Kematian muslim 3

 


ﺘ ﻰ di sini bermakna ta’liliyyah (sebab)  bukan ﹶﻏ ِﺋﺎ ﻴ ﹾﺔ (tujuan)  sebab   syafa’at  Rasulullah r itu  akan  selesai  sebelum  diputuskan  perkara  di  antara manusia. Sesungguhnya Beliau  jika memberikan syafa’at, Allah I akan turun bersama malaikat untuk memutuskan perkara  di  antara  para  hambaNya.  Sebagai  permisalan adalah firman AllahI :  ) ﱠﻠﻟﺍ ِﻝﻮﺳﺭ ﺪﻨِﻋ ﻦﻣ ﻰﹶﻠﻋ ﺍﻮﹸﻘِﻔﻨﺗ ﺎﹶﻟ ﹶﻥﻮﹸﻟﻮﹸﻘﻳ ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﻢﻫ ﻰﺘﺣ ِﻪ 

ﺍﻮﻀﹶﻔﻨﻳ (

109 

“Merekalah yang mengatakan : Janganlah  kalian berinfak kepada orang­orang yang di sisi Rasulullah dengan sebab itu mereka bubar meninggalkan Rasulullah.” (QS. Al­Munafiqun ; 7) Sesungguhnya  perkataanNya  : ﺍﻮﻀﹶﻔﻨﻳ ﻰﺘﺣ adalah bermakna ِﻟ ﺘﻠ ﻌ ِﻠ ﻴ ِﻞ (untuk/agar  mereka  kembali).  Dan  bukan bermakna  ghayah  (sehingga  mereka  kembali)  sebab  maknanya akan rusak kalau demikian. Perkataan Beliau v : 

ﻡﺩﺁ َﺀﺎﻴِﺒﻧﹶﺄﹾﻟﺍ ﻊﺟﺍﺮﺘﻳ ﹾﻥﹶﺃ ﺪﻌﺑ , ﺎﺣﻮﻧﻭ , ﻢﻴِﻫﺍﺮﺑِﺇﻭ , ﻰﺳﻮﻣﻭ , 

ِﻋﻭ ِﻪﻴﹶﻟِﺇ ﻲِﻬﺘﻨﺗ ﻰﺘﺣ ِﺔﻋﺎﹶﻔﺸﻟﺍ ِﻦﻋ ﻢﻳﺮﻣ ﻦﺑِﺍ ﻰﺴﻴ Setelah mereka bolak­balik menemui para nabi : Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa bin Maryam meminta syafa’at hingga berakhir kepada Beliau v. Yakni mereka mendatangi satu demi satu dari para nabi tersebut sampai terakhir. Penjelasan  kalimat  tersebut  adalah  hadits  yang dikeluarkan Al­Imam Al­Bukhari dan Muslim 61 dari hadits Abu  Hurairah t  .  Bahwasanya  Nabi r  bersabda  : “Aku adalah pimpinan manusia pada hari kiamat. Apakah kalian tahu pada perkara apa itu? Allah U akan mengumpulkan manusia pertama dan terakhir pada satu dataran tinggi. Mereka bisa mendengar siapa saja yang memanggil dan pandangan mata bisa menembus mereka (bisa melihat kejauhan sama dengan melihat yang dekat). Matahari akan didekatkan pada mereka, maka manusiapun mengalami kesedihan dan kesengsaraan yang mana 

61 Riwayat Al­Bukhari (4712) dan Muslim (194).

110  Menelusuri Kejadian­kejadian di Hari Kiamat 

mereka tidak mampu dan tidak sanggup untuk memikulnya. Maka manusiapun berkata: “Tidakkah kalian melihat apa yang telah menimpa kalian? Tidakkah kalian melihat siapa yang bisa memintakan syafa’at kepada Rabb kalian?” Maka sebagian mereka berkata kepada lainnya : “Hendaklah kalian pergi kepada Adam.” Maka merekapun mendatangi Adam, kemudian mereka berkata : “Engkau adalah bapaknya manusia, Allah U telah menciptakan­mu dengan kedua tanganNya, dan meniupkan ruh kepadamu dari ruh ciptaanNya. Dan Allah U memerintahkan malaikat untuk sujud kepadamu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami ini?” Maka Adam berkata :“Sesungguhnya Rabbku telah murka pada hari ini dengan kemurkaan yang tidak pernah ada kemurkaan seperti ini sebelum dan sesudah ini. Sesungguhnya Dia dahulu telah melarang aku dari (makan) sebuah pohon, kemudian akupun bermaksiat kepadaNya. Diriku .. diriku..diriku! pergilah kalian kepada Nuh!” Maka manusiapun menemui Nuh. Dan berkata : “Wahai Nuh sesungguhnya engkau adalah rasul pertama yang diutus kepada penduduk bumi. Dan sungguh Allah U telah menamaimu sebagai hamba yang banyak bersyukur. Mintakanlah syafa’at kepada Rabbmu! Bukankah engkau telah melihat apa yang kami alami?” Maka diapun berkata seperti yang dikatakan oleh Adam tentang kemurkaan Allah U. “Dan sesungguhnya aku dahulu memiliki do’a yang aku mendo’akannya untuk kebinasaan kaumku. Pergilah kalian kepada Ibrahim.” Maka kemudian mereka pergi menuju Nabi Ibrahim dan berkata : “Wahai Ibrahim! Sesungguhnya engkau Nabi Allah dan khalilNya dari kalangan penduduk bumi, mintakan syafa’at untuk kami kepada Rabbmu, bukankah engkau melihat keadaan kami sekarang ini?” Maka Ibrahim menjawab seperti apa yang dikatakan oleh Adam tentang kemurkaan Allah U. “Dan sesungguhnya aku dahulu melakukan tiga kedustaan! Pergilah kalian kepada Musa!” Maka kemudian mereka pun mendatangi Musa dan mereka berkata : “Wahai Musa! Engkau adalah

111 

Rasulullah. Allah U utamakan engkau atas manusia dengan risalahNya dan ketika engkau diajak berbicara olehNya? Mintakanlah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu, bukankah engkau melihat keadaan kami sekarang ini?” Maka Musa mengatakan seperti yang dikatakan oleh Adam tentang kemurkaan Allah U. “Dan sesungguhnya aku dahulu telah membunuh jiwa yang aku belum diperintahkan untuk membunuhnya. Pergilah kalian kepada Isa!” Maka merekapun mendatangi Isa dan mereka berkata : “Wahai Isa! Engkau adalah Rasulullah dan kalimatNya yang ditiupkan kepada Maryam dan ruh ciptaanNya dan engkau mampu berbicara dengan manusia ketika engkau masih bayi dalam buaian. Mintakanlah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu, bukankah engkau melihat keadaan kami sekarang ini?” Maka Isa mengatakan seperti yang dikatakan oleh Adam tentang kemurkaan Allah U dan tidak menyebutkan dosanya. Dan semua mereka mengatakan seperti perkataan Adam : “Diriku, diriku diriku! Pergilah kalian kepada Muhammad!” maka mereka mendatangi Muhammad r dan berkata : “Wahai Muhammad! Engkau adalah Rasulullah r dan nabi terakhir dan sungguh Allah U telah mengampunimu dosa yang akan datang dan dosa yang telah lalu. Mintakan syafa’at untuk kami kepada Rabbmu, bukankah engkau melihat keadaan kami sekarang ini?” Maka kemudian aku pun beranjak kemudian akupun mendatangi bawah ‘Arsy. Kemudian akupun turun sujud kepada Rabb ‘U kemudian Allah U membukakan untukku dari pujian­pujianNya dan indahnya pujian kepadaNya yang belum pernah Dia bukakan kepada seorangpun sebelum aku. Kemudian dikatakan : ”Wahai Muhammad angkatlah kepalamu, mintalah niscaya engkau diberi, mintalah syafa’at niscaya engkau dapat memberikan syafa’at. Kemudian menyebutkan kesempurnaan hadits tersebut.

112  Menelusuri Kejadian­kejadian di Hari Kiamat 

Tiga buah  kedustaan  yang Nabi  Ibrahim  sebutkan ditafsirkan dengan hadits yang dikeluarkan oleh Al­Imam Al­Bukhari dari Abi Hurairaht: Rasulullah r  berkata : “Nabi  Ibrahim  tidak  berdusta  kecuali  pada  tiga kedustaan: dua di antaranya  tentang Dzat Allah U yaitu pada  firmanNya  :  “Sesungguhnya saya sakit.” (QS. Ash­ Shaafat ; 98) Dan  firmanNya  : “Bahkan yang melakukannya adalah berhala yang paling besar.” (QS. Al­Anbiya ; 63) Dan  mengatakan  tentang  istrinya  yang  bernama Sarah : “Sesungguhnya dia adalah saudara perempuanku” Dan dalam Shahih Muslim tentang hadits Syafa’at terdahulu  :  bahwasanya  dusta  yang  ketiga  adalah  ucapan Beliau tentang bintang (sesungguhnya ini adalah Rabbku) dan tidak disebutkan di sana kisah Sarah. Akan tetapi Ibnu Hajar v  berkata  dalam  Fathul  Baari 62  :  Yang  benar bahwasanya ini adalah kekeliruan dari sebagian rawi. Dan Beliau  menganggap  haditsnya memiliki  ‘illah  (berpenya­ kit).  Sesungguhnya  Nabi  Ibrahim  manamakan  hal  ini sebagai  kedustaan  sebagai  sifat  tawadhu’  (merendah) Beliau.  sebab   sesungguhnya  kalau  dilihat  dari maksudnya, Beliau itu jujur dan sesuai kenyataan. Dan ini termasuk tauriyah *) . Wallahu a’lam. Perkataan  Beliau  :  (Hingga berakhir kepada Beliau)  yaitu  berakhir  kepada  Rasulullah  r  dan  telah berlalu disebutkan dalam hadits kejadian sesudahnya. 

62 Fathul Bari (6/391) *) Ucapan yang bisa diartikan dua makna, yang maknanya berdekatan. (lihat Fathul Baari Syarh Shahih Al Bukhari (4156))

113 

Dan  syafa’at  al­‘udzma  ini  tidak  dimiliki  oleh seorangpun selain Rasulullah r yang merupakan sebesar­ besar  syafa’at,  sebab   di  sana  Beliau  r  menyelamatkan manusia  dari  keadaan  besar  yang  mengerikan  dan menyengsarakan. Dan  rasul­rasul  yang  disebutkan  dalam hadits  syafa’at  semuanya  termasuk  Ulul  ‘Azmi.  Dan sungguh  Allah I  telah  menyebutkan  mereka  dalam  dua ayat dalam Al­Quran dalam surat Al­Ahzab dan surat Asy­ Syura.  Adapun  dalam  surat  Al­Ahzab  adalah  dalam firman AllahI :  ) ﻢﻴِﻫﺍﺮﺑِﺇﻭ ٍﺡﻮﻧ ﻦِﻣﻭ ﻚﻨِﻣﻭ ﻢﻬﹶﻗﺎﹶﺜﻴِﻣ ﲔﻴِﺒﻨﻟﺍ ﻦِﻣ ﺎﻧﹾﺬﺧﹶﺃ ﹾﺫِﺇﻭ 

ﻢﻳﺮﻣ ِﻦﺑﺍ ﻰﺴﻴِﻋﻭ ﻰﺳﻮﻣﻭ ( “Dan ingatlah ketika Kami mengambil dari kalangan para nabi perjanjian mereka dan darimu dari Nuh, dari Ibrahim, dari Musa, dari Isa bin Maryam.” (QS. Al­Ahzab ; 7) Adapun dalam surat Asy­Syura, firmanNya :  ) ﺣﻭﹶﺃ ﻱِﺬﱠﻟﺍﻭ ﺎﺣﻮﻧ ِﻪِﺑ ﻰﺻﻭ ﺎﻣ ِﻦﻳﺪﻟﺍ ﻦِﻣ ﻢﹸﻜﹶﻟ ﻉﺮﺷ ﺎﻣﻭ ﻚﻴﹶﻟِﺇ ﺎﻨﻴ 

ﻰﺴﻴِﻋﻭ ﻰﺳﻮﻣﻭ ﻢﻴِﻫﺍﺮﺑِﺇ ِﻪِﺑ ﺎﻨﻴﺻﻭ ( “Dia telah mensyariatkan bagimu tentang agama ini apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh, dan yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan apa yang Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa.” (QS. Asy­Syura ; 13) Peringatan : Perkataannya : Para nabi : Adam, Nuh, … Di sini penulis  menetapkan  bahwasanya  Adam  adalah  seorang nabi. Dan Adam itu memang seorang nabi, sebab  AllahI

114  Menelusuri Kejadian­kejadian di Hari Kiamat 

itu  telah  mewahyukan  kepadanya  dengan  syariat,  meme­ rintahnya dan melarangnya. Al­Imam  Ibnu  Hibban  meriwayatkan  dalam shahihnya 63  : Bahwasanya Abu Dzar bertanya kepada Nabi r : Apakah Adam itu seorang nabi? Maka Nabi r menjawab : “Ya.” Maka  Adam  merupakan  nabi  pertama  yang diwahyukan kepada mereka. Adapun rasul pertama adalah Nabi Nuh,  sebagaimana dijelaskan  dalam  hadits  Syafa’at dan dzahir Al­Quran dalam firmanNya :  ) ِﻩِﺪﻌﺑ ﻦِﻣ ﲔﻴِﺒﻨﻟﺍﻭ ٍﺡﻮﻧ ﻰﹶﻟِﺇ ﺎﻨﻴﺣﻭﹶﺃ ﺎﻤﹶﻛ ﻚﻴﹶﻟِﺇ ﺎﻨﻴﺣﻭﹶﺃ ﺎﻧِﺇ ( “Sesungguhnya Kami telah wahyukan kepadamu sebagaimana Kami telah wahyukan kepada Nuh dan para nabi sesudahnya.” (QS An­Nisa ; 163)  ) ﹶﺓﻮﺒﻨﻟﺍ ﺎﻤِﻬِﺘﻳﺭﹸﺫ ﻲِﻓ ﺎﻨﹾﻠﻌﺟﻭ ﻢﻴِﻫﺍﺮﺑِﺇﻭ ﺎﺣﻮﻧ ﺎﻨﹾﻠﺳﺭﹶﺃ ﺪﹶﻘﹶﻟﻭ 

ﺏﺎﺘِﻜﹾﻟﺍﻭ ( “Dan sungguh Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami menjadikan dalam keturunan keduanya nubuwah dan kitab.” (QS. Al­Hadid ; 26) Perkataan Beliau v : 

ﹸﺔﻴِﻧﺎﱠﺜﻟﺍ ﹸﺔﻋﺎﹶﻔﺸﻟﺍ ﺎﻣﹶﺃﻭ : ﹶﺔﻨﺠﹾﻟﺍ ﺍﻮﹸﻠﺧﺪﻳ ﹾﻥﹶﺃ ِﺔﻨﺠﹾﻟﺍ ِﻞﻫﹶﺃ ﻲِﻓ ﻊﹶﻔﺸﻴﹶﻓ Dan adapun syafa’at kedua adalah memberikan syafa’at kepada ahli surga agar memasukinya. 

63  Shahih  Ibnu Hibban  (2/77)  dan  hadits  ini  diriwayatkan Al­Imam Ahmad  dalam  Musnadnya  (5/978)  berkata  Al­Haitsami  dalam  Al­ Majmu’  :  diriwayatkan Ahmad, Al­Bazaar dan At­Thabarani dalam Al­Ausath semisal itu.

115 

Yang  demikian  itu,  sesungguhnya  ahli  surga  itu jika telah selesai menyeberangi as­shirat, mereka berhenti di atas  jembatan. Kemudian diqishash antara  satu dengan lainnya. Dan qishash di sini berbeda dengan qishash yang terjadi di padang mahsyar, bahkan ini adalah qishash yang lebih  khusus.  Di  dalamnya  Allah I  membersihkan  hati­ hati,  menghilangkan  kedengkian  dan  dendam  yang  ada dalam  hati.  Jika  telah  dihilangkan  dan  dibersihkan  maka mereka baru diijinkan masuk surga. Akan tetapi jika mereka mendatangi surga, mereka tidak  mendapati  surga  dalam  keadaan  terbuka, sebagaimana  ahli  neraka  mendapati  neraka  (ahli  neraka langsung mendapati  neraka dalam keadaan  terbuka­pent). Maka  pintu  surga  tidaklah  dibuka  hingga  Nabi  r memberikan  syafa’at  untuk  ahli  surga  untuk  memasuki­ nya.  Maka  semua  manusia  memasukinya  melalui  pintu amalan  yang  dahulu  mereka  bersungguh­sungguh  dalam amalan  tersebut.  Kalau  tidak,  terkadang  seorang  muslim itu diseru dari setiap pintu surga. Dan syafa’at  ini  telah diisyaratkan oleh Al­Quran, sebab  AllahI berfirman tentang ahli surga :  ) ﺎﻬﺑﺍﻮﺑﹶﺃ ﺖﺤِﺘﹸﻓﻭ ﺎﻫﻭُﺀﺎﺟ ﺍﹶﺫِﺇ ﻰﺘﺣ ( “Hingga jika  mereka mendatangi surga dan dibukakan pintu­ pintunya.” (QS. Az­Zumar ; 73) Dan  ini  menunjukkan  bahwasanya  di  sana  ada sesuatu kejadian  lagi,  antara kedatangan mereka ke surga dengan  dibukakan  pintu.  Dan  ini  lebih  jelas  lagi  dalam hadits riwayat Muslim dari Hudzaifah dan Abu Hurairah, mereka  berkata  :  bersabda  Rasulullah  r  :  Allah  I mengumpulkan manusia, maka berdirilah kaum mukminin hingga  surga  didekatkan  kepada  mereka.  Maka  mereka

116  Menelusuri Kejadian­kejadian di Hari Kiamat 

mendatangi Adam kemudian berkata : “Wahai bapak kami! Mintakanlah untuk kami dibukakan pintu surga.”  sampai selesai  hadits.  Di  dalam  hadits  ada  lafazh  berbunyi  : mereka  mendatangi  Muhammad  r,  kemudian  berdirilah Beliau  dan  Beliau  diijinkan  (untuk  memberi  syafa’at­ pent). Perkataan Beliau v : 

ﻪﹶﻟ ِﻥﺎﺘﺻﺎﺧ ِﻥﺎﺘﻋﺎﹶﻔﺸﻟﺍ ِﻥﺎﺗﺎﻫﻭ Dua buah syafa’at ini khusus bagi Beliau saja. Yaitu  syafa’at  bagi  Ahli  Mauqif  agar  diputuskan perkara  di  antara  mereka,  dan  syafa’at  untuk  memasuki surga.  Khusus bagi Beliau yaitu bagi Nabi Muhammad r. Oleh sebab  itu Adam, dan Ulul ‘Azmi minta udzur sebab  tidak mampu memberikan kedua syafa’at tersebut. Di sana juga ada syafa’at yang ketiga, yang khusus bagi Nabi r  yang  tidak  terjadi  pada  selain  Beliau,  yaitu syafa’at  bagi  pamannya Abu Thalib. Dan Abu Thalib  itu mati  dalam  keadaan  kafir  sebagaimana  dijelaskan  dalam Ash­Shahihain 64 dan selainnya. Paman­paman Rasulullahr jumlahnya ada sepuluh orang, yang menjumpai Islam di antara mereka ada empat 

64 Riwayat Al­Bukhari (4772) dan Muslim (24) dari kisahnya  Ibnul Musayyib  dari  bapaknya,  ketika   kematian   hendak   mendatangi Abu  Thalib,  hingga  perkataan  Al­Musayyib  “sampai  akhir perkataannya Abu Thalib adalah di atas ajaran Abdul Mutollib (yakni tetap  di  atas  kekafiran­pent)  dia  enggan  mengucapkan  Laa  ilaaha illallah.

117 

orang.  Dua  orang  tetap  dalam  kekafiran  dan  dua  orang masuk Islam. Dua paman Beliau yang kafir adalah : a)  Abu  Lahab,  dia  berlaku  jelek  kepada  Rasulullah r dengan  sejelek­jelek  perlakuan.  Dan  Allah  I menurunkan  (surat  Al­Lahab­pent)  yang menjelaskan dirinya dan istrinya yang membawa kayu bakar dalam satu  surat  sempurna  yang  mencela  dan  mengancam keduanya. b)  Abu  Thalib.  Dia  sangat  bagus  perlakuannya  kepada Nabi r  dengan  perlakuan  yang  baik  lagi  agung  dan ma’ruf.  Dan  di  antara  hikmah  Allah  I  ketika  Dia mentakdirkan  kekafiran  Abu  Thalib,  sebab   kalau tidak  ada  kekufurannya  niscaya  tidak  akan  terjadi pembelaan seperti ini kepada Rasulullah r, bahkan dia akan  disakiti  sebagaimana  Rasulullah  r disakiti. Akan  tetapi  dengan  kedudukan  Abu  Thalib  yang terpandang  di  sisi  Quraisy  dan  tetapnya  dia  dalam kekafiran  menyebabkan  orang  Quraisy  mengagung­ kannya.  Maka  dari  sisi  ini  merupakan  perlindungan bagi Rasulullah r. Dua  paman  Beliau  r  yang  masuk  Islam  adalah ‘Abbas  dan  Hamzah.  Hamzah  lebih  utama  daripada ‘Abbas,  sampai­sampai  Rasulullah r  menggelari  Beliau dengan  singa  Allah  I.  Beliau  terbunuh  dalam  perang Uhud. Dan Nabi r menamainya dengan Sayyidnya para Syuhada. 65  Maka  tentang  Abu  Thalib,  Allah  I 

65 Riwayat Al­Hakim dalam Al­Mustadrak (3/195) dari Jabir dan Al­ Haitsami  membawakannya  dalam  Al­Majmu’  (9/368)  dan  At­

118  Menelusuri Kejadian­kejadian di Hari Kiamat 

mengijinkan  Rasulullah  untuk  memberi  syafa’at  kepada­ nya  padahal  dia  kafir,  maka  hal  ini  merupakan pengecualian dari firman Nya :  ) ﲔِﻌِﻓﺎﺸﻟﺍ ﹸﺔﻋﺎﹶﻔﺷ ﻢﻬﻌﹶﻔﻨﺗ ﺎﻤﹶﻓ ( “Maka tidaklah akan bermanfaat baginya syafa’atnya orang  yang memberi syafa’at.” (QS. Al­Muddatstsir  ; 48) Akan  tetapi  ini  adalah  syafa’at  yang  tidak  akan mengeluarkan  dia  dari  neraka.  Bahkan  siksaannya  itu mengenai kedua kakiknya, sehingga mendidihlah otaknya. Berkata Rasulullah r : 

ﻭ ﹶﻟ ﻮ ﹶﻻ ﹶﺃ ﻧ ﹶﻟ ﺎ ﹶﺎﻜ ﹶﻥ ِﻓ ﺪﻟﺍ ﻲ ﺭ ِﻙ ﹾﺍ َﻷ ﺳ ﹶﻔ ِﻞ ِﻣ ﻦ ﻨﻟﺍ ِﺎ ﺭ “Kalaulah tidak sebab  syafa’atku, niscaya dia berada dalam kerak dasar neraka.” 66 Dan hal  ini bukan sebab  pribadi Abu Thalib akan tetapi  sebab   pembelaan  dia  kepada  Nabi  r  dan  para shahabatnya y. 

Thabarani  membawakannya  dalam  Al­Ausath  dan  hadits  ini  juga dibawakan Al­Albani dalam As­Silsilah Ash­Shahihah (374). 66 Riwayat Al­Bukhari (3883) dan Muslim (209) dari Abbas bin Abdil Muthallibt.

119 

Perkataan Beliau v : 

ﹸﺔﹶﺜِﻟﺎﱠﺜﻟﺍ ﹸﺔﻋﺎﹶﻔﺸﻟﺍ ﺎﻣﹶﺃﻭ : 

ﺭﺎﻨﻟﺍ ﻖﺤﺘﺳِﺍ ﻦﻤﻴِﻓ ﻊﹶﻔﺸﻴﹶﻓ , ِﻟﻭ ﻪﹶﻟ ﹸﺔﻋﺎﹶﻔﺸﻟﺍ ِﻩِﺬﻫﻭ ﲔﻴِﺒﻨﻟﺍ ِﺮِﺋﺎﺴ 

ﻢِﻫِﺮﻴﹶﻏﻭ ﲔِﻘﻳﺪﺼﻟﺍﻭ , ﺎﻬﹶﻠﺧﺪﻳ ﺎﹶﻟ ﹾﻥﹶﺃ ﺭﺎﻨﻟﺍ ﻖﺤﺘﺳﺍ ِﻦﻤﻴِﻓ ﻊﹶﻔﺸﻴﹶﻓ , 

ﺎﻬﻨِﻣ ﺝﺮﺨﻳ ﹾﻥﹶﺃ ﺎﻬﹶﻠﺧﺩ ﻦﻤﻴِﻓ ﻊﹶﻔﺸﻳﻭ Dan adapun syafa’at yang ketiga : maka Beliau r memberi syafa’at kepada orang yang berhak masuk neraka, maka syafa’at ini dimiliki oleh Beliau r dan juga seluruh nabi dan shiddiqin dan selain mereka. Maka Beliau r memberi syafa’at kepada orang yang berhak masuk neraka agar tidak masuk neraka, atau kepada orang yang telah masuk neraka agar dikeluarkan dari neraka. Perkataan  Beliau  v  :  (Dan adapun syafa’at yang ketiga adalah maka Beliau memberi syafa’at kepada orang yang berhak masuk neraka). Yaitu  dari  kalangan  kaum  mukminin  yang bermaksiat. Dan  ini memiliki  dua  bentuk,  yaitu memberi syafa’at  kepada  orang  yang  berhak  masuk  neraka  agar tidak  jadi masuk neraka  atau  syafa’at  kepada orang  yang telah masuk neraka agar keluar darinya. Adapun  syafa’at  kepada  orang  yang  telah  masuk neraka agar dikeluarkan darinya, maka hadits­hadits yang

120  Menelusuri Kejadian­kejadian di Hari Kiamat 

menjelaskan  hal  ini  sangat  banyak,  bahkan  mencapai derajat mutawatir. Dan  adapun  syafa’at  kepada  orang  yang  berhak masuk  neraka  agar  tidak  jadi  memasukinya,  maka pemahaman  ini  diambil  dari  do’a  Rasulullah  r  untuk kaum mukminin dengan ampunan dan rahmat atas jenazah mereka.  Maka  sesungguhnya  konsekuensi  dari  hal  itu adalah orang yang didoakan tersebut tidak akan masuk ke dalam neraka. Seperti do’a Nabi r : “Ya Allah, ampunilah Abu  Salamah  dan  angkatlah  derajatnya  dari  kalangan orang­orang yang mendapat  hidayah.” 67 Akan  tetapi  ini  adalah  syafa’at  di  dunia.  Sebagaimana perkataan Nabi r : 

ﻣ ِﻣ ﺎ ﻦ ﺭ ﺟ ٍﻞ ﻣ ﺴ ِﻠ ٍﻢ ﻳ ﻤ ﻮ ﺕ ﹶﻓ ﻴ ﹸﻘ ﻮ ﻡ ﻋ ﻰﻠ ﺟ ﻨ ﺯﺎ ِﺗ ِﻪ ﹶﺃ ﺭ ﺑ ﻌ ﻮ ﹶﻥ ﺭ ﺟ ﹰﻼ ﹶﻻ 

ﻳ ﺸ ِﺮ ﹸﻛ ﻮ ﹶﻥ ِﺑ ِﷲﺎ ﺷ ﻴ ﹰﺌ ِﺇ ﺎ ﱠﻻ ﺷ ﱠﻔ ﻌ ﻬ ﻢ ُﷲﺍ ِﻓ ﻴ ِﻪ “Tidaklah ada seorang muslim yang mati kemudian yang menshalati jenazahnya adalah empat puluh orang yang tidak menyekutukan Allah U dengan sesuatupun, maka Allah U akan ijinkan mereka untuk memberi syafa’at  kepadanya.” 68 Dan jenis syafa’at ini diingkari oleh dua kelompok ahli  bid’ah  yaitu  Mu’tazilah  dan  Khawarij.  sebab  pendapat  Mu’tazilah  dan  Khawarij  tentang  pelaku  dosa besar  adalah  kekal  di  jahannam.  Mereka  berpendapat bahwa  orang  yang  berzina  itu  sama  seperti  orang  yang menyekutukan  Allah I,  sehingga  tidak  lagi  bermanfaat 

67 Riwayat Muslim (920) dari Ummu Salamah c. 68 Riwayat Muslim (948) dari Ibnu Abbas t.

121 

syafa’at  baginya. Maka  Allah I  tidak  akan mengijinkan seorangpun untuk memberi syafa’at baginya. Dan  pendapat  mereka  itu  terbantah  dengan  hadits mutawatir yang menjelaskan adanya syafa’at ini. Perkataan  Beliau v : 

ﺪﺼﻟﺍﻭ ﲔﻴِﺒﻨﻟﺍ ِﺮِﺋﺎﺴِﻟﻭ ﻪﹶﻟ ﹸﺔﻋﺎﹶﻔﺸﻟﺍ ِﻩِﺬﻫﻭ ﻢِﻫِﺮﻴﹶﻏﻭ ﲔِﻘﻳ ,Dan syafa’at jenis ini adalah dimiliki oleh Nabi r dan juga seluruh para nabi, shidiiqin dan selain mereka . Maka  Beliau  r  memberikan  syafa’at  kepada orang­orang  yang  berhak  masuk  neraka  agar  tidak  jadi memasukinya  dan  bagi  orang  yang  telah  masuk  neraka agar keluar darinya. Yakni syafa’at ini bukan khusus milik Nabi  r  akan  tetapi  syafa’at  ini  terjadi  pada  para  nabi lainnya.  Ketika  mereka  memberikan  syafa’at  kepada pelaku maksiat dari kalangan umat mereka. Bagi shiddiqin memberikan syafa’at kepada pelaku maksiat dari kalangan kerabatnya  dan  selainnya  dari  kalangan  mukminin. Demikian  pula  terjadi  pada  selain  mereka  dari  kalangan orang­orang  shalih,  sampai­sampai  ada  seseorang  yang memberi syafa’at kepada keluarganya, kepada tetangganya dan yang semisalnya. Perkataan Beliau v : 

ٍﺔﻋﺎﹶﻔﺷ ِﺮﻴﻐِﺑ ﺎﻣﺍﻮﹾﻗﹶﺃ ِﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦِﻣ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺝِﺮﺨﻳﻭ , ِﻪِﺘﻤﺣﺭﻭ ِﻪِﻠﻀﹶﻔِﺑ ﹾﻞﺑ Maka Allah I mengeluarkan dari neraka suatu kaum dengan tanpa syafa’at, bahkan dengan karunia dan rahmatNya semata.

122  Menelusuri Kejadian­kejadian di Hari Kiamat 

Yakni  sesungguhnya Allah I  akan mengeluarkan pelaku  maksiat  dari  kalangan  mukminin  yang  Allah I kehendaki  tanpa syafa’at. Ini adalah kenikmatan dariNya, sebab   rahmatNya  itu  mendahului  kemurkaanNya. Maka para nabi telah memberikan syafa’at, demikian pula orang shalih,  para  malaikat,  kemudian  selain  mereka,  hingga tidak ada  lagi yang tersisa kecuali rahmat­Nya Dzat yang paling  rahmat  dari  yang  merahmati,  maka  Allah  I mengeluarkan  dari  neraka,  orang­orang  yang  keluar darinya  tanpa  melalui  syafa’at,  hingga  tidak  ada  yang tertinggal di neraka kecuali mereka memang ahli neraka. Telah diriwayatkan oleh Al­Imam Al­Bukhari dan Muslim  dari  hadits  Abi  Sa’id  Al­Khudry  dari  Nabi r  : Sesungguhnya  AllahI berfirman : 

ﹶﻓ ﻴ ﹸﻘ ﻮ ﹸﻝ ُﷲﺍ ﻋ ﺰ ﻭ ﺟ ﱠﻞ ﺷ ﹶﻔ ﻌ ِﺖ ﹾﻟﺍ ﻤ ﹶﻼ ِﺋ ﹶﻜ ﹸﺔ ﻭ ﺷ ﹶﻔ ﻊ ﻨﻟﺍ ِﺒ ﻴ ﻮ ﹶﻥ ﻭ ﺷ ﹶﻔ ﻊ 

ﹾﻟﺍ ﻤ ﺆ ِﻣ ﻨ ﻮ ﹶﻥ ﻭ ﹶﻟ ﻢ ﻳ ﺒ ﻖ ِﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﺭ ﺣ ﻢ ﺮﻟﺍ ِﺣﺍ ِﻤ ﻴ ﻦ ﹶﻓ ﻴ ﹾﻘ ِﺒ ﺾ ﹶﻗ ﺒ ﻀ ﹰﺔ ِﻣ ﻦ 

ﺍ ﺎﻨﻟ ِﺭ ﹶﻓ ﻴ ﺨ ِﺮ ﺝ ِﻣ ﻨ ﻬ ﹶﻗ ﺎ ﻮ ﹰﺎﻣ ﹶﻟ ﻢ ﻳ ﻌ ﻤ ﹸﻠ ﺧ ﺍﻮ ﻴ ﺮ ﹶﻗ ﺍ ﱡﻂ ﹶﻗ ﺪ ﻋ ﺩﺎ ﺣ ﺍﻭ ﻤ ﻤ ﺎ “Para malaikat telah memberi syafa’at, para nabi telah memberi syafa’at, kaum mukminin telah memberi syafa’at. Tidak tersisa lagi kecuali Dzat Yang Paling Rahmat dari yang merahmati kemudian Allah U mengambil satu genggaman dari neraka kemudian mengeluarkan dari neraka suatu kaum yang tidak pernah beramal kebaikan sama sekali, dalam keadaan mereka telah menjadi arang.” 69 

69 Riwayat Al­Bukhari (7439) Muslim (183) dari Abi Sa’id Al­Khudryt.

123 

L.  Perkara  yang  kedua  belas  yang  terjadi  di  hari kiamat Yaitu  seperti  yang  disebutkan  oleh  Penulis v  dengan perkataannya : 

ﻴﻧﺪﻟﺍ ِﻞﻫﹶﺃ ﻦِﻣ ﺎﻬﹶﻠﺧﺩ ﻦﻤﻋ ﹲﻞﻀﹶﻓ ِﺔﻨﺠﹾﻟﺍ ﻲِﻓ ﻰﹶﻘﺒﻳﻭ ﺎ . Di surga masih ada tempat tersisa setelah orang­ orang memasukinya dari kalangan penduduk dunia. Surga  yang  luasnya  seperti  langit  dan  bumi,  yang para  penghuninya  memasukinya  akan  tetapi  surga  tidak akan  penuh. Dan  sungguh  Allah I  telah  menjamin  bagi surga  dan  neraka  bahwa  setiap  dari  keduanya  akan menjadi penuh. Maka  neraka  itu  terus  menerus  dilemparkan  ke dalamnya  dan  neraka  berkata  :  Apakah  masih  ada tambahan?  Yakni  belum  penuh  juga,  maka  Allah  I meletakkan kakiNya di atas neraka, sehingga neraka akan berbenturan  satu  bagian  dengan  bagian  lainnya  sambil mengatakan : “Cukup­cukup.” 70 Dan  adapun  surga  itu  maka  Allah  I  akan menciptakan  baginya  suatu kaum yang kemudian mereka memasuki  surga  dengan  keutamaan  Allah  I  dan rahmatNya.  Telah  tsabit  yang  demikian  itu  dalam  Ash­ Shahihain 71 dari hadits Anas bin Malik t dari Nabi r dan ini adalah konsekuensi dari firman AllahI : 

70 Riwayat Al­Bukhari (7384) dan Muslim (2848) dari Anas bin Malik. 71 Riwayat Al­Bukhari (4850) Muslim (2848).

124  Menelusuri Kejadian­kejadian di Hari Kiamat  ) ﹶﺔﻤﺣﺮﻟﺍ ِﻪِﺴﹾﻔﻧ ﻰﹶﻠﻋ ﻢﹸﻜﺑﺭ ﺐﺘﹶﻛ ( “Rabb kalian mewajibkan atas diriNya rahmat.” (QS.  Al­ ‘An’am ; 54) Dan  perkataan  Nabi  dari  apa  yang  diriwayatkan dari  Rabbnya  : “Sesungguhnya rahmatKu itu mendahului kemurkaanKu.” 72 Oleh sebab  itu Penulis berkata : 

ﺎﻣﺍﻮﹾﻗﹶﺃ ﺎﻬﹶﻟ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹸﺊِﺸﻨﻴﹶﻓ , ﹶﺔﻨﺠﹾﻟﺍ ﻢﻬﹸﻠِﺧﺪﻴﹶﻓ “Maka Allah I menciptakan suatu kaum bagi surga kemudian Allah I masukkan mereka ke surga.” Perkataan Beliau v : 

ِﺏﺍﻮﱠﺜﻟﺍﻭ ِﺏﺎﺴِﺤﹾﻟﺍ ﻦِﻣ ِﺓﺮِﺧﺂﹾﻟﺍ ﺭﺍﺪﻟﺍ ﻪﺘﻨﻤﻀﺗ ﺎﻣ ﻑﺎﻨﺻﹶﺃﻭ 

ِﺏﺎﹶﻘِﻌﹾﻟﺍﻭ Dan bagian­bagian yang terkandung dalam negeri akhirat berupa hisab, pahala dan siksaan, surga dan neraka. Adapun hisab, maka telah berlalu penjelasannya. Adapun pahala adalah balasan terhadap amalan yang baik, satu  kebaikan  akan  dilipatgandakan  sepuluh  kali  lipat hingga  tujuh  ratus  kali  lipat,  bahkan  sampai  kelipatan lebih banyak lagi. 

72 Riwayat Al­Bukhari (7554) dan Muslim (2751) dari Abu Hurairah t

125 

Dan adapun siksaan adalah balasan atas perbuatan jelek,  barang  siapa  yang  melakukan  kejelekan  maka  dia tidak  akan  dibalas  kecuali  dengan  kejelekan  yang semisalnya dan dia tidak akan dizalimi. Perkataan Beliau v : 

ِﺭﺎﻨﻟﺍﻭ ِﺔﻨﺠﹾﻟﺍﻭ Surga dan neraka. Al­Jannah  (surga)  adalah  negeri  yang  Allah  I sediakan  untuk  para  wali­waliNya,  di  dalamnya  ada sesuatu yang sangat disukai jiwa dan sangat lezat di mata, di  sana  ada  kenikmatan  yang  tidak  pernah  dilihat  oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.  ) ﹶﻓ ﺎﻤِﺑ ًﺀﺍﺰﺟ ٍﻦﻴﻋﹶﺃ ِﺓﺮﹸﻗ ﻦِﻣ ﻢﻬﹶﻟ ﻲِﻔﺧﹸﺃ ﺎﻣ ﺲﹾﻔﻧ ﻢﹶﻠﻌﺗ ﹶﻼ ﺍﻮﻧﺎﹶﻛ 

ﹶﻥﻮﹸﻠﻤﻌﻳ ( “Maka tidaklah jiwa itu mengetahui apa yang disembunyikan bagi mereka berupa kenikmatan yang menyejukkan mata, sebagai balasan atas apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS.  As­ Sajdah ; 17) Yaitu  mereka  tidak  mengetahui  hakikatnya  dan keadaannya.  Dan  surga  itu  telah  ada  wujudnya  sekarang ini, berdasarkan firmanNya :  ) ﲔِﻘﺘﻤﹾﻠِﻟ ﺕﺪِﻋﹸﺃ ( “Telah disediakan bagi orang­orang yang bertaqwa.” (QS.  Ali ‘Imran ; 133)

126  Menelusuri Kejadian­kejadian di Hari Kiamat 

Dan hadits­hadits yang semakna dengan ini sangat banyak. Surga itu terus abadi selama­lamanya, sebagaima­ na firmanNya :  ) ِﺖﻣﺍﺩ ﺎﻣ ﺎﻬﻴِﻓ ﻦﻳِﺪِﻟﺎﺧ ِﺔﻨﺠﹾﻟﺍ ﻲِﻔﹶﻓ ﺍﻭﺪِﻌﺳ ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎﻣﹶﺃﻭ 

ﹶﻏ ًﺀﺎﹶﻄﻋ ﻚﺑﺭ َﺀﺎﺷ ﺎﻣ ﱠﻻِﺇ ﺽﺭَﻷﺍﻭ ﺕﺍﻭﺎﻤﺴﻟﺍ ٍﺫﻭﹸﺬﺠﻣ ﺮﻴ ( “Dan adapun orang­orang yang berbahagia, maka dia berada di surga mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi kecuali kalau Rabbmu menghendaki. Sebagai pemberian yang tidak ada putusnya.” (QS. Huud ; 108) Dan  lafadz  khaalidiina  fiihaa  abada…terdapat dalam banyak ayat. Adapun  neraka  itu  adalah  negeri  yang  Allah  I sediakan  bagi  musuh­musuhNya,  di  dalamnya  ada  ber­ bagai macam  adzab  dan  siksaan  yang  tidak  akan mampu untuk  ditanggung oleh manusia. Dan neraka  itu  sekarang telah ada wujudnya, berdasarkan firmanNya :  ) ﺕﺪِﻋﹸﺃ ﺎﹶﻜﹾﻠِﻟ ﻦﻳِﺮِﻓ ( “Telah disediakan bagi orang­orang yang kafir.” (QS. Ali Imran ; 131) Dan  hadits­hadits  yang  menunjukkan  makna  ini sangat  banyak  dan  masyhur.  Dan  penduduk  neraka  itu kekal selama­lamanya, berdasarkan firmanNya :  ) ﺍﲑِﻌﺳ ﻢﻬﹶﻟ ﺪﻋﹶﺃﻭ ﻦﻳِﺮِﻓﺎﹶﻜﹾﻟﺍ ﻦﻌﹶﻟ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﱠﻥِﺇ . ﺍﺪﺑﹶﺃ ﺎﻬﻴِﻓ ﻦﻳِﺪِﻟﺎﺧ ( 

127 

“Sesungguhnya Allah U itu melaknat orang­orang kafir dan menyediakan bagi mereka neraka sa’ir, mereka kekal di dalamnya selama­lamanya.” (QS. Al­Ahzab ; 64­65) Dan sungguh Allah I telah menyebutkan kekalnya mereka (orang kafir) selama–lamanya di neraka pada tiga ayat  dalam Al­Quran,  dan  ini  adalah  salah  satunya,  yang kedua  adalah  dalam  akhir  surat An­Nisa  dan  yang ketiga adalah  dalam  surat  Al­Jin.  Dalam  ayat  tadi  dzahirnya menunjukkan  bahwa  neraka  itu  terus  abadi  sepanjang masa. M.  Sumber­sumber ilmu tentang hari akhir Perkataan Beliau v : 

ِﺀﺎﻤﺴﻟﺍ ﻦِﻣ ِﺔﹶﻟﺰﻨﻤﹾﻟﺍ ِﺐﺘﹸﻜﹾﻟﺍ ﻲِﻓ ﹲﺓﺭﻮﹸﻛﹾﺬﻣ ﻚِﻟﹶﺫ ﹸﻞﻴِﺻﺎﹶﻔﺗﻭ Dan perincian hal ini (tentang hari akhir) telah disebutkan dalam kitab­kitab yang diturunkan dari langit. Yakni  seperti Taurat, Injil dan  lembaran­lembaran Ibrahim  dan  Musa  dan  selainnya  dari  kitab­kitab  yang diturunkan dari langit. Dan hal ini telah disebutkan di sana dengan jelas dan rinci sebab  berhajatnya manusia, bahkan sebab  daruratnya kebutuhan mereka akan penjelasan dan perinciannya.  Ketika  tidak  mungkin  seseorang  akan istiqomah kecuali dengan beriman dengan hari akhir yang akan  dibalas  di  sana  semua  amalan  kebaikan  atau kejelekan.

128  Menelusuri Kejadian­kejadian di Hari Kiamat 

Perkataan Beliau v : 

ِﺀﺎﻴِﺒﻧﹶﺄﹾﻟﺍ ِﻦﻋ ِﺭﻮﹸﺛﹾﺄﻤﹾﻟﺍ ِﻢﹾﻠِﻌﹾﻟﺍ ﻦِﻣ ِﺭﺎﹶﺛﺂﹾﻟﺍﻭ Dan atsar­atsar ilmu yang  diriwayatkan dari para nabi r terdahulu. Ketahuilah  bahwasanya  ilmu  (atsar)  yang  diriwa­ yatkan dari para nabi itu terbagi dua : 1.  Yang tsabit dengan wahyu, yaitu apa yang disebutkan dalam Al­Quran  dan As­Sunnah  yang  shahih,  dan  ini adalah  tidak  diragukan  lagi  untuk  diterima  dan diyakini pendalilannya. 2.  Ilmu  yang  dinukil  dari  selain  wahyu,  (seperti  kisah israiliyat­pent)  dan  ini  yang  terkadang  masuk  dalam kedustaan, perubahan dan penggantian. Oleh  sebab   itu,  seseorang  itu  harus  berhati­hati dalam  menukil  riwayat­riwayat  dengan  cara  seperti  ini dari para nabi terdahulu. Sehingga Rasulullah r bersabda : 

ﻫﻮﹸﻗﺪﺼﺗ ﹶﻼﹶﻓ ِﺏﺎﺘِﻜﻟﹾﺍ ﹸﻞﻫﹶﺃ ﻢﹸﻜﹶﺛﺪﺣ ﺍﹶﺫِﺇ ﺍﻮﹸﻟﻮﹸﻗ ﻢﻫﻮﺑﱢﺬﹶﻜﺗﹶﻻﻭ ﻢ : 

ﻢﹸﻜﻴﹶﻟِﺍ ﹶﻝِﺰﻧﹸﺃﺎﻣﻭﺎﻨﻴﹶﻟِﺇ ﹶﻝِﺰﻧﹸﺃﺎﻤِﺑﺎﻨﻣﺁ “Jika Ahli kitab itu membawakan riwayat maka janganlah kalian mempercayainya dan jangan pula kalian dustakan. Ucapkanlah oleh kalian : Kami beriman dengan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada kalian.” 73 

73 Riwayat Al­Imam Ahmad (4/135) dari Abi Namlah Al­Anshari t, riwayat Al­Bukhari (4485) dari Abu Hurairah t.

129 

sebab  sesungguhnya jika engkau benarkan, maka terkadang  engkau  membenarkan  sesuatu  yang  batil,  dan jika  engkau  dustakan  terkadang  engkau  mendustakan suatu  kebenaran,  maka  janganlah  engkau  benarkan  dan jangan engkau dustakan. Katakanlah jika memang ini dari sisi AllahI maka sungguh aku beriman dengannya. Dan  para  ulama  membagi  riwayat  tentang  hari kiamat  yang  diambil  dari  umat  terdahulu  menjadi  tiga bagian : 1.  Perkara  yang  disaksikan  oleh  syariat  kita  kebenaran­ nya. 2.  Perkara  yang  disaksikan  oleh  syariat  kita  tentang kedustaannya  dan  hukum  terhadap  dua  perkara  tadi jelas adanya. 3.  Perkara  yang  tidak  dihukumi  (oleh  syariat  kita­pent) akan  kebenarannya  atau  kedustaannya. Maka  perkara ini  adalah  wajib  untuk  tawaquf  padanya,  tidak dipercayai dan tidak didustakan. Perkataan Beliau v : 

ٍﺪﻤﺤﻣ ﻦﻋ ِﺙﻭﺭﻮﻤﹾﻟﺍ ِﻢﹾﻠِﻌﹾﻟﺍ ﻲِﻓﻭ r ﻲِﻔﺸﻳ ﺎﻣ ﻚِﻟﹶﺫ ﻦِﻣ 

ﻲِﻔﹾﻜﻳﻭ Dan ilmu yang diwariskan dari Nabi r dalam perkara tersebut (yakni tentang hari kiamat­pent) adalah telah memuaskan lagi mencukupi. Ilmu  yang  diwariskan  dari  Nabi  r,  sama  saja apakah  dari  Kitabullah  atau  Sunnah  Rasulullah r  dalam perkara tersebut sangat memuaskan dan mencukupi. Maka tidak  perlu  lagi  kita  untuk  mencari  nasihat  yang  akan

130  Menelusuri Kejadian­kejadian di Hari Kiamat 

melembutkan  hati  dari  selain  Kitabullah  dan  As­Sunnah. Bahkan kita tidak butuh kepada selain keduanya. Dan ilmu yang  diwariskan  dari  Nabi  Muhammad  r itu  adalah mencukupi  dan  memuaskan  dalam  segala  bab  ilmu  dan keimanan. Kemudian  riwayat  yang  dinisbatkan  dari  Nabi r dalam  permasalahan  ancaman,  keutamaan,  targhib  dan tarhib  itu  terbagi  menjadi  tiga  macam  :  riwayat  yang shahih diterima, dha’if dan maudhu’. Maka  tidak seluruh riwayat itu shahih dan diterima, dan kita tidak membutuh­ kan yang dha’if dan maudhu’. Maka hadits maudhu’, para ulama rahimahumullah telah  sepakat  bahwasanya  tidak  boleh  menyebutkan  dan menyebarkannya  di  antara  manusia,  baik  dalam  bab fadhailul  amal,  targhib  (motivasi)  dan  tarhib  (ancaman) dan  tidak  pula  selainnya  kecuali  kalau  menyebutkannya untuk tujuan menjelaskan keadaannya yang maudhu’. Dan  tentang  hadits  dha’if,  para  ulama  berselisih tentangnya.  Dan  para  ulama  yang  mengatakan  bolehnya menyebarkan  hadits  dha’if  dan  menukilkannya memberi­ kan tiga syarat : 74 1.  Hendaknya dha’ifnya itu tidak sangat parah. 

74  Al­Hafidz  Ibnu Hajar menukil  dari As­Sakhawi  dalam Al­Qoulul Badi’  (hal  364)  dan  datang  riwayat  dari  Al­Imam  Ahmad bahwasanya  Beliau  berkata  :  Jika  dalam  permasalahan  halal  dan haram maka kita sangat ketat dalam meneliti sanad, jika  dalam permasalahan At­Targhib dan At­Tarhib kita agak  longgar dalam sanad,  (Majmu’  fatawa  Ibnu  Taimiyah  (65/18))  lihat mukadimah Asy­Syaikh Nashiruddin Al­Albani dalam kitab At­Targhib wa At­ Tarhib  dan  sungguh  Beliau  telah  menyebutkan  perkataan  para ulama tentang hukum beramal dengan hadits dha’if dalam fadhoilul a’mal.

131 

2.  Hendaknya  pondasi  amalan  yang  berkaitan  dengan pahala dan siksaan itu tsabit dengan dalil yang shahih (bukan dengan hadits dha’if tersebut­pent). 3.  Hendaknya  jangan  meyakini  bahwasanya  Nabi r  itu mengucapkannya,  bahkan  dia  harus  ragu­ragu  tidak mantap,  akan  tetapi  disertai  pengharapan  pada permasalahan  targhib  dan  disertai  rasa  takut  dalam permasalahan tarhib. Adapun bentuk  penyampaiannya  maka janganlah mengatakan  : ِﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻝﺎﹶﻗ “telah  bersabda  Rasulullah  “ Bahkan  hendaknya  mengatakan  : ُ ﺭ ﻋ ﻱِﻭ ِﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ َ ﻦ “diriwayatkan  dari  Rasulullah  r  “  atau ﻪﻨﻋ ﺮِﻛﹸﺫ : “disebutkan dari Beliau r” dan yang semisal dengannya. Jika  engkau  berada  di  tengah  orang  awam  yang tidak  bisa  membedakan  antara  penyebutan  : ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹸﻝﻮﺳﺭ ِﷲﺍ 

"berkata  Rasulullah”  dengan ﹶﻞﻴِﻗ “dikatakan…”  maka janganlah  sekali­kali  engkau  mengucapkan  hadits  dha’if tersebut  selama­lamanya.  sebab   orang  awam  itu  akan meyakini  kalau  Rasulullah  r yang  mengucapkannya. Apa  yang  dikatakan  (oleh  khatib)  di  atas  mihrab  itu menurut orang awam adalah yang benar. Peringatan : Bab  ini  yakni  bab  hari  akhir dan  tanda–tanda hari kiamat disebutkan hadits yang sangat banyak, di antaranya ada  yang  dha’if,  dan  ada  yang  maudhu’.  Yang  hal  ini banyak didapati dalam kitab­kitab raqa’iq (pelembut hati) dan kitab tentang nasihat. Oleh sebab  itu, wajib bagi kita berhati­hati  darinya,  dan  hendaklah  kita  memperingatkan orang awam yang memiliki kitab­kitab seperti ini.

132  Menelusuri Kejadian­kejadian di Hari Kiamat 

Perkataan Beliau v :

ﻩﺪﺟﻭ ﻩﺎﻐﺘﺑِﺍ ﻦﻤﹶﻓ Barangsiapa yang mencarinya maka dia akan mendapatkannya. Ini  benar  adanya,  maka  Al­Quran  itu  ada  di hadapan kita, kitab­kitab hadits ada di hadapan kita, akan tetapi  hal  ini memerlukan penelitian dan penjelasan yang shahih  dari  yang  dha’if,  sehingga  manusia  akan membangun  keyakinan  tentang  hari  kiamat  ini  di  atas pondasi yang selamat. 

***