Tampilkan postingan dengan label Kerajaan 1000 tahun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kerajaan 1000 tahun. Tampilkan semua postingan

Kerajaan 1000 tahun

 


Pembahasan tentang kerajaan seribu tahun selalu dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan :

Apakah kerajaan seribu tahun dalam Wahyu 20'l-7 diartikan secara harafiah atau figuratif ?

Apakah kerajaan seribu tahun sudah berlangsung sekarang atau nanti sesudah kedatangan

Yesus kedua kali ?

Sampai sekarang gereja memiliki pemahaman yang tidak sama tentang ajaran ini. Bahkan

"hampir dari awal gereja memperdebatkan apakah masa Milenium merupakan periode seribu

tahun di akhir zaman menuju kekekalan ? Gereja mula-mula melihat topik ini berdasarkan

kepada pertanyaan sentral tentang otoritas dari kitab Wah;u. '

Pembahasan topik ini memang tidaklah mudah, dari sudut teologi Perjanjian Baru selain

referensiyangterbatas, kitabWahyu sebagaikitab terakhirPerjanjian Baru jugapenuhdengan

berbagaiteka'tekiyangmempunyaikarakteristikberbedadenganAlkitablainnya. Tidakada

teori runggal tentang wacana milenium, dan setiap pembahasan harus siap unruk berseberangan

dengan konsep yang lain. Walaupun demikian setiap usaha untuk terus menggali rahasia

milenium tidak boleh berhenti karena berbagai kesuLitan dan konsekuensi yang ada.

Sebagai pintu awal pembuka jaian, penulis menganggap bijaksana kalau spirit penulisan

tema ini didasarkan kep adaapayang dikatakan George Eldon Ladd: 'Pendekatanyangpal￾ing mudah terhadap kitab Wahyu adalah mengikuti rrafisi penafsiran tertenru dari seseorang

sebagai pandangan yang benar, dan mengesampingkan yang lain;

namun penafsiran yang baik harus berupaya mengenal metode-metode penafsir yang lain agar

supaya ia dapat menguji dan mempertajam pandangannya sendiri.

B. KitabWahyu dan Milenium.

Untuk memahami tentang kerajaan seribu tahun dalam Wah1u 20, tidak bisa tidak harus

dimulai dengan memahami secara menyeluruh konteks kitab iru sendiri. Hal ini bukan saja

unfi-rkmendaparkanpijakanyangtepattetapijugakarenasebagaikitabnubuatankitabWahyu

memiiiki karakter yang berbeda dengan buku-buku lainnya. Selain penuh dengan simbol￾simbol, penglihatan-penglihatan, binatang-binatang aneh, materai dan pengungkapan kata

sangkakala serta cawan, Leon Morris juga mengatakan : " Kitab ini menyajikan suatu jenis

kesusastraan yangcukup lazimpada wakru gerakan Kristen dimulai, namun sekarangtidak

dipakai orang lagi. Karena itu dibutuhkan suatu usaha khusus apabila kita mau memahami

apayang dikatakan penulis kepada kita.'

1. KitabApokaliptik.

Kata apokaliptik menunjuk kepada suaru jenis tulisan sastra Yahudi dan Kristen. Bagi bangsa

Yahudi sastra ini "merupakan hasil dari pengharapan yang tidak dapat dihancurkan. Tulisan

jenis ini muncul dari suatu sejarahyang khusus. Dan menyajikan penyataan-penyataanAllahyangmenerangkanpenyebabberkuasanyakejahatan,danmembukatabirrahasiasorgawi

serta menjanjikan kedatangan kerajaan-Nya dengan segera bagi orang-orangyang dilanda

penderitaan."

Merril C. Tenney menguraikan beberapa ciri kitab apokaliptik : "Pertama, keputusasaan

yang besar dalam menghadapi keadaan yang sedang berlangsung dan suatu pengharapan

yang sama besarnya akan campur tangan ilahi di masa depan ; Kedua, penggunaan bahasa

simbolik, impian-impian, dan penglihatan-penglihatan ; Ketiga, ditampilkannya kuasa-kuasa

surgawi dan Iblis sebagai urusan dan perantara dalam perkembangan rencana Allah ; Keempat,

nubuat tentang malapetaka hebat yang akan mengenai orang-orang fasik dan yang secara

ajaib akan meiewati orang-orang yang benar, dan , Kelima, adakalanyapemalsuan nama￾nama penulisnya dengan tokoh-tokoh sejarah kitab Suci yang menonjol, seperri Ezra atau

Henokh."

Berkaitan dengan akhir zaman, apokaliptik menunjuk pada suatu jenis eskatologi yang

meliputiciri-ciritenenru: "Pertama,dualisme. Paranabimenempatkanpenyelamatanterakhir

dalam dunia ini. Adanya pertentangan zaman ini dan zamanyang akan datang ; Kedua,

determinisme. Kedatangan zaman baru bergantung seuruhnya dalam tangan Tuhan, tidak

dapat dipercepat atau diperlambat oleh manusia , Ketiga, pesimisme. Sikap pesimis tentang

kemenangan akhir dari Kerajaan Allah. Meskipun demikian tetap berharap akan kedatangan

zaman baru ; Empat, sikap etis yang pasif. Penulis-penulis apokaliptik tidak memberitakan

penghukuman Allah atas umat-Nya seperri dilakukan para nabi. "

Kitab Wahyu tergolong apokaliptik 'kitab ini diruJis di tengah-tengah penganiayaan besar.

Penganiayaan yang dianggap pada masa pemerintahan Kaisar Domirian." Walaupun demikian

mengenai kitab Wahyu "penulis menyatakan namanya, dan menganggap pembaca sudah

mengenalnya, bukan sebagai tokoh dari masa yang lampau, tetapi sebagai sesama dengan

mereka yang diruju olehnya dalam persoalan-persoalan mereka.'

Sebagai kitab apokaliptik, George Eldon Ladd membagi isi berita Wahyu di dalam tiga

bagian : " Pertama, masalah kejahatan. Wahyu menubuatkan adanya periode singkat kejahatan

yang dahsyat yang terjadi dalam sejarah pada akhir zamar..la diperkenankan memerangi gereja

dan melaksanakan pemerintahan yang menguasai seluruh dunia ( Wahyu l3:l-10). Manusia

akandiperhadapkankepadapilihanmenyangkal Krisrus atau matidibunuh. Sejumlahorang

yang tak terhirung banyaknya dari segala bangsa akan dibunuh karena kesetiaan mereka pada

Anak Domba (7:9-17) ;Kedua, datangnya murka. wahyu menggambarkan sesuaru yang

tidak diajarkan di tempat lain dalam Alkitab, yairu bahwa masa kesengsaraan besarjuga akan

menjadi masa penjaruhan hukuman Allah ke atas manusia, dan ; Ketiga, kedatangan ker ajaan.

Kedatangan KerajaanAllahdigambarkandalam duawarna, yairu kehancurankejahatan dan

berkat kehidupan kekal. "

2. Penafsiran Kitab Wahyu.

Rasul Yohanes merupakan penulis kitab ini. Wahyu dirulis kerika gereja perdana mengalami

'penganiayaandankesulitan."'PenganiayaanterjadipadaperiodepemerintahanDomirianus,

yakni 95 M.' Menurut William Barclay : "Yohanes, ketika melihat hal-hal ini (penglihatan),

berada di Pulau Patmos, dihukum kerja paksa di pertambangan oleh Kaisar Domitianus."

Yohanes menulis kitabWahyu untukmembesarkan hati orang-orang Kristen abadpertamayang sedang mengalami penderitaan besar." Kitab Wahyu awalnya dikirimkan kepada rujuh

gereja lokal yang ada di Asia Kecil. Sedangkan tema dari kitab Wahyu adalah 'The victory of

Christ and His Church over the dragon (Satan) and his helpers.

Berkenaan dengan penasiran kitab Wahpr, George Eldon Ladd sendiri sebagai salah satu

ahli Perjanjian Baru mengakui bahwa, "Penafsiran kitab ini adalah yang paling sulit dan rumit

darisemuakitabyangadadalamPerjanjianBaru."PadahalsepertiyangdikatakanWilburM.

Smith : Sistem penafsiran yang dianut seseorang akan sangat mempengaruhi pemahaman

orang iru mengenai apa yang diaj arkan oleh kitab ini.'

Secara umum ada empat sistem penafsiran dasar yang berbeda terhadap kitab Wahyu :

penafsiranpreteris, historis, futuris, dan simbolis atau idealis.

a. Penafsiran Preceris.

"Pandanganinimelihat simbolismekitabWahyu hanya berhubungan dengan kejadian￾kejadianpadasaatiadirulis." "PenafsirannyamenekankanbahwaWahyu adalahprodukgereja

yang sedang menghadapi ancaman penganiayaanyangdahsyat oleh bangsa Romawi. ' "Bagi

penganut penafsiran preteris, kitab Wahyu tidak lagi berfungsi sebagai nubuat, dan sama saja

dengan tulisan apokalips yang lain di wakru itu, misalny aIY Ezra." Pemikiran ini berdasakan

aiasanbahwa "sang pelihat dibuat ngeri oleh kemungkinan-kemungkinan terjadinya

kejahatan yang melekat pada kekaisaran Romawi, dan ia memakai bahasa simbolis untuk

memprotesnya,jugaunrukmenyatakankeyakinannyabahwaAllahakancampurtanganunruk

memberlakukan apa yang sesuai dengan kehendak-Nya.

b. Penafsiran Historis.

Kitab Wahyu, khususnya berbagai nubuat tentang materai, sangkakala dan cawan,

mengemukakan berbagai peristiwa tertentu di dalam sejarah dunia yang berkaitan dengan

kesejahteraan gereja sejak abad pertama hingga modern ini." Pandangan ini menganggap

'Wahyu menyajikan cerita yang terus menerus tentang segenap periode sejarah." Sebagai

konsekuensinya, sepertinya 'setiap peristiwa penting dalam sejarah agama Kristen diberi

bayangan secaraluas, hingga kitabWahlu menjadi semacam kalenderperistiwa yang akan

terjadi."

c. Penafsiran Futuris.

Meskipun kelompok ini melihat Wahyu sebagai kitab nubuatan, dan dalam proses

penafsirannya lebih dikenal dengan harafiah, namun demikian kelompok ini ridaklah runggal.

Kaum futuris dibagi menjadi menjadi dua : fururis ekstrim dan fururis moderat.

Futuris ekstrim "menafsirkan kitab Wahy'u menurut pernyataan dispensasinya tentang

dua program ilahi yang berbeda, yaitu bagi Israel dan gereja. Segenap materai, sangkakala dan

cawan adalahperistiwa-peristiwa yang akan terjadipada masa kesusahan besar;dankarena

hal ini adalah masa "sengsara bagi Yakub (Yer.30:7), maka sesuai dengan definisinya, hal ini

menyangkut Israel, dan bukan gereja. Kelompok ini lebih dikenal dengan nama

dispensasionalis.

Futuris moderat Wahyu dilihat sebagai gambaran penggenapan tujuan penebusan Allah,

yang melibatkan hukuman dan keselamatan.' Golongan ini dengan tegas mengambil posisi

tentang kitab Wahlu : 'Kitab Wahyu adalah kitab nubuat. Menyangkal kenyataan ini berarti

menyangkalgaya penulisan, tema dan berbagaiperistiwa yung di."6utkanialamkitab ini.

"Skemapenafsiran futuris menandakan bahwa sebagian beiarpenglihatan di dalamkitab

ini akan digenapi menjelang dan kecika mencapai akhir zaman." Fururis moderat menolak

pendapat futuris ekstrim yang dianggap 'melangkah demikianjauh sehingga mengatakan

bahwa kerujuh jemaat Asia akan ditata dan didirikan ulang pada ukhi, =u-* il k riku nubu"t

tentangmereka akan digenapi -pandanganini sepenuhnyaridakperlu dantidakmasuk akal.',

d. Penafsiran Simbolis atau ldealis.

"Pandangan ini menandaskan bahwa tujuan Wahyu ialah menopang orang-orang Kristen

yangteraniayadanmenderita untuk bertahan sampai akhir hidup mereka. Golongan ini

"melihat Wahyu sebagaibuku yanghanya berisilambang-lamban!mengenaiku".^-ku^r,

roJrlni yang bekerja dalam dunia. Berita buku Wahyu memberi kepastian klpada ora.rg-orang

salehyangmenderita tentangkemenangan akhir dariAllah dan iidak menlandungp"rediksl

tentangperistiwa-peristiwa konl<ret dimasalampau atau dimasayang akandatang."

Menurut kelompok ini rujuan penulisan kitab Wahyu bukan -.*birr^ gerejaLengenai

masa depan, bukan untuk menubuatkan berbagaiperistiwa tertentu, tetapl sekadaru-nruk

mengajarkan sejumlah prinsip rohani yang mendasir.

secara tertulis istitah,'il""i".i'hTi;:TirHfil:t wahyu 2ot-7.Kata seribu tahun

disebut sebanyak enam kali. Kata Latin "millennium' berarti seribu tahun, berasal dari dua

kata ,"mille" artinya seribu dan "annus" yairu tahun. Terminologi ini menunjuk kepada periode

seribu tahun. Kata milenium dalam bahasa latin mempunyaitiga makn" , "". Menunlukkan

]ngkl bilangan = 1.000 (seribu) ;b. Menunjukkan kedarnaian rr"gu.", masa keemasan dan

kemakmuran masyarakat ; c. Dari sudut teologia kata ini menunirikkan iblis terikat selama

seribu tahun, dan orang Iftisten akanmenjadi raja bersama Krisrus selama seribu tahun.,

Seperti yang dinyatakan George Fldon Ladd, "Ajaran ini (milenium) biasanya ditentang

bukan dari segi eksegesenya, melainkan dari segr teologinya. i(tab Wahy', ,"-" sekali ridak

membahas ajaran teoloqi tentang kerajaan.e.ibu tahun.; Sehingga anggapan berdasarkan

arti harafiah atau simbolik sangat menentukan konsep milenirm.;Or".tg-Jrurgyr.rg hidup

sesudahzamanpara Rasul, dan seluruh Gereja sepanjang 300 tahun, t.hf,-.-u'hami nas ini

dalam arti harfiahnya yangjelas."

Untuk memahami makna teologis dari milenium, sebenarnya konsep tentang kerajaan

mesianis yang terbatas merupakan pengharapan orang Yahudi. Mereka -..rghar"fkan suatLl

ke-a{1an yang lebih sempurna dari sekarang. Nr*un dalam konteks perjafrian Bu* hal ini

tidak bisa diterapkan. 'Gagasan-gagasan Yihudi ini tidak membanru p*uiri."., ajaran pB,

kar9n1 PB tidakseperti orang-orang Yahudi, tidak berpikir tentang suaru zaman baru yang

mulai hanya pada masa yang akan datang. Menurut PB, zaman b^.u itu sudah mulai dalam

Krisrus."

Secara harafiah kepentingan adanya milenium di bumi, menurut peter H. Dar.,ids didasarkan

pada tiga alasan : "Pertama, milenium merupakan ganjaran bagi para marrir ( Wahlu i3:15).

Sekarangmerekamendapatkanganjaran,yaknikehiJupanyang[.t Aa""-"-.ri.rruhbersama

Kristus ; Kedua, milenium menunjukkan kemenangan Kristus. Kekuasaan-Nya selama seriburahunakanmempertahankanpemerintahanyangtelahdianugerahkanAllahkepada-N1'adan

yang sekarang tersembunyi di surga ; Ketiga, milenium mempertahankan pemerintahan Allah

yang benar, sejarah penebusan. Mungkinkah Allah tidak bisa memerintah dunia ini secara

lebih baik dari umat manusia (dan Iblis) ? Milenium menunjukkan bahwa Allah dapat

memerintah secara benar dan adil dalam sejarah. Dia tidak perlu mengakhiri sejarah begitu

saja. Barangkali inilah saatnya orang akan mengalami pemerintahan adil yang telah ditolak

oleh dunia ( tetapi sebenarnya dirindukan) sejak Kejaruhan manusia'

Secara figuratif ' kitab Wahyu penuh dengan angka-angka simbolik. Karena iru jelas angka

yang digunakan di sini tidak bisa ditafsirkan secara harafiah. Seribu menggambarkan

suatu periode yang genap, suatu periode yang sangat panjang yang panjangnya tidak dapat

ditenrukan.

Sebenarnya diantara para ahli Perjanjian Baru memiliki pemahaman yang sama tentang

pemerintahan Krisrus atas umat-Nya. Namun yang menjadi masalah tetap pada arti harafiah

dan figurarifnya milenium. Bagi G. E. Ladd : "Apa pun latar belakang historis di balik konsep

ini, kita masih harus mengajukanpertanyaan tentang segikepentingan teologisnya dalam

Perjanjian Baru. Di sini kita tidak menemukan perunjuk, karena Perjanjian Baru tidak pernah

menjelaskanrentangperlunyakerajaansementaraini,kecualihanyamenyebutkanbahwaini

penring dalam mewujudkan pemerintahan lGisrus ( I Kor 15:24 dst ). Sebenarnya, inilah yang

menjadisalah satLl alasanteologistentangpentingnyakerajaanyangdemjkian.Iftistus sekarang

sedang memerintah sebagai Tuhan dan Raja, namun pemerintahan-Nya masih terselubung,

tidak kelihatan, dan tidak dikenal oleh orang-orang beriman. Pengertian dunia hanya melihat

pemerintahan Krisrus sebagaipotensiyangbelum terealisir.Jadi, jikamasa sekarangadalah

masapemerintahanKrisrusyangterselubungdankemuliaanyangtersembunyidanmasaakan

datang adalah masa pemerintahan Allah yang menyeluruh, maka kerajaan milenium adalah

manifestasi kemuliaan Kristus ketika kekuasaan, yang sekarang telahdimiliki-Nya namun

belum nampak, yang akan diserahkan-Nya kepada Bapa pada Masa yang Akan Datang, akan

diperlihatkan secara nyata&dalam dunia." Konrradiksi dengan konsep ini Donald Gutrie

menyarakan : " Memang, bahwa Krisrus akan memerintah tidak dapat disangkal, karena hal ini

didukungolehperikop-perikop PerjanjianBarulainnya ( I Kor15:25 ;2Tim2:12). Tetapikita

harus hati-hati, karena kerajaan seribu tahun hanya disebutkan dalam Wahyu 20:l-I0 dan

tidak disebutkan lagi dalam bagian PB lainnya. Dalam wahyu 20:1-10 iru konteksnya bersilat

simbolik,yangberartitidakdapatdigunakansebagaikunciunrukpenafsiranperikop-perikop

lain yang tidak bersikap simbolik."

Sepanjang perjaranan g...jt;,t:113:;#*i.?lf:::il"*hhirkan empat arus urama :

postmilenialisme,amilenialisme,premilenialismedandispensasionalisme. Keempatpandangan

ini sama-sama mengklaim memiliki alasan-alasan penafsiran dan teologi Alkitab yang solid.

a. Postmilenialisme.

Paham ini berpendapat bahwa masa milenium dalam Wahyu 20 bersifat simbolis. Milenium

adalah periode wakru yang lama, dan belum tenru seribu tahun kalender : " It is an indenfinitely

long period of time, perhaps much longer than a literal one thousand years. Postmilenialisme

berpandangan bahwa milenium merupakan pengharapan akan periode perdamaian yangpanjang di bumi sebagai kelanjutan dari transformasi Kristen: The kingdom of God is now

being extended in the world through the preaching of the gospel and the saving work of the

Holy Spirit in the hearts of individuals, that the world evenruallyis tobe Christianized and that

thererum of Christis to occurat the close of alongperiod of righteousness andpeace commonly

called the millennium.

Pandanganpostmileniasme tentangmileniummerupakanpuncak dari Kerajaan Aliah dan

perubahan yang terjadi oleh Injil. Bagi kaum postmilenialisme Kerajaan Allah merupakan

realitas dunia saat ini, dan bukan realitas surga di masa yang akan datang. Kerajaan Allah iru

ada di sini pada saat ini dan akan di mulai oleh sebuah peristiwa yang besar. Kerajaan iru akan

datang secara bertahap, dan hampir tidak dapat kita lihat atau rasakan." Kerajaan iru bukan

sebuah dunia atau daerah kekuasaan di mana Tuhan memerintah. Lebih tepatnya, kerajaan iru

adalah pemerintahan Kristus dalam hati manusia. Mereka berpandangan optimis bahwa

akan adanya perbaikan dunia, Thus postmillennialism holds that Chrristianiry is to become

the connoiling and transforming in{luence not only in the moral and spirirual life of some indi￾viduals, but also in the entire social, economic and culrural life of the nations." Dan pertobatan

dari semua bangsa sebelum kedatangan Krisrus, seperti yangjelaskan Loraeine Boettner: "On

posrmilenial principles a strong emphasis is thrown on the university of Christ s work redemrion,

and hope is held out for the salvation of an incredibiy large number of the race of mandkin. Since

it was the world, or the race, which was the object of Christ s redemrion. This does not mean that

every individual will be saved, but the race as will be saved. Kelompok ini percaya bahwa

periode milenium akan diakhiri dengan parousia, yang disertai dengan kebangkitan orang

mati dan penghakiman terakhir.

b. Amillenialisme.

Amilenialisme percaya bahwa ' seribu tahun" di Wahyu 20 bukan hanya unruk masa akan

datangsajatetapisekarangdalamprosesrealisasinya. Pandanganinimenyakinibahwamilenium

bersifat spiritual. AnthonyA. Hoekema melihat masa seribu tahun dalam kitab Wahy'u dari

dua sudut : "Pertama, pengertian futuristik yang menunjuk kepada peristiwa-peristiwa yang

akan terjadi disekitar kedatangan Kristus yang kedua kali. Bila asumsi yang dibangun dalam

W"hyu 20 harus mengikuti apa yang dideskripsikan dalam Wahlu 19 dalam urutan kronologrs.

Makapadahakekatnya harus diterimabahwapemerintahanseribu tahunyang digambarkan

dalam Wahyu 20:4 telah terjadi setelah kedatangan Kriscus yang kedua kali yang digambarkan

padawahlu 19:11;Kedua,jikaWahyu 20:l-6 dilihat sebagailukisanyangakan terjadisepanjang

sejarahgereja, yang dimulai darikedatangan Kristus yangpertama, maka kita akan memiliki

pengertian dari kerajaan seribu tahun dalam Wahyu dengan cara yang sangat berbeda seperti

disebutkan sebelumnya.'

Aliraninilebih berpijakpada bagiankedua dengan sistimpenafsiran tentangkitab Wahlu

yang dikenal dengan paralelisme progresif (progressive parallelism) yang dipertahankan oleh

William Hendriksen dalam bukunya More than Conguerors. Menurut pandangan ini kirab

Wahyu terdiridari Tbagianyangberjalanpararel satu denganyanglain danbagian'bagian ini

juga menyatakan suaru perkembangan eskatologi. Setiap bagian melukiskan gereja dan dunia

mulai dari kedatangan KristLls yang pertama hingga kedatangan lfuisrus kedua. Kerujuh bagian

iru rcrbagi dalam tiga temabesaryangmeliputi:pergumulan antara iGisrus dengangerejaNya,dan di pihaklainmusuh-musuh Krisrus dengangereja, maka akan di dapat suatu kesimpulan

bahwaparohanpertamakitab (Wahyu l-ll)melukiskanpergumulandibumi,menggambarkan

gereja yang dianiaya oleh dunia. Parohan kedua (Wah1u L2-19) memberikan kepada kita latar

belakang rohani yang lebih mendalam dari pergumulan ini, menggambarkan penganiayaan

dari gereja oleh naga (setan) dan antek-anteknya. Dalam terang penganalisaan ini dapat dilihat

bagaimana penempatan bagian terakhir dari kita ini (Wahyu 20-22). Bagian terakhir ini

menggambarkan penghakiman dari setan, dan nasib akhirnya. Karena setan adalah puncak

dari musuh Krisrus, maka ini menjadi alasan mengapa nasib akhirnya diceritakan terakhir.

Dengan metode penafsiran paralelisme progresif maka wahy'u 20:l-6 sebenarnya terdiri

dari dua bagian:Wahyu 2O:I-3 menggambarkan setan yang terikat, dan Wahl'u 20 4-6

pemerintahan seribu tahun dari jiwajiwa bersama Krisrus. Karena Wahyu2}'22merupakan

bagian terakhir dari tujuh bagian dalam kitab Wahyu, maka Wahyu 20:l-6 tidak

menggambarkan apa yang terjadi setelah kedatangan Krisrus yang kedua kali. Tetapi Wahyu

20:l membawa sekali lagi ke awal dari Perjanjian Baru. Sesungguhnya kekalahan setan dimulai

dari kedatangan Krisrus yang pertama, seperri yang telah dikatakan dengan jelas dalam Wahyu

l2:7-9.Jadi pemerintahan seribu tahun yang digambarkan dalam Wahyu 20.4'6 terja&

sebelumkedatangan Kristus yangkedua kali sebagaibukti dari fakta bahwa penghakiman

rerakhir, yang dilukiskan dalam Wahyu 20:lI-15 digambarkan sebagai sesuatu yang terjadi

serelah pemerintahan seribu tahun. Tidak hanya di kitab Wahyu tetapi di dalam bagian mana

pun di Perjanjian Baru penghakiman terakhir itu dihubungkan dengan kedatangan Kristus

yang kedua kali ( Wahyu 22:l2,Matius 16:27 :25:31-32, Yudas I4-l5 dan 2 Tes 1:7-10). Dari

semua inijelas bahwapemerintahan seribu tahun dari Wahy 20:4'6harus terjadi sebelum

bukan setelah kedatangan Kritus yang kedua kali.

Wahyu 22:l-3 menggambarkan setan diikat selama seribu tahun dan dilemparkan ke jurang

maut. Maksud dari pengikatan ini adalah untuk menj aganya agar tidak menipu bangsa-bangsa

lagi hingga selesainya masa seribu tahun. Kitab Wahyu penuh dengan angka-angka simbolik.

Karena itu jelas angka "seribu tahun" yang dimaksudkan disini tidak bisa ditafsirkan secara

harafiah. Oleh sebab iru dapat dikatakan bahwa periode seribu tahun merupakan wakru antara

kedatangan Kristus yang pertama dan seketika sebelum kedatangan-Nya yang kedua. Iblis

sudah dikalahkan dan diikat pada wakru Yesus disalip. Orang-orang mati (martyr) yang hidup

kembali ( Why 20:4),dimengerti secara rohani (bukan kebangkitan tubuh). Mereka ini,

yang secara rohani hidup, memerintah bersama dengan Kristus di Sorga untuk masa seribu

tahun.

KaumAmillenialismepercayabahwaKerajaanAllahtelahdidirikanolehlGiscuspadawakru

Dia ada di bumi. Kerajaan itu sudah beroperasi di dalam sejarah hingga sekarang dan pasti

akan di genapi, disempurnakan di dalam kehidupan yang akan datang (inaugurated

eschatology). Seperti dirururkan oleh Anthony A. Hoekema : "They understand the kingdom of

God ro be the reign of God dynamically active in human history throughtJesus Christ. Its

purposeis toredeemGod'speople fromsin andfromdemonic pon'ers, andfinallyto establish

the newheavens and thenewearth. The kingdom of Godmeans nothingless thanthe reign of

God in Christ over his entire created universe."Secara harafiah, premilenial berarti "sebelum milenium". Premilenialisme adalah ajaran yang

menyatakan bahwa setelah kedatangan Yesus yang kedua kali, Ia akan memerintah di bumi

selama seribu tahunsebelumpenyempurnaan akhirkaryapembebasanAllahdalam langit dan

bumibaru. Parapenganutpremilenialismemen&+rnakanhermeneutikayangrelatifdanhafiah

dalam menafsirkan kitab suci, khususnya mengenai apokaliptik. Ini berarti kata'kata tersebut

diartikan secara harfiah jika hal ini tidak menimbulkan ketidaklogisan. Lebih lanjut para

penganut premilenialisme menunjukkan kecenderungan yang kuat terhadap penafsiran

Wahyu yang futuristik. "Memahami berita Wahyu berarti memahami peristiwa-peristiwa

yang akan datang."

Wahyu 20'I-6 ditafsir secara harfiah dan progresif kronologis. Secara alamiah G.E. Ladd

menyatakan : " The only place in the Bible that speaks of an actual milienium is the passage in

Revelarion 20:l-6. Any millennial docrrine must be based upon the most naEural exegesis of the

passage." "Progresif kronologis memandang Wahyu 20 sebagai kelanjutan dari Wahyu 19.

Karena Wahyu 19 menggambarkan kedatangan Kristus yang kedua kali, maka Wahyu 20

pasti menceritakan kejadian-kejadian yang mengikuti kedatangan kedua tersebut. Kaum

premilenialis menafsirkan pengikatan setan, milenium, dan kedua kebangkitan dalam Wahyu

20 secara harafiah.'

Bagr premilenialisme "pemerintahan Krisrus ada di bumi yang terbenruk oleh kedatangan￾Nya yang kedua." Maksud teologis pemerintahan ini menurut G.E. Ladd: 'Di mana kejahatan

dibatasi dan kebenaran menguasai, yang tidak pernah terjadi sebelumny a - jrkaakan ada saat

keadilan sosialpolitis dan ekonomi terwujud, saat manusia akan dapat diam bersama-sama

daiam kedamaian dan kemakmuran di bawah pemerintahan Kristus - jika sebelum pengadilan

terakhir, Allah masih mengaruniakan suatu suasana kehidupan sosial yang mendekati

kesempurnaankepadamanusia - namunsetelahperiode kebenaraniru berakhir, hatimanusia

yangbelumdilahirkankembaliterbuktimasihtetapmemberontakterhadapAllah,makadalam

pengadilan akhir tahta putih nanti setiap mulut akan tersumbat sehingga manusia akan tidak

bisa berdalihlagi dan semuanya akanmengakui kemuliaan dankebenaran Allah.

Kelompok ini percaya akan adanya dua kali kebangkitan orang mati : Pertama, pada

permulaan kedatangan Kristus yang kedua pada sebelum milenium ; Kedua, adalah pada akhir

milenium.

d. Dispensasionalisme.

Kaum dispensasinalisme dikenal sangat harfiah dalam menafsir Alkirab, hal ini juga

diperlakukan kepada kitab nubuatan. Suaru ungkapan terkenal sebagai slogan mereka: 'Jika

pengertian yang sederhana itu masuk akal, kita tidak perlu mencari pengertian lainnya.

Dispensasionalisme menafsir milenium sebagai suatu fakta kronologis dan harfiah. '

Peristir,va-peristiwa dalam Wahyu l9:Il-20:15 secara kronologis disajikan dengan logis sesudah

kedatangan yang kedua sebagaimana akibat sesudah sebab. ' Johr F Wali,oord menegaskan :

Sebagaimana halnya Wahyu mengenai jangka waktu adalah wahyu ilahi yang langsung

diberitakan kepada Yohanes, maka angka seribu tahun harus diambil sebagai angka yang

harfiah karena halitu diungkapkan olehAllah sebagaijangka wakru peristiwa ini.Dalam beberapa ha1 (kronologis, harfiah dan futuristik) dispensasionalisme sama dengan

premilenialisme, sehingga nama mereka sama dideparu:rya. Premilenialisme historis yang biasa

disebut premileanisme dan premilenialisme dispensasionalisme yang biasa disebut

dispensasionalisme. Perbedaan dari keduanya adalah faktor keharfiahan dalam menafsir Alkitab,

keterkaitan Perjanjian Lama, dan perbedaan antara Israei dengan gereja. John F. Walvoord

sebagai salah satu tokoh golongan dispensasionalisme menyatakan : 'Banyak bagian dalam

Perjanjian Lama menekankan kenyataan bahwa Israel akan memiliki tempat yang urama.

Menurut Yehezkiel 20:33-38, pada saat kedacangan yang kedua, lsrael akan mengalami

hukuman yang membersihkan, dan hanya orang-orang benar sajalah, yaitu sisa Israel, yang

dalam Perjanjian Lama digambarkan sebagai istri yang tidak setia, sekarang akan dipersatukan

kembali kepada Kristus dalam lambang pernikahan dan mengalami kasih Kristus ( Hos l:10.

ll;2:I4-23)."

Bagi kalangan ini arti milenium lebih dari sekedar seribu tahun masa pemerintahan Krisrus

di atas bumi. Milenium memiliki tempat yang jelas dan pasti dalam rencana Allah : pemulihan

bangsa Israel ke dalam tempat kesayangan-Nya dalam rencana Allah dan pemenuhan janji￾janji Allah terhadap gereja. Karena itu milenium benar-benar memiliki cri Yahudi. Milenium

adalah saat gereja benar'benar menjadi miliknya sendiri. Walaupun rujuan dari milenium ini

kurang jelas dalam beberapa bentuk premilenialisme lainnya, dalam dispensasionalisme

mileniummerupakanbagianintegraldariteoiogidanpemahamanseseorangmengenaiAlkirab.

Banyak bagian dari nubuat masih tidak terpenuhi, dan milenium memberikan saat pemenuhan

mereka."

Kelompok ini percaya bahwa parousia akan terjadi dua kali : Pertama, Yesus akan datang

secara rahasiauntuk orang-orangpercaya danmembawa, mengalamipengangkatan selama 7

tahun ; Kedua, Kristus akan datang bersama orang-orang percaya untuk memerintah selama

seribu tahun Selama masa pengangkatan akan terjadi anriktris di bumi.

D. Kerajaan Seribu Tahun: Nubuat dan Harafiah

Setiap metodepenafsiran dan cara pandang terhadap Wahl'u, khususnya kerajaan seribu

tahun merupakan sualu upaya untuk menghasiikan suaru ajaran yang solid. Namun demikian

untuk memperoleh pemahaman yang dianggap mendekati pemahaman yang sebenarnya

mengenai kerajaan seribu tahun di dalam Wahyu di perlukan suatu evaluasi. Suatu evaluasi

yang tentunya berdasarkan tolak ukur keyakinan penulis ( paper ini ) terhadap pemahaman

milenium.

l. Evaluasi Penafsiran Kitab Wahyu.

Penafsiran preteris menandaskan bahwa penulis hanya melukiskan berbagai peristiwa yang

terjadi di bumi di kerajaan Roma pada zaman iru saja, khususnya menjelang akhir abad perrama.

Hal ini sebenamya menyangkal sifat nubuatnya, dan memaksa banyak pemyataan di dalamnya

ke dalam sebuah pola yang terlalu sempit. Pandangan ini mengakui hubungan Wahyu

dengan pikiran-pikiran dan peristiwa'peristiwa sejarahpada masa itu, namun menyangkal

adanya unsur nubuat mengenai masa yang akan datang. Menurur kelompok ini 'kitab Wahyu

tidak iagr berfungsi sebagai nubuat, dan sama saja dengan tulisan apokalips yang lain di r,vakru

iru.Terhadap penafsiran historis terlepas dari semua keberatan terhadap skema penafsiran ini,

harus diakui bahwa skema ini tidak memberikan sebuah prinsip atau kriteriaLasar melalui

mana kita bisa menenrukan dengan tepat peristiwa historis mana yang dimaksudkan di dalam

nas tertentu. Hal ini teiah mengakibatkan kekacauan dan pertentangan besar di kalangan

penganut pandangan ini.' "Kesulitan utama dalam pandangan ini adalah bahwa tak ada

konsensus yang dicapai mengenai masalah-masalahnya apuiebenarnya yang terlihat oleh

garis besar sejarahdalamkitab Wahyu ini.

Penafsiran Fururis, pandangan ini sungguh-sungguh menerima unsur nubuat dalam Wahyu

(Ll9; 4:l). "Keberatan utama atas pandangan ini ialah : pandangan ini cenderung memindahkan

totalitas kitab itu dari tempatnya dalam sejarah. Tidak mudah memahami arti kirab iru bagi

para-pembacanyayangpertama seandainyakitabiru harus dimengerri dengan cara demikian."

Apalagi bagi mereka yang termasuk Futuris Ekstrim. Terhadap kelompok ini "konflik besar

dalam Wahyu adalah antara anti krisrus dengan Israel, dan bukan antaia anti krisrus dengan

gereja.

Penafsiran simbolis atau Idealis "Kebaikan metode penafsiran Idealis adalah karena ia

memxsatkan perhatian pembaca pada kebenaran etis dan rohani kitab Wahy'u, bukan pada

aspek simbolismenya yang mengundang perbantahan. Sebaliknya ia cenderung unruk

meremehkansimbolismeiru sebagaisuarLl sarananubuat. Pengrohaniannya"telahmelepaskan

Wahyu dari seluruh nilai ramalannya, serta mengingkari seluruh kai tannyadengan-segala

pemenuhan sejarah yang pasti. Menurut teori ini, hari penghakiman tiba setiap"kali suatu

perkara moral yang besar diputuskan ;ia bukan merupakan suaru puncak teraklhir di mana

Krisrus yang ilahi menyatakan kerajaan-Nya yang nyata." 'Keberatan terhadap pandangan ini

adalah bahwa literatur apokaliptis selalu menggunakan simbolis*" upokuiipsris untuk

menjelaskan perisriwa-perisriwa yang terjadi dalam sejarah ; dan kita harus menganfoap bahwa

apokalips itu memfiki unsur ini sebagaimana buku-buku lain yang sejenis.

postmireniarismeoJi3jff l::t":l?:.T#tr1#*,tHnembusseruruhdunia

Posmilenialisme telah memberi perhatian yang benar terhadap tema Alkitab yang asli- dimensi

masa kini dari Kerajaan Allah. ' Setelah mengetahui bahwa tuhan dan Raja kiil hadir dan Ia

tersedia bagi kita pada saat ini, maka gaya hidup kita harus dirandai keyi<inan, oprimisme,

dan sikap agresif.' Kelompok ini percaya bahwa bahwa melalui Injii dunia semakin baik dan

menjadi Kristen. Namun demikian, slfat optimistik ini tidaklah iealistis sesuai pandangan

Alkitab bahwa Matius 24'.9'14 menggambarkan bahwa kondisi rohani dan moial manusia

semakin bobrok pada zaman akhir. Pada sisi yang lain posrmilenialisme memiliki kesuliran

untuk mempertahankan supernaturalisme yang asli.

Amilenialisme "secara umum telah berusaha menerima hakikat literatur Alkitab secara serius

dan telah mengajukan pertanyaan tentang apa yang disampaikan dalam lingkup budaya itu,

menyadari bahr'va simbolisme mungkin ada dan berfungsi waiaupun hal terlebut tidak jelas.

Dalam keadaannya yang terbaik, amileniaiisme juga t.luh b".riaha menentukan arti yang

sebenarnya dari simbol-simboi dengan cara mempeiajari budaya dan bukan menerapkan art]

secara acak. Namun pada bagian lain, kelompok ini telair mengesampingkan bahkan

kehilangan sifat nubuatan dari milenium. Wilbur M. Smith menegiskan ' tr,l".*ung benarbahwa kitab ini mengajarkan prinsip-prinsip rohani ;kitab ini memberikan pesan yang

menghibur di dalam jaminan tentang kemenangan Kristus. Tetapi seluruh isi kitab ini

bertentangan denganpandangan bahwa pesan tersebut tidak menyingkapkan masa depan

yang sudah dinubuatkan.

Premilenialisme telah menunjukkan kesungguhan eskhatologis yang lebih besar

dibandingkan banyak wakil dari sistem lainnya." Para penganut ini menganggap serius

penafsiran Alkitab. Barangkali penyelidikan yang paling cermat dari teks-teks Alkitab yang

relevan, dan khususnya kitab Wahyu, dilakukan oleh penganut premilenialisme. Hal ini dapat

dikaitkan dengan pendekatan mereka yang lebih harafiah terhadap penafsiran nubuatan,

sebuah pendekatan yang cenderung membuat seseorang menjadi lebih optimis mengenai

adanya kemungkinanmenenrukan arti daripenulisan-penulisanini.Jika kitab sucimemiliki

kuasa, kita harus mempertimbangkan penafsiran yang intensif ini (apapun alasannya) sebagai

nilai yang sangat positif.' Masalah yang memberikan keberatan terhadap analisa kaum ini

adalah fokus milenium yang hanya ada pada Wahyu 20. Selain dianggap teologi yang dibangun

kelompok ini tidak melihat secara utuh Alkitab, juga sepertinya terlalu mempermudah dan

rentan kalau hanya satu nats Alkitab yang berbicara dan ditafsir apa adanya.

Dispensasionalisme dalambeberapahal tertentu sama dengan premilenialisme,khususnya

sifat nubuatan dari milenium. Pandangan ini juga sangat menaruh perhatian yang besar

cerhadap eskhatologi secara keseluruhan. Namun kelompok ini menerapkan hermeneutika

harafiah' secara lebih keras dan menyeluruh dibandingkan premilenialisme, dan hubungan

Israel dengan milenium dan eskatologi secara umum dinilai berlebihan.

3. Penilaian dan Pijakan Akhir.

Setiap sistem penafsiran terhadap Wahyu merupakan upaya panjang dan serius. Masing￾masing mencoba mencari cara dan landasan yang dianggap baik. Namun demikian perlu

disadari bahwa setiap sistem tidaklah sempurna, masing-masing memiliki kelemahan dan

kelebihan. Sangatiah baik mempertimbangkan apa yang disampaikan L.L Moris : 'Tidak saru

pun dari pandangan (penafsiran) di atas yang memuaskan. Barangkali pandangan yang tepat

ialah harus menggabungkan nalar-nalar yang benar dari semua pandangan iru. Nalar presteris

yang menonjol ialah makna dan peranan Wahyu bagi orang-orang pada zamannyakitab itu

dirulis, dan apa pun pendapat kita tentang kitab iru, pengertian ini harus dipertahankan. Nalar

kaum historis yang melihat Wahyu menjelaskan gereja daiam seluruh sejarahnya juga tidak

dapat dilepaskan, halnya sama dengan pandangan fururis yang serius menerima kesungguhan

berita tentang zaman akhir. Wahlu memang menekankan kemenangan terakhir dari Allah,

juga peristiwa-peristirn a yang menggugah semangat untuk hidup bagi Allah dalam masa￾masa perlawanan berkecamuk sengit.

Posmilenialismelebih menekankan pada aspekpenafsiran historis, Amilinealisme kepada

penafsiran simbolis atau ldealis. Meskipun keduanya mencoba memahami teks dan konteks

secara menyeluruh, namun mereka melupakan esensi lain yang sebenarnya sangat fundamen￾tal dalam melihat Wahyu dan milenium sebagai nubuatan. Pada posisi yang lain

premilenialisme dan dispensasionalisme mencoba memahami Wahlu dan milenium dalam

kerangka futuristik sebagai suatu apokaliptik. \,Valaupun dispensasionalis terlalu harfiah sekali

dalam melihat simbol-simbol yang ada pada Alkitab.

Hal yang sangat mencolok dalam memahami Kerajaan Seribu Tahun adalah adanya konsep

dan keterkaitan antara Kerajaan Allah dan Kerajaan Seribu Tahun. Posrmilenialisme memahami

Kerajaan Seribu Tahun sebagai kelanjutan Kerajaan Allah yang sempurna di bumi ini dengan

wakru yang tidak terbatas. Amelianisme menyatakan bahwa Kerajaan Seribu Tahun adalah

Kerajaan Allah yang di mulai dan dihitung sejak Kristus dan berakhir setelah kedatangan

Kristus kedua. Premilianisme meiihat bahwa Kerajaan Seribu Tahun adalah Kerajaan Aliah

yang terealisasi dibumi dalam makna harafiahnya. Konsep ini sama dengan dispensasionalisme,

hanya mazbab yang terakhir ini sangat menekankan keterkaitan dengan arri Israel secara fisik.

Secara pribadi penulis (paper ini ) lebih condong ke premileanisme. Kitab Wahy'u

merupakan kitab nubuatan. Milenium adalah bagian dari nubuatan. Walaupun melihat

milenium secara harafiah dalam bingkai futuristik, hal ini tidak berarti mengabaikan segr historis

terhadap pembaca awal, yaitu jemaat mula-mula. Suatu nubuatan tidak selalu langsung

terealisasi saat peristiwa berlangsung. Namun yang pasti memberikan penghiburan dan

kekuatan secara rohani. Sedangkan mengenai pemakaian simbol-simbol dalam Wahyu, War￾ren W. Wiersbe memberikan alasan iogis yang perlu diperhatikan : " Pertama, simbol-simbol

sebagai 'sandi'sandi rohani. Jika ada pejabat Romawi yang mencoba menggunakan Wahyu

sebagai bukti melawan orang Kristen, kitab ini akan menjadi suatu teka-teki dan hal yang

membingungkan bagi mereka ; Kedua, simbolisme tidak dilemahkan oleh waktu. Yohanes

dapat menggambarkan 'ungkapan-ungkapan' yang hebat dalam Wahyu Ailah dan

men)'usunnya menjadi suatu drama yang mengasikkan yang selama berabad-abad telah

membesarkan hati orang-orang kudus yang teraniaya dan menderita. ; Ketiga, simbol bukan

hanya menyampaikan informasi, melainkan juga menanamkan nilai-nilai dan membangkirkan

emosi. Yohanes bisa saja menulis,"seorang diktator akan memerintah dunia, tetapi ia

menggambarkannya dengan binatang. Simbol ini berbicara lebih banyak daripada sekedar

sebutan diktator.' Ketimbang menjelaskan suatu sistem dunia, Yohanes cukup

memperkenalkan"Babel besar' akan menyampaikan kebenaran rohani yang dalam kepada

para pembaca yang mengenal Perjanjian Lama."

Penafsiran terhadap milenium yang bersifat futuristik dan harafiah, bukan berarti

mengesampingkan aspek-aspek lain dalam penyusunan teologi. Bagi premilenialisme, Wahyu

memilikikekhusussan tertenru yangberbeda dengankitablainnya, kekhasan Wahyu karena

kitab ini pada dasarnya adalah kitab nubuatan. Sehingga faktor nubuatan harus menjadi

pertimbangan utama. Peter H. Davids dengan baik mengemukakan : "Pengujian rerhadap

sebuah pandangan dapat dilakukan dengan melihat apakah pandangan rersebur menjelaskan

data Kitab Suci dengan baik dan mempertahankan nilai-nilai yang Yohanes coba untuk

mengajarkannya.' Mengenai nilai-nilai seribu tahun yang hendak Yohanes sampaikan, Perer

H. Davids berkata : " Pemerintahan iblis telah berakhir, ia telah diikat. Krisrus akan memerinrah

, kemenangan-Nya di atas kayu salib akan menjadi sempurna. Para martirnya akan

mendapatkan ganjaran. Dan pemberontakan terhaclap Allah akan berakhir. ' Premilenialisme

berdasarkan konsistensi teologis Perjanjian Baru terutama dalarn kaitannya dengan Kerajaan

Allah seperti yangdikemukakan oleh George Eldon Laddpada pembahasan misterimilinium

di atas, pola penafsiran dan sifat dari nubuatan milenium, maka kerajaan seribu tahun itu

berararti harafiah.