Tampilkan postingan dengan label Kemunduran Islam eropa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kemunduran Islam eropa. Tampilkan semua postingan

Kemunduran Islam eropa

 



Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol 

lebih banyak dikenal dengan nama Andalusia, yang diambil dari sebutan tanah 

Semenanjung Liberia. Julukan Andalusia ini berasal dari kata Vandalusia, yang 

artinya negeri bangsa Vandal, karena bagian selatan Semenanjung ini pernah 

dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan oleh bangsa Gothia 

Barat pada abad V. Daerah ini dikuasai oleh Islam setelah penguasa Bani Umayah 

merebut tanah Semenanjung ini dari bangsa Gothi Barat pada masa Khalifah Al￾Walid ibn Abdul Malik.1

 Islam masuk ke Spanyol (Cordoba) pada tahun 93 H 

(711 M) melalui jalur Afrika Utara di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad 

yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia.Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara 

dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah. 

Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul 

Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan ibn Nu‟man al￾Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah Al-Walid, Hasan 

ibn Nu‟man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman Al-Walid 

itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki 

Aljazair dan Maroko. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama 

kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah 

memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan 

Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid).3

Sebelum 

dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung￾kantung yang menjadi basis kekuasaan Kerajaan Romawi, yaitu Kerajaan 

Gotik.

Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang 

dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka 

yaitu  Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat 

disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di 

antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang lima ratus orang 

di antaranya yaitu  tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang 

disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa 

harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan 

Tharif ibn Malik dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic 

yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk 

memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M 

mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq 

ibn Ziyad.4

Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena 

pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi 

orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian 

menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.5

Sebuah gunung tempat 

pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, 

dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, 

maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran 

di Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya 

menaklukkan kota-kota penting seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota 

kerajaan Goth saat itu).6

Sebelum menaklukkan kota Toledo, Thariq meminta 

tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Lalu 

dikirimlah 5000 personil, sehingga jumlah pasukan Thariq 12.000 orang. Jumlah 

ini tidak sebanding dengan pasukan ghothic yang berjumlah 25.000 orang.7

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan 

untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Musa bin Nushair pun melibatkan 

diri untuk membantu perjuangan Thariq. Selanjutnya, keduanya berhasil 

menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari 

Saragosa sampai Navarre.

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan 

Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai 

daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua 

terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada 

permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh 

ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.

Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu 

mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal. 

Yang dimaksud dengan faktor eksternal yaitu  suatu kondisi yang terdapat di 

dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang 

Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi￾bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu, penguasa Gothic 

bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu 

aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut 

agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa 

dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara 

brutal. Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga, keadaannya diliputi

oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi 

seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas dan juru 

pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu, 

Ameer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur 

dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, 

dan kesejahteraan tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan 

menyedihkan di bawah kekuasaan tangan resi penguasa Visighotic. Di sisi 

lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan 

masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting 

menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakan. Perpecahan dalam 

negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di 

tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya dan sudah ada jauh sebelum 

kerajaan Gothic berdiri.

Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika 

Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, 

sewaktu Spanyol berada di bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan 

tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri, dan 

perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, 

setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian 

lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan 

terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah 

dengan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama 

disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada 

masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam. 

Awal kehancuran kerajaan Ghot yaitu  ketika Raja Roderick memindahkan 

ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu 

menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan 

ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak, dan anak Witiza. 

Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan 

Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum 

muslimin. Sementara itu, terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu 

Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum 

Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai 

Spanyol. Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang 

dipakai oleh Tharif, Tariq, dan Musa.9

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya yaitu  tentara Roderick 

yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat 

perang. Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan 

persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.10

Adapun yang dimaksud dengan faktor internal yaitu  suatu kondisi yang terdapat 

dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang 

terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin 

yaitu  tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya 

diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap 

persoalan. Yang tak kalah pentingnya yaitu  ajaran Islam yang ditunjukkan para 

tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap 

toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin 

itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

Sejak pertama kali Islam menginjakkan kakinya ditanah Spanyol hingga 

jatuhnyua kerajaan Islam terakhir di sana sekitar tujuh setengan abad lamanya, 

Islam memainkan peranan yang besar, baik dalam bidang kemajuan intelektual 

(filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, bahasa dan sastra), kemegahan 

bangunan fisik (Cordova dan Granada).11 Sejarah panjang yang dilalui umat 

Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode yaitu :

1. Periode Pertama (711-755 M)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali 

yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada 

periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, 

gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari dalam maupun dari luar. 

Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, 

terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan 

pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang 

berpusat di Khairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling 

berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali 

pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. 

Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang 

saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama 

antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri 

terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing yaitu suku Qaisy (Arab Utara) 

dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali menimbulkan 

konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya 

di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan 

kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.12 Periode ini berakhir dengan 

datangnya Abdurrahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.

2. Periode Kedua (755-912 M)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang 

yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada 

pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah 

di Baghdad. Amir pertama yaitu  Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 

138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia 

berhasil mendirikan dinasti Bani Umayah di Spanyol. Penguasa-penguasa 

Spanyol pada periode ini yaitu  Abdurrahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, 

Abdurrahman Al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, 

dan Abdullah ibn Muhammad.

Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan￾kemajuan baik di bidang politik maupun bidang peradaban. Abdurrahman Al￾Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah- sekolah di kota-kota besar 

Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah 

yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdul Rahman Al￾Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.13 Pemikiran filsafat juga 

mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Ausath.

Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya 

gerakan Kristen fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom).14 Gangguan politik 

yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan 

pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang 

berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah orang yang tak puas 

membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya yaitu  pemberontakan 

yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan 

dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang￾orang Arab masih sering terjadi.15 Ada yang berpendapat pada periode ini dibagi 

menjadi dua yaitu masa Ke Amiran (755-912) dan masa ke Khalifahan (912-

1013).


3. Periode Ketiga (912-1013 M)

Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang 

bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal 

dengan sebutan Muluk Al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh 

penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan khalifah tersebut bermula dari 

berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Muktadir, Khalifah 

daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya 

sendiri. Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana 

pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa 

saat ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah 

hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar 

ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah 

pada periode ini ada tiga orang yaitu Abdurrahman Al-Nasir (912-961 M), 

Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).

Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan 

kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman 

Al-Nasir mendirikan universitas Cordova. Ia mendahului Al-Azhar Kairo dan 

Nizhamiyah Baghdad, juga menarik minat para siswa, Kristen dan Muslim, 

tidak hanya di Spanyol tetapi juga dari wilayah-wilayah lain di Eropa, 

Afrika dan Asia.16

Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah 

Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah 

dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.17

4. Periode Keempat (1013-1086 M)

Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh 

negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth 

Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan 

sebagainya. Yang terbesar diantaranya yaitu  Abbadiyah di Seville. Pada


periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau 

terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta 

bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang 

menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen 

pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan 

politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode 

ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan 

perlindungan dari satu istana ke istana lain.

18

5. Periode Kelima (1086-1248 M)

Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam 

beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu 

kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun 

(1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya yaitu  sebuah gerakan 

agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 

1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. 

Pada masa dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 

1118 M. Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumazi (w.1128). 

Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun‟im. Pada tahun 

1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de 

Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhhidun menyebabkan 

penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara pada 

tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan 

Seville jatuh pada tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari 

kekuasaan Islam.19

6. Periode Keenam (1248-1492 M)

Pada Periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah 

dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Kekuasaan Islam yang merupakan 

pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang 

istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak 

senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai 

penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas 

kekuasaannya. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan 

oleh Muhammad ibn Sa‟ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan 

kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini 

dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. 

Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan kedua kerajaan 

besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup puas. Keduanya ingin 

merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak 

kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya 

mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella, 

kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan 

Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua 

pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, 

boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.20

C. Kemajuan Peradaban

Dalam masa lebih dari tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol, umat 

Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, 

bahkan, pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia, kepada kemajuan 

yang lebih kompleks.

1. Kemajuan Intelektual

Spanyol yaitu  negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan 

penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan 

pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang 

terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari 

Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan 

Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk 

dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab dan 

Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, 

kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya 

lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan 

pembangunan fisik di Spanyol.21

a. Filsafat

Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian 

dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang 

dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap 

filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M, selama 

pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd Al￾Rahman (832-886 M).22

 Atas inisiatif Al-Hakam (961 -976 M), karya-karya 

ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga, 

Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu 

menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia islam.

Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol yaitu  Abu 

Bakr Muhammad ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. 

Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena 

keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti Al- Farabi 

dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan 

eskatologis. Magnum opusnya yaitu  Tadbir al-Mutawahhid.

Tokoh utama kedua yaitu  Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi 

Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut 

tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. 

Karya filsafatnya yang sangat terkenal yaitu  Hay ibn Yaqzhan.

Akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut 

Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd 

dari Cordova. la lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya 

yaitu  kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati￾hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat 

dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid. Ibnu 

Rusyd memiliki sikap realisme, rasionalisme, positivisme ilmiah Aristotelian. 

Sikap skeptis terhadap mistisisme yaitu  basis di mana ia menyerang filsafat Al￾Ghazali.

b. Sains

Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain

juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu 

kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca 

dari batu.23 Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. la 

dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan 

berapa lamanya. la juga berhasil membuat teropong modern yang dapat 

menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas 

dari Cordova yaitu  ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abi 

Ja‟far dan saudara perempuan Al-Hafidz yaitu  dua orang ahli kedokteran dari 

kalangan wanita.

Fisika. Kitab Mizanul Hikmah (The Scale of Wisdom), ditulis oleh Abdul

Rahman al-Khazini pada tahun 1121, yaitu  satu karya fundamental dalam ilmu 

fisika di Abad Pertengahan, mewujudkan “tabel berat jenis benda cair dan 

padat dan berbagai teori dan kenyataan yang berhubungan dengan fisika.24

Trigonometri Pengantar kepada risalah astronomi dari Jabir ibnu 

Aflah, dari Seville, ditulis oleh Islah al-Majisti pada pertengahan abad dua 

belas, berisi tentang teori-teori trigonometrikal.

Hasan al-Marrakusyi telah melengkapi pada tahun 1229 di Maroko, suatu 

risalah astronomi dengan informasi trigonometri. Karyanya tersebut berisi tabel sinus untuk setiap setengah derajat, juga tabel untuk mengenal benar￾benar sinus, arc sinus dan arc cotangen”. 

Observatorium Maragha, berdiri pada tahun 1259 di Azerbaijan, Persia, 

menjadi pusat studi astronomi dan alat-alat (baru) atau untuk memperbaiki 

alat-alat astronomi, kreatif dan terkenal untuk suatu periode yang singkat. 

Pusat yang menarik bagi ahli astronomi dan pembuat alat-alat astronomi dari 

Persia dan mungkin Cina.25

Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan 

banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang 

negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier 

(1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn Al- Khatib (1317-1374 

M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis yaitu  

perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di 

Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika.

Geografi. Zamakhsyari (wafat 1144) seorang Persia, menulis Kitabul 

Amkina waljibal wal Miyah (The Book of Places, Mountains and Waters). 

Yaqut menulis Mu’jamul Buldan (The Persian Book of Places), tahun 1228, 

berupa suatu daftar ekstensif data-data geografis menurut abjad termasuk 

fakta-fakta atas manusia dan geografi alam, arkeologi, astronomi, fisika dan 

geografi sejarah. Aja’ib al-Buldan (The Wonders of Lands), karya al-Qazwini, 

tahun 1262, ditulis dalam tujuh bagian yang berkaitan dengan iklim. Muhammad 

ibnu Ali az-Zuhri dari Spanyol, menulis satu risalah teori geografi setelah tahun 

1140. Al-Idrisi dari Sisilia, menulis untuk raja Normandia, Roger II, yang 

kemudian diketahui sebagai sebuah deskripsi geografi yang paling teliti di dunia. 

Ia juga menggubah ensiklopedia geografi antara tahun 1154 dan 1166 untuk 

William I. Al-Mazini di Granada telah menulis geografi Islam Timur dan 

daerah Volga; keduanya didasarkan atas perjalanannya.26

c. Fiqih

Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut Maliki. 

Yang memperkenalkan mazhab ini di sana yaitu  Ziyad ibn Abd Al-Rahman. 

Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada 

masa Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya di antaranya yaitu  

Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Sa‟id Al-Baluthi, dan Ibn Hazm yang 

terkenal.27

d. Musik dan Kesenian

Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai 

kecemerlangan dengan tokohnya Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki zaryab. Setiap 

kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil 

mempertunjukkan kebolehannya. la juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu 

yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya, baik pria maupun 

wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.

Studi-studi musikal Islam, seperti telah diprakarsai oleh para teoritikus al￾Kindi, Avicenna dan Farabi, telah diterjemahkan ke bahasa Hebrew dan Latin 

sampai periode pencerahan Eropa. Banyak penulis-penulis dan musikolog Barat 

setelah tahun 1200, Gundi Salvus, Robert Kilwardi, Ramon Lull, Adam de 

Fulda, dan George Reish dan lain-lain, menunjuk kepada terjemahan Latin 

dari tulisan-tulisan musikal Farabi. Dua bukunya yang paling sering disebut 

yaitu  De Scientiis dan De OrtuScientiarum.

Musik Muslim juga disebarluaskan ke seluruh benua Eropa oleh 

para “penyanyi- pengembara” dari periode pertengahan ini memperkenalkan 

banyak instrumen dan elemen-elemen musik Islami. Instrumen-instrumen yang 

lebih terkenal yaitu  lute (al-lud), pandore (tanbur) dan gitar (gitara). 

Kontribusi Muslim yang penting terhadap warisan musik Barat yaitu  musik 

mensural dan nilai-nilai mensural dalam noot dan mode ritmik. Tarian Morris di 

Inggris berasal dari Moorish mentas (Morise). Spanyol banyak menerapkan 

model-model musikal untuk sajak dan rima syair dari kebudayaan MuslimBanyak risalah musikal yang telah di tulis oleh para tokoh Islam seperti 

Nasiruddin Tusi dan Qutubuddin Asy-Syairazi yang lebih banyak menyusun teori￾teori musik.

e. Bahasa dan Sastra

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam 

di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. 

Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka. 

Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik 

keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn 

Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al￾Isybili, Abu Al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Gharnathi.

2. Kemegahan Pembangunan Fisik

Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam 

sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang 

pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat 

Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran 

sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang 

tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.

Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan 

irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) 

dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hidrolik itu dibangun 

dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan

na‟urah (Spanyol: Noria). Di samping itu, orang-orang Islam juga 

memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun, dan taman￾taman.

Industri, di samping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang 

punggung ekonomi Spanyol Islam. Di antaranya yaitu  tekstil, kayu, kulit, logam, 

dan industri barang-barang tembikar.

Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling 

menonjol yaitu  pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid, pemukiman, dan taman- taman. Di antara pembangunan yang megah 

yaitu  mesjid Cordova, kota Al-Zahra, Istana Ja‟fariyah di Saragosa, tembok 

Toledo, istana Al-Makmun, mesjid Seville, dan istana Al-Hamra di Granada.

a. Cordova

Cordova yaitu  ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian 

diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun 

dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di 

tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam. 

Pohon-pohon dan : bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri 

istana-istana yang megah yang semakin mempercantik peman-dangan, setiap 

istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana 

Damsik.

Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya yaitu  masjid Cordova. 

Menurut Ibn Al-Dala‟i, terdapat 491 mesjid di sana. Di samping itu, ciri 

khusus kota-kota Islam yaitu  adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja

terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan￾perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa 

muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.

b. Granada

Granada yaitu  tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Di sana 

berkumpul sisa- sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil 

alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur￾arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana Al- Hamra yang indah 

dan megah yaitu  pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana 

itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.

Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa 

diperpanjang dengan kota dan istana Al-Zahra, istana Al-Gazar, inenara Girilda, 

dan lain-lain.

3. Faktor-Faktor Pendukung KemajuanSpanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa￾penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan￾kekuatan umat Islam, seperti Abd Al Rahman Al-Dakhil, Abd Al-Rahman Al￾Wasith dan Abd Al-Kahman Al-Nashir.

Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh 

kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan 

ilmiah yang terpenting di antara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam 

hal ini yaitu  Muhammad Ibn Abd Al-Rahman (852-886) dan Al- Hakam II Al￾Muntashir (961-976).

Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut 

agama Kristen dan Yahudi, sehingga, mereka ikut berpartisipasi mewujudkan 

peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang Kristen, sebagaimana juga 

orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah 

sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing.

Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari 

berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi 

beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan 

kelebihannya masing-masing.

Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan 

Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu 

berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana 

mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil 

membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa, 

meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat api yang 

disebut kesatuan budaya dunia Islam.

Perpecahan politik pada masa Muluk Al-Thawa‟if dan sesudahnya 

tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan, merupakan 

puncak kemajuan ilmu pengetahuan, Kesenian, dan kebudayaan Spanyol 

Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada, dan lain-lain 

berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu￾satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk Al-Thawa‟if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang di antaranya justru lebih 

maju.

D. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran

1. Konflik Islam dengan Kristen

Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. 

Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan￾kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum 

dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan 

bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa 

kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara 

Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. 

Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat 

Islam sedang mengalami kemunduran.29

2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu

Kalau di tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang 

Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani 

Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang 

pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi 

istilah „ibad dan muwalladun kepada para mukalaf itu, suatu ungkapan yang 

dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada 

sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak 

besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak 

adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya 

figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.30

3. Kesulitan Ekonomi

Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota 

dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian.31 Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat 

memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan

Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, 

karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. 

Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh 

ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan 

ini.32

5. Keterpencilan

Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia 

selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dan Afrika Utara. 

Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung 

kebangkitan Kristen di sana.33

D. Pengaruh Peradaban Islam Di Eropa

Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak 

berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang 

di periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam 

mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang 

terpenting yaitu  Spanyol Islam.

Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap 

peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun 

perekonomian, dan peradaban antar negara. Orang- orang Eropa menyaksikan 

kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh 

meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang 

pemikiran dan sains di samping bangunan fisik. Yang terpenting di antaranya 

yaitu  pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). Ia melepaskan belenggu taklid 

dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles 

dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme 

dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di 

Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusydisme) yang menuntut kebebasan 

berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan 

Averroeisme ini.

Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir 

reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. 41 Buku￾buku Ibn Rusyd dicetak di Vinesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 

M. Bahkan, edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya￾karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, 

dan Strasbourg, dan di awal abad ke-17 M di Jenewa. Pengaruh peradaban 

Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari 

banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas- universitas 

Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan 

Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku 

karya ilmuwan-ilmuwan Muslim. Pusat penerjemahan itu yaitu  Toledo. 

Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang 

sama. Universitas pertama eropa yaitu  Universitas Paris yang didirikan pada 

tahun 1231 M tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman 

Pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas￾universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam 

diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat 

yang paling banyak dipelajari yaitu  pemikiran Al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn 

Rusyd.34

Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung 

sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) 

pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran 

Yunani di Eropa kali ini yaitu  melalui terjemahan-terjemahan Arab yang 

dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin.Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang 

sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. 

Gerakan-gerakan itu yaitu  kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik 

(renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada 

abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) 

pada abad ke-18 M.



Spanyol lebih banyak dikenal dengan nama Andalusia, Julukan 

Andalusia ini berasal dari kata Vandalusia, yang artinya negeri bangsa Vandal, 

karena bagian selatan Semenanjung ini pernah dikuasai oleh bangsa Vandal 

sebelum mereka dikalahkan oleh bangsa Gothia Barat pada abad V. Daerah ini 

dikuasai oleh Islam setelah penguasa Bani Umayah merebut tanah Semenanjung 

ini dari bangsa Gothi Barat pada masa Khalifah Al-Walid ibn Abdul Malik. Islam 

masuk ke Spanyol (Cordoba) pada tahun 93 H (711 M) melalui jalur Afrika 

Utara di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang 

Islam untuk membuka Andalusia.Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah 

menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari 

Dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di 

zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Penaklukan atas wilayah Afrika 

Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari 

Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H 

(masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al￾Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini 

terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan Kerajaan Romawi, 

yaitu Kerajaan Gotik.Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan 

Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke 

sana. Mereka yaitu  Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. 

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan 

Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai 

daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua 

terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang gerakannya dimulai pada 

permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh 

ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan￾kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat 

dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal. Pada masa penaklukan 

Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri 

ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol 

terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu, penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang 

dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut 

agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar 

dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak 

bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal. Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem 

kelas, sehingga, keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan 

ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti 

kedatangan juru pembebas dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang 

Islam. tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang terlibat dalam 

penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. yaitu  tokoh-tokoh yang kuat, 

tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, 

berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah 

pentingnya yaitu  ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu 

toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan 

persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu menyebabkan 

penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.Sejak pertama kali Islam 

menginjakkan kakinya ditanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di 

sana sekitar tujuh setengan abad lamanya, Islam memainkan peranan yang besar, 

baik dalam bidang kemajuan intelektual (filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, 

bahasa dan sastra), kemegahan bangunan fisik (Cordova dan Granada). Sejarah 

panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam 

periode. umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan 

menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman Al-Nasir 

mendirikan universitas Cordova. Ia mendahului Al-Azhar Kairo dan 

Nizhamiyah Baghdad.