menyapa manusia sebagai sahabat-sahabat-Nya dan
bergaul dengan mereka, untuk mengundang mereka ke dalam persekutuan
dengan diri-Nya dan menyambut mereka di dalamnya...46
berdasar ketentuan konsili di atas, dapat dipahami bahwa
wahyu yaitu Tuhan sendiri, yang hadir dan menyapa manusia, yang
berbicara dengan manusia dan berelasi dengan manusia secara pribadi.
Dengan demikian wahyu yaitu Tuhan sendiri, yang menyatakan
rahasia penyelamatan-Nya bagi manusia.
Kemudian iman yaitu tanggapan atas sapaan Tuhan kepada
manusia. Oleh sebab itu, wahyu sebagai Tuhan sendiri yang hadir dan
menyapa manusia, yang berbicara dengan manusia, maka dari pihak
manusia diharapkan adanya tanggapan atas sapaan-Nya. Hal ini
dikatakan dengan tegas dalam Konsili Vatikan II: ”Kepada Tuhan yang
menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman.
Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya
kepada Tuhan , dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta
kehendak yang sepenuhnya kepada Tuhan yang mewahyukan...” (Dei
Verbun 5). Dengan demikian, tanpaklah bahwa iman dapat diartikan
sebagai sikap penyerahan diri manusia dalam perjumpaan pribadi
dengan Tuhan .
Pengakuan iman Katolik berupa rumusan pokok-pokok iman
yang ada dalam syahadat pendek, syahadat panjang atau syahadat
Nicea-Konstantinopel. Syahadat pendek dalam Katolik dijelaskan
sebagai berikut: Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang
kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan
badan, kehidupan kekal.47
46 Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis Tentang Wahyu Ilahi, Dei Verbun
2.
47 Yang paling penting dalam syahadat itu, Gereja tidak disebut tersendiri,
tetapi dalam hubungan langsung dengan Roh Kudus, Lihat Konferensi Wali Gereja
Indonesia, Iman Katolik (Yogyakarta: Kanisius, 1996), h. 330.
54
Selain itu, ada pula syahadat panjang atau syahadat Nicea-
Konstantinopel. Pokok-pokok iman tersebut dirumuskan sebagai
berikut:
Percaya kepada Tuhan Bapa: Tuhan Bapa yang Mahakuasa; 1.
Pencipta langit dan bumi
Percaya kepada Yesus Kristus: Putra-Nya yang tunggal, Tuhan 2.
kita; Ia dilahirkan bukan sehakikat dengan Bapa; Ia turun
dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita;
Ia menjadi daging oleh Roh Kudus dari Perawan Maria; Yang
menderita sengsara pada pemerintahan Pontius Pilatus; Ia
wafat kesengsaraan dan dimakamkan; Yang turun ke tempat
penantian; Pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati;
Ia naik ke surga, duduk di sebelah kanan Tuhan Bapa; Ia akan
kembali dengan mulia mengadili orang yang hidup dan mati;
Kerajaan-Nya takkan berakhir
Percaya kepada Roh Kudus: Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia 3.
berasal dari Bapa dan Putra; Ia bersabda dengan perantara para
nabi.
Percaya kepada Gereja: satu kudus, Katolik dan apostolik. 4.
Pengakuan akan baptis: Aku mengakui satu pembaptisan akan 5.
penghapusan dosa.
Kebangkitan orang mati dan hidup akhirat: Aku menantikan 6.
kebangkitan orang mati dan hidup di akhirat.48
Rumusan pokok-pokok iman dan syahadat rumus panjang atau
syahadat Nicea-Konstantinopel ini, tentunya tidak dapat dilepas dari
maksud syahadat rumus pendek atau syahadat para Rasul. Keduanya
tetap satu dan sama sebagai pedoman iman atau rumusan pokok-pokok
iman atau pengakuan iman orang beriman Katolik, meski dirumuskan
secara berbeda.
Kedua, Kitab Suci Umat Katolik. Kitab suci yaitu wahyu Tuhan
yang diturunkan langsung kepada manusia, atau ”kitab suci yaitu
ajaran Tuhan yang ditulis oleh para nabi. Pengertian lain bahwa kitab
suci yaitu surat cinta dari Tuhan kepada manusia sebagai penghibur
pada saat susah, penguat di kala lemah, penenang di kala gelisah; dan
kitab sucilah yang paling berwibawa dan tidak pernah salah sehingga
ia dijadikan pedoman sebagai penyelamat manusia.49
Oleh sebab itu, hakekat wahyu yaitu inisiatif Tuhan yang
48 Ibid, bandingkan L. Prasetya, Panduan Menjadi Katolik: Panduan Bagi yang
Ingin Diterima dalam Gereja Katolik
bebas, yakni berpalingnya Tuhan kepada manusia, terjadi semata-mata
sebab prakarsa Tuhan sendiri. Hanya “sebab cinta kasih-Nya yang
melimpah ruah”, demikianlah Tuhan melangkah keluar dari rahasia
ada-Nya. Asal usul wahyu yaitu inisiatif Tuhan sendiri yang bebas.
Tuhan sendirilah yang menghentikan keheningan50, tanpa dipaksa oleh
apa atau siapa pun juga, tanpa kewajiban apapun terhadap manusia.
Semata-mata sebab terdorong oleh kebaikan dan kebijaksanaan-Nya.
Tuhan yang tak terhingga kesempurnaannya itu memanggil manusia
dan bercakap-cakap dengannya seperti seseorang yang berbicara
dengan sahabatnya.51
berdasar prinsip dasar ajaran Katolik, kitab suci sebagai
kesaksian atau ungkapan iman, bukan merupakan satu jenis buku
atau tulisan yang ditulis oleh orang-orang yang sama pada waktu
yang sama, tetapi ditulis oleh orang-orang yang berbeda, dengan latar
belakangnya yang berbeda pada waktu yang berbeda.
Kitab suci umat Katolik yang disebut dengan Alkitab merupakan
kumpulan dari banyak kitab dan risalah yang disusun dalam dua
bagian, Perjanjian Lama (Old Testament) dan Perjanjian Baru (New
Testament). Bible berasal dari bahasa Yunani. Merupakan bentuk jamak
dari ”biblos”.yang berarti buku. Dengan demikian bible (dengan ”b”
kecil) berarti koleksi kepustakaan atau koleksi buku . Adapun Bible
(ditulis dengan ”B” besar) merupakan istilah untuk menyebut buku
yang berisi tulisan suci dari suatu agama.52 Jika disebut The Bible of
Quran berarti Kitab suci agama Islam namun jika The Bible saja berarti
kitab suci yang diterima dalam agama Kristen.
Perjanjian Lama merupakan bagian terbesar dari Alkitab.
Sedangkan bagian kedua dan yang lebih sedikit jumlahnya yaitu
Perjanjian Baru yang merupakan rekaman dari sejarah kehidupan
dan ajaran Yesus Kristus, meskipun bukan suatu laporan lengkap.53
Alkitab diyakini sebagai firman Tuhan , sebab pengakuan Alkitab
sendiri yang menyatakan bahwa penulis tidak menyatakan pemikiran
mereka sendiri, tetapi sebab inspirasi dari Tuhan . Sebagaimana
50 Kristuslah “Sang Sabda yang keluar dari keheningan Bapa sendiri” (hos
estin autou logos apo siges proelthoon), demikian Ignatius dari Antiookhia dalam
suratnya kepada umat di Magnesia, bab 8, ayat 2. Lihat, MJ.Rouet de Journey ,
Enchiridion patristicum. (Barcelona: Herder, 1945), h. 44.
51 Wahyu yang dimaksud yaitu bersifat anugerah belaka, rahmat melulu,
yang diberikan dengan cuma-cuma sebagai buah hasil kebaikan hati Tuhan saja.
Lihat, Kel 33:11; bdk.Yo 15:14-15.
52 James Hanstings, (ed.), art, ”Bible” dalam Encyclopaedia of Religion and
Ethics (New York, T.& T, edinburgh, and Charles Scriber’s, tth), v.2 h.562.
53 Muhammad Zawed Jafar, Christio-Islamic Theologies (Delhi,S.Sajid Ali for
Adam Publisher and Distributors, 1994), h.1.
56
ungkapan Rasul Paulus: ”Segala tulisan yang diilhamkan oleh Tuhan
memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran”54
Doktrin iman Katolik menegaskan bahwa Tuhan yaitu penulis
utama Alkitab. Oleh sebab nya Alkitab tidak mungkin salah, sebab
Tuhan tidak mungkin keliru dalam firmanNya. Firman Tuhan itulah
tersimpan dalam Perjanjian lama dan Perjanjian Baru.
Perjanjian Lama
Perjanjian Lama (the Old Testament) merupakan buku pertama
dan terbesar dalam Alkitab. Kitab ini merupakan peninggalan agama
Yahudi. Dikatakan Perjanjian Lama sebab berisikan perjanjian-
perjanjian yang diadakan oleh Tuhan dengan manusia sebelum Yesus
Kristus tampil di permukaan bumi. Atau dengan kata lain Perjanjian
Lama yaitu tulisan-tulisan yang mengungkapkan iman umat Tuhan
sebagai suatu bangsa yang disapa oleh Tuhan sepanjang sejarah
hidupnya. Perjanjian Lama ini terdiri atas 46 tulisan, yang terbagi
dalam beberapa kelompok tulisan yaitu:
Pantateukh, yang terdiri dari kitab kejadian (1. Genesis), Keluaran
(Exodus), imamat (Leviticus), bilangan (Numeri) dan ulangan
(Deuteronomium),55
Sejarah, yang terdiri dari kitab Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1-2 2.
Samuel, 1-2 Raja, 1-2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Tobit, Yudit,
Ester dan 1-2 Makabe,
Kebijaksanaan, yang terdiri dari kitab Ayub, Mazmur, Amsal, 3.
Pengkhotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan Solomo, dan
Putra Sirakh,
Nabi-nabi, yang terdiri dari kitab Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, 4.
Daniel, Ratapan, Barukh, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus,
Mikha, Nuhum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan
Maleakhi.56
Dari tulisan-tulisan yang ada dalam Perjanjian Lama ini,
ada beberapa tulisan yang disebut Deuterokanomika (orang Kristen
menyebut Apokrip). Deuterokanomika berasal dari bahasa Yunani
54 Lihat 2 Timotius 3:16.
55 Lima kitab yang pertama dikenal dengan sebutan “Pentateuch”, atau
Taurat atau Torah, yang merupakan kitab Nabi Musa (Book of Moses), sebagian
besar ditulis di Babilonia, sekitar tahun 400 SM. Lihat, Peter Achroyed, The People
of the Testament, (London:Christophers, 1959), h.15.
56 L.Prasetya, op.cit. h.34-35.
57
deuteros artinya kedua, dan kanon artinya patokan iman.
Patokan iman Katolik kepada lima kitab (Kejadian, Ulangan,
Imamat, Bilangan, dan Keluaran) diambil dari nama kitab yang ditulis
dalam bahasa Yunani dan Latin yang mencirikan isi kandung masing-
masing kitab.57 Kitab ini bukan merupakan kompilasi yang utuh dari
catatan-catatan yang sebelumnya, dan tidak dapat diintefikasi bagian-
bagiannya.58
Penulisan Perjanjian Lama diawali saat Uzair (Ezra)
memimpin eksodus bangsa Yahudi ke Yerusalem. Setelah itu dikaji
dan revisi ulang terhadap kitab ulangan dan menambah empat kitab
sejarah Israil di masa Nabi Musa.59 Setelah raja Persia, Alexander,
menaklukan Yunani dan mendirikan imperium Yunani pada tahun
334 SM, atas inisiatif Ptolomius Philadelphi, Taurat yang menjadi kitab
suci Yahudi diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Dengan alasan,
bahwa peradaban Yunani yang dianggap lebih unggul, sehingga
penerjemahan ke dalam bahasa Yunani akan menambah keunggulan
dan kemuliaan Alkitab. Penulisan kedua ini dikenal dengan septuaginta
yang dilakukan oleh 70 orang penulis yang kemudian menjadi sumber
utama penerjemahan Alkitab Katolik.60.Pengesahan kitab Perjanjian
Lama bagi Gereja Katolik dilakukan dalam Konsili Trente tanggal 8
April 1546 M. Sementara revisi masih terus dilakukan pada tahun 1590
M, 1592 M, 1593M, dan 1598 M.
Kitab suci milik orang beriman Katolik yang dikenal dengan
tulisan-tulisan Deuterokanomika terdiri dari kitab Tobit, Yudit,
Kebijaksanaan Salomo, Yesus bin Sirakh, 1-2 Makabe, Barukh (bab 1-5),
Tambahan pada kitab Ester, dan tambahan pada kitab Daniel. Gereja
Katolik menerima tulisan-tulisan Deuterokanomika sebagai Kitab suci.
Perjanjian Baru
Dalam keyakinan umat Kristiani umumnya dan Katolik
khususnya mengenal kitab suci Perjanjian Baru. Dikatakan sebagai
Perjanjian baru, sebab berisikan perjanjian terakhir yang diadakan oleh
57 Sedangkan saat masih bahasa Ibrani , nama-nama kitab tersebut diambil
dari kata-kata pembuka masing-masing kitab yakni 1) Beresyit (pada mulanya), 2)
Syemot (nama-nama) 3) wayikra (lalu ia memanggil) 4) Bamidbar (dipadang gurun)
5) Debarin (perkataan atau perkara-perkara).
58 Jerald F.Dirk, Salib di Bulan Sabit (Jakarta: Serambi, 2001), h. 66.
59 Ibid.
60 Penulisan dan revisi Perjanjian Lama salinan septuaginta versi terbaru,
dilakukan antara lain Aquino dari Pontus bersamaa waktunya dengan penulisan
Hadrianus, Efesus, shimacus yang selesai pada abad ke-9. Sementara , sebelumnya
telah rterjadi revisi kedua kalinya oleh Jerome atas perintah Paus Damasus (382-
385M) dan mengubahnya ke dalam bahasa Latin.
58
Tuhan dengan umat manusia, melalui Yesus Kristus. Bahkan Konsili
Vatikan II menegaskan dengan ungkapannya ” Perjanjian Baru yaitu
kumpulan tulisan-tulisan yang secara langsung menjadi saksi abadi
dan ilahi akan misteri penyelamatan Tuhan dalam Yesus Kristus (Dei
Verbun 17)61. Bagian ini terdiri dari 27 tulisan yang terbagi menjadi:
Injil, yang terdiri dari Injil Markus, Matius, Lukas, dan 1.
Yohanes.
Kisah Para Rasul.2.
Surat-surat yang terdiri dari: 3. pertama, Surat Paulus: Roma, 1-2
Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1-2 Tesalonika, 1-2
Timotius, Titus, dan Filemon. Surat Paulus ini sendiri dapat
dibedakan menjadi; 1). Surat-surat besar, yang berkaitan dengan
bobot isi dan panjangnya surat, yaitu: Roma, 1-2 Korintus, dan
Galatia; 2). Surat-surat penjara, sebab surat ini dikirim dari
penjara, yaitu Efesus, Filipi, Kolose, dan Filemon. 3). Surat-surat
pastoral, yang berisi petunjuk-petunjuk bagi pemimpin jemaat
tentang cara memimpin jemaat, yaitu: 1-2 Timotius dan Titus.
Kedua, Surat kepada orang Ibrani. Ketiga, Surat Katolik, yang
ditujukkan tidak hanya kepada Gereja tertentu, tetapi untuk
Gereja umumnya, yaitu: Yakobus, 1-2 Petrus, 1-2-3 Yohanes
dan Yudas.
4. Wahyu Yohanes.4. 62
Perjanjian Baru bukan merupakan biografi atau riwayat hidup
sebagaimana layaknya ilmu pengetahuan modern. Kitab-kitab Injil
tidak lebih merupakan kesaksian para imam purba tentang Yesus
Kristus. Bukan rekaman khutbah Yesus ,melainkan laporan dari para
pengikut Yesus, sebagai sang sabda( kalimat ) yang telah mendaging.
Tinggal bersama manusia, hidup dengan manusia, menderita dan
wafat demi keselamatan manusia.63
Kitab Perjanjian Baru secara resmi menjadi kitab suci setelah
abad IV M. Yakni sejak keputusan Konsili Nikea tahun 325 M. Konsili
ini menetapkan 20 kitab yang dianggap syah. Empat buah injil dan 17
surat kiriman. Keputusan ini diikuti khususnya Gereja-Gereja Barat.
Sementara Gereja Timur masih menerima dokumen-dokumen yang
61 L. Prasetya, op.cit. h.36.
62 Orang Katolik yang mau menjadi anggota Gereja Katolik diharapkan
memahami bahwa:1) Kitab suci sebagai satu-satunya yang berwibawa dan
menyelamatkan (sola scriptura), 2) Keselamatan berasal dari Tuhan yang berbicara
dan menyapa manusia melalui Kitab Suci, juga melalui ajaran dan tradisi Gereja
dan mengakui eksistensi tulisan-tulisan Deuterokanomika.
63 Nico Syukur, op. cit. h.31.
59
ditolak konsili dan melengkapinya hingga 27 kitab. Pada saat itu
sempat terjadi pembakaran terhadap Gereja-Gereja yang tidak sepakat
dengan keputusan Konsili.
Dengan diresmikannya kitab Perjanjian Baru ini, maka secara
resmi menjadi dokumen ini menjadi kitab suci umat Nasrani. Teks
Alkitab ini tertulis dalam huruf-huruf Yunani. Alkitab secara lengkap
baru dikenal pada abad pertengahan di Gereja-Gereja Barat, melalui
Vulgata. Pembagian Alkitab menjadi bab-bab dilakukan pada tahun
1228 M, oleh Stephen Langton. Sedangkan pembagian dari bab-bab
menjadi ayat-ayat dilakukan pada tahun 1551 oleh Stephanus.
Perjumpaan Epistemologi
berdasar aspek etimologinya keselamatan dalam Islam dan
Katolik memiliki akar persamaan yang signifikan. Keselamatan dalam
Katolik berasal dari bahasa Ibrani ”salom” yang bermakna selamat,
damai, tidak cacat dan keselamatan. Sedangkan Keselamatan dalam
Islam secara terminologi maupun etimologinya berasal dari bahasa
Arab ”salam” artinya selamat, damai, sejahtera, tidak cacat. Jadi, kata
salam atau salom meskipun berasal dari bahasa yang berbeda, namun
Arab dengan bahasa Ibrani merupakan serumpun, sehingga implikasi
term salam dan salom memberikan pengertian yang sama.
Para penafsir baik dari kalangan Islam maupun kalangan
Katolik, mengambil dasar naqli term keselamatan berasal dari kitab
suci masing-masing. Pakar Islam merujuknya kepada Al-Qur’±n,
sedangkan kalangan Katolik merujuk kepada surat-surat yang berasal
dari Alkitab dan hasil Konsili Vatikan II sebagai sumber naqlinya.
Dari segi ketuhanan, Islam dan Katolik yaitu agama monoteisme
yakni percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Tuhan ). Keduanya
percaya bahwa Muhammad atau Ahmad yaitu juru bicara Tuhan di
dalam Islam dan Yesus yaitu juru bicara sekaligus diyakini sebagai
roh Tuhan dalam Kristen.
Kemudian aspek kenabian, agama Islam percaya bahwa nabi
Muhammad merupakan satu-satunya nabi yang diutus Tuhan yang
terakhir untuk semua kalangan. Hal ini sangat dipercaya oleh kalangan
pakar Kristen bahwa sebelum Muhammad hadir, Alkitab telah
menyebutkan bahwa akan hadir seorang nabi yang namanya Ahmad.
Dalam Al-Qur’an Tuhan menjelaskan bahwa Isa (Yesus) berkata
kepada umat Israil bahwa kehadirannya (Isa) sebagai penyampai
kebenaran dan akan hadir seorang nabi setelah beliau yakni Ahmad.
60
Dan (Ingatlah) saat Isa ibnu Maryam berkata: ”Hai Bani Israil,
Sesungguhnya Aku yaitu utusan Tuhan kepadamu, membenarkan
Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan
(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya
Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka
dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: ”Ini yaitu
sihir yang nyata.” (QS. Aa-Saf (61:6).
Ayat di atas membuktikan bahwa kitab suci Al-Qur’an
membenarkan adanya berita dari Yesus kepada umat sebelum
Muhammad tentang akan hadirnya nabi sesudah beliau yakni Ahmad.
Hal ini menggambarkan bahwa dalam ajaran Katolik khususnya
megakui akan peristiwa tersebut. Sebaliknya hal sama dalam kalangan
Islam bahwa mengakui eksistensi Yesus sebagai utusan sekaligus Roh
Tuhan merupakan bagian dari keimanan orang Islam.
Dari kenyataan di atas, dapat dikatakan bahwa eksistensi Islam
dan Katolik baik darik segi keimanan kepada Tuhan, Kitab-kitab suci
maupun faktor kenabian, menjadi hal yang fundamental dalam ajaran
kedua agama ini. Kemudian, harus dijadikan sebagai unsur kesamaan
dan persamaan. Tujuannya agar supaya unsur kesepahaman muncul
dalam rangka hidup bersesama membangun peradaban yang maju.
Kesimpulan
Setelah mendeskripsikan secara komparatif akar epistemologi
konsep keselamatan dalam Islam dan katolik di atas, akan dikemukakan
beberapa kesimpulan antara lain; Pertama, Epistemologi keselamatan
berasal dari kitab Al-Qur’an dan Alkitab (Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru). Al-Qur’an menjelaskan konsep keselamatan dengan
beragam makna, terkadang bentuk kata yang sama, tapi pengertian
berbeda. Begitu pula posisinya dalam Al-Qur’an berbeda, tapi makna
yang sama dan kadang-kadang maknanya berbeda pula, sebagaimana
dijelaskan; Surat al-Baqarah (2):71, 102, 112, 128, 131, 132, 133, Ali-Imran
(3):19, 20, 52, An-Nisa’ (4):65, 90, 91, Surat al-Ma-idah (5): 3, 16, Surat
al-An’am (6): 14, 35, dan seterusnya. Sedangkan dalam Alkitab, konsep
keselamatan terkadang berasal dari surat yang sama dengan ayat
berbeda dan surat yang berbeda, (Mat 8:1-4, Mat. 8:14-17; Mrk 1:40-45;
Luk 5:12-16, Mat 9: 1-8// Mrk 2:1-12, Luk 5:17-26, Mrk 1:29-34// Mat
8:14-17, Luk 4:38-41).
Alkitab (Perjanjian Lama & Perjanjian Baru) pondasi sekaligus
instrumen menuju keselamatan Tuhan . Kemudian Al-Qur’an
menjelaskan konsep keimanan dalam rukun iman dan rukun Islam,
61
selanjutnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari secara etis dan
konsekuen. Mengenai konsep ketuhanan dalam Islam dan Katolik
sama-sama percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (monotheisme).
Keduanya percaya bahwa Isa (Yesus) dan Muhammad saw. sebagai
pembawa wahyu Tuhan (Qs.Al saf 61:6 bdk Yoh 14: 26).
Kedua, Dari segi perkembangan sejarah pemahaman terhadap
konsep keselamatan, muncullah pemahamaan yang eksklusif di antara
pengikut Islam dan Katolik.Adapun paham yang meyakini secara
eksklusif bahwa tidak ada keselamatan di luar Gereja (extra ecclesiam
nulla salus). Sebagian umat Islam pun meyakini bahwa “sesungguhnya
agama yang diridhai Tuhan yaitu Islam”. Tetapi kemudian, konsepsi
doktrin penyelamatan ini berubah lebih inklusif, sehingga sebagian
umat Islam memahami konsep Islam secara universal, yakni
memandang term Islam bukan sebatas sebagai agama, tetapi aplikasi
keagamaan yang mendatangkan kedamaian. Paham resmi dalam
Katolik telah merevisi konsep keselamatan pada Konsili Vatikan II
dengan mengakui bahwa di luar Gereja ada keselamatan.





.jpeg)





